Post on 15-Oct-2021
1
THE PILOT PROJECT IN NORTH SUMATRA IN 2011 OF PROJECT FOR CAPACITY DEVELOPMENT FOR
DEVELOPING NATIONAL GREEN HOUSE GAS INVENTORIES (SUB PROJECT 3)
OF PROJECT OF CAPACITY DEVELOPMENT FOR CLIMATE CHANGE STRATEGIES IN INDONESIA
LAPORAN AKHIR
SURVEY KOMPOSISI DAN KANDUNGAN BAHAN KERING SAMPAH DI SUMATERA UTARA
(TPA Namo Bintang-Medan dan TPA Kwala Bingai-Stabat)
Jaya Arjuna (Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara)
JAPAN INTERNATIONAL COOPERATION AGENCY (JICA) (Mitsubishi UFJ Research and Consulting Co., Ltd.
and Suuri Keikaku Co., Ltd.)
MEDAN 2012
2
THE PILOT PROJECT IN NORTH SUMATRA IN 2011 OF PROJECT FOR CAPACITY DEVELOPMENT FOR
DEVELOPING NATIONAL GREEN HOUSE GAS INVENTORIES (SUB PROJECT 3)
OF PROJECT OF CAPACITY DEVELOPMENT FOR CLIMATE CHANGE STRATEGIES IN INDONESIA
LAPORAN AKHIR SURVEY KOMPOSISI DAN KANDUNGAN BAHAN KERING SAMPAH
DI SUMATERA UTARA (TPA Namo Bintang-Medan dan TPA Kwala Bingai-Stabat)
Jaya Arjuna (Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara)
JAPAN INTERNATIONAL COOPERATION AGENCY (JICA)
(Mitsubishi UFJ Research and Consulting Co., Ltd. and Suuri Keikaku Co., Ltd.)
MEDAN 2012
3
KATA PENGANTAR
Berbagai bencana alam seperti tanah longsor, banjir, kekeringan, badai tropis,
kenaikan muka laut dan gelombang laut dipercaya erat kaitannya dengan terjadinya
perubahan iklim. Kajian para ahli menyatakan perubahan iklim terjadi karena
peningkatan gas CO2 dan CH4 yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan manusia telah
makin tebal menyelimuti atmosfer bumi. Gas CH4 merupakan insulator yang efektif
menangkap energi yang dilepas dan kembali memantulkannya kepermukaan bumi
dalam bentuk radiasi inframerah sehingga suhu permukaan bumi semakin naik
Penguraian sampah yang sebagian merupakan bahan organik oleh bakteri pembusuk
dinyatakan punya kontribusi sebagai penghasil gas CH4, sehingga perlu dikelola
dengan tepat untuk mengurangi emisi Gas Rumah Kaca.
Buku ini merupakan laporan hasil survey terhadap sampah dari Kota Medan
yang dikirim ke TPA Namo Bintang dan dari Kota Stabat ke TPA Kuala Bingai
Stabat. Survey telah dilakukan pada bulan Oktober dan Desember untuk meneliti
komposisi dan kandungan kadar kering sampah yang dipaparkan pada kedua lahan
TPA. Survey sampah di TPA merupakan bagian dari Pilot Project For Capacity
Development For Developing National Green House Gas Inventories (Sub Project 3)
of Capacity Development for Climate Change Strategies in Indonesia.
Terima kasih atas kepercayaan yang diberikan JICA kepada kami untuk
menangani project ini. Penghargaan yang setinggi-tingginya kami sampaikan kepada
DR. Kosuke Kawai dari National Institute for Environmental Studies Japan yang
telah bersedia datang dan terlibat langsung dalam kegiatan survey. Penghargaan dan
terima kasih kepada Hiroyuki Ueda, Jun Marukawa dan Takeshi Enoki dan Hiroshi
Itoh dari MUFJR and Suuri Keikaku Co. Ltd., yang sedari awal selalu mendukung
dan tetap berada di lapangan selama kegiatan survey berlangsung. Terima kasih dan
penghargaan kepada DR Ucok Siagian dan Rias serta Risalto dari ITB yang
mengarahkan dan memandu pelaksanaan survey. Terima kasih atas dukungan dari
DR. Hj. Wan Hidayati, M.Si. selaku ketua BLH Provinsi Sumatera Utara dan Henny
Nainggolan selaku Kepala UPT Laboratorium BLH Prov.SU. Demikian juga kami
sampaikan tucapan terima kasih kepada DR. Ikhwansyah Isranuri selaku Ketua
Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik USU serta seluruh staff pengajar yang
mendukung kegiatan survey serta memfasilitasi pelaksaan seminar di Fakultas
Teknik USU. Terima kasih tak terhingga kami haturkan kepada Dinas Kebersihan
Kota Medan serta Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Langkat yang telah
memberi kemudahan dan dukungan untuk terselenggaranya kegiatan survey ini.
Penmghargaan kami sampaikan kepada Syamsul Iman yang membantu di
Laboratorium dan Doisuta Tarigan yang membantu pelaksanaan survey serta
penyiapan bahan untuk penyusunan laporan ini.
Medan, 5 Februari 2012
Jaya Arjuna
4
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar............................................................................................ i
Daftar Isi.................................................................................................... ii
Daftar Tabel............................ ................................................................... iv
Daftar Gambar ...................... ................................................................... vi
Daftar Grafik ......................... .................................................................. viii
BAB
I PENDAHULUAN....................................................................... 1
1. Latar Belakang ....................................................................... 1
2. Tujuan Survey ........................................................................
3
3. Kepentingan Survey ...............................................................
3
4. Cakupan Pelaksanaan Survey ................................................. 3
5. Bagan Alir Pelaksanaan Survey ............................................. 5
II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 6
III METODOLOGI ......................................................................... 10
Lokasi Survey ............................................................................. 10
1. Lokasi Survey ........................................................................ 10
- Namo Bintang Medan ....................................................... 10
- Kuala Bingai – Stabat ....................................................... 11
Sumber Sampah yang Dikelola di Areal Survey ................... 11
- Namo Bintang Medan ....................................................... 11
- Kuala Bingai – Stabat ....................................................... 12
Sistem Pengangkutan ............................................................ 13
- Kota Medan ....................................................................... 13
- Kota Stabat ........................................................................ 15
Pengelolaan Sampah di Areal Survey Medan dan Stabat ...... 15
2. Peralatan yang Digunakan dalam Pelaksanaan Survey .......... 18
- Survey Komposisi Sampah ................................................ 18
- Survey Kandungan Kadar Kering Sampah ........................ 21
5
Halaman
3. Prosedur Pengambilan Sampel dan Pengujian ....................... 24
- Sampel dan Pengujian Komposisi Jenis Sampah ............ 24
- Sampel dan Pengujian Kandungan Kering sampah ........
29
4. Pengolahan dan Analisis Data ................................................ 32
IV HASIL DAN ANALISIS ..................................................... 33
1. Jadwal Pelaksanaan Survey .................................................. 33
2. Lokasi Survey Komposisi Sampah ........................................ 35
3. Kondisi Pengelolaan Sampah Medan .................................... 37
4. Survey Komposisi Sampah .................................................... 40
- Sumber Sampah dan Volume Sampel ............................. 40
- Prosedur Pengambilan Sampel Komposisi Sampah ........ 43
- Hasil Survey Komposisi Sampah di TPA Namo Bintang 48
- Hasil Survey Komposisi Sampah di TPA Kuala Bingai
Stabat ...............................................................................
52
5. Faktor Koreksi untuk Komposisi Sampah ............................. 54
6. Analisis Hasil Komposisi Sampah ......................................... 57
7. Survey Kandungan Bahan kering Sampah ............................ 62
- Smpel untuk Pengujian Kandungan Bahan Kering
sampah ............................................................................
62
- Perlakuan pada Pengujian Kandungan bahan Kering ...... 62
- Hasil Pengujian Kandungan Bahan Kering Sampah di
TPA Namo Bintang dan TPA Kwala Bingai untuk
Survey Oktober 2011.....................................................
65
- Hasil Pengujian Kandungan Bahan Kering Sampah di
TPA Namo Bintang dan TPA Kwala Bingai untuk
Survey Desember 2011...................................................
69
8. Analisis Hasil Pengujian kandungan Bahan Kering
Sampah....................................................................................
78
- Pengeringan dalam Oven pada temperatur 1050C........... 90
- Pengeringan dalam Oven pada temperatur 850C........... 91
- Pengeringan pada Temperatur Ruangan selama dua
6
Puluh Hari....................................................................... 92
V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI .............................. 94
- Kesimpulan...................................................................... 94
- Rekomendasi 95
- DAFTAR ACUAN 97
7
DAFTAR TABEL
Tabel halaman
1 : Sumber Sampah yang Dikelola di TPA Namo Bintang................ 12
2 : Sumber Sampah yang Dikelola di TPA Kuala Bingat Stabat....... 13
3 : Jenis dan Jumlah Kendaraan Pengangkut Sampah ke TPA Namo
Bintang .........................................................................................
14
4 : Jenis dan Jumlah Kendaraan Pengangkut Sampah ke Kuala
Bingai ...........................................................................................
15
5 : Jadwal Pelaksanaan Survey Komposisi serta Kandungan Bahan
Kering Sampah .............................................................................
33
6 : Kondisi Kerja TPA Terjun Marelan 2011.................................... 38
7 : Volume sampel dari kendaraan pengangkut sampah ke TPA
Namo Bintang –Medan yang mewakili wilayah sumbernya.........
41
8 : Volume sampel dari kendaraan pengangkut sampah ke TPA
Kuala Bingai-Stabat yang mewakili wilayah sumbernya...............
42
9 : Komposisi Jenis Sampah untuk 1 m3 sampel yang diambil di
TPA Namo Bintang –Medan tanggal 19 Oktober 2011.................
49
10 : Komposisi Jenis Sampah untuk 1 m3 sampel yang diambil di
TPA Namo Bintang –Medan tanggal 13 Desember 2011..............
50
11 : Komposisi Jenis Sampah untuk 1 m3 sampel yang diambil di
TPA Namo Bintang –Medan tanggal 13 Desember 2011 (Khusus
Sampah Pasar).................................................................................
51
12 : Komposisi Jenis Sampah untuk 1 m3 sampel yang diambil di
TPA Kuala Bingai-Stabat tanggal 20 Oktober 2011.....................
52
13 : Komposisi Jenis Sampah untuk 1 m3 sampel yang diambil di
TPA Kuala Bingai pada kegiatan survey tanggal 12 Desember
2011................................................................................................
53
14 : Rekapitulasi Hasil Survey Komposisi Sampah di Namo Bintang
Medan dan Kuala Bingai Stabat Bulan Oktober dan Desember
2011............................................................................................
57
15 : Hasil Pengujian Kandungan Bahan Kering Sampah TPA Namo
Bintang pada Pemanasan 1050C (Hasil survey 19 Oktober
2011)...........................................................................................
66
16 : Hasil Pengujian Kandungan Bahan Kering Sampah TPA Kwala
Bingai pada Pemanasan 1050C (Hasil survey 20 Oktober 2011)..
67
17 : Data Pengujian Kandungan Bahan Kering Sampah pada
Temperatur 850C di TPA Namo Bintang (Hasil Survey 13
Desember 2011) .........................................................................
70
8
Tabel halaman
18 : Data Pengujian Kandungan Bahan Kering Sampah pada
Temperatur 850C di TPA Kwala Bingai (Hasil Survey 12
Desember 2011) .........................................................................
71
19 : Data Pengujian Kandungan Bahan Kering Sampah pada
Temperatur Ruangan (Hasil Survey di TPA Namo Bintang 13
Desember 2011) .........................................................................
72
20 : Data Pengujian Kandungan Bahan Kering Sampah pada
Temperatur Ruangan (Hasil Survey di TPA Kwala Bingai 13
Desember 2011) ...........................................................................
75
21 : Perbandingan Kandungan Bahan kering Sampah untuk Masing-
Masing Metode Pengeringan.........................................................
78
9
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 : Bagan alir pelaksanaan survey ..................................................... 5
2 : Sampah diantar langsung maupun menggunakan beca atau kereta
sorong, dikumpul di TPS baik untuk dipindahkan ke atas truk dan
kemudian diangkut ke TPA.............................................
16
3 : Kereta Sorong pengangkut sampah menunggu untuk dipindahkan ke
atas truk................................................................
17
4 : Kereta Sorong untuk pengumpul sampah dari sumbernya. Pemerintah
Kota Medan sedang melakukan penggantian dengan model beca
sampah sehingga lebih efektif dan manusiawi..........
18
5 : Kotak pengukur volume untuk sampel sampah dengan ukuran 250
liter (kotak kayu) dan 1 m3 (box besi). Di bahagian belakang terlihat
tenda kerja dengan ukuran 6 x 8 meter...............................
19
6 : Timbangan untuk mengukur berat sampah dalam plastik yang telah
diberi label sesuai dengan jenis sampahnya...........................
19
7 : Sampah yang diambil dari truk terlebih dahulu diaduk dengan sekop
untuk proses harmonisasi dan kemudian dilakukan quartering untuk
mendapatkan hasil yang lebih representatif sebagai sampel...............
20
8 : Pelaksana pemilah sampah yang telah memakai pakaian kerja
(sepatu, baju kaos, jas hujan, topi, sarung tangan dan masker)
mendengarkan prosedur kerja dari instruktur. ....................................
21
9 : Oven Pengering merek Shibata, 20 ampere, 220 volt.................... ..... 21
10 : Timbangan yang digunakan untuk analisis kandungan bahan kering
dari sampah. Sebelah kanan adalah timbangan digital analitis. ......
22
11 : Wadah pengering (cawan) dari keramik sedang ditimbang dengan
menggunakan timbangan digital analitis.. .............................................
23
12 : Wadah pengering dari aluminium.................................................. ...... 23
13 : Desikator untuk menyimpan bahan agar bahan yang sedang diuji itu
tetap dalam keadaan kering................................................................
24
14 : Prinsip perlakuan quartering untuk mendapatkan sampel sebesar 5 kg
yang akan diuji di laboratorium.........................................................
30
15 : Kondisi TPA Namo Bintang sebagai lokasi pembuangan akhir Kota
Medan yang menggunakan metode open dumping..........................
35
16 : Lahan TPA Kuala Bingai yang terletak di tengah lahan perkebunan
kelapa sawit. .....................................................................................
37
17 : Truk pengangkut sampah sedang di timbang di TPA Terjun................ 40
10
Gambar Halaman
18 : Mengukur volume sampel dari sampah yang telah diaduk dalam
kotak pengukur sehingga relatif homogen. Lokasi foto, TPA Kuala
Bingai.................................................................................................
43
19 : Memasukkan sampah ke dalam box dengan ukuran 1000 liter yang
telah diukur volumenya pada kotak pengukur ukuran 250
liter.........................................................................................................
44
20 : Pemilahan sampah berdasarkan jenisnya.............................................. 45
21 : Pengukuran berat masing-masing jenis sampah. ................................ 46
22 : Proses quartering di lokasi TPA untuk mempersiapkan sampel
kandungan bahan kering sampah.........................................................
47
23 : Pelaksana survey komposisi jenis sampah di TPA Namo Bintang
tanggal 19 Oktober 2011......................................................................
49
24 : Pelaksana survey komposisi jenis sampah di TPA Namo Bintang
tanggal 13 Desember 2011 yang juga dihadiri oleh Dr Kosuke
Kawai dari NIES Japan. ......................................................................
50
25 : Pelaksana survey komposisi jenis sampah khusus pasar di TPA Namo
Bintang tanggal 13 Desember 2011 selesai memilah dan menunggu
proses penimbangan berat. .................................................................
51
26 : Pengurangan dimensi sampah sebelum dilakukan quartering untuk
mempersiapkan sampel kandungan kadar kering di TPA Kuala
Bingai tanggal 20 Oktober 2011............................................................
53
27 : karung plastik yang terlihat pada beca pengangkut sampah
merupakan barang yang telah dipisahkan oleh petugas pengutip
sampah. Selain dikutip oleh petugas, masyarakat juga mengantar
langsung sampah ke TPS menggunakan mobil ....................................
55
28 : Kenek truk menurunkan sampah dalam karung plastik yang sudah
dipilahnya dari gerobak sebelum sampah lainnya dipindahkan ke truk
untuk diangkut ke TPA. Pemindahan ini berlangsung di Depo
Transfer.............................................................................................
55
29 : Proses transaksi sampah dengan pengepul (junk buyers). Tiap goni
yang berisi plastik memiliki berat 30 kg dan satu kilogram plastik
dibeli dengan harga Rp. 300,-. ............................................................
56
30 : Pengumpul makanan sisa untuk dijual sebagai pakan ternak.............. 56
31 : Sampah pasar yang sebagian besar terdiri dari jenis makanan yang
masih punya nilai manfaat bagi pakan ternak. Sampah jenis ini juga
potensial untuk diuraikan oleh bakteri pembusuk sehingga
mnenghasilkan gas methane...............................................................
59
32 : Pemulung memisahkan sampah yang masih memiliki nilai ekonomis
yang sekaligus merupakan upaya mengurangi volume sampah yang
akan dibuang ke TPA............................................
59
11
DAFTAR GRAFIK
Grafik Halaman
1 : Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Survey serta Hasil Pengukuran
Berat Sampah..................................................................................
58
2 : Perbandingan berat masing-masing komponen sampah dari hasil
empat kali survey............................................................................
61
3 : Kandungan bahan kering semua jenis sampah dengan
pengeringan pada temperatur 1050C………………………
68
4 : Perbandingan Kandungan Bahan Kering semua jenis sampah
dengan pengeringan pada temperatur 1050C untuk TPA Namo
Bintang dan TPA Kwala Bingai serta perbandingan komposisi
sampahnya………………….......................................................
68
5 : Perbandingan kandungan bahan kering dari dua TPA yang
dihasilkan dengan pengeringan dalam oven pada temperatur
85oC dan temperatur ruangan…...............................................
79
6 : Penurunan berat sampel sampah jenis makanan dikeringkan
dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari……………
80
7 : Penurunan berat sampel sampah jenis kertas dan karton
dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari…
80
8 : Penurunan berat sampel sampah jenis nappies dikeringkan dalam
oven pada temperatur 850C selama tiga hari…………….........
80
9 : Penurunan berat sampel sampah jenis kayu dan sampah taman
dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari…
80
10 : Penurunan berat sampel sampah jenis kain dan produk tekstil
dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari…
80
11 : Penurunan berat sampel sampah jenis lain-lain organik
dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari…
80
12 : Penurunan berat sampel sampah jenis karet dan kulit dikeringkan
dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari……………
81
13 : Penurunan berat sampel sampah jenis plastik dikeringkan dalam
oven pada temperatur 850C selama tiga hari……………...........
81
14 : Penurunan berat sampel sampah jenis logam dikeringkan dalam
oven pada temperatur 850C selama tiga hari……………...........
81
15 : Penurunan berat sampel sampah jenis gelas dikeringkan dalam
oven pada temperatur 850C selama tiga hari…………….........
81
16 : Penurunan berat sampel sampah jenis lain-lain anorganik
dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari…
81
17 : Perbandingan penurunan berat enam jeni8s sampel sampah
organik dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama
tiga hari……………
81
12
Grafik Halaman
18 : Penurunan berat sampel sampah jenis makanan dikeringkan pada
temperatur ruangan selama dua puluh hari.................................…
82
19 : Penurunan berat sampel sampah jenis kertas dan karton
dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh hari.......
82
20 : Penurunan berat sampel sampah jenis nappies dikeringkan pada
temperatur ruangan selama dua puluh hari.................................…
82
21 : Penurunan berat sampel sampah jenis kayu dan sampah taman
dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh hari........
82
22 : Penurunan berat sampel sampah jenis kain dan produk tekstil
makanan dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua
puluh hari.................................…..............................................
82
23 : Penurunan berat sampel sampah jenis lain-lain organik
dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh hari........
82
24 : Penurunan berat sampel sampah jenis karet dan kulit
dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh hari.......
83
25 : Penurunan berat sampel sampah jenis plastik dikeringkan pada
temperatur ruangan selama dua puluh hari.................................…
83
26 : Penurunan berat sampel sampah jenis logam dikeringkan pada
temperatur ruangan selama dua puluh hari...........................
83
27 : Penurunan berat sampel sampah jenis gelas dikeringkan pada
temperatur ruangan selama dua puluh hari.................................…
83
28 : Penurunan berat sampel sampah jenis lain-lain anorganik
dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh hari.......
83
29 : Perbandingan penurunan berat sampel enam jenis sampah
dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh hari.......
83
30 : Kandungan bahan kering sampah TPA Namo Bintang hasil
survey tanggal 13 Desember 2011 dengan pengeringan dalam
oven pada temperatur 850C.................................…...............
84
31 : Kandungan bahan kering sampah TPA Namo Bintang hasil
survey tanggal 13 Desember 2011 dengan pengeringan pada
temperatur ruangan selama dua puluh hari .................…...............
