2. Prof. Dr. Sasanto Wibisono, Spkj (k) - Etika Profesi Dan Profesionalisme 2013 v2

27
Riwayat idup Nama : Prof . dr. Sasan to Wibisono, SpKJ (K) T empa t/ Tg l lahir : Kudus/ 10 Sep 1937 Institusi : Dep. Psikiatri FKUI Alamat Kantor : Jl. Kimia no. Email : [email protected] Riwayat P endidikan: - Th. 1964 1966 Elective PGC: Psychoanalytically Oriented Psychotherapy, Langley Porter Neuropsychia tric Institute, San Francisco, USA. - Th. 1975 - Drug Abuse T reatment & Rehabilit ation (H eight Ash bury Drop In Clini c & Walden House, San Francisco-USA. - 1980 & 1981 - Medical Hypnosis (Sin gapore). - 1985 - Mental Hospital Administration & Managemen t (Montr eal, Canada) Riwayat Pekerjaan: - 2002 - skr ng. Guru Besar T et ap UI (Penugasan Kembali Dep . Psikiatri FKUI) - 1997 - 2001 Ketua PP PDSKJI (Pe rhimpunan Dok ter Spesialis Ke dok teran Jiwa Indones ia) - 2002 - 2010 Ketua PP API (Asosiasi Ps ik ogeria tri Indones ia) - 2002 - 2011 Ketua Kolegium Psikiatri Indonesia -Consultant P sy chiatrist: Rs Dharma wangs a, Rs MMC, dan Rs PN Kank er Dharmais Riwayat Organisasi: 1962 skr ng : Anggota IDI (19 91  1999 MKEK IDI DKI) 1982 skr ng : Angg ota PDSKJI (Ketua PDSKJI: 1997 2001) 2012 skrng : Ketua Majelis Kehormatan dan Etika Prof esi PDSK JI / Ketua Dewan Penyantun PDSKJI 2001 skrng: Anggota API (Ke tua API: 2002  2009) 1999 skrng: Fellow Member, PRCP

Transcript of 2. Prof. Dr. Sasanto Wibisono, Spkj (k) - Etika Profesi Dan Profesionalisme 2013 v2

  • Riwayat HidupNama : Prof. dr. Sasanto Wibisono, SpKJ (K)Tempat/Tgl lahir : Kudus/ 10 Sep 1937Institusi : Dep. Psikiatri FKUIAlamat Kantor : Jl. Kimia no.Email : [email protected] Pendidikan: - Th. 1964 1966 Elective PGC: Psychoanalytically Oriented Psychotherapy, Langley Porter Neuropsychiatric Institute, San Francisco, USA.- Th. 1975 - Drug Abuse Treatment & Rehabilitation (Height Ashbury Drop In Clinic & Walden House, San Francisco-USA.- 1980 & 1981 - Medical Hypnosis (Singapore).- 1985 - Mental Hospital Administration & Management (Montreal, Canada)

    Riwayat Pekerjaan: - 2002 - skrng. Guru Besar Tetap UI (Penugasan Kembali Dep. Psikiatri FKUI)- 1997 - 2001 Ketua PP PDSKJI (Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia)- 2002 - 2010 Ketua PP API (Asosiasi Psikogeriatri Indonesia)- 2002 - 2011 Ketua Kolegium Psikiatri Indonesia-Consultant Psychiatrist: Rs Dharmawangsa, Rs MMC, dan Rs PN Kanker DharmaisRiwayat Organisasi:1962 skrng : Anggota IDI (1991 1999 MKEK IDI DKI)1982 skrng : Anggota PDSKJI (Ketua PDSKJI: 1997 2001)2012 skrng : Ketua Majelis Kehormatan dan Etika Profesi PDSKJI / Ketua Dewan Penyantun PDSKJI2001 skrng: Anggota API (Ketua API: 2002 2009)1999 skrng: Fellow Member, PRCP

  • ETIKA PROFESI dan

    PROFESIONALISME

    di Bidang PSIKIATRI

    Sasanto Wibisono

    Surabaya, 31 Oktober 2013

  • Pernyataan

    Nama : Prof. dr. Sasanto Wibisono, SpKJ (K)

    Jabatan : Gurubesar (Penugasan Kembali) FKUI

    Kedudukan di Organisasi PDSKJI:Ketua Majelis Kehormatan dan Etika

    Profesi PDSKJI

    Dalam presesentasi Plenary Lecture ini tidak adakepentingan atau pamrih pribadi yang terkait denganmateri presentasi.

