PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

80
PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) MENJADI SABUN CAIR CUCI PIRING Oleh : YOHANA EKA MULIA YAYASAN MUHAMMAD YAMIN SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG 2018

Transcript of PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

Page 1: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) MENJADI SABUN CAIR CUCI PIRING

Oleh :

YOHANA EKA MULIA

YAYASAN MUHAMMAD YAMIN SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI

(STTIND) PADANG 2018

Page 2: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) MENJADI SABUN CAIR CUCI PIRING

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna mmperoleh gelar Sarjana Teknik

Oleh :

YOHANA EKA MULIA 1410024425056

YAYASAN MUHAMMAD YAMIN SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI

(STTIND) PADANG 2018

Page 3: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI

Judul : Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas (Minyak

Jelantah) Menjadi Sabun Cair Cuci Piring

Nama : YOHANA EKA MULIA

NPM : 1410024425056

Program Studi : Teknik Industri

Padang, 30 Juli 2018

Menyetujui :

Pembimbing I, Pembimbing II,

Ir.H Abdul Latif, MM Ir. Gamindra Jauhari, MP NIDN. 1010025501 NIDN. 0027115902

Ketua Jurusan, Ketua STTIND Padang,

Tri Ernita, ST . MP Riko Ervil, MT NIDN. 1028027801 NIDN. 1014057501

Page 4: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadiran Allah SWT dan shalawat

beriring salam kepada Rasulullah SAW. Pada akhirnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas

(Minyak Jelantah) Menjadi Sabun Cair Cuci Piring” sebagai salah satu syarat

untuk menyelesaikan pendidikan tahap sarjana pada Prodi Tenik Industri STTIND

Padang.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. Abdul Latif , MM sebagai dosen pembimbing I tugas akhir .

2. Bapak Ir. Gamindra Jauhari, MP sebagai dosen pembimbing II tugas akhir.

3. Bapak Riko Ervil, MT sebagai Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Industri

(STTIND) Padang

4. Bapak Dedi Putra S.Si sebagai Wakil Manager dan Kabag Q.A PT. Gunung

Naga Mas.

5. Kedua orang tua, adik-adik, dan keluarga tercinta atas perhatian, motivasi, dan

doa serta kasih sayang yang tiada terbalas.

6. Teman-teman, adik-adik yang berada di kampus telah banyak memberi

semangat dan dukungan untuk mengerjakan skripsi ini.

7. Teman-teman yang berada di sekitar tempat tinggal dan teman-teman

seperjungan yang telah memberikan semangat dan setia menemani penulis

dalam pembuatan skripsi ini.

8. Terakhir penulis menyampaikan terima kasih yang sebesarnya kepada semua

pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi baik secara langsung maupun

tidak langsung yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu persatu.

Penulis berdoa semoga segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan

mendapat balasan pahala dari Allah SWT, serta kesuksesan selalu diberikan-Nya

kepada kita.

Page 5: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari kekurangan. Untuk itu

penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sangat membangun.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua, terutama bagi

penulis dan lingkungan prodi Teknik Industri STTIND Padang, Amin.

Padang, Juli 2018

Penulis

Page 6: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS ( MINYAK JELANTAH ) MENJADI SABUN CAIR CUCI PIRING

Nama : Yohana Eka Mulia NPM : 1410024425056 Dosen Pembimbing 1 : Ir. Abd. Latif , MM Dosen Pembimbing 2 : Ir. Gamindra Jauhari , MP

ABSTRAK

Minyak yang baik adalah minyak yang mengandung asam lemak tak jenuh yang lebih banyak dibandingkan dengan kandungan asam lemak jenuhnya. Setelah penggorengan berkali-kali, asam lemak yang terkandung dalam minyak akan semakin jenuh. Dengan demikian minyak tersebut dapat dikatakan telah rusak atau dapat disebut minyak jelantah .Survey yang dilakukan kepada penjual gorengan di sekitar Kecamatan Pauh Kota Padang membuktikan bahwa minyak goreng bekas yang digunakan oleh penjual gorengan tidak dibuang, namun dipakai lagi dengan cara dicampur dengan minyak yang bagus secara terus menerus dengan total periode penggorengan sebanyak 4 – 5 kali. Di sisi lain, minyak goreng bekas dapat dikumpulkan dan dimanfaatkan menjadi produk yang bernilai ekonomis. Karena itu minyak goreng bekas dapat dimanfaatkan kembali, salah satunya menjadi produk berbasis minyak seperti sabun cair. Tujuan penelitian ini adalah untuk memurnikan minyak jelantah, membuat sabun cair dan analisis hasil sabun berdasarkan empat parameter, yaitu: alkali bebas , lemak tak tersabunkan, jumlah asam lemak dan minyak pelikan. Proses pembuatan sabun cair dilakukan dengan metode hot process soap making (pembuatan sabun dengan metode panas) pada suhu suhu 70oC – 80oC. Alkali yang digunakan adalah KOH (Kalium Hidroksida) . Dari penelitian yang dilakukan, Karakteristik sabun yang dihasilkan yaitu jumlah alkali bebasnya sebesar 0,047 % sedangkan ambang batas sesuai SNI 06-2048-1990 adalah maksimal 0,1 %.Ini berarti bahwa kadar alkali bebas masih dalam batas standar. Jumlah lemak tak bersabun yang diperoleh adalah sebesar 1,50 % dengan ambang batas sesuai SNI 06-2048-1990 adalah sebesar 2,5 %. Jumlah lemak tak bersabun yang dihasilkan tidak lebih dari 2,5 %, yang berarti lemak yang tidak tersabunkan dalam batas standar. Jumlah asam lemak yang diperoleh adalah sebesar 59,99 %. Sabun yang dihasilkan lebih kurang sebanyak 600 mL dan biaya yang dikeluarkan lebih kurang sebanyak Rp. 7.775.

Kata Kunci : Minyak Jelantah, Nilai Ekonomis, Sabun Cair

Page 7: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

UTILIZATION OF FORMER COOKING OIL (JELANTAH OIL) BECAME LIQUID WASH SOAP FOR PLATE

Name : Yohana Eka Mulia NPM : 1410024425056 Supervisor : Ir. Abd. Latif , MM Co - Supervisor : Ir. Gamindra Jauhari , MP

ABSTRACT

A good oil is an oil that contains unsaturated fatty acids which is more than the content of saturated fatty acids. After frying over and over again, the fatty acids contained in the oil will get saturated. Thus the oil can be said to have been damaged or can be called jelantah oil. Survey conducted to fried sellers in Pauh sub-district of Padang city proves that used cooking oil used by fried sellers is not thrown away, but used again by mixing with good oil continuously with total frying period of 4-5 times. On the other hand, used cooking oil can be collected and used as a product of economic value. Therefore, used cooking oil can be reused, one of them being oil-based products such as liquid soap. The purpose of this research is to purify the cooking oil, make the liquid soap and analysis of soap result based on four parameters, namely: free alkali, unsaponed fat, amount of fatty acid and pelicans oil. The process of making liquid soap is done by the method of hot process soap making (soap making with hot method) at temperature temperature 70oC - 80oC. The alkali used is KOH (Potassium Hydroxide). From the research conducted, Characteristic of soap produced is the amount of free alkali of 0.047% while the threshold in accordance SNI 06-2048-1990 is a maximum of 0.1%. This means that the free alkali level is still within the standard limits. The amount of non-ascending fat obtained is 1.50% with a threshold in accordance with SNI 06-2048-1990 is 2.5%. The amount of unscathed fat produced is not more than 2.5%, which means unabsorbed fat within the standard limit. The amount of fatty acid obtained is 59.99%. The resulting soap is approximately as much as 600 mL and costs less than Rp. 7,775. Keywords: Jelantah Oil, Economical Value, Liquid Soap

Page 8: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ............................................................................................i

DAFTAR ISI ........................................................................................................iii

DAFTAR TABEL ..................................................................................................v

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................1

1.2 Identifikasi Masalah ..............................................................................4

1.3 Batasan Masalah ....................................................................................4

1.4 Rumusan Masalah .................................................................................5

1.5 Tujuan Penelitian ..................................................................................5

1.6 Manfaat Penelitian ................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori ......................................................................................7

2.1.1 Minyak goreng bekas .............................................................7

2.1.2 Pemurnian Minyak Jelantah .................................................16

2.1.3 Sabun ....................................................................................17

2.1.4 Analisis Produk ....................................................................23

2.2 Kerangka Konseptual ..........................................................................25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ....................................................................................27

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................27

3.3 Populasi dan Sampel ...........................................................................27

Page 9: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

3.4 Alat dan Bahan ...................................................................................28

3.5 Langkah Pelaksanaan Penelitian .........................................................28

3.5.1 Proses Pemurnian Minyak Jelantah .....................................28

3.5.2 Proses Pembuatan Sabun Cair ..............................................29

3.5.3 Analisa Kimiawi ...................................................................30

3.5.4 Mencatat ,mengolah dan melakukan perhitungan ................32

3.5.5 Melakukan pembahasan .......................................................33

3.6 Kerangka Metodologi ..........................................................................34

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan Data ..............................................................................37

4.1.1 Data Pembuatan Sabun ........................................................37

4.1.2 Data Uji Kualitas Sabun .......................................................37

4.2 Pengolahan Data ..................................................................................38

4.3 Hasil Produk Sabun .............................................................................43

4.4 Perbandingan Hasil Percobaan ............................................................45

BAB V ANALISA HASIL PENGOLAHAN DATA

5.1 Pembuatan Produk Sabun .................................................................. 47

5.2 Menentukan Karakteristik Sabun .......................................................48

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ........................................................................................50

6.2 Saran ..................................................................................................51

DAFTAR KEPUSTAKAAN

LAMPIRAN

Page 10: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Syarat Mutu Minyak Goreng ................................................................11

Tabel 3.1 Syarat Mutu Sabun Cuci .......................................................................31

Tabel 4.1 Perbandingan Percobaan .......................................................................39

Tabel 4.2 Biaya Bahan Sabun................................................................................40

Tabel 4.3 Biaya Peralatan Sabun ..........................................................................41

Tabel 4.4 Perbandingan Hasil Penelitian ..............................................................45

Page 11: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Konseptual .............................................................25

Gambar 3.1 Skema Proses Pembuatan Sabun Cair................................................30

Gambar 3.2 Kerangka Metodologi ........................................................................34

Gambar 4.1 Minyak jelantah .................................................................................43

Gambar 4.2 Despicing ...........................................................................................43

Gambar 4.3 Netralisasi ..........................................................................................44

Gambar 4.4 Bleaching ...........................................................................................44

Gambar 4.5 Produk Akhir .....................................................................................45

Page 12: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu dari sembilan bahan pokok yang dikonsumsi oleh seluruh

lapisan masyarakat ialah minyak goreng. Minyak goreng adalah minyak yang

berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan, berbentuk cair dalam

suhu kamar dan biasanya digunakan untuk menggoreng makanan. Minyak goreng

dari tumbuhan dihasilkan dari tanaman seperti kelapa, biji-bijian, kacang-

kacangan, jagung dan kedelai (Ketaren,1986).

