Skripsi Tri.SS

46
PERSEPSI, SIKAP, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT SEKITAR TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN KOTA SRENGSENG, JAKARTA BARAT MENURUT PERSPEKTIF GENDER TRI SULISTYO SAPUTRO DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Transcript of Skripsi Tri.SS

Page 1: Skripsi Tri.SS

PERSEPSI, SIKAP, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT

SEKITAR TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN KOTA

SRENGSENG, JAKARTA BARAT MENURUT PERSPEKTIF

GENDER

TRI SULISTYO SAPUTRO

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 2: Skripsi Tri.SS

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Persepsi, Sikap, dan

Partisipasi Masyarakat Sekitar terhadap Pengelolaan Hutan Kota Srengseng,

Jakarta Barat menurut Perspektif Gender adalah benar karya saya dengan arahan

dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada

perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, April 2013

Tri Sulistyo Saputro

NIM E14090026

Page 3: Skripsi Tri.SS

ABSTRAK

TRI SULISTYO SAPUTRO. E14090026. Persepsi, Sikap, dan Partisipasi

Masyarakat Sekitar terhadap Pengelolaan Hutan Kota Srengseng, Jakarta Barat

Menurut Perspektif Gender. Dibawah bimbingan LETI SUNDAWATI

Hutan Kota Srengseng (HKS) sebagai salah satu bentuk kawasan hutan di

Jakarta saat ini dalam kondisi cukup baik, namun terdapat beberapa kerusakan

pada vegetasi maupun fasilitas yang disebabkan oleh perilaku masyarakat sekitar

serta pengunjung yang kurang bertanggung jawab. Penelitian ini secara umum

bertujuan untuk mengetahui tingkat persepsi, sikap, dan partisipasi masyarakat

dalam pengelolaan HKS. Penelitian dilakukan di Kelurahan Srengseng terhadap

100 orang responden dengan komposisi responden laki-laki dan perempuan

sebesar 52:48. Dari hasil penelitian diketahui tingkat persepsi laki-laki dan

perempuan termasuk dalam kategori sedang, Faktor pekerjaan dan pendidikan

mempengaruhi pembentukan persepsi perempuan secara signifikan, sedangkan

untuk laki-laki tidak ada faktor yang mempengaruhi pembentukan persepsi secara

signifikan. Tingkat sikap masyarakat laki-laki maupun perempuan termasuk

kategori sangat tinggi, usia mempengaruhi pembentukan sikap perempuan dan

laki-laki secara signifikan. Tingkat partisipasi masyarakat laki-laki dan

perempuan termasuk kategori sangat rendah, Faktor penyuluhan dan pendidikan

mempengaruhi tingkat partisipasi laki-laki secara signifikan, sedangkan untuk

perempuan tidak ada faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi secara

signifikan.

Kata Kunci: hutan kota, masyarakat, laki-laki, perempuan

ABSTRACT

TRI SULISTYO SAPUTRO. E14090026. Perception, Attitude, and

Participation of The Community Around About Srengseng Urban Forest

Management in Gender Perspective. Supervised by LETI SUNDAWATI

Srengseng Urban Forest (SUF) as a form of forest area in Jakarta is now in

a good conditions, but there are some damaged facilities and vegetations caused

by the communities unresponsible behaviour. This research is purposed to scale

the perception, attitude, and participation level of the community about SUF

function and management. The research located at Srengseng Village and used

100 responden which the proportion between male and female responden is 52:48.

The research showed that the perception level of the male and female included in

the category of medium, jobs and education factor formed female perception

significantly. The attitude level of the male and female included in the category of

very high, ages factor formed both female and male attitude significantly. The

participation level of male and female included in the very low with the

counseling and education factor formed male participation level significantly.

Keywords: urban forest, community, male, female

Page 4: Skripsi Tri.SS

PERSEPSI, SIKAP, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT

SEKITAR TERHADAP PENGELOLAAN HUTAN KOTA

SRENGSENG, JAKARTA BARAT MENURUT PERSPEKTIF

GENDER

TRI SULISTYO SAPUTRO

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 5: Skripsi Tri.SS

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Persepsi, Sikap, dan Partisipasi Masyarakat Sekitar terhadap

Pengelolaan Hutan Kota Srengseng, Jakarta Barat menurut

Perspektif Gender

Nama : Tri Sulistyo Saputro

NIM : E14090026

Disetujui oleh

Dr Ir Leti Sundawati, M.Sc

NIP. 19640830 199003 2 001

Diketahui oleh

Ketua Departemen Manajemen Hutan IPB

Dr Ir Didik Suharjito, MS

NIP. 19630401 199403 1 001

Tanggal Lulus:________________

Page 6: Skripsi Tri.SS

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 ini ialah

perspektif gender dalam pengelolaan hutan, dengan Persepsi, Sikap, dan

Partisipasi Masyarakat Sekitar terhadap Pengelolaan Hutan Kota Srengseng,

Jakarta Barat.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Leti Sundawati, M.Sc selaku

pembimbing, serta pihak lain yang telah membantu selama pengumpulan data.

Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh

keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, April 2013

Tri Sulistyo Saputro

Page 7: Skripsi Tri.SS

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR iii

DAFTAR LAMPIRAN iii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Kerangka Pikir 2

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

METODE 4

Alat dan Bahan 4

Pemilihan Daerah Contoh dan Jumlah Responden 4

Jenis Data yang Dikumpulkan 4

Uji Validitas dan Reabilitas 5

Pengolahan dan Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 9

Kegiatan Pengelolaan HKS 9

Karakteristik Responden 11

Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner 12

Persepsi Masyarakat terhadap HKS dan Faktor yang Mempengaruhinya 13

Sikap Masyarakat terhadap HKS dan Faktor yang Mempengaruhinya 15

Partisipasi Masyarakat terhadap Pengelolaan HKS dan Faktor yang

Mempengaruhinya 17

Partisipasi Masyarakat Menurut Perspektif Gender 19

SIMPULAN DAN SARAN 22

Simpulan 22

Saran 22

DAFTAR PUSTAKA 23

LAMPIRAN 24

Page 8: Skripsi Tri.SS

DAFTAR TABEL

1 Tingkat reliabilitas metode Alpha Cronbach 5 2 Skor pertanyaan pada persepsi 5 3 Skor pertanyaan pada sikap 6 4 Skor partisipasi masyarakat dalam kegiatan pengelolaan 7 5 Data dan pengolahan karakteristik responden 7 6 Distribusi responden berdasarkan umur 11 7 Distribusi responden berdasarkan pendidikan 11 8 Distribusi responden berdasarkan jumlah keluarga 12

9 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan 12 10 Distribusi responden berdasarkan lama tinggal 12 11 Kategori tingkat persepsi 13 12 Persepsi masyarakat terhadap HKS menurut jenis kelamin 13 13 Rata-rata tingkat persepsi masyarakat terhadap HKS 13 14 Faktor yang mempengaruhi persepsi 14 15 Kategori tingkat sikap 15 16 Sikap masyarakat terhadap HKS menurut jenis kelamin 15 17 Rata-rata tingkat sikap masyarakat terhadap HKS 16 18 Faktor yang mempengaruhi sikap 16 19 Kategori tingkat partisipasi 17 20 Partisipasi masyarakat terhadap HKS menurut jenis kelamin 17

21 Rata-rata tingkat partisipasi masyarakat terhadap HKS 17 22 Faktor yang mempengaruhi partisipasi 18

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran penelitian 2

2 Fasilitas yang terdapat di HKS 9 3 Grafik perbandingan tenaga kerja HKS laki-laki dan perempuan 19 4 Bentuk kerusakan di HKS akibat perilaku masyarakat 20

DAFTAR LAMPIRAN

5 Riwayat hidup penulis 25 6 Sketsa kawasan HKS 26 7 Jenis-jenis pohon di HKS 27

8 Uji validitas dan reabilitas kuesioner 29 9 Kuesioner penelitian 30

Page 9: Skripsi Tri.SS

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan merupakan suatu bentuk kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan

yang didominasi oleh tumbuhan berkayu. Hutan dapat memberikan manfaat bagi

manusia secara langsung maupun tak langsung, diantaranya sebagai fungsi

ekologi, produksi, dan sosial ekonomi masyarakat. Guna menjaga fungsi hutan

tetap optimal, suatu kawasan hutan perlu dikelola secara lestari. Salah satu bentuk

kawasan hutan yang perlu dikelola secara lestari ialah kawasan Hutan Kota (HK).

Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: P71/Menhut-

II/2009 tentang Pedoman Penyelenggaraan HK, HK merupakan suatu hamparan

lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah

perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai HK

oleh pejabat yang berwenang.

HK di daerah Jakarta yang telah ditetapkan melalui SK Gubernur menurut

Dinas Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta (2010) saat ini berjumlah 149.18 ha

dengan luas daratan Jakarta sekitar 66152 ha, menjadikan Jakarta menjadi kota

terpadat di Indonesia atau urutan keenam dunia. Kawasan hutan dan HK

merupakan bagian dari ruang terbuka hijau yang mempunyai fungsi dan manfaat

cukup strategis terhadap perbaikan kualitas lingkungan dan kenyamanan kota

Jakarta, sehingga keberadaannya menjadi perhatian dan tanggung jawab bersama

seluruh warga Jakarta. Kondisi suatu hutan disamping dipengaruhi oleh faktor

alam juga sangat tergantung pada kondisi sosial ekonomi masyarakat disekitarnya.

Persepsi, sikap, dan perilaku masyarakat sekitar sangat menetukan kondisi suatu

kawasan hutan kini dan kedepannya.

Salah satu bentuk HK di Jakarta yaitu Hutan Kota Srengseng (HKS) yang

berada di kelurahan Srengseng, Jakarta Barat. HKS berlokasi dan berbatasan

langsung dengan pemukiman warga kelurahan Srengseng. Letak HKS yang

berada di tengah kawasan pemukiman padat penduduk menyebabkan terjadinya

interaksi masyarakat dengan kawasan HKS.

