MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

88
1 MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR ACUAN PERANCANGAN Tugas Akhir – 473 D51 12 Periode III Tahun 2011 – 2012 Sebagai Persyaratan Untuk Ujian Sarjana Teknik Arsitektur Oleh : AGUNG FADRIANSYAH D511 05 608 JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK PROGRAM KELAS INTEGRASI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2012

Transcript of MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

Page 1: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

1

MUSEUM SENI RUPA

DI MAKASSAR

ACUAN PERANCANGAN

Tugas Akhir – 473 D51 12

Periode III

Tahun 2011 – 2012

Sebagai Persyaratan Untuk Ujian

Sarjana Teknik Arsitektur Oleh :

AGUNG FADRIANSYAH

D511 05 608

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM KELAS INTEGRASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2012

Page 2: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

2

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................. ii

KATA PENGANTAR............................................................................. iii

DAFTAR ISI.......................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR............................................................................... vii

DAFTAR TABEL................................................................................... viii

DAFTAR SKEMA.................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................... 3

C. Tujuan Dan Sasaran Pembahasan .......................................... 4

D. Lingkup Dan Batasan Pembahasan ......................................... 5

E. Metode dan Sistematika Pembahasan .................................... 5

BAB II TINJAUAN UMUM MUSEUM SENI RUPA ................................... 7

A. Tinjauan Umum Museum Seni Rupa ....................................... 7

1. Sejarah Terbentuknya Museum ....................................... 7

2. Definisi Museum .............................................................. 7

3. Klasifikasi dan Jenis-jenis Museum ................................. 7

B. Tinjauan Umum Museum Indonesia ........................................ 12

1. Perkembangan Museum di Indonesia ............................ 12

2. Peran Museum Dalam Masyarakat.................................. 12

3. Permasalahan Museum di Indonesia .............................. 13

4. Strategi Pengembangan Museum di Indonesia ............... 13

5. Struktur Organisasi Museum .......................................... 15

6. Studi Banding .................................................................. 16

BAB III Museum Seni Rupa di Makassar......................................... ......... 18

A. Museum Seni Rupa

Page 3: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

3

1. Pengertian................................................................ ........ 18

2. Tujuan...................................................................... ........ 18

3. Fungsi...................................................................... ......... 18

4. Misi........................................................................... ........ 18

B. Faktor Penunjang Museum

Materi Koleksi................................................... ...................... 22

C. Sifat dan Pola Kegiatan Sifat Kegiatan .................................. 23

BAB IV KESIMPULAN...................................................................... .......... 24

BAB V KONSEP DASAR PERANCANGAN..................................... ......... 26

A. Konsep Makro................................................................ ......... 27

1. Penentuan Lokasi.............................................. ............... 27

2. Pemilihan Tapak...................................................... ......... 30

B. Pendekatan Mikro.......................................................... .......... 40

1. Pendekatan Bentuk dan Penampilan Bangunan..... ......... 40

2. Pendekatan Pola Hubungan Ruang........................ ......... 41

3. Pendekatan Pola Sirkulasi....................................... ......... 43

4. Pendekatan Sistem Peragaan Pameran.................. ......... 43

C. Konsep Kebutuhan Ruang............................................. ......... 45

1. Unsur Pelaku Kegiatan............................................ ......... 45

2. Pengelompokan Kegiatan........................................ ......... 49

D. Konsep Besaran Ruang................................................. ......... 49

1. Kelompok Ruang Pameran...................................... ......... 49

2. Kelompok Ruang Konservasi/Preservasi................. ......... 54

3. Kelompok Ruang Pelayanan Umum........................ ......... 57

4. Kelompok Ruang Administrasi................................. ......... 61

5. Kelompok Ruang Service Penunjang....................... ........ 65

6. Penentuan Sistem Struktur Bangunan..................... ......... 71

7. Pendekatan Pengkondisian Bangunan..................... ........ 73

8. Sistem Utilitas dan Kelengkapan Bangunan............ ......... 78

DAFTAR PUSTAKA............................................................................. ................ 88

Page 4: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

4

ABSTRAKSI

Negara Indonesia dikenal dunia internasional dengan aneka ragam

budaya dan adat-istiadat. Banyak orang ingin mengunjungi Indonesia,

hanya untuk menikmati secara langsung hasil-hasil kebudayaan

masyarakat Indonesia yang secara sengaja maupun tidak sengaja telah

hilang dari peradabannya.

Daerah Sulawesi Selatan khususnya Makassar merupakan salah

satu diantara sekian banyak daerah di Indonesia yang kaya dengan hasil

budaya yang bernilai tinggi, adat-istiadat yang unik dan panorama alam

yang indah. Hal ini merupakan daya tarik tersendiri yang menjadikan

Makassar banyak dikunjungi oleh wisatawan dari berbagai Dunia. jumlah

wisatawan yang berkunjung ke makassar mencapai 112 wisatawan,

sehingga pemerintah sulawesi selatan menjadikan sektor pariwisata

sebagai sumber yang penting disamping sektor-sektor lainnya.

Museum Seni Rupa di Makassar dapat diartikan sebagai wadah

yang presentatif di Kota Makassar yang mampu berperan dalam upaya

pemeliharaan, pengamanan dan pelestarian benda-benda warisan sejarah

seni rupa baik untuk generasi sekarang maupun untuk generasi yang

akan datang. Selain itu pengadaan museum seni rupa dapat berfungsi

sebagai objek wisata yang menarik di Kota Makassar.

Fungsi dari Museum Seni Rupa di Makassar ini adalah Sebagai

wadah kegiatan preservasi dan konservasi benda-benda bernilai sejarah

yang merupakan warisan yang harus tetap dijaga dan dilestarikan dalam

rangka mencerdaskan bangsa.

Page 5: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah peradaban manusia menunjukan bahwa setiap bangsa atau

negara mempunyai warisan-warisan nilai budaya sendiri dengan ciri tersendiri

pula sebagai identitas suatu bangsa.

Negara Indonesia dikenal dunia internasional dengan aneka ragam

budaya dan adat-istiadat. Banyak orang ingin mengunjungi Indonesia, hanya

untuk menikmati secara langsung hasil-hasil kebudayaan masyarakat

Indonesia yang secara sengaja maupun tidak sengaja telah hilang dari

peradabannya.

Untuk tetap menjaga kelestarian budaya tersebut perlu usaha-usaha

agar budaya itu tidak luntur ditelan oleh masa atau digeser oleh

perkembangan zaman modern yang cenderung mengesampingkan bahkan

merusak nilai-nilai budaya bangsa.

Daerah Sulawesi Selatan khususnya Makassar merupakan salah satu

diantara sekian banyak daerah di Indonesia yang kaya dengan hasil budaya

yang bernilai tinggi, adat-istiadat yang unik dan panorama alam yang indah.

Hal ini merupakan daya tarik tersendiri yang menjadikan Makassar banyak

dikunjungi oleh wisatawan dari berbagai Dunia. jumlah wisatawan yang

berkunjung ke makassar mencapai 112 wisatawan, sehingga pemerintah

Sulawesi Selatan menjadikan sektor pariwisata sebagai sumber yang penting

disamping sektor-sektor lainnya.

Akan tetapi, perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan

tampaknya tidak hanya mengancam keberadaan eksistensi hasil budaya

Sulawesi Selatan sebagai kekayaan bangsa, melainkan juga mengancam

eksistensi nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat. Hal ini dapat dibuktikan

dengan semakin menurunnya rasa kebanggan generasi muda terhadap hasil

budaya yang ada.

Kondisi seperti ini tentu tidak bisa dibiarkan begitu saja, perlu

penanggulangan dan usaha agar aset kekayaan bangsa yang masih ada bisa

Page 6: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

6

terpelihara dan bisa dinikmati oleh generasi sekarang dan generasi

mendatang. Dengan demikian perlu ditempuh langkah-langkah atau tindakan

penyelamatan untuk mengantisipasi hal-hal yang mungkin saja dapat

menghilangkan identitas dan budaya kultur kita.

Kesadaran masyarakat Makassar terhadap pentingnya menghargai dan

mencintai budaya dan hasil-hasil kebudayaan nenek moyang terdahulu

merupakan salah satu hal yang paling mendasar dalam upaya pelestarian

kebudayaan Makassar sejak dahulu sampai sekarang.

Oleh karena itu, upaya untuk menumbuh-kembangkan sikap

menghargai dan mencintai budaya tersebut harus memiliki wadah untuk

melindungi dan memelihara serta menjamin kelestarian dan keselamatan

benda-benda dan kebudayaan masyarakat Makassar yaitu berupa museum.,

Dimana sistem pengelolaan dan penyajian koleksi disesuaikan dengan

kebutuhan masyarakat luas yang dapat menjamin dari fungsi museum seni

rupa sejalan dengan kebijaksanaan pemerintah dalam pengembangan

pendidikan, pariwisata dan kebudayaan nasional seperti yang tercantum

dalam Garis-garis Besar Haluan Negara, yang berbunyi :

• Nilai budaya Indonesia terus dibina dan dikembangkan guna memperkuat

kepribadian bangsa, mempertebal rasa harga diri dan kebanggan nasional

serta memperkokoh jiwa kesatuan nasinal.

• Kebudayaan nasional terus dibina atas dasar norma-norma Pancasila dan

diarahkan pada penerapan nilai-nilai yang tetap untuk mencerminkan

kepribadian bangsa dan menungkatkan nilai-nilai luhur.

Keberadaan museum seni rupa ini diharapkan dapat memegang peranan antara lain:

1. menjadi wadah untuk menyimpan benda-benda seni rupa dan barang-

barang antik yang ada di Sulawesi Selatan.

2. meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya suatu hasil

peninggalan sejarah seni rupa bagi pengembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi,

Page 7: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

7

3. sebagai sarana rekreasi bagi masyarakat dan menunjang usaha

peningkatan pendapatan devisa melalui kegiatan pariwisata yang dapat

menjadi nilai jual tersendiri di Sulawesi Selatan khususnya di Makassar.

B. Rumusan Masalah

Sebagai salah satu usaha yang dapat dilakukan dalam pengembangan

museum seni rupa saat ini yakni dengan pengadaan suatu wadah yang

representative yang dapat menjamin upaya pelestarian koleksi-koleksi spesifik

tentang kebudayaan daerah Sulawesi Selatan dan Nusantara pada umumnya.

Adapun berbagai ungkapan masalah yang dikemukakan dalam

pengembangan Museum seni rupa ini yaitu:

1. Non-Arsitektural a. Bagaimana mengoptimalkan benda-benda yang memiliki nilai seni

khususnya kebudayaan yang ada di Sulawesi Selatan

b. Bagaimana keberadaan Museum seni rupa dalam memenuhi kebutuhan

masyarakat Kota Makassar khususnya, sebagai sarana pelestarian

budaya pendidikan/edukasi, penelitian reaksi.

2. Arsitektural 1. Pendekatan Makro

a. Dimana menentukan lokasi dan tapak yang strategis dan sesuai

dengan Rencana Tata Ruang Kota Makassar guna mendukung

kegiatan operasional Museum seni rupa.

b. Bagaimana mengidentifikasi kegiatan yang terjadi di dalam Museum

seni rupa guna membuat program ruang Museum, meliputi

kebutuhan ruang, besaran ruang, dan persyaratan ruang sehingga

dapat memberi kenyamanan bagi pengunjung.

2. Pendekatan Mikro a. Bagaimana menciptakan desain bentuk dan penampilan Museum

seni rupa di Makassar yang sesuai dengan kebudayaan tradisional

yang ada di Sulawesi Selatan khususnya Kota Makassar.

b. Bagaimana menentukan struktur, material dan utilitas sehingga

memenuhi fungsi bangunan sebagai Museum seni rupa di Kota

Makassar.

Page 8: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

8

C. Tujuan dan Sasaran Pembahasan

1. Tujuan pembahasan Tujuan pembahasan adalah perencanaan bangunan Museum seni

rupa di Makassar yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat Kota

Makassar khususnya dalam upaya pelestarian kebudayaan, kegiatan

pendidikan, penelitian, dan rekreasi 2. Sasaran pembahasan

Menyusun konsep dasar perancangan Museum seni rupa di

Makassar dalam kajian arsitektur yang akan ditransformasikan kedalam

desain fisik melalui langkah-langkah konsep perencanaan, yaitu:

a. Menganalisa lokasi dan tapak, tata ruang dan fisik yang memenuhi

persyaratan sesuai dengan fungsi bangunan sebagai tempat rekreasi,

edukasi, dan konservasi kebudayaan,

b. Mempelajari kebutuhan ruang, organisasi dan sirkulasi guna

mendapatkan program ruang yang sesuai dengan karakter bangunan

museum.

c. Mempelajari nilai-nilai dan karakter kebudayaan tradisional Sulawesi

Selatan khususnya Kota Makassar yang dapat diterapkan pada desain

bentuk dan penampilan bangunan museum.

D. Lingkup dan Batasan Pembahasan 1. Lingkup Pembahasan Pembahasan diorientasikan pada faktor perencanaan fisik Museum seni

rupa di Kota Makassar dan dalam lingkup disiplin ilmu arsitektural,

Dibatasi pada masalah-masalah yang dapat menghasilkan patokan

perencanaan fisik bangunan.

2. Batasan Pembahasan Pembahasan dibatasi pada kegiatan utama konservasi dan pameran

dengan memperhatikan :

1. Lingkup bidang materi pameran bidang penelitian dan pemeliharaan

benda - benda koleksi yang dapat dijadikan benda koleksi.

2. Program pelaksanaan kegiatan konservasi dan pameran.

Page 9: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

9

E. Metode dan Sistematika Pembahasan

1. Metode Pembahasan Secara umum pembahasan menggunakan metode deskriptif anaitis

yaitu menguraikan dan menganalisa aspek penemu konsepsi beserta

program yang ada serta memperhatikan semua faktor pendukung yaitu:

sistem penyajian pameran, program pengamanan benda dan peranan

kegiatan konservasi.

2. Sistematika Pembahasan BAB I : PENDAHULUAN

Mengemukakan latar belakang, pengertian judul, rumusan

masalah, tujuan dan sasaran pembahasan, lingkup

pembahasan dan batasan pembahasan, serta metode dan

sistematika pembahasan.

BAB II : TINJAUAN UMUM MUSEUM SENI RUPA DI KOTA MAKASSAR Membahas tentang tinjauan museum seni rupa secara

umum yang meliputi sejarah museum, definisi museum,

klasifikasi museum, struktur organisasi museum,

perkembangan dan peranan museum seni rupa di Indonesia,

permasalahan dan strategi pengembangan museum seni

rupa di Indonesia.

BAB III : PENDEKATAN MUSEUM SENI RUPA DI KOTA MAKASSAR Membahas tentang museum seni rupa yang meliputi tinjauan

umum terhadap kota makassar, tujuan dan misi

pengembangan museum, faktor penunjang museum, semua

yang berhubungan dengan system pengadaan koleksi dan

program kegiatan dalam museum.

