PROSIDING - pak.uii.ac.id

20
PROSIDING

Transcript of PROSIDING - pak.uii.ac.id

Page 1: PROSIDING - pak.uii.ac.id

PROSIDING

Page 2: PROSIDING - pak.uii.ac.id

P R O S I D I N G

SAKAPARI 2020

SEMINAR KARYA & PAMERAN

ARSITEKTUR INDONESIA

SUSTAINABILITY IN

ARCHITECTURE -

Arsitektur untuk

Indonesia Timur

YOGYAKARTA, 2 FEBRUARI 2020

Penerbit:

2020

Page 3: PROSIDING - pak.uii.ac.id

Dr.Ing.Nensi Golda Yuli,S.T.,M.T

Dr. Yulianto P. Prihatmaji,S.T.,M.T.,IPM.,IAI

Arif Budi Sholihah,S.T.,M.Sc.,Ph.D

Dr.Ing. Putu Ayu P. Agustiananda,S.T.,M.A

Ir.Ahmad Saifudin Mutaqi,M.T.,IAI

Dewan Penyunting : Noor Cholis Idham,S.T.,M.Arch.,Ph.D.,IAI

Ir.Wiryono Raharjo,M.Arch.,Ph.D

Dr.Ir.Sugini,MT.,IAI

Ir.Ahmad Saifudin Mutaqi,MT.,IAI

Ir.Arif Wismadi,M.Sc.,Ph.D

Dr.Ir.Revianto Budi Santosa,M.Arch

Ketua : Stefy Prasasti Anggraini, Ar., S.T., M.Arch.

Sekretaris : Muhammad Kholif Lir Widyoputro, Ar., S.T., M.Sc.

Keynote Speaker : Ibrahim Numan, Prof., Dr.

Invited Speaker : Wahid Kautsar, S.Ars.

Dian Farisa, S.Ars.

Fachri Muzaqi, S.Ars.

Mutia Amelia F, S.Ars.

Furqon Badriantoro, S.Ars.

Reviewer : Abdul Robbi Maghzaya, S.T., M.Sc.

Aisyah Zakiah, ST. M Arch.

Ariadi Susanto, M.T.

Arif Wismadi, Dr., Ir., M.Sc.

Barito Adi Buldan Rayaganda Rito, S.T., M.A., IAI.

Dyah Hendrawati, S.T., M. Sc.

Etik Mufida, Ir., M.Eng.

Handoyotomo Ir., MSA.

Hanif Budiman, M.T

Hastuti Saptorini Ir., M.A.

Jarwa Prasetya Sih Handoko ,S.T., M.Sc.

Johanita Anggia Rini, S.T., M.T., IAI.

M Galieh Gunagama. ST, MSc

Muhammad Kholif Lir Widyoputro, Ar., S.T., M.Sc.

Muhammad Iftironi, Ir., MLA.

Nensi Golda Yuli. Dr. Ing.

Noor Cholis Idham, S.T., M.Arch., Ph.D.

Prosiding Sakapari 2020

Seminar Karya dan Pameran Arsitektur Indonesia: Sustainability in Architecture

Copyright © 2020 Department of Architecture

Islamic University of Indonesia And All Individual Authors

E-ISBN : 978-602-450-491-5

Steering Committe : Noor Cholis Idham,S.T.,M.Arch.,Ph.D.,IAI

Page 4: PROSIDING - pak.uii.ac.id

Putu Ayu Pramanasari Agustiananda, Dr. -Ing., S.T., M.A.

Revianto Budi Santosa, Ir., M.Arch.

Rini Darmawati, Ir., M.T.

Stefy Prasasti Anggraini, Ar., S.T., M.Arch.

Sugini, Dr. Ir., M.T., IAI.

Suparwoko, Ir., MURP., Ph.D.

Supriyanta, Ir., M.Si.

Syarifah Ismailiyah Al Athas, S.T., M.T., IAI., GP.

Tony Kunto Wibisono, Ir., M.Sc.

Wiryono Raharjo, Ir., M.Arch., Ph.D.

Wisnu Hendrawan Bayujaji, S.T., M.A.

Yulia Pratiwi. ST. M.Eng.

Yulianto Purwono Prihatmaji, Dr., S.T., IPM. IAI.

Penerbit:

Kampus Terpadu UII

Jl. Kaliurang Km 14,5 Yogyakarta 55584

Tel. (0274) 898 444 Ext. 2301; Fax. (0274) 898 444 psw 2091

e-mail: [email protected]

Page 5: PROSIDING - pak.uii.ac.id

Seminar Karya & Pameran Arsitektur Indonesia 2020 Arsitektur untuk Indonesia Timur

ii | Sakapari 2020

DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

Invited Speaker

Proses Membangun Balai Adat Melayu Suku Wolio Di Desa Kaisabu, Bau-Bau, Sulawesi Tenggara Dilihat Dari Nilai Tengible Dan Intengible Proses Wazid Kautsar Bahri dan Yulianto P. Prihatmaji

1

Relasi dan Perubahan: Catatan Proses Revitalisasi Kampung Tarung Fachri Muzaqii

8

Extraordinary Situation of Gurusina the Adaptation, Strategy and Senses in The Equilibrium of Building the Sa’o During Revitalization Mutia Amelia Febriana

16

Kema Sa’o Nggua Nua Nggela (Rekam Proses Pembangunan Rumah Adat Kampung Nggela, Ende, Nusa Tenggara Timur) Furqon Badriantoro

17

Advokasi dan Profesi (AP)

Peran Arsitek Profesional Dalam Merancang Bangunan Gedung Kantor Pemerintahan Daerah Kabupaten Indramayu Berdasarkan Owner Performance Defri Relia dan Handoyotomo

29

Arsitektur Digital dan Lingkungan Cerdas (AD)

Evaluasi Warna Signage Terhadap Visibilitasnya Pada Mall Di Yogyakarta Amanda Clarissa dan M. Galieh Gunagama

43

Evaluasi Kinerja Tangga Darurat Sebagai Jalur Evakuasi Menggunakan Aplikasi Thunderhead Pathfinder (Studi Kasus Desain Rumah Sakit Telkom Surabaya) Gema Haqqur Rizka dan Syarifah Ismailiyah Al-Athas

54

Evaluasi Visibilitas Nurse Station Pada Rancangan Ruang Rawat Inap Di RS PKU Muhammadiyah Pamotan Tania Ghina Puspita dan Syarifah Ismailiyah Al Athas

66

Studi Integrasi Penggunaan QGIS dan Archicad Dalam Perencanaan Rancangan Kawasan Kota Malikul Ashtar dan Baritoadi Buldan Rayaganda Rito

75

Evaluasi Desain Selubung Bangunan Biomimetik Dalam Mengurangi Panas Cahaya Matahari (Studi Kasus: Teater Esplanade Singapura) Hassanal Mahendra dan Baritoadi Buldan Rayaganda

