ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GASTRITIS DENGANrepository.stikespantiwaluya.ac.id/464/4/STIKESPW_NOVY...
Transcript of ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GASTRITIS DENGANrepository.stikespantiwaluya.ac.id/464/4/STIKESPW_NOVY...
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GASTRITIS DENGAN
MASALAH NYERI AKUT DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYA SAWAHAN
MALANG
Novy De Maria Freitas, Maria Magdalena Setyaningsih, Felisitas
Prodi D-III Keperawatan STIKes Panti Waluya Malang
E-mail : [email protected]
Abstrak
Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung yang dapat mengakibatkan
pembengkakan mukosa lambung sampai terlepasnya epitel mukosa superfisial yang menjadi
penyebab terpenting dalam gangguan saluran pencernaan yang disebabkan oleh faktor iritasi
dan infeksi pada mukosa dan submukosa lambung. Faktor iritasi dan infeksi tersebut melekat
pada epitel lambung dan menghancurkan mukosa pelindung dinding lambung, sehingga
menimbulkan adanya variasi keluhan pada abdomen salah satunya keluhan nyeri yaitu nyeri
epigastrium. Penelitian ini bertujuan memberikan asuhan keperawatan pada klien yang
mengalami Gastritis dengan masalah nyeri akut di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan
Malang, menggunakan metode studi kasus dengan dua klien sebagai responden pada bulan
April 2020. Peneliti menemukan 2 klien dengan masalah nyeri akut. Peneliti memberikan
implementasi relaksasi napas dalam. Pada kedua klien didapatkan hasil yang sama yaitu nyeri
berkurang dalam rentang skala ringan (1-3), kemampuan mengontrol nyeri meningkat,
kemampuan menggunakan teknik non farmakologis meningkat, sulit tidur menurun. Hasil
penelitian dari asuhan keperawatan yang dilakukan pada kedua klien yang mengalami Gastritis
dengan masalah nyeri akut dilakukan manajemen nyeri dengan memperhatikan waktu yang
tepat untuk melakukan teknik napas dalam untuk membantu memberikan individu kontrol diri
ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stress fisik dan emosi pada nyeri.
Kata kunci : Gastritis, Nyeri Akut
Abstract
Gastritis is inflammation of the gastric mucosa that can cause swelling of the gastric mucosa
until the release of superficial mucosal epithelium is the most important cause of
gastrointestinal disordes caused by irritation and infection factors in the mucosa and
submucosa of the stomach. Irritation and infection factors are attached to the gastric
epithelium and destriy the protective mucosa of the stomach wall, giving rise to variations in
abdominal complaints, one of which is pain complaints, namely epigastric pain. This study
aims to provide nursing care to clients who experience gastritis with acute pain problems at
the Panti Waluya Hospital Sawahan Malang, who used the case study method with two clients
as respondents in April 2020. Research faund 2 clients with acute pain problems. Researchers
provide implementation of depp breathing relaxation. In both clients the same result was
reduced pain in the range of mild scale (1-3), ability to control pain increased, ability to use
non-pharmacological techniques increased. Research result from nursing care conducted on
both clients who have gastritis with acute pain problems performed pain manajemen by paying
attention to the right time to do deep breathing techniques to help give individuals control when
there is discomfort or pain, physical and emotional stress on pain.
Keywords : Gastritis, Acute Pain
Pendahuluan
Gastritis merupakan peradangan yang
mengenai mukosa lambung yang dapat
mengakibatkan pembengkakan mukosa
lambung sampai terlepasnya epitel mukosa
superfisial yang menjadi penyebab terpenting
dalam gangguan saluran pencernaan
(Sukarmin, 2012), yang disebabkan oleh
faktor iritasi dan infeksi pada mukosa dan
submukosa lambung (Tussakinah, et al.,
2018). Faktor iritasi dan infeksi tersebut
menghancurkan mukosa pelindung dinding
lambung, sehingga menimbulkan adanya
variasi keluhan pada abdomen salah satunya
keluhan nyeri yaitu nyeri epigastrium
(LeMone, et al., 2016).
