MARKET POTENTIAL RESEARCH UNTUK PASAR …

13
1 MARKET POTENTIAL RESEARCH UNTUK PASAR TRADISIONAL PD PASAR SURYA DI SURABAYA SELATAN Muhammad Jamal Muttaqin (1) ; Dwi Endah Kusrini (2) (1) Mahasiswa Jurusan Statistika FMIPA-ITS; (2) Dosen Jurusan Statistika FMIPA-ITS (1) [email protected]; (2) [email protected] Abstrak Pasar tradisional memiliki peran sentral bagi pemenuhan kebutuhan sehari-hari masyarakat. Namun kondisi yang terjadi justru mengalami keterpurukan dimana selain kalah bersaing dengan pasar modern, juga karena manajemen pasar sendiri yang tidak mampu memenuhi kepuasan pelanggannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan pada pasar tradisional yang dikelola oleh PD Pasar Surya di Surabaya Selatan menurut stakeholder dan mencari solusi bentuk revitalisasi yang diinginkan oleh stakeholder. Penentuan sampel digunakan simple random sampling sehingga diperoleh sampel sebanyak 104 pembeli dan 74 pedagang. Adapun metode dalam market potential research yang digunakan ialah Thurstone Case-V untuk menentukan rangking prioritas aspek yang dipentingkan responden, k-means clusterring untuk segmentasi, dan Biplot untuk analisis positioning pasar. Kelompok stakeholder yang menjadi target utama pasar tradisional yang dikelola PD Pasar Surya ialah kelompok dengan penghasilan menengah ke bawah. Hasil penelitian secara umum, stakeholder menganggap pasar di sekitar rumah mereka telah cukup memadai tetapi tetap perlu untuk dilakukan revitalisasi. Adapun pasar yang paling mendesak untuk dilakukan revitalisasi adalah Pasar Pakis sedangkan pasar yang paling siap untuk menjadi pasar modern adalah Pasar Dukuh Kupang. Kata kunci: Pasar tradisional, market potential research, segmentasi, positioning, k-means clusterring,biplot 1. PENDAHULUAN Pasar sangat banyak fungsinya, mulai dari tempat bersosialisasi sampai pada sarana pemenuhan kebutuhan masyarakat. Tren saat ini, mulai tumbuh pasar-pasar modern baru yang akhirnya menjadi lebih difavoritkan dibandingkan dengan pasar tradisional. Hampir seluruh pasar tradisional di Indonesia masih bergelut dengan masalah internal pasar seperti buruknya manajemen pasar. Faktor lain penyebab kurang berkembangnya pasar tradisional adalah minimnya daya dukung karakteristik pedagang tradisional, yakni strategi perencanaan yang kurang baik, terbatasnya akses permodalan yang disebabkan jaminan (collateral) yang tidak mencukupi, tidak adanya skala ekonomi (economies of scale), tidak ada jalinan kerja sama dengan pemasok besar, buruknya manajemen pengadaan, dan ketidakmampuan untuk menyesuaikan dengan keinginan konsumen (Wiboonpongse dan Sriboonchitta, 2006). PD Pasar Surya merupakan BUMD pengelola pasar tradisional di Surabaya sehingga hal-hal terkait pengembangan pasar menjadi tanggungjawabnya. Kaitannya dengan revitalisasi, maka dalam memutuskan prioritas pengembangan pasar perlu dilakukan penelitian terlebih dahulu sehingga diharapkan PD Pasar Surya dapat bekerja efektif dan efisien serta menghasilkan manfaat yang besar dan tepat untuk pasar tradisional yang ada. Market Potential Research merupakan cabang riset pemasaran yang sesuai untuk dilakukan guna menganalisis dan mengidentifikasi permasalahan pasar tradisional. Penelitian ini akan sangat dibutuhkan dan bermanfaat sebagai informasi bagi PD Pasar Surya dalam pengambilan keputusan revitalisasi ke depan. Penelitian ini akan mengkaji potensi dan kebutuhan pasar tradisional PD Pasar Surya Cabang Surabaya Selatan yaitu Pasar Pakis, Pasar Dukuh Kupang, dan Pasar Karang Pilang. Masing-masing pasar tersebut akan dikaji segmentasi berdasarkan persepsi stakeholder yaitu pedagang dan pembeli dan positioning pasar tersebut dibanding pasar pesaing. Adapun pasar pesaing dari Pasar Pakis adalah Pasar Padmosusastro dan Pasar Jarak. Sedangkan pesaing dari Pasar Dukuh Kupang adalah Pasar Jarak serta pesaing dari Pasar Karang Pilang adalah Pasar Sepanjang. 2. TINJAUAN PUSTAKA A. THURSTONE CASE-V Analisis ini dapat melihat struktur urutan atribut yang paling diutamakan hingga yang dianggap tidak diutamakan untuk mengetahui

Transcript of MARKET POTENTIAL RESEARCH UNTUK PASAR …

1

MARKET POTENTIAL RESEARCH UNTUK PASAR TRADISIONAL PD PASAR SURYA DI SURABAYA SELATAN

Muhammad Jamal Muttaqin(1); Dwi Endah Kusrini(2)

(1)Mahasiswa Jurusan Statistika FMIPA-ITS; (2)Dosen Jurusan Statistika FMIPA-ITS

(1)[email protected]; (2)[email protected]

Abstrak Pasar tradisional memiliki peran sentral bagi pemenuhan kebutuhan sehari-hari

masyarakat. Namun kondisi yang terjadi justru mengalami keterpurukan dimana selain kalah bersaing dengan pasar modern, juga karena manajemen pasar sendiri yang tidak mampu memenuhi kepuasan pelanggannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan pada pasar tradisional yang dikelola oleh PD Pasar Surya di Surabaya Selatan menurut stakeholder dan mencari solusi bentuk revitalisasi yang diinginkan oleh stakeholder. Penentuan sampel digunakan simple random sampling sehingga diperoleh sampel sebanyak 104 pembeli dan 74 pedagang. Adapun metode dalam market potential research yang digunakan ialah Thurstone Case-V untuk menentukan rangking prioritas aspek yang dipentingkan responden, k-means clusterring untuk segmentasi, dan Biplot untuk analisis positioning pasar. Kelompok stakeholder yang menjadi target utama pasar tradisional yang dikelola PD Pasar Surya ialah kelompok dengan penghasilan menengah ke bawah. Hasil penelitian secara umum, stakeholder menganggap pasar di sekitar rumah mereka telah cukup memadai tetapi tetap perlu untuk dilakukan revitalisasi. Adapun pasar yang paling mendesak untuk dilakukan revitalisasi adalah Pasar Pakis sedangkan pasar yang paling siap untuk menjadi pasar modern adalah Pasar Dukuh Kupang.

Kata kunci: Pasar tradisional, market potential research, segmentasi, positioning, k-means

clusterring,biplot

1. PENDAHULUAN Pasar sangat banyak fungsinya, mulai dari

tempat bersosialisasi sampai pada sarana pemenuhan kebutuhan masyarakat. Tren saat ini, mulai tumbuh pasar-pasar modern baru yang akhirnya menjadi lebih difavoritkan dibandingkan dengan pasar tradisional.

Hampir seluruh pasar tradisional di Indonesia masih bergelut dengan masalah internal pasar seperti buruknya manajemen pasar. Faktor lain penyebab kurang berkembangnya pasar tradisional adalah minimnya daya dukung karakteristik pedagang tradisional, yakni strategi perencanaan yang kurang baik, terbatasnya akses permodalan yang disebabkan jaminan (collateral) yang tidak mencukupi, tidak adanya skala ekonomi (economies of scale), tidak ada jalinan kerja sama dengan pemasok besar, buruknya manajemen pengadaan, dan ketidakmampuan untuk menyesuaikan dengan keinginan konsumen (Wiboonpongse dan Sriboonchitta, 2006).

PD Pasar Surya merupakan BUMD pengelola pasar tradisional di Surabaya sehingga hal-hal terkait pengembangan pasar menjadi tanggungjawabnya. Kaitannya dengan revitalisasi, maka dalam memutuskan prioritas pengembangan pasar perlu dilakukan penelitian terlebih dahulu sehingga diharapkan PD Pasar Surya dapat bekerja efektif dan

efisien serta menghasilkan manfaat yang besar dan tepat untuk pasar tradisional yang ada.

Market Potential Research merupakan cabang riset pemasaran yang sesuai untuk dilakukan guna menganalisis dan mengidentifikasi permasalahan pasar tradisional. Penelitian ini akan sangat dibutuhkan dan bermanfaat sebagai informasi bagi PD Pasar Surya dalam pengambilan keputusan revitalisasi ke depan.