Kondisi HKS saat ini cukup baik, namun terdapat beberapa fasilitas di HKS

yang mengalami kerusakan seperti pada sarana bermain anak, tembok pembatas

HKS, dan pepohonan. Selain itu di tepi HKS yang berbatasan langsung dengan

rumah warga banyak ditemukan sampah rumah tangga yang tertimbun dan

menimbulkan bau tidak sedap. Berbagai hal tersebut terjadi akibat perilaku

pengunjung serta warga sekitar HKS yang kurang bertanggungjawab. Apabila hal

tersebut dibiarkan dan tidak dicari solusi dari akar permasalahan yang tepat maka

kondisi HKS akan semakin buruk dan tidak terawat, yang kemudian dapat

berimbas negatif kepada kondisi lingkungan sosial serta ekologi Jakarta secara

keseluruhan. Salah satu upaya untuk mengurangi perilaku merusak serta

menumbuhkan rasa memiliki masyarakat terhadap HKS dapat dilakukan dengan

melakukan suatu analisis kebijakan pengelolaan HKS yang partisipatif.

Dalam menganalisis kebutuhan kebijakan pengelolaan HKS yang tepat

sasaran diperlukan studi mengenai kondisi masyarakat serta karakteristik yang

membentuk perilakunya. Perilaku masyarakat terhadap HKS dapat terbentuk dari

persepsi dan sikapnya terhadap HKS, sehingga untuk mengetahui kebijakan

Page 10: Skripsi Tri.SS

partisipatif yang tepat sasaran diperlukan data mengenai persepsi dan sikap

masyarakat baik laki-laki maupun perempuan di wilayah tersebut. Ketersediaan

data terpilah jenis kelamin dapat membantu para penentu kebijakan dalam

menentukan peran-peran apa saja yang dapat dilakukan oleh laki-laki dan

perempuan (gender division of labor) dalam masyarakat. Persepsi dan sikap

masyarakat yang baik terhadap HKS dapat dijadikan dasar untuk ikut melibatkan

masyarakat laki-laki dan perempuan dalam pengelolaan HKS sehingga kondisi

HKS dapat lebih baik lagi kedepannya serta dapat terwujud keadilan gender

dalam pengelolaan hutan.

Kerangka Pikir

Dalam kegiatan pengelolaan HK diperlukan peran serta masyarakat sekitar

untuk menjaga kelestarian HK tersebut. Peranan masyarakat dalam kegiatan

pengelolaan HK perlu dilihat menurut perspektif gender demi terwujudnya

pembangunan kehutanan yang berkeadilan gender, baik dari segi perencanaan,

pelaksanaan, dan pemanfatan.

Persepsi, sikap dan partisipasi laki-laki serta perempuan dibandingkan

berdasarkan faktor internal berupa umur, tingkat pendidikan, jumlah keluarga, dan

pekerjaan, serta faktor eksternal berupa penyuluhan. dari pemikiran tersebut dapat

dibentuk kerangka pemikiran secara sederhana yang ditunjukkan pada Gambar 1.

Masyarakat sekitar Hutan Kota

Laki-Laki Perempuan

Faktor internal Faktor eksternal Faktor internal Faktor eksternal

Umur Penyuluhan Umur Penyuluhan

Pendidikan Pendidikan

Jumlah Keluarga Jumlah Keluarga

Pendapatan Pendapatan

Jenis Pekerjaan Jenis Pekerjaan

Persepsi Laki-Laki Persepsi Perempuan

Sikap Laki-Laki Sikap Perempuan

Partisipasi Laki-Laki Partisipasi Perempuan

Kebijakan Pengelolaan Hutan Kota Responsif Gender

Keadilan Gender dalam Sektor Kehutanan

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian

Page 11: Skripsi Tri.SS

Perumusan Masalah

Berdasarkan kerangka berpikir diatas dapat dirinci beberapa permasalahan

yaitu sebagai berikut :

1. Peranan HKS dalam kehidupan masyarakat sekitar.

2. Tingkat persepsi, sikap, dan partisipasi laki-laki serta perempuan terhadap

pengelolaan HKS.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat persepsi, sikap, dan partisipasi laki-

laki serta perempuan terhadap pengelolaan HKS.

Tujuan Penelitian

Mengukur tingkat persepsi, sikap dan partisipasi masyarakat sekitar terhadap

HKS menurut perspektif gender, dan menguraikan faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat persepsi, sikap dan partisipasi masyarakat terhadap

pengelolaan HKS, Jakarta Barat.

Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi para pengambil keputusan

dalam mengembangkan program HKS.

2. Menyediakan data terpilah jenis kelamin sebagai acuan untuk menyusun

program kebijakan partisipatif pengelolaan HK yang responsif gender.

3. Memberikan gambaran tindakan yang dapat diambil dalam pengembangan HK

yang berwawasan gender.

4. Meningkatkan pemahaman, kesadaran dan kepedulian terhadap isu gender

serta pengarusutamaan gender dalam berbagai sektor pembangunan khususnya

sektor kehutanan.

5. Sebagai bahan informasi bagi penelitian selanjutnya.

Page 12: Skripsi Tri.SS

METODE

Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner

sebagai interview guide disertai alat tulis dan alat rekam untuk wawancara di

lapangan. Kamera untuk keperluan dokumentasi. Kalkulator, laptop, IBM SPSS

(Statistical Program for Social Science) Statistics 20, Microsoft Excel dan

Microsoft Word untuk pengolahan data.

Pemilihan Daerah Contoh dan Jumlah Responden

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 di Jakarta Barat.

Pemilihan responden dilakukan secara Purpossive Sampling yaitu pengambilan

contoh secara sengaja dengan keadaan yang kita kehendaki. Sasaran penelitian ini

yaitu masyarakat yang tinggal berbatasan langsung dengan wilayah HKS,

tepatnya warga Kelurahan Srengseng yang terdiri dari laki-laki dan perempuan,

Jumlah responden yang diteliti secara keseluruhan dihitung berdasarkan metode

Slovin dengan rumus:

N Keterangan:

n = n : Jumlah sample

1+ Ne2 N : Jumlah populasi

e : batas toleransi kesalahan (10%)

berdasarkan rumus tersebut dengan populasi laki-laki dan perempuan

keseluruhan (N) sebesar 42608 jiwa maka diperoleh nilai n sebesar 99.76 atau 100

orang untuk keseluruhan laki-laki dan perempuan. Jumlah responden laki-laki (n1)

dan perempuan (n2) ditentukan berdasarkan perbandingan komposisi laki-laki dan

perempuan (14 : 13) di wilayah tersebut dan didapatkan nilai n1 sebesar 52 orang

dan n2 sebesar 48 orang. Selain itu, pada pihak pengelola juga diambil data

mengenai proses kegiatan pengelolaan Hutan Kota Srengseng.

Jenis Data yang Dikumpulkan

Data yang diambil untuk mengetahui tingkat persepsi, sikap dan partisipasi

masyarakat sekitar terhadap pengelolaan HKS terdiri dari :

1. Data primer menggunakan kuesioner, terdiri dari data identitas responden

seperti nama, umur, pendidikan, pekerjaan dan jumlah anggota keluarga. Data

wawancara dari responden laki-laki dan perempuan serta pihak-pihak yang

berkaitan tentang pengelolaan Hutan Kota Srengseng, Jakarta Barat.

2. Data sekunder, terdiri data yang dikumpulkan dengan mencatat dan mengutip

data yang tersedia pada instasi-instasi yang terkait dengan penelitian ini.

Page 13: Skripsi Tri.SS

Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji Validitas dilakukan untuk menentukan keabsahan dari pertanyaan yang

digunakan dalam penelitian ini. Instrumen valid apabila nilai korelasi (Spearman

correlation) adalah positif dan nilai probabilitas korelasi [sig. (2-tailed)] < 0,05

(selang kepercayaan 95%). Cara mengukur validitas konstruk yaitu dengan

mencari korelasi antara masing–masing pertanyaan dengan skor total

menggunakan IBM SPSS Statistics 20 dan Microsoft Excel.

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur dalam

mengukur gejala yang sama. Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika kuesioner

tersebut dapat digunakan berulang-ulang kepada kelompok yang sama dan

menghasilkan data yang sama. Uji reliabilitas menggunakan metode koefisien

Alpha Cronbach pada software SPSS 17.0 (Sarwono 2006). Jika ri positif dan

nilainya mendekati 1 (mempunyai alpha cronbach lebih dari 0,6) maka

pengukuran yang digunakan reliabel (Tabel 1)

Tabel 1 Tingkat reliabilitas metode Alpha Cronbach

Alpha Tingkat Reabilitas

0.00 – 0.20 kurang reliabel

> 0.20 – 0.40 agak reliabel

> 0.40 – 0.60 cukup reliabel

> 0.60 – 0.80 reliabel

> 0.80 – 1.00 sangat reliabel

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan menjadi

beberapa tahapan yaitu :

1. Kegiatan pengelolaan HKS

Data yang diperoleh diolah dan dianalisis secara deskriptif dalam bentuk

tabulasi dan gambar untuk mendapatkan gambaran mengenai sistem pengelolaan

dan kegiatan di HKS, Jakarta Barat.

2. Persepsi masyarakat menurut perspektif gender.

Persepsi masyarakat laki-laki dan perempuan terhadap HKS diukur

berdasarkan jumlah skor dari pertanyaan dalam kuesioner dengan menggunakan

skala likert. Masing-masing pertanyaan memiliki skor seperti tertera pada Tabel 2.

Persepsi yang diukur menyangkut pandangan mereka mengenai fungsi HKS

terhadap kehidupan sosial, ekonomi, dan lingkungan, selengkapnya dapat dilihat

pada lampiran 5.

Tabel 2 Skor pertanyaan pada persepsi

No Kategori Skor

1 Setuju 3

2 Ragu-Ragu 2

3 Tidak Setuju 1

Page 14: Skripsi Tri.SS

3. Sikap masyarakat menurut perspektif gender.

Sikap masyarakat laki-laki dan perempuan terhadap HKS diukur

berdasarkan jumlah skor dari pertanyaan dalam kuesioner dengan menggunakan

skala likert. Masing-masing pertanyaan memiliki skor seperti pada Tabel 3. Sikap

yang diukur menyangkut pada afektif serta kesiapan untuk berperilaku masyarakat

laki-laki dan perempuan terhadap HKS. Selengkapnya dapat dilihat pada bagian

lampiran 5.