Menurut World Health Organization (WHO,
2013), insiden gastritis di dunia sekitar 1,8 –
2,1 juta dari China (31%), Jepang (14,5%),
Kanada (35%), dan Perancis (29,5%).
Insiden terjadinya gastritis di Asia Tenggara
sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap
tahunnya (Takdir, et al., 2018). Data
Kementrian Kesehatan RI (2014),
menyatakan angka kejadian gastritis di
Indonesia sebesar 40,8%, sedangkan di Jawa
Timur angka kejadian gastritis sebesar 31,2%
dari seluruh kalangan usia. Ditemukan di
Rekam Medis Rumah Sakit Panti Waluya
Sawahan Malang mulai bulan Januari sampai
Desember tahun 2018 diperoleh sebanyak
120 penderita gastritis
Fenomena pada saat melakukan praktik
klinik di ruang rawat inap Placida Paviliun
RS Panti Waluya Sawahan Malang. Terdapat
pasien berjenis kelamin perempuan berumur
60 tahun yang didiagnosa gastritis.
Didapatkan riwayat penyakit dahulu pasien
memiliki riwayat penyakit asam lambung.
Selang beberapa waktu saat pasien dirawat di
Rumah Sakit, pasien mengatakan nyeri pada
perut bagian tengah atas saat ditekan, nyeri
yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk, nyeri
terasa pada perut bagian tengah atas, skala
nyeri pasien saat ditunjukkan oleh perawat
yaitu skala nyeri 4 dari rentang skala nyeri (1-
10), pasien mengeluh nyeri yang dirasakan
hilang timbul dan akan terasa nyeri jika perut
bagian tengah atas ditekan.
Nyeri merupakan pengalaman emosional
yang tidak menyenangkan, persepsi nyeri
seseorang sangat ditentukan oleh
pengalaman dan status emosionalnya
(Zakiyah, 2015). Nyeri akut adalah adalah
nyeri yang diakibatkan kerusakan jaringan
yang akan hilang selama proses
penyembuhannya, terjadi dalam waktu
singkat dari 1 detik sampai kurang dari 6
bulan (Alimul dan Uliyah, 2014).
Tindakan sebagai perawat, selain
memberikan terapi farmakologi dibutuhkan
juga terapi non farmakologi yaitu seperti cara
mengurangi nyeri dengan teknik relaksasi
napas dalam, imajinasi atau distraksi yang
dapat meningkatkan asupan oksigen dan
menurunkan ketegangan otot (Sukarmin,
2012). Oleh karena itu, penulis ingin
melakukan studi kasus yang berjudul
“Asuhan Keperawatan pada Klien Gastritis
dengan masalah Nyeri Akut di Rumah Sakit
Panti Waluya Sawahan Malang”.
Metode Penelitian
Studi kasus ini adalah untuk mengeksplorasi
masalah asuhan keperawatan yang
mengalami Gastritis dengan masalah Nyeri
Akut di Ruang Rawat Inap Dewasa Rumah
Sakit Panti Waluya Sawahan Malang, maka
dijabarkan oleh penulis :
Klien yang diteumukan dengan tanda mayor
:
a. Mengeluh nyeri (rentang skala 1-10)
b. Pasien yang terdiagnosa medis Gastritis
c. Mengalami nyeri akut yaitu dalam
waktu ≤ 6 bulan
d. Mengalami peningkatan denyut nadi (≥
100x/menit)
e. Tampak meringis kesakitan
f. Tampak gelisah
g. Sulit tidur
h. Klien menyetujui untuk dilakukan
penelitian
Klien yang ditemkan denga tanda minor :
a. Tekanan darah meningkat (≥120/80
mmHg)
b. Pola nafas berubah (≥24x/menit)
c. Nafsu makan berubah
d. Berfokus pada diri sendiri
Pada penelitian ini yang menjadi partisipan
peneliti adalah Tn.J (56th) dan Ny.F (25 th)
yang yang dirawat di ruang inap dewasa dan
terdiagnosa gastritis dengan masalah nyeri
akut di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan
Malang.
