7/26/2019 ProfilDAS Batang Toru
1/20
Profil DAS Batang Toru 1
I.
KONDISI UMUM DAN PERMASALAHAN DAS BATANG TORU
1.1.
Latar Belakang
Perubahan iklim global saat ini telah menjadi kenyataan yang tak terbantahkan,
yang ditunjukkan oleh mencairnya es di kutub, di dataran tinggi Tibet di Himalaya dan
Puncak Jayawijaya, berubahnya pola hujan global, sehingga mempengaruhi kehidupan
sejumlah organisme di habitatnya. Perubahan ini diperkirakan akan terus berlanjut
dengan peningkatan suhu, perubahan iklim yang dapat dikenali pada penyakit dan
kesehatan makhluk hidup, daur air dan lapisan es. Setiap peningkatan suhu 20C - 3
0C
akan menyebabkan kepunahan spesies/keanekaragaman hayati mencapai 30% dan
kematian pada terumbu karang secara luas. Diperkirakan produktivitas pertanian,
khususnya tanaman semusim akan menurun dengan pemanasan 10
C atau lebih.Menjelang tahun 2020, diperkirakan 75 250 juta orang akan mengalami kekurangan
air (Arsyad dan Ernan, 2008).
Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan saat ini dan masa mendatang
akan menghadapi tantangan yang sulit, karena perubahan iklim global tersebut.
Terutama di Indonesia, permasalahan utama yang dihadapi adalah perubahan
penggunaan lahan yang ekstensif melalui alih fungsi lahan, yang sebelumnya kawasan
hutan menjadi perladangan, kawasan pertanian menjadi pemukiman dan lain
sebagainya dimana tanah tidak sesuai fungsi dan daya dukungnya, sehingga
menimbulkan dampak erosi, banjir, tanah longsor, kekeringan, penurunan kesuburan
tanah, sampai kepada kerusakan ekosistem secara keseluruhan.Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Toru merupakan salah satu wilayah yang
masih memiliki ekosistem relatif baik, hal ini dapat terlihat dari kondisi kawasan hutan
yang relatif terjaga, kondisi tata air yang masih bagus (air tersedia sepanjang tahun)
dan sebagai tempat hidup yang baik bagi flora dan fauna endemik yang dilindungi.
Potensi alam DAS Batang Toru memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi, mulai dari
kayu, energi, tambang dan wisata sehingga membuat para pihak untuk berlomba-
lomba memanfaatkan dan mengelola DAS Batang Toru. Keinginan ini tentunya akan
menyebabkan kerawanan kerusakan ekosistem DAS Batang Toru akan meningkat
apabila pengelolaan dan pemanfaatan tidak tepat.
Keseimbangan antara pemanfaatan/pengelolaan dan kelestarian eksosistemtentunya dapat dicapai melalui Pengelolaan DAS Batang Toru secara terpadu dengan
melibatkan pemangku kepentingan pengelolaan DAS, yang terdiri dari unsur
masyarakat, dunia usaha dan pemerintah, dengan prinsip-prinsip keterpaduan,
kesetaraan, pengelolaan sumberdaya yang adil, efektif, efisien dan berkelanjutan.
Selanjutnya, Pemerintah menyusun peraturan perundang-undangan atau kebijakan
yang lebih konkrit lagi melalui pembuatan undang-undang, peraturan pemerintah,
peraturan presiden, sampai kepada peraturan-peraturan di tingkah lebih rendah, yang
kesemuanya mengatur pengelolaan DAS agar lebih efisien dan efektif.
Pelaksanaan peraturan dan kebijakan tersebut memuat tugas, tanggung jawab
dan wewenang dari setiap stakeholderbaik pemerintah, lembaga masyarakat, sektor
swasta maupun kelompok masyarakat. Peran aktif dan keterlibatan masyarakat sangat
7/26/2019 ProfilDAS Batang Toru
2/20
Profil DAS Batang Toru 2
dibutuhkan dalam pengelolaan DAS Batang Toru karena masyarakat memiliki kearifan
lokal yang sangat penting bagi kelestarian ekosistem disamping itu untuk menjaga
sumber-sumber mata pencaharian yang tersedia di DAS Batang Toru.
Kondisi umum dan permasalahan, potensi sumber daya alam, kerusakan-
kerusakan ekosistem dan kondisi sosial budaya masyarakat di DAS Batang Toru perludipublikasikan, agar pihak-pihak yang ingin mengelola dan memanfaatkan DAS Batang
Toru dapat memahami arti pentingnya ekosistem DAS Batang Toru bagi keberlanjutan
kehidupan makhluk hidup termasuk kita sebagai manusia didalamnya. Peran aktif dari
semua pihak baik Pemerintah, lembaga masyarakat, sektor swasta maupun
masyarakat sendiri sangat dibutuhkan dalam menjaga keberadaan dan kelestarian
ekosistem DAS Batang Toru agar potensi sumber daya alam dapat tersedia secara
berkelanjutan untuk dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakat dan
kemajuan bangsa.