Minyak goreng dapat digunakan hingga 3 - 4 kali penggorengan. Selama

penggorengan, minyak goreng akan mengalami pemanasan pada suhu

tinggi 1700 – 18000 C dalam waktu yang cukup lama. Hal ini akan menyebabkan

terjadinya proses oksidasi, hidrolisis dan polimerisasi yang menghasilkan

senyawa – senyawa hasil degradasi minyak seperti keton, aldehid dan polimer

yang merugikan kesehatan manusia. Proses – proses tersebut menyebabkan

minyak mengalami kerusakan. Kerusakan utama adalah timbulnya bau dan rasa

tengik, sedangkan kerusakan lain meliputi peningkatan kadar asam lemak bebas

(FFA), bilangan iodin (IV), timbulnya kekentalan minyak, terbentuknya busa,

hanya kotoran dari bumbu yang digunakan dan bahan yang digoreng (Ketaren,

1986).

Penggunaan minyak berkali – kali dengan suhu penggorengan yang cukup

tinggi akan mengakibatkan minyak menjadi cepat berasap atau berbusa,

Page 13: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

meningkatkan warna coklat, rasa yang tidak disukai pada bahan makanan

yang digoreng dan dapat menyebabkan perubahan warna. Zat warna dalam

minyak terdiri dari dua golongan, yaitu zat warna alamiah dan warna dari hasil

degradasi zat warna alamiah. Zat warna tersebut terdiri dari α dan β karotein,

xanthofil, klorofil dan anthosyanin. Zat warna ini menyebabkan minyak berwarna

kuning, kuning kecoklatan dan kemerah – merahan (Djatmiko dan Widjaja, 1985,

Ketaren, 1986).

Minyak yang baik adalah minyak yang mengandung asam lemak tak jenuh

yang lebih banyak dibandingkan dengan kandungan asam lemak jenuhnya.

Setelah penggorengan berkali-kali, asam lemak yang terkandung dalam minyak

akan semakin jenuh. Dengan demikian minyak tersebut dapat dikatakan telah

rusak atau dapat disebut minyak jelantah. Suhu yang semakin tinggi dan

pemanasan yang semakin dengan kadar asam lemak jenuh yang tinggi akan

mengakibatkan makanan yang lama akan meningkatkan kadar asam lemak jenuh

dalam minyak. Minyak nabati lama - lama akan meningkatkan kadar asam lemak

jenuh dalam minyak. Minyak nabati dengan kadar asam lemak jenuh yang tinggi

akan mengakibatkan makanan yang digoreng menjadi menjadi berbahaya bagi

kesehatan, seperti deposit lemak yang tidak normal, kanker, kontrol tidak

sempurna pada pusat syaraf (Djatmiko dan Widjaja, 1985, Ketaren, 1986).

Pertumbuhan jumlah penduduk, serta perkembangan industri, restoran, dan

usaha fastfood akan menyebabkan dihasilkannya minyak jelantah dalam jumlah

yang cukup banyak. Minyak jelantah ini apabila dikonsumsi dapat menimbulkan

penyakit yang membuat tubuh kita kurang sehat dan stamina menurun. Namun

Page 14: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

apabila minyak jelantah tersebut dibuang sangatlah tidak efisien dan mencemari

lingkungan (Putri Pratiwi , 2010).

Dewasa ini, hampir seluruh tempat di kota Padang berjualan gorengan

yang menghasilkan minyak jelantah, tidak terkecuali di daerah Pauh Padang.

Survey yang dilakukan kepada penjual gorengan di sekitar Kecamatan Pauh Kota

Padang membuktikan bahwa minyak jelantah yang digunakan oleh penjual

gorengan tidak dibuang, namun dipakai lagi dengan cara dicampur dengan minyak

yang bagus secara terus menerus dengan total periode penggorengan sebanyak 4 –

5 kali. Minyak jelantah yang masih bagus, penjual tidak membuangnya namun

menggunakan lagi untuk hari selanjutnya.

Survey yang dilakukan di sekitar daerah Koto Luar Pauh Padang ini

mendapatkan beberapa informasi bahwa penjual gorengan menggunakan minyak

murni sebanyak empat kg. Rata – rata minyak jelantah yang dihasilkan dari

penggorengan, berkisar antara setengah sampai satu kilogram.

Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan,

konsumsi minyak goreng berulang kali terutama oleh pedagang makanan jajanan

diharapkan akan berkurang. Di sisi lain, minyak jelantah dapat dikumpulkan dan

dimanfaatkan menjadi produk yang bernilai ekonomis. Karena itu minyak jelantah

dapat dimanfaatkan kembali, salah satunya menjadi produk berbasis minyak

seperti sabun cair.

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, metode pemurnian minyak

jelantah menggunakan karbon aktif sebagai penjernihan minyak. Dari latar

belakang di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul

Page 15: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

“Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas ( Minyak Jelantah) menjadi Sabun

Cair Cuci Piring ”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat di identifikasi masalah

sebagai berikut:

1. Masih banyak ditemukan minyak jelantah yang sudah berkali – kali

digunakan oleh salah satu penjual gorengan di bandes Koto Luar Pauh

Padang padahal berbahaya untuk kesehatan.

2. Perlunya upaya pemanfaatan limbah minyak jelantah untuk dijadikan

sesuatu yang bermanfaat secara ekonomis.

3. Kurangnya kesadaran masyarakat tentang bahaya pemakaian minyak

goreng yang sudah digunakan berkali – kali.

1.3 Batasan Masalah

Mengingat banyaknya masalah yang terjadi, maka ruang lingkup

penelitian hanya akan difokuskan pada :

1. Proses pemurnian dilakukan terhadap minyak jelantah dengan

menggunakan karbon aktif berupa tempurung kelapa.

2. Hasil pemurnian minyak jelantah digunakan untuk pembuatan sabun

cair untuk konsumsi rumah tangga.

3. Analisis karakteristik kualitas sabun cair meliputi 4 parameter , yaitu

alkali bebas, lemak tak bersabun, minyak pelikan dan jumlah asam

lemak.

Page 16: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah

adalah:

1. Bagaimana proses pemurnian minyak jelantah secara praktis dan

efisien dengan menggunakan tempurung kelapa sebagai karbon aktif?

2. Bagaimana proses pembuatan sabun cair dari hasil pemurnian minyak

jelantah secara teknis dan ekonomis?

3. Apakah keempat parameter kualitas sabun cair yang dihasilkan sesuai

dengan SNI sabun cuci cair?

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk melakukan proses pemurnian minyak jelantah dengan

menggunakan tempurung kelapa sebagai karbon aktif yang praktis dan

efisien.

2. Untuk membuat sabun cair dari hasil pemurnian minyak jelantah

secara teknis dan ekonomis.

3. Menentukan cara dan hasil analisis karakteristik dan kualitas dari

produk sabun cair.

Page 17: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi Penulis

Dapat menambah wawasan, ilmu pengetahuan mengenai dan

penerapan ilmu yang telah diperoleh dibangku perkuliahan.

2. Bagi Lembaga Pendidikan

Dapat dijadikan tambahan ilmu pengetahuan terutama bagi mahasiswa

Teknik Industri dan disiplin ilmu lainnya.

3. Bagi Masyarakat

Diketahui alternatif cara pengolahan minyak jelantah menjadi produk

yang lebih bermanfaat dan bernilai ekonomi , yang selama ini hanya

dibuang , mencemari lingkngan tanpa pernah dimanfaatkan.

Page 18: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 LandasanTeori

Penelitian ini membuat sabun cuci cair dengan memanfaatkan minyak goreng bekas (minyak jelantah) yang menggunakan beberapa teori atau tinjauan pustaka yang relevan dengan objek penelitian untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang ada.

2.1.1 Minyak Jelantah

A. Pengertian Minyak Jelantah

Minyak goreng berulang kali atau yang lebih dikenal dengan minyak jelantah adalah minyak limbah yang bisa berasal dari jenis-jenis minyak goreng seperti halnya minyak jagung, minyak sayur, minyak samin dan sebagainya. Minyak ini merupakan minyak bekas pemakaian kebutuhan rumah tangga yang dapat digunakan kembali untuk keperluan kuliner, akan tetapi bila ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik, yang terjadi selama proses penggorengan sehingga dapat menyebabkan penyakit kanker dalam jangka waktu yang panjang (Tamrin, 2013).

B. Akibat Penggunaan Minyak Jelantah

Menurut Ketaren (2005), tanda awal dari kerusakan minyak goreng adalah terbentuknya akrolein pada minyak goreng. Akrolein ini menyebabkan rasa gatal pada tenggorokan pada saat mengkonsumsi makanan yang digoreng menggunakan minyak goreng berulang kali.

Minyak goreng sangat mudah untuk mengalami oksidasi (Ketaren, 2005). Maka minyak jelantah telah mengalami penguraian molekul-molekul, sehingga

Page 19: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

titik asapnya turun drastis, dan bila disimpan dapat menyebabkan minyak menjadi berbau tengik. Bau tengik dapat terjadi karena penyimpanan yang salah dalam jangka waktu tertentu menyebabkan pecahnya ikatan trigliserida menjadi gliserol dan free fatty acid (FFA) atau asam lemak jenuh. Selain itu, minyak jelantah ini juga sangat disukai oleh jamur aflatoksin. Jamur ini dapat menghasilkan racun aflatoksin yang dapat menyebabkan penyakit pada hati.

Akibat dari penggunaan minyak jelantah dapat dijelaskan melalui penelitian yang dilakukan oleh Rukmini (2007) tentang regenerasi minyak jelantah dengan arang sekam menekan kerusakan organ tubuh. Hasil penelitian pada tikus wistar yang diberi pakan mengandung minyak jelantah yang sudah tidak layak pakai terjadi kerusakan pada sel hepar (liver), jantung, pembuluh darah maupun ginjal.

C. Sifat-sifat Minyak Jelantah

Sifat-sifat minyak jelantah dibagi menjadi sifat fisik dan sifat kimia

(Ketaren, 2005) yaitu:

a. Sifat Fisik

1. Warna, terdiri dari dua golongan : golongan pertama yaitu zat

warna alamiah, yaitu secara alamiah terdapat dalam bahan yang

mengandung minyak dan ikut terekstrak bersama minyak pada

proses ekstrasi. Zat warna tersebut antara lain α dan β karoten

(berwarna kuning), xantofil (berwarna kuning kecoklatan), klorofil

(berwarna kehijauan) dan antosyanin (berwarna kemerahan).

Golongan kedua yaitu zat warna dari hasil degradasi zat warna

alamiah, yaitu warna gelap disebabkan oleh proses oksidasi

terhadap tokoferol (vitamin E), warna cokelat disebabkan oleh

bahan untuk membuat minyak yang telah busuk atau rusak, warna

kuning umumnya terjadi pada minyak tidak jenuh.

Page 20: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

2. Odor dan flavor, terdapat secara alami dalam minyak dan juga

terjadi karena pembentukan asam-asam yang berantai sangat

pendek.

3. Kelarutan, minyak tidak larut dalam air kecuali minyak jarak

(castor oil), dan minyak sedikit larut dalam alkohol, etil eter,

karbon disulfida dan pelarut-pelarut halogen.

4. Titik cair dan polymorphism, minyak tidak mencair dengan tepat

pada suatu nilai temperatur tertentu. Polymorphism adalah keadaan

dimana terdapat lebih dari satu bentuk kristal.

5. Titik didih (boiling point), titik didih akan semakin meningkat

dengan bertambah panjangnya rantai karbon asam lemak tersebut.

6. Titik lunak (softening point), dimaksudkan untuk identifikasi

minyak tersebut.

