Etika Profesi.docxasdas
-
Upload
julius-sihotang -
Category
Documents
-
view
217 -
download
0
description
Transcript of Etika Profesi.docxasdas
BAB 9
Upaya Mengatasi Pelanggaran Hak Cipta
Dengan banyaknya karya yang dihasilkan, tidak dipungkiri akan ada banyak
pelanggaran hak cipta yang dilakukan. Maka berikut ini cara mengatasi
pelanggaran hak cipta, antara lain:
Membangun budaya masyarakat untuk menghargai hasil karya orang lain.
Hal yang paling sederhana untuk mengatasi pelanggaran hak cipta adalah
membangun budaya masyarakat untuk menghargai hasil karya orang ain.
Dengan adanya sikap menghargai dari masyarakat terhadapa hasil karya
seseorang. Masyarakat tidak akan melanggara hak cipta karena mereka
sudah memiliki kesadaran untuk menghargai hasil karya orang lain. Dengan
cara tidak mencopi, membajak, atau memperjual belikan karya tersebut
secara ilegal. Ketika masyarakat yang merupakan pengguna terbesar suatu
hasil karya, sudah sadar akan sikapnya, maka pelanggaran Hak cipta bisa
diatasi.
Pemerintah, baik instansi-instansi terkait, jajaran penegak hukum dan
segenap lapisan masyarakat hendaknya sepakat untuk secara bersama-sama
memerangi pembajakan terhadap karya-karya intelektual.
Pemerintah merupakan organisasi tertinggi yang memiliki kewenangan untuk
mengatur masyarakat dari level bawah hingga level atas masyarakat.
Pemerintah juga dapat menjadi contoh terhadapa perilaku baik untuk secara
bersama-sama memerangi pembajakan, dengan tidak memberikan mudahnya
izin memperbanyak hasil karya orang lain dengan tidak mencantumkan nama
pihak yang menghasilkan karya tersebut. Pemerintah mampu memberikan
contoh kepada masyarakat dengan menggalakkan produk open source jika
belum mampu membeli yang berlisence berbayar. Apabila dari tingkatan
organisasi tertinggi (pemerintah, institut-institut, serta jajaran penegak
hukum) memiliki kesadaran tidak membajak hasil karya orang lain, maka
dapat menjadi contoh kepada masyarakat untuk tidak membajak karya orang
lain yang berakibat mampu meminimalisir pelanggaran Hak Cipta di bidang
IT.
Menggunakan program yang memiliki lisensi Open Source.
Lisensi Open Source adalah lisensi di mana setiap orang yang menggunakan
perangkat lunak diperbolehkan membuat salinan tak terbatas, menjual atau
bahkan memberikan program komputer secara bebas tanpa ada kewajiban
membayar kepada siapapun. Dengan menggunakan program dan Sistem
Operasi yang memiliki lisense Open Source maka dapat meminimalisir
adanya pelanggaran Hak Cipta yang ada. Ketersediaan SourceCode dalam
program dengan lisensi ini mejadi syarat utama untuk dilakukan modifikasi
dan perbaikan program.
Dibuatnya undang-undang oleh pemerintah tentang hak cipta
Undang-undang tentang hak cipta yang berisi pada pasal 1 ayat 1- 4 adalah:
Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya atau memberikan izin untuk
itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas
inspirasinya melahirkan suatu Ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran,
imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang dituangkan ke dalam
bentuk yang khas dan bersifat pribadi.
Ciptaan adalah hasil setiap karya Pencipta yang menunjukkan keasliannya
dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni, atau sastra.Pemegang Hak Cipta
adalah Pencipta sebagai Pemilik Hak Cipta, atau pihak yang menerima hak
tersebut dari Pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari
pihak yang menerima hak tersebut.
Dengan adanya pembuatan undang-undang tentang hak cipta diharap dapat
mengatasi pelanggaran hak cipta, karena peraturan yang mengatur hak cipta
sudah ada pada isi undang-undang tentang hak cipta, apa bila ada yang
melanggar Undang-undang hak cipta tersebut akan ada sangsi yang menjerat
pelaku. Sehingga ada efek jera yang didapat karena denda beserta hukum
pidana akan menjeratnya.
