ANALISIS DAYA SAING USAHATANI RUMPUT LAUT Eucheuma ...
Transcript of ANALISIS DAYA SAING USAHATANI RUMPUT LAUT Eucheuma ...
i
ANALISIS DAYA SAING USAHATANI RUMPUT LAUT
(Eucheuma Spinosum) DI DESA LIYA BAHARI
KECAMATAN WANGI-WANGI SELATAN
KABUPATEN WAKATOBI
HASNA
105961111017
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
ii
ANALISIS DAYA SAING USAHATANI RUMPUT LAUT
(Eucheuma Spinosum) DI DESA LIYA BAHARI
KECAMATAN WANGI-WANGI SELATAN
KABUPATEN WAKATOBI
HASNA
105961111017
SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Strata Satu (S-1)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Analisis Daya Saing Usahatani Rumput Laut (Eucheuma
Spinosum) di Desa Liya Bahari Kecamatan Wangi-Wangi
Selatan Kabupaten Wakatobi
Nama : Hasna
Stambuk : 105961111017
Program Studi : Agribisnis
Fakultas : Pertanian
Disetujui,
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P Rahmawati, S.Pi., M.Si
NIDN: 0921037003 NIDN : 0904118304
Diketahui
Dekan Fakultas Pertanian Ketua Program Studi Agribisnis
Dr. Ir. Andi Khaeriyah, M.Pd Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P
NIDN : 0926036803 NIDN: 0921037003
iv
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI
Judul : Analisis Daya Saing Usahatani Rumput Laut (Eucheuma
Spinosum) di Desa Liya Bahari Kecamatan Wangi-Wangi
Selatan Kabupaten Wakatobi
Nama : Hasna
Stambuk : 105961111017
Program Studi : Agribisnis
Fakultas : Pertanian
KOMISI PENGUJI
Nama Tanda Tangan
1. Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P
Ketua Sidang
2. Rahmawati, S.Pi., M.Si
Sekretaris
3. Ir. Hj. Nailah, M.Si
Anggota
4. Asriyanti Syarif, S.P., M.Si
Anggota
Tanggal Lulus : ...........................
v
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini Saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul Analisis Daya
Saing Usahatani Rumput Laut (Eucheuma Spinosum) di Desa Liya Bahari
Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi adalah benar
merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir Skripsi ini.
Makassar, 31 Agustus 2021
Hasna
105961111017
vi
ABSTRAK
HASNA. 105961111017. “Analisis Daya Saing Usahatani Rumput Laut
(Eucheuma Spinosum) di Desa Liya Bahari Kecamatan Wangi-Wangi Selatan
Kabupaten Wakatobi”. Dibimbing oleh SRI MARDIYATI dan RAHMAWATI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keunggulan kompetitif, keunggulan
komparatif dan daya saing usahatani rumput laut (Eucheuma Spinosum).
Penelitian dilaksanakan di Desa Liya Bahari Kecamatan Wangi-Wangi Selatan
Kabupaten Wakatobi. Penelitian ini dilaksanakan secara sengaja (Purposive).
Penelitian dilaksanakan bulan Juli sampai bulan Agustus 2021. Sumber data
dalam penelitian ini merupakan data primer dan sekunder. Analisis data dalam
penelitian ini adalah Analisis Deskriptif Kuantitatif dan analisis PAM (Policy
Analisys Matrix) dan untuk mendapatkan hasil Analisis PAM (Policy Analisys
Matrix) didukung dengan menggunakan Analisis Usahatani yaitu Analisis Biaya,
Analisis Penerimaan dan Analisis Pendapatan.
Hasil penelitian ini menunjukkan usahatani rumput laut (Eucheuma
Spinosum) di Desa Liya Bahari Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten
Wakatobi memiliki daya saing keunggulan kompetitif dan keunggulan
komparatif. Analisis sensitivitas menunjukkan keuntungan dan daya saing
usahatani rumput laut (Eucheuma Spinosum) sensistif terhadap variabel
perdagangan internasional seperti perubahan harga internasional benih, bensin,
perubahan upah tenaga kerja, perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar
Amerika. Usahatani rumput laut (Eucheuma Spinosum) di Desa Liya Bahari
Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi memiliki nilai DRC 0,03.
Hal ini berarti bahwa untuk memperoleh nilai tambahan output sebesar 1 juta
memerlukan faktor domestic pada harga dunia. Dengan nilai DRC < 1
menunjukan bahwa usahatani rumput laut (Eucheuma Spinosum) memiliki
keunggulan komparatif sehingga menunjukan efisiensi sumber daya domestiknya
pada harga internasional.
Usahatani rumput laut (Eucheuma Spinosum) di Desa Liya Bahari Kecamatan
Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi memiliki nilai PCR 0,40. Hal ini
berarti bahwa untuk memperoleh nilai tambah output Rp 1 juta memerlukan biaya
tambahan faktor domestik. Dengan nilai PCR < 1 menunjukan efisiensi sumber
daya domestiknya pada harga aktual.
Kata Kunci : Daya Saing, Usahatani Rumput Laut, PAM.
vii
ABSTRACT
HASNA. 105961111017. "Analysis of the Competitiveness of Seaweed
(Eucheuma Spinosum) Farming in Liya Bahari Village, Wangi-Wangi Selatan
District, Wakatobi Regency". Supervised by SRI MARDIYATI and
RAHMAWATI.
This study aims to determine the competitive advantage, comparative
advantage and competitiveness of seaweed farming (Eucheuma Spinosum).This
research was conducted in Liya Bahari Village, Wangi-Wangi Selatan District,
Wakatobi Regency. This research was conducted intentionally (purposive). The
research was conducted from July to August 2021. The data sources in this study
were primary and secondary data. Analysis of the data in this study is quantitative
descriptive analysis and analysis of PAM (Policy Analysis Matrix) and to obtain
the results of analysis of PAM (Policy Analysis Matrix) supported by using
Farming Analysis, namely Cost Analysis, Revenue Analysis and Income
Analysis.
The results of this study indicate that seaweed farming (Eucheuma Spinosum)
in Liya Bahari Village, Wangi-Wangi Selatan District, Wakatobi Regency has a
competitive advantage and comparative advantage. Sensitivity analysis shows the
profitability and competitiveness of seaweed farming (Eucheuma Spinosum) is
sensitive to international trade variables such as changes in international prices for
seeds, gasoline, changes in labor wages, changes in the rupiah exchange rate
against the US dollar. Seaweed (Eucheuma Spinosum) farming in Liya Bahari
Village, Wangi-Wangi Selatan District, Wakatobi Regency has a DRC value of
0.03. This means that to obtain an additional value of output of 1 million requires
domestic factors in world prices. With a value of DRC < 1, it shows that seaweed
farming (Eucheuma Spinosum) has a comparative advantage so that it shows the
efficiency of its domestic resources at international prices.
Seaweed (Eucheuma Spinosum) farming in Liya Bahari Village, Wangi-
Wangi Selatan District, Wakatobi Regency has a PCR value of 0.40. This means
that to obtain value added output of Rp. 1 million requires additional costs of
domestic factors. With a PCR value < 1, it shows the efficiency of its domestic
resources at the actual price.
Keywords: Competitiveness, Seaweed Farming, PAM.
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrohim
Assalamuaallaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat dan salam
taklupa penulis kirimkan kepada Rasulullah SAW beserta para keluarga, sahabat
dan para pengikutnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul
“Analisis Daya Saing Usahatani Rumput Laut (Eucheuma Spinosum) di Desa
Liya Bahari Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi”.
Skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada Universitas Muhammadiyah Makassar. Penulis menyadari
bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan tidak akan
terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, Penulis
menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Ibu Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P., selaku pembimbing utama dan Ibu
Rahmawati, S.P., M.Si selaku pembimbing pendamping yang senantiasa
meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga
skripsi dapat diselesaikan.
2. Ibu Dr. Ir. Andi Khaeriyah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiayah Makassar.
3. Ibu Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P., selaku Ketua Pogram Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
ix
4. Kedua Orangtua ayahanda La Mohama dan ibunda Wa Ode Salima, suami
tercinta Jurie dan kedua saudaraku tersayang Ningsi S. Pd, Hastata Fika dan
segenap keluarga yang senantiasa memberikan bantuan, baik moral maupun
material sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada
penulis.
6. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi dari awal hingga akhir
yang penulis tidak dapat sebut satu persatu.
Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
terkait dalam penulisan ini, semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat
memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.
Makassar, 31 Agustus 2021
Hasna
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ......................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI .................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. v
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ................................................................................................. viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiv
I. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 6
1.4 Kegunaan Penelitian ................................................................................ 6
II. TINJAUN PUSTAKA ..................................................................................... 8
2.1 Budidaya Rumput Laut ............................................................................ 8
2.2 Konsep Usahatani .................................................................................... 10
2.3 Teori Daya Saing ..................................................................................... 14
2.3.1. Keunggulan Komparatif dan Kompetitif ...................................... 15
2.4 Konsep Policy Analysis Matrix (PAM) ................................................... 17
2.5 Penelitian Terdahulu yang Relavan ......................................................... 20
2.6 Kerangka Pikir ......................................................................................... 26
xi
III. METODE PENELITIAN ................................................................................ 28
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................... 28
3.2 Teknik Penentuan Sampel ........................................................................ 28
3.3 Jenis dan Sumber Data ............................................................................. 29
3.4 Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 30
3.5 Teknik Analisis Data ................................................................................ 30
3.6 Definisi Operasional ................................................................................ 33
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN ....................................... 36
4.1 Letak Geografis ........................................................................................ 36
4.2 Kondisi Demografis ................................................................................. 37
4.3 Kondisi Pertanian ..................................................................................... 39
V. HASIL DAN PEMBAHSAN ........................................................................... 40
5.1 Identitas Responden ................................................................................. 40
5.2 Analaisis Pendapatan Usahatani Rumput Laut
(Eucheuma Spinosum) di Desa Liya Bahari Kecamatan
Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi ......................................... 44
5.3 Daya Saing Usahatani Rumput Laut (Eucheuma Spinosum)
di Desa Liya Bahari Kecamatan Wangi-Wangi Selatan
Kabupaten Wakatobi ............................................................................... 47
5.4 Keunggulan Komparatif dan Keunggulan Kompetitif
Usahatani Rumput Laut (Eucheuma Spinosum) ..................................... 49
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 53
6.1 Kesimpulan ............................................................................................. 53
6.2 Saran......................................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 55
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Produksi Rumput Laut Provinsi Sulawesi Tenggara
Menurut (ton) Tahun 2015-2019 ......................................................... 3
Tabel 2.1 Komposisi Kimia Rumput Laut Kering (Eucheuma Spinosum) .......... 10
Tabel 2.2 Ringkasan Beberapa Penelitian Terdahulu yang Relavan ................... 20
Tabel 3.1 Matriks Analisis Kebijakan (Policy Matrix Analisys/PAM)................ 32
Tabel 4.2.1 Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Liya Bahari
Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatob ........................... 38
Tabel 4.2.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di
Desa Liya Bahari Kecamatan Wangi-Wangi ............................................ 38
Tabel 5.1.1 Umur Responden Usahatani Rumput Laut
(Eucheuma Spinosum) di Desa Liya Bahari Kecamatan
Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi ............................................. 40
Tabel 5.1.2 Pendidikan Responden Petani Rumput Laut
(Eucheuma Spinosum) di Desa Liya Bahari Kecamatan
Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi ............................................. 41
Tabel 5.1.3 Pengalaman Berusahatani Rumput Laut (Eucheuma Spinosum)
di Desa Liya Bahari Kecamatan Wangi-Wangi Selatan
Kabupaten Wakatobi ................................................................................. 42
Tabel 5.1.4 Jumlah Tanggungan Keluarga Usahatani Rumput Laut
(Eucheuma Spinosum) di Desa Liya Bahari Kecamatan
Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi ............................................. 44
Tabel 5.2.1 Jumlah Rata-Rata Biaya Produksi, dan Pendapatan/Musim
Per Hektar pada Usahatani Rumput Laut (Eucheuma Spinosum) di
Desa Liya Bahari Kecamatan Wangi-Wangi Selatan
Kabupaten Wakatobi ................................................................................. 45
Tabel 5.2.2 Biaya Sosial Usahatani Rumput Laut (Eucheuma Spinosum) ........... 47
Tabel 5.3.1 PAM Daya Saing Usahatani Rumput Laut Eucheuma
Spinosum di Desa Liya Bahari ..................................................................... 48
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Alur Kerangka Pikir Penelitian Analisis Daya Saing Usahatani
Rumput Luat (Eucheuma Spinosum) di Desa Liya Bahari
Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi ................... 27
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ......................................................................... 58
Lampiran 2. Peta Lokasi Penelitian ...................................................................... 62
Lampiran 3. Identitas Responden .......................................................................... 63
Lampiran 4. Rekapitulasi Data .............................................................................. 65
Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian .................................................................... 79
Lampiran 6. Surat Izin Penelitian.......................................................................... 81
Lampiran 7. Kartu Kontrol .................................................................................... 83
Lampiran 8. Turniti ............................................................................................... 85
Lampiran 9. Riwayat Hidup .................................................................................. 87
xv
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai luas lautan yang
lebih besar dari daratan. Berdasarkan faktor titiknya, Indonesia merupakan negara
kepulauan terbesar didunia yang terdiri dari 17.508 pulau dengan garis pantai
sepanjang 81.000 km (terpanjang kedua setelah Kanada) dan luas laut sekitar 5
juta km2 atau 62% dari luas total Indonesia (Nontji A, 1993). Dengan luas lautan
yang lebih besar, maka potensi pemanfaatan sumber daya kelautan juga sangat
besar. Sayangnya, dengan potensi yang besar tersebut belum dimanfaatkan secara
optimal oleh masyarakat khususnya masyarakat pesisir. Salah satu usaha yang
memiliki potensi besar dipesisir adalah budidaya rumput laut.
Budidaya rumput laut di Indonesia dirintis sejak tahun 1980 dalam upaya
merubah kebiasaan penduduk pesisir dari pengambilan sumber daya alam seperti
terumbu karang yang dapat merusak ekosistem laut perairan setempat.
Pengembangan budidaya rumput laut merupakan salah satu alternatif
pemberdayaan masyarakat pesisir yang mempunyai keunggulan dalam hal produk
yang dihasilkan mempunyai kegunaan yang beragam, tersedianya lahan untuk
budidaya yang cukup luas serta, mudahnya teknologi budidaya yang diperlukan
(Dirjenkan, 2004). Rumput laut merupakan sumber daya hayati laut yang
mempunyai nilai ekonomi tinggi yang memiliki potensi yang besar untuk
dikembangkan sebagai budidaya. Alasan rumput laut memiliki nilai ekonomi
tinggi adalah karna adanya kandungan hidrokolid dari rumput laut (karaginat, agar
2
dan alginat) sangat diperlukan mengingat fungsingnya sebagai gelling agent,
stabilizer, emulsifier agent, pensuspesi, pendispersi yang berguna dalam berbagai
industri (Zat Nika, 2009).
Daya saing suatu komoditas dapat diukur melalui dua pendekatan yaitu
tingkat keuntungan yang dihasilkan dan efisiensi usahatani. Tingkat keuntungan
yang dihasilkan dapat dilihat dari dua sisi yaitu keuntungan privat dan
keuntungan sosial. Sedangkan daya saing dapat dilihat dari dua indikator
yaitu keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif (Murtiningrum, 2013).
