Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

195
TESIS PENGARUH KOMITMEN PIMPINAN DALAM HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN ASET DENGAN OPTIMALISASI PEMANFAATAN ASET (Studi Empiris pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan) THE INFLUENCE OF LEADERSHIP COMMITMENT IN THE RELATIONSHIP BETWEEN ASSET MANAGEMENT AND OPTIMIZATION OF ASSET UTILIZATION (Empirical Study on The Government of South Sulawesi Province) IRMAYANTY ODDING PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

Transcript of Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

Page 1: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

TESIS

PENGARUH KOMITMEN PIMPINAN DALAMHUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN ASET

DENGAN OPTIMALISASI PEMANFAATAN ASET(Studi Empiris pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan)

THE INFLUENCE OF LEADERSHIP COMMITMENT IN THERELATIONSHIP BETWEEN ASSET MANAGEMENT

AND OPTIMIZATION OF ASSET UTILIZATION(Empirical Study on The Government of

South Sulawesi Province)

IRMAYANTY ODDING

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR

2017

Page 2: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

TESIS

PENGARUH KOMITMEN PIMPINAN DALAMHUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN ASET

DENGAN OPTIMALISASI PEMANFAATAN ASET(Studi Empiris pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan)

THE INFLUENCE OF LEADERSHIP COMMITMENT IN THERELATIONSHIP BETWEEN ASSET MANAGEMENT

AND OPTIMIZATION OF ASSET UTILIZATION(Empirical Study on The Government of

South Sulawesi Province)

sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Magister

disusun dan diajukan oleh

IRMAYANTY ODDINGP3400215315

kepada

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR

2017

Page 3: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)
Page 4: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)
Page 5: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)
Page 6: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

PRAKATA

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah S.W.T karena atas berkat dan

karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis ini merupakan

syarat untuk mencapai gelar Magister Sains (M.Si) pada Program Pendidikan

Magister Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin.

Tesis ini membutuhkan proses yang panjang dalam penyelesaiannya.

Untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu terselesaikannya tesis ini. Ucapan terima kasih peneliti sampaikan

kepada Bapak Prof. Dr. Basri Hasanuddin, MA dan Dr. Syarifuddin, SE.,

Ak.,M.Soc.,Sc.,CA sebagai tim penasihat atas waktu yang telah diluangkan untuk

membimbing, memberi motivasi, dan memberi bantuan literatur, serta diskusi-

diskusi yang telah dilakukan.

Ucapan terima kasih juga peneliti tujukan kepada Pemerintah Provinsi

Sulawesi Selatan yang telah memberi tugas belajar kepada penulis untuk

meningkatkan ilmu dan pengetahuan, serta telah memberi izin kepada peneliti

untuk melakukan penelitian di daerah tersebut. Hal yang sama juga peneliti

sampaikan kepada seluruh pengguna barang dan pengurus barang lingkup

Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan serta staf pada Biro Pengelolaan Aset

Daerah Setda Provinsi Sulawesi Selatan yang telah bersedia mengisi kuesioner

dan turut memberi andil yang sangat besar dalam pelaksanaan penelitian ini.

Semoga bantuan yang diberikan oleh semua pihak mendapat balasan dari Allah

S.W.T.

Ucapan terima kasih juga peneliti tujukan kepada bapak, mama dan nenek

beserta saudara peneliti untuk doa-nya setiap saat, suami tercinta untuk support

Page 7: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

dan doa yang selalu menguatkan, dan anak-anakku tercinta Zaila dan Zidan yang

selalu menjadi penyemangat peneliti untuk menyelesaikan tesis ini.

Penyelesaian tesis ini juga mendapat dukungan dari berbagai pihak baik

langsung maupun tidak langsung. Dengan rendah hati peneliti mengucapkan

terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Rektor Universitas Hasanuddin, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unhas,

dan Direktur Program Pascasarjana atas kesempatan yang diberikan kepada

penulis untuk melanjutkan pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas

Hasanuddin.

2. Ketua Program Studi Magister Akuntansi yang telah memberi motivasi dan

dukungan dalam penyelesaian studi.

3. Dr. Darwis Said, SE.,Ak.,M.SA., Dr. Kartini, SE.,Ak.,M.Si.,CA., dan Prof. Dr.

Haliah, SE.,Ak.,M.Si.,CA sebagai tim penguji yang telah memberikan saran

dan masukan untuk perbaikan tesis ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen pada Program Pascasarjana Unhas yang telah

memberikan wawasan keilmuan baru dan pendalaman pengetahuan.

5. Seluruh pimpinan dan para staf di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Hasanuddin yang telah memberikan dukungan dalam pengurusan administrasi

penyelesaian tesis ini.

6. Seluruh pegawai Program Studi Magister Akuntansi dan Program

Pascasarjana Universitas Hasanuddin yang telah memberikan dukungan

sejak awal perkuliahan sampai dengan penyelesaian studi peneliti.

7. Saudara-saudaraku STAR BPKP, khususnya Kelas STAR D, terima kasih

untuk seluruh waktu yang telah dilewati bersama, baik senang maupun susah

(together we achieve more), dan saudara-saudaraku sesama rekan

Page 8: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

mahasiswa Program Studi Magister Akuntansi untuk sharing informasi-nya

dalam penyelesaian tesis ini.

8. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu yang telah

membantu dalam penyelesaian tesis ini.

Tesis ini masih jauh dari sempurna walaupun telah menerima bantuan dari

berbagai pihak. Apabila terdapat kesalahan-kesalahan dalam tesis ini sepenuhnya

menjadi tanggungjawab peneliti dan bukan para pemberi bantuan. Kritik dan saran

yang membangun akan lebih menyempurnakan tesis ini. Semoga tesis ini

bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan.

Makassar, November 2017

IRMAYANTY ODDING

Page 9: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)
Page 10: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)
Page 11: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN .......................................v

PRAKATA ........................................................................................................vi

ABSTRAK ......................................................................................................... ix

ABSTRACT ........................................................................................................x

DAFTAR ISI .....................................................................................................xi

DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xiv

DAFTAR TABEL ..............................................................................................xv

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xvi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...............................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................10

1.3 Tujuan Penelitian ...........................................................................11

1.4 Kegunaan Penelitian ....................................................................12

1.4.1 Kegunaan Teoritis ................................................................12

1.4.2 Kegunaan Praktis..................................................................12

1.5 Ruang Lingkup Penelitian .............................................................12

1.6 Sistematika Penulisan ...................................................................12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Kepemimpinan ......................................................................14

2.2 Goal Setting Theory . .....................................................................16

2.3 Pengertian Aset/Barang Milik Daerah.............................................18

2.4 Manajemen Aset ...........................................................................22

2.5 Inventarisasi Aset ..........................................................................24

2.6 Legal Audit ....................................................................................29

2.7 Penilaian Aset ...............................................................................30

2.8 Komitmen Pimpinan ......................................................................32

2.9 Optimalisasi Pemanfaatan Aset .....................................................37

2.10 Tinjauan Empiris ...........................................................................41

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual ....................................................................47

3.2 Hipotesis Penelitian .......................................................................49

3.2.1 Pengaruh Inventarisasi Aset Terhadap Optimalisasi

Pemanfaatan Aset ...............................................................49

Page 12: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

3.2.2 Pengaruh Komitmen Pimpinan Terhadap

Hubungan Inventarisasi Aset dengan Optimalisasi

Pemanfaatan Aset ...............................................................51

3.2.3 Pengaruh Legal Audit Terhadap Optimalisasi

Pemanfaatan Aset ..............................................................52

3.2.4 Pengaruh Komitmen Pimpinan Terhadap Hubungan

Legal Audit dengan Optimalisasi Pemanfaatan Aset ..........53

3.2.5 Pengaruh Penilaian Aset Terhadap Optimalisasi

Pemanfaatan Aset ...............................................................54

3.2.6 Pengaruh Komitmen Pimpinan Terhadap

Hubungan Penilaian Aset dengan Optimalisasi

Pemanfaatan Aset ...............................................................55

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian ..................................................................57

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................57

4.3 Populasi, sampel, dan Teknik Pengumpulan Sampel ....................57

4.4 Jenis dan Sumber Data ................................................................59

4.5 Metode Pengumpulan Data ..........................................................59

4.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ................................60

4.6.1 Variabel Independen ...........................................................60

4.6.1.1 Inventarisasi Aset ....................................................60

4.6.1.2 Legal Audit ..............................................................60

4.6.1.3 Penilaian Aset .........................................................61

4.6.2 Variabel Dependen .............................................................61

4.6.3 Variabel Moderasi ...............................................................61

4.7 Instrumen Penelitian ......................................................................64

4.8 Teknik Analisis Data .....................................................................64

4.8.1 Model Pengukuran atau Outer Model....................................65

4.8.2 Uji Asumsi Linieritas ..............................................................67

4.8.3 Model Struktural atau Inner Model ........................................67

BAB V HASIL PENELITIAN

5.1 Deskripsi Penelitian ......................................................................69

5.1.1 Gambaran Umum Responden...............................................69

5.1.2 Karakteristik Responden .......................................................70

5.2 Deskripsi Variabel Penelitian ........................................................76

5.2.1 Deskripsi Variabel Inventarisasi Aset (X1).............................77

5.2.2 Deskripsi Variabel Legal Audit (X2) .......................................79

5.2.3 Deskripsi Variabel Penilaian Aset (X3) ..................................81

5.2.4 Deskripsi Variabel Komitmen Pimpinan (X4) .........................84

5.2.5 Deskripsi Variabel Optimalisasi Pemanfaatan Aset (Y) ........86

5.2.6 Statistika Deskriptif Variabel..................................................90

5.3 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen ..............................92

5.3.1 Pengujian Validitas Instrumen...............................................92

Page 13: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

5.3.2 Uji Reliabilitas .......................................................................96

5.4 Hasil Analisis .................................................................................97

5.4.1 Uji Asumsi Linieritas..............................................................97

5.4.2 Goodness of Fit Model .........................................................98

5.4.3 Outer Model Hasil Analisis SEM............................................98

5.4.3.1 Inventarisasi Aset (X1) .............................................99

5.4.3.2 Legal Audit (X2) .....................................................102

5.4.3.3 Penilaian Aset (X3) ................................................104

5.4.3.4 Komitmen Pimpinan (X4) .......................................107

5.4.3.5 Optimalisasi Pemanfaatan Aset (Y) ........................109

5.4.4 Inner Model Hasil Analisis SEM ..........................................113

5.4.4.1 Pengujian Pengaruh Langsung ..............................113

5.4.4.2 Pengujian Pengaruh

Tidak Langsung (Moderasi) ....................................116

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Pengaruh Inventarisasi Aset Terhadap Optimalisasi

Optimalisasi Pemanfaatan Aset ..................................................121

6.2 Pengaruh Komitmen Pimpinan Terhadap Hubungan

Inventarisasi Aset dengan Optimalisasi Pemanfaatan Aset .........123

6.3 Pengaruh Legal Audit Terhadap Optimalisasi

Optimalisasi Pemanfaatan Aset ..................................................125

6.4 Pengaruh Komitmen Pimpinan Terhadap Hubungan

Legal Audit dengan Optimalisasi Pemanfaatan Aset ...................126

6.5 Pengaruh Penilaian Aset Terhadap Optimalisasi

Optimalisasi Pemanfaatan Aset ..................................................128

6.6 Pengaruh Komitmen Pimpinan Terhadap Hubungan

Penilaian Aset dengan Optimalisasi Pemanfaatan Aset ..............129

BAB VII PENUTUP

7.1 Kesimpulan ...............................................................................131

7.2 Implikasi .....................................................................................132

7.3 Keterbatasan Penelitian ..............................................................133

7.4 Saran ..........................................................................................134

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................136

LAMPIRAN

Page 14: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Kerangka Konseptual ...............................................................................49

5.1 Deskripsi Rata-Rata Item pada Variabel Inventarisasi Aset (X1) ..............78

5.2 Deskripsi Rata-Rata Indikator pada Variabel Inventarisasi Aset (X1) .......78

5.3 Deskripsi Rata-Rata Item pada Variabel Legal Audit (X2) ........................80

5.4 Deskripsi Rata-Rata Indikator pada Variabel Legal Audit (X2) .................81

5.5 Deskripsi Rata-Rata Item pada Variabel Penilaian Aset (X3) ...................83

5.6 Deskripsi Rata-Rata Indikator pada Variabel Penilaian Aset (X3) ............83

5.7 Deskripsi Rata-Rata Item pada Variabel Komitmen Pimpinan (X4) ..........85

5.8 Deskripsi Rata-Rata Indikator pada Variabel Komitmen Pimpinan (X4) ...86

5.9 Deskripsi Rata-Rata Item pada Variabel

Optimalisasi Pemanfaatan Aset (Y) ..........................................................88

5.10 Deskripsi Rata-Rata Indikator pada Variabel

Optimalisasi Pemanfaatan Aset (Y) ..........................................................89

5.11 Model Pengukuran Dimensi Konstruk Variabel Inventarisasi Aset (X1) ...100

5.12 Model Pengukuran Dimensi Konstruk Variabel Legal Audit (X2) .............103

5.13 Model Pengukuran Dimensi Konstruk Variabel Penilaian Aset (X3) ........105

5.14 Model Pengukuran Dimensi

Konstruk Variabel Komitmen Pimpinan (X4) ...........................................108

5.15 Model Pengukuran Dimensi

Konstruk Variabel Optimalisasi Pemanfaatan Aset (Y) ............................111

5.16 Hasil Pengujian Hipotesis dalam Inner Model SEM .................................114

5.17 Pengaruh Moderasi Komitmen Pimpinan terhadap

Optimalisasi Pemanfaatan Aset ..............................................................117

Page 15: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Data Aset Tetap dari Tahun 2009-2016 ....................................................4

4.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ...........................................62

5.1 Tingkat Pengembalian Kuesioner ...........................................................69

5.2 Karakteristik Responden Penelitian .........................................................70

5.3 Deskripsi Variabel Inventarisasi Aset (X1) ...............................................77

5.4 Deskripsi Variabel Legal Audit (X2)...........................................................80

5.5 Deskripsi Variabel Penilaian Aset (X3)......................................................82

5.6 Deskripsi Variabel Komitmen Pimpinan (X4).............................................84

5.7 Deskripsi Variabel Optimalisasi Pemanfaatan Aset (Y) .............................87

5.8 Statistika Deskriptif ...................................................................................90

5.9 Hasil Uji Validitas Instrumen .....................................................................92

5.10 Hasil Uji Reliabilitas .................................................................................96

5.11 Hasil Uji Linieritas .....................................................................................97

5.12 Hasil Pengujian Indikator Pembentuk Variabel Inventarisasi Aset (X1) .....99

5.13 Hasil Pengujian Indikator Pembentuk Variabel Legal Audit (X2) .............102

5.14 Hasil Pengujian Indikator Pembentuk Variabel Penilaian Aset (X3) ........104

5.15 Hasil Pengujian Indikator

Pembentuk Variabel Komitmen Pimpinan (X4) .......................................107

5.16 Hasil Pengujian Indikator

Pembentuk Variabel Optimalisasi Pemanfaatan Aset (Y)........................110

5.17 Hasil Pengujian Hipotesis dalam Inner Model dalam SEM......................114

5.18 Hasil Pengujian Pengaruh Tidak Langsung (Moderasi)...........................116

Page 16: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Kuesioner Penelitian

2 Analisis Deskriptif

3 Hasil Uji Linieritas

4 Hasil Analisis PLS

Page 17: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem pemerintahan di Indonesia telah memasuki paradigma baru di

mana salah satu tujuan dari penyelenggaraan pemerintah daerah adalah

menciptakan good governance yaitu dengan melakukan perubahan yang

mendasar dalam mengelola daerah serta mengoptimalkan sumber daya yang

dimiliki. Hal tersebut dapat dicermati dengan semakin disempurnakannya

peraturan perundang-undangan pemerintah daerah dengan terbitnya Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 1999 yang kemudian direvisi menjadi Undang-Undang Nomor

33 Tahun 2004 yang merupakan landasan perubahan sistem pemerintahan

daerah termasuk perimbangan keuangan Negara. Perubahan itu mengarah pada

pelaksanaan desentralisasi atau otonomi daerah yang luas, nyata dan

bertanggung jawab.

Era otonomi daerah berarti memberikan hak sepenuhnya kepada

pemerintah daerah dalam mengelola anggaran yang diserahkan oleh pemerintah

pusat. Berarti secara implisit pemerintah daerah diposisikan agar dapat mandiri

dalam setiap aspek pembangunan, termasuk di dalamnya aspek pembangunan

daerah. Hal ini juga berlaku pada sistem pengelolaan aset suatu daerah.

Pemerintah daerah secara penuh diberi hak untuk mengelola aset daerahnya

secara transparan dan akuntabel. Selain itu, pemerintah daerah harus dapat

mengarahkan dan memanfaatkan sumber daya yang ada secara berdayaguna

dan berhasilguna serta mampu melakukan optimalisasi sumber-sumber

penerimaan daerah termasuk mengoptimalisasi aset-aset yang ada. Jusmin

(2013) mengemukakan bahwa pemerintah daerah dapat mengoptimalkan

Page 18: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

2

pengolahan terhadap aset-aset miliknya dengan cara melakukan langkah-

langkah strategis guna mengoptimalkan aset milik pemerintah daerah yang saat

ini dikategorikan masih belum optimal serta mengevaluasi ketidakefisienan aset

yang idle milik pemerintah daerah yang memerlukan biaya operasional dan

pemeliharaan yang besar.

Aset merupakan potensi ekonomi yang dimiliki oleh daerah. Potensi

ekonomi bermakna adanya manfaat finansial dan ekonomi yang bisa diperoleh

pada masa yang akan datang, yang bisa menunjang peran dan fungsi

pemerintah daerah sebagai pemberi pelayanan publik kepada masyarakat. Aset

merupakan salah satu alat penyelenggaraan roda pemerintahan guna

mendukung pelayanan masyarakat/stakeholder. Pengelolaan aset daerah yang

profesional dan modern dengan mengedepankan good governance di satu sisi

diharapkan mampu meningkatkan kepercayaan pengelolaan keuangan Negara

dari masyarakat atau stakeholder (Evira, 2016). Dengan demikian, upaya

peningkatan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan daerah tidak

dapat dilakukan tanpa pembenahan pengelolaan aset/BMD. Homer (2014)

mengemukakan pentingnya pengelolaan aset daerah secara tepat dan

berdayaguna dengan didasari prinsip-prinsip pengelolaan yang efisiensi dan

efektif diharapkan akan memberi kekuatan terhadap kemampuan pemerintah

daerah dalam membiayai pembangunan daerahnya.

Setiap organisasi baik swasta maupun pemerintah daerah tentunya

memiliki aset yang berwujud (tangible) dan aset tak berwujud (intangible). Setiap

aset yang dimiliki haruslah dikelola dengan efektif dan efisien agar aset tersebut

dapat memberikan manfaat tertinggi bagi pemerintah daerah karena aset

merupakan bagian yang penting dalam pencapaian tujuan dari pemiilik aset,

dimana aset terletak di dalam bagian dari proses yang membantu dalam

pencapaian tujuan sebelum nantinya menjadi output yang diharapkan (goals).

Page 19: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

3

Aira (2014) mengemukakan bahwa aset daerah merupakan sumber daya penting

bagi pemerintah daerah sebagai penopang utama pendapatan asli daerah

(PAD). Hidayati (2016) berpendapat bahwa aset merupakan unsur penting yang

dapat dioptimalkan dalam menunjang kinerja organisasi dalam mendongkrak

PAD dan meningkatkan pelayanan publik (public service). Untuk menjamin

pengembangan kapasitas yang berkelanjutan dari pemerintah daerah maka

dituntut agar dapat mengembangkan atau mengoptimalkan pemanfaatan aset

daerah guna meningkatkan ataupun mendongkrak Pendapatan Asli Daerah

(PAD), yang akan digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan guna

mencapai pemenuhan persyaratan optimal bagi pelayanan tugas dan fungsi

instansinya terhadap masyarakat (Syukri, 2015).

Dilihat dari penampilan Neraca Daerah yang disusun oleh sebagian besar

pemerintah daerah di Indonesia, ternyata rata-rata 80% sampai dengan 90% dari

nilai kekayaan daerah berupa aset tetap. Berdasarkan neraca milik Pemerintah

Provinsi Sulawesi Selatan diperoleh data aset tetap (fixed cost) yang terdiri atas

tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, jembatan, irigasi dan

jaringan, serta aset tetap lainnya. Berikut data aset tersebut

Page 20: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

4

Tabel 1.1 Data Aset Tetap dari Tahun 2009 -2016

No. Tahun TanahPeralatan dan

MesinGedung danBangunan

Jalan, Jembatan,Irigasi danJaringan

Aset TetapLainnya

1 2009 4.279.152.129.446 513.277.840.702 674.878.140.116 4.096.989.337.204 18.060.815.666

2 2010 3.994.504.533.259 594.657.340.226 693.773.751.276 4.223.172.899.091 19.176.395.266

3 2011 3.989.728.282.799 666.350.988.614 717.410.930.901 4.504.935.357.409 21.179.969.191

4 2012 3.991.013.523.434 723.917.411.576 749.055.350.561 4.777.434.115.606 22.305.631.691

5 2013 3.986.329.522.489 787.247.987.802 782.550.283.561 5.038.871.031.140 24.490.047.766

6 2014 3.989.107.201.489 857.785.882.825 860.738.551.730 5.649.491.480.441 25.439.018.441

7 2015 4.138.447.249.828 975.285.185.350 937.928.637.594 5.870.494.396.357 24.940.322.778

8 2016 4.049.770.835.596 1.122.773.565.649 1.078.955.213.132 6.462.424.013.820 26.413.996.637

Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan Daerah

Data tabel di atas menginformasikan bahwa aset tetap milik Pemerintah

Provinsi Sulawesi Selatan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dengan

meningkatnya jumlah aset tetap tiap tahunnya maka pengelolaan aset/BMD juga

harus ditingkatkan agar dapat lebih optimal. Banyaknya aset milik Pemerintah

Provinsi Sulawesi Selatan tersebut tersebar di kabupaten/kota yang tercatat

pada beberapa OPD (Organisasi Perangkat Daerah). Hal tersebut

mengakibatkan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan mengalami kesulitan

untuk mengetahui secara pasti aset yang dikuasai/dikelolanya, sehingga aset-

aset yang dikelola cenderung tidak optimal dalam penggunaan dan

pemanfaatannya.

Pemanfaatan merupakan salah satu bentuk optimalisasi yang dilakukan.

Pemanfaatan dilakukan harus sesuai dengan fungsi dan aturan yang telah

ditetapkan. Optimalisasi pemanfaatan aset daerah merupakan optimalisasi

terhadap penggunaan aset disamping meningkatkan pelayanan terhadap

masyarakat juga menghasilkan pendapatan (return) dalam bentuk uang

(Widayanti, 2010). Pemanfaatan aset pada struktur pendapatan daerah termasuk

Page 21: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

5

dalam rincian objek hasil pemanfaatan atau pendayagunaan kekayaan daerah

yang tidak dipisahkan. Bentuk pemanfaatan aset berdasarkan pada Peraturan

Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 antara lain 1) Sewa, 2) Pinjam Pakai, 3) Kerja

Sama Pemanfaatan (KSP), 4) Bangun Guna Serah (BGS), 5) Bangun Serah

Guna (BSG), dan 6) Kerja Sama Penyedia Infrastruktur (KSPI).

Sistem pengelolaan aset Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan secara

keseluruhan belum optimal terutama dalam hal pemanfaatan aset/BMD. Yusuf

(2010:118) mengungkapkan bahwa isu strategis yang erat kaitannya dengan aset

pemerintah adalah adanya aset-aset yang tidak termanfaatkan, sehingga perlu

dioptimalkan penggunaannya. Fakta di lapangan mengungkapkan banyaknya

masalah-masalah mengenai aset/BMD antara lain (1) banyak aset-aset idle yang

dianggap bernilai ekonomis dan masih layak digunakan tetapi tidak digunakan

atau dimanfaatkan, (2) terdapat beberapa aset yang mempunyai potensi untuk

menghasilkan kontribusi dan menambah PAD bagi Pemerintah Provinsi Sulawesi

Selatan tetapi digunakan pihak lain tanpa adanya status penggunaan dan surat

yang sah, (3) adanya aset yang statusnya dipinjampakaikan kepada pihak ketiga

namun pihak tersebut mengkomersialkan kepada pihak lainnya tanpa

menginformasikan kepada pihak Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, dan (4)

terdapat aset yang tidak dimanfaatkan/ digunakan diambil alih oleh pihak lain.

Aset yang diambil alih oleh pihak lain disebabkan karena aset tersebut tidak

terpelihara dengan baik dan tidak dimanfaatkan/digunakan sehingga dengan

mudah pihak lain menyerobot bahkan diambil alih. Sejalan dengan Yuliantono

(2016) yang mengemukakan bahwa aset daerah yang hilang atau diambil alih

oleh orang ketiga akibat tidak dimanfaatkan dan tidak terpelihara dengan baik.

Salah satu penyebab masalah-masalah tersebut di atas diakibatkan

karena sistem pengelolaan aset yang lemah. Istilah pengelolaan aset erat

kaitannya dengan manajemen aset, Siregar (2004) membagi tahapan

Page 22: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

6

manajemen aset daerah yang terdiri (1) inventarisasi aset, (2) legal audit, (3)

penilaian aset, (4) optimalisasi aset, dan (5) pengawasan dan pengendalian. Tiga

dari tahapan manajemen tersebut digunakan peneliti sebagai variabel-variabel

yang dapat mempengaruhi optimalisasi pemanfaatan aset.

Mardiasmo (2004) mengemukakan bahwa pemerintah daerah perlu

mengetahui jumlah dan nilai kekayaan daerah yang dimilikinya, baik yang

dikuasai saat ini maupun yang masih berupa potensi yang belum dimanfaatkan

atau dikuasai. Inventarisasi aset merupakan jantung dalam siklus pengelolaan

aset (Wardana, 2005:7). Untuk itu, kegiatan inventarisasi aset perlu dilakukan

sebagai upaya untuk memperoleh informasi yang akurat mengenai kekayaan

daerah yang dimiliki dan dikuasai pemerintah daerah.

Pemerintah harus memahami bahwa sasaran akhir atau tujuan utama

pengelolaan aset adalah terjadinya optimalisasi cpemanfaatan aset daerah.

Kenyataannya sampai saat ini aset daerah masih dikelola seadanya, sebatas

inventarisasi belaka (pencatatan akuntansi). Hal itu disebabkan karena kegiatan

inventarisasi tidak dilaksanakan secara rutin dan berkesinambungan yang

mengakibatkan tidak terwujudnya tata kelola aset/BMD yang baik, baik terhadap

pengelolaan administrasi, fisik maupun hukum.

Kegiatan inventarisasi aset dimulai dengan melakukan proses pendataan,

pencatatan, melaporkan hasil pendataan aset, dan mendokumentasikannya, baik

aset berwujud maupun aset tidak berwujud pada waktu tertentu. Hasil kegiatan

inventarisasi aset yang dilakukan dimuat dalam Buku Inventaris. Inventarisasi

yang dilakukan pengurus barang lingkup Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan

belum dilaksanakan secara optimal dan akurat. Hal itu dapat dilihat dari Buku

Inventaris Tanah (KIB A) Milik Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, di mana

dalam buku tersebut terlihat jelas bahwa data aset tanah dan bangunan yang

Page 23: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

7

disajikan masih banyak belum dilengkapi bukti kepemilikan berupa sertifikat,

keakuratan dalam tahun perolehan dan kejelasan lokasi aset tersebut.

Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan harus dapat mengelola aset

daerahnya dengan baik, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kepada

pemerintah pusat sesuai amanat Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006

tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, terutama sarana dan

prasarana yang merupakan aktiva tetap (fixed cost) tanah dan bangunan.

Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan belum dapat menjalankan manajemen

aset dengan baik, ini dapat dilihat dari banyaknya masalah terkait legal audit

yang dihadapi Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Siregar (2004)

mengemukakan bahwa legal audit merupakan inventarisasi status penguasaan

aset, sistem dan prosedur penguasaan atau pengalihan aset, identifikasi dan

mencari solusi atas permasalahan legal strategi strategi untuk memecahkan

berbagai permasalahan legal yang terkait dengan penguasaan atau pengalihan

aset. Legalisasi suatu aset merupakan salah satu bagian yang terpenting di

dalam pengelolaan aset daerah agar dapat optimal dan menjadi masalah yang

sulit untuk dibenahi (Mayasari, 2014).

Faktor-faktor yang menjadi penyebab masalah legal audit ini antara lain

masih banyaknya aset yang belum bersertifikat dan banyak aset tanah maupun

bangunan yang dibiarkan begitu saja tanpa adanya pemeliharaaan sehingga hal

tersebut yang memicu banyaknya aset yang dimanfaatkan bahkan diambil alih

oleh pihak lain. Sejauh ini aset-aset milik Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan

berupa tanah dan bangunan belum seluruhnya bersertifikat karena persoalan

keterbatasan anggaran. Proses persertifikatan sebelumnya terpusat pada Biro

Pengelolaan Aset Daerah sehingga anggaran yang dibutuhkan terbatas setiap

tahunnya. Namun, berdasarkan instruksi BPK RI, proses sertifikasi aset saat ini

dapat dilakukan pada masing-masing OPD sebagai pengguna barang sehingga

Page 24: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

8

secara bertahap semua aset milik Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dapat

disertifikatkan.

Untuk mengoptimalkan pemanfaatan aset sebaiknya perlu dilakukan

penilaian terhadap suatu aset. Penilaian dilakukan untuk memperoleh informasi

terhadap aset-aset yang memiliki potensi untuk dimanfaatkan baik dalam bentuk

sewa, pinjam pakai, Kerjasama Pemanfaatan, BGS/BSG. Banyak aset milik

Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan yang memiliki potensi yang seharusnya

menjadi salah satu sumber PAD atau memberikan kontribusi yang banyak bagi

Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, namun aset-aset tersebut

disalahgunakan oleh pihak lain. Hal tersebut menjadi perhatian BPK RI yang

tersaji dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK RI Tahun Anggaran 2016

yang menyatakan bahwa seluruh aset yang status pemanfaatannya

dipinjampakaikan kepada pihak lain dikembalikan kepada Pemerintah Provinsi

Sulawesi Selatan dan aset-aset tersebut dapat dimanfaatkan oleh pihak lain

hanya dalam bentuk sewa dan penyertaan modal.

Terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi inventarisasi aset, legal

audit, dan penilaian aset dalam mengoptimalkan pemanfaatan aset secara

efisien dan efektif yaitu komitmen pimpinan. Keberhasilan suatu organisasi tidak

lepas dari eksistensi seorang pimpinan. Adanya komitmen pimpinan menjadi

salah satu faktor yang dapat mempengaruhi inventarisasi aset, legal audit, dan

penilaian aset terhadap optimalisasi pemanfaatan aset. Goal setting theory

mengemukakan bahwa seseorang yang memahami tujuan atau memahami apa

yang diharapkan organisasi kepadanya akan mempengaruhi perilaku kerjanya.

Selain itu goal setting theory mengisyaratkan bahwa seorang individu

berkomitmen pada tujuan, untuk itu pimpinan yang memiliki komitmen tujuan

tinggi akan mempengaruhi kinerja bawahannya. Adanya tujuan organisasi

menentukan seberapa besar usaha yang akan dilakukan, semakin tinggi

Page 25: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

9

komitmen pimpinan terhadap tujuan akan mendorong karyawan tersebut untuk

melakukan usaha yang lebih keras dalam mencapai tujuan tersebut. Stodgill

(1974) mengemukakan bahwa teori kepemimpinan adalah suatu proses tindakan

mempengaruhi aktifitas kelompok yang terorganisasi dalam usaha menetapkan

tujuan dan pencapaian tujuan. Artinya pemimpin merupakan individu yang

memiliki program dan bersama anggota kelompok bergerak untuk mencapai

tujuan dengan cara yang pasti. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini

adalah mengoptimalkan pemanfaatan aset, untuk itu diharapkan dengan adanya

komitmen pimpinan akan mempengaruhi bawahannya untuk melakukan kegiatan

inventarisasi aset, legal audit, dan penilaian aset dalam rangka mengoptimalkan

pemanfaatan aset-aset secara efisien dan efektif.

Penelitian yang dilakukan Ilham (2013) mengenai pengaruh manajemen

aset dalam rangka optimalisasi aset tetap (tanah dan bangunan) di Provinsi

Sumatera Barat, dalam penelitiannya menggunakan variabel inventarisasi aset

dan hasil dari penelitiannya menyatakan bahwa variabel inventarisasi aset

berpengaruh positif terhadap optimalisasi aset tetap. Berbeda dengan hasil

penelitian yang dilakukan Ayomi (2014) dengan judul yang sama tapi lokasi

penelitian yang berbeda, hasil penelitiannya menyatakan bahwa inventarisasi

aset tidak berpengaruh positif terhadap optimalisasi aset tetap di Kabupaten

Manokwari.

Sementara itu, penelitian lainnya tentang manajemen aset oleh Nasution

et al (2015) menyatakan bahwa legal audit berpengaruh positif terhadap

optimalisasi pemanfaatan aset tetap. Sedangkan penelitian Widayanti (2010).

Legal audit tidak terbukti berpengaruh terhadap optimalisasi pemanfaatan aset

tetap di Kabupaten Sragen. Pakiding (2006) dalam penelitiannya mengenai

manajemen aset membuktikan bahwa penilaian aset berpengaruh positif

terhadap optimalisasi pemanfaatan aset tetap pada Pemerintah Kabupaten

Page 26: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

10

Bantul. Lain halnya dengan penelitian yang dilakukan Antoh (2012) yang

menemukan bahwa penilaian aset tidak terbukti berpengaruh terhadap

optimalisasi aset tetap pada Pemerintah Kabupaten Paniai.

Penelitian tentang pengaruh manajemen aset terhadap optimalisasi aset

tetap pernah dilakukan oleh Jusmin (2013). Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian Jusmin adalah adanya variabel moderasi yang ditambahkan dalam

penelitian ini. Variabel moderasi tersebut adalah komitmen pimpinan. Penelitian

Jusmin (2013) menggunakan Analisis Regresi Linear Berganda sedangkan

penelitian ini menggunakan Partial Least Square (PLS).

Berdasarkan fenomena-fenomena diatas dan adanya research gap

mengenai hubungan antara inventarisasi aset, legal audit, dan penilaian aset

terhadap optimalisasi pemanfaatan aset tetap, maka peneliti tertarik untuk

menguji kembali variabel-variabel tersebut pada Pemerintah Pemerintah Provinsi

Sulawesi Selatan dengan menambahkan 1 (satu) variabel yaitu komitmen

pimpinan sebagai variabel moderasi sehingga judul penelitiannya: “Pengaruh

Komitmen Pimpinan dalam Hubungan Antara Manajemen Aset dengan

Optimalisasi Pemanfaatan Aset”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya, maka yang

menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah inventarisasi aset berpengaruh terhadap optimalisasi pemanfaatan

aset pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan ?