87

Pemukiman dan Urbanisme (PU)

Perkembangan Fungsi dan Bangunan Kawedanan Pengulon di Komplek Masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta Muhammad Faishal Labib dan Muhammad Iftironi

104

Sistem Tata Atur Bangunan Rumah Tinggal Di Kawasan Kotagede Yogyakarta Muhammad Ramadhani dan Muhammad Iftironi

114

Page 6: PROSIDING - pak.uii.ac.id

Seminar Karya & Pameran Arsitektur Indonesia 2020 Sustainability in Architecture

Sakapari 2020 | iii

Analisis Konektivitas Permukiman di Pinggiran Sungai Mahakam Di Samarinda Dengan Space Syntax (Studi Kasus: Sungai Mahakam, Samarinda) Yogo Pratomo dan Ilya F. Maharika

125

Pemilihan Tempat Relokasi dan Arahan Desain Shelter Pedagang Kaki Lima Di Sport Center Dadaha Ferla Rossanti dan Aisyah Zakiah

136

Kajian Interioritas Kota (Studi Kasus: Karet Tengsin, Tanah Abang. Jakarta Pusat) Sangkan Paraning Wisesa dan Ilya Fajar Maharika

146

Perubahan Fungsi dan Penampilan Bangunan Heritage (Studi Kasus: Jalan AM. Sangaji, Yogyakarta) Deasy Larasati Nurrahmah Putri dan Fajriyanto

161

Adaptation and Transformation of Burjo Home-Based Enterprise in Around UII Area Faiz Rizky Nauli Harahap, Abdul Razzak, Rafif Fachriza Zuhdi, Fernan Cagucay Santoso dan Hastuti Saptorini

173

Sains dan Teknologi Bangunan (STB)

Evaluasi Dayligthing Untuk Kenyamanan Visual Lansia (Studi Kasus Panti Werdha Pakem dan Panti Tresna Werdha) Nurlita V.P Nugrahanti dan Etik Mufida

184

Kajian Prinsip Desain Kenyamanan Termal Pada Gedung Xiqu Center, Hong Kong Muhammad Cakra Buana dan Anggana Fitri Satwikasari

196

Kajian Konsep Ikonik Pada Bangunan Fasilitas Olahraga Bentang Lebar Ni’mal Maulana Rizqi dan Dr.Ir. Ashadi M.Si

207

Optimasi Kinerja Kategori ASD (Appropriate Site Development) & WAC (Water Conservation) Pada Bangunan Hijau Menggunakan Metode Triz (Teorija Resenija Isobretatelskih Zadac) (Studi Kasus Hotel Butik Greenhost Prawirotaman) Suci Ramadhanti dan Syarifah Ismailliyah Al-Athas

218

Pengaruh Pola Penyusunan Vegetasi Sansevieria Sebagai Selubung Bangunan Terhadap Kecepatan Angin Dan Temperatur Udara Sekar Kinanti Herpradanti dan Abdul Robbi Maghzaya

229

Komparasi Karakteristik Akustik Bahan Material (Studi kasus: Gedung Auditorium Sekolah Tinggi Multimedia Yogyakarta) Nutfah Arista Safitri dan Syarifah Ismailliyah Al-Athas

241

Evaluasi Fasad Kantor Universitas Terbuka Di Serang Terhadap Optimalisasi Pencahayaan Alami Dalam Ruang Fairuz Rana Zhavira dan Baritoadi Buldan Rayaganda Rito

249

Evaluasi Performa Desain Selubung Bangunan Terhadap Penghematan Energi Bangunan (Studi Kasus: Rumah Sakit JIH Purwokerto) Paramitha Oktaviani dan Baritoadi Buldan Rayaganda Rito

260

Pengaruh Jarak Komunikasi Layout Furniture Ruang Studio Terhadap Proses Pembelajaran Aktif Peer-To-Peer Mahasiswa Arsitektur (Studi Kasus: Studio Arsitektur UII, ITENAS dan UNIKA) Melisa Akma Sari dan M. Galieh Gunama

271

Page 7: PROSIDING - pak.uii.ac.id

Seminar Karya & Pameran Arsitektur Indonesia 2020 Arsitektur untuk Indonesia Timur

iv | Sakapari 2020

Evaluasi Penghematan Energi Pada Kost Eksklusif Salsabila Menggunakan Aplikasi Edge Kartikya Ishlah Utami, Syarifah Ismailiyah Al Athas dan Marzal Rakhmadi

283

Konsep Perancangan Bangunan Hijau Pada Ruko & Kos Di Kawasan Perkotaan Bengkulu Najmatussalamah dan Suparwoko

294

Evaluasi Persebaran Ventilasi Udara Terhadap Kenyamanan Termal Pada Innercourt Dan Koridor Gedung Perkuliahan Di Gedung Jurusan Transformasi Digital, STMM Yogyakarta Nur Asyrof Muhammad dan Baritoadi Buldan Rayaganda Rito

307

Sains, Teori dan Kritik Arsitektur (STK)

Tingkat Kepuasan Pemanfaatan GOR (Gedung Olah Raga) Kabupaten Rembang Muhammad Azhar Muwaffaq dan Muhammad Iftironi

317

Kajian Penerapan Konsep Arsitektur Neo Vernacular Pada Desa Wisata Pasir Eurih Muhammad Ramanindra Wicaksono dan Anisa

330

Faktor Ruang Publik Yang Memicu Kegiatan Berpacaran (Studi Kasus: Waduk Tambak Boyo, KM 0 Yogyakarta dan Lembah UGM) Saffanah Nur Kharimah dan Munichy B. Edrees

341

Evaluasi Terkait Mobilitas dan Fasilitas Difabel Di Stasiun Lempuyangan Yogyakarta Tahun 2020 Muhammad Dhiyauddin Abdurrafi’ dan Ahmad Saifudin Mutaqi

353

Pengaruh Penataan Ruang Mix Use Buildings Dalam Memberikan Kenyamanan Pada Pengunjung (Studi Kasus: Takeoff HBArsitek Yogyakarta dan The Hype Kulture Yogyakarta) Diyanti Virda Kumalasari dan Wiryono Raharjo

365

Kriteria Standar Ruang Untuk Tempat Jemparingan Mataram Jawa (Studi Kasus: Sasana Jemparingan Siliran, Sasana Jemparingan Setu Kliwon, dan Sasana Jemparingan Langenastro) Hanifa Azka Partadireja dan Munichy B. Edrees

378

Penerapan Pendekatan Arsitektur Kontemplatif Pada Masjid Sekolah Islam Terpadu (SIT) Ukhuwah Banjarmasin Annisa Quwwatu Syakhsyiyah dan Handoyotomo

