TESIS: ANALISIS DE LA OBRA DE JUAN AMOS COMENIO: DIDACTICA …
Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)
Transcript of Tesis Irmayanty Odding (P3400215315)
TESIS
PENGARUH KOMITMEN PIMPINAN DALAMHUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN ASET
DENGAN OPTIMALISASI PEMANFAATAN ASET(Studi Empiris pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan)
THE INFLUENCE OF LEADERSHIP COMMITMENT IN THERELATIONSHIP BETWEEN ASSET MANAGEMENT
AND OPTIMIZATION OF ASSET UTILIZATION(Empirical Study on The Government of
South Sulawesi Province)
IRMAYANTY ODDING
PROGRAM MAGISTER AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR
2017
TESIS
PENGARUH KOMITMEN PIMPINAN DALAMHUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN ASET
DENGAN OPTIMALISASI PEMANFAATAN ASET(Studi Empiris pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan)
THE INFLUENCE OF LEADERSHIP COMMITMENT IN THERELATIONSHIP BETWEEN ASSET MANAGEMENT
AND OPTIMIZATION OF ASSET UTILIZATION(Empirical Study on The Government of
South Sulawesi Province)
sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Magister
disusun dan diajukan oleh
IRMAYANTY ODDINGP3400215315
kepada
PROGRAM MAGISTER AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR
2017
PRAKATA
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah S.W.T karena atas berkat dan
karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis ini merupakan
syarat untuk mencapai gelar Magister Sains (M.Si) pada Program Pendidikan
Magister Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin.
Tesis ini membutuhkan proses yang panjang dalam penyelesaiannya.
Untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu terselesaikannya tesis ini. Ucapan terima kasih peneliti sampaikan
kepada Bapak Prof. Dr. Basri Hasanuddin, MA dan Dr. Syarifuddin, SE.,
Ak.,M.Soc.,Sc.,CA sebagai tim penasihat atas waktu yang telah diluangkan untuk
membimbing, memberi motivasi, dan memberi bantuan literatur, serta diskusi-
diskusi yang telah dilakukan.
Ucapan terima kasih juga peneliti tujukan kepada Pemerintah Provinsi
Sulawesi Selatan yang telah memberi tugas belajar kepada penulis untuk
meningkatkan ilmu dan pengetahuan, serta telah memberi izin kepada peneliti
untuk melakukan penelitian di daerah tersebut. Hal yang sama juga peneliti
sampaikan kepada seluruh pengguna barang dan pengurus barang lingkup
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan serta staf pada Biro Pengelolaan Aset
Daerah Setda Provinsi Sulawesi Selatan yang telah bersedia mengisi kuesioner
dan turut memberi andil yang sangat besar dalam pelaksanaan penelitian ini.
Semoga bantuan yang diberikan oleh semua pihak mendapat balasan dari Allah
S.W.T.
Ucapan terima kasih juga peneliti tujukan kepada bapak, mama dan nenek
beserta saudara peneliti untuk doa-nya setiap saat, suami tercinta untuk support
dan doa yang selalu menguatkan, dan anak-anakku tercinta Zaila dan Zidan yang
selalu menjadi penyemangat peneliti untuk menyelesaikan tesis ini.
Penyelesaian tesis ini juga mendapat dukungan dari berbagai pihak baik
langsung maupun tidak langsung. Dengan rendah hati peneliti mengucapkan
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Rektor Universitas Hasanuddin, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unhas,
dan Direktur Program Pascasarjana atas kesempatan yang diberikan kepada
penulis untuk melanjutkan pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas
Hasanuddin.
2. Ketua Program Studi Magister Akuntansi yang telah memberi motivasi dan
dukungan dalam penyelesaian studi.
3. Dr. Darwis Said, SE.,Ak.,M.SA., Dr. Kartini, SE.,Ak.,M.Si.,CA., dan Prof. Dr.
Haliah, SE.,Ak.,M.Si.,CA sebagai tim penguji yang telah memberikan saran
dan masukan untuk perbaikan tesis ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen pada Program Pascasarjana Unhas yang telah
memberikan wawasan keilmuan baru dan pendalaman pengetahuan.
5. Seluruh pimpinan dan para staf di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Hasanuddin yang telah memberikan dukungan dalam pengurusan administrasi
penyelesaian tesis ini.
6. Seluruh pegawai Program Studi Magister Akuntansi dan Program
Pascasarjana Universitas Hasanuddin yang telah memberikan dukungan
sejak awal perkuliahan sampai dengan penyelesaian studi peneliti.
7. Saudara-saudaraku STAR BPKP, khususnya Kelas STAR D, terima kasih
untuk seluruh waktu yang telah dilewati bersama, baik senang maupun susah
(together we achieve more), dan saudara-saudaraku sesama rekan
mahasiswa Program Studi Magister Akuntansi untuk sharing informasi-nya
dalam penyelesaian tesis ini.
8. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu yang telah
membantu dalam penyelesaian tesis ini.
Tesis ini masih jauh dari sempurna walaupun telah menerima bantuan dari
berbagai pihak. Apabila terdapat kesalahan-kesalahan dalam tesis ini sepenuhnya
menjadi tanggungjawab peneliti dan bukan para pemberi bantuan. Kritik dan saran
yang membangun akan lebih menyempurnakan tesis ini. Semoga tesis ini
bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan.
Makassar, November 2017
IRMAYANTY ODDING
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN .......................................v
PRAKATA ........................................................................................................vi
ABSTRAK ......................................................................................................... ix
ABSTRACT ........................................................................................................x
DAFTAR ISI .....................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xiv
DAFTAR TABEL ..............................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................10
1.3 Tujuan Penelitian ...........................................................................11
1.4 Kegunaan Penelitian ....................................................................12
1.4.1 Kegunaan Teoritis ................................................................12
1.4.2 Kegunaan Praktis..................................................................12
1.5 Ruang Lingkup Penelitian .............................................................12
1.6 Sistematika Penulisan ...................................................................12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Kepemimpinan ......................................................................14
2.2 Goal Setting Theory . .....................................................................16
2.3 Pengertian Aset/Barang Milik Daerah.............................................18
2.4 Manajemen Aset ...........................................................................22
2.5 Inventarisasi Aset ..........................................................................24
2.6 Legal Audit ....................................................................................29
2.7 Penilaian Aset ...............................................................................30
2.8 Komitmen Pimpinan ......................................................................32
2.9 Optimalisasi Pemanfaatan Aset .....................................................37
2.10 Tinjauan Empiris ...........................................................................41
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual ....................................................................47
3.2 Hipotesis Penelitian .......................................................................49
3.2.1 Pengaruh Inventarisasi Aset Terhadap Optimalisasi
Pemanfaatan Aset ...............................................................49
3.2.2 Pengaruh Komitmen Pimpinan Terhadap
Hubungan Inventarisasi Aset dengan Optimalisasi
Pemanfaatan Aset ...............................................................51
3.2.3 Pengaruh Legal Audit Terhadap Optimalisasi
Pemanfaatan Aset ..............................................................52
3.2.4 Pengaruh Komitmen Pimpinan Terhadap Hubungan
Legal Audit dengan Optimalisasi Pemanfaatan Aset ..........53
3.2.5 Pengaruh Penilaian Aset Terhadap Optimalisasi
Pemanfaatan Aset ...............................................................54
3.2.6 Pengaruh Komitmen Pimpinan Terhadap
Hubungan Penilaian Aset dengan Optimalisasi
Pemanfaatan Aset ...............................................................55
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian ..................................................................57
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................57
4.3 Populasi, sampel, dan Teknik Pengumpulan Sampel ....................57
4.4 Jenis dan Sumber Data ................................................................59
4.5 Metode Pengumpulan Data ..........................................................59
4.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ................................60
4.6.1 Variabel Independen ...........................................................60
4.6.1.1 Inventarisasi Aset ....................................................60
4.6.1.2 Legal Audit ..............................................................60
4.6.1.3 Penilaian Aset .........................................................61
4.6.2 Variabel Dependen .............................................................61
4.6.3 Variabel Moderasi ...............................................................61
4.7 Instrumen Penelitian ......................................................................64
4.8 Teknik Analisis Data .....................................................................64
4.8.1 Model Pengukuran atau Outer Model....................................65
4.8.2 Uji Asumsi Linieritas ..............................................................67
4.8.3 Model Struktural atau Inner Model ........................................67
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Deskripsi Penelitian ......................................................................69
5.1.1 Gambaran Umum Responden...............................................69
5.1.2 Karakteristik Responden .......................................................70
5.2 Deskripsi Variabel Penelitian ........................................................76
5.2.1 Deskripsi Variabel Inventarisasi Aset (X1).............................77
5.2.2 Deskripsi Variabel Legal Audit (X2) .......................................79
5.2.3 Deskripsi Variabel Penilaian Aset (X3) ..................................81
5.2.4 Deskripsi Variabel Komitmen Pimpinan (X4) .........................84
5.2.5 Deskripsi Variabel Optimalisasi Pemanfaatan Aset (Y) ........86
5.2.6 Statistika Deskriptif Variabel..................................................90
5.3 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen ..............................92
5.3.1 Pengujian Validitas Instrumen...............................................92
5.3.2 Uji Reliabilitas .......................................................................96
5.4 Hasil Analisis .................................................................................97
5.4.1 Uji Asumsi Linieritas..............................................................97
5.4.2 Goodness of Fit Model .........................................................98
5.4.3 Outer Model Hasil Analisis SEM............................................98
5.4.3.1 Inventarisasi Aset (X1) .............................................99
5.4.3.2 Legal Audit (X2) .....................................................102
5.4.3.3 Penilaian Aset (X3) ................................................104
5.4.3.4 Komitmen Pimpinan (X4) .......................................107
5.4.3.5 Optimalisasi Pemanfaatan Aset (Y) ........................109
5.4.4 Inner Model Hasil Analisis SEM ..........................................113
5.4.4.1 Pengujian Pengaruh Langsung ..............................113
5.4.4.2 Pengujian Pengaruh
Tidak Langsung (Moderasi) ....................................116
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Pengaruh Inventarisasi Aset Terhadap Optimalisasi
Optimalisasi Pemanfaatan Aset ..................................................121
6.2 Pengaruh Komitmen Pimpinan Terhadap Hubungan
Inventarisasi Aset dengan Optimalisasi Pemanfaatan Aset .........123
6.3 Pengaruh Legal Audit Terhadap Optimalisasi
Optimalisasi Pemanfaatan Aset ..................................................125
6.4 Pengaruh Komitmen Pimpinan Terhadap Hubungan
Legal Audit dengan Optimalisasi Pemanfaatan Aset ...................126
6.5 Pengaruh Penilaian Aset Terhadap Optimalisasi
Optimalisasi Pemanfaatan Aset ..................................................128
6.6 Pengaruh Komitmen Pimpinan Terhadap Hubungan
Penilaian Aset dengan Optimalisasi Pemanfaatan Aset ..............129
BAB VII PENUTUP
7.1 Kesimpulan ...............................................................................131
7.2 Implikasi .....................................................................................132
7.3 Keterbatasan Penelitian ..............................................................133
7.4 Saran ..........................................................................................134
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................136
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1 Kerangka Konseptual ...............................................................................49
5.1 Deskripsi Rata-Rata Item pada Variabel Inventarisasi Aset (X1) ..............78
5.2 Deskripsi Rata-Rata Indikator pada Variabel Inventarisasi Aset (X1) .......78
5.3 Deskripsi Rata-Rata Item pada Variabel Legal Audit (X2) ........................80
5.4 Deskripsi Rata-Rata Indikator pada Variabel Legal Audit (X2) .................81
5.5 Deskripsi Rata-Rata Item pada Variabel Penilaian Aset (X3) ...................83
5.6 Deskripsi Rata-Rata Indikator pada Variabel Penilaian Aset (X3) ............83
5.7 Deskripsi Rata-Rata Item pada Variabel Komitmen Pimpinan (X4) ..........85
5.8 Deskripsi Rata-Rata Indikator pada Variabel Komitmen Pimpinan (X4) ...86
5.9 Deskripsi Rata-Rata Item pada Variabel
Optimalisasi Pemanfaatan Aset (Y) ..........................................................88
5.10 Deskripsi Rata-Rata Indikator pada Variabel
Optimalisasi Pemanfaatan Aset (Y) ..........................................................89
5.11 Model Pengukuran Dimensi Konstruk Variabel Inventarisasi Aset (X1) ...100
5.12 Model Pengukuran Dimensi Konstruk Variabel Legal Audit (X2) .............103
5.13 Model Pengukuran Dimensi Konstruk Variabel Penilaian Aset (X3) ........105
5.14 Model Pengukuran Dimensi
Konstruk Variabel Komitmen Pimpinan (X4) ...........................................108
5.15 Model Pengukuran Dimensi
Konstruk Variabel Optimalisasi Pemanfaatan Aset (Y) ............................111
5.16 Hasil Pengujian Hipotesis dalam Inner Model SEM .................................114
5.17 Pengaruh Moderasi Komitmen Pimpinan terhadap
Optimalisasi Pemanfaatan Aset ..............................................................117
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Data Aset Tetap dari Tahun 2009-2016 ....................................................4
4.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ...........................................62
5.1 Tingkat Pengembalian Kuesioner ...........................................................69
5.2 Karakteristik Responden Penelitian .........................................................70
5.3 Deskripsi Variabel Inventarisasi Aset (X1) ...............................................77
5.4 Deskripsi Variabel Legal Audit (X2)...........................................................80
5.5 Deskripsi Variabel Penilaian Aset (X3)......................................................82
5.6 Deskripsi Variabel Komitmen Pimpinan (X4).............................................84
5.7 Deskripsi Variabel Optimalisasi Pemanfaatan Aset (Y) .............................87
5.8 Statistika Deskriptif ...................................................................................90
5.9 Hasil Uji Validitas Instrumen .....................................................................92
5.10 Hasil Uji Reliabilitas .................................................................................96
5.11 Hasil Uji Linieritas .....................................................................................97
5.12 Hasil Pengujian Indikator Pembentuk Variabel Inventarisasi Aset (X1) .....99
5.13 Hasil Pengujian Indikator Pembentuk Variabel Legal Audit (X2) .............102
5.14 Hasil Pengujian Indikator Pembentuk Variabel Penilaian Aset (X3) ........104
5.15 Hasil Pengujian Indikator
Pembentuk Variabel Komitmen Pimpinan (X4) .......................................107
5.16 Hasil Pengujian Indikator
Pembentuk Variabel Optimalisasi Pemanfaatan Aset (Y)........................110
5.17 Hasil Pengujian Hipotesis dalam Inner Model dalam SEM......................114
5.18 Hasil Pengujian Pengaruh Tidak Langsung (Moderasi)...........................116
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1 Kuesioner Penelitian
2 Analisis Deskriptif
3 Hasil Uji Linieritas
4 Hasil Analisis PLS
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem pemerintahan di Indonesia telah memasuki paradigma baru di
mana salah satu tujuan dari penyelenggaraan pemerintah daerah adalah
menciptakan good governance yaitu dengan melakukan perubahan yang
mendasar dalam mengelola daerah serta mengoptimalkan sumber daya yang
dimiliki. Hal tersebut dapat dicermati dengan semakin disempurnakannya
peraturan perundang-undangan pemerintah daerah dengan terbitnya Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 1999 yang kemudian direvisi menjadi Undang-Undang Nomor
33 Tahun 2004 yang merupakan landasan perubahan sistem pemerintahan
daerah termasuk perimbangan keuangan Negara. Perubahan itu mengarah pada
pelaksanaan desentralisasi atau otonomi daerah yang luas, nyata dan
bertanggung jawab.
Era otonomi daerah berarti memberikan hak sepenuhnya kepada
pemerintah daerah dalam mengelola anggaran yang diserahkan oleh pemerintah
pusat. Berarti secara implisit pemerintah daerah diposisikan agar dapat mandiri
dalam setiap aspek pembangunan, termasuk di dalamnya aspek pembangunan
daerah. Hal ini juga berlaku pada sistem pengelolaan aset suatu daerah.
Pemerintah daerah secara penuh diberi hak untuk mengelola aset daerahnya
secara transparan dan akuntabel. Selain itu, pemerintah daerah harus dapat
mengarahkan dan memanfaatkan sumber daya yang ada secara berdayaguna
dan berhasilguna serta mampu melakukan optimalisasi sumber-sumber
penerimaan daerah termasuk mengoptimalisasi aset-aset yang ada. Jusmin
(2013) mengemukakan bahwa pemerintah daerah dapat mengoptimalkan
2
pengolahan terhadap aset-aset miliknya dengan cara melakukan langkah-
langkah strategis guna mengoptimalkan aset milik pemerintah daerah yang saat
ini dikategorikan masih belum optimal serta mengevaluasi ketidakefisienan aset
yang idle milik pemerintah daerah yang memerlukan biaya operasional dan
pemeliharaan yang besar.
Aset merupakan potensi ekonomi yang dimiliki oleh daerah. Potensi
ekonomi bermakna adanya manfaat finansial dan ekonomi yang bisa diperoleh
pada masa yang akan datang, yang bisa menunjang peran dan fungsi
pemerintah daerah sebagai pemberi pelayanan publik kepada masyarakat. Aset
merupakan salah satu alat penyelenggaraan roda pemerintahan guna
mendukung pelayanan masyarakat/stakeholder. Pengelolaan aset daerah yang
profesional dan modern dengan mengedepankan good governance di satu sisi
diharapkan mampu meningkatkan kepercayaan pengelolaan keuangan Negara
dari masyarakat atau stakeholder (Evira, 2016). Dengan demikian, upaya
peningkatan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan daerah tidak
dapat dilakukan tanpa pembenahan pengelolaan aset/BMD. Homer (2014)
mengemukakan pentingnya pengelolaan aset daerah secara tepat dan
berdayaguna dengan didasari prinsip-prinsip pengelolaan yang efisiensi dan
efektif diharapkan akan memberi kekuatan terhadap kemampuan pemerintah
daerah dalam membiayai pembangunan daerahnya.
Setiap organisasi baik swasta maupun pemerintah daerah tentunya
memiliki aset yang berwujud (tangible) dan aset tak berwujud (intangible). Setiap
aset yang dimiliki haruslah dikelola dengan efektif dan efisien agar aset tersebut
dapat memberikan manfaat tertinggi bagi pemerintah daerah karena aset
merupakan bagian yang penting dalam pencapaian tujuan dari pemiilik aset,
dimana aset terletak di dalam bagian dari proses yang membantu dalam
pencapaian tujuan sebelum nantinya menjadi output yang diharapkan (goals).
3
Aira (2014) mengemukakan bahwa aset daerah merupakan sumber daya penting
bagi pemerintah daerah sebagai penopang utama pendapatan asli daerah
(PAD). Hidayati (2016) berpendapat bahwa aset merupakan unsur penting yang
dapat dioptimalkan dalam menunjang kinerja organisasi dalam mendongkrak
PAD dan meningkatkan pelayanan publik (public service). Untuk menjamin
pengembangan kapasitas yang berkelanjutan dari pemerintah daerah maka
dituntut agar dapat mengembangkan atau mengoptimalkan pemanfaatan aset
daerah guna meningkatkan ataupun mendongkrak Pendapatan Asli Daerah
(PAD), yang akan digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan guna
mencapai pemenuhan persyaratan optimal bagi pelayanan tugas dan fungsi
instansinya terhadap masyarakat (Syukri, 2015).
Dilihat dari penampilan Neraca Daerah yang disusun oleh sebagian besar
pemerintah daerah di Indonesia, ternyata rata-rata 80% sampai dengan 90% dari
nilai kekayaan daerah berupa aset tetap. Berdasarkan neraca milik Pemerintah
Provinsi Sulawesi Selatan diperoleh data aset tetap (fixed cost) yang terdiri atas
tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, jembatan, irigasi dan
jaringan, serta aset tetap lainnya. Berikut data aset tersebut
4
Tabel 1.1 Data Aset Tetap dari Tahun 2009 -2016
No. Tahun TanahPeralatan dan
MesinGedung danBangunan
Jalan, Jembatan,Irigasi danJaringan
Aset TetapLainnya
1 2009 4.279.152.129.446 513.277.840.702 674.878.140.116 4.096.989.337.204 18.060.815.666
2 2010 3.994.504.533.259 594.657.340.226 693.773.751.276 4.223.172.899.091 19.176.395.266
3 2011 3.989.728.282.799 666.350.988.614 717.410.930.901 4.504.935.357.409 21.179.969.191
4 2012 3.991.013.523.434 723.917.411.576 749.055.350.561 4.777.434.115.606 22.305.631.691
5 2013 3.986.329.522.489 787.247.987.802 782.550.283.561 5.038.871.031.140 24.490.047.766
6 2014 3.989.107.201.489 857.785.882.825 860.738.551.730 5.649.491.480.441 25.439.018.441
7 2015 4.138.447.249.828 975.285.185.350 937.928.637.594 5.870.494.396.357 24.940.322.778
8 2016 4.049.770.835.596 1.122.773.565.649 1.078.955.213.132 6.462.424.013.820 26.413.996.637
Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan Daerah
Data tabel di atas menginformasikan bahwa aset tetap milik Pemerintah
Provinsi Sulawesi Selatan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dengan
meningkatnya jumlah aset tetap tiap tahunnya maka pengelolaan aset/BMD juga
harus ditingkatkan agar dapat lebih optimal. Banyaknya aset milik Pemerintah
Provinsi Sulawesi Selatan tersebut tersebar di kabupaten/kota yang tercatat
pada beberapa OPD (Organisasi Perangkat Daerah). Hal tersebut
mengakibatkan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan mengalami kesulitan
untuk mengetahui secara pasti aset yang dikuasai/dikelolanya, sehingga aset-
aset yang dikelola cenderung tidak optimal dalam penggunaan dan
pemanfaatannya.
Pemanfaatan merupakan salah satu bentuk optimalisasi yang dilakukan.
Pemanfaatan dilakukan harus sesuai dengan fungsi dan aturan yang telah
ditetapkan. Optimalisasi pemanfaatan aset daerah merupakan optimalisasi
terhadap penggunaan aset disamping meningkatkan pelayanan terhadap
masyarakat juga menghasilkan pendapatan (return) dalam bentuk uang
(Widayanti, 2010). Pemanfaatan aset pada struktur pendapatan daerah termasuk
5
dalam rincian objek hasil pemanfaatan atau pendayagunaan kekayaan daerah
yang tidak dipisahkan. Bentuk pemanfaatan aset berdasarkan pada Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 antara lain 1) Sewa, 2) Pinjam Pakai, 3) Kerja
Sama Pemanfaatan (KSP), 4) Bangun Guna Serah (BGS), 5) Bangun Serah
Guna (BSG), dan 6) Kerja Sama Penyedia Infrastruktur (KSPI).
Sistem pengelolaan aset Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan secara
keseluruhan belum optimal terutama dalam hal pemanfaatan aset/BMD. Yusuf
(2010:118) mengungkapkan bahwa isu strategis yang erat kaitannya dengan aset
pemerintah adalah adanya aset-aset yang tidak termanfaatkan, sehingga perlu
dioptimalkan penggunaannya. Fakta di lapangan mengungkapkan banyaknya
masalah-masalah mengenai aset/BMD antara lain (1) banyak aset-aset idle yang
dianggap bernilai ekonomis dan masih layak digunakan tetapi tidak digunakan
atau dimanfaatkan, (2) terdapat beberapa aset yang mempunyai potensi untuk
menghasilkan kontribusi dan menambah PAD bagi Pemerintah Provinsi Sulawesi
Selatan tetapi digunakan pihak lain tanpa adanya status penggunaan dan surat
yang sah, (3) adanya aset yang statusnya dipinjampakaikan kepada pihak ketiga
namun pihak tersebut mengkomersialkan kepada pihak lainnya tanpa
menginformasikan kepada pihak Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, dan (4)
terdapat aset yang tidak dimanfaatkan/ digunakan diambil alih oleh pihak lain.
Aset yang diambil alih oleh pihak lain disebabkan karena aset tersebut tidak
terpelihara dengan baik dan tidak dimanfaatkan/digunakan sehingga dengan
mudah pihak lain menyerobot bahkan diambil alih. Sejalan dengan Yuliantono
(2016) yang mengemukakan bahwa aset daerah yang hilang atau diambil alih
oleh orang ketiga akibat tidak dimanfaatkan dan tidak terpelihara dengan baik.
Salah satu penyebab masalah-masalah tersebut di atas diakibatkan
karena sistem pengelolaan aset yang lemah. Istilah pengelolaan aset erat
kaitannya dengan manajemen aset, Siregar (2004) membagi tahapan
6
manajemen aset daerah yang terdiri (1) inventarisasi aset, (2) legal audit, (3)
penilaian aset, (4) optimalisasi aset, dan (5) pengawasan dan pengendalian. Tiga
dari tahapan manajemen tersebut digunakan peneliti sebagai variabel-variabel
yang dapat mempengaruhi optimalisasi pemanfaatan aset.
Mardiasmo (2004) mengemukakan bahwa pemerintah daerah perlu
mengetahui jumlah dan nilai kekayaan daerah yang dimilikinya, baik yang
dikuasai saat ini maupun yang masih berupa potensi yang belum dimanfaatkan
atau dikuasai. Inventarisasi aset merupakan jantung dalam siklus pengelolaan
aset (Wardana, 2005:7). Untuk itu, kegiatan inventarisasi aset perlu dilakukan
sebagai upaya untuk memperoleh informasi yang akurat mengenai kekayaan
daerah yang dimiliki dan dikuasai pemerintah daerah.
Pemerintah harus memahami bahwa sasaran akhir atau tujuan utama
pengelolaan aset adalah terjadinya optimalisasi cpemanfaatan aset daerah.
Kenyataannya sampai saat ini aset daerah masih dikelola seadanya, sebatas
inventarisasi belaka (pencatatan akuntansi). Hal itu disebabkan karena kegiatan
inventarisasi tidak dilaksanakan secara rutin dan berkesinambungan yang
mengakibatkan tidak terwujudnya tata kelola aset/BMD yang baik, baik terhadap
pengelolaan administrasi, fisik maupun hukum.
Kegiatan inventarisasi aset dimulai dengan melakukan proses pendataan,
pencatatan, melaporkan hasil pendataan aset, dan mendokumentasikannya, baik
aset berwujud maupun aset tidak berwujud pada waktu tertentu. Hasil kegiatan
inventarisasi aset yang dilakukan dimuat dalam Buku Inventaris. Inventarisasi
yang dilakukan pengurus barang lingkup Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan
belum dilaksanakan secara optimal dan akurat. Hal itu dapat dilihat dari Buku
Inventaris Tanah (KIB A) Milik Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, di mana
dalam buku tersebut terlihat jelas bahwa data aset tanah dan bangunan yang
7
disajikan masih banyak belum dilengkapi bukti kepemilikan berupa sertifikat,
keakuratan dalam tahun perolehan dan kejelasan lokasi aset tersebut.
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan harus dapat mengelola aset
daerahnya dengan baik, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kepada
pemerintah pusat sesuai amanat Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006
tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, terutama sarana dan
prasarana yang merupakan aktiva tetap (fixed cost) tanah dan bangunan.
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan belum dapat menjalankan manajemen
aset dengan baik, ini dapat dilihat dari banyaknya masalah terkait legal audit
yang dihadapi Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Siregar (2004)
mengemukakan bahwa legal audit merupakan inventarisasi status penguasaan
aset, sistem dan prosedur penguasaan atau pengalihan aset, identifikasi dan
mencari solusi atas permasalahan legal strategi strategi untuk memecahkan
berbagai permasalahan legal yang terkait dengan penguasaan atau pengalihan
aset. Legalisasi suatu aset merupakan salah satu bagian yang terpenting di
dalam pengelolaan aset daerah agar dapat optimal dan menjadi masalah yang
sulit untuk dibenahi (Mayasari, 2014).
Faktor-faktor yang menjadi penyebab masalah legal audit ini antara lain
masih banyaknya aset yang belum bersertifikat dan banyak aset tanah maupun
bangunan yang dibiarkan begitu saja tanpa adanya pemeliharaaan sehingga hal
tersebut yang memicu banyaknya aset yang dimanfaatkan bahkan diambil alih
oleh pihak lain. Sejauh ini aset-aset milik Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan
berupa tanah dan bangunan belum seluruhnya bersertifikat karena persoalan
keterbatasan anggaran. Proses persertifikatan sebelumnya terpusat pada Biro
Pengelolaan Aset Daerah sehingga anggaran yang dibutuhkan terbatas setiap
tahunnya. Namun, berdasarkan instruksi BPK RI, proses sertifikasi aset saat ini
dapat dilakukan pada masing-masing OPD sebagai pengguna barang sehingga
8
secara bertahap semua aset milik Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dapat
disertifikatkan.
Untuk mengoptimalkan pemanfaatan aset sebaiknya perlu dilakukan
penilaian terhadap suatu aset. Penilaian dilakukan untuk memperoleh informasi
terhadap aset-aset yang memiliki potensi untuk dimanfaatkan baik dalam bentuk
sewa, pinjam pakai, Kerjasama Pemanfaatan, BGS/BSG. Banyak aset milik
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan yang memiliki potensi yang seharusnya
menjadi salah satu sumber PAD atau memberikan kontribusi yang banyak bagi
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, namun aset-aset tersebut
disalahgunakan oleh pihak lain. Hal tersebut menjadi perhatian BPK RI yang
tersaji dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK RI Tahun Anggaran 2016
yang menyatakan bahwa seluruh aset yang status pemanfaatannya
dipinjampakaikan kepada pihak lain dikembalikan kepada Pemerintah Provinsi
Sulawesi Selatan dan aset-aset tersebut dapat dimanfaatkan oleh pihak lain
hanya dalam bentuk sewa dan penyertaan modal.
Terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi inventarisasi aset, legal
audit, dan penilaian aset dalam mengoptimalkan pemanfaatan aset secara
efisien dan efektif yaitu komitmen pimpinan. Keberhasilan suatu organisasi tidak
lepas dari eksistensi seorang pimpinan. Adanya komitmen pimpinan menjadi
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi inventarisasi aset, legal audit, dan
penilaian aset terhadap optimalisasi pemanfaatan aset. Goal setting theory
mengemukakan bahwa seseorang yang memahami tujuan atau memahami apa
yang diharapkan organisasi kepadanya akan mempengaruhi perilaku kerjanya.
Selain itu goal setting theory mengisyaratkan bahwa seorang individu
berkomitmen pada tujuan, untuk itu pimpinan yang memiliki komitmen tujuan
tinggi akan mempengaruhi kinerja bawahannya. Adanya tujuan organisasi
menentukan seberapa besar usaha yang akan dilakukan, semakin tinggi
9
komitmen pimpinan terhadap tujuan akan mendorong karyawan tersebut untuk
melakukan usaha yang lebih keras dalam mencapai tujuan tersebut. Stodgill
(1974) mengemukakan bahwa teori kepemimpinan adalah suatu proses tindakan
mempengaruhi aktifitas kelompok yang terorganisasi dalam usaha menetapkan
tujuan dan pencapaian tujuan. Artinya pemimpin merupakan individu yang
memiliki program dan bersama anggota kelompok bergerak untuk mencapai
tujuan dengan cara yang pasti. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah mengoptimalkan pemanfaatan aset, untuk itu diharapkan dengan adanya
komitmen pimpinan akan mempengaruhi bawahannya untuk melakukan kegiatan
inventarisasi aset, legal audit, dan penilaian aset dalam rangka mengoptimalkan
pemanfaatan aset-aset secara efisien dan efektif.
Penelitian yang dilakukan Ilham (2013) mengenai pengaruh manajemen
aset dalam rangka optimalisasi aset tetap (tanah dan bangunan) di Provinsi
Sumatera Barat, dalam penelitiannya menggunakan variabel inventarisasi aset
dan hasil dari penelitiannya menyatakan bahwa variabel inventarisasi aset
berpengaruh positif terhadap optimalisasi aset tetap. Berbeda dengan hasil
penelitian yang dilakukan Ayomi (2014) dengan judul yang sama tapi lokasi
penelitian yang berbeda, hasil penelitiannya menyatakan bahwa inventarisasi
aset tidak berpengaruh positif terhadap optimalisasi aset tetap di Kabupaten
Manokwari.
Sementara itu, penelitian lainnya tentang manajemen aset oleh Nasution
et al (2015) menyatakan bahwa legal audit berpengaruh positif terhadap
optimalisasi pemanfaatan aset tetap. Sedangkan penelitian Widayanti (2010).
Legal audit tidak terbukti berpengaruh terhadap optimalisasi pemanfaatan aset
tetap di Kabupaten Sragen. Pakiding (2006) dalam penelitiannya mengenai
manajemen aset membuktikan bahwa penilaian aset berpengaruh positif
terhadap optimalisasi pemanfaatan aset tetap pada Pemerintah Kabupaten
10
Bantul. Lain halnya dengan penelitian yang dilakukan Antoh (2012) yang
menemukan bahwa penilaian aset tidak terbukti berpengaruh terhadap
optimalisasi aset tetap pada Pemerintah Kabupaten Paniai.
Penelitian tentang pengaruh manajemen aset terhadap optimalisasi aset
tetap pernah dilakukan oleh Jusmin (2013). Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian Jusmin adalah adanya variabel moderasi yang ditambahkan dalam
penelitian ini. Variabel moderasi tersebut adalah komitmen pimpinan. Penelitian
Jusmin (2013) menggunakan Analisis Regresi Linear Berganda sedangkan
penelitian ini menggunakan Partial Least Square (PLS).
Berdasarkan fenomena-fenomena diatas dan adanya research gap
mengenai hubungan antara inventarisasi aset, legal audit, dan penilaian aset
terhadap optimalisasi pemanfaatan aset tetap, maka peneliti tertarik untuk
menguji kembali variabel-variabel tersebut pada Pemerintah Pemerintah Provinsi
Sulawesi Selatan dengan menambahkan 1 (satu) variabel yaitu komitmen
pimpinan sebagai variabel moderasi sehingga judul penelitiannya: “Pengaruh
Komitmen Pimpinan dalam Hubungan Antara Manajemen Aset dengan
Optimalisasi Pemanfaatan Aset”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya, maka yang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah inventarisasi aset berpengaruh terhadap optimalisasi pemanfaatan
aset pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan ?
2. Apakah legal audit berpengaruh terhadap optimalisasi pemanfaatan aset
pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan ?
3. Apakah penilaian aset berpengaruh terhadap optimalisasi pemanfaatan aset
pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan ?
