Artikel Hamas dan Fatah 2012.docx

25
Gerakan Hamas merayakan peringatan ke -25 di Tepi Barat dan ini untuk pertama kalinya dalam 6 tahun, di tengah Festival oratorium yang dihadiri oleh tokoh-tokoh terkemuka Fatah dan faksi-faksi Palestina lainnya. Di antara mereka yang berpartisipasi dalam upacara yang digelar di kota Nablus di Tepi Barat utara, Sekretaris Jenderal Fatah Amin Maqbul, dan gubernur Nablus Jibrin al-Bakri, dan sejumlah perwakilan dari faksi nasional dan Islam. Para peserta membawa bendera Palestina dan meneriakkan slogan- slogan yang menyerukan persatuan dan mengakhiri friksi, menurut kantor berita Palestina “Wafa”. Sejumlah besar dari Anggota Hamas hadir dalam pawai yang dimulai dari masjid Nasr di kota tua ke pusat kota. Dan syaikh Hussam Badran menyampaikan pidato melalui telepon, menyerukan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip nasional dan untuk menjaga persatuan. Sekretaris fatah amin makbul menyampaikan selamat atas nama semua faksi nasional termasuk faksi fatah untuk ucapkan ulang tahun hamas. Dia mengatakan bahwa dua peristiwa penting diwujudkan dalam baru- baru ini dan akan menjadi catatan dalam sejarah, yaitu kemenangan perlawanan di Gaza dan keberhasilan palestina menjadi anggota non-blok di PBB. (zae/skynews arab) http://www.eramuslim.com ( Di akses 7 Mei 2013 Pukul 08.01) REPUBLIKA.CO.ID, Kesepakatan damai Hamas dan Fatah benar-benar membuat rezim Zionis Israel cemas dan ketakutan.

Transcript of Artikel Hamas dan Fatah 2012.docx

Page 1: Artikel Hamas dan Fatah 2012.docx

Gerakan Hamas merayakan peringatan ke -25  di Tepi Barat dan ini untuk pertama kalinya dalam 6 tahun,  di tengah Festival oratorium yang dihadiri oleh tokoh-tokoh terkemuka Fatah dan faksi-faksi Palestina lainnya.

Di antara mereka yang berpartisipasi dalam upacara yang digelar di kota Nablus di Tepi Barat utara, Sekretaris Jenderal Fatah Amin Maqbul, dan gubernur Nablus Jibrin al-Bakri, dan sejumlah perwakilan dari faksi nasional dan Islam.

Para peserta membawa bendera Palestina dan meneriakkan slogan-slogan yang menyerukan persatuan dan mengakhiri friksi, menurut kantor berita Palestina “Wafa”.

Sejumlah besar dari Anggota Hamas hadir dalam pawai yang dimulai dari masjid Nasr di kota tua ke pusat kota.

Dan syaikh Hussam Badran menyampaikan pidato melalui telepon, menyerukan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip nasional dan untuk menjaga persatuan.

Sekretaris fatah amin makbul menyampaikan selamat atas nama semua faksi nasional termasuk faksi fatah  untuk ucapkan  ulang tahun hamas.

Dia mengatakan bahwa dua peristiwa penting diwujudkan dalam baru-baru ini dan akan menjadi catatan dalam sejarah, yaitu kemenangan perlawanan di Gaza dan keberhasilan palestina menjadi anggota non-blok di PBB.

(zae/skynews arab)

 

http://www.eramuslim.com ( Di akses 7 Mei 2013 Pukul 08.01)

REPUBLIKA.CO.ID, Kesepakatan damai Hamas dan Fatah benar-benar membuat rezim Zionis Israel cemas dan ketakutan.

Kemenangan gerakan perlawanan Islam Palestina dalam perang delapan hari di Gaza dan peningkatan status Palestina di Mejelis Umum PBB menjadi momen berakhirnya friksi antara Hamas dan Fatah. Demikian dilaporkan Qodsna (11/12).

Seperti dikutip dari laman Irib, keinginan Abu Mazen untuk mengunjungi Jalur Gaza, dukungan Hamas atas program Abu Mazen di PBB, pengumuman Fatah yang akan menggelar perayaan besar kemenangan Hamas di Tepi Barat, dan diakhirinya friksi enam tahun kedua gerakan perlawanan Palestina ini membuktikan niat baik para pemimpin Hamas dan Fatah untuk menciptakan rekonsiliasi nasional di Palestina.

Page 2: Artikel Hamas dan Fatah 2012.docx

Di sisi lain, dampak kesepakatan damai kedua kelompok perlawanan Palestina itu justeru membuat cemas rezim Zionis.

Bahkan, saluran Televisi Israel melaporkan, keputusan positif yang diambil Abu Mazen terkait Hamas seperti membebaskan seluruh anggota Hamas dari penjaranya di Tepi Barat, mengakhiri penangkapan politik dan kunjungan petinggi Fatah ke Jalur Gaza menunjukkan bahwa keputusan dua kelompok perlawanan Palestina itu untuk melakukan rekonsiliasi, serius dan akan segera terlaksana.

“Jika saya adalah pemimpin bangsa Arab, saya takkan pernah sudi berunding dengan Israel. Ini lazim dan sudah semestinya. Bukankah Israel telah mengambil tanah mereka? Kita ini berada di Israel, tapi dua ribu tahun lalu, bagi mereka tanah ini apa artinya? Memang, ada gerakan-gerakan anti Yahudi seperti Nazi dan Auschwitz, tapi apa salahnya bangsa Arab kepada kita?”

Sepenggal kalimat di atas bukan keluar dari mulut seorang Palsetina atau Arab lainnya, tetapi dari seorang mantan Perdana Menteri Israel pertama, David Ben Gurion, dan dikutip oleh duo penulis, John Mearsheimer dan Stephen Walt dalam sebuah artikel “The Israel Lobby and The US Foreign Policy.”

Pernyataan Ben Gurion ini sangat berbanding terbalik dengan apa yang dinyatakan oleh mantan Presiden AS, Ronald Regan, pada tanggal 21 Februari 1983, yang meminta kepada seluruh negara-negara Arab agar menerima eksistensi Israel sesuai dengan realitas yang ada.

Dua pernyataan yang bertolak belakang tersebut seakan menegaskan dua wajah yang berbeda dalam menyikapi keberadaan Negara Israel. Satu wajah yang mempertanyakan keberadaan negara Israel dan wajah yang mendukung pendirian negara Israel di wilayah Timur Tengah.

