LAPORAN PENELITIAN PENELITIAN PPS UNY TAHUN...
Transcript of LAPORAN PENELITIAN PENELITIAN PPS UNY TAHUN...
LAPORAN PENELITIAN PENELITIAN PPS UNY
TAHUN ANGGARAN 2017
JUDUL PENELITIAN
PENGEMBANGAN MODEL IMPLEMENTASI PROGRAM PENDIDIKAN
KECAKAPAN HIDUP
DI PROVINSI DIY
Oleh
Prof. Dr. Yoyon Suryono, MS.
Dr. Sugito, MA
Dr. Iis Prasetyo, S.Pd.,M.M.
Suci hari Mulyani
Stofani Susana Lima
Citra Dwi Palenti
Erma Kusumawardani
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
TAHUN 2017
iii
IDENTITAS PENELITIAN
1. Judul Penelitian : Pengembangan Model Implementasi Program
Pendidikan Kecakapan Hidup di Provinsi DIY
2. Peneliti : 1. Prof. Dr. Yoyon Suryono, MS
2. Dr. Sugito, M.A
3. Dr. Iis Prasetyo, MM
3. Objek Penelitian : Pengembangan Program PNF
4. Masa Penelitian : 1 Mei – 31 Oktober 2017
5. Lokasi Penelitian : Daerah Istimewa Yogyakarta
6. Luaran yang Ditargetkan : 1. Dihasilkannya artikel “Model Implementasi
Program Pendidikan Kecakapan Hidup”
7. Anggaran : Rp. 20.000.000,00
1
RINGKASAN
Penelitian tentang pengembangan model implementasi pendidikan kecakapan
hidup ini direncanakan akan diselenggarakan secara bertahap selama tiga tahun, saat ini
adalah tahun pertama penelitian yang difokuskan pada evaluasi model implementasi
program PKH di Provinsi DIY. Penelitian ini bertujuan untuk: mendeskripsikan dan
menjelaskan berbagai model implementasi pendidikan kecakapan hidup di Provinsi
DIY, mendeskripsikan berbagai permasalahan yang dihadapi oleh penyelanggara
program pendidikan kecakapan hidup dalam mengoptimalkan capaian kompetensi
warga belajar, dan menghasilkan masukan terkait komponen yang perlu dikembangkan
dalam implementasi pendidikan kecakapan hidup di Provinsi DIY.
Penelitian ini merupakan penelitian tahuan pertama dalam rangkaian
pengembangan model sehingga pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif dengan
desain survey. Penelitian akan dilaksanakan di Provinsi DIY. Peneliti akan melibatkan
satuan PNF yang khusus menyelenggarakan program PNF dalam hal ini adalah Sanggar
Kegiatan Belajar (SATUAN PNF) yang kedudukannya ada di tiap kabupaten dan kota.
Pengumpulan data dilakukan melalui mekanisme pengisian angket yang dilakukan oleh
peserta program PKH yang diselenggarakan oleh SATUAN PNF, khususnya peserta
yang telah mengikuti program PKH pada tahun berjalan. Data yang terkumpul akan
dianalisis secara kuantitatif sederhana karena dalam penelitian ini tidak melibatkan
hubungan antar variabel namun berupa data survey. Analisis data berupa angka akan
diubah oleh peneliti secara deskriptif untuk menggambarkan kondisi yang sebenarnya
atas objek yang diteliti.
Hasil penelitian evaluasi implementasi program pendidikan kecakapan hidup
menunjukkan bahwa, implementasi program PKH di Provinsi DIY cukup bervariasi
baik itu jenis maupun kondisi pelaksanaannya. Berbagai permasalahan yang
teridentifikasi diantaranya tidak terlaksananya kegiatan pembelajaran yang berkaitan
dengan kecakapan way of thinking dan living in the world. Permasalahan dapat dilihat
dari ketiadaan bukti empiris yang menunjukkan bahwa kecakapan tersebut diajarkan
pada warga belajar. Pengembangan model implementasi diarahkan pada pengembangan
aspek kecakapan hidup KSAVE dan pengembangan perangkat pembelajaran pendukung
kecakapan hidup KSAVE.
2
PRAKATA
Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan
Penelitian Pascasarjana tahun 2017 yang berjudul Pengembangan Model Implementasi
Program Pendidikan Kecakapan Hidup di Provinsi DIY.
Peneliti menyadari bahwa kelancaran dalam melaksanakan dan menyelesaikan
penelitian ini tidak lepas dari bantuan yang diberikan oleh beberapa pihak. Oleh karena
itu dengan segala kekurang baikan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memfasilitasi peneliti dalam
menyelesaikan penelitian ini.
2. Direktur PPs UNY yang telah memberikan fasilitas dan kesempatan pada
peneliti untuk melaksanakan penelitian ini.
3. Tim peneliti dosen dan mahasiswa yang telah membantu terlaksananya
penelitian ini sampai dengan selesai.
4. Kepala instansi terkait yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini
Penulis menyadari dalam penyusunan penelitian ini masih jauh dari sempurna
dan banyak kekurangan, karena itu diharapkan masukan serta sarannya agar penelitian
ini menjadi lebih baik. Akhir kata penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak. Amin.
Yogyakarta, 27 September 2017
Tim Peneliti
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... ii
IDENTITAS PENELITIAN ........................................................................................ iii
RINGKASAN .............................................................................................................. iv
PRAKATA .................................................................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 8
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................................. 18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 21
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 39
LAMPIRAN ................................................................................................................ 40
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kecakapan hidup (life skills) merupakan sebuah konsep yang sering
dikemukakan oleh para ahli maupun organisasi yang memiliki otoritas terutama
dalam bidang kesehatan dan Pendidikan. Dalam bidang pendidikan, konsep life skills
bisa mengacu pada definisi yang dikemukakan oleh Kent Davis yang mengatakan
bahwa kecakapan hidup merupakan sebuah "manual pribadi" bagi seseorang yang
dapat membantu peserta didik belajar bagaimana memelihara tubuhnya, tumbuh
menjadi dirinya, bekerjasama secara baik dengan orang lain, membuat keputusan yang
logis, melindungi dirinya sendiri dan mencapai tujuan di dalam kehidupannya (Kent
Davis, 2000:1 dalam Fahrudin, 2009: 2).
Oleh karena itulah, penguasaan life skills oleh seorang individu sangat
diperlukan, karena mereka menghadapi berbagai masalah yang harus dipecahkan
dalam kehidupannya sehari-hari. Kecakapan hidup itulah yang diperlukan pada individu
memasuki kehidupan yang mandiri, anggota masyarakat dan warga negara. Sehingga
dengan penguasaan terhadap life skills, individu tersebut diharapkan akan menjadi
individu yang mampu memecahkan permasalahan-permasalahannya dengan
menemukan solusi-solusi yang tepat dan dapat berimplikasi positif bagi dirinya sendiri
maupun bagi orang-orang yang berada di sekitar kehidupannya. Perilaku dan karakter
inilah yang akan menyebabkan mereka bisa beradaptasi dengan perkembangan dan
kemajuan zaman, survive dan bisa memberikan kontribusi yang berarti bagi bangsanya.
Beberapa tahun terakhir ini, pemerintah telah melakukan berbagai upaya
pengembangan program kewirausahaan salah satu diantaranya adalah kebijakan
program pendidikan non formal melalui pendidikan kecakapan hidup (life-skills). Saat
ini Direktorat Pendidikan Non Formal dan Informal Departemen Pendidikan Nasional
sedang gencar melaksanakan program pendidikan kesetaraan dasar dan lanjutan yang
terintegrasi dengan pendidikan kecakapan hidup, program tersebut diantaranya adalah
program Kewirausahaan Usaha Mandiri untuk Keaksaraan Fungsional, program
Kewirausahaan Desa dan Kewirausahaan Perkotaan untuk Kejar paket B dan C dan lain
sebagainya. Tujuannya adalah agar warga belajar disamping mendapatkan ijazah
5
pendidikan yang setara dengan pendidikan formal baik untuk tingkat SD, SLTP maupun
SLTA, namun juga mendapatkan dukungan keterampilan yang diharapkan dapat
dijadikan bekal bagi peserta didik di masyarakat setelah mereka menyelesaikan program
pendidikan tersebut.
Program-program ini disamping melibatkan lembaga pemerintah seperti
P2PNFI, BPKB, SATUAN PNF namun juga melibatkan yayasan yang bergerak dalam
bidang pendidikan masyarakat sebagai pelaksana program. Namun dalam kenyataannya
program-program tersebut dilaksanakan hanya sebatas pada proyek semata, sehingga
tidak ada keberlanjutan setelah proyek pemerintah berhenti. Dari beberapa kasus yang
berhasil ditemui di lapangan terkait dengan pelaksanaan program PNF tersebut, tidak
sedikit lembaga penyelenggara yang melaksanakan program kecakapan hidup atau
kewirausahaan tanpa melalui pembekalan pendidikan terlebih dahulu dan cenderung
berorientasi praktis, yang kemudian berdampak pada kemandekan dalam keberlanjutan
program.
Tidak efektifnya pogram PKH yang diselengarakan di Indonesia, mendorong
peneliti untuk menggali lebih dalam informasi yang berkaitan dengan implementasi
program PKH. Penelaahan lebih dalam khususnya kegiatan evaluasi program PKH akan
sangat membantu peneliti untuk mengembangkan dan menyempurnakah implementasi
program PKH di lapangan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana model implementasi pendidikan kecakapan hidup di Provinsi DIY?
2. Apa saja permasalahan dalam implementasi program pendidikan kecakapan
hidup dalam mengoptimalkan capaian kompetensi warga belajar?
3. Komponen apa saja yang perlu dikembangkan dalam implementasi model PKH
di Provinsi DIY?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:
6
1. Mendeskripsikan dan menjelaskan berbagai model implementasi pendidikan
kecakapan hidup di Provinsi DIY.
2. Mendeskripsikan berbagai permasalahan yang dihadapi oleh penyelanggara
program pendidikan kecakapan hidup dalam mengoptimalkan capaian
kompetensi warga belajar.