Pendapatan usahatani dibandingkan biaya input menentukan seberapa besar
pendapatan dan tingkat keuntungan (profitabilitas) usahatani. Efisiensi biaya
menggunakan sumber daya akan menentukan daya saing usahatani dalam
menghasilkan komoditas dibandingkan dengan komoditas impor.
Memperhitungkan keadaan keuangan dari suatu usahatani untuk menentukan
apakah usahatani sebagai perusahaan menguntungkan atau rugi. Sering kali
petani hanya memperhitungkan biaya aktual yang dikeluarkan untuk satu kali
masa tanam, kemudian dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh. Apabila
pendapatan lebih besar dari pada biaya maka petani menganggap usahataninya
menguntungkan, begitupun sebaliknya (Antriyandarti dkk, 2012).
Sebagian besar petani tidak memperhitungkan biaya dan pendapatan secara
rinci karena tujuan akhir usahatani terutama usahatani keluarga adalah pendapatan
keluarga petani. Hal ini yang menyebabkan terkadang usahatani yang sebenarnya
rugi, tidak efisien atau tidak memiliki daya saing tetap saja dijalankan oleh petani.
3
Sulawesi Tenggara merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang potensial
dalam perkembangan usahatani rumput laut, salah satu provinsi yang
membudidayakan usahatani rumput laut adalah Sulawesi Tenggara dengan data
produksi disajikan pada Tabel 1.1 berikut.
Tabel 1.1 Produksi Rumput Laut di Provinsi Sulawesi Tenggara Menurut (ton)
Tahun 2015-2019
No. Tahun Produksi Budidaya Rumput Laut (ton)
1. 2015 12.745
2. 2016 148.747
3. 2017 200.332
4. 2018 202.307
5. 2019 346.886
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan
Berdasarkan data DKP (Dinas Kelautan dan Perikanan ) Provinsi Sulawesi
Tenggara tahun 2019 produksi budidaya rumput luat di Provinsi Sulawesi
Tenggara mengalami peningkatan produksi mencapai 346.886 ton dan menurun di
tahun 2015 mencapai 12.745 ton. Produksi rumput laut yang melonjak besar
menjadi tanda bahwa masyarakat pesisir sangat antusias berbudidaya rumpu laut.
Sehingga roda ekonomi pedesaan dapat berkembang dan terus berputar dengan
membudidayakan rumput laut.
Sulawesi Tenggara merupakan wilayah yang sangat potensial dalam
pengembangan usaha budidaya rumput laut, salah satunya berada di Kabupaten
Wakatobi. Wakatobi merupakan salah satu wilayah strategis dan memiliki potensi
yang prospektif dari segi perikanan, karena didukung dengan wilayah perairan
laut yang cukup luas, yaitu ± 17.554 km2 atau 97 % dari keseluruhan luas
wilayah sedang luas wilayah daratan ± 823 𝑘𝑚2 atau hanya mencapai 4,29 % dari
4
keseluruhan luas wilayah (BPS Wakatobi, 2019). Wakatobi memiliki potensi laut
yang sangat menjanjikan untuk dikelola secara maksimal baik melalui perikanan
tangkap, budidaya ikan, maupun budidaya rumput laut. Berdasarkan data BPS
tahun 2018 luas area budidaya rumput laut di Kecamatan Wangi-Wangi Selatan
seluas 237,851 ha. Kecamatan Wangi-Wangi Selatan, tepatnya terdapat di Desa
Liya Bahari banyak rumput laut telah mengganggu lalulintas laut, namun kegiatan
tersebut tetap dipertahankan dari Kabupaten Wakatobi karena merupakan sumber
kehidupan masyarakan dan menjadi salah satu pusat budidaya rumput laut di
Kabupaten Wakatobi.
Desa Liya Bahari terletak di Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten
Wakatobi sebagai salah satu daerah yang memproduksi rumput laut jenis
Spinosum dan Cattonik sepanjang tahun, baik dalam bentuk rumput laut kering
yang siap jual maupun rumput laut basah yang dijadikan sebagai bibit unggul baik
petani rumput laut dan sekitarnya. Namun lima tahun terakhir ini terjadi
penurunan produksi, sebagai akibat dari turunnya harga rumput laut kering jenis
Spinosum di Desa Liya Bahari yang berkisar 12.500/kg pada tahun 2015 hingga
saat ini harga rumput laut kering jenis Spinosum semakin menurun sebesar
5000/kg. Hal ini diduga bahwa disebabkan oleh rendahnya kualitas dan
produktivitas rumput laut di Desa Liya Bahari, selain itu juga faktor ekologis dan
teknologi yang digunakan oleh petani, faktor rendahnya modal yang dimiliki juga
sangat mempengaruhi.
5
Melihat kondisi tersebut, kemampuan daya saing usahatani rumput laut
menjadi salah satu permasalahan yang perlu diperhitungkan untuk
mengembangkan rumput laut sebagai salah satu komoditas unggulan Indonesia
dalam revitalisasi perikanan melalui program minapolitan baik dari segi
keunggulan kompetitif maupun keunggulan komparatif. Hasibuan dan Bedy
(2008) menyatakan bahwa rendahnya daya saing rumput laut disebabkan oleh
faktor eksternal dan faktor domestik. Faktor eksternal ditunjukkan oleh adanya
peningkatan persaingan dengan Cina sebagai penghasil utama rumput laut dipasar
internasional. Sedangkan faktor domestik ditunjukkan oleh tidak meratanya
tingkat daya saing yang dimiliki oleh setiap daerah sentra produksi rumput laut
khususnya di Desa Liya Bahari Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten
Wakatobi.
Permasalahan mendasar lainnya adalah dari segi teknik budidaya yang masih
tradisional. Penanganan budidaya rumput laut di Desa Liya Bahari oleh petani
dilakukan berdasarkan pengalaman dan kebiasaan turun-temurun. Penanganan
rumput laut secara turun-temurun dan kurangnya inovasi teknologi menjadi faktor
penting dalam penentuan kualitas. Keadaan ini akan memperlemah posisi daya
saing produk usahatani rumput laut (Spinosum) di Desa Liya Bahari. Petani
rumput laut pada umumnya tidak memiliki akses keluar ke Outer system
(pemerintah) sedangkan akses ditingkat komunitas (inner system) juga belum
berjalan dengan baik. Sinergi kelembagaan belum terjalin, hal ini dapat dilihat
pada tingkat dari persentuhan dan pengaruh kelembagaan komunitas dan
kelembagaan pemerintah sebagai pengambil kebijakan (Fausayana, 2017).
6
Berdasarkan permasalahan tersebut maka peneliti memutuskan untuk
melakukan penelitian mengenai Analisis Daya Saing Usahatai Rumput Laut
(Eucheuma Spinosum) di Desa Liya Bahari Kecamatan Wangi-Wangi Selatan
Kabupaten Wakatobi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka rumusan masalah
penelitian ini antara lain:
1. Bagaimana keunggulan kompetitif dan komparatif usahatani rumput laut
(Eucheuma Spinosum) di Desa Liya Bahari Kecamatan Wangi-Wangi
Selatan Kabupaten Wakatobi ?
2. Bagaimana daya saing usahatani rumput laut (Eucheuma Spinosum) di
Desa Liya Bahari Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis kenggulan kompetitif dan komparatif usahatani rumput
laut (Eucheuma Spinosum) di Desa Liya Bahari Kecamatan Wangi-Wangi
Selatan Kabupaten Wakatobi
2. Untuk menganalisis daya saing usahatani rumput laut (Eucheuma
Spinosum) di Desa Liya Bahari Kecamatan Wangi-Wangi Selatan
Kabupaten Wakatobi
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan berguna dalam memberikan informasi kepada
berbagai pihak mengenai daya saing usahatani rumput laut (Eucheuma Spinosum)
7
di Desa Liya Bahari Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi.
Adapun keguanaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagi kalangan akademisi, dapat menambah pengetahuan tentang daya
saing suatu komoditas dan dapat menjadi salah satu referensi untuk
melanjutkan penelitian dengan topik kajian yang berbeda.
2. Bagi petani sebagai bahan informasi untuk mengembangkan dan
meningkatkan pendapatan usahatani rumput laut (Eucheuma Spinosum) di
Desa Liya Bahari Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi.
3. Bagi pemerintah Kabupaten Wakatobi untuk mengembalikan kebijakan
dan referensi dalam pengembangan keunggulan komparatif, keunggulan
kompetitif dan daya saing usahatani rumput laut (Eucheuma Spinosum).
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Budidaya Rumput Laut
Rumput laut menjadi sumberdaya perairan yang bernilai ekonomi tinggi
karena rumput laut mempunyai kandungan nutrisi yang cukup lengkap dan
banyak manfaat untuk kecantikan, mencegah penuaan dini, mencegah penurunan
kecerdasan, mencegah stroke, mencegah kanker dan sebagai bahan obat lainnya
(Irwan Sapto Adhin, 2020).
Rumput laut tergolong tanaman berderajat rendah, umumnya tumbuhan
melekat pada subtract tertentu, tidak mempunyai akar, bataang maupun daun
sejati, tetapi hanya menyerupai batang yang disebut thallus. Rumput laut tumbuh
di alam dengan melekatkan dirinya pada karang, lumpur pasir, batu, dan benda
keras lainnya (Anggadiredja dkk, 2010).
Secara taksonomi, rumput laut dikelompokan kedalam division Thallophyta
berdasarkan kandungan pigmennya, rumput laut dikelompokan 4 kelas yaitu
sebagai berikut.
1.Rhodophyceae (ganggang merah)
2. Phaeophyceae (ganggang coklat)
3. Chloropyceae (ganggang hijau)
4. Chobophyceae (ganggang biru hijau)
Eucheuma Spinosum dan Haypnea Spinosum menghasilkan metabolit primer
senyawa hidrokoloid yang disebut keraginan. Gracilaria Spinosum dan Gelidium
Spinosum menghasilkan metabolit priper senyawa hidrokoloid yang disebut agar-
9
agar. Sementara Sargassum Spinosum menghasilkan metabolit prime senyawa
hidrokoloid yang disebut alginate. Rumput laut yang menghasilkan karaginan
disebut karaginofit (Anggadiredja dkk, 2010).
Eucheuma Spinosum adalah salah satu jenis rumput laut dari kelas
Rhodophyceae (ganggang merah) klarifikasi (Eucheuma Spinosum) Menurut
Anggadredja dkk, (2010) adalah sebagai berikut :
Kingdom :Plantae
Kelas : Rhodophyta
Devisi : Rhodophceae
Ordo : Gigartiaceae
Genus :Eucheuma
Spesies :(Eucheuma Spinosum) (Eucheuma Denticulatum)
Eucheuma Spinosum dikenal dengan nama ilmiah Eucheuma Muricatum dan
Eucheuma Denticulatum merupakan penghasil utama biota karagiman. Ciri fisik
(Eucheuma Spinosum) mempunyai bentuk tallus bulat tegak, dengan ukuran
panjang 5-30 cm, transparan, warna coklat kekuningan sampai merah kekuningan.
Permukaan thallus tertutup oleh tonjolan yang berbentuk seperti duri-duri runcing
yang tidak beratutran, duri terebut ada yang memanjang seolah berbentuk seperti
cabang. Tanaman tegak karena percabangannya yang rimbun dapat membentuk
rumpun. Percabangan thallus tumbuh pada bagian yang tua ataupun muda tidak
beraturan. Didaerah Cirebon, Solor dikenal sebagai rambu kasang, di Madura
dikenal sebagai bulung agar dan di Pulau Seribu dikenal dengan agar patah tulang
10
(Atmadja dkk, 1996). Komposisi senyawa organik dari rumput laut (Eucheuma
Spinosum) yang tumbuh di Indonesia dapat di lihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Komposisi Kimia Rumput Laut Kering (Eucheuma Spinosum)
Komponen Kimia Komposisi
Kadar Air 12,90 (%)
Protein Kasar 5,12 (%)
Lemak 0,13 (%)
Karbohidrat 13,38 (%)
Serat Kasar 1,39 (%)
Abu 14,21 (%)
Kalsium 52,85 ppm
Besi 0,108 ppm
Tembaga 0,768 ppm
Vitamin B1 0,21 mg/100 g
Vitamin B2 2,26 mg/100 g
Vitamin C 43,00 mg/100 g
Keraginan 65,75 (%)
Sumber: Poncomulyo, dalam Arfini 2011.
2.2 Konsep Usahatani
Kegiatan ekonomi yang dapat menghasilkan barang dan jasa disebut
berproduksi, begitu pula dalam kegiatan usahatani yang meliputi sub sektor
kegiatan ekonomi pertama tanaman pangan, perkebunan tanaman karas, perikanan
dan peternakan adalah merupakan usahatani yang menghasilkan produksi
(Umaldin, 2014). Untuk lebih menjelaskan pengertian usahatani dapat dikutip dari
definisi yaitu usahatani adalah himpunan sumber-sumber alam yang terdapat pada
sektor pertanian itu diperlukan untuk produksi pertanian, tanah dan air, perbaikan-
perbaikan yang telah dilakukan diatas tanah dan sebagainya, atau daoat dikatakan
bahwa pemanfaatan tanah untuk kebutuhan hidup (Mubyarto, 1997).
11
Pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa pada mulanya usahatani bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan keluarga petani, segala jenis tanaman dicoba,
dibudidayakan. Segala jenis ternak dipopulasikan, sehingga ditemukan jenis yang
cocok dengan kondisi alam setempat, kemudian disesuikan dengan prasarana yang
harus disiapkan guna menunjang keberhasilan produk usahatani (Umaldin, 2014).
Definisi lain dari usahatani adalah sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana
seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk
tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu (Soekartawi,
1999). Suatu usahatani dikatakan berhasil apabila dapat memenuhi kewajiban
membayar bunga modal, alat-alat digunakan, upah tenaga luar serta sarana
produksi yang lain termaksud kewajiban terhadap pihak ketiga dan dapat menjaga
kelestarian usahanya (Ken Suaratiyah, 2016:77).
Biaya usahatani merupakan nilai penggunaan sarana produksi dan lain-lain
yang dibebankan pada produk bersangkutan. Selain biaya tunai yang harus
dikeluarkan ada pula biaya yang diperhitungkan, yaitu nilai pemakaian barang dan
jasa yang dihasilkan dari usaha itu sendiri. Biaya yang diperhitungkan digunakan
untuk menghitung berapa sebenarnya pendapatan kerja petani kalau modal dan
nilai kerja keluarga diperhitungkan (Hermanto dan Ferdiansyah, 2004).
Biaya produksi dapat didefinisikan sebagai semua pengeluaran yang
dikeluarkan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah
yang digunakan untuk menciptakan barang-barang yang produksi tersebut
(Sukirno, 2002).
12
Biaya produksi dalam usahatani dapat dibedakan berdasrkan :
1. Berdasakan jumlah output yang dihasilkan terdiri dari
a. Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar
kecilnya produksi misalnya : pajak tanah, sewah tanah, penyusutan
bangunan pertanian, dan bunga pinjaman.
b. Biaya variabel adalah biaya yang berhubungan langsung dengan produksi,
misalnya : pengeluaran untuk benih, pupuk, obat-obatan, dan biaya tenaga
kerja.
2. Berdasarkan biaya yang langsung dikeluarkan dan diperhitungkan adalah biaya
tunai adalah biaya tetap dan biaya variabel yang dibayar tunai. Biaya tetap
misalnya : pajak tanah dan bunga pinjaman, sedangkan biaya variabel misalnya
pengeluaran untuk benih, pupuk, obat-obatan, dan tenaga kerja luar keluarga.