Hasil
Pada studi kasus didapatkan hasil :
1. Pengkajian
Berdasarkan data yang disampaikan
oleh perawat, didapatkan data riwayat
klien 1 sebelum masuk rumah sakit pada
tanggal 19 April 2020 di malam hari
klien merasakan sakit pada ulu hati.
Keluarga mengatakan saat ini klien
sering telat makan, klien juga sedang
rutin minum obat hipertensi dan
kolesterol sejak 3 bulan yang lalu, klien
kadang mengkonsumsi minuman kopi
dan kadang merokok. Karena sakit pada
ulu hati, oleh keluarga klien hanya
disarankan untuk minum obat asam
mefenamat yang dibeli dari apotek
kemudian tidur tetapi nyeri klien
bertambah dan membuat klien merasa
tidak nyaman maka pada tanggal 20
April 2020 pagi dini hari oleh keluarga
klien dibawa ke IGD Rumah Sakit Panti
Waluya Sawahan Malang dengan
keluhan nyeri ulu hati 2 jam yang lalu
dengan pengkajian nyeri di IGD,
P : nyeri ulu hati 2 jam yang lalu
Q : nyeri yang dirasakan seperti cekot –
cekot
R : nyeri terasa pada bagian epigastrium
S : skala nyeri yang dirasakan yaitu skala
6 (nyeri sedang)
T : nyeri yang dirasakan hilang timbul,
dengan hasil TTV, TD: 120/90 mmHg,
N: 80x/menit, S: 36,7◦C, RR: 20x/menit,
maka dokter menyarankan untuk rawat
inap dengan pemberian terapi di IGD
pemasangan IVFD RL 20 tetes/menit,
inj. Pantoprazole 40mg dan inj.
Santagesik 1gr. Saat pengkajian
ditemukan data,
P : keluarga mengatakan klien
mengalami nyeri karena sering telat
makan
Q : nyeri yang dirasakan seperti cekot –
cekot
R : nyeri terasa pada bagian epigastrium
S : skala nyeri yang dirasakan yaitu skala
4 (nyeri sedang)
T : nyeri yang dirasakan hilang timbul,
dengan hasil TTV, TD: 130/80mmHg,
N: 85x/menit, S:36,6◦C, RR: 21x/menit.
Berdasarkan data yang disampaikan
oleh perawat, didapatkan data riwayat
klien 2, 3 hari yang lalu tanggal 17 April
2020 merasakan nyeri ulu hati, klien
mengatakan dirinya bekerja sebagai
pegawai sehingga pola makan klien
tidak teratur dan suka makanan yang
pedas. Kemudian klien berobat ke
puskesmas dan rutin minum obat dari
puskesmas tetapi karena nyeri tidak
kunjung sembuh dan bertambah parah
maka pada tanggal 20 April 2020 klien
berobat ke IGD Rumah Sakit Panti
Waluya Malang dengan keluhan nyeri
ulu hati, mual muntah dan batuk dengan
pengkajian nyeri di IGD,
P : nyeri ulu hati 3 hari yang lalu sudah
berobat tetapi belum sembuh
Q : nyeri yang dirasakan seperti diremas
– remas
R : nyeri terasa pada bagian epigastrium
S : skala nyeri yang dirasakan klien yaitu
skala 9 (nyeri berat)
T : nyeri yang dirasakan klien terus
menerus dengan hasil TTV, TD: 128/85,
N: 94x/menit, S:36,0◦C, RR: 20x/menit,
maka dokter menyarankan klien untuk
rawat inap dengan terapi di IGD
pemasangan IVFD RL 30 tetes/menit,
inj. Omeprazole 40mg dan inj. Travensis
4mg. data saat pengkajian ditemukan,
P : nyeri ulu hati dirasakan karena pola
makan klien tidak teratur
Q : nyeri yang dirasakan seperti diremas
– remas
R : nyeri terasa pada bagian epigastrium
S : skala nyeri yang dirasakan yaitu skala
7 (nyeri berat)
T : nyeri yang dirasakan klien terus
menerus, dengan hasil TTV, TD:
120/90mmHg, N: 96x/menit, S: 36,2◦C,
RR: 20x/menit.
2. Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan pengkajian pada klien 1
dan 2 ditegakkan diagnosa keperawatan
Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis
(inflamasi pada mukosa lambung)
3. Rencana Keperawatan
Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri,
identifikasi skala nyeri, identifikasi
respon nyeri non verbal ajarkan teknik
non farmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri seperti teknik relaksasi napas
dalam), jelaskan tujuan dan manfaat
teknik napas, jelaskan prosedur teknik
napas, ajarkan melakukan inspirasi
dengan menghirup udara melalui hidung
secara perlahan, ajarkan melakukan
ekspirasi dengan menghembuskan udara
mulut mencucu, demonstrasikan
menarik napas selama 4 detik, menahan
napas selama 2 detik dan
menghembuskan selama 8 detik,
anjurkan sering mengulangi atau melatih
teknik relaksasi yang dipilih, anjurkan
pasien untuk mengambil posisi nyaman
(semifowler), kolaborasi pemberian
analgesik
4. Implementasi Keperawatan
Pada klien 1 dan 2 terdapat 12 intervensi
yang direncanakan dan 12 intervensi
yang dapat dilakukan.
5. Evaluasi Keperawatan
Pada klien 1 dan klien 2 dilakukan
asuhan keperawatan selama 3 hari. Hasil
yang didapat pada kedua klien sesuai
dengan criteria hasil yang ditetapkan
dengan masalah dapat teratasi ditandai
dengan keluhan nyeri menurun, sikap
protektif (melindungi diri) menurun,
kemampuan menggali penyebab nyeri
meningkat, kemampuan mengontrol
nyeri meningkat, kemampuan
menggunakan teknik non farmakologis
meningkat, nafsu makan meningkat,
gelisah menurun, sulit tidur menurun.
Pembahasan
1. Pengkajian
Pada klien 1, tanggal 20 April 2020 klien
dibawa ke IGD RS Panti Waluya
Sawahan Malang dengan keluhan nyeri
pada ulu hati. Saat dilakukan
pengkajian, klien mengeluh nyeri pada
ulu hati yang terasa saat klien bergerak
dan berpindah posisi, klien mengatakan
nyeri yang dirasakan seperti cekot –
cekot, nyeri yang klien rasakan berada di
perut bagian tengah atas, skala nyeri 4
(nyeri sedang), nyeri hilang timbul
Pada klien 2, tanggal 20 April 2020 oleh
keluarga klien dibawa ke IGD RS Panti
Waluya Sawahan Malang dengan
keluhan nyeri ulu hati, mual muntah,
disertai batuk. Saat dilakukan
pengkajian, klien mengeluh nyeri ulu
hati, nyeri yang dirasakan klien seperti
diremas – remas, nyeri terasa pada perut
bagian tengah atas, skala nyeri 7 (nyeri
berat), nyeri terasa terus menerus.
Menurut penulis, pada klien 1
mengalami gastritis, kebiasan pola
makan yang tidak sehat yaitu telat
makan, klien sedang rutin
mengkonsumsi obat hipertensi dan
kolesterol serta klien sering
mengkonsumsi kafein (kopi). Pada klien
2 mengalami gastritis karena pola makan
yang tidak sehat yaitu sering telat makan
karena sibuk bekerja dan suka
mengkonsumsi makanan yang pedas.
Klien 1 dan 2 dilakukan tindakan
pemberian terapi analgesic oleh dokter
karena mengalami peradangan pada
mukosa lambung sehingga
menimbulkan rasa nyeri. Klien 1
menggambarkan nyeri seperti cekot –
cekot, skala nyeri 4 (nyeri sedang)
sedangkan klien 2 menggambarkan
nyeri seperti diremas – remas, skala
nyeri 7 (nyeri berat). Klien 1 dan 2
menggambarkan nyeri secara berbeda
karena nyeri merupakan persepsi
subjektif individu.
Pengkajian pada kedua klien tersebut
sesuai dengan teori Mutaqqin dan Sari
(2013), etiologi gastritis adalah makanan
dan minuman yang bersifat iritan.
