Neuralgia Trigeminal

32
BAB I I. PENDAHULUAN Neuralgia trigeminal adalah kelainan yang ditandai oleh serangan nyeri berat paroksismal dan singkat dalam cakupan persarafan satu atau lebih cabang nervus trigeminus, biasanya tanpa bukti penyakit saraf organik. 1 . Penyakit ini menyebabkan nyeri wajah yang berat. Penyakit ini juga dikenal sebagai tic doulourex atau sindrom Fothergill. 2 Neuralgia trigeminal pertama dijelaskan oleh dokter Arab bernama Jurjani pada abad ke delapan. Jurjani juga merupakan orang pertama yang mengajukan teori kompresi vaskular pada neuralgia trigeminal. Dokter Prancis, Nicoulaus Andre, memberikan penjelasan yang detail mengenai neuralgia trigeminal pada tahun 1756 dan menciptakan istilah tic doulourex. Dokter Inggris, John Fothergill juga menjelaskan sindrom ini pada pertengahan tahun 1700an, dan kelainan ini kadang disebut sebagai penyakit Fothergill . Pengetahuan mengenai neuragia trigeminal berkembang perlahan selama 1

description

pptt

Transcript of Neuralgia Trigeminal

Page 1: Neuralgia Trigeminal

BAB I

I. PENDAHULUAN

Neuralgia trigeminal adalah kelainan yang ditandai oleh serangan nyeri

berat paroksismal dan singkat dalam cakupan persarafan satu atau lebih cabang

nervus trigeminus, biasanya tanpa bukti penyakit saraf organik.1. Penyakit ini

menyebabkan nyeri wajah yang berat. Penyakit ini juga dikenal sebagai tic

doulourex atau sindrom Fothergill.2

Neuralgia trigeminal pertama dijelaskan oleh dokter Arab bernama Jurjani

pada abad ke delapan. Jurjani juga merupakan orang pertama yang mengajukan

teori kompresi vaskular pada neuralgia trigeminal. Dokter Prancis, Nicoulaus

Andre, memberikan penjelasan yang detail mengenai neuralgia trigeminal pada

tahun 1756 dan menciptakan istilah tic doulourex. Dokter Inggris, John Fothergill

juga menjelaskan sindrom ini pada pertengahan tahun 1700an, dan kelainan ini

kadang disebut sebagai penyakit Fothergill . Pengetahuan mengenai neuragia

trigeminal berkembang perlahan selama abad ke dua puluh. Pada tahun 1960an,

pengobatan yang efektif dengan obat dan operasi mulai tersedia.2

Neuralgia trigeminal merupakan kelainan yang jarang pada serabut sensoris

dari nervus trigeminus (nervus kranial ke-5), yang menginervasi wajah dan

rahang. Neuralgia pada penyakit ini disertai dengan nyeri yang berat dan menusuk

pada rahang dan wajah, biasanya pada satu sisi dari rahang atau pipi, yang

biasanya terjadi dalam beberapa detik. Nyeri sebelum pengobatan dirasakan berat,

namun demikian neuralgia trigeminal bukan termasuk penyakit yang

membahayakan nyawa. Sebagaimana diketahui, terdapat dua nervus trigeminus,

1

Page 2: Neuralgia Trigeminal

satu untuk setiap sisi dari wajah, neuralgia trigeminal sering mengenai salah satu

sisi dari wajah dan tergantung pada nervus trigeminus yang mana yang terkena.2

Nyeri neuralgia trigeminal adalah unilateral dan mengikuti distribusi

sensoris dari nervus kranial V, khas mengenai daerah maksila (V.2) atau

mandibula (V.3). Pemeriksaan fisis biasanya dapat mengeliminasi diagnosa

alternatif. Tanda dari disfungsi nervus kranialis atau abnormalitas neurologis yang

lain menyingkirkan diagnosis dari neuralgia trigeminal idiopatik dan mungkin

menandakan nyeri sekunder yang dirasakan akibat lesi struktural.3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI

2

Page 3: Neuralgia Trigeminal

Trigeminal neuralgia adalah suatu peradangan pada saraf trigeminal yang

menyebabkan rasa sakit yang hebat dan kejang otot di wajah. Serangan intens,

nyeri wajah seperti kejutan listrik dan dapat terjadi secara mendadak atau dipicu

dengan menyentuh area tertentu dari wajah. Namun hingga saat ini penyebab pasti

dari trigeminal neuralgia masih belum dipahami sepenuhnya.5

Trigeminal neuralgia menurut IASP ( International Association for the study

of Pain ) ialah nyeri di wajah yang timbulnya mendadak, biasanya unilateral.

Nyerinya singkat dan berat seperti ditusuk disalah satu atau lebih cabang nervus

trigeminus. Sementara menurut International Headache Society trigeminal

neuralgia nyeri adalah nyeri wajah yang menyakitkan, nyeri singkat seperti

tersengat listrik pada satu atau lebih cabang nervus trigeminus. Nyeri biasanya

muncul akibat stimulus ringat seperti mencuci muka, bercukur, gosok gigi,

berbicara.5

Tabel 1.1 Definisi Trigeminal Neuralgia menurut IASP dan IHS

Definisi menurut IASP Definisi menurut IHSTiba-tiba, biasanya unilateral, sifat nyeri hebat, menusuk, berulang dan berdistribusi di salah satu atau lebih cabang dari nervus 5.

Nyeri unilateral pada wajah, nyeri seperti sengatan listrik yang berdistribusi ke salah satu atau lebih dari nervus 6.Nyeri biasanya ditimbulkan oleh hal-hal sepele seperti mencuci muka, bercukur, merokok, berbicara, dan menggosok gigi. Namun juga dapat terjadi secara mendadak.

II. ANATOMI DAN FISIOLOGI

3

Page 4: Neuralgia Trigeminal

Nervus trigeminus adalah saraf otak motorik dan sensorik. Serabut

motoriknya mempersarafi muskulus maseter, temporalis, pterigoideus internus et

eksternus, tensor timpani, omohioideus dan bagian anterior muskulus digastrikus.

Gambar 1. Anatomi dari nervus trigeminus

Inti motoriknya terletak di pons. Serabut-serabut motoriknya bergabung dengan

serabut-serabut sensorik nervus trigeminus yang berasal dari ganglion Gasseri.

Serabut-serabut sensoriknya menghantarkan impuls nyeri, suhu, raba dan perasaan

proprioseptif. Kawasannya ialah wajah dan mukosa lidah dan rongga mulut serta

4

Page 5: Neuralgia Trigeminal

lidah, dan rongga hidung. Impuls proprioseptif, terutama berasal dari otot-otot

yang dipersarafi oleh cabang mandibular sampai ke ganglion Gasseri.4

Cabang pertama N.V. ialah cabang oftalmikus. Ia menghantarkan impuls

protopatik dari bola mata serta rung orbita, kulit dahi sampai vertex. Impuls

sekretomotorik dihantarkan ke glandula lakrimalis. Serabut-serabut dari dahi

menyusun nervus frontalis. Ia masuk melalui ruang orbita melalui foramen

supraorbitale. Serabut-serabut dari bola mata dan rongga hidung bergabung

menjadi seberkas saraf yang dikenal sebagai nervus nasosiliaris. Berkas saraf yang

menuju ke glandula lakrimalis dikenal sebagai nervus lakrimalis. Ketiga berkas

saraf, yakni nervus frontali, nervus nasosiliaris dan nervus lakrimalis saling

mendekat pada fisura orbitalis superior dan di belakang fisura tersebut bergabung

menjadi cabang I N.V. (nervus oftalmikus). Cabang tersebut menembus duramater

dan melanjutkan perjalanan di dalam dinding sinus kavernosus. Pada samping

prosesus klinoideus posterior ia keluar dari dinding tersebut dan berakhir di

ganglion Gasseri.4

Cabang kedua ialah cabang maksilaris yang hanya tersusun oleh serabut-

serabut somatosensorik yang menghantarkan impuls protopatik dari pipi, kelopak

mata bagian bawah, bibir atas, hidung dan sebagian rongga hidung, geligi rahang

atas, ruang nasofarings, sinus maksilaris, palatum molle dan atap rongga mulut.

