PENGEMBANGAN ASSESSMENT TES HIGHER ORDER THINKING …lib.unnes.ac.id/40981/1/tesis full.pdf · 2....

214
PENGEMBANGAN ASSESSMENT TES HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) PESERTA DIDIK PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS VII BERBASIS MODEL RASCH TESIS diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Oleh Resvia Subay 0106518052 PROGRAM STUDI PENELITIAN DAN EVALUASI PENDIDIKAN PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG TAHUN 2020

Transcript of PENGEMBANGAN ASSESSMENT TES HIGHER ORDER THINKING …lib.unnes.ac.id/40981/1/tesis full.pdf · 2....

  • PENGEMBANGAN ASSESSMENT TES HIGHER ORDER

    THINKING SKILLS (HOTS) PESERTA DIDIK PADA

    PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS VII

    BERBASIS MODEL RASCH

    TESIS

    diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Magister Pendidikan

    Oleh

    Resvia Subay

    0106518052

    PROGRAM STUDI PENELITIAN DAN EVALUASI PENDIDIKAN

    PASCASARJANA

    UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

    TAHUN 2020

  • iv

    MOTO DAN PERSEMBAHAN

    Moto :

    “Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi

    maka Kualitas Pendidikan Akan Meningkat”

    Persembahan :

    Penulis mempersembahkan karya tesis ini kepada :

    1. Almamater Pascasarjana Universitas Negeri Semarang 2. Keluarga Tercinta

  • v

    PRAKATA

    Puji dan syukur kehadirat Allah Bapa yang Maha Kuasa, karena atas segala

    rahmat dan kasih-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis yang berjudul

    “Pengembangan Assessment Tes Higher Order Thinking Skills (HOTS) Peserta

    Didik pada Pembelajaran Matematika Kelas VII Berbasis Model Rasch”. Tesis ini

    disusun sebagai salah satu persyaratan meraih gelar Magister Pendidikan pada

    Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Pascasarjana Universitas Negeri

    Semarang.

    Penelitian ini terselesaikan berkat bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,

    peneliti mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada

    pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian ini. Ucapan terima

    kasih pertama peneliti sampaikan kepada Pembimbing : Prof. Dr. Kartono, M.Si

    (Pembimbing I) dan Dr. Sulhadi, M.Si (Pembimbing II) yang telah mendampingi

    dengan memberikan arahan dan masukan dalam penyusunan tesis.

    Ucapan terima kasih peneliti sampaikan juga kepada semua pihak yang telah

    membantu selama proses penyelesaian studi, diantaranya:

    1. Direksi Pascasarjana UNNES, yang telah memberikan kesempatan serta arahan

    selama pendidikan, penelitian, dan penulisan tesis.

    2. Kordinator Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan.

    3. Bapak dan Ibu dosen Pascasarjana UNNES, yang telah memberikan bimbingan

    dan ilmu kepada peneliti selama menempuh pendidikan.

  • vi

    4. Kepala Sekolah dan Guru SMP PL Domenico Savio Semarang yang telah

    memberikan ijin penelitian dan membantu jalannya proses pengambilan data

    penelitian.

    5. Keluarga tercinta atas cinta dan kasih sayang, bantuan dan doa yang selalu

    mengiringi peneliti dalam menyelesaikan pendidikan.

    Peneliti menyadari bahwa pada penulisan tesis ini masih terdapat kekurangan

    baik isi maupun tulisan. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang

    bersifat membangun sangat diharapkan. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat dan

    memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

    Semarang, 27 Agustus 2020

    Resvia Subay

  • vii

    ABSTRAK

    Subay, Resvia. 2020. “Pengembangan Assessment Tes Higher Order Thinking

    Skills (HOTS) Peserta Didik pada Pembelajaran Matematika Kelas VII

    Berbasis Model Rasch”.Tesis. Program Studi Penelitian dan Evaluasi

    Pendidikan. Pascasarjana. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Prof.

    Dr. Kartono, M.Si., Pembimbing II Dr. Sulhadi, M.Si.

    Kata Kunci : Assessment Tes, HOTS, Matematika, Rasch

    Penekanan kurikulum 2013 yaitu kemampuan berpikir tingkat tinggi namun

    kesediaan soal HOTS pada buku pelajaran matematika memiliki persentase rendah.

    Berdasarkan hasil survey TIMSS menyebutkan bahwa salah satu faktor penyebab

    kemampuan berpikir anak Indonesia secara ilmiah masih rendah dikarenakan

    kurang terlatih dalam menyelesaikan soal-soal HOTS. Sementara assessment tes

    yang didesain khusus untuk melatih HOTS peserta didik belum tersedia dan

    kurangnya kemampuan guru dalam mengembangkan assessment tes HOTS.

    Penelitian ini bertujuan menghasilkan assessment tes HOTS peserta didik

    pada pembelajaran matematika kelas VII yang valid dan memiliki karakteristik

    yang baik. Assessment tes yang dikembangkan dianalisis validitas internal

    menggunakan Aiken, Reliabilitas menggunakan Ebel, dan analisis menggunakan

    model Rasch untuk mengetahui validitas eksternal, fungsi informasi, tingkat

    kesukaran, estimasi kesalahan pengukuran, dan estimasi parameter kemampuan.

    Penelitian ini menggunakan desain penelitian pengembangan yang

    dikemukakan oleh Djemari Mardapi (2016), kemudian dimodifikasi menjadi 11

    langkah dengan menambahkan analisis kebutuhan dan uji one to one. Assessment

    tes ditelaah oleh 3 ahli, uji one to one diikuti 10 responden, uji coba tes diikuti 39

    responden, dan tes diikuti 153 responden. Pengumpulan data dilakukan

    menggunakan teknik wawancara, kuisioner, dan pemberian soal tes sehingga data

    yang dianalisis adalah data kualitatif dan kuantitatif.

    Pengembangan assessment tes HOTS peserta didik menghasilkan soal

    matematika berbentuk soal uraian. Hasil uji validitas internal memiliki nilai

    masing-masing ≥ 0,67, menunjukkan assessment tes layak digunakan untuk mengukur HOTS peserta didik pada pembelajaran matematika kelas VII.

    Reliabilitas antar rater memiliki nilai 0,96 menunjukkan para ahli sepakat bahwa

    assessment tes yang dikembangkan dapat dipercaya jika digunakan untuk

    mengukur HOTS peserta didik.

    Uji one to one terhadap 10 butir soal menunjukkan tingkat keterbacaan

    assessment sebesar 87%, dengan mempertimbangkan waktu pengerjaan maka

  • viii

    digunakan 8 butir soal untuk uji coba tes dan tes. Analisis menggunakan model

    Rasch pada data uji coba tes dan tes.

    Pada uji coba tes, asumsi unidimensi terpenuhi, validitas eksternal

    menunjukkan 8 butir soal memenuhi kriteria. Reliabilitas dianalisis dengan

    mengamati grafik informasi, dimana puncak grafik mendekati nilai 0 nilai item

    reliability 0,95 dan person reliability 0,61, Separation item 6 dan separation respon

    2. Soal tes 75% berada pada kriteria sulit dan nilai mean SE yaitu 0,13. Terdapat 1

    responden yang tidak sesuai dan 72% responden pada kriteria sedang.

    Pada tahap tes, uji asumsi unidimensi terpenuhi, 8 butir soal memenuhi

    kriteria. Puncak grafik mendekati nilai 0, nilai item reliability 0,97 dan person

    reliability 0,65. Separation item 8, dan separation respon 2, soal tes 50% berada

    pada kriteria sulit, dan nilai mean SE yaitu 0,07. Terdapat 5 responden tidak sesuai

    dan 69% responden pada kriteria sedang.

    Assessment tes yang dikembangkan dapat digunakan oleh guru untuk menilai

    dan melatih kemampuan HOTS peserta didik pada pembelajaran matematika kelas

    VII, dapat juga dijadikan tambahan bank soal dan buku panduan yang dapat

    digunakan untuk mengembangkan assessment tes HOTS.

  • ix

    ABSTRACT

    Subay, Resvia. 2020. “The Development of Higher Order Thinking Skills (HOTS)

    Test Assessment of Learners in Mathematics Learning of Seventh Graders

    Based on Rasch Model.” Thesis. Journal of Education Evaluation and

    Research Postgraduate School. Universitas Negeri Semarang. Advisor I Prof.

    Dr. Kartono, M.Si., Advisor II Dr. Sulhadi, M.Si.

    Keywords: Test Assessment, HOTS, Mathematics, Rasch

    The emphasis of the 2013 curriculum is high order thinking skills. However,

    the provision of HOTS questions in mathematics books still has low percentages.

    Based on the survey results of TIMSS, one of the influential factors of more

    inadequate scientific thinking skills of Indonesia's learners was having less training

    to complete HOTS questions. On the other hand, the test's design had the purpose

    to train learners’ HOTS is not available. The teacher skills to develop HOTS test

    assessments are also low.

    This research aims to create a valid HOTS test assessment with excellent

    characteristics for seventh graders in learning mathematics. The current developed

    assessment was analyzed in terms of its internal validity by using Aiken. The

    reliability was examined by using Ebel. The analysis was done using a Model to

    find out the external validity, levels of difficulties, information function,

    measurement, and estimated parameters of the skills.

    This research used a research and development study, as proposed by Djemari

    Mardapi (2016). It was then modified into 11 stages by adding the analysis of the

    necessity and one to one test. Three experts reviewed the test assessment. Ten

    respondents followed the one to one test. On the other hand, thirty-nine respondents

    followed the trial run test. Then, the test was followed by 135 respondents. The data

    collections were done by interview technique, questionnaire, and test question

    provision. Thus, the analyzed data were qualitative and quantitative.

    The HOTS test assessment development for the learners resulted in essay-

    typed mathematics questions. The internal validity had each score ≥ 0,67. It showed that the test was reliable to apply to measure the HOTS of the learners in

    learning mathematics in seventh grade. The inter-rater reliability had a score of 0.9.

    It showed that the experts agreed that the developed assessment could be trusted to

    measure the learners’ HOTS.

    The one to one test of 10 question items showed the assessment readability

    with a percentage of 87%. By considering the time allotment, then 8 question items

    were tested in the trial run stage. The analysis used the Rasch model on the trial run

    test data and test.

  • x

    In trial run test data, the unidimensional assumption was met. The external

    validity showed 8 question items met the criteria. The reliability was analyzed by

    observing the information graphic in which the peak of the graphic reached the

    score 0, item reliability score was 0.95, and person reliability score 0.61, separation

    item score 6, and separation response score 2. 75% of test questions were at

    categorized difficult, and the score of mean SE was 0.13. A respondent was found

    not consistent, while 60% were categorized as a moderate criterion.