    Judul presentasi ditentukan oleh Panitia Konas PDSKJI

    Tidak ada honor khusus atau sponsor terkait materi, hanyahonor standard pembicara plenary lecture bila ada.

    31 Okt 2013 3Sasanto Wibisono

  • 31 Okt 2013 Sasanto Wibisono 4

    Pendahuluan

    Tema Kongres Nasional VII PDSKJI: Ethics, Profressionalism and Unity.

    Merefleksikan visi filosofis organisasi profesi Psikiatri.

    Etika Profesi dan Profesionalisme merupakan dua hal yang tak terpisahkan

    Profesionalisme - refleksi dedikasi terhadap tujuan profesi, sedangkan etika profesi lebih terkait dengan aspek moral dari professional conduct.

    Unity - kekuatan organisasi profesi - etika profesi dan profesionalisme sebagai pilar utamanya.

  • Pendahuluan

    Memperhatikan tema Kongres, ulasan kali ini lebihtertuju pada kenyataan kondisi di lapangan.

    Pembahasan filosofis/normatif mengenai etika profesisering dikemukakan, namun pelanggaran etika profesi dan ketidak-pedulian menjaga profesionalisme tetapmakin marak.

    Nampaknya bahasa filosofis/normatif kurang dapat dipahami, atau pura-pura tidak paham, tidak membekas. Bahasan kali ini difokuskan padakenyataan saat ini

    31 Okt 2013 5Sasanto Wibisono

  • Profesionalisme (professionalism)

    Profesionalisme refleksi loyalitas kepada tujuan profesi, tidak harus dalam bentuk fanatisme.

    Bila seseorang sudah masuk organisasi profesi, danmenggunakan identitas profesi, dia harus menjaga martabat profesi demi integritas/dignity profesi.

    Bila mau mengutamakan kepentingan pribadi ataupraktek diluar kompetensi psikiatri, pakailah identitaslain yang sesuai, jangan mencederai nama psikiatri.

    Setiap profesi yang bermartabat memiliki batas kompetensi dan code of professional conduct yang harus dipatuhi.

    31 Okt 2013 6Sasanto Wibisono

  • Profesionalisme

    Professional image (pencerminan citra diri psikiater).

    Professional identity (percaya diri mengembanidentitas psikiater).

    Professional dignity (harga diri, kehormatan, bangga dalam berprofesi bukan kesombongan).

    Professional integrity (keberadaan yang solid dan terhormat merupakan kekuatan professi integritas).

    Professional ethics (dituangkan dalam kode etik profesi - rambu-rambu dalam berkiprah)

    Professional conduct (di refleksikan dalam kiprah dantanggung-jawab profesi)

    31 Okt 2013 7Sasanto Wibisono

  • Profesionalisme

    Bila professional image sebagai psikiater saja belum mantap, bagaimana akan dapat mengangkat identitas dirinya sebagai psikiater dan menjaga identitas dan integritas psikiatri?

    Kita harus bangga berprofesi sebagai psikiater, bila tidak, jangan menggunakan identitas ini.

    Bersembunyi atau berlindung dibalik nama lain,apapun alasannya (misalnya karena takut akan stigma, atau ragu akan kemampuan profesionalnya sendiri), hanya menunjukkan kurang percaya diri.

    31 Okt 2013 8Sasanto Wibisono

  • Etika Profesi Psikiatri

    Ethics moral principles, moral values, moral codes, terkait dengan profesi.

    Etika Profesi dan profesionalisme di bidang psikiatri merupakan hal universal, tidak mengenal batas wilayah hukum, ditambah hal-hal khusus terkait budaya.