Tabel 3 Skor pertanyaan pada sikap

No Kategori skor

1 Setuju 3

2 Ragu-Ragu 2

3 Tidak Setuju 1

4. Partisipasi masyarakat laki-laki dan perempuan terhadap pengelolaan HK.

Partisipasi masyarakat diukur berdasarkan jumlah skor dari pertanyaan

mengenai partisipasi dalam kegiatan pengelolaan HK seperti tercantum dalam

Tabel 4. Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor :

P71/Menhut-II/2009, bentuk pengelolaan HK meliputi lima tahapan kegiatan

yaitu:

1. Penyusunan rencana pengelolaan.

a. Penetapan tujuan pengelolaan.

b. Penetapan program jangka pendek dan jangka panjang.

c. Penetapan kegiatan dan kelembagaan.

d. Penetapan sistem monitoring dan evaluasi.

2. Pemeliharaan.

a. Optimalisasi ruang tumbuh.

b. Diversifikasi tanaman.

c. Peningkatan kualitas tempat tumbuh.

3. Perlindungan dan pengamanan.

a. Pencegahan dan penanggulangan kerusakan lahan.

b. Pencegahan dan penanggulangan pencurian fauna dan flora.

c. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran.

d. Pencegahan dan penanggulangan hama dan penyakit.

4. Pemanfaatan.

a. Pengembangan pendidikan.

b. Pariwisata dan rekreasi alam.

c. Budidaya hasil hutan.

5. Pemantauan dan evaluasi.

a. Pemantauan.

b. Evaluasi

Skor total dari 16 pertanyaan dalam pegukuran partisipasi masyarakat dalam

pengelolaan HK dijumlahkan dan digunakan dalam penentuan tingkat partisipasi

masyarakat terhadap pengelolaan HKS.

Page 15: Skripsi Tri.SS

Tabel 4 Skor partisipasi masyarakat dalam pengelolaan

Tahap Kategori Skor

Perencanaan Ikut dalam 4 kegiatan 3

Ikut dalam 2-3 kegiatan 2

Ikut dalam 0-1 kegiatan 1

Pemeliharaan Ikut dalam 3 kegiatan 3

Ikut dalam 1-2 kegiatan 2

Ikut dalam 0 kegiatan 1

Perlindungan Ikut dalam 4 kegiatan 3

Ikut dalam 2-3 kegiatan 2

Ikut dalam 0-1 kegiatan 1

Pemanfaatan Ikut dalam 3 kegiatan 3

Ikut dalam 2 kegiatan 2

Ikut dalam 0-1 kegiatan 1

Monitoring Ikut dalam 2 kegiatan 3

Ikut dalam 1 kegiatan 2

Ikut dalam 0 kegiatan 1

5. Faktor Internal dan Eksternal

Faktor internal dan faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi masyarakat laki-laki dan perempuan dalam membentuk persepsi,

sikap dan memutuskan untuk berpartisipasi dalam kegiatan pengelolaan HKS

yang diukur dengan menggunakan skala likert seperti tercantum dalam tabel 5.

Tabel 5 Data dan pengolahan karakteristik responden

No Variabel Kategori Skor

Faktor Internal

1 Umur Umur < 37 tahun 1

Umur 37-53 tahun 2

Umur > 53 tahun 3

2 Pendidikan Tidak sekolah – SD 1

SMP-SMA 2

Diploma – Sarjana 3

3 Jumah Keluarga < 5 orang 1

5-7 orang 2

> 7 orang 3

4 Jenis Pekerjaan Tidak bekerja 1

Wirausaha 2

Pegawai Negeri-Swasta 3

5 Lama Tinggal < 23 tahun 1

23-46 tahun 2

> 46 tahun 3

Faktor Eksternal

6 Penyuluhan Tidak pernah mendapatkan 1

Pernah mendapatkan 2

Sering mendapatkan 3

Page 16: Skripsi Tri.SS

6. Uji Korelasi dan Hubungan antar Peubah

Metode analisis yang digunakan adalah pendekatan metode integratif yaitu

metode penelitian yang menggunakan gabungan metode kuantitatif deskriptif dan

metode kualitatif. Untuk analisis kuantitatif digunakan uji korelasi peringkat

Spearman untuk melihat besarnya hubungan antar peubah yang digunakan untuk

menduga faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat persesi, sikap, dan partisipasi

dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel dan IBM SPSS 20.0.

Page 17: Skripsi Tri.SS

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan Pengelolaan HKS

Kawasan HKS ditetapkan berdasarkan SK Gubernur Provinsi DKI Jakarta

Nomor: 202 Tahun 1995, dalam SK tersebut difungsikan sebagai kawasan

pelestarian plasma nutfah, wilayah resapan air, dan pusat aktivitas masyarakat.

HKS berlokasi di Jalan Haji Kelik, Kelurahan Srengseng, dengan luas sekitar 15

ha. Sisi utara dan selatan berbatasan langsung dengan sungai Pesanggrahan dan

sisi lainnya berbatasan dengan kawasan pemukiman terutama dari kelompok

sosial menengah dan penduduk asli. Sketsa kawasan HKS dapat dilihat pada

Lampiran 2. Fasilitas yang terdapat di HKS dapat dilihat pada Gambar 2.

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

Keterangan a : Gapura c : Pulau buatan e : Stadium

b : Danau d : Jogging track f : Tempat bermain

Gambar 2 Fasilitas yang terdapat di HKS

Page 18: Skripsi Tri.SS

HKS termasuk kedalam kategori Ruang Terbuka Hijau (RTH) berbentuk

areal (group) yang berfungsi sebagai fasilitas umum sekaligus areal konservasi.

Menurut Dinas Kelautan dan Pertanian (2010) RTH bidang kehutanan di DKI

Jakarta terdiri dari Kawasan Hijau Lindung (HL) dan Binaan. Kawasan Hijau

Lindung adalah bagian dari kawasan hijau yang memiliki karakteristik alamiah

yang perlu dilestarikan untuk tujuan perlindungan habitat setempat serta wilayah

lebih luas. Sedangkan Kawasan Hijau Binaan adalah bagian dari kawasan hijau

diluar Kawasan Hijau Lindung untuk tujuan penghijauan yang dibina melalui

penanaman, pemeliharaan, pengembangan, serta pemulihan vegetasi. RTH

mempunyai beberapa fungsi antara lain ekologi kota, sosial ekonomi masyarakat,

dan estetika.

Jenis-jenis pohon yang tumbuh di HKS sangat beragam. HKS memiliki

sekitar 64 jenis pohon yang tumbuh di dalam kawasan hutannya. Jenis pohon

yang terdapat di HKS lengkapnya terdapat pada lampiran 3.

Kegiatan pengelolaan HKS dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Pertanian

Provinsi DKI Jakarta Sub Bidang Kehutanan. Kegiatan tersebut meliputi kegiatan

penyusunan rencana pengelolaan, pemeliharaan, perlindungan dan pengamanan,

pemanfaatan, serta pemantauan dan evaluasi. Kegiatan penyusunan rencana

pengelolaan dilakukan untuk menentukan program kegiatan yang akan dilakukan,

kegiatan tersebut dilakukan oleh pihak pemerintah daerah beserta dinas terkait.

Salah satu bentuk kegiatan rutin yang dilakukan di HKS yaitu perayaan Hari

Ulang Tahun Kota Jakarta, dimana di HKS diselenggarakan kegiatan festival,

bazar, penanaman bibit pohon, pelepasan bibit ikan, dsb.

Kegiatan pemeliharaan HKS dilakukan dengan membersihkan sampah

daun di areal HKS yang dilakukan oleh petugas kebersihan. Jumlah tenaga

petugas kebersihan HKS berjumlah 5 orang, dimana kesemuanya laki-laki. Selain

pembersihan areal HKS dari sampah, kegiatan pemeliharaan lainnya yaitu

penanaman dan penyulaman. Pada tahun 2010 dilakukan penanaman baru dan

penyulaman sebanyak 500 bibit matoa, buni, kepel, gayam, dan menteng (DKP

2010).

Kegiatan perlindungan dan pengamanan HKS dilakukan melalui kegiatan

patroli petugas keamanan HKS. Kegiatan perlindungan dan pengamanan HKS

dilakukan guna menjaga fungsi hutan tetap optimal serta untuk mengurangi dan

menghindari perilaku negatif masyarakat seperti merusak pohon, merusak

fasilitas, membuang sampah pada areal hutan, pencurian kayu, serta tindak asusila

di dalam kawasan HKS. Tenaga keamanan HKS berjumlah 4 orang dan

kesemuanya laki-laki.

HKS dapat dimanfaatkan oleh masyarakat baik secara langsung maupun

tak langsung. Secara tak langsung HKS memberikan manfaat berupa penangkal

polusi, pencegah banjir, pengurang kebisingan, dsb. Pemanfaatan HKS secara

langsung oleh masyarakat dapat berupa pemanfaatan untuk rekreasi, ruang

sosialisasi masyarakat, pengembangan pendidikan, pemanfaatan hasil hutan bukan

kayu berupa pemancingan ikan, maupun kegiatan ekonomi seperti berdagang.

Pedagang yang membuka kedai di dalam kawasan HKS saat ini berjumlah 7 orang

(6 perempuan dan 1 laki-laki) mereka umumnya berdagang aneka jenis makanan

dan minuman bagi pegunjung HKS. Selain pedagang makanan, HKS juga

memiliki areal budidaya tanaman hias. Budidaya tanaman hias dilakukan oleh 11

orang petani tanaman hias dan kesemuanya laki-laki. Menurut Dinas Kelautan

Page 19: Skripsi Tri.SS

dan Pertanian Sub Bidang Kehutanan DKI Jakarta, kedepannya kegiatan

pemanfaatan HKS masih akan terus dikembangkan, diantaranya dengan

pengembangan kegiatan pemanfaatan danau agar berfungsi maksimal baik untuk

jasa air maupun rekreasi. Kegiatan pengembangan pemanfaatan HKS tersebut

diakukan tanpa mengurangi fungsi HKS sebagai areal konservasi.

Pihak pengelola HKS juga melakukan kegiatan pembinaan masyarakat

sekitar HKS. Kegiatan tersebut diantaranya penyuluhan guna meningkatan

kesadaran akan pentingnya melestarikan alam. Kegiatan tersebut dilakukan di

kawasan HKS kepada masyarakat sekitar dan siswa sekolah.

Karakteristik Responden

Umur

Responden laki-laki dan perempuan di Kelurahan Srengseng terdiri dari

berbagai tingkatan umur. Responden laki-laki dan perempuan didominasi oleh

kelompok umur kurang dari 37 tahun yaitu sebanyak 44.3% dan 52.1%. Distribusi

responden berdasarkan umur tertera pada Tabel 6.