7. Sliping point, digunakan untuk pengenalan minyak serta pengaruh

kehadiran komponen-komponennya.

8. Shot melting point, yaitu temperatur pada saat terjadi tetesan

pertama dari minyak atau lemak.

9. Bobot jenis, biasanya ditentukan pada temperature 25oC , dan juga

perlu dilakukan pengukuran pada temperature 40oC.

10. Titik asap, titik nyala dan titik api, dapat dilakukan apabila minyak

dipanaskan. Merupakan kriteria mutu yang penting dalam

Page 21: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

hubungannya dengan minyak yang akan digunakan untuk

menggoreng.

11. Titik kekeruhan (turbidity point), ditetapkan dengan cara

mendinginkan campuran minyak dengan pelarut lemak.

b. Sifat Kimia

1) Hidrolisa, dalam reaksi hidrolisa, minyak akan diubah menjadi

asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisa yang dapat

menyebabkan kerusakan minyak atau lemak terjadi karena

terdapatnya sejumlah air dalam minyak tersebut.

2) Oksidasi, proses oksidasi berlangsung bila terjadi kontak antara

sejumlah oksigen dengan minyak. Terjadinya reaksi oksidasi akan

mengakibatkan bau tengik pada minyak dan lemak.

3) Hidrogenasi, proses hidrogenasi bertujuan untuk menumbuhkan

ikatan rangkap dari rantai karbon asam lemak pada minyak.

4) Esterifikasi, proses esterifikasi bertujuan untuk mengubah asam-

asam lemak dari trigliserida dalam bentuk ester. Dengan

menggunakan prinsip reaksi ini hidrokarbon rantai pendek dalam

asam lemak yang menyebabkan bau tidak enak, dapat ditukar

dengan rantai panjang yang bersifat tidak menguap,

D. Standar Mutu Minyak Untuk Penggorengan

Secara umum komponen utama minyak yang sangat menentukan

mutu minyak adalah asam lemaknya karena asam lemak menentukan sifat

Page 22: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

kimia dan stabilitas minyak. Mutu minyak jelantah ditentukan oleh titik

asapnya, yaitu suhu pemanasan minyak sampai terbentuk akrolein yang

menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan. Adapun syarat mutu minyak

untuk menggoreng / memasak dapat dilihat pada table 2.1 :

Tabel 2.1 Syarat Mutu Minyak untuk Penggorengan

Kriteria Uji Satuan Syarat

Keadaan bau , warna dan rasa - Normal Kadar Air % b/b Maks 0,30 Asam lemak bebas (asam laurat) % b/b Maks 0,30 Bahan makanan tambahan Sesuai SNI 022 dan Permenkes No .

722/Menkes/Per/IX/88 Cemaran Logam :

- Besi (Fe) Mg/kg Maks 1,5 - Tembaga (Cu) Mg/kg Maks 0,1 - Raksa (Hg) Mg/kg Maks 0,1 - Timbal (Pb) Mg/kg Maks 40,0 - Timah (Sn) Mg/kg Maks 0,005 - Seng (Zn) Mg/kg Maks (40,0/25,0)*

Arsen ( As) % b/b Maks 0,1 Angka Peroksida %mg 0,2/gr Maks 1

Sumber : Departemen Perindustrian (SNI 01 -3741-1995)

Salah satu kriteria uji dalam syarat mutu minyak untuk penggorengan

adalah kadar air dan asam lemak bebas. Masing - masing memiliki ambang batas

(standar) maksimal 0,30 %. Jika minyak yang dihasilkan melebihi ambang batas

(0,30%), maka minyak tersebut belum memenuhi syarat mutu minyak untuk

penggorengan. Begitu juga dengan kadar logam dalam minyak, misalnya saja

kadar Fe yang memiliki standar sebesar maksimal 1,5%, jika melebihi standar (1,5

%), maka minyak tersebut tidak layak digunakan.

Beberapa jenis minyak atau lemak yang biasa dipakai dalam proses

Page 23: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

pembuatan sabun di antaranya :

a. Tallow

Tallow adalah lemak sapi atau domba yang dihasilkan oleh

industri pengolahan daging sebagai hasil samping. Kualitas dari

tallow ditentukan dari warna, titer (temperatur solidifikasi dari

asam lemak), kandungan FFA, bilangan saponifikasi, dan bilangan

iodin. Tallow dengan kualitas baik biasanya digunakan dalam

pembuatan sabun mandi dan tallow dengan kualitas rendah

digunakan dalam pembuatan sabun cuci. Oleat dan stearat adalah

asam lemak yang paling banyak terdapat dalam tallow. Jumlah

FFA dari tallow berkisar antara 0,75-7,0 %. Titer pada tallow

umumnya di atas 40°C. Tallow dengan titer di bawah 40°C dikenal

dengan nama grease.

b. Lard

Lard merupakan minyak babi yang masih banyak mengandung

asam lemak tak jenuh seperti oleat (60 ~ 65%) dan asam lemak jenuh

seperti stearat (35 ~ 40%). Jika digunakan sebagai pengganti tallow,

lard harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu untuk mengurangi

ketidakjenuhannya. Sabun yang dihasilkan dari lard berwarna putih

dan mudah berbusa.

c. Palm Oil (Minyak Kelapa Sawit)

Page 24: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

Minyak umumnya digunakan sebagai pengganti tallow.

Minyak sawit dapat diperoleh dari pemasakan buah sawit. Minyak

sawit berwarna jingga kemerahan karena adanya kandungan zat warna

karotenoid sehingga jika akan digunakan sebagai bahan baku

pembuatan sabun harus dipucatkan terlebih dahulu. Sabun yang terbuat

dari 100% minyak sawit akan bersifat keras dan sulit berbusa. Maka

dari itu, jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun,

minyak sawit harus dicampur dengan bahan lainnya. Kandungan asam

lemaknya yaitu asam palmitat 42-44%, asam oleat 35-40%, asam

linoleat 10%, asam linolenat 0,3%, asam arachidonat 0,3%, asam

laurat 0,3%, dan asam miristat 0,5-1%.

c. Coconut Oil (Minyak Kelapa)

Minyak kelapa merupakan minyak nabati yang sering

digunakan dalam industri pembuatan sabun. Minyak kelapa berwarna

kuning pucat dan diperoleh melalui ekstraksi daging buah yang

dikeringkan (kopra). Minyak kelapa memiliki kandungan asam lemak

jenuh yang tinggi, terutama asam laurat sekitar 44-52%, sehingga

minyak kelapa tahan terhadap oksidasi yang menimbulkan bau tengik.

Minyak kelapa juga memiliki kandungan asam lemak miristat 13-19%,

asam palmitat 8-11%, asam kaprat 6-10%, asam kaprilat 5-9%, asam

oleat 5-8%, asam stearat 1-3%, dan asam linoleat 2%.

d. Palm Kernel Oil ( Minyak Inti Sawit )

Minyak inti sawit diperoleh dari biji buah sawit. Minyak inti

Page 25: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

sawit memiliki kandungan asam lemak yang mirip dengan minyak

kelapa sehingga dapat digunakan sebagai pengganti minyak kelapa.

Minyak inti sawit memiliki kandungan asam lemak tak jenuh lebih

tinggi dan asam lemak rantai pendek lebih rendah daripada minyak

kelapa. Kandungan asam lemak yang terdapat pada palm kernel oil

yaitu : asam laurat 40-52%, asam miristat 14-18%, asam oleat 11-19%,

asam palmitat 7-9%, asam kaprat 3-7%, asam kaprilat 3-5%, asam

stearat 1-3%, dan asam linoleat 2%.

e. Palm Oil Stearine ( Minyak Sawit Stearin )

Minyak sawit stearin adalah minyak yang dihasilkan dari

ekstraksi asam- asam lemak dari minyak sawit dengan pelarut aseton

dan heksana. Kandungan asam lemak terbesar dalam minyak ini adalah

asam palmitat 52-58% dan asam oleat 27-32%. Selain itu juga terdapat

asam linoleat 6,6-8,2%, asam stearat 4,8-5,3%, asam miristat 1,2-

1,3%, asam laurat 0,1-0,4%.

f. Minyak Jagung

Minyak jagung diperoleh dari biji tanaman jagung atau Zea

mays L., yaitu pada bagian inti biji jagung (kernel) atau benih jagung

(corn germ). Tanaman jagung ini memiliki famili Poaceae dan genus

Zea. Minyak ini ditemukan pertama kali di Meksiko Tengah pada 5000

SM. Minyak jagung merupakan trigliserida yang disusun oleh gliserol

dan asam-asam lemak. Persentase trigliserida sekitar 98,6%,

Page 26: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

sedangkan sisanya merupakan bahan non minyak, seperti abu, zat

warna atau lilin. Asam lemak yang menyusun minyak jagung terdiri

dari asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Selain komponen-

komponen di atas, minyak jagung juga mengandung bahan yang tidak

tersabunkan, yaitu:

1) Sitosterol dalam minyak jagung berkisar antara 0,91-18%. Jenis

sterol yang terdapat dalam minyak jagung adalah campesterol (8-

12%), stigmasterol (0,7-1,4%), betasterol (86-90%) dari sterol

yang ada dan pada proses pemurnian, kadar sterol akan turun

menjadi 11-12%

2) Lilin merupakan salah satu fraksi berupa kristal yang dapat

dipisahkan pada waktu pemurnian minyak menggunakan suhu

rendah. Fraksi lilin terdiri dari mirisil tetrakosanate dan mirisil

isobehenate.

3) Tokoferol yang paling penting adalah alfa dan beta tokoferol yang

jumlahnya sekitar 0,078%.

2.1.2 Proses Pemurnian Minyak Jelantah

Minyak jelantah dapat diproses menjadi minyak yang bermutu, misalnya

pembuatan sabun cair cuci piring dari minyak jelantah. Akan tetapi minyak

jelantah yang akan diproses untuk pembuatan sabun cair ini harus melalui proses

pemurnian.

Poses pemurnian minyak jelantah ini dapat dilakukan beberapa tahapan,

diantaranya (Putri Pratiwi, 2010) :

Page 27: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

a. Penghilangan kotoran (despicing)

Memanaskan minyak jelantah dengan aquades pada suhu 1100C dengan volume 1:1 sampai volume aquades berkurang menjadi setengah dari volume awal. Setelah pemanasan selesai,komposisi minyak dan air diendapkan dan dipisahkan dengan corong pisah . Lapisan atas adalah minyak dan lapisan bawah adalah air . Lapisan air berada dibawah karena berat jenis air lebih besar daripada berat jenis minyak. Minyak yang didapatkan disaring dengan menggunakan kertas saring biasa .

b. Netralisasi

Menambah KOH 15 gram/100 mL ke dalam minyak yang telah di

despicing hingga netral.

c. Pemucatan (bleaching)

Memanaskan minyak hasil netralisasi hingga suhu 700C lalu

tambahkan karbon aktif dengan volume 1:2.

2.1.3 Sabun

A. Pengertian Sabun

Sabun adalah bahan yang digunakan untuk mencuci dan mengemulsi,

terdiri dari dua komponen utama yaitu asam lemak dengan rantai karbon

C16 dan sodium atau potasium. Sabun merupakan pembersih yang dibuat

dengan reaksi kimia antara kalium atau natrium dengan asam lemak dari

minyak nabati atau lemak hewani. Sabun yang dibuat dengan NaOH

dikenal dengan sabun keras (hard soap), sedangkan sabun yang dibuat

Page 28: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

dengan KOH dikenal dengan sabun lunak (soft soap).

