Bentuk Propaganda Media Massa

37
BENTUK PROPAGANDA AMERIKA MELALUI MEDIA MASSA STUDI KASUS: FILM TRANSFORMERS 2: REVENGE OF THE FALLEN 1

Transcript of Bentuk Propaganda Media Massa

Page 1: Bentuk Propaganda Media Massa

BENTUK PROPAGANDA AMERIKA MELALUI MEDIA MASSA

STUDI KASUS: FILM TRANSFORMERS 2: REVENGE OF THE FALLEN

1

Page 2: Bentuk Propaganda Media Massa

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS PRIBADI

NAMA : Dany, S.IP

TEMPAT / TANGGAL LAHIR : Medan, 2 April 1982.

AGAMA : Islam.

STATUS : Belum Menikah.

ALAMAT : Jl. Mini I. No. 88. Bambu Apus, Cipayung

Jakarta Timur, 13890

HP & TELEPON : (021) 8497 - 6366 / 0817 5458 774

E MAIL : [email protected]

PENDIDIKAN UTAMA

1. (Sedang menempuh) Sekolah Pascasarjana Universitas Sahid

Jakarta, Magister Ilmu Komunikasi, Peminatan Manajemen Komunikasi,

Jakarta, 2009.

2. Universitas Pembangunan Nasional (UPN) “VETERAN”, Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Hubungan Internasional, Jogjakarta, 2006.

3. SMU Islam Al Azhar Kelapa Gading, Jakarta, 1999

PENDIDIKAN TAMBAHAN

1. Pendidikan Bahasa Inggris, Pre Beginner One, Caesar SE, Jakarta, 1992.

2. Pendidikan Bahasa Inggris, High Intermediate, EF, Jakarta, 1998.

3. Pendidikan Komputer, Aplikasi Perkantoran, LPIA, Jakarta, 2006.

4. Pendidikan Komputer, Web Design, LPIA, Jakarta, 2008.

2

Page 3: Bentuk Propaganda Media Massa

RIWAYAT PEKERJAAN

1. Praktek Kerja Lapangan, DEPLU RI, materi Bidang Hubungan

Internasional, Jakarta,15 Juni s/d 15 Agustus 2003.

2. Staff Operasional, PT. Suryogung Kauripan (SK) SFD, Jakarta 15

Oktober

2006 s/d 1 April 2007.

3. Teller, PT. Rabobank International Indonesia, Jakarta, 02 Januari s/d

30 Oktober 2009.

4. Dosen Pengganti, Universitas Budi Luhur, Bidang Studi: Sistem

Komunikasi Indonesia, Jakarta, 2011.

SEMINAR DAN PELATIHAN

1. ESQ Leadership Training. Menara 165 – Jakarta. 26 –

28 Maret 2010.

2. Seminar ”Hasil Penelitian Signifikansi Aliansi

Perempuan Sebagai Counter Hegemoni Dalam Perpolitikan Lokal Kasus

Jawa Barat dan Banten”. Kampus Sekolah Pascasarjana Universitas Sahid.

Jakarta. 19 Oktober 2010.

3. Dialog Ilmiah “Penyiaran dan Konvergensi” - Ikatan

Sarjana Komunikasi Indonesia. Perpustakaan Nasional – Jakarta. 08

November 2009.

4. Information Seminar on the European Union for

Indonesian University Lecturer and Students of Law and International

Relations – The Delegation of the European Commission in Indonesia.

Jakarta. 04 Mei 2004.

5. Excursion Study “Transnational Crime as a Threat to

National Security – Department Of International Relations – Pembangunan

Nasional “Veteran” University of Jogjakarta. Jakarta. 03 – 08 Mei 2004.

3

Page 4: Bentuk Propaganda Media Massa

PENDAHULUAN

1.1. Komunikasi Persuasi

Dalam pengertian umum, komunikasi adalah hubungan dan interaksi yang terjadi

antara dua orang atau lebih. Interaksi terjadi karena seseorang menyampaikan pesan

dalam bentuk lambang-lambang tertentu, diterima oleh pihak lain, sehingga sedikit

banyak mempengaruhi sikap dan tingkah laku pihak yang dituju. Menurut Dan Nimmo

(1978) komunikasi adalah proses interaksi sosial yang digunakan orang untuk menyususn

makna yang merupakan citra mereka mengenai dunia (yang berdasarkan itu mereka

bertindak) dan untuk bertukar citra itu melalui simbol-simbol. Menurut Harold Laswell

(1948, dalam Nimmo, 1978) cara yang mudah untuk menggambarkan komunikasi adalah

dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: Who (siapa?), Says What (mengatakan

apa?), In Which Channel (dengan saluran apa?), to Whom (kepada siapa), With What

Effect (dengan akibat apa?). Ringkasnya, Komunikasi adalah Proses penyampaian

informasi dari seseorang kepada orang lain, dengan cara menggunakan media sebagai

kemasan informasi atau melalui transmisi secara simbolik, sehingga informasi mudah

difahami dan pada akhirnya mereka saling memiliki kesamaan persepsi. Ada proses

transaksional dalam komunikasi, ada proses pertukaran informasi antara komunikan

dengan komunikator, tergantung dari komunikator apakah dia menginginkan komunikan

terpengaruh oleh pesan yang dia komunikasikan atau hanya sekedar memberikan pesan

saja tanpa berusaha mengetahui apakah komunikan terpengaruh oleh pesan komunikator.

Bila mengacu dari pendapat Stewart L Tubs dan Sylvia Moss (1974, dalam

Rakmat 1985), komunikasi yang efektif paling tidak harus mengandung lima hal: 1)

pengertian, 2) kesenangan, 3) hubungan yang makin baik, 4) pengaruh pada sikap

(mempersuasi) dan, 5) tindakan. Pengertian artinya penerimaan yang cermat dari

komunikan atas pesan yang disampaikan oleh komunikator. Cara untuk memperoleh

pengertian ini harus benar-benar dipahami oleh komunikator, karena bila tidak hai ini

akan menimbulkan apa yang disebut oleh Rakhmat (1985), kegagalan komunikasi primer

4

Page 5: Bentuk Propaganda Media Massa

(primary breakdown in communication). Komunikasi juga harus mengandung unsur

kesenangan, kesenangan artinya suatu komunikasi harus menimbulkan hubungan yang

hangat, akrab, dan menyenangkan antara komunikator dan komunikan. Komunikasi juga

ditujukan untuk menimbulkan hubungan sosial yang baik. Kebutuhan untuk menjalin

hubungan sosial secara positif dengan orang lain atau kelompok lain adalah kebutuhan

hakiki manusia. Tanpa adanya jalinan sosial, manusia akan kesepian, merasa terasing dan

kehilangan keakraban. Inilah yang kemudian mendasari terbentuknya teori-teori kontrak

sosial, menurut John Locke, orang saling setuju untuk masuk ke dalam masyarakat,

dimana masyarakat adalah bentuk hubungan jalinan sosial, dan membangun lembaga

politik di bawah satu pemerintahan tertinggi. Dengan perjanjian ini, orang-orang

menyerahkan kekuasaan untuk menjalankan hukum alam, suatu kekuasaan yang mereka

miliki secara sendiri-sendiri dalam keadaan alamiah, kepada komunitas yang baru

terbentuk. Berikutnya adalah pengaruh pada sikap, hal inilah yang paling sering menjadi

landasan saat berkomunikasi dengan orang/pihak lain. Persuasi biasanya melibatkan

tujuan si komunikator untuk disampaikan kepada komunikan. Menurut Kamus Ilmu

Komunikasi (1979, dalam Rahmat, 2005), komunikasi persuasi didefinisikan sebagai

proses mempengaruhi pendapat, sikap, dan tindakan orang dengan menggunakan

manipulasi psikologis sehingga orang tersebut bertindak seperti atas kehendaknya sendiri.