84
32 : Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis
makanan dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama
tiga hari. .....................................................................................
85
33 : Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis kertas
dan karton dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua
puluh hari.................................….............................................
85
13
Grafik Halaman
34 : Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis
nappies dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh
hari.................................…........................................................
85
35 : Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis kayu
dan sampah taman dikeringkan dalam oven pada temperatur
850C selama tiga hari……………...........................................
85
36 : Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis kain
dan produk tekstil dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C
selama tiga hari……………...........................................
85
37 : Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis lain
lain organik dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C
selama tiga hari...................................................................
85
38 : Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis karet
dan kulit dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama
tiga hari. ...................................................................................
86
39 : Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis plastik
dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari. .
86
40 : Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis gelas
dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari...
86
41 : Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis logam
dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari. ..
86
42 : Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai lain-lain
anorganik dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama
tiga hari. ...................................................................................
86
43 : Perbandingan penurunan berat sampel enam jenis sampah
organik TPA Kwala Bingai jenis yang dikeringkan dalam oven
pada temperatur 850C selama tiga hari. ......................................
86
44 : Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis
makanan yang dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua
puluh hari. ...................................................................................
87
45 : Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis kertas
dan karton yang dikeringkan pada temperatur ruangan selama
dua puluh hari. ..............................................................................
87
46 : Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis
nappies yang dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua
puluh hari. ...................................................................................
87
47 : Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis kayu
dan sampah taman yang dikeringkan pada temperatur ruangan
selama dua puluh hari. ..................................................................
87
14
Grafik Halaman
48 : Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis kain
dan produk tekstil yang dikeringkan pada temperatur ruangan
selama dua puluh hari. ..................................................................
87
49 Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis lain-
lain organik yang dikeringkan pada temperatur ruangan selama
dua puluh hari. .........................................................................
87
50 Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis karet
dan kulit yang dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua
puluh hari. ............................................................................
88
51 Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis plastik
yang dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh
hari. ...................................................................................
88
52 Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis logam
yang dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh
hari. ...................................................................................
88
53 Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis gelas
yang dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh
hari. ...................................................................................
88
54 Penurunan berat sampel sampah TPA Kwala Bingai jenis lain-
lain anorganik yang dikeringkan pada temperatur ruangan selama
dua puluh hari. ..............................................................................
88
55 Perbandingn penurunan berat enam jenis sampel sampah organik
TPA Kwala Bingai jenis makanan yang dikeringkan pada
temperatur ruangan selama dua puluh hari. .................................
88
56 Kandungan bahan kering sampah dari TPA Kwala Bingai hasil
survey tanggal 12 Desember 2011 dengan pengeringan dalam
oven pada temperatur 850C selama tiga hari. ..............................
89
57 Kandungan bahan kering sampah dari TPA Kwala Bingai hasil
survey tanggal 12 Desember 2011 dengan pengeringan pada
temperatur ruangan selama dua puluh hari ..................................
89
15
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tantangan yang paling berat bagi pengambil kebijakan dalam pembangunan di
semua negara saat ini adalah jika dampak pembangunannya terkait dengan
perubahan iklim. Berbagai dampak perubahan iklim seperti pergeseran musim dan
perubahan pola hujan, cuaca ekstrim dengan fluktuasi curah hujan yang tinggi
sehingga mengakibatkan terjadinya tanah longsor, banjir, kekeringan, badai tropis,
kenaikan muka laut, terkait dengan anggaran yang harus dikeluarkan dan juga
kerugian harta benda serta nyawa. Manusia makin menyadari bahwa perubahan
iklim terjadi akibat ulah perbuatan manusia yang menyebabkan pemanasan suhu
bumi. Penggunaan bahan bakar serta berbagai aktivitas manusia terkait dengan
hutan, limbah dan sampah telah menyebabkan terjadinya gas sepertti CO2 dan CH4
serta gas lainnya yang dinyatakan sebagai gas rumah kaca. Gas-gas rumah kaca
menimbulkan efek pemantulan dan penyerapan terhadap gelombang panjang yang
bersifat panas, sehingga panas yang diemisikan dari permukaan bumi, akan kembali
memanaskan permukaan bumi.
Seriusnya ancaman pemanasan bumi akibat gas rumah kaca telah
menyebabkan manusia secara bersama bersepakat membangun persetujuan yang
mengikat secara hukum untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Kesepakatan
bersama pengurangan gas rumah kaca secara global ini dikenal dengan Protokol
Kyoto, terkait dengan perlindungan lingkungan hidup terhadap ancaman perubahan
iklim. Setiap negara diminta untuk menginventarisir dan menghitung volume gas
rumah kaca yang dilepas ke atmosfer, atau yang bisa dikurangi pada jangka waktu
yang ditentukan. Upaya pengurangan emisi gas rumah kaca ini harus dilengkapi
16
dengan informasi tentang kegiatan spesifik yang dapat mengurangi atau meniadakan
bentukan gas rumah kaca. Berbagai upaya penyelamatan lingkungan dilakukan
terkait dengan keseriusan mengurangi dampak gas rumah kaca seperti membangun
methode yang baik dalam memperkirakan atau menghitung emisi gas rumah kaca
dari suatu kegiatan atau pada suatu areal kegiatan. Berbagai kebijakan dan strategi
pembangunan dirancang dengan memperhitungkan faktor dampak gas rumah kaca
yang dilepas ke atmosfer dan konsekwensi nilai ekonomisnya.
Salah satu kegiatan manusia yang terkait dengan timbulan gas rumah kaca
adalah pengelolaan sampah yang tidak efektif. Hampir seluruh daerah perkotaan
mulai dari kota kecil, kota sedang hingga kota metropolitan saat ini mengelola
sampah di TPA dengan sistem open dumping. Pemaparan sampah secara terbuka,
khususnya yang bersifat organik memiliki peluang untuk mengalami penguraian oleh
bakteri yang pada prosesnya menghasilkan gas methane sebagai pembentuk gas
rumah kaca potensial. Berdasarkan kondisi ini, maka pengelolaan sampai di TPA,
jenis dan volume sampah yang dibuang ke TPA merupakan bahagian dari sumber
bangkitan gas rumah kaca. JICA dan USU telah membangun kesepakatan kerjasama
untuk melakukan survey terkait dengan invetarisasi komposisi sampah dan
kandungan kadar kering dari sampah yang dibuang ke TPA. TPA Namo Bintang di
Medan dan TPA Kuala Bingai di Stabat telah ditetapkan sebagai pilot proyek untuk
inventarisasi komposisi sampah dan kandungan kering sampah. Hal terpenting
adalah memberi masukkan bagi penyusunan manual perkiraan komposisi sampah
yang akan dipergunakan untuk penentuan komposisi dan kandungan kadar kering
sampah di seluruh daerah, khususnya di Sumatera Utara.
17
2. Tujuan Survey
a. Mendapatkan data yang berlualitas baik dari kegiatan pengelolaan sampah dan
komposisi sampah di TPA Namo Bintang-Medan dan TPA Kuala Bingai-
Stabat.
b. Mendapatkan data kandungan bahan kering dari jenis sampah di TPA Namo
Bintang-Medan dan TPA Kuala Bingai-Stabat.
c. Membangun pedoman survey untuk mengetahui komposisi sampah serta
survey kandungan bahan kering sampah sebagai dasar bagi perkiraan emisi gas
rumah kaca di Provinsi Sumatera Utara.
3. Kepentingan Survey
a. Mendapatkan besaran nilai sumber emisi gas rumah kaca sebagai acuan untuk
melakukan estimasi emisi gas dari timbunan sampah yang ditampung di TPA.
b. Mendapatkan komposisi sampah yang dibuang ke TPA sebagai dasar bagi
perencanaan pengurangan sampah dan sistem penanganan sampah oleh
pemerintah Kota/Kabupaten selaku pengelola timbulan sampah padat
perkotaan.
c. Membangun data kegiatan dan faktor sumber emisi gas rumah kaca spesifik
khususnya di daerah Sumatera Utara untuk menentukan status terkini besarnya
emisi gas rumah kaca dari sektor limbah.
4. Cakupan Pelaksanaan Survey
a. Pengumpulan data sekunder yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan
survey komposisi sampah serta kandungan kadar kering sampah yang
18
sampelnya diambil dari TPA Namo Bintang-Medan dan TPA Kuala Bingai-
Stabat .
b. Mempersiapkan peralatan yang diperlukan untuk kelancaran pelaksanaan
survey komposisi sampah di TPA Namo Bintang-Medan dan TPA Kuala
Bingai-Stabat serta survey kandungan bahan kering sampah di laboratorium
BLH Provinsi Sumatera Utara.
c. Persiapan tenaga pelaksana survey yang membantu pelaksanaan survey.
d. Persiapan tempat pelaksanaan survey.
e. Pelaksanaan survey komposisi sampah serta kandungan kadar kering sampah.
f. Pembuatan laporan awal dan laporan akhir.
g. Presentasi hasil survey dan memberi masukan untuk pembuatan manual survey
komposisi sampah serta kandungan kadar kering sampah untuk
Kabupaten/Kota di Indonesia dan diskusi untuk penyempurnaan manual .
19
5. Bagan Alir Pelaksanaan Survey
Gambar 1: Bagan alir pelaksanaan survey
PEDOMAN IPCC
SAMPAH ORGANIK SAMPAH AN-ORGANIK
KEBIJAKAN PENANGANAN SAMPAH ORGANIK
KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH KOTA
PENGURANGAN EMISI GAS RUMAH KACA
RANCANGAN TEKNIS: Pengurangan Sampah Penanganan Sampah
ADVOKASI DAN EDUKASI PERUBAHAN IKLIM AKIBAT PEMANASAN GLOBAL
ESTIMASI EMISI GAS RUMAH KACA DARI TIMBUNAN SAMPAH DI TPA
SURVEY KANDUNGAN BAHAN KERING SAMPAH
DATA SEKUNDER
RECANA SURVEY
SURVEYNDER
PERSIAPAN ALAT REKRUTMEN TENAGA
LAPANGAN PERSIAPAN LOKASI
SURVEY
MATERI TRAINING JICA
SEKUNDER
SURVEY KOMPOSISI DAN JENIS SAMPAH
PENYUSUNAN LAPORAN MANUAL PENELITIAN SAMPAH
20
II. TINJAUAN PUSTAKA
Sumber daya alam dalam berbagai bentuk yang dipergunakan manusia untuk
memenuhi kebutuhan kehidupannya ternyata tidak mampu dimanfaatkan
penggunaannya secara maksimal oleh manusia, sehingga harus dikembalikan ke
alam sebagai limbah atau sampah. Berdasarkan karakteristiknya, sampah tidak bisa
dikembalikan fungsi dan manfaatnya hanya melalui proses biologi dengan bantuan
bakteri dan mikroba. Karena sudah mengalami proses teknologi, maka proses
pengolahan sampah akan menimbulkan masalah bagi lingkungan. Komposisi
sampah merupakan cerminan dari pola konsumsi, kebiasaan makan, struktur sosial
serta tingkat pendapatan dari masyarakat penghasilnya. Masyarakat dengan tingkat
pendapatan rendah cenderung untuk memakan makanan yang lebih mudah terurai
secara biologis. Ludwig et.al., (2003) menyatakan bahwa jumlah sampah yang bio-
degradable ini cenderung makin sedikit pada masyarakat perkotaan yang sudah
tinggi tingkat pembangunannya
Tingginya tingkat konsumsi masyarakat sekaligus menyebabkan produksi
sampah juga meningkat. Saat ini penanganan sampah sudah menjadi masalah paling
utama bagi kota-kota besar. Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah untuk
mengurangi volume sampah. Komposting merupakan salah satu elemen dari strategi
pengelolaan sampah terpadu yang dapat diterapkan untuk sampah perkotaan.
Menurut Diaz et.al (2002) pengkomposan adalah proses penguraian secara biologis
terhadap bahan yang dapat lapuk oleh bakteri pembusuk. Organisme pengurai dalam
proses pengomposan dapat dibagi atas (i) bakteri, (ii) actinomycetes, (iii) jamur (iv)
protozoa, (v) cacing dan (vi) larva. Sharma (2002) juga menyatakan bahwa
komposting merupakan bagian untuk mengurangi sampah dari sumbernya. Kegiatan
lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi timbulan sampah adalah dengan
21
mengubah kemasan, mengubah kebiasaan berbelanja, meningkatkan nilai
penggunaan kembali suatu produk, mengubah teknik pengolahan pada industri dan
mengubah pola penggunaan atau konsumsi produk.
Menurut Ludwig et.al., (2003) sampah perkotaan biasanya sebagian terdiri dari
bahan organik yang dapat dicerna oleh mikroorganisme. Proses penguraian bahan
organik oleh jamur dan bakteri akan menghasilkan senyawa organik sederhana.
Produk akhir dari proses degradasi bahan organik akan menghasilkan gas CO2 dan
juga CH4, sehingga tumpukan sampah pada TPA merupakan sumber dari
pembentukan gas rumah kaca. Gas Karbon Dioksida dan Methane yang terbentuk
masing-masing dengan perbandingan komposisi berkisar 40 s/d 60%. Besaran dari
komposisi ini tergantung pada keberadaan oksigen selama proses degradasi
berlangsung. Senyawa gas yang dihasilkan oleh proses pembusukan bahan organik
di TPA berpotensi jadi penyebab perubahan iklim global, bersifat mudah terbakar,
sumber bau busuk, penyebab karat, jadi racun bagi tubuh manusia dan juga pemicu
kanker. Methane yang konsentrasinya meningkat sebesar 0,9% setiap tahunnya
dinyatakan Strevett, et.al, (2002) bertanggungjawab sebesar 20% atas terjadinya
dampak rumah kaca global. Di sisi lain, dengan pengutipan dan pengelolaan yang
baik, methane adalah sumber daya pembangkit energi.
Selain menimbulkan gas, penimbunan sampah pada lahan TPA juga akan
menghasilkan cairan yang disebut dengan leachate. Leachate merupakan hasil proses
penguraian bahan organik, campuran kandungan air hujan, maupun akibat adanya
mata air pada lahan TPA. Cairan ini berpotensi sebagai sumber pencemar terhadap
tanah, aliran air permukaan dan juga air tanah dangkal. Kandungan bahan pencemar
pada leachate dapat diklasifikasikan atas bahan organik terlarut yang dikenali
melalui parameter COD dan BOD, termasuk gas methane dan fatty acid yang mudah
22
menguap, senyawa makro anorganik seperti Calsium, Magnesium, Sodium,
Potassium, Ammonium, Iron, Manganese Chlorida, Sulfate dan Carbonate. Dalam
leachate juga terdapat kandungan logam berat seperti Cadmium, Copper,
Chrommium, Lead, Nickel dan Zinc serta Xenbiotic senyawa organik dalam bentuk
Karbon Aromatik, Phenols dan Hallogenated Aliphatics. (Ludwig et.al., 2003)
Undang Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
menyatakan bahwa TPA di definisikan sebagai Tempat Pemrosesan Akhir yaitu
tempat untuk memroses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara
aman bagi manusia dan lingkungan. Berdasarkan amanah Undang Undang ini, maka
pengelolaan TPA harus memperhatikan masalah gas yang dibangkitkan pada proses
penguraian sampah karena dapat menurunkan kualitas lingkungan. Secara khusus,
pasal 20 ayat (2) a dan (2) d Undang Undang No. 18 tahun 2008 juga telah
menegaskan bahwa untuk melakukan pengurangan emisi gas rumah kaca perlu
dilakukan penelitian tentang komposisi sampah serta kandungan bahan kering dari
sampah. Kandungan bahan kering komponen organik sampah dapat terurai pada
proses pembususkan oleh bakteri. Proses pembusukan tersebut akan membentuk gas
CH4 sebagai komponen gas rumah kaca yang potensial menimbulkan dampak negatif
atas terjadinya perubahan iklim global. Kegiatan survey yang bertujuan untuk
melakukan pemilahan sampah dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan
sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah, juga merupakan
penerapan dari ketentuan yang digariskan dalam UU No. 18 tahun 2008 tentang
pengelolaan sampah.
Pada Pasal 20 ayat (1) dinyatakan bahwa pengurangan sampah meliputi
kegiatan pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah dan/atau
pemanfaatan kembali sampah. Sebagai kelanjutan dari upaya pengurangan sampah,
23
maka Pemerintah Daerah harus dapat menetapkan target pengurangan sampah secara
bertahap dalam jangka waktu tertentu, serta dapat menetapkan teknologi yang ramah
lingkungan baik untuk pemanfaatan sampah maupun kegiatan mengguna ulang dan
mendaur ulang sampah. Data hasil kegiatan survey terkait komposisi sampah dan
kandungan kadar kering sampah merupakan komponen penting bagi Pemerintah
daerah Kota/Kabupaten dalam membangun sistem penanganan sampah sesuai
dengan Pasal 22 ayat (1) UU No. 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah.
24
III. METHODOLOGI
1. Lokasi Survey
a. Lokasi Survey
Survey untuk mengetahui komposisi sampah dan kandungan bahan kering di
Sumatera Utara dilakukan di Kota Medan dan Kota Stabat. Kota Medan
dengan luas 265,1 Km2 dan penduduk menurut data Medan Dalam Angka
tahun 2010 adalah 2.121.053 jiwa, dianggap mewakili kota Metropolitan.
Kota Stabat merupakan Ibu Kota Kabupaten Langkat memiliki luas 108,85
Km2 dan penduduk berjumlah 84.440 jiwa dijadikan sebagai lokasi yang
mewakili kota kecil. Kedua kota yang dijadikan lokasi survey ini termasuk
sebagai kota dalam penilaian Adipura. Medan terakhir meraih Adipura tahun
2006 dan Stabat pada tahun 2010. Berdasarkan kriteria penilaian dari
Kementerian Lingkungan Hidup, kota yang pernah meraih Adipura
merupakan kota yang telah memiliki sistem pengelolaan sampah yang baik
serta didukung oleh keberadaan TPA yang juga sudah dikelola dengan baik.
(1) Namo Bintang-Medan
Kota Medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara mengelola dua
lokasi TPA yaitu di Namo Bintang (176.392 m2) dan Terjun-Marelan
(137.563 m2). Pelaksanaan survey telah ditetapkan untuk dilakukan di
TPA Namo Bintang. TPA Namo Bintang terletak ± 15 Km sebelah
Selatan kota Medan dan termasuk wilayah administrasi Kabupaten Deli
Serdang dengan luas 176,396 Ha. TPA Namo Bintang mulai beroperasi
bulan Juli 1987.
25
(2) Kuala Bingai-Stabat
Lokasi survey di Kota Stabat dilakukan pada TPA Kota Stabat yang
terletak di tengah lahan perkebunan kelapa sawit yang disebut juga
sebagai TPA Kuala Bingai dengan luas 2,5 Ha. TPA Kuala Bingai
Stabat mulai beroperasi pada tahun 2005. TPA Kuala Bingai bukan
hanya menerima sampah dari Kota Stabat, melainkan juga dari kota
Pangkalan Berandan yang merupakan kota terdekat dengan kota Stabat
dalam wilayah Kabupaten Langkat. Sampah dari Kota Berandan yang
dikirim ke TPA Kuala Bingai hanyalah sampah yang berasal dari Pasar
Kota Berandan.
(3) Terjun-Marelan
TPA Terjun Marelan dijadikan lokasi survey untuk melengkapi data
sistem pengelolaan sampah di Kota Medan. TPA Terjun Marelan
memiliki fasilitas jembatan timbang, sehingga volume sampah yang
diterima TPA diukur berdasarkan berat sampah yang diangkut oleh
kendaraan pengangkut. TPA Terjun-Marelan beroperasi secara
bersamaan dengan TPA Namo Bintang, namun adakalanya harus
menampung seluruh sampah Kota Medan, bila TPA Namo Bintang tidak
dapat dioperasikan.
b. Sumber Sampah yang Dikelola di Areal Survey
(1) Namo Bintang-Medan
Walaupun berada dalam wilayah Kabupaten Deli Serdang, TPA Namo
Bintang merupakan milik dan dikelola oleh Pemerintah Kota Medan.
