PENGARUH JUMLAH KRIB TIPE ZIGZAG TERHADAP KECEPATAN ALIRAN …
Transcript of PENGARUH JUMLAH KRIB TIPE ZIGZAG TERHADAP KECEPATAN ALIRAN …
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 3(4), 302-310 (2020)
https://doi.org/10.24815/jarsp.v3i4.16726
302
PENGARUH JUMLAH KRIB TIPE ZIGZAG TERHADAP KECEPATAN
ALIRAN PADA SUNGAI KRUENG ACEH
Suryatia,*, Eldina Fatimahb, Masiminb aMagister Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh bJurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
*Corresponding author, email address: [email protected]
A R T I C L E I N F O A B S T R A C T
Article History: The magnitude of the deflection of the inner part of the Krueng Aceh
river which is ± 100 meters from the Pango Bridge resulted in the
collapse of the riverbank and endangering public facilities. For this
reason, a cliff safety building plan is needed. One alternative is to use a
krib construction. This study performed a zigzag type kib simulation as
an alternative form of krib to be applied in the field. The research
objective was to see the effect of zig zag type groove on the velocity
value. It was carried out using the Surfacewater Modeling System
(SMS) program to predict the flow direction after the presence of the
groove. Calibration is done by determining the relative error value
using velocity measurement data. In this study using a zigzag type
groove with a length of 2.47 m (6% B), 3 formations of vertical, 10o,
20o and 30o angled grooves inclined upstream and downstream and 2
variations in the number of series 5 units and series 3 units. The results
of the research can be seen that the RMA2 model gets results that are
close to the measurement value, where the relative error value obtained
is 7.74% in cross 1 and 6.27% in cross 2.The analysis of the maximum
velocity lengthwise with a total of 5 units shows that the maximum
speed occurred at V3 of 4.029 m / s occurred in the KRA5 formation (10o
leaning 5 units downstream). The maximum speed of 3 units in V3 in
the KTA3 formation (perpendicular to 3 units) is 3,612 m/s. The number
of grooves installed also affects the speed value of the simulation
results. The speed in the 5 unit series is greater than the 3 unit groove
series.
Received 06 May 2020
Accepted 28 December 2020
Online 30 December 2020
Keywords:
Zigzag Type Krib Formation
Flow Direction
Maximum Speed.
©2020 Magister Teknik Sipil Unsyiah. All rights reserved
1. PENDAHULUAN
Sungai Krueng Aceh merupakan sungai di propinsi Aceh yang mengaliri sebagian besar wilayah
Banda Aceh dan Aceh Besar, berhulu di pegunungan Aceh Besar dengan sumber aliran dari Cot Seukek
Kabupaten Aceh Besar memiliki panjang aliran ± 145 km, luas cathment sekitar 1.681,05 Km2. Dan
merupakan pemasok air baku terbesar bagi kota Banda Aceh dan Aceh Besar.
Dalam pengelolaan sungai Krueng Aceh yang panjang dan berkelok-kelok tentunya banyak hal yang
menjadi kendala dilapangan. Salah satunya adalah masalah kecepatan aliran pada belokan sungai yang
mengganggu stabilitas tebing sungai. Besarnya kecepatan dibelokan bagian dalam sungai Krueng Aceh
yang berjarak ± 100 meter dari Jembatan Pango mengakibatkan keruntuhan tebing sungai dan
membahayakan fasilitas umum.
