KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii...

339
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN KRITIK HOLISTIK DISERTASI OLEH M A S D U K I T140306004 PROGRAM STUDI S3 LINGUISTIK MINAT UTAMA BIDANG PENERJEMAHAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA MEI 2011

Transcript of KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii...

Page 1: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user i

KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN

TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN KRITIK HOLISTIK

DISERTASI

OLEH M A S D U K I

T140306004

PROGRAM STUDI S3 LINGUISTIK MINAT UTAMA BIDANG PENERJEMAHAN

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

MEI 2011

Page 2: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ii

KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN

TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN KRITIK HOLISTIK

DISERTASI

Untuk Memperoleh Gelar Doktor dalam Bidang Linguistik Minat Utama Linguistik Penerjemahan

Dipertahankan di Hadapan Dewan Penguji pada Sidang Senat Terbuka Terbatas

di Bawah Pimpinan Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta Profesor Dr. Ravik Karsidi, MS

pada Hari Rabu 4 Mei 2011

Oleh: Masduki

NIM: T140306004

PROGRAM STUDI S3 LINGUISTIK

MINAT UTAMA BIDANG PENERJEMAHAN PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA MEI 2011

Page 3: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iii

KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN

TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN KRITIK HOLISTIK

Oleh

M a s d u k i NIM: T140306004

TIM PEMBIMBING

1. Prof. Dr. Sri Samiati Tarjana .……………………. Promotor

2. Prof. Dr. Thomas Soemarno, M.Pd ……....……… Ko-Promotor

Page 4: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iv

KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA:

PENDEKATAN KRITIK HOLISTIK

DISERTASI Untuk Memperoleh Gelar Doktor dalam Bidang Linguistik

Minat Utama Linguistik Penerjemahan Dipertahankan di Hadapan Dewan Penguji

pada Sidang Senat Terbuka Terbatas Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta

pada Tanggal 4 Mei 2011 Oleh Masduki

Lahir di Kediri, 1 April 1973 DEWAN PENGUJI: 1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS (…………………………….) (Penguji utama) 2. Prof. Drs. Suranto, MSc., Ph.D (…………………………….) (Sekretaris merangkap anggota) 3. Prof. Dr. Sri Samiati Tarjana (…………………………….) (Promotor merangkap anggota) 4. Prof. Dr. Thomas Soemarno, MPd (…………………………….) (Ko-Promotor merangkap anggota) 5. Prof. Dr. H. D. Edi Subroto (…………………………….) (Anggota) 6. Prof. Dr. Soepomo Poedjosoedarmo (…………………………….) (Anggota) 7. Prof. Drs. MR Nababan, MA., MEd., Ph.D (…………………………….) (Anggota) 8. Dr. Tri Wiratno, MA (……....…………………….) (Anggota)

Mengetahui, Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta

Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS

NIP:

Page 5: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user v

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Masduki

NIM : T140306004

Program : Pascasarjana UNS

Program Studi : S3 Linguistik

Tempat/Tanggal Lahir : Kediri, 01 April 1973

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa disertasi saya yang berjudul:

KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST

TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN KRITIK HOLISTIK

adalah asli (bukan cuplikan) dan belum pernah diajukan oleh penulis lain untuk

memperoleh gelar akademik tertentu. Semua temuan, pendapat, atau gagasan orang

lain yang dikutip dalam disertasi ini ditempuh melalui tradisi akademik yang berlaku

dan dicantumkan dalam sumber rujukan dan atau dalam daftar pustaka.

Apabila kemudian terbukti pernyataan ini tidak benar, kami sanggup menerima

sanksi yang berlaku.

Surakarta, 4 Mei 2011

Yang membuat pernyataan

Masduki

Page 6: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vi

Be firm in principle, flexible in creation, make compromises if necessary…

Buat mutiara-mutiaraku:

Annaura Nabilla Masduki Annajwa Ahima Masduki

kuserahkan tongkat estafet ini kepada kalian…

Page 7: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadlirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas

terselesaikannya penulisan disertasi ini. Disertasi ini mengambil judul “Kesepadanan

Makna dan Gaya di dalam Novel The Highest Tide dan Terjemahannya: Pendekatan

Kritik Holistik”, yang terdiri dari enam bab yaitu (1) pendahuluan, (2) kajian pustaka,

landasan teori, dan kerangka pikir, (3) metodologi penelitian, (4) sajian data,

(5) pokok-pokok temuan dan pembahasan, dan (6) simpulan, implikasi temuan, dan

rekomendasi. Disertasi ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan kritik

holistik dengan aspek-aspek yaitu: aspek objektif (dokumen novel The Highest Tide

dan terjemahannya Pasang Laut), aspek genetik (penerjemah novel), dan aspek

afektif (pembaca hasil terjemahan novel).

