STRATEGI PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK MELALUI …

24
Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 16, No. 1, Januari – Juni, 2017 (152 175 ) 152 STRATEGI PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK MELALUI PENDEKATAN SUFISTIK UNTUK MADRASAH TSANAWIYAH PROPINSI RIAU 1 Yatimin, 2 Husni Thamrin 1 UIN Sultan Syarif Kasim Riau 2 Pascasarjana UIN Sultan Syarif Kasim Riau [email protected], [email protected] Abstract The research about the akidah akhlak learning strategy through sufistical approach for madrasah tsanawiyah is the combination research of library research and field research. The analysis method is content analysis which refers to the notion that the study about process and the content of this community as the basis of social science. The subject of the research consists of Akidah Akhlak teachers and VII grade students of Madrasah Tsanawiyah that become the samples in Riau Province. The informants of this research are The head of the madrasah, Akidah Akhlak MGMP members, and other related components. The techniques of data collection are interview, observation, and documentation. The data were validated triangulate of method and source. The data analysis technique is content analysis method which consists of data collection, data reduction, data presentation, and verification. The result of this research indicates that Akidah Akhlak through sufistical approach for Madrasah Tsanawiyah in Riau Province has created three aspects: Civic knowledge, civic disposition, civic skill which correspond with the reality. In the end of the learning, the awareness to regcognation and the other in the life of the students that vary so it is hoped that they become smart and good citizenship in the real context . Keyword: Learning Strategy Sufistical Approach PENDAHULUAN Strategi pembelajaran Akidah Akhlak untuk siswa Madrasah Tsanawiyah merupakan suatu tindakan melatih pikiran siswa sedemikian rupa sehingga dalam sikap hidup dan tindakan dipengaruhi oleh nilai spritual. Pembelajaran Akidah Akhlak mengantar manusia pada prilaku dan perbuatan yang berpedoman pada syari’at Allah. Pembelajaran Akidah Akhlak bukan sekedar “transfer of knowledge” ataupun “transfer of training”. Tetapi lebih

Transcript of STRATEGI PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK MELALUI …

Page 1: STRATEGI PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK MELALUI …

Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 16, No. 1, Januari – Juni, 2017 (152 –175 )

152

STRATEGI PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK MELALUIPENDEKATAN SUFISTIK UNTUK MADRASAH

TSANAWIYAH PROPINSI RIAU

1Yatimin, 2Husni Thamrin

1 UIN Sultan Syarif Kasim Riau2Pascasarjana UIN Sultan Syarif Kasim Riau

[email protected], [email protected]

Abstract

The research about the akidah akhlak learning strategy through sufisticalapproach for madrasah tsanawiyah is the combination research of libraryresearch and field research. The analysis method is content analysis whichrefers to the notion that the study about process and the content of thiscommunity as the basis of social science. The subject of the research consistsof Akidah Akhlak teachers and VII grade students of Madrasah Tsanawiyahthat become the samples in Riau Province. The informants of this researchare The head of the madrasah, Akidah Akhlak MGMP members, and otherrelated components. The techniques of data collection are interview,observation, and documentation. The data were validated triangulate ofmethod and source. The data analysis technique is content analysis methodwhich consists of data collection, data reduction, data presentation, andverification. The result of this research indicates that Akidah Akhlak throughsufistical approach for Madrasah Tsanawiyah in Riau Province has createdthree aspects: Civic knowledge, civic disposition, civic skill which correspondwith the reality. In the end of the learning, the awareness to regcognation andthe other in the life of the students that vary so it is hoped that they becomesmart and good citizenship in the real context.

Keyword: Learning Strategy Sufistical Approach

PENDAHULUAN

Strategi pembelajaran AkidahAkhlak untuk siswa MadrasahTsanawiyah merupakan suatutindakan melatih pikiran siswasedemikian rupa sehingga dalamsikap hidup dan tindakan

dipengaruhi oleh nilai spritual.Pembelajaran Akidah Akhlakmengantar manusia pada prilakudan perbuatan yang berpedomanpada syari’at Allah. PembelajaranAkidah Akhlak bukan sekedar“transfer of knowledge” ataupun“transfer of training”. Tetapi lebih

Page 2: STRATEGI PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK MELALUI …

Yatimin ; Strategi Pembelajaran Akidah Akhlak Melalui PendekatanSufistik Untuk Madrasah Tsanawiyah Propinsi Riau

153

merupakan suatu sistem yang ditatadi atas pondasi keimanan dankesalehan. Pembelajaran AkidahAkhlak adalah suatu sistem yangterkait secara langsung denganAllah. Pembelajaran Akidah Akhlakadalah suatu kegiatan yangmengarahkan dengan sengajamengajarkan perkembanganseseorang sejalan dengan nilai nilaiakhlakul karimah.

Menurut M Arifin, seluruhrangkaian pembelajaran AkidahAkhlak telah diatur sedemikian rupadalam al qur’an. Allah befirmandalam Surat Al-Alaq.

ك الذي خلق خلق الإنسان )1(اقرأ باسم ربك الأكرم )2(من علق الذي علم )3(اقرأ ورب

)5(علم الإنسان ما لم یعلم ) 4(بالقلم

Bacalah dengan (menyebut)nama Tuhanmu Yang menciptakan.Dia telah menciptakan manusia darisegumpal darah. Bacalah danTuhanmulah Yang Paling Pemurah.Yang mengajar (manusia) denganperantaraan kalam. Diamengajarkan kepada manusiaapa yang tidak diketahuinya.(QS.Al-Alaq:1-5).

Dalam Pembelajaran AkidahAkhlak, membaca adalah kuncisegala ilmu pengetahuan. Denganmembaca, berarti ia telah belajardan mendidik diri sendiri. Ayattersebut menunjukkan, jika manusiatanpa belajar, niscaya tidak dapatmengetahui segela sesuatu yang iabutuhkan bagi kelangsunganhidupnya di dunia dan akhirat.Pengetahuan manusia dapatberkembang jika diperoleh melaluiproses belajar mengajar. Diawalidengan kemampuan menulisdengan pena. Membaca dalam artiluas, yaitu tidak hanya membacamelalui tulisan, melainkan juga

membaca segala yang tersiratdidalam ciptaan Allah.

Pembelajaran Akidah Akhlaksangat penting bagi kelangsunganhidup seorang di dunia dan diakhirat. Juga membuatpengatahuan manusia berkembang.Pembelajaran Akidah Akhlakdiartikan sebagai suatu kegiatanyang bertujuan untuk membentukmanusia agamis denganmenanamkan keimanan, amaliahdan akhlak al karimah untukmenjadi manusia yang bertakwakepada Allah swt.

Pembelajaran Akidah Akhlakmerupakan sistem untukmeningkatkan kualitas hidupmanusia dalam segela aspekkehidupan. Pembelajaran AkidahAkhlak merupakan proses budayauntuk meningkatkan harkat danmartabat manusia yangberlangsung sepanjang hayat.Pembelajaran Akidah Akhlak selaluberkembang, selalu dihadapkanpada perubahan zaman. Untuk itu,mau tak mau Pembelajaran AkidahAkhlak harus dirancang khususmengikuti irama perubahantersebut. Apabila PembelajaranAkidah Akhlak tidak mengikuti iramaperubahan, maka jelas ketinggalandengan lajunya perkembanganzaman itu sendiri. MenurutAsmaran, siklus perubahanpembelajaran Akidah Akhlak dapatdijelaskan sebagai berikut;(1).Pemelajaran dari masyarakat, didisain mengikuti irama perubahandan kebutuhan masyarakat.Misalnya; pada peradabanmasyarakat agraris dan kebutuhanmasyarakat pada era tersebut.Begitu juga pada peradabanmasyarakat industrial dan informasi.(2). Pembelajaran Akidah Akhlakdidesain mengikuti perubahan dan

Page 3: STRATEGI PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK MELALUI …

Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 16, No. 1, Januari – Juni, 2017 (152 –175 )

154

kebutuhan masyarakat pada eramoderen.

Demikian siklus perkembanganperubahan Pembelajaran AkidahAkhlak. Untuk itu perubahanyaharus relavan dengan perubahanzaman dan kebutuhan masyarakatpada era tersebut, baik padakonsep, materi dan kurikulum. Jugaproses, fungsi dan tujuan lembaga-lembaga pendidikan.

Strategi pembelajaran AkidahAkhlak di era sekarang ini,dihadapkan pada tantangankehidupan manusia modern.Pembelajaran Akidah Akhlak harusdiarahkan pada kebutuhanperubahan masyarakat modern.Dalam menghadapi suatuperubahan, “diperlukan” suatudisain paradigma baru didalammenghadapi tuntunan-tuntananyang baru. Apabila tantangan-tantangan baru tersebut dihadapidengan menghadapi paradigmalama, maka segala usaha yangdijalankan dapat mengalamikegagalan.

Pembelajaran Akidah Akhlaksasaranya adalah pembentukanwatak, sikap, tingkah-laku bahkanpendewasaan seluruh aspek-aspekkepribadian anak, karena anaklebih banyak waktunya bersamaorang tua, maka Pembelajaranakhlak juga dilakukan oleh orangtua. Keluarga adalah yang palingutama karena adanya pertaliandarah antara orang tua dan anak.

Pembelajaran Akidah Akhlakmutlak dilaksanakan bagi umatIslam. Islam sendiri bermaknapembelajaran bagi manusia, agarhidup selamat, aman dan sentosa.Pelaksanaan Pembelajaran AkidahAkhlak didasarkan pada Al-Qur’andan Al-Sunnah sebagai sumber dari

segala sumber hukum Islam. Al-Qur’an dan Al-Sunnah merupakanjalan hidup dan pedoman hidupbagi umat manusia.

Dalam pelaksanaannyaPembelajaran Akidah Akhlak harusmenjiwai nilai-nilai ajaran yangterdapat dalam al-Qur’an dan al-sunnah. Apapun bentuk dan muatanPembelajaran Akidah Akhlakmengandung nilai-nilai suci agamaIslam. Oleh karena itu, tepat sekalibahwa jiwa pembelajaran AkidahAkhlak adalah akhlakul karimah.

