Bab RARA Aaa

download Bab RARA Aaa

of 19

Transcript of Bab RARA Aaa

  • 8/20/2019 Bab RARA Aaa

    1/51

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Penyakit ginjal adalah suatu keadaan dimana ginjal mengalami penurunan

    fungsi karena berbagai faktor. Penyakit ginjal dapat bersifat akut dan kronik.

    Penyakit ginjal akut ditandai dengan penurunan fungsi ginjal secara mendadak 

    dan bersifat sementara, sedangkan penyakit ginjal kronik adalah penurunan fungsi

    ginjal yang progresif, irreversible, dan berlangsung dalam waktu yang lama dan

    menetap. (1)

    Penyakit ginjal kronik merupakan satu dari 10 penyakit mematikan.   (2)

    enurut World Health Organization (!"#), terdapat 1$$ juta penduduk dunia

    menderita penyakit ginjal kronik pada tahun 200$ dan meningkat menjadi lebih

    dari 200 juta pada tahun 200%.  (&) 'i merika, lebih dari 10 dari 200 juta

     penduduk dewasa, yaitu sekitar 2* juta orang menderita penyakit ginjal kronik 

    dengan derajat keparahan yang berbeda.  (+) Prealensi penyakit ginjal kronik di

    -ndonesia tahun 1+/200$ semakin meningkat dan secara nasional menjadi

     penyakit dengan prealensi tertinggi. Penyakit ginjal kronik adalah 0,2 dari

    seluruh kategori penyakit tidak menular yang pernah didiagnosis dokter. ($)

    idak berfungsinya ginjal karena berbagai masalah mengharuskan pasien

    untuk menjalani pengobatan khusus, yang disebut terapi pengganti. "emodialisis

    adalah salah satu terapi pengganti yang digunakan untuk menggantikan fungsi

    ginjal dalam mengeluarkan at/at beracun dengan cara mengeluarkan darah dari

    dalam tubuh manusia dan dimasukkan ke sebuah alat sesuai prosedur, yang

    disebut dialyzer . (1)

    ejak ditemukan dialisis, jumlah pasien yang menjalani terapi pengganti

    ginjal meningkat progresif, karena pasien yang lebih tua dan dengan keadaan

     penyakit lebih berat pun dapat menjalani terapi dialisis dengan aman.  (*) 3ebih

    dari &%0 ribu orang penderita penyakit ginjal kronik menjalani hemodialisis

    regular di merika.  (4) 5erdasarkan data Indonesia Renal Registry (-66), suatu

    kegiatan registrasi Perhimpunan 7efrologi -ndonesia, pada tahun 2004, jumlah

     pasien hemodialisis mencapai 21+% orang. 'itahun 200%, pasien hemodialisis

    1

  • 8/20/2019 Bab RARA Aaa

    2/51

    2

    mengalami peningkatan menjadi 22*0 orang. Pada tahun 2011, terdapat 1$.&$&

    orang yang menjalani hemodialisis dan mengalami peningkatan menjadi 1.*21

    orang pada tahun 2012. ampai akhir tahun 2012, terdapat 2++ unit hemodialisis

    di -ndonesia.  (%) alah satu faktor penyebab meningkatnya angka penderita

     penyakit ginjal dari tahun ke tahun di dunia disebabkan karena kurangnya

    kesadaran masyarakat dalam melakukan medical-checkup. ()

    'alam penelitian yang dilakukan dalam beberapa tahun terakhir oleh 8ung

    et al ., disebutkan bahwa terdapat hubungan erat antara penurunan fungsi kognitif 

     pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis, dimana

     pasien mengalami gangguan fungsi memori, kinerja saraf melambat, dan

    gangguan perhatian.  (10) Penurunan fungsi kognitif pada pasien hemodialisis

    dikaitkan dengan faktor risiko kematian, rawat inap, dan penurunan fungsi

    eksekutif, yaitu dalam mengambil keputusan, misalnya dalam penggunaan obat,

     pengaturan diet, dan menentukan keputusan medis.  (11) 8arang sekali pasien

     penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis mengalami penurunan fungsi

    kognitif sebelumnya dalam medical-record mereka, hal ini menyiratkan bahwa

     penurunan fungsi kognitif hampir tidak terdeteksi, bahkan penurunan fungsi

    kognitif tidak dianggap sebagai kondisi co-morbid  dalam rekam medik mereka.

    (12)

    'alam sebuah penelitian oleh 9urella, disebutkan bahwa %0 pasien dengan

    usia rata/rata *1,2 tahun yang menderita penyakit ginjal kronik dan menjalani

    hemodialisis, &% mengalami penurunan fungsi eksekutif yang berat dan &&

    mengalami penurunan fungsi memori yang berat pula. "al ini didukung oleh

     penelitian urray yang dilakukan terhadap &&% pasien hemodialisis dengan

    menggunakan neuropsikologikal yang lebih detail, ditemukan &4 pasienmengalami penurunan fungsi kognitif yang berat, &* sedang, 1+ ringan, dan

    hanya 1& yang memiliki fungsi kognitif normal. Penurunan fungsi kognitif pada

     pasien hemodialisis tiga kali lebih berisiko dibandingkan dengan pasien tanpa

     penyakit ginjal kronik. (1&)

    9adar ureum terlarut diduga bertanggung jawab atas manifestasi penurunan

    fungsi kognitif pada pasien penyakit ginjal kronik. Pasien penyakit ginjal kronik 

    yang menjalani terapi hemodialisis tiga kali seminggu menunjukkan penurunan

  • 8/20/2019 Bab RARA Aaa

    3/51

    3

    fungsi kognitif sedang hingga berat meskipun telah memenuhi standar 

     penghapusan urea sesuai prosedur klinis. Penurunan fungsi kognitif juga dapat

    dipengaruhi oleh depresi, penyakit serebroaskular, dan penggunaan obat/obatan

    tertentu. (1+)

    enurut data dari United States Renal Disease System  (:6'),

    disebutkan bahwa pasien hemodialisis yang mengalami penurunan fungsi kognitif 

    cenderung lebih berisiko mengalami putus berobat, yang bisa menyebabkan

    kematian dibandingkan pasien yang tidak mengalami penurunan fungsi kognitif.

    Pasien yang mengalami penurunan fungsi kognitif pun harus mengeluarkan biaya

    lebih untuk perawatan di rumah sakit. (1&)

    'eteksi dini penurunan fungsi kognitif sangat penting karena penurunan

    fungsi kognitif dapat berkembang menjadi demensia, yang dapat mempengaruhi

    kualitas hidup dan meningkatkan mortalitas. :ntuk deteksi dini gangguan kognitif 

     pada pasien hemodialisis, dibutuhkan alat skrining yang cepat dan sederhana.

     ini-ental State !"amination  (;) merupakan cara yang paling sering

    dipakai di dunia. (10)

    5erdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan

     penelitian mengenai hubungan lama hemodialisis dengan skor ini-ental State

     !"amination  (;) pada pasien penyakit ginjal kronik di -nstalasi 'ialisis

    6umah akit :mum 'aerah dr.

  • 8/20/2019 Bab RARA Aaa

    4/51

    4

    engetahui kejadian perubahan skor  ini-ental State !"amination

    (;) pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di

    -nstalasi 'ialisis 6:'

  • 8/20/2019 Bab RARA Aaa

    5/51

    5

    BAB II

    TIN&AUAN PU'TA(A

    2.1 Pen)akt *njal (r%nk 

    Penyakit ginjal kronik adalah hilangnya kemampuan ginjal untuk 

    mempertahankan olume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan

    makanan normal. 9eadaan ini berlangsung secara progresif dan lambat (biasanya

    dalam beberapa tahun). Penyakit ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam

     penyakit yang merusak massa nefron ginjal sehingga terjadi defisiensi jumlah

    total nefron.  (1$) eiring dengan berkurangnya jumlah nefron yang berfungsi,

    nefron yang tersisa akan melakukan kompensasi dengan meningkatkan filtrasi dan

    reabsorbsi at terlarut yang justru akan merusak nefron tersisa dan mempercepat

    kehilangan nefron. (*)

    Penyakit ginjal kronik dapat didefinisikan berdasarkan kriteria berikut  (1)@

    1. 9erusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari & bulan, berupa

    kelainan struktural atau fungsional, dengan atau tanpa penurunan

    lomerular .iltration Rate (AB6), dengan manifestasi@

    / 9elainan patologis

    / erdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam komposisi darah

    atau urin, atau kelainan dalam tes pencitraan (imaging tests)

    2. lomerular .iltration Rate (AB6) kurang dari *0 mlCmenitC1,4&m2 selama &

     bulan, dengan atau tanpa kerusakan ginjal.

    Pada keadaan dimana tidak terjadi kerusakan ginjal lebih dari & bulan dan AB6 

    sama atau lebih dari *0 mlCmenitC1,4&m2, tidak termasuk kriteria penyakit ginjal

    kronik. (1)

    Penyakit ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang

    merusak massa nefron ginjal. ebagian besar penyakit ini merupakan penyakit parenkim ginjal difus dan bilateral, meskipun lesi obstruktif pada traktus urinarius

     juga dapat menyebabkan penyakit ginjal kronik. Pada awalnya, beberapa penyakit

    ginjal menyerang glomerulus (glomerulonefritis), sedangkan jenis lain menyerang

    tubulus ginjal (pielonefritis atau penyakit polikistik ginjal) atau dapat juga

    mengganggu perfusi darah pada parenkim ginjal (nefrosklerosis). 7amun, bila

     proses penyakit tidak dihambat maka seluruh nefron akhirnya hancur dan diganti

    dengan jaringan parut.

     

    (1$)

  • 8/20/2019 Bab RARA Aaa

    6/51

    6

    Patofisiologi penyakit ginjal kronik tergantung dari penyakit yang

    mendasarinya, tetapi dalam proses perkembangan selanjutnya kurang lebih sama.

