PENGEMBANGAN ASSESSMENT TES HIGHER ORDER THINKING …lib.unnes.ac.id/40981/1/tesis full.pdf · 2....
Transcript of PENGEMBANGAN ASSESSMENT TES HIGHER ORDER THINKING …lib.unnes.ac.id/40981/1/tesis full.pdf · 2....
-
PENGEMBANGAN ASSESSMENT TES HIGHER ORDER
THINKING SKILLS (HOTS) PESERTA DIDIK PADA
PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS VII
BERBASIS MODEL RASCH
TESIS
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Pendidikan
Oleh
Resvia Subay
0106518052
PROGRAM STUDI PENELITIAN DAN EVALUASI PENDIDIKAN
PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2020
-
iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Moto :
“Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
maka Kualitas Pendidikan Akan Meningkat”
Persembahan :
Penulis mempersembahkan karya tesis ini kepada :
1. Almamater Pascasarjana Universitas Negeri Semarang 2. Keluarga Tercinta
-
v
PRAKATA
Puji dan syukur kehadirat Allah Bapa yang Maha Kuasa, karena atas segala
rahmat dan kasih-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis yang berjudul
“Pengembangan Assessment Tes Higher Order Thinking Skills (HOTS) Peserta
Didik pada Pembelajaran Matematika Kelas VII Berbasis Model Rasch”. Tesis ini
disusun sebagai salah satu persyaratan meraih gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Pascasarjana Universitas Negeri
Semarang.
Penelitian ini terselesaikan berkat bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,
peneliti mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian ini. Ucapan terima
kasih pertama peneliti sampaikan kepada Pembimbing : Prof. Dr. Kartono, M.Si
(Pembimbing I) dan Dr. Sulhadi, M.Si (Pembimbing II) yang telah mendampingi
dengan memberikan arahan dan masukan dalam penyusunan tesis.
Ucapan terima kasih peneliti sampaikan juga kepada semua pihak yang telah
membantu selama proses penyelesaian studi, diantaranya:
1. Direksi Pascasarjana UNNES, yang telah memberikan kesempatan serta arahan
selama pendidikan, penelitian, dan penulisan tesis.
2. Kordinator Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan.
3. Bapak dan Ibu dosen Pascasarjana UNNES, yang telah memberikan bimbingan
dan ilmu kepada peneliti selama menempuh pendidikan.
-
vi
4. Kepala Sekolah dan Guru SMP PL Domenico Savio Semarang yang telah
memberikan ijin penelitian dan membantu jalannya proses pengambilan data
penelitian.
5. Keluarga tercinta atas cinta dan kasih sayang, bantuan dan doa yang selalu
mengiringi peneliti dalam menyelesaikan pendidikan.
Peneliti menyadari bahwa pada penulisan tesis ini masih terdapat kekurangan
baik isi maupun tulisan. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun sangat diharapkan. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat dan
memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Semarang, 27 Agustus 2020
Resvia Subay
-
vii
ABSTRAK
Subay, Resvia. 2020. “Pengembangan Assessment Tes Higher Order Thinking
Skills (HOTS) Peserta Didik pada Pembelajaran Matematika Kelas VII
Berbasis Model Rasch”.Tesis. Program Studi Penelitian dan Evaluasi
Pendidikan. Pascasarjana. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Prof.
Dr. Kartono, M.Si., Pembimbing II Dr. Sulhadi, M.Si.
Kata Kunci : Assessment Tes, HOTS, Matematika, Rasch
Penekanan kurikulum 2013 yaitu kemampuan berpikir tingkat tinggi namun
kesediaan soal HOTS pada buku pelajaran matematika memiliki persentase rendah.
Berdasarkan hasil survey TIMSS menyebutkan bahwa salah satu faktor penyebab
kemampuan berpikir anak Indonesia secara ilmiah masih rendah dikarenakan
kurang terlatih dalam menyelesaikan soal-soal HOTS. Sementara assessment tes
yang didesain khusus untuk melatih HOTS peserta didik belum tersedia dan
kurangnya kemampuan guru dalam mengembangkan assessment tes HOTS.
Penelitian ini bertujuan menghasilkan assessment tes HOTS peserta didik
pada pembelajaran matematika kelas VII yang valid dan memiliki karakteristik
yang baik. Assessment tes yang dikembangkan dianalisis validitas internal
menggunakan Aiken, Reliabilitas menggunakan Ebel, dan analisis menggunakan
model Rasch untuk mengetahui validitas eksternal, fungsi informasi, tingkat
kesukaran, estimasi kesalahan pengukuran, dan estimasi parameter kemampuan.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian pengembangan yang
dikemukakan oleh Djemari Mardapi (2016), kemudian dimodifikasi menjadi 11
langkah dengan menambahkan analisis kebutuhan dan uji one to one. Assessment
tes ditelaah oleh 3 ahli, uji one to one diikuti 10 responden, uji coba tes diikuti 39
responden, dan tes diikuti 153 responden. Pengumpulan data dilakukan
menggunakan teknik wawancara, kuisioner, dan pemberian soal tes sehingga data
yang dianalisis adalah data kualitatif dan kuantitatif.
Pengembangan assessment tes HOTS peserta didik menghasilkan soal
matematika berbentuk soal uraian. Hasil uji validitas internal memiliki nilai
masing-masing ≥ 0,67, menunjukkan assessment tes layak digunakan untuk mengukur HOTS peserta didik pada pembelajaran matematika kelas VII.
Reliabilitas antar rater memiliki nilai 0,96 menunjukkan para ahli sepakat bahwa
assessment tes yang dikembangkan dapat dipercaya jika digunakan untuk
mengukur HOTS peserta didik.
Uji one to one terhadap 10 butir soal menunjukkan tingkat keterbacaan
assessment sebesar 87%, dengan mempertimbangkan waktu pengerjaan maka
-
viii
digunakan 8 butir soal untuk uji coba tes dan tes. Analisis menggunakan model
Rasch pada data uji coba tes dan tes.
Pada uji coba tes, asumsi unidimensi terpenuhi, validitas eksternal
menunjukkan 8 butir soal memenuhi kriteria. Reliabilitas dianalisis dengan
mengamati grafik informasi, dimana puncak grafik mendekati nilai 0 nilai item
reliability 0,95 dan person reliability 0,61, Separation item 6 dan separation respon
2. Soal tes 75% berada pada kriteria sulit dan nilai mean SE yaitu 0,13. Terdapat 1
responden yang tidak sesuai dan 72% responden pada kriteria sedang.
Pada tahap tes, uji asumsi unidimensi terpenuhi, 8 butir soal memenuhi
kriteria. Puncak grafik mendekati nilai 0, nilai item reliability 0,97 dan person
reliability 0,65. Separation item 8, dan separation respon 2, soal tes 50% berada
pada kriteria sulit, dan nilai mean SE yaitu 0,07. Terdapat 5 responden tidak sesuai
dan 69% responden pada kriteria sedang.
Assessment tes yang dikembangkan dapat digunakan oleh guru untuk menilai
dan melatih kemampuan HOTS peserta didik pada pembelajaran matematika kelas
VII, dapat juga dijadikan tambahan bank soal dan buku panduan yang dapat
digunakan untuk mengembangkan assessment tes HOTS.
-
ix
ABSTRACT
Subay, Resvia. 2020. “The Development of Higher Order Thinking Skills (HOTS)
Test Assessment of Learners in Mathematics Learning of Seventh Graders
Based on Rasch Model.” Thesis. Journal of Education Evaluation and
Research Postgraduate School. Universitas Negeri Semarang. Advisor I Prof.
Dr. Kartono, M.Si., Advisor II Dr. Sulhadi, M.Si.
Keywords: Test Assessment, HOTS, Mathematics, Rasch
The emphasis of the 2013 curriculum is high order thinking skills. However,
the provision of HOTS questions in mathematics books still has low percentages.
Based on the survey results of TIMSS, one of the influential factors of more
inadequate scientific thinking skills of Indonesia's learners was having less training
to complete HOTS questions. On the other hand, the test's design had the purpose
to train learners’ HOTS is not available. The teacher skills to develop HOTS test
assessments are also low.
This research aims to create a valid HOTS test assessment with excellent
characteristics for seventh graders in learning mathematics. The current developed
assessment was analyzed in terms of its internal validity by using Aiken. The
reliability was examined by using Ebel. The analysis was done using a Model to
find out the external validity, levels of difficulties, information function,
measurement, and estimated parameters of the skills.
This research used a research and development study, as proposed by Djemari
Mardapi (2016). It was then modified into 11 stages by adding the analysis of the
necessity and one to one test. Three experts reviewed the test assessment. Ten
respondents followed the one to one test. On the other hand, thirty-nine respondents
followed the trial run test. Then, the test was followed by 135 respondents. The data
collections were done by interview technique, questionnaire, and test question
provision. Thus, the analyzed data were qualitative and quantitative.
The HOTS test assessment development for the learners resulted in essay-
typed mathematics questions. The internal validity had each score ≥ 0,67. It showed that the test was reliable to apply to measure the HOTS of the learners in
learning mathematics in seventh grade. The inter-rater reliability had a score of 0.9.
It showed that the experts agreed that the developed assessment could be trusted to
measure the learners’ HOTS.
The one to one test of 10 question items showed the assessment readability
with a percentage of 87%. By considering the time allotment, then 8 question items
were tested in the trial run stage. The analysis used the Rasch model on the trial run
test data and test.
-
x
In trial run test data, the unidimensional assumption was met. The external
validity showed 8 question items met the criteria. The reliability was analyzed by
observing the information graphic in which the peak of the graphic reached the
score 0, item reliability score was 0.95, and person reliability score 0.61, separation
item score 6, and separation response score 2. 75% of test questions were at
categorized difficult, and the score of mean SE was 0.13. A respondent was found
not consistent, while 60% were categorized as a moderate criterion.
In the test stage, the unidimensional assumption test was met. 8 question items
met the criteria. The graphic peak reaches 0, the reliability item score 0.97, and the
Pearson reliability score 0.65. The separation item score was 8, and the separation
response score was 2. They showed that 50% of the test questions were in the
difficult category. Then the SE mean score is 0.07. Five respondents were found
not in line, while 60% were categorized as a moderate criterion.