Untuk dapat mewujudkanakhlak al-karimah setiappelaksanaannya, ada dua hal pokokyang harus ada di setiapkegiatannya yaitu; 1). MuatanPendidikan Akidah Akhlak itusendiri; Ibn Miskawaih, seorangtokoh filosof dan ulama’ besarIslam, mengatakan cita-citapendidikan Islam adalah untukmewujudkan dan membentukpribadi mulia, yang lahir dariperilaku-perilaku luhur (akhlak al-kariimah). Pembentukan kesadarandan sikap yang baik terhadaptingkah lakunya yang akandiperbuat dalam kehidupan manusiasehari-hari itu, itulah inti pendidikanIslam. Karena akhlak adalah sikapjiwa seseorang yang mendorongnyauntuk melakukan sesuatu perbuatantanpa melalui pertimbangan. 2).Memacu untuk menumbuhkankesadaran berakhlak al-karimah; Inimerupakan kegiatan guru dalammelaksanakan pembelajaran padasiswa-siswanya. Apapun ilmupengetahuan dan out putpembelajaran yang di bawa seorangguru harus mengandung nilai-nilaikesadaran untuk berakhlak baik. Inimaknanya, bahwa PembelajaranAkidah Akhlak yang dilaksanakandalam rangka pendekatan diri pada

Page 4: STRATEGI PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK MELALUI …

Yatimin ; Strategi Pembelajaran Akidah Akhlak Melalui PendekatanSufistik Untuk Madrasah Tsanawiyah Propinsi Riau

155

Allah swt bukan malah orang yangberilmu dan berperadaban tinggimalah jauh dari Sang Khalik. Inilahyang akan diwujudkan dalamstrategi Pembelajaran AkidahAkhlak.

Akhlak al-kariimah dalamajaran Islam adalah salah satupembelajaran pokok. Akhlak dalamIslam mencakup hubungan manusiadengan sesama manusia, manusiadengan Sang Khaliknya danmanusia dengan alam sekitarnya.Begitu pentingnya akhlak dalamajaran Islam sehingga NabiMuhammad saw di utus oleh Allahswt ke bumi ini dengan mengembantugas utama sebagai penyempurnaakhlak manusia.

Pembelajaran Akidah Akhlakyang dimaksudkan adalahkeseluruhan tatanan yang terdiridari komponen yang satu denganyang lainnya saling mempengaruhi.Bekerja dalam satu kesatuan danketerpaduan yang bulat.Berorientasi kepada nilai-nilai Islamyang ditekankan pada actionsystem.

Akhlakul karimah dijadikankerangka acuan untuk berperilakuyang diajarkan oleh agama Islam.Wahyu Allah swt diturunkan kepadautusan-Nya Muhammad sawsebagai uswatun hasanah.Pembelajaran Akidah Akhlakbersifat menyeluruh, bulat, terpadu,tidak terpecah-pecah menjadibagian-bagian yang satu sama lainberdiri sendiri-sendiri. Suatukebulatan nilai mengandung aspeknormative (kaidah/pedoman) danoperatif (menjadi landasan amalperbuatan).

Strategi Pembelajaran AkidahAkhlak tercakup di dalam sistemnilai Islami. Menurut al-Maududimemiliki ciri-ciri sempurna. Ciri itu

terletak pada 3 hal: Pertama;Keridhoan Allah swt merupakantujuan hidup muslim. KeridhoanAllah swt ini menjadi standar akhlakyang tinggi dan menjadi jalan bagievolusi akhlak kemanusiaan. Sikapmencari keridhoan Allah swtmemberikan sangsi akhlak untukmencintai dan takut kepada Allahswt yang pada gilirannyamendorong manusia untuk mentaatihukum Allah tanpa paksaan dariluar. Dengan dilandasi iman kepadaAllah swt manusia terdorong untukmengikuti bimbingan akhlak secarasungguh-sungguh dan jujur serayaberserah diri dengan ikhlas kepadaAllah swt. Kedua; Semua lingkupkehidupan manusia ditegakkan diatas akhlak Islami, sehingga akhlakIslami berkuasa penuh atas semuaurusan kehidupan manusia. Hawanafsu dan visted interest picik tidakdi beri kesempatan menguasaikehidupan manusia. Akhlak Islamimementingkan keseimbangandalam semua aspek kehidupanmanusia individu maupun sosial.Melindunginya sejak anak dalambuaian hingga keliang lahat. Ketiga;Islam menuntut manusia agarmelaksanakan sistem kehidupanyang didasarkan atas norma-normakebajikan dan jauh dari kejahatan.Ia memerintahkan perbuatan yangma’ruf dan menjauhi kemungkaran.Manusia di tuntut menegakkankeadilan dan menumpas kejahatandalam segala bentuknya. Kebajikanharus dimenangkan dari kejahatan.Getaran hati nurani harus dapatmengalahkan perilaku jahat dannafsu rendah.

Tanpa pendidikan yang tepat(sesuai dengan ajaran agama)manusia akan tidak beradab dantidak bermoral. Pendidikan yangsecara umum mengandung fungsi

Page 5: STRATEGI PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK MELALUI …

Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 16, No. 1, Januari – Juni, 2017 (152 –175 )

156

sosiologis dapat memungkinkanmengarahkan kehidupan manusiamenjadi makhluk sosial danberadab. Islam sebagai agamayang membangun peradaban,hendak mewujudkan seluruhperilaku manusia melalui prosespendidikan menjadi perilaku-perilaku yang searah dan sejalandengan nilai-nilai agama.

Melihat keadaan dankecendrungan fitrah manusia dalamperkembangan hidupnya makamuatan pendidikan Akidah Akhlakmencakup hal-hal sebagai berikut:Pertama: Ahklak Kepada Allah.Secara naluri, manusia mengakuikekuatan dalam kehidupan ini diluar dirinya. Hal ini dapat di lihatketika manusia mengalami kesulitankesulitan hidup, musibah, danberbagai bencana. Ia akanmengeluh dan meminta pertolongankepada sesuatu Yang Serba Maha,yang dapat membebaskannya darikeadaan itu. Ini dialami setiapmanusia (tidak membedakan warnakulit, bangsa, tempat tinggal danbahkan agama sekalipun), dalamkeadaan ini manusia terjepit dantidak berdaya. Naluriah ini yangmembawa kepada akhlak manusiadan Sang Khaliknya. Pada manusiaprimitif, kondisi ini menimbulkankepercayaan animisme dandinamisme. Adapun perbuatan-perbuatan bentuk penghormatanpada Tuhannya dapat berupa: a).Sesajian-sesajian pada pohon-pohon besar, batu, gunung, sungaisungai, laut dan benda alamlainnya. b). Pantangan-pantangan(tabu) yaitu perbuatan-perbuatanatau ucapan ucapan yang dianggapdapat mengundang murka(kemarahan) kepada kekuatan yangdianggap maha itu. c). Menjaga danmenghormati kemurkaan yang

ditimbulkan akibat ulah manusia,misalnya: upacara persembahan,ruatan dan mengorbankan sesuatu.Kedua: Akhlak Pada SesamaManusia. Secara alamiah, manusiasering dikatakan sebagai mahluksosial. Artinya manusia tidak dapathidup dan berkembang dengan baiktanpa bantuan dan interaksinyapada orang lain. Hubungan manusiadengan sesama manusia adalahdalam rangka memenuhikebutuhan-kebutuhan hidupmanusia yang komplek tersebut.Baik itu kebutuhan-kebutuhan yangbersifat fisik (jasmaniyah) maupunkebutuhan-kebutuhan yang bersifatpsikis (rohaniyah). Subtansihubungan manusia itu padapokoknya dalam rangka salingmemenuhi kebutuhan masing-masing. Akhlak sebagai aturanhubungan memberikan batasan-batasan tentang perbuatan-perbuatan yang harus diperbuat danperbuatan-perbuatan yang harusditinggalkan untuk keharmonisaninteraksi. Islam adalah agama yangsesuai dengan fitrah manusia,mengatur moral atau akhlak antarasesama manusia yang harusdipatuhi. Akhlak terhadap sesamamanusia adalah mutlak dilakukanoleh seseorang tanpa terbatas olehwaktu, kondisi, tempat, agama danbudaya. Berakhlak dan bermoraladalah fitrah manusia sebagaimakhluk yang paling tinggiderajatnya dibandingkan denganmakhluk lainnya. Ketinggian derajatdan martabat manusia karena moraldan akhlak yang akan membentukperadaban luhur manusia. Kalauada manusia yang tidak bermoral,sebenarnya ia mengingkarifitrahnya sehingga orang yanghidupnya demikian tidak akanpernah menemukan kebahagiaan

Page 6: STRATEGI PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK MELALUI …

Yatimin ; Strategi Pembelajaran Akidah Akhlak Melalui PendekatanSufistik Untuk Madrasah Tsanawiyah Propinsi Riau

157

dan ketentraman yang abadi dalamhidupnya. Inilah yang harus menjadibahan perenungan dalammenanamkan moral pada anak.Bentuk moral pada manusia inimeliputi: akhlak pada diri sendiridan manusia di sekitarnya. Ketiga:Akhlak Pada Lingkungan.

Sejak manusia ada di mukabumi, mereka hidupmenggantungkan alam sekitar.Mula-mula manusia hidup secaraberpindah-pindah (nomaden)mencari tempat-tempat yangmenyediakan hidup dan makan.Mereka lalu berpindah-pindah darisuatu tempat ketempat lain setelahbahan makanan habis dan tidak didapat. Selanjutnya semakin lamasemakin maju kehidupan manusia,sehingga ada yang bercocok tanam,berdagang, pegawai dan berbagaimacam profesi. Namun seiringdengan kemajuan kehidupanmanusia bukan berartiketergantungan dan kebutuhannyaterhadap alam semakin berkurang.Mereka tetap membutuhkan alamsekitarnya bagi kemakmuran dankesejahteraan hidupnya. Untuk itumanusia harus bisa menjagakeharmonisan hubungannyadengan alam dan makhluksekitarnya, yaitu dengan carabermoral dan berakhlak yang baikkepadanya.