    In the test stage, the unidimensional assumption test was met. 8 question items

    met the criteria. The graphic peak reaches 0, the reliability item score 0.97, and the

    Pearson reliability score 0.65. The separation item score was 8, and the separation

    response score was 2. They showed that 50% of the test questions were in the

    difficult category. Then the SE mean score is 0.07. Five respondents were found

    not in line, while 60% were categorized as a moderate criterion.

    The developed test assessment could be used by teachers to assess HOTS of

    the learners during learning mathematics in the seventh grade. It could also be used

    as complementary for their question bank and products such as textbook as their

    references to develop HOTS test assessment.

  • xi

    DAFTAR ISI

    Halaman

    PENGESAHAN UJIAN TESIS ...................................................................... ii

    PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................................... iii

    MOTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv

    PRAKATA ...................................................................................................... v

    ABSTRAK ...................................................................................................... vii

    ABSTRACT .................................................................................................... ix

    DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

    DAFTAR TABEL ........................................................................................... xv

    DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xviii

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1

    1.2 Identifikasi Masalah .................................................................................. 11

    1.3 Cakupan Masalah ...................................................................................... 11

    1.4 Rumusan Masalah ..................................................................................... 12

    1.5 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 13

    1.6 Manfaat Penelitian .................................................................................... 14

    1.6.1 Manfaat Teoritis ........................................................................... 14

    1.6.2 Manfaat Praktis ............................................................................ 15

    1.7 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan .................................................. 15

    1.8 Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan ................................................ 16

    BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORITIS, DAN KERANGKA

    BERPIKIR

    2.1 Kajian Pustaka ........................................................................................... 18

    2.2 Kerangka Teoritis ...................................................................................... 27

    2.2.1 Instrumen Assessment .................................................................. 28

    2.2.1.1 Tes .................................................................................... 30

    2.2.1.2 Tes Essay .......................................................................... 32

  • xii

    2.2.2 Rubrik Penilaian ........................................................................... 36

    2.2.3 Higher Order Thinking Skills (HOTS) ......................................... 41

    2.2.3.1 Dimensi Proses Berpikir Tingkat Tinggi .......................... 45

    2.2.3.2 Dimensi Pengetahuan Tingkat Tinggi .............................. 53

    2.2.4 Tinjauan Materi pada Mata Pelajaran Matematika Kelas VII ...... 56

    2.2.5 Analisis Model Rasch ................................................................... 57

    2.2.5.1 Validitas ............................................................................ 58

    2.2.5.2 Reliabilitas ........................................................................ 65

    2.2.5.3 Uji Asumsi Unidimensi .................................................... 66

    2.2.5.4 Kaliberasi .......................................................................... 70

    2.2.6 Model Penskoran .......................................................................... 80

    2.2.7 Model Pengembangan .................................................................. 84

    2.3 Kerangka Berpikir ..................................................................................... 87

    BAB III METODE PENELITIAN

    3.1 Desain Penelitian ....................................................................................... 91

    3.2 Prosedur Penelitian .................................................................................... 91

    3.2.1 Melakukan Analisis Kebutuhan ................................................... 92

    3.2.2 Menyusun Spesifikasi Tes ............................................................ 92

    3.2.2.1 Menentukan Tujuan Tes ................................................... 93

    3.2.2.2 Menyusun Kisi-kisi .......................................................... 93

    3.2.2.3 Menentukan Bentuk Tes ................................................... 93

    3.2.2.4 Menentukan Panjang Tes ................................................. 94

    3.2.3 Menulis Soal Tes .......................................................................... 94

    3.2.4 Menelaah Soal Tes dan Memperbaiki Soal Tes ........................... 95

    3.2.5 Uji One To One ............................................................................ 95

    3.2.6 Melakukan Uji Coba Tes .............................................................. 96

    3.2.7 Menganalisis Butir Tes ................................................................. 96

    3.2.8 Memperbaiki Tes .......................................................................... 96

    3.2.9 Merakit Tes .................................................................................. 97

    3.2.10 Melaksanakan Tes ........................................................................ 97

    3.2.11 Menafsirkan Hasil Tes ................................................................. 98

  • xiii

    3.3 Sumber Data atau Subjek Penelitian ......................................................... 98

    3.4 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ................................................ 99

    3.5 Uji Validitas, Reliabilitas dan Kaliberasi .................................................. 100

    3.5.1 Uji Validitas ................................................................................. 100

    3.5.1.1 Uji Validitas Internal ........................................................ 100

    3.5.1.2 Uji Validitas Eksternal ..................................................... 101

    3.5.2 Reliabilitas Internal ...................................................................... 101

    3.5.3 Uji Asumsi Unidimensi ................................................................ 102

    3.5.4 Kaliberasi ..................................................................................... 102

    3.5.4.1 Nilai Fungsi Informasi ...................................................... 103

    3.5.4.2 Tingkat Kesulitan Butir .................................................... 103

    3.5.4.3 Estimasi Kesalahan Pengukuran ...................................... 104

    3.5.4.4 Estimasi Parameter Kemampuan ...................................... 104

    3.6 Teknik Analisis Data ................................................................................. 105

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Bentuk Pengembangan Assessment Tes HOTS Peserta Didik Pada

    Pembelajaran Matematika Kelas VII ......................................................... 107

    4.2 Analisis Kebutuhan ................................................................................... 107

    4.3 Menyusun Spesifikasi Tes ........................................................................ 108

    4.4 Menentukan Bentuk Tes ........................................................................... 110

    4.5 Menentukan Panjang Tes .......................................................................... 111

    4.6 Menulis Soal Tes ....................................................................................... 111

    4.7 Menelaah Soal Tes .................................................................................... 111

    4.7.1 Validitas Internal .......................................................................... 115

    4.7.2 Reliabilitas ................................................................................... 116

    4.8 Uji One To One ......................................................................................... 118

    4.9 Uji Coba Tes ............................................................................................. 129

    4.9.1 Uji Asumsi Unidimensi ................................................................ 129

    4.9.2 Validitas Ekstenal ......................................................................... 131

    4.9.3 Kaliberasi ..................................................................................... 132

    4.9.3.1 Nilai Fungsi Informasi ...................................................... 132

  • xiv

    4.9.3.2 Tingkat Kesulitan Butir .................................................... 135

    4.9.3.3 Estimasi Kesalahan Pengukuran ...................................... 137

    4.9.3.4 Estimasi Parameter Kemampuan ...................................... 138

    4.10 Tes .......................................................................................................... 143

    4.10.1 Uji Asumsi Unidimensi ............................................................. 143

    4.10.2 Validitas Eksternal ..................................................................... 145

    4.10.3 Kaliberasi ................................................................................... 147

    4.10.3.1 Nilai Fungsi Informasi ............................................ 147

    4.10.3.2 Tingkat Kesulitan Butir ........................................... 149

    4.10.3.3 Estimasi Kesalahan Pengukuran ............................. 152

    4.10.3.4 Estimasi Parameter Kemampuan ............................ 153

    4.11 Menafsirkan Hasil Tes ........................................................................... 158

    BAB V PENUTUP

    5.1 Simpulan ................................................................................................... 159

    5.2 Saran .......................................................................................................... 163

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 164

  • xv

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 2.1 Contoh Pedoman Penskoran ........................................................... 40

    Tabel 2.2 Dimensi Proses Kognitif dan Dimensi Kategori Pengetahuan ........ 44

    Tabel 2.3 Dimensi Proses Berpikir dalam Pembelajaran ................................. 45

    Tabel 2.4 Rincian Taksonomi .......................................................................... 46

    Tabel 2.5 Kriteria Validitas Aiken ................................................................... 63

    Tabel 2.6 Kriteria Reliabiltas Antar Rater ....................................................... 66

    Tebel 3.1 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ....................................... 100

    Tabel 4.1 Data Validator .................................................................................. 111

    Tabel 4.2 Contoh Perbaikan Indikator Soal ..................................................... 112

    Tabel 4.3 Perbaikan Butir Soal Nomor 1 ......................................................... 113

    Tabel 4.4 Perbaikan Butir Soal Nomor 2 ........................................................ 113

    Tabel 4.5 Perbaikan Butir Soal Nomor 3 ........................................................ 114

    Tabel 4.6 Perbaikan Butir Soal Nomor 7 ........................................................ 114

    Tabel 4.7 Perbaikan Butir Soal Nomor 10 ...................................................... 115

    Tabel 4.8 Uji Two Way Anova ........................................................................ 117

    Tabel 4.9 Saran Validator ................................................................................ 118

    Tabel 4.10 Hasil Penilaian Keterbacaan Assessment Tes ................................. 120

    Tabel 4.11 Revisi Butir Soal Nomor 3 ............................................................... 124

    Tabel 4.12 Revisi Butir Soal Nomor 4 ............................................................... 125

    Tabel 4.13 Revisi Butir Soal Nomor 7 ............................................................... 126

    Tabel 4.14 Revisi Butir Soal Nomor 8 ............................................................... 127

    Tabel 4.15 Revisi Butir Soal Nomor 9 ............................................................... 127

    Tabel 4.16 Panjang Tes pada Uji One To One................................................... 128

    Tabel 4.17 Standar Residual Varians Uji Coba Tes ........................................... 130

    Tabel 4.18 Penerimaan Butir Fit ........................................................................ 131

    Tabel 4.19 Summary Statistik Uji Coba Tes ...................................................... 133

    Tabel 4.20 Kriteria Separation ........................................................................... 134

    Tabel 4.21 Tingkat Kesulitan Butir .................................................................... 135

  • xvi

    Tabel 4.22 Kriteria Tingkat Kesulitan Butir ...................................................... 136

    Tabel 4.23 Pengelompokkan Tingkat Kesulitan Butir ....................................... 136

    Tabel 4.24 Kriteria Ketelitian Butir ................................................................... 137

    Tabel 4.25 Kriteria Kemampuan Responden ..................................................... 142

    Tabel 4.26 Sebaran Abilitas Person ................................................................... 142

    Tabel 4.27 Perubahan Urutan Butir Soal ........................................................... 143

    Tabel 4.28 Standar Residual Varians Tes .......................................................... 144

    Tabel 4.29 Penerimaan Butir Fit ........................................................................ 145

    Tabel 4.30 Summary Statistik Tes ..................................................................... 148

    Tabel 4.31 Tingkat Kesulitan Butir .................................................................... 149

    Tabel 4.32 Perubahan Tingkat Kesulitan Butir .................................................. 151

    Tabel 4.33 Pengelompokan Tingkat Kesulitan Butir ......................................... 152

    Tabel 4.34 Nilai SE masing-masing Butir ......................................................... 153

    Tabel 4.35 Responden Tidak Memenuhi Kriteria Person Fit ............................ 154

    Tabel 4.36 Sebaran Abilitas Person ................................................................... 157