388

Evaluasi Purna Huni Pada Shopping Center Taman Pintar Yogyakarta Terhadap Kenyamanan Aktivitas Pengunjung Fairuz Abiyyu Ulinnuha dan Nensi Golda Yuli

401

Pengaruh Kenyamanan Termal Terhadap Kepuasan Pekerja di RSJ Ghrasia, Pakem, Yogyakarta Mauliana Sari Wahyuni dan Nensi Golda Yuli

412

Pengaruh Faktor Keamanan Terhadap Kenyamanan Spasial Dan Visual Tempat Bermain Anak Pada Rusunawa Jogoyudan, Jetis, Kota Yogyakarta Tahun 2019 Meutia Nur Shabrina dan Ahmad Saifudin Mutaqi

421

Evaluasi Konsep Mixed-Use Building Sebagai Alternatif Penataan Ruang Bangunan Di Masjid RSI Cileungsi Bogor Lovita Afrizstantia dan Handoyotomo

430

Page 8: PROSIDING - pak.uii.ac.id

Seminar Karya & Pameran Arsitektur Indonesia 2020 Sustainability in Architecture

Sakapari 2020 | v

Pengaruh Maintenance Fasad Pada Desain Bangunan Wisma UNTIDAR Magelang Pungky Marhendra Putra Perwira dan Suparwoko

439

Kajian Mengenai Implementasi Pendekatan NZEB (Nearly Zero-Energy Building) Sebagai Solusi Kelangkaan Energi Konvensional Fariz Bayu Taufik Azhar dan Arif Wismadi

450

Kajian Pengaruh Transportasi Vertikal Terhadap Bangunan Pasar Yofieta Cahya Amara dan Tony Kunto Wibisono

462

Pengaruh Penataan Interior Ruang Kelas Terhadap Perilaku Anak Autis Dalam Kegiatan Belajar (Studi Kasus: SLB Fajar Nugraha) Ahmad Saifudin dan Nabila Iffati Afanin Putri

474

Keterkaitan Desain Elemen Arsitektur Vernakular Di Sekitar Menara Kudus Dengan Arsitektur Jawa Noor Cholis Idham dan Faizul Ishom

485

Desain Fasad Ikonik Makkah Pada Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Sumpiuh Muhammad Fikri Hidayat dan Suparwoko

493

Kajian Morfologi Komponen Dekoratif Bangunan Rumah Kalang Dengan Material Industrial Metal & Kaca Di Kotagede Korinda Ayu Nur Sabrina dan Putu Ayu P. Agustiananda

504

Kajian Perubahan Kawasan ‘Citra Niaga’ Samarinda Ditinjau Dari Aspek Pembentuk Kawasan Novia Vinda Revalia dan Fajriyanto

513

Evaluasi The Winotosastro Hotel Berdasarkan Pendekatan Arsitektur Hijau Muhammad Adin Samudro dan Fajriyanto

523

Healing Garden Sebagai Bagian Dari Terapi Penyembuhan Pasien (Studi Kasus: Desain Perancangan RS. PKU Muhammadiyah Gubug) Dwi Gustina Sari dan Suparwoko

531

Aktivitas Perawatan Paliatif Rumah Singgah Pada Anak Pendertia Kanker (Studi Kasus: Rumah Kita YKAKI di Yogyakarta) Salwa Fathiya Sabrina dan Hastuti Saptorini

544

Aspirasi Pengunjung Dalam Peningkatan Kualitas Media Koleksi Museum Negeri Bengkulu (Studi Kasus: Museum Negeri Bengkulu) Faizun Anugrah Pratama dan Hastuti Saptorini

555

Pengaruh Penghawaan Alami Terhadap Kenyamanan Termal Museum Affandi Yogyakarta (Kriteria Kenyamanan Termal Museum Affandi Yogyakarta) Azka Nidaa Millatina dan Nedyomukti Imam Syafii

565

Page 9: PROSIDING - pak.uii.ac.id

Seminar Karya & Pameran Arsitektur Indonesia 2020 Sustainability in Architecture

462 | SAKAPARI 2020

KAJIAN PENGARUH TRANSPORTASI VERTIKAL TERHADAP

BANGUNAN PASAR

Yofieta Cahya Amara1, dan Tony Kunto Wibisono2

1Jurusan Arsitektur, Universitas Islam Indonesia Surel : [email protected]

ABSTRAK: Saat ini pemerintah sedang gencarnya melakukan pembenahan pasar baik secara revitalisasi maupun pembangunan pasar baru. Keterbatasan lahan, efisiensi, dan banyaknya kebutuhan pasar yang akan datang menjadi pertimbangan dan dasar untuk membangun pasar secara vertikal. Akan tetapi pada beberapa pasar terdapat permasalahan yang sering terjadi pada bangunan pasar vertikal adalah tidak berfungsinya lantai (ruang) atas bangunan sehingga sering terkesan sepi atau jarang terdapat aktivitas. Transportasi vertikal seperti tangga atau eskalator juga mempengaruhi kegagalan bangunan pasar vertikal. Penelitian ini akan mengkaji pengaruh tranasportasi vertikal pada bangunan pasar terutama terhadap lantai atas bangunan. Dari hasil kajian di temukan bahwa perletakan dan ukuran transportasi vertikal khususnya tangga sangat berpengaruh terhadap jalannya aktivitas yang terjadi di dalam pasar.

Kata Kunci: Pasar, Tangga, Transportasi Vertikal.

PENDAHULUAN Pasar merupakan salah satu fasilitas publik yang berfungsi sebagai tempat berjalanya kegiatan perekonomian berupa jual beli barang maupun jasa.saat ini perkembangan kota-kota besar saat ini lebih bertumpu pada sektor industri, perdagangan dan jasa.menurut Data Badan Pusat Statistik ( BPS ) terdapat tiga sektor yang berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi yang ada di Indonesia pada kuartal pertama tahun 2019. Ketiga sektor yang berkontribusi tersebut adalah sektor industri yang berkontribusi sebesar 20,07 %, lalu sektor perdagangan dengan kontribusi 12,02% dan ada sektor pertanian dengan kontribusi 12,65%. Adanya perkembangan tersebut menyebabkan saat ini di Indonesia banyak pembangunan bangunan komersil. . Saat ini banyak bangunan pasar yang di bangun maupun di revitalisasi secara vertikal dengan dasar pertimbangan keterbatasan lahan, efisiensi, dan kebutuhan pasar jangka panjang (Reza dan Novan, 2018). Pembangunan secara vertikal ini terkadang menimbulkan beberapa permasalahan yaitu tidak berfungsinya lantai atas pada bangunan tersebut ataupun sepi pengunjung. Hal ini terjadi beberapa pasar yang memiliki desain bangunan 2 lantai ataupun lebih. Tetapi ada juga bangunan pasar yang memiliki 2 lantai atau lebih yang ramai pengunjung. dari sisi pembagian zonasi antara rang pasar tradisonal dan ruang retail di atas sudah menerapkan prinsip kaidah yang benar. Namun di beberapa pasar masih terjadi permasalahan ruang kosong yang berulang kali terjadi.

