PEMBELAJARAN EKOLITERASI BERBASIS PROYEK DI …

12
JESA JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL Februari 2017 Vol. 1 No. 1 JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 1, No. 1 p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang 33 PEMBELAJARAN EKOLITERASI BERBASIS PROYEK DI SEKOLAH DASAR Neri Egi Rusmana, Aulia Akbar Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar PGSD STKIP Sebelas April Sumedang [email protected] [email protected] ABSTRAK Bencana alam seperti banjir dan longsor merupakan bencana alam yang sering terjadi di Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa ada masalah yang terjadi pada lingkungan. Masalah lingkungan merupakan tanggung jawab bersama. Tanggung jawab ini tidak hanya tanggung jawab pemerintah namun tanggung jawab semua individu. Perlu ada langkah nyata dalam menyelesaikan masalah lingkungan. Salah satu upaya yang harus dilakukan adalah memasukannya kedalam pembelajaran di sekolah dasar. Siswa haruslah diperkenalkan mengenai kesadaran lingkungan sejak dini. Model pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung merupakan model yang sesuai sehingga memberikan kesan tersendiri untuk sisiwa. Sebagai alternatif yaitu penggunaan model pembelajaran Project Based Learning. Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan pembelajaran yang mengutamakan siswa untuk praktik langsung dalam kegiatannya. Siswa diberi tugas untuk aktif mulai dari penentuan tema, perencanaan, aktifitas dilapangan, serta pembuatan laporan dan presentasi. Model pembelajaran berbasis proyek ini diintegrasikan dalam mata pelajaran IPA yang disesuaikan dengan SK dan KD. Diharapkan dengan praktik langsung siswa dapat menyadari pentingnya ecoliteracy. Penyadaran terhadap lingkungan atau melek ekologi sangatlah dibutuhkan negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, agar terjalinnya hubungan harmonis antara manusia dengan alam. Sehingga, Indonesia menjadi negara yang maju, namun tetap menjaga kelestarian alam sekitar. Kata Kunci: Ecolitaracy, Pembelajaran Berbasis Proyek, Sekolah Dasar Abstract: Natural disaster such as flood and landslideis frequent natural disasters in Indonesia. This indicates that there is a problem that occurs in the environment. The environmental issue is all responsibility. This responsibility is not just a government responsibility but the responsibility of all individuals. There need to be a real step in solving environmental problems. One of efforts to do is put it into learning in primary schools. Students should be introduced on environmental awareness from an early time. Learning model that involvesdirectly students is an appropriate model that gives a distinct impression on student. As an alternative is implementation of Project Based Learning Model. Project Based Learning is learning that promotes students to practice directly in their activities. Studentis given the task to actively start of the determination of the theme, planning, field activity, and preparing report and presentation. This is can beintegrated in science subjectthat was related to standard competency and based competency. Expected to direct practice, students can realize the importance of ecological literacy (Eco literacy). Awareness on environmental or ecological literacy is needed especially in developing countries such as Indonesia so it creates a

Transcript of PEMBELAJARAN EKOLITERASI BERBASIS PROYEK DI …

Page 1: PEMBELAJARAN EKOLITERASI BERBASIS PROYEK DI …

JESA JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL

Februari 2017 Vol. 1 No. 1

JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 1, No. 1

p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang

33

PEMBELAJARAN EKOLITERASI BERBASIS PROYEK

DI SEKOLAH DASAR

Neri Egi Rusmana, Aulia Akbar

Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

PGSD STKIP Sebelas April Sumedang

[email protected]

[email protected]

ABSTRAK

Bencana alam seperti banjir dan longsor merupakan bencana alam yang sering terjadi di

Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa ada masalah yang terjadi pada lingkungan. Masalah

lingkungan merupakan tanggung jawab bersama. Tanggung jawab ini tidak hanya tanggung

jawab pemerintah namun tanggung jawab semua individu. Perlu ada langkah nyata dalam

menyelesaikan masalah lingkungan. Salah satu upaya yang harus dilakukan adalah

memasukannya kedalam pembelajaran di sekolah dasar. Siswa haruslah diperkenalkan

mengenai kesadaran lingkungan sejak dini. Model pembelajaran yang melibatkan siswa secara

langsung merupakan model yang sesuai sehingga memberikan kesan tersendiri untuk sisiwa.

Sebagai alternatif yaitu penggunaan model pembelajaran Project Based Learning. Pembelajaran

Berbasis Proyek merupakan pembelajaran yang mengutamakan siswa untuk praktik langsung

dalam kegiatannya. Siswa diberi tugas untuk aktif mulai dari penentuan tema, perencanaan,

aktifitas dilapangan, serta pembuatan laporan dan presentasi. Model pembelajaran berbasis

proyek ini diintegrasikan dalam mata pelajaran IPA yang disesuaikan dengan SK dan KD.

Diharapkan dengan praktik langsung siswa dapat menyadari pentingnya ecoliteracy. Penyadaran

terhadap lingkungan atau melek ekologi sangatlah dibutuhkan negara yang sedang berkembang

seperti Indonesia, agar terjalinnya hubungan harmonis antara manusia dengan alam. Sehingga,

Indonesia menjadi negara yang maju, namun tetap menjaga kelestarian alam sekitar.

Kata Kunci: Ecolitaracy, Pembelajaran Berbasis Proyek, Sekolah Dasar

Abstract: Natural disaster such as flood and landslideis frequent natural disasters in Indonesia.