Penelitian ini akan mengkaji potensi dan kebutuhan pasar tradisional PD Pasar Surya Cabang Surabaya Selatan yaitu Pasar Pakis, Pasar Dukuh Kupang, dan Pasar Karang Pilang. Masing-masing pasar tersebut akan dikaji segmentasi berdasarkan persepsi stakeholder yaitu pedagang dan pembeli dan positioning pasar tersebut dibanding pasar pesaing. Adapun pasar pesaing dari Pasar Pakis adalah Pasar Padmosusastro dan Pasar Jarak. Sedangkan pesaing dari Pasar Dukuh Kupang adalah Pasar Jarak serta pesaing dari Pasar Karang Pilang adalah Pasar Sepanjang. 2. TINJAUAN PUSTAKA A. THURSTONE CASE-V

Analisis ini dapat melihat struktur urutan atribut yang paling diutamakan hingga yang dianggap tidak diutamakan untuk mengetahui

2

prioritas aspek-aspek yang penting menurut stakeholder.

Konsep metode analisis ini merupakan proporsi subjek yang menganggap atribut A lebih penting dari B, yang menganggap A lebih penting dari C, yang menganggap B lebih penting dari C, dan seterusnya. Proporsi tersebut selanjutnya disusun menjadi suatu matriks proporsi seperti tampak pada Tabel 1 dimana merupakan rekapitulasi matriks proporsi yang menunjukkan atribut di kolom lebih dianggap penting daripada atribut baris.

Tabel 1. Perhitungan Thurstone Case V Atribut A B … K

A 0,5 nab/N . . . nak/N

B nba/N 0,5 . . . nbk/N ⋮ ⋮ ⋮ ⋱ ⋮ K nka/N nkb/N . . . 0,5

Pada matriks proporsi, Nilai nbk menyatakan

jumlah responden yang lebih menganggap penting atribut K daripada atribut B dengan N adalah total responden, dan begitu juga untuk atribut-atribut lainnya. Langkah–langkah analisis menggunakan metode Thurstone Case–V adalah sebagai berikut: 1. Menentukan jumlah variable ke-k (dimana k =

1, 2, 3, …, k) pada baris yang memiliki prioritas lebih utama lebih banyak dari variable ke-k pada kolom.

2. Menentukan nilai proporsi nkb dari N 3. Menentukan normal baku dari proporsi. 4. Mencari rata–rata dari normal baku masing–

masing atribut tiap kolom-nya. 5. Menjumlahkan rata – rata terendah sehingga

didapatkan skala preferensi kemudian dapat disusun urutan antara atribut A, B, C, dan seterusnya.

B. ANALISIS FAKTOR

Analisis faktor dilakukan untuk reduksi variabel dengan mendapatkan sejumlah kecil faktor yang mampu menerangkan semaksimal mungkin keragaman data. Variabel-variabel ini dikelompokkan menjadi beberapa faktor dimana variabel-variabel dalam satu faktor mempunyai korelasi yang tinggi, sedangkan korelasi dengan variabel-variabel pada faktor lain relatif kecil. Faktor-faktor tersebut saling independen dan tiap-tiap faktor dapat diintrepretasikan.

Sebelum dilakukan analisis faktor, terlebih dahulu dilakukan uji kecukupan data menggunakan nilai Kaiser Mayer Olkin (KMO) yang merupakan suatu indeks untuk membandingkan kesesuaian koefisien korelasi observasi dengan koefisien korelasi parsial.

Kriteria penilaian KMO dikatakan bagus dan dapat diterima atau dikatakan analisis faktor sesuai untuk variabel-variabel tersebut ialah ketika bernilai lebih dari 0,5. Berikut merupakan rumus dari KMO:

KMO=

dimana: rij = koefisien korelasi antara variabel i dan j aij = koefisien korelasi parsial antara variabel i dan j

Vektor random X yang diamati dengan p buah variabel komponen, secara linier tergantung atas sejumlah variabel random yang dapat diamati yaitu F1, F2, …, Fq yang disebut common factors dan ε1, ε2, …, εp yang disebut specific factors sehingga secara khusus dapat ditulis (Johnson, dkk, 2002) sebagai berikut.

X(px1) = µ(px1) + L(pxq) F(qx1) + ε (px1) dimana, ε i = specific factors ke-i F j = common factors ke-j L ij = matriks loading dari variabel ke-i faktor ke-j i = 1, 2, …, p ; j = 1, 2, …, q

Algoritma untuk metode komponen utama iteratif adalah sebagai berikut: 1. Tentukan nilai awal communality untuk seluruh

variabel asal (hi2, i = 1, ..., p), 0≤hi

2≤1 2. Ganti nilai diagonal matriks korelasi dengan

nilai hi2 (rii = hi

2) 3. Tentukan nilai eigen-value dan eigen-vector dari

matriks korelasi 4. Tentukan nilai bobot (loading) jjiij λel = 5. Tentukan nilai communality

( )223

22

21

2 +...+++= imiiii llllh Diharapkan setiap variabel asal hanya

dominan di salah satu faktor saja dimana nilai harga mutlak bobot variabel asal mendekati 1 di salah satu faktor dan mendekati 0 untuk faktor lainnya. Salah satu rotasi yang dapat digunakan ialah dengan varimax dimana formula rotasi ini sesuai formula 5 dengan nilai γ =1.

∑ ∑ ∑= = =

m

i

p

i

p

i i

ij

i

ij

hl

phl

p 1 1

2

1

21max γ

C. K-MEANS CLUSTERING

Metode nonhierarki yang paling popular adalah metode K-means. Metode ini merupakan metode pengelompokan yang bertujuan mengelompokkan objek sedemikian hingga jarak tiap - tiap objek ke pusat kelompok di dalam satu kelompok adalah minimum dimana jumlah

∑∑ ∑∑

∑∑

= = = =

=

+p

i

p

j

p

i

p

jijij

p

i

p

ij

ar

r

1 1 1 1

22

1

2

(1)

(2)

(3)

3

kelompok dalam metode K-Means cluster ditentukan terlebih dahulu (Johnson dan Wichern, 2002).

Prosedur dalam menggunakan K-Means Cluster adalah sebagai berikut:

1. Membagi objek menjadi K cluster. 2. Menentukan pusat masing-masing objek

dengan cara menghitung rata-rata (mean) tiap cluster.

3. Mengidentifikasi objek-objek, kemudian menentukan jarak objek ke pusat cluster berdasarkan jarak dari cluster terdekat.

4. Mengulangi langkah ketiga sampai tidak didapatkan objek dengan jarak minimum dari pusat cluster. Sehingga didapatkan jarak tiap objek ke pusat cluster di dalam satu cluster yang minimum.

D. BIPLOT

Metode biplot pertama kali diperkenalkan oleh Grabiel pada tahun 1971. Metode ini merupakan memberikan tampilan grafik dari matriks data X dalam suatu plot dengan menunpang tindihkan vektor-vektor dalam ruang berdimensi rendah. Metode ini digunakan dalam positioning maupun perceptual mapping dari sekumpulan objek (baris dari matrik data X). Analisis ini akan diberikan dalam bentuk tampilan gambar dua dimensi yang berisi informasi tentang:

1. Posisi relatif objek. Dua objek yang memiliki jarak terdekat dikatakan memiliki tingkat kemiripan yang tinggi berdasarkan atribut-atribut yang diamati.

2. Hubungan antaratribut. Informasi ini digunakan untuk mengetahui hubungan linier (korelasi) antaratribut.

3. Penggabungan informasi (1) dan (2) yang dikenal dengan istilah bi-plot dimana akan diketahui ciri-ciri masing-masing objek berdasarkan atribut yang diamati. Suatu matriks Xnxp (rank Xnxp ≥ 2), maka

dapat diuraikan menjadi Xnxp = Gnx2H’2xp atau xij = g’i h j dimana:

𝑿𝑿𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛 =

⎣⎢⎢⎢⎡𝑛𝑛11 ⋯ 𝑛𝑛1𝑖𝑖⋮ ⋱ ⋮

⋯ 𝑛𝑛1𝑛𝑛⋱ ⋮

𝑛𝑛𝑘𝑘1 ⋯ 𝑛𝑛𝑘𝑘𝑖𝑖⋮ ⋱ ⋮𝑛𝑛𝑛𝑛1 ⋯ 𝑛𝑛𝑛𝑛𝑖𝑖

⋯ 𝑛𝑛𝑘𝑘𝑛𝑛⋱ ⋮⋯ 𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛 ⎦

⎥⎥⎥⎤

dan dasar penguraian nilai singular akan dibangkitkan dengan matriks G dan H sebagai berikut:

𝑮𝑮 =

⎣⎢⎢⎢⎡𝑔𝑔11 𝑔𝑔12⋮ ⋮𝑔𝑔𝑘𝑘1 𝑔𝑔𝑘𝑘2⋮ ⋮𝑔𝑔𝑛𝑛1 𝑔𝑔𝑛𝑛2⎦

⎥⎥⎥⎤

=

⎣⎢⎢⎢⎡𝒈𝒈𝟏𝟏

𝑻𝑻

⋮𝒈𝒈𝒌𝒌𝑻𝑻⋮𝒈𝒈𝒏𝒏𝑻𝑻⎦⎥⎥⎥⎤

;

𝑯𝑯 =

⎣⎢⎢⎢⎡ℎ11 ℎ12⋮ ⋮ℎ𝑖𝑖1 ℎ𝑖𝑖2⋮ ⋮ℎ𝑛𝑛1 ℎ𝑛𝑛2⎦

⎥⎥⎥⎤

=

⎣⎢⎢⎢⎡𝒉𝒉𝟏𝟏

𝑻𝑻

⋮𝒉𝒉𝒊𝒊𝑻𝑻⋮𝒉𝒉𝒏𝒏𝑻𝑻⎦⎥⎥⎥⎤

dimana: gk

T = (gk1 gk2) representasi dari xkT = (xk1 … xki …

xkp) hi

T = (hi1 hi2) representasi dari xiT = (x1i … xki …

xni) Pendekatan langsung untuk mendapatkan

biplot dimulai dari nilai Singular Value Decomposition dengan matriks data Xc(nxp) yang merupakan matriks data yang telah terkoreksi terhadap nilai tengahnya, yaitu Xc = X – (JX) / n dimana J merupakan matriks berunsur bilangan satu dan berukuran nxn.