Serabut-serabut sensorik masuk ke dalam os. maksilaris melalui foramen

infraorbitalis. Berkas saraf ini dinamakan nervus infraorbialis. Saraf-saraf dari

mukosa cavum nasi dan rahang atas serta geligi atas juga bergabung dalam saraf

ini dan setelahnya disebut nervus maksilaris, cabang II N.V. Ia masuk ke dalam

rongga tengkorak melalui foramen rotundum kemudian menembus duramater

5

Page 6: Neuralgia Trigeminal

untuk berjalan di dalanm dinding sinus kavernosus dan berakhir di ganglion

Gasseri. Cabang maksilar nervus V juga menerima serabut-serabut sensorik yang

berasal dari dura fossa crania media dan fossa pterigopalatinum.4

Cabang mandibularis (cabang III N.V. tersusun oleh serabut somatomotorik

dan sensorik serta sekretomotorik (parasimpatetik). Serabut-serabut

somatomotorik muncul dari daerah lateral pons menggabungkan diri dengan

berkas serabut sensorik yang dinamakan cabang mandibular ganglion gasseri.

Secara eferen, cabang mandibular keluar dari ruang intracranial melalui foramen

ovale dan tiba di fossa infratemporalis. Di situ nervus meningea media (sensorik)

yang mempersarafi meninges menggabungkan diri pada pangkal cabang

madibular. Di bagian depan fossa infratemporalis, cabang III N.V. bercabang

dua . Yang satu terletak lebih belakang dari yang lain. Cabang belakang

merupakan pangkal dari saraf aferen dari kulit daun telinga (nervus

aurikulotemporalis), kulit yang menutupi rahang bawah, mukosa bibir bawah, dua

pertiga bagian depan lidah (nervus lingualis), glandula parotis dan gusi rahang

bawah ( nervus dentalis inferior) dan serabut eferen yang mempersarafi otot-otot

omohioideus dan bagian anterior muskulus digastrikus Cabang anterior dari

cabang madibular terdiri dari serabut aferen yang menghantarkan impuls dari kulit

dan mukosa pipi bagian bawah dan serabut eferen yang mempersyarafi otot-otot

temporalis, masseter, pterigoideus dan tensor timpani. Serabut-serabut aferen sel-

sel ganglion gasseri bersinaps di sepanjang wilayah inti nukleus sensibilis

prinsipalis (untuk raba dan tekan)serta nukleus spinalis nervi trigemini (untuk rasa

nyeri) dan dikenal sebagai tractus spinalis nervi trigemini.4

6

Page 7: Neuralgia Trigeminal

III. EPIDEMIOLOGI

Tidak ada studi sistematik mengenai prevalensi dari neuralgia trigeminal,

namun suatu kutipan yang diperkirakan diterbitkan pada tahun 1968 mengatakan

bahwa prevalensi dari neuralgia trigeminal mendekati 15,5 per 100.000 orang di

United States.2,3 Sumber lain mengatakan bahwa insiden tahunannya adalah 4-5

per 100.000 orang, dimana menandakan tingginya prevalensi. Di beberapa tempat,

penyakit ini jarang ditemukan. Onsetnya usia diatas 40 tahun pada 90% penderita.