  • xvii

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 2.1 Kombinasi Dimensi Pengetahuan dan Dimensi Proses

    Kognitif ........................................................................................ 44

    Gambar 2.2 Grafik Fungsi Informasi pengukuran ........................................... 71

    Gambar 2.3 Pengukuran Menghasilkan Informasi yang Tinggi pada

    Individu dengan Abilitas yang Rendah ........................................ 71

    Gambar 2.4 Pengukuran Menghasilkan Informasi yang Tinggi pada

    Individu dengan Abilitas yang Tinggi ......................................... 71

    Gambar 2.5 Dua Puncak Informasi Optimal .................................................... 72

    Gambar 2.6 Kurva Karakteristik Butir untuk 1𝑝𝑖 ............................................ 76

    Gambar 2.7 Nilai Informasi Butir dan Kesalahan Standar Pengukuran

    Suatu Butir dengan Parameter 𝑎 = 2, 𝑏 = 0,5 dan 𝑐 = 0,1 ....... 78

    Gambar 2.8 Kerangka Berpikir ........................................................................ 90

    Gambar 4.1 Grafik Fungsi Informasi Uji Coba Tes ......................................... 132

    Gambar 4.2 Grafik Fungsi Informasi Tes ........................................................ 147

  • xviii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1 Kisi-Kisi dan Proporsi Butir Soal ................................................ 177

    Lampiran 2 Soal Tes HOTS dan Pedoman Penskoran.................................... 181

    Lampiran 3 Lembar Penilaian Ahli ................................................................. 193

    Lampiran 4 Hasil Analisis Telaah Ahli ........................................................... 196

    Lampiran 5 Surat Edaran Nomor B/1738/UN37/TU/2020 ............................. 197

    Lampiran 6 Kisi-kisi, Proporsi Butir, Soal tes HOTS, dan Pedoman

    Penskoran untuk Uji One To one................................................ 199

    Lampiran 7 Rekapan Pengisian Angket Keterbacaan

    Assessment Tes ........................................................................ 212

    Lampiran 8 Salah Satu Bentuk Pengisian Angket Keterbacaan

    Assessment Tes .......................................................................... 213

    Lampiran 9 Kisi-kisi, Proporsi Butir, Soal Tes dan Pedoman Penskoran

    untuk Uji Coba Tes ..................................................................... 214

    Lampiran 10 Item Fit Uji Coba Tes ................................................................ 226

    Lampiran 11 Summary Statistik Uji Coba Tes ................................................. 227

    Lampiran 12 Person Misfit Uji Coba Tes ......................................................... 228

    Lampiran 13 Scalogram Uji Coba Tes ............................................................. 229

    Lampiran 14 Person Measure Uji Coba Tes .................................................... 230

    Lampiran 15 Kisi-kisi, Proporsi Butir, Soal Tes, dan Pedoman Penskoran

    Tes untuk Tes ............................................................................. 231

    Lampiran 16 Item Fit Tes .................................................................................. 243

    Lampiran 17 Summary Statistik Tes ................................................................. 244

    Lampiran 18 Person Misfit Tes ......................................................................... 245

    Lampiran 19 Scalogram Tes ............................................................................. 247

    Lampiran 20 Person Measure Tes ...................................................................... 249

    Lampiran 21 Kisi-kisi, Proporsi Butir, Soal Tes, dan Pedoman

    Penskoran Tes .............................................................................. 252

    Lampiran 22 Surat Keterangan Penelitian ........................................................ 264

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Abad ke-21 ditandai sebagai abad keterbukaan atau abad globalisasi, artinya

    kehidupan manusia pada abad ke-21 mengalami perubahan-perubahan yang

    fundamental yang berbeda dengan tata kehidupan pada abad sebelumnya. Abad ke-

    21 adalah abad yang meminta kualitas dalam segala usaha dan hasil kerja manusia,

    yang dihasilkan oleh lembaga-lembaga yang dikelola secara profesional sehingga

    membuahkan hasil unggulan (Wijaya, E. Y., Sudjimat, D. A., & Nyoto, A. , 2016

    :263).

    Mukhadis (2013:115) dalam Wijaya, E. Y., Sudjimat, D. A., & Nyoto, A

    (2016:264) mengemukakan bahwa abad ke-21 juga dikenal dengan masa

    pengetahuan (knowledge age), dalam era ini semua alternatif upaya pemenuhan

    kebutuhan hidup dalam berbagai konteks lebih berbasis pengetahuan. Salah satunya

    yaitu upaya pemenuhan kebutuhan bidang pendidikan berbasis pengetahuan

    (knowledge based education).

    Perubahan kurikulum dalam sistem pendidikan di Indonesia dilaksanakan

    dengan tujuan menghasilkan sumber daya manusia yang produktif menghadapi

    perkembangan global diberbagai bidang maka dalam kurun waktu 17 tahun

    kurikulum pendidikan yang digunakan di Indonesia telah mengalami 4 kali

    perubahan, mulai dari diterapkannya kurikulum berbasis kompetensi pada tahun

    2004, kurikulum KTSP pada tahun 2006, kurikulum 2013 pada tahun 2013 dan

    1

  • 2

    kurikulum terbaru yaitu kurikulum nasional yang telah diperkenalkan dan mulai

    diterapkan pada tahun 2016 (Fitriani, D., Suryana, Y., & Hamdu, G., 2018:88),

    selanjutnya Mukminan (2015:3) dalam Kodriana, W., Mulyana, E. H., & Nugraha,

    A (2017:62) menjelaskan bahwa urgensi dilakukannya pengembangan kurikulum

    pendidikan di Indonesia adalah untuk menghasilkan lulusan yang memiliki:

    kemampuan berpikir tingkat tinggi, berkepribadian Indonesia, menjunjung tinggi

    budaya bangsa, memiliki kemampuan sosial budaya, dan memiliki kesadaran

    global”. Fitriani, D., Suryana, Y., & Hamdu, G (2018:88) menjelaskan juga bahwa

    salah satu karakteristik lulusan yang diharapkan terbentuk adalah kemampuan

    berpikir tingkat tinggi. Rahmah, A. N., & Muharni, L. P. J (2019:1) mengemukakan

    bahwa kurikulum 2013 menekankan pentingnya siswa memiliki keterampilan

    berpikir tingkat tinggi (HOTS), sehingga buku pada kurikulum 2013 harus memuat

    soal yang dapat melatih kemampuan HOTS.

    Menurut Lewy, L., Zulkardi, Z., & Aisyah, N (2009:15) yang merupakan

    dasar dari berpikir tingkat tinggi yaitu taksonomi Bloom. Pemikiran ini didasarkan

    bahwa beberapa jenis pembelajaran memerlukan proses kognisi yang lebih daripada

    yang lain, tetapi memiliki manfaat-manfaat lebih umum. Anderson, W. L, &

    Krathwohl, R. D (2017:6) mengemukakan bahwa taksonomi Bloom hanya

    mempunyai satu dimensi, sedangkan taksonomi revisi memiliki dua dimensi, yaitu

    proses kognitif dan pengetahuan. Dimensi proses kognitif terdiri dari enam kategori

    yaitu: mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan

    mencipta. Dimensi pengetahuan terdiri dari empat kategori yaitu faktual,

    konseptual, prosedural, dan metakognitif.

  • 3

    Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R dalam Ariyana Y., Pudjiastuti A.

    Bestary R., & Zamroni (2019:10) juga menjelaskan bahwa mengkategorikan

    HOTS yang lebih modern tidak lagi hanya melibatkan satu dimensi saja (dimensi

    proses kognitif), tetapi HOTS merupakan irisan antara tiga komponen dimensi

    proses kognitif teratas (menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta) dan tiga

    komponen dimensi pengetahuan tertinggi (konseptual, prosedural, dan

    metakognitif).

    Pada era informasi global seperti sekarang ini, semua pihak memungkinkan

    mendapatkan informasi secara melimpah, cepat, dan mudah dari berbagai sumber

    dan dari berbagai penjuru dunia. Untuk itu, manusia dituntut memiliki kemampuan

    dalam memperoleh, memilih, mengelola, dan menindaklanjuti informasi untuk

    dimanfaatkan dalam kehidupan yang dinamis, sarat tantangan, dan penuh

    kompetisi, ini semua menuntut setiap orang untuk memiliki kemampuan berpikir

    kritis, kreatif, logis, dan sistematis, kemampuan tersebut dapat dikembangkan

    melalui kegiatan pembelajaran matematika karena tujuan pembelajaran matematika

    di sekolah (Herman, T. 2007:47).

    Masalah matematika diberikan kepada siswa untuk melatih diri dalam

    menggunakan kemampuan berpikir, serta untuk mengetahui posisi tingkat berpikir

    yang dimiliki masing-masing siswa, akan tetapi pemecahan masalah matematika

    sangat dipengaruhi oleh tingkat kemampuan berpikir yang dimiliki oleh siswa.

    Kemampuan berpikir merupakan kemampuan memproses informasi secara mental

    atau kognitif yang dimulai dari tingkat rendah hingga tingkat tinggi. Setiap siswa

    diarahkan untuk memiliki kemampuan berpikir hingga tingkat tertinggi sehingga

  • 4

    berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking) merupakan tujuan akhir dalam

    meningkatkan kemampuan berpikir. Untuk itu, diperlukan informasi tingkat

    kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dimiliki oleh masing–masing siswa

    sebagai langkah awal dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir

    (Purbaningrum, K. A. 2017).

    Assessment dilakukan sebagai upaya untuk mengukur tingkat ketercapaian

    indikator pembelajaran dan mengumpulkan informasi perkembangan belajar siswa

    pada berbagai aspek. Aspek yang diukur meliputi aspek kognitif, psikomotorik, dan

    afektif yang ditunjukkan dengan adanya perubahan paradigma berpikir siswa, baik

    secara individu maupun kelompok (Astuti, W. P., Prasetyo, A. P. B., & Rahayu, E.

    S. 2012:40). Budiman, A., & Jailani, J (2014:142) mengemukakan bahwa bentuk

    instrumen assessment terdiri dari tes dan non tes. Menurut Docktor dan Heller

    (2009) dalam Amalia, N. F., & Susilaningsih, E (2014:1381) instrumen penilaian

    merupakan bagian integral dari suatu proses penilaian dalam pembelajaran.

    Penilaian berperan sebagai program penilaian proses, kemajuan belajar, dan hasil

    belajar siswa.

    Penilaian diperlukan untuk memantau proses kemajuan dan hasil belajar

    peserta didik yang berkesinambungan. Penilaian adalah proses pengumpulan dan

    pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.

    Penilaian bertujuan untuk (1) memantau dan mengevaluasi proses, kemajuan

    belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan, (2)

    menilai pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran, dan

  • 5

    (3) menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran

    tertentu (Permendikbud RI Nomor 23 Tahun 2016).