PELANGGARAN HAK CIPTA dapat dikenakan hukuman sesuai dengan
pasal 72 Undang-undang :
(1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan
ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1
(satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta
rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
(2) Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,
mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil
pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(3) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak memperbanyak
penggunaan untuk kepentingan komersial suatu Program Komputer
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(4) Barangsiapa dengan sengaja melanggar Pasal 17 dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(5) Barangsiapa dengan sengaja melanggar Pasal 19, Pasal 20, atau Pasal
49 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta
rupiah).
(6) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 24 atau
Pasal 55 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta
rupiah).
(7) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 25
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).
(8) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 27
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).
(9) Barangsiapa dengan sengaja melanggar Pasal 28 dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp 1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).
Dibentuknya Tim Nasional Penanggulangan Pelanggaran HKI oleh
pemerintah yang bertugas merumuskan kebijakan nasional penanggulangan
pelanggaran HKI, menetapkan langkah-langkah nasional dalam
menanggulangi pelanggaran HKI, serta melakukan koordinasi sosialisasi dan
pendidikan di bidang HKI guna penanggulangan pelanggaran HKI. Dengan
adanya Tim Nasional Penanggulangan Pelanggaran HKI yang dibentuk oleh
pemerintah di harapkan mampu membantu kinerja pemerintah untuk
melindungi hasil karya dari warga negaranya. Meminimalisir pelanggaran
Hak Cipta berupa pembajakan karya, mengklaim karya orang lain, dan lain-
lain. Melalui tim ini, pemerintah juga mudah mengawasi warga negaranya
untuk hasil karya yang ada.
Mendandaftarkan hasil karya pribadi agar dilindungi oleh undang-undang
HKI. Dengan mendaftarkan hasil karya peribadi diharapkan mampu
meminimalisir pelanggaran HKI karena dari diri sendiri sudah memiliki
kesadaran untuk melindungi karya yang sudah tercipta.
Melaporkan pelanggar Undang-Undang HKI ke pihak yang berwenang.
Dengan melaporkan pelanggaran Undang-Undang diharapkan memiliki efek
jera kepada pelaku dan melindungi hasil karya cipta.
Sangsi pidana yang memberatkan pelaku pelanggaran. Sangsi yang berat
yang terdiri dari hukuman pidanya yang sangat lama dan denda yang sangat
besar. Dengan adanya hukuman pidana yang sangat berat kepada pelaku
pelanggaran maka diharap akan mencegah adanya pelanggaran Hak Cipta.
Jenis ciptaan yang dilindungi
Ciptaan yang dilindungi ialah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan
sastra yang meliputi karya:
Buku, program komputer, pamflet, perwajahan (lay out ) karya tulis yang
diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain;
Ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu;
Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan;
Lagu atau musik dengan atau tanpa teks;
Drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan dan pantomim;
Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni
kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan;
Arsitektur;
Peta;
Seni batik;
Fotografi;
Sinematografi;
Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai dan karya lain dari hasil pengalih
wujudan.
Ciptaan yang tidak memiliki hak cipta
Source code program aplikasi
Source code Web
Data Base
Seni Pertunjukan
Fonogram (rekaman suara atau media lainnya)
Penyiaran
Beberapa hal yang tidak dianggap pelanggaran hak cipta
Download Film Gratis
Sangat banyak layanan download film gratis di internet. Baik itu lewat blog
ataupun website. Apakah itu film terbaru Hollywood, Bollywood, maupun
Indowood, eh maksudnya film lokal.Sudahkah Anda tahu bawah kegiatan
mendownload film secara gratis itu adalah tindakan yang melanggar hukum?
Mengenai hal tersebut bisa Anda baca Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang Hak
Cipta yang menyatakan, hak cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau
Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya.
Apakah film termasuk hal yang dilindungi oleh UUHC? Berdasarkan Pasal 12
ayat (1) huruf k UUHC, salah satu ciptaan yang dilindungi adalah
sinematografi, termasuk film dokumenter, film iklan, reportase, atau film
cerita, dan film kartun yang dapat dibuat dalam media yang memungkinkan
pertunjukan di bioskop, layar lebar, televisi, atau media lainnya. Karena film
dilindungi oleh UUHC, maka perbanyakan film harus dilakukan seizin
pencipta atau pemegang hak cipta. Jika mengunduh film dilakukan tanpa izin,
maka termasuk pelanggaran hak cipta dan dapat dikenakan sanksi pidana.