BAB IV : KESIMPULAN Merupakan kesimpulan secara umum dan khusus

Page 10: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

10

BAB V : KONSEP DASAR PERANCANGAN MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR Merupakan konsep perancangan, membahas persyaratan

makro dan mikro Museum seni rupa di Makassar.

Page 11: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

11

BAB II TINJAUAN UMUM MUSEUM SENI RUPA

A. Tinjauan Umum Tentang Museum

1. Sejarah Terbentuknya Museum

Kata “Museum” berasal dari bahasa Yunani, museion,yang berarti

“tempat pemujaan muse”, yaitu sembilan dei yang dijadikan lambang

berbagai bidang ilmu pengetahuan dan kesenian. Museum pertama

didirikan pada abad ke-3 SM oleh ptolemeus I di Alexandria sebagai

persembahan kepada muse. Tempattersebut digunakan sebagai tempat

penelitian dan penyebaran ilmu pengetahuan, termasuk pendidikan. Baru

abad ke-6 sampai ke-12 mulai dikumpulkan benda aneh dan benda

keagamaan dari negeri asing atau tempat lain yang disimpan diruang

khazanah. Koleksi tersebut merupakan perwujudan museum pertama yang

dimiliki secara pribadi oleh para bangsawan, pangeran, dan hartawan,

tetapi tidak diperlihatkan kepada masyarakat.

2. Definisi Museum

a. Museum adalah bangunan yang digunakan sebagai tempat untuk

mengoleksi,memelihara, menelaah, dan memamerkan benda-benda

bernilai sejarah, seni, atau ilmu pengetahuan. (Ensklopedia Umum untuk

Pelajar).

b. Museum adalah suatu lembaga bersifat tetap, tidak mencari keuntungan

dalam melayani masyarakat, dan terbuka untuk umum, yang

memperoleh, mengaetkan, dan memamerkan benda-benda bukti sejarah

manusia dan lingkungannya untuk tujuan pengkajian, pendidikan, dan

hiburan. (International Council of Museum (ICOM) pada tanggal 14 Juni

1974 di Kopenhagen, Denmark).

3. Klasifikasi dan Jenis-Jenis Museum Jenis museum diklasifikasikan berdasarkan tingkat, ruang lingkup

wilayah, tujuan penyelenggaraan dan luas koleksinya; ilmu yang timbul

karena hubungan antar alam, bumi dan manusia, macam koleksi yang

disimpan, status hukum, serta bentuk bangunan.

Page 12: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

12

a. Museum berdasarkan tingkat,ruang lingkup wilayah, tujuan

penyelenggaraan dan luas koleksinya dibagi menjadi:

1) Museum Nasional, yaitu museum yang koleksinya terdiri dari

kumpulan benda-benda yang berasal dari, mewakili dan berkaitan

dengan bukti material manusia dan lingkungannya yang bernilai

nasional 2) Museum Negeri Provinsi/Regional, yaitu museum yang koleksinya

terdiri dari kumpulan benda-benda yang berasal dari,mewakili dan

berkaitan dengan bukti materil manusia dan lingkungannya dari

seluruh wilayah provinsi/regional dan berlokasi diwilayah tersebut.

3) Museum Lokal, yaitu museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan

benda-benda yang berasal dari, mewakili dan berkaitan dengan bukti

materil manusia dan lingkungannya dari seluruh wilayah

kabupaten/kota dengan kedudukan tingkat lokal dan berlikasi di

wilayah tersebut. 4) Museum Lapangan Terbuka, yaitu museum yang merupakan satu

kompleks luas yang terdiri atas model-model bangunan rumah adat.

Baik yang asli dan telah dipindahkan dari asal daerahnya semula,

maupun tiruan sebagai koleksi pelengkap dengan tujuan memelihara

dan melestarikan keaslian,seni bangunan dan teknologinya. Museum

ini juga merupakan tempat memperagakan upacara adat dan sistem

kepercayaan penduduk asli. Museum lapangan terbuka terdiri atas:

a) Museum Situs, yaitu museum yang didirikan di lahan dekat

kompleks bangunan bersejarah atau bekas peninggalan

kepurbakalaan, yang mengoleksihasil penggalian dan

pengumpulan yang berasal dari kompleks tersebut.

b) Museum Peringatan, yaitu museum yang berupa bangunan

bersejarah karena ditempati oleh tokoh penting dalam sejarah.

b. Museum berdasarkan ilmu yang timbul karena hubungan antar alam,

bumi, dan manusia dibagi menjadi:

1) Museum Ilmu-Ilmu Alam, seperti kebun raya, taman margasatwa,

museum biologi, akuarium, dan herbarium.

Page 13: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

13

2) Museum Teknologi dan Industri, seperti museum perkapalan,

museum penerbangan, meseum telekomunikasi.

3) Museum Ilmu Purbakala, yaitu museum yang koleksinya

merupakan hasil kebudayaan purbakala.

4) Museum Ilmu Antropologi/Etnografi, yaitu museum yang

mengungkapkan tentang monografi suatu bangsa yaitu lingkungan

alam sosial dan kebudayaan yang melengkapi kehidupan bangsa

tersebut.

5) Museum Seni Rupa, seperti museum patung, museum keramik,

museum wayang, museum tari, dan museum musik.

6) Museum Sejarah, seperti museum perjuangan, dan museum

bahari.

c. Museum berdasarkan macam koleksi yang disimpan:

1) Museum Umum, yaitu museum yang koleksinya terdiri dari

kumpulan-kumpulan bukti materil manusia dan lingkungan yang

berkaitan dengan ilmu, teknologi dan seni. 2) Museum Pendidikan, sebenarnya termasuk museum khusus, tetapi

mengingat perannya pada tiap lapisan pendidikan mulai dari

Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi makadiperlukan

penanganan tersendiri di Indonesia.

d. Museum berdasarkan status hukumnya dibedakan menjadi:

1) Museum Pemerintah, yaitu museum yang diselenggarakan dan

dikelolaoleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

2) Museum swasta, yaitu museum yang diselenggarakan dan dikelola

oleh badan swasta yang berbentuk badan hukum.

e. Museum berdasarkan bentuk bangunannya dibedakan menjadi:

1) Museum Terbuka; dimana objek-objek dan koleksinya diperagakan

dan diletakkan pada ruang terbuka atau taman.

2) Museum Tertutup; dimana objek-objek dan koleksinya diperagakan

dan diletakkan pada ruang tertutup.

3) Museum yang merupakan kombinasi dari terbuka dan tertutup.

Dari penjabaran klasifikasi museum diatas, maka museum yang

direncanakan ini tergolong pada klasifikasi Museum Negeri

Page 14: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

14

Provinsi/Regional berdasarkan tingkat, ruang lingkup wilayah, tujuan

penyelenggaraan dan luas koleksinya; klasifikasi museum sejarah

berdasrkan ilmu yang timbul karena hubungan antar alam,bumi dan

manusia; klasifikasi Museum Khusus berdasarkan macam koleksi yang

disimpan; klasifikasi Museum Pemerintahh berdasarkan status

hukumnya dan klasifikasi MuseumTertutup berdasarkan bentuk

bangunannya.

4. Tugas dan Peran Museum a. Tugas museum secara umum adalah sebagai berikut :

1) Melestarikan dan memanfaatkan benda-benda hasil budaya

manusia serta alam dan lingkungannya.

2) Meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap koleksi museum,

3) Turut mencerdaskan kehidupan bangsa

b. Dimasa kini museum juga dapat berperan sebagai:

1) Pusat Dokumentasi dan penelitian ilmiah

2) Pusat budaya,

3) Pusat informasi,

4) Pusat penikmatan karya seni

5) Pusat perkenalan kebudayaan antar daerah dan antar bangsa

6) Objek Wisata/ sentra pengembangan sosial ekonomil lingkungan

sekitarnya terutama bila tingkat kunjungan dapat terus

dikembangkan (Yoeti, 2006:14).

7) Cermin sejarah manusia, alam, dan kebudayaan.

5. Koleksi Museum a. Pengertian dan syarat koleksi

Koleksi museum adalah setiap benda yang berguna sebagai

pembuktian sejarah alam dan budaya, sehingga tidak semua benda

dapat dijadikan materi koleksi.

b. Benda yang dapat dijadikan koleksi museum adalah:

1) Mempunyai nilai sejarah, nilai ilmiah dan keindahan

2) Dapat diidentifikasi (bentuk, tipe, gaya, fungsi, asal, geografikal, dan

geological)

3) Dapat diajdikan dokumen

Page 15: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

15

4) Dapat dijadikan sebagai monument/ bakal monument sejarah dan

budaya

5) Reproduksi atau replica yang sah menurut persyaratan

permuseuman.

Berdasarkan syarat-syarat koleksi museum tersebut diatas,

maka benda-benda yang dianggap sebagai koleksi museum adalah

sebagai berikut:

a) Etnografika

b) Prehistorika

c) Arkeologika

d) Histrorika

e) Keramik asung

f) Numistika

g) Naskah

h) Buku / majalah antikuriat

i) Karya seni / seni

j) Benda-benda grafika

k) Diorama

l) Replika

m) Benda-benda sejara alam

n) Benda-benda wawasan nusantara

3. Pengadaan koleksi

Cara yang ditempuh dalam pengadaan koleksi adalah sebagai berikut:

1) Benda-benda yang diterima dari pihak kedua sebagai hadiah, wasiat,

titipan, tanpa konsekuensi pembiayaan atau pembayaran.

2) Benda-benda yang diterima sebagai penyerahan dengan pemberian

imbalan dana benda tersebut dijadikan milik Negara

3) Benda-benda yang diterima sebagai pertukaran dengan museum lain

tanpa konsekuensi biaya tambahan, kecuali biaya pengiriman

4) Benda dibeli dari pihak kedua dengan memperhitungkan pajak

menurut ketentuan yang berlaku.

Page 16: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

16

Sebelum benda-benda tersebut sah sebagi materi koleksi,

terdapat tim penilai yang terdiri atas 3 orang tim penilai yang

bertugas:

a) Mengetahui/mensahkan cara-cara pengadaan benda-benda

koleksi

b) Memiliki setia benda yang dijadikan benda koleksi

c) Membuat berita acara pertanggung jawaban setiap benda-benda

yang akan dijadikan koleksi (mutu dan harga).

B. Tinjauan Umum Museum di Indonesia 1. Perkembangan Museum di Indonesia

Menurut sejarah, tumbuhnya museum di Indonesia dapat diurutkan

sebagai berikut: a. Di Indonesia museum mulai dikenal sejak abad ke-17 (pada zaman

penjajahan Belanda) yakni sebagai gedung tempat pengumpulan

benda kuno atau peninggalan sejarah seperti alat-alat persenjataan

tradisional, karya seni, patung purba dan lain sebagainya.

b. Tahun 1862 oleh Rhompius, didirikan museum De Ambonsche

Reriteitenmaker. Koleksinya adalah kumpulan barang-barang aneh bagi

ilmu pengetahuan

c. Sebagai usaha untuk memajukan kesenian dan ilmu pengetahuan yang

dianggap keramat serta mempunyai nilai sejarah yang tinggi, maka di

Jakrta pada tanggal 24 April 1778 oleh pemerintah Belanda didirikan

museum Bataviasch genoothschap Va Kunsten en Wateschappen

(sekarang Museum Nasional)

d. Museum Aceh diresmikan oleh Gubernur Sipil dan Militer Aceh, Jendral

H.M.A Stewart tanggal 31 Juli 1915.

e. Tahun 1922, seorang warga Surabaya keturunan jerman bernama Von

Faber merintis berdirinya museum Stedelijk Historish Museum

Surabaya, sekarang museum Mpu Tantular

f. Pada tahun 1935, didirikan Museum sasono Budoyo di Yogyakarta oleh

Java Institute yang merupakan satu-satunya museum di Indonesia yang

menyimpan benda-benda krajaan pada waktu itu.

Page 17: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

17

2. Peran Museum dalam Masyarakat Dalam pembinaan dan pengembangan kesadaran masyarakat

melalui pendidikan, museum mempunyai peran penting guna mengajak

masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan

karena melalui museum, masyarakat akan memahami informasi secara

edukatif . selain itu, keberadaan museum juga merupakan perwujudan

dari perhatian masyarakat terhadap sejarah kebudayaan masa silam.

Dalam hal ini, museum berfungsi sebagai tempat pelindnung sekaligus

sebagai sumber perkembangan ilmu pengetahuan, karena didalamnya

terdapat usaha penyimpanan, pengawetan, penyelidikan dan penyuguhan

karya-karya kebudayaan yang tersimpan didalamnya kepada masyarakat

(TAP MPR No.IV/1999 tentang GBHN).

Oleh karena itu museum sangat berperan dalam menumbuhkan

kebanggaan dan kepribadian suatu bangsa. Secara rinci peran museum

antara lain:

a. Memajukan dan mendorong pengembangan kebudayaan nasional

guna mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa

b. Menghindarkan bangsa dari kemiskinan terhadap nilai sejarah dan hasil

kebudayaan serta usaha untuk mendekatkan manusia dan

lingkungannya.

c. Mencari kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat guna dapat

menyelidiki dan meneliti sendiri benda-benda yang dianggapnya

mempunyai nilai sejarah bagi kehidupan manusia.

d. Memberi kenikmatan dari hasil koleksi bagi khalayak ramai dengan

suasana rekreatif.

1) Permasalahan Museum di Indonesia Masalah permuseuman yang ada sekarang ini, dapat dibedakan

atas beberapa faktor seperti yang dikemukakan Amir Sutarga, didepan

Musyawarah Museum di Yogyakarta antara lain:

a. Jumlah museum tidak sebanding kebutuhan masyarakat dari segi

kuantitas.

b. Dari segi kualitas, kurangnya variasi atau jenis-jenis museum untuk

memenuhi keragaman kebutuhan masyarakat.

Page 18: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

18

c. Tenaga ahli dibidang permuseuman masih sangat kurang.

d. Dari segi ekonomi, dana untuk pembangunan bahkan untuk perbaikan

museum kurang mendapat respon yang baik dari pemerintah.

e. Masalah koordinasi dan interaksi antar museum dan antar pejabat

museum yang masih sangat kurang.

2) Strategi Pengembangan Museum di Indonesia Strategi dasar yang menjadi usaha pembangunan permuseuman di

Indonesia dengan melihat prospek pengembangan dan keadaan museum

pada umumnya.

3) Pembinaan permuseuman a. Non fisik

Dengan pengelolaan museum melalui usaha latihan, kursus, apresiasi

dan peningkatan tenaga Pembina agar dapat terlaksanakan tugasnya

sesuai dengan tuntutan aspirasi masyarakat sekarang dan akan

datang, serta pentingnya memanfaatkan museum.

b. Fisik

1) Meningkatkan pelayanan permuseuman dengan usaha pengadaan

museum-museum baru yang memperhatikan misi pokoknya serta

aspirasi masyarakat sesuai dengan tingkat sosialnya.

