HACCP Daging bistik.docx

download HACCP Daging bistik.docx

of 35

Transcript of HACCP Daging bistik.docx

  • 8/11/2019 HACCP Daging bistik.docx

    1/35

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah suatu rangkaian kegiatan

    mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan

    kepada konsumen, dalam rangka pencapaian status kesehatan yang optimal

    melalui pemberian diet yang tepat. Adapun tujuan dari penyelenggaraan

    makanan di rumah sakit yaitu untuk menyediakan makanan yang kualitasnya

    baik dan jumlah yang sesuai kebutuhan serta pelayanan yang layak dan

    memadai bagi klien atau konsumen yang membutuhkan (PGRS, 2005).

    Keamanan pangan perlu diperhatikan, karena makanan dapat berubah

    menjadi sumber bahaya penyakit bahkan dapat menimbulkan kematian.

    Pentingnya masalah keamanan pangan ini, maka pengetahuan terhadap

    faktor-faktor yang menyebabkan pencemaran pangan harus diperhatikan

    sebaik mungkin. Dalam upaya untuk memperoleh makanan yang aman dan

    bebas dari mikroorganisme patogen maupun racun yang ditimbulkannya,dapat diterapkan Hazard Analisys Critical Control Ponts (HACCP), yaitu

    suatu sistem pencegahan untuk memperoleh kepastian keamanan suatu

    produksi pangan/makanan (Mudjajanto, 1999).

    Fardiaz (1997) menyatakan bahwa Hazard Analysis and Critical Control

    Point (HACCP) atau analisis bahaya dan pengendalian titik kritis adalah

    suatu analisis yang dilakukan terhadap bahan, produk, atau proses untuk

    menentukan komponen, kondisi atau tahap proses yang harus mendapatkan

    pengawasan yang ketat dengan tujuan untuk menjamin bahwa produk yang

    dihasilkan aman dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan. HACCP

    merupakan suatu sistem pengawasan yang bersifat mencegah (preventif)

    terhadap kemungkinan terjadinya keracunan atau penyakit melalui makanan

    Instalasi gizi di RSUD Pandan Arang Boyolali merupakan salah satu

    institusi yang menyelenggarakan makanan untuk pasien dalam jumlah yang

    banyak. Menu yang disajikan mempunyai arti penting dalam penyembuhan

    penyakit pasien. Oleh karena itu keamanan pangan harus diperhatikan untuk

    menjamin keselamatan konsumen, salah satunya yaitu dengan penerapan

  • 8/11/2019 HACCP Daging bistik.docx

    2/35

    2

    HACCP. Penerapan HACCP ini kami mencoba menerapkannya dalam

    hidangan daging bistik untuk makan sore pasien kelas II dan III

    Daging bistik memerlukan tindakan HACCP mengingat bahan bakunya

    berupa daging sapi yang rentan terhadap bahaya. Oleh karena itu perlu

    dilakukan usaha-usaha untuk meminimalkan bahaya yang ditimbulkan.

    Sehingga, makanan dapat aman dikonsumsi oleh pasien.

    B. Rumusan Masalah

    Bagamanakah penerapan HACCP pada produksi Daging bumbu bistik di

    RSUD Pandan Arang Boyolali?

    C. Tujuan

    A. Tujuan Umum

    Mengetahui penerapan HACCP pada Daging bistik di RSUD Pandan

    Arang Boyolali

    B. Tujuan khusus

    a. Mengidentifikasi bahaya produk dan proses pengolahan Daging bistik

    b. Menetapkan cara penanggulangan bahaya produk dan prosespengolahan Daging bistik

    c. Menetapkan Critical Control Point (CCP) pengolahan produk Daging

    bistik

    d. Menetapkan batas atau limit kritis pengolahan produk Daging bistik

    e. Memantau CCP pengolahan daging bistik.

    f. Mengoreksi penyimpangan CCP pengolahan produk Daging bistik

    D. Manfaat

    1. Bagi Instalasi Gizi

    Sebagai tambahan informasi mengenai penerapan HACCP dalam proses

    pengolahan Daging bistik

    2. Bagi Mahasiswa

    Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam

    penerapan HACCP

  • 8/11/2019 HACCP Daging bistik.docx

    3/35

    3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Keamanan Pangan

    Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk

    mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain

    yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan

    manusia ( UU RI No. 7 tahun 1998 tentang pangan pasal 1 ayat 4 )

    Keamanan pangan (food safety) adalah jaminan agar makanan tidak

    membahayakan konsumen pada saat disiapkan dan atau dimakan menurut

    penggunaannya (assurance that food will not cause harms to the consumer

    when it is prepared and/or eaten according to its intended use). Sedangkan

    kelayakan pangan (food suitability) adalah jaminan agar makanan dapat

    diterima untuk konsumsi manusia menurut penggunaannya (assurance that

    food is acceptable for human consumption according to its intended use).

    Masalah keamanan pangan masih merupakan masalah penting dalam

    bidang pangan di Indonesia, dan perlu mendapat perhatian khusus dalam

    program pengawasan pangan. Penyakit dan kematian yang ditimbulkanmelalui makanan di Indonesia sampai saat ini masih tinggi, walaupun prinsip

    -prinsip pengendalian untuk berbagai penyakit tersebut pada umumnya telah

    diketahui.

    B. Penilaian Keamanan Pangan

    1. Pemilihan dan Penyimpangan Bahan Pangan (PBB)

    Bahan makanan yang telah dibeli, ada yang segera akan digunakan

    dan ada juga yang perlu disimpan terlebih dahulu. Bahan makanan yang

    segera digunakan langsung dikirim ke ruang penyiapan dan pengolahan

    (Moehyi,1992).

    Penilaian pemilihan bahan makanan :

    a. Bahan makanan yang digunakan masih segar

    b. Bahan makanan yang digunakan tidak rusak

    c. Bahan makanan yang digunakan tidak busuk

    Cara penyimpanan bahan pangan selama berbagai proses

    pengolahan merupakan hal yang utama dalam menentukan keamanan

  • 8/11/2019 HACCP Daging bistik.docx

    4/35

    4

    dan mutu dari aspek mikrobiologi. Bakteri petogen yang berhubungan

    dengan bahan pangan yang tidak dapat tumbuh diluar kisaran suhu

    antara 4 -6 derajat celcius akan aman. Bahan baku yang harus disimpan

    sebelum diolah, harus disimpan dalam lemari pendingin. Bahan-bahan

    yang mudah rusak harus didinginkan dan suhu lemari pendingin harus

    diperiksa secara teratur.

    2. Higiene Pekerja (HGP)

    Menurut Susilo, dkk, higienen merupakan hal yang penting dalam

    menyelenggarakan makanan, oleh karenanya sepanjang tahap-tahap

    produksi, pengolahan, distribusi, penyimpanan, dan penyajian yang

    menarik serta rasa makanan yang lezat

    Pemeliharaan hygiene perorangan merupakan kunci dalam

    pemeliharaan higienen makanana. Sebagian besar kejadian pencemaran

    makanan disebabkan oleh tidak terpeliharanya hygiene dan sanitasi

    pekerja yang terlibat dalam proses pengolahan, pemasakan dan

    penyajian makanan (Moehyi, 1992).

    Hygiene dan kesehatan karyawan berpengaruh besar pada kualitas

    produk akhir. Oleh karena itu, diperlukan prosedur standar bagi hygienedan kesehatan karyawan, terutama bagi yang kontak langsung dengan

    pengolahan makanan. Perilaku hidup bersih dan sehat harus dipahami

    dan dijalankan.

    Kebiasaan penjamah makanan tersebut dapat menyebabkan

    terkontaminasinya pangan, karena bakteri Staphylococcus aureus dapat

    menempel pada kulit dan tidak langsung bersentuhan dengan bahan

    makanan. Selain itu, pencucian tangan dilakukan untuk mengurangi

    resiko perpindahan bakteri Salmonella dan Clostridium perfringens dari

    tinja ke makanan.