Komunikasi persuasif memerlukan pemahaman tentang faktor-faktor pada diri

komunikator, dan pesan yang menimbulkan efek pada komunikan. Jadi, persuasi adalah

suatu proses komunikasi transaksional, proses komunikasi timbal-balik yang didalam

proses tersebut melibatkan tujuan komunikator yaitu melahirkan tindakan, dengan

sengaja atau tidak, untuk menimbulkan perasaan responsif kepada komunikan, agar

komunikan mengikuti tujuan dan/atau tindakan sang komunikator. Bila komunikan sudah

terpersuasi, maka hal berikutnya yang dilakukan oleh komunikator adalah tindakan.

Karena persuasi ditujukan untuk melahirkan tindakan, efektifitas komunikasi persuasi

biasanya diukur melalui tindakan nyata komunikan. Dalam hal komunikasi politik,

komunikasi persuasi suatu partai politik efektif bila sekian juta pemilih melakukan suatu

tindakan yaitu memilih partai tersebut dalam pemilihan umum.

1.2 Bentuk-bentuk Persuasi Politik

5

Page 6: Bentuk Propaganda Media Massa

Menurut Dan Nimmo, ada tiga pendekatan kepada persuasi politik, yakni

propaganda, periklanan dan retorika. Semuanya serupa dalam beberapa hal yakni

bertujuan (purposif), disengaja (intensional) dan melibatkan pengaruh; terdiri atas

hubungan timbal balik antara orang-orang dan semuanya menghasilkan berbagai tingkat

perubahan dalam persepsi, kepercayaan, nilai dan pengharapan pribadi. Tentu saja

ketiganya juga memiliki kekhususan yang membedakan satu dengan lainnya,

karakteristik umumnya persuasi selalu melibatkan tujuan melalui pembicaraan. Sifatnya

juga dialektis dan merupakan proses timbal balik, disengaja atau tidak disengaja,

komunikasi persuasi menimbulkan perasaan responsif pada orang lain.

Dari ketiga bentuk persuasi di atas, propaganda memiliki catatan konseptual dan

histroris yang menarik untuk diamati. Menurut Jacques Ellul (1965, dalam Nimmo,

1978), propaganda sebagai komunikasi yang digunakan oleh suatu kelompok

terorganisasi yang ingin menciptakan partisipasi aktif atau pasif dalam tindakan-tindakan

suatu massa yang terdiri atas individu-individu, dipersatukan secara psikologis melalui

manipulasi psikologis dan digabungkan di dalam suatu organisasi. Istilah propaganda

berasal dari kata Congregatio de propaganda fide atau Congregation for the Propagation

of Faith, yang dibentuk oleh Gereja Katolik pada tahun 1622. Salah satu isu besar dalam

pembentukan gerakan ini adalah pertentangan antara ilmu pengetahuan dan agama

sebagai sumber ilmu tentang dunia. Salah satu tokoh yang dianggap menentang ajaran

gereja katolik, karena pemikirannya tentang bumi berputar mengelilingi matahari, adalah

Galileo. Galileo kemudian diadili dan dijatuhi hukuman mati, dan Gereja dibiarkan tetap

dalam posisi mempertahankan sebuah pemikiran yang tidak mungkin lagi bisa

dipertahankan. Mungkin istilah propaganda mendapatkan konotasi negatif karena adanya

insiden besar yang melatar belakanginya. (Severin-Tankard, 2001). Seorang kaisar

terkenal dari Prancis Napoleon Bonaparte, mengatakan: ”Pemimpin yang hebat selalu

mengeluarkan pernyataan yang memberi tahu musuh bahwa pasukannya sangat banyak,

sedangkan kepada masyarakatnya sendiri dia harus mengeluarkan pernyataan bahwa

musuh sangatlah lemah.” Pemberian informasi yang melebih-lebihkan kekuatan

persenjataan dan sumber daya akan menimbulkan rasa takut diantara musuh. Tindakan ini

menurut Lanza (1949) adalah bentuk praktek propaganda, dan di masa sekarang, praktek

sepeti ini biasanya ditangani oleh biro propaganda nasional. Praktek Propaganda juga

6

Page 7: Bentuk Propaganda Media Massa

pernah dilakukan Partai Nazi., dengan manipulasi lambang dan orator yang penuh emosi,

Hitler membangkitkan rasa identifikasi, komitmen dan kesetiaan khalayak. Kata-kata

yang sangat populer waktu itu “Ein Volk, ein Reich,ein Fuhrer” (satu bangsa, satu

imperium, satu pemimpin). Dobb di dalam Nimmo (1978), membedakan propaganda

menjadi dua, Propaganda terbuka dan Propaganda tertutup. Propaganda terbuka

menyingkapkan secara terang-terangan tujuan dilaksanakannya proses propaganda,

seperti ketika seorang kandidat dari partai politik tertentu berpidato pada masa kampanye.