1.2.Kondisi Geografis DAS Batang Toru
Secara geografis kawasan DAS Batang Toru terletak antara 9805620 99
05732
BT dan 101608 1
04802 LU, sementara secara administratif berada di Kabupaten
Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Tapanuli Tengah, Humbang
Hasundutan dan Kota Sibolga. Luas DAS Batang Toru adalah 303.439,78 ha, yang terdiri
dari Blok Barat dan Blok Timur.
Gambar : Lokasi Hutan Batang Toru Blok Barat dan Blok Timur (sumber : YEL,2008)
7/26/2019 ProfilDAS Batang Toru
3/20
Profil DAS Batang Toru 3
1.3.Penggunaan Lahan DAS Batang Toru
1.3.1. Hulu DAS Batang Toru
Wilayah hulu DAS Batang Toru memiliki luas 118.639,95 Ha, seperti
terlihat pada tabel berikut :
Jenis Penutupan Lahan Luas (Ha)
Belukar 10.745,82
Htn Lhn Kering Primer 266,43
Htn Lhn Kering Sekunder 11.262,75
Hutan Tanaman 8.250,43
Pertanian Lahan Kering 74.153,18
Rawa 394,52
Sawah 12.862,87
Tanah Terbuka 703,95
Jumlah 118.639,95
Pada Wilayah hutan lindung di hulu, penyebaran vegetasinya tidak
merata, sehinga daerah yang gundul yang perlu segera direhabilitas.
SEKITA 25% Kawasan Hutan di DAS Batang Toru Bagian Hulu merupakan
Hutan Lindungyang didominasi oleh jenis Pinus .
1.3.2. Tengah DAS Batang Toru
Sebaran penggunaan lahan yang ada di tengah DAS Batang Toru dapat
dilihat pada tabel berikut :
Jenis Penutupan Lahan Luas (Ha)
Belukar 9.793,97
Htn Lhn Kering Primer 27.469,64
Htn Lhn Kering Sekunder 56.572,59
Hutan Tanaman 1.882,19
Pertanian Lahan Kering 32.589,95
Pertanian Lahan Kering Campur 7.632,29
Rawa 318,08
Sawah 7.229,20
Tanah Terbuka 219,56
Jumlah 143,707.47
Penggunaan Lahan di tengah DAS Batang Toru didominisi oleh hutan
lahan kering sekunder yang memiliki luas hampir 40% dari tengah DAS
Batang toru.
7/26/2019 ProfilDAS Batang Toru
4/20
Profil DAS Batang Toru 4
1.3.3. Hilir DAS Batang Toru
Sebaran penggunaan lahan di hilir DAS Batang Toru dapat dilihat pada
tabel berikut :
Jenis Penutupan Lahan Luas (Ha)Belukar 5.473,39
Belukar Rawa 3.066,16
Htn Lhn Kering Primer 2.246,04
Htn Lhn Kering Sekunder 10.146,01
Htn Rawa Sekunder 2.379,56
Perkebunan 2.324,10
Pertanian Lahan Kering 3.903,36
Pertanian Lahan Kering Campur 8.523,70
Rawa 1.704,91
Sawah 367,60Tanah Terbuka 956,75
Jumlah 41.091,58
Pada hilir DAS Batang Toru terdapat perkebunan sawit dan perkebunan
karet, baik itu milik pemerintah maupun milik swasta seluas kurang lebih
2.379,56 Ha.
1.4.Kondisi Klimatologis DAS Batang Toru
Sebagian besar wilayah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah berbatasandengan lautan sehingga berpengaruh pada suhu udara yang tergolong beriklim
tropis. Rata-rata suhu udara di Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2013 adalah
26,09 C. Dalam periode bulan Januari Desember 2013, suhu udara maksimum
dapat mencapai 31,53 C dan suhu minimum mencapai 21,72 C. Pada tahun 2013,
curah hujan rata-rata 4.925,9 mm, hari hujan 226,0 hari, kecepatan angin rata-rata
6,7 knot dan penguapan rata-rata 4,6 mm. Kelembaban udara rata-rata 84,58%.
Pada Kabupaten Tapanuli Utara yang berada pada ketinggian lebih dari 500 meter
di atas permukaan laut sangat berpeluang memperoleh curah hujan yang banyak.
Selama tahun 2013, rata-rata curah hujan tahunan tercatat 8.777 mm dan lama
hari hujan 231 hari atau rata-rata curah hujan bulanan sebanyak 5.731,42 mm danlama hari hujan 19 hari. Dari rata-rata curah hujan bulanan tahun 2013, terlihat
curah hujan tertinggi terjadi pada bulan April yaitu 1133 mm dan lama hari hujan
27 hari dan curah hujan terendah pada bulan Agustus yaitu 365 mm dan lama hari
hujan 15 hari dan temperatur udara berkisar antara 17oC-29
oC, serta rata-rata
kelembaban udara (RH) sebesar 85,04%.
