Post on 16-Feb-2020
SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-3
Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang, 13 Oktober 2018
i
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-3
TAHUN 2018 HALAMAN IDENTITAS
“PEMBELAJARAN IPA BERBASIS KEHIDUPAN UNTUK
GENERASI Z DI ERA DISRUPTIF”
Malang, Sabtu 13 Oktober 2018
Di Aula FMIPA Universitas Negeri Malang
Jl. Semarang No. 5 Malang
Reviewer:
Dr. Munzil, M.Si.
Sugiyanto, S.Pd., M.Si.
Vita Ria Mustikasari, S.Pd, M.Pd.
Erni Yulianti, S.Pd, M.Pd.
Novida Pratiwi, S.Si., M.Sc.
Agung Mulyo Setiawan, S.Pd., M.Si.
Erti Hamimi, S.Pd., M.Sc.
Editor:
Muhammad Fajar Marsuki, S.Pd., M.Sc.
Dian Nugraheni, S.Pd., M.Sc.
ISBN 978-602-52715-1-9 Penerbit:
Prodi Pendidikan IPA, FMIPA, Universitas Negeri Malang
Jl. Semarang No. 5 Gedung O3
Kota Malang, Jawa Timur, Indonesia, 65145
Telp.: 0341-562-180
Website : http://ipa.fmipa.um.ac.id/
e-mail: ipa.fmipa@um.ac.id
Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan cara
apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit
SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-3
Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang, 13 Oktober 2018
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
terlaksananya Seminar Nasional Pembelajaran IPA Ke 3 Tahun 2018 dengan tema
“Pembelajaran IPA Berbasis Kehidupan untuk Generasi Z di Era Disruptif”.
Seminar nasional ini merupakan kegiatan rutin tahunan yang diselenggarakan oleh
Civitas Akademika Program Studi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang.
Masa depan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas manusianya baik secara
individu maupun secara sosial. Manusia yang berkualitas dibentuk melalui proses
pendidikan. Guru sebagai unsur penting dalam proses pendidikan/ pembelajaran
menjadi garda terdepan dalam menentukan masa depan bangsa. Karenanya guru
dituntut untuk dapat melukiskan mahakarya terbaiknya ke dalam sebuah kanvas yang
disebut ruang kelas. Mahakarya terbaik dari seorang guru adalah guratan-guratan
berkualitas berupa generasi penerus bangsa. Alasan inilah yang memotivasi Civitas
Akademika Program Studi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang untuk
memberikan kesempatan, fasilitas waktu dan tempat bagi pendidik profesional, calon
pendidik/mahasiswa dan para peneliti di bidang pendidikan untuk beraudiensi tentang
pembelajaran inovatif dan inspiratif yang telah mereka lakukan.
Kami menyampaikan terima kasih kepada para pembicara utama yang bersedia
untuk membagikan ilmunya dalam acara ini. Kepada semua pihak yang telah berperan
aktif dalam penyelenggaraan acara ini, kami juga mengucapkan terima kasih atas
sumbangsihnya. Semoga acara ini dapat melahirkan ide-ide yang inovatif dan inspiratif
bagi semua pihak yang terlibat.
Malang, 13 Oktober 2018
Panitia
SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-3
Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang, 13 Oktober 2018
iii
SUSUNAN PANITIA
SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-3 TAHUN 2018
Tugas Nama
Penanggung Jawab Dr. Munzil, M.Si.
(Koordinator Program Studi)
Ketua Sugiyanto, S.Pd., M.Si.
Sekretaris Novida Pratiwi, S.Si., M.Sc.
Anggota: Lena Lusiana, Nadia Nurmalita
Bendahara Erni Yulianti, S.Pd., M.Pd.
Anggota: Mahda Yulia Astary
Sie Review Artikel Dr. Munzil, M.Si.
Sie Acara Erti Hamimi, S.Pd., M.Sc.
Anggota: Sarah Salsabillah, Arini Catur
Lina, Puput Yuliyana, Lilis Eka Herdiana,
Safira Amalia Fardiana, Sesanti, Aulia
Rosidatul Ilma, Roikhatul Jannah, A’yunin
Nadhifah, Velda Rahma Farandy, Oktarista
Yusi Pengestuti, Dinik Afrianingsih, Isnani
Ainun Wulan Nadifa
Sie Humas Muhammad Fajar Marsuki, S.Pd., M.Sc.
Sie Publikasi, Dekorasi, dan Dokumentasi Agung Mulyo Setiawan, S.Pd., M.Si.
Anggota: Ana Fitria Azzmi, Luthfy Haidar
Arrasyid
Sie Perlengkapan Dr. Muhardjito, M.S.
Anggota: Lutviyah Dwi Nurfadhilah,
Danang Satria Afandy, Novilia Fajrin Nur
Fatika, Wiwin Rosiningtias
Sie Makalah Dian Nugraheni, S.Pd., M.Sc.
Anggota: Antiningrum Purwaningsih, Resti
Endang Kusuma Ningrum
Sie Pameran Drs. Winarto, M.Pd.
Anggota: Anindya Primadayuning Putri,
Abdul Fattah Noor, Dian Febriyati, Nurhadi
Muhlisin, Dzakiyya ‘Alya’ Maharani
Sie Konsumsi Vita Ria Mustikasari, S.Pd., M.Pd.
Anggota: Nailah Nur Zhafirah, Kiki Sarah
May Renza Suhartono Putri, Harum Putri
Lestary, Farida Nurul Istiqomah, Meylinda
Dwi Nawang Rismawati, Kiki Ari
Damayanti
SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-3
Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang, 13 Oktober 2018
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN IDENTITAS ..................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .......................................................................................................................... ii
SUSUNAN PANITIA ......................................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................................... iv
MISKONSEPSI MAHASISWA PADA TOPIK GAYA DAN GERAK ................................................ 1
KEMAMPUAN MENGINTERPRETASI GRAFIK DALAM TOPIK KINEMATIKA ........................ 6
IMPLEMENTASI CLASS GOT TALENT BERBANTUAN MINIBOOK DALAM PEMBELAJARAN
IPA UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN PROSES ABAD 21 SISWA ............................. 10
MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH SISWA DENGAN MODEL PROJECT BASED LEARNING
(PBL) PADA KELAS IX SMP AR-RAUDLAH JEMBER ................................................................. 18
IMPLEMENTASI LKS BERKONTEN LITERASI SAINS KEARIFAN LOKAL UNTUK
MENGEMBANGKAN KETRAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP ..................................... 22
EVALUASI EFEKTIVITAS BUKU TIGA DIMENSI BERBASIS KEANEKARAGAMAN
VEGETASI HUTAN MANGROVE PANTAI PARIT BELIDA ........................................................ 27
ANALISIS KETERAMPILAN PROBLEM SOLVING SISWA SMA PADA MATERI MEDAN
MAGNET .......................................................................................................................................... 34
ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS TERINTEGRASI NILAI ISLAM SISWA SMA 38
MISKONSEPSI MAHASISWA CALON GURU DALAM MEMAHAMI KONSEP SUHU DAN
KALOR .............................................................................................................................................. 43
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEMBERDAYAAN BERPIKIR MELALUI
PERTANYAAN TERHADAP HASIL BELAJAR DITINJAU DARI KEMAMPUAN AKADEMIK 47
PEMAHAMAN KONSEP MAHASISWA PADA TOPIK HAMBATAN LISTRIK KAWAT
PENGHANTAR ................................................................................................................................. 51
PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU MELALUI BIMBINGAN TEKNIS
PEMBELAJARAN BERBASIS STEM .............................................................................................. 56
PENINGKATAN KOMPETENSI MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING (PjBL) ................................................................ 63
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA SMA BERBASIS KONTEKSTUAL PADA MATERI
SUHU DAN KALOR ......................................................................................................................... 67
OPTIMALISASI PEMBELAJARAN IPA BERBASIS KURIKULUM 2013 DI SMP BINAAN
KABUPATEN PASURUAN MELALUI SUPERVISI KLINIS .......................................................... 71
PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) BERBANTUAN MEDIA INTERNET UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN MOTIVASI BELAJAR IPA SISWA
MTs .................................................................................................................................................... 75
KETERAMPILAN METAKOGNISI SISWA SMA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI
BERDASARKAN TINGKAT KELAS DAN JENIS KELAMIN ........................................................ 79
SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-3
Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang, 13 Oktober 2018
v
PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS VIII B SMPN 2 WONOREJO
KABUPATEN PASURUAN MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING
........................................................................................................................................................... 84
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA PESERTA DIDIK KELAS VIII MELALUI
PEMBELAJARAN INKUIRI TERSTRUKTUR ................................................................................ 89
PENINGKATAN KOMPETENSI GURU MELALUI PELATIHAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH
BERBASIS PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) DI KKG SD KABUPATEN TRENGGALEK
........................................................................................................................................................... 94
INNOVATION ON INQUIRY-BASED LEARNING: USE OF THE LEARNING CYCLE 5E MODEL
IN TEACHING TO BUILD STUDENTS HIGH THINKING ABILITY ............................................ 97
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS 7 PADA KEGIATAN MENGANALISIS
INTERAKSI MAKHLUK HIDUP DAN LINGKUNGANNYA ....................................................... 101
PEMBELAJARAN DENGAN PEMODELAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN
KONSEP SISWA KELAS VIII TEMA GELOMBANG ................................................................... 106
PEMBELAJARAN DENGAN PEMODELAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN
KONSEP SISWA SMP KELAS VIII PADA TEMA BUNYI ........................................................... 111
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA DENGAN MENGEKSPLISITKAN HAKIKAT SAINS
(NOS) DAN BERPIKIR KRITIS TOPIK KLASIFIKASI MATERI DAN PERUBAHANNYA ....... 115
PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE (LC) 5E TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA
SMP KELAS VIII PADA TEMA GELOMBANG ........................................................................... 120
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MATERI
ZAT DAN KARAKTERISTIKNYA PADA SISWA KELAS VII SMP ........................................... 124
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA DENGAN MENGEKSPLISITKAN HAKIKAT SAINS
(NOS) DAN BERPIKIR KRITIS PADA TOPIK OBJEK IPA DAN PENGAMATANNYA ............. 127
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING TERHADAP
KEMAMPUAN BERNALAR ILMIAH SISWA SMP MATERI INTERAKSI MAKHLUK HIDUP
DAN DINAMIKA POPULASI ........................................................................................................ 131
PENGARUH STRATEGI INKUIRI TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA KELAS VIII
SMPN 4 KEPANJEN PADA TOPIK GETARAN, GELOMBANG, DAN BUNYI .......................... 135
PEMBELAJARAN DENGAN PEMODELAN UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN
KONSEP PEMANTULAN CAHAYA SISWA KELAS VIII ........................................................... 140
PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE 5E TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS
PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN SISWA SMP ....................................................... 145
INOVASI PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MEDIA MOBILE LEARNING UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMP PADA MATERI CAHAYA ......................... 150