Tabel 6 Distribusi responden berdasarkan umur

Kelompok umur Responden

Laki-laki Perempuan

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

Umur < 37 tahun 23 44.3 25 52.1

Umur 37-53 tahun 18 34.6 16 33.3

Umur > 53 tahun 11 21.2 7 14.6

Pendidikan

Pendidikan responden di Kelurahan Srengseng, baik laki-laki maupun

perempuan didominasi oleh responden dengan tingkat pendidikan terakhir SMP-

SMA, masing-masing sebesar 63.5% untuk laki-laki dan 68.8% untuk perempuan.

Perbandingan persentase responden laki-laki dan perempuan menurut tingkat

pendidikan terakhir tertera pada Tabel 7.

Tabel 7 Distribusi responden berdasarkan pendidikan

Kelompok Responden

pendidikan Laki-laki Perempuan

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

Tidak sekolah – SD 11 21.2 13 27.1

SMP - SMA 33 63.5 33 68.8

Diploma – Sarjana 8 15.4 2

4.7

Jumlah Anggota Keluarga

Karakteristik responden laki-laki dan perempuan dalam hal jumlah

anggota keluarga didominasi oleh responden dengan jumlah anggota keluarga

kurang dari 5 orang. Responden dengan jumlah anggota keluarga kurang dari 5

orang untuk laki-laki sebanyak 61.5% dan perempuan sebanyak 60.4%. Sebaran

responden menurut jumlah anggota keluarga dapat dilihat pada tabel 8.

Page 20: Skripsi Tri.SS

Tabel 8 Distribusi responden berdasarkan jumlah anggota keluarga

Jumlah Responden

keluarga Laki-laki Perempuan

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

< 5 orang 32 61.5 29 60.4

5 - 7 orang 16 30.8 18 37.5

> 7 orang 9

7.7 1 2.1

Pekerjaan

Responden laki-laki dan perempuan di Kelurahan Srengseng memiliki

perbedaan dalam hal pekerjaan utamanya. Responden laki-laki didominasi oleh

jenis pekerjaan non pegawai (wirausaha) sebesar 55.8%, sedangkan responden

perempuan didominasi pada jenis pekerjaan domestik atau ibu rumah tangga

sebesar 81.3%. Perbandingan persentase responden menurut jenis pekerjaannya

tertera pada tabel 9.

Tabel 9 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan utama

Kelompok Responden

pekerjaan Laki-laki Perempuan

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

Tidak bekerja 8 15.4 39 81.3

Non pegawai 29 55.8 6 12.5

Pegawai 15 28.8 3 6.3

Lama Tinggal

Responden di Kelurahan Srengseng baik laki-laki maupun perempuan

didominasi oleh mereka yang sudah tinggal di daerah tersebut selama 23 hingga

46 tahun. Sebanyak 44.2% responden laki-laki dan 47.9% responden perempuan

sudah menetap di Kelurahan Srengseng selama 23 hingga 46 tahun. Distribusi

responden berdasarkan lama tinggal di Kelurahan Srengseng dapat dilihat pada

tabel 10.

Tabel 10 Distribusi responden berdasarkan lama tinggal di Kelurahan Srengseng

Lama tinggal Responden

Laki-laki Perempuan

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)

< 23 tahun 21 40.4 22 45.8

23 - 46 tahun 23 44.2 23 47.9

> 46 tahun 8 15.4 3 6.3

Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner

Dari hasil uji validitas dan reabilitas menggunakan program IBM SPSS

(Statistical Program for Social Science) Statistics 20, diketahui jumlah pertanyaan

valid untuk mengukur persepsi sebanyak 7 pertanyaan dengan nilai reabilitas

(Cronbach’s Alpha) sebesar 0.616 sehingga dapat disimpulkan bahwa pertanyaan

penduga persepsi tersebut valid dan reliabel. Untuk pengukuran sikap, jumlah

Page 21: Skripsi Tri.SS

pertanyaan valid sebanyak 4 pertanyaan dengan nilai reabilitas sebesar 0.232 serta

dapat disimpulkan bahwa pertanyaan penduga sikap tersebut valid dan agak

reliabel. Sedangkan jumlah pertanyaan valid untuk mengukur partisipasi sebanyak

5 pertanyaan dengan nilai reabilitas sebesar 0.395 sehingga dapat disimpulkan

bahwa pertanyaan penduga partisipasi tersebut valid dan agak reliabel. Nilai

validitas dan reabilitas kuesioner tertera pada Lampiran 4.

Persepsi Masyarakat terhadap HKS dan Faktor yang Mempengaruhinya

Mulyana (2010) mendefinisikan persepsi sebagai proses internal yang

memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan

dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita. Persepsi

meliputi pengindraan (sensasi) melalui alat-alat indra, organisasi, dan interpretasi.

Organisasi melekat pada interpretasi, yang dapat didefinisikan sebagai meletakkan

suatu rangsangan bersama rangsangan lainnya sehingga menjadi suatu

keseluruhan yang bermakna.

pengukuran tingkat persepsi masyarakat terhadap HKS diukur berdasarkan

skala likert dari skor total terhadap 7 pertanyaan valid penduga persepsi seperti

tercantum dalam Tabel 11.

Tabel 11 Kategori tingkat persepsi

No Kategori Skor

1 Sangat Tinggi 18.2≤x<21.0

2 Tinggi 15.4≤x<18.2

3 Sedang 12.6≤x<15.4

4 Rendah 9.8≤x<12.6

5 Sangat Rendah 7≤x<9.80

Berdasarkan hasil penjumlahan skor pertanyaan untuk persepsi didapatkan

hasil tingkat persepsi masyarakat sekitar terhadap HKS tercantum dalam Tabel

12. Rata-rata tingkat persepsi masyarakat tertera dalam Tabel 13.

Tabel 12 Tingkat persepsi masyarakat terhadap HKS menurut jenis kelamin

Kategori Skor Laki-laki Perempuan Total

n1 % n2 % n %

Sangat Tinggi 18.2≤x<21.0 10 19.2 8 16.6 18 18

Tinggi 15.4≤x<18.2 13 25.0 15 31.3 28 28

Sedang 12.6≤x<15.4 17 32.6 17 35.4 34 34

Rendah 9.8≤x<12.6 7 13.4 7 14.6 14 14

Sangat Rendah 7≤x<9.80 5 9.60 1 2.00 6 6

Tabel 13 Rata-rata tingkat persepsi masyarakat terhadap HKS

No Responden Skor rata-rata Tingkat persepsi

1 Laki-laki 15.0 Sedang

2 Perempuan 15.3 Sedang

3 Total 15.2 Sedang

Page 22: Skripsi Tri.SS

Persepsi masyarakat keseluruhan terhadap HKS termasuk dalam kategori

sedang dengan skor rata-rata 15.2, sedangkan persepsi masyarakat dilihat menurut

jenis kelamin memiliki skor rata-rata yang berbeda dimana nilai persepsi

perempuan lebih tinggi dibanding nilai persepsi laki-laki namun masih berada

pada level persepsi yang sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa laki-laki dan

perempuan tidak memiliki perbedaan dalam hal tingkat persepsinya terhadap

HKS. Hal ini bertentangan dengan simpulan Baskoro (2010) dalam penelitiannya

mengenai persepsi masyarakat terhadap fungsi hutan sebagai pengendali banjir,

yang menyatakan faktor karakteristik responden yang mempengaruhi terhadap

persepsi adalah jenis kelamin. Responden wanita memiliki persepsi lebih baik

karena mereka menanggapi lebih sensitif terhadap kejadian banjir yang menimpa

dirinya dan keluarga sehingga responden wanita memiliki penilaian yang lebih

baik sedangkan responden pria kurang. Perbedaan simpulan ini dapat dikarenakan

oleh adanya perbedaan dalam objek yang diteliti dan perbedaan karakteristik

individu laki-laki maupun perempuan, baik dalam hal pengalaman, sifat, maupun

budaya seperti uraian Fakih (1996) yang menyatakan sifat dan ciri laki-laki dan

perempuan dapat berubah dari waktu ke waktu serta berbeda dari tempat ke

tempat lainnya, maupun berbeda dari suatu kelas ke kelas yang lain.

Masyarakat sekitar HKS umumnya sudah memiliki persepsi yang benar

terhadap HKS dan berpendapat bahwa keberadaan HKS dapat meningkatkan

kualitas lingkungan sekitar baik dari segi udara, iklim, dan kebisingan, serta

mereka cukup mengetahui fungsi dibangunnya HKS, diantaranya sebagai daerah

resapan air, daerah penghijauan, dan sarana rekreasi.

Tabel 14 Faktor yang mempengaruhi persepsi

Faktor Internal Persepsi

dan Eksternal Laki-Laki Perempuan

Koefisien Koefisien

Korelasi Korelasi

Usia 0.015 -0.237

Pendidikan -0.114 0.300*

Jumlah Keluarga 0.072 -0.087

Pekerjaan 0.051 0.324*

Lama Tinggal 0.089 -0.026

Penyuluhan 0.145 0.114 ** korelasi signifikan pada taraf nyata 0,01 (2-tailed)

* Korelasi signifikan pada taraf nyata 0,05 (2-tailed)

Dari hasil pengujian faktor yang mempengaruhi persepsi laki-laki dan

perempuan terhadap HKS menggunakan uji korelasi spearman pada taraf

kepercayaan 99% dan 95% (Tabel 14) diketahui untuk laki-laki tidak ada faktor

yang mempengaruhi persepsi secara signifikan, hal ini disebabkan karena tidak

adanya keragaman tingkat persepsi antar tiap karakteristik responden laki-laki

yang diuji dalam penelitian ini. Faktor yang mempengaruhi pembentukan persepsi

laki-laki mungkin dipengaruhi oleh faktor lain diluar faktor usia, pekerjaan,

pendidikan, jumlah keluarga, lama tinggal, dan penyuluhan. Sedangkan untuk

perempuan faktor pekerjaan dan pendidikan berpengaruh nyata dengan tingkat

keeratan hubungan sebesar 0.324 dan 0.300 terhadap pembentukan persepsi.

