5. Trend Corruption Report Periode Januari 2013
Transcript of 5. Trend Corruption Report Periode Januari 2013
Tren Periode Januari - Juli
PUSAT KAJIANANTI KORUPSIFakultas Hukum UGM
Corruption 2013
d REPORT
PUSAT KAJIAN ANTI KORUPSIFakultas Hukum UGM
Jl Trengguli Blok E No.12 Bulaksumur, Yogyakarta
Telp. 0274 746 7008 email [email protected]
Korupsi masih menjadi masalah serius.
Penegakan hukum antikorupsi yang belum
optimal menambah tingkat keseriusan
masalah korupsi. Laporan Kecenderungan
Korupsi atau Trend Corruption Report
(TCR) Pusat Kajian Antikorupsi Fakultas
Hukum UGM (PUKAT) periode Januari-Juli
2 0 1 3 m e m b e r i p o t r e t u s a h a
pemberantasan korupsi yang cenderung
stagnan.
Seperti dilansir dalam TCR tengah tahun
kedua 2012, korupsi yang menjerat aktor
pol i t ik—atau berasa l dar i parta i
politik—bertambah banyak bersamaan
dengan semakin dekatnya pemilihan
umum yang akan diselenggarakan pada
2014. Tercatat, dua ketua umum partai
politik, Lutfie Hassan Ishaaq (PKS) dan Anas
Urban ingrum (Par ta i Demokra t ) ,
ditetapkan sebagai tersangka. Diduga kuat
ada dana hasil korupsi yang mengalir ke
partai politik.
Selain korupsi politik, TCR tengah tahun
pertama 2013 juga membingkai beberapa
sektor yang sebelumnya bersih, sekarang
terjangkit korupsi. antara lain sektor
komunikasi dan informatika. Seperti tahun
sebelumnya, antara pusat dan daerah,
tidak ada perbedaan signifikan penurunan
kasus korupsi. Keduanya masih rentan
diserang oleh virus korupsi.
Halaman 1
Pendahuluan
Halaman 2
A. Pendekatan dan Sumber Data
Pendekatan yang digunakan dalam TCR
adalah pendekatan kualitatif-representatif.
Penelitian didasarkan pada kasus yang
diberitakan oleh media massa, bukan pada
jumlah keseluruhan kasus korupsi.
Pendekatan ini diambil mengingat
senyatanya kasus korupsi yang terjadi
jumlahnya lebih banyak dari kasus yang
sudah dirangkum dan diinfokan oleh
med ia massa . D i samping juga
keterbatasan untuk meneliti semua kasus
korupsi yang terjadi di Indonesia.
Data diambil dari pemberitaan media
massa dalam rentang waktu antara 1
Januari dan 31 Juli 2013. TCR tengah tahun
pertama 2013 adalah laporan yang
mencermati kecenderungan tindak pidana
korupsi pada tengah tahun pertama 2013.
Sumber data meliputi pemberitaan dari
media massa cetak seperti harian Jawa Pos,
Kedaulatan Rakyat, Kompas, Koran Tempo,
Media Indonesia, Republika, Seputar
Indonesia, Suara Merdeka, dan Suara
Pembaruan. Selain media cetak, sumber
data juga berasal dari pemberitaan media
online, seperti, antara.com, detik.com,
h a r i a n j o g j a . c o m , i n i l a h . c o m ,
j o g l o s e m a r . c o m , o k e z o n e . c o m ,
tempointeraktif.com, thejakartapost.com,
dan tribunnews.com.
TCR tengah tahun pertama 2013 disusun
dengan cara mencari berita korupsi dari
sumber data yang berasal dari media cetak
dan media online. Kemudian, berita diolah
dan diteliti, serta dikelompokkan ke dalam
kriteria sebagai berikut, (i) pelaku korupsi;
(ii) sektor korupsi; (iii) modus korupsi; (iv)
kerugian keuangan negara; (v) lembaga
penegak hukum yang menangani kasus
korupsi; (v) vonis atas tindak pidana
korupsi; dan (vi) kasus korupsi strategis.
Dari sumber data yang tersedia, PUKAT
memantau 88 berita kasus korupsi.
