Print Bla Bla MK
-
Upload
robyakbara -
Category
Documents
-
view
229 -
download
6
description
Transcript of Print Bla Bla MK
Konsultan PengawasDivisi Pengawas adalah suatu organisasi atau perorangan yang bersifat multi disiplinyang bekerja untuk dan atas nama pemilik bangunan, dan harus mampu bekerja samadengan perencana untuk mencapai hasil yangoptimum dari suatu proyek.Sebagai pihak yang mewakiliownerdalam pelaksanaan proyek, divisi pengawasmempunyai fungsi sebagai berikut
Menjalankan pengawasan dan pengendalian dalam melaksanakan proyek di lapanganserta mengontrol kualitas dan kuantitas dari alat-alat dan bahan bangunan yangdigunakan apakah sudah sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS). b. Memberikan persetujuan mengenai laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan, dan menyusun Berita Acara Kemajuan Pekerjaan (BAKP) yang merupakanlaporan penelitian pengawas atas kemajuan pekerjaan serta mempertanggung jawabkan hasil-hasil tersebut kepada pemilik proyek
Bagan Alir Struktur Organisasi Kontraktor Pelaksana Proyeka. Project Manager Project Manager adalah penanggung jawab pada organisasi kontraktor pelaksana.b. Site ManagerSite Manager merupakan wakil dari Project Manager yang bertugas membantu Project Manager dalam mengendalikan jalannya proyek di lapangan.c. Site Engineer (Koordinator Pelaksana Proyek)Koordinator pelaksana proyek adalah seorang tenaga ahli yang mengkoordinir berbagai pekerjaan di lapangan dan bertanggung jawab kepada Ketua tim teknis pembangunan atas kemajuan pelaksanaan pekerjaan.
Tugas dan Kewajiban Unsur-unsur Organisasi Konsultan Pengawas
Sementara tugas, kewajiban serta tanggung jawab dari unsur-unsur organisasi Konsultan Pengawas pada proyek ini adalah sebagai berikut:
1. Team Leader
Tugasnya adalah memimpin dan mengkoordinasi pelaksanaan kegiatan kerja. Bertanggungjawab terhadap pengawasan pekerjaan secara keseluruhan.
2. Site Engineer
Tugasnya adalah memimpin dan mengkoordinator inspector baik struktur maupun elektrikal di lapangan. Bertanggungjawab langsung kepada team leader serta berkoordinasi dengan pemilik proyek dan pelaksana pekerjaan.
3. Inspector
Tugasnya adalah mengawasi dan memberi penjelasan serta arahan tentang maksud dan tujuan setiap jenis pekerjaan sebagaimana yang telah tercantum dalam rencana kerja baik kualitas, kuantitas dan waktu.
4. Struktur Engineer
Tugasnya adalah melakukan pengawasan dan pengkoreksian terhadap keseluruhan konstruksi bangunan yang dikerjakan, apakah sudah sesuai dengan rencana kerja dan syarat-syarat serta gambar kerja.
5. Elektrikal Engineer
Tugasnya melakukan pengawasan dan koreksi terhadap pekerjaan elektrikal bangunan yang dikerjakan, apakah sudah sesuai dengan rencana kerja dan syarat-syarat serta gambar kerja.
Permasalahan dalam Pemutusan Kontrak Konstruksi Ditinjau Dari Perspektif Hukum Perdata
Oleh : Dina Simbolon, SH, MHKasubbag Bid. Litbang Jaskon
Menurut Nazarkhan Yasin, sengketa konstruksi adalah sengketa yang terjadi sehubungan dengan pelaksanaan suatu
usaha jasa konstruksi antara para pihak yang tersebut dalam suatu kontrak konstruksi.
Banyak hal yang bisa menyebabkan terjadinya sengketa konstruksi antara lain karena klaim yang tidak dilayani
misalnya keterlambatan pembayaran, keterlambatan penyelesaian pekerjaan, perbedaan penafsiran dokumen
kontrak, ketidakmampuan teknis maupun manajerial dari para pihak. Sengketa konstruksi berpotensi menjadi beban
atas pihak-pihak yang bersengketa oleh karena penyelesaiannya bisa memakan waktu dan biaya yang tidak sedikit.
Belum lagi risiko tertundanya pelaksanaan pekerjaan konstruksi akibat tidak tercapainya kesepakatan antara pihak
yang bersengketa.
Berdasarkan Peraturan Menteri PU No. 07/PRT/M/2011, pemutusan kontrak dapat dilakukan sepihak, baik oleh pihak
penyedia atau pihak PPK.