Sabun adalah produk yang dihasilkan dari reaksi antara asam lemak

dengan basa kuat yang berfungsi untuk mencuci dan membersihkan lemak

(kotoran).

B. Jenis-jenis sabun

1. Sabun padat adalah sabun yang dibuat dari reaksi saponifikasi dari lemak

padat dengan NaOH. Untuk mendapatkan sediaan yang konsisten, biasanya

digunakan lemak hewan yang kaya akan kandungan stearin dan

kandungannya relatif rendah dalam palmitin dan olein.

2. Sabun cair adalah reaksi saponifikasi menggunakan minyak dan lemak yang

mempunyai kandungan asam oleat tinggi dan perbandingan yang tajam dari

kalium, digunakan dalam kombinasi dengan soda kaustik untuk untuk

memproduksi cairan yang setara normal warnanya agak gelap dan

mempunyai bau yang kuat.

C. Sifat – sifat Sabun

a. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suhu tinggi sehingga

akan dihidrolisis parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam

air bersifat basa. CH3(CH2)16COONa + H2O →

CH3(CH2)16COOH + OH- ... (1)

b. Jika larutan sabun dalam air diaduk, maka akan menghasilkan

buih, peristiwa ini tidak akan terjadi pada air sadah. Dalam hal ini

sabun dapat menghasilkan buih setelah garam-garam Mg atau Ca

dalam air mengendap.

CH3(CH2)16COONa + CaSO4 → Na2SO4 +

Page 29: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

Ca(CH3(CH2)16COO)2 .. (2)

c. Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses

kimia koloid, sabun (garam natrium dari asam lemak) digunakan

untuk mencuci kotoran yang bersifat polar maupun nonpolar

karena sabun mempunyai gugus polar dan nonpolar. Molekul

sabun mempunyai rantai hidrogen CH3(CH2)16 yang bersifat

hidrofobik (tidak suka air) sedangkan COONa+ bersifat hidrofobik

(suka air) dan larut dalam air.

Nonpolar : CH3(CH2)16 (larut dalam minyak, hidrofobik dan juga

memisahkan kotoran nonpolar)

Polar : COONa+ (larut dalam air, hidrofobik dan juga memisahkan

kotoran polar)

D. Kegunaan Sabun

Sabun berkemampuan untuk mengemulsi kotoran berminyak

sehingga dapat dibuang dengan pembilasan. Kemampuan ini

disebabkan oleh dua sifat sabun :

1) Rantai hidrokarbon sebuah molekul sabun bersifat nonpolar

sehingga larut dalam zat non polar, seperti tetesan-tetesan minyak.

2) Ujung anion molekul sabun, yang tertarik dari air, ditolak oleh

ujung anion molekul-molekul sabun yang menyembul dari tetesan

minyak lain. Karena tolak menolak antara tetes sabun-minyak,

maka minyak itu tidak dapat saling bergabung tetapi tersuspensi.

(Fessenden Ralph, 1991).

Page 30: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

E. Bahan Pembuat Sabun Cair

1. Asam Lemak

Secara kimiawi, minyak dan lemak dapat mengalami hidrolisis

dan oksidasi yang dapat menyebabkan kerusakan akibat adanya

sejumlah air dan kontak dengan udara. Hal ini tentunya harus dihindari

untuk menjaga kualitas minyak atau lemak agar tetap baik (Dalimuthe,

2009). Minyak dan lemak mengandung asam lemak dan trigliserida

yang dapat digunakan dalam pembuatan sabun. Asam lemak

merupakan asam lemah, yang di dalam air akan terdisosiasi sebagian.

Sementara trigliserida merupakan komponen utama minyak dan lemak

yang terdiri dari kombinasi berbagai macam asam lemak yang terikat

dengan gugus gliserol disebut asam lemak bebas. Asam lemak terdiri

dari dua bagian, yaitu yaitu gugus hidroksil dan rantai hidrokarbon

yang berikatan dengan gugus karboksil.Asam lemak juga merupakan

komponen minyak/lemak yang digunakan untuk pembuatan sabun.

2. KOH

Kalium hidroksida (KOH) adalah basa kuat yang terbentuk dari

oksida basa kalium oksida yang dilarutkan dalam air. Kalium

hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan

dalam air. Kalium hidroksida sama seperti natrium hidroksida

digunakan di dalam berbagai macam bidang industri. Kebanyakan

digunakan sebagai basa dalam proses industri bubur kayu, kertas,

tekstil, air minum, sabun, dan deterjen. Kalium hidroksida berwujud

Page 31: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

kristal padat bewarna putih. Dalam pembuatan sabun konsentrasi

kalium hidroksida harus tepat, karena apabila terlalu banyak akan

memberikan pengaruh negatif, yaitu iritasi pada kulit sedangkan

apabila terlalu sedikit maka sabun yang dihasilkan akan mengandung

asam lemak bebas tinggi yang mengganggu proses emulsi sabun dan

kotoran (Kirk dkk.,1952).

3. Gliserin atau Gliserol

Secara tradisional gliserol didapat sebagai hasil samping dari

minyak tumbuhan dan hewan yang disaponifikasi pada pabrik sabun.

Gliserol jarang ditemukan dalam bentuk lemak bebas, tetapi biasanya

terdapat sebagai trigliserida yang tercampur dengan bermacam-macam

asam lemak, misalnya asam stearat, asam oleat, asam palmitat dan

asam laurat.Wujud gliserol adalah jernih, tidak berbau dan memiliki

rasa manis (T. Mitsui, 1997). Dalam pembuatan sabun cair, gliserol

berfungsi untuk melembutkan kulit, mengurangi jumlah air yang

meninggalkan kulit, dan memberikan efek transparan (George dan

Serdakowski, 1996).

4. Foambooster (penambah busa)

5. Karbon aktif

Karbon aktif atau sering juga disebut arang aktif , adalah suatu jenis

karbon yang memiliki luas permukaan yang sangat besar. Bahan dasar

untuk pembuat karbon aktif biasanya dari bahan alami misalnya , batu

bara, kayu, batok kelapa, ampas tebu atau lainnya . Karbon aktif dapat

Page 32: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

mengadsorpsi gas dan senyawa – senyawa kimia tertentu atau sifat

adsorpsinya selektif , tergantung pada besar atau volume pori – pori

dan luas permukaan. Karbon aktif dapat dibagi menjadi dua tipe ,

yaitu karbon aktif sebagai pemucat dan karbon aktif sebagai penyerap

uap. Penulis menggunakan tempurung kelapa sebagai karbon aktif,

karena tempurung kelapa merupakan bahan terbaik karena memiliki

mikropori sangat banyak, kadar abu rendah, kelarutan dalam air sangat

tinggi dan daya serap iodinnya tinggi sebesar 1100 mg (Pambayun

dkk, 2013).

6. Air (Aquades)

Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O. Satu

molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara

kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak

berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100

kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K (0 °C). Zat kimia ini merupakan

suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk

melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam- garam, gula,

asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik. Dalam

pembuatan sabun, air yang baik digunakan sebagai pelarut yang baik

adalah air sulingan atau air minum kemasan. Air dari PAM kurang

baik digunakan karena banyak mengandung mineral.

7. Pewangi dan pewarna

Page 33: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

F. Metode – metode pembuatan sabun

Pada pembuatan sabun natural, digunakan metode – metode untuk

menghasilkan sabun yang berkualitas dan bagus yaitu :

a) Cold process (proses dingin)

Proses pembuatan sabun yang paling sering digunakan oleh

pembuat sabun, dengan tingkat kesulitan sedang. Sabun yang

dibuat dengan cara ini membutuhkan waktu 4-6 minggu untuk

dapat digunakan, karena selama masa ini akan terjadi reaksi kimia

antara soda api, minyak, dan air yang nantinya akan menghasilkan

sabun

b) Hot process(proses panas)

Pembuatan sabun dengan metode ini lebih rumit dari proses

dingin. Banyak pembuat sabun menyarankan untuk membiasakan

diri dengan metode CP sebelum mencoba metode ini, karena dalam

metode ini adonan sabun harus dipanaskan dan diaduk secara

berkala, sebelum dimasukan ke dalam cetakan.

c) Melt and Pour (lelehkan dan tuang)

Metode ini adalah yang paling mudah dan anak-anak pun

bisa diajak untuk membuat sabun bersama. Yang perlu

dilakukan adalah melelehkan sabun dasar (soap base), campur

dengan pewarna dan pewangi sabun, lalu tuang dalam cetakan.

Masukan adonan sabun dalam lemari es, tunggu hingga sabun

mengeras, potong sesuai keinginan dan bisa langsung dipakai.

Page 34: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

d) Rebatch (daur ulang)

Mendaur ulang kembali sabun CP atau HP yang sudah ada

menjadi sabun baru.

2.1.3. Analisis Produk

A. Analisis

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan Nasional

(2005) menjelaskan bahwa analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa

(karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang

sebenarnya. Menurut Gorys Keraf, analisa adalah sebuah proses untuk

memecahkan sesuatu ke dalam bagian-bagian yang saling berkaitan satu sama

lainnya. sedangkan menurut Komarrudin mengatakan bahwa analisis merupakan

suatu kegiatan berfikir untuk menguraikan suatu keseluruhan menjadi komponen

sehingga dapat mengenal tanda-tanda dari setiap komponen, hubungan satu sama

lain dan fungsi masing-masing dalam suatu keseluruhan yang terpadu.

Dari beberapa pengertian analisa diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

analisa merupakan sekumpulan kegiatan, aktivitas dan proses yang saling

berkaitan untuk memecahkan masalah atau memecahkan komponen menjadi lebih

detail dan digabungkan kembali lalu ditarik kesimpulan. Bentuk dari kegiatan

analisa salah satunya yaitu merangkum data mentah menjadi sebuah informasi

yang bisa disampaikan ke khalayak.

B. Produk

Dalam bisnis, produk adalah barang atau jasa yang dapat diperjualbelikan.

Dalam marketing, produk adalah apapun yang bisa ditawarkan ke sebuah pasar

Page 35: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

dan bisa memuaskan sebuah keinginan atau kebutuhan. Dalam tingkat pengecer,

produk sering disebut sebagai merchandise. Dalam manufaktur, produk dibeli

dalam bentuk barang mentah dan dijual sebagai barang jadi. Produk yang berupa

barang mentah seperti metal atau hasil pertanian sering pula disebut sebagai

komoditas.

Pengertian produk ( product ) menurut Kotler & Armstrong, (2001: 346) adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan.

Secara konseptual produk adalah pemahaman subyektif dari produsen atas sesuatu yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan kegiatan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar. Selain itu produk dapat pula didefinisikan sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan oleh produsen melalui hasil produksinya. Produk dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian.