Menyanyikan Lagu Orang Lain (Cover Version)
Kita bisa menemukan banyak orang yang membawakan lagu orang lain,
bahkan bisa penyanyi aslinya tersaingi oleh yang membawahkan lagunya
dengan cover version. Biasanya pelaku cover version mencantumkan nama
penyanyi aslinya. Dalam perlindungan hak cipta atas musik, dibedakan
antara komposisi musik/lagu (music composition) dan rekaman suara (sound
recordings). Hak cipta pada sebuah rekaman suara tidak dapat disamakan
dengan, atau tidak dapat menggantikan hak cipta pada komposisi musiknya
yang menjadi dasar rekaman suara tersebut. Dalam UU Hak Cipta,
perlindungan hak cipta atas komposisi musik disebut pada Pasal 12 ayat (1)
huruf d UU Hak Cipta, sementara perlindungan hak cipta atas rekaman suara
disebut pada Pasal 49 ayat (1) dan (2) UU Hak Cipta. Untuk lagu-lagu cover
yang diciptakan untuk tujuan komersial, pencantuman nama penyanyi asli saja
pada karya cover tentu tidak
Cukup untuk menghindari tuntutan hukum pemegang hak cipta. Agar tidak
melanggar hak cipta orang lain, seseorang perlu memperoleh izin (lisensi) dari
pencipta/pemegang hak cipta sebagai berikut:
1. Lisensi atas Hak Mekanikal (mechanical rights)
2. Hak Mengumumkan (performing rights)
Mengunggah Lagu Ke Internet
Mungkin Anda berpikir dengan mengunggah lagu orang lain ke internet dapat
membantu mempromosikan lagu tersebut. Walaupun niat Anda baik dan tidak
mengambil keuntungan dari tindakan tersebut. Namun bisa saja Anda
terancam sebagai pelanggar hak cipta. Sebenarnya, hak cipta itu merupakah
hak yang eksklusif bagi penciptanya ataupun bagi yang menerima hak untuk
menyebar luaskan, mengumumkan, memperbanyak ciptaan atau yang
memberikan izin. Sedangkan pengumuman sendiri berdasarkan UU Hak
Cipta artinya adalah pembacaan, penyiaran, pameran, penjualan,
pengedaran, atau penyebaran suatu Ciptaan dengan menggunakan alat apa
pun, termasuk media internet, atau melakukan dengan cara apa pun sehingga
suatu Ciptaan dapat dibaca, didengar, atau dilihat orang lain. Jadi walau agan
melakukan pengumuman tidak untuk mencari profit, namun tindakan itu
merugikan kepentingan ekonomis yang wajar dari pemegang hak cipta, maka
agan dapat dianggap melanggar hak cipta. Ancaman sanksinya seperti diatur
dlm Pasal 72 UU Hak Cipta adalah penjara antara 1 bulan hingga 7 tahun
dan/atau denda paling antara Rp1 juta sampe Rp5 miliar.
Membuat Kaos Berlogo Band Terkenal
Pernahkah Anda melihat baju kaos dengan logo band Sebenarnya logo band
terkenal itu termasuk sebagai karya yang dilindungi oleh UU Hak Cipta.
Berdasarkan UU Hak Cipta, logo band terkenal termasuk sebagai karya yang
memiliki nilai seni, gambar dan potret, merupakan karya-karya yang
dilindungi Pasal 12 UU Hak Cipta. Perlindungan ini diberikan secara otomatis
tanpa mensyaratkan pemiliknya mendaftarkan di Ditjen HKI. Karenanya,
untuk memakai logo, gambar atau potret band musik secara legal, agan-
aganwati wajib dapetin lisensi dari pemiliknya walaupun logo, gambar atau
potret yang ingin dipakai tidak terdaftar di Ditjen HKI.
BAB 10
Lisensi perangkat lunak dan kaitannya dengan hak cipta
Lisensi erat kaitannya dengan hak cipta. Lisensi adalah pemberi izin tentang
pemakaian sesuatu (perangkat lunak/software) yang diberikan oleh pemilik atau
pemegang hak cipta atas sesuatu tersebut. Latar belakang pemberian lisensi,
tentunya tergantung dari masing-masing pihak pemegang hakcipta. Ada pihak
yang memberikan lisensi tanpa pamrih, namun ada juga yang mengharuskan
penerima lisensi untuk melaksanakan kewajiban tertentu, misalnya membayar
sejumlah uang atau membeli.
Lisensi tidak harus dituangkan dalam bentuk tertulis dan bersifat formal karena
pada dasrnya hanya sebagai pemberian izin. Tetapi akan lebih baik kalau lisensi
tersebut diformalkan sehingga diketahui oleh pihak-pihak lain, baik yang
menggunakan maupun tidak.