Iklim di DAS Batang Toru menurut klasifikasi Schmitd dan Ferguson (1951)
termasuk tipe iklim A dengan curah hujan rata-rata per tahun 3.325 mm, dengan
nilai Q sebesar 2,36 %. Suhu udara rata-rata berkisar antara 25 C sampai 28 C
dan kelembaban udara rata-rata 85 % (BMG, Sampali Medan)
7/26/2019 ProfilDAS Batang Toru
5/20
Profil DAS Batang Toru 5
1.5.Topografi dan Bentuk Wilayah DAS Batang Toru
Topografi atau kemiringan tanah wilayah DAS Batang Toru sangat beragam, mulai
dari landai ( < 8%) sampai terjal/curam (> 45%). Analisa tingkat kelerengan dengan
menggunakan Digital Elevation Mapping (DEM) dari SRTM 90m dan diperiksa
ulang dengan menggunakan kontur 25 m dari peta Rupa Bumi Indonesia (RBI).Adapun hasil analisa tingkat kelerengan wilayah DAS Batang Toru dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel. : Tingkat Kelerengan Wilayah DAS Batang Toru
No. Kelas Lereng (%) Luas (Ha) Persen (%)
1. 08 % 96.069,03 31,66
2. 815 % 34.288,70 11,30
3. 1525 % 61.143,12 20,15
4. 2545 % 75.374,44 24,84
5. > 45 % 36,564,49 12,05
Jumlah 303.439,78 100
Dari tabel tersebut diatas bahwa topografi wilayah DAS Batang Toru yang paling
luas pada kelas lereng 08% yaitu 31,66% dari total luas DAS Batang Toru. Kelas
lereng ini terdapat di wilayah hilir dari DAS Batang Toru, yaitu pesisir dari
Kabupaten Tapanuli Tengah dan sebagian besar di Kabupaten Tapanuli Utara.
Topografi sangat terjal atau curam (>45%) relatif luas, yaitu 36.564,46 ha atau
12,05% dari total luas DAS. Daerah yang memiliki topografi curam berada di
kawasan hulu DAS Batang Toru, seperti di Kabupaten Tapanuli Selatan dan
Kabupaten Tapanuli Utara.
Gambar : kondisi Topografi yang curam/terjal di DAS Batang Toru
7/26/2019 ProfilDAS Batang Toru
6/20
Profil DAS Batang Toru 6
1.6.Kondisi Geomorfologi DAS Batang Toru
Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk permukaan bumi dan
perubahan-perubahan yang terjadi pada bumi itu sendiri. Keadaan morfologi di
DAS Batang Toru disebabkan oleh proses endogen (pengangkatan dan penurunan)
juga disebabkan oleh proses eksogen. Proses eksogen dipengaruhi oleh faktor
iklim, yaitu iklim tropis basah yang mempercepat proses erosi, pelapukan, gerakan
massa batuan dan denudasi (pengikisan yang mengakibatkan berkurangnya
ketinggian permukaan bumi).
Adapun batuan penyusun permukaan tanah DAS Batang Toru adalah jenis batuan
Volkan Pasifis, yaitu batuan yang asam atau agak asam, mengandung silikat cukup
banyak dan diikuti gas yang eksplosif pada saat erupsi, contohnya adalah batuan
dasit dan diorit. Geomorfologi DAS Batang Toru termasuk ke dalam sistem Busur
Sunda (Lempeng Sunda), dimana Subduksi bagian oseanik dari Lempeng India-
Australia di sebelah barat pantai Pulau Sumatra, membentuk relief tektogen
(Verstappen, 2000).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Verstappen (200), DAS Batang
Toru bagian dari Pulau Sumatera memiliki posisi miring terhadap busur kepulauan
Sunda merupakan hasil dari sistem sesar geser dextral utama, yang disebut
dengan zona sesar Semangko, yang mempunyai gawir sesar, merusak basin dan
terban menjadi zona depresi sempit dan memanjang pada puncak Pegunungan
Barisan yang menjadi punggung Sumatera. Sebagian dari daya tarik kulit bumi
tersebut dibangkitkan oleh gerakan lempeng yang belum diterjemahkan ke dalam
subduksi tetapi terlepas secara lateral sepanjang sistem sesar Semangko. Gerakan
lateral pertama kali terbukti ketika dilakukan survei geodetik awal 1892, gempa
bumi yang terjadi di Tapanuli dan titik triangulasi yang terletak bersebelahan
terhadap sesar yang menunjukkan pergeseran. Titik-titik triangulasi yang terletak
di puncak Gunungapi Malintang dan Sorikmerapi dan Simadondong, terletak di
sebelah barat sesar, bergerak 1,2 hingga 1,3 m ke arah barat laut, dan satu di Torsi
Hite, 12 km di sebelah timur sesar bergerak 0,6 m ke arah tenggara.