B. Pelaku Korupsi
Dari 88 berita kasus korupsi, dicatat ada
143 pelaku atau aktor korupsi. Jumlah
pelaku korupsi yang melampaui jumlah
kasusnya dimungkinkan karena dalam satu
kasus bisa terdapat beberapa terduga atau
tersangka korupsi. Pelaku yang paling
sering melakukan tindak pidana korupsi
berasal dari kalangan aparatur maupun
pejabat pemerintah daerah, yakni
sebanyak 39 orang. Diikuti oleh kalangan
swasta dengan jumlah 36 orang. Urutan
ketiga ditempati oleh kalangan pemerintah
pusat dan legislatif daerah dengan 16
orang.
Kalangan pemerintah daerah yang menjadi
aktor korupsi terdiri dari kelompok
sekretaris daerah, bendahara daerah,
sampai kepala dinas. Contohnya, kasus
manipulasi dana anggaran pengadaan
obat cacing dan vitamin pada kegiatan
peningkatan ketahanan fisik anak sekolah
tahun 2006 dan 2007 yang dilakukan oleh
dr Fadly, Direktur Rumah Sakit Umum
Sanggau, drg Ruth Juliani Baros, Panitia
Pengadaan Pekerjaan Unit, dan Polan Aryo
Halaman 3
Tejo, Panitia Pejabat Pembuat Komitmen
yang merugikan negara sebanyak Rp 7,1
miliar.
Swasta berada di posisi kedua dengan 36
pelaku korupsi (25,17 persen). Dalam
banyak kasus, khususnya pada bidang
pengadaan barang dan jasa, pelaku
korupsi dari kalangan pemerintah daerah
-nan masing-masing sepuluh kasus. dan
Fahran Ridwan. Pelaku lainnya, Rahman
Saragih, swasta, sebagai supervisor
engineer PT Wisatama Arsitek, dan
Direktur PT Langgam Sentosa sebagai
kontraktor.
Contoh kasus untuk sektor keolahragaan,
pendidikan dan keagamaan adalah kasus
korupsi pengadaan barang dan alat olah-
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 Pemerintah Pusat 3 4,16 16 11,19 19 8,84
2 Pemerintah Daerah 22 30,56 39 27,27 61 28,37
3 Legislatif Pusat 2 2,78 3 2,10 5 2,33
4 Legislatif Daerah 8 11,11 16 11,19 24 11,16
5 BUMN 1 1,39 2 1,40 3 1,40
6 Swasta 9 12,50 36 25,17 45 20,93
7 Kepala Daerah 15 20,83 8 5,59 23 10,70
8 Pegawai Sekolah 1 1,39 2 1,40 3 1,40
9 Penegak Hukum 5 6,94 5 3,50 10 4,65
10 Pegawai Universitas 4 5,56 10 6,99 14 6,51
11 Menteri 1 1,39 0 0,00 1 0,47
12 KPUD 1 1,39 0 0,00 1 0,47
13 Duta Besar 0 0,00 1 0,71 1 0,47
14 Partai Politik 0 0,00 2 1,40 2 0,93
15 Pejabat Negara 0 0,00 3 2,10 3 1,40
Total 72 100 143 100 215 100
Tabel 1. Pelaku Korupsi
No Pelaku KorupsiJuli - Desember 2012 Januari - Juli 2013 1 Tahun Terakhir
dengan kalangan swasta. Misalnya, pada
kasus-kasus pembangunan gedung
Islamic Center Pelalawan, Terdapat dua
pelaku, Ir. Syahril selaku Pejabat Pembuat
Komitmen dan Fahran Ridwan. Pelaku
lainnya, Rahman Saragih, swasta, sebagai
supervisor engineer PT Wisatama Arsitek,
dan Direktur PT Langgam Sentosa sebagai
kontraktor.
