BPKM-BAB I MK-2

39
 1 BAB. I KONTRAK KONSTRUKSI TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Setelah mempelajari bab ini, diharapkan Mahasiswa dapat: 1. Menyebutkan bentuk   bentuk kontrak 2. Memahami hukum yang berlaku jika terjadi pelanggaran kontrak 3. Memahami mengapa sampai terjadi pemutusam kontrak 4. Menyebutkan kerugian yang terjadi akibat pelanggaran kontrak 5. Memahami hubungan kontrak terhadap pihak terkait 6. Menyebutkan jenis-jenis kontrak 7. Memahami metode kontak pada poyek konstruksi 8. Memahami akan terjadinya perselisihan dan klaim serta penyelesaiannya I.1 PENGERTIAN Kontrak konstruksi adalah perjanjian tertulis yang mengacu pada ketentuan hukum yang berlaku antara pengguna jasa/pemberi pekerjaan dan penyedia jasa konstruksi/kontraktor serta berisi segala aspek tentang pelaksanaan pekerjaan. Ikatan antara pengguna jasa/pemberi pekerjaan dan penyedia jasa konstruksi/kontraktor ini dijelaskan dalam pasal    pasal serta ayat    ayat kontrak tentang hak dan kewjiban masing    masing pihak/para pihak yang menandatangani kontrak tersebut, yang didasarkan pada penawaran dan kesepakatan bersama. Dimasa    masa yang akan datang, kontrak ini akan dikenal / disebut dengan nama Ikatan Kontrak Konstruksi (IKK). Sebelum suatu kontrak ditandatangani biasanya terdapat suatu proses yang mendahului dan proses ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari administrasi kontrak. Proses tersebut dapat melalui pengadaan barang jasa/ tender/ pelelangan atau pemilihan / pengadaan langsung kepada penyedia jasa konstruksi/kontraktor.

description

manajemen kons 2

Transcript of BPKM-BAB I MK-2

  • 1

    BAB. I KONTRAK KONSTRUKSI

    TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

    Setelah mempelajari bab ini, diharapkan Mahasiswa dapat:

    1. Menyebutkan bentuk bentuk kontrak

    2. Memahami hukum yang berlaku jika terjadi pelanggaran kontrak

    3. Memahami mengapa sampai terjadi pemutusam kontrak

    4. Menyebutkan kerugian yang terjadi akibat pelanggaran kontrak

    5. Memahami hubungan kontrak terhadap pihak terkait

    6. Menyebutkan jenis-jenis kontrak

    7. Memahami metode kontak pada poyek konstruksi

    8. Memahami akan terjadinya perselisihan dan klaim serta penyelesaiannya

    I.1 PENGERTIAN

    Kontrak konstruksi adalah perjanjian tertulis yang mengacu pada ketentuan

    hukum yang berlaku antara pengguna jasa/pemberi pekerjaan dan penyedia jasa

    konstruksi/kontraktor serta berisi segala aspek tentang pelaksanaan pekerjaan.

    Ikatan antara pengguna jasa/pemberi pekerjaan dan penyedia jasa konstruksi/kontraktor

    ini dijelaskan dalam pasal pasal serta ayat ayat kontrak tentang hak dan kewjiban

    masing masing pihak/para pihak yang menandatangani kontrak tersebut, yang

    didasarkan pada penawaran dan kesepakatan bersama. Dimasa masa yang akan

    datang, kontrak ini akan dikenal / disebut dengan nama Ikatan Kontrak Konstruksi

    (IKK).

    Sebelum suatu kontrak ditandatangani biasanya terdapat suatu proses yang mendahului

    dan proses ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari administrasi kontrak.

    Proses tersebut dapat melalui pengadaan barang jasa/ tender/ pelelangan atau pemilihan

    / pengadaan langsung kepada penyedia jasa konstruksi/kontraktor.

  • 2

    Hukum dalam kontrak ini adalah sejumlah aturan aturan sebagai acuan perilaku

    manusia yang ditegaskan oleh institusi, oleh sebab itu tahap awal yang harus dipahami

    adalah dasar-dasar pengertian kontrak serta konsep kontrak konstruksi.

    Dasar dasar pengertian kontrak dalam konteks kontrak adalah mencakup hal hal

    yang berkaitan dengan :

    Proses pembentukan kontrak

    Proses dan prosedur pelaksanaan kontrak

    Pelanggaran kontrak

    Perhitungan kerugian akibat pelanggaran kontrak

    Hubungan kontrak terhadap para pihak

    Dalam hal ini perlu dicermati isi yang ada didalam kontrak, karena pihak yang membuat

    kontrak dengan berbagai pertimbangan akan mempunyai kecenderungan yang mungkin

    akan merugikan salah satu pihak.

    I.2 PEMBENTUKAN KONTRAK

    Suatu proses pembentukan kontrak biasanya diawali dengan adanya para pihak,

    dalam hal ini dua pihak atau lebih yang saling menyepakati untuk mengadakan suatu

    perjanjian, umumnya berupa kesanggupan dari pihak pertama untuk melakukan

    sesuatu bagi pihak kedua dengan sejumlah imbalan yang telah disepakati bersama.

    Perlu diketahui tidak semua kesepakatan akan dilanjutkan dengan perjanjian kontrak,

    kesepakatan hanya dapat ditindak-lanjuti dalam bentuk kontrak apabila memenuhi

    syarat dua aspek utama, yaitu saling sepakat atau saling setuju dan ada penawaran serta

    ada penerimaan.

    Suatu perjanjian atau kontrak pekerjaan baru dapat diwujudkan, apabila sudah ada

    persetujuan atas penawaran pekerjaan.

    Unsur unsur yang terdapat dalam suatu persetujuan tersebut adalah :

    persetujuan tidak berisi persyaratan persyaratan,

    persetujuan harus disampaikan kepada penawar yang bersangkutan,

    persetujuan dapat dicapai melalui negosiasi, dengan dasar penawaran

    pekerjaan yang diajukan.

  • 3

    a. KESEPAKATAN

    Apabila ke dua belah pihak melakukan suatu transaksi terhadap obyek tertentu

    dan transaksi tersebut disepakati bersama yang sifatnya mengikat serta berlaku terhadap

    semua aspek prinsip yang menyangkut persetujuan, maka hal tersebut dikatakan bahwa

    kedua belah pihak telah saling menyetujui.

    Aspek-aspek prinsip yang sangat diperlukan dalam suatu kesepakatan/persetujuan

    adalah menyangkut kelengkapan aspek-aspek subyektif dan obyektif persetujuan.

    Sebagai contoh suatu kasus sebagai berikut;

    Jika ada seorang investor akan membuat suatu kesepakatan dengan

    perusahaan (dalam hal ini: kontraktor atau konsultan), untuk membuat

    rancangan/membangun sejumlah bangunan beserta kelengkapannya, namun

    para pihak ini belum menyebutkan jumlah biaya maupun harga yang

    disepakati, maka pada tahap ini belum dapat dikatakan bahwa kontrak

    terbentuk, Jika dikemudian hari telah terjadi kesepakatan harga, waktu

    pelaksanaan dan tata cara pembayarannya, maka kesepakatan tersebut harus

    dituangkan dalam dokumen yang tertulis dan mengikat (kontrak). Hal yang

    sama juga dapat berlaku pada suatu persetujuan yang tidak dapat secara tegas

    menetapkan waktu penyelesaian pekerjaan,

    Namun secara umum suatu kesepakatan yang disetujui bersama harus bebas dari semua

    terminologi yang dapat mempunyai arti samar-samar/ganda. Terminologi atau kata-kata

    yang bermakna ganda dapat menimbulkan keragu-raguan dalam pengertian dan

    penafsirannya. Akibatnya, masing-masing pihak akan berusaha memberikan penafsiran

    sendiri-sendiri yang tentunya dengan maksud untuk tidak merugikan diri sendiri

    sehingga muncullah bibit perselisihan (dispute). Oleh karena itu, sangat penting bagi

    semua pihak yang terkait ataupun terlibat dalam kontrak untuk mengerti dan memahami

    apa yang diharapkan dan apa yang akan diberikan oleh masing-masing pihak.

    Sebuah contoh ketidak-jelasan dalam isi kontrak dapat terjadi pada kesepakatan waktu

    penyelesaian suatu proyek. Suatu kontrak harus secara tegas menyebutkan waktu

    penyelesaian pekerjaan dalam suatu waktu yang terdefisinikan secara lengkap dan jelas.

    Jika disebutkan bahwa waktu penyelesaian sebuah proyek adalah 100 hari maka harus

    dijelaskan apa yang dimaksud dengan 100 hari, apakah seratus hari kalender ataukah

  • 4

    hari kerja?. Hal ini secara langsung berkaitan dengan perencanaan pelaksanaan

    pekerjaan dan pada akhirnya berakibat pada biaya proyek.