Peneliti mengucapkan banyak terima kasih atas terselesaikannya disertasi ini

kepada:

a) Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS, selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Solo yang

telah memberikan kesempatan belajar di universitas ini.

b) Prof. Dr. Ir. H. Ariffin, MS, selaku Rektor Universitas Trunojoyo Madura yang

telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan tugas belajar.

c) Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D, selaku Direktur Program Pascasarjana yang telah

memberikan kesempatan menyelesaikan studi program doktor.

d) Prof. Dr. H. D. Edi Subroto, selaku Ketua Program S3 Linguistik yang telah

memotivasi demi terselesaikannya disertasi ini.

Page 8: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user viii

e) Prof. Dr. Sri Samiati Tarjana, selaku Sekretaris Program S3 Linguistik dan

promotor utama yang penuh ketelatenan dan kesabaran memberikan saran-saran

yang sangat berharga demi terselesaikannya disertasi ini.

f) Prof. Dr. Thomas Soemarno, M.Pd selaku promotor kedua yang penuh kesabaran

telah meluangkan waktunya dan memberikan pencerahan yang sangat berharga

demi terselesaikannya penulisan disertasi ini.

g) Prof. Drs. Nababan, M.Ed., MA., Ph.D, selaku pakar penerjemahan yang telah

memberikan masukan dan saran yang sangat berarti demi terselesaikannya

penulisan disertasi ini.

h) Prof. Dr. Soepomo Poedjosoedarmo, selaku pakar luar yang dengan sabar dan

ketulusan hati memberikan masukan yang sangat berharga terhadap kelancaran

disertasi ini.

i) Dr. Tri Wiratno, MA, yang telah memberikan masukan dan koreksi yang sangat

berarti di dalam penyempurnaan disertasi ini.

j) Drs. Arif Subiyanto, MA, selaku penerjemah novel The Highest Tide yang telah

bersedia diwawancarai dan memberikan keterangan panjang lebar mengenai novel

yang diterjemahkan.

k) Mas Adiloka dan Mas Sugeng Hariyanto, yang telah banyak membantu dalam

bertukar pikiran secara panjang lebar dan memberikan masukan yang cukup

berarti dalam penelitian ini.

Page 9: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ix

l) Dr. Rochayah Machali dan Dr. Ludmilla Stern, selaku tentative advisors yang telah

banyak membantu menyediakan akses dan referensi di University of New South

Wales Australia.

m) Teman-teman di Fairmount St, Lakemba, New South Wales Australia, yang telah

membantu menyediakan akomodasi demi terselesaikannya disertasi ini.

n) Teman-teman s3, Mbah Wardi, Om Kir, Om Rudi, Mas Aris, Om Kanisulam, dan

Om Karsono yang dengan suka-duka menimba ilmu bersama-sama.

o) Segenap dosen Sastra Inggris Unijoyo yang telah mendorong agar disertasi cepat-

cepat terselesaikan.

p) Terkhusus buat istriku tercinta, Alfiah, yang dengan sabar menunggu hingga

terselesaikannya disertasi ini.

q) Pemerintah RI melalui Dirjen Dikti yang telah memberikan beasiswa BPPS dan

kesempatan mengikuti Program Sandwich selama studi program doktor.

Page 10: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user x

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL i

PEMERTAHANAN DISERTASI ii

PROMOTOR DAN KO-PROMOTOR iii

PENGESAHAN iv

PERNYATAAN v

MOTTO vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xvi

DAFTAR BAGAN xvii

DAFTAR GAMBAR xviii

DAFTAR LAMPIRAN xix

DAFTAR SINGKATAN xx

ABSTRAK xxi

ABSTRACT xxiiii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Pembatasan Masalah 9