Biaya tunai ini berguna untuk melihat pengelokasian modal yang dimiliki
petani (Sukirno, 2002).
Penerimaan usahatani adalah suatu nilai produk total dalam jangka waktu
tertentu, baik untuk dijual maupun untuk dikonsumsi sendiri. Penerimaan ini
mencakup semua produk yang dijual, konsumsi rumah tangga petani, untuk
pembayaran dan untuk disimpan. Penerimaan usahatani rumput laut dalam
penelitian ini adalah nilai produk diperoleh dari produk total dikali dengan harga
jual ditingkat petani (Soekartawi 1986). Pendapatan usahatani adalah pendapatan
yang berasal dari kegiatan usahatani dan peternakan setiap tahun (Makeham dan
Malcolm, 1995).
13
Pendapatan usahatani adalah keuntungan yang diperoleh petani dengan
mengurangkan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi dengan
penerimaan usahatani. Tujuan utama dari analisis pendapatan adalah
menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha dan menggambarkan
keadaan yang datang dari perencanaan dan tindakan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pendapatan usahatani adalah luas usahatani, efisiensi kerja dan
efisiensi produksi. Luas usahatani yang sempit dapat mengakibatkan produksi
persatuan luas yang tinggi tidak dapat tercapai. Sementara efisiensi kerja dan
efisiensi produksi yang tinggi menyebabkan pendapatan petani semakin tinggi (Al
Hariz, 2007).
Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan total dan total
renaveme (TR) dengan biaya total atau total cost (TC). Penerimaan usahatani
adalah hasil dari jumlah hasil produksi (output) dengan harga jual output. Biaya
usahatani diklarifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya
variabel (variabele cost) (Soekartawi, 2002). Biaya tetap umumnya relatif tetap
jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau
sedikit. Jadi besarnya biaya ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi
yang diperoleh, sedangkan biaya variabel dipengaruhi oleh besar kecilnya
produksi yang diperolehnya, yang termaksud biaya variabel adalah sewah tanah,
pajak, alat-alat pertanian, iuran irigasi, dan lainnya atau bisa dikatakan sebagai
biaya input produksi.Pendapatan usahatani yang diterima seorang petani dalam
satu tahun berbeda dengan pendapatan yang diterima petani lainnya. Perbedaan
pendapat ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor ini ada yang dapat masih
14
diubah dalam batasan-batasan kemampuan petani dan ada faktor yang tidak dapat
diubah yaitu iklim dan tanah (Al Hariz, 2007).
2.3 Teori Daya Saing
Daya saing dianalisis melalui keunggulan komparatif suatu negara secara
nisbi terhadap dunia dengan menggunakan indeks “Revealed Comparative
Advantage (RCA)”. Indeks RCA dirumuskan sebagai berikut (Siegfried Bender
dan Kuil-Wai Li dan Ratna Kania, 2002).
Daya saing merupakan kemampuan produsen untuk memproduksi suatu
komuditas pada kondisi teknologi usahatani, lingkungan ekonomi, dan kebijakan,
pemerintah yang ada daya saing tersebut sangat dinamis. Keunggulan saat ini bisa
saja menjadi ketidak unggulan dimasa yang akan datang. Tingginya tingkat
persaingan antar Negara tidak hanya berdampak pada perekonomian. Konsep
daya saing adalah sesuatu yang sangat dinamis, dimana keunggulan saat bisa saja
menjadi ketidak unggulan dimasa yang akan datang, atau sesuatu yang belum
unggul saat ini sangat mungkin untuk semakin tidak unggul lagi dimasa yang akan
datang (Pahan, 2008). Tingginya tingkat persaingan antara negara tidak hanya
akan berdampak pada perekonomian Indonesia secara keseluruhan, tetapi juga
akan terdampak langsung pada perekonomian daerah khususnya kemampuan
suatu daerah untuk meningkatkan daya saing perekonomiannya yang sangat
bergantung pada kemampuan daerah dalam menentukan faktor-faktor yang dapat
digunakan sebagai ukuran daya saing daerah dan kemampuan daerah dalam
menetapkan kebijakan terhadap daerah lain (Abdullah dkk, 2002).
15
Daya saing merupakan kemampuan suatu komoditas untuk bersaing dipasar
luar negeri atau kemampuan untuk dapat bertahan dalam pasar dalam negeri dan
bersaing dengan komuditas dari luar negeri. Jika suatu produk mempunyai daya
saing maka produk banyak diminati oleh banyak konsumen. Simanjutak (1992)
menyatakan bahwa daya saing adalah kemampuan produsen untuk memproduksi
suatu komoditas dengan biaya yang cukup rendah sehingga pada harga-harga
yang terjadi dipasar internasional kegiatan produksi tersebut menguntungkan.
Daya saing komoditas dapat diukur melalui dua pendekatan yaitu tingkat
keuntungan yang dihasilkan dan efisiensi usahatani. Tingkat keuntungan yang
dihasilkan dapat dilihat dari dua sisi yaitu keuntungan privat dan keuntungan
sosial. Pendekatan daya saing dapat dilihat dari dua indikator keunggulan
kompetitif dan keunggulan komparatif. Masing-masing keunggulan menunjukan
efisiensi penggunaan faktor produksi usahatani (Simajuntak, 1992).
Daya saing suatu komoditas dapat diukur melalui dua pendekatan yaitu
tingkat keuntungan yang dihasilnya dapat dilihat dari dua indikator yaitu
keuntungan kompetitif dan keunggulan komparatif (Murtininggrum, 2013).
2.3.1. Keunggulan Komparatif dan Keunggulan Kompetitif
Keunggulan komparatif merupakan konsep yang diterapkan suatu negara
untuk membandingkan terhadap aktifitas produksi dan perdagangan didalam
negeri terhadap perdagangan dunia. Definisi tersebut menerangkan bahwa biaya
produksi dinyatakan dalam nilai sosial dan harga komuditas diukur pada tingkat
harga dipelabuhan yang berarti juga harga bayangan. Dengan demikian, analisis
16
keunggulan komparatif adalah analisis sosial dan bukan analsis privat
(Murtininggrum, 2013).
Keunggulan komparatif merupakan suatu konsep yang dikembangkan
pertama kali oleh David Ricardo. Konsep tersebut menyatakan bahwa meskipun
sebuah negara kurang efisien akan memiliki kerugian absolut dibandingkan
dengan negara lain dalam memproduksi suatu komoditas, namun masi terdapat
dasar untuk melakukan perdagangan yang saling menguntungkan kedua belak
pihak. Negara yang memiliki kerugian absolute akan berpesialisasi dalam
berproduksi dan mengekspor komoditas dengan absolute terkecil dengan kata lain
komoditas yang memiliki keunggulan komparatif (Salvatore, 1997).
Keunggulan komparatif merupakan ukuran daya saing potensial yang akan
dicapai apabila perekonomian tidak mengalami distori sama sekali (Simatupang
dan Sudaryanto, 1990). Menurut Kurniawan (2011) menjelaskan bahwa menurut
asian developmen bank, keunggulan komparatif adalah kemampuan suatu wilayah
atau negara dalam memproduksi satu unik dari beberapa komoditas dengan biaya
relative lebih rendah dari biaya imbangan sosialnya dari alternative lainnya.
Keunggulan komparatif merupakan suatu konsep yang diterapkan suatu negara
untuk membandingan aktifitas pada tingkat harga dipelabuhan yang berarti juga
harga bayangan.
Keunggulan kompetitif merupakan perlusan dari konsep keunggulan
komparatif yang menggambarkan kondisi daya saing suatu aktifitas pada kondisi
perekonomian aktual. Teori keunggulan kompetitif menjelaskan kondisi daya
saing pembangunan suatu negara yang kompetitif (Michael Porter, 1990).
17
Keunggulan komparatif suatu negara ditentukan oleh empat faktor yaitu, keadaan
faktor-faktor produktif, permintaan dan tuntutan mutu, industri terkait dengan
pendukung yang kompetitif dan strategi, serta struktur dan titik penguasaan antar
perusahaan. Selain dari empat faktor penentu tersebut, keunggulan kompetitif juga
ditentukan oleh alternal yaitu siystem permintaan dan terdapatnya kesempatan
(Halwati, 2002).
Keunggulan komparatif dan kompetitif dapat dimiliki oleh suatu komoditas
sekaligus, namun bisa saja suatu komoditas hanya memiliki salah satu
keunggulan. Komoditas yang memiliki keunggulan komparatif tetapi tidak
memiliki keunggulan kompetitif terjadi disebabkan karena adanya distori pasar
atau adanya hambatan yang bersifat disintensif, misalnya perpajakan atau
produsen admistrasi yang menghambat aktifitas tersebut sehingga merugikan
produsen sebaliknya suatu komoditas yang dimiliki keunggulan kompetititf tapi
tidak memiliki keunggulan komparatif dapat terjadi bila pemerintah memberikan
proteksi terhadap komoditas yang dihasilkan misalnya jaminan harga, perijinan
dan kemudahan fasilitas lainnya (Halwati, 2002).
2.4 Konsep Policy Analysis Matrix (PAM)
Penelitian ini menggunakan alat analisis PAM (Policy Analysis Matrix).
Alat analisis PAM dikembangkan oleh Monke dan Pearson sejak tahun 1989.
PAM (Policy Analysis Matrix) adalah alat analisis yang digunakan untuk
mengetahui efisiensi ekonomi dan besarnya insentif atau intervensi dalam
berbagai aktivitas usahatani secara keseluruhan dan sistematis. Dalam
18
penelitian ini PAM menyusun matrik yang berisi informasi biaya, pendapatan dan
keuntungan privat serta sosial usahatani rumput laut pada Kabupaten dengan
produksi tertingggi.
1. Profitabilitas dan daya saing
Profitabilitas usahatani dilihat dari keuntungan privat dan keuntungan
sosial. Daya saing usahatani dapat dilihat melalui keunggulan kompetitif dan
komparatifnya.
1) Keuntungan privat dan keunggulan kompetitif didasarkan pada biaya dan
pendapatan privat dalam perekonomian aktual. Keunggulan Kompetitif
dapat dihitung melalui keuntungan privat dan Indikator Private Cost Ratio
(PCR).
-Keuntungan privat merupakan keuntungan yang sebenarnya diperoleh petani.
Keuntungan privat dihitung berdasarkan harga privat. Keuntungan privat
dalam tabel PAM disimbolkan dengan D. Indikatornya apabila D positif,
berarti usahatani memperoleh keuntungan atau profit atas biaya normal dalam
kondisi terdapat kebijakan pemerintah. Hal ini mempunyai implikasi
bahwa komoditas tersebut mampu ekspansi, kecuali apaila sumberdaya
terbatas atau adanya komoditas alternatif yang lebih menguntungkan.
Apabila D negatif, usahtani tersebut tidak memperoleh profit atas biaya
normal yang artinya bahwa usahatani belum mampu ekspansi.
-Private Cost Ratio (PCR) menunjukkan penggunaan sumber daya domestik
untuk menghasilkan nilai tambah usahatani. Indikator PCR didapat dari
biaya privat input non tradeable usahatani dibandingkan pendapatan privat
19
domestik dikurangi biaya input tradeable privat. PCR dapat dihitung dari
notasi dalam tabel PAM = C/(A-B). Indikatornya adalah apabila PCR<1,
usahtani yang diteliti memiliki keunggulan kompetitif PCR>1, sistem
input tradeable yang diteliti tidak memiliki keunggulan kompetitif.
PCR = Biaya Input Tradable Privat
Pendapatan Privat−Biaya Input 𝑇𝑟𝑎𝑑𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑃𝑟𝑖𝑣𝑎𝑡
2) Keuntungan sosial dan keunggulan komparatif didasarkan pada biaya dan
pendapatan sosial, oleh karena itu keuntungan sosial dan keunggulan
kompetitif mencerminkan efisiensi usahatani. Keuntungan sosial
dan keunggulan komparatif dapat dihitung melalui keuntungan sosial
danindikator Domestic Resource Cost Ratio (DRCR).
-Keuntungan sosial merupakan keuntungan yang seharusnya diterima petani
apabila tidak ada kebijakan pemerintah dan kegagalan pasar. Keuntungan
sosial pada tabel PAM disimbolkan dengan H. Indikatornya adalah
apabila H positif, usahatani tetap menguntungkan meski tidak ada kebijakan
pemerintah. Apabila H negatif, berarti usahatani tidak menguntungkan dan
tidak mampu bersaing tanpa kebijakan pemerintah.
-Indikator yang menggambarkan rasio penggunaan faktor domestikyaitu
Domestic Resource Cost Ratio (DRCR) dilihat dari nilai Domestic
Resource Cost (DRC) yang dihitung dari identitas G/(E-F).
DRC = Biaya Input Non 𝑇𝑟𝑎𝑑𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑆𝑜𝑠𝑖𝑎𝑙
Pendapatan Sosial−Biaya Input Tradable Sosial
20
Apabila tabel PAM. Indikatornya apa bila DRC<1, usahatani mempunyai
keunggulan komparatif. Apabila DRC>1, usahatani tidak mempunyai
keunggulan komparatif (Scott Pearson, 2005).
2.5 Penelitian Terdahulu yang Relavan
Tabel 2.2. Ringkasan Beberapa Penelitian Terdahulu yang Relavan
No. Judul
Penelitian
Metode Analisis
Data
Hasil Penelitian
1 Analisis
Daya Saing
Usahatani
Rumput Laut
di Kabupaten
Konawe
Selatan.
(Yusriadin,
Budiyanto,
Rosmawati,
dan Ine
Fausayana,
2019)
Analisis Policy
Analysis Matrix
(PAM) data yang
digunakan data primer
dan sekunder, metode
Simple Random
Sampling
Menunjukan bahwa secara
kompetitif dan komparatif,
usahatani rumput laut di
Kabupaten Konawe Selatan
memiliki daya saing. Hal ini
bisa dilihat berdasarkan nilai
Privat Cost Rasio yaitu 0,34
dan nilai Domestic Roseurces
Cost Ratio yaitu 0,26 lebih
kecil dari satu.
2 Analisis
Daya Saing
Usahatani
Jagung dan
Kedelai di
Sulawesi
Selatan.
(Hardianti
Syam, 2019)
Analisis yang
digunakan adalah
Policy Analysis
Matrix (PAM)
Hasil analisis PAM dalam
penelitian ini menunjukkan
usahatani jagung dan kedelai
Sulawesi Selatan memiliki
daya saing keunggulan
kompetitif dan keunggulan
komparatif. Tetapi kebijakan
pemerintah terhadap input
dan non output secara
keseluruhan blom efektif
memproteksi usahatani
jagung dan kedelai di
Sulawesi Selatan
3
Analisis Deskriptif kuantitatif Nilai DRC 0.60. Hal ini
21
Daya Saing
Usaha Padi
Sawah di
Desa
Toddotoa
Kecamatan
Pallangga
Kabupaten
Gowa. (Ayu
Anggraeni,
2019)
dan Analisis Policy
Analisys Matrix (PAM)
berarti bahwa untuk
memperoleh nilai tambahan
output sebessr Rp. 1 juta
memerlukan biaya faktor-
faktor produksi domestik
sebesar RP. 600.000 dengan
nilai DRC lebih <1
menunjukan bahwa usahatani
padi sawah memiliki
keunggulan komparatif
sehingga menunjukan
efisiensi sumber daya
domestiknya pada harga
internasional.