2. Apakah legal audit berpengaruh terhadap optimalisasi pemanfaatan aset

pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan ?

3. Apakah penilaian aset berpengaruh terhadap optimalisasi pemanfaatan aset

pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan ?

Page 27: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

11

4. Apakah komitmen pimpinan dapat memoderasi pengaruh inventarisasi aset

terhadap optimalisasi pemanfaatan aset pemerintah Provinsi Sulawesi

Selatan ?

5. Apakah komitmen pimpinan dapat memoderasi pengaruh legal audit

terhadap optimalisasi pemanfaatan aset pemerintah Provinsi Sulawesi

Selatan ?

6. Apakah komitmen pimpinan dapat memoderasi pengaruh penilaian aset

terhadap optimalisasi pemanfaatan aset pemerintah Provinsi Sulawesi

Selatan ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah

dikemukakan sebelumnya, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh inventarisasi aset terhadap optimalisasi

pemanfaatan aset pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.

2. Untuk mengetahui pengaruh legal audit terhadap optimalisasi pemanfaatan

aset pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.

3. Untuk mengetahui pengaruh penilaian aset terhadap optimalisasi

pemanfaatan aset pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.

4. Untuk mengetahui apakah komitmen pimpinan dapat memoderasi pengaruh

inventarisasi aset terhadap optimalisasi pemanfaatan aset pemerintah

Provinsi Sulawesi Selatan.

5. Untuk mengetahui apakah komitmen pimpinan dapat memoderasi pengaruh

legal audit terhadap optimalisasi pemanfaatan aset pemerintah Provinsi

Sulawesi Selatan.

Page 28: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

12

6. Untuk mengetahui apakah komitmen pimpinan dapat memoderasi pengaruh

penilaian aset terhadap optimalisasi pemanfaatan aset pemerintah Provinsi

Sulawesi Selatan.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini dapat memiliki kegunaan sebagai berikut:

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan informasi,

wawasan dan pengetahuan yang berkaitan dengan akuntansi manajemen

khususnya manajemen aset dalam hal ini optimalisasi pemanfaatan aset tetap.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Bagi pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, penelitian ini diharapkan dapat

menjadi salah satu referensi untuk perbaikan pengelolaan aset/barang milik

daerah terutama dalam mengoptimalkan pemanfaatan aset tetap. .

2. Bagi akademik, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi

pada penelitian selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada OPD (Organisasi Perangkat Daerah)

lingkup pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dengan fokus penelitian pada

Kepala OPD sebagai pengguna barang beserta pengurus barangnya pada 41

OPD (Organisasi Perangkat Daerah).

1.6 Sistematika Penulisan

Bab I pendahuluan, menguraikan latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, ruang lingkup penelitian, dan

sistematika penulisan, bab ini berisi tinjauan secara umum perencanaan

penelitian yang akan dilakukan.

Page 29: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

13

Bab II Tinjauan Pustaka, berisi teori-teori yang menjadi sumber

terbentuknya hipotesis, dan juga acuan untuk melakukan penelitian. Bab ini

mengemukakan tentang landasan teori dan penelitian terdahulu.

Bab III Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian, menguraikan

kerangka konseptual dan proses penurunan hipotesis penelitan. Bab ini

menjelaskan mekanisme pembentukan hipotesis berdasarkan konsep penurunan

logis.

Bab IV Metode Penelitian, menguraikan rancangan penelitian, lokasi dan

waktu penelitian, populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel, jenis dan

sumber data, metode pengumpulan data, variabel penelitian dan definisi

operasional, instrumen penelitian serta teknik analisis data.

Page 30: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan kegiatan sentral di dalam sebuah kelompok

atau organisasi, dengan seorang pemimpin puncak sebagai figur sentral yang

memiliki wewenang dan tanggung jawab dalam mengefektifkan organisasi untuk

mencapai tujuannya. Pemimpin sebagai figur sentral menyandang peran

mempersatukan anggota organisasi yang terdiri dari individu-individu, agar

menjadi satu kesatuan kekuatan yang bergerak ke arah yang sama dalam

melaksanakan volume dan beban kerja organisasi. Kepemimpinan menyentuh

berbagai segi kehidupan manusia seperti cara hidup, kesempatan berkarya dan

bersosialisasi. Oleh karena itu, usaha untuk semakin mendalami berbagai segi

kepemimpinan yang efektif perlu dilakukan secara terus menerus. Hal tersebut

disebabkan keberhasilan suatu organisasi, baik secara keseluruhan maupun

sebagian kelompok dalam organisasi tergantung pada mutu kepemimpinan yang

terdapat dalam suatu organisasi yang bersangkutan.

Penggunaan teori kepemimpinan dalam akuntansi manajemen telah

banyak digunakan para peniliti dalam penelitiannya. Stodgill (1974)

mengemukakan bahwa kepemimipinan adalah suatu proses tindakan

mempengaruhi aktifitas kelompok yang terorganisasi dalam usaha menetapkan

tujuan dan pencapaian tujuan. Artinya pemimpin merupakan individu yang

memiliki program dan bersama anggota kelompok bergerak untuk mencapai

tujuan dengan cara yang pasti.

Kepemimpinan akan selalu melibatkan orang lain, oleh karena itu dimana

ada pemimpin disana terdapat pengikut. Sebagai orang yang selalu bersama-

sama dengan bawahannya atau yang dipimpinnya seorang pemimpin harus

Page 31: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

15

mampu menjadi agen perubahan dan berinteraksi memberikan pengaruh kepada

bawahannya atau yang dipimpinnya, sehingga bawahannya atau yang

dipimpinnya bersemangat untuk menyelesaikan tugas masing-masing atau

bekerjasama dalam mencapai tujuan organisasi yang sudah di tetapkan.

Pemerintah sebagai penggerak pembangunan dituntut upayanya untuk dapat

menggerakkan masyarakat pada kemandirian menempuh dan menumbuh

kembangkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa, memberikan pelayanan

umum yang sebaik-baiknya dan maksimal. Konsekuensi logik yang diterima dari

tuntutan semacam itu adalah adanya kemampuan manajerial seorang pemimpin

pada pemerintah daerah untuk menjalankan sistem manajemen pemerintahan

yang berdaya guna dan berhasil guna.

Implikasi pada penelitian ini bahwa Pemerintah Daerah sebagai satu

kesatuan organisasi pengelola aset/barang milik daerah dalam menata

organisasinya secara efisien dan efektif, rasional sesuai dengan kebutuhan dan

kemampuan masing-masing aparatur/SDM. Untuk dapat mendukung pemerintah

daerah menjalankan fungsinya, aset/barang milik daerah harus dikelola dengan

baik dan benar termasuk dalam mengoptimalkan pemanfaatan aset secara

efektif dan efisien. Untuk mewujudkan hal tersebut di atas, dibutuhkan peran

seorang pemimpin karena keberhasilan suatu organisasi tidak lepas dari

eksistensi pimpinan. Pimpinan pada Pemerintah daerah adalah

Gubernur/Bupati. Pimpinan merupakan seorang yang mempunyai tanggung

jawab dalam menjalankan dan mengimplementasikan kebijakan-kebijakan yang

telah dibuat menjadi sebuah keputusan dalam organisasi. Pimpinan mempunyai

kekuasaan yang luas untuk menentukan segala kebijakan yang harus dijalankan

dalam rangka pencapaian tujuan. Pimpinan juga mempunyai wewenang penuh

untuk mengarahkan kegiatan para bawahannya. Kepemimpinan yang dilakukan

seorang pemimpin juga menggambarkan arah dan tujuan yang akan dicapai dari

Page 32: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

16

sebuah organisasi. Sehingga dapat dikatakan kepemimpinan sangat

berpengaruh bagi nama besar organisasi.

Objek penelitian ini pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.

Kepemimpinan pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dipegang oleh

seorang Gubernur. Penelitian ini akan menguji efek pembelajaran teori

kepemimpinan terhadap komitmen pimpinan yang dapat mempengaruhi

manajemen aset yang terdiri atas inventarisasi aset, legal audit dan penilaian

aset dalam mengoptimalkan pemanfaatan aset-aset milik Pemerintah Provinsi

Sulawesi Selatan secara efisien dan efektif.

2.2 Teori Penetapan Tujuan (Goal Setting Theory)

Goal setting theory (teori penetapan tujuan) menjelaskan hubungan

antara tujuan yang ditetapkan dengan prestasi kerja (kinerja manajerial).Goal

setting theory merupakan bagian dari teori motivasi yang dikemukan oleh Locke

(1968), dengan konsep dasar bahwa seseorang yang memahami tujuan atau

memahami apa yang diharapkan organisasi kepadanya akan mempengaruhi

perilaku kerjanya. Teori ini menekankan pada pentingnya hubungan antara

tujuan yang ditetapkan dan kinerja yang dihasilkan, sehingga teori ini

menyatakan bahwa tujuan-tujuan yang sifatnya spesifik atau sulit cenderung

menghasilkan kinerja yang lebih tinggi.

Goal setting theory mengisyaratkan bahwa seorang individu berkomitmen

pada tujuan (Robbins, 2008). Jika seorang individu memiliki komitmen untuk

mencapai tujuannya, maka komitmen tersebut akan mempengaruhi tindakannya

dan mempengaruhi konsekuensi kinerjanya. Capaian atas sasaran (tujuan) yang

ditetapkan dapat dipandang sebagai tujuan/tingkat kinerja yang ingin dicapai oleh

individu. Secara keseluruhan, niat dalam hubungannya dengan tujuan-tujuan

yang ditetapkan, merupakan motivasi yang kuat dalam mewujudkan kinerjanya.

Page 33: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

17

Individu harus mempunyai keterampilan, mempunyai tujuan dan menerima

umpan balik untuk menilai kinerjanya. Capaian atas sasaran (tujuan) mempunyai

pengaruh terhadap perilaku pegawai dan kinerja dalam organisasi.

Indayanto (2008) berpendapat bahwa untuk mendapatkan tingkat

motivasi yang tinggi dari para pegawai, hendaknya dipertanyakan apakah tujuan

telah dimengerti oleh semua anggota, apakah tujuan yang dicapai telah cukup

jelas, sehingga proses partisipatif dan program management by objective (MBO)

dapat berjalan dengan baik. Orang yang telah menetukan tujuan atas

perilakunya di masa depan dan tujuan akan mempengaruhi perilaku yang

sesungguhnya terjadi. Perilaku akan diatur oleh ide (pemikiran) dan niatnya

sehingga akan mempengaruhi tindakan dan konsekuensi kinerjanya. Umumnya

manajer menerima penetapan tujuan sebagai hal yang sangat berarti untuk

meningkatkan dan mempertahankan kinerja.

Goal setting theory berasumsi bahwa ada hubungan langsung antara

tujuan yang spesifik dan terukur dengan kinerja. Temuan utama dari goal setting

theory adalah bahwa individu yang diberi tujuan yang spesifik dan sulit tapi dapat

dicapai memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan orang-orang yang

menerima tujuan yang mudah dan kurang spesifik. Pada saat yang sama,

seseorang juga harus memiliki kemampuan yang cukup dalam menerima tujuan

yang ditetapkan. Penerapan goal setting theory dalam penelitian ini adalah

pemerintah daerah sebagai suatu organisasi publik menetapkan sasaran atau

tujuan yang ingin dicapai ke depannya. Penetapan tujuan organisasi dalam

penelitian ini adalah mengoptimalkan pemanfaatan aset secara efisien dan

efektif. Mengoptimalkan pemanfaatan aset merupakan sasaran atau tujuan yang

spesifik yang ingin dicapai organisasi tersebut.

Page 34: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

18

Teori penetapan tujuan dalam penelitian ini digunakan untuk menjelaskan

tindakan pemerintah daerah dalam mewujudkan tujuan yang diharapkan. Tujuan

pemerintah daerah akan menentukan pilihan yang akan dilakukan. Setiap

pemerintah daerah menginginkan pencapaian atas tujuan-tujuan yang telah

ditetapkan, baik tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang.

Pencapaian tujuan tersebut ditentukan seberapa besar usaha yang akan

dilakukannya pemerintah daerah dengan melibatkan pimpinan dan pegawaianya

dalam mewujudkan tujuan-tujuan yang diharapkan yaitu mengoptimalkan

pemanfaatan aset secara efisien dan efektif. Untuk itu perlu meminimalisasi atau

menghilangkan perbedaan persepsi mengenai informasi yang dimiliki pada

pimpinan dan pegawai serta memaksimalkan kinerja agar lebih mudah

pencapaian tujuan organisasi. Adanya komitmen dan kontribusi pimpinan akan

mempengaruhi kinerja bawahan dalam pencapaian sasaran atau tujuan

organisasi.

2.3 Pengertian Aset/Barang Milik Daerah

Siregar (2004;178) mendefinisikan aset sebagai barang (thing) atau

sesuatu barang (anything) yang memiliki nilai ekonomi (economic value), nilai

komersial (commercial value) atau nilai tukar (exchange value) yang dimiliki

badan usaha, instansi maupun individu (perorangan). Sementara pengertian aset

menurut buletin teknis Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP)

adalah :

“Sumber daya ekonomi yang dikuasai dan atau dimiliki olehpemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan darimana manfaat ekonomi dan/atau sosial dimasa depan yangdiharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupunmasyarakat serta diukur dalam satuan uang, termasuk sumberdaya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasabagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yangdipelihara karena alasan sejarah dan budaya.”

Page 35: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

19

Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor

17 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah, barang milik daerah

digolongkan berupa barang persediaan dan barang inventaris (barang dengan

penggunaannya lebih dari 1 tahun) yang terdiri dari 6 (enam) kelompok yaitu

tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan dan jembatan, jaringan

dan irigasi, aset tetap lainnya dan konstruksi dalam pengerjaan. Aset tetap

lainnya terdiri dari buku dan perpustakaan, barang bercorak

kesenian/kebudayaan, hewan/ternak dan tumbuhan, dan aset tetap renovasi.

Berdasarkan lingkup aset dan penggolongan barang milik daerah yang

telah diuraikan, barang milik daerah merupakan bagian dari aset pemerintah

daerah yang berwujud, baik aset lancar maupun aset tetap. Peraturan

Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, nama aset dicantumkan karena sudah

berlaku secara internasional sehingga dapat diterima secara umum dalam

laporan milik berbagai instansi, baik itu milik negara (yang disebut sebagai aset

tetap), milik instansi swasta yang sudah go public maupun belum. Aset tetap

yang dicatat dalam laporan keuangan merupakan semua barang milik

pemerintah sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun

2008, sehingga ada dua aturan yang mengatur hal yang sama dengan nama

yang berbeda (Yusuf, 2015).

Istilah "aset" dapat digunakan untuk menggambarkan berbagai jenis

aset termasuk aset keuangan, aset infrastruktur, pabrik dan mesin, peralatan dan

properti. Fernholz & Fernholz (2006) dan Howarth (2006) telah menunjukkan

bahwa aset jangka bisa menjadi aset berwujud maupun tidak berwujud yang

meliputi aset keuangan seperti uang, aset intelektual seperti pengetahuan dan

aset fisik seperti bangunan. Namun, Kyle, et al (2000) definisi real property

dimulai dengan permukaan sebidang tanah dan pemilik aset bergerak di atas

Page 36: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

20

permukaan serta tanah dan mine ral di bawah permukaan, serta apa-apa

permanen melekat pada tanah ini baik oleh alam atau oleh tangan manusia.

Definisi aset tetap menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun

2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah adalah aset berwujud yang

mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan, atau

dimaksudkan untuk digunakan, dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan

oleh masyarakat umum. Aset tetap atau barang milik daerah (BMD) merupakan

salah satu faktor yang paling strategis dalam pengelolaan keuangan daerah.

Dalam laporan keuangan, biasanya nilai aset tetap daerah merupakan nilai yang

paling besar dibandingkan dengan akun-akun lainnya.

Aset tetap diakui pada saat manfaat ekonomi masa depan dapat

diperoleh dan nilainya dapat diukur dengan handal. Untuk dapat diakui sebagai

aset tetap harus memenuhi kriteria a) berwujud; b) mempunyai masa manfaat

lebih dari 12 (dua belas) bulan; c) biaya perolehan aset dapat diukur secara

andal; d) tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas;

e) diperoleh atau dibangun dengan tujuan untuk digunakan.

Pengukuran aset tetap dinilai sebesar biaya perolehan (jumlah kas atau

setara kas yang dibayarkan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan

atau konstruksi sampai dengan aset tersebut dalam kondisi dan tempat yang

siap untuk digunakan), jika tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan

pada nilai wajar saat perolehan. Nilai wajar adalah nilai tukar atau penyelesaian

kewajiban antar pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan

transaksi wajar.

Aset tetap diklasifikasikan berdasarkan pada kesamaan sifat atau

fungsinya dalam aktivitas operasi entitas. Klasifikasi aset tetap antara lain :

Page 37: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

21

1. Tanah

Tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap ialah tanah yang diperoleh

dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan

dalam kondisi siap dipakai. Tanah merupakan aset pemerintah yang sangat

vital dalam operasional pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat.

2. Peralatan dan Mesin

Peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin dan kendaraan bermotor, alat

elektonik, alat kantor dan rumah tangga, alat komunikasi, dan peralatan

lainnya yang nilainya signifikan dan masa manfaatnya lebih dari 12 (dua

belas) bulan dan dalam kondisi siap pakai.

3. Gedung dan Bangunan

Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang

diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional

pemerintah dan dalam kondisi siap digunakan.

4. Jalan, Irigasi, dan Jaringan

Jalan, irigasi, dan jaringan mencakup jalan, jembatan, irigasi, instalasi dan

jaringan yang dib angun oleh pemerintah serta dimiliki dan/atau dikuasai

oleh pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.

5. Aset Tetap Lainnya

Golongan aset ini jelas jelas disebutkan dalam Permendagri No.17 Tahun

2007 yang terdiri atas buku perpustakaan, buku terbitan berkala, barang-

barang perpustakaan, barang bercorak kesenian/kebudayaan, serta

hewan/ternak dan tumbuh tumbuhan.

6. KDP (Konstruksi dalam Pengerjaan)

Golongan barang ini dicatat sebesar biaya yang di keluarkan sampai

dengan akhir masa pengerjaan pada tahun yang bersangkutan.

Page 38: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

22

2.4 Manajemen Aset

Britton, Connellan (1989) mengatakan “define good asset management in

terms of measuring the value of properties (asset) in monetory terms and

employing the minimum amount of expenditure on its management”. Sementara

menurut Sugiama (2013:15), manajemen aset adalah suatu ilmu dan seni untuk

memandu pengelolaan kekayaan yang mencakup proses merencanakan

kebutuhan aset, mendapatkan, menginventarisasi, melakukan legal audit,

menilai, mengoperasikan, memelihara, membaharukan atau menghapuskan

hingga mengalihkan aset secara efektif dan efisien.

Berbagai pengertian mengenai manajemen aset, dapat disimpulkan

bahwa manajemen aset merupakan suatu proses sistematis yang

mempertahankan, meng-upgrade, dan mengoperasikan aset dengan cara yang

paling hemat biaya melalui penciptaan, akuisisi, operasi, pemeliharaan,

rehabilitasi, dan penghapusan aset yang terkait dengan (1) mengidentifikasi apa

saja yang dibutuhkan aset, (2) mengidentifikasi kebutuhan dana, (3) memperoleh

aset, (4) menyediakan sistem dukungan logistik dan pemeliharaan untuk aset, (5)

menghapus atau memperbaharui aset sehingga dapat memenuhi tujuan secara

efektif dan efisien. Inti dari manajemen aset yaitu bahwa pengelolaan aset

berkaitan dengan menerapkan penilaian teknis dan keuangan serta praktek

manajemen yang baik untuk memutuskan apa yang dibutuhkan aset dalam

memenuhi tujuan bisnis, kemudian untuk memperoleh dan mempertahankan

aset selama umur hidup aset tersebut sampai ke pembuangan.

Dalam perkembangannya, manajemen aset telah dicoba untuk ditelaah

dalam berbagai penelitian di level pemerintah daerah. Lewes District Council

(2005: 2) mengatakan bahwa tujuan dari perencanaan manajemen aset adalah.

1. Memastikan efektivitas dan koordinasi kegiatan manajemen aset yang

disusun pemerintah.

Page 39: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

23

2. Mengawasi penggunaan dana dalam proses manajemen serta penggunaan

aset properti.

3. Memastikan bahwa permasalahan manajemen aset telah dibahas dalam

pertemuan pengambilan keputusan sebagai dasar penyusunan rencana

pelayanan.

4. Memahami batasan efektivitas, efisiensi serta mempertimbangkan kondisi

ekonomi dalam menyusun manajemen/pengelolaan aset.

5. Membuat pola kerjasama pengelolaan aset dengan pihak ketiga atau

organisasi lain yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.

Konsep manajemen aset digunakan pertama kali oleh industri privat

(Lukman:2010). Penerapan konsep manajemen aset terbukti telah memberikan

hasil positif dan menghasilkan keuntungan yang signifikan bagi perusahaan

sektor privat, karena kesuksesan sektor privat menggunakan konsep manajemen

tersebut maka sektor publik tertarik dan ikut menggunakan konsep ini. Konsep

manajemen aset dikenal juga sebagai suatu cara yang dapat diterapkan oleh

pemerintah dalam mengelola aset-aset yang dimilikinya.

Tujuan manajemen aset dapat ditentukan dari berbagai dimensi atau

sudut pandang. Secara umum tujuan manajemen aset adalah untuk mengambil

keputusan yang tepat agar aset yang dikelola berfungsi secara efektif dan

efisien. Efektif adalah pencapaian hasil yang sesuai dengan tujuan sebagaimana

yang telah ditetapkan sebelumnya. Efektif dalam pengelolaan aset berarti aset

yang dikelola dapat mencapai tujuan yang diharapkan organisasi bersangkutan,

misal mencapai kinerja tertinggi dalam pelayanan pelanggan. Sedangkan

efektivitas berarti derajat keberhasilan yang dapat dicapai berdasarkan tujuan

yang telah ditetapkan. Efektifitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tinggi

rendahnya target yang telah dicapai misalnya jumlah capaian, derajat kualitas,

waktu dan lain-lain. Sebuah capaian dapat dinyatakan dalam presentase target

Page 40: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

24

yang dicapai dari keseluruhan target yang ditetapkan. Jika capaian target

tersebut tinggi, berarti makin tinggi pula efektifitasnya. Serangkaian kegiatan

yang dapat merealisasikan tujuan dengan tepat, berarti seluruh kegiatan tersebut

memiliki efektifitas yang tinggi. Dengan kata lain, efektif itu mampu mencapai

tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan.

Manajemen aset daerah dikelola oleh Gubernur/Bupati selaku pemegang

kekuasaan aset daerah dengan dibantu oleh Sekretaris Daerah selaku pengelola

aset daerah, Kepala Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah selaku

pembantu pengelola aset dan para kepala OPD selaku pengguna aset daerah.

Untuk mengurus dan menertibkan pencatatan barang dalam proses pemakaian

maka Kepala Daerah menunjuk dan menetapkan pengurus barang pada masing-

masing OPD/Unit Kerja. Mengingat prinsip organisasi yaitu tercapainya

efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintah di daerah, maka fungsi

atau wewenang pengurusan tersebut dilimpahkan kepada aparat pembantunya

tanpa mengurangi tanggungjawab Kepala Daerah. Dengan demikian mekanisme

pengelolaan barang daerah yaitu adanya fungsi otorisator (Kepala Daerah),

ordonatur (OPD/Unit Kerja yang berwenang dan dilimpahi tugas) dan

bendaharawan.

Dalam proses inventarisasi terdapat kegiatan kodefikasi/labelling.

Kodefikasi/labelling adalah pemberian pengkodean barang pada setiap barang

inventaris milik pemerintah daerah yang menyatakan kode lokasi dan kode

barang. Tujuan pemberian kodefikasi atau labelling adalah untuk mengamankan

dan memberikan kejelasan status kepemilikan dan status penggunaan barang

pada masing-masing pengguna.

2.5 Inventarisasi Aset

Inventarisasi aset adalah serangkaian kegiatan untuk melakukan

pendataan, pencatatan, pelaporan hasil pendataan aset, dan

Page 41: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

25

mendokumentasikannya, baik aset berwujud maupun aset tidak berwujud pada

suatu waktu tertentu. Inventarisasi aset dilakukan untuk mendapatkan data

seluruh aset yang dimliki, dikuasai sebuah organisasi perusahaan atau instansi

pemerintah. Seluruh aset perlu diinventarisasi baik yang diperoleh berdasarkan

beban dana sendiri (investasi), hibah ataupun dari cara lainnya (Sugiama,

2013:173).

Siregar (2004:518) berpendapat bahwa inventarisasi aset merupakan

kegiatan yang terdiri dari dua aspek, yaitu inventarisasi fisik dan yuridis/legal.

Aspek fisik terdiri atas bentuk, luas, lokasi, volume/jumlah, jenis, alamat dan lain-

lain. Sedangkan aspek yuridis adalah status penguasaan, masalah legal yang

dimiliki, batas akhir penguasaan. Proses kerja yang dilakukan adalah pendataan,

kodifikasi/labelling, pengelompokkan dan pembukuan/administrasi sesuai

dengan tujuan manajemen aset.

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan

Barang Milik Negara/Daerah mengemukakan bahwa inventarisasi adalah

kegiatan untuk melakukan pendataan, pencatatan, dan pelaporan hasil

pendataan barang Milik Negara/Daerah yang dilakukan oleh Pengguna Barang

setiap tahun. Kuasa Pengguna Barang harus menyusun laporan Barang Kuasa

Pengguna semesteran dan tahunan sebagai bahan untuk menyusun neraca

satuan kerja untuk disampaikan kepada Pengguna Barang. Dari hasil

inventarisasi, dapat diketahui aktiva tetap yang benar-benar dimiliki oleh

Pemerintah Daerah, yang kemudian dilakukan penilaiannya sesuai dengan

kebijakan Pemerintah Daerah.

Adapun tujuan inventarisasi aset/BMD yaitu untuk :

1. Meyakini keberadaan fisik barang yang ada pada dokumen inventaris dan

ketepatan jumlahnya.

2. Mengetahui kondisi terkini barang (baik, rusak ringan, dan rusak berat).

Page 42: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

26

3. Melaksanakan tugas administrasi yaitu : a) membuat usulan penghapusan

barang yang sudah rusak berat, b) mempertanggungjawabkan barang-

barang yang tidak ditemukan/hilang, dan c) mencatat/membukukan barang-

barang yang belum dicatat dalam dokumentasi inventaris.

4. Mendata permasalahan yang ada atas inventaris, seperti sengketa tanah,

kepemilikan yang tidak jelas, inventaris yang dikuasai pihak ketiga.

5. Menyediakan informasi nilai aset daerah sebagai dasar penyusunan neraca

awal daerah.

Sedangkan proses inventarisasi aset/BMD sebagai berikut :

1. Pengguna Barang melakukan inventarisasi barang milik daerah paling sedikit

1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

2. Barang milik daerah berupa konstruksi dalam pengerjaan (KDP),

inventarisasi dilakukan oleh pengguna barang setiap tahunnya.

3. Pengguna barang wajib menyampaikan laporan hasil inventarisasi kepada

pengelola barang paling lama 3 (tiga) bulan setelah selesainya inventarisasi.

4. Pengelolaan barang melakukan inventarisasi barang milik daerah berupa

tanah dan/atau bangunan yang berada dalam penguasaannya paling sedikit

1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

Barang yang dimaksud merupakan barang inventarisasi yaitu seluruh

barang yang dimiliki/dikuasai oleh pemerintah daerah yang penggunaannya lebih

dari satu tahun dan dicatat serta didaftar dalam Buku Inventaris (BI). Buku

inventaris dapat digunakan sesuai dengan fungsi dan peranannya, maka

pelaksanaannya harus lebih tertib, teratur, dan berkelanjutan berdasarkan pada

data yang benar, lengkap, dan akurat sehingga informasi diberikan tepat.

Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman

Pengelolaan Barang Daerah, dapat dibagi menjadi dua kegiatan, yaitu (1)

Page 43: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

27

kegiatan pencatatan, dan (2) kegiatan pelaporan. Kegiatan pencatatan

dipergunakan buku-buku dan kartu-kartu sebagai berikut :

1. Buku Induk Inventaris (BII), merupakan gabungan atau kompilasi dari buku-

buku inventaris. Buku inventaris adalah himpunan catatan data teknis dan

administrasi yang diperoleh dari catatan kartu-kartu inventaris barang

sebagai hasil dari sensus ditiap-tiap OPD/Unit kerja yang dilaksanakan

secara serentak pada waktu tertentu. Sensus barang dilakukan setiap 5

(lima) tahun sekali untuk mendapatkan data barang dan pembukuan buku

inventaris yang benar, akurat (up to date) dan dapat

dipertanggungjawabkan.

2. Buku Inventaris (BI), merupakan buku yang menyajikan semua kekayaan

daerah yang bersifat kebendaan, baik yang bergerak maupun yang tidak

bergerak dan memuat data yang meliputi nomor, spesifikasi barang, bahan,

asal/cara perolehan barang, ukuran barang/konstruksi, satuan, keadaan

barang, jumlah baran, harga dan keterangan.

3. Kartu Inventaris Barang (KIB), yaitu kartu yang digunakan untuk mencatat

barang-barang inventarisasi secara tersendiri maupun kumpulan/kolektif

dengan dilengkapi data asal, volume, merk, tipe, nilai/harga dan data lain

mengenai barang yang diperlukan untuk inventarisasi dan tujuan lain serta

dipergunakan selama barang tersebut belum dihapus. Kartu Inventarisasi

barang terdiri dari : a) KIB A (Kartu Inventaisasi Tanah), b) KIB B (Kartu

Inventarisasi Peralatan dan Mesin, c) KIB C (Kartu Inventarisasi Gedung

dan Bangunan, d) KIB D (Kartu Inventarisasi Jalan dan Jembatan, dan KIB

E (Kartu Inventarisasi Lainnya).

4. Kartu Inventaris Ruangan (KIR), adalah kartu untuk mecatat barang-barang

yang ada dalam setiap ruangan kerja. KIR ini harus dipasang di setiap

Page 44: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

28

ruangan kerja. Pemasangan maupun pencatatannya merupakan tanggung

jawab pengurus barang setiap OPD/Unit Kerja.

Sementara dalam kegiatan pelaksanaan pelaporan menggunakan daftar-

daftar yang terdiri dari 2 (dua) yaitu Daftar Rekapitulasi Barang Inventaris, yang

disusun atau dibuat oleh pengurus barang, (2) Daftar Mutasi Barang, yang

memuat informasi data barang yang berkurang atau bertambah dalam jangka

waktu tertentu yaitu per satu semester dan per tahun. Mutasi barang bertambah

bisa disebabkan karena pengadaan baru yang dibeli atau dibangun, hibah,

ruislag atau tukar menukar dan perubahan peningkatan kualitas atau yang

disebut kapitalisasi. Sedangkan mutasi barang berkurang disebabkan antara lain

dijual, dihapuskan, dimusnahkan, hilang, mati, dihibahkan, ruislag atau tukar

menukar, dilepaskan dengan ganti rugi. Untuk mengurus dan menertibkan

pencatatan barang dalam proses pemakaian maka Kepala Daerah menetapkan

pengurus barang pada masing-masing OPD dan Unit Kerja.

Kodefikasi/labelling merupakan kegiatan dalam proses inventarisasi aset.

Kodefikasi/labelling merupakan pemberian pengkodean barang pada setiap

barang inventaris milik pemerintah daerah yang menyatakan kode lokasi dan

kode barang. Adapun tujuan pemberian kodefikasi/labelling adalah untuk

mengamankan dan memberikan kejelasan status kepemilikan dan status

penggunaan barang pada masing-masing pengguna.

Proses inventarisasi yang teratur adalah proses inventarisasi yang

dilakukan dengan ketentuan yang dapat mewujudkan penyempurnaan dalam

pengurusan, pengawasan keuangan dan kekayaan Negara secara efektif, juga

dalam rangka meningkatkan efektifitas perencanaan penganggaran, pengadaan,

penyimpanan dan pemeliharaan, penyaluran serta penghapusan barang. Oleh

karena itu, pelaksanaan inventarisasi harus dilaksanakan secara baik dan benar

sesuai kondisi barang agar dapat dicapai tujuan inventarisasi dimaksud.

Page 45: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

29

Mardiasmo (2004) mengemukakan bahwa Pemerintah daerah perlu

mengetahui jumlah dan nilai kekayaan daerah yang dimilikinya, baik yang saat ini

dikuasai maupun yang masih berupa potensi yang belum dikuasai atau

dimanfaatkan. Untuk itu pemerintah daerah perlu melakukan inventarisasi nilai

dan potensi aset daerah. Kegiatan inventarisasi bertujuan untuk memperoleh

informasi yang lengkap, akurat, dan mutakhir mengenai kekayaan daerah yang

dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah daerah. Inventarisasi aset daerah tersebut

penting untuk pembuatan Neraca Kekayaan Daerah yang akan dilaporkan

kepada masyarakat.

2.6 Legal Audit

Siregar (2004:519) menyatakan bahwa legal audit merupakan suatu

lingkup kerja manajemen aset berupa inventarisasi status penguasaan aset,

sistem dan prosedur penguasaan atau pengalihan aset, identifikasi dan mencari

solusi atas permasalahan legal dan strategi untuk memecahkan berbagai

permasalahan legal yang terkait dengan penguasaan atau pengalihan aset.

Penguasaan dan pemilikan tanah dan bangunan meliputi semua hak, hubungan-

hubungan hukum, dan manfaat yang berkaitan dengan kepemilikan tersebut.

Sementara Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007

memaparkan bahwa legal audit merupakan tindakan pengamanan atau tindakan

pengendalian, penertiban dalam upaya pengurusan barang daerah secara fisik,

administrasi dan tindakan hukum. Pengamanan tersebut menitikberatkan pada

penertiban pengamanan secara fisik dan administrasi, sehingga barang barang

daerah tersebut dapat dipergunakan atau dimanfaatkan secara optimal serta

terhindar dari penyerobotan pengambilan alihan atau klaim dari pihak lain.

Pengamanan secara fisik terhadap barang tidak bergerak berupa tanah dan

bangunan dapat dilakukan dengan pemagaran, pemasangan papan tanda

kepemilikan dan penjagaan. Sedangkan pengamanan secara administrasi dapat

Page 46: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

30

dilakukan dengan cara penyelesaian bukti kepemilikan seperti IMB, sertifikat hak

milik, surat perjanjian, berita acara serah terima, akte jual beli, dan dokumen-

dokumen pendukung lainnya.