1.7.Jenis Tanah dan Geologi DAS Batang Toru
Jenis tanah yang ada di DAS Batang Toru yang dianalisa oleh Pusat Penelitian dan
Agroklimat, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian tahun 1990 adalahsebagai berikut :
Tabel. : Jenis Tanah di DAS Batang Toru
No. Jenis Tanah Persentase (%)
1. Aluvial 0
2. Latosol 23
3. Kambisol 6
4. Andosol 58
5. Tebing Terjal 13
Jumlah 100
7/26/2019 ProfilDAS Batang Toru
7/20
Profil DAS Batang Toru 7
Dilihat dari tabel tersebut, bahwa jenis tanah yang dominan di DAS Batang Toru
adalah Andosol, yaitu 58% dari luas DAS Batang Toru, sedangkan Aluvial tidak
ditemui di DAS tersebut. DAS Batang Toru memiliki tebing terjal sebanyak 13%
atau sekitar 39.447,17 ha dari total luas DAS Batang Toru, yaitu 303.439,78 ha.
1.8.Jumlah Penduduk di Wilayah DAS Batang Toru
DAS Batang Toru secara administratif berada di 5 (lima) kabupaten dan 1 (satu)
kota, yaitu : Kabupaten Humbang Hasundutan, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah,
Tapanuli Selatan dan Mandailing Natal serta Kota Sibolga. Adapun jumlah
penduduk di DAS Batang Toru adalah sebanyak 605.739 jiwa yang terdiri dari laki-
laki sebanyak 301.461 jiwa dan perempuan sebanyak 304.278 jiwa (Sumber :
Badan Pusat Staristik Tahun 2013), dengan kepadatan penduduk sekitar 199
jiwa/km2. Kabupaten yang memiliki jumlah penduduk adalah Kabupaten Tapanuli
Utara, yaitu sebanyak 271.611 jiwa (44,84%) sedangkan yang paling sedikit adalahKabupaten Tapanuli Tengah dengan jumlah penduduk 2.862 jiwa (0,47%).
Perincian jumlah penduduk dan jumlah rumah tangga masing-masing
kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel : Jumlah Penduduk berdasarkan jenis kelamin dan rumah tangga (KK) di DAS
Batang Toru.
No. Kabupaten Kecamatan
Jumlah Penduduk (Jiwa) Jumlah
Rumah
Tangga (KK)
Lk Pr Jumlah
A Humbang
Hasundutan
1.Lintong Ni Huta 14.934 14.644 29.598 7.272
2.
Paranginan 6.256 6.334 12.590 2.785
3.Dlk.Sanggul 22.001 22.687 44.688 9.508
Jumlah 43.191 43.685 86.876 19.565
B Mandailing Natal 1.Sinunukan 8.023 7.583 15.606 3.839
Jumlah 8.023 7.583 15.606 3.839
C Tapanuli Selatan 1.S.D. Hole 6.403 6.399 12.802 3.070
2.M.Batang Toru 5.966 5.605 11.571 2.592
3.Angkola Timur 9.387 9.414 18.801 4.355
4.Sipirok 15.183 15.592 30.775 7.310
5.Arse 3.912 4.034 7.946 2.087
6.Marancar 4.720 4.726 9.446 2.309
7.Angkola Barat 11.948 12.466 24.414 5.478
8.Angkola Selatan 13.971 13.206 27.177 6.196
Jumlah 71.490 71.442 142.932 33.397
D Tapanuli Tengah 1.Sitahuis 1.450 1.412 2.862 624
Jumlah 1.450 1.412 2.862 624
E Tapanuli Utara 1.Garoga 7.987 7.919 15.906 3.718
2.Sipahutar 12.542 12.505 25.047 5.758
3.Pangaribuan 13.470 13.829 27.299 6.327
4.
Sipoholon 11.169 11.560 22.729 5.532
7/26/2019 ProfilDAS Batang Toru
8/20
Profil DAS Batang Toru 8
No. Kabupaten Kecamatan
Jumlah Penduduk (Jiwa) Jumlah
Rumah
Tangga (KK)
Lk Pr Jumlah
5.Simangumban 3.638 3.815 7.453 1.749
6.
Siborong-borong 22.657 22.431 45.088 10.185
7.Siatas Barita 6.426 6.907 13.333 3.056
8.Pahae Julu 5.863 6.124 11.987 2.970
9.Tarutung 19.650 20.672 40.322 9.441
10. Adian Koting 7.160 7.006 14.166 3.376
11. Pahae Jae 5.219 5.573 10.792 2.678
12. Parmonangan 6.588 6.703 13.291 3.242
13. Purba Tua 3.544 3.769 7.313 1.773
14. Pagaran 8.358 8.527 16.885 3.896
Jumlah 134.271 137.340 271.611 63.701
F Sibolga 1.
