MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas
Transcript of MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR - Unhas
1
MUSEUM SENI RUPA
DI MAKASSAR
ACUAN PERANCANGAN
Tugas Akhir – 473 D51 12
Periode III
Tahun 2011 – 2012
Sebagai Persyaratan Untuk Ujian
Sarjana Teknik Arsitektur Oleh :
AGUNG FADRIANSYAH
D511 05 608
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM KELAS INTEGRASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................. ii
KATA PENGANTAR............................................................................. iii
DAFTAR ISI.......................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR............................................................................... vii
DAFTAR TABEL................................................................................... viii
DAFTAR SKEMA.................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 3
C. Tujuan Dan Sasaran Pembahasan .......................................... 4
D. Lingkup Dan Batasan Pembahasan ......................................... 5
E. Metode dan Sistematika Pembahasan .................................... 5
BAB II TINJAUAN UMUM MUSEUM SENI RUPA ................................... 7
A. Tinjauan Umum Museum Seni Rupa ....................................... 7
1. Sejarah Terbentuknya Museum ....................................... 7
2. Definisi Museum .............................................................. 7
3. Klasifikasi dan Jenis-jenis Museum ................................. 7
B. Tinjauan Umum Museum Indonesia ........................................ 12
1. Perkembangan Museum di Indonesia ............................ 12
2. Peran Museum Dalam Masyarakat.................................. 12
3. Permasalahan Museum di Indonesia .............................. 13
4. Strategi Pengembangan Museum di Indonesia ............... 13
5. Struktur Organisasi Museum .......................................... 15
6. Studi Banding .................................................................. 16
BAB III Museum Seni Rupa di Makassar......................................... ......... 18
A. Museum Seni Rupa
3
1. Pengertian................................................................ ........ 18
2. Tujuan...................................................................... ........ 18
3. Fungsi...................................................................... ......... 18
4. Misi........................................................................... ........ 18
B. Faktor Penunjang Museum
Materi Koleksi................................................... ...................... 22
C. Sifat dan Pola Kegiatan Sifat Kegiatan .................................. 23
BAB IV KESIMPULAN...................................................................... .......... 24
BAB V KONSEP DASAR PERANCANGAN..................................... ......... 26
A. Konsep Makro................................................................ ......... 27
1. Penentuan Lokasi.............................................. ............... 27
2. Pemilihan Tapak...................................................... ......... 30
B. Pendekatan Mikro.......................................................... .......... 40
1. Pendekatan Bentuk dan Penampilan Bangunan..... ......... 40
2. Pendekatan Pola Hubungan Ruang........................ ......... 41
3. Pendekatan Pola Sirkulasi....................................... ......... 43
4. Pendekatan Sistem Peragaan Pameran.................. ......... 43
C. Konsep Kebutuhan Ruang............................................. ......... 45
1. Unsur Pelaku Kegiatan............................................ ......... 45
2. Pengelompokan Kegiatan........................................ ......... 49
D. Konsep Besaran Ruang................................................. ......... 49
1. Kelompok Ruang Pameran...................................... ......... 49
2. Kelompok Ruang Konservasi/Preservasi................. ......... 54
3. Kelompok Ruang Pelayanan Umum........................ ......... 57
4. Kelompok Ruang Administrasi................................. ......... 61
5. Kelompok Ruang Service Penunjang....................... ........ 65
6. Penentuan Sistem Struktur Bangunan..................... ......... 71
7. Pendekatan Pengkondisian Bangunan..................... ........ 73
8. Sistem Utilitas dan Kelengkapan Bangunan............ ......... 78
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. ................ 88
4
ABSTRAKSI
Negara Indonesia dikenal dunia internasional dengan aneka ragam
budaya dan adat-istiadat. Banyak orang ingin mengunjungi Indonesia,
hanya untuk menikmati secara langsung hasil-hasil kebudayaan
masyarakat Indonesia yang secara sengaja maupun tidak sengaja telah
hilang dari peradabannya.
Daerah Sulawesi Selatan khususnya Makassar merupakan salah
satu diantara sekian banyak daerah di Indonesia yang kaya dengan hasil
budaya yang bernilai tinggi, adat-istiadat yang unik dan panorama alam
yang indah. Hal ini merupakan daya tarik tersendiri yang menjadikan
Makassar banyak dikunjungi oleh wisatawan dari berbagai Dunia. jumlah
wisatawan yang berkunjung ke makassar mencapai 112 wisatawan,
sehingga pemerintah sulawesi selatan menjadikan sektor pariwisata
sebagai sumber yang penting disamping sektor-sektor lainnya.
Museum Seni Rupa di Makassar dapat diartikan sebagai wadah
yang presentatif di Kota Makassar yang mampu berperan dalam upaya
pemeliharaan, pengamanan dan pelestarian benda-benda warisan sejarah
seni rupa baik untuk generasi sekarang maupun untuk generasi yang
akan datang. Selain itu pengadaan museum seni rupa dapat berfungsi
sebagai objek wisata yang menarik di Kota Makassar.
Fungsi dari Museum Seni Rupa di Makassar ini adalah Sebagai
wadah kegiatan preservasi dan konservasi benda-benda bernilai sejarah
yang merupakan warisan yang harus tetap dijaga dan dilestarikan dalam
rangka mencerdaskan bangsa.
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah peradaban manusia menunjukan bahwa setiap bangsa atau
negara mempunyai warisan-warisan nilai budaya sendiri dengan ciri tersendiri
pula sebagai identitas suatu bangsa.
Negara Indonesia dikenal dunia internasional dengan aneka ragam
budaya dan adat-istiadat. Banyak orang ingin mengunjungi Indonesia, hanya
untuk menikmati secara langsung hasil-hasil kebudayaan masyarakat
Indonesia yang secara sengaja maupun tidak sengaja telah hilang dari
peradabannya.
Untuk tetap menjaga kelestarian budaya tersebut perlu usaha-usaha
agar budaya itu tidak luntur ditelan oleh masa atau digeser oleh
perkembangan zaman modern yang cenderung mengesampingkan bahkan
merusak nilai-nilai budaya bangsa.
Daerah Sulawesi Selatan khususnya Makassar merupakan salah satu
diantara sekian banyak daerah di Indonesia yang kaya dengan hasil budaya
yang bernilai tinggi, adat-istiadat yang unik dan panorama alam yang indah.
Hal ini merupakan daya tarik tersendiri yang menjadikan Makassar banyak
dikunjungi oleh wisatawan dari berbagai Dunia. jumlah wisatawan yang
berkunjung ke makassar mencapai 112 wisatawan, sehingga pemerintah
Sulawesi Selatan menjadikan sektor pariwisata sebagai sumber yang penting
disamping sektor-sektor lainnya.
Akan tetapi, perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan
tampaknya tidak hanya mengancam keberadaan eksistensi hasil budaya
Sulawesi Selatan sebagai kekayaan bangsa, melainkan juga mengancam
eksistensi nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat. Hal ini dapat dibuktikan
dengan semakin menurunnya rasa kebanggan generasi muda terhadap hasil
budaya yang ada.
Kondisi seperti ini tentu tidak bisa dibiarkan begitu saja, perlu
penanggulangan dan usaha agar aset kekayaan bangsa yang masih ada bisa
6
terpelihara dan bisa dinikmati oleh generasi sekarang dan generasi
mendatang. Dengan demikian perlu ditempuh langkah-langkah atau tindakan
penyelamatan untuk mengantisipasi hal-hal yang mungkin saja dapat
menghilangkan identitas dan budaya kultur kita.
Kesadaran masyarakat Makassar terhadap pentingnya menghargai dan
mencintai budaya dan hasil-hasil kebudayaan nenek moyang terdahulu
merupakan salah satu hal yang paling mendasar dalam upaya pelestarian
kebudayaan Makassar sejak dahulu sampai sekarang.
Oleh karena itu, upaya untuk menumbuh-kembangkan sikap
menghargai dan mencintai budaya tersebut harus memiliki wadah untuk
melindungi dan memelihara serta menjamin kelestarian dan keselamatan
benda-benda dan kebudayaan masyarakat Makassar yaitu berupa museum.,
Dimana sistem pengelolaan dan penyajian koleksi disesuaikan dengan
kebutuhan masyarakat luas yang dapat menjamin dari fungsi museum seni
rupa sejalan dengan kebijaksanaan pemerintah dalam pengembangan
pendidikan, pariwisata dan kebudayaan nasional seperti yang tercantum
dalam Garis-garis Besar Haluan Negara, yang berbunyi :
• Nilai budaya Indonesia terus dibina dan dikembangkan guna memperkuat
kepribadian bangsa, mempertebal rasa harga diri dan kebanggan nasional
serta memperkokoh jiwa kesatuan nasinal.
• Kebudayaan nasional terus dibina atas dasar norma-norma Pancasila dan
diarahkan pada penerapan nilai-nilai yang tetap untuk mencerminkan
kepribadian bangsa dan menungkatkan nilai-nilai luhur.
Keberadaan museum seni rupa ini diharapkan dapat memegang peranan antara lain:
1. menjadi wadah untuk menyimpan benda-benda seni rupa dan barang-
barang antik yang ada di Sulawesi Selatan.
2. meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya suatu hasil
peninggalan sejarah seni rupa bagi pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi,
7
3. sebagai sarana rekreasi bagi masyarakat dan menunjang usaha
peningkatan pendapatan devisa melalui kegiatan pariwisata yang dapat
menjadi nilai jual tersendiri di Sulawesi Selatan khususnya di Makassar.
B. Rumusan Masalah
Sebagai salah satu usaha yang dapat dilakukan dalam pengembangan
museum seni rupa saat ini yakni dengan pengadaan suatu wadah yang
representative yang dapat menjamin upaya pelestarian koleksi-koleksi spesifik
tentang kebudayaan daerah Sulawesi Selatan dan Nusantara pada umumnya.
Adapun berbagai ungkapan masalah yang dikemukakan dalam
pengembangan Museum seni rupa ini yaitu:
1. Non-Arsitektural a. Bagaimana mengoptimalkan benda-benda yang memiliki nilai seni
khususnya kebudayaan yang ada di Sulawesi Selatan
b. Bagaimana keberadaan Museum seni rupa dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat Kota Makassar khususnya, sebagai sarana pelestarian
budaya pendidikan/edukasi, penelitian reaksi.
2. Arsitektural 1. Pendekatan Makro
a. Dimana menentukan lokasi dan tapak yang strategis dan sesuai
dengan Rencana Tata Ruang Kota Makassar guna mendukung
kegiatan operasional Museum seni rupa.
b. Bagaimana mengidentifikasi kegiatan yang terjadi di dalam Museum
seni rupa guna membuat program ruang Museum, meliputi
kebutuhan ruang, besaran ruang, dan persyaratan ruang sehingga
dapat memberi kenyamanan bagi pengunjung.
2. Pendekatan Mikro a. Bagaimana menciptakan desain bentuk dan penampilan Museum
seni rupa di Makassar yang sesuai dengan kebudayaan tradisional
yang ada di Sulawesi Selatan khususnya Kota Makassar.
b. Bagaimana menentukan struktur, material dan utilitas sehingga
memenuhi fungsi bangunan sebagai Museum seni rupa di Kota
Makassar.
8
C. Tujuan dan Sasaran Pembahasan
1. Tujuan pembahasan Tujuan pembahasan adalah perencanaan bangunan Museum seni
rupa di Makassar yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat Kota
Makassar khususnya dalam upaya pelestarian kebudayaan, kegiatan
pendidikan, penelitian, dan rekreasi 2. Sasaran pembahasan
Menyusun konsep dasar perancangan Museum seni rupa di
Makassar dalam kajian arsitektur yang akan ditransformasikan kedalam
desain fisik melalui langkah-langkah konsep perencanaan, yaitu:
a. Menganalisa lokasi dan tapak, tata ruang dan fisik yang memenuhi
persyaratan sesuai dengan fungsi bangunan sebagai tempat rekreasi,
edukasi, dan konservasi kebudayaan,
b. Mempelajari kebutuhan ruang, organisasi dan sirkulasi guna
mendapatkan program ruang yang sesuai dengan karakter bangunan
museum.
c. Mempelajari nilai-nilai dan karakter kebudayaan tradisional Sulawesi
Selatan khususnya Kota Makassar yang dapat diterapkan pada desain
bentuk dan penampilan bangunan museum.
D. Lingkup dan Batasan Pembahasan 1. Lingkup Pembahasan Pembahasan diorientasikan pada faktor perencanaan fisik Museum seni
rupa di Kota Makassar dan dalam lingkup disiplin ilmu arsitektural,
Dibatasi pada masalah-masalah yang dapat menghasilkan patokan
perencanaan fisik bangunan.
2. Batasan Pembahasan Pembahasan dibatasi pada kegiatan utama konservasi dan pameran
dengan memperhatikan :
1. Lingkup bidang materi pameran bidang penelitian dan pemeliharaan
benda - benda koleksi yang dapat dijadikan benda koleksi.
2. Program pelaksanaan kegiatan konservasi dan pameran.
9
E. Metode dan Sistematika Pembahasan
1. Metode Pembahasan Secara umum pembahasan menggunakan metode deskriptif anaitis
yaitu menguraikan dan menganalisa aspek penemu konsepsi beserta
program yang ada serta memperhatikan semua faktor pendukung yaitu:
sistem penyajian pameran, program pengamanan benda dan peranan
kegiatan konservasi.
2. Sistematika Pembahasan BAB I : PENDAHULUAN
Mengemukakan latar belakang, pengertian judul, rumusan
masalah, tujuan dan sasaran pembahasan, lingkup
pembahasan dan batasan pembahasan, serta metode dan
sistematika pembahasan.
BAB II : TINJAUAN UMUM MUSEUM SENI RUPA DI KOTA MAKASSAR Membahas tentang tinjauan museum seni rupa secara
umum yang meliputi sejarah museum, definisi museum,
klasifikasi museum, struktur organisasi museum,
perkembangan dan peranan museum seni rupa di Indonesia,
permasalahan dan strategi pengembangan museum seni
rupa di Indonesia.
BAB III : PENDEKATAN MUSEUM SENI RUPA DI KOTA MAKASSAR Membahas tentang museum seni rupa yang meliputi tinjauan
umum terhadap kota makassar, tujuan dan misi
pengembangan museum, faktor penunjang museum, semua
yang berhubungan dengan system pengadaan koleksi dan
program kegiatan dalam museum.
BAB IV : KESIMPULAN Merupakan kesimpulan secara umum dan khusus
10
BAB V : KONSEP DASAR PERANCANGAN MUSEUM SENI RUPA DI MAKASSAR Merupakan konsep perancangan, membahas persyaratan
makro dan mikro Museum seni rupa di Makassar.