Pemutusan kontrak ini dapat dilakukan melalui pemberitahuan tertulis, jadi tidak harus melalui pengadilan
berdasarkan ketentuan Pasal 1266 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Hal-hal yang dapat menjadi dasar
pemutusan kontrak adalah:
Penyedia lalai / cidera janji dalam melaksanakan kewajibannya dan tidak memperbaiki kelalaiannya dalam jangka
waktu yang telah ditetapkan;
Penyedia tanpa persetujuan Pengawas Pekerjaan, tidak memulai pelaksanaan pekerjaan;
Penyedia menghentikan pekerjaan selama 28 (duapuluh delapan) hari dan penghentian ini tidak tercantum dalam
program mutu serta tanpa persetujuan Pengawas Pekerjaan;
Penyedia berada dalam keadaan pailit;
Penyedia selama masa kontrak gagal memperbaiki cacat mutu dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh PPK;
Penyedia tidak mempertahankan keberlakuan jaminan pelaksanaan;
Denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan akibat kesalahan penyedia sudah melampaui 5% (lima perseratus)
dari nilai kontrak dan PPK menilai bahwa Penyedia tidak akan sanggup menyelesaikan sisa pekerjaan;
Pengawas Pekerjaan memerintahkan penyedia untuk menunda pelaksanaan atau kelanjutan pekerjaan, dan
perintah tersebut tidak ditarik selama 28 (duapuluh delapan) hari;
PPK tidak menerbitkan SPP untuk pembayaran tagihan angsuran sesuai dengan yang disepakati sebagaimana
tercantum dalam SSKK;
Penyedia terbukti melakukan KKN, kecurangan dan/atau pemalsuan dalam proses pengadaan yang diputuskan oleh
instansi yang berwenang ; dan/atau
Pengaduan tentang penyimpangan prosedur dugaan KKN dan/atau pelanggaran persaingan sehat dalam
pelaksanaan pengadaan dinyatakan benar oleh instansi yang berwenang.
Dalam hal pemutusan kontrak dilakukan oleh karena kesalahan penyedia, maka konsekuensinya adalah :
o Jaminan Pelaksanaan dicairkan;
o Sisa uang muka harus dilunasi oleh penyedia atau jaminan uang muka dicairkan;
o Penyedia membayar denda; dan/atau
o Penyedia dimasukkan dalam Daftar Hitam.
Pemutusan kontrak yang dilakukan oleh PPK dengan alasan keterlambatan penyedia dalam melaksanakan pekerjaan
tentunya harus melalui prosedur-prosedur tertentu seperti diberikan peringatan secara tertulis atau dikenakan
ketentuan tentang kontrak kritis. Kontrak dinyatakan kritis apabila:
Dalam periode I (rencana fisik pelaksanaan 0%-70% dari kontrak), realisasi fisik pelaksanaan terlambat lebih besar
10% dari rencana;
Dalam periode II (rencana fisik pelaksanaan 70%-100% dari kontrak), realisasi fisik pelaksanaan terlambat lebih
besar 5% dari rencana;
Rencana fisik pelaksanaan 70%-100% dari kontrak, realisasi fisik pelaksanaan terlambat kurang dari 5% dari
rencana dan akan melampaui tahun anggaran berjalan.
Penanganan kontrak kritis tersebut dilakukan dengan rapat pembuktian atau Show Cause Meeting (SCM) dengan
prosedur sebagai berikut:
Pada saat kontrak dinyatakan kritis direksi pekerjaan menerbitkan surat peringatan kepada penyedia dan selanjutnya
menyelenggarakan SCM.
Dalam SCM direksi pekerjaan, direksi teknis dan penyedia membahas dan menyepakati besaran kemajuan fisik
yang harus dicapai oleh penyedia dalamperiode waktu tertentu (uji coba pertama) yang dituangkan dalam berita
acara SCM Tahap I;
Apabila penyedia gagal pada uji coba pertama, maka harus diselenggarakan SCM Tahap II yang membahas dan
menyepakati besaran kemajuan fisik yang harus dicapai oleh penyedia dalam periode waktu tertentu (uji coba
kedua) yang dituangkan dalam berita acara SCM Tahap II;
Apabila penyedia gagal pada uji coba kedua, maka harus diselenggarakan SCM Tahap III yang membahas dan
menyepakati besaran kemajuan fisik yang harus dicapai oleh penyedia dalam periode waktu tertentu (uji coba
ketiga) yang dituangkan dalam berita acara SCM Tahap III;
Pada setiap uji coba yang gagal, PPK harus menerbitkan surat peringatan kepada penyedia atas keterlambatan
realisasi fisik pelaksanaan pekerjaan.
Dalam hal terjadi keterlambatan rencana fisik pelaksanaan 70%-100% dari kontrak, realisasi fisik pelaksanaan
terlambat kurang dari 5% dari rencana dan akan melampaui tahun anggaran berjalan, maka PPK dapat langsung
memutuskan kontrak secara sepihak dengan mengesampingkan Pasal 1266 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
setelah dilakukan rapat bersama atasan PPK sebelum tahun anggaran berakhir.