Page 11: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xi

1.3 Rumusan Masalah 11

1.4 Tujuan Penelitian 11

1.5 Manfaat Penelitian 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,

DAN KERANGKA PIKIR 14

2.1 Kajian Pustaka 14

2.2 Landasan Teori 21

2.2.1 Penerjemah 21

2.2.2 Proses Penerjemahan 25

2.2.3 Makna dan Gaya dalam Penerjemahan 32

2.2.3.1. Definisi Meaning, Denotation, Reference, dan Sense 33

2.2.3.2 Makna Literal dan Makna Figuratif 38

2.2.3.3 Jenis-jenis Makna dalam Penerjemahan 42

2.2.3.4 Gaya 48

2.2.4 Hakikat Susastra 55

2.2.4.1 Novel 58

2.2.4.2 Resume Novel The Highest Tide 63

2.2.4.3 Bagian-bagian Substansi di dalam Novel The Highest Tide 66

2.2.4.3.1 Ungkapan-ungkapan yang Berhubungan dengan Budaya Materi 66

2.2.4.3.2 Ungkapan-ungkapan yang Berhubungan dengan Istilah Ekologi 68

Page 12: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xii

2.2.4.3.3 Ungkapan-ungkapan yang Berhubungan dengan Budaya Sosial 68

2.2.4.3.4 Ungkapan-ungkapan yang Berhubungan dengan Gaya Bahasa 71

2.2.5 Penerjemahan Novel 78

2.2.6 Teori Polisistem 86

2.2.7 Konsep Norma 89

2.2.8 Konsep Kesepadanan 94

2.2.9 Evaluasi Kualitas Terjemahan 103

2.2.10 Parameter Kualitas Terjemahan 108

2.2.11 Pendekatan Kritik Holistik 120

2.3 Kerangka Pikir 122

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 126

3.1 Strategi dan Jenis Penelitian 126

3.2 Sumber Data dan Jenis Data 128

3.3 Teknik Cuplikan 131

3.4 Teknik Pengumpulan Data 133

3.5 Validitas Data 137

3.6 Teknik Analisis Data 139

BAB IV SAJIAN DATA 148

4.1 Sajian Data 148

4.1.1 Kesepadanan Makna dan Gaya 149

Page 13: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xiii

4.1.1.1 Bagian-bagian Substansi di dalam Novel The Highest Tide 149

4.1.1.1.1 Ungkapan-ungkapan yang Berhubungan dengan Budaya Materi 150

4.1.1.1.2 Ungkapan-ungkapan yang Berhubungan dengan Istilah Ekologi 151

4.1.1.1.3 Ungkapan-ungkapan yang berhubungan dengan Budaya Sosial 154

4.1.1.1.4 Ungkapan-ungkapan yang Berhubungan dengan Gaya Bahasa 158

4.1.1.2 Jenis-jenis Makna dan Gaya di Dalam Penerjemahan Novel The Highest Tide 160

4.1.1.2.1 Jenis-jenis Makna 161

4.1.1.2.1.1 Makna Leksikal 162

4.1.1.2.1.2 Makna Situasional atau Kontekstual 164

4.1.1.2.1.3 Makna Tekstual 167

4.1.1.2.1.4 Makna Sosiokultural 170

4.1.1.2.1.5 Makna Implisit 174

4.1.1.2.2 Gaya 177

4.1.1.2.2.1 Penggunaan Pilihan Kata 179

4.1.1.2.2.2 Penggunaan Ekspresi Idiomatik 182

4.1.1.2.2.3 Penggunaan Gaya Bahasa 185

4.1.1.2.2.4 Penggunaan Jenis Bahasa Tertentu 187

4.1.1.2.2.5 Penggunaan Tanda Baca 190

4.1.1.3 Kualitas Kesepadanan 193

4.1.1.3.1 Terjemahan Hampir Sempurna (THS) 195

4.1.1.3.2 Terjemahan Sangat Bagus (TSB) 198

Page 14: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xiv

4.1.1.3.3 Terjemahan Baik (TB) 201

4.1.1.3.4 Terjemahan Cukup (TC) 205

4.1.1.3.5 Terjemahan Kurang (TK) 210 4.1.2 Deskripsi mengenai Penerjemah 213 4.1.2.1 Latar Belakang Penerjemah 213 4.1.2.2 Langkah-langkah Penerjemah dalam Menerjemahkan

Novel The Highest Tide 226

4.1.2.3 Strategi Penerjemah dalam Menerjemahkan Hal-hal yang Khusus dalam Novel The Highest Tide 231

4.1.3 Pemahaman Pembaca 233

BAB V POKOK-POKOK TEMUAN DAN PEMBAHASAN 243

5.1 Pokok-pokok Temuan 243

5.2 Pembahasan 246

5.2.1 Kesepadanan Makna dan Gaya 246

5.2.2 Penerjemah 256

5.2.2.1 Persiapan 260

5.2.2.2 Menerjemahkan 264

5.2.2.3 Mengedit 270

5.2.3 Tanggapan Pembaca 276

5.2.4 Keterkaitan antara Kualitas Kesepadanan Makna dan Gaya, 282 Penerjemah, dan Pemahaman Pembaca

Page 15: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xv

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI TEMUAN, DAN REKOMENDASI 284

6.1 Simpulan 284

6.2 Implikasi Temuan 285

6.3 Rekomendasi 289

DAFTAR PUSTAKA 292 LAMPIRAN

Page 16: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kriteria Penilaian Terjemahan (Rochayah, 2000) 113