Neuralgia trigeminal sedikit lebih umum terjadi pada perempuan dibandingkan

dengan laki-laki.2

Penyakit ini lebih sering terjadi pada perempuan dan biasanya timbul

setelah umur 50 tahun, jarang setelah umur 70 tahun. Insiden familial sedikit lebih

tinggi (2%) dibanding insiden sporadik. Faktor resiko epidemiologis (umur, ras,

kebiasaan merokok dan minum alkohol) diperkirakan penting dalam hubungannya

dengan apakah wajah atas atau wajah bawah yang terkena.1 Perbandingan

frekuensi antara laki-laki dan perempuan adalah 2:3, sedangkan perkembagan dari

neuralgia trigeminal pada usia muda dihubungkan dengan kemungkinan dari

multiple sklerosis. Neuralgia trigeminal yang idiopatik khas terjadi pada dekade

kelima kehidupan, tapi dapat pula terjadi pada semua umur, sedangkan

simptomatik atau neuralgia trigeminal sekunder cenderung terjadi pada pasien

yang lebih muda.3

IV. ETIOPATOGENESIS

7

Page 8: Neuralgia Trigeminal

Etiologi kondisi idiopatik ini tidaklah diketahui sepenuhnya. Namun, kasus-

kasus simtomatik akibat lesi organic yang dapat diidentifikasi lebih umum ditemui

daripada yang sebelumnya disadari.1

Beberapa kasus mencerminkan gangguan serabut eferen nervus V oleh

berbagai struktur abnormal sehingga disebut sebagai kasus-kasus neuralgia

trigeminal simtomatik.4 Pada beberapa kasus seperti ini, nervus trigeminus

tertekan oleh pembuluh darah vertebrobasiler yang ektasis atau`akibat tumor-

tumor seperti neuroma trigeminal atau akustik, meningioma dan epidermoid pada

sudut serebellopontin (adams).5 Selain itu, traksi juga dapat diakibatkan oleh

hidrosefalus akibat stenozis aquaductus.1

Beberapa kasus walaupun jarang merupakan manifestasi dari sklerosis

multipel yang menyerang radiks desendens nervus trigeminus dan merupakan

penyebab terbanyak kasus pada penderita muda.1,5 Selain itu, kausa lain yang

dipostulatkan adalah inflamasi ganglion nonspesifik, maloklusi gigi, iskemia serta

proses degeneratif sistem saraf.1

V. GAMBARAN KLINIS

Ciri khas neuralgia trigeminal adalah nyeri seperti tertusuk-tusuk singkat

dan paroksismal, yang untuk waktu yang lama biasanya terbatas pada salah satu

daerah persarafan cabang nervus V. Jika terbatas pada daerah yang dipersarafi

oleh salah satu cabang, kondisi yang ada dapat disebut neuralgia supraorbital,

8

Page 9: Neuralgia Trigeminal

infraorbital atau mandibular tergantung saraf yang terlibat. Cabang I jauh lebih

jarang terserang dan kadang-kadang setelah cabang II sudah terserang. Jika nyeri

berawal pada daerah yang dipersarafi cabang II atau III, biasanya akan menyebar

ke kedua cabang lainnya. Pada beberapa kasus dapat terjadi nyeri bilateral

walaupun sangat jarang terjadi bersamaan pada kedua sisi. Menurut definisi yang

ada, pasien akan bebas dari rasa nyeri di antara dua serangan paroksismal

beruruan , walaupun nyeri sisahan kadang kadang ada. Nyeri biasanya terbatas

pada disteribusi kutaseus cabang nV, tidak melintasi linea mediana dan dapat

dipicu oleh lebih dari satu titik pemicu. Nyeri dapat sangat dirasakan pada kening,

pipi, rahang atas atau bawah, atau lidah. Nyeri cenderung menyebar ke daerah

persarafan cabang lain. Penampakan klinis yang khas adalah nyeri dapat

dipresipitasi oleh sentuhan pada wajah , seperti saat cuci muka atau bercukur,

berbicara, mengunyah dan menelan. Nyeri yang timbul biasanya sangat berat

sehingga pasien sangat menderita. Nyeri seringkali menimbulkan spasme reflex

otot wajah yang terlibat sehingga disebut ‘tic douloreaux’, kemerahan pada wajah,