    Perilaku yang bersih dan sehat dari karyawan sangat menunjang

    kebersihan produk yang dihasilkan. Kelengkapan pakaian karyawan

    seperti topi, masker, sarung tangan, baju luar dan sepatu juga turut

    mempengaruhi kebersihan produk. Keberhasilan personal yang harus

    senantiasa diperhatikan, yaitu membersihkan rambut, mandi, cuci tangan

    dan membersihkan kuku. Rambut kotor dan berminyak sangat menarik

    bagi bakteri. Disamping itu, ketombe dapat masuk ke dalam makanan.

  • 8/11/2019 HACCP Daging bistik.docx

    5/35

    5

    Karyawan yang mengeluh atau ditemukan menderita diare serta luka

    terbuka di bagian lengan atau bagian badan lain yang berkontak dengan

    bahan makanan harus diobati terlebih dahulu dan diberhentikan

    sementara dari pekerjaannya mengolah makanan sampai benar-benar

    sembuh

    Berikut ini adalah pedoman umum untuk kondisi yang tidak saniter,

    yang harus diperbaiki secara lengkap dan dilaporkan sebagai hasil dari

    pengawasan :

    a) Penampilan pekerja dan cara menangani makanan yang kontak

    denagn tangan tanpa cuci tangan, atau menggunakan toilet dan

    kembali bekerja tanpa cuci tangan.

    b) Pakaian kelihatan kotor atau pakaian digunakan untuk mengelap atau

    memegang makanan dan alat makan.

    c) Pekerja memegang makanan tanpa membersihkan tangan atau tanpa

    memakai sarung tangan.

    d) Pekerja yang influenza atau luka bekerja menangani makanan tanpa

    masker penutup dan sarung tangan rapat air.

    3. Pengolahan Bahan Makanan (PBM)Pengolahan bahan makanan merupakan suatu kegiatan mengubah

    (memasak) bahan makanan mentah menjadi makanan siap makan,

    berkualitas, dan aman untuk dikonsumsi (Depkes RI, 2005). Pengolahan

    makanan yang sehat dapat dilakukan dengan :

    a) Pemilihan bahan baku yang sehat, segera, tidak busuk.

    b) Penyimpanan bahan baku jangan sampai terkena serangga, tikus

    atau jaringan sampai membusuk.

    c) Pengolahan makanan yang sehat dan higienis serta prosesnya dapat

    memetikan penyebab penyakit dengan peralatan yang bersih.

    d) Teknik pengolahan makanan kuga mempengaruho mutu makanan.

    Pilih makanan dengan metode memasak dikukus, direbus atau

    ditumis dengan sedikit minyak.

    e) Kurangi metode menggoreng, memanggang dan dibakar selain

    mengandung banyak lemak, metode memasak ini juga merusak nilai

    gizi makanan karena panas tinggi.

    f) Penyimpanan makanan tidak terkena debu, lalat, udara kotor.

  • 8/11/2019 HACCP Daging bistik.docx

    6/35

    6

    g) Penyimpanan makanan matang jangan sampai terkontaminasi dan

    membusuk. Dengan pengolahan, jangan asal menggunakan

    peralatan masak.

    h) Pastikan peralatan masak yang digunakan tidak dilapisi bahan kimia.

    i) Sajikan makanan sesegar mungkin agar nutrisi dalam makanan tetap

    terjaga bukan hanya tekstur dan warnanya yang tetap terjaga

    Persyaratan kesehatan untuk pengolahan makanan mencakup

    kesehatan tenaga kerja pengolah makanan, peralatan yang digunakan

    untuk menyimpan, mengolah dan menyajikan makanan, ketentuan

    tentang tata cara mengolah makanan,dan perilaku karyawan sewaktu

    bekerja di ruang pengolahan makanan (Moehyi,1992).

    Peralatan untuk mengolah, menyimpan dan menyajikan makanan

    permukaannya tidak terlarut dalam makanan atau jika kontak dengan

    makanandapat mengeluarkan racun. Wadah harus mempunyai tutup dan

    selalu bersih atau tidak ada bakteri E.Coli.

    Debu dan tanah yang ada dalam bahan makanan dapat berfungsi

    sebagai wahana pembawa spora jasad renik sehingga dapat

    menyebabkan kecacingan dan diare. Bahan makanan disimpan padatempat yang terkena sinar matahari langsung menyebabkan bahan

    makanan mudah menguap dan teroksidasi sehingga mudah rusak.

    Cara pengolahan harus dilakukan dengan mencegah terjadinya

    kontak langsung makanan dengan tubuh pengolah. Untuk itu, para

    pengolah harus menggunakan sarung tangan, penjepit sendok atau

    garpu. Karyawan yang ada di ruang pengolahan dan penyimpanan

    makanan harus mengenakan celemek, tutup kepala, tutup mulut, dan

    sepatu dapur (Moehyi,1992).

    Pada waktu berada diruang pengolahan dan penyimpanan makanan,

    karyawan diharuskan memenuhi ketentuan berikut :

    a) Tidak merokok dan tidak sambil makanan.

    b) Memakai pakaian kerja dan pakaian terlindung seperti tutup kepala,

    sarung tangan dan penjepit.

    c) Selalu mencuci tangan waktu mulai bekerja, setelah keluar dari kamar

    atau kamar kecil.

  • 8/11/2019 HACCP Daging bistik.docx

    7/35

    7

    d) Tidak membawa keluar pakaian kerja, alat pelindung dan sebagainya

    sehingga memungkinkan terjadinya pencemaran (Moehyi, 1992)

    4. Distribusi Makanan (DM)

    Pendistribusian makanan adalah serangkaian kegiatan penyaluran

    makanan sesuai dengan jumlah porsi jenis makanan konsumen yang

    dilayani (Depkes RI, 2005). Distribusi dan penyajian makanan yang telah

    dimasak merupakan kegiatan terakhir dalam proses penyelenggaraan

    makanan. Makanan yang telah dimasak harus segera dibagikan ke

    konsumen. Yang perlu diperhatikan dalam pembagian makanan, baik di

    institusi rumah sakit maupun institusi bukan rumah sakit, adalah makanan

    yang diterima oleh konsumen dalam keadaan temperature yang sesuai,

    Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pendistribusian dan penyajian

    konsumen adalah sebagai berikut :

    a) Makanan harus didistribusikan dan disajikan kepada konsumen tepat

    pada waktunya.

    b) Makanan yang disajikan harus sesuai dengan jumlah atau porsi yang

    telah ditentukan.

    c) Kondisi makanan yang disajikan harus sesuai.

    C. Persyaratan Kesehatan Makanan

    Makanan yang sehat atau tidak rusak dan dapat dimakan seharusnya

    memiliki persyaratan sebagai berikut:

    a. Tahap pembuatan makanan harus sesuai dengan prosedur yang baik dan

    benar.

    b. Bebas dari kontaminasi mikroorganisme patogen.

    c. Bebas dari unsur- unsur kimia

    d. Tidak menyimpang baik dari bau, rasa dan warna.

    D. HACCP

    1. Pengertian HACCP

    Sistem HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) adalah suatu

    sistem yang mengidentifikasi bahaya spesifikasi yang mungkin timbul

    dalam mata rantai produksi makanan dan tindakan pencegahan untuk

    mengendalikan bahaya tersebut dengan tujuan untuk menjamin

  • 8/11/2019 HACCP Daging bistik.docx

    8/35

    8

    keamanan makanan. HACCP merupakan suatu alat untuk

    mengidentifikasi bahaya dan menetapkan sistem pengendaliannya yang

    diarahkan pada tindakan pencegahan dan tidak tergantung pada

    pengujian produk akhir.