Dengan terang-terangan sang kandidat mengajak konstituen untuk memilih dirinya pada

waktu pemilu legislatif. Propaganda tertutup, sang propagandis menyamarkan tujuan-

tujuannya seperti ketika seorang presiden, misalnya, menyelenggarakan konferensi pers,

dimana sang presiden seakan-akan menjawab menjawab pertanyaan para reporter, tetapi

membalikkan setiap pertanyaan agar menguntungkan baginya. Jacques Ellul di dalam

Nimmo (1978) menetapkan tipologi propaganda yang lebih kompleks daripada perbedaan

antara propaganda yang disengaja atau yang tidak disengaja, yang tertutup maupun yang

terang-terangan. Ada propaganda politik dan propaganda sosiologi. Propaganda politik

melibatkan usaha-usaha pemerintah, partai, atau golongan yang berkepentingan untuk

mencapai tujuan strategis atau taktis. Ciri-cirinya melalui imbauan-imbauan khas jangka

pendek, seperti iklan kampanye pemilu, iklan-iklan kementerian, maupun iklan-iklan

calon kandidat partai politik. Propaganda sosiologi kurang terlihat, diselubungi oleh

produk-produk media massa, dan lebih berjangka panjang. Melalui propaganda ini orang

dipersuasi dengan suatu cara hidup, suatu ideologi, yang berangsur-angsur merembes ke

dalam lembaga-lembaga ekonomi, sosial, dan politik. Melalui propaganda ini, orang-

orang diharapkan mengabdikan diri kepada tujuan-tujuan tertentu yang mungkin tidak

akan terwujud dalam waktu yang singkat, perlahan namun pasti propaganda sosiologi

akan mempersuasi orang-orang tanpa mereka sadari kalau mereka sudah terkena

propaganda. Propaganda sosiologi ini , ciri-cirinya melalui produk-produk media massa

yang sudah terkonvergensi. Konvergensi media massa seperti yang dikatakan oleh Danesi

(2002), adalah konvergensi media menjadi satu sistem komunikasi termediasi yang

menyeluruh. Lanjut Danesi mengatakan, konvergensi media mengakibatkan munculnya

satu gaya hidup dan karier baru, pembentukan lembaga baru, dan pergeseran paradigma

secara radikal dalam seluruh bidang organisasi sosial. Jika sosiologi propaganda

7

Page 8: Bentuk Propaganda Media Massa

bertujuan untuk mempersuasi orang-orang dengan satu gaya hidup baru, satu ideologi

baru, dan merembeskan gaya hidup serta ideologi tersebut ke dalam lembaga-lembaga

sosial dan politik, maka konvergensi media adalah merupakan salah satu bentuk sosiologi

propaganda. Sebagaimana didefinisikan oleh Laswell (1927, dalam Severin-Tankard,

2001) propaganda mempunyai empat tujuan utama: 1) Untuk menumbuhkan kebencian

terhadap musuh, 2) Untuk melestarikan persahabatan sekutu, 3) Untuk mempertahankan

persahabatan dan, jika mungkin, untuk menjalin kerjasama dengan pihak-pihak yang

netral, serta, 4) Untuk menghancurkan semangat musuh. Sudah dapat dipastikan tujuan

sosiologi propaganda juga tidak akan jauh dari apa yang dijelaskan oleh Harold Laswell.

Seperti propaganda yang sifat pesannya massal dan bertujuan untuk

mempengaruhi, begitu juga dengan periklanan yang jenis komunikasinya adalah satu

kepada banyak. Namun menurut Nimmo (1978), ada perbedaaan yang signifikan antara

propaganda dan periklanan. Bila propaganda ditujukan kepada orang-orang sebagai

anggota kelompok; periklanan mendekati orang-orang tersebut sebagai individu tunggal

yang independen serta terpisah dari kelompok. Herbert Blumer membedakan antara

publik dengan massa. Publik mengacu kepada sekelompok orang yang berhadapan

dengan suatu masalah, bagaimana mereka menghadapi masalah, dan mengemukakan

perbedaan-perbedaannya melalui diskusi. Propaganda memainkan peran sebagai alat

untuk memanipulasi diskusi ini. Sedangkan massa terdiri atas orang-orang dari berbagai

cara hidup dan tingkat sosial yang tidak saling mengenal, jarang berinteraksi satu dengan

lainnya, terorganisasi secara longgar, dan bertindak tidak bersama-sama, tetapi secara

spontan sebagai perseorangan. ”Hubungan antara iklan dan calon pembeli adalah

hubungan langsung-tidak ada organisasi atau kepemimpinan yang seakan-akan dapat

mengirimkan kelompok pembeli itu kepada penjual. Akan tetapi, setiap individu

bertindak berdasarkan pilihannya sendiri” (Dan Nimmo, 1978). Fokus periklanan massal

lebih ditujukan kepada sifat khalayak dan jangkauan akibat yang potensial dibandingkan

pertimbangan lain. Jadi dalam iklan politik, tujuannya adalah merubah motivasi

khalayak, dan produknya adalah citra sang kandidat. Yang dimaksud dengan menjual

citra, menurut Nimmo (1978) adalah imbauan yang ditujukan untuk membina reputasi

pejabat pemerintah maupun calon pejabat pemerintah, imbauan tersebut adalah informasi

tentang kualifikasi, pengalaman, latar belakang, dan kepribadian sang kandidat.

8

Page 9: Bentuk Propaganda Media Massa

Menurut Littlejohn (2008), pada awalnya ilmu tentang retorika berhubungan

dengan persuasi, sehingga retorika adalah seni penyusunan argumen dan pembuatan

naskah pidato. Retorika adalah komunikasi dua arah, satu kepada satu, yang masing-

masing berusaha dengan sadar untuk mempengaruhi pandangan satu saam lainnya

melalui tindakan timbal balik satu sama lainnya (Nimmo, 1978). Retorika adalah

berbicara. Berbicara berarti mengucapkan kata atau kalimat kepada seseorang atau

sekelompok orang, untuk mencapai suatu tujuan tertentu (bentuk komunikasi persuasi).

Retorika modern adalah gabungan yang serasi antara pengetahuan, pikiran , kesenian dan

kesanggupan berbicara. Dalam bahasa percakapan atau bahasa populer, retorika berarti

pada tempat yang tepat, pada waktu yang tepat, atas cara yang lebih efektif,

mengucapkan kata – kata yang tepat, benar dan mengesankan, ini berarti orang harus

dapat berbicara jelas, singkat dan efektif. Jelas supaya mudah dimengerti, singkat untuk

menghemat waktu, dan efektif.

Retorika politik bersandar kepada mekanisme yang berbeda dengan propaganda

dan periklanan, karena retorika adalah proses komunikasi timbal balik/transaksional

sehingga dalam proses itu akan terbentuk negosiasi. Tidak seperti propaganda atau

periklanan yang diumpamakan seperti jarum suntik media massa, retorika melibatkan

proses interaksi, melibatkan pertukaran kata-kata dan bahasa. Sehingga retorika akan

lebih memperlihatkan kecerdasan seorang kandidat atau seorang figur politik dalam

menghadapi massanya. Bisa saja mengukur kecerdasan seseorang kandidat politik dilihat

dari gayanya berpidato, karena pidato adalah suatu proses negosiasi, jika negosiasi

tersebut gagal karena kekurang cakapan seorang kandidat dalam beretorika maka

singkatnya calon tersebut kurang cerdas dalam mendekati massanya atau konstituennya.