    Pengurangan massa ginjal mengakibatkan hipertrofi struktural dan fungsional

    nefron yang masih tersisa sebagai upaya kompensasi, hal ini mengakibatkan

    terjadinya hiperfiltrasi, yang diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler dan aliran

    darah glomerulus (proses adaptasi). Proses selanjutnya diikuti sklerosis nefron

    yang masih tersisa (proses maladaptasi). erakhir, terjadi penurunan fungsi nefron

    yang progresif. Peningkatan aktiitas aksis renin/angiotensin/aldosteron,

    albuminuria, hipertensi, hiperglikemia, dan dislipidemia juga dianggap berperan

    dalam terjadinya hiperfiltrasi, sklerosis, dan progresiitas tersebut. (1)

    Perjalanan klinis umum penyakit ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga

    stadium. Pada stadium pertama penyakit ginjal kronik terjadi penurunan cadangan

    ginjal, dimana kreatinin serum dan kadar 5:7 ( /lood Urea 0itrogenC7itrogen

    :rea 'arah) normal dan pasien masih asimptomatik. Pada stadium kedua disebut

    insufisiensi ginjal, dimana AB6 (lomerular .iltration Rate) besarnya 2$ dari

    normal dengan 4$ jaringan yang berfungsi menjadi rusak, kadar 5:7 dan

    kreatinin pun mulai meningkat di atas batas normal, dan pasien mulai mengalami

    gejala/gejala nokturia dan poliuria (akibat gangguan kemampuan pemekatan).

    tadium ketiga dan stadium akhir penyakit ginjal progresif disebut penyakit ginjal

    stadium akhir atau end-stage o+ renal disease (;6') atau uremia. !nd-stage o+ 

    renal disease (;6') terjadi apabila sekitar 0 dari massa nefron telah hancur 

    atau hanya sekitar 200 ribu nefron yang masih utuh, nilai AB6 hanya 10 dari

    keadaan normal dan bersihan kreatinin mungkin sebesar $/10 ml per menit atau

    kurang sehingga kreatinin serum dan kadar 5:7 akan meningkat sebagai respons

    terhadap AB6 yang mengalami sedikit penurunan. Pada ;6', pasien mulaimerasakan gejala/gejala yang cukup parah, karena ginjal tidak sanggup lagi

    mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit dalam tubuh.  (1$)

    Aambaran klinis pasien penyakit ginjal kronik biasanya sesuai dengan

     penyakit yang mendasarinya, seperti diabetes mellitus, infeksi atau batu traktus

    urinarius, hipertensi, hiperurikemia, 3upus ;ritematosus istemik (3;), dan lain

    sebagainya. indrom uremia, yang terdiri dari lemah, letargi, anoreksia, mual,

    muntah, nokturia, volume overload , neuropati perifer, pruritus, uremic +rost ,

  • 8/20/2019 Bab RARA Aaa

    7/51

    7

     perikarditis, kejang, bahkan koma juga terlihat pada pasien penyakit ginjal kronik.

    Penyakit ginjal kronik juga biasanya diikuti oleh gejala komplikasi, seperti

    hipertensi, anemia, osteodistrofi renal, payah jantung, asidosis metabolik, dan

    gangguan keseimbangan elektrolit (sodium, kalium, klorida).  (1)

    Aambaran radiologis penyakit ginjal kronik juga sesuai dengan penyakit

    yang mendasarinya dan terdapat penurunan fungsi ginjal yang terlihat dari

     peningkatan kadar ureum dan kreatinin serum, serta penurunan AB6. erdapat

     pula kelainan biokimiawi darah pada pasien penyakit ginjal kronik, berupa

     penurunan kadar hemoglobin, peningkatan kadar asam urat, hiper atau

    hipokalemia, hiponatremia, hiper atau hipokloremia, hiperfosfatemia,

    hipokalsemia, dan asidosis metabolik. 9elainan urinalisis, seperti proteinuria,

    hematuri, leukosuria, cast , atau isostenuria juga dapat terjadi. (1)

    9lasifikasi penyakit ginjal kronik dapat dilihat pada tabel di bawah ini@

    Ta+el 2.1 (las"kas Pen)akt *njal (r%nk Ber,asarkan Derajat Pen)akt (1)

    Derajat Penjelasan *-R ml/ment/103m2

    1 9erusakan ginjal dengan AB6 normal atau tinggi D 0

    2 9erusakan ginjal dengan AB6 turun ringan *0 E %

    & 9erusakan ginjal dengan AB6 turun sedang &0 E $

    + 9erusakan ginjal dengan AB6 turun berat 1$ E 2$ Aagal ginjal F 1$ atau dialisis

    Penyakit ginjal kronik adalah penyakit kronik yang tidak menular yang

     berhubungan dengan klinis yang buruk dan economic outcomes yang merugikan.

    erdapat 1 dari 10 orang pada suatu populasi yang menderita penyakit ginjal

    kronik yang berisiko kematian bahkan sebelum berkembang menjadi ;6'.

    Penyakit ini berkembang diam/diam dan asimptomatik, sehingga tidak segera

    diobati. #leh karena itu, penting sekali untuk melakukan deteksi dini dan

    interensi khusus untuk mencegah dan menunda perkembangan penyakit.  (1*)Penatalaksanaan pada penyakit ginjal kronik meliputi terapi spesifik 

    terhadap penyakit dasarnya, pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid,

     penyakit kardioaskular, dan komplikasi, memperlambat perburukan

    ( progression) fungsi ginjal, serta terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau

    transplantasi ginjal. (1)

    Perencanaan tatalaksana terhadap penyakit ginjal kronik dapat kita lihat

     pada tabel di bawah ini@

  • 8/20/2019 Bab RARA Aaa

    8/51

    8

    Ta+el 2.2 Perenanaan Tatalaksana Pen)akt *njal (r%nk 'esua ,engan

    Derajatn)a (1)

    Derajat *-R ml/ment/103m2 Renana Tatalaksana

    1 D 0 erapi penyakit dasar, kondisi komorbid,

    ealuasi perburukan fungsi ginjal, memperkecil

    risiko kardioaskular 

    2 *0 E % enghambat perburukan fungsi ginjal

    & &0 E $ ;aluasi dan terapi komplikasi

    + 1$ E 2 Persiapan untuk terapi pengganti ginjal

    $ F 1$ erapi pengganti ginjal

    2.2 Hem%,alss

    'alam keadaan normal, ginjal berfungsi sebagai penyaring darah dari at/

    at sisa metabolisme tubuh dan dikeluarkan dalam bentuk air seni kemudian darah

    yang telah bersih dikembalikan ke pembuluh darah besar dan diedarkan kembali

    ke seluruh tubuh. erdapat sekitar 140 liter darah yang harus disaring oleh ginjal

     per harinya. Pada penyakit ginjal kronik, sampah metabolisme dan air tidak dapat

    dikeluarkan sehingga dapat menyebabkan keracunan bahkan kematian.  (14)

    "ilangnya fungsi ginjal yang berat, baik secara akut maupun kronis,

    membahayakan nyawa pasien dan membutuhkan pembersihan produk buangan

    yang toksik serta pengembalian olume dan komposisi cairan tubuh ke keadaan

    normal. 9ondisi ini dapat diatasi dengan terapi hemodialisis.  (1%) "emodialisis

    adalah suatu terapi pengganti ginjal berupa metode pencucian darah yang

    digunakan secara rutin dan luas untuk mempertahankan kualitas hidup dan

    memperpanjang usia bagi pasien penyakit ginjal kronik dan akut melalui sebuah

     prosedur pembersihan darah dari at/at yang konsentrasinya berlebihan di dalam

    tubuh melalui sebuah mesin berupa ginjal artifisial atau buatan, yaitu dialyzer .

    (1)

  • 8/20/2019 Bab RARA Aaa

    9/51

    9

    :ltrafiltrasi adalah proses berpindahnya air dan bahan terlarut karena

     perbedaan tekanan hidrostatik dalam darah dan dialisat.

    &. #smosis

    #smosis adalah proses berpindahnya air karena tenaga kimia, yaitu

     perbedaan osmolaritas darah dan dialisat.

    Pada hemodialisis, darah dipompa melewati satu sisi membran

    semipermeabel (membran sintetik), sedangkan cairan dialisat dipompa melewati

    dengan arah gerakan yang berlawanan dari sisi lain. embran biasanya diletakkan

    di dalam wadah sebagai lembaran yang memiliki lubang ditengahnya. 8umlah

    cairan dikeluarkan dan dikontrol dengan mengubah tekanan hidrostatik darah

    dibandingkan dengan cairan dialisat. 'arah dan dialisat mencapai keseimbangan

    di kedua sisi membran sehingga komposisi plasma dapat dikontrol dengan

    mengubah komposisi dialisat. Gairan dialisat terbuat dari konsituen esensial

     plasma, berupa natrium, kalium, klorida, kalsium, magnesium, dan glukosa, serta

    suatu bufer seperti bikarbonat, asetat, atau laktat. 9onsentrasi kalium dalam

    dialisat biasanya lebih rendah daripada dalam plasma sehingga memacu

     pergerakan kalium ke luar dari darah.  (*) emua kadar elektrolit ini dapat

    dimodifikasi sesuai kondisi klinis pasien . (21) "eparin digunakan dalam sirkuit

    dialisis untuk mencegah penggumpalan darah. 