Perempuan yang bekerja sebagai pegawai, wirausaha, dan ibu rumah tangga

Page 23: Skripsi Tri.SS

memiliki perbedaan dalam membentuk persepsinya terhadap HKS, hal ini

disebabkan oleh jam kerja yang berbeda antar pekerjaan tersebut dimana

perempuan ibu rumah tangga dan pegawai memiliki waktu luang yang berbeda

untuk melakukan aktifitas di HKS. Perempuan yang bekerja sebagai pegawai

memiliki waktu luang yang lebih sedikit dibandingkan ibu rumah tangga sehingga

perempuan ibu rumah tangga memiliki waktu lebih banyak untuk berinteraksi dan

melakukan aktifitas di HKS dan persepsi yang dibentuk pun cenderung lebih baik

dibanding perempuan yang bekerja sebagai pegawai. Selain itu perempuan yang

memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi cenderung memiliki persepsi yang lebih

baik terhadap HKS, hal ini disebabkan karena mereka sudah mengetahui fungsi

lain HKS selain sarana rekreasi, diantaranya sebagai fungsi pendidikan dan sosial

masyarakat.

Sikap Masyarakat terhadap HKS dan Faktor yang Mempengaruhinya

Sears et al. (1985) menyatakan, sikap terhadap objek, gagasan atau orang

tertentu merupakan orientasi yang bersifat menetap dengan komponen-komponen

kognitif, afektif, dan perilaku. Komponen kognitif terdiri dari seluruh kognisi

yang dimiliki seseorang mengenai objek sikap tertentu, fakta, pengetahuan, dan

keyakinan tentang objek. Komponen afektif terdiri dari seluruh perasaan atau

emosi seseorang terhadap objek, terutama penilaian. Komponen perilaku terdiri

dari kesiapan seseorang untuk bereaksi atau kecenderungan untuk bertindak

terhadap objek. Dalam mengukur tingkat sikap masyarakat terhadap HKS diukur

menggunakan skala likert dari skor total terhadap 4 pertanyaan valid penduga

sikap seperti tercantum dalam Tabel 15.

Tabel 15 Kategori tingkat sikap

No Kategori Skor

1 Sangat Tinggi 10.4≤x<12.0

2 Tinggi 8.8≤x<10.4

3 Sedang 7.2≤x<8.80

4 Rendah 5.6≤x<7.20

5 Sangat Rendah 4≤x<5.60

Berdasarkan hasil dari penjumlahan skor pertanyaan untuk sikap didapatkan

hasil tingkat sikap masyarakat terhadap HKS seperti tertera pada tabel 16. Rata-

rata tingkat sikap masyarakat tertera dalam Tabel 17.

Tabel 16 Tingkat sikap masyarakat terhadap HKS menurut jenis kelamin

Kategori Skor Laki-laki Perempuan Total

n1 % n2 % n %

Sangat Tinggi 10.4≤x<12.0 47 90.3 47 97.9 94 94

Tinggi 8.8≤x<10.4 4 7.69 1 2.08 5 5

Sedang 7.2≤x<8.80 1 1.92 0 0.00 1 1

Rendah 5.6≤x<7.20 0 0.00 0 0.00 0 0

Sangat Rendah 4≤x<5.60 0 0.00 0 0.00 0 0

Page 24: Skripsi Tri.SS

Tabel 17 Rata-rata skor tingkat sikap masyarakat terhadap HKS

No Responden Skor rata-rata Tingkat persepsi

1 Laki-laki 11.65 Sangat Tinggi

2 Perempuan 11.88 Sangat Tinggi

3 Total 11.76 Sangat Tinggi

Sikap masyarakat keseluruhan terhadap HKS berada pada tingkat sangat

tinggi. Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, tingkat sikap laki-laki dan

perempuan termasuk kedalam kategori yang sama yaitu sangat tinggi sehingga

dapat disimpulkan tidak ada perbedaan tingkat sikap antara laki-laki dan

perempuan, hal ini sejalan dengan hasil penelitian Saragih (2007) yang

menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan sikap

masyarakat terhadap Taman Hutan Raya Pancoran Mas Depok.

Masyarakat sekitar HKS umumnya memiliki sikap menyetujui dan senang

dengan keberadaan HKS. Selain itu masyarakat baik laki-laki maupun perempuan

juga bersikap mendukung adanya rencana pengembangan HKS kedepannya.

Tabel 18 Faktor yang mempengaruhi sikap

Faktor Internal Sikap

dan Eksternal Laki-Laki Perempuan

Koefisien Koefisien

Korelasi Korelasi

Usia -0.327* -0.307*

Pendidikan 0.180 0.258

Jumlah Keluarga 0.095 -0.124

Pekerjaan 0.029 -0.014

Lama Tinggal -0.087 -0.147

Penyuluhan -0.010 0.071 ** korelasi signifikan pada taraf nyata 0,01 (2-tailed)

* Korelasi signifikan pada taraf nyata 0,05 (2-tailed)

Dari hasil pengujian faktor yang mempengaruhi sikap laki-laki dan

perempuan terhadap HKS menggunakan uji korelasi spearman pada taraf

kepercayaan 99% dan 95% (Tabel 18) diketahui untuk laki-laki dan perempuan

faktor usia berpengaruh nyata sebesar 0.327 dan 0.307 terhadap pembentukan

sikap dengan arah hubungan yang negatif. Laki-laki dan perempuan yang berumur

lebih tua memiliki sikap yang kurang peduli dan bersikap tak acuh dengan kondisi

HKS dibandingkan dengan laki-laki dan perempuan yang berumur lebih muda,

hal ini dikarenakan intensitas interaksi masyarakat yang berumur lebih tua dengan

HKS cenderung jarang sehingga sikap yang terbentuk pun cenderung kurang

peduli. Hal ini tidak sejalan dengan pendapat Apriyanti (2011) yang mengukur

tingkat sikap masyarakat pengunjung Kebun Raya Bogor (KRB) terhadap koleksi

tumbuhan obat yang menyebutkan bahwa tingkat sikap pengunjung KRB terhadap

koleksi tumbuhan obat dipengaruhi oleh usia, dimana semakin tinggi usia

seseorang maka sikap yang akan ditunjukkan juga semakin disesuaikan dengan

kedewasaan seseorang dalam menilai suatu objek. Perbedaan simpulan ini dapat

dikarenakan oleh adanya perbedaan dalam objek yang diteliti dan perbedaan

karakteristik individu, baik dalam hal pengalaman, sifat, maupun budaya.

Page 25: Skripsi Tri.SS

Partisipasi Masyarakat terhadap Pengelolaan HKS dan Faktor yang

Mempengaruhinya

Partisipasi merupakan bentuk kegiatan ikut serta menyumbangkan sesuatu

yang dimiliki sebagai respon terhadap sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya.

Sebenarnya definisi partisipasi sangat beragam. Menurut Nasdian (2003) dalam

Budiarti (2011) partisipasi diartikan sebagai proses aktif dimana inisiatif diambil

oleh masyarakat sendiri, dibimbing oleh cara berpikir sendiri, dengan

menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat

melakukan kontrol efektif. Definisi ini memberikan pengertian bahwa masyarakat

diberi kemampuan untuk mengelola potensi yang dimiliki secara mandiri.

Pengukuran tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan HKS diukur

berdasarkan skala likert dari skor total terhadap partisipasi masyarakat dalam 5

tahapan kegiatan pengelolaan hutan kota seperti tercantum dalam Tabel 19.

Tabel 19 Kategori tingkat partisipasi

No Kategori Skor

1 Sangat Tinggi 13≤x<15

2 Tinggi 11≤x<13

3 Sedang 9≤x<11

4 Rendah 7≤x<9

5 Sangat Rendah 5≤x<7

Berdasarkan penjumlahan skor partisipasi masyarakat dalam 5 tahapan

kegiatan pengelolaan HKS didapatkan hasil tingkat partisipasi masyarakat sekitar

terhadap kegiatan pengelolaan HKS seperti tercantum pada Tabel 20. Rata-rata

tingkat partisipasi masyarakat tertera dalam Tabel 21.

Tabel 20 Tingkat partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan HKS menurut

jenis kelamin

Kategori Skor Laki-laki Perempuan Total

n1 % n2 % n %

Sangat Tinggi 13≤x<15 0 0.0 0 0.0 0

0

Tinggi 11≤x<13 0

0.0 0 0.0

0 0

Sedang 9≤x<11

1

1.9 0

0.0

0

0

Rendah 7≤x<9 10 19.2

6 12.5 16 16

Sangat Rendah 5≤x<7 41 78.8 42 87.5 83 83

Tabel 21 Rata-rata skor tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan

HKS

No Responden Skor rata-rata Tingkat partisipasi

1 Laki-laki 6.04 Sangat Rendah

2 Perempuan 5.62 Sangat Rendah

3 Total 5.84 Sangat Rendah

Dari hasil tersebut diketahui bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam

pengelolaan HKS tergolong sangat rendah baik bagi laki-laki maupun perempuan.

Page 26: Skripsi Tri.SS

Berdasarkan tangga tingkatan partisipasi menurut Arnstein (1969) dalam

Ramadyanti (2009) maka tingkat partisipasi masyarakat sekitar HKS terhadap

pengelolaan HKS masuk kedalam kategori Konsultasi (Consultation). Dimana

pada tangga partisipasi ini komunikasi telah bersifat dua arah, tapi masih bersifat

partisipasi yang ritual. Sudah ada penjaringan aspirasi, telah ada aturan pengajuan

usulan, telah ada harapan bahwa aspirasi masyarakat akan didengarkan, tapi

belum ada jaminan apakah aspirasi tersebut akan dilaksanakan ataupun perubahan

akan terjadi. Peran serta pada jenjang ini memiliki kemungkinan yang sangat kecil

untuk menghasilkan perubahan dalam masyarakat.

Dalam kegiatan pengelolaan HKS masyarakat kurang dilibatkan baik dalam

tahapan kegiatan perencanaan program, pemeliharaan, perlindungan, dan

pemantauan. Partisipasi masyarakat sekitar lebih didominasi pada partisipasi

dalam kegiatan pemanfaatan HKS. Kegiatan partisipasi perempuan dalam

pemanfaatan HKS lebih sedikit dibanding laki-laki. Masyarakat laki-laki

umumnya memanfaatkan HKS untuk berolahraga, memancing, dan berekreasi

dengan anak, sedangkan perempuan umumnya memanfaatkan HKS untuk

berekreasi dengan anak dan berolahraga di akhir pekan. Namun keduanya

memiliki akses yang sama dalam menikmati manfaat dari HKS tersebut.