11
4. Apakah komitmen pimpinan dapat memoderasi pengaruh inventarisasi aset
terhadap optimalisasi pemanfaatan aset pemerintah Provinsi Sulawesi
Selatan ?
5. Apakah komitmen pimpinan dapat memoderasi pengaruh legal audit
terhadap optimalisasi pemanfaatan aset pemerintah Provinsi Sulawesi
Selatan ?
6. Apakah komitmen pimpinan dapat memoderasi pengaruh penilaian aset
terhadap optimalisasi pemanfaatan aset pemerintah Provinsi Sulawesi
Selatan ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh inventarisasi aset terhadap optimalisasi
pemanfaatan aset pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.
2. Untuk mengetahui pengaruh legal audit terhadap optimalisasi pemanfaatan
aset pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.
3. Untuk mengetahui pengaruh penilaian aset terhadap optimalisasi
pemanfaatan aset pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.
4. Untuk mengetahui apakah komitmen pimpinan dapat memoderasi pengaruh
inventarisasi aset terhadap optimalisasi pemanfaatan aset pemerintah
Provinsi Sulawesi Selatan.
5. Untuk mengetahui apakah komitmen pimpinan dapat memoderasi pengaruh
legal audit terhadap optimalisasi pemanfaatan aset pemerintah Provinsi
Sulawesi Selatan.
12
6. Untuk mengetahui apakah komitmen pimpinan dapat memoderasi pengaruh
penilaian aset terhadap optimalisasi pemanfaatan aset pemerintah Provinsi
Sulawesi Selatan.
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini dapat memiliki kegunaan sebagai berikut:
1.4.1 Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan informasi,
wawasan dan pengetahuan yang berkaitan dengan akuntansi manajemen
khususnya manajemen aset dalam hal ini optimalisasi pemanfaatan aset tetap.
1.4.2 Kegunaan Praktis
1. Bagi pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, penelitian ini diharapkan dapat
menjadi salah satu referensi untuk perbaikan pengelolaan aset/barang milik
daerah terutama dalam mengoptimalkan pemanfaatan aset tetap. .
2. Bagi akademik, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi
pada penelitian selanjutnya.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada OPD (Organisasi Perangkat Daerah)
lingkup pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dengan fokus penelitian pada
Kepala OPD sebagai pengguna barang beserta pengurus barangnya pada 41
OPD (Organisasi Perangkat Daerah).
1.6 Sistematika Penulisan
Bab I pendahuluan, menguraikan latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, ruang lingkup penelitian, dan
sistematika penulisan, bab ini berisi tinjauan secara umum perencanaan
penelitian yang akan dilakukan.
13
Bab II Tinjauan Pustaka, berisi teori-teori yang menjadi sumber
terbentuknya hipotesis, dan juga acuan untuk melakukan penelitian. Bab ini
mengemukakan tentang landasan teori dan penelitian terdahulu.
Bab III Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian, menguraikan
kerangka konseptual dan proses penurunan hipotesis penelitan. Bab ini
menjelaskan mekanisme pembentukan hipotesis berdasarkan konsep penurunan
logis.
Bab IV Metode Penelitian, menguraikan rancangan penelitian, lokasi dan
waktu penelitian, populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel, jenis dan
sumber data, metode pengumpulan data, variabel penelitian dan definisi
operasional, instrumen penelitian serta teknik analisis data.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan kegiatan sentral di dalam sebuah kelompok
atau organisasi, dengan seorang pemimpin puncak sebagai figur sentral yang
memiliki wewenang dan tanggung jawab dalam mengefektifkan organisasi untuk
mencapai tujuannya. Pemimpin sebagai figur sentral menyandang peran
mempersatukan anggota organisasi yang terdiri dari individu-individu, agar
menjadi satu kesatuan kekuatan yang bergerak ke arah yang sama dalam
melaksanakan volume dan beban kerja organisasi. Kepemimpinan menyentuh
berbagai segi kehidupan manusia seperti cara hidup, kesempatan berkarya dan
bersosialisasi. Oleh karena itu, usaha untuk semakin mendalami berbagai segi
kepemimpinan yang efektif perlu dilakukan secara terus menerus. Hal tersebut
disebabkan keberhasilan suatu organisasi, baik secara keseluruhan maupun
sebagian kelompok dalam organisasi tergantung pada mutu kepemimpinan yang
terdapat dalam suatu organisasi yang bersangkutan.
Penggunaan teori kepemimpinan dalam akuntansi manajemen telah
banyak digunakan para peniliti dalam penelitiannya. Stodgill (1974)
mengemukakan bahwa kepemimipinan adalah suatu proses tindakan
mempengaruhi aktifitas kelompok yang terorganisasi dalam usaha menetapkan
tujuan dan pencapaian tujuan. Artinya pemimpin merupakan individu yang
memiliki program dan bersama anggota kelompok bergerak untuk mencapai
tujuan dengan cara yang pasti.
Kepemimpinan akan selalu melibatkan orang lain, oleh karena itu dimana
ada pemimpin disana terdapat pengikut. Sebagai orang yang selalu bersama-
sama dengan bawahannya atau yang dipimpinnya seorang pemimpin harus
15
mampu menjadi agen perubahan dan berinteraksi memberikan pengaruh kepada
bawahannya atau yang dipimpinnya, sehingga bawahannya atau yang
dipimpinnya bersemangat untuk menyelesaikan tugas masing-masing atau
bekerjasama dalam mencapai tujuan organisasi yang sudah di tetapkan.
Pemerintah sebagai penggerak pembangunan dituntut upayanya untuk dapat
menggerakkan masyarakat pada kemandirian menempuh dan menumbuh
kembangkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa, memberikan pelayanan
umum yang sebaik-baiknya dan maksimal. Konsekuensi logik yang diterima dari
tuntutan semacam itu adalah adanya kemampuan manajerial seorang pemimpin
pada pemerintah daerah untuk menjalankan sistem manajemen pemerintahan
yang berdaya guna dan berhasil guna.
Implikasi pada penelitian ini bahwa Pemerintah Daerah sebagai satu
kesatuan organisasi pengelola aset/barang milik daerah dalam menata
organisasinya secara efisien dan efektif, rasional sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan masing-masing aparatur/SDM. Untuk dapat mendukung pemerintah
daerah menjalankan fungsinya, aset/barang milik daerah harus dikelola dengan
baik dan benar termasuk dalam mengoptimalkan pemanfaatan aset secara
efektif dan efisien. Untuk mewujudkan hal tersebut di atas, dibutuhkan peran
seorang pemimpin karena keberhasilan suatu organisasi tidak lepas dari
eksistensi pimpinan. Pimpinan pada Pemerintah daerah adalah
Gubernur/Bupati. Pimpinan merupakan seorang yang mempunyai tanggung
jawab dalam menjalankan dan mengimplementasikan kebijakan-kebijakan yang
telah dibuat menjadi sebuah keputusan dalam organisasi. Pimpinan mempunyai
kekuasaan yang luas untuk menentukan segala kebijakan yang harus dijalankan
dalam rangka pencapaian tujuan. Pimpinan juga mempunyai wewenang penuh
untuk mengarahkan kegiatan para bawahannya. Kepemimpinan yang dilakukan
seorang pemimpin juga menggambarkan arah dan tujuan yang akan dicapai dari
16
sebuah organisasi. Sehingga dapat dikatakan kepemimpinan sangat
berpengaruh bagi nama besar organisasi.
Objek penelitian ini pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.
Kepemimpinan pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dipegang oleh
seorang Gubernur. Penelitian ini akan menguji efek pembelajaran teori
kepemimpinan terhadap komitmen pimpinan yang dapat mempengaruhi
manajemen aset yang terdiri atas inventarisasi aset, legal audit dan penilaian
aset dalam mengoptimalkan pemanfaatan aset-aset milik Pemerintah Provinsi
Sulawesi Selatan secara efisien dan efektif.
2.2 Teori Penetapan Tujuan (Goal Setting Theory)
Goal setting theory (teori penetapan tujuan) menjelaskan hubungan
antara tujuan yang ditetapkan dengan prestasi kerja (kinerja manajerial).Goal
setting theory merupakan bagian dari teori motivasi yang dikemukan oleh Locke
(1968), dengan konsep dasar bahwa seseorang yang memahami tujuan atau
memahami apa yang diharapkan organisasi kepadanya akan mempengaruhi
perilaku kerjanya. Teori ini menekankan pada pentingnya hubungan antara
tujuan yang ditetapkan dan kinerja yang dihasilkan, sehingga teori ini
menyatakan bahwa tujuan-tujuan yang sifatnya spesifik atau sulit cenderung
menghasilkan kinerja yang lebih tinggi.
Goal setting theory mengisyaratkan bahwa seorang individu berkomitmen
pada tujuan (Robbins, 2008). Jika seorang individu memiliki komitmen untuk
mencapai tujuannya, maka komitmen tersebut akan mempengaruhi tindakannya
dan mempengaruhi konsekuensi kinerjanya. Capaian atas sasaran (tujuan) yang
ditetapkan dapat dipandang sebagai tujuan/tingkat kinerja yang ingin dicapai oleh
individu. Secara keseluruhan, niat dalam hubungannya dengan tujuan-tujuan
yang ditetapkan, merupakan motivasi yang kuat dalam mewujudkan kinerjanya.
17
Individu harus mempunyai keterampilan, mempunyai tujuan dan menerima
umpan balik untuk menilai kinerjanya. Capaian atas sasaran (tujuan) mempunyai
pengaruh terhadap perilaku pegawai dan kinerja dalam organisasi.
Indayanto (2008) berpendapat bahwa untuk mendapatkan tingkat
motivasi yang tinggi dari para pegawai, hendaknya dipertanyakan apakah tujuan
telah dimengerti oleh semua anggota, apakah tujuan yang dicapai telah cukup
jelas, sehingga proses partisipatif dan program management by objective (MBO)
dapat berjalan dengan baik. Orang yang telah menetukan tujuan atas
perilakunya di masa depan dan tujuan akan mempengaruhi perilaku yang
sesungguhnya terjadi. Perilaku akan diatur oleh ide (pemikiran) dan niatnya
sehingga akan mempengaruhi tindakan dan konsekuensi kinerjanya. Umumnya
manajer menerima penetapan tujuan sebagai hal yang sangat berarti untuk
meningkatkan dan mempertahankan kinerja.
Goal setting theory berasumsi bahwa ada hubungan langsung antara
tujuan yang spesifik dan terukur dengan kinerja. Temuan utama dari goal setting
theory adalah bahwa individu yang diberi tujuan yang spesifik dan sulit tapi dapat
dicapai memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan orang-orang yang
menerima tujuan yang mudah dan kurang spesifik. Pada saat yang sama,
seseorang juga harus memiliki kemampuan yang cukup dalam menerima tujuan
yang ditetapkan. Penerapan goal setting theory dalam penelitian ini adalah
pemerintah daerah sebagai suatu organisasi publik menetapkan sasaran atau
tujuan yang ingin dicapai ke depannya. Penetapan tujuan organisasi dalam
penelitian ini adalah mengoptimalkan pemanfaatan aset secara efisien dan
efektif. Mengoptimalkan pemanfaatan aset merupakan sasaran atau tujuan yang
spesifik yang ingin dicapai organisasi tersebut.
18
Teori penetapan tujuan dalam penelitian ini digunakan untuk menjelaskan
tindakan pemerintah daerah dalam mewujudkan tujuan yang diharapkan. Tujuan
pemerintah daerah akan menentukan pilihan yang akan dilakukan. Setiap
pemerintah daerah menginginkan pencapaian atas tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan, baik tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang.
Pencapaian tujuan tersebut ditentukan seberapa besar usaha yang akan
dilakukannya pemerintah daerah dengan melibatkan pimpinan dan pegawaianya
dalam mewujudkan tujuan-tujuan yang diharapkan yaitu mengoptimalkan
pemanfaatan aset secara efisien dan efektif. Untuk itu perlu meminimalisasi atau
menghilangkan perbedaan persepsi mengenai informasi yang dimiliki pada
pimpinan dan pegawai serta memaksimalkan kinerja agar lebih mudah
pencapaian tujuan organisasi. Adanya komitmen dan kontribusi pimpinan akan
mempengaruhi kinerja bawahan dalam pencapaian sasaran atau tujuan
organisasi.
2.3 Pengertian Aset/Barang Milik Daerah
Siregar (2004;178) mendefinisikan aset sebagai barang (thing) atau
sesuatu barang (anything) yang memiliki nilai ekonomi (economic value), nilai
komersial (commercial value) atau nilai tukar (exchange value) yang dimiliki
badan usaha, instansi maupun individu (perorangan). Sementara pengertian aset
menurut buletin teknis Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP)
adalah :
“Sumber daya ekonomi yang dikuasai dan atau dimiliki olehpemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan darimana manfaat ekonomi dan/atau sosial dimasa depan yangdiharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupunmasyarakat serta diukur dalam satuan uang, termasuk sumberdaya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasabagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yangdipelihara karena alasan sejarah dan budaya.”
19
Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor
17 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah, barang milik daerah
digolongkan berupa barang persediaan dan barang inventaris (barang dengan
penggunaannya lebih dari 1 tahun) yang terdiri dari 6 (enam) kelompok yaitu
tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan dan jembatan, jaringan
dan irigasi, aset tetap lainnya dan konstruksi dalam pengerjaan. Aset tetap
lainnya terdiri dari buku dan perpustakaan, barang bercorak
kesenian/kebudayaan, hewan/ternak dan tumbuhan, dan aset tetap renovasi.
Berdasarkan lingkup aset dan penggolongan barang milik daerah yang
telah diuraikan, barang milik daerah merupakan bagian dari aset pemerintah
daerah yang berwujud, baik aset lancar maupun aset tetap. Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, nama aset dicantumkan karena sudah
berlaku secara internasional sehingga dapat diterima secara umum dalam
laporan milik berbagai instansi, baik itu milik negara (yang disebut sebagai aset
tetap), milik instansi swasta yang sudah go public maupun belum. Aset tetap
yang dicatat dalam laporan keuangan merupakan semua barang milik
pemerintah sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun
2008, sehingga ada dua aturan yang mengatur hal yang sama dengan nama
yang berbeda (Yusuf, 2015).
Istilah "aset" dapat digunakan untuk menggambarkan berbagai jenis
aset termasuk aset keuangan, aset infrastruktur, pabrik dan mesin, peralatan dan
properti. Fernholz & Fernholz (2006) dan Howarth (2006) telah menunjukkan
bahwa aset jangka bisa menjadi aset berwujud maupun tidak berwujud yang
meliputi aset keuangan seperti uang, aset intelektual seperti pengetahuan dan
aset fisik seperti bangunan. Namun, Kyle, et al (2000) definisi real property
dimulai dengan permukaan sebidang tanah dan pemilik aset bergerak di atas
20
permukaan serta tanah dan mine ral di bawah permukaan, serta apa-apa
permanen melekat pada tanah ini baik oleh alam atau oleh tangan manusia.
Definisi aset tetap menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun
2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah adalah aset berwujud yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan, atau
dimaksudkan untuk digunakan, dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan
oleh masyarakat umum. Aset tetap atau barang milik daerah (BMD) merupakan
salah satu faktor yang paling strategis dalam pengelolaan keuangan daerah.
Dalam laporan keuangan, biasanya nilai aset tetap daerah merupakan nilai yang
paling besar dibandingkan dengan akun-akun lainnya.
Aset tetap diakui pada saat manfaat ekonomi masa depan dapat
diperoleh dan nilainya dapat diukur dengan handal. Untuk dapat diakui sebagai
aset tetap harus memenuhi kriteria a) berwujud; b) mempunyai masa manfaat
lebih dari 12 (dua belas) bulan; c) biaya perolehan aset dapat diukur secara
andal; d) tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas;
e) diperoleh atau dibangun dengan tujuan untuk digunakan.
Pengukuran aset tetap dinilai sebesar biaya perolehan (jumlah kas atau
setara kas yang dibayarkan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan
atau konstruksi sampai dengan aset tersebut dalam kondisi dan tempat yang
siap untuk digunakan), jika tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan
pada nilai wajar saat perolehan. Nilai wajar adalah nilai tukar atau penyelesaian
kewajiban antar pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan
transaksi wajar.
Aset tetap diklasifikasikan berdasarkan pada kesamaan sifat atau
fungsinya dalam aktivitas operasi entitas. Klasifikasi aset tetap antara lain :
21
1. Tanah
Tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap ialah tanah yang diperoleh
dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan
dalam kondisi siap dipakai. Tanah merupakan aset pemerintah yang sangat
vital dalam operasional pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat.
2. Peralatan dan Mesin
Peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin dan kendaraan bermotor, alat
elektonik, alat kantor dan rumah tangga, alat komunikasi, dan peralatan
lainnya yang nilainya signifikan dan masa manfaatnya lebih dari 12 (dua
belas) bulan dan dalam kondisi siap pakai.
3. Gedung dan Bangunan
Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang
diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional
pemerintah dan dalam kondisi siap digunakan.
4. Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Jalan, irigasi, dan jaringan mencakup jalan, jembatan, irigasi, instalasi dan
jaringan yang dib angun oleh pemerintah serta dimiliki dan/atau dikuasai
oleh pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.
5. Aset Tetap Lainnya
Golongan aset ini jelas jelas disebutkan dalam Permendagri No.17 Tahun
2007 yang terdiri atas buku perpustakaan, buku terbitan berkala, barang-
barang perpustakaan, barang bercorak kesenian/kebudayaan, serta
hewan/ternak dan tumbuh tumbuhan.
6. KDP (Konstruksi dalam Pengerjaan)
Golongan barang ini dicatat sebesar biaya yang di keluarkan sampai
dengan akhir masa pengerjaan pada tahun yang bersangkutan.
22
2.4 Manajemen Aset
Britton, Connellan (1989) mengatakan “define good asset management in
terms of measuring the value of properties (asset) in monetory terms and
employing the minimum amount of expenditure on its management”. Sementara
menurut Sugiama (2013:15), manajemen aset adalah suatu ilmu dan seni untuk
memandu pengelolaan kekayaan yang mencakup proses merencanakan
kebutuhan aset, mendapatkan, menginventarisasi, melakukan legal audit,
menilai, mengoperasikan, memelihara, membaharukan atau menghapuskan
hingga mengalihkan aset secara efektif dan efisien.
Berbagai pengertian mengenai manajemen aset, dapat disimpulkan
bahwa manajemen aset merupakan suatu proses sistematis yang
mempertahankan, meng-upgrade, dan mengoperasikan aset dengan cara yang
paling hemat biaya melalui penciptaan, akuisisi, operasi, pemeliharaan,
rehabilitasi, dan penghapusan aset yang terkait dengan (1) mengidentifikasi apa
saja yang dibutuhkan aset, (2) mengidentifikasi kebutuhan dana, (3) memperoleh
aset, (4) menyediakan sistem dukungan logistik dan pemeliharaan untuk aset, (5)
menghapus atau memperbaharui aset sehingga dapat memenuhi tujuan secara
efektif dan efisien. Inti dari manajemen aset yaitu bahwa pengelolaan aset
berkaitan dengan menerapkan penilaian teknis dan keuangan serta praktek
manajemen yang baik untuk memutuskan apa yang dibutuhkan aset dalam
memenuhi tujuan bisnis, kemudian untuk memperoleh dan mempertahankan
aset selama umur hidup aset tersebut sampai ke pembuangan.
Dalam perkembangannya, manajemen aset telah dicoba untuk ditelaah
dalam berbagai penelitian di level pemerintah daerah. Lewes District Council
(2005: 2) mengatakan bahwa tujuan dari perencanaan manajemen aset adalah.
1. Memastikan efektivitas dan koordinasi kegiatan manajemen aset yang
disusun pemerintah.
23
2. Mengawasi penggunaan dana dalam proses manajemen serta penggunaan
aset properti.
3. Memastikan bahwa permasalahan manajemen aset telah dibahas dalam
pertemuan pengambilan keputusan sebagai dasar penyusunan rencana
pelayanan.
4. Memahami batasan efektivitas, efisiensi serta mempertimbangkan kondisi
ekonomi dalam menyusun manajemen/pengelolaan aset.
5. Membuat pola kerjasama pengelolaan aset dengan pihak ketiga atau
organisasi lain yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.
Konsep manajemen aset digunakan pertama kali oleh industri privat
(Lukman:2010). Penerapan konsep manajemen aset terbukti telah memberikan
hasil positif dan menghasilkan keuntungan yang signifikan bagi perusahaan
sektor privat, karena kesuksesan sektor privat menggunakan konsep manajemen
tersebut maka sektor publik tertarik dan ikut menggunakan konsep ini. Konsep
manajemen aset dikenal juga sebagai suatu cara yang dapat diterapkan oleh
pemerintah dalam mengelola aset-aset yang dimilikinya.
Tujuan manajemen aset dapat ditentukan dari berbagai dimensi atau
sudut pandang. Secara umum tujuan manajemen aset adalah untuk mengambil
keputusan yang tepat agar aset yang dikelola berfungsi secara efektif dan
efisien. Efektif adalah pencapaian hasil yang sesuai dengan tujuan sebagaimana
yang telah ditetapkan sebelumnya. Efektif dalam pengelolaan aset berarti aset
yang dikelola dapat mencapai tujuan yang diharapkan organisasi bersangkutan,
misal mencapai kinerja tertinggi dalam pelayanan pelanggan. Sedangkan
efektivitas berarti derajat keberhasilan yang dapat dicapai berdasarkan tujuan
yang telah ditetapkan. Efektifitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tinggi
rendahnya target yang telah dicapai misalnya jumlah capaian, derajat kualitas,
waktu dan lain-lain. Sebuah capaian dapat dinyatakan dalam presentase target
24
yang dicapai dari keseluruhan target yang ditetapkan. Jika capaian target
tersebut tinggi, berarti makin tinggi pula efektifitasnya. Serangkaian kegiatan
yang dapat merealisasikan tujuan dengan tepat, berarti seluruh kegiatan tersebut
memiliki efektifitas yang tinggi. Dengan kata lain, efektif itu mampu mencapai
tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan.
Manajemen aset daerah dikelola oleh Gubernur/Bupati selaku pemegang
kekuasaan aset daerah dengan dibantu oleh Sekretaris Daerah selaku pengelola
aset daerah, Kepala Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah selaku
pembantu pengelola aset dan para kepala OPD selaku pengguna aset daerah.
Untuk mengurus dan menertibkan pencatatan barang dalam proses pemakaian
maka Kepala Daerah menunjuk dan menetapkan pengurus barang pada masing-
masing OPD/Unit Kerja. Mengingat prinsip organisasi yaitu tercapainya
efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintah di daerah, maka fungsi
atau wewenang pengurusan tersebut dilimpahkan kepada aparat pembantunya
tanpa mengurangi tanggungjawab Kepala Daerah. Dengan demikian mekanisme
pengelolaan barang daerah yaitu adanya fungsi otorisator (Kepala Daerah),
ordonatur (OPD/Unit Kerja yang berwenang dan dilimpahi tugas) dan
bendaharawan.
Dalam proses inventarisasi terdapat kegiatan kodefikasi/labelling.
Kodefikasi/labelling adalah pemberian pengkodean barang pada setiap barang
inventaris milik pemerintah daerah yang menyatakan kode lokasi dan kode
barang. Tujuan pemberian kodefikasi atau labelling adalah untuk mengamankan
dan memberikan kejelasan status kepemilikan dan status penggunaan barang
pada masing-masing pengguna.
2.5 Inventarisasi Aset
Inventarisasi aset adalah serangkaian kegiatan untuk melakukan
pendataan, pencatatan, pelaporan hasil pendataan aset, dan
25
mendokumentasikannya, baik aset berwujud maupun aset tidak berwujud pada
suatu waktu tertentu. Inventarisasi aset dilakukan untuk mendapatkan data
seluruh aset yang dimliki, dikuasai sebuah organisasi perusahaan atau instansi
pemerintah. Seluruh aset perlu diinventarisasi baik yang diperoleh berdasarkan
beban dana sendiri (investasi), hibah ataupun dari cara lainnya (Sugiama,
2013:173).
Siregar (2004:518) berpendapat bahwa inventarisasi aset merupakan
kegiatan yang terdiri dari dua aspek, yaitu inventarisasi fisik dan yuridis/legal.
Aspek fisik terdiri atas bentuk, luas, lokasi, volume/jumlah, jenis, alamat dan lain-
lain. Sedangkan aspek yuridis adalah status penguasaan, masalah legal yang
dimiliki, batas akhir penguasaan. Proses kerja yang dilakukan adalah pendataan,
kodifikasi/labelling, pengelompokkan dan pembukuan/administrasi sesuai
dengan tujuan manajemen aset.
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah mengemukakan bahwa inventarisasi adalah
kegiatan untuk melakukan pendataan, pencatatan, dan pelaporan hasil
pendataan barang Milik Negara/Daerah yang dilakukan oleh Pengguna Barang
setiap tahun. Kuasa Pengguna Barang harus menyusun laporan Barang Kuasa
Pengguna semesteran dan tahunan sebagai bahan untuk menyusun neraca
satuan kerja untuk disampaikan kepada Pengguna Barang. Dari hasil
inventarisasi, dapat diketahui aktiva tetap yang benar-benar dimiliki oleh
Pemerintah Daerah, yang kemudian dilakukan penilaiannya sesuai dengan
kebijakan Pemerintah Daerah.
Adapun tujuan inventarisasi aset/BMD yaitu untuk :
1. Meyakini keberadaan fisik barang yang ada pada dokumen inventaris dan
ketepatan jumlahnya.
2. Mengetahui kondisi terkini barang (baik, rusak ringan, dan rusak berat).
26
3. Melaksanakan tugas administrasi yaitu : a) membuat usulan penghapusan
barang yang sudah rusak berat, b) mempertanggungjawabkan barang-
barang yang tidak ditemukan/hilang, dan c) mencatat/membukukan barang-
barang yang belum dicatat dalam dokumentasi inventaris.
4. Mendata permasalahan yang ada atas inventaris, seperti sengketa tanah,
kepemilikan yang tidak jelas, inventaris yang dikuasai pihak ketiga.
5. Menyediakan informasi nilai aset daerah sebagai dasar penyusunan neraca
awal daerah.
Sedangkan proses inventarisasi aset/BMD sebagai berikut :
1. Pengguna Barang melakukan inventarisasi barang milik daerah paling sedikit
1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
2. Barang milik daerah berupa konstruksi dalam pengerjaan (KDP),
inventarisasi dilakukan oleh pengguna barang setiap tahunnya.
3. Pengguna barang wajib menyampaikan laporan hasil inventarisasi kepada
pengelola barang paling lama 3 (tiga) bulan setelah selesainya inventarisasi.
4. Pengelolaan barang melakukan inventarisasi barang milik daerah berupa
tanah dan/atau bangunan yang berada dalam penguasaannya paling sedikit
1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
Barang yang dimaksud merupakan barang inventarisasi yaitu seluruh
barang yang dimiliki/dikuasai oleh pemerintah daerah yang penggunaannya lebih
dari satu tahun dan dicatat serta didaftar dalam Buku Inventaris (BI). Buku
inventaris dapat digunakan sesuai dengan fungsi dan peranannya, maka
pelaksanaannya harus lebih tertib, teratur, dan berkelanjutan berdasarkan pada
data yang benar, lengkap, dan akurat sehingga informasi diberikan tepat.
Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman
Pengelolaan Barang Daerah, dapat dibagi menjadi dua kegiatan, yaitu (1)
27
kegiatan pencatatan, dan (2) kegiatan pelaporan. Kegiatan pencatatan
dipergunakan buku-buku dan kartu-kartu sebagai berikut :
1. Buku Induk Inventaris (BII), merupakan gabungan atau kompilasi dari buku-
buku inventaris. Buku inventaris adalah himpunan catatan data teknis dan
administrasi yang diperoleh dari catatan kartu-kartu inventaris barang
sebagai hasil dari sensus ditiap-tiap OPD/Unit kerja yang dilaksanakan
secara serentak pada waktu tertentu. Sensus barang dilakukan setiap 5
(lima) tahun sekali untuk mendapatkan data barang dan pembukuan buku
inventaris yang benar, akurat (up to date) dan dapat
dipertanggungjawabkan.
2. Buku Inventaris (BI), merupakan buku yang menyajikan semua kekayaan
daerah yang bersifat kebendaan, baik yang bergerak maupun yang tidak
bergerak dan memuat data yang meliputi nomor, spesifikasi barang, bahan,
asal/cara perolehan barang, ukuran barang/konstruksi, satuan, keadaan
barang, jumlah baran, harga dan keterangan.
3. Kartu Inventaris Barang (KIB), yaitu kartu yang digunakan untuk mencatat
barang-barang inventarisasi secara tersendiri maupun kumpulan/kolektif
dengan dilengkapi data asal, volume, merk, tipe, nilai/harga dan data lain
mengenai barang yang diperlukan untuk inventarisasi dan tujuan lain serta
dipergunakan selama barang tersebut belum dihapus. Kartu Inventarisasi
barang terdiri dari : a) KIB A (Kartu Inventaisasi Tanah), b) KIB B (Kartu
Inventarisasi Peralatan dan Mesin, c) KIB C (Kartu Inventarisasi Gedung
dan Bangunan, d) KIB D (Kartu Inventarisasi Jalan dan Jembatan, dan KIB
E (Kartu Inventarisasi Lainnya).
4. Kartu Inventaris Ruangan (KIR), adalah kartu untuk mecatat barang-barang
yang ada dalam setiap ruangan kerja. KIR ini harus dipasang di setiap
28
ruangan kerja. Pemasangan maupun pencatatannya merupakan tanggung
jawab pengurus barang setiap OPD/Unit Kerja.
Sementara dalam kegiatan pelaksanaan pelaporan menggunakan daftar-
daftar yang terdiri dari 2 (dua) yaitu Daftar Rekapitulasi Barang Inventaris, yang
disusun atau dibuat oleh pengurus barang, (2) Daftar Mutasi Barang, yang
memuat informasi data barang yang berkurang atau bertambah dalam jangka
waktu tertentu yaitu per satu semester dan per tahun. Mutasi barang bertambah
bisa disebabkan karena pengadaan baru yang dibeli atau dibangun, hibah,
ruislag atau tukar menukar dan perubahan peningkatan kualitas atau yang
disebut kapitalisasi. Sedangkan mutasi barang berkurang disebabkan antara lain
dijual, dihapuskan, dimusnahkan, hilang, mati, dihibahkan, ruislag atau tukar
menukar, dilepaskan dengan ganti rugi. Untuk mengurus dan menertibkan
pencatatan barang dalam proses pemakaian maka Kepala Daerah menetapkan
pengurus barang pada masing-masing OPD dan Unit Kerja.
Kodefikasi/labelling merupakan kegiatan dalam proses inventarisasi aset.
Kodefikasi/labelling merupakan pemberian pengkodean barang pada setiap
barang inventaris milik pemerintah daerah yang menyatakan kode lokasi dan
kode barang. Adapun tujuan pemberian kodefikasi/labelling adalah untuk
mengamankan dan memberikan kejelasan status kepemilikan dan status
penggunaan barang pada masing-masing pengguna.
Proses inventarisasi yang teratur adalah proses inventarisasi yang
dilakukan dengan ketentuan yang dapat mewujudkan penyempurnaan dalam
pengurusan, pengawasan keuangan dan kekayaan Negara secara efektif, juga
dalam rangka meningkatkan efektifitas perencanaan penganggaran, pengadaan,
penyimpanan dan pemeliharaan, penyaluran serta penghapusan barang. Oleh
karena itu, pelaksanaan inventarisasi harus dilaksanakan secara baik dan benar
sesuai kondisi barang agar dapat dicapai tujuan inventarisasi dimaksud.
29
Mardiasmo (2004) mengemukakan bahwa Pemerintah daerah perlu
mengetahui jumlah dan nilai kekayaan daerah yang dimilikinya, baik yang saat ini
dikuasai maupun yang masih berupa potensi yang belum dikuasai atau
dimanfaatkan. Untuk itu pemerintah daerah perlu melakukan inventarisasi nilai
dan potensi aset daerah. Kegiatan inventarisasi bertujuan untuk memperoleh
informasi yang lengkap, akurat, dan mutakhir mengenai kekayaan daerah yang
dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah daerah. Inventarisasi aset daerah tersebut
penting untuk pembuatan Neraca Kekayaan Daerah yang akan dilaporkan
kepada masyarakat.
2.6 Legal Audit
Siregar (2004:519) menyatakan bahwa legal audit merupakan suatu
lingkup kerja manajemen aset berupa inventarisasi status penguasaan aset,
sistem dan prosedur penguasaan atau pengalihan aset, identifikasi dan mencari
solusi atas permasalahan legal dan strategi untuk memecahkan berbagai
permasalahan legal yang terkait dengan penguasaan atau pengalihan aset.
Penguasaan dan pemilikan tanah dan bangunan meliputi semua hak, hubungan-
hubungan hukum, dan manfaat yang berkaitan dengan kepemilikan tersebut.
Sementara Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007
memaparkan bahwa legal audit merupakan tindakan pengamanan atau tindakan
pengendalian, penertiban dalam upaya pengurusan barang daerah secara fisik,
administrasi dan tindakan hukum. Pengamanan tersebut menitikberatkan pada
penertiban pengamanan secara fisik dan administrasi, sehingga barang barang
daerah tersebut dapat dipergunakan atau dimanfaatkan secara optimal serta
terhindar dari penyerobotan pengambilan alihan atau klaim dari pihak lain.
Pengamanan secara fisik terhadap barang tidak bergerak berupa tanah dan
bangunan dapat dilakukan dengan pemagaran, pemasangan papan tanda
kepemilikan dan penjagaan. Sedangkan pengamanan secara administrasi dapat
30
dilakukan dengan cara penyelesaian bukti kepemilikan seperti IMB, sertifikat hak
milik, surat perjanjian, berita acara serah terima, akte jual beli, dan dokumen-
dokumen pendukung lainnya.
Legal audit adalah kegiatan pengauditan mengenai status aset, sistem
dan prosedur, pengadaan dan pengalihan, pengindetifikasian adanya indikasi
permasalahan legalitas, pencarian solusi untuk memecahkan masalah legalitas
yang terjadi atau terkait dengan penguasaan dan pengalihan aset (Sugiama,
2012:2).