    CCP (Critical Control Point) adalah titik, prosedur, atau tahap

    operasional yang dapat dikendalikan untuk menghilangkan atau

    mengurangi kemungkinan terjadinya bahaya

    2. Prinsip HACCP

    Penerapan HACCP terdiri dari prinsip-prinsip sebagai berikut:

    a. Identifikasi bahaya dan penilaian tingkat bahaya dan resiko (analisis

    biaya) pada setiap mata rantai produksi makanan dipabrik.

    b. Penentuan titik pengendalian kritis (CCP: Critikal Control Point)

    Prinsip ini dibutuhkan untuk mengendalikan bahaya yang

    mungkin timbul dalam setiap rantai produksi. Ada 2 tipe CCP, yaitu:

    1) CCP 1 : Hazard dapat mencegah

    2) CCP 2 : Hazard dapat diminimalkan

    Penetapan CCP ini dilakukan terhadap bahan mentah, kondisi

    lingkungan, praktek kerja, dan prosedur(proses) termasukpenerimaan bahan, formulasi, pengolahan, penyimpanan,

    pemotongan dan distribusi.

    c. Spesifikasi batas kritis yang dapat menunjukkan bukti suatu proses

    dapat dikendalikan pada titik pengendalian kritis (CCP) tertentu.

    d. Penyusunan dan penetapan sistem pemantauan.

    e. Pelaksanaan tidakan perbaiakan ketika batas kritis tidak tercapai.

    Tabel 1. Tindakan Resiko dan Tindakan Koreksi

    TINGKAT

    RESIKOTINDAKAN KOREKSI

    Produk

    beresiko

    tinggi

    Produk tidak boleh diproses/diproduksi sebelum

    semua penyimpangan dikoreksi

    Produk ditahan, dan diuji keamanannya

    Jika keamanan produk tidak memenuhi syaart,

    perlu dilakukan tindakan koreksi yang tepat

  • 8/11/2019 HACCP Daging bistik.docx

    9/35

    9

    Produk

    beresiko

    sedang

    Produk dapat diproses, tetapi penyimpangan

    harus dikoreksi dalam waktu singkat (dalam

    beberapa hari atau minggu)

    Pemantauan khusus diperlukan sampai semua

    penyimpangan dikoreksi

    Produk

    beresiko

    rendah

    Produk dapat diproses

    Penyimpangan harus dikoreksi jika waktu

    memungkinkan

    Pengawasan rutin harus dilakukan untuk

    menjamin status resiko berubah menjadi resikosedang atau tinggi

    f. Verifikasi suatu sistem dengan cara menetapkan prosedur

    pemeriksaan termasuk pengujian dan prosedur tambahan untuk

    membuktikan bahwa sistem HACCP telah dilaksanakan da bekerja

    secara efektif.

    g. Dokumentasi yaitu mencakup semua prosedur dan catatan yang tepatmengenai prinsip dan penerapan HACCP untuk mengarsipkan

    rancangan HACCP

    3. Identifikasi Bahaya

    Identifikasi bahaya adalah evaluasi spesifik terhadap produk pangan

    dan bahan mentah, ingredien serta bahan tambahan untuk menentukan

    resiko terhadap adanya bahaya kesehatan. Jenis bahaya:

    a. Bahaya biologis : disebabkan oleh bakteri patogen, virus atau parasit

    yang dapat menyebabkan keracunan, penyakit infeksi atau infestasi.

    b. Bahaya kimia : karena tertelanya toksin alami atau bahan kimia yang

    beracun.

    c. Bahan fisik : karena mertelan benda asing yang seharusnya tidak

    boleh terdapat di dalam makanan.

    Produk dikelompokkan menjadi 6 kelompok bahaya, yaitu bahaya A

    Sampai F yaitu berdasarkan karakteristik bahan yang dapat dideteksi,

    keterangan atau deskripsi produk mengenai kelompok konsumennya,

  • 8/11/2019 HACCP Daging bistik.docx

    10/35

  • 8/11/2019 HACCP Daging bistik.docx

    11/35

    11

    4. Penetapan Resiko

    Setiap produk di identifikasi terhadap kemungkinan mengandung

    bahaya A sampai C kemudian dikelompokkan berdasarkan kategori

    resiko, yang terdapat pada tabel 3.

    Tabel 3. Penggolongan Produk Berdasarkan Kategori Resiko

    Kategori

    ResikoKarakteristik Bahaya Keterangan

    00

    (Tidak ada bahaya)

    Tidak menandung bahaya A

    sampai F

    I ( + ) Mengandung satu bahaya Bsampai F

    II ( ++ )Mengandung 2 bahaya B dan

    F

    III (+++ )Mengandung tiga bahaya B

    sampai F

    IV ( ++++ )Mengandung empat bahaya B

    sampai F

    V ( +++++ ) Mengandung lima bahaya B

    sampai F

    VI

    A + (Ktegori Khusus)

    tanpa/ dengan bahaya

    A sampai F

    Kategori resikko paling tinggi

    (semua produk yang

    mempunyai bahayA A)

    5. Pemantauan dan Tindakan Koreksi

    Pemantauan adalah pengamatan atau pengukuran batas kritis untuk

    memperoleh data yang teliti, dengan tujuan untuk menjamin bahwa batas

    kritis yang diterapkan dapat terjamin keamanan produk. Pemantauan

    dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:

    a. Pengamatan langsung, contoh: kebersihan lingkungan pengolahan

    b. Pengukuran /analisis, contoh: pengukuran proses (suhu, waktu, PH

    dsb).

    Jika dari hasil pemantauan ternyata menunjukkan telah terjadi

    penyimpangan terhadap CCP dan batas kritisnya, maka harus dilakukan

    koreksi atau perbaikan dari penyimpangan tersebut.

  • 8/11/2019 HACCP Daging bistik.docx

    12/35

    12

    6. Verifikasi

    a. Tujuan verifikasi

    1) Memeriksa apakah program HACCP masih sesuai.

    2) Menjamin apakah rencana HACCP masih efektif.

    b. Kegiatan dari verifikasi :

    1) Penetapan jadwal verifikasi

    2) Pemeriksaan kembali rencana HACCP

    3) Pemeriksaan catatan HACCP

    4) Pemeriksaan penyimpangan CCP dan prosedur perbaikannya

    5) Pengamatan visual selama produksi untuk mengendalikan CCP

    6) Pengambilan contoh dan analisis secara random

    7) Membuat kesesuaian atau penyimpangan rencana HACCP

    7. Pencatatan / dokumentasi

    Beberapa keterangan yang harus dicatat dalam mendokumentasikan

    penerapan HACCP antara lain :

    a. Judul dan tanggal pencatatan

    b. Keterangan makanan (keterangan khusus)

    c. Bahan dan peralatan yang digunakand. Proses pengolahan yang dilakukan

    e. CCP yang ditemukan

    f. Batas kritis yang ditetapkan

    g. Penyimpangan dari batas kritis yang terjadi

    h. Tindakan koreksi atau perbaikan yang harus dilakukan jika terjadi

    penyimpangan dan staf yang bertanggung jawab

    Identifikasi tenaga operator khusus

  • 8/11/2019 HACCP Daging bistik.docx

    13/35

    13

    BAB III

    HASIL PENERAPAN HACCP

    A. Analisis Masalah

    Daging bistik merupakan salah satu lauk hewani yang disajikan untuk

    pasien VIP, kelas II, kelas III pada siklus ke 2 untuk makanan non diet di

    RSUD Pandan Arang Boyolali. Bahan dasar daging bistik adalah daging sapi

    giling yang merupakan bahan makanan yang mudah rusak karena

    kontaminasi. Penerapan HACCP diharapkan dapat meminimalkan bahaya

    pada masakan daging bistik

    B. Faktor Pendukung dan Penghambat

    1. Faktor Pendukung

    a. Sarana prasarana

    Fasilitas ruangan sudah memiliki tempat penyimpanan dingin dan

    kering sehingga dapat mempertahankan mutu makanan.

    b. Tenaga penjamah

    Tenaga penjamah makanan telah menggunakan APD yangmerupakan peraturan wajib ditaati sebagai petugas penjamah

    makanan

    c. Sanitasi lingkungan

    Tersedia fasilitas pembuangan sampah, pembersihan lantai

    dilakukan secara rutin.

    d. Spesifikasi bahan makanan

    Spesefikasi dapat mendukung penerapan HACCP karena

    dengan spesifikasi bahan, mutu bahan makanan yang diterima dapat

    terjaga.