Suka atau tak suka, sangat sulit untuk menolak fakta bahwa di balik pendirian negara Israel dan segala konflik yang terjadi di wilayah Palestina tak lepas dari tangan kepentingan global. Dalam hal ini, nama Amerika Serikat sering disebut-sebut sebagai salah satu aktor paling utama di balik pendirian negara Israel.

Sudah dapat dipastikan, bahwa setiap Presiden AS akan selalu menjadi sekutu dan membela kepentingan negara Zionis tersebut. Israel selalu ditempatkan pada posisi terhormat. Ia bak “anak emas” AS. Sehingga muncul anekdot bahwa AS ialah Israel kecil, dan Israel adalah Amerika besar. Dengan kuatnya lobi Israel di parlemen Amerika, maka mau tak mau setiap tindakan Israel dipastikan mendapat dukungan dari Amerika.

Lalu mengapa Amerika selalu “melindungi” Israel? Selain kuatnya lobi lembaga-lembaga Yahudi di konggres AS dan Gedung Putih, hal itu juga tak lepas dari adanya kepentingan AS di Timur Tengah melalui negara Israel. Keberadaan Israel di wilayah Timur Tengah dijadikan oleh AS sebagai penyeimbang di tengah-tengah dominasi negara-negara Arab. Karenanya, AS merasa perlu menancapkan kukunya di Timur Tengah dengan melindungi keberadaan negara Israel.

Page 3: Artikel Hamas dan Fatah 2012.docx

Bukan Palestina, melainkan Iran

Konflik perang Arab-Israel pada tahun 1973-1974 telah membuahkan pelajaran pahit bagi AS. Saat itu, negara-negara Arab bersikap kompak untuk meng-embargo minyak terhadap AS. Untuk menghindari hal yang sama terulang kembali, maka AS dan sekutunya merancang skenario agar negara-negara Timur Tengah terpecah dan tak bisa kompak kembali.

Arab Saudi, sebagai salah satu negara pemilik cadangan minyak terbesar di dunia, dimanjakan oleh AS dengan berbagai bentuk bantuan seperti persenjataan canggih dan perlindungan. Operasi Badai Gurun pada 1990 adalah bukti nyata perlindungan AS terhadap Arab Saudi dan Kuwait dari invasi Irak.

Berbagai “kebaikkan” AS membuat Arab Saudi sering memilih untuk bersikap diam menghadapi manuver-manuver AS di Timur Tengah. Termasuk pada saat AS melakukan invasi ke Irak pada tahun 2003, Israel menyerang Libanon pada 2006, dan kini yang terbaru yaitu pada saat Israel membombardir Jalur Gaza pada 2012.

Dengan manuver-manur politik luar negeri AS, maka praktis tinggal satu negara yang masih berada di luar wilayah “cengkraman” AS dan sekutunya, yakni Iran. Setelah keruntuhan Sadam Husain di Irak, Iran menjadi negara satu-satunya yang berani berteriak lantang terhadap AS dan keberadaan negara Israel di Timur Tengah.

Embargo ekonomi yang diterapkan oleh AS dan sekutunya justru membuat Iran tumbuh menjadi negara kuat yang mandiri. Iran pula yang sering diduga berada di balik Hizbullah dan Hamas. Dua partai yang belakangan kerap menyulitkan negara Israel. Karenanya, sehubungan dengan serangan Israel ke Jalur Gaza, yang dikuasai oleh faksi Hamas, maka patut diduga bahwa tujuan sebenar-nya dari serangan Israel bukan-lah Gaza, melainkan Iran.

Menjelang Pilpres AS pada November 2012, isu Iran merupakan salah satu jualan kandidat Mitt Romney untuk menohok Obama. Belum lagi ditambah dengan koar-koarnya Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang kerap berkata bahwa Israel akan menyerang Iran. Faktanya, bukan Iran yang diserang, melainkan petinggi sayap militer Hamas.

Terbunuhnya petinggi sayap militer Hamas membuat berang faksi yang berkuasa di Jalur Gaza tersebut. Akibatnya, Hamas membalasnya dengan mengirimkan roket-roket ke pemukiman Israel. Dan persitiwa ini dijadikan pembenaran oleh Israel untuk menggempur Jalur Gaza. Dan sekali lagi dunia diam.

Dengan menggempur Hamas, maka AS dan sekutunya berharap agar Iran turun tangan dalam konflik tersebut. Dan jika Iran turun tangan, maka ini akan dijadikan alasan untuk menggempur wilayah Iran, setelah isu nuklir tak mendapatkan reaksi positif dari dunia.

Jadi, menimbang bacaan di atas, maka konflik Israel-Palestina tak semudah yang dibayangkan oleh sebagian orang. Konflik itu bukan bertumpu pada mengakui atau tidak negara Israel, melainkan ada kepentingan politik global di wilayah tersebut. Diakui atau tidak, banyak negara

Page 4: Artikel Hamas dan Fatah 2012.docx

yang ikut bermain di balik konflik Israel-Palestina. Ini pula yang menyebabkan wilayah itu kerap diguncang oleh konflik. Dan selamanya akan terus berkonflik.

Jadi, konflik di wilayah tersebut sejatinya bukanlah konflik antar agama, Yahudi-Islam, melainkan konflik perseteruan global untuk mempertahankan eksistensi di wilayah Timur Tengah.

Salam berang-berang.

Selamat menikmati hidangan.

Ditulis sebagai tanggapan atas pecahnya konflik Israel-Palestina pada November 2012.

Jakarta, 29 November 2012 (KATAKAMI.COM)  —-  Presiden Palestina Mahmoud Abbas dalam waktu yang tidak lama lagi yaitu Kamis (29/11/2012) waktu New York akan memperjuangkan kenaikan status Negara mereka di Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) sebagai “negara pengamat non-anggota”.

Abbas, yang memiliki panggilan Abu Mazen, akan menyampaikan permohonan ini secara resmi di podium PBB.Saat ini, status Palestina di PBB adalah sebagai “pengamat tetap” bersama dengan Tahta Suci Vatikan.

Sebelumnya tahun lalu, upaya Abbas untuk menaikkan status Palestina menjadi “negara anggota” kandas setelah terganjal di Dewan Keamanan PBB, terutama karena diveto oleh Amerika Serikat.

Padahal, Palestina telah mendapatkan pengakuan kedaulatan dari sebagian besar negara anggota PBB, di antaranya negara-negara Amerika Latin.

Upaya pengakuan kedaulatan adalah demi kemerdekaan Palestina di Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur dan Jalur Gaza, yang diduduki Israel sejak Perang Enam Hari 1967 lalu.

Sebagai pengamat non-anggota, berarti keberadaan Palestina sebagai negara mulai diakui. Saat ini, dengan status pengamat permanen, Palestina hanya dianggap sebagai entitas.