2.2 Kerangka Konseptual

Konsep berpikir penulis pada penelitian pembuatan sabun cair cuci piring dari minyak jelantah ini dapat dilihat pada kerangka konseptual dibawah ini:

Input

1. Minyak

Jelantah

2. Bahan

pembantu

3. Peralatan

pembuatan

sabun

4. Data kualitas

sabun

berdasarkan

SNI 06-2048-

1990

Proses

1. Pemurnian

minyak

jelantah

2. Pembuatan

sabun cair

3. Analisis

kualitas dan

karakteristik

produk

Output

1. Hasil

pemurnian

minyak

jelantah

2. Sabun cuci cair

3. Kualitas sabun

yang sesuai

atau tidak

dengan SNI 06-

2048-1990

Page 36: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu kerangka berpikir untuk memecahkan persoalan yang ada. Dalam penelitian ini dilakukan analisa bagaimana proses pembuatan sabun cair cuci piring dari memanfaatkan minyak jelantah dan tergolong ke dalam kualitas manakah produk yang dihasilkan. Kerangka konseptual terdiri dari tiga kelompok yaitu input , proses dan output.

Input penelitian kali ini adalah minyak goreng bekas (minyak jelantah) sebagai bahan baku , bahan pembantu , peralatan pembuatan sabun cair dan data kualitas sabun cair berdasarkan SNI 06-2048-1990 sebagai acuan pembanding dari produk yang akan dihasilkan. Proses yang terjadi adalah menentukan bagaimana cara pembuatan sabun cair cuci piring dan menganalisa termasuk dalam kualitas sabun cair manakah sabun yang dihasilkan. Output merupakan capaian akhir dari penelitian yang kali ini bertujuan untuk memperoleh produk sabun cair cuci piring yang menjadi alternatif pemanfaatan minyak jelantah.

Page 37: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan kali ini termasuk ke dalam jenis Penelitian Eksperimental Laboratorium. Eksperimen Laboratorium adalah suatu pengujian yang proses kerjanya dengan melakukan percobaan di laboratorium untuk membuat suatu produk. Menurut Kerlinger (1986:398) yang dimaksud dengan eksperimen laborartorium adalah suatu penelitian yang mengkaji varian-varian dari semua atau hampir semua variabel bebas yang mungkin berpengaruh, sedangkan variabel-variabel yang tidak relevan dengan masalah-masalah penelitian dibuat seminimal mungkin.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian yang dilakukan berlokasi di tempat penjual gorengan daerah bandes Koto Luar Pauh Padang. Analisis produk sabun cair dilakukan di laboratorium Quality Control PT. Gunung Naga Mas yang terletak di Jalan Raya Kampung Pinang Kuranji, Pauh Padang, Sumatera Barat. Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2018.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah semua minyak jelantah yang dihasilkan oleh penjual gorengan di daerah Kecamatan Pauh Padang dan sampel yang diambil pada penelitian ini adalah minyak jelantah yang diambil dari penjual gorengan di daerah bandes Limau Manis Koto Luar Pauh Padang.

3.4 Alat dan Bahan

Page 38: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

A. Alat Gelas

1. Gelas kimia

2. Neraca Analitik

3. Thermometer

B. Alat Non Gelas :

1. Gelas Takar

2. Sendok atau Pengaduk

3. Panci ( penangas air)

4. Botol

5. Kertas saring

6. Kertas lakmus / pH meter

C. Bahan :

1. Minyak Goreng Bekas 100 gram

2. Arang aktif 35 gram

3. Air Suling 200 mL

4. KOH 30 % 70 mL

5. Gliserin 10 mL

6. Foambooster 10 gram

7. Pewarna 10 gram

8. Pewangi 2 mL

3.5 Langkah Pelaksanaan Penelitian

3.5.1 Proses Pemurnian Minyak Jelantah

a. Penghilangan Kotoran (despicing)

Memanaskan minyak jelantah dan aquades pada suhu 1100C dengan volume 1:1 sampai volume aquades berkurang menjadi setengah dari volume awal. Setelah pemanasan selesai,komposisi minyak dan air diendapkan dan dipisahkan dengan corong pisah. Lapisan atas adalah minyak dan lapisan bawah adalah air. Lapisan air berada dibawah karena berat jenis air lebih besar daripada berat jenis minyak. Minyak yang didapatkan disaring dengan menggunakan kertas saring biasa .

b. Netralisasi

Page 39: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

Menambahkan KOH 15 gram dalam 100 ml ke dalam minyak yang sudah despicing dan diaduk hingga netral (dalam keadaan panas).

c. Pemucatan (bleaching)

Memanaskan minyak hasil netralisasi hingga suhu 700C lalu tambahkan tempurung kelapa dengan volume 1 :2 .

3.5.2 Proses Pembuatan Sabun Cair

a) Memanaskan air dalam penangas

b) Melarutkan KOH 30 % dalam gelas kaca , lalu diambil dan masukkan

sebanyak 70 mL dalam air di penangas .

c) Dalam tempat terpisah , panaskan minyak yang sudah dimurnikan tadi

sebanyak 100 gram dalam penangas dengan gelas kaca sambil diaduk.

d) Campur KOH dan minyak dalam satu wadah sambil diaduk

e) Masukkan kembali campuran tersebut ke dalam penangas tadi dan diaduk .

f) Tambahkan gliserin 10 mL didalamnya sambil diaduk terus .

g) Tambahkan aquades 25 mL , diaduk terus .

h) Lalu tambahkan foambooster 10 gram , pewarna dan pewangi 2 mL dan

diaduk rata.

i) Dinginkan dan masukkan ke dalam botol .

j) Sabun siap digunakan.

Berikut digambarkan skema proses pembuatan sabun :

Minyak Jelantah

Pemurnian Minyak

Pembuatan Sabun

Sabun

Pemanasan Minyak dengan alkali ( KOH)

Page 40: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

Gambar 3.1 : Skema Proses Pembuatan Sabun Cair

3.5.3 Melakukan analisa kimiawi atau uji kualitas sabun bedasarkan SNI

Uji kualitas sabun dilakukan bedasarkan SNI 06-2048-1990 ( Mutu dan Cara Uji Sabun Cuci) yang terdiri dari uji alkali bebas, uji lemak tak bersabun , uji minyak pelikan dan jumlah asam lemak. Uji ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik sabun yang telah diproduksi.

Tabel 3.1

Syarat Mutu Sabun Cuci Berdasarkan SNI 06 - 2048 - 1990

Sumber : Badan Standarisasi Nasional (1990)

Berikut uraian cara uji sabun menurut SNI :

a. Alkali bebas

Sebanyak 5 gram sampel ditimbang dengan teliti ke dalam erlenmeyer 250 ml, ditambahkan 100 ml alkohol netral dan batu didih serta lima tetes phenolphtalein, ditaruh di atas penangas air pakai pendingin tegak dan biarkan mendidih selama 30 menit, kemudian campuran tersebut didinginkan

UNSUR UJI TIPE SABUN

T3 T4 T5 T6

Alkali bebas % Maks 0,1 Maks 0,1 Maks 0,1 Maks 0,1

Lemak tak bersabun % Maks 2,5 Maks 2,5 Maks 2,5 Maks 2,5

Minyak Pelikan Negatif Negatif Negatif Negatif

Jumlah Asam Lemak % Min. 62,0 Min. 57,5 Min. 50,0 Min.40,0

Page 41: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

tetapi tidak sampai membeku dan dititrasi dengan HCl dalam alkohol dari 0,1 N. Keterangan:

N = Konsentrasi (Normalitas) HCl gram zat = berat sampel (produk sabun)

b. Lemak tak bersabun

Sebanyak 10 ml KOH dalam alkohol dari 0,5 N dipipetkan ke dalam larutan penetapan asam lemak bebas, dipanaskan di atas penangas air dengan pendingin tegak selama 1 jam, didinginkan dan kemudian dititar dengan HCl 0,5 N dengan indikator phenolphtalein, dilakukan juga penetapan blanko dengan menggunakan alkohol netral sebanyak 70 ml.

c. Jumlah asam lemak ( cara kocok )

Sebanyak 10 gram sampel dicampur dengan 5 – 10 ml HCl 10% hingga berlebihan supaya asam lemak dibebaskan semuanya dan dimasukkan ke dalam corong pisah, tambahkan eter lalu dikocok, larutan air dikeluarkan dan larutan eter dituangkan ke dalam gelas piala, pengerjaan ini diulangi sampai pelarut berjumlah 100 ml, pelarut dikocok dan dicuci lagi dengan 10 ml sampai air tidak bereaksi lagi dengan asam. Setelah itu , pelarut dikeringkan, disaring dan dimasukkan ke dalam labu lemak yang telah ditimbang dengan batu didih. Dilakukan penyulingan dan dikeringkan pada suhu 1050C sampai bobot tetap.

Keterangan :

gram zat = berat sampel (produk sabun)

d. Minyak Pelikan

Dari bekas penetapan asam lemak, sebanyak 0,3 ml lemak dicampur dengan 5 ml KOH dalam alkohol dari 0,5 N dan di panaskan. Kemudian ditambahkan air, jika ada kekeruhan maka menandakan adanya minyak mineral.

3.5.4 Mencatat, mengolah dan melakukan perhitungan hasil penelitian

Setelah dilakukan percobaan pembuatan produk sabun maka akan diperoleh data – data yang nantinya akan menentukan karakteristik sabun yang dihasilkan. Contoh perhitungan tersebut antara lain adalah :

Page 42: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

Contoh perhitungan untuk uji kualitas produk sabun :

1) Penentuan alkali bebas

Alkali bebas = � � � � ,�� � � x 100 % (dihitung sebagai KOH)

Keterangan: ml = volume HCl yang dititar N = Konsentrasi (Normalitas) HCl gram zat = berat sampel

2) Penentuan lemak tak bersabun

Kadar lemak tak bersabun = − � � � ,, � �� � � x 100%

Keterangan :

b = volume blanko

a = volume sampel

N = Normalitas HCl

56,1 = bobot setara KOH

258 = rata – rata bilangan penyabunan

3) Jumlah asam lemak (cara kocok)

Kadar asam lemak = � ℎ � ��� � � x 100%

Keterangan :

gram zat = berat sampel

bobot lemak = selisih berat labu lemak

3.5.5 Melakukan pembahasan dan menarik kesimpulan

Langkah terakhir adalah melakukan pembahasan terhadap data – data dan perhitungan yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan , kemudian baru menarik kesimpulan dari penelitian tersebut

3.6 Kerangka Metodologi

Penelitian kali ini dirancang sesuai dengan langkah – langkah atau prosedur yang beurutan .

Page 43: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

Survey Lapangan

1. Interview

2. Observasi

Studi Literatur

Mempelajari buku . jurnal , diktat

yang berkaitan dengan Metodologi

penelitian dan pembuatan sabun cuci

cair dari minyak jelantah.

Mulai

Identifikasi Masalah

1. Masih banyak ditemukan minyak jelantah yang sudah berkali – kali

2. Perlunya upaya pemanfaatan limbah minyak jelantah

3. Kurangnya kesadaran masyarakat tentang bahaya pemakaian minyak

jelantah

Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses pemurnian minyak jelantah dengan

menggunakan tempurung kelapa sebagai karbon aktif?

2. Bagaimana proses pembuatan sabun cair dari hasil pemurnian

minyak jelantah ditinjau dari aspek teknis dan ekonomis?

3. Apakah keempat parameter kualitas sabun cair yang dihasilkan

sesuai dengan SNI sabun cuci cair?