1. Pengertian Pasar

Menurut Belshaw (1981) Pasar merupakan tempat yang memiliki unsur-unsur ekonomis, sosial, kebudayaan, politis dan lain-lain, tempat antara pembeli dan penjual saling bertemu untuk melakukan kegiatan tukar-menukar. menurut Indriati dan Widyatmoko (2008) dalam jurnalnya mengatakan bahwa pasar tradisional sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli yang ditandai dengan adanya interaksi secara langsung antara penjual dan pembeli berupa transaksi tawar-menawar. Biasanya pasar ini terdiri dari kios, los maupun dasaran terbuka

Page 10: PROSIDING - pak.uii.ac.id

Seminar Karya & Pameran Arsitektur Indonesia 2020 Arsitektur untuk Indonesia Timur

SAINS, TEORI DAN KRITIK ARSITEKTUR | 463

yang dibuka oleh penjual maupun pengelola pasar.jadi Pasar tradisional merupakan salah satu fasilitas ruang publik yang di sediakan oleh pemerintah sebagai tempat pertemuan antara pembeli dan penjual untuk melakukan sesuatu kegiatan ekonomi yang memiliki fasilitas infrastruktur yang masih sederhana dan biasanya terdiri dari beberapa los, kios, maupun dasaran terbuka yang di sediakan oleh pengelola dan dapat di akses oleh siapapun tanpa ada batasan tertentu.

2. Pasar Berasarkan Kelas Jenis pasar berdasarkan kelas Pembagian ini didasari atas jumlah pedagang yang

ada, lokasi pasar, kelengkapan sarana, dan pendapatan yang diterima retribusi pasar.antara lain;

a. Pasar kelas 1 Kondisi fisik bangunan pasar permanen berupa bertingkat dan memiliki beberapa

sarana dan fasilitas yang lengkap. Letak pasar yang sangat strategis, dipusat kota, pusat daerah perdagangan dan pusat transportasi. Jumlah dan jenis barang yang tersedia tergolong lengkap Berlokasi di wilayah ibukota Kabupaten/ Kecamatan. Jumlah kios / los pasar lebih dari 100 lokal/petak Terdiri dari pedagang eceran dan grosir

b. Pasar kelas 2 Untuk Pasar kelas 2 Kkndisi fisik bangunan permanen dan semi permanen Letak pasar cukup strategis di daerah pemukiman dan pusat transportasi. Barang yang tersedia kebutuhan sehari-hari Memiliki jangkauan wilayah kecamatan Berlokasi diwilayah ibukota kecamatan Jumlah kios/ los pasar lebih dari 25-100 lokal/petak.

c. Pasar kelas 3 Pasar Kelas 3 memiliki kondisi fisik bangunan semi permanen Pasar terletak di daerah pinggiran yang cukup strategis Barang tersedia biasanya kebutuhan sehari-hari Berlokasi diwilayah desa/ kelurahan Jumlah kios/los pasar kurang dari 25 lokal/petak.

d. Pasar kelas 4 Sedangkan kondisi pasar Kelas 4 memiliki bangunan semi permanen Pasar terletak didaerah pinggiran yang kurang strategis Memiliki jangkauan desa dan sekitarnya.

Berdasarkan kelasnya dapat di simpulkan bahwa bangunan pasar yang memiliki lebih dari satu lantai merupakan golongan bangunan pasar kelas 1 dan kelas 2.

3. Sistem Sirkulasi Sirkulasi dilihat dari segi arsitektur adalah hubungan antara suatu ruang dengan

ruang lainya yang dapat di hubungkan secara horizontal ataupun vertikal (Ching : 1993). Alur sirkulasi dapat juga diartikan sebagai “tali” yang mengikat ruang-ruang dalam suatu bangunan atau suatu deretan ruang-ruang dalam maupun luar, menjadi saling berhubungan Untuk penghubung ruang – berbeda level secara vertikal di katakan dengan sirkulasi vertikal dalam kasus penelitian ini yang akan di adalah transportasi vertikal berupa tangga ataupun eskalator sebagai akses sirkulasi vertikal yang menghubungkan antar ruang – ruang vertikal. 3 prinsip utama dalam pengaturan teknik sirkulasi (1) sirkulasi harus menjadi elemen ruang terbuka yang memiliki dampak visual yang positif ,(2)Sirkulasi harus dapat memberikan orientasi kepada pengguna dan membuat lingkungan menjadi jelas terbaca.(3)Sektor publik harus terpadu dan saling bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama.

4. Tangga

Tangga memiliki beberapa macam bentuk yaitu (1.) Tangga Lurus ( tangga lurus 1 arah, tangga lurus 2 arah, tangga bentuk U, tangga bentuk L) (2.) Tangga lengkung (3.) Tangga melingkar. Selain bentuk terdapat beberapa komponen tangga seperti; (1.) Anak Tangga ( ukuran dan Kemiringan) (2.) Komponen tangga (

Page 11: PROSIDING - pak.uii.ac.id

Seminar Karya & Pameran Arsitektur Indonesia 2020 Sustainability in Architecture

464 | SAKAPARI 2020

Pegangan,Bordes,Antslip).untuk anak tanga dan kemiringan sendiri dikatakan idela memiliki rumus sebagai berikut : Tinggi anak tangga dilambangkan dengan (a) ,lebar anak tangga (b) Idealnya adalah

Jika 2a + b = > 65 cm, maka tangga tersebut akan sangat curam. Sementara itu, jika 2a + b < 60, maka tangga akan sangat landai. Ukuran kemiringan tangga (dalam derajat) merupakan suatu perbandingan tinggi tangga dengan panjang tangga (ruang yang dibutuhkan untuk tangga).Koefisien kemiringan tangga dapat dihitung dengan rumus :

z = koefisien kemiringan tangga y = tinggi tangga (cm) ; x = panjang tangga (cm) ; jika Koefisien kemiringan (z) = 1 berarti y = x dan membentuk kemiringan 45 Berdasarkan kemiringannya, tangga dibedakan atas : 1. Lantai miring, 6° – 20° ; Koefisien kemiringan 0,1 – 0,36 2. Tangga landai, 20° – 24° ; Koefisien kemiringan 0,36 – 0,44 3. Tangga biasa, 24° – 45° ; Koefisien kemiringan 0,44 – 1,0 4. Tangga curam, 45° – 75° ; Koefisien kemiringan 1,0 – 3,7