    Istiyono, E., Mardapi, D., & Suparno, S (2014:3) mengemukakan bahwa

    penilaian dapat dilakukan secara lisan ataupun tertulis. Penilaian secara tertulis

    dilakukan dengan tes tertulis. Suhaesti J., Undang R., & Ismu W (2017:59)

    berpendapat bahwa melakukan penilaian merupakan salah satu cara agar dapat

    mengetahui apakah keterampilan berpikir tingkat tinggi telah dimiliki siswa, selain

    itu penilaian yang berupa tes dapat digunakan untuk melatih kemampuan berpikir

    siswa dan memiliki pengaruh dalam menentukan keterampilan pikir siswa.

    Penelitian yang dilakukan oleh Rofiqoh, A (2014) menunjukkan bahwa: 1)

    Komposisi dimensi proses kognitif soal uji kompetensi pada pokok bahasan

    transformasi, statistika, dan peluang dalam buku siswa pelajaran matematika SMP

    kelas VII kurikulum 2013 adalah 0% mengingat (C1), 34% memahami (C2), 61%

    mengaplikasikan (C3), 5% menganalisis (C4), 0% mengevaluasi (C5), dan 0%

    mencipta (C6). 2). Komposisi dimensi pengetahuan soal uji kompetensi pada pokok

    bahasan transformasi, statistika, dan peluang dalam buku siswa pelajaran

    matematika SMP kelas VII kurikulum 2013 adalah 39% pengetahuan konseptual,

    61% pengetahuan prosedural, 0% pengetahuan faktual, dan 0% pengetahuan

    metakognitif.

    Penelitian lainnya dilakukan oleh Imanuddin, T. N. F (2015:61) memiliki

    kesimpulan bahwa buku siswa matematika SMP/MTs kelas VII kurikulum 2013

    terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) pada tahun 2014

    (Edisi Revisi) semester 1 terdiri dari 74 pertanyaan yang dapat diklasifikasikan.

  • 6

    Dari 74 pertanyaan ini, terdapat persentase pertanyaan tingkat kognitif yaitu 8,17%

    C1; 63,26% C2; 23,13% C3; 2,72% C4; 2,72% C5; dan 0% C6. Buku siswa

    matematika SMP/MTs kelas VII kurikulum 2013 terbitan Kementerian Pendidikan

    dan Kebudayaan (Kemdikbud) pada tahun 2014 (Edisi Revisi) semester 2 terdiri

    dari 35 pertanyaan yang dapat diklasifikasikan dengan persentase pertanyaan

    tingkat kognitif yaitu 5,72% C1; 28,56% C2; 37,14% C3; 17,14% C4; 8,58% C5 ;

    dan 2,86% C6.

    Rufiana, I. S (2016:21) mengatakan bahwa soal-soal yang ada pada buku

    siswa kurikulum 2013 kelas VII untuk mata pelajaran matematika sebagian besar

    adalah soal pemahaman yaitu sebanyak 68,01%, proporsi soal penyajian dan

    penafsiran (23,67%) lebih besar jika dibandingkan soal penalaran dan pembuktian

    (1,45%), persentase yang kecil pada soal bentuk penalaran dan pembuktian

    menyebabkan siswa tidak terbiasa untuk menyelesaikan soal-soal dalam bentuk ini.

    Rahmah, A. N., & Muharni, L. P. J (2019:1) melakukan Penelitian yang

    bertujuan untuk mendeskripsikan soal yang ada pada buku matematika kelas VII

    berdasarkan aspek kognitif agar mencapai kompetensi dasar dan kompetensi inti

    dimana objek penelitian adalah soal latihan pada buku matematika kelas VII

    semester I bab persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel, hasil penelitian

    diperoleh informasi bahwa persentase soal untuk masing-masing tingkat kognitif

    adalah C2 (31,70%), C3 (56,09%), C4 (12,19%), C5 (0,0%), dan C6 (0,0%)

    sehingga disarankan soal yang ada pada buku harus diperbaiki agar dapat

    meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa, sehingga tercapainya

    kompetensi dasar dan kompetensi inti. Hal tersebut diperkuat dengan hasil

  • 7

    penelitian yang dilakukan oleh Rofiqoh, A (2014), Imanuddin, T. N. F (2015:61),

    Rufiana, I. S (2016:21), dan Rahmah, A. N., & Muharni, L. P. J (2019:1) yang dapat

    disimpulkan bahwa soal yang mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi

    memiliki persentase yang sangat rendah.

    Tandilling, E (2012) menambahkan bahwa cara guru mengajukan pertanyaan

    atau memberikan latihan soal dikelas yang kurang bervariasi menyebabkan siswa

    mengalami kesulitan dalam pembelajaran matematika. Lebih lanjut Sukriadi,

    Kartono, & Wiyanto (2015:141) mengemukakan bahwa seharusnya proses belajar

    matematika merupakan proses pembelajaran yang aktif, seperti menyelidiki,

    menjustifikasi, mengeksplorasi, menggambar, mengkonstruksi, menggunakan,

    menerangkan, mengembangkan, dan membuktikan yang berlangsung dengan cara

    sosial interaktif dan reflektif.

    Budiman, A., & Jailani, J (2014:142) mengemukakan bahwa masalah yang

    dihadapi oleh guru adalah kemampuan guru dalam mengembangkan instrumen

    assessment HOTS masih kurang selain itu belum tersedianya instrumen assessment

    yang didesain khusus untuk melatih HOTS atau keterampilan berpikir tingkat tinggi

    peserta didik. Lebih lanjut diungkapkan bahwa permasalahan, yang terjadi di

    sekolah, soal-soal cenderung lebih banyak menguji aspek ingatan yang kurang

    melatih keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik, kemampuan berpikir

    anak Indonesia secara ilmiah dianggap masih rendah dilihat dari hasil survei TIMSS

    salah satu faktor penyebabnya antara lain karena peserta didik di Indonesia kurang

    terlatih dalam menyelesaikan soal-soal yang mengukur HOTS, dan masalah yang

    dihadapi oleh guru adalah kemampuan guru dalam mengembangkan instrumen

  • 8

    assessment HOTS masih kurang dan belum tersedianya instrumen assessment yang

    didesain khusus untuk melatih HOTS, sehingga perlu dikembangkan instrumen

    assessment HOTS.

    Pulungan, D. A (2014:75) menambahkan bahwa terdapat ketidaksesuaian

    antara tuntutan kompetensi matematika dengan ketersediaan alat ukurnya berupa

    instrumen tes. Guru selama ini melakukan proses penilaian hanya sebatas

    menggambarkan aspek penguasaan pembelajaran dan materi tertentu. Lebih lanjut

    Budiman, A., & Jailani, J (2014:141) menambahkan bahwa jenis pertanyaan yang

    diberikan oleh guru sangat berpengaruh terhadap perkembangan keterampilan

    berpikir siswa. Keterampilan berpikir tingkat tinggi dapat diasah dengan pertanyaan

    yang memicu peserta didik untuk berpikir analisis, evaluasi, dan kreatif.

    Pada studi pendahuluan yang telah dilakukan melalui wawancara kepada dua

    orang guru matematika kelas VII SMP PL Domenico Savio Semarang, informasi

    yang diperoleh, yaitu soal-soal latihan yang diberikan kepada siswa bersumber dari

    buku matematika utama yaitu buku matematika kelas VII kurikulum 2013 revisi

    2016, yang dikeluarkan oleh Kemendikbud, berdasarkan informasi yang diperoleh

    yaitu terdapat beberapa kekurangan pada buku tersebut salah satunya yaitu terdapat

    kesalahan-kesalahan pada soal, sehingga guru matematika menambahkan sumber

    lainnya untuk memberikan soal latihan kepada siswa, dengan menggunakan buku

    matematika penerbit Kanisius dan menggunakan kumpulan-kumpulan soal yang

    dimiliki oleh guru. Sementara untuk sumber lain yang khusus berisi soal-soal

    HOTS, tidak dimiliki oleh guru ataupun sekolah. Informasi lain yang diperoleh

    yaitu guru sebenarnya telah mendapat informasi tentang gambaran soal HOTS,

  • 9

    akan tetapi belum pernah mengikuti pelatihan terkait pembuatan soal HOTS, selain

    itu belum memiliki panduan pembuatan soal HOTS.

    Kemampuan berpikir tingkat tinggi pada mata pelajaran matematika memiliki

    peranan yang sangat penting bagi kehidupan para siswa dalam menghadapi abad -

    21, untuk mengetahui apakah siswa memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi

    diperlukan assessment untuk mengetahuinya, assessment yang telah diuraikan

    sebelumnya salah satunya dapat berupa tes. Retnawati H (2005) dalam Safaruddin,

    S., Anisa, A., & Saleh, A. F (2018:39) berpendapat bahwa tes merupakan salah

    satu cara paling mudah dan murah yang bisa dilakukan untuk memotret kemajuan

    belajar peserta tes dalam ranah kognitif. Oleh karena itu, keberadaan perangkat tes

    yang berkualitas merupakan suatu keniscayaan sehingga kemampuan kognitif

    peserta tes dapat diungkapkan.

    Wirda, M. A., Berutu, N., Rahmad, R., & Rohani, R (2017:103) mengemukan

    bahwa dari bentuk-bentuk tes terdapat suatu jenis tes yang telah distandarisasi yaitu

    jenis tes telah diuji validitas dan reliabilitas nya secara ketat serta telah diuji

    kelayakan penggunaannya secara praktis. Selain itu Puspendik Balitbang

    Depdiknas (2007) dalam Wardhani, D. F., & Putra, A. P (2016:76) mengemukakan

    bahwa tes standar adalah tes dimana soal-soalnya telah melalui proses analisis baik

    secara kualitatif maupun kuantitatif. Nisrokha (2020:21) manambahkan bahwa tes

    standar memenuhi syarat sebagai tes yang baik yaitu syarat validitas, reliabilitas,

    dan objektivitas, tes standar juga dapat digunakan pada waktu yang relatif lama dan

    dapat diterapkan pada beberapa obyek mencakup wilayah yang luas, disamping itu

    tes standar telah diklasifikasikan sesuai dengan tingkat usia dan kelasnya.