TPA Namo Bintang menerima kiriman sampah 15 dari 21 Kecamatan
26
yang ada di Medan. Luas wilayah yang dilayani TPA Namo Bintang
serta populasi penduduknya adalah seperti terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1: Sumber Sampah yang Dikelola di TPA Namo Bintang
No. Kecamatan Luas (Km2) Jumlah KK Penduduk (Jiwa)
1. Medan Johor 14,58 27.918 116.220
2. Medan Amplas 14,58 26. 503 115 156
3. Medan Denai 9,05 32.511 139.939
4. Medan Area 5,52 24.190 109.253
5. Medan Kota 5,27 19.526 84.292
6. Medan Tuntungan 20,68 20.249 70.073
7. Medan Maimun 2,98 10.576 57.859
8. Medan Polonia 9,01 10.977 53.427
9. Medan Selayang 12,81 21.122 85.678
10. Medan Sunggal 15,44 25.205 110.667
11. Medan Helvetia 13,16 30.824 145.376
12. Medan Petisah 6,82 15.326 68.120
13. Medan Baru 5,84 10.041 44.216
14. Medan Timur 7,76 28.803 113.874
Sumber: Medan Dalam Angka 2010
27
(2) Kuala Bingai-Stabat
Sampah yang ditampung oleh TPA berasal dari Pasar Pangkalan Brandan
yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Babalan dan wilayah
Kecamatan Stabat dengan sumber sampah dari pasar, perumahan, serta
perkantoran dalam kota Stabat (Tabel 2)
Tabel 2: Sumber Sampah yang Dikelola di TPA Kuala Bingat Stabat
No. Kecamatan Luas (Km2) Jumlah KK Penduduk (Jiwa)
1. Stabat 108,85 20.195 84.440
2. Babalan 76,41 64.764 64.764
Sumber: Kabupaten Langkat Dalam Angka 2010
c. Sistem Pengangkutan
(1) Kota Medan
Pengangkutan sampah kota Medan dilakukan dengan menggunakan
kendaraan jenis Arm Roll, Typper dan Container. Pemerintah Daerah
Kota Medan melalui Dinas Kebersihan telah mendistribusikan kendaraan
pengangkut sampah dari sumbernya yang menurut data tahun 2011 untuk
pengiriman sampah ke TPA Namo Bintang menggunakan jenis
kendaraan Typper, Arm Roll dan Container dengan wilayah distribusi
serta jumlah dan jenis kendaraan yang didistribusikan sebagai terlihat
pada Tabel 3 berikut:
28
Tabel 3: Jenis dan Jumlah Kendaraan Pengangkut Sampah ke TPA Namo Bintang
No. Kecamatan Jenis
Kendaraan Jumlah Volume Angkut (M3)
1. Medan Johor Typper
Arm Roll
6
1
36
7
2. Medan Amplas Typper
Arm Roll
5
1
3
6
3. Medan Denai Typper 8 6
4. Medan Area Typper
Container
13
1
6
10
5. Medan Kota Typper
Container
16
3
96
30
6. Medan Tuntungan Typper 4 24
7. Medan Maimun Typper 5 30
8. Medan Polonia Typper 5 30
9. Medan Selayang Typper 5 30
10. Medan Sunggal Typper 7 42
11. Medan Helvetia Typper
Container
8
1
48
10
12. Medan Petisah Typper 8 48
13. Medan Baru Typper 6 48
14. Medan Barat Typper 4 32
15. Medan Timur Typper 1 6
16. Cadangan Untuk Pasar Container 4 40
Sumber: Dinas Kebersihan Kota Medan 2011
29
(2) Kota Stabat
Pengangkutan sampah di kota Stabat dilayani oleh truck sebanyak 13
unit yang terdiri dari jenis Arm Roll, Dump Truk dan Pick Up. Jenis
kendaraan dan wilayah pelayanan untuk Kota Stabat seperti terlihat pada
Tabel 4. berikut ini:
Tabel 4: Jenis dan Jumlah Kendaraan Pengangkut Sampah ke Kuala Bingai
No. Kelurahan/ Kecamatan
Jenis
Kendaraan
Jumlah
Volume
Angkut (M3)
1. Stabat Baru-Stabat Arm Roll 1 6
2. Kwala Bingai-Stabat Pick Up 1 3
3. Babalan-Brandan Timur Arm Roll 1 6
4. Perdamaian-Stabat Arm Roll 1 6
5. Kwala Bingai-Stabat Arm Roll 1 6
6. Perdamaian-Stabat Dump Truck 1 8
7. Kwala Bingai/Sidomulyo Dump Truck 1 8
8. Cadangan/Tidak Beroperasi Dump Truck 6 -
Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Langkat
d. Pengelolaan Sampah di Areal Survey Medan dan Stabat
Pengelolaan sampah di areal survey tergantung kepada luas areal pelayanan
pengumpulan dan sumber beban timbulan sampah. Kota Stabat yang
penduduk dan aktivitasnya sedikit, dilayani oleh 13 unit kendaraan untuk
areal pemukiman, perkantoran dan pasar. TPA Kuala Bingai menggunakan
30
methode Open Dumping, sehingga tidak ditemukan adanya instalasi
pengumpul gas methane yang terbentuk dari proses penguraian sampah.
Berdasarkan sumbernya, sampah kota Medan dapat dibagi atas sampah
pemukiman dan rumah tangga, pertokoan, perkantoran, pasar tradisional dan
pasar modern, hotel, rumah sakit, jalan arteri dan jalan protokol serta industri.
Tanggung jawab pengelolaan sampah Kota Medan disesuaikan dengan lokasi
sumber sampah. Dinas Kebersihan mengelola sampah domestik, pemukiman,
perkantoran, dan daerah komersial. Dinas Pasar mengelola sampah pasar
tradisional. Dinas Pekerjaan Umum mengelola sampah di saluran drainase,
termasuk gulma dan sedimen. Aparat pemerintahan setingkat Camat dan
Lurah mengelola sampah dalam areal pemukiman di luar jalan protokol, serta
pihak swasta bertanggungajawab mengelola sampah dari pemukiman (Real
Estate) yang dikelolanya.
Gambar 2 : Sampah diantar langsung maupun menggunakan beca atau kereta sorong, dikumpul di TPS baik untuk dipindahkan ke atas truk dan kemudian diangkut ke TPA.
31
Pengumpulan sampah dari areal permukiman, pertokoan dan perkantoran
ada yang dikutip langsung oleh truk sampah dan langsung diangkut ke TPA.
Sistem lain adalah mengumpulkan sampah menggunakan kereta sorong atau
beca sampah ke TPS dan kemudian dipindah ke container atau ke dalam truk
pengangkut. Sampah dari pasar modern, hotel dan sampah domestik rumah
sakit yang dikumpulkan oleh pengelolanya pada tempat pengumpulan
sampah sementara (TPS), dipindahkan ke dalam truk untuk diangkut ke TPA.
Sampah dari jalan umum dikumpulkan oleh pengutip sampah dengan
mengunakan kereta sorong, kemudian dipindahkan ke dalam truk untuk
diangkut ke TPA.
Sampah dari pasar tradisional dikumpulkan dengan menggunakan beca
sampah ke container atau truk sampah, kemudian dibawa ke TPA.
Pemerintah Kota Medan juga menyediakan layanan angkut sampah
menggunakan mobil pick-up yang disebut dengan “Ambulan Sampah” untuk
Gambar 3 : Kereta Sorong pengangkut sampah menunggu untuk dipindahkan ke atas truk.
32
mengangkut sampah yang belum terangkut oleh kereta sorong, gerobak
maupun beca sampah.
2. Peralatan yang Digunakan Dalam Pelaksanaan Survey
Pelaksanaan survey dilakukan untuk menentukan komposisi sampah di TPA
Namo Bintang Medan dan Kuala Bingai Stabat, kemudian dilanjutkan dengan
penentuan kandungan bahan kering sampah di Laboratorium Badan Lingkungan
Hidup Provinsi Sumatera Utara. Peralatan yang digunakan disesuaikan dengan
tujuan survey yaitu:
a. Survey Komposisi Jenis Sampah
Peralatan yang digunakan untuk survey komposisi sampah terdiri atas:
(1) Kotak Pengukur Volume Sampah ukuran volume 250 liter
(2) Box Pengukur Volume sampah ukuran 1 m3
(3) Timbangan kapasitas maksimum 100 Kg.
Gambar 4 : Kereta Sorong untuk pengumpul sampah dari sumbernya. Pemerintah Kota Medan akan melakukan penggantian dengan model beca sampah, sehingga lebih efektif dan manusiawi.
33
Gambar 5 : Kotak pengukur volume sampel sampah dengan ukuran 250 liter (kotak kayu)
dan 1 m3 (box besi). Di bahagian belakang terlihat tenda kerja dengan ukuran
6 x 8 meter.
Gambar 6 : Timbangan untuk mengukur berat sampah dalam plastik yang telah diberi
label sesuai dengan jenis sampahnya.
34
(4) Sekop untuk pengaduk sampah agar sampel homogen.
(5) Parang untuk mengurangi ukuran sampel yang terlalu besar.
(6) Gunting untuk mengurangi ukuran sebelum dilakukan quarterring supaya
sampel yang akan diuji pada proses pengeringan lebih homogen
(7) Perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja pelaksana survey yang
terdiri atas topi, baju kaos, sarung tangan, jas hujan, masker, sepatu boot
dan bangku duduk.
(8) Pengikat karung plastik dan Kertas Label untuk menandai jenis sampah
(9) Plastik pengumpul sampah yang terdiri atas beberapa ukuran sesuai
dengan kebutuhan dan juga untuk kemasan sampah yang akan dibawa ke
laboratorium.
(10) Tenda Kerja ukuran 8 x 6 meter untuk pelindung saat pekerrja melakukan
pemilahan dan penimbangan sampah.
Gambar 7 : Sampah yang diambil dari truk terlebih dahulu diaduk dengan sekop untuk proses homogenisasi sampel dan kemudian dilakukan quartering untuk mendapatkan hasil yang lebih representatif sebagai sampel.
35
b. Survey Kandungan Kadar Kering Sampah
Peralatan survey kandungan kering sampah terdiri atas:
(1) Oven Pengering
Gambar 9 : Oven Pengering merek Shibata, 20 ampere, 220 volt.
Gambar 8 : Pelaksana pemilah sampah yang telah memakai pakaian kerja (sepatu, baju
kaos, jas hujan, topi, sarung tangan dan masker) mendengarkan prosedur
kerja dari instruktur.
36
(2) Timbangan Digital
Timbangan yang digunakan pada proses pengujian kadar kering
sampah adalah timbangan digital analitis dan timbangan digital teknis.
Timbangan analisitis hanya mampu berfungsi bila wadah yang akan
ditimbang dimensinya lebih kecil dan dapat dimasukkan ke otak
timbangan. Bila wadah dimensinya lebih besar, maka digunakan
timbangan digital teknis. Wadah pengering dari keramik dapat
ditimbang dengan menggunakan timbangan digital analitis, sementara
wadah timbangan dari aluminium yang dimensinya lebih besar tidak
dapat dimasukkan ke dalam kotak timbangan analitis.
Gambar 10 : Timbangan yang digunakan untuk analisis kandungan bahan kering dari
sampah. Sebelah kanan adalah timbangan digital analitis.
37
(3) Cawan Pengering dan Box Pengering
Gambar 11 : Wadah pengering (cawan) dari keramik sedang ditimbang dengan
menggunakan timbangan digital analitis..
Gambar 12 : Wadah pengering dari aluminium
38
(4) Desikator
(i) Thermometer
(5) Hygrometer
(6) Kamera
(7) Alat Pencatat
3. Prosedur Pengambilan Sampel dan Pengujian
a. Sampel dan Pengujian Komposisi Sampah
(1) Penentuan Populasi Sampel
Populasi sampel ditentukan berdasarkan jumlah kendaraan yang
mengangkut sampah ke TPA Namo Bintang. Selain berdasarkan jumlah
kendaraan, penentuan juga berdasarkan jenis kendaraan serta cakupan
wilayah kerjanya. Data populasi sampel diperoleh dari data sekunder
Gambar 13 : Desikator untuk menyimpan bahan agar bahan yang sedang diuji
itu tetap dalam keadaan kering
39
Dinas Kebersihan Pemerintah Kota Medan mengenai jumlah serta
cakupan wilayah kerja kendaraan yang beroperasi mengangkut sampah
ke TPA Namo Bintang. Demikian juga dengan data jumlah dan jenis
kendaraan pengangkut sampah ke TPA Kuala Bingai diperoleh dari
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Langkat.
(2) Pengambilan Sampel dan Pengukuran Volume
Pengambilan sampel dilakukan dengan mengutip sampah secara acak
dari kendaraan pengangkut yang membongkar di TPA. Sampel yang
diambil adalah sampel yang baru dibongkar dan belum dilakukan
pengutipan oleh pemulung. Sampah dimasukkan ke dalam dua atau tiga
kantong plastik dengan volume yang lebih besar dari volume sampel
yang dibutuhkan. Sampah kemudian dimasukkan ke dalam kotak
pengukur volume dan diaduk untuk proses homogenisasi. Setelah
homogen, sampel diambil sebanyak volume yang proposional dengan
banyaknya kendaraan yang membongkar sampah di TPA. Volume
sampel sampah untuk pengujian komposisi sampah yang diambil pada
masing-masing TPA adalah 1000 liter atau 1 m3. Pengukuran volume
sampah dilakukan dengan menggunakan kotak yang terbuat dari kayu
dengan ukuran 250 liter.
(3) Penentuan Komposisi Sampah
Sampel sampah sebanyak 1000 liter dipisahkan secara manual oleh
pekerja lapangan. Masing-masing jenis sampah yang sudah dipisah,
dimasukkan ke dalam kantong plastik terpisah. Sesuai pedoman, maka
pemilahan sampah dilakukan atas:
40
(i) Makanan
Jenis makanan terdiri atas sisa makanan (nasi, mie, biskuit, roti, dll),
bungkus makanan dari daun, sampah sayuran/buah-buahan, kulit
buah, batang sayuran, dan lain-lain.
(ii) Kertas, Karton dan Nappies.
Kertas, karton dan nappies terdiri atas kertas koran, kertas
pembungkus, barang cetakan, buku tulis, karton, tampon, disposable
diapers, kertas tissue, dan sejenisnya.
(iii) Kayu dan Sampah Taman
Kayu dan sampah taman terdiri atas kayu bekas furniture, kayu
bangunan (pagar, kusen, dll), daun, ranting/batang pohon dari
perawatan taman, perawatan halaman, dan lain-lain.
(iv) Kain dan Produk Teskstil
Kain dan produk tekstil terdiri atas pakaian bekas, selimut bekas,
majun, kain perca, lap, pel, tas/sepatu dari kain, kasur/bantal bekas
dan lain-lain.
(v) Karet dan Kulit
Jenis sampah karet dan kulit terdiri atas sisa karet busa, ban bekas,
sarung tangan karet, tas/sepatu dari karet atau kulit, dan lain-lain.
(vi) Plastik
Jenis sampah plastik digabungkan dari sampah botol plastik,
kemasan dari plastik, kantong kresek, ember plastik, gantungan baju
dan lain-lain barang dari plastik.
41
(vii) Logam
Jenis sampah logam terdiri atas besi bekas perkakas, rangka
furniture, kawat, potongan logam, can (kaleng minuman), dan lain-
lain.
(viii) Gelas
Sampah yang dimasukkan dalam kelompok gelas adalah pecahan
gelas, piring dan barang-barang keramik, botol gelas, lampu, dan
barang-barang dari gelas/keramik lainnya
(ix) Komponen Sampah Lain
Komponen sampah lain terdiri atas tanah, abu, rambut, dan lain-lain
(organik) dan batu, bongkahan bangunan, barang-barang elektronik
bekas, dan lain-lain (anorganik).
(4) Pengukuran Berat Komposisi Sampah
Sampah yang sudah dipilah dimasukkan dalam kantong plastik yang
diberi label sesuai jenisnya. Pengukuran berat sampah dilakukan dengan
menimbang kantongan plastik yang berisi sampah menggunakan
timbangan mekanis secara langsung di lapangan. Pencatatan dilakukan
untuk mendapatkan nilai berat masing-masing jenis sampah hasil
pilahan.
(5) Pengumpulan Data
Data masing-masing lokasi survey dikumpulkan nilai besaran komposisi
sampah serta waktu survey. Hasil survey dibuat dalam bentuk tabel
komposisi dan berat masing-masing jenis sampah.
42
(6) Analysis Data
Dari hasil penimbangan dapat diketahui berat dari 1 m3 sampah yang
sekaligus juga merupakan berat jenis sampah. Dari pengukuran
gravimetri juga dapat diketahui masing-masing berat dari tiap jenis
sampah. Analysis data dilakukan dengan membandingkan hasil
pengujian survey pertama (musim kering) dan survey kedua (musim
hujan) serta memperbandingkan antara lokasi Namo Bintang-Medan dan
Kuala Bingai-Stabat untuk masing-masing komposisi. Analisis juga
dilakukan dengan data sekunder hasil survey pengukuran sampah TPA
yang menggunakan sistem pengukuran berat dari setiap truk yang masuk
ke TPA.
Analisis dilakukan dengan memperhatikan juga kemungkinan terjadinya
pengurangan volume sampah oleh pemulung yang masih punya nilai
ekonomi selama dalam perjalanan dari sumbernya hingga membongkar
di TPA. Sampah organik merupakan sampah yang potensial
menghasilkan gas rumah kaca, sehingga kajian lanjutan dilakukan untuk
melihat kandungan keringnya. Sampel masing-masing jenis sampah
dikurangi beratnya hingga maksimum 5 kg untuk dijadikan sampel
sampah pengujian kandungan kering di laboratorium. Proses
pengurangan berat sampel hingga mencapai 5 Kg. dilakukan dengan
metodhe quartering.
(7) Penyajian Data
Data hasil analisis komposisi jenis sampah ditampilkan dalam bentuk
narasi dan dilengkapi dengan tabel dan grafik untuk mempermudah
43
pemahaman terhadap hasil yang ditampilkan. Hasil analisis disimpulkan
sebagai dasar pertimbangan untuk menghitung emisi dan juga
membangun kebijakan pengurangan emisi gas rumah kaca yang berasal
dari TPA. Hasil survey juga dimanfaatkan untuk masukan bagi
membangun kebijakan pengelolaan limbah padat perkotaan bagi Dinas
Kebersihan Kota Medan dan juga Kota Stabat.
b. Sampel dan Pengujian Kandungan Kering Sampah
(1) Penentuan Sampel Kandungan Kering
Pengujian kandungan kering sampah merupakan kelanjutan dari
pengujian komposisi jenis sampah, sehingga sampel yang digunakan
berasal dari sampel pengujian komposisi sampah. Dari masing-masing
komposisi sampah diambil sampel sebanyak 5 (lima) kilogram untuk
pengujian kandungan kering di laboratorium. Sampel jenis sampah yang
memiliki berat kurang dari lima kilogram, langsung dijadikan sampel
untuk pengujian kandungan kering. Sampel yang beratnya lebih dari lima
kilogram dikurangi dengan cara melakukan Quartering. Perlakuan
quartering dimaksudkan untuk mendapatkan sampel yang lebih
representatif bagi pengujian kandungan kering. Perlakuan quartering
yang dilakukan di TPA dan juga dilaboratorium adalah dengan cara
sebagai berikut:
(i) Sampel yang memiliki berat lebih dari lima kilogram diaduk
sehingga relatif homogen.
(ii) Adukan sampah dibagi atas empat bahagian. Dua bahagian dipilih
dan dua bahagian lainnya di singkirkan. Hal yang sama dilakukan
44
Buang
Buang Campur
Campur
Bagi
Bagi
Buang
Buang Campur
Campur
Bagi
Bagi
berulang, sehingga diperoleh berat sampel mencapai lima kilogram,
kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik tertutup rapat untuk
dibawa ke laboratorium.
(iii) Proses quartering dilakukan kembali di laboratorium untuk
mendapatkan sample sampah seberat 1 (satu) kilogram. Sampel
diperkecil ukurannya menggunakan parang dan gunting dan diaduk
hingga homogen. Sebagian dari sampel (± 400 gram) yang sudah
diaduk hingga homogen dimasukkan ke dalam cawan ceramic atau
alluminium tray untuk pengujian kandungan bahan kering.
(2) Pengujian Kandungan kering
Pengujian kandungan kering dilakukan dengan melepaskan kandungan air
dari dalam sampah, sehingga diketahui kandungan kadar keringnya.
Perlakuan melepaskan kandungan air dilakukan dengan cara memanaskan
sampel dalam oven atau meletakkan sampel dalam wadahnya pada ruang
terbuka. Kegiatan percobaan mendapatkan nilai kandungan kadar kering
Gambar 14 : Prinsip perlakuan quartering untuk mendapatkan berat sampel 5
kg yang akan dijadikan populasi sampel untuk pengujian
kandungan bahan kering di laboratorium.
hasil akhir yang dijadikan sampel uji kandungan kadar
kering di laboratorium
45
dari sampah dilakukan pada Laboratorium Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Sumatera Utara. Prosedur untuk memperoleh kandungan kadar
kering dilakukan dengan menggunakan tiga methode yaitu:
(i) Pengeringan dalam oven pada temperatur 1050C
Wadah sampel dalam bentuk cawan keramik ditimbang berat
kosongnya. Sampel dimasukkan ke dalam cawan keramik dan
kemudian ditimbang kembali untuk menentukan berat sampel.Untuk
satu jenis sampah digunakan tiga buah cawan sampel. Nilai
kandungan bahan kering ditentukan dari berat rata-rata sampel kering
dari tiga buah cawan yang dipanaskan dalam oven.