METODE PENELITIAN

Objek Penelitian terdiri dari 4 sampel bangunan pasar yaitu pasar prambanan, pasar bantul,pasar kranggan, dan pasar gading.Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yang metode risetnya adalah sifatnya komparatif. Penelitian komparatif adalah penelitian yang memmbandingkan satu variable atau lebih dengan dua atau lebih sampel yang berbeda, atau dapat juga dilakukan dengan dua waktu yang berbeda. Dipilih menggunakan metode komparatif kualitatif adalah karena penelitian ini berupa evaluasi terhadap bangunan purna huni yang mana untuk mencari dan menentukan datanya harus sesuai dengan penemuan yang sesuai fakta di lapangan. Sehingga pada praktiknya, metode ini akan jauh lebih menekankan pada kegiatan observasi lapangan dalam kondisi yang alami. Observasi ini dilakukan untuk mencari perbandingan pengaruh transportasi vertikal pada keempat sampel objek penelitian yang nantinya akan menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat di gunakan sebagai referensi dalam merancang transportasi vertikal pada bangunan pasar. Sumber data utama didapatkan dengan cara melaklukan observasi dan pengukuran. Observasi dilakukan dengan meninjau langsung lokasi sampel objek penelitian yaitu Pasar Prambanan, Pasar Bantul, Pasar Kranggan dan Pasar Gading. Selain observasi juga dilakukan pengukuran secara langsung terhadap transportasi vertikal tangga yang ada di ketiga bangunan pasar tersebut untuk mengetahui ukuran transportas vertikal, lalu di bandingkan antara objek penelitian dengan di analisis dengan standart yang ada. Data Primer ini nantinya akan berupa data gambar (Foto, Sketsa, denah, ukuran, dll ) dan data tulisan ( argumen peneliti, data hasil pengukuran data fisik dan non fisik bangunan). Sedangkan sumber data primer Data Sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada. Data ini diperoleh dengan studi literature yang diporoleh dengan mencari referensi melalui buku jurnal, maupun situs Web yang berkaitan dengan kata kunci penelitian dan studi kasus bangunan. Variable dan Indikator yang akan di teliti adalah Letak tangga ( Lay out dan bentuk), Ukuran Tangga ( Anak Tangga dan Kemiringian) , Dan komponen Tangga ( Antislip, pagar dan pegangan.

2a + b = 60 - 65

Z = y / x

Page 12: PROSIDING - pak.uii.ac.id

Seminar Karya & Pameran Arsitektur Indonesia 2020 Arsitektur untuk Indonesia Timur

SAINS, TEORI DAN KRITIK ARSITEKTUR | 465

HASIL DAN ANALISIS Pasar Prambanan, Pasar Bantul, Pasar Gading, Pasar Kranggan. Hal – Hal yang akan di

jelaskan berpusat pada info bangunan sampel dan data hasil survey yang sesuai dengan

variable yang telah di tentukan.

A. Pasar Prambanan

Gambar 1 Pasar Prambanan Sumber : Google image

Pasar Prambanan adalah salah satu pasar tradisional yang memiliki lantai lebih dari 1 yang ber lokasi di Desa Bokoharjo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta. Pasar ini termasuk ke dalam pasar dengan klasifikasi pasar kelas 1 Pada bangunan pasar ini memiliki 3 lantai dengan lantai 1 merupakan pasar kering seperti kios – kios dan area jualan kebutuhan sandang, lantai 2 merupakan zona pasar basah yang menjual kebutuhan pangan seperti sayur, daging, buah, dll, lantai 3 pada area pasar ini berupa kios – kios untuk loading barang. Dari hasil survey yang sesuai dengan variable yang di tentukan maka di hasilkan data seperti berikut ; 1. Letak Tangga

Di dalam bangunan pasar ini letak tangga terdapat beberapa titik yaitu di Jalur Sirkulasi Utama, di tengah bangunan, di samping bangunan. Pada sirkulasi utama terdapat 2 tangga (Tangga A) pada kedua sisi samping enterance. Lalu pada koridor utama terdapat 2 buah eskalator untuk akses utama ke lantai 2. Lalu untuk tangga

yang lain (Tangga B) berada di tengah bangunan. Untuk tangga lainya yang berada di pasar ini merupakan tangga untuk menghubungkan lantai split level yang hanya berketinggian 60 cm. transportasi vertikal yang paling sering di akses adalah pada koridor utama bangunan yaitu eskalator,walaupun eskalator ini kadang tidak berfungsi jadi pengunjung harus naik secara manual seperti tangga ke lantai 2 karena eskalator ini memberikan akses langsung kepada pengjunjung pasar untuk menuju aktivitas utama di dalam pasar yaitu aktivitas di area pasar basah yang menjual bahan pangan utama. Selanjutnya tangga yang cukup sering di akses adalah pada 2 tangga (tangga B) di tengah bangunan dimana letak tangga ini dekat dengan area parkir kendaraan (tangga B sisi kiri) dan area utama area pasar basah karena dekat dengan parkiran dan area loading barang memudahkan para penjual dan pembeli untuk membawa barangnya dimana area lantai 2 merupakan area yang berisi aktivitas utama yaitu jual beli bahan pangan pada bangunan pasar ini. Selain itu tangga B juga menghubungkan parkiran dengan lantai 1 yang mana menjual bahan sandang dimana aktivitas di area sandang ini juga cukup ramai. Sedangkan untuk tangga pada sisi enterance pasar hanya di akses oleh orang – orang yang mengakses pasar dengan tidak membawa kendaraan pribadi atau drop off pada area pasar yang mana tangga ini juga

Page 13: PROSIDING - pak.uii.ac.id

Seminar Karya & Pameran Arsitektur Indonesia 2020 Sustainability in Architecture

466 | SAKAPARI 2020

langsung meghubungkan dengan area aktivitas jual beli bahan pangan yang menjadi aktivitas utama pada bangunan pasar ini. 2. Ukuran Tangga

ANAK TANGGA KEMIRINGAN KOMPONEN TANGGA A

2(17) + 30 = 60 – 65 64 = 60 – 65 (ideal)

kemiringan tangga di lantai in memiliki kemiringan sebesar 30°. y = 390 cm x = 810 cm maka : Z = 390 / 810 Z= 0.48 (tangga Biasa)

Tidak memiliki antislip , memiliki pagar dan bordes dengan tinggi 90 cm

TANGGA B

2(14) + 30 = 60 – 65 58 = 60 – 65 ( Landai )

kemiringan tangga di lantai in memiliki kemiringan sebesar 25°. y = 196 cm x = 420 cm maka : Z = 196 / 690 Z = 0.46(tangga Biasa)

Tidak memiliki antislip , memiliki pagar dan bordes dengan tinggi 90 cm

B. Pasar Bantul

Gambar 6. Pasar bantul Sumber google image

Pasar Bantul juga merupakan pasar tradisional yang memiliki lebih dari 1 lantai.