C. Sektor Korupsi
Mengenai sektor korupsi, ada tujuh belas
sektor yang dikorupsi. Sektor paling
banyak diduduki oleh sektor keolahragaan,
pendidikan, dan keagamaan dengan tujuh
belas kasus. Pengadaan barang dan jasa
dua belas kasus. Sektor penerimaan
n e g a r a / d a e r a h d a n s e k t o r
pertanian/kehutanan/perkebunan/perika-
2Halaman 4
raga KONI yang dilakukan oleh Riza
Kurniawan, deputi juru bicara DPRD Jawa
Tengah. Selanjutnya, untuk sektor
pengadaan barang dan jasa, ada korupsi
proyek pengadaan mobil pusat layanan
internet kecamatan (MPLIK) 2010-2012
yang melibatkan dua pelaku, Santoso
Serad, Kepala Balai Penyedia dan
Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi
dan Informatika (BP3TI) Kementerian
Komunikasi dan Informatika, serta Doddy
Nasiruddin Ahmad, Direktur PT Multi Data
Rancana Prima.
Contoh kasus korupsi pada sektor
penerimaan negara/daerah yaitu kasus
suap izin lokasi tanah pemakaman bukan
umum di Tanjung Sari, Bogor, ke anggota
DPRD Kabupaten Bogor sekitar Rp 900
juta. Iyus Djuher, Ketua DPRD Bogor
merupakan salah satu pelaku yang
menerima uang suap tersebut. Pelaku
lainnya yakni Usep Jumenio, pegawai
Pemkab Bogor, Listo Welly Sabu, pegawai
honorer Pemkab Bogor, Nana Supriatna,
swasta, dan Sentot Susilo, Dirut PT Garindo
Perkasa.
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 Penerimaan Negara Daerah 21 29,17 10 11,36 31 19,38
2 Pemilukada 1 1,39 1 1,14 2 1,25
3 Pertanian / Kehutanan /
perkebunan / perikanan
5 6,94 10 11,36 15 9,38
4 Pekerjaan Umum 13 18,06 8 9,09 21 13,13
5 Keolahragaan, Pendidikan dan
Keagamaan
11 15,28 17 19,32 28 17,50
6 Penegak Hukum 7 9,72 2 2,27 9 5,63
7 Kesejahteraan Sosial 5 6,94 3 3,41 8 5,00
8 BUMN / BUMD 9 12,50 1 1,14 10 6,25
9 Energi dan SDM 0 0,00 4 4,55 4 2,50
10 Departemen Luar Negeri 0 0,00 1 1,14 1 0,63
11 Komunikasi dan Informatika 0 0,00 1 1,14 1 0,63
12 Kesehatan 0 0,00 6 6,82 6 3,75
13 Proyek Pengadaan Barang dan
Jasa
0 0,00 12 13,64 12 7,50
14 Legislatif 0 0,00 4 4,55 4 2,50
15 Perdagangan & Perindustrian 0 0,00 2 2,27 2 1,25
16 Keuangan / Perbankan 0 0,00 5 5,69 5 3,13
17 Keagamaan 0 0,00 1 1,14 1 0,63
Total 72 100,00 88 100,00 160 100,00
Tabel 2. Sektor Korupsi
No Sektor KorupsiJuli - Desember 2012 Januari - Juli 2013 1 Tahun Terakhir
Halaman 5
D. Modus Korupsi
PUKAT menyimpulkan ada lima modus
yang sering digunakan dalam kasus
korupsi pada periode Januari-Juli 2013.
Peringkat pertama diduduki oleh modus
merugikan keuangan negara dan/atau
menyalahgunakan wewenang sebanyak
tujuh puluh kasus. Suap-menyuap dua
belas kasus. Disusul penggelapan dalam
jabatan, gratifikasi, dan pemerasan
masing-masing dua kasus.