    Prosedur hukum berbagai negara berbeda, namun esensi ethics & professionalism umumnya sama.

    Etika Profesi di bidang Psikiatri mengacu kepada Kode Etik Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa (Psikiatri) Indonesia (secara normatif sudah digariskan denganjelas, tinggal pelaksanaan secara bertanggung-jawab).

    31 Okt 2013 9Sasanto Wibisono

  • Etika Profesi Psikiatri

    Sebagai dokter/psikiater, anggota PDSKJI seharusnya mampu untuk memahami dan meng-amalkan KodeEtik Profesi Psikiatri, kecuali memang mempunyai itikad yang tidak benar.

    Pelanggaran etika profesi dan perilaku yang tidak professional umumnya berlatar belakang kepentinganpribadi/pamrih, bukan kepentingan profesi.

    Dampak pelanggaran etika profesi merugikan dan membahayakan pasien/masyarakat, mencemarkan/ merusak integritas profesi, dan professional dignity.

    31 Okt 2013 10Sasanto Wibisono

  • Etika Profesi Psikiatri

    Pelanggaran etika profesi, umumnya bukan karenatidak paham, lebih sering pura-pura tidak paham.

    Bila benar tidak memahami etika yang dimaksud, berarti tidak mampu ber-empati dan secara intelektualtidak kompeten sebagai dokter/psikiater.

    Apalagi bila dengan sengaja menjerumuskan teman sejawat seprofesi untuk melakukan pelanggaran etik/mencederai profesionalisme yang sama.

    Akhirnya kembali kepada nurani masing-masing, kepedulian terhadap integritas/kehormatan profesi,kepentingan pasien dan orang banyak.

    31 Okt 2013 11Sasanto Wibisono

  • Dilema pelanggaran etika profesi

    Seringkali kita dalam posisi dilematis menghadapi pelanggaran etika profesi (pelanggaran professional conduct), karena tidak adanya sangsi yang tegas.

    Pelanggaran etik tidak sama dan tidak selalu terkait dengan pelanggaran hukum formal.

    Ada kalanya dokter terpaksa melakukan hal-hal yangmelanggar kode/etik dan hukum, demi kepentingan pasien. Hal demikian memerlukan pertimbangan khusus, meskipun mengandung risiko secara pribadi.

    Kita semua barangkali pernah melanggar etik.

    31 Okt 2013 12Sasanto Wibisono

  • Dilema pelanggaran etika profesi

    Pasien berhak mengetahui tentang penyakitnya dan segala hal yang akan dilakukan pada dirinya.

    Adakalanya hal tersebut terpaksa dilanggar: pengobatan (pasien psikotik) tanpa persetujuanpasien; pengobatan/perawatan yang dipaksakan.

    Aspek medico-legal bidang psikiatri memang cukup rumit. Misalnya: hal terkait surat keterangan sakit, keterangan perawatan /berobat, keterangankompetensi pasien terkait peng-ampuan, dsb.

    31 Okt 2013 13Sasanto Wibisono

  • Berbagai Pelanggaran Etika profesi dan Professional conduct

    Pelanggaran professional conduct meliputi aspekyang sangat luas (dalam cara pemeriksaan psikiatrikdan pemeriksaan tambahan, penegakan diagnosisdan pengobatan, pemberian informasi dan informed consent, peresepan yang menyalahi prosedurstandar, memanipulasi/membohongi pasien, dsb).

    Cara pemeriksaan psikiatrik yang tidak professional, tidak empatik, formalitas saja, tanpa memberikesempatan dialog pada pasien/keluarga, dll.

    31 Okt 2013 14Sasanto Wibisono

  • Berbagai Pelanggaran Etika Profesi dan Professional Conduct

    Pemeriksaan/pengobatan tambahan tanpa indikasiyang jelas hanya untuk tujuan/kepentingan lain.

    Menegakkan diagnosis tanpa melalui standarpemeriksaan psikiatris yang benar (misalnya: informasipihak ke 3 yang unreliable; hanya atas dasar hasil tes psikometri; penafsiran dari pencitraan yang tidak valid -- bahkan dengan biaya tambahan tersendiri).