Jika kita kembali mengutip Undang-Undang Hak Cipta Republik Indonesia Pasal
2 Ayat 2 menyatakan sebagai berikut :
"Pencipta dan/atau Pemegang Hak Cipta atas karya sinematografi dan Program
Komputer memiliki hak untuk memberikan izin atau melarang orang lain yang
tanpa persetujuannya menyewakan Ciptaan tersebut unt uk kepentingan yang
bersifat komersial".
Dari pasal tersebut memang terlihat bahwa sebenarnya pemegang hak cipta
memiliki kebebasan untuk mengizinkan atau melarang penggunaan sebuah
ciptaan tanpa sepengetahuannya. Meskipun demikian, pada program komputer
komersil yang dikembangkan oleh vendor atau perusahaan besar, sering kali
lisensi sudah ditetapkan secara sepihak. hal itu bisa dipahami karena program
komersil memang dibuat dan dikembangkan untuk dijual dan dikomersilkan.
Menurut Microsoft dalam “The Hallowen Document”, terdapat beberapa jenis
lisensi yang dapat digunakan untuk program komputer. Beberapa jenis lisensi
tersebut antara lain :
Lisensi Commercial
adalah jenis lisensi yang biasa ditemui pada perangkat lunak seperti
Microsoft dengan Windows dan Officenya, Lotus, Oracle dan lain
sebagainya. Software yang diciptakan dengan lisensi ini memang dibuat
untuk kepentingan komersial sehingga user yang ingin menggunakannya
harus membeli atau mendapatkan izin penggunaan dari pemegang hak cipta.
Lisensi Trial Software
adalah jenis lisensi yang biasa ditemui pada software untuk keperluan demo
dari sebuah software sebelum diluncurkan ke masyarakat atau biasanya sudah
diluncurkan tetapi memiliki batas masa aktif. Lisensi ini mengizinkan
pengguna untuk menggunakan, menyalin atau menggandakan software
tersebut secara bebas. Namun karena bersifat demo, seringkali software
dengan lisensi ini tidak memiliki fungsi dan fasilitas selengkap versi
komersialnya. Dan biasanya dibatasi oleh masa aktif tertentu.
Lisensi Non Commercial Use
biasanya diperuntukkan untuk kalangan pendidikan atau yayasan tertentu
dibidang sosial. Sifatnya yang tidak komersial, biasanya gratis tetapi dengan
batasan penggunaan tertentu.
Lisensi Shareware
mengizinkan pemakainya untuk menggunakan, menyalin atau menggandakan
tanpa harus meminta izin pemegang hak cipta. Berbeda dengan Trial
Software, lisensi ini tidak dibatasi oleh batas waktu masa aktif dan memiliki
fitur yang lengkap. Lisensi jenis ini biasanya ditemui pada software
perusahaan kecil.
Lisensi Freeware
biasanya ditemui pada software yang bersifat mendukung, memberikan
fasilitas tambahan atau memang free/gratis. Contoh yang bersifat mendukung
antara lain adalah plug-in tambahan yang biasanya menempel pada software
induk seperti Eye Candy yang menempel pada Adobe Photoshop.
Lisensi Royalty-Free Binaries
serupa dengan lisensi freeware, hanya saja produk yang ditawarkan adalah
library yang berfungsi melengkapi software yang sudah ada dan bukan
merupakan suatu software yang berdiri sendiri.
Lisensi Open Source
membebaskan usernya untuk menjalankan, menggandakan,
menyebarluaskan, mempelajari, mengubah, dan meningkatkan kinerja
software. Berbagai jenis lisensi open source berkembang sesuai dengan
kebutuhan, misalnya GNU/GPL, The FreeBSD, The MPL. Jenis-jenis
software yang memakai lisensi ini misalnya Linux, sendmail, apache dan
FreeBSD.
Perbedaan dan Persamaan lisensi Freeware dan Shareware
Perbedaan :
Freeware
Istilah ``freeware'' tidak terdefinisi dengan jelas, tapi biasanya digunakan untuk
paket-paket yang mengizinkan redistribusi tetapi bukan pemodifikasian (dan kode
programnya tidak tersedia). Paket-paket ini bukan perangkat lunak bebas, jadi
jangan menggunakan istilah ``freeware'' untuk merujuk ke perangkat lunak bebas.