Nilai PCR 0,35 Hal ini berarti
bahwa untuk memperoleh
nilai tambahan output sebesar
Rp1 juta memerlikan biaya
faktor-faktor produksi
domestik sebesar RP. 530.000
Dengan nilai PCR <1
menunjukan efisiensi sumber
daya domestiknya pada harga
actual.
4 Analisis
Daya Saing
Usaha Ternak
Ayam Petelur
Kabupaten
Sidenreng
Rappang di
Era
Masyarakat
Ekonomi
Asean
(MEA).
(Nurul
Haerani,
2017)
Analisis data yang
digunakan dalam
penelitian ini adalah
analisis Policy
Analisys Matrix
(PAM)
Bahwa usaha ternak ayam
petelur Kabupaten Sidenreng
Rappang memiliki
keunggulan komparatif dan
keunggulan kampetitif
terhadap komuditas telur
yang sangat kuat, hasil dari
keunggulan komparatif yaitu
DRC<1 sebesar -0,19
Hal ini menunjukan
keunggulan komparatif yang
kuat usaha ternak ayam petelur
Kabupaten Sidenreng Rappang
memerlukan faktor domestik
sebesar Rp. 1.000.000 & nilai
22
PCR<1 yaitu 0,01 kondisi ini
menunjukan memiliki
keunggulan kompetitif Yng
kuat dan memiliki keunggulan
untuk berdaya saing.
5 Analisis
Daya Saing
Usahatani
Lada Puti di
Desa
Motompi
Kecamatan
Towuti
Kabupaten
Luwu Timur.
(Nirwana
Sari Saputri,
2017)
Analisis PAM (Policy
Analisys Matrix), data
primer dan data
sekunder
Nilai DRC 0,08. Hal ini
berarti bahwa untuk
memperoleh nilai tambahan
output sebesar 1 juta
memerlukan biaya faktor-
faktor produksi domestik
sebesar Rp. 80.000. Dengan
nilai DRC lebih <1
menunjukan bahwa usahatani
. . memiliki keunggulan
komparatif sehingga
menunjukan efisiensi sumber
daya domestiknya pada harga
internasional. Usahatani pada
.h putu di Desa Mayompi
Kecamatan Towuti
Kabupaten Luwu Timur
memiliki nilai PCR 0,15. Hal
ini berarti bahwa untuk
memperoleh nilai tambahan
output Rp. 1 juta memerukan
biaya faktor-faktor produksi
domestik sebesar Rp. 150
Dengan nilai PCR <1
menunjukan efisiensi sumber
daya domestiknya pada harga
aktual.
6 Analisis
Daya Saing
Agribisnis
Rumput Laut
di Kabupaten
Lombok
Timur.
(Fadli,
Policy Analysis
Matrix (PAM), Privat
Cost Ratio (PCR),
Domestic Resource
Cost Ratio (DRC)
Usahatani rumput laut di
Kabupaten Lombok Timur
memiliki daya saing yang di
tunjuka dengan nilai PCR dan
DRC lebih kecil dari 1. Hal
ini menunjukan bahwa
memiliki keunggulan
komparatif dan keunggulan
23
Rachmat
Pambudy dan
Harianto,
2017)
kompetititf. Berdasarkan
analisis R/C ratio
menunjukan penerapan
sistem budidaya rumput laut
melalui sistem lepas dasar
lebih efisiensi dan memiliki
penerimaan yan lebih besar
dari setiap rupiah biaya yang
dikeluarkan oleh petani.
Analisis sensivitas
menunjukan bahwa
peningkatan produktivitas
sebesar 25% menjadi
skenario kebijakan yang
terbaik, hal ini menunjukan
dengan nilai PCR dan DCR
yang diperoleh pada skenario
ini paling rendah
dibandingkan skenario-
skenario lainnya.
7 Analisis
Daya Saing
Usahatani
Kelapa Sawit
di Kecamatan
Waway
Karya
Kabupaten
Lampung
Timur. (Ni
Wayan
Hermayanti,
Zinal Abidin
dan Hurip
Santosa,
2013)
Deskriptif kualitatif
dan kuantitatif.
Analisis data
menggunakan metode
PAM (Policy Analysis
Matrix)
Daya saing (Keunggulan
kompetitif dan keunggulan
komparatif) pada usahatani
kelapa sawit di Kabupaten
Lampung Timur memiliki
daya saing yang tinggi baik
berdasarkan data proyeksi
maupun data standar
produktivitas produksi.
Keunggulan kompetitif
ditunjukan masing-masing
dengan nilai PCR 0,68 dan
0,56 dan keunggulan
komparatif ditunjukan dengan
nilai DRCR 0,67 dan 0,64.
Sehingga usahatani kelapa
sawit layak untuk
dikembangnkan karena dapat
memberikan keuntungan
yang maksimal. Namun
24
usahatani kelapa sawit
sensitif terhadap penurunan
harga output yang tajam,
maupun kenaikan harga input
yang sedikit saja.
8 Analisis
Daya Saing
Usahatani
Kelapa Sawit
Kabupaten
Mukomuko.
(Aprizal,
2013)
Analisis PAM (Policy
Analysis Matrix)
Hasil analisis dengan metode
PAM Desa Bumi Mulya
Kabupaten Mukomuko
memiliki keunggulan
kompetititf dan komperatif.
Nilai PP dan SP bernilai
positif nilai PCR sebesar
0,91, DRCR adalah 0,72.
Dampak kebijakan
pemerintah terhadap output
bersifat disinsentif diketahui
dari nilai OT negatif RP.
5.521.890,00/Ha/Tahun, nilai
NPCO adalah 0,80, sementara
itu dampak kebijakan
pemerintah terhadap input
terhadap subsidi pemerintah
terhadapa input pupuk. Nilai
NT negatif, EPC 0,83 dan
SRP 0,16 kebijakan
pemerintah terhadap input-
output menunjukkan bahwa
subsidi pupuk masi sangat
diperlukan pada usahatani
kelapa sawit rakyat.
9 Analisis
Daya Saing
Rumput Laut
di Indonesia
(Studi Kasus:
Kabupaten
Konawe
Selatan,
Sulawesi
Tenggara),
Analisis penelitian
ini menggunakan
Policy Analysis
Matrix (PAM)
Nilai Domestic Resource Cost
Ratio (DRCR)
sebesar 0,98 menunjukkan
bahwa usaha rumput laut di
Kabupaten Konawe Selatan
memiliki keunggulan
komparatif dan daya saing
lebih besar dibandingkan
dengan usaha rumput laut di
Kabupaten Lombok
Timur. Sebaliknya, nilai
25
(Estu Sri
Luhur,
Cormelia
Mirwantini
Witomo dan
Maulana
Firdaus,
2012)
Tradable Resource Cost
Ratio (TRCR) sebesar 1,38
menunjukan kurang mampu
bersaing dengan usaha
budidaya rumput laut di
Kabupaten Lombok Timur.
Peningkatan daya saing
rumput laut di Kabupaten
Konawe Selatan dapat
dilakukan melalui kebijakan
penurunan harga satuan bibit
dan bahan bakar minyak
(BBM) secara bersama-sama
sebesar 28% serta kebijakan
peningkatan harga satuan
tenaga kerja upahan dan
depresiasi aset produksi
secara keseluruhan sebesar
4%.
10 Analisis
Daya Saing
Rumput Laut
di Kabupaten
Sumenep
(Ribut
Santosa,
2008)
Analisis yang
digunakan adalah
matrik kebijakan atau
Policy Analysis
Matrix (PAM)
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa usahatani rumput laut
di Kabupaten Sumenep
memiliki efisiensi usahatani.
Hal ini dibuktikan dari hasil
analisis keuntungan sistem
harga privat yang bernilai
positif. Usahatani rumput laut
di Kabupaten Sumenep
menguntungkan dan mampu
bersaing, serta layak untuk
diusahakan. Usahatani
rumput laut memiliki
keunggulan komparatif dan
keunggulan kompetitif.
Kebijakan pemerintah tidak
memberikan dampak positif
atau tidak berpihak baik dari
segi output dan input tradable
terhadap petani rumput laut di
Kabupaten Sumenep.
26
2.6 Kerangka Pikir
Sulawesi Tenggara adalah wilayah yang sangat potensial dalam
pengembangan usahatani budidaya rumput laut dengan pruduksi mencapai
911.017 ton di lima tahun terakhir, salah satunya berada di Kabupaten Wakatobi.
Kabupaten Wakatobi merupakan wilayah strategis dan memiliki potensi yang luas
produksi rumput lautnya. Luas area budidaya rumput laut di Kecamatan Wangi-
Wangi Selatan seluas 237,851 ha. Desa Liya Bahari Kecamatan Wangi-Wangi
Selatan sebagian besar sumber mata pencahariannya ada pada budidaya rumput
laut, daerah ini adalah daerah yang selalu memproduksi rumput laut sepanjang
tahun, baik dalam bentuk rumput laut kering siap jual maupun rumput laut basah
yang dijadikaan sebagai bibit unggul .
Peningkatan produksi rumput laut (Eucheuma Spinosum) di Kabupaten
Wakatobi Kecamatan Wangi-Wangi Selatan tidak terlepas dari penggunaan input
produksi dari usahatani rumput laut (Eucheuma Spinosum) itu sendiri. Input
produksi yang digunakan maliputi input bersifat tradable (barang yang
diperdagangkan di pasar internasional). Input produksi tersebut sangat terkait
dengan harga yang dibayarkan, untuk membeli input produksi ini sehingga akan
menimbulkan biaya baik berupa biaya tetap (Fixed Cost) maupun biaya variabel
(Variabel Cost). Besarnya biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan usahatani
rumput laut (Eucheuma Spinosum) akan mempengaruhi penerimaa usahatani
rumput laut (Eucheuma Spinosum) itu sendiri sehingga akan menentukan
besarnya pendapatan yang diterima oleh petani. Pendapatan yang diterima oleh
petani rumput laut (Eucheuma Spinosum) akan menunjukan sejauh mana
27
usahatani rumput laut (Eucheuma Spinosum) dapat berdaya saing baik secara
komparatif maupun kompetitif dengan menggunakan analisis PAM (Policy
Analysis Matrix). Adapun mengenai kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada
Gambar 1 dibawah ini:
Gambar 1. Alur Kerangka Pikir Penelitian Analisis Daya Saing Usahatani Rumput
Luat (Eucheuma Spinosum) di Desa Liya Bahari Kecamatan Wangi-
Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi.
Usahatani Rumput Laut
(Eucheuma Spinosum)
Input Output
Biaya
1. Fixed cost
2.Variabel cost
Pendapatan
Keunggulan
Kompetitif
Daya Saing Usahatani Rumput
Laut (Eucheuma Spinosum)
Keunggulan
Komparatif PAM
(Policy Analysis Matrix)
Penerimaan
28
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Liya Bahari Kecamatan Wangi-Wangi
Selatan Kabupaten Wakatobi pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja
(Purposive) dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Wangi-Wangi Selatan
merupakan salah satu sentra produksi terbesar rumput laut di Kabupaten
Wakatobi. Penelitian dilaksanakan bulan Juli sampai bulan Agustus 2021.
3.2 Teknik Penentuan Sampel
Populasi menurut Arikunto (2006), adalah keseluruhan subjek penelitian. Jadi
jumlah populasi merupakan jumlah keseluruhan populasi yang merupakan hasil
pengukuran atau perhitugan. Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi Sugianto, (2008).
Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara acak sederhana
(Simple Random Sampling), populasinya yaitu petani rumput laut yang
membudidayakan (Eucheuma Spinosum) yang berjumlah 640 orang (Monografi
Desa Liya Bahari). Maka ditentukan sampel sebesar 20% dari jumlah populasi
sehingga diperoleh sebesar 32 orang sebagai sampel, yang diperoleh dengan
menggunakan metode menurut (Suharsimi Arikunto, 2006) yaitu sebagai berikut:
Apabila kurang dari 100 lebih baik diambil semuannya sehingga penelitian
yang merupakan penelitian, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-
15 % dan 20-55 % atau lebih tergantung dari sedikit banyaknya:
1. Kemampuan penelitian dilihat dari waktu, tenaga dan dana.
29
2. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena ini menyangkut
banyak sedikitnya dana.
3. Besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti untuk meneliti yang resikonya
besar, tentu saja jika sampelnya besar hasilnya akan juga besar (Suharsimi
Arikanto, 2006)
3.3 Jenis dan Sumber Data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai
berikut:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh melalui proses wawancara secara
langsung kepada petani yang melakukan usahatani rumput laut (Eucheuma
Spinosum) dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah
disedikan sebagai alat bantu dalam pengumpulan data.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan untuk maksud selain
menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi data ini dapat juga ditemukan
dengan cepat. Dalam penelitian yang menjadi sumber data sekunder adalah jurnal,
artikel, literature serta situs internet yang berkenan dengan penelitian yang di
lakukan.
30
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data skripsi ini antara lain yaitu:
1. Observasi
Observasi dilakukan dalam rangka mencari informasi lokasi penelitian dan
mendapatkan gambaran umum lokasi penelitian di Desa Liya Bahari Kecamatan
Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan bertanya langsung kepada responden dengan
menggunakan kuesioner. Metode tersebut digunakan untuk memperoleh informasi
mengenai daya saing usahatani rumput laut (Eucheuma Spinosum).
3. Dokumentasi
Dokumentasi pada penelitian ini meliputi data sekunder di Desa Liya Bahari
Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi seperti jenis tanah,
monografi desa, dan foto-foto yang dapat menunjang kegiatan penelitian.
3.5 Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif dengan
menggunakan analisis perhitungan. Data yang diperoleh dianalisis dengan
menggunakan analisis usahatani dan analisis daya saing usahatani rumput laut
(Eucheuma Spinosum) menggunakan alat analisis (PAM) Policy Matrix Analisis.
31
1. Analisis Usahatani
a. Analisis Biaya
Menurut Suratiyah (2009) untuk menghitung besarnya biaya total
(Total Cost) diperoleh dengan cara menjumlahkan biaya tetap (Fixed
Cost/ FC) dengan biaya variabel (Variable Cost) dengan rumus:
TC = FC + VC
Dimana :
TC = Total Cost (Biaya Total)
FC = Fixed Cost (Biaya Tetap Total)
VC = Variable Cost (Biaya Variabel)
b. Analisis Penerimaan
Menurut Suratiyah (2009) secara umum perhitungan penerimaan
total (Total Revenue/ TR) adalah perkalian antara jumlah produksi (Y)
dengan harga jual (Py) dan dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
TR = Py . Y
Dimana :
TR = Total Revenue (Penerimaan Total)
Py = Harga produk
Y = Jumlah produksi
c. Analisis Pendapatan
Menurut Suratiyah (2009) pendapatan adalah selisih antara
penerimaan (TR) dan biaya total (TC) dan dinyatakan dengan rumus:
Pd = TR –TC
32
Dimana :
Pd = Pendapatan
TR = Total Revenue (Penerimaan Total)
TC = Total Cost (Biaya Total)
2. Analisis PAM Policy Matrix Analisis
Informasi biaya, pendapatan dan keuntungan privat serta sosial usahatani
rumput laut di Desa Liya Bahari Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten
Wakatobi memberikan indikator daya saing usahatani yaitu keunggulan
komparatif dan kompetitif.