Legal audit adalah kegiatan pengauditan mengenai status aset, sistem

dan prosedur, pengadaan dan pengalihan, pengindetifikasian adanya indikasi

permasalahan legalitas, pencarian solusi untuk memecahkan masalah legalitas

yang terjadi atau terkait dengan penguasaan dan pengalihan aset (Sugiama,

2012:2).

2.7 Penilaian Aset

Penilaian aset adalah suatu proses kerja untuk melakukan penilaian atas

aset yang dikuasai/dimiliki (Siregar, 2004). Penilaian aset dapat dilakukan oleh

lembaga independen yang bersertifikat. Penilaian dilakukan dalam rangka

penyusunan neraca pemerintah pusat/daerah, pemanfaatan, dan

pemindahtanganan BMN/D. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014

menjelaskan bahwa penilaian merupakan suatu proses atau kegiatan untuk

memberikan suatu opini nilai atas suatu objek penilaian berupa barang milik

Negara/daerah pada waktu tertentu.

The Appraisal of Real Estate (American Institute of Real Estate

Appraisers of The National Association of Realtor S, 1983) dalam Resmi (2003)

memaparkan bahwa :

“asset appraisal is the process of estimating market value,invested value, insurable value, or other properly definedvalue of an identified interest or interest in a specific parcelor parcels of real estate as of a given date”.

Evira (2016) menjelaskan bahwa penilaian aset merupakan suatu proses

kegiatan penelitian yang selektif didasarkan pada data/fakta yang objektif dan

relevan dengan menggunakan metode atau teknis tertentu untuk memperoleh

nilai barang milik daerah. Pelaksanaan penilaian barang milik daerah dilakukan

Page 47: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

31

oleh tim yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah dan dapat

melibatkan lembaga independen bersertifikat dibidang penilaian aset.

Terdapat tiga cara pendekatan yang digunakan dalam proses penilaian

aset/property (Haryono, 2007:52) sebagai berikut :

1. Pendekatan perbandingan harga pasar (sales competition approach).

Pendekatan ini dilakukan dengan cara membandingkan objek yang

akan dinilai dengan objek yang nilai jualnya sudah diketahui. Objek

yang serupa tidak diketahui nilai jualnya maka harga jual dari objek

lainnya yang sejenis dapat dipertimbangkan sebagai bukti terbaik dari

nilai pasar. Kelemahan dari pendekatan ini bahwa sulitnya memperoleh

data transaksi jual-beli di pasar dan seringkali objek yang dinilai tidak

identik dengan property yang diketahui harga jualnya.

2. Pendekatan biaya (cost approach). Pendekatan ini dilakukan dengan

cara memperkirakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk membuat atau

mengadakan property yang dinilai. Penerapan pendekatan ini untuk

menilai bangunan dan dijadikan dasar dari penilaian bangunan,

sedangkan untuk menilai tanah saja atau tanah dan bangunan perlu

diperhatikan komponen yang lain seperti nilai tanah, ditentukan dengan

menggunakan pendekatan perbandingan harga pasar, biaya investasi

khususnya untuk konstruksi bangunan, ditentukan dengan

memperhitungkan seluruh biaya yang telah dikeluarkan dalam rangka

memperbaiki atau mempertahankan nilai bangunan tersebut. Dalam

pendekatan ini terdapat dua metode penilaian yaitu metode kalkulasi

biaya dan metode biaya pengganti terdepresiasi. Metode kalkulasi

biaya digunakan untuk menentukan indikasi nilai pasar dari property

bukan khusus (non specialized properties). Sedangkan metode biaya

Page 48: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

32

pengganti terdepresiasi adalah penilaian yang didasarkan kepada

estimasi nilai pasar saat ini atas tanah untuk penggunaan yang ada

ditambah dengan biaya pengganti kotor saat ini dari bangunan

dikurangi kerusakan fisik dan semua bentuk keusangan dan optimasi

yang relevan.

3. Pendekatan pendapatan (income capitalization approach). Pendekatan

ini dilakukan dengan cara memproyeksikan seluruh pendapatn property

tersebut dikurangi dengan biaya operasi. Hasil perhitungan tersebut

dikapitalisasi dengan suatu tingkat suku bunga pengembalian modal

dan keuntungan (return on investment). Pendekatan ini diterapkan

khusus untuk menilai property yang menghasilkan keuntungan secara

langsung seperti hotel, perkantoran, apartemen, pusat perbelanjaan

dan tempat hiburan.

2.8 Komitmen Pimpinan

Teori yang mendasari komitmen adalah teori komitmen organisasi.

Komitmen organisasi sudah mulai diperkenalkan oleh Etzioni (1961), istilah ini

semakin popular sejak tahun 1977 setelah dibahas oleh Staw dan Salancik, yang

mengajukan dua bentuk komitmen, komitmen sikap (attitudinal commitment) dan

komitmen tingkah laku (behavioral commitment). Komitmen sikap adalah

keadaan dimana individu mempertimbangkan sejauhmana nilai dan tujuan

pribadinya sesuai dengan nilai dan tujuan organisasi, serta sejauhmana

keinginannya untuk mempertahankan keanggotannya dalam organisasi.

Sedangkan komitmen tingkah laku didasarkan pada sejauhmana karyawan

menetapkan keputusan untuk terikat pada organisasi berkaitan dengan adanya

kerugian jika memutuskan melakukan alternative lain diluar pekerjaannya saat

ini.

Page 49: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

33

Ketika seseorang ingin menjadi seorang pemimpin yang efektif, pemimpin

harus memiliki komitmen. Komitmen menunjukkan kepada orang lain bahwa

seseorang memiliki keyakinan. Maxwell (2001) mengemukakan bahwa komitmen

memiliki 3 (tiga) sifat sebagai berikut :

a. Komitmen dimulai di dalam hati jka seseorang ingin membuat perbedaan

dalam kehidupan orang lain tersebut harus terlebih dahulu memeriksa

hatinya apakah sudah benar-benar berkomitmen.

b. Komitmen diuji oleh perbuatan. Satu-satunya ukuran sejati dari komitmen

adalah perbuatan. Jadi komitmen harus diiringi oleh perbuatan.

c. Komitmen membuka pintu prestasi. Komitmen berlawanan dengan

penolakan, karena komitmen adalah janji serius untuk terus maju dan untuk

bangkit. Jadi, jika seseorang ingin mencapai suatu tujuan maka harus punya

komitmen.

Terdapat 4 (empat) tipe orang dalam berkomitmen yaitu 1) tipe pengecut

tidak memiliki sasaran dan tidak punya komitmen, 2) tipe peragu tidak tahu

apakah mencapai sasarannya sehingga seseorang takut membuat komitmen, 3)

tipe penyerah mulai menuju suatu sasaran namun segera menyerah jika

menemui hambatan, dan 4) tipe orang yang mati-matian, orang tersebut

menetapkan sasaran dan berkomitmen untuk mencapainya dan membayar

harga untuk mencapainya. Keempat tipe orang tersebut, dibutuhkan suatu

pengorbanan. Pengorbanan merupakan sesuatu yang konstan dalam

kepemimpinan, dan merupakan proses yang berkelanjutan bukan pengorbanan

yang sekali bayar, selalu ada harga yang harus dibayar demi mencapai

kemajuan. Semakin tinggi kepemimpinan semakin besar pengorbanan yang

akan diberikannya, Maxwell (2001).

Page 50: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

34

Pengertian Komitmen

Komitmen adalah kemampuan dan kemauan untuk meyelaraskan

perilaku pribadi dengan kebutuhan, prioritas dan tujuan organisasi. Hal ini

mencakup cara-cara mengembangkan tujuan atau memenuhi kebutuhan

organisasi yang intinya mendahulukan misi organisasi daripada kepentingan

pribadinya. Mayer dan Allen (1991) dalam Soekidjan (2009) mengungkapkan

bahwa komitmen juga dapat berarti penerimaan yang kuat dari individu terhadap

tujuan dan nilai-nilai organisasi, dan individu berupaya serta berkarya dan

memiliki hasrat yang kuat untuk tetap bertahan di organisasi tersebut.

Komitmen atau kerikatan adalah merupakan jani atau kesanggupan yang

pasti untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Komitmen

merupakan integritas disiplin dalam diri seseorang dan konsisten dengan apa

yang sudah disepakati dalam kehidupannya baik dalam lingkungan social,

organisasi dan lingkungan keluarga. Robbins (2003) mengemukakan bahwa

komitmen organisasi merupakan salah satu sikap yang merefleksikan perasaan

suka atau tidak suka terhadap organisasi tempat bekerja. Artinya bahwa

komitmen organisasi adalah sikap karyawan yang tertarik dengan tujuan, nilai,

dan sasaran organisasi yang ditunjukkan dengan adanya penerimaan individu

atas nilai dan tujuan organisasi yang memiliki keinginan untuk berafiliasi dengan

organisasi dan kesediaan bekerja keras untuk organisasi sehingga individu betah

organisasi dan kesediaan bekerja keras untuk organisasi sehingga membuat

individu betah dan tetap ingin bertahan di organisasi tersebut demi tercapainya

tujuan dan kelangsungan organisasi. Schultz dan Schultz membagi komitmen

menjadi 3 (tiga) aspek yaitu 1) penerimaan terhadap nilai dan tujuan organisasi,

2) kesediaan untuk berusaha keras demi organisasi, dan 3) memiliki keinginan

untuk berafiliasi dengan organisasi.

Page 51: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

35

Komitmen adalah suatu keteguhan untuk berjanji kepada diri sendiri

sehingga akan memacu dan merangsang seseorang untuk terus berjuang dalam

pencapaian target yang dicita-citakan serta tidak akan berhenti sebelum target

tersebut tercapai. Kepemimpinan (Leadership) merupakan faktor utama yang

menjadi kunci keberhasilan kinerja organisasi. Kesuksesan suatu organisasi

tergantung pada kinerja para pegawai yang berada pada tingkat paling bawah

dalam suatu piramida organisasi, oleh karena itu pada dasarnya para pegawai

yang bekerja membutuhkan pemimpin yang memimpin mereka dalam bekerja.

Sehingga berbagai kebijakan pelayanan prima akan dapat berjalan dengan baik

apabila mendapatkan dukungan dari top management yang ada di dalam

organisasi, bahkan baik buruknya kinerja organisasi akan sangat bergantung

pada cara pimpinan suatu organisasi tersebut menjalankan organisasinya.

Sebaik apapun gagasan atau ide dari bawah jika tanpa adanya dukungan dari

pimpinan puncak, gagasan tersebut tidak akan dapat berjalan dengan baik.

Sebaik apapun suatu kebijakan itu dibuat, tanpa adanya komitmen pimpinan

untuk menerapkan kebijakan tersebut, maka tidak akan dirasakan

keberhasilannya.

Komitmen adalah janji terhadap diri kita sendiri atau pada orang lain yang

tercermin dalam tindakan kita. Komitmen merupakan pengakuan yang

seutuhnya, sebagai sikap yang sebenarnya yang berasal dari watak yang keluar

dari dalam diri seseorang. Komitmen akan mendorong rasa percaya diri dan

semangat kerja serta menjalankan tugas menuju perubahan ke arah yang lebih

baik. Hal ini ditandai dengan peningkatan kualitas fisik dan psikologi dari hasil

kerja. Sehingga segala sesuatunya menjadi menyenangkan bagi seluruh

pegawai. Komitmen mudah diucapkan, namun lebih sukar untuk dilaksanakan.

Mengiyakan sesuatu dan akan melaksanan dengan penuh tanggung jawab

adalah salah satu sikap komitmen. Komitmen juga sering dikaitkan dengan

Page 52: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

36

tujuan, baik itu yang bertujuan positif mauoun negatif. Kita seharusnya selalu

berkomitmen, karena dengan komitmen seseorang mempunyai keteguhan jiwa.

Adanya stabilitas sosial yang tinggi, toleransi, dan mampu bertahan pada masa-

masa yang sulit dan serta tidak mudah terprovokasi.

Ukuran komitmen seorang pimpinan adalah keterkaitannya dalam

pendelegasian wewenang (empowerment). Konsep ini, pimpinan dihadapkan

pada suatu komitmen untuk mempercayakan tugas dan tanggungjawab kepada

bawahan. Sebaliknya, bawahan perlu memiliki komitmen dalam rangka

meningkatkan kompetensi diri. Berdasarkan beberapa definisi yang telah

diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa komitmen merupakan suatu

ikatan psikologis staf atau pegawai pada organisasi yang ditandai dengan

adanya :

a. Kepercayaan dan penerimaan yang kuat terhadap tujuan dan nilai-nilai

organisasi.

b. Kemauan untuk mengusahakan tercapainya kepentingan organisasi.

c. Keinginan yang kuat untuk mempertahankan kedudukan sebagai anggota

organisasi.

Arvan (1999:31) dalam Mulyanto (2010) mengemukakan bahwa terdapat

5 (lima) prinsip kunci dalam membangun komitmen antara lain :

1. Memelihara dan meningkatkan harga diri. Maksudnya pimpinan harus pintar

menjaga agar harga diri dari bawahannya tidak rusak.

2. Memberikan tanggapan dengan empati.

3. Meminta bantuan dan mendorong keterlibatnnya. Maksudnya bawahan

butuh dihargai selain itu juga ingin dilibatkan dalam pengambilan keputusan.

4. Mengungkapkan pemikiran, perasaan dan rasional.

5. Memberikan dukungan tanpa mengambil alih tanggung jawab.

Page 53: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

37

2.9 Optimalisasi Pemanfaatan Aset

Optimalisasi aset merupakan proses kerja dalam manajemen aset yang

bertujuan untuk mengoptimalkan potensi fisik, lokasi, nilai jumlah/volume, legal

dan ekonomi yang dimiliki aset tersebut (Siregar: 2004). Tahapan dalam

mengoptimalkan aset dimulai dengan melakukan identifikasi dan

mengelompokkan aset-aset yang dikuasai atas aset yang memiliki potensi dan

tidak memiliki potensi.

Pengelompokkan aset-aset yang memiliki potensi didasarkan pada jenis

sektor-sektor unggulan yang menjadi tumpuan dalam strategi pengembangan

ekonomi nasional, baik dalam jangka pendek, menengah, maupun jangka

panjang. Untuk menentukan kriteria tentunya harus terukur dan transparan,

sedangkan aset yang tidak dapat dioptimalkan, harus dicari faktor penyebabnya,

apakah permasalahannya terletak pada aspek legal, fisik, atau nilai ekonomi

yang rendah atau ada faktor-faktor lainnya. Hasil akhir dari tahapan ini adalah

rekomendasi berupa sasaran, strategi, dan program untuk mengoptimalkan aset

yang dikuasai.

Pemanfaatan merupakan salah satu bentuk optimalisasi yang dilakukan.

Pemanfaatan dilakukan harus sesuai dengan fungsi dan aturan yang telah

ditetapkan. Optimalisasi pemanfaatan aset daerah merupakan optimalisasi

terhadap penggunaan aset disamping meningkatkan pelayanan terhadap

masyarakat juga menghasilkan pendapatan (return) dalam bentuk uang.

Pemanfaatan aset dalam struktur pendapatan daerah termasuk dalam rincian

objek hasil pemanfaatan atau pendayagunaan kekayaan daerah yang tidak

dipisahkan. Jenis lain-lain PAD yang sah dan kelompok Pendapatan Asli Daerah

(PAD) (www.wordpres.com).

Page 54: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

38

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan

Barang Milik Negara/Daerah, pemanfaatan adalah pendayagunaan Barang Milik

Negara/Daerah yang tidak digunakan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi

Kementerian/Lembaga/satuan kerja perangkat daerah dan/atau optimalisasi

Barang Milik Negara/Daerah dengan tidak mengubah status kepemilikan. Istilah

pendayagunaan barang milik daerah terkandung makna bahwa tujuan

pemanfaatan barang milik daerah adalah optimalisasi pemanfaatan barang milik

daerah guna mendorong peningkatan penerimaan daerah. Pengertian tersebut

juga menyatakan mengenai barang milik daerah yang dapat dimanfaatkan

adalah barang milik daerah yang tidak dipergunakan untuk melaksanakan tugas

pokok dan fungsi OPD yang bersangkutan. Hal ini secara tidak langsung

memberikan penjelasan bahwa pelaksanaan tugas pokok dan fungsi tidak boleh

terganggu akibat pemanfaatan barang milik daerah.

Tujuan pemanfaatan aset/BMD sebagai berikut (1) mengoptimalkan daya

guna dan hasil guna BMD, (2) meningkkatkan penerimaan/pendapatan daerah,

(3) mengurangi beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

khususnya biaya pemeliharaan, (4) mencegah kemungkinan adanya

penyerobotan dari pihak lain yang tidak bertanggung jawab, (5) membuka

lapangan kerja, (6) meningkatkan pendapatan masyarakat.

Ada beberapa bentuk pemanfaatan aset/BMD berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 sebagai berikut :

1. Sewa

Sewa adalah pemanfaatan Barang Milik Daerah oleh pihak lain dalam

jangka waktu tertentu dengan menerima imbalan uang tunai. Sewa merupakan

penyerahan hak penggunaan dan pemanfaatan kepada pihak ketiga, hubungan

sewa menyewa tersebut harus memberikan imbalan berupa uang sewa baik

Page 55: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

39

bulanan atau tahunan dengan jangka waktu tertentu, dengan pembayaran

sekaligus maupun secara berkala. Aset/BMD baik barang bergerak maupun

tidak bergerak yang belum dimanfaatkan oleh pemerintah daerah, dapat

disewakan kepada pihak ketiga sepanjang menguntungkan daerah. Barang milik

daerah yang disewakan, tidak merubah status kepemilikan barang daerah.

BMD yang disewakan berupa tanah dan/atau bangunan dilaksanakan

oleh pengelola setelah mendapat persetujuan dari Kepala Daerah. Penyewaan

barang milik daerah atas sebagian tanah dan/atau bangunan, selain tanah

dan/atau bangunan yang masih dipergunakan oleh pengguna, dilaksanakan oleh

pengguna setelah mendapat persetujuan dari pengelola. Penyewaan BMD

dilakukan dengan tujuan yaitu (1) mengoptimalkan pendayagunaan BMD yang

belum atau tidak digunakan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi

penyelenggaraan pemerintahan daerah, (2) memperoleh fasilitas yang

diperlukan dalam rangka menunjang tugas dan fungsi Pengguna Barang, dan (3)

mencegah penggunaan BMD oleh pihak lain secara tidak sah.

2. Pinjam pakai

Pinjam pakai adalah penyerahan penggunaan barang antara pemerintah

pusat dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah dalam jangka waktu

tertentu tanpa menerima imbalan dan setelah jangka waktu tersebut berakhir

diserahkan kembali kepada pengelola. Objek pinjam pakai meliputi tanah dan

bangunan yang dapat dipinjam pakaikan baik sebagian maupun secara

keseluruhan. Pelaksanaan pinjam pakai harus mendapatkan persetujuan kepala

daerah sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan barang milik daerah.

Sedangkan jangka waktu pinjam pakai BMD paling lama 5 (lima) tahun dan

dapat diperpanjang 1 (satu) kali. Selama masa pinjam pakai, peminjam pakai

tidak diperbolehkan untuk melakukan pemanfaatan atas objek pinjam pakai.

Page 56: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

40

3. Kerja Sama Pemanfaatan (KSP)

Kerja sama pemanfaatan adalah pendayagunaan barang milik

Negara/daerah oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dalam rangka

peningkatan penerimaan Negara bukan pajak/pendapatan daerah dan sumber

pembiayaan lainnya. Kerjasama pemanfaatan dengan pihak lain bertujuan dalam

rangka optimalisasi pendayagunaan BMD guna memberikan tambahan

pendapatan Negara. Pelaksanaan kerja sama pemanfaatan dilakukan oleh

pengelola barang atas persetujuan kepala daerah. Jangka waktu pemanfaatan

paling lama 30 (tiga puluh) tahun sejak perjanjian ditandatangani dan dapat

diperpanjang.

4. Bangun Guna Serah (BGS)

Bangun Guna Serah adalah pemanfaatan Barang Milik Negara/Daerah

berupa tanah oleh pihak lain dengan mendirikan bangunan dan/atau sarana

berikut fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam

jangka waktu tertentu yang telah disepakati, untuk selanjutnya diserahkan

kembali tanah beserta bangunan dan sarana berikut fasilitasnya setelah

berakhirnya jangka waktu. Penetapan mitra BGS dilaksanakan melalui proses

tender dan jangka waktu perjanjian BGS paling lama 30 (tiga puluh) tahun sejak

perjanjian ditandatangani.

5. Bangun Serah Guna (BSG)

Bangun Serah Guna adalah pemanfaatan Barang Milik Negara/Daerah

berupa tanah oleh pihak dengan cara mendirikan bangunan dan sarana berikut

fasilitasnya, dan setelah selesai pembangunannya diserahkan untuk

didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu yang telah

disepakati. Sama halnya dengan BGS, penetapan mitra BSG dilakukan melalui

proses tender dan jangka waktu perjanjian paling lama 30 (tiga puluh) tahun

sejak kontrak perjanjian ditandatangani.

Page 57: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

41

Bentuk pemanfaatan bangun serah guna pada dasarnya mirip dengan

bentuk pemanfaatan bangun guna serah. Hal yang membedakan adalah ada

proses penyerahan bangunan yang siap pakai beserta sarana/fasilitasnya

kepada pemerintah daerah terlebih dahulu. Selanjutnya oleh pemerintah daerah,

tanah dan atau bangunan tersebut diserahkan kembali kepada pihak lain untuk

didayagunakan selama jangka waktu tertentu yaitu paling lama 30 tahun sejak

dimulainya masa pengoperasian.

6. Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur (KSPI)

Kerja Sama Penyediaan Insfrastruktur adalah kerja sama antara

pemerintah dan badan usaha untuk kegiatan penyediaan infrastruktur sesuai

dengan ketentuan Peraturan perundang-undangan. Jangka waktu Kerja Sama

Penyediaan Infrastruktur paling lama 50 (lima puluh) tahun dan dapat

diperpanjang.

2.10 Tinjaun Empiris

Penelitian tentang pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap

kinerja manajerial telah banyak dilakukan oleh para ahli dengan atau atapa

menggunakan variabel kontijensi. Penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan

dengan variabel-variabel yang dibahas dalam penelitian ini antara lain:

1. Penelitian Widayanti (2010) dengan judul Pengaruh Manajemen Aset

Terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset Tetap Pemerintah Daerah (Studi

Kasus Di Kabupaten Sragen). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

indentifiikasi, inventarisasi, dan penilaian berpengaruh terhadap

optimalisasi pemanfaatan aset tetap pemerintah daerah. Hal tersebut

konsisten dengan logika teori yang dikembangkan dalam penentuan

hipotesis penelitian bahwa peningkatan proses identifikasi, inventarisasi

dan penilaian aset menyebabkan peningkatan terhadap optimalisasi

Page 58: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

42

pemanfaatan aset tetap pemerintah daerah. Sementara variabel legal audit

tidak berpengaruh terhadap optimalisasi pemanfaatan aset tetap.

2. Antoh (2012) meneliti mengenai Manajemen Aset Dalam Rangka

Optimalisasi Aset Tetap (Tanah dan Bangunan) Pemerintah Daerah (Studi

Di Kabupaten Paniai). Penelitian ini menggunakan alat analisis uji regresi

linear berganda, yang mana hasil penelitian tersebut menunjukkan

inventarisasi aset dan penilaian aset tidak terbukti berpengaruh positif dan

signifikan terhadap optimalisasi pemanfaatan aset. Sedangkan optimalisasi

aset tetap (tanah dan bangunan) dipengaruhi secara signifikan oleh legal

audit, serta pengawasan dan pengendalian aset.

3. Jusmin (2013), penelitiannya tentang Pengaruh Manajemen Aset Terhadap

Tingkat Optimalisasi Aset Tetap (Tanah dan Bangunan) Pemerintah Kota

Bau-Bau. Hasil menunjukkan bahwa inventarisasi aset, penilaian aset,

pengawasan dan pengendalian masing-masing secara parsial berpengaruh

positif dan signifikan terhadap optimalitas aset tetap (tanah dan bangunan).

Sementara legal audit secara parsial tidak berpengaruh positif dan

signifikan terhadap tingkat optimalitas aset tetap (tanah dan bangunan).

Sedangkan secara simultan inventarisasi aset, legal audit, penilaian aset

dan pengawasan dan pengendalian aset berpengaruh positif dan signifikan

terhadap optimalisasi aset tetap.

4. Penelitian Jamaluddin (2013) berjudul Optimalisasi Pengelolaan dan

Pemanfaatan Aset Tetap (Tanah Dan Bangunan): Studi pada Pemerintah

Provinsi NTB. Menunjukkan hasil bahwa inventarisasi dan penilaian aset

masing-masing secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap

optimalisasi pengelolaan dan pemanfaatan aset tetap. Sedangkan legal

audit aset berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap optimalisasi

pengelolaan dan pemanfaatan aset tetap.

Page 59: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

43

5. Indyaputri (2013) meneliti dengan tujuan Menganalisis Efektivitas

Pengelolaan Aset Tetap (Tanah dan Bangunan) pada Instansi Pemerintah:

Studi Kasus pada Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. Esensi penelitian ini

adalah melihat perbedaan persepsi antar kelompok pegawai pengelola aset

dengan pegawai non pengelola aset. Hasil penelitian ini menegaskan

bahwa inventarisasi aset, legal audit, penilaian aset, optimalisasi

pemanfaatan aset, serta pengawasan dan pengendalian, pada dasarnya

telah dijalankan dengan baik, akan tetapi inventarisasi aset belum

sepenuhnya selesai atau lengkap terkait dengan sertifikasi lahan.

6. Ilham (2013) dalam penelitiannya mengenai Manajemen Aset Dalam

Rangka Optimalisasi Aset Tetap (Tanah dan Bangunan) Pada Pemerintah

Provinsi Sumatera Barat. Penelitian ini menggunakan alat analisis uji

regresi linear berganda, yang mana pada hasil penelitiannya

mengemukakan bahwa optimalisasi aset tetap (tanah dan bangunan)

dipengaruhi secara signifikan oleh inventarisasi aset, legal audit,

pengawasan dan pengendalian.

7. Ayomi (2014) meneliti Pengaruh Manajemen Aset Terhadap Optimalisasi

Aset Tetap (Tanah Dan Bangunan) Pemerintah Daerah: Studi Di

Kabupaten Manokwari, dengan hasil bahwa secara parsial inventarisasi

aset tidak berpengaruh terhadap optimalisasi aset tetap. Sementara legal

audit aset secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap

optimalisasi aset tetap. Sedangkan penilaian aset, pemanfaatan aset, dan

pengawasan dan pengendalian aset masing-masing secara parsial

berpengaruh positif, namun tidak signifikan terhadap optimalisasi aset.

8. Syahruni (2015) dalam penelitiannya Pengaruh Inventarisasi Aset, Kualitas

Sumber Daya Manusia, dan Komitmen Pimpinan Terhadap Optimalisasi

Pengelolaan Aset dan Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Page 60: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

44

Kab. Takalar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Inventarisasi Aset

berpengaruh secara signifikan terhadap optimalisasi aset sementara

kualitas SDM berpengaruh positif dan signifikan terhadap optimalisasi aset

dan terhadap kualitas laporan keuangan. Dan komitmen pimpinan tidak

mempengaruhi kualitas laporan keuangan.

9. Nasution, et al (2015) meneliti Pengaruh Manajemen Aset terhadap

Optimalisasi Aset Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara,

dengan hasil menunjukan bahwa secara parsial variabel inventarisasi aset,

legal audit, dan penilaian aset berpengaruh positif dan signifikan terhadap

optimalisasi aset.

10. Penelitian Bleskadit (2015) dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Pengelolaan Aset Tetap (Tanah Dan Bangunan): Studi

Pada Pemerintah Daerah Kota Jayapura, dengan hasil bahwa secara

parsial masing-masing inventarisasi aset, penilaian aset, dan pengawasan

dan pengendalian aset berpengaruh positif dan signifikan terhadap

optimalisasi aset tetap (tanah dan bangunan), sedangkan legal audit aset

berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap pengelolaan aset tetap

(tanah dan bangunan). Sementara secara simultan inventarisasi aset, legal

audit aset, penilaian aset serta pengawasan dan pengendalian aset

berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengelolaan asset tetap (tanah

dan bangunan).

11. Hidayati (2016) meneliti Pengaruh Manajemen Aset Terhadap Optimalisasi

Pemanfaatan Aset RSUD Pandan Arang Boyolali, dengan simpulan bahwa

secara parsial dan simultan inventarisasi aset, identifikasi aset, legal audit,

dan penilaian aset berpengaruh terhadap optimalisasi aset. Sementara

inventarisasi aset dan legal audit berpengaruh positif dan signifikan

Page 61: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

45

terhadap optimalisasi aset. Sedangkan identifikasi aset dan penilaian aset

berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap optimalisasi aset.

12. Simmamora (2013) melalui pendekatan kualitatif mengkaji tentang Faktor-

faktor yang Mempengaruhi Pengelolaan Aset pasca Pemekaran Wilayah

dan Pengaruhnya terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Kab.

Tapanuli Selatan, dengan proposisi kesimpulan bahwa terdapat beberapa

faktor yang mempengaruhi pengelolaan aset, diantaranya: SDM; Bukti

Keemilikan; Penilaian Aset; Komitmen Pimpinan; Sikap dalam artian Rasa

Tanggung Jawab dan Kepedulian.

13. Hanis, Tringunarsyah, dan Susilawati (2011), melakukan penelitian untuk

mengidentifikasi tantangan yang dihadapi oleh pemerintah daerah

Indonesia ketika mengadopsi kerangka manajemen aset publik.

Desain/metodologi/ pendekatan. Sebuah studi kasus dalam pemerintah

Provinsi Sulawesi Selatan digunakan sebagai pendekatan untuk mencapai

tujuan penelitian. Studi kasus ini melibatkan dua teknik pengumpulan data

wawancara dan analisis dokumen. Temuan Hasil penelitian menunjukkan

terdapat tantangan yang signifikan bahwa pemerintah daerah Indonesia

perlu mengelola ketika mengadopsi kerangka manajemen aset publik.

Tantangan-tantangan tersebut: tidak adanya kerangka kelembagaan dan

hukum untuk mendukung penerapan manajemen aset, prinsip non-profit

aset publik, beberapa yurisdiksi yang terlibat dalam proses manajemen

aset publik, kompleksitas tujuan pemerintah daerah, ketersediaan-non

Data untuk mengelola milik umum, dan sumber daya manusia yang

terbatas.

14. Dadson dan Ebenezer (2006) dalam penelitiannya menjelaskan tentang

mengoptimalkan manajemen aset tanah di Ghana dalam rangka menuju

good governance. Beberapa langkah-langkah yang digunakan guna

Page 62: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

46

mencapai pemerintahan yang baik adalah berada di seputar legislasi,

organisasi dalam sektor tanah, data base dan peta serta mekanisme sistem

lahan yang berkelanjutan.

15. Zebua (2009), dalam penelitiannya tentang manajemen aset berupa tanah

dan bangunan di Pemerintah Kabupaten Nias. Penelitian yang dilakukan

bertujuan untuk menganalisis inventarisasi, legal/yuridis atas aset tanah

dan bangunan, menganalisis metode penilaian aset tanah dan bangunan

pada neraca daerah, menganalisis pemanfaatan aset tanah dan bangunan

terhadap kontribusi pada Pendapatan Asli Daerah (retribusi), serta

pengawasan dan pengendalian terhadap aset yang dimiliki oleh Pemerintah

Kabupaten Nias. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pengelolaan aset

yang berupa tanah dan bangunan di Kabupaten Nias belum berjalan

sebagaimana mestinya.

Page 63: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

47

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Pemerintah harus memahami tentang pentingnya pengelolaan aset yang

baik terutama dalam mengoptimalkan pemanfaatan aset-aset yang

dimiliki/dikuasai. Konsep manajemen aset yang dijalankan dengan baik, maka

akan memberikan manfaat yang besar dalam meningkatkan efisiensi, efektifitas

dan menciptakan nilai tambah dalam mengelola aset yang tertib, akuntabel dan

transparan.

Optimalisasi pemanfaatan aset adalah satu proses kerja dalam

manajemen aset yang bertujuan untuk mengoptimalkan potensi fisik, lokasi, nilai,

jumlah/volume, legal dan ekonomi yang dimiliki aset tersebut (Siregar, 2004).

Aset yang tidak dapat dioptimalkan harus dicari faktor-faktor penyebabnya.

Faktor-faktor yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan tahapan dalam

manajemen aset antara lain inventarisasi aset, legal audit dan penilaian aset.

Dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan aset tetap, kegiatan

inventarisasi aset perlu dilakukan untuk memperoleh informasi yang akurat,

lengkap dan up to date mengenai kekayaan daerah yang dimiliki atau dikuasai

oleh pemerintah daerah. Untuk itu, kegiatan inventarisasi aset sebaiknya

dilaksanakan secara rutin dan berkesinambungan agar dapat terwujud tata kelola

aset/BMD yang baik, baik terhadap pengelolaan administrasi, fisik maupun

hukum.

Kegiatan inventarisasi aset yang dilakukan dapat diperoleh informasi

bahwa terdapat aset-aset berupa tanah dan bangunan yang belum bersertifikat

dan hal tersebut dapat menimbulkan masalah legal audit. Proses legal audit

Page 64: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

48

terhadap aset tetap berupa tanah dan bangunan perlu dilakukan untuk

mengindentifikasi masalah-masalah terkait penguasaan dan pengalihan aset.

Setelah mengindetifikasi masalah-masalah aset, pemerintah daerah juga perlu

melakukan penilaian aset. Penilaian aset merupakan kegiatan penilaian atas

aset yang dimiliki atau dikuasai dan dilakukan dalam rangka menyusun neraca

awal pemerintah daerah. Penilaian aset juga bertujuan agar pemerintah dapat

menilai aset yang memiliki potensi untuk dimanfaatkan dalam bentuk sewa,

pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan, Bangun Guna Serah/Bangun Serah Guna

dan Kerjasama Penyedia Infrastruktur.

Selain itu, penelitian ini mengemukakan bahwa terdapat faktor lain yang

dapat mempengaruhi hubungan antara inventarisasi aset, legal audit, dan

penilaian aset terhadap optimalisasi pemanfaatan aset yaitu komitmen pimpinan.

Keberhasilan suatu organisasi tidak lepas dari konsistensi seorang pimpinan.