2.7 Penilaian Aset
Penilaian aset adalah suatu proses kerja untuk melakukan penilaian atas
aset yang dikuasai/dimiliki (Siregar, 2004). Penilaian aset dapat dilakukan oleh
lembaga independen yang bersertifikat. Penilaian dilakukan dalam rangka
penyusunan neraca pemerintah pusat/daerah, pemanfaatan, dan
pemindahtanganan BMN/D. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014
menjelaskan bahwa penilaian merupakan suatu proses atau kegiatan untuk
memberikan suatu opini nilai atas suatu objek penilaian berupa barang milik
Negara/daerah pada waktu tertentu.
The Appraisal of Real Estate (American Institute of Real Estate
Appraisers of The National Association of Realtor S, 1983) dalam Resmi (2003)
memaparkan bahwa :
“asset appraisal is the process of estimating market value,invested value, insurable value, or other properly definedvalue of an identified interest or interest in a specific parcelor parcels of real estate as of a given date”.
Evira (2016) menjelaskan bahwa penilaian aset merupakan suatu proses
kegiatan penelitian yang selektif didasarkan pada data/fakta yang objektif dan
relevan dengan menggunakan metode atau teknis tertentu untuk memperoleh
nilai barang milik daerah. Pelaksanaan penilaian barang milik daerah dilakukan
31
oleh tim yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah dan dapat
melibatkan lembaga independen bersertifikat dibidang penilaian aset.
Terdapat tiga cara pendekatan yang digunakan dalam proses penilaian
aset/property (Haryono, 2007:52) sebagai berikut :
1. Pendekatan perbandingan harga pasar (sales competition approach).
Pendekatan ini dilakukan dengan cara membandingkan objek yang
akan dinilai dengan objek yang nilai jualnya sudah diketahui. Objek
yang serupa tidak diketahui nilai jualnya maka harga jual dari objek
lainnya yang sejenis dapat dipertimbangkan sebagai bukti terbaik dari
nilai pasar. Kelemahan dari pendekatan ini bahwa sulitnya memperoleh
data transaksi jual-beli di pasar dan seringkali objek yang dinilai tidak
identik dengan property yang diketahui harga jualnya.
2. Pendekatan biaya (cost approach). Pendekatan ini dilakukan dengan
cara memperkirakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk membuat atau
mengadakan property yang dinilai. Penerapan pendekatan ini untuk
menilai bangunan dan dijadikan dasar dari penilaian bangunan,
sedangkan untuk menilai tanah saja atau tanah dan bangunan perlu
diperhatikan komponen yang lain seperti nilai tanah, ditentukan dengan
menggunakan pendekatan perbandingan harga pasar, biaya investasi
khususnya untuk konstruksi bangunan, ditentukan dengan
memperhitungkan seluruh biaya yang telah dikeluarkan dalam rangka
memperbaiki atau mempertahankan nilai bangunan tersebut. Dalam
pendekatan ini terdapat dua metode penilaian yaitu metode kalkulasi
biaya dan metode biaya pengganti terdepresiasi. Metode kalkulasi
biaya digunakan untuk menentukan indikasi nilai pasar dari property
bukan khusus (non specialized properties). Sedangkan metode biaya
32
pengganti terdepresiasi adalah penilaian yang didasarkan kepada
estimasi nilai pasar saat ini atas tanah untuk penggunaan yang ada
ditambah dengan biaya pengganti kotor saat ini dari bangunan
dikurangi kerusakan fisik dan semua bentuk keusangan dan optimasi
yang relevan.
3. Pendekatan pendapatan (income capitalization approach). Pendekatan
ini dilakukan dengan cara memproyeksikan seluruh pendapatn property
tersebut dikurangi dengan biaya operasi. Hasil perhitungan tersebut
dikapitalisasi dengan suatu tingkat suku bunga pengembalian modal
dan keuntungan (return on investment). Pendekatan ini diterapkan
khusus untuk menilai property yang menghasilkan keuntungan secara
langsung seperti hotel, perkantoran, apartemen, pusat perbelanjaan
dan tempat hiburan.
2.8 Komitmen Pimpinan
Teori yang mendasari komitmen adalah teori komitmen organisasi.
Komitmen organisasi sudah mulai diperkenalkan oleh Etzioni (1961), istilah ini
semakin popular sejak tahun 1977 setelah dibahas oleh Staw dan Salancik, yang
mengajukan dua bentuk komitmen, komitmen sikap (attitudinal commitment) dan
komitmen tingkah laku (behavioral commitment). Komitmen sikap adalah
keadaan dimana individu mempertimbangkan sejauhmana nilai dan tujuan
pribadinya sesuai dengan nilai dan tujuan organisasi, serta sejauhmana
keinginannya untuk mempertahankan keanggotannya dalam organisasi.
Sedangkan komitmen tingkah laku didasarkan pada sejauhmana karyawan
menetapkan keputusan untuk terikat pada organisasi berkaitan dengan adanya
kerugian jika memutuskan melakukan alternative lain diluar pekerjaannya saat
ini.
33
Ketika seseorang ingin menjadi seorang pemimpin yang efektif, pemimpin
harus memiliki komitmen. Komitmen menunjukkan kepada orang lain bahwa
seseorang memiliki keyakinan. Maxwell (2001) mengemukakan bahwa komitmen
memiliki 3 (tiga) sifat sebagai berikut :
a. Komitmen dimulai di dalam hati jka seseorang ingin membuat perbedaan
dalam kehidupan orang lain tersebut harus terlebih dahulu memeriksa
hatinya apakah sudah benar-benar berkomitmen.
b. Komitmen diuji oleh perbuatan. Satu-satunya ukuran sejati dari komitmen
adalah perbuatan. Jadi komitmen harus diiringi oleh perbuatan.
c. Komitmen membuka pintu prestasi. Komitmen berlawanan dengan
penolakan, karena komitmen adalah janji serius untuk terus maju dan untuk
bangkit. Jadi, jika seseorang ingin mencapai suatu tujuan maka harus punya
komitmen.
Terdapat 4 (empat) tipe orang dalam berkomitmen yaitu 1) tipe pengecut
tidak memiliki sasaran dan tidak punya komitmen, 2) tipe peragu tidak tahu
apakah mencapai sasarannya sehingga seseorang takut membuat komitmen, 3)
tipe penyerah mulai menuju suatu sasaran namun segera menyerah jika
menemui hambatan, dan 4) tipe orang yang mati-matian, orang tersebut
menetapkan sasaran dan berkomitmen untuk mencapainya dan membayar
harga untuk mencapainya. Keempat tipe orang tersebut, dibutuhkan suatu
pengorbanan. Pengorbanan merupakan sesuatu yang konstan dalam
kepemimpinan, dan merupakan proses yang berkelanjutan bukan pengorbanan
yang sekali bayar, selalu ada harga yang harus dibayar demi mencapai
kemajuan. Semakin tinggi kepemimpinan semakin besar pengorbanan yang
akan diberikannya, Maxwell (2001).
34
Pengertian Komitmen
Komitmen adalah kemampuan dan kemauan untuk meyelaraskan
perilaku pribadi dengan kebutuhan, prioritas dan tujuan organisasi. Hal ini
mencakup cara-cara mengembangkan tujuan atau memenuhi kebutuhan
organisasi yang intinya mendahulukan misi organisasi daripada kepentingan
pribadinya. Mayer dan Allen (1991) dalam Soekidjan (2009) mengungkapkan
bahwa komitmen juga dapat berarti penerimaan yang kuat dari individu terhadap
tujuan dan nilai-nilai organisasi, dan individu berupaya serta berkarya dan
memiliki hasrat yang kuat untuk tetap bertahan di organisasi tersebut.
Komitmen atau kerikatan adalah merupakan jani atau kesanggupan yang
pasti untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Komitmen
merupakan integritas disiplin dalam diri seseorang dan konsisten dengan apa
yang sudah disepakati dalam kehidupannya baik dalam lingkungan social,
organisasi dan lingkungan keluarga. Robbins (2003) mengemukakan bahwa
komitmen organisasi merupakan salah satu sikap yang merefleksikan perasaan
suka atau tidak suka terhadap organisasi tempat bekerja. Artinya bahwa
komitmen organisasi adalah sikap karyawan yang tertarik dengan tujuan, nilai,
dan sasaran organisasi yang ditunjukkan dengan adanya penerimaan individu
atas nilai dan tujuan organisasi yang memiliki keinginan untuk berafiliasi dengan
organisasi dan kesediaan bekerja keras untuk organisasi sehingga individu betah
organisasi dan kesediaan bekerja keras untuk organisasi sehingga membuat
individu betah dan tetap ingin bertahan di organisasi tersebut demi tercapainya
tujuan dan kelangsungan organisasi. Schultz dan Schultz membagi komitmen
menjadi 3 (tiga) aspek yaitu 1) penerimaan terhadap nilai dan tujuan organisasi,
2) kesediaan untuk berusaha keras demi organisasi, dan 3) memiliki keinginan
untuk berafiliasi dengan organisasi.
35
Komitmen adalah suatu keteguhan untuk berjanji kepada diri sendiri
sehingga akan memacu dan merangsang seseorang untuk terus berjuang dalam
pencapaian target yang dicita-citakan serta tidak akan berhenti sebelum target
tersebut tercapai. Kepemimpinan (Leadership) merupakan faktor utama yang
menjadi kunci keberhasilan kinerja organisasi. Kesuksesan suatu organisasi
tergantung pada kinerja para pegawai yang berada pada tingkat paling bawah
dalam suatu piramida organisasi, oleh karena itu pada dasarnya para pegawai
yang bekerja membutuhkan pemimpin yang memimpin mereka dalam bekerja.
Sehingga berbagai kebijakan pelayanan prima akan dapat berjalan dengan baik
apabila mendapatkan dukungan dari top management yang ada di dalam
organisasi, bahkan baik buruknya kinerja organisasi akan sangat bergantung
pada cara pimpinan suatu organisasi tersebut menjalankan organisasinya.
Sebaik apapun gagasan atau ide dari bawah jika tanpa adanya dukungan dari
pimpinan puncak, gagasan tersebut tidak akan dapat berjalan dengan baik.
Sebaik apapun suatu kebijakan itu dibuat, tanpa adanya komitmen pimpinan
untuk menerapkan kebijakan tersebut, maka tidak akan dirasakan
keberhasilannya.
Komitmen adalah janji terhadap diri kita sendiri atau pada orang lain yang
tercermin dalam tindakan kita. Komitmen merupakan pengakuan yang
seutuhnya, sebagai sikap yang sebenarnya yang berasal dari watak yang keluar
dari dalam diri seseorang. Komitmen akan mendorong rasa percaya diri dan
semangat kerja serta menjalankan tugas menuju perubahan ke arah yang lebih
baik. Hal ini ditandai dengan peningkatan kualitas fisik dan psikologi dari hasil
kerja. Sehingga segala sesuatunya menjadi menyenangkan bagi seluruh
pegawai. Komitmen mudah diucapkan, namun lebih sukar untuk dilaksanakan.
Mengiyakan sesuatu dan akan melaksanan dengan penuh tanggung jawab
adalah salah satu sikap komitmen. Komitmen juga sering dikaitkan dengan
36
tujuan, baik itu yang bertujuan positif mauoun negatif. Kita seharusnya selalu
berkomitmen, karena dengan komitmen seseorang mempunyai keteguhan jiwa.
Adanya stabilitas sosial yang tinggi, toleransi, dan mampu bertahan pada masa-
masa yang sulit dan serta tidak mudah terprovokasi.
Ukuran komitmen seorang pimpinan adalah keterkaitannya dalam
pendelegasian wewenang (empowerment). Konsep ini, pimpinan dihadapkan
pada suatu komitmen untuk mempercayakan tugas dan tanggungjawab kepada
bawahan. Sebaliknya, bawahan perlu memiliki komitmen dalam rangka
meningkatkan kompetensi diri. Berdasarkan beberapa definisi yang telah
diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa komitmen merupakan suatu
ikatan psikologis staf atau pegawai pada organisasi yang ditandai dengan
adanya :
a. Kepercayaan dan penerimaan yang kuat terhadap tujuan dan nilai-nilai
organisasi.
b. Kemauan untuk mengusahakan tercapainya kepentingan organisasi.
c. Keinginan yang kuat untuk mempertahankan kedudukan sebagai anggota
organisasi.
Arvan (1999:31) dalam Mulyanto (2010) mengemukakan bahwa terdapat
5 (lima) prinsip kunci dalam membangun komitmen antara lain :
1. Memelihara dan meningkatkan harga diri. Maksudnya pimpinan harus pintar
menjaga agar harga diri dari bawahannya tidak rusak.
2. Memberikan tanggapan dengan empati.
3. Meminta bantuan dan mendorong keterlibatnnya. Maksudnya bawahan
butuh dihargai selain itu juga ingin dilibatkan dalam pengambilan keputusan.
4. Mengungkapkan pemikiran, perasaan dan rasional.
5. Memberikan dukungan tanpa mengambil alih tanggung jawab.
37
2.9 Optimalisasi Pemanfaatan Aset
Optimalisasi aset merupakan proses kerja dalam manajemen aset yang
bertujuan untuk mengoptimalkan potensi fisik, lokasi, nilai jumlah/volume, legal
dan ekonomi yang dimiliki aset tersebut (Siregar: 2004). Tahapan dalam
mengoptimalkan aset dimulai dengan melakukan identifikasi dan
mengelompokkan aset-aset yang dikuasai atas aset yang memiliki potensi dan
tidak memiliki potensi.
Pengelompokkan aset-aset yang memiliki potensi didasarkan pada jenis
sektor-sektor unggulan yang menjadi tumpuan dalam strategi pengembangan
ekonomi nasional, baik dalam jangka pendek, menengah, maupun jangka
panjang. Untuk menentukan kriteria tentunya harus terukur dan transparan,
sedangkan aset yang tidak dapat dioptimalkan, harus dicari faktor penyebabnya,
apakah permasalahannya terletak pada aspek legal, fisik, atau nilai ekonomi
yang rendah atau ada faktor-faktor lainnya. Hasil akhir dari tahapan ini adalah
rekomendasi berupa sasaran, strategi, dan program untuk mengoptimalkan aset
yang dikuasai.
Pemanfaatan merupakan salah satu bentuk optimalisasi yang dilakukan.
Pemanfaatan dilakukan harus sesuai dengan fungsi dan aturan yang telah
ditetapkan. Optimalisasi pemanfaatan aset daerah merupakan optimalisasi
terhadap penggunaan aset disamping meningkatkan pelayanan terhadap
masyarakat juga menghasilkan pendapatan (return) dalam bentuk uang.
Pemanfaatan aset dalam struktur pendapatan daerah termasuk dalam rincian
objek hasil pemanfaatan atau pendayagunaan kekayaan daerah yang tidak
dipisahkan. Jenis lain-lain PAD yang sah dan kelompok Pendapatan Asli Daerah
(PAD) (www.wordpres.com).
38
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah, pemanfaatan adalah pendayagunaan Barang Milik
Negara/Daerah yang tidak digunakan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi
Kementerian/Lembaga/satuan kerja perangkat daerah dan/atau optimalisasi
Barang Milik Negara/Daerah dengan tidak mengubah status kepemilikan. Istilah
pendayagunaan barang milik daerah terkandung makna bahwa tujuan
pemanfaatan barang milik daerah adalah optimalisasi pemanfaatan barang milik
daerah guna mendorong peningkatan penerimaan daerah. Pengertian tersebut
juga menyatakan mengenai barang milik daerah yang dapat dimanfaatkan
adalah barang milik daerah yang tidak dipergunakan untuk melaksanakan tugas
pokok dan fungsi OPD yang bersangkutan. Hal ini secara tidak langsung
memberikan penjelasan bahwa pelaksanaan tugas pokok dan fungsi tidak boleh
terganggu akibat pemanfaatan barang milik daerah.
Tujuan pemanfaatan aset/BMD sebagai berikut (1) mengoptimalkan daya
guna dan hasil guna BMD, (2) meningkkatkan penerimaan/pendapatan daerah,
(3) mengurangi beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
khususnya biaya pemeliharaan, (4) mencegah kemungkinan adanya
penyerobotan dari pihak lain yang tidak bertanggung jawab, (5) membuka
lapangan kerja, (6) meningkatkan pendapatan masyarakat.
Ada beberapa bentuk pemanfaatan aset/BMD berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 sebagai berikut :
1. Sewa
Sewa adalah pemanfaatan Barang Milik Daerah oleh pihak lain dalam
jangka waktu tertentu dengan menerima imbalan uang tunai. Sewa merupakan
penyerahan hak penggunaan dan pemanfaatan kepada pihak ketiga, hubungan
sewa menyewa tersebut harus memberikan imbalan berupa uang sewa baik
39
bulanan atau tahunan dengan jangka waktu tertentu, dengan pembayaran
sekaligus maupun secara berkala. Aset/BMD baik barang bergerak maupun
tidak bergerak yang belum dimanfaatkan oleh pemerintah daerah, dapat
disewakan kepada pihak ketiga sepanjang menguntungkan daerah. Barang milik
daerah yang disewakan, tidak merubah status kepemilikan barang daerah.
BMD yang disewakan berupa tanah dan/atau bangunan dilaksanakan
oleh pengelola setelah mendapat persetujuan dari Kepala Daerah. Penyewaan
barang milik daerah atas sebagian tanah dan/atau bangunan, selain tanah
dan/atau bangunan yang masih dipergunakan oleh pengguna, dilaksanakan oleh
pengguna setelah mendapat persetujuan dari pengelola. Penyewaan BMD
dilakukan dengan tujuan yaitu (1) mengoptimalkan pendayagunaan BMD yang
belum atau tidak digunakan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi
penyelenggaraan pemerintahan daerah, (2) memperoleh fasilitas yang
diperlukan dalam rangka menunjang tugas dan fungsi Pengguna Barang, dan (3)
mencegah penggunaan BMD oleh pihak lain secara tidak sah.
2. Pinjam pakai
Pinjam pakai adalah penyerahan penggunaan barang antara pemerintah
pusat dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah dalam jangka waktu
tertentu tanpa menerima imbalan dan setelah jangka waktu tersebut berakhir
diserahkan kembali kepada pengelola. Objek pinjam pakai meliputi tanah dan
bangunan yang dapat dipinjam pakaikan baik sebagian maupun secara
keseluruhan. Pelaksanaan pinjam pakai harus mendapatkan persetujuan kepala
daerah sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan barang milik daerah.
Sedangkan jangka waktu pinjam pakai BMD paling lama 5 (lima) tahun dan
dapat diperpanjang 1 (satu) kali. Selama masa pinjam pakai, peminjam pakai
tidak diperbolehkan untuk melakukan pemanfaatan atas objek pinjam pakai.
40
3. Kerja Sama Pemanfaatan (KSP)
Kerja sama pemanfaatan adalah pendayagunaan barang milik
Negara/daerah oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dalam rangka
peningkatan penerimaan Negara bukan pajak/pendapatan daerah dan sumber
pembiayaan lainnya. Kerjasama pemanfaatan dengan pihak lain bertujuan dalam
rangka optimalisasi pendayagunaan BMD guna memberikan tambahan
pendapatan Negara. Pelaksanaan kerja sama pemanfaatan dilakukan oleh
pengelola barang atas persetujuan kepala daerah. Jangka waktu pemanfaatan
paling lama 30 (tiga puluh) tahun sejak perjanjian ditandatangani dan dapat
diperpanjang.
4. Bangun Guna Serah (BGS)
Bangun Guna Serah adalah pemanfaatan Barang Milik Negara/Daerah
berupa tanah oleh pihak lain dengan mendirikan bangunan dan/atau sarana
berikut fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam
jangka waktu tertentu yang telah disepakati, untuk selanjutnya diserahkan
kembali tanah beserta bangunan dan sarana berikut fasilitasnya setelah
berakhirnya jangka waktu. Penetapan mitra BGS dilaksanakan melalui proses
tender dan jangka waktu perjanjian BGS paling lama 30 (tiga puluh) tahun sejak
perjanjian ditandatangani.
5. Bangun Serah Guna (BSG)
Bangun Serah Guna adalah pemanfaatan Barang Milik Negara/Daerah
berupa tanah oleh pihak dengan cara mendirikan bangunan dan sarana berikut
fasilitasnya, dan setelah selesai pembangunannya diserahkan untuk
didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu yang telah
disepakati. Sama halnya dengan BGS, penetapan mitra BSG dilakukan melalui
proses tender dan jangka waktu perjanjian paling lama 30 (tiga puluh) tahun
sejak kontrak perjanjian ditandatangani.
41
Bentuk pemanfaatan bangun serah guna pada dasarnya mirip dengan
bentuk pemanfaatan bangun guna serah. Hal yang membedakan adalah ada
proses penyerahan bangunan yang siap pakai beserta sarana/fasilitasnya
kepada pemerintah daerah terlebih dahulu. Selanjutnya oleh pemerintah daerah,
tanah dan atau bangunan tersebut diserahkan kembali kepada pihak lain untuk
didayagunakan selama jangka waktu tertentu yaitu paling lama 30 tahun sejak
dimulainya masa pengoperasian.
6. Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur (KSPI)
Kerja Sama Penyediaan Insfrastruktur adalah kerja sama antara
pemerintah dan badan usaha untuk kegiatan penyediaan infrastruktur sesuai
dengan ketentuan Peraturan perundang-undangan. Jangka waktu Kerja Sama
Penyediaan Infrastruktur paling lama 50 (lima puluh) tahun dan dapat
diperpanjang.
2.10 Tinjaun Empiris
Penelitian tentang pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap
kinerja manajerial telah banyak dilakukan oleh para ahli dengan atau atapa
menggunakan variabel kontijensi. Penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan
dengan variabel-variabel yang dibahas dalam penelitian ini antara lain:
1. Penelitian Widayanti (2010) dengan judul Pengaruh Manajemen Aset
Terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset Tetap Pemerintah Daerah (Studi
Kasus Di Kabupaten Sragen). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
indentifiikasi, inventarisasi, dan penilaian berpengaruh terhadap
optimalisasi pemanfaatan aset tetap pemerintah daerah. Hal tersebut
konsisten dengan logika teori yang dikembangkan dalam penentuan
hipotesis penelitian bahwa peningkatan proses identifikasi, inventarisasi
dan penilaian aset menyebabkan peningkatan terhadap optimalisasi
42
pemanfaatan aset tetap pemerintah daerah. Sementara variabel legal audit
tidak berpengaruh terhadap optimalisasi pemanfaatan aset tetap.
2. Antoh (2012) meneliti mengenai Manajemen Aset Dalam Rangka
Optimalisasi Aset Tetap (Tanah dan Bangunan) Pemerintah Daerah (Studi
Di Kabupaten Paniai). Penelitian ini menggunakan alat analisis uji regresi
linear berganda, yang mana hasil penelitian tersebut menunjukkan
inventarisasi aset dan penilaian aset tidak terbukti berpengaruh positif dan
signifikan terhadap optimalisasi pemanfaatan aset. Sedangkan optimalisasi
aset tetap (tanah dan bangunan) dipengaruhi secara signifikan oleh legal
audit, serta pengawasan dan pengendalian aset.
3. Jusmin (2013), penelitiannya tentang Pengaruh Manajemen Aset Terhadap
Tingkat Optimalisasi Aset Tetap (Tanah dan Bangunan) Pemerintah Kota
Bau-Bau. Hasil menunjukkan bahwa inventarisasi aset, penilaian aset,
pengawasan dan pengendalian masing-masing secara parsial berpengaruh
positif dan signifikan terhadap optimalitas aset tetap (tanah dan bangunan).
Sementara legal audit secara parsial tidak berpengaruh positif dan
signifikan terhadap tingkat optimalitas aset tetap (tanah dan bangunan).
Sedangkan secara simultan inventarisasi aset, legal audit, penilaian aset
dan pengawasan dan pengendalian aset berpengaruh positif dan signifikan
terhadap optimalisasi aset tetap.
4. Penelitian Jamaluddin (2013) berjudul Optimalisasi Pengelolaan dan
Pemanfaatan Aset Tetap (Tanah Dan Bangunan): Studi pada Pemerintah
Provinsi NTB. Menunjukkan hasil bahwa inventarisasi dan penilaian aset
masing-masing secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap
optimalisasi pengelolaan dan pemanfaatan aset tetap. Sedangkan legal
audit aset berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap optimalisasi
pengelolaan dan pemanfaatan aset tetap.
43
5. Indyaputri (2013) meneliti dengan tujuan Menganalisis Efektivitas
Pengelolaan Aset Tetap (Tanah dan Bangunan) pada Instansi Pemerintah:
Studi Kasus pada Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. Esensi penelitian ini
adalah melihat perbedaan persepsi antar kelompok pegawai pengelola aset
dengan pegawai non pengelola aset. Hasil penelitian ini menegaskan
bahwa inventarisasi aset, legal audit, penilaian aset, optimalisasi
pemanfaatan aset, serta pengawasan dan pengendalian, pada dasarnya
telah dijalankan dengan baik, akan tetapi inventarisasi aset belum
sepenuhnya selesai atau lengkap terkait dengan sertifikasi lahan.
6. Ilham (2013) dalam penelitiannya mengenai Manajemen Aset Dalam
Rangka Optimalisasi Aset Tetap (Tanah dan Bangunan) Pada Pemerintah
Provinsi Sumatera Barat. Penelitian ini menggunakan alat analisis uji
regresi linear berganda, yang mana pada hasil penelitiannya
mengemukakan bahwa optimalisasi aset tetap (tanah dan bangunan)
dipengaruhi secara signifikan oleh inventarisasi aset, legal audit,
pengawasan dan pengendalian.
7. Ayomi (2014) meneliti Pengaruh Manajemen Aset Terhadap Optimalisasi
Aset Tetap (Tanah Dan Bangunan) Pemerintah Daerah: Studi Di
Kabupaten Manokwari, dengan hasil bahwa secara parsial inventarisasi
aset tidak berpengaruh terhadap optimalisasi aset tetap. Sementara legal
audit aset secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap
optimalisasi aset tetap. Sedangkan penilaian aset, pemanfaatan aset, dan
pengawasan dan pengendalian aset masing-masing secara parsial
berpengaruh positif, namun tidak signifikan terhadap optimalisasi aset.
8. Syahruni (2015) dalam penelitiannya Pengaruh Inventarisasi Aset, Kualitas
Sumber Daya Manusia, dan Komitmen Pimpinan Terhadap Optimalisasi
Pengelolaan Aset dan Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
44
Kab. Takalar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Inventarisasi Aset
berpengaruh secara signifikan terhadap optimalisasi aset sementara
kualitas SDM berpengaruh positif dan signifikan terhadap optimalisasi aset
dan terhadap kualitas laporan keuangan. Dan komitmen pimpinan tidak
mempengaruhi kualitas laporan keuangan.
9. Nasution, et al (2015) meneliti Pengaruh Manajemen Aset terhadap
Optimalisasi Aset Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara,
dengan hasil menunjukan bahwa secara parsial variabel inventarisasi aset,
legal audit, dan penilaian aset berpengaruh positif dan signifikan terhadap
optimalisasi aset.
10. Penelitian Bleskadit (2015) dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pengelolaan Aset Tetap (Tanah Dan Bangunan): Studi
Pada Pemerintah Daerah Kota Jayapura, dengan hasil bahwa secara
parsial masing-masing inventarisasi aset, penilaian aset, dan pengawasan
dan pengendalian aset berpengaruh positif dan signifikan terhadap
optimalisasi aset tetap (tanah dan bangunan), sedangkan legal audit aset
berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap pengelolaan aset tetap
(tanah dan bangunan). Sementara secara simultan inventarisasi aset, legal
audit aset, penilaian aset serta pengawasan dan pengendalian aset
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengelolaan asset tetap (tanah
dan bangunan).
11. Hidayati (2016) meneliti Pengaruh Manajemen Aset Terhadap Optimalisasi
Pemanfaatan Aset RSUD Pandan Arang Boyolali, dengan simpulan bahwa
secara parsial dan simultan inventarisasi aset, identifikasi aset, legal audit,
dan penilaian aset berpengaruh terhadap optimalisasi aset. Sementara
inventarisasi aset dan legal audit berpengaruh positif dan signifikan
45
terhadap optimalisasi aset. Sedangkan identifikasi aset dan penilaian aset
berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap optimalisasi aset.
12. Simmamora (2013) melalui pendekatan kualitatif mengkaji tentang Faktor-
faktor yang Mempengaruhi Pengelolaan Aset pasca Pemekaran Wilayah
dan Pengaruhnya terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Kab.
Tapanuli Selatan, dengan proposisi kesimpulan bahwa terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi pengelolaan aset, diantaranya: SDM; Bukti
Keemilikan; Penilaian Aset; Komitmen Pimpinan; Sikap dalam artian Rasa
Tanggung Jawab dan Kepedulian.
13. Hanis, Tringunarsyah, dan Susilawati (2011), melakukan penelitian untuk
mengidentifikasi tantangan yang dihadapi oleh pemerintah daerah
Indonesia ketika mengadopsi kerangka manajemen aset publik.
Desain/metodologi/ pendekatan. Sebuah studi kasus dalam pemerintah
Provinsi Sulawesi Selatan digunakan sebagai pendekatan untuk mencapai
tujuan penelitian. Studi kasus ini melibatkan dua teknik pengumpulan data
wawancara dan analisis dokumen. Temuan Hasil penelitian menunjukkan
terdapat tantangan yang signifikan bahwa pemerintah daerah Indonesia
perlu mengelola ketika mengadopsi kerangka manajemen aset publik.
Tantangan-tantangan tersebut: tidak adanya kerangka kelembagaan dan
hukum untuk mendukung penerapan manajemen aset, prinsip non-profit
aset publik, beberapa yurisdiksi yang terlibat dalam proses manajemen
aset publik, kompleksitas tujuan pemerintah daerah, ketersediaan-non
Data untuk mengelola milik umum, dan sumber daya manusia yang
terbatas.
14. Dadson dan Ebenezer (2006) dalam penelitiannya menjelaskan tentang
mengoptimalkan manajemen aset tanah di Ghana dalam rangka menuju
good governance. Beberapa langkah-langkah yang digunakan guna
46
mencapai pemerintahan yang baik adalah berada di seputar legislasi,
organisasi dalam sektor tanah, data base dan peta serta mekanisme sistem
lahan yang berkelanjutan.
15. Zebua (2009), dalam penelitiannya tentang manajemen aset berupa tanah
dan bangunan di Pemerintah Kabupaten Nias. Penelitian yang dilakukan
bertujuan untuk menganalisis inventarisasi, legal/yuridis atas aset tanah
dan bangunan, menganalisis metode penilaian aset tanah dan bangunan
pada neraca daerah, menganalisis pemanfaatan aset tanah dan bangunan
terhadap kontribusi pada Pendapatan Asli Daerah (retribusi), serta
pengawasan dan pengendalian terhadap aset yang dimiliki oleh Pemerintah
Kabupaten Nias. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pengelolaan aset
yang berupa tanah dan bangunan di Kabupaten Nias belum berjalan
sebagaimana mestinya.
47
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual
Pemerintah harus memahami tentang pentingnya pengelolaan aset yang
baik terutama dalam mengoptimalkan pemanfaatan aset-aset yang
dimiliki/dikuasai. Konsep manajemen aset yang dijalankan dengan baik, maka
akan memberikan manfaat yang besar dalam meningkatkan efisiensi, efektifitas
dan menciptakan nilai tambah dalam mengelola aset yang tertib, akuntabel dan
transparan.
Optimalisasi pemanfaatan aset adalah satu proses kerja dalam
manajemen aset yang bertujuan untuk mengoptimalkan potensi fisik, lokasi, nilai,
jumlah/volume, legal dan ekonomi yang dimiliki aset tersebut (Siregar, 2004).
Aset yang tidak dapat dioptimalkan harus dicari faktor-faktor penyebabnya.
Faktor-faktor yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan tahapan dalam
manajemen aset antara lain inventarisasi aset, legal audit dan penilaian aset.
Dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan aset tetap, kegiatan
inventarisasi aset perlu dilakukan untuk memperoleh informasi yang akurat,
lengkap dan up to date mengenai kekayaan daerah yang dimiliki atau dikuasai
oleh pemerintah daerah. Untuk itu, kegiatan inventarisasi aset sebaiknya
dilaksanakan secara rutin dan berkesinambungan agar dapat terwujud tata kelola
aset/BMD yang baik, baik terhadap pengelolaan administrasi, fisik maupun
hukum.
Kegiatan inventarisasi aset yang dilakukan dapat diperoleh informasi
bahwa terdapat aset-aset berupa tanah dan bangunan yang belum bersertifikat
dan hal tersebut dapat menimbulkan masalah legal audit. Proses legal audit
48
terhadap aset tetap berupa tanah dan bangunan perlu dilakukan untuk
mengindentifikasi masalah-masalah terkait penguasaan dan pengalihan aset.
Setelah mengindetifikasi masalah-masalah aset, pemerintah daerah juga perlu
melakukan penilaian aset. Penilaian aset merupakan kegiatan penilaian atas
aset yang dimiliki atau dikuasai dan dilakukan dalam rangka menyusun neraca
awal pemerintah daerah. Penilaian aset juga bertujuan agar pemerintah dapat
menilai aset yang memiliki potensi untuk dimanfaatkan dalam bentuk sewa,
pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan, Bangun Guna Serah/Bangun Serah Guna
dan Kerjasama Penyedia Infrastruktur.
Selain itu, penelitian ini mengemukakan bahwa terdapat faktor lain yang
dapat mempengaruhi hubungan antara inventarisasi aset, legal audit, dan
penilaian aset terhadap optimalisasi pemanfaatan aset yaitu komitmen pimpinan.
Keberhasilan suatu organisasi tidak lepas dari konsistensi seorang pimpinan.