    Diagnosis yang ditegakkan dengan cara yang tidakbenar dipakai sebagai dasar pemberian terapi.

    31 Okt 2013 15Sasanto Wibisono

  • Berbagai Pelanggaran Etika Profesi dan Professional Conduct

    Membohongi pasien dengan diagnosis dan terapi fiktif; contoh: pasien dengan gangguan psikiatrik kronis yang sudah menjalani pengobatan lama, dikatakan darahnya sudah keracunan obat dan harus di detox dulu sebelum di obati lanjut (bukan drug abuse)bahkan ada yang dirawat inap dan diberi infus yang tidak jelas.

    Marah bila ada pasien yang minta izin menemuisejawat lain untuk second opinion (apalagi tidak mintaizin).

    Hal-hal pelanggaran etika lain yang terkait hubunganantar teman sejawat.

    31 Okt 2013 16Sasanto Wibisono

  • Pelanggaran Etika Profesi dan Professional Conduct

    Pengobatan/peresepan yang tidak profesional, tidaksesuai aturan:

    Pengobatan non-medis psikiatris diterapkan sebagai pengobatan utama di institusi/RS Jiwa.

    Pemberian obat-obat ekstra diluar indikasi utama tanpa memberi penjelasan yang benar pada pasien.

    Penulisan resep obat yang melanggar prosedur, memakai kode tanpa menuliskan komposisi obat, merupakanpelanggaran serious yang membahayakan pasien.

    Informasi dan informed consent diberikan secara tidak benar, apalagi bila disertai kebohongan.

    31 Okt 2013 17Sasanto Wibisono

  • Pelanggaran/Abuse Etika Profesi dan Profesionalisme

    Aktif membuat publikasi, memberi ceramah atauberbagai cara informasi/pendidikan kesehatan jiwamasyarakat, adalah hal yang sangat baik.

    Namun jelas akan berbeda mana yang benar-benarpendekatan edukatif dan yang promosi terselubung, yang mengutamakan kepentingan pribadi, pamrih, dsb.

    Berbagai cara promosi diri secara langsung maupun tidak, baik melalui media masa, promosi keliling, dll.,dapat merupakan hal yang tidak etis.

    31 Okt 2013 18Sasanto Wibisono

  • Pelanggaran/Abuse Etika Profesi dan Profesionalisme

    Mempromosikan/mengajarkankan kompetensi profesisecara tidak benar (i.e.: mengajarkan pemeriksaan psikometri melampaui indikasi yang benar, tanpa ujivalidasi dan tanpa akreditasi Kolegium Psikiatri),

    Memprovokasikan sebagai alat diagnostik maupunsebagai instrumen untuk seleksi kesehatan jiwa(sangat tidak profesional).

    Pendidikan suatu kompetensi profesi yang dilakukanoleh lembaga pendidkan terakreditasi saja harusmemenuhi syarat, apalagi bila dilakukan oleh individuatau lembaga tak terakreditasi.

    31 Okt 2013 19Sasanto Wibisono

  • Mengapa melakukan pelanggaranEtika Profesi?

    Umumnya pelanggaran etika profesi adalah demi kepentingan pribadi, bukan loyalitas terhadap profesi.

    Banyak pelaku pelanggaran memiliki kemampuan(bukan etika profesi) yang baik, yang sekiranya dapatmenjalankan kiprah profesional dengan baik, akanbermanfaat bagi profesi maupun dirinya sendiri.

    Ada yang melakukan pelanggaran etik karena kurangpercaya dengan kemampuan profesionalnya sendiri, dan mencari alternatif jalan pintas.

    Banyak juga yang tidak sabar dengan ambisi personal baik dari segi finansiil maupun dari mengejar status.

    31 Okt 2013 20Sasanto Wibisono

  • Kepedulian vs. Pemanfaatan

    Mencari rejeki/keuntungan adalah hak masing-masing orang, namun bila hal tersebut terkait dengan profesi,seharusnya mengacu pada Kode Etik Profesi.