    (*)"emodialisis idealnya membutuhkan dua titik akses untuk sirkulasi, yaitu

    untuk mengeluarkan darah dan mengembalikannnya ke mesin dialisis. :ntuk 

     jangka pendek, proses ini dapat dicapai dengan kateter ena sentral berukuran

     besar berlumen ganda yang dapat dibuat seperti terowongan di kulit untuk 

    mengurangi risiko infeksi. (*) :ntuk akses jangka panjang, biasanya dibuat fistula

    arterioenosa di pergelangan tangan (fistula =5rescia/Gimino?) dengan

    menggunakan gra+t   arterioenosa yang terbuat dari politetrafluo/roetilen sintetik 

    (AoreteH), kateter -I berlumen besar, atau alat G yang dipasang pada kateter 

    intraaskular.  (21) Bistula ini dibuat dengan menyatukan arteri radialis atau

     brakhialis dengan ena secara  side-to-side  atau  side-to-end . etelah beberapa

     bulan, fistula akan berdilatasi dan aliran tinggi yang melewatinya memungkinkan

    dua jarum berukuran besar ditempatkan di dalamnya untuk dialisis. Pirau ( shunt )

    eksternal pun kadang dapat digunakan untuk menyatukan arteri dengan ena. Pada

     pasien ginjal, jalur intraena sebaiknya selalu dipasang di tangan bagian belakang

  • 8/20/2019 Bab RARA Aaa

    10/51

    10

    daripada di lengan, hal ini dilakukan untuk menghindari kerusakan ena lengan

    yang mungkin diperlukan di kemudian hari untuk pembentukan fistula.  (*)

    Pada umumnya indikasi terapi hemodialisis pada pasien penyakit ginjal

    kronik adalah jika AB6 F $ mlCmenitC1,4&m2

    . 9eadaan pasien yang mempunyai

    AB6 F $ mlCmenitC1,4&m2 tidak selalu sama sehingga terapi ini perlu dimulai jika

    ditemui salah satu dari hal di bawah ini  (1)@

    1. 9eadaaan umum buruk dan gejala klinis nyata

    2. 9 serum J * m;KCl

    &. :reum darah J 200 mgCdl

    +. nuria berkepanjangan ( J $ hari)

    $.  .luid overload 

    ebagian besar pasien menjalani terapi dialisis tiga kali dalam seminggu dan

     biasanya dialisis berlangsung selama &/+ jam. ;fisiensi dialisis terutamatergantung pada lamanya dialisis, kecepatan aliran darah, kecepatan aliran dialisat,

    dan luas permukaan dialyzer . (21)

    dapun beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada pasien yang menjalani

    terapi hemodialisis, yaitu (22)@

    1. "ipotensi yang dapat terjadi selama dialisis ketika cairan dikeluarkan

    2. ;mboli udara dapat terjadi jika terdapat udara yang masuk ke sistem

    askular pasien namun hal ini jarang terjadi

    &. 7yeri dada dapat terjadi karena pG#2 menurun bersamaan dengan

    terjadinya sirkulasi darah di luar tubuh

    +. Pruritus dapat terjadi selama terapi dialisis, yaitu ketika produk akhir 

    metabolisme meninggalkan kulit

    $. ual dan muntah merupakan peristiwa yang sering terjadi

    *. Aangguan keseimbangan dialisis berupa kejang yang dapat terjadi jika

    uremia berat

    4. 9ram otot dan nyeri yang terjadi ketika cairan dan elektrolit dengan cepat

    meninggalkan ruang ekstrasel

    Proses hemodialisis yang lama umumnya akan menimbulkan stres fisik,

     pasien akan merasakan kelelahan, sakit kepala, dan berkeringat dingin akibat

    tekanan darah yang turun. erapi ini juga akan mempengaruhi keadaan psikologis

     pasien. Pasien akan mengalami gangguan berpikir dan konsentrasi serta gangguan

    dalam berhubungan sosial. emua kondisi tersebut akan menyebabkan

    menurunnya kualitas hidup dan mempengaruhi gaya hidup pasien penyakit ginjal

    kronik yang menjalani hemodialisis. ()

    2.3 -ungs (%gnt" 

  • 8/20/2019 Bab RARA Aaa

    11/51

    11

    9ognisi adalah sebuah proses mental untuk memperoleh pengetahuan

    menggunakan penalaran dan persepsi yang mendasari kegiatan sehari/hari, mulai

    dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks. Bungsi kognitif 

    merupakan aktiitas mental secara sadar seperti berpikir, mengingat, belajar, dan

    menggunakan bahasa. Bungsi kognitif juga merupakan kemampuan atensi,

    memori, pertimbangan, pemecahan masalah, serta kemampuan eksekutif seperti

    merencanakan, menilai, mengawasi, dan melakukan ealuasi. (2&) Perkembangan

    kognitif merupakan salah satu perkembangan mental yang bertujuan memisahkan

    kenyataan yang sebenarnya dengan fantasi, menjelajah kenyataan dan menemukan

    hukum/hukumnya, memilih kenyataan/kenyataan yang berguna bagi kehidupan,

    serta menemukan kenyataan sesungguhnya di balik sesuatu yang tampak. (2+)Bungsi kognitif seseorang meliputi berbagai fungsi orientasi, bahasa, atensi,

    memori, konstruksi, kalkulasi, dan penalaran. (2$)

    1. #rientasi

    #rientasi dinilai dengan pengacuan pada personal, tempat, dan waktu.

    #rientasi terhadap personal adalah kemampuan menyebutkan nama sendiri

    ketika ditanya, orientasi tempat dinilai dengan menanyakan negara,

     proinsi, kota, gedung, dan lokasi dalam gedung, sedangkan orientasi waktu

    dinilai dengan menanyakan tahun, musim, bulan, hari, dan tanggal. 9arena

     perubahan waktu lebih sering daripada tempat maka waktu dijadikan indeks

     paling sensitif untuk disorientasi. (2$)

    2. 5ahasa

    Bungsi bahasa merupakan kemampuan yang meliputi + parameter, yaitu@

    / 9elancaran yang merujuk pada kemampuan untuk menghasilkan kalimat

    dengan panjang, ritme, dan melodi yang normal. etode untuk menilai

    hal ini adalah meminta pasien untuk menulis atau berbicara secara

    spontan./ Pemahaman yang merujuk pada kemampuan untuk memahami suatu

    kata atau perintah, dibuktikan dengan mampunya seseorang tersebut

    mengikuti perintah

    / Pengulangan yang merujuk pada kemampuan seseorang mengulangi

    suatu pernyataan atau kalimat yang diucapkan seseorang.

    /  0aming   yang merujuk pada kemampuan seseorang untuk menamai

    suatu objek serta bagian/bagiannya (2$)

    &. tensi

  • 8/20/2019 Bab RARA Aaa

    12/51

    12

    tensi merujuk pada kemampuan seseorang untuk merespon stimulus

    spesifik dengan mengabaikan stimulus yang lain di luar lingkungannya.

    Bungsi atensi terdiri dari mengingat segera dan konsentrasi. engingat

    segera merujuk pada kemampuan seseorang mengingat sejumlah kecil

    informasi selama kurang dari &0 detik dan mampu mengeluarkannya

    kembali. spek konsentrasi merujuk pada sejauh mana kemampuan

    seseorang untuk memusatkan perhatiannnya pada satu hal. Bungsi ini dapat

    dinilai dengan meminta orang tersebut untuk mengurangkan 4 secara

     berturut/turut dimulai dari angka 100 atau dengan memintanya mengeja kata

    secara terbalik. (2$)

    +. emoriemori terdiri dari dua komponen, erbal dan isual. emori erbal

    merupakan kemampuaan seseorang untuk mengingat kembali informasi

    yang diperolehnya. erdapat dua subkomponen memori erbal, yaitu

    memori baru (kemampuan mengingat informasi yang diperoleh beberapa

    menit atau hari yang lalu) dan memori lama (kemampuan mengingat

    informasi beberapa minggu dan bertahun/tahun yang lalu). emori isual

    adalah kemampuan seseorang mengingat kembali informasi berupa gambar.

    (2$)

    $. Bungsi 9onstruksi

    Bungsi konstruksi mengacu pada kemampuan seseorang untuk membangun

    dengan sempurna. Bungsi ini dinilai dengan meminta orang tersebut untuk 

    menyalin gambar, memanipulasi balok, atau membangun kembali suatu

     bangunan balok yang telah dirusak sebelumnya. (2$)

    *. 9alkulasi dan Penalaran

    9alkulasi adalah kemampuan seseorang untuk menghitung angka. Penalaran

    adalah kemampuan seseorang untuk membedakan baik atau buruknya suatuhal, serta berpikir abstrak. (2$)

    Penurunan fungsi kognitif adalah berkurangnya kewaspadaan mental,

    gangguan intelektual, dan penurunan perhatian. Penurunan fungsi kognitif juga

    menurunkan kapasitas konsentrasi, belajar, dan memori, serta menyebabkan

    gangguan yang lebih kompleks seperti gangguan pemecahan masalah baru.   (2*)

    Penurunan fungsi kognitif (cognitive impairment ) adalah suatu terminologi umum

    yang digunakan untuk menggambarkan penurunan kemampuan untuk berpikir,

  • 8/20/2019 Bab RARA Aaa

    13/51

    13

     berkomunikasi, mengingat, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.  (24)

    (2%)

    dapun faktor/faktor yang mempengaruhi penurunan fungsi kognitif adalah

    sebagai berikut@1. :sia

    eiring bertambahnya usia, tubuh akan mengalami perubahan dan penuaan,

    termasuk otak yang mengalami perubahan fungsi intelektual. uatu

     penelitian menunjukkan adanya penurunan fungsi kognitif sebanyak 1*

     pada kelompok umur *$/*, 21 pada 40/4+ tahun, &0 pada 4$/4, dan

    ++ pada usia J%0 tahun. "asil penelitian tersebut menunjukkan adanya

    hubungan positif antara usia dan penurunan fungsi kognitif. (2)

    2. 8enis 9elamin!anita tampaknya lebih berisiko mengalami penurunan fungsi kognitif. "al

    ini disebabkan oleh peran dari leel hormon seks endogen. 6eseptor 

    estrogen ditemukan dalam area otak yang berperan dalam fungsi belajar dan

    memori. 6endahnya leel estradiol dalam tubuh dikaitkan dengan

     penurunan fungsi kognitif dan memori erbal, dimana estradiol diperkirakan

     bersifat neuroprotektif dan dapat membatasi kerusakan akibat stres oksidatif 

    serta terlihat sebagai protektor sel saraf dari toksisitas amiloid pada pasien

    lheimer. (&0)