    2. Faktor penghambat

    Keadaan dapur yang kurang luas dan tidak teratur (peralatan

    belum tertata rapi)

  • 8/11/2019 HACCP Daging bistik.docx

    14/35

    14

    C. Rencana Penerapan

    1. Tim HACCP

    Sulasyi setyaningsih

    2. Diskripsi atau Gambaran produk

    a. Nama produk : Daging bistik

    b. Bahan utama :

    1) Daging sapi giling diterima dari supplier secara langsung dan

    datang pada hari daging dimasak. Daging sapi diterima dengan

    kondisi dibungkus plastik hitam, kondisi segar tanpa es, tidak

    berbau dan tidak bewarna menyimpang

    2) Telur ayam diperoleh dari supplier langsung dan datang pada hari

    telur ayam diolah.

    3) Bawang putih yang digunakan dalam kondisi segar, bebas jamur

    diperoleh dari supplier langsung

    4) Bawang merah yang digunakan dalam kondisi segar, bebas jamur

    diperoleh dari supplier langsung

    5) Lada digunakan dalam kondisi bebas jamur

    6) Ketumbar digunakan dalam kondisi bebas jamur7) Pala digunakan dalam kondisi bebas jamur

    8) Kemiri digunakan dalam kondisi bebas jamur

    9) Garam diterima dari supplier secara langsung dengan kemasan

    dalam kondisi kering

    10) Gula merah yang digunakan adalah stok gula jawa yang dikemas

    dalam plastik bening dan disimpan dalam almari kaca

    11) Minyak goreng yang diterima dari supplier secara langsung

    dengan kemasan

    c. Konsumen : Pasien Kelas VIP, II, III non diet

    d. Penyimpanan : Tidak melalui tahap penyimpanan

    e. Cara distribusi : Ditempatkan pada plato berbahan stenlis

    steel tertutup dan dimasukkan kedalam kereta dorong tertutup yang

    berbahan stainless steel

  • 8/11/2019 HACCP Daging bistik.docx

    15/35

    15

    f. Deskripsi Lingkungan

    1) Lantai

    Lantai yang digunakan adalah porselin putih yang terlihat

    bersih

    2) Atap

    Atap tempat pengolahan daging bestik berbahan ternit dan

    terdapat cerobong asap untuk mengeluarkan asap pengolahan.

    3) Penjamah

    Penjamah terdiri dari tenaga persiapan, pembuat bumbu,

    dan pengolah daging bistik yang kesemuanya berjumlah 3 orang.

    Penjamah memakai alas kaki, celemek, penutup kepala dan

    masker

    3. Bagan alir proses pembuatan Daging Bistik

    Cara membuat daging bistik sebagai berikut:

    a. Bumbu daging bestik yang terdiri dari bawang putih, bawang merah,

    lada, pala, kemiri dan ketumbar yang telah melalui proses penerimaan

    dan sortasi dipersiapkan. Bumbu yang dipersiapkan terdiri dari 2 jenis,

    yaitu bumbu untuk bola-bola daging dan bumbu daging bestik.Persiapan pada bawang putih dan merah dilakukan pengupasan,

    pencucian di air bersih yang mengalir kemudian dilakukan

    penggilingan dengan alat penggiling. Persiapan lada dan ketumbar

    diblender untuk mendapatkan lada dan ketumbar bubuk. Pala dicuci

    terlebih dahulu sebelum dihaluskan dengan blender. Pada kemiri juga

    dilakukan pencucian sebelum digiling.

    b. Bumbu bola-bola daging yang terdiri dari bawang putih dan, bawang

    merah giling ditambah ketumbar bubuk dan bumbu daging bestik

    yang terdiri dari bawang putih dan bawang merah giling, lada bubuk,

    pala bubuk, dan kemiri halus dicampur jadi satu sesuai dengan

    penggunaanya dan dimasukkan dalam plastik kemudian disimpan

    dalam chiller selama + 24 Jam (seharian).

    c. Pembuatan bola-bola daging dilakukan dengan cara mencampur

    adonan yang terdiri daging sapi, telur ayam yang telah diterima dan

    disortasi ditambah dengan bumbu bola-bola daging yang disimpan

    dalam chillerdan garam halus. Aduk adonan hingga bumbu merata.

  • 8/11/2019 HACCP Daging bistik.docx

    16/35

    16

    d. Siapkan air dalam wajan dan direbus hingga mendidih. Adonan yang

    sudah dicetak dengan ditimbang kemudian dimasukkan kedalam air

    mendidih dan dilakukan perebusan hingga semua daging matang

    dengan perkiraan waktu + 2 Jam dan suhu 720C.

    e. Angkat bola-bola daging yang sudah matang dan kemudian ditiriskan.

    f. Tumis bumbu untuk daging bistik dengan minyak goreng yang telah

    dilakukan penerimaan dan pemeriksaan kemasan sampai bumbu

    bewarna kecoklatan. Tambah air dan ditunggu hingga mendidih.

    Masukkan bola-bola daging dalam air berbumbu. Tambahkan garan

    dan gula merah yang telah diterima dan disortasi. Masak hingga

    bumbu meresap dan air tinggal sedikit

    g. Angkat daging bistik yang sudah matang, pindahkan dan tempatkan

    pada tempat tahan panas. Daging bistik disimpan dalam suhu ruang

    selama 1,5 jam di pemanas yang belum dihidupkan. Alat pemanas

    dihidupkan sebelum distribusi selama 2 Jam yang dimungkinkan suhu

    daging bistik belum turun drastis sehingga kemungkinan kontaminasi

    selama menunggu distribusi dapat dihindari.

    h. Daging bistik siap didistribusikan ke pasien dengan menggunakanplato berbahan steinlessteal tertutup. Plato dibawa kepasien dengan

    menggunakan kereta dorong tertutup.

    i. Daging bistik siap dikonsumsi.

    Bagan alir pembuatan daging bistik dapat dilihat pada gambar 1.

  • 8/11/2019 HACCP Daging bistik.docx

    17/35

    17

  • 8/11/2019 HACCP Daging bistik.docx

    18/35

    18

    D. Identifikasi Bahaya Dan Cara Pencegahan Daging Bistik (Prinsip I)

    Tabel 4. Identifikasi Bahaya Dan Cara Pencegahan Pada Daging Bistik

    NoBahan mentah/bahantambahan/ingredien

    Bahaya

    Jenis Bahaya CaraPencegahan

    ` 1 Daging sapi giling B,F B:salmonella, Ecoli

    F:Krikil, tulang

    Penerimaan 8,dan Sortasi 8,Perebusan 1Penerimaan

    2. Telur ayam B, F B: Salmonella

    F: Kotoran

    Penerimaan 7,Sortasi 7Pencucian 5Penerimaan7,Sortasi 7,

    Pencucian 53 Bawang merah B,

    F,KB:jamur, Bacillus

    c, ulatF:kotoran, tanahK:residu

    pestisida

    Penerimaan 1,Sortasi 1 ,Pengupasan 1,Pencucian 1

    4 Bawang putih B,F,K

    B:jamur, Bacillusc, ulat

    F:kotoran, tanahK:residu

    pestisida

    Penerimaan 2,Sortasi 2,Pengupasan 2,Pencucian 2

    5 Gula jawa B B: Semut Penerimaan 10Sortasi 10

    6 Pala F F: DebuB: Jamur

    Pencucian 3Penerimaan4Sortasi 4

    7 Kemiri B B: Jamur Penerimaan 5Sortasi 5,Pencucian 4

    8 Lada B, F B:JamurF:kotoran

    Penerimaan 3,Sortasi 3

    9 Ketumbar B, F B: JamurF: Kotoran

    Penerimaan 6,Sortasi 6

    9 Garam B, F B:bakteri halofilikF:kotoran, pasir

    Penerimaan 9,Perebusan 1Penerimaan 9,Sortasi 9

    10 Minyak goreng K K: Produkoksidasi

    Penerimaan 11,Pemeriksaankemasan

    11 Air B B:E. coli,Shigella sp, V.cholera

    -

  • 8/11/2019 HACCP Daging bistik.docx

    19/35

    19

    Keterangan:

    F : Bahaya Fisik

    M/ B: Bahaya Mikrobiologi / Biologi

    K : Bahaya kimia

    E. Analisa Bahaya Pada Produk Daging Bistik

    Tabel 5. Analisa Bahaya Pada Produk Daging Bistik

    N0Produk/ bahan

    mentah/ingredien

    Kelompok Bahaya Katagori

    ResikoA B C D E F

    1 Daging sapicincang + + - - - - VI

    2 Telur ayam + + - - - - VI

    3Bawang merah

    + + - - - - VI

    4 Bawang putih + + - - - - VI

    5 Gula jawa + + - - - - VI

    6 Pala + + - - - - VI

    7 Kemiri + + - - - - VI

    8 Lada + + - - - - VI9. Garam + + - - - - VI

    10. Minyak goreng + + - - - - VI

    11. Daging bistik + + - + + + VI

    F. Analisisis CCP (Prinsip 2)

    1. Daging sapi giling

    P.1 Apakah terdapat potensi bahaya pada daging sapi giling ?

    YA (B,F)

    P. 2. a. Apakah penerimaan 8 dapat mengurangi atau menghilangkan

    bahaya sampai batas yang dapat diterima?

    YA (CCP)

    P. 2. b. Apakah sortasi 8 dapat mengurangi atau menghilangkan bahaya

    sampai batas yang dapat diterima?

    YA (CCP)

    2. Telur ayam

    P.1 Apakah terdapat potensi bahaya pada telur ayam ?

  • 8/11/2019 HACCP Daging bistik.docx

    20/35

    20

    YA (B,F)

    P. 2. a. Apakah penerimaan 7 dapat mengurangi atau menghilangkan

    bahaya sampai batas yang dapat diterima?

    YA (CCP)

    P. 2. b. Apakah sortasi 7 dapat mengurangi atau menghilangkan bahaya

    sampai batas yang dapat diterima?

    YA (CCP)

    P. 2. c Apakah Pencucian 5 dapat mengurangi atau menghilangkan

    bahaya sampai batas yang dapat diterima?

    YA (CCP)

    3.Bawang Putih

    P.1 Apakah terdapat potensi bahaya pada bawang putih ?

    YA (B,F,K)

    P. 2. a. Apakah penerimaan 1 dapat mengurangi atau menghilangkan

    bahaya sampai batas yang dapat diterima?

    YA (CCP)

    P. 2. b. Apakah sortasi 1 dapat mengurangi atau menghilangkan bahaya

    sampai batas yang dapat diterima?YA (CCP)

    P. 2. c Apakah Pengupasan 1 dapat mengurangi atau menghilangkan

    bahaya sampai batas yang dapat diterima?

    YA (CCP)

    P. 2. c Apakah Pencucian 1 dapat mengurangi atau menghilangkan

    bahaya sampai batas yang dapat diterima?

    YA (CCP)

    P. 2. c Apakah Penggilingan 1 dapat mengurangi atau menghilangkan

    bahaya sampai batas yang dapat diterima?

    TIDAK (BUKAN CCP)

    4. Bawang merah

    P.1 Apakah terdapat potensi bahaya pada bawang merah ?

    YA (B,F, K)

    P. 2. a. Apakah penerimaan 2 dapat mengurangi atau menghilangkan

    bahaya sampai batas yang dapat diterima?

    YA (CCP)

  • 8/11/2019 HACCP Daging bistik.docx

    21/35

    21

    P. 2. b. Apakah sortasi 2 dapat mengurangi atau menghilangkan bahaya

    sampai batas yang dapat diterima?

    YA (CCP)

    P. 2. c Apakah Pengupasan 2 dapat mengurangi atau menghilangkan

    bahaya sampai batas yang dapat diterima?

    YA (CCP)

    P. 2. c Apakah Pencucian 2 dapat mengurangi atau menghilangkan

    bahaya sampai batas yang dapat diterima?

    YA (CCP)

    P. 2. c Apakah Penggilingan 1 dapat mengurangi atau menghilangkan

    bahaya sampai batas yang dapat diterima?

    TIDAK (BUKAN CCP)

    5. Gula merah

    P.1 Apakah terdapat potensi bahaya pada gula merah ?

    YA (B)

    P. 2. a. Apakah penerimaan 10 dapat mengurangi atau menghilangkan

    bahaya sampai batas yang dapat diterima?

    YA (CCP)P. 2. b. Apakah sortasi 10 dapat mengurangi atau menghilangkan bahaya

    sampai batas yang dapat diterima?

    YA (CCP)

    6. Pala

    P.1 Apakah terdapat potensi bahaya pada pala ?

    YA (B,F)

    P. 2. a. Apakah penerimaan 4 dapat mengurangi atau menghilangkan

    bahaya sampai batas yang dapat diterima?

    YA (CCP)

    P. 2. b. Apakah sortasi 4 dapat mengurangi atau menghilangkan bahaya

    sampai batas yang dapat diterima?

    YA (CCP)

    P. 2. c Apakah pencucian 3 dapat mengurangi atau menghilangkan

    bahaya sampai batas yang dapat diterima?

    YA (CCP)

  • 8/11/2019 HACCP Daging bistik.docx

    22/35

    22

    P. 2. c Apakah penghalusan 2 dapat mengurangi atau menghilangkan

    bahaya sampai batas yang dapat diterima?

    TIDAK (BUKAN CCP)

    7. Kemiri

    P.1 Apakah terdapat potensi bahaya pada kemiri ?

    YA (B)

    P. 2. a. Apakah penerimaan 5 dapat mengurangi atau menghilangkan

    bahaya sampai batas yang dapat diterima?

    YA (CCP)

    P. 2. b. Apakah sortasi 5 dapat mengurangi atau menghilangkan bahaya

    sampai batas yang dapat diterima?

    YA (CCP)

    P. 2. c Apakah pencucian 4dapat mengurangi atau menghilangkan bahaya

    sampai batas yang dapat diterima?

    YA (CCP)

    P. 2. c Apakah Penggilingan 2 dapat mengurangi atau menghilangkan

    bahaya sampai batas yang dapat diterima?

    TIDAK (BUKAN CCP)8. Lada

    P.1 Apakah terdapat potensi bahaya pada Lada ?

    YA (B, F)

    P. 2. a. Apakah penerimaan 3 dapat mengurangi atau menghilangkan

    bahaya sampai batas yang dapat diterima?

    YA (CCP)

    P. 2. b. Apakah sortasi 3 dapat mengurangi atau menghilangkan bahaya

    sampai batas yang dapat diterima?

    YA (CCP)

    P. 2. c Apakah penghalusan 1 dapat mengurangi atau menghilangkan

    bahaya sampai batas yang dapat diterima?

    TIDAK (BUKAN CCP)

    9. Ketumbar

    P.1 Apakah terdapat potensi bahaya pada ketumbar ?