Pengumpulan Data

Pembuatan sabun

Analisa dan uji kualitas sabun

Kesimpulan dan saran

x

Page 44: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

Gambar 3.2 : Kerangka Metodologi

Diawali dengan survey yang meliputi interview dan observasi dengan salah satu penjual gorengan di bandes Koto Luar Pauh Padang, dan studi literatur dengan buku jurnal dan yang lainnya berkaitan dengan pembuatan sabun cuci cair dari minyak jelantah. Kemudian identifikasi masalah – masalah yanng ada, dan dari identifikasi masalah tersebut didapatkan rumusan masalah. Lalu pengumpulan data dan dilanjutkan pembuatan sabun cair. Produk sabun cair yang dihasilkan tersebut dianalisis atau uji kualitas, pencatatan hasil berupa data, perhitungan dan analisa data, kemudian yang terakhir adalah memperoleh kesimpulan dan saran.

Selesai

Page 45: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan Data

Karena jenis penelitian yang dilakukan kali ini ada bersifar eksperimental,

maka data hasil penelitian diperoleh dari percobaan pembuatan produk yang telah

dilakukan di laboratorium. Data – data yang diperoleh bersifat data utama hasil

percobaan pembuatan sabun serta analisa pengujian karakteristik sabun

berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI). Semua percobaan dilakukan

sebanyak dua kali pengulangan agar diperoleh data rataan yang lebih teliti.

Berikut adalah data – data hasil penelitian dari pembuatan produk sabun cuci :

4.1.1 Data pembuatan sabun

a. Jumlah minyak goreng bekas = 100 gram

b. Jumlah sabun yang dihasilkan = 600 mL

c. Suhu pemanasan sabun = 70 – 80 0C

d. Warna sabun yang terbentuk = Coklat

4.1.2 Data uji kualitas sabun

1. Penentuan alkali bebas

a) Volume HCl yang dititar = 0,6 mL

b) Normalitas HCl yang digunakan = 0,0986 N

Page 46: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

c) Bobot sabun yang ditimbang = 5,0018 gram

2. Penentuan lemak tak bersabun

a) Volume blanko (b) = 11,5 mL

b) Volume sampel (a) = 15 mL

c) Normalitas HCl = 0,0986 N

d) Bobot sabun yang ditimbang =5,0018 gram

3. Penentuan jumlah asam lemak (cara kocok)

a) Tambahan bobot labu lemak = 6,0011 gram

b) Bobot sabun yang ditimbang = 10,0023 gram

4.2 Pengolahan Data

Pengolahan data pada penelitian ini umumnya dilakukan dengan

menggunakan perhitungan kimia.

1. Percobaan pembuatan sabun

Percobaan yang dilakukan sebanyak empat kali. Percobaan satu hingga

ketiga bisa dikatakan belum berhasil seutuhnya menjadi sabun. Namun

pada percobaan ke - empat bisa menjadi sabun cair. Ini dikarenakan

beberapa faktor yang menjadi ketidakberhasilan percobaan satu hingga

ketiga. Salah satunya adalah perbandingan KOH dan minyak, kecepatan

pengadukan dan lama pemanasan. Dalam proses pengadukan, peneliti

hanya secara manual (tangan). Berikut perbandingan percobaan 1, 2. 3,

dan 4 yang dapat dilihat secara visual produk sabun yang dihasilkan :

Page 47: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

Tabel 4.1 Perbandingan Percobaan 1, 2, 3, dan 4

Percobaan

ke -

Banyaknya KOH 30 %

Jumlah minyak jelantah

Bentuk sabun yang dihasilkan (secara visual)

1 80 mL 25 gram Yang terbentuk hanya cairan minyak dan tidak berbusa

2 10 mL 50 gram Produk yang dihasilkan hanya cairan minyak

3 20 mL 75 gram masih seperti cairan minyak

4 70 mL 100 gram Produk sabun cair yang dihasilkan cukup baik dan berbusa saat digunakan

Pada percobaan ke –empat , produk sabun yang dihasilkan di analisa

di laboratorium.

2. Potensi perolehan sabun

Diketahui bahwa untuk pemakaian minyak goreng untuk mengoreng

gorengan dalam satu hari adalah empat sampai lima kilogram (maksimal).

Dalam satu hari itu menghasilkan minyak jelantah yang tidak bisa dipakai

lagi berkisar antara setengah hingga satu kg. Untuk 100 gram minyak

jelantah menghasilkan sabun cair lebih kurang sebanyak 600 mL. Dalam

satu bulan, minyak jelantah yang dihasilkan lebih kurang 15 kg (dihitung

30 hari) dan sabun yang dihasilkan mencapai hampir 90 liter.

Untuk pembuatan sabun dari minyak jelantah, ada beberapa bahan

yang menjadi pembantu dan penunjang dalam pembuatan sabun. Bahan

Page 48: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

yang digunakan dalam pembuatan sabun bisa dilihat dari tabel di bawah

ini beserta dengan biaya bahan :

Tabel 4.2 Rincian Biaya Bahan Sabun

No. Bahan Jumlah bahan Harga Total

1 Minyak Jelantah 100 gram Rp.-1.500/kg Rp.150

2 KOH 70 mL / 30 gram Rp.75,-/gram Rp. 3.750

3 Foambooster 10 gram Rp.75,-/gram Rp.750

4 Gliserin 10 mL Rp.75.-/mL Rp. 750

5 Arang aktif 35 gram Rp.-25,-/gram Rp.875

6 Aquades 200 mL Rp.-7,-/mL Rp.1.400

7 Pewangi dan

pewarna

2 mL Rp.- 50/mL Rp.100

Total Rp.7.775

Dengan minyak jelantah sebanyak 100 gram dapat menghasilkan

sabun lebih kurang 600 mL. Untuk pembuatan sabun sebanyak 600 mL

membutuhkan biaya bahan lebih kurang sebanyak Rp. 7.775.

Untuk pembuatan sabun dari minyak jelantah, ada juga beberapa

peralatan yang menjadi pembantu dan penunjang dalam pembuatan sabun.

Peralatan yang digunakan dalam pembuatan sabun bisa dilihat dari tabel di

bawah ini beserta dengan biaya peralatan :

Page 49: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

Tabel 4.3 Rincian Biaya Peralatan Pembuatan Sabun

No Alat Jumlah Harga per pcs

1 Kompor gas 1 Rp. 16.000,-

2 Panci 1 Rp. 30.000,-

3 Gelas kaca 2 Rp. 15.000,-

4 Pengaduk kayu 1 Rp. 5.000,-

5 Pekerja 1 Rp. 15.000,-

6 Gelas Ukur 1 Rp. 20.000,-

Total Rp. 101.000,-

Dalam pembuatan sabun membutuhkan peralatan – peralatan yang

membantu pekerjaan. Peralatan yang dibutuhkan ini menghabiskan biaya

sebanyak kurang lebih Rp.101.000,-.

Penentuan Alkali bebas

Alkali bebas = � � � � ,�� � � x 100 % (dihitung sebagai KOH)

= , � � , � � ,, �� x 100 %

= 0,047 %

Keterangan:

ml = volume HCl yang dititar

N = Konsentrasi (Normalitas) HCl

gram zat = berat sampel

Page 50: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

Penentuan lemak tak bersabun

Kadar lemak tak bersabun = − � � � ,, � �� � � x 100%

= �− , � � , � � .. � , �� x 100%

= 1,50 %

Keterangan :

b = volume blanko

a = volume sampel

N = Normalitas HCl

gram zat = berat sampel

56,1 = bobot setara KOH

258 = rata – rata bilangan penyabunan

Penentuan jumlah asam lemak (cara kocok)

Kadar asam lemak = � ℎ � ��� � � x 100%

= , ��, �� x 100 %

= 59,99 %

Penentuan minyak pelikan

Tidak ada kekeruhan (minyak pelikan negatif).

Page 51: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

4.3 Hasil Produk Sabun

Produk sabun yang dihasilkan berwarna coklat. Awalnya minyak jelantah

ini bewarna coklat gelap dan terdapat kotoran (kerak gorengan).

Gambar 4.1 : Minyak Jelantah

Kemudian minyak ini dimurnikan melalui tiga tahapan, yaitu : despicing,

netralisasi dan bleaching. Pada tahap despicing, minyak jelantah dipanaskan

dengan aquades dan kemudian diendap dan dipisahkan dengan corong pisah.

Minyak disaring dengan menggunakan kertas saring biasa untuk menghilangkan

kotoran. Pada proses ini waktu yang digunakan cukup lama karena proses

penyaringan yang lambat.

Gambar 4.2 : Tahap Despicing

Setelah itu, menambahkan KOH 15 % ke dalam minyak yang sudah

despicing hingga pH netral dan diaduk . Proses ini dilakukan harus hati – hati dan

Page 52: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

teliti karena jika terlalu banyak KOH yang ditambah maka pH akan berubah

menjadi basa (tidak netral).

Gambar 4.3 : Tahap Netralisasi

Minyak hasil netralisasi dipanaskan hingga suhu 700C lalu tambahkan

arang aktif dengan volume 1 :2. Minyak didiamkan dulu hingga endapan arang

aktif terpisah dari minyak. Untuk hasil maksimal, pengendapan dilakukan selama

24 jam. Kemudian disaring lagi dengan kertas saring biasa, proses penyaringan ini

juga agak lama.

Gambar 4.4 : Tahap Bleaching

Minyak yang sudah dimurnikan tersebut bisa langsung dilanjutkan ke

tahap pembuatan sabun. Pada pembuatan sabun, KOH yang dicampur kedalam

minyak bukan sebaliknya. Perbandingan KOH dan minyak harus diperhatikan

karena apabila konsentrasi minyak dan KOH tidak sesuai maka akan

Page 53: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

mempengaruhi sabun yang dibuat. Tahap pembuatan sabun dilakukan dalam

keadaan panas, dan dalam pembuatan sabun ini diperlukan pengadukan dan

pemanasan yang cukup lama yaitu antara 2 – 3 jam. Hasil akhir sabun terlihat

pada gambar berikut :

Gambar 4.1 : Produk akhir sabun cair

4.4 Perbandingan Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian, hasil produk sabun cair di analisis di

Laboratorium dan didapatkan hasil sesuai standar, adapun hasil yang didapat

disesuaikan dengan SNI 06 – 2048 – 1990 tentang sabun cuci dan jurnal

penelitian Muhammad Renhard tahun 2016. Adapun perbandingannya sebagai

berikut :

Tabel 4.4

Perbandingan Hasil penelitian

Parameter SNI 06 -

2048- 1990 Hasil Peneliti

Menurut jurnal penilitian (Renhard, Muhammad 2016)

Alkali bebas Maks. 0,1 0,047 % 0,032 %

Lemak tak Maks. 2,5 1,50 % 0,32 %

Page 54: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

tersabunkan

Jumlah asam lemak Min. 57,5 59,99 % 67,01 %

Minyak pelikan Negatif Negatif Negatif

e) Volume sampel (a) = 15 mL

f) Normalitas HCl = 0,0986 N

g) Bobot sabun yang ditimbang =5,0018 gram

4. Penentuan jumlah asam lemak (cara kocok)

c) Tambahan bobot labu lemak = 6,0011 gram

d) Bobot sabun yang ditimbang = 10,0023 gram

4.2 Pengolahan Data

Pengolahan data pada penelitian ini umumnya dilakukan dengan

menggunakan perhitungan kimia.