Sampel dipanaskan pada temperatur 1050C. Pemanasan awal
dilakukan selama dua jam, kemudian dilakukan pengukuran
perubahan berat sampel. Selama proses pemanasan berikutnya
dilakukan pengukuran terhadap perubahan berat sampel setiap satu
jam. Pemanasan dihentikan setelah berat sampel menjadi stabil.
Kandungan air yang dilepas dari sampel dihitung dari berat air dalam
sampah per berat sampah basah. Kandungan bahan kering (% berat)
adalah 100% dikurangi kandungan air (% berat).
(ii) Pengeringan dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari
Sampel dimasukkan ke dalam wadah aluminium yang telah ditimbang
beratnya. Sampel dan wadah aluminium ditimbang kembali untuk
mengetahui berat sampel yang akan dikeringkan. Sampel dimasukkan
ke dalam oven dan kemudian dipanaskan pada temperatur 850C
selama tiga hari. Pengukuran berat sampel awal dilakukan setelah
46
pemanasan dua jam. Pengukuran untuk menentukan penurunan berat
sampel berikutnya dilakukan setiap delapan jam. Penentuan
kandungan air yang dilepas dari sampel dihitung dari berat awal
wadah aluiminium dan sampel dikurangi dengan berat wadah dan
sampelnya setelah dipanaskan.
(iii) Pengeringan di ruangan terbuka pada temperatur ruangan.
Sampel dimasukkan kedalam wadah aluminium yang sudah ditimbang
beratnya, kemudian ditimbang kembali untuk mengetahui berat
sampel yang dimasukkan. Sampel diletakkan di tempat udara terbuka.
Pengukuran berat sampel dilakukan setiap hari selama dua puluh hari
kalender proses pengeringan. Selama proses pengeringan dilakukan
poencatatan terhadap kelembaban udara (Rh) dan temperatur ruangan
(T). Hasil pengukuran dicatat dan dalam bentuk tabel sebagai hasil
dari proses pengujian kandungan kadar kering sampah.
4. Pengolahan dan Analysis Data
Data komposisi sampah untuk masing-masing lokasi survey serta waktu survey
dibuat dalam tabel kandungan kadar kering sampah. Pengolahan data dilakukan
dengan membuat perbandingan dari data yang diperoleh dan dikaitkan dengan
komposisi jenis sampahnya. Masing-masing hasil perbandingan ditampilkan
dalam bentuk tabel dan grafik sehingga memudahkan pembacaan hasil
penyajiannya. Kandungan kadar kering sampah dari bahan organik merupakan
bahan yang berpotensi untuk menghasilkan emisi gas rumah kaca. Makin tinggi
kandungan kadar kering bahan organik, maka makin tinggi potensinya untuk
membangkitkan emisi gas rumah kaca.
47
IV. HASIL DAN ANALISIS
1. Jadwal Pelaksanaan Survey
Survey komposisi sampah serta pengujian kandungan bahan kering sampah
merupakan rangkaian kegiatan pengambilan data pendukung, persiapan lapangan
dan pelaksanaan survey yang dilakukan mengikuti jadwal sebagaimana terlihat pada
tabel berikut:
Tabel 5 : Jadwal pelaksanaan survey komposisi serta kandungan bahan kering sampah
No Kegiatan Tanggal Lokasi
1. Pengumpulan Data Pendukung dan
Persiapan Lapangan 10-17 Oktober 2011 Medan- Stabat
2. Uji Coba Survey Komposisi
Sampah 18 Oktober 2011 Namo Bintang
3. Survey Komposisi Sampah 19 Oktober 2011 Namo Bintang
4. Survey Komposisi Sampah 20 Oktober 2011 Kwala Bingai
5. Pengujian Kandungan Bahan Kering
21-24 Oktober 2011 Laboratorium
BLH
6. Pengambilan Data Koreksi Sampah 1 November 2011 Namo Bintang
8 Persiapan Lapangan Survey Kedua 8-10 Desember 2011 Medan- Stabat
7. Survey Komposisi Sampah 12 Desember 2011 Kwala Bingai
8. Survey Komposisi Sampah 13 Desember 2011 Namo Bintang
9. Pengujian Kandungan Bahan
Kering
14 Desember 2011
s.d 15 Januari 2012
Laboratorium
BLH
a. Pengambilan Data Pendukung dan Persiapan Lapangan
Data pendukung yang diperlukan untuk kegiatan survey mencakup lokasi
TPA, luas lahan, sejarah operasional, pengelola, sistem pengelolaan, sarana
48
dan prasarana TPA, wilayah pelayanan serta sistem pelayanan sampah oleh
pemerintah Kota Medan dan Pemerintah Kabupaten Langkat. Pengambilan
data pendukung dilakukan dengan melakukan kunjungan langsung ke Dinas
Kebersihan Kota Medan dan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten
Langkat. Kunjungan juga dimaksudkan untuk menyampaikan rencana teknis
pelaksanaan survey, dan sekaligus permintaan dukungan secara administatif
terhadap rencana kegiatan survey dari pihak Pemerintah Kota Medan dan
Pemerintah Kabupaten Langkat.
Persiapan lapangan terutama ditujukan untuk penentuan lokasi penelitian dan
pendirian tenda lapangan serta penyediaan tenaga lapangan untuk kegiatan
survey. Tenaga lapangan diperlukan untuk mengambil sampah dan juga
melakukan pemilahan serta pengukuran volume dan berat sampah.
Pelaksanaan survey melibatkan 10 (sepuluh) orang tenaga lapangan, sehingga
untuk 4 (empat) kali survey telah melibatkan 40 (empat puluh) orang tenaga
lapangan yang merupakan tenaga pemulung pada TPA setempat. Pekerja
lapangan unutk pemilahan khusus sampah pasar juga melibatkan sepuluh
orang tenaga kerja. Selain pekerja lapangan juga dibutuhkan keterlibatan
mandor TPA dan seorang stafnya untuk pemasangan dan pengawasan
terhadap peralatan yang digunakan seperti tenda, kotak besi, kotak kayu dan
lain-lain.
b. Pelaksanaan Survey Komposisi Sampah
Pelaksanaan survey komposisi sampah pada lokasi TPA dilakukan sebanyak
empat kali dalam jangka waktu bulan Oktober dan Desember. Survey
dilakukan masing-masing dua kali di TPA Namo Bintang dan dua kali di
49
TPA Kwala Bingai Stabat. Perbedaan waktu ini dimaksudkan untuk
mendapatkan perbedaan hasil survey yang mewakili musim hujan dan musim
kering. Uji coba survey dilakukan di Namo Bintang dengan melibatkan staf
BLH dan juga diikuti oleh Kepala BLH Provinsi Sumatera Utara DR. Ir. Hj.
Wan Hidayati, M.Si. Pada pelaksanaan survey kedua (13 Desember 2011) di
Namo Bintang, juga dilakukan survey untuk melihat porsi komposisi sampah
pasar terhadap komposisi sampah kota Medan. Setiap kegiatan Survey
Komposisi Sampah melibatkan langsung Hiroyuki Ueda dan Jun Marukawa
dari JICA serta Rias dari ITB.
c. Pengujian Kandungan Bahan Kering Sampah
Pengujian kandungan bahan kering dilakukan pada laboratorium BLH
Provinsi Sumatera Utara. Prosedur pengujian mengikuti pedoman teknis
yang telah ditentukan sesuai dengan pedoman The Intergovernmental Panel
on Climate Change (IPCC) tahun 2006 dengan supervisor dari ITB dan juga
mengikuti arahan dari Kosuke Kawai, Ph.D dari Center for Material Cycles
and Waste Management Research National Institute for Environmental
Studies (NIES) Japan.
2. Lokasi Survey Komposisi Sampah
Lokasi survey komposisi sampah dilakukan pada dua TPA yang dianggap telah
mewakili kota yang sampahnya ditangani oleh pemerintah kota/kabupaten. JICA
menetapkan lokasi penelitian yaitu TPA Namo Bintang Medan dan TPA Kwala
Bingai Stabat.
50
a. TPA Namo Bintang
TPA Namo Bintang terletak ± 15 km di sebelah Selatan kota Medan dengan
kontour bergelombang dan fungsi lahan di sekitarnya adalah sebagai lahan
pertanian. Metode open dumping yang diterapkan pada lahan TPA
menyebabkan hampir seluruh lahan seluas ± 17,6 Ha yang dahulunya
merupakan lembah telah dipenuhi sampah dengan ketinggian ± 30 meter.
Secara teknis TPA Namo Bintang tidak dilengkapi dengan sistem
pengelolaan leachate dan penanganan gas. Air limpasan hujan yang mencuci
timbunan sampah akhirnya menjadi aliran air permukaan dengan membawa
berbagai kandungan zat pencemar. Proses penguraian sampah terjadi secara
aerobik maupun anaerob. Proses penguraian sampah secara anaerob yang
melepaskan gas CH4 ke udara dengan volume yang selama ini tidak pernah
terukur.
Gambar 15 : Kondisi TPA Namo Bintang sebagai lokasi pembuangan akhir Kota Medan
yang menggunakan metode open dumping.
51
b. TPA Kwala Bingai
TPA Kwala Bingai seluas 2,5 Ha menggunakan methode Open Dumping dan
tidak ada sistem pengolahan terhadap gas methane yang timbul akibat
terjadinya proses penguraian secara anaerob. TPA Kwala Bingai berada di
tengah lahan perkebunan kelapa sawit dan jauh dari pemukiman penduduk.
3. Kondisi Pengelolaan Sampah Medan
Untuk menampung sampah aktivitas warga kota, Pemerintah Kota Medan telah
mengoperasikan TPA Terjun - Marelan dan TPA Namo Bintang. TPA Namo
Bintang untuk menampung sampah warga kota yang bermukim di arah Selatan
Kota Medan dan TPA Terjun untuk aktivitas warga di sebelah Utara. Kedua TPA
ini dioperasikan secara bersama, kecuali untuk hal tertentu hanya satu TPA yang
dioperasikan menampung seluruh sampah dalam wilayah Kota Medan. TPA
Namo Bintang mencatat volume sampah yang masuk berdasarkan type dan
Gambar 17: Lahan TPA Kwala Bingai yang terletak di tengah lahan perkebunan kelapa
sawit.
52
volume kendaraan, sedangkan TPA Terjun difasilitasi dengan timbangan pencatat
berat kendaraan pengangkut sampah yang masuk.
Dinas Kebersihan Kota Medan telah mendistribusikan kendaraan pengangkut
sampah untuk kedua TPA tersebut yaitu 9 Kontainer dan 63 Typper untuk TPA
Terjun, dan 4 Arm Roll, 8 Container serta 97 Typper untuk TPA Namo Bintang.
Muatan sampah untuk Jenis Typper adalah ± 2,5 ton dan jenis Kontainer adalah
± 3,5 ton. Berdasarkan Data Dinas Kebersihan Kota Medan tahun 2011, jumlah
sampah yang masuk ke serta jumlah kendaraan yang dioperasikan ke TPA Terjun
adalah sebagai tabel berikut:
Tabel 6: Kondisi Kerja TPA Terjun Marelan 2011
No. Bulan Jumlah
Truk Jumlah
Trip
Berat Sampah
yang Masuk TPA (Kg)
Berat
Rata-rata pertrip
(Kg)
Volume
sampah perhari (Kg)
1. Januari 57 4.991 12.432.004 2.491 401.032
2. Februari 63 4.506 10.698.452 2.374 382.088
3. Maret 63 4.927 12.327.511 2.502 397.662
4. April 63 4.968 13.411.354 2.700 447.045
5. Mei 63 4.480 15.285.559 3.412 493.083
6. Juni 63 4.538 17.523.102 3.861 584.103
7. Juli 62 4.702 13.300.004 2.829 429.032
8. Agustus 63 4.909 15.147.000 3.086 488.613
9. September 157 8.912 25.712.076 2.885 857.069
10. Oktober 63 4.682 14.325.040 3.060 462.098
11. November 150 7.826 23.826.125 3.044 794.204
12. Desember 147 5.837 20.515.170 3.515 661.780
Jumlah 65.278 194.503.397
Sumber : Dinas Kebersihan Kota Medan (TPA Terjun) 2011
Data menunjukkan bahwa TPA Terjun Marelan rata-rata hariannya menerima
sampah sebanyak 400 s.d 500 ton. Lonjakan penerimaan terjadi pada bulan
53
September dengan jumlah sampah yang masuk 25.712.076 ton. Dinas Kebersihan
Medan pada bulan September mengoperasikan 157 unit kendaraan pengangkut
sampah ke TPA Marelan dengan jumlah trip 8.912, rata-rata setiap kendaraan
beroperasi 1,8 trip perhari. Volume sampah yang ditampung TPA Marelan setiap
hari adalah 857 ton.. Pada kondisi ini diperoleh fakta bahwa rata-rata setiap trip
kendaraan pengangkut sampah membawa 2.885 Kg sampah. Kendaraan yang
dioperasikan mencapai 86,7% dari jumlah total kendaraan pengangkut sampah
yang terdaftar sebagai asset Pemerintah Kota Medan.
Bila diperkirakan produksi sampah kota Medan sekitar 1200 ton perhari, maka
pada saat kondisi operasi kendaraan pengangkut sampah mencapai 86,7%,
sampah yang terangkut hanyalah 71,41%. Sebagian sampah yang tidak terangkut
akan bertebar di jalan, masuk dalam selokan atau menyebarkan bau busuk pada
lingkungan. Berdasarkan informasi yang diterima dari petugas lapangan,
penyebab terjadinya lonjakan beban sampah di TPA Terjun karena TPA Namo
Bintang tidak beroperasi akibat alat beratnya mengalami kerusakan.
Pada bulan Oktober TPA Namo Bintang beroperasi dengan 112 unit kendaraan
pengangkut. TPA Terjun menerima sampah yang diangkut oleh 63 unit kendaraan
pengangkut. Pada bulan Oktober kendaraan pengangkut truk yang dioperasikan
Pemerintah kota Medan adalah 175 unit. Pada bulan November dan Desember
alat berat di TPA Namo Bintang mengalami kerusakan. Beban sampah kota
Medan dikirim ke TPA Terjun dengan mengoperasikan kendaraan pengangkut
sebanyak 150 unit pada November dan 147 unit pada Desember. Jumlah
pengangkutan adalah 7.826 trip untuk November dan 5.837 trip pada Desember.
Pada saat ini jumlah sampah yang diterima TPA Terjun adalah 794 ton/hari pada
54
November dan 662 ton pada Desember. Data ini menunjukkan bahwa sebagian
daerah tidak terlayani dengan baik dengan konsekwensinya wilayah kota menjadi
kumuh dan sampah bersebaran di sembarang tempat tertentu.
4. Survey Komposisi Sampah
a. Sumber Sampah dan Volume Sampel
Pelaksanaan Survey Komposisi Sampah di Namo Bintang menggunakan
methode yang sama dengan survey di Kwala Bingai. Sampel yang diambil
berasal dari tiap kendaraan pengangkut dan dianggap mewakili daerah
pelayanannya. Volume sampel yang diambil pada masing-masing TPA
adalah 1000 liter. Sampel yanag diambil dari masing-masing truk ini
proporsional dengan jumlah kendaraan pengangkut sampah yang datang ke
TPA. Volume sampel yang diambil dari masing-masing kendaraan serta
Gambar 17: Truk pengangkut sampah sedang ditimbang di TPA Terjun..
55
wilayah pelayanannya untuk TPA Namo Bintang dan TPA Kwala Bingai
adalah sebagai terlihat pada tabel berikut:
\Tabel 7 : Volume sampel dari kendaraan pengangkut sampah ke TPA Namo Bintang –
Medan yang mewakili wilayah sumbernya.
NO. JENIS
KENDARAAN NOMOR POLISI
VOLUME SAMPEL
ASAL DAERAH KELURAHAN
1 Container BK 8100 J 90 L ? ?
2 Container BK 8095 J 90 L Medan Kota Sudi Rejo
3 Container BK 8102 J 90 L ? ?
4 Arm Roll BK 8041 J 15 L Medan Area Sukaramai II
5 Typper BK 9998 H 20 L Medan Petisah Sekip
6 Typper BK 8186 J 20 L Medan Tuntungan Tanjung Selamat
7 Arm Roll BK 8044 J 15 L Medan Amplas Timbang Deli
8 Typper BK 8235 J 20 L Medan Area Tegal Sari II
9 Typper BK 9984 H 20 L Medan Selayang Tanjung Sari
10 Typper BK 9906 H 20 L Medan Selayang Sempa Kata
11 Typper BK 8187 H 20 L Medan Amplas Siti Rejo II
12 Typper BK 8126 J 20 L Medan Petisah Sei Putih Timur II
13 Typper BK 8241 J 20 L Medan Tuntungan Selayang
14 Typper BK 8249 J 20 L Medan Helvetia Helvetia Timur
15 Typper BK 8111 J 20 L Medan Polonia Suka Dame
16 Container BK 8306 90 L ? ?
17 Typper BK 8107 J 20 L Medan Barat Silalas
18 Typper BK 8136 J 20 L ? ?
19 Typper BK 8214 J 20 L Medan Maimoon Sei Mati
20 Typper BK 9982 J 20 L Medan Selayang Asam Kumbang
21 Typper BK 8226 J 20 L Medan Baru Darat
22 Typper BK 8250 J 20 L Medan Polonia Anggrung
56
NO. JENIS
KENDARAAN NOMOR POLISI
VOLUME SAMPEL
ASAL DAERAH KELURAHAN
23 Typper BK 8183 J 20 L Medan Kota Pasar Merah Barat
24 Typper BK 8178 J 20 L Medan Kota Pandau Hulu I
25 Typper BK 8278 J 20 L Medan Barat Kesawan Pagi
26 Typper BK 9933 J 20 L Medan Area Pasar Merah Timur
27 Typper BK 8175 J 20 L Medan Tuntungan Mangga
28 Typper BK 8176 J 20 L Medan Sunggal Sunggal
29 Typper BK 9899 J 20 L Medan Helvetia Sei Sikambing C
30 Typper BK 8166 J 20 L Medan Helvetia Cinta Damai
31 Typper BK 9903 J 20 L Medan Area Kota Matsum IV
32 Container BK 8027 J 90 L Medan Maimoon Aur
33 Typper BK 9205 20 L Medan Selayang Tanjung Sari
T O T A L 1000 L
Tabel 8 : Volume sampel dari kendaraan pengangkut sampah ke TPA Kwala Bingai-
Stabat yang mewakili wilayah sumbernya.
NO. JENIS
KENDARAAN NOMOR POLISI
VOLUME SAMPEL
ASAL DAERAH
1 Arm Roll BK 8333 P 150 L Pasar Stabat
2 Pick Up BK 8360 PE 150 L Perumahan
3 Arm Roll BK 8328 P 100 L Pasar Brandan
4 Arm Roll BK 8363 P 100 L Perumahan
5 Arm Roll BK 8350 P 150 L Perkantoran
6 Dump Truck BK 2021 P 150 L Perumahan
7 Dump Truck BK 8030 P 200 L Perumahan
T O T A L 1000 L
57
b. Prosedur Pengambilan Sampel Komposisi Sampah
(1) Pengambilan sampel
Sampel diambil dari tiap kendaraan pengangkut yang membongkar
sampah di TPA. Pengambilan sampel dilakukan sebelum ada pemungutan
oleh pemulung. Kegiatan pengambilan sampah dan memasukkan ke
dalam kantong plastik diarahkan dan diawasi langsung oleh instruktur dari
ITB. Sampah yang diambil oleh pekerja lapangan dimasukkan ke dalam
kantong plastik. Volume sampah yang diambil adalah dua hingga tiga kali
lipat dari volume yang dibutuhkan. Sampel dari karung plastik
dimasukkan ke dalam kotak kayu yang berukuran 250 liter dan diaduk
sampai relatif homogen. Setelah homogen, maka sampel dikurangi
volumenya hingga volume yang tinggal dalam kotak sesuai dengan
kebutuhan volume survey (lihat Tabel 7 dan Tabel 8).
Elatif homogena
Gambar 18: Mengukur volume sampel dari sampah yang telah diaduk dalam kotak
pengukur sehingga relatif homogen. Lokasi foto, TPA Kwala Bingai.
58
Pada penelitian bulan Oktober, sampel sampah dari kendaraan pengangkut
dikumpulkan terlebih dahulu ke dalam box besi hingga mencapai 1000
liter. Setelah cukup 1000 liter, sampah dipisahkan menjadi 9 jenis oleh
pekerja pemilah sampah. Pada pelaksanaan survey bulan Desember,
sampel tidak lagi dikumpulkan hingga 1000 liter. Setelah diperoleh
volume yang sesuai berdasarkan sumbernya (20 hingga 90 liter untuk tiap
kendaraan yang masuk ke TPA Namo Bintang, dan 100 hingga 200 liter
untuk kendaraan yang masuk ke TPA Kwala Bingai), sampah langsung
dipilah berdasarkan jenisnya. Pada survey bulan Desember, box pengukur
sampah dengan volume 1 m3 praktis tidak digunakan lagi. Metode ini
menghemat waktu untuk pemilahan.