  • 10

    Retnawati, H (2011) mengemukakan bahwa pada pelaksanaan tes berbentuk

    uraian, penskoran umumnya dilakukan secara parsial berdasarkan langkah-langkah

    yang harus ditempuh untuk menjawab benar suatu butir soal. Penskoran dilakukan

    dengan perlangkah dan skor perbutir diperoleh peserta didapati dengan menjumlah

    skor siswa tiap langkah, dan kemampuan diestimasi dengan skor mentah. Akan

    tetapi model penskoran seperti tersebut belum tentu tepat, karena tingkat kesulitan

    tiap langkah tidak diperhitungkan, sehingga perlu pendekatan alternatif dan

    pendekatan alternatif yang dapat digunakan yaitu pendekatan teori respons butir

    untuk penskoran politomus. Sarjono, S (2015:114) mengemukakan bahwa

    Penskoran PCM merupakan salah satu model penskoran politomus, dengan

    menghasilkan jumlah kategori lebih dari dua dan setiap item dapat memiliki jumlah

    kategori respon yang berbeda-beda.

    Berdasarkan uraian di atas, maka assesment tes HOTS untuk menilai

    keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik pada mata pelajaran matematika

    kelas VII yang telah terstandar perlu dikembangkan. Meskipun telah tersedia soal

    HOTS pada buku siswa yang disediakan oleh pemerintah untuk menguji

    keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik, namun jumlah soal HOTS

    memiliki persentase yang rendah dan kurang proporsional jika melihat tuntutan

    kurikulum 2013 yang menuntut peserta didik untuk berpikir tingkat tinggi.

    Sehingga pada penelitian ini akan dikembangkan assessment tes HOTS peserta

    didik pada pembelajaran matematika kelas VII berbasis model Rasch, dengan

    dikembangkannya assessment tes HOTS peserta didik pada pembelajaran

    matematika kelas VII berbasis model Rasch harapannya dapat menambah jumlah

  • 11

    bank soal yang dapat digunakan untuk menilai dan melatih HOTS peserta didik

    pada pembelajaran matematika kelas VII dan buku panduan yang dihasilkan dapat

    dijadikan patokan oleh guru untuk menyusun soal-soal HOTS.

    1.2 Identifikasi Masalah

    1. Penekanan kurikulum 2013 sendiri adalah kemampuan berpikir tingkat tinggi

    akan tetapi persentase soal kemampuan berpikir tingkat tinggi yang tersedia pada

    buku matematika memiliki persentase yang rendah.

    2. Kemampuan berpikir anak Indonesia secara ilmiah dianggap masih rendah

    ditunjukkan dengan hasil survei TIMSS, dimana salah satu faktor penyebabnya

    yaitu peserta didik di Indonesia kurang terlatih dalam menyelesaikan soal-soal

    yang mengukur HOTS.

    3. Belum tersedianya assessment tes yang didesain khusus untuk melatih HOTS

    peserta didik.

    4. Kemampuan guru dalam mengembangkan instrumen assessment tes HOTS

    masih kurang.

    1.3 Cakupan Masalah

    Assessment tes matematika yang dikembangkan pada penelitian ini

    diperuntukkan kepada peserta didik kelas VII pada mata pelajaran matematika

    dengan memuat materi yang terdapat pada semester ganjil, dimana assessment tes

    yang dikembangkan dengan melihat KD yang sesuai dengan kriteria HOTS.

  • 12

    Assessment tes yang dikembangkan dianalisis validitas internal dan

    reliabilitas berdasarkan penilaian yang diberikan oleh expert judgment, pada uji one

    to one dianalisis keterbacaan instrumen assessment tes dan estimasi waktu

    pengerjaan assessment tes HOTS yang dikembangkan, sementara data yang

    diperoleh pada saat uji coba tes dan tes akan dianalisis validitas eksternal, nilai

    fungsi informasi, tingkat kesulitan, estimasi kesalahan pengukuran, dan estimasi

    parameter kemampuan menggunakan model Rasch.

    Adapun hasil penelitian ini berupa assessment tes HOTS peserta didik pada

    pembelajaran matematika kelas VII yang memenuhi karakteristik penelitian.

    Produk yang dihasilkan pada penelitian ini, berupa assessment tes HOTS peserta

    didik pada pembelajaran matematika kelas VII berbasis model Rasch yang

    terangkum pada buku panduan yang terdiri atas kisi-kisi assessment tes, proporsi

    butir tes, soal tes, dan pedoman penskoran.

    1.4 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka rumusan masalah

    pada penelitian ini yaitu:

    1. Bagaimana validitas assessment tes Higher Order Thinking Skilss (HOTS)

    peserta didik pada pembelajaran matematika kelas VII berbasis model Rasch

    yang dikembangkan?

    2. Bagaimana reliabilitas assessment tes Higher Order Thinking Skilss (HOTS)

    peserta didik pada pembelajaran matematika kelas VII berbasis model Rasch

    yang dikembangkan?

  • 13

    3. Bagaimana nilai fungsi informasi assessment tes Higher Order Thinking Skilss

    (HOTS) peserta didik pada pembelajaran matematika kelas VII berbasis model

    Rasch yang dikembangkan?

    4. Bagaimana tingkat kesulitan assessment tes Higher Order Thinking Skilss

    (HOTS) peserta didik pada pembelajaran matematika kelas VII berbasis model

    Rasch yang dikembangkan?

    5. Bagaimana estimasi kesalahan pengukuran assessment tes Higher Order

    Thinking Skilss (HOTS) peserta didik pada pembelajaran matematika kelas VII

    berbasis model Rasch yang dikembangkan?

    6. Bagaimana estimasi parameter kemampuan berdasarkan assessment tes Higher

    Order Thinking Skilss (HOTS) peserta didik pada pembelajaran matematika

    kelas VII berbasis model Rasch yang dikembangkan?

    1.5 Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian sebagai berikut:

    1. Menganalisis validitas assessment tes Higher Order Thinking Skilss (HOTS)

    peserta didik pada pembelajaran matematika kelas VII berbasis model Rasch

    yang dikembangkan.

    2. Menganalisis reliabilitas assessment tes Higher Order Thinking Skilss (HOTS)

    peserta didik pada pembelajaran matematika kelas VII berbasis model Rasch

    yang dikembangkan.

  • 14

    3. Menganalisis nilai fungsi informasi assessment tes Higher Order Thinking

    Skilss (HOTS) peserta didik pada pembelajaran matematika kelas VII berbasis

    model Rasch yang dikembangkan.

    4. Menganalisis tingkat kesulitan assessment tes Higher Order Thinking Skilss

    (HOTS) peserta didik pada pembelajaran matematika kelas VII berbasis model

    Rasch yang dikembangkan.

    5. Menganalisis estimasi kesalahan pengukuran assessment tes Higher Order

    Thinking Skilss (HOTS) peserta didik pada pembelajaran matematika kelas VII

    berbasis model Rasch yang dikembangkan.

    6. Menganalisis estimasi parameter kemampuan berdasarkan assessment tes

    Higher Order Thinking Skilss (HOTS) peserta didik pada pembelajaran

    matematika kelas VII berbasis model Rasch yang dikembangkan.

    1.6 Manfaat Penelitian

    Penelitian yang dilakukan harapannya dapat memberikan manfaat kepada

    dunia pendidikan baik manfaat secara teoritis maupun manfaat praktis. Adapun

    manfaat teoritis dan manfaat praktis dari penelitian ini sebagai berikut.

    1.6.1 Manfaat Teoritis

    Penelitian yang dilakukan memberikan manfaat teoritis berbentuk tesis yang

    berisi tentang pengembangan assessment tes Higher Order Thinking Skills (HOTS)

    berbentuk soal uraian yang dapat menilai Higher Order Thinking Skilss (HOTS)

  • 15

    peserta didik pada pembelajaran matematika kelas VII di semester ganjil berbasis

    model Rasch.

    1.6.2 Manfaat Praktis

    Manfaat praktis dari penelitian yang dilakukan yaitu:

    1. Assessment tes yang dikembangkan dapat digunakan untuk menilai kemampuan

    Higher Order Thinking Skilss (HOTS) peserta didik pada pembelajaran

    matematika kelas VII.

    2. Assessmen tes Higher Order Thinking Skilss (HOTS) peserta didik pada

    pembelajaran matematika kelas VII yang dikembangkan dapat menjadi

    tambahan bank soal disekolah untuk melatih keterampilan berpikir tingkat

    tinggi.

    3. Assessment tes Higher Order Thinking Skilss (HOTS) peserta didik pada

    pembelajaran matematika kelas VII yang dikembangkan dapat dijadikan sebagai

    panduan oleh guru mengembangkan instrumen assessment tes pada materi lain.

    1.7 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

    Produk yang dikembangkan pada penelitian ini berupa assessment tes Higher

    Order Thinking Skilss (HOTS) peserta didik pada pembelajaran matematika kelas

    VII berbentuk soal uraian yang dianalisis menggunakan model Rasch. Assesment

    tes Higher Order Thinking Skilss (HOTS) yang dikembangkan mengacu pada

    taksonomi Bloom domain proses kognitif dan domain pengetahuan. Domain proses

    kognitif terdiri dari menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta, sementara domain

  • 16

    pengetahuan terdiri dari konseptual, prosedural, dan metakognitif. Assessment tes

    yang dikembangkan berdasarkan KD yang memenuhi kriteria HOTS pada mata

    pelajaran matematika kelas VII dengan materi yang termuat pada semester ganjil.

    Produk yang dihasilkan pada penelitian ini berbentuk buku panduan.

    1.8 Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan

    Asumsi pada penelitian ini yaitu melalui pengembangan assessment tes

    Higher Order Thinking Skilss (HOTS) peserta didik pada pembelajaran matematika

    kelas VII berbasis model Rasch yang dikembangkan, guru dapat

    mengimplementasikan assessment tes yang dikembangkan kepada peserta didik

    untuk menilai dan melatih kemampuan Higher Order Thinking Skilss (HOTS)

    peserta didik pada pembelajaran matematika kelas VII. Adapun tahap-tahap

    penyusunan instrumen assessment tes Higher Order Thinking Skilss (HOTS)

    peserta didik pada pembelajaran matematika kelas VII menggunakan model

    pengembangan Djemari Mardapi (2016:95-113) yang dimodifikasi. Analisis data

    pada penelitian menggunakan model Rasch. Harapannya assesment tes matematika

    kelas VII berdasarkan Higher Order Thinking Skilss (HOTS) yang dikembangkan

    dapat dijadikan acuan oleh guru untuk mengembangkan instrumen assessment tes

    Higher Order Thinking Skilss (HOTS) pada materi lainnya.

    Pengembangan assessment tes Higher Order Thinking Skilss (HOTS) peserta

    didik pada pembelajaran matematika kelas VII yang dikembangkan memiliki

    keterbatasan pada produk yang dihasilkan, yaitu :

  • 17

    1. Assessment tes Higher Order Thinking Skilss (HOTS) peserta didik pada

    pembelajaran matematika kelas VII yang dikembangkan diperuntukkan kepada

    peserta didik kelas VII pada semester ganjil.