𝑱𝑱𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛 =

⎣⎢⎢⎢⎡𝑙𝑙11 ⋯ 𝑙𝑙1𝑖𝑖⋮ ⋱ ⋮

⋯ 𝑙𝑙1𝑛𝑛⋱ ⋮

𝑙𝑙𝑘𝑘1 ⋯ 𝑙𝑙𝑘𝑘𝑖𝑖⋮ ⋱ ⋮𝑙𝑙𝑛𝑛1 ⋯ 𝑙𝑙𝑛𝑛𝑖𝑖

⋯ 𝑙𝑙𝑘𝑘𝑛𝑛⋱ ⋮⋯ 𝑙𝑙𝑛𝑛𝑛𝑛 ⎦

⎥⎥⎥⎤

𝑿𝑿𝒄𝒄(𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛 ) =

⎣⎢⎢⎢⎡𝑛𝑛11 − �̅�𝑛1 ⋯ 𝑛𝑛1𝑖𝑖 − �̅�𝑛𝑖𝑖

⋮ ⋱ ⋮⋯ 𝑛𝑛1𝑛𝑛 − �̅�𝑛𝑛𝑛⋱ ⋮

𝑛𝑛𝑘𝑘1 − �̅�𝑛1 ⋯ 𝑛𝑛𝑘𝑘𝑖𝑖 − �̅�𝑛𝑖𝑖⋮ ⋱ ⋮

𝑛𝑛𝑛𝑛1 − �̅�𝑛1 ⋯ 𝑛𝑛𝑛𝑛𝑖𝑖 − �̅�𝑛𝑖𝑖

⋯ 𝑛𝑛𝑘𝑘𝑛𝑛 − �̅�𝑛𝑛𝑛⋱ ⋮⋯ 𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛𝑛 − �̅�𝑛𝑛𝑛⎦

⎥⎥⎥⎤

dengan �̅�𝑛1 = ∑ 𝑛𝑛𝑘𝑘𝑖𝑖 /𝑛𝑛𝑛𝑛𝑘𝑘=1 dan Singular Value

Decomposition diperoleh: Xc(nxp) = Unxp Λpxp V’pxp

dimana: 1. V adalah matriks dengan kolom orthogonal

(UTU = ATA = pIp) yang kolomnya merupakan nilai eigen vektor dari X’cXc sehingga V = E’ = [ê1, ê2, …, êp] dengan dimana Ê diperoleh dari persamaan XcÊ = UΛ. nilai UΛ terdiri dari nilai-nilai komponen utama sedangkan V mengandung koefisien-koefisien yang membentuk komponen utama.

2. Λ merupakan matriks diagonal (λ1, λ2, …, λp) dan λ1 ≥ λ2 ≥ … λp ≥ 0 merupakan eigen value dari X’cXc

E. PASAR TRADISIONAL

Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial, dan infrastruktur dimana terjadi usaha dalam menjual barang, jasa, dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang. Sedangkan pasar tradisional didefinisikan sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar (Wikipedia, 2011).

Dewasa ini, pasar tradisional mulai ditinggalkan dan beralih ke pasar modern. Data dari Asosiasi Pedagang Pasar Tradisional Seluruh Indonesia (APPSI) pada tahun 2005 seperti dikutip

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

4

website Kementerian Koperasi dan UKM menyebutkan, bahwa sekitar 400 toko di pasar tradisional harus tutup usaha setiap tahunnya.

Namun Temuan dari metode kualitatif menunjukkan bahwa penyebab utama kalah bersaingnya pasar tradisional dengan supermarket adalah lemahnya manajemen dan buruknya infrastruktur pasar tradisional, bukan semata-mata karena keberadaan supermarket. F. PD PASAR SURYA

PD Pasar Surya merupakan Badan Usaha Milik Daerah yang bertugas mengelola pasar tradisional di Surabaya. Perusahaan Daerah Pasar Surya didirikan pada tahun 1982 berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 10 tahun 1982 (www.pasarsurya.com). Sampai Maret 2011, tercatat sebanyak 77 Pasar tradisional di Surabaya yang dikelola oleh PD Pasar Surya.

Dasar hukum pengelolaan pasar juga tertulis dalam Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 07 tahun 1987 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Badan Pengawas, Direksi dan Kepegawaian Perusahaan Daerah Pasar Surya Kota Surabaya; Keputusan Walikota Surabaya Nomor 291 tahun 1994 tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Perusahaan Daerah Pasar Surya Kota Surabaya; dan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 02 tahun 1999 tentang Pengurusan Pasar Di Kota Surabaya.

G. MARKET POTENTIAL RESEARCH

Analisis Market Potential Research merupakan cabang riset pemasaran untuk identifikasi masalah potensi pasar. Riset ini dilakukan untuk membantu mengidentifikasi masalah yang tidak selalu jelas terlihat di permukaan tapi mungkin ada atau akan muncul pada masa yang akan dating. Riset ini memberikan informasi mengenai lingkungan pemasaran dan membantu menemukan masalah (Malhotra, 2009).

Beberapa analisis yang digunakan dalam Market Potential Research ialah analisis segmentasi dan positioning. Menurut Cahyono (1995), potensi pasar suatu komoditas dari suatu daerah dapat ditentukan dengan realitas pasar yang berada di daerah lain yang memiliki karkteristik pasar sama dengan daerah yang ingin dianalisis potensinya. Beberapa metode pengukuran potensi pasar dapat dilakukan dengan metode perbandingan atau metode lain yang mencerminkan realitas pasar setempat.

Segmentasi pasar merupakan proses yang secara jelas membagi-bagi pasar menjadi kelompok pembeli dengan kebutuhan, karakteristik, atau tingkah laku berbeda yang membutuhkan produk atau bauran pemasaran secara terpisah (Kotler, 1997). Sedangkan Positioning adalah tindakan pengaturan agar sebuah produk menempati tempat

yang jelas, terbedakan, dan didambakan dalam benak konsumen sasaran dibanding dengan produk pesaing. H. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERILAKU PEMBELIAN KONSUMEN Kotler (1997) menyatakan bahwa ada empat

faktor utama yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen. Keempat faktor tersebut adalah faktor budaya, sosial, kepribadian, dan kejiwaan.

Faktor budaya memiliki pengaruh yang luas dan mendalam terhadap perilaku. Kultur adalah penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar. Faktor sosial yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen meliputi kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status. Kelompok acuan seseorang terdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap perilaku seseorang.

Keputusan konsumen juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi meliputi usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan sosial ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri konsumen. Selain itu, pekerjaan seseorang juga mempengaruhi pola konsumsi seseorang.

Empat faktor psikologis utama meliputi motivasi, persepsi, pengetahuan, seta keyakinan dan pendirian. Pembelajaran meliputi perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman dimana dihasilkan melalui perpaduan kerja dorongan, rangsangan, petunjuk, tanggapan, dan penguatan. Selain itu, keyakinan dan pendirian seseorang tentu mempengaruhi bagaimana perilaku konsumsinya. Melalui bertindak dan belajar, orang mendapatkan keyakinan dan sikap. Hal inilah yang kemudian mempengaruhi perilaku konsumsi seseorang. 3. METODE PENELITIAN A. SUMBER DATA

Sumber data untuk penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder. Data sekunder yang digunakan adalah data BPS tentang populasi rumah tangga kecamatan di Surabaya dimana pembeli bertempat tinggal. Data sekunder tersebut digunakan untuk menghitung jumlah sampel pembeli pada penelitian ini yaitu Kecamatan Wonokromo, Sawahan, Dukuh Pakis, dan Kecamatan Karangpilang. Data sekunder lainnya diperoleh dari manajemen PD Pasar Surya yaitu populasi pedagang di pasar yang akan diteliti yaitu Pasar Pakis, Pasar Dukuh Kupang, dan Pasar Karangpilang. Data ini digunakan untuk menghitung jumlah sampel pedagang.

