05.1-bab-173
-
Upload
indah-puspita-sari-pane -
Category
Documents
-
view
219 -
download
0
Transcript of 05.1-bab-173
-
8/18/2019 05.1-bab-173
1/8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehamilan merupakan peristiwa alamiah dan fase hidup yang paling
istimewa dalam kehidupan seorang calon ibu, namun semuanya itu tergantung
pada calon ibu memandang kehamilannya. Jika calon ibu merasa belum siap
untuk hamil atau menerima kehadiran seorang anak dalam kehidupannya, maka
kehamilan yang secara fisik sudah berat bagi seorang wanita, terasa semakin
berat. Keadaan ini menyebabkan kehamilan bukan suatu hal yang menyenangkan
dan tidak menutup kemungkinan terjadi penolakan seorang calon ibu terhadap
kehamilannya. Penolakan ini dalam bentuk ketidakstabilan emosi yang berlebihan
seperti perasaan dan suasana hati yang tidak menentu sepanjang kehamilan.
Menurut penelitian Field (2001), 10 % wanita yang terkena depresi ketika
•s
hamil dapat menularkan kesedihanya pada janin di dalam kandungannya. Adapun
proses penularannya teijadi secara biok imia, ibu yang depresi akan meningkatkan
hormon stres dan aktifitas otak sang janin . Hal ini berdampak pada bayi setelah
lahir, ia menunjukan gejala depresi misalkan tidur gelisah atau menolak untuk
minum (Ayahbunda, 2001). Menghindari kemungkinan ini, calon ibu atau ibu
harus mempersiapkan mental secara matang dalam menghadapi kehamilannya.
Selain persiapan mental calon ibu juga harus mempersiapkan hal lain yaitu
siap secara fisik, siap menghadapi perubahan bentuk tubuh, siap menghadapi
perubahan peran, dan tentunya siap finansial. Kesiapan fis ik calon ibu sebelum
-
8/18/2019 05.1-bab-173
2/8
ataupun sesudah sesungguhnya sangat mempengaruhi kehamilan. Calon ibu siap
juga menghadapi perubahan bentuk tubuh yang sangat berpengaruh pada suasana
hati calon ibu, walaupun perubahan itu bersifat sementara. Kesiapan menghadapi
perubahan peran sangatlah penting bagi calon ibu maupun ayah, karena adanya
perbedaan peran sebelumnya dengan peran yang akan disandangnya. Persiapan
lainnya adalah kesiapan finansial, dengan persiapan yang baik dalam segi ini
mendatangkan ketenangan bagi calon ibu. Albert Camus seorang ilmuwan abad
pertengahan Prancis mengatakan: "Per siapan masa depan yang baik, sangat
tergantung pada apa yang dilakukan saat ini" (dalam Ayahbunda, 2001).
Persiapan menghadapi kehamilan ini tidak hanya dilakukan oleh calon ibu.
Namun dukungan suami j ug a sangat diperlukan untuk membantu istri menghadapi
kehamilannya. Leifer (2001) mengungkapkan bahwa pasangan yang saling
mendukung akan membangun pandangan positif tentang kehamilan dan ibu yang
memiliki sikap positif terhadap kehamilannya akan memandang peran orang tua
sebagai kesempatan untuk mengembangkan diri.
Kehamilan dan persalinan adalah kejadian alamiah yang tidak perlu
dikhawatirkan jika saja diperhatikan dengan baik. Sayangnya, Angka Kematian
Ibu (AKI) di Indonesia masih sangat besar. Sekitar 400/100.000 kelahiran hidup,
ini hampir sama dengan keadaan Inggris sekitar 70 tahun yang lalu. Tingginya
angka kematian ibu ini tidak dapat dielakan lagi sekitar 19.000 ibu setahun
meninggal, berarti 52 ibu hamil meninggal setiap hari. Salah satu faktor
penyebabnya karena tidak disayang suami. Penelitian di Jawa Barat dan Jawa
Tengah membuktikan hal itu (Ayahbunda, 2000). Keadaan istri yang tidak
-
8/18/2019 05.1-bab-173
3/8
disayang suami ini memang bukan satu-satunya penyebab kematian ibu hamil,
karena penyebab kematian ibu hamil itu sendiri cukup beragam. Namun,
sebagaian besar dari mereka mempunyai kecenderungan sama, yaitu mereka
kurang mendapat perhatian dan dukungan dari keluarga terutama suami, ungkap
Abdullah Cholil, Sekretaris Menteri Urusan Peranan Wanita (dalam Ayahbunda,
2000).