lakrimasi dan salivasi.1

Pada neuralgia trigeminal seringkali tidak ditemukan berkurangnya

sensibilitas tetapi dapat ditemukan penumpulan rangsang raba atau hilangnya

refleks kornea walaupun jarang. Serangan yang timbul dapat mengurangi nafsu

makan, rekurensi dalam jangka lama dapat menyebabkan kehilangan berat badan,

depresi hingga bunuh diri. Untungnya, serangan biasa berhenti pada malam hari,

walaupun pasien dapat juga terbangun dari tidur akibat serangan. Remisi dari rasa

sakit selamam berminggu-minggu hingga berbulan-bulan merupakan tanda dari

penyakit tahap awal.1

9

Page 10: Neuralgia Trigeminal

VI. DIAGNOSIS

Kesulitan dalam mendiagnosis sangat kecil jika perhatian dipusatkan pada

tanda-tanda kardinal, khususnya serangan paroksismal dengan rasa bebas dari

nyeri setelahnya, serta adanya daerah-daerah pemicu pada wajah yang dapat

dideskripsikan oleh pasien.1 Pasien tidak akan menyentuh daerah tersebut tapi

hanya menunjukkan daerah-daerah tersebut dengan jarinya.5 Diagnosis dapat

dipermudah jika ditemukan semua atau kebanyakan dari poin-poin yang ada pada

tabel berikut:

Tabel 1. Ciri khas neuralgia trigeminal 6

A. Nyeri: paroksismal, intensitas tinggi, durasi pendek, sensasi shooting

B. Cabang kedua atau ketiga n. trigeminus

C. Kejadian: unilateral

D. Onset: umur pertengahan; wanita (3:2); kambuh-kambuhan sering pada

musim semi dan gugur

E. Daerah pencetus: 50%; sensitive terhadap sentuhan atau gerakan

F. Kehilangan fungsi sensorik: tidak ada ( kecuali pernah dirawat

sebelumnya)

G. Perjalanan penyakit: intermitten; cenderung memburuk; jarang hilang

spontan

H. Insidensi familial: jarang (2%)

10

Page 11: Neuralgia Trigeminal

Tidak ada uji spesifik dan definitif untuk neuralgia trigeminal. Pemeriksaan

radiologis seperti CT scan dan MRI atau pengukuran elektrofisiologis periode

laten kedipan dan refleks rahang dikombinasikan dengan elketromiografi masseter

dapat digunakan untuk membedakan kasus-kasus simtomatik akibat gangguan

struktural dari kasus idiopatik.1,2

Pengukuran potensial somatosensorik yang timbul setelah perangsangan

nervus trigeminus dapat juga digunakan untuk menentukan kasus yang

disebabkan oleh ektasis arteri sehingga dapat ditangani dengan dekompresi

operatif badan saraf pada fossa posterior.1

VII. DIAGNOSA BANDING

Neuralgia trigeminal harus dibedakan dari tipe nyeri lainnya yang muncul

pada wajah dan kepala.6

Nyeri neuralgia postherpetikum dapat menyerupai neuralgia trigeminal,

tetapi adanya eskar bekas erupsi vesikel dapat mengarahkan kepada neuralgia

postherpetikum. Neuralgia postherpetikum pada wajah biasanya terbatas pada

daerah yang dipersarafi oleh nervus trigeminus cabang pertama.1,5

Sindrom Costen yang bermanifestasi sebagai nyeri menjalar ke rahang

bawah dan pelipis saat mengunya) dapat menyerupai neuralgia trigeminal tetapi

hanya dipicu oleh proses mengunyah; biasanya disebabkan oleh artrosis

temporomandibular dan maloklusi gigi.1

11

Page 12: Neuralgia Trigeminal

Nyeri psikogenik daerah wajah sering menyebabkan kesulitan diagnosis.