    Satu prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam upaya memahami dan

    menginterpretasikan suatu terminologi yang meragukan adalah bahwa kesempatan

    penafsiran lebih diutamakan (previlage) bagi pihak yang tidak atau bukan menulis

    rancangan kontrak.

    b. PENAWARAN DAN PENERIMAAN

    Prinsip utama dalam sebuah kesepakatan dilandasi pada azas keadilan. Semua

    transaksi yang terjadi selama proses pembentukan kontrak harus dilakukan secara adil,

    kedua belah pihak yang akan mengadakan transaksi harus bebas dari segala tekanan dan

    diberikan kesempatan yang sama untuk melakukan penawaran bagi pihak yang satu dan

    melakukan penerimaan bagi pihak lainnya. Transaksi terjadi bila satu pihak melakukan

    penawaran kepada pihak lain dalam hal untuk mengadakan atau melakukan sesuatu hal,

    dan pihak lain akan memberikan tanggapan atas penawaran tersebut. Jawaban atas

    penawaran tersebut dapat berupa penerimaan, penolakan atau penerimaan dengan syarat

    melalui suatu proses negosiasi.

    Sebagai gambaran dalam menjelaskan situasi tersebut di atas, dapat dicermati contoh

    berikut: Pada saat pemilik proyek mengadakan pelelangan, bukan berarti bahwa pemilik

    akan memberikan suatu proyek kepada penyedia jasa konstruksi/kontraktor, tetapi lebih

    berupa tawaran bagi calon rekanan untuk memberi tanggapan dengan cara mengajukan

    penawaran harga. Jadi, disini tampak bahwa pengguna jasa/pemilik memberikan suatu

    tawaran kepada calon penyedia jasa konstruksi/kontraktor berupa kesempatan untuk

    memberikan tawaran kembali (counter offer), atau bahkan tidak ikut sama sekali dalam

    pelelangan/tender. Para rekanan tersebut akan mengajukan penawaran harga atas

    pekerjaan yang ditawarkan atau tidak menanggapi tawaran tersebut bahkan menolak

    sama sekali tawaran tersebut. Pemilik proyek/pengguna jasa pada akhirnya mempunyai

    hak untuk menerima tawaran tersebut, menolak atau melakukan suatu tawar-menawar

    lagi. Dengan demikian, kedua belah pihak mempunyai kesempatan yang sama dalam

    memberikan dan memutuskan hasil penawaran.

  • 5

    Gambar 1.1 Proses Penawaran dan Penerimaan Dalam Kontrak

    Hal penting lainnya yang berkaitan dengan aspek penawaran adalah adanya waktu

    berlakunya penawaran. Untuk kontrak-kontrak yang ditenderkan, dalam setiap

    penawaran umumnya dicantumkan waktu berlakunya harga penawaran, biasanya

    mencapai 60 s/d 90 hari setelah saat pemasukan penawaran. Selama periode tersebut,

    penawar (calon kontraktor) tidak diperbolehkan menarik atau mengubah harga

    penawarannya. Sebaliknya, setelah periode tersebut pengguna jasa/pemilik tidak dapat

    lagi memaksa penawar untuk tetap mempertahankan dan menggunakan harga

    penawaran yang lama.

    Penetapan masa berlakunya penawaran dimaksudkan untuk melindungi pihak yang

    melakukan penawaran dan atau pihak yang akan menerima penawaran dari resiko

    kerugian yang dapat timbul akibat perubahan sistem sosial, politik dan moneter yang

    terjadi selama transaksi tawar-menawar belum disepakati.

    PIHAK II

    PIHAK I

    Penawaran Tanggapan,penerimaan,

    penolakan, penerimaan dg syarat

  • 6

    I.3 DOKUMEN KONTRAK

    Suatu dokumen kontrak pekerjaan biasanya terdiri dari unsur unsur sebagai

    berikut :

    formulir kontrak (form of contract),

    gambar gambar kontrak (contract of drawing),

    daftar kuantitas dan harga (Bill of quantities),

    spesifikasi.(specification)

    a. DOKUMEN UNTUK PELAKSANAAN KONTRAK

    Dokumen untuk pelaksanaan kontrak pekerjaan biasanya terdiri dari hal hal

    sebagai berikut:

    surat penawaran,

    kontrak pemborongan pekerjaan,

    syarat syarat umum kontrak,

    spesifikasi,

    spesifikasi khusus (bila ada),

    daftar kuantitas dan harga,

    gambar rencana,

    jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan, dan

    addendum (bila ada) dan Berita Acara.

    Semua dokumen dokumen tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan

    satu dengan yang lainnya, sedemikian rupa sehingga satu dengan yang lainnnya sejalan

    dan saling menunjang.

    Apabila terdapat ketidak sesuaian, maka masing masing mempunyai kekuatan hukum,

    sesuai dengan urutan sebagai berikut :

    kontrak pekerjaan,

    surat penawaran,

    addendum (bila ada) dan Berita Acara,

    syarat syarat umum kontrak,

    spesifikasi,

  • 7

    gambar rencana,

    daftar kuantitas dan harga, dan

    jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan.

    Didalam formulir kontrak terdapat artikel artikel kesepakatan dasar persyaratan

    persyaratan kontrak appendik / lampiran ;

    Bagian yang memuat artikel artikel kesepakatan dasar merupakan bagian yang

    ditandatangani oleh para pihak.

    Susunan dari artikel artikel ini umumnya sudah baku dan pada bagian bagian yang

    kosong harus diisi dengan data-data dibawah ini :

    o nama penyedia jasa konstruksi/kontraktor dan pengguna jasa/pemberi kerja,

    o tanggal penandatangan kontrak pekerjaan,

    o lokasi dan lingkup pekerjaan yang dimaksud,

    o daftar gambar konstruksi,

    o biaya pekerjaan,

    o waktu pelaksanaan.

    Bagian persyaratan kontrak, pada umumnya memuat kewajiban penyedia jasa

    konstruksi/kontraktor dalam melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan seperti yang

    ditunjukan dalam gambar, dan diuraikan dalam daftar kuantitas dan harga untuk

    keperluan Direksi pekerjaan/pengawas.

    b. ISI DOKUMEN KONTRAK

    Di dalam isi dokumen kontak pekerjaan minimal/ paling tidak harus

    mengandung informasi informasi sebagai berikut :

    Lingkup pekerjaan yang harus dilaksanakan

    Hal ini diperjelas dengan informasi informasi berupa gambar kontrak

    (contract drawing);

    Persyaratan mutu pekerjaan

    Selain tercantum dalam gambar kontrak, maka hal ini diperjelas dengan

    spesifikasi spesifikasi teknis dan Daftar Kuantitas serta Harga;

  • 8

    Persyaratan persyaratan kontrak

    Persyaratan persyaratan ini, dilanjutkan untuk dibuat secara tertulis, untuk

    menghindari kesalah-pahaman diantara pihak pihak yang besangkutan;

    Biaya pekerjaan

    Biaya pekerjaan ini harus disepakati terlebih dahulu, berdasarkan penawaran

    dari penyedia jasa konstruksi/kontraktor.

    Pada beberapa jenis pekerjaan, ada kemungkinan biaya dihitung setelah

    pekerjaan selesai. Pada keadaan ini, maka tata cara perhitungan tersebut

    secara jelas harus disepakati bersama.

    Rencana kerja

    Penetapan waktu yang tersedia untuk menyelesaikan pekerjaan, sangat

    penting bagi pengguna jasa/pemberi tugas maupun penyedia jasa

    konstruksi/kontraktor.

    Bagi pengguna jasa/pemberi pekerjaan atau pemilik pekerjaan, sangat penting

    untuk memperkirakan saat serah terima pekerjaan yang berkaitan dengan

    program pemanfaatannya.

    Bagi penyedia jasa konstruksi/ kontraktor, yang penting adalah menentukan

    penyediaan sumber daya, untuk menyelesaikan pekerjaan.

    c. PENGKAJIAN DOKUMEN KONTRAK

    Kontrak sangat dibutuhkan dalam suatu pelaksanaan pekerjaan, namun

    dokumen harus dikaji dahulu tentang :

    pasal-pasal kontrak harus dipelajari dan dimengerti yang dimaksud.apabila

    ada pasal-pasal yang tidak jelas,segera ditanyakan kepada pemimpin

    perusahaan dan mohon penjelasannya.

    gambar rencana dan spesifikasinya harus dipelajari dengan teliti,agar

    mengetahui kemungkinan kesalahan, kekurangan serta kejelasannya.

    meneliti kembali perhitungan-perhitungan volume konstruksi dan biayanya.

  • 9

    meneliti kembali dokumen-dokumen seperti penyerahan

    lahan,perizinan,SPK dan lain-lain.

    d. KONTRAK PEKERJAAN

    Kontrak pekerjaan merupakan salah satu dokumen kontrak yang biasanya terdiri

    dari beberapa pasal dan di jelaskan didalam ayat demi ayat.

    Isi dari dokumen kontrak perlu menyebutkan antara lain :

    Hari, tanggal dan bulan ditandatangani kontrak pekerjaan tersebut

    Para pihak/Pihak pihak yang terkait dalam kontrak pekerjaan

    Pihak pertama biasanya adalah pengguna jasa/pihak yang mempunyai

    pekerjaan atau biasa disebut pemilik pekerjaan / pemberi pekerjaan,

    sedangkan pihak kedua adalah penyedia jasa konstruksi/pihak yang

    menjalankan / melaksanakan pekerjaan atau Kontrakror.