The developed test assessment could be used by teachers to assess HOTS of
the learners during learning mathematics in the seventh grade. It could also be used
as complementary for their question bank and products such as textbook as their
references to develop HOTS test assessment.
-
xi
DAFTAR ISI
Halaman
PENGESAHAN UJIAN TESIS ...................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................................... iii
MOTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv
PRAKATA ...................................................................................................... v
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
ABSTRACT .................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah .................................................................................. 11
1.3 Cakupan Masalah ...................................................................................... 11
1.4 Rumusan Masalah ..................................................................................... 12
1.5 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 13
1.6 Manfaat Penelitian .................................................................................... 14
1.6.1 Manfaat Teoritis ........................................................................... 14
1.6.2 Manfaat Praktis ............................................................................ 15
1.7 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan .................................................. 15
1.8 Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan ................................................ 16
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORITIS, DAN KERANGKA
BERPIKIR
2.1 Kajian Pustaka ........................................................................................... 18
2.2 Kerangka Teoritis ...................................................................................... 27
2.2.1 Instrumen Assessment .................................................................. 28
2.2.1.1 Tes .................................................................................... 30
2.2.1.2 Tes Essay .......................................................................... 32
-
xii
2.2.2 Rubrik Penilaian ........................................................................... 36
2.2.3 Higher Order Thinking Skills (HOTS) ......................................... 41
2.2.3.1 Dimensi Proses Berpikir Tingkat Tinggi .......................... 45
2.2.3.2 Dimensi Pengetahuan Tingkat Tinggi .............................. 53
2.2.4 Tinjauan Materi pada Mata Pelajaran Matematika Kelas VII ...... 56
2.2.5 Analisis Model Rasch ................................................................... 57
2.2.5.1 Validitas ............................................................................ 58
2.2.5.2 Reliabilitas ........................................................................ 65
2.2.5.3 Uji Asumsi Unidimensi .................................................... 66
2.2.5.4 Kaliberasi .......................................................................... 70
2.2.6 Model Penskoran .......................................................................... 80
2.2.7 Model Pengembangan .................................................................. 84
2.3 Kerangka Berpikir ..................................................................................... 87
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ....................................................................................... 91
3.2 Prosedur Penelitian .................................................................................... 91
3.2.1 Melakukan Analisis Kebutuhan ................................................... 92
3.2.2 Menyusun Spesifikasi Tes ............................................................ 92
3.2.2.1 Menentukan Tujuan Tes ................................................... 93
3.2.2.2 Menyusun Kisi-kisi .......................................................... 93
3.2.2.3 Menentukan Bentuk Tes ................................................... 93
3.2.2.4 Menentukan Panjang Tes ................................................. 94
3.2.3 Menulis Soal Tes .......................................................................... 94
3.2.4 Menelaah Soal Tes dan Memperbaiki Soal Tes ........................... 95
3.2.5 Uji One To One ............................................................................ 95
3.2.6 Melakukan Uji Coba Tes .............................................................. 96
3.2.7 Menganalisis Butir Tes ................................................................. 96
3.2.8 Memperbaiki Tes .......................................................................... 96
3.2.9 Merakit Tes .................................................................................. 97
3.2.10 Melaksanakan Tes ........................................................................ 97
3.2.11 Menafsirkan Hasil Tes ................................................................. 98
-
xiii
3.3 Sumber Data atau Subjek Penelitian ......................................................... 98
3.4 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ................................................ 99
3.5 Uji Validitas, Reliabilitas dan Kaliberasi .................................................. 100
3.5.1 Uji Validitas ................................................................................. 100
3.5.1.1 Uji Validitas Internal ........................................................ 100
3.5.1.2 Uji Validitas Eksternal ..................................................... 101
3.5.2 Reliabilitas Internal ...................................................................... 101
3.5.3 Uji Asumsi Unidimensi ................................................................ 102
3.5.4 Kaliberasi ..................................................................................... 102
3.5.4.1 Nilai Fungsi Informasi ...................................................... 103
3.5.4.2 Tingkat Kesulitan Butir .................................................... 103
3.5.4.3 Estimasi Kesalahan Pengukuran ...................................... 104
3.5.4.4 Estimasi Parameter Kemampuan ...................................... 104
3.6 Teknik Analisis Data ................................................................................. 105
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Bentuk Pengembangan Assessment Tes HOTS Peserta Didik Pada
Pembelajaran Matematika Kelas VII ......................................................... 107
4.2 Analisis Kebutuhan ................................................................................... 107
4.3 Menyusun Spesifikasi Tes ........................................................................ 108
4.4 Menentukan Bentuk Tes ........................................................................... 110
4.5 Menentukan Panjang Tes .......................................................................... 111
4.6 Menulis Soal Tes ....................................................................................... 111
4.7 Menelaah Soal Tes .................................................................................... 111
4.7.1 Validitas Internal .......................................................................... 115
4.7.2 Reliabilitas ................................................................................... 116
4.8 Uji One To One ......................................................................................... 118
4.9 Uji Coba Tes ............................................................................................. 129
4.9.1 Uji Asumsi Unidimensi ................................................................ 129
4.9.2 Validitas Ekstenal ......................................................................... 131
4.9.3 Kaliberasi ..................................................................................... 132
4.9.3.1 Nilai Fungsi Informasi ...................................................... 132
-
xiv
4.9.3.2 Tingkat Kesulitan Butir .................................................... 135
4.9.3.3 Estimasi Kesalahan Pengukuran ...................................... 137
4.9.3.4 Estimasi Parameter Kemampuan ...................................... 138
4.10 Tes .......................................................................................................... 143
4.10.1 Uji Asumsi Unidimensi ............................................................. 143
4.10.2 Validitas Eksternal ..................................................................... 145
4.10.3 Kaliberasi ................................................................................... 147
4.10.3.1 Nilai Fungsi Informasi ............................................ 147
4.10.3.2 Tingkat Kesulitan Butir ........................................... 149
4.10.3.3 Estimasi Kesalahan Pengukuran ............................. 152
4.10.3.4 Estimasi Parameter Kemampuan ............................ 153
4.11 Menafsirkan Hasil Tes ........................................................................... 158
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan ................................................................................................... 159
5.2 Saran .......................................................................................................... 163
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 164
-
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Contoh Pedoman Penskoran ........................................................... 40
Tabel 2.2 Dimensi Proses Kognitif dan Dimensi Kategori Pengetahuan ........ 44
Tabel 2.3 Dimensi Proses Berpikir dalam Pembelajaran ................................. 45
Tabel 2.4 Rincian Taksonomi .......................................................................... 46
Tabel 2.5 Kriteria Validitas Aiken ................................................................... 63
Tabel 2.6 Kriteria Reliabiltas Antar Rater ....................................................... 66
Tebel 3.1 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ....................................... 100
Tabel 4.1 Data Validator .................................................................................. 111
Tabel 4.2 Contoh Perbaikan Indikator Soal ..................................................... 112
Tabel 4.3 Perbaikan Butir Soal Nomor 1 ......................................................... 113
Tabel 4.4 Perbaikan Butir Soal Nomor 2 ........................................................ 113
Tabel 4.5 Perbaikan Butir Soal Nomor 3 ........................................................ 114
Tabel 4.6 Perbaikan Butir Soal Nomor 7 ........................................................ 114
Tabel 4.7 Perbaikan Butir Soal Nomor 10 ...................................................... 115
Tabel 4.8 Uji Two Way Anova ........................................................................ 117
Tabel 4.9 Saran Validator ................................................................................ 118
Tabel 4.10 Hasil Penilaian Keterbacaan Assessment Tes ................................. 120
Tabel 4.11 Revisi Butir Soal Nomor 3 ............................................................... 124
Tabel 4.12 Revisi Butir Soal Nomor 4 ............................................................... 125
Tabel 4.13 Revisi Butir Soal Nomor 7 ............................................................... 126
Tabel 4.14 Revisi Butir Soal Nomor 8 ............................................................... 127
Tabel 4.15 Revisi Butir Soal Nomor 9 ............................................................... 127
Tabel 4.16 Panjang Tes pada Uji One To One................................................... 128
Tabel 4.17 Standar Residual Varians Uji Coba Tes ........................................... 130