Upaya Abbas ini juga mendapatkan dukungan Hamas di Gaza.

Page 5: Artikel Hamas dan Fatah 2012.docx

Dukungan ini disampaikan oleh pemimpin Hamas Khaled Meshaal melalui percakapan telepon dengan Abbas beberapa hari lalu.

Kendati demikian, Meshaal mewanti-wanti Abbas agar jangan sampai naiknya status di PBB mengganggu hak-hak warga Palestina.

Jadi dengan berbekal dukungan dari HAMAS, Abbas bertekat memperjuangkan peningkatan status Palestina.

Tapi satu hal yang barangkali terabaikan dalam situasi ini yaitu perang 8 hari yang terjadi antara kelompok militan HAMAS dan Israel dari mulai tanggal 14-21 November 2012.

HAMAS yang terlebih dahulu menyerang Israel dengan roket-roket mereka, yang ternyata adalah buatan Iran dan memang dikirimkan Iran secara khusus untuk mempersenjatai Hamas.

Akibat banyaknya roket yang ditembakkan HAMAS ke Wilayah Selatan Israel, maka Israel memutuskan untuk melakukan serangan balasan.

Serangan militer dilakukan dari udara dan laut. Setelah perang berlangsung selama 8 hari, akhirnya kedua kubu, Israel-Palestina, sepakat dengan adanya gencatan senjata di Jalur Gaza. Kesepakatan itu dinyatakan oleh Menteri Luar Negeri Mesir, Mohammed Kamel, bersama dengan Menlu AS, Hillary Clinton, setelah bertemu dengan Presiden Mesir, Muhammad Mursi.

Dengan adanya gencatan senjata ini, maka kedua kubu diharuskan untuk menghentikan seluruh serangan, baik ke Jalur Gaza maupun ke wilayah Israel. Dan gencatan senjata itu terhitung mulai Kamis (22/11/2012) dini hari, pukul 02.00 WIB.

Perang yang terjadi selama 8 hari ini, atau yang oleh pihak Israel dinamai Operasi “Pillar Of Defence” ( sementara oleh HAMAS diberi nama Pillar of Jihad) telah banyak menimbulkan kerugian dari kedua belah pihak.

Delapan hari setelah perang delapan hari HAMAS – Israel dilakukan, kini Presiden Abbas bertekat memperjuangkan kenaikan status Palestina di PBB.

Abbas datang ke PBB atas nama Palestina.

Palestina sendiri sesungguhnya menyimpan dualisme kepemimpinan yaitu Fatah menguasai Tepi Barat (West Bank), sementara HAMAS menguasai Jalur Gaza (Gaza Strip).

Abbas menunjuk Salam Fayyad sebagai Perdana Menterinya, sementara di Gaza yang menjadi Perdana Menteri adalah Ismail Haniyeh.

Mahmoud Abbas sudah kehilangan kewibawaan dan tak diakui kepemimpinannya sejak tahun 2006, dimana HAMAS memenangkan pemilihan umum lokal di Jalur Gaza.

Page 6: Artikel Hamas dan Fatah 2012.docx

Bayangkan kalau dalam pemilu berikutnya di Palestina, ternyata HAMAS bisa memenangkan juga wilayah Tepi Barat bahwa seluruh Palestina akan dikuasai dan dipimpin oleh grup militan HAMAS.

Dan kalau mau jujur, sebenarnya  tak lazim seperti ini, ada negara didalam negara.

Hanya Tahta Suci Vatikan yang sesungguhnya memiliki status yang seistimewa ini yaitu ada negara didalam negara.

Negara Vatikan terletak didalam Negara Italia.

Lalu bagaimana dengan HAMAS ?

Betul bahwa HAMAS menguasai Jalur Gaza tetapi sayap militer mereka masih tetap eksis sebagai grup teroris internasional. Tak ada beda dengan grup teroris lainnya di muka bumi.

Dengan diakuinya Palestina oleh PBB maka bersiaplah dunia untuk mengakui HAMAS sebagai “negara kecil” yang memiliki status seistimewa Vatican.

Ada negara didalam negara.

Dan sialnya, negara kecil bernama “HAMAS STATE” dibiarkan, didiamkan dan seolah diperbolehkan oleh PBB dan dunia internasional untuk kapan mereka mau maka mereka bisa menembakkan ribuan roket mereka ke Israel.

Jika Israel tidak diserang maka mereka tidak menyerang.

Ketika Israel diserang, dunia internasional menekan Israel agar tidak melakukan serangan balasan ke Gaza karena membahayakan rakyat sipil, perempuan dan anak-anak di Jalur Gaza.

Padahal ribuan roket HAMAS sudah secara sungguh-sungguh membahayakan jutaan rakyat sipil, perempuan dan anak-anak di Israel.

Maka bila PBB akan secara baik hati meningkatkan status keanggotaan Palestina maka bersiapkan Israel untuk terus ditantang dan digiring ke dalam perang-perang berikutnya oleh negara kecil bernama “HAMAS STATE” yang numpang eksis di wilayah terorial Palestina.

Satu hal yang harus tetap diingat oleh komunitas internasional bahwa terorisme adalah kejahatan terhadap kemanusiaan.

HAMAS (khususnya sayap militer mereka) harus dikeluarkan dari Gaza jika mereka tetap ngotot mempertahankan jatidiri sebagai grup teroris.

Dan jika Palestina secara keseluruhan, baik itu Jalur Gaza dan Tepi Barat, dipimpin oleh pemerintahan Mahmoud Abbas, maka perjuangan Abbas ke PBB harus didukung secara bulat oleh dunia.

Page 7: Artikel Hamas dan Fatah 2012.docx

Tapi Palestina sendiri terpecah dan memiliki dualisme kepemimpinan.

Jadi harus ada satu Palestina, bukan Palestina versi Fatah, dan bukan Palestina versi grup militan HAMAS.

Jika HAMAS ingin berpolitik, berpolitiknya dengan elegan.

Jangan dicampur-adukkan, antara politik dan gerakan terorisme.

Mengakui bahwa mata rantai terorisme layak menjadi sebuah negara baru yang statusnya akan dunia internasional adalah kesalahan fatal yang mengkhianati prinsip-prinsip perdamaian dan keamanan dunia.

Ada rambu-rambu yang harus ditaati oleh negara manapun didunia ini.

Tetapi, khusus untuk NEGARA HAMAS (HAMAS STATE), rambu-rambu itu tampaknya tak akan pernah diterapkan sebab kapan saja HAMAS mau menyerang dan menembakkan roketnya ke Israel, maka itu dianggap SAH untuk dilakukan dan akan senantiasa dimaafkan oleh dunia.