Sindrom yang disebut neuralgia fasial atipik ini (nyeri wajah atipikal) sering

ditemukan pada wanita muda atau setengah baya. Nyeri bersifat tumpul dan

menetap, sering kali unilateral pada rahang atas (walaupun dapat menyebar ke

bagian lain kepala dan leher) dan biasanya dihubungkan dengan manifestasi

ansietas kronik dan depresi. Tanda-tanda fisis tidak ditemukan dan pemberian

analgetika tidak mempan. Perbaikan biasanya diperoleh dengan penggunaan

antidepresan dan obat penenang oleh karena itu, penentuan diagnosis harus sebaik

mungkin 1

Neuralgia migrainosa (nyeri kepala sebelah) dapat menyebabkan nyeri

paroksismal berat pada daerah persarafan trigeminal tetapi dapat dibedakan

berdasarkan periode, ketiadaan faktor pencetus dan durasi tiap nyeri paroksismal

yang lebih lama.1,6

Diagnosis

BandingPersebaran

Karakteristik

Klinis

Faktor yang

Meringankan/

Memperburuk

Penyakit yang

DihubungkanTata Laksana

Neuralgia

Trigeminal

Daerah

persarafan

cabang 2

dan 3

nervus

trigeminus,

unilateral

Laki- laki/

perempuan =

1:3

Lebih dari 50

tahun

Paroksismal

(10-30 detik),

Titik-titik

rangsang

sentuh,

mengunyah,

senyum, bicara,

dan menguap

Idiopatik

Skeloris

multipel pada

dewasa muda

Kelainan

pembuluh

Carbamazepine

Phenytoin

Gabapentin

Injeksi alkohol

Koagulasi atau

dekompresi

12

Page 13: Neuralgia Trigeminal

nyeri bersifat

menusuk-nusuk

atau sensasi

terbakar,

persisten selama

berminggu-

minggu atau

lebih

Ada titik-titik

pemicu

Tidak ada

paralisis motorik

maupun

sensorik

darah

Tumor nervus

V

bedah

Neuragia

Fasial

Atipik

Unilateral

atau

bilateral,

pipi atau

angulus

nasolabialis,

hidung

bagian

dalam

Lebih banyak

ditemukan pada

wanita usia 30-

50 tahun

Nyeri hebat

berkelanjutan

umumnya pada

daerah maksila

Tidak ada Status ansietas

atau depresi

Histeria

Idiopatil

Anti ansietas

dan anti

depresan

Neuralgia Unilateral Riwayat herpes Sentuhan, Herpes Zoster Carbamazepin,

13

Page 14: Neuralgia Trigeminal

Postherpetik

um

Biasanya

pada daerah

persebaran

cabang

oftalmikus

nervus V

Nyeri seperti

sensasi terbakar,

berdenyut-

denyut

Parastesia,

kehilangan

sensasi sensorik

keringat

Sikatriks pada

kulit

pergerakan anti depresan

dan sedatif

Sindrom

Costen

Unilateral,

dibelakang

atau di

depan

telinga,

pelipis,

wajah

Nyeri berat

berdenyut-

denyut

diperberat oleh

proses

mengunyah

Nyeri tekan

sendi

temporomandib

ula

Maloklusi atau

ketiadaan molar

Mengunyah,

tekanan sendi

temporomandib

ular

Ompong,

arthritis

rematoid

Perbaikan

geligi, operasi

pada beberapa

kasus

Neuralgia

Migrenosu

Orbito-

frontal,

Nyeri kepala

sebelah

Alkohol pada

beberapa kasus

Tidak ada Ergotamin

sebagai

14

Page 15: Neuralgia Trigeminal

m pelipis,

rahang atas,

angulus

nasolabial

profilaksis

Tabel 1 : Tabel Diagnosis Banding

VIII.PENATALAKSANAAN

A. Medikamentosa

Obat yang paling efektif adalah karbamazepin (tegretol®) 100-200 mg 3-

4X sehari tergantung toleransi. Obat ini, suatu antikonvulsan, efektif pada

kebanyakan kasus tetapi menyebabkan rasa pusing dan mual pada beberapa

pasien sedangkan pada pasien lain timbul ruam pada kulit dan leucopenia

sehingga terpaksa dihentikan. Setelah beberapa minggu atau bulan

pemberian, obat dapat dihentikan tetapi harus diberikan lagi jika nyeri

berulang.1

Obat-obatan anti konvulsan selain karbamazepin dapat memperpendek

durasi dan beratnya serangan. Obat-obat seperti ini contohnya phenitoin (300-

400 mg/hari), asam falproat (800-1200 mg/hari), klonazepam (2-6 mg/hari),

dan gabapentin (300-900 mg/hari). Baclofen dapat digunakan pada pasien

yang tidak mentoleransi karbamazepin atau gabapentin, tetapi sebenarnya

paling efektif digunakan sebagai adjuvan terhadap salah satu antikonvulsan.