3. Mendeskripsikan komponen apa saja yang perlu dikembangkan dalam
implementasi model PKH di Provinsi DIY.
D. Manfaat Penelitian
Setelah penelitian dilaksanakan, diharapkan dapat memberikan manfaat secara
praktis maupun teoretis, adapun manfaat tersebut antara lain:
1. secara praktis dapat memberikan informasi mengenai model-model program
PKH di Provinsi DIY.
2. Secara teoretis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi terkait
dengan aspek pengembangan model pendidikan kecakapan hidup berdasarkan
pada model kecakapan hidup “KSAVE Model”
E. Sistematika Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian bertahap yang direncakan dilaksanakan
dalam dua tahun. Pada tahun pertama penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa
tahapan antara lain:
1. Perencanaan penelitian: peneliti berkoordinasi dengan tim peneliti serta
mahasiswa tentang pelaksanaan penelitian yang akan dilaksanakan. Dalam
tahap koordinasi ini ketua peneliti memberikan penjelasan pada anggota tim
penelitian mengenai objek dan subjek penelitian, setting penelitian, serta apa
saja sasarana yang ingin dicapaia dalam penelitian ini. Disamping itu ketua
peneliti juga memberikan pemahaman mengenai model kecakapan hidup yang
akan dijadikan dasar pijakan untuk mengembangkan model, yaitu KSAVE
Model.
2. Pelaksanaan Penelitian: penelitian akan dilaksanakan di Provinsi DIY.
Penelitian ini akan melibatkan satuan PNF yang khusus menyelenggarakan
7
program PNF dalam hal ini adalah Sanggar Kegiatan Belajar (SATUAN PNF)
yang kedudukannya ada di tiap kabupaten dan kota.
3. Pengumpulan data: pengumpulan data dilakukan melalui mekanisme pengisian
angket yang dilakukan oleh peserta program PKH yang diselenggarakan oleh
SATUAN PNF, khususnya peserta yang telah mengikuti program PKH pada
tahun berjalan.
4. Pengolahan data dilakukan setelah pengumpulan data, baik itu pada saat
penelitian sedang berlangsung dan setelah proses penelitian selesai
dilaksanakan. Mengingat data penelitian adalah data kuantitatif, jadi
rekapitulasi data dilakukan secara bertahap agar tidak terjadi kesalahan dala
rekapitulasi data karena jumlah responden yang cukup banyak. Data yang
terkumpul akan dianalisis secara kuantitatif sederhana karena dalam penelitian
ini tidak melibatkan hubungan antar variabel namun berupa data survey.
Analisis data akan menggunakan prosentase dan penskalaan sebagai cara
peneliti untuk mengambil keputusan.
5. Pelaporan: sebagai bentuk pertanggung jawaban, di akhir masa penelitian,
peneliti akan menyusun laporan penelitian disertai dengan produk-produk
pendukung seperti jurnal yang siap diterbitkan.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendidikan Non Formal
1. Konsep dasar
Pendidikan Nonformal menurut Commbs adalah: “eny organized activity
outside established formal system – wether operating separately or as an important
feature of some broader activity – that is intended to serve identifiable clienteles and
learning objective” (Evan, 1981). Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional No. 20 Tahun 2003, Pendidikan Nonformal adalah jalur pendidikan di luar
pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
Pendidikan Nonformal di Indonesia memiliki visi: Mewujudkan Masyarakat
Pembelajar Sepanjang Hayat. Ditunjang dengan misi pendidikan nonformal:
Meningkatkan kualitas keterampilan, kecakapan hidup dan profesionalitas, bagi anggota
masyarakat yang membutuhkan dalam rangka meraih kesejahteraan jasmani dan rohani,
dengan menerapkan prinsip belajar sepanjang hayat dan untuk meningkatkan daya saing
bangsa di era global.
Satuan pendidikan nonformal terdiri atas: Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP),
Kelompok Belajar (KB), Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), Majelis Taklim
(MT), serta Satuan PNF Sejenis. Satuan pendidikan nonformal sejenis menurut
permendikbud No 81 Tahun 2013 terdiri dari rumah pintar, balai belajar bersama,
lembaga bimbingan belajar, serta bentuk lain yang berkembang di masyarakat dan
ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal.
LKP sendiri adalah satuan PNF yang diselenggarakan oleh masyarakat yang
memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk
mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri atau untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Kelompok Belajar adalah satuan
pendidikan nonformal yang terdiri atas sekumpulan warga masyarakat yang saling
membelajarkan dan berbagi pengalaman, ketrampilan dan kemampuan dalam rangka
meningkatkan mutu dan taraf kehidupannya. PKBM adalah satuan pendidikan
nonformal yang menyelenggarakan berbagai kegiatan belajar sesuai dengan kebutuhan
masyarakat atas dasar prakarsa dari, oleh, dan untuk masyarakat. Sedangkan Majelis
9
Taklim adalah satuan pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan
keagamaan bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT
dan akhlak mulia peserta didik serta mewujudkan rahmat bagi alam semesta.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 81 Tahun 2013 tentang
Pendirian Satuan Pendidikan Nonformal memberikan informasi tentang program dan
kegiatan dalam satuan pendidikan nonformal. Program pendidikan nonformal meliputi
layanan pendidikan yang diselenggarakan untuk memberdayakan masyarakat melalui
pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan,
pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan
dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik.
B. Pendidikan Kecakapan Hidup
Oleh karena itu, warga belajar di lembaga kursus perlu dibekali dengan
keterampilan dan kecakapan hidup (life skills) yang diperlukan untuk berperan serta
secara efektif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Menurut Brolin (Anwar, 2012:20) menyatakan bahwa “Life skills constitute a
continuum of knowledge and aptitude that are necessary for a person to function
effectively and to avoild interupptions of employment experience” Pernyataan Brolin
tersebut mengandung makna bahwa life skills dapat dinyatakan sebagai kecakapan
untuk hidup. Menurut Satoripada (Anwar, 2012:20) pengertian hidup di sini, tidak
semata-mata memiliki kemampuan tertentu saja (vocational job), namun masyarakat
harus memiliki kemampuan dasar pendukungnya secara fungsional seperti membaca,
menulis, menghitung, merumuskan dan memecahkan masalah, mengelola sumber daya,
bekerja dalam tim, terus belajar di tempat bekerja, serta mempergunakan teknologi.
Menurut konsep di atas, kecakapan hidup adalah kemampuan dan keberanian
untuk menghadapi problema kehidupan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari
dan menemukan solusi untuk mengatasinya. Pendidikan berorientasi kecakapan hidup
bagi peserta didik adalah sebagai bekal dalam menghadapi dan memecahkan problema
hidup dan kehidupan, baik sebagai pribadi yang mandiri, warga masyarakat, maupun
sebagai warga negara. Apabila hal ini dapat dicapai, maka ketergantungan terhadap
ketersediaan lapangan pekerjaan, yang berakibat pada meningkatnya angka
10
pengangguran, dapat diturunkan, yang berarti produktivitas nasional akan meningkat
secara bertahap.
Anwar (2012:21) menyatakan bahwakecakapan hidup (life skills) merupakan
kemampuan komunikasi secara efektif, kemampuan mengembangkan kerjasama,
melaksanakan peranan sebagai warga negara yang bertanggung jawab, memiliki
kesiapan serta kecakapan untuk bekerja, dan memiliki karakter dan etika untuk terjun
kedunia kerja. Berdasarkan definisi tentang pengertian pendidikan kecakapan hidup di
atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan kecakapan hidup (life skill) pada dasarnya
merupakan suatu upaya pendidikan untuk meningkatkan kecakapan hidup setiap warga
negara. tidak terkecuali dengan para wanita.
Nyarko dan Zumapkeh (2014:127) menyatakan bahwa pendidikan kecakapan
hidup bagi wanita terutama diperlukan untuk memberantas buta huruf dan
meningkatkan kehidupan sosial ekonominya. Hal tersebut mendesak dilakukan
mengingat wanita masih menjadi kaum yang termarginalkan. Wanita mempunyai hak
untuk memperoleh pendidikan kecakapan hidup (life skills) agar dapat menghadapi
permasalahan atau problem hidup sehingga dapat hidup secara wajar dalam
kehidupannya.
Menurut Depdiknas (Anwar, 2012:21) ciri pembelajaran life skills adalah: (1)
terjadi proses identifikasi kebutuhan belajar, (2) terjadi proses penyadaran untuk belajar
bersama, (3) terjadi keselarasan kegiatan belajar untuk mengembangkan diri, belajar,
usaha mandiri, usaha bersama, (4) terjadi proses penguasaan kecakapan personal, sosial,
vokasional, akademik, manajerial, kewiarausahaan, (5) terjadi proses pemberian
pengalaman dalam melakukan pekerjaan dengan benar, menghasilkan produk bermutu,
(6) terjadi proses interaksi saling belajar dari ahli, (7) terjadi proses penilaian
kompetensi, dan (8) terjadi pendampingan teknis untuk bekerja atau membentuk usaha
bersama. Jika hubungkan dengan pekerjaan tertentu, life skills dalam lingkup
pendidikan nonformal ditujukan pada penguasaan vocational skills, yang intinya
terletak pada penguasaan specific occupational job.
Berdasarkan pengertian di atas secara umum tujuan life skills adalah
mengembalikan pendidikan pada fitrahnya, yaitu mengembangkan potensi peserta didik
untuk menghadapi kehidupan. Lebih spesifik tujuan pendidikan kecakapan hidup
adalah: memberdayakan kualitas batiniah, sikap, dan perbuatan lahiriah melalui
11
pengenalan, pengahayatan, dan pengamalan nilai-nilai kehidupan untuk menjaga
kelangsungan hidup dan perkembangannya; memberikan wawasan yang luas tentang
pengembangan diri dalam memasuki dunia kerja; memberikan bekal dasar dan latihan-
latihan yang dilakukan secara benar; meningkatkan kemampuan peserta didik untuk
menghadapi kehidupan; mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya dengan mendorong
peningkatan kemandirian, partisipasi stakeholders, dan fleksibilitas penyelenggara.