Shareware
Shareware ialah perangkat lunak yang mengizinkan orang orang untuk
meredistribusikan salinannya, tetapi mereka yang terus menggunakannya diminta
untuk membayar biaya lisensi. Shareware bukan perangkat lunak bebas atau pun
semi-bebas. Ada dua alasan untuk hal ini, yakni: Sebagian besar shareware, kode
programnya tidak tersedia; jadi anda tidak dapat memodifikasi program tersebut
sama sekali. Shareware tidak mengizinkan seseorang untuk membuat salinan dan
memasangnya tanpa membayar biaya lisensi, tidak juga untuk orang-orang yang
terlibat dalam kegiatan nirlaba. Dalam prakteknya, orang-orang sering tidak
mempedulikan perjanjian distribusi dan tetap melakukan hal tersebut, tapi
sebenarnya perjanjian tidak mengizinkannya.
Persamaan :
Kedua lisensi baik freeware ataupun shareware bersifat gratis, atau untuk
mendapatkannya user atau pengguna tidak perlu mengeluarkan dana sedikitpun.
Perbedaan antara Copyright dengan Copyleft
Copyright atau Hak cipta (lambang internasional: ©) adalah hak eksklusif
Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengatur penggunaan hasil penuangan
gagasan atau informasi tertentu. Pada dasarnya, hak cipta merupakan “hak untuk
menyalin suatu ciptaan”. Hak cipta dapat juga memungkinkan pemegang hak
tersebut untuk membatasi penggandaan tidak sah atas suatu ciptaan. Pada
umumnya pula, hak cipta memiliki masa berlaku tertentu yang terbatas.
Hak cipta berlaku pada berbagai jenis karya seni atau karya cipta atau “ciptaan”.
Ciptaan tersebut dapat mencakup puisi,drama, serta karya tulis lainnya, film,
karya-karya koreografis (tari, balet, dan sebagainya), komposisi musik, rekaman
suara, lukisan, gambar, patung, foto, perangkat lunak komputer, siaran radio dan
televisi, dan (dalam yurisdiksi tertentu) desain industri.
Hak cipta merupakan salah satu jenis hak kekayaan intelektual, namun hak cipta
berbeda secara mencolok dari hak kekayaan intelektual lainnya (seperti paten,
yang memberikan hak monopoli atas penggunaan invensi), karena hak cipta bukan
merupakan hak monopoli untuk melakukan sesuatu, melainkan hak untuk
mencegah orang lain yang melakukannya.
Hukum yang mengatur hak cipta biasanya hanya mencakup ciptaan yang berupa
perwujudan suatu gagasan tertentu dan tidak mencakup gagasan umum, konsep,
fakta, gaya, atau teknik yang mungkin terwujud atau terwakili di dalam ciptaan
tersebut. Sebagai contoh, hak cipta yang berkaitan dengan tokoh kartun Miki
Tikus melarang pihak yang tidak berhak menyebarkan salinan kartun tersebut atau
menciptakan karya yang meniru tokoh tikus tertentu ciptaan Walt Disney tersebut,
namun tidak melarang penciptaan atau karya seni lain mengenai tokoh tikus
secara umum.
Copyleft adalah permainan kata dari copyright (hak cipta) dan seperti halnya
makna berlawanan yang dikandung masing-masing (right vs left), begitu pula arti
dari kedua istilah tersebut berlawanan. Copyleft merupakan praktik penggunaan
undang-undang hak cipta untuk meniadakan larangan dalam pendistribusian
salinan dan versi yang telah dimodifikasi dari suatu karya kepada orang lain dan
mengharuskan kebebasan yang sama diterapkan dalam versi-versi selanjutnya
kemudian. Copyleft diterapkan pada hasil karya seperti perangkat lunak,
dokumen, musik, dan seni. Jika hak cipta dianggap sebagai suatu cara untuk
membatasi hak untuk membuat dan mendistribusikan kembali salinan suatu karya,
maka lisensi copyleft digunakan untuk memastikan bahwa semua orang yang
menerima salinan atau versi turunan dari suatu karya dapat menggunakan,
memodifikasi, dan juga mendistribusikan ulang baik karya, maupun versi
turunannya. Dalam pengertian awam, copyleft adalah lawan dari hak cipta.
Pengarang dan pengembang yang menggunakan copyleft untuk karya mereka
dapat melibatkan orang lain untuk mengembangkan karyanya sebagai suatu
bagian dari proses yang berkelanjutan. Salah satu contoh lisensi copyleft adalah
GNU General Public License.