Sibolga Utara 10.095 10.224 20.319 4.640
2.Sibolga Kota 7.177 7.403 14.580 3.383
3.Sibolga Selatan 15.399 15.118 30.517 6.288
4.Sibolga Sambas 10.365 10.071 20.436 4.340
Jumlah 43.036 42.816 85.852 18.651
Total 301.461 304.278 605.739 139.778
1.9.Pemanfaatan Umum DAS Batang Toru
Potensi sumber daya alam DAS Batang Toru sangat tinggi ditambah lagi
keanekaragaman hayati yang sangat beragam dan unik. Kekayaan sumber daya
alam yang dihasilkan dari ekosistem DAS Batang Toru adalah berupa air, oksigen,
kayu-kayuan, hasil hutan bukan kayu, bahan-bahan tambang dan tentunya
keindahan alamnya yang dapat dijadikan sebagai obyek wisata. Tentunya
pemanfaatan sumber daya alam maupun keanekaragaman hayati perlu dikelola
dengan baik agar kelestarian ekosistem DAS Batang Toru tetap terjaga dan
berkelanjutan. Saat ini beberapa sumber daya alam DAS Batang Toru yang telah
dimanfaatkan adalah sebagai berikut :
a. Pemanfaatan Sumber daya air, adalah sumber daya yang dapat diperbaharui
sebagai bahan baku pembangkit listrik. Pembangkit listrik yang telah dibangun
adalah PLTA Sipansihaporas diresmikan pada tanggal 1 Desember 2005, yang
berlokasi di Desa Husor, Kecamatan Sibolga, Kabupaten Tapanuli Tengah, yang
menghasilkan daya 50 MW. Pembangunan Proyek PLTA Sipansihaporas
bertujuan untuk menunjang kebutuhan akan tenaga listrik didaerah Propinsi
Sumatera Utara yang semakin meningkat serta mengurangi ketergantungan
akan pembangkit yang menggunakan bahan bakar minyak.
7/26/2019 ProfilDAS Batang Toru
9/20
Profil DAS Batang Toru 9
Gambar : Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Sipansihaporas
Disamping itu pemanfaatan air di DAS Batang Toru untuk kebutuhan domestik
(rumah tangga), pertanian seperti persawahan dan perkebunan, dan juga
untuk kebutuhan industri, yaitu geothermal dan tambang. Disamping air
sebagai sumber kehidupan itu, saat ini dilema untuk mempertahankan
keperawanan (The Virgin Forest) hutan ini menjadi sebuah tantangan bagi
semua pihak untuk tetap melestarikan dan menjaganya.
b. Pemanfaatan kayu-kayuan, dimana perusahaan yang telah mendapat ijin hak
pengusahaan hutan (HPH) untuk mengeksploitasi hasil hutan berupa kayu di
DAS Batang Toru adalah PT. Teluk Nauli, dengan luas 30.500 ha di Blok Anggoli.
Gambar : Aktivitas perusahaan HPH PT. Teluk Nauli
7/26/2019 ProfilDAS Batang Toru
10/20
Profil DAS Batang Toru 10
c. Pemanfaatan bahan tambang, potensi bahan tambang yang ada di DAS
Batang Toru adalah berupa emas dan perak, dimana bahan tambang ini sudah
mulai dieksploitasi oleh PT. Agincourt Resources di Desa Aek Pining,
Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan. Diperkirakan kandungan
emas dan perak di daerah tersebut masing-masing adalah 900 ton emas dan7.700 ton perak dengan luas areal 1.639 km
2(Waspada online, 2013).
Gambar : Pertambangan emas dan perak di DAS Batang Toru
d. Pemanfaatan Panas Bumi (Geothermal), merupakan sumber daya energi baru
yang terbarukan, dimana pembangunannya telah dimulai sejak tahun 1993,
dengan luas wilayah kerja panas bumi (WKPB) 437.458 ha, yang terdiri dari
panas bumi Sarulla-Sibual-buali-Namora langit yang berada di Kabupaten
Tapanuli Utara dan Kabupaten Tapanuli Selatan, yang dikenal dengan
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sarulla. PLTP Sarulla diperkirakan
akan menghasilkan daya listrik sebesar 3 x 110 MW dan ditargetkan akanberoperasi secara komersial mulai tahun 2016.
Gambar : Pembangunan PLTP Sarulla
7/26/2019 ProfilDAS Batang Toru
11/20
Profil DAS Batang Toru 11
e. Hasil-hasil Bumi, merupakan hasil dari ekosistem DAS Batang Toru yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat yang bermukim di kawasan tersebut. Adapun
hasil bumi yang secara langsung dapat dimanfaatkan oleh masyarakat
diantaranya adalah getah karet, rotan, madu hutan dan berbagai jenis buah-
buahan seperti durian, petai, aren, nangka, mangga dan lain sebagainya.
Gambar : Potensi hasil bumi yang ada di DAS Batang Toru
7/26/2019 ProfilDAS Batang Toru
12/20
Profil DAS Batang Toru 12
II. KONDISI KERUSAKAN LINGKUNGAN DAS BATANG TORU
2.1. Perubahan Tataguna Lahan
Berdasarkan fungsi kawasan hutan, DAS Batang Toru memiliki hutan lindung,
hutan produksi dan hutan suaka alam. Luas masing-masing fungsi kawasan hutan
adalah sebagai berikut hutan lindung 17.382 ha, hutan produksi terbatas 2.951 ha,
hutan produksi terbatas 115.241 ha dan hutan suaka alam 12.995 ha (Keputusan
Menteri Kehutanan No. SK.44/Menhut-II/2005 tanggal 16 Februari 2005 tentang
Penunjukan Kawasan Hutan Provinsi Sumatera Utara).