Tabel 4.18 Penerimaan Butir Fit ........................................................................ 131
Tabel 4.19 Summary Statistik Uji Coba Tes ...................................................... 133
Tabel 4.20 Kriteria Separation ........................................................................... 134
Tabel 4.21 Tingkat Kesulitan Butir .................................................................... 135
-
xvi
Tabel 4.22 Kriteria Tingkat Kesulitan Butir ...................................................... 136
Tabel 4.23 Pengelompokkan Tingkat Kesulitan Butir ....................................... 136
Tabel 4.24 Kriteria Ketelitian Butir ................................................................... 137
Tabel 4.25 Kriteria Kemampuan Responden ..................................................... 142
Tabel 4.26 Sebaran Abilitas Person ................................................................... 142
Tabel 4.27 Perubahan Urutan Butir Soal ........................................................... 143
Tabel 4.28 Standar Residual Varians Tes .......................................................... 144
Tabel 4.29 Penerimaan Butir Fit ........................................................................ 145
Tabel 4.30 Summary Statistik Tes ..................................................................... 148
Tabel 4.31 Tingkat Kesulitan Butir .................................................................... 149
Tabel 4.32 Perubahan Tingkat Kesulitan Butir .................................................. 151
Tabel 4.33 Pengelompokan Tingkat Kesulitan Butir ......................................... 152
Tabel 4.34 Nilai SE masing-masing Butir ......................................................... 153
Tabel 4.35 Responden Tidak Memenuhi Kriteria Person Fit ............................ 154
Tabel 4.36 Sebaran Abilitas Person ................................................................... 157
-
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kombinasi Dimensi Pengetahuan dan Dimensi Proses
Kognitif ........................................................................................ 44
Gambar 2.2 Grafik Fungsi Informasi pengukuran ........................................... 71
Gambar 2.3 Pengukuran Menghasilkan Informasi yang Tinggi pada
Individu dengan Abilitas yang Rendah ........................................ 71
Gambar 2.4 Pengukuran Menghasilkan Informasi yang Tinggi pada
Individu dengan Abilitas yang Tinggi ......................................... 71
Gambar 2.5 Dua Puncak Informasi Optimal .................................................... 72
Gambar 2.6 Kurva Karakteristik Butir untuk 1𝑝𝑖 ............................................ 76
Gambar 2.7 Nilai Informasi Butir dan Kesalahan Standar Pengukuran
Suatu Butir dengan Parameter 𝑎 = 2, 𝑏 = 0,5 dan 𝑐 = 0,1 ....... 78
Gambar 2.8 Kerangka Berpikir ........................................................................ 90
Gambar 4.1 Grafik Fungsi Informasi Uji Coba Tes ......................................... 132
Gambar 4.2 Grafik Fungsi Informasi Tes ........................................................ 147
-
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Kisi-Kisi dan Proporsi Butir Soal ................................................ 177
Lampiran 2 Soal Tes HOTS dan Pedoman Penskoran.................................... 181
Lampiran 3 Lembar Penilaian Ahli ................................................................. 193
Lampiran 4 Hasil Analisis Telaah Ahli ........................................................... 196
Lampiran 5 Surat Edaran Nomor B/1738/UN37/TU/2020 ............................. 197
Lampiran 6 Kisi-kisi, Proporsi Butir, Soal tes HOTS, dan Pedoman
Penskoran untuk Uji One To one................................................ 199
Lampiran 7 Rekapan Pengisian Angket Keterbacaan
Assessment Tes ........................................................................ 212
Lampiran 8 Salah Satu Bentuk Pengisian Angket Keterbacaan
Assessment Tes .......................................................................... 213
Lampiran 9 Kisi-kisi, Proporsi Butir, Soal Tes dan Pedoman Penskoran
untuk Uji Coba Tes ..................................................................... 214
Lampiran 10 Item Fit Uji Coba Tes ................................................................ 226
Lampiran 11 Summary Statistik Uji Coba Tes ................................................. 227
Lampiran 12 Person Misfit Uji Coba Tes ......................................................... 228
Lampiran 13 Scalogram Uji Coba Tes ............................................................. 229
Lampiran 14 Person Measure Uji Coba Tes .................................................... 230
Lampiran 15 Kisi-kisi, Proporsi Butir, Soal Tes, dan Pedoman Penskoran
Tes untuk Tes ............................................................................. 231
Lampiran 16 Item Fit Tes .................................................................................. 243
Lampiran 17 Summary Statistik Tes ................................................................. 244
Lampiran 18 Person Misfit Tes ......................................................................... 245
Lampiran 19 Scalogram Tes ............................................................................. 247
Lampiran 20 Person Measure Tes ...................................................................... 249
Lampiran 21 Kisi-kisi, Proporsi Butir, Soal Tes, dan Pedoman
Penskoran Tes .............................................................................. 252
Lampiran 22 Surat Keterangan Penelitian ........................................................ 264
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Abad ke-21 ditandai sebagai abad keterbukaan atau abad globalisasi, artinya
kehidupan manusia pada abad ke-21 mengalami perubahan-perubahan yang
fundamental yang berbeda dengan tata kehidupan pada abad sebelumnya. Abad ke-
21 adalah abad yang meminta kualitas dalam segala usaha dan hasil kerja manusia,
yang dihasilkan oleh lembaga-lembaga yang dikelola secara profesional sehingga
membuahkan hasil unggulan (Wijaya, E. Y., Sudjimat, D. A., & Nyoto, A. , 2016
:263).
Mukhadis (2013:115) dalam Wijaya, E. Y., Sudjimat, D. A., & Nyoto, A
(2016:264) mengemukakan bahwa abad ke-21 juga dikenal dengan masa
pengetahuan (knowledge age), dalam era ini semua alternatif upaya pemenuhan
kebutuhan hidup dalam berbagai konteks lebih berbasis pengetahuan. Salah satunya
yaitu upaya pemenuhan kebutuhan bidang pendidikan berbasis pengetahuan
(knowledge based education).
Perubahan kurikulum dalam sistem pendidikan di Indonesia dilaksanakan
dengan tujuan menghasilkan sumber daya manusia yang produktif menghadapi
perkembangan global diberbagai bidang maka dalam kurun waktu 17 tahun
kurikulum pendidikan yang digunakan di Indonesia telah mengalami 4 kali
perubahan, mulai dari diterapkannya kurikulum berbasis kompetensi pada tahun
2004, kurikulum KTSP pada tahun 2006, kurikulum 2013 pada tahun 2013 dan
1
-
2
kurikulum terbaru yaitu kurikulum nasional yang telah diperkenalkan dan mulai
diterapkan pada tahun 2016 (Fitriani, D., Suryana, Y., & Hamdu, G., 2018:88),
selanjutnya Mukminan (2015:3) dalam Kodriana, W., Mulyana, E. H., & Nugraha,
A (2017:62) menjelaskan bahwa urgensi dilakukannya pengembangan kurikulum
pendidikan di Indonesia adalah untuk menghasilkan lulusan yang memiliki:
kemampuan berpikir tingkat tinggi, berkepribadian Indonesia, menjunjung tinggi
budaya bangsa, memiliki kemampuan sosial budaya, dan memiliki kesadaran
global”. Fitriani, D., Suryana, Y., & Hamdu, G (2018:88) menjelaskan juga bahwa
salah satu karakteristik lulusan yang diharapkan terbentuk adalah kemampuan
berpikir tingkat tinggi. Rahmah, A. N., & Muharni, L. P. J (2019:1) mengemukakan
bahwa kurikulum 2013 menekankan pentingnya siswa memiliki keterampilan
berpikir tingkat tinggi (HOTS), sehingga buku pada kurikulum 2013 harus memuat
soal yang dapat melatih kemampuan HOTS.
Menurut Lewy, L., Zulkardi, Z., & Aisyah, N (2009:15) yang merupakan
dasar dari berpikir tingkat tinggi yaitu taksonomi Bloom. Pemikiran ini didasarkan
bahwa beberapa jenis pembelajaran memerlukan proses kognisi yang lebih daripada
yang lain, tetapi memiliki manfaat-manfaat lebih umum. Anderson, W. L, &
Krathwohl, R. D (2017:6) mengemukakan bahwa taksonomi Bloom hanya
mempunyai satu dimensi, sedangkan taksonomi revisi memiliki dua dimensi, yaitu
proses kognitif dan pengetahuan. Dimensi proses kognitif terdiri dari enam kategori
yaitu: mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan
mencipta. Dimensi pengetahuan terdiri dari empat kategori yaitu faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif.
-
3
Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R dalam Ariyana Y., Pudjiastuti A.
Bestary R., & Zamroni (2019:10) juga menjelaskan bahwa mengkategorikan
HOTS yang lebih modern tidak lagi hanya melibatkan satu dimensi saja (dimensi
proses kognitif), tetapi HOTS merupakan irisan antara tiga komponen dimensi
proses kognitif teratas (menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta) dan tiga
komponen dimensi pengetahuan tertinggi (konseptual, prosedural, dan
metakognitif).
Pada era informasi global seperti sekarang ini, semua pihak memungkinkan
mendapatkan informasi secara melimpah, cepat, dan mudah dari berbagai sumber
dan dari berbagai penjuru dunia. Untuk itu, manusia dituntut memiliki kemampuan
dalam memperoleh, memilih, mengelola, dan menindaklanjuti informasi untuk
dimanfaatkan dalam kehidupan yang dinamis, sarat tantangan, dan penuh
kompetisi, ini semua menuntut setiap orang untuk memiliki kemampuan berpikir
kritis, kreatif, logis, dan sistematis, kemampuan tersebut dapat dikembangkan
melalui kegiatan pembelajaran matematika karena tujuan pembelajaran matematika
di sekolah (Herman, T. 2007:47).
Masalah matematika diberikan kepada siswa untuk melatih diri dalam
menggunakan kemampuan berpikir, serta untuk mengetahui posisi tingkat berpikir
yang dimiliki masing-masing siswa, akan tetapi pemecahan masalah matematika
sangat dipengaruhi oleh tingkat kemampuan berpikir yang dimiliki oleh siswa.
Kemampuan berpikir merupakan kemampuan memproses informasi secara mental
atau kognitif yang dimulai dari tingkat rendah hingga tingkat tinggi. Setiap siswa
diarahkan untuk memiliki kemampuan berpikir hingga tingkat tertinggi sehingga
-
4
berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking) merupakan tujuan akhir dalam
meningkatkan kemampuan berpikir. Untuk itu, diperlukan informasi tingkat
kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dimiliki oleh masing–masing siswa
sebagai langkah awal dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir
(Purbaningrum, K. A. 2017).
Assessment dilakukan sebagai upaya untuk mengukur tingkat ketercapaian
indikator pembelajaran dan mengumpulkan informasi perkembangan belajar siswa
pada berbagai aspek. Aspek yang diukur meliputi aspek kognitif, psikomotorik, dan
afektif yang ditunjukkan dengan adanya perubahan paradigma berpikir siswa, baik
secara individu maupun kelompok (Astuti, W. P., Prasetyo, A. P. B., & Rahayu, E.
S. 2012:40). Budiman, A., & Jailani, J (2014:142) mengemukakan bahwa bentuk
instrumen assessment terdiri dari tes dan non tes. Menurut Docktor dan Heller
(2009) dalam Amalia, N. F., & Susilaningsih, E (2014:1381) instrumen penilaian
merupakan bagian integral dari suatu proses penilaian dalam pembelajaran.
Penilaian berperan sebagai program penilaian proses, kemajuan belajar, dan hasil
belajar siswa.
Penilaian diperlukan untuk memantau proses kemajuan dan hasil belajar
peserta didik yang berkesinambungan. Penilaian adalah proses pengumpulan dan
pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.
Penilaian bertujuan untuk (1) memantau dan mengevaluasi proses, kemajuan
belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan, (2)
menilai pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran, dan
-
5
(3) menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran
tertentu (Permendikbud RI Nomor 23 Tahun 2016).