    &. ingkat Pendidikan

    Penurunan fungsi kognitif dapat lebih cepat terjadi pada seseorang dengan

    tingkat pendidikan rendah dibandingkan dengan tingkat pendidikan tinggi.

    erdapat dua mekanisme yang mendasarinya, yaitu hipotesis brain reserve

    dan teori use it or lose it . "ipotesis brain reserve didasarkan pada potensi

    kognitif yang didapat sejak lahir, sedangkan teori use it or lose it  mengacu

    kepada neurokimia dan perubahan struktur otak yang lebih baik jika terus

    dilakukan stimulus mental. (&1)

    +. ktiitas Bisik 

    ktiitas fisik dapat mempertahankan aliran darah otak dan mungkin

    meningkatkan persediaan nutrisi otak. ktiitas fisik juga diyakini

    memfasilitasi metabolisme neurotransmiter, memicu perubahan aktiitas

    molekuler dan seluler yang mendukung dan menjaga plastisitas otak, serta

    menstimulasi faktor tropik dan neuronal gro1th  yang kemungkinan

  • 8/20/2019 Bab RARA Aaa

    14/51

    14

     berperan sebagai faktor yang menghambat penurunan fungsi kognitif dan

    demensia. (&2)

    Penurunan fungsi kognitif dapat bersifat ringan, sedang, sampai berat.

    Penurunan fungsi kognitif yang paling berat biasa disebut demensia. 

    (&&)

    Penurunan fungsi kognitif merupakan masalah penting, dimana prealensi

    demensia di dunia makin meningkat. Pasien dengan penurunan fungsi kognitif 

    memiliki prognosis yang buruk dan menjadi salah satu faktor risiko mortalitas.

    Penurunan fungsi kognitif merupakan masalah co-morbid  yang tidak terdeteksi,

    masalah mental, dan menjadi risiko terjadinya kecelakaan di rumah. 'i rumah

    sakit, pasien dengan penurunan fungsi kognitif sulit berkomunikasi dalam

    mengutarakan keluhan mereka dan informasi lainnya. 'alam perawatan primer  pun, penurunan fungsi kognitif jarang sekali terdeteksi. (&+)

    erdapat beberapa kategori dari penurunan fungsi kognitif tanpa demensia,

    yaitu sebagai berikut (&$)@

    1. Penurunan fungsi kognitif tanpa demensia yang tidak spesifik, dimana

     pasien memenuhi kriteria untuk penurunan fungsi kognitif tanpa demensia,

    tetapi pola gejala klinis dan riwayat medis tidak cocok.

    2. Penyakit lheimer Prodormal, dimana onset penurunan bertahap di bidang

    memori dan eksekutif, gejala klinis dan tes neuropsikologi sugestif 

    lheimer.

    &. Penurunan fungsi kognitif ringan, dimana skor ; minimal 2+ dan

     biasanya terjadi penurunan pada item recall .

    +. Penurunan fungsi kognitif askular tanpa demensia, dimana onset

     penurunan fungsi kognitif dan gangguan fungsional terjadi bertahap dan

    tidak konsisten, kinerja memori melambat, terdapat masalah kardioaskular 

    atau serebroaskular.

    $. troke, dimana terjadi penurunan fungsi kognitif pada pasien dengan

    riwayat stroke atau tanda/tanda neurologis fokal yang konsisten dengan

    stroke.

    *. Penurunan fungsi kognitif karena kondisi medis atau gangguan sensorik,

    seperti penyakit jantung, penyakit paru, penyakit ginjal,  sleep apneu, dan

     penyakit kronis lainnya. Aangguan sensorik termasuk masalah klinis yang

    menyebabkan kehilangan penglihatan dan pendengaran.

    4. Penurunan fungsi kognitif dengan kondisi neurologis, seperti Penyakit

    Parkinson, traumatic brain in'ury, atau kondisi lain yang mempengaruhi

  • 8/20/2019 Bab RARA Aaa

    15/51

    15

    sistem saraf pusat. Penurunan fungsi kognitif terjadi konsisten dan spesifik,

    tetapi tidak terjadi semata/mata karena gangguan motorik dari kondisi

    neurologis.

    %. 'epresi, dimana penurunan fungsi kognitif ditemukan pada pasien dengan

    gejala depresi.

    . Penurunan fungsi kognitif pada pasien dengan gangguan psikiatri, seperti

    bipolar disorder , skiofrenia, atau gangguan kepribadian lainnya.

    10. Penurunan fungsi kognitif karena penyalahgunaan alkohol di masa lalu,

    dimana terdapat riwayat penggunaan alkohol minimal * bulan.

    11. Penurunan fungsi kognitif pada pasien yang sedang melakukan

     penyalahgunaan alkohol, dimana pasien sedang menggunakan alkohol

    selama kurang dari * bulan.12. Penurunan fungsi kognitif pada pasien dengan kinerja neuropsikologi

    terganggu karena memiliki kecerdasan yang rendah dan gangguan belajar 

    seumur hidup. (&$)

    2.! Hu+ungan Pen)akt *njal (r%nk ,engan -ungs (%gnt" 

    Penurunan fungsi kognitif pada pasien penyakit ginjal kronik sering

    dianggap sebagai masalah yang tak terlihat dan jarang sekali terdeteksi oleh

    dokter dan praktisi medis lainnya. Penelitian terbaru pada pasien penyakit ginjal

    kronik menunjukkan bahwa penurunan fungsi kognitif berkaitan dengan

     penurunan lomerular .iltration Rate  (AB6). Pasien dengan AB6 +$

    mlCmenitC1,4&m2  dua kali lebih berisiko mengalami penurunan fungsi kognitif 

    dibandingkan pasien dengan AB6 yang lebih tinggi. "al ini menunjukkan pasien

    yang mengalami penurunan fungsi ginjal lebih dari setengahnya akan berisiko

    terjadi penurunan fungsi kognitif.  (&*) enurut &he Intervention ,ro'ect on

    2erebrovascular Disease and Dementia in the 2ommunity o+ !bersberg 

    (-7I';)  Study, gangguan fungsi ginjal sedang sampai parah selama 2 tahun

    mempunyai hubungan signifikan dengan penurunan fungsi kognitif.   (&4)

    Penelitian epidemiologi terkini menyebutkan bahwa penurunan fungsi kognitif 

    dapat terjadi pada stadium awal penyakit ginjal kronik dan prealensinya

    meningkat seiring dengan makin memburuknya fungsi ginjal.  (&%)

    eperti yang diketahui, albuminuria adalah early marker  penyakit ginjal dan

     penurunan AB6 sebagai late marker   penyakit ginjal, dimana albuminuria

  • 8/20/2019 Bab RARA Aaa

    16/51

    16

    menunjukkan adanya gangguan hemodinamik mikroaskular dan penurunan AB6 

    menunjukkan gangguan metabolisme mineral, anemia, dan stres oksidatif. 9edua

    hal ini berpengaruh terhadap penurunan fungsi kognitif melalui mekanisme

    askular maupun non askular. 5aik albuminuria maupun penurunan AB6 

    mempunyai  path1ay  penurunan fungsi kognitif yang berbeda. 'alam sebuah

     penelitian oleh amura et al ., disebutkan bahwa albuminuria memiliki hubungan

    yang lebih kuat terhadap penurunan fungsi kognitif dibandingkan dengan

     penurunan AB6, hal ini berdasarkan beberapa alasan penting, yaitu pasien usia tua

    yang mengalami penyakit ginjal kronik lebih dahulu meninggal sebelum sampai

    ke tahap ;6' dan pada penelitian oleh pasien penyakit ginjal kronik yang

    albuminuria dan pada pasien penyakit ginjal kronik dengan AB6 normal atau

    mendekati normal, keduanya mengalami risiko penurunan fungsi kognitif. "al ini

    menunjukkan bahwa albuminuria lebih berpengaruh dibandingkan dengan

     penurunan AB6. (&)

    ingkat keparahan penyakit ginjal kronik dikaitkan dengan keparahan

     penurunan fungsi kognitif, usia, tingkat pengetahuan, dan faktor lainnya.

    Penurunan fungsi kognitif pada pasien penyakit ginjal kronik juga berhubungan

    dengan pengobatan, seperti retensi neurotoksin, termasuk produk metabolisme

    nitrogen, dan hormon paratiroid, bahkan inflamasi kronik termasuk faktor yang

     berperan pada penurunan fungsi kognitif. (2*) 'alam sebuah penelitian oleh Post

    et al ., disebutkan bahwa walaupun pada pasien ditemukan ; dalam batas

    normal namun profil neuropsikologis mereka cenderung mengalami defisit,

    dimana mempengaruhi perencanaan, pengurutan, pengorganisasian, keterbatasan

    dalam melakukan sesuatu, fleksibilitas mental, dan semua yang diperlukan untuk 

    menjalani aktiitas sehari/hari, hal ini dapat menyebabkan risiko pasien penyakit

    ginjal untuk tidak patuh atau kegagalan dalam pengobatan. (+0)

    2.# Hu+ungan Hem%,alss ,engan -ungs (%gnt" 

    Penurunan fungsi kognitif umum terjadi pada pasien penyakit ginjal kronik,

    khususnya ;6' dan berhubungan dengan outcomes  yang buruk, tetapi

    mekanisme yang mendasarinya kurang dipahami. 5eberapa kondisi yang juga

    disebut berperan dalam patogenesis penurunan fungsi kognitif adalah retensi

    ureum, hipertensi, ketidakstabilan hemodinamik saat hemodialisis, anemia, dan

  • 8/20/2019 Bab RARA Aaa

    17/51

  • 8/20/2019 Bab RARA Aaa

    18/51

    18

    (:6'), penurunan fungsi kognitif berat lebih sering terjadi pada pasien

    hemodialisis dibandingkan pasien peritoneal dialisis. (1&)