Retorika juga bisa dilihat dalam bentuk dialog antara satu kandidat dengan kandidat

lainnya. Dialog tersebut bisa berubah menjadi debat, apabila sang kandidat menempatkan

kandidat lainnya sebagai lawan dalam retorikanya, atau dialog tersebut bisa juga menjadi

dialog yang bersahabat, apabila sang kandidat menempatkan kandidat lainnya dalam

posisi sebagai kawan. Dengan kata lain, melalui retorika politik kita menciptakan

9

Page 10: Bentuk Propaganda Media Massa

masyarakat dengan negosiasi yang terus berlangsung dan terus berkembang tentang

makna situasi dan tentang makna identitas kita dalam situasi retorika tersebut

Dalam ajaran Aristoteles (Nimmo, 1978), terdapat tiga jenis retorika politik yaitu

deliberatif, forensik dan demonstratif. Retorika deliberatif memfokuskan diri pada apa

yang akan terjadi dikemudian bila diterapkan sebuah kebijakan saat sekarang. Retorika

forensik lebih memfokuskan pada sifat yuridis dan berfokus pada apa yang terjadi pada

masa lalu untuk menunjukkan bersalah atau tidak, pertanggungjawaban atau ganjaran.

Retorika demonstratif memfokuskan pada wacana memuji dengan tujuan memperkuat

sifat baik atau sifat buruk seseorang, lembaga maupun gagasan.

1.3 Propaganda Politik melalui Media Massa

Kalau merujuk kepada pendapat Blumler dan Gurevitch (1995), ada empat

komponen yang perlu diperhatikan dalam mengkaji sistem komunikasi politik. Pertama

institusi politik dengan aspek-aspek komunikasi politiknya. Kedua institusi media dengan

aspek-aspek komunikasi politiknya. Ketiga orientasi khalayak terhadap komunikasi

politik. Keempat aspek-aspek komunikasi yang relevan dengan budaya politik. Pendapat

hampir senada dikemukakan Suryadi (1993), menurutnya sistem komunikasi politik

terdiri dari elit politik, media massa dan khalayak. Dari kedua pendapat tadi dapat kita

temui posisi penting media dalam propaganda politik. Setiap persuasi politik yang

mencoba memanipulasi psikologis khalayak sekarang ini, sangat mempertimbangkan

peranan media massa.

Kalau dulu komunikasi satu-kepada-banyak mungkin diwakili oleh propagandis-

propagandis lewat pidato-pidato keliling di depan kumpulan partisan mereka, tapi

sekarang hal ini lebih sering dilakukan melalui media massa. Dan Nimmo (1978)

mengulas ada 7 teknik propaganda penting yang memanfaatkan kombinasi kata, tindakan

dan logika untuk tujuan persuasif.

1. Name calling, memberi label buruk kepada gagasan, orang, objek atau tujuan agar

orang menolak sesuatu tanpa menguji kenyataannya.

2. Glittering generalities, menggunakan “kata yang baik” untuk melukiskan sesuatu

agar mendapat dukungan, lagi-lagi tanpa menyelidiki ketepatan asosiasi itu.

10

Page 11: Bentuk Propaganda Media Massa

3. Transfer, yakni mengidentifikasi suatu maksud dengan lambang otoritas,

4. Testimonial, memperoleh ucapan orang yang dihormati atau dibenci untuk

mempromosikan atau meremehkan suatu maksud.

5. Plain folks, imbauan yang mengatakan bahwa pembicara berpihak kepada

khalayaknya dalam usaha bersama yang kolaboratif.

6. Card stacking, memilih dengan teliti pernyataan yang akurat dan tidak akurat,

logis dan tak logis dan sebagainya untuk membangun suatu kasus.

7. Bandwagon, usaha untuk meyakinkan khalayak akan kepopuleran dan kebenaran

tujuan sehingga setiap orang akan “turut naik”.

Dalam pelaksanaannya, propaganda di media massa juga tidak bisa

mengenyampingkan beberapa hal yang dikenal dalam rumusan Pamela Shoemaker dan

Stephen D. Reese (1996) sebagai model “hierarchy of influence”. Bila mengikuti cara

pandang model hierarchy of influence, sekurang-kurangnya ada lima hal yang

mempengaruhi berita media termasuk di dalamnya isi propaganda yakni:

1. Pengaruh individu-individu pekerja media seperti karakteristik pekerja media,

latar belakang personal dan profesional wartawan.

2. Pengaruh rutinitas media.

3. Pengaruh internal organisasi media.

4. Pengaruh eksternal organisasi media.

5. Pengaruh ideologi yang merupakan sebuah pengaruh paling menyeluruh dari

semua pengaruh yang ada. Di sini ideologi dimaknai sebagai suatu kekuatan yang

mampu membentuk kohesivitas kelompok.

Setelah propaganda dipersuasikan melalui media massa, ada beberapa prinsip-

prinsip umum yang perlu diperhatikan untuk mengefektifkan propaganda politik di media

massa. Yang pertama adalah prinsip tentang pemilihan komunikator politik dalam media

massa. Nimmo (1978), mengatakan status komunikator politik memainkan peran sosial

yang utama, terutama dalam proses opini publik. Artinya setiap peran membawa status

atau prestise tersendiri. Secara umum, semakin tinggi posisi atau status seseorang di

11

Page 12: Bentuk Propaganda Media Massa

tengah masyarakat, makan akan semakin mampu dia melakukan persuasi. Dengan

demikian pemilihan propagandis terutama dalam media massa yang diorientasikan

mencapai khalayak yang heterogen membutuhkan mereka yang punya status kuat. Prinsip

kedua adalah kredibilitas komunikator, sasaran propaganda mempersepsi para

komunikator dengan beberapa cara. Sejauh mereka mempersepsi bahwa propagandis itu

memiliki keahlian, dapat dipercaya dan memiliki otoritas, mereka menganggap bahwa

komunikator itu kredibel. Prinsip yang ketiga, adalah daya tarik komunikator, hal ini

meningkatkan daya tarik persuasif. Kefektifan propaganda di media massa juga dapat

ditinjau dari segi pesannya, setidaknya ada dua hal yang bisa menjadi tinjauan. Pertama,

isi pesan, hal ini menyangkut model pilihan isi yang dikemukakan dalam propaganda di

media massa. Bisa jadi isi yang mengancam orang akan mempersuasi khalayak dalam

kondisi tertentu. Kedua struktur pesan, bisa jadi karena media yang dipakai adalah media

massa yang memiliki keterbatasan waktu atau tempat menyebabkan penyusunan struktur

pesan yang efektif dan efesien. Namun terlepas dari segala keterbatasan waktu dan

tempat, propaganda di media massa bisa dilakukan secara terus-menerus sehingga

menjadi suatu terpaan.