Pimpinan merupakan seseorang yang memiliki tanggung jawab dalam
menjalankan dan mengimplementasikan kebijakan-kebijakan yang telah dibuat
untuk menjadi sebuah keputusan dalam organisasi. Keputusan tersebut dapat
menjadi sebuah komitmen yang harus dijalankan dalam rangka pencapaian
tujuan yang dalam penelitian ini mengoptimalkan pemanfaatan aset-aset yang
dikuasai/dimiliki pemerintah daerah. Komitmen pimpinan dalam penelitian ini
merupakan variabel moderating karena dianggap dapat memperkuat hubungan
antara inventarisasi aset terhadap optimalisasi pemanfaatan aset, legal audit
terhadap optimalisasi pemanfaatan aset dan penilaian aset terhadap optimalisasi
pemanfaatan aset.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dalam penelitian ini akan meneliti
apakah kegiatan inventarisasi aset, legal audit, dan penilaian aset akan
mempengaruhi optimalisasi pemanfaatan aset pemerintah daerah dan apakah
49
komitmen pimpinan dapat memoderasi hubungan antara inventarisasi aset
terhadap optimalisasi pemanfaatan aset tetap, legal audit terhadap optimalisasi
pemanfaatan aset dan penilaian aset terhadap optimalisasi pemanfaatan aset,
sehingga secara skematis kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
H2 H4
H1 H6
H3
H5
3.2 Hipotesis Penelitian
3.2.1 Pengaruh Inventarisasi Aset Terhadap Optimalisasi Pemanfaatan
Aset Tetap
Goal setting theory menekankan pada pentingnya hubungan antara
tujuan yang ditetapkan dan kinerja yang dihasilkan, sehingga teori ini
menyatakan bahwa tujuan-tujuan yang sifatnya spesifik atau sulit cenderung
menghasilkan kinerja yang lebih tinggi. Kegiatan inventarisasi merupakan
kegiatan atau proses yang terdiri dari pendataan, kodefikasi/labelling,
pengelompokkan dan pelaporan. Peningkatan kinerja dalam kegiatan
inventarisasi sangat berpengaruh dalam mencapai sasaran atau tujuan
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual
Penilaian
Aset (X3)
Komitmen
Pimpinan (X4)
Optimalisasi
Pemanfaatan Aset
Tetap (Y)
LegalAudit (X2)
Inventarisasi
Aset (X1)
50
optimalisasi pemanfaatan aset. Dengan melakukan kegiatan inventarisasi aset
secara berkala dan up to date, maka pemerintah mendapatkan data dan
informasi mengenai aset-aset yang memiliki potensi yang dapat dimanfaatkan
secara optimal.
Status optimalnya suatu aset/BMD, didasarkan pada hasil inventarisasi
atas keberadaan suatu aset, tentunya dengan melakukan penelusuran dan
pemeriksaan terhadap atribut aset yang meliputi aspek fisik, administrasi, dan
hukum (legalitas kepemilikan atau kejelasan alas hak) (Jusmin, 2013). Dengan
demikian, pelaksanaan kegiatan inventarisasi berdampak pada keputusan akan
penentuan kategorisasi dan jenis tindakan yang tepat terhadap suatu aset sesuai
dengan kondisi masing-masing sehingga akan tercipta sebuah informasi yang
akurat dan real serta memperjelas jenis tindakan atau perlakuan yang tepat atau
yang seharusnya dilakukan terhadap suatu aset, entah dimanfaatkan melalui
mekanisme sewa, pinjam pakai, kerja sama pemanfatan, bangun serah
guna/bangun guna serah, dan kerjasama penyedia infrastruktur.
Hasil penelitian yang dilakukan Jusmin (2013), Jamaludin (2013), Ratih
(2014), Nasution et al (2015), Bleskadit (2015), dan Hidayati (2016), dan
Widayanti (2010) menyatakan bahwa inventarisasi aset berpengaruh positif
terhadap optimalisasi pemanfaatan aset. Namun, berbeda dengan hasil
penelitian yang dilakukan Ayomi (2014) dan Antoh (2012) yang menyatakan
bahwa secara parsial inventarisasi aset tidak berpengaruh terhadap optimalisasi
aset.
Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengaruh
inventarisasi aset terhadap optimalisasi aset berbanding lurus, dalam artian
bahwa ketika inventarisasi dilakukan secara baik dan rutin, maka tingkat
optimalisasi juga semakin baik atau meningkat, sehingga peneliti menyatakan
51
hipotesis sebagai berikut:
H1 Inventarisasi Aset Berpengaruh Positif Terhadap Optimalisasi
Pemanfaatan Aset Tetap.
3.2.2 Pengaruh Komitmen Pimpinan Terhadap Hubungan Inventarisasi
Aset dengan Optimalisasi Pemanfaatan Aset
. Stodgill (1974) mengemukakan bahwa kepemimipinan adalah suatu
proses tindakan mempengaruhi aktifitas kelompok yang terorganisasi dalam
usaha menetapkan tujuan dan pencapaian tujuan. Artinya pemimpin merupakan
individu yang memiliki program dan bersama anggota kelompok bergerak untuk
mencapai tujuan dengan cara yang pasti. Suatu organisasi baik swasta maupun
pemerintahan tidak lepas dari konsistensi pimpinan. Seorang pimpinan
mempunyai tanggung jawab dalam menjalankan dan mengimplementasikan
kebijakan-kebijakan yang telah dibuat untuk menjadi sebuah keputusan dalam
organisasi.
Adanya komitmen pimpinan dapat mempengaruhi inventarisasi aset
terhadap optimalisasi pemanfaatan aset tetap. Pimpinan mempunyai wewenang
penuh untuk dapat mengarahkan bawahannya untuk dapat melakukan kegiatan
inventarisasi aset secara berkala, lengkap dan up to date sehingga dapat
memperoleh informasi mengenai data aset-aset yang bermasalah dan yang
memiliki potensi untuk dimanfaatkan secara optimal.
Penelitian Silviana (2012) yang berjudul pengaruh komitmen kepala
daerah terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah propinsi Jawa
Barat, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa komitmen pimpinan pemda
daerah memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laporan
keuangan. Sedangkan Simammora (2012) menjelaskan tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi pengelolaan aset pasca pemekaran wilayah dan
52
pengaruhnya terhadap kualitas laporan keuangan. Hasil penelitiannya
menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan aset pasca
pemekaran adalah SDM, pengetahuan pengelolaan aset, penilaian aset,
komitmen pimpinan dan sikap kurangnya kepedulian dan tanggung jawab
pengelolaan aset setelah pemekaran wilayah tersebut, hal ini berpengaruh
terhadap laporan keuangan pemerintah daerah.
Penelitian tersebut di atas, mengungkapkan bahwa komitmen pimpinan
berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Untuk itu,
dalam penelitian ini akan menguji apakah komitmen pimpinan dapat memperkuat
hubungan antara inventarisasi aset terhadap optimalisasi pemanfaatan aset
tetap. Sehingga peneliti menyatakan hipotesis sebagai berikut :
H2 Komitmen Pimpinan Memperkuat Pengaruh Inventarisasi Aset terhadap
Optimalisasi Pemanfaatan Aset Tetap
3.2.3 Pengaruh Legal Audit terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset
Siregar (2004) menyatakan bahwa legal audit merupakan satu lingkup
kerja manajemen aset yang berupa inventarisasi status penguasaan aset,
sistem dan prosedur penguasaan atau pengalihan aset, identifikasi dan mencari
solusi atas permasalahan legal, dan strategi untuk memecahkan berbagai
permasalahan legal yang terkait dengan penguasaan atau pengalihan aset.
Goal setting theory (teori penetapan tujuan) menjelaskan hubungan
antara tujuan yang ditetapkan dengan prestasi kerja (kinerja manajerial).
Penerapan goal setting theory dalam penelitian ini adalah pemerintah daerah
sebagai suatu organisasi publik menetapkan sasaran atau tujuan yang ingin
dicapai ke depannya. Penetapan tujuan organisasi dalam penelitian ini adalah
mengoptimalkan pemanfaatan aset secara efisien dan efektif. Mengoptimalkan
pemanfaatan aset merupakan sasaran atau tujuan yang spesifik yang ingin
53
dicapai organisasi tersebut. Untuk mewujudkan sasaran atau tujuan tersebut,
maka perlu meningkatkan kinerja dalam penyelesaian masalah legal audit yang
dihadapi pemerintah saat ini.
Hasil penelitian Ayomi (2014), Ilham (2013), dan Antoh (2012)
menemukan bahwa legal audit mempunyai pengaruh positif terhadap
optimalisasi pemanfaatan aset. Sedangkan Pakiding (2006), Widayanti (2010),
dan Jusmin (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa legal audit tidak
berpengaruh positif terhadap optimalisasi pemanfaatan aset.
Berdasarkan ketidakkonsistenan hasil penelitian yang telah ada maka
penelitian ini kembali dilakukan dengan tujuan untuk menguji kembali hubungan
legal audit terhadap optimalisasi pemanfaatan aset, maka dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
H3 Legal Audit Berpengaruh Positif terhadap Optimalisasi Pemanfaatan
Aset Tetap
3.2.4 Pengaruh Komitmen Pimpinan Terhadap Hubungan Legal Audit
dengan Optimalisasi Pemanfaatan Aset
Teori kepemimpinan mengemukakan bahwa kepemimpinan akan selalu
melibatkan orang lain, oleh karena itu dimana ada pemimpin, disana terdapat
pengikut. Sebagai orang yang selalu bersama-sama dengan bawahannya atau
yang dipimpinnya, seorang pemimpin harus mampu menjadi agen perubahan
dan berinteraksi memberikan pengaruh kepada bawahannya atau yang
dipimpinnya, sehingga bawahannya atau yang dipimpinnya bersemangat untuk
menyelesaikan tugas masing-masing atau bekerjasama dalam mencapai tujuan
organisasi yang sudah di tetapkan.
Permasalahan legal audit pada pemerintah daerah seharusnya menjadi
perhatian utama dalam rangka mengamankan aset/BMD milik pemerintah baik
54
secara administrasi maupun fisik. Aset yang tidak digunakan atau dimanfaatkan
akan memudahkan pihak lain menyerobot bahkan mengambil alih dan dengan
mudah dapat diklaim oleh pihak lain. Untuk menyelesaikan masalah legal audit
ini diperlukan kerjasama antara pimpinan dan bawahan. Selain itu, diperlukan
komitmen pimpinan yang kuat dalam penyelesaian masalah legal audit. Dengan
adanya komitmen pimpinan yang kuat akan dapat mempengaruhi proses
penyelesaian masalah tersebut lebih cepat terselesaikan.
Sejalan dengan Kotter (2001) yang berpendapat bahwa untuk dapat
mengoptimalkan suatu organisasi secara efektif dan efisien dubutuhkan
kepemimpinan yang kuat dan manajemen yang kuat. Sementara Khaleelee dan
Woolf (1996) mengemukakan bahwa pergerakan atau pelaksanaan adalah
proses arahan pimpinan kepada stafnya agar mampu dan mau bekerja secara
optimal menjalankan tugas-tugas sesuai dengan kemampuan dan keterampilan
yang dimiliki.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti akan menguji apakah komitmen
pimpinan dapat memperkuat hubungan antara legal audit terhadap optimalisasi
pemanfaatan aset tetap. Sehingga peneliti menyatakan hipotesis sebagai berikut:
H4 Komitmen Pimpinan Memperkuat Pengaruh Legal Audit terhadap
Optimalisasi Pemanfaatan Aset Tetap
3.2.5 Pengaruh Penilaian Aset terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset
Goal setting theory menekankan pada pentingnya hubungan antara
tujuan yang ditetapkan dan kinerja yang dihasilkan, sehingga teori ini
menyatakan bahwa tujuan-tujuan yang sifatnya spesifik atau sulit cenderung
menghasilkan kinerja yang lebih tinggi. Penilaian adalah satu proses kerja untuk
melakukan penilaian atas aset yang dikuasai. Penilaian atas aset bertujuan
memperoleh informasi mengenai penetapan harga bagi aset yang ingin dijual
55
ataupun dimanfaatkan (Siregar, 2004). Optimalisasi pemanfaatan aset
merupakan tujuan spesifik yang ingin dicapai, sedangkan penilaian aset
merupakan salah satu bentuk kinerja yang dilakukan untuk mendapatkan nilai
aset yang sesuai, sehingga dengan melakukan penilaian aset dapat diperoleh
informasi mengenai aset-aset yang bernilai ekonomis dan dapat dimanfaatkan
secara efisien dan efektif.
Widayanti (2010) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa proses
penilaian aset dapat meningkatkan optimalisasi pemanfaatan aset pemerintah
daerah. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Nasution et al (2015), Ayomi
(2015), Jusmin (2013), dan Pakiding (2006) yaitu penilaian aset berpengaruh
terhadap optimalisasi aset. Namun berbeda dengan hasil penelitian yang
dillakukan oleh Antoh (2012) dan Wahyuni (2011) yang menyatakan penilaian
aset tidak terbukti berpengaruh terhadap optimalisasi aset.
Berdasarkan ketidakkonsistenan hasil penelitian yang telah ada maka
penelitian ini kembali dilakukan dengan tujuan untuk menguji kembali hubungan
penilaian aset terhadap optimalisasi pemanfaatan aset tetap, maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H5 Penilaian Aset Berpengaruh Positif terhadap Optimalisasi Pemanfaatan
Aset Tetap
3.2.6 Pengaruh Komitmen Pimpinan Terhadap Hubungan Penilaian Aset
dengan Optimalisasi Pemanfaatan Aset
Seorang pemimpin memiliki kemampuan untuk membawa pengikutnya
bersama-sama dengan dia mengilhami mereka, membuat keputusan-keputusan
demi kepentingan mereka, dengan atau tanpa kerjasama mereka dan
mengkomunikasikan keputusan-keputusan mereka pada orang lain (Khaleelee
dan Woolf, 1996). Sedangkan Cabbold et al (2004) menyimpulkan bahwa peran
56
krusial dari kepemimpinan manajemen adalah dalam menciptakan tujuan, nilai,
dan sistem yang menuntun kepada perbaikan kinerja yang berkelanjutan.
Seorang pemimpin harus dapat mengembangkan dirinya sendiri secara terus
menerus, dapat mempengaruhi, memberi inspirasi, dan mengarahkan
bawahannya dengan benar untuk dapat mencapai tujuan organisasi. Untuk itu
diperlukan kepemimpinan yang mampu memimpin dengan efektif dan membawa
organisasi kearah yang lebih baik.
Penilaian aset bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai
penetapan harga bagi aset yang ingin dijual ataupun dimanfaatkan. Penilaian
aset tersebut dapat dilakukan oleh penilai independen yang ditentukan oleh
Kepala Daerah sebagai pimpinan. Teori kepemimpinan mengungkapkan bahwa
kepemimpinan merupakan kegiatan sentral di dalam sebuah kelompok atau
organisasi, dengan seorang pemimpin puncak sebagai figur sentral yang
memiliki wewenang dan tanggung jawab dalam mengefektifkan organisasi untuk
mencapai tujuannya. Kepala Daerah sebagai seorang pimpinan memiliki
wewenang dalam menentukan penilai independen yang berkompeten
dibidangnya. Penilai independen yang dipilih diharapkan dapat menjadi
kontribusi dalam pencapaian tujuan organisasi. Hasil penilaian aset tersebut
diharapkan dapat mempengaruhi optimalisasi pemanfaatan aset pemerintah
daerah.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai
berikut:
H6 Komitmen Pimpinan Memperkuat Pengaruh Penilaian Aset terhadap
Optimalisasi Pemanfaatan Aset Tetap
57
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Mengacu pada tujuan penelitian yang telah dikemukakan terdahulu, maka
tipe penelitian ini bersifat kuantitatif menggunakan pendekatan kausalitatif,
karena penelitian ini bermaksud untuk menjelaskan hubungan kausal antara
variabel-variabel dengan melalui pengujian hipotesis yang telah dirumuskan
sebelumnya.
Peneliti menggunakan desain penelitian ini untuk mengetahui apakah
inventarisasi aset, legal audit dan penilaian aset sebagai variabel independen
berpengaruh terhadap optimalisasi pemanfaatan aset tetap sebagai variabel
dependen. Serta apakah komitmen pimpinan dapat memoderasi pengaruh
inventarisasi aset, legal audit dan penilaian aset terhadap optimalisasi
pemanfaatan aset tetap.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada beberapa OPD (Organisasi Perangkat
Daerah) lingkup pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Waktu yang
direncanakan untuk melakukan penelitian ini adalah bulan Agustus sampai
September 2017.
4.3 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah 41 OPD Lingkup Pemerintah
Provinsi Sulawesi Selatan. Metode pengambilan sampel dilakukan secara
purposive sampling, artinya populasi yang akan dijadikan penelitian adalah
58
populasi yang memenuhi kriteria sampel tertentu sesuai yang dikehendaki oleh
peneliti (Sekaran, 2011).
Adapun kriteria pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. OPD yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 41 OPD yang terdiri
dari 24 Dinas, 8 Badan, 1 Biro, 1 Sekretariat, 1 Inspektorat, 6 Rumah Sakit
Umum/Khusus lingkup Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. 41 OPD
tersebut dipilih menjadi sampel karena memiliki aset tanah dan bangunan
yang tercatat pada Buku Inventaris masing-masing OPD tersebut.
2. Aparat pemerintah yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah
Kepala OPD sebagai pengguna barang dan staf yang dipilih sebagai
pengurus barang pada masing-masing OPD berdasarkan Surat Keputusan
Kepala Daerah.
Kepala OPD selaku pengguna barang bertanggung jawab menggunakan
barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya untuk kepentingan
penyelenggaraan tugas OPD yang dipimpinnya. Sedangkan pengurus barang
bertugas mengurus barang milik daerah dalam pemakaiannya pada masing-
masing OPD. Pengurus barang yang dijadikan sampel adalah pengurus
barang yang telah menjadi pengurus barang minimal 2 (satu) tahun
berdasarkan Surat Keputusan Kepala Daerah. Dipilih 2 (dua) tahun karena
rentang waktu tersebut pengurus barang dianggap sudah mengetahui
keseluruhan mengenai aset/barang milik daerah yang berada pada OPDnya
masing-masing.
3. Untuk OPD Biro Pengelolaan Aset Daerah sebagai pembantu pengelola
barang akan dibagikan kuesioner kepada 30 (tiga puluh) staf yang telah
lama bekerja di Biro Pengelolaan Aset yaitu 5 (lima) tahun keatas. Dipilih 5
59
(lima) tahun ke atas karena rentang waktu tersebut dianggap telah
mengetahui keseluruhan mulai dari asal usul aset, masalah aset dan sejarah
aset-aset milik Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.
Oleh karena itu, jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 110 orang.
Penentuan jumlah sampel minimal dapat dilakukan dengan kriteria sampel
minimal yang dikemukakan oleh Hair, et al (2006) yaitu 10 kali tiap jalur
(path) yang dibangun. Sehingga sampel minimal dalam penelitian ini
sebanyak 10 x 6 = 60 sampel.
4.4 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif,
yaitu data dalam bentuk angka-angka yang dapat diketahui dengan memperoleh
pembuktian hipotesis yang digunakan. Data yang diperoleh dan dikumpulkan
untuk penelitian ini bersumber dari data primer.
Data primer yang penulis gunakan yaitu dengan menggunakan kuesioner
yang disampaikan secara langsung oleh peneliti di masing-masing OPD yang
menjadi objek dalam penelitian ini.
4.5 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode survei yaitu melalui
kuesioner yang diberikan kepada responden. Kuesioner berisikan sejumlah
pertanyaan dan pernyataan yang telah disusun secara terstruktur, disampaikan
kepada responden untuk ditanggapi sesuai dengan kondisi yang dialami oleh
responden yang bersangkutan. Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan
model pernyataan tertutup. Bentuk tertutup yakni pernyataan yang sudah
disertai alternatif jawaban sebelumnya, sehingga responden dapat memilih
salah satu dari alternatif jawaban tersebut.
60
Penyebaran dan pengumpulan kuesioner dilakukan secara langsung
oleh peneliti dengan cara mengantar langsung kuesioner ke kantor masing-
masing Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang menjadi objek dalam
penelitian ini.
4.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga jenis, yaitu : (1)
variabel independen; dalam penelitian ini variabel independennya dalah
inventarisasi aset, legal audit dan penilaian aset, (2) variabel dependen; dalam
penelitian ini variabel dependen adalah optimalisasi pemanfaatan aset tetap, dan
(3) variabel moderasi; dalam penelitian ini yang menjadi variabel moderasi
adalah komitmen pimpinan.
4.6.1 Variabel Independen
Pada penelitian ini variabel independen berjumlah tiga, dengan rincian
sebagai berikut :
4.6.1.1 Inventarisasi Aset
Inventarisasi aset (X1) merupakan serangkaian kegiatan untuk
melakukan pendataan, pencatatan, pelaporan hasil pendataan aset, dan
mendokumentasikannya. Inventarisasi aset dilakukan untuk mendapatkan data
seluruh aset yang dimiliki dan dikuasai pemerintah. Inventarisasi diukur
berdasarkan proses pendataan, kodefikasi/labelling, pengelompokkan dan
pelaporan. (Jusmin, 2013).
4.6.1.2 Legal Audit
Legal audit adalah lingkup kerja manajemen aset yang berupa
inventarisasi status penguasaan aset, sistem dan prosedur penguasaan atau
61
pengalihan aset, identifikasi dan mencari solusi atas permasalahan legal dan
strategi untuk memecahkan berbagai permasalahan legal yang terkait dengan
penguasaan atau pengalihan aset (Siregar, 2004). Indikator dalam penelitian ini
adalah kejelasan hukum dan persertifikatan/bukti kepemilikan (Widayanti, 2010).
4.6.1.3 Penilaian Aset
Penilaian aset dalam penelitian ini merupakan suatu proses untuk
melakukan penilaian atas aset yang dikuasai/dimiliki sesuai dengan peraturan
yang berlaku dalam rangka menyusun neraca awal pemerintah daerah dan
penilaian aset dapat dilakukan oleh penilai independen yang bersertifikat Hal
tersebut menjadi indikator dalam variabel ini yaitu (1) penilaian dilakukan sesuai
dengan peraturan yang berlaku, (2) melibatkan penilai independen yang
bersertifikat, dan (3) penilaian aset dilakukan dalam rangka penyusunan neraca
(Indyaputri, 2013).
4.6.2 Variabel Dependen
Variabel dependen merupakan variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi
oleh variabel lain. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah optimalisasi
pemanfaatan aset. Optimalisasi pemanfaatan aset merupakan salah satu proses
kerja manajemen aset dalam mengoptimalkan potensi fisik, lokasi, nilai, jumlah
atau volume, legal dan ekonomi yang dimiliki aset tersebut (Siregar, 2004).
Indikator variabel optimalisasi pemanfaatan aset tetap meliputi sewa, pinjam
pakai, kerja sama pemanfaatan, bangun guna serah, bangun serah guna, dan
kerja sama penyedia infrastruktur (Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun
2014).
4.6.3 Variabel Moderasi
Komitmen pimpinan merupakan variabel moderasi. Dalam penelitian ini
komitmen pimpinan merupakan keinginan yang kuat dari pimpinan untuk
62
mencapai tujuan organisasi agar dapat meningkatkan kinerja dari para pegawai
sehingga tercapai prestasi kerja sesuai dengan apa yang diharapkan. Untuk
mengukur variabel komitmen pimpinan tersebut digunakan 3 indikator yaitu 1)
pimpinan selalu melakukan komunikasi dengan pegawai, 2) pimpinan selalu
memantau pekerjaan pegawai, 3) pimpinan selalu memotivasi pegawai (Zuhdan,
2015).
Variabel penelitian dan definisi operasional secara ringkas ditunjukkan
pada tabel berikut :
Tabel 4.1 Variabel penelitian dan definisi operasional
No Definisi Operasional Variabel Indikator
1 Inventarisasi aset (X1) merupakan serangkaian
kegiatan untuk melakukan pendataan,
pencatatan, pelaporan hasil pendataan aset,
dan mendokumentasikannya.
Jusmin (2013)
1. Pendataan;
2. Kodefikasi/Labeling;
3. Pengelompokkan;
4. Pelaporan
2 Legal audit adalah lingkup kerja manajemen
aset yang berupa inventarisasi status
penguasaan aset, sistem dan prosedur
penguasaan atau pengalihan aset, identifikasi
dan mencari solusi atas permasalahan legal
dan strategi untuk memecahkan berbagai
permasalahan legal yang terkait dengan
penguasaan atau pengalihan aset.
Widayanti (2010)
1. Kejelasan hukum;
2. Persertifikatan/bukti
kepemilikan;
63
3 Penilaian aset merupakan suatu proses untuk
melakukan penilaian atas aset yang
dikuasai/dimiliki.
Indyaputri (2013)
1. Penilaian dilakukan
sesuai dengan
peraturan yang
berlaku;
2. Melibatkan penilai
independen yang
bersertifikat;
3. Penilaian aset
dilakukan dalam
rangka penyusunan
neraca
4 Komitmen pimpinan merupakan keinginan
yang kuat dari pimpinan untuk mencapai
tujuan organisasi agar dapat meningkatkan
kinerja dari para pegawai sehingga tercapai
prestasi kerja sesuai dengan apa yang
diharapkan.
Zuhdan (2015)
1. Pimpinan selalu
melakukan
komunikasi dengan
pegawai.
2. Pimpinan selalu
memantau
pekerjaan pegawai.
3. Pimpinan selalu
memotivasi
pegawai.
5 Optimalisasi pemanfaatan aset merupakan
salah satu proses kerja manajemen aset
dalam mengoptimalkan potensi fisik, lokasi,
nilai, jumlah atau volume, legal dan ekonomi
1. Sewa
2. Pinjam pakai
3. KSP
4. BSG/BGS
64
yang dimiliki aset tersebut.
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014
5. KSPI.
Sumber: Data diolah (2017)
4.7 Instrumen Penelitian
Pengukuran yang digunakan untuk mengukur instrumen atas tanggapan
responden adalah dengan menggunakan skala Likert dengan interval 1 (satu)
sampai lima (lima) menyesuaikan pernyataan yang diajukan. Adapun interval
jawaban dan skor yang diberikan untuk setiap item pernyataan, yaitu 1 = sangat
tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju, dan 5 = sangat setuju.
Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner (angket) yakni dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan dan pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawab (Sugiyono, 2012). Pernyataan dalam kuesioner ini
diambil dari beberapa penelitian sebelumnya. Instrumen penelitian ini digunakan
untuk mengumpulkan data yang merupakan penggambaran variabel yang akan
diteliti dan berfungsi sebagai pembuktian hipotesis.
4.8 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
Partial Least Square (PLS) dengan bantuan software smartPLS 2.0. PLS
merupakan model persamaan struktural (SEM) yang berbasis komponen atau
varian (variance). Ghozali (2011:19) mengemukakan bahwa PLS merupakan
pendekatan alternatif yang bergeser dari pendekatan SEM berbasis covariance
menjadi berbasis variance. SEM yang berbasis kovarian umumnya menguji
kausalitas atau teori sedangkan SEM varian bertujuan untuk memprediksi
model. PLS merupakan metode analisis yang powerfull (Ghozali 2011:26),
karena tidak didasarkan pada banyak asumsi, dapat digunakan untuk
65
memprediksi model dengan landasan teori yang lemah, dapat digunakan pada
data yang tidak memenuhi uji asumsi klasik, seperti data yang tidak terdistribusi
normal, masalah multikolinieritas dan masalah autokorelasi (Abdillah dan
Jogiyanto, 2015:161), dan dapat digunakan untuk ukuran sampel kecil.
Parameter estimasi yang dilakukan pada model pengukuran dan model
struktural dalam PLS dibagi menjadi tiga kategori. Pertama, weight estimate yang
digunakan untuk menghasilkan skor variabel laten. Kedua, path estimate yang
mencerminkan bobot kontribusi variasi perubahan variabel independen terhadap
variabel dependen, dimana bobot tersebut menghasilkan nilai R2 yang muncul
pada variabel dependen. Ketiga, adalah skor rerata (mean) dan konstanta
regresi untuk variabel laten (Abdillah dan Jogiyanto, 2015:180). Untuk
memeroleh ketiga estimasi ini, PLS menggunakan proses iterasi tiga tahap.
Iterasi pertama menghasilkan estimasi bobot (weight estimate) yang digunakan
sebagai parameter validitas dan reliabilitas instrumen. Iterasi kedua
menghasilkan estimasi nilai inner atau outer model. Inner model digunakan
sebagai parameter signifikansi dalam pengujian hipotesis, sedangkan outer
model digunakan sebagai parameter validitas konstruk yang menunjukkan
spesifikasi hubungan antara indikator atau parameter yang diestimasi dengan
variabel latennya. Dan yang terakhir, yaitu iterasi ketiga menghasilkan skor mean
dan konstanta variabel laten yang digunakan sebagai parameter, sifat hubungan
kausalitas dan rerata nilai sampel yang dihasilkan (Abdillah dan Jogiyanto,
2015:180).
4.8.1 Model Pengukuran atau Outer Model
Outer model atau model pengukuran digunakan untuk menguji validitas
dan reliabilitas antara indikator dengan variabel latennya.
66
1. Uji Validitas
Validitas terdiri atas validitas eksternal dan internal. Validitas eksternal
menunjukkan bahwa hasil dari suatu penelitian adalah valid yang dapat
digeneralisir ke semua objek, situasi, dan waktu yang berbeda. Sementara
validitas internal menunjukkan kemampuan dari instrumen penelitian untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur dari suatu konsep (Abdillah dan Jogiyanto,
2015). Validitas ini terdiri atas validitas kualitatif dan validitas konstruk. Penelitian
ini dilakukan validitas konstruk yang menunjukkan seberapa baik hasil yang
diperoleh dari penggunaan suatu pengukuran untuk mendefinisikan suatu
konstruk. Uji validitas konstruk dalam penelitian ini dilakukan melalui uji validitas
konvergen. Validitas konvergen berhubungan dengan prinsip bahwa pengukur-
pengukur dari suatu konstruk seharusnya berkorelasi tinggi (Abdillah dan
Jogiyanto, 2015:195). Uji validitas konvergen dalam PLS dengan indikator
reflektif dinilai berdasarkan loading factor (korelasi antara skor item dengan skor
konstruk) dari indikator-indikator yang mengukur konstruk tersebut. Rule of
thumb yang digunakan untuk uji validitas konvergen adalah outer loading > 0.5
(Chin, 1998 dan Hair, et.al., 2009:679).
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur konsistensi internal alat ukur. Uji
reliabilitas dalam PLS dapat menggunakan dua metode, yaitu Cronbach’s alpha
dan composite reliability. Untuk uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan
composite reliability karena dinilai lebih baik dalam mengestimasi konsistensi
internal suatu konstruk. Composite reliability mengukur nilai sesungguhnya
reliabilitas suatu konstruk. Rule of thumb nilai composite reliability harus di atas
0,7. Nilai composite reliability di atas 0,70 menunjukkan bahwa semua variabel
laten/konstruk memenuhi kriteria reliabel yang tinggi.
67
4.8.2 Uji Asumsi Linieritas
Asumsi linieritas merupakan asumsi yang harus dipenuhi dari semua
teknik multivariat yang berdasarkan ukuran hubungan korelasional, karena
korelasi hanya mewakili hubungan linier antara variabel (Hair, et.al., 2009:75).
Dan asumsi ini merupakan satu asumsi yang harus dipenuhi dalam PLS. Asumsi
linieritas adalah asumsi yang mengharuskan adanya hubungan antar variabel
yang bersifat linier. Asumsi linieri
tas menggunakan metode Curve Fit yaitu hubungan antar variabel dinyatakan
linier jika memenuhi salah satu dari kedua kemungkinan berikut: (1) model linier
signifikan (sig model linier < 0.05), (2) model linier nonsignifikan dan seluruh
model yang mungkin juga nonsignifikan (sig model linier > 0.05, dan sig model
selain linier > 0.05).
4.8.3 Model Struktural atau Inner Model
Pengukuran inner model dilakukan untuk memastikan bahwa model
struktural yang dibangun robust dan akurat (Hussein, 2015). Model struktural
(inner model) dalam PLS dievaluasi dengan predicitive-relevance (Q2) yang
merupakan uji Goodness of Fit Model, serta nilai koefisien path atau t-values
tiap path untuk uji signifikansi antar-konstruk dalam model struktural (pengujian
hipotesis). Pengujian Goodness of Fit menggunakan nilai predictive-relevance
(Q2) yang diperoleh dengan rumus:
Q2 = 1 – ( 1 – R12) ( 1 – R2
2 ) ( 1 – R32 )... ( 1- Rp
2 )
dimana R12, R2
2... Rp2 adalah R-Square variabel endogen dalam model.
Interpretasi Q2 sama dengan koefisien determinasi total (R2) pada analisis jalur.
Nilai R-square (R2) digunakan untuk mengukur tingkat variasi perubahan variabel
independen terhadap variabel dependen. Semakin tinggi nilai R-square (R2)
berarti semakin baik model prediksi dari model penelitian yang diajukan (Abdillah
68
dan Jogiyanto, 2015:197). Untuk pengujian hipotesis (tingkat signifikansi)
ditunjukkan oleh nilai koefisien path atau inner model. Skor koefisien path atau
inner model yang ditunjukkan oleh nilai T-statistik, harus di atas 1,96 untuk
hipotesis dua ekor (two-tailed) dan di atas 1,64 untuk hipotesis satu ekor (one-
tailed), untuk pengujian hipotesis pada alpha 5%.
69
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Deskripsi Data
5.1.1 Gambaran Umum Responden
Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan memberikan secara
langsung kuesioner kepada setiap responden pada objek penelitian di 41 (empat
puluh satu) Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lingkup Pemerintah Provinsi
Sulawesi Selatan. Kuesioner diambil kembali setelah diisi oleh responden.
Kuesioner dibagikan kepada pengguna barang, pengurus barang dan staf
pengelola barang lingkup Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Total 110
memenuhi syarat untuk diolah, seperti yang ditunjukkan pada tabel 5.1.
Tabel 5.1 Tingkat Pengembalian Kuesioner
Keterangan Jumlah Persentase
Kuesioner yang didistribusikan 110 100%
Kuesioner yang tidak kembali 6 5.5%
Kuesioner yang kembali 104 94.5%
Kuesioner yang dapat diolah 104 100%
Sumber : Data Primer Diolah, 2017
Kebutuhan minimal kuesioner untuk penelitian ini adalah enam puluh jika
mengacu pada pendapat Hair, et.al (2009), yaitu bahwa ukuran sampel minimal
dalam PLS adalah sepuluh kali jumlah jalur (path) yang dibangun pada model
struktural. Oleh karenanya, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini telah
memenuhi syarat jumlah sampel minimum.
70
5.1.2 Karakteristik Responden
Selanjutnya, tabel 5.2 berikut menyajikan karakteristik identitas
responden penelitian (104 responden), meliputi nama unit kerja (OPD), usia,
jenis kelamin, jabatan, pendidikan, pangkat/golongan, dan lama bekerja.