    9onsekuensi penurunan fungsi kognitif pada pasien hemodialisis adalah

     berkurangnya harapan hidup, peningkatan biaya perawatan, risiko rawat inap,

     bahkan risiko kematian. Aangguan kognitif pada pasien hemodialisis juga dapat

    menghambat mereka dalam mematuhi jadwal hemodialisis, mengatur obat/obatan,

    dan diet.  (+&)  Peningkatan kewaspadaan dokter dalam mendeteksi penurunan

    fungsi kogntitif dapat membantu pasien dan keluarga dalam membuat keputusan

    memulai atau menghentikan terapi hemodialisis. (1&)

    2.4 Mini-Mental State Examination MM'E

    ejak diperkenalkan oleh Bolstein pada tahun 14$, ; telah menjadi

    tes yang dapat diandalkan untuk skrining fungsi kognitif. -ni adalah tes sederhana

    yang hanya memakan waktu 10/20 menit untuk melakukannya dan telah

    digunakan dalam banyak studi obserasional dan klinis.  ini-ental State

     !"amination (;) memiliki beberapa kelemahan, seperti mudah terpengaruh

    oleh pendidikan dan usia, serta tidak cocok untuk menilai fungsi eksekutif,   (10)

    tetapi ; dapat menilai status kognitif keseluruhan pasien dan

    memperkirakan tingkat keparahannya dalam suatu waktu tertentu.  (&4)  ini-

     ental State !"amination  (;) terdiri dari beberapa item  pertanyaan, yaitu

    orientasi, registrasi, perhatian dan kalkulasi, recall , dan bahasa. asing/masing

    item tersebut memiliki  sub-item  tersendiri dengan skor total &0.  (++) kor 

    sempurna untuk ; adalah &0, dengan 2+ sebagai nilai yang masih

    direkomendasikan dan sebagai cutpoint   untuk penurunan fungsi kognitif,

    sedangkan skor 2& atau lebih rendah menunjukkan penurunan fungsi kognitif. (+$)

    erdapat beberapa tes selain ; yang dapat digunakan untuk 

    menentukan status kognitif seseorang, yaitu sebagai berikut (11) (12)@

    1.  0orth 3merican 3dult Reading &est , yang merupakan tes untuk menilai

    intelegensi seseorang

    2. &rail aking &est ()  3  dan  /, yang merupakan tes untuk menilai

     perhatian kecepatan proses mental, dan fungsi eksekutif 

    &.  Hopkins 4erbal 5earning , yang merupakan tes untuk menilai fungsi memori

    erbal

  • 8/20/2019 Bab RARA Aaa

    19/51

    19

    +. 2olor &rails (  dan Stroop Inter+erence &est , yang merupakan tes untuk 

    menilai fungsi eksekutif 

    $. 2ontrol Oral Word 3ssociation &est  (G#!), yang merupakan tes untuk 

    menilai fungsi berbahasa*.  Digit Span, yang merupakan tes untuk menilai fungsi perhatian

    4. 2lock Dra1ing &est   (G'), yang merupakan tes untuk menilai fungsi

    eksekutif dan isuospasial

    %.  ontreal 2ognitive 3ssessment  (oG), yang merupakan tes untuk menilai

    isuospasial dan fungsi eksekutif seseorang

    asih terdapat banyak tes untuk menilai fungsi kognitif seseorang, namun

     ini-ental State !"amination  (;) merupakan tes yang digunakan untuk 

    skrining fungsi kognitif yang tidak perlu diterapkan oleh neuropsychologists

    terlatih, tetapi juga dapat dilakukan oleh dokter dan penyedia layanan kesehatan

    lainnya. edangkan tes neuropsikologi rinci dan sistematis dipakai untuk 

    mengealuasi status kognitif pasien untuk studi lanjut. lat skrining sederhana

    dan mudah seperti ; cocok untuk bedside e"amination. (+*)

  • 8/20/2019 Bab RARA Aaa

    20/51

    20

    2. (erangka Te%r

    :sia

    / "ipertensi

    / 'iabetes elitus

    / "iperlipidemia

    / troke

    / erebral neurisma

    / terosklerosis

    / lheimer 

    / 'epresi

    / rauma 9epala

    / -nfeksi P

    / umor P

    / erokok / lkohol

    3ama

    "emodialisis

    / Penurunan AB6 

    / lbuminuria

    / #bat/obatan

    / 9adar :reum

    / 9etidakstabilan

    "emodinamik 

    / nemia

    / "ipotensi

    / Penurunan perfusi

    serebral

    /

    kor ;

    *am+ar 2.1 (erangka Te%r

    9eterangan@

    @ ariabel yang diteliti

    @ ariabel yang tidak diteliti

    Baktor 

    9arakteristik 

    Baktor 9omorbidktiitas Bisik 

    ingkat

    Pendidikan

    8enis 9elamin

  • 8/20/2019 Bab RARA Aaa

    21/51

    22

    BAB III

    MET5DE PENELITIAN

    3.1 &ens ,an Ranangan Peneltan

    etode penelitian yang digunakan adalah analitik, dengan rancangan 2ross

    Sectional . 2ross Sectional   adalah rancangan penelitian untuk mempelajari

    dinamika korelasi antara faktor risiko (ariabel bebas) dengan efek (ariabel

    terikat) dengan melakukan pengumpulan data sekaligus pada suatu saat ( point 

    time approach). (+4)

    3.2 Tem$at ,an 6aktu Peneltan

    Penelitian akan dilakukan di -nstalasi 'ialisis 6umah akit :mum 'aerah

    dr.

  • 8/20/2019 Bab RARA Aaa

    22/51

  • 8/20/2019 Bab RARA Aaa

    23/51

    24

     b. Pasien tidak mengalami penurunan fungsi kognitif bila skor ; J 2&

    (+$)

    3.4 (erangka (%nse$ Peneltan

      Independent 4ariable Dependent 4ariable

    2on+ounding 4ariable

    *am+ar 3.1 (erangka (%nse$ Peneltan

    3. Alat/Instrumen Peneltan

    latCinstrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah@

    a. 'ata lama hemodialisis dari buku registrasi pasien hemodialisis di -nstalasi

    'ialisis 6:'

  • 8/20/2019 Bab RARA Aaa

    24/51

    25

    nalisis biariat digunakan untuk mencari hubungan antara ariabel

    independen, dalam analisis ini dapat dilakukan pengujian statistik salah

    satunya dengan chi-s9uare melalui rumus@

    9eterangan@

     x  2 M chi-s9uare

    O M nilai hasil pengamatan (observed )

     E M nilai ekspektasi (e"pected )

    :ji chi-s9uare ditetapkan berdasarkan p value (probabilitas) yang dihasilkan

    dengan $ G- dan N M 0,0$ dengan kriteria sebagai berikut@

    1. 8ika p value J 0,0$ maka tidak ada hubungan antar kedua ariabel

    2. 8ika p value L 0,0$ maka terdapat hubungan kedua ariabel

     x2=∑

    (O− E )2

     E

  • 8/20/2019 Bab RARA Aaa

    25/51

    26

    3.1: Pr%se,ur Peneltan

    Prosedur penelitian dapat dilihat di bawah ini@

    *am+ar 3.2 Pr%se,ur Peneltan

    urat iin penelitian dari Bakultas 9edokteran :niersitas yiah 9uala

    enyerahkan surat iin penelitian ke bagian 3itbang 6:'

  • 8/20/2019 Bab RARA Aaa

    26/51

    27

    BAB I7

    HA'IL DAN PEMBAHA'AN

    !.1 Hasl Peneltan

    5erdasarkan penelitian yang telah dilakukan di -nstalasi 'ialisis 6umah

    akit :mum 'aerah

  • 8/20/2019 Bab RARA Aaa

    27/51

    28

    e. 3ain/lain 2 2,

    5erdasarkan tabel +.1 di atas, pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani

    hemodialisis paling banyak pada kelompok umur +*/$$ tahun dan $*/*$ tahun,

    yaitu masing/masing sebanyak 20 orang (2,) dan pasien penyakit ginjal

    kronik lebih banyak laki/laki (*,*) dibanding perempuan (&0,+).

    'ata yang diperoleh dari * responden terkait frekuensi pendidikan terakhir 

    responden yang dominan adalah , yaitu && orang (+4,%), terdapat pula 2*

     pasien dengan tingkat pendidikan terakhir perguruan tinggi (&4,4) dan 1+,$

     pasien dengan tingkat pendidikan terakhir P, yaitu 10 orang.

    5erdasarkan penelitian ini pula didapat 2+ responden memiliki riwayat

    diabetes melitus (&+,%), ++ responden memiliki riwayat hipertensi (*&,%), &4 pasien anemia ($&,*), dan tidak terdapat pasien malnutrisi, serta terdapat

    seorang pasien penyakit jantung dan seorang pasien menderita dislipidemia.

    *$#$( ,enurunan Skor ini-ental State !"amination 7S!8 pada ,asien

     ,enyakit in'al )ronik 

    5erdasarkan hasil wawancara pasien hemodialisis dengan menggunakan

    kuesioner  ini-ental State !"amination (;), didapatkan pasien penyakit

    ginjal kronik yang menjalani hemodialisis yang mengalami penurunan skor 

    ; seperti pada tabel +.2 di bawah ini.

    Ta+el !.2 Dstr+us "rekuens $enurunan sk%r MM'E $a,a $asen $en)akt gnjal

    kr%nk 

    Penurunan 'k%r MM'E -rekuens n;49 Persentase

  • 8/20/2019 Bab RARA Aaa

    28/51

    29

    yaitu pasien baru (D & bulan E 11 bulan) dan pasien lama (D 12 bulan) ($0) seperti

    yang terlihat di tabel +.&.