Hal-hal menguntungkan dan merugikan dari penggunaan OPEN SOURCE
Adapun keuntungan dari penggunaan Open Source antara lain :
Lisensi Gratis, sehingga tidak memerlukan biaya tambahan untuk pembelian
lisensi Software. dan kita tidak lagi terikat pada satu vendor Software dan
membeli lisensi.
Keberadaan Bug/Error dapat segera terdeteksi dan diperbaiki karena Software
tersebut dikembangkan oleh banyak orang ataupun pemakai, karena secara
tidak langsung telah dievaluasi oleh banyak pemakai (End-User).
Banyaknya tenaga (SDM) untuk mengerjakan & mengembakan proyek Open
Source, karena biasanya proyek Open Source menarik banyak developer.
Konsep dalam sebuah proyek Open Source adalah dikembangkan oleh banyak
pengembang dan organisasi di seluruh dunia. Melalui komunitas besar dengan
banyak konsep-konsep ini Software Open Source tumbuh menjadi standar
internasional yang terbuka dan memiliki daya inter-operabilitas yang baik.
Dan dalam proyek closed source atau tertutup, pengembangan dilakukan
tertutup oleh vendor, sedangkan pada proyek Open Source banyak orang yang
berpartisipasi mengembangkan fiturnya dan orang-orang ini bukanlah orang
sembarangan melainkan mereka yang ahli dibidangnya. Hal ini
memungkinkan peningkatan kualitas fungsional Software Open Source.
Pengguna dapat langsung ikut serta dalam pengembangan Program, karena
pengguna memiliki source code.
Software dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dari pengguna tanpa
menyalahi EULA.
Cross Platform dan Kompatible, biasanya Software Open Source tersedia di
berbagai Sistem Operasi contohnya : XAMPP (Software WebServer &
Database Management) tersedia di Windows maupun Linux, NetBeans
(Software untuk membuat Software Java & Java Mobile) tersedia di Windows
maupun Linux, Eclipse (Software untuk membuat Software Android) tersedia
di Windows maupun Linux, Compiere (Software ERP) tersedia di Windows
maupun Linux, dan lain-lain.
Legal, dan tidak melanggar undang-undang hak cipta serta aman dari razia
penggunaan dan pembajakan Software illegal.
Software Ope nSource bebas dari Malware (Virus/Worm/Trojan) dibanding
Software Illegal hasil Crack, Patch ataupun dari Keygen.
Jika Software Open Sourceyang kita gunakan perusahaannya mengalami
kebangkrutan, maka tidak menimbulkan kerugian materiil bagi pemakainya,
lain halnya pada Software Komersiil, pasti pemakainya harus membeli
Software baru.
Terkadang keahlian kita akan terasah dengan memakai Software Open Source.
Dapat menghasilkan produk yang tidak kalah bagus dengan hasil dari
Software yang berlisensi. Jika dijual maka keuntungan dari penjualan produk
lebih besar.
Sebagian Software Open Source tidak menguras sumber daya pemakaian
komputer.
Disamping segudang kelebihan tersebut, juga terselip beberapa kekurangan dari
Open Source ini, antara lain :
Memunculkan celah awal ketika sumbe code masih mentah dan
pengembangan dasar masih dalam pembangunan.
Masalah yang berhubungan dengan intelektual property. Pada saat ini,
beberapa negara menerima Software dan algoritma yang dipatentkan. Hal ini
sangat sulit untuk diketahui jika beberapa motede utama untuk
menyelesaikan masalah Software di patenkan sehingga beberapa komunitas
dapat dianggap bersalah dalam pelanggaran intelektual property.
Kurangnya Sumber Daya Manusia yang dapat menggunakan dan
memanfaatkan Open Source. Salah satu keuntungan utama dari gerakan
adalah adanya ketersediaan code. Namun ketersediaan ini menjadi sia-sia
apabila SDM yang ada tidak dapat menggunakannya, tidak dapat mengerti
code tersebut. SDM yang ada ternyata hanya mampu produk saja. Jika
demikian, maka tidak ada bedanya produk dan yang proprietary dan tertutup.
Tidak adanya perlindungan terhadap HAKI.
Perkembangan Software tergantug dari sekumpulam manusia itu sendiri.
Tidak ada garansi dari pengembangan, sumber code masih mentah dan
pengembangan dasar masih dalam pembangunan.
