ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

98
ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN DAN KONOGORO DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG NIHONGO NO BUNSHOU NI OKERU “SAIKIN” TO “KONOGORO”NO TSUKAIKATA NO IMI NO BUNSEKI SKRIPSI Skripsi ini ditujukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian skripsi dalam bidang ilmu Sastra Jepang Oleh: Siti Nurbalkis Sinaga 120708069 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 Universitas Sumatera Utara

Transcript of ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

Page 1: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

DAN KONOGORO DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG

NIHONGO NO BUNSHOU NI OKERU “SAIKIN” TO

“KONOGORO”NO TSUKAIKATA NO IMI NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini ditujukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian skripsi dalam

bidang ilmu Sastra Jepang

Oleh:

Siti Nurbalkis Sinaga

120708069

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016

Universitas Sumatera Utara

Page 2: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN DAN

KONOGORO DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG

NIHONGO NO BUNSHOU NI OKERU “SAIKIN” TO “MIRAI” NO

TSUKAIKATA TO IMI NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian skripsi dalam

bidang ilmu Sastra Jepang

Pembimbing I Pembimbing II

Diah Syahfitri Handayani, M.Litt.,Ph.D Mhd. Pujiono, M.Hum.,Ph.D

NIP. 19721228 1999 03 2 001 NIP. 19691011 200212 1 001

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016

Universitas Sumatera Utara

Page 3: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

Disetujui Oleh:

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

Medan

Medan, Oktober 2016

Program Studi Sastra Jepang

Ketua

Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum

NIP: 196009161988031001

Universitas Sumatera Utara

Page 4: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil’Alamin, puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat

Allah SWT yang telah memberikan rahmat beserta karunia-Nya kepada penulis

sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini berjudul Analisis Makna dan Pemakaian Saikin dan

Konogoro dalam Kalimat Bahasa Jepang” ini disusun untuk memenuhi persyaratan

dalam memperoleh gelar kesarjanaan Fakultas Ilmu Budaya Program Studi Sastra

Jepang Universitas Sumatera Utara.

Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada

berbagai pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penyelesaian studi dan juga

penyelesaian skripsi ini, mulai dari pengajuan proposal penelitian, pelaksanaan,

sampai penyusunan skripsi ini, antara lain kepada:

1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M. Hum, selaku Ketua Departemen Sastra

Jepang Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Diah Syahfitri Handayani, M.Litt.,Ph.D, selaku Dosen Pembimbing I dan

juga Dosen Pembimbing Akademik, yang telah banyak memberikan

bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal sampai dengan

selesainya penulisan skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

ii

4. Bapak Muhammad Pujiono, M.Hum, Ph,D, selaku Dosen Pembimbing II

yang telah banyak menyisihkan waktu, pikiran, dan masukan-masukan selama

dalam penulisan skripsi ini.

5. Seluruh staff pengajar Departemen Sastra Jepang, yang telah memberikan

penulis banyak masukan dan ilmu. Mulai dari tahun pertama hingga akhirnya

dapat menyelesaikan perkuliahan dengan baik. Semoga semua ilmu yang

diberikan dapat bermanfaat bagi banyak orang.

6. Dosen Penguji Ujian Proposal dan Penguji Ujian Skripsi, yang telah

menyediakan waktu untuk membaca dan Menguji skripsi ini.

7. Terimakasih yang sebesar-besarnya, penulis sampaikan kepada kedua orang

tua tercinta dan tersayang Ayahanda Eddie Sinaga, dan Ibunda Faridah

Hanum, yang sangat penulis sayangi, untuk semua kasih sayang, doa,

kesabaran, moril, dukungan semangat, keringat, air mata, serta dukungan

materil yang tak terhingga, demi kebahagiaan, pendidikan, serta keberhasilan

anak-anaknya. Semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan, rezeki, dan

umur panjang sehingga senantiasa penulis akan dapat membahagiakan dan

membalas semua kebaikan ayah dan ibu.

8. Terimakasih juga penulis sampaikan kepada kakak, abang dan adik penulis,

Chairani Sinaga, Ganda Syahputra Sinaga dan Raja Syahputra Sinaga, yang

telah memberikan dukungan semangat baik moril maupun materil.

9. Terimakasih kepada sahabat yang sangat penulis sayangi, Nindi Hernanda

Rinaldi dan Lestari Ayu Ningsih, yang selalu memberikan dukungan

Universitas Sumatera Utara

Page 6: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

iii

semangat, masukan, serta kasih sayang kepada penulis. Semoga persahabatan

kita tidak akan pernah putus.

10. Terimakasih kepada teman-teman Sastra Jepang USU stambuk 2012: Surya,

Maisy, Frilya, Icha, Dewi, Yulia, Bella, dan Yuni, yang telah menemani

penulis dalam suka dan duka selama perkuliahan.

11. Terimakasih kepada kakak Puti Novianti Aristia, yang telah menginspirasi

penulis dalam pemilihan judul skripsi ini.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, penulis ucapkan

terimakasih banyak.

Penulis berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini.namun,

masih banyak kesalahan, baik dari segi ini maupun tata bahasa, untuk itu

penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi

perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi

para pembaca.

Medan,

Penulis,

Siti Nurbalkis Sinaga

Universitas Sumatera Utara

Page 7: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 5

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan ................................................................. 6

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori .................................................. 7

1.4.1 Tinjauan Pustaka ....................................................................... 7

1.4.2 Kerangka Teori .......................................................................... 9

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 15

1.5.1 Tujuan Penelitian ....................................................................... 15

1.5.2 Manfaat Penelitian ..................................................................... 16

1.6 Metode penelitian .................................................................................. 16

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP FUNGSI, MAKNA,

ADVERBIA DAN STUDI SEMANTIK

2.1 Definisi Makna dalam Tataran Semantik .............................................. 18

2.1.1 Pengertian Makna ...................................................................... 18

2.1.2 Jenis-Jenis Makna ...................................................................... 19

2.2 Definisi Fungsi dalam Tataran Semantik .............................................. 21

2.2.1 Pengertian Fungsi ...................................................................... 21

2.2.2 Jenis-Jenis Fungsi ...................................................................... 22

Universitas Sumatera Utara

Page 8: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

v

2.3 Definisi Adverbia .................................................................................. 24

2.3.1 Pengertian Adverbia .................................................................. 24

2.3.2 Jenis-Jenis Adverbia .................................................................. 26

2.4 Fungsi dan Makna Pemakaian Saikin dan Konogoro Menurut Pakar

Linguistik Bahasa Jepang ...................................................................... 34

2.4.1 Adverbia Saikin ......................................................................... 35

2.4.2 Adverbia Konogoro ................................................................... 39

2.5 Konsep Sinonim (Ruigigo) .................................................................... 42

2.5.1 Cara Mengidentifikasikan Sinonim ........................................... 42

2.5.2 Cara Menganalisis Sinonim ....................................................... 43

2.5.3 Kesinoniman .............................................................................. 44

2.5.4 Pilihan Kata ............................................................................... 48

2.6 Studi Semantik dalam Kajian Semantik ................................................ 49

2.6.1 Definisi Semantik ...................................................................... 49

2.6.2 Batasan dan Ruang Lingkup Semantik ..................................... 50

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Analisis Fungsi dan Makna Pemakaian Saikin ................................... 53

3.1.1 Saikin yang Menunjukkan Tren ................................................... 53

3.1.2 Saikin yang Menunjukkan Perkembangan Situasi ....................... 57

3.2 Analisis Fungsi dan Makna Pemakaian Konogoro .............................. 60

3.2.1 Konogoro yang Menunjukkan Perkiraan ke Masa Depan,

Berdasarkan pada Pengalaman dari Masa Lalu sampai

Sekarang Ini ................................................................................. 60

Universitas Sumatera Utara

Page 9: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

vi

3.2.2 Konogoro yang Menunjukkan Perkembangan Situasi

Berdasarkan Pengalaman dari Dulu sampai Sekarang ................ 62

3.2.3 Konogoro yang Menunjukkan Tren ........................................ 68

3.3 Perbedaan Nuansa Makna Saikin dan Konogoro ................................ 72

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan .......................................................................................... 78

4.2 Saran .................................................................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA

ABSTRAK

Universitas Sumatera Utara

Page 10: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pengertian mengenai bahasa sangat beraneka ragam. Setiap ahli bahasa

memiliki definisi yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Meskipun ada

berbagai definisi mengenai bahasa yang dinyatakan oleh para pakar linguistik

tersebut, namun hakikat bahasa tetaplah sama. Salah-satu diantaranya yaitu bahasa

merupakan sebuah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh

masyarakat untuk tujuan komunikasi.

Fungsi umum bahasa adalah sebagai alat untuk tujuan komunikasi sosial. Di

dalam masyarakat pasti terjalin suatu komunikasi. Untuk keperluan komunikasi,

maka digunakan suatu wacana yang dinamakan bahasa. Pada hakikatnya, manusia

menggunakan bahasa untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan

kepada orang lain dan berperan dalam perkembangan berbagai macam aspek

kehidupan manusia (Sutedi, 2003:2). Selain itu, dengan adanya bahasa sebagai alat

komunikasi, maka semua yang ada di sekitar manusia seperti peristiwa-peristiwa,

hasil cipta karya manusia, dan sebagainya mendapat tanggapan dalam pikiran

manusia, kemudian disusun dan diungkapkan kembali kepada orang lain sebagai

bahan tujuan komunikasi.

Bahasa tidak terlepas dari kalimat yang mengandung makna. Ilmu bahasa

yang mengkaji pemahaman tentang makna serta mempelajari hubungan antar tanda-

Universitas Sumatera Utara

Page 11: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

2

tanda atau lambang-lambang yang menandainya dan dapat membentuk tautan makna

adalah semantik.

Semantik merupakan cabang linguistik yang membahas arti atau makna

(Verhaar, 2008:13). Makna merupakan pertautan yang ada diantara unsur-unsur

bahasa itu sendiri terutama dalam kata-kata (Djajasudarma, 1999:5). Bahasa tidak

terlepas dari kalimat yang mengandung makna. Setiap bahasa memiliki struktur

kalimatnya masing-masing. Semua unsur kalimat tersebut saling terkait dan

membentuk sebuah kalimat yang maknanya dapat dipahami oleh pendengar atau

lawan bicara. Demikian juga dengan unsur-unsur kalimat dalam bahasa asing seperti

bahasa Inggris, bahasa Jepang yang banyak diminati di Indonesia, dan bahasa-bahasa

asing lainnya.

Agar kita dapat berkomunikasi dengan orang Jepang dan memahami maksud

mereka, maka kita harus mampu menguasai bahasa yang mereka gunakan dalam

kehidupan sehari-hari baik lisan maupun tulisan. Struktur kalimat (sintaksis) bahasa

Jepang menggunakan pola Subjek-Objek-Predikat (SOP). Sedangkan bahasa

Indonesia menggunakan pola Subjek-Predikat-Objek (SPO). Ini merupakan kendala

dalam memahami makna dari kalimat bahasa Jepang. Selain kendala di bidang

sintaksis, kendala lainnya adalah makna kalimat (semantik). Makna suatu kata

biasanya akan berkembang, karena dipengaruhi oleh konteks atau situasi dalam

kalimatnya. Makna yang sama namun nuansa yang berbeda dalam kalimat berkaitan

dengan relasi makna. Relasi makna merupakan hubungan semantik yang terdapat

antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa yang lainnya (Chaer, 1994:297).

Dua buah kata atau lebih yang mempunyai makna yang sama, bisa dikatakan sebagai

Universitas Sumatera Utara

Page 12: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

3

kata yang bersinonim. Sinonim adalah salah satu relasi makna yang terdapat pada

semantik dan sinonim merupakan hubungan semantik yang menyatakan kesamaan

makna antara satu satuan ujaran dengan satuan ujaran yang lainnya. (Chaer,

1994:297). Untuk mendefinisikan sinonim, ada tiga batasan yang dapat dikemukakan.

Batasan atau definisi itu adalah kata-kata dengan acuan ekstra linguistik yang sama,

kata-kata yang mengandung makna yang sama, dan kata-kata yang dapat disubsitusi

dalam konteks yang sama. Akan tetapi, dalam semantik dua buah ujaran yang

bersinonim tidak sama persis. Hal ini terjadi karena berbagai faktor, diantaranya

faktor nuansa. Baik kata kerja, kata sifat, kata benda dalam bahasa Jepang, tentunya

berbeda. Walaupun ada kata-kata yang sama, belum tentu maknanya juga sama.

Misalnya pada kata keterangan (fukushi), saikin dan konogoro. Ada kemiripan makna

maka dikatakan sebagai sinonim. Akan tetapi, meskipun bersinonim, pada konteks

atau situasi tertentu pasti akan ditemukan perbedaannya meskipun kecil.

Sinonim dalam bahasa Jepang bisa ditemukan tidak hanya pada verba saja,

melainkan juga pada nomina dan adverbia. Hal ini banyak sekali ditemukan di dalam

bahasa Jepang sehingga menjadi salah-satu penyebab sulitnya mempelajari bahasa

Jepang. Oleh karena itu, penganalisaan terhadap perbedaan dan persamaan makna

sinonim dalam bahasa Jepang perlu untuk diperhatikan dan dilakukan.

Berikut adalah contoh pemakaian adverbia saikin dan konogoro beserta

penjelasannya yang dapat dijadikan gambaran singkat mengenai saikin dan konogoro

yang akan dibahas dalam skripsi ini.seperti berikut ini:

Universitas Sumatera Utara

Page 13: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

4

1. 最近は「アイデンティティ」とか「コンプライアンス」などのことば

も使われている。

Saikin wa “aidentiti” toka “konpuraiansu” nado no kotoba mo tsukawarete

iru.

Akhir-akhir ini kosakata “aidentiti” “konpurainsu” dan lain-lain juga

digunakan.

(Yone, 2001:82)

2. このごろ彼の様子がおかしい。

Konogoro kare no yousu ga okashii.

Akhir-akhir ini kelakuan dia aneh.

(Tono, 2013:139)

Melihat kedua contoh kalimat tersebut, dapat diketahui bahwa meskipun

adverbia tersebut memiliki makna yaitu sama-sama mengandung makna “akhir-akhir

ini”, namun fungsi adverbia saikin dan konogoro yang ada di dalam kalimat (1) dan

(2) tersebut berbeda.

Setelah melihat uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai sinonim kata keterangan saikin dan konogoro yang memiliki

pengertian yang sama yaitu “akhir-akhir ini”, yang selanjutnya akan penulis tuangkan

dalam skripsi yang berjudul “Analisis Makna dan Pemakaian Adverbia Saikin

dan Konogoro dalam Kalimat Bahasa Jepang”.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

5

1.2 Rumusan Masalah

Di dalam bahasa Jepang terdapat banyak sekali kata-kata yang memiliki

persamaan makna (sinonim) atau dalam bahasa Jepang disebut 類義語 (ruigigo).

Baik itu kata kerja, kata sifat, kata benda maupun kata keterangan. Ada banyak kata

keterangan yang bersinonim dalam kalimat bahasa Jepang yang terdapat di dalam

buku, majalah dan lain-lain. Salah-satunya adalah kata keterangan saikin dan

konogoro. Saikin dan Konogoro memiliki makna leksikal yang artinya “akhir-akhir

ini” dan secara makna gramatikal kedua kata keterangan tersebut memiliki makna

yang berbeda secara kontekstual. Hal ini terdapat di dalam jurnal Nihongo Jyaanaru

edisi 1 Januari 1996, edisi 4 April 2000 penerbit Aruku, Minna no Nihongo

Chyuukyuu I tahun 2001, dan Nihongo So-Matome N2 tahun 2010 bahwa kata

keterangan saikin dan konogoro yang memiliki makna yang sama tetapi mempunyai

fungsi yang berbeda di dalam kalimat tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini

mencoba menjelaskan mengenai fungsi dan makna pemakaian adverbia Saikin dan

Konogoro, yang sama-sama memiliki arti “akhir-akhir ini”, tetapi masing-masing

memiliki persamaan dan perbedaan nuansa yang belum tentu dapat saling

menggantikan. Hal ini yang menyebabkan munculnya kesulitan bagi pembelajar

bahasa Jepang untuk menggunakan atau menterjemahkan kalimat ke dalam bahasa

Jepang dengan tepat, khususnya bagi kalimat yang memiliki unsur yang bersinonim

di dalamnya.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis merumuskan masalah dalam

bentuk pertanyaan sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

Page 15: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

6

1. Bagaimana makna dan pemakaian kata saikin dan konogoro di dalam

Nihongo Jyaanaru edisi 1 Januari 1996, edisi 4 April 2000 penerbit Aruku,

Minna no Nihongo Chyuukyuu I tahun 2001, dan Nihongo So-Matome N2

tahun 2010?