Istiyono, E., Mardapi, D., & Suparno, S (2014:3) mengemukakan bahwa
penilaian dapat dilakukan secara lisan ataupun tertulis. Penilaian secara tertulis
dilakukan dengan tes tertulis. Suhaesti J., Undang R., & Ismu W (2017:59)
berpendapat bahwa melakukan penilaian merupakan salah satu cara agar dapat
mengetahui apakah keterampilan berpikir tingkat tinggi telah dimiliki siswa, selain
itu penilaian yang berupa tes dapat digunakan untuk melatih kemampuan berpikir
siswa dan memiliki pengaruh dalam menentukan keterampilan pikir siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Rofiqoh, A (2014) menunjukkan bahwa: 1)
Komposisi dimensi proses kognitif soal uji kompetensi pada pokok bahasan
transformasi, statistika, dan peluang dalam buku siswa pelajaran matematika SMP
kelas VII kurikulum 2013 adalah 0% mengingat (C1), 34% memahami (C2), 61%
mengaplikasikan (C3), 5% menganalisis (C4), 0% mengevaluasi (C5), dan 0%
mencipta (C6). 2). Komposisi dimensi pengetahuan soal uji kompetensi pada pokok
bahasan transformasi, statistika, dan peluang dalam buku siswa pelajaran
matematika SMP kelas VII kurikulum 2013 adalah 39% pengetahuan konseptual,
61% pengetahuan prosedural, 0% pengetahuan faktual, dan 0% pengetahuan
metakognitif.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Imanuddin, T. N. F (2015:61) memiliki
kesimpulan bahwa buku siswa matematika SMP/MTs kelas VII kurikulum 2013
terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) pada tahun 2014
(Edisi Revisi) semester 1 terdiri dari 74 pertanyaan yang dapat diklasifikasikan.
-
6
Dari 74 pertanyaan ini, terdapat persentase pertanyaan tingkat kognitif yaitu 8,17%
C1; 63,26% C2; 23,13% C3; 2,72% C4; 2,72% C5; dan 0% C6. Buku siswa
matematika SMP/MTs kelas VII kurikulum 2013 terbitan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan (Kemdikbud) pada tahun 2014 (Edisi Revisi) semester 2 terdiri
dari 35 pertanyaan yang dapat diklasifikasikan dengan persentase pertanyaan
tingkat kognitif yaitu 5,72% C1; 28,56% C2; 37,14% C3; 17,14% C4; 8,58% C5 ;
dan 2,86% C6.
Rufiana, I. S (2016:21) mengatakan bahwa soal-soal yang ada pada buku
siswa kurikulum 2013 kelas VII untuk mata pelajaran matematika sebagian besar
adalah soal pemahaman yaitu sebanyak 68,01%, proporsi soal penyajian dan
penafsiran (23,67%) lebih besar jika dibandingkan soal penalaran dan pembuktian
(1,45%), persentase yang kecil pada soal bentuk penalaran dan pembuktian
menyebabkan siswa tidak terbiasa untuk menyelesaikan soal-soal dalam bentuk ini.
Rahmah, A. N., & Muharni, L. P. J (2019:1) melakukan Penelitian yang
bertujuan untuk mendeskripsikan soal yang ada pada buku matematika kelas VII
berdasarkan aspek kognitif agar mencapai kompetensi dasar dan kompetensi inti
dimana objek penelitian adalah soal latihan pada buku matematika kelas VII
semester I bab persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel, hasil penelitian
diperoleh informasi bahwa persentase soal untuk masing-masing tingkat kognitif
adalah C2 (31,70%), C3 (56,09%), C4 (12,19%), C5 (0,0%), dan C6 (0,0%)
sehingga disarankan soal yang ada pada buku harus diperbaiki agar dapat
meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa, sehingga tercapainya
kompetensi dasar dan kompetensi inti. Hal tersebut diperkuat dengan hasil
-
7
penelitian yang dilakukan oleh Rofiqoh, A (2014), Imanuddin, T. N. F (2015:61),
Rufiana, I. S (2016:21), dan Rahmah, A. N., & Muharni, L. P. J (2019:1) yang dapat
disimpulkan bahwa soal yang mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi
memiliki persentase yang sangat rendah.
Tandilling, E (2012) menambahkan bahwa cara guru mengajukan pertanyaan
atau memberikan latihan soal dikelas yang kurang bervariasi menyebabkan siswa
mengalami kesulitan dalam pembelajaran matematika. Lebih lanjut Sukriadi,
Kartono, & Wiyanto (2015:141) mengemukakan bahwa seharusnya proses belajar
matematika merupakan proses pembelajaran yang aktif, seperti menyelidiki,
menjustifikasi, mengeksplorasi, menggambar, mengkonstruksi, menggunakan,
menerangkan, mengembangkan, dan membuktikan yang berlangsung dengan cara
sosial interaktif dan reflektif.
Budiman, A., & Jailani, J (2014:142) mengemukakan bahwa masalah yang
dihadapi oleh guru adalah kemampuan guru dalam mengembangkan instrumen
assessment HOTS masih kurang selain itu belum tersedianya instrumen assessment
yang didesain khusus untuk melatih HOTS atau keterampilan berpikir tingkat tinggi
peserta didik. Lebih lanjut diungkapkan bahwa permasalahan, yang terjadi di
sekolah, soal-soal cenderung lebih banyak menguji aspek ingatan yang kurang
melatih keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik, kemampuan berpikir
anak Indonesia secara ilmiah dianggap masih rendah dilihat dari hasil survei TIMSS
salah satu faktor penyebabnya antara lain karena peserta didik di Indonesia kurang
terlatih dalam menyelesaikan soal-soal yang mengukur HOTS, dan masalah yang
dihadapi oleh guru adalah kemampuan guru dalam mengembangkan instrumen
-
8
assessment HOTS masih kurang dan belum tersedianya instrumen assessment yang
didesain khusus untuk melatih HOTS, sehingga perlu dikembangkan instrumen
assessment HOTS.
Pulungan, D. A (2014:75) menambahkan bahwa terdapat ketidaksesuaian
antara tuntutan kompetensi matematika dengan ketersediaan alat ukurnya berupa
instrumen tes. Guru selama ini melakukan proses penilaian hanya sebatas
menggambarkan aspek penguasaan pembelajaran dan materi tertentu. Lebih lanjut
Budiman, A., & Jailani, J (2014:141) menambahkan bahwa jenis pertanyaan yang
diberikan oleh guru sangat berpengaruh terhadap perkembangan keterampilan
berpikir siswa. Keterampilan berpikir tingkat tinggi dapat diasah dengan pertanyaan
yang memicu peserta didik untuk berpikir analisis, evaluasi, dan kreatif.
Pada studi pendahuluan yang telah dilakukan melalui wawancara kepada dua
orang guru matematika kelas VII SMP PL Domenico Savio Semarang, informasi
yang diperoleh, yaitu soal-soal latihan yang diberikan kepada siswa bersumber dari
buku matematika utama yaitu buku matematika kelas VII kurikulum 2013 revisi
2016, yang dikeluarkan oleh Kemendikbud, berdasarkan informasi yang diperoleh
yaitu terdapat beberapa kekurangan pada buku tersebut salah satunya yaitu terdapat
kesalahan-kesalahan pada soal, sehingga guru matematika menambahkan sumber
lainnya untuk memberikan soal latihan kepada siswa, dengan menggunakan buku
matematika penerbit Kanisius dan menggunakan kumpulan-kumpulan soal yang
dimiliki oleh guru. Sementara untuk sumber lain yang khusus berisi soal-soal
HOTS, tidak dimiliki oleh guru ataupun sekolah. Informasi lain yang diperoleh
yaitu guru sebenarnya telah mendapat informasi tentang gambaran soal HOTS,
-
9
akan tetapi belum pernah mengikuti pelatihan terkait pembuatan soal HOTS, selain
itu belum memiliki panduan pembuatan soal HOTS.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi pada mata pelajaran matematika memiliki
peranan yang sangat penting bagi kehidupan para siswa dalam menghadapi abad -
21, untuk mengetahui apakah siswa memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi
diperlukan assessment untuk mengetahuinya, assessment yang telah diuraikan
sebelumnya salah satunya dapat berupa tes. Retnawati H (2005) dalam Safaruddin,
S., Anisa, A., & Saleh, A. F (2018:39) berpendapat bahwa tes merupakan salah
satu cara paling mudah dan murah yang bisa dilakukan untuk memotret kemajuan
belajar peserta tes dalam ranah kognitif. Oleh karena itu, keberadaan perangkat tes
yang berkualitas merupakan suatu keniscayaan sehingga kemampuan kognitif
peserta tes dapat diungkapkan.
Wirda, M. A., Berutu, N., Rahmad, R., & Rohani, R (2017:103) mengemukan
bahwa dari bentuk-bentuk tes terdapat suatu jenis tes yang telah distandarisasi yaitu
jenis tes telah diuji validitas dan reliabilitas nya secara ketat serta telah diuji
kelayakan penggunaannya secara praktis. Selain itu Puspendik Balitbang
Depdiknas (2007) dalam Wardhani, D. F., & Putra, A. P (2016:76) mengemukakan
bahwa tes standar adalah tes dimana soal-soalnya telah melalui proses analisis baik
secara kualitatif maupun kuantitatif. Nisrokha (2020:21) manambahkan bahwa tes
standar memenuhi syarat sebagai tes yang baik yaitu syarat validitas, reliabilitas,
dan objektivitas, tes standar juga dapat digunakan pada waktu yang relatif lama dan
dapat diterapkan pada beberapa obyek mencakup wilayah yang luas, disamping itu
tes standar telah diklasifikasikan sesuai dengan tingkat usia dan kelasnya.
-
10
Retnawati, H (2011) mengemukakan bahwa pada pelaksanaan tes berbentuk
uraian, penskoran umumnya dilakukan secara parsial berdasarkan langkah-langkah
yang harus ditempuh untuk menjawab benar suatu butir soal. Penskoran dilakukan
dengan perlangkah dan skor perbutir diperoleh peserta didapati dengan menjumlah
skor siswa tiap langkah, dan kemampuan diestimasi dengan skor mentah. Akan
tetapi model penskoran seperti tersebut belum tentu tepat, karena tingkat kesulitan
tiap langkah tidak diperhitungkan, sehingga perlu pendekatan alternatif dan
pendekatan alternatif yang dapat digunakan yaitu pendekatan teori respons butir
untuk penskoran politomus. Sarjono, S (2015:114) mengemukakan bahwa
Penskoran PCM merupakan salah satu model penskoran politomus, dengan
menghasilkan jumlah kategori lebih dari dua dan setiap item dapat memiliki jumlah
kategori respon yang berbeda-beda.