Adapun data primer yang digunakan diperoleh dengan melakukan survey melalui wawancara pada

5

stakeholder pasar menggunakan kuesioner. Survey dilakukan dua tahap yaitu survey pendahuluan dan survey akhir yang dilakukan pada 25 April 2011 sampai 17 Mei 2011. B. METODE PENGAMBILAN SAMPEL

Metode pengambilan sampel yang digunakan data penelitian ini ialah menggunakan metode simple random sampling proporsi untuk masing-masing pedagang dan pembeli. Populasi pembeli didasarkan pada jumlah rumah tangga kecamatan dan populasi pedagang didasarkan pada jumlah pedagang pasar. Adapun nilai proporsi didasarkan pada pendapat stakeholder yang setuju atau tidak terhadap revitalisasi pasar tradisional PD Pasar Surya dari hasil survey pendahuluan. Cochran (1991) menuliskan perhitungan simple random sampling proporsi menggunakan rumus sebagai berikut:

𝑛𝑛 =𝑍𝑍2𝑃𝑃𝑃𝑃𝑑𝑑2

1+1𝑁𝑁�

𝑍𝑍2𝑃𝑃𝑃𝑃𝑑𝑑2 −1�

Keterangan: n = jumlah minimal ukuran sampel yang harus

diambil N = jumlah populasi Z = nilai baku dari tabel distribusi normal dengan

tingkat kesalahan α (5%) P = nilai penduga proporsi responden yang setuju

revitalisasi pasar Q = nilai penduga proporsi responden yang tidak

setuju adanya revitalisasi pasar d = batas kesalahan taksiran antara 𝒑𝒑� dengan P (6%

untuk pedagang dan 10% untuk pembeli) Nilai P dan Q didasarkan pada hasil survey

pendahuluan didapatkan untuk pembeli, nilai P = 90% dan nilai Q = 10% sedangkan untuk pedagang, nilai P = 70% dan nilai Q = 30%. Berdasarkan rumus perhitungan, didapatkan jumlah sampel untuk pedagang ialah sebanyak 74 responden dan pembeli sebanyak 104 responden.

Selanjutnya, sampel pedagang yang telah diperoleh dibagi secara proporsional berdasarkan jumlah pedagang tiap pasar tradisional di Pasar Pakis, Dukuh Kupang, dan Karang Pilang. Hal yang sama juga dilakukan untuk pembeli dimana sampel pembeli dibagi proporsional berdasarkan jumlah rumah tangga tiap kecamatan untuk Kecamatan Sawahan, Wonokromo, Dukuh Kupang, dan Kecamatan Karang Pilang sesuai Tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2. Kerangka Sampel Pembeli Kecamatan Rumah tangga Sampel Sawahan 46571 36 Wonokromo 35673 27 Dukuh Kupang 22522 17 Karang Pilang 20848 24

Total Pembeli 125614 104 Tabel 3. Kerangka Sampel Pedagang

Pasar Pedagang Sampel Pakis 217 26 Dukuh Kupang 355 42 Karang Pilang 49 6

Total Pedagang 621 74 C. VARIABEL PENELITIAN

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdapat lima variabel yaitu variabel demografi, variabel tingkat kebutuhan pasar, variabel psikografi, variabel persepsi masyarakat, dan variabel kepentingan stakeholder. Penentuan variabel secara umum mengacu pada penelitian Kusrini (2010).

Variabel Demografi menjelaskan karakteristik stakeholder berdasarkan atribut jenis kelamin, usia, status pernikahan, jumlah anak, tingkat pendidikan, pekerjaan (khusus pembeli), jenis dagangan (khusus pedagang), jumlah stan (khusus pedagang), lama berdagang (khusus pedagang), pengeluaran dan pemasukan perbulan, serta kendaraan yang dimiliki.

Variabel Tingkat Kebutuhan Revitalisasi menjelaskan tentang persepsi kepentingan stakeholder terhadap adanya revitalisasi pasar. Atribut-atribut dalam variabel ini ialah frekuensi pergi ke pasar (khusus pembeli), persepsi kondisi pasar apa memadai, kondisi pasar yang perlu diperhatikan berdasarkan prioritas, kesetujuan apabila dilakukan revitalisasi, bentuk pasar yang diinginkan, jam operasional pasar yang ideal, dan acara khusus di pasar.

Variabel psikografi memberikan informasi mengenai kebiasaan stakeholder meliputi kegiatan di waktu senggang, media informasi yang digunakan, tempat berbelanja, alasan memilih tempat berbelanja, dan alasan berbelanja di pasar tradisional.

Tabel 4. Variabel Kepentingan Stakeholder terhadap

Pasar Kode Atribut

D1 Pengelompokkan stan D2 Kerapian stan D3 Kualitas jalan di dalam dan di luar pasar

D4 Pengelolaan pedagang

D5 Jam buka dan tutup pasar

D6 Bentuk fisik bangunan

D7 Sarana prasarana fasilitas umum (Toilet, dll)

D8 Jumlah lantai bangunan D9 Variasi barang yang dijual

D10 Ketersediaan dan kesesuaian fasilitas tempat parkir

D11 Sarana prasarana listrik/penerangan

D12 Sarana prasarana air bersih

D13 Kegiatan hiburan untuk meramaikan pasar

D14 Kegiatan demo dan promosi pasar

(10)

6

D15 Ketersediaan pusat informasi pasar Variabel kepentingan stakeholder terhadap

pasar menggambarkan aspek-aspek yang dianggap penting atau tidak penting menurut responden sebagaimana tampak pada tabel 3. Skala penilaian pada variabel ini menggunakan skala likert dengan nilai 1-5 dengan keterangan sangat tidak penting - sangat penting.

Adapun variabel persepsi stakeholder terhadap pasar menggambarkan aspek-aspek yang dianggap baik atau tidak baik menurut responden untuk pasar tradisional yang dikelola PD Pasar Surya dan pasar pesaing. Skala penilaian pada variabel ini menggunakan skala likert dengan nilai 1-5 dengan keterangan sangat kurang - sangat baik dengan atribut-atribut sebagai berikut:

Tabel 5. Variabel Persepsi Stakeholder

terhadap Pasar Kode Atribut

E1 Pengelompokan stan E2 Kerapian stan E3 Kualitas jalan di dalam dan di luar pasar E4 Penanganan pedagang kaki lima E5 Ketersediaan MCK E6 Kesesuaian luas lahan E7 Kebersihan pasar E8 Kelengkapan barang dagangan E9 Ketersediaan fasilitas tempat parker E10 Kesesuaian tempat parker E11 Kesesuaian harga barang E12 Keamanan pasar E13 Kemampuan penanganan sampah

D. METODE ANALISIS

Analisis data diawali dengan uji validitas untuk melihat keandalan alat ukur dan uji reliabilitas untuk mengukur konsistensi alat ukur. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada variabel kepentingan stakeholder terhadap pasar dan variabel persepsi stakeholder terhadap pasar.

Hipotesis pengujian validitas adalah sebagai berikut. H0 : variabel/pertanyaan tidak mengukur aspek yang

diinginkan (tidak valid) H1 : variabel/pertanyaan mengukur aspek yang

diinginkan (valid) dengan korelasi yang digunakan adalah korelasi pearson product moment dengan rumus sebagai berikut:

=

∑∑∑∑

∑∑∑

====

===

2

11

22

11

2

111

n

ii

n

ii

n

ii

n

ii

n

ii

n

ii

n

iii

yynxxn

yxyxnr

dimana: r = Koefisien korelasi person product moment; x = Skor tiap pertanyaan/variabel y = Skor total jawaban n = Jumlah responden

Nilai korelasi pearson atribut yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai tabel pearson product moment (rα,df). Jika nilai korelasi Pearson lebih besar dari nilai rtabel, maka dapat dikatakan bahwa atribut tersebut signifikan. Signifikansi juga dapat diketahui dari p-value dimana jika p-value kurang dari α, maka atribut tersebut signifikan.

Uji reliabilitas dalam penelitian ini digunakan teknik Alpha Cronbach’s dengan hipotesis pengujiannya adalah sebagai berikut. H0: hasil pengukuran menunjukkan variabel/ atribut

tidak konsisten (tidak reliabel) H1: hasil pengukuran menunjukkan variabel/ atribut

yang konsisten (reliabel) dengan statistik uji yang digunakan adalah sesuai dengan rumus berikut.

−=

∑=

21

2

11 tot

k

ii

C s

s

kkα

dimana:

cα = nilai Alpha Cronbach’s k = banyaknya butir atribut

∑=

k

iis

1

2 = jumlah varians butir atribut,

i = 1,2, ..., k 2tots = varians total atribut.

H0 ditolak atau dikatakan pertanyaan tersebut reliabel jika nilai αc lebih besar sama dengan 0,6 yang berarti bahwa pengukuran yang dihasilkan konsisten.