    Tujuan Kontrak

    Menjelaskan tentang nama pekerjaan yang harus dikerjakan oleh pihak

    kedua/penyedia jasa konstruksi serta tempat/lokasi dari pekerjaan, dan diatur

    lebih lanjut dalam dokumen kontrak

    Lingkup Pekerjaan

    Menjelaskan mengenai scope/lingkup pekerjaan yang disebutkan dalam nama

    pekerjaan dan meliputi jenis jenis kegiatan yang harus dikerjakan;

    Hak dan Kewajiban

    Memuat uraian hak pengguna jasa/Pemberi Tugas untuk memperoleh hasil

    pekerjaan konstruksi serta kewajibannya untuk memenuhi ketentuan yang

    diperjanjikan serta hak Penyedia jasa konstruksi untuk memperoleh informasi

    dan imbalan jasa serta kewajibannya dalam mewujudkan pekerjaan

    konstruksi;

  • 10

    Nilai Kontrak

    Besarnya nilai kontrak harus jelas dan dicantumkan, baik dalam angka

    maupun dalam huruf, angsuran pembayaran, serta jangka waktu pelaksanaan

    dan masa pemeliharaan.

    Jangka Waktu

    Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan

    Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan harus dicantumkan, diisi dengan

    huruf hari kalender dan dihitung sejak ditertibkannya Surat Perintah

    Mulai Kerja (SPMK) serta harus disebutkan dengan jelas kapan

    pekerjaan tersebut harus diserahkan pertama kali dengan baik oleh

    penyedia jasa konstruksi/kontraktor kepada pengguna jasa/pemberi

    pekerjaan.

    Jangka waktu pemeliharaan

    Jangka waktu pemeliharaan harus dicantumkan / ditetapkan di dalam

    kontrak pekerjaan ini dan dihitung sejak tanggal seperti ditetapkan dalam

    berita Acara Serah Terima Pertama Pekerjaan. Apa yang timbul akibat

    kerusakan ini menjadi tanggung jawab sepenuhnya pihak penyedia jasa

    konstruksi/kontraktor.

    Cara Pembayaran

    Macam/cara pembayaran harus dicantumkan / ditetapkan didalam kontrak

    pekerjaan ini.

    Jenis atau macam/ cara pembayaran ini ada beberapa yaitu :

    Sistem termijn.

    Sistem sertifikat bulanan.

    Sistem termijn adalah cara pembayaran yang dilakukan beberapa

    kali/tahapan selama masa kontrak pekerjaan yang telah ditetapkan.

  • 11

    Sedangkan sistem sertifikat bulanan adalah cara pembayaran yang

    dibayarkan secara setiap bulan/bulanan selama masa kontrak pekerjaan

    berlangsung.

    Pembayaran dapat dilakukan berdasarkan permintaan pembayaran oleh pihak

    penyedia jasa konstruksi/kontraktor.

    Selain hal tersebut diatas didalam kontrak pekerjaan perlu ditetapkan secara

    jelas mengenai :

    Pengawasan Teknik

    Harus tercantum siapa pengawasan teknik yang mewakili pengguna jasa/

    pemilik pekerjaan / pemberi tugas, sehingga jelas tanggung jawab dan

    komunikasinya:

    Domisilli dari Kantor Panitera Pengadilan Negeri:

    Keselamatan Kerja;

    Kewajiban dari kontraktor untuk meng-ansuransikan tenaga kerja yang

    dipekerjakan diproyek tersebut;

    Tanda tangan para pihak/kedua belah pihak diatas kertas materai;

    Cacat pelaksanaan;

    Penyelesaian perselisihan;

    Keadaan memaksa;

    Pemutusan hubungan.

    e. SYARAT-SYARAT UMUM KONTRAK

    Dokumen kontrak pekerjaan yang sebagian besar berisi persyaratan administrasi,

    harus dipergunakan sebagai pedoman oleh penyedia jasa konstruksi/kontraktor didalam

    melaksanakan pekerjaan.

    Isi dan syarat syarat umum kontrak pekerjaan antara lain :

    Lingkup Kontrak

    Menjelaskan lingkup pekerjaan yang harus ditangani, yang meliputi

    pelaksanaan, penyelesaian dan pemeliharaan pekerjaan. Pengerahan tenaga,

    kerja, bahan, dan peralatan.

  • 12

    Pengendalian Tugas

    Berisi bahwa penyedia jasa/ Kontraktor tidak boleh mengalihkan seluruh atau

    sebagian kontrak pekerjaannya kepada Pihak Ketiga tanpa persetujuan tertulis

    dari pihak pengguna jasa/pemberi tugas.

    Pekerjaan yang disubkontrakkan nilainya tidak boleh lebih dari angka tertentu

    dari nilai kontrak pekerjaan.

    Pemberi Tugas

    Tugas dan wewenang pemberi tugas merupakan/sebagai wakil dari pemilik

    pekerjaan.

    Kewajiban kewjiban penyedia jasa konstruksi/kontraktor

    Kewajiban-kewajiban ini berisikan tugas tugas dari penyedia jasa

    konstruksi/kontraktor dalam menyelesaikan pekerjaannya dan harus sesuai

    dengan dokumen kontrak.

    Perjanjian ikatan kontrak, kewajibannya untuk segera setelah 15 hari

    diterimanya Surat Penunjukkan Pemenang menyerahkan jaminan pelaksanaan

    yang besarnya ditentukan sebelumnya dan segera mengadakan ikatan

    kontrak.

    Waktu dimulainya pekerjaan dan keterlambatan.

    Pemimpin Proyek, paling lambat 15 hari mengeluarkan Surat Penyerahan

    Lapangan (SPL) bersamaan dengan dikeluarkannya Surat Penyerahan

    Lapangan maka dikeluarkan juga surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).

    Tanggal dikeluarkan Surat Perintah Mulai Kerja dianggap sebagai tanggal

    dimulainya pekerjaanya.

    Namun demikian ada kalanya pengguna jasa/pemberi tugas menyerahkan

    Surat Perintah Mulai Kerja 7 hari setelah menerima surat perintah kerja

    penyedia jasa konstruksi/Kontraktor memulai pekerjaanya.

    Dicantumkan juga denda akibat keterlambatan, yang biasanya berkisar 1

    (satu permil) untuk keterlambatan perharinya dengan maksimal 5% dari nilai

    kontrak pekerjaan.

  • 13

    Pembayaran Uang Muka

    Penyedia jasa konstruksi/Kontraktor diberi kesempatan untuk mengambil

    uang muka yang besarnya ditentukan setelah Jaminan Uang Muka

    diserahkan.

    f. SPESIFIKASI

    Spesifikasi adalah dokumen kontrak yang berisikan persyaratan persyaratan

    teknis, sedang susunan dan isinya tergantung dari macam dan jenis pekerjaan yang

    ditenderkan/dilelangkan.

    Secara garis besar spesifikasi berisi tentang:

    Uraian dari jenis pekerjaan yang akan dikerjakan;

    Material yang akan dipakai meliputi persyaratan, metode pengetesannya dan

    pengujiannya;

    Metode pelaksanaan dari pekerjaan;

    Dasar pembiayaan.

    I.4 PELANGGARAN KONTRAK

    Dalam proyek kontruksi, hampir selalu terjadi pergeseran terhadap klausul-

    klausul kontrak. Hal ini disebabkan oleh karakteristik proyek tersebut dan aksi atau

    reaksi dari pihak-pihak yang telah bersepakat dalam kontak. Terjadinya pergeseran

    tersebut tidak semuanya harus ditinjau secara detail situasi dan kondisi yang

    menyebabkannya.

    Pelanggaran kontrak akan terjadi jika pihak-pihak yang bersepakat melakukan

    pelanggaran terhadap satu atau lebih persyaratan yang terkandung dalam kontrak,

    dengan konsekwensi yang harus ditanggung oleh pihak yang bersepakat. Dengan

    merujuk pada kadar pelanggaran yang terjadi, pihak yang merugikan dapat dituntut

    sesuai aturan yang berlaku atas akibat pelanggaran tersebut.

  • 14

    Konsep penilaian terhadap kadar pelanggaran kontrak dapat dikelompokkan menjadi

    dua, yaitu pelanggaran material dan pelanggaran imaterial. Keduanya menjadi sangat

    penting meskipun pembedaan dan penentuannya sangat sulit- karena hal tersebut

    menentukan hal-hal apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh pihak yang

    melanggar.

    Pembedaan pelanggaran material dan imaterial sangat bergantung pada prinsip pihak

    yang bersepakat. Misalnya, pada salah satu kegiatan ( A ) merupakan hal yang sangat

    penting bagi pengguna jasa X, tetapi kurang penting bagi pengguna jasa Y.

    Akibat yang terjadi dari pelanggaran yang bersifat material adalah pemutusan hubungan

    kerja (kontrak), sedangkan untuk pelanggaran imaterial akibat yang ditanggung oleh si

    pelanggar mungkin hanya berupa ganti rugi finansial atau bahkan tidak ada sama sekali.

    Suatu pelanggaran dikatakan material jika pelanggaran tersebut menyangkut aspek-

    aspek fital dari suatu perjanjian. Sebaliknya, suatu pelanggaran terhadap kontrak

    imaterial jika pelanggaran yang terjadi menyangkut aspek-aspek yang kurang atau tidak

    penting dari suatu perjanjian. Seorang penyedia jasa konstruksi/kontraktor yang tidak

    muncul di lapangan selama satu bulan setelah kontrak ditandatangani dapat

    dikaregorikan sebagai pelanggaran yang material. Pada umumnya, setelah

    rekanan/calon kontraktor memenangkan lelang maksimum 12 hari sejak dikeluarkannya

    SPMK ( Surat Perintah Mulai Kerja), rekanan harus telah melakukan kegiatan

    pelaksanaan. Keterlambatan pembayaran yang dilakukan oleh pengguna jasa/pemilik

    umumnya akan dinilai sebagai pelanggaran imaterial. Untuk menggambarkan kondisi

    ini, diberikan sebuah kasus sebagai berikut:

    Seorang penyedia jasa konstruksi/kontraktor pada proyek pembangunan jalan

    mengalami keterlambatan pekerjaan selama lima bulan dari total waktu

    rencana penyelesaian duabelas bulan (satu tahun). Untuk prestasi yang dicapai

    tersebut, apakah penyedia jasa konstruksi/kontraktor dapat dinilai melanggar

    kontrak? Apakah pelanggaran tersebut bersifat material?