Capsaisin yang diberikan lokal pada titik pemicu atau diberikan sebagai tetes

15

Page 16: Neuralgia Trigeminal

mata topikal pada mata (proparakain 0,5%) cukup membantu pada beberapa

pasien.7

Sekitar 80% pasien berespon pada pengobatan karbamazepin atau

gabapentin dengan dosis yang tepat. Pengobatan harus dilakukan setiap hari

dan dosisnya dinaikkan secara bermakna hingga nyeri yang dirasakan

berkurang.8

B. Injeksi

Jika nyeri terbatas pada daerah persebaran saraf supraorbital dan

infraorbital, injeksi alkohol atau fenol seringkali dapat memberikan kelegaan

yang bertahan berbulan-bulan hingga menahun. Setelah itu, injeksi harus

diulang jika nyeri rekuren. Sayangnya, injeksi berikutnya lebih sulit

dilakukan akibat sikatriks yang timbul akibat injeksi sebelumnya. Walaupun

begitu, terapi injeksi cukup berguna untuk menghindari operasi selama

beberapa waktu dan pada waktu bersamaan membiasakan pasien dengan efek

samping yang tidak terhindarkan yang dapat ditimbulkan oleh operasi,

utamanya hilang rasa.1,6

C. Operatif

Operasi klasik untuk penyakit ini bertujuan membagi ganglion sensorik

nervus trigeminus yang terletak proksimal dari ganglion Gasseri pada fossa

crania medialis. Ganglion motorik tetap tidak mendapat intervensi dan

dengan menyisakan serabut saraf bagian atas, pasien tetap dapat merasa pada

daerah yang dipersarafi cabang I. sehingga serabut saraf sensorik kornea dan

16

Page 17: Neuralgia Trigeminal

reflex kornea tetap normal. Rasa nyeri dan raba akan hilang selamanya pada

daerah yang dipersarafi serabut saraf yang diinsisi. Jika saraf perifer diinsisi

di distal ganglion Gasseri, dapat terjadi regenerasi sehingga nyeri muncul

lagi. Cabang sensorik juga dapat dibagi di dalam fossa kranial posterior di

mana serabut tersebut bergabung dengan pons. Dengan pendekatan yang

serupa, tractus medulla desendens nervus trigeminus dapat dipotong pada

medulla. Karena traktus ini hany mengandung serabut saraf nyeri, sensasi

sentuh tetap dipertahankan. Tractotomi jauh lebih berbahaya dengan hasil

tidak pasti disbanding pembelahan cabang sensorik sehingga biasanya

dilakukan hanya pada kondisi-kondisi tertentu seperti jika nyeri terbatas pada

nervus supraorbitalis dan reflex kornea ingin dipertahankan, atau terdapat

keterlibatan bilateral dan cabang motorik ingin dipastikan bertahan.6

Taarnhoj meyakini bahwa neuralgia trigeminal diakibatkan oleh jepitan

saraf ketika melalui sambungan fossa posterior dan medial sehingga

dilakukan operasi dekompresi tanpa pembelahan saraf tetapi rekurensi setelah

operasi seperti ini cukup tinggi. Penelitian selanjutnya memperlihatkan

keraguan akan adanya dekompresi dan bahwa hasil yang diperoleh dari

operasi dekompresi diakibatkan oleh jejas pada saraf dan bukan dekompresi

sesuai teori.6

Hasil operasi disimpulkan oleh White dan Sweet. Secara umum, dengan

kompetensi yang cukup, rhizotomi retroGasseri memiliki angka mortalitas <