Makanan berbumbu dan minuman
dengan kandungan kafein dan alkohol
merupakan agen-agen penyebab iritasi
mukosa lambung. Menurut teori
Sukarmin (2012) dan Rukmana (2018),
iritasi pada mukosa lambung akibat
adanya kontak HCl dengan mukosa
gaster sehingga mukosa lambung
mengalami pengikisan yang memicu
peningkatan rangsangan persarafan dan
ditandai dengan rasa nyeri pada ulu hati
seperti yang dirasakan pada klien 1 dan
2. Peningkatan asam lambung juga
menimbulkan rasa mual, muntah,
anorexia seperti gejala lain yang
ditunjukkan klien 2.
2. Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan data yang diperoleh dari
pengkajian pada klien 1 dan 2 sehingga
dapat ditegakkan diagnosa keperawatan
nyeri akut dengan etiologi yang sama,
agen pencedera fisiologis (inflamasi
pada mukosa lambung). Pada klien 1 dan
2 mengalami nyeri akut akibat adanya
peradangan pada mukosa lambung.
Dari hasil pengkajian, dapat ditegakkan
diagnosa keperawatan yaitu nyeri akut
berhubungan dengan agen pencedera
fisiologis (inflamasi pada mukosa
lambung). Dari diagnosa yang telah
ditetapkan pada kedua klien ini sesuai
dengan teori menurut Anggarini, (2018)
bahwa Gastritis yang merupakan suatu
peradangan pada bagian mukosa
lambung akibat penggunaan OAINs
yang terus menerus, mengonsumsi
alkohol, serta makanan berbumbu dan
terkontaminasi dapat menimbulkan
terjadinya pengikisan sampai
peradangan mukosa lambung sehingga
menyebabkan kenaikan mediator kimia
seperti prostaglandin dan histamine pada
lambung yang ikut berperan dalam
merangsang reseptor nyeri dan akan
timbul sensasi nyeri pada bagian
epigastrium atau ulu hati. Dan sesuai
dengan teori menurut Tim Pokja SDKI
DPP PPNI, (2016) yaitu nyeri akut b/d
agen pencedera fisiologis (inflamasi
pada mukosa lambung). Dengan data
yang mendukung :
Subjektif : Klien mengeluh nyeri
Objektif : Tampak meringis, bersikap
protektif (misal waspada, posisi
menghindari nyeri), klien tampak
gelisah, frekuensi nadi meningkat, nafsu
makan berubah, berfokus pada diri
sendiri, sulit tidur.
3. Rencana Keperawatan
Pada klien 1 dan 2 dilakukan tindakan
Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri,
identifikasi skala nyeri, identifikasi
respon nyeri non verbal ajarkan teknik
non farmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri seperti teknik relaksasi napas
dalam), jelaskan tujuan dan manfaat
teknik napas, jelaskan prosedur teknik
napas, ajarkan melakukan inspirasi
dengan menghirup udara melalui hidung
secara perlahan, ajarkan melakukan
ekspirasi dengan menghembuskan udara
mulut mencucu, demonstrasikan
menarik napas selama 4 detik, menahan
napas selama 2 detik dan
menghembuskan selama 8 detik,
anjurkan sering mengulangi atau melatih
teknik relaksasi yang dipilih, anjurkan
pasien untuk mengambil posisi nyaman
(semifowler), kolaborasi pemberian
analgesic. Pada klien 1 dan 2 penulis
menetapkan rencana keperawatan
(intervensi) yang bersifat mandiri dan
kolaboratif sesuai dengan tinjauan
pustaka. penulis merencanakan 12
intervensi untuk klien 1 dan 2. Setiap
intervensi yang akan dilakukan dapat
disesuaikan dengan kondisi klien yang
didapat saat pengkajian. Intervensi
tersebut bertujuan untuk mengurangi
atau menghilangkan rasa nyeri pada
klien. Klien 1 dan 2 diberikan teknik non
farmakologi dengan relaksasi napas
dalam karena teknik tersebut dapat
mengurangi nyeri akibat peradangan
pada mukosa lambung yang
memberikan individu kontrol diri ketika
terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri,
stress fisik dan emosi pada nyeri. Teknik
non farmakologi dapat digunakan
sebagai alternatif terapi apabila efek dari
obat sudah mulai berkurang. Selain itu,
kolaborasi dengan petugas medis dalam
pemberian terapi farmakologis juga
dilakukan untuk menatalaksanakan
nyeri.