This indicates that there is a problem that occurs in the environment. The environmental issue is

all responsibility. This responsibility is not just a government responsibility but the

responsibility of all individuals. There need to be a real step in solving environmental problems.

One of efforts to do is put it into learning in primary schools. Students should be introduced on

environmental awareness from an early time. Learning model that involvesdirectly students is

an appropriate model that gives a distinct impression on student. As an alternative is

implementation of Project Based Learning Model. Project Based Learning is learning that

promotes students to practice directly in their activities. Studentis given the task to actively start

of the determination of the theme, planning, field activity, and preparing report and

presentation. This is can beintegrated in science subjectthat was related to standard

competency and based competency. Expected to direct practice, students can realize the

importance of ecological literacy (Eco literacy). Awareness on environmental or ecological

literacy is needed especially in developing countries such as Indonesia so it creates a

Page 2: PEMBELAJARAN EKOLITERASI BERBASIS PROYEK DI …

JESA JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL

Februari 2017 Vol. 1 No. 1

JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 1, No. 1

p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang

34

harmonious relationship between humans and nature. Thus, Indonesia becomes a developed

country, but still protectsharmony ofenvironment.

1. PENDAHULUAN

Lingkungan merupakan tempat semua

mahluk hidup berdampingan. Didalamnya

terdapat komponen biotik dan abiotik

yang saling mempengarui. Bila salah satu

diantara komponen tersebut rusak, maka

lingkungan mahluk hidup didalamnya

akan terpengaruh atau bahkan musnah.

Begitulah hukum alam terjadi. Bila kita

cermati dengan baik beberapa kejadian

akhir-akhir ini bencana alam yang

semakin lama semakin sering terjadi,

seperti yang dirilis media cetak Pikiran

Rakyat, yaitu Banyaknya bencana longsor

dan banjir menunjukkan Jawa Barat

merupakan daerah dengan risiko bencana

tinggi. Salah satu bencana yang banyak

menelan korban jiwa diakibatkan oleh

gerakan tanah. Dari 174 bencana gerakan

tanah di Indonesia pada 2016, 87 kasus

terjadi di Jawa Barat.

Banyaknya bencana alam yang

terjadi, seperti kejadian longsor yang

terjadi dibeberapa lokasi didaerah

Sumedang, dan banjir yang

menenggelamkan beberapa fasilitas

pemerintahan dan pemukiman di Garut,

merupakan akibat pemanfaatan alam yang

kurang terencana dan terarah. Penebangan

pohon, pembangunan dilahan serapan air

dan buang sampah sembarangan

merupakan contoh pola hidup masyarakat

yang kurang bijak, jika dibiarkan akan

berpotensi menjadi bencana.

Kemajuan pembangunan saat ini

merupakan hal yang berbahaya bila tidak

diiringi kesadaran akan lingkungan.

Manusia cenderung mengekspoitasi

sumberdaya alam secara serampangan

tanpa memperhatikan efek yang

ditimbulkannya. Perlu adanya langkah

nyata yang ditempuh. Bila hal terus

berlanjut, maka tidak akan ada masa

depan. Generasi muda sejak dini harus

diperkenalkan dengan kesadaran akan

lingkungan, guna menciptakan masyarakat

yang peduli akan lingkungan. Beberapa

organisasi yang peduli dengan lingkungan

telah melakukan tindakan. Penyuluhan

dan seminar telah dilakukan dalam upaya

menyadarkan masyarakat mengenai

masalah lingkungan. Namun, kesadaran

pemerintah sebagai pihak penentu

kebijakan merupakan hal yang utama.

Salah satu upaya yang harus dilakukan

pemerintah adalah dengan memasukan

kesadaran mengenai lingkungan dalam

kurikulum. Tujuan penerapan tersebut

agar terciptanya masyarakat yang sadar

akan lingkungan.

2. PEMBAHASAN

2.1 Ecoliteracy (Melek Ekologi)

Ecoliteracy atau sering juga disebut

dengan kecerdasan ekologi. Berasal dari

kata Yunani yaitu oikos (“habitat”) dan

logos (“ilmu”). Kecerdasan ekologi adalah

kemampuan kita untuk beradaptasi

terhadap ekologis tempat kita berada.

(Goleman 2010). Pemahaman mengenai

ecoliteracy harus dimulai sejak dini.

Penanaman sikap ramah lingkungan

merupakan sikap yang harus dimiliki

setiap individu. Individu yang memiliki

kesadaran mengenai lingkungan akan

dapat menselaraskan perkembangan

pembangunan dengan lingkungan,

sehingga tercipta lingkungan yang

harmonis antara masyarakat dan

lingkungan. Namun, sikap peduli terhadap

Page 3: PEMBELAJARAN EKOLITERASI BERBASIS PROYEK DI …

JESA JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL

Februari 2017 Vol. 1 No. 1

JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 1, No. 1

p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang

35

lingkungan tidak akan hadir dengan

sendirinya, perlu adanya pengenalan serta

pembinaan agar sikap ini dapat mendarah

daging pada diri siswa. Goleman et al

(2012) mengemukakan lima poin untuk mengembangkan sikap ecoliteracy yaitu

sebagai berikut:

a) Develop Empathy For All Forms of

Life

Pembelajaran harus memfokuskan

kearah kesadaran, sikap merasakan

(empati) akan lingkungan kepada siswa.