Ketiga materi pokokPembelajaran Akidah Akhlak di atasadalah untuk berakhlakul karimahpada Allah swt, sesama manusia,manusia dengan mahluk-mahluklainnya dan kepada lingkunganalam sekitar. Pada dasarnya segalamuatan dan isi pendidikan, ruh ataujiwanya adalah akhlak al-kariimah.

Persoalan yang di hadapidalam membangun Akidah Akhlak

saat ini adalah adanya beberapakomponen pembelajaran yang dianggap kurang memadai, sepertikurikulum yang out-of-date dantidak kontekstual, tenagakependidikan yang kurang qualified,sarana dan prasana yang kurangmendukung dan lemahnya politicalbargaining dalam menentukan nasiblembaga pendidikan islam sehinggadalam setiap pengambilankeputusan tentang legislasipembelajaran Akidah Akhlak relatifdi nomorduakan.

Evaluasi tersebut padadasarnya merupakan bentukintrospeksi terhadap realitaspembelajaran Akidah Akhlak yangmasih ada ketimpangan sangattajam antara das sein dengan dassollen, antara is dan ought-to.Pembelajaran Akidah Akhlakdiharapkan mampu mencetakpribadi muslim yang optimal secarafisik, ruhani, intelektual dan sosialternyata masih jauh panggang dariapi.

Disamping persoalan jauhpanggang dari api, adanyafenomena dualisme sistempembelajaran Akidah Akhlak jugamerupakan persoalan yang rumit.Adanya fenomena dualisme sistempembelajaran Akidah Akhlak jugamerupakan persoalan akut yangterjadi hampir di semua dunia islam.Probelem dualisme sebenarnyamerupakan menifestasi carapandang terhadap ilmu yang masihdikotomik, dimana ada ilmu agamadi satu sisi dan ilmu umum di sisilain. Ada ilmu agama yang dipilih-pilih, dianggap dapat“menghantarkan manusia menujusurga” dan ada ilmu umum yang dianggap dapat ‘menghambat orangmeraih surga’.

Page 7: STRATEGI PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK MELALUI …

Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 16, No. 1, Januari – Juni, 2017 (152 –175 )

158

Kondisi yang demikiansebenarnya sudah ada sejakperadaban islam mengalami erakemunduran secara politik danintelektual yang di tandai denganadanaya stagnasi berpikirdikalangan umat Islam. Selain itu,proses transformasi dalampembelajaran pembelajaran AkidahAkhlak pada lembaga formal, lebihmengedepankan nuansa fiqhiyah(figh oriented) atau (fign minded)yang berorientasi pada benar-salah,pahala-dosa. Demikian juga padapembelajaran yang bersifatinformal. Para mubaligh lebihmenekankan metode “menakut-nakuti” jama’ah dengan berbagaidimensi siksa kubur dan pedihnyaadzab api neraka.

Setelah itu umat “di manjakan”dengan “iming-iming” pahala yangbesar, dengan segala hitungan dankelipatannya. Proses pembelajaranAkidah Akhlak berusaha untuk“mendramatisir” kelipatan pahalaibadah-ibadah ritual; seperti pahalabulan ramadhan, berumrah padabulan ramadhan, kelipatan pahalaorang yang bersedekah danberzakat. Sehingga, siswadipengaruhi paradigma pahalaismedan kekuatan yang semu.

Pembelajaran Akidah Akhlakmestinya memiliki visi pencerahan(enlighment) membebaskan umatdari keterbelengguan (kejumudan)berfikir luas, optimisme danparadigma etos kerja. Namunkebanyakan guru mengajar dengangaya berceramah denganparadigma reward dan punishmenttanpa mengambil makna ibadahyang sesungguhnya (hakiki).Paradigma fighiyah, kelipatanpahala dan sejenisnya, pahalasholat mana yang lebih besar atau

mana yang lebih banyak“memproduksi pahala”.

Kondisi ini menjadikan umatmenjalankan agama pada bentukfikihnya saja. Padahal prilakuterbentuk dari hasil pemahamanterhadap nilai Akidah Akhlak,keyakinan terhadap “sesuatu” yangserba “Maha”. Saat seorang ayahbangga terhadap anaknya yanghafal dan lancar baca doa makanhanya dalam bentuk formal bacaan.Anak tidak diberikan pemahamanpada siapa pemberi rezeki makananyang sedang disantapnya.

Saat orang tua banggaanaknya hafal doa tidur, tanpadibarengi pemahaman sikapkepasrahan terhadap kekuasaanAllah SWT yang dapatmenghidupkan dan mencabutnyawa kita setiap saat. Saatanaknya disuruh bersedekah hanyadifahamkan bahwa pahala yangdidapatkan akan berlipat ganda,bukan pada pemahaman bahwasesungguhnya uang yang kitapunya pada hakikatnya bukan milikkita. Akumulasi dari sistem initerciptalah generasi yangmetarialistik, angkuh dan sombong.Sebab sesungguhnya sikapdermawan, tidak sombong hanyabisa ditanamkan denganpemahaman yang utuh terhadapketauhidan bahwa hanya AllahlahYang Maha kaya dan berkuasa atassesuatu.

Kondisi dan sikap peserta didik,di dukung oleh fakta yangcenderung kepada krisis akhlak;terjadinya tawuran antar sekolah,membentuk geng-geng motor,hubungan seks diluar nikah, danseterusnya. Hal ini disebabkan olehstrategi pembelajaran AkidahAkhlak yang tidak menunjukkan

Page 8: STRATEGI PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK MELALUI …

Yatimin ; Strategi Pembelajaran Akidah Akhlak Melalui PendekatanSufistik Untuk Madrasah Tsanawiyah Propinsi Riau

159

pada penanaman rasa cinta dankasih sayang.

Strategi pembelajaran AkidahAkhlak melalui pendekatan sufistikuntuk madrasah tsanawiyah diProvinsi Riau diharapkan dapatpembentukan sikap realitaskeagamaan dan memiliki peranyang sangat signifikan. Oleh karenaitu, sebagai proses sosial, makaStrategi pembelajaran AkidahAkhlak melelalui pendekatan sufistikuntuk madrasah tsanawiyah diProvinsi Riau merupakan wahanabagi pembelajaran Akidah Akhlakuntuk mentransmisikan ajaran-ajaran Islam. Dengan konsep dasarsebagai proses alih nilai (transfer ofvalue) dan alih pengetahuan(transfer of knowledge), makapembelajaran Akidah Akhlakberperan penting bagi usahamenanamkan nilai-nilai islamkepada pemeluknya.

Nilai-nilai dan pengetahuan ini,kemudian berpadu danterejawantah dalam pembentukansikap dan prilaku keagamaanseseorang. Jika dalam prosespembelajaran Akidah Akhlak diajarkan sebagai sesuatu yangdoktriner dan eksklusif, makaoutput-nya cenderung bersikapkaku dan eksklusif pula. Sebaliknya,jika Akidah Akhlak diajarkansebagai sesuatu yang terbuka,dengan sisi-sisi akhlakul karimah,maka hasilnya adalah manusiadengan segala keunikan dankeberadaannya.

Strategi pembelajaran AkidahAkhlak lebih menitikberatkan padadimensi akhlak dan prilaku sufistikdalam mendekatkan diri kepadaAllah, bukan fiqih. Karenabertasawuf bukan berarti membuatorang islam semakin hanyut dalamkepasrahan dalam menghadapi

hidup ini, tetapi dengan bertasawuforang lebih memiliki akhlak yangbaik kepada sesama, memilikikepedulian dan perhatian kepadaorang-orang yang tidak mampu.

Strategi pembelajaran AkidahAkhlak mengutamakan pendekatansufistik, dengan tidakmenggabungkan ilmu fikih.Alasannya, tidak jarang terjadiperselisihan. Karena perbedaanpendapat, selalu datang dari fikih.Misi penting nabi adalahpenegakkan akhlak mulia. Bahkanbanyak hadits, yangmenghubungkan antara iman,islam, dan akhlak. Hal inimenegaskan bahwa ukuran orangberiman adalah akhlaknya.

Adapun beberapa faktorpendukung dari strategipembelajaran Akidah Akhlak melaluipendekatan sufistik untuk madrasahtsanawiyah secara positif adalah:

1. Situasi lembaga sekolahyang baik dan bermutu;

2. Pengajar atau tenagapendidik berkwalitas baik,sarjana yang berkompeten,berkwalifikasi baik sesuaiberstandar nasional;

3. Teman belajar yangmendukung untukberkompetisi secara sehat,menyenangkan dan selalubersahabat;

4. Program pembelajaranyang diberikan bermutudan berkwalifikasi baik,hasil yang diperolehmenjadi baik.

Konsep utama strategipembelajaran Akidah Akhlak melaluipendekatan sufistik untuk madrasahtsanawiyah adalah:

Page 9: STRATEGI PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK MELALUI …

Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 16, No. 1, Januari – Juni, 2017 (152 –175 )

160

a. Penghargaan terhadapindividu;

b. Pertanggung jawabanindividu; dan

c. Kesempatan bersamauntuk berhasil.

Dalam strategi pembelajaranAkidah Akhlak melalui pendekatansufistik untuk madrasah tsanawiyah, dapat memacu peserta didik untukberusaha mempelajari materi dansaling memacu belajar merekauntuk bersaing agar berhasil.

METODE PENELITIANPenelitian ini menggunakan

metode penelitian kualitatifdeskriptif dengan desain embadedcase study. Subjek penelitian terdiriGuru Akidah Akhlak dan siswa kelasVII Madrasah Tsanawiyah diPropinsi Riau. Sedangkan informanpenelitian terdiri dari KepalaSekolah, anggota MGMP AkidahAkhlak. Tehnik pengumpulan datadengan wawancara, observasi dandokumentasi. Keabsahan datadengan tehnik trianggulasi metodedan sumber. Tehnik analisis datamenggunakan analisis modelinteraktif (interactive modelanalysis) yang terdiri dari;pengumpulan data, reduksi data,penyajian data, dan verifikasi.