Menurut Dirjen PAUDNI (2010) jenis program pendidikan kecakapan hidup
sebagai berikut :
a. Kursus Para-Profesi (KPP)
Program pelayanan pendidikan dan pelatihan berorientasi pada pendidikan
kecakapan hidup yang diberikan kepada peserta didik agar memiliki kompetensi
di bidang keterampilan tertentu seperti operator dan teknisi yang bersertifikat
kompetensi sebagai bekal untuk bekerja.
b. Kursus Wirausaha Perkotaan (KWK)
KWK adalah program pendidikan kecakapan hidup yang diselenggarakan untuk
memberikan kesempatan belajar bagi masyarakat di bidang usaha yang
berspektrum perkotaan guna memperoleh pengetahuan, keterampilan,
menumbuhkembangkan sikap mental berwirausaha, dalam mengelola diri dan
lingkungannya yang dapat dijadikan bekal untuk bekerja dan berusaha.
c. Kursus Wirausaha Pedesaan (KWD)
KWD adalah program pendidikan kecakapan hidup yang diselenggarakan oleh
lembaga yang bergerak dibidang pendidikan nonformal dan informal untuk
memberikan kesempatan belajar bagi masyarakat yang belum mendapat
kesempatan untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan menumbuh
kembangkan sikap mental berwirausaha dalam mengelola potensi diri dan
lingkungannya yang dapat dijadikan bekal untuk berusaha atau bekerja.
d. Kursus Wirausaha Pedesaan (KWD) Daerah Tertinggal
KWD daerah tertinggal adalah program pelayanan pendidikan berupa kursus dan
pelatihan yang diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan peserta didik di
kawasan daerah tertinggal agar memiliki kompetensi (pengetahuan,
keterampilan dan sikap mental kreatif) dalam mengelola potensi diri dan
lingkungannya yang dapat dijadikan bekal untuk bekerja dan berusaha.
12
e. PKH bagi lembaga Kursus dan Pelatihan (PKH-LKP)
PKH-LKP adalah program pendidikan kecakapan hidup yang diselenggarakan
secara khusus untuk memberikan kesempatan belajar bagi masyarakat agar memperoleh
pengetahuan, keterampilan dan menumbuhkembangkan sikap mental kreatif, inovatif,
bertanggung jawab serta berani menanggung resiko (sikap mental profesional) dalam
mengelola potensi diri dan lingkungannya yang dapat dijadikan bekal untuk bekerja dan
atau berwirausaha dalam upaya peningkatan kualitas hidupnya.
C. Evaluasi Program PNF
AS Horbnby (Fakhruddin,2011:1) mendefiniskan evaluasi adalah to find out,
decide the ammount or value yang artinya suatu upaya untuk menentukan nilai atau
jumlah. Kegiatan evaluasi harus dilakukan dengan hati-hati dalam melakukan strategi
sehingga dapat dipertanggungjawabkan.Evaluasi merupakan bagian dari sistem
manajemen yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi.
Menurut Echols dan Shadily (2000:220), tanpa evaluasi, maka tidak akan diketahui
bagaimana kondisi objek evaluasi tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta hasilnya.
Pemahaman mengenai pengertian evaluasi dapat berbeda-beda sesuai dengan
pengertian evaluasi yang bervariatif oleh para pakar evaluasi. Menurut Stufflebeam dan
Shinkfield (2007:8), evaluasi adalah “the process of delineating, obtaining, and
providing useful information for judging decision alternatives."
Tague-Sutclife (2000:3), mengartikan evaluasi sebagai "a systematic process of
determining the extent to which instructional objective are achieved by pupils".
Evaluasi bukan sekadar menilai suatu aktivitas secara spontan dan insidental, melainkan
merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik, dan terarah
berdasarkan tuiuan yang jelas.
Uzer (2003:120), mengatakan bahwa:
Evaluasi adalah suatu proses yang ditempuh seseorang untuk memperoleh
informasi yang berguna untuk menentukan mana dari dua hal atau lebih yang
merupakan alternatif yang diinginkan, karena penentuan atau keputusan
semacam ini tidak diambil secara acak, maka alternatif-alternatif itu harus
diberi nilai relatif, karenanya pemberian nilai itu harus memerlukan
pertimbangan yang rasional berdasarkan informasi untuk proses pengambilan
keputusan.
13
D. Model-Model Pendidikan Kecakapan Hidup
1. The KSAVE Model
Griffin, P., McGaw, B., & Care, E. (2012) melakukan analisis tentang kerangka
keterampilan abad ke-21 yang kemudian disebut dengan KSAVE model. Model ini
menjelaskan tentang 10 kecakapan yang dikelompokkan ke dalam 4 (empat) kategori,
meliputi:
a. Ways of thinking skills: Creativity and innovation, Critical thinking, prblem
solving, decision making, Learning to learn, metacognition.
b. Ways of working skills: Communication, Collaboration (teamwork).
c. Tools for working skills: Information literacy, ICT literacy
d. Living in the world skills: Citizenship, Life of career, Personal and social
responsibility
2. Megaskills Model
Model megaskills menjelaskan tentang kecakapan-kecakapan hidup yang
diperlukan di abad ke-21, meliputi:
Confidence (feeleing able to do it), motiivation (wanting to do it), effort (being
willing to work hard), responsibility (doing what’s right), initiative (moving into
action), perseverance (completing what your start), caring (showing caring for other),
teamwork (working with other), common sense (using good judgement), problem
solving (putting what you know and what you can do into action), focus (concentrating
with a goal in mind), respect (showing good behavior, courtesy, and appreciation).
3. 4-H Lifeskills Model
Gambar 1. Life Skills 4-H (sumber: Frederick, 1998 dalam
Marilyn N. Norman and Joy C. Jordan, 2009)
14
Model kecakapan hidup (life skills) 4-H yang dimaksud memiliki substansi
kecakapan hidup yang dapat dikelompokkan menjadi aspek:
a. Kepala (Head). Kecakapan hidup yang diklasifikasikan kepada aspek ini
adalah kecakapan hidup yang terkait dengan segala suatu yang dimiliki
seseorang dalam bentuk pengetahuan, penalaran, dan kreativitas. Aspek ini
terkategorikan dua aspek yaitu kemampuan berfikir seperti melahirkan
gagasan/ide, membuat keputusan (decision making), dan mencari penjelasan;
dan aspek pengelolaan yang mencakup pemanfaatan sumberdaya untuk
pencapaian tujuan.
b. Hati (Heart). Kecakapan hidup yang tergolong dalam aspek ini adalah segala
kemampuan yang terkait dengan memahami diri sendiri dan kemampuan
berinteraksi dengan lingkungan (social). Termasuk dalam kecakapan ini adalah
kemampuan membangun relasi, komunikasi, kerja sama, kemitraan, yang saling
menguntungan; dan kemampuan memiliki sikap yang menggambarkan
kompetensi memahami diri sendiri, memiliki kebaikan hati, dan memiliki
toleransi kepada orang lain.
c. Tangan (Hand). Kecakapan hidup yang masuk dalam ketegori ini menunjukkan
bahwa seseorang perlu memiliki kemampuan keterampilan teknis seperti
keterampilan vokasinal. Kompetensi dalam aspek ini adalah seseorang dapat
melakukan pekerjaan (vokasional), dan diharapkan pekerjaan tersebut,
memberikan dan menyediakan sesuatu yang bermanfaat kepada orang lain.
d. Sehat (Health). Kecakapan hidup terkait dengan hal ini adalah kemampuan
yang terkait dengan peningkatan kualitas diri atau aktualisasi diri, dan
kemampuan memelihara dan mengembangkan sikap hidup yang sehat seperti
memperhatikan penampilan, menjaga kebersihan, dan berperilaku sehat.
4. Macmillan Model
Salah satu model life skills adalah model Macmillan, model ini dikembangkan
oleh organisasi Macmillan dalam pengembangan keterampilan Bahasa Inggris. Dr.
Spencer Kagan dalam buku Macmillan Life Skills Language is Life Skills. Menyatakan
bahwa saat ini kita sedang menghadapi krisis kecakapan hidup. Krisis ini dapat
dikonseptualisasikan sebagai ketidak seimbangan antara ketersediaan dan permintaan.
Dimana kebutuhan untuk selalu mendorong capaian akademik lebih dominan
15
dibandingkan dengan dorongan terhadap kecakapan hidup. Atas dasar tersebut, life
skills dikategorikan kedalam empat jenis keterampilan yang harus dimiliki oleh
seseorang (mahasiswa, siswa, pekerja, dan lainnya).
a. Thinking Skills: creativity / imagination, problem solving, decision making , self
knowledge, critical thinking , accesing and analysing information.
b. Learning Skills: ICT, agility and adaptability, receiving and giving feedback,
handling criticsm, innovation/exploration, learner autinomy.
c. Working Skills: communication/collaboration, cooperation, people
management, time management, organization, negosiating, leading by influence.
d. Social Skills: citizenship, social responsibility, cultural awareness, social
development, respecting diversity, networking.
5. Model Depdiknas
Makna kecakapan hidup (life skills) lebih luas dari keterampilan untuk bekerja.
Orang yang tidak bekerja misalnya ibu rumah tangga, orang yang telah pensiun atau
anak-anak tetap memerlukan kecakapan hidup. Sebagaimana orang yang bekerja,
mereka juga menghadapi berbagai masalah yang harus dipecahkan. Orang yang sedang
menempuh pendidikanpun memerlukan kecakapan hidup, karena mereka tentu memiliki
permasalahan sendiri.
Kecakapan hidup dipilah menjadi empat jenis:
1) Kecakapan personal (personal skills) yang mencakup kecakapan mengenal
diri (self awareness), dan kecakapan berfikir rasional (thinking skills);
2) Kecakapan sosial (social skills);
3) Ketiga Kecakapan akademik (academic skills), dan
4) Keempat Kecakapan vokasional (vocational skills).