    Dalam kasus di atas, penggolongan jenis pelanggaran harus mencermati secara seksama

    penyebab pelanggaran dan suasana pada saat itu. Belum tentu pelanggaran yang

    dilakukan oleh penyedia jasa konstruksi/kontraktor sepenuhnya adalah kesalahannya.

    Hal ini mungkin disebabkan oleh pihak lain yang akibatnya harus ditanggung oleh

  • 15

    penyedia jasa konstruksi/kontraktor. Setelah ditinjau, kronologi mulai dari proyek

    dilaksanakan sampai saat ini ternyata adalah terjadi redisain terhadap gambar rencana

    yang mengakibatkan pelakasanaan di lapangan terhenti dan baru dapat dimulai kembali

    setelah gambar rencana selesai. Kondisi demikian mungkin saja masuk kedalam

    pelanggaran material atau imaterial, tergantung apakah pihak penilai menyadari benar

    situasi yang terjadi.

    Gambar 1.2 Pelanggaran Kontrak

    I.5 PEMUTUSAN KONTRAK

    Siklus hidup sebuah kontrak akan terhenti dengan berakhirnya kontrak. Pada

    umumnya, kontrak dilengkapi dengan klausul-klausul mengenai pemutusan kontrak.

    Pemutusan kontrak dapat terjadi dengan sendirinya atau karena pertimbangan lain yang

    menyebabkan kontrak terhenti sebelum saatnya. Pelaksanaan suatu kegiatan/pekerjaan

    Batasannya tidak jelas

    PENILAIAN PELANGGARAN

    PELANGGARAN MATERIAL

    yang dilanggar bukan aspek penting

    PELANGGARAN MATERIAL

    yang dilanggar aspek penting

    GANTI RUGI FINANSIAL/

    Tidak sama sekali

    PEMUTUSAN KONTRAK

  • 16

    dengan semua pemenuhan persyaratannya baik syarat teknis maupun administrasi

    secara otomatis mengakibatkan kontrak selesai. Namun demikian, jika dalam proses

    pelaksanaan terjadi kegagalan bersifat material yang dilakukan oleh penyedia jasa

    konstruksi/kontraktor, yang oleh pengguna jasa/pemilik dapat dinilai membahayakan

    kelangsungan dan penyelesaian pekerjaan, seperti yang tercantum dalam klausul

    mengenai pemutusan kontrak, maka dapat terjadi pemutusan hubungan kontrak melalui

    pemberitahuan singkat atau bahkan tanpa ada pemberitahuan terlebih dahulu kepada

    penyedia jasa konstruksi/kontraktor. Apabila ini terjadi maka pemutusan tersebut

    tentunya harus disertai dengan ganti rugi yang memadai bagi pihak penyedia jasa

    konstruksi/kontraktor.

    Terhadap suatu pelanggaran kontrak, secara umum pihak yang tidak melanggar kontrak

    mempunyai 3 (tiga) pilihan:

    Membebaskan/ mengabaikan pelanggaraan yang terjadi dan tidak menuntut

    ganti rugi kepada pihak yang melanggar.

    Memilih untuk memutuskan kontrak dengan sendirinya

    Mengajukan tuntutan ganti rugi/klaim.

    Ketiga pilihan tersebut ditentukan oleh sifat pelanggarannya, apakah material atau

    imaterial.

    Dibawah ini sebagian dari kasus yang pernah terjadi di lapanngan.

    Seorang pengguna jasa/pemilik menilai kualitas pekerjaan pembetonan pada

    lantai kedua dari sebuah bangunan yang dilakukan oleh penyedia jasa

    konstruksi/kontraktor tidak memenuhi spesifikasi teknis yang telah

    ditetpakan. Tanpa pemberitahuan yang lebih lanjut, pengguna/pemilik

    memutuskan hubungan kontrak, karena beranggapan bahwa penyedia jasa

    konstruksi/kontraktor melakukan pelanggaran material. Pada persoalan

    tersebut di atas, seharusnya pengguna/pemilik tidak harus memutuskan, tetapi

    harus memberitahukan lebih dahulu kepada penyedia jasa

    konstruksi/kontrkator perihal pelanggaran yang dilakukan. Penyedia jasa

    konstruksi/kontraktor berhak memperoleh pemberitahuan terlebih dahulu dan

    kesempatan untuk memperbaikinya.

  • 17

    I.6 KERUGIAN AKIBAT PELANGGARAN KONTRAK

    Dalam pelanggaran kontrak, selalu ada pihak-pihak yang dirugikan. Pihak yang

    dirugikan berhak atas penggantian kerugian (compensation) yang dialami akibat pihak

    lain yang melakukan pelanggaran kontrak. Perhitungannya dapat dilakukan dengan

    berbagai metode perhitungan penggantian dasar, yaitu biaya penyeleasaian, selisih nilai,

    dan Liquidated Damages (kerugian terhapus)

    a. BIAYA PENYELESAIAN

    Jika penyedia jasa konstruksi/kontraktor diberhentikan karena dinyatakan tidak

    berhasil dalam memenuhi persyaratan yang ditetapkan, maka pengguna jasa/pemilik

    dapat memilih penyedia jasa konstruksi/kontraktor lain intuk menyelesaikan pekerjaan

    tersebut. Sistem pendanaannya, yaitu semua biaya yang dikeluarkan untuk penyelesaian

    pekerjaan tersebut, diambil dari sisa pembayaran yang seharusnya dibayarkan terhadap

    penyedia jasa konstruksi/kontrtaktor pertama. Jika biaya yang dikeluarkan lebih besar

    dari kontrak yang sudah disepakati, maka penyedia jasa konstruksi/kontraktor yang

    melanggar kontrak berkewajiban membayar perbedaannya. Misalnya, dengan nilai

    kontrak total sebesar Rp. 500 juta,- saat ini prestasi yang telah diselesaikan 50%, pada

    saat yang sama, penyedia jasa konstruksi/kontraktor diberhentikan dan ditunjuk

    penyedia jasa konstruksi/kontraktor lain untuk menyelesaikan sisa pekerjaan. Jika

    penyedia jasa konstruksi/kontraktor yang ditunjuk tidak bersedia menyelesaikan dengan

    biaya Rp. 250 juta,- tetapi sanggup jika biaya Rp.275 juta,- maka kekurangan Rp. 25

    juta,- dibebankan kepada penyedia jasa konstruksi/kontrkator yang pertama.

    b. SELISIH NILAI

    Untuk beberapa keadaan perlindungan dengan metode biaya penggantian tidak

    dapat dilakukan. Misalnya, pelanggaran kontrak yang disebabkan oleh pekerjaan

    yang tidak sesuai dengan gambar rencana/gagal (defective work) dan bukan

    karena pekerjaan tersebut tidak selesai. Sebagai contoh adalah perbaikan

    pekerjaan pembetonan balok dan plat lantai yang tidak mencapai kekuaan K.225

  • 18

    seperti yang disyaratkan. Misalnya nilai balok dan plat adalah Rp. 200 juta,- +

    biaya pembongkaran + biaya penyetelan kembali. Lihat ilustrasi berikut:

    Seorang penyedia jasa konstruksi/kontarktor menuntut pengguna jasa/pemilik

    yang menolak pekerjaan yang telah sebagian diselesaikannya. Atas penolakan

    pembayaran tersebut, penyedia jasa konstruksi/kontraktor dapat menuntut

    pengguna/pemilik untuk memberikan biaya penggantian (compensatory

    damages), yang dapat dihitung berdasarkan:

    1. nilai kontrak dikurangi biaya yang diperlukan untuk menyelesaikannya.

    2. Nilai pasar yang berlaku untuk pekerjaan yang telah dilakukan, tetapi

    tidak melewati nilai kontrak yang telah disepakati.