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 Merugikan Keuangan Negara dan / atau
Menyalahgunakan Wewenang
59 81,94 70 79,55 129 80,63
2 Suap Menyuap 13 18,06 12 13,64 25 15,63
3 Penggelapan Dalam Jabatan 0 0,00 2 2,27 2 1,25
4 Gratifikasi 0 0,00 2 2,27 2 1,25
5 Perbuatan Pemerasan 0 0,00 2 2,27 2 100,00
Total 72 100 88 100 160 100
Tabel 3. Modus Korupsi
No Modus KorupsiJuli - Desember 2012 Januari - Juli 2013 1 Tahun Terakhir
kasus belum diketahui jumlahnya karena
masih dalam penghitungan auditor
Pada periode Januari-Juli tahun 2013,
PUKAT mencatat 24 kasus (30,77 persen)
dengan kerugian negara di bawah Rp 1
miliar. Contohnya, korupsi yang dilakukan
oleh Ramses Sianipar, Bendahara Kepala
Sekolah Menengah Atas 1 Simangumban
Tapanuli Utara yang melakukan korupsi
gaji guru yang mengakibatkan negara rugi
sebesar 43 Juta, dan juga kasus korupsi
yang dilakukan oleh mantan Kepala Badan
P e n a n g g u l a n g a n B e n c a n a y a n g
melakukan penyimpangan Dana Alokasi
Khusus (DAK) Mentawai tahun anggaran
2009 sebesar Rp 858.500.000.
Modus merugikan keuangan negara
dan/atau menyalahgunakan wewenang,
misalnya, dilakukan oleh mantan Walikota
Magelang Fahriyanto, berupa persetujuan
pencairan asuransi bagi dua puluh lima
anggota DPRD yang diambil dari dana
peningkatan pelayanan pemerintahan
senilai Rp 1,57 miliar. Modus suap-
menyuap terjadi di kasus revisi Peraturan
Daerah tentang Pekan Olahraga Nasional
ke XVIII di Provinsi Riau yang menjerat
tujuh anggota DPRD.
E. Kerugian Negara
Dari hasil penghitungan sementara, jumlah
kerugian keuangan negara yang diderita
dari tindak pidana korupsi pada tengah
tahun pertama 2013 adalah Rp.
3 . 3 3 6 . 1 9 3 . 0 9 2 . 3 6 1 . B e s a r a n i n i
dikelompokkan ke dalam kelompok
kerugian keuangan negara sebagai
berikut, terdapat 24 kasus yang jumlahnya
di bawah Rp 1 miliar. Dua puluh kasus
dengan kerugian negara sekitar Rp 1-10
miliar. Lima belas kasus pada rentang Rp
10-50 miliar. Enam kasus merugikan
negara sekitar Rp 50-100 miliar. Lima kasus
di atas Rp 100 miliar. Sedangkan delapan
2Halaman 6
Selanjutnya, pada kategori Rp 1-10 miliar
untuk periode tersebut, tercatat sebanyak
dua puluh kasus (25,64 persen) seperti
kasus korupsi yang dilakukan oleh Direktur
Keuangan PT Anugerah Nusantara dalam
kasus korupsi proyek pembangunan
Pembangkit Listrik Tenaga Surya sebesar
Rp 2,27 miliar. Sementara itu, jumlah kasus
yang merugikan keuangan negara Rp 10-
50 miliar sebanyak lima belas (19,23
persen). Misalnya, korupsi yang dilakukan
Sudjadnan Parnohadiningrat, mantan Duta
Besar Republik Indonesia untuk Amerika
Serikat yang melakukan penyalahgunaan
wewenang berkaitan dalam pengelolaan
sejumlah kegiatan di Depertemen Luar
Negeri, dan pencairan ilegal uang negara
secara i legal dengan menyetujui
pengeluaran anggaran untuk renovasi
gedung dan rumah dinas di lingkungan
Kedutaan Besar RI di Singapura dengan
total kerugian Rp 18 miliar.
Di samping itu, ada enam kasus yang
merugikan negara sebesar Rp 50-100
miliar. Contohnya, yang dilakukan oleh
Ratna Dewi Umar, Mantan Direktur
J endera l B ina Pe l ayanan Med ik
K e m e n t e r i a n K e s e h a t a n y a n g
menyalahgunakan wewenang dalam-
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 Dibawah 1 M 21 29,17 24 30,77 45 30,00
2 1 - 10 M 20 27,78 20 25,64 40 26,67
3 10 -50 M 15 20,83 15 19,23 30 20,00
4 50 - 100 M 1 1,39 6 7,69 7 4,67
5 Diatas 100 M 7 9,72 5 6,41 12 8,00
6 Belum Diketahui 8 11,11 8 10,26 16 1,67
Total 72 100 78 100 150 100
Tabel 4. Kerugian Negara
No Kerugian Negara Juli - Desember 2012 Januari - Juli 2013 1 Tahun Terakhir
pengadaan alat kesehatan dan perbekalan
dalam rangka wabah flu burung tahun
anggaran 2006-2007 di Kementerian
Kesehatan yang merugikan Negara
sebesar Rp Rp 50.477.847.078. sedangkan,
pada kerugian negara di atas Rp 100 miliar
misalnya kasus pengadaan dua belas
pesawat latih dan unit simulator di STPI
Curug sebesar RP 138,8 miliar.