Kecakapan mengenal diri pada dasarnya merupakan penghayatan diri sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa, anggota masyarakat dan warga negara, serta
menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, sekaligus
menjadikan sebagai modal dalam meningkatkan dirinya sebagai individu yang
bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun lingkungannya. Kecakapan berfikir rasional
mencakup: (1) kecakapan menggali dan menemukan informasi (informating
searching), (2) kecakapan mengolah informasi dan mengambil keputusan (informating
16
processing and decision making skills), serta (3) kecakapan memecahkan masalah
secara kreatif (creative problem solving skills).
Kecakapan sosial atau kecakapan interpersonal (interpersonal skills)
mencakup antara lain kecakapan komunikasi dengan empati (communication skills),
dan kecakapan bekerja sama (collaboration skills). Empati, sikap penuh pengertian
dan seni komunikasi dua arah, perlu ditekankan karena yang dimaksud berkomunikasi di
sini bukan sekedar menyampaikan pesan, tetapi isi dan sampainya pesan disertai
dengan kesan baik yang menumbuhkan hubungan harmonis.
Dua jenis kecakapan hidup yang diuraikan di atas biasanya disebut sebagai
kecakapan hidup bersifat umum atau kecakapan hidup general (generik life skills/GLS).
Kecakapan hidup tersebut diperlukan oleh siapa pun, baik mereka yang bekerja, yang
tidak bekerja dan yang sedang menempuh pendidikan.
Gambar 2 model PKH dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
E. Kerangka Pikir
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang dilaksanakan dalam
beberapa tahapan penelitian. Penelitian pengembangan model implementasi program
pendidikan kecakapan hidup didasari pada belum optimalnya hasil yang diraih oleh
17
program yang telah dilaksanakan pada tahun-tahun sebelumnya. Kecenderungan
penekanan pada aspek kecakapan vokasional menyebabkan masalah-masalah klasik
kemiskinan tetap muncul meskipun berbagai solusi banyak dilaksanakan.
Perlu disadari bahwa masalah utama kemiskinan tidak semata karena rendahnya
kecakapan/keterampilan vokasional masyarakat. Alasan utama tersebut sering muncul
karena masyarakat tidak mampu mengidentifikasi masalah utama yang mereka alami.
Sehingga solusi paling cepat yang sering kali muncul adalah pemberian keterampilan
vokasional tanpa diberikan keterampilan lainnya sebagai penunjang berjalannya
keterampilan vokasional tersebut.
Atas dasar asumsi di atas, maka praktik program kecakapan hidup sebaiknya
tidak hanya terfokus pada kecakapan vokasional semata, melainkan juga harus
mengoptimalkan kecakapan lainnya. Dalam model KSAVE dikenal empat kategori
kecakapan yang harus dimiliki di abad ke-21 seperti: ways of thinking, ways of working,
tools for working dan living in the world. Keempat kategori tersebut penting dikuasai
agar seseorang mampu mengoptimalkan keterampilan-keterampilan yang dimilikinya
sehingga keterampilan vokasional tersebut berdampak positif bagi kehidupannya.
Gambar 3 Kerangka Pikir Penelitian
Program PKH Kecakapan
Vokasional
ways of thinking,
ways of working,
tools for working
living in the world Model
Konseptual
Uji
Coba
Model
Model
Akhir
Penelitian Tahap Awal Penelitian Lanjutan
Penelitian Pendahuluan Pengembangan Model Implementasi Program
PKH KSAVE
18
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan
Penelitian pada tahun pertama menggunakan desain penelitian survey. Penelitian
survey merupakan prosedur dalam penelitian kuantitatif dimana peneliti mensurvey
sebagian atau seluruh populasi orang untuk mengetahui sikap, pendapat, perilaku atau
karakteristik dari populasi tersebut. Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data
angka dengan menggunakan pertanyaan (angket) atau dengan cara wawancara
(wawancara antara peneliti dengan sample populasi) dan kemudian secara statistic
menganalisa data yang telah terkumpul tersebut untuk menggambarkan kecenderungan
respon terhadap pertanyaan yang telah diajukan dan untuk menguji hipotesisi.
Kemudian peneliti juga menafsirkan arti dari data tersebut dengan cara membandingkan
dengan hasil penelitian sebelumnya. Survey juga dapat berguna untuk memberikan
informasi dalam hal untuk mengevaluasi program sekolah, misalnya kesuksesan
program pendidikan robot di sekolah. (Creswell, 2008).
Survey sendiri dapat diartikan sebagai berikut: “A survey has several
characteristics and several claimed attractions; typically it is used to scan a wide field
of issues, populations, programmes etc. in order to measure or describe any generalized
features (Cohen, L., Manion, L. & Morrison, K., 2005”). Yang artinya survey adalah
beberapa karakteristik atau atraksi yang diklaim dapat digunakan untuk menyelidiki
berbagai isu, populasi, program dan lainnya yang cukup luas yang bertujuan untuk
mengukur atau menggambarkan fitur yang tergeneralisasi. Dalam kesempatan lain,
Cohen dan Morrison juga mengungkapkan pendapat tentang survey sebagai berikut:
Surveys can be exploratory, in which no assumptions or models are postulated,
and in which relationships and patterns are explored (e.g. through correlation,
regression, stepwise regression and factor analysis). They can also be
confirmatory, in which a model, causal relationship or hypothesis is tested.
Surveys can be descriptive or analytic (e.g. to examine relationships).
Descriptive surveys simply describe data on variables of interest, while analytic
surveys operate with hypothesized predictor or explanatory variables that are
tested for their influence on dependent variables (Cohen, L., Manion, L. &
Morrison, K., 2005).
19
Statement tersebut di atas bermakna bahwa, survey dapat juga bersifat
eksploratif, dimana tidak ada asumsi atau model yang mengendalikan, dan ketika pola
dan hubungan dapat dieksplor (seperti korelasi, regresi, regresi bertahap dan analisis
faktor). Survey juga dapat bersifat konfirmatif, dimana model hubungan atau hipotesis
diuji. Survey juga dapat bersifat deskrptif analitik. Survey deskriptif hanya
menggambarkan data dan variabel yang dikehendaki, sementara survey analitik bekerja
dengan hipotesis prediktor atau variabel ekploratoris yang diuji pengaruhnya terhadap
variabel terikat.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Mei – Oktober 2017. Penelitian
dilaksanakan di Provinsi DIY dengan melibatkan Sanggar Kegiatan Belajar (SATUAN
PNF) sebagai penyelenggara program Pendidikan Kecakapan Hidup.
C. Subjek Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian survey, sehingga subjek penelitian
ditentukan dalam rangka memetakan kondisi di suatu wilayah. Agar diperoleh data yang
valid, reliabel dan representatif, maka subjek atau responden penelitian ditentukan
dengan menghitung jumlah sampel representatif. Metode sampling yang akan
digunakan adalah proportional sampling agar masing-masing SATUAN PNF memiliki
proporsi yang sama dalam jumlah sampel yang diambil.
D. Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian dikumpulkan melalui penyebaran angket (questionaire) pada
peserta program PKH dan wawancara dengan pengelola lembaga. Kuesioner merupakan
instrument berupa pertanyaan-pertanyaan dimana partisipan harus
melengkapi/menjawab pertanyaan-pertanyaaan di dalam instrument tersebut kemudian
mengembalikan instrument tersebut kepada peneliti. Instrumen ini akan berisi beberapa
indikator yang menunjukkan ketercapaian kompetensi kecakapan hidup yang
dirasakan/diraih oleh peserta pelatihan setelah mengikuti program.
20
E. Instrumen Pengumpul Data
Alat yang digunakan dalam pengumpulan data angket (questionaire). Instrumen
penelitian diperlukan dalam pengumpulan data atau pengukuran variabel. Angket disusu
berdasarkan pada rumusan masalah penelitian yang tujuannya untuk menghasilkan data
deskriptif terkait dengan kondisi kelembagaan satuan PNF kaitannya dengan
kesiapannya menghadapi akreditasi lembaga. Pedoman wawancara juga digunakan
untuk melengkapi data yang diperoleh dari angket.
F. Analisis Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif deskriptif,
sehingga data yang terkumpul akan dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan
rumus sederhana untuk menghitung prosentase maupun skala yang kemudian
dilanjutkan dengan proses pendeskripsian data lapangan tersebut. Prosedur analisis data
mencerminkan tipe pertanyaan penelitian kuantitatif. Analisis ini terdiri dari mencatat
tingkat pengembalian jawaban, pemeriksaan jawaban yang bias, melakukan analisa
deskriftif terhadap setiap item, dan kemudian menjawab pertanyaan.
21
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Model Implementasi Pendidikan Kecakapan Hidup di Provinsi DIY
1. Implementasi PKH di PT Garda Total Security
Kajian Program Pelatihan Satpam pada lembaga Garda Pratama di PT Garda
Total Scurity ini menggunakan kurikulum yang telah disusun dan dirancang
berdasarkan peraturan kepala kepolisan negara republik Indonesia no 24 tahun 2007
padal 17 dan pasal 14 ayat 3. Pada pelatihan satpam dilembanga ini menggunakan
komponen KSAVE yakni, Attituedes, Values dan Ethics.
Dalam penjabaranya pelatihan ini menggunakan tahapan kelompok pembinaan
yang dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan tentang etika profesional tugas
pokok, fungsi dan peran satuan pengamanan. Kemampuan dalam vokasional meliputi
skill khusus yang harus dimiliki satpam seperti informasi literacy; kemampuan polisi
terbatas, pembuatan laporan berita acara pemerikasaan (BAP), ICT literacy; pengenalan
bahan peledak, narkotika, psikotropika dan zat aktif lainya. Keterampilan living in the
world; kecakapan sosial yang diutamakan dimana dalam tugasnya memang satpam
banyak berintekasi pada banyak orang.
2. Implementasi PKH pada lembaga kursus ALL Plus Yogyakarta.
All plus memiliki sarana dan prasarana ruang kelas untuk setiap kelas belajar
nya karena pada proses pembelajaran memiliki tingkatan program kelas Star kids 1,
Superkids 1, Junior dan Active English.