Tabel 22 Faktor yang mempengaruhi partisipasi

Faktor Internal Persepsi

dan Eksternal Laki-Laki Perempuan

Koefisien Koefisien

Korelasi Korelasi

Usia -0.176 -0.006

Pendidikan -0.274* -0.042

Jumlah Keluarga -0.269 0.113

Pekerjaan -0.070 0.024

Lama Tinggal -0.026 0.131

Penyuluhan 0.423** -0.025 ** korelasi signifikan pada taraf nyata 0,01 (2-tailed)

* Korelasi signifikan pada taraf nyata 0,05 (2-tailed)

Dari hasil pengujian faktor yang mempengaruhi partisipasi laki-laki dan

perempuan terhadap pengelolaan HKS menggunakan uji korelasi spearman pada

taraf kepercayaan 99% dan 95% (Tabel 22) diketahui untuk perempuan tidak ada

faktor yang mempengaruhi partisipasi secara signifikan, hal ini disebabkan karena

tidak adanya keragaman tingkat partisipasi antar tiap karakteristik responden

perempuan yang diuji dalam penelitian ini, faktor yang mempengaruhi tingkat

partisipasi perempuan mungkin dipengaruhi oleh faktor lain diluar faktor usia,

pekerjaan, pendidikan, jumlah keluarga, lama tinggal, dan penyuluhan. Sedangkan

untuk laki-laki faktor penyuluhan dan pendidikan berpengaruh nyata sebesar

0.392 dan -0.274 terhadap partisipasinya, dimana laki-laki yang lebih sering

mendapatkan penyuluhan akan mempunyai tingkat partisipasi yang tinggi, dan

umumnya laki-laki yang sering mendapat penyuluhan merupakan mereka yang

juga bekerja di kawasan HKS seperti petani tanaman hias, tenaga keamanan, dsb,

sehingga terdapat hubungan yang erat antara intensitas penyuluhan pada laki-laki

dengan tingkat partisipasinya, berbeda dengan perempuan yang jarang

mendapatkan penyuluhan serta sedikit partisipasinya dalam hal tenaga kerja di

Page 27: Skripsi Tri.SS

HKS. Faktor pendidikan berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat terhadap

pengelolaan HKS dengan arah hubungan yang negatif, hal ini dikarenakan laki-

laki yang memiliki pendidikan lebih tinggi enggan untuk berpartisipasi langsung

dalam pegelolaan HKS dan cenderung memilih untuk berpartisipasi secara tidak

langsung berupa pemberian masukan dan saran saja terhadap pengelolaan HKS.

Partisipasi masyarakat sekitar sebagai tenaga pemelihara dan pelindung

HKS hanya dilakukan oleh masyarakat sekitar yang bekerja sebagai tenaga

kebersihan, keamanan, dan petani tanaman hias di HKS dengan keseluruhannya

berjumlah 20 orang laki-laki. Grafik tenaga kerja di HKS berdasarkan jenis

kelamin terlihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Grafik tenaga kerja HKS menurut jenis kelamin

Partisipasi Masyarakat menurut Perspektif Gender

Kondisi HKS saat ini masih cukup baik, namun terdapat beberapa kerusakan

pada fasilitas dan vegetasi di HKS seperti terlihat pada Gambar 4. Perilaku

membuang sampah rumah tangga di dalam kawasan HKS dilakukan oleh warga

dikarenakan kurangnya rasa memiliki dan rasa tanggungjawab terhadap HKS.

HKS dianggap sebagai public property bagi sebagian masyarakat sehingga

memunculkan perilaku sewenang-wenang tanpa berpikir akan akibat perbuatan

mereka kedepannya. Sebagian warga menyatakan lebih memilih membuang

sampah rumah tangga di areal HKS karena tidak memakan biaya sehingga tidak

perlu mengeluarkan biaya lagi untuk iuran kebersihan di wilayahnya. Perilaku

kurang bertanggungjawab masyarakat terhadap HKS bertolak belakang dengan

sikapnya terhadap HKS, hal ini disebabkan karena situasi, kondisi ekonomi, serta

kurangnya pengetahuan masyarakat akan dampak perilaku mereka nantinya.

Salah satu cara untuk mengurangi perilaku tersebut dapat dilakukan dengan

ikut melibatkan masyarakat dalam berbagai kegiatan HKS mulai dari kegiatan

perencanaan program hingga pemantauan, sehingga masyarakat mempunyai rasa

tanggungjawab dan rasa memiliki terhadap HKS. Sesuai dengan pernyataan Jamil

(2006) dalam Saragih (2007) yang menyatakan bahwa tanpa dukungan

masyarakat, upaya konservasi yang dilakukan tidak akan berhasil dengan baik.

Partisipasi masyarakat dalam kawasan lindung sangat diperlukan, mulai dari tahap

perencanaan dan penyusunan sampai pada tahap pelaksanaan dan dalam

melakukan kegiatan perlindungan jangka panjang.

02468

1012

kebersihan keamanan pembibit tanaman hias

jum

lah

(o

ran

g)

laki-laki

Page 28: Skripsi Tri.SS

(a) (b)

(c) (d)

Keterangan a : Kerusakan tembok pembatas c : Kerusakan vegetasi

b : Timbunan sampah d : Kerusakan fasilitas

Gambar 4 Bentuk kerusakan di HKS akibat perilaku masyarakat

Menurut Markum (2001) dalam Saragih (2007) kecenderungan menuju

pengelolaan kawasan konservasi berbasis masyarakat merefleksikan sebuah

tantangan yang kompleks dalam melestarikan keanekaragaman hayati dan

perlindungan ekosistem alam. Dalam kajian pengelolaan hutan kota berbasis

masyarakat, kajian peran masyarakat perlu dilihat dari sudut pandang gender

(gender perspective). Gender, dalam hal ini merupakan produk konstruksi sosial

budaya yang berhubungan dengan peran, kedudukan, dan kebutuhan baik laki-laki

maupun perempuan (Fakih 1996). Sehingga dalam proses pembuatan kebijakan

harus juga mempertimbangkan kebutuhan, aspirasi, dan pengalaman perempuan

serta laki-laki sebagai instrumen yang ditujukan untuk meningkatkan

kesejahteraan bersama. Dengan melihat fakta bahwa tingkat persepsi serta sikap

perempuan dan laki-laki terhadap HKS tergolong sejajar, bahkan perempuan lebih

tinggi, maka dalam kajian kebijakan pengelolaan yang menyangkut masyarakat

haruslah adil dan spesifik gender. Menurut Handayani dan Sugiarti (2008) dalam

pendekatan gender, posisi perempuan diletakkan dalam konstruksi sosial gender

serta pemberian peran tertentu pada perempuan maupun laki-laki. Laki-laki

berperan atau terlibat dalam penempatan posisi perempuan dan sebaliknya.

Sehingga kebijakan responsif gender yang tercipta tidak sekedar add women and

stir.

Page 29: Skripsi Tri.SS

Peran serta masyarakat dalam mengembangkan Ruang Terbuka Hijau

(RTH) di DKI Jakarta sudah ada yang terlihat berhasil, yaitu pengembangan

kawasan Situ Babakan di Jakarta Selatan oleh masyarakat. Kawasan Situ Babakan

memiliki keunggulan dengan adanya danau yang dapat digunakan untuk kegiatan

rekreasi serta hutan kota seluas 8,9 Ha yang letaknya berdampingan dengan kebun

masyarakat. Bentuk partisipasi masyarakat di kawasan Situ Babakan berupa

kegiatan aktif yang diikuti masyarakat sepeti rapat rutin, melakukan kegiatan-

kegiatan rutin maupun berkala seperti kegiatan agrowisata, pameran seni dan

budaya di kawasan Situ Babakan, dan sebagainya (Rusliansyah 2005).

Masyarakat sekitar HKS sebagian besar setuju dan bersedia dilibatkan

dalam pengelolaan HKS. Sebesar 89.6% warga perempuan menyatakan setuju

adanya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan HKS dan sebesar 50% warga

perempuan bersedia dilibatkan dalam kegiatan pengelolaan HKS. 86.5% warga

laki-laki berpendapat setuju dengan adanya partisipasi masyarakat dalam

pengelolaan HKS dan 63.5% warga laki-laki bersedia untuk dilibatkan. Mereka

berpendapat masyarakat turut dilibatkan dalam pengelolaan HKS guna

menumbuhkan rasa bertanggungjawab dan rasa memiliki terhadap HKS. Dengan

adanya kajian partisipasi masyarakat yang responsif gender, selain menumbuhkan

rasa tanggungjawab dan rasa memiliki masyarakat terhadap HKS, hal tersebut

juga turut meningkatkan peran dan status perempuan di masyarakat, dimana

terdapat koreasi positif antara partisipasi perempuan dalam sektor produktif

dengan status perempuan di masyarakat (Fakih 1996).

Page 30: Skripsi Tri.SS

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Tingkat persepsi masyarakat terhadap HKS baik laki-laki maupun

perempuan termasuk kategori sedang. Faktor pekerjaan dan pendidikan

mempengaruhi pembentukan persepsi perempuan secara signifikan, sedangkan

untuk laki-laki tidak ada faktor yang mempengaruhi pembentukan persepsinya

terhadap HKS secara signifikan. Sikap masyarakat laki-laki maupun perempuan

terhadap HKS termasuk kategori sangat tinggi. Faktor usia mempengaruhi

pembentukan sikap perempuan dan laki-laki secara signifikan. Adapun tingkat

partisipasi masyarakat dalam pengelolaan HKS baik laki-laki maupun perempuan

termasuk kategori sangat rendah. Faktor penyuluhan dan pendidikan

mempengaruhi tingkat partisipasi laki-laki secara signifikan, sedangkan untuk

perempuan tidak ada faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasinya secara

signifikan. Selain itu masyarakat sekitar, baik laki-laki maupun perempuan setuju

dengan adanya partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan HKS dan bersedia

untuk dilibatkan dalam kegiatan pengelolaan HKS guna menumbuhkan rasa

tanggungjawab dan rasa memiliki.