    2. Aassessment tes Higher Order Thinking Skilss (HOTS) peserta didik pada

    pembelajaran matematika yang dikembangkan berbentuk soal uraian.

    3. Uji one to one, uji coba tes dan tes dilaksanakan pada satu sekolah.

    4. Uji coba dibatasi pada uji one to one, uji coba tes dan tes.

  • 18

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORITIS, DAN KERANGKA

    BERPIKIR

    2.1 Kajian Pustaka

    Penelitian dan pengembangan bertujuan untuk menghasilkan sebuah produk

    baru atau menyempurnakan produk yang sudah ada yang dapat dipertanggung

    jawabkan. Produk yang dihasilkan tidak harus berbentuk benda perangkat keras

    (hardware) namun juga dapat berupa benda yang tidak kasat mata atau perangkat.

    Produk yang dihasilkan pada dunia pendidikan dapat berupa model pembelajaran,

    multimedia pembelajaran atau perangkat pembelajaran, seperti RPP, buku, LKS,

    soal-soal dan lain-lain atau bisa juga penerapan teori pembelajaran dengan

    menggabungkan pengembangan perangkat pembelajaran (Munawaroh, I. 2015:1-

    2).

    Beberapa penelitian pengembangan pada bidang matematika yang berkaitan

    dengan Higher Order Thinking Skilss (HOTS) telah dilakukan sebelumnya pada

    bidang pendidikan diantaranya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Anisah, A., &

    Lastuti, S (2018) melakukan penelitian dengan mengembangkan bahan ajar

    berbasis Higher Order Thinking Skilss (HOTS) untuk meningkatkan kemampuan

    pemecahan masalah matematis mahasiswa semester II prodi PGSD yang

    mengambil matakuliah matematika, menggunakan prosedur ADDIE. Tujuan dari

    pengembangan yang dilakukan yaitu, untuk menghasilkan bahan ajar matematika

    berbasis higher order thinking bagi mahasiswa semester II prodi PGSD pada mata

    18

  • 19

    kuliah matematika I yang memenuhi kriteria valid dan efektif. Bahan ajar yang

    dimaksud berupa materi ajar (modul) berbasis higher order thinking serta soal

    evaluasi untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis mahasiswa.

    Ahmad, S., Prahmana, R. C. I., Kenedi, A. K., Helsa, Y., Arianil, Y., & Zainil,

    M (2017:1) melakukan penelitian yang bertujuan mengembangkan instrumen

    standar untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) siswa PGSD

    pada pembelajaran Matematika. Metode penelitian yang digunakan adalah

    penelitian pengembangan terdiri dari delapan langkah. Instrumen yang digunakan

    pada penelitian ini yaitu lembar validasi, observasi pelaksanaan, dan kuesioner.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa instrumen tersebut valid dan layak

    berdasarkan telaah oleh pakar lebih lanjut soal essay yang diuji pada siswa PGSD

    memberi informasi bahwa 60% siswa PGSD memiliki keterampilan berpikir

    dengan kategorisasi rendah.

    Widana, I. W., Parwata, I. M. Y., Parmithi, N. N., Jayantika, I. G. A. T.,

    Sukendra, K., & Sumandya, I. W (2018) melakukan penelitian tentang penilaian

    keterampilan berpikir tingkat tinggi terhadap pemikiran kritis pada pelajaran

    matematika, penilaian yang dilakukan bertujuan menganalisis efektifitas berpikir

    tingkat tinggi penilaian keterampilan (HOTS) terhadap keterampilan berpikir kritis

    siswa SMA pada pelajaran matematika. Subjek pada penelitian yang dilakukan

    yaitu siswa kelas XII-IPA, SMA Negeri 8 Denpasar, tahun akademik 2017/2018.

    Pemilihan sampel menggunakan teknik random sampling dimana dua kelas yang

    dipilih secara acak XII MIPA-4 dipilih 38 siswa sebagai kelas eksperimen diberikan

    perlakuan dalam bentuk pembelajaran menggunakan Higher Order Thinking Skilss

  • 20

    (HOTS) dan XII MIPA-6 sebagai kontrol 37 siswa diberi pembelajaran

    menggunakan penilaian LOTS. Desain penelitian yang digunakan adalah post-test

    only control group design. Data dianalisis menggunakan ANOVA satu arah atau

    sering disebut uji-F menggunakan program SPSS 22.0. Hasil analisis pada

    penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa penilaian HOTS bisa meningkatkan

    keterampilan berpikir kritis siswa dalam pelajaran matematika secara efektif.

    Pengembangan soal tes berbasis Higher Order Thinking Skilss (HOTS) juga

    dilakukan oleh Lestari, A., Saepulrohman, A., & Hamdu, G (2016) tujuan dari

    pengembangan yang dilakukan yaitu untuk mengembangkan soal tes berbasis

    HOTS yang dikemukakan oleh Bloom revisi C4 (menganalisis), C5 (mengevaluai),

    C6 (mencipta). Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode DBR

    (Desigen-Based-Research) yang dikemukakan oleh Reeves. Hasil uji coba I pada

    penelitian yang dilakukan dilihat dari validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat

    kesukaran dan pengecoh terdapat 5 soal yang harus diperbaiki, selanjutnya

    dilakukan revisi II dan dilakukan uji coba II dengan hasil produk berupa 10 butir

    soal pilihan ganda dan 13 soal essay yang dikembangkan valid, praktis, dan layak.

    Ernawati, E (2016) melakukan pengembangan perangkat pembelajaran

    matematika berbasis openended approach untuk mengembangkan Higher Order

    Thinking Skilss (HOTS) siswa SMA. Model pengembangan yang digunakan adalah

    model Borg & Gall. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMAN

    1 Barabai, SMAN 2 Barabai, dan SMAN 8 Barabai. Penelitian yang dilakukan

    menghasilkan perangkat pembelajaran matematika berupa RPP dan PKS dengan

    kriteria valid, praktis, dan efektif dalam mengembangkan keterampilan berpikir

  • 21

    tingkat tinggi pada siswa, serta TKK (essay dan pilihan ganda) yang telah

    memenuhi kriteria valid, praktis, dan reliabel.

    Sagala, P. N., & Andriani, A (2019) juga melakukan penelitian

    pengembangan yang dilaksanakan di jurusan pendidikan matematika, Universitas

    Negeri Medan, penelitian bertujuan untuk menghasilkan instrumen penilaian

    matematika dalam bentuk pertanyaan Higher Order Thinking Skilss (HOTS),

    penelitian ini mencoba untuk membedakan antara tiga jenis pertanyaan, yaitu

    LOCQ, IOCQ dan HOCQ dalam ranah taksonomi Bloom tentang mata pelajaran

    teori probabilitas. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian dan

    pengembangan mengacu pada desain pengembangan Tessmer yang terdiri dari 2

    fase yaitu evaluasi pendahuluan dan formatif. Teknik analisis data menggunakan

    deskriptif kuantitatif dalam menganalisis soal-soal mata pelajaran teori probabilitas

    di semester ganjil pada tahun akademik 2018/2019. Analisis dilakukan untuk

    mengetahui validitas, kepraktisan, keefektifan pertanyaan dan juga tingkat

    keteraturan berpikir keterampilan siswa.

    Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Arifin, Z., & Retnawati, H (2017)

    dengan melakukan analisis istrumen pengukur Higher Order Thinking Skills

    (HOTS) matematika siswa SMA. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan

    menghasilkan instrumen pengukur HOTS matematika siswa SMA yang valid,

    reliabel, tingkat kesukaran sedang, dan daya pembeda yang baik. Uji coba

    instrumen dilakukan di kelas X pada tiga SMA kota Yogyakarta dengan

    keseluruhan subjek uji coba sebanyak 169 siswa. Instrumen pengumpulan data

    berupa lembar soal uraian, pilihan ganda dan jawaban singkat . Teknik analisis data

  • 22

    yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi, validitas konstruk,

    reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, kefektifan pengecoh atau distraktor,

    dan kemampuan Higher Order Thinking Skilss (HOTS) matematika siswa.

    Selain melakukan pengembangan butir tentunya butir yang dikembangkan

    dianalisis. Analisis dapat dilakukan menggunakan teori klasik dan teori modern

    atau yang dikenal dengan teori respon butir (IRT). Analisis butir pada penelitian ini

    menggunakan teori modern, dimana teori modern sendiri, terdiri dari 1PL, 2PL, dan

    3PL, untuk 1PL dikenal dengan Rasch model. Analisis butir soal menggunakan

    item respon butir dalam pengembangan butir soal sebelumnya pernah dilakukan

    oleh Ridlo (2012) dengan menggunakan program Parscale untuk mengembangkan

    soal dengan berdasarkan GRM dan GPCM, sementara Hayati & Mardapi (2014)

    menggunakan model 2 parameter logistik, analisis dilakukan dengan program Bilog

    MG, dan Putri, F. S., Istiyono, E., & Nurcahyanto, E (2016), dan Ofianto, O., &

    Basri, W (2016) menggunakan program software Quest untuk melakukan analisis

    model Rasch pada butir yang dikembangkan.

    Adapun penelitian pengembangan yang dilakukan menggunakan Rasch

    model, dilakukan sebelumnya oleh Erfianti, L., Istiyono, E., & Kuswanto, H (2019),

    juga melakukan penelitian pengembangan yang dilaksanakan di SMAN 1 Depok,

    Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada semester genap tahun

    akademik 2017/2018, penelitian menggunakan model pengembangan 4-D, yang

    bertujuan untuk mengembangkan instrumen tes lup untuk mengukur kemampuan

    berpikir tingkat tinggi siswa dalam pembelajaran fisika. Pada penelitian hasil uji

    coba dianalisis menggunakan SPSS untuk menemukan statistik deskriptif

  • 23

    sedangkan analisis item dianalisis menggunakan program Quest untuk menentukan

    profil kemampuan siswa.

    Hasil validasi instrumen tes yang dilakukan oleh Erfianti, L., Istiyono, E., &

    Kuswanto, H (2019), menunjukkan tes yang disusun valid dengan rata-rata 0,89

    dengan kategori sangat tinggi. Kualitas item dalam IRT ditentukan oleh kesesuaian

    item dengan model Rasch dan indeks tingkat kesulitan item. Hasil penelitian

    menunjukkan bahwa nilai goodness of fit semua item berada di antara dua garis

    batas, yaitu 0,79-1,13. Selain kecocokannya dengan model, hal lain yaitu tingkat

    kesukaran butir. Item dikatakan baik jika indeks kesulitan lebih dari -2,0 atau

    kurang dari 2,0. Berdasarkan perhitungan besarnya tingkat kesulitan 10 item

    tentang keterampilan berpikir tingkat tinggi dikembangkan pada kisaran -1,29

    hingga 1,35. Keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa dapat dilihat dari hasil nilai

    ujian. Dari hasil yang diperoleh dari 64 siswa ada 9 siswa dengan keterampilan

    berpikir tingkat tinggi (HOTS), 11 siswa dalam keterampilan berpikir tingkat

    menengah (MOTS) dan 44 siswa dalam keterampilan berpikir tingkat rendah

    (LOTS).