    Kode Etik Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa (Psikiater) Indonesia yang telah ditetapkan di Manado tanggal 4 Nopember 2009, memuat pasal-pasal yang cukup jelas. Psikiater seharusnya tidak sulit memahaminya.

    Kode Etik Profesi hanya memberikan pedoman umum dalam menjalankan profesi. Etika profesi jauh lebih luas dari yang tertulis. Disitu kita melihat derajat profesionalisme seseorang dalam menjalankan profesi.

    31 Okt 2013 21Sasanto Wibisono

  • Profesioinalisme - perlu sikap positifdalam professional conduct

    Sikap/perlakuan terhadap pasien yang sopan dan empatik, manusiawi dan menjaga dignity.

    Penatalaksanaan terbaik yang sesuai kemampuan pasien/keluarga, bukan terbaik bagi kepentingan dokter, atau kepentingan lain.

    Kerahasiaan pasien, merupakan hal yang kompleks di bidang psikiatri. Pembuatan surat keterangan sakit,keterangan berobat jalan/inap, harus berhati-hatikarena dapat disalah-gunakan oleh pihak lain, apalagi keterangan yang lebih spesifik mengenai diagnosis, terapi, prognosis dan kemampuan fungsional.

    31 Okt 2013 22Sasanto Wibisono

  • Profesioinalisme - perlu sikap positifdalam professional conduct

    Psikiater dalam memeriksa pasien diajarkan untukmelakukan penilaian terhadap kemampuan uji dayanilai pasien (a.l.: RTA, discriminative judgement, discriminative insight dan daya nilai sosial).

    Seringkali kita lupa untuk menilai kemampuan ujidaya nilai kita sendiri.

    Harus dipahami bahwa pelanggaran ethics tidakharus merupakan pelanggaran hukum formal, dansebaliknya.

    31 Okt 2013 23Sasanto Wibisono

  • 31 Okt 2013 Sasanto Wibisono 24

    Wawasan Profesionalisme

    Banyaknya sentuhan tumpang tindih bidang psikiatridengan berbagai bidang ilmu lain, seharusnya memberikesempatan wawasan yang luas. Namun bila kurang bijak, dapat mendorong terjadinya penyimpangan dari bataskeprofesian.

    Kecenderungan ini bertambah bila kita tidak cukuppercaya diri dalam kompetensi profesi kita sendiri.

    Tumpang-tindih adalah wajar dan baik (dilihat darikacamata ilmuwan) khususnya untuk peningkatankerjasama menuju kemajuan ilmu/pelayanan. Namunlebih penting bagi klinikus untuk mengenal bataskompetensi sendiri dan menghargai domain profesi lain.

  • Penutup

    Profesionalisme - refleksi dedikasi terhadap tujuan profesi. Etika profesi lebih terkait professional conduct. Unity sebagai kekuatan organisasi profesi, perlu dukungan etika profesi dan profesionalisme sebagai pilar utama.

    Berhubung pelanggaran etika profesi & pelecehanprofesionalisme saat ini telah membahayakan integritas, dignity dan kehormatan profesi, makapembahasan etika profesi dan profesionalisme kali inilebih difokuskan pada kenyataan di lapangan, danbukan penjelasan normatif mengenai kode etik profesi.

    31 Okt 2013 25Sasanto Wibisono

  • Penutup

    Kode Etik Profesi sudah cukup jelas. Mereka yang semena-mena melanggar ethics dan tidak menegakkan profesionalisme, merupakan individu-individu yang egosentris dan egoistis, tidak peduli terhadap kepentingan pasien, profesi, organisasi profesi dan ke-setiakawanan sejawat (esprit de corps).

    Marilah kita bersama-sama menegakkan integritasprofesi/profesionalisme, dengan tidak melibatkan diridalam pelanggaran etik dan merusak profesionalisme.

    ___________

    31 Okt 2013 26Sasanto Wibisono

  • 31 Okt 2013 Sasanto Wibisono 27