2) Peningkatan kuaslitas penyajian materi koleksi atau penyempurnaan

program dan tata ruang pameran yang kreatif yang dapat menarik

minat masyarakat

3) Memperhatikan faktor-faktor yang dapat meningkatkan nilai museum

seperti faktor lokasi, faktor publikasi dan sebagainya.

4) Pengelolaan museum secara makro dapat berupa:

a) Distribusi museum secara merata yang disesuaikan dengan tujuan

dan tingkat pelayanan serta didasarkan pada segi potensi

pengembangnnya

b) Koordinasi dalam erbagai segi operasional agar diperoleh tingkat

pelayanan yang lebih efektif melalui program yang terencana,

terpadu dan terkendali dalam berbagai kegiatan antara museum-

museum yang telah ada.

4) Proporsi pengadaan museum

Page 19: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

19

Proporsi pengadaan museum didasarkan pada potensi pendukung

dan kondisi permuseuman saat ini, dimana diharapkan adanya distribusi

dalam hal pengadaan museum untuk masa yang akan datang terutama

mengingat kondisi geografis ngara kita yang terdiri dari ribuan pulau.

5) Struktur Organisasi Museum

Skema 2.1

(Sumber : Museum Negeri Lagaligo)

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya,museum didukung oleh:

a. Kepala Museum: yang mempunyai tugas memimpin pelaksanaan tugas

dan fungsi museum,

b. Bagian Tata Usaha: mempunyai tugas melakukan urusan ketata

usahaan dan rumah tangga, registrasi dan dokumentasi koleksi serta

perpustakaan dan keamanan,

c. Kelompok Tenaga Fungsional; yang mempunyai tugas melaksanakan

pengumpulan, perawatan, pengawetan, penelitian, penyajian dan

bimbingan edukutif. Kelompok tenaga fungsional terdiri dari:

DINAS PENDIDIKAN

KEPALA MUSEUM

TATA USAHA

ADMINISTRASI PERSONALIA

KEUANGAN

TENAGA

FUNGSIONAL

DIREKTORAT

PERMUSEUMAN

PERLENGKAPAN

MAINTENANCE

PREPARASI KONSERVASI EDUKASI

Page 20: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

20

1) Kelompok Tenaga Bimbingan Edukasi; yang mempunyai tugas

meliputi kegiatan bimbingan, penerbitan, pemberian informasi atau

penerangan koleksi museum kepada pengunjung museum dan

publikasi. Bimbingan edukasi mempunyai peran untuk

mengkomunikasikan nilai-nilai budaya yang ada pada museum

kepada masyarakat.

2) Kelompok Tenaga Konservasi; yang mempunyai tugas

mengumpulkan, meneliti dan mengolah koleksi benda-benda yang

mempunyai sejarah, budaya dan ilmiah.

3) Kelompok Tenaga Preparasi; yang mempunyai tugas merawat,

mengawetkan, dan menyajikan koleksi pada ruang pameran.

Tanggung jawab tugasnya meliputi kegiatan konservasi, preparasi,

reproduksi koleksi dan persiapan tata pameran.

6) Studi Banding

Gambar 2.1 Main Entrance Gedung Museum H. Widayat

Museum Seni Rupa H. Widayat berdiri diatas areal tanah seluas ±

7.000 m2 terletak di jalur wisata diantara Candi Mendut dan Candi

Borobudur, tepatnya di Jl. Letnan Tukiyat 32 Kota Mungkid, Kabupaten

Magelang, Jawa Tengah. Museum H. Widayat terdiri atas 3 bangunan

Page 21: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

21

utama, MUSEUM H. WIDAYAT, GALERI HJ. SOEWARNI (d/h GALERI

WIDAYAT) dan ART SHOP HJ. SOEMINI, serta AREA TAMAN yang

dimanfaatkan untuk meletakkan karya seni outdoor, dibangun tahap demi

tahap sesuai dengan perluasan area dan peruntukannya.

Museum H. Widayat adalah wujud nyata dari sebuah impian, obsesi, dan

prestasi dari pelukis H. Widayat. Selain sebagai tempat memamerkan

karya pribadinya, maupun karya-karya pelukis dan perupa lain, motivasi

utamanya adalah menjadikan museum pribadinya sebagai tempat untuk

belajar dan mengapresiasi karya seni. Hal ini tentu berkaitan dengan

profesinya selain sebagai pelukis, yakni sebagai pengajar senirupa di

Institut Seni Indonesia (d/h ASRI). Ide mendirikan museum ini sebenarnya

bermula dari keprihatinan H. Widayat, melihat koleksi karya-karya

mahasiswanya yang hanya bertumpuk di gudang, bahkan banyak yang

hilang diambil orang. Sepulang dari belajar di Jepang pada tahun 1962,

usulan untuk membuat museum ini muncul dan disodorkan oleh kawan

dekatnya, Fadjar Sidik.

Gambar 2.2 Lantai dua Gedung Museum H. Widayat

Museum ini dibangun berdasarkan desain arsitek Ir. H. Edji Sukedji

yang dikenal pada saat sama-sama menunaikan ibadah haji. Bangunan

utama diatas tanah seluas ± 2.500 m2 terdiri atas 2 lantai. RUANG

PAMER LANTAI 1 peruntukannya ditujukan untuk memamerkan karya-

Page 22: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

22

karya H. Widayat dalam berbagai media. Sedangkan RUANG PAMER

LANTAI 2 dipergunakan sebagai tempat untuk memamerkan karya-karya

seniman lain yang merupakan koleksi Museum H. Widayat.

Page 23: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

23

BAB III TINJAUAN KHUSUS TERHADAP MUSEUM SENI RUPA

DI MAKASSAR

A. Museum seni rupa di Kota Makassar

1. Pengertian Museum seni rupa di Kota Makassar adalah media berupa wadah

fisik yang mengumpulkan, menyimpan, memelihara, memamerkan serta

memberi informasi mengenai bukti-bukti sejarah seni rupa dan

perkembangan kebudayaan khususnya di Kota Makassar.

2. Tujuan Museum seni rupa bertujuan untuk menghadirkan sebuah wadah

yang presentatif di Kota Makassar yang mampu berperan dalam upaya

pemeliharaan, pengamanan dan pelestarian benda-benda warisan sejarah

seni rupa baik untuk generasi sekarang maupun untuk generasi yang

akan datang. Selain itu pengadaan museum seni rupa dapat berfungsi

sebagai objek wisata yang menarik di Kota Makassar.

Museum seni rupa di Kota Makassar secara lengkap memberi

informasi mengenai sejarah kebudayaan masyarakat Makassar yang

melahirkan benda-benda sejarah seni rupa yang berhubungan dengan

kebudayaan daerah Makassar mencakup koleksi dari benda-benda seni

rupa yang bersejarah.

3. Fungsi a. Sebagai wadah kegiatan sosiokulturil, yaitu interkasi antara pengelola

dan masyarakat sebagai pengunjing meliputi:

b. Sebagai pusat informasi sejarah kebudayaan.

c. Sebagai wadah kegiatan preservasi dan konservasi benda-benda

bernilai sejarah yang merupakan warisan yang harus tetap dijaga dan

dilestarikan dalam rangka mencerdaskan bangsa.

d. Sebagai tempat promosi dan pelayanan umum melalui kegiatan

pameran dan penerangan.

e. Merupakan indicator yang jelas tentang keberadaan historis pada suatu

daerah.

Page 24: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

24

4. Misi Museum seni rupa di kota Makassar memiliki misi memperkenalkan

benda-benda hasil sejarah kebudayaan Sulawesi Selatan khususnya Kota

Makassar dengan cara presentasi yang edukatif, namun memperhatikan

unsur rekreatif.

B. Faktor Penunjang Museum Faktor yang menjadi penunjang Museum seni rupa di Kota Makassar

adalah sebagai berikut :

1. Pengunjung Pengunjung museum seni rupa dibedakan :

a) Wisatawan, dalam hal ini terdiri dari wisatawan mancanegara dan

wisatawan nusantara

b) Pelajar/Mahasiswa, dalam hal ini yang mengunjungi museum seni

rupademi kpentingan edukatif membutuhkan pemandu yang mengerti

tentang museum seni rupadan harus berhubungan dengan pimpinan

museum seni rupadan staf teknik.

c) Masyarakat, dalam hal ini adalah masyarakat yang peduli dan ingin

memperoleh informasi mengenai kebudayaan bahari Makassar, dan

membutuhkan objek wisata yang representatif.

2. Pengelola Pengelola Museum seni rupa di Kota Makassar adalah petugas

yang ahli untuk mengelola dan membina kegiatan operasioanal museum

seni rupa secara organisatoris dan terkoordinir oleh badan-badan tertentu

dalam kegiatannya.

Secara garis besar pengelola Museum seni rupa terdiri dari :

a) Direktur, pimpinan museum seni rupadengan tugas teknis pelaksanaan

kegiatan administrasi, ilmiah dan ekstern.

b) Kurator, mengkoordinir dan mengawasi petugas koleksi museum seni

rupa serta bagiannya.

c) Konservator, petugas pada bagian benda-benda koleksi tertentu.

d) Register, pembantu konservator dalam menangani tat usaha koleksi

benda-benda museum.

Page 25: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

25

e) Labiran, memimpin bagian laboratorium yang merawat dan

mengawetkan benda-benda koleksi.

f) Museum seni rupa Designer, ahli dalam bidang pameran dan ruang

pamer.

g) Librarian, ahli dalam bidang perpustakaan untuk kepentingan umum

dan pengelola.

h) Edukator, petugas bidang edukasi yang mengurus penyelenggaraan

dan keperluan pengunjung.

i) Administrasi, mengatur pelaksanaan kegiatan dalam tat usaha serta

keuangan, ruang pameran maupun kompleks museum.

3. Materi koleksi a) Syarat-syarat koleksi museum

Koleksi museum seni rupa adalah segala objek/benda-benda

koleksi bidang studi ilmu sejarah kebudayaan. Koleksi ini disusun

secara sistematik dengan metode ilmiah atau sebagai cabang ilmu

pengetahuan yang berhubungan dengan objek sejarah dan

kebudayaan.

Benda-benda peninggalan bersejarah yang akan dijadikan

koleksi museum, setidaknya harus memiliki syarat-syarat sebagai

berikut :

1) Benda-benda tersebut harus mempunyai nilai seni budaya (art

Kultural value) termasuk nilai ilmiah seperti ilmu-ilmu alam, sosial

dan budaya.

2) Benda-benda tersebut harus dapat diidentifikasikan mengenai arti

objeknya dan dapat menerangkan:

3) wujudnya (morfologis)

4) tipenya (typelogis)

5) asalnya (historis geografis)

6) gayanya (stylistic)

7) fungsinya (function)

8) harus dapat dianggap sebagai dokumen yang berarti sebagai bukti

kenyataan dan kehadiran (realita dan eksistensi) bagi penyelidikan

ilmiah bagi ilmu pengetahuan.

Page 26: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

26

9) harus dapat dianggap sebagi suatu monument pada pengertiannya

merupakan pertanda atau sebagai peringatan.

Dengan demikian dapatlah diberi batasan mengenai koleksi

museum seni rupa :

1) Materi koleksi adalah seni rupa yang memiliki sejarah

2) Materi koleksi dikelompokan sesuai dengan periodesasi sejarah

3) Monumen material dimasukkan kedalam museum seni rupa dengan

diganti miniatur, maket,foto, diorama atau cara lain.

4) Pada dasrnya jumlah dan jenis benda pada masa-masa mendatang

akan selalu bertambah dan berkembang.

b) Macam materi koleksi

Macam materi koleksi menurut bahannya dapat dikelompokkan menjadi

tiga bagian, yaitu:

1) Benda-benda organik, yaitu semua benda yang mengandung unsure

organ hidup seperti kayu, kertas, kulit, bamboo, katun, rambut,

buluan dan daun-daunan

2) Benda-benda unorganik, seeepreti emas, perak besi, tembaga, batu,

tanah liat, kaca, perunggu, aluminium, kuningan, baja, keramik dan

tembikar.

3) Benda-benda khusus seperti karet, cat, film, lukisan dan plastik.

c) Dimensi materi koleksi

Dimensi materi koleksi dapat bervariasi dari yang kecil seperti cincin,

manik-manik dan sebagainya. Benda-benda sedang seperti alat-alat,

senjata.

d) Cara-cara pengadaan koleksi

1) Bantuan pemerintah, dalam hal ini Dinas Pendidikan, Dinas

Pariwisata.

2) Mereproduksi sendiri benda-benda yang dianggap sudah langka dan

dapat dilakukan dengan teknologi yang sudah ada.

3) Untuk rekaman dalam benuk film, video dan kaset dapat bekerja

sama dengan lembaga-lembaga penyiaran baik swasta maupun

pemerintah.

Page 27: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

27

4) Sumbangan-sumbangan pribadi.

5) Pemebelian.

6) Imbalan jasa.

7) Barang sumbangan.

8) Pinjaman.

e) Sistem pengelolaan museum

Sistem pengelolaan yang direncanakan adalah semi

government, atau 50:50. Hal ini dimaksudkan untuk mengatasi

permasalahan museum seni rupa yang ada pada saat ini, yang secara

langsung ditangani oleh pemerintah, pada kenyataannya kurang

mendapat penanganan yang serius. Karena itu diperlukan kerjasama

dengan pihak swasta, untuk pengembangan pengelolaannya. Hal ini

juga diharapkan akan memberikan dampak yang baik untuk semakin

menonjolkan unsur kreatif dari museum seni rupa yang akan

berdampak baik untuk menarik minat pengunjung.

C. Sifat dan Pola Kegiatan

1. Sifat Kegiatan Berdasarkan sifatnya kegiatan museum seni rupa dibagi atas:

a) Kegiatan penelitian

Kegiatan ini dibagi dalam 2 macam, yakni:

1) Kegiatan penelitian intern, dilakukan untuk penelitian ilmu

pengetahuan museum seni rupa oleh curator museum. Kegiatan ini

memerlukan laboratorium sebagai wadah penelitian.

2) Kegiatan penelitian ekstern, dilakukan oleh para pengamat, peminat

yang ingin mendalami ilmu pengetahuan dari benda-benda wariasan

sejarah. Sebagai museum seni rupayang sifat khusus berarti

ditunjang oleh kelengkapan materi koleksi yang mengundang para

peminat tersebut mengunjungi museum seni rupadalam

peneyelesaian kegiatan penelitian. Kegiatan ini dilakukan oleh para

ahli, mahasiswa, dan pelajar

b) Kegiatan pendidikan

Page 28: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

28

Kegiatan ini ditentukan pada pengenalan objek atau benda-

benda koleksi yang diperagakan, kemudian dilanjutkan pada usaha

peningkatan pengetahuan masyarakat tentang benda-benda warisan

sejarah yang sesuai dengan perkembangannya.

c) Kegiatan preservasi dan konservasi

Kegiatan ini dibagi dalam 2 hal pokok, yaitu:

1) Pengawetan/pemeliharaan, guna menjaga benda-benda koleksi

secara fisik agar kondisinya tetap pada aslinya, terjaga dari

pengaruh alam dan kemungkinan dari pengrusakan (pelapukan,

pengotoran)

2) Kegiatan preservasi dapat berupa:

(a) Pengadaan materi koleksi/obyek pameran.