Berdasarkan sebuah penelitian (Hamad, 2004), proses konstruksi realitas dalam

media massa dimulai dengan adanya realitas pertama berupa keadaan, benda, pikiran,

orang, peristiwa, dan sebagainya. Secara umum, sistem komunikasi adalah faktor yang

mempengaruhi sang pelaku dalam membuat wacana. Dalam sistem komunikasi

libertarian, wacana yang terbentuk akan berbeda dalam sistem komunikasi yang

otoritarian. Secara lebih khusus, dinamika internal dan eksternal yang mengenai diri si

pelaku konstruksi tentu saja sangat mempengaruhi proses kontruksi. Pengaruh itu bisa

datang dari pribadi si pembuat dalam bentuk kepentingan idealis, ideologis, dan

sebagainya maupun dari kepentingan eksternal dari khalayak sasaran sebagai pasar,

sponsor dan sebagainya. Keberadaan bermacam bentuk wacana dapat kita temukan

dalam media cetak (seperti novel), media audio (seperti pidato), media visual (seperti

lukisan), media audiovisual (seperti film), di alam (seperti lanskap dan bangunan), atau

discourse/Discourse yang dimediasikan (seperti drama yang difilmkan).

12

Page 13: Bentuk Propaganda Media Massa

PEMBAHASAN

2.1 Propaganda Melalui Media Film

Sesungguhnya media pada prinsipnya adalah segala sesuatu sebagai saluran bagi

seseorang yang menyatakan gagasan, isi jiwa, atau kesadarannya. Mc Luhan (1964,

dalam Ardial (2010) menyebut media merupakan perluasan alat indra manusia. Dengan

kata lain, kehadiran media dalam komunikasi merupakan upaya perpanjangan dari telinga

dan mata. Media massa datang menyampaikan pesan yang beraneka ragam dan aktual

tentang lingkungan sosial dan politik. Surat kabar dapat menjadi medium untuk

mengetahui berbagai peristiwa politik aktual yang terjadi di seluruh penjuru dunia. Radio

dan televisi, di dalamnya termasuk film, sebagai media elektronik, menjadi sarana untuk

mengikuti, serta menganalisa berbagai kejadian politik yang sedang terjadi. Dengan

demikian media hadir sebagai alat mengeluarkan berbagai pesan bagi manusia dalam

masyarakat.

Danesi (2002), membagi media menjadi tiga kategori.

1. Media alami, yaitu media yang memancarkan gagasan dengan berbasis biologis

(melalui suara, ekspresi wajah, gerakan tanagn dan sebagainya).

2. Media buatan, bagaimana gagasan direpresentasikan dan dikirimkan

menggunakan satu artefak tertentu (buku, lukisan, patung, surat, dan sebagainya).

3. Media mekanis, bagaimana gagasan dikirimkan menggunakan peralatan mekanis

temuan manusia seperti telepon, radio, televisi, film, komputer, dan sebagainya.

Arifin (2003, dalam Ardial 2010), membagi media kedalam tiga bentuk.

1. Pertama, media yang menyalurkan ucapan, termasuk didalamnya yang berbentuk

bunyi, yang hanya dapat ditangkap oleh telinga (the audial media). Media yang

termasuk dalam kategori ini antara lain gendang, telepon dan radio.

2. Kedua, media yang meyalurkan tulisan dan hanya bisa ditangkap oleh mata.(the

visual media). Media yang termasuk didalamnya prasasti, selebaran, pamflet,

poster, brosur, baliho, spanduk, surat kabar, majalah, dan buku.

13

Page 14: Bentuk Propaganda Media Massa

3. Ketiga, media yang menyalurkan gambar hidup dan karena itu dapat ditangkap

sekaligus oleh mata dan telinga (the audio visual media). Media yang termasuk

didalamnya film dan televisi).

Kehadiran media tersebut, terutama media massa (pers, radio, film, dan

televisi), ,mendorong retorika, propaganda, agitasi, kampanye, dan public relation politik,

berkembang lebih pesat lagi. Penggunaan media massa dalam komunikasi politiksangat

penting karena media massa memiliki kontribusi yang besar dalam demokrasi. Selain itu

media massa selalu dipandang memiliki pengaruh yang kuat dalam membangun opini

dan pengetahuanbagi khalayak. Namun dukungan media terhadap aktivitas politik

tertentu tidak hanya didasarkankan pada asumsi besarnya peristiwa politik, tetapi juga

nilai politik dari peristiwa tersebut. Nilai politik ini terutama berkaitan dengan

kepentingan media sendiri dan kepentingan masyarakat sebagai konsumen atau publik

dari media tersebut.

Film pertama kali dibuat oleh Thomas Edison (1847-1931), ia mengembangkan

kamera citra bergerak pada tahun 1888 dan untuk pertama kalinya membuat film

sepanjang 15 detik yang merekam salah seorang asistennya yang sedang bersin (Danesi,

2002). Diawali dari peristiwa tersebut, maka lahirlah teknologi dan seni gambar bergerak

yang kita namakan film, yang merupakan suatu dunia tempat citra visual membentuk

gaya hidup dan mengajarkan pelbagai nilai perilaku, kebiasaan, dan gaya hidup. Danesi

(2002) membagi fil menjadi tiga kategori. Pertama, adalah film fitur. Film fitur

merupakan karya fiksi yang struktur utamanya selalu berupa narasi, dan dibuat dalam tiga

tahap. Tahap pra produksi merupakan periode ketika skenario diperoleh. Skenario ini bisa

diperoleh dari adaptasi novel, adaptasi cerita pendek, maupun karya cetakan lainnya. Di

tahap inilah biasanya pesan propaganda masuk kedalam cerita sebuah film. Karena di

tahap produksi, akan ada benturan-benturan kepentingan antara sutradara dan produser.

Bagaimana cara mengemas agar pesan propaganda tersebut menjadi propaganda

terselubung meminjam istilah Dobb dalam Nimmo (1978), sehingga publik yang akan

menonton film tersebut tidak menyadari akan adanya pesan propaganda. Selanjutnya,

adalah tahap produksi, merupakan masa berlangsungnya pembuatan film berdasarkan

skenario yang telah ditetapkan. Tahap terakhir adalah tahap post produksi (editing) ketika

14

Page 15: Bentuk Propaganda Media Massa

semua bagian film yang pengambilan gambarnya tidak sesuai urutan cerita, disusun

menjadi suatu kisah yang menyatu. Kedua, film dokumenter. Film dokumenter

merupakan film nonfiksi yang menggambarkan situasi kehidupan nyata dengan setiap

individu menggambarkan perasaannya dan pengalamannya dalam situasi yang apa

adanya, tanpa persiapan, langsung pada kamera atau pewawancaranya. Jenis film seperti

ini akan kentara sekali bila disusupi oleh pesan propaganda. Karena tidak ada tahap pra

produksi, untuk memoles ceritanya ataupun memang sengaja dibuat untuk

mempropagandakan sesuatu, seperti film Fitna yang pernah ramai diperdebatkan orang,

karena isinya merupakan propaganda untuk membencikaum muslimin. Ketiga, film

animasi. Animasi adalah teknik pengambilan film untuk menciptakan ilusi gerakan dari

serangkaian gambaran benda dua atau tiga dimensi. Penciptaan gambar bergerak

biasanya selalu diwali dengan penyusunan storyboard, yaitu serangkaian sketsa yang

menggambarkan bagian penting dari cerita. Banyak orang yang menganggap bahwa film

animasi adalah film untuk anak-anak, sehingga apabila film animasi disusupi oleh pesan

propaganda maka banyak yang tidak perduli. Berangkat dari pemikiran seperti inilah,

maka banyak propagandis yang memasukkan pesan propagandanya melalui film-film

animasi. Karena sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Jacques Ellul dalam Nimmo