    Masalah yang paling sulit dalam hal ini adalah menentukan nilai sebenarnya dari suatu

    pekerjaan yang telah dikerjakan, tetapi belum selesai sepenuhnya. Metode pengukuran

    untuk pekerjaan demikian biasanya dilakukan dengan penilaian ahli dan kelemahannya

    adalah sifat subyektifitas yang tinggi.

    c. LIQUIDATED DAMAGES (LD)

    Bentuk penggantian liquidated Damages atau disingkat LD (kerugian terhapus)

    didasarkan kepada kerugian yang diperkirakan akan dialami karena kegagalan

    penyelesaian persetujuan. Berbeda dengan bentuk-bentuk penggantian yang dasar

    penentuannya adalah aspek-aspek yang terkandung dalam kontrak misalnya pekerja,

    material, alat, metoda, hasil kerja, maka konsep LD lebih didasarkan kepada

    kompensasi terhadap hilangnya kesempatan untuk beroleh keuntungan akibat tidak

    dapat digunakannya fasilitas pada waktunya. Sebaliknya, jika suatu proyek akan

    mengenakan mekanisme denda untuk setiap keterlambatan maka untuk adilnya harus

    pula diberlakukan sistem bonus bagi penyelesaian yang lebih awal. Sebagai gambaran,

    diberikan ilustrasi sebagai berikut:

    Seorang pengusaha gedung perkantoran berencana memanfaatkan gedung

    barunya pada Juli 2010. Gedung tersebut telah habis disewa oleh para penyewa

    namun, karena kelalaian penyedia jasa konstruksi/kontraktor, penyelesaian

    pekerjaan pembangunan gedung tersebut mengalami keterlambatan. Terhadap

    kelalaian penyedia jasa konstruksi/kontraktor tersebut, pengusaha dapat

  • 19

    mengenakan semacam denda keterlambatan terhadap penyedia jasa

    konstruksi/kontraktor yang besarnya ditentukan dari perkiraan pendapatan

    yang diharapkan akan diperoleh dari biaya sewa tersebut, mulai dari saat

    perkiraan penyelesaian awal sampai bangunan restoran tersebut benar-benar

    dapat berfungsi.

    I.7 HUBUNGAN KONTRAK DALAM PROYEK KONSTRUKSI

    Keterlibatan pihak-pihak dalam proyek konstruksi dapat dikelompokan menjadi

    hubungan yang bersifat kontraktual. Artinya, pihak tersebut menandatangani sebuah

    kontrak dan juga hubungan antar pihak yang secara tidak langsung terlibat dalam

    pelaksanaan proyek konstruksi.

    Gambar 1.3 Struktur Hubungan Kontraktual Proyek Konstruksi

    Hubungan kontrak

    Hubungan yang terjadi akibat kontrak

    Seperti terlihat pada gambar di atas mengenai struktur hubungan kontrak tradisional

    berikut ini, garis tegas menunjukan hubungan yang terjadi dengan adanya suatu kontrak,

    sementara garis putus-putus menunjukan hubungan yang terjadi akibat kontrak-kontrak

    Pengguna jasa

    Perencana Bank

    Insitusi Asuransi Kontraktor utama Institusi Penjamin

    Sub-Kontraktor A Sub-Kontraktor B Suplier A SuplierB

  • 20

    tersebut. Pada struktur hubungan kontrak tersebut, meskipun institusi penjamin hanya

    terikat kontrak dengan penyedia jasa konstruksi/kontraktor, tetapi implikasinya terhadap

    proyek melibatkan banyak pihak lain. Penjamin memberikan jaminan atas penyedia jasa

    konstruksi/ kontraktor pada pengguna jasa/pemilik dengan memberikan jaminan

    pelaksanaan (performance bond), jaminan pembayaran (payment bond) , jaminan

    pemeliharaan (maintenance bond), dan bentuk-bentuk jaminan lain.

    I.8 JENIS KONTRAK BERDASARKAN PENGATURAN

    PENGGANTIAN BIAYA

    Identifikasi pihak yang terlibat dalam kontrak yaitu penyedia jasa

    konstruksi/kontraktor, pengguna jasa/pemilik proyek dan perencana menjadi sangat

    berarti dalam penyusunan dokumen kontrak proyek konstruksi, termasuk di dalamnya

    lingkup kerja proyek tersebut. Yang juga harus didefinisikan. Dalam kontrak juga harus

    disebutkan dengan jelas jangka waktu penyelesaian proyek tersebut dan kewajiban yang

    harus dipenuhi penyedia jasa konstruksi/kontraktor jika terjadi keterlambatan.

    Sistem pembayaran yang akan dilakukan kepada pihak yang terlibat, baik penyedia jasa

    konstruksi/kontraktor maupun penyedia jasa konsultasi, harus dipaparkan secara jelas,

    karena sistem pembayaran akan membedakan jenis dokumen kontrak proyek

    konstruksi, ada tiga jenis cara pembayaran dalam kontrak proyek konstruksi adalah

    sebagai berikut:

    Kontrak harga satuan

    Kontrak biaya plus jasa

    Kontrak lump sum

    Pemilihan kontrak yang sesuai untuk suatu proyek konstruksi lebih didasarkan dari

    karakteristik dan kondisi proyek itu sendiri. Ditinjau dari sudut pandang pemilik proyek

    (pengguna jasa), hal ini erat kaitannya dengan antisipasi dan penanganan risiko yang

    ada pada proyek tersebut.

  • 21

    a. KONTRAK HARGA SATUAN

    Hal penting dalam kontrak harga satuan (unit price contract) adalah penilaian

    harga setiap unit pekerjaan telah dilakukan sebelum konstruksi dimulai. Pengguna

    jasa/Pemilik proyek telah menghitung jumlah unit yang terdapat dalam setiap elemen

    pekerjaan.

    Berdasarkan arti kata unit price contract, dapat dipahami bahwa perikatan terjadi

    terhadap harga satuan setiap jenis/item pekerjaan sehingga penyedia jasa

    konstruksi/kontraktor hanya perlu menentukan harga satuan yang akan ditawar untuk

    setiap item dalam kontrak. Penentuan besarnya harga satuan ini harus mengakomodasi

    semua biaya yang mungkin terjadi seperti biaya overhead, keuntungan, biaya-biaya tak

    terduga dan biaya untuk mengantisipasi resiko.

    Penggunaan jenis kontrak ini menjadi tepat apabila proyek mempunyai karakteristik

    sebagai berikut: proyek dapat didefinisikan secara jelas, kuantitas aktual masing-

    masinag pekerjaan sulit untuk diestimasi secara akurat sebelum proyek dimulai. Metoda

    tidak seimbang (unbalanced) adalah metoda yg digunakan penyedia jasa

    konstruksi/kontraktor dalam penawaran harga satuan tanpa mengubah harga

    keseluruhan. Penyedia jasa konstruksi/Kontraktor menggunakan metoda ini untuk

    mendapatkan keuntungan dari beberapa aspek proyek. Umpamanya, dengan menaikkan

    harga satuan pada pekerjaan-pekerjaan awal sebagai biaya mobilisasi alat atau material

    yang diperlukan.

    Metoda ini juga dapat dimanfaatkan jika penyedia jasa konstruksi/kontraktor ingin

    menggunakan uang pengguna jasa/pemilik proyek sebagai dana segar untuk membiayai

    pelaksanaan proyek jika sebenarnya penyedia jasa konstruksi//kontraktor mengalami

    kesulitan dalam menyediakan masalah keuangan. Faktor lain yang mendasari

    pemakaian metoda ini adalah kesalahan pengguna jasa/pemilik dalam

    melakukan/mempersiapkan owners estimate.

    Apabila terjadi perbedaan antara kuantitas yang sebenarnya dengan kuantitas hasil

    estimasi (umumnya berbeda 20%-25 %) maka harga satuan untuk tiap item dapat

    dinegosiasi ulang. Hal lain yang dapat digunakan oleh pengguna jasa/pemilik adalah

    mengidentifikasi pekerjaan tambah- kurang secara lebih akurat sehingga dapat

    menghilangkan praktik penawaran tidak seimbang (unbalanced bid).

  • 22

    Dalam kontrak jenis ini, pembayaran akan dilakukan kepada penyedia jasa

    konstruksi/kontraktor yang besarnya sesuai dengan kuantitas terpasang menurut hasil

    pengukurannya. Oleh sebab itu, pengguna jasa/pemilik perlu meyakinkan hasil

    pengukuran penyedia jasa konstruksi/kontarktor dengan melakukan pengukuran sendiri.

    Kelemahan dari penggunaan kontrak jenis ini adalah pengguna jasa/pemilik tidak dapat

    mengetahui secara pasti biaya aktual proyek hingga proyek selesai. Untuk mencegah

    ketidak-pastian ini, perhitungan kuantitas tiap unit perlu dilakukan secara akurat.

    Melihat karakteristik kontrak harga satuan ini maka jenis-jenis proyek yang kiranya

    sesuai untuk kontrak jenis ini adalah proyek dengan estimasi kuantitas yang tidak dapat

    dilakukan dengan akurat, seperti pekerjaan tanah, jalan raya, pemasangan pipa dan

    sebagainya. Pada proyek-proyek seperti ini, sangat penting bagi penyedia jasa

    konstruksi/kontraktor untuk mengetahui dan memahami batas-batas pay item dan pay

    line yang ada dalam kontrak.