11
BAB II TINJAUAN UMUM MUSEUM SENI RUPA
A. Tinjauan Umum Tentang Museum
1. Sejarah Terbentuknya Museum
Kata “Museum” berasal dari bahasa Yunani, museion,yang berarti
“tempat pemujaan muse”, yaitu sembilan dei yang dijadikan lambang
berbagai bidang ilmu pengetahuan dan kesenian. Museum pertama
didirikan pada abad ke-3 SM oleh ptolemeus I di Alexandria sebagai
persembahan kepada muse. Tempattersebut digunakan sebagai tempat
penelitian dan penyebaran ilmu pengetahuan, termasuk pendidikan. Baru
abad ke-6 sampai ke-12 mulai dikumpulkan benda aneh dan benda
keagamaan dari negeri asing atau tempat lain yang disimpan diruang
khazanah. Koleksi tersebut merupakan perwujudan museum pertama yang
dimiliki secara pribadi oleh para bangsawan, pangeran, dan hartawan,
tetapi tidak diperlihatkan kepada masyarakat.
2. Definisi Museum
a. Museum adalah bangunan yang digunakan sebagai tempat untuk
mengoleksi,memelihara, menelaah, dan memamerkan benda-benda
bernilai sejarah, seni, atau ilmu pengetahuan. (Ensklopedia Umum untuk
Pelajar).
b. Museum adalah suatu lembaga bersifat tetap, tidak mencari keuntungan
dalam melayani masyarakat, dan terbuka untuk umum, yang
memperoleh, mengaetkan, dan memamerkan benda-benda bukti sejarah
manusia dan lingkungannya untuk tujuan pengkajian, pendidikan, dan
hiburan. (International Council of Museum (ICOM) pada tanggal 14 Juni
1974 di Kopenhagen, Denmark).
3. Klasifikasi dan Jenis-Jenis Museum Jenis museum diklasifikasikan berdasarkan tingkat, ruang lingkup
wilayah, tujuan penyelenggaraan dan luas koleksinya; ilmu yang timbul
karena hubungan antar alam, bumi dan manusia, macam koleksi yang
disimpan, status hukum, serta bentuk bangunan.
12
a. Museum berdasarkan tingkat,ruang lingkup wilayah, tujuan
penyelenggaraan dan luas koleksinya dibagi menjadi:
1) Museum Nasional, yaitu museum yang koleksinya terdiri dari
kumpulan benda-benda yang berasal dari, mewakili dan berkaitan
dengan bukti material manusia dan lingkungannya yang bernilai
nasional 2) Museum Negeri Provinsi/Regional, yaitu museum yang koleksinya
terdiri dari kumpulan benda-benda yang berasal dari,mewakili dan
berkaitan dengan bukti materil manusia dan lingkungannya dari
seluruh wilayah provinsi/regional dan berlokasi diwilayah tersebut.
3) Museum Lokal, yaitu museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan
benda-benda yang berasal dari, mewakili dan berkaitan dengan bukti
materil manusia dan lingkungannya dari seluruh wilayah
kabupaten/kota dengan kedudukan tingkat lokal dan berlikasi di
wilayah tersebut. 4) Museum Lapangan Terbuka, yaitu museum yang merupakan satu
kompleks luas yang terdiri atas model-model bangunan rumah adat.
Baik yang asli dan telah dipindahkan dari asal daerahnya semula,
maupun tiruan sebagai koleksi pelengkap dengan tujuan memelihara
dan melestarikan keaslian,seni bangunan dan teknologinya. Museum
ini juga merupakan tempat memperagakan upacara adat dan sistem
kepercayaan penduduk asli. Museum lapangan terbuka terdiri atas:
a) Museum Situs, yaitu museum yang didirikan di lahan dekat
kompleks bangunan bersejarah atau bekas peninggalan
kepurbakalaan, yang mengoleksihasil penggalian dan
pengumpulan yang berasal dari kompleks tersebut.
b) Museum Peringatan, yaitu museum yang berupa bangunan
bersejarah karena ditempati oleh tokoh penting dalam sejarah.
b. Museum berdasarkan ilmu yang timbul karena hubungan antar alam,
bumi, dan manusia dibagi menjadi:
1) Museum Ilmu-Ilmu Alam, seperti kebun raya, taman margasatwa,
museum biologi, akuarium, dan herbarium.
13
2) Museum Teknologi dan Industri, seperti museum perkapalan,
museum penerbangan, meseum telekomunikasi.
3) Museum Ilmu Purbakala, yaitu museum yang koleksinya
merupakan hasil kebudayaan purbakala.
4) Museum Ilmu Antropologi/Etnografi, yaitu museum yang
mengungkapkan tentang monografi suatu bangsa yaitu lingkungan
alam sosial dan kebudayaan yang melengkapi kehidupan bangsa
tersebut.
5) Museum Seni Rupa, seperti museum patung, museum keramik,
museum wayang, museum tari, dan museum musik.
6) Museum Sejarah, seperti museum perjuangan, dan museum
bahari.
c. Museum berdasarkan macam koleksi yang disimpan:
1) Museum Umum, yaitu museum yang koleksinya terdiri dari
kumpulan-kumpulan bukti materil manusia dan lingkungan yang
berkaitan dengan ilmu, teknologi dan seni. 2) Museum Pendidikan, sebenarnya termasuk museum khusus, tetapi
mengingat perannya pada tiap lapisan pendidikan mulai dari
Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi makadiperlukan
penanganan tersendiri di Indonesia.
d. Museum berdasarkan status hukumnya dibedakan menjadi:
1) Museum Pemerintah, yaitu museum yang diselenggarakan dan
dikelolaoleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
2) Museum swasta, yaitu museum yang diselenggarakan dan dikelola
oleh badan swasta yang berbentuk badan hukum.
e. Museum berdasarkan bentuk bangunannya dibedakan menjadi:
1) Museum Terbuka; dimana objek-objek dan koleksinya diperagakan
dan diletakkan pada ruang terbuka atau taman.
2) Museum Tertutup; dimana objek-objek dan koleksinya diperagakan
dan diletakkan pada ruang tertutup.
3) Museum yang merupakan kombinasi dari terbuka dan tertutup.
Dari penjabaran klasifikasi museum diatas, maka museum yang
direncanakan ini tergolong pada klasifikasi Museum Negeri
14
Provinsi/Regional berdasarkan tingkat, ruang lingkup wilayah, tujuan
penyelenggaraan dan luas koleksinya; klasifikasi museum sejarah
berdasrkan ilmu yang timbul karena hubungan antar alam,bumi dan
manusia; klasifikasi Museum Khusus berdasarkan macam koleksi yang
disimpan; klasifikasi Museum Pemerintahh berdasarkan status
hukumnya dan klasifikasi MuseumTertutup berdasarkan bentuk
bangunannya.
4. Tugas dan Peran Museum a. Tugas museum secara umum adalah sebagai berikut :
1) Melestarikan dan memanfaatkan benda-benda hasil budaya
manusia serta alam dan lingkungannya.
2) Meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap koleksi museum,
3) Turut mencerdaskan kehidupan bangsa
b. Dimasa kini museum juga dapat berperan sebagai:
1) Pusat Dokumentasi dan penelitian ilmiah
2) Pusat budaya,
3) Pusat informasi,
4) Pusat penikmatan karya seni
5) Pusat perkenalan kebudayaan antar daerah dan antar bangsa
6) Objek Wisata/ sentra pengembangan sosial ekonomil lingkungan
sekitarnya terutama bila tingkat kunjungan dapat terus
dikembangkan (Yoeti, 2006:14).
7) Cermin sejarah manusia, alam, dan kebudayaan.
5. Koleksi Museum a. Pengertian dan syarat koleksi
Koleksi museum adalah setiap benda yang berguna sebagai
pembuktian sejarah alam dan budaya, sehingga tidak semua benda
dapat dijadikan materi koleksi.
b. Benda yang dapat dijadikan koleksi museum adalah:
1) Mempunyai nilai sejarah, nilai ilmiah dan keindahan
2) Dapat diidentifikasi (bentuk, tipe, gaya, fungsi, asal, geografikal, dan
geological)
3) Dapat diajdikan dokumen
15
4) Dapat dijadikan sebagai monument/ bakal monument sejarah dan
budaya
5) Reproduksi atau replica yang sah menurut persyaratan
permuseuman.
Berdasarkan syarat-syarat koleksi museum tersebut diatas,
maka benda-benda yang dianggap sebagai koleksi museum adalah
sebagai berikut:
a) Etnografika
b) Prehistorika
c) Arkeologika
d) Histrorika
e) Keramik asung
f) Numistika
g) Naskah
h) Buku / majalah antikuriat
i) Karya seni / seni
j) Benda-benda grafika
k) Diorama
l) Replika
m) Benda-benda sejara alam
n) Benda-benda wawasan nusantara
3. Pengadaan koleksi
Cara yang ditempuh dalam pengadaan koleksi adalah sebagai berikut:
1) Benda-benda yang diterima dari pihak kedua sebagai hadiah, wasiat,
titipan, tanpa konsekuensi pembiayaan atau pembayaran.
2) Benda-benda yang diterima sebagai penyerahan dengan pemberian
imbalan dana benda tersebut dijadikan milik Negara
3) Benda-benda yang diterima sebagai pertukaran dengan museum lain
tanpa konsekuensi biaya tambahan, kecuali biaya pengiriman
4) Benda dibeli dari pihak kedua dengan memperhitungkan pajak
menurut ketentuan yang berlaku.
16
Sebelum benda-benda tersebut sah sebagi materi koleksi,
terdapat tim penilai yang terdiri atas 3 orang tim penilai yang
bertugas:
a) Mengetahui/mensahkan cara-cara pengadaan benda-benda
koleksi
b) Memiliki setia benda yang dijadikan benda koleksi
c) Membuat berita acara pertanggung jawaban setiap benda-benda
yang akan dijadikan koleksi (mutu dan harga).
B. Tinjauan Umum Museum di Indonesia 1. Perkembangan Museum di Indonesia
Menurut sejarah, tumbuhnya museum di Indonesia dapat diurutkan
sebagai berikut: a. Di Indonesia museum mulai dikenal sejak abad ke-17 (pada zaman
penjajahan Belanda) yakni sebagai gedung tempat pengumpulan
benda kuno atau peninggalan sejarah seperti alat-alat persenjataan
tradisional, karya seni, patung purba dan lain sebagainya.
b. Tahun 1862 oleh Rhompius, didirikan museum De Ambonsche
Reriteitenmaker. Koleksinya adalah kumpulan barang-barang aneh bagi
ilmu pengetahuan
c. Sebagai usaha untuk memajukan kesenian dan ilmu pengetahuan yang
dianggap keramat serta mempunyai nilai sejarah yang tinggi, maka di
Jakrta pada tanggal 24 April 1778 oleh pemerintah Belanda didirikan
museum Bataviasch genoothschap Va Kunsten en Wateschappen
(sekarang Museum Nasional)
d. Museum Aceh diresmikan oleh Gubernur Sipil dan Militer Aceh, Jendral
H.M.A Stewart tanggal 31 Juli 1915.
e. Tahun 1922, seorang warga Surabaya keturunan jerman bernama Von
Faber merintis berdirinya museum Stedelijk Historish Museum
Surabaya, sekarang museum Mpu Tantular
f. Pada tahun 1935, didirikan Museum sasono Budoyo di Yogyakarta oleh
Java Institute yang merupakan satu-satunya museum di Indonesia yang
menyimpan benda-benda krajaan pada waktu itu.
17
2. Peran Museum dalam Masyarakat Dalam pembinaan dan pengembangan kesadaran masyarakat
melalui pendidikan, museum mempunyai peran penting guna mengajak
masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan
karena melalui museum, masyarakat akan memahami informasi secara
edukatif . selain itu, keberadaan museum juga merupakan perwujudan
dari perhatian masyarakat terhadap sejarah kebudayaan masa silam.
Dalam hal ini, museum berfungsi sebagai tempat pelindnung sekaligus
sebagai sumber perkembangan ilmu pengetahuan, karena didalamnya
terdapat usaha penyimpanan, pengawetan, penyelidikan dan penyuguhan
karya-karya kebudayaan yang tersimpan didalamnya kepada masyarakat
(TAP MPR No.IV/1999 tentang GBHN).
Oleh karena itu museum sangat berperan dalam menumbuhkan
kebanggaan dan kepribadian suatu bangsa. Secara rinci peran museum
antara lain:
a. Memajukan dan mendorong pengembangan kebudayaan nasional
guna mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa
b. Menghindarkan bangsa dari kemiskinan terhadap nilai sejarah dan hasil
kebudayaan serta usaha untuk mendekatkan manusia dan
lingkungannya.
c. Mencari kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat guna dapat
menyelidiki dan meneliti sendiri benda-benda yang dianggapnya
mempunyai nilai sejarah bagi kehidupan manusia.
d. Memberi kenikmatan dari hasil koleksi bagi khalayak ramai dengan
suasana rekreatif.
1) Permasalahan Museum di Indonesia Masalah permuseuman yang ada sekarang ini, dapat dibedakan
atas beberapa faktor seperti yang dikemukakan Amir Sutarga, didepan
Musyawarah Museum di Yogyakarta antara lain:
a. Jumlah museum tidak sebanding kebutuhan masyarakat dari segi
kuantitas.
b. Dari segi kualitas, kurangnya variasi atau jenis-jenis museum untuk
memenuhi keragaman kebutuhan masyarakat.
18
c. Tenaga ahli dibidang permuseuman masih sangat kurang.
d. Dari segi ekonomi, dana untuk pembangunan bahkan untuk perbaikan
museum kurang mendapat respon yang baik dari pemerintah.
e. Masalah koordinasi dan interaksi antar museum dan antar pejabat
museum yang masih sangat kurang.
2) Strategi Pengembangan Museum di Indonesia Strategi dasar yang menjadi usaha pembangunan permuseuman di
Indonesia dengan melihat prospek pengembangan dan keadaan museum
pada umumnya.
3) Pembinaan permuseuman a. Non fisik
Dengan pengelolaan museum melalui usaha latihan, kursus, apresiasi
dan peningkatan tenaga Pembina agar dapat terlaksanakan tugasnya
sesuai dengan tuntutan aspirasi masyarakat sekarang dan akan
datang, serta pentingnya memanfaatkan museum.
b. Fisik
1) Meningkatkan pelayanan permuseuman dengan usaha pengadaan
museum-museum baru yang memperhatikan misi pokoknya serta
aspirasi masyarakat sesuai dengan tingkat sosialnya.
2) Peningkatan kuaslitas penyajian materi koleksi atau penyempurnaan
program dan tata ruang pameran yang kreatif yang dapat menarik
minat masyarakat
3) Memperhatikan faktor-faktor yang dapat meningkatkan nilai museum
seperti faktor lokasi, faktor publikasi dan sebagainya.