(1978) tentang Sosiologi Propaganda, yaitu propaganda yang kurang terlihat, diselubungi

oleh produk-produk media massa, dan lebih berjangka panjang. Melalui propaganda ini

orang dipersuasi dengan suatu cara hidup, suatu ideologi, yang berangsur-angsur

merembes ke dalam lembaga-lembaga ekonomi, sosial, dan politik. Melalui propaganda

ini, orang-orang diharapkan mengabdikan diri kepada tujuan-tujuan tertentu yang

mungkin tidak akan terwujud dalam waktu yang singkat, perlahan namun pasti

propaganda sosiologi akan mempersuasi orang-orang tanpa mereka sadari kalau mereka

sudah terkena propaganda. Cara mudah untuk mempropagandakan pesan adalah melalui

pemikiran anak-anak yang masih belum bisa berpikir kritis. Disinilah letak kekejaman

sosiologi propaganda, dari anak-anak yang telah termakan propaganda maka akan

tumbuh generasi-generasi yang telah terpropaganda, yang akan mengabdikan diri kepada

tujuan-tujuan tertentu sang propagandis.

15

Page 16: Bentuk Propaganda Media Massa

2.2 Propaganda Amerika Dalam Film Transformers 2: Revenge Of The Fallen

Jean Baudrillard pernah menyatakan bahwa realitas masyarakat sekarang tidak

lagi direfleksikan oleh media massa, termasuk didalamnya, televisi, koran, radio, dan

film, namun justru masyarakat itu adalah refleksi-refleksi dari citra-citra yang disajikan

oleh media. Artinya, realitas dalam media bukanlah gambaran dari masyarakat itu. Citra-

citra dalam medialah yang membentuk realitas dalam masyarakat tersebut. Simpelnya,

media massa membentuk realitas kehidupan masyarakat sesuai dengan arah yang sejalan

dengan ideologi Amerika. Bukan realitas apa adanya atau bahkan arah yang diinginkan

oleh kesadaran sendiri. Rekayasa informasi global inilah yang faktanya sekarang terus

berlangsung, melalui media-media massa global. Masyarakat global diberi

ketidakberdayaan (disempowerment) dalam berbagai hal menghadapi hegemoni

kepentingan-kepentingan AS, agar kepentingan AS dapat terwujud. Dalam bidang

ekonomi, AS berhasil mengglobalkan berbagai produk industrinya, sehingga menjadi

“selera dunia” (global taste). Dalam bentuk food (makanan), fun (hiburan), fashion

(pakaian), dan thought (pemikiran). Media massa juga menjadi senjata ampuh bagi

perebutan citra (Image). Siapa yang berhasil membuat image terbaik, ia akan

memenangkan legitimasi publik dalam keinginannya, ataupun sebaliknya.

Dalam Film Transformers 2: Revenge Of The Fallen, film ini adalah film fiksi

animasi, dimana film animasi sangat mudah untuk dititipkan pesan propaganda, karena

banyak orang yang menganggap ini hanyalah sekedar film hiburan yang tidak bermakna

apa-apa, bila dilihat sekilas. Namun bila dianalisa, penyimbolan-penyimbolan serta

wacana hegemoni Amerika Serikat, khususnya hegemoni militer, sangat kental sekali.

Sinopsis singkat film ini mengisahkan tentang dua pasukan robot yang saling

bermusuhan yang telah hadir di Bumi jauh sebelum peradaban tercipta dan

memperebutkan sebuah kubus yang bernama AllSpark. Cerita klise antara yang baik

melawan yang jahat, dimana yang baik diwakili oleh Autobot dan yang jahat diwakili

oleh Decepticon. Kelompok yang baik, Autobot telah diterima kehadirannya oleh Militer

Amerika, namun masih dirahasiakan dari masyarakat umum. Bersama-sama, antara

militer dan Autobot mereka membentuk unit rahasia (disebut NEST) dengan tujuan

utama adalah untuk menghentikan dan memburu Decepticon di seluruh dunia. Autobot

dan pasukan Militer yang memperoleh penentangan dari Penasehat Militer Amerika

16

Page 17: Bentuk Propaganda Media Massa

terhadap kehadiran Autobot. Dia beralasan bahwa serangan Decepticon yang semakin

gencar di seluruh dunia disebabkan oleh kehadiran Optimus Prime dan kawan-kawannya

sehingga untuk menghentikan serangan tersebut, maka Optimus harus meninggalkan

bumi. Kemudian Optimus Prime menemui Sam, teman manusianya, dan meminta agar

Sam dapat membantu Optimus Prime berbicara dengan pimpinan manusia, namun,

permintaan Optimus ini ditolak oleh Sam yang menyatakan tidak ingin terlibat lagi

dengan pertempuran apapun dan ingin menikmati kehidupan sebagai manusia normal.

Optimus akhirnya beralih dan pergi namun mengingatkan bahwa Sam tidak akan bisa

menghindari takdirnya. Akhirnya matrix Allsparks ditemukan. Tetapi tiba-tiba berubah

menjadi abu. Tapi Sam tetap percaya bahwa matrix itu akan bekerja menghidupkan

Optimus Prime. Pasukan marinir yang membawa jasad Optimus dan pasukan Autobot

yang tersisa segera menuju ke Mesir untuk membantu Sam. Mengetahui hal tersebut,

pasukan Decepticon dengan kekuatan penuh juga menyerang dan mencoba menghentikan

Sam menghidupkan Optimus Prime. Saat itulah Sam yang terlibat dalam pertempuran

terkena ledakan. Sam yang tidak bernafas lagi, di dalam mimpinya bertemu dengan Prime

Bersaudara, mereka mengucapkan terima kasih dan menyuruh Sam memenuhi takdirnya.

Wacana ini adalah simbol Amerika tentang kerjasama militer antara Amerika

Serikat dengan pasukan Mercenaries (tentara bayaran). Dimana penyimbolan Autobot

adalah Militer Amerika Serikat yang bekerjasama dengan Private Military Firms (PMF),

yang merupakan kelompok baik, kelompok yang saling bekerjasama, dan kelompok yang

mempunyai persenjataan terbaik di dunia. Sedangkan Decepticon adalah kelompok

teroris, kelompok yang terpisah, tidak dapat diajak bekerjasama, dan mempunyai

persenjataan yang minim. Mengapa bisa dikatakan kerjasama, berikut penulis kutip dari

artikel yang ditulis oleh Youssef M. Ibrahim, dalam Koran Tempo edisi kamis 29 April

2004. ”Pasukan mana yang menempati urutan kedua terbesar di Irak setelah Amerika

Serikat, yang memiliki 135 ribu tentara? Bukan Inggris, yang punya 8.000 tentara di dan

sekitar Basrah, bukan Italia dengan 3.000 tentaranya. Bukan juga negara-negara Eropa

Timur, seperti Polandia, Bulgaria atau Lithuania yang hanya mengirim ratusan.