Saran

Perlu dilakukan strategi peningkatan persepsi masyarakat terhadap HKS

guna meningkatkan dan memperbaiki perilaku masyarakat sekitar menjadi lebih

peduli akan kondisi HKS. Strategi tersebut dapat berupa peningkatan penyuluhan

mengenai HKS kepada warga sekitar maupun pelibatan peran aktif masyarakat

sekitar dalam pengelolaan HKS. Dalam kajian pelibatan masyarakat terhadap

pengelolaan HKS perlu mempertimbangkan kebutuhan, aspirasi, dan pengalaman

perempuan serta laki-laki sebagai instrumen yang ditujukan untuk meningkatkan

kesejahteraan bersama sehingga manfaat yang diperoleh dari kebijakan tersebut

terbagi adil bagi masyarakat yang terdiri dari laki-laki dan perempuan, serta turut

meningkatkan status sosial perempuan di masyarakat. Pelibatan masyarakat dalam

pengelolaan HKS dapat berupa penyediaan dan pemanfaatan sebagian areal HKS

sebagai kebun budidaya tanaman obat dan bunga yang dikelola oleh masyarakat

sekitar, serta dibuatnya sarana penyalur kreativitas seni graffiti masyarakat agar

perilaku vandalisme pada fasilitas HKS dapat dikurangi. Selain itu perlu

dilakukan penelitian lanjutan mengenai perilaku masyarakat sekitar serta

pengunjung terhadap HKS menurut perspektif gender.

Page 31: Skripsi Tri.SS

DAFTAR PUSTAKA

Apriyanti H. 2011. Persepsi dan sikap pengunjung Kebun Raya Bogor terhadap

koleksi tumbuhan obat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Baskoro T. 2010. Persepsi dan sikap masyarakat Kota Jakarta terhadap fungsi

hutan di daerah hulu dalam pengendalian banjir. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor.

Budiarti S. 2011. Persepsi dan partisipasi masyarakat desa sekitar hutan terhadap

sistem PHBM di Perum Perhutani (kasus di KPH Cianjur Perum Perhutani

unit III, Jawa Barat) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[DKP DKI Jakarta]. 2010. Informasi Kehutanan Dinas Kelautan dan Pertanian

DKI Jakarta. Jakarta: DKP.

Djatmiko HT. 2008. Persepsi masyarakat perkotaan terhadap hutan kota (studi

kasus di rw.013, rw.002 dan rw.020 Kelurahan Kayuringin Jaya, Kecamatan

Bekasi Selatan, Kota Bekasi) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Fakih M. 1996. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta (ID):

Pustaka Pelajar.

Handayani T, Sugiarti. 2008. Konsep dan Teknik Penelitian Gender: Edisi Revisi.

Malang (ID): UMM Press.

Hubeis AVS. 2012. Pemberdayaan Perempuan dari Masa ke Masa. Bogor (ID):

IPB Press

Irwan ZD. 2008. Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota. Jakarta (ID):

PT Bumi Aksara.

Joga N. 2011. RTH 30%! Resolusi (Kota) Hijau. Jakarta (ID): PT Gramedia

Pustaka Utama.

Mulyana, D. 2010. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Jakarta (ID): PT.

Remaja Rosdakarya.

Mosse JC. 1996. Gender dan Pembangunan. Yogyakarta (ID): Pustaka

Pelajar.

Ramadyanti, M N. 2009. Tingkat partisipasi masyarakat dalam program

Corporate Social Responcibility (CSR) PT. Unilever Indonesia (studi kasus

program Jakarta Green and Clean (JGC) 2007) [Skripsi]. Bogor (ID):

Institut Pertanian Bogor.

Rusliansyah E. 2005. Kajian peluang pelibatan masyarakat dalam pengembangan

hutan kota sengseng Jakarta Barat [Tesis]. Semarang (ID): Universitas

Diponegoro.

Sarwono J. 2006. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS 13. Bandung (ID):

Andi Media.

Saragih GS. 2007. Sikap masyarakat Kelurahan Pancoran Mas terhadap taman

hutan raya Pancoran Mas, Depok [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian

Bogor.

Sears DO, Freedman JL, Peplau LA. 1985. Psikologi Sosial Jilid I. Jakarta (ID):

Eralngga.

Sears DO, Freedman JL, Peplau LA. 1985. Psikologi Sosial Jilid II. Jakarta (ID):

Eralngga.

Shiva V. 1998. Bebas dari Pembangunan: Perempuan, Ekologi dan Perjuangan

Hidup di India. Jakarta (ID): Yayasan Obor Indonesia.

Page 32: Skripsi Tri.SS

LAMPIRAN

Page 33: Skripsi Tri.SS

Lampiran 1. Riwayat hidup penulis

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tangga 15 Agustus 1991 dari

ayah Ramedi dan ibu Supini. Penulis adalah putra ketiga dari

empat bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA 1 Kota

Tangerang Selatan dan pada tahun yang sama penulis lulus

seleksi Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima

pada Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan.

Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah menjadi kartunis

koran kampus IPB pada tahun 2009, koordinator kartunis

koran kampus IPB pada tahun 2010, pengurus IFSA IPB pada tahun 2010-2012,

dan pengurus FMSC pada tahun 2012. Selain itu penulis juga pernah melakukan

kegiatan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Pangandaran-Gunung

Sawal, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat,

dan Praktek Kerja Lapang (PKL) di KPH Banyumas Timur.

Penulis juga aktif mengikuti lomba karya tulis ilmiah tingkat mahasiswa.

Prestasi yang pernah diraih penulis ialah Juara I Kompetisi Karya Tulis Imiah

Pekan Ilmiah Kehutanan Nasional ke-VI pada Desember 2012. Selain itu penulis

juga menerima beasiswa Tanoto Foundation untuk menunjang kegiatan

perkuliahan selama berkuliah di IPB.

Page 34: Skripsi Tri.SS

Lampiran 2. Sketsa kawasan HKS

Keterangan :

1 : Gerbang masuk HKS 5 : Papan larangan 9 : Tanaman hias

2 : Pos jaga dan kantor 6 : Jogging track 10 : Danau

3 : Taman bermain 7 : Stadium

4 : Wall climbing 8 : Area parkir

Page 35: Skripsi Tri.SS

Lampiran 3. Jenis-jenis pohon di HKS

No Nama latin Nama lokal

1 Acasia vilosa Akasia

2 Adenanthera pavonila Saga

3 Agathis damara Damar

4 Aleurites mollucana Kemiri

5 Alstonia scholaris Pulai

6 Amherstia nobilis Bunga ratu

7 Antidesma bunius Buni

8 Araucaria mucrophylla Cemara norfolk

9 Bambusa spp

Bambu tali angin

10 Bambusa spp

Bambu kuning

11 Baringtonia asiatica Keben

12 Bauhinia acuminate Kupu-kupu

13 Caessalpinia sappan Secang

14 Calophyllum inophyllum Nyamplung

15 Canarium commune Kenari

16 Cassia spp Kasia pohon

17 Cassia spp Kasia golden

18 Cassuarina equisetifolia Cemara laut

19 Cerbera odollam Bintaro

20 Cinnamomum burmanii Kayu manis

21 Cynomelia cauliflora Namnam

22 Delonix regia Flamboyan

23 Dillenia indica Sempur

24 Durio zibhetimus Durian

25 Erythrina cristagali Dadap merah

26 Eucalyptus alba Kayu putih

27 Eugenia cumini Jamblang

28 Ficus benyamina Beringin

29 Filicium decipiens Kirai payung

30 Flacaurtia rucam Rukem

31 Gmelina arborea Gmelina

32 Jacaranda acutifolia Jakaranda

33 Khaya spp Khaya

34 Bagerstropimia speciosa Bungur

35 Leucaena leucocephala Lamtoro

36 Mangifera indica Mangga

37 Manilkaraa kauki Sawo kecik

38 Maniltoa gemmipara Saputangan biasa

39 Maniltoa schiei Saputangan merah

40 Micheli champaka Cempaka

41 Mimosops elengi Tanjung

42 Muntingia calabura Kersen

43 Nypha fruticans Nipah

44 Oroxylus indicum Pompongan

45 Paraserianthes falcataria Sengon

Page 36: Skripsi Tri.SS

No Nama latin Nama lokal

46 Parkia speciosa Petai cina

47 Pinus mercusii Tusam

48 Pithecellobium dulce Asam kranji

49 Plumeria spp Kamboja

50 Polyalthia longifolia Glodokan tiang

51 Pometia pinnata Matoa

52 Pterospernum javanicum Bayur

53 Sallaca edulis Salak

54 Salyx babylonica Putir menangis

55 Samanea saman Trembesi

56 Schefflera spp Walisongo

57 Shima walichii Puspa

58 Spathodea campalunata Kecrutan

59 Starculia custita Kepoh

60 Stelechocarus burahol Kepel

61 Swietenia mahagoni Mahoni

62 Syzigium aquaea Jambu air

63 Tectona grandis Jati

64 Terminallia catappa Ketapang

Page 37: Skripsi Tri.SS

Lampiran 4. Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner

Uji Validitas dan Reabilitas

Poin Pertanyaan Sig-2 Tailed Cronbach’s Alpha

Persepsi 0.616

pertanyaan 1 0.000

pertanyaan 2 0.072

pertanyaan 3 0.000

pertanyaan 4 0.000

pertanyaan 5 0.000

pertanyaan 6 0.000

pertanyaan 7 0.290

pertanyaan 8 0.112

pertanyaan 9 0.003

pertanyaan 10 0.000

sikap 0.232

pertanyaan 1 0.000

pertanyaan 2 0.000

pertanyaan 3 0.004

pertanyaan 4 0.000

partisipasi 0.395

partisipasi 1 0.035

partisipasi 2 0.001

partisipasi 3 0.000

partisipasi 4 0.000

partisipasi 5 0.009

Page 38: Skripsi Tri.SS

Lampiran 5. Kuesioner Valid Penelitian

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Wawancara ini dilakukan hanya untuk kepentingan penelitian sebagai

salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor. Jawaban dari hasil wawancara akan dirahasiakan. Terima

kasih atas perhatian dan waktu yang telah anda berikan untuk menjawab

pertanyaan dari wawancara ini. Semoga apa yang anda berikan dapat bermanfaat.