Pimpinan merupakan seseorang yang memiliki tanggung jawab dalam

menjalankan dan mengimplementasikan kebijakan-kebijakan yang telah dibuat

untuk menjadi sebuah keputusan dalam organisasi. Keputusan tersebut dapat

menjadi sebuah komitmen yang harus dijalankan dalam rangka pencapaian

tujuan yang dalam penelitian ini mengoptimalkan pemanfaatan aset-aset yang

dikuasai/dimiliki pemerintah daerah. Komitmen pimpinan dalam penelitian ini

merupakan variabel moderating karena dianggap dapat memperkuat hubungan

antara inventarisasi aset terhadap optimalisasi pemanfaatan aset, legal audit

terhadap optimalisasi pemanfaatan aset dan penilaian aset terhadap optimalisasi

pemanfaatan aset.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dalam penelitian ini akan meneliti

apakah kegiatan inventarisasi aset, legal audit, dan penilaian aset akan

mempengaruhi optimalisasi pemanfaatan aset pemerintah daerah dan apakah

Page 65: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

49

komitmen pimpinan dapat memoderasi hubungan antara inventarisasi aset

terhadap optimalisasi pemanfaatan aset tetap, legal audit terhadap optimalisasi

pemanfaatan aset dan penilaian aset terhadap optimalisasi pemanfaatan aset,

sehingga secara skematis kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

H2 H4

H1 H6

H3

H5

3.2 Hipotesis Penelitian

3.2.1 Pengaruh Inventarisasi Aset Terhadap Optimalisasi Pemanfaatan

Aset Tetap

Goal setting theory menekankan pada pentingnya hubungan antara

tujuan yang ditetapkan dan kinerja yang dihasilkan, sehingga teori ini

menyatakan bahwa tujuan-tujuan yang sifatnya spesifik atau sulit cenderung

menghasilkan kinerja yang lebih tinggi. Kegiatan inventarisasi merupakan

kegiatan atau proses yang terdiri dari pendataan, kodefikasi/labelling,

pengelompokkan dan pelaporan. Peningkatan kinerja dalam kegiatan

inventarisasi sangat berpengaruh dalam mencapai sasaran atau tujuan

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

Penilaian

Aset (X3)

Komitmen

Pimpinan (X4)

Optimalisasi

Pemanfaatan Aset

Tetap (Y)

LegalAudit (X2)

Inventarisasi

Aset (X1)

Page 66: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

50

optimalisasi pemanfaatan aset. Dengan melakukan kegiatan inventarisasi aset

secara berkala dan up to date, maka pemerintah mendapatkan data dan

informasi mengenai aset-aset yang memiliki potensi yang dapat dimanfaatkan

secara optimal.

Status optimalnya suatu aset/BMD, didasarkan pada hasil inventarisasi

atas keberadaan suatu aset, tentunya dengan melakukan penelusuran dan

pemeriksaan terhadap atribut aset yang meliputi aspek fisik, administrasi, dan

hukum (legalitas kepemilikan atau kejelasan alas hak) (Jusmin, 2013). Dengan

demikian, pelaksanaan kegiatan inventarisasi berdampak pada keputusan akan

penentuan kategorisasi dan jenis tindakan yang tepat terhadap suatu aset sesuai

dengan kondisi masing-masing sehingga akan tercipta sebuah informasi yang

akurat dan real serta memperjelas jenis tindakan atau perlakuan yang tepat atau

yang seharusnya dilakukan terhadap suatu aset, entah dimanfaatkan melalui

mekanisme sewa, pinjam pakai, kerja sama pemanfatan, bangun serah

guna/bangun guna serah, dan kerjasama penyedia infrastruktur.

Hasil penelitian yang dilakukan Jusmin (2013), Jamaludin (2013), Ratih

(2014), Nasution et al (2015), Bleskadit (2015), dan Hidayati (2016), dan

Widayanti (2010) menyatakan bahwa inventarisasi aset berpengaruh positif

terhadap optimalisasi pemanfaatan aset. Namun, berbeda dengan hasil

penelitian yang dilakukan Ayomi (2014) dan Antoh (2012) yang menyatakan

bahwa secara parsial inventarisasi aset tidak berpengaruh terhadap optimalisasi

aset.

Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengaruh

inventarisasi aset terhadap optimalisasi aset berbanding lurus, dalam artian

bahwa ketika inventarisasi dilakukan secara baik dan rutin, maka tingkat

optimalisasi juga semakin baik atau meningkat, sehingga peneliti menyatakan

Page 67: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

51

hipotesis sebagai berikut:

H1 Inventarisasi Aset Berpengaruh Positif Terhadap Optimalisasi

Pemanfaatan Aset Tetap.

3.2.2 Pengaruh Komitmen Pimpinan Terhadap Hubungan Inventarisasi

Aset dengan Optimalisasi Pemanfaatan Aset

. Stodgill (1974) mengemukakan bahwa kepemimipinan adalah suatu

proses tindakan mempengaruhi aktifitas kelompok yang terorganisasi dalam

usaha menetapkan tujuan dan pencapaian tujuan. Artinya pemimpin merupakan

individu yang memiliki program dan bersama anggota kelompok bergerak untuk

mencapai tujuan dengan cara yang pasti. Suatu organisasi baik swasta maupun

pemerintahan tidak lepas dari konsistensi pimpinan. Seorang pimpinan

mempunyai tanggung jawab dalam menjalankan dan mengimplementasikan

kebijakan-kebijakan yang telah dibuat untuk menjadi sebuah keputusan dalam

organisasi.

Adanya komitmen pimpinan dapat mempengaruhi inventarisasi aset

terhadap optimalisasi pemanfaatan aset tetap. Pimpinan mempunyai wewenang

penuh untuk dapat mengarahkan bawahannya untuk dapat melakukan kegiatan

inventarisasi aset secara berkala, lengkap dan up to date sehingga dapat

memperoleh informasi mengenai data aset-aset yang bermasalah dan yang

memiliki potensi untuk dimanfaatkan secara optimal.

Penelitian Silviana (2012) yang berjudul pengaruh komitmen kepala

daerah terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah propinsi Jawa

Barat, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa komitmen pimpinan pemda

daerah memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laporan

keuangan. Sedangkan Simammora (2012) menjelaskan tentang faktor-faktor

yang mempengaruhi pengelolaan aset pasca pemekaran wilayah dan

Page 68: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

52

pengaruhnya terhadap kualitas laporan keuangan. Hasil penelitiannya

menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan aset pasca

pemekaran adalah SDM, pengetahuan pengelolaan aset, penilaian aset,

komitmen pimpinan dan sikap kurangnya kepedulian dan tanggung jawab

pengelolaan aset setelah pemekaran wilayah tersebut, hal ini berpengaruh

terhadap laporan keuangan pemerintah daerah.

Penelitian tersebut di atas, mengungkapkan bahwa komitmen pimpinan

berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Untuk itu,

dalam penelitian ini akan menguji apakah komitmen pimpinan dapat memperkuat

hubungan antara inventarisasi aset terhadap optimalisasi pemanfaatan aset

tetap. Sehingga peneliti menyatakan hipotesis sebagai berikut :

H2 Komitmen Pimpinan Memperkuat Pengaruh Inventarisasi Aset terhadap

Optimalisasi Pemanfaatan Aset Tetap

3.2.3 Pengaruh Legal Audit terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset

Siregar (2004) menyatakan bahwa legal audit merupakan satu lingkup

kerja manajemen aset yang berupa inventarisasi status penguasaan aset,

sistem dan prosedur penguasaan atau pengalihan aset, identifikasi dan mencari

solusi atas permasalahan legal, dan strategi untuk memecahkan berbagai

permasalahan legal yang terkait dengan penguasaan atau pengalihan aset.

Goal setting theory (teori penetapan tujuan) menjelaskan hubungan

antara tujuan yang ditetapkan dengan prestasi kerja (kinerja manajerial).

Penerapan goal setting theory dalam penelitian ini adalah pemerintah daerah

sebagai suatu organisasi publik menetapkan sasaran atau tujuan yang ingin

dicapai ke depannya. Penetapan tujuan organisasi dalam penelitian ini adalah

mengoptimalkan pemanfaatan aset secara efisien dan efektif. Mengoptimalkan

pemanfaatan aset merupakan sasaran atau tujuan yang spesifik yang ingin

Page 69: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

53

dicapai organisasi tersebut. Untuk mewujudkan sasaran atau tujuan tersebut,

maka perlu meningkatkan kinerja dalam penyelesaian masalah legal audit yang

dihadapi pemerintah saat ini.

Hasil penelitian Ayomi (2014), Ilham (2013), dan Antoh (2012)

menemukan bahwa legal audit mempunyai pengaruh positif terhadap

optimalisasi pemanfaatan aset. Sedangkan Pakiding (2006), Widayanti (2010),

dan Jusmin (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa legal audit tidak

berpengaruh positif terhadap optimalisasi pemanfaatan aset.

Berdasarkan ketidakkonsistenan hasil penelitian yang telah ada maka

penelitian ini kembali dilakukan dengan tujuan untuk menguji kembali hubungan

legal audit terhadap optimalisasi pemanfaatan aset, maka dapat dirumuskan

hipotesis sebagai berikut:

H3 Legal Audit Berpengaruh Positif terhadap Optimalisasi Pemanfaatan

Aset Tetap

3.2.4 Pengaruh Komitmen Pimpinan Terhadap Hubungan Legal Audit

dengan Optimalisasi Pemanfaatan Aset

Teori kepemimpinan mengemukakan bahwa kepemimpinan akan selalu

melibatkan orang lain, oleh karena itu dimana ada pemimpin, disana terdapat

pengikut. Sebagai orang yang selalu bersama-sama dengan bawahannya atau

yang dipimpinnya, seorang pemimpin harus mampu menjadi agen perubahan

dan berinteraksi memberikan pengaruh kepada bawahannya atau yang

dipimpinnya, sehingga bawahannya atau yang dipimpinnya bersemangat untuk

menyelesaikan tugas masing-masing atau bekerjasama dalam mencapai tujuan

organisasi yang sudah di tetapkan.

Permasalahan legal audit pada pemerintah daerah seharusnya menjadi

perhatian utama dalam rangka mengamankan aset/BMD milik pemerintah baik

Page 70: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

54

secara administrasi maupun fisik. Aset yang tidak digunakan atau dimanfaatkan

akan memudahkan pihak lain menyerobot bahkan mengambil alih dan dengan

mudah dapat diklaim oleh pihak lain. Untuk menyelesaikan masalah legal audit

ini diperlukan kerjasama antara pimpinan dan bawahan. Selain itu, diperlukan

komitmen pimpinan yang kuat dalam penyelesaian masalah legal audit. Dengan

adanya komitmen pimpinan yang kuat akan dapat mempengaruhi proses

penyelesaian masalah tersebut lebih cepat terselesaikan.

Sejalan dengan Kotter (2001) yang berpendapat bahwa untuk dapat

mengoptimalkan suatu organisasi secara efektif dan efisien dubutuhkan

kepemimpinan yang kuat dan manajemen yang kuat. Sementara Khaleelee dan

Woolf (1996) mengemukakan bahwa pergerakan atau pelaksanaan adalah

proses arahan pimpinan kepada stafnya agar mampu dan mau bekerja secara

optimal menjalankan tugas-tugas sesuai dengan kemampuan dan keterampilan

yang dimiliki.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti akan menguji apakah komitmen

pimpinan dapat memperkuat hubungan antara legal audit terhadap optimalisasi

pemanfaatan aset tetap. Sehingga peneliti menyatakan hipotesis sebagai berikut:

H4 Komitmen Pimpinan Memperkuat Pengaruh Legal Audit terhadap

Optimalisasi Pemanfaatan Aset Tetap

3.2.5 Pengaruh Penilaian Aset terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset

Goal setting theory menekankan pada pentingnya hubungan antara

tujuan yang ditetapkan dan kinerja yang dihasilkan, sehingga teori ini

menyatakan bahwa tujuan-tujuan yang sifatnya spesifik atau sulit cenderung

menghasilkan kinerja yang lebih tinggi. Penilaian adalah satu proses kerja untuk

melakukan penilaian atas aset yang dikuasai. Penilaian atas aset bertujuan

memperoleh informasi mengenai penetapan harga bagi aset yang ingin dijual

Page 71: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

55

ataupun dimanfaatkan (Siregar, 2004). Optimalisasi pemanfaatan aset

merupakan tujuan spesifik yang ingin dicapai, sedangkan penilaian aset

merupakan salah satu bentuk kinerja yang dilakukan untuk mendapatkan nilai

aset yang sesuai, sehingga dengan melakukan penilaian aset dapat diperoleh

informasi mengenai aset-aset yang bernilai ekonomis dan dapat dimanfaatkan

secara efisien dan efektif.

Widayanti (2010) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa proses

penilaian aset dapat meningkatkan optimalisasi pemanfaatan aset pemerintah

daerah. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Nasution et al (2015), Ayomi

(2015), Jusmin (2013), dan Pakiding (2006) yaitu penilaian aset berpengaruh

terhadap optimalisasi aset. Namun berbeda dengan hasil penelitian yang

dillakukan oleh Antoh (2012) dan Wahyuni (2011) yang menyatakan penilaian

aset tidak terbukti berpengaruh terhadap optimalisasi aset.

Berdasarkan ketidakkonsistenan hasil penelitian yang telah ada maka

penelitian ini kembali dilakukan dengan tujuan untuk menguji kembali hubungan

penilaian aset terhadap optimalisasi pemanfaatan aset tetap, maka dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H5 Penilaian Aset Berpengaruh Positif terhadap Optimalisasi Pemanfaatan

Aset Tetap

3.2.6 Pengaruh Komitmen Pimpinan Terhadap Hubungan Penilaian Aset

dengan Optimalisasi Pemanfaatan Aset

Seorang pemimpin memiliki kemampuan untuk membawa pengikutnya

bersama-sama dengan dia mengilhami mereka, membuat keputusan-keputusan

demi kepentingan mereka, dengan atau tanpa kerjasama mereka dan

mengkomunikasikan keputusan-keputusan mereka pada orang lain (Khaleelee

dan Woolf, 1996). Sedangkan Cabbold et al (2004) menyimpulkan bahwa peran

Page 72: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

56

krusial dari kepemimpinan manajemen adalah dalam menciptakan tujuan, nilai,

dan sistem yang menuntun kepada perbaikan kinerja yang berkelanjutan.

Seorang pemimpin harus dapat mengembangkan dirinya sendiri secara terus

menerus, dapat mempengaruhi, memberi inspirasi, dan mengarahkan

bawahannya dengan benar untuk dapat mencapai tujuan organisasi. Untuk itu

diperlukan kepemimpinan yang mampu memimpin dengan efektif dan membawa

organisasi kearah yang lebih baik.

Penilaian aset bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai

penetapan harga bagi aset yang ingin dijual ataupun dimanfaatkan. Penilaian

aset tersebut dapat dilakukan oleh penilai independen yang ditentukan oleh

Kepala Daerah sebagai pimpinan. Teori kepemimpinan mengungkapkan bahwa

kepemimpinan merupakan kegiatan sentral di dalam sebuah kelompok atau

organisasi, dengan seorang pemimpin puncak sebagai figur sentral yang

memiliki wewenang dan tanggung jawab dalam mengefektifkan organisasi untuk

mencapai tujuannya. Kepala Daerah sebagai seorang pimpinan memiliki

wewenang dalam menentukan penilai independen yang berkompeten

dibidangnya. Penilai independen yang dipilih diharapkan dapat menjadi

kontribusi dalam pencapaian tujuan organisasi. Hasil penilaian aset tersebut

diharapkan dapat mempengaruhi optimalisasi pemanfaatan aset pemerintah

daerah.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai

berikut:

H6 Komitmen Pimpinan Memperkuat Pengaruh Penilaian Aset terhadap

Optimalisasi Pemanfaatan Aset Tetap

Page 73: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

57

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Mengacu pada tujuan penelitian yang telah dikemukakan terdahulu, maka

tipe penelitian ini bersifat kuantitatif menggunakan pendekatan kausalitatif,

karena penelitian ini bermaksud untuk menjelaskan hubungan kausal antara

variabel-variabel dengan melalui pengujian hipotesis yang telah dirumuskan

sebelumnya.

Peneliti menggunakan desain penelitian ini untuk mengetahui apakah

inventarisasi aset, legal audit dan penilaian aset sebagai variabel independen

berpengaruh terhadap optimalisasi pemanfaatan aset tetap sebagai variabel

dependen. Serta apakah komitmen pimpinan dapat memoderasi pengaruh

inventarisasi aset, legal audit dan penilaian aset terhadap optimalisasi

pemanfaatan aset tetap.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada beberapa OPD (Organisasi Perangkat

Daerah) lingkup pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Waktu yang

direncanakan untuk melakukan penelitian ini adalah bulan Agustus sampai

September 2017.

4.3 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah 41 OPD Lingkup Pemerintah

Provinsi Sulawesi Selatan. Metode pengambilan sampel dilakukan secara

purposive sampling, artinya populasi yang akan dijadikan penelitian adalah

Page 74: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

58

populasi yang memenuhi kriteria sampel tertentu sesuai yang dikehendaki oleh

peneliti (Sekaran, 2011).

Adapun kriteria pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. OPD yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 41 OPD yang terdiri

dari 24 Dinas, 8 Badan, 1 Biro, 1 Sekretariat, 1 Inspektorat, 6 Rumah Sakit

Umum/Khusus lingkup Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. 41 OPD

tersebut dipilih menjadi sampel karena memiliki aset tanah dan bangunan

yang tercatat pada Buku Inventaris masing-masing OPD tersebut.

2. Aparat pemerintah yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah

Kepala OPD sebagai pengguna barang dan staf yang dipilih sebagai

pengurus barang pada masing-masing OPD berdasarkan Surat Keputusan

Kepala Daerah.

Kepala OPD selaku pengguna barang bertanggung jawab menggunakan

barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya untuk kepentingan

penyelenggaraan tugas OPD yang dipimpinnya. Sedangkan pengurus barang

bertugas mengurus barang milik daerah dalam pemakaiannya pada masing-

masing OPD. Pengurus barang yang dijadikan sampel adalah pengurus

barang yang telah menjadi pengurus barang minimal 2 (satu) tahun

berdasarkan Surat Keputusan Kepala Daerah. Dipilih 2 (dua) tahun karena

rentang waktu tersebut pengurus barang dianggap sudah mengetahui

keseluruhan mengenai aset/barang milik daerah yang berada pada OPDnya

masing-masing.

3. Untuk OPD Biro Pengelolaan Aset Daerah sebagai pembantu pengelola

barang akan dibagikan kuesioner kepada 30 (tiga puluh) staf yang telah

lama bekerja di Biro Pengelolaan Aset yaitu 5 (lima) tahun keatas. Dipilih 5

Page 75: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

59

(lima) tahun ke atas karena rentang waktu tersebut dianggap telah

mengetahui keseluruhan mulai dari asal usul aset, masalah aset dan sejarah

aset-aset milik Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.

Oleh karena itu, jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 110 orang.

Penentuan jumlah sampel minimal dapat dilakukan dengan kriteria sampel

minimal yang dikemukakan oleh Hair, et al (2006) yaitu 10 kali tiap jalur

(path) yang dibangun. Sehingga sampel minimal dalam penelitian ini

sebanyak 10 x 6 = 60 sampel.

4.4 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif,

yaitu data dalam bentuk angka-angka yang dapat diketahui dengan memperoleh

pembuktian hipotesis yang digunakan. Data yang diperoleh dan dikumpulkan

untuk penelitian ini bersumber dari data primer.

Data primer yang penulis gunakan yaitu dengan menggunakan kuesioner

yang disampaikan secara langsung oleh peneliti di masing-masing OPD yang

menjadi objek dalam penelitian ini.

4.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode survei yaitu melalui

kuesioner yang diberikan kepada responden. Kuesioner berisikan sejumlah

pertanyaan dan pernyataan yang telah disusun secara terstruktur, disampaikan

kepada responden untuk ditanggapi sesuai dengan kondisi yang dialami oleh

responden yang bersangkutan. Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan

model pernyataan tertutup. Bentuk tertutup yakni pernyataan yang sudah

disertai alternatif jawaban sebelumnya, sehingga responden dapat memilih

salah satu dari alternatif jawaban tersebut.

Page 76: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

60

Penyebaran dan pengumpulan kuesioner dilakukan secara langsung

oleh peneliti dengan cara mengantar langsung kuesioner ke kantor masing-

masing Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang menjadi objek dalam

penelitian ini.

4.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga jenis, yaitu : (1)

variabel independen; dalam penelitian ini variabel independennya dalah

inventarisasi aset, legal audit dan penilaian aset, (2) variabel dependen; dalam

penelitian ini variabel dependen adalah optimalisasi pemanfaatan aset tetap, dan

(3) variabel moderasi; dalam penelitian ini yang menjadi variabel moderasi

adalah komitmen pimpinan.

4.6.1 Variabel Independen

Pada penelitian ini variabel independen berjumlah tiga, dengan rincian

sebagai berikut :

4.6.1.1 Inventarisasi Aset

Inventarisasi aset (X1) merupakan serangkaian kegiatan untuk

melakukan pendataan, pencatatan, pelaporan hasil pendataan aset, dan

mendokumentasikannya. Inventarisasi aset dilakukan untuk mendapatkan data

seluruh aset yang dimiliki dan dikuasai pemerintah. Inventarisasi diukur

berdasarkan proses pendataan, kodefikasi/labelling, pengelompokkan dan

pelaporan. (Jusmin, 2013).

4.6.1.2 Legal Audit

Legal audit adalah lingkup kerja manajemen aset yang berupa

inventarisasi status penguasaan aset, sistem dan prosedur penguasaan atau

Page 77: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

61

pengalihan aset, identifikasi dan mencari solusi atas permasalahan legal dan

strategi untuk memecahkan berbagai permasalahan legal yang terkait dengan

penguasaan atau pengalihan aset (Siregar, 2004). Indikator dalam penelitian ini

adalah kejelasan hukum dan persertifikatan/bukti kepemilikan (Widayanti, 2010).

4.6.1.3 Penilaian Aset

Penilaian aset dalam penelitian ini merupakan suatu proses untuk

melakukan penilaian atas aset yang dikuasai/dimiliki sesuai dengan peraturan

yang berlaku dalam rangka menyusun neraca awal pemerintah daerah dan

penilaian aset dapat dilakukan oleh penilai independen yang bersertifikat Hal

tersebut menjadi indikator dalam variabel ini yaitu (1) penilaian dilakukan sesuai

dengan peraturan yang berlaku, (2) melibatkan penilai independen yang

bersertifikat, dan (3) penilaian aset dilakukan dalam rangka penyusunan neraca

(Indyaputri, 2013).

4.6.2 Variabel Dependen

Variabel dependen merupakan variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi

oleh variabel lain. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah optimalisasi

pemanfaatan aset. Optimalisasi pemanfaatan aset merupakan salah satu proses

kerja manajemen aset dalam mengoptimalkan potensi fisik, lokasi, nilai, jumlah

atau volume, legal dan ekonomi yang dimiliki aset tersebut (Siregar, 2004).

Indikator variabel optimalisasi pemanfaatan aset tetap meliputi sewa, pinjam

pakai, kerja sama pemanfaatan, bangun guna serah, bangun serah guna, dan

kerja sama penyedia infrastruktur (Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun

2014).

4.6.3 Variabel Moderasi

Komitmen pimpinan merupakan variabel moderasi. Dalam penelitian ini

komitmen pimpinan merupakan keinginan yang kuat dari pimpinan untuk

Page 78: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

62

mencapai tujuan organisasi agar dapat meningkatkan kinerja dari para pegawai

sehingga tercapai prestasi kerja sesuai dengan apa yang diharapkan. Untuk

mengukur variabel komitmen pimpinan tersebut digunakan 3 indikator yaitu 1)

pimpinan selalu melakukan komunikasi dengan pegawai, 2) pimpinan selalu

memantau pekerjaan pegawai, 3) pimpinan selalu memotivasi pegawai (Zuhdan,

2015).

Variabel penelitian dan definisi operasional secara ringkas ditunjukkan

pada tabel berikut :

Tabel 4.1 Variabel penelitian dan definisi operasional

No Definisi Operasional Variabel Indikator

1 Inventarisasi aset (X1) merupakan serangkaian

kegiatan untuk melakukan pendataan,

pencatatan, pelaporan hasil pendataan aset,

dan mendokumentasikannya.

Jusmin (2013)

1. Pendataan;

2. Kodefikasi/Labeling;

3. Pengelompokkan;

4. Pelaporan

2 Legal audit adalah lingkup kerja manajemen

aset yang berupa inventarisasi status

penguasaan aset, sistem dan prosedur

penguasaan atau pengalihan aset, identifikasi

dan mencari solusi atas permasalahan legal

dan strategi untuk memecahkan berbagai

permasalahan legal yang terkait dengan

penguasaan atau pengalihan aset.

Widayanti (2010)

1. Kejelasan hukum;

2. Persertifikatan/bukti

kepemilikan;

Page 79: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

63

3 Penilaian aset merupakan suatu proses untuk

melakukan penilaian atas aset yang

dikuasai/dimiliki.

Indyaputri (2013)

1. Penilaian dilakukan

sesuai dengan

peraturan yang

berlaku;

2. Melibatkan penilai

independen yang

bersertifikat;

3. Penilaian aset

dilakukan dalam

rangka penyusunan

neraca

4 Komitmen pimpinan merupakan keinginan

yang kuat dari pimpinan untuk mencapai

tujuan organisasi agar dapat meningkatkan

kinerja dari para pegawai sehingga tercapai

prestasi kerja sesuai dengan apa yang

diharapkan.

Zuhdan (2015)

1. Pimpinan selalu

melakukan

komunikasi dengan

pegawai.

2. Pimpinan selalu

memantau

pekerjaan pegawai.

3. Pimpinan selalu

memotivasi

pegawai.

5 Optimalisasi pemanfaatan aset merupakan

salah satu proses kerja manajemen aset

dalam mengoptimalkan potensi fisik, lokasi,

nilai, jumlah atau volume, legal dan ekonomi

1. Sewa

2. Pinjam pakai

3. KSP

4. BSG/BGS

Page 80: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

64

yang dimiliki aset tersebut.

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014

5. KSPI.

Sumber: Data diolah (2017)

4.7 Instrumen Penelitian

Pengukuran yang digunakan untuk mengukur instrumen atas tanggapan

responden adalah dengan menggunakan skala Likert dengan interval 1 (satu)

sampai lima (lima) menyesuaikan pernyataan yang diajukan. Adapun interval

jawaban dan skor yang diberikan untuk setiap item pernyataan, yaitu 1 = sangat

tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju, dan 5 = sangat setuju.

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner (angket) yakni dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan dan pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawab (Sugiyono, 2012). Pernyataan dalam kuesioner ini

diambil dari beberapa penelitian sebelumnya. Instrumen penelitian ini digunakan

untuk mengumpulkan data yang merupakan penggambaran variabel yang akan

diteliti dan berfungsi sebagai pembuktian hipotesis.

4.8 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

Partial Least Square (PLS) dengan bantuan software smartPLS 2.0. PLS

merupakan model persamaan struktural (SEM) yang berbasis komponen atau

varian (variance). Ghozali (2011:19) mengemukakan bahwa PLS merupakan

pendekatan alternatif yang bergeser dari pendekatan SEM berbasis covariance

menjadi berbasis variance. SEM yang berbasis kovarian umumnya menguji

kausalitas atau teori sedangkan SEM varian bertujuan untuk memprediksi

model. PLS merupakan metode analisis yang powerfull (Ghozali 2011:26),

karena tidak didasarkan pada banyak asumsi, dapat digunakan untuk

Page 81: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

65

memprediksi model dengan landasan teori yang lemah, dapat digunakan pada

data yang tidak memenuhi uji asumsi klasik, seperti data yang tidak terdistribusi

normal, masalah multikolinieritas dan masalah autokorelasi (Abdillah dan

Jogiyanto, 2015:161), dan dapat digunakan untuk ukuran sampel kecil.

Parameter estimasi yang dilakukan pada model pengukuran dan model

struktural dalam PLS dibagi menjadi tiga kategori. Pertama, weight estimate yang

digunakan untuk menghasilkan skor variabel laten. Kedua, path estimate yang

mencerminkan bobot kontribusi variasi perubahan variabel independen terhadap

variabel dependen, dimana bobot tersebut menghasilkan nilai R2 yang muncul

pada variabel dependen. Ketiga, adalah skor rerata (mean) dan konstanta

regresi untuk variabel laten (Abdillah dan Jogiyanto, 2015:180). Untuk

memeroleh ketiga estimasi ini, PLS menggunakan proses iterasi tiga tahap.

Iterasi pertama menghasilkan estimasi bobot (weight estimate) yang digunakan

sebagai parameter validitas dan reliabilitas instrumen. Iterasi kedua

menghasilkan estimasi nilai inner atau outer model. Inner model digunakan

sebagai parameter signifikansi dalam pengujian hipotesis, sedangkan outer

model digunakan sebagai parameter validitas konstruk yang menunjukkan

spesifikasi hubungan antara indikator atau parameter yang diestimasi dengan

variabel latennya. Dan yang terakhir, yaitu iterasi ketiga menghasilkan skor mean

dan konstanta variabel laten yang digunakan sebagai parameter, sifat hubungan

kausalitas dan rerata nilai sampel yang dihasilkan (Abdillah dan Jogiyanto,

2015:180).

4.8.1 Model Pengukuran atau Outer Model

Outer model atau model pengukuran digunakan untuk menguji validitas

dan reliabilitas antara indikator dengan variabel latennya.

Page 82: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

66

1. Uji Validitas

Validitas terdiri atas validitas eksternal dan internal. Validitas eksternal

menunjukkan bahwa hasil dari suatu penelitian adalah valid yang dapat

digeneralisir ke semua objek, situasi, dan waktu yang berbeda. Sementara

validitas internal menunjukkan kemampuan dari instrumen penelitian untuk

mengukur apa yang seharusnya diukur dari suatu konsep (Abdillah dan Jogiyanto,

2015). Validitas ini terdiri atas validitas kualitatif dan validitas konstruk. Penelitian

ini dilakukan validitas konstruk yang menunjukkan seberapa baik hasil yang

diperoleh dari penggunaan suatu pengukuran untuk mendefinisikan suatu

konstruk. Uji validitas konstruk dalam penelitian ini dilakukan melalui uji validitas

konvergen. Validitas konvergen berhubungan dengan prinsip bahwa pengukur-

pengukur dari suatu konstruk seharusnya berkorelasi tinggi (Abdillah dan

Jogiyanto, 2015:195). Uji validitas konvergen dalam PLS dengan indikator

reflektif dinilai berdasarkan loading factor (korelasi antara skor item dengan skor

konstruk) dari indikator-indikator yang mengukur konstruk tersebut. Rule of

thumb yang digunakan untuk uji validitas konvergen adalah outer loading > 0.5

(Chin, 1998 dan Hair, et.al., 2009:679).

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur konsistensi internal alat ukur. Uji

reliabilitas dalam PLS dapat menggunakan dua metode, yaitu Cronbach’s alpha

dan composite reliability. Untuk uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan

composite reliability karena dinilai lebih baik dalam mengestimasi konsistensi

internal suatu konstruk. Composite reliability mengukur nilai sesungguhnya

reliabilitas suatu konstruk. Rule of thumb nilai composite reliability harus di atas

0,7. Nilai composite reliability di atas 0,70 menunjukkan bahwa semua variabel

laten/konstruk memenuhi kriteria reliabel yang tinggi.

Page 83: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

67

4.8.2 Uji Asumsi Linieritas

Asumsi linieritas merupakan asumsi yang harus dipenuhi dari semua

teknik multivariat yang berdasarkan ukuran hubungan korelasional, karena

korelasi hanya mewakili hubungan linier antara variabel (Hair, et.al., 2009:75).

Dan asumsi ini merupakan satu asumsi yang harus dipenuhi dalam PLS. Asumsi

linieritas adalah asumsi yang mengharuskan adanya hubungan antar variabel

yang bersifat linier. Asumsi linieri

tas menggunakan metode Curve Fit yaitu hubungan antar variabel dinyatakan

linier jika memenuhi salah satu dari kedua kemungkinan berikut: (1) model linier

signifikan (sig model linier < 0.05), (2) model linier nonsignifikan dan seluruh

model yang mungkin juga nonsignifikan (sig model linier > 0.05, dan sig model

selain linier > 0.05).

4.8.3 Model Struktural atau Inner Model

Pengukuran inner model dilakukan untuk memastikan bahwa model

struktural yang dibangun robust dan akurat (Hussein, 2015). Model struktural

(inner model) dalam PLS dievaluasi dengan predicitive-relevance (Q2) yang

merupakan uji Goodness of Fit Model, serta nilai koefisien path atau t-values

tiap path untuk uji signifikansi antar-konstruk dalam model struktural (pengujian

hipotesis). Pengujian Goodness of Fit menggunakan nilai predictive-relevance

(Q2) yang diperoleh dengan rumus:

Q2 = 1 – ( 1 – R12) ( 1 – R2

2 ) ( 1 – R32 )... ( 1- Rp

2 )

dimana R12, R2

2... Rp2 adalah R-Square variabel endogen dalam model.

Interpretasi Q2 sama dengan koefisien determinasi total (R2) pada analisis jalur.

Nilai R-square (R2) digunakan untuk mengukur tingkat variasi perubahan variabel

independen terhadap variabel dependen. Semakin tinggi nilai R-square (R2)

berarti semakin baik model prediksi dari model penelitian yang diajukan (Abdillah

Page 84: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

68

dan Jogiyanto, 2015:197). Untuk pengujian hipotesis (tingkat signifikansi)

ditunjukkan oleh nilai koefisien path atau inner model. Skor koefisien path atau

inner model yang ditunjukkan oleh nilai T-statistik, harus di atas 1,96 untuk

hipotesis dua ekor (two-tailed) dan di atas 1,64 untuk hipotesis satu ekor (one-

tailed), untuk pengujian hipotesis pada alpha 5%.

Page 85: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

69

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Deskripsi Data

5.1.1 Gambaran Umum Responden

Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan memberikan secara

langsung kuesioner kepada setiap responden pada objek penelitian di 41 (empat

puluh satu) Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lingkup Pemerintah Provinsi

Sulawesi Selatan. Kuesioner diambil kembali setelah diisi oleh responden.

Kuesioner dibagikan kepada pengguna barang, pengurus barang dan staf

pengelola barang lingkup Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Total 110

memenuhi syarat untuk diolah, seperti yang ditunjukkan pada tabel 5.1.

Tabel 5.1 Tingkat Pengembalian Kuesioner

Keterangan Jumlah Persentase

Kuesioner yang didistribusikan 110 100%

Kuesioner yang tidak kembali 6 5.5%

Kuesioner yang kembali 104 94.5%

Kuesioner yang dapat diolah 104 100%

Sumber : Data Primer Diolah, 2017

Kebutuhan minimal kuesioner untuk penelitian ini adalah enam puluh jika

mengacu pada pendapat Hair, et.al (2009), yaitu bahwa ukuran sampel minimal

dalam PLS adalah sepuluh kali jumlah jalur (path) yang dibangun pada model

struktural. Oleh karenanya, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini telah

memenuhi syarat jumlah sampel minimum.

Page 86: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

70

5.1.2 Karakteristik Responden

Selanjutnya, tabel 5.2 berikut menyajikan karakteristik identitas

responden penelitian (104 responden), meliputi nama unit kerja (OPD), usia,

jenis kelamin, jabatan, pendidikan, pangkat/golongan, dan lama bekerja.