Jika Mahmoud Abbas berangkat ke PBB untuk memperjuangkan kenaikan status Palestina tidak didahului dengan Perang Gaza selama 8 hari yaitu perang dari mulai tanggal 14-21 November 2012 lalu, tak jadi masalah.

https://indonesiakatakami.wordpress.com

Hamas kini diambang hari jadinya ke 25 tahun. Apa capaiannya selama ini sebagai gerakan perlawanan Islam?

Capaian Hamas bisa diringkas dalam tiga level:

1. Level Organisasi

Hamas berhasil membangun jaringan kelembagaan yang mengendalikan semua hubungan dan kaitan organisatoris dalam bidang politik, keamanan, ekonomi, social, olahraga dan lain-lainnya.

Sehingga dalam hal ini, peran personal individual yang mengambil alih peran organisasi menjadi hilang. Ini jelas terlihat gagalnya politik pembantaian, penangkapan, dan pengusiran yang dilakukan Israel terhadap elit Hamas yang bertujuan ingin mematikan gerakan ini melalui pemakzulan elitnya sejak gerakan ini dilahirkan hingga sekarang. Sebaliknya, Hamas berhasil memetik kinerjanya berupa dukungan dan simpati dunia Arab dan internasional. Hal itu diwujudkan dengan kemenangan Hamas dalam pemilu tahun 2006 dan kemenangan sejumlah kadernya dalam pilkada Palestina, asosiasi dan kemahasiswaan. Selain itu, pendidikan (tarbiyah) loyalitas kepada pemimpin telah menghalangi infiltrasi terhadap organisasi ini baik itu melalui isu yang dihembuskan di media atau lainnya.

2. Level Nasional

Page 8: Artikel Hamas dan Fatah 2012.docx

Hamas menjadi salah satu gerakan perjuangan nasional Palestina dengan berbagai bentuk perlawanannya. Hamas ikut dalam menanamkan budaya politik nasional yang memiliki dimensi ideology yang bertumbuh kepada prinsip nasional, membangun generasi mukmin yang hafal dan menjaga kitab Allah dan terilhami dalam perlawanannya oleh dimensi ideology sehingga semakin memperkokoh semangat dan tekad bangsa Palestina dan menjaganya dari infiltrasi luar. Factor persaudaraan di kalangan kader Hamas telah menambah kekebalan organisasi dan gerakan Islam di Palestina. Pengalaman Hamas dalam pemerintahan dan blockade telah menjadi bukti kekuatan mereka dalam menghadapi cobaan demi cobaan.

3. Level Regional dan Internasional

Di level regional dan internasional, permasalahan Palestina kembali menjadi isu utama dan mencuri simpati dunia, bangsa Arab dan dunia Islam secara khusus. Terutama Jalur Gaza yang menjadi focus utama simpati dunia. Utusan, kafilah, delegasi resmi dan non resmi berdatang tak henti ke Jalur Gaza baik melalui perlintasan Rafah atau melalui laut meditrania yang memiliki dimensi strategi di kalangan dunia Arab dan Islam yang dating . Ini melemahkan posisi Israel dan barat.

Hal itu kemudian diterjemahkan dengan dukungan Negara dunia terhadap Palestina dalam voting di Majlis Umum PBB sebagai Negara pemerhati non anggota di PBB. Setelah Israel dan tim kuartet untuk perdamaian internasional menyadari bahwa isolasi Hamas dan memaksanya dengan syarat-syarat zhalim justru menjadikan gerakan ini mampu mengubah kaidah permainan dan mengubah opini di barat.

Kemenangan Hamas di Palestina juga menginspirasi Arab Spring menjadi gerakan menggulingkan rezim otoriter di kalangan Arab.

Hamas mampu mengawinkan antara perjuangan perlawanan bersenjata dengan pemerintahan. Ini yang memaksa sejumlah Negara harus duduk bersama Hamas untuk melalukan gencatan senjata atau mengadopsi sebagian gagasannya dalam isu regional atau internasional atau ikut dalam mengegolkan kesepakatan pertukaran tawanan dimana Hamas mampu membebaskan lebih dari 1000 tawanan Palestina setahun lebih yang lalu. Dalam agresi terakhir, Hamas juga mampu membalik kebodohan Israel membantai Ahmad Jabari, wakil komandan umum Brigade Al-Qassam dengan tercapainya gencatan senjata yang diminta Israel sendiri. 22 Januari tahun diperkirakan akan menjadi kejutan buruk bagi koalisi Likud akibat agresi Pillar Of Claud ke Jalur Gaza kemarin.

Selain itu, sebagian pihak menyatakan bahwa Negara-negara Eropa berusaha untuk menghapus Hamas dari daftar organisasi teroris internasional.

Page 9: Artikel Hamas dan Fatah 2012.docx

Apa yang Terjadi Apabila Hamas Kembali Memenangkan Pemilu?

29 Desember 2011

dakwatuna.com - Banyak pertanyaan yang tertuju terhadap permasalahan Palestina, namun dalam kesempatan kali ini kita mencoba untuk mengerucutkannya dalam sebuah pertanyaan, apa yang akan terjadi apabila Hamas menang dalam beberapa proses pemilu nanti? Hal ini mendapatkan perhatian yang lebih baik dari dalam maupun dari dunia internasional, dan juga dari bangsa Palestina sendiri, baik yang berada di dalam maupun mereka yang terusir keluar atau terpencar di berbagai belahan dunia.

Terlebih khusus paska kesepakatan rekonsiliasi di internal Palestina yang dimediasikan oleh pemerintah Mesir, prosesnya sejauh ini berjalan dengan cukup baik. Rekonsiliasi yang ditandatangani di Kairo itu digulirkan untuk mengakhiri segala bentuk perpecahan di tubuh Palestina dan membangun sistem politik yang mampu mengakomodir kepentingan semua pihak, dan membuat agenda yang dapat mengikat semua pihak di Palestina agar dapat mewujudkan harapan dari rakyat Palestina sehingga terwujudlah sebuah negara Palestina yang merdeka dan berdaulat.

Rekonsiliasi yang melahirkan point-point kesepakatan di Kairo beberapa waktu lalu memberikan jawaban bahwa masa untuk mengadakan pemilu cepat atau lambat pasti akan datang. Dan itu sudah dicetuskan bersama oleh para pemimpin Palestina termasuk di antaranya adalah Gerakan Perlawanan Islam Hamas, dengan menetapkan bulan Mei tahun 2012 nanti sebagai bulan dilaksanakan pesta demokrasi di Palestina.