Tabel 5.2 Karakteristik Responden Penelitian
No. Jenis
Karakteristik
Sub Karakteristik Frekuen
si
Persenta
se
1OrganisasiPerangkat
Daerah(OPD)
- Badan Kepegawaian Daerah
- Badan Kesatuan Bangsa dan
Politik
- Badan Penanggulangan
Bencana Daerah
- Badan Pendapatan Daerah
- Badan Penelitian dan
Pengembangan Daerah
- Badan Pengelolaan Keuangan
Daerah
- BAPPEDA
- Biro Pengelolaan Aset dan
Barang Daerah
- Dinas Bina Marga dan Bina
Konstruksi
- Dinas Energi dan Sumber Daya
Mineral
- Dinas Kebudayaan dan
Kepariwisataan
- Dinas Kehutanan
- Dinas Kelautan dan Perikanan
- Dinas Kepemudaan dan
Olahraga
- Dinas Kesehatan
- Dinas Koperasi dan UKM
2
2
2
2
2
2
2
30
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1.9
1.9
1.9
1.9
1.9
1.9
1.9
28.8
1.9
1.9
1.9
1.9
1.9
1.9
1.9
1.9
1.9
71
Lanjutan Tabel 5.2
No. Jenis
Karakteristik
Sub Karakteristik Frekuen
si
Persenta
se
- Dinas Ketahanan Pangan,
Tanaman Pangan dan
Holtikultura
- Dinas Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa
- Dinas Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan
Anak
- Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu
- Dinas Pendidikan
- Dinas Pengelolaan Lingkungan
Hidup
- Dinas Perdagangan
- Dinas Perhubungan
- Dinas Perindustrian
- Dinas Perkebunan
- Dinas Perpustakaan dan
Kearsipan
- Dinas dinas Perumahan,
Kawasan Permukiman dan
Pertanahan
- Dinas Peternakan dan
Kesehatan Hewan
- Dinas Sosial
- Dinas Sumber Daya Air, Cipta
Karya dan Tata Ruang
- Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi
- Inspektorat
- RSKD Ibu dan Anak Pertiwi
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1.9
1.9
1.9
1.9
1.9
1.9
1.9
1.9
1.9
1.9
1.9
1.9
1.9
1.9
1.9
1.9
1.9
1.9
1.9
72
Lanjutan Tabel 5.2
No. Jenis
Karakteristik
Sub Karakteristik Frekuen
si
Persenta
se
- RSKD Ibu dan Anak Siti
Fatimah
- RSUD Haji Makassar
- RSUD Labuang Baji
- Sekretariat DPRD
2
2
2
2
1.9
1.9
1.9
1.9
2 Usia >50 tahun
31-40 tahun
41-50 tahun
38
31
35
36.5
29.8
33.7
3 Jenis Kelamin Laki-laki
Perempuan
78
26
75
25
4 Jabatan Eselon II
Eselon III
Eselon IV
Pengurus Barang
Staf
37
3
9
37
18
35.6
2.9
8.7
35.6
17.3
5 Pendidikan Diploma
S1
S2
1
57
46
1
54.8
44.2
6 Pangkat/Golongan
II
III
IV
1
63
40
1
60.6
38.5
7 Lama Bekerja >15 tahun
10-15 tahun
6-10 tahun
65
28
11
62.5
26.9
10.6
Sumber : Data Primer Diolah, 2017 (Lampiran 2)
73
Berdasarkan tabel 5.2 data penelitian menunjukkan bahwa responden :
1. Organisasi Perangkat Daerah (OPD)
Frekuensi karakteristik responden berdasarkan nama unit kerja,
mayoritas responden berasal dari Biro Pengelolaan Aset Daerah sebanyak 32
orang (28.8%), dan masing-masing 2 orang (1.9%) berasal dari Badan
Kepegawaian Daerah, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik, Badan
Penanggulangan Bencana Daerah, Badan Pendapatan Daerah, Badan
Penelitian dan Pengembangan Daerah, Badan Pengelolaan Keuangan Daerah,
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Biro Pengelolaan Aset Daerah,
Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral,
Dinas Kebudayaan dan Pariwisataan, Dinas Kehutanan, Dinas Kelautan dan
Perikanan, Dinas Kepemudaan dan Olahraga, Dinas Kesehatan, Dinas
Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan, dan Holtikultura, Dinas Koperasi, Usaha
Kecil dan Menengah, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Dinas
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Dinas Penanaman Modal
dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Dinas Pendidikan, Dinas Pengelolaan
Lingkungan Hidup, Dinas Perdagangan, Dinas Perhubungan, Dinas
Perindustrian, Dinas Perkebunan, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan, Dinas
Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Pertanahan, Dinas Peternakan dan
Kesehatan Hewan, Dinas Sosial, Dinas Sumber Daya Air, Cipta Karya dan Tata
Ruang, Dinas tenaga Kerja dan Transmigrasi, Inspektorat, RS. Khusus Daerah
Ibu dan Anak Pertiwi, RS. Khusus Daerah Ibu dan Anak Siti Fatimah, RSUD Haji
Makassar, RSUD Labuang Baji, Sekretariat DPRD. Berdasarkan usia, mayoritas
responden dalam penelitian ini berumur antara lebih dari 50 tahun sebanyak 38
orang (36.5%), kemudian 35 orang (33.7%) berumur 41 sampai dengan 50
tahun, dan 31 orang (29.8%) berumur 31 sampai dengan 40 tahun. Jika dilihat
74
berdasarkan jenis kelamin, mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki
sebesar 75% (78 orang), dan perempuan sebesar 25% (26 orang).
2. Usia
Usia responden menggambarkan tingkat kedewasaan dan kematangan,
sehingga mempengaruhi kinerja pengguna dan pengurus barang. Berdasarkan
data menurut usia diketahui bahwa responden berumur >50 tahun paling banyak
yaitu sebanyak 38 0rang (36.5%), responden berumur 41 – 50 tahun sebanyak
35 orang (33.7%), kemudian responden berumur 31 – 40 tahun sebanyak 31
orang (29.8%). Hal tersebut menunjukkan bahwa karakteristik responden
berdasarkan usia adalah didominan pada kelompok umur >50 tahun yaitu
sebanyak 38 0rang (36.5%). Hal ini menunjukkan bahwa responden berusia
tersebut sudah memiliki pengalaman yang banyak dalam mengelola aset dan
mengetahui keseluruhan aset-aset yang dikelolanya.
3. Jenis Kelamin
Jenis kelamin responden digunakan untuk mengetahui keterlibatan
gender dalam proses pengelolaan aset dalam rangka optimalisasi pemanfaatan
aset milik Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Sebagian besar responden
dalam penelitian ini adalah berjenis kelamin laki-laki yaitu 78 orang (75%)
sedangkan responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 26 orang
(25%). Hal ini menunjukkan bahwa laki-laki lebih mendominasi proporsi sampel
pengguna dan pengurus barang melakukan pengelolaan aset dalam rangka
optimalisasi pemanfaatan aset milik Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.
4. Jabatan
Jabatan responden mengg ambarkan seberapa besar keterlibatan
pengguna dan pengurus barang dalam mengelola aset secara efisien dan efektif
dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan aset daerah. Berdasarkan data
75
penelitian mayoritas responden memiliki jabatan eselon II dan pengurus barang
masing-masing sebanyak 37 orang (35.6%). Kemudian, Staf sebanyak 18 orang
(17.3%), eselon IV sebanyak 9 orang (8.7%), dan Eselon III sebanyak 3 orang
(2.9%). Hal ini menunjukkan bahwa pengguna dan pengurus barang sama-sama
mempunyai keterlibatan yang besar dalam pengelolaan aset daerah. Selain itu,
pengguna dan pengurus barang masing-masing memiliki peran yang sama
dalam rangka optimalisasi pemanfaatan aset daerah.
5. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan responden digunakan sebagai indikator untuk
mengetahui tingkat intelektualitas responden karena setiap pengguna, pengurus
barang dan pengelola barang dituntut untuk memiliki kompetensi, pengetahuan,
dan keahlian sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang diamanahkan yaitu
mengelola aset secara efisien dan efektif dalam rangka mengoptimalkan
pemanfaatan aset. Jika dilihat dari pendidikan terakhir, mayoritas responden
berpendidikan S1 sebanyak 57 orang (54.8%), diikuti responden berpendidikan
S2 sebanyak 40 orang (38.5%), Diploma sebanyak 1 orang (1%). Hal ini
memperlihatkan bahwa responden yang terpilih dalam penelitian ini memiliki
tingkat pendidikan yang tinggi, yang dirasa memahami isi dari kuesioner yang
diberikan. Selain iu, pendidikan berkaitan erat dengan kompetensi yang dimiliki
dan dibutuhkan oleh responden untuk menjalankan tugas dan fungsi mengelola
aset dengan baik. Tingkat pendidikan yang tinggi dapat menjadi indikasi
wawasan dan cara pandang dalam menilai dan memandang suatu
permasalahan sehingga diharapkan dengan bekal pendidikan yang memadai
pengguna barang, pengurus barang dan pengelola barang mampu melakukan
pengelolaan aset secara efisien dan efektif sehingga dapat mengambil
keputusan yang baik terutama dalam mengoptimalkan pemanfaatan aset.
76
6. Pangkat/Golongan
Mayoritas responden pada penelitian ini diperoleh data bahwa responden
golongan III sebanyak 63 orang (60.6%), pangkat/golongan IV sebanyak 40
orang (38.5%), dan pangkat/golongan II sebanyak 1 orang (1%). Hal ini
menunjukkan bahwa pengurus barang paling banyak berpangkat/golongan III.
Hal ini tentunya menggambarkan bahwa golongan III dianggap dapat mengelola
aset dengan baik dan dianggap memiliki pengetahuan yang lebih baik dalam
mengelola aset.
7. Lama Bekerja
Lama bekerja responden digunakan sebagai acuan untuk mengetahui
pengalaman kerja dan jam terbang responden selama bekerja di OPD masing-
masing. Karakteristik responden berdasarkan lama bekerja, diketahui bahwa
sebagian besar responden telah bekerja lebih dari 15 tahun sebanyak 65 orang
(62.5%), 10 sampai 15 tahun sebanyak 28 orang (26.9%), dan 6 sampai 10
tahun sebanyak 11 orang (10.6%). Hal tersebut menunjukkan bahwa responden
yang telah bekerja lebih dari 15 tahun di OPD masing-masing lingkup
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan sudah memiliki pengalaman yang banyak
sehingga diharapkan mampu memahami permasalahan dalam pengelolaan aset.
5.2 Deskripsi Variabel Penelitian
Penelitian ini melibatkan lima variabel yaitu tiga variabel independen yang
terdiri atas 1) inventarisasi aset (X1); 2) legal audit (X2); dan 3) penilaian aset
(X3), serta satu variabel moderasi yaitu komitmen pimpinan (X4), dan variabel
dependen yaitu optimalisasi pemanfaatan Aset (Y). Selanjutnya, akan disajikan
deskripsi pada masing-masing variabel.
77
5.2.1 Deskripsi Variabel Inventarisasi Aset (X1)
Variabel Inventarisasi Aset (X1) diukur oleh empat indikator antara lain:
Pendataan; Kodefikasi/Labeling; Pengelompokkan; dan Pelaporan. Distribusi
frekuensi jawaban respon pada tiap indikator dan variabel secara lengkap
disajikan pada Lampiran 2, dan teringkas pada tabel 5.3 dan gambar 5.1 dan 5.2
berikut:
Tabel 5.3 Deskripsi Variabel Inventarisasi Aset (X1)
Indikator ItemFrekuensi Pilihan Individu (X1)
Rata-rataSTS TS N S SS
Pendataan (X1.1)
X1.1 0.00 0.00 15.38 67.31 17.31 4.02
4.09
X1.2 0.00 0.00 16.35 64.42 19.23 4.03
X1.3 0.00 0.00 13.46 61.54 25.00 4.12
X1.4 0.00 0.00 17.31 62.50 20.19 4.03
X1.5 0.00 0.00 10.58 53.85 35.58 4.25
Kodefikasi/Labelling
(X1.2)
X1.6 0.00 0.00 9.62 53.85 36.54 4.27
4.17X1.7 0.96 0.96 16.35 56.73 25.00 4.04
X1.8 0.00 0.96 10.58 56.73 31.73 4.19
Pengelompokkan
(X1.3)
X1.9 0.96 1.92 12.50 59.62 25.00 4.06
4.16X1.10 0.00 0.96 16.35 57.69 25.00 4.07
X1.11 0.00 0.96 7.69 46.15 45.19 4.36
Pelaporan (X1.4)
X1.12 0.00 6.73 13.46 45.19 34.62 4.08
3.99X1.13 0.00 1.92 17.31 66.35 14.42 3.93
X1.14 0.00 0.96 16.35 66.35 16.35 3.98
X1.15 0.96 1.92 12.50 67.31 17.31 3.98
rata-rata variabel 4.09
Sumber: Data Primer Diolah, 2017 (Lampiran 2)
78
Gambar 5.1 Deskripsi Rata-rata Item pada Variabel Inventarisasi Aset (X1)
Gambar 5.2 Deskripsi Rata-Rata Indikator pada Variabel InventarisasiAset (X1)
Berdasarkan tabel 5.3 dan gambar 5.1 dan 5.2 menunjukkan bahwa
sebagian besar responden menjawab pada skor 3 dan 4 yaitu netral dan setuju.
Semua indikator memiliki rata-rata pada kategori tinggi (rata-rata antara 3.41 –
4.20) dan indikator kedua merupakan indikator yang memiliki rata-rata tertinggi
1.00 1.80 2.60 3.40 4.20 5.00
X1.1X1.2X1.3X1.4X1.5X1.6X1.7X1.8X1.9
X1.10X1.11X1.12X1.13X1.14X1.15
Rata-rata
Ite
m
1
1.8
2.6
3.4
4.2
5
X11 X12 X13 X14
Rat
a-ra
ta
Indikator
79
yaitu kodefikasi/labelling (X1.2). Hal ini menunjukkan bahwa indikator
Kodefikasi/labelling (X1.2) merupakan indikator paling dominan mempresepsikan
variabel Inventarisasi Aset (X1).
Secara keseluruhan variabel Inventarisasi Aset (X1) memiliki nilia rata-
rata sebesar 4.09 dan berada pada kategori tinggi (rata-rata antara 3.41 – 4.20).
Hal ini menunjukkan bahwa variabel inventarisasi aset dipersepsikan tinggi oleh
responden.
5.2.2 Deskripsi Legal Audit (X2)
Variabel Legal Audit (X2) diukur oleh dua indikator antara lain: kejelasan
hukum; dan persertifikatan/bukti kepemilikan. Distribusi frekuensi jawaban
respon tiap item pertanyaan pada tiap indikator dan variabel secara lengkap
disajikan pada Lampiran 2, dan teringkas pada tabel 5.4 dan gambar 5.3
berikut:
80
Tabel 5.4 Deskripsi Variabel Legal Audit (X2)
Indikator ItemFrekuensi Pilihan Responden
Rata-rataSTS TS N S SS
Kejelasan Hukum
(X2.1)
X2.1 0.00 0.96 14.42 66.35 18.27 4.02
3.96
X2.2 0.00 2.88 17.31 62.50 17.31 3.94
X2.3 0.00 2.88 18.27 59.62 19.23 3.95
X2.4 0.00 3.85 16.35 61.54 18.27 3.94
X2.5 0.00 2.88 15.38 65.38 16.35 3.95
Persertifikatan/bukti
kepemilikan (X2.2)
X2.6 0.00 3.85 12.50 62.50 21.15 4.01
4.02
X2.7 0.00 2.88 15.38 61.54 20.19 3.99
X2.8 0.00 2.88 13.46 60.58 23.08 4.04
X2.9 0.00 1.92 11.54 63.46 23.08 4.08
X2.10 0.00 4.81 13.46 58.65 23.08 4.00
rata-rata variabel 3.99
Sumber: Data Primer Diolah, 2017 (Lampiran 2)
Gambar 5.3 Deskripsi Rata-rata Item pada Variabel Legal Audit (X2)
1.00 1.80 2.60 3.40 4.20 5.00
X2.1
X2.2
X2.3
X2.4
X2.5
X2.6
X2.7
X2.8
X2.9
X2.10
Rata-rata
Ite
m
81
Gambar 5.4 Deskripsi Rata-rata Indikator pada Variabel Legal Audit (X2)
Dari hasil deskripsi variabel Legal Audit (X2) pada tabel 5.4 dan gambar
5.3 dan 5.4, diperoleh sebagian besar distribusi jawaban responden ialah pada
skor 3 dan 4 yaitu netral dan setuju. Semua indikator memiliki rata-rata pada
kategori tinggi (rata-rata antara 3.41 – 4.20). Indikator kedua merupakan
indikator yang memiliki rata-rata paling tinggi yaitu persertifikatan/bukti
kepemilikan (X2.2) sehingga variabel legal audit paling kuat diukur oleh indikator
persertifikatan/bukti kepemilikan (X2.2). Secara keseluruhan, nilai rata-rata
variabel legal audit (X2) sebesar 3.99 berada pada kategori tinggi (rata-rata
antara 3.41 – 4.20), maka dapat dikatakan bahwa legal audit (X2) dipersepsikan
tinggi oleh responden.
5.2.3 Deskripsi Penilaian Aset (X3)
Variabel penilaian aset (X3) diukur oleh tiga indikator antara lain:
penilaian dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku; melibatkan penilai
independen yang bersertifikat; dan penilaian aset dilakukan dalam rangka
penyusunan neraca. Distribusi frekuensi jawaban respon tiap item pertanyaan
1
1.8
2.6
3.4
4.2
5
X21 X22
Rat
a-ra
ta
Indikator
82
pada tiap indikator dan variabel secara lengkap disajikan pada Lampiran 2, dan
teringkas pada tabel 5.5 dan gambar 5.5 berikut:
Tabel 5.5 Deskripsi Variabel Penilaian Aset (X3)
Indikator ItemFrekuensi Pilihan Responden
Rata-rataSTS TS N S SS
Penilaian dilakukan
sesuai dengan
peraturan yang
berlaku (X3.1)
X3.1 0.00 0.00 9.62 75.00 15.38 4.06
4.06X3.2 0.00 0.00 12.50 68.27 19.23 4.07
X3.3 0.00 2.88 11.54 63.46 22.12 4.05
X3.4 0.00 0.00 16.35 60.58 23.08 4.07
Melibatkan penilai
independen yang
bersertifikat (X3.2)
X3.5 0.00 0.00 12.50 75.00 12.50 4.00
4.00X3.6 0.00 0.00 11.54 75.96 12.50 4.01
X3.7 0.00 0.96 14.42 68.27 16.35 4.00
X3.8 0.00 0.00 19.23 60.58 20.19 4.01
Penilaian aset
dilakukan dalam
rangka penyusunan
neraca (X3.3)
X3.9 0.00 1.92 17.31 61.54 19.23 3.98
3.55X3.10 0.96 1.92 21.15 59.62 16.35 3.88
X3.11 3.85 39.42 33.65 21.15 1.92 2.78
rata-rata variabel 3.90
Sumber: Data Primer Diolah, 2017 (Lampiran 2)
83
Gambar 5.5 Deskripsi Rata-rata Item pada Variabel Penilaian Aset (X3)
Gambar 5.6 Deskripsi Rata-rata Indikator pada Variabel Penilaian Aset (X3)
Hasil deskripsi variabel penilaian aset (X3) pada tabel 5.5 dan gambar 5.5
dan 5.6, diperoleh sebagian besar distribusi jawaban responden ialah pada skor
3 dan 4 yaitu netral dan setuju. Adapun semua indikator memiliki rata-rata pada
kategori tinggi (rata-rata antara 3.41 – 4.20). Indikator pertama merupakan
1.00 1.80 2.60 3.40 4.20 5.00
X3.1
X3.2
X3.3
X3.4
X3.5
X3.6
X3.7
X3.8
X3.9
X3.10
X3.11
Rata-rata
Ite
m
1
1.8
2.6
3.4
4.2
5
X31 X32 X33
Rat
a-ra
ta
Indikator
84
indikator yang memiliki rata-rata paling tinggi yaitu penilaian dilakukan sesuai
dengan peraturan yang berlaku (X3.1). Variabel penilaian aset paling kuat diukur
oleh indikator penilaian dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku (X3.1).
Secara keseluruhan nilai rata-rata variabel penilaian aset sebesar 3.90
berada pada kategori tinggi (rata-rata antara 3.41 – 4.20), maka dapat dikatakan
bahwa penilaian aset dipersepsikan tinggi oleh responden.
5.2.4 Deskripsi Variabel Komitmen Pimpinan (X4)
Variabel Komitmen Pimpinan (X4) diukur oleh tiga indikator antara lain
Pimpinan selalu melakukan komunikasi dengan pegawai, Pimpinan selalu
memantau pekerjaan pegawai, dan Pimpinan selalu memotivasi pegawai.
Distribusi frekuensi jawaban respon tiap item pertanyaan pada tiap indikator dan
variabel secara lengkap disajikan pada Lampiran 2, dan teringkas pada Tabel
5.6 dan Gambar 5.7 dan 5.8 berikut:
Tabel 5.6 Deskripsi Variabel Komitmen Pimpinan (X4)
Indikator ItemFrekuensi Pilihan Responden
Rata-rataSTS TS N S SS
Pimpinan
Selalu
melakukan
komunikasi
dengan
pegawai (X4.1)
X4.1 2.88 7.69 20.19 60.58 8.65 3.64
3.86X4.2 0.00 0.00 14.42 75.96 9.62 3.95
X4.3 0.00 2.88 8.65 75.96 12.50 3.98
Pimpinan
selalu
memantau
pekerjaan
pegawai (X4.2)
X4.4 0.00 0.00 7.69 77.88 14.42 4.07
4.10X4.5 0.00 0.00 9.62 69.23 21.15 4.12
X4.6 0.00 0.96 9.62 67.31 22.12 4.11
85
Lanjutan Tabel 5.6
Indikator ItemFrekuensi Pilihan Responden
Rata-rataSTS TS N S SS
Pimpinan
selalu
memotivasi
pegawai (X4.3)
X4.7 0.00 0.00 7.69 79.81 12.50 4.05
4.05X4.8 0.00 0.00 9.62 70.19 20.19 4.11
X4.9 0.00 2.88 18.27 55.77 23.08 3.99
rata-rata variabel 4.00
Sumber: Data diolah, 2017 (Lampiran 2)
Gambar 5.7 Deskripsi Rata-rata Item pada Variabel Komitmen Pimpinan(X4)
1.00 1.80 2.60 3.40 4.20 5.00
X4.1
X4.2
X4.3
X4.4
X4.5
X4.6
X4.7
X4.8
X4.9
Rata-rata
Ite
m
86
Gambar 5.8 Deskripsi Rata-rata Indikator pada Variabel KomitmenPimpinan (X4)
Deskripsi variabel Komitmen Pimpinan (X4) pada Tabel 5.6, dan Gambar
5.7 dan 5.8, diperoleh sebagian besar distribusi jawaban responden ialah pada
skor 3 dan 4 yaitu netral dan setuju. Semua indikator memiliki rata-rata pada
kategori tinggi (rata-rata antara 3.41 – 4.20). Indikator kedua merupakan
indikator yang memiliki rata-rata paling tinggi yaitu pimpinan selalu memantau
pekerjaan pegawai (X4.2) sehingga variabel Komitmen Pimpinan paling kuat
diukur oleh indikator pimpinan selalu memantau pekerjaan pegawai (X4.2).
Secara keseluruhan, nilai rata-rata variabel komitmen pimpinan (X4)
sebesar 4.00 berada pada kategori tinggi (rata-rata antara 3.41 – 4.20), maka
dapat dikatakan bahwa komitmen pimpinan (X4) dipersepsikan tinggi oleh
responden.
5.2.5 Deskripsi Variabel Optimlaisasi Pemanfaatan Aset (Y)
Variabel Optimalisasi Pemanfaatan Aset (Y) diukur oleh lima indikator
antara lain: Sewa, Pinjam pakai, KSP, BSG/BGS, dan KSPI. Distribusi frekuensi
1
1.8
2.6
3.4
4.2
5
X41 X42 X43
Rat
a-ra
ta
Indikator
87
jawaban respon tiap item pertanyaan pada tiap indikator dan variabel secara
lengkap disajikan pada Lampiran 2, dan teringkas pada Tabel 5.7, Gambar 5.9
dan 5.10 berikut:
Tabel 5.7 Deskripsi Variabel Optimalisasi Pemanfaatan Aset (Y)
Indikator ItemFrekuensi Pilihan Responden
Rata-rataSTS TS N S SS
Sewa (Y1)
Y1 0.00 0.96 20.19 59.62 19.23 3.97
4.06
Y2 0.00 4.81 14.42 56.73 24.04 4.00
Y3 0.00 0.00 12.50 57.69 29.81 4.17
Y4 0.00 0.00 10.58 66.35 23.08 4.13
Y5 0.00 0.96 17.31 58.65 23.08 4.04
Pinjam Pakai (Y2)
Y6 0.00 0.00 11.54 63.46 25.00 4.13
3.97Y7 0.00 0.96 18.27 67.31 13.46 3.93
Y8 0.00 3.85 19.23 61.54 15.38 3.88
Y9 0.00 1.92 19.23 62.50 16.35 3.93
Kerjasama
Pemanfaatan (Y3)
Y10 0.00 0.00 13.46 75.96 10.58 3.97
4.01Y11 0.00 0.00 14.42 70.19 15.38 4.01
Y12 0.00 2.88 10.58 64.42 22.12 4.06
Bangun Guna
Serah/Bangun Serah
Guna (Y4)
Y13 0.00 3.85 10.58 65.38 20.19 4.02
4.11
Y14 0.00 0.00 13.46 66.35 20.19 4.07
Y15 0.00 0.96 13.46 53.85 31.73 4.16
Y16 0.00 0.00 17.31 47.12 35.58 4.18
Y20 0.00 0.00 12.50 50.96 36.54 4.24
88
Lanjutan Tabel 5.7
Indikator ItemFrekuensi Pilihan Responden
Rata-rataSTS TS N S SS
Kerjasama Penyedia
Infrastruktur (Y5)
Y17 0.00 0.00 10.58 39.42 50.00 4.39
4.34Y18 0.00 0.96 7.69 45.19 46.15 4.37
Y19 0.00 0.96 8.65 45.19 45.19 4.35
Y20 0.00 0.00 12.50 50.96 36.54 4.24
rata-rata variabel 4.10
Sumber: Data diolah, 2017 (Lampiran 2)
Gambar 5.9 Deskripsi Rata-rata Item pada Variabel OptimalisasiPemanfaatan Aset (Y)
1.00 1.80 2.60 3.40 4.20 5.00
Y1Y2Y3Y4Y5Y6Y7Y8Y9
Y10Y11Y12Y13Y14Y15Y16Y17Y18Y19Y20
Rata-rata
Ite
m
89
Gambar 5.10 Deskripsi Rata-rata Indikator pada Variabel OptimalisasiPemanfaatan Aset (Y)
Berdasarkan tabel 5.6, gambar 5.9 dan 5.10 yang merupakan variabel
optimalisasi pemanfaatan aset (Y) dapat dideskripsikan bahwa diperoleh
sebagian besar distribusi jawaban responden ialah pada skor 3 dan 4 yaitu netral
dan setuju. Adapun empat indikator memiliki rata-rata pada kategori tinggi (rata-
rata antara 3.41 – 4.20), dan satu indikator memiliki rata-rata pada kategori
sangat tinggi (rata-rata antara 4.21 – 5.00). Indikator kelima merupakan indikator
yang memiliki rata-rata paling tinggi yaitu kerjasama penyedia infrastruktur (Y5),
sehingga variabel optimalisasi pemanfaatan aset paling kuat diukur oleh indikator
kerjasama penyedia infrastruktur (Y5).
Secara keseluruhan nilai rata-rata variabel Optimalisasi Pemanfaatan
Aset sebesar 4.10 berada pada kategori tinggi (rata-rata antara 3.41 – 4.20),
maka dapat dikatakan bahwa Optimalisasi Pemanfaatan Aset dipersepsikan
tinggi oleh responden.
1
1.8
2.6
3.4
4.2
5
Y11 Y12 Y13 Y14 Y15
Rat
a-ra
ta
Indikator
90
5.2.6 Statistika Deskriptif Variabel
Statistik deskriptif variabel penelitian memberikan gambaran atau opsi
suatu data. Statistik deskriptif dalam penelitian ini dilihat dari nilai minimum (Min),
maximum (Max), dan rata-rata (Mean). Data sampel yang digunakan dalam
penelitian ini 104 responden. Berdasarkan data yang dikumpulkan maka akan
dijelaskan hasil jawaban responden yang ditunjukkan pada tabel 5.8 berikut :
Tabel 5.8 Statistika Deskriptif
Variabel Minimum Maksimum Rata-rata
Inventarisasi Aset (X1)3.07 5.00 4.09
Legal Audit (X2)3.00 5.00 3.99
Penilaian Aset (X3)3.00 4.82 3.90
Komitmen Pimpinan (X4)3.00 4.89 4.00
Optimalisasi Pemanfaatan Aset (Y)3.10 4.95 4.10
Sumber : Data Diolah, 2017 (Lampiran 2)
Berdasarkan tabel 5.8 dapat dilihat bahwa Inventarisasi Aset merupakan
variabel independen (X1) mempunyai nilai minimum dari rata-rata dari nilai skala
jawaban adalah 3.07 dan maksimum 5.00, serta nilai rata-rata sebesar 4.09
artinya bahwa Inventarisasi Aset, apabila dibagikan dengan jumlah pertanyaan
pada kuesioner mengenai vaiabel X1 sebanyak 15 item akan menghasilkan 4.09
berada antara 3.41 sampai dengan 4.20 dimana berarti rata-rata respon
responden terhadap Inventarisasi Aset dengan kategori tinggi (setuju).
Legal Audit yang merupakan variabel dependen (X2) mempunyai nilai
terkecil (minimum) dari rata-rata dari nilai skala jawaban adalah 3.00 dan
terbesar (maksimal) 5.00, serta nilai rata-rata 3.99 yang berarti bahwa Legal
91
Audit apabila dibandingkan dengan jumlah pertanyaan pada kuesioner mengenai
variabel X2 sebanyak 10 item akan menghasilkan 3.99 berada antara 3.41
sampai dengan 4.20 dimana rata-rata responden terhadap Legal Audit adalah
dengan kategori tinggi (setuju).
Penilaian Aset yang merupakan variabel dependen (X3) mempunyai nilai
terkecil (minimum) dari rata-rata dari nilai skala jawaban adalah 3.00 dan
terbesar (maksimal) 4.82, serta nilai rata-rata 3.90 yang berarti bahwa Penilaian
Aset apabila dibandingkan dengan jumlah pertanyaan pada kuesioner mengenai
variabel X3 sebanyak 11 item akan menghasilkan 3.90 berada antara 3.41
sampai dengan 4.20 dimana rata-rata responden terhadap Penilaian Aset adalah
dengan kategori tinggi (setuju).
Komitmen Pimpinan merupakan variabel independen (X4) mempunyai
nilai minimum dari rata-rata dari nilai skala jawaban adalah 3.00 dan maksimum
4.89, serta nilai rata-rata sebesar 4.00 artinya bahwa Komitmen Pimpinan,
apabila dibagikan dengan jumlah pertanyaan pada kuesioner mengenai vaiabel
X4 sebanyak 18 item akan menghasilkan 4.00 berada antara 3.41 sampai
dengan 4.20 dimana rata-rata respon responden terhadap Komitmen Pimpinan
dengan kategori tinggi (setuju).
Optimalisasi Pemanfaatan Aset yang merupakan variabel dependen (Y)
mempunyai nilai terkecil (minimum) dari rata-rata dari nilai skala jawaban adalah
3.10 dan terbesar (maksimal) 4.95, serta nilai rata-rata 4.10 yang berarti bahwa
Optimalisasi Pemanfaatan Aset apabila dibandingkan dengan jumlah pertanyaan
pada kuesioner mengenai variabel Y sebanyak 20 item akan menghasilkan 3.98
berada antara 3.41 sampai dengan 4.95 dimana rata-rata responden terhadap
Optimalisasi Pemanfaatan Aset adalah dengan kategori tinggi (setuju).
92
5.3 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen
5.3.1 Pengujian Validitas Instrumen
Penelitian ini menggunakan kuesioner untuk mendapatkan data.
Beberapa bagian kuesioner adalah persepsi dengan skala likert. Untuk itu perlu
dilakukan pengujian apakah data hasil kuesioner telah valid (absah) dan reliabel
(dapat dipercaya). Uji validitas data diukur dengan pendekatan validitas konstruk
dengan melihat nilai loading factor. Item pertanyaan dikatakan valid jika nilai
loading factor > 0.5 maka data dikatakan valid. Sedangkan reliabilitas instrumen
diuji dengan alat analisis composite reliability dengan mengukur variabel laten
yang nilainya harus di atas 0,70. Nilai composite reliability di atas 0.70
menunjukkan bahwa semua variabel laten memenuhi kriteria reliabel yang tinggi.
Berikut disajikan pengujian validitas selengkapnya.