Kematian ibu pada kehamilan dan persalinan itu sendiri selama ini
dipercaya bermuara pada tiga macam keterlambatan. Pertama, terlambat
memutuskan mencari pertolongan karena sebagian besar status ekonomi yang
rendah. Tingginya biaya berobat membuat mereka enggan ke rumah sakit. Kedua,
terlambat menyediakan transportasi pada saat ibu hamil akan melahirkan. Ketiga,
adalah terlambat mendapat pertolongan segera setelah tiba di fasilitas kesehatan.
Mengatasi keterlambatan ini berbagai cara dicoba, bukan saja secara fisik yang
perlu dia tasi. Tetapi yang utama adalah keterlibatan suami untuk ikut mengatasi
kendala tersebut sejak awal kehamilan dengan program yang disebut Suami Siaga
atau Siap Antar Jaga (dalam Ayahbunda, 2000).
Alasan penulis memilih judul ini karena melihat fenomena angka kematian
ibu hamil yang sangat tinggi. Di Indonesia menurut Utomo, setiap jam ada dua
ibu hamil yang meninggal. "Keadaan ini tak ubahnya seperti sebuah pesawat
ju mbo jet berisi 400 ibu hamil j atuh di tanah Indonesia setiap minggunya," (dalam
Aura, 2000). Ditambah lagi dengan adanya kasus yang dialami Fatimah berusia
26 tahun, hamil untuk keempat kalinya. Anak pertamanya berumur 8 tahun, yang
kedua 5 tahun, sementara kehamilan ketiga berakhir dengan keguguran. Ketika
-
8/18/2019 05.1-bab-173
4/8
usia kehamilannya genap 9 bulan, Fatimah merasakan kontraksi pertama. Namun
demikian ia masih bisa bicara walaupun tekanan darahnya sudah mencapai 200
mg hg. Ketika di rumah sakit, Fatimah mengalami kejang-kejang dan dua jam
kemudian ia meninggal dunia dengan bayi masih di dalam kandungan. Suami
Fatimah tidak mengetahui apa yang terjadi. "Menjelang kematiannya, Fatimah
tampak biasa-biasa saja. Ia masih mengerjakan pekerjaan rumah tangganya tanpa
pernah mengeluh ," ungkap suaminya. Sebulan sebelum kematiannya, Fatimah
menderita tekanan darah tinggi dan pembengkakan pada kakinya. Tanda-tanda ini
tidak pernah disampaikan pada suaminya dan masih mengkonsumsi nasi dengan
lauk ikan asin seperti hari-hari sebelumnya. Padahal makanan itu dapat
meningkatkan tekanan darah. Ketika semua ini terungkap semua sudah terlambat
(dari Motherhood Friendly Movement dalam Ayahbunda, 2001).
Dari kasus ini terlihat jelas bahwa perhatian suami terhadap ibu hamil
masih sangat kurang. Sementara ia menanggung kehamilannya, ia juga harus
menanggung pekerjaan rumah tangga, sedangkan dari pihak suami menganggap,
semua itu memang tugas perempuan. Ia tidak pernah tahu bahwa istrinya perlu
mendapat perhatian lebih. Kalau saja kepedulian suami terhadap ibu hamil bisa
lebih besar, mungkin tidak banyak teijadi kematian ibu dan bayi pada saat
persal inan.
Kepedulian dan dukungan suami sangat diperlukan istri dalam menjalani
kehamilan serta menghadapi persalinan. Menurut Ivan (2001), ayah dari seorang
anak mengatakan bahwa kesiagaan sebagai suami bukan hanya dilakukan untuk
menjaga dan mengantar istri semasa hamil dan persalinan, tetapi perlu dini lagi.
-
8/18/2019 05.1-bab-173
5/8
Yaitu, ketika mulai hamil, saat merencanakan punya anak, kemudian saat
konsepsi. Seorang suami juga memiliki kesiapan fisik dan mental. Siap fisik,
termasuk menyediakan waktu ekstra untuk mengantar istri ke dokter, ikut
mengurus anak, juga siap untuk datang karena istri akan melahirkan walaupun
sedang meeting. Sedangkan kesiapan mental , suami perlu sabar dengan keadaan
istri.
Pemberian dukungan pada istri dirasakan semakin penting oleh sebagian
suami-suami yang peduli kesehatan istri dan calon bayinya. Berangkat dari
pengalaman masa kecilnya di Flores, Yoseph (2001) mengungkapkan
pengalamannya yang sering meliha t ibu hamil ditandu untuk dibawa ke bidan di
desa tetangga dan tidak jarang ibu hamil itu di bawa pulang dalam keadaaan tidak
bernyawa karena lambatnya pertolongan. Pengalaman ini me mb ua t ia bertekad
harus mendampingi istrinya saat melahirkan.