Pemilu ini juga merupakan peluang untuk mengganti penguasa dengan jalan damai. Sekaligus menjadi momen untuk melakukan revisi hukum dan undang-undang sesuai cara pandang faksi politik nasional ataupun islami yang menang nantinya, dan juga kesempatan mengukur dukungan dari bangsa Palestina yang berada di dalam maupun di luar. Pesta rakyat ini juga menjadi cara satu-satunya untuk menentukan siapa yang berhak menjadi Dewan Nasional Palestina, Anggota Legislatif dan siapa terpilih menjadi Presiden Otoritas Palestina.

Apapun hasil dari pemilu yang akan digulirkan pada tahun mendatang tetap akan menjunjung tinggi rekonsiliasi nasional Palestina, karena faksi-faksi yang ada sepakat bahwa pekerjaan yang dilakukan pada masa mendatang merupakan pekerjaan bersama, dan pemerintahan yang lahir dari hasil pemilu merupakan wujud dari pemerintahan bersatu, yang akan menjadi simbol kemenangan bagi bangsa Palestina dan kekalahan bagi Israel.

Dari cita-cita dan harapan mulia ini, ternyata menyimpan kecemasan tersendiri bagi beberapa pusat-pusat kajian di berbagai negara, khususnya yang berpusat di Israel dan Amerika. Mereka bertanya-tanya, bagaimana nantinya kalau ternyata Hamas menang dalam pemilu mendatang?

Page 10: Artikel Hamas dan Fatah 2012.docx

Sebelum lebih jauh menjawab pertanyaan ini, kita harus mengetahui indikasi-indikasinya, apakah mungkin Hamas akan mendapatkan kemenangan di ketiga pemilu lembaga politik di Palestina; pemilu Dewan Nasional, pilpres dan pemilu legislatif? Pertama, kita mencoba untuk melihatnya dari faktor luar. Hal yang paling menguntungkan bagi Hamas saat ini adalah suasana politik di kawasan Timur Tengah, dimana saat ini mereka telah menikmati gelombang revolusi.

Kemenangan kubu Islamis di Mesir, Tunisia, Maroko dalam pemilu sedikit banyak memberi pengaruh untuk mendongkrak suara dan memberikan kemenangan kubu Islamis di Palestina yakni Hamas. Ditambah lagi dengan perubahan sikap politik Kerajaan Jordania terhadap Hamas dan juga perubahan sikap dari negara-negara Teluk terhadap kubu Islamis, yang mana semua ini jelas akan menguatkan posisi Hamas untuk mengantongi suara yang cukup dan memenangkan pemilu nanti.

Kedua, dari internal bangsa Palestina sendiri. Rakyat Palestina yang turut dalam pemilu 2006 sebanyak 60% dari mereka memberikan suaranya kepada Gerakan Perlawanan Islam Hamas. Sangat memungkinkan sekali untuk kedua kalinya mereka akan memberikan suaranya kembali kepada Hamas di pemilu 2012 mendatang. Mengembalikan kembali kejayaan Hamas melalui pemilu yang jurdil setelah suara mereka di pemilu 2006 “dibuang” oleh dunia internasional, lalu mereka dikenakan blokade lalim yang mengepung setiap sisi kehidupan mereka terkhusus bangsa Palestina yang berada di Jalur Gaza. Di saat bersamaan dunia internasional justru mensupport dana keamanan di Tepi Barat untuk memberi kenyamanan bagi penjajah Israel.

Baru-baru ini Otoritas Palestina kemudian melakukan manuver politik dengan cara mengajukan status keanggotaan penuh Palestina ke PBB sesuai dengan teritorial Palestina 1967, yang berbuntut penolakan oleh DK PBB melalui keputusan mutlak dari Uncle Sam, Amerika. Rentetan kondisi politik seperti ini akan mendorong bangsa Palestina untuk semakin menekan Barat dan Israel, dan mereka menaruh harapan dan kepercayaan itu kepada Gerakan Perlawanan Islam Hamas.

Kembali ke tema pembahasan kita, bahwa rentetan ini ibarat akan menjadi gempa susulan yang mengguncang Barat dan Israel. Israel menganalisa bahwa kemenangan Hamas nantinya di Dewan Nasional akan berujung dengan penarikan dokumen pengakuan dua arah antara Israel dan PLO.

Kemenangan Hamas di kursi Presiden ataupun Legislatif akan memberikan efek dukungan dunia untuk menjatuhkan kebijakan dari negara Kwartet yang selama ini selalu memojokkan Palestina. Kemenangan ini jelas akan mengisolasi Israel, dan mengobrak-abrik sikap politik Amerika sehingga menimbulkan perpecahan di tubuh internal mereka; antara memperjuangkan prinsip, nilai atau kepentingan. Karena selama ini sebagaimana yang diketahui dunia bahwa Amerika memiliki kepentingan untuk menjaga seluruh kemaslahatan Israel, tujuannya adalah agar presiden menjabat mendapatkan suara dan dukungan dari pemilih Yahudi.

Namun di satu sisi, prinsip dari bangsa Amerika adalah menerima hasil dari yang lahir dari demokrasi, dan prediksi kemenangan Hamas nantinya merupakan pengejawantahan dari bukti kepercayaan dan buah demokrasi dari bangsa Palestina. Dan semua bisa menilai, bahwa Hamas-

Page 11: Artikel Hamas dan Fatah 2012.docx

lah yang selama ini terlihat selalu mengedepankan dan memperjuangkan nasib dari bangsa Palestina. (msy/felesteen.ps/knrp)

Mengapa Konflik Palestina-Israel Banyak Terjadi di Jalur Gaza?OPINI | 21 November 2012 | 10:30 Dibaca: 2891 Komentar: 21 Nihil

Mengapa konflik Palestina-Israel banyak terjadi di Jalur Gaza ketimbang wilayah lain di Palestina, seperti Tepi Barat, misalnya. Pertanyaan ini jadi pembuka artikel empat seri di media online, Republika.com, dan kemudian saya angkat menjadi judul dan tema tulisan.

Jalur Gaza yang merupakan daerah konflik ialah wilayah yang terletak di bagian Tenggara Tanah Palestina dengan panjang sekitar 35 kilometer dan lebar antara lima sampai tujuh kilometer.