Kajian tentang krib tipe T dan L dibeberapa daerah sudah dilakukan dan diaplikasikan pada sungai,
namun krib tipe zigzag belum digunakan pada sungai. Groin tipe zigzag sebagai salah satu pelindung
garis pantai belum lazim digunakan, untuk itu dilakukan kajian tentang krib tipe ini. Keunikan dari groin
ini adalah bentuk zigzag yang mempengaruhi berbagai parameter sedimentasi pada bagian sekitar tubuh
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan (JARSP)
Journal of Archive in Civil Engineering and Planning E-ISSN: 2615-1340; P-ISSN: 2620-7567
Journal homepage: http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JARSP/index
ISSN: 2088-9860
Journal homepage: http://jurnal.unsyiah.ac.id/aijst
ISSN: 2088-9860
Journal homepage: http://jurnal.unsyiah.ac.id/aijst
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 3(4), 302-310 (2020)
https://doi.org/10.24815/jarsp.v3i4.16726
303
groin zigzag. Groin tipe zigzag tunggal dapat mendistribusi sedimen disepanjang struktur zigzag dan
waktu tempuh arus diperlambat dibandingkan groin tipe lurus (Fatimah dkk, 2015).
Lokasi yang dipilih adalah belokan bagian dalam sungai yang berjarak ± 100 m dari jembatan. Di
karenakan besarnya kecepatan yang menerjang tebing membuat tebing tergerus dan membahayakan jalan
yang berada ± 10 m dari tepi sungai. Hal ini memerlukan kajian krib sebagai pengaman tebing dan
mengarahkan aliran dengan melakukan simulasi. Simulasi dilakukan dengan menggunkan program
Surfacewater Modelling System (SMS 11.2) untuk melihat kecepatan dan arah aliran yang terbentuk dari
peletakan krib yang direncanakan
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik Aliran di Tikungan
Gaya sentrifugal pada tikungan akan menyebabkan timbulnya arus melintang sungai yang
selanjutnya bersama dengan aliran utama akan membentuk aliran helicoidal. Besarnya kecepatan arus
melintang ini berkisar antara 10% - 15% dari kecepatan arah utama aliran (Legono, 1990). Maka dari itu
pada sungai yang berkelok-kelok akan terjadi erosi pada bagian luar belokan dan pengendapan terjadi
pada sisi dalam belokan.
2.2 Karakteristik Krib
Krib adalah bangunan pelindung sungai yang dipasang melintang pada tebing sungai dengan tujuan
mengarahkan arus dan memperlambat kecepatan arus disekitar bangunan krib tersebut sehingga proses
erosi akan terhindari dan bahkan terjadi proses sedimentasi (Sujatmoko dkk, 2002). Berdasarkan tingkat
permeabilitas Menurut Sosrodarsono dan Tominaga (1984:174), secara garis besar krib diklasifikasikan
menjadi 3 tipe konstruksi krib yaitu: krib permeabel, krib impermeabel dan krib semi impermeabel. Dari
segi pemasangan terhadap arah arus terdapat krib silang dan krib memanjang. Krib silang (tansversal
dyke/Halic) dipasang melintang merintangi arus sungai sedangkan krib memanjang (longitudinal dyke),
formasinya hampir sejajar arah arus sungai.
2.3 Perencanaan Krib
Menurut Sosrodarsono dan Tominaga (1984:179), jarak (interval) krib-krib biasanya ditetapkan
sedemikian rupa sehingga arus sungai diujung krib yang lebih hulu dapat diterima oleh krib yang
dilindungi di sebelah hilir krib pertama tersebut. Terdapat 3 (tiga) macam formasi krib yang umumnya
diterapkan yaitu tegak lurus arus, condong ke arah hulu, condong ke arah hilir. Sudut-sudut yang paling
cocok untuk berbagai krib telah diperoleh seperti tertera pada Tabel 1.
Tabel 1. Arah Aliran dan Sudut Sumbu Krib
Lokasi Pembuatan Krib di Sungai Arah Aliran dan Sudut Sumbu Krib θ
Bagian lurus 10o – 15 o
Bagian luar 5 o – 15 o
Bagian dalam 0 o – 10 o
Sumber: Sosrodarsono dan Tominaga (1984)
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 3(4), 302-310 (2020)
https://doi.org/10.24815/jarsp.v3i4.16726
304
Berdasarkan hasil survey dan pengamatan pada krib yang sudah dibangun, maka panjang krib:
lk 10% B (1)
di mana :
lk = panjang krib (m)
B = lebar sungai (m)
2.4 Pola Aliran di Sekitar Krib
Penempatan krib baik sebagai pelindung tebing, mengarahkan aliran ataupun untuk memperbaiki
alinyemen sungai tentu akan mempengaruhi arah aliran sungai yang mengakibatkan terjadinya pusaran air
disekitar krib. Pusaran air akan membentuk pola aliran, pola gerusan disekitar bangunan krib dan kajian
pola aliran sangat diperlukan untuk tujuan perencanaan peletakan krib. Pola-pola ini terbentuk dari
vektor–vektor kecepatan.