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA BERBASIS INKUIRI PADA MATERI INTERAKSI
MAKHLUK HIDUP DAN LINGKUNGAN UNTUK SISWA SMP KELAS VII ............................. 153
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA DENGAN MENGEKSPLISITKAN HAKIKAT SAINS
(NOS) DAN BERPIKIR KRITIS PADA TOPIK SISTEM ORGANISASI KEHIDUPAN ................ 157
PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF DENGAN PENDEKATAN
SAINTIFIK PADA MATERI SUHU DAN KALOR ........................................................................ 162
SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-3
Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang, 13 Oktober 2018
vi
PEMBELAJARAN IPA MODEL PROJECT BASED LEARNING PADA MATERI SISTEM
EKSKRESI UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK ......... 166
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW DIPADU DENGAN TEAMS GAMES
TOURNAMENT (TGT) TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF TEMA PENCEMARAN
LINGKUNGAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 MALANG .................................................. 169
PENGARUH PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN PENDEKATAN MULTI
REPRESENTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATERI IPA SISWA KELAS VIII SMP
NEGERI 23 MALANG .................................................................................................................... 174
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY DALAM MENINGKATKAN
KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII G SMPN 1 KARANGPLOSO .............. 180
PENGEMBANGAN VIRTUAL LABORATORIUM MATERI RANGKAIAN LISTRIK SMP
KELAS IX........................................................................................................................................ 184
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PBL BERBASIS STEM TERHADAP KEMAMPUAN
PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK KELAS VII ............................................................ 188
PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN EKOSISTEM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING
DENGAN SUMBER BELAJAR HUTAN MANGROVE PANCERCENGKRONG TRENGGALEK
UNTUK MENGEMBANGKAN SIKAP ILMIAH, KETERAMPILAN ILMIAH, DAN PEMAHAMAN
KONSEP SISWA KELAS VII MTsN WATULIMO ........................................................................ 192
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA DENGAN MENGEKSPLISITKAN HAKIKAT SAINS
(NOS) DAN BERPIKIR KRITIS PADA TOPIK TATA SURYA ..................................................... 198
PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM PEMBELAJARAN IPA
MODEL INKUIRI TERBIMBING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS VIII
TENTANG CAHAYA DAN ALAT OPTIK..................................................................................... 203
PENINGKATAN KOMPETENSI GURU MELALUI PELATIHAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH
BERBASIS PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) DI MGMP IPA SMP KOTA PASURUAN
......................................................................................................................................................... 208
PELATIHAN PEMBUATAN SOAL HOTS DAN PEMODELAN PEMBELAJARAN DENGAN
PENDEKATAN STEM DI MGMP IPA SMP KABUPATEN LUMAJANG .................................... 211
PELATIHAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH BERBASIS PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(PTK) DI MGMP IPA SMP JOMBANG .......................................................................................... 215
DESKRIPSI PENGUASAAN KONSEP MATERI GETARAN DAN GELOMBANG MAHASISWA
PRODI PENDIDIKAN IPA MELALUI PENILAIAN PORTOFOLIO ............................................. 218
IDENTIFIKASI PERSPEKTIF MAHASISWA PRODI PENDIDIKAN IPA TERHADAP ZAT ADITIF
DAN ZAT ADIKTIF ........................................................................................................................ 220
DESKRIPSI IMPLEMENTASI RENCANA PERKULIAHAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN IPA SEMESTER GASAL 2017/2018 ...................................................................... 227
PENGEMBANGAN KOTAK FARADAY SEDERHANA (FARADAY MAGIC CAN) BERBAHAN
DAUR ULANG UNTUK MEDIA VERIFIKASI HUKUM INDUKSI FARADAY DAN
APLIKASINYA DALAM GENERATOR LISTRIK ........................................................................ 230
SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-3
Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang, 13 Oktober 2018
1
MISKONSEPSI MAHASISWA PADA TOPIK GAYA DAN GERAK
Fitria Nur Aini1, Muhammad Reyza Arief Taqwa1,*, Diana Eka Saputri1, Muhammad Ibnu Shodiqin1, Lugy
Rivaldo2 1Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang 2Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jambi
Email: reyza.arief.fmipa@um.ac.id
Abstrak
Pemahaman yang dibangun mahasiswa dari pengalaman sehari-hari sering kali tidak sesuai dengan pendapat
ahli, namun pemahaman tersebut retensi untuk diubah menjadi pemahaman yang benar. Untuk merancang
pembelajaran yang baik, penting mempertimbangkan kekeliruan pemahaman yang dialami mahasiswa. Artikel
ini bertujuan untuk mengungkap kekeliruan pemahaman yang dialami oleh mahasiswa terkait konsep gaya.
Penelitian menggunakan metode survey dengan responden adalah 38 mahasiswa S1 Pendidikan Fisika
Semester 1. Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan 10 soal pilihan ganda beralasan tentang konsep gaya.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa pemahaman yang keliru dialami siswa begitu melekat, yakni bahwa
terdapat resultan gaya yang selalu searah dengan arah gerak.
Kata kunci: Miskonsepsi, gaya, dan gerak
PENDAHULUAN
Gaya dan gerak merupakan topik yang penting
dalam mekanika. Pemahaman tentang gaya dan gerak
menjadi bagian penting untuk memahami konsep
mekanika secara utuh. Pemahaman konsep yang baik
diperlukan agar mampu menyelesaikan masalah terkait
dengan baik (Docktor and Mestre, 2014) termasuk pada
topik gaya dan gerak. Banyak peneliti yang mencurahkan
perhatiannya pada bidang mekanika Newtonian termasuk
konsep gaya dan gerak. Hal ini bukan tanpa alasan, namun
didasari oleh keyakinan bahwa mekanika Newtonian
merupakan dasar untuk mempelajari cabang fisika yang
lainnya (Sutopo, 2016).
Berdasarkan beberapa penelitian yang sudah
dilakukan, ditemukan fakta dimana masih banyak
mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam memahami
konsep gaya dan gerak. Seringkali mahasiswa memahami
fenomena fisika termasuk tentang gaya dan gerak
berdasarkan pengalaman sehari-hari. Pemahaman yang
seperti ini seringkali tidak sesuai dengan pendapat para
ahli (diSessa, 1993; Docktor and Mestre, 2014).
Meskipun begitu pemahaman yang dibangun berdasarkan
pengalaman pribadi justru lebih dipercayai.
Ketidaksesuaian pemahaman dengan para ahli dapat
disebut dengan miskonsepsi (Docktor and Mestre, 2014).
Gaya dan gerak menjadi salah satu topik dimana paling
banyak terjadi miskonsepsi pada mahasiswa (Sutopo,
2016). Padahal topik ini telah dipelajari sejak tingkat
sekolah dasar.
Tujuan penting dalam pembelajaran fisika dikelas
adalah agar mahasiswa dapat memahami konsep dengan
baik serta dapat memecahkan masalah (Docktor et al.,
2015; Docktor and Mestre, 2014; Sutopo, 2016; Taqwa,
et al., 2017). Namun terdapat banyak tantangan dalam
mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Seperti halnya
yang peneliti dapatkan bahwa masih banyak mahasiswa
yang mengalami miskonsepsi (Başer, 2006). Miskonsepsi
pada mahasiswa akan menjadi penghambat dalam proses
belajar (Hammer, 1996). Seringkali miskonsepsi pada
mahasiswa sulit hilang walaupun telah dilakukan
pembelajaran dengan baik (Atasoy et al., 2011), terutama
jika penyampaian materi pembelajaran hanya diberikan
dengan metode ceramah maupun secara lisan saja.
Pemahaman konsep yang keliru cenderung mengakar dan
sulit untuk dihilangkan. Hal ini akan menjadi penghambat
dalam penanaman konsep yang benar.
Tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk
mengungkap kekeliruan pemahaman yang dialami
mahasiswa. Berdasarkan kekeliruan pemahaman yang
didapatkan diharapkan bisa menjadi dasar dalam
merancang pembelajaran yang lebih baik.
Mengembangkan konsep ilmiah kepada mahasiswa juga
merupakan hal yang penting dilakukan dalam
pembelajaran (Atasoy et al., 2011). Mengubah konsep
mahasiswa yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah juga
menjadi salah satu tantangan besar bagi pengajar. Oleh
karana itu sangat penting untuk dilakukan pengajaran
fisika yang tepat dan efektif sehingga akan mereduksi
terjadinya miskonsepsi serta menanamkan konsep yang
benar kepada mahasiswa.
METODE
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap
kekeliruan pemahaman yang dialami oleh mahasiswa
terkait dengan konsep gaya dan gerak. Penelitian
dilakukan dengan menggunakan metode survey.
Penelitian ini dilakukan di Universitas Negeri Malang
dengan responden terdiri atas 38 mahasiswa S1 Pedidikan
Fisika. Seluruh responden merupakan mahasiswa yang
telah menempuh mata kuliah fisika dasar I. Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini berupa 10 soal
pilihan ganda beralasan. Soal yang disajikan terkait
dengan konsep gaya dan gerak, untuk mengungkap
konsepsi mahasiswa dalam menentukan arah resultan
gaya pada gerak 1 dimensi dan 2 dimensi.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan
kualitatif. Data kuantitatif didapatkan melalui skor yang
didapatkan dari soal yang diberikan. Untuk memperdalam
data, digunakan data kualitatif yang didapatkan dari
SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-3
Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang, 13 Oktober 2018
2
alasan responden dalam menjawab setiap soal yang
diberikan. Data kualitatif berguna dalam melihat sejauh
mana pemahaman serta alur berfikir dalam memecahkan
soal konseptual.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Skor Pemahaman Konsep Gaya dan Gerak
Skor pemahaman mahasiswa dalam memahami
konsep gaya dan gerak masih cenderung rendah. Hal
tersebut terlihat dari jumlah mahasiswa yang memilih opsi
benar. Jumlah mahasiswa yang memilih opsi benar dalam
menjawab 10 soal konsep gaya dan gerak seperti yang
ditunjukkan Gambar 1.
Gambar 1. Jumlah Mahasiswa yang Memilih Opsi
Benar
Gambar 1 menunjukkan jumlah mahasiswa yang
memilih opsi benar dalam menjawab soal. Dari 10 soal
yang telah diberikan terlihat masih banyak mahasiswa
yang belum dapat menjawab soal konseptual dengan
benar. Dari 10 soal yang telah diberikan dipilih 4 buah soal
yang memiliki tingkat kesukaran yang cukup tinggi.
Tingkat kesukaran soal dapat dilihat dari rendahnya
mahasiswa yang dapat menjawab soal dengan benar. Oleh
karena itu dipilih soal nomor 4, 5, 9, dan 10 yang mana
hanya sedikit mahasiswa yang dapat menjawab soal
tersebut dengan benar.
Menentukan Arah Resultan Gaya pada Gerak 1
Dimensi Di atas Bidang Licin
Butir soal pertama bertujuan untuk mengukur
kemampuan mahasiswa dalam memahami arah resultan
gaya pada gerak 1 dimensi. Pada soal disajikan kasus
dengan keadaan permukaan bidang yang licin. Soal arah
resultan gaya pada gerak 1 dimensi ditunjukan oleh
Gambar 2.
Balok berada di atas lantai licin mula-mula (titik O) di dorong dengan gaya konstan F. Ketika sampai di titik P gaya tersebut dihilangkan sehingga
balok bergerak ke kanan dengan kecepatan tetap.
Arah resultan gaya yang bekerja selama gaya F dihilangkan adalah... .