Tabel 5.2 Karakteristik Responden Penelitian

No. Jenis

Karakteristik

Sub Karakteristik Frekuen

si

Persenta

se

1OrganisasiPerangkat

Daerah(OPD)

- Badan Kepegawaian Daerah

- Badan Kesatuan Bangsa dan

Politik

- Badan Penanggulangan

Bencana Daerah

- Badan Pendapatan Daerah

- Badan Penelitian dan

Pengembangan Daerah

- Badan Pengelolaan Keuangan

Daerah

- BAPPEDA

- Biro Pengelolaan Aset dan

Barang Daerah

- Dinas Bina Marga dan Bina

Konstruksi

- Dinas Energi dan Sumber Daya

Mineral

- Dinas Kebudayaan dan

Kepariwisataan

- Dinas Kehutanan

- Dinas Kelautan dan Perikanan

- Dinas Kepemudaan dan

Olahraga

- Dinas Kesehatan

- Dinas Koperasi dan UKM

2

2

2

2

2

2

2

30

2

2

2

2

2

2

2

2

2

1.9

1.9

1.9

1.9

1.9

1.9

1.9

28.8

1.9

1.9

1.9

1.9

1.9

1.9

1.9

1.9

1.9

Page 87: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

71

Lanjutan Tabel 5.2

No. Jenis

Karakteristik

Sub Karakteristik Frekuen

si

Persenta

se

- Dinas Ketahanan Pangan,

Tanaman Pangan dan

Holtikultura

- Dinas Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa

- Dinas Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan

Anak

- Dinas Penanaman Modal dan

Pelayanan Terpadu Satu Pintu

- Dinas Pendidikan

- Dinas Pengelolaan Lingkungan

Hidup

- Dinas Perdagangan

- Dinas Perhubungan

- Dinas Perindustrian

- Dinas Perkebunan

- Dinas Perpustakaan dan

Kearsipan

- Dinas dinas Perumahan,

Kawasan Permukiman dan

Pertanahan

- Dinas Peternakan dan

Kesehatan Hewan

- Dinas Sosial

- Dinas Sumber Daya Air, Cipta

Karya dan Tata Ruang

- Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi

- Inspektorat

- RSKD Ibu dan Anak Pertiwi

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

2

1.9

1.9

1.9

1.9

1.9

1.9

1.9

1.9

1.9

1.9

1.9

1.9

1.9

1.9

1.9

1.9

1.9

1.9

1.9

Page 88: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

72

Lanjutan Tabel 5.2

No. Jenis

Karakteristik

Sub Karakteristik Frekuen

si

Persenta

se

- RSKD Ibu dan Anak Siti

Fatimah

- RSUD Haji Makassar

- RSUD Labuang Baji

- Sekretariat DPRD

2

2

2

2

1.9

1.9

1.9

1.9

2 Usia >50 tahun

31-40 tahun

41-50 tahun

38

31

35

36.5

29.8

33.7

3 Jenis Kelamin Laki-laki

Perempuan

78

26

75

25

4 Jabatan Eselon II

Eselon III

Eselon IV

Pengurus Barang

Staf

37

3

9

37

18

35.6

2.9

8.7

35.6

17.3

5 Pendidikan Diploma

S1

S2

1

57

46

1

54.8

44.2

6 Pangkat/Golongan

II

III

IV

1

63

40

1

60.6

38.5

7 Lama Bekerja >15 tahun

10-15 tahun

6-10 tahun

65

28

11

62.5

26.9

10.6

Sumber : Data Primer Diolah, 2017 (Lampiran 2)

Page 89: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

73

Berdasarkan tabel 5.2 data penelitian menunjukkan bahwa responden :

1. Organisasi Perangkat Daerah (OPD)

Frekuensi karakteristik responden berdasarkan nama unit kerja,

mayoritas responden berasal dari Biro Pengelolaan Aset Daerah sebanyak 32

orang (28.8%), dan masing-masing 2 orang (1.9%) berasal dari Badan

Kepegawaian Daerah, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik, Badan

Penanggulangan Bencana Daerah, Badan Pendapatan Daerah, Badan

Penelitian dan Pengembangan Daerah, Badan Pengelolaan Keuangan Daerah,

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Biro Pengelolaan Aset Daerah,

Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral,

Dinas Kebudayaan dan Pariwisataan, Dinas Kehutanan, Dinas Kelautan dan

Perikanan, Dinas Kepemudaan dan Olahraga, Dinas Kesehatan, Dinas

Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan, dan Holtikultura, Dinas Koperasi, Usaha

Kecil dan Menengah, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Dinas

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Dinas Penanaman Modal

dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Dinas Pendidikan, Dinas Pengelolaan

Lingkungan Hidup, Dinas Perdagangan, Dinas Perhubungan, Dinas

Perindustrian, Dinas Perkebunan, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan, Dinas

Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Pertanahan, Dinas Peternakan dan

Kesehatan Hewan, Dinas Sosial, Dinas Sumber Daya Air, Cipta Karya dan Tata

Ruang, Dinas tenaga Kerja dan Transmigrasi, Inspektorat, RS. Khusus Daerah

Ibu dan Anak Pertiwi, RS. Khusus Daerah Ibu dan Anak Siti Fatimah, RSUD Haji

Makassar, RSUD Labuang Baji, Sekretariat DPRD. Berdasarkan usia, mayoritas

responden dalam penelitian ini berumur antara lebih dari 50 tahun sebanyak 38

orang (36.5%), kemudian 35 orang (33.7%) berumur 41 sampai dengan 50

tahun, dan 31 orang (29.8%) berumur 31 sampai dengan 40 tahun. Jika dilihat

Page 90: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

74

berdasarkan jenis kelamin, mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki

sebesar 75% (78 orang), dan perempuan sebesar 25% (26 orang).

2. Usia

Usia responden menggambarkan tingkat kedewasaan dan kematangan,

sehingga mempengaruhi kinerja pengguna dan pengurus barang. Berdasarkan

data menurut usia diketahui bahwa responden berumur >50 tahun paling banyak

yaitu sebanyak 38 0rang (36.5%), responden berumur 41 – 50 tahun sebanyak

35 orang (33.7%), kemudian responden berumur 31 – 40 tahun sebanyak 31

orang (29.8%). Hal tersebut menunjukkan bahwa karakteristik responden

berdasarkan usia adalah didominan pada kelompok umur >50 tahun yaitu

sebanyak 38 0rang (36.5%). Hal ini menunjukkan bahwa responden berusia

tersebut sudah memiliki pengalaman yang banyak dalam mengelola aset dan

mengetahui keseluruhan aset-aset yang dikelolanya.

3. Jenis Kelamin

Jenis kelamin responden digunakan untuk mengetahui keterlibatan

gender dalam proses pengelolaan aset dalam rangka optimalisasi pemanfaatan

aset milik Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Sebagian besar responden

dalam penelitian ini adalah berjenis kelamin laki-laki yaitu 78 orang (75%)

sedangkan responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 26 orang

(25%). Hal ini menunjukkan bahwa laki-laki lebih mendominasi proporsi sampel

pengguna dan pengurus barang melakukan pengelolaan aset dalam rangka

optimalisasi pemanfaatan aset milik Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.

4. Jabatan

Jabatan responden mengg ambarkan seberapa besar keterlibatan

pengguna dan pengurus barang dalam mengelola aset secara efisien dan efektif

dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan aset daerah. Berdasarkan data

Page 91: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

75

penelitian mayoritas responden memiliki jabatan eselon II dan pengurus barang

masing-masing sebanyak 37 orang (35.6%). Kemudian, Staf sebanyak 18 orang

(17.3%), eselon IV sebanyak 9 orang (8.7%), dan Eselon III sebanyak 3 orang

(2.9%). Hal ini menunjukkan bahwa pengguna dan pengurus barang sama-sama

mempunyai keterlibatan yang besar dalam pengelolaan aset daerah. Selain itu,

pengguna dan pengurus barang masing-masing memiliki peran yang sama

dalam rangka optimalisasi pemanfaatan aset daerah.

5. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan responden digunakan sebagai indikator untuk

mengetahui tingkat intelektualitas responden karena setiap pengguna, pengurus

barang dan pengelola barang dituntut untuk memiliki kompetensi, pengetahuan,

dan keahlian sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang diamanahkan yaitu

mengelola aset secara efisien dan efektif dalam rangka mengoptimalkan

pemanfaatan aset. Jika dilihat dari pendidikan terakhir, mayoritas responden

berpendidikan S1 sebanyak 57 orang (54.8%), diikuti responden berpendidikan

S2 sebanyak 40 orang (38.5%), Diploma sebanyak 1 orang (1%). Hal ini

memperlihatkan bahwa responden yang terpilih dalam penelitian ini memiliki

tingkat pendidikan yang tinggi, yang dirasa memahami isi dari kuesioner yang

diberikan. Selain iu, pendidikan berkaitan erat dengan kompetensi yang dimiliki

dan dibutuhkan oleh responden untuk menjalankan tugas dan fungsi mengelola

aset dengan baik. Tingkat pendidikan yang tinggi dapat menjadi indikasi

wawasan dan cara pandang dalam menilai dan memandang suatu

permasalahan sehingga diharapkan dengan bekal pendidikan yang memadai

pengguna barang, pengurus barang dan pengelola barang mampu melakukan

pengelolaan aset secara efisien dan efektif sehingga dapat mengambil

keputusan yang baik terutama dalam mengoptimalkan pemanfaatan aset.

Page 92: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

76

6. Pangkat/Golongan

Mayoritas responden pada penelitian ini diperoleh data bahwa responden

golongan III sebanyak 63 orang (60.6%), pangkat/golongan IV sebanyak 40

orang (38.5%), dan pangkat/golongan II sebanyak 1 orang (1%). Hal ini

menunjukkan bahwa pengurus barang paling banyak berpangkat/golongan III.

Hal ini tentunya menggambarkan bahwa golongan III dianggap dapat mengelola

aset dengan baik dan dianggap memiliki pengetahuan yang lebih baik dalam

mengelola aset.

7. Lama Bekerja

Lama bekerja responden digunakan sebagai acuan untuk mengetahui

pengalaman kerja dan jam terbang responden selama bekerja di OPD masing-

masing. Karakteristik responden berdasarkan lama bekerja, diketahui bahwa

sebagian besar responden telah bekerja lebih dari 15 tahun sebanyak 65 orang

(62.5%), 10 sampai 15 tahun sebanyak 28 orang (26.9%), dan 6 sampai 10

tahun sebanyak 11 orang (10.6%). Hal tersebut menunjukkan bahwa responden

yang telah bekerja lebih dari 15 tahun di OPD masing-masing lingkup

Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan sudah memiliki pengalaman yang banyak

sehingga diharapkan mampu memahami permasalahan dalam pengelolaan aset.

5.2 Deskripsi Variabel Penelitian

Penelitian ini melibatkan lima variabel yaitu tiga variabel independen yang

terdiri atas 1) inventarisasi aset (X1); 2) legal audit (X2); dan 3) penilaian aset

(X3), serta satu variabel moderasi yaitu komitmen pimpinan (X4), dan variabel

dependen yaitu optimalisasi pemanfaatan Aset (Y). Selanjutnya, akan disajikan

deskripsi pada masing-masing variabel.

Page 93: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

77

5.2.1 Deskripsi Variabel Inventarisasi Aset (X1)

Variabel Inventarisasi Aset (X1) diukur oleh empat indikator antara lain:

Pendataan; Kodefikasi/Labeling; Pengelompokkan; dan Pelaporan. Distribusi

frekuensi jawaban respon pada tiap indikator dan variabel secara lengkap

disajikan pada Lampiran 2, dan teringkas pada tabel 5.3 dan gambar 5.1 dan 5.2

berikut:

Tabel 5.3 Deskripsi Variabel Inventarisasi Aset (X1)

Indikator ItemFrekuensi Pilihan Individu (X1)

Rata-rataSTS TS N S SS

Pendataan (X1.1)

X1.1 0.00 0.00 15.38 67.31 17.31 4.02

4.09

X1.2 0.00 0.00 16.35 64.42 19.23 4.03

X1.3 0.00 0.00 13.46 61.54 25.00 4.12

X1.4 0.00 0.00 17.31 62.50 20.19 4.03

X1.5 0.00 0.00 10.58 53.85 35.58 4.25

Kodefikasi/Labelling

(X1.2)

X1.6 0.00 0.00 9.62 53.85 36.54 4.27

4.17X1.7 0.96 0.96 16.35 56.73 25.00 4.04

X1.8 0.00 0.96 10.58 56.73 31.73 4.19

Pengelompokkan

(X1.3)

X1.9 0.96 1.92 12.50 59.62 25.00 4.06

4.16X1.10 0.00 0.96 16.35 57.69 25.00 4.07

X1.11 0.00 0.96 7.69 46.15 45.19 4.36

Pelaporan (X1.4)

X1.12 0.00 6.73 13.46 45.19 34.62 4.08

3.99X1.13 0.00 1.92 17.31 66.35 14.42 3.93

X1.14 0.00 0.96 16.35 66.35 16.35 3.98

X1.15 0.96 1.92 12.50 67.31 17.31 3.98

rata-rata variabel 4.09

Sumber: Data Primer Diolah, 2017 (Lampiran 2)

Page 94: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

78

Gambar 5.1 Deskripsi Rata-rata Item pada Variabel Inventarisasi Aset (X1)

Gambar 5.2 Deskripsi Rata-Rata Indikator pada Variabel InventarisasiAset (X1)

Berdasarkan tabel 5.3 dan gambar 5.1 dan 5.2 menunjukkan bahwa

sebagian besar responden menjawab pada skor 3 dan 4 yaitu netral dan setuju.

Semua indikator memiliki rata-rata pada kategori tinggi (rata-rata antara 3.41 –

4.20) dan indikator kedua merupakan indikator yang memiliki rata-rata tertinggi

1.00 1.80 2.60 3.40 4.20 5.00

X1.1X1.2X1.3X1.4X1.5X1.6X1.7X1.8X1.9

X1.10X1.11X1.12X1.13X1.14X1.15

Rata-rata

Ite

m

1

1.8

2.6

3.4

4.2

5

X11 X12 X13 X14

Rat

a-ra

ta

Indikator

Page 95: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

79

yaitu kodefikasi/labelling (X1.2). Hal ini menunjukkan bahwa indikator

Kodefikasi/labelling (X1.2) merupakan indikator paling dominan mempresepsikan

variabel Inventarisasi Aset (X1).

Secara keseluruhan variabel Inventarisasi Aset (X1) memiliki nilia rata-

rata sebesar 4.09 dan berada pada kategori tinggi (rata-rata antara 3.41 – 4.20).

Hal ini menunjukkan bahwa variabel inventarisasi aset dipersepsikan tinggi oleh

responden.

5.2.2 Deskripsi Legal Audit (X2)

Variabel Legal Audit (X2) diukur oleh dua indikator antara lain: kejelasan

hukum; dan persertifikatan/bukti kepemilikan. Distribusi frekuensi jawaban

respon tiap item pertanyaan pada tiap indikator dan variabel secara lengkap

disajikan pada Lampiran 2, dan teringkas pada tabel 5.4 dan gambar 5.3

berikut:

Page 96: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

80

Tabel 5.4 Deskripsi Variabel Legal Audit (X2)

Indikator ItemFrekuensi Pilihan Responden

Rata-rataSTS TS N S SS

Kejelasan Hukum

(X2.1)

X2.1 0.00 0.96 14.42 66.35 18.27 4.02

3.96

X2.2 0.00 2.88 17.31 62.50 17.31 3.94

X2.3 0.00 2.88 18.27 59.62 19.23 3.95

X2.4 0.00 3.85 16.35 61.54 18.27 3.94

X2.5 0.00 2.88 15.38 65.38 16.35 3.95

Persertifikatan/bukti

kepemilikan (X2.2)

X2.6 0.00 3.85 12.50 62.50 21.15 4.01

4.02

X2.7 0.00 2.88 15.38 61.54 20.19 3.99

X2.8 0.00 2.88 13.46 60.58 23.08 4.04

X2.9 0.00 1.92 11.54 63.46 23.08 4.08

X2.10 0.00 4.81 13.46 58.65 23.08 4.00

rata-rata variabel 3.99

Sumber: Data Primer Diolah, 2017 (Lampiran 2)

Gambar 5.3 Deskripsi Rata-rata Item pada Variabel Legal Audit (X2)

1.00 1.80 2.60 3.40 4.20 5.00

X2.1

X2.2

X2.3

X2.4

X2.5

X2.6

X2.7

X2.8

X2.9

X2.10

Rata-rata

Ite

m

Page 97: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

81

Gambar 5.4 Deskripsi Rata-rata Indikator pada Variabel Legal Audit (X2)

Dari hasil deskripsi variabel Legal Audit (X2) pada tabel 5.4 dan gambar

5.3 dan 5.4, diperoleh sebagian besar distribusi jawaban responden ialah pada

skor 3 dan 4 yaitu netral dan setuju. Semua indikator memiliki rata-rata pada

kategori tinggi (rata-rata antara 3.41 – 4.20). Indikator kedua merupakan

indikator yang memiliki rata-rata paling tinggi yaitu persertifikatan/bukti

kepemilikan (X2.2) sehingga variabel legal audit paling kuat diukur oleh indikator

persertifikatan/bukti kepemilikan (X2.2). Secara keseluruhan, nilai rata-rata

variabel legal audit (X2) sebesar 3.99 berada pada kategori tinggi (rata-rata

antara 3.41 – 4.20), maka dapat dikatakan bahwa legal audit (X2) dipersepsikan

tinggi oleh responden.

5.2.3 Deskripsi Penilaian Aset (X3)

Variabel penilaian aset (X3) diukur oleh tiga indikator antara lain:

penilaian dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku; melibatkan penilai

independen yang bersertifikat; dan penilaian aset dilakukan dalam rangka

penyusunan neraca. Distribusi frekuensi jawaban respon tiap item pertanyaan

1

1.8

2.6

3.4

4.2

5

X21 X22

Rat

a-ra

ta

Indikator

Page 98: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

82

pada tiap indikator dan variabel secara lengkap disajikan pada Lampiran 2, dan

teringkas pada tabel 5.5 dan gambar 5.5 berikut:

Tabel 5.5 Deskripsi Variabel Penilaian Aset (X3)

Indikator ItemFrekuensi Pilihan Responden

Rata-rataSTS TS N S SS

Penilaian dilakukan

sesuai dengan

peraturan yang

berlaku (X3.1)

X3.1 0.00 0.00 9.62 75.00 15.38 4.06

4.06X3.2 0.00 0.00 12.50 68.27 19.23 4.07

X3.3 0.00 2.88 11.54 63.46 22.12 4.05

X3.4 0.00 0.00 16.35 60.58 23.08 4.07

Melibatkan penilai

independen yang

bersertifikat (X3.2)

X3.5 0.00 0.00 12.50 75.00 12.50 4.00

4.00X3.6 0.00 0.00 11.54 75.96 12.50 4.01

X3.7 0.00 0.96 14.42 68.27 16.35 4.00

X3.8 0.00 0.00 19.23 60.58 20.19 4.01

Penilaian aset

dilakukan dalam

rangka penyusunan

neraca (X3.3)

X3.9 0.00 1.92 17.31 61.54 19.23 3.98

3.55X3.10 0.96 1.92 21.15 59.62 16.35 3.88

X3.11 3.85 39.42 33.65 21.15 1.92 2.78

rata-rata variabel 3.90

Sumber: Data Primer Diolah, 2017 (Lampiran 2)

Page 99: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

83

Gambar 5.5 Deskripsi Rata-rata Item pada Variabel Penilaian Aset (X3)

Gambar 5.6 Deskripsi Rata-rata Indikator pada Variabel Penilaian Aset (X3)

Hasil deskripsi variabel penilaian aset (X3) pada tabel 5.5 dan gambar 5.5

dan 5.6, diperoleh sebagian besar distribusi jawaban responden ialah pada skor

3 dan 4 yaitu netral dan setuju. Adapun semua indikator memiliki rata-rata pada

kategori tinggi (rata-rata antara 3.41 – 4.20). Indikator pertama merupakan

1.00 1.80 2.60 3.40 4.20 5.00

X3.1

X3.2

X3.3

X3.4

X3.5

X3.6

X3.7

X3.8

X3.9

X3.10

X3.11

Rata-rata

Ite

m

1

1.8

2.6

3.4

4.2

5

X31 X32 X33

Rat

a-ra

ta

Indikator

Page 100: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

84

indikator yang memiliki rata-rata paling tinggi yaitu penilaian dilakukan sesuai

dengan peraturan yang berlaku (X3.1). Variabel penilaian aset paling kuat diukur

oleh indikator penilaian dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku (X3.1).

Secara keseluruhan nilai rata-rata variabel penilaian aset sebesar 3.90

berada pada kategori tinggi (rata-rata antara 3.41 – 4.20), maka dapat dikatakan

bahwa penilaian aset dipersepsikan tinggi oleh responden.

5.2.4 Deskripsi Variabel Komitmen Pimpinan (X4)

Variabel Komitmen Pimpinan (X4) diukur oleh tiga indikator antara lain

Pimpinan selalu melakukan komunikasi dengan pegawai, Pimpinan selalu

memantau pekerjaan pegawai, dan Pimpinan selalu memotivasi pegawai.

Distribusi frekuensi jawaban respon tiap item pertanyaan pada tiap indikator dan

variabel secara lengkap disajikan pada Lampiran 2, dan teringkas pada Tabel

5.6 dan Gambar 5.7 dan 5.8 berikut:

Tabel 5.6 Deskripsi Variabel Komitmen Pimpinan (X4)

Indikator ItemFrekuensi Pilihan Responden

Rata-rataSTS TS N S SS

Pimpinan

Selalu

melakukan

komunikasi

dengan

pegawai (X4.1)

X4.1 2.88 7.69 20.19 60.58 8.65 3.64

3.86X4.2 0.00 0.00 14.42 75.96 9.62 3.95

X4.3 0.00 2.88 8.65 75.96 12.50 3.98

Pimpinan

selalu

memantau

pekerjaan

pegawai (X4.2)

X4.4 0.00 0.00 7.69 77.88 14.42 4.07

4.10X4.5 0.00 0.00 9.62 69.23 21.15 4.12

X4.6 0.00 0.96 9.62 67.31 22.12 4.11

Page 101: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

85

Lanjutan Tabel 5.6

Indikator ItemFrekuensi Pilihan Responden

Rata-rataSTS TS N S SS

Pimpinan

selalu

memotivasi

pegawai (X4.3)

X4.7 0.00 0.00 7.69 79.81 12.50 4.05

4.05X4.8 0.00 0.00 9.62 70.19 20.19 4.11

X4.9 0.00 2.88 18.27 55.77 23.08 3.99

rata-rata variabel 4.00

Sumber: Data diolah, 2017 (Lampiran 2)

Gambar 5.7 Deskripsi Rata-rata Item pada Variabel Komitmen Pimpinan(X4)

1.00 1.80 2.60 3.40 4.20 5.00

X4.1

X4.2

X4.3

X4.4

X4.5

X4.6

X4.7

X4.8

X4.9

Rata-rata

Ite

m

Page 102: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

86

Gambar 5.8 Deskripsi Rata-rata Indikator pada Variabel KomitmenPimpinan (X4)

Deskripsi variabel Komitmen Pimpinan (X4) pada Tabel 5.6, dan Gambar

5.7 dan 5.8, diperoleh sebagian besar distribusi jawaban responden ialah pada

skor 3 dan 4 yaitu netral dan setuju. Semua indikator memiliki rata-rata pada

kategori tinggi (rata-rata antara 3.41 – 4.20). Indikator kedua merupakan

indikator yang memiliki rata-rata paling tinggi yaitu pimpinan selalu memantau

pekerjaan pegawai (X4.2) sehingga variabel Komitmen Pimpinan paling kuat

diukur oleh indikator pimpinan selalu memantau pekerjaan pegawai (X4.2).

Secara keseluruhan, nilai rata-rata variabel komitmen pimpinan (X4)

sebesar 4.00 berada pada kategori tinggi (rata-rata antara 3.41 – 4.20), maka

dapat dikatakan bahwa komitmen pimpinan (X4) dipersepsikan tinggi oleh

responden.

5.2.5 Deskripsi Variabel Optimlaisasi Pemanfaatan Aset (Y)

Variabel Optimalisasi Pemanfaatan Aset (Y) diukur oleh lima indikator

antara lain: Sewa, Pinjam pakai, KSP, BSG/BGS, dan KSPI. Distribusi frekuensi

1

1.8

2.6

3.4

4.2

5

X41 X42 X43

Rat

a-ra

ta

Indikator

Page 103: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

87

jawaban respon tiap item pertanyaan pada tiap indikator dan variabel secara

lengkap disajikan pada Lampiran 2, dan teringkas pada Tabel 5.7, Gambar 5.9

dan 5.10 berikut:

Tabel 5.7 Deskripsi Variabel Optimalisasi Pemanfaatan Aset (Y)

Indikator ItemFrekuensi Pilihan Responden

Rata-rataSTS TS N S SS

Sewa (Y1)

Y1 0.00 0.96 20.19 59.62 19.23 3.97

4.06

Y2 0.00 4.81 14.42 56.73 24.04 4.00

Y3 0.00 0.00 12.50 57.69 29.81 4.17

Y4 0.00 0.00 10.58 66.35 23.08 4.13

Y5 0.00 0.96 17.31 58.65 23.08 4.04

Pinjam Pakai (Y2)

Y6 0.00 0.00 11.54 63.46 25.00 4.13

3.97Y7 0.00 0.96 18.27 67.31 13.46 3.93

Y8 0.00 3.85 19.23 61.54 15.38 3.88

Y9 0.00 1.92 19.23 62.50 16.35 3.93

Kerjasama

Pemanfaatan (Y3)

Y10 0.00 0.00 13.46 75.96 10.58 3.97

4.01Y11 0.00 0.00 14.42 70.19 15.38 4.01

Y12 0.00 2.88 10.58 64.42 22.12 4.06

Bangun Guna

Serah/Bangun Serah

Guna (Y4)

Y13 0.00 3.85 10.58 65.38 20.19 4.02

4.11

Y14 0.00 0.00 13.46 66.35 20.19 4.07

Y15 0.00 0.96 13.46 53.85 31.73 4.16

Y16 0.00 0.00 17.31 47.12 35.58 4.18

Y20 0.00 0.00 12.50 50.96 36.54 4.24

Page 104: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

88

Lanjutan Tabel 5.7

Indikator ItemFrekuensi Pilihan Responden

Rata-rataSTS TS N S SS

Kerjasama Penyedia

Infrastruktur (Y5)

Y17 0.00 0.00 10.58 39.42 50.00 4.39

4.34Y18 0.00 0.96 7.69 45.19 46.15 4.37

Y19 0.00 0.96 8.65 45.19 45.19 4.35

Y20 0.00 0.00 12.50 50.96 36.54 4.24

rata-rata variabel 4.10

Sumber: Data diolah, 2017 (Lampiran 2)

Gambar 5.9 Deskripsi Rata-rata Item pada Variabel OptimalisasiPemanfaatan Aset (Y)

1.00 1.80 2.60 3.40 4.20 5.00

Y1Y2Y3Y4Y5Y6Y7Y8Y9

Y10Y11Y12Y13Y14Y15Y16Y17Y18Y19Y20

Rata-rata

Ite

m

Page 105: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

89

Gambar 5.10 Deskripsi Rata-rata Indikator pada Variabel OptimalisasiPemanfaatan Aset (Y)

Berdasarkan tabel 5.6, gambar 5.9 dan 5.10 yang merupakan variabel

optimalisasi pemanfaatan aset (Y) dapat dideskripsikan bahwa diperoleh

sebagian besar distribusi jawaban responden ialah pada skor 3 dan 4 yaitu netral

dan setuju. Adapun empat indikator memiliki rata-rata pada kategori tinggi (rata-

rata antara 3.41 – 4.20), dan satu indikator memiliki rata-rata pada kategori

sangat tinggi (rata-rata antara 4.21 – 5.00). Indikator kelima merupakan indikator

yang memiliki rata-rata paling tinggi yaitu kerjasama penyedia infrastruktur (Y5),

sehingga variabel optimalisasi pemanfaatan aset paling kuat diukur oleh indikator

kerjasama penyedia infrastruktur (Y5).

Secara keseluruhan nilai rata-rata variabel Optimalisasi Pemanfaatan

Aset sebesar 4.10 berada pada kategori tinggi (rata-rata antara 3.41 – 4.20),

maka dapat dikatakan bahwa Optimalisasi Pemanfaatan Aset dipersepsikan

tinggi oleh responden.

1

1.8

2.6

3.4

4.2

5

Y11 Y12 Y13 Y14 Y15

Rat

a-ra

ta

Indikator

Page 106: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

90

5.2.6 Statistika Deskriptif Variabel

Statistik deskriptif variabel penelitian memberikan gambaran atau opsi

suatu data. Statistik deskriptif dalam penelitian ini dilihat dari nilai minimum (Min),

maximum (Max), dan rata-rata (Mean). Data sampel yang digunakan dalam

penelitian ini 104 responden. Berdasarkan data yang dikumpulkan maka akan

dijelaskan hasil jawaban responden yang ditunjukkan pada tabel 5.8 berikut :

Tabel 5.8 Statistika Deskriptif

Variabel Minimum Maksimum Rata-rata

Inventarisasi Aset (X1)3.07 5.00 4.09

Legal Audit (X2)3.00 5.00 3.99

Penilaian Aset (X3)3.00 4.82 3.90

Komitmen Pimpinan (X4)3.00 4.89 4.00

Optimalisasi Pemanfaatan Aset (Y)3.10 4.95 4.10

Sumber : Data Diolah, 2017 (Lampiran 2)

Berdasarkan tabel 5.8 dapat dilihat bahwa Inventarisasi Aset merupakan

variabel independen (X1) mempunyai nilai minimum dari rata-rata dari nilai skala

jawaban adalah 3.07 dan maksimum 5.00, serta nilai rata-rata sebesar 4.09

artinya bahwa Inventarisasi Aset, apabila dibagikan dengan jumlah pertanyaan

pada kuesioner mengenai vaiabel X1 sebanyak 15 item akan menghasilkan 4.09

berada antara 3.41 sampai dengan 4.20 dimana berarti rata-rata respon

responden terhadap Inventarisasi Aset dengan kategori tinggi (setuju).

Legal Audit yang merupakan variabel dependen (X2) mempunyai nilai

terkecil (minimum) dari rata-rata dari nilai skala jawaban adalah 3.00 dan

terbesar (maksimal) 5.00, serta nilai rata-rata 3.99 yang berarti bahwa Legal

Page 107: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

91

Audit apabila dibandingkan dengan jumlah pertanyaan pada kuesioner mengenai

variabel X2 sebanyak 10 item akan menghasilkan 3.99 berada antara 3.41

sampai dengan 4.20 dimana rata-rata responden terhadap Legal Audit adalah

dengan kategori tinggi (setuju).

Penilaian Aset yang merupakan variabel dependen (X3) mempunyai nilai

terkecil (minimum) dari rata-rata dari nilai skala jawaban adalah 3.00 dan

terbesar (maksimal) 4.82, serta nilai rata-rata 3.90 yang berarti bahwa Penilaian

Aset apabila dibandingkan dengan jumlah pertanyaan pada kuesioner mengenai

variabel X3 sebanyak 11 item akan menghasilkan 3.90 berada antara 3.41

sampai dengan 4.20 dimana rata-rata responden terhadap Penilaian Aset adalah

dengan kategori tinggi (setuju).

Komitmen Pimpinan merupakan variabel independen (X4) mempunyai

nilai minimum dari rata-rata dari nilai skala jawaban adalah 3.00 dan maksimum

4.89, serta nilai rata-rata sebesar 4.00 artinya bahwa Komitmen Pimpinan,

apabila dibagikan dengan jumlah pertanyaan pada kuesioner mengenai vaiabel

X4 sebanyak 18 item akan menghasilkan 4.00 berada antara 3.41 sampai

dengan 4.20 dimana rata-rata respon responden terhadap Komitmen Pimpinan

dengan kategori tinggi (setuju).

Optimalisasi Pemanfaatan Aset yang merupakan variabel dependen (Y)

mempunyai nilai terkecil (minimum) dari rata-rata dari nilai skala jawaban adalah

3.10 dan terbesar (maksimal) 4.95, serta nilai rata-rata 4.10 yang berarti bahwa

Optimalisasi Pemanfaatan Aset apabila dibandingkan dengan jumlah pertanyaan

pada kuesioner mengenai variabel Y sebanyak 20 item akan menghasilkan 3.98

berada antara 3.41 sampai dengan 4.95 dimana rata-rata responden terhadap

Optimalisasi Pemanfaatan Aset adalah dengan kategori tinggi (setuju).

Page 108: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

92

5.3 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen

5.3.1 Pengujian Validitas Instrumen

Penelitian ini menggunakan kuesioner untuk mendapatkan data.

Beberapa bagian kuesioner adalah persepsi dengan skala likert. Untuk itu perlu

dilakukan pengujian apakah data hasil kuesioner telah valid (absah) dan reliabel

(dapat dipercaya). Uji validitas data diukur dengan pendekatan validitas konstruk

dengan melihat nilai loading factor. Item pertanyaan dikatakan valid jika nilai

loading factor > 0.5 maka data dikatakan valid. Sedangkan reliabilitas instrumen

diuji dengan alat analisis composite reliability dengan mengukur variabel laten

yang nilainya harus di atas 0,70. Nilai composite reliability di atas 0.70

menunjukkan bahwa semua variabel laten memenuhi kriteria reliabel yang tinggi.

Berikut disajikan pengujian validitas selengkapnya.