Analisis PAM dapat digunakan pada usahatani dengan berbagai wilayah, tipe
usahatani dan teknologi. Selain itu analisis PAM juga dapat digunakan untuk
mengetahui apakah suatu kebijakan dapat memperbaiki daya saing terhadap
usahatani suatu komoditas yang dihasilkan melalui pencintaan efisiensi usaha dan
pertumbuhan pendapatan. Model PAM dengan formulasi seperti pada tabel.
Tabel 3.1 Matriks Analisis Kebijakan (Policy Analysis Matrix /PAM)
Keterangan
Penerimaan
Biaya
Input Input non
Keuntungan
Harga Privat A B C D = A-B-C
Harga Sosial E F G H = E-F-G
Sumber. Scott Pearson et al, 2005.
Keterangan :
Penerimaan usahatani pada harga privet` = A
Total biaya input tradable usahatani pada harga privet = B
Total biaya input non tradable usahatani pada harga privet = C
Penerimaan usahatani pada harga sosial = E
33
Total biaya input tradable usahatani pada harga sosial = F
Total biaya input non tradable usahatani pada harga sosial = G
Keuntungan privet = D
Keuntungan sosial = H
Baris pertama dari matrik PAM adalah perhitungan dengan harga pasar
(privat), yaitu harga yang secara aktual diterima dan dibayarkan petani. Baris
kedua merupakan penghitungan yang didasarkan pada harga sosial, yaitu harga
yang menggambarkan nilai sosial yang sesungguhnya bagi unsur biaya maupun
hasil. Harga sosial merupakan harga tanpa kebijakan pemerintah dan kegagalan
pasar.
Tabel PAM dapat menghasilkan indikator profitabilitas dan daya saing.
Penelitian ini indikator profitabilitas yang dianalisis adalah keuntungan privat dan
keuntungan sosial. Indikator daya saing yang dianalisis adalah keunggulan
komparatif dan keunggulan kompetitif.
3.6 Definisi Operasional
1. Rumput laut (Eucheuma Spinosum) merupakan salah satu jenis rumput laut dari
kelas Rhodophyceae (ganggang merah). Rumput laut jenis ini dibudidayakan di
Desa Liya Bahari Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi
2. Biaya usahatani semua pengeluaran yang dipergunakan usahatani rumput laut.
Biaya usahatani dibedakan menjadi dua yaitu:
a) Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada
besarnya kecilnya produksi, misalnya: pajak tanah, sewa tanah,
penyusutan bangunan pertanian dan bunga pinjaman.
34
b) Biaya variabel adalah biaya yang berhubungan langsung dengan produksi,
misalnya: pengeluaran untuk benih, pupuk, obat-obatan, dan biaya tenaga
kerja di Desa Liya Bahari Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten
Wakatobi.
3. Penerimaan usahatani adalah keuntungan material yang diperoleh seorang
petani atau bentuk inbalan jasa petani maupun keluarga sebagai pengelola
usahatani maupun akibat pemakain barang modal yang dimilikinya.
4. Pendapatan usahatani adalah keuntungan yang diperoleh petani di Desa Liya
Bahari Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi.
5. Input tradable adalah input yang diperdagangkan sehingga memiliki harga
pasar internasional yang termaksud dalam input tradable adalah pupuk, benih,
pestisida.
6. Input non tradable, input yang tidak diperdagangkan secara internasional
sehingga tidak memiliki harga pasar internasiaonal yang termaksud dalam
input non tradable adalah lahan, tenaga kerja, alat-alat pertanian dan modal.
7. Harga privat adalah harga yang didasarkan atas harga aktual atau harga pasar,
dihitung dalam satuan rupiah (Rp)
8. Harga sosial adalah harga yang menggambarkan harga yang sesungguhnya
yang seharusnya diterima petani baik input maupun output, diukur dalam
satuan rupiah (Rp).
9. Keuntungan sosial adalah selisih antara penerimaan sosial dengan biaya sosial,
diukur dalam suatu rupiah (Rp).
35
10. Keunggulan komparatif adalah konsep yang diterapkan suatu negara untuk
membantingkan beragam aktivitas produksi dan perdagangan didalam negeri
terhadap perdagangan dunia.
11. Keunggulan kompetitif adalah perluasan dari konsep keunggulan komparatif
yang menggambarkan kondisi daya saing suatu aktivitas pada kondisi
perekonomian aktual. Teori keunggulan kompetitif menjelaskan kondisi daya
saing pembangunan suatu negara yang kompetitif.
12. Analisis Policy Analysis Matrix (PAM) dapat digunakan pada usahatani
dengan berbagai wilayah, tipe usahatani dan teknologi. Selain itu analisis PAM
juga dapat digunakan untuk mengetahui apakah suatu kebiajakan dapat
memperbaiki daya saing terhadap usahatani suatu komoditas yang dihasilkan
melalui penciptaan efisiensi usaha dan pertumbuhan pendapatan di Desa Liya
Bahari Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi.
36
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
4.1 Keadaan Geografis
Desa Liya Bahari merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan
Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi. Desa ini terletak 6 km dari ibukota
Kecamatan Wangi-Wangi Selatan dan 9 km dari ibu kota kabupaten. Desa Liya
Bahari memiliki luas wilayah mencapai ± 36.36 km2. Terdiri dari 3 dusun yaitu
Dusun Sempo Mekar, Dusun Onelaro Melangka, dan Dusun Lagundi Bersatu.
Desa Liya Bahari merupakan desa pesisir, sehingga cocok untuk pengembangan
budidaya rumput laut. Secara administratif Desa Liya Bahari adalah bagian dari
pemerintahan Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi dengan
batas-batas wilayah sebagai berikut.
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Liya Togo
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Banda
3. Sebelah Timur berbatas dengan Desa Liya Mawi
4. Sebelah Barat berbatas dengan Selat Kaledupa
Secara umum keadaan iklim di Desa Liya Bahari Kecamatan Wangi-Wangi
Selatan tidak jauh berbeda dengan keadaan iklim pada beberapa wilayah lain di
Indonesia. Ciri iklim tropis dengan dua jenis musim dalam setahun merupakan
sifat kondisi secara umum yang terjadi di Indonesia. Desa Liya Bahari terdapat
dua jenis musim yait musim hujan dan musim kemarau. Pada musim hujan terjadi
pada bulan April sampai Juni sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Juni
sampai Oktober dan terkadang musim hujan dan kemarau terjadi pada bulan
37
November sampai Maret. Walaupun demikian sering terjadi keadaan musim yang
menyimpang dari keadaan yang sebenarnya atau yang biasa disebut dengan
musim pancaroba.
4.2 Keadaan Demografis
Keadaan demografis menjelaskan keadaan suatu daerah atau wilayah yang
dapat dilihat dari segi kependudukan, komposisi penduduk dan distribusi
penduduk. Pertumbuhan penduduk dengan segala potensi yang dimiliki akan
sangat mendukung kelancaran pembangunan disegala bidang. Potensi yang
dimaksud adalah Sumber Daya Manusis (SDM). Jumlah penduduk merupakan
salah satu syarat bagi terbentuknya suatu Negara dan sekaligus sebagai aset atau
modal bagi suksesnya pembangunan disegala bidang kehidupan. Oleh karena itu
kehadiran dan peranan sangat menentukan bagi perkembangan suatu wilayah ,
baik dalam skala kecil maupun dalam skala besar.
Desa Liya Bahari dihuni oleh 672 Jiwa, terdiri dari Jiwa Laki-laki dan Jiwa
Perempuan dan Jumlah Keluarga. Wilayah Desa Liya Bahari Terbagia atas 3
dusun yakni Dusun Sempo Mekar, Dusun One Laro Melangka dan Dusun
Lagundi Bersatu. Untuk mengetahui keadaan penduduk di Desa Liya Bahari
Kecamatan Wangi-Wangi Selatan dapat dilihat dari segi jenis kelamin dan
pendidikan.
38
4.2.1. Jumlah Penduduk
Tabel 4.2.1 Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Liya Bahari Kecamatan
Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi
No. Jenis Kelamin Jumlah(Jiwa) Persentase (%)
1 Laki-Laki 334 52
2 Perempuan 306 48
Jumlah 640 100
Sumber : Desa Liya Bahari Kecamatan Wangi-Wangi Selatan, 2021
Tabel 4.2.1 menunjukan bahwa antara jumlah penduduk laki-laki di Desa
Liya Bahari lebih besar dari jumlah perempuan. Dimana jumlah penduduk laki-
laki 334 dengan persentase 52% hal ini dikarenakan pertumbuhan pada kelahiran
laki-laki lebih meningkat dibandingkan jumlah penduduk perempuan dimana
jumlah perempuan 306 dengan persentase 48 % lebih sedikit dari jumlah
penduduk laki-laki.
4.2.2. Tingkat Pendidikan
Tabel 4.2.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Liya
Bahari Kecamatan Wangi-Wangi
No. Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)
1 Tidak/belum pernah sekolah 123 19,21
2 SD/MI 154 22,9
3 SLTP/MTs/SMP 104 15,4
4 SMU/SMA/SMK 162 24,1
5 DIPLOMA 8 1,1
6 S1 83 12,3
7 S2 6 0,8
Jumlah 640 100
Sumber: Desa Liya Bahari Kecamatan Wangi-Wangi Selatan, 2021
Tabel 4.2.2 menunjukan bahwa tingkat pendidikan penduduk yang terbanyak
di Desa Liya Bahari Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi ada
pada tingkatan pendidikan Sekolah Dasar (SD/MI) yaitu 154 orang dengan
39
persentase 22,9 dan jumlah yang rendah ada pada pendidikan Sarjanan S2 dengan
persentase 0,8 %. Rendahnya pendidikan di Desa Liya Bahari Kecamatan Wangi-
Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi akan mempengaruhi usahatani yang
dijalaninya.
4.3 Keadaan Pertanian
Kecamatan Wangi-Wangi Selatan terkhusus di Desa Liya Bahari keadaan
pertanian kurang produktif untuk membudidaya tanaman hortikultura. Desa Liya
Bahari merupakan desa pesisir. Wilayah ini merupakan wialayah berbatuan dan
berlahan kering sehingga masyarakat dominan berusahatani rumput laut. Desa
Liya Bahari hanya memanfaatkan lahan untuk tanaman pangan seperti (ubi kayu,
jagung dan ubi jalar). Produksi tanaman pangan dan hortikultura (sayuran) tidak
mencukupi kebutuhan masyarakat setempat, maka di datangkan dari Kecamatan
Wangi-Wangi.
Lahan pertanian yang ada di Desa Liya Bahari Kecamatan Wangi-Wangi
Selatan Kabupaten Wakatobi cukup luas namun lahan di desa tersebut berbatuan
sehingga masyarakat menggantungkan hidup di usaha perikanan. Adapun tenaga
kerja pada bidang pertanian di Desa Liya Bahari Kecamatan Wangi-Wangi
Selatan Kabupaten Wakatobi kurang tenaga kerja ahli pada bidang pertanian
karna rata-rata masyarakat di Desa Liya Bahari ahli pada bidang perikanan.
40
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Identitas Responden
Responden dalam penelitian ini adalah petani rumput laut (Eucheuma
Spinosum) yang ada di Desa Liya Bahari Kecamatan Wangi-Wangi Selatan.
Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi: umur, pendidikan,
pengalaman usahatani rumput laut dan jumlah tanggungan keluarga.
5.1.1 Umur
Hasil pengumpulan data yang diperoleh menunjukkan bahwa umur petani
responden bervariasi, mulai dari 31 tahun sampai 67 tahun, umur petani
responden dapat dilihat pada Tabel 5.1.1.
Tabel 5.1.1 Umur Responden Usahatani Rumput Laut (Eucheuma Spinosum) di
Desa Liya Bahari Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi.
Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)
31- 40
41- 50
51 - 60
61 - 70
10
11
6
5
31,25
34,37
18,75
15,62
Jumlah 32 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2021
Tabel 5.1.1 dapat dilihat bahwa umur petani rumput laut (Eucheuma
Spinosum) antara 41-50 tahun merupakan yang tertinggi yaitu 11 orang dengan
persentase 34,37 % dan yang terendah adalah 61-70 tahun dengan persentase
15,62 %.
Tingkat umur merupakan salah satu faktor yang menentukan bagi petani
rumput laut (Eucheuma Spinosum) dalam upaya pengelolahan usahataninya.
41
Umur sangat mempengaruhi kemampuan fisik dan cara berfikir, sehinggah dapat
mempengaruhi dalam mengambil keputusan. Petani rumput laut (Eucheuma
Spinosum) yang berusia muda memiliki kemampuan fisik yang lebih baik
dibandingkan dengan petani rumput laut yang berusia tua. Namun demikian,
petani yang memiliki usia lebih tua relatif memiliki pengalaman yang lebih
banyak, sehingga akan mempengaruhi kematangan dalam mengambil keputusan
untuk mengelolah usahataninya.
5.1.2 Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu variabel penentu tingkat kemajuan suatu
wilayah, makin banyak penduduk yang berpendidikan tinggi dalam suatu wilayah,
maka tingkat kemajuan wilayah tersebut cenderung lebih tinggi. Secara rinci
dapat dilihat pada Tabel 5.1.2 di bawah ini.
Tabel 5.1.2 Pendidikan Responden Petani Rumput Laut (Eucheuma Spinosum) di
Desa Liya Bahari Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi
Pendidikan
Jumlah
Persentase (%)
Tidak Sekolah
SD
SMP
SMA
Sarjana
3
11
7
10
1
9,37
34,37
21,87
31,25
3,12
Jumlah 32 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2021
Tabel 5.1.2 dapat dilihat bahwa sebagian besar petani rumput laut (Eucheuma
Spinosum) berpendidikan rendah dari 32 responden yang berpendidikan tinggi
pada pendidikan SD yaitu dengan jumlah 11 orang dengan persentase 34,37 %
42
dan tidak sekolah 3 orang dengan persentase 9,37 %. Dilihat dari tingkat
pendidikan reponden petani rumput laut (Eucheuma Spinosum) yang masih
rendah tersebut, memberikan dampak terhadap usahatani rumput laut yang
dijalani.
5.1.3 Pengalaman Berusahatani
Pengalaman berusatani rumput laut (Eucheuma Spinosum) adalah lamanya
seorang responden usahatani rumput laut (Eucheuma Spinosum) dalam menekuni
usahataninya. Semakain lama petani rumput laut menggeluti usahataninya maka
akan semakin banyak pengalaman yang mereka miliki. Pada umumnya petani
yang memiliki pengalaman usahatani yang cukup lama cenderung memiliki pula
kemampuan berusahatani yang lebih baik dibandingkan dengan petani yang
belum memiliki pengalaman berusahatani. Pengalaman petani rumput laut
(Eucheuma Spinosum) dapat dilihat pada tabel 5.1.3 dibawah ini.
Tabel 5.1.3 Pengalaman Berusahatani Rumput Laut (Eucheuma Spinosum) di
Desa Liya Bahari Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi
Pengalaman Bertani
(Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)
10-20
21-30
31-40
19
8
5
59,37
25
15,62
Jumlah 32 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2021
Tabel 5.1.3 dapat dilihat bahwa pengalaman berusahatani rumput laut
(Eucheuma Spinosum) di Desa Liya Bahari Kecamatan Wangi-Wangi Selatan
Kabupaten Wakatobi yang tertinggi pada pengalaman 10-20 tahun dengan
43
persentase 59,37 %. Menjelaskan bahwa petani dalam berusahatani sudah cukup
lama, hal ini menunjukan bahwa pengalaman berusahatani akan berpengaruh
terhadap tingkat keterampilan petani dan mengelola usahataninya.