Pasukan terbesar kedua yang memerangi pemberontakan di Irak adalah kelompok

tentara bayaran di bawah "bendera" yang biasa dikenal sebagai PMF (Private Military

Firms). Jumlah mereka mencapai 20 ribu. Di Amerika Serikat, pers menyebut mereka

17

Page 18: Bentuk Propaganda Media Massa

Corporate Fighters. Inilah tagihannya: Departemen Pertahanan Amerika telah meneken

3.000 kontrak dengan sekitar 30 PMF, menyedot 25 persen dari US$ 18 miliar yang

dialokasikan Kongres untuk membangun kembali sekolah, rumah sakit, dan sarana listrik

Irak. Tentara bayaran di Irak tidak bekerja di pembangunan. Pekerjaan mereka adalah

membantu dan melindungi militer Amerika, mengambil jatah tugas sebagian tentara

Amerika dalam memerangi pemberontakan, dan sering terlibat pertempuran

antarmereka. Enam puluh orang sudah terbunuh.”

Bukankah ini merupakan bentuk kerjasama antara Militer Amerika Serikat yang

diwakili oleh Departemen Pertahanan (Department Of Defense) dengan Private Military

Firms dalam memburu teroris di Irak. Dari sinopsis ini kita bisa melihat bahwa, karena

kerjasama tersebut serangan-serangan semakin intens dan ada tuduhan bahwa kerjasama

tersebut merugikan. Wacana ini pulalah yang sering dilontarkan oleh tokoh-tokoh di

Amerika Serikat, seperti yang dikatakan Chuck Baldwin Kandidat pilpres AS 2008, yang

dalam laporannya mengulas penggunaan antek-antek dan perusahaan jasa keamanan

swasta di Irak dan Afghanistan oleh pemerintah Amerika Serikat, untuk mengelak dari

dampak perang ilegal. Dalam artikelnya kepada American Free Press, ia mengatakan,

"Dulu, orang-orang ini (yang sekarang dikenal dengan kontraktor) disebut dengan tentara

bayaran (mercenaries). Dan tampaknya mereka telah berubah menjadi senjata paling

efesien bagi pemerintah Amerika Serikat. Dalam hal ini, Global Research dalam terbitan

terbarunya juga menyinggung eskalasi penggunaan tentara bayaran oleh pemerintah

Amerika Serikat. Selain dinilai semakin membahayakan warga negara yang menjadi

target serangan juga semakin mengobarkan api peperangan. Memang ada wacana untuk

membubarkan atau menghentikan kerjasama militer Amerika Serikat dengan PMF, ini

terbukti dengan, yang ironisnya diawali dengan insiden.

Seperti yang penulis kutip dalam www.arrahmah.com, Insiden itu berawal ketika

konvoi pejabat diplomatik AS diserang ketika melintas di kawasan Al-Yarmukh, sebelah

barat Bahgdad pada Minggu (16/9). Para pengawal konvoi yang terdiri dari para tentara

bayaran yang disewa AS dari perusahaan Blackwater, merespon serangan itu dengan

melepaskan tembakan membabi buta ke arah kerumunan orang di jalan dan ke arah

mobil-mobil yang terperangkap di belakang konvoi tersebut. Akibatnya, delapan orang

tewas dan 13 orang luka-luka. “Orang-orang asing dalam konvoi itu mulai berteriak-

18

Page 19: Bentuk Propaganda Media Massa

teriak dan memberi tanda pada kami untuk mundur. Saya memutar balik mobil dan kira-

kira sudah melaju sejauh 30 meter ketika mereka mulai melepaskan tembakan, ” kata

Hassan Jabar Salman, seorang saksi mata yang berprofesi sebagai pengacara. Salman

terkena lima tembakan ketika berusaha menghindar dari insiden tersebut dan kini dirawat

di rumah sakit Al-Yarmukh. “Mobil saya kena 12 peluru, empat peluru mengenai

belakang badan saya dan satu peluru mengenai tangan, ” ujarnya. Salman mengaku

melihat seorang perempuan dan seorang polisi jalan raya tewas terkena tembakan dan

belasan orang yang ada di lokasi kejadian tiarap untuk menghindari tembakan.

Setelah terjadinya insiden ini, Perdana Menteri Irak Nouri Al-Maliki menyebut

tindakan para tentara bayaran itu sebagai tindakan kriminal. Sementara Direktur Operasi

Kementerian Dalam Negeri Irak, Mayor Jenderal Abdul Karim Khalaf menyatakan akan

melakukan penyelidikan atas kasus tersebut serta melarang Blackwater beroperasi di Irak.

“Menteri Dalam Negeri telah mengeluarkan perintah untuk mencabut izin Blackwater

dan perusahaan itu dilarang beroperasi di seluruh Irak, ” tukas Khalaf. Namun walaupun

wacana larangan operasi ini telah digulirkan, namun tetap saja sampai dengan sekarang

PMF masih beroperasi di Irak. Seperti yang penulis lansir dari situs

http://www.eramuslim.com, meski terbukti kerap menimbulkan masalah di Irak, sejak

masa kampanyenya, Presiden Barack Obama menegaskan tetap akan menggunakan

kekuatan PMF. Dan Obama membuktikan pernyataannya itu. Dalam tulisannya yang

dimuat di Alter Net, Jeremy Scahill, wartawan independen dan freelance untuk pogram

radio dan televisi Democracy Now, membeberkan bagaimana pemerintahan Obama akan

menggunakan jasa PMF untuk operasi-operasi di wilayah Israel-Palestina. Scahill yang

berpengalaman meliput konflik di Irak dan Yugoslavia menyatakan bahwa pemerintahan

Obama telah memutuskan untuk menggunakan jasa PMF Triple Canopy, perusahaan

yang dibangun di Chicago dan sekarang berbasis di Virginia. Reputasi Triple Canopy

memang tidak seburuk Blackwater yang sekarang berganti nama menjadi Xe.