Tabel 5.9 Hasil Uji Validitas Instrumen
Variabel Indikator ItemLoading
FactorKeterangan
Inventarisasi Aset
(X1)
Pendataan (X1.1)
X1.1 0.677 Valid
X1.2 0.674 Valid
X1.3 0.677 Valid
X1.4 0.633 Valid
X1.5 0.646 Valid
Kodefikasi/labelling
(X1.2)
X1.6 0.638 Valid
X1.7 0.636 Valid
X1.8 0.677 Valid
93
Lanjutan Tabel 5.9
Variabel Indikator ItemLoading
FactorKeterangan
Pengelompokkan
(X1.3)
X1.9 0.618 Valid
X1.10 0.640 Valid
X1.11 0.670 Valid
Pelaporan (X1.4)
X1.12 0.602 Valid
X1.13 0.687 Valid
X1.14 0.703 Valid
X1.15 0.623 Valid
Legal Audit (X2)
Kejelasan Hukum
(X2.1)
X2.1 0.625 Valid
X2.2 0.662 Valid
X2.3 0.673 Valid
X2.4 0.632 Valid
X2.5 0.651 Valid
Persertifikatan/bukti
kepemilikan (X2.2)
X2.6 0.680 Valid
X2.7 0.653 Valid
X2.8 0.661 Valid
X2.9 0.682 Valid
X2.10 0.619 Valid
Penilaian Aset (X3)
Penilaian dilakukan
sesuai dengan
peraturan yang
berlaku (X3.1)
X3.1 0.701 Valid
X3.2 0.651 Valid
X3.3 0.620 Valid
X3.4 0.651 Valid
94
Lanjutan Tabel 5.9
Variabel Indikator ItemLoading
FactorKeterangan
Melibatkan penilai
independen yang
bersertifikat (X3.2)
X3.5 0.676 Valid
X3.6 0.691 Valid
X3.7 0.675 Valid
X3.8 0.684 Valid
Penilaian aset
dilakukan dalam
rangka penyusunan
neraca (X3.3)
X3.9 0.682 Valid
X3.10 0.669 Valid
X3.11 0.563 Valid
Komitmen Pimpinan
(X4)
Pimpinan Selalu
melakukan
komunikasi dengan
pegawai (X4.1)
X4.1 0.525 Valid
X4.2 0.637 Valid
X4.3 0.654 Valid
Pimpinan selalu
memantau pekerjaan
pegawai (X4.2)
X4.4 0.778 Valid
X4.5 0.644 Valid
X4.6 0.643 Valid
Pimpinan selalu
memotivasi pegawai
(X4.3)
X4.7 0.719 Valid
X4.8 0.682 Valid
X4.9 0.652 Valid
95
Lanjutan Tabel 5.9
Variabel Indikator ItemLoading
FactorKeterangan
Optimalisasi
Pemanfaatan Aset
(Y)
Sewa (Y1)
Y1 0.647 Valid
Y2 0.632 Valid
Y3 0.677 Valid
Y4 0.650 Valid
Y5 0.659 Valid
Pinjam Pakai (Y2)
Y6 0.655 Valid
Y7 0.658 Valid
Y8 0.648 Valid
Y9 0.647 Valid
Kerjasama
Pemanfaatan (Y3)
Y10 0.671 Valid
Y11 0.687 Valid
Y12 0.650 Valid
Bangun Guna
Serah/Bangun Serah
Guna (Y4)
Y13 0.644 Valid
Y14 0.672 Valid
Y15 0.648 Valid
Y16 0.649 Valid
Kerjasama Penyedia
Infrastruktur (Y5)
Y17 0.653 Valid
Y18 0.646 Valid
Y19 0.662 Valid
Y20 0.648 Valid
Sumber : Data Primer Diolah, 2017 (Lampiran 4)
98
Tabel 5.11 menunjukkan bahwa semua variabel memiliki bentuk
hubungan yang linier terhadap optimalisasi pemanfaatan aset (Y). Hal tersebut
ditunjukkan pada nilai p-value (Sig. model linier) pada semua variabel < 0.05
sehingga dapat diketahui bahwa asumsi linieritas terpenuhi.
5.4.2 Goodness of Fit Model
Pengujian Goodness of Fit menggunakan nilai predictive-relevance (Q2).
Nilai predictive-relevance diperoleh dengan rumus:
Q2 = 1 – ( 1 – R12) ( 1 – R2
2 ) ( 1 – R32 )... ( 1- Rp
2 )
Q2 = 1 – ((1 – 0.682))
Q2 = 0.682
Hasil perhitungan memperlihatkan nilai predictive-relevance sebesar
0.682 atau 68.2%, sehingga model layak dikatakan memiliki nilai prediktif yang
relevan. Nilai predictive relevance sebesar 68.2% mengindikasikan bahwa
keragaman data yang dapat dijelaskan oleh model tersebut adalah sebesar
68.2% atau dengan kata lain informasi yang terkandung dalam data 68.2% dapat
dijelaskan oleh model tersebut. Sedangkan sisanya 31.8% dijelaskan oleh
variabel lain (yang belum terkandung dalam model) dan error.
5.4.3 Outer Model Hasil Analisis SEM
Variabel dalam penelitian ini Inventarisasi Aset (X1); Legal Audit (X2);
Penilaian Aset (X3); Komitmen Pimpinan (X4); dan Optimalisasi Pemanfaatan
Aset (Y). Nilai loading factor (untuk indikator reflektif) menunjukkan bobot dari
setiap indikator sebagai pengukur dari masing-masing variabel laten. Indikator
dengan loading factor/weight terbesar menunjukkan bahwa indikator tersebut
sebagai pengukur variabel yang terkuat (dominan).
99
5.4.3.1 Inventarisasi Aset (X1)
Variabel Inventarisasi Aset diukur dengan indikator yang bersifat reflektif.
Hasil loading factor indikator-indikator dari variabel Inventarisasi Aset dapat
dilihat pada tabel 5.12 sebagai berikut:
Tabel 5.12 Hasil Pengujian Indikator Pembentuk Variabel Inventarisasi
Aset (X1)
Indikator Item Loading Factor p-value
Pendataan (X11)
X1.1 0.677 <0.001
X1.2 0.674 <0.001
X1.3 0.677 <0.001
X1.4 0.633 <0.001
X1.5 0.646 <0.001
Kodefikasi/Labelling (X2)
X1.6 0.638 <0.001
X1.7 0.636 <0.001
X1.8 0.677 <0.001
Pengelompokkan (X13)
X1.9 0.618 <0.001
X1.10 0.640 <0.001
X1.11 0.670 <0.001
Pelaporan (X14)
X1.12 0.602 <0.001
X1.13 0.687 <0.001
X1.14 0.703 <0.001
X1.15 0.623 <0.001
Sumber : Data Diolah, 2017 (Lampiran 4)
Loading factor menunjukkan tingkat hubungan satu indikator dari variabel
dengan setiap faktor yang terbentuk. Loading factor yang disajikan dalam tabel
5.12 di atas, dapat digambarkan dalam gambar 5.11 sebagai berikut :
100
Gambar 5.11 Model pengukuran dimensi konstruk variabel InventarisasiAset (X1)
Berdasarkan tabel 5.12 dan gambar 5.11, pada indikator pertama dari
variabel Inventarisasi Aset yaitu Pendataan (X11) terdapat lima item dengan nilai
loading factor item X1.1 sebesar 0.677 dengan p-value sebesar <0.001, item
X1.2 sebesar 0.674 dengan p-value sebesar <0.001, item X1.3 sebesar 0.677
dengan p-value sebesar <0.001, item X1.4 sebesar 0.633 dengan p-value
Inventarisasi Aset (X1)
X1.1
X1.2
X1.3
X1.4
X1.5
X1.6
X1.7
X1.8
X1.9
0.677
0.67
4
0.677
0.633
0.646
0.638
0.636
0.677
0.618
X1.10
0.640
X1.11
0.670
X1.12
0.602
X1.13
X1.14
X1.15
0.6870.7030.623
101
sebesar <0.001, dan item X1.5 sebesar 0.646 dengan p-value sebesar <0.001.
Karena p-value < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa indikator Pendataan
dengan item X1.1, X1.2, X1.3, X1.4, dan X1.5 signifikan mengukur variabel
Inventarisasi Aset. Mengingat koefisien bertanda positif mengindikasikan
semakin tinggi nilai Pendataan, semakin tinggi Inventarisasi Aset.
Indikator kedua dari variabel Inventarisasi Aset yaitu Kodefikasi/Labelling
(X1.2) terdapat tiga item dengan nilai loading factor item X1.6 sebesar 0.638,
dengan p-value sebesar <0.001, X1.7 sebesar 0.677 dengan p-value <0.001,
dan X1.8 sebesar 0.618 dengan p-value <0.001. Karena p-value < 0.05, maka
dapat disimpulkan bahwa indikator Kodefikasi/Labelling (X1.2) signifikan
mengukur variabel Inventarisasi Aset. Mengingat koefisien bertanda positif
mengindikasikan semakin tinggi nilai Kodefikasi/Labelling, semakin tinggi
Inventarisasi Aset.
Indikator ketiga dari variabel Inventarisasi Aset yaitu Pengelompokkan
(X1.3) terdapat tiga item dengan nilai loading factor item X1.9 sebesar 0.618
dengan p-value sebesar <0.001, X1.10 sebesar 0.640 dengan p-value sebesar
<0.001, dan X1.11 sebesar 0.670 dengan p-value sebesar <0.001. Karena p-
value < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa indikator Pengelompokkan (X1.3)
signifikan mengukur variabel Inventarisasi Aset. Mengingat koefisien bertanda
positif mengindikasikan semakin tinggi nilai Pengelompokkan, semakin tinggi
Inventarisasi Aset.
Indikator keempat dari variabel Inventarisasi Aset yaitu Pelaporan (X1.4)
terdapat empat item dengan nilai loading factor item X1.12 sebesar 0.604
dengan p-value sebesar <0.001, X1.13 sebesar 0.687 dengan p-value <0.001,
X1.14 sebesar 0.703 dengan p-value <0.001 dan X1.15 sebesar 0.623 dengan p-
value <0.001. Karena p-value < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa indikator
102
Pelaporan (X1.4) signifikan mengukur variabel Inventarisasi Aset. Mengingat
koefisien bertanda positif mengindikasikan semakin tinggi nilai Pelaporan,
semakin tinggi Inventarisasi Aset.
5.4.3.2 Legal Audit (X2)
Variabel Legal Audit daerah diukur dengan dua indikator yang bersifat
reflektif. Hasil loading factor indikator-indikator dari variabel Legal Audit daerah
dapat dilihat pada Gambar 5.12 danTabel 5.13 sebagai berikut:
Tabel 5.13 Hasil Pengujian Indikator Pembentuk Variabel Legal Audit (X2)
Indikator Item Loading Factor p-value
Kejelasan Hukum (X2.1)
X2.1 0.625 <0.001
X2.2 0.662 <0.001
X2.3 0.673 <0.001
X2.4 0.632 <0.001
X2.5 0.651 <0.001
Persertifikatan/bukti kepemilikan (X2.2)
X2.6 0.680 <0.001
X2.7 0.653 <0.001
X2.8 0.661 <0.001
X2.9 0.682 <0.001
X2.10 0.619 <0.001
Sumber : Data Diolah, 2017 (Lampiran 4)
103
Gambar 5.12 Model pengukuran dimensi konstruk variabel Legal Audit (X2)
Berdasarkan tabel 5.13 dan gambar 5.12, pada indikator pertama dari
variabel Legal Audit yaitu Kejelasan Hukum (X21) terdapat lima item dengan nilai
loading factor item X2.1 sebesar 0.625 dengan p-value sebesar <0.001, item
X2.2 sebesar 0.662 dengan p-value sebesar <0.001, item X2.3 sebesar 0.673
dengan p-value sebesar <0.001, item X2.4 sebesar 0.632 dengan p-value
sebesar <0.001, dan item X2.5 sebesar 0.651 dengan p-value sebesar <0.001.
Karena p-value < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa indikator Kejelasan
Hukum dengan item X2.1, X2.2, X2.3, X2.4, dan X2.5 signifikan mengukur
variabel Legal Audit. Mengingat koefisien bertanda positif mengindikasikan
semakin tinggi nilai Kejelasan Hukum, semakin tinggi Legal Audit.
Legal Audit (X2)
X2.1
X2.2
X2.3
X2.4
X2.5
X2.6
X2.7
X2.8
X2.9
0.62
5
0.662
0.673
0.632
0.651
0.6800.6530.6610.682
X2.10
0.619
104
Indikator kedua dari variabel Legal Audit yaitu Persertifikatan/bukti
kepemilikan (X2.2) terdapat lima item dengan nilai loading factor item X2.6
sebesar 0.680, dengan p-value sebesar <0.001, X2.7 sebesar 0.653 dengan p-
value <0.001, X2.8 sebesar 0.661 dengan p-value <0.001, X2.9 sebesar 0.682
dengan p-value <0.001, dan X2.10 sebesar 0.619 dengan p-value <0.001.
Karena p-value < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa indikator
Persertifikatan/bukti kepemilikan (X2.2) signifikan mengukur variabel Legal Audit.
Mengingat koefisien bertanda positif mengindikasikan semakin tinggi nilai
Persertifikatan/bukti kepemilikan, semakin tinggi Legal Audit.
5.4.3.3 Penilaian Aset (X3)
Variabel Penilaian Aset daerah diukur dengan tiga indikator yang bersifat
reflektif. Hasil loading factor indikator-indikator dari variabel Penilaian Aset
daerah dapat dilihat pada tabel 5.14 dan gambar 5.13 sebagai berikut:
Tabel 5.14 Hasil Pengujian Indikator Pembentuk Variabel PenilaianAset (X3)
Indikator ItemLoading
Factor
p-
value
Penilaian dilakukan sesuai dengan peraturan
yang berlaku (X3.1)
X3.1 0.701 <0.001
X3.2 0.651 <0.001
X3.3 0.620 <0.001
X3.4 0.651 <0.001
Melibatkan penilai independen yang bersertifikat
(X3.2)
X3.5 0.676 <0.001
X3.6 0.691 <0.001
X3.7 0.675 <0.001
X3.8 0.684 <0.001
105
Lanjutan Tabel 5.14
Indikator ItemLoading
Factor
p-
value
Penilaian aset dilakukan dalam rangka
penyusunan neraca (X3.3)
X3.9 0.682 <0.001
X3.10 0.669 <0.001
X3.11 0.563 <0.001
Sumber : Data Diolah, 2017 (Lampiran 4)
Gambar 5.13 Model pengukuran dimensi konstruk variabel PenilaianAset (X3)
106
Berdasarkan tabel 5.14 dan gambar 5.13, pada indikator pertama dari
variabel Penilaian Aset yaitu Penilaian dilakukan sesuai dengan peraturan yang
berlaku (X31) terdapat empat item dengan nilai loading factor item X3.1 sebesar
0.701 dengan p-value sebesar <0.001, item X3.2 sebesar 0.651 dengan p-value
sebesar <0.001, item X3.3 sebesar 0.620 dengan p-value sebesar <0.001, dan
item X3.4 sebesar 0.651 dengan p-value sebesar <0.001. Karena p-value < 0.05,
maka dapat disimpulkan bahwa indikator Penilaian dilakukan sesuai dengan
peraturan yang berlaku dengan item X3.1, X3.2, X3.3, dan X3.4 signifikan
mengukur variabel Penilaian Aset. Mengingat koefisien bertanda positif
mengindikasikan semakin tinggi nilai Penilaian dilakukan sesuai dengan
peraturan yang berlaku, semakin tinggi Penilaian Aset.
Indikator kedua dari variabel Penilaian Aset yaitu Melibatkan penilai
independen yang bersertifikat kepemilikan (X3.2) terdapat empat item dengan
nilai loading factor item X3.5 sebesar 0.676 dengan p-value sebesar <0.001, item
X3.6 sebesar 0.691 dengan p-value sebesar <0.001, X3.7 sebesar 0.675 dengan
p-value <0.001, dan X3.8 sebesar 0.684dengan p-value <0.001. Karena p-value
< 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa indikator Melibatkan penilai independen
yang bersertifikat kepemilikan (X3.2) signifikan mengukur variabel Penilaian
Aset. Mengingat koefisien bertanda positif mengindikasikan semakin tinggi nilai
Melibatkan penilai independen yang bersertifikat kepemilikan, semakin tinggi
Penilaian Aset.
Indikator ketiga dari variabel Penilaian Aset yaitu Penilaian aset dilakukan
dalam rangka penyusunan neraca (X3.3) terdapat tiga item dengan nilai loading
factor item X3.9 sebesar 0.682, dengan p-value sebesar <0.001, X3.10 sebesar
0.669 dengan p-value sebesar <0.001, dan X3.11 sebesar 0.563 dengan p-value
sebesar <0.001. Karena p-value < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa indikator
107
Penilaian aset dilakukan dalam rangka penyusunan neraca (X3.3) signifikan
mengukur variabel Penilaian Aset. Mengingat koefisien bertanda positif
mengindikasikan semakin tinggi nilai Penilaian aset dilakukan dalam rangka
penyusunan neraca, semakin tinggi Penilaian Aset.
5.4.3.4 Komitmen Pimpinan (X4)
Variabel Komitmen Pimpinan diukur dengan tiga indikator yang bersifat
reflektif. Hasil loading factor indikator-indikator dari variabel Komitmen Pimpinan
dapat dilihat pada tabel 5.15 dan gambar 5.14 sebagai berikut:
Tabel 5.15 Hasil Pengujian Indikator Pembentuk Variabel Komitmen
Pimpinan (X4)
Indikator ItemLoading
Factor
p-
value
Pimpinan Selalu melakukan komunikasi
dengan pegawai (X4.1)
X4.1 0.525 <0.001
X4.2 0.637 <0.001
X4.3 0.654 <0.001
Pimpinan selalu memantau pekerjaan pegawai
(X4.2)
X4.4 0.778 <0.001
X4.5 0.644 <0.001
X4.6 0.643 <0.001
Pimpinan selalu memotivasi pegawai (X4.3)
X4.7 0.719 <0.001
X4.8 0.682 <0.001
X4.9 0.652 <0.001
Sumber : Data Diolah, 2017 (Lampiran 4)
108
Gambar 5.14 Model pengukuran dimensi konstruk variabel KomitmenPimpinan (X4)
Berdasarkan tabel 5.15 dan gambar 5.14, pada indikator pertama dari
variabel Komitmen Pimpinan yaitu Pimpinan Selalu melakukan komunikasi
dengan pegawai (X41) terdapat tiga item dengan nilai loading factor item X4.1
sebesar 0.525 dengan p-value sebesar <0.001, X4.2 sebesar 0.637 dengan p-
value sebesar <0.001, dan X4.3 sebesar 0.654 dengan p-value sebesar <0.001.
Karena p-value < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa indicator Pimpinan Selalu
melakukan komunikasi dengan pegawai (X4.1) signifikan mengukur variabel
Komitmen Pimpinan. Mengingat koefisien bertanda positif mengindikasikan
semakin tinggi nilai Pimpinan Selalu melakukan komunikasi dengan pegawai,
semakin tinggi Komitmen Pimpinan.
109
Indikator kedua dari variabel Komitmen Pimpinan yaitu Pimpinan selalu
memantau pekerjaan pegawai (X42) terdapat tiga item dengan nilai loading
factor item X4.4 sebesar 0.778 dengan p-value sebesar <0.001, X4.5 sebesar
0.644 dengan p-value sebesar <0.001, dan X4.6 sebesar 0.643 dengan p-value
sebesar <0.001. Karena p-value < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa indikator
Pimpinan selalu memantau pekerjaan pegawai (X4.2) signifikan mengukur
variabel Komitmen Pimpinan. Mengingat koefisien bertanda positif
mengindikasikan semakin tinggi nilai Pimpinan selalu memantau pekerjaan
pegawai, semakin tinggi Komitmen Pimpinan.
Indikator ketiga dari variabel Komitmen Pimpinan yaitu Pimpinan selalu
memotivasi pegawai (X43) terdapat empat dengan nilai loading factor item X4.7
sebesar 0.719 dengan p-value sebesar <0.001, X4.8 sebesar 0.682 dengan p-
value sebesar <0.001, dan X4.9 sebesar 0.652 dengan p-value sebesar <0.001.
Karena p-value < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa indikator Pimpinan selalu
memotivasi pegawai (X4.3) signifikan mengukur variabel Komitmen Pimpinan.
Mengingat koefisien bertanda positif mengindikasikan semakin tinggi nilai
Pimpinan selalu memotivasi pegawai, semakin tinggi Komitmen Pimpinan.
5.4.3.5 Optimalisasi Pemanfaatan Aset (Y)
Variabel Optimalisasi Pemanfaatan Aset diukur dengan lima indikator
yang bersifat reflektif. Hasil loading factor indikator-indikator dari variabel
Optimalisasi Pemanfaatan Aset daerah dapat dilihat pada tabel 5.16 dan 5.15
sebagai berikut:
110
Tabel 5.16 Hasil Pengujian Indikator Pembentuk Variabel Optimalisasi
Pemanfaatan Aset (Y)
Indikator ItemLoading
Factor
p-
value
Sewa (Y1)
Y1 0.647 <0.001
Y2 0.632 <0.001
Y3 0.677 <0.001
Y4 0.650 <0.001
Y5 0.659 <0.001
Pinjam Pakai (Y2)
Y6 0.655 <0.001
Y7 0.658 <0.001
Y8 0.648 <0.001
Y9 0.647 <0.001
Kerjasama Pemanfaatan (Y3)
Y10 0.671 <0.001
Y11 0.687 <0.001
Y12 0.650 <0.001
Bangun Guna Serah/Bangun Serah
Guna (Y4)
Y13 0.644 <0.001
Y14 0.672 <0.001
Y15 0.648 <0.001
Y16 0.649 <0.001
Kerjasama Penyedia Infrastruktur (Y5)
Y17 0.653 <0.001
Y18 0.646 <0.001
Y19 0.662 <0.001
Y20 0.648 <0.001
Sumber : Data Diolah, 2017 (Lampiran 4)
111
Gambar 5.15 Model pengukuran dimensi konstruk variabel OptimalisasiPemanfaatan Aset (Y)
OptimalisasiPemanfaatan Aset
(Y )
Y 1
Y 2
Y 3
Y 4
Y 5
Y 6
Y 7
Y 8
Y 9
Y10
Y11
Y12
Y13
Y14
Y15
Y16
Y17
Y18
Y19
Y20
0.647
0.632
0.67
7
0.65
0
0.659
0.655
0.658
0.648
0 .647
0.671
0.687
0.6500.6440.6720.6480.6490.6530.64
60.6620
.648
112
Berdasarkan tabel 5.16 dan gambar 5.15, pada indikator pertama dari
variabel Optimalisasi Pemanfaatan Aset yaitu Sewa (Y1.1) terdapat lima item
dengan nilai loading factor item Y1 sebesar 0.647 dengan p-value sebesr <0.001,
item Y2 sebesar 0.632 dengan p-value sebesar <0.001, item Y3 sebesar 0.677
dengan p-value sebesar <0.001, item Y4 sebesar 0.650 dengan p-value sebesar
<0.001, dan item Y5 sebesar 0.659 dengan p-value sebesar <0.001. Karena p-
value < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa indikator Sewa dengan item Y1,
Y2, Y3, Y4, dan Y5 signifikan mengukur variabel Optimalisasi Pemanfaatan Aset.
Mengingat koefisien bertanda positif mengindikasikan semakin tinggi nilai Sewa,
semakin tinggi Optimalisasi Pemanfaatan Aset.
Indikator kedua dari variabel Optimalisasi Pemanfaatan Aset yaitu Pinjam
Pakai (Y1.2) terdapat empat item dengan nilai loading factor item Y6 sebesar
0.655 dengan p-value sebesar <0.001, Y7 sebesar 0.658 dengan p-value
<0.001, dan Y8 sebesar 0.648 dengan p-value <0.001, dan Y9 sebesar 0.647
dengan p-value <0.001. Karena p-value < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa
indikator Pinjam Pakai (Y1.2) dengan item Y6, Y7, Y8, dan Y9 signifikan
mengukur variabel Optimalisasi Pemanfaatan Aset. Mengingat koefisien
bertanda positif mengindikasikan semakin tinggi nilai Pinjam Pakai, semakin
tinggi Optimalisasi Pemanfaatan Aset.
Indikator ketiga dari variabel Optimalisasi Pemanfaatan Aset yaitu
Kerjasama Pemanfaatan (Y1.3) terdapat tiga item dengan nilai loading factor
item Y10 sebesar 0.671 dengan p-value sebesar <0.001, Y11 sebesar 0.687
dengan p-value sebesar <0.001, dan Y12 sebesar 0.650 dengan p-value sebesar
<0.001. Karena p-value < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa indikator
Kerjasama Pemanfaatan (Y1.3) dengan item Y10, Y11, dan Y12 signifikan
mengukur variabel Optimalisasi Pemanfaatan Aset. Mengingat koefisien
113
bertanda positif mengindikasikan semakin tinggi nilai Kerjasama Pemanfaatan,
semakin tinggi Optimalisasi Pemanfaatan Aset.
Indikator keempat dari variabel Optimalisasi Pemanfaatan Aset yaitu
Bangun Guna Serah/Bangun Serah Guna (Y1.4) terdapat empat item dengan
nilai loading factor item Y13 sebesar 0.644 dengan p-value sebesar <0.001, Y14
sebesar 0.672 dengan p-value <0.001, Y15 sebesar 0.648 dengan p-value
<0.001 dan Y.16 sebesar 0.649 dengan p-value <0.001. Karena p-value < 0.05,
maka dapat disimpulkan bahwa indikator Bangun Guna Serah/Bangun Serah
Guna (Y14) signifikan mengukur variabel Optimalisasi Pemanfaatan Aset.
Mengingat koefisien bertanda positif mengindikasikan semakin tinggi nilai
Bangun Guna Serah/Bangun Serah Guna, semakin tinggi Optimalisasi
Pemanfaatan Aset.
Indikator kelima dari variabel Optimalisasi Pemanfaatan Aset yaitu
Kerjasama Penyedia Infrastruktur (Y1.5) terdapat empat item dengan nilai
loading factor item Y17 sebesar 0.653 dengan p-value sebesar <0.001, Y18
sebesar 0.646 dengan p-value <0.001, Y19 sebesar 0.662 dengan p-value
<0.001, dan Y20 sebesar 0.648 dengan p-value <0.001. Karena p-value < 0.05,
maka dapat disimpulkan bahwa indikator Kerjasama Penyedia Infrastruktur (Y.4)
signifikan mengukur variabel Optimalisasi Pemanfaatan Aset. Mengingat
koefisien bertanda positif mengindikasikan semakin tinggi nilai Kerjasama
Penyedia Infrastruktur, semakin tinggi Optimalisasi Pemanfaatan Aset.
5.4.4 Inner Model Hasil Analisis SEM
5.4.4.1 Pengujian Pengaruh Langsung
Pengujian inner model (structural model) pada intinya menguji hipotesis
dalam penelitian. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t (T-Statistic) pada
masing-masing jalur pengaruh langsung secara parsial. Hasil analisis secara
115
sehingga terdapat pengaruh langsung yang signifikan antara Inventarisasi Aset
terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset. Mengingat koefisien inner loading
bertanda positif, mengindikasikan bahwa hubungan keduanya positif. Artinya,
semakin tinggi Inventarisasi Aset, akan mengakibatkan semakin tinggi pula
Optimalisasi Pemanfaatan Aset.
Pada pengujian pengaruh langsung antara Legal Audit terhadap
Optimalisasi Pemanfaatan Aset, diperoleh nilai koefisien inner loading sebesar
0.156 dengan p-value sebesar 0.015. Karena p-value <0.05, maka Hipotesis 3
diterima sehingga terdapat pengaruh langsung yang signifikan antara Legal
Audit terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset. Mengingat koefisien inner
loading bertanda positif, mengindikasikan bahwa hubungan keduanya positif.
Artinya, semakin tinggi Legal Audit, akan mengakibatkan semakin tinggi pula
Optimalisasi Pemanfaatan Aset.
Pada pengujian pengaruh langsung antara Penilaian Aset terhadap
Optimalisasi Pemanfaatan Aset, diperoleh nilai koefisien inner loading sebesar
0.149 dengan p-value sebesar 0.011. Karena p-value <0.05, maka Hipotesis 5
diterima sehingga terdapat pengaruh langsung yang signifikan antara Penilaian
Aset terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset. Mengingat koefisien inner loading
bertanda positif, mengindikasikan bahwa hubungan keduanya positif. Artinya,
semakin tinggi Penilaian Aset, akan mengakibatkan semakin tinggi pula
Optimalisasi Pemanfaatan Aset.
Pada pengujian pengaruh langsung antara Komitmen Pimpinan terhadap
Optimalisasi Pemanfaatan Aset, diperoleh nilai koefisien inner loading sebesar
0.203 dengan p-value sebesar 0.004. Karena p-value <0.05, sehingga terdapat
pengaruh langsung yang signifikan antara Komitmen Pimpinan terhadap
Optimalisasi Pemanfaatan Aset. Mengingat koefisien inner loading bertanda
117
Secara grafis hasil pengujian pengaruh moderasi ditunjukkan pada
Gambar 5.17 berikut :
Gambar 5.17 Pengaruh Moderasi Komitmen Pimpinan terhadap
Optimalisasi Pemanfaatan Aset
Berdasarkan Tabel 5.18 dan Gambar 5.17 menunjukkan bahwa
pengaruh interaksi Inventarisasi Aset (X1) dan Komitmen Pimpinan (X4)
terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset (Y) menghasilkan nilai koefisien
sebesar 0.169 dengan p-value sebesar 0.015. Karena p-value (0.015) <0.05
maka Hipotesis 2 diterima sehingga Komitmen Pimpinan merupakan variabel
moderator antara pengaruh Inventarisasi Aset dan Optimalisasi Pemanfaatan
Aset. Karena pengaruh langsung dan pengaruh moderasi (interaksi) sama-sama
berpengaruh signifikan terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset maka variabel
Komitmen Pimpinan (X4) bersifat quasi moderate (moderator semu). Nilai
koefisien interaksi yang bertanda positif (0.169) maka variabel Komitmen
Pimpinan bersifat memperkuat pengaruh Inventarisasi Aset terhadap
Inventarisasi Aset(X1)
Legal Audit(X2)
Penilaian Aset(X3)
Optimalisasi PemanfaatanAset Tetap (Y)
0.235
0.149
.
Komitmen Pimpinan(X4)
0.167
0.166
0.169
0.156
118
Optimalisasi Pemanfaatan Aset. Dengan demikian, semakin tinggi Komitmen
Pimpinan, semakin tinggi pula pengaruh Inventarisasi Aset terhadap Optimalisasi
Pemanfaatan Aset.
Pengaruh interaksi Legal Audit (X2) dan Komitmen Pimpinan (X4)
terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset (Y) menghasilkan nilai koefisien
sebesar 0.166 dengan p-value sebesar 0.023. Karena p-value (0.023) <0.05
maka Hipotesis 4 diterima sehingga Komitmen Pimpinan merupakan variabel
moderator antara pengaruh Legal Audit dan Optimalisasi Pemanfaatan Aset.
Karena pengaruh langsung dan pengaruh moderasi (interaksi) sama-sama
berpengaruh signifikan terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset maka variabel
Komitmen Pimpinan (X4) bersifat quasi moderate (moderator semu). Nilai
koefisien interaksi yang bertanda positif (0.166) maka variabel Komitmen
Pimpinan bersifat memperkuat pengaruh Legal Audit terhadap Optimalisasi
Pemanfaatan Aset. Dengan demikian, semakin tinggi Komitmen Pimpinan,
semakin tinggi pula pengaruh Legal Audit terhadap Optimalisasi Pemanfaatan
Aset.
Pengaruh interaksi Penilaian Aset (X3) dan Komitmen Pimpinan (X4)
terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset (Y) menghasilkan nilai koefisien
sebesar 0.167 dengan p-value sebesar 0.037. Karena p-value (0.037) < 0.05
maka Hipotesis 6 diterima sehingga Komitmen Pimpinan merupakan variabel
moderator antara pengaruh Penilaian Aset dan Optimalisasi Pemanfaatan Aset.
Karena pengaruh langsung dan pengaruh moderasi (interaksi) sama-sama
berpengaruh signifikan terhadap Penilaian Aset maka variabel Komitmen
Pimpinan (X4) bersifat quasi moderate (moderator semu). Nilai koefisien interaksi
yang bertanda positif (0.167) maka variabel Komitmen Pimpinan bersifat
memperkuat pengaruh Penilaian Aset terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset.
119
Dengan demikian, semakin tinggi Komitmen Pimpinan, semakin tinggi pula
pengaruh Penilaian Aset terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset.
Hasil pengujian di atas mengemukakan bahwa variabel moderasi
Komitmen Pimpinan (X4) dalam mempengaruhi variabel Inventarisasi Aset (X1),
Legal Audit (X2), dan Penilaian Aset (X3) terhadap Optimalisasi Pemanfaatan
Aset (Y) menunjukkan bahwa berdasarkan koefisien jalur yang dihasilkan
konsisten bertanda positif dan hal tersebut diartikan Komitmen Pimpinan (X4)
memperkuat pengaruh Inventarisasi Aset (X1), Legal Audit (X2), dan Penilaian
Aset (X3) terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset (Y). Sedangkan
berdasarakan hasil nilai p-value yang dihasilkan variabel Komitmen Pimpinan
(X4) dalam mempengaruhi Inventarisasi aset (X1), Legal Audit (X2), dan
Penilaian Aset (X3) terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset (Y) menunjukkan
nilai yang dihasilkan <0.05 (signifikan). Namun, melihat nilai p-value yang
dihasilkan pengaruh langsung variabel Inventarisasi aset (X1) terhadap
Optimalisasi Pemanfaatan Aset (Y) nilai p-value sebesar <0.001, Legal Audit
(X2) terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset (Y) nilai p-value sebesar 0.015,
dan Penilaian Aset (X3) terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset (Y) nilai p-
value sebesar 0.011. Sedangkan nilai p-value yang dihasilkan pengaruh tidak
langsung (moderasi) Komitmen Pimpinan (X4) dalam mempengaruhi variabel
Inventarisasi aset (X1) terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset (Y) nilai p-value
sebesar 0.015, Legal Audit (X2) terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset (Y)
nilai p-value sebesar 0.023, dan Penilaian Aset (X3) terhadap Optimalisasi
Pemanfaatan Aset (Y) nilai p-value sebesar 0.037. Dapat dilihat bahwa nilai p-
value yang dihasilkan dari pengaruh langsung variabel Inventarisasi Aset (X1),
Legal Audit (X2), dan Penilaian Aset (X3) terhadap Optimalisasi Pemanfaatan
Aset (Y) lebih kecil dan lebih baik dibandingkan dengan adanya variabel
120
moderasi yaitu Komitmen Pimpinan (X4). Hal ini dapat diartikan bahwa
berdasarkan nilai p-value yang dihasilkan, variabel moderasi Komitmen Pimpinan
tidak bermakna dalam mempengaruhi variabel Inventarisasi Aset (X1) terhadap
Optimalisasi Pemanfaatan Aset (Y), Legal Audit (X2) terhadap Optimalisasi
Pemanfaatan Aset (Y), dan Penilaian Aset (X3) terhadap Optimalisasi
Pemanfaatan Aset (Y).