4) Pengelolaan museum secara makro dapat berupa:
a) Distribusi museum secara merata yang disesuaikan dengan tujuan
dan tingkat pelayanan serta didasarkan pada segi potensi
pengembangnnya
b) Koordinasi dalam erbagai segi operasional agar diperoleh tingkat
pelayanan yang lebih efektif melalui program yang terencana,
terpadu dan terkendali dalam berbagai kegiatan antara museum-
museum yang telah ada.
4) Proporsi pengadaan museum
19
Proporsi pengadaan museum didasarkan pada potensi pendukung
dan kondisi permuseuman saat ini, dimana diharapkan adanya distribusi
dalam hal pengadaan museum untuk masa yang akan datang terutama
mengingat kondisi geografis ngara kita yang terdiri dari ribuan pulau.
5) Struktur Organisasi Museum
Skema 2.1
(Sumber : Museum Negeri Lagaligo)
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya,museum didukung oleh:
a. Kepala Museum: yang mempunyai tugas memimpin pelaksanaan tugas
dan fungsi museum,
b. Bagian Tata Usaha: mempunyai tugas melakukan urusan ketata
usahaan dan rumah tangga, registrasi dan dokumentasi koleksi serta
perpustakaan dan keamanan,
c. Kelompok Tenaga Fungsional; yang mempunyai tugas melaksanakan
pengumpulan, perawatan, pengawetan, penelitian, penyajian dan
bimbingan edukutif. Kelompok tenaga fungsional terdiri dari:
DINAS PENDIDIKAN
KEPALA MUSEUM
TATA USAHA
ADMINISTRASI PERSONALIA
KEUANGAN
TENAGA
FUNGSIONAL
DIREKTORAT
PERMUSEUMAN
PERLENGKAPAN
MAINTENANCE
PREPARASI KONSERVASI EDUKASI
20
1) Kelompok Tenaga Bimbingan Edukasi; yang mempunyai tugas
meliputi kegiatan bimbingan, penerbitan, pemberian informasi atau
penerangan koleksi museum kepada pengunjung museum dan
publikasi. Bimbingan edukasi mempunyai peran untuk
mengkomunikasikan nilai-nilai budaya yang ada pada museum
kepada masyarakat.
2) Kelompok Tenaga Konservasi; yang mempunyai tugas
mengumpulkan, meneliti dan mengolah koleksi benda-benda yang
mempunyai sejarah, budaya dan ilmiah.
3) Kelompok Tenaga Preparasi; yang mempunyai tugas merawat,
mengawetkan, dan menyajikan koleksi pada ruang pameran.
Tanggung jawab tugasnya meliputi kegiatan konservasi, preparasi,
reproduksi koleksi dan persiapan tata pameran.
6) Studi Banding
Gambar 2.1 Main Entrance Gedung Museum H. Widayat
Museum Seni Rupa H. Widayat berdiri diatas areal tanah seluas ±
7.000 m2 terletak di jalur wisata diantara Candi Mendut dan Candi
Borobudur, tepatnya di Jl. Letnan Tukiyat 32 Kota Mungkid, Kabupaten
Magelang, Jawa Tengah. Museum H. Widayat terdiri atas 3 bangunan
21
utama, MUSEUM H. WIDAYAT, GALERI HJ. SOEWARNI (d/h GALERI
WIDAYAT) dan ART SHOP HJ. SOEMINI, serta AREA TAMAN yang
dimanfaatkan untuk meletakkan karya seni outdoor, dibangun tahap demi
tahap sesuai dengan perluasan area dan peruntukannya.
Museum H. Widayat adalah wujud nyata dari sebuah impian, obsesi, dan
prestasi dari pelukis H. Widayat. Selain sebagai tempat memamerkan
karya pribadinya, maupun karya-karya pelukis dan perupa lain, motivasi
utamanya adalah menjadikan museum pribadinya sebagai tempat untuk
belajar dan mengapresiasi karya seni. Hal ini tentu berkaitan dengan
profesinya selain sebagai pelukis, yakni sebagai pengajar senirupa di
Institut Seni Indonesia (d/h ASRI). Ide mendirikan museum ini sebenarnya
bermula dari keprihatinan H. Widayat, melihat koleksi karya-karya
mahasiswanya yang hanya bertumpuk di gudang, bahkan banyak yang
hilang diambil orang. Sepulang dari belajar di Jepang pada tahun 1962,
usulan untuk membuat museum ini muncul dan disodorkan oleh kawan
dekatnya, Fadjar Sidik.
Gambar 2.2 Lantai dua Gedung Museum H. Widayat
Museum ini dibangun berdasarkan desain arsitek Ir. H. Edji Sukedji
yang dikenal pada saat sama-sama menunaikan ibadah haji. Bangunan
utama diatas tanah seluas ± 2.500 m2 terdiri atas 2 lantai. RUANG
PAMER LANTAI 1 peruntukannya ditujukan untuk memamerkan karya-
22
karya H. Widayat dalam berbagai media. Sedangkan RUANG PAMER
LANTAI 2 dipergunakan sebagai tempat untuk memamerkan karya-karya
seniman lain yang merupakan koleksi Museum H. Widayat.
23
BAB III TINJAUAN KHUSUS TERHADAP MUSEUM SENI RUPA
DI MAKASSAR
A. Museum seni rupa di Kota Makassar
1. Pengertian Museum seni rupa di Kota Makassar adalah media berupa wadah
fisik yang mengumpulkan, menyimpan, memelihara, memamerkan serta
memberi informasi mengenai bukti-bukti sejarah seni rupa dan
perkembangan kebudayaan khususnya di Kota Makassar.
2. Tujuan Museum seni rupa bertujuan untuk menghadirkan sebuah wadah
yang presentatif di Kota Makassar yang mampu berperan dalam upaya
pemeliharaan, pengamanan dan pelestarian benda-benda warisan sejarah
seni rupa baik untuk generasi sekarang maupun untuk generasi yang
akan datang. Selain itu pengadaan museum seni rupa dapat berfungsi
sebagai objek wisata yang menarik di Kota Makassar.
Museum seni rupa di Kota Makassar secara lengkap memberi
informasi mengenai sejarah kebudayaan masyarakat Makassar yang
melahirkan benda-benda sejarah seni rupa yang berhubungan dengan
kebudayaan daerah Makassar mencakup koleksi dari benda-benda seni
rupa yang bersejarah.
3. Fungsi a. Sebagai wadah kegiatan sosiokulturil, yaitu interkasi antara pengelola
dan masyarakat sebagai pengunjing meliputi:
b. Sebagai pusat informasi sejarah kebudayaan.
c. Sebagai wadah kegiatan preservasi dan konservasi benda-benda
bernilai sejarah yang merupakan warisan yang harus tetap dijaga dan
dilestarikan dalam rangka mencerdaskan bangsa.
d. Sebagai tempat promosi dan pelayanan umum melalui kegiatan
pameran dan penerangan.
e. Merupakan indicator yang jelas tentang keberadaan historis pada suatu
daerah.
24
4. Misi Museum seni rupa di kota Makassar memiliki misi memperkenalkan
benda-benda hasil sejarah kebudayaan Sulawesi Selatan khususnya Kota
Makassar dengan cara presentasi yang edukatif, namun memperhatikan
unsur rekreatif.
B. Faktor Penunjang Museum Faktor yang menjadi penunjang Museum seni rupa di Kota Makassar
adalah sebagai berikut :
1. Pengunjung Pengunjung museum seni rupa dibedakan :
a) Wisatawan, dalam hal ini terdiri dari wisatawan mancanegara dan
wisatawan nusantara
b) Pelajar/Mahasiswa, dalam hal ini yang mengunjungi museum seni
rupademi kpentingan edukatif membutuhkan pemandu yang mengerti
tentang museum seni rupadan harus berhubungan dengan pimpinan
museum seni rupadan staf teknik.
c) Masyarakat, dalam hal ini adalah masyarakat yang peduli dan ingin
memperoleh informasi mengenai kebudayaan bahari Makassar, dan
membutuhkan objek wisata yang representatif.
2. Pengelola Pengelola Museum seni rupa di Kota Makassar adalah petugas
yang ahli untuk mengelola dan membina kegiatan operasioanal museum
seni rupa secara organisatoris dan terkoordinir oleh badan-badan tertentu
dalam kegiatannya.
Secara garis besar pengelola Museum seni rupa terdiri dari :
a) Direktur, pimpinan museum seni rupadengan tugas teknis pelaksanaan
kegiatan administrasi, ilmiah dan ekstern.
b) Kurator, mengkoordinir dan mengawasi petugas koleksi museum seni
rupa serta bagiannya.
c) Konservator, petugas pada bagian benda-benda koleksi tertentu.
d) Register, pembantu konservator dalam menangani tat usaha koleksi
benda-benda museum.
25
e) Labiran, memimpin bagian laboratorium yang merawat dan
mengawetkan benda-benda koleksi.
f) Museum seni rupa Designer, ahli dalam bidang pameran dan ruang
pamer.
g) Librarian, ahli dalam bidang perpustakaan untuk kepentingan umum
dan pengelola.
h) Edukator, petugas bidang edukasi yang mengurus penyelenggaraan
dan keperluan pengunjung.
i) Administrasi, mengatur pelaksanaan kegiatan dalam tat usaha serta
keuangan, ruang pameran maupun kompleks museum.
3. Materi koleksi a) Syarat-syarat koleksi museum
Koleksi museum seni rupa adalah segala objek/benda-benda
koleksi bidang studi ilmu sejarah kebudayaan. Koleksi ini disusun
secara sistematik dengan metode ilmiah atau sebagai cabang ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan objek sejarah dan
kebudayaan.
Benda-benda peninggalan bersejarah yang akan dijadikan
koleksi museum, setidaknya harus memiliki syarat-syarat sebagai
berikut :
1) Benda-benda tersebut harus mempunyai nilai seni budaya (art
Kultural value) termasuk nilai ilmiah seperti ilmu-ilmu alam, sosial
dan budaya.
2) Benda-benda tersebut harus dapat diidentifikasikan mengenai arti
objeknya dan dapat menerangkan:
3) wujudnya (morfologis)
4) tipenya (typelogis)
5) asalnya (historis geografis)
6) gayanya (stylistic)
7) fungsinya (function)
8) harus dapat dianggap sebagai dokumen yang berarti sebagai bukti
kenyataan dan kehadiran (realita dan eksistensi) bagi penyelidikan
ilmiah bagi ilmu pengetahuan.
26
9) harus dapat dianggap sebagi suatu monument pada pengertiannya
merupakan pertanda atau sebagai peringatan.
Dengan demikian dapatlah diberi batasan mengenai koleksi
museum seni rupa :
1) Materi koleksi adalah seni rupa yang memiliki sejarah
2) Materi koleksi dikelompokan sesuai dengan periodesasi sejarah
3) Monumen material dimasukkan kedalam museum seni rupa dengan
diganti miniatur, maket,foto, diorama atau cara lain.
4) Pada dasrnya jumlah dan jenis benda pada masa-masa mendatang
akan selalu bertambah dan berkembang.
b) Macam materi koleksi
Macam materi koleksi menurut bahannya dapat dikelompokkan menjadi
tiga bagian, yaitu:
1) Benda-benda organik, yaitu semua benda yang mengandung unsure
organ hidup seperti kayu, kertas, kulit, bamboo, katun, rambut,
buluan dan daun-daunan
2) Benda-benda unorganik, seeepreti emas, perak besi, tembaga, batu,
tanah liat, kaca, perunggu, aluminium, kuningan, baja, keramik dan
tembikar.
3) Benda-benda khusus seperti karet, cat, film, lukisan dan plastik.
c) Dimensi materi koleksi
Dimensi materi koleksi dapat bervariasi dari yang kecil seperti cincin,
manik-manik dan sebagainya. Benda-benda sedang seperti alat-alat,
senjata.
d) Cara-cara pengadaan koleksi
1) Bantuan pemerintah, dalam hal ini Dinas Pendidikan, Dinas
Pariwisata.
2) Mereproduksi sendiri benda-benda yang dianggap sudah langka dan
dapat dilakukan dengan teknologi yang sudah ada.
3) Untuk rekaman dalam benuk film, video dan kaset dapat bekerja
sama dengan lembaga-lembaga penyiaran baik swasta maupun
pemerintah.
27
4) Sumbangan-sumbangan pribadi.
5) Pemebelian.
6) Imbalan jasa.
7) Barang sumbangan.
8) Pinjaman.
e) Sistem pengelolaan museum
Sistem pengelolaan yang direncanakan adalah semi
government, atau 50:50. Hal ini dimaksudkan untuk mengatasi
permasalahan museum seni rupa yang ada pada saat ini, yang secara
langsung ditangani oleh pemerintah, pada kenyataannya kurang
mendapat penanganan yang serius. Karena itu diperlukan kerjasama
dengan pihak swasta, untuk pengembangan pengelolaannya. Hal ini
juga diharapkan akan memberikan dampak yang baik untuk semakin
menonjolkan unsur kreatif dari museum seni rupa yang akan
berdampak baik untuk menarik minat pengunjung.
C. Sifat dan Pola Kegiatan
1. Sifat Kegiatan Berdasarkan sifatnya kegiatan museum seni rupa dibagi atas:
a) Kegiatan penelitian
Kegiatan ini dibagi dalam 2 macam, yakni:
1) Kegiatan penelitian intern, dilakukan untuk penelitian ilmu
pengetahuan museum seni rupa oleh curator museum. Kegiatan ini
memerlukan laboratorium sebagai wadah penelitian.
2) Kegiatan penelitian ekstern, dilakukan oleh para pengamat, peminat
yang ingin mendalami ilmu pengetahuan dari benda-benda wariasan
sejarah. Sebagai museum seni rupayang sifat khusus berarti
ditunjang oleh kelengkapan materi koleksi yang mengundang para
peminat tersebut mengunjungi museum seni rupadalam
peneyelesaian kegiatan penelitian. Kegiatan ini dilakukan oleh para
ahli, mahasiswa, dan pelajar
b) Kegiatan pendidikan
28
Kegiatan ini ditentukan pada pengenalan objek atau benda-
benda koleksi yang diperagakan, kemudian dilanjutkan pada usaha
peningkatan pengetahuan masyarakat tentang benda-benda warisan
sejarah yang sesuai dengan perkembangannya.
c) Kegiatan preservasi dan konservasi
Kegiatan ini dibagi dalam 2 hal pokok, yaitu:
1) Pengawetan/pemeliharaan, guna menjaga benda-benda koleksi
secara fisik agar kondisinya tetap pada aslinya, terjaga dari
pengaruh alam dan kemungkinan dari pengrusakan (pelapukan,
pengotoran)
2) Kegiatan preservasi dapat berupa:
(a) Pengadaan materi koleksi/obyek pameran.
(b) Pendataan dari materi koleksi.