3. Percobaan pembuatan sabun

Percobaan yang dilakukan sebanyak empat kali. Percobaan satu hingga

ketiga bisa dikatakan belum berhasil seutuhnya menjadi sabun. Namun

pada percobaan ke - empat bisa menjadi sabun cair. Ini dikarenakan

beberapa faktor yang menjadi ketidakberhasilan percobaan satu hingga

Page 55: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

ketiga. Salah satunya adalah perbandingan KOH dan minyak, kecepatan

pengadukan dan lama pemanasan. Dalam proses pengadukan, peneliti

hanya secara manual (tangan). Berikut perbandingan percobaan 1, 2. 3,

dan 4 yang dapat dilihat secara visual produk sabun yang dihasilkan :

Tabel 4.1 Perbandingan Percobaan 1, 2, 3, dan 4

Percobaan

ke -

Banyaknya KOH 30 %

Jumlah minyak jelantah

Bentuk sabun yang dihasilkan (secara visual)

1 80 mL 25 gram Yang terbentuk hanya cairan minyak dan tidak berbusa

2 10 mL 50 gram Produk yang dihasilkan hanya cairan minyak

3 20 mL 75 gram masih seperti cairan minyak

4 70 mL 100 gram Produk sabun cair yang dihasilkan cukup baik dan berbusa saat digunakan

Pada percobaan ke –empat , produk sabun yang dihasilkan di analisa

di laboratorium.

4. Potensi perolehan sabun

Diketahui bahwa untuk pemakaian minyak goreng untuk mengoreng

gorengan dalam satu hari adalah empat sampai lima kilogram (maksimal).

Page 56: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

Dalam satu hari itu menghasilkan minyak jelantah yang tidak bisa dipakai

lagi berkisar antara setengah hingga satu kg. Untuk 100 gram minyak

jelantah menghasilkan sabun cair lebih kurang sebanyak 600 mL. Dalam

satu bulan, minyak jelantah yang dihasilkan lebih kurang 15 kg (dihitung

30 hari) dan sabun yang dihasilkan mencapai hampir 90 liter.

Untuk pembuatan sabun dari minyak jelantah, ada beberapa bahan

yang menjadi pembantu dan penunjang dalam pembuatan sabun. Bahan

yang digunakan dalam pembuatan sabun bisa dilihat dari tabel di bawah

ini beserta dengan biaya bahan :

Tabel 4.2 Rincian Biaya Bahan Sabun

No. Bahan Jumlah bahan Harga Total

1 Minyak Jelantah 100 gram Rp.-1.500/kg Rp.150

2 KOH 70 mL / 30 gram Rp.75,-/gram Rp. 3.750

3 Foambooster 10 gram Rp.75,-/gram Rp.750

4 Gliserin 10 mL Rp.75.-/mL Rp. 750

5 Arang aktif 35 gram Rp.-25,-/gram Rp.875

6 Aquades 200 mL Rp.-7,-/mL Rp.1.400

7 Pewangi dan

pewarna

2 mL Rp.- 50/mL Rp.100

Total Rp.7.775

Page 57: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

Dengan minyak jelantah sebanyak 100 gram dapat menghasilkan

sabun lebih kurang 600 mL. Untuk pembuatan sabun sebanyak 600 mL

membutuhkan biaya bahan lebih kurang sebanyak Rp. 7.775.

Untuk pembuatan sabun dari minyak jelantah, ada juga beberapa

peralatan yang menjadi pembantu dan penunjang dalam pembuatan sabun.

Peralatan yang digunakan dalam pembuatan sabun bisa dilihat dari tabel di

bawah ini beserta dengan biaya peralatan :

Tabel 4.3 Rincian Biaya Peralatan Pembuatan Sabun

No Alat Jumlah Harga per pcs

1 Kompor gas 1 Rp. 16.000,-

2 Panci 1 Rp. 30.000,-

3 Gelas kaca 2 Rp. 15.000,-

4 Pengaduk kayu 1 Rp. 5.000,-

5 Pekerja 1 Rp. 15.000,-

6 Gelas Ukur 1 Rp. 20.000,-

Total Rp. 101.000,-

Dalam pembuatan sabun membutuhkan peralatan – peralatan yang

membantu pekerjaan. Peralatan yang dibutuhkan ini menghabiskan biaya

sebanyak kurang lebih Rp.101.000,-.

Penentuan Alkali bebas

Page 58: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

Alkali bebas = � � � � ,�� � � x 100 % (dihitung sebagai KOH)

= , � � , � � ,, �� x 100 %

= 0,047 %

Keterangan:

ml = volume HCl yang dititar

N = Konsentrasi (Normalitas) HCl

gram zat = berat sampel

Penentuan lemak tak bersabun

Kadar lemak tak bersabun = − � � � ,, � �� � � x 100%

= �− , � � , � � .. � , �� x 100%

= 1,50 %

Keterangan :

b = volume blanko

a = volume sampel

N = Normalitas HCl

gram zat = berat sampel

56,1 = bobot setara KOH

258 = rata – rata bilangan penyabunan

Page 59: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

Penentuan jumlah asam lemak (cara kocok)

Kadar asam lemak = � ℎ � ��� � � x 100%

= , ��, �� x 100 %

= 59,99 %

Penentuan minyak pelikan

Tidak ada kekeruhan (minyak pelikan negatif).

4.3 Hasil Produk Sabun

Produk sabun yang dihasilkan berwarna coklat. Awalnya minyak jelantah

ini bewarna coklat gelap dan terdapat kotoran (kerak gorengan).

Gambar 4.1 : Minyak Jelantah

Kemudian minyak ini dimurnikan melalui tiga tahapan, yaitu : despicing,

netralisasi dan bleaching. Pada tahap despicing, minyak jelantah dipanaskan

dengan aquades dan kemudian diendap dan dipisahkan dengan corong pisah.

Minyak disaring dengan menggunakan kertas saring biasa untuk menghilangkan

kotoran. Pada proses ini waktu yang digunakan cukup lama karena proses

penyaringan yang lambat.

Page 60: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

Gambar 4.2 : Tahap Despicing

Setelah itu, menambahkan KOH 15 % ke dalam minyak yang sudah

despicing hingga pH netral dan diaduk . Proses ini dilakukan harus hati – hati dan

teliti karena jika terlalu banyak KOH yang ditambah maka pH akan berubah

menjadi basa (tidak netral).

Gambar 4.3 : Tahap Netralisasi

Minyak hasil netralisasi dipanaskan hingga suhu 700C lalu tambahkan

arang aktif dengan volume 1 :2. Minyak didiamkan dulu hingga endapan arang

aktif terpisah dari minyak. Untuk hasil maksimal, pengendapan dilakukan selama

24 jam. Kemudian disaring lagi dengan kertas saring biasa, proses penyaringan ini

juga agak lama.

Page 61: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

Gambar 4.4 : Tahap Bleaching

Minyak yang sudah dimurnikan tersebut bisa langsung dilanjutkan ke

tahap pembuatan sabun. Pada pembuatan sabun, KOH yang dicampur kedalam

minyak bukan sebaliknya. Perbandingan KOH dan minyak harus diperhatikan

karena apabila konsentrasi minyak dan KOH tidak sesuai maka akan

mempengaruhi sabun yang dibuat. Tahap pembuatan sabun dilakukan dalam

keadaan panas, dan dalam pembuatan sabun ini diperlukan pengadukan dan

pemanasan yang cukup lama yaitu antara 2 – 3 jam. Hasil akhir sabun terlihat

pada gambar berikut :

Gambar 4.1 : Produk akhir sabun cair

4.4 Perbandingan Hasil Penelitian

Page 62: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

Setelah dilakukan penelitian, hasil produk sabun cair di analisis di

Laboratorium dan didapatkan hasil sesuai standar, adapun hasil yang didapat

disesuaikan dengan SNI 06 – 2048 – 1990 tentang sabun cuci dan jurnal

penelitian Muhammad Renhard tahun 2016. Adapun perbandingannya sebagai

berikut :

Tabel 4.4

Perbandingan Hasil penelitian

Parameter SNI 06 -

2048- 1990 Hasil Peneliti

Menurut jurnal penilitian (Renhard, Muhammad 2016)

Alkali bebas Maks. 0,1 0,047 % 0,032 %

Lemak tak

tersabunkan

Maks. 2,5 1,50 % 0,32 %

Jumlah asam lemak Min. 57,5 59,99 % 67,01 %

Minyak pelikan Negatif Negatif Negatif

Page 63: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …
Page 64: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

BAB V

ANALISA HASIL PENGOLAHAN DATA

5.1 Pembuatan Produk Sabun

Sabun yang dibuat pada penelitian kali ini dilatarbelakangi oleh

permasalahan limbah minyak jelantah yang dibuang oleh penjual gorengan

bahkan ada yang masih menggunakan minyak jelantah tersebut berkali – kali .

Limbah minyak jelantah yang menjadi objek penelitian adalah minyak jelantah

yang tidak digunakan lagi oleh penjual gorengan di bandes Koto Luar Pauh

Padang.

Untuk satu hari membuat gorengan, penjual menggunakan minyak goreng

sebanyak tiga sampai empat 4 kg dan menghasilkan minyak jelantah sebanyak

setengah hingga satu kilogram. Minyak memiliki struktur yang dapat terurai oleh

penambahan alkali (KOH) dan menghasilkan sabun dengan peningkatan suhu

serta pengadukan pada kecepatan tertentu.

Sabun yang diperoleh dari penelitian ini merupakan sabun cair pencuci

piring. Dari 100 gram minyak jelantah, rata – rata sabun cair yang dihasilkan lebih

kurang sebanyak 600 mL. Proses pembuatan sabun dilakukan dengan waktu yang

Page 65: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

cukup lama yaitu antara dua sampai tiga jam. Dalam pembuatan sabun, sangat

perlu diperhatikan kecepatan pengadukan dan lama pemanasan.

Jika kecepatan pengadukan dan pemanasan tidak sempurna akan sangat

mempengaruhi hasil sabun yang dibuat.

5.2 Menentukan Karakteristik Sabun

Penentuan karakteristik dan sifat sabun bertujuan untuk mengetahui

identitas sabun dan tergolong ke dalam tipe sabun cuci manakah produk yang

dihasilkan. Tipe sabun ditentukan oleh beberapa indikator seperti kandungan asam

lemak dan kandungan alkali bebas. Semua indikator tersebut menunjukkan

bagaimana kualitas sabun yang dihasilkan. Sebagai acuan penentuan kualitas

sabun digunakan SNI 06-2048-1990 tentang “Mutu dan Cara Uji Sabun Cuci”

yang diterbitkan oleh Badan Standardisasi Nasional. SNI ini digunakan karena

memuat secara lengkap penggolongan tipe sabun cuci berdasarkan karakteristik

fisik dan kimiawinya serta bagaimana prosedur pengambilan sampel serta

pengujian kualitasnya.

Penentuan alkali bebas bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak alkali

(KOH) yang tidak berhasil berikatan dengan trigliserida atau lemak sampai

menjadi sabun. SNI menetapkan bahwa ambang batas alkali bebas yang masih

terdapat pada produk sabun cuci adalah maksimal 0,1 % dan alkali bebas yang

terdapat pada sabun hasil penelitian adalah sebesar 0,047 %.

Page 66: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

Penetapan lemak tak bersabun bertujuan untuk mengetahui berapa banyak

lagi lemak yang tidak sempat tersabunkan dalam reaksi saponifikasi yang terjadi .