(2) Pemilahan sampel
Berdasarkan pedoman yang telah ditetapkan oleh JICA dan ITB, maka
sampel dipilah atas sembilan jenis yaitu: Makanan, Kertas, karton dan
Gambar 19 : Memasukkan sampah ke dalam box dengan ukuran 1000 liter yang telah
diukur volumenya pada kotak pengukur ukuran 250 liter.
59
nappies, Kayu dan sampah taman, Kain dan produk teskstil, Karet dan
kulit, Plastik, Logam, Gelas dan Komponen Sampah Lain. Pada survey
bulan Oktober, jenis sampah kertas, karton dan nappies dianggap satu
kelompok, tetapi pada survey bulan Desember dilakukan pemisahan antara
kertas dan karton dengan nappies. Pemisahan ini sesuai dengan IPCC
Guidelines 2006. Sampah yang merupakan gabungan dari dua komponen
atau lebih seperti sepatu yang terdiri dari karet dan kain, kabel listrik yang
terdiri dari karet dan logam terlebih dahulu dipisahkan komponennya.
Komponen Sampah Lain yang pada survey bulan Oktober dikatagorikan
sebagai “komponen sampah yang dianggap tidak masuk dalam kelompok
komponen sampah yang ada”. Pada pelaksanaan survey bulan Desember,
komponen sampah lain dinyatakan sebagai sisa sampah yang dimensinya
sangat kecil, sehingga sulit dibedakan jenis sumber sampahnya. Pemilahan
dilakukan berdasarkan sifat kandungan organik dan anorganik. Pekerja
pemilah sampel memisahkan sampah berdasarkan jenisnya dan
memasukan ke dalam kantong plastik yang telah diberi label.
Gambar 20 : Pemilahan sampah berdasarkan jenisnya..
60
(3) Pengukuran berat sampel
Sampel yang telah dipisah berdasarkan jenisnya dimasukkan ke dalam
kantong plastik yang berbeda. Kantong plastik diberi label sesuai dengan
jenis sampahnya. Setelah seluruh sampel sampah yang volumenya 1000
liter dipisah, maka dilakukan penimbangan untuk masing-masing jenis
sampah. Dari hasil penimbangan dapat diketahui berat dan juga sekaligus
mendapatkan nilai berat jenis dari sampah pada suatu TPA. Secara rata-
rata, besaran berat jenis ini akan dapat menentukan jumlah berat sampah
untuk setiap kendaraan yang diangkut ke TPA. Bila dikaitkan dengan
jumlah kendaraan yang dioperasikan Dinas Kebersihan Pemko Medan
untuk mengangkut sampah ke TPA, maka akan dapat ditentukan berat dan
volume sampah Kota Medan yang mampu dilayani setiap hari.
Gambar 21 : Pengukuran berat masing-masing jenis sampah.
61
(4) Persediaan sampel untuk survey kandungan kadar kering sampah
Sampel untuk kandungan bahan kering sampah berasal dari sampel yang
diperoleh pada kegiatan survey komposisi sampah. Dari sampel komposisi
jenis sampah diambil sebanyak 5 (lima) kilogram untuk dibawa ke
laboratorium. Jenis sampel sampah yang beratnya tidak melebihi 5 (lima)
Kg langsung dibawa ke laboratorium untuk dijadikan sampel pada
pengujian kandungan bahan kering sampah. Sampel dari masing-masing
jenis sampah dengan berat 5 Kg dimasukkan ke dalam kantong plastik dan
diberi label sesuai dengan jenisnya. Pengukuran kandungan bahan kering
sampah dilakukan untuk semua jenis sampah. Pada survey bulan Oktober
terdapat 9 (sembilan) sampel sampah yang diuji kandungan kadar
keringnya di laboratorium BLH Provinsi Sumatera Utara. Survey
kandungan bahan kering untuk bulan Desember dilakukan atas 11
(sebelas) sampel, karena ada tambahan jenis sampah yang merupakan
pemisahan dari Paper dengan Nappies dan juga Komponen Sampah Lain
yang dipisah menjadi Komponen Sampah Lain Organik dan Anorganik.
Gambar 22 : Proses quartering di lokasi TPA untuk mempersiapkan sampel
kandungan bahan kering sampah.
62
c. Hasil Survey Komposisi Sampah di TPA Namo Bintang
Survey komposisi sampah dilakukan di TPA Namo Bintang pada tanggal 19
Oktober 2011 dan tanggal 13 Desember 2011. TPA Namo Bintang tidak
memiliki jembatan timbang. Pencatatan volume sampah yang masuk ke TPA
hanya dilakukan untuk mengetahui jumlah dan type truk yang datang serta
asal areal pelayanannya. Selain pekerja pengumpul dan pemilah sampah yang
berjumlah sepuluh orang dari pemulung setempat untuk masing-masing
pelaksanaan survey, kegiatan survey disupervisi oleh Rias dan Risalto dari
ITB serta Ueda dan Marukawa dari JICA. Survey pada bulan Desember juga
dilakukan untuk mengetahui komposisi sampah khusus pasar. Tenaga survey
juga melibatkan sepuluh orang tenaga pemulung setempat, sehingga pada
survey bulan Desember melibatkan 20 orang tenaga kerja pemilah sampah.
Survey tanggal 19 Oktober dimaksudkan untuk mewakili musim kering.
Sesuai dengan masalah perubahan iklim yang sedang berlangsung, maka
pelaksanaan survey pada bulan Oktober justru berlangsung pada kondisi
cuaca Kota Medan dalam keadaan mendung, pada siang hari terjadi hujan
lebat pada hampir sebagian besar wilayah Medan. Hujan lebat disertai angin
kencang terjadi pada lokasi TPA Namo Bintang. Pelaksanaan survey tidak
terganggu karena tahap survey sudah pada tahap pemilahan komposisi
sampah. Survey kedua dilakukan pada bulan Desember pada kondisi cuaca di
TPA maupun seluruh Kota Medan dalam keadaan cerah. Hasil survey
komposisi sampah di TPA Namo Bintang untuk survey bulan Oktober dan
Desember adalah sebagai terlihat pada tabel berikut:
63
Tabel 9: Komposisi Sampah untuk volume 1 m3 sampel yang diambil di TPA Namo
Bintang –Medan tanggal 19 Oktober 2011
Komponen Sampah Berat Basah
(kg)
Persentase
Berat Basah
(%)
a. Makanan 152,3 62,90
b. Kertas, Karton, Nappies 32,0 13,22
c. Kayu/Sampah Taman 11,5 4,75
d. Kain dan produk tekstil 7,9 3.26
e. Karet dan kulit 1,3 0,54
f. Plastik 33,3 13,75
g. Logam 0.83 0.34
h. Gelas 2,3 0,95
i. Lain-lain 0,7 0,29
T O T A L 242.13 100.00
Sumber : SUR-JICA-USU-ITB 2011
Gambar 23: Pelaksana survey komposisi sampah di TPA Namo Bintang tanggal 19
Oktober 2011
64
Tabel 10 : Komposisi Sampah untuk volume 1 m3 sampel yang diambil di TPA
Namo Bintang –Medan tanggal 13 Desember 2011
Komponen Sampah Berat Basah
(kg)
Persentase
Berat Basah
(%)
a. Makanan 70.75 33.31
b. Kertas, Karton, Nappies
b1. Kertas, dan karton 28.80 13.56
b2. Nappies 17.45 8.21
c. Kayu/Sampah Taman 16.10 7.58
d. Kain dan produk tekstil 7.0 3.29
e. Karet dan kulit 2.40 1.13
f. Plastik 27.0 12.71
g. Logam 0.80 0.38
h. Gelas 4.60 2.17
i. Lain-lain
i1. Organik 35.30 16.62
i2. Anorganik 2.20 1.04
T O T A L 212.40 100.00
Sumber : SUR-JICA-USU-ITB 2011
Gambar 24 : Pelaksana survey komposisi sampah di TPA Namo Bintang tanggal 13 Desember
2011 yang juga dihadiri oleh Dr Kosuke Kawai dari NIES Japan.
65
Tabel 11 : Komposisi Sampah untuk volume 1 m3 sampel yang diambil di TPA Namo
Bintang –Medan tanggal 13 Desember 2011 (Khusus Sampah Pasar)
Komponen Sampah Berat Basah
(kg)
Persentase
Berat Basah
(%)
a. Makanan 46,80 44,49
b. Kertas, Karton, Nappies 17,60 16,73
c. Kayu/Sampah Taman 1,50 1,40
d. Kain dan produk tekstil 7.10 6,75
e. Karet dan kulit 7,10 6,75
f. Plastik 17,50 16,63
g. Logam 0.60 0.57
h. Gelas 0,80 0,76
i. Lain-lain 6,20 5,89
T O T A L 105.20 100.00
Sumber : SUR-JICA-USU-ITB 2011
Gambar 25 : Pelaksana survey komposisi sampah khusus pasar di TPA Namo Bintang tanggal 13
Desember 2011 selesai memilah dan menunggu proses penimbangan berat.
66
d. Hasil Survey Komposisi Sampah di TPA Kwala Bingai-Stabat
Pelaksanaan survey komposisi sampah di TPA Kwala Bingai Stabat
dilakukan pada tanggal 20 Oktober 2011 dan 12 Desember 2011. TPA Kwala
Bingai tidak memiliki jembatan timbang. Kondisi cuaca cukup cerah sampai
sore hari, sehingga kedua kegiatan survey berlangsung dengan cepat tanpa
ada halangan. Survey komposisi sampah di TPA Kwala Bingai berlangsung
sekitar 5 (lima) jam karena jumlah kendaraan pengangkut sampah relatif
sedikit dibandingkan dengan survey di TPA Namo Bintang. Hasil untuk
kegiatan survey TPA Kwala Bingai untuk bulan Oktober dan Desember
adalah sebagai terlihat pada tabel berikut:
Tabel 12 : Komposisi Sampah untuk volume 1 m3 sampel yang diambil di TPA
Kwala Bingai-Stabat tanggal 20 Oktober 2011
Komponen Sampah Berat Basah
(kg)
Persentase
Berat Basah
(%)
a. Makanan 108,60 51,37
b. Kertas, Karton, Nappies 22,50 10,64
c. Kayu/Sampah Taman 48,30 22,85
d. Kain dan produk tekstil 6,70 3.17
e. Karet dan kulit 0,40 0,19
f. Plastik 19,60 9,27
g. Logam 0.30 0.14
h. Gelas 2,60 1,23
i. Lain-lain 2,40 1,14
T O T A L 211,40 100.00
Sumber : SUR-JICA-USU-ITB 2011
67
Tabel 13: Komposisi Sampah untuk volume 1 m3 sampel yang diambil di TPA
Kwala Bingai pada kegiatan survey tanggal 12 Desember 2011
Komponen Sampah Berat Basah
(kg)
Persentase
Berat Basah
(%)
a. Makanan 105,60 52,56
b. Kertas, Karton, Nappies 15,80 7,86
c. Kayu/Sampah Taman 42,20 20,91
d. Kain dan produk tekstil 6,20 3.09
e. Karet dan kulit 0.45 0,22
f. Plastik 12.20 6.07
g. Logam 1.00 0.50
h. Gelas 3,20 1,60
i. Lain-lain
i1. Organik 12,70 6.32
i2. Anorganik 1,75 0,87
T O T A L 200,90 100.00
Sumber : SUR-JICA-USU-ITB 2011
Gambar 26 : Pengurangan dimensi sampah sebelum dilakukan quartering untuk mempersiapkan sampel kandungan bahan kering di TPA Kwala Bingai tanggal 20 Oktober 2011
68
5. Faktor Koreksi Untuk Komposisi Sampah
Sebagian sampah masih memiliki nilai ekonomis, sehingga ada upaya
pemulung mengambil dan menjualnya kembali. Proses pemilihan sampah untuk
dijual kembali dilakukan pada beberapa tahapan perjalanan sampah dari sumbernya
sampai ke TPA. Faktanya menunjukkan bahwa ada sebahagian volume sampah
untuk jenis tertentu yang tidak masuk ke TPA. Ada pemulung yang melakukan
pemungutan sampah langsung pada sumbernya (dari rumah tangga, kantor dll.) dan
ada juga yang disisihkan oleh petugas pengutip sampah yang menggunakan gerobak.
Proses pemungutan sampah bernilai ekonomis juga terjadi pada depo pemindahan
sampah dari beca atau gerobak ke truk pengangkut. Proses pemilahan oleh pemulung
juga berlangsung di atas truk yang sedang berjalan menuju TPA. Jenis sampah yang
memiliki nilai ekonomis dan memiliki pembeli tetap adalah plastik, logam, kertas
dan sisa makanan. Sampah sisa makanan digunakan sebagai pakan ternak. Pada
pelaksanaan survey di Namo Bintang, di temukan satu orang pengumpul sisa
makanan di dalam areal TPA satu pengumpul lainnya pada areal jalan masuk ke
TPA. Sampah makanan biasanya sudah dikumpulkan oleh kenek truk dan juga dari
pemulung di tempat pembuangan sampah. Sampah makanan yang mampu
dikumpulkan kembali serta siap untuk dijual kepada peternak adalah sekitar 650-
1.000 kg setiap hari.
Sampah plastik dan kertas merupakan sampah yang punya peminat tinggi
dalam pasaran barang bekas. Selain pada areal TPA, dalam kota Medan juga terdapat
beberapa titik pengumpul barang bekas. Barang bekas yang punya nilai jual adalah
jenis kaca, logam, plastik dan juga karton. Khusus pada areal TPA volume barang
bekas yang keluar kembali dari areal TPA adalah sebanyak 5 sampai 6 truk setiap
hari dengan kapasitas 6 m3. Penelitian tidak dilanjutkan untuk mencari data lebih
69
detil karena kecuali jenis makanan untuk pakan ternak, material yang menjadi faktor
koreksi adalah material an-organik yang tidak jadi penyumbang terhadap emisi gas
rumah kaca.
Gambar 27 : Karung plastik yang terlihat pada beca pengangkut sampah merupakan barang yang telah dipisahkan oleh petugas pengutip sampah. Msyarakat juga mengantar langsung sampah ke TPS menggunakan mobil .
Gambar 28 : Kenek truk menurunkan sampah dalam karung plastik yang sudah dipilahnya dari gerobak sebelum sampah lainnya dipindahkan ke truk untuk diangkut ke TPA.
Pemindahan ini berlangsung di Depo Transfer.
70
Gambar 29 : Proses transaksi sampah dengan pengepul (junk buyers). Tiap goni yang berisi plastik memiliki berat 30 kg dan satu kilogram plastik dibeli dengan harga Rp. 300,-.
Gambar 30 : Pengumpul makanan sisa untuk dijual sebagai pakan ternak.
71
6. Analisis Hasil Survey Komposisi Sampah
Hasil pengukuran komposisi sampah di TPA Namo Bintang dan TPA Kwala
Bingai untuk lima kali survey menunjukkan bahwa untuk volume 1 m3 sampah yang
dijadikan sampel mempunyai berat berkisar antara 105,20 kg hingga 242,13 kg.
Sebagai perbandingan hasil survey komposisi sampah yang dilakukan sebanyak lima
kali hasil kerjasama MURF and Suuri Keikaku Co. Ltd dengan USU adalah sebagai
terlihat pada tabel rekapitulasi hasil survey di bawah ini:
Tabel 14: Rekapitulasi Hasil Survey Komposisi Sampah di Namo Bintang Medan
dan Kwala Bingai Stabat buloan Oktober dan Desember 2011
Komponen Sampah Berat Basah (kg)
NB I NB II NB III KB I KB II
a. Makanan 152,3 70.75 46,80 108,60 105,60
b. Kertas, Karton, Nappies 32,0 17,60 22,50 15,80
b1. Kertas dan Karton, - 28.80 - - -
b2. Nappies - 17.45 - - -
c. Kayu/Sampah Taman 11,5 16.10 1,50 48,30 42,20
d. Kain dan produk tekstil 7,9 7.0 7.10 6,70 6,20
e. Karet dan kulit 1,3 2.40 7,10 0,40 0.45
f. Plastik 33,3 27.0 17,50 19,60 12.20
g. Logam 0.83 0.80 0.60 0.30 1.00
h. Gelas 2,3 4.60 0,80 2,60 3,20
i. Lain-lain 0,7 - 6,20 2,40 -
i1. Organik - 35.30 - - 12,70
i2. Anorganik - 2.20 - - 1,75
T O T A L 242.13 212.40 105.20 211,40 200,90
Catatan: NB I = Namo Bintang tanggal 19 Oktober 2011
NB II = Namo Bintang tanggal 13 Desember 2011
NB III = Namo Bintang tanggal 13 Desember 2011 (Khusus Pasar)
KB I = Kwala Bingai tanggal 20 Oktober 2011
KB II = Kwala Bingai 12 Desember 2011
72
Dari tabel di atas terlihat bahwa komposisi sampah untuk Khusus Pasar Medan
sangat jauh berbeda dengan hasil survey yang lain. Diperkirakan kesalahan ini antara
lain disebabkan karena sangat sedikitnya sampah jenis makanan yang hanya 46,8 kg,
berbanding dengan jenis sampah yang sama untuk survey yang lain berkisar 70,75
kg s.d 152,3 kg. Kesalahan ini mungkin terjadi karena sudah ada yang mengambil
sampah jenis makanan sebelum sampai ke TPA, atau sampel yang diambil tidak
cukup homogen, sehingga hasilnya tidak cukup representatif untuk dijadikan bahan
analisis. Hasil survey untuk komposisi sampah di khusus pasar tidak dianalisis
kandungan bahan keringnya. Sebagai perbandingan terhadap hasil survey komposisi
sampah pada bulan Oktober dan Desember di TPA Namo Bintang dan TPA Kwala
Bingai adalah sebagaimana digambarkan pada grafik berikut:
Grafik 1: Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Survey serta Hasil Pengukuran Berat Sampah
73
Gambar 31 : Sampah pasar yang sebagian besar tediri dari jenis makanan yang masih punya nilai manfaat bagi pakan ternak. Sampah jenis ini juga potensial untuk diuraikan oleh bakteri pembusuk sehingga menghasilkan gas methane.
Gambar 32 : Pemulung memisahkan sampah yang masih memiliki nilai ekonomis yang sekaligus merupakan upaya mengurangi volume sampah yang akan dibuang ke TPA..
74
Hasil survey di Namo Bintang tanggal 19 Oktober 2011 dan tanggal 13
Desember menunjukkan bahwa terdapat perbedaan berat siginifikan pada komponen
sampah jenis makanan, yaitu 152,3 Kg dengan 70,75 Kg dan Komponen Sampah
Lain 0,7 Kg. dengan 37,5 Kg. Walaupun pada komponennya terdapat perbedaan
sigifikan, namun secara total perbedaan beratnya tidak begitu jauh berbeda.
Kemungkinan perbedaan berat signifikan pada jenis sampah makanan ini adalah
karena pada survey tanggal 19 Oktober 2011 semua sampah yang kecil dan sulit
dibedakan sumbernya dengan jenis lain dimasukkan pada jenis sampah makanan.
Sedangkan pada survey tanggal 13 Desember 2011 sampah jenis ini dimasukkan
pada jenis komponen sampah lain-lain.
Sampel yang diukur pada pelaksanaan survey baik di Namo Bintang maupun
di Kwala Bingai hanyalah untuk sampah dengan dimensi yang relatif kecil. Sampah
dengan ukuran besar seperti bekas furniture dan juga material sisa bangunan yang
berdimensi besar dan berat jenis relatif besar tidak termasuk dalam populasi sampel.
Bila dibandingkan hasil pengukuran berat jenis sampah dengan methode pengukuran
volume, maka hasilnya akan berbeda dengan survey yang menggunakan methode
penimbangan berat. Methode penimbangan berat akan menentukan jumlah sampah
dengan menimbang kendaraan yang membawa semua jenis dan semua ukuran
sampah yang masuk ke TPA. Dari hasil pencatatan beban semua kendaraan dan
dibagikan dengan volume kendaraan pengangkut, maka diperoleh berat jenis sampah
secara rata-rata dari seluruh sampah yang masuk pada hari pengambilan sampel.
Mengingat bahwa komponen sampah dengan dimensi yang lebih besar
umumnya adalah sampah yang di dominasi oleh kandungan bahan anorganik, maka
porsinya dalam menyumbang gas rumah kaca relatif kecil. Dari hasil survey juga
75
dapat dilihat bahwa sampah yang berasal dari daerah suburban lebih didominasi oleh
sampah organik dibandingkan dengan sampah plastik. Data ini menunjukkan bahwa
potensi emisi gas rumah kaca lebih besar pada daerah suburban walau volumenya
relatif kecil. Bila dilakukan pengelolaan menggunakan teknologi pengolahan limbah
organik yang baik, maka bangkitan gas rumah kaca khususnya gas methane untuk
daerah suburban dapat direduksi secara maksimal. Sebagai gambaran terhadap
perbandingan komposisi jenis sampah dari empat kali survey adalah sebagai grafik
berikut:
Secara umum terlihat bahwa sampah jenis makanan dan kertas mendominasi sampah
di TPA Namo Bintang dan di TPA Kwala Bingai juga didominasi sampah kayu dan
sampah taman. Sampah plastik walaupun volumenya tidak begitu besar tetapi nilai
daur ulangnya secara keseluruhan masih kecil dan sifatnya yang tidak mudah terurai
akan menjadi beban bagi lahan TPA.