    Ta+el !.3 Dstr+us "rekuens lama hem%,alss $a,a $asen $en)akt gnjal kr%nk 

    Lama Hem%,alss -rekuens n;49 Presentase

  • 8/20/2019 Bab RARA Aaa

    29/51

    30

    hemodialisis merupakan faktor risiko penurunan fungsi kognitif, yakni pasien

     penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis D 12 bulan 1,* kali lebih

     berisiko mengalami penurunan fungsi kognitif yang terlihat dari skor ;

    dibandingkan dengan pasien hemodialisis yang baru menjalani hemodialisis D &

     bulan E 11 bulan.

    !.2 Pem+ahasan

    *$($# )arakteristik ,asien ,enyakit in'al )ronik yang en'alani Hemodialisis

    "emodialisis adalah suatu terapi pengganti ginjal berupa metode pencucian

    darah yang digunakan secara rutin dan luas untuk mempertahankan kualitas hidup

    dan memperpanjang usia bagi pasien penyakit ginjal kronik dan akut melalui

    sebuah prosedur pembersihan darah dari at/at yang konsentrasinya berlebihan di

    dalam tubuh. (1) 5erdasarkan penelitian di atas, sebagian besar pasien penyakit

    ginjal kronik yang menjalani hemodialisis berada pada kelompok usia +*/$$ dan

    $*/*$, yaitu masing/masing 20 orang dengan persentase 2, dan paling sedikit

    adalah pasien dari kelompok usia 14/2$ tahun, yaitu $ orang (4,2). enurut

     Indonesian Renal Registry, pasien aktif hemodialisis pada tahun 2012 terbanyak 

    terdapat pada kelompok umur +$/$+ tahun, yaitu 2,21 diikuti pasien usia $$/*+

    tahun, yaitu 2*,0*. (%) "al ini disebabkan oleh pada orang dengan usia lebihdari &0 tahun akan mulai terjadi penurunan fungsi ginjal. Pada orang dengan usia

    *0 tahun akan terjadi perubahan proses fisiologik berupa berkurangnya populasi

    nefron dan tidak adanya kemampuan regenerasi maka akan terjadi penrunan

    fungsi ginjal menjadi $0 dari usia &0 tahun tadi. ($1)

    'istribusi jenis kelamin pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani

    hemodialisis di -nstalasi 'ialisis 6:'

  • 8/20/2019 Bab RARA Aaa

    30/51

    31

    5erdasarkan kondisi komorbid pasien, terdapat ++ pasien mengalami

    hipertensi (*&,%), &4 pasien anemia ($&,*), 2+ pasien diabetes melitus

    (&+,%), dan tidak terdapat pasien yang mengalami malnutrisi, serta terdapat

    seorang pasien mengalami penyakit jantung dan seorang pasien dislipidemia.

    enurut penelitian orensen et al . pada 1*% pasien yang menjalani hemodialisis

    di 5oston, merika erikat terdapat 2 pasien hipertensi dan + pasien diabetes

    melitus. (11) 5erdasarkan data dari  Indonesian Renal Registry  tahun 2012,

    hipertensi merupakan penyakit penyerta pasien hemodialisis dengan angka

    tertinggi, yaitu &4 orang diikuti 222 pasien diabetes melitus diurutan kedua.

    "ipertensi dan penyakit kardioaskular lain masih menjadi penyebab kematian

    terbesar pasien hemodialisis, yaitu +4 kematian pasien hemodialisis disebabkan

    oleh penyakit ini. (%)

    *$($( ,enurunan Skor ini-ental State !"amination 7S!8 dan 5ama

     Hemodialisis pada ,asien ,enyakit in'al )ronik 

    Penurunan kor ; mengindikasikan seseorang mengalami penurunan

    fungsi kognitif. Penurunan fungsi kognitif (cognitive impairment ) adalah suatu

    terminologi umum yang digunakan untuk menggambarkan penurunan

    kemampuan untuk berpikir, berkomunikasi, mengingat, memecahkan masalah,

    dan membuat keputusan. (24) (2%) 5erdasarkan data yang didapatkan peneliti

    selama periode penelitian dengan menggunakan metode wawancara menggunakan

    kuesioner ;, +2 orang (*0,) mengalami penurunan skor ; dan 24

    orang (&,1) tidak mengalami penurunan skor ;. "asil ini hampir sama

    dengan penelitian yang dilakukan oleh gganis et al ., dimana $%,2 pasien

    hemodialisis mengalami penurunan fungsi kognitif dibandingkan dengan

    masyarakat umum yang hanya 2$ yang mengalami penurunan fungsi kognitif.

    ($2) ama halnya dengan penelitian urray yang dilakukan terhadap &&% pasien

    hemodialisis dengan menggunakan neuropsikologikal yang lebih detail,

    ditemukan &4 pasien mengalami penurunan fungsi kognitif yang berat, &*

    sedang, 1+ ringan, dan hanya 1& yang memiliki fungsi kognitif normal. (1&)

    Penelitian yang dilakukan oleh Post et al . terhadap $0 pasien hemodialisis di

    5ronH, 7ew Oork menunjukkan bahwa %2 atau +1 pasien mengalami penurunan

    fungsi kognitif, penelitian ini menggunakan beberapa jenis tes atau kuesioner 

    untuk menilai fungsi kognitif. (+2)

  • 8/20/2019 Bab RARA Aaa

    31/51

    32

    :sia menjadi salah satu faktor risiko terjadinya peningkatan prealensi

     penurunan fungsi kognitif terutama pada usia yang lebih tua. ubuh akan

    mengalami perubahan dan penuaan, termasuk otak yang mengalami perubahan

    fungsi intelektual seiring bertambahnya usia. uatu penelitian menunjukkan

    adanya penurunan fungsi kognitif sebanyak 1* pada kelompok umur *$/*,

    21 pada 40/4+ tahun, &0 pada 4$/4, dan ++ pada usia J%0 tahun. "asil

     penelitian tersebut menunjukkan adanya hubungan positif antara usia dan

     penurunan fungsi kognitif. (2) Pada penelitian ini didapatkan pasien penyakit

    ginjal kronik terbanyak pada kelompok usia +*/*$ tahun, yaitu +0 orang ($,%)

    dan dari +0 pasien tersebut, && orang mengalami penurunan skor ; dari total

    +2 pasien seluruh kelompok usia yang mengalami penurunan skor ;. ama

    halnya dengan penelitian #dagiri et al ., bahwa pasien hempodialisis dengan usia

    $0 tahun atau lebih tua memiliki prealensi penurunan fungsi kognitif lebih tinggi

    dibandingkan dengan kelompok usia lebih muda. (+&) 5erdasarkan penelitian oleh

    urray, disebutkan bahwa 40 pasien hemodialisis dengan usia di atas $$ tahun

    mengalami penurunan fungsi kognitif sedang hingga berat, namun sebagian besar 

    tidak terdiagnosis. (1&) 'alam penelitian ehgal et al . terhadap &&* pasien

    hemodialisis, hanya 1$ dari pasien yang mengalami penurunan fungsi kognitif 

    yang terdiagnosis dalam medical record  mereka. ($&)

    Pada penelitian ini penyakit penyerta yang paling banyak ditemukan adalah

    hipertensi, dimana terdapat ++ pasien hipertensi (*&,%) diikuti dengan &4 pasien

    anemia ($&,*) dan 2+ pasien dengan diabetes melitus (&+,%). "al ini hampir 

    sama dengan penelitian 8ung et al . terhadap $* pasien hemodialis, dimana 21

     pasien dengan diabetes melitus, 1 pasien hipertensi, 22 pasien memiliki riwayat

     penyakit kardioaskular, dan 12 pasien dengan penyakit penyerta lainnya. (10)enurut amak et al ., penyakit kardioaskular dan diabetes melitus merupakan

     penyakit penyerta yang sering ditemukan pada pasien hemodialisis dan penyakit

    ini akan mempengaruhi timbulnya gangguan fungsi kognitif, sedangkan

     penurunan fungsi kognitif itu sendiri juga akan memperberat penyakit

    kardioaskular dan diabetes melitus pada pasien hemodialisis. (+*)

    *$($% Hubungan 5ama Hemodialisis dengan ,enurunan Skor ini-ental State

     !"amination 7S!8 pada ,asien ,enyakit in'al )ronik 

  • 8/20/2019 Bab RARA Aaa

    32/51

    33

    "asil uji chi-s9uare  menunjukkan adanya hubungan antara lama

    hemodialisis dengan penurunan skor ; pada pasien penyakit ginjal kronik 

    yang menjalani hemodialisis di -nstalasi 'ialisis 6:'

  • 8/20/2019 Bab RARA Aaa

    33/51

    34

    &he 2ardiovascular Health 2ognition Study  melaporkan bahwa terjadi

     peningkatan risiko insiden demensia pada pasien penyakit ginjal kronik usia tua.