Berdasarkan uraian di atas, maka assesment tes HOTS untuk menilai
keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik pada mata pelajaran matematika
kelas VII yang telah terstandar perlu dikembangkan. Meskipun telah tersedia soal
HOTS pada buku siswa yang disediakan oleh pemerintah untuk menguji
keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik, namun jumlah soal HOTS
memiliki persentase yang rendah dan kurang proporsional jika melihat tuntutan
kurikulum 2013 yang menuntut peserta didik untuk berpikir tingkat tinggi.
Sehingga pada penelitian ini akan dikembangkan assessment tes HOTS peserta
didik pada pembelajaran matematika kelas VII berbasis model Rasch, dengan
dikembangkannya assessment tes HOTS peserta didik pada pembelajaran
matematika kelas VII berbasis model Rasch harapannya dapat menambah jumlah
-
11
bank soal yang dapat digunakan untuk menilai dan melatih HOTS peserta didik
pada pembelajaran matematika kelas VII dan buku panduan yang dihasilkan dapat
dijadikan patokan oleh guru untuk menyusun soal-soal HOTS.
1.2 Identifikasi Masalah
1. Penekanan kurikulum 2013 sendiri adalah kemampuan berpikir tingkat tinggi
akan tetapi persentase soal kemampuan berpikir tingkat tinggi yang tersedia pada
buku matematika memiliki persentase yang rendah.
2. Kemampuan berpikir anak Indonesia secara ilmiah dianggap masih rendah
ditunjukkan dengan hasil survei TIMSS, dimana salah satu faktor penyebabnya
yaitu peserta didik di Indonesia kurang terlatih dalam menyelesaikan soal-soal
yang mengukur HOTS.
3. Belum tersedianya assessment tes yang didesain khusus untuk melatih HOTS
peserta didik.
4. Kemampuan guru dalam mengembangkan instrumen assessment tes HOTS
masih kurang.
1.3 Cakupan Masalah
Assessment tes matematika yang dikembangkan pada penelitian ini
diperuntukkan kepada peserta didik kelas VII pada mata pelajaran matematika
dengan memuat materi yang terdapat pada semester ganjil, dimana assessment tes
yang dikembangkan dengan melihat KD yang sesuai dengan kriteria HOTS.
-
12
Assessment tes yang dikembangkan dianalisis validitas internal dan
reliabilitas berdasarkan penilaian yang diberikan oleh expert judgment, pada uji one
to one dianalisis keterbacaan instrumen assessment tes dan estimasi waktu
pengerjaan assessment tes HOTS yang dikembangkan, sementara data yang
diperoleh pada saat uji coba tes dan tes akan dianalisis validitas eksternal, nilai
fungsi informasi, tingkat kesulitan, estimasi kesalahan pengukuran, dan estimasi
parameter kemampuan menggunakan model Rasch.
Adapun hasil penelitian ini berupa assessment tes HOTS peserta didik pada
pembelajaran matematika kelas VII yang memenuhi karakteristik penelitian.
Produk yang dihasilkan pada penelitian ini, berupa assessment tes HOTS peserta
didik pada pembelajaran matematika kelas VII berbasis model Rasch yang
terangkum pada buku panduan yang terdiri atas kisi-kisi assessment tes, proporsi
butir tes, soal tes, dan pedoman penskoran.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka rumusan masalah
pada penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana validitas assessment tes Higher Order Thinking Skilss (HOTS)
peserta didik pada pembelajaran matematika kelas VII berbasis model Rasch
yang dikembangkan?
2. Bagaimana reliabilitas assessment tes Higher Order Thinking Skilss (HOTS)
peserta didik pada pembelajaran matematika kelas VII berbasis model Rasch
yang dikembangkan?
-
13
3. Bagaimana nilai fungsi informasi assessment tes Higher Order Thinking Skilss
(HOTS) peserta didik pada pembelajaran matematika kelas VII berbasis model
Rasch yang dikembangkan?
4. Bagaimana tingkat kesulitan assessment tes Higher Order Thinking Skilss
(HOTS) peserta didik pada pembelajaran matematika kelas VII berbasis model
Rasch yang dikembangkan?
5. Bagaimana estimasi kesalahan pengukuran assessment tes Higher Order
Thinking Skilss (HOTS) peserta didik pada pembelajaran matematika kelas VII
berbasis model Rasch yang dikembangkan?
6. Bagaimana estimasi parameter kemampuan berdasarkan assessment tes Higher
Order Thinking Skilss (HOTS) peserta didik pada pembelajaran matematika
kelas VII berbasis model Rasch yang dikembangkan?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Menganalisis validitas assessment tes Higher Order Thinking Skilss (HOTS)
peserta didik pada pembelajaran matematika kelas VII berbasis model Rasch
yang dikembangkan.
2. Menganalisis reliabilitas assessment tes Higher Order Thinking Skilss (HOTS)
peserta didik pada pembelajaran matematika kelas VII berbasis model Rasch
yang dikembangkan.
-
14
3. Menganalisis nilai fungsi informasi assessment tes Higher Order Thinking
Skilss (HOTS) peserta didik pada pembelajaran matematika kelas VII berbasis
model Rasch yang dikembangkan.
4. Menganalisis tingkat kesulitan assessment tes Higher Order Thinking Skilss
(HOTS) peserta didik pada pembelajaran matematika kelas VII berbasis model
Rasch yang dikembangkan.
5. Menganalisis estimasi kesalahan pengukuran assessment tes Higher Order
Thinking Skilss (HOTS) peserta didik pada pembelajaran matematika kelas VII
berbasis model Rasch yang dikembangkan.
6. Menganalisis estimasi parameter kemampuan berdasarkan assessment tes
Higher Order Thinking Skilss (HOTS) peserta didik pada pembelajaran
matematika kelas VII berbasis model Rasch yang dikembangkan.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan harapannya dapat memberikan manfaat kepada
dunia pendidikan baik manfaat secara teoritis maupun manfaat praktis. Adapun
manfaat teoritis dan manfaat praktis dari penelitian ini sebagai berikut.
1.6.1 Manfaat Teoritis
Penelitian yang dilakukan memberikan manfaat teoritis berbentuk tesis yang
berisi tentang pengembangan assessment tes Higher Order Thinking Skills (HOTS)
berbentuk soal uraian yang dapat menilai Higher Order Thinking Skilss (HOTS)
-
15
peserta didik pada pembelajaran matematika kelas VII di semester ganjil berbasis
model Rasch.
1.6.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian yang dilakukan yaitu:
1. Assessment tes yang dikembangkan dapat digunakan untuk menilai kemampuan
Higher Order Thinking Skilss (HOTS) peserta didik pada pembelajaran
matematika kelas VII.
2. Assessmen tes Higher Order Thinking Skilss (HOTS) peserta didik pada
pembelajaran matematika kelas VII yang dikembangkan dapat menjadi
tambahan bank soal disekolah untuk melatih keterampilan berpikir tingkat
tinggi.
3. Assessment tes Higher Order Thinking Skilss (HOTS) peserta didik pada
pembelajaran matematika kelas VII yang dikembangkan dapat dijadikan sebagai
panduan oleh guru mengembangkan instrumen assessment tes pada materi lain.
1.7 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan
Produk yang dikembangkan pada penelitian ini berupa assessment tes Higher
Order Thinking Skilss (HOTS) peserta didik pada pembelajaran matematika kelas
VII berbentuk soal uraian yang dianalisis menggunakan model Rasch. Assesment
tes Higher Order Thinking Skilss (HOTS) yang dikembangkan mengacu pada
taksonomi Bloom domain proses kognitif dan domain pengetahuan. Domain proses
kognitif terdiri dari menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta, sementara domain
-
16
pengetahuan terdiri dari konseptual, prosedural, dan metakognitif. Assessment tes
yang dikembangkan berdasarkan KD yang memenuhi kriteria HOTS pada mata
pelajaran matematika kelas VII dengan materi yang termuat pada semester ganjil.
Produk yang dihasilkan pada penelitian ini berbentuk buku panduan.
1.8 Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan
Asumsi pada penelitian ini yaitu melalui pengembangan assessment tes
Higher Order Thinking Skilss (HOTS) peserta didik pada pembelajaran matematika
kelas VII berbasis model Rasch yang dikembangkan, guru dapat
mengimplementasikan assessment tes yang dikembangkan kepada peserta didik
untuk menilai dan melatih kemampuan Higher Order Thinking Skilss (HOTS)
peserta didik pada pembelajaran matematika kelas VII. Adapun tahap-tahap
penyusunan instrumen assessment tes Higher Order Thinking Skilss (HOTS)
peserta didik pada pembelajaran matematika kelas VII menggunakan model
pengembangan Djemari Mardapi (2016:95-113) yang dimodifikasi. Analisis data
pada penelitian menggunakan model Rasch. Harapannya assesment tes matematika
kelas VII berdasarkan Higher Order Thinking Skilss (HOTS) yang dikembangkan
dapat dijadikan acuan oleh guru untuk mengembangkan instrumen assessment tes
Higher Order Thinking Skilss (HOTS) pada materi lainnya.
Pengembangan assessment tes Higher Order Thinking Skilss (HOTS) peserta
didik pada pembelajaran matematika kelas VII yang dikembangkan memiliki
keterbatasan pada produk yang dihasilkan, yaitu :
-
17
1. Assessment tes Higher Order Thinking Skilss (HOTS) peserta didik pada
pembelajaran matematika kelas VII yang dikembangkan diperuntukkan kepada
peserta didik kelas VII pada semester ganjil.
2. Aassessment tes Higher Order Thinking Skilss (HOTS) peserta didik pada
pembelajaran matematika yang dikembangkan berbentuk soal uraian.
3. Uji one to one, uji coba tes dan tes dilaksanakan pada satu sekolah.
4. Uji coba dibatasi pada uji one to one, uji coba tes dan tes.
-
18
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORITIS, DAN KERANGKA
BERPIKIR
2.1 Kajian Pustaka
Penelitian dan pengembangan bertujuan untuk menghasilkan sebuah produk
baru atau menyempurnakan produk yang sudah ada yang dapat dipertanggung
jawabkan. Produk yang dihasilkan tidak harus berbentuk benda perangkat keras
(hardware) namun juga dapat berupa benda yang tidak kasat mata atau perangkat.