Intervensi yang dilakukan pada klien 1
dan 2 sudah sesuai dengan beberapa
teori yaitu Tim Pokja SIKI DPP PPNI
(2018), Muttaqin dan Sari (2013), Le
Mone, et al. (2015), Anggarini (2018),
Zakiyah (2015), Prasetyo (2010),
Khanza, et al. (2017), Sukarmin (2012) :
Dengan mengidentifikasi lokasi,
karakterisktik, durasi, frekuensi, kualitas
dan intensitas nyeri, untuk berfokus
pada penyebab dan manajemen nyeri.
Dari skala nyeri, untuk mengetahui
tingkat nyeri yang dirasakan klien.
Dengan inspeksi reaksi non verbal dapat
melihat seberapa kuat nyeri yang
dirasakan klien. Memberikan teknik non
farmakologis seperti teknik relaksasi
napas dalam, dengan menjelaskan
tujuan, manfaat dan batasan klien dan
menganjurkan untuk dilatih berulang -
ulang untuk membantu mengurangi rasa
nyeri yang dirasakan. Pemberian posisi
nyaman juga berperan untuk
mengurangi resiko klien terhadap nyeri.
Pemberian analgesic dapat mengurangi
nyeri dan peradangan dari dalam tubuh
dengan memblok nyeri pada sususan
saraf pusat.
4. Implementasi Keperawatan
Pada klien 1 dan 2 terdapat 12 intervensi
yang direncanakan dan 12 intervensi
yang dapat dilakukan. Berdasarkan data
diatas, pada klien 1 dan 2 dilakukan
implementasi sesuai dengan kondisi
kedua klien dalam bentuk tindakan yang
mandiri dan kolaborasi.
Berdasarkan data, pada klien 1 dan 2
dilakukan implementasi sesuai dengan
kondisi kedua klien dalam bentuk
tindakan yang mandiri dan kolaborasi.
Dengan teknik relaksasi napas dalam ini
dapat membantu mengatasi kecemasan
klien terhadap nyeri dan dapat memberi
rasa rileks dan dapat melupakan
nyeriHal tersebut sudah sesuai menurut
Purba dan Trafina (2017) bahwa
relaksaai napas dalam dapat
memberikan individu kontrol diri ketika
terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri,
stress fisik dan emosi pada nyeri.
Menurut Utami dan Kartika (2018)
selain menurunkan intensitas nyeri,
teknik relaksasi napas dalam juga dapat
meningkatkan ventilasi paru dan
meningkatkan oksigenasi darah.
Stimulasi saraf simpatis dapat
meningkatkan aktivitas tubuh sedangkan
respon parasimpatis lebih banyak
menurunkan aktivitas tubuh atau
relaksasi sehingga dapat menurunkan
aktivitas metabolic (Shirbeigi et al,
2015).
5. Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama 3 hari dan dilakukan evaluasi,
masalah pada klien teratasi klien 1 dan
klien 2 mengalami penurunan skala
nyeri pada hari pertama sampai hari
ketiga. Pada evaluasi hari ketiga klien 1
mengalami penurunan skala nyeri dari
skala 4 menjadi skala 1. Sedangkan klien
2 pada hari ketiga mengalami penurunan
dari skala nyeri 7 menjadi skala nyeri 1.
Pada kedua klien nyeri akut teratasi
setelah dilakukan tindakan keperawatan
baik secara farmakologi dan non
farmakologi terbukti dari terpenuhinya
beberapa kriteria hasil yang sesuai
dengan teori Tim Pokja SLKI DPP PPNI
(2018) yaitu keluhan nyeri menurun,
sikap protektif (melindungi diri)
menurun, kemampuan mengontrol nyeri
meningkat, kemampuan menggunakan
teknik non farmakologis meningkat,
nafsu makan meningkat, gelisah
menurun, sulit tidur menurun.
Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada
2 klien Gastritis dengan masalah nyeri akut di
Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang,
klien 1 dan klien 2 telah dilakukan
pengkajian sampai dengan hasil evaluasi
selama 3 hari sesuai dengan kriteria hasil
yang telah ditetapkan, didapatkan hasil
masalah teratasi untuk penanganan nyeri
akut. Hal ini ditandai dengan nyeri klien
berkurang dan terjadi penurunan skala nyeri,
pada klien 1 semula skala 4 menjadi skala 1,
sedangkan pada klien 2 yang semula skala 7
menjadi skala 1, klien tampak rileks, klien
tidak tampak meringis kesakitan, TTV dalam
batas normal, dan klien diperbolehkan
pulang.
Daftar Pustaka
Alimul, A., dan Uliyah, M. 2014. Buku
Pengantar Keperawatan Dasar
Manusia. Jakarta: Salemba Medika
Anggarini, K.D. 2018. Gambaran Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Gastritis
Dalam Pemenuhan Gangguan Nyeri
Akut Di Wilayah Kerja UPT Kesmas
Sukawati I Gianyar [skripsi]. Gianyar
(ID): Politeknik Kesehatan Denpasar.
Depkes RI. 2014. Data Penyakit Lambung di
Indonesia.
Khanza, N., N. Isnandari., dan O.P. Lestari.
2017. Asuhan Keperawatan Pasien
Gastritis [skripsi]. Klaten (ID):
STIKes Muhammadiyah Klaten.
Le Mone P, Burke, Karene, dan Bauldoff.
2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: EGC.
Mutaqqin, A., dan K. Sari. 2013. Gangguan
Gastrointestinal. Jakarta: Salemba
Medika.
Prasetyo, N.S. 2010. Konsep dan Proses
Keperawatan Nyeri. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Purba dan Tafrina. 2017. Asuhan
Keperawatan Pada Ny. P Dengan
Prioritas Masalah Gangguan Rasa
Nyaman: Nyeri Gastritis di
Lingkungan WI Kelurahan Sari Rejo
Kecamatan Medan Polonia. Repositori
Institusi USU Universitas Sumatera
Utara.
Rukmana, L. 2018. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kekambuhan Gastritis
Di SMA N 1 Ngaglik [skripsi].
Yogyakarta (ID): Universitas
Aisyiyah Yogyakarta.
Shirbeigi, L, N Halavati, L Abdi, dan J
Aliasl. 2015. Dietary And Medicinal
Herbal Recommendation For
Management Of Primary Bile
Reflux Gastritis In Tradittional Persian
Medicine. Iran J Public Health 44 (8).
1166 - 68
Sukarmin. 2012. Keperawatan Pada Sistem
Pencernaan. Yogyakarta: Pustaka
Belajar
Takdir., La Ode, dan Lymbran. 2018.
Hubungan Stres, Keteraturan Makan,
Jenis Makanan Dengan Kejadian
Gastritis Pada Santri Di Pondok
Pesantren Ummusari Kota Kediri
Tahun 2017. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Kesehatan Masyarakat. Vol. 3 (no.1):
2.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar
Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan,
edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar
Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, edisi 1. Jakarta: DPP
PPNI.
Tussakinah, W., Masrul, dan I.R Burhan
2018. Hubungan Pola Makan dan
Tingkat Stres terhadap Kekambuhan
Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas
Tarok Kota Payakumbuh Tahun 2017.
Jurnal Kesehatan Andalas. Vol.7
(no.2): 218.
Utami, A.D., dan I.R. Kartika. 2018. Terapi
Komplementer Guna Menurunkan
Nyeri Pasien Gastritis: Literatur
Review. REAL in Nursing Journal
(RNJ). Vol.1 (no.3): 127.
WHO. 2013. Disease burden and mortality
estimates. Global Health Observatory
(GHO) data.
Zakiyah, A. 2015. Nyeri: Konsep
Penatalaksanaan dalam Praktik
Keperawatan Berbasis Bukti. Jakarta:
Salemba Medika.
Lembar Konsultasi Pembimbing 1
Lampiran 4 Lembar Konsultasi Pembimbing II
Lampiran 5 Lembar Konsultasi Pembimbing III