Pasar ini berlokasi di Jl. Jend. Sudirman No.108, Kurahan, Bantul, Kec. Bantul, Bantul, Daerah

Istimewa Yogyakarta. Pasar ini termasuk kedalam pasar tipe dengan klasifikasi pasar kelas

. Pasar Bantul merupakan salah satu pasar daerah yang berada di Yogyakarta yang memiliki

jumlah lantai lebih dari 1. Pada bangunan pasar ini memiliki 3 lantai dengan lantai 1

merupakan pasar basah dan basar kering seperti kios – kios dan area jualan kebutuhan

sandang, zona pasar basah yang menjual kebutuhan pangan seperti sayur, daging, buah, dll,

lantai 2 merupakan zona pasar yang terdiri dari kios - kios toko yang di gunakan untuk zona

kering yang menjual kebutungan sandang. Untuk lantai 3 pada kantor – kantor pengelola

pasar. Dari hasil survey yang sesuai dengan variable yang di tentukan maka di hasilkan data

seperti berikut ;

Page 14: PROSIDING - pak.uii.ac.id

Seminar Karya & Pameran Arsitektur Indonesia 2020 Arsitektur untuk Indonesia Timur

SAINS, TEORI DAN KRITIK ARSITEKTUR | 467

1. Letak Tangga

Di dalam Bangunan Pasar ini memeiliki beberapa titik tangga yang mana tangga A sebagai tangga utama yang berada di enterance utama Pasar berhubungan langsung dengan area drop off pasar. Tangga A ini langsung mengarahkan ke lantai 2 dimana lantai 2 berisi kios – kios toko yang mayoritas menjual kebutuhan sandang. Yang mengelilingi void lantai 1 yang merupakan zona pasar kering yang menjual kebutuhan pangan dan

beberapa barang pecah belah. Untuk Enterance utama di lantai 1 berada di bawah tangga A ini sehingga pengunjung masuk melalui akses samping drop off. Selain itu untuk Tangga B berada di tengah depan tengah bangunan yang tidak jauh dari enterance pasar lantai 1. Tangga ini terdapat 2 buah di sisi kanan dan sisi kiri yang berdekatan denan area los – los pasar penjual barang kebutuhan sandang. Sedangkan Tangga C terletak di bagian belakang pojok pasar dekat dengan area Pasar basah. Karena letak tangga yang berada di bagian belakang dan pojok dekat area pasar basah mengakibatkan tangga ini jarang di akses karena pengujung lebih fokus tertuju pada area pasar basah yang berada di bagian belakang pasar dimana bagian lantai 2 ini merupakan area yang menjual bagian kebutuhan sandang. Jarang di akses ini menyebabkan lantai 2 di bagian belakang sepi pengunjung yang mana akhirnya para penjual berpindah berjualan di space dekat tangga B. Tangga yang sering di gunakan untuk akses adalah tangga A dan B karena letaknya yang di dekat dengan sirkulasi dan enterance utama pasar yang mana sangat mudah di jangkau. Terutama Tangga A yang berada langsung pada bagian drop off .Karena tangga B letaknya yang berada di sirkulasi utama membuat para pedagang membuka area jualan space – space dekat tangga.

2. Ukuran Tangga

ANAK TANGGA KEMIRINGAN KOMPONEN TANGGA A

2(18) + 30 = 60 – 65 66 = 60 – 65 (curam)

kemiringan tangga di lantai in memiliki kemiringan sebesar 28°. y = 435 cm x = 840 cm maka : Z = 435/ 840 Z= 0.60 (tangga Biasa)

Tidak memiliki antislip , tetapi memiliki material lantai kasar memiliki pagar dan bordes dengan tinggi 90 cm

TANGGA B

2(18) + 30 = 60 – 65 66 = 60 – 65 (curam)

kemiringan tangga di lantai in memiliki kemiringan sebesar 28°. y = 270 cm x = 450 cm maka : Z = 270 / 450 Z = 0.6 (tangga Biasa)

Tidak memiliki antislip , tetapi memiliki material lantai kasar memiliki pagar dan bordes dengan tinggi 90 cm

Page 15: PROSIDING - pak.uii.ac.id

Seminar Karya & Pameran Arsitektur Indonesia 2020 Sustainability in Architecture

468 | SAKAPARI 2020

TANGGA C

2(18) + 30 = 60 – 65 66 = 60 – 65 (curam)

kemiringan tangga di lantai in memiliki kemiringan sebesar 28°. y = 380 cm x = 690 cm maka : Z = 380/ 690 Z= 0.55 (tangga Biasa)

Tidak memiliki antislip , tetapi memiliki material lantai kasar memiliki pagar dan bordes dengan tinggi 90 cm

C. Pasar Gading

Gambar 7 Pasar Gading

Sumber Penulis 2019

Pasar Gading merupakan pasar yang memiliki lebih dari 1 lantai pasar ini berlokasi di Jalan DI Panjaitan, Kec. Mantrijeron, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta pasar ini termasuk ke dalam dengan klasifikasi pasar kelas 2. Pasar Gading merupakan salah satu pasar lingkungan yang memiliki lantai lebih dari 1 pada bangunan. Pasar ini memiliki 2 lantai dimana lantai 1 berupa zona pasar basah berupa sayur – mayur, daging, ikan, buah, jajanan pasar dan berapa bepenjual makanan siap saji,serta beberapa kios. Sedangkan di lantai 2 berupa kios - kios toko yang menjual kebutuhan pangan kering. Dari hasil survey yang sesuai dengan variable maka di hasilkan data sebagai berikut; 1. Letak Tangga

Di Pasar gading memiliki beberapa titik tangga yang mana Tangga B dan A sebagai Tangga utama. Tangga A terletak di samping bangunan yang berhadapan langsung dengan Jl. Mayjend Sutoyo. Tangga ini menghubungkan lantai 2 langsung dengan trotoar yang ada di Jl.Mayjend Sutoyo jadi akses tangga ini hanya bisa

di akses dari luar bangunan dan lantai 2, tidak ada akses untuk ke lantai 1. Karena letak tangga yang langsung ke lantai 2 menyebabkan space di bawah bagian tangga yang di manfaatkan sebagai area berjualan. Sedangkan Tangga B merupakan tangga utama karena letaknya yang dekat dengan sirkulasi utama yaitu enterance pasar dan parkiran, dan tangga ini juga mudah di akses karena tidak terhalang oleh pedagang – pedangan yang berjualan. Untuk Tangga C terletak di samping bangunan dekat gang kecil yang berisi dengan deretan pedagang kebutuhan pangan basah. Tangga – tangga yang berada di pasar ini menghubungkan dengan lantai yang memiliki aktvitas cukup ramai karena merupakan area penjual bahan penunjang kebutuhan pangan,berupa bumbu - bumbu dapur dan beberapa barang pecah belah. Sehingga keberadaan letak tangga ini cukup penting bagi para penjual sebagai saran transportasi untuk loading barang dan pengunjung sebagai akses untuk ke area penjual kebutuhan penunjang bahan pangan.