(A) Ke kanan, searah gerak (B) Ke kiri, berlawanan arah gaya dorong (C) Ke atas, searah gaya normal (D) Ke bawah, searah gaya gravitasi
(E) Resultan gaya nol Gambar 2. Soal Menentukan Arah Resultan Gaya pada Gerak 1 Dimensi Di bidang Licin (Soal Nomor 4)
Tabel 1. Distribusi Jawaban Mahasiswa dalam
Menjawab Soal Nomor 4 Distribusi Jawaban
Opsi Pemilih Opsi
N %
A 25 65.79
B 3 7.89
C 0 0
D 0 0
E* 10 26.32
Distribusi jawaban yang diberikan oleh responden
terdapat pada Tabel 1. Pada soal pertama dapat diketahui
bahwa hanya terdapat 10 mahasiswa yang menjawab
dengan benar (26,32 %). Distribusi jawaban salah hanya
terkonsentrasi pada pilihan jawaban A (65,79 %) dan B
(7,89%). Dari hal ini dapat diketahui bahwa kebanyakan
mahasiswa yang menjawab salah mengalami miskonsepsi
dalam menentukan arah dari resultan gaya pada gerak 1
dimensi. Pemilihan opsi jawaban A dikarenakan banyak
mahasiswa yang masih memiliki pemahaman bahwa arah
resultan gaya selalu sama dengan arah gerak benda.
Pemahaman seperti ini juga selaras dengan penelitian yang
dilakukan Taqwa (2016) yang menemukan bahwa
mahasiswa masih banyak yang beranggapan bahwa arah
gaya akan sesuai dengan arah geraknya. Pemahaman
seperti ini tidak selalu tepat untuk semua kondisi. Seperti
halnya pada soal yang pertama, pemahaman tersebut
masih kurang tepat apabila digunakan sebagai dasar
penyelesaian soal. Mengingat bahwa benda bergerak
dengan kecepatan konstan, maka sesuai dengan Hukum II
Newton pastilah. Opsi jawaban B hanya dipilih oleh 3
orang mahasiswa (7,89%). Pemilihan jawaban ini dapat
dilatarbelakangi oleh kesalahan pemahaman dari
mahasiswa yang mana masih beranggapan bahwa ada gaya
yang melawan gaya F yang sebelumnya diberikan. Sehingga berangkat dari pemikiran ini timbul anggapan
bahwa arah resultan gaya adalah ke kiri, yaitu melawan
gaya dorongnya.
0
10
20
30
40
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
N
SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-3
Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang, 13 Oktober 2018
3
Menentukan Arah Resultan Gaya pada Gerak 1
Dimensi Di atas Bidang Kasar
Pada soal kedua disajikan soal untuk menganalisa
arah dari resultan gaya pada bidang dengan adanya
kemungkinan gesekan. Soal ini bertujuan untuk
mengetahui pemahaman mahasiswa terkait penentuan arah
resultan gaya juga gaya gesek yang bekerja pada kasus 1
dimensi. Soal disajikan pada Gambar 3.
Balok berada di atas bidang kasar mula-mula (titik O) di dorong dengan gaya konstan F. Ketika sampai di titik P gaya tersebut dihilangkan
sehingga balok bergerak ke kanan dan berhenti di titik Q.
Arah resultan gaya yang bekerja selama gaya F dihilangkan adalah... .
(A) Ke kanan, searah gerak (B) Ke kiri, searah gaya gesek (C) Ke atas, searah gaya normal (D) Ke bawah, searah gaya gravitasi (E) Resultan gaya nol
Gambar 3. Soal Menentukan Arah Resultan Gaya pada Gerak 1 Dimensi Di bidang Licin (Soal Nomor 5)
Tabel 2. Distribusi Jawaban Mahasiswa Distribusi Jawaban
Opsi Pemilih Opsi
N %
A 21 55.26
B* 9 23.68
C 0 0
D 0 0
E 8 21.05
Kosong 0 0
Total 38 100
Distribusi pemilihan jawaban soal nomor 2 seperti
pada Tabel 2 terlihat bahwa hanya sedikit mahasiswa yang
menjawab soal dengan benar (23.68%). Pilihan jawaban
terbanyak yang dipilih mahasiswa ada pada opsi jawaban
A (55.26 %), dan sisanya memilih jawaban E (21.05 %).
Banyaknya mahasiswa yang memilih opsi jawaban salah
dapat mengindikasikan bahwa masih banyak mahasiswa
yang mengalami miskonsepsi dan belum memahami
konsep dengan baik. Dari kasus yang telah dibahas
menunjukkan bahwa banyak mahasiswa yang memilih
jawaban A beranggapan bahwa arah dari resultan gaya
akan selalu searah dengan arah gerak benda. Pemahaman
ini bukan pemahaman yang selalu benar, namun banyak
mahasiswa yang memegang miskonsepsi seperti ini. Opsi
E merupakan opsi yang hanya dipilih oleh 8 mahasiswa
(21.05 %), terlampau jauh jika dibandingkan dengan
pemilihan opsi A. Pemilihan opsi E menggambarkan
miskonsepsi pada mahasiswa yaitu resultan gaya bernilai
nol karena gaya dorong F sudah dihilangkan.
Menentukan Arah Resultan Gaya pada Gerak 2
Dimensi Di atas Bidang Licin
Soal ketiga menyajikan gerak benda pada bidang 2
dimensi dengan kondisi yang licin. Pada soal ini bertujuan
untuk mengetahui bagaimana pemahaman mahasiswa
dalam memahami arah resultan gaya pada kasus gerak di 2
dimensi. Soal ketiga tertera pada Gambar 4.
Sebuah kelereng sedang dimainkan oleh seorang anak. Anak tersebut melepaskan kelereng dari titik A sehingga bergerak meluncur diatas bidang
lengkung seperti gambar.
Arah resultan gaya yang bekerja pada kelereng pada saat di titik C paling tepat digambarkan sesuai nomor... .
(A) 1 (B) 2 (C) 3 (D) 5 (E) Tidak ada yang sesuai; saat di C resultan gaya nol
Gambar 4. Soal Menentukan Arah Resultan Gaya pada Gerak 2 Dimensi Di bidang Licin (Soal Nomor 9)
Tabel 3. Distribusi Jawaban Mahasiswa Distribusi Jawaban
Opsi Pemilih Opsi
N %
A* 6 15.79
B 20 52.63
C 4 10.53
D 3 7.89
E 5 13.16
Kosong 0 0
Total 38 100
SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-3
Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang, 13 Oktober 2018
4
Berdasar distribusi jawaban di Tabel 3 terlihat
bahwa pilihan opsi jawaban yang diberikan mahasiswa
dapat dikatakan merata, karena semua opsi jawaban
dipilih oleh mahasiswa. Hal ini dapat menunjukkan
bahwa mahaiswa masih memiliki pemahaman yang
beragam dalam menyikapi permasalahan terkait gerak 2
dimensi. Hanya ada 6 mahasiswa (15.79 %) yang
menjawab soal dengan benar. Opsi jawaban terbanyak
yang dipilih mahasiswa yaitu pada opsi B (52.63 %). Dari
meratanya jawaban yang diberikan mahasiswa diketahui
bahwa masih banyak mahasiswa yang mengalami
miskonsepsi.
Pilihan opsi B menunjukan bahwa lagi-lagi
miskonsepsi yang dialami adalah pandangan mengenai
arah resultan gaya yang selalu sama dengan arah
geraknya. Benda akan bergerak ke atas, sehingga arah
yang dipilih adalah arah 2. Padahal untuk menyelesaikan
soal ini harus juga meninjau dari aspek gaya-gaya yang
bekerja pada benda. Pemilihan opsi jawaban yang lain
disinyalir karena kurangnya pemahaman mahasiswa
terkait topik gaya dan gerak. Opsi C dipilih karena
didasari oleh anggapan benda akan bergerak ke kanan,
maka arah yang cocok adalah arah 3. Anggapan
mahasiswa yang memilih opsi D adalah Nw sehingga
berfikir bahwa resultan gaya berarah ke bawah. Pemilihan
opsi E didasari oleh pemikiran bahwa pada titik C gaya-
gaya yang bekerja hanyalah gaya berat w dan gaya normal N . Dengan anggapan Nw= maka menurut
mahasiswa resultan gaya adalah nol.
Menentukan Arah Resultan Gaya pada Gerak 2
Dimensi Di atas Bidang Kasar
Soal terakhir menyajikan tentang penentuan arah
resultan gaya pada gerak 2 dimensi di bidang kasar. Soal
ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan mahasiswa
dalam menentukan arah dari resultan gaya yang mana juga
membutuhkan analisis yang lebih dalam karena
melibatkan kasus yang menghadirkan adanya gesekan.
Soal penentuan arah resultan gaya dan gerak 2 dimensi
pada bidang kasar dapat dilihat pada Gambar 5.
Balok dilepaskan dari titik A sehingga bergerak mengikuti lintasan lengkung yang kasar seperti gambar.
Arah resultan gaya yang bekerja pada kelereng pada saat di titik C paling tepat digambarkan sesuai nomor... .
(A) 1 (B) 2 (C) 3 (D) 5 (E) 6 (F) 7 (G) 8 (H) Tidak ada yang sesuai; saat di C resultan gaya nol
Gambar 5. Soal Menentukan Arah Resultan Gaya pada Gerak 2 Dimensi Di bidang Kasar (Soal Nomor 10)
Tabel 4. Distribusi Jawaban Mahasiswa Distribusi Jawaban
Opsi Pemilih Opsi
N %
A 2 5.26
B 14 36.84
C 1 2.632
D 0 0
E 7 18.42
F 10 26.32
G* 0 0
H 4 10.53
Kosong 0 0
Total 38 100
Berdasarkan distribusi jawaban yang diberikan
mahasiswa pada Tabel 4, tidak ada satupun mahasiswa
yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar (0 %). Hal
ini dapat menjadi indikasi bahwa konsep yang dibangun
mahasiswa terkait arah resultan gaya pada gerak 2 dimensi
khususnya pada kondisi bidang dengan gesekan masih
kurang. Jawaban yang diberikan mahasiswa juga sangat
beragam, yang menggambarkan beragamnya pula
pemahaman yang dimiliki terkait arah resultan gaya pada
gerak 2 dimensi.
Berangkat dari jawaban yang diberikan mahasiswa
dapat dianalisa beberapa hal yang menjadi miskonsepsi
dari mahasiswa. Sebagian besar mahasiswa memilih opsi
jawaban B (36.84 %). Kemungkinan pemilihan jawaban
ini dikarenakan mahasiswa berfikir arah resultan gaya
akan sama dengan arah kemana benda akan bergerak,
yaitu ke arah 2. Kegagalan mahasiswa dalam
menyelesaikan soal yang diberikan dapat dikarenakan
pengetahuan yang dibangun mahasiswa masih berupa
potongan-potongan pengetahuan. Mahasiswa belum dapat
menghadirkan pengetahuan yang utuh untuk
menyelesaikan masalah terkait. Pemilihan opsi A didasari
bahwa resultan gaya pada arah horizontal adalah nol, dan
pada arah vertical berlaku Nw sehingga beranggapan
arah resultan gaya pada arah 1. Opsi C dipilih karena
benda akan bergerak ke kanan terlepas dari bagaimana
bentuk lintasannya, mahasiswa berfikir bahwa arah
resultan gaya sesuar dengan arah 3. Opsi E dipilih dengan
dasar bahwa benda dipengaruhi oleh gaya gesek yang
berarah seperti arah 7 dan ada gaya berat w dengan arah 5, sehingga resultannya seperti arah 6. Pemilihan opsi F
didasari pemahaman bahwa hanya ada gaya gesek yang
mempengaruhi gerak benda, sehingga resultan gayanya
SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-3
Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang, 13 Oktober 2018
5
akan berarah seperti arah 7. Opsi terakhir yang dipilih
adalah H, pemilihan opsi ini dikarenakan mahasiswa
berfikir ketika di titik C resultan gaya bernilai nol karena
Nw= .
PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan
yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan dimana
masih banyak mahasiswa yang mengalami miskonsepsi
pada topik gaya dan gerak. Pengetahuan yang terangkat
dalam memecahkan persoalan gerak bandul masih belum
benar. Miskonsepsi paling umum yang dialami
mahasiswa adalah anggapan bahwa arah resultan gaya
akan selalu sama dengan arah gerak benda.
B. Saran Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tindak
lanjut bagi diri sendiri dan juga peneliti lain, agar dapat
menghilangkan miskonsepsi pada topik gaya dan gerak ke
depannya bagi mahasiswa.
DAFTAR RUJUKAN
Atasoy, Sengul, Mehmet Kucuk, and Ali Riza Akdeniz.
2011. “Remedying Science Student Teachers’
Misconceptions of Force and Motion Using
Worksheets Based on Constructivist Learning
Theory.” Energy Education Science and
Technology Part B: Social and Educational Studies
3(4): 653–68.
Başer, Mustafa. 2006. “Effect of Conceptual Change
Oriented Instruction on Remediation of Students ’
Misconceptions Related to Heat and Temperature
Concepts.” Journal of Maltese Education Research
4(1): 64–79. www.educ.um.edu.mt/jmer.
diSessa, Andrea A. 1993. “Toward an Epistemology of
Physics.” Cognition and Instruction 10(2–3): 105–
225.
Docktor, Jennifer L., Natalie E. Strand, José P. Mestre,
and Brian H. Ross. 2015. “Conceptual Problem
Solving in High School Physics.” Physical Review
Special Topics - Physics Education Research 11(2):
1–13.
Docktor, Jennifer L, and José P Mestre. 2014. “A
Synthesis of Discipline-Based Education Research
in Physics.” Physical Review Special Topic -
Physics Education Research: 1–148.
Hammer, David. 1996. “More than Misconceptions:
Multiple Perspectives on Student Knowledge and
Reasoning, and an Appropriate Role for Education
Research.” American Journal of Physics 64(10):
1316–25.
http://aapt.scitation.org/doi/10.1119/1.18376.
Sutopo. 2016. “Students’ Understanding of Fundamental
Concept of Mechanical Wafe.” Jurnal Pendidikan
Fisika Indonesia 12(1): 41–53.
Taqwa, Muhammad Reyza Arief. 2016. “Perlunya
Program Resitasi Untuk Meningkatkan
Kemampuan Mahasiswa Dalam Memahami
Konsep Gaya Dan Gerak.” In Pros. Semnas Pend.
IPA Pascasarjana UM, , 365–72.
Taqwa, Muhammad Reyza Arief, Arif Hidayat, and
Supoto. 2017. “Konsistensi Pemahaman Konsep
Kecepatan Dalam Berbagai Representasi.” Jurnal
Riset & Kajian Pendidikan Fisika 4(1): 31–39.
http://journal.uad.ac.id/index.php/JRKPF/issue/vie
w/477.
Taqwa, Muhammad Reyza Arief, Arif Hidayat, and
Sutopo. 2017. “Deskripsi Penggunaan Program
Resitasi Dalam Meningkatkan Kemampuan
Membangun Free-Body Diagrams ( FBDs ).”
Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako 5(1): 52–58.
SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-3
Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang, 13 Oktober 2018
6
KEMAMPUAN MENGINTERPRETASI GRAFIK DALAM TOPIK KINEMATIKA
Lugy Rivaldo1, Muhammad Reyza Arief Taqwa2,*, Fitria Nur Aini2,
Muhammad Ibnu Shodiqin2, Diana Eka Saputri2 1Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Jambi 2Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Negeri Malang
Email: reyza.arief.fmipa@um.ac.id
Abstrak
Membangun pemahaman konsep kinematika merupakan hal yang penting untuk dikuasai oleh mahasiswa.
Pemahaman tersebut harus dibangun secara utuh sehingga mampu mentrasnformasi konsep dalam bermacam
format representasi. Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui kecakapan mahasiswa dalam menentukan
besaran fisis kinematika dari grafik �⃗�(𝑡), 𝑣(𝑡), dan �⃗�(𝑡). Penelitian dilakukan dengan metode survey pada 42 mahasiswa S1 Pendidikan Fisika di Universitas Negeri Malang. Untuk mengungkap data dilakukan dengan
memberikan 10 soal pilihan ganda beralasan. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata perolehan skor sebesar
32,62, yang mengindikasikan bahwa skor pemahaman mahasiswa dalam menginterpretasi grafik kinematika
masih rendah. Selain itu ditemukan kekeliruan interpretasi grafik yang menunjukkan bahwa mahasiswa gagal
dalam mengkorelasikan makna persamaan matematis yang mereka ketahui dan grafik kinematika yang dia
temui untuk menentukan besaran fisis yang diminta dalam kasus.
Kata kunci: Grafik kinematika, pemahaman konsep
PENDAHULUAN
Pemahaman akan konsep-konsep dasar dalam
fisika merupakan satu dari beberapa tujuan penting
pembelajaran fisika bagi para siswa ataupun mahasiwa
sehingga mereka dapat mengaplikasikannya dalam
menjawab berbagai persoalan (Sutopo, 2016). Berdasar-
kan hasil penelitian, Miskonsepsi merupakan salah satu
hal yang sulit diubah oleh siswa (McDermott, 2001;
Berek, et al., 2016). Hal ini lah yang menyebabkan akhir-
akhir ini banyak para peniliti pendidikan fisika mem-
fokuskan penelitian pada seberapa besar pemahaman
mahasiswa terhadap konsep dasar fisika.
Menurut, pada dasaranya, metode pengajaran yang
diterapkan oleh guru kebanyakan adalah metode
pengajaran tradisional, dimana siswa menjadi pusat
repositori dari apa yang guru tersebut katakan sehingga
siswa cenderung hanya menghafal tanpa faham kon-
sepnya (Antwi et al, 2011). Mahasiswa menghabiskan
banyak waktu untuk fokus pada rumus dan persoalan dan
kurang fokus memperhatikan konsep dan contoh di
kehidupan nyata(Elby, 1999). Hal ini dapat menyebab-kan
mahasiswa kesulitan ketika mereka ditanya tentang
penjelasan suatu konsep, dan mungkin para guru/dosen
tidak melihat permasalahan ini pada siswa/mahasiswa.
Jika permasalahan ini dibiarkan saja, maka akan
berdampak besar dikemudian hari.
Sebagai salah satu ilmu pengetahuan yang ber-
hubungan langsung terhadap kajian fenomena alam, Fisika
dapat diterjemahkan dalam bermacam bentuk representasi
contohnya representasi dalam bentuk grafik (Setyono et al,
2016). Seringkali mahasiswa menganggap grafik sebagai
sebuah media intepretasi untuk model soal matematika.
Hal ini dikarenakan dalam merepresentasi-kan grafik
dibutuhkan kompetensi persepsi visual, ber-fikir secara
logis, merancang data, prediksi pergerakan garis, serta
menentukan hubungan antar variable yang pada dasarnya
adalah kompetensi matematika
Kemampuan menganalisis represesntasi grafik ini
sangat diperlukan baik dalam bentuk kalimat verbal
maupun non verbal khususnya bagi para mahasiswa fisika.
Kemampuan yang tidak hanya bisa membuat grafik saja
melainkan juga mampu mengkaji makna fisis grafik
tersebut, memprediksi serta mengintepretasi grafik dan
mentransformasikan grafik. Kemahiran ketika
menganalisa sebuah grafik tergantung daripada jenis
grafik, level dan/atau model persoalan yang diberikan
(Bunawan et al., 2015)
Beberapa dianatara guru atau dosen, dalam
pembelajaran di kelas telah mempergunakan grafik untuk
menjelaskan konsep, tetapi tidak secara eksplisit
mengajarkan bagaimana bentuk komunikasi visual ini
(Coleman et al., 2011). Kurangnya literasi dalam
menginterpretasi grafik mahasiswa akan berimbas pada
pemahaman akan konsep kinematika (Subali et al., 2015).
Sedangakan sebagai calon guru fisika, maha-siswa
dituntut untuk mampu dalam menginterpretasi grafik serta
mampu menjelaskannya pada orang lain.
METODE
Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui
kecakapan mahasiswa dalam menentukan besaran fisis
kinematika dari grafik �⃗�(𝑡), 𝑣(𝑡), dan �⃗�(𝑡). Penelitian dilakukan dengan metode survey pada 42 mahasiswa S1
Pendidikan Fisika di Universitas Negeri Malang. Untuk
mengungkap data dilakukan dengan memberikan 10 soal
pilihan ganda beralasan.Soal-soal tersebut diadaptasi dari
soal standar yang telah dikembangkan untuk menuji
kemampuan mahasiswa dalam menginterpretasi grafik
kinematika (Beichner, 1994). Dalam artikel ini didisku-
sikan 3 soal saja. Ketiga soal tersebut direpresentasikan
dalam bentuk grafik dengan 3 fokus yang berbeda, yakni
SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-3
Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang, 13 Oktober 2018
7
merepresentasikan grafik posisi sebagai fungsi waktu,
kecepatan sebagai fungsi waktu, dan grafik percepatan
sebagai fungsi waktu. Ketiga soal tersebut adalah soal
dengan peroleh jawaban benar mahasiswa paling sedikit
yaitu nomor 1, 5, dan 10.
Soal-soal tersebut merupakan soal yang sudah
layak. Ketiga soal yang dibahas merupakan soal bagian
dari soal tes yang valid pada taraf signifikan 0.01, karena
nilai r > rtabel. Sedangkan tingkat reliabilitas instrument
dilihat dari nilai Cronbach’s Alpa yang bernilai 0 sampai
1 (Iacobucci, 2001; Sijtsma, 2009; Taber, 2017; Tavakol
& Dennick, 2011; Warrens, 2014; Yurdugül, 2008).
Instrumen dapat digunakan apabila nilai Cronbach’s
Alpasetidaknya 0,70(Taqwa, et al., 2017). Hasil anasilisis
pada soal yang digunakan dalam penelitian memperlihat-
kan bahwa soal tersebut merupakan soal yang tepat dengan
nilai Cronbach’s Alpha = 0.812 (Hair, et al., 2010).
Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa
data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa skor
nilai hasil yang diperoleh mahasiswa dalam menja-wab
soal, sedangkan data kualitatif diperoleh dari alasan yang
diberikan oleh mahasiswa. Alasan yang diberikan
mahasiswa dihimpun sesuai dengan pemikiran serupa.