2. Perbedaan nuansa makna dan pemakaian saikin dan konogoro di dalam

Nihongo Jyaanaru edisi 1 Januari 1996, edisi 4 April 2000 penerbit Aruku,

Minna no Nihongo Chyuukyuu I tahun 2001, dan Nihongo So-Matome N2

tahun 2010?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Agar pembahasan masalah tidak meluas maka objek pembahasan penulis

batasi hanya mengenai makna dan pemakaian kata saikin dan konogoro, serta

perbedaan nuansa makna kata saikin dan konogoro. Pembahasannya lebih difokuskan

kepada analisis makna dan pemakaian serta perbedaan nuansa dari kedua adverbia

yang bersinonim tersebut. Objek pembahasan mengacu pada 4 buah kalimat dari

jurnal Nihongo Jyaanaru edisi 1 Januari 1996, 3 buah kalimat edisi 4 April 2000

penerbit Aruku, 2 buah kalimat dari buku Minna no Nihongo Chyuukyuu I tahun

2001, dan 1 buah kalimat dari buku Nihongo So-Matome N2 tahun 2010. Untuk

masing-masing adverbia saikin dan konogoro dibatasi 5 buah kalimat.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

7

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

1.4.1 Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini penulis ingin menganalisis fungsi dan makna pemakaian

dari adverbia saikin dan konogoro di dalam kalimat bahasa Jepang. Hal ini

menyangkut bidang linguistik yaitu semantik. Untuk menghindari kesalahan dan

kekaburan dalam menginterpretasikan makna dari kata-kata atau istilah yang

digunakan dalam penelitian ini, penulis mencoba mendefinisikan beberapa istilah

linguistik khususnya yang berkenaan dengan semantik.

Ilmu linguistik adalah ilmu yang mengkaji tentang bahasa. Ilmu linguistik itu

tidak hanya mengkaji salah satu bagian dari bahasa saja, melainkan juga seluk-beluk

bahasa secara umum. Salah-satu bidang kajian dari linguistik adalah semantik.

Semantik adalah salah-satu cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang

makna (Sutedi, 2003:103). Kata semantik dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa

Yunani yaitu “sema” (kata benda) yang berarti tanda dan lambang. Kata kerjanya

adalah “semaino” yang berarti menandakan atau melambangkan. Objek kajian

semantik antara lain makna kata, relasi makna, makna frase, dan makna kalimat. Lalu

objek kajian yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas adalah relasi

makna.

Mempelajari makna pada hakikatnya berarti mempelajari bagaimana setiap

pemakai bahasa dalam suatu masyarakat bahasa saling mengerti. Untuk menyusun

kalimat yang dapat dimengerti, sebagian pemakai bahasa dituntut agar menaati kaidah

Universitas Sumatera Utara

Page 17: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

8

gramatikal, sebagian lagi tunduk pada kaidah pilihan kata menurut sistem leksikal

yang berlaku di dalam suatu bahasa (Djajasudarma, 1999:5). Berdasarkan jenis

makna tersebut, ada yang disebut dengan makna Leksikal dan makna Gramatikal. Di

dalam bahasa Jepang ada dua istilah makna, yaitu imi (意味) dan igi (意義).

Kosakata (goi) merupakan salah satu aspek kebahasaaan yang harus

diperhatikan dan dikuasai guna menunjang kelancaran berkomunikasi dalam bahasa

Jepang, baik itu dalam ragam tulisan maupun ragam lisan. Situmorang (2010:8)

mengatakan bahwa pembagian jenis kelas kata bahasa Jepang dapat diklasifikasikan

menjadi sepuluh kelas kata seperti berikut :

1. Verba (doushi)

2. Adjektiva -I (keiyoushi)

3. Adjektiva –Na (keiyoudoushi)

4. Nomina (meishi)

5. Pronomina (rentaishi)

6. Adverbia (fukushi)

7. Interjeksi (kandoushi)

8. Konjuksi (setsuzokushi)

9. Verba bantú (jodoushi)

10. Partikel (joshi)

Dalam penelitian ini penulis ingin menganalisis fungsi dan makna pemakaian

adverbia saikin dan konogoro yang memiliki makna yang sama tetapi berbeda cara

Universitas Sumatera Utara

Page 18: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

9

penggunaannya di dalam kalimat. Hal ini menyangkut tataran bidang linguistik yaitu

semantik. Objek kajian semantik antara lain makna kata (go no imi), relasi makna

antar satu kata dengan kata yang lainnya (go no imi kankei), makna frase (ku no imi),

dan makna kalimat (bun no imi). Lalu objek kajian yang berkaitan dengan

permasalahan yang akan dibahas adalah relasi makna khususnya yaitu sinonim.

Karena dalam hal ini adverbia saikin dan konogoro merupakan kata-kata yang

bersinonim.

Sinonim merupakan hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan

makna antara satu satuan ujaran dengan satuan ujaran lainnya (Chaer, 1994:297). Dua

buah ujaran atau lebih yang bersinonim maknanya tidak akan persis sama.

Ketidaksamaan ini terjadi karena berbagai faktor, antara lain yaitu faktor tempat,

sosial, keformalan, tempat atau wilayah, bidang kegiatan, dan faktor nuansa makna.

1.4.2 Kerangka Teori

Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan secara linguistik bidang

semantik dan konsep sinonim. Kata semantik berasal dari bahasa Yunani, semainein,

yaitu bermakna. Oleh karena itu semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna

atau ilmu tentang arti (Chaer, 2002:2)

Menurut Kridalaksana (2008:67), fungsi merupakan (1) beban makna suatu

kesatuan bahasa; (2) hubungan antara satu satuan dengan unsur-unsur gramatikal,

leksikal, atau kronologis dalam suatu deret satuan-satuan; (3) penggunaan bahasa

untuk tujuan tertentu; (4) peran unsur dalam satuan ujaran dan hubungannya secara

Universitas Sumatera Utara

Page 19: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

10

struktural dengan unsur lain; (5) peran sebuah unsur dalam satuan sintaksis yang

lebih luas, misal, nomina yang berfungsi sebagai subjek dan objek. Sedangkan dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:322), fungsi diartikan sebagai [1] jabatan

(pekerjaan) yang dilakukan; [2] faal (kerja suatu bagian tubuh); [3] dalam ilmu

matematika, fungsi berarti besaran yang berhubungan, jika besaran yang satu berubah,

besaran yang lain juga berubah; [4] kegunaan suatu hal; [5] dalam istilah linguistik

“fungsi” berarti peran sebuah unsur bahasa dalam satuan sintaksis yang lebih luas.

Selain membahas fungsi, penulis juga membahas makna. Kridalaksana

(2008:132) berpendapat bahwa makna adalah: (1) maksud pembicaraan; (2) pengaruh

penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau kelompok

manusia; (3) hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidaksepadanan antara bahasa

atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya; (4) cara menggunakan

lambang-lambang bahasa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, makna merupakan:

1) Arti, 2) Maksud pembicara atau penulis, 3) Pengertian yang diberikan kepada

suatu bentuk kebahasaan (Depdiknas, 2009:864).

Dalam teori semantik digunakan jenis-jenis makna. Sebuah kata disebut

mempunyai makna konotatif apabila kata itu mempunyai nilai rasa, baik positif

maupun negatif (Chaer, 2002:65). Makna konotatif akan lebih berhubungan dengan

nilai rasa, misalnya rasa senang, rasa jengkel, dan lain sebagainya. Kata semantik itu

kemudian disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang

mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

11

Atau dengan kata lain, bidang studi linguistik yang mempelajari makna atau arti

bahasa.

Dari beberapa makna yang termasuk dalam kajian semantik di atas, teori

makna yang dipergunakan adalah teori kontekstual. Teori kontekstual merupakan

makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam satu konteks dan makna

konteks dapat juga berkenaan dengan situasinya, yaitu waktu, tempat, dan lingkungan

penggunaan bahasa itu (Chaer, 1994:290).

Istilah sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti

nama dan syn yang berarti dengan. Makna secara harfiahnya adalah nama lain untuk

benda yang sama. Sinonim adalah ujaran yang menunjukkan kepada objek, benda,

referen, dan rujukan yang memiliki kesamaan makna (Parera, 2004:61). Dua buah

ujaran yang bersinonim maknanya tidak akan persis sama. Ketidaksamaan ini terjadi

karena adanya berbagai faktor, seperti faktor tempat, faktor waktu, faktor wilayah,

faktor sosial, faktor kegiatan, faktor keformalan, dan faktor nuansa makna.

Haruhiko (1978:735) menyatakan bahwa fukushi saikin adalah :

最近は<<名>>現在にごく近い、ある時。少し以前から現在までの時。

近ごろ。〔副詞的にも用いる〕「-ようやく元気になった」「-の社会」

「大佐は立ち上がりながら低く言った。「俺も-に、艦に乗る」〈大仏・

帰郷〉」

Saikin wa [na] genzai ni goku chikai, aru toki. Sukoshi izen kara genzai made no

toki. Chikagoro. [fukushiteki ni mo mochiiru] “saikin youyaku genki ni natta”

Universitas Sumatera Utara

Page 21: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

12

“saikin no shakai” “taisa wa tachi agari nagara hikuku itta. “ore mo saikin ni,

kan ni noru” (daibutsu・kikyou)

Saikin (kata benda) yang memiliki arti yang dekat/hampir sama dengan saat ini,

suatu seketika. Kisaran waktu antara beberapa hari yang lalu hingga saat ini.

Belakangan ini. (dipergunakan juga pada kata keterangan) “akhir-akhit ini

akhirnya saya menjadi sehat” “masyarakat akhir-akhir ini” “kapten naik sambil

berkata rendah. “aku juga pada akhir-akhir ini, naik ke kapal perang” (patung

Buddha yang besar・pulang kampung).

最近①現在にいちばん近い過去。少し前から今までの間。ちょっと前。

ちかごろ。副詞的にも用いる。「-買ったばかりの本」「-なって判明した」

「-の情勢」②いちばんそれにちかいこと。「太陽に―の惑星」-るい③

『最近類』『論』〔ラテン genus proximum〕ある概念のすぐ上位ある類概念。

例えば、動物という概念の最近類は生物。上位概念・類概念

Saikin 1. Genzai ni ichiban chikai kako. Sukoshi mae kara ima made no aida.

Chotto mae. Chikagoro. Fukushiteki ni mo mochiiru. “saikin katta bakari no hon”

“saikin natte hanmeishita” “saikin no jyousei” 2. Ichiban sore ni chikai koto.

“taiyou ni saikin no wakusei” – rui 3. Saikin rui. Ron. (nrate genus proximum) aru

gainen no sugu jyoui aru ruigainen. Tatoeba, doubutsu toiu gainen no saikinrui wa

seibutsu. Jyoui gainen・ruigainen

(Sanshoumedou, 1988:939)

Universitas Sumatera Utara

Page 22: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

13

Saikin 1. Masa lampau yang paling dekat dengan masa sekarang. Kisaran waktu

antara beberapa waktu yang lalu hingga saat ini. Beberapa waktu yang lalu.

Belakangan ini. Digunakan pada bentuk kata keterangan juga. “buku yang baru dibeli

akhir-akhir ini”, “akhir-akhir ini barulah menjadi jelas/terbukti”, “perkembangan

situasi akhir-akhir ini”. 2. Hal yang paling dekat. “gugus bintang yang paling dekat

dengan matahari” “kategori terbaru” “teori”. 3. Konsep gagasan yang lebih tinggi dari

konsep (latin: genus proximum). Misalnya kategori terbaru dari konsep hewan adalah

makhluk hidup.

Haruhiko (1978:703) menyatakan bahwa fukushi konogoro merupakan :

此の頃<<名>>少し以前から現在を含めた期間を漠然とさす語。近ご

ろ。最近。「-は物価が高くてくらしにくい」類. 昨今。当節。『此の頃』

今日―

Konogoro [na] sukoshi izen kara genzai wo fukumeta kikan wo bakuzen tosasu go.

Chikagoro. Saikin. “konogoro wa bukka ga takakute kurashí nikui”. sakkon.

Tousetsu. [konogoro] kyou-

Konogoro (kata benda) memiliki arti samar yang kisaran waktunya antara

beberapa waktu yang lampau hingga saat ini. Belakangan ini. Akhir-akhir ini.

Kategori “akhir-akhir ini harga barang mahal, saya kesulitan (menjalani hidup)”.

Akhir-akhir ini. Bisa dikatakan akhir-akhir ini. Baru-baru ini. [konogoro] hari ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

14

此の頃:

1. 少し前から現在にかけての期間。ちかごろ。最近。「-の若い者よ

く物忘れする」。

最近「用法」

2.ちかいうち。近日。

「いま-程に参らせむ」〈源・野分〉

3.今のこの期間。いま時分。

「ながらへばまた-やしのばれむ優しい憂しと見しよぞ今は 恋しき

〈新古今・雑下〉

Konogoro :

1. sukoshi mae kara genzai made ni kakete no kikan. Chikagoro. Saikin.

“konogoro no wakaimono yoku mono wasure suru”.

Saikin (youhou)

2. chikai uchi. Kinjitsu.

“ima konogoro hodo ni mairasemu” (Minamoto Nowaki)

2. ima no kono kikan. Ima jibun.

“nagaraheba mata konogoro yashi nobaremu yasashii ushito mishiyozo ima

ha koishiki (Shinkoukin Zatsushita)

(dictionary.goo.ne.jp)

Konogoro :

1. Waktu yang terhubung dari dahulu sampai sekarang. Akhir-akhir ini. Akhir-

akhir ini. “anak muda akhir-akhir ini sering melupakan barang-barang”.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

15

Saikin (cara penggunaan)

2. semasa dekat. Dalam waktu dekat.

Sekarang akhir-akhir ini sering dikunjungi (karya Minamoto Nowaki).

3. waktu sekarang ini. Saat yang tepat. “jika ke Nagato, akhir-akhir ini juga

mencoba melihat sapi Koishiki yang tidak ramah dan berbau harum. (karya

Shinkoukin Zatsushita).

2.5 Tujuan dan Manfaat

2.5.1 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui makna dan pemakaian kata saikin dan konogoro secara umum

dalam bahasa Jepang.

2. Mengetahui makna dan pemakaian kata saikin dan konogoro

dalam Nihongo Jyaanaru edisi 1 Januari 1996, edisi 4 April 2000 penerbit

Aruku, Minna no Nihongo Chyuukyuu I tahun 2001, dan Nihongo So-

Matome N2 tahun 2010

3. Mengetahui perbedaan nuansa makna saikin dan konogoro

dalam Nihongo Jyaanaru edisi 1 Januari 1996, edisi 4 April 2000 penerbit

Aruku, Minna no Nihongo Chyuukyuu I tahun 2001, dan Nihongo So-

Matome N2 tahun 2010

Universitas Sumatera Utara

Page 25: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

16

2.5.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin diperoleh dalam penelitian ini adalah untuk:

1. Dijadikan masukan bagi pembelajar bahasa Jepang untuk memahami

penggunaan adverbia saikin dan konogoro.

2. Menambah referensi bagi pembelajar bahasa Jepang untuk memahami

makna dan pemakaian serta perbedaan nuansa makna kata keterangan

saikin dan konogoro

3. Dijadikan acuan bagi penelitian bahasa Jepang mengenai kata bersinonim

lainnya.

2.6 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kepustakaan

(library research). Metode kepustakaan adalah metode pengumpulan data yang

digunakan oleh penulis dengan menggunakan buku atau referensi yang berkaitan

dengan masalah apa yang sedang dibahas. Sedangkan untuk teknik penyajian data di

dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik deskriptif yaitu dengan

memberikan penjabaran-penjabaran dan uraian yang menggunakan kata-kata

(Mahsun, 2007:92).

Penelitian deskriptif mengumpulkan data-data yang diperoleh melalui metode

kepustakaan (library research). Dalam hal ini penulis mengumpulkan dan

menganalisis buku-buku dan data-data yang berhubungan dengan masalah yang

diteliti, terutama buku-buku, majalah, media elektronik, dan data-data yang

Universitas Sumatera Utara

Page 26: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

17

berhubungan dengan linguistik bahasa Jepang baik yang berbahasa Jepang maupun

yang menggunakan bahasa Indonesia.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penulisan ini adalah :

1. Membaca Nihongo Janaaru, buku Minna No Nihongo Chuukyuu dan Sou

Matome N2 sebagai bahan objek penelitian.

2. Mencari data yang berhubungan dengan objej penelitian, yaitu mencari data

tentang kajian semantik, definisi adverbia khususnya adverbia saikin dan

konogoro, teori makna dan fungsi, serta teori-teori lain yang diperlukan untuk

melengkapi penelitian ini.