Pada dasarnya setiap anak mempunyai

kepakaan (empati) terhadap

lingkungannya. Sikap ini dapat terlihat

ketika siswa merasa kasihan terhadap

mahluk hidup ketika disakiti. Sikap

empati ini harus dikembangkan guru di

kelas, sehingga rasa empati siswa semakin

kuat. Melalui praktek yang berkelanjutan

ini, anak-anak dapat menilai dan

merenungkan apa yang dilakukannya baik

atau buruk bagi lingkungan.

b) Embrace Sustainability as A

Community Practice

Pembelajaran dalam kelompok perlu

dilakukan siswa, agar siswa dapat

bertanya jawab dengan teman

kelompoknya. Selain itu, pembelajaran

praktik secara berkelompok dapat

menumbuhkan kesenangan tersendiri pada

siswa serta dapat menumbuhkan rasa

tanggung jawab terhadap tugas dan

anggota kelompok yang lainnya. Siswa

akan memahami bagaimana kelangsungan

lingkungan adalah tanggung jawab setiap

individu termasuk siswa.

c) Make the invisible visible

Pembelajaran nyata sangat diperlukan

siswa. Siswa akan lebih dekat dan

menjiwai setiap proses pembelajaran.

Mereka dengan seksama mengikuti

langkah langkah serta prosedur dalam

kegiatan. Sehingga mereka akan

merasakan apa yang menjadi tujuan

pembelajaran. Hal ini akan menjadikan

pembelajaran menjadi lebih bermakna.

Siswa dapat merasakan secara langsung bagaimana pembelajaran merawat

lingkungan.

d) Anticipate Unintended Consequences\

Tahap ini akan maengajarkan siswa

untuk bertanggung jawab penuh terhadap

pekerjaannya. Akan ada akibat yang

terjadi bila siswa menyepelekan tugasnya

dalam proses pembelajaran. Kesalahan-

kesalahan yang terjadi pada kegiatan atau

proses belajar mengajar mengajarkan

siswa akan perlunya kerjasama dan

konsisiten terhadap tugasnya.

Ketidaksesuaian harapan dengan

kenyataan menjadi hal yang akan

ditemukan siswa, sehingga siswa dapat

mengevaluasi bagaimana seharusnya

kegiatan yang baik dan benar.

e) Understand How Nature Sustains Life

Kegiatan ini akan membawa siswa

kedalam tahap evaluasi secara langsung.

Siswa akan menyadari efek yang terjadi

terjadi bila lingkungan tidak dipelihara

dengan baik. Memahami bahwa

kehidupan merupakan tanggung jawab

manusia yang mengelolanya. Pengelolaan

yang baik akan memberi efek baik bagi

lingkungan dan begitu juga sebaliknya.

Hal ini akan memberi pengalaman

tersendiri untuk siswa.

2.2 Pembelajaran IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

sebagai mata pelajaran yang membahas

mengenai lingkungan. Mata pelajaran IPA

merupakan wadah yang cocok untuk

memperkenalkan siswa mengenai

kepedulian terhadap lingkungan. Bundu

Page 4: PEMBELAJARAN EKOLITERASI BERBASIS PROYEK DI …

JESA JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL

Februari 2017 Vol. 1 No. 1

JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 1, No. 1

p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang

36

(2006), menerangkan IPA secara garis

besarnya memiliki tiga komponen, yaitu:

a) Proses alamiah, misalnya mengamati,

mengklasifikasi, memprediksi,

merancang, dan melaksanakaneksperimen.

b) Produk ilmiah, misalnya prinsip,

konsep, hukum, dan teori.

c) Sikap ilmiah, misalnya ingin tahu,

hati-hati, obyektif, dan jujur.

Pembelajaran yang mengutamakan

proses ilmiah akan membuka cakrawala

berpikir siswa kearah yang lebih baik

dalam memperlakukan lingkungan. Siswa

akan lebih mudah memahami bila

mengalami langsung dalam proses

pembelajaran.

IPA merupakan salah satu mata

pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar.

Belajar IPA berarti belajar mengenal alam

sekitar, pembelajaran ini diharapkan dapat

menumbuhkan nilai-nilai positif siswa.

Sikap ramah lingkungan merupakan

tujuan yang harus dikembangkan dalam

pembelajaran IPA di sekolah dasar.

Pernyataan ini tercantum pada tujuan

pembelajaran IPA di SD tercantum dalam

Kurikulum. BNSP (2006) Tujuan tersebut

adalah agar siswa memiliki kemampuan

sebagai berikut:

a) Memperoleh keyakinan terhadap

Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan

keberadaan, keindahan, dan

keteraturan alam ciptaan-Nya.

b) Mengembangkan pengetahuan dan

pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari.

c) Mengembangkan rasa ingin tahu,

sikap positif, dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling

mempengaruhi antara IPA,

lingkungan, teknologi, dan

masyarakat.

d) Mengembangkan keterampilan proses

untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuatkeputusan.

e) Meningkatkan kesadaran untuk

berperan serta dalam memelihara,

menjaga dan melestarikan lingkungan

alam.

f) Meningkatkan kesadaran untuk

menghargai alam dan segala

keberadaannya sebagai salah satu

ciptaan Tuhan.

g) Memperoleh bebas pengetahuan,

konsep, dan keterampilan IPA

sebagai dasar untuk melanjutkan

pendidikan ke SMP/MTs.

Pembelajaran IPA merupakan

pembelajaran yang mengutamakan

pembelajaran secara langsung.