2.5 Model Matematis Aliran Dua Dimensi
Salah satu modul perangkat lunak BOSS SMS (Surface water Modeling System) yaitu RMA2 versi
11,2, merupakan model numeris untuk menghitung proses hidrodinamika aliran dua dimensi pada rerata
kedalaman (depth average). Perangkat lunak SMS merupakan post dan pre-processing unit, sedangkan
RMA2 merupakan running execution program.
3. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian terletak di wilayah Kota Banda Aceh yaitu di aliran sungai Krueng Aceh tepatnya
di jembatan fly over Pango Kecamatan Ulee Kareng, seperti digambarkan oleh Gambar 1.
Gambar 1. Lokasi Penelitian
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 3(4), 302-310 (2020)
https://doi.org/10.24815/jarsp.v3i4.16726
305
3.2 Pengumpulan Data
Data topografi yang diperlukan berupa data ketinggian permukaan tanah (elevasi) dan lebar
penampang sungai yang selanjutnya diplotkan dalam gambar peta situasi (peta layout), data topografi
sungai Krueng Aceh. Gambar topografi dapat disajikan dalam Gambar 2.
Gambar 2. Peta Topografi Lokasi Studi (Putra, 2017)
3.3 Pengolahan Data
Penelitian mengunakan program Surface Water Modeling System (SMS). Krib yang digunakan untuk
simulasi adalah krib tipe zig zag, panjang krib ditetapkan 2,47 (6 %B), dengan jarak 3,6 kali panjang krib
dengan jumlah krib 3 unit dan 5 unit. Peletakan krib terhadap aliran dengan 7 variasi sudut. Dalam
penelitian ini sebelum melakukan simulasi untuk model yang direncanakan, maka dilakukan kalibrasi
untuk memperoleh nilai kecepatan simulasi, parameter yang dikalibrasi adalah nilai koefisien manning
(n). Titik kalibrasi yang digunakan adalah titik pengukuran di cross 1 ((hulu) dan cross 2 (hilir). Data
pengukuran kecepatan pada 2 titik tinjau tersebut digunakan untuk mengidentifikasi dan penentuan nilai
hasil simulasi. Hasil simulasi dikatakan valid jika keluaran data yang dihasilkan mendekati data
pengukuran di lapangan.
3.4 Pemodelan
Pemodelan dengan menggunakan software Surface Water Modeling System (SMS), dengan langkah-
langkah sebagai berikut.
1. Dalam penggunaan program software SMS diperlukan peta kontur sungai dalam bentuk file
(*dwg/dxf).
2. Penetapan kondisi batas simulasi (boundary condition).
3. Membuat jaring elemen hingga (mesh).
4. Menginput data debit dan tinggi elevasi sungai Krueng Aceh.
5. Simulasi pola aliran dengan menggunakan RMA2
6. Kalibrasi model dilakukan untuk menyesuaikan hasil simulasi dengan kondisi dilapangan.
3.5 Titik pengamatan
Untuk mendapatkan nilai kecepatan yang diperoleh dari hasil simulasi, maka diperlukan titik-titik
pengamatan untuk memudahkan perbandingan semua formasi yang direncanakan. Titik pengamatan dapat
dilihat pada Tabel 2.