Grafik 2: Perbandingan berat masing-masing komponen sampah dari hasil empat kali survey.
76
7. Survey Kandungan Bahan Kering Sampah
Kandungan bahan kering sampah adalah fraksi (persen‐%) berat kering dari
suatu komponen sampah basah, dihitung dari rasio berat kering terhadap berat basah
komponen sampah. Kandungan bahan kering ini ditentukan untuk setiap jenis
komponen sampah yang dianggap memiliki kandungan air. Kandungan bahan kering
suatu komponen sampah ditentukan melalui pendekatan gravimetry, yaitu melalui
penimbangan berat terhadap sampel yang representatif.
a. Sampel untuk Pengujian Kandungan Bahan Kering Sampah
Sampel untuk pengujian kandungan kadar kering sampah dipersiapkan dari
sampel yang sama dengan survey komposisi sampah. Dari proses quartering
di TPA, telah dihasilkan sampel untuk masing-masing jenis sampah sebanyak
5 Kg. Sampel ini dibawa ke laboratorium dalam kantong plastik yang tertutup
rapat untuk pengujian kandungan bahan kering. Sampel jenis sampah yang
memiliki berat kurang dari lima kilogram, langsung dijadikan sampel untuk
pengujian kandungan bahan kering. Sampel yang beratnya lebih dari lima
kilogram dikurangi dengan cara melakukan quartering. Sebelum melakukan
quartering di laboratorium, sampah terlebih dahulu diperkecil ukurannya
menggunakan pisau dan/atau gunting untuk mendapatkan sampel yang lebih
representatif. Dari hasil quartering diperoleh sampel sebanyak satu kilogram.
Sebagian dari sampel ini dimasukkan ke dalam cawan atau wadah aluminium
(aluminium tray) untuk dilakukan penimbangan berat dan juga pengeringan.
b. Perlakuan pada Pengujian Kandungan Bahan Kering
Pengujian kandungan bahan kering dilakukan dengan melepaskan kandungan
air dari dalam sampah sehingga diketahui kandungan bahan keringnya.
77
Perlakuan melepaskan kandungan air dilakukan dengan cara memanaskan
sampel dalam oven atau membiarkan sampel pada ruang terbuka. Kegiatan
percobaan mendapatkan nilai kandungan kadar kering dari sampah dilakukan
pada Laboratorium Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara.
Prosedur untuk memperoleh kandungan kadar kering dilakukan dengan
menggunakan tiga methode yaitu:
(i) Penentuan bahan kering dilaksanakan di laboratorium dengan
menggunakan dry oven pada temperatur 105oC. Stu jenis sampel
dimasukkan kedalam tiga cawan yang telah diketahui beratnya (A),
kemudian ditimbang kembali untuk mengetahui berat cawan ditambah
berat sampel yang dimasukkan (B). Pemanasan pertama dilakukan
selama dua jam, kemudian dilakukan penimbangan berat. Pemanasan
kedua dilakukan kembali dalam oven selama satu jam, setelah itu berat
sampel kembali ditimbang. Penimbangan dalam selang waktu satu jam
dilakukan sampai berat sampel sudah menjadi stabil. Setelah
stabil,dilakukan penimbangan berat wadah dan sampel kering (C).
Kandungan air dihitung dengan rumus: (B-C)/(B-A) x 100%. Kandungan
bahan kering dihitung dengan rumus : 100% - % kandungan air.
Pengukuran kandungan bahan kering untuk semua jenis komponen
sampah dilakukan untuk sampel sampah dari TPA Namo Bintang dan
juga TPA Kwala Bingai. Data kandungan bahan kering sampah
mencakup sembilan jenis sampah sesuai dengan hasil pengukuran
komposisi sampah.
(ii) Penentuan kadar bahan kering dalam oven dilakukan pada temperatur
85oC. Pemanasan dilakukan selama tiga hari. Sampel dimasukkan
78
kedalam wadah alluminium (alluminium tray) yang telah ditimbang
terlebih dahulu untuk mengetahui beratnya. Sampel dimasukkan ke
dalam aluminium tray dan kembali dilakukan penimbangan untuk
mengetahui berat sampel yang dimasukkan. Pemanasan pertama
dilakukan selama dua jam, setelah itu dilakukan penimbangan berat
sampel untuk tahap pemanasan pertama. Kemudian sampel dimasukkan
ke dalam oven dan dilakukan pemanasan kembali. Pengukuran berat
dilakukan dua kali setiap hari selama tiga hari berturutan. Pencatatan
hasil pengukuran digunakan untuk melihat profil penurunan berat sampel
sehingga mencapai tingkat kestabilan. Data kandungan bahan kering
sampah mencakup atas sebelas jenis sampah sesuai dengan hasil survey
komposisi sampah. Cara perhitungan kandungan bahan kering sampah
dilakukan dengan metode yang sama seperti pengeringan dengan oven
pada temperatur 1050C.
(iii) Sampel dimasukkan ke dalam aluminium tray yang telah ditimbang
beratnya terlebih dahulu. Penimbangan kedua dilakukan setelah sampel
berada dalam aluminium tray untuk mengetahui berat sampel yang
dimasukkan. Berat sampel adalah berat aluminium tray ditambah sampel,
dikurangi berat aluminium tray pada keadaan kosong. Setelah berat awal
masing-masing sampel diketahui, aluminium tray disusun pada ruangan
terbuka. Pengukuran perubahan berat sampel dilakukan setiap hari
selama dua puluh hari berturutan. Pengukuran juga dilakukan terhadap
paremeter temperatur ruangan dan juga kelembabaan udara ruangan.
Pencatatan dilakukan terhadap berat sampel dengan jumlah data yang
dihasilkan adalah dari sebanyak sebelas (11) jenis sampah sesuai dengan
79
hasil survey komposisi sampah. Cara perhitungan kandungan bahan
kering sampah dilakukan dengan metode yang sama seperti pengeringan
dengan oven pada temperatur 1050C. Cara perhitungan kandungan bahan
kering sampah untuk pengeringan pada temperatur ruangan selama dua
puluh bhari dilakukan dengan metode yang sama seperti pengeringan
dengan oven pada temperatur 1050C dan 850C..
Pengujian terhadap kandungan bahan kering dilakukan terhadap hasil survey
komposisi sampah yang dilakukan di TPA Namo Bintang tanggal 19 Oktober
2011 dan 13 Desember 2011 serta di TPA Kwala Bingai tanggal 20 Oktober
2011 dan 12 Desember 2011. Pengujian hasil survey bulan Oktober di TPA
Namo Bintang dan Kwala Bingai dilakukan dengan cara pemanasan dalam
oven pada temperatur 105oC. Pengujian untuk sampel hasil survey bulan
Desember dilakukan dengan pemanasan dalam oven pada temperatur 85oC
dan juga pada temperatur ruangan.
c. Hasil pengujian kandungan bahan kering sampah di TPA Namo Bintang dan
TPA Kwala Bingai untuk survey Oktober 2011.
Pengujian kandungan bahan kering untuk survey bulan Oktober dilakukan
terhadap dua sampel yang masing-masing terdiri atas sembilan jenis sampah.
Hasil pengujian kandungan bahan kering dalam oven pada temperatur 105oC
adalah sebagai terlihat pada Tabel 15 dan Tabel 16. Sebagai bahan
perbandingan dari hasil pengujian kedua sampel tersebut dapat dilihat pada
Grafik 3. Dari Grafik 3 jelas terlihat bahwa terdapat kesamaan yang relatif
proposional antara kandungan bahan kering masing-masing jenis sampah di
TPA Namo Bintang dan di TPA Kwala Bingai.
80
Tabel 15 : Hasil Pengujian Kandungan Bahan Kering Sampah TPA Namo Bintang pada Pemanasan 105oC (Hasil Survey 19 Oktober 2011)
KOMPOSISI SAMPAH
BERAT CAWAN (A)
BERAT CAWAN + SAMPEL BASAH (B)
BERAT CAWAN + SAMPEL KERING (C)
KANDUNGAN AIR (%)
KANDUNGAN BAHAN KERING (%)
I II III I II III I II III I II III Rata-Rata I II III
Rata-Rata
1. Makanan 95,235 96,806 85,072 163,482 159,496 161,877 136,922 131,426 133,100 38,92% 44,78% 37,47% 40,39% 61,08% 55,22% 62,53% 59,61%
2. Kertas, karton, nappies 103,670 97,224 88,233 168,595 151,647 159,974 149,705 132,323 133,536 29,09% 35,51% 36,85% 33,82% 70,91% 64,49% 63,15% 66,18%
3. Kayu/sampah taman 80,602 97,507 82,831 102,902 119,724 104,888 89,065 105,391 92,306 62,05% 64,52% 57,04% 61,20% 37,95% 35,48% 42,96% 38,80%
4. Kain dan produk tekstil 88,436 90,698 99,403 137,318 132,293 146,225 114,144 113,603 124,533 47,41% 44,93% 46,33% 46,22% 52,59% 55,07% 53,67% 53,78%
5. Karet dan Kulit 91,907 90,193 98,422 135,690 123,821 141,010 114,143 113,603 124,533 49,21% 30,38% 38,69% 39,43% 50,79% 69,62% 61,31% 60,57%
6. Plastik 97,011 95,460 100,273 112,639 111,491 120,653 107,118 103,760 110,615 35,33% 48,23% 49,25% 44,27% 64,67% 51,77% 50,75% 55,73%
7. Komponen sampah lain 90,948 93,698 97,437 174,831 183,247 192,403 165,944 177,410 185,094 10,59% 6,52% 7,70% 8,27% 89,41% 93,48% 92,30% 91,73%
8. Gelas/kaca 108,750 78,696 103,164 237,539 201,468 210,557 231,394 195,018 205,986 4,77% 5,25% 4,26% 4,76% 95,23% 94,75% 95,74% 95,24%
9. Logam 90,543 87,513 94,382 135,048 146,116 160,536 133,983 145,011 159,460 2,39% 1,89% 1,63% 1,97% 97,61% 98,11% 98,37% 98,03%
Sumber : SUR –JICA-USU-ITB 2011
81
Tabel 16 : Hasil Pengujian Kandungan Bahan Kering Sampah TPA Kwala Bingai pada Pemanasan 105oC (Hasil Survey 20 Oktober 2011)
KOMPOSISI SAMPAH BERAT CAWAN (A)
BERAT CAWAN + SAMPEL BASAH (B)
BERAT CAWAN + SAMPEL KERING (C)
KANDUNGAN AIR (%)
KANDUNGAN BAHAN KERING (%)
I II III I II III I II III I II III Rata-Rata I II III
Rata-Rata
1. Makanan 95,235 96,806 85,072 165,006 151,661 147,565 141,176 123,299 124,013 34,15% 51,70% 37,69% 41,18% 65,85% 48,30% 62,31% 58,82%
2. Kertas, karton, nappies 103,670 97,224 88,233 129,365 128,786 124,023 114,331 112,815 107,073 58,51% 50,60% 47,36% 52,16% 41,49% 49,40% 52,64% 47,84%
3. Kayu/sampah taman 80,602 97,507 82,831 120,490 128,183 119,276 102,035 111,126 101,238 46,27% 55,60% 49,49% 50,45% 53,73% 44,40% 50,51% 49,55%
4. Kain dan produk tekstil 88,436 90,698 99,403 132,189 126,042 128,250 114,980 113,232 115,053 39,33% 36,24% 45,75% 40,44% 60,67% 63,76% 54,25% 59,56%
5. Karet dan Kulit 91,907 90,193 98,422 122,192 119,361 138,154 118,209 115,121 131,999 13,15% 14,54% 15,49% 14,39% 86,85% 85,46% 84,51% 85,61%
6. Plastik 97,011 95,460 100,273 103,846 106,957 110,679 102,438 102,836 108,344 20,59% 35,84% 22,43% 26,29% 79,41% 64,16% 77,57% 73,71%
7. Komponen sampah lain 90,948 93,698 97,437 174,180 181,202 181,001 162,463 168,603 168,745 14,08% 14,40% 14,67% 14,38% 85,92% 85,60% 85,33% 85,62%
8. Gelas/kaca 108,750 78,696 103,164 231,561 199,242 219,391 230,072 198,106 218,294 1,21% 0,94% 0,94% 1,03% 98,79% 99,06% 99,06% 98,97%
9. Logam 90,543 87,513 94,382 127,806 114,430 129,565 125,688 111,350 126,602 5,68% 11,44% 8,42% 8,52% 94,32% 88,56% 91,58% 91,48%
Sumber : SUR –JICA-USU-ITB 2011
82
Grafik 3 : Kandungan bahan kering semua jenis sampah dengan pengeringan pada
temperatur 1050C
Grafik 4 : Perbandingan Kandungan Bahan Kering semua jenis sampah dengan
pengeringan pada temperatur 1050C untuk TPA Namo Bintang dan TPA
Kwala Bingai serta perbandingan komposisi sampahnya.
83
d. Hasil pengujian kandungan bahan kering sampah di TPA Namo Bintang dan
TPA Kwala Bingai untuk survey Bulan Desember 2011.
Pengujian kandungan bahan kering untuk survey bulan Desember dilakukan
menggunakan dua methode pengeringan yaitu dengan menggunakan oven
selama tiga hari pada temperatur 85oC dan pengeringan pada temperatur
ruangan selama 20 hari. Pengukuran terhadap penurunan berat sampel pada
proses pengeringan dalam oven dimulai setelah dua jam pertama
pengeringan. Selanjutnya pengukuran dilakukan dua kali sehari. Pengukuran
perubahan berat untuk pengeringan pada temperatur ruangan dilakukan setiap
hari selama dua puluh hari berturutan. Pengolahan data dilakukan untuk
mengukur kandungan air dan juga kandungan bahan kering. Dari data
penurunan berat yang diperoleh selama proses pengeringan dapat dibuat
grafik kecenderungan penurunan berat masing-masing sampel.
(i) Data hasil pengeringan dalam oven pada temperatur temperatur 85oC.
Data kandungan bahan kering untuk sampel TPA Namo Bintang Medan
TPA Kwala Bingai Stabat untuk hasil survey tanggal 12 dan 13
Desember 2011 dan pengujian di laboratorium BLH Provinsi Sumatera
Utara adalah sebagaimana terlihat pada Tabel 17 dan 18.
(ii) Data hasil pengeringan pada temperatur ruangan.
Data kandungan bahan kering untuk sampel TPA Namo Bintang dan
TPA Kwala Bingai hasil survey 12 dan 13 Desember 2011 hasil
pengeringan pada temperatur ruangan adalah sebagaimana terlihat pada
Tabel 19 dan 20.