(b) Pendataan dari materi koleksi.

(c) Penelitian materi koleksi oleh pengelola dan peneliti.

(d) Dokumentasi, duplikasi, fotografi, dan film/slide.

d) Kegiatan administrasi

Kegiatan ini sifatnya untuk memperlancar atau mengkoordinir

program-program kegiatan museum. Kegiatan ini menunjang dalam arti

mengetahui service dalam museum seni rupaseperti ketetiban dan

keamanan, kebersihan dan pelayanan umum kepada pengunjung.

e) Kegiatan rekreasi

Sifat tata pameran dalam museum seni rupamempunyai arti

untuk dinikmati dan dikhayati. Dalam hal ini akan meningkatkan

apresiasi masyarakat tentang fungsi dan peranan museum seni

rupasebagai penyalur ilmu pengetahuan.oleh karena itu kegiatan ini

bersifar rekreatif, tidak diperlukan suatu konsertasi yang dpat

menimbulkan ketelitian, sehingga diharapkan penataan materi koleksi

dan pameran yang rekreatif dan tidak membosankan.

f) Pola Kegiatan

Berdasarkan fungsi dan tugas museum seni rupayaitu

memelihara dan memamerkan benda-benda kolekksi, maka dapat

disimpulkan faktor yang dapat menentukan antara kegiatan pengunjung

Page 29: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

29

dengan materi koleksi adalah penikmatan, rekreasi dan peningkatan

pengetahuan pada kegiatan penelitian dan pameran.

PENGELOLA

INTERAKSI SOSIO KULTURAL

Skema 3.1 Pola Kegiatan Pada Museum

Sejarah

Peningkatan

Pengembangan Penelitian

Sejarawan

Penelitian

Penyelidikan

Pengelola

Teknis Administrasi Pelayanan

Pelayanan umum

Masyarakat

Apresiasi Informasi Komsumsi

museum

Page 30: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

30

BAB IV KESIMPULAN

A. Museum merupakan salah satu media yang dapat mewadahi pelestarian

budaya di Indonesia

B. Upaya pelestarian dan pengembangan budaya bangsa harus terus senantiasa

dikembangkan, baik pengembangan budaya itu sendiri maupun pelestarian

benda-benda hasil pemikiran / karya budaya yang diciptakan

C. Kebudayaan adalah segala hasil karya, karsa, daya dan upaya serta pola pikir

manusia untuk memulai kehidupannya, meliputi sistem religius, organisasi

kemasyarakatan, pengetahuan, bahasa dan sastra, seni, mata pencaharian

dan teknologi/peralatan

D. Gagasan pendirian museum ditujukan untuk melestarikan dan

mengungkapkan hasil budaya suku-suku bangsa di Indonesia, Realisasi

fungsi wadah kelam pengadaan/ kebutuhan sarana fisik ditentukan oleh:

1. Unsur-unsur pembentuk wadah (kegiatan, pelaku, dan fungsi)

2. Materi koleksi dan system penyajian

3. Program pokok dan penunjang kegiatan

4. Orgensi kebutuhan

5. Sebagai usaha untuk menghindarakan gejala akulturasi atau kepunahan

sebagai hasil peninggalan sejarah dan budaya bangsa sebagai sumber

ilmu pengetahuan dan teknologi.

6. Pengadaan museum seni rupa di kota Makassar merupakan suatu media

pendidikan, rekreasi, dan penelitian bagi masyarakat umum yang ingin

mengetahui seni rupa daerah Makassar

E. Benda-benda seni rupa yang merupakan benda koleksi, meliputi:

a. patung

b. tembikar

c. tari

d. Pakaian dan aksesoris

e. Alat musik dan permainan

f. Anyaman-anyaman

g. Keramik

Page 31: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

31

F. Tugas pokok museum:

a. Mengumpulkan koleksi

b. Konservasi dan pemeliharaan

c. Komunikasi

d. Pameran

e. Dokumentasi

f. Studi dan hiburan

G. Lingkup pelayanan Museum di Kota makassar, meliputi:

a. Pengunjug perorangan, masyarakat umum, peneliti, dan pelajar/mahasiswa

b. Pengunjung rombongan, meliputi: pelajar/mahasiswa, rombongan

kedinasan, rombongan organisasi kemasyarakatan.

Page 32: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

32

BAB V PENDEKATAN KONSEP PERANCANGAN MUSEUM SENI RUPA

DI MAKASSAR

A. Konsep Makro

1. Konsep Penentuan Lokasi

Gambar 5. 1 Pemilihan alternatif lokasi pusat perbelanjaan

(Sumber : Peta Administratif/Analisis penulis, 2011)

a) Alternatif 1 Kecamatan Ujung Pandang, dengan luas 2,63 km2. 1) Berada pada Kawasan Pusat Kota, dengan fungsi sebagai pusat

perdagangan, pelayanan sosial, dan kawasan pemukiman.

2) Terdapat aktifitas perkantoran, mall, sekolah, rumah sakit, pusat

perbelanjaan.

3) Lokasi yang cukup startegis dan relatif mudah dicapai dari segala arah.

4) Terdapat potensi pendukung berupa sarana permukiman.

5) Tersedianya sarana dan prasarana seperti kelengkapan jaringan utilitas

yang memadai.

Page 33: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

33

b) Alternatif 2 Kecamatan Rappocini, dengan luas 9,23 km2. 1) Berada pada Kawasan Pemukiman Terpadu, dengan fungsi sebagai

pusat perdagangan, pemerintahan, perkantoran dan sebagai pusat

pelayanan kota berdasarkan arah perkembangan.

2) Tersedianya lahan kosong untuk mendukung perencanaan.

3) Terdapat fasilitas pendukung berupa bangunan komersil dan sarana

permukiman.

4) Tersedianya sarana dan prasarana kota seperti jaringan utilitas yang

memadai dan jaringan transportasi.

5) Terdapat jalur MAMMINASATA yang menjadi inti pengembangan wilayah

terpadu.

c) Alternatif 3 Kecamatan Tamalanrea, dengan luas 31.84 km2.

1) Berada pada Kawasan Pendididkan Terpadu,

2) Tersedianya lahan kosong untuk mendukung perencanaan.

3) Terdapat fasilitas pendukung berupa bangunan komersil dan sarana

permukiman.

4) Tersedianya sarana dan prasarana kota seperti jaringan utilitas yang

memadai dan jaringan transportasi.

5) Terdapat jasa pelayanan sosial dan pendidikan.

Tabel 5. 1 Kriteria Pemilihan Lokasi

6)

7)

8)

9)

10)

11)

12)

Keterangan : 4 = sangat baik; 3 = cukup baik; 2 = kurang baik

(Sumber : Analisis penulis, 2011)

Dari kedua alternatif pemilihan lokasi diatas, berdasarkan

kriteria yang ada maka terpilih lokasi di kawasan permukiman terpadu.

No Kri teria

Bo bot

Alt. 01 Kec.

U. Pandang

Alt. 02 Kec.

Rappocini

Alt. 03 Kec.

Tamalanrea N B x N N B x N N B x N

1 A 30 4 120 4 120 4 120 2 B 20 2 40 4 80 3 60 3 C 25 3 75 4 100 4 100 4 D 10 3 30 4 40 4 40 5 E 15 3 45 3 45 3 45 Jumlah 100 330 375 365

Page 34: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

34

Gambar 5. 2 Peta lokasi terpilih di kawasan permukiman terpadu

(Sumber : Peta Kecamatan Makassar)

2. Konsep Pemilihan Tapak a) Tujuan

Untuk mendapatkan tapak yang sesuai untuk sebuah

bangunan museum yang mampu mewadahi kegiatan yang

berlangsung didalam maupun diluar bangunan selain itu dapat

mendukung fungsi dan kualitas lingkungan

b) Dasar pertimbangan 1) Berada pada kawasan budaya

2) Aksebilitas yang mudah

3) Kedekatan fasilitas-fasilitas yang terdapat disekitar tapak baik yang

sejenis maupun sebagai penunjang

4) Kondisi lingkungan yang mendukung

5) Adanya fasilitas penunjang berupa utilitas kota

Kecamatan Rappocini

02

01

Page 35: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

35

c) Kriteria 1) Mempunyai ungkapan historis dengan lingkungan sekitarnya yang

dapat menunjang nilai-nilai bangunan dan isinya (koleksi)

2) Terdapat fasilitas pendidikan, pemukiman sebagi penunjang

aktivitas museum

3) Tersedianya jaringan utilitas kota berupa jaringan air bersih, telpon,

listrik.

4) Jalur transportasi kendaraan pribadi dan angkutan umum yang

mudah diakses.

Berdasarkan kriteria diatas terdapat 2 alternatif tapak, yaitu :

1). Alternatif I ; Jl. Aroepala, dengan batas – batas :

(a) Bagian utara berbatasan dengan Jl. Aroepala.

(b) Bagian selatan berbatasan dengan lahan kosong.

(c) Bagian barat berbatasan dengan pemukiman dan sungai.

(d) Bagian timur berbatasan dengan Jl. Lingkungan dan lahan kosong

Gambar 5. 3 Penentuan site, alternatif 1

(Sumber: Google Earth/Analisis penulis, 2011)

Prediksi site :

(a) Tapak merupakan sebuah lahan kosong.

(b) Dekat dengan pemukiman penduduk dan fasilitas penunjang

lainnya.

Page 36: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

36

(c) intensitas kemacetan sangat rendah.

(d) Pencapaian mudah diakses dan sangat memungkinkan untuk

dilalui, baik kendaraan pribadi maupun umum.

(e) Kawasan tersebut merupakan areal pengembangan kota yang

terhubung dengan jalur MAMMINASATA.

2). Alternatif ll ; Jl. Sultan Alauddin, dengan batas – batas :

(a) Bagian utara berbatasan dengan pemukiman.

(b) Bagian selatan berbatasan dengan jl. Sultan Alauddin

(c) Bagian barat berbatasan dengan pemukiman dan beberapa

bangunan komersial.

(d) Bagian timur berbatasan dengan pemukiman.

Gambar 5. 4 Penetuan tapak, alternatif 2

(Sumber: Google Earth/Analisis penulis, 2011)

Prediksi site : (a) Dekat dengan pemukiman penduduk dan fasilitas-penunjang

lainnya.

(b) Tapak diperkirakan agak kecil sehingga kurang efektif untuk

menampung sebuah fasilitas perbelanjaan, yang pada akhirnya

berpengaruh pada sirkulasi dalam tapak.

(c) Jalan Sultan Alauddin sering terjadi kemacetan, dengan katalain

keberadaan fasilitas pusat perbelanjaan akan menambah dan

mempengaruhi faktor tesebut.

Page 37: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

37

(d) Jalan didepan tapak merupakan jalan poros yang menghubungkan

antar Kabupaten.

(e) Pencapaian mudah diakses sebab merupakan jalur 2 arah dan

sangat memungkinkan untuk dilalui, baik kendaraan pribadi maupun

umum.

Tabel 5. 2 Kriteria Pemilihan Lokasi

Keterangan : 4 = sangat baik; 3 = baik; 2 = cukup baik; 1 = kurang baik

(Sumber : Analisa penulis, 2011)

Berdasarkan penjabaran pemilihan alternatif tapak yang

telah di analisis, dan dengan memperhatikan kriteria yang ada,

maka tapak yang dipilih adalah alternatif I .

Gambar 5. 5 Tapak terpilih Jl. Aroepala

Kriteria Bobot Alternatif I Alternatif II N B x N N B x N

1 30 4 120 3 90

2 25 4 100 3 75

3 25 4 100 4 100

4 20 3 60 3 60

Jumlah 100 422 365

Page 38: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

38

(Sumber: Google Earth/Analisis penulis, 2011)

3. Analisis tapak a) Existing condition

Gambar 5. 6

Existing Condition (Sumber : Analisa Penulis, 2011)

b) Orientasi matahari

Page 39: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

39

Gambar 5. 7

Orientasi terhadap arah matahari dan angin (Sumber : Analisa penulis, 2011)

1) Orientasi Matahari

(a) Arah tapak sedikit menyerong dari utara, untuk menghindari

adanya sinar matahari langsung dan pengoptimalan cahaya

matahari masuk ke dalam bangunan.

(b) Pengoptimalan bukaan-bukaan pada sisi bangunan untuk

mendapatkan cahaya matahari.

(c) Untuk daerah yang paling banyak menerima sinar matahari

(Barat-Timur) dapat dilindungi dengan penanaman pohon

pelindung, sun screen dan konsol penahan panas untuk

meminimalisir cahaya matahari. 2) Arah angin

(a) Orientasi bangunan akan mengikuti arah angin sebagai

adaptasi bangunan terhadap arah angin sehingga dapat

mengurangi beban angin.

(b) Untuk pemanfaatan arah angin sebagai penghawaan alami

akan di alirkan pada ruang-ruang melalui banyak bukaan

jendela dan area terbuka pada daerah tertentu.

c) View ke tapak

Keterangan :

Page 40: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

40

: View sangat baik, : View baik, : View kurang baik.

Gambar 5. 8 View kedalam tapak

(Sumber : Analisa penulis, 2011)

d) View dari tapak

Keterangan :

: View sangat baik, : View baik, : View kurang baik.

Gambar 5. 9 View keluar tapak

(Sumber : Analisa penulis, 2011)

1) View dari dalam tapak ke luar.

View terbaik adalah view ke arah selatan yaitu kearah Jl.

Aroepala, dimana jalan tersebut merupakan jalan utama yang

meghubungkan dari arah barat kota ke timur kota. Sedangkan view

yang mengarah barat, merupakan pandangan yang mengarah ke

jalan lingkungan dan sungai. Hal ini berpengaruh terhadap

perletakan massa bangunan, yaitu terhadap ruang-ruang yang

butuh view menarik, seperti restoran, kafe, dan fasilitas ruang

terbuka lainnya.

2) View dari luar tapak ke dalam tapak.

Page 41: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

41

View atau sudut pandang terbaik dari luar ke bangunan

adalah dari arah selatan, maka pada area dengan view terbaik

diberi desain yang lebih menarik. Selain dari itu, juga dapat

diwujudkan dengan menjauhi bentuk bangunan yang simetris

karena bentuk simetris mempunyai kesan selesai dan tidak dapat

mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan dan

pengembangan. e) Tingkat kebisingan pada tapak

Gambar 5. 10

Tingkat kebisingan pada tapak (Sumber : Analisa penulis, 2011)

Secara keseluruhan pengaruh kebisingan tidak begitu besar

bagi sebuah Museum Seni Rupa, pengaruh kebisingan hanya perlu

dipertimbangkan untuk pengaturan perletakan kelompok ruang

pengelola, dan ruang-ruang.