Page 16: PROSIDING - pak.uii.ac.id

Seminar Karya & Pameran Arsitektur Indonesia 2020 Arsitektur untuk Indonesia Timur

SAINS, TEORI DAN KRITIK ARSITEKTUR | 469

2. Ukuran Tangga

ANAK TANGGA KEMIRINGAN KOMPONEN TANGGA A

2(18) + 30 = 60 – 65

66 = 60 – 65 ( Curam )

kemiringan tangga di lantai in memiliki kemiringan sebesar 36°. y = 270 cm x = 540 cm maka : Z = 270/ 540 Z = 0.5 (tangga Biasa)

Tidak memiliki antislip , memiliki pagar dan bordes dengan tinggi 100 cm

TANGGA B

2(17) + 28 = 60 – 65 62 = 60 – 65 ( ideal )

kemiringan tangga di lantai in memiliki kemiringan sebesar 40°. y = 170 cm x = 280 cm maka : Z = 170 / 280 Z = 0.60 (tangga Biasa)

Tidak memiliki antislip , memiliki pagar dan bordes dengan tinggi 100 cm

D. Pasar Kranggan

Gambar 4.8 Pasar Kranggan Sumber google image

Pasar Kranggan merupakan pasar yang memiliki lebih dari 1 lantai pasar ini berlokasi di Jl. Poncowinatan, Gowongan, Kec. Jetis, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta

pasar ini termasuk ke dalam dengan klasifikasi pasar kelas 2. Pasar ini memiliki 2 lantai yang mana lantai 1 terdiri dari deretan kios- kios penjual makanan siap saji, pasar basah seperti sayur-mayur buah, ikan,pasar kering,kebutuhan sandang,barang pecah belah. Sedangkan di lantai 2 merupakan deretan kios – kios elektronik hp dan kios kuliner. Dari hasil survey sesuai variable maka dihasillkan data sebagai berikut;

1. Letak Tangga

Di pasar kranggan ini terdapat 3 titik tangga untuk akses ke lantai 2, dimana letak ketiga titik tangga tersebut berada di luar bangunan tepatnya di depan bangunan dan berada sejajar antara tangga satu dengan yang lain. Tangga A berada di tengah2 bangunan dan Tangga B berada di kedua sisi bagian depan bangunan. Tangga Lantai A

Page 17: PROSIDING - pak.uii.ac.id

Seminar Karya & Pameran Arsitektur Indonesia 2020 Sustainability in Architecture

470 | SAKAPARI 2020

berada di tengah – tengah yang mana merupakan tangga utama untuk akses ke tengah – tengah deretan kios yang berada di lantai 2 yaitu antara deretan kios kuliner dan kios elektronik hp. Sedangkan Tangga B berada di kedua ujung sisi depan bangunan yang mana bagian kiri langsung tertuju pada fasilitas umum yaiu musholla dan toilet dan bagian kanan tertuju pada area kios kuliner. Letak tangga di ini berada di parkiran pinggir jalan yang berada didepan pasar yang mana akses tangga cukup sering terganggung oleh lalu lalang kendaraan ketika parkir. Tangga – tangga ini juga menghubungkan menuju area yang bukan aktivitas utama pasar ini yang mana lantai 2 pada bangunan ini merupakan area aktivitas tambahan seperti kios kuliner dan elektronik.

2. Ukuran Tangga

ANAK TANGGA KEMIRINGAN KOMPONEN TANGGA A

2(20) + 30 = 60 – 65 70 = 60 – 65 ( Curam )

kemiringan tangga di lantai in memiliki kemiringan sebesar 36°. y = 180 cm

x = 300 cm

maka :

Z = 180 / 300

Z = 0,90 (tangga Biasa)

Tidak memiliki antislip , memiliki pagar dan bordes dengan tinggi 100 cm

TANGGA B

2(20) + 30 = 60 – 65 70 = 60 – 65 ( curam )

kemiringan tangga di lantai in memiliki kemiringan sebesar 36°. y = 180 cm

x = 300 cm

maka :

Z = 180 / 300

Z = 0,90 (tangga Biasa)

Tidak memiliki antislip , memiliki pagar dan bordes dengan tinggi 100 cm

TABEL PEMBAHASAN Letak

Tangga Bentuk Tangga

Ukuran Tangga

Komponen Tangga

Pasar Prambanan

Letak Tangga berada di sirkulasi utama dan akses utama ( Parkiran ) yang mana menghubungkan dengan area aktivitas utama pasar yang berada di lantai 2 yaitu berupa area penjual kebutuhan pangan. Dengan letak tangga ini berada di sirkulasi dan akses utama memudahkan bagi para

Tangga A (lurus satu arah menuju area bagian lua bangunan pasar) memudahkan bagi para pembawa barang unuk membawa barang karena langsung terjutuju

Tangga A (L = 250 cm, T = 390 cm) Anak Tangga Ideal , Kemiringan 30° koef 0,48 (Biasa)

Tangga B ( L =135 cm, T= 390 cm ) Anak Tangga kategori landai, Kemiringan 25°koef 0.46(Biasa)

Tidak memiliki antislip yang mana cukup rawan terjadi kejadian tergelincir, memiliki pagar dan pegangan tangga dengan tinggi 90 cm denga material cor beton dan galvalum sehingga memiliki kesan

Page 18: PROSIDING - pak.uii.ac.id

Seminar Karya & Pameran Arsitektur Indonesia 2020 Arsitektur untuk Indonesia Timur

SAINS, TEORI DAN KRITIK ARSITEKTUR | 471

penjual dan pengujung untuk menyalurkan kebutuhan barangnya.

pada bagian luar pasar

Tangga B (Bentuk U)

menyebabkan jadi lebih banyak memiliki anak tangga dan terasa lelah

sempit dan gelap

Pasar Bantul

Letak tangga yang berada di sirkulasi utama dan pojok bangunan. Letak tangga C yang berada di pojok belakang area pasar dan dekat dengan aktivitas utama pasar yaitu area pasar basah menyebabkan jarangnya di akses dan lebih fokus menuju bagian area pasar basah sehingga lantai 2 yang berada di bagian belakang menjadi sepi pengnjung yang berakibatkan penjual berpindah ke bagian area dekat dengan tanga B yang berada di dekat enterance utama pasar.