84
Tabel 17 : Data Pengujian Kandungan Bahan Kering Sampah Pada Temperatur 85 0C di TPA Namo Bintang (Hasil Survey 13 Desember 2011)
JENIS SAMPAH BERAT WADAH
(A)
BERAT WADAH + BERAT
SAMPEL BASAH (B)
TOTAL BERAT WADAH DAN SAMPEL KERING (C)
KANDUNGAN
AIR %
KANDUNGAN BAHAN KERING
%
PENGERINGAN 2 JAM
HARI I/18-12-2011 HARI II/19-12-2011 HARI III/20-12-2011
T1 = 27 oC T1 = 27 oC T2 = 26 oC T1 = 27 oC T2 = 26 oC T1=26oC T2 = 26 oC
Rh1 = 77 % Rh1 = 84 % Rh2 = 78 % Rh1 = 82 % Rh2 = 79 % Rh1= 87 % Rh2 = 83 %
17.00 PM 10.00 AM 16.00 PM 10.00 AM 16.00 PM 10.00 AM 16.00 PM
1 Makanan 18,70 g 88,60 g 59,71 g 33,78 g 33,50 g 33,47 g 33,49 g 33,45 g 33,28 g 79,14% 20,86%
2 Kertas dan Karton 18,82 g 141,30 g 108,75 g 67,40 g 66,87 g 67,75 g 65,39 g 66,75 g 66,50 g 61,97 % 38,93%
3 Nappies 19,00 g 264,14g 239,71 g 97,99 g 80,98 g 60,26 g 60,41 g 60,18 g 60,26 g 83,17% 16,83%
4 Kayu dan Sampah Taman
19,02 g 100,09 g 80,83 g 50,84 g 49,89 g 47,62 g 47,51 g 47,46 g 47,43 g 64,96% 35,04%
5 Kain dan Produk Tekstil 19,05 g 130,59 g 109,06 g 68,31 g 68,04 g 67,73 g 67,72 g 67,71 g 67,75 g 56,34% 43,66%
6 Lain-lain (Organik) 19,04 g 143,24 g 130,24 g 67,72 g 67,58 g 67,34 g 67,31 g 67,30 g 67,29 g 61,15% 38,85%
JENIS SAMPAH BERAT WADAH
(A)
BERAT WADAH
+ BERAT SAMPEL BASAH
(B)
TOTAL BERAT WADAH DAN SAMPEL KERING (C)
KANDUNGAN
AIR %
KANDUNGAN BAHAN KERING
%
PENGERINGAN 2 JAM
HARI I/27-12-2011 HARI II/28-12-2011 HARI III/29-12-2011
T1 = 27 oC T1 = 27 oC T2 = 27 oC T1 = 26 oC T2 = 27 oC T1=27oC T2 = 27 oC
Rh1 = 75 % Rh1 = 78 % Rh2 = 80 % Rh1 = 77 % Rh2 = 77 % Rh1= 78 % Rh2 = 80 %
13.00 PM 10.00 AM 17.00 PM 10.00 AM 17.00 PM 10.00 AM 17.00 PM
7. Karet dan Kulit 18,70 g 169,86 g 159,25 g 156,26 g 156,06 g 155,95 g 155,78 g 155,77 g 155,83 g 9,28% 90,72%
8. Plastik 18,80 g 89,26 g 73,27 g 57,56 g 57,46 g 57,11 g 57,09 g 56,95 g 57,04 g 45,73 54,27
9. Logam 18,86 g 93,05 g 89,55 g 89,46 g 89,59 g 88,90 g 88,83 g 88,77 g 88,79 g 5,74% 94,26%
10 Gelas 18,30 g 146,88 g 144,95 g 144,90 g 144,91 g 144,87 g 144,87 g 144,83 g 144,68 g 1,71% 98,29%
11 Lain-lain (An-organik) 19,06 g 121,08 g 107,47 g 105,90 g 101,89 g 101,15 g 101,11 g 100,74 g 100,77 g 19,91% 80,09%
Sumber : SUR –JICA-USU-ITB 2011
85
Tabel 18 : Data Pengujian Kandungan Bahan Kering Sampah Pada Temperatur 850Cdi TPA Kwala Bingai (Hasil Survey 12 Desember 2011)
JENIS SAMPAH BERAT WADAH
(A)
BERAT WADAH
+ BERAT SAMPEL BASAH
(B)
TOTAL BERAT WADAH DAN SAMPEL KERING (C)
KANDUNGAN
AIR %
KANDUNGAN BAHAN KERING
%
PENGERINGAN 2 JAM
HARI I/22-12-2011 HARI II/23-12-2011 HARI III/24-12-2011
T1 = 26 oC T1 = 22 oC T2 = 27 oC T1 = 27 oC T2 = 27 oC T1=26oC T2 = 26 oC
Rh1 = 80 % Rh1 = 82 % Rh2 = 87 % Rh1 = 81 % Rh2 = 81 % Rh1= 80 % Rh2 = 86 %
17.00 PM 10.00 AM 16.00 PM 10.00 AM 16.00 PM 10.00 AM 16.00 PM
1
Makanan
18,70 g 158,79 g 125,84 g 84,88 g 60,30 g 48,15 g 46,16 g 46,11 g 46,00 g 80,51% 19,49%
2 Kertas dan Karton 18,80 g 154,40 g 111,11 g 89,90 g 78,96 g 79,48 g 78,97 g 79,32 g 78,82 g 55,74% 44,26%
3 Nappies 18,86 g 135,33 g 94,51 g 74.07 g 52,87 g 44,98 g 43,97 g 44,09 g 43,88 g 78,52% 21,48%
4 Kayu dan Sampah Taman
18,30 g 92,29 g 61,98 g 52,32 g 50,31 g 50,70 g 50,23 g 50,27 g 50,13 g 56,98% 43,02%
5 Kain dan Produk Tekstil 19,06 g 116,52 g 85,47 g 85,06 g 84,50 g 84,47 g 84,44 g 84,58 g 84,42 g 32,94% 67,06%
6 Lain-lain (Organik) 19,02 g 116,24 g 133,79 g 103,20 g 88,23 g 87,92 g 87,52 g 87,48 g 87,34 g 53,59% 46,41%
JENIS SAMPAH BERAT WADAH
(A)
BERAT WADAH
+ BERAT SAMPEL BASAH
(B)
TOTAL BERAT WADAH DAN SAMPEL KERING (C)
KANDUNGAN
AIR %
KANDUNGAN BAHAN KERING
%
PENGERINGAN 2 JAM
HARI I/27-12-2011 HARI II/128-12-2011 HARI III/2 29-12-2011
T1 = 27 oC T2 = 27 oC T1 = 26 oC T2 = 27 oC T1=27oC T2 = 27 oC
Rh1 = 76 % Rh2 = 80 % Rh1 = 77 % Rh2 = 77 % Rh1= 78 % Rh2 = 80 %
13.00 PM 10.00 AM 16.00 PM 10.00 AM 16.00 PM 10.00 AM 16.00 PM
7 Karet dan Kulit 18,93 g 99,02 g 90,94 g 88,47 g 88,37 g 88,43 g 88,31 g 88,23 g 88,27 g 13,42% 86,58%
8 Plastik 18,97 g 66,82 g 50,71 g 47,70 g 47,61 g 47,68 g 47,66 g 47,64 g 47,63 g 40,10% 59,90%
9 Metal 18,50 g 120,79 g 119,60 g 119,58 g 119,54 g 119,47 g 119,48 g 119,47 g 119,38 g 1,38% 9,62%
10 Gelas 18,79 g 256,93 g 256,26 g 256,19 g 256,15 g 256,20 g 256,21 g 256,23 g 256,22 g 0,30 % 99,70%
11 Lain-lain (Anorganik) 19,33 g 184,53 g 170,29 g 164,63 g 163,88 g 164,37 g 164,22 g 164,36 g 163,87 g 12,45 % 87,55%
Sumber : SUR –JICA-USU-ITB 2011
86
Tabel 19 : Data Pengujian Kandungan Bahan Kering Sampah pada Temperatur Ruangan (Hasil Survey di TPA Namo Bintang 13 Desember 2011 )
TEMPERATUR DAN
KELEMBABAN MAKANAN
KERTAS DAN
KARTON NAPPIES
KAYU DAN SAMPAH TAMAN
KAIN DAN PRODUK TEKSTIL
LAIN-LAIN (ORGANIK)
KARET DAN KULIT
PLASTIK LOGAM GELAS LAIN-LAIN
(AN-ORGANIK)
BERAT WADAH (A)
- 18,97 g 19,13 g 18,39 g 18,78 g 18,55 g 18,85 g 19,09 g 19,27 g 18,33 g 18,63 g 18,19 g
BERAT SAMPEL BASAH
- 133,84 g 124,43 g 136,61 g 74,31 g 148,06 g 164,52 g 115,34 g 84,4 g 196,09 g 176,92 g 161,61 g
BERAT SAMPEL BASAH + WADAH
(B) - 152,81 g 143,56 g 155 g 93,09 g 166,61 g 183,37 g 134,43 g 103,67 g 214,42 g 195,55 g 179,8 g
2 JAM PENGERINGAN
T0 = 27 oC 129,55 g 121,08 g 133,99 g 71,02 g 144,64 g 161,64 g 114,18 g 82,39 g 195,9 g 176,49 g 160,12 g
Rh0 = 77 %
PENGERINGAN HARI I
T1 = 27 oC 114,69 g 108,59 g 125,7 g 61,2 g 134,5 g 150,49 g 111,07 g 76,52 g 195,06 g 176,18 g 153,37 g
Rh1 = 82 %
PENGERINGAN HARI II
T2 = 26 oC 100,72 g 96,59 g 117,8 g 53,12 g 95,28 g 138,13 g 109,03 g 70,34 g 194,71 g 176,17 g 146,58 g
Rh2 = 80 %
PENGERINGAN HARI III
T3 = 26 oC 90,56 g 89,86 g 112,6 g 49,7 g 89,49 g 128,24 g 108,47 g 65,74 g 194,48 g 176,15 g 144,93 g
Rh3 = 82 %
PENGERINGAN HARI IV
T4 = 27 oC 82,27 g 85 g 108,93 g 47,76 g 84,94 g 118,71 g 108,06 g 60,71 g 194,33 g 176,14 g 144,26 g
Rh4 = 83 %
PENGERINGAN HARI V
T5 = 27 oC 73,51 g 80,79 g 104,71 g 46,51 g 81,13 g 109,46 g 107,79 g 58,4 g 194,16 g 175,31 g 144,26 g
Rh5 = 82 %
Halaman 1/3
87
TEMPERATUR DAN
KELEMBABAN MAKANAN
KERTAS DAN
KARTON NAPPIES
KAYU DAN SAMPAH TAMAN
KAIN DAN PRODUK TEKSTIL
LAIN-LAIN (ORGANIK)
KARET DAN KULIT
PLASTIK LOGAM GELAS LAIN-LAIN
(AN-ORGANIK)
PENGERINGAN HARI VI
T6 = 27 oC 67,32 g 78,86 g 101,74 g 45,99 g 79,23 g 102,99 g 107,45 g 57,33 g 193,92 g 174,93 g 144,24 g
Rh6 = 85 %
PENGERINGAN HARI VII
T7 = 26 oC 60,44 g 76,61 g 97,74 g 45,46 g 76,44 g 94,37 g 107,22 g 56,43 g 193,86 g 174,86 g 144,16 g
Rh7 = 82 %
PENGERINGAN HARI VIII
T8 = 26 oC 54,59 g 74,26 g 92,59 g 45,08 g 75,12 g 87,43 g 107,1 g 54,52 g 193,85 g 174,45 g 144,14 g
Rh8 = 80 %
PENGERINGAN HARI IX
T9 = 27 oC 48,36 g 72,68 g 88,96 g 44,57 g 73,65 g 79,64 g 107,06 g 53,4 g 193,83 g 174,41 g 144,14 g
Rh9 = 75 %
PENGERINGAN HARI Day X
T10 = 27 oC 45,39 g 71,41 g 84,49 g 44,57 g 73,55 g 74,4 g 107,04 g 52,86 g 193,8 g 174,38 g 144,11 g
Rh10 = 76 %
PENGERINGAN HARI XI
T11 = 27 oC 44,19 g 70,3 g 80,18 g 44,54 g 73,54 g 70,1 g 107,03 g 51,99 g 193,47 g 174,38 g 144,09 g
Rh11 = 83 %
PENGERINGAN HARI XII
T12 = 27 oC 44,01 g 69,39 g 76,46 g 44,49 g 73,51 g 67,89 g 107,03 g 51,86 g 192,44 g 174,37 g 144,07 g
Rh12 = 83 %
PENGERINGAN HARI XIII
T13 = 27 oC 43,49 g 67,68 g 70,81 g 44,49 g 73,41 g 66,41 g 107,03 g 51,59 g 192,11 g 174,37 g 144,07 g
Rh13 = 82 %
PENGERINGAN HARI XIV
T14 = 27 oC 43,47 g 67,21 g 68,45 g 44,36 g 73,39 g 66,35 g 107,02 g 51,5 g 192 g 174,36 g 144,05 g
Rh14 = 85 %
Halaman 2/3
88
TEMPERATUR DAN
KELEMBABAN MAKANAN
KERTAS DAN
KARTON NAPPIES
KAYU DAN SAMPAH TAMAN
KAIN DAN PRODUK TEKSTIL
LAIN-LAIN (ORGANIK)
KARET DAN KULIT
PLASTIK LOGAM GELAS LAIN-LAIN
(AN-ORGANIK)
PENGERINGAN HARI XV
T15 = 26 oC 43,32 g 67,15 g 66,45 g 44,25 g 73,01 g 66,1 g 106,99 g 51,49 g 191,91 g 174,35 g 144,05 g
Rh15 = 82 %
PENGERINGAN HARI XVI
T16 = 26 oC 43,17 g 67,09 g 64,7 g 44,19 g 72,91 g 66,03 g 106,97 g 51,44 g 191,89 g 174,35 g 144,05 g
Rh16 = 80 %
PENGERINGAN HARI XVII
T17 = 27 oC 43 g 66,55 g 62,08 g 44,08 g 72,91 g 65,94 g 106,89 g 51,42 g 191,88 g 174,34 g 144,05 g
Rh17 = 75 %
PENGERINGAN HARI XVIII
T18 = 27 oC 42,93 g 66,4 g 60,27 g 44,08 g 72,76 g 65,9 g 106,82 g 51,41 g 191,87 g 174,34 g 143,98 g
Rh18 = 76 %
PENGERINGAN HARI XIX
T19 = 26 oC 42,87 g 66,3 g 59,78 g 44,07 g 72,74 g 65,65 g 106,73 g 51,41 g 191,86 g 174,34 g 143,86 g
Rh19 = 77 %
PENGERINGAN HARI XX
(C)
T20 = 27 oC 42,66 g 65,99 g 59,25 g 43,95 g 72,59 g 65,35 g 106,73 g 51,14 g 191,77 g 174,32 g 143,69 g
Rh20 = 78 %
KANDUNGAN AIR 79,38% 55,50% 65,44% 54,67% 58,27% 68,08% 8,95% 51,07% 2,43% 1,04% 12,49%
KANDUNGAN BAHAN KERING 20,62% 44,50% 34,56% 45,33% 41,75% 31,92% 91,05% 48,93% 97,57% 98,36% 87,51%
Sumber : SUR –JICA-USU-ITB 2011 Halaman 3/3
89
Tabel 20 : Hasil Pengujian Kandungan Bahan Kering Sampah Pada Temperatur Ruangan (Hasil Survey di TPA Kwala Bingai 12 Desember 2011)
TEMPERATUR
DAN KELEMBABAN
MAKANAN KERTAS
DAN KARTON
NAPPIES KAYU DAN SAMPAH TAMAN
KAIN DAN PRODUK TEKSTIL
LAIN-LAIN (ORGANIK)
KARET DAN KULIT
PLASTIK LOGAM GELAS LAIN-LAIN
(AN-ORGANIK)
BERAT WADAH (A)
- 18,89 g 18,51 g 18,37 g 18,3 g 18,67 g 18,7 g 19 g 19,02 g 19,09 g 19,04 g 18,56 g
BERAT SAMPEL BASAH
- 137,29 g 161,33 g 148,22 g 97,65 g 96,65 g 191,86 g 106,65 g 48,46 g 103,45 g 248,11 g 154,87 g
BERAT SAMPEL BASAH + WADAH
(B) - 156,18 g 179,84 g 166,59 g 115,95 g 115,32 g 210,56 g 125,65 g 67,48 g 122,54 g 267,15 g 173,43 g
2 JAM PENGERINGAN
T0 = 27 oC 134,8 g 159,1 g 146,04 g 94,5 g 94,66 g 190,02 g 105,6 g 46,39 g 103,01 g 247,6 g 153,82 g
Rh0 = 83 %
PENGERINGAN HARI I
T1 = 27 oC 127,39 g 151,71 g 139,98 g 88,87 g 88,75 g 186,14 g 103,21 g 40,8 g 102,73 g 246,83 g 149,5 g
Rh1 = 83 %
PENGERINGAN HARI II
T2 = 27 oC 120,14 g 144,89 g 133,01 g 84,09 g 83,8 g 180,89 g 102,54 g 38,29 g 102,72 g 246,8 g 145,58 g
Rh2 = 82 %
PENGERINGAN HARI III
T3 = 27 oC 105,26 g 134,14 g 123,67 g 76,71 g 79,44 g 173,26 g 102,35 g 37,39 g 102,69 g 246,51 g 145,29 g
Rh3 = 85 %
PENGERINGAN HARI IV
T4 = 26 oC 91,38 g 125,9 g 116,82 g 71,03 g 75,96 g 164,78 g 102,1 g 36,88 g 102,68 g 246,49 g 145,25 g
Rh4 = 82 %
PENGERINGAN T5 = 26 oC 78,05 g 115 g 105,85 g 65,72 g 73,52 g 157,02 g 102,1 g 36,78 g 100,72 g 246,47 g 145,23 g
90
HARI V Rh5 = 80 %
PENGERINGAN HARI VI
T6 = 27 oC 68,45 g 107,68 g 98,75 g 63,01 g 72,9 g 149,56 g 101,81 g 36,77 g 96,99 g 246,43 g 145,17 g
Rh6 = 75 %
lan 1/3
TEMPERATUR
DAN KELEMBABAN
MAKANAN KERTAS
DAN KARTON
NAPPIES KAYU DAN SAMPAH TAMAN
KAIN DAN PRODUK TEKSTIL
LAIN-LAIN (ORGANIK)
KARET DAN KULIT
PLASTIK LOGAM GELAS LAIN-LAIN
(AN-ORGANIK)
PENGERINGAN HARI VII
T7 = 27 oC 61,72 g 102,52 g 92,88 g 60,58 g 72,86 g 142,78 g 101,75 g 36,77 g 96,91 g 246,15 g 145,16 g
Rh7 = 76 %
PENGERINGAN HARI VIII
T8 = 26 oC 56,63 g 98,83 g 87,78 g 59,36 g 72,82 g 137,38 g 101,74 g 36,71 g 95,41 g 246,1 g 145,15 g
Rh8 = 77 %
PENGERINGAN HARI IX
T9 = 27 oC 49,22 g 92,25 g 77,63 g 56,56 g 72,75 g 127,15 g 101,74 g 36,69 g 95,41 g 246,1 g 145,14 g
Rh9 = 78 %
PENGERINGAN HARI X
T10 = 25 oC 47,89 g 91,22 g 74,99 g 56,3 g 72,7 g 125,07 g 101,71 g 36,67 g 95,4 g 246,1 g 145,13 g
Rh1
0 = 78 %
PENGERINGAN HARI XI
T11 = 26 oC 45,94 g 90,3 g 73,58 g 56,29 g 72,33 g 124,57 g 101,7 g 36,67 g 95,39 g 246,1 g 144,98 g
Rh1
1 = 78 %
PENGERINGAN HARI XII
T12 = 26 oC 45,34 g 90,27 g 72,32 g 56,17 g 71,95 g 123,03 g 101,69 g 36,66 g 95,38 g 246,09 g 144,81 g
Rh1
2 = 77 %
PENGERINGAN HARI XIII
T13 = 26 oC 44,44 g 88,85 g 70,17 g 56,09 g 71,94 g 120,2 g 101,69 g 36,65 g 95,36 g 246,09 g 144,58 g
Rh1
3 = 76 %
91
PENGERINGAN HARI XIV
T14 = 26 oC
43,9 g 88,09 g 67,32 g 56,05 g 65,07 g 118,45 g 101,68 g 36,63 g 95,36 g 246,08 g 144,36 g Rh1
4 = 65 %
PENGERINGAN HARI XV
T15 = 27 oC
43,82 g 88,05 g 65,41 g 55,95 g 64,02 g 117,81 g 101,67 g 36,6 g 95,35 g 246,08 g 144,26 g Rh1
5 = 68 %
Halaman 2/3
TEMPERATUR
DAN KELEMBABAN
MAKANAN KERTAS
DAN KARTON
NAPPIES KAYU DAN SAMPAH TAMAN
KAIN DAN PRODUK TEKSTIL
LAIN-LAIN (ORGANIK)
KARET DAN KULIT
PLASTIK LOGAM GELAS LAIN-LAIN
(AN-ORGANIK)
PENGERINGAN HARI XVI
T16 = 26 oC
43,55 g 86,97 g 62,96 g 55,95 g 63,94 g 116,33 g 101,67 g 36,57 g 95,34 g 246,07 g 144,25 g Rh1
6 = 85 %
PENGERINGAN HARI XVII
T17 = 27 oC
43,24 g 86,94 g 62,17 g 55,65 g 63,04 g 116,1 g 101,64 g 36,55 g 95,31 g 246,07 g 144,24 g Rh1
7 = 81 %
PENGERINGAN HARI XVIII
T18 = 26 oC
43,21 g 86,64 g 61,84 g 55,62 g 63,03 g 115,65 g 101,63 g 36,48 g 95,31 g 246,06 g 144,24 g Rh1
8 = 77 %
PENGERINGAN HARI XIX
T19 = 27 oC
43,13 g 86,44 g 61,81 g 55,6 g 63,03 g 115,6 g 101,58 g 36,46 g 95,3 g 246,05 g 144,18 g Rh1
9 = 67 %
PENGERINGAN HARI XX
(C)
T20 = 26 oC
43,11 g 86,23 g 61,42 g 55,56 g 63,02 g 115,45 g 101,55 g 36,44 g 95,18 g 246,05 g 144,1 g Rh2
0 = 85 %
KANDUNGAN AIR 79,54% 52,58% 66,85% 53,04% 43,13% 44,13% 5,82% 40,83% 9,80% 0,90% 7,90%
92
KANDUNGAN BAHAN KERING 20,46% 47,42% 33,15% 46,96% 56,87% 55,87% 94,18% 59,17% 90,20% 99,10% 92,10%
Sumber : SUR –JICA-USU-ITB 2011 Halaman 3/3
93
8. Analisis Hasil Pengujian Kandungan Bahan Kering Sampah
Survey kandungan bahan kering sampah yang dilakukan pada bulan Desember
2011 dilakukan melalui tiga metdode pengeringan. Hasil survey bulan Oktober
hanya dilakukan pengujian kandungan kering terhadap 9 jenis sampah,
sedangkan untuk bulan Desember terhadap 11 jenis sampah. Survey bulan
Desember memisahkan jenis sampah Kertas dan Karton dengan Nappies serta
Kandungan Sampah Lain-lain menjadi Lain-lain Organik dan Lain-lain
Anorganik. Pada Tabel 21 dapat dilihat bahwa kandungan bahan kering dengan
pemanasan dalam oven pada temperatur 1050C lebih tinggi dari kandungan
bahan kering dengan metode pemanasan dalam oven pada 850C selama tiga hari
dan pemanasan pada temperatur ruangan selama dua puluh hari.
Tabel 21: Perbandingan kandungan bahan kering sampah untuk masing-masing metode pengeringan.
Jenis Sampah
Pengeringan 105oC Pengeringan 85oC Temperatur Ruangan
NB OKT KB OKT NB 85oC KB 85 oC NB TR KB TR
1. Makanan 59,61 58,82 20,86 19,49 20,62 20,46
2. Kertas dan Karton 66,18 47,84 38,02 44,26 44,50 47,42
3. Nappies * * 16,8 21,48 34,56 33,15
4. Kayu dan Sampah Taman 38,8 49,55 35,04 43,02 45,33 46,96
5. Kain dan Produk Tekstil 53,78 59,56 43,63 67,06 41,73 56,87
6. Lain-Lain Organik * * 38,85 46,41 31,92 55,87
7 Karet dan Kulit 60,5 85,61 90,68 86,53 91,05 94,18
8 Plastik 55,73 73,71 54,14 59,85 48,93 59,17
9 Logam 98,03 91,48 94,23 98,62 97,57 90,20
10 Gelas 95,24 98,97 98,29 99,69 98,36 99,10
11 Lain-Lain (Anorganic) 91,73 91,48 80,06 87,5 87,51 92,10
Sumber : SUR-JICA-USU-ITB
Catatan:
NB OKT = Sampel TPA Namo Bintang hasil survey 19 Oktober 2011 pada pengeringan dalam oven 1050C KB OKT = Sampel TPA Kwala Bingai hasil survey 20 Oktober 2011 pada pengeringan dalam oven 1050C NB 850C = Sampel TPA Namo Bintang hasil survey 13 Desember 2011 pada pengeringan dalam oven 850C KB 850C = Sampel TPA Kwala Bingai hasil survey 12 Desember 2011 pada pengeringan dalam oven 850C NB TR = Sampel TPA Namo Bintang hasil survey 13 Desember 2011 pada temperatur ruangan KB TR = Sampel TPA Kwala Bingai hasil survey 12 Desember 2011 pada temperatur ruangan
* = Untuk hasil survey bulan Oktober tidak dilakukan pemisahan Kertas dan Karton dengan Nappies serta Kandungan Lain-Lain Organik dengan lain-lain An-organik.
94
Pada Grafik 5 berikut dapat dilihat gambaran perbandingan kandungan bahan
kering dari enam jenis sampah organik dengan methode pengeringan dalam
oven pada temperatur 85oC dengan temperatur ruangan. Kandungan bahan
kering untuk makanan relatif sama untuk dua metode pengeringan, sedangkan
untuk lima jenis sampah organik yang lain ternyata kandungan bahan kering
lebih tinggi pada pengeringan dengan temperatur ruangan.