Daerah yang tingkat kebisingannya cukup tinggi yaitu berada

pada daerah Selatan tapak, daerah merupakan jalan utama dari

arah barat kota menuju arah timur kota Makassar (area

Intensitas kebisingan

sangat tinggi, perlu

penyesuaian vegetasi &

jarak bangunan

Intensitas kebisingan rendah,

tidak perlu penyesuaian dalam

perletakan ruang

Page 42: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

42

pengembangan jalur MAMMINASATA). Di sebelah Barat tapak,

merupakan jalan lingkungan yang nantinya direncanakan sebagai

akses kendaraan motor sehingga tingkat kebisingannya cukup

rendah.

f) Penanganan Kebisingan

Gambar 5. 11

Penanganan tingkat kebisingan pada tapak (Sumber : Analisa penulis, 2011)

Penanganan masalah kebisingan dapat diatasi dengan cara :

(1) mengadakan penanaman pohon di area-area yang tingkat

kebisingannya cukup tinggi.

(2) memberi jarak antara massa bangunan dengan jalan raya

g) Penzoningan

Salah satu faktor yang erat hubungannya dengan zoning tapak

adalah faktor kebisingan, dimana zona publik diletakkan pada area

yang memiliki tingkat kebisingan cukup tinggi, zona semi publik dan

Penanaman

vegetasi untuk

mereduksi

kebisingan Space untuk

sirkulasi luar

bangunan, dan

parkir kendaraan

Penempatan massa

bangunan yang ditarik

mundur sebagai respon

dari faktor kebisingan jln.

raya/utama.

Page 43: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

43

zona servis diletakkan pada area yang kurang bising dan zona privat

diletakkan pada area yang tidak bising atau tenang.

Penataan zona bertujuan untuk mengoptimalisasikan

penggunaan lahan guna menghindari rancangan yang tidak sesuai

dengan tapak. Penataannya harus disesuaikan dengan kondisi

lingkungan serta fungsi-fungsi yang memudahkan aktifitas pelaku

kegiatan.

Gambar 5. 12

Penzoningan pada tapak (Sumber : Analisa penulis, 2011)

Zona public : Parkir kendaraan.

Zona semi public : Area Permuseuman

Zona private : Area pengelola.

Zona service : Gudang, ruang ME, dll. B. Pendekatan Mikro

1. Pendekatan Bentuk dan Penampilan Bangunan Penampilan bangunan museum sangat menentukan keberhasilan

bangunan tersebut. Bentuk bangunan ini tetap mengacu pada fungsi

dasar bangunan yakni sebagai pusat pelestarian benda-benda budaya,

Page 44: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

44

oleh karena itu bentuk bangunan tetap pula mencerminkan kekokohan

sebagai ungkapan keamanan. Namun disisi lain harus pula menampung

aktivitas keterlibatan masyarakat dan peningkatan aktivitas pihak

pengelola museum itu sendiri, jadi harus pula mengesankan keterbukaan

dan keakraban dengan liongkungan sekitarnya.

Pertimbangan-pertimbangan yang dapat dipergunakan dalam

mendesaian bentuk bangunan antara lain:

a. Mencerminkan fungsinya sebagai wadah pelestarian dengan bentuk-

bentuk kekokohan dan monumentalis sehingga muncul rasa aman.

b. Bangunan secara spesifik mencerminkan keterbukaan dengan material

dan desain, keakraban yang disesuaikan dengan bentuk-bentuk yang

mudah dikenali oleh masyarakat (komunikatif) sehingga rasa memiliki

dapat terbina dan akhirnya dapat menjadi kebanggaan masyarakat.

c. Bentuk bangunan haruslah memperhatikan pengaruh alam dan

keserasian dengan lingkungan sekitarnya.

d. Bentuk bangunan harus pula memberi kesan dinamis sesuai dengan

fungsi bangunan.

e. Bentuk bangunan haruslah sejalan dengan ciri arsitektur kota.

Gambar 5. 13

Bentuk penampilan bangunan (Sumber : Analisa penulis, 2011)

Page 45: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

45

2. Pendekatan Pola Hubungan Ruang Pola hubungan ruang merupakan perwujudan dari hubungan

kegiatan yang ada pada ruang tersebut. Pola hubungan ruang berfungsi

untuk menganalisa tingkat keeratan ruang satu dengan yang lainnya.

Jenis-jenis pola hubungan ruang, yaitu:

a. Radial

Beberapa kelompok kegiatan dimana masing-masing kelompok

mempunyai kegiatan utama

Gambar 5. 14

Pertimbangan :

1) Kegiatan memiliki orientasi yang terpusat

2) Adanya keteraturan organisasi ruang secara keseluruhan

3) Bentuk dapat mengembang keluar lingkupnya.

b. Grid

Sejumlah kegiatan yang mengarahkan pada satu titik

Gambar 5. 15 Pertimbangan :

1) Mempermudah pencapaian

2) Kompleksitas kegiatan yang diwadahi

Page 46: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

46

3) Dinamis, dapat digeser

c. Cluster

Terdiri dari beberapa kelompok kegiatan yang sama-sama menerima

kesamaan visual

Gambar 5. 16 Pertimbangan :

1) Jangkauan merata kesegala arah

2) Adanya pemusatan aktivitas

3) Pencapaian antara unit satu dan unit lainnya efektif

4) Luwes, dapat menerima perubahan, dan pertumbuhan tanpa

merubah karakternya

5) Memiliki orientasi dan persamaan visual

d. Linear

Sejumlah kelompok kegiatan yang mempunyai hubungan yang hampir

sama

Page 47: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

47

Gambar 5.17 Pertimbangan :

1) Mempermudah pola pengembangan

2) Kesan kemudahan terhadap arah bangunan

3) Fleksibel dan tanggap terhadap bentuk bangunan

3. Pendekatan pola sirkulasi Kriteria penentu pola sirkulasi pada ruang pameran:

a. Kelancaran gerak dan keleluasan pengunjung dalam mengamati objek

pameran.

b. Terjadinya kelangsungan gerak antar wadah

c. Optimasi pengamatan detail materi objek koleksi

d. Fleksibel dalam pengaturan dan perubahan pengamatan objek koleksi

e. Ketegasan bentuk dan alur jalur pengunjung yang fleksibel

f. Mendukung proses penghayatan dari ojek yang satu ke objek yang

lain.

4. Macam objek Koleksi Koleksi museum seni rupa adalah semua benda yang berguna

sebagai bahan sejarah alam dan budaya, sehingga tidak semua benda

dapat dijadikan sebagai materi koleksi

5. Macam objek koleksi dalam Museum Seni Rupa di Kota Makassar : a. Kelompok benda realita

Benda kelompok ini yang dikonservasi adalah benda-benda asli yang

kondiisi dan ukurannya masih dapat ditoleransi untuk dapat dimuat

diruang pamer

b. Kelompok benda tiruan

Pengadaan benda tiruan atau benda reproduksi ini untuk melengkapi

koleksi yang kondisinya sudah rusak atau hancur, ukurannya tidak

memungkinkan untuk dipamerkan dan koleksi yang sangat terbatas

jumlahnya sehingga dibuat dalam bentuk miniatur atau replica, yaitu :

1) Miniatur rumah tradisional

2) Patung dan alat-alat perang

3) Replica lain yang dianggap langka

c. Kelompok benda penunjang

Page 48: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

48

Yang termasuk benda penunjang adalah benda-benda dari bahan

kertas/foto atau lukisan, yaitu:

1) Lukisan/gambar panorama alam

2) Foto-foto kebudayaan

3) Slide dan kaset film

6. Penyajian koleksi Dalam penyajian materi koleksi, hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai

berikut :

a. Klasifikasi materi koleksi

b. Sfat/karakter materi koleksi

c. Ukuran materi koleksi

d. Sisi dan detail yang akan dtonjolkan

e. Kesan yang akan ditampilkan

Teknik tata materi koleksi pameran hendaknya ditampilkan secara utuh.

Pada museum dikenal 8 teknik penyajian/system tata pameran, yaitu:

(1) Pajangan

Memamerkan secara langsung benda-benda koleksi dengan penataan

tertentu baik baik benda asli maupun replikasi, ditampilkan secara 2

dimensi, 3 dimensi baik dari satu sisi, dua sisi, tiga sisi atau dari segala

sisi

(2) Diorama

System pameran dengan penggambaran suatu peristiwa, atau cerita

dalam bentuk relief-relief atau patung-patung yang diharapkan mampu

menggambarkan kejadian dan kebenarannya ( seolah-olah hidup),

yang ditampilkan secara 2 dimensi

(3) Patung peraga

Menggambarkan suatu kegiatan berupa peragaan dalam bentuk

patung-patung, dapat dinikmati dari satu sisi, dua sisi, tiga sisi atau

segala arah.

(4) Audio

Penyajian pameran dengan memperdengarkan suara melalui tape

recorder, seperti: lagu-lagu, syair-syair, dan alat music.

Page 49: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

49

(5) Visual

Penyajian pameran dengan cara memperlihatkan gambar-gambar,

sketsa, grafik, data-data, foto, slide proyektor dan lain-lain, dengan

keterangan berupa tulisan.

(6) Audio-visual

System penyajian materi pameran dengan cara gambar-gambar dan

suara sehingga kejadian yang ditampilkan benar-benar hidup melalui :

TV, video, laser disc dan proyektor.

(7) Perpustakaan

Dapat diperkaya dengan membuat buku-buku yang berisikan

penjelasan/ ringkasan materi secara lengkap untuk menambah

wawasan pengunjung.

(8) Edukatif

penyajian materi koleksi dengan cara tatap muka antara pengunjung

dengan pihak yang mengerti tentang materi koleksi. Dapat berupa

ceramah, uraian, Tanya-jawab, diskusi maupun seminar.Dalam hal ini

dapat dibantu dengan vasilitas audio, visual, benda-benda, dan audio-

visuual.

7. Konsep Kebutuhan Ruang a. Unsur pelaku kegiatan

1) Pengunjung

Pengunjung museum terdiri beberapa unsur, yakni:

a) Pelajar dan Mahasiswa

b) Wisatawan mancanegara dan nusantara

c) Masyarakat umum

2) Pengunjung di museum dapat berupa perorangan maupun

rombongan.

b. Kegiatan pengunjung

Page 50: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

50

a) Apresiasi, mencari informasi, menikmati dan mengawasi koleksi,

menikmati dan mengamati objek pameran temporer,

diskusi/ceramah dan membaca koleksi perpustakaan

b) Rekreasi, menikmati dan mengamati koleksi, dan mengamati objek

pameran dan menikmati suasana pameran.

c. Pola kegiatan pengunjung

Skema 5. 1 Pola Kegiatan Pengunjung

d. Pengelola

Pengelola museum bertugas mengolah, membina kegiatan museum

baik secara teknis, ilmiah dan administrasi dengan kegiatan-

kegiatannya. Pengelola museum terdiri dari : konservator, curator,

laboran, register, preparatory, edukator/ instruktur, administrator,

pustakawan dan karyawan.

e. Kegiatan pengelola

1) Kegiatan Preservasi/ konservasi

a) Mengumpulkan, memelihara, mengawetkan dan menyelidiki

benda-benda koleksi

b) Mendokumentasikan, member deskripsi yang jelas dan

memproduksi kembali benda-benda untuk kebutuhan peragaan.

c) Mengadakan penelitian mengenai benda-benda koleksi untuk

pengembangan budaya

Page 51: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

51

d) Meregistrasi benda-benda koleksi yang masuk dan yang rusak.

2) Kegiatan edukasi/pendidikan

a) Pemutaran film/slide tentang kebudayan daerah Buton dan

perkembangannya

b) Perpustakaan menyediakan koleksi buku sebagai sumber

literature dan informasi

c) Pertemuan/ceramah/seminar ilmiah mengenai sejarah, seni,

teknologi dan ilmu pengetahuan

d) Pembuatan program/jadwal kegiatan pendidikan

e) Penerbitan buku dari hasil penelitian untuk pengembangan dan

pembinaan apresiasi koleksi budaya

f) Mengadakan tukar menukar informasi, koleksi dari pameran

didalam dan diluar daerah/negeri yang menyangkut masalah

kebudayaan untuk kepentingan museum

g) Penerbitan brosur, majalah.

3) Kegiatan administrasi

Kegiatan administrasi berupa sistem manajemen dan prosedur

pengelolahan dibutuhkan dalam penyelenggaraan kegiatan

museum secara umum agar lebih efektif dan efisien yang akan

menunjang kelancaran dan koordinasi program kegiatan museum.

4) Kegiatan penelitian

a) Kegiatan penelitian intern, dilakukakn oleh pengelola untuk

pkepentingan ilmu pengetahuan

b) Kegiatan penelitian ekstern, dilakukan oleh pengunjung baik

untuk pengembangan ilmu pengetahuan maupun untuk

penyaluran rasa ingin tahu.

5) Kegiatan penunjang/service

Sebagai penunjang kegiatan museum baik interen maupun ekstern

yang bersifat service/teknis yang diberikan kepada pengelola dan

pengunjung.

Page 52: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

52

f. Pola kegiatan pengelola

Skema 5. 2

Pola Kegiatan Pengelola

g. Pola sirkulasi benda-benda koleksi

Skema 5. 3

Pola Kegiatan Pengelola

h. Pengelompokan kegiatan

Datang Side Entrance

Laboratorium Konservasi

Rg. dokumnetasi

Rg. Penyimpanan sementara

Gudang

Rg. Pameran Tetap

Rg. dokumentasi

Studio Preservasi

Rg. Pameran Temporer

Datang

Parkir pengelola

Parkir

Rg. Pengelola sesuai bidang masing-masing

Istrahat

Page 53: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

53

Kegiatan yang dilakukan di Museum di Kota Makassar ini dapat dibagi

dalam 2 kelompok, yaitu:

1) Kegiatan internal

Kegiatan yang bersifat kedalam untuk mengatur pelaksanaan

kegiatan museum, yaitu:

a) Kegiatan preservasi / konservasi

b) Kegiatan administrasi

c) Kegiatan penelitian

d) Kegiatan keamanan

2) Kegiatan eksternal

Kegiatan yang bersifat keluar untuk melayani public, yaitu:

a) Kegiatan pameran tetap

b) Kegiatan pameran temporer

c) Kegiatan perpustakaan

d) Pelaksanaan kegiatan

8. Konsep besaran Ruang a. Kelompok Ruang Pameran

1) Program kegiatan

a) Pemakai dan aktifitas

(1) Petugas museum seksi preparasi dan edukasi yang bertugas

menjelaskan kepada pengunjung bila diperlukan segala

sesuatu tentang bahan koleksi yang dipamerkan.

(2) Pengunjung dapat dibedakan atas:

(a) Pengunjung rombongan (anak sekolah, mahasiswa,

dan umum)

(b) Pengunjung perorangan atau umum

(c) Wisatawan

(d) Pengunjung ahli (tenaga peneliti dan mahasiswa)

Maksud kunjungan:

• Bersifat pengenalan

• Penelitian

• Bersifat rekreatif

b) Intensitas kegiatan

Page 54: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

54

Pelaksana kegiatan pada museum di Kota Makassar, dikoprasikan

dengan kegiatan pada instansi pemerintah yang ada.