Tabel 5.9 Hasil Uji Validitas Instrumen

Variabel Indikator ItemLoading

FactorKeterangan

Inventarisasi Aset

(X1)

Pendataan (X1.1)

X1.1 0.677 Valid

X1.2 0.674 Valid

X1.3 0.677 Valid

X1.4 0.633 Valid

X1.5 0.646 Valid

Kodefikasi/labelling

(X1.2)

X1.6 0.638 Valid

X1.7 0.636 Valid

X1.8 0.677 Valid

Page 109: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

93

Lanjutan Tabel 5.9

Variabel Indikator ItemLoading

FactorKeterangan

Pengelompokkan

(X1.3)

X1.9 0.618 Valid

X1.10 0.640 Valid

X1.11 0.670 Valid

Pelaporan (X1.4)

X1.12 0.602 Valid

X1.13 0.687 Valid

X1.14 0.703 Valid

X1.15 0.623 Valid

Legal Audit (X2)

Kejelasan Hukum

(X2.1)

X2.1 0.625 Valid

X2.2 0.662 Valid

X2.3 0.673 Valid

X2.4 0.632 Valid

X2.5 0.651 Valid

Persertifikatan/bukti

kepemilikan (X2.2)

X2.6 0.680 Valid

X2.7 0.653 Valid

X2.8 0.661 Valid

X2.9 0.682 Valid

X2.10 0.619 Valid

Penilaian Aset (X3)

Penilaian dilakukan

sesuai dengan

peraturan yang

berlaku (X3.1)

X3.1 0.701 Valid

X3.2 0.651 Valid

X3.3 0.620 Valid

X3.4 0.651 Valid

Page 110: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

94

Lanjutan Tabel 5.9

Variabel Indikator ItemLoading

FactorKeterangan

Melibatkan penilai

independen yang

bersertifikat (X3.2)

X3.5 0.676 Valid

X3.6 0.691 Valid

X3.7 0.675 Valid

X3.8 0.684 Valid

Penilaian aset

dilakukan dalam

rangka penyusunan

neraca (X3.3)

X3.9 0.682 Valid

X3.10 0.669 Valid

X3.11 0.563 Valid

Komitmen Pimpinan

(X4)

Pimpinan Selalu

melakukan

komunikasi dengan

pegawai (X4.1)

X4.1 0.525 Valid

X4.2 0.637 Valid

X4.3 0.654 Valid

Pimpinan selalu

memantau pekerjaan

pegawai (X4.2)

X4.4 0.778 Valid

X4.5 0.644 Valid

X4.6 0.643 Valid

Pimpinan selalu

memotivasi pegawai

(X4.3)

X4.7 0.719 Valid

X4.8 0.682 Valid

X4.9 0.652 Valid

Page 111: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

95

Lanjutan Tabel 5.9

Variabel Indikator ItemLoading

FactorKeterangan

Optimalisasi

Pemanfaatan Aset

(Y)

Sewa (Y1)

Y1 0.647 Valid

Y2 0.632 Valid

Y3 0.677 Valid

Y4 0.650 Valid

Y5 0.659 Valid

Pinjam Pakai (Y2)

Y6 0.655 Valid

Y7 0.658 Valid

Y8 0.648 Valid

Y9 0.647 Valid

Kerjasama

Pemanfaatan (Y3)

Y10 0.671 Valid

Y11 0.687 Valid

Y12 0.650 Valid

Bangun Guna

Serah/Bangun Serah

Guna (Y4)

Y13 0.644 Valid

Y14 0.672 Valid

Y15 0.648 Valid

Y16 0.649 Valid

Kerjasama Penyedia

Infrastruktur (Y5)

Y17 0.653 Valid

Y18 0.646 Valid

Y19 0.662 Valid

Y20 0.648 Valid

Sumber : Data Primer Diolah, 2017 (Lampiran 4)

Page 112: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)
Page 113: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)
Page 114: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

98

Tabel 5.11 menunjukkan bahwa semua variabel memiliki bentuk

hubungan yang linier terhadap optimalisasi pemanfaatan aset (Y). Hal tersebut

ditunjukkan pada nilai p-value (Sig. model linier) pada semua variabel < 0.05

sehingga dapat diketahui bahwa asumsi linieritas terpenuhi.

5.4.2 Goodness of Fit Model

Pengujian Goodness of Fit menggunakan nilai predictive-relevance (Q2).

Nilai predictive-relevance diperoleh dengan rumus:

Q2 = 1 – ( 1 – R12) ( 1 – R2

2 ) ( 1 – R32 )... ( 1- Rp

2 )

Q2 = 1 – ((1 – 0.682))

Q2 = 0.682

Hasil perhitungan memperlihatkan nilai predictive-relevance sebesar

0.682 atau 68.2%, sehingga model layak dikatakan memiliki nilai prediktif yang

relevan. Nilai predictive relevance sebesar 68.2% mengindikasikan bahwa

keragaman data yang dapat dijelaskan oleh model tersebut adalah sebesar

68.2% atau dengan kata lain informasi yang terkandung dalam data 68.2% dapat

dijelaskan oleh model tersebut. Sedangkan sisanya 31.8% dijelaskan oleh

variabel lain (yang belum terkandung dalam model) dan error.

5.4.3 Outer Model Hasil Analisis SEM

Variabel dalam penelitian ini Inventarisasi Aset (X1); Legal Audit (X2);

Penilaian Aset (X3); Komitmen Pimpinan (X4); dan Optimalisasi Pemanfaatan

Aset (Y). Nilai loading factor (untuk indikator reflektif) menunjukkan bobot dari

setiap indikator sebagai pengukur dari masing-masing variabel laten. Indikator

dengan loading factor/weight terbesar menunjukkan bahwa indikator tersebut

sebagai pengukur variabel yang terkuat (dominan).

Page 115: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

99

5.4.3.1 Inventarisasi Aset (X1)

Variabel Inventarisasi Aset diukur dengan indikator yang bersifat reflektif.

Hasil loading factor indikator-indikator dari variabel Inventarisasi Aset dapat

dilihat pada tabel 5.12 sebagai berikut:

Tabel 5.12 Hasil Pengujian Indikator Pembentuk Variabel Inventarisasi

Aset (X1)

Indikator Item Loading Factor p-value

Pendataan (X11)

X1.1 0.677 <0.001

X1.2 0.674 <0.001

X1.3 0.677 <0.001

X1.4 0.633 <0.001

X1.5 0.646 <0.001

Kodefikasi/Labelling (X2)

X1.6 0.638 <0.001

X1.7 0.636 <0.001

X1.8 0.677 <0.001

Pengelompokkan (X13)

X1.9 0.618 <0.001

X1.10 0.640 <0.001

X1.11 0.670 <0.001

Pelaporan (X14)

X1.12 0.602 <0.001

X1.13 0.687 <0.001

X1.14 0.703 <0.001

X1.15 0.623 <0.001

Sumber : Data Diolah, 2017 (Lampiran 4)

Loading factor menunjukkan tingkat hubungan satu indikator dari variabel

dengan setiap faktor yang terbentuk. Loading factor yang disajikan dalam tabel

5.12 di atas, dapat digambarkan dalam gambar 5.11 sebagai berikut :

Page 116: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

100

Gambar 5.11 Model pengukuran dimensi konstruk variabel InventarisasiAset (X1)

Berdasarkan tabel 5.12 dan gambar 5.11, pada indikator pertama dari

variabel Inventarisasi Aset yaitu Pendataan (X11) terdapat lima item dengan nilai

loading factor item X1.1 sebesar 0.677 dengan p-value sebesar <0.001, item

X1.2 sebesar 0.674 dengan p-value sebesar <0.001, item X1.3 sebesar 0.677

dengan p-value sebesar <0.001, item X1.4 sebesar 0.633 dengan p-value

Inventarisasi Aset (X1)

X1.1

X1.2

X1.3

X1.4

X1.5

X1.6

X1.7

X1.8

X1.9

0.677

0.67

4

0.677

0.633

0.646

0.638

0.636

0.677

0.618

X1.10

0.640

X1.11

0.670

X1.12

0.602

X1.13

X1.14

X1.15

0.6870.7030.623

Page 117: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

101

sebesar <0.001, dan item X1.5 sebesar 0.646 dengan p-value sebesar <0.001.

Karena p-value < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa indikator Pendataan

dengan item X1.1, X1.2, X1.3, X1.4, dan X1.5 signifikan mengukur variabel

Inventarisasi Aset. Mengingat koefisien bertanda positif mengindikasikan

semakin tinggi nilai Pendataan, semakin tinggi Inventarisasi Aset.

Indikator kedua dari variabel Inventarisasi Aset yaitu Kodefikasi/Labelling

(X1.2) terdapat tiga item dengan nilai loading factor item X1.6 sebesar 0.638,

dengan p-value sebesar <0.001, X1.7 sebesar 0.677 dengan p-value <0.001,

dan X1.8 sebesar 0.618 dengan p-value <0.001. Karena p-value < 0.05, maka

dapat disimpulkan bahwa indikator Kodefikasi/Labelling (X1.2) signifikan

mengukur variabel Inventarisasi Aset. Mengingat koefisien bertanda positif

mengindikasikan semakin tinggi nilai Kodefikasi/Labelling, semakin tinggi

Inventarisasi Aset.

Indikator ketiga dari variabel Inventarisasi Aset yaitu Pengelompokkan

(X1.3) terdapat tiga item dengan nilai loading factor item X1.9 sebesar 0.618

dengan p-value sebesar <0.001, X1.10 sebesar 0.640 dengan p-value sebesar

<0.001, dan X1.11 sebesar 0.670 dengan p-value sebesar <0.001. Karena p-

value < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa indikator Pengelompokkan (X1.3)

signifikan mengukur variabel Inventarisasi Aset. Mengingat koefisien bertanda

positif mengindikasikan semakin tinggi nilai Pengelompokkan, semakin tinggi

Inventarisasi Aset.

Indikator keempat dari variabel Inventarisasi Aset yaitu Pelaporan (X1.4)

terdapat empat item dengan nilai loading factor item X1.12 sebesar 0.604

dengan p-value sebesar <0.001, X1.13 sebesar 0.687 dengan p-value <0.001,

X1.14 sebesar 0.703 dengan p-value <0.001 dan X1.15 sebesar 0.623 dengan p-

value <0.001. Karena p-value < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa indikator

Page 118: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

102

Pelaporan (X1.4) signifikan mengukur variabel Inventarisasi Aset. Mengingat

koefisien bertanda positif mengindikasikan semakin tinggi nilai Pelaporan,

semakin tinggi Inventarisasi Aset.

5.4.3.2 Legal Audit (X2)

Variabel Legal Audit daerah diukur dengan dua indikator yang bersifat

reflektif. Hasil loading factor indikator-indikator dari variabel Legal Audit daerah

dapat dilihat pada Gambar 5.12 danTabel 5.13 sebagai berikut:

Tabel 5.13 Hasil Pengujian Indikator Pembentuk Variabel Legal Audit (X2)

Indikator Item Loading Factor p-value

Kejelasan Hukum (X2.1)

X2.1 0.625 <0.001

X2.2 0.662 <0.001

X2.3 0.673 <0.001

X2.4 0.632 <0.001

X2.5 0.651 <0.001

Persertifikatan/bukti kepemilikan (X2.2)

X2.6 0.680 <0.001

X2.7 0.653 <0.001

X2.8 0.661 <0.001

X2.9 0.682 <0.001

X2.10 0.619 <0.001

Sumber : Data Diolah, 2017 (Lampiran 4)

Page 119: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

103

Gambar 5.12 Model pengukuran dimensi konstruk variabel Legal Audit (X2)

Berdasarkan tabel 5.13 dan gambar 5.12, pada indikator pertama dari

variabel Legal Audit yaitu Kejelasan Hukum (X21) terdapat lima item dengan nilai

loading factor item X2.1 sebesar 0.625 dengan p-value sebesar <0.001, item

X2.2 sebesar 0.662 dengan p-value sebesar <0.001, item X2.3 sebesar 0.673

dengan p-value sebesar <0.001, item X2.4 sebesar 0.632 dengan p-value

sebesar <0.001, dan item X2.5 sebesar 0.651 dengan p-value sebesar <0.001.

Karena p-value < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa indikator Kejelasan

Hukum dengan item X2.1, X2.2, X2.3, X2.4, dan X2.5 signifikan mengukur

variabel Legal Audit. Mengingat koefisien bertanda positif mengindikasikan

semakin tinggi nilai Kejelasan Hukum, semakin tinggi Legal Audit.

Legal Audit (X2)

X2.1

X2.2

X2.3

X2.4

X2.5

X2.6

X2.7

X2.8

X2.9

0.62

5

0.662

0.673

0.632

0.651

0.6800.6530.6610.682

X2.10

0.619

Page 120: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

104

Indikator kedua dari variabel Legal Audit yaitu Persertifikatan/bukti

kepemilikan (X2.2) terdapat lima item dengan nilai loading factor item X2.6

sebesar 0.680, dengan p-value sebesar <0.001, X2.7 sebesar 0.653 dengan p-

value <0.001, X2.8 sebesar 0.661 dengan p-value <0.001, X2.9 sebesar 0.682

dengan p-value <0.001, dan X2.10 sebesar 0.619 dengan p-value <0.001.

Karena p-value < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa indikator

Persertifikatan/bukti kepemilikan (X2.2) signifikan mengukur variabel Legal Audit.

Mengingat koefisien bertanda positif mengindikasikan semakin tinggi nilai

Persertifikatan/bukti kepemilikan, semakin tinggi Legal Audit.

5.4.3.3 Penilaian Aset (X3)

Variabel Penilaian Aset daerah diukur dengan tiga indikator yang bersifat

reflektif. Hasil loading factor indikator-indikator dari variabel Penilaian Aset

daerah dapat dilihat pada tabel 5.14 dan gambar 5.13 sebagai berikut:

Tabel 5.14 Hasil Pengujian Indikator Pembentuk Variabel PenilaianAset (X3)

Indikator ItemLoading

Factor

p-

value

Penilaian dilakukan sesuai dengan peraturan

yang berlaku (X3.1)

X3.1 0.701 <0.001

X3.2 0.651 <0.001

X3.3 0.620 <0.001

X3.4 0.651 <0.001

Melibatkan penilai independen yang bersertifikat

(X3.2)

X3.5 0.676 <0.001

X3.6 0.691 <0.001

X3.7 0.675 <0.001

X3.8 0.684 <0.001

Page 121: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

105

Lanjutan Tabel 5.14

Indikator ItemLoading

Factor

p-

value

Penilaian aset dilakukan dalam rangka

penyusunan neraca (X3.3)

X3.9 0.682 <0.001

X3.10 0.669 <0.001

X3.11 0.563 <0.001

Sumber : Data Diolah, 2017 (Lampiran 4)

Gambar 5.13 Model pengukuran dimensi konstruk variabel PenilaianAset (X3)

Page 122: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

106

Berdasarkan tabel 5.14 dan gambar 5.13, pada indikator pertama dari

variabel Penilaian Aset yaitu Penilaian dilakukan sesuai dengan peraturan yang

berlaku (X31) terdapat empat item dengan nilai loading factor item X3.1 sebesar

0.701 dengan p-value sebesar <0.001, item X3.2 sebesar 0.651 dengan p-value

sebesar <0.001, item X3.3 sebesar 0.620 dengan p-value sebesar <0.001, dan

item X3.4 sebesar 0.651 dengan p-value sebesar <0.001. Karena p-value < 0.05,

maka dapat disimpulkan bahwa indikator Penilaian dilakukan sesuai dengan

peraturan yang berlaku dengan item X3.1, X3.2, X3.3, dan X3.4 signifikan

mengukur variabel Penilaian Aset. Mengingat koefisien bertanda positif

mengindikasikan semakin tinggi nilai Penilaian dilakukan sesuai dengan

peraturan yang berlaku, semakin tinggi Penilaian Aset.

Indikator kedua dari variabel Penilaian Aset yaitu Melibatkan penilai

independen yang bersertifikat kepemilikan (X3.2) terdapat empat item dengan

nilai loading factor item X3.5 sebesar 0.676 dengan p-value sebesar <0.001, item

X3.6 sebesar 0.691 dengan p-value sebesar <0.001, X3.7 sebesar 0.675 dengan

p-value <0.001, dan X3.8 sebesar 0.684dengan p-value <0.001. Karena p-value

< 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa indikator Melibatkan penilai independen

yang bersertifikat kepemilikan (X3.2) signifikan mengukur variabel Penilaian

Aset. Mengingat koefisien bertanda positif mengindikasikan semakin tinggi nilai

Melibatkan penilai independen yang bersertifikat kepemilikan, semakin tinggi

Penilaian Aset.

Indikator ketiga dari variabel Penilaian Aset yaitu Penilaian aset dilakukan

dalam rangka penyusunan neraca (X3.3) terdapat tiga item dengan nilai loading

factor item X3.9 sebesar 0.682, dengan p-value sebesar <0.001, X3.10 sebesar

0.669 dengan p-value sebesar <0.001, dan X3.11 sebesar 0.563 dengan p-value

sebesar <0.001. Karena p-value < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa indikator

Page 123: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

107

Penilaian aset dilakukan dalam rangka penyusunan neraca (X3.3) signifikan

mengukur variabel Penilaian Aset. Mengingat koefisien bertanda positif

mengindikasikan semakin tinggi nilai Penilaian aset dilakukan dalam rangka

penyusunan neraca, semakin tinggi Penilaian Aset.

5.4.3.4 Komitmen Pimpinan (X4)

Variabel Komitmen Pimpinan diukur dengan tiga indikator yang bersifat

reflektif. Hasil loading factor indikator-indikator dari variabel Komitmen Pimpinan

dapat dilihat pada tabel 5.15 dan gambar 5.14 sebagai berikut:

Tabel 5.15 Hasil Pengujian Indikator Pembentuk Variabel Komitmen

Pimpinan (X4)

Indikator ItemLoading

Factor

p-

value

Pimpinan Selalu melakukan komunikasi

dengan pegawai (X4.1)

X4.1 0.525 <0.001

X4.2 0.637 <0.001

X4.3 0.654 <0.001

Pimpinan selalu memantau pekerjaan pegawai

(X4.2)

X4.4 0.778 <0.001

X4.5 0.644 <0.001

X4.6 0.643 <0.001

Pimpinan selalu memotivasi pegawai (X4.3)

X4.7 0.719 <0.001

X4.8 0.682 <0.001

X4.9 0.652 <0.001

Sumber : Data Diolah, 2017 (Lampiran 4)

Page 124: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

108

Gambar 5.14 Model pengukuran dimensi konstruk variabel KomitmenPimpinan (X4)

Berdasarkan tabel 5.15 dan gambar 5.14, pada indikator pertama dari

variabel Komitmen Pimpinan yaitu Pimpinan Selalu melakukan komunikasi

dengan pegawai (X41) terdapat tiga item dengan nilai loading factor item X4.1

sebesar 0.525 dengan p-value sebesar <0.001, X4.2 sebesar 0.637 dengan p-

value sebesar <0.001, dan X4.3 sebesar 0.654 dengan p-value sebesar <0.001.

Karena p-value < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa indicator Pimpinan Selalu

melakukan komunikasi dengan pegawai (X4.1) signifikan mengukur variabel

Komitmen Pimpinan. Mengingat koefisien bertanda positif mengindikasikan

semakin tinggi nilai Pimpinan Selalu melakukan komunikasi dengan pegawai,

semakin tinggi Komitmen Pimpinan.

Page 125: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

109

Indikator kedua dari variabel Komitmen Pimpinan yaitu Pimpinan selalu

memantau pekerjaan pegawai (X42) terdapat tiga item dengan nilai loading

factor item X4.4 sebesar 0.778 dengan p-value sebesar <0.001, X4.5 sebesar

0.644 dengan p-value sebesar <0.001, dan X4.6 sebesar 0.643 dengan p-value

sebesar <0.001. Karena p-value < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa indikator

Pimpinan selalu memantau pekerjaan pegawai (X4.2) signifikan mengukur

variabel Komitmen Pimpinan. Mengingat koefisien bertanda positif

mengindikasikan semakin tinggi nilai Pimpinan selalu memantau pekerjaan

pegawai, semakin tinggi Komitmen Pimpinan.

Indikator ketiga dari variabel Komitmen Pimpinan yaitu Pimpinan selalu

memotivasi pegawai (X43) terdapat empat dengan nilai loading factor item X4.7

sebesar 0.719 dengan p-value sebesar <0.001, X4.8 sebesar 0.682 dengan p-

value sebesar <0.001, dan X4.9 sebesar 0.652 dengan p-value sebesar <0.001.

Karena p-value < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa indikator Pimpinan selalu

memotivasi pegawai (X4.3) signifikan mengukur variabel Komitmen Pimpinan.

Mengingat koefisien bertanda positif mengindikasikan semakin tinggi nilai

Pimpinan selalu memotivasi pegawai, semakin tinggi Komitmen Pimpinan.

5.4.3.5 Optimalisasi Pemanfaatan Aset (Y)

Variabel Optimalisasi Pemanfaatan Aset diukur dengan lima indikator

yang bersifat reflektif. Hasil loading factor indikator-indikator dari variabel

Optimalisasi Pemanfaatan Aset daerah dapat dilihat pada tabel 5.16 dan 5.15

sebagai berikut:

Page 126: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

110

Tabel 5.16 Hasil Pengujian Indikator Pembentuk Variabel Optimalisasi

Pemanfaatan Aset (Y)

Indikator ItemLoading

Factor

p-

value

Sewa (Y1)

Y1 0.647 <0.001

Y2 0.632 <0.001

Y3 0.677 <0.001

Y4 0.650 <0.001

Y5 0.659 <0.001

Pinjam Pakai (Y2)

Y6 0.655 <0.001

Y7 0.658 <0.001

Y8 0.648 <0.001

Y9 0.647 <0.001

Kerjasama Pemanfaatan (Y3)

Y10 0.671 <0.001

Y11 0.687 <0.001

Y12 0.650 <0.001

Bangun Guna Serah/Bangun Serah

Guna (Y4)

Y13 0.644 <0.001

Y14 0.672 <0.001

Y15 0.648 <0.001

Y16 0.649 <0.001

Kerjasama Penyedia Infrastruktur (Y5)

Y17 0.653 <0.001

Y18 0.646 <0.001

Y19 0.662 <0.001

Y20 0.648 <0.001

Sumber : Data Diolah, 2017 (Lampiran 4)

Page 127: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

111

Gambar 5.15 Model pengukuran dimensi konstruk variabel OptimalisasiPemanfaatan Aset (Y)

OptimalisasiPemanfaatan Aset

(Y )

Y 1

Y 2

Y 3

Y 4

Y 5

Y 6

Y 7

Y 8

Y 9

Y10

Y11

Y12

Y13

Y14

Y15

Y16

Y17

Y18

Y19

Y20

0.647

0.632

0.67

7

0.65

0

0.659

0.655

0.658

0.648

0 .647

0.671

0.687

0.6500.6440.6720.6480.6490.6530.64

60.6620

.648

Page 128: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

112

Berdasarkan tabel 5.16 dan gambar 5.15, pada indikator pertama dari

variabel Optimalisasi Pemanfaatan Aset yaitu Sewa (Y1.1) terdapat lima item

dengan nilai loading factor item Y1 sebesar 0.647 dengan p-value sebesr <0.001,

item Y2 sebesar 0.632 dengan p-value sebesar <0.001, item Y3 sebesar 0.677

dengan p-value sebesar <0.001, item Y4 sebesar 0.650 dengan p-value sebesar

<0.001, dan item Y5 sebesar 0.659 dengan p-value sebesar <0.001. Karena p-

value < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa indikator Sewa dengan item Y1,

Y2, Y3, Y4, dan Y5 signifikan mengukur variabel Optimalisasi Pemanfaatan Aset.

Mengingat koefisien bertanda positif mengindikasikan semakin tinggi nilai Sewa,

semakin tinggi Optimalisasi Pemanfaatan Aset.

Indikator kedua dari variabel Optimalisasi Pemanfaatan Aset yaitu Pinjam

Pakai (Y1.2) terdapat empat item dengan nilai loading factor item Y6 sebesar

0.655 dengan p-value sebesar <0.001, Y7 sebesar 0.658 dengan p-value

<0.001, dan Y8 sebesar 0.648 dengan p-value <0.001, dan Y9 sebesar 0.647

dengan p-value <0.001. Karena p-value < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa

indikator Pinjam Pakai (Y1.2) dengan item Y6, Y7, Y8, dan Y9 signifikan

mengukur variabel Optimalisasi Pemanfaatan Aset. Mengingat koefisien

bertanda positif mengindikasikan semakin tinggi nilai Pinjam Pakai, semakin

tinggi Optimalisasi Pemanfaatan Aset.

Indikator ketiga dari variabel Optimalisasi Pemanfaatan Aset yaitu

Kerjasama Pemanfaatan (Y1.3) terdapat tiga item dengan nilai loading factor

item Y10 sebesar 0.671 dengan p-value sebesar <0.001, Y11 sebesar 0.687

dengan p-value sebesar <0.001, dan Y12 sebesar 0.650 dengan p-value sebesar

<0.001. Karena p-value < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa indikator

Kerjasama Pemanfaatan (Y1.3) dengan item Y10, Y11, dan Y12 signifikan

mengukur variabel Optimalisasi Pemanfaatan Aset. Mengingat koefisien

Page 129: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

113

bertanda positif mengindikasikan semakin tinggi nilai Kerjasama Pemanfaatan,

semakin tinggi Optimalisasi Pemanfaatan Aset.

Indikator keempat dari variabel Optimalisasi Pemanfaatan Aset yaitu

Bangun Guna Serah/Bangun Serah Guna (Y1.4) terdapat empat item dengan

nilai loading factor item Y13 sebesar 0.644 dengan p-value sebesar <0.001, Y14

sebesar 0.672 dengan p-value <0.001, Y15 sebesar 0.648 dengan p-value

<0.001 dan Y.16 sebesar 0.649 dengan p-value <0.001. Karena p-value < 0.05,

maka dapat disimpulkan bahwa indikator Bangun Guna Serah/Bangun Serah

Guna (Y14) signifikan mengukur variabel Optimalisasi Pemanfaatan Aset.

Mengingat koefisien bertanda positif mengindikasikan semakin tinggi nilai

Bangun Guna Serah/Bangun Serah Guna, semakin tinggi Optimalisasi

Pemanfaatan Aset.

Indikator kelima dari variabel Optimalisasi Pemanfaatan Aset yaitu

Kerjasama Penyedia Infrastruktur (Y1.5) terdapat empat item dengan nilai

loading factor item Y17 sebesar 0.653 dengan p-value sebesar <0.001, Y18

sebesar 0.646 dengan p-value <0.001, Y19 sebesar 0.662 dengan p-value

<0.001, dan Y20 sebesar 0.648 dengan p-value <0.001. Karena p-value < 0.05,

maka dapat disimpulkan bahwa indikator Kerjasama Penyedia Infrastruktur (Y.4)

signifikan mengukur variabel Optimalisasi Pemanfaatan Aset. Mengingat

koefisien bertanda positif mengindikasikan semakin tinggi nilai Kerjasama

Penyedia Infrastruktur, semakin tinggi Optimalisasi Pemanfaatan Aset.

5.4.4 Inner Model Hasil Analisis SEM

5.4.4.1 Pengujian Pengaruh Langsung

Pengujian inner model (structural model) pada intinya menguji hipotesis

dalam penelitian. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t (T-Statistic) pada

masing-masing jalur pengaruh langsung secara parsial. Hasil analisis secara

Page 130: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)
Page 131: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

115

sehingga terdapat pengaruh langsung yang signifikan antara Inventarisasi Aset

terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset. Mengingat koefisien inner loading

bertanda positif, mengindikasikan bahwa hubungan keduanya positif. Artinya,

semakin tinggi Inventarisasi Aset, akan mengakibatkan semakin tinggi pula

Optimalisasi Pemanfaatan Aset.

Pada pengujian pengaruh langsung antara Legal Audit terhadap

Optimalisasi Pemanfaatan Aset, diperoleh nilai koefisien inner loading sebesar

0.156 dengan p-value sebesar 0.015. Karena p-value <0.05, maka Hipotesis 3

diterima sehingga terdapat pengaruh langsung yang signifikan antara Legal

Audit terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset. Mengingat koefisien inner

loading bertanda positif, mengindikasikan bahwa hubungan keduanya positif.

Artinya, semakin tinggi Legal Audit, akan mengakibatkan semakin tinggi pula

Optimalisasi Pemanfaatan Aset.

Pada pengujian pengaruh langsung antara Penilaian Aset terhadap

Optimalisasi Pemanfaatan Aset, diperoleh nilai koefisien inner loading sebesar

0.149 dengan p-value sebesar 0.011. Karena p-value <0.05, maka Hipotesis 5

diterima sehingga terdapat pengaruh langsung yang signifikan antara Penilaian

Aset terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset. Mengingat koefisien inner loading

bertanda positif, mengindikasikan bahwa hubungan keduanya positif. Artinya,

semakin tinggi Penilaian Aset, akan mengakibatkan semakin tinggi pula

Optimalisasi Pemanfaatan Aset.

Pada pengujian pengaruh langsung antara Komitmen Pimpinan terhadap

Optimalisasi Pemanfaatan Aset, diperoleh nilai koefisien inner loading sebesar

0.203 dengan p-value sebesar 0.004. Karena p-value <0.05, sehingga terdapat

pengaruh langsung yang signifikan antara Komitmen Pimpinan terhadap

Optimalisasi Pemanfaatan Aset. Mengingat koefisien inner loading bertanda

Page 132: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)
Page 133: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

117

Secara grafis hasil pengujian pengaruh moderasi ditunjukkan pada

Gambar 5.17 berikut :

Gambar 5.17 Pengaruh Moderasi Komitmen Pimpinan terhadap

Optimalisasi Pemanfaatan Aset

Berdasarkan Tabel 5.18 dan Gambar 5.17 menunjukkan bahwa

pengaruh interaksi Inventarisasi Aset (X1) dan Komitmen Pimpinan (X4)

terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset (Y) menghasilkan nilai koefisien

sebesar 0.169 dengan p-value sebesar 0.015. Karena p-value (0.015) <0.05

maka Hipotesis 2 diterima sehingga Komitmen Pimpinan merupakan variabel

moderator antara pengaruh Inventarisasi Aset dan Optimalisasi Pemanfaatan

Aset. Karena pengaruh langsung dan pengaruh moderasi (interaksi) sama-sama

berpengaruh signifikan terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset maka variabel

Komitmen Pimpinan (X4) bersifat quasi moderate (moderator semu). Nilai

koefisien interaksi yang bertanda positif (0.169) maka variabel Komitmen

Pimpinan bersifat memperkuat pengaruh Inventarisasi Aset terhadap

Inventarisasi Aset(X1)

Legal Audit(X2)

Penilaian Aset(X3)

Optimalisasi PemanfaatanAset Tetap (Y)

0.235

0.149

.

Komitmen Pimpinan(X4)

0.167

0.166

0.169

0.156

Page 134: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

118

Optimalisasi Pemanfaatan Aset. Dengan demikian, semakin tinggi Komitmen

Pimpinan, semakin tinggi pula pengaruh Inventarisasi Aset terhadap Optimalisasi

Pemanfaatan Aset.

Pengaruh interaksi Legal Audit (X2) dan Komitmen Pimpinan (X4)

terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset (Y) menghasilkan nilai koefisien

sebesar 0.166 dengan p-value sebesar 0.023. Karena p-value (0.023) <0.05

maka Hipotesis 4 diterima sehingga Komitmen Pimpinan merupakan variabel

moderator antara pengaruh Legal Audit dan Optimalisasi Pemanfaatan Aset.

Karena pengaruh langsung dan pengaruh moderasi (interaksi) sama-sama

berpengaruh signifikan terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset maka variabel

Komitmen Pimpinan (X4) bersifat quasi moderate (moderator semu). Nilai

koefisien interaksi yang bertanda positif (0.166) maka variabel Komitmen

Pimpinan bersifat memperkuat pengaruh Legal Audit terhadap Optimalisasi

Pemanfaatan Aset. Dengan demikian, semakin tinggi Komitmen Pimpinan,

semakin tinggi pula pengaruh Legal Audit terhadap Optimalisasi Pemanfaatan

Aset.

Pengaruh interaksi Penilaian Aset (X3) dan Komitmen Pimpinan (X4)

terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset (Y) menghasilkan nilai koefisien

sebesar 0.167 dengan p-value sebesar 0.037. Karena p-value (0.037) < 0.05

maka Hipotesis 6 diterima sehingga Komitmen Pimpinan merupakan variabel

moderator antara pengaruh Penilaian Aset dan Optimalisasi Pemanfaatan Aset.

Karena pengaruh langsung dan pengaruh moderasi (interaksi) sama-sama

berpengaruh signifikan terhadap Penilaian Aset maka variabel Komitmen

Pimpinan (X4) bersifat quasi moderate (moderator semu). Nilai koefisien interaksi

yang bertanda positif (0.167) maka variabel Komitmen Pimpinan bersifat

memperkuat pengaruh Penilaian Aset terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset.

Page 135: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

119

Dengan demikian, semakin tinggi Komitmen Pimpinan, semakin tinggi pula

pengaruh Penilaian Aset terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset.

Hasil pengujian di atas mengemukakan bahwa variabel moderasi

Komitmen Pimpinan (X4) dalam mempengaruhi variabel Inventarisasi Aset (X1),

Legal Audit (X2), dan Penilaian Aset (X3) terhadap Optimalisasi Pemanfaatan

Aset (Y) menunjukkan bahwa berdasarkan koefisien jalur yang dihasilkan

konsisten bertanda positif dan hal tersebut diartikan Komitmen Pimpinan (X4)

memperkuat pengaruh Inventarisasi Aset (X1), Legal Audit (X2), dan Penilaian

Aset (X3) terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset (Y). Sedangkan

berdasarakan hasil nilai p-value yang dihasilkan variabel Komitmen Pimpinan

(X4) dalam mempengaruhi Inventarisasi aset (X1), Legal Audit (X2), dan

Penilaian Aset (X3) terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset (Y) menunjukkan

nilai yang dihasilkan <0.05 (signifikan). Namun, melihat nilai p-value yang

dihasilkan pengaruh langsung variabel Inventarisasi aset (X1) terhadap

Optimalisasi Pemanfaatan Aset (Y) nilai p-value sebesar <0.001, Legal Audit

(X2) terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset (Y) nilai p-value sebesar 0.015,

dan Penilaian Aset (X3) terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset (Y) nilai p-

value sebesar 0.011. Sedangkan nilai p-value yang dihasilkan pengaruh tidak

langsung (moderasi) Komitmen Pimpinan (X4) dalam mempengaruhi variabel

Inventarisasi aset (X1) terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset (Y) nilai p-value

sebesar 0.015, Legal Audit (X2) terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset (Y)

nilai p-value sebesar 0.023, dan Penilaian Aset (X3) terhadap Optimalisasi

Pemanfaatan Aset (Y) nilai p-value sebesar 0.037. Dapat dilihat bahwa nilai p-

value yang dihasilkan dari pengaruh langsung variabel Inventarisasi Aset (X1),

Legal Audit (X2), dan Penilaian Aset (X3) terhadap Optimalisasi Pemanfaatan

Aset (Y) lebih kecil dan lebih baik dibandingkan dengan adanya variabel

Page 136: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

120

moderasi yaitu Komitmen Pimpinan (X4). Hal ini dapat diartikan bahwa

berdasarkan nilai p-value yang dihasilkan, variabel moderasi Komitmen Pimpinan

tidak bermakna dalam mempengaruhi variabel Inventarisasi Aset (X1) terhadap

Optimalisasi Pemanfaatan Aset (Y), Legal Audit (X2) terhadap Optimalisasi

Pemanfaatan Aset (Y), dan Penilaian Aset (X3) terhadap Optimalisasi

Pemanfaatan Aset (Y).