(c) Penelitian materi koleksi oleh pengelola dan peneliti.
(d) Dokumentasi, duplikasi, fotografi, dan film/slide.
d) Kegiatan administrasi
Kegiatan ini sifatnya untuk memperlancar atau mengkoordinir
program-program kegiatan museum. Kegiatan ini menunjang dalam arti
mengetahui service dalam museum seni rupaseperti ketetiban dan
keamanan, kebersihan dan pelayanan umum kepada pengunjung.
e) Kegiatan rekreasi
Sifat tata pameran dalam museum seni rupamempunyai arti
untuk dinikmati dan dikhayati. Dalam hal ini akan meningkatkan
apresiasi masyarakat tentang fungsi dan peranan museum seni
rupasebagai penyalur ilmu pengetahuan.oleh karena itu kegiatan ini
bersifar rekreatif, tidak diperlukan suatu konsertasi yang dpat
menimbulkan ketelitian, sehingga diharapkan penataan materi koleksi
dan pameran yang rekreatif dan tidak membosankan.
f) Pola Kegiatan
Berdasarkan fungsi dan tugas museum seni rupayaitu
memelihara dan memamerkan benda-benda kolekksi, maka dapat
disimpulkan faktor yang dapat menentukan antara kegiatan pengunjung
29
dengan materi koleksi adalah penikmatan, rekreasi dan peningkatan
pengetahuan pada kegiatan penelitian dan pameran.
PENGELOLA
INTERAKSI SOSIO KULTURAL
Skema 3.1 Pola Kegiatan Pada Museum
Sejarah
Peningkatan
Pengembangan Penelitian
Sejarawan
Penelitian
Penyelidikan
Pengelola
Teknis Administrasi Pelayanan
Pelayanan umum
Masyarakat
Apresiasi Informasi Komsumsi
museum
30
BAB IV KESIMPULAN
A. Museum merupakan salah satu media yang dapat mewadahi pelestarian
budaya di Indonesia
B. Upaya pelestarian dan pengembangan budaya bangsa harus terus senantiasa
dikembangkan, baik pengembangan budaya itu sendiri maupun pelestarian
benda-benda hasil pemikiran / karya budaya yang diciptakan
C. Kebudayaan adalah segala hasil karya, karsa, daya dan upaya serta pola pikir
manusia untuk memulai kehidupannya, meliputi sistem religius, organisasi
kemasyarakatan, pengetahuan, bahasa dan sastra, seni, mata pencaharian
dan teknologi/peralatan
D. Gagasan pendirian museum ditujukan untuk melestarikan dan
mengungkapkan hasil budaya suku-suku bangsa di Indonesia, Realisasi
fungsi wadah kelam pengadaan/ kebutuhan sarana fisik ditentukan oleh:
1. Unsur-unsur pembentuk wadah (kegiatan, pelaku, dan fungsi)
2. Materi koleksi dan system penyajian
3. Program pokok dan penunjang kegiatan
4. Orgensi kebutuhan
5. Sebagai usaha untuk menghindarakan gejala akulturasi atau kepunahan
sebagai hasil peninggalan sejarah dan budaya bangsa sebagai sumber
ilmu pengetahuan dan teknologi.
6. Pengadaan museum seni rupa di kota Makassar merupakan suatu media
pendidikan, rekreasi, dan penelitian bagi masyarakat umum yang ingin
mengetahui seni rupa daerah Makassar
E. Benda-benda seni rupa yang merupakan benda koleksi, meliputi:
a. patung
b. tembikar
c. tari
d. Pakaian dan aksesoris
e. Alat musik dan permainan
f. Anyaman-anyaman
g. Keramik
31
F. Tugas pokok museum:
a. Mengumpulkan koleksi
b. Konservasi dan pemeliharaan
c. Komunikasi
d. Pameran
e. Dokumentasi
f. Studi dan hiburan
G. Lingkup pelayanan Museum di Kota makassar, meliputi:
a. Pengunjug perorangan, masyarakat umum, peneliti, dan pelajar/mahasiswa
b. Pengunjung rombongan, meliputi: pelajar/mahasiswa, rombongan
kedinasan, rombongan organisasi kemasyarakatan.
32
BAB V PENDEKATAN KONSEP PERANCANGAN MUSEUM SENI RUPA
DI MAKASSAR
A. Konsep Makro
1. Konsep Penentuan Lokasi
Gambar 5. 1 Pemilihan alternatif lokasi pusat perbelanjaan
(Sumber : Peta Administratif/Analisis penulis, 2011)
a) Alternatif 1 Kecamatan Ujung Pandang, dengan luas 2,63 km2. 1) Berada pada Kawasan Pusat Kota, dengan fungsi sebagai pusat
perdagangan, pelayanan sosial, dan kawasan pemukiman.
2) Terdapat aktifitas perkantoran, mall, sekolah, rumah sakit, pusat
perbelanjaan.
3) Lokasi yang cukup startegis dan relatif mudah dicapai dari segala arah.
4) Terdapat potensi pendukung berupa sarana permukiman.
5) Tersedianya sarana dan prasarana seperti kelengkapan jaringan utilitas
yang memadai.
33
b) Alternatif 2 Kecamatan Rappocini, dengan luas 9,23 km2. 1) Berada pada Kawasan Pemukiman Terpadu, dengan fungsi sebagai
pusat perdagangan, pemerintahan, perkantoran dan sebagai pusat
pelayanan kota berdasarkan arah perkembangan.
2) Tersedianya lahan kosong untuk mendukung perencanaan.
3) Terdapat fasilitas pendukung berupa bangunan komersil dan sarana
permukiman.
4) Tersedianya sarana dan prasarana kota seperti jaringan utilitas yang
memadai dan jaringan transportasi.
5) Terdapat jalur MAMMINASATA yang menjadi inti pengembangan wilayah
terpadu.
c) Alternatif 3 Kecamatan Tamalanrea, dengan luas 31.84 km2.
1) Berada pada Kawasan Pendididkan Terpadu,
2) Tersedianya lahan kosong untuk mendukung perencanaan.
3) Terdapat fasilitas pendukung berupa bangunan komersil dan sarana
permukiman.
4) Tersedianya sarana dan prasarana kota seperti jaringan utilitas yang
memadai dan jaringan transportasi.
5) Terdapat jasa pelayanan sosial dan pendidikan.
Tabel 5. 1 Kriteria Pemilihan Lokasi
6)
7)
8)
9)
10)
11)
12)
Keterangan : 4 = sangat baik; 3 = cukup baik; 2 = kurang baik
(Sumber : Analisis penulis, 2011)
Dari kedua alternatif pemilihan lokasi diatas, berdasarkan
kriteria yang ada maka terpilih lokasi di kawasan permukiman terpadu.
No Kri teria
Bo bot
Alt. 01 Kec.
U. Pandang
Alt. 02 Kec.
Rappocini
Alt. 03 Kec.
Tamalanrea N B x N N B x N N B x N
1 A 30 4 120 4 120 4 120 2 B 20 2 40 4 80 3 60 3 C 25 3 75 4 100 4 100 4 D 10 3 30 4 40 4 40 5 E 15 3 45 3 45 3 45 Jumlah 100 330 375 365
34
Gambar 5. 2 Peta lokasi terpilih di kawasan permukiman terpadu
(Sumber : Peta Kecamatan Makassar)
2. Konsep Pemilihan Tapak a) Tujuan
Untuk mendapatkan tapak yang sesuai untuk sebuah
bangunan museum yang mampu mewadahi kegiatan yang
berlangsung didalam maupun diluar bangunan selain itu dapat
mendukung fungsi dan kualitas lingkungan
b) Dasar pertimbangan 1) Berada pada kawasan budaya
2) Aksebilitas yang mudah
3) Kedekatan fasilitas-fasilitas yang terdapat disekitar tapak baik yang
sejenis maupun sebagai penunjang
4) Kondisi lingkungan yang mendukung
5) Adanya fasilitas penunjang berupa utilitas kota
Kecamatan Rappocini
02
01
35
c) Kriteria 1) Mempunyai ungkapan historis dengan lingkungan sekitarnya yang
dapat menunjang nilai-nilai bangunan dan isinya (koleksi)
2) Terdapat fasilitas pendidikan, pemukiman sebagi penunjang
aktivitas museum
3) Tersedianya jaringan utilitas kota berupa jaringan air bersih, telpon,
listrik.
4) Jalur transportasi kendaraan pribadi dan angkutan umum yang
mudah diakses.
Berdasarkan kriteria diatas terdapat 2 alternatif tapak, yaitu :
1). Alternatif I ; Jl. Aroepala, dengan batas – batas :
(a) Bagian utara berbatasan dengan Jl. Aroepala.
(b) Bagian selatan berbatasan dengan lahan kosong.
(c) Bagian barat berbatasan dengan pemukiman dan sungai.
(d) Bagian timur berbatasan dengan Jl. Lingkungan dan lahan kosong
Gambar 5. 3 Penentuan site, alternatif 1
(Sumber: Google Earth/Analisis penulis, 2011)
Prediksi site :
(a) Tapak merupakan sebuah lahan kosong.
(b) Dekat dengan pemukiman penduduk dan fasilitas penunjang
lainnya.
36
(c) intensitas kemacetan sangat rendah.
(d) Pencapaian mudah diakses dan sangat memungkinkan untuk
dilalui, baik kendaraan pribadi maupun umum.
(e) Kawasan tersebut merupakan areal pengembangan kota yang
terhubung dengan jalur MAMMINASATA.
2). Alternatif ll ; Jl. Sultan Alauddin, dengan batas – batas :
(a) Bagian utara berbatasan dengan pemukiman.
(b) Bagian selatan berbatasan dengan jl. Sultan Alauddin
(c) Bagian barat berbatasan dengan pemukiman dan beberapa
bangunan komersial.
(d) Bagian timur berbatasan dengan pemukiman.
Gambar 5. 4 Penetuan tapak, alternatif 2
(Sumber: Google Earth/Analisis penulis, 2011)
Prediksi site : (a) Dekat dengan pemukiman penduduk dan fasilitas-penunjang
lainnya.
(b) Tapak diperkirakan agak kecil sehingga kurang efektif untuk
menampung sebuah fasilitas perbelanjaan, yang pada akhirnya
berpengaruh pada sirkulasi dalam tapak.
(c) Jalan Sultan Alauddin sering terjadi kemacetan, dengan katalain
keberadaan fasilitas pusat perbelanjaan akan menambah dan
mempengaruhi faktor tesebut.
37
(d) Jalan didepan tapak merupakan jalan poros yang menghubungkan
antar Kabupaten.
(e) Pencapaian mudah diakses sebab merupakan jalur 2 arah dan
sangat memungkinkan untuk dilalui, baik kendaraan pribadi maupun
umum.
Tabel 5. 2 Kriteria Pemilihan Lokasi
Keterangan : 4 = sangat baik; 3 = baik; 2 = cukup baik; 1 = kurang baik
(Sumber : Analisa penulis, 2011)
Berdasarkan penjabaran pemilihan alternatif tapak yang
telah di analisis, dan dengan memperhatikan kriteria yang ada,
maka tapak yang dipilih adalah alternatif I .
Gambar 5. 5 Tapak terpilih Jl. Aroepala
Kriteria Bobot Alternatif I Alternatif II N B x N N B x N
1 30 4 120 3 90
2 25 4 100 3 75
3 25 4 100 4 100
4 20 3 60 3 60
Jumlah 100 422 365
38
(Sumber: Google Earth/Analisis penulis, 2011)
3. Analisis tapak a) Existing condition
Gambar 5. 6
Existing Condition (Sumber : Analisa Penulis, 2011)
b) Orientasi matahari
39
Gambar 5. 7
Orientasi terhadap arah matahari dan angin (Sumber : Analisa penulis, 2011)
1) Orientasi Matahari
(a) Arah tapak sedikit menyerong dari utara, untuk menghindari
adanya sinar matahari langsung dan pengoptimalan cahaya
matahari masuk ke dalam bangunan.
(b) Pengoptimalan bukaan-bukaan pada sisi bangunan untuk
mendapatkan cahaya matahari.
(c) Untuk daerah yang paling banyak menerima sinar matahari
(Barat-Timur) dapat dilindungi dengan penanaman pohon
pelindung, sun screen dan konsol penahan panas untuk
meminimalisir cahaya matahari. 2) Arah angin
(a) Orientasi bangunan akan mengikuti arah angin sebagai
adaptasi bangunan terhadap arah angin sehingga dapat
mengurangi beban angin.
(b) Untuk pemanfaatan arah angin sebagai penghawaan alami
akan di alirkan pada ruang-ruang melalui banyak bukaan
jendela dan area terbuka pada daerah tertentu.
c) View ke tapak
Keterangan :
40
: View sangat baik, : View baik, : View kurang baik.
Gambar 5. 8 View kedalam tapak
(Sumber : Analisa penulis, 2011)
d) View dari tapak
Keterangan :
: View sangat baik, : View baik, : View kurang baik.
Gambar 5. 9 View keluar tapak
(Sumber : Analisa penulis, 2011)
1) View dari dalam tapak ke luar.
View terbaik adalah view ke arah selatan yaitu kearah Jl.
Aroepala, dimana jalan tersebut merupakan jalan utama yang
meghubungkan dari arah barat kota ke timur kota. Sedangkan view
yang mengarah barat, merupakan pandangan yang mengarah ke
jalan lingkungan dan sungai. Hal ini berpengaruh terhadap
perletakan massa bangunan, yaitu terhadap ruang-ruang yang
butuh view menarik, seperti restoran, kafe, dan fasilitas ruang
terbuka lainnya.
2) View dari luar tapak ke dalam tapak.
41
View atau sudut pandang terbaik dari luar ke bangunan
adalah dari arah selatan, maka pada area dengan view terbaik
diberi desain yang lebih menarik. Selain dari itu, juga dapat
diwujudkan dengan menjauhi bentuk bangunan yang simetris
karena bentuk simetris mempunyai kesan selesai dan tidak dapat
mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan dan
pengembangan. e) Tingkat kebisingan pada tapak
Gambar 5. 10
Tingkat kebisingan pada tapak (Sumber : Analisa penulis, 2011)
Secara keseluruhan pengaruh kebisingan tidak begitu besar
bagi sebuah Museum Seni Rupa, pengaruh kebisingan hanya perlu
dipertimbangkan untuk pengaturan perletakan kelompok ruang
pengelola, dan ruang-ruang.