Pengelolaan sumber daya alam dan hutan saat ini dan masa mendatang akan
menghadapi tantangan yang sulit, dimana salah satu penyebabnya adalah aktivitas
manusia yang melakukan perubahan penggunaan lahan dan perubahan fungsi
lahan. Lahan yang sebelumnya kawasan hutan menjadi perladangan, kawasan
pertanian menjadi pemukiman, menamam tanaman semusim di lahanberkelerengan curam, membangun perumahan di pinggir sungai, dan lain
sebagainya, dimana pemanfaatan lahan tidak sesuai fungsi dan daya dukungnya
sehingga akan menyebabkan perubahan iklim global yang dapat mengakibatkan
kemampuan sumber daya alam dan hutan bagi kelangsungan hidup manusia
menjadi terganggu dan terbatas.
Perubahan tutupan lahan yang relatif cepat sepanjang tahun, dimana dalam kurun
waktu 6 tahun terakhir dari analisa Citra SPOT antara 2001-2007 Hutan Batang
Toru mengalami kerusakan hutan seluas 2.500 ha yang dibabat atau laju
kehilangan hutan sekitar 0.5% per tahun.
Gambar : Peta Perubahan Tutupan Lahan Hutan di DAS Batang Toru
7/26/2019 ProfilDAS Batang Toru
13/20
Profil DAS Batang Toru 13
2.2. Debit Sungai
DAS Batang Toru memiliki sumber daya air yang sangat baik dan masih mengalir
sepanjang tahun terutama pada Sungai Batang Toru. Potensi hidrologi di DAS
Batang Toru bagi pembangunan pembangkit listrik tenaga air sangat tinggi
terutama dengan adanya air terjun. Berdasarkan hasil penyusunan DAS prioritasoleh Balai Pengelolaan DAS Asahan Barumun (2009), Sungai Batang Toru memiliki
koefisien rejim sungai (KRS) adalah sebesar 32,47%, artinya perbandingan antara
debit maksimum dengan debit minimum hanya 32,47% artinya kondisi debit masih
baik karena KRS masih dibawah 50%.
Kondisi hidrologi Sungai Batang Toru dikatakan masih baik, hal ini terlihat dari
koefisien aliran tahunan (C) yang dimiliki adalah sebesar 0,28. Nilai koefisien ini
menunjukkan bahwa 28% dari total curah hujan selama satu tahun adalah menjadi
aliran permukaan (run-off) sementara selebihnya adalah menjadi aliran bawah
permukaan (sub surface run-off) danalirandasar (base flow)yang mengalirkan air
pada musim kemarau.Dari hasil survey YEL, hutan batang toru merupakan daerah tangkapan air untuk
10 sub-DAS, dimana kawasab DAS ini masih memiliki tutupan hutan yang masih
utuh dibagian hulunya dan merupakan fungsi penting sebagai penyangga dan
pengatur tata air maupun sebagai pencegah bencana. 10 sub-DAS yang berasal
dari hutan Batang Toru adalah Sipansihaporas, Aek Raisan, Batang Toru Ulu,
Sarulla Timur, Aek Situmandi, Batang Toru Ilir (Barat dan Selatan), Aek Garoga, Aek
Tapus dan Sungai Pandan. Beberapa sungai yang ada di DAS Batang Toru dapat
dilihat pada gambar berikut ini.
Sungai Aek Sigeaon di Kabupaten
Tapanuli Utara
Sungai Aek Raisan di Kab. Tapanuli
Utara dan Kab. Tapanuli Tengah
Sungai Batang Toru yang memiliki arusyang sangat deras
Sungai Aek Sarulla antara Kab. TapanuliUtara dan Kab. Tapanuli Selatan
7/26/2019 ProfilDAS Batang Toru
14/20
Profil DAS Batang Toru 14
2.3. Potensi Rawan Banjir dan Longsor
Bila dilihat dari kondisi topografi dan geomorfologi, maka DAS Batang Toru
merupakan wilayah rawan banjir dan longsor. Di beberapa lokasi terjadi
penurunan permukaan tanah (Land Subsidence) yang terkadang disertai dengan
longsor yang disebabkan karena DAS Batang Toru terletak pada zona SesarSemangko yang masih aktif dengan sistem sesar geser dextral utama, yang
mempunyai gawir sesar, merusak basin dan terban menjadi zona depresi sempit
dan memanjang. Hal ini terjadi pada jalan nasional yang menghubungkan
Kabupaten Tapanuli Selatan pada Kecamatan Sipirok yaitu di Desa Aek Latong dan
Kabupaten Tapanuli Utara pada Kecamatan Pahae Jae dan Pahae Julu. Kejadian
longsor juga sangat rawan terjadi di jalan nasional antara Kabupaten Tapanuli
Utara di Kecamatan Adian Koting dan Kabupaten Tapanuli Tengah di Kecamatan
Sitahuis.
Bencana alam lainnya yang sangat rawan di DAS Batang Toru adalah bencana
banjir. Bencana banjir yang sering terjadi adalah di Kabupaten Tapanuli Utara,yaitu di pusat ibukota kabupaten yaitu Kecamatan Tarutung yang berasal dari
Sungai Aek Sigeaon.