Pembelajaran dialami siswa dengan

menggunakan panca indra. Keterlibatan

siswa secara langsung akan mendatangkan

manfaat yang besar. Tahap pembelajaran

yang mengaktifkan panca indra akan

membuat pembelajaran menjadi

bermakna. pendapat tersebut sesuai yang

disampaikan Magnesen dalam DePorter

dkk (2005), yaitu siswa mendapatkan hasil

belajar 10% jika hanya membaca,

mendapatkan hasil belajar 20% jika hanya

mendengar, mendapatkan hasil belajar

30% jika hanya melihat, mendapatkan

hasil belajar 50% dari melihat dan

mendengar, mendapatkan hasil belajar

70% dari melakukan, dan mendapatkan

90% dari yang dikatakan dan dilakukan.

2.3 Model Pembelajaran Berbasis

Proyek (Project Based Learning)

Salah satu model pembelajaran yang

cocok digunakan dalam pembelajaran

Page 5: PEMBELAJARAN EKOLITERASI BERBASIS PROYEK DI …

JESA JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL

Februari 2017 Vol. 1 No. 1

JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 1, No. 1

p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang

37

ecoliteracy di Sekolah Dasar adalah

model pembelajaran berbasis proyek

(project based learning). Model berbasis

proyek ini mengusung kegiatan membuat

sebuah proyek secara langsung yang dilakukan siswa untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Menurut Trianto (2011),

model pembelajaran berbasis proyek

mempunyai potensi yang sangat besar

untuk membuat pengalaman menjadi lebih

menarik dan bermanfaat bagi peserta

didik. Pada pembelajaran berbasis proyek

ini keikutsertaan siswa secara aktif dalam

membuat sebuah proyek merupakan yang

utama. Pembelajaran berbasis proyek

merupakan suatu kegiatan yang

menghubungkan antara kondisi manusia

saat ini dengan masalah kehidupan sehari-

hari yang dekat serta dialami siswa.

Pendapat di atas, dapat disimpulkan

bahwa model pembelajaran berbasis

proyek memiliki karakteristik yaitu

adanya permasalahan atau tantangan yang

diajukan kepada peserta didik, memberi

pengalaman belajar yang lebih menarik

dan bermakna bagi siswa, menghasilkan

produk nyata, dan proses evaluasi

dijalankan secara kontinu. Sementara itu,

menurut Sani (2014) beberapa kelebihan

menggunakan pembelajaran berbasis

proyek adalah:

a) meningkatkan motivasi siswa untuk

belajar dan mendorong mereka untuk

melakukan pekerjaan penting;

b) meningkatkan kemampuan siswa

dalam menyelesaikan masalah;

c) membuat siswa lebih aktif dalam

menyelesaikan permasalahan yang

kompleks;

d) meningkatkan kemampuan siswa

dalam bekerja sama;

e) mendorong siswa mempraktikkan

keterampilan berkomunikasi;

f) meningkatkan keterampilan siswa

dalam mengelola sumber daya;

g) memberikan pengalaman kepada

siswa dalam mengorganisasi proyek,

mengalokasi waktu, dan mengelolasumber daya seperti peralatan dan

bahan untuk menyelesaikan tugas;

h) memberikan kesempatan belajar bagi

siswa untuk berkembang sesuai

kondisi dunia nyata;

i) melibatkan siswa untuk belajar

mengumpulkan informasi dan

menerapkan pengetahuan tersebut

untuk menyelesaikan permasalahan di

dunia nyata; dan

j) membuat suasana belajar menjadi

menyenangkan.

Secara lebih rinci, model

pembelajaran berbasis proyek mengikuti

lima langkah utama, yaitu: (1)

menetapkan tema proyek, (2) menetapkan

konteks belajar, (3) merencanakan

aktivitas, (4) memproses aktifitas, dan (5)

penerapan aktivitas (Santyasa, 2006).

Tahapan model pembelajaran

berbasis proyek dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1) Menetapkan tema proyek

Beberapa langkah dalam menentukan

tema harus memiliki indikator-

indikator sebagai berikut: (a) memuat

gagasan yang penting dan menarik.

Gagasan yang penting dibutuhkan

siswa untuk mengatasi masalah-

masalah urgen yang terjadi disekitar

siswa, sedangkan gagasan yang

menarik dapat membangkitkan

antusiasme siswa dalam melakukan

aktifitas. Pada pembelajaran kali ini

siswa melaksanakan kegiatan atas

petunjuk guru, yaitu kegiatan

menanam pohon, (b) mendeskripsikan

masalah kompleks, siswa belajar

Page 6: PEMBELAJARAN EKOLITERASI BERBASIS PROYEK DI …

JESA JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL

Februari 2017 Vol. 1 No. 1

JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 1, No. 1

p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang

38

berpikir menguraikan dan

menyederhanakan masalah kompleks

dengan mendiskripsikan

permasalahan yang terjadi, sehingga

permasalahan yang terjadi dapat ditangkap pemikiran siswa secara

nyata dan logis, (c) mengutamakan

pemecahan masalah. Siswa mencari

alternatif solusi yang sesuai dan dapat

diterapkan pada kegiatan

pembelajaran.

2) Menetapkan konteks belajar

Konteks belajar hendaknya

memenuhi indikator-indikator

berikut: (a) mengutamakan otonomi

siswa. Siswa diberikan kebebasan

untuk memilih kegiatan yang akan

dilakukan, sehingga mereka dapat

memilih kegiatan yang menarik,

penting dan dapat dilakukan oleh

siswa, (b) melakukan inquiry. Siswa

dibiarkan untuk bereksplorasi

mengenai gejala yang terjadi

disekitarnya. Siswa bereksporasi

bersama temannya dalam menentukan

proyek apa yang akan dilakukan.