Daerah yang tingkat kebisingannya cukup tinggi yaitu berada
pada daerah Selatan tapak, daerah merupakan jalan utama dari
arah barat kota menuju arah timur kota Makassar (area
Intensitas kebisingan
sangat tinggi, perlu
penyesuaian vegetasi &
jarak bangunan
Intensitas kebisingan rendah,
tidak perlu penyesuaian dalam
perletakan ruang
42
pengembangan jalur MAMMINASATA). Di sebelah Barat tapak,
merupakan jalan lingkungan yang nantinya direncanakan sebagai
akses kendaraan motor sehingga tingkat kebisingannya cukup
rendah.
f) Penanganan Kebisingan
Gambar 5. 11
Penanganan tingkat kebisingan pada tapak (Sumber : Analisa penulis, 2011)
Penanganan masalah kebisingan dapat diatasi dengan cara :
(1) mengadakan penanaman pohon di area-area yang tingkat
kebisingannya cukup tinggi.
(2) memberi jarak antara massa bangunan dengan jalan raya
g) Penzoningan
Salah satu faktor yang erat hubungannya dengan zoning tapak
adalah faktor kebisingan, dimana zona publik diletakkan pada area
yang memiliki tingkat kebisingan cukup tinggi, zona semi publik dan
Penanaman
vegetasi untuk
mereduksi
kebisingan Space untuk
sirkulasi luar
bangunan, dan
parkir kendaraan
Penempatan massa
bangunan yang ditarik
mundur sebagai respon
dari faktor kebisingan jln.
raya/utama.
43
zona servis diletakkan pada area yang kurang bising dan zona privat
diletakkan pada area yang tidak bising atau tenang.
Penataan zona bertujuan untuk mengoptimalisasikan
penggunaan lahan guna menghindari rancangan yang tidak sesuai
dengan tapak. Penataannya harus disesuaikan dengan kondisi
lingkungan serta fungsi-fungsi yang memudahkan aktifitas pelaku
kegiatan.
Gambar 5. 12
Penzoningan pada tapak (Sumber : Analisa penulis, 2011)
Zona public : Parkir kendaraan.
Zona semi public : Area Permuseuman
Zona private : Area pengelola.
Zona service : Gudang, ruang ME, dll. B. Pendekatan Mikro
1. Pendekatan Bentuk dan Penampilan Bangunan Penampilan bangunan museum sangat menentukan keberhasilan
bangunan tersebut. Bentuk bangunan ini tetap mengacu pada fungsi
dasar bangunan yakni sebagai pusat pelestarian benda-benda budaya,
44
oleh karena itu bentuk bangunan tetap pula mencerminkan kekokohan
sebagai ungkapan keamanan. Namun disisi lain harus pula menampung
aktivitas keterlibatan masyarakat dan peningkatan aktivitas pihak
pengelola museum itu sendiri, jadi harus pula mengesankan keterbukaan
dan keakraban dengan liongkungan sekitarnya.
Pertimbangan-pertimbangan yang dapat dipergunakan dalam
mendesaian bentuk bangunan antara lain:
a. Mencerminkan fungsinya sebagai wadah pelestarian dengan bentuk-
bentuk kekokohan dan monumentalis sehingga muncul rasa aman.
b. Bangunan secara spesifik mencerminkan keterbukaan dengan material
dan desain, keakraban yang disesuaikan dengan bentuk-bentuk yang
mudah dikenali oleh masyarakat (komunikatif) sehingga rasa memiliki
dapat terbina dan akhirnya dapat menjadi kebanggaan masyarakat.
c. Bentuk bangunan haruslah memperhatikan pengaruh alam dan
keserasian dengan lingkungan sekitarnya.
d. Bentuk bangunan harus pula memberi kesan dinamis sesuai dengan
fungsi bangunan.
e. Bentuk bangunan haruslah sejalan dengan ciri arsitektur kota.
Gambar 5. 13
Bentuk penampilan bangunan (Sumber : Analisa penulis, 2011)
45
2. Pendekatan Pola Hubungan Ruang Pola hubungan ruang merupakan perwujudan dari hubungan
kegiatan yang ada pada ruang tersebut. Pola hubungan ruang berfungsi
untuk menganalisa tingkat keeratan ruang satu dengan yang lainnya.
Jenis-jenis pola hubungan ruang, yaitu:
a. Radial
Beberapa kelompok kegiatan dimana masing-masing kelompok
mempunyai kegiatan utama
Gambar 5. 14
Pertimbangan :
1) Kegiatan memiliki orientasi yang terpusat
2) Adanya keteraturan organisasi ruang secara keseluruhan
3) Bentuk dapat mengembang keluar lingkupnya.
b. Grid
Sejumlah kegiatan yang mengarahkan pada satu titik
Gambar 5. 15 Pertimbangan :
1) Mempermudah pencapaian
2) Kompleksitas kegiatan yang diwadahi
46
3) Dinamis, dapat digeser
c. Cluster
Terdiri dari beberapa kelompok kegiatan yang sama-sama menerima
kesamaan visual
Gambar 5. 16 Pertimbangan :
1) Jangkauan merata kesegala arah
2) Adanya pemusatan aktivitas
3) Pencapaian antara unit satu dan unit lainnya efektif
4) Luwes, dapat menerima perubahan, dan pertumbuhan tanpa
merubah karakternya
5) Memiliki orientasi dan persamaan visual
d. Linear
Sejumlah kelompok kegiatan yang mempunyai hubungan yang hampir
sama
47
Gambar 5.17 Pertimbangan :
1) Mempermudah pola pengembangan
2) Kesan kemudahan terhadap arah bangunan
3) Fleksibel dan tanggap terhadap bentuk bangunan
3. Pendekatan pola sirkulasi Kriteria penentu pola sirkulasi pada ruang pameran:
a. Kelancaran gerak dan keleluasan pengunjung dalam mengamati objek
pameran.
b. Terjadinya kelangsungan gerak antar wadah
c. Optimasi pengamatan detail materi objek koleksi
d. Fleksibel dalam pengaturan dan perubahan pengamatan objek koleksi
e. Ketegasan bentuk dan alur jalur pengunjung yang fleksibel
f. Mendukung proses penghayatan dari ojek yang satu ke objek yang
lain.
4. Macam objek Koleksi Koleksi museum seni rupa adalah semua benda yang berguna
sebagai bahan sejarah alam dan budaya, sehingga tidak semua benda
dapat dijadikan sebagai materi koleksi
5. Macam objek koleksi dalam Museum Seni Rupa di Kota Makassar : a. Kelompok benda realita
Benda kelompok ini yang dikonservasi adalah benda-benda asli yang
kondiisi dan ukurannya masih dapat ditoleransi untuk dapat dimuat
diruang pamer
b. Kelompok benda tiruan
Pengadaan benda tiruan atau benda reproduksi ini untuk melengkapi
koleksi yang kondisinya sudah rusak atau hancur, ukurannya tidak
memungkinkan untuk dipamerkan dan koleksi yang sangat terbatas
jumlahnya sehingga dibuat dalam bentuk miniatur atau replica, yaitu :
1) Miniatur rumah tradisional
2) Patung dan alat-alat perang
3) Replica lain yang dianggap langka
c. Kelompok benda penunjang
48
Yang termasuk benda penunjang adalah benda-benda dari bahan
kertas/foto atau lukisan, yaitu:
1) Lukisan/gambar panorama alam
2) Foto-foto kebudayaan
3) Slide dan kaset film
6. Penyajian koleksi Dalam penyajian materi koleksi, hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
a. Klasifikasi materi koleksi
b. Sfat/karakter materi koleksi
c. Ukuran materi koleksi
d. Sisi dan detail yang akan dtonjolkan
e. Kesan yang akan ditampilkan
Teknik tata materi koleksi pameran hendaknya ditampilkan secara utuh.
Pada museum dikenal 8 teknik penyajian/system tata pameran, yaitu:
(1) Pajangan
Memamerkan secara langsung benda-benda koleksi dengan penataan
tertentu baik baik benda asli maupun replikasi, ditampilkan secara 2
dimensi, 3 dimensi baik dari satu sisi, dua sisi, tiga sisi atau dari segala
sisi
(2) Diorama
System pameran dengan penggambaran suatu peristiwa, atau cerita
dalam bentuk relief-relief atau patung-patung yang diharapkan mampu
menggambarkan kejadian dan kebenarannya ( seolah-olah hidup),
yang ditampilkan secara 2 dimensi
(3) Patung peraga
Menggambarkan suatu kegiatan berupa peragaan dalam bentuk
patung-patung, dapat dinikmati dari satu sisi, dua sisi, tiga sisi atau
segala arah.
(4) Audio
Penyajian pameran dengan memperdengarkan suara melalui tape
recorder, seperti: lagu-lagu, syair-syair, dan alat music.
49
(5) Visual
Penyajian pameran dengan cara memperlihatkan gambar-gambar,
sketsa, grafik, data-data, foto, slide proyektor dan lain-lain, dengan
keterangan berupa tulisan.
(6) Audio-visual
System penyajian materi pameran dengan cara gambar-gambar dan
suara sehingga kejadian yang ditampilkan benar-benar hidup melalui :
TV, video, laser disc dan proyektor.
(7) Perpustakaan
Dapat diperkaya dengan membuat buku-buku yang berisikan
penjelasan/ ringkasan materi secara lengkap untuk menambah
wawasan pengunjung.
(8) Edukatif
penyajian materi koleksi dengan cara tatap muka antara pengunjung
dengan pihak yang mengerti tentang materi koleksi. Dapat berupa
ceramah, uraian, Tanya-jawab, diskusi maupun seminar.Dalam hal ini
dapat dibantu dengan vasilitas audio, visual, benda-benda, dan audio-
visuual.
7. Konsep Kebutuhan Ruang a. Unsur pelaku kegiatan
1) Pengunjung
Pengunjung museum terdiri beberapa unsur, yakni:
a) Pelajar dan Mahasiswa
b) Wisatawan mancanegara dan nusantara
c) Masyarakat umum
2) Pengunjung di museum dapat berupa perorangan maupun
rombongan.
b. Kegiatan pengunjung
50
a) Apresiasi, mencari informasi, menikmati dan mengawasi koleksi,
menikmati dan mengamati objek pameran temporer,
diskusi/ceramah dan membaca koleksi perpustakaan
b) Rekreasi, menikmati dan mengamati koleksi, dan mengamati objek
pameran dan menikmati suasana pameran.
c. Pola kegiatan pengunjung
Skema 5. 1 Pola Kegiatan Pengunjung
d. Pengelola
Pengelola museum bertugas mengolah, membina kegiatan museum
baik secara teknis, ilmiah dan administrasi dengan kegiatan-
kegiatannya. Pengelola museum terdiri dari : konservator, curator,
laboran, register, preparatory, edukator/ instruktur, administrator,
pustakawan dan karyawan.
e. Kegiatan pengelola
1) Kegiatan Preservasi/ konservasi
a) Mengumpulkan, memelihara, mengawetkan dan menyelidiki
benda-benda koleksi
b) Mendokumentasikan, member deskripsi yang jelas dan
memproduksi kembali benda-benda untuk kebutuhan peragaan.
c) Mengadakan penelitian mengenai benda-benda koleksi untuk
pengembangan budaya
51
d) Meregistrasi benda-benda koleksi yang masuk dan yang rusak.
2) Kegiatan edukasi/pendidikan
a) Pemutaran film/slide tentang kebudayan daerah Buton dan
perkembangannya
b) Perpustakaan menyediakan koleksi buku sebagai sumber
literature dan informasi
c) Pertemuan/ceramah/seminar ilmiah mengenai sejarah, seni,
teknologi dan ilmu pengetahuan
d) Pembuatan program/jadwal kegiatan pendidikan
e) Penerbitan buku dari hasil penelitian untuk pengembangan dan
pembinaan apresiasi koleksi budaya
f) Mengadakan tukar menukar informasi, koleksi dari pameran
didalam dan diluar daerah/negeri yang menyangkut masalah
kebudayaan untuk kepentingan museum
g) Penerbitan brosur, majalah.
3) Kegiatan administrasi
Kegiatan administrasi berupa sistem manajemen dan prosedur
pengelolahan dibutuhkan dalam penyelenggaraan kegiatan
museum secara umum agar lebih efektif dan efisien yang akan
menunjang kelancaran dan koordinasi program kegiatan museum.
4) Kegiatan penelitian
a) Kegiatan penelitian intern, dilakukakn oleh pengelola untuk
pkepentingan ilmu pengetahuan
b) Kegiatan penelitian ekstern, dilakukan oleh pengunjung baik
untuk pengembangan ilmu pengetahuan maupun untuk
penyaluran rasa ingin tahu.
5) Kegiatan penunjang/service
Sebagai penunjang kegiatan museum baik interen maupun ekstern
yang bersifat service/teknis yang diberikan kepada pengelola dan
pengunjung.
52
f. Pola kegiatan pengelola
Skema 5. 2
Pola Kegiatan Pengelola
g. Pola sirkulasi benda-benda koleksi
Skema 5. 3
Pola Kegiatan Pengelola
h. Pengelompokan kegiatan
Datang Side Entrance
Laboratorium Konservasi
Rg. dokumnetasi
Rg. Penyimpanan sementara
Gudang
Rg. Pameran Tetap
Rg. dokumentasi
Studio Preservasi
Rg. Pameran Temporer
Datang
Parkir pengelola
Parkir
Rg. Pengelola sesuai bidang masing-masing
Istrahat
53
Kegiatan yang dilakukan di Museum di Kota Makassar ini dapat dibagi
dalam 2 kelompok, yaitu:
1) Kegiatan internal
Kegiatan yang bersifat kedalam untuk mengatur pelaksanaan
kegiatan museum, yaitu:
a) Kegiatan preservasi / konservasi
b) Kegiatan administrasi
c) Kegiatan penelitian
d) Kegiatan keamanan
2) Kegiatan eksternal
Kegiatan yang bersifat keluar untuk melayani public, yaitu:
a) Kegiatan pameran tetap
b) Kegiatan pameran temporer
c) Kegiatan perpustakaan
d) Pelaksanaan kegiatan
8. Konsep besaran Ruang a. Kelompok Ruang Pameran
1) Program kegiatan
a) Pemakai dan aktifitas
(1) Petugas museum seksi preparasi dan edukasi yang bertugas
menjelaskan kepada pengunjung bila diperlukan segala
sesuatu tentang bahan koleksi yang dipamerkan.
(2) Pengunjung dapat dibedakan atas:
(a) Pengunjung rombongan (anak sekolah, mahasiswa,
dan umum)
(b) Pengunjung perorangan atau umum
(c) Wisatawan
(d) Pengunjung ahli (tenaga peneliti dan mahasiswa)
Maksud kunjungan:
• Bersifat pengenalan
• Penelitian
• Bersifat rekreatif
b) Intensitas kegiatan
54
Pelaksana kegiatan pada museum di Kota Makassar, dikoprasikan
dengan kegiatan pada instansi pemerintah yang ada.