121
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Pengaruh Inventarisasi Aset Terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset
Hasil penelitian menemukan bahwa Inventarisasi Aset (X1) berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset (Y). Artinya
semakin sering inventarisasi aset akan mengakibatkan semakin tinggi
optimalisasi pemanfaatan aset. Kegiatan inventarisasi merupakan kegiatan atau
proses yang terdiri dari pendataan, kodefikasi/labelling, pengelompokkan dan
pelaporan. Peningkatan kinerja dalam kegiatan inventarisasi tersebut sangat
berpengaruh dalam mencapai sasaran atau tujuan optimalisasi pemanfaatan
aset. Dengan melakukan kegiatan inventarisasi aset secara berkala dan up to
date, maka pemerintah mendapatkan data dan informasi mengenai aset-aset
yang memiliki potensi yang dapat dimanfaatkan secara optimal.
Hal ini sejalan dengan Goal setting theory yang menekankan pada
pentingnya hubungan antara tujuan yang ditetapkan dan kinerja yang dihasilkan,
sehingga teori ini menyatakan bahwa tujuan-tujuan yang sifatnya spesifik atau
sulit cenderung menghasilkan kinerja yang lebih tinggi. Penerapan goal setting
theory dalam penelitian ini adalah pemerintah daerah sebagai suatu organisasi
publik menetapkan sasaran atau tujuan yang ingin dicapai ke depannya.
Penetapan tujuan organisasi dalam penelitian ini adalah mengoptimalkan
pemanfaatan aset secara efisien dan efektif. Mengoptimalkan pemanfaatan aset
merupakan sasaran atau tujuan yang spesifik yang ingin dicapai organisasi
tersebut.
Status optimalnya suatu aset/BMD, didasarkan pada hasil inventarisasi
atas keberadaan suatu aset, tentunya dengan melakukan penelusuran dan
122
pemeriksaan terhadap atribut aset yang meliputi aspek fisik, administrasi, dan
hukum (legalitas kepemilikan atau kejelasan alas hak) (Jusmin, 2013). Dengan
demikian, pelaksanaan kegiatan inventarisasi berdampak pada keputusan akan
penentuan kategorisasi dan jenis tindakan yang tepat terhadap suatu aset sesuai
dengan kondisi masing-masing sehingga akan tercipta sebuah informasi yang
akurat dan real serta memperjelas jenis tindakan atau perlakuan yang tepat atau
yang seharusnya dilakukan terhadap suatu aset, entah dimanfaatkan melalui
mekanisme sewa, pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan, bangun serah
guna/bangun guna serah, dan kerjasama penyedia infrastruktur.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Jusmin
(2013) yang menemukan bahwa kegiatan inventarisasi aset berpengaruh positif
dan signifikan terhadap optimalisasi pemanfaatan aset. Kemudian Widayanti
(2010), Jamaludin (2013), Ratih (2014), Nasution et al (2015), Bleskadit (2015),
dan Hidayati (2016) juga menemukan bahwa inventarisasi aset berpengaruh
positif dan signifikan terhadap optimalisasi pemanfaatan aset pemerintah daerah.
Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya peningkatan kegiatan inventarisasi
mulai dari proses pendataan, kodefikasi/labelling, pengelompokkan dan
pelaporan aset yang dilakukan secara baik dan rutin, maka akan meningkatkan
optimalisasi pemanfaatan aset-aset daerah yang dimiliki. Namun, penelitian ini
tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan Ayomi (2014) dan Antoh (2012)
yang menyatakan bahwa inventarisasi aset tidak berpengaruh terhadap
optimalisasi aset. Hal ini bisa disebabkan karena kegiatan inventarisasi aset tidak
dilakukan secara rutin dan berkesinambungan yang mengakibatkan tidak
terwujudnya tata kelola aset/BMD yang baik, baik terhadap pengelolaan
administrasi, fisik, maupun hukum.
123
6.2 Pengaruh Komitmen Pimpinan Terhadap Hubungan Inventarisasi
Aset dengan Optimalisasi Pemanfaatan Aset
Komitmen Pimpinan (X4) memoderasi hubungan antara Inventarisasi
Aset dan Optimalisasi Pemanfaatan Aset. Hasil penelitian menemukan bahwa
pengaruh langsung dan pengaruh moderasi (interaksi) sama-sama berpengaruh
signifikan terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset (X4). Karena pengaruh
langsung dan pengaruh moderasi (interaksi) sama-sama berpengaruh signifikan
terhadap optimalisasi pemanfaatan aset, maka variabel Komitmen Pimpinan (X4)
bersifat quasi moderate (moderator semu). Nilai koefisien interaksi yang
bertanda positif maka variabel Komitmen Pimpinan bersifat memperkuat
pengaruh Inventarisasi Aset terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset.
Gubernur sebagai pimpinan mempunyai wewenang penuh untuk dapat
mengarahkan bawahannya untuk dapat melakukan kegiatan inventarisasi aset
secara berkala, lengkap dan up to date sehingga dapat memperoleh informasi
mengenai data aset-aset yang bermasalah dan yang memiliki potensi untuk
dimanfaatkan secara optimal. Dengan demikian, tindakan pelaksanaan kegiatan
inventarisasi atau implementasi kebijakan inventarisasi berdampak pada
keputusan akan penentuan kategorisasi dan jenis tindakan yang tepat terhadap
suatu aset sesuai dengan kondisi masing-masing. Sehingga akan tercipta
sebuah informasi yang akurat dan real serta memperjelas jenis tindakan atau
perlakuan yang tepat atau yang seharusnya dilakukan terhadap suatu aset,
entah dimanfaatkan melalui mekanisme sewa, pinjam pakai, kerja sama
pemanfaatan, bangun serah guna/bangun guna serah, dan kerjasama penyedia
infrastruktur.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori kepemimpinan Stodgill (1974)
yang mengemukakan bahwa kepemimipinan adalah suatu proses tindakan
124
mempengaruhi aktifitas kelompok yang terorganisasi dalam usaha menetapkan
tujuan dan pencapaian tujuan. Artinya pemimpin merupakan individu yang
memiliki program dan bersama anggota kelompok bergerak untuk mencapai
tujuan dengan cara yang pasti. Suatu organisasi baik swasta maupun
pemerintahan tidak lepas dari konsistensi pimpinan. Seorang pimpinan
mempunyai tanggung jawab dalam menjalankan dan mengimplementasikan
kebijakan-kebijakan yang telah dibuat untuk menjadi sebuah keputusan dalam
organisasi.
Untuk mengoptimalkan pemanfaatan aset yang dimiliki pemerintah
daerah, diperlukan upaya yang sungguh-sungguh dari seluruh aparat
pemerintahan baik dari unsur pegawai maupun pimpinan. Pimpinan menjadi
salah satu peran utama dalam mewujudkan hal tersebut. Karena pimpinan
memiliki legitimasi power untuk menentukan seluruh kebijakan dalam proses
organisasi. Untuk itu, dengan adanya komitmen pimpinan diharapkan akan dapat
memperkuat pengaruh inventarisasi aset terhadap optimalisasi pemanfaatan
aset pemerintah daerah.
Penelitian ini selaras dengan beberapa hasil penelitian yang
menggunakan variabel komitmen pimpinan dalam penelitiannya yaitu Silviana
(2012) yang berjudul pengaruh komitmen kepala daerah terhadap kualitas
laporan keuangan pemerintah daerah propinsi Jawa Barat, hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa komitmen pimpinan pemda daerah memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Sedangkan
Simammora (2012) menjelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
pengelolaan aset pasca pemekaran wilayah dan pengaruhnya terhadap kualitas
laporan keuangan. Hasil penelitiannya menunjukkan faktor-faktor yang
mempengaruhi pengelolaan aset pasca pemekaran adalah SDM, pengetahuan
125
pengelolaan aset, penilaian aset, komitmen pimpinan dan sikap kurangnya
kepedulian dan tanggung jawab pengelolaan aset setelah pemekaran wilayah
tersebut, hal ini berpengaruh terhadap laporan keuangan pemerintah daerah.
6.3 Pengaruh Legal Audit terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset
Hasil penelitian menemukan bahwa Legal Audit (X2) berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset. Artinya, semakin tinggi
Legal Audit maka akan mengakibatkan semakin tinggi pula Optimalisasi
Pemanfaatan Aset. Siregar (2004) menyatakan bahwa legal audit merupakan
satu lingkup kerja manajemen aset yang berupa inventarisasi status
penguasaan aset, sistem dan prosedur penguasaan atau pengalihan aset,
identifikasi dan mencari solusi atas permasalahan legal, dan strategi untuk
memecahkan berbagai permasalahan legal yang terkait dengan penguasaan
atau pengalihan aset. Hampir seluruh pemerintah daerah di Indonesia sering
menghadapi masalah legal audit terhadap aset-aset yang dimilikinya.
Permasalahan legal yang sering ditemui antara lain status hak penguasaan
yang lemah, penyalahgunaan aset, adanya aset yang dikuasai oleh pihak lain,
pemindahtanganan aset yang tidak termonitor, dan lain-lain. Masalah legal audit
menjadi salah satu penyebab tidak optimalnya pemanfaatan aset daerah.
Permasalahan legal audit pada pemerintah daerah seharusnya menjadi
perhatian utama dalam rangka mengamankan aset/BMD milik pemerintah baik
secara administrasi maupun fisik.
Pemerintah daerah memiliki sasaran atau tujuan untuk mengoptimalkan
pemanfaatan aset-aset yang dimilikinya. Untuk itu, pemerintah daerah perlu
meningkatkan kinerja dalam mewujudkan tujuan tersebut. Peningkatan kinerja
dapat dilakukan melalui mencari faktor-faktor penyebab yaitu terkait masalah
126
legal audit. Hal ini sejalan dengan goal setting theory (teori penetapan tujuan)
yang menjelaskan hubungan antara tujuan yang ditetapkan dengan prestasi
kerja (kinerja manajerial). Penerapan goal setting theory dalam penelitian ini
adalah pemerintah daerah sebagai suatu organisasi publik menetapkan sasaran
atau tujuan yang ingin dicapai ke depannya. Penetapan tujuan organisasi dalam
penelitian ini adalah mengoptimalkan pemanfaatan aset secara efisien dan
efektif. Mengoptimalkan pemanfaatan aset merupakan sasaran atau tujuan yang
spesifik yang ingin dicapai organisasi tersebut. Untuk mewujudkan sasaran atau
tujuan tersebut, maka perlu meningkatkan kinerja dalam penyelesaian masalah
legal audit yang dihadapi pemerintah saat ini.
Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ayomi
(2014) yang meneliti tentang Pengaruh Manajemen Aset terhadap Optimalisasi
Pemanfaatan Aset Tetap Pemerintah Daerah Studi Kasus di Kabupaten
Manokwari. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa legal audit berpangaruh
positif terhadap optimalisasi pemanfaatan aset. Kemudian penelitian Ilham
(2013) dan Antoh (2012) juga menemukan bahwa legal audit berpengaruh positif
dan signifikan terhadap optimalisasi pemanfaatan aset pada Pemerintah Provinsi
Sumatera Barat.
6.4 Pengaruh Komitmen Pimpinan Terhadap Hubungan Legal Audit
dengan Optimalisasi Pemanfaatan Aset
Hasil penelitian menemukan bahwa Komitmen Pimpinan (X4) merupakan
variabel moderasi antara pengaruh Legal Audit (X2) dan Optimalisasi
Pemanfaatan Aset (Y). Karena pengaruh langsung dan pengaruh moderasi
(interaksi) sama-sama berpengaruh signifikan terhadap optimalisasi
pemanfaatan aset, maka variabel Komitmen Pimpinan (X4) bersifat quasi
127
moderate (moderator semu). Nilai koefisien interaksi yang bertanda positif maka
variabel komitmen pimpinan bersifat memperkuat pengaruh legal audit terhadap
optimalisasi pemanfaatan aset. Dengan demikian, semakin tinggi komitmen
pimpinan semakin tinggi pula pengaruh legal audit terhadap optimalisasi
pemanfaatan aset.
Permasalahan legal audit pada pemerintah daerah seharusnya menjadi
perhatian utama dalam rangka mengamankan aset/BMD milik pemerintah baik
secara administrasi maupun fisik. Masalah legal audit menjadi salah satu
penyebab tidak optimalnya pemanfaatan aset daerah. Aset yang tidak
digunakan atau dimanfaatkan akan memudahkan pihak lain menyerobot bahkan
mengambil alih dan dengan mudah dapat diklaim oleh pihak lain. Untuk
menyelesaikan masalah legal audit ini diperlukan kerjasama antara pimpinan dan
bawahan. Selain itu, diperlukan komitmen pimpinan yang kuat dalam
penyelesaian masalah legal audit. Dengan adanya komitmen pimpinan yang kuat
akan dapat mempengaruhi proses penyelesaian masalah tersebut lebih cepat
terselesaikan.
Penelitian ini sesuai dengan teori kepemimpinan yang mengemukakan
bahwa kepemimpinan akan selalu melibatkan orang lain, oleh karena itu dimana
ada pemimpin, disana terdapat pengikut. Sebagai orang yang selalu bersama-
sama dengan bawahannya atau yang dipimpinnya, seorang pemimpin harus
mampu menjadi agen perubahan dan berinteraksi memberikan pengaruh kepada
bawahannya atau yang dipimpinnya, sehingga bawahannya atau yang
dipimpinnya bersemangat untuk menyelesaikan tugas masing-masing atau
bekerjasama dalam mencapai tujuan organisasi yang sudah di tetapkan.
Sejalan dengan pendapat Kotter (2001) yang mengemukakan bahwa
untuk dapat mengoptimalkan suatu organisasi secara efektif dan efisien
128
dibutuhkan kepemimpinan yang kuat dan manajemen yang kuat. Sementara
Khaleelee dan Woolf (1996) mengemukakan bahwa pergerakan atau
pelaksanaan adalah proses arahan pimpinan kepada stafnya agar mampu dan
mau bekerja secara optimal menjalankan tugas-tugas sesuai dengan
kemampuan dan keterampilan yang dimiliki.
6.5 Pengaruh Penilaian Aset terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset
Hasil penelitian menemukan bahwa variabel Penilaian Aset (X3)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset (Y).
Artinya, semakin tinggi penilaian aset maka akan berdampak pada tingginya
optimalisasi pemanfaatan aset. Hasil temuan ini sesuai dengan Goal setting
theory (Locke, 1968) dengan konsep dasarnya bahwa seseorang yang
memahami tujuan atau memahami apa yang diharapkan organisasi kepadanya
akan mempengaruhi perilaku kerjanya. Teori ini menekankan pada pentingnya
hubungan antara tujuan yang ditetapkan dan kinerja yang dihasilkan, sehingga
teori ini menyatakan bahwa tujuan-tujuan yang sifatnya spesifik atau sulit
cenderung menghasilkan kinerja yang lebih tinggi. Penilaian adalah satu proses
kerja untuk melakukan penilaian atas aset yang dikuasai. Penilaian atas aset
bertujuan memperoleh informasi mengenai penetapan harga bagi aset yang ingin
dijual ataupun dimanfaatkan. Optimalisasi pemanfaatan aset merupakan tujuan
spesifik yang ingin dicapai, sedangkan penilaian aset merupakan salah satu
bentuk kinerja yang dilakukan untuk mendapatkan nilai aset yang sesuai,
sehingga dengan melakukan penilaian aset dapat diperoleh informasi mengenai
aset-aset yang bernilai ekonomis dan dapat dimanfaatkan secara efisien dan
efektif.
Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian Widayanti (2010) dalam
penelitiannya mengungkapkan bahwa proses penilaian aset dapat meningkatkan
129
optimalisasi pemanfaatan aset pemerintah daerah. Kemudian penelitian yang
dilakukan Nasution et. al (2015), Ayomi (2015), Jusmin (2013), dan Pakiding
(2006) yang menemukan bahwa penilaian aset berpengaruh positif dan signifikan
terhadap optimalisasi pemanfaatan aset. Akan tetapi dalam penelitian lainnya
yang dilakukan oleh Antoh (2012) dan Wahyuni (2011) menyatakan penilaian
aset tidak terbukti berpengaruh terhadap optimalisasi pemanfaatan aset.
6.6 Pengaruh Komitmen Pimpinan Terhadap Hubungan Penilaian Aset
dengan Optimalisasi Pemanfaatan Aset
Hasil penelitian menemukan bahwa Komitmen Pimpinan (X4)
memoderasi antara pengaruh Penilaian Aset (X3) dan Optimalisasi
Pemanfaatan Aset (Y). Karena pengaruh langsung dan pengaruh moderasi
(interaksi) sama-sama berpengaruh signifikan terhadap Optimalisasi
Pemanfaatan Aset, maka variabel Komitmen Pimpinan (X4) bersifat quasi
moderate (moderator semu). Nilai koefisien interaksi yang bertanda positif maka
variabel Komitmen Pimpinan bersifat memperkuat pengaruh Penilaian Aset
terhadap Optimalisasi Pemanfaatan Aset. Dengan demikian, semakin tinggi
komitmen pimpinan semakin tinggi pula pengaruh penilaian aset terhadap
optimalisasi pemanfaatan aset.
Penilaian aset bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai
penetapan harga bagi aset yang ingin dijual ataupun dimanfaatkan. Penilaian
aset tersebut dapat dilakukan oleh penilai independen yang ditentukan oleh
Gubernur sebagai pimpinan. Hasil penelitian ini sesuai dengan Teori
kepemimpinan yang mengungkapkan bahwa kepemimpinan merupakan kegiatan
sentral di dalam sebuah kelompok atau organisasi, dengan seorang pemimpin
puncak sebagai figur sentral yang memiliki wewenang dan tanggung jawab
130
dalam mengefektifkan organisasi untuk mencapai tujuannya. Gubernur sebagai
seorang pimpinan memiliki wewenang dalam menentukan penilai independen
yang berkompeten dibidangnya. Penilai independen yang dipilih diharapkan
dapat menjadi kontribusi dalam pencapaian tujuan organisasi. Hasil penilaian
aset tersebut diharapkan dapat mempengaruhi optimalisasi pemanfaatan aset
pemerintah daerah.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Khaleelee dan Woolf (1996) yang
mengemukakan bahwa seorang pemimpin memiliki kemampuan untuk
membawa pengikutnya bersama-sama dengan dia mengilhami mereka,
membuat keputusan-keputusan demi kepentingan mereka, dengan atau tanpa
kerjasama mereka dan mengkomunikasikan keputusan-keputusan mereka pada
orang lain. Sedangkan Cabbold et. al (2004) menyimpulkan bahwa peran krusial
dari kepemimpinan manajemen adalah dalam menciptakan tujuan, nilai, dan
sistem yang menuntun kepada perbaikan kinerja yang berkelanjutan. Seorang
pemimpin harus dapat mengembangkan dirinya sendiri secara terus menerus,
dapat mempengaruhi, memberi inspirasi, dan mengarahkan bawahannya dengan
benar untuk dapat mencapai tujuan organisasi. Untuk itu diperlukan
kepemimpinan yang mampu memimpin dengan efektif dan membawa organisasi
kearah yang lebih baik.
131
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Penelitian ini menguji enam hipotesis yang diolah dengan menggunakan
SmartPLS. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penelitian mengenai
pengaruh diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
1. Inventarisasi aset berpengaruh positif terhadap optimalisasi pemanfaatan
aset. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi inventarisasi aset akan
mengakibatkan semakin tinggi optimalisasi pemanfaatan aset. Sebaliknya,
semakin rendah inventarisasi aset akan semakin rendah pula optimalisasi
pemanfaatan aset.
2. Komitmen pimpinan merupakan variabel moderator antara inventarisasi
aset dan optimalisasi pemanfaatan aset. Hasil penelitian mengungkapkan
nilai koefisien jalur bertanda positif sehingga komitmen pimpinan
memperkuat pengaruh inventarisasi aset terhadap optimalisasi
pemanfaatan aset. Namun, nilai p-value yang dihasilkan menunjukkan
bahwa Komitmen Pimpinan tidak bermakna (memperlemah) dalam
mempengaruhi inventarisasi aset terhadap optimalisasi pemanfaatan aset.
3. Legal audit berpengaruh positif terhadap optimalisasi pemanfaatan aset.
Pengaruh ini bermakna bahwa semakin tinggi legal audit mengakibatkan
semakin tinggi optimalisasi pemanfaatan aset. Sebaliknya, semakin rendah
legal audit akan semakin rendah optimalisasi pemanfaatan aset.
4. Komitmen pimpinan merupakan variabel moderator antara legal audit dan
optimalisasi pemanfaatan aset. Hasil penelitian mengungkapkan nilai
koefisien jalur bertanda positif sehingga komitmen pimpinan memperkuat
132
pengaruh legal audit terhadap optimalisasi pemanfaatan aset. Namun, nilai
p-value yang dihasilkan menunjukkan bahwa Komitmen Pimpinan tidak
bermakna (memperlemah) dalam mempengaruhi Legal audit terhadap
optimalisasi pemanfaatan aset.
5. Penilaian aset berpengaruh positif terhadap optimalisasi pemanfaatan aset.
Pengaruh ini bermakna bahwa semakin tinggi penilaian aset
mengakibatkan semakin tinggi optimalisasi pemanfaatan aset. Sebaliknya,
semakin rendah penilaian aset akan semakin rendah pula optimalisasi
pemanfaatan aset.
6. Komitmen pimpinan merupakan variabel moderator antara penilaian aset
dan optimalisasi pemanfaatan aset. Hasil penelitian mengungkapkan nilai
koefisien jalur bertanda positif sehingga komitmen pimpinan memperkuat
pengaruh penilaian aset terhadap optimalisasi pemanfaatan aset. Namun,
nilai p-value yang dihasilkan menunjukkan bahwa Komitmen Pimpinan tidak
bermakna (memperlemah) dalam mempengaruhi penilaian aset terhadap
optimalisasi pemanfaatan aset.
7.2 Implikasi
Hasil penelitian ini memberikan implikasi baik secara teoritis maupun
secara praktek dalam proses pengelolaan aset sebagai berikut:
1. Temuan dalam penelitian ini dapat memberikan kontribusi teoritis pada
pengembangan keilmuan di bidang manajemen aset, yang mana bukti
empiris terkait pengaruh beberapa faktor yang dianggap mempengaruhi
optimalisasi pemanfaatan aset daerah (BMD) dapat menjadi acuan dalam
penelitian lebih lanjut. Hal ini terkait dengan penggunaan variabel
Komitmen Pimpinan sebagai variabel moderasi yang mampu memperkuat
133
dan juga memperlemah ketika berinteraksi dengan variabel Inventarisasi
Aset, Legal Audit dan Penilaian Aset dalam pengaruhnya terhadap
Optimalisasi Pemanfaatan Aset.
2. Dalam dunia praktis, hasil penelitian ini akan memberikan masukan
terutama yang berkaitan dengan penerapan manajemen aset dalam
mengoptimalkan pemanfaatan aset.
7.3 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan yang dapat mengganggu hasil
penelitian, yang mana terdapat faktor yang dianggap mempengaruhi optimalisasi
pemanfaatan aset belum diikutsertakan dalam penelitian ini, yaitu pengawasan
dan pengendalian. Selain itu, variabel moderasi yang digunakan dalam penelitian
ini hanya sebagian kecil dari variabel yang mempengaruhi hubungan manajemen
aset terhadap optimalisasi pemanfaatan aset.
Hal lainnya adalah ketidakmampuan peneliti untuk menjamin atau
mengontrol sepenuhnya kesungguhan, keterbukaan, serta kejujuran responden
dalam memilih opsi jawaban sesuai dengan keadaan dan kenyataan, entah
karena ketidakmampuan atau pemahaman yang kurang serta adanya unsur
tekanan dari pihak tertentu, meskipun peneliti telah berupaya
mengkomunikasikan dan bahkan memberikan penekanan pada lembaran
kuesioner untuk bersikap jujur dalam pengisiannya.
Selain itu, pada penelitian ini variabel komitmen pimpinan merupakan
variabel moderasi yang mempengaruhi hubungan antara manejemen aset
terhadap optimalisasi pemanfaatan aset yang belum pernah diteliti sebelumnya.
Sehingga peneliti kesulitan dalam mendapatkan rujukan terutama dalam hal
kuesioner. Kuesioner pada variabel komitmen pimpinan berisi item-item
134
pernyataan yang sifatnya umum dan tidak mengarah langsung terhadap
optimalisasi pemanfaatan aset.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi inkonsistensi antara hasil
data penelitian dengan apa yang terjadi dilapangan. Hal ini terjadi bahwa ketiga
variabel independen yaitu inventarisasi aset, legal audit, dan penilaian aset
dalam penelitian ini berpengaruh terhadap optimalisasi pemanfaatan aset,
namun data hasil penelitian menujukkan bahwa tidak ada masalah yang terjadi
pada sistem manajemen aset dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan aset
milik Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Hal ini menunjukkan bahwa
kemungkinan terdapat variabel lain diluar variabel independen yang diteliti
mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap pengoptimalan aset di
lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan seperti Sumber Daya Manusia,
Sistem Informasi dan lain-lain. Selain itu, penelitian ini menggunakan kuesioner
dalam mengumpulkan data penelitian sehingga peneliti tidak bisa menjamin
jawaban kuesioner dari responden diisi dengan jujur sesuai dengan realita yang
terjadi.
7.4 Saran
1. Berdasarkan hasil dan keterbatasan penelitian ini, maka peneliti dapat
mengajukan saran atau rekomendasi. Saran atau rekomendasi yang
dimaksud diantaranya bahwa untuk mencapai optimalisasi pemanfaatan
aset, maka Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan perlu untuk
memperhatikan kegiatan inventarisasi aset, masalah legal audit serta
penilaian aset yang dimiliki. Saran ini diajukan berdasarkan hasil pengujian
yang mengindikasikan bahwa inventarisasi aset, legal audit serta penilaian
aset berpengaruh terhadap optimalisasi pemanfaatan aset. Proses
inventarisasi aset, legal audit dan penilaian aset yang dilakukan harus
135
dilakukan dengan baik agar aset yang dimiliki oleh pemerintah dapat
dimanfaatkan secara optimal.
2. Penelitian ini hanya menggunakan 3 (tiga) variabel independen yang
menggambarkan tentang manajemen asset. Bagi peneliti selanjutnya,
disarankan untuk menambah variabel lain sebagai penggambaran
manajemen aset agar dapat diperoleh hasil yang lebih mendalam terkait
optimalisasi pemanfaatan aset.
3. Peneliti menggunakan variabel komitmen pimpinan sebagai variabel
moderasi yang memperkuat pengaruh inventarisasi aset, legal audit, dan
penilaian aset terhadap optimalisasi pemanfaatan aset. Disarankan bagi
peneliti selanjutnya untuk menambahkan atau menggunakan variabel-
variabel lain yang dianggap dapat mempengaruhi manajemen aset
terhadap optimalisasi pemanfaatan aset dalam penelitian selanjutnya.
136
DAFTAR PUSTAKA
Afrizal, Maula. 2010. Analisis Inventarisasi Aset Tetap (Fixed Cost) PemerintahKabupaten Bengkalis Tahun 2009. Tesis. Yogyakarta: ProgramPascasarjana Fakultas Ekonomika Pembangunan Universitas GadjahMada.
Alwi, Ilham. 2016 “Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kualitas InformasiLaporan Keuangan Pemerintah daerah Dengan Efektivitas SistemPengendalian Intern dan Efektivitas Audit Internal Sebagai VariabelModerasi. Tesis. Makassar: Program Pascasarjana Fakultas Ekonomikadan Bisnis Universitas Hasanuddin.
Antoh, A. Ester. 2012. Manajemen Aset Dalam Rangka Optimalisasi Aset Tetap(Tanah dan Bangunan): Studi Kasus Pada Pemerintah KabupatenPaniai. Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana Fakultas EkonomikaPembangunan Universitas Gadjah Mada.
Arikunto, Suharsimi. 2008. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.Edisi Revisi 6. Jakarta: Rineka Cipta.
Ayomi, E. Seroja. 2014. Pengaruh Manajemen Aset Terhadap Optimalisasi AsetTetap (Tanah Dan Bangunan) Pemerintah Daerah: Studi Di KabupatenManokwari. Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana FakultasEkonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada.
Bleskadit, E. Beatrik. 2015. Analisis Faktor-Faktor yang MempengaruhiPengelolaan Aset Tetap (Tanah Dan Bangunan): Studi PadaPemerintah Daerah Kota Jayapura. Tesis. Yogyakarta: ProgramPascasarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada.
Cabbold, Ian; Gavin Lawrie and Khalil Issa. 2004 “Designing A StrategicManagement Sistem Using The Third Generation Balance Scorecard:International Journal of Productivity and Performance Management, Vol.53, No. 7.
Dadson, James, Ebenezer, Kobina. 2006. Optimizing Land Asset Management inGhana a Shared Responsibility and Recipe for Good Governance,Shaping The Change XXIII FIG Congress, Munich. Germany.
Evira, Agnes. 2016. Pengaruh Manajemen Aset Daerah Terhadap KewajaranLaporan Keuangan Pemerintah Daerah Menurut PP No. 71 Tahun 2010dan PSAP No. 07: Studi Kasus Pada Pemerintah KabupatenGrobongan. Tesis. Surakarta: Fakultas Ekonomika dan BisnisUniversitas Sebelas Maret.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBMStatistical Package for Social Sciences (SPSS) 21 Update PLS Regresi.Edisi 7. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gulick, Luther. 1965. Management is Science, Academy of ManagementJournal, Vol. 8, No. 1.
137
Hair Jr., Joseph F., William C. Black, Barry J. Babin, Rolph E. Anderson. 2009.Multivariate Data Analysis. Seventh Edition. New Jersey: PearsonEducation.
Hanis, Tringunarsyah, dan Susilawati. 2011. The Application of Public AssetManagement in Indonesia Local Government A Case Study in SouthSulawesi Province. Journal of Corporate Real Estate, Vol. 13 No. 1, PP36-37.
Hartono, Eko. 2013. Pengaruh Inventarisasi dan Penilaian Aset Tetap TerhadapPenyajian Nilai Wajar Neraca Daerah Pemerintah Kota Tarakan Tahun2012. Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana Fakultas EkonomikaPembangunan Universitas Gadjah Mada.
Haryono, Arik. 2007. Prinsip dan Teknik Manajemen Kekayaan Negara. Jakarta:Departemen Keuangan Republik Indonesia. Badan dan PelatihanKeuangan Umum.
Hidayati, S. N. Rokhmah. 2016. Pengaruh Manajemen Aset TerhadapOptimalisasi Pemanfaatan Aset RSUD Pandan Arang. Tesis. Surakarta:Program Magister Manajemen Universitas Muhammadiyah Surakarta.Tesis. Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.
Homer, Yonas. 2014. Inventarisasi dan Legalisasi Aset Tetap Tanah danBangunan Milik Pemerintah Daerah Provinsi Papua Dikota JayapuraTahun 2012. Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana FakultasEkonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada.
Ilham, Fadli. 2013. Manajemen Aset Dalam Rangka Optimalisasi Aset Tetap(Tanah dan Bangunan) Pada Pemerintah Provinsi Sumatera Barat.Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.
Indyaputri, T. Syamsu. 2013. Analisis Efektivitas Pengelolaan Aset Tetap (Tanahdan Bangunan) pada Instansi Pemerintah: Studi Kasus pada SekolahTinggi Akuntansi Negara. Tesis. Yogyakarta: Program PascasarjanaFakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada.
Jamaludin. 2013. Optimalisasi Pengelolaan Dan Pemanfaatan Aset Tetap(Tanah Dan Bangunan) Studi Pada Pemda Provinsi NTB. Tesis.Yogyakarta: Program Pascasarjana Fakultas Ekonomika dan BisnisUniversitas Gadjah Mada.
Jusmin. 2013, Pengaruh Manajemen Aset Terhadap Tingkat Optimalitas AsetTetap (Tanah Dan Bangunan) Pemerintah Kota Baubau. Tesis.Yogyakarta: Program Pascasarjana Fakultas Ekonomika dan BisnisUniversitas Gadjah Mada.
Khaleelee, Olya and Woolf, Ralph. 1996. Personality, Life Experience andLeadership Capability. Leadership & Organization Development Journal,Vol. 17 Iss: 6, pp.5 -11.
Kore, G. Iriyanti. 2013. Pengaruh Manajemen Aset Terhadap Optimalisasi AsetTetap (Tanah dan Bangunan) Pemerintah Daerah (Studi Di KabupatenJayapura. Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana FakultasEkonomika Pembangunan Universitas Gadjah Mada.
138
Kotter, John. P. 2001. What Leaders Really Do, Kepemimpinan dan Perubahan.Jakarta: Erlangga.
Locke, E. A. 1968. Toward a Theory of Task Motivation and Incentives.Organizational Behavior and Human Performance, 3, 157-189.
Locke, E. A. 1996. Motivation Through Conscious Goal Setting. Applied &Preventive Psychology, 5: 117-124..
Manam, H. Luther. 2014. Analisis Manajemen Aset Tanah dan Bangunan PadaDinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Provinsi Papua Tahun 2012.Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana Fakultas Ekonomika danBisnis Universitas Gadjah Mada.
Manus, Burt. Kepemimpinan Visioner, Menciptakan Kesadaran Arah dan TujuanOrganisasi. Terjemahan Frederik Ruma, PT. Prenhalindo.
Maulidianti, A. Fitri. 2016. Optimalisasi Pemanfaatan Aset Pemerintah DaerahKabupaten Sumbawa (Studi: Penggunaan Tanah Kosong KawasanWisata Pantai Saliper Atte. Tesis. Yogyakarta: Program PascasarjanaFakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada.
Mayasari, GT. Rizky. 2014. Analisis Legalisasi Aset Tanah Milik PemerintahKabupaten Banjar (Studi Pada Dinas Pendidikan). Tesis. Yogyakarta:Program Pascasarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis UniversitasGadjah Mada.
Maxwell, C.J. 2001. 21 Kualitas Kepemimpinan Sejati. Terjemahan Drs. ArwinSaputro, Interaksara.
Mulyanto. 2010. Pengaruh Perencanaan Karier, Penilaian Prestasi, PemberianTunjangan Kinerja dan Komitmen Pimpinan Terhadap Prestasi Kerja(Studi Pada Kantor Pengadilan Negeri Di Wilayah Ex-KaresidenanKedu). Journal of Management. http://eprints.dinus.ac.id/15063/1/Finish_Tesis_MM_Perbaikan.pdf. diakses tanggal 9 Mei2017.