1%. Insidensi komplikasi berupa palsi fasial < 5%. Kelegaan dari nyeri cukup

memuaskan dan permanen.6

17

Page 18: Neuralgia Trigeminal

Gambar : Management terapi pada trigeminal neuralgia

IX. PROGNOSIS

Neuralgia trigeminal bukan merupakan penyakit yang mengancam nyawa.

Namun, neuralgia trigeminal cenderung memburuk bersama dengan perjalanan

penyakit dan banyak pasien yang sebelumnya diobati dengan tatalaksana

medikamentosa harus dioperas pada akhirnya. Banyak dokter menyarankan

operasi seperti dekompresi mikrovaskular pada awal penyakit untuk menghindari

jejas demyelinasi. Namun, masih ada perdebatan dan ketidakpastian mengenai

18

Page 19: Neuralgia Trigeminal

penyebab neuralgia trigeminal, serta mekanisme dan faedah dari pengobatan yang

memberikan kelegaan pada banyak pasien.2

19

Page 20: Neuralgia Trigeminal

BAB III

PENUTUP

Neuralgia Trigeminal adalah suatu keadaan nyeri yang sangat hebat dengan

ditandai serangan nyeri yang mendadak dan terus menerus seperti menusuk atau

seperti tersengat aliran listrik yang berlangsung singkat dan berakhir dalam

beberapa detik sampai beberapa menit. Neuralgia trigeminal kebanyakan bersifat

unilateral dan mengenai daerah yang disarafi nervus trigeminus. Ada dua macam

etiologi yang pertama adalah idiopatik atau disebut Neuralgia Trigeminal primer

dan yang kedua adalah simptomatik yang disebut Neuralgia Trigeminal sekunder

sedangkan patofisiologi sampai sekarang masih belum jelas dan sejauh ini belum

ada pemeriksaan spesifik baik secara klinis maupun laboratorium untuk

mendiagnosa Neuralgia Trigeminal. Pada saat sekarang pengobatan utama adalah

pemberian dengan cara farmakologik dan bila tidak berhasil dapat

dipertimbangkan dengan cara pembedahan

20

Page 21: Neuralgia Trigeminal

DAFTAR PUSTAKA

1. Walton, Sir John. Brain’s Disease of Nervous System. New York: Oxford

Universiy Press; 1985.p.110-2

2. Turkingston, Carol A. Trigeminal Neuralgia. In: Stacey L C and Brigham N,

editors. The Gale Encyclopedia Of Neurological Disorder. Detroit: Thomson

Gale; 2006.p.875-7.

3. Huff S J. Trigeminal Neuralgia. [Online] 2010 [cited 2011 January 31]:[1

screen]. Available from: URL: http://emedicine.org/trigeminal-neuralgia.htm

4. Marjono, Mahar and Priguna Sidharta. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian

Rakyat; 1988.p.149-59

5. Nurmikko TJ and Eldridge PR. Trigeminal neuralgia-pathophysiology,

diagnosis, and current treatment. Brithish Journal of Anaesthesia 2001; 87

(1): 117-132.

6. Merrit H H. A Textbook Of Neurology 5th ed. Philadelphia: Lea and Febiger;

1973.p.365-8

7. Kane CA and Walter W. Craniofacial Neuralgia. In: Baker A B. Clinical

Neurology. New York: Harper and Row; 1965.p.1897-904

8. Ropper AH and Robert H B. Adams And Victor’s Principles Of Neurology

8th ed. New York: McGraw-Hill; 2006.p.161-3

9. Mumenthaler M, Heinrich M, and Ethan T. Fundamentals Of Neurology An

Illustrated Guide. New York: Thieme; 2006.p.253-4

21