(1) Hari Senin-Jumat Pkl.08.00-16.00
(2) Hari Sabtu perbaikan
(3) Hari minggu dan hari libur libur
2) Sifat kegiatan
Sifat kegiatan pada ruang pameran pada umumnya rekreatif bagi
pengunjung umum dan formal bagi pengunjung pameran yang ingin
meneliti.
b. Standar dan besaran ruang
1) Kebutuhan ruang
a) R. pamer tetap
b) R. Pamer temporer
c) Hall
d) Lobby
e) Loket Tiket
f) Penitipan Barang
g) Informasi
2) Hubungan ruang
Dasar-dasar pertimbangan pola hubungan ruang yaitu:
a) Adanya persamaan sifat dan karakteristik kegiatan yang diwadahi
b) Efisiensi pencapaian pada kegiatan yang berlangsung
c) Adanya kontinuitas hubungan antar bagian
Rg. Pamer tetap
Rg. Pamer Temporer
Hall
Lobby
Loket Tiket
Rg. Penitipan Barang
Rg. informasi
55
Skema 5. 4
Pola Hubungan Ruang Kelompok Ruang Pameran Keterangan : Hubungan erat
Berhubungan
Tidak berhubungan
3) Standar dan besaran ruang
Perhitungan besaran ruang didasarkan pada pertimbangan-
pertimbangan:
a) Macam dan fungsi ruang
b) Jumlah pelaku kegiatan
c) Studi perabot dan fasilitas peralatan yang dibutuhkan
d) Pola gerak statis dan dinamis dari pelaku kegiatan
e) Standar besaran ruang yang menjadi persyaratan
Standar besaran ruang yang digunakan, yaitu:
a) Time saverbStandar for Building Types (TSS)
b) Pembakuan Rencana Induk Permuseuman (PRIP)
c) Neufert Architect Data (NAD)
d) Human Dimension (HD)
e) Building Planing and Design Standard (BPDS)
Untuk mengetahui pertambahan pengunjung sampai tahun
2020 agar mengantisipasi pertambahan jumlah pengunjung yang
meningkat dapat diproyeksikan dengan rumus geometri sebagai
berikut:
Dimana :
Pt : Jumlah pengunjung tahun proyeksi
Po: Jumlah pengunjung tahun terakhir
r : Presantase pertambahan
n : selisih tahun sekarang dan prediksi
Prediksi jumlah pengunjung
Pt = Po (1+r)n
56
P2020 = 130.862 (1 + 2,44% ) 10
= 130.862 ( 1,61 )
= 210.687,82
= 210.688
Tabel 5. 3 Besaran ruang Unit Kegiatan Pameran
No. Jenis Ruang Kapasitas
( orang )
Standar
(m²/orang)
Luas (m²) Sumber
1. Pameran tetap
Rg. Pamer foto,peta, lukisan
Furniture 20%
Rg. Pamer patung / diorama
Furniture 20%
106
106
6,25
6,25
662,5
132,5
662,5
132,5
TSS
TSS
2. Pameran Temporer (50% pameran tetap)
Furnitur 20%
53
6,25 331,25
66,25
TSS
3. Hall / Lobby utama (50% pengunjung) 53 1,8 95,4 TSS
4. Rg. Istrahat / lobby 53 1,8 95,4 TSS
5. Loket Tiket ( 2 ruang) 2 2,0 8 TSS
6. Rg. Penitipan Barang 53 0,15 7,95 TSS
7. Rg. Informasi 1 3,0 3 TSS
Sub Total = 2197,25
Sirkulasi 30% = 659,175
57
Total = 2856,425
Skema 5. 5 Pola SIrkulasi Unit Pameran
c. Kelompok Ruang Konservasi/preservasi
1) Program kegiatan
a) Pemakai dan aktifitas
Berdasarkan macam kegiatan yang diwadahi, maka pelaku
kegiatan pada kelompok ruang preservasi/konservasi adalah :
curator, konservator, laboran, dan register.
Kegiatan konservasi/preservasi :
(1) Mengumpulkan benda-benda koleksi
(2) Meneliti benda-benda koleksi
(3) Mendokumentasikan benda-benda koleksi
(4) Memproduksi kembali benda-benda koleksi yang aslinya bila
sidah tidak ada (lukisan, gambar/foto).
b) Intensitas kegiatan
Pelaksanaan kegiatan pada ruang konservasi adalah:
(1) Kegiatan rutin setiap hari : Pukul 08.00-16.00 WITA
(2) Hari minggi dan hari Raya : ditutup
c) Sifat kegiatan
Sifat kegiatan yang terjadi pada kelompok ruang
preservasi/konservasi adalah formal karena mmerlukan ketelitian,
keahlian yang memerlukan kerja otak dan fisik.
Main Entrance Rg. Penerima
Rg. Informasi
Rg. Penitipan
Pameran
Pameran Tetap
58
d) Standar dan besaran ruang
(1) Kebutuhan ruang
(a) Rg. Konservasi
(b) Workshop Restorasi
(c) Workshop Preparasi
(d) Rg. Penerimaan dan pengiriman koleksi
(e) Rg. Penyimpanan
(f) Rg. Pengemasan
(g) Rg. Registrasi dan Publikasi
(h) Laboratorium
(i) Rg. Obat dan peralatan laboratorium
(j) Studio foto
(k) Gudang alat
(2) Hubungan ruang
Dasar pertimbangan:
(a) Efisiensi pencapaian pada kegiatan yang berlangsung
(b) Persamaan sifat dan karakteristik kegiatan yang
diwadahi
(c) Kontinuitas hubungan antar bagian
Keterangan : Hubungan erat
59
Berhubungan
Tidak berhubungan
(3) Penentuan kapasitas ruang
Tabel 5.4
Besaran Ruang Unit Kegiatan Preservasi/konservasi
No. Jenis Ruang Kapasitas (orang)
Standar (m²/orang) Luas (m²) Sumber
1 Rg. Konservator 4 4,2 16,8 TSS
2 Workshop Restorasi 4 10 40 NAD
3 Workshop preparasi 4 10 40 NAD
4 Rg. penerimaan dan pengiriman 3 8 24 NAD
5 Rg.Penyimpanan koleksi (10% pameran tetap) 159 Asumsi
6 Rg. pengemasan 3 25 75 Asumsi
7 Rg. registrasi dan publikasi 2 8 16 Asumsi
8 laboratorium 4 11 44 TSS
9 Rg. Obat dan peralatan lab 30,8 Asumsi
10 Studio foto 1 45 45 TSS
11 Gudang alat (40% workshop) 32 Asumsi
60
Sub total 522,6
Sirkulasi 25% 130,65
Total 653,25
e) Sirkulasi
Kelompok kegiatan preservasi/konservasi merupakan kegiatan
yang berperan penting dalam museum karena bertugas menangani
secara langsung koleksi yang ada dalam museum. Kegiatannya
membutuhkan konsertasi, kedisplinan dan kefisienan sehingga
ruang-ruang yang dibutuhkan saling berhubungan erat dan terkait
satu sama lain serta sivatnya privat
Pola Sirkulasi Kegiatan Konservasi/Preservasi
Skema 5.6
C. Kelompok Ruang Pelayanan Umum a. Program kegiatan
1. Pemakai dan aktifitas a) Pengunjung, yang dibedakan atas:
Pengunjung rombongan (biasanya anak sekolah, mahasiswa dan
umum)
Pengunjung perorangan
b) Aktifitas pengunjung
Penerimaan Penyimpanan Preserasi
Registrasi/
studio foto
Konservasi
Pengemasan
61
Pengunjung perorangan : ruang informasi, membeli tiket, melapor
kepiket dan menitip barang, selanjutnya keruang yang akan
dikunjungi atau dituju
Pengunjung rombongan : ruang informasi, ruang pendidikan untuk
mendapatkan pengarahan dari curator, selanjutnya keruang yang
akan dituju.
c) Pengelola Pustakawan, bertugas memberikan pelayanan informasi maupun
penyediaan buku dengan perlengkapannya yang dibutuhkan
pengunjung
Tenaga keamanan / piket, bertugas member informasi dan
menjaga keamanan barang pengunjung yang dititipkan keruang
penitipan barang
Seksi preparasi dan edukasi, bertugas menjelaskan kepada
pengunjung bila diperlukan tentang hal-hal yang berkaitan dengan
museum.
2. Sifat kegiatan Sifat kegiatan pada ruang edukatif ( perpustakaan) adalah formal dan
pada ruang auditorium tergantung pada jenis kegiatan yang
dilaksanakan.
3. Standar dan besaran ruang a) Kebutuhan ruang Hall Perpustakaan
Rg. Penitipan
Rg. Pengembalian dan peminjaman
Rg. baca
Rg. koleksi Buku
Rg. Pengelola
Rg. Fotocopy
Rg. Komputer
Rg. Auditorium
Rg. Kontrol/alat
62
Rg. Edukasi
Lavatory
b) Hubungan ruang Dasar-dasar pertimbangan penentuan pola hubungan ruang, yaitu:
Adanya persamaan sifat dan karakteristik kegiatan yang
diwadahi dalam hal ini kegiatan pelayanan umum dan edukasi
Efisiensi pencapaiain pada kegiatan yang berlangsung
Adanya kontinuitas hubungan antar bagian.
Pola Hubungan Ruang Kelompok Ruang Pelayanan Umum
Skema 10 Keterangan : Hubungan
berhubungan
Tidak Berhubungan
63
c) Penentuan Kapasitas Ruang
Tabel 3 Besaran Ruang Unit Pelayanan Umum
No Jenis Ruang Kapasitas Standar
(m²/org) Luas (m²) Sumber
1 Perpustakaan
Hall Perpustakaan 20 % pengunjung 22 orang 1,8 TSS
R. Penitipan Barang 11 orang 0,15 TSS
R. Peminjaman/ Pemgambilan Buku 2 orang 4,46 TSS
R. Baca 20% pengunjung 22 orang 2,8 TSS
R. Koleksi Buku 1.000 Buku 52 buku/m² TSS
R. Foto Copy 1 unit 4 BPDS R. Komputer 3 unit 3,25 BPDS R. Pengelola 4 Orang 4,46 TSS
R. Edukasi (1 rombongan 4 orang) 40 orang 4,2 TSS
R. Kabag Udukasi 4 orang 4,46 TSS 2 Auditorium R. Auditorium 106 orang 1,5 TSS R. Kontrol/Alat 2 orang 4 Asumsi R. Proyektor 2 orang 4 Asumsi R. Ganti Asumsi
3 Lavatory 11 orang 2,3 TSS Sub Total 603,23 m² Sirkulasi 20% 120,646 m² Total 723,86 m²
d) Sirkulasi
Sirkulasi pada kelompok kegiatan pelayanan umum menggunakan
sirkulasi linear, yaitu ruang-tuang yang dibutuhkan tersusun secara
deret dan berurutan dengan flow sirkulasi sekunder yaitu jalur
sirkulasi yang terbentuk akan mengarahkan pelaku kegiatan dari
satu ruang keruang yang lain.
64
Skema 11 Pola Sirkulasi Pelayanan Umum
D. Kelompok Ruang Adminstrasi a. Program Kegiatan
1) Pemakai dan aktifitas kepala museum, bertugas memimpin segala aktifitas yang terjadi di
museum, baik dalam bidang teknis, ilmiah dan administrasi kepala tata usaha, bertugas memimpin pengelolaan system
adminstrasi yang menunjang kelancaran dan koordinasi kegiatan
museum tenaga keuangan, bertugas mengelola masalah keuangan dimuseum
dalam rangka efisiensi dan efektifitas penggunaan dana yang
dipergunakan dalam penyelenggaraan museum tenaga kepegawaian dan rumah tangga, bertugas mengelola segala
administrasi dan segala keperluan pegawai museum dalam mennjang
kelancaran dan koordinasi kegiatan di museum tenaga pelayanan, bertugas menyiapkan konsumsi dan keperluan
lainnya bagi semua karyawan museum. 2) Intensitas kegiatan Hari Senin – Jumat 08.00-16.00 WITA
Rg. Koleksi Rg. Koleksi Rg. Koleksi
Rg.Komputer Adminstrasi Perpustakaan
Hall Perpustakaan
Rg. Koleksi
Auditorium Rg. Kontrol
Gudang
65
Hari Sabtu Perbaikan Hari Minggu dan Hari Raya Libur
3) Sifat kegiatan Sifat kegiatan pada kelompok ruang administrasi adalah :
setiap langka kegiatan ditentukan kedisplinan dan etos kerja dalam melaksanakan tugasnya selalu dalam suasana formal hubungan kerja sesame staf semi formal dan berkelompok hubungan kerja terhadap pengunjung bersifat formal dan intim
b. Standar dan besaran ruang
1) Kebutuhan Ruang Rg. Tamu
Rg. Sekretaris
Rg. Arsip
Rg. Rapat
Rg. Keuangan
Rg. Kepala Tata Usaha
Rg. Kepegawaian
Lavatory
2) Hubungan ruang Pertimbangan hubungan ruang kelompok administrasi adalah:
Efisiensi pencapaian pada kegiatan yang berlangsung Persamaan sifat kegiatan dan karakteristik kegiatan yang diwadahi Adanya kontinuitas hubungan antar bagian
66
Skema 12 Pola Hubungan Ruang Kelompok Ruang Administrasi
Keterangan :
Hubungan erat
Berhubungan
Tidak berhubungan
c. Penentuan Kapasitas Ruang
Tabel 4 Besaran Ruang Unit Kegiatan Administrasi
No Jenis Ruang Kapasitas
(orang) Standar
(m²/orang) Luas (m²)
Sumber
1 Rg. Tamu 8 orang 0,8 6,4 TSS
2 Rg.Kepala Museum 1 orang 12,20 12,20 TSS
3 Rg. sekretaris 1 orang - 6 TSS
4 Rg.Administrasi 8 orang 4,46 35,68 TSS
5 Rg.Keuangan 6 orang 4,46 26,76 TSS
6 Rg. Kepegawaian 10 orang 4,46 44,6 TSS
7 Rg. Pengelola Pameran 6 orang 4,46 26,76 TSS
8 Rg. Rapat 40 orang 2,0 80 Asumsi
67
9 Rg. Arsip - - 10 TSS
Lavatory TSS
Pria 1 wc + 2 urinoir 1(2,5)+2(2,2) 4,9
Wanita 2 wc+2 wastafel 2(2,5)+2(1,2) 7,0
Sub Total 304,90 m²
Sirkulasi 25% 76, 225 m²
Total 381,125 m²
d. Sirkulasi
Kegiatan adminstrasi sifatnya privat, sehingga dalam sirkulasi
membutuhkan sirkulasi yang terpisah dalam sirkulasi umum. Tugas utama
bidang ini adalah menyelenggarakan pelayanan umum adalah bidang
administrasi, sehingga tidak berhubungan langsung dengan koleksi
museum ataupun public.