(1) Hari Senin-Jumat Pkl.08.00-16.00

(2) Hari Sabtu perbaikan

(3) Hari minggu dan hari libur libur

2) Sifat kegiatan

Sifat kegiatan pada ruang pameran pada umumnya rekreatif bagi

pengunjung umum dan formal bagi pengunjung pameran yang ingin

meneliti.

b. Standar dan besaran ruang

1) Kebutuhan ruang

a) R. pamer tetap

b) R. Pamer temporer

c) Hall

d) Lobby

e) Loket Tiket

f) Penitipan Barang

g) Informasi

2) Hubungan ruang

Dasar-dasar pertimbangan pola hubungan ruang yaitu:

a) Adanya persamaan sifat dan karakteristik kegiatan yang diwadahi

b) Efisiensi pencapaian pada kegiatan yang berlangsung

c) Adanya kontinuitas hubungan antar bagian

Rg. Pamer tetap

Rg. Pamer Temporer

Hall

Lobby

Loket Tiket

Rg. Penitipan Barang

Rg. informasi

Page 55: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

55

Skema 5. 4

Pola Hubungan Ruang Kelompok Ruang Pameran Keterangan : Hubungan erat

Berhubungan

Tidak berhubungan

3) Standar dan besaran ruang

Perhitungan besaran ruang didasarkan pada pertimbangan-

pertimbangan:

a) Macam dan fungsi ruang

b) Jumlah pelaku kegiatan

c) Studi perabot dan fasilitas peralatan yang dibutuhkan

d) Pola gerak statis dan dinamis dari pelaku kegiatan

e) Standar besaran ruang yang menjadi persyaratan

Standar besaran ruang yang digunakan, yaitu:

a) Time saverbStandar for Building Types (TSS)

b) Pembakuan Rencana Induk Permuseuman (PRIP)

c) Neufert Architect Data (NAD)

d) Human Dimension (HD)

e) Building Planing and Design Standard (BPDS)

Untuk mengetahui pertambahan pengunjung sampai tahun

2020 agar mengantisipasi pertambahan jumlah pengunjung yang

meningkat dapat diproyeksikan dengan rumus geometri sebagai

berikut:

Dimana :

Pt : Jumlah pengunjung tahun proyeksi

Po: Jumlah pengunjung tahun terakhir

r : Presantase pertambahan

n : selisih tahun sekarang dan prediksi

Prediksi jumlah pengunjung

Pt = Po (1+r)n

Page 56: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

56

P2020 = 130.862 (1 + 2,44% ) 10

= 130.862 ( 1,61 )

= 210.687,82

= 210.688

Tabel 5. 3 Besaran ruang Unit Kegiatan Pameran

No. Jenis Ruang Kapasitas

( orang )

Standar

(m²/orang)

Luas (m²) Sumber

1. Pameran tetap

Rg. Pamer foto,peta, lukisan

Furniture 20%

Rg. Pamer patung / diorama

Furniture 20%

106

106

6,25

6,25

662,5

132,5

662,5

132,5

TSS

TSS

2. Pameran Temporer (50% pameran tetap)

Furnitur 20%

53

6,25 331,25

66,25

TSS

3. Hall / Lobby utama (50% pengunjung) 53 1,8 95,4 TSS

4. Rg. Istrahat / lobby 53 1,8 95,4 TSS

5. Loket Tiket ( 2 ruang) 2 2,0 8 TSS

6. Rg. Penitipan Barang 53 0,15 7,95 TSS

7. Rg. Informasi 1 3,0 3 TSS

Sub Total = 2197,25

Sirkulasi 30% = 659,175

Page 57: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

57

Total = 2856,425

Skema 5. 5 Pola SIrkulasi Unit Pameran

c. Kelompok Ruang Konservasi/preservasi

1) Program kegiatan

a) Pemakai dan aktifitas

Berdasarkan macam kegiatan yang diwadahi, maka pelaku

kegiatan pada kelompok ruang preservasi/konservasi adalah :

curator, konservator, laboran, dan register.

Kegiatan konservasi/preservasi :

(1) Mengumpulkan benda-benda koleksi

(2) Meneliti benda-benda koleksi

(3) Mendokumentasikan benda-benda koleksi

(4) Memproduksi kembali benda-benda koleksi yang aslinya bila

sidah tidak ada (lukisan, gambar/foto).

b) Intensitas kegiatan

Pelaksanaan kegiatan pada ruang konservasi adalah:

(1) Kegiatan rutin setiap hari : Pukul 08.00-16.00 WITA

(2) Hari minggi dan hari Raya : ditutup

c) Sifat kegiatan

Sifat kegiatan yang terjadi pada kelompok ruang

preservasi/konservasi adalah formal karena mmerlukan ketelitian,

keahlian yang memerlukan kerja otak dan fisik.

Main Entrance Rg. Penerima

Rg. Informasi

Rg. Penitipan

Pameran

Pameran Tetap

Page 58: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

58

d) Standar dan besaran ruang

(1) Kebutuhan ruang

(a) Rg. Konservasi

(b) Workshop Restorasi

(c) Workshop Preparasi

(d) Rg. Penerimaan dan pengiriman koleksi

(e) Rg. Penyimpanan

(f) Rg. Pengemasan

(g) Rg. Registrasi dan Publikasi

(h) Laboratorium

(i) Rg. Obat dan peralatan laboratorium

(j) Studio foto

(k) Gudang alat

(2) Hubungan ruang

Dasar pertimbangan:

(a) Efisiensi pencapaian pada kegiatan yang berlangsung

(b) Persamaan sifat dan karakteristik kegiatan yang

diwadahi

(c) Kontinuitas hubungan antar bagian

Keterangan : Hubungan erat

Page 59: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

59

Berhubungan

Tidak berhubungan

(3) Penentuan kapasitas ruang

Tabel 5.4

Besaran Ruang Unit Kegiatan Preservasi/konservasi

No. Jenis Ruang Kapasitas (orang)

Standar (m²/orang) Luas (m²) Sumber

1 Rg. Konservator 4 4,2 16,8 TSS

2 Workshop Restorasi 4 10 40 NAD

3 Workshop preparasi 4 10 40 NAD

4 Rg. penerimaan dan pengiriman 3 8 24 NAD

5 Rg.Penyimpanan koleksi (10% pameran tetap) 159 Asumsi

6 Rg. pengemasan 3 25 75 Asumsi

7 Rg. registrasi dan publikasi 2 8 16 Asumsi

8 laboratorium 4 11 44 TSS

9 Rg. Obat dan peralatan lab 30,8 Asumsi

10 Studio foto 1 45 45 TSS

11 Gudang alat (40% workshop) 32 Asumsi

Page 60: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

60

Sub total 522,6

Sirkulasi 25% 130,65

Total 653,25

e) Sirkulasi

Kelompok kegiatan preservasi/konservasi merupakan kegiatan

yang berperan penting dalam museum karena bertugas menangani

secara langsung koleksi yang ada dalam museum. Kegiatannya

membutuhkan konsertasi, kedisplinan dan kefisienan sehingga

ruang-ruang yang dibutuhkan saling berhubungan erat dan terkait

satu sama lain serta sivatnya privat

Pola Sirkulasi Kegiatan Konservasi/Preservasi

Skema 5.6

C. Kelompok Ruang Pelayanan Umum a. Program kegiatan

1. Pemakai dan aktifitas a) Pengunjung, yang dibedakan atas:

Pengunjung rombongan (biasanya anak sekolah, mahasiswa dan

umum)

Pengunjung perorangan

b) Aktifitas pengunjung

Penerimaan Penyimpanan Preserasi

Registrasi/

studio foto

Konservasi

Pengemasan

Page 61: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

61

Pengunjung perorangan : ruang informasi, membeli tiket, melapor

kepiket dan menitip barang, selanjutnya keruang yang akan

dikunjungi atau dituju

Pengunjung rombongan : ruang informasi, ruang pendidikan untuk

mendapatkan pengarahan dari curator, selanjutnya keruang yang

akan dituju.

c) Pengelola Pustakawan, bertugas memberikan pelayanan informasi maupun

penyediaan buku dengan perlengkapannya yang dibutuhkan

pengunjung

Tenaga keamanan / piket, bertugas member informasi dan

menjaga keamanan barang pengunjung yang dititipkan keruang

penitipan barang

Seksi preparasi dan edukasi, bertugas menjelaskan kepada

pengunjung bila diperlukan tentang hal-hal yang berkaitan dengan

museum.

2. Sifat kegiatan Sifat kegiatan pada ruang edukatif ( perpustakaan) adalah formal dan

pada ruang auditorium tergantung pada jenis kegiatan yang

dilaksanakan.

3. Standar dan besaran ruang a) Kebutuhan ruang Hall Perpustakaan

Rg. Penitipan

Rg. Pengembalian dan peminjaman

Rg. baca

Rg. koleksi Buku

Rg. Pengelola

Rg. Fotocopy

Rg. Komputer

Rg. Auditorium

Rg. Kontrol/alat

Page 62: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

62

Rg. Edukasi

Lavatory

b) Hubungan ruang Dasar-dasar pertimbangan penentuan pola hubungan ruang, yaitu:

Adanya persamaan sifat dan karakteristik kegiatan yang

diwadahi dalam hal ini kegiatan pelayanan umum dan edukasi

Efisiensi pencapaiain pada kegiatan yang berlangsung

Adanya kontinuitas hubungan antar bagian.

Pola Hubungan Ruang Kelompok Ruang Pelayanan Umum

Skema 10 Keterangan : Hubungan

berhubungan

Tidak Berhubungan

Page 63: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

63

c) Penentuan Kapasitas Ruang

Tabel 3 Besaran Ruang Unit Pelayanan Umum

No Jenis Ruang Kapasitas Standar

(m²/org) Luas (m²) Sumber

1 Perpustakaan

Hall Perpustakaan 20 % pengunjung 22 orang 1,8 TSS

R. Penitipan Barang 11 orang 0,15 TSS

R. Peminjaman/ Pemgambilan Buku 2 orang 4,46 TSS

R. Baca 20% pengunjung 22 orang 2,8 TSS

R. Koleksi Buku 1.000 Buku 52 buku/m² TSS

R. Foto Copy 1 unit 4 BPDS R. Komputer 3 unit 3,25 BPDS R. Pengelola 4 Orang 4,46 TSS

R. Edukasi (1 rombongan 4 orang) 40 orang 4,2 TSS

R. Kabag Udukasi 4 orang 4,46 TSS 2 Auditorium R. Auditorium 106 orang 1,5 TSS R. Kontrol/Alat 2 orang 4 Asumsi R. Proyektor 2 orang 4 Asumsi R. Ganti Asumsi

3 Lavatory 11 orang 2,3 TSS Sub Total 603,23 m² Sirkulasi 20% 120,646 m² Total 723,86 m²

d) Sirkulasi

Sirkulasi pada kelompok kegiatan pelayanan umum menggunakan

sirkulasi linear, yaitu ruang-tuang yang dibutuhkan tersusun secara

deret dan berurutan dengan flow sirkulasi sekunder yaitu jalur

sirkulasi yang terbentuk akan mengarahkan pelaku kegiatan dari

satu ruang keruang yang lain.

Page 64: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

64

Skema 11 Pola Sirkulasi Pelayanan Umum

D. Kelompok Ruang Adminstrasi a. Program Kegiatan

1) Pemakai dan aktifitas kepala museum, bertugas memimpin segala aktifitas yang terjadi di

museum, baik dalam bidang teknis, ilmiah dan administrasi kepala tata usaha, bertugas memimpin pengelolaan system

adminstrasi yang menunjang kelancaran dan koordinasi kegiatan

museum tenaga keuangan, bertugas mengelola masalah keuangan dimuseum

dalam rangka efisiensi dan efektifitas penggunaan dana yang

dipergunakan dalam penyelenggaraan museum tenaga kepegawaian dan rumah tangga, bertugas mengelola segala

administrasi dan segala keperluan pegawai museum dalam mennjang

kelancaran dan koordinasi kegiatan di museum tenaga pelayanan, bertugas menyiapkan konsumsi dan keperluan

lainnya bagi semua karyawan museum. 2) Intensitas kegiatan Hari Senin – Jumat 08.00-16.00 WITA

Rg. Koleksi Rg. Koleksi Rg. Koleksi

Rg.Komputer Adminstrasi Perpustakaan

Hall Perpustakaan

Rg. Koleksi

Auditorium Rg. Kontrol

Gudang

Page 65: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

65

Hari Sabtu Perbaikan Hari Minggu dan Hari Raya Libur

3) Sifat kegiatan Sifat kegiatan pada kelompok ruang administrasi adalah :

setiap langka kegiatan ditentukan kedisplinan dan etos kerja dalam melaksanakan tugasnya selalu dalam suasana formal hubungan kerja sesame staf semi formal dan berkelompok hubungan kerja terhadap pengunjung bersifat formal dan intim

b. Standar dan besaran ruang

1) Kebutuhan Ruang Rg. Tamu

Rg. Sekretaris

Rg. Arsip

Rg. Rapat

Rg. Keuangan

Rg. Kepala Tata Usaha

Rg. Kepegawaian

Lavatory

2) Hubungan ruang Pertimbangan hubungan ruang kelompok administrasi adalah:

Efisiensi pencapaian pada kegiatan yang berlangsung Persamaan sifat kegiatan dan karakteristik kegiatan yang diwadahi Adanya kontinuitas hubungan antar bagian

Page 66: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

66

Skema 12 Pola Hubungan Ruang Kelompok Ruang Administrasi

Keterangan :

Hubungan erat

Berhubungan

Tidak berhubungan

c. Penentuan Kapasitas Ruang

Tabel 4 Besaran Ruang Unit Kegiatan Administrasi

No Jenis Ruang Kapasitas

(orang) Standar

(m²/orang) Luas (m²)

Sumber

1 Rg. Tamu 8 orang 0,8 6,4 TSS

2 Rg.Kepala Museum 1 orang 12,20 12,20 TSS

3 Rg. sekretaris 1 orang - 6 TSS

4 Rg.Administrasi 8 orang 4,46 35,68 TSS

5 Rg.Keuangan 6 orang 4,46 26,76 TSS

6 Rg. Kepegawaian 10 orang 4,46 44,6 TSS

7 Rg. Pengelola Pameran 6 orang 4,46 26,76 TSS

8 Rg. Rapat 40 orang 2,0 80 Asumsi

Page 67: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

67

9 Rg. Arsip - - 10 TSS

Lavatory TSS

Pria 1 wc + 2 urinoir 1(2,5)+2(2,2) 4,9

Wanita 2 wc+2 wastafel 2(2,5)+2(1,2) 7,0

Sub Total 304,90 m²

Sirkulasi 25% 76, 225 m²

Total 381,125 m²

d. Sirkulasi

Kegiatan adminstrasi sifatnya privat, sehingga dalam sirkulasi

membutuhkan sirkulasi yang terpisah dalam sirkulasi umum. Tugas utama

bidang ini adalah menyelenggarakan pelayanan umum adalah bidang

administrasi, sehingga tidak berhubungan langsung dengan koleksi

museum ataupun public.