7/26/2019 ProfilDAS Batang Toru
15/20
Profil DAS Batang Toru 15
2.4. Keanekaragaman Hayati
Ekosistem DAS Batang Toru masih asli dan relatif adalah ekosistem hutan hujan
dataran rendah dan perbukitan (300 mdpl), hutan batuan gamping (limestone),
hutan pegunungan rendah dan hutan pegunungan tinggi di Puncak Gunung Lubuk
Raya (1856 mdpl). Disamping itu mengandung tipe-tipe habitat hutanDipterocarpaceae pada elevasi menengah dan tinggi di blok hutan Batang Toru
Timur dan hutan pegunungan pada elevasi rendah di blok hutan Batang Toru
Barat. Das Batang Toru juga mempunyai keunikan fenomena geologi berupa
sumber-sumber air panas dan geotermal, juga sumber mineral emas, perak dan
sebagai tempat lingkungan hidup yang baik bagi berbagai satwa langka dan
keanekaragaman hayati lainnya.
DAS Batang Toru memiliki keanekaragaman hayati yang sangat beragam dan unik,
dan beberapa diantaranya adalah merupakan flora dan fauna yang sangat
dilindungi dikarenakan populasinya yang sudah sangat terbatas jumlahnya, seperti
harimau sumatera, orang utan, tapir, jenis burung (Aves), anggrek hutan, kayuulin, sampinur dan banyak satwa dan tanaman langka lainnya.
Populasi orang utan diperkirakan sekitar 600 ekor di Blok Batang Toru Barat dan
sekitar 300 400 ekor di Blok Batang Timur. Berarti 15% populasi orang utan
sumatera ada di kawasan hutan Batang Toru.
Keanekaragaman hayati yang pernah teridentifikasi di kawasan DAS Batang Toru
dapat dilihat pada gambar-gambar berikut.
7/26/2019 ProfilDAS Batang Toru
16/20
Profil DAS Batang Toru 16
7/26/2019 ProfilDAS Batang Toru
17/20
Profil DAS Batang Toru 17
III. KONDISI KERUSAKAN LINGKUNGAN DAS BATANG TORU
Sungai Batang Toru adalah salah satu sungai terbesar di Tapanuli Selatan dengan
panjang 69,32 Km. Ke hilir, arusnya berakhir ke laut di pesisir barat setelah lebih dulu
membagi airnya sebagian ke Danau Siais. Sedangkan ke hulu, Batang Toru melintasi
Tarutung, Tapanuli Utara. Di sana masyarakat mengenalnya dengan nama Aek Sarulla.
Usaha pengendalian kerusakan sungai dan kebijakan pengelolaannya mengharuskan
pemantauan kualitas sungai. Pemantauan ini umumnya dilakukan dengan enggunakan
parameter fisik atau kimia. Akhir-akhir ini pemantauan dengan biota lebih iperhatikan,
mengingat biota lebih tegas dalam mengekspresikan kerusakan sungai, karena biota
terpengaruh langsung dalam jangka panjang, sedang sifat-sifat fisik dan kimia
cenderung menginformasikan keadaan sungai pada waktu pengukuran saja.
Produktivitas primer fitoplankton merupakan salah satu sumber oksigen di perairan.
Oksigen yang dihasilkan digunakan dalam proses-proses ekologis di perairan, misalnya
respirasi dan dekomposisi. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas primer
fitoplankton diantaranya adalah ketersediaan nutrien, cahaya matahari dan suhu.
Meningkatnya penggunaan perairan sebagai sarana berbagai macam kegiatan
masyarakat dapat menyebabkan perubahan pada faktor-faktor tersebut. Keberadaan
dan aktivitas fitoplankton berhubungan dengan lingkungan perairan sekitarnya.
Kondisi lingkungan yang paling besar pengaruhnya terhadap fitoplankton diantaranya
adalah cahaya dan unsur hara. Kedua faktor tersebut terdistribusi secara tidak meratadi perairan. Hal ini terjadi karena adanya masukan berbagai zat buangan dari darat dan
sifat hidromorfologi perairan sehingga berdampak terhadap produktivitas primer
fitoplankton dan pada akhirnya berdampak pada Sungai Batang Toru.
Kualitas air sungai pada suatu daerah aliran sungai (DAS) pada dasarnya
mencerminkan keragaman aktifitas masyarakat di suatu DAS. Aktifitas dominan
disungai Batang Toru dengan beban limbah yang dihasilkan suatu DAS akan
memberikan kontribusi pada peningkatan parameter-parameter kualitas air tertentu.
Pada kasus terbukanya lahan hutan menjadi peruntukan lain atau bahkan menjadi
lahan-lahan terbuka/kritis akan menyebabkan peningkatan kekeruhan air. Sedangkan
aktifitas yang menghasilkan limbah organik seperti tambang menyebabkan
peningkatan BOD dan COD, disamping padatan tersuspensi dan kekeruhan air. Limbah
penduduk akan menyebabkan peningkatan kandungan BOD dan bakteri. Sebagai kajian
dan hasil pemantauan kualitas air Sungai Batang Toru menunjukkan peningkatan
beberapa parameter kualitasi air seperti BOD dan COD.