    YA (B, F)

  • 8/11/2019 HACCP Daging bistik.docx

    23/35

    23

    P. 2. a. Apakah penerimaan 6 dapat mengurangi atau menghilangkan

    bahaya sampai batas yang dapat diterima?

    YA (CCP)

    P. 2. b. Apakah sortasi 6 dapat mengurangi atau menghilangkan bahaya

    sampai batas yang dapat diterima?

    YA (CCP)

    P. 2. c Apakah penghalusan 3 dapat mengurangi atau menghilangkan

    bahaya sampai batas yang dapat diterima?

    TIDAK (BUKAN CCP)

    10. Garam

    P.1 Apakah terdapat potensi bahaya pada garam ?

    YA (B, F)

    P. 2. a. Apakah penerimaan 9 dapat mengurangi atau menghilangkan

    bahaya sampai batas yang dapat diterima?

    YA (CCP)

    P. 2. b. Apakah sortasi 9 dapat mengurangi atau menghilangkan bahaya

    sampai batas yang dapat diterima?

    YA (CCP)11. Minyak Goreng

    P.1 Apakah terdapat potensi bahaya pada minyak goreng ?

    YA (K)

    P. 2. a. Apakah penerimaan 11 dapat mengurangi atau menghilangkan

    bahaya sampai batas yang dapat diterima?

    YA (CCP)

    P.2. b.Apakah pemeriksaan kemasan dapat mengurangi atau

    menghilangkan bahaya sampai batas yang dapat diterima?

    YA (CCP)

    12.Pencampuran Bahan

    P.2 Apakah pencampuran bahan dapat mengurangi atau

    menghilangkan bahaya sampai batas yang bisa diterima?

    TIDAK (BUKAN CCP)

    13. Pencetakan Adonan

    P.2 Apakah pemorsian adonan dapat mengurangi atau

    menghilangkan bahaya sampai batas yang bisa diterima?

  • 8/11/2019 HACCP Daging bistik.docx

    24/35

    24

    TIDAK (BUKAN CCP)

    14. Perebusan 1

    P.2 Apakah Perebusan 1 dapat mengurangi atau

    menghilangkan bahaya sampai batas yang bisa diterima?

    YA (CCP)

    15. Perebusan 2

    P.2 Apakah perebusan 2 dapat mengurangi atau menghilangkan bahaya

    sampai batas yang bisa diterima?

    Ya (CCP)

    16. Pemanasan

    P.1 Apakah kontaminasi bahaya dapat terjadi atau meningkat sampai

    melebihi batas ?

    YA

    P.2 Apakah tahap pemanasan dapat menghilangkan atau

    mengurangi bahaya sampai batas aman ?

    Ya (CCP)

    17. Distribusi

    P.1 Apakah kontaminasi bahaya dapat terjadi atau meningkat sampaimelebihi batas ?

    YA

    P.2 Apakah tahap proses selanjutnya dapat menghilangkan atau

    mengurangi bahaya sampai batas aman ?

    TIDAK (BUKAN CCP)

  • 8/11/2019 HACCP Daging bistik.docx

    25/35

    25

    G. Penetapan batas kritis Pada Daging Bistik (Prinsip 3)

    Tabel 6. Penetapan Batas Kritis Pada Daging Bistik

    No Tahap CCP Bahaya yang

    dikurangi/dihilangkan

    Batas kritis

    1 Penerimaan 8 B,F Daging masih baik/segar,

    tanpa es

    2 Sortasi 8 F Kotoran berkurang

    3 Penerimaan 7 B, F Tidak busuk, kulit utuh

    4 Sortasi 7 F Bersih dari kotoran, busuk

    5 Pencucian 5 B, F Tidak ada kotoran6 Penerimaan 1 B, F Tidak ada jamur, ulat

    7 Sortasi 1 B, F Tidak ada jamur, ulat, kotoran,

    tanah

    8 Pengupasan 1 B, F Bawang putih baik/segar, tidak

    berjamur

    9 Pencucian 1 B, F, K Tidak ada kotoran, tanah, ulat,

    jamur, residu pestisida

    10 Penerimaan 2 B, F Tidak ada jamur, ulat

    11 Sortasi 2 B, F Tidak ada jamur, ulat, kotoran,

    tanah

    12 Pengupasan 2 B, F Bawang merah baik/segar,

    tidak berjamur

    13 Pencucian 2 B, F, K Tidak ada kotoran, tanah, ulat,

    jamur, residu pestisida

    14 Penerimaan 10 B Bersih dari semut

    15 Sortasi 10 B Bersih dari semut

    16 Penerimaan 4 B, F Tidak berjamur, bersih

    17 Sortasi 4 B, F Tidak berjamur, bersih

    18. Pencucian 3 F Bersih dari kotoran

    19 Penerimaan 5 B, F Tidak berjamur, bersih

    20 Sortasi 5 B, F Tidak berjamur, bersih

    21 Pencucian 4 F Bersih kotoran

    22 Penerimaan 3 B, F Tidak berjamur, bersih

  • 8/11/2019 HACCP Daging bistik.docx

    26/35

    26

    23 Sortasi 3 B, F Tidak berjamur, bersih

    24 Penerimaan 6 B, F Tidak berjamur, bersih

    25 Sortasi 6 B, F Tidak berjamur, bersih

    26 Penerimaan 9 B, F Tidak menggumpal, putih

    bersih, kemasan tertutup

    27 Sortasi 9 B, F Tidak menggumpal, putih

    bersih

    28 Penerimaan 11 K Masih dalam tanggal baik

    pemakaian

    29 Sortasi 11 K Masih dalam tanggal baikpemakaian

    30 Perebusan 1 B Perebusan sampai suhu di

    atas 72oC dengan waktu lebih

    dari 2 menit

    31 Perebusan 2 B Perebusan sampai suhu diatas

    720C dengan waktu lebih dari

    2 menit

    32 Pemanasan B

    H. Penetapan sistem/tindakan pemantauan pada setiap CCP (Prinsip 4)

    Tabel 7. Penetapan Sistem/Tindakan Pemantauan

    Pada Setiap CCP Daging Bistik

    No CCP Potensibahaya

    Batas kritis MONITORING

    Metode Frekuensi Tanggungjawab

    1 Penerimaan 8 B,F Dagingmasihbaik/segar,tanpa es

    Observasivisual(tes fisik)

    Setiap kalibahandikirim

    KoordinatorShift

    2 Sortasi 8 F Kotoranberkurang

    Observasivisual(tes fisik)

    Setiapproses

    KoordinatorShift

    3 Penerimaan 7 B, F Tidak busuk,kulit utuh

    Observasivisual(tes fisik)

    Setiap kalibahandikirim

    KoordinatorShift

    4 Sortasi 7 F Bersih dari

    kotoran,

    Observasi

    visual

    Setiap

    proses

    Koordinator

    Shift

  • 8/11/2019 HACCP Daging bistik.docx

    27/35

    27

    busuk (tes fisik)

    5 Pencucian 5 B, F Tidak ada

    kotoran

    Observasi

    visual(tes fisik)

    Setiap

    proses

    Koordinator

    Shift

    6 Penerimaan 1 B, F Tidak adajamur, ulat

    Observasivisual(tes fisik)

    Setiap kalibahandikirimproses

    KoordinatorShift

    7 Sortasi 1 B, F Tidak adajamur, ulat,kotoran,tanah

    Observasivisual(tes fisik)

    Setiapproses

    KoordinatorShift

    8 Pengupasan 1 B, F Bawangputih

    baik/segar,tidakberjamur

    Observasivisual

    (tes fisik)

    Setiapproses

    KoordinatorShift

    9 Pencucian 1 B, F, K Tidak adakotoran,tanah, ulat,jamur, residupestisida

    Observasivisual(tes fisik)