    &he Health 3ging and /ody 2omposition Study  menunjukkan bahwa pasien

     penyakit ginjal kronik dengan AB6 F *0 mlCmenitC1,4&m2 mengalami peningkatan

    risiko penurunan fungsi kognitif yang berariasi sesuai dengan tingkat keparahan

     penyakit. Penurunan AB6 dikaitkan dengan penurunan fungsi kognitif, dimana

     pasien dengan AB6 1 mlCmenitC1,4&m2 lebih rendah dikaitkan dengan penurunan

    fungsi kogntif 0,0001 unitCtahun dengan pengujian kognitif terstruktur. Baktor 

    komorbid seperti kardioaskular, rendahnya kadar hemoglobin juga memainkan

     peranan penting terhadap penurunan skor ;, tetapi mekanismenya belum

     jelas. Penurunan fungsi kognitif pun lebih cepat terjadi pada pasien dengan

    masalah kronis sebelumnya, seperti stroke, atrofi, gangguan pertahanan darah atau

    otak, faktor risiko kardioaskular, dan faktor akut seperti edema serebral dan

    hipoperfusi sekunder karena dialisis berulang, infeksi, gagal jantung kongestif,

    dan aritmia. "emodialisis juga menyebabkan penurunan perfusi serebral dan

     penurunan kecepatan aliran darah sehingga terjadi penurunan metabolisme

    oksigen otak, edema serebral, dan penurunan tekanan darah intraserebral yang

    menyebabkan penurunan fungsi kognitif. 5erdasarkan penelitian oleh 5ossola et 

    al ., penurunan fungsi kognitif pada pasien hemodialisis terjadi satu tahun lebih

    cepat dibandingkan dengan populasi umum dengan usia lanjut. (&4)

    !.3 (eter+atasan Peneltan

    9eterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut@

    1. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional, dimana penelitian

    ini cenderung belum sepenuhnya dapat menjelaskan secara keseluruhan

    mengenai hal/hal yang berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif dan

     peneliti juga tidak mengendalikan ariabel/ariabel luar yang

    mempengaruhi penurunan fungsi kognitif seperti hasil laboratorium dan

    kondisi komorbid pasien.

    2. Penelitian ini menggunakan kuesioner  ini-ental State !"amination

    (;) yang memiliki beberapa kelemahan, yaitu mudah terpengaruh oleh

     pendidikan dan usia, serta tidak cocok untuk menilai fungsi eksekutif.

  • 8/20/2019 Bab RARA Aaa

    34/51

    35

    &. erbenturnya jadwal penelitian di -nstalasi 'ialisis 6:'

  • 8/20/2019 Bab RARA Aaa

    35/51

    36

    BAB 7

    (E'IMPULAN DAN 'ARAN

    #.1 (esm$ulan

    5erdasarkan hasil penelitian dan analisis data dari penelitian ini maka dapat

    disimpulkan bahwa@

    1. erdapat hubungan antara lama hemodialisis dengan penurunan skor ;

     pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di -nstalasi

    'ialisis 6:'

  • 8/20/2019 Bab RARA Aaa

    36/51

    37

    DA-TAR PU'TA(A

    1.Perhimpunan 'okter pesialis Penyakit 'alam -ndonesia (PP'-). 5uku jar 

    -lmu Penyakit 'alam 8ilid -- ;disi I. -n. 8akarta@ -nterna Publishing 200. p.

    10&$/10$2.

    2.8ennette G, Iupputuri , "ogan , hoham ', Balk 6, "arward '.

    Gommunity Perspectie on 9idney 'isease and "ealth Promotion fron at/

    6isk Populations in 6ural 7orth Garolina, :. he -nternational ;lectronic

    8ournal of 6ural and 6emote "ealth 6esearch, ;ducation, Practice and Policy.

    2010 10(1&%%).

    &.!orld "ealth #rganiation (!"#). 5uletine of the !orld #rganiation.

    200+ %&(*)@ p. 1*1/2+0.

    +.Genters for 'isease Gontrol and Preention (G'G). 7ational 9idney 'isease

    Bact heet. -n 201+ :nited tates@ 7ational Genter for Ghronic 'isease

    Preention. p. 1/&.

    $.6iset 9esehatan 'asar (6iskesdas). "asil 6iskesdas 201&. -n 201&

    -ndonesia@ 9ementrian 9esehatan, 5adan Penelitian dan Pengembangan

    9esehatan.

    *.#QGallaghan G. t a Alance istem Ainjal. -n. 8akarta@ Penerbit ;rlangga

    200. p. +&.

    4.:nited tates 6enal 'ata ystem (:6'). nnual dara 6eport@ tlas of 

    Ghronic 9idney 'isease and ;nd/tage 6enal 'isease in :nited tates. -n

    201+ 5ethesda@ 7ational -nstitutes of "ealth, 7ational -nstitute of 'iabetes

    and 'igestie and 9idney 'iseases. p. 1/&2*.

    %.-ndonesian 6enal 6egistry (-66). $th 6eport of -ndonesian 6enal 6egistry.

    -n 201&@ Perhimpunan 7efrologi -ndonesia (Pernefri).

    .upriyadi , !agiyo , !idowati 6. ingkat 9ualitas "idup pasien Aagal

    Ainjal 9ronik erapi "emodialisa. 8urnal 9esehatan asyarakat. 2011 *(2)@

     p. 104/112.

    10. 8ung , 3ee O9, Ghoi 6, "wang ", 7oh 8!. 6elationship between

    Gognitie -mpaiment and 'epresion in 'ialysis Patients. Oonsei ed 8ournal.

    201& $+(*)@ p. 1++4/1+$&.

    11.orensen ;P, amark 8, ighiouart ", cott , Aiang 3, 9irkpatrick 5, et

    al. he 9idney 'isease Ruality of 3ife Gognitif Bunction ubscale and

    Gognitie Performance in aintenance "emodialysis Patients. 7ational

    -ntitutes of "ealth (7-") Public ccess. 2012 *0(&)@ p. +14/+2*.

    12.9alirao P, Pederson , Boley 67, 9olste , upper ',

  • 8/20/2019 Bab RARA Aaa

    37/51

    38

    Gognitie -mpairment in Peritoneal 'ialysis Patients. 7ational -nstitues of 

    "ealth (7-") Public ccess. 2011 $4(+)@ p. *12/*20.

    1&.urray . Gognitie -mpairment in the ging 'ialysis and Ghronic 9idney

    'isease Population@ an #ccult 5urden. 7ational -ntitutes of "ealth (7-")Public ccess. 200% pril 1$(2)@ p. 12&/1&2.

    1+.amura 9, :nruh 3, 7issenson 6, 3arie b, ;ggers P!, Aassman 8, et

    al. ;ffect of ore BreKuent "emodialysis on Gognitie Bunction in the

    BreKuent "emodialysis 7etwork rials. 7ational -nstitutes of "ealth (7-")

    Public ccess. 201& *1(2)@ p. 22%/2&4.

    1$.Price , !ilson 3. Patofisiologi 9onsep 9linis Proses/Proses Penyakit.

    -n. 8akarta@ Penerbit 5uku 9edokteran ;AG 2012. p. 12/+.

    1*.tack A, Gasserly 3B, Gronin G8, Ghernenko , Gullen !, "annigan , et al.Prealence and Iariation of Ghronic 9idney 'isease in the -rish "ealth

    system -nitial Bindings from the 7atinal 9idney 'isease ureillance

    Programme. 5ioed Gentral 7ephrology. 201+ 1$(1%$).

    14.piegel '. he Patient 6eceiing Ghronic 6enal 6eplacement with

    'ialysis. -n chrier 6!. anual of 7ephrology iHth ;dition. Philadelphia@

    3ippincott !illiams and !ilkins 200$.

    1%.Auyton G, "all 8;. 5uku jar Bisiologi 9edokteran ;disi 11. -n. 8akarta@

    Penerbit 5uku 9edokteran ;AG 2012. p. +&+/+&$.

    1.chiffl ", 3ang s, Bischer 6. 'aily "emodialysis and he #utcome of cute 6enal Bailure. he 7ew ;ngland 8ourna of edicine. 2002 &+*($)@ p.

    &0$/&10.

    20.9idney 'isease #utcome Ruality -nitiatie. :pdates Glinical Practice

    Auidelines and 6ecommendations. 200*.

    21.aputra l. 5uku aku "arrison 7efrologi. -n. anggerang@ 9arisma Publishing

    Aroup 201&. p. +2/+$.

    22.uanne G, 5renda 5A. 5uku jar 9eperawatan edikal 5edag 5runner 

    dan uddarths. -n.@ Penerbit 5uku 9edokteran ;AG 2001.

    2&.urana O, aya , 8annis 8. es Penapisan Bungsi 9ognitif pada Pelayanan

    9esehatan Primer di -ndonesia. 8urna edika. 200 &$(4).

    2+.li . -lmu dan plikasi Pendidkan. -n. 5andung@ P -mperial 5hakti

    :tama 2004.

    2$.Aoldman "". 6eiew of Aeneral Psychiatry@ n introduction to Glinical

    edicine Bifth ;dition. -n. ingapore@ c Araw "ill Professional 2000.

    2*.7asser ;, hawki , hahawy O;, any '. ssesment of Gognitie

  • 8/20/2019 Bab RARA Aaa

    38/51

    39

    'ysfunction in 9idney 'isease. audi 8ournal of 9idney 'isease and

    ransplantation. 2012 2&(*)@ p. 120%/121+.

    24.etyopranoto -, 3amsudin 6, 'ahlan P. Peranan troke -skhemik kut

    erhadap imbulnya Aangguan Bungsi 9ognitif di 6:P 'r ardjitoOogyakarta. 5erkala 7euro ains. 2000 2(1)@ p. 224/2&+.

    2%.3eak ', "owieson '5, 5igler ;', ranel '. 7europsychological

    ssessment Bourth ;dition. -n. 7ew Oork@ #Hford :niersity 200+.

    2.canlan 8, 5inkin 7, ichieletto B, 3essig ,

  • 8/20/2019 Bab RARA Aaa

    39/51

    40

    8ournal of 7ephrology. 2011 &&@ p. &&/&%.

    &. amura 9, untner P, !adley I, Gushman ,

  • 8/20/2019 Bab RARA Aaa

    40/51

    41

    $0.Pandharipande PP, Airard ', 8ackson 8G, orandi , hompson 83, Pun

    5, et al. 3ong/erm Gognitie -mpairment after Gritical -llness. 7ational

    -nstitutes of "ealth (7-") Public ccess. 201& &*(1+)@ p. 1&0*/1&1*.

    $1. -mam P. Ainjal dan "ipertensi paa :sia 3anjut dalam Aeriatri -lmu 9esehatan:sia 3anjut. -n. 8akarta@ Bakultas 9edokteran :niersita -ndonesia 200+%.