Skema 13 Pola Sirkulasi Kegiatan Administrasi

E. Kelompok Ruang Service/Penunjang a. Program Kegiatan

Entarnce R. Tamu

R. sekretaris R. Direktur

R. Rapat R.Keuangan

R.Tata Usaha

R.Kepegawaian

R. Rapat

Page 68: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

68

1. Pelaku dan aktifitas a) Tenga keamanan, bertugas menjaga keamanan dan ketertiban

dalam kompleks museum

b) Tenaga mekanik, bertugas menjaga, memelihara, serta memperbaiki

alat mekanikal dan engineering yang digunakan dalam museum

c) Tenaga pelayanan, bertugas melayani pengunjung yang berada di

kafetaria dan ruang souvenir atau bursa buku.

d) Pengelola dan pengunjung dengan aktifitas

Memarkir kendaraan ditempat yang ditentukan

Melaksanakan ibadah/shalat bagi umat islam

2. Intensitas kegiatan Berlangsung terus-menerus kecuali terjadi hal-hal yang diluar

kemampuan manusia.

3. Sifat kegiatan a) Kegiatan petugas keamanan bersifat disiplin tetapi bersahabat

terhadap pengunjung.

b) Setiap kegiatan tenaga mekanikal bersifat disiplin, teliti dan rajin.

c) Pengelola dan pengunjung dalam melaksanakan ibadah bersifat

tenaga dan khusus.

d) Kegiatan diluar museum bersifat khusus.

4. Standar dan besaran ruang a) Kebutuhan ruang Rg. Sekuriti

Rg. ME

Mushallah

Rg. Souvenir/Bursa Buku

Kafetaria

Pantri

Telpon Umum

Page 69: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

69

Gudang

Lavatory

Parkir

b) Hubungan Ruang Dasar pertimbangan pola hubungan ruang adalah:

Persamaan sifat dan karakteristik kegiatan yang diwadahi

Efisiensi pencapaian pada kegiatan yang berlangsung

Adanya kontinuitas hubungan antar bagian

Pola Hubungan Ruang Kelompok Ruang Service/Penunjang Skema 14

Keterangan : Hubungan Erat

Berhubungan

Tidak Berhubungan

Page 70: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

70

c) Penentuan kapasitas ruang

Tabel 5 Besaran Ruang Unit Kegiatan Penunjang/ service

No Jenis Ruang Kapasitas (orang)

Standar (m²/orang)

Luas (m²) Sumber

1 R. Security - - 25 Asumsi 2 R. ME R. AHU - - 30 Asumsi R. Genset - - 16 Asumsi R. Pompa - - 16 Asumsi R. Kontrol - - 16 Asumsi R. PABX - - 12 Asumsi R. Sound Sistem - - 12 Asumsi

3 R. Monitor 16 Asumsi

4 R.souvenir (15% pengunjung) 16 orang 1,7 27,2 NAD

5 Kafetaria 50 orang 2 100 NAD 6 Pantry - - 25 NAD 7 (25% kafetaria) 8 R. Telepon Umum 4 unit 1,8 7,2 HD 9 Mushallah 6 orang 0,9 5,4 NAD Lavatory

Pria 1 wc+ 2 urinoir 1(2,5)+2 (1,2) 4,9 TSS

Wanita 2wc+2 wastafel 2(2,5)+2 (1,2) 7,0 TSS

Sub Total 315,70m² Sirkulasi 78,925 m²

Total 394,625 m²

b. Sirkulasi Pola sirkulasi kegiatan ini didasarkan atas pertimbangan :

Kegiatan yang bersifat service

Tidak mengganggu kegiatan lain dan dapat menjangkau semua

kegiatan

Terpisah dari sirkulasi pengunjung dan berda pada area service,

kafetaria lavatory, telepon umum, dan ruang souvenir ditempatkan pada

area publik.

Page 71: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

71

Skema 15 Pola Sirkulasi Kegiatan Penunjang/Service

c) Rekapitulasi besaran ruang :

Unit kegiatan pameran : 2.856,425m²

Unit kegiatan preservasi/konservasi : 653,25m²

Unit pelayanan umum : 723,86m²

Unit kegiatan administrasi : 381,125m²

Unit kegiatan penunjang/service : 394,625m²

Luas : 5.009,285m²

Sirkulasi 30% : 1.502,784m²

Jumlah : 6.512,069m² Perhitungan kebutuhan parkir :

Parkir motor Luas parkir motor berdasarkan 2 motor berbanding 100m² luas lantai

bangunan museum.

Luas lantai bangunan : 6.512,069 m²

Jumlah parkir motor : (6.512,06m² / 100m²) X 2 motor

: 130,24 motor ∞ 130 motor

Standar luas parkir motor yang dipakai adalah 1,50m²/motor

Luas parkir motor : 130 motor x 1,50m²

: 195 m²

Entrance

Parkir

Parkir Hall Khusus

Hall/Lobby

Pameran

Penunjang/

Service

Page 72: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

72

Parkir mobil Luas parkir mobil berdasarkan 1 mobil berbanding 100m² luas lantai

bangunan museum

Jumlah parkir mobil : 6.512,06 m²

: (6.512,06 m² / 100m²) X 1 mobil

: 65,12 mobil ∞ 65 mobil

Standar luas parkir mobil yang dipakai adalah 15m²/mobil

Luas parkir mobil : 65 mobil x 15m²

: 975,00 m²

Jumlah luas parkir : parkir motor + parkir mobil

: 49,5m² + 975,00 m²

: 1.024,5 m²

Sirkulasi 30% : 307,35m²

Total luas parkir : 1.511,85m²

Penentuan luas site Rencana untuk lantai ground floor diasumsikan 30% dari luas bangunan

= 30% x 6.512,069m²m2

= 1.953,62 m2

Buliding Coverage Ratio (BCR) mengambil perbandingan yaitu 40%

terbangun : 60% tidak terbangun.

Luas tapak yang tidak terbangun:

= 60% : 40% x 1.953,621 m2

= 2.930,43 m² d) Luas tapak Luas tapak = luas ground floor + luas tapak tidak terbangun + luas area

parkir

= 1.953,62 m² + 2.930,43 m² + 1.511,85 m²

= 6.095,1 m² ∞ 0,6 Ha Koefisien Lantai Bangunan

Jumlah lantai gedung Museum Seni Rupa di Makassar:

Koefisien Lantai Bangunan = luas total : luas ground floor

= 6.512,069 m² : 1.953,62 m2

= 3.33 ∞ 4 lantai

Page 73: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

73

F. Penentuan sistem struktur bangunan a. Sistem struktur

1) Sub struktur Sub struktur menggunakan pondasi poor Plat dengan pertimbangan:

a) Pelaksanaannya mudah

b) Kualitas lebih terjaga, sebab merupakan produk pabrik

c) Untuk pondasi dengan kedalaman maksimal

d) Stabil terhadap beban

2) Super struktur Jenis super struktur yang sesuai untuk bangunan bentang lebar

adalah jenis struktur rangka. Struktur rangka, merupakan struktur

bangunan yang bertumpu pada tiang dan balok. Balok merupakan

bagian pertama yang menerima beban bangunan dari lantai yang

bersangkutan, kemudian beban tersebut diteruskan ke bawah melalui

tiang–tiang. Sedangkan sistem balok dan kolomnya menggunakan

sistem slab dengan pertimbangan efektif dan efisien serta antisipasi

segala arah gaya horizontal.

3) Upper struktur Menggunakan atap kombinasi struktur beton dengan pertimbangan:

a) Fungsi atap sebagai isolasi panas

b) Pelaksanaan mudah

c) Dapat mencapai bentangan lebar

Seluruh bangunan menggunakan atap struktur beton baik bangunan

utamanya, entrance, pos jaga maupun ruang service.

4) Modul a) Modul dasar adalah modul yang didasarkan pada ukuran tubuh dan

area gerak tubuh. Untuk mendapatkan besarnya terlebih dahulu

diketahui unit dasar kemudian ditetapkan dimensinya yang dapat

mewakilinya.

b) Modul fungsi merupakan modul ruang yang didasarkan pada fungsi

ruang yang direncanakan. Terlebih dahulu diketahui unit fungsi,

selanjutnya ditetapkan dimensi yang mewakili. Dari luas unit terkecil,

Page 74: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

74

angka 30 cm merupakan kelipatan terkecil yang dapat menjadi interval

dari besaran 60, 90, 120, 150, 180, dan seterusnya. Dengan demikian

modul dasar yang dapat diwakili adalah ukuran 30 cm atau 0,3 m.

c) Modul perancangan merupakan kelipatan modul fungsi, dimana harga

dasarnya ditetapkan dengan satuan m (meter). Bentuk kelipatannya

biasanya mencapai 0,9 m; 1,8 m; 2,7 m; 3,6 m; 7,2 m; 8,1 m; 9 m; 12

m dan seterusnya.

5) Material Bahan material, yang digunakan terdiri dari :

a) Bahan lantai, material yang digunakan yaitu:

Lantai menggunakan tegel keramik dikombinasikan dengan tegel

granit bertekstur kasar 60 cm x 60 cm pada hall/lobby dan

entrance. Lantai keramik juga digunakan pada ruangan yang

berukuran besar seperti ruang koleksi dan ruang baca, dan

ruang display.

Lantai marmer ukuran 30 cm x 30 cm digunakan pada ruang

pengelola administrasi dan teknis, ruang penunjang dan ruang

service.

Lantai karpet digunakan pada ruang multimedia, ruang seminar,

ruang audiovisual, ruang microfilm/CD-DVD, ruang pimpinan,

dan mushollah.

b) Bahan dinding, material yang digunakan yaitu:

Material dinding terbuat dari batu bata, partisi dari kayu dan kaca,

acoustic board dan gypsumboard. Khusus pada ruang yang

menimbulkan suara gaduh dilapisi dengan bahan kedap suara dari

karpet dan kayu.

c) Bahan plafond, material yang digunakan yaitu:

Plafond pada setiap ruang dan koridor-koridor menggunakan bahan-

bahan yang dapat menyerap bunyi seperti gypsumboard.

Page 75: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

75

d) Bukaan Untuk pintu dan jendela menggunakan bahan aluminium dengan

daun jendela kaca transparan untuk memaksimalkan cahaya alami

ke dalam ruang-ruang dan mencapai kesan terbuka.

e) Tata lampu Lampu-lampu yang digunakan adalah jenis lampu tanam (down

light), kecuali pada daerah void menggunakan lampu gantung.

f) Warna Pada ruang yang membutuhkan suasana tenang terutama pada area

koleksi, pameran, dan baca digunakan warna-warna lembut misalnya

warna putih, hijau, kuning dan krem. Disamping memberikan

perasaan tenang juga memberi perasaan gembira.

b. Pendekatan Pengkondisian Bangunan 1) Pencahayaan

Pencahayaan merupakan faktor penting dalam keberhasilan

penyajian materi-materi koleksi. Namun perlu diingat bahwa

pencahayaan merupakan salah satu penyebab kerusakan dari benda-

benda tersebut. Pendekatan sistem pencahayaan ruang pameran

didasarkan atas :

Memberikan keindahan dan kenyamanan pengunjung agar

terhindar dari silau

Keamanan koleksi dari pengaruh radiasi sinar/cahaya

2) Sistem pencahayaan terbagi atas dua, yaitu: a) Pencahayaan alami ( Natural lighting)

Diketahui bahwa efek dari cahaya matahari dapat mengakibatkan

kerusakan pada benda-benda koleksi yakni berkurangnya kekuatan

dan dapat mengakibatkan memudarnya warna dan pamor dari

benda koleksi

Dasar pertimbangan sistem pencahayaan alami

Mengurangi cahaya siang yang masuk kedalam bangunan

(mengandung sinar ultraviolet)

Page 76: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

76

Kenyamanan pengunjung

Silau oleh bangunan sekitar

Luas dan fungsi ruang

Jangkauan penyinaran ke dalam ruang 6-7 m

Cara pencahayaan alami :

Pencahayaan alami digunakan untuk ruang yang bukan

untuk koleksi seperti ruang administrasi dan kafetaria.

Galleri lain yang tidak memuat benda sensitif digunakan

penerangan langsung berupa skylight, gable kaca dengan

panel metal.

Penggunaan cahaya matahari sedapatnya tidaklah

dijatuhkan secara fokus pada benda-benda koleksi.

Membuat lubang angin kemudian dipantulkan melalui

dinding.

b) Pencahayaan buatan ( Artifical lighting ) Hal-hal yang diperhatikan dalam pencahayaan buatan : Penempatan sumber cahaya

Tingkat sensitifitas benda yang akan disinari (pada ruang

pameran)

Kenyamanan penglihatan pengamat (pada ruang pameran)

Kenyamanan penglihatan untuk para pengelola

Luas yang akan diterangi

Jenis lampu yang akan digunakan

Alternatif pencahayaan buatan : Pengaturan intensitas dan berkas cahaya yang

mendapatkan kualitas yang ditimbulkan yakni menciptakan

kesan yang luas (visual space)

Sistem pencahayaan butan sedapat mungkin tidaklah

memecah perhatian para pengunjung sehingga perhatian

pengunjung tetap terarah pada benda pajangan.

Untuk mengontrol efek yang tidak diinginkan dapat ditempuh

cara:

Page 77: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

77

Arah datangnya sinar harus diluar sudut pandangan mata

30°C.

Pemakaian kaca diffuse (pembaur) ataupun kaca bias

untuk pembelokan arah cahaya.

3) Persyaratan umum pencahayaan buatan a) Kuat penerangan

Kuat penerangan umum yang dibutuhkan tergantung pada

kualitas kegiatan ruang bersangkutan.

b) Tuntutan penerangan Tabel 6

Penerapan penerangan

Tuntutan

sangat

sederhana

Tuntutan

sederhana

Tuntutan

sedang

Tuntutan

tinggi

Tuntutan

sangat tinggi

Lampu

malam di

luar

gedung

Gudang,

WC (kamar

kecil)

Kamar

mandi,

kamar

tidur

Ruang

hidup, ruang

kerja, dapur,

dan

sebagainya

Ruang

hidup, ruang

kerja, dapur

dan

sebagainya

30 – 60 Lux 60-120 Lux 120-150

Lux 250-500 Lux

600-1000

Lux

Sumber : Ilmu Konstruksi Perlengkapan dan Utilitas Bangunan, Heinz Frick dan Pujo.L Setiawan

4) Sistem pencahayaan buatan Dapat ditempuh beberapa pola distribusi pencahayaan untuk efektifitas

dan sebagai pendukung penampilan bangunan

a) Pencahayaan langsung Digunakan pada ruang yang tidak memuat koleksi, selain itu

digunakan juga pada lobby untuk memanfaatkan lingkungan yang

terang.

Page 78: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

78

Kelebihannya:

Dapat diarahkan menurut pola tertentu

Ekspresif, kuat, tegas, dan dinamis

b) Pencahayaan diffuse Dapat menciptakan ruang visual yang padat pola tertentu

Menampilkan ekspresi tenang dan lembut

c) Pencahayaan tak langsung Dapat menampilkan ekspresi dekoratif, misteri dan dinamis.