Kesulitan dalam mengetahui status project : Tidak banyak iklan bagi Open
Source Software, biasanya beberapa project secara tidak langsung ditangani
oleh perusahaan yang mampu berinvestasi dan melakukan merketing.
Tidak adanya proteksi terhadap Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI)
Kebanyakan orang masih menganggap bahwa code merupakan aset yang
harus dijaga kerahasiannya. Hal ini dikaitkan dengan besarnya usaha yang
sudah dikeluarkan untuk membuat produk tersebut. Karena sifatnya yang
terbuka, dapat di-abuse oleh orang-orang untuk mencuri ide dan karya orang
lain.
BAB 11
Lima karakteristik cybercrime
Selama ini dalam kejahatan konvensional, kita menganl adanya 2 jenis kejahatan
sebagai berikut:
Kejahatan kerah biru (blue collar criem)
Kejahatan jenis ini merupakan jenis kejahatan atau tindak criminal yang
dilakukan secara konvensional, misalnya perampokan, pencurian, dan lain-
lain. Para pelaku kejahatan jenis ini biasanya digambarkan memiliki
steorotip tertentu misalnya, dari kelas sosial bawah, kurang terdidik, dan lain-
lain.
Kejahatan kerah putih (white collar crime)
Kejahatan jenis ini terbagi dalam 4 kelompok kejahatan yakni kejahatan
korporasi, kejahatan birokrat, malpraktek, dan kejahatan individu. Pelakunya
biasanya bekebalikan dari blue collar, mereka memiliki penghasilan tinggi,
berpendidikan, memegang jabatan-jabatan terhormat di masyaratat.
Cybercrime sendiri sebagai kejahatan yang muncul sebagai akibat adanya
komunitas dunia maya di internet, memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda
dengan kedua model di atas.
Karakteristik unik dari kejahatan di dunia maya tersebut antara lain menyangkut
lima hal berikut:
Ruang lingkup kejahatan
Sesuai sifat global internet, ruang lingkup kejahatan ini jga bersifat global.
Cybercrime seringkali dilakukan secara transnasional, melintasi batas negara
sehingga sulit dipastikan yuridikasi hukum negara yang berlaku terhadap
pelaku. Karakteristik internet di mana orang dapat berlalu-lalang tanpa
identitas (anonymous) memungkinkan terjadinya berbagai aktivitas jahat yang
tak tersentuh hukum.
Sifat kejahatan
Bersifat non-violence, atau tidak menimbulkan kekacauan yang mudah
terlihat. Jika kejahatan konvensional sering kali menimbulkan kekacauan
makan kejahatan di internet bersifat sebaliknya.
Pelaku kejahatan
Bersifat lebih universal, meski memiliki cirri khusus yaitu kejahatan dilakukan
oleh orang-orang yang menguasai penggunaan internet beserta aplikasinya.
Pelaku kejahatan tersebut tidak terbatas pada usia dan stereotip tertentu,
mereka yang sempat tertangkap remaja, bahkan beberapa di antaranya masih
anak-anak.
Modus kejahatan
Keunikan kejahatan ini adalah penggunaan teknologi informasi dalam modus
operandi, itulah sebabnya mengapa modus operandi dalam dunia cyber
tersebut sulit dimengerti oleh orang-orang yang tidak menguasai pengetahuan
tentang komputer, teknik pemrograman dan seluk beluk dunia cyber.
Jenis kerugian yang ditimbulkan
Dapat bersifat material maupun non-material. Seperti waktu, nilai, jasa, uang,
barang, harga diri, martabat bahkan kerahasiaan informasi.
Jenis-jenis Cybercrime
Berdasarkan jenis aktifitas yang dilakukannya, cybercrime dapat digolongkan
menjadi beberapa jenis sebagai berikut:
Unauthorized Access
Merupakan kejahatan yang terjadi ketika seseorang memasuki atau menyusup
ke dalam suatu sistem jaringan komputer secara tidak sah, tanpa izin, atau
tanpa sepengetahuan dari pemilik sistem jaringan komputer yang
dimasukinya. Probing dan port merupakan contoh kejahatan ini.
Illegal Contents
Merupakan kejahatan yang dilakukan dengan memasukkan data atau
informasi ke internet tentang suatu hal yang tidak benar, tidak etis, dan dapat
dianggap melanggar hukum atau menggangu ketertiban umum, contohnya
adalah penyebaran pornografi.