Metode pembelajaran yang digunakan pada pembelajaran All plus yakkni
pendekatan langsung yang juga bisa disebut direct method pembelajaran yang
menekankan pada penggunaan bahasa dan demonstrasi atau aksi. Pada pembelajaran All
plus bukan guru yang menjadi pusat pembelajaran melainkan memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mampu membuat soal atau pertanyaan bagi peserta didik
lain, namun ini tidak berlaku pada kelas star kids karena usia peserta didik masih 3-4
tahun.
Media yang digunakan pada proses pembelajaran All plus ini menggunakan
media seperti infokus, vidio, mp3 lagu-lagu, speker aktif untuk membantu menunjang
proses pembelajaran.
22
Cara berpikir; yang kreatif dan inovasi dalam penerapanya peserta didik
diarahkan atau distimulasi untuk mampu mengindetifikasi fokus bahasa target pada
gamabar atau vidio, selanjutnya anak-anak diminta untuk menyampaikan hasil
identifikasi secara lisan menggunakan bahasa inggris kepada peserta didik lain diminta
untuk mengkritik atau menyempurnakan hasil indetifikasi tersebut.
Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan; dimana peserta dididk
berusaha mengidentifikasi masalah, mencari solusi dan menarik kesimpulan,misalnya
tentang struktur bahasa tenses di sini pendidikan mengajar secara indiktif melalui cerita,
lagu atau vidio dan meminta peserta didik mengindetifikasi kondisi dalam realita yang
ada.
Belajar menggunakan metakonis; pembelajaran dalam All plus dapat dilihat
melalui cirri pembelajaran yang juga mengembangkan tingkah laku, nilai dan etika
peserta didik dalam kelas seperti kegiatan situasi dimana peseta didik dilatih untuk lebih
percaya diri dalam berbicara menggunakan bahasa inggris yang baik dan benar. Disini
peserta didik harus mampu mengarahkan dirinya sediri untuk belajar mengmbagkan
komptensinya melalui realia multimedia yang disesikan sperti lagu, permainan, vidio,
listening activity, membaca, menulis dan lain sebagainya.
Cara Bekerja; komunikasi; dalam prakteknya, pembelajaran bahas inggis All
plus sangat mengedepankan upaya untuk menjadikan anak-anak lebih percaya diri
dalam berbicara menggunakan bahasa inggris, misalnya dalam kegiatan wawancara.
Team work; dengan mengkondisikan peserta didik untuk selalu bekerja sama dalam
permainan dan diskusi, memecahkan masalah tentang identifikasi fokus bahasa yang
dipelajari bersama.
Alat kerja; All plus belum cukup mampu menerapkan liteasi informasi sebagai
bagaian dari proses pembelajaran bahas inggirs di kelas. Kehidupan di dunia;
Kependudukan Local dan global; dengan mempelajari berabagai kebudayaan Indonesia
yang ada di Indonesia dalam kemasan bahasa Inggris. Tidak semua hal berkaitan
dengan kependudukan sebagai bagaian dari model KSAVE diterapkan dalam
pembelajran di All plus. Hal ini dikarenakan sebagian besar peserta didik adalah anak-
anak.
Kehidupan karir tanggung jawab personal dan sosial kesadaran dan komptensi
budaya; dalam kaitan dengan Allplus belum siap menerapakan model ini kepada anak-
23
anak dan kehidupan yang membutuhkan kemampuan berpikir orang dewasa dalam
upaya memenuhi peran sosial yang dijalaninya.
3. Implementasi model PKH pada lembaga Serat Fashion Course
Serat Fashion Course memiliki sarana prasarana ruang kelas, studio, gedung
sendiri, wifi dan peralatan pembelajaran. Tenaga pendidik atau instruktur, para praktisi
yang berkompeten dan berpengalaman di dunia fhasion yang terdiri dari 4 instruktur
dengan latar belakang pendidikan fhasion.
Pembiayaan yang rapi, sesuai dengan peserta didik mulai dari anak-anak,
dewasa memiliki pembiayayan yang berbeda. Implementasi model PKH, pengetahuan;
melandasi peserta didik pada pembentukan ide, penemuan dan inovasi. Keahlian;
program pada lembaga mengarahkan peserta didik untuk mendapatkan keterampilan
dan keahilan khsus dalam menciptakan ide, gagasan, dan produk baru.
4. implementasi model PKH pada lembaga LPK Adana
Kajian implementasi model PKH pada lembaga LPK Adana, sarana yang
dimiliki gedung LPK Adana milik sendiri. Pendidik atau Instruktur 4 orang yang
memiliki kompetensi dalam bidang fhasion. Pembiayayan sesuai dengan program
peserta didik yang diambil. Dalam program pembelajaran ada 9 program pembelajaran.
Model PKH yang diterapkan dalam pelatihan LPK Adana; Pengetahuan; LPK
Adana berpedomana pada ide, gagasan dan penemuan baru dalam proses pembelajaran.
5. Implementasi Model PKH pada ILM Seeker Institute
Implementasi Program Sekolah Calon Ibu. Proses pembelajaran pada kegiatan
ini menggunakan metode pembelajaran yang Fun, Focus dan Friendly. Implementasi
PKH; Knowledge; pemecahan masalah; penerapan pada mengembangkan cara berpikir
dengan mengaitkan materi pembelajaran pada kasus-kasus dalam rumah tangga. Skill;
komunikasi; menggunakan bahasa ibu sebagai potensi budaya. Kerja tim; berintekasi
secara efektif dengan orang lain, mengetahui peran individu. Berintekasi dengan jelas,
kesabaran, kejujuran dan professional penerapan dengan games dalam menyampaikan
materi. Etika; Informasi literacy; kemampuan dalam mengelola informasi dari berbagai
media informasi termasuk yang tercetak, vidio dan situs web.
6. Implementasi Model PKH pada CV Lokal Media
Dari aspek knowledge peserta dan instuktur mengetahui cara berinteraksi secara
efektif, kebutuhan dari pelatihan dan materi yang perlu ditekankan dengan metode yang
24
digunakan yaitu case study. Dari aspek skill peserta mampu melakukan interaksi efektif,
memiliki sikap profesional dengan menggunakan metode microteaching. Dari aspek
attitude peserta dapat saling menghargai satu sama lain.
7. Implementasi Model PKH pada Program Keluarga Harapan
Belum ada penjelasan mengenai komponen – komponen dalam proses
pembelajaran. Namun sudah menggambarkan analisis berkaitan dengan KSAVE yaitu
dari program pemberdayaan melalui pelatihan untuk mengembangkan cara berpikir
yang kreatif dan inovatif. Sehingga peserta memiliki ketrampilan dalam memproduksi
barang. Dari segi attitudes, peserta diharapkan dapat saling terbuka antar warga untuk
mengabungkan ide dan saling kerjasama.
8. Implementasi Model PKH pada BLKPP Kursus Menjahit
Program pelatihan di BLKPP memiliki tujuan untuk dapat mengembangkan cara
berpikir inovasi dan kreatif. Sehingga peserta juga memiliki skill atau ketrampilan
dalam menciptakan desain pakaian baru. Dalam proses pelatihan peserta memiliki sikap
terbuka dan responsif terhadap hal baru.
9. Implementasi Model PKH pada Abhiseka Training Center
Materi pelatihan yang diberikan kepada peserta pelatihan bertujuan untuk
memgembangkan kemampuan berpikir kreatif dan inovatif dengan metode studi kasus
yang digunakan. Selain itu, metode tersebut juga melatih peserta untuk dapat memiliki
cara sendiri dalam memecahkan masalah dan mengambil keputusan. Di samping itu
peserta diharapkan memiliki sikap profesional saat proses pelatihan. Komunikasi yang
dibangun saat proses pelatihan yaitu dengan dua bahasa yaitu bahasa indonesia dan
bahasa inggris. Metode kolaboratif yang digunakan membantu untuk melatih kerjasama
tim. Literasi teknologi yaitu ditunjukan dengan menggunakan media dalam proses
pelatihan.
10. Implementasi Model PKH pada BLKPP Pelatihan Komputer
Pelatihan komputer di BLKPP dikondisikan agar peserta mampu
mengidentifikasi fokus pada perangkat komputer sehingga peserta mampu berpikir
kreatif dan inovatif. Proses komunikasi dibangun tatap muka agar peserta dan tutor
dapat saling memberi masukan dan saling belajar dengan peserta lain. Metode diskusi
digunakan untuk melatih teamwork antar peserta. Dengan adanya pelatihan komputer,
peserta tidak dapat terlepas dari upaya untuk menanggulangi buta teknologi.
25
11. Implementasi Model PKH pada LKP JILLI
LKP Jilli memiliki banyak mitra kerja sebagai tempat peserta setelah lulus
mengikuti pelatihan keterampilan menjahit, tata rias, tata boga dan batik yang nantinya
akan disalurkan ke duani kerja baik itu konveksi, modiste, taylor atau perusahaan yang
menjadi mitra kerja maupun berwirausaha mandiri.
Sebagai satuan PNF, LKP Jilli sangat memperhatikan syarat-syarat formal
penyelenggaraan pendidikan. salah satunya adalah perolehan akreditasi program
keterampilan dan keterampilan menjahit oleh Badan Akreditasi Nasional PNF. Program
kursus yang diselenggarakan oleh LKP Jilli antara lain: kursus menjahit garment, kursus
menjahit tata busana. Kursus menjahit garment dilaksanakan dalam 120 jam pelajaran
dengan menggunakan kurikulum berbasis kompetensi. Sedangkan kursus menjahit tata
busaha membutuhkan waktu 200 jam pelajaran dengan kurikulum sesuai dengan KKNI.
Lulusan program pelatihan menjahit di LKP Jilli yang telah menyelesaikan
kursus tingkat dasar, terampil dan mahir serta lulus Ujian Nasional sebagian besar
membuka usaha mandiri (60%) sedangkan sisanya (40%) bekerja pada Dunia Usaha
dan Dunia Insdustri.