I. Data Responden

Nama :

Umur :

Agama :

Jenis kelamin :

Jumlah anggota keluarga :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Lama Tinggal :

Peran dalam masyarakat :

Penahkan mendapatkan penyuluhan mengenai Hutan Kota : Ya / Tidak

Berapa kali pernah mendapatkan penyuluhan mengenai Hutan Kota : .... kali

Bagaimana fasilitas yang terdapat di Hutan Kota : Baik/Cukup/Kurang

Pilih satu jawaban dengan memberi tanda silang ( X )

A. Persepsi Masyarakat

1. Bapak/Ibu mengetahui apa itu Hutan Kota

Jawaban :

( ) Ya

Hutan Kota merupakan..............................................................................................

( ) Ragu-Ragu

Kenapa?......................................................................................................................

( ) Tidak

Kenapa?......................................................................................................................

2. Keberadaan Hutan Kota memberikan pengaruh positif bagi kehidupan sosial

Bapak/Ibu

Jawaban :

( ) Ya

Dalam hal..................................................................................................................

( ) Ragu-Ragu

Kenapa?......................................................................................................................

( ) Tidak

Kenapa?......................................................................................................................

Page 39: Skripsi Tri.SS

3. Keberadaan Hutan Kota dapat meningkatkan kesejahteraan hidup

Bapak/Ibu

Jawaban :

( ) Ya

Contohnya..................................................................................................................

( ) Ragu-Ragu

Kenapa?......................................................................................................................

( ) Tidak

Kenapa?......................................................................................................................

4. Keberadaan Hutan Kota dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga

Bapak/Ibu

Jawaban :

( ) Ya

Melalui.......................................................................................................................

( ) Ragu-Ragu

Kenapa?......................................................................................................................

( ) Tidak

Kenapa?......................................................................................................................

5. Keberadaan Hutan Kota dapat memberikan pengalaman dan ilmu

pengetahuan baru bagi Bapak/Ibu

Jawaban :

( ) Ya

Contohnya seperti.......................................................................................................

( ) Ragu-Ragu

Kenapa?......................................................................................................................

( ) Tidak

Kenapa?......................................................................................................................

6. Menurut Bapak/Ibu kehadiran Hutan Kota dapat menambah keindahan

kota Srengseng

Jawaban :

( ) Ya

Contohnya seperti.......................................................................................................

( ) Ragu-Ragu

Kenapa?......................................................................................................................

( ) Tidak

Kenapa?......................................................................................................................

7. Keberadaan Hutan Kota memberikan lapangan pekerjaan bagi Bapak/Ibu

Jawaban :

( ) Ya

Contohnya seperti.......................................................................................................

( ) Ragu-Ragu

Kenapa?......................................................................................................................

( ) Tidak

Kenapa?......................................................................................................................

Page 40: Skripsi Tri.SS

B. Sikap Masyarakat

1. Bapak/Ibu setuju dengan adanya Hutan Kota Srengseng

Jawaban :

( ) Setuju

Karena........................................................................................................................

( ) Ragu-Ragu

Karena........................................................................................................................

( ) Tidak Setuju

Karena........................................................................................................................

2. Bapak/Ibu senang dengan adanya Hutan Kota di lingkungan sekitar

perumahan

Jawaban :

( ) Setuju

Karena........................................................................................................................

( ) Ragu-Ragu

Karena........................................................................................................................

( ) Tidak Setuju

Karena........................................................................................................................

3. Bapak/Ibu mendukung adanya pengembangan Hutan Kota Srengseng

Jawaban :

( ) Setuju

Karena........................................................................................................................

( ) Ragu-Ragu

Karena........................................................................................................................

( ) Tidak Setuju

Karena........................................................................................................................

4. Bapak/Ibu mendukung diperbaikinya sarana dan prasarana yang ada di

dalam Hutan Kota Srengseng

Jawaban :

( ) Setuju

Karena........................................................................................................................

( ) Ragu-Ragu

Karena........................................................................................................................

( ) Tidak Setuju

Karena........................................................................................................................

Page 41: Skripsi Tri.SS

C. Partisipasi Tahap Perencanaan

1. Bapak/Ibu pernah dilibatkan dalam kegiatan penetapan tujuan pengelolaan

Hutan Kota

Jawaban :

( ) Pernah

Berapa kali?...............................................................................................................

( ) Tidak Pernah

Kenapa?......................................................................................................................

2. Bapak/Ibu pernah dilibatkan dalam kegiatan penetapan program jangka

pendek dan jangka panjang pengelolaan Hutan Kota

Jawaban :

( ) Pernah

Berapa kali?...............................................................................................................

( ) Tidak Pernah

Kenapa?......................................................................................................................

3. Bapak/Ibu pernah dilibatkan dalam kegiatan penetapan kelembagaan

Hutan Kota

Jawaban :

( ) Pernah

Berapa kali?...............................................................................................................

( ) Tidak Pernah

Kenapa?......................................................................................................................

4. Bapak/Ibu pernah dilibatkan dalam kegiatan penetapan sistem monitoring

dan evaluasi terhadap pengelolaan Hutan Kota

Jawaban :

( ) Pernah

Berapa kali?...............................................................................................................

( ) Tidak Pernah

Kenapa?......................................................................................................................

D. Partisipasi Tahap Pemeliharaan

5. Bapak/Ibu pernah ikut dalam kegiatan optimalisasi ruang tumbuh tanaman

di Hutan Kota

Jawaban :

( ) Pernah

Berapa kali?...............................................................................................................

( ) Tidak Pernah

Kenapa?......................................................................................................................

Page 42: Skripsi Tri.SS

6. Bapak/Ibu ikut serta dalam kegiatan diversifikasi tanaman dan

pemilihan jenis tanaman di Hutan Kota

Jawaban :

( ) Pernah

Berapa kali?...............................................................................................................

( ) Tidak Pernah

Kenapa?......................................................................................................................

7. Bapak/Ibu ikut serta dalam peningkatan kualitas tempat tumbuh tanaman di

Hutan Kota

Jawaban :

( ) Pernah

Berapa kali?...............................................................................................................

( ) Tidak Pernah

Kenapa?......................................................................................................................

E. Patisipasi Tahap Perlindungan dan Pengamanan

8. Bapak/Ibu pernah dilibatkan dalam kegiatan pencegahan dan

penanggulangan kerusakan lahan di Hutan Kota

Jawaban :

( ) Pernah

Berapa kali?...............................................................................................................

( ) Tidak Pernah

Kenapa?......................................................................................................................

9. Bapak/Ibu pernah dilibatkan dalam kegiatan pencegahan dan

penanggulangan pencurian fauna dan flora di Hutan Kota

Jawaban :

( ) Pernah

Berapa kali?...............................................................................................................

( ) Tidak Pernah

Kenapa?......................................................................................................................

10. Bapak/Ibu pernah dilibatkan dalam kegiatan pencegahan dan

penanggulangan kebakaran di Hutan Kota

Jawaban :

( ) Pernah

Berapa kali?...............................................................................................................

( ) Tidak Pernah

Kenapa?......................................................................................................................

Page 43: Skripsi Tri.SS

11. Bapak/Ibu pernah dilibatkan dalam kegiatan pencegahan dan

penanggulangan hama dan penyakit tanaman di Hutan Kota

Jawaban :

( ) Pernah

Berapa kali?...............................................................................................................

( ) Tidak Pernah

Kenapa?......................................................................................................................

F. Partisipasi Tahap Pemanfaatan

12. Bapak/Ibu pernah memanfaatkan Hutan Kota Srengseng untuk kegiatan

pengembangan pendidikan

Jawaban :

( ) Pernah

Berapa kali?...............................................................................................................

( ) Tidak Pernah

Kenapa?......................................................................................................................

13. Bapak/Ibu pernah memanfaatkan Hutan kota untuk rekreasi

Jawaban :

( ) Pernah

Berapa kali?...............................................................................................................

( ) Tidak Pernah

Kenapa?......................................................................................................................

14. Bapak/Ibu pernah memanfaatkan Hutan Kota untuk budidaya hasil hutan

Jawaban :

( ) Pernah

Berapa kali?...............................................................................................................

( ) Tidak Pernah

Kenapa?......................................................................................................................

G. Partisipasi Tahap Monitoring dan Evaluasi

15. Bapak/Ibu pernah dilibatkan dalam kegiatan pemantauan terhadap

pengelolaan Hutan Kota Srengseng

Jawaban :

( ) Pernah

Berapa kali?...............................................................................................................

( ) Tidak Pernah

Kenapa?......................................................................................................................

Page 44: Skripsi Tri.SS

16. Bapak/Ibu pernah dilibatkan dalam kegiatan evaluasi program pengelolaan

Hutan Kota Srengseng

Jawaban :

( ) Pernah

Berapa kali?...............................................................................................................

( ) Tidak Pernah

Kenapa?......................................................................................................................

Saran untuk kegiatan pengelolaan Hutan Kota Srengseng kedepannya:

..........................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

Page 45: Skripsi Tri.SS

Pihak Pengelola

A. Aspek Pengenalan Hutan Kota

1. Pernahkah kegiatan penyuluhan mengenai pembangunan dan

pengembangan Hutan Kota diadakan ? Jika pernah, kepada siapa kegiatan

penyuluhan tersebut dilakukan dan berapa kali kegiatan tersebut pernah

dilaksanakan?.............................................................................................................

....................................................................................................................................

B. Aspek Pemanfaatan Hutan Kota

2. Apakah terdapat kegiatan pemanfaatan Hutan Kota Srengseng, Jakarta

Barat ? Bagaimana bentuk pemanfaatan yag sudah ada?

..........................................................................................................................

....................................................................................................................................

3. Kedepannya apakah ada bentuk pengembangan kegiatan pemanfaatan

Hutan Kota Srengseng, Jakarta Barat? Bagaimana bentuk kegiatannya?

..........................................................................................................................

....................................................................................................................................

C. Aspek Pengelolaan Hutan Kota

4. Bagaimana pendapat anda, apakah masyarakat perlu dilibatkan dalam

pengelolaan dan pemeliharaan Hutan Kota Srengseng, Jakarta Barat kedepannya ?

Jika perlu, bagaimana bentuk partisipasi masyarakat dalam melakukan hal

tersebut ?

..........................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

5. Menurut pendapat anda, sebaiknya kegiatan pengelolaan dan

pemeliharaan seperti apa yang seharusnya dilakukan terhadap kawasan Hutan

Kota Srengseng, Jakarta Barat ? Bagaimana bentuk pengelolaan dan pemeliharaan

terkait adanya kerusakan pohon dan sampah kedepannya?

..........................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

Page 46: Skripsi Tri.SS