Alasan yang diberikan mahasiswa ini berguna untuk
mengetahui kemampuan menginterpretasi grafik maha-
siswa dalam menjawab soal.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada artikel ilmiah ini akan dibahas tentang
kecakapan 42 mahasiswa dalam menentukan besaran fisis
kinematika dari grafik �⃗�(𝑡), 𝑣(𝑡), dan �⃗�(𝑡) berda-sarkan piihan jawaban mereka pada 10 soal pilihan ganda
beralasan yang diberikan. Hasil dari penelitian ini telah
menunjukkan masih banyak mahasiswa yang keliru dalam
menjawab soal terkait menginterpretasi grafik. Hal ini
dapat dilihat dari masih banyak mahasiswa yang keliru
dalam menginterpretasi grafik yang tersaji dalam grafik 1
berikut.
Gambar 1. Jumlah Mahasiswa dengan Pilihan Opsi
Benar dan Opsi Salah pada Setiap Buti Soal
Dari gambar 1 diatas, terlihat bahwa masih banyak
mahasiswa yang belum tepat dalam menginterpretasikan
grafik dengan benar. Adapun untuk sebaran distribusi
pilihan opsi jawaban mahasiswa disajikan dalam Tabel 1
berikut.
Tabel 1. Distribusi Pilihan Opsi Jawaban Mahasiswa No Sebaran Opsi Jawaban % N
Menjawab
Benar
A B C D E Kosong
1 16 6* 2 9 9 0 14,29
5 29 0 4* 0 6 3 9,52
10 2* 6 34 0 0 0 4,76
Rata-rata total 32,62
Skor kemampuan mahasiswa dalam menginter-
pretasikan grafik pada soal nomor 1, 5, dan 10 cenderung
rendah. Hal tersebut terlihat dari rata-rata skor mahasis-wa
yang hanya mencapai rata-rata total kurang dari 50%
(32,62%) (rata-rata total adalah rata-rata dari seluruh nilai
rata-rata opsi pilihan benar jawaban mahasiswa pada
setiap nomornya).
Menginterpretasi grafik percepatan sebagai fungsi
waktu
Butir soal nomor 1 bertujusn untuk mengetahui
kemampuan mahasiswa dalam menginterpretasikan grafik
percepatan sebagai fungsi waktu. Pada soal ini, mahasiswa
diminta untuk menentukan mana diantara 5 pilihan grafik
yang tersedia mempunyai perubahan kecepatan terbesar,
seabagaimana yang ditunjukan oleh gambar 2.
1. Dari grafik percepatan sebagai fungsi waktu berikut, objek yang memiliki perubahan kecepatan terbesar selama
bergerak adalah (skala pada setia grafik adalah sama)….
Gambar 2. Soal Grafik Percepatan Sebagai Fungsi
Waktu
Distribusi jawaban yang diberikan oleh mahasiswa
dapat dilihat pada tabel 3. Pada soal nomor 1 dapat
diketahui bahwa hanya 14,26% (6 mahasiswa) yang
memilih opsi pilihan dengan benar. Distribusi jawaban
yang keliru terpusat pada pilihan jawaban A 38,09% (16
mahasiswa). Hal ini menunjukan bahwa maih banyak
mahasiswa yang mengalamai miskonsepsi dalam mengin-
terpretasikan grafik percepatan sebagai fungsi waktu.
Tabel 2. Distribusi Jawaban Mahasiswa
Distribusi Jawaban Pemilih Opsi
N %
A 16 38.09
B* 6 14.26
C 2 4.76
D 9 21.43
E 9 21.43
Kosong 0 0
Total 42 100
Menginterpretasi Grafik Posisi Sebagai Fungsi Waktu
Pada soal kedua yakni soal nomor 5, disajikan soal
untuk menentukan kecepatan awal benda padaa saat t=0 s
melalui interpretasi dari grafik posisi sebagai fungsi
waktu. Saol ini bertujun untuk mengetahui tingkat
pemahaman mahasiswa dalam menginterpretasikan grafik
posisi sebagai fungsi waktu. Soal ditunjukan pada Gambar
3.
0
20
40
60
Soal No 1 Soal No 5 Soal No 10
Jawaban Benar Jawaban keliru Persentase
SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-3
Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang, 13 Oktober 2018
8
5. Dari grafik posisi sebagai fungsi waktu berikut, kecepatan awal
benda (saat t = 0s) adalah... .
(A) 0 m/s (B) 2 m/s (C) 2,5 m/s (D) 5 m/s (E) 10 m/s
Gambar 3. Soal Menginterpretasi Grafik Posisi
sebagai Fungsi Waktu
Distribusi jawaban mahasiswa dalam memilih opsi
yang benar pada soal nomor 5 yang tersaji dalam tabel 4,
terlihat bahwahanya 4 mahasiwa saja (9.52%) yang
menjawab soalan dengan benar. Pilihan jawaban
mahasiswa paling banyak terfokus pada opsi pilihan A (29
mahasiswa = 69.04%) dan E (26 mahasiswa = 61.90%)
serta 3 orang (7.14%) mahasiswa tidak menja-wab sama
sekali. Hal ini mengindikasikan bahwa kurangnya
kemampuan mahasiswa dalam menginter-pretasi grafik
posisi sebagai fungsi waktu. Kekeliruan ini terjadi akibat
miskonsepsi pada mahasiswa yang cende-rung
mengganggap bahwa voidentik dengan kecepatan awal nol
saat t = 0 sehingga grafik posisi sebagai fungsi waaktu
pasti mulai dari titik (0,0).
Tabel 3. Distribusi Jawaban Mahasiwa Distribusi Jawaban Pemilih Opsi
N %
A 29 69.04
B* 0 0
C 4 9.52
D 0 0
E 26 61.90
Kosong 3 7.14
Total 42 100
Menginterpretasi perubahan kecepatan sebagai
fungsi waktu.
Pada soal ketiga nomor 10 ini, mahasiswa diminta
untuk menentukan interpretasi dari grafik kecepatan objek
sebagai fungsi waktu yang paling tepat dianatara beberapa
interpretasi yang tersedia. Soal dapat dilihat pada gambar
4.
10. Berikut merupakan grafik kecepatan objek sebagai fungsi
waktu.
Interpretasi yang paling tepat adalah... .
(A) Objek bergerak dengan percepatan tetap (B) Objek bergerak dengan percepatan yang berkurang
secara beraturan
(C) Objek bergerak dengan kecepatan yang bertambah secara beraturan
(D) Objek bergerak dengan kecepatan tetap (E) Objek tidak bergerak
Gambar 4. Soal Menginterpretasikan Grafik
Kecepatan Objek sebagai Fungsi Waktu
Distribusi jawaban mahasiswa pada soal nomor 10
tersaji dalam Tabel 5. Dari 10 soal yang disediakan, soal
nomor 10 merupakan soal dengan persentase pilihan opsi
jawaban benar mahasiswa paling sedikit yakni hanya
4.76% (2 orang mahasiswa) saja yang menjawab dengan
tepat. Sedangkan 95.24% (40 orang mahasiswa) maha-
siswa keliru dalam menginterpretasi grafik yang disa-
jikan. Kekeliruan tersebut terlihat dari jawaban mahasiswa
yang terfokus pada opsi C 80.95% (34 maha-siswa) hal ini
mengindikasikan miskonsepsi mahasiswa dalam
menginterpretasi grafik kecepatan sebagai fungsi waktu.
Interpretasi bahwa objek bergerak dengan kece-patan
beraturan sebagaimana yang disajikan dalam Gambar 4,
merupakan interpretasi yang kurang tepat. Hal ini
dikarenakan ketika kecepatan objek bertambah secara
beraturan, maka otomatis percepatan objek tersebut
konstan sehingga jawaban yang paling tepat adalah opsi A
yaitu objek bergerak dengan percepatan tetap.
Tabel 4. Distribusi Jawaban Mahasiswa Distribusi
Jawaban
Pemilih Opsi
N %
A* 2 4.76
B 6 14.29
C 34 80.95
D 0 0
E 0 0
Kosong 0 0
Total 42 100
PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang
telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat disimpulkan
bahwa kurang dari 50% mahasiswa mengalami keke-
liruan dalam menginterpretasikan grafik baik itu grafik
percepatan sebagai fungsi waktu, kecepatan sebagai
fungsi waktu, ataupun posisi sebagai fungsi waktu.
Miskonsepsi terhadapa interpetasi grafik posisi sebagai
fungsi waktu pada soal nomor 10 merupakan yang
v (m/s)
t (s)
SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-3
Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang, 13 Oktober 2018
9
terbanyak dari 10 soal yang diberikan lebih dari 95%
mahasiswa, keliru dalam memilih jawaban opsi yang
benar. Oleh karena itu, diperlukan suatu peningkatan
kualitas pembelajaran terhadap penginterpretasian grafik
serta pemahaman konsep yang tepat sehingga mahasiswa
mampu menjawab soal kenematika dalam berbagai
interpretasi, khususnya interpretasi grafik.
B. Saran Sebagai saran perbaikan untuk memaksimalkan
hasil belajar diperlukan upaya peningkatan pemahaman
mahasiswa dalam berbagai bentuk interpretasi lain selain
grafik, misalnya diagram, tabel ataupun verbal dan visual
lainnya. Hal ini diperlukan agar pemahaman mahsiswa
menjadi lebih teruji tidak terbatas hanya pada satu bentuk
interpretasi.
DAFTAR RUJUKAN
Antwi et al. (2011). Students ’ Understanding of Some
Concepts in Introductory Mechanics Course : A
Study in the First Year University Students , UEW,
1(1), 55–80.
Beichner, R. J. (1994). Testing student interpretation of
kinematics graphs. American Journal of Physics,
62(8), 750–762. https://doi.org/10.1119/1.17449
Beichner, R. J. (1996). The impact of video motion
analysis on kinematics graph interpretation skills.
American Journal of Physics, 64(10), 1272–1277.
https://doi.org/10.1119/1.18390
Berek, F. X., Sutopo, S., & Munzil, M. (2016). Concept
enhancement of junior high school students in
hydrostatic pressure and archimedes law by predict-
observe-explain strategy. Jurnal Pendidikan IPA
Indonesia, 5(2), 230–238.
https://doi.org/10.15294/jpii.v5i2.6038
Bunawan et al. (2015). Penilaian pemahaman representasi
grafik materi optika geometri menggunakan tes
diagnostik. Jurnal Cakrawala Pendidikan,
XXXIV(2), 257–267.
https://doi.org/10.21831/cp.v2i2.4830
Coleman et al. (2011). Elementary Teachers’ Use of
Graphical Representations in Science Teaching.
Journal of Science Teacher Education, 22(7), 613–
643. https://doi.org/10.1007/s10972-010-9204-1
Elby, A. (1999). Another reason that physics students
learn by rote. American Journal of Physics, 67(S1),
S52–S57. https://doi.org/10.1119/1.19081
Hair, J. F., Black, W. C., Babin, B. J., & Anderson, R. E.
(2010). Multivariate Data Analysis (7th ed.). New
Jersey: Prentice Hall, Upper Saddle River.