B. Permasalahan dalam Implementasi Pendidikan Kecakapan Hidup
Identifikasi permasalahan dalam implementasi pendidikan kecakapan hidup
pada lembaga pendidikan nonformal didasarkan pada model KSAVE. KSAVE
merupakan singkatan dari knowledge, skills, attitude, values dan ethics. Model ini
merupakan sebuah kerangkan model keterampilan abad ke-21. Dalam menentukan
keterampilan, Marilyn Binkley (2010) melalui proyek ATC21S mengelompokkan
KSAVE kedalam empat kelompok yang membentuk sepuluh keterampilan abad ke-21
yaitu ways of thinking, ways of working, tools for working dan living in the world.
Way of thinking mencakup: 1) kreativitas dan inovasi; 2) berfikir kritis,
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan; 3) belajar bagaimana caranya belajar
melalui kemampuan metakkognisi. Way of working mencakup: 1) komunikasi; dan 2)
kolaborasi. Tools for working mencakup: 1) literasi informasi dan 2) literasi teknologi.
Sedangkan living in the world mencakup: 1) menjadi warga masyarakat lokal dan
global; 2) kehidupan dan karir; dan 3) tanggung jawab personal dan sosial termasuk
kesadaran dan kompetensi budaya.
26
Tabel 1 Peta Kondisi Implementasi PKH di Provinsi DIY
No Lembaga Skills
Kn
ow
led
ge
Sk
ills
Att
itu
des
,
Vall
ue,
Eth
ics
1. Garda Pratama di
PT Garda Total
Scurity
Ways of Thinking
Ways of Working
Tools for Working
Living in The World
2. Lembaga Kursus
ALL Plus Yk
Pelatihan B.
Inggris
Ways of Thinking
Ways of Working
Tools for Working
Living in The World
3. House of Serat
Fashion course
Ways of Thinking
Ways of Working
Tools for Working
Living in The World
4. lembaga LPK
Adana
Fashion Design
dan Pattern
Making
Ways of Thinking
Ways of Working
Tools for Working
Living in The World
5. ILM Seeker
Instutute
Program Sekolah
Calon Ibu
Ways of Thinking
Ways of Working
Tools for Working
Living in The World
6. CV Lokal Media
ToT Sertifikasi
LSP
Ways of Thinking
Ways of Working
Tools for Working
Living in The World
7. Program
Keluarga
Harapan (Dusun
Blawong
Ways of Thinking
Ways of Working
Tools for Working
Living in The World
8. BLKPP
Program
Menjahit
Ways of Thinking
Ways of Working
Tools for Working
Living in The World
9. Abhiseka T.C.
Lembaga
Pengembangan
SDM
Ways of Thinking
Ways of Working
Tools for Working
Living in The World
10. BLKPP Ways of Thinking
27
Pelatihan
Komputer
Ways of Working
Tools for Working
Living in The World
11. LKP JILLI
Keterampilan
Menjahit
Ways of Thinking
Ways of Working
Tools for Working
Living in The World
Sumber: data peneltian diolah
Untuk melihat keefektivan program PKH diperlukan pengalaman dan urutan
logis mereka dalam cara memandang permasalahan, dan tergantung pada konten apa
yang akan dibahas. Selain itu salah satu tantangan utama dalam mengembangkan
kerangka konseptual keterampilan hidup yang definisi oleh WHO 1999 dalam ken
Hoge, yang mana ada lima dasar dari kecakapan hidup : a. pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah, b. berpikir kreatif dan pemikiran kritis, c. komunikasi, d.
kesadaran diri dan empati dan e. mengatasi emosi dan stress. Pendidikan kecakapan
hidup ini ditujukan untuk mefasilitasi pemgembangan keterampilan psikososial yang
dibutuhkan untuk menghadapi tuntutan dan tantangan sehari-hari (Ken Hoge, 2012:2).
Jadi dengan menggunakan metode dalam pengembangan kecakapan hidup nantinya
diharapkan dapat menganalisis kebutuhan dari individu dan lebih terfokus lagi apa yang
memang dibutuhkan, keterampilan apa yang dimiliki bagaimana upaya pengembangan
hal itu dapat dilakukan dengan beberapa metode pendidikan keterampilan hidup. Dalam
pengembangannya pendidikan keterampilan hidup ada dasar-dasar kecakapan yang
harus dimiliki untuk dapat menjadi tujuan memecahkan tuntutuan peramasalahan dan
tantangan kehidupan sehari-hari.
Identifikasi berbagai permaslahan dalam implementasi program PKH dilakukan
melalui aktivitas pembelajaran dan sarana pendukung program. Beberapa komponen
yang dijadikan sebagai pijakan dalam mengidentifikasi antara lain : kurikulum, sarana,
metode, pendidik, media dan evaluasi. Kurikulum sebagai perangkat utama dalam
sebuah program pendidikan merupakan bagian penting yang harus dimiliki oleh sebuah
program. Kurikulum berisi berbacam hal yang berkaitan dengan materi dan kompetensi
yang harus dikuasai oleh peserta program.
Sarana pembelajaran seperti ruang kelas, alat praktik, bahan ajar dan lainnya
adalah salah satu faktor pendukung kesuksesan sebuah program. Tanpa sarana yang
memadai mustahil sebuah program dapat mencapai hasil yang diharapkan. Kompetensi
28
dan materi tanpa didukung sarana yang baik tidak dapat ditransfer dengan baik oleh
pendidik.
Metode pembelajaran dalam hal ini meliputi segala aktivitas belajar yang
dilakukan oleh peserta pelatihan yang telah dirancang oleh penyelenggara program.
Metode merupakan cara yang dilakukan oleh pendidik untuk mentransfer pengetahuan
pada peserta. Dalam aktivitas pembelajaran sering kali seorang pendidik menyampaikan
materi yang sebenarnya tidak ada dalam kurikulum namun penting bagi peserta didik
misalkan nilai-nilai, etos kerja, norma, dan lainnya.
Pendidik sebagai aktor utama dalam proses pembelajaran membawa peran
penting pada kesuksesan proses pembealjaran. Kemampuan pendidik dalam
menyajikan, menyampaikan, mentransfer dan mensimulasikan suatu materi ajar akan
berdampak pada hasil yang dicapai oleh peserta. Kreativitas pendidik sangat diperlukan
dalam setiap aktivitas pembelajaran sehingga suasana belajar menjadi lebih bergairah,
hidup dan dinamis.
Media juga memiliki peran sangat penting dalam proses pembelajaran, media
yang baik akan memberikan efek yang baik pula pada situasi kelas dan pemahaman
peserta didik atas materi yang disampaikan. Sebuah program yang terencana akan selalu
dilengkapi dengan media belajar yang memadai dan berbeda untuk setiap kompetensi
yang diajarkan. Disamping menjadi alat bantu dalam menyajikan materi, media juga
bisa digunakan untuk menyampaikan berbagai hal yang sebenarnya tidak masuk dalam
kurikulum.
Komponen terakhir adalah evaluasi. Evaluasi adalah mekanisme untuk
mengetahui apakah suatu program berjalan sesuai dengan rencana atau tidak dan yang
lebih penting evaluasi dilakukan untuk mengetahui ketercapaian program. Aktivitas
belajar tanpa evaluasi akan sulit untuk menentukan ketercapaian tujuan. Evaluasi bisa
berbentuk soal ujian, pedoman observasi, angket dan lainnya dimana fungsinya untuk
mengetahui capaian hasil belajar dan efisiensi proses belajar.
Berikut disajikan tabel hasil identifikasi yang menunjukkan dukungan
komponen penunjang program terhadap kompetensi yang diajarkan.
Linda Selwood Choueiri (2012) mengungkapkan bahwa pendidikan dengan
pendekatan inovatif dan keterampilan kepemimpinan mampu mengatasi perubahan dan
merangkul kualitas manusia, dan membimbing peserta didik untuk memiliki pemikiran
29
holistik. Penelitian yang dilakukan Linda di Universitas Lebanon dapat memainkan
peran penting dalam mereformasi peserta didik dari sistem sekolah yang ketinggalan
zaman yang berfokus pada pengajaran pemikiran kritis hanya untuk memecahkan
masalah pada masa kemarin dan tidak mempersiapkan mereka untuk bertahan dalam
masa depan. Sehingga dari hasil penelitian nya memberikan pemahaman mengenai
sebuah proses perancangan baru sebagai alat pengajaran yang memungkinkan instruktur
dan peserta untuk bergantian antara pemikiran kreatif dan kritis yang tidak terikat pada
konteks, mendorong mereka untuk menerima perubahan secara proaktif. Proses
perancangannya meliputi pemikiran kreatif dan kritis. Pemikiran kreatif bebas mengalir.
Pemikiran kritis itu rasional. Saat berpikir kritis mengarah, kreatif didorong untuk
wawasan inovatif. Saat berpikir kreatif mengarah, evaluasi kritis menjadi solusi untuk
dapat diterapkan. Keduanya saling melengkapi; pergantian ini di antara mereka
menghasilkan keseimbangan yang dihasilkan menjadi solusi baru dan efektif. Seperti
yang digambarkan pada proses di bawah ini:
Langkah-langkah proses yang dipetakan dengan jelas menjadi alat pembelajaran
dan evaluasi penting yang memastikan keterampilan pemecahan masalah yang inovatif
sampai keadaan yang tidak terdefinisi. Model yang dirumuskan adalah modul sederhana
yang dapat dipertimbangkan untuk penerapan proses desain yang lebih efisien saat
berhadapan dengan masalah / proyek spesifik yang terkait dengan pemikiran dan
inovasi desain di bidang apa pun. Studi ini mengeksplorasi penerapan proses
perancangan dalam program akademik yang masih dianggap belum dimanfaatkan meski
30
potensi sudah dimiliki. Potensi ini tidak hanya relevan bagi peserta didik yang dapat
belajar metodologi pemikiran yang dianggap penting, tapi juga kepada instruktur yang
bisa menggunakannya sebagai alat pengajaran sekaligus kriteria evaluasi. Dari
penelitian tersebut memberikan pemahaman bahwa kecakapan hidup yang terfokus pada
cara berpikir kritis dan pemecahan masalah menjadi satu proses yang digunakan
universitas lebanon untuk membentuk para peserta didiknya menjadi calon pemimpin.