    Penelitian ini menggunakan model Rasch untuk menganalisis butir, dimana

    penelitian pengembangan yang menggunakan model Rasch, sebelumnya pada

    pembelajaran matematika, dilakukan oleh Khumaeroh, S. U., Susongko, P., &

    Rokhman, M. S (2017) yaitu tentang penyusunan skala sikap peserta didik terhadap

    matematika dengan penerapan model Rasch dengan studi pengembangan pada

    pembelajaran matematika di SMA Negeri 1 Bojong tahun ajaran 2016/2017 yang

    bertujuan untuk menyusun tes sikap peserta didik terhadap matematika yang

  • 24

    terstandar dan membuktikan validitas tes sikap peserta didik terhadap matematika

    dengan penerapan model Rasch dilihat dari aspek isi, aspek substantif, aspek

    struktural, aspek eksternal, dan aspek konsekuensial. Model pengembangan yang

    digunakan yaitu model Plomp yang telah dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan

    peneliti. Teknik analisis secara kuantitatif menggunakan R Programming version

    3.1.2 packages eRm dan SPSS 17.0 untuk menguji validitas instrumen dengan

    penerapan model Rasch.

    Febrian, F., & Fera, M (2019) melakukan penelitian tentang kualitas

    perangkat dan keterampilan mengajar mahasiswa pendidikan matematika pada

    mata kuliah micro teaching menggunakan analisis model Rasch. Penelitian

    dilakukan untuk menganalisis kualitas perangkat dan keterampilan mengajar

    dengan menggunakan analisis model Rasch dengan software ministep. Analisis

    yang dilakukan adalah person measure, item measure, dan person map item.

    Berdasarkan hasil analisis perangkat melalui pendekatan person measure, item

    measure, dan persebaran person-map diperoleh bahwa kualitas rata-rata perangkat

    pembelajaran disusun oleh mahasiswa berada di atas rata-rata taraf kualitas standar

    perangkat. Terdapat 71% dari total mahasiswa yang memiliki kualitas setiap item

    pada perangkat di atas rata-rata standar. Sedangkan berdasarkan hasil analisis pada

    aspek mengajar melalui pendekatan person measure, item measure, dan persebaran

    person map, diperoleh bahwa kualitas rata-rata mengajar mahasiswa lebih tinggi

    dari rata-rata taraf kualitas mengajar standar. Terdapat sekitar 46,4% dari total

    mahasiswa yang memiliki kualitas mengajar setiap itemnya berada di atas kualitas

    rata-rata.

  • 25

    Isgiyanto, A (2013) sebelumnya melakukan penelitian tentang perbandingan

    penyekoran model Rasch dan model partial credit pada matematika. Penelitian

    yang dilakukan menggunakan metode pendekatan retrofitting dengan menganalisis

    butir soal dan data respons butir pada UN Matematika. Subjek penelitian adalah

    peserta UN matematika SMP tahun pelajaran 2007/2008 di wilayah kabupaten

    Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Objek yang dipilih adalah 40 butir soal dan

    1016 respons butir peserta UN matematika. Sampel diambil secara simple random

    sampling diperoleh 12 sekolah atau 1016 peserta. Penelitian bertujuan untuk

    menentukan atribut butir soal; kemampuan peserta menjawab butir soal,

    penyekoran model Rasch dan partial credit, serta nilai fungsi informasi model

    Rasch, dan partial credit tes matematika. Data berupa butir soal UN matematika

    dianalisis untuk mendapatkan rubrik penyekoran dimana peserta memilih option

    yang benar diberi skor maksimum (skor 3). Pada tiga option yang salah (distraktor)

    dikategorikan menurut bobot kesalahannya menjadi kategori ringan (skor 2),

    kategori sedang (skor 1), dan kategori berat (skor 0).

    Hamdi, S., Suganda, I. A., & Hayati, N (2018) juga melakukan penelitian

    yang bertujuan untuk menghasilkan instrumen tes keterampilan berpikir tingkat

    tinggi (HOTS) berbentuk pilihan ganda yang valid dan reliabel dengan

    menggunakan budaya lokal Lombok sebagai konteks dalam materi pelajaran

    matematika SMP. Uji coba lapangan terhadap 75 siswa kelas VIII. Analisis data

    pada penelitian ini menggunakan teori tes klasik. Adapun penelitian ini

    menyarankan agar penelitian lebih lanjut dilakukan dengan menganalisis item tes

    menggunakan IRT sebagai metode yang lebih modern, dengan menggunakan IRT

  • 26

    akan dapat membandingkan tingkat kesulitan item dan kemampuan peserta ujian di

    seluruh waktu dan lokasi.

    Suryapuspitarini, B. K., Wardono, W., & Kartono, K (2018), melakukan

    analisis soal-soal matematika tipe Higher Order Thinking Skill (HOTS) pada

    kurikulum 2013 untuk mendukung kemampuan literasi siswa, penelitian dilakukan

    dengan tujuan mengkaji soal-soal matematika tipe Higher Order Thinking Skills

    (HOTS) pada kurikulum 2013 untuk mendukung kemampuan literasi. Penelitian

    yang dilakukan mengemukakan bahwa soal-soal tipe HOTS yang membutuhkan

    keterampilan berpikir tingkat tinggi dapat melatih siswa berpikir dalam level

    analisis, evaluasi dan mengkreasi sehingga soal-soal tersebut harus semakin

    dikembangkan dalam kurikulum 2013 agar dapat mendukung peningkatan

    kemampuan literasi. Program winsteps dapat digunakan untuk menganalisis model

    Rasch, seperti yang dilakukan oleh Soeharto, S., & Rosmaiyadi, R (2018),

    Rochman, S., & Hartoyo, Z (2018), dan Adzhar, H., Karim, A. A., & Sahrin, M. U

    (2017).

    Merujuk pada beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya,

    pengembangan instrumen assessment tes Higher Order Thinking Skilss (HOTS)

    peserta didik pada pembelajaran matematika yang berfokus pada bentuk soal uraian

    relatif sedikit dikembangkan, sementara pengembangan assessment tes Higher

    Order Thinking Skilss (HOTS) matematika yang dikembangkan umumnya memuat

    satu dimensi yaitu dimensi proses berpikir, dengan demikian belum banyak

    penelitian pengembangan assessment tes Higher Order Thinking Skilss (HOTS)

    peserta didik pada pembelajaran matematika kelas VII berbasis model Rasch yang

  • 27

    memuat dimensi proses berpikir dan dimensi pengetahuan sehingga pada penelitian

    ini akan mengembangan assessment tes Higher Order Thinking Skilss (HOTS)

    peserta didik pada pembelajaran matematika kelas VII pada semester ganjil yang

    memuat dimensi proses berpikir dan dimensi pengetahuan. Penelitian yang

    dilakukan tentunya tidak hanya berhenti pada tahap pengembangan, akan tetapi

    sampai pada tahap analisis butir soal. Analisis butir soal pada penelitian ini

    menggunakan model Rasch dengan bantuan program winsteps version 3.73.

    Penelitian ini menggunakan program winsteps version 3.73 karena program

    komputer khusus untuk analisis pemodelan Rasch yang dapat bekerja dibawah

    sistem microsoft windows yang dibuat John Linacre, dimana program winsteps

    memiliki perbedaan dengan minstep, dimana minstep merupakan versi terbatas dari

    winstep.

    2.2 Kerangka Teoritis

    Pada pengembangan assessment tes Higher Order Thinking Skilss (HOTS)

    peserta didik pada pembelajaran matematika kelas VII berbasis model Rasch maka

    sebelumnya perlu diketahui bahwa terdapat empat komponen yang saling memiliki

    keterkaitan dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, yaitu tes,

    pengukuran, penilaian dan evaluasi. Menurut Iskandar, A (2016:66) Penilaian

    adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana ketercapaian tujuan

    yang telah ditetapkan. Ada dua istilah terkait dengan konsep penilaian (assessment),

    yaitu pengukuran (measurement) dan evaluasi (evaluation). Pengukuran adalah

    proses penetapan angka terhadap suatu gejala menurut aturan tertentu. Sedangkan

  • 28

    evaluasi adalah penilaian yang sistematik tentang manfaat suatu objek atau

    pengambilan keputusan akhir. Akan tetapi informasi dari proses pengukuran,

    penilaian, dan evaluasi tidak bisa terjadi jika tidak menggunakan sebuah instrumen

    seperti instrumen tes maupun non tes.

    Pada bagian ini akan diuraikan tentang instrumen assessment, rubrik

    penilaian, Higher Order Thinking Skills (HOTS), tinjauan materi pada mata

    pelajaran matematika kelas VII, analisis model Rasch, model penskoran, dan model

    pengembangan, masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut.

    2.2.1 Instrumen Assessment

    Clements, and Cord (2016) dalam Fadillah, A., Slamet, A., & Haryani, S

    (2019:174) mengemukakan bahwa assessment merupakan komponen penting pada

    pembelajaran dan berperan sebagai alat untuk mengetahui hasil pembelajaran.

    Assessment diperlukan pada setiap pembelajaran dengan tujuan agar dapat

    mengukur apakah suatu tujuan pembelajaran telah tercapai atau tidak. Salah satu

    cara untuk mengontrol kualitas pendidikan yaitu dengan melakukan suatu

    penilaian. Soleh, A., Khumaedi, M., & Pramono, S. E (2017:72) mengemukakan

    bahwa penilaian merupakan suatu proses yang sistematis dan berkesinambungan,

    dimana akhir dari proses penilaian yaitu pengambilan keputusan tentang proses dan

    hasil belajar. Lebih lanjut Kartono, K., & Rusilowati, A (2019:85) mengemukakan

    bahwa penilaian dapat memberikan feedback yang berguna kepada guru dan siswa,

    hasil penilaian yang diperoleh tentunya dapat memberikan motivasi kepada siswa

    agar lebih dapat meningkatkan prestasi selain itu lewat hasil penilaian juga siswa

  • 29

    akan cenderung mengarahkan kegiatan dan perilaku belajar mereka kepada aspek

    penilaian guru, dengan demikian maka diperlukan instrumen assessment yang tepat

    dan benar.