Iacobucci, D. (2001). Measurement. Journal of Consumer
Psychology’s Special Issue on Methodological and
Statistical Concens of the Experimental Behavioral
Researcher, 10(1&2), 55–69.
https://doi.org/Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum
Associates
McDermott, L. C. (2001). Oersted Medal Lecture 2001:
“Physics Education Research—The Key to Student
Learning.” American Journal of Physics, 69(11),
1127–1137. https://doi.org/10.1119/1.1389280
Setyono.et.al. (2016). Analisis Kesulitan Siswa Dalam
Memecahkan Masalah Fisika Berbentuk Grafik,
5(3).
Sijtsma, K. (2009). On the use, the misuse, and the very
limited usefulness of cronbach’s alpha.
Psychometrika, 74(1), 107–120.
https://doi.org/10.1007/s11336-008-9101-0
Subali et al. (2015). Analisis Kemampuan Interpretasi
Grafik Kinematika pada Mahasiswa Calon Guru
Fisika. Prosiding Simposium Nasional Inovasi Dan
Pembelajaran Sains, 2015(Snips), 269–272.
Sutopo. (2016). Pemahaman Mahasiswa Tentang Konsep-
Konsep Dasar Gelombang Mekanik. Jurnal
Pendidikan Fisika Indonesia, 12(2), 41–53.
https://doi.org/10.15294/jpfi
Taber, K. S. (2017). The Use of Cronbach’s Alpha When
Developing and Reporting Research Instruments in
Science Education. Research in Science Education,
1–24. https://doi.org/10.1007/s11165-016-9602-2
Taqwa, M. R. A., Hidayat, A., & Supoto. (2017).
Konsistensi Pemahaman Konsep Kecepatan dalam
Berbagai Representasi. Jurnal Riset & Kajian
Pendidikan Fisika, 4(1), 31–39.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.12928/jrkpf.v4i1
.6469
Tavakol, M., & Dennick, R. (2011). Making sense of
Cronbach’s alpha. International Journal of Medical
Education, 2, 53–55.
https://doi.org/10.5116/ijme.4dfb.8dfd
Warrens, M. J. (2014). On Cronbach ’ s Alpha as the Mean
of All Possible ? -Split Alphas. Advance in Statistic,
2014, 5–10.
Yurdugül, H. (2008). Minimum Sample Size for
Cronbach’S Coefficient Alpha: a Monte-Carlo
Study. H.U. Journal of Education, 35(1999), 397–
405.
SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-3
Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang, 13 Oktober 2018
10
IMPLEMENTASI CLASS GOT TALENT BERBANTUAN MINIBOOK DALAM
PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN PROSES ABAD 21
SISWA
Rr. Suindah Wijayanti
UPT SMP Negeri 4 Lumajang
Email: roro_biting@yahoo.co.id
Abstrak
Implementasi class Got Talent berbantuan minibook memfasilitasi siswa terlibat secara interaktif dalam
pembelajaran IPA sehingga dapat mengembangkan keterampilan proses abad 21 siswa menjadi lebih baik.
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis implementasi class got talent berbantuan minibook dapat
meningkatkan ketrampilan proses abad 21 siswa kelas VII H UPT SMP Negeri 4 Lumajang. Jenis
penelitian ini adalah Classroom action reseach. H a s i l pada siklus I, penilaian keterampilan proses abad
21 keterampilan berkomunikasi sebesar 72%, keterampilan berpikir kritis memecahkan masalah sebesar
66%, keterampilan berkolaborasi sebesar 83%, keterampilan kreativitas dan inovasi sebesar 73%,
keterampilan berliterasi berproduk minibook sebesar 78%. pada siklus II, penilaian keterampilan proses
abad 21 keterampilan berkomunikasi sebesar 79%, keterampilan berpikir kritis memecahkan masalah
sebesar 73%, keterampilan berkolaborasi sebesar 80%, keterampilan kreativitas dan inovasi sebesar 77%,
keterampilan berliterasi berproduk minibook sebesar 83%. Secara garis besar terdapat rata-rata
peningkatan keterampilan proses abad 21 sebesar 79%. Hal ini berarti terjadi peningkatan dari siklus I
ke siklus II sebesar 0,04%. Keterampilan paling rendah adalah keterampilan berpikir kritis, sedangkan
paling tinggi adalah keterampilan berliterasi, namun untuk ketrampilan berkolaborasi menurun hal ini
disebabkan karena penyesuaian dengan group baru.
Kata kunci: Class Got Talent, Minibook, Keterampilan Proses abad 21
PENDAHULUAN
Pendidikan di Era Now sangat membutuhkan
sumber daya manusia yang berkualitas tinggi, karena
menjadi tumpuan utama agar dapat menghadapi
kompetisi global, oleh karena itu pendidikan tetap
menjadi prioritas utama. Pendidikan dianggap sangat
penting menurut Peraturan Pemerintah RI No. 19
tahun 2005, yaitu tentang Standar Nasional Pendidikan
Pasal 19 ayat 1 berbunyi bahwa: “Proses pembelajaran
pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian
sesuai bakat minat dan perkembangan fisik serta
psikologi siswa”. Berdasarkan peraturan pemerintah
tersebut maka pencapaian tujuan pendidikan sebagian
besar ditentukan oleh keberhasilan proses balajar mengajar
di kelas.
Kurikulum 2013 yang disempurnakan membawa
dampak perubahan pada mata pelajaran ilmu pengetahuan
alam yaitu penerapan ketrampilan proses sains menjadi
ketrampilan proses abad 21. Berbagai kompetensi yang
dikembangkan tidak hanya ditekankan pada hasil,
melainkan juga dengan pembentukan sikap sosial-
spiritual dan diarahkan untuk mengembangkan
ketrampilan proses abad 21 yang dikenal dengan
kompetensi 4C, seiring berubahnya sistem pendekatan
pembelajaran dan bergesernya tujuan pendidikan,
memasuki abad 21 tugas dan peranan pendidik memiliki
pengaruh dalam proses pembelajaran untuk
mempersiapkan generasi menghadapi tantangan global
di era now agar siswa dapat mengkritisi berbagai gejala,
dan persoalan yang muncul disekitarnya baik yang
terkait dalam kehidupannya sehari-hari, aspek IPA, sosial,
budaya, ekonomi serta aspek lainnya. Siswa harus
dimotivasi untuk mengkonstruksi dan membentuk
pengetahuan di dalam pikiran, bekerja memecahkan
masalah, dan bersusah payah dengan ide-idenya agar
benar-benar memahami dan dapat menerapkan
pengetahuan yang dimiliki dalam kehidupan sehari-hari
untuk memecahkan masalah.
Guru dapat memberikan dan memfasilitasi
kemudahan untuk proses ini, dengan memberi
kesempatan siswa yang lebih luas dalam
mengggali, menemukan, dan menerapkan ide-ide, dalam
proses pembelajaran (Kemdikbudb, 2013).
Tantangan pendidik abad 21 adalah menjadikan
peserta didik di sekolah saat ini menjadi individu cerdas
yang mandiri, unggul, dan tangguh yang mampu bertahan
di abad 21. Sehingga inovasi dalam bidang pendidikan
sangat diperlukan. Inovasi tersebut dapat diawali dengan
mengubah paradigma mengenai pendidikan itu sendiri ke
arah yang lebih baik. Selanjutnya bergantung pada
kualitas pendidik sebagai pemeran utama.
Hasil observasi dan wawancara yang dilakukan
penulis menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran IPA
sesuai Kurikulum 2013 yang diarahkan untuk
mengembangkan ketrampilan proses abad 21 masih jauh
dari yang diharapkan. Berdasarkan penelitian awal siswa
kelas VIIH dokumen laporan hasil belajar tahap
pengamatan pendahuluan rata-rata kelas hanya 69.57.
Jika mengacu pada ketuntasan belajar yang di tuntut
kurikulum yaitu minimal 75. Nilai rata-rata penilaian
ketrampilan kelas VII H paling rendah yaitu 60,65,
SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-3
Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang, 13 Oktober 2018
11
sehingga berdampak siswa masih kesulitan memecahkan
beberapa masalah, siswa belum mendapatkan bimbingan
dengan benar setiap aspek ketrampilan proses dan tehnik
penilaian yang digunakan guru belum tepat untuk
mengukur keberhasilan pembelajaran IPA, suasana kelas
jauh dari joyfull learning, tidak kondusif, membosankan
serta tidak menginspirasi siswa untuk aktif berinteraksi
.Asumsi penulis kondisi ini dipengaruhi oleh
ketrampilan proses abad 21, pencapaian indicator 4C
juga masih rendah kurang dari 75% , hal ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor, kondisi kelas dengan karakter dan
tingkat kecerdasan yang berbeda, ada siswa yang dapat
bersikap tenang, namun ada pula yang tidak bisa
tenang, mudah bosan, mengantuk, kebiasaan siswa yang
suka bermain-main (20%) pada saat proses pembelajaran
berlangsung dapat menghambat kerja group yang
disebabkan oleh pembelajaran tidak menarik, kesulitan
memahami materi atau pembelajaran yang tidak
didukung oleh media pembelajaran, dan lain
sebagainnya.
Rendahnya ketrampilan proses abad 21 siswa
pada saat pembelajaran menyebabkan siswa tidak dapat
mengkonstruksi pengetahuan di dalam pikirannya dan
memecahkan masalah dengan baik. Hal ini dibuktikan
dengan indikator ketrampilan proses abad 21 (21st
Century Skills) (Trilling dan Fadel, 2009) antara lain
ketrampilan berpikir kritis (critical thinking),
ketrampilan berkomunikasi (communication skill), kerja
sama dalam pembelajaran (collaborative learning) dan
ketrampilan Kreatifitas dan Inovasi (Creativity and
Innovation) pada proses pembelajaran belum dilakukan
maksimal.
Kondisi ini tentu sangat tidak diharapkan dan
dikhawatirkan terulang pada pembelajaran-pembelajaran
berikutnya, oleh karena itu perlu dan harus segera
dicarikan solusi agar siswa termotivasi, tidak
mengalami kesulitan belajar, dan dapat menguasai
konsep dengan baik sehingga ketrampilan proses abad
21 meningkat solusi yang diterapkan adalah dengan
mengimplementasikan pembelajaran class got talent
berbantuan minibook. Mengintegrasikan permainan
pemilihan siswa berbakat (class got talent) untuk
membantu teman sebaya dalam menguasai sebuah
materi pembelajaran, situasi atau istilah ini dimanfaatkan
oleh penulis ke dalam pembelajaran dengan
memodifikasi berbantuan minibook yang merupakan
produk atau karya untuk menuangkan bakat, yang dapat
pula dijadikan sebagai sumber belajar serta berfungsi
sebagai pengembangan bakat literasi yang disesuaikan
dengan kebutuhan kelas, yang bertujuan meningkatkan
kompetensi siswa dan keberhasilan proses belajar
mengajar di kelas pada aspek berpikir kritis dalam
pemecahan masalah, berkomunikasi, berkolaborasi,
berkreasi dan inovasi (4C) untuk pencapaian indicator
dalam ketrampilan proses abad 21 siswa. Peran
strategis guru dapat diwujudkan melalui seni manajemen
kelas berupa aneka permainan sederhana untuk
mengontrol kelas (Lubis, 2016).