Sehingga melalui dua kecakapan tersebut mampu membentuk kualitas sumber daya
manusia yang dapat mereformasi dunia.
Tabel 2 Peta Implementasi PKH di Provinsi DIY dilihat dari Aktivitas Pembelajaran
dan Sarana Pendukung Program
No Lembaga Kompetensi K
uri
ku
lum
Sara
na
Met
od
e
Pen
did
ik
Med
ia
Evalu
asi
1. PT Garda Total
Scurity
Garda Pratama
Ways of Thinking
Ways of Working
Tools for Working
Living in The World
2. Lembaga
Kursus ALL
Plus Yogyakarta
Ways of Thinking
Ways of Working
Tools for Working
Living in The World
3. House of Serat
Fashion Course
Ways of Thinking
Ways of Working
Tools for Working
Living in The World
4. lembaga LPK
Adana
Fashion Design
dan Pattern
Making
Ways of Thinking
Ways of Working
Tools for Working
Living in The World
5. ILM Seeker
Instutute
Program
Sekolah Calon
Ibu
Ways of Thinking
Ways of Working
Tools for Working
Living in The World
6 CV Lokal Media
ToT Sertifikasi
Ways of Thinking
Ways of Working
Tools for Working
31
LSP Living in The World
7 Program
Keluarga
Harapan (Dusun
Blawong
Ways of Thinking
Ways of Working
Tools for Working
Living in The World
8
BLKPP
Program
Menjahit
Ways of Thinking
Ways of Working
Tools for Working
Living in The World
9 Abhiseka T.C.
Lembaga
Pengembangan
SDM
Ways of Thinking
Ways of Working
Tools for Working
Living in The World
10 BLKPP
Pelatihan
Komputer
Ways of Thinking
Ways of Working
Tools for Working
Living in The World
11 LKP JILLI
Keterampilan
Menjahit
Ways of Thinking
Ways of Working
Tools for Working
Living in The World
Sumber: data penelitian diolah
Hasil analisis data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar lembaga dalam
menyelenggarakan program PKH lebih fokus pada kompetensi yang berkaitan dengan
pekerjaan dan alat yang digunakan dalam melakukan pekerjaan. Hanya sedikit lembaga
yang mulai menyentuh kesadaran peserta program dalam merubah cara berfikir dan
bagaimana mereka memanfaatkan keterampilan yang mereka miliki dalam kehidupan
sebagai anggota masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari struktur kurikulum yang hanya
memuat kompetensi kerja yang dipersyaratkan.
Binkley melalui proyek ATC21S menjelaskan bahwa knowledge mencakup
semua referensi pengetahuan yang spesifik atau pemahaman dari setiap keterampilan
dari sepuluh keterampilan yang disebutkan. Skills mencakup kemampuan, keterampilan,
dan proses yang dibentuk dalam kerangka kurikulum untuk pengembangan warga
belajar yang difokuskan pada pembelajaran. Sedangkan attitudes, values dan ethics
mengarah kepada perilaku dan ketangkasan yang ditunjukan warga belajar atau siswa
dalam kaitan dengan sepuluh keterampilan abad 21.
32
C. Komponen yang Perlu Dikembangkan dalam Implementasi PKH di Provinsi
DIY
Data hasil penelitian yang telah disajikan di atas, memberikan informasi bahwa
implementasi pendidikan kecakapan hidup yang diselenggarakan oleh satuan
pendidikan nonformal di Provinsi DIY didasarkan pada model KSAVE sebagian besar
masih belum memenuhi syarat, terutama jika dikaitkan dengan kebutuhan
pengembangan kompetensi kecakapan hidup abad ke-21. Berikut ini adalah beberapa
aspek dan komponen kecakapan hidup yang perlu dikembangkan oleh satuan PNF
dalam melaksanakan program PKH agar lulusan mampu menyesuaikan diri dengan
persaingan global.
a. Pengembagan Kecakapan Way of Thinking
Salah satu kecakapan cara dalam berpikir berkaitan dengan pengetahuan cara
berpikir yang mendorong untuk maju dan konseptual dalam berpikir. Pengetahuan ini
menekankan tatanan yang lebih tinggi pada kemampuan berpikir dan keterampilan
dalam menarik kesimpulan. Adapun kemampuan atau skill dalam berpikir agar dapat
mengahadapi tantangan abad 21 antara lain kreatif dan inovatif, kreatif yang sering
digambarkan sebagai keterampilan berpikir atau setidaknya sebagai aspek penting
berpikir yang harus dipupuk. Pemikiran kritis, merupakan salah satu cara berpikir yang
mendalam hingga memikirkan hal – hal di luar dugaan atau prasangka. Selain itu,
pemikiran untuk memecahkan permasalahan diperlukan untuk dapat menemukan solusi
permasalahan dan tantangan yang akan dihadapi. Kemampuan berpikir yaitu dalam hal
pengambilan keputusan juga menjadi penting karena dalam menjalani kehidupan tentu
akan dihadapan dengan beberapa pilihan, dan diharapkan mampu memilih dengan bijak.
Metakognisi didefinsikan sebagai “memikirkan kembali apa yang telah
dipikirkan”, secara umum metakognisi merupakan kesadaran atau pengetahuan
seseorang terhadap proses dan hasil berpikirnya (kognisinya) serta kemampuannya
dalam mengontrol dan mengevaluasi proses kognitif tersebut. Menurut delu pingge,
belajar apa yang dapat anda lihat membutuhkan beberapa gagasan dan proses abstrak
yang agak lengkap. Sebagian besar gagasan-gagasan dan proses-proses ini tidak
diajarkan di sekolah secara khusus. Jadi, peserta memperoleh semuanya yaitu setelah
mendapat pengalaman-pengalaman belajar yang sangat menantang.
33
Dengan demikian ways of thinking skills yang meliputi berpikir kreatif dan
inovatif, pemikiran kritis, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, belajar untuk
belajar dan metagonisi. Menjadi kecakapan dalam berpikir yang mampu untuk
menghadapi tantangan di abad 21. Karena ketika sumber daya manusia tidak memiliki
bekal kecakapan dalam berpikir di atas dapat dengan mudah tergeser dengan sumber
daya teknologi yang memberikan solusi yang praktis dan cepat.
b. Pengembangan Kecakapan Living in The World
Ketrampilan yang tidak kalah penting yang mampu menjawab kebutuhan di
abad 21 yaitu ketrampilan untuk hidup di dunia (bernegara). Dapat diketahui bahwa
manusia tercipta sebagai makhluk sosial. Sehingga menjadi penting ketrampilan ini
untuk dimiliki. Agar nantinya manusia dapat survive yang tidak hanya di tempat
kelahirannya namun juga negara lain. Dengan demikian ketrampilan ini erat kaitannya
dengan bagaimana seseorang dapat beradaptasi dan bermasyarakat secara luas. Adapun
ketrampilannya meliputi kewarganegaraan, kepedulian dan tanggung jawab personal
maupun sosial.
Ketrampilan akan kewarganegaraan berkaitan dengan pengetahun tentang hak-
hak sipil dan konstitusi negara dan lingkungan pemerintah; memahami peran dan
tanggung jawab insitutsi yang relevan dengan proses pembuatan kebijakan di lokal,
regional dan tingkat internasional. Pengetahuan tentang tokoh pemerintah lokal dan
nasional; politik, partai dan kebijakan mereka. Memahami konsep; seperti demokrasi,
kewarganrgaraan dan deklarasi internasional. Pengetahuan yang sedang marak dan
perubahan nasional sejarah dunia dan pengetahuan tentang gejala masyakar dan budyaa
dari waktu ke waktu.
Kemudian memiki ketrampilan dalam peduli terhadap komunikasi/ kegiatan
lingkungan hidup agar dapat mengambil keputusan di tingkat nasional dan
internasional, kemampuan untuk menampilkan soladaritas dengan menunjukan
ketertarikan pada dan membantu memecahkan masalah yang mempengaruhi masyarakat
lokal dan luas, kemampuan untuk berintekasi efektif dengan institusi dalam domain
publik, kemampuan untuk melakukan peluang yang diberikan daerah asal dengan baik.
Memiliki sikap rasa memiliki, loyalitas; kesiapan untuk berpasrtispasi dalam
pengambilan keputusan, disposisi untuk relawan dan berpartisipasi dalam kegiatan dan
34
dukungan untuk keragaman sosial, kesiapan untuk menghormati dan privasi orang lain
dengan kecendrungan melawan perilaku antisosial, hak asasi manusia dan persamaan;
penerimaan kesetaraan antara wanita dan laki-laki, aspersiasi pengertian perdeaan antara
sistem nilai beda garam dan etnis kelompok dan penerimaan kritis dari informasi dari
media masa.
Ketrampilan tanggung jawab pribadi dan sosial juga termasuk diantara
keterampilan yang dibutuhkan untuk hidup. Tanggung jwab pribadi dan sosial diambil
untuk memasukkan kesadaran budaya dan kompetensi budaya. Memiliki pengetahuan
beradaptasi terhadap perubahan sadar bahwa di abad 21 adalah periode perubahan
prioritas di kesempatan kerja dan harapan, memahami beragam padangan dan
keyakinan; khususnya di lingkungan.
Pengetahuan dalam mengelola waktu dan tujuan memahami model untuk jangka
panjang, menengah dan pendek. Pengetahuan perlahan yang mengarakan; identifikasi
dan merencanakan pembangunan pribadi pada profesional untuk mengubah
kesempatan.
Pengetahuan memprioritaskan, merencanakan dan mengelola kerja mencapai
tujuan. Kemampuan beradaptasi terhadap perhubahan; beroperasi dalam beragam peran
pekerjaan, tanggung jawab, jadwal dan konteks, memasukan efek umpan balik,
negosisai dan beragam pandangan dan kepercayaan mencapai solusi yang bisa
diterapkan mengelola tujuan dan waktu, tetapkan tujuan dengan kriteria keberhasilan,
keseimbangan taktis dan strategi, memanfaatkan waktu dan beban kerja yang dikelola
secara efesien secara mandiri, memantau, menentukan, memprioritaskan dan
menyelesaikan tugas tanpa pengawasan langsung.