    Setiapproses

    KoordinatorShift

    10 Penerimaan 2 B, F Tidak adajamur, ulat

    Observasivisual(tes fisik)

    Setiap kalibahandikirim

    KoordinatorShift

    11 Sortasi 2 B, F Tidak adajamur, ulat,kotoran,tanah

    Observasivisual(tes fisik)

    Setiapproses KoordinatorShift

    12 Pengupasan 2 B, F Bawangmerahbaik/segar,tidakberjamur

    Observasivisual(tes fisik)

    Setiapproses

    KoordinatorShift

    13 Pencucian 2 B, F, K Tidak adakotoran,tanah, ulat,

    jamur, residupestisida

    Observasivisual(tes fisik)

    Setiapproses

    KoordinatorShift

    14 Penerimaan 10 B Bersih darisemut

    Observasivisual(tes fisik)

    Setiap kalibahandikirim

    KoordinatorShift

    15 Sortasi 10 B Bersih darisemut

    Observasivisual(tes fisik)

    Setiapproses

    KoordinatorShift

    16 Penerimaan 4 B, F Tidakberjamur,bersih

    Observasivisual(tes fisik)

    Setiap kalibahandikirim

    KoordinatorShift

    17 Sortasi 4 B, F Tidak

    berjamur,

    Observasi

    visual

    Setiap

    proses

    Koordinator

    Shift

  • 8/11/2019 HACCP Daging bistik.docx

    28/35

    28

    bersih (tes fisik)

    18. Pencucian 3 F Bersih dari

    kotoran

    Observasi

    visual(tes fisik)

    Setiap

    proses

    Koordinator

    Shift

    19 Penerimaan 5 B, F Tidakberjamur,bersih

    Observasivisual(tes fisik)

    Setiap kalibahandikirim

    KoordinatorShift

    20 Sortasi 5 B, F Tidakberjamur,bersih

    Observasivisual(tes fisik)

    Setiapproses

    KoordinatorShift

    21 Pencucian 4 F Bersihkotoran

    Observasivisual(tes fisik)

    Setiapproses

    KoordinatorShift

    22 Penerimaan 3 B, F Tidak

    berjamur,bersih

    Observasi

    visual(tes fisik)

    Setiap kali

    bahandikirim

    Koordinator

    Shift

    23 Sortasi 3 B, F Tidakberjamur,bersih

    Observasivisual(tes fisik)

    Setiapproses

    KoordinatorShift

    24 Penerimaan 6 B, F Tidakberjamur,bersih

    Observasivisual(tes fisik)

    Setiap kalibahandikirim

    KoordinatorShift

    25 Sortasi 6 B, F Tidakberjamur,bersih

    Observasivisual(tes fisik)

    Setiapproses

    KoordinatorShift

    26 Penerimaan 9 B, F Tidakmenggumpal,putih bersih,kemasantertutup

    Observasivisual(tes fisik)

    Setiap kalibahandikirim

    KoordinatorShift

    27 Sortasi 9 B, F Tidakmenggumpal,putih bersih

    Observasivisual(tes fisik)

    Setiapproses

    KoordinatorShift

    28 Penerimaan 11 K Masih dalamtanggal baikpemakaian

    Observasivisual(tes fisik)

    Setiap kalibahandikirim

    KoordinatorShift

    29 Sortasi 11 K Masih dalamtanggal baikpemakaian

    Observasivisual(tes fisik)

    Setiapproses

    KoordinatorShift

    30 Perebusan 1 B Pemasakansampai suhudi atas 72oCdenganwaktu lebihdari 2 menit

    Cek waktu,kondisi airdan bahan

    Setiapproses

    Juru masak

    31 Perebusan 2 B Pemasakansampai suhudiatas 720Cdengan

    Cek waktu,kondisi airdan bahan

    Setiap kaliproses

    Juru masak

  • 8/11/2019 HACCP Daging bistik.docx

    29/35

    29

    waktu lebihdari 2 menit

    32 Pemanasan B Pemanasansampai suhudiatas 720C

    Cek waktu,suhupemanas

    Setiap kaliproses

    Koordinatorshift

    I. Penetapan tindakan perbaikan (Prinsip 5)

    Daging bistik merupakan makanan beresiko tinggi. Sehingga, pilihan

    tindakan perbaikan untuk daging bistik adalah

    a. Makanan tidak boleh diproses atau diolah sebelum semua penyimpangan

    dikoreksi

    b. Makanan tidak didistribusikan dan diuji keamanannya

    J. Prosedur verifikasi (Prinsip 6)

    Tindakan verifikasi yang akan dilakukan jika terjadi penyimpangan

    terhadap batas kritis adalah sebagai berikut:

    a. Penetapan jadwal verifikasi

    b. Pemeriksaan kembali rencana HACCP

    c. Pemeriksaan catatan HACCP

    d. Pemeriksaan penyimpangan CCP dan prosedur perbaikannya

    e. Pengamatan visual selama produksi untuk mengendalikan CCP

    f. Pengambilan contoh dan analisis secara random

    g. Membuat kesesuaian/penyimpangan rencana HACCP

    Tetapi, belum pernah dilakukan verifikasi pada setiap proses pengolahan

    Daging bistik

    K. Prosedur pemeliharaan catatan/dokumentasi (Prinsip 7)

    Belum pernah dilakukan pencatatan atau pendokumentasian pada setiap

    proses pengolahan Daging bistik.

  • 8/11/2019 HACCP Daging bistik.docx

    30/35

    30

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Identifikasi Bahaya

    Hasil pemantauan HACCP pada proses pengolahan daging bistik

    diketahui bahwa daging sapi giling yang diterima sesuai dengan spesifikasi,

    yaitu dalam keadaaan segar, tidak ada es, tidak berbau dan bewarna

    menyimpang. Pada telur ayam yang diterima masih ada sedikit kotoran

    ayam. Namun, kondisi fisik secara keseluruhan menunjukkan kondisi baik,

    yaitu tidak busuk, tidak retak atau pecah. Bumbu-bumbuan (bawang merah,

    bawang putih, lada, ketumbar, pala, dan kemiri) diterima dalam kondisi baik,

    tidak ditemukan jamur. Garam dan minyak diterima dalam kemasan dan

    masih jauh dari tanggal kadaluarsa, dan dalam kondisi baik. Gula merah

    diterima dari supplier dalam kondisi baik dan kering.

    B. Analisis Risiko Bahaya

    Daging bistik yang berbahan dasar daging sapi termasuk bahan makanan

    yang memeliki resiko tinggi pada kontaminasi. Daging bistik disajikan untuk

    pasien sehinggaga kategori resiko VI. Berdasarkan urutan resiko bahanmakanan daging sapi menempati urutan kedua setelah unggas dan produk

    unggas. Penanganan yang tepat akan meminimalkan bahaya pada produk

    daging sapi. Selain itu, daging sapi bahan daging bistik juga mengandung

    beberapa bahaya, seperti pada telur ayam, bumbu-bumbu (bawang putih,

    bawang merah, lada, dll) yaitu mengandung bahaya biologi, fisik dan kimia.

    Penanganan yang tidak tepat akan berpengaruh pada produk daging bistik

    dan dapat menimbulkan bahaya pada pasien.

    C. CCP pada proses pengolahan daging bistik

    CCP yang ditemukan pada proses pembuatan daging bistik adalah

    1. Penerimaan 8 dan sortasi 8 pada daging sapi giling

    Pada tahap penerimaan daging sapi giling akan mengurangi

    bahaya biologi dan fisik. Pemeriksaan daging yang dicocokkan dengan

    spesifikasi, terdiri dari warna, bau, penampakan. Pelaksanaan sortasi

    akan mengurangi bahaya fisik berupa krikil dan tulang yang terbawa saat

    penggilingan.