5) Penggunaan jenis lampu a) Flourecent (TL) Radiasi ultra violet kecil

Memberikan spektrum netral dan efek panas kecil

Berkas cahaya merata

b) Tungsten Filament (Pijar) Efek ultra violet kecil

Spektrum cahaya lebih hangat dan hidup

Berkas cahaya lebih memusat, seperti spot light cocok untuk

penyinaran jarak jauh

Dimensi relatif kecil dan mudah diarahkan, terutama untuk

pemasangan titik-titik lampu secara dekoratif.

6) Pencahayaan buatan, bersumber: a) PLN sebagai sumber utama.

b) Genset sebagai sumber cadangan yang akan bekerja secara

otomatis saat pasokan listrik dari PLN padam dengan

menggunakan Automatic Transfer Switch (ATS).

7) Pendekatan Sistem Penghawaan Pengkondisian udara dimaksudkan sebagai jaminan terciptanya

suasana ruang yang nyaman serta memberikan gairah dan kebetahan

dalam ruangan. Persyaratan ideal bagi pengkondisian ruang yaitu:

Page 79: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

79

a) Temperatur normal antara 20°C-26°C, dengan kelembaban antara

40-55 %

b) Kebutuhan udara rata-rata 20-30 m³/jam/orang

c. Faktor yang mempengaruhi kondisi udara dalam ruangan yaitu: 1. Jumlah pemakai ruang dan jenis kegiatannya

2. Pengaruh iklim

3. Pengaruh, pengaruh lain berupa polusi udara oleh kendaraan

4. Pengaruh bahan bangunan yang mempunyai sifat-sifat refleksi, absorsi

dan penetrasi panas.

1) Penghawaan alami Penghawaan alami tergantung dari volume dan besarnya ruang

serta cara penempatan dan besaran lubang ventilasi. Sifat

penghawaan alami tidak konstan dan sangat tergantung pada

kondisi.

Sistem penghawaan alami yang diusulkan adalah sistem ventilasi

horizontal (cross ventilation), yaitu pengaliran udara dari satu sisi ke

sisi lainnya dengan memperhatikan kedudukan bangunan, arah dan

kecepatan angin.

a) Udara masuk ke dalam bangunan melalui ventilasi dan bukaan

pada bangunan.

b) Lubang keluar udara sama luas dengan lubang masuk udara

c) Lubang masuk tinggi, lubang keluar rendah menimbulkan kantong

udara dibawah lubang masuk

d) Dengan kasa-kasa ventilasi

e) Bukaan pada bangunan diletakkan pada daerah-daerah tertentu.

f) Penghawaan alami dapat dilakukan dengan vegetasi di sekitar

bangunan.

g) Keberadaan pohon disekitar bangunan selain sebagai unsur

estetika juga sebagai filter udara.

2) Penghawaan buatan Penghawaan yang kurang dikontrol dapat menyebabkan

kelembaban dan suhu yang tinggi dapat merangsang pertumbuhan

lumut dan jamur.

Page 80: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

80

Untuk mengantisipasi perubahan iklim dan msuknya kuman-kuman

perusak koleksi serta untuk menjaga kenyamanan pengunjung,

maka digunakan berbagai penghawaan buatan pada bangunan

dengan tujuan mencapai kondidi ideal temperatur yakni berkisar

20°C-26°C. Pada benda-benda organi diusakan kelembaban

mencapai 50% dan ruang koleksi dalam 24 jam menggunakan

penghawaan buatan agar tetap dalam suhu 16°C.

Sistem penghawaan yang digunakan adalah sistem

penghawaan buatan yang menggunakan AC central dan

didistribusikan ke seluruh ruangan, khusus untuk ruang pengelola

digunakan AC split. Sementara untuk ruang-ruang service

menggunakan exhaust fan.

Jenis-jenis alat penyegar udara antara lain:

a) AC window, alat penyegar udara ruang berukuran kecil dengan

kapasitas 0,4 - 2,2 KW di mana 1 ton refrigerant (TR) = 1,25 KW.

b) Alat penyegar udara kecil sering disebut indoor unit. Unit mesin

dapat dipasang di lantai (floor type), di dinding (wall type) dan

langit-langit (ceiling type), unit lainnya disebut outdoor unit yang

dihubungkan dengan indoor, disebut AC split dan AC multisplit.

c) Mesin penyegar udara yang sedang, unit indoornya untuk

menyalurkan udara dingin ke tempat yang jauh dibantu dengan

ducting.

d) Alat penyegar udara sentral, suatu system penyegar udara untuk

mendinginkan udara pada ruangan yang besar, sehingga unit

memerlukan ruangan tersendiri.

3) Akustik

Untuk mencegah kebisingan dalam ruang digunakan bahan-

bahan akustik pada finishing lantai, dinding dan plafond. Bahan

tersebut berupa gypsum board, bahan kayu dan karpet. Selain itu

mencegah kebisingan dari luar dan dalam bangunan dengan

memanfaatkan pepohonan sebagai peredam.

Page 81: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

81

d. Sistem Utilitas dan Kelengkapan Bangunan 1) Sistem Transportasi

Sebagai alat transportasi vertikal digunakan alat transportasi

berupa tangga yang sekaligus berfungsi sebagai tangga darurat. Serta

disediakan lift barang untuk mengangkut benda-benda koleksi dan materi

pustaka atau peralatan lainnya.

2) Sistem Jaringan Elektrikal Sumber daya listrik pada bangunan ini berasal dari PLN yang

didistribusikan ke seluruh bangunan. Sebagai cadangan dipakai sumber

tenaga dari genset yang ditempatkan pada ruang mekanikal. Genset

akan bekerja secara otomatis apabila listrik padam dalam waktu 5 detik.

Genset untuk keadaan darurat yang dilengkapi dengan system

Uninterupted Power Supply (UPS) atau persediaan daya bebas

gangguan terutama untuk melayani ruang-ruang di dalam bangunan

seperti ruang digital, multimedia, ruang kontrol, kantor pengelola, dan

lain-lain. Hal ini dimaksudkan apabila listrik padam, 70% dari sirkuit listrik

bangunan tetap berfungsi.

Skema16 : Jaringan Listrik (Sumber : Analisis Penulis)

PLN

GARDU METERAN ATS TRAFO

GENSET

MAIN

PANEL

KEBAKARA

STOP KONTAK

PENERANGAN

PERLENGKAPAN BANGUNAN

PANEL LAMPU

DARURAT

TAMAN

&

R.PAMERAN

S

S

S S S

Page 82: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

82

3) Sistem Jaringan Telekomunikasi a) Saluran telepon, diperlukan sistem panel-panel terminal telepon

melalui penggunaan PABX (Private Automatic Branch Exchange),

penggunaan terminal utama menuju titik-titik yang diperlukan dengan

mempersiapkan panel distribusi saluran telepon dan kabel telepon

dalam bangunan.

b) Telepon umum untuk pengunjung perpustakaan.

c) Sistem lain yang berhubungan dengan jaringan telepon, seperti

terminal komputer lewat modem, faximili dan telex.

Skema 17: Jaringan Telekomunikasi (Sumber : Analisis Penulis)

4) Sistem Komputerisasi

Sistem jaringan komputerisasi yang digunakan adalah sistem

jaringan Lokal Area Network (LAN) yang merupakan suatu system

komunikasi data yang menghubungkan komputer atau peralatan

komunikasi data dengan kecepatan transmisi yang tinggi.

LISTRIK

OPERATOR

CONSOLE

SURGE ARRESTOR

RECTIFIER

PT.TELKOM PABX BATTERAY

B-TLP TIAP LANTAI

MDF TELEPON

A

R

D

E

Page 83: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

83

5) Sistem Pengadaan Air Bersih Air bersih diperoleh dari PDAM dan sumur (deep well) yang

kemudian ditampung dalam reservoir bawah kemudian melalui pompa

naik ke atas untuk ditampung dalam reservoir atas kemudian disalurkan

secara gravitasi melalui pipa air bersih yang ada dalam shaft plumbing

ke unit-unit yang membutuhkan.

Skema 18: Jaringan Air Bersih (Sumber : Analisis Penulis)

6) Sistem Pembuangan Air Kotor a) Air hujan disalurkan melalui talang pipa langsung dibuang melalui

saluran terbuka dan tertutup kemudian diteruskan ke saluran riol kota.

b) Air berlemak dari dapur, dibuang melewati bak peresapan untuk

membuang lemaknya, kemudian diteruskan ke riol kota.

c) Air kotor dari lavatory disalurkan melalui pipa-pipa di atas plafond

yang diteruskan ke shaft vertikal dan selanjutnya ke lantai dasar untuk

disalurkan ke bak penampungan, kemudian ke tempat clorisasi

dilanjutkan ke riol kota.

PIPA PDAM METERAN AIR

RESERVOIR BAWAH

PAM DEEP WELL

PAM

RESERVOIR ATAS

UNIT BANGUNAN

Page 84: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

84

i.

j.

Skema 19: Jaringan Air Kotor (Sumber : Analisis Penulis)

7) Sistem Pembuangan Disposal Padat Kotoran dari closet kamar mandi/WC disalurkan ke septic tank dan

peresapan, kemudian diangkut ke tempat pembuangan limbah terakhir.

8) Sistem Pembuangan Sampah a) Secara horizontal sampah dikumpulkan dari tiap-tiap unit dan

selanjutnya diangkut dengan mobil sampah dan dibuang ke tempat

pembuangan akhir.

b) Secara vertikal sampah dibuang melalui shaft sampah dari tiap

lantai. Sampah ditampung pada bak sampah di lantai dasar

bangunan, kemudian diangkut mobil sampah.

Skema 20: Jaringan Pembuangan Sampah

(Sumber : Analisis Penulis)

LAVATORY

WASTAFEL

DAPUR

PLUMBING SHAFT

BAK PERSIAPAN SEPTIC TANK

BAK KONTROL

SALURAN RIOL KOTA

SALURAN AIR DALAM BANGUNAN AIR HUJAN

SAMPAH TEMPAT SAMPAH PORTABLE

PENAMPUNGAN SEMENTARA (TAPAK)

TRUK SAMPAH TPA

Page 85: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

85

9) Sistem Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran 1) Sistem pencegahan pasif g. Penerangan darurat :

(a) Menggunakan sumber daya baterai

(b) Adanya lampu indicator dan penerangan pada pintu keluar dan koridor

sebagai alat bantu evakuasi.

2) Sistem pencegahan aktif (a) Alat deteksi asap (smoke detector)

Guna mendeteksi adanya asap pada ruang-ruang yang jarang dimasuki

seperti gudang sehingga dapat menanggulangi kebakaran secara dini dan tidak

ditempatkan pada ruang yang kemungkinan terdapat asap seperti dapur.

(b) Alat deteksi panas (heat detector) Dapat membedakan adanya suatu bahaya kebakaran dengan kenaikan

temperatur. Panas pada ruang tertentu yang kurang terawasi dapat dideteksi

saat panasnya meningkat.

(c) Sprinkle Alat ini akan menyemburkan air secara otomatis apabila katup pengamannya

pecah akibat meningkatnya suhu (60º-70º C) dalam ruangan. Jarak antara

sprinkler ± 5 m. Untuk ruang koleksi dan ruang khasanah, sprinkle yang

digunakan tidak menggunakan media air karena akan merusak koleksi. Tetapi

menggunakan gas asam-arang (CO2), argon ( Ar), atau high-expansion busa

sehingga tidak akan merusak koleksi apabila terjadi kebakaran.

(d) Fire hydrant Sebagai sumber pemadam sementara menunggu pemadam kebakaran tiba di

lokasi. Terdiri atas selang air dengan panjang 25 m dan diletakkan pada area

tiap lantai dengan jarak 25 – 30 m.

(e) Tabung portable (exthinguiser) yang sifatnya independent, berisi pemadam aktif CO2, ditempatkan pada

daerah-daerah yang mudah dijangkau misalnya tangga.

(f) Pemadam api dengan kabut dan bahan kimia untuk mengindari kerusakan bahan-bahan

bangunan yang mudah terbakar, maka perlu dipergunakan pemadam kebakaran

dengan kabut kimia, yaitu bahan kimia kering (power dry chemical), untuk

Page 86: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

86

menghindari kerusakan bahan-bahan koleksi dan perlengkapan bangunan yang

mudah terbakar ditempatkan pada ruang koleksi dan ruang baca.

(g) Sistem Penangkal Petir Sistem penangkal petir yang digunakan adalah sangkar faraday. Sistem ini

merupakan pengembangan sistem tongkat Franklin dengan menambahkan

konduktor horizontal.Pada prinsipnya seperti franklin tetapi dibuat memanjang

atau berbentuk sangkar sehingga jangkauan lebih luas.Sistem ini dipakai pada

bangunan yang punya atap yang luas. Dalam satu bangunan menggunakan

lebih dari 4 spit sebagai penangkal petir.

Gambar 21: System Sangkar Faraday

(Sumber : Utiltas Bangunan)

(h) Sistem Keamanan Pencegahan terhadap kriminalitas dalam bangunan ini dilakukan dengan

menyediakan fasilitas pengamatan dan pencegahan :

1) Meletakkan lubang ventilasi yang sukar dijangkau.

2) Menerapkan sistem perencanaan satu pintu keluar masuk, pintu lain

digunakan untuk staf dan bongkar muat barang.

3) Menempatkan alarm system dan alat pendeteksi dekat dengan meja

sirkulasi, di mana jika buku dan benda-benda koleksi keluar melewati alat

ini tanpa ada catatannya di komputer, maka akan mengaktifkan alarm.

(Thompson Godfrey,1976)

Page 87: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

87

4) Sistem CCTV, untuk memonitor segala penjuru bangunan yang

diperkirakan dapat menjadi tempat terjadinya kriminalitas seperti

pencurian dan sebagainya. Peralatan yang diperlukan adalah kamera,

monitor televisi, kabel koaksial, timelaps video records, dan ruangan

security.

5) Sistem alarm, yang diaktifkan pada waktu-waktu tertentu untuk melindungi

barang dan dokumen berharga yang mungkin disimpan atau dipamerkan

dalam gedung.

6) Satuan Pengamanan (Satpam) yang bertugas 24 jam serta menggunakan

petugas perpustakaan dalam mengawasi lalu lintas koleksi dan

pengunjung.

Page 88: MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas

88

DAFTAR PUSTAKA

- Arihady S dan Tahir Mustari, 1995, MUSEUM NEGERI PROPINSI

SULAWESI SELATAN, Makassar.

- Sukimin, Drs., A.W. 2005. Kesenian Seni Rupa dan Desain. Surakarta: Tiga

Serangkai.

- www.wikipedia.com

- Diksi Rupa, Mikke Susanto, DictiArt Lab & Djagad Art House, Yogyakarta&Bali

2011

- http// diskusisenirupa.wordpress.com/

- Soesatyo (1981). Metodik Khusus Pendidikan Seni Rupa. Yogyakarta: FKSS