Kemungkinan rendahnya kandungan bahan kering dengan pemanasan dalam
oven pada temperatur 850C dan temperatur ruangan dibandingkan pemanasan
dalam oven pada temperatur 1050C adalah karena sebagian bahan kering sudah
terdekomposisi oleh bakteri pembusuk. Proses pengeringan dalam oven pada
temperatur 1050C lebih cepat (±6 jam), sehingga tidak sempat terjadi proses
dekomposisi.
Grafik 5: Perbandingan kandungan bahan kering enam jenis sampah organik dari dua TPA yang dihasilkan dengan pengeringan temperatur 85oC dan temperatur ruangan.
NB 85 = Sampel Namo Bintang dengan pengeringan 850C KB 85 = Sampel Kwala Bingai dengan pengeringan 850C NB T Ruang = Sampel Namo Bintang dengan pengeringan pada Temperatur Ruangan KB T Ruang = Sampel Kwala Bingai dengan pengeringan pada Temperatur Ruangan
makanan kertas dan karton
nappies kayu dan sampah taman
kain dan produk tekstil
lain-lain
anorganik
95
a. Grafik kecenderungan penurunan berat sampel hasil proses pengeringan
dalam oven selama tiga hari pada temperatur 850C untuk sampel dari TPA
Namo Bintang (hasil survey tanggal 13 Desember 2011)
Grafik 8 : Penurunan berat sampel sampah jenis nappies dikeringkan
dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari. Grafik 9 : Penurunan berat sampel jenis kayu dan sampah taman
dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama tiga
hari.
Grafik 6 : Penurunan berat sampel sampah jenis makanan dikeringkan
dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari. Grafik 7: Penurunan berat sampel jenis kertas dan karton dikeringkan
dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari.
Grafik10 : Penurunan berat sampel sampah jenis kain dan produk tekstil dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C
selama tiga hari.
Grafik 11: Penurunan berat sampel sampah jenis lain-lain organik
dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama tiga
hari.
96
Grafik12 : Penurunan berat sampel sampah jenis karet dan kulit dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama tiga
hari.
Grafik 13: Penurunan berat sampel sampah jenis plastik dikeringkan
dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari.
Grafik16 : Penurunan berat sampel sampah jenis lain-lain anorganik dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama tiga
hari.
Grafik 17: Perbadingan penurunan berat enam jenis sampah organik
dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama tiga
hari.
Grafik14 : Penurunan berat sampel sampah jenis logam dikeringkan
dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari. Grafik 15: Penurunan berat sampel sampah jenis gelas dikeringkan
dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari.
97
b. Grafik kecenderungan penurunan berat sampel hasil proses pengeringan pada
temperatur ruangan untuk sampel dari TPA Namo Bintang (hasil survey tanggal 13
Desember 2011)
Grafik18 : Penurunan berat sampel sampah jenis makanan dikeringkan
pada temperatur ruangan selama dua puluh harii. Grafik 19: Penurunan berat sampel sampah jenis kertas dan karton
dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh harii
Grafik 20 : Penurunan berat sampel sampah jenis nappies dikeringkan
pada temperatur ruangan selama dua puluh hari. Grafik 21: Penurunan berat sampel sampah jenis kayu dan sampah taman
dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh hari
Grafik 22 : Penurunan berat sampel sampah jenis kain dan produk tekstil
dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh hari. Grafik 23: Penurunan berat sampel sampah jenis lain-lain organik
dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh hari
98
Grafik 28 : Penurunan berat sampel sampah jenis kain dan produk teksstil dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua
puluh hari.
Grafik 29 : Perbandingan penurunan berat sampel sampah jenis lain-lain
organik dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh hari
Grafik 26 : Penurunan berat sampel sampah jenis kain dan produk teksstil dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua
puluh hari.
Grafik 27: Penurunan berat sampel sampah jenis lain-lain organik dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh hari
Grafik 24 : Penurunan berat sampel sampah jenis karet dan kulit
dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh hari. Grafik 25: Penurunan berat sampel sampah jenis plastik dikeringkan
pada temperatur ruangan selama dua puluh hari
99
makanan kertas dan
karton
nappies kayu dan
sampah taman
kain dan
produk tekstil
lain-lain
organik
karet dan kulit
plastik logam gelas lain-lain anorganik
makanan kertas dan
karton
nappies kayu dan
sampah taman
kain dan
produk tekstil
lain-lain organik
karet dan
kul;it
plastik logam gelas lain-lain anorganik
Grafik 30: Kandungan bahan kering sampah TPA Namo Bintang hasil survey tanggal 13 Desember
2011 dengan pengeringan dalam oven pada temperatur 850C
Grafik 31: Kandungan bahan kering sampah TPA Namo Bintang hasil survey tanggal 13 Desember
2011 dengan pengeringan pada temperatrtur ruangan selama dua puluh hari
100
d. Grafik kecenderungan penurunan berat sampel hasil proses pengeringan dalam
oven pada temperatur 850C untuk sampel dari TPA Kwala Bingai (hasil survey 12
Desember 2011)
Grafik 32:: Penurunan berat sampel sampah jenis makanan
dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama tiga
hari.
Grafik 33: Penurunan berat sampel jenis kertas dan karton dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama tiga
hari.
Grafik 34:: Penurunan berat sampel sampah jenis nappies dikeringkan
dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari. Grafik 35: Penurunan berat sampel jenis kayu dan sampah taman
dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama tiga
hari.
Grafik 36:: Penurunan berat sampel sampah jenis kain dan produk tekstil dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C
selama tiga hari.
Grafik 37: Penurunan berat sampel jenis lain-lain organik dikeringkan
dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari.
101
Grafik 43: Perbandingan penurunan berat sampel enam jenis sampah yang dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama
tiga hari.
Grafik 41: Penurunan berat sampel sampah jenis logam dikeringkan
dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari. Grafik 40:: Penurunan berat sampel sampah jenis gelas dikeringkan
dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari.
Grafik 42: Penurunan berat sampel jenis lain-lain organik dikeringkan
dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari.
Grafik 38:: Penurunan berat sampel sampah jenis karet dan kulit l dikeringkan dalam oven pada temperatur 850C selama
tiga hari.
Grafik 39: Penurunan berat sampel jenis plastik dikeringkan dalam
oven pada temperatur 850C selama tiga hari.
102
d. Grafik kecenderungan penurunan berat sampel hasil proses pengeringan pada
temperatur ruangan selama 20 hari untuk sampel dari TPA Kwala Bingai (hasil
survey 12 Desember 2011
Grafik 44:: Penurunan berat sampel sampah jenis makanan dikeringkan pada temperaturruangan selamadua puluh
hari.
Grafik 45: Penurunan berat sampel jenis kertas dan karton dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh
hari.
Grafik 46:: Penurunan berat sampel sampah jenis nappies dikeringkan
dalam pada temperatur ruangan selama dua puluh hari.
Grafik 47: Penurunan berat sampel jenis kayu dan sampah taman dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua puluh
hari.
Grafik 48:: Penurunan berat sampel sampah jenis kain dan produk
tekstil dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua
puluh hari.
Grafik 49: Penurunan berat sampel jenis lain-lain organik dikeringkan
pada temperatur ruangan selama dua puluh hari.
103
Grafik 55: Perbandingan penurunan berat sampel enam jenis sampah yang dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua
puluh hari.
Grafik 53: Penurunan berat sampel sampah jenis gelas dikeringkan
pada temperatur ruangan selama dua puluh hari. Grafik 52:: Penurunan berat sampel sampah jenis logam dikeringkan
pada temperatur ruangan selama dua puluh hari.
Grafik 54: Penurunan berat sampel jenis lain-lain organik dikeringkan
pada temperatur ruangan selama dua puluh hari.
Grafik 50:: Penurunan berat sampel sampah jenis Karet dan kulit l dikeringkan pada temperatur ruangan selama dua
puluh hari.
Grafik 51: Penurunan berat sampel jenis plastik dikeringkan pada
temperatur ruangan selama dua puluh hari.
104
makanan kertas dan karton
nappies kayu dan
sampah taman
kain dan produk tekstil
lain-lain organik
karet dan
kul;it
plastik logam gelas lain-lain anorganik
makanan kertas dan
karton
nappies kayu dan
sampah taman
kain dan
produk tekstil
lain-lain organik
karet dan
kul;it
plastik logam gelas lain-lain anorganik
Grafik 56 : Kandungan bahan kering sampah dari TPA Kwala Bingai hasil survey tanggal 12 Desember
2011 dengan pengeringan dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari.
Grafik 57 : Kandungan bahan kering sampah dari TPA Kwala Bingai hasil survey tanggal 12 Desember
2011 dengan pengeringan pada temperatur ruangan selama dua puluh hari
105
Secara umum terlihat bahwa kandungan bahan kering sampah hasil pengeringan
menggunakan temperatur ruangan selama dua puluh hari dan pengeringan dalam
oven selama tiga dengan temperatur 850C lebih rendah dari pengeringan dalam oven
pada temperatur 1050C. Berdasarkan evaluasi terhadap proses pengeringan, maka
terdapat beberapa keuntungan maupun kelemahan masing-masing dari tiga metode
pengeringan yang digunakan.
a. Pengeringan dalam Oven pada temperatur 1050C.
Peralatan utama yang digunakan pada metode ini adalah oven pemanas yang
temperaturnya bisa diatur secara tetap selama beberapa waktu yang
diinginkan. Peralatan lain adalah timbangan, cawan ceramic sebagai wadah
tempat meletakkan sampel yang akan dipanaskan dalam oven dan desikator.
Berdasarkan evaluasi terhadap proses pengujian yang telah dilakukan, oven
yang digunakan mampu menampung sebelas jenis sampah yang masing-
masing ditempatkan pada tiga cawan berbeda.
Pemanasan dilakukan secara bertahap sesuai dengan pencapaian tingkat
kestabilan berat sampel. Makin tinggi kandungan air, makin lama proses
pengeringan harus dilakukan. Pada percobaan pengujian kandungan bahan
kering sampah hasil survey 19 dan 20 Oktober 2011, tahapan pengeringan
maksimum adalah tiga kali. Proses pemanasan menggunakan oven pada
temperatur 1050C memiliki keuntungan dari segi waktu kerja yang maksimal
untuk satu rangkaian kerja adalah enam jam. Yang dimaksud dengan satu
rangkaian kerja adalah mulai dari persiapan sampel, penimbangan wadah
kosong dan wadah terisi sampel basah, pemanasan, penimbangan ulang dan
beberapa kali pemanasasn ulang hingga dicapai kondisi berat sampel yang
stabil. Pengukuran berat yang terakhir dilakukan adalah untuk mendapatkan
106
berat cawan dan sampel kering. Dari perbandingan kandungan bahan kering
diketahui bahwa pemanasan dengan oven pada temperatur 1050C memiliki
kandungan kadar kering tertinggi. Tingginya kandungan kadar kering ini
disebabkan karena relatif tidak ada kandungan bahan sampah yang sempat
terurai oleh bakteri pembusuk, sehingga nilai kandungan bahan kering lebih
akurat untuk perhitungan emisi Gas Rumah Kaca. Hambatan penggunaan
oven untuk survey di Kabupaten/Kota adalah tidak tersedianya oven yang
memiliki nilai harga yang tinggi serta efektifitas untuk memilikinya bagi
daerah kabupaten sangat rendah.
b. Pengeringan dalam Oven pada temperatur 850C.
Pengeringan menggunakan oven pada temperatur 850C dilakukan selama tiga
hari. Setiap hari dilakukan dua kali pengukuran berat sampel untuk melihat
kecenderungan penurunan kandungan airnya. Peralatan utama pengeringan
adalah oven yang sama spesifikasinya dengan oven untuk pengeringan pada
temperatur 1050C. Peralatan lainnya adalah alluminium tray, desikator dan
timbangan digital. Alluminium tray dapat diperoleh dengan mudah di pasaran
dengan harga yang relatif murah. Dimensi alluminium tray jauh lebih besar
dari cawan ceramic, sehingga lebih banyak volume sampel yang dapat diuji.
Oven hanya mampu menampung enam sampel. Jumlah ini cukup bila
digunakan untuk mencari kandungan bahan kering sampah organik. Salah
satu kelemahan penggunaan metode pengeringan menggunakan oven pada
temperatur 850C adalah terjadinya pengurangan berat kandungan bahan
kering karena sebahagian sampel mengalami proses penguraian oleh bakteri
pembusuk. Bila dilihat dari grafik penurunan berat, maka tingkat kestabilan
sudah dicapai pada hari kedua (Grafik 17 dan 43). Kemungkinan tidak
107
berlanjutnya proses pembusukan adalah karena terbatasnya jenis bakteri yang
dapat hidup pada kondisi temperatur oven 850C.
c. Pengeringan pada temperatur ruangan selama dua puluh hari.
Peralatan utama proses pengeringan pada temperatur ruangan adalah
alluminium tray, timbangan, thermometer dan hygrometer. Wadah
alluminium ditimbang untuk mengetahui berat kosong. Kemudian
dimasukkan sampel sampah basah dan dilakukan penimbangan ulang untuk
mengetahui berat sampel basah yang dimasukkan. Pengukuran wadah kosong
maupun setelah diisi sampel basah serta pengukuran setiap hari selama dua
puluh hari sebaiknya menggunakan timbangan digital yang sama.
Timbangan digital dengan keakuratan relatif cukup baik dapat dibeli pada
beberapa toko tertentu di kota Medan. Setelah seluruh sampel dimasukkan ke
dalam wadah alluminium dan ditimbang serta dicatat beratnya, maka wadah
berisi sampel disusun pada sebuah meja dalam ruang terbuka di laboratorium
BLH Sumatera Utara. Pengukuran berat sampel dilakukan setiap hari.
Sampel harus dijaga agar tidak ada kotoran yang masuk ke dalam wadah
alluminium tray yang dapat mempengaruhi berat sampel.
Walaupun peralatan pengujian cukup mudah untuk disediakan, namun
metode pengeringan ini memerlukan perhatian dan kedisiplinan laboran
karena pengujian berakhir setelah dua puluh hari kalender. Dari Tabel 29
dan Tabel 55 terlihat bahwa kestabilan penurunan berat sudah tercapai pada
hari keempat belas. Hal yang cukup menarik adalah bahwa kandungan bahan
kering sampah organik melalui metode pengeringan pada temperatur ruangan
maupun dalam oven pada temperatur 850C selama tiga hari rendah
dibandingkan pengeringan pada temperatur 1050C. Hal ini bukan berarti
108
penggunaan metode pengeringan pada temperatur ruangan atau pengeringan
dalam oven pada temperatur 850C lebih efektif dan akurat dalam menentukan
kandungan bahan kering. Dalam rentang waktu penelitian yang mencapai dua
puluh hari diduga telah terjadi pengurangan berat akibat terjadinya proses
pembusukan sampel oleh bakteri. Demikian juga pengeringan pada
temperatur 850C selama tiga hari kandungan bahan kering jauh lebih rendah
dibanding dengan pengeringan pada temperatur 1050C.. Penurunan berat
paling signifikan adalah pada sampel bahan makanan yang merupakan
sampel organik yang relatif paling mudah untuk membusuk. Walaupun
tujuannya adalah untuk mencari kandungan bahan kering sampel, bila
penelitian pengeringan pada temperatur ruangan dilanjutkan, maka akan
diperoleh lamanya proses penguraian seluruh kandungan bahan kering dari
sampel organik akibat pembusukan. Data ini juga akan berguna untuk
menentukan kapasitas tampung TPA serta rancangan untuk mengambil gas
methane yang timbul, walaupun proses pembusukan terjadi secara aerobik
dan hanya sebagian pada kondisi anaerobik.
109
BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
1. Kesimpulan
a. Survey komposisi sampah dan kandungan bahan kering sampah yang
dilakukan JICA - Suuri Keikaku Co., Ltd. Mitsubishi UFJ Research and
Consulting Co., Ltd. di Medan dan Stabat telah dilakukan dan sangat
bermanfaat mendukung kebijakan Nasional maupun Global untuk
menentukan keberhasilan Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota
melaksanakan Peraturan Presiden No. 61 tahun 2011 dan No. 71 tahun 2011
yang terkait Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Penyerapan Gas Rumah
Kaca.
b. Survey untuk mendapatkan data kegiatan sistem pengelolaan sampah Kota
Medan dan Stabat mulai dilakukan pada bulan Oktober 2011. Survey untuk
komposisi sampah dan kandungan bahan kering sampah telah dilakukan di
TPA Namo Bintang Medan pada tanggal 19 Oktober dan 13 Desember serta
di TPA Kwala Bingai tanggal 20 Oktober dan 12 Desember 2011.
c. Survey komposisi sampah menunjukkan bahwa dari berat 1 m3 sampah
untuk masing-masing kegiatan survey adalah di Namo Bintang 242,13 Kg
dan 212,4 kg sedangkan di Kwala Bingai adalah 211,4 dan 200,9 Kg.
Komponen terbesar dari sampah pada kedua TPA dari dua kali survey
menunjukkan bahwa bahan makanan merupakan komposisi terbesar yaitu
masing-masing 62,90%, 33,31%, 51,37% dan 52,56%. Bahan makanan
merupakan sampah organik yang mudah membusuk sehingga potensial
sebagai penghasil GRK.
110
d. Survey untuk mengetahui kandungan bahan kering sampah hasil survey
tanggal 19 Oktober 2011 di Namo Bintang dan 20 Oktober 2011 di Kwala
Bingai dilakukan menggunakan oven pengering pada temperatur 1050C.
Kandungan bahan kering sampah untuk tanggal 13 Desember 2011 di Namo
Bintang dan 12 Desember 2011 diperoleh melalui pengeringan menggunakan
oven pada temperatur 850C selama tiga hari dan juga pada temperatur
ruangan selama dua puluh hari. Secara umum, kandungan bahan kering
masing-masing komponen sampah menggunakan metode pengeringan pada
temperatur 1050C lebih tinggi dari pengeringan pada temperatur 850C selama
tiga hari dan temperatur ruangan selama dua puluh hari. Perbedaan paling
signifikan adalah pada komponen bahan makanan yang merupakan bahan
organik.
e. Dari 33 daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara, hanya Kota Medan dan
Kota Stabat yang dijadikan lokasi survey sehingga diperoleh 4 (empat) data
komposisi sampah dan 6 (enam) data kandungan bahan kering. Karena
kegiatan survey untuk menghasilkan manual inventarisasi kegiatan dan
parameter sumber Gas Rumah Kaca yang akan dipergunakan secara
nasional, maka perlu dilakukan survey tambahan di lokasi kota lain yang
selain menambah data sebagai referensi sekaligus meningkatkan jumlah dan
kapasitas sumber daya manusia untuk kegiatan inventarisasi kegiatan
pengelolaan sampah dan parameter sumber emisi Gas Rumah Kaca.
111
2. Rekomendasi
a. Perlu dilakukan survey di beberapa daerah Kota/Kabupaten lain di Sumatera
Utara untuk menambah referensi proses penentuan komposisi sampah dan
kandungan bahan kering, sehingga dapat ditetapkan berat jenis sampah dari
rata-rata TPA di Sumut yang representatif dan absah untuk dijadikan acuan
dalam perkiraan sumber emisi Gas Rumah Kaca.
b. Untuk mengefektifkan pelaksanaan survey maka perlu dibentuk cluster
daerah di Sumatera Utara berdasarkan kesamaan jumlah penduduk, perilaku
hidup dan kegiatan pengelolaan sampah oleh pemerintah daerahnya. Dari
hasil survey akan dapat ditentukan kaitan antara pertumbuhan penduduk
dengan produksi sampah serta komposisi sampah di TPA.
c. Hasil survey perlu disosialisasikan ke berbagai daerah Kabupaten/Kota untuk
membantu pemerintah daerah Kabupaten/Kota menyusun laporan hasil
inventarisasi Gas Rumah Kaca sesuai dengan amanat Perpres No. 71 tahun
2011.
112
DAFTAR ACUAN
Diaz, F.L, George, M.S and Clarence, G.G (2002) “Composting of Municipal Solid
Wastes” in Tchobanoglous, G and Frank, K, (ed), Handbook of Solid
Waste Management. 2nd ed. New York: McGraw-Hill Co. pp 12.1 –
12.65
Ludwig, C, Stefanie, H, and Samuel, S, (2003) “Municipal solid waste
management: strategies and technologies for sustainable solutions (eds)
Publisher
Peavy, Howard.S, D.R. Rowe, G. Tchobanoglous (1985) “Environmental
Enginerering” McGraw-Hill International Editions, pp 11.1 – 11.17.
Republik Indonesia (2011). Presiden Presiden Republik Indonesia No. 61 tahun
2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca.
Sekretariat Kabinet RI
Republik Indonesia (2011). Presiden Presiden Republik Indonesia No. 71 tahun
2011 tentang Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional.
Sekretariat Kabinet RI, Jakarta
Strevett,K.C, Evenson, C and WolfL (2002) “Energy Conservation” in Ghassemi,
A. (ed.) Handbook of Pollution Control and Waste Minimization. New
York: Marcel Dekker, Inc. pp. 99 -136