  • 8/11/2019 HACCP Daging bistik.docx

    31/35

    31

    2. Penerimaan 7, sortasi 7 dan Pencucian pada telur ayam

    Tahap penerimaan telur akan mengurangi cemaran biologi dan

    fisik. Telur ayam yang diterma disesuaikan dengan spesifikasi bahan

    makanan, yaitu tidak busuk dan kulit utuh. Sortasi pada telur ayam akan

    mengurangi cemaran fisik yaitu berupa kotoran ayam, kulit telur pecah,

    dan telur busuk

    3. Penerimaan 1, sortasi 1, pengupasan 1 dan pencucian 1 pada bawang

    putih

    Penerimaan bawang putih sesuai dengan spesifikasi bahan

    makanan akan menghindari jamur, ulat pada bawang putih. Sortasi yang

    dilakukan pada bawang putih akan menghilangkan bawang yang telah

    rusak. Pencucian bawang putih akan mengurangi residu pestisida.

    4. Penerimaan 2, sortasi 2, pengupasan 2 dan pencucian 2 pada bawang

    merah

    Penerimaan bawang merah sesuai dengan spesifikasi bahan

    makanan akan menghindari jamur, ulat pada bawang merah. Sortasi yang

    dilakukan pada bawang merah akan menghilangkan bawang yang telah

    rusak. Pencucian bawang merah akan mengurangi residu pestisida.5. Penerimaan 10, sortasi 10 pada gula merah

    Penerimaan gula merah merupakan proses yang dapat

    menghilangkan bahaya biologi, seperti semut.

    6. Penerimaan 4, sortasi 4, pencucian 3 pada pala

    Penerimaan pala sesuai dengan spesifikasi serta sortasi akan

    mengurangi bahaya jamur. Proses pencucian akan mengurangi bahaya

    debu atau kotoran yang menempel pada pala

    7. Penerimaan 5, sortasi 5, pencucian 4 pada kemiri

    Penerimaan kemiri sesuai dengan spesifikasi serta sortasi akan

    mengurangi bahaya jamur. Proses pencucian akan mengurangi bahaya

    debu atau kotoran yang menempel pada kemiri

    8. Penerimaan 3 dan sortasi 3 pada lada

    Penerimaan lada sesuai dengan spesifikasi serta sortasi akan

    mengurangi bahaya jamur.

    9. Penerimaan 6 dan sortasi 6 pada ketumbar

  • 8/11/2019 HACCP Daging bistik.docx

    32/35

    32

    Penerimaan ketumbar sesuai dengan spesifikasi serta sortasi

    akan mengurangi bahaya jamur.

    10. Penerimaan 9, dan sortasi 9 pada garam

    Penerimaan garam akan mengurangi cemaran biologi dan fisik.

    Sortasi yang dilakukan juga akan dapat mengurangi atau meminimalkan

    cemaran biologi dan fisik

    11. Penerimaan 11, sortasi 11 pada minyak goreng

    Penerimaan minyak goreng akan mengurangi cemaran kimia yaitu

    dengan melihat tanggal kadaluarsa

    12. Perebusan 1 daging

    Perebusan daging sapi giling yang telah dicetak dilakukan oleh

    juru masak. Perebusan dilakukan dengan suhu diatas 720C selama 2

    Jam. Suhu 720C dimungkinkan dapat membunuh bakteri dan waktu 2 jam

    disesuaikan dengan jumah daging yang dimasak. Pada perebusan daging

    bistik tidak melebihi batas kritis sehingga dapat menghindari kontaminan.

    13. Perebusan 2

    Perebusan 2 pada bola-bola daging selain untuk memasak daging

    bistik dapat digunakan untuk mengurangi bahaya biologi. Waktu yangdiperlukan selama 2 Jam dengan suhu 720C.

    14. Pemanasan

    Pemanasan daging bistik dilakukan untuk mengurangi bahaya

    biologi antara proses selesai pemasakan dan distribusi. Alat pemanas

    diatur dengan suhu 72 0C..

    CCP yang telah ditemukan harus dikendalikan untuk mengurangi

    kemungkinan terjadinya bahaya.

    D. Penetapan Batas Kritis

    Penetapan batas kritis merupakan suatu nilai yang merupakan batas

    antara keadaan dapat diterima, dan tidak diterima yang ditetapkan pada

    setiap CCP. Pada pengolahan daging bistik penetapan batas kritis masih

    sekedar sifat fisik dari bahan makanan. Uji laboratorium tidak dapat dilakukan

    karena terbatasnya alat dan dana. Namun, sifat fisik sudah dapat membantu

    mengurangi dari kemungkinan bahaya yang ada pada bahan makanan,

    seperti pada daging sapi. Daging sapi yang baik atau tidak tercemar bakteri

  • 8/11/2019 HACCP Daging bistik.docx

    33/35

    33

    memiliki sifat fisik, tidak berbau menyimpang, bewarna merah pucat, dan

    tidak dalam kondisi di es.

    E. Pemantauan Batas Kritis

    Batas kritis yang telah ditetapkan dilakukan pemantauan. Pada

    pengolahan daging bistik pemantauan dilakukan dengan observasi secara

    visual. Pada pengolahan daging bistik berdasarkan hasil observasi proses

    pengolahan tidak melebihi batas kritis. Hanya untuk telur ayam yang tidak

    dilakukan pencucian terlebih dahulu sebelum pemakaian. Penerimaan bahan

    makanan dijalankan sesuai dengan spesifikasi bahan makanan, proses

    pemasakan daging sapi juga tidak melebihi batas kritis yaitu pada kondisi air

    mendidih selama 2 jam. sehingga kontaminasi dapat dihindari.

    F. Koreksi terhadap penyimpangan

    Penyimpangan CCP pada masakan akan dapat menimbulkan bahaya.

    Tindakan koreksi yang bisa dilakukan adalah penahanan masakan atau tidak

    didistribusikan dan diuji kemanannya.

  • 8/11/2019 HACCP Daging bistik.docx

    34/35

    34

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. KESIMPULAN

    1. Bahan yang digunakan dalam proses pembuatana daging bistik adalah

    daging sapi giling, telur ayam, bumbu-bumbu, seperti bawang putinh,

    bawang merah, kemiri, lada, ketumbar, pala, gula jawa, garam, dan

    minyak goreng

    2. Daging bestik termasuk makanan kategori resiko VI yaitu makanan yang

    disajikan pasien atau kelompok beresiko tinggi

    3. Berdasarkan hasil pemantauan menunjukkan penerimaan bahan

    makanan telah dilakukan berdasarkan spesifikasi bahan makanan,

    sortasi dilakukan dengan baik, persiapan bahan makanan (pengupasan,

    pencucian) telah dilakukan, kecuali untuk proses pencucian telur ayam.

    Proses pemasakan masih termasuk dalam batas kritis yaitu selama 2

    jam perebusan dalam air mendidih.4. Tenaga produksi daging bestik telah menggunakan APD

    B. SARAN

    1. Telur ayam sebaiknya dilakukan pencucian sebelum pemakaian untuk

    mengurangi kontaminan dari cangkang telur

    2. Perlu dilakukan uji laboratorium untuk produk makanan yang dihasilkan.

  • 8/11/2019 HACCP Daging bistik.docx

    35/35

    DAFTAR PUSTAKA

    Depkes RI, 2005. Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Direktorat Jendral Bina

    Kesehatan Masyarakat : Jakarta

    Fardiaz, S. 1997. Analisis Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis. Pelatihan

    Pengendalian Mutu dan Keamanan Pangan Bagi Staf Pengajar.

    Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi (CFNS)-IPB dengan Dirjen

    Dikti. Bogor.

    Moehyi, Sjahmien. 1992. Penyelenggaraan Makanan Institusi dan Jasa Boga.

    Jakarta : PT. Bhatara Niaga Media

    Mudjajanto, ES. 1999. Keamanan Pangan.Bogor : IPB