Skema 13 Pola Sirkulasi Kegiatan Administrasi
E. Kelompok Ruang Service/Penunjang a. Program Kegiatan
Entarnce R. Tamu
R. sekretaris R. Direktur
R. Rapat R.Keuangan
R.Tata Usaha
R.Kepegawaian
R. Rapat
68
1. Pelaku dan aktifitas a) Tenga keamanan, bertugas menjaga keamanan dan ketertiban
dalam kompleks museum
b) Tenaga mekanik, bertugas menjaga, memelihara, serta memperbaiki
alat mekanikal dan engineering yang digunakan dalam museum
c) Tenaga pelayanan, bertugas melayani pengunjung yang berada di
kafetaria dan ruang souvenir atau bursa buku.
d) Pengelola dan pengunjung dengan aktifitas
Memarkir kendaraan ditempat yang ditentukan
Melaksanakan ibadah/shalat bagi umat islam
2. Intensitas kegiatan Berlangsung terus-menerus kecuali terjadi hal-hal yang diluar
kemampuan manusia.
3. Sifat kegiatan a) Kegiatan petugas keamanan bersifat disiplin tetapi bersahabat
terhadap pengunjung.
b) Setiap kegiatan tenaga mekanikal bersifat disiplin, teliti dan rajin.
c) Pengelola dan pengunjung dalam melaksanakan ibadah bersifat
tenaga dan khusus.
d) Kegiatan diluar museum bersifat khusus.
4. Standar dan besaran ruang a) Kebutuhan ruang Rg. Sekuriti
Rg. ME
Mushallah
Rg. Souvenir/Bursa Buku
Kafetaria
Pantri
Telpon Umum
69
Gudang
Lavatory
Parkir
b) Hubungan Ruang Dasar pertimbangan pola hubungan ruang adalah:
Persamaan sifat dan karakteristik kegiatan yang diwadahi
Efisiensi pencapaian pada kegiatan yang berlangsung
Adanya kontinuitas hubungan antar bagian
Pola Hubungan Ruang Kelompok Ruang Service/Penunjang Skema 14
Keterangan : Hubungan Erat
Berhubungan
Tidak Berhubungan
70
c) Penentuan kapasitas ruang
Tabel 5 Besaran Ruang Unit Kegiatan Penunjang/ service
No Jenis Ruang Kapasitas (orang)
Standar (m²/orang)
Luas (m²) Sumber
1 R. Security - - 25 Asumsi 2 R. ME R. AHU - - 30 Asumsi R. Genset - - 16 Asumsi R. Pompa - - 16 Asumsi R. Kontrol - - 16 Asumsi R. PABX - - 12 Asumsi R. Sound Sistem - - 12 Asumsi
3 R. Monitor 16 Asumsi
4 R.souvenir (15% pengunjung) 16 orang 1,7 27,2 NAD
5 Kafetaria 50 orang 2 100 NAD 6 Pantry - - 25 NAD 7 (25% kafetaria) 8 R. Telepon Umum 4 unit 1,8 7,2 HD 9 Mushallah 6 orang 0,9 5,4 NAD Lavatory
Pria 1 wc+ 2 urinoir 1(2,5)+2 (1,2) 4,9 TSS
Wanita 2wc+2 wastafel 2(2,5)+2 (1,2) 7,0 TSS
Sub Total 315,70m² Sirkulasi 78,925 m²
Total 394,625 m²
b. Sirkulasi Pola sirkulasi kegiatan ini didasarkan atas pertimbangan :
Kegiatan yang bersifat service
Tidak mengganggu kegiatan lain dan dapat menjangkau semua
kegiatan
Terpisah dari sirkulasi pengunjung dan berda pada area service,
kafetaria lavatory, telepon umum, dan ruang souvenir ditempatkan pada
area publik.
71
Skema 15 Pola Sirkulasi Kegiatan Penunjang/Service
c) Rekapitulasi besaran ruang :
Unit kegiatan pameran : 2.856,425m²
Unit kegiatan preservasi/konservasi : 653,25m²
Unit pelayanan umum : 723,86m²
Unit kegiatan administrasi : 381,125m²
Unit kegiatan penunjang/service : 394,625m²
Luas : 5.009,285m²
Sirkulasi 30% : 1.502,784m²
Jumlah : 6.512,069m² Perhitungan kebutuhan parkir :
Parkir motor Luas parkir motor berdasarkan 2 motor berbanding 100m² luas lantai
bangunan museum.
Luas lantai bangunan : 6.512,069 m²
Jumlah parkir motor : (6.512,06m² / 100m²) X 2 motor
: 130,24 motor ∞ 130 motor
Standar luas parkir motor yang dipakai adalah 1,50m²/motor
Luas parkir motor : 130 motor x 1,50m²
: 195 m²
Entrance
Parkir
Parkir Hall Khusus
Hall/Lobby
Pameran
Penunjang/
Service
72
Parkir mobil Luas parkir mobil berdasarkan 1 mobil berbanding 100m² luas lantai
bangunan museum
Jumlah parkir mobil : 6.512,06 m²
: (6.512,06 m² / 100m²) X 1 mobil
: 65,12 mobil ∞ 65 mobil
Standar luas parkir mobil yang dipakai adalah 15m²/mobil
Luas parkir mobil : 65 mobil x 15m²
: 975,00 m²
Jumlah luas parkir : parkir motor + parkir mobil
: 49,5m² + 975,00 m²
: 1.024,5 m²
Sirkulasi 30% : 307,35m²
Total luas parkir : 1.511,85m²
Penentuan luas site Rencana untuk lantai ground floor diasumsikan 30% dari luas bangunan
= 30% x 6.512,069m²m2
= 1.953,62 m2
Buliding Coverage Ratio (BCR) mengambil perbandingan yaitu 40%
terbangun : 60% tidak terbangun.
Luas tapak yang tidak terbangun:
= 60% : 40% x 1.953,621 m2
= 2.930,43 m² d) Luas tapak Luas tapak = luas ground floor + luas tapak tidak terbangun + luas area
parkir
= 1.953,62 m² + 2.930,43 m² + 1.511,85 m²
= 6.095,1 m² ∞ 0,6 Ha Koefisien Lantai Bangunan
Jumlah lantai gedung Museum Seni Rupa di Makassar:
Koefisien Lantai Bangunan = luas total : luas ground floor
= 6.512,069 m² : 1.953,62 m2
= 3.33 ∞ 4 lantai
73
F. Penentuan sistem struktur bangunan a. Sistem struktur
1) Sub struktur Sub struktur menggunakan pondasi poor Plat dengan pertimbangan:
a) Pelaksanaannya mudah
b) Kualitas lebih terjaga, sebab merupakan produk pabrik
c) Untuk pondasi dengan kedalaman maksimal
d) Stabil terhadap beban
2) Super struktur Jenis super struktur yang sesuai untuk bangunan bentang lebar
adalah jenis struktur rangka. Struktur rangka, merupakan struktur
bangunan yang bertumpu pada tiang dan balok. Balok merupakan
bagian pertama yang menerima beban bangunan dari lantai yang
bersangkutan, kemudian beban tersebut diteruskan ke bawah melalui
tiang–tiang. Sedangkan sistem balok dan kolomnya menggunakan
sistem slab dengan pertimbangan efektif dan efisien serta antisipasi
segala arah gaya horizontal.
3) Upper struktur Menggunakan atap kombinasi struktur beton dengan pertimbangan:
a) Fungsi atap sebagai isolasi panas
b) Pelaksanaan mudah
c) Dapat mencapai bentangan lebar
Seluruh bangunan menggunakan atap struktur beton baik bangunan
utamanya, entrance, pos jaga maupun ruang service.
4) Modul a) Modul dasar adalah modul yang didasarkan pada ukuran tubuh dan
area gerak tubuh. Untuk mendapatkan besarnya terlebih dahulu
diketahui unit dasar kemudian ditetapkan dimensinya yang dapat
mewakilinya.
b) Modul fungsi merupakan modul ruang yang didasarkan pada fungsi
ruang yang direncanakan. Terlebih dahulu diketahui unit fungsi,
selanjutnya ditetapkan dimensi yang mewakili. Dari luas unit terkecil,
74
angka 30 cm merupakan kelipatan terkecil yang dapat menjadi interval
dari besaran 60, 90, 120, 150, 180, dan seterusnya. Dengan demikian
modul dasar yang dapat diwakili adalah ukuran 30 cm atau 0,3 m.
c) Modul perancangan merupakan kelipatan modul fungsi, dimana harga
dasarnya ditetapkan dengan satuan m (meter). Bentuk kelipatannya
biasanya mencapai 0,9 m; 1,8 m; 2,7 m; 3,6 m; 7,2 m; 8,1 m; 9 m; 12
m dan seterusnya.
5) Material Bahan material, yang digunakan terdiri dari :
a) Bahan lantai, material yang digunakan yaitu:
Lantai menggunakan tegel keramik dikombinasikan dengan tegel
granit bertekstur kasar 60 cm x 60 cm pada hall/lobby dan
entrance. Lantai keramik juga digunakan pada ruangan yang
berukuran besar seperti ruang koleksi dan ruang baca, dan
ruang display.
Lantai marmer ukuran 30 cm x 30 cm digunakan pada ruang
pengelola administrasi dan teknis, ruang penunjang dan ruang
service.
Lantai karpet digunakan pada ruang multimedia, ruang seminar,
ruang audiovisual, ruang microfilm/CD-DVD, ruang pimpinan,
dan mushollah.
b) Bahan dinding, material yang digunakan yaitu:
Material dinding terbuat dari batu bata, partisi dari kayu dan kaca,
acoustic board dan gypsumboard. Khusus pada ruang yang
menimbulkan suara gaduh dilapisi dengan bahan kedap suara dari
karpet dan kayu.
c) Bahan plafond, material yang digunakan yaitu:
Plafond pada setiap ruang dan koridor-koridor menggunakan bahan-
bahan yang dapat menyerap bunyi seperti gypsumboard.
75
d) Bukaan Untuk pintu dan jendela menggunakan bahan aluminium dengan
daun jendela kaca transparan untuk memaksimalkan cahaya alami
ke dalam ruang-ruang dan mencapai kesan terbuka.
e) Tata lampu Lampu-lampu yang digunakan adalah jenis lampu tanam (down
light), kecuali pada daerah void menggunakan lampu gantung.
f) Warna Pada ruang yang membutuhkan suasana tenang terutama pada area
koleksi, pameran, dan baca digunakan warna-warna lembut misalnya
warna putih, hijau, kuning dan krem. Disamping memberikan
perasaan tenang juga memberi perasaan gembira.
b. Pendekatan Pengkondisian Bangunan 1) Pencahayaan
Pencahayaan merupakan faktor penting dalam keberhasilan
penyajian materi-materi koleksi. Namun perlu diingat bahwa
pencahayaan merupakan salah satu penyebab kerusakan dari benda-
benda tersebut. Pendekatan sistem pencahayaan ruang pameran
didasarkan atas :
Memberikan keindahan dan kenyamanan pengunjung agar
terhindar dari silau
Keamanan koleksi dari pengaruh radiasi sinar/cahaya
2) Sistem pencahayaan terbagi atas dua, yaitu: a) Pencahayaan alami ( Natural lighting)
Diketahui bahwa efek dari cahaya matahari dapat mengakibatkan
kerusakan pada benda-benda koleksi yakni berkurangnya kekuatan
dan dapat mengakibatkan memudarnya warna dan pamor dari
benda koleksi
Dasar pertimbangan sistem pencahayaan alami
Mengurangi cahaya siang yang masuk kedalam bangunan
(mengandung sinar ultraviolet)
76
Kenyamanan pengunjung
Silau oleh bangunan sekitar
Luas dan fungsi ruang
Jangkauan penyinaran ke dalam ruang 6-7 m
Cara pencahayaan alami :
Pencahayaan alami digunakan untuk ruang yang bukan
untuk koleksi seperti ruang administrasi dan kafetaria.
Galleri lain yang tidak memuat benda sensitif digunakan
penerangan langsung berupa skylight, gable kaca dengan
panel metal.
Penggunaan cahaya matahari sedapatnya tidaklah
dijatuhkan secara fokus pada benda-benda koleksi.
Membuat lubang angin kemudian dipantulkan melalui
dinding.
b) Pencahayaan buatan ( Artifical lighting ) Hal-hal yang diperhatikan dalam pencahayaan buatan : Penempatan sumber cahaya
Tingkat sensitifitas benda yang akan disinari (pada ruang
pameran)
Kenyamanan penglihatan pengamat (pada ruang pameran)
Kenyamanan penglihatan untuk para pengelola
Luas yang akan diterangi
Jenis lampu yang akan digunakan
Alternatif pencahayaan buatan : Pengaturan intensitas dan berkas cahaya yang
mendapatkan kualitas yang ditimbulkan yakni menciptakan
kesan yang luas (visual space)
Sistem pencahayaan butan sedapat mungkin tidaklah
memecah perhatian para pengunjung sehingga perhatian
pengunjung tetap terarah pada benda pajangan.
Untuk mengontrol efek yang tidak diinginkan dapat ditempuh
cara:
77
Arah datangnya sinar harus diluar sudut pandangan mata
30°C.
Pemakaian kaca diffuse (pembaur) ataupun kaca bias
untuk pembelokan arah cahaya.
3) Persyaratan umum pencahayaan buatan a) Kuat penerangan
Kuat penerangan umum yang dibutuhkan tergantung pada
kualitas kegiatan ruang bersangkutan.
b) Tuntutan penerangan Tabel 6
Penerapan penerangan
Tuntutan
sangat
sederhana
Tuntutan
sederhana
Tuntutan
sedang
Tuntutan
tinggi
Tuntutan
sangat tinggi
Lampu
malam di
luar
gedung
Gudang,
WC (kamar
kecil)
Kamar
mandi,
kamar
tidur
Ruang
hidup, ruang
kerja, dapur,
dan
sebagainya
Ruang
hidup, ruang
kerja, dapur
dan
sebagainya
30 – 60 Lux 60-120 Lux 120-150
Lux 250-500 Lux
600-1000
Lux
Sumber : Ilmu Konstruksi Perlengkapan dan Utilitas Bangunan, Heinz Frick dan Pujo.L Setiawan
4) Sistem pencahayaan buatan Dapat ditempuh beberapa pola distribusi pencahayaan untuk efektifitas
dan sebagai pendukung penampilan bangunan
a) Pencahayaan langsung Digunakan pada ruang yang tidak memuat koleksi, selain itu
digunakan juga pada lobby untuk memanfaatkan lingkungan yang
terang.
78
Kelebihannya:
Dapat diarahkan menurut pola tertentu
Ekspresif, kuat, tegas, dan dinamis
b) Pencahayaan diffuse Dapat menciptakan ruang visual yang padat pola tertentu
Menampilkan ekspresi tenang dan lembut
c) Pencahayaan tak langsung Dapat menampilkan ekspresi dekoratif, misteri dan dinamis.