5.1.4 Jumlah Tanggungan Keluarga
Tanggungan keluarga yang dimaksud disini adalah keseluruhan anggota
keluarga yang memiliki beban hidup bagi usahatani yang bersangkutan. Anggota
keluarga ini dapat berfungsi sebagai tenaga kerja dalam keluarga. Anggota
keluarga usahatani rumput laut (Eucheuma Spinosum) terdiri dari usahatani it
sendiri, istri, anak dan anggota keluarga lainnya yang menjadi tanggungan
usahatani. Jumlah anggota keluarga usahatani akan berpengaruh bagi usahatani
dalam perencanaan dan pengambilan keputusan usahatani dalam usahataninya,
karena anggota keluarga usahatani merupakan sumber tenaga kerja dalam
usahataninya terutama anggota keluarga yang produktif selain itu jumlah anggota
keluarga merupakan salah satu potensi yang sangat menentukan dalam
peningkatan produksi dan pendapatan usahatani.
Mereka yang memiliki sedikit tanggungan akan lebih banyak mengalokasikan
modalnya untuk menyediakan sarana produksi akan tetapi bagi usahatani rumput
laut (Eucheuma Spinosum) yang memiliki banyak tanggungan alokasi modal
untuk penyediaan sarana produksi akan sangat terbatas sehingga harapan akan
peningkatan produksi dan pendapatan kurang terwujud.
44
Tabel 5.1.4 Jumlah Tanggungan Keluarga Usahatani Rumput Laut (Eucheuma
Spinosum) di Desa Liya Bahari Kecamatan Wangi-Wangi Selatan
Kabupaten Wakatobi.
Tanggungan Keluarga
(Orang) Jumlah (Orang) Persentase (%)
3 - 4
5 - 6
7 - 8
9 - 10
10
11
10
1
31,25
34,37
31,25
3,12
Jumlah 32 100
Sumber : Data Primer Diolah, 2021
Tabel 5.1.4 menunjukan bahwa jumlah tanggungan keluarga terbesar adalah
5-6 orang dengan persentase 34,37% dan yang terendah adalah 9-10 orang dengan
jumlah 1 orang persentase 3,12%. Tanggungan keluarga semakin besar
menyebabkan seseorang memerlukan tambahan penghasilan yang lebih tinggi
untuk membiayai kehidupan keluarga dan jumlah tenaga kerja bisa juga menjadi
tenaga kerja bagi keluarga.
5.2 Analaisis Pendapatan Usahatani Rumput Laut (Eucheuma Spinosum) di
Desa Liya Bahari Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten
Wakatobi
Pendapatan merupakan balas jasa terhadap penggunaan faktor-faktor
produksi. Menurut soekartawi (2006) pendapatan usahatani adalah selisih antara
penerimaan dan semua biaya. Adapun fungsi pendapatan memenuhi kebutuhan
sehari-hari dan kebutuhan kegiatan usahatani selanjutnya. Dijelaskan oleh
Soekartawi et all (1986) bahwa selisih antara penerimaan tunai usahatani dan
pengeluaran tunai usahatani disebut pendapatan tunai usahatani (farm net cash
flow) dan merupakan ukuran kemampuan usahatani untuk menghasilkan uang
45
tunai. Soekartawi et all (1986) juga menjelaskan bahwa pendapatan usahatani
dibedakan menjadi pendapatan atas biaya tunai dan dan pendapatan atas biaya
total. Dimana pendapatan atas biaya tunai merupakan pendapatan yang diperoleh
atas biaya-biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh petani, sedangkan pendapatan
atas biaya total merupakan pendapatan setelah dikurangi biaya tunai dan biaya
diperhitungkan dan dapat di lihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.2.1 Jumlah Rata-Rata Biaya Produksi, dan Pendapatan/Musim Per Hektar
pada Usahatani Rumput Laut (Eucheuma Spinosum) di Desa Liya Bahari
Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi
Uraian Jumlah
(kg)
Harga Per Unit
(Rp/kg) Rumput
Laut Kering
Nilai
(Rp)
1. Produksi (kg) 369,6875 5.000 1.811.875
2. Biaya Variabel
Benih (kg)
Bensin (liter)
Tenaga Kerja:
Persiapan Lahan (HOK)
Persiapan Benih(HOK)
Tanam (HOK)
Perawatan (HOK)
Panen (HOK)
Penjemuran (HOK)
Total :
213
5,43
1,18
4,6
1,12
1
1,53
2
1.250
9.813
- -
-
-
-
-
265.625
82.031
8.375
177.208
11.328
35.125
29.375
50.094
659.161
3. Biaya Tetap
Penyusutan Alat (Rp)
Total :
-
-
-
-
329.714
329.714
4. Pendapatan (Rp) - - 898.802
Sumber : Data Primer diolah Tahun 2021
Tabel 5.2.1 menjelaskan bahwa total rata-rata produksi rumput laut
(Eucheuma Spinosum) adalah sebesar Rp 369,6875 kg dengan harga Rp 5000 /kg.
Total penerimaan usahatani rumput laut (Eucheuma Spinosum) adalah sebesar Rp
1.811.875 per hektar.
46
Biaya merupakan semua dana yang digunakan dalam melaksanakan suatu
kegiatan usaha. Biaya adalah pengorbanan yang mutlak atau harus dikeluarkan
agar diperoleh suatu hasil. Biaya yang di hitung dalam penelitian ini adalah biaya
yang dikeluarkan selama beberapa bulan dalam setiap produksi yang tergolong
dalam biaya tetap dan biaya variabel.
Jumlah rata-rata total biaya variabel per hektar usahatani rumput laut
(Eucheuma Spinosum) di Desa Liya Bahari Kecamatan Wangi-Wangi Selatan
Kabupaten Wakatobi yaitu sebesar Rp. 659.161 dan jumlah rata-rata total biaya
tetap per hektar usahatani rumput laut (Eucheuma Spinosum) di Desa Liya Bahari
yaitu sebesar Rp. 329.714. Dan jumlah rata-rata pendapatan per hektar sebesar
Rp. 898.802.
Rendahnya harga rumput laut (Eucheuma Spinosum) kering di Desa Liya
Bahari Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi disebabkan karna
kadar garam pada jenis rumput laut ini sangat rendah sehingga menyebabkan
harga rumput laut sangat murah. Adapun harga rumput laut jenis Spinosum di
desa tetangga tergolong mahal berbanding 2 kali lipat di banding Desa liya bahari,
hal ini terjadi karna kualitas pada rumput laut Spinosum kurang baik.
47
Tabel 5.2.2 Biaya Sosial Usahatani Rumput Laut (Eucheuma Spinosum)
Rumput Laut (Eucheuma Spinosum)
Jenis Fisik Biaya Sosial (Rp)
Input Tradable
Bibit 300.000
Bensin 275.000
Total 575.000
Faktor Domestik Tenaga Kerja
Persiapan Lahan 1.340,00
Persiapan Benih 3.273,00
Tanam 2.630,00
Perawatan 5.630,00
Panen 1.052,00
Penjemuran 1.502,00
Total 15.427,00
Pendapatan 10.234.297
Sumber : Data Harga Sosial di Olah Tahun, 2021
Berdasarkan tabel 5.2.2 input tradable yaitu semua yang termasuk biaya
produksi yang diperdagangkan secara internasional berdasarkan harga sosial atau
harga yang berlaku di internasional. Total biaya dari input tradable sebesar Rp
575.000 dan faktor domestik yang termasuk tenaga kerja sebesar Rp 15.427,00.
Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan dan total biaya yang
dikeluarkan oleh pelaku usahatani rumput laut (Eucheuma Spinosum) sebesar Rp
10.234.297.
5.3 Daya Saing Usahatani Rumput Laut (Eucheuma Spinosum) di Desa Liya
Bahari Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi
Daya saing usahatani rumput laut (Eucheuma Spinosum) di Desa Liya Bahari
Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi dapat dilihat melalui
48
indicator priofitabilitas dan indikator daya saing dari tabel 5.3.1 pada tabel PAM
berikut ini:
Tabel 5.3.1 PAM Daya Saing Usahatani Rumput Laut (Eucheuma Spinosum) di
Desa Liya Bahari Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi
Biaya
Komponen
Penerimaan Input Input Keuntungan
(Rp) Tradable (Rp)
Non Tradable
(Rp) (Rp)
Privat 1.811.875 135.000 311.505 1.365.370
Sosial 6.320.750 229.500 342.100 5.749.150
Sumber : Hasil PAM Diolah, 2021
Berdasarkan tabel 5.3.1 bahwa indikator profitabilitas usahatani menunjukkan
bahwa usahatani rumput laut (Eucheuma Spinosum) di Desa Liya Bahari
Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi memiliki keuntungan
sosial positif. Kondisi ini berarti usahatani rumput laut (Eucheuma Spinosum) di
Desa Liya Bahari Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi tetap
memperoleh keuntungan sebesar sebesar Rp 5.749.150 juta Rupiah meskipun
dalam kondisi tidak terdapat kebijakan pemerintah. Selain itu, usahatani rumput
laut (Eucheuma Spinosum) di Desa Liya Bahari Kecamatan Wangi-Wangi Selatan
Kabupaten Wakatobi memiliki keuntungan privat positif. Artinya usahatani
rumput laut (Eucheuma Spinosum) di Desa Liya Bahari Kecamatan Wangi-Wangi
Selatan Kabupaten Wakatobi memperoleh keuntungan atas biaya aktual sebesar
Rp 1.365.370 Hal ini mempunyai implikasi bahwa usahatani rumput laut
(Eucheuma Spinosum) di Desa Liya Bahari Kecamatan Wangi-Wangi Selatan
Kabupaten Wakatobi mampu melakukan ekspansi.
49
Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh
Ribut Santosa pada tahun 2008 yang menunjukkan bahwa usahatani rumput laut
di Kabupaten Sumenep memiliki efisiensi usahatani. Hal ini dibuktikan dari hasil
analisis keuntungan sistem harga privat yang bernilai positif. Usahatani rumput
laut di Kabupaten Sumenep menguntungkan dan mampu bersaing, serta layak
untuk diusahakan. bahwa memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan
kompetitif.
Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh
Yusriadi, Budiyanto, Rosmawati dan Ine Fausayana pada tahun 2019 yang
menunjukan bahwa bahwa secara kompetitif dan komparatif, usahatani rumput
laut di Kabupaten Konawe Selatan memiliki daya saing.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayu Anggraeni pada
tahun 2019 yang menunjukan bahwa usaha padi sawah di Desa Taddatoa
Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa memiliki efisiensi usahatani. Hal ini
dibuktikan dari hasil analisis keuntungan sistem harga privat dan sosial positif.
Usaha di Desa Taddatoa Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa mampu bersaing.
5.4 Keunggulan Komparatif dan Keunggulan Kompetitif Usahatani Rumput
Laut (Eucheuma Spinosum)
Berdasarkan hasil perhitungan dari Tabel 5.3.1 daya saing usahatani rumput
laut (Eucheuma Spinosum) di Desa Liya Bahari Kecamatan Wangi-Wangi Selatan
Kabupaten Wakatobi dapat diketahui berdasarkan keunggulan komparatif dan
keunggulan kompetitif sebagai berikut :
50
1. Keunggulan Komparatif
Keunggulan komparatif dapat dianalisis menggunakan indicator Domestic
Resources Cost Ratio (DRCR) berdasarkan nilai Domestic Resources Cost yang
dihitung dari komponen pada tabel PAM.
DRC = Biaya Input Non 𝑇𝑟𝑎𝑑𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑆𝑜𝑠𝑖𝑎𝑙
Pendapatan Sosial−Biaya Input Tradable Sosial
= 342.100
10.234.297− 229.500
= 0,03
Usahatani rumput laut (Eucheuma Spinosum) di Desa Liya Bahari Kecamatan
Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi memiliki nilai DRC < 1 yaitu 0,03.
Kondisi ini menunjukkan untuk memperoleh nilai tambah output sebesar 1 juta
Rupiah usahatani rumput laut (Eucheuma Spinosum) memerlukan tambahan biaya
faktor domestic pada harga dunia. Berdasarkan nilai DRC usahatani rumput laut
(Eucheuma Spinosum) di Desa Liya Bahari Kecamatan Wangi-Wangi Selatan
Kabupaten Wakatobi telah efisien dalam menggunakan sumber daya domestiknya
pada harga dunia, sehingga memiliki keunggulan komparatif.
2. Keunggulan Kompetitif
Keunggulan kompetitif dapat dianalisis meenggunakan indictor Private Cost
Ratio (PCR) yang dihitung dari komponen pada tabel PAM.
51
PCR = Biaya Input 𝑁𝑜𝑛 𝑇𝑟𝑎𝑑𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑃𝑟𝑖𝑣𝑎𝑡
Pendapatan Privat−Biaya Input 𝑇𝑟𝑎𝑑𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑃𝑟𝑖𝑣𝑎𝑡
= 311.505
898.802− 135.000
= 0,40
Usahatani rumput laut (Eucheuma Spinosum) di Desa Liya Bahari Kecamatan
Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi memiliki nilai PCR < 1 yaitu 0,40.
Kondisi ini menunjukkan untuk memperoleh nilai tambah output sebesar 1 juta
Rupiah usahatani rumput laut (Eucheuma Spinosum) di Desa Liya Bahari
Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi memerlukan tambahan
biaya faktor domestik pada harga aktual. Berdasarkan nilai PCR usahatani rumput
laut (Eucheuma Spinosum) di Desa Liya Bahari Kecamatan Wangi-Wangi Selatan
Kabupaten Wakatobi telah efisien dalam menggunakan faktor domestiknya atas
harga aktual sehingga memiliki keunggulan kompetitif.
Hasil ini sesui dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Fadli,
Rachmat Pambudy dan Harianto pada tahun 2017 yang menemukan bahwa
usahatani rumput laut di Kabupaten Lombok Timur memiliki daya saing yang di
tunjukan dengan nilai PCR dan DRC < 1 dan memiliki keuntungan privat dan
keuntungan sosial positif. Hal ini menunjukan bahwa memiliki keunggulan
komparatif dan keunggulan kompetitif.
Hasil ini sesui dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Yusri
adi, Budiyanto, Rosmawati dan Ine Fausayana pada tahun 2019 menunjukan
bahwa secara kompetitif dan komparatif, usahatani rumput laut di Kabupaten
Konawe Selatan memiliki daya saing. Hal ini bisa dilihat berdasarkan nilai Privat
52
Cost Rasio yaitu 0,34 dan nilai Domestic Roseurces Cost Ratio yaitu 0,26 lebih
kecil dari satu.
Hasil ini sesui dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh
Nirwana Sari Saputri pada tahun 2017 yang menemukan bahwa usahatani rumput
laut di Kabupaten Lombok Timur memiliki daya saing yang di tunjukan dengan
nilai PCR < 1 yaitu 0,15 dan DRC <1 yaitu 0,08. Menunjukan bahwa usahatani
memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif sehingga
menunjukan efisiensi sumberdaya domestiknya pada harga internasional dan
harga aktual.
53
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai daya saing terhadap
usahatani rumput laut (Eucheuma Spinosum) di Desa Liya Bahari Kecamatan
Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi Provinsi Sulawesi Tenggara maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai:
1. Usahatani rumput laut (Eucheuma Spinosum) di Desa Liya Bahari Kecamatan
Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi memiliki nilai PCR < 1 yaitu 0,40
dan nilai DRC < 1 yaitu 0,03. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani rumput
laut (Eucheuma Spinosum) memiliki keunggulan kompetitif dan keunggulan
komparatif sehingga menunjukkan efisiensi sumber daya domestiknya pada
harga aktual dan harga internasional.