Daerah ini sempat berkali-kali diduduki oleh negara yang berganti-ganti pula. Tahun 1517-1917, daerah ini dikuasai oleh ke-Khalifahan Utsmaniyah (Otoman). Setelah keruntuhan Khalifah Utsmaniyah, Gaza masuk ke dalam mandat Inggris sampai tahun 1947. Setelah negara Israel secara sepihak mengumumkan kemerdekaannya, pada 14 Mei 1948, daerah ini seakan tak putus dirundung konflik. Sempat dikuasai oleh Mesir, namun pada tahun 1967 dikuasai oleh Israel sebelum akhirnya daerah ini masuk ke dalam wilayah Palestina. (Icons of The World (Kisah Kepemimpinan 16 ikon dunia), edisi Koleksi Angkasa, 2007).

Hamas dan Jalur Gaza

Pada tanggal 25 Januari 2006, untuk pertama kalinya faksi Hamas berhasil memenangkan Pemilu Legislatif Palestina. Kemenangan Hamas ini sekaligus menyudahi dominasi faksi Fatah selama 40 tahun di Jalur Gaza. Palestina bak terbelah menjadi dua, Hamas yang menguasai Jalur Gaza, dan Fatah yang bercokol di Tepi Barat.

Kemenangan faksi Hamas ini membuka babak baru dalam perseteruan di Jalur Gaza. Sikap Hamas yang tak kenal kompromi ternyata tak disukai oleh Amerika Serikat dan sekutunya. Hasil Pemilu tak diakui oleh AS dan sekutunya. Sikap keras Hamas dan penolakan dari AS dan sekutu menimbulkan babak baru dalam perseteruan yang terjadi di Jalur Gaza. (Republikaonline.com).

Puncaknya yaitu pada Juni 2007. Jalur Gaza diblokade oleh Israel, ketika Hamas berhasil mengambil alih kontrol atas teretori Palestina. Berbagai ketegangan-pun meningkat. Perang tinggal menunggu waktu. Dan benar saja! Pada 27 Desember 2008, mesin-mesin pembunuh Israel mulai menghujani Jalur Gaza. Petaka itu disebut sebagai tragedi kemanusian paling buruk dalam rentang waktu 2008. (Artikel “Siapa Peduli Palestina, Zuhairi Misrawi, Kompas).

Kini, serangan yang sama di Jalur Gaza kembali dilancarkan oleh Israel. Kedua belah pihak sama-sama bersikukuh pada dalih “membela diri”. Israel melakukan serangan dengan dalih

Page 12: Artikel Hamas dan Fatah 2012.docx

“membela diri” dari tembakan roket-roket Hamas. Dalih yang sebenarnya bukan sebagai sebab, melainkan akibat. Sebab, sebelumnya, petinggi sayap militer Hamas, Ahmad Jabbari, tewas dibunuh oleh Israel.

Sulit untuk dipungkiri bahwa pembunuhan terhadap Ahmad Jaabari itu merupakan pesan politik Israel kepada Hamas. Hal yang sama juga ditulis oleh Zuhairi Misrawi dalam artikelnya di harian Kompas, 30/12/2008, bahwa serangan Israel ke Jalur Gaza pada tahun 2008 sebagai sikap politik Israel untuk menumpas habis jantung kekuatan Hamas.

Khusus serangan Israel kali ini, peneliti politik dari The Habibie Centre, Bawono Kumoro, mempunyai analisa sendiri. Dalam artikelnya, “Di Balik Agresi Israel Ke Gaza, yang dipublish oleh Sindo (17/11/2012), Bawono menulis, setidaknya ada dua target utama yang hendak dicapai Israel melalui agresi militernya ke Jalur Gaza, yakni:

Pertama: Dengan melancarkan agresi militer ke Jalur Gaza, Israel ingin menciptakan opini publik dunia internasional bahwa penguasaan Hamas terhadap Jalur Gaza telah membuat agenda dunia internasional pendirian Negara Palestina Merdeka semakin sulit dicapai. Jika opini publik itu berhasil diciptakan, mimpi lama Israel agar persenjataan Hamas dilucuti total akan mendapat justifikasi.

Kedua: agresi Israel ke Jalur Gaza juga dimaksudkan untuk pengaruh Iran di Palestina. Sudah menjadi rahasia umum, selama ini Hamas mendapatkan dukungan moral dan politik dari Iran. Bagi Iran, kehadiran Hamas diperlukan guna membendung hegemoni Israel di Timur Tengah.

Selain kedua alasan yang ditulis oleh Bawono Kumoro, patut diduga adanya agenda politik dari Amerika Serikat dan juga Israel. Seperti diketahui, bahwa pada awal 2013, Israel akan kembali melaksanakan pemilu. Agresi ini sangat diperlukan oleh seorang Benjamin Netayahu untuk memprkuat dukungan politik dari rakyat Israel terhadap dirinya. Terbukti, menurut survei, yang dikabarkan oleh TV One pada petang kemarin, sekitar 87 persen masyarakat Israel menyetujui tindakan Israel ini.

Di pihak Amerika, AS merasa berkepentingan untuk menyelamatkan muka Obama di mata publik, terutama muslim, tentang komitmennya dalam perdamaian di Timteng dan pendirian negara Palestina Merdeka. Dengan adanya agresi ini, maka pemerintah AS mempunyai dalih bahwa sulitnya perdamaian di Timteng bukan buah dari ketidakseriusan AS, melainkan lebih diakibatkan kepada tindakan-tindakan tak bersahabat Hamas.

Beberapa faktor itu yang menyebabkan mengapa Jalur Gaza selalu bergolak dilanda oleh konflik. Kepentingan politik global jelas terlihat pada setiap konflik yang terjadi di Jalur Gaza. Namun, terlepas dari itu semua, dengan dalih atau alasan apapun tindakan melukai warga negara sipil, baik dari pihak Palestina atau Israel, tetap tak bisa dibenarkan dan wajib mendapatkan perhatian yang serius dari dunia internasional.

Salam berang-berang.

Selamat menikmati hidangan.

Page 13: Artikel Hamas dan Fatah 2012.docx

Ditulis sebagao tanggapan atas konflik yang terus terjadi di Jalur Gaza. Untuk mengetahui lebih jauh, silahkan baca artikel “Siapa di balik konflik israel-palestina”, Dewa Gilang, Kompasiana.

Pemimpin Hamas Khaled Misy'al Kembali ke Gaza Sesudah 45 Tahun

Gaza City (voa-islam.com) Kepala Biro Politik Hamas, Khaled Misy'al kembali ke Gaza, dan ini pertama kalinya sesudah berada di pengasingan selama 45 tahun. Misy'al yang selamat dari pembunuhan oleh Zionis-Israel, di Yordania tahun l997, melakukan sujud syukur saat menjejakkan kakinya di Gaza City.