Media minibook yang dihasilkan sebagai karya
kreativitas dan inovasi oleh siswa untuk
mengembangkan aspek-aspek ketrampilan proses abad
21, Penggunaan media dapat dipilih karena memiliki
banyak manfaat, antara lain disampaikan Sudrajat (2008)
yaitu memungkinkan adanya interaksi langsung antara
peserta didik dan lingkungannya, menanamkan konsep
dasar yang benar, konkrit dan realistis, serta dapat
membangkitkan motivasi belajar.
Class Got talent adalah permainan pemilihan
siswa “berbakat” untuk membantu teman sebaya dalam
menguasai sebuah materi pembelajaran, yang memiliki
manfaat melatih argument yang didasari dengan data
atau bukti, siswa juga bisa belajar untuk menilai kerja
teman atau penilaian sejawat, belajar menghargai, melatih
kepercayaan diri, menerima kritik, dan yang tak kalah
penting adalah pelajaran di kelas semakin atraktif (Lubis,
2016).
Media pembelajaran memiliki dua fungsi utama
yaitu pertama media adalah sebagai alat bantu
pembelajaran, dan fungsi kedua adalah sebagai media
sumber belajar (Amanah, 2016). Menurut Samodero
(2014) mengungkapkan bahwa media memiliki beberapa
fungsi, diantaranya dapat mengatasi keterbatasan
pengalaman yang dimiliki oleh para siswa; dapat
melampaui batasan ruang kelas; memberikan interaksi
langsung antara siswa dengan lingkungannya;
menghasilkan keseragaman pengamatan; menghasilkan
keseragaman pengamatan; menanamkan konsep dasar
yang benar, konkrit dan realistis; dapat membangkitkan
keinginan dan minat baru; dapat membangkitkan
motivasi dan menstimulasi siswa untuk belajar;
memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari
yang konkrit sampai dengan abstrak.
Menurut Sanaky (2009) tujuan media pembelajaran
adalah sebagai alat bantu pembelajaran, dengan tujuan
sebagai berikut: a) Mempermudah proses pembelajaran di
kelas; b) Meningkatkan relevansi antara materi pelajaran
dengan tujuan belajar; c) Membantu konsentrasi siswa
dalam proses pembelajaran. Sedangkan manfaat media
pembelajaran sebagai alat bantu dalam pembelajaran
adalah: a) Pembelajaran lebih menarik perhatian siswa
sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar; b) Bahan
pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat
lebih mudah dipahami siswa;
Keterampilan proses abad 21 atau diistilahkan
dengan 4C (Communication, Collaboration, Critical
Thinking and Problem Solving, dan Creativity and
Innovation). Inilah yang sesungguhnya ingin kita tuju
dengan K-13, bukan sekadar transfer materi. Tetapi
pembentukan 4C. Sebenarnya kata ini tidak terlalu baru
untuk kita. Di berbagai kesempatan, kita sudah sering
mendengar beberapa pakar menjelaskan pentingnya
penguasaan 4C sebagai sarana meraih kesuksesan,
khususnya di Abad 21, abad di mana dunia berkembang
dengan sangat cepat dan dinamis. Penguasaan
keterampilan proses abad 21 sangat penting, 4 C adalah
jenis softskill yang pada implementasi keseharian, jauh
lebih bermanfaat ketimbang sekadar pengusaan hardskill.
Higher Order of Thinking Skill (HOTS) adalah
kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif,
dan berpikir kreatif yang merupakan kemampuan
berpikir tingkat tinggi. Kurikulum 2013 juga menuntut
materi pembelajarannya sampai metakognitif yang
mensyaratkan peserta didik mampu untuk memprediksi,
mendesain, dan memperkirakan. Sejalan dengan itu
SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-3
Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang, 13 Oktober 2018
12
ranah dari HOTS yaitu analisis yang merupakan
kemampuan berpikir dalam menspesifikasi aspek-
aspek/elemen dari sebuah konteks tertentu; evaluasi
merupakan kemampuan berpikir dalam mengambil
keputusan berdasarkan fakta/informasi; dan mengkreasi
meruapakan kemampuan berpikir dalam membangun
gagasan/ide-ide. Keterampilan proses abad 21 adalah (1)
life and career skills, (2) learning and innovation skills,
dan (3) Information media and technology skills. Ketiga
keterampilan tersebut dirangkum dalam sebuah skema
yang disebut dengan pelangi keterampilan-pengetahuan
abad 21/21st century knowledge-skills rainbow (Trilling
dan Fadel, 2009).
Perkembangan pendidikan di era now saat ini
begitu pesat. Peran strategis guru dapat diwujudkan
melalui seni manajemen kelas berupa aneka permainan
sederhana untuk mengontrol kelas, guru harus selalu
mencari cara untuk mengembangkan pembelajaran dan
media yang menginsiparasi siswa, agar segala aktifitas
dan proses pembelajaran bisa dilakukan secara
maksimal dan efisien untuk mengatasi tantangan abad
21, maka siswa dibekali dengan ketrampilan proses abad
21 yaitu 4C; comunikasi, colaborasi, critical thingking and
problem solving, creativity and innovation melaui
pembelajaran class got talent berbantuan minibook yaitu
dengan mengintegrasikan permainan pemilihan siswa
berbakat (class got talent) untuk membantu teman sebaya
dalam menguasai sebuah materi pembelajaran dengan
memodifikasi berbantuan minibook sebagai produk
pembelajaran atau hasil karya siswa.
METODE
Karya inovasi Pembelajaran ini dilaksanakan
dalam bentuk penelitian yang dilakukan dalam 2 siklus.
Siklus pertama terdiri dari 2 pertemuan dan siklus kedua
terdiri dari 2 pertemuan. Catatan lapangan dan
dokumen assessment performance ketrampilan proses
abad 21 (4C) adalah instrumen yang peneliti gunakan
untuk mencatat kejadian-kejadian dari aktivitas siswa
ketika penelitian diimplimentasikan. Catatan yang
peneliti peroleh direfleksi, dan apabila hasil pada siklus
satu (1) hasil penelitian telah mencapai kriteria
kesuksesan maka penelitian ditingkatkan hasilnya dari
pencapaian kriteria kesuksesan minimal. Dan apabila
pada siklus satu (1) belum mencapai kriteria kesuksesan
maka penelitian itu akan dilanjutkan dengan siklus kedua
(2) dan seterusnya.
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 4
Lumajang, Di kelas VII H SMP Negeri 4 Lumajang
terletak di Jalan Kolonel Suwignyo 45 Lumajang, Telp
(0334) 881087. letaknya strategis ditengah kota. SMP
Negeri 4 Lumajang secara keseluruhan ada 24
rombongan belajar.
Penelitian tindakan kelas keterampilan proses
abad 21 siswa kelas VII H SMPN 4 lumajang
dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus pertama
dilaksanakan dua kali pertemuan, pertemuan yang
pertama berlangsung selama 2 x jam pelajaran atau
80 menit dan pertemuan yang kedua selama 1 x jam
pelajaran atau 40 menit. Siklus kedua juga
dilaksanakan 2 x pertemuan dengan rentang waktu
seminggu setelah siklus I.
Siklus satu terdiri dari dua pertemuan. Pertemuan
pertama pada hari Selasa tanggal 6 Maret 2018,
pertemuan kedua pada hari Rabu tanggal 7 Maret 2018.
Siklus 2 juga terdiri dari 2 pertemuan. Pertemuan
pertama pada hari Selasa tanggal 20 Maret 2018,
kemudian pertemuan kedua pada hari Rabu 21 Maret
2018. Penelitian dilaksanakan pada semester II,
disesuaikan dengan materi yang terdapat pada
Kurikulum
Metode Purposive digunakan untuk menentukan
lokasi Penelitian Tindakan Kelas ini. Arikunto
(2006:139) menjelaskan bahwa metode purposive
adalah sebuah metode untuk memilih lokasi penelitian
berdasarkan tujuan atau alasan tertentu. Dalam
Penelitian Tindakan Kelas ini, SMP Negeri 4 Lumajang
dipilih dan ditentukan secara purposif dengan
mempertimbangkan dua alasan, yaitu alasan akademis
dan alasan teknis. Alasan akademis, karena model
pembelajaran class got talent berbantuan minibook
belum pernah digunakan dalam pembelajaran IPA.
Alasan teknis, memungkinkan peneliti untuk
melakukan penelitian karena peneliti adalah guru IPA
di SMP Negeri 4 Lumajang.
Mengingat permasalahan yang ada di lokasi
penelitian cukup kompleks dan tentunya tidak dapat
diteliti secara sekaligus, karena itu penelitian ini
difokuskan pada ketrampilan proses abad 21 (4C)
siswa di kelas VII H yang masih rendah. Ketrampilan
proses terlihat dari lembar observasi dan dokumen
assessment perfomance ketrampilan proses abad 21
(4C). Keterbatasan waktu, tenaga, biaya dan fokus
penelitian mendorong perlunya ketegasan ruang
lingkup penelitian. Dalam hal ini ruang lingkup
penelitian ditetapkan sebagai berikut:
1. Perbaikan pembelajaran dilakukan dengan mengimplementasikan class got talent berbantuan
minibook.
2. Materi pokok yang dikaji adalah Tata surya. 3. Penelitian dilakukan pada siswa kelas VII H SMP
Negeri 4 Lumajang semester genap tahun pelajaran
2017/2018.
4. Fokus penelitian ini adalah pada ketrampilan proses abad 21 (4C) melalui lembar observasi dan
dokumen assessmen performance pada akhir
masing- masing siklus.
Adapun sumber data dalam penelitian ini
adalah dokuman lembar observasi dan rekaman
dokumen assessment performance keterampilan
proses abad 21 (4C) siswa oleh guru mata pelajaran.
Penelitian ini dilakukan di dalam kelas di kelas
VII H di mana peneliti adalah sebagai pelaksana
seluruh kegiatan pembelajaran di kelas. Penelitian ini
akan menghasilkan data deskriptif berupa uraian hasil
integrasi melalui class got talent berbantuan minibook
dapat meningkatkan keterampilan proses abad 21 (4C)
siswa di kelas VII H Semester genap di SMPN 4
Lumajang, khususnya pada materi Tata Surya . SMPN
SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-3
Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang, 13 Oktober 2018
13
4 Lumajang merupakan sekolah Mitra Usaid Prioritas
dan sasaran tambahan Kurikulum k13 dimana menjadi
salah-satunya satuan pendidikan penyelenggara
pembelajaran aktif tingkat SMP. Implementasi
Kurikulum 2013 di tahun 2017/2018 ini mengalami
penyempurnaan yaitu mengembangkan kecakapan
abad 21 dengan berbagai pola/desain pembelajaran yang
di rancang agar ketrampilan proses 4C abad 21 siswa
dapat tercapai sesuai kriteria ketuntasan minimal
penilaian ketrampilan yang telah ditetapkan, bagaimana
siswa dapat menguasai 4C kompetensi abad 21 jika
guru tidak memfasilitasi kegiatan yang sesuai, oleh
karena itu dipilih dan dirancang kegiatan pembelajaran
class got talent berbantuan minibook.