Sekarang ini cukup banyak suami yang memberikan dukungan dan terlibat
langsung dengan kehamilan serta persalinan yang dihadapi oleh istrinya. Namun
masih banyak juga suami yang membiarkan istrinya bergelut sendiri menjalani
kehamilan dan menghadapi persalinannya sendirian. Sementara suami disibukkan
dengan kegiatan atau pekeijaan yang bertujuan sebagai pemenuhan kebutuhan
fisik semata. Kebutuhan psikis istri diabaikan, padahal kebutuhan ini lebih utama
bagi istri dalam menjalan i kehamilan dan menghadapi persalinan.
Adhim (2002) mengungkapkan bahwa keberhasilan menjalani kehamilan
yang sehat bukan cuma tanggung jawab istri. Karena janin yang ada di dalam
rahim istri adalah benih dan merupakan buah kasih sayang dari pasangan suami
-
8/18/2019 05.1-bab-173
6/8
istri. Karena itu suami perlu banyak melibatkan diri selama istri menghadapi
kehamilan dan persalinan. Keterlibatan suami antara lain, memahami perubahan
istri, memberi perhatian, berempati, dan memberi dukungan.
Perhatian dan dukungan suami ini akan menumbuhkan kepercayaan diri
istri dan harga diri sebagai seorang istri. Ia merasa yakin bahwa ia tidak hanya
tepat sebagai istri, tapi juga akan bahagia menjadi calon ibu bagi anak yang
dikandungnya. Perasaan yakin dan bahagia ini membuat jiwa calon ibu lebih
matang dan stabil. Sebaliknya, calon ibu yang tidak memiliki keyakinan dan tidak
bahagia karena kurang dukungan dari suaminya dapat menyebabkan
ketidakstabilan emosi. Ketidakstabilan emosi ini dapat menyebabkan kecemasan
khususnya menghadapi persalinan.
B. Keaslian Peneli tian
Penelitian mengenai hubungan dukungan suami terhadap tingkat
kecemasan istri menghadapi masa persalinan belum pernah dilakukan. Namun ada
beberapa penelitian yang memiliki kesamaan variabel, diantaranya penelitian yang
dilakukan Aristiani (2000), dengan judul Hubungan antara Dukungan Suami
dengan Tingkat Kecemasan Istri Menghadapi Monopause. Perbedaan penelitian
Aristiani dengan penelitian yang dilakukan penulis pada variabel tergantung
yakni kecemasan istri menghadapi masa monopause. Begitu juga dengan
penelitian yang dilakukan Astuti (2000) dengan judu l Hubungan Dukungan
Keluarga dengan Penyesuaian Diri Perempuan Pada Kehamilan Pertama.
Penelitian Husodo juga memiliki kesamaan pada variabel tergantung dengan judul
-
8/18/2019 05.1-bab-173
7/8
Hubungan antara Dukungan Sosial Suami dengan Tingkat Kecemasan Wanita
Bekerja Pada Karyawan Direktorat Jendral Bea dan Cukai Jakarta.
Penelitian yang menunjukan kesamaan pada variabel bebas antara lain
penelit ian yang di lakukan oleh Dariyo (1997) dengan judul penelitian Hubungan
antara Kepercayaan Diri dengan Tingkat Kecemasan Menghadapi Masa Kelahiran
Bayi Pada Wanita Hamil Pertama. Perbedaan penelitian ini pada variabel
tergantung, penelitian Dariyo dengan menggunakan kepercayaan diri penelitian
penulis dengan menggunakan dukungan suami. Perbedaan lainnya penulis tidak
membatasi subjek penelitian hanya pada kehamilan pertama saja namun pada
kehamilan kedua sampai berikutnya.
Sebuah penelitian yang berjudul Perbedaan Kecemasan Pada Ibu Hamil
Primigravida dan Multigravida Menghadapi Masa Persalinan, yang diteliti oleh
Mardeyanti pada tahun 2001 memiliki kesamaan subjek penelitian yakni wanita
hamil pertama dan hamil seterusnya. Perbedaan penelitian ini penulis
menghubungkan tingkat kecemasan ibu hamil yang menghadapi masa persalinan
dengan dukungan suami. Penelitian ini dapat dikatakan asli karena belum ada
penelitian yang menghubungkan antara dukungan suami dangan tingkat
kecemasan istri menghadapi masa persalinan.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan dukungan yang diberikan suami pada masa kehamilan,
-
8/18/2019 05.1-bab-173
8/8
apakah dapat menurunkan tingkat kecemasan menghadapi masa persalinan yang
terjadi pada ibu hamil.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis yang dapat diperoleh adalah memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan di bidang psikologi klinis.
2. Dapat member ikan tambahan wawasan pengetahuan kepada pasangan suami
istri menghadapai masa kehamilan dan saat kelahiran.
3. Agar para calon ayah atau suami dapat member i dukungan penuh pada calon
ibu atau istri yang akan melahirkan.