3. Mengumpulkan data-data tersebut kemudian menganalisis data berdasarkan

kajian semantik dan mengungkapkan fungsi dan makna pemakaian adverbia

saikin dan konogoro yang dilihat berdasarkan konteks kalimatnya.

4. Menyusun seluruh data tersebut menjadi sebuah laporan berbentuk proposal

skripsi.

Universitas Sumatera Utara

Page 27: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

18

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP MAKNA, FUNGSI, ADVERBIA DAN

STUDI SEMANTIK

2.1 Definisi Makna

2.1.1 Pengertian Makna

Makna adalah salah satu kajian semantik yang merupakan bagian terpenting

dalam melakukan percakapan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(http://kbbi.web.id), definisi makna yaitu :

1. Arti;

2. Maksud pembicara atau penulis; pengertian yang diberikan kepada suatu

bentuk kebahasaan;

Sedangkan menurut Kridalaksana (2008:132), makna adalah:

1. Maksud pembicara;

2. Pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia

atau kelompok manusia;

3. Hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidaksepadanan antar bahasa atau

anta rujaran dan semua hal yang ditunjukkannya;

4. Cara menggunakan lambang-lambang bahasa.

Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa makna adalah arti atau

maksud dari suatu tindak tutur.

Universitas Sumatera Utara

Page 28: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

19

2.1.2 Jenis-Jenis Makna

Menurut Chaer (2009:59), jenis atau tipe makna dapat dibedakan berdasarkan

beberapa kriteria atau sudut pandang, yaitu:

a. Makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang sesuai

dengan observasi alat indera, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam

kehidupan kita. Contohnya kata tikus.

Makna leksikalnya adalah sebangsa binatang pengerat yang dapat

menyebabkan timbulnya penyalit tifus. Sedangkan makna gramatikalnya adalah

makna yang hadir sebagai akibat adanya proses gramatika seperti proses afiksasi,

proses reduplikasi, dan proses komposisi.

b. Berdasarkan ada tidaknya referen pada sebuah kata atau leksem, dapat dibedakan

menjadi makna refrensial dan makna non refrensial.

Makna refrensial adalah makna dari kata-kata yang mempunyai refren, yaitu

sesuatu diluar bahasa yang diacu oleh kata itu. Contoh kata meja dan kursi disebut

makna refrensial karena kedua kata itu mempunyai refren yaitu sejenis perabot rumah

tangga. Sedangkan kata-kata yang tidak mempunyai refren, maka kata itu disebut kata

bermakna non refrensial. Contoh kata karena dan kata tetapi tidak mempunyai refren.

Jadi dapat disimpulkan kata-kata yang termasuk kata penuh seperti meja dan kursi

termasuk kata-kata yang bermakna refrensial, sedangkan yang termasuk kata tugas

Universitas Sumatera Utara

Page 29: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

20

seperti preposisi, konjugasi, dan kata tugas lain adalah kata-kata yang bermakna non

refrensial.

c. Berdasarkan ada tidaknya rasa pada sebuah kata atau leksem, dibedakan menjadi

makna denotatif dan konotatif.

Makna denotatif pada dasarnya sama dengan makna refrensial, sebab makna

denotative ini lazim diberi penjelasan sebagai makna yang sesuai dengan hasil

observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman

lainnya karena sering disebut makna sebenarnya. Sedangkan makna konotatif adalah

makna tambahan pada suatu kata yang sifatnya memberi nilai rasa baik positif

maupun negatif.

d. Berdasarkan ketetapan maknanya, makna dapat menjadi makna kata dan makna

istilah.

Makna kata sering disebut sebagai makna yang bersifat umum, sedangkan

makna istilah memiliki makna yang tetap dan pasti. Hal ini dilihat dari contoh dalam

bidang kedokteran yakni kata tangan dan lengan, digunakan sebagai istilah untuk

pengertian yang berbeda.makna tangan adalah ‘pergelangan sampai ke jari-jari’,

sedangkan makna lengan adalah ‘pergelangan sampai ke pangkal bahu’. Sebaliknya

dalam bahasa umum tangan dan lengan dianggap bersinonim.

e. Berdasarkan kriteria atau sudut pandang lain,dibedakan menjadi makna asosiatif,

idiomatik, kolokatif, dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

Page 30: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

21

Makna asosiatif sesungguhnya sama dengan pelambang-pelambang yang

digunakan oleh suatu masyarakat bahasa untuk menyatakan suatu konsep lain.

Contohnya kata melati digunakan sebagai pelambang kesucian, kata merah digunakan

sebagai pelambang keberanian. Berbeda dengan makna idiomatik,kata idiom berarti

satuan-satuan bahasa (bisa berupa kata, frase, maupun kalimat) yang maknanya tidak

dapat diramalkan dari makna leksikal unsur-unsurnya maupun makna gramatikal

satuan-satuan tersebut. Contohnya frase menjual rumah bermakna ‘si pembeli

menerima rumah dan si penjual menerima uang’, tetapi frase menjual gigi bukan

bermakna ‘tertawa keras-keras’. Sehingga dapat disimpulkan bahwa makna idiomatik

adalah makna sebuah satu bahasa yang menyimpang dari makna leksikal atau makna

gramatikal unsur-unsur pembentuknya. Sedangkan makna kolokatif berkenaan

dengan makna kata dalam kaitannya dengan makna kata lain yang mempunyai tempat

yang sama dalaam sebuah frase.contoh frase gadis itu tampan dan pria itu

cantik,karena pada kedua kalimat itu maknanya tidak sama walaupun informasinya

sama.

2.2 Definisi Fungsi

2.2.1 Pengertian Fungsi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (http://kbbi.web.id), fungsi dalam

istilah linguistik merupakan peran sebuah unsur bahasa dalam satuan sintaksis yang

lebih luas (seperti adverbia berfungsi sebagai kata keterangan).

Sedangkan menurut Kridalaksana (2008:67), fungsi adalah:

Universitas Sumatera Utara

Page 31: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

22

(1) Beban makna suatu kesatuan bahasa;

(2) Hubungan antara satu satuan dengan unsur-unsur gramatikal, leksikal, atau

kronologis dalam suatu deret satu-satuan;

(3) Penggunaan bahasa untuk tujuan tertentu;

(4) Peran unsur dalam satu ujaran dan hubungannya secara struktural dengan

unsur lain;

(5) Peran sebuah unsur dalam satuan sintaksis yang lebih luas, misal, nomina

yang berfungsi subjek atau objek.

Dalam pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi merupakan suatu

peranan dalam unsur sintaksis yang saling berhubungan dengan unsur lainnya seperti

unsur gramatikal, leksikal, ataupun kronologis.

2.2.2 Jenis-Jenis Fungsi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (http://kbbi.web.id), jenis-jenis

fungsi dibagi menjadi empat jenis, yaitu:

1. Fungsi Ekspresif

Penggunaan bahasa untuk menampakkan hal ihwal yang bersangkutan dengan

pribadi pembicara.

2. Fungsi fatis

Penggunaan bahasa untuk mengadakan atau memeilihara kontak antara

penbicara dan pendengar.

3. Fungsi Kognitif

Universitas Sumatera Utara

Page 32: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

23

Penggunaan bahasa untuk penalaran akal.

4. Fungsi Komunikatif

Penggunaan bahasa untuk penyampaian informasi antara pembicara (penulis)

dan pendengar (pembaca).

Sedangkan menurut Pangaribuan (2008:63), fungsi terdiri dari tiga jenis,

yaitu:

1. Fungsi Ideasional

Fungsi yang dipresentasikan oleh unsur pengalaman dan pemikiran logis yang

diungkapkan melalui teks, seperti siapa berperan apa, melakukan tindakan

sosia lapa, kepada siapa, di lokasi mana, dan lain-lain.

2. Fungsi Interpersonal

Fungsi yang menjelaskan bagaimana hubungan antar participan yang

direalisasikan lewat bahasa melalui peran ungkapan, pilihan persona,

modalitas ungkapan, dan lain-lain.

3. Fungsi Tekstual

Fungsi yang dilihat dari bagaimana keterpaduan makna direalisasikan melalui

struktur informasi, kohesi, dan unsur-unsur lain yang menyatakan bagaimana

bahasa itu melayani kepentingan partisipan.

Universitas Sumatera Utara

Page 33: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

24

2.3 Definisi Adverbia

2.3.1 Pengertian Adverbia

Adverbia atau kata keterangan dalam bahasa Jepang disebut dengan Fukushi.

Jika dilihat dari kanjinya:

副 : fuku : tambahan, wakil, dukung

詞 : shi, kotoba : kata

副詞 : fukushi : kata tambahanm kata keterangan

Menurut Kridalaksana dalam (Mulya, 2013:1) mengatakan bahwa adverbia

adalah kategori yang dapat mendampingi adjektiva, numeralia, atau proposisi dalam

kontruksi sintaksis. Sementara itu, Suzuki Shigeyuki (1972: 461) menjelaskan bahwa

yang disebut adverbia dalam bahasa Jepang disebut fukushi adalah kata yang

menghiasi kata kerja dan kata sifat serta menjelaskan secara detail sebuah gerakan,

kondisi dari sebuah situasi, derajat dan lain-lain. Di dalam sebuah kalimat, fukushi

berfungsi sebagai kata yang memodifikasi.

Dalam Situmorang (2010: 40) ciri-ciri fukushi adalah:

1. Dapat berdiri sendiri;

2. Tidak berkonjugasi;

3. Tidak menjadi subjek, tidak menjadi predikat, dan tidak menjadi objek;

4. Menerangkan doushi, keiyoushi, dan menerangkan fukushi lagi.

Universitas Sumatera Utara

Page 34: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

25

Contoh :

1. Menerangkan Doushi

Yukkuri aruku yukkuri menerangkan aruku = berjalan pelan-pelan.

2. Menerangkan keiyoushi

Amari utsukushikunai amari menerangkan utsukushikunai = tidak begitu indah

3. Menerangkan keiyoudoushi

Taihen kireida taihen menerangkan kireida = sangat indah

4. Menerangkan fukushi lagi

Chotto yukkuri sugiru chotto menerangkan yukkuri = sedikit terlalu pelan.

Sudjianto (2003: 72-73) menyimpulkan bahwa fukushi ialah kata-kata yang

memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Fukushi termasuk kata yang berdiri sendiri (jiritsugo) dan tidak mengenal

konjugasi/deklinasi. Fukushi tidak dapat diubah-ubah lalu disusun dengan kata-kata

lain (seperti yang sering terjadi pada verba,adjektiva-i, adjektiva-na, atau verba bantu).

Fukushi tidak dapat menjadi subjek dan hanya berfungsi sebagai kata yang

menerangkan kata lain. Ciri pertama ini dimiliki juga oleh rentaishi (prenomina)

sehingga ciri ini sering menyamakan kedua kelas itu

Universitas Sumatera Utara

Page 35: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

26

2. Ciri yang kedua inilah yang membedakan fukushi dengan rentaishi. Rentaishi

hanya dipakai untuk menerangkan taigen (meishi = nomina), sedangkan fukushi

dipakai untuk menerangkan yougen, misalnya :

a. Boku wa kanarazu iku.

b. Kesa wa totemo samukatta.

c. Kono hen wa daibu shizuka da.

2.3.2 Jenis-jenis Adverbia

Situmorang (2010:41:43) membagi fukushi ke dalam tiga jenis, yaitu:

1. 様子の副詞あるいは状態の副詞 = (Fukushi tentang keadaan)

Contoh;

いきなり = sekonyong-konyong, tiba-tiba

さっと = mendadak, tiba-tiba

じきに = secepatnya, segera

しみじみ = sungguh-sungguh, mendalam

はるばる = dari jauh, dari tempat jauh

ゆっくり = pelan-pelan

Universitas Sumatera Utara

Page 36: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

27

Jotai no fukushi dapat dibagi tiga : yang menerangkan keadaan, yang

menerangkan waktu, dan yang menerangkan michibiku (arahan).

Jotai no fukushi yang menerangkan keadaan, contoh :

ずっと= zutto= terus-menerus ずっと休んでいる.

Jotai no fukushi yang menerangkan waktu, contoh :

しばらく = shibaraku = sebentar しばらくまちました

じきに= jikini = kadang-kadang じきに帰る、する

Jotai no fukushi yang menerangkan petunjuk, pengarahan, contoh :

そう= sou = begitu そういわれたのです

Ke dalam youshuno fukushi atau joutai no fukushi ini termasuk juga peniruan

bunyi-bunyi alam atau meniru bunyi binatang. Dalam bahasa Jepang disebut dengan

giongo, giseigo, dan gitaigo (anomatope).

2. 程度の副詞 (ていどのふくし) = (Fukushi yang menerangkan

limit/batas)

Contoh :

いくぶん = beberapa bagian

いくらか = beberapa

たいへん = sangat

Universitas Sumatera Utara

Page 37: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

28

たいしょう = sebanding

だいぶ = sebagian besar

ごくすくない = sangat sedikit

ちょっとすくない = agak sedikit

あんまり = sangat

まったくない = sama sekali tidak ada, dsb.

3. 陳述の副詞 (ちんじゅつのふくし)= (Fukushi berpasangan)

Contoh :

しか・・・ない (shika…..V…..nai) = hanya

けして・・・ない (keshite…..V…..nai) = tentu saja tidak

どうか・・・ください (douka…..V…..kudasai) = mohon seandainya

もし・・・たら (moshi…..V…..tara) = jikalau,

まるで・・・のよう (marude…..V…..noyou) = seperti, melakukan sesuatu

seperti…..

音まね語 (onomatope) termasuk fukushi joutai, kedalamnya termasuk :

Giseigo, bahasa yang merupakan peniruan bunyi binatang.

Contoh :

犬はワンワンとほえる = anjing menggonggong wan-wan.

猫はニャニャと鳴く = kucing berbunyi nyanya.

鳥はチーチと鳴く = burung berbunyi chi-chi.

Universitas Sumatera Utara

Page 38: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

29

馬はザブンと鳴く = kuda berbunyi zabun.

Gitaigo, bahasa yang merupakan ungkapan perasaan ketika melihat benda

tersebut.

Contoh :

雷はピカリット輝きました = petir berkilau dengan cahaya.

窓はサット開く = jendela tiba-tiba terbuka.

てきばきボールをカチーした = dengan tangkas menangkap bola

Giongo, peniruan bunyi yang ditimbulkan suara alam.

Contoh :

雨がパラパラ散る = hujan turun parapara.

風がヒュヒュ吹く = angin berhembus hyuhyu.

Menurut Sudjianto (2003:74-85), fukushi dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis,

yaitu :

1. Joutai no fukushi

Fukushi yang sering dipakai untuk menerangkan verba, secara jelas menerangkan

keadaan pekerjaan atau perbuatan itu. Fukushi yang termasuk kelompok joutai no

fukushi ini antara lain :

a. Fukushi yang dapat disetari partikel “to”

Batabata to (dengan berbunyi, dengan berdentum, dengan bergerak-gerak,

dengan menggelepar)

Universitas Sumatera Utara

Page 39: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

30

Boroboro to (buruk, koyak, csbik-cabik, dengan compang-camping, dengan

sobek-sobek, rusak)

Doudou to (dengan megah, dengan berani, dengan gagah (perkasa),

dengan mulia)

b. Fukushi yang dapat disertai partikel “ni”

Jiki ni (dengan langsung, dengan segera, terus, lantas, sebentar lagi,

dengan selekas-lekasnya)

Sude ni (sudah, telah, dulu, dahulu)

Sugu ni (segera, langsung, lantas, serta merta, dengan mudah, sebentar,

secepat-cepatnya, tidak lama)

c. Fukushi yang tidak perlu memakai partikel

Arakajime (terlebih dulu, sebelumnya)

Dandan (sedikit demi sedikit, dengan lambat laun, dengan berangsur-

angsur,dengan perlahan-lahan)

Futatabi (lagi, sekali lagi, kembali)

2. Teido no Fukushi

Murakami Motojiro menjelaskan bahwa teido no fukushi ialah fukushi yang

menerangkan yougen (verba, adjektiva-i, adjektiva-na), menyatakan estándar (batas,

tingkat, derajat) suatu keadaan atau siatu perbuatan (Motojiri, 1986: 95). Dalam buku

yang lain Nagayama Isami mengatakan bahwa teido no fukushi ialah fukushi yang

menerangkan yougen (terutama adjektiva-i dan adjektiva-na), dengan jelas

menentukan estándar (batas, tingkat, atau derajat) keadaan/sifat itu (Isami, 1986: 147).