    Kontrak jenis ini sangat memungkinkan terjadinya praktek unbalanced bid. Metoda ini

    digunakan oleh penyedia jasa konstruksi/kontraktor dimana harga satuan dari beberapa

    item pekerjaan tidak mencerminkan harga yang sebenarnya. Metoda ini digunakan

    untuk memperoleh keuntungan dalam proyek. Ilustrasi dari metoda ini akan dijelaskan

    sebagai berikut:

    Tabel 1.1 Rencana Anggaran Biaya

    Kegiatan Unit Kuantitas Harga Satuan (Rp) Total (Rp)

    A M3 20.000 10.000 200.000.000

    B M3 10.000 15.000 150.000.000

    C M3 5.000 5.000 25.000.000

    Total 375.000.000

  • 23

    Anggap saja item kegiatan tersebut di atas merupakan item yang akan dibayar dalam

    sebuah kontrak. Di dalam penawaran,harga tersebut telah ditambahkan biaya-biaya

    yang nantinya dibutuhkan dalam proyek (misalnya keuntungan kontraktor, biaya

    overhead) dan terdistribusi ke dalam tiga item kegiatan tersebut. Ditegaskan pula bahwa

    tidak ada pembayaran untuk kegiatan mobilisasi dan demobilisasi peralatan. Tentunya

    penyedia jasa konstruksi/kontraktor berharap mendapatkan dana untuk kegiatan

    mobilisasi peralatan yang dibutuhkan di awal kegiatan proyek sehingga akan diterapkan

    praktik unbalanced bid, seperti dalam tabel tersebut:

    Tabel 1.2 Pengajuan Anggaran Berdasarkan Unbalanced Bid

    Kegiatan Unit Kuantitas Harga Satuan (Rp) Total (Rp)

    A M 20.000 11.500 230.000.000

    B M 10.000 12.500 125.000.000

    C M 5.000 4.000 20.000.000

    Total 375.000.000

    Terlihat diatas bahwa penerapan metoda unbalanced bid tidak mengubah besarnya

    harga penawaran. Dalam ilustrasi ini, dianggap bahwa kegiatan A dilakukan lebih

    dahulu baru kemudian dilanjutkan pekerjaan B. Dengan metoda ini maka penyedia jasa

    konstruksi/kontraktor akan mendapatkan dana segar di awal proyek yang dapat

    dimanfaatkan untuk membiayai proyek sehingga tidak terjadi cash flow yang negatif.

    Alasan lain penerapan metoda unbalanced bid adalah untuk mendapatkan keuntungan

    yang disebabkan oleh kesalahan pengguna jasa/owner sebagai akibat tidak cermatnya

    dalam menghitung kuantitas dari item pekerjaan. Untuk penjelasan praktek ini,

    digunakan ilustrasi diatas. Jika penyedia jasa konstruksi/kontraktor dalam melakukan

  • 24

    penawaran proyek sangat yakin bahwa telah terjadi ketidak-akuratan dalam

    penghitungan kuantitas pekerjaan A dan B yang dilakukan oleh pengguna jasa/pemilik,

    maka penyedia jasa konstruksi/kontraktor akan memanfaatkan kondisi tersebut untuk

    mendapatkan keuntungan dengan cara melakukan penawaran seperti tabel dibawah ini:

    Tabel 1.3 Keuntungan Penyedia Jasa Konstruksi/Kontraktor

    Kegiatan Unit Kuantitas Harga Satuan (Rp) Total (Rp)

    A M 20.000 7.500 150.000.000

    B M 10.000 20.000 200.000.000

    C M 5.000 5.000 25.000.000

    Total 375.000.000

    Dalam kasus ini, pengguna jasa/ pemilik tidak akan dirugikan jika perhitungan kuantitas

    dilakukan secara benar. Namun demikian apabila kuantitas sesungguhnya berbeda

    dengan estimasinya maka akan terjadi kerugian di pihak pengguna jasa/pemilik. Biaya

    yang akan dikeluarkan oleh pemilik menjadi seperti tabel berikut:

    Tabel 1.4 Biaya Aktual Dalam Unbalanced Bid

    Kegiatan Unit Kuantitas Harga Satuan (Rp) Total (Rp)

    A M 15.000 7.500 112.500.000

    B M 15.000 20.000 300.000.000

    C M 5.000 5.000 25.000.000

    Total 662.500.000

  • 25

    Tabel 1.5 Biaya Aktual Dalam Unbalanced Bid

    Kegiatan Unit Kuantitas Harga Satuan (Rp) Total (Rp)

    A M 15.000 10.000 150.000.000

    B M 15.000 15.000 225.000.000

    C M 5.000 5.000 25.000.000

    Total 390.000.000

    Dengan gambaran contoh diatas, terlihat jelas bahwa ketidak-akuratan data akan

    menjadi biaya bagi pengguna jasa.

    b. KONTRAK BIAYA PLUS JASA

    Pada jenis kontrak biaya plus jasa ( coast plus fee contract ) ini, penyedia jasa

    akan menerima sejumlah pembayaran atas pengeluarannya ditambah sejumlah biaya

    untuk overhead dan keuntungan. Besarnya overhead dan keuntungan pada umumnya

    didasarkan atas persentase biaya yang dikeluarkan.

    Metode pembayaran pada jenis kontrak biaya plus jasa ini dibedakan menjadi dua

    macam:

    a. Pembayaran biaya plus jasa tertentu

    Metode ini, penyedia jasa konstruksi tidak mendapat kesempatan menaikkan

    biaya untuk menambah keuntungan dan overhead.

    b. Pembayaran biaya plus persentase biaya dengan jaminan maksimum

    Metode ini dapat meyakinkan pengguna jasa, bahwa biaya total proyek tidak

    akan melebihi suatu jumlah tertentu.

  • 26

    Kontrak jenis ini pada umumnya digunakan jika biaya aktual dari proyek atau dari

    bagian proyek sulit diestimasi secara akurat. Hal demikian dapat terjadi jika

    perencanaan belum selesai, proyek tidak dapat digambarkan secara jelas, proyek harus

    diselesaikan dalam waktu singkat sementara rencana dan spesifikasi tidak dapat

    diselesaikan sebelum proses konstruksi dimulai.

    Kekurangan pada jenis kontrak ini adalah pengguna jasa kurang dapat mengetahui biaya

    aktual proyek yang akan terjadi. Penguna jasa harus mendapatkan staf untuk memonitor

    kemajuan pekerjaan sehingga dapat diketahui apakah biaya-biaya yang ditagih benar-

    benar dikeluarkan.

    Penentuan fee untuk penyedia jasa konstruksi dalam kontrak ini dapat dilakukan dengan

    berbagai cara, baik itu merupakan jumlah yang tetap (cost plus fixed fee), dalam bentuk

    persentase biaya (cost plus persentage) atau dengan memberikan jaminan biaya

    maksimum (cost plus fee with maximum guaranteed price).

    Cost plus fixed fee, jenis ini telah mempertiombangkan pembayaran kembali pada

    penyedia jasa konstruksi berupa biaya nyata (actual cost) yang telah dikeluarkan oleh

    penyedia jasa konstruksi ditambah biaya umum (overhead cost) dan sejumlah

    keuntungan yang tetap (fixed fee). Yang dimaksud biaya nyata adalah semua biaya upah

    tenaga kerja, bahan bangunan, biaya peralatan. Kontak semacam ini digunakan untuk

    pekerjaan yang sangat mendesak, misalnya tidak memungkinkan untuk mempersiapkan

    gambar rencana.

    Cost plus persentage, penyedia jasa konstruksi akan menerima kembali atau

    penggantian semua biaya nyata (actual cost) yang telah dikeluarkan dan akan menerima

    kompensasi yang besarnya didasarkan pada persentase dari biaya nyata (actual cost)

    sesuai dengan kesepakatan bersama dengan pengguna jasa. Kontrak semacam ini

    digunakan untuk pekerjaan yang sangat mendesak, sebagai contoh suatu pekerjaan tidak

    memungkinkan mempersiapkan gambar rencana. Pada kontrak jenis ini biasanya terjadi

    kecenderungan kontraktor untuk memperlambat pekerjaannya dengan harapan

    memperbesar biaya nyata sehingga kompensasi yang diterima menjadai lebih banyak.

    Cost plus fee with maximum guaranteed price, penyedia jasa konstruksi akan menerima

    kembali semua biaya yang telah dikeluarkan ditambah dengan kompensasi yang

  • 27

    besarnya berdasarkan persentase yang telah disepakati bersama, tetapi besarnya

    kompensasi tersebut dibatasi jumlah maksimum tertentu.

    Kontrak jenis ini sesuai untuk pengadaan proyek-proyek yang mempunyai sifat ketidak-

    pastian cukup tinggi, khususnya bersifat mendesak (emergency), seperti proyek

    perbaikan jembatan yang putus. Untuk proyek yang seperti itu, waktu yang dibutuhkan

    untuk menetapkan perancang, melakukan perancangan, menetapkan pelaksana dan

    pelaksnaan perbaikan akan memakan waktu yang relatif lama. Sebaliknya, bila ditunjuk

    seorang penyedia jasa konstruksi yang mampu merancang dan melaksanakan perbaikan

    yang dibutuhkan dengan segera, penetapan biaya perancangan dan perbaikan dapat

    dihitung langsung ditambah fee untuk penyediajasa konstruksi atau perancang.

    Keputusan ini perlu didukung oleh pernyataan bahwa penyedia jasa lah pihak yang

    paling mampu mengatasi persoalan tersebut dengan baik dan cepat.

    c. KONTRAK BIAYA MENYELURUH

    Kontrak biaya menyeluruh (lump sum contrsct) ini digunakan pada kondisi

    penyedia jasa konstruksi akan membangun sebuah proyek sesuai rancangan yang

    ditetapkan pada suatu biaya tertentu. Jika terjadi perubahan baik disain, jenis material

    dan segala sesuatu yang menyebabkan terjadinya perubahan biaya, maka dapat

    dilakukan negosiasi anatara pengguna jasa dan penyedia jasa konstruksi untuk

    nenetapkan pembayaran yang akan diberikan kepada penyedia jasa konstruksi terhadap

    perubahan pekerjaan tersebut. Semua biaya yang dikeluarkan untuk setiap pekerjaan

    tambah-kurang harus dinegosiasikan antara pengguna jasa dan penyedia jasa konstruksi.