Siswa mencari dan menentukan bahan

belajar serta pemecahan masalah yang

cocok diterapkan sesuai dengan

lingkungan siswa. Proyek ini haruslah

berhubungan dengan materi yang

terdapat dalam silabus. (c) siswa

mampu mengelola waktu secara

efektif dan efesien. Siswa dapat

menganalisis dan memetakan

kegiatan yang akan dilakukan,

sehingga siswa dapat menentukan

secara tepat dalam menentukan dan

mengolah waktu secara efektif dan

efisien, (d) siswa belajar penuh

dengan kontrol diri dan bertanggung

jawab. Siswa belajar dengan sadar

dan terencana, mengetahui mana yang

terbaik dan bisa dilakukan dalam

kegiatan. Selain itu, siswa sadar dan

bertanggung jawab terhadap tugas-

tugas yang akan diberikan dalam

menjalankan aktifitas sehingga tercapai tujuan yang diharapkan.

3) Merencanakan aktifitas-aktifitas.

Siswa bekerjasama untuk

merencanakan langkah–langkah

kegiatan yang akan dilakukan.

Kegiatan perencanaan aktifitas ini

didasarkan kesediaan dan

kemampuan anggota kelompok.

Kelompok membuat rancangan alat

dan bahan apa saja yang dibutuhkan

dalam kegiatan. Pembagian tugas ini

penting untuk mendistribusikan tugas

kepada semua kelompok secara adil

dan merata. Setiap anggota kelompok

berkewajiban berpartisifasi aktif

dalam mensukseskan rencana proyek

tersebut. Penetapan anggota serta

penjadwalan kegiatan proyek

merupakan hal yang harus dilakukan

sebelum memulai aktifitas kegiatan.

Kegiatan ini bertujuan untuk

mengukur ketepatan waktu dalam

pelaksanaan proyek.

4) Memproses aktifitas-aktifitas

Indikator-indikator memproses

aktivitas meliputi antara lain: (a)

membuat sketsa. Siswa membuat

rancangan bagaimana cara melakukan

kegiatan dengan baik, ketua

kelompok memeriksa kesiapan semua

alat dan bahan yang dibutuhkan untuk

memulai proyek. Pembagian jadwal

perlu dilakukan bila dalam

menyelesaikan sebuah proyek yang

berkelanjutan dan memakan waktu,

(b) melukiskan analisa rancangan

proyek. Ketua kelompok menjelaskan

gambaran kegiatan proyek secara

Page 7: PEMBELAJARAN EKOLITERASI BERBASIS PROYEK DI …

JESA JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL

Februari 2017 Vol. 1 No. 1

JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 1, No. 1

p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang

39

runci kepada anggota kelompok.

Setiap anggota diperbolehkan untuk

bertanya serta memberi masukan bila

dianggap perlu. Kejelasan anggota

kelompok mengenai rancangan ini perlu dilakukan sehingga semua

anggota kelompok dapat mengetahui

bagaiman prosedur pembuatan

proyek.

5) Penerapan aktivitas-aktivitas untuk

menyelesaikan proyek.

Langkah-langkah yang dilakukan,

adalah: (a) mengerjakan proyek

berdasarkan sketsa, Setelah ketua

mengecek semua perlengkapan

aktivitas pun segera dimulai. Setiap

anggota kelompok menjalankan

tugasnya masing-masing. Waktu

merupakan aspek yang harus

dipertimbangkan saat menjalankan

aktifitas. Perencanaan waktu akan

memberi gambaran pada siswa berapa

lama waktu yang dibutuhkan dalam

menyelesaikan proyek. Setiap

anggota kelompok melaksanakan

tugas yang telah diberikan

berdasarkan instruksi yang telah

dilakukan pada saat perancangan

proyek, (b) membuat laporan terkait

dengan proyek, siswa harus

menyusun laporan kelompok

berdasarkan apa yang mereka

kerjakan beserta hasil yang telah

mereka peroleh dari kegiatan yang

telah dilakukan, dan (3)

mempresentasikan proyek. Setiap

kelompok harus mempersentasikan

hasil temuannya pada didepan kelas.

2.4 Pembelajaran Ekoleiterasi dengan

Project Based Learning

Pembelajaran IPA di sekolah dasar

merupakan wadah siswa untuk berpikir

ilmiah. Permasalahan yang sering terjadi

dilapangan bahwa pembelajaran IPA di

sekolah dasar masih memberikan konsep,

bukan pengalaman siswa secara langsung,

hal ini mengakibatkan siswa bosan. Pembelajaran IPA sebaiknya

mengutamakan aktifitas nyata dalam

prosesnya. Mengenai aktifitas langsung

dalam belajar dikemukakan juga oleh

Dewey (dalam Dimyati dan Moedjiono,

2006) bahwa Belajar sebaiknya dialami

melalui perbuatan langsung, belajar harus

dilakukan oleh siswa secara aktif baik

individu maupun kelompok. Keterlibatan

siswa dalam pembelajaran sangat

dibutuhkan untuk menciptakan situasi

belajar yang efektif.