2. Usahatani rumput laut (Eucheuma Spinosum) di Desa Liya Bahari Kecamatan
Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi memiliki daya saing yang kuat
karena memiliki keunggulan komparatif dengan nilai DRC 0,03 dan
keunggulan kompetitif dengan nilai PCR 0,40.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan analisis daya saing usahatani
rumput laut (Eucheuma Spinosum) di Desa Liya Bahari Kecamatan Wangi-Wangi
Selatan Kabupaten Wakatobi Provinsi Tenggara dapat diajukan beberapa
rekomendasi sebagai berikut :
54
1. Rumput laut (Eucheuma Spinosum) di Desa Liya Bahari Kecamatan Wangi-
Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi penting untuk dikembangkan dalam
rangka meningkatkan efisiensi pengguna input produksi serta meningkatkan
output hasil usahatani rumput laut (Eucheuma Spinosum) pada masing-masing
usahatani Rumput laut (Eucheuma Spinosum) guna untuk meningkatkan
keuntungan serta keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif.
2. Pemerintah sebagai otoritas penentu impor komoditas Rumput laut (Eucheuma
Spinosum) penting untuk memperhatikan perubahan variabel yang memberikan
dampak pada kenaikan atau penurunan daya saing usahatani seperti perubahan
harga internasional komoditas, perubahan harga internasional benih, bensin,
perubahan harga upah tenaga kerja dan perubahan nilai tukar rupiah terhadap
US dollar.
55
DAFTAR PUSTAKA
Abdulullah P, Armida, Nurry dan Boediono. 2002. Daya Saing Daerah Konsep
dan Pengukurannya di Indonesia. Pusat Pendidikan dan Studi
Kebanksentralan. BPFE. Yogyakarta.
Al Hariz. 2007. Pendapatan Usahatani Padi Menurut Luas Dan Status
Kepemilikan Lahan Di Desa Caracak Kecamatan Leuwilang
Kabupaten Bogor Jawa Barat. Institusi Pertanian Bogor: Bogor.
Anggaadiredja, Jana. T dkk., 2010. Rumput Lautcet. 5, Jakarta: Penebar Swadaya
Antriyandarti, Ernoiz. 2012. “Analisis Private dan Sosial Usahatani Padi di
Kabupaten Grobogan”. Jurnal SEPA, Vol 9 No.1 September 2012:12
Arikanto, Suharmisi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT.
Rineka Cipta: Jakarta.
Atmadja W. S., Kadi A., Sulistijo dan Rachmaniar. 1996. Pengenalan Jenis-Jenis
Rumput Laut Indonesia.Jakarta : Puslitbang Oseanologi-LIPI.
Badan Pusat Statistik. 2019. Kabupaten Wakatobi Dalam Angka.
Bender, Siegfriend dan Kui-Wai Li. 2002. The Changing Trade And Revealed
Comparative Advantages of Asian And Latin American Manufacture
Exports. Center Discussion Paper no.843, Yale University.
Dirjenkan Budidaya. 2004. Putunju Tiknis Budidaya Rumput Laut (Eucheuma
Sp). Direktorat Pembudidayaan: Departemen Kelautan dan Perikanan.
Fausayana, I. (2017). Habitus, Modal dan Kelembagaan Pembudidaya Rumput
Laut (dalam Meningkatkan Ekonomi Masyarakat Pesisir).
Yogyakarta: Penerbit Deepublish.
Hasibuan, A.M. dan Bedy S. (2008). Daya Saing Usahatani Lada di Lampung
.Buletin RISTRI, 1(1).
Hermanto dan Ferdiansyah. 2004. Pengaruh Biaya Produksi Terhadap
Pendapatan Petani Padi Sawah Di Loa Gagak Kabupaten Kutai
Kartanegara, Jurnal EPP.
56
Irwan Sapto Adhi. 2020. Manfaat Rumput Laut. Online
https://amp.kompas.com/health/read/2020/05/12/160200768/9-
manfaat-rumput-laut-dukung-kecerdasan-hingga-cegah-kanker
Ken Suratiyah, Ir., MS., 2016. Ilmu Usahatani. Edisi Revisi. Jakarta Timur:
Swadaya
Makeham, J.P dan R.L Malcolm. 1995. Manajemen Usahatani Daerah Tropis.
Diterjemahkan oleh Basilius B.TekuLP3ES: Jakarta.
Mubyaro. 1997. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.
MuhIsmail Z., Muhammad Wijaya, Kadirman. 2018. Pengaruh Jarak Tanam
Terhadap Budidayah Rumput Laut (Eucheuna Cattonii) Terhadap
Spesifikasi Mutu Keraginan. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian
Vol.4 Thn. 2018: S242-S249
Murtiningrum, Fery. 2013. Analisis Daya Saing Usahatani Kopi Rebusta (Coffee
Canephora) di Kabupaten Rejang Lebong. Tesis. Bengkulu: Fakultas
Pertanian Universitas Bengkulu.
Nirwana S. S., 2018. Analisis Daya Saing Usahatani Lada Puti di Desa Motompi
Kecamatan Towuti Kabupaten Luwu Timur. (Skripsi). Fakultas
Pertanian, Universitas Muhammadiayah Makassar.
Nontji, A. 1993. Pengolahan Sumberdaya Kelautan Indonesia Dengan Tekanan
Utama Pada Perairan Pesisir. Posisig Seminar Dies Natalis
Universitas Hang Tuah. Surabaya
Pahan. I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu
Hingga Hilir. Penebar Swadaya.
Pearson, Scott. 2005. Aplikasi Policy Analiysis Matrix Pada Pertanian Indonesia.
Yayasan Obor Indonesia : Jakarta.
Porter, Michael R. (1990). Competitive Advantage Of Nations. New York:
WordP=ress.
Salvatore. 1997. Ekonomi Internasional. Erlangga. Jakarta.
Simajuntak, 1992. Sahat Barita. Analisis Daya Saing Dan Dampak
Kebijakasanaan Pemerintah Terhadap Daya Saing Perusahaan
Kelapa Sawit Indonesia. Disertai.Bogor. Program Pasca Sarjana,
Institut Pertanian Bogor.
57
Simatupang dan Sudaryanto. 1990. Pengembangan Agribisnis Suatu Catatan
Kerangka Analisis Dalam Perseding Prespektif Pengembangan
Agribisnis Indonesia. Pusat Penelitian dan Perkembangan Pertanian
Bogor.
Soekartawi, 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani
Kecil.UI-Press: Jakarta
Soekartawi, 1999. Agribisnis Teori Dan Aplikasinya. Jakarta : Raja Grafindo
Persada
Soekartawi , 2002. Analisis Usahatani. Jakarta: Universitas Indonesia
Sugiyanto. 2008. Pasa Modal. Cetakan Kedua, Alfabeta, Bandung.
Sukirno, Sadono. 2002. Teori Mikro Ekonomi. Cetakan Keempat Belas Rajawali
Pres: Jakarta.
Suratiyah, K. 2009. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya
Umaldi. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani
Rumput Laut. Skripsi. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam,
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
58
L
A
M
P
I
R
A
N
59
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
KUISIONER PENELITIAN “ANALISIS DAYA SAING USAHATANI
RUMPUT LAUT (Eucheuma Spinosum) Di DESA LIYA BAHARI
KECAMATAN WANGI-WANGI SELATAN KABUPATEN WAKATOBI
A. Identitas Responden
1. Nama Responden :
2. Umur :
3. Pendidiikan Terakhir : Tidak Sekolah/ SD/ SMP/ SMA/ Diploma/ Sarjana
4. Pekerjaan Pokok :
5. Pekerjaan Sampingan :
6. Pengalaman Berusahatani :
7. Luas Lahan Usahatani :
8. Jumlah Tanggungan Keluarga :
9. Status Lahan :
60
B. Biaya Usahatani Rumput Laut (Eucheuma Spinosum)
1. Biaya Variabel (Sarana Produksi dan Tenaga Kerja)
No. Uraian Satuan
(unit)
Jumlah
(unit)
Harga
(Rp/unit)
Nilai
(Rp)
1 Persiapan Lahan
a. Tk Luar Keluarga HOK
b.Tk Dalam Keluarga HOK
2 Tanam
a. Tk Luar Keluarga HOK
b.Tk Dalam Keluarga HOK
3 Pemupukan
a. Pupuk.............. Kg
b. Pupuk..............
c. Pupuk..............
Kg
Kg
d. Tk Luar Keluarga HOK
e.Tk Dalam Keluarga HOK
4 Penyiangan
a. Tk Luar Keluarga HOK
b.Tk Dalam Keluarga HOK
5 Pengendalian OPT
a....................... HOK
b....................... HOK
c....................... Kg
d. Tk Luar Keluarga HOK
e.Tk Dalam Keluarga HOK
6 Panen
a.Tk Luar Keluarga HOK
b.Tk Dalam Keluarga HOK
7. Total Biaya
Variabel
-
61
2. Biaya Tetap Penyusutan Alat
No. Nama Alat Harga
Beli
(Rp/unit)
Jumlah
(unit)
Nilai
(Rp)
Umur
Ekonom
is
(tahun)
Penyus
utan
(Rp/ta
hun)
1
2
3
4
5
6
7
Total
Penyusutan
Pengeluaran lain-lain:
a. Luar kelompok tani : Rp..................../tahun
b. Pajak : Rp..................../tahun
c. ........................ : Rp..................../tahun
C. Penerimaan Usahatani Rumput Laut (Eucheuma Spinosum)
Komoditas Jumlah (kg) Harga (Rp/kg) Nilai (Rp)
62
D. Pemasaran Produk
1. Penjualan Produk
No. Komoditas Petani Didatangi
A B C
Petani Mendatangi
A B C D E
1
2
3
Keterangan:
a. Pedagang pengumpul
b. Pedagang perantara
c. Pedagang pengecer
d. Pasar
e. Rumah ke rumah
2. Biaya Pemasaran
No. Komoditas Transport
(Rp)
Pengepakan
(Rp)
Total
Biaya
(Rp)
1
2
E. Pertanyaan Pendukung
1. Darimana Bpk/Ibu mendapatkan benih rumput laut (Eucheuma Spinosum)?
2. Mengapa Bpk/Ibu memilih membudidayakan benih rumput laut (Eucheuma
Spinosum)? Alasanya:
3. Apakah kelebihan dan kekurangan membudidayakan rumput laut (Eucheuma
Spinosum)? Alasanya:
63
Peta Lokasi Penelitian
64
Identitas Responden
Lampiran 1. Identitas Responden di Desa Liya Bahari Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi
No. Nama Responden Umur Pendidikan Pekerjaan Pekerjaan Pengalaman Luas Tanggungan Status
Terakhir Pokok Sampingan Berusahatani Lahan Keluarga Lahan
1 La Ode Mulliyono 47 SMA PNS Usaha Rumput Laut 10 0,388 5 Pemilik
2 La Aliadi 38 SMA Kantor Desa Usaha Rumput Laut 20 0,500 7 Pemilik
3 La Simu 48 SMA Petani Rumput Laut − 20 0,075 4 Pemilik
4 Wa Ode Nuri 58 SD Petani Rumput Laut − 21 0,300 3 Pemilik
5 Wa Ogo 61 SD Petani Rumput Laut Berkebun 40 0,075 8 Pemilik
6 La Pomo 42 SD Petani Rumput Laut Kebersihan Lingkungan 15 0,080 6 Pemilik
7 La Anisa 44
Tidak
Sekolah Perangkat Desa Usaha Rumput Laut 17 1,500 6 Pemilik
8 La Da'o K 67
Tidak
Sekolah Petani Rumput Laut Berkebun 15 0,095 8 Pemilik
9 Rojikun 46 SMP Petani Rumput Laut Pedagang 10 0,075 7 Pemilik
10 La Adi 33 SMA Petani Rumput Laut − 10 0,075 4 Pemilik
11 La Ana Goa 66 SD Petani Rumput Laut Peternak 35 0,075 7 Pemilik
12 La Unga 65
Tidak
Sekolah Petani Rumput Laut Berkebun 25 0,030 8 Pemilik
13 La Musu Ali Ode 61 S1 Kepala Desa Usaha Rumput Laut 21 1,000 4 Pemilik
14 La Ode Aliono 42 SMA Perangkat Desa Usaha Rumput Laut 32 1,500 7 Pemilik
15 La Hadi 41 SMA Perangkat Desa Usaha Rumput Laut 17 1,000 4 Pemilik
16 Wa Ode Ati 42 SMP Petani Rumput Laut Menjual 20 0,075 7 Pemilik
65
Lanjutan Lampiran 1. Identitas Responden
No. Nama
Responden Umur Pendidikan Pekerjaan Pekerjaan Pengalaman Luas Tanggungan Status
Terakhir Pokok Sampingan Berusahatani Lahan Keluarga Lahan
17 Nurhidayah 35 SMP Petani Rumput Laut
Kebersihan
Lingkungan 15 0,500 5 Pemilik
18 Wa Hermen 36 SMP Petani Rumput Laut Pedagang Ikan 14 0,075 5 Pemilik
19 La Haludin 52 SMA Petani Rumput Laut Tambang Pasir 30 0,075 8 Pemilik
20 Wa Yai 55 SD Petani Rumput Laut Berkebun 15 0,003 9 Pemilik
21 Wa Abi 59 SD Petani Rumput Laut Berkebun 40 0,075 3 Pemilik
22 Haeruddin 42 SMA Petani Rumput Laut Berkebun 22 0,030 5 Pemilik
23 Sariadi 31 SMA Petani Rumput Laut Berkebun 15 0,040 4 Pemilik
24 La Kari 51 SD Petani Rumput Laut Berkebun 40 0,040 5 Pemilik
25 La Suba 41 SMP Petani Rumput Laut Berkebun 15 0,030 4 Pemilik
26 Arham 39 SMA Guru Usaha Rumput Laut 12 0,040 4 Pemilik
27 Irwan 39 SD Petani Rumput Laut Berkebun 15 0,040 4 Pemilik
28 La Ode Auri 38 SMP Petani Rumput Laut Berkebun 17 0,750 5 Pemilik
29 Nuraeni 32 SMP Petani Rumput Laut Berkebun 15 0,135 6 Pemilik
30 La Sida 42 SD Petani Rumput Laut Nelayan 25 0,080 6 Pemilik
31 La Ode Irmansyah 40 SD Petani Rumput Laut Nelayan 21 0,050 7 Pemilik
32 La Ode Wao 55 SD Petani Rumput Laut Berkebun 23 0,075 5 Pemilik
Jumlah 1488 − − − 662 8,881 180 −
Rata-Rata 46,5 − − − 20,6875 0,277531 5,625 −
Maksimum 67 − − − 40 1,5 9 −
Minimum 31 − − − 10 0,003 3 −
66
Rekapitulasi Data