Selanjutnya, atribut-atribut yang valid dan reliabel dapat dilakukan analisis selanjutnya. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian sesuai dengan penelitian adalah sebagai berikut.

1. Karakteristik stakeholder diketahui dengan analisis statistik deskriptif yang disajikan dengan diagram batang, pie chart, dan tabel untuk variabel demografi dan psikografi.

2. Pendapat revitalisasi pasar diketahui dengan analisis statistik deskriptif yang disajikan dengan pie chart, tabel, dan analisis Thurstone Case-V untuk variabel tingkat kebutuhan akan revitalisasi.

3. Segmentasi stakeholder dilakukan menggunakan analisis cluster untuk variabel kepentingan stakeholder terhadap pasar. Metode yang digunakan ialah k-means cluster dengan banyak kelompok k ditentukan sebanyak dua kelompok berdasarkan faktor yang sebelumnya dibentuk dari reduksi atribut

(11)

(12)

7

dengan analisis faktor metode Principal Component.

4. Positioning pasar dilakukan menggunakan metode analisis biplot dimana pasar yang dikelola PD Pasar Surya akan dibandingkan dengan pasar pesaing untuk masing-masing pasar berdasarkan variabel persepsi stakeholder terhadap pasar. Output biplot berupa peta posisi antara pasar dengan atribut terkait. Semakin dekat sudut dari titik pusat koordinat antara pasar dengan atribut, maka semakin pasar tersebut dinilai baik dalam atribut tersebut.

4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Uji validitas dilakukan dengan menghitung korelasi pearson product moment dimana ditentukan nilai α ialah 5%. Nilai rtabel dengan jumlah responden 178 diketahui bernilai 0,148 dan valid jika nilai korelasi Pearson atribut lebih besar dari 0,148.

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, seluruh atribut dalam variabel kepentingan stakeholder terhadap pasar dalam kuesioner telah valid atau dapat mengukur aspek yang diinginkan. Hasil ini berarti seluruh atribut dapat dilanjutkan untuk analisis selanjutnya. Nilai korelasi Pearson untuk variabel kepentingan stakeholder terhadap pasar ditunjukkan oleh tabel 6 sebagai berikut.

Tabel 6. Nilai Korelasi Pearson Variabel Kepentingan

Stakeholder terhadap Pasar Atribut Korelasi

D1 0,505 D2 0,541 D3 0,596 D4 0,474 D5 0,381 D6 0,589 D7 0,564 D8 0,491 D9 0,619 D10 0,647 D11 0,535 D12 0,550 D13 0,558 D14 0,462 D15 0,566

Hasil yang sama juga tampak dari uji validitas

terhadap variabel persepsi stakeholder terhadap pasar PD Pasar Surya dan variabel persepsi stakeholder terhadap pasar pesaing. Uji validitas terhadap kedua variabel tersebut menunjukkan bahwa semua atribut telah valid dimana nilai korelasinya lebih besar dari rtabel yang bernilai 0,148.

Tabel 7. Nilai Korelasi Pearson Variabel Persepsi

Stakeholder terhadap Pasar Atribut Korelasi

(PD Pasar) Korelasi

(Pasar Pesaing) E1 0,701 0,759 E2 0,778 0,858 E3 0,639 0,753 E4 0,638 0,687 E5 0,689 0,754 E6 0,769 0,667 E7 0,743 0,699 E8 0,678 0,488 E9 0,733 0,742 E10 0,716 0,807 E11 0,493 0,557 E12 0,777 0,742 E13 0,654 0,757

Adapun dari uji reliabilitas yang telah

dilakukan, semua variabel yang diuji telah reliabel. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai Alpha Cronbach’s yang lebih dari 0,6. Variabel kepentingan terhadap pasar bernilai 0,822; variabel persepsi terhadap pasar PD Pasar Surya bernilai 0,908; dan nilai Alpha Cronbach’s variabel persepsi terhadap pasar pesaing PD Pasar Surya bernilai 0,920.

B. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI

RESPONDEN Karakteristik pedagang tiap pasar dalam hal

usia, diketahui bahwa pedagang di Pasar Dukuh Kupang cenderung berusia lebih muda bila dibandingkan dengan pembeli di Pasar lain. Persentase pedagang di pasar ini yang berusia kurang dari 40 tahun mencapai 57,15% sedangkan pada pasar lain kurang dari 34%.

Persentase pedagang yang berpendidikan tinggi sarjana cenderung lebih besar untuk Pasar Pakis dan Pasar Dukuh Kupang dimana masing-masing pasar sebanyak 7,69% dan 7,32% pedagang. Adapun pedagang Pasar Karang Pilang mayoritas berpendidikan tidak sekolah dan SD.

Pedagang pasar tradisional dengan pengeluaran tinggi Rp 3.000.000,00 ke atas persentase terbanyak ialah Pasar Dukuh Kupang sebesar 40,48% pedagang. Adapun tidak ada pedagang Pasar Karang Pilang yang memiliki pengeluaran di atas Rp 3.000.000,00.

Persentase pedagang terbanyak untuk pemasukan tinggi Rp 3.000.000,00 ke atas ialah di Pasar Dukuh Kupang dimana mencapai sebanyak 66,66% pedagang. Adapun tidak ada sama sekali pedagang di Pasar Karang Pilang yang memiliki pemasukan tinggi Rp 3.000.000,00 ke atas.

karakteristik pembeli tiap pasar dalam hal usia, diketahui bahwa pembeli di Pasar Dukuh Kupang cenderung berusia muda bila dibandingkan dengan pembeli di Pasar lain. Persentase pembeli

8

berusia kurang dari 40 tahun mencapai 50% sedangkan pada pasar lain kurang dari 50%.

Persentase pembeli yang berpendidikan tinggi diploma dan sarjana cenderung lebih besar untuk Pasar Pakis, Pasar Dukuh Kupang, dan Pasar Jarak dimana masing-masing pasar sebanyak 8,77%; 10%; dan 13,47%.

Pembeli pasar tradisional dengan pengeluaran tinggi Rp 3.000.000,00 ke atas persentase terbanyak ialah pembeli Pasar Jarak sebesar 11,76%. Adapun tidak ada pembeli Pasar Padmosusastro yang memiliki pengeluaran di atas Rp 3.000.000,00. Persentase pembeli terbanyak untuk pemasukan tinggi Rp 3.000.000,00 ke atas ialah pembeli di Pasar Dukuh Kupang dimana mencapai sebanyak 22,23% pembeli dan Pasar Jarak sebanyak 19,61% pembeli. Adapun tidak ada sama sekali pembeli di Pasar Padmosusastro yang memiliki pemasukan tinggi Rp 3.000.000,00 ke atas.

C. KARAKTERISTIK PSIKOGRAFI

RESPONDEN Mayoritas pedagang mengisi waktu senggang

dengan menonton TV dimana persentasenya mencapai minimal 50% untuk semua pasar. Adapun persentase yang mengisi waktu senggang dengan membaca paling banyak yaitu pada Pasar Karang Pilang sebanyak 16,67% pedagang dan selanjutnya Pasar Dukuh Kupang sebanyak 14,29% pedagang. Sedangkan persentase terbanyak yang mengisi waktu senggang dengan mendengarkan radio adalah pedagang Pasar Pakis sebanyak 7,69% pedagang.

Mayoritas pedagang menyukai TV sebagai media informasi dimana semua pasar minimal 66,67% menyukainya. Adapun untuk media koran, persentase terbanyak yang menyukai media ini adalah untuk Pasar Karang Pilang sebanyak 33,33% responden selanjutnya oleh Pasar Dukuh Kupang sebesar 11,9% responden.

Mayoritas pembeli mengisi waktu senggang dengan menonton TV dimana persentasenya mencapai minimal 50% untuk semua pasar. Adapun persentase pembeli yang mengisi waktu senggang dengan membaca paling banyak yaitu pada Pasar Dukuh Kupang sebanyak 16,67%. Sedangkan persentase pembeli terbanyak yang mengisi waktu senggang dengan mendengarkan radio adalah pembeli Pasar Padmosusastro sebanyak 18,52% pembeli.

Mayoritas pembeli menyukai TV sebagai media informasi dimana semua pasar minimal 50% menyukainya. Adapun untuk media koran, persentase pembeli terbanyak yang menyukai media ini adalah untuk Pasar Dukuh Kupang sebanyak 38,89% responden selanjutnya oleh Pasar Jarak sebesar 21,57% responden.

D. PENDAPAT TENTANG REVITALISASI PASAR PAKIS

Analisis pendapat tentang revitalisasi Pasar Pakis dilakukan berdasarkan pendapat dari 26 pedagang dan 60 pembeli. 38,33% pembeli Pasar Pakis dalam seminggu berbelanja ke pasar sebanyak dua sampai tiga kali. Sedangkan pembeli yang berbelanja ke pasar empat sampai lima kali dalam seminggu sebanyak 30% dan yang berbelanja enam sampai tujuh kali sebanyak 31,67%.