Khaled Misy'al yang selamat daria usaha pembunuhan Zionis-israel itu, kemudian oleh Raja Husien di usir, dan meninggalkan Yordania, da pergi ke Suriah, Qatar dan sekarang kembali ke Gaza.

Belum lama Khaled Misy'al meninggalkan Suriah, karena Presiden Bashar al-Assad sangat marah kepada Hamas, yang tidak membantu Bashar al-Assad, dan Assad merasa telah memberikan perlindungan kepada tokoh-tokoh Hamas, yang selama ini berada di Suriah, termasuk Musa Abu Marzuk yang menjadi wakil Khaled Misy'al.

Misy'al dengan  mendapatkan pengawalan yang sangat dari aparat keamanan dan intelijen Mesir dan Hamas, kemudian meninggalkan Kairo menuju Gaza City, melalui pintu gerbang Rafah.

Zionis-Israel telah mengeluarkan pernyataan akan membunuh Misy'al, jika tokoh Hamas itu kembali ke Gaza. Zionis-Israel telah berulangkali melakukan pembunuhan terhadap tokoh-tokoh Palestina, yang dianggap menjadi ancaman bagi rezim Zionis-Israel.

Pemimpin Hamas yang sangat karismatik, dan mempunyai kemampuan yang sangat tinggi dibidang organisasi dan politik serta diplomasi, meninggalkan Suriah, saat situasi di Suriah sudah sangat genting, di mana Presiden Bashar melakukan perang terhadap rakyatnya sendiri.

Page 14: Artikel Hamas dan Fatah 2012.docx

Hamas tidak ingin terlibat dalam konflik bersenjata dengan pemerintah Suriah, maka kemudian Khaled Misy'al menutup kantornya di  Suriah.

Ketika menjejakkan kakinya di Gaza City, langsung Khaled Misy'al melakukan sujud, dan mengucapkan syukur dapat kembali ke Gaza, yang sudah ditinggalkan selama lebih 45 tahun.

Inilah rasa syukur yang tidak terhingga diungkapkan oleh Misy'al, ketika pemimpin Hamas itu bertemu dengan rekan-rekannya yang berjuang dengan gigih melepaskan diri dari penjajahan Zionis-Israel.

Sementara itu, Perdana Menteri Palestina Ismail Haniyeh menyambut dengan hangat saudaranya Khaled Misy'al, bahkan Haniyah sudah menginginkan Misyh'al kembali ke Gaza, sebelum tergulingnya Presiden Mesir Hosni Mubarak.Mashal akan menghadiri perayaan ulang tahun ke 25 yayasan Hamas pada hari Sabtu.

Khaled Misy'al dilahirkan di kota Ramallah pada tahun 1956, kemudian Misy'al dan keluarganya pindah ke  Kuwait pada tahun 1967 setelah Israel menduduki Tepi Barat. Mashal meninggalkan Kuwait pada tahun 1991 dan pindah ke Yordania.

Khaled Misy'al  selamat pembunuhan Mossad pada tahun 1997. Misy'al dapat selamat, karena salah satu agen Mossad tertangkap, dan kemudian ditukar dengan obat penawar racun yang sudah disuntikkan ke dalam tubuh Misy'al. Obat itu diberikan kepada pemerintah Yordania, bersamaan dengan pulangnya agen Mossad ke Tel Aviv.

Sesudah selamat dari percobaaan pembunuhan oleh Mossad, kemudian Khaled Misy'al bersama keluarganya pindah ke Qatar. Selama di Qatar, Misy'al tetap berjuang dengan kemampuannya dalam berdiplomasi, dan mendapatkan dukungan dari pemerintah Qatar. Belum lama  ini Raja Qatar mengunjungi Qatar, yaitu Raja Mohamad At-Thani.

Hamas lahir tahun 1987, tak lama sesudah berlangsungnya Intifadah yang pertama, di mana ribuan anak-anak muda melawan pasukan Zionis hanya dengan batu. Tentara Zionis kewalahan menghadapi anak-anak muda yang hanya bersenjatakan batu melawan pasukan Zionis yang menggunakan tank di sepanjang perbatasan Gaza dan di Tepi Barat. Ini perlawanan yang bersifat massal dari rakyat Palestina melawan Zionis.

Dibagian lain, Fatah telah berpartisipasi dalam perayaan Hamas ulang tahun yang ke 25 di Jalur Gaza. Hamas akan melangsungkan perayaan besar-besaran di Gaza City, seperti dilaporkan oleh The Jerusalem Post, dan  perayaan akan berlangsung pada hari Sabtu.

Ini menandakan kehidupan rakyat Gaza sudah menyatu dengan Hamas. Hamas menjadi lambang perlawanan rakyat Palestina melawan Zionis. Hamas menunjukkan kemampuannya melawan Zionis Israel, dia tahun 2008 dan 2012. Di mana Hamas dengan gigih bertempur melawan pasukan pendudukan Israel.

"Tidak ada alasan mengapa kita tidak boleh berpartisipasi dengan saudara-saudara kami di

Page 15: Artikel Hamas dan Fatah 2012.docx

Hamas perayaan," Yehya Rabah, seorang pejabat senior Fatah di Jalur Gaza seperti dikutip. "Ini adalah langkah maju untuk mencapai rekonsiliasi."

Hamas yang  melahhirkan Brigade Izzudin al-Qassam, benar-benar kekuatan militer yang sangat handal, dan sekarang ditakuti oleh Zionis-Israel. Hamas mampu menembakkan roket-roket yang mereka produksi sendiri, dan memiliki kemampuan yang sudah mencapai Tel Aviv dan Jerusalem.

Roket Hamas telah membuat panik Presiden Barack Obama, dan berulangkali menelpon Presiden Mursi, meminta agar Hamas menghentikan serangan ke Israel.

Selamat kepada Hamas sebagai gerakan jihad telah behasil berdiri dengan tegak menghadapi musuh-musuhnya, terutama Zionis-Israel yang menjajah mereka, tetapi Hamas terus meningkat perlawanannya, dan sekarang mencapai titik puncaknya sesudah invasi Israel tahun 2008, dan tahun 2012, dan dengan kemenangan Hamas atas Zionis-Israel. Selamat. Wallahu'alam.

Hamas Melakukan Pawai Kemenangan di Tepi Barat

Tepi Barat (voa-islam.com) Betapa Hamas menjadi sebuah gerakan yang paling kuat saat ini. Hamas menunjukkan jati dirinya, sebagai kekuatan yang riil, dan memiliki kemampuan melawan rezim Zionis-Israel, dan bahkan menjadi ancaman masa depan negeri Zionis itu.