Wawancara mendalam dipilihkarena sifat wawancara dalampenelitian kualitatif lentur danterbuka, tidak berstruktur secaraketat, serta tidak pada suasanaformal. Melalui wawancaramendalam peneliti dapatmengonstruksi informasi, kejadian,kegiatan, perasaan, motivasi,kepedulian, dan harapan.Wawancara informal mengandalkanpertanyaan spontan yang munculpada saat interaksi dengan

informan, sedangkan padapenggunaan pedoman wawancarapeneliti telah mempersiapkanpertanyaan sebelum interaksidengan informan. Pedomanwawancara disusun berpijak padapermasalahan penelitian yangsudah ditentukan peneliti.

Observasi berperan pasifdalam penelitian disertasi iniadalah untuk mengamati proseskegiatan pembelajaran yangdilakukan guru Akidah akhlak.Peneliti akan mengamati secaralangsung sejauh mana civicknowledge, civic disposition, dancivic skill terimplementasi dalamkegiatan pembelajaran AkidahAkhlak. Objek yang diamati adalah:(1) kegiatan guru dan peserta didikselama proses kegiatanpembelajaran, (2) materipembelajaran yang dikembangkanguru, (3) metode dan media yangdipergunakan selama prosespembelajaran, (4) evaluasipembelajaran, (5) sarana danprasarana penunjang, (6) kondisidan lingkungan sekolah.

Analisis dokumen adalahpenyelidikan data-data tertulispembelajaran Akidah Akhlak. Data-data itu meliputi perangkatpembelajaran, catatan insidentalpada saat pembelajaranberlangsung, jurnal mengajar guru,dan data evaluasi pembelajaran.Analisis diarahkan pada muatanperangkat silabus, RPP, sintak atauskenario pembelajaran, evaluasidan catatan-catatan insidental guruAkidah Akhlak. Melalui analisisdokumen ini untuk mengetahuiimplementasi civic knowledge, civicdisposition, dan civic skill dalamsatu proses kegiatan pembelajaran.

KERANGKA TEORI

Page 10: STRATEGI PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK MELALUI …

Yatimin ; Strategi Pembelajaran Akidah Akhlak Melalui PendekatanSufistik Untuk Madrasah Tsanawiyah Propinsi Riau

161

a. Langkah Pendekatam Sufistik

Proses pembelajaran akidahakhlak merupakan suatu upayayang terstruktur untukmembentuk manusia yangberkarakter sesuai dengankonsekuensinya sebagai seorangmuslim. Berdasarkan pada apayang disebutkan dalam Undang-Undang sistem pendidikan nasionaltentang pendidikan, yangmengatakan bahwa Pendidikanadalah usaha sadar dan terencanauntuk mewujudkan suasana belajardan proses pembelajaran agarpeserta didik secara aktifmengembangkan potensi dirinyauntuk memiliki kekuatan spiritualkeagamaan, pengendalian diri,kepribadian, kecerdasan, akhlakmulia, serta keterampilan yangdiperlukan dirinya, masyarakat,bangsa, dan negara. Maka tujuanpendidikan yang mendasar adalahmengembangkan potensi diripeserta didik, baik kognitif, afektif,maupun psikomotorik. Denganbahasa yang lain, pada diri manusiaterdapat 3 kecerdasan; intelektual,emosional, dan spiritual yang harusdikembangkan melalui langkahpendidikan.

Hakekat pembelajaran akidahakhlak sebenarnya adalah prosesyang selalu terkait dengan nilai-nilaitransendensi vertikal (ketauhidan).Karena itu, pemaknaan pendidikanmerupakan perpaduan antarakeunggulan spirituan dengankultural. Sebagai upayamemaksimalkan prosespembelajaran akidah akhlakdilakukan proses pembelajarandengan pendekatan sufistik.

Tujuan dari prosespembelajaran akidah akhlak adalahmunculnya orang-orang yang

berilmu pengetahuan luas danmemiliki kedalaman spiritual. Yaitulahirnya seorang yang pandaimenggunakan akalnya dan seorangyang benar menggunakan hatinya,hal ini merupakan harapan besardari terselenggarakannya suatupendidikan. Karena apabila hanyamenyandang pandai, makakepandaian yang dimiliki akan dapatdikendalikan oleh nafsunya. Apabiladia hanya menyandang benar,maka kebenarannya tersebut tidakdapat menembus dunia rasionalyang cermat. Maka sangatdiharapkan antara pandai dan benarini dapat berjalan berdampinganuntuk menuju insan kamil yangdicita-citakan dalam pendidikan.

b. Pengertian Pendekatan Sufistik

Istilah “pendekatan” secaramorfologis berasal dari kata “dekat”.Istilah tersebut secara leksikalberarti jarak dekat dan akrab.Secara etimologi (bahasa) berartiproses, perbuatan atau caramendekati. Dalam perspektifterminologi, istilah pendekatanberarti paradigma yang terdapatdalam suatu disiplin ilmu tertentuyang selanjutnya dipergunakanuntuk memahami suatu masalahtertentu.

Sufistik berasal darikata shafa yang berarti bersih,sehingga kata shufi memiliki maknaorang yang hatinya tulus dan bersihdihadapan Rabb-nya. Ada pendapatlain yang mengatakan berasal darikata shuffah yang berarti serambimasjid Nabawi di Madinah yangditempati oleh para sahabat Nabiyang hidup sederhana darigolongan Muhajirin. Mereka itudisebut dengan ahlu as-suffah. Adajuga pendapat yang mengatakan

Page 11: STRATEGI PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK MELALUI …

Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 16, No. 1, Januari – Juni, 2017 (152 –175 )

162

bahwa kata shufi berasal daribahasa Yunani shopos yang berartihikmah.

Kata sufistik sepadan dengankata tasawuf. Kata tasawuf secaraterminologis sesuai dengansubjektifitas masing-masing sufi,maka Ibrahim Basyunimengklasifikasikan sufistik menjadi3 macam yang menunjukkanelemen-elemen, yakni:

1. Al-bidayah sebagaipengalaman ahli sufi tahappemula, yang mengandungarti bahwa seseorangsecara fitrahnya sadar danmengakui bahwa semuayang ada ini tidak dapatmenguasai dirinya sendirikarena dibalik yang adaterdapat realitas mutlak,dan elemen ini dapatdisebut sebagai tahapkesadaran tasawuf.

2. Al-mujahadah sebagaipengamalan praktis ahlisufi yang merupakan tahapperjuangan keras, karenajarak antar manusiadengan realitas mutlakyang mengatasi semuayang ada bukan jarak fisikyang berupa rintangan danhambatan, maka dari itudiperlukan kesungguhandan perjuangan yang kerasuntuk mencapai danmenempuh jarak tersebutdengan cara menciptakankondisi tertentu untuk dapatmendekatkan diri denganrealitas mutlak.

3. Al- Madzaqat sebagaipengalaman dari segiperasaan, jadi ketikaseseorang telah lulusmelewati hambatan danrintangan untuk

mendekatkan diri denganrealitas mutlak, maka iaakan dapat berkomunikasidan berada sedekatmungkin dihadirat-Nyaserta akan merasakankelezatan spiritual yangdidambakan.

Harun Nasution mendefinisikantasawuf sebagai ilmu yangmempelajari cara dan jalanbagaimana orang Islam dapatsedekat mungkin dengan Allah SWTagar dapat memperoleh hubunganlangsung dengan-Nya, artinyabagaimana diri seseorang dapatbetul-betul berada di kehadirat-Nya.Intisari dari sufistik adalahkesadaran adanya komunikasi dandialog antara ruh manusia denganrealitas mutlak (Allah) yang dapatdiperoleh dengan melalui beberapausaha tertentu.

Terkait dengan tujuan darisufistik adalah sebagai bentukpengabdian seseorang terhadapRabb-nya dalam melaksanakansalah satu tugasnya yaitu sebagaiseorang ‘Abdun (hamba), disampingia juga sebagai seorang khalifah(pemimpin). Dalam sufistik tidakada tingkatan yang lebih tinggidibanding tingkatan kehambaan(a’bdiyyat) dan tidak ada kebenaranyang lebih tinggi diluar Syariah.

c. Inti Ajaran Sufistik dalamPembelajaran Akidah Akhlak

Ada tiga pendekatan pokokajaran sufistik yang dapatdikembangkan dalam pembelajaranakidah akhlak, antara lain adalah:

1. Tasawuf Akhlaqi

Dalam pandangan kaum sufi,manusia cenderung mengikuti hawanafsunya, daripada manusiamengendalikan hawa nafsunya.

Page 12: STRATEGI PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK MELALUI …

Yatimin ; Strategi Pembelajaran Akidah Akhlak Melalui PendekatanSufistik Untuk Madrasah Tsanawiyah Propinsi Riau

163

Keinginan untuk menguasai duniaatau berusaha agar berkuasa didunia sangatlah besar. Cara hidupseperti ini menurut Al-Ghazali, akanmembawa manusia kejurangkehancuran akhlak.