Kepekaan siswa terhadap

lingkungan dapat diterapkan pada

pembelajaran IPA. Kegiatan menerapkan

melek ekologi dalam pembelajaran IPA

haruslah membangkitkan kesadaran dan

kepedulian terhadap lingkungan

sekitarnya. Guru dapat memberikan

stimulus berupa video atau gambar-

gambar mengenai keadaan lingkungan

yang rusak beserta penyebab dan

akibatnya. Pembelajaran berbasis proyek

dalam memperkenalkan ekoliterasi ini

dilakukan dengan berkelompok. Di

sekolah dasar penerapan ecoliteracy dapat

diterapkan di kelas IV semester 2 dengan

SK Memahami perubahan lingkungan

fisik dan pengaruhnya terhadap daratan

KD Mendeskripsikan cara pencegahan

kerusakan lingkungan (erosi, abrasi,

banjir, dan longsor). Kegiatan yang dapat

diterapkan adalah dengan kegiatan proyek

“Menanam Pohon”.

Pohon merupakan salah satu mahluk

hidup yang dibutuhkan manusia untuk

bertahan hidup. Pohon mempunyai

banyak manfaat diantaranya adalah

Page 8: PEMBELAJARAN EKOLITERASI BERBASIS PROYEK DI …

JESA JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL

Februari 2017 Vol. 1 No. 1

JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 1, No. 1

p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang

40

membuat permukaan bumi menjadi hijau

dan nuansa segar, alat menyerap

karbondioksida dan menghasilkan oksigen

sebagai udara. Selain itu, pohon juga

berguna untuk mencegah beberapa bencana alam, seperti banjir, longsor dan

pemanasan global. Oleh sebab itu,

sangatlah penting untuk kita menanam

pohon dan sekaligus kita ikut

berpartisipasi dalam menyelamatkan

lingkungan dan bumi ini. Berikut ini

merupakan beberapa fungsi pohon yang

bermanfaat untuk kelangsungan hidup

manusia di muka bumi, yaitu:

a) Produsen

Di alam, terjadi proses hubungan

timbal balik, ketergantungan antar

komponen dalam ekosisistem selalu

melibatkan unsur tanaman. Baik

secara langsung maupun tidak

langsung. Hal ini dapat kita lihat

dalam proses rantai makanan dan

piramida makanan. Ekosistem

menempatkan tanaman pada posisi

strategis, yaitu sebagai penyedia

makanan atau produsen. Oleh karena

itu, bila tanaman yang bertindak

sebagai produsen sampai terganggu

keberadaannya atau bahkan terancam

kepunahan, dapat dipastikan semua

makhluk hidup lain pun akan

terancam kepunahan pula. Keadaan

seperti ini tentunya tidak ingin kita

jumpai karena berarti kehidupan

manusia pun akan musnah dengan

sendirinya.

b) Pencegah Banjir dan Erosi

Fungsi pohon lainnya adalah untuk

pencegah banjir. Hutan mampu

membuat lebih banyak air yang

terserap ke dalam tanah 60-80 persen.

Namun, bila air ini tidak terserap

ketanah air akan terus mengalir

sehingga debit air semakin lama akan

semakin banyak. Banyaknya debet air

dan kurangnya daerah serapan air

akan mengakibatkan banjir.

Keberadaan pohon dapat meningkatkan cadangan air tanah.

Selain dapat menahan laju air, akar

pohon berfungsi pencegah erosi

tanah. Tanah yang terkikis akan

masuk ke aliran sungai dan

menyebabkan terjadinya endapan.

c) Menjaga Kesuburan Tanah

Air hujan yang langsung jatuh ke

tanah dapat menyebabkan lapisan

tanah bagian atas yang berhumus dan

subur menjadi tergerus sehingga

mengakibatkan menurunnya

kesuburan tanah. Bila permukaan

tanah banyak ditanami pohon, saat

hujan turun, butir-butir airnya tidak

langsung menimpa permukaan tanah,

tetapi ditahan oleh daun, ranting, dan

batang pohon, sehingga mengurangi

gaya gerus air terhadap tanah.

d) Menghasilkan Oksigen dan

Mengurangi Karbondioksida

Oksigen adalah gas yang diperlukan

manusia dan hewan untuk bernapas.

Sementara pohon, memiliki

kemampuan untuk melakukan

fotosintesis yang menghasilkan gas

oksigen dan gula. Di saat fotosintesis

berlangsung, tanaman menghisap gas

karbondioksida. Gas karbondioksida

adalah gas yang sangat beracun. Bila

dalam jumlah yang berlebihan, akan

menimbulkan efek rumah kaca.

e) Lingkungan Menjadi Nyaman

Lingkungan yang rindang dan banyak

ditumbuhi pepohonan akan terasa

lebih nyaman, sejuk, mencegah

kebisingan dan kepanasan, serta

menambah indah pemandangan. Hal

Page 9: PEMBELAJARAN EKOLITERASI BERBASIS PROYEK DI …

JESA JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL

Februari 2017 Vol. 1 No. 1

JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 1, No. 1

p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang

41

tersebut akibat proses

evapotrenspirasi pada tanaman dapat

menyebabkan suhu di sekitarnya

menjadi lebih rendah dan kadar

kelembapannya meningkat. f) Mengurangi Zat Pencemar Udara

Kegiatan pabrik banyak

menghasilkan asap tebal yang pekat

dan mengandung karbondioksida.

Begitu pula, kegiatan pembakaran

yang menggunakan bahan bakar

minyak. Selain karbondioksida, asap

tersebut mengandung sulfur dioksida

dan asam sulfat. Zat-zat tersebut

apabila bercampur dengan air hujan

akan menghasilkan hujan asam yang

membahayakan kesehatan kulit serta

menimbulkan korosi.