Universitas Sumatera Utara

Page 40: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

31

Pada dasarnya baik Murakami Motojiro maupun Nagayama Isami lebih

menekankan bahwa kata yang diterangkan oleh teido no fukushi itu biasanya

adjektiva-i dan adjektiva-na. Dalam jenis fukushi ini tedapat kata-kata seperti berikut

ini :

Amari (tidak begitu, terlalu, sangat, amat)

Chotto (sebentar, sedikit, agak, sepintas, sementara waktu)

Daibu (sangat, banyak, sekali, sungguh, sebagian besar)

Goku (sangat, paling, terlalu, amat)

Hanahada (sangat, terlalu, sungguh-sungguh)

3. Chinjutsu no Fukushi

Chinjutsu no fukushi berbeda dengan joutai no fukushi dan teido no fukushi. Kedua

jenis fukushi yang disebutkan terakhir dipakai berdasarkan bagaimana kaitannya

dengan yougen atau taigen, dipakai berdasarkan bagaimana hubungannya antara

fukushi itu dengan kelas kata yang diterangkannya, sedangkan chinjutsu no fukushi

dipakai berdasarkan bentuk kalimatnya.

Chinjutsu no fukushi biasa disebut juga ko’o no fukushi, jojutsu no fukushi, bahkan

Murakami Motojiro menyebutnya dengan istilah tokubetsu iikata o youkyuu suru

fukushi (fukushi yang memerlukan cara pengucapan yang khusus). Nagayama Isami

membagi chinjutsu no fukushi berdasarkan bentuk kalimatnya menjadi 9 golongan

seperti berikut (Isami, 1986:148-149).

Universitas Sumatera Utara

Page 41: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

32

a. Fukushi yang berpasangan dengan pernyataan negatif atau menyangkal (ucikeshi)

Chittomo (sedikitpun tidak…..)

Kanarazushimo (belum tentu, belum pasti, tidak seharusnya)

Kesshite (sama sekali (tidak), pasti (tidak), tidak pernah)

b. Fukushi yang berpasangan dengan pernyataan harapan, keinginan, atau perintah

(ganmou/kibou)

Douka (silahkan, mari)

Douzo (silahkan)

Nanitozo (saya harap, saya mohon, semoga, mudah-mudahan, sudilah

kiranya)

c. Fukushi yang berpasangan dengan pernyataan larangan (kinshi)

Danjite (pasti,sama sekali (tidak), betul, tentu, tidak pernah, secara

mutlak

Kesshite (tidak pernah, sekalipun tidak, pasti tidak)

d. Fukushi yang berpasangan dengan pernyataan perkiraan atau sangkaan (suiryou)

Masaka (masa,mass iya, tidak mungkin, mana boleh)

Osoraku (barangkali, mungkin, boleh jadi, jangan-jangan)

Universitas Sumatera Utara

Page 42: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

33

Sadameshi (tentu, pasti, tidak salah lagi, niscaya, barangkali)

e. Fukushi yang berpasangan dengan pernyataan perumpamaan (tatoe)

Atakamo (seperti, seolah-olah, seakan-akan, tepat, tidak ubahnya)

Choudo (seperti, persis, cicik, pas, bagaikan, tepat)

Marude (seperti, seolah-olah, seakan-akan, benr-benar, sama sekali,

sungguh-sungguh)

f. Fukushi yang berpasangan dengan pernyataan perkiraan negatif (uchikeshi

suiryou)

Totemo (sangat, benar-benar,... sekali, bukan main, walau

bagaimanapun, sama sekali, tidak, tidak mungkin)

Masaka (masa, masa iya, mana boleh, tidak mungkin)

Yomoya (barangkali tidak..., tidak mungkin..., mana bisa)

g. Fukushi yang berpasangan dengan pernyataan keputusan, kesimpulan, atau

kepastian (dantei)

Kitto (tentu, pasti, niscaya, tidak boleh tidak)

Kanarazu (harus, pasti, bagaimanapun, tentu, memang, selalu)

Mochiron (memang, (sudah) tentu, sewajarnya, sebenarnya, tentu saja,

(sudah) pasti)

Universitas Sumatera Utara

Page 43: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

34

h. Fukushi yang berpasangan dengan pernyataan pertanyaan (gimon)

Doushite (mengapa, kenapa, bagaimana)

Naze (mengapa, kenapa, apa sebabnya)

i. Fukushi yang berpasangan dengan pernyataan pengandaian (katei)

Man’ichi (kalau-kalau, aindaikata, seandainya, sekiranya)

Moshi (kalau, apabila, andaikata, jika, seandainya, jikalau)

Tatoe (kalaupun, sekalipun, meskipun, walaupun, biarpun, misalkan,

sungguhpun)

2.4 Fungsi dan Makna Adverbia Saikin dan Konogoro Menurut Pakar

Linguistik Bahasa

Jepang

Saikin dan konogoro adalah kata yang termasuk ke dalam kelas kata adverbia atau

kata keterangan yang dalam gramatikal bahasa Jepang disebut fukushi. Kata saikin

dan konogoro memiliki makna akhir-akhir ini. Berikut ini akan dijelaskan tentang

makna dan fungsi kata saikin dan konogoro menurut beberapa pakar linguistik bahasa

Jepang.

Universitas Sumatera Utara

Page 44: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

35

2.4.1 Adverbia Saikin

Haruhiko (1978:897) menyatakan bahwa saikin adalah :

1. 話し手が現在身を置いている時点およびそれに近い過去を含めて漠然と

いう。近ごろ。このごろ。『最近は出費が多い』『彼女はつい最近結婚

した』

2. いくつかあるうちで、場所や位置がある物に最も近いこと。『最近の天

体』

―――しゅ【最近種】哲学で、概念間の類種関係において、ある概念の

すぐ下位にある種概念。ある概念に外延として直接に包括される概念。

たとえば動物に対する人間。――-るい【最近類】哲学で、概念間の類

種関係において、ある概念のすぐ上位ある類概念。ある概念を直接に外

延として包括している概念。たとえば動物に対する生物。

1. Hanashi te ga genzai mi wo oite iru jiten oyobi sore ni chikai kako wo fukumete

bakuzen toiu. Chikagoro. Konogoro. “saikin wa shuppi ga ooi” “kanojyo wa tsui

saikin kekkon shita”.

2. Ikutsuka aru uchi de, basho ya ichi ga aru mono ni mottomo chikai koto. “saikin

no tentai” ____ Shu (saikinrui) tetsugaku, gainenkan no taguitanekankei ni oite,

aru gainen no sugu kaii ni aru shugainen. Aru gainen ni gaien toshite chokusetsu

Universitas Sumatera Utara

Page 45: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

36

ni houkatsu sareru gainen. Tatoeba doubutsu ni taisuru ningen. ___ Rui

(saikinrui) tetsugaku, gainenkan no taguitanekankei ni oite, aru gainen no jyoui

aru gainen. Aru gainen wo chokusetsu ni gaien houkatsu shite iru gainen.

Tatoeba doubutsu ni taisuru seibutsu.

1. Kata saikin dimaksudkan untuk menunjuk ke waktu samar-samar termasuk sesaat

berada atau dimasa lampau di samping itu. Dewasa ini. Akhir-akhir ini. “akhir-

akhir ini pengeluaran banyak” “dia baru saja menikah”.

2. Yang ada beberapa hal yang sangat dekat dengan benda yang ada di posisi dan

tempat. “ruang angkasa akhir-akhir ini”____ jenis (jenis akhir-akhir ini) ilmu

filosofi, meletakkan hubungan spesies jenis antara konsep, jenis pemikiran yang

ada di urutan pertama segera ada pemikiran. Segera menurunkan konsep-konsep.

Konsep yang langsung pada laporan komprehensif sebagai ekstensi untuk suatu

konsep tertentu. Misalnya manusia terhadap binatang. ___Jenis. Jenis (akhir-

akhir ini) ilmu filosofi, meletakkan hubungan spesies jenis antara konsep, ada

pemikiran diurut pertama pemikiran yang ada. Konsep yang langsung pada

laporan komprehensif sebagai ekstensi untuk suatu konsep tertentu. Misalnya

makhluk hidup terhadap binatang.

Di dalam buku Nihongo Dai Jiten dikatakan bahwa 最近①時や場所がもっと

も近いこと。Nearest. 用例―の事件。このごろ。近ごろ。Recently 用例―流行。

Universitas Sumatera Utara

Page 46: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

37

Saikin (1)toki ya basho ga mottomo chikai koto. Nearest. Yourei “saikin no

jiken”. Konogoro. Chikagoro. Recently. Yourei “saikin ryuukou”.

Saikin (1) waktu dan tempat yang paling dekat. Paling dekat. Contoh (kejadian

akhir-akhir ini). Akhir-akhir ini. Belakangan ini. Akhir-akhir ini. Contoh (trend akhir-

akhir ini).

Kemudian Kenji Matsura (1994:832) menyatakan bahwa adverbia saikin

yaitu :

最近 adalah pada waktu akhir-akhir ini ; akhir-akhir ini ; baru-baru ini ; pada

waktu yang terakhir ini ; di hari-hari belakangan ini. Saikin go nen kan ni (~五年間

に) dalam waktu lima tahun yang terakhir ini. Saikin kaiten shita resutoran (~開店

したレストラン) restoran yang belum lama dibuka. Saikin made (最近まで) sampai

hari-hari belakangan ini. saikin no nyuusu (~のニュース). Berita hangat akhir-akhir

ini. Watashi wa saikin nebusoku desu. (私は~寝不足です). Saya kurang tidur hari-

hari akhir ini. saikin kono uwasa ga nagarete iru. (~この噂が流れている). Desas-

desus ini berlangsung sudah sejak beberapa lama. Kare ga sono youna taido wo toru

youni natta nowa saikin no koto da. (彼がそのような態度をとるようになったの

は~のことだ). Ia bersikap demikian sebenarnya baru-baru ini saja.

Sedangkan menurut Izuhara (1998:348-349), saikin adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 47: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

38

最近は「ちかごろ」のやや硬い口語的表現で、文章語で多用される。

ただ「先日・このあいだ・この前」といった過去のある時点を指すことがで

きる。「このごろどうしてるの。知ってる?最近、あの人、結婚しちゃった

の」では、「このごろ」を「近ごろ・最近」に置き換わるが、「最近」は

「近ごろ・このごろ」に置き換えることはできない。「昨今」は「昨今の景

気の動向・情勢緊迫した昨今」など、「ちかごろ」という意味を表す硬い文

章語。

Saikin wa (chikagoro) no yaya katai kougoteki hyougende, bunshougo de

tayou sareru. Tada (senjitsu, konoaida, konomae) toitta kako no aru jiten wo sasu

koto ga dekiru. (konogoro doushiteruno. Shitteru ? saikin, anohito, kekkon shichatta

no) dewa, (konogoro) wo (chikagoro, saikin) ni okikawaruga, (saikin) wa (chikagoro,

konogoro) ni okikaeru koto wa dekinai. (Sakkon) wa (sakkon no keiki no doukou,

jyousei kinpaku shita sakkon) nado, (chikagoro) toiu imi wo arawasu katai

bunshougo.

Saikin banyak digunakan dalam bahasa tulisan, ungkapan bahasa lisan yang

sedikit keras (akhir-akhir ini). Bisa ditunjukkan waktu yang ada di masa lampau

seperti (senjitsu, konoaida, konomae). “akhir-akhir ini melakukan apa?. Tahukah?

Akhir-akhir ini orang itu, menikah). Dan (konogoro) dapat berganti tempat dengan

(chikagoro, saikin) tetapi, (saikin) tidak bisa berpindah tempat ke (chikagoro dan

konogoro). (akhir-akhir ini) adalah (tren aktivitas bisnis akhir-akhir ini, akhir-akhir

Universitas Sumatera Utara

Page 48: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

39

ini menekan perkembangan situasi) dan lain-lain, (chikagoro) memiliki arti yang

disebut menampilkan bahasa tulisan yang keras.

Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan oleh Haruhiko (1978:897),

Izuhara ((1998:348-349), dan dalam buku Nihongo Dai Jiten mengenai saikin

bermakna akhir-akhir ini yang memiliki arti menunjukkan suatu waktu yang dekat

dengan saat ini. Jarak waktu antara yang sebelumnya dengan sekarang hanya sedikit.

Masa lampau yang paling dekat dengan masa sekarang. Antara dari dulu tidak begitu

lama sampai sekarang. Saikin adalah masa lampau menuju sekarang yang waktunya

lebih singkat dibandingkan konogoro. Misalnya “akhir-akhir ini orang itu menikah”.

Saikin waktu yang paling dekat dengan sekarang yang banyak digunakan dalam

bahasa tulisan maupun lisan yang sedikit keras. saikin tidak bisa berpindah ke

konogoro. Sinonimnya adalah konogoro.

2.4.2 Adverbia Konogoro

Haruhiko (1978:857) menyatakan bahwa konogoro adalah :

このごろ【此の頃】(古くは「このごろ」)近い過去から現在まで漠

然とした時間をさしていう。ちかごろ。この日頃。近来。『このごろ客の入

りがよくない』『このごろは理由もなく疲れやすい』

Konogoro (furuku wa [konogoro] chikai kako kara genzai made bakuzen

toshita jikan wo sashite iu. Chikagoro. Kono higoro. Kinrai. “konogoro kyaku no

hairi ga yokunai” “konogoro wa riyuu mo naku tsukareyasui”.

Universitas Sumatera Utara

Page 49: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

40

Konogoro (此の頃), (dahulu ditulis dengan 「このごろ」) menunjuk ke

waktu yang samar-samar dekat dari masa lalu sampai sekarang ini. Belakangan ini.

Kira-kira di hari ini. Sehari-hari ini. Akhir-akhir ini. “akhir-akhir ini tidak terlalu

banyak tamu” “akhir-akhir ini gampang lelah tanpa alasan.

Di dalam buku Nihongo Dai Jiten dikatakan bahwa 此の頃《「このごろ」

は別語》少し前から現在までを、ばくぜんとさす語。近ごろ。Recently. 用例

―のできごと。

Konogoro 《「konogoro」wa betsugo》sukoshi kara genzai made wo, bakuzen

tosasugo. Chikagoro. Recently. Yourei “konogoro no dekigoto.

Konogoro merupakan bahasa yang berbeda. Bahasa yang samar-samar sedikit

dari dulu sampai sekarang. Belakangan ini. Akhir-akhir ini. Contoh : kejadian akhir-

akhir ini.

Kemudian Kenji Matsura (1994:539) menyatakan bahwa adverbia konogoro

yaitu :

此の頃 pada waktu-waktu ini ; hari-hari ini ; akhir-akhir ini ; baru-baru ini.

Konogoro yoku hara ga itami masu. (~よく腹が痛みます。)Saya sering sakit

perut akhir-akhir ini. Konogoro no Osaka no kikou wa sukoshi atsui desu. (の大阪

の気候は少し暑いです。)Osaka agak panas hawanya pada waktu-waktu ini.

Menurut Izuhara (1998:348), konogoro adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 50: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

41

「このごろ」は現在に最も近い過去の、ある漠然とした期間。ただ未

来への予測を含み、過去から現在までの経験をふまえて、未来へと継続して

いく状態・状況・情勢・傾向・趨勢・動向などをとらえる場合に使われる日

常語。漠然としているので、会話で愛用され、柔らかな表現になるが、自分

の身近で起こっていることを中心にする主観性の強い言葉。「きせつ」を参

照。

[konogoro] wa genzai ni mottomo chikai kako no, aru bakuzen toshita kikan.

Tada mirai e no yosoku wo fukumi, kako kara genzai made no keiken wo fumaete,

mirai e to keizoku shite iku jyoutai, jyoukyou, jyousei, keikou, suusei, doukou nado wo

toraeru baai ni tsukawareru nichijyougo. Bakuzen toshite iru node, kaiwa de aiyou

sare, yawarakana hyougen ni naru ga, jibun no mijika de okotte iru koto wo chuushin

ni suru shukansei tsuyoi kotoba. (kisetsu) wo sanshou.

Konogoro adalah masa lampau yang paling dekat dengan masa sekarang,

jangka waktu yang samar-samar. Hanya mengandung perkiraan ke masa depan,

berdasarkan pada pengalaman dari masa lalu sampai sekarang ini, bahasa sehari-hari

yang digunakan dalam hal ini diambil kondisi, situasi, perkembangan situasi, trend

dan lain-lain berlanjut ke masa depan. Karena menunjuk ke waktu samar-samar, lebih

disukai penggunaannya dalam percakapan, dan menjadi suatu ungkapan yang halus,

suatu kata yang subjektivitasnya tinggi dan memfokuskan terhadap hal yang terjadi di

dekat diri sendiri. Referensi (musim).

Universitas Sumatera Utara

Page 51: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

42

Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan oleh Haruhiko (1978:857),

Izuhara (1998:348) dan dalam buku Nihongo Dai Jiten mengenai konogoro memiliki

arti bahasa yang samar-samar, termasuk jangka waktu sekarang dari agak dulu.