Dalam hal ini rehabilitas kondisimental yang tidak baik adalah bilaterapinya hanya didasar pada aspeklahiriyah saja. Itu sebabnya padatahap awal kehidupan sufistikdiharuskan melakukan amalan-amalan atau latihan-latihan rohaniyang cukup. Tujuanya adalah untukmembersihkan jiwa dari nafsu yangtidak baik untuk menuju kehadiratIllahi.i

Adapun bentuk dari latihan-latihan jiwa (riyadloh) yangdilakukan ahli tasawuf dalammenuju kehadirat Illahi dilakukandengan melalui tiga level (tingkatan)yakni: takhalli, tahalli, dan Tajalli.

a). Takhalli, berartimembersihkan diri darisifat- sifat tercela, darimaksiat lahir dan maksiatbatin. Di antara sifat-sifattercela yang mengotori jiwa(hati) manusia adalahhasad (dengki), hiqd (rasamendongkol), su’u al-zann (buruk sangka),takkabur (sombong),‘ujub (membanggakandiri), riya’ (pamer), bukhl (kikir), dan ghadab(pemarah).Takhalli juga berartimengosongkan diri darisikap ketergantunganterhadap kelezatan hidupduniawi. Hal ini akan dapatdicapai dengan jalanmenjauhkan diri darikemaksiatan dalam segalabentuknya dan berusaha

melenyapkan doronganhawa nafsu jahat.

b). Tahalli, yakni mensucikandiri dengan sifat-sifatterpuji, dengan ta’at lahirdan taat batin. Tahalliberarti menghiasi diridengan jalan membiasakandiri dengan sifat dan sikapserta perbuatan yang baik.Berusaha agar dalamsetiap gerak perilaku selaluberjalan di atas ketentuan-Nya. Yang dimaksuddenganketaaatan lahir (luar) dalamhal ini adalah kewajibanyang bersifat formal sepertisalat, puasa, zakat, hajidan sebagainya.Sedangkan yang dimaksuddenganketaatan batin (dalam)adalah seperti iman, sabar,tawadlu’, wara’, ikhlas danlain sebagainya.

c). Tajalli, berartiterungkapnya nurghaib (cahaya gaib) untukhati. Tajalli ialah lenyapatau hilangnya hijab darisifat-sifat kebasyariahan(kemanusiaan). Usaha inidimaksudkan untukpemantapan danpendalaman materi yangtelah dilalui pada fasetahalli, maka rangkaianpendidikan mental itudisempurnakan pada fasetajalli.

Langkah untuk melestarikandan memperdalam rasa ketuhanan,ada beberapa cara yang diajarkankaum sufi, antara lain adalah:

a). Munajat, artinyamelaporkan diri kehadirat

Page 13: STRATEGI PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK MELALUI …

Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 16, No. 1, Januari – Juni, 2017 (152 –175 )

164

Allah atas segala aktifitasyang dilakukan.

b). Muraqabah danMuhasabah,muraqabah adalahsenantiasa memandangdengan hati kepada Allahdan selalu memperhatikanapa yang diciptakan-Nyadan tentang hukum-hukum-Nya.Sedangkanmuhasabah adalah selalu memikirkan danmemperhatikan apa yangtelah diperbuat dan yangakan diperbuat; dan inimuncul dari iman terhadaphari perhitungan (harikiamat).

c). Memperbanyak wirid dandzikir.

d). Mengingat mati.e). Tafakkur, adalah berfikir,

memikirkan, merenungkanatau meditasi atas ayat-ayat al-Quran danfenomena alam.

2. Tasawuf AmaliPada dasarnya tasawuf amali

adalah kelanjutan dari tasawufakhlaki, karena seseorang tidakdapat hidup disisi-Nya denganhanya mengandalkan amalan yangdikerjakan sebelum iamembersihkan dirinya.

Jiwa yang bersih merupakansyarat utama untuk bisa kembalikepada Allah, karena Dia adalahMaha Bersih dan Maha Suci danhanya menginginkan ataumenerima orang-orang yang bersih.

Manusia diharapkan mampumengisi hatinya (setelahdibersihkan dari sifat-sifat tercela)dengan cara memahami danmengamalkan sifat-sifat terpuji

melalui aspek lahir dan batin, yangmana kedua aspek tersebut dalamagama dibagi menjadi 4 (empat)bagian, yaitu:

a. Syari’at, adalah undang-undang atau garis-garisyang telah ditentukanyang termasuk didalamnya hukum-hukumhalal dan haram, yangdiperintah dan yangdilarang, yang sunnah,makruh, mubah, dan lainsebagaonya. Dengan katalain ini merupakanperaturan.

b. Thoriqot, adalah tata caradalammelaksanakan syari’at yang telah digariskan dalamagama dan dilakukanhanya karenapenghambaan diri kepadaAllah. Dengan kata lain inimerupakan pelaksanaan.

c. Hakekat, adalah aspeklain dari syari’ah yangbersifat lahiriyah, yaituaspek bathiniyah. Dapatjuga diartikan sebagairahasia yang paling dalamdalam dari segala amalatau inti syari’ah. Dengankata lain ini merupakankeadaan yangsebenarnya ataukebenaran sejati.

d. Ma’rifat, adalahpengetahuan mengenaiTuhan melaluihati (qalb).Dengan katalain ini merupakanpengenalan Tuhan daridekat.

Untuk berada dekat pada AllahSWT, seorang sufi harusmenempuh jalan panjang yangberisi station-station yang disebut

Page 14: STRATEGI PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK MELALUI …

Yatimin ; Strategi Pembelajaran Akidah Akhlak Melalui PendekatanSufistik Untuk Madrasah Tsanawiyah Propinsi Riau

165

denganmaqamat. Beberapaurutan maqamat yang disebutkanoleh Harun Nasution adalah; taubat,zuhud, sabar, tawakal, dan rida’. Diatasmaqamat ini adalagi; mahabbah, ma’rifat, fana’baqa’, serta ittihad. Selainistilah maqamat, ada jugaistilah ahwal yang merupakankondisi mental. Dalam hal ini adabeberapa tingkah yang sudahmashur, yaitu;khauf, raja’, syauq,uns, dan yaqin.

3. Tasawuf FalsafiAdalah tasawuf yang ajaran-

ajarannya memadukan antara visimistis dengan visi rasional. Hal iniberbeda dengan tasawuf akhlakidan amali, yang masih berada padaruang lingkup tasawuf suni sepertitasawufnya al-Ghazali, tasawuf inimenggunakan terminologi falsafidalam pengungkapan ajarannya.

Ciri umum tasawuf falsafiadalah kesamaran-kesamaranajarannya yang diakibatkanbanyaknya ungkapan danperistilahan khusus yang hanyabisa dipahami oleh mereka yangmemahami ajaran tasawuf jenis ini.Kemudian tasawuf ini tidak dapatdipandang sebagai filsafat, karenaajaran dan metodenya didasarkanpada rasa (dzauq). Beberapapaham tipe ini antara lainadalah; fana’ dan baqa’, ittihad,hulul, wahdah al-wujud, dan isyraq.

d. Peran Teori Sufistik DalamPembelajaran Akidah Akhlak

Tingkat pemahaman sesorangtentang Ahhal swt, juga menentukantingkat kecerdasan secara spritualterhadap Allah. Dalam diri manusiaitu sendiri ada berbagai kecerdasanyang menyangkut hal-hal seperti

keilmuan, spritualitas, kejiwaan,ekonomi sosial. Tingkat kecerdasanini, juga tidak selalu dilambangkankualitas pemahaman kita atassesuatu hal, menentukan tingkatkecerdasan kita pada hal tersebutdengan kejeniusan otak ataukemampuan menganalisa sesuatu,karena ia melibatkan kedalamanhati (deep insight), pemahaman,dan kearifan.

Tujuan dari penciptaanmanusia oleh Allah swt, adalahsebagai ‘abd (hamba) dansekaligus khalifah (pemimpin) dimuka bumi, yang di dalamnyaterdapat berbagai persoalan hidupyang harus dihadapi. Akan tetapiberbagai permasalah kehidupanakan dapat dengan mudah diatasiapabila ada kedekatan seseorangdengan-Nya. Dalam hal ini,pengembangan kepribadian dapatdilakukan dalam prosespencapaianqalbun salim, karenaAllah swt. hanya dapat dekatdengan hati yang jernih. Dalamproses pencapaian qalbunsalim inilah, diperlukan pendidikanyang responsif terhadappengembangan hati nurani.ii Makapendekatan sufistiklah yang mampumemerankan sebagai pendidikanyang memperhatikan terhadapaspek ruhani.

Dalam buku “Pendidikan Islamdari Paradigma Klasik hinggaKontemporer” yang mengambil daribuku “psikologi sufi” menyebutkanbahwa perspektif para sufimengatakan hakikat realitas adalahspiritual karena segala sesuatuberasal dari sang pencipta. Dalamhal ini, ada hubungan paralel yangdapat dijelaskan lebih spesifikantara realitas makrokosmos danmikrokosmos, yaitu; dalam duniamakrokosmos terdapat tingkatan-

Page 15: STRATEGI PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK MELALUI …

Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 16, No. 1, Januari – Juni, 2017 (152 –175 )

166

tingkatan realitas (alam materi, alamnasut, alam malakut,alamjabarut, dan alam lahut).Sedangkan dalam duniamikrokosmos (diir manusia) jugaterdapat lapisan-lapisan (lapisanfisikal, nafs, qalb, ruh, kesadaranbatin, dan kesadaran batinterdalam). Beberapa lapisantersebut harus dilalui oleh jiwamanusia untuk mencapaikesempurnaan (kedekatan denganAllah swt.).

Sedangkan dalam ilmupengetahuan modern memandanghakikat realitas adalah material.Teori modern mengatakan bahwadunia yang dapat dikaji adalahdunia yang secara valid hanyalahrealitas objektif (alam materi/ lapisfisikal atau yang memiliki sifatkebendaan). Dalam hal ini, dapatdikatakan dengan sudut pandangyang sangat dangkal, karena padahakikatnya bahwa realitas itumemiliki multi aspek, baik aspekindrawi maupun supraindrawi. Dengan demikian, perluadanya keseimbangan antara aspekmaterial yang sangat rasionaldengan aspek spiritual yangirasional, dengan tujuan akhir majudalam ilmu pengetahuan moderndengan tetap membawa tanggungjawab sebagai hamba Allah swt.

KESIMPULAN

Pertama, Bentuk/model strategipembelajaran Akidah Akhlak untukmadrasah tsanawiyah melaluipendekatan sufistik secara konsepdan dalam pelaksanaanpembelajaran. Dalam pembelajaran,guru mengeksplorasi nilia-nilaiakhlak dalam pembelajaran AkidahAkhlak. Bentuk/model strategipembelajaran Akidah Akhlak dalam

kelas guru mengajarkan siswa agarsaling menghargai perbedaan,menerima kehadiran kelompok,suku lain, pemahaman terhadapperbedaan, latar belakang sosialteman-temannya yang lain.Bentuk/model strategi pembelajaranAkidah Akhlak untuk madrasahtsanawiyah melalui pendekatansufistik di Provinsi Riau dalamrealitas kegiatan pembelajaran,guru sangat dominan dalamkeseluruhan proses belajarmengajar. Dominasi guru dalamkegiatan belajar mengajarmenunjukkan lemahnyapenggunaan metode atau modelpembelajaran. Pada dasarnya,penggunaan metode atau modelpembelajaran yang akanmendorong peserta didikberpartisipasi lebih aktif dalamkegiatan pembelajaran dan dampakpengiringnya akan terinternalisasinilai-nilai dan teori-teori AkidahAkhlak melalui pendekatan sufistik.