Berdasarkan beberapa fungsi pohon

di atas dapat disimpulkan bahwa pohon

merupakan salah satu mahlik hidup yang

berada dilingkungan sekitar yang

mempunyai manfaat sangat banyak bagi

kehidupan sekelillingnya. Oleh karena itu,

proyek ini akan mengambil tema “

menanam pohon yang baik”

Tahapan model pembelajaran

berbasis proyek menanam pohon

dijelaskan sebagai berikut:

1) Menetapkan tema proyek

Sebelum memulai pembelajaran guru

menyusun rencana pembelajaran serta

memetakan bagaimana proses

pembelajaran berlangsung.

Perancangan ini dituangkan dalam

RPP. Pembelajaran dimulai dengan

menentukan tema sesuai dengan

materi dan tujuan pembelajaran.

Materi ecoliteracy disesuaikan

dengan Kompetensi Dasar (KD)

yang tercantum dalam silabus. Guru

merancang tujuan pembelajaran

berdasarkan KD dan materi tersebut.

Guru mengarahkan siswa untuk

menemukan tema berdasarkan tujuan

pembelajaran. Pemilihan tema dalam

pembelajaran berbasis proyek ini

sangatlah penting. Guru harus memperhatikan beberapa aspek,

diantaranya seberapa sulit proyek

dilakukan oleh siswa, waktu yang

dibutuhkan siswa untuk

menyelesaikan proyek, serta

ketersediaan peralatan yang

menunjang proyek. Sebelum

menentukan proyek guru dapat

menampilkan informasi-informasi

berupa gambar atau video atau fakta

menarik yang terjadi dilingkungan

kehidupan siswa. Kegiatan ini

berguna agar siswa memperoleh

pengetahuan awal, mengkonstruksi

pemikiran siswa mengenai materi,

serta menumbuhkan semangat dalam

melaksanakan proyek dengan

sungguh-sungguh. Siswa melakukan

aktifitas secara langsung yang akan

menumbuhkan kesadaran dalam

benak siswa terhadap suatu

permasalahan yang terjadi. Sebelum

siswa memulai langkah-langkah

pembelajaran berbasis proyek siswa

terlebih dahulu dibagi menjadi

beberapa kelompok. Pembagian

kelompok ini dibertujuan untuk

memecah siswa menjadi beberapa

bagian. Siswa akan lebih mengerti

dan menjiwai dalam belajar jika

keadaan belajar dan kerjasama dalam

jumlah kelompok yang terbatas.

Beberapa langkah dalam menentukan

tema harus memiliki indikator-

indikator sebagai berikut: (a) siswa

mengekspor permasalahan yang

terjadi disekirat siswa. permasalahan

yang terkait dengan materi dan

Page 10: PEMBELAJARAN EKOLITERASI BERBASIS PROYEK DI …

JESA JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL

Februari 2017 Vol. 1 No. 1

JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 1, No. 1

p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang

42

kehidupan. Guru mengarahkan siswa

untuk memilih tema yang sederhana

namun mempunyai manfaat yang

sangat besar yaitu “menamam pohon”

(b) siswa secara berkelompok merumuskan bagaimana langkah-

langkah menanam pohon, pemilihan

pohon yang akan ditanam, merupakan

beberapa hal yang harus didiskusikan

siswa. (c) mengutamakan pemecahan

masalah. Siswa mencari alternatif

solusi yang sesuai dan dapat

diterapkan pada kegiatan

pembelajaran, yaitu setelah siswa

mengetahui apa yang akan mereka

kerjakan maka siswa merumuskan

cara bagaimana mewujudkan

gagasannya, kegiatan tersebut dapat

tercermin dalam kegiatan siswa

berupa: pemilihan pohon yang akan

ditanam, bagaimana cara

menanamnya, media apa yang

digunakan, siapa yang akan

menanam, apa yang harus dilakukan

agar tanaman dapat hidup, dll.

Pemilihan dalam tahap ini bersifat

pemecahan masalah atau jawaban atas

pertanyaan-pertanyaan siswa.

2) Menetapkan konteks belajar

Konteks belajar hendaknya

memenuhi indikator-indikator

berikut: (a) mengutamakan otonomi

siswa. siswa bebas untuk memilih

bahan yang akan digunakan, media

tanam yang akan mereka pakai,

bagaimana mereka akan menanam,

dsb. Guru pada tahap ini

membimbing siswa agar kegiatan

berjalan dengan lancar, (b) melakukan

inquiry. Siswa bebas bereksperimen

sesuai pemikiran mereka. Mencari

dan menentukan alat dan bahan apa

saja yang mereka butuhkan dalam

melakukan proyek, seperti: skop/

cangkul, tanah, ember, pupuk, dan

lain sebagainya, (c) siswa mampu

mengelola waktu secara efektif dan

efesien. Siswa membagi tugas antar anggota kelompok. Pembagian tugas

ini sangat dibutuhkan agar tidak ada

anggota kelompok yang mempunyai

tugas yang sama, selain itu

pembagian tugas juga dapat

memasimalkan potensi setiap anggota

kelompok, (d) siswa belajar penuh

dengan kontrol diri dan bertanggung

jawab. Siswa membawa peralatan dan

bahan-bahan yang benar dan tepat

pada waktunya.

3) Merencanakan aktifitas-aktifitas.

Aktifitas ini dipimpin oleh ketua

kelompok. Ketua kelompok

menjelaskan langkah-langkah yang

akan dilakukan saat membuat proyek.