Produk yang dihasilkan pada dunia pendidikan dapat berupa model pembelajaran,
multimedia pembelajaran atau perangkat pembelajaran, seperti RPP, buku, LKS,
soal-soal dan lain-lain atau bisa juga penerapan teori pembelajaran dengan
menggabungkan pengembangan perangkat pembelajaran (Munawaroh, I. 2015:1-
2).
Beberapa penelitian pengembangan pada bidang matematika yang berkaitan
dengan Higher Order Thinking Skilss (HOTS) telah dilakukan sebelumnya pada
bidang pendidikan diantaranya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Anisah, A., &
Lastuti, S (2018) melakukan penelitian dengan mengembangkan bahan ajar
berbasis Higher Order Thinking Skilss (HOTS) untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematis mahasiswa semester II prodi PGSD yang
mengambil matakuliah matematika, menggunakan prosedur ADDIE. Tujuan dari
pengembangan yang dilakukan yaitu, untuk menghasilkan bahan ajar matematika
berbasis higher order thinking bagi mahasiswa semester II prodi PGSD pada mata
18
-
19
kuliah matematika I yang memenuhi kriteria valid dan efektif. Bahan ajar yang
dimaksud berupa materi ajar (modul) berbasis higher order thinking serta soal
evaluasi untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis mahasiswa.
Ahmad, S., Prahmana, R. C. I., Kenedi, A. K., Helsa, Y., Arianil, Y., & Zainil,
M (2017:1) melakukan penelitian yang bertujuan mengembangkan instrumen
standar untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) siswa PGSD
pada pembelajaran Matematika. Metode penelitian yang digunakan adalah
penelitian pengembangan terdiri dari delapan langkah. Instrumen yang digunakan
pada penelitian ini yaitu lembar validasi, observasi pelaksanaan, dan kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa instrumen tersebut valid dan layak
berdasarkan telaah oleh pakar lebih lanjut soal essay yang diuji pada siswa PGSD
memberi informasi bahwa 60% siswa PGSD memiliki keterampilan berpikir
dengan kategorisasi rendah.
Widana, I. W., Parwata, I. M. Y., Parmithi, N. N., Jayantika, I. G. A. T.,
Sukendra, K., & Sumandya, I. W (2018) melakukan penelitian tentang penilaian
keterampilan berpikir tingkat tinggi terhadap pemikiran kritis pada pelajaran
matematika, penilaian yang dilakukan bertujuan menganalisis efektifitas berpikir
tingkat tinggi penilaian keterampilan (HOTS) terhadap keterampilan berpikir kritis
siswa SMA pada pelajaran matematika. Subjek pada penelitian yang dilakukan
yaitu siswa kelas XII-IPA, SMA Negeri 8 Denpasar, tahun akademik 2017/2018.
Pemilihan sampel menggunakan teknik random sampling dimana dua kelas yang
dipilih secara acak XII MIPA-4 dipilih 38 siswa sebagai kelas eksperimen diberikan
perlakuan dalam bentuk pembelajaran menggunakan Higher Order Thinking Skilss
-
20
(HOTS) dan XII MIPA-6 sebagai kontrol 37 siswa diberi pembelajaran
menggunakan penilaian LOTS. Desain penelitian yang digunakan adalah post-test
only control group design. Data dianalisis menggunakan ANOVA satu arah atau
sering disebut uji-F menggunakan program SPSS 22.0. Hasil analisis pada
penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa penilaian HOTS bisa meningkatkan
keterampilan berpikir kritis siswa dalam pelajaran matematika secara efektif.
Pengembangan soal tes berbasis Higher Order Thinking Skilss (HOTS) juga
dilakukan oleh Lestari, A., Saepulrohman, A., & Hamdu, G (2016) tujuan dari
pengembangan yang dilakukan yaitu untuk mengembangkan soal tes berbasis
HOTS yang dikemukakan oleh Bloom revisi C4 (menganalisis), C5 (mengevaluai),
C6 (mencipta). Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode DBR
(Desigen-Based-Research) yang dikemukakan oleh Reeves. Hasil uji coba I pada
penelitian yang dilakukan dilihat dari validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat
kesukaran dan pengecoh terdapat 5 soal yang harus diperbaiki, selanjutnya
dilakukan revisi II dan dilakukan uji coba II dengan hasil produk berupa 10 butir
soal pilihan ganda dan 13 soal essay yang dikembangkan valid, praktis, dan layak.
Ernawati, E (2016) melakukan pengembangan perangkat pembelajaran
matematika berbasis openended approach untuk mengembangkan Higher Order
Thinking Skilss (HOTS) siswa SMA. Model pengembangan yang digunakan adalah
model Borg & Gall. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMAN
1 Barabai, SMAN 2 Barabai, dan SMAN 8 Barabai. Penelitian yang dilakukan
menghasilkan perangkat pembelajaran matematika berupa RPP dan PKS dengan
kriteria valid, praktis, dan efektif dalam mengembangkan keterampilan berpikir
-
21
tingkat tinggi pada siswa, serta TKK (essay dan pilihan ganda) yang telah
memenuhi kriteria valid, praktis, dan reliabel.
Sagala, P. N., & Andriani, A (2019) juga melakukan penelitian
pengembangan yang dilaksanakan di jurusan pendidikan matematika, Universitas
Negeri Medan, penelitian bertujuan untuk menghasilkan instrumen penilaian
matematika dalam bentuk pertanyaan Higher Order Thinking Skilss (HOTS),
penelitian ini mencoba untuk membedakan antara tiga jenis pertanyaan, yaitu
LOCQ, IOCQ dan HOCQ dalam ranah taksonomi Bloom tentang mata pelajaran
teori probabilitas. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian dan
pengembangan mengacu pada desain pengembangan Tessmer yang terdiri dari 2
fase yaitu evaluasi pendahuluan dan formatif. Teknik analisis data menggunakan
deskriptif kuantitatif dalam menganalisis soal-soal mata pelajaran teori probabilitas
di semester ganjil pada tahun akademik 2018/2019. Analisis dilakukan untuk
mengetahui validitas, kepraktisan, keefektifan pertanyaan dan juga tingkat
keteraturan berpikir keterampilan siswa.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Arifin, Z., & Retnawati, H (2017)
dengan melakukan analisis istrumen pengukur Higher Order Thinking Skills
(HOTS) matematika siswa SMA. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan
menghasilkan instrumen pengukur HOTS matematika siswa SMA yang valid,
reliabel, tingkat kesukaran sedang, dan daya pembeda yang baik. Uji coba
instrumen dilakukan di kelas X pada tiga SMA kota Yogyakarta dengan
keseluruhan subjek uji coba sebanyak 169 siswa. Instrumen pengumpulan data
berupa lembar soal uraian, pilihan ganda dan jawaban singkat . Teknik analisis data
-
22
yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi, validitas konstruk,
reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, kefektifan pengecoh atau distraktor,
dan kemampuan Higher Order Thinking Skilss (HOTS) matematika siswa.
Selain melakukan pengembangan butir tentunya butir yang dikembangkan
dianalisis. Analisis dapat dilakukan menggunakan teori klasik dan teori modern
atau yang dikenal dengan teori respon butir (IRT). Analisis butir pada penelitian ini
menggunakan teori modern, dimana teori modern sendiri, terdiri dari 1PL, 2PL, dan
3PL, untuk 1PL dikenal dengan Rasch model. Analisis butir soal menggunakan
item respon butir dalam pengembangan butir soal sebelumnya pernah dilakukan
oleh Ridlo (2012) dengan menggunakan program Parscale untuk mengembangkan
soal dengan berdasarkan GRM dan GPCM, sementara Hayati & Mardapi (2014)
menggunakan model 2 parameter logistik, analisis dilakukan dengan program Bilog
MG, dan Putri, F. S., Istiyono, E., & Nurcahyanto, E (2016), dan Ofianto, O., &
Basri, W (2016) menggunakan program software Quest untuk melakukan analisis
model Rasch pada butir yang dikembangkan.
Adapun penelitian pengembangan yang dilakukan menggunakan Rasch
model, dilakukan sebelumnya oleh Erfianti, L., Istiyono, E., & Kuswanto, H (2019),
juga melakukan penelitian pengembangan yang dilaksanakan di SMAN 1 Depok,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada semester genap tahun
akademik 2017/2018, penelitian menggunakan model pengembangan 4-D, yang
bertujuan untuk mengembangkan instrumen tes lup untuk mengukur kemampuan
berpikir tingkat tinggi siswa dalam pembelajaran fisika. Pada penelitian hasil uji
coba dianalisis menggunakan SPSS untuk menemukan statistik deskriptif
-
23
sedangkan analisis item dianalisis menggunakan program Quest untuk menentukan
profil kemampuan siswa.
Hasil validasi instrumen tes yang dilakukan oleh Erfianti, L., Istiyono, E., &
Kuswanto, H (2019), menunjukkan tes yang disusun valid dengan rata-rata 0,89
dengan kategori sangat tinggi. Kualitas item dalam IRT ditentukan oleh kesesuaian
item dengan model Rasch dan indeks tingkat kesulitan item. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa nilai goodness of fit semua item berada di antara dua garis
batas, yaitu 0,79-1,13. Selain kecocokannya dengan model, hal lain yaitu tingkat
kesukaran butir. Item dikatakan baik jika indeks kesulitan lebih dari -2,0 atau
kurang dari 2,0. Berdasarkan perhitungan besarnya tingkat kesulitan 10 item
tentang keterampilan berpikir tingkat tinggi dikembangkan pada kisaran -1,29
hingga 1,35. Keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa dapat dilihat dari hasil nilai
ujian. Dari hasil yang diperoleh dari 64 siswa ada 9 siswa dengan keterampilan
berpikir tingkat tinggi (HOTS), 11 siswa dalam keterampilan berpikir tingkat
menengah (MOTS) dan 44 siswa dalam keterampilan berpikir tingkat rendah
(LOTS).