IUJK Ijin Usaha Jasa Konstruksi
SBU Sertifikasi Badan Usaha
SPT Surat Pemberitahuan Tahunan
TDP Tanda Daftar Perusahaan
Beberapa tahapan prakualifikasi konsultan pengawasan
A. Evaluasi Administrasi Kualifikasi
B. Evaluasi Persyaratan Teknis Kualifikasi
2. Pengalaman pada pekerjaan sejenis
3. Kesesuaian besaran nilai pekerjaan sejenis yang pernah diseleesaikan
4. Pengalaman pekerjaan pada sekitar lokasi.C. Pembuktian Kualifikasi
D. Hasil Evaluasi
Peramalan (forecasting) : adalah seni dan ilmu memprediksi peristiwa-peristiwa yang akan terjadi dengan
menggunakan data historis dan memproyeksikannya ke masa depan dengan beberapa bentuk model
matematis.
2. Pengawasan Preventif, Represif dan Umum
1) Pengawasan Preventif
Pengawsan Preventif adalah pengawasan yang dilakukan sebelum pelaksanaan, yakni pengawasan yang dilakukan terhadap sesuatu yang bersifat rencana. (Sujamto, 1986 : 85).
2) Pengawasan Represif
Pengawasan Represif merupakan pengawasan yang dilakukan setelah pekerjaan atau kegiatan dilaksanakan. Dapat pula dikatakan bahwa pengawasan represif sebagai salah satu bentuk pengawasan atas jalannya pemerintahan
(Sujamto, 1986 : 87). Ø misalnya : penangguhan dan atau pembatalan PERDA, PERBW, KEPBW yang bertentangan dengan kepentingan umum.
RAPAT PERSIAPAN [EKERJAAN (Pre Construction Meeting)/ Rapat Pra konstruksi..
NO JENIS PEMERIKSAAN URAIAN
1 Surat Undangan dibuat Ya Tdk2 Agenda Rapat ditetapkan Ya Tdk3 Dihadiri minimal oleh :
○ PPK, Kontraktor, Konsultan Ya Tdk4 Pembahasan tugas, tanggung jawab Direksi Pekerjaan, Wakil
Direksi Pekerjaan dan Kontraktor Ya Tdk
5 Pembahasan item-item kontrak yang perlu diklarifikasi Ya Tdk6 Penjelasan mengenai administrasi pekerjaan
○ Tata cara permintaan pekerjaan Ya Tdk○ Tata cara permintaan pembayaran Ya Tdk○ Permintaan perubahan pekerjaan Ya Tdk○ Disb (penjelasan lainnya dituangkan dalam kolom catatan di bawah)
Ya Tdk
7 ○ Ada presentasi Kontraktor mengenai Rencana Mutu Kontrak
Ya Tdk
○ Penjelasan Rencana Kegiatan (Curva S) Ya Tdk○ Penjelasan mengenai Rencana Mobilisasi, Peralatan dan Laboratorium
Ya Tdk
○ Rencana Mobilisasi Tenaga Kerja Ya Tdk○ Prosedur dan Instruksi Kerja/Metode Pelaksanaan Ya Tdk○ Usulan dan keberatan kontraktor tentang butir-butir pada kontrak
Ya Tdk
8 ○ Ada penjelasan Rencana Kegiatan Konsultan Ya Tdk○ Ada penjelasan, metoda kerja pengawasan Ya Tdk○ Memuat sistem pelaporan kegiatan Ya Tdk○ Konsultan menyertakan format-format bukti kerjaPengawasan
Ya Tdk
○ Ada penjelasan tentang struktur organisasi Ya Tdk9 Ada penyampaian resume rapat dan disepakati Ya Tdk10 Berita Acara Rapat dibuat dan disahkan Ya Tdk
TANDA TANGAN CATATAN
Apabila terjadi keterlambatan progres pekerjaan , pengawas harus memberikan surat teguran , dan dalam periode I (rencana
fisik 0-70% dari pekerjaan fisik dan keterlambatan ≥10% dari rencana maka harus mengadakan (SCM ) Show Cause Meeting)
atau diberikan Kontak Kritis. Jika 3x scm tidak memperbaiki keterlambatan , Berdasarkan Peraturan Menteri PU No.
07/PRT/M/2011, Penyedia Jasa atau pihak PPK ( Pejabat Pembuat Komitmen ) berhak memberikan Surat Peringatan kepada
pihak kontraktor dan apabila tidak diindahkan dilaksanakan pemutusan kontrak pada pihak kontraktor