Tangga A (Lurus satu arah)

Tangga B ( Bentuk U )

Tangga C (Lurus satu arah )

Tangga A ( L = 890 cm, T 435 cm), Anak Tangga kategori Curam, Kemiringan Tangga 28°koef 0.60 (Tangga Biasa)

Tangga B ( 150 cm, T 435 cm), Anak Tangga Kategori Curam, Kemiringan 28° koef 0.60 (Tangga Biasa)

Tangga C ( L=285 cm, T 380 cm ) Anak Tangga Kategori Curam, Kemiringan 28° koef 0.55 (Tangga Biasa) kecuraman anak tangga menyebabkan pemanfaatan ruang bawah tangga sebagai kebutuhan ruang yang lain.

Anak tangga curam juga

Tidak memiliki antislip tetapi memiliki material lantai yang kasar sehingga meminimalisir kejadian tergelicir, dan memiliki pagar dan pegangan tangga setinggi 90 cm dengan material galvalum sehingga lebih terlihat luas dana lebih banyak menerima cahaya

Page 19: PROSIDING - pak.uii.ac.id

Seminar Karya & Pameran Arsitektur Indonesia 2020 Sustainability in Architecture

472 | SAKAPARI 2020

menjadi alasan jarang di akses tang.

Pasar Gading

Letak tangga yang berada di sirkulasi utama dan akses utama dan menghubungkan dengan area 2 yang memiliki aktivitas cukup penting di di bagian pasar menyebabkan tangga ini sangat peting bagi para pembeli dan penjual sebagai penghubung antar ruang lantai 1 dan lantai 2 karena keduanya berkesinambungan dan saling mendukung.

Tangga A (Lurus satu arah)

Tangga B dan C ( Bentuk U)

Tangga A (L = 250 cm, T 270 cm),Anak Tangga kategori curam, Kemiringan 36° dengan koef 0,5 (tangga biasa)

Tangga B dan C ( L = 150m cm, T = 310 cm), Anak tangga termasuk ideal, Kemiringan 40° dengan koef 0,6 ( tangga biasa)

Tangga di bangunan pasar gading ini tidak memiliki antislip, tetapi mengunakan material lantai yang kasar sehingga meminimalisir kejadian tergelincir karena lantai licin, dan memiliki pagar dan pegangan tangga bermaterialkan galvalum setinggi 100 cm .

Pasar Kranggan

Letak tangga pada pasar ini terletak di depan bagian luar pasar yang dekat dengan akses utama (parkiran) yang kadang terganggu dengan lalu lalang kendaraan parkir dan berada di koridor area depan pasar yang mana sekitarnya dan di manfaatkan oleh penjual sehingga cukup sulit untuk mengakses tangga lewat koridor bagian depan pasar. Dan tangga ini tertuju pada lantai 2 yang hanya berupa area elektronik dan kuliner yang merupakan aktivitas pendukung bagi pasar. Karena lantai 2 hanya berupa area aktivitas pendukung dan tidak kelancaran akses tangga menyebabkan lantai 2 juga sepi pengunjung.

Tangga A (perpaduan antara bentuk U dan L)

Tangga B ( perpaduan antara bentuk tangga U dan L)

Tangga A dan B bentuk L (L= 150 cm, T= 380 cm) Anak Tangga termasuk kategori curam, Kemiringan 36° dengan koef 0,9 ( tangga biasa)

Tangga A dan B bentuk U ( L= 80 cm dan L 120 cm, T = 340 cm ), Anak tangga termasuk kategori curam, Kemiringan 36° dengan koef 0,9 ( tangga biasa)

Tangga pada pasar ini memiliki komponen tangga cukup lengkap seperti memiliki antislip , pagar dan pegangan tangga setinggi 100 cm

Page 20: PROSIDING - pak.uii.ac.id

Seminar Karya & Pameran Arsitektur Indonesia 2020 Arsitektur untuk Indonesia Timur

SAINS, TEORI DAN KRITIK ARSITEKTUR | 473

Anak tangga

yang cukup

curam ini juga

menjadi salah

satu alasan

orang jarang

mengakses

tangga ini. dan

juga karena

curam ini

memiliki lebih

banyak space

yang di

manfaatkan.

Kesimpulan Dari Hasil Penelitian dan Pembahasan data di atas maka di dapatkan data berupa

perbandingan beberapa pengaruh dan pernyataan dari segi perletakan, ukuran dan komponen tangga. Dari ke empat pasar sampel tersebut di simpulkan bahwa perletakan transportasi vertikal sangat berpengaruh terhadap bangunan pasar yang mana jika letak tangga terletak pada sirkulasi atau akses utama dan fokus di satu titik dan menghubungkan ruang – ruang yang termasuk kedalam aktivitas utama pasar akan lebih sering di akses. begitu sebaliknya apabila letak tangga berada jauh pada sirkulasi utama dan tidak menghubungkan ruang aktivitas utama maka permasahan kesenjanan di lantai 2 akan terjadi seperti pada pasar bantul dan pasar gading. dan karena letaknya yang dekat dengan akses utama dan sirkulasi utama akan menarik para penjual untuk memanfaatkan space di bawah tangga. untuk ukuran dan kemiringan tangga semakin lebar dan tinggi space di bawah tangga maka akan semakin di manfaatkan untuk kebutuhan ruang yg lain seperti kios, area berjualan, gudang, toilet,dan ruang untuk utilitas yang mana beberapa aktivitas tersebut dapat menganggu kelancaran aksesbilitas terhadap tangga jikal ruang yang berada di sekitar tangga tersebut tidak luas. Untuk kecuraman anak tangga juga berpengaruh terhadap aktivitas penggunaan tangga, tangga yang curam juga menjadi alasan orang jarang mengakses karena berpengaruh pada tenaga yang di keluarkan yang mana dapat di lihat bahwa pengunjung atau penjual yang berada di pasar tradisional mayoritas adalah ibu – ibu yang sudah berumur. Komponen pada tangga tidak begitu berpengaruh besar terhadap bangunan pasar tetapi penggunaan antislip atau material lantai tangga yang kasar cukup berpengaruh untuk meminimalisir terjadinya kejadian tergelincir akibat lantai yang licin.

DAFTAR PUSTAKA Belshaw, Cyril S. (1981). Tukar-Menukar Tradisional dan Pasar Modern Jakarta: Gramedia. Indriati, D. SCP.., dan Arif Widyatmoko. (2008). Pasar Tradisional. Semarang: PT.

Bengawan Ilmu Ching, Francis D.K (1993) “Teori Arsitektur: Bentuk, ruang, dan susunannya”, Jakarta;

Erlangga Reza Pahlevi Sihombing dan Novan Prayoga (2018). Efisiensi Desain Ruang Dalam pada

Bangunan Pasar vertikal di Kota Bandung. Jurusan Arsitektur ITENAS Bandung Peraturan Daerah Yogyakarta No 2 Tahun 2009 Tentang Pasar