Mayoritas stakeholder baik pedagang maupun pembeli Pasar Pakis menganggap kondisi pasar tradisional di sekitar rumah mereka belum cukup memadai. Melihat kondisi tersebut, mayoritas stakeholder setuju apabila dilakukan revitalisasi di Pasar Pakis. Dari 60 pembeli, hanya satu responden yang tidak setuju dilakukan revitalisasi adapun bagi pedagang, 69,23 % menyatakan setuju dan 30,77 % menyatakan tidak setuju. Pedagang yang tidak setuju menganggap pasar cukup bagus, belum mendesak direvitalisasi, dan takut biaya sewa akan lebih mahal.

Dalam menarik minat konsumen agar berkunjung ke Pasar Pakis, mayoritas responden menganggap perlu untuk diadakan suatu acara khusus. Adapun bentuk acara khusus yang diminati ialah program promosi dan undian berhadiah baik itu dikemas dalam jalan sehat atau berupa voucher kupon, dan sebagainya.

Adapun untuk mengetahui prioritas aspek yang dianggap penting oleh pedagang Pasar Pakis, digunakan metode Thurstone Case-V. Hasil ini menunjukkan bahwa prioritas aspek utama yang diperhatikan pedagang Pasar Pakis adalah dalam hal penataan stan. Pada prioritas kedua, pedagang menganggap penting mengenai sarana dan prasarana. Adapun prioritas aspek utama yang dipentingkan pembeli Pasar Pakis adalah dalam hal penataan stan. Pada prioritas kedua, pembeli menganggap penting mengenai kebersihan pasar.

E. PENDAPAT TENTANG REVITALISASI

PASAR DUKUH KUPANG Analisis pendapat tentang revitalisasi Pasar

Dukuh Kupang dilakukan berdasarkan pendapat dari 42 pedagang dan 20 pembeli. Di Pasar Dukuh Kupang ini, 54,55% pembeli berbelanja ke pasar sebanyak dua sampai tiga kali dalam satu minggu. Sedangkan pembeli yang berbelanja ke pasar empat sampai lima kali dalam seminggu sebanyak 36,36%.

Secara umum, stakeholder menganggap pasar tradisional di sekitar mereka sudah cukup memadai. Namun, mayoritas stakeholder tetap setuju untuk dilakukan revitalisasi di pasar tersebut. Dalam menarik minat konsumen agar berkunjung ke Pasar Dukuh Kupang, mayoritas responden menganggap perlu untuk diadakan suatu acara khusus.

9

Prioritas aspek yang dianggap paling penting oleh pedagang Pasar Dukuh Kupang ialah sarana dan prasarana. Adapun pada prioritas kedua ialah aspek penataan stan dan prioritas selanjutnya adalah dalam hal kebersihan. Adapun prioritas aspek utama yang dipentingkan pembeli Pasar Dukuh Kupang adalah dalam hal kebersihan. Pada prioritas kedua, pembeli menganggap penting mengenai penataan stan. Sedangkan aspek sarana dan prasarana ada pada urutan selanjutnya. F. PENDAPAT TENTANG REVITALISASI

PASAR KARANG PILANG Analisis pendapat tentang revitalisasi Pasar

Karang Pilang dilakukan berdasarkan pendapat dari 6 pedagang dan 24 pembeli. 33,33% pembeli Pasar Karang Pilang dalam seminggu berbelanja ke pasar sebanyak dua sampai tiga kali. Sedangkan pembeli yang berbelanja ke pasar empat sampai lima kali dalam seminggu sebanyak 50%.

Secara umum, mayoritas stakeholder menganggap kondisi pasar tradisional di sekitar mereka telah memadai namun setuju untuk tetap dilakukan revitalisasi. Dalam menarik minat konsumen agar berkunjung ke Pasar Karang Pilang, mayoritas responden menganggap perlu untuk diadakan suatu acara khusus. Adapun bentuk acara khusus yang paling diminati ialah acara promosi

Prioritas aspek yang dianggap paling penting oleh pedagang Pasar Karang Pilang ialah penanganan PKL. Pedagang merasa pasar sepi akibat maraknya PKL. Adapun pada prioritas kedua ialah dalam hal keamanan dan prioritas selanjutnya adalah dalam hal sarana prasarana.

Adapun prioritas aspek utama yang dipentingkan pembeli Pasar Karang Pilang adalah dalam hal kelengkapan barang. Pada prioritas kedua, pembeli menganggap penting mengenai kebersihan. Sedangkan aspek sarana dan prasarana ada pada urutan selanjutnya. G. SEGMENTASI PASAR PAKIS

Untuk lebih sederhana, lima belas atribut dari variabel kepentingan stakeholder terhadap pasar yang menjadi dasar pengelompokkan terlebih dahulu dilakukan reduksi ke dalam komponen-komponen yang tidak terlalu banyak. Reduksi atribut ke dalam komponen-komponen tersebut dilakukan dengan analisis faktor. Menurut hasil analisis faktor, dengan 5 komponen faktor yang dibentuk sudah dapat menggambarkan 67,042% keragaman yang ada.

Lima komponen yang dibentuk kemudian dicari untuk masing-masing komponen, atribut apa saja yang membentuknya. Hal tersebut dapat diketahui dengan melihat nilai loading factor matriks komponen sehingga didapatkan bahwa komponen 1 dibentuk oleh atribut D12, D15, D7,

D9, D11, D5, dan D10 yang dapat dinamakan faktor sarana prasarana dan variasi barang. Komponen 2 dibentuk oleh atribut D1, D2 dan D6 atau dapat disebut sebagai faktor manajemen stan dan fisik bangunan. Komponen 3 dibentuk oleh atribut D3, D14, dan D13 atau dapat disebut faktor kualitas jalan dan kegiatan khusus. Komponen 4 dibentuk oleh atribut D8 yaitu jumlah lantai bangunan dan komponen 5 dibentuk oleh atribut D4 yaitu pengelolaan pedagang.

Selanjutnya, dilakukan pengelompokkan stakeholder menjadi dua kelompok berdasarkan score factor. Pengelompokkan stakeholder dilakukan dengan metode k-means clustering dan didapatkan bahwa kelompok pertama dan kelompok kedua memiliki jumlah anggota yang sama yaitu masing-masing 43 responden. Adapun perbandingan karakteristik stakeholder untuk masing-masing kelompok tampak pada Tabel 8.

Tabel 8. Karakteristik Stakeholder Pasar Pakis Kategori Stakeholder Kelompok 1 Kelompok 2

Usia

Pedagang

Cenderung seimbang untuk semua tingkatan usia

Cenderung berusia tua; 40-51 tahun (54,55%); usia >51 tahun (36,36%)

Pembeli

Cenderung seimbang untuk semua tingkatan usia

Cenderung berusia tua; 40-51 tahun (68,75%)

Pendidi-kan

Pedagang Mayoritas SMP (46,67%)

Cenderung merata (SD; SMP; SMA 27,27%)

Pembeli Mayoritas SMA (53,57%)

Cenderung merata (SMP; SMA 37,5%)

Pemasu-kan

Pedagang Mayoritas berpendapatan 1,5-3 juta (66,67%)

Mayoritas berpendapatan <1,5 juta (36,36%)

Pembeli Mayoritas berpendapatan 1,5-3 juta (67,86%)

Cenderung berpendapatan rendah <1,5 juta (90,63%)

Pengeluaran

Pedagang Mayoritas pengeluaran 1-2 juta (46,67%)

Mayoritas pengeluaran 1-2 juta (54,55%)

Pembeli Mayoritas pengeluaran 1-2 juta (35,71%)

Pengeluaran rendah (<1 juta 68,75%)

Pendapat kondisi pasar

Pedagang Cenderung seimbang (memadai 53,33%; belum memadai 46,67%)

Cenderung seimbang (memadai 46,88%; belum memadai 53,13%)

Pembeli Cenderung belum memadai (71,43%)

Cenderung seimbang (memadai 51,85%; belum memadai 48,15%)

Pendapat revitalisasi pasar

Pedagang Cenderung seimbang (setuju 46,67%; tidak setuju 53,33%)

setuju (100%)

Pembeli Cenderung setuju (96,43%)

Setuju (100%)

10

Tabel 8. (lanjutan) Kategori Stakeholder Kelompok 1 Kelompok 2

Pendapat acara khusus

Pedagang Mayoritas menganggap perlu (73,33%)

Cenderung seimbang antara perlu (45,45%) dan tidak perlu (54,55%)

Pembeli Mayoritas menganggap perlu (92,86%)

Mayoritas menganggap perlu (96,88%)

Aktivitas waktu senggang

Pedagang Diisi dengan nonton TV 73,33%; kerja sambilan 20%; bersih-bersih 6,67%

Diisi dengan Nonton TV 63,64%; Membaca 9,09% Kerja sambilan 18,18% bersih-bersih 9,09%;

Pembeli Mayoritas nonton TV (57,14%)

Mayoritas nonton TV (81,25%)

Media informasi

Pedagang Mayoritas menyukai TV (86,67 %)

Mayoritas Menyukai TV (63,64%); koran (18,18%)

Pembeli Mayoritas menyukai TV (82,14%)

Menyukai TV (84,38% dan radio (15,63%)

Kedua kelompok dengan jumlah anggota

tersebut, ditentukan target pasar yang prospektif. Bila dibandingkan, maka kelompok 2 dapat dikatakan lebih prospektif karena mayoritas pembeli lebih menyukai berbelanja di pasar tradisional dibandingkan tempat belanja lain. Secara umum, kelompok 2 ini merupakan kelompok dengan pendapatan dan penghasilan sangat rendah dan relatif berusia tua. Kelompok ini adalah kelompok stakeholder yang mementingkan faktor manajemen stan dan fisik bangunan, faktor kualitas jalan dan kegiatan khusus, serta faktor pengelolaan pedagang. H. SEGMENTASI PASAR DUKUH KUPANG

Menurut hasil analisis faktor untuk Pasar Dukuh Kupang, dengan 5 komponen faktor yang dibentuk sudah dapat menggambarkan 69,66% keragaman yang ada. Lima komponen yang dibentuk kemudian dicari untuk masing-masing komponen, atribut apa saja yang membentuknya.