Penelitian ini menggunakan model Rasch untuk menganalisis butir, dimana
penelitian pengembangan yang menggunakan model Rasch, sebelumnya pada
pembelajaran matematika, dilakukan oleh Khumaeroh, S. U., Susongko, P., &
Rokhman, M. S (2017) yaitu tentang penyusunan skala sikap peserta didik terhadap
matematika dengan penerapan model Rasch dengan studi pengembangan pada
pembelajaran matematika di SMA Negeri 1 Bojong tahun ajaran 2016/2017 yang
bertujuan untuk menyusun tes sikap peserta didik terhadap matematika yang
-
24
terstandar dan membuktikan validitas tes sikap peserta didik terhadap matematika
dengan penerapan model Rasch dilihat dari aspek isi, aspek substantif, aspek
struktural, aspek eksternal, dan aspek konsekuensial. Model pengembangan yang
digunakan yaitu model Plomp yang telah dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan
peneliti. Teknik analisis secara kuantitatif menggunakan R Programming version
3.1.2 packages eRm dan SPSS 17.0 untuk menguji validitas instrumen dengan
penerapan model Rasch.
Febrian, F., & Fera, M (2019) melakukan penelitian tentang kualitas
perangkat dan keterampilan mengajar mahasiswa pendidikan matematika pada
mata kuliah micro teaching menggunakan analisis model Rasch. Penelitian
dilakukan untuk menganalisis kualitas perangkat dan keterampilan mengajar
dengan menggunakan analisis model Rasch dengan software ministep. Analisis
yang dilakukan adalah person measure, item measure, dan person map item.
Berdasarkan hasil analisis perangkat melalui pendekatan person measure, item
measure, dan persebaran person-map diperoleh bahwa kualitas rata-rata perangkat
pembelajaran disusun oleh mahasiswa berada di atas rata-rata taraf kualitas standar
perangkat. Terdapat 71% dari total mahasiswa yang memiliki kualitas setiap item
pada perangkat di atas rata-rata standar. Sedangkan berdasarkan hasil analisis pada
aspek mengajar melalui pendekatan person measure, item measure, dan persebaran
person map, diperoleh bahwa kualitas rata-rata mengajar mahasiswa lebih tinggi
dari rata-rata taraf kualitas mengajar standar. Terdapat sekitar 46,4% dari total
mahasiswa yang memiliki kualitas mengajar setiap itemnya berada di atas kualitas
rata-rata.
-
25
Isgiyanto, A (2013) sebelumnya melakukan penelitian tentang perbandingan
penyekoran model Rasch dan model partial credit pada matematika. Penelitian
yang dilakukan menggunakan metode pendekatan retrofitting dengan menganalisis
butir soal dan data respons butir pada UN Matematika. Subjek penelitian adalah
peserta UN matematika SMP tahun pelajaran 2007/2008 di wilayah kabupaten
Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Objek yang dipilih adalah 40 butir soal dan
1016 respons butir peserta UN matematika. Sampel diambil secara simple random
sampling diperoleh 12 sekolah atau 1016 peserta. Penelitian bertujuan untuk
menentukan atribut butir soal; kemampuan peserta menjawab butir soal,
penyekoran model Rasch dan partial credit, serta nilai fungsi informasi model
Rasch, dan partial credit tes matematika. Data berupa butir soal UN matematika
dianalisis untuk mendapatkan rubrik penyekoran dimana peserta memilih option
yang benar diberi skor maksimum (skor 3). Pada tiga option yang salah (distraktor)
dikategorikan menurut bobot kesalahannya menjadi kategori ringan (skor 2),
kategori sedang (skor 1), dan kategori berat (skor 0).
Hamdi, S., Suganda, I. A., & Hayati, N (2018) juga melakukan penelitian
yang bertujuan untuk menghasilkan instrumen tes keterampilan berpikir tingkat
tinggi (HOTS) berbentuk pilihan ganda yang valid dan reliabel dengan
menggunakan budaya lokal Lombok sebagai konteks dalam materi pelajaran
matematika SMP. Uji coba lapangan terhadap 75 siswa kelas VIII. Analisis data
pada penelitian ini menggunakan teori tes klasik. Adapun penelitian ini
menyarankan agar penelitian lebih lanjut dilakukan dengan menganalisis item tes
menggunakan IRT sebagai metode yang lebih modern, dengan menggunakan IRT
-
26
akan dapat membandingkan tingkat kesulitan item dan kemampuan peserta ujian di
seluruh waktu dan lokasi.
Suryapuspitarini, B. K., Wardono, W., & Kartono, K (2018), melakukan
analisis soal-soal matematika tipe Higher Order Thinking Skill (HOTS) pada
kurikulum 2013 untuk mendukung kemampuan literasi siswa, penelitian dilakukan
dengan tujuan mengkaji soal-soal matematika tipe Higher Order Thinking Skills
(HOTS) pada kurikulum 2013 untuk mendukung kemampuan literasi. Penelitian
yang dilakukan mengemukakan bahwa soal-soal tipe HOTS yang membutuhkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi dapat melatih siswa berpikir dalam level
analisis, evaluasi dan mengkreasi sehingga soal-soal tersebut harus semakin
dikembangkan dalam kurikulum 2013 agar dapat mendukung peningkatan
kemampuan literasi. Program winsteps dapat digunakan untuk menganalisis model
Rasch, seperti yang dilakukan oleh Soeharto, S., & Rosmaiyadi, R (2018),
Rochman, S., & Hartoyo, Z (2018), dan Adzhar, H., Karim, A. A., & Sahrin, M. U
(2017).
Merujuk pada beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya,
pengembangan instrumen assessment tes Higher Order Thinking Skilss (HOTS)
peserta didik pada pembelajaran matematika yang berfokus pada bentuk soal uraian
relatif sedikit dikembangkan, sementara pengembangan assessment tes Higher
Order Thinking Skilss (HOTS) matematika yang dikembangkan umumnya memuat
satu dimensi yaitu dimensi proses berpikir, dengan demikian belum banyak
penelitian pengembangan assessment tes Higher Order Thinking Skilss (HOTS)
peserta didik pada pembelajaran matematika kelas VII berbasis model Rasch yang
-
27
memuat dimensi proses berpikir dan dimensi pengetahuan sehingga pada penelitian
ini akan mengembangan assessment tes Higher Order Thinking Skilss (HOTS)
peserta didik pada pembelajaran matematika kelas VII pada semester ganjil yang
memuat dimensi proses berpikir dan dimensi pengetahuan. Penelitian yang
dilakukan tentunya tidak hanya berhenti pada tahap pengembangan, akan tetapi
sampai pada tahap analisis butir soal. Analisis butir soal pada penelitian ini
menggunakan model Rasch dengan bantuan program winsteps version 3.73.
Penelitian ini menggunakan program winsteps version 3.73 karena program
komputer khusus untuk analisis pemodelan Rasch yang dapat bekerja dibawah
sistem microsoft windows yang dibuat John Linacre, dimana program winsteps
memiliki perbedaan dengan minstep, dimana minstep merupakan versi terbatas dari
winstep.
2.2 Kerangka Teoritis
Pada pengembangan assessment tes Higher Order Thinking Skilss (HOTS)
peserta didik pada pembelajaran matematika kelas VII berbasis model Rasch maka
sebelumnya perlu diketahui bahwa terdapat empat komponen yang saling memiliki
keterkaitan dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, yaitu tes,
pengukuran, penilaian dan evaluasi. Menurut Iskandar, A (2016:66) Penilaian
adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana ketercapaian tujuan
yang telah ditetapkan. Ada dua istilah terkait dengan konsep penilaian (assessment),
yaitu pengukuran (measurement) dan evaluasi (evaluation). Pengukuran adalah
proses penetapan angka terhadap suatu gejala menurut aturan tertentu. Sedangkan
-
28
evaluasi adalah penilaian yang sistematik tentang manfaat suatu objek atau
pengambilan keputusan akhir. Akan tetapi informasi dari proses pengukuran,
penilaian, dan evaluasi tidak bisa terjadi jika tidak menggunakan sebuah instrumen
seperti instrumen tes maupun non tes.
Pada bagian ini akan diuraikan tentang instrumen assessment, rubrik
penilaian, Higher Order Thinking Skills (HOTS), tinjauan materi pada mata
pelajaran matematika kelas VII, analisis model Rasch, model penskoran, dan model
pengembangan, masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut.
2.2.1 Instrumen Assessment
Clements, and Cord (2016) dalam Fadillah, A., Slamet, A., & Haryani, S
(2019:174) mengemukakan bahwa assessment merupakan komponen penting pada
pembelajaran dan berperan sebagai alat untuk mengetahui hasil pembelajaran.
Assessment diperlukan pada setiap pembelajaran dengan tujuan agar dapat
mengukur apakah suatu tujuan pembelajaran telah tercapai atau tidak. Salah satu
cara untuk mengontrol kualitas pendidikan yaitu dengan melakukan suatu
penilaian. Soleh, A., Khumaedi, M., & Pramono, S. E (2017:72) mengemukakan
bahwa penilaian merupakan suatu proses yang sistematis dan berkesinambungan,
dimana akhir dari proses penilaian yaitu pengambilan keputusan tentang proses dan
hasil belajar. Lebih lanjut Kartono, K., & Rusilowati, A (2019:85) mengemukakan
bahwa penilaian dapat memberikan feedback yang berguna kepada guru dan siswa,
hasil penilaian yang diperoleh tentunya dapat memberikan motivasi kepada siswa
agar lebih dapat meningkatkan prestasi selain itu lewat hasil penilaian juga siswa
-
29
akan cenderung mengarahkan kegiatan dan perilaku belajar mereka kepada aspek
penilaian guru, dengan demikian maka diperlukan instrumen assessment yang tepat
dan benar.
Tujuan pembelajaran dapat diketahui ketercapaiannya melalui evaluasi
pembelajaran. Assesment yang dikatakan telah sesuai dengan kurikulum 2013
adalah assesment yang memiliki kemampuan untuk menilai pembelajaran dengan
menyeluruh (Baehaki, F., Kadaritna, N., & Rosilawati, I., 2014:3). Assessment
tertulis merupakan salah satu jenis assessment yang paling sering digunakan
(Arivina, A. N., Masrukan, M., & Prabowo, A., 2017). Lebih lanjut Aminah, N
(2017) mengemukakan bahwa indikator penentu untuk mengetahui tingkat
keberhasilan dan kegagalan siswa dan guru dalam proses pembelajaran yaitu
assessment.