    Tujuan pembelajaran dapat diketahui ketercapaiannya melalui evaluasi

    pembelajaran. Assesment yang dikatakan telah sesuai dengan kurikulum 2013

    adalah assesment yang memiliki kemampuan untuk menilai pembelajaran dengan

    menyeluruh (Baehaki, F., Kadaritna, N., & Rosilawati, I., 2014:3). Assessment

    tertulis merupakan salah satu jenis assessment yang paling sering digunakan

    (Arivina, A. N., Masrukan, M., & Prabowo, A., 2017). Lebih lanjut Aminah, N

    (2017) mengemukakan bahwa indikator penentu untuk mengetahui tingkat

    keberhasilan dan kegagalan siswa dan guru dalam proses pembelajaran yaitu

    assessment.

    Aiken (1997:1) dalam Mugiarso, H., Sutoyo, A., & Setyowani, N (2016)

    mengemukakan bahwa berbagai instrumen yang biasanya digunakan dalam

    melakukan assessment pada umumnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu tes dan non-

    tes, pernyataan tersebut diperkuat dengan pendapat Budiman, A., & Jailani, J

    (2014:142) yang menyatakan bahwa bentuk instrumen assessment terdiri dari

    instrumen tes dan non tes. Menurut Winarno, W., Muhtadi, Y., & Aldiya, M. A

    (2019:46) pada dasarnya instrumen penelitian terdiri dari dua jenis yaitu tes dan

    non tes, adapun contoh dari instrumen tes yaitu untuk hasil belajar, tes kecerdasan,

    atau tes bakat. Sementara contoh dari instrumen non tes yaitu pedoman wawancara,

    angket, pedoman observasi, check list, skala penilaian (rating scale), dan lain

  • 30

    sebagainya. Pada penelitian ini akan mengembangkan instrumen assessment yang

    berbentuk tes.

    2.2.1.1 Tes

    Tes adalah metode yang dilakukan untuk kegiatan pengukuran dan penilaian

    bidang pendidikan berbentuk pemberian serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-

    pertanyaan yang harus dijawab atau perintah-perintah yang harus dikerjakan oleh

    pihak yang dikenai tes, berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengukuran

    maka akan dihasilkan nilai yang menunjukkan prestasi atau tingkah laku dari pihak

    yang dikenai tes (Sudijono A, 2008:67). Arikunto S (2010:193) juga

    mengemukakan bahwa tes adalah alat atau serangkaian pertanyaan yang digunakan

    untuk mengukur keterampilan, kemampuan, bakat serta untuk mengetahui tingkat

    intelegensi yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok.

    Definisi tentang tes juga dikemukakan oleh Allen dan Yen dalam Supratiknya

    (2014:49) mendefinisikan tes “ a device for abtaining a sample of an individual’s

    behavior” dengan kata lain tes adalah sebuah alat atau perangkat yang digunakan

    untuk mendapatkan sampel perilaku individu. Sementara Wulan, A. R., (2007:3)

    mendefinisikan tes sebagai sekumpulan soal yang diberikan kepada siswa untuk

    dikerjakan, dimana setiap soal yang diberikan kepada siswa mengarahkan siswa

    pada sebuah tugas serta menyediakan kondisi kepada siswa untuk menanggapi soal

    tersebut. Berdasarkan definisi-definisi tes diatas dapat disimpulkan bahwa tes

    merupakan alat yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang kompetensi

    baik kompetensi individu maupun kelompok.

  • 31

    Sudijono A (2008:67) mengemukakan bahwa secara umum terdapat dua

    macam fungsi tes yaitu : 1. Sebagai alat pengukur tingkat perkembangan atau

    kemajuan yang dicapai peserta didik setelah menempuh proses belajar mengajar

    dalam kurun waktu tertentu. 2. Tes juga berfungsi sebagai alat pengukur

    keberhasilan program pengajaran, hal ini disebabkan melalui tes yang dilakukan

    maka dapat diketahui seberapa jauh ketercapaian dari sebuah program pengajaran

    yang telah ditentukan pencapaiannya. Lebih lanjut Sudijono A (2008:74-75)

    mengemukakan juga bahwa jika dilihat dari segi banyaknya orang yang mengikuti

    tes maka tes dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu tes individual dan tes

    kelompok. Tes individual adalah tes dimana pelaksana tes atau pembuat tes hanya

    berhadapan dengan satu orang peserta (orang yang dikenai tes) saja, sementara tes

    kelompok adalah tes dimana pelaksana tes atau pembuat tes berhadapan dengan

    lebih dari satu orang peserta (yang dikenai tes), dari segi waktu yang disediakan tes

    dapat dibedakan menjadi dua yaitu power test dan speed test. Power test yaitu waktu

    yang disediakan kepada peserta tes (orang yang dikenai tes) untuk menyelesaikan

    tes tidak dibatasi sementara untuk speed test berlaku sebaliknya yaitu waktu yang

    disediakan kepada peserta tes (orang yang dikenai tes) untuk menyelesaikan tes

    dibatasi.

    Dari segi respon peserta tes dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu

    verbal test dan non verbal, dimana verbal test merupakan suatu tes yang meminta

    jawaban tertuang dalam bentuk kata-kata atau kalimat baik secara lisan maupun

    tertulis, sementara non verbal meminta jawaban dari peserta tes bukan berupa kata-

    kata atau kalimat, melainkan berupa tindakan atau tingkah laku dengan kata lain

  • 32

    non verbal test menghendaki respon dari peserta atau yang dikenai tes berupa

    perbuatan atau gerakan tertentu selanjutnya dari segi cara mengajukan pertanyaan

    dan memberi jawaban dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu tes tertulis dan

    tes lisan (Sudijono A ,2008:74-75).

    Tes tertulis merupakan jenis tes dimana pemberi tes atau pembuat soal

    memberikan butir-butir pertanyaan secara tertulis dan yang dikenai tes (peserta tes)

    memberikan jawabannya juga berbentuk tulisan sementara tes lisan adalah

    pemberian tes oleh pelaksana tes (pembuat soal) diberikan secara lisan dan yang

    dikenai tes (peserta tes) juga memberikan jawabannya dalam bentuk lisan (Sudijono

    A, 2008:74-75), lebih lanjut Arikunto dalam Sudaryono, G. M., & Rahayu, W

    (2013:63-64) pun mengemukakan bahwa pada umumnya tes ditunjukkan untuk

    mengukur dimensi perilaku manusia, seperti dimensi kognitif, dimensi sikap, dan

    dimensi psikomotor.

    2.2.1.2 Tes Essay

    Tes bentuk essay merupakan jenis tes kemajuan belajar yang menuntut

    jawaban yang bersifat pembahasan dan uraian kata-kata. Adapun kata-kata seperti:

    uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainya

    yang mendahului pertanyaan merupakan kata-kata penciri dari tes yang berbentuk

    uraian (Sudaryono, G. M., & Rahayu, W, 2013: 64).

    Menurut Nurgiyantoro (2001:71) dalam Rahmawati, L. E., Hasanah, S. K., &

    Sulistyowati, A. D (2016:242) tes uraian disebut juga dengan tes essay yaitu suatu

    bentuk pertanyaan yang menuntut jawaban yang berbentuk uraian dengan

    menggunakan bahasanya sendiri. Lebih lanjut dikemukakan juga bahwa soal

  • 33

    bentuk uraian adalah bentuk soal yang menuntut peserta didik untuk

    mengorganisasikan gagasan-gagasan atau hal-hal yang telah dipelajarinya. Adapun

    jawabannya dikemukakan dalam bentuk uraian tertulis (Puspendik, 2017:34).

    Umumnya jumlah soal bentuk essay tidak banyak, dimana hanya berjumlah

    5-10 butir soal dengan estimasi waktu sekitar 90-120 menit. Sehingga tes essay

    dapat dikatakan sebagai tes yang menuntut siswa untuk dapat mengingat-ingat,

    mengenal kembali dan menekankan siswa memiliki daya kreatifitas yang tinggi

    (Sudaryono, G. M., & Rahayu, W., 2013: 64).

    Sudijono A (2008:99-101) menjelaskan bahwa tes essay merupakan salah

    satu jenis tes hasil belajar yang memiliki empat karakter yaitu : 1) pertanyaan atau

    perintah pada tes essay menghendaki jawaban berupa uraian kalimat yang

    umumnya cukup panjang. 2) bentuk-bentuk pertanyaan atau perintah dari tes essay

    menuntut peserta tes (yang dikenai tes) memberikan jawaban yang berbentuk

    penjelasan, komentar, penafsiran, membendakan, membandingkan, dan lain

    sebagainya. 3) soal essay memiliki jumlah butir yang umumnya terbatas yaitu

    berkisar antara lima sampai dengan sepuluh butir. 4) butir soal essay diawali dengan

    kata jelaskan, terangkan, uraikan, mengapa, bagaimana, atau menggunakan kata

    lainnya yang serupa dengan kata-kata yang telah dikemukakan.

    Sudijono A (2008:99-101) menjelaskan juga bahwa tes essay dapat dibedakan

    menjadi dua golongan yaitu tes uraian yang berbentuk bebas dan tes uraian

    berbentuk terbatas. Pada tes uraian berbentuk terbuka jawaban yang diharapkan

    bersumber dari peserta tes (yang dikenai tes) hal ini berarti peserta tes memiliki

    kebebasan yang seluas-luasnya dalam merumuskan, mengorganisasikan dan

  • 34

    menyajikan jawaban dengan bentuk uraian, sedangkan tes uraian bentuk terbatas

    jawaban yang diharapkan dari peserta tes (yang dikenai tes) merupakan jawaban

    yang sifatnya lebih dibatasi (lebih terarah).

    Berdasarkan penskorannya soal bentuk uraian diklasifikasikan menjadi dua

    yaitu uraian objektif dan uraian nonobjektif. Soal bentuk uraian objektif adalah

    rumusan soal atau pertanyaan yang menuntut sehimpunan jawaban dengan

    pengertian atau konsep tertentu sehingga penskorannya dapat dilakukan secara

    objektif. Sementara soal bentuk uraian nonobjektif adalah rumusan soal yang

    menuntut sehimpunan jawaban berupa pengertian atau konsep menurut pendapat

    masing-masing peserta didik sehingga penskorannya sukar dilakukan secara

    objektif (penskorannya dapat mengandung unsur subjektivitas) (Puspendik,

    2017:34).

    Tes hasil belajar yang berbentuk uraian merupakan sebuah alat yang tepat jika

    dipergunakan apabila pembuat soal yang berprofesi sebagai guru, dosen, panitia

    ujian, dan lain-lain) dengan tujuan ingin mengungkapkan daya ingat dan

    pemahaman peserta tes (yang dikenai tes) selain itu apabila pembuat soal

    menghendaki untuk dapat mengungkapkan kemampuan peserta tes dalam

    memahami berbagai konsep dan pengaplikasiannya (Sudijono A , 2008:99-101).

    Kelebihan tes uraian diungkapkan Stankous