Page 137: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

121

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Pengaruh Inventarisasi Aset Terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset

Hasil penelitian menemukan bahwa Inventarisasi Aset (X1) berpengaruh

positif dan signifikan terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset (Y). Artinya

semakin sering inventarisasi aset akan mengakibatkan semakin tinggi

optimalisasi pemanfaatan aset. Kegiatan inventarisasi merupakan kegiatan atau

proses yang terdiri dari pendataan, kodefikasi/labelling, pengelompokkan dan

pelaporan. Peningkatan kinerja dalam kegiatan inventarisasi tersebut sangat

berpengaruh dalam mencapai sasaran atau tujuan optimalisasi pemanfaatan

aset. Dengan melakukan kegiatan inventarisasi aset secara berkala dan up to

date, maka pemerintah mendapatkan data dan informasi mengenai aset-aset

yang memiliki potensi yang dapat dimanfaatkan secara optimal.

Hal ini sejalan dengan Goal setting theory yang menekankan pada

pentingnya hubungan antara tujuan yang ditetapkan dan kinerja yang dihasilkan,

sehingga teori ini menyatakan bahwa tujuan-tujuan yang sifatnya spesifik atau

sulit cenderung menghasilkan kinerja yang lebih tinggi. Penerapan goal setting

theory dalam penelitian ini adalah pemerintah daerah sebagai suatu organisasi

publik menetapkan sasaran atau tujuan yang ingin dicapai ke depannya.

Penetapan tujuan organisasi dalam penelitian ini adalah mengoptimalkan

pemanfaatan aset secara efisien dan efektif. Mengoptimalkan pemanfaatan aset

merupakan sasaran atau tujuan yang spesifik yang ingin dicapai organisasi

tersebut.

Status optimalnya suatu aset/BMD, didasarkan pada hasil inventarisasi

atas keberadaan suatu aset, tentunya dengan melakukan penelusuran dan

Page 138: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

122

pemeriksaan terhadap atribut aset yang meliputi aspek fisik, administrasi, dan

hukum (legalitas kepemilikan atau kejelasan alas hak) (Jusmin, 2013). Dengan

demikian, pelaksanaan kegiatan inventarisasi berdampak pada keputusan akan

penentuan kategorisasi dan jenis tindakan yang tepat terhadap suatu aset sesuai

dengan kondisi masing-masing sehingga akan tercipta sebuah informasi yang

akurat dan real serta memperjelas jenis tindakan atau perlakuan yang tepat atau

yang seharusnya dilakukan terhadap suatu aset, entah dimanfaatkan melalui

mekanisme sewa, pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan, bangun serah

guna/bangun guna serah, dan kerjasama penyedia infrastruktur.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Jusmin

(2013) yang menemukan bahwa kegiatan inventarisasi aset berpengaruh positif

dan signifikan terhadap optimalisasi pemanfaatan aset. Kemudian Widayanti

(2010), Jamaludin (2013), Ratih (2014), Nasution et al (2015), Bleskadit (2015),

dan Hidayati (2016) juga menemukan bahwa inventarisasi aset berpengaruh

positif dan signifikan terhadap optimalisasi pemanfaatan aset pemerintah daerah.

Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya peningkatan kegiatan inventarisasi

mulai dari proses pendataan, kodefikasi/labelling, pengelompokkan dan

pelaporan aset yang dilakukan secara baik dan rutin, maka akan meningkatkan

optimalisasi pemanfaatan aset-aset daerah yang dimiliki. Namun, penelitian ini

tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan Ayomi (2014) dan Antoh (2012)

yang menyatakan bahwa inventarisasi aset tidak berpengaruh terhadap

optimalisasi aset. Hal ini bisa disebabkan karena kegiatan inventarisasi aset tidak

dilakukan secara rutin dan berkesinambungan yang mengakibatkan tidak

terwujudnya tata kelola aset/BMD yang baik, baik terhadap pengelolaan

administrasi, fisik, maupun hukum.

Page 139: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

123

6.2 Pengaruh Komitmen Pimpinan Terhadap Hubungan Inventarisasi

Aset dengan Optimalisasi Pemanfaatan Aset

Komitmen Pimpinan (X4) memoderasi hubungan antara Inventarisasi

Aset dan Optimalisasi Pemanfaatan Aset. Hasil penelitian menemukan bahwa

pengaruh langsung dan pengaruh moderasi (interaksi) sama-sama berpengaruh

signifikan terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset (X4). Karena pengaruh

langsung dan pengaruh moderasi (interaksi) sama-sama berpengaruh signifikan

terhadap optimalisasi pemanfaatan aset, maka variabel Komitmen Pimpinan (X4)

bersifat quasi moderate (moderator semu). Nilai koefisien interaksi yang

bertanda positif maka variabel Komitmen Pimpinan bersifat memperkuat

pengaruh Inventarisasi Aset terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset.

Gubernur sebagai pimpinan mempunyai wewenang penuh untuk dapat

mengarahkan bawahannya untuk dapat melakukan kegiatan inventarisasi aset

secara berkala, lengkap dan up to date sehingga dapat memperoleh informasi

mengenai data aset-aset yang bermasalah dan yang memiliki potensi untuk

dimanfaatkan secara optimal. Dengan demikian, tindakan pelaksanaan kegiatan

inventarisasi atau implementasi kebijakan inventarisasi berdampak pada

keputusan akan penentuan kategorisasi dan jenis tindakan yang tepat terhadap

suatu aset sesuai dengan kondisi masing-masing. Sehingga akan tercipta

sebuah informasi yang akurat dan real serta memperjelas jenis tindakan atau

perlakuan yang tepat atau yang seharusnya dilakukan terhadap suatu aset,

entah dimanfaatkan melalui mekanisme sewa, pinjam pakai, kerja sama

pemanfaatan, bangun serah guna/bangun guna serah, dan kerjasama penyedia

infrastruktur.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori kepemimpinan Stodgill (1974)

yang mengemukakan bahwa kepemimipinan adalah suatu proses tindakan

Page 140: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

124

mempengaruhi aktifitas kelompok yang terorganisasi dalam usaha menetapkan

tujuan dan pencapaian tujuan. Artinya pemimpin merupakan individu yang

memiliki program dan bersama anggota kelompok bergerak untuk mencapai

tujuan dengan cara yang pasti. Suatu organisasi baik swasta maupun

pemerintahan tidak lepas dari konsistensi pimpinan. Seorang pimpinan

mempunyai tanggung jawab dalam menjalankan dan mengimplementasikan

kebijakan-kebijakan yang telah dibuat untuk menjadi sebuah keputusan dalam

organisasi.

Untuk mengoptimalkan pemanfaatan aset yang dimiliki pemerintah

daerah, diperlukan upaya yang sungguh-sungguh dari seluruh aparat

pemerintahan baik dari unsur pegawai maupun pimpinan. Pimpinan menjadi

salah satu peran utama dalam mewujudkan hal tersebut. Karena pimpinan

memiliki legitimasi power untuk menentukan seluruh kebijakan dalam proses

organisasi. Untuk itu, dengan adanya komitmen pimpinan diharapkan akan dapat

memperkuat pengaruh inventarisasi aset terhadap optimalisasi pemanfaatan

aset pemerintah daerah.

Penelitian ini selaras dengan beberapa hasil penelitian yang

menggunakan variabel komitmen pimpinan dalam penelitiannya yaitu Silviana

(2012) yang berjudul pengaruh komitmen kepala daerah terhadap kualitas

laporan keuangan pemerintah daerah propinsi Jawa Barat, hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa komitmen pimpinan pemda daerah memiliki pengaruh

positif dan signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Sedangkan

Simammora (2012) menjelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

pengelolaan aset pasca pemekaran wilayah dan pengaruhnya terhadap kualitas

laporan keuangan. Hasil penelitiannya menunjukkan faktor-faktor yang

mempengaruhi pengelolaan aset pasca pemekaran adalah SDM, pengetahuan

Page 141: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

125

pengelolaan aset, penilaian aset, komitmen pimpinan dan sikap kurangnya

kepedulian dan tanggung jawab pengelolaan aset setelah pemekaran wilayah

tersebut, hal ini berpengaruh terhadap laporan keuangan pemerintah daerah.

6.3 Pengaruh Legal Audit terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset

Hasil penelitian menemukan bahwa Legal Audit (X2) berpengaruh positif

dan signifikan terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset. Artinya, semakin tinggi

Legal Audit maka akan mengakibatkan semakin tinggi pula Optimalisasi

Pemanfaatan Aset. Siregar (2004) menyatakan bahwa legal audit merupakan

satu lingkup kerja manajemen aset yang berupa inventarisasi status

penguasaan aset, sistem dan prosedur penguasaan atau pengalihan aset,

identifikasi dan mencari solusi atas permasalahan legal, dan strategi untuk

memecahkan berbagai permasalahan legal yang terkait dengan penguasaan

atau pengalihan aset. Hampir seluruh pemerintah daerah di Indonesia sering

menghadapi masalah legal audit terhadap aset-aset yang dimilikinya.

Permasalahan legal yang sering ditemui antara lain status hak penguasaan

yang lemah, penyalahgunaan aset, adanya aset yang dikuasai oleh pihak lain,

pemindahtanganan aset yang tidak termonitor, dan lain-lain. Masalah legal audit

menjadi salah satu penyebab tidak optimalnya pemanfaatan aset daerah.

Permasalahan legal audit pada pemerintah daerah seharusnya menjadi

perhatian utama dalam rangka mengamankan aset/BMD milik pemerintah baik

secara administrasi maupun fisik.

Pemerintah daerah memiliki sasaran atau tujuan untuk mengoptimalkan

pemanfaatan aset-aset yang dimilikinya. Untuk itu, pemerintah daerah perlu

meningkatkan kinerja dalam mewujudkan tujuan tersebut. Peningkatan kinerja

dapat dilakukan melalui mencari faktor-faktor penyebab yaitu terkait masalah

Page 142: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

126

legal audit. Hal ini sejalan dengan goal setting theory (teori penetapan tujuan)

yang menjelaskan hubungan antara tujuan yang ditetapkan dengan prestasi

kerja (kinerja manajerial). Penerapan goal setting theory dalam penelitian ini

adalah pemerintah daerah sebagai suatu organisasi publik menetapkan sasaran

atau tujuan yang ingin dicapai ke depannya. Penetapan tujuan organisasi dalam

penelitian ini adalah mengoptimalkan pemanfaatan aset secara efisien dan

efektif. Mengoptimalkan pemanfaatan aset merupakan sasaran atau tujuan yang

spesifik yang ingin dicapai organisasi tersebut. Untuk mewujudkan sasaran atau

tujuan tersebut, maka perlu meningkatkan kinerja dalam penyelesaian masalah

legal audit yang dihadapi pemerintah saat ini.

Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ayomi

(2014) yang meneliti tentang Pengaruh Manajemen Aset terhadap Optimalisasi

Pemanfaatan Aset Tetap Pemerintah Daerah Studi Kasus di Kabupaten

Manokwari. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa legal audit berpangaruh

positif terhadap optimalisasi pemanfaatan aset. Kemudian penelitian Ilham

(2013) dan Antoh (2012) juga menemukan bahwa legal audit berpengaruh positif

dan signifikan terhadap optimalisasi pemanfaatan aset pada Pemerintah Provinsi

Sumatera Barat.

6.4 Pengaruh Komitmen Pimpinan Terhadap Hubungan Legal Audit

dengan Optimalisasi Pemanfaatan Aset

Hasil penelitian menemukan bahwa Komitmen Pimpinan (X4) merupakan

variabel moderasi antara pengaruh Legal Audit (X2) dan Optimalisasi

Pemanfaatan Aset (Y). Karena pengaruh langsung dan pengaruh moderasi

(interaksi) sama-sama berpengaruh signifikan terhadap optimalisasi

pemanfaatan aset, maka variabel Komitmen Pimpinan (X4) bersifat quasi

Page 143: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

127

moderate (moderator semu). Nilai koefisien interaksi yang bertanda positif maka

variabel komitmen pimpinan bersifat memperkuat pengaruh legal audit terhadap

optimalisasi pemanfaatan aset. Dengan demikian, semakin tinggi komitmen

pimpinan semakin tinggi pula pengaruh legal audit terhadap optimalisasi

pemanfaatan aset.

Permasalahan legal audit pada pemerintah daerah seharusnya menjadi

perhatian utama dalam rangka mengamankan aset/BMD milik pemerintah baik

secara administrasi maupun fisik. Masalah legal audit menjadi salah satu

penyebab tidak optimalnya pemanfaatan aset daerah. Aset yang tidak

digunakan atau dimanfaatkan akan memudahkan pihak lain menyerobot bahkan

mengambil alih dan dengan mudah dapat diklaim oleh pihak lain. Untuk

menyelesaikan masalah legal audit ini diperlukan kerjasama antara pimpinan dan

bawahan. Selain itu, diperlukan komitmen pimpinan yang kuat dalam

penyelesaian masalah legal audit. Dengan adanya komitmen pimpinan yang kuat

akan dapat mempengaruhi proses penyelesaian masalah tersebut lebih cepat

terselesaikan.

Penelitian ini sesuai dengan teori kepemimpinan yang mengemukakan

bahwa kepemimpinan akan selalu melibatkan orang lain, oleh karena itu dimana

ada pemimpin, disana terdapat pengikut. Sebagai orang yang selalu bersama-

sama dengan bawahannya atau yang dipimpinnya, seorang pemimpin harus

mampu menjadi agen perubahan dan berinteraksi memberikan pengaruh kepada

bawahannya atau yang dipimpinnya, sehingga bawahannya atau yang

dipimpinnya bersemangat untuk menyelesaikan tugas masing-masing atau

bekerjasama dalam mencapai tujuan organisasi yang sudah di tetapkan.

Sejalan dengan pendapat Kotter (2001) yang mengemukakan bahwa

untuk dapat mengoptimalkan suatu organisasi secara efektif dan efisien

Page 144: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

128

dibutuhkan kepemimpinan yang kuat dan manajemen yang kuat. Sementara

Khaleelee dan Woolf (1996) mengemukakan bahwa pergerakan atau

pelaksanaan adalah proses arahan pimpinan kepada stafnya agar mampu dan

mau bekerja secara optimal menjalankan tugas-tugas sesuai dengan

kemampuan dan keterampilan yang dimiliki.

6.5 Pengaruh Penilaian Aset terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset

Hasil penelitian menemukan bahwa variabel Penilaian Aset (X3)

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset (Y).

Artinya, semakin tinggi penilaian aset maka akan berdampak pada tingginya

optimalisasi pemanfaatan aset. Hasil temuan ini sesuai dengan Goal setting

theory (Locke, 1968) dengan konsep dasarnya bahwa seseorang yang

memahami tujuan atau memahami apa yang diharapkan organisasi kepadanya

akan mempengaruhi perilaku kerjanya. Teori ini menekankan pada pentingnya

hubungan antara tujuan yang ditetapkan dan kinerja yang dihasilkan, sehingga

teori ini menyatakan bahwa tujuan-tujuan yang sifatnya spesifik atau sulit

cenderung menghasilkan kinerja yang lebih tinggi. Penilaian adalah satu proses

kerja untuk melakukan penilaian atas aset yang dikuasai. Penilaian atas aset

bertujuan memperoleh informasi mengenai penetapan harga bagi aset yang ingin

dijual ataupun dimanfaatkan. Optimalisasi pemanfaatan aset merupakan tujuan

spesifik yang ingin dicapai, sedangkan penilaian aset merupakan salah satu

bentuk kinerja yang dilakukan untuk mendapatkan nilai aset yang sesuai,

sehingga dengan melakukan penilaian aset dapat diperoleh informasi mengenai

aset-aset yang bernilai ekonomis dan dapat dimanfaatkan secara efisien dan

efektif.

Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian Widayanti (2010) dalam

penelitiannya mengungkapkan bahwa proses penilaian aset dapat meningkatkan

Page 145: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

129

optimalisasi pemanfaatan aset pemerintah daerah. Kemudian penelitian yang

dilakukan Nasution et. al (2015), Ayomi (2015), Jusmin (2013), dan Pakiding

(2006) yang menemukan bahwa penilaian aset berpengaruh positif dan signifikan

terhadap optimalisasi pemanfaatan aset. Akan tetapi dalam penelitian lainnya

yang dilakukan oleh Antoh (2012) dan Wahyuni (2011) menyatakan penilaian

aset tidak terbukti berpengaruh terhadap optimalisasi pemanfaatan aset.

6.6 Pengaruh Komitmen Pimpinan Terhadap Hubungan Penilaian Aset

dengan Optimalisasi Pemanfaatan Aset

Hasil penelitian menemukan bahwa Komitmen Pimpinan (X4)

memoderasi antara pengaruh Penilaian Aset (X3) dan Optimalisasi

Pemanfaatan Aset (Y). Karena pengaruh langsung dan pengaruh moderasi

(interaksi) sama-sama berpengaruh signifikan terhadap Optimalisasi

Pemanfaatan Aset, maka variabel Komitmen Pimpinan (X4) bersifat quasi

moderate (moderator semu). Nilai koefisien interaksi yang bertanda positif maka

variabel Komitmen Pimpinan bersifat memperkuat pengaruh Penilaian Aset

terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset. Dengan demikian, semakin tinggi

komitmen pimpinan semakin tinggi pula pengaruh penilaian aset terhadap

optimalisasi pemanfaatan aset.

Penilaian aset bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai

penetapan harga bagi aset yang ingin dijual ataupun dimanfaatkan. Penilaian

aset tersebut dapat dilakukan oleh penilai independen yang ditentukan oleh

Gubernur sebagai pimpinan. Hasil penelitian ini sesuai dengan Teori

kepemimpinan yang mengungkapkan bahwa kepemimpinan merupakan kegiatan

sentral di dalam sebuah kelompok atau organisasi, dengan seorang pemimpin

puncak sebagai figur sentral yang memiliki wewenang dan tanggung jawab

Page 146: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

130

dalam mengefektifkan organisasi untuk mencapai tujuannya. Gubernur sebagai

seorang pimpinan memiliki wewenang dalam menentukan penilai independen

yang berkompeten dibidangnya. Penilai independen yang dipilih diharapkan

dapat menjadi kontribusi dalam pencapaian tujuan organisasi. Hasil penilaian

aset tersebut diharapkan dapat mempengaruhi optimalisasi pemanfaatan aset

pemerintah daerah.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Khaleelee dan Woolf (1996) yang

mengemukakan bahwa seorang pemimpin memiliki kemampuan untuk

membawa pengikutnya bersama-sama dengan dia mengilhami mereka,

membuat keputusan-keputusan demi kepentingan mereka, dengan atau tanpa

kerjasama mereka dan mengkomunikasikan keputusan-keputusan mereka pada

orang lain. Sedangkan Cabbold et. al (2004) menyimpulkan bahwa peran krusial

dari kepemimpinan manajemen adalah dalam menciptakan tujuan, nilai, dan

sistem yang menuntun kepada perbaikan kinerja yang berkelanjutan. Seorang

pemimpin harus dapat mengembangkan dirinya sendiri secara terus menerus,

dapat mempengaruhi, memberi inspirasi, dan mengarahkan bawahannya dengan

benar untuk dapat mencapai tujuan organisasi. Untuk itu diperlukan

kepemimpinan yang mampu memimpin dengan efektif dan membawa organisasi

kearah yang lebih baik.

Page 147: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

131

BAB VII

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Penelitian ini menguji enam hipotesis yang diolah dengan menggunakan

SmartPLS. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penelitian mengenai

pengaruh diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Inventarisasi aset berpengaruh positif terhadap optimalisasi pemanfaatan

aset. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi inventarisasi aset akan

mengakibatkan semakin tinggi optimalisasi pemanfaatan aset. Sebaliknya,

semakin rendah inventarisasi aset akan semakin rendah pula optimalisasi

pemanfaatan aset.

2. Komitmen pimpinan merupakan variabel moderator antara inventarisasi

aset dan optimalisasi pemanfaatan aset. Hasil penelitian mengungkapkan

nilai koefisien jalur bertanda positif sehingga komitmen pimpinan

memperkuat pengaruh inventarisasi aset terhadap optimalisasi

pemanfaatan aset. Namun, nilai p-value yang dihasilkan menunjukkan

bahwa Komitmen Pimpinan tidak bermakna (memperlemah) dalam

mempengaruhi inventarisasi aset terhadap optimalisasi pemanfaatan aset.

3. Legal audit berpengaruh positif terhadap optimalisasi pemanfaatan aset.

Pengaruh ini bermakna bahwa semakin tinggi legal audit mengakibatkan

semakin tinggi optimalisasi pemanfaatan aset. Sebaliknya, semakin rendah

legal audit akan semakin rendah optimalisasi pemanfaatan aset.

4. Komitmen pimpinan merupakan variabel moderator antara legal audit dan

optimalisasi pemanfaatan aset. Hasil penelitian mengungkapkan nilai

koefisien jalur bertanda positif sehingga komitmen pimpinan memperkuat

Page 148: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

132

pengaruh legal audit terhadap optimalisasi pemanfaatan aset. Namun, nilai

p-value yang dihasilkan menunjukkan bahwa Komitmen Pimpinan tidak

bermakna (memperlemah) dalam mempengaruhi Legal audit terhadap

optimalisasi pemanfaatan aset.

5. Penilaian aset berpengaruh positif terhadap optimalisasi pemanfaatan aset.

Pengaruh ini bermakna bahwa semakin tinggi penilaian aset

mengakibatkan semakin tinggi optimalisasi pemanfaatan aset. Sebaliknya,

semakin rendah penilaian aset akan semakin rendah pula optimalisasi

pemanfaatan aset.

6. Komitmen pimpinan merupakan variabel moderator antara penilaian aset

dan optimalisasi pemanfaatan aset. Hasil penelitian mengungkapkan nilai

koefisien jalur bertanda positif sehingga komitmen pimpinan memperkuat

pengaruh penilaian aset terhadap optimalisasi pemanfaatan aset. Namun,

nilai p-value yang dihasilkan menunjukkan bahwa Komitmen Pimpinan tidak

bermakna (memperlemah) dalam mempengaruhi penilaian aset terhadap

optimalisasi pemanfaatan aset.

7.2 Implikasi

Hasil penelitian ini memberikan implikasi baik secara teoritis maupun

secara praktek dalam proses pengelolaan aset sebagai berikut:

1. Temuan dalam penelitian ini dapat memberikan kontribusi teoritis pada

pengembangan keilmuan di bidang manajemen aset, yang mana bukti

empiris terkait pengaruh beberapa faktor yang dianggap mempengaruhi

optimalisasi pemanfaatan aset daerah (BMD) dapat menjadi acuan dalam

penelitian lebih lanjut. Hal ini terkait dengan penggunaan variabel

Komitmen Pimpinan sebagai variabel moderasi yang mampu memperkuat

Page 149: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

133

dan juga memperlemah ketika berinteraksi dengan variabel Inventarisasi

Aset, Legal Audit dan Penilaian Aset dalam pengaruhnya terhadap

Optimalisasi Pemanfaatan Aset.

2. Dalam dunia praktis, hasil penelitian ini akan memberikan masukan

terutama yang berkaitan dengan penerapan manajemen aset dalam

mengoptimalkan pemanfaatan aset.

7.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan yang dapat mengganggu hasil

penelitian, yang mana terdapat faktor yang dianggap mempengaruhi optimalisasi

pemanfaatan aset belum diikutsertakan dalam penelitian ini, yaitu pengawasan

dan pengendalian. Selain itu, variabel moderasi yang digunakan dalam penelitian

ini hanya sebagian kecil dari variabel yang mempengaruhi hubungan manajemen

aset terhadap optimalisasi pemanfaatan aset.

Hal lainnya adalah ketidakmampuan peneliti untuk menjamin atau

mengontrol sepenuhnya kesungguhan, keterbukaan, serta kejujuran responden

dalam memilih opsi jawaban sesuai dengan keadaan dan kenyataan, entah

karena ketidakmampuan atau pemahaman yang kurang serta adanya unsur

tekanan dari pihak tertentu, meskipun peneliti telah berupaya

mengkomunikasikan dan bahkan memberikan penekanan pada lembaran

kuesioner untuk bersikap jujur dalam pengisiannya.

Selain itu, pada penelitian ini variabel komitmen pimpinan merupakan

variabel moderasi yang mempengaruhi hubungan antara manejemen aset

terhadap optimalisasi pemanfaatan aset yang belum pernah diteliti sebelumnya.

Sehingga peneliti kesulitan dalam mendapatkan rujukan terutama dalam hal

kuesioner. Kuesioner pada variabel komitmen pimpinan berisi item-item

Page 150: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

134

pernyataan yang sifatnya umum dan tidak mengarah langsung terhadap

optimalisasi pemanfaatan aset.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi inkonsistensi antara hasil

data penelitian dengan apa yang terjadi dilapangan. Hal ini terjadi bahwa ketiga

variabel independen yaitu inventarisasi aset, legal audit, dan penilaian aset

dalam penelitian ini berpengaruh terhadap optimalisasi pemanfaatan aset,

namun data hasil penelitian menujukkan bahwa tidak ada masalah yang terjadi

pada sistem manajemen aset dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan aset

milik Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Hal ini menunjukkan bahwa

kemungkinan terdapat variabel lain diluar variabel independen yang diteliti

mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap pengoptimalan aset di

lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan seperti Sumber Daya Manusia,

Sistem Informasi dan lain-lain. Selain itu, penelitian ini menggunakan kuesioner

dalam mengumpulkan data penelitian sehingga peneliti tidak bisa menjamin

jawaban kuesioner dari responden diisi dengan jujur sesuai dengan realita yang

terjadi.

7.4 Saran

1. Berdasarkan hasil dan keterbatasan penelitian ini, maka peneliti dapat

mengajukan saran atau rekomendasi. Saran atau rekomendasi yang

dimaksud diantaranya bahwa untuk mencapai optimalisasi pemanfaatan

aset, maka Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan perlu untuk

memperhatikan kegiatan inventarisasi aset, masalah legal audit serta

penilaian aset yang dimiliki. Saran ini diajukan berdasarkan hasil pengujian

yang mengindikasikan bahwa inventarisasi aset, legal audit serta penilaian

aset berpengaruh terhadap optimalisasi pemanfaatan aset. Proses

inventarisasi aset, legal audit dan penilaian aset yang dilakukan harus

Page 151: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

135

dilakukan dengan baik agar aset yang dimiliki oleh pemerintah dapat

dimanfaatkan secara optimal.

2. Penelitian ini hanya menggunakan 3 (tiga) variabel independen yang

menggambarkan tentang manajemen asset. Bagi peneliti selanjutnya,

disarankan untuk menambah variabel lain sebagai penggambaran

manajemen aset agar dapat diperoleh hasil yang lebih mendalam terkait

optimalisasi pemanfaatan aset.

3. Peneliti menggunakan variabel komitmen pimpinan sebagai variabel

moderasi yang memperkuat pengaruh inventarisasi aset, legal audit, dan

penilaian aset terhadap optimalisasi pemanfaatan aset. Disarankan bagi

peneliti selanjutnya untuk menambahkan atau menggunakan variabel-

variabel lain yang dianggap dapat mempengaruhi manajemen aset

terhadap optimalisasi pemanfaatan aset dalam penelitian selanjutnya.

Page 152: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

136

DAFTAR PUSTAKA

Afrizal, Maula. 2010. Analisis Inventarisasi Aset Tetap (Fixed Cost) PemerintahKabupaten Bengkalis Tahun 2009. Tesis. Yogyakarta: ProgramPascasarjana Fakultas Ekonomika Pembangunan Universitas GadjahMada.

Alwi, Ilham. 2016 “Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kualitas InformasiLaporan Keuangan Pemerintah daerah Dengan Efektivitas SistemPengendalian Intern dan Efektivitas Audit Internal Sebagai VariabelModerasi. Tesis. Makassar: Program Pascasarjana Fakultas Ekonomikadan Bisnis Universitas Hasanuddin.

Antoh, A. Ester. 2012. Manajemen Aset Dalam Rangka Optimalisasi Aset Tetap(Tanah dan Bangunan): Studi Kasus Pada Pemerintah KabupatenPaniai. Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana Fakultas EkonomikaPembangunan Universitas Gadjah Mada.

Arikunto, Suharsimi. 2008. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.Edisi Revisi 6. Jakarta: Rineka Cipta.

Ayomi, E. Seroja. 2014. Pengaruh Manajemen Aset Terhadap Optimalisasi AsetTetap (Tanah Dan Bangunan) Pemerintah Daerah: Studi Di KabupatenManokwari. Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana FakultasEkonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada.

Bleskadit, E. Beatrik. 2015. Analisis Faktor-Faktor yang MempengaruhiPengelolaan Aset Tetap (Tanah Dan Bangunan): Studi PadaPemerintah Daerah Kota Jayapura. Tesis. Yogyakarta: ProgramPascasarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada.

Cabbold, Ian; Gavin Lawrie and Khalil Issa. 2004 “Designing A StrategicManagement Sistem Using The Third Generation Balance Scorecard:International Journal of Productivity and Performance Management, Vol.53, No. 7.

Dadson, James, Ebenezer, Kobina. 2006. Optimizing Land Asset Management inGhana a Shared Responsibility and Recipe for Good Governance,Shaping The Change XXIII FIG Congress, Munich. Germany.

Evira, Agnes. 2016. Pengaruh Manajemen Aset Daerah Terhadap KewajaranLaporan Keuangan Pemerintah Daerah Menurut PP No. 71 Tahun 2010dan PSAP No. 07: Studi Kasus Pada Pemerintah KabupatenGrobongan. Tesis. Surakarta: Fakultas Ekonomika dan BisnisUniversitas Sebelas Maret.

Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBMStatistical Package for Social Sciences (SPSS) 21 Update PLS Regresi.Edisi 7. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gulick, Luther. 1965. Management is Science, Academy of ManagementJournal, Vol. 8, No. 1.

Page 153: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

137

Hair Jr., Joseph F., William C. Black, Barry J. Babin, Rolph E. Anderson. 2009.Multivariate Data Analysis. Seventh Edition. New Jersey: PearsonEducation.

Hanis, Tringunarsyah, dan Susilawati. 2011. The Application of Public AssetManagement in Indonesia Local Government A Case Study in SouthSulawesi Province. Journal of Corporate Real Estate, Vol. 13 No. 1, PP36-37.

Hartono, Eko. 2013. Pengaruh Inventarisasi dan Penilaian Aset Tetap TerhadapPenyajian Nilai Wajar Neraca Daerah Pemerintah Kota Tarakan Tahun2012. Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana Fakultas EkonomikaPembangunan Universitas Gadjah Mada.

Haryono, Arik. 2007. Prinsip dan Teknik Manajemen Kekayaan Negara. Jakarta:Departemen Keuangan Republik Indonesia. Badan dan PelatihanKeuangan Umum.

Hidayati, S. N. Rokhmah. 2016. Pengaruh Manajemen Aset TerhadapOptimalisasi Pemanfaatan Aset RSUD Pandan Arang. Tesis. Surakarta:Program Magister Manajemen Universitas Muhammadiyah Surakarta.Tesis. Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.

Homer, Yonas. 2014. Inventarisasi dan Legalisasi Aset Tetap Tanah danBangunan Milik Pemerintah Daerah Provinsi Papua Dikota JayapuraTahun 2012. Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana FakultasEkonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada.

Ilham, Fadli. 2013. Manajemen Aset Dalam Rangka Optimalisasi Aset Tetap(Tanah dan Bangunan) Pada Pemerintah Provinsi Sumatera Barat.Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.

Indyaputri, T. Syamsu. 2013. Analisis Efektivitas Pengelolaan Aset Tetap (Tanahdan Bangunan) pada Instansi Pemerintah: Studi Kasus pada SekolahTinggi Akuntansi Negara. Tesis. Yogyakarta: Program PascasarjanaFakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada.

Jamaludin. 2013. Optimalisasi Pengelolaan Dan Pemanfaatan Aset Tetap(Tanah Dan Bangunan) Studi Pada Pemda Provinsi NTB. Tesis.Yogyakarta: Program Pascasarjana Fakultas Ekonomika dan BisnisUniversitas Gadjah Mada.

Jusmin. 2013, Pengaruh Manajemen Aset Terhadap Tingkat Optimalitas AsetTetap (Tanah Dan Bangunan) Pemerintah Kota Baubau. Tesis.Yogyakarta: Program Pascasarjana Fakultas Ekonomika dan BisnisUniversitas Gadjah Mada.

Khaleelee, Olya and Woolf, Ralph. 1996. Personality, Life Experience andLeadership Capability. Leadership & Organization Development Journal,Vol. 17 Iss: 6, pp.5 -11.

Kore, G. Iriyanti. 2013. Pengaruh Manajemen Aset Terhadap Optimalisasi AsetTetap (Tanah dan Bangunan) Pemerintah Daerah (Studi Di KabupatenJayapura. Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana FakultasEkonomika Pembangunan Universitas Gadjah Mada.

Page 154: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

138

Kotter, John. P. 2001. What Leaders Really Do, Kepemimpinan dan Perubahan.Jakarta: Erlangga.

Locke, E. A. 1968. Toward a Theory of Task Motivation and Incentives.Organizational Behavior and Human Performance, 3, 157-189.

Locke, E. A. 1996. Motivation Through Conscious Goal Setting. Applied &Preventive Psychology, 5: 117-124..

Manam, H. Luther. 2014. Analisis Manajemen Aset Tanah dan Bangunan PadaDinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Provinsi Papua Tahun 2012.Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana Fakultas Ekonomika danBisnis Universitas Gadjah Mada.

Manus, Burt. Kepemimpinan Visioner, Menciptakan Kesadaran Arah dan TujuanOrganisasi. Terjemahan Frederik Ruma, PT. Prenhalindo.

Maulidianti, A. Fitri. 2016. Optimalisasi Pemanfaatan Aset Pemerintah DaerahKabupaten Sumbawa (Studi: Penggunaan Tanah Kosong KawasanWisata Pantai Saliper Atte. Tesis. Yogyakarta: Program PascasarjanaFakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada.

Mayasari, GT. Rizky. 2014. Analisis Legalisasi Aset Tanah Milik PemerintahKabupaten Banjar (Studi Pada Dinas Pendidikan). Tesis. Yogyakarta:Program Pascasarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis UniversitasGadjah Mada.

Maxwell, C.J. 2001. 21 Kualitas Kepemimpinan Sejati. Terjemahan Drs. ArwinSaputro, Interaksara.

Mulyanto. 2010. Pengaruh Perencanaan Karier, Penilaian Prestasi, PemberianTunjangan Kinerja dan Komitmen Pimpinan Terhadap Prestasi Kerja(Studi Pada Kantor Pengadilan Negeri Di Wilayah Ex-KaresidenanKedu). Journal of Management. http://eprints.dinus.ac.id/15063/1/Finish_Tesis_MM_Perbaikan.pdf. diakses tanggal 9 Mei2017.

Nasution, et al. 2015. Pengaruh Manajemen Aset Terhadap Optimalisasi AsetRumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara. Tesis. ProgramMagister Manajemen Universitas Sumatera Utara.