Lemak tak bersabun yang diperoleh dari penelitian adalah sebesar 1,50 % dan

masih berada pada batas yang bisa diterima sebagai sabun cuci yaitu sebesar

maksimal 2,5 %. Jumlah asam lemak yang dihasilkan dari penelitian ini adalah

sebesar 59,99 %. Asam lemak merupakan komponen utama dalam pembuatan

sabun. Dari percobaan yang telah dilakukan dan dilihat dari SNI yang dijadikan

acuan, maka sabun yang dihasilkan tergolong ke dalam tipe T4 .

Page 67: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, kesimpulan yang dapat diambil

yaitu :

1. Proses pemurnian minyak jelantah dengan menggunakan arang aktif

berupa tempurung kelapa memerlukan waktu yang cukup lama untuk

mendapatkan hasil yang maksimal. Untuk menghasilkan warna minyak

yang lebih jernih diperlukan waktu 2 – 3 hari.

2. Proses pembuatan sabun cair dilakukan dengan metode hot process soap

making (pembuatan sabun dengan metode panas) pada suhu suhu 70oC –

80oC. Alkali yang digunakan adalah KOH (Kalium Hidroksida). Dengan

minyak jelantah 100 gram, dapat menghasilkan sabun lebih kurang

sebanyak 600 mL dan biaya yang dikeluarkan lebih kurang sebanyak Rp.

7.775 (hitungan kasar).

3. Karakteristik sabun yang dihasilkan yaitu jumlah alkali bebasnya sebesar

0,047 % sedangkan ambang batas sesuai SNI 06-2048-1990 adalah

maksimal 0,1 %.Ini berarti bahwa kadar alkali bebas masih dalam batas

Page 68: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

standar. Jumlah lemak tak bersabun yang diperoleh adalah sebesar 1,50 %

dengan ambang batas sesuai SNI 06-2048-1990 adalah sebesar 2,5 %.

Jumlah lemak tak bersabun yang dihasilkan tidak lebih dari 2,5 %, yang

berarti lemak yang tidak tersabunkan dalam batas standar. Jumlah asam

lemak yang diperoleh adalah sebesar 59,99 %. Asam lemak dalam sabun

masih dalam batas standar. Hasil pengujian karakteristik sabun tersebut

menjadikan bahwa sabun yang telah dibuat pada penelitian kali ini sesuai dengan

SNI 06 – 2048 – 1990 tentang sabun cuci dan ttermasuk ke dalam golongan sabun

cuci tipe T4.

6.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dan sebagai penyempurna untuk

penelitian selanjutnya, maka disarankan untuk:

1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut dan analisis terhadap kualitas sabun

yang lebih lengkap sesuai dengan standar sabun cuci, misalnya: uji pH, uji

kestabilan busa, uji viskositas, dll.

2. Untuk mendapatkan hasil sabun cair yang lebih baik, perlu diperhatikan

kecepatan pengadukan dan lama pemanasan dalam pembuatan sabun cair.

3. Pengadukan yang dilakukan secara manual (menggunakan tangan)

memang membutuhkan waktu yang cukup lama, untuk dapat lebih mudah

pengadukannya menggunakan alat magnetic stirrer atau bisa juga dengan

handwhisk.

Page 69: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

4. Pemanfaatan minyak jelantah dapat menambah nilai ekonomis, maka dari

itu diharapkan adanya wawasan dan latihan yang diberikan ke masyarakat

untuk membuat sabun dengan cara sederhana di rumah.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Ervil, Riko, dkk, Buku Panduan Penulisan Dan Ujian Skripsi, STTIND Padang, Padang, 2013.

Dalimunte , Masra . Meraip Untung dari Bisnis Warabala Bibit Kelapa Sawit . Agromedia Pustaka . Jakarta . 2009.

Djatmiko B dan A.P Widjaja. Teknologi Lemak dan Minyak I . Agro Industri Press. Fateta IPB . 1985.

Fessenden , Ralph , J dan Fessenden Joan , S . Kimia Organik jilid I . Erlangga . Jakarta . 1991 .

George , E.D dan J.A Serdakowski. The Formulation of Bar Soaps . Di dalam Spitz , L (ed) 1996. Soaps and Detergents , A Theoretical and Practical Review . AOCS Press, Illinois . 1996.

Putri Pratiwi (2010) dalam Ketaren , S (1986). Minyak dan Lemak Pangan .

Ketaren ,S.Minyak dan Lemak Pangan Edisi pertama . UI Press . Jakarta .2005 .

Kirk , R. E dan Othmer , D .F . Encyclopedia of Chemical Technology , 3 td ed , Van Nostrand Peinhold Company . New York . 1952 .

Kotler , Amstrong . Prinsip – prinsip Pemasaran ,Edisi kedua belas Jilid I . Erlangga . Jakarta . 2001 .

Renhard, Muhammad dan Singgih. Jurnal .Sabun Pencuci Piring cair Dengan Penambahan Ekstrak Aloe Vera. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 2016

Rukmini A. Komparasi efektivitas adsorben komersial dan non komersial dalam proses regenerasi minyak jelantah. Universitas Widya Mataram. Yogyakarta .2007.

Page 70: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

Standar Nasional Indonesia. SNI 06-2048- 1990 Tentang Sabun Cuci , Dewan Standardisasi Nasional, Jakarta .1990.

Suliza , Anno. Pembuatan Produk Sabun Cuci dari Limbah Padat Penyamakan Kulit dengan Metoda Batch . Skripsi . STTIND Padang , 2013.

Thamrin . Gasifikasi minyak jelantah pada kompor bertekanan . Jurnal Teknik Pertanian Lampung . 2(2) : 115 – 22. 2013.

T , Mitsui . New Cosmetics Science . Shiseido Co , Ltd . Tokyo . 1997.

Widyasanti , Asri dkk .Pembuatan Sabun Cair Berbasis Virgin Coconut

Oil (VCO) Dengan Penambahan Minyak Melati Sebagai Essential Oil

Jurnal Teknotan Vol 11 No. 2 . UNPAD . Bandung . 2017.

Widyasanti , Asri dkk . Pengaruh Konsentrasi Minyak Kelapa Murni ( Virgin

Coconut Oil) dan Minyak Jarak (Castor oil) terhadap Sifat Fisikakimia dan Organoleptik Sabun Mandi Cair .Jurnal Teknotan Vol 09 No.01 . Universitas Syiah Kuala . Bandung . 2017 .

Putri ,Pratiwi Lestari . Pemanfaatan Minyak Goreng Jelantah Pada

Pembuatan sabun cuci . Tesis . Universitas Sumatera Utara . 2010.

Page 71: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

Lampiran

Gambar : Proses Pembuatan Sabun

Page 72: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

Gambar : Percobaan 1, 2, 3, 4 Gambar : Produk akhir

Gambar : Proses pencampuran arang aktif

Page 73: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

LEMBARAN KONSULTASI

Nama : Yohana Eka Mulia

NPM : 1410024425056

Program Studi : Teknik Industri

Judul Skripsi :Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas (Minyak Jelantah)

Menjadi Sabun Cair Cuci Piring.

No Tanggal Catatan / Saran / Perbaikan Paraf

Page 74: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

1.

2.

3.

4.

5.

19 April 2018 29 April 2018 31 Mei 2018 13 Juli 2018 18 Juli 2018

1) Perbaiki penulisan sesuai buku panduan

2) Tambahkan rumusan masalah

3) Tambahkan latar belakang yang berfokus

ke judul

4) Tambahkan daftar pustaka

sesuai isi proposal

5) Penjelasan tabel lebih rinci

1) Perhatikan tata cara penulisan

2) Perbaiki daftar pustaka

3) Berikan penjelasan pada kerangka

konseptual

1) Perbaiki kerangka metodologi

2) Sesuaikan tata cara penulisan sesuai buku

panduan

1) Perbaiki EYD penulisan

2) Rapikan kembali ketikan pada skripsi

3) Jelaskan dan rincikan tabel pada Bab II

4) Pertajam kesimpulan dan saran

(tambahkan kembali kesimpulan dan

saran)

1) Berikan saran sesuai tujuan dan manfaat

penelitian

2) Berikan penjelasan pada kesimpulan

pada percobaan penelitian.

Page 75: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

Padang , 30 Juli 2018

Pembimbing I

(Ir. H. Abdul Latif , MM)

LEMBARAN KONSULTASI

Nama : Yohana Eka Mulia

NPM : 1410024425056

Program Studi : Teknik Industri

Judul Skripsi :Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas (Minyak Jelantah)

Menjadi Sabun Cair Cuci Piring.

No Tanggal Catatan / Saran / Perbaikan Paraf

Page 76: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

1.

.

2.

3.

4.

5.

26 April 2018 28 Mei 2018 16 Juli 2018 17 Juli 2018 28 Juli 2018

1) Perbaiki daftar isi (daftar tabel dan

daftar gambar)

2) Perhatikan kalimat – kalimat dari

latar belakang

3) Perbaiki tata cara penulisan

4) Perbaiki batasan masalah,rumusan

masalah dan tujuan penelitian

5) Perbaiki tabel - tabel

6) Perbaiki daftar pustaka (tambahkan

jurnal Sabun cair)

1) Perbaiki latar belakang

2) Perbaiki rumusan masalah dan

tujuan penelitiann serta kerangka

konseptual.

1) Perbaiki kalimat pada abstrak

2) Perbaiki daftar isi dan bab 1

(sistematika penulisan dihilangkan)

3) Perbaiki ketikan skripsi dan

margin.

4) Perbaiki penulisan

1) Perbaiki penulisan dan margin

2) Tambahkan penjelesan dan

keterangan lebih lengkap dan detail

pada bab iv tentang percobaan yang

sudah dilakukan berkali – kali.

1) Berikan penjelasan lebih rinci dan pembahasan tentang percobaan penelitian yang sudah dilakukan

Page 77: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

dan kemudian dibandingkan dengan standar

2) Perbaiki ketikan / penulisan skripsi

Padang , 30 Juli 2018

Pembimbing I I

(Ir. Gamindra Jauhari, MP)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Yohana Eka Mulia

NPM : 1410024425056

Program Studi : Teknik Industri

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya susun dengan judul :

Page 78: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

“ Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas (Minyak Jelantah) Menjadi Sabun Cair Cuci Piring “

Adalah benar – benar hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan plagiat dari Skripsi orang lain. Apabila kemudian dari pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademis yang berlaku (dicabut prediket kelulusan dan gelar kesarjanaannya).

Demikian Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Padang, 23 Juli 2018

Pembuat Pernyataan,

Materai 6000

Yohana Eka Mulia NPM:1410024425056

BIODATA WISUDAWATI

No. Urut

: -

Nama : Yohana Eka Mulia

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tgl Lahir : Padang/ 25 April 1994

NPM : 1410024425056

Page 79: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …

Program Studi : Teknik Industri

Tanggal Lulus : 23 Juli 2018

IPK :

Prediket lulus :

Judul Skripsi : Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas (Minyak Jelantah) Menjadi Sabun Cair Cuci Piring

Dosen Pembimbing

: 1. Ir. H. Abd Latif , MM 2. Ir.Gamindra Jauhari, MP

Asal SMTA : SMK – SMAK PADANG

Nama Orang Tua : Yohadi

Alamat/Tlp/Hp : Komplek Sinar Limau Manis Permai Blok E No 47 Kel.Koto Luar Kec. Pauh Padang / 085265425389

Email : [email protected]

Page 80: PEMANFAATAN MINYAK GORENG BEKAS (MINYAK JELANTAH) …