PUKAT mencatat tiga kasus yang
merugikan negara sangat besar. Pertama,
kasus korupsi Bank BRI sebesar Rp 249
miliar dengan terpidana Yudi Kartolo,
Mantan Komisaris PT Delta Makmur.
Kedua, kasus korupsi divestasi PT
Kalimantan Prima Coal milik Pemerinah
Kabupaten Kutai Timur pada 2008 dengan
terpidana Anung Nugroho, Mantan
Direktur Utama PT Kutai Timur Energi yang
menguras keuangan negara hingga Rp
575 miliar. Ketiga, kasus korupsi proyek
pengadaan Mobil Pusat Layanan Internet
Kecamatan (MPLIK) 2010-2012 dengan
tersangka bernama Santoso Serad, Kepala
Balai Penyedia & Pengelola Pembiayaan
Telekomunikasi & Informatika (BP3TI)
Kementerian dan Doddy Nasiruddin
Ahmad selaku Direktur PT Multi Data
Rancana Prima.
Halaman 7
F. Lembaga yang Menangani
Pada periode Januari-Juli 2013, KPK dan
Kejaksaan Negeri menempati posisi
pertama dengan menangani kasus yang
jumlahnya sama, yakni tiga belas kasus
(27,08 persen). Sementara itu, Kejaksaan
tinggi berada pada posisi kedua dengan
sebelas kasus atau 22,92 persen.
KPK menangani kasus besar, khususnya
yang diduga berkaitan dengan korupsi
politik. Sebagai contoh, kasus korupsi
impor daging sapi. Di lain sisi, intansi
pemerintah terkait juga terus melakukan
aksi pemberantasan korupsi. usaha yang
dilakukan oleh kejaksaan negeri, misalnya,
memeriksa kasus penyelewengan dana
Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) Mandiri Pedesaan
(MP) yang melibatkan Hilda GSM Lau,
ketua Unit Pengelola Kecamatan (UPK)
Kecamatan Bikomi Selatan yang ditangani
oleh Kejaksaan Negeri Kefamenanu.
Idham Samawi dan mantan kepala kantor
pemuda dan olahraga Edi Nur Cahyo
terkait korupsi dana hibah komisi olahraga
nasional DIY pada tahun 2011. Selanjutnya,
Kejaksaan Agung menangani sembilan
kasus di antaranya korupsi pengadaan
bibit hibrida di Kementan pada 2008-2012
yang dilakukan oleh Elda Devianne
Adiningrat, Komisaris PT Radina Niaga
Mulia.
Polri juga tidak ketinggalan. Kepolisian
Daerah mengusut kasus korupsi politik.
Semisal, skandal Walikota Kediri dan PT
SGS dengan pelaku Fajar Purna Wijaya. PT
SGS diduga membiayai Walikota dalam
pilkada. Sebagai kompensasi, walikota
memberikan sebuah proyek kepada
rekanannya.
G. Vonis.
Ada 42 pelaku korupsi yang divonis
bersalah. Delapan belas terdakwa dipidana
di bawah tiga tahun. Sembilan orang me-
- n e r i m a h u k u m a n a n t a r a 3 - 5
tahun.Sepuluh orang dengan pidana
penjara antara 5-10 tahun. Sedangkan lima
orang diganjar bui di atas 10 tahun.