Lampiran 2. Biaya Variabel Per Usahatani (Jumlah Tenaga Kerja)
No
Jumlah Biaya
Variabel Per
Usahatani
Responden Persiapan Benih
Persiapan Lahan Tk Dalam Tk Luar Tanam Perawatan Panen Penjemuran
1 2 5 3 2 1 2 3
2 2 2 − 1 1 2 2
3 2 2 − 1 1 2 2
4 2 2 1 1 1 2 2
5 2 4 − 2 1 2 3
6 1 3 − 1 1 2 2
7 1 3 2 1 1 2 2
8 2 4 − 2 1 2 3
9 1 2 − 1 1 1 2
10 1 2 − 1 1 1 1
11 1 2 − 1 1 1 2
12 1 3 − 1 1 2 3
13 1 2 − 1 1 1 3
14 1 3 3 1 1 2 3
15 1 2 2 1 1 1 2
16 1 4 − 1 1 2 2
67
17 1 2 − 1 1 2 1
18 1 4 2 1 1 1 2
19 1 1 − 1 1 1 1
20 1 3 − 2 1 2 2
21 1 2 − 1 1 1 1
22 1 2 − 1 1 1 1
23 1 2 − 1 1 1 2
24 1 2 − 1 1 1 2
25 1 3 − 1 1 1 2
26 1 2 − 1 1 2 2
27 1 2 − 1 1 1 2
28 1 2 − 1 1 1 2
29 1 2 − 1 1 2 2
30 1 3 − 1 1 2 2
31 1 2 − 1 1 2 2
32 1 2 − 1 1 1 1
Jumlah 38 81 13 36 32 49 64
Rata-Rata 1,1875 2,53125 2,166666667 1,125 1 1,53125 2
68
Lanjutan lampiran 2. Biaya Variabel Per Usahatani
Biaya Variabel Per Usahatani
No
Responden Persiapan Lahan
Persiapan Lahan Tk Dalam Tk Luar Perawatan Panen Penjemuran Tanam
1 14.000 135.000 150.000 37.000 60.000 90.000 20.000
2 10.000 66.000 − 33.000 20.000 10.000 22.500
3 10.000 20.000 − 20.000 66.000 20.000 10.500
4 10.000 20.000 20.000 25.000 66.000 40.000 10.000
5 60.000 80.000 − 20.000 15.000 90.000 14.000
6 7.000 15.000 − 10.500 40.000 40.000 7.000
7 5.000 66.000 144.000 22.000 44.000 60.000 10.000
8 10.000 60.000 − 10.500 40.000 60.000 7.000
9 3.000 33.000 − 40.000 11.000 40.000 6.000
10 6.000 33.000 − 40.000 11.000 20.000 6.000
11 4.000 33.000 − 40.000 11.000 60.000 6.000
12 4.000 45.000 − 37.000 44.000 90.000 7.000
13 7.000 30.000 − 35.000 20.000 135.000 5.000
14 7.000 99.000 300.000 100.000 90.000 135.000 15.000
15 7.000 14.000 96.000 37.000 28.000 60.000 10.000
16 7.000 96.000 − 60.000 48.000 40.000 42.000
17 7.000 66.000 − 33.000 20.000 10.000 22.500
18 7.000 60.000 42.000 20.000 11.000 60.000 5.000
69
19 7.000 11.000 − 30.000 15.000 15.000 15.000
20 7.000 60.000 − 37.000 20.000 40.000 30.000
21 7.000 14.000 − 32.000 12.000 15.000 10.000
22 7.000 40.000 − 48.000 15.000 15.000 7.000
23 7.000 30.000 − 37.000 15.000 50.000 7.000
24 7.000 33.000 − 40.000 11.000 40.000 6.000
25 5.000 180.000 − 25.000 12.000 50.000 6.000
26 7.000 60.000 − 55.500 45.000 60.000 18.000
27 7.000 30.000 − 35.000 20.000 40.000 5.000
28 3.000 33.000 − 40.000 11.000 50.000 6.000
29 6.000 90.000 − 37.000 24.000 50.000 7.000
30 5.000 45.000 − 37.000 44.000 60.000 7.000
31 5.000 30.000 − 10.500 40.000 40.000 7.000
32 3.000 33.000 − 40.000 11.000 18.000 6.000
Jumlah 268.000 1.660.000 752.000 1.124.000 940.000 1.603.000 362.500
Rata-Rata 8.375 51.875 125.333 35.125 29.375 50.094 11.328
70
Lanjutan Lampiran 2. Biaya Variabel per Usahatani
No Bibit
Biaya
Bensin
Responden Rp/Kg Kg Nilai (Rp) Liter Rp Rp/Liter
1 1.250 400 500.000 12 10.000 120.000
2 1.250 100 125.000 10 10.000 100.000
3 1.250 200 250.000 10 10.000 100.000
4 1.250 200 250.000 9 8.000 72.000
5 1.250 200 250.000 10 10.000 100.000
6 1.250 300 375.000 10 10.000 100.000
7 1.250 200 250.000 11 8.000 88.000
8 1.250 300 375.000 10 10.000 100.000
9 1.250 100 125.000 8 10.000 80.000
10 1.250 100 125.000 5 10.000 50.000
11 1.250 100 125.000 8 10.000 70.000
12 1.250 200 250.000 8 10.000 80.000
13 1.250 200 250.000 8 10.000 80.000
14 1.250 400 500.000 10 10.000 100.000
15 1.250 300 375.000 8 10.000 80.000
16 1.250 300 375.000 8 10.000 80.000
17 1.250 500 625.000 10 10.000 100.000
18 1.250 100 125.000 11 8.000 85.000
19 1.250 200 250.000 6 10.000 60.000
20 1.250 100 125.000 5 10.000 50.000
21 1.250 200 250.000 8 10.000 80.000
22 1.250 200 250.000 5 10.000 50.000
23 1.250 200 250.000 8 10.000 80.000
24 1.250 100 125.000 8 10.000 80.000
25 1.250 200 250.000 10 10.000 100.000
26 1.250 400 500.000 10 10.000 100.000
27 1.250 200 250.000 8 10.000 80.000
28 1.250 100 125.000 5 10.000 50.000
29 1.250 200 250.000 8 10.000 80.000
30 1.250 200 250.000 8 10.000 80.000
31 1.250 200 250.000 10 10.000 100.000
32 1.250 100 125.000 5 10.000 50.000
Jumlah 40.000 6.800 8.500.000 270 314.000 2.625.000
Rata-Rata 1.250 213 265.625 8,4375 9.813 82.031
71
Lampiran 3. Biaya Tetap Per Usahatani
No Biaya Tetap
Responden Per Usahatani
Penyusutan Alat
1 548.500
2 323.250
3 351.325
4 945.650
5 252.700
6 339.375
7 255.450
8 315.375
9 269.875
10 219.250
11 204.250
12 280.250
13 267.500
14 284.250
15 316.875
16 358.250
17 789.500
18 195.450
19 329.250
20 234.750
21 276.250
22 182.500
23 266.900
24 184.250
25 488.700
26 446.800
27 267.500
28 204.250
29 363.125
30 289.875
31 284.375
32 215.250
Jumlah 10.550.850
Rata-Rata 329.714
72
Lampiran 3. Luas Lahan, Produksi dan Penerimaan Petani Rumput Laut
(Eucheuma Spinosum) di Desa Liya Bahari Indah Kecamatan Wangi-Wangi
Selatan Kabupaten Wakatobi
No
Responden
Luas
Lahan
(Ha)
Produksi Rumput
Laut SP Kering (Kg)
Harga
Per
Kg (Rp)
Penerimaan
(Rp)
1 0,39 680 5000 3400000
2 0,50 620 5000 3100000
3 0,08 500 5000 2500000
4 0,30 400 5000 2000000
5 0,08 480 5000 2400000
6 0,08 300 5000 1500000
7 1,50 600 5.000 3000000
8 0,10 360 5000 1800000
9 0,08 180 5000 900000
10 0,08 100 5000 500000
11 0,08 180 5000 900000
12 0,03 200 5000 1000000
13 1,00 800 5000 4000000
14 1,50 850 5000 4250000
15 1,00 700 5000 3500000
16 0,08 360 5000 1800000
17 0,50 400 5000 2000000
18 0,08 180 5000 900000
19 0,08 750 5000 3750000
20 0,00 120 5000 600000
21 0,08 240 5000 1200000
22 0,03 240 5000 1200000
23 0,04 360 5000 1800000
24 0,04 180 5000 900000
25 0,03 240 5000 1200000
26 0,04 360 5000 1800000
27 0,04 300 5000 1500000
28 0,75 180 5000 900000
29 0,14 240 5000 1200000
30 0,08 300 5000 1500000
31 0,05 250 5000 1250000
32 0,08 180 5000 900000
Jumlah 8,88 11830 160000 59150000
Rata-Rata 0,28 369,6875 5000 1.811.875
73
Lampiran 4. Penerimaan, Biaya Total, dan Pendapatan Petani Rumput Laut
(Eucheuma Spinosum) di Desa Liya Bahari Indah Kecamatan Wangi-Wangi
Selatan Kabupaten Wakatobi
Nomor Luas Penerimaan Biaya Total Pendapatan
Responden Lahan (ha) (Rp) (Rp) (Rp)
1 0,39 3.400.000 1.674.500 1.725.500
2 0,50 3.100.000 1.088.750 2.011.250
3 0,08 2.500.000 847.825 1.652.175
4 0,30 2.000.000 1.461.650 538.350
5 0,08 2.400.000 881.700 1.518.300
6 0,08 1.500.000 933.872 566.128
7 1,50 2.100.000 941.450 1.158.550
8 0,10 1.800.000 977.875 822.125
9 0,08 900000 574.875 325.125
10 0,08 500.000 477.250 22.750
11 0,08 900.000 577.250 322.750
12 0,03 1.000.000 970.250 29.750
13 1,00 4.000.000 829.500 3.170.500
14 1,50 4.250.000 1.630.250 2.619.750
15 1,00 3.500.000 1.023.875 2.476.125
16 0,08 1.800.000 1.352.250 447.750
17 0,50 2.000.000 1.673.000 327.000
18 0,08 630.000 748.450 -118.450
19 0,08 3.750.000 747.250 3.002.750
20 0,00 600.000 603.750 -3.750
21 0,08 1.200.000 696.250 503.750
22 0,03 1.200.000 619.500 580.500
23 0,04 1.800.000 742.900 1.057.100
24 0,04 900.000 493.250 406.750
25 0,03 1.200.000 1.166.700 33.300
26 0,04 1.800.000 1.292.300 507.700
27 0,04 1.500.000 734.500 765.500
28 0,75 900.000 489.250 410.750
29 0,14 1.200.000 915.125 284.875
30 0,08 1.500.000 817.875 682.125
31 0,05 1.250.000 766.875 483.125
32 0,08 900.000 468.250 431.750
Jumlah 8,88 57.980.000 29.218.347 28.761.653
Rata-Rata 0,28 1.811.875 913.073 898.802
74
Lampiran 5. Harga Privat Usahatani
Input Output Fisik (dalam Unit)
Rumput Laut
(Eucheuma
Spinosum)
Jenis Fisik Unit (Rp)
Input Tradable Bibit 1.250
Bensin 213
Faktor Domestik Tenaga Kerja
Persiapan Lahan 38
Persiapan Benih 94
Tanam 36
Perawatan 32
Panen 49
Penjemuran 64
Output 313
Harga Privat (Dalam Rupiah)
Rumput Laut
(Eucheuma
Spinosum)
Jenis Fisik Harga Privat (Rp)
Input Tradable Bibit 125.000
Bensin 10.000
Faktor Domestik Tenaga Kerja
Persiapan Lahan 8.375
Persiapan Benih 177.208
Tanam 11.328
Perawatan 35.125
Panen 29.375
Penjemuran 50.094
Output 311.505
75
Budget Privat (Dalam Rupiah)
Rumput Laut
(Eucheuma
Spinosum)
Jenis Fisik Biaya Privat (Rp)
Input Tradable Bibit 650.000
Bensin 200.000
Faktor Domestik Tenaga Kerja
Persiapan Lahan 5.00.00
Persiapan Benih 1.000.000
Tanam 180.300
Perawatan 590.000
Panen 300.000
Penjemuran 250.000
Output 2.320.300
Lampiran 6 : Harga Sosial Usahatani Rumput Laut (Eucheuma Spinosum) Input
Output Fisik (dalam unit)
Rumput Laut (Eucheuma Spinosum)
Jenis Fisik (Nilai Rp)
Input Tradable
Bibit 200
Bensin 150
Faktor Domestik Tenaga Kerja
Persiapan Lahan 15
Persiapan Benih 20
Tanam 10
Perawatan 8
Panen 10
Penjemuran 5
Output 68
76
Harga Sosial
Rumput Laut (Eucheuma Spinosum)
Jenis Fisik Harga Sosial (Rp)
Input Tradable
Bibit 225.000
Bensin 4.500
Faktor Domestik Tenaga Kerja
Persiapan Lahan 15.000
Persiapan Benih 177.200
Tanam 15.500
Perawatan 40.000
Panen 35.000
Penjemuran 59.400
Output 342.100
Budget Sosial (Dalam Rupiah)
Rumput Laut (Eucheuma Spinosum)
Jenis Fisik Biaya Sosial (Rp)
Input Tradable
Bibit 300.000
Bensin 275.000
Faktor Domestik Tenaga Kerja
Persiapan Lahan 1.340,00
Persiapan Benih 3.273,00
Tanam 2.630,00
Perawatan 5.630,00
Panen 1.052,00
Penjemuran 1.502,00
Output 15.427,00
77
Penerimaan Pada Harga Sosial Rumput Laut (Eucheuma Spinosum)
Jenis Fisik Harga Sosial (Rp) Jumlah Penerimaan
Input
Tradable
Bibit 225.000 200 45.000.000
Bensin 4.500 150 675.000
Faktor
Domestik Tenaga Kerja
Persiapan Lahan 15.000 15 225.000
Persiapan Benih 177.200 20 3.544.000
Tanam 15.500 10 155.000
Perawatan 40.000 8 320.000
Panen 35.000 10 350.000
Penjemuran 59.400 5 297.000
Jumlah 571.600 418 50.566.000
Rata-Rata 71.450 52 6.320.750
78
Lampiran 7. Harga Internasional/Harga Dunia Komoditas
Sumber : World Bank, 2021
79
Dokumentasi Penelitian
Gambar 1. Pengikatan Benih
Gambar 2. Pengikatan Tali Pelampung dan Wawancara
80
Gambar 3. Proses Penjemuran
Gambar 4. Proses Tanam
81
Surat Izin Penelitian
82
83
84
85
86
87
RIWAYAT HIDUP
Hasna lahir di Patuno pada tanggal 21 Agustus
1999 anak kedua, buah kasih sayang pasangan La
Mohama dan Wa Ode Salima. Penulis merupakan
anak kedua dari tiga bersaudara. Penulis memulai
pendidikan formal di SD Negeri 2 Patuno pada tahun
2006 dan tamat tahun 2011. Pada tahun yang sama
penulis melanjutkan pendidikan di MTs.S Untu Melambi Desa Patuno dan tamat
pada tahun 2014. Penulis melanjutkan pendidikan di SMK Negeri 1 Wangi-
Wangi Kab. Wakatobi Sulawesi Tenggara, sehingga akhirnya tamat pada tahun
2017. Kemudian melanjutkan jenjang pendidikan tinggi di Perguruan Tinggi
Swasta yaitu Universitas Muhammadiyah Makassar dan diterima di Fakultas
Pertanian Program Studi Agribisnis program strata satu (S1). Adapun organisasi
yang pernah diikuti yaitu organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Makassar
Fakultas Pertanian pada tahun 2017-2018.
Atas ridho Allah SWT dan dengan kerja keras, pengorbanan dan kesabaran
pada tahun 2021 Penulis mengakhiri masa perkuliahan S1 dengan judul skripsi
“Analisis Daya Saing Usahatani Rumput Laut (Eucheuma Spinosum) di Desa
Liya Bahari Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi”.