Kedua, ImplementasiBentuk/model strategi pembelajaranAkidah Akhlak telah adapengintegrasian materi pendidikan,pada kajian teori sangat bermanfaatuntuk membangun harmoni sosial.Dalam pemahaman teori sosialkritis bahwa; setiap individu memilikikemandirian dalam menentukanpilihan, sikap dan perbuatandengan tetap mempertimbangkankebersamaan dalam komunitas. Disamping itu tumbuhnyapenghargaan terhadap kreativitasdan partisipasi individu sebagaibagian dari upaya aktualisasi diri.Bahwa pembelajaran Akidah Akhlakmelalui pendekatan sufistik telahmenanamkan tiga aspek pentingyaitu; civic knowledge, civicdisposition, dan civic skill. Pesertadidik mempunyai Civic knowledge

Page 16: STRATEGI PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK MELALUI …

Yatimin ; Strategi Pembelajaran Akidah Akhlak Melalui PendekatanSufistik Untuk Madrasah Tsanawiyah Propinsi Riau

167

(pengetahuan) yang berhubungandengan kewarganegaraan,memahami konsep-konsep tentangkehidupan berbangsa danbernegara. Peserta didikmempunyai civic disposition (sikap)perilaku dan perbuatan sebagaiwarga negara yang bertanggungjawab. Mempunyai sikap yangterpuji, sikap dalam melakukanperbuatan yang bermanfaat dandalam pergaulan sosial, bahwapeserta didik mampu membawakandiri di tengah realitas sosial yangberbeda di antara mereka. Pesertadidik mempunyai civic skill- yaitukeahlian sebagai warga negarayang baik, yang tercermin dalamketerampilan diri membawakan diridalam kehidupan masyarakat,seperti kemampuan memimpin,kemampuan mengakui perbedaan,kemampuan dan kemandirian sikap.Pada akhir pembelajarandiharapkan tumbuh peserta didikmenjadi smart and good citizenshipdalam konteks Indonesia yangmultikultural. Untuk mencapaiharmonin sosial masyarakat mampumemahami dan menerimaperbedaan, sehingga peserta didikmempunyai kemandirian dalamsikap, kreatifitas dan partisipasi.Arahnya peserta didik mempunyaicivic knowledge tidak secaradoktrinal, tetapi melalui upayapenyadaran, sehingga mempunyailocal wisdom, dan betul-betuldiimplementasikan dalamkehidupan sosial yang lebih luas.Implementasi hubunganpembelajaran Akidah Akhlakdengan pendekatan sufistik untukmadrasah Tsanawiyah tentangEvaluasi yaitu; Prosedur daninstrumen penilaian proses danhasil belajar disesuaikan denganindikator pencapaian kompetensi

dan mengacu pada standarpenilaian yang dilakukan meliputipenilaian proses dan penilaianhasil. Untuk mengetahui haltersebut paling tidak ada dua carapenilaian, yaitu tes dan non tes.Bentuk tes, peserta didik diberikansoal dalam bentuk terstruktur yangterukur. Di samping itu penilaiannon tes diperoleh melalui observasidi luar kelas terhadap perilaku atauperbuatan siswa untuk memenuhihidden curriculum. Di mana hasilevaluasi terhadap pembelajaranAkidah Akhlak menunjukkan baik,sedang dan kurang. Ada faktor-faktor penghambat yang dijumpaidalam strategi pembelajaran AkidahAkhlak untuk madrasah Tsanawiyahmelalui pendekatan sufistik diProvinsi Riau. Hambatan pertama;karena keterbatasan waktu ataujumlah jam waktu mengajar bagipara guru yaitu hanya 2 jampelajaran setiap minggu. Bebantujuan pembelajaran (standarkompetensi dan kompetensi dasar)yang harus dicapai begitu berat,sehingga berakibat peserta didiktidak memungkinkan bisamengelaborasikan materipembelajaran secara optimal dalamkehidupan sehari-hari. Solusi yangditempuh para guru memasukkansiswa dalam kegiatan ekstrakurikuler yang bisa menambahpenguatan civic knowledge, civicskill, civic desposition. Hambatankedua; keterbatasan sarana danprasarana, seperti kesempatanmengakases sumber-sumberbelajar di luar kelas belum bisa.Misalnya mengakses sumber-sumber belajar dari budaya lain.Hambatan ketiga; kebiasaan gurumendominasi proses kegiatanpembelajaran Akidah Akhlak.Peserta didik dipandang belum

Page 17: STRATEGI PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK MELALUI …

Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 16, No. 1, Januari – Juni, 2017 (152 –175 )

168

memahami materi pembelajaranAkidah Akhlak secara menyeluruh,sehingga manejemen pembelajaranbelum mencapai tujuan secaraoptimal. Pemahaman para gurutentang satrategi pembelajaranAkidah Akhlak untuk madrasahTsanawiyah melalui pendekatansufistik masih kurang. Terutamamengenai nilai-nilaimultikulturalisme dalam perspektifsosial budaya, sosial ekonomi dansosial politik. Guru Akidah Akhakbelum terbiasa untukmenghubungkan nilai-nilai tersebutdengan indikator-indikatorpembelajaran yang dipilih.

IMPLIKASI HASIL PENELITIAN

a). Implikasi Teoritis

Penelitian ini secara teoritisberimplikasi pada strategipembelajaran Akidah Akhlak untukmadrasah tsanawiyah melaluipendekatan sufistik di propvinsiRiau, menyangkut perubahanparadigma dari teori kecerdasan“Multiple Intelligences”, sebuah teoripsikologi yang digagas oleh HowardGardner, psikolog dari HarvardUniversity tahun 1983, dengandelapan macam kecerdasan, yakni(1) kecerdasan verbal/ linguistik, (2)logika matematik, (3) visual/spasial,(4) music/rhythmic, (5)bodi/kinestetik, (6) interpersonal, (7)intrapersonal, dan (8) naturalistic.Dalam strategi pembelajaran AkidahAkhlak untuk madrasah tsanawiyahmelalui pendekatan sufistik dipropvinsi Riau, 8 kecerdasantersebut telah dijadikan alat tesMultiple Intelligences Research(MIR) untuk mengetahuikecerdasan tertinggi dan gayabelajar peserta didik.

Dalam proses pembelajaran,dijadikan sebagai strategi untukmembantu mempercepatmenemukan kondisi akhir terbaikbagi peserta didik. Yakni sebuahprofesi yang menghasilkankemanfaatan dan keuntungandalam hubungannya dengankehidupan bermasyarakat, melaluipendekatan sufistik yang adahubungannya dengan kecerdasanspiritual. Namun dalam penerapanstrategi pembelajaran AkidahAkhlak untuk medrasah tsanawiyahmelalui pendekatan sufistik dipropvinsi Riau ditemukan bahwa; 8kecerdasan tersebut adalah suatustrategi yang digunakan dalamstrategi pembelajaran denganmenggunakan whole brain (carakerja otak) sebagai penggalianpotensi peserta didik yang menjadikemampuan akhir terbaiknya.Tujuan utamanya adalahkecerdasan spiritual.

Cerdas spiritual sebagai tujuanutama dibuktikan dengan; waktupembelajaran pukul 06.45 – 17.30WIB secara rutin untukpengembangan spiritual quotientdiawali dengan mengaji al-Qur’an.Adanya mata pelajaran akidahakhlak sebagai kurikulum nasional.Memproses pembelajaran denganmemperhatikan kecerdasantertinggi masing-masing pesertadidik. Harus berkaitan denganpenyadaran fungsi manusia sebagaihamba Allah yang peduli dengansosial dan lingkungan sekitar. Harusmemberi penilaian kepada pesertadidik dan guruakidah akhlak denganpenilaian otentik yangmengutamakan aspek afektifperubahan perilaku positif.

Kecerdasan spiritualdibelajarkan dengan cara,menambahkan minimal 1 (satu)

Page 18: STRATEGI PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK MELALUI …

Yatimin ; Strategi Pembelajaran Akidah Akhlak Melalui PendekatanSufistik Untuk Madrasah Tsanawiyah Propinsi Riau

169

rumusan indikator hasil belajardalam pendekatan sufistik. Ini harussebagai penghujung kompetensipeserta didik dalam setiap temapembelajaran. Rumusan indikatoryang sesuai dengan strategipembelajaran Akidah Akhlak untukmedrasah tsanawiyah melaluipendekatan sufistik di propvinsiRiau adalah; adanya kaitan antaratema pelajaran dengan eksistensikeberadaan manusia sebagaihamba Allah dan khalifatullah.

Adanya tambahan indikatoryang mencerminkan kecerdasanspiritual. Ini akan berdampak padametode, bentuk aktivitaspembelajaran dan teaching aidsyang digunakan. Demikian jugadalam SOP konsultasi lesson plandan instrument penilaian. Ia harusditambahkan dengan rumusan yangjelas tentang ketercapaiankecerdasan spiritual ini.

Perubahan paradigma teorikecerdasan Gardner dengan hasilpenelitian melahirkan paradigmabaru bahwa; pada hakekatnyatujuan utama strategi pembelajaranAkidah Akhlak untuk madrasahtsanawiyah melalui pendekatansufistik di propvinsi Riau adalahkecerdasan spiritual. Cara untukmencapai tujuan utama tersebutmelalui Multiple IntelligencesSystem (MIS). Sehingga terjadiperubahan dari tema ”pendekatansufistik Berbasis MIS” menjadi”pembelajaran akidah akhlakBerbasis Kecerdasan Spiritualmelalui MIS”.

b). Implikasi Praktis.