Interpretasi perubahan
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 3(4), 302-310 (2020)
https://doi.org/10.24815/jarsp.v3i4.16726
306
Tabel 2. Titik Pengamatan
No
Titik
Pengamatan
(Melintang)
Titik Pengamatan (memanjang)
Garis
Tikungan
Dalam (V1)
Garis Ujung
Krib (V2)
Garis
Tengah (V3)
Garis
Tikungan
Luar (V4)
1 C1 C1V1 C1V2 C1V3 C1V4
2 C2 C2V1 C2V2 C2V3 C2V4
3 C3 C3V1 C3V2 C3V3 C3V4
4 C4 C4V1 CV2 C4V3 C4V4
5 C5 C5V1 CV2 C5V3 C5V4
6 C6 C6V1 CV2 C6V3 C6V4
7 C7 C7V1 CV2 C7V3 C7V4
8 C8 C8V1 C8V2 C8V3 C8V4
9 C9 C9V1 C9V2 C9V3 C9V4
10 C10 C10V1 C10V2 C10V3 C10V4
11 C11 C11V1 C11V2 C11V3 C11V4
3.6 Formasi Krib
Penelitian ini melakukan simulasi dengan beberapa formasi sudut peletakan krib tipe zigzag. Formasi
krib seperti yang tertera pada Tabel 3.
Tabel 3. Tabel Peletakan krib
No Formasi Notasi
5 Unit 3 Unit
1 Tegak Lurus KTA KTA5 KTA3
2 Condong ke
Hulu
10o KHA KHA5 KHA3
3 20o KHB KHB5 KHB3
4 30o KHC KHC5 KHC3
5 Condong ke
Hilir
10o KRA KRA5 KRA3
6 20o KRB KRB5 KRB3
7 30o KRC KRC5 KRC3
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kalibrasi
Kalibrasi dilakukan untuk memperoleh nilai kecepatan simulasi, data yang dikalibrasi adalah nilai
koefisien manning. Titik kalibrasi yang digunakan adalah titik pengukuran di cross 1 dan cross 2.
Besarnya kecepatan rata-rata pengukuran pada titik cross 1 sebesar 0,659 m/dtk dan dititik cross 2 sebesar
0,622 m/dtk. Hasil simulasi pada titik cross 1 sebesar 0,710 m/dtk dan cross 2 sebesar 0,583 m/dtk. Nilai
kesalahan relatif diperoleh sebesar 7,74 % pada cross 1 dan 6,27 % pada cross 2, maka data dikatakan
valid atau terpenuhi karena nilai kesalahan relatif kecil atau nilai simulasi mendekati nilai ukur.
4.2 Analisis kecepatan aliran
Analisis kecepatan dilakukan dengan melihat hasil simulasi model RMA2, nilai kecepatan
maksimum yang diperoleh pada titik pengamatan. Dan membandingkan nilai kecepatan antara satu
formasi dengan formasi yang lain.
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 3(4), 302-310 (2020)
https://doi.org/10.24815/jarsp.v3i4.16726
307
Pengamatan pada titik C1 dapat dilihat bahwa kecepatan pada jumlah krib 5 unit lebih besar
dibandingkan dengan jumlah 3 unit. Pada C1.5 kecepatan maksimum terjadi pada formasi KTA5 pada V3
sebesar 3,312 m/dtk, sedangkan pada C1.3 terjadi formasi KHB3 sebesar 2,970 m/dtk pada V3. Dapat dilihat
pada Gambar 5.
(a)
(b)
Gambar 5. (a) Grafik Kecepatan pada C1.5 dan (b) Grafik Kecepatan pada C1.3
Pengamatan pada titik C6.5 dapat dilihat bahwa kecepatan maksimum terjadi pada formasi KRA5 pada
V3 sebesar 4,029 m/dtk, sedangkan pada C6.3 terjadi pada formasi KTA5 sebesar 3,612 m/dtk pada V3.
Dapat dilihat pada Gambar 6.