Pemerintahan Obama, kata Scahill yang juga penulis buku "Blackwater: The Rise of the

World's Most Powerful Mercenary Army" dalam artikelnya mengatakan bahwa Obama

menggunakan perusahaan Triple Canopy bukan hanya di Irak tapi juga untuk operasi-

operasinya di Israel dan Palestina, terutama di luar kota Yerusalem guna menjaga

keamanan Israel. Menurut Scahill, mulai tanggal 7 Mei mendatang, Triple Canopy akan

19

Page 20: Bentuk Propaganda Media Massa

mengambil alih mega kontrak selama ini dipegang oleh Blackwater di Irak dengan

departemen luar negeri AS. Deplu AS menyewa tenaga tentara bayaran dari Blackwater

untuk menjaga para pejabat-pejabatnya yang bertugas di Irak.

Pada bulan Februari dan Maret pemerintahan Obama menyampaikan "delivery

order" pada Triple Canopy senilai 5,5 juta dollar yang tercatat dalam kontrak departemen

luar negeri AS berkode SAQMPD05F5528 bertajuk "PROTECTIVE SERVICES--

ISRAEL". Menurut sebuah dokumen pemerintah, kontrak itu berlangsung sampai bulan

September 2012, namun dokumen lain menyebutkan kontrak tersebut hanya sampai

bulan September 2009. Kontrak meliputi "Pelayanan Keamanan dan Patroli" di Israel.

Total nilai kontrak sebesar 41.556.967,72 dollar dan surat kontrak diklasifikasikan dalam

katagori dokumen "sensitif tapi tidak rahasia." Catatan-catatan pemerintaha federal

menunjukkan bahwa kontrak layanan jasa keamanan itu sebenarnya sudah ada sejak

tahun 2005 dan terus diperbaharui setiap tahunnya. Triple Canopy beroperasi dibawah

program perlindungan personal pejabat departemen luar negeri AS di seluruh dunia

(WPPS), sebuah program yang melibatkan perusahaan-perusahaan yang menyewakan

jasa tentara bayaran untuk beroperasi di negara-negara konflik dimana AS terlibat di

dalamnya, seperti Irak, Aghanistan, Bosnia, Israel dan Haiti. Dalam kurun waktu tahun

2005-2008, departemen luar negeri AS menghabiskan dana sebesar dua milyar dollar

hanya untuk membayar jasa layanan keamanan swasta. Seperti yang dikemukakan dalam

sinopsis diatas, walaupun banyak penolakan, namun tetap saja manusia membutuhkan

kehadiran Autobot dalam menjaga keamanan di bumi dari serangan Decepticon. Sama

seperti militer Amerika serikat yang masih membutuhkan kehadiran Private Military

Firms dalam menjaga keamanan, bahkan itu sudah menjadi takdir bahwa Militer Amerika

Serikat dan PMF akan selalu bekerjasama, karena ancaman dari teroris kepada AS

seakan-akan selalu mengintai. Seperti Decepticon yang akan selalu mengancam

kehidupan manusia. Propaganda akan adanya ancaman inilah yang disusupkan dalam

film tersebut, bahwa Amerika akan selalu diancam oleh teroris dan membutuhkan

kerjasama dengan organisasi militer lainnya unt uk menghadapi teroris. Selain

propaganda tentang bahaya yang selalu mengancam Amerika Serikat, terlihat juga

propaganda lainnya tentang kepemilikan sistem Alutsista Amerika Serikat yang

berteknologi High Tech, film ini menurut situs http://cnreviews.com, didukung penuh

20

Page 21: Bentuk Propaganda Media Massa

oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat, hampir semua alat Alutsista Amerika

Serikat dikeluarkan dalam film ini. Mulai dari penyediaan lokasi suting di White Sands,

New Mexico, dimana lokasi ini menjadi tempat percobaan (ground zero) untuk peluru

kendali, sampai dengan penggunaan dua pesawat Jet Fighters A-10, enam pesawat Jet

Fighters F-16, sepuluh Jip Hummer lapis anti peluru, dua tank M1A2 dan pesawat carrier

USS John C. Stennis dalam suting. Suatu Show of Force yang ditunjukkan oleh Amerika

dalam sebuah film Animasi. Selanjutnya propaganda tentang kekuatan Militer Amerika

Serikat yang hanya bisa dikalahkan oleh pasukan robot luar angkasa. Adegan klimaks

film Transformers 2 : Revenge Of The Fallen, mengisahkan peperangan antara militer AS

yang tidak dibantu oleh pemimpin Autobots, Optimus Prime, melawan Decepticon.

Militer As terdesak dan dapat dikalahkan oleh Decepticon. Ini merupakan bentuk

propaganda dimana, Militer Amerika Serikat adalah pasukan militer terkuat di dunia, dan

yang bisa mengalahkan persenjataan canggih mereka hanyalah kekuatan robot luar

angkasa. Yang notabene, pasukan robot ini hanyalah fiktif belaka, sehingga

mengisyaratkan bahwa tidak ada kekuatan militer lain yang mampu menghadapi militer

AS. Bentuk kesombongan lainnya dari militer Amerika Serikat, seperti sering

ditunjukkan dalam propaganda-propaganda film perang Vietnam, dimana Amerika selalu

meraih kemenangan dalam tiap pertempuran, namun fakta historis mengatakan

kebalikannya. Bila propaganda film Vietnam sudah mulai ketinggalan jaman dan

generasi-generasi baru mulai bermunculan, generasi yang tidak tahu tentang Vietnam,

maka diperlukan suatu propaganda modern yang melibatkan efek-efek fantastis, sehingga

lebih menarik banyak generasi muda untuk duduk di gedung bioskop dan tanpa sadar

mempersilahkan jarum propaganda menyuntikkan pesan-pesan ke dalam pemikiran

mereka.

21

Page 22: Bentuk Propaganda Media Massa

DAFTAR PUSTAKA

Ardial. 2010. Komunikasi Politik. Jakarta: Indeks.

Bettinghaus, Erwin P. 1973. Persuasive Communication Second Edition. New York:

Reinhart and Winston.

Danesi, Marcel. 2002. Understanding Media Semiotics. London: Arnold Publisher.

Hamad, Ibnu. 2004. Konstruksi Realitas Politik di Media Massa sebuah Study Critical

Discourse Analysis Discourse. Jakarta: Granit.

Lanza, Conrad H. 2010. Napoleon dan Strategi Perang Modern. Jakarta: Komunitas

Bambu.

Littlejohn, Stephen W and Foss, Karen A. 2008. Theories of Human Communication

Ninth Edition. USA: Thomson Higher Education.

Maswadi, Rauf dan Mappa, Nasrun.1993. Indonesia dan Komunikasi Politik. Jakarta:

Gramedia.

Nimmo, Dan. 2005. Komunikasi Politik. Komunikator, Pesan dan Media. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya..

Rakhmat, Jalaluddin.2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Severin J. Werner, James W. Tankard, Jr. 2009. Teori Komunikasi. Sejarah, Metode, dan

Terapan di Dalam Media Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Shoemaker, Pamela J and Reese, Stephen D. 1996. Mediating The Message. Theories of

Influences on Mass Media Content. New York: Longman Ltd.

22