Kegiatan itu mulai dari pohon apa

yang akan ditanam, bagaimana

menggali yang baik, berapa dalam

siswa menggali tanah yang akan

ditanam pohon, bagaimana cara

memberi pupuk yang baik, bagaimana

cara menyiram yang baik, dan

sebagainya. Siswa diperbolehkan

bertanya atau memberi saran bila ada.

Ketua kelompok juga membuat

jadwal merawat pohon yang telah

ditanam.

4) Memproses aktifitas-aktifitas

Indikator-indikator memproses

aktivitas meliputi antara lain: (a)

membuat sketsa. Siswa membuat

gambar bagaimana tanaman akan

ditanam. Kegiatan ini lebih

menekankan pada wadah apa yang

digunakan (jika menggunakan wadah)

untuk menanami. Namun, bila tidak

menggunakan wadah dalam menanam

Page 11: PEMBELAJARAN EKOLITERASI BERBASIS PROYEK DI …

JESA JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL

Februari 2017 Vol. 1 No. 1

JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 1, No. 1

p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang

43

siswa cukup menggambarkan

bagaimana seharusnya tanaman

tumbuh dengan baik, (b) melukiskan

analisa rancangan proyek. Ketua

menganalisis ketercapaian proyek menanam yang akan dilakukan.

5) Penerapan aktivitas-aktivitas untuk

menyelesaikan proyek.

Langkah-langkah yang dilakukan,

adalah: (a) mengerjakan proyek

berdasarkan sketsa, Setelah ketua

mengecek semua perlengkapan

aktivitas pun segera dimulai. Setiap

anggota kelompok menjalankan

tugasnya masing-masing. Siswa

membuat lubang kira-kira 30 cm

(kedalaman ini disesuaikan dengan

jenis, tinggi dan usia tanaman), siswa

memasukan pohon yang akan

kedalam lubang. Sebelum menutup

lubang dengan tanah dicampur

dengan pupuk, siswa menutup lubang

tersebut dengan tanah yang telah

dicampur pupuk, (b) membuat

laporan terkait dengan proyek, siswa

menyusun laporan kelompok

berdaasrkan langkah-langkah

menanam pohon. Siswa membuat

laporan tertulis terkait kegiatan yang

telah mereka kerjakan, segala macam

kegiatan serta temuan yang mereka

peroleh kedalam buku laporan.

Pelaporan ini memuat kerangka kerja,

aktifitas, penjadwalan penyiram

pohon serta hasil yang mereka

peroleh berdasarkan kegiatan, dan

6) Mempresentasikan proyek. Setiap

kelompok mempersentasikan kegiatan

menanam pohon didepan kelas

berdasarkan temuan-temuan yang

didapatkan sisiwa.

3. KESIMPULAN

Isu kerusakan lingkungan bukanlah

isu yang baru yang beredar tidak hanya di

Indonesia tetapi diseluruh dunia. Namun,

walau isu ini telah lama digaungkan akan

tetapi banyak pihak sama sekali tidak perduli. Bila hal ini dibiarkan maka

bencana-bencana alam akan semakin

banyak terjadi. Oleh karena itu, kesadaran

akan lingkungan harus dimiliki oleh setiap

orang. Pembelajaran pengenalan

ecoliteracy atau melek ekologi dalam

mata pelajaran IPA dengan pembelajaran

berbasis proyek merupakan pembelajaran

pengenalan siswa pada lingkungan secara

langsung. Diharapkan dengan siswa

melakukan aktifitas secara langsung maka

akan menumbuhkan kecintaan terhadap

lingkungan. Mereka sadar akan

pentingnya menjaga lingkungan agar

tercipta lingkungan yang harmonis demi

kehidupan sekarang dan yang akan

datang.

4. DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Sani, Ridwan. 2014.

Pembelajaran Saintifik untuk

Implementasi Kurikulum 2013.

Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Bundu, P. 2006. Penilaian Keterampilan

Proses dan sikap Ilmiah

dalamPembelajaran Sains Sekolah

Dasar. Jakarta: Depdiknas.

DePorter, Bobby. Dkk. 2005. Quantum

Teaching. Bandung: PT Mizan

Pustaka.

Dimyati dan Moedjiono. 2006. Belajar

dan Pembelajaran. Jakarta:

PT.Rineka Cipta.

Page 12: PEMBELAJARAN EKOLITERASI BERBASIS PROYEK DI …

JESA JURNAL EDUKASI SEBELAS APRIL

Februari 2017 Vol. 1 No. 1

JESA (Jurnal Edukasi Sebelas April) Vol. 1, No. 1

p-ISSN 2548-8988, e-ISSN 2548-8996 ©STKIP Sebelas April Sumedang

44

Goleman, Daniel. 2010. Eco Literate:

How Educators are Cultivating

Motional, Social, and Ecological

Intelligence. US: Jossey Bass.

Goleman, Daniel. 2012. Ecological

Intelligence : How Knowing The

Hidden Impacts Of What We Buy

CCn Change Everything (Edisi

Bahasa Indonesia). Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Pikiran Rakyat. 2016. 50% Kasus

Bencana Gerakan Tanah 2016

Terjadi di Jawa Barat. Koran Pikiran

Rakyat.

Santyasa, I W. 2006. Pembelajaran

Inovatif: Model Kolaboratif, Basis

Proyek. dan Orientasi NOS. Makalah.

Disajikan dalam Seminar Di Sekolah

Menengah Atas (SMA) Negeri 2

Semarapura Tanggal 27 Desember

2006, di Semarapura.

Trianto. 2011. Model Pembelajaran

Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.