Waktu yang terhubung dari dahulu sampai sekarang. Dalam waktu dekat atau waktu

sekarang dan saat yang tepat. Masa lampau yang paling dekat dengan masa sekarang.

Hanya mengandung perkiraan ke masa depan berdasarkan pada pengalaman dari

masa lalu sampai sekarang ini. Misalnya “kejadian akhir-akhir ini”. Bahasa sehari-

hari yang digunakan dalam hal diambil kondisi, situasi, perkembangan situasi, trend

dan lain-lain yang berlanjut ke masa depan. Konogoro memilikiwaktu dari dulu

sampai sekarang yang lebih lama dibandingkan saikin. Sinonimnya adalah saikin.

2.5 Konsep Sinonim (ruigigo)

Sinonim (ruigigo) adalah salah-satu objek kajian semantik. Sinonim

merupakan beberapa kata yang maknanya hampir sama. Hal ini banyak ditemukan

dalam bahasa Jepang, sehingga menjadi salah satu penyebab kesulitan dalam

mempelajari bahasa Jepang.(Sutedi, 2003:145-147)

2.5.1 Cara Mengidentifikasikan Sinonim

Moriyama (1998) memberikan beberapa pemikiran tentang cara

mengidentifikasikan suatu sinonim, seperti berikut.

a. Chokkanteki (intuitif bahasa) bagi para penutur asli dengan berdasarkan pada

pengalaman hidupnya. Bagi penutur asli jika mendengar suatu kata, maka

secara langsung dapat merasakan bahwa kata tersebut bersinonim atau tidak.

Universitas Sumatera Utara

Page 52: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

43

b. Beberapa kata jika diterjemahkan ke dalam bahasa asing, akan menjadi suatu

kata, misalnya kata oriru, kudaru, sagaru, dan furu dalam bahasa Indonesia

bisa dipadankan dengan kata ‘turun’.

c. Dapat menduduki posisi yang sama dalam suatu kalimat dengan perbedaan

makna yang kecil. Misalnya, pada klausa kaidan o agaru dan klausa kaidan o

noboru sama-sama berarti ‘menaiki tangga’.

d. Dalam menegaskan suatu makna, kedua-duanya bisa digunakan secara

bersamaan (sekaligus). Misalnya, kata hikaru (光る) dan kagayaku (輝く)

kedua-duanya berarti ‘bersinar’, bisa digunakan secara bersamaan seperti pada

Hoshi ga hikari-kagayaite iru (星が光輝いている ) ‘Bintang bersinar

cemerlang’.

2.5.2 Cara Menganalisis Sinonim

Untuk menganalisis makna suatu kata akan lebih baik dan lebih jelas hasilnya

jika dilakukan sambil membandingkannya dengan kata yang dianggap bersinonim.

Sebab, nantinya akan semakin jelas makna dari setiap kata tersebut, sehingga

kekaburan dan keraguan tentang bagaimana persamaan dan perbedaannya bisa diatasi.

Di atas telah disinggung bahwa melalui analisis imitokuchou (semantic feature)

perbedaan makna kata yang bersinonim bisa semakin jelas. Langkah-langkah yang

harus ditempuh antara lain sebagai berikut.

a. Menentukan objek yang akan diteliti

Universitas Sumatera Utara

Page 53: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

44

b. Mencari literatur yang revelan

c. Mengumpulkan jitsurei (contoh konkerit)

d. Mengklasifikasikan setiap jitsurei

e. Membuat pasangan kata yang akan dianalisis

f. Melakukan analisis

g. Membuat simpulan/generalisasi

2.5.3 Kesinoniman

Dalam setiap bahasa, termasuk bahasa Indonesia maupun bahasa Jepang,

seringkali kita temui adanya hubungan kemaknaan atau relasi semantik antara sebuah

kata dengan kata lainnya. Hal ini berkaitan dengan relasi makna. Relasi makna adalah

hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan

bahasa yang lainnya (Chaer, 1994:297). Satuan bahasa disini dapat berupa kata, frase,

maupun kalimat. Relasi makna ini salah satunya menyatakan kesamaan makna

(sinonim).

Apabila suatu kata memiliki makna yang hampir sama (mirip) dengan satu

atau lenih kata yang lain, maka dapat dikatakan bahwa kata-kata tersebut memiliki

hubungan atau relasi makna yang termasuk ke dalam sinonim. Menurut Chaer

(1994:84) secara etimologi kata sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu

onoma yang berarti “nama” dan syn yang berarti “dengan”. Maka secara harfiah kata

sinonim berarti ‘nama lain untuk benda atau hal yang sama’. Secara semantik yaitu

Universitas Sumatera Utara

Page 54: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

45

sebagai ungkapan (bisa berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya kurang lebih

sama dengan makna ungkapan lain. Misalnya kata buruk dan jelek adalah dua buah

kata yang bersinonim; bunga, kembang, dan puspa adalah tiga buah kata yang

bersinonim; mati, meninggal, wafat, dan mampus adalah empat buah kata yang

bersinonim.akan tetapi meskipun bersinonim, maknya tidak akan persis sama.hal ini

dikarenakan tidak ada sinonim yang maknanya akan sama persis. Dalam konteks

tertentu, pasti akan ditemukan suatu perbedaannya meskipun kecil. Ketidaksamaan

ini terjadi karena berbagai faktor seperti yang dikemukakan oleh Chaer (1994:298-

299), antara lain :

1. Faktor waktu, misalnya kata hulubalang bersinonim dengan kata komandan.

Namun, kata hulubalang memiliki pengertian klasik sedangkan kata

komandan tidak memiliki pengertian klasik. Dengan kata lain, kata

hulubalang hanya cocok digunakan pada konteks yang bersifat klasik,

sedangkan kata komandan tidak.

2. Faktor tempat atau wilayah, misalnya kata saya dan beta adalah dua buah kata

yang bersinonim. Namun, kata saya dapat digunakan dimana saja, sedangkan

kata beta hanya cocok untuk wilayah Indonesia bagian timur.

3. Faktor keformalan, misalnya kata uang dan duit adalah dua buah kata yang

bersinonim. Namun, kata uang dapat digunakan dalam ragam formal dan tak

formal, sedangkan kata duit hanya cocok untuk ragam tak formal.

4. Faktor sosial, misalnya kata saya dan aku adalah dua buah kata yang

bersinonim. Namun, kata saya dapat digunakan oleh siapa saja; sedangkan

Universitas Sumatera Utara

Page 55: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

46

kata aku hanya dapat digunakan terhadap orang sebaya, yang dianggap akrab,

atau kepada yang lebih muda atau lebih rendah kedudukan sosialnya.

5. Faktor nuansa makna, misalnya kata-kata melihat,melirik, menonton,

meninjau, dan mengintip adalah sejum;ah kata yang bersinonim. Namun,

antara yang satu dengan yang lainnya tidak selalu dapat dipertukarkan, karena

masing-masing memiliki nuansa makna yang tidak sama. Kata melihat

memiliki makna umum; kata melirik memiliki makna melihat dengan sudut

mata; kata menonton memiliki makna melihat untuk kesenangan; kata

meninjau memiliki makna melihat dari tempat jauh; dan kata mengintip

memiliki makna melihat dari atau melalui celah sempit. Dengan demikian,

jelas kata menonton tidak dapat diganti dengan kata melirik karena memiliki

nuansa makna yang berbeda, meskipun kedua kata tersebut dianggap

bersinonim.

6. Faktor bidang kegiatan, misalnya kata matahari dan surya adalah dua buah

kata yang bersinonim. Namun, kata matahari bisa digunakan dalam kegiatan

apa saja, atau dapat digunakan secara umum; sedangkan kata surya hanya

cocok digunakan pada ragam khusus. Terutama ragam sastra.

Dalam bahasa Jepang, sinonim dikenal dengan istilah ruigigo 「類義語 .

Menurut Haruhiko (1978:1375) ruigigo adalah 「意味がよく似ている二つ以上の

単語。類語。」 ‘Imi ga yoku niteiru futatsu ijou no tango. Ruigigo.’ (Dua kata atau

lebih yang memiliki makna yang mirip. Kata yang sejenis). Izuru (1955:2530) juga

Universitas Sumatera Utara

Page 56: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

47

mengatakan bahwa ruigigo adalah 「意義の類似する言葉。」 ‘Igi no ruiji suru

kotoba.’ (Kata yang memiliki kemiripan makna).

Menurut Sutedi (2003:124), perbedaan dari dua kata atau lebih yang memiliki

relasi atau hubungan kesinoniman / ruigi kankei 「類義関係」dapat ditemukan

dengan cara melakukan analisis terhadap nuansa makna dari setiap kata tersebut.

Misalnya, kata agaru dan noboru yang kedua-duanya berarti (naik) dapat ditemukan

perbedaannya sebagai berikut.

のぼる :下からへ惑経路二焦点を合わせて移動する

Noboru : shita kara ue e wakukeiro ni shouten wo awasete idou suru

Noboru : berpindah dari bawah ke atas dengan focus jalan yang dilalui

あがる :下からへ到達点に焦点を合わせて移動する

Agaru : shita kara ue e toutatsuten ni shouten o awasete idou suru

Agaru : berpindah dari bawah ke atas dengan fokus tempat tujuan

Jadi, perbedaan verba agaru dan noboru terletak pada fokus (焦点/ shouten)

gerak tersebut. Verba agaru menekankan pada tempat tujuan tersebut (hasil),

sedangkan noboru menekankan pada jalan yang dilalui (経路 /keiro) dari gerak

tersebut (proses).

Universitas Sumatera Utara

Page 57: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

48

2.5.4 Pilihan Kata

Kata-kata yang bersinonim ada yang dapat saling menggantikan ada pula yang

tidak. Karena itu, harus memilihnya secara tepat dan saksama untuk menghindari

kerancuan dalam menginterpretasikan maknanya. Hal ini berkaitan dengan pilihan

kata atau diksi. Dalam bahasa Indonesia, kata diksi berasal dari kata dictionary

(bahasa Inggris yang kata dasarnya diction) yang berarti perihal pemilihan kata.

Menurut Keraf (2006:24) pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan

secara tepat nuansa-nuansa makna gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan

untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang

dimiliki kelompok masyarakat pendengar.

Diksi atau pilihan kata harus berdasarkan tiga tolak ukur, yaitu ketepatan,

kebenaran, dan kelaziman. Kata yang tepat adalah kata yang mempunyai makna yang

dapat mengungkapkan gagasan secara cermat sesuai dengan gagasan pemakai bahasa.

Kata yang benar adalah kata yang diucapkan atau ditulis sesuai dengan bentuk yang

benar, yaitu sesuai dengan kaidah kebahasaan. Kata yang lazim berarti bahwa kata

yang dipakai adalah dalam bentuk yang sudah dibiasakan dan bukan merupakan

bentuk yang dibuat-buat.

Berdasarkan konsep dari pilihan kata di atas, kata yang maknanya hampir

sama atau yang disebut sinonim harus dapat dipilih dengan tepat sesuai dengan situasi

dan konteks kalimatnya, agar gagasan yang terkandung di dalam makna kata tersebut

dapat tersampaikan dengan baik.

Universitas Sumatera Utara

Page 58: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

49

2.6 Studi Semantik dalam Kajian Semantik

2.6.1 Definisi Semantik

Menurut Chaer (1994:2) kata semantik dalam bahasa Indonesia berasal dari

bahasa Yunani sema (kata benda) yang berarti “tanda” atau “lambang”. Kata kerjanya

adalah semaino yang berarti “menandai” atau “melambangkan. Yang dimaksud

dengan tanda atau lambang di sini sebagai penanda kata sema itu adalah tanda

linguistik, yaitu terdiri dari (1) komponen yang mengartikan, yang berwujud bentuk-

bentuk bunyi bahasa dan (2) komponen yang diartikan atau makna dari komponen

yang pertama itu. Kedua komponen ini merupakan tanda atau lambang; sedangkan

yang ditandai atau dilambanginya adalah sesuatu yang berada di luar bahasa.

Kata semantik ini kemudian disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk

bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan

hal-hal yang ditandainya. Atau dengan kata lain, bidang studi dalam linguistik yang

mempelajari makna atau dalam bahasa. Oleh karena itu, kata semantik dapat diartikan

sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti.

Sutedi (2003:111) mengatakan bahwa semantik atau imiron adalah salah satu

cabang linguistik yang mengkaji tentang makna. Semantik memegang peranan

penting, karena bahasa yang digunakan dalam komunikasi tiada lain untuk

menyampaikan suatu makna. Misalnya, ketika seseorang menyampaikan ide, pikiran

kepada lawan bicara, lalu lawan bicaranya bisa memahami apa yang dimaksud,

karena ia dapat menyerap makna yang disampaikannya.

Universitas Sumatera Utara

Page 59: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

50

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

semantik adalah salah satu cabang linguistik yang mempelajari tentang makna.

2.6.2 Batasan dan Ruang Lingkup Semantik

Semantik (imiron) merupakan salah satu cabang linguistik (gengogaku) yang

menkaji tentang makna. Meskipun agak terlambat dibandingkan dengan cabang

linguistik yang lainnya, semantik memegang peranan penting karena bahasa yang

digunakan dalam komunikasi tiada lain untuk menyampaikan suatu makna. Ketika

seseorang menyampaikan ide dan pikiran kepada lawan bicara, lalu lawan bicaranya

bisa memahami apa yang dimaksud karena ia bisa menangkap makna yang

disampaikannya. Objek kajian semantik antara lain makna kata (go no imi), relasi

makna antarsatu kata dengan kata yang lainnya (go no imi kankei), makna frasa (ku

no imi), dan makna kalimat (bun no imi). (Sutedi, 2003:127-130)

1. Makna Kata (語ご

の個々こ こ

の意味い み

)

Makna setiap kata merupakan salah satu objek kajian semantik, karena

komunikasi dengan menggunakan suatu bahasa yang sama seperti bahasa Jepang,

baru akan berjalan dengan lancar jika setiap kata yang digunakan oleh pembicara

dalam komunikasi tersebut menyatakan maksud yang sama dengan yang digunakan

oleh lawan bicaranya.

2. Relasi Makna (語ご

と語ご

の意味関係い み か ん け い

)

Universitas Sumatera Utara

Page 60: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

51

Relasi makna perlu diteliti, karena hasilnya dapat dijadikan bahan untuk

menyusun kelompok kata (goi) berdasarkan kategori tertentu. Misalnya, pada verba

hanasu (berbicara), iu (berkata), shaberu (ngomong), dan taberu (makan) dapat

dikelompokkan ke dalam kotoba o hassuru (bertutur) untuk tiga verba pertama,

sedangkan taberu tidak termasuk ke dalamnya. Contoh lainnya, hubungan makna

antara kata hanasu dan iu, takai (tinggi) dan hikui (rendah), doubutsu (hewan) dan inu

(anjing) akan berlainan, sehingga perlu dipertegas. Pasangan pertama merupakan

sinonim (ruigi-kankei), dan pasangan kedua merupakan antonim (han gi kankei),

sedangkan pasangan terakhir merupakan hubungan superordinat (jouge kankei)

3. Makna Frasa (句の意味)

Dalam bahasa Jepang ungkapan hon o yomu (membaca buku) , kutsu o kau

(membeli sepatu), dan hana ga tatsu (perut berdiri (=marah)) dianggap sebagai suatu

frasa (klausa) atau ku. Klausa ‘hon o yomu’ dan ‘kutsu o kau’ dapat dipahami cukup

dengan mengetahui makna kata-kata hon, kutsu, kau, dan o, ditambah dengan

pemahaman tentang struktur kalimat bahwa ‘nomina + o + verba’. Jadi, klausa

tersebut bisa dipahami secara leksikalnya (mojidouri no imi). Tetapi, untuk klausa

‘hara ga tatsu’ meskipun kita mengetahui makna setiap kata dan strukturnya, belum

tentu bisa memahami makna klausa tersebut, jika makna frasa secara idiomatikalnya

(kanyoteki imi) belum diketahui dengan benar.

Universitas Sumatera Utara

Page 61: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

52

4. Makna Kalimat (文ぶん

の意味い み

)

Makna kalimat pun dijadikan sebagai objek kajian semantik, karena suatu

kalimat ditentukan oleh makna setiap kata dan strukturnya. Misalnya, kalimat watashi

wa yamada san ni megane o ageru (saya memberikan kacamata kepada tuan

Yamada) dengan kalimat ‘watashi wa Yamada san ni tokei o ageru’ (saya memberi

jam kepada Yamada), jika dilihat dari strukturnya, kedua kalimat tersebut sama yaitu,

“A wa B ni C o ageru”, tetapi maknanya berbeda. Hal ini disebabkan makna kalimat

ditentukan oleh kata yang menjadi unsur kalimat tersebut.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa objek kajian semantik adalah

berupa makna kata dan frasa/klausa; relasi makna antara beberapa kata; dan makna

kalimat. Untuk itu perlu dibedakan yang mana garapan semantik dan yang mana

garapan tentang makna.