Nasution, et al. 2015. Pengaruh Manajemen Aset Terhadap Optimalisasi AsetRumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara. Tesis. ProgramMagister Manajemen Universitas Sumatera Utara.
Nuryaman dan Christina, Veronika. 2015. Metodologi Penelitian Akuntansi danBisnis: Teori dan Praktik. Bogor: Ghalia Indonesia.
Ouertani, M. Z., Parlikad, A.K., and Mcfarlane, D, 2008, “Towards An Approach
To Selected An Asset Information Management Strategy”.
International Journal of Computer Science and Application. Vol 5. No.
3b, PP 25-44.
Pakiding, Yanuaris. 2006. Pengaruh Manajemen Aset Dalam Optimalisasi AsetTetap (Tanah dan Bangunan) Pemerintah Kabupaten Bantul. Tesis.Yogyakarta: Program Pascasarjana Fakultas Ekonomika dan BisnisUniversitas Gadjah Mada.
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang MilikNegara/Daerah.
139
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 Tentang PedomanTeknis Pengelolaan Barang Milik Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 Tentang PedomanTeknis Pengelolaan Barang Milik Daerah.
Phelps, Alan James, 2009, “An Ekamination of the Relationship Between
Rationale, Practice and Outcomes in Municipal Property Asset
Management,” International Development Department School ofGovernment and Society University of Birmingham, A comparative
Study of the UK and Russia.
Putra, Renil Muriansyah. 2012. Evaluasi Inventarisasi Aset Tetap PemerintahKabupaten Simeulue. Tesis. Yogyakarta: Program PascasarjanaFakultas Ekonomika Pembangunan Universitas Gadjah Mada.
Rahman, S.N. 2009. Peranan Profesi Penilai Aset. Seminar Manajemen Aset, 9
Mei 2009. Fakultas Ekonomi Universitas Padjajaran Bandung.
Ristiasiri, Ratih. 2014. Pengaruh Inventarisasi Dan Penilaian Aset Tetap/BarangMilik Daerah Terhadap Persepsi Penyajian Nilai Wajar Neraca DiPemerintah Kota Banjarbaru. Tesis. Yogyakarta: Program PascasarjanaFakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada.
Robbins, Stephen. P. 2006. Perilaku Organisasi. Edisi Ke-10 Terjemahan Drs.Benyamin Molan. Jakarta: PT. Indeks.
Resmi, Siti S. Urgensi Penilaian Properti Dalam Tatanan Ekonomi Masyarakat.Pengertian Properti Usahawan No. 03, Edisi 1. Bandung.
Rosyadi. 2006. Analisis Optimalisasi Pengelolaan Aset Tetap Non OperasionalPemerintah Provinsi Kalimantan Barat di Kota Pontianak. Tesis.Yogyakarta: Program Pascasarjana Fakultas Ekonomika PembangunanUniversitas Gadjah Mada.
Sekaran, Uma dan Bougie. 2009. Research Methods for Business: A Skill-Building Approach (Fifth Edition). John Wiley & Sons, Inc.
Sekaran, Uma. 2010. Research Methods for Business. Edisi 1 dan 2. Jakarta:Salempa Empat.
Septiana, R. Aziza. 2013. Determinan Optimalisasi Aset Tetap (Tanah danBangunan) Pada Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan. Tesis.Yogyakarta: Program Pascasarjana Fakultas Ekonomika PembangunanUniversitas Gadjah Mada.
Sharma, S, Durand, R.M dan Gur-Arie, O. 1981. “Identification and Analysis ofModerator Variables”. Journal of Marketing Research. Vol XVIII.
Simunapendi, Yusuf. 2015. Pengaruh Faktor-Faktor Manajemen Aset TetapTerhadap Pemanfaatan (Tanah dan Bangunan) Pemerintah Derah(Studi Kasus di Kabupaten Waropen). Tesis. Yogyakarta: ProgramPascasarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas GadjahMada.
140
Simammora, R. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengelolaan AsetPasca Pemekaran Wilayah dan Pengaruhnya Terhadap KualitasLaporan Keuangan Pemerintah Di Kabupaten Tapanuli Selatan. Tesis.Yogyakarta: Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi dan BisnisUniversitas Gadjah Mada.
Silviana. 2012. Pengaruh Komitmen Kepala Daerah Terhadap Kaulitas LaporanKeuangan Pemerintah Daerah di Provinsi Jawa Barat. JournalUniversitas Widyatama. (online) http://repository.widyatama.Ac.id/xmlui/bitstream/handle. Diakses tanggal 9 Mei 2017.
Siregar, Doli D. 2004. Manajemen Aset: Strategi Penataan KonsepPembangunan Berkelanjutan secara Nasional dalam Konteks KepalaDaerah sebagai CEO’s pada Era Globalisasi dan Otonomi Daerah.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Soekidjan. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi AKsara.
Sujarwo, H. Novianto. 2013. Analisis Inventarisasi Aset Tetap Pada PemerintahKabupaten Bantul. Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana FakultasIlmu Akuntansi Universitas Gadjah Mada.
Sukmasari, Hentry. 2011. Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi, Insentif,Lingkungan Kerja, dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja PegawaiDinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Semarang. Tesis.Program Pascasarjana Fakultas Manajemen Universitas DianNuswantoro. Semarang
Surahman, Yeddy. 2013. Analisis Inventarisasi dan Legalisasi Aset Tetap Tanahdan Bangunan Milik Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2012.Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana Fakultas EkonomikaPembangunan Universitas Gadjah Mada.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Cetakanke-20. Bandung: Alfabeta.
Suliyanto. 2011. Perbedaan Pandangan Skala Likert Sebagai Skala OrdinalAtau Skala Interval. Prosiding Seminar Nasional Statistika UnivesitasDiponegoro.
Suwardjono. 2010. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan. EdisiKetiga. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Sugiama, A. Gima. 2013. Manajemen Aset Pariwisata. Guardaya Intimarta, Edisi1. Bandung.
Steers, Richard M. 1976. Factors Affecting Job Attitudes in Goal SettingEnvironment. Academy of Management Journal (pre-1986); Mar 1976;19.
Stodgill, R. M. 1974. Handbook of Leadership A Survey of Theory and Research.New York: Free Press.
Syarifuddin, dkk. 2015. Pedoman Penulisan Tesis dan Disertasi. EdisiPertama. Makassar: Fakultas Ekonomi dan Bisnis UniversitasHasanuddin.
Syukri, Syahruni. 2015. Pengaruh Inventarisasi Aset, Kualitas Sumber DayaManusia dan Komitmen Pimpinan Terhadap Optimalisasi Pengelolaan
141
Aset dan Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah KabupatenTakalar. Tesis. Makassar: Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi danBisnis Universitas Hasanuddin.
Thoha, Miftah. 2003. Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta : Raja GrafindoPersada.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 TentangPemerintahan Daerah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1999 TentangPerimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan PemerintahDaerah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 TentangPemerintahan Daerah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 TentangPerimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan PemerintahDaerah.
Wardana, Iwan H. 2005. Mengelola Aset Kota Jakarta. Jurnal KajianPengembangan Perkotaan, Vol. 1, No. 1,7_10.
Wahyuni, Ary, (2011), “Pengaruh Manajemen Aset Terhadap OptimalisasiPemanfaatan Aset Tetap Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat”,Tesis. Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.
Widayanti, Endang. 2010. Pengaruh Manajemen Aset Terhadap OptimalisasiPemanfaatan Aset Tetap Pemerintah Daerah: Studi Kasus DiKabupaten Sragen. Surakarta: Program Pascasarjana FakultasEkonomi. Universitas Sebelas Maret.
Yuliantono, Anton. 2016. Optimalisasi Pemanfaatan Aset Tanah dan BangunanMilik Pemerintah Banjar. Tesis. Bandung: Program PascasarjanaUniversitas Pasundan.
Yusuf, M. 2010. Langkah Pengelolaan Aset Daerah Menuju PengelolaanKeuangan Daerah Terbaik. Salemba Empat: Jakarta.
Zebua, Batztulo. 2009. Analisis Manajemen Aset (tanah dan Bangunan)Pemerintah Daerah (Studi Kasus di Pemerintah Kabupaten Nias). Tesis.Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.
142
LAMPIRAN 1KUESIONER PENELITIAN
143
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
KUESIONER
PENGARUH KOMITMEN PIMPINAN DALAM
HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN ASET DENGAN
OPTIMALISASI PEMANFAATAN ASET
(Studi Empiris Pada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan)
disusun oleh :
IRMAYANTY ODDING
P3400215315
PROGRAM MAGISTER AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR
2017
144
Kepada
Yth. Bapak/Ibu ....................
di-
Tempat
KUESIONER PENELITIAN
Makassar, 2017
Lamp. : 7 exp.
Perihal : Permohonan Bantuan
Pengisian Kuesioner
Dengan hormat,
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Irmayanty Odding
NIM : P3400215315
adalah mahasiswa Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Hasanuddin yang sedang menyusun tesis sebagai tugas akhir. Adapun judul
penelitian saya adalah “PENGARUH KOMITMEN PIMPINAN DALAM HUBUNGAN
ANTARA MANAJEMEN ASET DENGAN OPTIMALISASI PEMANFAATAN ASET”.
Saya berharap Bapak/Ibu dapat membantu proses pengambilan data dengan
memberi jawaban sesuai dengan kondisi atau pendapat Bapak/Ibu terhadap pertanyaan
maupun pernyataan dalam kuesioner penelitian ini (terlampir). Jawaban yang Bapak/Ibu
berikan dalam kuesioner ini saya jamin kerahasiaannya dan semata-mata digunakan untuk
kepentingan penelitian ilmiah saja, dimana yang dituangkan dalam tesis hanya dalam
bentuk rekapitulasi.
Saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya atas kesediaan
Bapak/Ibu memberi perhatian dan meluangkan waktu untuk menjawab kuesioner ini dan
mohon maaf apabila telah mengganggu pekerjaan Bapak/Ibu.
Hormat saya,
Irmayanty Odding
146
I. Inventarisasi Aset
No PernyataanSTS TS N S SS
1 2 3 4 5
Pendataan
1Proses inventarisasi aset tetapdilaksanakan sesuai denganperaturan yang berlaku.
2
Proses inventarisasi/pendataan asetdilakukan dengan menyusunlaporan barang pengelolasemesteran dan tahunan.
3Pendataan aset dilakukan secara upto date.
4Sensus aset tetap dilaksanakanuntuk mendapatkan data yangbenar dan akurat.
5
Pendataan aset secara akurat didimuat dalam dalam KartuInventaris Barang (KIB), KartuInventaris Ruangan (KIR), BukuInventaris dan Daftar MutasiBarang.
Kodefikasi/Labelling
6Kegiatan kodefikasi/labellingaset/BMD dilakukan menurutjenisnya.
7Setiap aset/BMD yang ada telahdiberi kodefikasi/labelling.
8Kodefikasi/labelling aset/BMDpenting dilakukan agar tidak diambilpihak lain.
Pengelompokkan
9 Aset/BMD dikelompokkan menurutjenis barangnya.
10
Kegiatan pengelompokkanaset/BMD dilakukan sesuai denganStandar Akuntansi Pemerintah(SAP).
11Pengelompokkan aset/BMDmenurut jenisnya dilakukan denganmudah dan tepat.
Pelaporan
12Pelaporan aset/BMD dilakukansetiap semester, tahunan dan limatahunan.
13Daftar Mutasi Barang OPDdilaporkan setiap semester secaratertib.
147
14Setiap tahun OPD melaporkanjumlah dan nilai aset/BMD yangdimilikinya.
15Jumlah dan nilai aset/BMD yangdilaporkan OPD harus sesuaidengan neraca.
II. Legal Audit
No PernyataanSTS TS N S SS
1 2 3 4 5
Kejelasan Hukum
1
Proses legal audit terhadap asettetap (tanah dan bangunan)dilaksanakan sesuai denganperaturan perundang-undangan.
2
Kegiatan legal audit terhadap asettetap (tanah dan bangunan) perludilakukan agar jelas statuskepemilikannya.
3
Sistem dan prosedur penguasaanaset tetap berupa tanah danbangunan telah sesuai dengandengan peraturan perundang-undangan.
4
Sistem dan prosedur pengalihanaset tetap berupa tanah danbangunan telah sesuai dengandengan peraturan perundang-undangan.
5Aset tetap yang dikuasai/diambil aliholeh pihak lain karena tidak jelasstatus kepemilikannya.
Persertifikatan/bukti kepemilikan
6
Aset tetap berupa tanahdisertifikatkan atas namaPemerintah Provinsi SulawesiSelatan.
7Semua aset tetap berupa bangunanbersertifikat atas nama PemerintahProvinsi Sulawesi Selatan.
8
Seluruh aset tetap (tanah danbangunan) milik PemerintahProvinsi Sulawesi Selatan telahmemiliki sertifikat kepemilikan atasnama Pemerintah Provinsi SulawesiSelatan.
9
Sertifikat/bukti kepemilikan yang sahdapat mencegah terjadinyakehilangan aset ataspenguasaan/kepemilikan oleh pihaklain.
148
10
Proses legal audit yangdilaksanakan dengan baik dapatmeningkatkan optimalisasipemanfaatan aset tetap milikPemerintah Provinsi SulawesiSelatan
III. Penilaian Aset
No PernyataanSTS TS N S SS
1 2 3 4 5
Penilaian dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku
1
Proses penilaian aset di lingkunganPemerintah Provinsi SulawesiSelatan telah dilaksanakan sesuaidengan peraturan perundang-undangan.
2
Penetapan nilai aset dilakukandengan berpedoman pada StandarAkuntansi Pemerintahan.
3
Penilaian aset tetap milikPemerintah Provinsi SulawesiSelatan dilaksanakan untukmendapatkan nilai wajar.
4
Nilai wajar dalam penilaian asetdiperoleh dengan nilai estimasiterendah dengan menggunakanNJOP.
Melibatkan penilai independen yang bersertifikat
5
Penilaian aset tetap milikPemerintah Provinsi SulawesiSelatan dilakukan denganmelibatkan penilai independen yangbersertifikat.
6
Penilaian aset tetap yangdilakukan penilai independen sesuaidengan kompetensi yangdimilikinya.
7Penilai independen dipilihberdasarkan pengalamannya dalammelakukan penilaian suatu aset.
8Nilai aset yang diperoleh penilaiindependen dapat dipercayakewajaran nilainya.
Penilaian aset dilakukan dalam rangka penyusunan neraca
9
Penilaian aset tetap milikPemerintah Provinsi SulawesiSelatan dilakukan dalam rangkapenyusunan neraca.
149
10
Penetapan nilai aset tetap dalamrangka Penyusunan NeracaPemerintah Daerah dilakukandengan berpedoman SAP.
11Seluruh aset tetap milik PemerintahProvinsi Sulawesi Selatan memilikinilai wajar yang tertera di neraca.
IV. Komitmen Pimpinan
No PernyataanSTS TS N S SS
1 2 3 4 5
Pimpinan Selalu melakukan komunikasi dengan pegawai
1Visi dan misi organisasi selaludisampaikan pimpinan kepadapegawai baik lisan maupun tulisan.
2
Pimpinan selalu menetapkan arahdan tujuan yang harus dicapaipegawai dalam melaksanakan tugaspokok dan fungsinya
3
Pimpinan selalu menekankan untukbekerja secara maksimal dalammelaksanakan tugas pokok danfungsi berdasarkan peraturan yangberlaku
Pimpinan selalu memantau pekerjaan pegawai
4
Pimpinan memberikan batas waktuyang harus dipenuhi oleh pegawaipada saat melakukan pelaksanaantugas dan pelaporan kegiatan
5Pimpinan selalu melakukanpemeriksaan terhadap laporan hasilkegiatan
6Pekerjaan pegawai selalu dipantauoleh pimpinan agar hasil yangdiperoleh optimal.
Pimpinan selalu memotivasi pegawai
7
Pimpinan selalu memberikandukungan agar bawahannyamencapai tujuan yang lebih baiklagi.
8
Pimpinan tidak pernah ragu untukmemuji pegawai apabila saudarabekerja dengan baik ataumendapatkan penghargaan.
9Hubungan pimpinan dan pegawaitergolong sangat dekat.
150
V. Optimalisasi Pemanfaatan Aset
No PernyataanSTS TS N S SS
1 2 3 4 5
Sewa
1
Pemerintah Provinsi SulawesiSelatan telah melakukanpemanfaatan aset tetap/BMD yangsudah tidak digunakan sesuai tugaspokok dan fungsi organisasi dalambentuk sewa.
2
Penyewaan aset/BMD tidakmengganggu pelaksanaan tugasdan fungsi penyelenggaraanPemerintah Provinsi SulawesiSelatan saat ini.
3
Barang Milik daerah yangdisewakan kepada pihak lain telahmendapat persetujuan KepalaDaerah.
4
Bentuk pemanfaatan sewa BMDbanyak memberikan keuntunganpbagi Pemerintah Provinsi SulawesiSelatan.
5
Hasil dari sewa BMD PemerintahProvinsi Sulawesi Selatanmerupakan salah satu sumberpendapatan daerah (PAD).
No PernyataanSTS TS N S SS
1 2 3 4 5
Pinjam Pakai
6
Pemerintah Provinsi SulawesiSelatan telah melakukanpemanfaatan aset tetap/BMD yangsudah tidak digunakan sesuai tugaspokok dan fungsi organisasi dalambentuk pinjam pakai.
7
Pinjam pakai BMD dilaksanakanantara pemerintah pusat danpemerintah daerah dalam rangkapenyelengggaraan pemerintahan.
8
Banyak aset/BMD PemerintahProvinsi Sulawesi Selatan yangdipinjam pakaikan kepadapemerintah daerah.
9Aset/BMD yang dipinjam pakaikanmenguntungkan PemerintahProvinsi Sulawesi Selatan.
151
No PernyataanSTS TS N S SS
1 2 3 4 5
Kerjasama Pemanfaatan
10
Pemerintah Provinsi SulawesiSelatan telah melakukanpemanfaatan aset tetap/BMD yangsudah tidak digunakan sesuai tugaspokok dan fungsi organisasi berupakerjasama pemanfaatan.
11
Kerjasama Pemanfaatan BMDdengan pihak lain dilaksanakandalam rangka mengoptimalkan dayaguna dan hasil guna BMD.
12
Kegiatan Kerjasama Pemanfaatandilakukan untuk meningkatkanpendapatan asli daerah (PAD)pemerintah daerah.
No PernyataanSTS TS N S SS
1 2 3 4 5
Bangun Guna Serah/Bangun Serah Guna
13
Pemerintah Provinsi SulawesiSelatan telah melakukanpemanfaatan aset tetap/BMD yangsudah tidak digunakan sesuai tugaspokok dan fungsi organisasi dalambentuk Bangun Guna Serah/BangunSerah Guna.
14
BGS/BSG Barang Milik Daerahdilakukan Pemerintah ProvinsiSulawesi Selatan karenamemerlukan bangunan dan fasilitasbagi penyelenggaraanpemerintahan untuk kepentinganpelayanan umum dalam rangkapenyelenggaraan tugas dan fungsi.
15
Pemerintah Provinsi SulawesiSelatan memiliki keterbatasananggaran sehingga melakukanbentuk pemanfaatan BGS/BSGkepada pihak lain.
16Bentuk pemanfaatan BGS/BSGsangat menguntungkan PemerintahProvinsi Sulawesi Selatan
152
No PernyataanSTS TS N S SS
1 2 3 4 5
Kerjasama Penyedia Infrastruktur
17
Pemerintah Provinsi SulawesiSelatan telah melakukanpemanfaatan aset tetap/BMD yangsudah tidak digunakan sesuai tugaspokok dan fungsi organisasi dalambentuk Kerja Sama PenyediaInfrastruktur (KSPI).
18
Pemerintah Provinsi SulawesiSelatan tidak memiliki danasehingga melakukan pemanfaatandalam bentuk kerjasama penyediainfrastruktur.
19
Infrastruktur di Provinsi SulawesiSelatan akan lebih baik denganmelakukan Kerja Sama PenyediaInfrastruktur dengan pihak lain.
20
Pemerintah Provinsi SulawesiSelatan telah melakukanpemanfaatan dalam bentukKerjasama Penyedia Infrastruktur.
153
LAMPIRAN 2ANALISIS DESKRIPTIF
154
Lampiran 2. Analisis Deskriptif
Karakteristik Responden
155
156
Variabel X1
157
158
159
Variabel X2
160
161
Variabel X3
162
163
Variabel X4
164
165
Variabel Y
166
167
168
169
Analisis Deskriptif
170
LAMPIRAN 3HASIL UJI LINIERITAS
171
Lampiran 3. Hasil Uji Linieritas
172
173
LAMPIRAN 4HASIL ANALISIS PLS
174
Lampiran 4. Hasil Analisis PLS
A. Model Lengkap
Sebelum Bootsrap
Overview
AVECompositeReliability
RSquare
CronbachsAlpha Communality Redundancy
X1 0.428 0.918 0.000 0.905 0.428 0.000
X1X4 1.000 1.000 0.000 1.000 1.000 0.000
X2 0.428 0.882 0.000 0.853 0.428 0.000
X2X4 1.000 1.000 0.000 1.000 1.000 0.000
X3 0.437 0.895 0.000 0.872 0.437 0.000
X3X4 1.000 1.000 0.000 1.000 1.000 0.000
X4 0.439 0.875 0.000 0.841 0.439 0.000
Y 0.429 0.938 0.682 0.930 0.429 0.085
Latent Variable Correlations
X1 X1X4 X2 X2X4 X3 X3X4 X4
X1 1.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
X1X4 0.314 1.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
X2 0.366 0.287 1.000 0.000 0.000 0.000 0.000
X2X4 0.351 0.480 0.366 1.000 0.000 0.000 0.000
X3 0.169 0.339 0.341 0.334 1.000 0.000 0.000
X3X4 0.272 0.486 0.312 0.526 0.342 1.000 0.000
X4 0.337 0.495 0.208 0.349 0.208 0.407 1.000
Y 0.542 0.599 0.496 0.595 0.454 0.583 0.555
175
Cross Loadings
X1 X1X4 X2 X2X4 X3 X3X4 X4 Y
X11 0.677 0.159 0.164 0.184 0.096 0.094 0.196 0.362
X110 0.640 0.315 0.242 0.272 0.101 0.148 0.341 0.331
X111 0.670 0.147 0.266 0.327 0.039 0.167 0.334 0.362
X112 0.602 0.208 0.185 0.175 0.113 0.092 0.085 0.238
X113 0.687 0.210 0.309 0.337 0.130 0.139 0.260 0.495
X114 0.703 0.173 0.339 0.088 0.119 0.264 0.268 0.434
X115 0.623 0.088 0.204 0.245 -0.023 0.121 0.085 0.210
X12 0.674 0.231 0.152 0.218 0.167 0.171 0.229 0.373
X13 0.677 0.237 0.187 0.314 0.144 0.258 0.198 0.401
X14 0.633 0.209 0.313 0.243 0.092 0.159 0.201 0.258
X15 0.646 0.203 0.245 0.116 0.087 0.215 0.203 0.362
X16 0.638 0.200 0.239 0.150 0.168 0.142 0.116 0.275
X17 0.636 0.184 0.173 0.158 0.114 0.123 0.154 0.327
X18 0.677 0.290 0.330 0.393 0.145 0.338 0.295 0.408
X19 0.618 0.195 0.186 0.156 0.109 0.135 0.196 0.264
X1X4 0.314 1.000 0.287 0.480 0.339 0.486 0.495 0.599
X21 0.070 -0.017 0.625 0.090 0.144 0.041 0.068 0.203
X210 0.184 0.225 0.619 0.266 0.244 0.307 0.071 0.220
X22 0.214 0.214 0.662 0.286 0.234 0.202 0.236 0.340
X23 0.260 0.153 0.673 0.257 0.128 0.161 0.150 0.304
X24 0.269 0.209 0.632 0.192 0.302 0.129 0.090 0.277
X25 0.179 0.142 0.651 0.269 0.171 0.158 0.023 0.325
X26 0.345 0.182 0.680 0.181 0.255 0.165 0.104 0.386
X27 0.247 0.181 0.653 0.173 0.299 0.145 0.125 0.302
X28 0.288 0.222 0.661 0.324 0.200 0.251 0.122 0.343
X29 0.249 0.282 0.682 0.297 0.241 0.394 0.281 0.429
X2X4 0.351 0.480 0.366 1.000 0.334 0.526 0.349 0.595
X31 0.149 0.175 0.190 0.240 0.701 0.203 0.108 0.342
X310 0.171 0.322 0.258 0.384 0.669 0.252 0.221 0.390
X311 -0.031 0.012 -0.007 -0.019 0.563 0.095 0.010 0.152
X32 0.131 0.269 0.212 0.166 0.651 0.167 0.121 0.275
X33 0.002 0.265 0.107 0.157 0.620 0.240 0.096 0.239
X34 0.028 0.190 0.108 0.212 0.651 0.234 0.227 0.255
X35 0.144 0.256 0.336 0.095 0.676 0.320 0.243 0.291
X36 0.136 0.307 0.304 0.305 0.691 0.259 0.140 0.272
X37 0.083 0.114 0.314 0.204 0.675 0.197 0.088 0.282
X38 0.212 0.237 0.344 0.283 0.684 0.217 0.062 0.347
X39 0.076 0.220 0.173 0.229 0.682 0.258 0.140 0.338
X3X4 0.272 0.486 0.312 0.526 0.342 1.000 0.407 0.583
X41 0.103 0.247 0.100 0.236 0.098 0.271 0.525 0.213
X42 0.207 0.366 0.132 0.232 -0.020 0.215 0.637 0.296
X43 0.205 0.355 0.146 0.232 0.096 0.190 0.654 0.361
X44 0.257 0.418 0.191 0.242 0.063 0.332 0.778 0.507
X45 0.198 0.274 0.062 0.292 0.181 0.194 0.644 0.315
X46 0.148 0.325 0.032 0.112 0.306 0.323 0.643 0.316
X47 0.266 0.391 0.229 0.223 0.230 0.402 0.719 0.428
176
X48 0.215 0.284 0.184 0.247 0.142 0.217 0.682 0.387
X49 0.348 0.262 0.102 0.286 0.156 0.264 0.652 0.380
Y1 0.332 0.347 0.295 0.408 0.393 0.353 0.459 0.647
Y10 0.442 0.432 0.375 0.390 0.274 0.335 0.309 0.671
Y11 0.448 0.497 0.441 0.434 0.351 0.439 0.321 0.687
Y12 0.482 0.383 0.371 0.364 0.254 0.342 0.373 0.650
Y13 0.317 0.362 0.296 0.301 0.241 0.318 0.380 0.644
Y14 0.483 0.334 0.431 0.402 0.198 0.367 0.272 0.672
Y15 0.315 0.335 0.313 0.387 0.358 0.415 0.240 0.648
Y16 0.327 0.311 0.247 0.390 0.362 0.414 0.433 0.649
Y17 0.288 0.484 0.402 0.477 0.341 0.423 0.361 0.653
Y18 0.293 0.362 0.427 0.397 0.414 0.301 0.312 0.646
Y19 0.335 0.371 0.284 0.562 0.281 0.448 0.371 0.662
Y2 0.204 0.367 0.304 0.277 0.387 0.252 0.344 0.632
Y20 0.377 0.278 0.265 0.283 0.202 0.332 0.302 0.648
Y3 0.370 0.459 0.361 0.394 0.187 0.567 0.503 0.677
Y4 0.338 0.395 0.250 0.335 0.208 0.339 0.349 0.650
Y5 0.227 0.486 0.401 0.493 0.321 0.408 0.328 0.659
Y6 0.353 0.444 0.312 0.331 0.278 0.356 0.370 0.655
Y7 0.411 0.410 0.208 0.394 0.376 0.391 0.383 0.658
Y8 0.323 0.409 0.218 0.393 0.244 0.438 0.424 0.648
Y9 0.396 0.324 0.249 0.311 0.270 0.320 0.417 0.647
177
Sesudah Bootsrap
Outer Loading (Mean, STDEV, T-Values)
OriginalSample(O)
SampleMean(M)
StandardDeviation(STDEV)
StandardError
(STERR)
TStatistics(|O/STERR|)
p-value
X11 <- X1 0.677 0.673 0.064 0.064 10.560 <0.001
X12 <- X1 0.674 0.670 0.051 0.051 13.291 <0.001
X13 <- X1 0.677 0.679 0.053 0.053 12.873 <0.001
X14 <- X1 0.633 0.624 0.077 0.077 8.228 <0.001
X15 <- X1 0.646 0.639 0.062 0.062 10.366 <0.001
X16 <- X1 0.638 0.633 0.071 0.071 8.954 <0.001
X17 <- X1 0.636 0.636 0.055 0.055 11.611 <0.001
X18 <- X1 0.677 0.675 0.050 0.050 13.650 <0.001
X19 <- X1 0.618 0.613 0.080 0.080 7.705 <0.001
X110 <- X1 0.640 0.637 0.057 0.057 11.222 <0.001
X111 <- X1 0.670 0.667 0.061 0.061 10.980 <0.001
X112 <- X1 0.602 0.600 0.070 0.070 8.565 <0.001
X113 <- X1 0.687 0.690 0.044 0.044 15.590 <0.001
X114 <- X1 0.703 0.703 0.049 0.049 14.381 <0.001
X115 <- X1 0.623 0.621 0.068 0.068 9.226 <0.001
X1X4 <- X1X4 1.000 1.000 0.000 0.000 0.000 1.000
X21 <- X2 0.625 0.614 0.084 0.084 7.430 <0.001
X22 <- X2 0.662 0.656 0.074 0.074 8.997 <0.001
X23 <- X2 0.673 0.669 0.059 0.059 11.321 <0.001
X24 <- X2 0.632 0.628 0.077 0.077 8.202 <0.001
X25 <- X2 0.651 0.642 0.067 0.067 9.708 <0.001
X26 <- X2 0.680 0.678 0.060 0.060 11.420 <0.001
X27 <- X2 0.653 0.651 0.064 0.064 10.276 <0.001
X28 <- X2 0.661 0.658 0.063 0.063 10.567 <0.001
178
X29 <- X2 0.682 0.681 0.071 0.071 9.559 <0.001
X210 <- X2 0.619 0.608 0.091 0.091 6.820 <0.001
X2X4 <- X2X4 1.000 1.000 0.000 0.000 0.000 1.000
X31 <- X3 0.701 0.695 0.059 0.059 11.908 <0.001
X32 <- X3 0.651 0.640 0.080 0.080 8.098 <0.001
X33 <- X3 0.620 0.608 0.079 0.079 7.889 <0.001
X34 <- X3 0.651 0.636 0.077 0.077 8.496 <0.001
X35 <- X3 0.676 0.669 0.070 0.070 9.610 <0.001
X36 <- X3 0.691 0.682 0.066 0.066 10.520 <0.001
X37 <- X3 0.675 0.677 0.065 0.065 10.345 <0.001
X38 <- X3 0.684 0.685 0.055 0.055 12.413 <0.001
X39 <- X3 0.682 0.681 0.058 0.058 11.729 <0.001
X310 <- X3 0.669 0.673 0.049 0.049 13.688 <0.001
X311 <- X3 0.563 0.551 0.100 0.100 5.618 <0.001
X3X4 <- X3X4 1.000 1.000 0.000 0.000 0.000 1.000
X41 <- X4 0.525 0.518 0.138 0.138 3.815 <0.001
X42 <- X4 0.637 0.626 0.109 0.109 5.845 <0.001
X43 <- X4 0.654 0.649 0.073 0.073 9.019 <0.001
X44 <- X4 0.778 0.777 0.047 0.047 16.539 <0.001
X45 <- X4 0.644 0.630 0.089 0.089 7.204 <0.001
X46 <- X4 0.643 0.639 0.073 0.073 8.868 <0.001
X47 <- X4 0.719 0.711 0.072 0.072 10.015 <0.001
X48 <- X4 0.682 0.676 0.071 0.071 9.589 <0.001
X49 <- X4 0.652 0.644 0.072 0.072 9.050 <0.001
Y1 <- Y 0.647 0.645 0.059 0.059 11.051 <0.001
Y2 <- Y 0.632 0.636 0.062 0.062 10.193 <0.001
Y3 <- Y 0.677 0.676 0.056 0.056 11.994 <0.001
Y4 <- Y 0.650 0.650 0.056 0.056 11.641 <0.001
Y5 <- Y 0.659 0.657 0.054 0.054 12.224 <0.001
Y6 <- Y 0.655 0.653 0.054 0.054 12.237 <0.001
Y7 <- Y 0.658 0.657 0.058 0.058 11.341 <0.001
Y8 <- Y 0.648 0.654 0.063 0.063 10.323 <0.001
Y9 <- Y 0.647 0.649 0.058 0.058 11.122 <0.001
Y10 <- Y 0.671 0.666 0.060 0.060 11.159 <0.001
Y11 <- Y 0.687 0.684 0.051 0.051 13.470 <0.001
Y12 <- Y 0.650 0.650 0.068 0.068 9.607 <0.001
Y13 <- Y 0.644 0.644 0.055 0.055 11.630 <0.001
Y14 <- Y 0.672 0.671 0.061 0.061 10.969 <0.001
Y15 <- Y 0.648 0.646 0.063 0.063 10.318 <0.001
Y16 <- Y 0.649 0.646 0.060 0.060 10.818 <0.001
Y17 <- Y 0.653 0.653 0.052 0.052 12.646 <0.001
Y18 <- Y 0.646 0.641 0.061 0.061 10.564 <0.001
Y19 <- Y 0.662 0.663 0.052 0.052 12.725 <0.001
Y20 <- Y 0.648 0.648 0.056 0.056 11.618 <0.001
179
Path Coeeficient (Mean, STDEV, T-Values)
OriginalSample(O)
SampleMean(M)
StandardDeviation(STDEV)
StandardError(STERR)
TStatistics(|O/STERR|)
p-value
X1 -> Y 0.235 0.246 0.066 0.066 3.566 <0.001
X1X4 -> Y 0.169 0.165 0.069 0.069 2.444 0.015
X2 -> Y 0.156 0.159 0.064 0.064 2.441 0.015
X2X4 -> Y 0.166 0.159 0.073 0.073 2.267 0.023
X3 -> Y 0.149 0.157 0.058 0.058 2.559 0.011
X3X4 -> Y 0.167 0.165 0.080 0.080 2.090 0.037
X4 -> Y 0.203 0.212 0.070 0.070 2.905 0.004