Kemampuan berinterkasi secara efektif dengan orang lain; tahu kapan harus
berbicara bekerja secara efektif dalam beragam tim. Adapun sikap dalam ketrampilan
ini yaitu sikap fleksibel; memasukkan umpan balik dan efektif dengan tujuan.
Mengelola tujuan dan waktu; terima ketidakpastian dan tanggung jawab dengan
pengeloaan diri.
Sikap menjadi peka yang megajarkan diri; penguasaan dasar mengembakan
pembekalan sendiri, menujunkan inisatif untuk maju ke tingkat profesional,
menunjukkan komitmen untuk belajar sebagai proses seumur hidup, refleksikan secara
kritis pada masa lalu pengalaman untuk kemajuan. Sikap bekerja secara efektif dalam
35
tim; melakukan diri dalam hal yang terhormat, professional; menghormati perbedaan
budaya, berkerja secara efektif dengan orang lain yang beragam latar belakang,
menganggapi secara terbuka ide dan nilai yang berbeda.
c. Pengembangan Perangkat Implementasi Program
Pengembangan yang menjadi fokus perhatian dalam penelitian ini selain dari
aspek kecakapan hidup adalah pengembangan perangkat implementasi program yang
terdiri dari kurikulum, sarana prasarana, metode, instruktur (pendidik), media dan
evaluasi. Hal ini didasarkan pada kondisi dimana sebagian besar penyelenggara
program hanya fokus pada pengatan aspek pekerjaan dan alat kerja, dimana perangkat
orientasi program lebih banyak digunakan untuk pencapaian dua kompetensi ini.
Sedangakan kompetensi cara berfikir dan kecakapan hidup di dunia lebih banyak
disampaikan secara informal dan tersirat dalam aktivitas pembelajaran. Berikut adalah
hasil analisis pengembangan komponen implementasi program
Tabel 3 pengembangan komponen implementasi program PKH
No Komponen Pengembangan
1 Kurikulum Mengembangkan kurikulum yang bermuatan kecakapan way
of thinking dan living in the world.
Mengembangkan silabus dan RPP mengenai kecakapan
berfikir dan kecakapan hidup di dunia.
2 Sarana Mengembangkan perangkat sarana dan prasarana pendukung
kegiatan pembelajaran yang berkaitan dengan pencapaian
kecakapan way of thinking dan living in the world
3 Metode Mengembangkan metode yang tepat untuk transfer
pengetahuan, keterampilan, sikap, nilai dan etika yang
berkaitan dengan kecakapan way of thinking dan living in the
world
4 Pendidik Meningkatkan kompetensi pendidik yang mampu
membelajarkan peserta didik terkait dengan kecakapan way
of thinking dan living in the world.
5 Media Mengembangkan media yang tepat untuk membantu proses
pembelajaran pengetahuan, keterampilan, sikap, nilai dan
etika yang berkaitan dengan kecakapan way of thinking dan
living in the world
6 Evaluasi Mengembangkan instrumen penilaian yang berkaitan dengan:
cara berfikir konseptual, kreativitas, inovatif, kemampuan
memecahkan masalah, berfikir kritis, kemampuan
pengambilan keputusan, dan kemampuan metakognisi.
Mengembangkan instrumen tentang: citizenship
(kewarganegaraan), peduli lingkungan, solidaritas masalah
36
dunia (kepedulian untuk memecahkan permasalahan yang
dialami masyarakat), menghormati privasi orang lain,
kesadaran akan hak asasi manusia, tanggung jawab pribadi
dan sosial, kesadaran budaya, beradaptasi dengan perubahan,
berinteraksi efektif dengan orang lain, dan komitmen belajar
sepanjang hayat.
Sumber: data penelitian diolah
Penguatan perangkat implementasi program mutlak harus dilakukan yang berarti
muatan pembelajaran sudah direncanakan secara terstruktur dan sistematik untuk
memastikan setiap warga belajar menguasai kecakapan yang diharapkan. Kecakapn
hidup dengan model KSAVE merupakan bentuk kecakapan hidup yang mendorong
warga belajar untuk mampu hidup di era kesejagatan dewasa ini. Tanpa pola pikir yang
baik segala kecakapan dalam bidang pekerjaan yang sudah dikuasai tidak dapat secara
efektif dirasakan manfaatnya oleh pemilik kecakapan. Manusia dengan kecakapan
bekerja yang baik tanpa dibarengi dengan kecakapan berfikir yang baik hanya akan
menjadi mahluk mekanis pelaksana perintah yang tidak mampu mengolah rasa dan
pikirannya untuk menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapinya, baik itu
masalah bidang pekerjaan maupun bidang kehidupan lainnya. Sehingga menjadi penting
bagi penyelenggara program pendidikan kecakapan hidup untuk lebih peduli terhadap
pencapaian kecakapan hidup secara utuh dengan memasuukan substansi kecakapan
tersebut secara formal dalam kurikulum dan aktivitas pembelajarannya.
37
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat
ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Model implementasi program pendidikan kecakapan hidup di Provinsi DIY
cukup bervariasi. Perbedaan ini ditemui berdasarkan pada jenis program dan
penyelenggara programnya. Terdapat kecenderungan fokus pelaksanaan
program hanya berorientasi pada perolehan pengetahuan dan keterampilan
bidang pekerjaan tertentu. Beberapa lembaga memang telah mulai menyentuh
bagian kecakapan berfikir dan kecakapan hidup sebagai anggota masyarakat,
namun masih terbatas pada aktivitas kegiatan yang tambahan yang tidak
terencana dan tidak terukur.
2. Permasalahan yang berhasil diidentifikasi dalam implementasi program
pendidikan kecakapan hidup antara lain: materi tentang kecakapan berfikir
sangat kurang yang terdiri dari kecakapan cara berfikir konseptual, kreativitas,
inovatif, kemampuan memecahkan masalah, berfikir kritis, kemampuan
pengambilan keputusan, dan kemampuan metakognisi. Disamping itu materi
tentang citizenship (kewarganegaraan), peduli lingkungan, solidaritas masalah
dunia (kepedulian untuk memecahkan permasalahan yang dialami masyarakat),
menghormati privasi orang lain, kesadaran akan hak asasi manusia, tanggung
jawab pribadi dan sosial, kesadaran budaya, beradaptasi dengan perubahan,
berinteraksi efektif dengan orang lain, dan komitmen belajar sepanjang hayat
juga teridentifikasi masih sangat jarang diimplementasikan. Permasahan ini
dilengkapi dengan kurangnya perangkat pembelajaran pendukung dalam materi
yang disebutkan di atas.
3. Komponen yang perlu dikembangkan dalam implementasi program pendidikan
kecakapan hidup dimulai dari pengembangan perangkat pembelajaran
pendukung yang terdiri dari: kurikulum, sarana, metode, pendidik, media dan
evaluasi. Pengembangan komponen ini mutlak dilakukan untu memastikan
bahwa program yang diselengarakan telah direncanakan untuk mencapai
38
keseluruhan kecakapan yang dihadapkan khususnya kecakapan hidup dalam
menghadapi perkembangan jaman di abad ke-21.
B. Saran
1. Pengelola dalam mengimplementasikan program pendidikan kecakapan hidup
harus berfikir lebih komprehensif, yaitu tidak lagi hanya berpandangan bahwa
kecakapan mekanis (vokasional) selalu menjadi prioritas utama. Di masa yang
akan datang seorang pengelola perlu merencakan sebuah program yang tidak
saja mampu merubah pengetahuan dan kecakapan yang berkaitan dengan bidang
pekerjaan tertentu, namun juga perlu untuk merencakan mekanisme
pembelajaran yang mampu merubah pola dan cara berfikir warga belajar
sehingga mampu menghadapi berbagai macam tantangan ketika menerapkan
keterampilan bidang pekerjaan yang sudah dikuasainya.
2. Permasahan dalam implementasi program pendidikan kecakapan hidup harus
diatasi dengan melengkapi kurikulum, sarana pembelajaran, metode
pembelajaran, media pembelajaran, instruktur yang kompeten dan
mengembangkan alat evaluasi yang memadai sehingga hasil program dapat
diukur sesuai kebutuhan.
3. Pengelola perlu memprioritaskan pengembangan perangkat pembelajaran untuk
keseluruhan aspek kepcakapan hidup, agar kecakapan yang diperoleh oleh warga
belajar program pendidikan kecakapan hidup lebih komprehensif, sehingga
mampu menghadapi berabagai macam tantangan dan rintangan dalam
mengimplementasikan keterampilan bekerjanya di dunia nyata.
39
DAFTAR PUSTAKA
Cohen, L., Manion, L. & Morrison, K. (2005). Research Methods in Education. 5th
Edition. London: RoutledgeFalmer.
Creswell, J.W. (2008). Educational Research, Planning, Conducting, and Evaluating
Quantitative and Qualitative Research. Third Edition. New Jersey: Pearson
Education Merrill Prentice Hall.
Doroty Rich. 2008. MegaSkills: Building Children's Achievement for the Information
Age 4Th. Published by Wheatmark.
Griffin, P., McGaw, B. & Care E. 2012. Assessment and Teaching of 21st Century
Skills. Springer Science+Business Media Dordrecth
Hendricks, P. (1998). Developing Youth Curriculum Using the Targeting Life Skills
Model. Online dalam: http://www.extension.iastate.edu/4H/skls.eval.htm
Linda Selwood Choueiri. 2012. The design process as a life skill. Published in Procedia
- Social and Behavioral Sciences 93 ( 2013 ) 925 – 929
Marilyn N. Norman and Joy C. Jordan. (2009). Targeting Lifeskills in 4-H. University
of Florida IFAS Extension. Online dalam:
http://4h.ucanr.edu/files/206232.pdf diunduh pada 12 Juni 2013
www.macmillanenglish.com.
Macmillan Life Skills, Language Is Life Skills. Online dalam:
http://www.macmillanenglish.com/uploadedFiles/wwwmacmillanenglishcom
/Content/Campaigns/life-skills/The-Life-Skills-Handbook.pdf. Diunduh pada
12 Juni 2013