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 KPK 20 27,78 13 27,08 33 27,50
2 Polisi Resor 1 1,39 0 0,00 1 0,83
3 Polisi Daerah 5 6,94 2 4,17 7 5,83
4 Kejaksaan Negeri 27 37,50 13 27,08 40 33,33
5 Kejaksaan Tinggi 17 23,61 11 22,92 28 23,33
6 Kejaksaan Agung 2 2,78 9 18,75 11 9,17
Total 72 100 48 100 120 100
Tabel 5. Lembaga yang Menangani Kasus Korupsi
NoLembaga Penegak
Hukum
Juli - Desember 2012 Januari - Juli 2013 1 Tahun Terakhir
Kejaksaan tinggi juga sedang gencar
melakukan pemeriksaan kasus korupsi. Di
wilayah Pemda DIY, Kejati DIY saat ini
sedang memeriksa mantan Bupati Bantul
2Halaman 8
Vonis tertinggi terjadi pada kasus proyek
p e n g a d a a n l a b o r a t o r i u m d a n
penggandaan Al-Quran 2011-2012 di
Kementerian Agama dengan terpidana
Zulkarnaen Djabar, Anggota Komisi VIII
Dewan Perwakilan Rakyat yang divonis
lima belas tahun penjara; Anung Nugroho,
mantan Direktur Utama PT Kutai Timur
Energi; dan Yudi Kartolo, mantan Komisaris
PT Delta Makmur.
1. Kasus Hambalang
Kasus korupsi pembangunan Pusat
Pendidikan, Pelatihan, dan Sarana
Olahraga Nasional (P3SON) di Hambalang,
Bogor, Jawa Barat perlu serius diperhatikan
mengingat muncul perkembangan baru
setelah diselesaikannya audit kedua oleh
BPK. Apalagi, ada dua versi hasil audit yang
beredar ke masyarakat. Versi pertama
mencantumkan lima belas inisial nama
anggota DPR yang ditengarai memberikan
persetu juan penca i ran anggaran
pembangunan P3SON. Versi kedua, lima
belas inisial nama tersebut hilang.
Sepertinya ada permainan politik yang
kuat di kasus ini.
Kasus yang sudah menyeret mantan
Menteri Pemuda dan Olahraga Andi
Mallarangeng, Mantan ketua Umum
Demokrat Anas Urbaningrum, Pejabat
pembuat komitmen proyek Hambalang
Deddy Kusdinar, dan mantan Direktur
Operasional PT Adhi Karya Teuku bagus
Muhammad Nur ini diharapkan tidak
berhenti di empat aktor ini. Namun, harus
dikembangkan kepada pihak legislatif dan
eksekutif yang “bermain api” korupsi.
Untuk dapat mengurai hulu sampai hilir
kasus pembangunan P3SON, harus
ditelusuri dari beberapa nama yang
disebut oleh BPK sebagai pihak yang
diduga menerima dana aliran proyek
Hambalang. Penuntasan kasus ini hingga
ke semua aktor penting untuk menunjukan
komitmen bahwa penegak hukum tegas
Melihat pada kelompok lamanya hukuman
penjara yang dijatuhkan kepada koruptor,
tampak sekali kurang adanya efek jera bagi
koruptor. Dari 42 pelaku korupsi yang
divonis bersalah, hanya lima pelaku yang
dihukum penjara 10 tahun ke atas. Hal ini
kemungkinan besar juga menjadi
penyumbang masih seringnya muncul
para koruptor.
H. Kasus Strategis
Makna strategis dalam kasus korupsi,
setidaknya didasarkan pada tiga kriteria, (i)
angka kerugian negaranya di atas Rp 1
miliar; (ii) menyita perhatian publik; dan (iii)
dilakukan oleh pejabat negara. Dalam TCR
tengah tahun pertama 2013, ditentukan
tiga kasus korupsi yang bernilai strategis.
Jumlah %
1 dibawah 3 Tahun 18 42,86
2 3 - 5 Tahun 9 21,43
3 5 - 10 Tahun 10 23,81
4 10 Tahun Ke atas 5 11,90
Total 42 100
No Vonis PengadilanJanuari - Juli 2013
Tabel 6. Vonis Pengadilan
Halaman 9
dalam pemberantasan korupsi politik yang
sudah terjadi sangat masif. karena
menjelang pemilu 2014, kasus korupsi
politik akan terus-menerus berulang
bahkan diprediksi akan terjadi semakin
gencar untuk mengisi pundi-pundi modal
kampanye.