5) Penggunaan jenis lampu a) Flourecent (TL) Radiasi ultra violet kecil
Memberikan spektrum netral dan efek panas kecil
Berkas cahaya merata
b) Tungsten Filament (Pijar) Efek ultra violet kecil
Spektrum cahaya lebih hangat dan hidup
Berkas cahaya lebih memusat, seperti spot light cocok untuk
penyinaran jarak jauh
Dimensi relatif kecil dan mudah diarahkan, terutama untuk
pemasangan titik-titik lampu secara dekoratif.
6) Pencahayaan buatan, bersumber: a) PLN sebagai sumber utama.
b) Genset sebagai sumber cadangan yang akan bekerja secara
otomatis saat pasokan listrik dari PLN padam dengan
menggunakan Automatic Transfer Switch (ATS).
7) Pendekatan Sistem Penghawaan Pengkondisian udara dimaksudkan sebagai jaminan terciptanya
suasana ruang yang nyaman serta memberikan gairah dan kebetahan
dalam ruangan. Persyaratan ideal bagi pengkondisian ruang yaitu:
79
a) Temperatur normal antara 20°C-26°C, dengan kelembaban antara
40-55 %
b) Kebutuhan udara rata-rata 20-30 m³/jam/orang
c. Faktor yang mempengaruhi kondisi udara dalam ruangan yaitu: 1. Jumlah pemakai ruang dan jenis kegiatannya
2. Pengaruh iklim
3. Pengaruh, pengaruh lain berupa polusi udara oleh kendaraan
4. Pengaruh bahan bangunan yang mempunyai sifat-sifat refleksi, absorsi
dan penetrasi panas.
1) Penghawaan alami Penghawaan alami tergantung dari volume dan besarnya ruang
serta cara penempatan dan besaran lubang ventilasi. Sifat
penghawaan alami tidak konstan dan sangat tergantung pada
kondisi.
Sistem penghawaan alami yang diusulkan adalah sistem ventilasi
horizontal (cross ventilation), yaitu pengaliran udara dari satu sisi ke
sisi lainnya dengan memperhatikan kedudukan bangunan, arah dan
kecepatan angin.
a) Udara masuk ke dalam bangunan melalui ventilasi dan bukaan
pada bangunan.
b) Lubang keluar udara sama luas dengan lubang masuk udara
c) Lubang masuk tinggi, lubang keluar rendah menimbulkan kantong
udara dibawah lubang masuk
d) Dengan kasa-kasa ventilasi
e) Bukaan pada bangunan diletakkan pada daerah-daerah tertentu.
f) Penghawaan alami dapat dilakukan dengan vegetasi di sekitar
bangunan.
g) Keberadaan pohon disekitar bangunan selain sebagai unsur
estetika juga sebagai filter udara.
2) Penghawaan buatan Penghawaan yang kurang dikontrol dapat menyebabkan
kelembaban dan suhu yang tinggi dapat merangsang pertumbuhan
lumut dan jamur.
80
Untuk mengantisipasi perubahan iklim dan msuknya kuman-kuman
perusak koleksi serta untuk menjaga kenyamanan pengunjung,
maka digunakan berbagai penghawaan buatan pada bangunan
dengan tujuan mencapai kondidi ideal temperatur yakni berkisar
20°C-26°C. Pada benda-benda organi diusakan kelembaban
mencapai 50% dan ruang koleksi dalam 24 jam menggunakan
penghawaan buatan agar tetap dalam suhu 16°C.
Sistem penghawaan yang digunakan adalah sistem
penghawaan buatan yang menggunakan AC central dan
didistribusikan ke seluruh ruangan, khusus untuk ruang pengelola
digunakan AC split. Sementara untuk ruang-ruang service
menggunakan exhaust fan.
Jenis-jenis alat penyegar udara antara lain:
a) AC window, alat penyegar udara ruang berukuran kecil dengan
kapasitas 0,4 - 2,2 KW di mana 1 ton refrigerant (TR) = 1,25 KW.
b) Alat penyegar udara kecil sering disebut indoor unit. Unit mesin
dapat dipasang di lantai (floor type), di dinding (wall type) dan
langit-langit (ceiling type), unit lainnya disebut outdoor unit yang
dihubungkan dengan indoor, disebut AC split dan AC multisplit.
c) Mesin penyegar udara yang sedang, unit indoornya untuk
menyalurkan udara dingin ke tempat yang jauh dibantu dengan
ducting.
d) Alat penyegar udara sentral, suatu system penyegar udara untuk
mendinginkan udara pada ruangan yang besar, sehingga unit
memerlukan ruangan tersendiri.
3) Akustik
Untuk mencegah kebisingan dalam ruang digunakan bahan-
bahan akustik pada finishing lantai, dinding dan plafond. Bahan
tersebut berupa gypsum board, bahan kayu dan karpet. Selain itu
mencegah kebisingan dari luar dan dalam bangunan dengan
memanfaatkan pepohonan sebagai peredam.
81
d. Sistem Utilitas dan Kelengkapan Bangunan 1) Sistem Transportasi
Sebagai alat transportasi vertikal digunakan alat transportasi
berupa tangga yang sekaligus berfungsi sebagai tangga darurat. Serta
disediakan lift barang untuk mengangkut benda-benda koleksi dan materi
pustaka atau peralatan lainnya.
2) Sistem Jaringan Elektrikal Sumber daya listrik pada bangunan ini berasal dari PLN yang
didistribusikan ke seluruh bangunan. Sebagai cadangan dipakai sumber
tenaga dari genset yang ditempatkan pada ruang mekanikal. Genset
akan bekerja secara otomatis apabila listrik padam dalam waktu 5 detik.
Genset untuk keadaan darurat yang dilengkapi dengan system
Uninterupted Power Supply (UPS) atau persediaan daya bebas
gangguan terutama untuk melayani ruang-ruang di dalam bangunan
seperti ruang digital, multimedia, ruang kontrol, kantor pengelola, dan
lain-lain. Hal ini dimaksudkan apabila listrik padam, 70% dari sirkuit listrik
bangunan tetap berfungsi.
Skema16 : Jaringan Listrik (Sumber : Analisis Penulis)
PLN
GARDU METERAN ATS TRAFO
GENSET
MAIN
PANEL
KEBAKARA
STOP KONTAK
PENERANGAN
PERLENGKAPAN BANGUNAN
PANEL LAMPU
DARURAT
TAMAN
&
R.PAMERAN
S
S
S S S
82
3) Sistem Jaringan Telekomunikasi a) Saluran telepon, diperlukan sistem panel-panel terminal telepon
melalui penggunaan PABX (Private Automatic Branch Exchange),
penggunaan terminal utama menuju titik-titik yang diperlukan dengan
mempersiapkan panel distribusi saluran telepon dan kabel telepon
dalam bangunan.
b) Telepon umum untuk pengunjung perpustakaan.
c) Sistem lain yang berhubungan dengan jaringan telepon, seperti
terminal komputer lewat modem, faximili dan telex.
Skema 17: Jaringan Telekomunikasi (Sumber : Analisis Penulis)
4) Sistem Komputerisasi
Sistem jaringan komputerisasi yang digunakan adalah sistem
jaringan Lokal Area Network (LAN) yang merupakan suatu system
komunikasi data yang menghubungkan komputer atau peralatan
komunikasi data dengan kecepatan transmisi yang tinggi.
LISTRIK
OPERATOR
CONSOLE
SURGE ARRESTOR
RECTIFIER
PT.TELKOM PABX BATTERAY
B-TLP TIAP LANTAI
MDF TELEPON
A
R
D
E
83
5) Sistem Pengadaan Air Bersih Air bersih diperoleh dari PDAM dan sumur (deep well) yang
kemudian ditampung dalam reservoir bawah kemudian melalui pompa
naik ke atas untuk ditampung dalam reservoir atas kemudian disalurkan
secara gravitasi melalui pipa air bersih yang ada dalam shaft plumbing
ke unit-unit yang membutuhkan.
Skema 18: Jaringan Air Bersih (Sumber : Analisis Penulis)
6) Sistem Pembuangan Air Kotor a) Air hujan disalurkan melalui talang pipa langsung dibuang melalui
saluran terbuka dan tertutup kemudian diteruskan ke saluran riol kota.
b) Air berlemak dari dapur, dibuang melewati bak peresapan untuk
membuang lemaknya, kemudian diteruskan ke riol kota.
c) Air kotor dari lavatory disalurkan melalui pipa-pipa di atas plafond
yang diteruskan ke shaft vertikal dan selanjutnya ke lantai dasar untuk
disalurkan ke bak penampungan, kemudian ke tempat clorisasi
dilanjutkan ke riol kota.
PIPA PDAM METERAN AIR
RESERVOIR BAWAH
PAM DEEP WELL
PAM
RESERVOIR ATAS
UNIT BANGUNAN
84
i.
j.
Skema 19: Jaringan Air Kotor (Sumber : Analisis Penulis)
7) Sistem Pembuangan Disposal Padat Kotoran dari closet kamar mandi/WC disalurkan ke septic tank dan
peresapan, kemudian diangkut ke tempat pembuangan limbah terakhir.
8) Sistem Pembuangan Sampah a) Secara horizontal sampah dikumpulkan dari tiap-tiap unit dan
selanjutnya diangkut dengan mobil sampah dan dibuang ke tempat
pembuangan akhir.
b) Secara vertikal sampah dibuang melalui shaft sampah dari tiap
lantai. Sampah ditampung pada bak sampah di lantai dasar
bangunan, kemudian diangkut mobil sampah.
Skema 20: Jaringan Pembuangan Sampah
(Sumber : Analisis Penulis)
LAVATORY
WASTAFEL
DAPUR
PLUMBING SHAFT
BAK PERSIAPAN SEPTIC TANK
BAK KONTROL
SALURAN RIOL KOTA
SALURAN AIR DALAM BANGUNAN AIR HUJAN
SAMPAH TEMPAT SAMPAH PORTABLE
PENAMPUNGAN SEMENTARA (TAPAK)
TRUK SAMPAH TPA
85
9) Sistem Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran 1) Sistem pencegahan pasif g. Penerangan darurat :
(a) Menggunakan sumber daya baterai
(b) Adanya lampu indicator dan penerangan pada pintu keluar dan koridor
sebagai alat bantu evakuasi.
2) Sistem pencegahan aktif (a) Alat deteksi asap (smoke detector)
Guna mendeteksi adanya asap pada ruang-ruang yang jarang dimasuki
seperti gudang sehingga dapat menanggulangi kebakaran secara dini dan tidak
ditempatkan pada ruang yang kemungkinan terdapat asap seperti dapur.
(b) Alat deteksi panas (heat detector) Dapat membedakan adanya suatu bahaya kebakaran dengan kenaikan
temperatur. Panas pada ruang tertentu yang kurang terawasi dapat dideteksi
saat panasnya meningkat.
(c) Sprinkle Alat ini akan menyemburkan air secara otomatis apabila katup pengamannya
pecah akibat meningkatnya suhu (60º-70º C) dalam ruangan. Jarak antara
sprinkler ± 5 m. Untuk ruang koleksi dan ruang khasanah, sprinkle yang
digunakan tidak menggunakan media air karena akan merusak koleksi. Tetapi
menggunakan gas asam-arang (CO2), argon ( Ar), atau high-expansion busa
sehingga tidak akan merusak koleksi apabila terjadi kebakaran.
(d) Fire hydrant Sebagai sumber pemadam sementara menunggu pemadam kebakaran tiba di
lokasi. Terdiri atas selang air dengan panjang 25 m dan diletakkan pada area
tiap lantai dengan jarak 25 – 30 m.
(e) Tabung portable (exthinguiser) yang sifatnya independent, berisi pemadam aktif CO2, ditempatkan pada
daerah-daerah yang mudah dijangkau misalnya tangga.
(f) Pemadam api dengan kabut dan bahan kimia untuk mengindari kerusakan bahan-bahan
bangunan yang mudah terbakar, maka perlu dipergunakan pemadam kebakaran
dengan kabut kimia, yaitu bahan kimia kering (power dry chemical), untuk
86
menghindari kerusakan bahan-bahan koleksi dan perlengkapan bangunan yang
mudah terbakar ditempatkan pada ruang koleksi dan ruang baca.
(g) Sistem Penangkal Petir Sistem penangkal petir yang digunakan adalah sangkar faraday. Sistem ini
merupakan pengembangan sistem tongkat Franklin dengan menambahkan
konduktor horizontal.Pada prinsipnya seperti franklin tetapi dibuat memanjang
atau berbentuk sangkar sehingga jangkauan lebih luas.Sistem ini dipakai pada
bangunan yang punya atap yang luas. Dalam satu bangunan menggunakan
lebih dari 4 spit sebagai penangkal petir.
Gambar 21: System Sangkar Faraday
(Sumber : Utiltas Bangunan)
(h) Sistem Keamanan Pencegahan terhadap kriminalitas dalam bangunan ini dilakukan dengan
menyediakan fasilitas pengamatan dan pencegahan :
1) Meletakkan lubang ventilasi yang sukar dijangkau.
2) Menerapkan sistem perencanaan satu pintu keluar masuk, pintu lain
digunakan untuk staf dan bongkar muat barang.
3) Menempatkan alarm system dan alat pendeteksi dekat dengan meja
sirkulasi, di mana jika buku dan benda-benda koleksi keluar melewati alat
ini tanpa ada catatannya di komputer, maka akan mengaktifkan alarm.
(Thompson Godfrey,1976)
87
4) Sistem CCTV, untuk memonitor segala penjuru bangunan yang
diperkirakan dapat menjadi tempat terjadinya kriminalitas seperti
pencurian dan sebagainya. Peralatan yang diperlukan adalah kamera,
monitor televisi, kabel koaksial, timelaps video records, dan ruangan
security.
5) Sistem alarm, yang diaktifkan pada waktu-waktu tertentu untuk melindungi
barang dan dokumen berharga yang mungkin disimpan atau dipamerkan
dalam gedung.
6) Satuan Pengamanan (Satpam) yang bertugas 24 jam serta menggunakan
petugas perpustakaan dalam mengawasi lalu lintas koleksi dan
pengunjung.
88
DAFTAR PUSTAKA
- Arihady S dan Tahir Mustari, 1995, MUSEUM NEGERI PROPINSI
SULAWESI SELATAN, Makassar.
- Sukimin, Drs., A.W. 2005. Kesenian Seni Rupa dan Desain. Surakarta: Tiga
Serangkai.
- www.wikipedia.com
- Diksi Rupa, Mikke Susanto, DictiArt Lab & Djagad Art House, Yogyakarta&Bali
2011
- http// diskusisenirupa.wordpress.com/
- Soesatyo (1981). Metodik Khusus Pendidikan Seni Rupa. Yogyakarta: FKSS