Komponen 1 dibentuk oleh atribut D10, D15, D12, dan D3 atau dapat disebut faktor kebersihan dan kemudahan berbelanja. Komponen 2 dibentuk oleh atribut D1 dan D2 atau dapat disebut sebagai faktor manajemen stan. Adapun komponen 3 dibentuk oleh atribut D6, D7, dan D9 atau termasuk faktor kondisi fisik dan kelengkapan barang. Komponen 4 dibentuk oleh atribut D13, D14, dan D4 yaitu faktor kegiatan khusus dan pengelolaan pedagang. Sedangkan komponen 5 dibentuk oleh atribut D5, D8, dan D11 atau dapat disebut sebagai faktor konsep operasional pasar.

Pada analisis segmentasi Pasar Dukuh Kupang ini, terdapat 24 stakeholder yang tergolong ke dalam kelompok 1 dan sebanyak 38 stakeholder yang tergolong ke dalam kelompok 2. Tabel 9 berikut menggambarkan karakteristik stakeholder yang tergolong ke dalam masing-masing kelompok.

Tabel 9. Karakteristik Stakeholder Pasar Dukuh Kupang

Kategori Stakeholder Kelompok 1 Kelompok 2

Usia

Pedagang Didominasi usia 40-51 tahun (41% )

Didomiasi usia 28-39 tahun (44% )

Pembeli

Cenderung berusiamuda (usia 28-39 tahun 57%; usia <28 tahun 28,57%)

Cenderung berusia tua; (usia 40-51 tahun 46,15%; usia >51 tahun 23,08% )

Pendidikan

Pedagang

Cenderung berpendidikan rendah (SD 23,53 %; SMA 58,82%; sarjana 0%)

Cenderung berpendidikan tinggi (SD 16,67%; SMA 45,83%; sarjana 12,5% )

Pembeli

Berpendidikan menengah (28,57% SMP; 71,43% SMA)

Cenderung merata (SD 15,38%; SMA 69,23%; Diploma 15,38%)

Pemasukan

Pedagang Cenderung berpendapatan sangat tinggi (1,5-3 juta 41,18%; >4,5 juta 29,41% )

Berpendapatan tinggi (1,5-3juta 48%; 3-4,5 juta 36% )

Pembeli Berpendapatan sedang (1,5-3 juta 85,71%; 3-4,5juta 14,29% )

Cenderung berpendapatan rendah (1,5-3 juta 63,64%; <1,5 juta 18,18% )

Pengeluaran

Pedagang Pengeluaran tinggi (1-2 juta, 3-4 juta 29,41%; >4 juta 23,53% )

Pengeluaran rendah (<1 juta32%; 1-2 juta 28%)

Pembeli Pengeluaran rendah (1-2 juta 57,14%; <1 juta 28,57% )

Pengeluaran tinggi (2-3 juta 45,45%; 1-2 juta 27,27%)

Pendapat kondisi pasar

Pedagang Menonjol menganggap memadai (76,47%)

Mayoritas menilai memadai (56%)

Pembeli Menganggap belum memadai (100%)

Mayoritas menilai memadai 61,54%

Pendapat revitalisasi pasar

Pedagang Mayoritas Setuju (52,94%)

Mayoritas tidak setuju (52%)

Pembeli Setuju dilakukan revitalisasi (100%)

Setuju dilakukan revitalisasi (100%)

Pendapat acara khusus

Pedagang Mayoritas menganggap perlu (88,24%)

Mayoritas menganggap perlu (88%)

Pembeli Mayoritas menganggap perlu (71,43%)

Mayoritas menganggap tidak perlu (61,54%)

Aktivitas waktu senggang

Pedagang Diisi dengan nonton TV (70,59%); membaca (11,76%); bersih-bersih (11,76%)

Diisi dengan Nonton TV (48%); bersih-bersih (24%); membaca (16%)

Pembeli Diisi dengan nonton TV (57,14%) dan olahraga (28,57%)

Diisi dengan nonton TV (41,67%) dan olahraga (33,33%)

Media informasi

Pedagang Menonjol menyukai TV (88,24 %)

Menyukai TV (68%); koran (11,9%); majalah dan radio (8%)

Pembeli Menonjol menyukai TV (57,14%)

Seimbang antara menyukai TV dan koran (45,45%)

Guna kepentingan targeting pasar, maka

ditentukan kelompok mana yang lebih prospektif untuk dijadikan target pasar. Karena jumlah anggota kelompok terbanyak adalah kelompok 2, maka target pasar untuk Pasar Dukuh Kupang adalah stakeholder yang tergolong di kelompok 2. Secara umum, kelompok ini berkarakter pedagang dengan

11

penghasilan rendah namun pengeluaran tinggi dan pembeli yang memiliki penghasilan tinggi namun pengeluaran rendah serta pedagang berusia muda dan pembeli berusia tua. Adapun faktor yang diutamakan oleh kelompok ini adalah faktor kebersihan, kemudahan berbelanja, manajemen stan, dan konsep operasional pasar. I. SEGMENTASI PASAR KARANG PILANG

Menurut hasil analisis faktor untuk Pasar Karang Pilang, dengan 4 komponen faktor yang dibentuk sudah dapat menggambarkan 71,1% keragaman yang ada. Empat komponen yang dibentuk kemudian dicari untuk masing-masing komponen, atribut apa saja yang membentuknya.

komponen 1 dibentuk oleh atribut D12, D11, D7, D10, D4, dan D6 atau dapat disebut faktor sarana prasarana dan pengelolaan pedagang. Selanjutnya, komponen 2 dibentuk oleh atribut D8, D3, D5, D9, dan D13 atau dapat disebut sebagai faktor konsep operasional pasar. Komponen 3 dibentuk oleh atribut D1 dan D2 atau dapat dikatakan sebagai faktor manajemen stan. Adapun komponen 4 dibentuk oleh atribut D14 dan D15 yaitu kegiatan demo dan ketersediaan pusat informasi pasar.

Pada penelitian ini, terdapat 12 stakeholder yang tergolong ke dalam kelompok 1 dan sebanyak 18 stakeholder yang tergolong ke dalam kelompok 2. Tabel 10 berikut merupakan perbandingan karakteristik stakeholder untuk kelompok 1 dan kelompok 2.

Tabel 10. Karakteristik Stakeholder

Pasar Karang Pilang Kategori Stakeholder Kelompok 1 Kelompok 2

Usia

Pedagang Mayoritas 40-51 tahun (66,67%)

Pembeli

Cenderung berusia muda (28-39 tahun 33,33%; 40-51 tahun 41,67% )

Cenderung berusia tua (40-51 tahun 33,33%; usia >51 tahun 58,33%)

Pendidi-kan

Pedagang

Relatif berpendidikan rendah (Tidak sekolah 33,33%; SD 33,33%)

Pembeli

Menonjol pada pendidikan menengah (SMP 50%; SMA 33,33%)

Relatif berpendidikan seimbang (SD 16,67%; SMP 33,33%; SMA 41,67%)

Pemasu-kan

Pedagang <1,5 juta 83,33%; 1,5-3 juta 16,67%

Pembeli

Cenderung berpenghasilan rendah (<1,5 juta 66,67%; 1,5-3 juta 33,33%)

Relatif berpenghasilan merata (<1,5 juta 66,67%; 1,5-3 juta 25%; >4,5 juta 8,33%)

Tabel 10. (lanjutan) Kategori Stakeholder Kelompok 1 Kelompok 2 Pengeluaran

Pedagang Mayoritas pengeluaran rendah (<1 juta 66,67%)

Pembeli Cenderung pengeluaran sedikit (<1 juta 58,33%; 1-2 juta 41,67%)

Relatif merata untuk setiap taraf pengeluaran (<1 juta 58,33%; 1-2 juta 16,67%; 2-3 juta 16,67%; >4 juta 8,33%)