Universitas Sumatera Utara

Page 62: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

53

BAB III

ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN DAN

KONOGORO DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG

Sebelumnya pada bab II penulis telah memaparkan mengenai adverbia saikin

dan konogoro. Dalam bab III ini penulis akan mencoba menganalisis makna dan

pemakaiannya saikin dan konogoro dalam kalimat bahasa Jepang yang diambil dari

jurnal Nihongo Jyaanaru edisi 1 Januari 1996, edisi 4 April 2000 penerbit Aruku,

Minna no Nihongo Chyuukyuu I tahun 2001, dan Nihongo So-Matome N2 tahun

2010 berdasarkan teori yang dikemukakan oleh beberapa pakar linguistik yang telah

dipaparkan sebelumnya.

3.1 Anaisis Makna dan Pemakaian Saikin

3.1.1 Saikin yang Menunjukkan Tren

Cuplikan 1

最近、「癒しビジネス」がブームになっている。日本では昔から、心も

体も疲れたときは温泉と相場が決まっている。ゆっくり温泉に漬かって、

日がな一日のんびり過ごして世の憂さを忘れる。 (Nihongo Jyaanaru Edisi

4, 2000:14)

Saikin, (iyashi bijinesu) ga buumu ni natte iru. Nihon dewa mukashi kara, kokoro

mo karada mo tsukareta toki wa onsen to souba ga kimatte iru. Yukkuri onsen ni

tsukatte, hi ga na ichinichi nonbiri sugoshite yo no usa wo wasureru.

Universitas Sumatera Utara

Page 63: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

54

Akhir-akhir ini, bisnis penyembuhan sedang laris. Ketika hati juga badan lelah

memutuskan masuk ke pemandian air panas dan ke supermarket. Perlahan-lahan,

terbenam di pemandian air panas, hari ke hari menghabiskan dan melupakan

dunia kesedihan dengan tidak tergesa-gesa.

Kalimat pada cuplikan 1 diambil dari wacana yang berjudul “癒しビジネス”

(Iyashi Bijinesu) yang berarti “Bisnis Penyembuhan”. Makna adverbia saikin pada

cuplikan adalah akhir-akhir ini. Fungsinya adalah menunjukkan suatu bisnis yang

dilakukan seseorang disaat hati dan pikiran lelah yang ditunjukkan pada kalimat

“Saikin, (iyashi bijinesu) ga buumu ni natte iru. Nihon dewa mukashi kara, kokoro

mo karada mo tsukareta toki wa onsen to souba ga kimatte iru” yang artinya “akhir-

akhir ini, (bisnis menyembuhkan) menjadi laku keras. Dari dulu di Jepang, saat tubuh

maupun hati lelah, sudah pasti pasarannya ke pemandian air panas. Berdasarkan buku

Nihongo Dai Jiten, kata saikin menunjukkan akhir-akhir ini yang waktunya paling

dekat dari sekarang. Pada wacana tersebut dijelaskan bahwa pegawai atau pekerja

kantoran setengah baya tidak lagi sempat untuk menikmati pemandian air panas. Hal

itu yang menciptakan bisnis penyembuhan menjadi tren berupa menikmati layar

akuarium yang berisi ikan tropis yang berwarna indah yang dapat memberikan

kedamaian kepada orang-orang modern yang muncul dalam waktu dekat ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 64: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

55

Cuplikan 2

最近、ビタミン剤を常用している人が多いという。と言っても、病気の

治療としてだけではなく、食事で補えない食品の代わりとして飲んだり、

美容のためといった目的で飲んでいる人も多いようだ。(Nihongo Jyaanaru

Edisi 4, 2000:45)

Saikin, bitamin zai wo jyouyou shite iru hito ga ooi toiu. To ittemo, byouki no

chiryou toshite dake dewanaku, shokuji de oginaenai shokuhin no kawari toshite

nondari, biyou no tame to itta mokuteki de nonde iru hito mo ooi you da.

Akhir-akhir ini, biasanya ada banyak orang yang menggunakan vitamin. Bahkan

dikatakan tidak hanya sebagai sebuah pengobatan untuk penyakit, dan meminum

sebagai sebuah alternatif yang tidak mengganti rugi dalam makanan diet, ini

seperti banyak orang meminum dengan sengaja seperti untuk kosmetik.

Kalimat pada cuplikan 2 diambil dari Mondai II nomor 1 Nihongo Jyaanaru.

Makna adverbia saikin pada cuplikan adalah akhir-akhir ini. Fungsinya untuk

menunjukkan tren aktivitas atau perkembangan situasi yang ditunjukkan pada kalimat

“saikin, bitamin zai wo jyouyou shite iru hito ga ooi toiu. To ittemo, byouki no

chiryou toshite dake dewanaku, shokuji de oginaenai shokuhin no kawari toshite

nondari, biyou no tame to itta mokuteki de nonde iru hito mo ooi you da” yang

artinya ‘akhir-akhir ini, biasanya ada banyak orang yang menggunakan vitamin.

Bahkan dikatakan tidak hanya sebagai sebuah pengobatan untuk penyakit, dan

meminum sebagai sebuah alternatif yang tidak mengganti rugi dalam makanan diet,

Universitas Sumatera Utara

Page 65: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

56

ini seperti banyak orang meminum dengan sengaja seperti untuk kosmetik’.

Berdasarkan Izuhara (1998:348-349), menyatakan bahwa saikin menunjukkan waktu

yang mengarah pada tren aktivitas atau perkembangan situasi. Vitamin yang

dibicarakan tidak hanya digunakan untuk pengobatan terhadap penyakit tetapi juga

sebagai suplemen gizi dalam diet dan kebutuhan kosmetik yang dapat ditemukan di

apotek dan dokter. Hal ini membuat tren meminum vitamin menjadi berkembang.

Cuplikan 3

女の子には名前の最後に「子」という字をつけていました。しかし、最近

では漢字の意味よりも音の響きやイメージで名前をつけることが多くな

っています。人気がある漢字は男の子では「大」「翔」「樹」、女の子で

は「愛」「彩」「菜」などです。(Nihongo Jyanaaru Edisi 1, 1996:21)

Onna no ko niwa namae no saigo ni (ko) toiu ji wo tsukete imashita. Shikashi,

saikin dewa kanji no imi yori mo oto no hibiki ya imeeji de namae wo tsukeru

koto ga ooku natte imasu. Ninki ga aru kanji wa otoko no ko dewa (dai), (shou),

(ki), onna no ko dewa (ai), (irodori), (na) nado desu.

Di huruf akhir pada anak perempuan diberi huruf kanji ko (子). Tapi akhir-akhir

ini, orang-orang lebih sering memilih nama-nama berdasarkan dari bunyi huruf

kanji tersebut ataupun imej dari huruf kanji tersebut dibandingkan arti dari huruf

kanji tersebut. Karakter/huruf kanji yang popular untuk digunakan sebagai anak

laki-laki adalah (dai), (shou), (ki) dan untuk anak perempuan adalah (ai), (irodori),

dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara

Page 66: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

57

Kalimat pada cuplikan 3 diambil dari wacana yang berjudul “日本人の名前

(Nihonjin no Namae)” yang artinya ‘nama orang Jepang’. Saikin dalam kalimat ini

bermakna akhir-akhir ini. Fungsinya untuk menunjukkan masyarakat dewasa ini

memilih nama untuk anak mereka dari bunyi huruf kanji ataupun imej dari huruf

kanji tersebut yang ditunjukkan pada “saikin dewa kanji no imi yori mo oto no hibiki

ya imeeji de namae wo tsukeru koto ga ooku natte imasu” yang artinya ‘Tapi akhir-

akhir ini, orang-orang lebih sering memilih nama-nama berdasarkan dari bunyi huruf

kanji tersebut ataupun imej dari huruf kanji tersebut dibandingkan arti dari huruf

kanji tersebut.’. Menurut Izuhara (1998:348-349) dikatakan bahwa saikin bisa

ditunjukkan waktu yang ada di masa lampau Wacana ini memberitahukan bahwa

dewasa ini orang Jepang memberikan nama-nama anak mereka berdasarkan dari

bunyi ataupun imej huruf kanji dibandingkan arti dari huruf kanji tersebut. Hal ini

yang menjadi tren di kalangan masyarakat Jepang sekarang ini.

3.1.2 Saikin yang Menunjukkan Perkembangan Situasi

Cuplikan 4

最近は、テレビゲームの中のキャラクターに言葉を学習されて、会話を

楽しむことができるものも増えてきている。かわいらしい猫などのキャ

ラクターとおしゃべりをする「どこでもいっしょ」や、ちょっと無気味

な、人の顔をした魚と音声で会話できる「シーマン」などが話題を集めて

いる。(Nihongo Jyanaaru Edisi 4, 2000:66)

Universitas Sumatera Utara

Page 67: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

58

Saikin wa, terebi geemu no naka no kyarakutaa ni kotoba wo gakushuu sarete,

kaiwa wo tanoshimu koto ga dekiru mono mo fuete kite iru. Kawairashii neko

nado no kyarakutaa to oshaberi wo suru (dokodemo issho) ya, chotto fukimi na,

hito no kao wo shita sakana to onsei de kaiwa dekiru (shiman) nado ga wadai wo

atsumete iru.

lebih akhir-akhir ini, telah ada penambahan di jenis video permainan yang mana

karakter diajarkan kata-kata dan anda bisa berbicara dengan karakter-karakter ini.

Doko demo issho menyediakan percakapan dengan seekor kucing imut dan sea

man seekor ikan sedikit aneh berwajah manusia, bisa juga berbicara kepada anda.

Kalimat pada cuplikan 4 diambil dari wacana yang berjudul “電子ペットはゲー

ムから (Denshi Petto wa Geemu kara)” yang berarti ‘Binatang peliharaan elekronik

yang asal mulanya dari permainan komputer’. Kata saikin dalam kalimat ini

bermakna akhir akhir ini. Fungsinya untuk menyatakan kisaran waktu antara

beberapa waktu yang lalu hingga saat ini.. Fungsinya untuk menunjukkan saat ini

telah berkembang video permainan yang mana karakter diajarkan kata-kata dan anda

bisa berbicara dengan karakter-karakter ini. Hal ini terlihat jelas pada kalimat “Saikin

wa, terebi geemu no naka no kyarakutaa ni kotoba wo gakushuu sarete, kaiwa wo

tanoshimu koto ga dekiru mono mo fuete kite iru” yang artinya ‘lebih akhir-akhir ini,

telah ada penambahan di jenis video permainan yang mana karakter diajarkan kata-

kata dan anda bisa berbicara dengan karakter-karakter ini. Berdasarkan

(Sanshoumedou, 1988:939) bahwa saikin dimulai kisaran waktu antara beberapa

waktu yang lalu hingga saat ini atau belakangan ini berkembang. Penambahan jenis

Universitas Sumatera Utara

Page 68: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

59

video permainan yang memiliki karakter seperti doko demo issho menyediakan

percakapan dengan seekor kucing imut dan sea man seekor ikan sedikit aneh

berwajah manusia yang berkembang belakangan ini.

Cuplikan 5

一口お菓子といっても、まんじゅう、団子、せんべい、駄菓子、スナッ

ク菓子、チョコレートーなど、いろいろな種類がある。その中には、何

百年も前から日本にあるものもあるし、外国から入ったのが変化して日

本独特のお菓子になったものもある。最近日本で発展したものもある。

日本におけるお菓子の歴史や最近ヒットしたお菓子も見ながら、お菓子

の世界をのぞいてみよう。(Nihongo Jyaanaru Edisi 1, 1996:85)

Hitokuchi okashi toittemo, manjyuu, dango, senbei, dagashi, sunakku okashi,

chokoreetoo nado, iroiro na shurui ga aru. Sono naka niwa, nanbyakunen mo

mae kara nihon ni aru mono mo arushi, gaikoku kara haitta mono ga henka shite

nihon dokutoku no okashi ni natta mono mo aru. Saikin nihon de hatten shita

mono mo aru. Nihon ni okeru okashi no rekishi ya saikin hitto shita okashi mo

minagara, okashi no sekai wo no zoite miyou.

Jika berbicara tentang kue yang bisa dimakan dalam sekali suap, ada beberapa,

ada manjuu (kue berupa kismis yang diisi kacang manis), dango (nasi bola),

senbee (nasi mercon), dagashi (kue tradisional yang murah), makanan ringan,

coklat dan banyak lagi. Diantaranya ada kue tradisional Jepang yang telah ada di

Jepang selama 100 tahun sebagaimana kue tradisional itu datang dari negara asing

Universitas Sumatera Utara

Page 69: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

60

dan telah berubah menjadi permen unik di Jepang. Ada juga itu yang telah

menjadi berkembang di Jepang akhir-akhir ini. Ayo melihat sejenak kedalam

dunia permen manis : melihat sejarah permen-permen di Jepang dan produksinya

yang sukses akhir-akhir ini.

Kalimat pada cuplikan 5 diambil dari wacana yang berjudul “お菓子ワールド

(Okashi Waarudo)” yang memiliki arti ‘Dunia Kue Tradisional’. Makna dari adverbia

saikin disini adalah akhir-akhir ini. Fungsinya untuk menunjukkan perkembangan

permen yang ada di Jepang. Hal ini ditandai pada “Saikin nihon de hatten shita mono

mo aru. Nihon ni okeru okashi no rekishi ya saikin hitto shita okashi mo minagara,

okashi no sekai wo no zoite miyou” yang artinya ‘Ada juga itu yang telah menjadi

berkembang di Jepang akhir-akhir ini. Ayo melihat sejenak kedalam permen manis

dunia: melihat sejarah permen-permen di Jepang dan produksinya yang sukses akhir-

akhir ini’. Berdasarkan (Sanshoumedou, 1988:939) saikin merupakan masa lampau

yang paling dekat dengan masa sekarang. Kisaran waktu antara beberapa waktu yang

lalu hingga saat ini. Wacana ini menceritakan perkembangan bermacam bentuk dunia

permen di Jepang yang juga berasal dari negeri asing yang telah berkembang menjadi

permen yang unik dan sukses dalam memproduksinya akhir-akhir ini.

3.2 Analisis Fungsi dan Makna Konogoro

3.2.1 Konogoro yang Menunjukkan Perkiraan ke Masa Depan, Berdasarkan

pada Pengalaman dari Masa Lalu sampai Sekarang Ini

Universitas Sumatera Utara

Page 70: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

61

Cuplikan 1

スジンダ:じゃ、きっとバンコクには住めないと思います。バンコク

はこのごろすごくうるさくなってしまいました。車の騒音がすごいん

です。だから宇都宮は本当に静かだなと思います。(Minna no Nihongo

Chuukyuu I, 2001:166-167)

sujinda : jya, kitto bankoku niwa sumenaito omoimasu. Bankoku wa

konogoro sugoku urusaku natte shimaimashita. Kuruma no

souon ga sugoindesu. Dakara utsunomiya wa hontou ni \

shizukada nato omoimasu.

Sujinda : ya, saya pikir pasti tidak bisa tinggal di Bangkok. Bangkok

akhir-akhir ini menjadi sangat bising. Suara ribut kendaraan

sangat hebat. Oleh karena itu, saya pikir Utsunomiya sangat

tenang.

Kalimat pada cuplikan 1 diambil dari wacana yang berjudul “【座談会】日

本で暮らす ((Zadankai) Nihon de Kurasu)” yang artinya ‘(Diskusi Meja Bulat)

Tinggal di Jepang’. Makna konogoro adalah akhir-akhir ini. Fungsinya menunjukkan

keadaan dan tempat yang sudah tidak nyaman karena suara bising kendaraan dilihat

dari sudut pandang si pembicara saat ini. Hal itu dapat ditunjukkan pada “wa

konogoro sugoku urusaku natte shimaimashita. Kuruma no souon ga sugoindesu”

yang artinya ‘Bangkok akhir-akhir ini menjadi sangat bising. Suara ribut kendaraan

sangat hebat’. Berdasarkan Izuhara (1998:348) menyatakan bahwa adverbia konogoro

menunjukkan akhir-akhir ini yang diperkirakan untuk masa depan berdasarkan

pengalaman dari masa lalu dan masa sekarang. Wacana ini menceritakan kegelisahan

si pembicara melihat kondisi Bangkok yang telah berubah drastis menjadi bising

Universitas Sumatera Utara

Page 71: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

62

akibat suara kendaraan walaupun hal itu telah terjadi diwaktu lalu namun si

pembicara tetap merasa nyaman apabila tinggal di Jepang.