(a)
(b)
Gambar 6. (a) Grafik Kecepatan pada C6.5 dan (b) Grafik Kecepatan pada C6.3
Dari hasil analisis kecepatan secara melintang diperoleh bahwa pada jumlah krib 5 unit lebih besar
kecepatan dibandingkan yang berjumlah 3 unit. Kecepatan pada pemasangan 5 unit krib kecepatan
maksimum terjadi pada KRA5. Dan pada pemasangan 3 unit krib terjadi kecepatan maksimum pada KTA3.
Pada arah melintang sungai dapat diambil kesimpulan bahwa kecepatan maksimum pada semua formasi
berada pada V3 yang berarti pada titik pengamatan tengah sungai.
Kecepatan hasil simulasi memperlihatkan kecenderungan yang sama yaitu kecepatan berada di
tengah sungai, ini berlawanan dengan konsep aliran helikoidal. Walaupun kecepatan maksimum dititik
tengah pengamatan (V3) namun kecepatan di belokan dalam sudah mengecil dan belokan luar membesar
jika dibandingkan dengan kecepatan eksisting. Hasil simulasi memperlihatkan bahwa krib berfungsi
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 3(4), 302-310 (2020)
https://doi.org/10.24815/jarsp.v3i4.16726
308
mengarahkan aliran dan memperlambat kecepatan. Distribusi kecepatan yang terbentuk pada semua
formasi yang dilakukan dalam penelitian ini mempunyai pola kecepatan yang hampir sama.
Analisis kecepatan maksimum secara memanjang dengan jumlah 5 unit adalah V1 sebesar 2,219
m/dtk, pada V2 diperoleh hasil sebesar 3,084 m/dtk, V3 sebesar 4,029 m/dtk, dan V4 sebesar 3,715 m/dtk
dan seluruhnya terjadi pada formasi KRA5. Kecepatan maksimum dengan jumlah 3 unit adalah V1 pada
formasi KRC3 sebesar 2,068 m/dtk, pada V2 pada formasi KRA3 diperoleh hasil sebesar 3,822 m/dtk, V3
pada formasi KTA3 sebesar 3,612 m/dtk, dan V4 pada formasi KTA3 sebesar 3,234 m/dtk. Kecepatan secara
memanjang pada titik pegamatan V1 dapat dilihat pada Gambar 7.
(a)
(b)
Gambar 7. (a) Grafik Kecepatan pada V1.5 dan (b) Grafik Kecepatan pada V1.3
Dari gambar 7 dapat dilihat krib ini dapat berfungsi untuk mengurangi kecepatan dibandingkan
dengan kecepatan eksisiting. Perbandingan kecepatan pada kedua seri ini menunjukkan bahwa kecepatan
dipangkal krib seri 5 unit lebih tinggi dari pada seri 3 unit krib. Semakin ke hilir kecepatan semakin besar
baik pada seri 5 maupun seri 3 unit krib.
Titik pengamatan V2 berada di ujung krib, dapat diambil kesimpulan bahwa kecepatan pada ujung
krib yang pertama kecepatan tinggi. Semakin ke hilir kecepatan semakin mengecil, namun pada seri 3
unit krib kecepatan sesudah krib ke-3 (titik pengamatan C7) kecepatan meningkat dan mengarah ke
tengah sungai.Kecepatan secara memanjang pada titik pegamatan V2 dapat dilihat pada Gambar 8.
(a)
(b)
Gambar 8. (a) Grafik Kecepatan pada V2.5 dan (b) Grafik Kecepatan pada V2.3
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 3(4), 302-310 (2020)
https://doi.org/10.24815/jarsp.v3i4.16726
309
Dari hasil simulasi pada titik pengamatan V3 dapat dilihat bahwa pada seri 5 unit formasi condong
ke hilir kecepatannya lebih besar dari kecepatan eksisting dan berefek ke belokan luar. Sedangkan pada
seri 3 unit kecepatan yang dihasilkan lebih kecil dari kecepatan eksisting. Hal ini mengindikasikan bahwa
krib berfungsi mengendalikan kecepatan. Kecepatan secara memanjang pada titik pegamatan V3 dapat
dilihat pada Gambar 9.