    $2.gganis 5, !einer ';, Aiang 3, cott , ighiouart ", Ariffith j3, et al.

    'epression and Gognitie Bunction in aintenance "emodialysis Patients.

     7ational -ntitutes of "ealth (7-") Public ccess. 2010 $*(+)@ p. 40+/412.

    $&.ehgal , Arey , 'e#reo P, !hitehouse P. Prealence, 6ecognition, and

    -mplications of ental -mpairment mong "emodialysis Patients. merican

    8ournal of 9idney 'isease. 2004 &0(1)@ p. +1/+.

    $+.arioni 6;, Ghatfield , 5rayne G, atthews B;. he 6ealibility of ssigning -ndiiduals to Gognitie tates :sing the ini ental/tate

    ;Hamination a Population/5ased Prospectie Gohort tudy. 5ioed Gentral

    edical 6esearch ethodology. 2011 11(124)@ p. 1/*.

  • 8/20/2019 Bab RARA Aaa

    41/51

    42

    LAMPIRAN 1

    8adwal Pelaksanaan 9egiatan Penelitian

    N%. (egatan Bulan2 3 ! # 4 8 9 1: 11 12

    1. tudi Perpustakaan

    2. Pembuatan Proposal

    &. eminar Proposal

    +. Pengambilan 'ata

    $. Pengolahan 'ata

    *. Pembuatan kripsi

    4. idang kripsi

  • 8/20/2019 Bab RARA Aaa

    42/51

    43

    LAMPIRAN 2

    PEN&ELA'AN MEN*ENAI PENELITIAN

    ":5:7A7 3 ";#'-3-- ';7A7 9#6 

     I0I-!0&35 S&3&! !:3I03&IO0  (;) P'

    P-;7 P;7O9- A-783 96#7-9 

    '- 6:'

  • 8/20/2019 Bab RARA Aaa

    43/51

    44

    LAMPIRAN 3

     INFORMED CONSENT 

    aya yang bertanda tangan di bawah ini@ 7o. ampel @

     7ama @

    :mur @

    Pekerjaan @

    lamat @

    'engan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia

    menjawab kuesioner ini/ental tate ;Hamination (;) yang hasilnya akan

    dijadikan data dalam penelitian yang berjudul =":5:7A7 3

    ";#'-3-- ';7A7 9#6  I0I-!0&35 S&3&! !:3I03&IO0 

    (;) P' P-;7 P;7O9- A-783 96#7-9 '- 6:'

  • 8/20/2019 Bab RARA Aaa

    44/51

    45

    LAMPIRAN !

    (UE'I5NER PENELITIAN

    ":5:7A7 3 ";#'-3-- ';7A7 9#6 

     I0I-!0&35 S&3&! !:3I03&IO0  (;) P'

    P-;7 P;7O9- A-783 96#7-9 

    '- 6:'

  • 8/20/2019 Bab RARA Aaa

    45/51

    46

    %. 6esponden diminta menuruti perintah, misalnya

    =ambil kertas ini dengan tangan nda, lipat menjadi

    dua, dan letakkan di lantai?

    ( ) &

    . 6esponden diminta membaca dan melakukan yang

    dibacanya, misalnya =pejamkan mata nda?

    ( ) 1

    10. 6esponden diminta menulis sebuah kalimat dengan

    spontan

    ( ) 1

    11. 6esponden diminta menyalin gambar di bawah ini ( ) 1

    #3 ( ) &0

  • 8/20/2019 Bab RARA Aaa

    46/51

    47

    LAMPIRAN #

    HA'IL U&I CHI-SQUARE 

    -re@uen) Ta+le

    Jenis Kelamin

    48 69,6 69,6 69,6

    21 30,4 30,4 100,0

    69 100,0 100,0

    Laki-laki

    Perempuan

    Total

    Valid

    Frequency Percent Valid Percent!umulati"e

    Percent

    Usia

    # $,2 $,2 $,2

    $ 10,1 10,1 1$,4

    1$ 24,6 24,6 42,0

    20 29,0 29,0 $1,0

    20 29,0 29,0 100,0

    69 100,0 100,0

    1$-2# ta%un

    26-3# ta%un

    36-4# ta%un

    46-## ta%un

    #6-6# ta%un

    Total

    Valid

    Frequency Percent Valid Percent!umulati"e

    Percent

    Pendidikan

    10 14,# 14,# 14,#

    33 4$,8 4$,8 62,3

    26 3$,$ 3$,$ 100,0

    69 100,0 100,0

    &'P

    &'(

    PT

    Total

    Valid

    Frequency Percent Valid Percent!umulati"e

    Percent

    Lama HD

    #2 $#,4 $#,4 $#,4

    1$ 24,6 24,6 100,0

    69 100,0 100,0

    Lama

    )aru

    Total

    Valid

    Frequency Percent Valid Percent !umulati"ePercent

  • 8/20/2019 Bab RARA Aaa

    47/51

    48

    DM

    24 34,8 34,8 34,8

    4# 6#,2 6#,2 100,0

    69 100,0 100,0

     (da

    Tidak

    Total

    Valid

    Frequency Percent Valid Percent!umulati"e

    Percent

    Hipertensi

    44 63,8 63,8 63,8

    2# 36,2 36,2 100,0

    69 100,0 100,0

     (da

    Tidak

    Total

    Valid

    Frequency Percent Valid Percent!umulati"e

    Percent

    Malnutrisi

    69 100,0 100,0 100,0TidakValid

    Frequency Percent Valid Percent!umulati"e

    Percent

    Anemia

    3$ #3,6 #3,6 #3,632 46,4 46,4 100,0

    69 100,0 100,0

     (daTidak

    Total

    Valid

    Frequency Percent Valid Percent!umulati"e

    Percent

    Lain-lain

    2 2,9 2,9 2,9

    6$ 9$,1 9$,1 100,0

    69 100,0 100,0

     (da

    Tidak

    Total

    Valid

    Frequency Percent Valid Percent!umulati"e

    Percent

  • 8/20/2019 Bab RARA Aaa

    48/51

    49

    r%ssta+s

    Lama HD -ungs (%gnt" 

    Crosstab

    36 16 #2

    31,$ 20,3 #2,0

    69,2* 30,8* 100,0*

    8#,$* #9,3* $#,4*

    6 11 1$

    10,3 6,$ 1$,0

    3#,3* 64,$* 100,0*

    14,3* 40,$* 24,6*

    42 2$ 69

    42,0 2$,0 69,0

    60,9* 39,1* 100,0*

    100,0* 100,0* 100,0*

    !ount

    +pected !ount

    * it%in Lama ./

    * it%in Funi oniti 

    !ount

    +pected !ount

    * it%in Lama ./

    * it%in Funi oniti 

    !ount

    +pected !ount

    * it%in Lama ./

    * it%in Funi oniti 

    Lama

    )aru

    Lama./

    Total

    Turun Tidak Turun

    Funi oniti 

    Total

    Chi-Square Tests

    6,19# 1 ,013

    4,8#2 1 ,028

    6,100 1 ,014

    ,021 ,014

    6,10# 1 ,013

    69

    Pearon !%i-&quare

    !ontinuity !orrectiona

    Likeli%ood 5atio

    Fi%er +act Tet

    Linear-y-Linear  (oc iation

    7 o Valid !ae

    Value d   (ymp &i

    2-ided:+act &i2-ided:

    +act &i1-ided:

    !omputed only or a 22 talea

    0 cell ,0*: %a"e epected count le t%an # T%e minimum epected count i6,6#

    isk !stimate

    4,12# 1,298 13,106

    1,962 1,00# 3,828

    ,4$6 ,2$8 ,814

    69

    ;dd 5atio or Lama ./ Lama < )aru:

    For co%ort Funi oniti = Turun

    For co%ort Funi oniti = Tidak Turun

    7 o Valid !ae

    Value Loer >pper  

    9#* !onidence?nter"al

  • 8/20/2019 Bab RARA Aaa

    49/51

    50

    LAMPIRAN 4

    MA'TER DATA

  • 8/20/2019 Bab RARA Aaa

    50/51

    51

    LAMPIRAN

    ICIN PENELITIAN

  • 8/20/2019 Bab RARA Aaa

    51/51

    52

    LAMPIRAN 8

    RI6A=AT HIDUP

    1. 7ama @ Gut 7adhira aaya

    2. empat, anggal 3ahir @ 3hokseumawe, 12 ei 1+

    &. 6iwayat Pendidikan

    a. ' @ ' wasta 1 OP;7 3hokseumawe

     b. P @ P wasta OP;7 3hokseumawe

    c. @ 7egeri odal 5angsa run

    3hokseumawe

    +. ahun asuk  

    :niersitas

    @ 2012

    $. 7omor ahasiswa @ 12041010100*. Program tudi @ Pendidikan 'okter  

    4. 'osen Pembimbing - @ 'r. dr. aimun yukri, p.P', 9A",

    B-7-

    %. 'osen Pembimbing -- @ dr. -ka arlia, .c, p.

    . Pekerjaan ekarang @ ahasiswi

    10. lamat ekarang @ 8alan Prada :tama, 3orong 'elima imur  

     7o. &0, 9ecamatan yiah 9uala, 9ota

    5anda ceh

    11. tatus @ udah 9awinC5elum 9awinC8andaC'uda S) 7ama -steriCuami @ /

    8umlah nak @ /

    12. 7ama yah @ -r. ". gus 7ur Oasin

    Pekerjaan yah @ Pegawai wasta

     7ama -bu @ "j. ;iany, ;

    Pekerjaan -bu @ -bu 6umah angga

    lamat 3engkap

    #rangtua

    @ 8alan 5alik Papan 7o. ++, 9omplek 

    Perumahan P. run, 5atuphat 5arat,

    9ecamatan uara atu, 9ota

    3hokseumawe