Pendapat kondisi pasar

Pedagang Mayoritas pengeluaran rendah (<1 juta 66,67%)

Pembeli Relatif seimbang antara menganggap memadai (58,33%) dan belum memadai (41,67%)

Mayoritas menganggap pasar cukup memadai (66,67%)

Pendapat revitalisasi pasar

Pedagang Mayoritas menganggap Belum memadai (66,67%)

Pembeli Setuju 100% Setuju 91,67%; Tidak setuju 8,33%

Pendapat acara khusus

Pedagang Mayoritas menganggap perlu (66,67%)

Pembeli Mayoritas menganggap perlu diadakan acara khusus (91,67%)

Mayoritas menganggap perlu diadakan acara khusus (75%)

Aktivitas waktu senggang

Pedagang Mayoritas Nonton TV (50%) dan Bersih-bersih (33,33%)

Pembeli mayoritas menyukai mengisi dengan nonton TV (91,67%)

Mayoritas menyukai nonton TV (83,33%)

Media informasi

Pedagang Mayoritas TV (66,67%) dan Koran (33,33%)

Pembeli Tergolong banyak membaca koran (25%) dan mayoritas menyukai TV (58,33%)

Tidak banyak menyukai koran (8,33%) dan mayoritas menyukai TV (66,67%)

Guna kepentingan targeting pasar, maka

ditentukan kelompok mana yang lebih prospektif untuk dijadikan target pasar. Karena jumlah anggota kelompok terbanyak adalah kelompok 2, maka target pasar untuk Pasar Karang Pilang adalah stakeholder yang tergolong di kelompok 2.

Secara umum, kelompok 2 sebagai target pasar yang prospektif berkarakter pembeli berpenghasilan dan berpendidikan merata dengan karakter yang cenderung berusia tua. Adapun faktor yang dipentingkan kelompok ini ialah faktor manajemen stan.

12

J. POSITIONING PASAR PAKIS Analisis positioning pasar dilakukan dengan

metode Biplot berdasarkan variabel persepsi stakeholder terhadap pasar. Analisis dilakukan untuk mengetahui citra pasar oleh stakeholder.

Gambar 1. Positioning Pasar Pakis

dengan Pasar Jarak

Pasar pesaing dari Pasar Pakis ialah Pasar Jarak dan Pasar Padmosusastro. Jika dibandingkan dengan Pasar Jarak, stakeholder Pasar Pakis mempersepsikan pasar tersebut sebagai pasar yang baik dalam hal penanganan PKL dan kesesuaian harga barang yang diindikasikan dari jarak sudut plot yang dekat dengan atribut E4 dan E11. Sedangkan Pasar Jarak sebagai pasar pesaing dinilai oleh stakeholder sebagai pasar yang cenderung lebih baik dalam hal ketersediaan MCK dan kesesuaian luas lahan dimana ditunjukkan oleh jarak sudut plot yang dekat dengan atribut E5 dan E6.

Gambar 2. Positioning Pasar Pakis

dengan Pasar Padmosusastro

Adapun hasil analisis positioning Pasar Pakis dengan Pasar Padmosusastro pada Gambar 2 menunjukkan bahwa stakeholder Pasar Pakis mempersepsikan pasar tersebut sebagai pasar yang baik dalam hal keamanan pasar, kemampuan penanganan sampah, pengelompokkan stan, dan kesesuaian tempat parkir yang diindikasikan dari jarak sudut plot yang dekat dengan atribut-atribut E12, E13, E1 dan E10. K. POSITIONING PASAR DUKUH KUPANG

Pasar pesaing dari Pasar Dukuh Kupang ialah Pasar Jarak. Stakeholder Pasar Dukuh Kupang mempersepsikan pasar tersebut sebagai pasar yang baik dalam hal kerapian stan, ketersediaan MCK, dan kebersihan pasar yang diindikasikan dari jarak sudut plot yang dekat dengan atribut E2, E5, dan E7. Juga perlu diperhatikan bahwa sudut plot antara Pasar Dukuh Kupang dengan atribut E 11 dan E 8 sangat jauh jika dibanding atribut lain. Adapun Pasar Jarak sebagai pesaing dinilai oleh stakeholder sebagai pasar yang baik dalam hal kelengkapan barang dagangan dan kesesuaian tempat parkir dimana ditunjukkan oleh jarak sudut plot yang dekat dengan atribut E8 dan E10.

Gambar 3. Positioning Pasar Dukuh Kupang dan Pasar

Jarak L. POSITIONING PASAR KARANG PILANG

Untuk Pasar Karang Pilang, stakeholder mempersepsikan pasar tersebut sebagai pasar yang lebih baik dalam hal kemampuan penanganan sampah dan kualitas jalan di dalam dan di luar pasar yang diindikasikan dari jarak sudut plot yang dekat dengan atribut E13 dan E3. Adapun Pasar Sepanjang sebagai pesaing dinilai oleh stakeholder sebagai pasar yang baik dalam hal kesesuaian tempat parkir dan pengelompokkan stan yang ditunjukkan oleh jarak sudut plot yang dekat dengan atribut E10 dan E1.

13

Gambar 4. Positioning Pasar Karang Pilang dengan Pasar Sepanjang

5. KESIMPULAN

Secara umum, pedagang dan pembeli sebagai stakeholder pasar tradisional PD Pasar Surya setuju agar pasar dilakukan revitalisasi. Pasar Pakis merupakan pasar yang kritis untuk dilakukan revitalisasi dimana mayoritas stakeholder menganggap kondisi pasar di sekitar rumah mereka belum memadai sedangkan Pasar Dukuh Kupang dan Pasar Karang Pilang cenderung tidak kritis untuk dilakukan revitalisasi. Bentuk pasar setelah direvitalisasi yang diinginkan stakeholder ialah seperti bentuk seperti yang ada sekarang.

Adapun prioritas aspek utama yang diperhatikan stakeholder Pasar Pakis adalah dalam hal penataan stan, sarana dan prasarana, serta kebersihan. Prioritas aspek yang dianggap paling diperhatikan oleh pedagang Pasar Dukuh Kupang ialah dalam hal sarana dan prasarana, serta kebersihan. Sedangkan prioritas aspek utama yang diperhatikan stakeholder Pasar Karang Pilang adalah dalam hal kelengkapan barang dan penanganan PKL. Secara umum, target kelompok stakeholder pasar tradisional PD Pasar Surya berpendapatan menengah ke bawah dan berusia relatif tua.

Agar dapat merebut konsumen dari pasar pesaing, maka Pasar Pakis harus memperbaiki aspek-aspek ketersediaan MCK, kesesuaian luas lahan, dan kesesuaian harga barang. Adapun Pasar Dukuh Kupang harus memperbaiki aspek-aspek kelengkapan barang dagagan dan kesesuaian tempat parkir, serta Pasar Karang Pilang harus memperbaiki aspek kesesuaian tempat parkir dan pengelompokkan stan.

6. DAFTAR PUSTAKA Cahyono, B. T. 1995. Pemasaran Bisnis: Analisis

bagi Praktisi dan Akademisi. Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IPWI Program Magister Manajemen.

Iswara, P. W. 2010. Ekuitas Merek Kartu Prabayar Axis yang Dipengaruhi oleh Perilaku dan Peranan Konsumen di Surabaya Timur. Tugas Akhir, Jurusan Statistika-ITS.

Cochran, W. G. 1991. Teknik Penarikan Sampel (Terjemahan). 3rd Ed. Jakarta: UI Press.

Gabriel, K.R. 1971. The Biplot Graphic Display of Matrices with Aplication to principal component analysis, Journal of Biometrica, 58, 453-467.

Johnson, Richard A. and Wichern D.W. 2002. Applied Multivariate Statistical Analysis. 5th Ed. New Jersey USA: Prentice-Hall Ic.

Kotler, Philip. 1997. Manajemen Pemasaran. Jakarta: PT Prenhallindo.

Kusrini, D. E. 2010. Penelitian Pengukuran Potensi Pasar Gayungsari. Laporan Akhir, Jurusan Statistika-ITS.

Malhotra, N. K. 2009. Riset Pemasaran: Pendekatan Terapan. Jakarta: PT Indeks Gramedia.

Poesoro, Adri. 2007. Pasar Tradisional di Era Persaingan Global. SMERU Newsletter No. 22 : April-Juni 2007.

Singarimbun, M. & Sofian, E. 1995. Metode Penelitian Survai. Yogyakarta: LP3ES.

Wahyudi, E. S. 2008. Analisis Statistik Terhadap Segmentasi Positioning dan Preferensi Konsumen Motor Matic di Surabaya Timur. Tugas Akhir, Jurusan Statistika-ITS.

Wiboonponse, Aree dan Songsak Sriboonchitta. 2006. Securing Small Producer Participation in Restructured National and Regional Agri-Food Systems: The Case of Thailand. Regoverning Markets [online] <http://www.regoverningmarkets.org/>