(a)
(b)
Gambar 9. (a) Grafik Kecepatan pada V3.5 dan (b) Grafik Kecepatan pada V3.3
Dari titik pengamatan V4 berada pada belokan luar sungai. Pada krib 5 unit dapat dilihat bahwa
kecepatan awal belokan kecil, namun pada krib ke-3 kecepatan meningkat dan makin ke hilir makin
mengecil. Pada seri 3 unit krib dapat diambil kesimpulan bahwa kecepatan pada belokan luar dapat
dikendalikan dan lebih kecil nilainya dibandingkan seri 5 unit krib. Kecepatan secara memanjang pada
titik pegamatan V4 dapat dilihat pada Gambar 10.
(a)
(b)
Gambar 10. (a) Grafik Kecepatan pada V4.5 dan (b) Grafik Kecepatan pada V4.3
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Besarnya kecepatan pengukuran pada titik cross 1 sebesar 0,659 m/dtk dan hasil simulasi 0,710
m/dtk memproleh nilai kesalahan relative sebesar 7,74 %. Besarnya kecepatan pengukuran pada
dititik cross 2 sebesar 0,622 m/dtk dan hasil simulasi sebesar 0,583 m/dtk memperoleh nilai
kesalahan relatif 6,27 %, dan hasil kalibrasi n = 0,025.
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan 3(4), 302-310 (2020)
https://doi.org/10.24815/jarsp.v3i4.16726
310
2. Analisis kecepatan secara melintang diperoleh bahwa pada jumlah krib 5 unit lebih besar kecepatan
dibandingkan yang berjumlah 3 unit. Kecepatan pada pemasangan 5 unit krib kecepatan maksimum
terjadi pada KRA5. Dan pada pemasangan 3 unit krib terjadi kecepatan maksimum pada KTA3.
3. Analisis kecepatan maksimum secara memanjang dengan jumlah 5 unit adalah V1 sebesar 2,219
m/dtk, pada V2 diperoleh hasil sebesar 3,084 m/dtk, V3 sebesar 4,029 m/dtk, dan V4 sebesar 3,715
m/dtk dan seluruhnya terjadi pada formasi KRA5. Kecepatan maksimum dengan jumlah 3 unit adalah
V1 pada formasi KRC3 sebesar 2,068 m/dtk, pada V2 pada formasi KRA3 diperoleh hasil sebesar 3,822
m/dtk, V3 pada formasi KTA3 sebesar 3,612 m/dtk, dan V4 pada formasi KTA3 sebesar 3,234 m/dtk.
5.2 Saran
Adapun beberapa saran yang dapat diberikan berdasarkan kajian kecepatan sungai Krueng Aceh
Desa Pango Kecamatan Ulee Kareng yang telah dilakukan ini adalah :
1. Perlu dilakukan penelitian dan perencanaan lebih lanjut tentang stabilitas dan sedimentasi krib tipe
zigzag.
2. Perlu adanya koordinasi pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam penanganan permasalahan
dan perbaikan pada DAS Krueng Aceh, sehingga sungai dapat difungsikan dan dimanfaatkan secara
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Fatimah, E., Zouhrawaty, A., Arif, Aulia, T. B. 2015. The Influence of Single Zigzag Type Porous Groin
in The Change of Beach Profile. Procedia Engineering, 125, pp.257–262.
Legono, D. 1990. Gerusan pada Bangunan Sungai. PAU Ilmu-Ilmu Teknik UGM, Yogyakarta.
Sosrodarsono, S. dan Tominaga. 1984. Perbaikan dan Pengaturan Sungai. Pradnya Paramita, Jakarta.
Sujatmoko, B., Rahardjo, A. P. dan Legono, D. 2002. Pengaruh Pengaruh Konfigurasi Krib terhadap Pola
Arus di Belokan. Jurnal Media Teknik, No. 2 Th. XXIV, Mei, hal. 32–39.