Aiken (1997:1) dalam Mugiarso, H., Sutoyo, A., & Setyowani, N (2016)
mengemukakan bahwa berbagai instrumen yang biasanya digunakan dalam
melakukan assessment pada umumnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu tes dan non-
tes, pernyataan tersebut diperkuat dengan pendapat Budiman, A., & Jailani, J
(2014:142) yang menyatakan bahwa bentuk instrumen assessment terdiri dari
instrumen tes dan non tes. Menurut Winarno, W., Muhtadi, Y., & Aldiya, M. A
(2019:46) pada dasarnya instrumen penelitian terdiri dari dua jenis yaitu tes dan
non tes, adapun contoh dari instrumen tes yaitu untuk hasil belajar, tes kecerdasan,
atau tes bakat. Sementara contoh dari instrumen non tes yaitu pedoman wawancara,
angket, pedoman observasi, check list, skala penilaian (rating scale), dan lain
-
30
sebagainya. Pada penelitian ini akan mengembangkan instrumen assessment yang
berbentuk tes.
2.2.1.1 Tes
Tes adalah metode yang dilakukan untuk kegiatan pengukuran dan penilaian
bidang pendidikan berbentuk pemberian serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-
pertanyaan yang harus dijawab atau perintah-perintah yang harus dikerjakan oleh
pihak yang dikenai tes, berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengukuran
maka akan dihasilkan nilai yang menunjukkan prestasi atau tingkah laku dari pihak
yang dikenai tes (Sudijono A, 2008:67). Arikunto S (2010:193) juga
mengemukakan bahwa tes adalah alat atau serangkaian pertanyaan yang digunakan
untuk mengukur keterampilan, kemampuan, bakat serta untuk mengetahui tingkat
intelegensi yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok.
Definisi tentang tes juga dikemukakan oleh Allen dan Yen dalam Supratiknya
(2014:49) mendefinisikan tes “ a device for abtaining a sample of an individual’s
behavior” dengan kata lain tes adalah sebuah alat atau perangkat yang digunakan
untuk mendapatkan sampel perilaku individu. Sementara Wulan, A. R., (2007:3)
mendefinisikan tes sebagai sekumpulan soal yang diberikan kepada siswa untuk
dikerjakan, dimana setiap soal yang diberikan kepada siswa mengarahkan siswa
pada sebuah tugas serta menyediakan kondisi kepada siswa untuk menanggapi soal
tersebut. Berdasarkan definisi-definisi tes diatas dapat disimpulkan bahwa tes
merupakan alat yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang kompetensi
baik kompetensi individu maupun kelompok.
-
31
Sudijono A (2008:67) mengemukakan bahwa secara umum terdapat dua
macam fungsi tes yaitu : 1. Sebagai alat pengukur tingkat perkembangan atau
kemajuan yang dicapai peserta didik setelah menempuh proses belajar mengajar
dalam kurun waktu tertentu. 2. Tes juga berfungsi sebagai alat pengukur
keberhasilan program pengajaran, hal ini disebabkan melalui tes yang dilakukan
maka dapat diketahui seberapa jauh ketercapaian dari sebuah program pengajaran
yang telah ditentukan pencapaiannya. Lebih lanjut Sudijono A (2008:74-75)
mengemukakan juga bahwa jika dilihat dari segi banyaknya orang yang mengikuti
tes maka tes dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu tes individual dan tes
kelompok. Tes individual adalah tes dimana pelaksana tes atau pembuat tes hanya
berhadapan dengan satu orang peserta (orang yang dikenai tes) saja, sementara tes
kelompok adalah tes dimana pelaksana tes atau pembuat tes berhadapan dengan
lebih dari satu orang peserta (yang dikenai tes), dari segi waktu yang disediakan tes
dapat dibedakan menjadi dua yaitu power test dan speed test. Power test yaitu waktu
yang disediakan kepada peserta tes (orang yang dikenai tes) untuk menyelesaikan
tes tidak dibatasi sementara untuk speed test berlaku sebaliknya yaitu waktu yang
disediakan kepada peserta tes (orang yang dikenai tes) untuk menyelesaikan tes
dibatasi.
Dari segi respon peserta tes dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu
verbal test dan non verbal, dimana verbal test merupakan suatu tes yang meminta
jawaban tertuang dalam bentuk kata-kata atau kalimat baik secara lisan maupun
tertulis, sementara non verbal meminta jawaban dari peserta tes bukan berupa kata-
kata atau kalimat, melainkan berupa tindakan atau tingkah laku dengan kata lain
-
32
non verbal test menghendaki respon dari peserta atau yang dikenai tes berupa
perbuatan atau gerakan tertentu selanjutnya dari segi cara mengajukan pertanyaan
dan memberi jawaban dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu tes tertulis dan
tes lisan (Sudijono A ,2008:74-75).
Tes tertulis merupakan jenis tes dimana pemberi tes atau pembuat soal
memberikan butir-butir pertanyaan secara tertulis dan yang dikenai tes (peserta tes)
memberikan jawabannya juga berbentuk tulisan sementara tes lisan adalah
pemberian tes oleh pelaksana tes (pembuat soal) diberikan secara lisan dan yang
dikenai tes (peserta tes) juga memberikan jawabannya dalam bentuk lisan (Sudijono
A, 2008:74-75), lebih lanjut Arikunto dalam Sudaryono, G. M., & Rahayu, W
(2013:63-64) pun mengemukakan bahwa pada umumnya tes ditunjukkan untuk
mengukur dimensi perilaku manusia, seperti dimensi kognitif, dimensi sikap, dan
dimensi psikomotor.
2.2.1.2 Tes Essay
Tes bentuk essay merupakan jenis tes kemajuan belajar yang menuntut
jawaban yang bersifat pembahasan dan uraian kata-kata. Adapun kata-kata seperti:
uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainya
yang mendahului pertanyaan merupakan kata-kata penciri dari tes yang berbentuk
uraian (Sudaryono, G. M., & Rahayu, W, 2013: 64).
Menurut Nurgiyantoro (2001:71) dalam Rahmawati, L. E., Hasanah, S. K., &
Sulistyowati, A. D (2016:242) tes uraian disebut juga dengan tes essay yaitu suatu
bentuk pertanyaan yang menuntut jawaban yang berbentuk uraian dengan
menggunakan bahasanya sendiri. Lebih lanjut dikemukakan juga bahwa soal
-
33
bentuk uraian adalah bentuk soal yang menuntut peserta didik untuk
mengorganisasikan gagasan-gagasan atau hal-hal yang telah dipelajarinya. Adapun
jawabannya dikemukakan dalam bentuk uraian tertulis (Puspendik, 2017:34).
Umumnya jumlah soal bentuk essay tidak banyak, dimana hanya berjumlah
5-10 butir soal dengan estimasi waktu sekitar 90-120 menit. Sehingga tes essay
dapat dikatakan sebagai tes yang menuntut siswa untuk dapat mengingat-ingat,
mengenal kembali dan menekankan siswa memiliki daya kreatifitas yang tinggi
(Sudaryono, G. M., & Rahayu, W., 2013: 64).
Sudijono A (2008:99-101) menjelaskan bahwa tes essay merupakan salah
satu jenis tes hasil belajar yang memiliki empat karakter yaitu : 1) pertanyaan atau
perintah pada tes essay menghendaki jawaban berupa uraian kalimat yang
umumnya cukup panjang. 2) bentuk-bentuk pertanyaan atau perintah dari tes essay
menuntut peserta tes (yang dikenai tes) memberikan jawaban yang berbentuk
penjelasan, komentar, penafsiran, membendakan, membandingkan, dan lain
sebagainya. 3) soal essay memiliki jumlah butir yang umumnya terbatas yaitu
berkisar antara lima sampai dengan sepuluh butir. 4) butir soal essay diawali dengan
kata jelaskan, terangkan, uraikan, mengapa, bagaimana, atau menggunakan kata
lainnya yang serupa dengan kata-kata yang telah dikemukakan.
Sudijono A (2008:99-101) menjelaskan juga bahwa tes essay dapat dibedakan
menjadi dua golongan yaitu tes uraian yang berbentuk bebas dan tes uraian
berbentuk terbatas. Pada tes uraian berbentuk terbuka jawaban yang diharapkan
bersumber dari peserta tes (yang dikenai tes) hal ini berarti peserta tes memiliki
kebebasan yang seluas-luasnya dalam merumuskan, mengorganisasikan dan
-
34
menyajikan jawaban dengan bentuk uraian, sedangkan tes uraian bentuk terbatas
jawaban yang diharapkan dari peserta tes (yang dikenai tes) merupakan jawaban
yang sifatnya lebih dibatasi (lebih terarah).
Berdasarkan penskorannya soal bentuk uraian diklasifikasikan menjadi dua
yaitu uraian objektif dan uraian nonobjektif. Soal bentuk uraian objektif adalah
rumusan soal atau pertanyaan yang menuntut sehimpunan jawaban dengan
pengertian atau konsep tertentu sehingga penskorannya dapat dilakukan secara
objektif. Sementara soal bentuk uraian nonobjektif adalah rumusan soal yang
menuntut sehimpunan jawaban berupa pengertian atau konsep menurut pendapat
masing-masing peserta didik sehingga penskorannya sukar dilakukan secara
objektif (penskorannya dapat mengandung unsur subjektivitas) (Puspendik,
2017:34).
Tes hasil belajar yang berbentuk uraian merupakan sebuah alat yang tepat jika
dipergunakan apabila pembuat soal yang berprofesi sebagai guru, dosen, panitia
ujian, dan lain-lain) dengan tujuan ingin mengungkapkan daya ingat dan
pemahaman peserta tes (yang dikenai tes) selain itu apabila pembuat soal
menghendaki untuk dapat mengungkapkan kemampuan peserta tes dalam
memahami berbagai konsep dan pengaplikasiannya (Sudijono A , 2008:99-101).
Kelebihan tes uraian diungkapkan Stankous