2. Kasus Mahkamah Agung
Kasus penangkapan pengacara Mario C
Bernardo yang menyuap staf MA pada
Agustus 2013 menghentak masyarakat.
Reformasi birokrasi yang digadang-
gadang oleh Ketua Mahkamah Agung
Muhammad Hatta Ali tercoreng oleh
perilaku oknum. Penangkapan yang
dilakukan oleh KPK mensinyalir bahwa
Institusi Mahkamah Agung masih berkutat
dengan perilaku korup yang dilakukan
pegawainya. Penangkapan ini juga
memnyiratkan perilaku korupsi di sektor
penegakan hukum tidak terlepas dari
peran para pengacara hitam yang
berger i l ya mencar i ce l ah untuk
memenangkan kasusnya.
Belakangan Mahkamah Agung juga
disorot atas putusan bebas mantan
Direktur Utama PT bahan Pembinaan
Usaha Indonesia (BPUI) Sudjiono Timan,
terdakawa kasus korupsi yang merugikan
keuangan negara sebesar Rp 2,1 triliun.
Putusan peninjauan kembali (PK) yang
membatalkan putusan kasasi berisi vonis
kepada Sudjiono Timan 15 tahun penjara
dan denda Rp 50 juta serta membayar
uang pengganti Rp 369 miliar ini dianggap
janggal karena dianggap bertentangan
dengan Pasal 263 KUHAP. Bahwa terhadap
putusan pengad i l an yang te l ah
memperoleh kekuatan hukum tetap,
kecuali putusan bebas atau lepas dari
segala tuntutan hukum, terpidana atau ahli
warisnya dapat mengajukan permintaan
peninjauan kembali kepada Mahkamah
Agung.
Namun nyatanya Peninjauan Kembali (PK)
yang diajukan oleh istri Sudjiono kemudian
dikabulkan oleh majelis hakim agung. Oleh
karena itu, dugaan suap di Mahkamah
Agung harus diperiksa dengan sangat
intesif, karena Mahkamah Agung adalah
benteng terakhir usaha pemberantasan
tindak pidana korupsi.
3. Kasus Bantul
Penetapan Idham Samawi, mantan Bupati
Bantul, sebagai tersangka dalam kasus
dana hibah Komite Olahraga Nasional
Indonesia (KONI) menandai babak baru
pemberantasan korupsi di Kabupaten
Bantul. Kasus korupsi dana hibah sebesar
Rp 12,5 miliar mesti didorong dan dikawal
secara hukum sebagai edukasi bahwa
siapapun yang melakukan korupsi di
daerah, harus dihukum. Terlepas apapun
jabatannya, dari manapun asalnya, dan
bagaimanapun pengaruhnya.
Penanganan kasus korupsi di Bantul
sekaligus ingin mendudukkan kerangka
hukum di atas kerangka elite politik lokal.
Pendek kata, korupsi yang dilakukan atas
kepentingan politik apapun, pasti bisa
diperiksa oleh hukum.
2Halaman 10
Dukungan harus diberikan kepada aparat
penegak hukum, dalam hal ini Kejaksaan
Tinggi DIY, agar komprehensif melakukan
pemeriksaan.
I. Penutup
Secara umum, kasus korupsi sampai pada
tengah tahun pertama 2013 masih sangat
masif dilakukan. Perlu ada dukungan
semua kalangan, khususnya untuk
penanganan korupsi di daerah, di mana
akan terdapat gesekan langsung
antarkelompok masyarakat yang mungkin
terjadi akibat upaya penegakan hukum
antikorupsi. Kebersatuan kelompok
m a s y a r a k a t a k a n m e m u d a h k a n
dilakukannya usaha pemberantasan
korupsi, baik di pusat maupun di daerah.
Yogyakarta, 5 September 2013
Salam Antikorupsi
Pusat Kajian Antikorupsi Fakultas Hukum
UGM
Zainal Arifin Mochtar
Hasrul Halili
Totok Dwi Diantoro
Hifdzil Alim
Oce Madril
Fariz Fachryan
Zaenur Rohman
Dwija Paramasatya Sutiyoso (magang)
Devita Kartika Putri (magang)