3.2.2 Konogoro yang Menunjukkan Perkembangan Situasi Berdasarkan

Pengalaman dari Dulu sampai Sekarang

Cuplikan 2

A :彼女、このごろ、急に女らしくなったね。

B :彼氏ができたみたいだよ。(Nihongo Sou Matome N3, 18)

A : kanojyo, konogoro, kyuu ni onna rashiku natta ne.

B : kareshi ga dekita mitai da yo.

A : Dia, tiba-tiba menjadi feminim akhir-akhir ini.

B : sepertinya dia sudah punya pacar.

Kalimat pada cuplikan 2 diambil dari percakapan Nihongo Sou Matome N3.

Kata konogoro dalam kalimat ini bermakna akhir-akhir ini. Fungsinya untuk

menunjukkan perubahan seseorang yang terjadi akhir-akhir ini. Hal ini terlihat jelas

pada kalimat “kanojyo, konogoro, kyuu ni onna rashiku natta ne” yang artinya ‘dia,

tiba-tiba menjadi feminim akhir-akhir ini’. Berdasarkan Izuhara (1998:348) bahwa

konogoro masa lampau yang paling dekat saat ini. Dilihat berdasarkan perkembangan

situasi yang memiliki pengalaman dari dulu sampai sekarang ini. Wanita tersebut

membuat perubahan pada penampilannya menjadi lebih feminim. Mungkin dimasa

sebelumnya dia wanita yang tomboy atau tidak terlalu feminim. Menurut pendapat

Universitas Sumatera Utara

Page 72: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

63

orang disekitarnya menilai bahwa dia telah mempunyai pacar sehingga perubahan

tersebut terjadi akhir-akhir ini.

Cuplikan 3

彼はアルバイトが忙しいので、このごろ授業に出たり、出なかったり

しています。(Minna no Nihongo Chuukyuu I, 2001:168)

Kare wa arubaito ga isogashiinode, konogoro jyuugyou ni detari, denakattari

shite imasu.

Dia karena sibuk bekerja paruh waktu, akhir-akhir ini hadir di kelas dan tidak

hadir di kelas.

Kalimat pada cuplikan 3 diambil dari Mondai Minna no Nihongo Chuukyuu I.

Konogoro pada kalimat ini bermakna akhir-akhir ini. Funngsinya adalah keadaan

yang terjadi kepadanya karena bekerja paruh waktu. Izuhara (1998:348) menyatakan

bahwa konogoro menunjukkan akhir-akhir ini yang dilihat dari kondisi yang terjadi di

masa lalu paling dekat pada masa ini. Akibat terlalu sibuk bekerja paruh waktu, dia

terkadang hadir di kelas tetapi juga tidak hadir. Hal ini menunjukkan bahwa dia sudah

bekerja paruh waktu di masa sebelumnya yang tidak begitu jauh dari masa sekarang

tetapi bekerja paruh waktu semakin sibuk sehingga dia terkadang hadir di kelas juga

tidak hadir yang dia lakukan pada akhir-akhir ini.

Cuplikan 4 :

会話文 II

夫と妻の会話。

夫 :たけし、どうしたんだ?

妻 :ともだちとけんかしたんだって。

Universitas Sumatera Utara

Page 73: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

64

夫 :なぐりあいか。

妻 :いいえ、くちげんかよ。

夫 :なあんだ。

妻 :なあんだって、なぐりあいなんか、しちゃいけないでしょう?

夫:そんなことはない。小さいときに少しけんかしたほうがいいんだよ。

妻 :どうして?

夫 :けんかっするほど、本気になって人とつきあうことが大切なんだ。

妻 :そう?

夫 :ちっともけんかしない子は、ほんとうにいいともだちもいないんだ

よ。

妻 :ふうん。

夫 :このごろの若い人は、つきあいがスマートだって、よくいうね。

妻 :そうね。

夫 :だれとでも距離をもってつきあうそうだね。

妻 :そういう話ね。

夫 :賛成できない?

妻 :そうねえ、ちょっと考えてみるわ。

夫 :きょうじゃなくていいよ。もう夕飯のじかんだから。

夫 :そうね。あしたにしましょう。(Nihongo Jyaanaru Edisi 1 1996:42-43)

Kaiwabun II

Universitas Sumatera Utara

Page 74: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

65

Otto to tsuma no kaiwa

Otto : takeshi, doushitanda?

Tsuma :tomodachi to kenka shitan date.

Otto : naguriaika?

Tsuma :iie, kuchi genka yo.

Otto : naanda?

Tsuma : naandatte, naguriainanka, shichaikenai deshou?

Otto : sonna koto wa nai. Chiisai toki ni sukoshi kenka shita houga iin dayo.

Tsuma : doushite?

Otto : kenkasuru hodo, hinki ni nattehito to tsukiau koto ga taisetsu nanda.

Tsuma : sou?

Otto : chittomo kenka shinai ko wa, hontou ni ii tomotachi mo inain dayo.

Tsuma : sou?

Otto : otoko no ko wa tamaniwa naguriai wo shite mo kamawanai yo.

Tsuma : fuun.

Otto : konogoro no wakai hito wa, tsukiai gasumaato date, yoku iu ne.

Tsuma : soune.

Otto : dare to demo kyori wo motte tsukiausou da ne.

Tsuma : souiu hanashi ne.

Otto : chiisai toki kenka shinakatta kara dayo.

Tsuma : sou?

Otto : sansei dekinai?

Tsuma : sounee, chotto kangaete miru wa.

Universitas Sumatera Utara

Page 75: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

66

Otto : kyou jyanakute ii yo, mo yuuhan nojikan dakara.

Tsuma : soune. Ashita ni shimashou.

Percakapan II

Sebuah percakapan suami dan istri

Suami : ada apa dengan Takeshi?

Istri : dia mengatakan dia telah berkelahi dengan temannya.

Suami : oh, sebuah baku hantam?

Istri : bukan, itu sebuah percekcokan lisan.

Suami : jadi kenapa?

Istri : apa maksudmu? Itu hal yang tidak benar untuk memukul orang

sekarang bukan.

Suami : itu tidak benar. Itu lebih baik jika kamu mempunyai beberapa

pertengkaran ketika kau kecil, kau tahu.

Istri : kenapa?

Suami : itu penting untuk berinteraksi dengan seseorang yang cukup dengan

serius bahwa kau bisa berkelahi dengan mereka.

Istri : oh?

Suami : anak-anak yang tidak berkelahi sama sekali tidak mempunyai

beberapa teman baik, kau tahu.

Istri : oh?

Suami : itu tidak perjanjian yang besar jika anak laki-laki mempunyai baku

hantam kadang-kadang.

Istri : oh.

Universitas Sumatera Utara

Page 76: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

67

Suami : orang-orang sering mengatakan bahwa orang muda akhir-akhir ini

berhubungan dengan yang lain dengan tenang.

Istri : ya.

Suami : aku telah mendengar bahwa mereka memiliki sebuah jarak dari

semua orang

yang mereka interaksikan.

Istri : aku telah mendengarnya juga.

Suami : itulah karena mereka tidak bertengkar ketika mereka masih anak-

anak.

Istri : oh?

Suami : kau tidak kelihatannya bisa setuju dengan ku.

Istri : oke, berikan aku beberapa waktu untuk memikirkan tentang itu.

Suami : itu tidak harus hari ini.ini waktunya untuk makan malam.

Istri : ya, aku akan memikirkan tentang itu besok.

Kalimat pada cuplikan 4 diambil daripercakapan yang berjudul “会話文 II ・夫

と妻の会話 (Kaiwabun II Otto to Tsuma no Kaiwa)’ uang artinya ‘Percakapan II

Percakapan Suami dan Istri‘. Makna dari konogoro adalah akhir-akhir ini. Fungsinya

untuk menunjukkan kejadian atau perkembangan situasi dikalangan anak muda yang

saling berinteraksi dalam tenang. hal ini ditunjukkan pada “ konogoro no wakai hito

wa, tsukiai gasumaato date, yoku iu ne“ yang artinya ‘orang-orang sering mengatakan

bahwa orang muda akhir-akhir ini berhubungan dengan yang lain dengan tenang’. Di

dalam buku Nihongo Dai Jiten dikatakan bahwa konogoro adalah hal yang samar-

Universitas Sumatera Utara

Page 77: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

68

samar sedikit dari dulu sampai sekarang. Hal ini dapat dilihat pada kejadian akhir-

akhir ini bahwa orang muda lebih memilih berhubungan dengan tenang daripada

berkelahi yang hal tersebut juga ada di waktu lampau walaupun dalam waktu sesaat.

3.2.3 Konogoro yang Menunjukkan Tren

Cuplikan 5 :

A : 電子書籍とか電子図書館の話、よく聞きますねえ。

B : ええ、便利らしいですね。

A : ちょっとためしてみたんですけど。

B : どうでしたか。

A : 紙の本より安くていいけど、通勤電車の中ではむりですね。

B : ああ、そうでしょう。どんな本を読んだんですか。

A : 読むというほどのものじゃありません。

B : 漫画ですか。

A : いえ、小説です。

B : わたしも読んでみましょう。

A : 古い小説で、絶版になったものなんか、読めるのがいいです

ね。

B : そうですね。このごろはすぐ本を絶版にしてしまうんですね。

A : 倉庫の費用が高いから、本をしまっておくのがたいへんなん

だそうです。

Universitas Sumatera Utara

Page 78: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

69

B : 土地がせまいからでしょうかね。

A : 本も住宅難ということですね。

B : 住宅難の解消に電子図書館はいいかもしれませんね。(Nihongo

Jyaanaru Edisi 4, 2000:22)

A : denshishoseki toka denshi toshokan no hanashi, yoku kikimasu nee.

B : ee,benri rashii desu ne.

A : chotto tame shite mitan desu kedo.

B : dou deshita ka.

A : kami no hon yori yasukute ii kedo, tsukin densa no naka dewa muri

desu ne.

B : aa, sou deshou. Donna hon wo yondandesu ka.

A : yomu toiu hodo no mono jya arimasen.

B : manga desu ka.

A : ie, shousetsu desu.

B : watashi mo yonde mimashou.

A : furui shousetsude, zeppon ni natta mono nanka, yomeru no ga ii desu

ne.

B : sou desu ne. Konogoro wa sugu hon wo zeppon ni shite shimaun

desu ne.

A ; hon mo jyuutakunan toiu koto des une.

B : jyuutakunan no kaishou ni denshi toshokan wa ii kamo shiremasen

ne.

Universitas Sumatera Utara

Page 79: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

70

A : aku dengar banyak tentang perpustakaan elekronik dan buku-buku

elektronik.

B : ya, itu terlihat seperti bahwa akan menjadi lebih baik.

A : aku mencobanya satu.

B : bagaimana kerjanya?

A : itu lebih murah daripada buku kertas tetapi tidak mungkin

membacanya di kereta api pulang pergi sehabis kerja.

B : oh, aku membayangkan itu benar. Buku yang mana yang kau baca?

A : itu tidak cukup serius bekerja untuk disebut membaca bahan.

B : maksud mu, sebuah buku komik?

A : tidak, sebuah novel.

B : saya pikir saya akan membacanya satu.

A : itu hebat untuk bisa membaca buku-buku lama yang sudah keluar

dari cetak.

B : itu benar. Akhir-akhir ini, buku-buku dari cetak segera keluar.

A : aku telah mendengar bahwa harga penyimpanan yang membuat sulit

untuk menyimpan buku-buku di rak.

B : mungkin karena tidak ada banyak lahan.

A : saya duga kita bisa mengatakan bahwa buku-buku juga mempunyai

kesulitan menemukan temuan perumahan.

B : mungkin buku-buku elekronik adalah sebuah jalan yang baik untuk

mendapatkan permasalahan penyimpanan buku.

Universitas Sumatera Utara

Page 80: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

71

Kalimat pada cuplikan 5 diambil dari 会話文 (Kaiwabun) dalam jurnal Nihongo

Jyaanaru. Makna konogoro adalah akhir-akhir ini. Fungsinya untuk menunjukkan

akhir-akhir ini telah menjadi tren membaca melalui buku-buku elekronik. Waktu

yang dari dulu sampai sekarang mulai berkembang. Menurut Menurut Izuhara

(1998:348), konogoro adalah waktu lampau yang saat dekat dengan waktu

sekarang. Sebuah situasi yang ada dari dulu berlanjut ke waktu sekarang dan masa

depan.

3.3 Perbedaan Nuansa Makna Saikin dan Konogoro

Tabel 1. Pemakaian Adverbia Saikin

No Cuplikan Saikin Konogoro

1 最近、「癒しビジネス」がブ

ームになっている。日本では

昔から、心も体も疲れたとき

は温泉と相場が決まってい

る。ゆっくり温泉に漬かっ

て、日がな一日のんびり過ご

して世の憂さを忘れる。

(Nihongo Jyaanaru Edisi 4,

2000:14)

o

X

2 最近、ビタミン剤を常用して

いる人が多いという。と言っ

ても、病気の治療としてだけ

ではなく、食事で補えない食

Universitas Sumatera Utara

Page 81: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

72

品の代わりとして飲んだり、

美容のためといった目的で飲

んでいる人も多いようだ。

(Nihongo Jyaanaru Edisi 4,

2000:45)

o

X

3 女の子には名前の最後に「子」

という字をつけていました。

しかし、最近では漢字の意味

よりも音の響きやイメージで

名前をつけることが多くなっ

ています。人気がある漢字は

男 の 子 で は 「 大 」 「 翔 」

「樹」、女の子では 「愛 」

「彩」「菜」などです。

o

X

4 最近は、テレビゲームの中の

キャラクターに言葉を学習さ

れて、会話を楽しむことがで

きるものも増えてきている。

Universitas Sumatera Utara

Page 82: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

73

かわいらしい猫などのキャラ

クターとおしゃべりをする

「どこでもいっしょ」や、ち

ょっと無気味な、人の顔をし

た魚と音声で会話できる「シー

マン」などが話題を集めてい

る。(Nihongo Jyanaaru Edisi 4,

2000:66)

o

X

5 一口お菓子といっても、まん

じゅう、団子、せんべい、駄

菓子、スナック菓子、チョコ

レートーなど、いろいろな種

類がある。その中には、何百

年も前から日本にあるものも

あるし、外国から入ったのが

変化して日本独特のお菓子に

なったものもある。最近日本

で発展したものもある。日本

におけるお菓子の歴史や最近

ヒットしたお菓子も見なが

ら、お菓子の世界をのぞいて

み よ う 。 (Nihongo Jyaanaru

Edisi 1, 1996:85)

o

X

Universitas Sumatera Utara

Page 83: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

74

Berdasarkan tabel 1. Di atas, dapat diketahui bahwa tidak ada satupun kalimat

yang menggunakan kata saikin dapat diganti dengan kata konogoro. Pada cuplikan

(1), (2) dan (3) kata saikin tidak dapat diganti dengan kata konogoro. Karena kalimat

tersebut menjelaskan tentang menunjukkan waktu tren aktivitas saat ini. Kalimat (4)

dan (5) menunjukkan kata saikin terhadap perkembangan situasi.

Tabel 2. Pemakaian Advebia Konogoro

No Cuplikan Saikin Konogoro

1 スジンダ:じゃ、

きっとバンコクに

は住めないと思い

ます。バンコクは

このごろすごくう

るさくなってしま

いました。車の騒

音がすごいんで

す。だから宇都宮

は本当に静かだな

と思います。

(Minna no Nihongo

Chuukyuu I,

2001:166-167)

o

x

Universitas Sumatera Utara

Page 84: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

75

2 A :彼女、こ

のごろ、急に女ら

しくなったね。

B :彼氏がで

きたみたいだよ。

(Nihongo Sou

Matome N3, 18)

o x

3 彼はアルバイトが

忙しいので、この

ごろ授業に出た

り、出なかったり

しています。

(Minna no Nihongo

Chuukyuu I,

2001:168)

o X

4 夫 :このごろ

の若い人は、つき

あいがスマートだ

って、よくいう

o x

Universitas Sumatera Utara

Page 85: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

76

ね。

妻 :そうね。

(Nihongo Jyaanaru

Edisi 1 1996:42-43)

5 B : そうですね。

このごろはすぐ本

を絶版にしてしま

うんですね。

A: 倉庫の費用が

高いから、本をし

まっておくのがた

いへんなんだそう

で す 。 (Nihongo

Jyaanaru Edisi 4,

2000:22)

o

o

Berdasarkan pada tabel 2. di atas, dapat diketahui bahwa tidak semua kalimat

yang menggunakan kata konogoro dapat diganti dengan kata saikin. Pada cuplikan

kalimat (1) fungsinya menunjukkan akhir-akhir ini yang menunjukkan perkiraan ke

masa depan, berdasarkan pada pengalaman dari masa lalu sampai sekarang ini.