Implikasi praktis hasil penelitianstrategi pembelajaran AkidahAkhlak untuk madrasah tsanawiyah

melalui pendekatan sufistik dipropvinsi Riau adalah:

a. Membantu para owner,para pemilik lembagapendidikan/yayasan danwarga madrasah untukmemahami konsepstrategi pembelajaranAkidah Akhlak untukmadrasah tsanawiyahmelalui pendekatansufistik dari pengelolaaninput, proses belajar, danoutput secarakomprehensip.

b. Membantu kepalamadrasah dapatmemahami indikator darimadrasah unggul (thegreat school) dan carauntuk mewujudkannyamenjadi kenyataan.

c. Membantu guru akidahakhlak memahami strategipembelajaran AkidahAkhlak untuk madrasahtsanawiyah melaluipendekatan sufistikmelalui paradigma prosesbelajar mengajar yangbenar. Denganmengetahui bagaimanaproses kerja otakdikaitkan dengan prosespembelajaran. Dapatmembuat lesson plan danmengaplikasikannyasesuai dengan strategipembelajaran AkidahAkhlak untuk medrasahtsanawiyah melaluipendekatan sufistik dipropvinsi Riau.

d. Hasil MIR; (1) membantuguru memahami gayamengajar yang sesuaidengan gaya belajarpeserta didik. Menguasai

Page 19: STRATEGI PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK MELALUI …

Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 16, No. 1, Januari – Juni, 2017 (152 –175 )

170

berbagai strategimengajar untukmenghadapi kecerdasansiswa yang majemuk. (2)membantu orang tuadalam mendidik danmengarahkananakanaknya sesuaidengan kecerdasan yangdimilikinya. (3) membantusiswa menemukan kondisiakhir terbaiknya sejak diniyang bermanfaat untukdirinya, masyarakat, danlingkungan sekitarnya.

e. Membantu guru akidahakhlak dapat memberikanpenilaian otentik danobyektif kepada peswertadidik sesuai dengan jeniskecerdasan dankompetensinya.

f. Adanya penilaian danrapor guru, memotifasiguru untuk terus belajardan berkreatifitasmeningkatkan kualitasprofesionalismenya.

g. Memberikan acuan yangjelas dan sistematiskepada para pengawasdan pengendali mutupembelajaran AkidahAkhlak untuk madrasahtsanawiyah melaluipendekatan sufistik dipropvinsi Riau dalammenjalankan fungsinyauntuk meningkatkankualitas belajar siswasecara berkelanjutan.

DAFTAR KEPUSTAKAANA.S.Hornby, E.V. Gatenby dan

Wakefield. The AdvencedLearn’s Dictonary of CurrentEnglish, (London: OxfordUniversity Press, 1958).

Abdul Fatah Jalal, Azas-AzasPendidikan Islam, Terj. HarryNoor Ali (Bandung: CVDiponegoro, 1988).

Abdurahman An-Nahlawi, Prinsip– Prinsip Dan MetodePendidikan Islam, (Bandung: CV Diponegoro Bandung,1992).

Abdurrahman Abror, PsikologiPendidikan, Cet. ke 4(Yogyakarta: Tiara wacana,1993).

Whiterington, Psikoligi Pendidikan,(Jakarta: Rineka Cipta,1991).

Abdurrahman Saleh, Ilmu JiwaUmum, Cet. I, (Jakarta: CVDarma Bakti, 1971).

Abu Ahmadi, Nur Uhbiyati, IlmuPendidikan, (Jakarta: PTRineka Cipta, 1999).

Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, EdisiRevisi, (Jakarta: PenerbitPT.Rineka Cipta, 1999).

Abu Bakar Aceh, Sejarah FilsafatIslam, (Semarang: Ridhani,1996)

Agus Sujanto dkk, PsikologiKepribadian, Cet. 5 (Jakarta:Bumi Aksara, 1991).

Ahmad D Marimba, PengantarFilsafat Pendidikan Islam,(Bandung: PT Al Ma’arifBandung, 1989).

Ahmad Fauzi, Psikologi Umum,(Bandung: Pustaka Setia,2000).

Ahmad Musthafa Al – Maraqhi,Tafsir Al Maraqhi, juz 1,(Semarang: Toha Putra,1985).

Ahmad Syalabi, Tarikh al-Tarbiyahal-Islamiyah, (Kairo: Al-Kasyuf, 1954).

Ahmad Tafsir, Ilmu PendidikanDalam Pespdiktif Islam,(Bandung: RemajaRosdakarya: 1992 ).

Page 20: STRATEGI PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK MELALUI …

Yatimin ; Strategi Pembelajaran Akidah Akhlak Melalui PendekatanSufistik Untuk Madrasah Tsanawiyah Propinsi Riau

171

Ali Imron, Drs, M.Pd, PembinaanGuru di Indonesia, (Jakarta:Pustaka Jaya, 1995)

All Port. G.W, Personality, APsycholigical Interprestation,(New York: Hendry Hild,1999)

Ambari Hasan Mu’arif (Et al)Suplemen Ensiklopedi Islam,(Jakarta: PT. Ichtiar Baru VanHoeve. 1996).

Arifin, HM, Hubungan Timbal BalikPendidikan AgamaDilingkungan Sekolah DanKeluarga, Cet.IV, (Jakarta:PenerbitPT Bulan Bintang,1978)

Arthur T Jersild, Psychologi anak,Terj. Muchtar Buchori,Conny Semiawan, Jilid I(Bandung: Penerbit Terate,1992).

Barlow, Daniel Lenox, EducationalPsychology, the TeachingLearning Process, (Chicago:the Moody Bible Institute,1985).

Benyamin Bloom, Taxonomy ofEducational Objective, TheClassification of EducationGoals, (New York: Doced NcKay Company Inc, tt).

Bimo Walgito, Pengantar PsikologiUmum, Cet.I Edisi III,(Yogyakarta: YayasanPenerbitan Fakultas PsikologiUGM, 1991).

Bruno, Frank J, Dictionary of KeyWord in Psychology,(London, Routledge & KeganPaul, 1987).

Busyairi Madjidi Drs, KonsepPendidikan Para FilosofMuslim, (Jakarta: Al-AminPrers, 1996)

Busyairi Madjidi, KonsepPendidikan para filosofMuslim, (Jakarta: Al-AminPress, 1996).

Caplin J P, Dictionary of Psychology,Fifth Printing (New York:Dell Publishing Co.Inc, 1972).

Clifford T Morgan, Richard A King,Introduction to Psychology,fourth edition, (New York:McGraw-Hill Book Company,1971).

CP. Caplin, Kamus LengkapPsikologi, Terj. KartiniKartono (Jakarta: RajawaliPers, tt).

Crow and Crow, EducationalPsychology, (New York:Amiricana Company, 1958)

Crow, Lester D, Ph.D and AliceCrow, Ph.D., EducationalPsychology, Revised Edition,(New York: American BookCompany, tt).

Departemen Agama RI, Al-Qur’anDan Terjemahnya, (Jakarta,Departemen Agama RI,Derjen Binbaga Islam DepagRI, 1999.)

Fathiyah Hasan Sulaiman,Pandangan ibnu khalbutentang ilmu dan pendidikan.Penyusun H.M.D. Dahlan,(Bandung: CV. Diponogoro,1987).

H.M.Arifin, M.Ed, Filsafatpendidikan Islam, (Jakarta:Bumi Aksara, 1991),

Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta:Pustaka Panjimas, 1988).

Harun Nasution, Islam Rasional,(Bandung: Mizan, 1995).

Hasan Langgulung, Manusia danPendidikan, (Jakarta:Pustaka Al-Husna,1989).

Hasbullah, Dasar-dasar IlmuPendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo, 1999).

Herbert Sorenson, Psychology InEducation, (New York: McGraw Hill, 1948).

Husni Rahim, Metodologi PendidikanAgama Islam, (Jakarta:Dirjenbinbaga Islam, 2001).

Page 21: STRATEGI PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK MELALUI …

Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 16, No. 1, Januari – Juni, 2017 (152 –175 )

172

Ibnu Abdullah Muhammad BinAhmad Al-Anshary Al-Qurthuby, Tafsir Al-Qurthubiy, Juz. I (Kaero: Dar-Al-Sya’biy, tt).

Ibnu Katsir, Tafsir Qur’an AlAdhiem. Jilid III (Mesir: Isa AlBabil Halaby wa syarakahu,tt).

Ibnu Maskawaih, Al – Hikmah Al –Khalidat, (Kaero: Al –Makhad Al – Ali, tt)

Ibrahim Muhammad Al-Jamal, FiqihWanita, (Judul Asli: FiqhulMar’ah Al-Muslimah),Terj.Anshori Umar Sitanggal,(Jakarta, Pustaka Panjimas,1991).

Imam Jalaluddin, Jamius Shoghir,(Kairo: Darul Qalam, 1966).

Ismail Raji’al-Faruqi, Islam danKebudayaan, (Bandung:Mizan, 1984 ).

J.S. Badudu, Suthan MuhammadZain, Kamus Umum BahasaIndonesia (Jakarta: PustakaSinar Harapan. 1994).

Jamaluddin, Ramayulis, PengantarIlmu Jiwa Agama, (Jakarta:Kalam Mulia, 1993).

Kimble, Garhezi, Principal ofGeneral Psichology, (NewYork: Ronald Press, 1963).

Klausmeir, (Et al), Learning andHuman Abilities: EducationalPsychology, (Harper & RowPublishers, 1971)

Laster D Crow, Alce Crow, HumanDevelopment and Learning(New York: American BookCompany, 1956).

Lee C Deighton, (Editor in chief),The Encyclopedia ofEducation, Volume 8 (NewYork, The MacmillanPublishing Company & TheFree Press, 1971).

M Ngalim Purwanto, PsykologiPendidikan, (Bandung: PTRemaja Rosdakarya, 1996).

M Quraish Shihab, Wawasan Alqur’an, Cet. X (Jakarta:Mizan, 2000).