    Persyaratan utama dalam mengaplikasikan kontrak jenis ini adalah perencanaan benar-

    benar telah selesai sehingga penyedia jasa konstruksi dapat melakukan estimasi

    kuantitas secara benar. Jika anggaran biaya dari pemilik terbatas maka jenis kontrak ini

    menjadi pilihan yang tepat karena memberi nilai pqsti terhadap biaya yang akan

    dikeluarkan. Pekerjaan konstruksi yang tepat untuk kontrak jenis ini antara lain

    pembangunan gedung.

    Salah satu kelemahan pemakaian jenis kontrak ini adalah proses konstruksi yang akan

    tertunda karena menunggu selesainya perencanaan. Kesalahan aatau ketidak tepatan

  • 28

    perancangan akan berakibat fatal yang dapat menimbulkan biaya extra yang tidak

    sedikit. Untuk itu, perlu ada pertimbangan yang matang sehingga tidak terjadi

    pelaksanaan konstruksi yang terburu-buru dan dapat menyebabkan kesalahan dalam

    peranvangan dan pembuatan spesifikasi.

    I.9 METODE KONTRAK PADA PROYEK KONSTRUKSI

    Biasanya, proyek konstruksi melibatkan para pihak seperti pengguna jasa,

    penyedia jasa konsultan dan penyedia jasa kontruksi. Pengguna jasa adalah pihak

    yang akan meminta jasa konsultan untuk merancasng bangunan yang akan dibangun.

    Hasil rancangan ini akan merupakan pegangan pelaksanaan bagi kontraktor sebagai

    pelaksana proyek.

    Hubungan kerja antara pengguna jasa, konsultan dan penyedia jasa konstruki ini perlu

    diatur secara jelas. Penyedia jasa yang mengatur hubungan kerja antara pengguna jasa,

    konsultan dan penyedia jasa konstruksi/kontraktor amat tergantung pada jenis dan

    ukuran proyek yang akan dilaksanakan. Kntrak ini harus dimengerti dengan jelas

    sehingga dapat diperoleh pelaksanaan proyek yang efektif. Terdapat 5 jenis kontrak

    dalam industri konstruksi meskipun sebenarnya banyak terdapat modifikasi dari kelima

    jenis kontrakk ini.

    a. METODE KONTRAK UMUM

    Metode kontrak umum (general contracting method) adalah metode dimana

    kontrak dibuat antara pengguna jasa dan penyedia jasa konstruksi umum (general

    contractor). Pengguna jasa biasanya diwakili oleh konsultan yang bertugas menyusun

    dokumen kontrak. Pada proyek pemerintah, metode kontrak sepertio ini merupakan

    prosedur formal yang biasanya diterapkan. Prosedur ini dimulai dengan pengumuman

    tender proyek secara terbuka para peserta tender kemudian diberi kesempatan untuk

    mempelajari spesifikasi dan gambar rencana proyek dan kemudian mengajukan

    penawaran. Kontrak pekerjaan biasanya diberikan pada penawaran terendah walaupun

    biasanya penewaran terendah ke dua dan ke tiga masih terdaftar sebagai penerima

    kontrak sampai kontrak benar-benar telah ditanda tangani.

  • 29

    Gambar 1.4 Metode Kontrak Umum

    Aturan kontrak pada proyek swasta biasanya lebih luwes dari pada yang diberlakukan

    pada proyek-proyek pemerintah. Pengumuman lelang dapat saja dilakukan secara

    tertutup.

    b. METODE KONTRAK TERPISAH

    Pada metode kontrak terpisah (separate contracts method), pengguna jasa

    memberikan pekerjaan secara terpisah kepada para penyedia jasa yang diyakini

    mempunyai kemampuan khusus yang berbeda-beda, misalnya pekerjaan traveler

    diberikan kepada penyedia jasa spesialis yang memang mengkhususkan pada bidang

    tersebut. Pada prinsipnya, kontrak ini sama dengan metode kontrak umum.

    Perbedaannya, tidak ada keterlibatan penyedia jasa konstruksi/kontraktor umum

    sehingga pengguna jasa/pemilik proyek harus melakukan manajemen proyeknya sendiri

    ataupun menggunakan jasa pihak lain seperti konsultan manajemen konstruksi

    profesional. Metode ini dapat diterapkan apabila pengguna jasa/pemilik proyek

    memiliki kemampuan manajemen proyek yang memadai. Keuntungan metode inia

    PENGGUNA JASA PENYEDIA JASA

    KONSULTASI

    PENYEDIA JASA

    KONSTRUKSI UTAMA

    PEKERJA

    SENDIRI

    SUB- PENYEDIA JASA KONSTRUKSI

    PEMASOK

    PEMASOK PEKERJA

  • 30

    adalah pengguna jasa/pemilik tidak perlu mengalokasikan biaya atau profit bagi

    penyedia jasa konstruksi/kontraktor umum seperti pada metode kontrak umum sehingga

    biaya proyek dapat ditekan.

    Gambar 1.5 Metode Kontrak Terpisah

    c. METODE SWAKELOLA

    Pada metode swakelola (force account method), pengguna jasa/pemilik proyek

    tidak melakukan kontrak bagi proyek yang akan dilaksanakan karena mendanai,

    merancang, melaksanakan dan mengawasi proyeknya yang semuanya dilakukan sendiri.

    Jelas bahwa ketiga pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi berada dalam satu pihak

    sehingga pengguna jasa/pemilik proyek harus mempunyai kemampuan yang seharusnya

    dimiliki oleh penyedia konsultasi (perencana, pengawas) dan penyedi jasa

    konstruksi/kontraktor.

    Karena tidak terjadi kontrak maka pengguna jasa/pemilik tidak perlu menyediakan

    biaya pelelangan sehingga waktu realisasi proyek dapat dipersempit. Hal ini dapat

    terjadi karena waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan pelelangan berkisar antara satu

    sampai dua bulan. Keuntungan lainnya adalah dapat dilakukan penghematan dan

    PENGGUNA JASA PENYEDIA JASA

    KONSULTASI

    PENYEDIA JASA KONSTRUKSI B

    PEMASOK

    PEMASOK PEKERJA SENDIRI

    PENYEDIA JASA KONSTRUKSI A

    PEMASOK PEKERJA SENDIRI

  • 31

    penghapusan biaya yang seharusnya dialokasikan untuk keuntungan dan overhead bagi

    penyedia jasa konstruksi/kontraktor umum maupun sub-kontraktor.

    Metode ini disarankan untuk kegiatan proyek yang dimiliki skala kecil dan tidak

    memiliki tingkat komplektisitas tinggi, misal pekerjaan perbaikan/perawatan ringan,

    pekerjaan pemeliharaan dan lain sebagainya.

    Gambar 1.6 Metode Swakelola

    d. METODE RANCANG BANGUN

    Pada metode rancang bangun (design-build) ini, pengguna jasa/pemilik proyek

    membuat kontrak tunggal untuk pekerjaan perancangan dan pelaksanaan proyek dengan

    satu penyedia jasa konstruksi/kontraktor yang memiliki kemampuan perancangan dan

    pelaksanaan pembangunan. Pada dasarnya, metode ini sama dengan metode kontrak

    umum hanya saja profesi konsultan dan kontraktor dirangkap oleh satu (organisasi)

    perusahaan yang memang mempunyai kemampuan keduanya.

    Oleh karena metode ini perancangan dan pelaksanaan dilakukan oleh satu organisasi

    perusahaan, maka pelakasanaan sebagian pekerjaan dapat dimulai dilaksanakan tanpa

    menunggu disain selengkapnya selesai. Overlap antara pekerjaan perancangan dan

    pelaksanaan dapat menjadikan durasi proyek menjadi lebih singkat dibanding jika

    perancangan harus selesai lebih dulu baru diikuti dengan pelaksanaan.

    PENGGUNA JASA PENYEDIA JASA

    KONSULTASI

    PEKERJA PEKERJA PEKERJA

  • 32

    Kelemahan pada metode ini adalah posisi pengguna jasa/pemilik proyek berada pada

    kedudukan yang lemah, karena pihak perancang dan pelaksana berada dalam satu pihak,

    sehingga kegiatan pengawasan tidak dapat dilakukan dengan cermat.

    Gambar 1.7 Metode Rancang Bangun

    e. METODE MANAJEMEN KONSTRUKSI PROFESIONAL

    Pada metode manajemen konstruksi profesional (construction management

    method), pengguna jasa/pemilik proyek meminta perusahaan manajemen konstruksi

    profesional untuk memberikan layanan profesional dalam bentuk layanan manajemen

    konstruksi. Umumnya, perusahaan manajemen konstruksi ini disewa oleh pengguna

    jasa/pemilik proyek pada saat ide/gagasan muncul. Fungsi utama perusahaan

    manajemen konstruksi adalah menangkap ide tersebut kemudian melakukan

    pengelolaan tahap demi tahap sampai kemudian dapat terwujud. Perusahaan manajemen

    konstruksi kemudian akan memilih perusahaan perancang untuk meklakukan kegiatan

    perencanaan dan perancangan. Setelah rancangannya selesai, perusahaan manajemen

    konstruksi melakukan evaluasi untuk mengoptimalkan biaya dan waktu pelaksanaan

    proyek.