Kalimat (2), (3) dan (4) Konogoro yang menunjukkan perkembangan situasi

berdasarkan pengalaman dari dulu sampai sekarang.

Universitas Sumatera Utara

Page 86: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

77

Sedangkan kata konogoro pada cuplikan kalimat (5) dapat diganti dengan saikin.

Kalimat (5) berbunyi :

そうですね。このごろはすぐ本を絶版にしてしまうんですね。 ‘itu benar.

Akhir-akhir ini, buku-buku dari cetak segera keluar’. Seperti yang telah dijelaskan

bahwa kalimat ini bermakna akhir-akhir ini yang fungsinya menunjukkan tren

menggunakan buku elekronik di masa sekarang ini.

Apabila kata konogoro diganti dengan saikin maka menjadi :

そうですね。最近はすぐ本を絶版にしてしまうんですね。‘itu benar. Akhir-

akhir ini, buku-buku dari cetak segera keluar’. Maka makna akhir-akhir ini dalam

kalimat ini berfungsi menunjukkan akhir-akhir ini yang waktunya paling dekat dari

sekarang. Menggunakan buku elekronik telah menjadi tren di masa sekarang ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 87: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

78

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan pada uraian dari bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

3. Adverbia atau kata keterangan merupakan kelas kata yang dalam bahasa Jepang

disebut dengan Fukushi (副詞). Fukushi memiliki ciri-ciri dapat berdiri sendiri,

tidak mengenal konjugasi (perubahan), tidak menjadi subjek, tidak menjadi

predikat, dan tidak menjadi objek menerangkan doushi, keiyoushi, dan

menerangkan fukushi lagi.

4. Fukushi (kata keterangan) terbagi kedalam 3 jenis, yaitu Jyoutai no Fukushi (状態

の副詞), Teido no Fukushi (程度の副詞),dan Chinjutsu no Fukushi (陳述の副

詞). Dalam hal ini saikin dan konogoro termasuk kedalam Teido no Fukushi.

5. Kata saikin dan konogoro keduanya termasuk kata yang bersinonim karena

memiliki makna yang sama yaitu “akhir-akhir ini”. Akan tetapi walaupun

maknanya sama, pemakaian dari kedua kata tersebut dalam kalimat berbeda,

tergantung pada nuansa makna dan konteks kalimatnya. Sehingga kata saikin dan

konogoro belum tentu dapat salinng menggantikan kedudukannya dalam sebuah

kalimat. Artinya ada yang bisa dan ada yang tidak bisa saling menggantikan.

6. Kata saikin bermakna akhir-akhir ini yang memiliki arti menunjukkan suatu waktu

yang dekat dengan saat ini. Jarak waktu antara yang sebelumnya dengan sekarang

Universitas Sumatera Utara

Page 88: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

79

hanya sedikit. Masa lampau yang paling dekat dengan masa sekarang. Antara dari

dulu tidak begitu lama sampai sekarang. Saikin adalah masa lampau menuju

sekarang yang waktunya lebih singkat dibandingkan konogoro. Misalnya 「最近、

あの人、結婚し買ったの」“akhir-akhir ini orang itu menikah”. Saikin waktu

yang paling dekat dengan sekarang yang banyak digunakan dalam bahasa tulisan

maupun lisan yang sedikit keras. saikin tidak bisa berpindah ke konogoro.

Sinonimnya adalah konogoro.

7. Kata konogoro memiliki arti bahasa yang samar-samar, termasuk jangka waktu

sekarang dari agak dulu. Waktu yang terhubung dari dahulu sampai sekarang.

Dalam waktu dekat atau waktu sekarang dan saat yang tepat. Masa lampau yang

paling dekat dengan masa sekarang. Hanya mengandung perkiraan ke masa depan

berdasarkan pada pengalaman dari masa lalu sampai sekarang ini. Bahasa sehari-

hari yang digunakan dalam hal diambil kondisi, situasi, perkembangan situasi,

trend dan lain-lain yang berlanjut ke masa depan. Konogoro memilikiwaktu dari

dulu sampai sekarang yang lebih lama dibandingkan saikin. Sinonimnya adalah

saikin.

8. Berdasarkan seluruh kalimat yang diperoleh dari jurnal Nihongo Jyanaaru, buku

Minna no Nihongo, dan So-Matome, kata saikin yang paling sering dipakai dan

digunakan dalam kalimat. Karena kata saikin memiliki nuansa makna akhir-akhir

ini yang sesaat berada di masa lampau waktunya lebih singkat dan menunjukkan

tren atau perkembangan situasi saat ini. Selain itu tidak ada kata saikin yang dapat

diganti dengan konogoro. Sedangkan ada satu kata konogoro yang dapat diganti

Universitas Sumatera Utara

Page 89: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

80

dengan saikin. Contohnya pada kalimat そうですね。このごろはすぐ本を絶版

にしてしまうんですね。 ‘itu benar. Akhir-akhir ini, buku-buku dari cetak

segera keluar’. Tetapi nuansanya menjadi berbeda. Karenanya kata ini

menyangkut waktu yang berada dilampau sehingga jarang digunakan dalam koran

ataupun majalah yang membahas hal sekarang ini.

4.2 Saran

Melalui penulisan ini, diharapkan para pembelajar bahasa Jepang dapat lebih

memahami mengenai makna kata saikin dan konogoro, serta lebih berhati-hati dalam

menggunakan kedua kata tersebut ataupun kata-kata bersinonim lainnya yang

memiliki kemiripan makna dalam kalimat, sehingga tidak terjadi kesalahan dalam

penginterpretasikan maknanya.

Universitas Sumatera Utara

Page 90: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum (Cetakan Pertama). Jakarta: Rineka Cipta

2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta

Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi III. Jakarta: Balai Pustaka

2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Edisi Keempat).

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Djajasudarma, Fatimah. 1999. Semantik 2 (Pemahaman Ilmu Makna). Bandung:

Refika

Haruhiko, Kindaichi. 1978. Gakken Kokugo Daijiten. Tokyo. Gakushuu Kenkyuusha.

Co. Ltd

Izuhara, Shoji. 1998. Nihongo Ruigigo. Tokyo: KENKYUSHA

Izuru,Shinmuru. 1955. Hirojisho. Tokyo: Gansha Shoten

Kenji, Matsura. 2005. Kamus Jepang-Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama

Keraf, Gorys. 2006:Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia

Mahsun. 2007. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Universitas Sumatera Utara

Page 91: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

Mulya, Komara. 2013. Fukushi Bahasa Jepang Edisi Pertama. Yogyakarta: graha

Ilmu

Nihongo Jyaanaru edisi 1. 1996. Tokyo: Aruku

Nihongo Jyaanaru edisi 4. 2000.Tokyo: Aruku

Novianti, Puti. 2015. Analisis Makna dan Pemakaian Nomina Shourai dan Mirai

dalam Kalimat Bahasa Jepang. 2015. USU

Noriko, Matumoto dan Sasaki Hitoko. 2010. Nihongo So-Matome N3 (Grammar)

Tokyo: ASK Publishing

Pangaribuan, Tagor. 2008. Paradigma Bahasa. Yogyakarta: Graha Ilmu

Parera, Daniel. 2004. Teori Semantik (Edisi Kedua). Jakarta: Erlangga

Sanshoumedou. 1988. Daijirin. Japan: Sanseido Co.,Ltd

Situmorang, Hamzon.2010. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Medan: USU Press

Sutedi, Dedi.2003. Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang (Edisi Pertama).

Bandung: Humaniora Utama Press

Tono Yukio, Dkk. 2013. A Frequency Dictionary of Japanese. New York: Routledge

Verhaar,J.W. M. 2008. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press

Yone, Tanaka, Dkk. 2001. Minna no Nihongo Chuukyuu I. Tokyo: Three A Network

Universitas Sumatera Utara

Page 92: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

Dictionary.goo.ne,jp)

Universitas Sumatera Utara

Page 93: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

ABSTRAK

ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN DAN

KONOGORO DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG

Bahasa Jepang tidak terpisah dari bab, pengucapan dan lain-lain yang

memiliki arti. Kata pepatah memiliki susunan kalimat bermacam-macam cara

penggunaan tulisan dalam susunan kalimat lagi. Segala tulisan dalam susunan kalimat

saling berhubungan , arti pada lawan bicara menjadi susunan kalimat yang bisa

dimengerti.

Yang disebut semantik adalah meneliti arti dalam bidang ilmu linguistik.

Penelitian semantik adalah yaitu makna kata, relasi kata, makna frasa dan makna

kalimat. Skripsi yang berjudul analisis sinonim makna dan pemakaian saikin dan

konogoro dalam kalimat bahasa Jepang berdiskusi mengenai makna dan pemakaian.

Kedua kosakata itu adalah jenis kosakata yang masing-masing memiliki kesamaan di

dalam bahasa Jepang. Yaitu artinya (akhir-akhir ini). Tetapi, kosakata yang ada

sinonim di dalam semantik artinya tidak sama persis. Di dalam masing-masing itu

ada makna nuansa. Selain itu, kosakata keduanya dianalisis juga makna

mengeluarkan suara sebagai hasil hubungan di antara teks dan pengucapan yaitu cara

teks. Oleh karena itu, di dalam kalimat yang ada keduanya mungkin tidak bisa saling

bertukar tempat. Itu ada situasi dapat berubah tempat dan situasi yang tidak dapat

berubah tempat juga.

Penulisan skripsi ini menganalisis kalimat yang menggunakan saikin dan

konogoro yang masing-masing 5 buah. Untuk semua kalimat penelitian ini diambil

Universitas Sumatera Utara

Page 94: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

yang seadanya beberapa dari jurnal dan buku bahasa Jepang., 4 buah kalimat dari

jurnal bahasa Jepang tahun 1996 edisi 1, 3 buah kalimat dari jurnal bahasa Jepang

tahun 2000 edisi 4, 2 buah kalimat dari Minna no Nihongo Chuukyuu I dan ada 1

buah kalimat dari Sou Matome N3. Tujuan penulisan ini untuk mengetahui makna

dan pemakaian saikin dan konogoro. Selain itu, untuk mengetahui perbedaan kata

keterangan saikin dan konogoro di dalam kalimat bahasa Jepang. Untuk itu, cara

mendeskripsikannya disebut cara melakukan penjelasan makna saikin dan konogoro

berdasarkan beberapa teori linguistik.Selanjutnya, mencoba menganalisis apakah

masing-masing berubah posisi atau tidak di dalam kalimat dari (teks kalimat)

semantik.

Umumnya, tidak begitu bisa berubah saikin dan konogoro. Konogoro kadang-

kadang bisa berubah ke saikin. Tetapi, makna nuansanya bisa berbeda. Ada situasi

bisa berpindah tempat, ada juga situasi tidak bisa berpindah tempat. Saikin adalah

memiliki arti yang dekat/hampir sama dengan saat ini, suatu seketika. Masa lalu yang

paling dekat dengan sekarang. Waktu yang dari sedikit lalu sampai sekarang. Sedikit

ke yang lalu. Akhir-akhir ini. saikin memiliki arti waktunya lebih pendek daripada

konogoro. Saikin menunjukkan perkembangan situasi dan tren. Saikin waktu yang

paling dekat dari sekarang yang menggunakan bahasa tulisan dan bahasa lisan yang

sedikit keras.

Konogoro adalah memiliki arti samar yang kisaran waktunya antara beberapa

waktu yang lampau hingga saat ini. Hanya mengandung perkiraan ke masa depan,

berdasarkan pada pengalaman dari masa lalu sampai sekarang ini, bahasa sehari-hari

yang digunakan dalam hal ini diambil kondisi, situasi, perkembangan situasi, trend

Universitas Sumatera Utara

Page 95: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

dan lain-lain berlanjut ke masa depan. Karena menunjuk ke waktu samar-samar, lebih

disukai penggunaannya dalam percakapan, dan menjadi suatu ungkapan yang halus,

suatu kata yang subjektivitasnya tinggi dan memfokuskan terhadap hal yang terjadi di

dekat diri sendiri. Menunjukkan masa depan, tren dan perkembangan situasi

berdasarkan pengalaman dari dulu sampai sekarang. Konogoro waktunya lebih

panjang daripada saikin.

Sesuai hasil yang diterima dari dari Nihongo Jyaanaru, Minna no Nihongo

Chuukyuu I dan Sou Matome N3, saikin adalah sering digunakan di dalam kalimat.

Karena memiliki makna nuansa waktu yang paling dekat dari sekarang yang menjadi

trend dan perkembangan situasi. Tetapi, konogorotidak begitu digunakan, ada di

nuansa yang waktunya panjang, konogoro menunjukkan waktu dari dulu sampai

sekarang. Oleh karena itu, makna ini tidak begitu digunakan di dalam jurnal dan surat

kabar.

Universitas Sumatera Utara

Page 96: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

要旨よ う し

日本語の文章における「最近」と「このごろ」の

使い方と意味の分析

言語は意味をもっている発音や章から離れていない。名言後がそれぞ

れの文章構造を、また文の成分もそれぞれの使い方をもっている。あらゆる

成分が互いに関係し合い、話し相手に意味が理解できる文章を構成するよう

になる。

意味論というのは言語学における意味を研究している。意味の研究対

象はすなわち、語の意味、語の意味関係、区の意味、文の意味である。この

日本語の文章における「最近」と「このごろ」の意味と類語の分析という題

名の論文は使い方と意味に関して討議する。その二つの言葉は日本語での類

義をもっている一つの言葉の類である。辞書的にその二つの言葉が類義を持

っており、すなわち、「akhir-akhir ini」の意味である。し

かし、意味論で類義語がある二つの言葉には意味がどうようではない。その

一つの中で意味のニュアンスのことである。その上、その二つの言葉はテキ

スト的な意味すなわち発音とテキストの間に関係の結果として発生する意味

も分析される。だから、ある文章には二つとも互いに置き換えることができ

ないかもしれない。それは置き換えられる場合もあり、置き換えられない場

合もある。

この論文の書いたのはそれぞれの五つの「最近」と「このごろ」を用い

ている文章を分析していた。この研究のための全文章はいくつかのジャーナ

ルや日本語の本などか手当たり次第に取られ、第1版の1996年の日本語

Universitas Sumatera Utara

Page 97: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

ジャーナルから四文、だい4版の2000年の日本語ジャーナルから三文、

第12課のみんなの日本語の中級からは二文あり、日本語総まとめN3から

一文ある。論文を書く目的は、副詞の「最近」と「このごろ」の意味と使い

方を知るためである。その他日本語の文章に副詞の「最近」と「このごろ」の

相違と知るためである。そのために、デスクリテイフ方法というのはいくつ

か日本言語学理論に基いて、「最近」と「このごろ」の意味を解説のし方だとい

うことである。今後、意味論「文のテキスト」から文の中に位置を互いに換

えるかどうかを分析されてみた。

一般的に、「最近」と「このごろ」はあまり変わることができない。「こ

のごろ」は「最近」に時々変わることができる。しかし、意味のニュアンスが

違うようになった。置き換えられる場合があり、置き換えられない場合もあ

る。「最近」は現在にごく近い、ある時。少し以前から現在までの時。現在

にいちばん近い過去。少し前から今までの間。ちょっと前。ちかごろ。「最

近」は「このごろ」より時間が短いという意味をもっている。「最近」は動向

とか情勢とか示す。「最近」は文章語や少し硬い話し言葉で表す今からもっと

も近い時間である。

「このごろ」は少し以前から現在を含めた期間を漠然とさす語。現在

に最も近い過去の、ある漠然とした期間。未来へと継続していく状態・状

況・情勢・傾向・趨勢・動向などをとらえる場合に使われる日常語。漠然と

しているので、会話で愛用され、柔らかな表現になるが、自分の身近で起こ

っていることを中心にする主観性の強い言葉。「このごろ」はただ未来への

予測を含み、過去から現在までの経験をふまえて、動向や情勢を示す。「こ

のごろ」は「最近」より時間が長い。

日本語ジャーナルやみんなの日本語中級Iや日本語総まとめN2から

もらった結果のとおりに、「最近」は文章に用いがちである。動向や情勢にな

Universitas Sumatera Utara

Page 98: ANALISIS MAKNA DAN PEMAKAIAN ADVERBIA SAIKIN

った今から最も近い時間とのニュアンスの意味をもっているからである。だ

が、「このごろ」にはあまり使わなく、長い時間のニュアンスで、「このご

ろ」は近い過去から現在まで漠然とした時間を示す。だから、この意味は新

聞やジャーナルなどであまり使わない。

Universitas Sumatera Utara