Ketua Biro Politik Hamas, Khaled Misy'al, menegaskan, bahwa Zionis-Israel tidak memiliki hak hidup di tanah Palestina. Zionis-Israel penjajah yang merampas tanah rakyat Palestina, ujar Misy'alm.

Dibagian lain,  pertama kalinya sejak 2007, puluhan ribu kader Hamas dan kalangan Islamis Palestina menyelenggarakan aksi perayaan secara besar-besaran di Tepi Barat yang diduduki oleh Zionis-Israel, dan  menandai ulang tahun ke 25 berdirinya Gerakan Perlawanan Islam, Hamas.

Aksi perayaan berlangsung di  di Hebron, Nablus, Tulkarem dan Ramallah. Ini merupakan tanda Otoritas Palestina (PA) berusaha  memulai rekonsiliasi dengan Hamas, terutama setelah Hamas

Page 16: Artikel Hamas dan Fatah 2012.docx

dengan sikap dengan "teladan ketabahan dan istiqomah" yang diperlihatkan oleh Hamas dan Gerakan Islam dan kelompok perlawanan lainnya dalam menghadapi agresi Israel terhadapi Gaza pada pertengahan November.

Otoritas Palestina di Ramallah, sebelumnya  meremehkan kekuatan Hamas di Tepi Barat, maka dengan adanya perayaan Hamas yang begitu gempita itu, Otoritas Palestina, kiranya dapat mengukur Hamas sebagai kekuatan yang nyata.

Meskipun aksi demonstrasi yang melibatkan puluhan ribu anggota  Hamas, tetapi sesungguhnya Hamas belum menampilkan seluruh kekuatannya, karena tidak ingin menjadi sasaran Zionis-Israel maupun Otoritas Palestina. Hamas benar-benar menunjukkan di Tepi Barat, yang masih dikuasai oleh Zionis-Israel dan bukan hanya di Gaza.

Namun, kehadiran puluhan ribu anggaota Hamas itu, bisa menimbulkan kekawatiran bagi Zionis-Israel, yang sekarang ini menghadapi ketakutan yang luar biasa, sesudah Hamas berhasil menyerang ibukota Israel Tel Aviv dan Jerusalem. Zionis-Israel menghadapi skenario yang amat buruk, melihat dengan semakin tumbuhnya gerakan Hamas di Tepi Barat, karena ini akan menjadi ancaman langsung bagi Israel.

10.000 Anggota Hamas di Hebron

Di Hebron,  kota terbesar dan paling banyak penduduknya di Tepi Barat, ribuan pendukung Hamas dan simpatisan berbaris dari Masjid el-Haras ke sekolah Ibnu Rushd, sekitar dua kilometer jauhnya. Para pengunjuk rasa memegang spanduk tinggi-tinggi Islam serta bendera Palestina.

Di halaman sekolah, beberapa pembicara menyampaikan pidato yang sangat menggugah, dan  menekankan persatuan nasional dan menegaskan kembali kelangsungan perjuangan melawan pendudukan Israel.

Ketua Dewan Legislatif Palestina Prof Aziz Dweik mengatakan Hamas menjadi kekuatan regional di Timur Tengah, dan tidak ada yang dapat mengabaikan kemampuan Hamas dalam menghadapi Zionis-Israel, ujarnya.

"Israel akan menjadi fihak yang kalah di masa depan. Hamas akan menjadi kekuatan yang harus diperhitungkan.. Masa depan milik kita, karena kebenaran ada di pihak kita", ujar Dweik.

Dweik mengatakan penindas Israel tidak punya masa depan di wilayah ini, dan menambahkan bahwa Zionis sedang menggali kuburan mereka sendiri dengan tangan mereka dengan terlibat dalam segala macam kejahatan terhadap rakyat Palestina.

Dweik membandingkan nasib akhir dari Israel dengan penyerbu Abyssinian dari Makkah yang mencoba k menghancurkan Ka'bah di Tahun Gajah.Di mana Nabi Muhammad dilahirkan. Para penyerbu itu benar-benar dihancurkan oleh campur tangan Ilahi. Kisah ini disebutkan dalam Al-Qur'an, ungkap Dweik.

Page 17: Artikel Hamas dan Fatah 2012.docx

Dweik memberikan penghargaan kepada para martir revolusi Palestina serta tahanan politik dan perlawanan, termasuk selusin anggota parlemen yang masih mendekam di penjara-penjara Israel dan ruang bawah tanah tanpa tuduhan atau pengadilan. "Kau adalah mahkota kemuliaan di atas kepala kami."

Selama  demonstrasi Perdana Palestina di Gaza, Ismael Haniya menyambut anggota Hamas yang sangat besar, dan mengatakan Gaza dan Tepi Barat memiliki satu tujuan bersama, ungkap Haniyah.

Nablus, Tulkarem dan Ramallah

Puluhan ribu dari  berbagai segala usia, pria dan wanita, menghadiri perayaan ulang tahun Hamas, seperti  di Nablus, Tulkarem dan Ramallah. Meskipun ketegangan dan ketakutan yang berasal dari pembalasan Israel mungkin. Pesawat tak berawak Israel terbang di atas saat berlangsungnya aksi unjuk rasa, tampaknya untuk memotret mereka dan mengkomunikasikan pesan "bahwa kita di sini."

Raafat Nasif, pemimpin Islam di daerah Tulkarem, mengucapkan terima kasih kepada rakyat Palestina yang memberikan dukungan kepada Hamas. 

"Kehadiran pendukung Hamas dalam jumlah  besar menjadi fakta bahwa orang-orang yang merangkul Hamas dan bersimpati dengan itu berada di Tepi Barat. Kami berterima kasih kepada rakyat Palestina atas pengabdian, kemurahan hati mereka dan kekuatan yang abadi," katanya.

Di Ramallah, aksi perayaan yang diikuti ribiuan anggota Hamas berlangsung di luar masjid utama di al Bireh, dan dengan meriahnya spanduk dan bendera Islam Palestina. Sheikh Jamal Tawil, mengatakan "Hamas sedang menyaksikan kelahiran kembali yang harus menjadi berita menggembirakan bagi rakyat kita dan tujuan kita."

Banyak warga Palestina di Tepi Barat, termasuk mantan aktivis Fatah, sekarang memberikan dukungan kepada Hamas, saat saat Israel terus merampas tanah Palestina, membangun koloni Yahudi.

"Orang-orang kami menemukan bahwa proses perdamaian telah gagal. Justru sebaliknya, Israel menghancurkan tujuan kita, dan menghilangkan prospek yang tulus untuk pembentukan negara Palestina yang layak," kata Ammar Kawasmeh, seorang aktivis Fatah dari Hebron.af/hh