Ditinjau dari sumber penncemarannya, tekanan pertumbuhan penduduk yang ters
meningkat di wilayah DAS Batang Toru beserta peningkatan jumlah aktifitas
pembalakan dan penambangan legal maupun penambangan liar semakin menambah
7/26/2019 ProfilDAS Batang Toru
18/20
Profil DAS Batang Toru 18
beban pencemaran terhadap Sungai Batang Toru. Hasil identifikasi kondisi sumber-
sumber pencemaran Sungai Batang Toru secara umum dapat dilihat sebagai berikut :
1. Pencemaran Limbah Penduduk
Pencemaran limbah penduduk dalam bentuk limbah padat (sampah) hingga saatini belum tertangani secara efektif. Pengelolaan sampah belum menyentuh
seluruh sumber domiestik yang ada di sepanjang DAS Batang Toru.
Sementara itu limbah cair domestik hampir 100% dibuang ke Sungai Batang Toru,
baik langsung maupun tidak langsung (melalui anak-anak sungai dan saluran-
saluran air). Belum ada pembangunan saluran air limbah maupun pengelolaan air
limbah komunal.
Sempadan sungai yang seharusnya dibatasi zpna penyangga telah beralih fungsi
sebagian menjadi kawasan pemukiman memperlancar pembuangan limbah
domestik ke Sungai Batang Toru.
2. Erosi Tanah
Meningkatnya luas lahan terbuka/kritis di daerah hulu menyebabkan peningkatan
erosi tanah, sehingga air sungai menjadi keruh dengan kandungan TSS yang tinggi.
Selain kualitas air merosot, kandungan sedimen di air juga menyebabkan
pendangkalan badan air terutama di Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli
Selatan.
Selain faktor-faktor tersebut hal yang juga sangat penting mempengaruhi peningkatanlaju penurunan daya dukung lingkungan adalah masih rendahnya kesadaran
masyarakat maupun pelaku usaha dan atau kegiatan sebagai sumber pencemaran
terhadap arti pentingnya pengelolaan lingkungan hidup.
Pemantauan Sungai Batang Toru dilakukan untuk melihat kualitas air sungai di aliran
utama dan hilir anak Sungai Batang Toru berdasarkan parameter fisik, kiia dan biologi
sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Kualitas air DAS Batang Toru mulai dari hulu sampai ke hilir, secara umum sudah
tercemar beberapa polutan, baik yang berasal dari limbah domestik, limbah pertanian,
limbah peternakan mapunun limbah industri. Berdasarkan hasil pemantauan lapangan
yang dilakukan di DAS Batang Toru menunjukan bahwa kandungan bahwa kandungan
bebarapa parameter lingkungan seperti BOD, COD dan Sianida telah melampaui
Kritteria Mutu Air (KMA) PP 82/2001 yang telah ditetapkan. Parameter tersebut telah
memberikan kontribusi pentng terhadap penurunan kualitas air di DAS Batang Tor.
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi masukan beban pencemaran dari
berbagai kegiatan manusia yang berujung dengan pembuangan limbah ke badan
sungai. Limbah yang masuk ke badan sungai tidak saja berupa limbah cair yang berasal
7/26/2019 ProfilDAS Batang Toru
19/20
Profil DAS Batang Toru 19
dari kegiatan domestik, industri, pertanian maupun peternakan, namun juga limbah
padat seperti sampah rumah tangga yang berupa sampah organik maupun sampah
plastik yang secara sengaja masih telihat dibuang ke sungai.
III.1. Parameter BOD
BOD merupakan gambaran kadar bahan organik yaitu jumlah oksigen yang
digunakan oleh mikroorganisme (bakteri aerobik) untuk mengoksida bahan
organik dalam air. Dalam hal ini BOD hanya menggambarkan bahan organik yang
dapat didekomposisi secara biologis. Keberadaan bahan organik di perairan
selain limbah organik hasil aktifitas manusia juga dapat secara alami berasal dri
pembusukan tumbuhan atau daun yang jatuh.
DAS Batang Toru dari hulu samapi hilir secara umum juga telah tercemar oleh
limbah organik, dengan kandungan BOD yang mayoritas sudah melebihi BakuMutu (
7/26/2019 ProfilDAS Batang Toru
20/20
Profil DAS Batang Toru 20
yang masuk ke perairan sehingga hubungan antara TSS dan kecerahan akan
menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik. Nilai TSS umumnya semakin
rendah ke arah laut. Hal ini disebabkan padatan tersuspensi tersebuit disupply
oleh daratan melalui aliran sungai. Keberadaan padatan tersuspensi masih bisaberdampak positif apabila tidak melebihi toleransi sebaran suspensi baku mutu
kualitas perairan yang ditetapkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup, yaitu 70
mg/l. Berdasarkan pemantauan lapangan Sungai Batang Toru memiliki
kandungan bahan tersuspensi (Total Suspend Solid, TSS) sebesar 300 mg/L.
Top Related