Subjek penelitian dalam Penelitian Tindakan
Kelas ini adalah siswa kelas VII H yang terdiri dari 32
orang dengan komposisi 17 orang perempuan dan 15
orang laki-laki. Pembagian kelas adalah heterogen,
baik dari segi kemampuan akademik, jenis kelamin,
latar belakang ekonomi maupun suku bangsa. Alasan
penetapan subyek penelitian pada kelas tersebut mengacu
pada pertimbangan: 1) konsentrasinya rendah, tidak
bertahan lama dan cepat merasa bosan; 2) siswa suka
bermain-main saat pembelajaran berlangsung; 3)
membutuhkan stimulus yang tinggi untuk merespon
pertanyaan guru.
Berdasarkan jenis penelitian, yaitu penelitian
tindakan kelas maka kehadiran peneliti di lapangan
mutlak diperlukan karena peneliti bertindak sebagai
perencana, pengajar, pengamat, pelaksana, pengumpul
data, dan pelapor hasil penelitian. Mengacu pada salah
satu karakteristik PTK yakni perlu adanya kolaborasi,
maka selama penelitian berlangsung, peneliti dibantu
oleh 2 orang observer dengan maksud untuk dapat
membantu peneliti dalam pengumpulan data melalui
observasi proses belajar siswa dalam kelas sekaligus
sebagai kolaborator dalam pelaksanaan refleksi. Dua
orang observer tersebut adalah guru IPA SMP Negeri 4
Lumajang
a. Tahap Perencanaan Pada tahap perencanaan, penulis
mengidentifikasi tentang beberapa kesulitan yang
dihadapi di sekolah, khususnya di kelas VII H G
dalam pembelajaran IPA. Kemudian dicatat beberapa
item masalah dan mengidentifikasi masalah yang terkait
dengan model dan media pembelajaran IPA di kelas
VII H SMP Negeri 4 Lumajang dan menganalisis
tentang apa yang sekiranya dapat dilakukan untuk
menjadi persiapan melakukan tindakan perbaikannya.
Dalam tahap ini juga dilaksanakan penyusunan rencana
pelaksanaan penerapan pembelajaran class got talent
berbantuan minibook sebagai alternatif untuk
memecahakan permasalahan yang ada. Menyusun
rencana pembelajaran, format evaluasi, menyusun
format observasi pembelajaran dan instrumen
ketrampilan proses abad 21 siswa. Mempersiapkan
sumber, bahan dan alat bantu yang di perlukan.
b. Tahap Tindakan
Pada tahap tindakan, guru melakukan skenario
pembelajaran yang akan dilaksanakan. Pada tahap ini
guru mengimplementasikan pembelajaran class got
talent yang telah di susun. Guru akan melaksanakan
pembelajaran sesuai rencana pembelajaran dan
melakukan proses pembelajaran dengan menerapkan
sintaks dalam pembelajaran yang telah dipersiapkan.
c. Tahap Observasi/Tidakan
Pada tahap ini guru mempersiapkan dan
melaksanakan pengamatan terhadap tindakan yang
dilakukan secara kontinu. Observasi ini akan dilakukan
selain untuk mengamati segala tindakan yang dilakukan
guru untuk kepentingan penelitian, observasi juga
diarahkan untuk kepentingan lain, yaitu respon yang
ditunjukkan oleh siswa terhadap model pembelajaran
yang diterapkan pada pembelajaran IPA di kelas VII H.
Guru juga melakukan observasi secara intensif dengan
berpatokan pada lembar observasi yang telah disepakati.
Untuk memudahkan observasi akan disusun
alat/instrumen observasi terhadap tindakan yang
dilakukan serta alat/instrumen observasi terhadap
respon yang ditunjukkan siswa.
Fokus observasi akan ditekankan pada
ketrampilan proses abad 21 melalui lembar assessment
performance, aktivitas belajar siswa dan juga
keterlaksanaan pembelajaran implementasi class got
talent berbantuan minibook, pembelajaran yang
dilakukan sebagai skenario tindakan perbaikan proses
pembelajaran IPA.
d. Tahap Refleksi
Pada tahap ini, guru menetapkan tingkat
keberhasilan perbaikan tindakan yang dilakukan dan
langkah perbaikan selanjutnya sehingga dapat
memenuhi tujuan penelitian. Tahap refleksi dilakukan
setelah guru melakukan tindakan di kelas (sekolah)
dan melakukan observasi terhadap tindakan yang
dilakukan. Dari refleksi ini diharapkan dapat
merumuskan/menganalisis kelebihan dan kelemahan
dalam pelaksanaan atau penerapan pembelajaran serta
kasus-kasus tertentu yang terjadi selama kegiatan belajar
mengajar. Kelemahan-kelemahan dalam pembelajaran
dicari alternatif pemecahanya untuk peningkatan
kualitas proses pembelajaran IPA yang dijadikan fokus
penelitian. Demikian kegiatan dilaksanakan secara
berulang hingga apa yang diharapkan, yaitu
permasalahan yang dihadapi siswa kelas VII H dapat
terjawab. Dokumentasi merupakan upaya untuk
memberikan gambaran bagaimana sebuah penelitian
tindakan kelas dilakukan. Kegiatan ini dilaksanakan
dengan mengambil gambar dan video kegiatan para
siswa dalam pelaksanaan pembelajaran saat penelitian
dilaksanakan. Data yang dihasilkan dari kegiatan ini
berupa foto atau video kegiatan pembelajaran. Penelitian
tindakan kelas ini menggunakan teknik dokumentasi dari
lembar observasi dan dokumen assessment perfomance
ketrampilan proses abad 21 (4C) kelas VII H selama
satu semester pada Tahun Pelajaran 2017/2018.
Mengaplikasikan class got talent berbantuan
minibook ini untuk menfasilitasi siswa agar ketrampilan
proses 4C abad 21 dapat meningkat karena kegiatannya
sangat tepat untuk penggalian kompetensis siswa
khususnya tentang materi Tata Surya jika digunakan
SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-3
Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang, 13 Oktober 2018
14
sesuai dengan langkah-langkah atau prosedur
penggunaannya. Berikut adalah langkah-langkah
dalam mengaplikasikan class got talent berbantuan
minibook agar pembelajaran efektif.
Aplikasi praktis class got talent berbantuan
minibook dalam pembelajaran IPA untuk meningkatkan
ketrampilan proses 4C abad 21 siswa dikembangkan
menjadi pembelajaran sebagai berikut:
1. Guru menstimulasi dengan fenomena sebagai prasarat pembelajaran dengan Tanya jawab.
2. Guru menfasilitasi identifikasi masalah, 3. Siswa secara berkelompok memecahkan
permasalahan melalui prosedur kerja sesuai
handout
4. Siswa membuat laporan individu berupa produk (hasil Karya) minibook
5. Guru meminta siswa untuk menyiapkan tiga meja dan kursi di depan.
6. Selanjutnya siswa yang nanti menempati posisi ini kita sebut sebagai meja dewan Juri,
7. Guru memilih sejumlah siswa (bisa 3, 4 atau 5 sesuai dengan durasi yang dimiliki . Artinya
semakin banyak siswa yang dipilih semakin banyak
waktu yang dibutuhkan). Selanjutnya, siswa yang
memerankan ini kita sebut sebagai kontestan. Pada
tahap ini, untuk menentukan kontestan guru bisa
menggabungkannya dengan permainan lainnya
yang mendukung,
8. Guru memilih tiga siswa yang sekiranya memiliki potensi bagus di kelasnya untuk menempati kursi
dewan juri.
9. Para kontestan mempresentasikan gagasan atau menjawab pertanyaan serta mengkomunikasikan
hasil karya minibooknya dan mendapatkan umpan
balik. Para kontestan dengan karakter masing-
masing mulai mempresentasikan gagasan atau ide-
idenya.
10. Setiap dewan juri memberikan komentar. 11. Siswa lainnya yang kita sebut audiens memberikan
penilaian dan memilih satu pemenang di antara
kontestan melalui vote-lock,
12. Guru memberi penguatan/penegasan pembelajaran, 13. Guru mengevaluasi dan merefleksi kegiatan
pembelajaran dan kunjung pameran karya minibook.
Pada tahapan memberikan orientasi fenomena
tentang permasalahan yaitu mengetahui dan
merumuskan masalah secara jelas kepada siswa
sejumlah 32 dibagi kedalam delapan kelompok dimana
masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa yang
heterogen berdasarkan kemampuan, agama, dan gender.
Setiap kelompok mendapatkan lembaran handout yang
berisi context problem, skenario 1 dan skenario 2 dan
harus didiskusikan dan mencari solusi permasalahannya.
Hasil diskusi group ini di wujudkan dalam laporan
individu Hasil karya siswa dalam bentuk tulisan dan
gambar dan penambahan catatan berupa minibook,
pada kelompok lain dan diberi tanggapan juga.
Pemanfaatan minibook ini sangat efektif bagi siswa,
sehingga meningkatkan motivasi yang tinggi bagi
siswa. Dan penghargaan hasil karya atau produk
diapresias. Mereka juga semangat dan termotivasi
untuk mencari jawaban dari sumber lain seperti
internet, buku dan sumber yang lain.
Pemanfaatan media ini bagi siswa membuat siswa
terkagum-kagum akan kemampuan dan bakat yang
mereka miliki, ternyata minibook ini sangat membantu
untuk dimanfaatkan sebagai sumber belajar dimana saja,
hal ini menimbulkan motivasi bagi siswa untuk
memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan
keterampilan proses 4C abad 21 yang mereka miliki.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan pengamatan, terlihat keterampilan
berkomunikasi siswa sebesar 70%, keterampilan siswa
dalam berpikir kritis memecahkan masalah sebesar
65%, keterampilan siswa dalam berkolaborasi adalah
85%, keterampilan siswa dalam berkreativitas dan
berinovasi 70%, dan keterampilan berliterasi
menghasilkan produk minibook 75%.
Pada pertemuan 2 siklus 1, terlihat keterampilan
berkomunikasi siswa sebesar 74%, keterampilan siswa
dalam berpikir kritis memecahkan masalah sebesar
67%, keterampilan siswa dalam berkolaborasi adalah
80%, keterampilan siswa dalam berkreasi dan inovasi
75 %, dan keterampilan berliterasi menghasilkan produk
minibook 80%. Rata- rata keterampilan bekomunikasi
siswa pada pertemuan 1 dan 2 adalah 72%,
keterampilan berpikir kritis memecahkan masalah 66%,
keterampilan berkolaborasi 83%, keterampilan
berkreasi dan inovasi 73%, dan keterampilan berliterasi
menghasilkan produk minibook 78%. Rata-rata
keterampilan proses seluruhnya adalah 75%.
Tabel 1. Hasil Perolehan Penilaian Keterampilan
Proses IPA Pasca Tindakan Siklus I
No Indikator
keberhasilan
Keterampilan
Jumlah Siswa Dalam
Persen 1 Lebih dari 75% 8 21%
2 Kurang dari 75% 24 79%
Jumlah 32 100%
Hasil penilaian keterampilan proses a b a d 2 1
pasca tindakan siklus 1 ini diikuti oleh 32 siswa.
Hasilnya adalah 8 siswa atau sebesar 21% menguasai
keterampilan proses abad 21 yang diharapkan,
sedangkan 24 siswa atau