    Jika perancangan suatu pekerjaan proyek (misal; pekerjaan struktur bagian bawah) telah

    selesai maka perusahaan manajemen konstruksi dapat segera mengadakan pelelangan

    PEKERJA Pemasok

    Pengguna jasa/pemilik proyek

    Penyedia jasa (Konsultan/kontrak

    tor )

    Sub-kontraktor

  • 33

    untuk pekerjaan tersebut, sementara kegiatan perancangan struktur lainnya masih dalam

    tahap pengerjaan. Kemungkinan lain yang dapat dilakukan adalah setelah seluruh

    kegiatan perencanaan dan perancangan selesai, perusahaan manajemen konstruksi

    kemudian membagi-bagi pekerjaan tersebut menjadi beberapa paket pekerjaan dan

    memilih masing-masing peneydia jasa konstruksi untuk melaksanakannya.

    Gambar 1.8 Metode Manajemen Konstruksi

    Perusahaan manajemen konstruksi mempunyai tugas dan kewajiban utnuk menjamin

    pengguna jasa/pemilik proyek akan mendapatkan rancangan dan pelaksanaan proyek

    yang ekonomis, sesuai kebutuhan pengguna jasa/pemilik proyek tersebut. Apa pun

    bentuk metode pengadaan penyedia jasa konstruksi, merupakan tugas perusahaan

    manajemen konstruksi untuk menjamin bahwa proyek dilaksanakan sesuai dengan

    perencanaan dan spesifikasinya.

    Metode ini banyak dipakai pada proyek-proyek yang mempunyai tingkat komplektifitas

    tinggi dan atau berskala besar seperti proyek pembangunan rumah sakit, pabrik

    petrokimia, pusat pembangkit listrik dan lain sebagainya.

    PEMILIK PROYEK

    MANAJEMEN KONSTRUKSI

    KONSULTAN PERANCANG

    KONTRAKTOR UMUM

    SUB KONTRAKTOR PEKERJA PEKERJA PEKERJA

    PEKERJA PEKERJA

  • 34

    I.10 PERSELISIHAN DAN KLAIM

    Didalam suatu kontrak pekerjaan sering timbul berbagai macam persoalan yang

    dapat menyebabkan timbulnya suatu perselisihan. Dikaitkan dengan kontrak-kontrak

    pada proyek-proyek pemerintah yang dananya dari APBN, maka umumnya hanya

    menyangkut pekerjaan tambah dan kurang ( variation order ) selain dari itu perselisihan

    yang timbul diluar pekerjaan tambah dan kurang sangat sulit dilakukan klaim.

    Dilain halnya proyek-proyek swasta yang meningkat saat ini sering sekali timbul

    perselisihan dan ini terjadi karena persiapan untuk merencanakan proyek sangat singkat

    sehingga dokumen lelangnya seperti persyaratan administrasi. Persyaratan teknis serta

    gambar-gambar konstruksi secara detail kurang lengkap.

    Dalam menghadapi hal tersebut, maka perlu diketahui pangkal permasalahan yang

    sering terjadi dan juga bagaimana perlakuannya serta jenis klaim. Bersama ini

    dikutipkan pengetahuan klaim/denda dari sumber bahan : The Nielsen Wurster

    Group. Inc .

    Disruption Dispute Resolution Analysis Steps :

    Determination of as-planned information,

    Determination of as cuilt information,

    Comparison of planned versus as built information,

    How to display the information,

    Interpreting the result.

    Ada 6 persoalan yang mendasar sebagai elemen dari struktur yang harus diketahui

    dalam suatu kontrak administrasi ialah :

    Identify problem,

    Determine fact and law,

    Identify options,

    Evaluated option,

    Excution,

    Follow up.

  • 35

    RANGKUMAN

    1. Kontak konstruksi adalah perjanjian tertulis yang mengacu pada ketentuan

    hukum yang berlaku antara pengguna jasa/pemberi pekerjaan dan penyedia jasa

    konstruksi/kontraktor serta berisi segala aspek tentang pelaksanaan pekerjaan.

    2. Unsur unsur yang terdapat dalam suatu persetujuan pembentukan kontrak

    adalah :

    a) persetujuan tidak berisi persyaratan persyaratan,

    b) persetujuan harus disampaikan kepada penawar yang bersangkutan,

    c) persetujuan dapat dicapai melalui negosiasi, dengan dasar penawaran

    pekerjaan yang diajukan.

    3. Suatu dokumen kontrak pekerjaan biasanya terdiri dari unsur unsur sebagai

    berikut :

    a) formulir kontrak (form of contract),

    b) gambar gambar kontrak (contract of drawing),

    c) daftar kuantitas dan harga (Bill of quantities),

    d) spesifikasi.(specification)

    4. Di dalam isi dokumen kontak pekerjaan minimal/ paling tidak harus mengandung

    informasi informasi sebagai berikut :

    a) Lingkup pekerjaan yang harus dilaksanakan

    b) Persyaratan mutu pekerjaan

    c) Persyaratan persyaratan kontrak

    d) Biaya pekerjaan

    e) Rencana kerja

    5. Isi dari dokumen kontrak perlu menyebutkan antara lain :

    a) Hari, tanggal dan bulan ditandatangani kontrak pekerjaan tersebut

    b) Para pihak/Pihak pihak yang terkait dalam kontrak pekerjaan

  • 36

    c) Tujuan Kontrak

    d) Lingkup Pekerjaan

    e) Hak dan Kewajiban

    f) Nilai Kontrak

    g) Jangka Waktu

    Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan

    Jangka waktu pemeliharaan

    h) Cara Pembayaran

    i) Selain hal tersebut diatas didalam kontrak pekerjaan perlu ditetapkan secara

    jelas mengenai :

    Pengawasan Teknik

    Domisilli dari Kantor Panitera Pengadilan Negeri:

    Keselamatan Kerja;

    Kewajiban dari kontraktor untuk meng-ansuransikan tenaga kerja yang

    dipekerjakan diproyek tersebut;

    Tanda tangan para pihak/kedua belah pihak diatas kertas materai;

    Cacat pelaksanaan;

    Penyelesaian perselisihan;

    Keadaan memaksa;

    Pemutusan hubungan.

    6. Isi dan syarat syarat umum kontrak pekerjaan antara lain :

    a) Lingkup Kontrak

    b) Pengendalian Tugas

    c) Pemberi Tugas

    d) Kewajiban kewjiban penyedia jasa konstruksi/kontraktor

  • 37

    e) Waktu dimulainya pekerjaan dan keterlambatan.

    f) Pembayaran Uang Muka

    7. Spesifikasi adalah dokumen kontrak yang berisikan persyaratan persyaratan

    teknis, sedang susunan dan isinya tergantung dari macam dan jenis pekerjaan

    yang ditenderkan/dilelangkan.

    Secara garis besar spesifikasi berisi tentang:

    a) Uraian dari jenis pekerjaan yang akan dikerjakan;

    b) Material yang akan dipakai meliputi persyaratan, metode pengetesannya dan

    pengujiannya;

    c) Metode pelaksanaan dari pekerjaan;

    d) Dasar pembiayaan.

    8. Terhadap suatu pelanggaran kontrak, secara umum pihak yang tidak melanggar

    kontrak mempunyai 3 (tiga) pilihan:

    a. Membebaskan/ mengabaikan pelanggaraan yang terjadi dan tidak menuntut

    ganti rugi kepada pihak yang melanggar.

    b. Memilih untuk memutuskan kontrak dengan sendirinya

    c. Mengajukan tuntutan ganti rugi/klaim.

    Ketiga pilihan tersebut ditentukan oleh sifat pelanggarannya, apakah material

    atau imaterial.

    9. Sistem pembayaran yang akan dilakukan kepada pihak yang terlibat, baik

    penyedia jasa konstruksi/kontraktor maupun penyedia jasa konsultasi, harus

    dipaparkan secara jelas, karena sistem pembayaran akan membedakan jenis

    dokumen kontrak proyek konstruksi, ada tiga jenis cara pembayaran dalam

    kontrak proyek konstruksi adalah sebagai berikut:

    a) Kontrak harga satuan

    b) Kontrak biaya plus jasa

    c) Kontrak lump sum

  • 38

    10. Proyek-proyek swasta saat ini sering sekali timbul perselisihan dan ini terjadi

    karena persiapan untuk merencanakan proyek sangat singkat sehingga dokumen

    lelangnya seperti persyaratan administrasi, Persyaratan teknis serta gambar-

    gambar konstruksi secara detail kurang lengkap.

    Dalam menghadapi hal tersebut, maka perlu diketahui pangkal permasalahan

    yang sering terjadi dan juga bagaimana perlakuannya serta jenis klaim cocok

    dipakai.

  • 39

    SOAL LATIHAN

    1. Apa yang saudara ketahui tentang kontrak konstruksi, jelaskan?

    2. Unsur-unsur apa saja yang terdapat pada suatu persetujuan/kesepakatan dalam

    kontrak?

    3. Buatlah suatu diagram alur mengenai pelanggaran kontrak?

    4. Hal-hal apa saja yang menyebabkan terjadinya suatu pemutusan kontrak,

    jelaskan?

    5. Kerugian apa saja yang harus ditanggung oleh penyedia jasa konstruksi jika

    ternyata yang bersangkutan melakukan pelanggaran kontrak?

    6. Gambarkan struktur hubungan kontraktual proyek konstruksi?

    7. Sebutkan tiga jenis cara pembayaran dalam kontrak proyek konstruksi?

    8. Bagaimana cara-cara menyelesaikan klaim, jelaskan?