M. Athiyah Al-Abrasy, Dasar DasarPokok Pendidikan Islam,(Jakarta: Bulan BintangJakarta, 1987).

M. Diah H, Penelitian KualiatatifDalam Penerapan, Terj.(Pekanbaru: DepdiknasPusat Bahasa, Balai BahasaPekanbaru, 2000).

M. Ngalim Purwanto, PsikologiPendidikan, (Bandung:Remaja Rosda Karya, 1996).

Mastuhu, Membudayakan SistemPendidikan Islam, CetakanKedua, (Jakarta: Logos,1999).

Miftah Faridl, Keluarga Bahagia,(Bandung: Penerbit PustakaBandung, 1996).

Mircea Eliade (Editor in chief), TheEncyclopedia of Religion,Volume 13, (New York, TheMacmillan PublishingCompany, 1987).

MM.Syarif, Para Filosof Muslim,(Bandung: Mizan, 1991)

Mohammad athiyah al Abrosy,Dasar-Dasar PokokPendidikan Islam, terj.Bustami A.Gani, DjoharBahry, Cetakan ke tiga.(Jakarta: PT. Bulan BintangJakarta. 1977).

Mohammad Rifa’i, Ilmu Fiqih IslamLengkap, (Semarang: CVToha Putra Semarang,2001).

Mohammad Tauchid, et al (Ed),Karya Ki Hajar Dewantara,Bagian Pertama Pendidikan,(Yogyakarta: Majelis LuhurTaman Siswa, 1993).

Muhamad Alhiyah al-Abrasyi, Dasar– Dasar Pokok PendidikanIslam, Terj. Bustami A. Ganidan Johar Bahri, (Jakarta:Bulan Bintang, 1970).

Page 22: STRATEGI PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK MELALUI …

Yatimin ; Strategi Pembelajaran Akidah Akhlak Melalui PendekatanSufistik Untuk Madrasah Tsanawiyah Propinsi Riau

173

Muhamad Fu’ad ‘Abdul Bagi, Al-mu’jam, Al-mufahras li Al –Alfazh Al – Qur’an Al-Karim,(Qahirah: Dar,al-Hadist,1988).

Muhammad Fadhil al-Jamaly,Nahwa Tarbiyah Mukminat,(Al-Syirkat Alo-Tunisiyat li al-Tauzi’, 1997).

Muhammad Naquib Al Attas,Konsep pendidikan DalamIslam, Terj. Haidar Bagir,(Bandung: Mizan, 1994).

Muhammad Rasyid Ridho, Tafsir Al-Qur’an Al-Hakim, Tafsir Al-Manar, Juz VII (Beirut: DarulFikr, tt).

Muhammad Utsman Alkhasyat,Sulitnya Berumah Tangga:Upaya MengatasinyaMenurut Al-Qur’an, Haditsdan Ilmu Pengetahuan(Judul Asli: Al-MasyakiluzZauziyyah wa Ma’arifulHadtsah) Terj. A Aziz SalimBasyarahil, (Jakarta: GemaInsan Press 1994).

N.Ozona, Ensiklopedia NasionalIndonesia, (Jakarta : CiptaAdi Pustaka 1990 )

Nana Sujana, Cara Balajar SisiwaAktif Dalam Proses BelajarMengajar, Cet. II, (Bandung:Sinar Baru, 1996).

Noeng Mhajir, Metodologi PenelitianKwalitatitf, (Yogyakarta:Rakesarafin, 1990).

Piter Salim, Yeni Salim, KamusBahasa IndonesiaKontemporer, Edisi Pertama,(Jakarta: Modern EnglishPress. 1991).

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta : Kalam Mulia, 1994)

Robert P Gwinn, (et al), The NewEncyclopedia Britannica,Volume 27, (Chicago: TheUniversity of Chocago, 1987).

Samsul Nizar, Filsafat PendidikanIslam, Pendekatan Teoritis,

Teori Dan Praktis, (Jakarta:Ciputat Pres, 2002).

Soerjono Soekanto, Sosiologi SuatuPengantar, (Jakarta:RajaGrafindo Persada1995).

Suharsimi Arikunto, Prof. Dr.Prosedur Penelitian SuatuPendekatan Praktek,Cetakan ke Sebelas Revisi IV(Jakarta: PT.Aneka Cipta,1998).

Sumadi Surya Brata, PsikologiPendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1998).

Tim Penyusun Kamus, PusatPembinaan Bahasa, KamusBesar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Penerbit BalaiPustaka Jakarta. 1995).

Uril N. Bronfen Brenner, Two Woldsof Children’s, (Australia:Penguin Books, 1974).

WJS Poerwadarminta, SWojowasito, SAM Gaastra,Kamus Bahasa Indonesia-Inggris (Amsterdam-Jakarta:W Versluys NV, 1995).

Zahara Idris, Dasar DasarKependidikan, (Bandung: PT.Angkasa, 1981).

Zainuddin Hamidy dan FachruddinHs. Tafsir Al – Qur’an(Jakarta: Penerbit Wijaya1959 ).

Zakiah Daradjat, Ilmu PendidikanIslam, ( Jakarta: BumiAksara, 2000).

DAFTAR KEPUSTAKAAN(Hereditas)Amrullah Ahmad, Kerangka Dasar

Masalah ParadigmaPendidikanIslam.Yogyakarta: TiaraWacana, 1991.

Ahmad Bazli Shafie, “KonsepIslamisasi Ilmu al-Attas danal-Faruqi: Evaluasi TerhadapSebuah Analisa

Page 23: STRATEGI PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK MELALUI …

Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 16, No. 1, Januari – Juni, 2017 (152 –175 )

174

Perbandingan,” Islamia.Tahun II No. 3. September2005.

Wan Ahmad Wan Azhar “GagasanSekularisasi Harvey Cox:Suatu Pembicaraan AwalBerdasarkan Pengamatan Al-Attas.” Al-Hikmah. No.19 Bil.2 Tahun 7. 2001.

Syed Muhammad Naquib Al-Attas,Islam Dalam Sejarah DanKebudayaan Melayu.Bandung: Mizan, 1990.

Anton Bakeer dan Ahmad CharisZubair, Metode PenelitianFilsafat. Yogyakarta:Kanisius, 1990.

Raghib As-Sirjani, SumbanganPeradaban Islam PadaDunia. Terj. Bahasa Araboleh Sonif, dkk. Jakarta: Al-Kautsar, 2011.

Mohd Sani Badron, “Islam danSekularisme.” Al-Hikmah. Bil.1 Tahun 3. Januari-Maret1997.

Fatimah Abdullah, “Konsep IslamSebagai Dīn: Kajian terhadapPemikiran Syed MuhammadNaquib al-Attas,” Islamia, No.3 Tahun I, (Jakarta: INSISTS,2004.

Nader Hashemi, Islam, Sekularisme,dan Demokrasi Liberal. Terj.dari Bahasa Inggris oleh AanRukmana dan Shofwan Al-Banna Purwanta. Jakarta:PT. Gramedia PustakaUtama, 2010.

Munzir Hitami, Mengonsep KembaliPendidikan Islam.Pekanbaru, Infinite Press,2004

Adian Husaini, Wajah PeradabanBarat. Jakarta: Gema InsaniPress, 2005.

Machnum Husein, Pendidikan IslamDalam Lintasan Sejarah.Yogyakarta: Nur Cahaya,1983.

Muhammad Mojlum Khan, 100Muslim Paling BerpengaruhSepanjang Masa. Terj. daribahasa Inggris oleh WiyantoSuud dan Khairul Imam.Jakarta: Noura Books, 2012.

Bernard Lewis, The Crisis of Islam.Terj. M. Harir Muzakki.Surabaya: Jawa Pos Press,2004.

Sri Minarti, Ilmu pendidikan Islam.Jakarta: Amzah, 2013.

Mohd Farid Mohd Shahran, “KaryaAgung Tamadun Islam”. Al-Hikmah, Bil. 1 Tahun 4.Januari-Maret 1998.

Mohd Zaidi dan Wan Suhaimi, Adabdan Peradaban (Malaysia:MPH Group Printing, 2012.

Seyyed Hossein Nasr dan OliverLeaman, Ensiklopedi TematisFilsafat Islam. Terj. daribahasa Inggris oleh TimPenerjemah Mizan. Bandung:Mizan, 2003.

Harun Nasution, Islam Di Tinjau DariBerbagai Aspeknya. Jakarta:UI-Press, 1984-1985.

M. Yasir Nasution, Manusia MenurutAl-Ghazali. Jakarta: RajawaliPress, 1988.

Samsul Nizarm, Hakikat Manusia,Pekanbaru: Suska Press,2009.

Syahid Mu’amar Pulungan, ManusiaDalam al-Qur’an. Surabaya:Bina Ilmu, 1984.

Ramayulis dan Samsul Nizar,Filsafat Pendidikan Islam.Jakarta: Kalam Mulia, 2009.

Muhammad Shafiq, MendidikGenerasi Baru Muslim. Terj.dari bahasa Inggris olehSuhadi. Yogyakarta: PustakaPelajar, 2000.

Shariff, M.M, Sejarah Islam DariSegi Falsafah. Terj. daribahasa Inggris oleh KhidmatTerjemahan Nusantara.Malaysia: Karya Terjemahan

Page 24: STRATEGI PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK MELALUI …

Yatimin ; Strategi Pembelajaran Akidah Akhlak Melalui PendekatanSufistik Untuk Madrasah Tsanawiyah Propinsi Riau

175

Dewan Bahasa dan Pustaka,1994.

Wan Daud, Wan Mohd Nor, Filsafatdan Praktik Pendidikan IslamSyed Muhammad Naquib Al-Attas. Terj. dari BahasaInggris oleh Hamid Fahmi, M.Arifin Ismail dan IskandarArnel. Bandung: Mizan, 2003.

i Asmaran, Pengantar StudiTasawuf, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada,2002), hlm. 67.

ii Tim Dosen Fakultas Tarbiyah UINMaliki, Pendidikan Islam dariParadigma Klasik hinggaKontemporer (Malang: UIN-Malang Press: Malang,2009), hlm. 26.