Nuryaman dan Christina, Veronika. 2015. Metodologi Penelitian Akuntansi danBisnis: Teori dan Praktik. Bogor: Ghalia Indonesia.

Ouertani, M. Z., Parlikad, A.K., and Mcfarlane, D, 2008, “Towards An Approach

To Selected An Asset Information Management Strategy”.

International Journal of Computer Science and Application. Vol 5. No.

3b, PP 25-44.

Pakiding, Yanuaris. 2006. Pengaruh Manajemen Aset Dalam Optimalisasi AsetTetap (Tanah dan Bangunan) Pemerintah Kabupaten Bantul. Tesis.Yogyakarta: Program Pascasarjana Fakultas Ekonomika dan BisnisUniversitas Gadjah Mada.

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang MilikNegara/Daerah.

Page 155: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

139

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 Tentang PedomanTeknis Pengelolaan Barang Milik Daerah.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 Tentang PedomanTeknis Pengelolaan Barang Milik Daerah.

Phelps, Alan James, 2009, “An Ekamination of the Relationship Between

Rationale, Practice and Outcomes in Municipal Property Asset

Management,” International Development Department School ofGovernment and Society University of Birmingham, A comparative

Study of the UK and Russia.

Putra, Renil Muriansyah. 2012. Evaluasi Inventarisasi Aset Tetap PemerintahKabupaten Simeulue. Tesis. Yogyakarta: Program PascasarjanaFakultas Ekonomika Pembangunan Universitas Gadjah Mada.

Rahman, S.N. 2009. Peranan Profesi Penilai Aset. Seminar Manajemen Aset, 9

Mei 2009. Fakultas Ekonomi Universitas Padjajaran Bandung.

Ristiasiri, Ratih. 2014. Pengaruh Inventarisasi Dan Penilaian Aset Tetap/BarangMilik Daerah Terhadap Persepsi Penyajian Nilai Wajar Neraca DiPemerintah Kota Banjarbaru. Tesis. Yogyakarta: Program PascasarjanaFakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada.

Robbins, Stephen. P. 2006. Perilaku Organisasi. Edisi Ke-10 Terjemahan Drs.Benyamin Molan. Jakarta: PT. Indeks.

Resmi, Siti S. Urgensi Penilaian Properti Dalam Tatanan Ekonomi Masyarakat.Pengertian Properti Usahawan No. 03, Edisi 1. Bandung.

Rosyadi. 2006. Analisis Optimalisasi Pengelolaan Aset Tetap Non OperasionalPemerintah Provinsi Kalimantan Barat di Kota Pontianak. Tesis.Yogyakarta: Program Pascasarjana Fakultas Ekonomika PembangunanUniversitas Gadjah Mada.

Sekaran, Uma dan Bougie. 2009. Research Methods for Business: A Skill-Building Approach (Fifth Edition). John Wiley & Sons, Inc.

Sekaran, Uma. 2010. Research Methods for Business. Edisi 1 dan 2. Jakarta:Salempa Empat.

Septiana, R. Aziza. 2013. Determinan Optimalisasi Aset Tetap (Tanah danBangunan) Pada Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan. Tesis.Yogyakarta: Program Pascasarjana Fakultas Ekonomika PembangunanUniversitas Gadjah Mada.

Sharma, S, Durand, R.M dan Gur-Arie, O. 1981. “Identification and Analysis ofModerator Variables”. Journal of Marketing Research. Vol XVIII.

Simunapendi, Yusuf. 2015. Pengaruh Faktor-Faktor Manajemen Aset TetapTerhadap Pemanfaatan (Tanah dan Bangunan) Pemerintah Derah(Studi Kasus di Kabupaten Waropen). Tesis. Yogyakarta: ProgramPascasarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas GadjahMada.

Page 156: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

140

Simammora, R. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengelolaan AsetPasca Pemekaran Wilayah dan Pengaruhnya Terhadap KualitasLaporan Keuangan Pemerintah Di Kabupaten Tapanuli Selatan. Tesis.Yogyakarta: Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi dan BisnisUniversitas Gadjah Mada.

Silviana. 2012. Pengaruh Komitmen Kepala Daerah Terhadap Kaulitas LaporanKeuangan Pemerintah Daerah di Provinsi Jawa Barat. JournalUniversitas Widyatama. (online) http://repository.widyatama.Ac.id/xmlui/bitstream/handle. Diakses tanggal 9 Mei 2017.

Siregar, Doli D. 2004. Manajemen Aset: Strategi Penataan KonsepPembangunan Berkelanjutan secara Nasional dalam Konteks KepalaDaerah sebagai CEO’s pada Era Globalisasi dan Otonomi Daerah.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Soekidjan. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi AKsara.

Sujarwo, H. Novianto. 2013. Analisis Inventarisasi Aset Tetap Pada PemerintahKabupaten Bantul. Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana FakultasIlmu Akuntansi Universitas Gadjah Mada.

Sukmasari, Hentry. 2011. Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi, Insentif,Lingkungan Kerja, dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja PegawaiDinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Semarang. Tesis.Program Pascasarjana Fakultas Manajemen Universitas DianNuswantoro. Semarang

Surahman, Yeddy. 2013. Analisis Inventarisasi dan Legalisasi Aset Tetap Tanahdan Bangunan Milik Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2012.Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana Fakultas EkonomikaPembangunan Universitas Gadjah Mada.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Cetakanke-20. Bandung: Alfabeta.

Suliyanto. 2011. Perbedaan Pandangan Skala Likert Sebagai Skala OrdinalAtau Skala Interval. Prosiding Seminar Nasional Statistika UnivesitasDiponegoro.

Suwardjono. 2010. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan. EdisiKetiga. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Sugiama, A. Gima. 2013. Manajemen Aset Pariwisata. Guardaya Intimarta, Edisi1. Bandung.

Steers, Richard M. 1976. Factors Affecting Job Attitudes in Goal SettingEnvironment. Academy of Management Journal (pre-1986); Mar 1976;19.

Stodgill, R. M. 1974. Handbook of Leadership A Survey of Theory and Research.New York: Free Press.

Syarifuddin, dkk. 2015. Pedoman Penulisan Tesis dan Disertasi. EdisiPertama. Makassar: Fakultas Ekonomi dan Bisnis UniversitasHasanuddin.

Syukri, Syahruni. 2015. Pengaruh Inventarisasi Aset, Kualitas Sumber DayaManusia dan Komitmen Pimpinan Terhadap Optimalisasi Pengelolaan

Page 157: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

141

Aset dan Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah KabupatenTakalar. Tesis. Makassar: Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi danBisnis Universitas Hasanuddin.

Thoha, Miftah. 2003. Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta : Raja GrafindoPersada.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 TentangPemerintahan Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1999 TentangPerimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan PemerintahDaerah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 TentangPemerintahan Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 TentangPerimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan PemerintahDaerah.

Wardana, Iwan H. 2005. Mengelola Aset Kota Jakarta. Jurnal KajianPengembangan Perkotaan, Vol. 1, No. 1,7_10.

Wahyuni, Ary, (2011), “Pengaruh Manajemen Aset Terhadap OptimalisasiPemanfaatan Aset Tetap Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat”,Tesis. Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.

Widayanti, Endang. 2010. Pengaruh Manajemen Aset Terhadap OptimalisasiPemanfaatan Aset Tetap Pemerintah Daerah: Studi Kasus DiKabupaten Sragen. Surakarta: Program Pascasarjana FakultasEkonomi. Universitas Sebelas Maret.

Yuliantono, Anton. 2016. Optimalisasi Pemanfaatan Aset Tanah dan BangunanMilik Pemerintah Banjar. Tesis. Bandung: Program PascasarjanaUniversitas Pasundan.

Yusuf, M. 2010. Langkah Pengelolaan Aset Daerah Menuju PengelolaanKeuangan Daerah Terbaik. Salemba Empat: Jakarta.

Zebua, Batztulo. 2009. Analisis Manajemen Aset (tanah dan Bangunan)Pemerintah Daerah (Studi Kasus di Pemerintah Kabupaten Nias). Tesis.Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.

Page 158: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

142

LAMPIRAN 1KUESIONER PENELITIAN

Page 159: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

143

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

KUESIONER

PENGARUH KOMITMEN PIMPINAN DALAM

HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN ASET DENGAN

OPTIMALISASI PEMANFAATAN ASET

(Studi Empiris Pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan)

disusun oleh :

IRMAYANTY ODDING

P3400215315

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR

2017

Page 160: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

144

Kepada

Yth. Bapak/Ibu ....................

di-

Tempat

KUESIONER PENELITIAN

Makassar, 2017

Lamp. : 7 exp.

Perihal : Permohonan Bantuan

Pengisian Kuesioner

Dengan hormat,

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Irmayanty Odding

NIM : P3400215315

adalah mahasiswa Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Hasanuddin yang sedang menyusun tesis sebagai tugas akhir. Adapun judul

penelitian saya adalah “PENGARUH KOMITMEN PIMPINAN DALAM HUBUNGAN

ANTARA MANAJEMEN ASET DENGAN OPTIMALISASI PEMANFAATAN ASET”.

Saya berharap Bapak/Ibu dapat membantu proses pengambilan data dengan

memberi jawaban sesuai dengan kondisi atau pendapat Bapak/Ibu terhadap pertanyaan

maupun pernyataan dalam kuesioner penelitian ini (terlampir). Jawaban yang Bapak/Ibu

berikan dalam kuesioner ini saya jamin kerahasiaannya dan semata-mata digunakan untuk

kepentingan penelitian ilmiah saja, dimana yang dituangkan dalam tesis hanya dalam

bentuk rekapitulasi.

Saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya atas kesediaan

Bapak/Ibu memberi perhatian dan meluangkan waktu untuk menjawab kuesioner ini dan

mohon maaf apabila telah mengganggu pekerjaan Bapak/Ibu.

Hormat saya,

Irmayanty Odding

Page 161: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)
Page 162: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

146

I. Inventarisasi Aset

No PernyataanSTS TS N S SS

1 2 3 4 5

Pendataan

1Proses inventarisasi aset tetapdilaksanakan sesuai denganperaturan yang berlaku.

2

Proses inventarisasi/pendataan asetdilakukan dengan menyusunlaporan barang pengelolasemesteran dan tahunan.

3Pendataan aset dilakukan secara upto date.

4Sensus aset tetap dilaksanakanuntuk mendapatkan data yangbenar dan akurat.

5

Pendataan aset secara akurat didimuat dalam dalam KartuInventaris Barang (KIB), KartuInventaris Ruangan (KIR), BukuInventaris dan Daftar MutasiBarang.

Kodefikasi/Labelling

6Kegiatan kodefikasi/labellingaset/BMD dilakukan menurutjenisnya.

7Setiap aset/BMD yang ada telahdiberi kodefikasi/labelling.

8Kodefikasi/labelling aset/BMDpenting dilakukan agar tidak diambilpihak lain.

Pengelompokkan

9 Aset/BMD dikelompokkan menurutjenis barangnya.

10

Kegiatan pengelompokkanaset/BMD dilakukan sesuai denganStandar Akuntansi Pemerintah(SAP).

11Pengelompokkan aset/BMDmenurut jenisnya dilakukan denganmudah dan tepat.

Pelaporan

12Pelaporan aset/BMD dilakukansetiap semester, tahunan dan limatahunan.

13Daftar Mutasi Barang OPDdilaporkan setiap semester secaratertib.

Page 163: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

147

14Setiap tahun OPD melaporkanjumlah dan nilai aset/BMD yangdimilikinya.

15Jumlah dan nilai aset/BMD yangdilaporkan OPD harus sesuaidengan neraca.

II. Legal Audit

No PernyataanSTS TS N S SS

1 2 3 4 5

Kejelasan Hukum

1

Proses legal audit terhadap asettetap (tanah dan bangunan)dilaksanakan sesuai denganperaturan perundang-undangan.

2

Kegiatan legal audit terhadap asettetap (tanah dan bangunan) perludilakukan agar jelas statuskepemilikannya.

3

Sistem dan prosedur penguasaanaset tetap berupa tanah danbangunan telah sesuai dengandengan peraturan perundang-undangan.

4

Sistem dan prosedur pengalihanaset tetap berupa tanah danbangunan telah sesuai dengandengan peraturan perundang-undangan.

5Aset tetap yang dikuasai/diambil aliholeh pihak lain karena tidak jelasstatus kepemilikannya.

Persertifikatan/bukti kepemilikan

6

Aset tetap berupa tanahdisertifikatkan atas namaPemerintah Provinsi SulawesiSelatan.

7Semua aset tetap berupa bangunanbersertifikat atas nama PemerintahProvinsi Sulawesi Selatan.

8

Seluruh aset tetap (tanah danbangunan) milik PemerintahProvinsi Sulawesi Selatan telahmemiliki sertifikat kepemilikan atasnama Pemerintah Provinsi SulawesiSelatan.

9

Sertifikat/bukti kepemilikan yang sahdapat mencegah terjadinyakehilangan aset ataspenguasaan/kepemilikan oleh pihaklain.

Page 164: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

148

10

Proses legal audit yangdilaksanakan dengan baik dapatmeningkatkan optimalisasipemanfaatan aset tetap milikPemerintah Provinsi SulawesiSelatan

III. Penilaian Aset

No PernyataanSTS TS N S SS

1 2 3 4 5

Penilaian dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku

1

Proses penilaian aset di lingkunganPemerintah Provinsi SulawesiSelatan telah dilaksanakan sesuaidengan peraturan perundang-undangan.

2

Penetapan nilai aset dilakukandengan berpedoman pada StandarAkuntansi Pemerintahan.

3

Penilaian aset tetap milikPemerintah Provinsi SulawesiSelatan dilaksanakan untukmendapatkan nilai wajar.

4

Nilai wajar dalam penilaian asetdiperoleh dengan nilai estimasiterendah dengan menggunakanNJOP.

Melibatkan penilai independen yang bersertifikat

5

Penilaian aset tetap milikPemerintah Provinsi SulawesiSelatan dilakukan denganmelibatkan penilai independen yangbersertifikat.

6

Penilaian aset tetap yangdilakukan penilai independen sesuaidengan kompetensi yangdimilikinya.

7Penilai independen dipilihberdasarkan pengalamannya dalammelakukan penilaian suatu aset.

8Nilai aset yang diperoleh penilaiindependen dapat dipercayakewajaran nilainya.

Penilaian aset dilakukan dalam rangka penyusunan neraca

9

Penilaian aset tetap milikPemerintah Provinsi SulawesiSelatan dilakukan dalam rangkapenyusunan neraca.

Page 165: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

149

10

Penetapan nilai aset tetap dalamrangka Penyusunan NeracaPemerintah Daerah dilakukandengan berpedoman SAP.

11Seluruh aset tetap milik PemerintahProvinsi Sulawesi Selatan memilikinilai wajar yang tertera di neraca.

IV. Komitmen Pimpinan

No PernyataanSTS TS N S SS

1 2 3 4 5

Pimpinan Selalu melakukan komunikasi dengan pegawai

1Visi dan misi organisasi selaludisampaikan pimpinan kepadapegawai baik lisan maupun tulisan.

2

Pimpinan selalu menetapkan arahdan tujuan yang harus dicapaipegawai dalam melaksanakan tugaspokok dan fungsinya

3

Pimpinan selalu menekankan untukbekerja secara maksimal dalammelaksanakan tugas pokok danfungsi berdasarkan peraturan yangberlaku

Pimpinan selalu memantau pekerjaan pegawai

4

Pimpinan memberikan batas waktuyang harus dipenuhi oleh pegawaipada saat melakukan pelaksanaantugas dan pelaporan kegiatan

5Pimpinan selalu melakukanpemeriksaan terhadap laporan hasilkegiatan

6Pekerjaan pegawai selalu dipantauoleh pimpinan agar hasil yangdiperoleh optimal.

Pimpinan selalu memotivasi pegawai

7

Pimpinan selalu memberikandukungan agar bawahannyamencapai tujuan yang lebih baiklagi.

8

Pimpinan tidak pernah ragu untukmemuji pegawai apabila saudarabekerja dengan baik ataumendapatkan penghargaan.

9Hubungan pimpinan dan pegawaitergolong sangat dekat.

Page 166: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

150

V. Optimalisasi Pemanfaatan Aset

No PernyataanSTS TS N S SS

1 2 3 4 5

Sewa

1

Pemerintah Provinsi SulawesiSelatan telah melakukanpemanfaatan aset tetap/BMD yangsudah tidak digunakan sesuai tugaspokok dan fungsi organisasi dalambentuk sewa.

2

Penyewaan aset/BMD tidakmengganggu pelaksanaan tugasdan fungsi penyelenggaraanPemerintah Provinsi SulawesiSelatan saat ini.

3

Barang Milik daerah yangdisewakan kepada pihak lain telahmendapat persetujuan KepalaDaerah.

4

Bentuk pemanfaatan sewa BMDbanyak memberikan keuntunganpbagi Pemerintah Provinsi SulawesiSelatan.

5

Hasil dari sewa BMD PemerintahProvinsi Sulawesi Selatanmerupakan salah satu sumberpendapatan daerah (PAD).

No PernyataanSTS TS N S SS

1 2 3 4 5

Pinjam Pakai

6

Pemerintah Provinsi SulawesiSelatan telah melakukanpemanfaatan aset tetap/BMD yangsudah tidak digunakan sesuai tugaspokok dan fungsi organisasi dalambentuk pinjam pakai.

7

Pinjam pakai BMD dilaksanakanantara pemerintah pusat danpemerintah daerah dalam rangkapenyelengggaraan pemerintahan.

8

Banyak aset/BMD PemerintahProvinsi Sulawesi Selatan yangdipinjam pakaikan kepadapemerintah daerah.

9Aset/BMD yang dipinjam pakaikanmenguntungkan PemerintahProvinsi Sulawesi Selatan.

Page 167: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

151

No PernyataanSTS TS N S SS

1 2 3 4 5

Kerjasama Pemanfaatan

10

Pemerintah Provinsi SulawesiSelatan telah melakukanpemanfaatan aset tetap/BMD yangsudah tidak digunakan sesuai tugaspokok dan fungsi organisasi berupakerjasama pemanfaatan.

11

Kerjasama Pemanfaatan BMDdengan pihak lain dilaksanakandalam rangka mengoptimalkan dayaguna dan hasil guna BMD.

12

Kegiatan Kerjasama Pemanfaatandilakukan untuk meningkatkanpendapatan asli daerah (PAD)pemerintah daerah.

No PernyataanSTS TS N S SS

1 2 3 4 5

Bangun Guna Serah/Bangun Serah Guna

13

Pemerintah Provinsi SulawesiSelatan telah melakukanpemanfaatan aset tetap/BMD yangsudah tidak digunakan sesuai tugaspokok dan fungsi organisasi dalambentuk Bangun Guna Serah/BangunSerah Guna.

14

BGS/BSG Barang Milik Daerahdilakukan Pemerintah ProvinsiSulawesi Selatan karenamemerlukan bangunan dan fasilitasbagi penyelenggaraanpemerintahan untuk kepentinganpelayanan umum dalam rangkapenyelenggaraan tugas dan fungsi.

15

Pemerintah Provinsi SulawesiSelatan memiliki keterbatasananggaran sehingga melakukanbentuk pemanfaatan BGS/BSGkepada pihak lain.

16Bentuk pemanfaatan BGS/BSGsangat menguntungkan PemerintahProvinsi Sulawesi Selatan

Page 168: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

152

No PernyataanSTS TS N S SS

1 2 3 4 5

Kerjasama Penyedia Infrastruktur

17

Pemerintah Provinsi SulawesiSelatan telah melakukanpemanfaatan aset tetap/BMD yangsudah tidak digunakan sesuai tugaspokok dan fungsi organisasi dalambentuk Kerja Sama PenyediaInfrastruktur (KSPI).

18

Pemerintah Provinsi SulawesiSelatan tidak memiliki danasehingga melakukan pemanfaatandalam bentuk kerjasama penyediainfrastruktur.

19

Infrastruktur di Provinsi SulawesiSelatan akan lebih baik denganmelakukan Kerja Sama PenyediaInfrastruktur dengan pihak lain.

20

Pemerintah Provinsi SulawesiSelatan telah melakukanpemanfaatan dalam bentukKerjasama Penyedia Infrastruktur.

Page 169: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

153

LAMPIRAN 2ANALISIS DESKRIPTIF

Page 170: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

154

Lampiran 2. Analisis Deskriptif

Karakteristik Responden

Page 171: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

155

Page 172: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

156

Variabel X1

Page 173: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

157

Page 174: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

158

Page 175: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

159

Variabel X2

Page 176: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

160

Page 177: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

161

Variabel X3

Page 178: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

162

Page 179: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

163

Variabel X4

Page 180: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

164

Page 181: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

165

Variabel Y

Page 182: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

166

Page 183: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

167

Page 184: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

168

Page 185: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

169

Analisis Deskriptif

Page 186: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

170

LAMPIRAN 3HASIL UJI LINIERITAS

Page 187: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

171

Lampiran 3. Hasil Uji Linieritas

Page 188: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

172

Page 189: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

173

LAMPIRAN 4HASIL ANALISIS PLS

Page 190: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

174

Lampiran 4. Hasil Analisis PLS

A. Model Lengkap

Sebelum Bootsrap

Overview

AVECompositeReliability

RSquare

CronbachsAlpha Communality Redundancy

X1 0.428 0.918 0.000 0.905 0.428 0.000

X1X4 1.000 1.000 0.000 1.000 1.000 0.000

X2 0.428 0.882 0.000 0.853 0.428 0.000

X2X4 1.000 1.000 0.000 1.000 1.000 0.000

X3 0.437 0.895 0.000 0.872 0.437 0.000

X3X4 1.000 1.000 0.000 1.000 1.000 0.000

X4 0.439 0.875 0.000 0.841 0.439 0.000

Y 0.429 0.938 0.682 0.930 0.429 0.085

Latent Variable Correlations

X1 X1X4 X2 X2X4 X3 X3X4 X4

X1 1.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000

X1X4 0.314 1.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000

X2 0.366 0.287 1.000 0.000 0.000 0.000 0.000

X2X4 0.351 0.480 0.366 1.000 0.000 0.000 0.000

X3 0.169 0.339 0.341 0.334 1.000 0.000 0.000

X3X4 0.272 0.486 0.312 0.526 0.342 1.000 0.000

X4 0.337 0.495 0.208 0.349 0.208 0.407 1.000

Y 0.542 0.599 0.496 0.595 0.454 0.583 0.555

Page 191: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

175

Cross Loadings

X1 X1X4 X2 X2X4 X3 X3X4 X4 Y

X11 0.677 0.159 0.164 0.184 0.096 0.094 0.196 0.362

X110 0.640 0.315 0.242 0.272 0.101 0.148 0.341 0.331

X111 0.670 0.147 0.266 0.327 0.039 0.167 0.334 0.362

X112 0.602 0.208 0.185 0.175 0.113 0.092 0.085 0.238

X113 0.687 0.210 0.309 0.337 0.130 0.139 0.260 0.495

X114 0.703 0.173 0.339 0.088 0.119 0.264 0.268 0.434

X115 0.623 0.088 0.204 0.245 -0.023 0.121 0.085 0.210

X12 0.674 0.231 0.152 0.218 0.167 0.171 0.229 0.373

X13 0.677 0.237 0.187 0.314 0.144 0.258 0.198 0.401

X14 0.633 0.209 0.313 0.243 0.092 0.159 0.201 0.258

X15 0.646 0.203 0.245 0.116 0.087 0.215 0.203 0.362

X16 0.638 0.200 0.239 0.150 0.168 0.142 0.116 0.275

X17 0.636 0.184 0.173 0.158 0.114 0.123 0.154 0.327

X18 0.677 0.290 0.330 0.393 0.145 0.338 0.295 0.408

X19 0.618 0.195 0.186 0.156 0.109 0.135 0.196 0.264

X1X4 0.314 1.000 0.287 0.480 0.339 0.486 0.495 0.599

X21 0.070 -0.017 0.625 0.090 0.144 0.041 0.068 0.203

X210 0.184 0.225 0.619 0.266 0.244 0.307 0.071 0.220

X22 0.214 0.214 0.662 0.286 0.234 0.202 0.236 0.340

X23 0.260 0.153 0.673 0.257 0.128 0.161 0.150 0.304

X24 0.269 0.209 0.632 0.192 0.302 0.129 0.090 0.277

X25 0.179 0.142 0.651 0.269 0.171 0.158 0.023 0.325

X26 0.345 0.182 0.680 0.181 0.255 0.165 0.104 0.386

X27 0.247 0.181 0.653 0.173 0.299 0.145 0.125 0.302

X28 0.288 0.222 0.661 0.324 0.200 0.251 0.122 0.343

X29 0.249 0.282 0.682 0.297 0.241 0.394 0.281 0.429

X2X4 0.351 0.480 0.366 1.000 0.334 0.526 0.349 0.595

X31 0.149 0.175 0.190 0.240 0.701 0.203 0.108 0.342

X310 0.171 0.322 0.258 0.384 0.669 0.252 0.221 0.390

X311 -0.031 0.012 -0.007 -0.019 0.563 0.095 0.010 0.152

X32 0.131 0.269 0.212 0.166 0.651 0.167 0.121 0.275

X33 0.002 0.265 0.107 0.157 0.620 0.240 0.096 0.239

X34 0.028 0.190 0.108 0.212 0.651 0.234 0.227 0.255

X35 0.144 0.256 0.336 0.095 0.676 0.320 0.243 0.291

X36 0.136 0.307 0.304 0.305 0.691 0.259 0.140 0.272

X37 0.083 0.114 0.314 0.204 0.675 0.197 0.088 0.282

X38 0.212 0.237 0.344 0.283 0.684 0.217 0.062 0.347

X39 0.076 0.220 0.173 0.229 0.682 0.258 0.140 0.338

X3X4 0.272 0.486 0.312 0.526 0.342 1.000 0.407 0.583

X41 0.103 0.247 0.100 0.236 0.098 0.271 0.525 0.213

X42 0.207 0.366 0.132 0.232 -0.020 0.215 0.637 0.296

X43 0.205 0.355 0.146 0.232 0.096 0.190 0.654 0.361

X44 0.257 0.418 0.191 0.242 0.063 0.332 0.778 0.507

X45 0.198 0.274 0.062 0.292 0.181 0.194 0.644 0.315

X46 0.148 0.325 0.032 0.112 0.306 0.323 0.643 0.316

X47 0.266 0.391 0.229 0.223 0.230 0.402 0.719 0.428

Page 192: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

176

X48 0.215 0.284 0.184 0.247 0.142 0.217 0.682 0.387

X49 0.348 0.262 0.102 0.286 0.156 0.264 0.652 0.380

Y1 0.332 0.347 0.295 0.408 0.393 0.353 0.459 0.647

Y10 0.442 0.432 0.375 0.390 0.274 0.335 0.309 0.671

Y11 0.448 0.497 0.441 0.434 0.351 0.439 0.321 0.687

Y12 0.482 0.383 0.371 0.364 0.254 0.342 0.373 0.650

Y13 0.317 0.362 0.296 0.301 0.241 0.318 0.380 0.644

Y14 0.483 0.334 0.431 0.402 0.198 0.367 0.272 0.672

Y15 0.315 0.335 0.313 0.387 0.358 0.415 0.240 0.648

Y16 0.327 0.311 0.247 0.390 0.362 0.414 0.433 0.649

Y17 0.288 0.484 0.402 0.477 0.341 0.423 0.361 0.653

Y18 0.293 0.362 0.427 0.397 0.414 0.301 0.312 0.646

Y19 0.335 0.371 0.284 0.562 0.281 0.448 0.371 0.662

Y2 0.204 0.367 0.304 0.277 0.387 0.252 0.344 0.632

Y20 0.377 0.278 0.265 0.283 0.202 0.332 0.302 0.648

Y3 0.370 0.459 0.361 0.394 0.187 0.567 0.503 0.677

Y4 0.338 0.395 0.250 0.335 0.208 0.339 0.349 0.650

Y5 0.227 0.486 0.401 0.493 0.321 0.408 0.328 0.659

Y6 0.353 0.444 0.312 0.331 0.278 0.356 0.370 0.655

Y7 0.411 0.410 0.208 0.394 0.376 0.391 0.383 0.658

Y8 0.323 0.409 0.218 0.393 0.244 0.438 0.424 0.648

Y9 0.396 0.324 0.249 0.311 0.270 0.320 0.417 0.647

Page 193: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

177

Sesudah Bootsrap

Outer Loading (Mean, STDEV, T-Values)

OriginalSample(O)

SampleMean(M)

StandardDeviation(STDEV)

StandardError

(STERR)

TStatistics(|O/STERR|)

p-value

X11 <- X1 0.677 0.673 0.064 0.064 10.560 <0.001

X12 <- X1 0.674 0.670 0.051 0.051 13.291 <0.001

X13 <- X1 0.677 0.679 0.053 0.053 12.873 <0.001

X14 <- X1 0.633 0.624 0.077 0.077 8.228 <0.001

X15 <- X1 0.646 0.639 0.062 0.062 10.366 <0.001

X16 <- X1 0.638 0.633 0.071 0.071 8.954 <0.001

X17 <- X1 0.636 0.636 0.055 0.055 11.611 <0.001

X18 <- X1 0.677 0.675 0.050 0.050 13.650 <0.001

X19 <- X1 0.618 0.613 0.080 0.080 7.705 <0.001

X110 <- X1 0.640 0.637 0.057 0.057 11.222 <0.001

X111 <- X1 0.670 0.667 0.061 0.061 10.980 <0.001

X112 <- X1 0.602 0.600 0.070 0.070 8.565 <0.001

X113 <- X1 0.687 0.690 0.044 0.044 15.590 <0.001

X114 <- X1 0.703 0.703 0.049 0.049 14.381 <0.001

X115 <- X1 0.623 0.621 0.068 0.068 9.226 <0.001

X1X4 <- X1X4 1.000 1.000 0.000 0.000 0.000 1.000

X21 <- X2 0.625 0.614 0.084 0.084 7.430 <0.001

X22 <- X2 0.662 0.656 0.074 0.074 8.997 <0.001

X23 <- X2 0.673 0.669 0.059 0.059 11.321 <0.001

X24 <- X2 0.632 0.628 0.077 0.077 8.202 <0.001

X25 <- X2 0.651 0.642 0.067 0.067 9.708 <0.001

X26 <- X2 0.680 0.678 0.060 0.060 11.420 <0.001

X27 <- X2 0.653 0.651 0.064 0.064 10.276 <0.001

X28 <- X2 0.661 0.658 0.063 0.063 10.567 <0.001

Page 194: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

178

X29 <- X2 0.682 0.681 0.071 0.071 9.559 <0.001

X210 <- X2 0.619 0.608 0.091 0.091 6.820 <0.001

X2X4 <- X2X4 1.000 1.000 0.000 0.000 0.000 1.000

X31 <- X3 0.701 0.695 0.059 0.059 11.908 <0.001

X32 <- X3 0.651 0.640 0.080 0.080 8.098 <0.001

X33 <- X3 0.620 0.608 0.079 0.079 7.889 <0.001

X34 <- X3 0.651 0.636 0.077 0.077 8.496 <0.001

X35 <- X3 0.676 0.669 0.070 0.070 9.610 <0.001

X36 <- X3 0.691 0.682 0.066 0.066 10.520 <0.001

X37 <- X3 0.675 0.677 0.065 0.065 10.345 <0.001

X38 <- X3 0.684 0.685 0.055 0.055 12.413 <0.001

X39 <- X3 0.682 0.681 0.058 0.058 11.729 <0.001

X310 <- X3 0.669 0.673 0.049 0.049 13.688 <0.001

X311 <- X3 0.563 0.551 0.100 0.100 5.618 <0.001

X3X4 <- X3X4 1.000 1.000 0.000 0.000 0.000 1.000

X41 <- X4 0.525 0.518 0.138 0.138 3.815 <0.001

X42 <- X4 0.637 0.626 0.109 0.109 5.845 <0.001

X43 <- X4 0.654 0.649 0.073 0.073 9.019 <0.001

X44 <- X4 0.778 0.777 0.047 0.047 16.539 <0.001

X45 <- X4 0.644 0.630 0.089 0.089 7.204 <0.001

X46 <- X4 0.643 0.639 0.073 0.073 8.868 <0.001

X47 <- X4 0.719 0.711 0.072 0.072 10.015 <0.001

X48 <- X4 0.682 0.676 0.071 0.071 9.589 <0.001

X49 <- X4 0.652 0.644 0.072 0.072 9.050 <0.001

Y1 <- Y 0.647 0.645 0.059 0.059 11.051 <0.001

Y2 <- Y 0.632 0.636 0.062 0.062 10.193 <0.001

Y3 <- Y 0.677 0.676 0.056 0.056 11.994 <0.001

Y4 <- Y 0.650 0.650 0.056 0.056 11.641 <0.001

Y5 <- Y 0.659 0.657 0.054 0.054 12.224 <0.001

Y6 <- Y 0.655 0.653 0.054 0.054 12.237 <0.001

Y7 <- Y 0.658 0.657 0.058 0.058 11.341 <0.001

Y8 <- Y 0.648 0.654 0.063 0.063 10.323 <0.001

Y9 <- Y 0.647 0.649 0.058 0.058 11.122 <0.001

Y10 <- Y 0.671 0.666 0.060 0.060 11.159 <0.001

Y11 <- Y 0.687 0.684 0.051 0.051 13.470 <0.001

Y12 <- Y 0.650 0.650 0.068 0.068 9.607 <0.001

Y13 <- Y 0.644 0.644 0.055 0.055 11.630 <0.001

Y14 <- Y 0.672 0.671 0.061 0.061 10.969 <0.001

Y15 <- Y 0.648 0.646 0.063 0.063 10.318 <0.001

Y16 <- Y 0.649 0.646 0.060 0.060 10.818 <0.001

Y17 <- Y 0.653 0.653 0.052 0.052 12.646 <0.001

Y18 <- Y 0.646 0.641 0.061 0.061 10.564 <0.001

Y19 <- Y 0.662 0.663 0.052 0.052 12.725 <0.001

Y20 <- Y 0.648 0.648 0.056 0.056 11.618 <0.001

Page 195: Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)

179

Path Coeeficient (Mean, STDEV, T-Values)

OriginalSample(O)

SampleMean(M)

StandardDeviation(STDEV)

StandardError(STERR)

TStatistics(|O/STERR|)

p-value

X1 -> Y 0.235 0.246 0.066 0.066 3.566 <0.001

X1X4 -> Y 0.169 0.165 0.069 0.069 2.444 0.015

X2 -> Y 0.156 0.159 0.064 0.064 2.441 0.015

X2X4 -> Y 0.166 0.159 0.073 0.073 2.267 0.023

X3 -> Y 0.149 0.157 0.058 0.058 2.559 0.011

X3X4 -> Y 0.167 0.165 0.080 0.080 2.090 0.037

X4 -> Y 0.203 0.212 0.070 0.070 2.905 0.004