Penyebaran virus secara sengaja
Penyebaran virus pada umumnya dilakukan dengan menggunakan email.
Sering kali orang yang sistem emailnya terkena virus tidak menyadari hal ini.
Virus ini kemudian dikirimkan ke tempat lain melalui emailnya.
Data forgery
Kejahatan jenis ini dilakukan dengan tujuan memalsukan data pada dokumen-
dokumen penting yang ada di internet. Dokumen-dokumen ini biasanya
dimiliki oleh institusi atau lembaga yang memiliki situs berbasis web
database.
Cyber Espionage, Sabotage, and Extortion
Cyber Espionage merupakan kejahatan yang memanfaatkan jaringan internet
untuk melakukan kegiatan mata-mata terhadap pihak lain, dengan memasuki
sistem jaringan komputer pihak sasaran. Sabotage and Extortion merupakan
jenis kejahatan yang dilakukan dengan membuat gangguan, perusakan atau
penghancuran terhadap suatu data, program komputer atau sistem jaringan
komputer yang terhubung dengan internet.
Cyberstalking
Kejahatan jenis ini dilakukan untuk mengganggu atau melecehkan seseorang
dengan memanfaatkan komputer, misalnya menggunakan e-mail dan
dilakukan berulang-ulang. Kejahatan tersebut menyerupai teror yang ditujukan
kepada seseorang dengan memanfaatkan media internet. Hal itu bisa terjadi
karena kemudahan dalam membuat email dengan alamat tertentu tanpa harus
menyertakan identitas diri yang sebenarnya.
Carding
Carding merupakan kejahatan yang dilakukan untuk mencuri nomor kartu
kredit milik orang lain dan digunakan dalam transaksi perdagangan di internet.
Hacking dan Cracker
Istilah hacker biasanya mengacu pada seseorang yang punya minat besar
untuk mempelajari sistem komputer secara detail dan bagaimana
meningkatkan kapabilitasnya. Adapun mereka yang sering melakukan aksi-
aksi perusakan di internet lazimnya disebut cracker. Boleh dibilang cracker
ini sebenarnya adalah hacker yang memanfaatkan kemampuannya untuk hal-
hal yang negatif. Aktivitas cracking di internet memiliki lingkup yang sangat
luas, mulai dari pembajakan account milik orang lain, pembajakan situs web,
probing, menyebarkan virus, hingga pelumpuhan target sasaran. Tindakan
yang terakhir disebut sebagai DOS (Denial Of Service). Dos attack merupakan
serangan yang bertujuan melumpuhkan target (hang, crash) sehingga tidak
dapat memberikan layanan.
Cybersquatting and Typosquatting
Cybersquatting merupakan kejahatan yang dilakukan dengan mendaftarkan
domain nama perusahaan orang lain dan kemudian berusaha menjualnya
kepada perusahaan tersebut dengan harga yang lebih mahal. Adapun
typosquatting adalah kejahatan dengan membuat domain plesetan yaitu
domain yang mirip dengan nama domain orang lain. Nama tersebut
merupakan nama domain saingan perusahaan.
Hijacking
Hijacking merupakan kejahatan melakukan pembajakan hasil karya orang lain.
Yang paling sering terjadi adalah Software Piracy (pembajakan perangkat
lunak).
Cyber Terorism
Suatu tindakan cybercrime termasuk cyber terorism jika mengancam
pemerintah atau warganegara, termasuk cracking ke situs pemerintah atau
militer. Beberapa contoh kasus cyber terorism sebagai berikut:
1. Ramzi Yousef, dalang penyerangan pertama ke gedung WTC, di ketahui
menyimpan detail serangan dalam file yang di enkripsi di laptopnya.
2. Osama Bin Laden diketahui menggunakan steganography untuk
komunikasi jaringannya.
3. Suatu website yang dinamai Club Hacker Muslim diketahui menuliskan
daftar tip untuk melakukan hacking ke Pentagon.
4. Seseorang hacker yang menyebut dirinya sebagai Doktor Nuker diketahui
telah kurang lebih lima tahun melakukan defacing atau mengubah isi
halaman web dengan propaganda ant i- American, anti – Israel dan pro –
Bin Laden.
5. Berdasarkan sasaran kejahatan, cybercrime dapat dikelompokkan menjadi
beberapa kategori seperti berikut ini :
6. Cybercrime yang menyerang individu (Against Person)