Tabel 2.2 Skala dan Definisi Kualitas Terjemahan (Nababan, 2004) 114

Tabel 2.3 Skala Relevansi (Zhonggang, 2006) 117

Tabel 2.4 Kriteria Penilaian Terjemahan dalam Penelitian ini 119

Tabel 5.1: Rekapitulasi Makna dan Gaya di dalam Novel The Highest Tide yang Mengandung Ungkapan-ungkapan Budaya Materi, Istilah Ekologi, Budaya Sosial, dan Gaya Bahasa (N=115) 247 Tabel 5.2 Hasil Penilaian Terjemahan 251

Page 17: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xvii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Proses Penerjemahan (Nida, 1975) 26

Bagan 2.2 Proses Penerjemahan (Nababan, 2003:25) 27

Bagan 2.3 Hubungan Sintakmatik 36

Bagan 2.4 Hubungan Paradigmatik 37

Bagan 2.5 Initial Norm 90

Bagan 2.6 Preliminary Norms 91

Bagan 2.7 Operational Norms 92

Bagan 2.8 Pendekatan Kritik Holistik (Sutopo, 2006:145) 121

Bagan 2.9 Kerangka Pikir 125

Bagan 3.1 Triangulasi Sumber 139

Bagan 3.2 Model Analisis Interaktif (Sutopo, 2006:120) 140

Bagan 5.1 Jenis-jenis Makna dalam Terjemahan Bagian-bagian Substansi Novel The Highest Tide 248

Bagan 5.2 Parameter Gaya dalam Terjemahan Bagian-bagian Substansi

Novel The Highest Tide 249 Bagan 5.3 Proses Penerjemahan Novel The Highest Tide 259

Page 18: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Sea Star atau Starfish 153

Gambar 4.2 Trivial Pursuit 156

Gambar 4.3 Dolar Pasir 169

Gambar 4.4 The Easter Bunny, Santa, The Tooth Fairy 173

Gambar 4.5 Marlboro Man 174

Gambar 5.1 Outline Program TRADOS 2006 263

Gambar 5.2 Contoh Catatan Kaki Penerjemahan Novel HT 266

Gambar 5.3 Contoh Revisi Penerjemahan Novel HT 271

Page 19: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1a Data mengenai Budaya Materi 1

Lampiran 1b Data mengenai Istilah-istilah Ekologi 5

Lampiran 1c Data mengenai Budaya Sosial 9

Lampiran 1d Data mengenai Gaya Bahasa 29

Lampiran 2a Data Makna Leksikal di dalam Novel HT 43

Lampiran 2b Data Makna Situasional di dalam Novel HT 50

Lampiran 2c Data Makna Tekstual di dalam Novel HT 53

Lampiran 2d Data Makna Sosiokultural di dalam Novel HT 54

Lampiran 2e Data Makna Implisit di dalam Novel HT 83

Lampiran 3a Data Paramater Gaya: Penggunaan Pilihan Kata di dalam Novel HT 87

Lampiran 3b Data Paramater Gaya: Penggunaan Ekspresi Idiomatik di dalam Novel HT 114

Lampiran 3c Data Paramater Gaya: Penggunaan Gaya Bahasa di dalam Novel HT 123

Lampiran 3d Data Paramater Gaya: Penggunaan Bahasa Tertentu di dalam Novel HT 126

Lampiran 3e Data Paramater Gaya: Penggunaan Tanda Baca di dalam Novel HT 130

Lampiran 4a Data Terjemahan Hampir Sempurna (THS) Novel HT 111

Lampiran 4b Data Terjemahan Sangat Bagus (TSB) Novel HT 149

Lampiran 4c Data Terjemahan Baik (TB) Novel HT 163

Page 20: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xx

Lampiran 4d Data Terjemahan Cukup (TC) Novel HT 170

Lampiran 4e Data Terjemahan Kurang (TK) Novel HT 173

Lampiran 5 Kuesioner Pembaca 175

Lampiran 6a Kisi-kisi Format Wawancara dengan Penerjemah 177

Lampiran 6b Kisi-kisi Format Wawancara dengan Pakar Penerjemahan 179

Lampiran 7 Hasil Analisis Kuesioner 180

Lampiran 8 Penilaian Ketepatan Terjemahan 184

Page 21: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xxi

DAFTAR SINGKATAN

Bb : Bab

Bsa : Bahasa Sasaran

Bsu : Bahasa Sumber

Chap : Chapter

Hal : Halaman

HT : The Highest Tide

Ind : Indonesia

Ing : Inggris

Pg : Page

PL : Pasang Laut

THS : Terjemahan Hampir Sempurna

Tsa : Teks Sasaran

TSB : Terjemahan Sangat Bagus

Tsu : Teks Sumber

TB : Terjemahan Baik

TC : Terjemahan Cukup

TK : Terjemahan Kurang

005.HT.Chap16.Pg117: Mengandung makna bahwa nomor urut data adalah 005 dan

data ini terdapat dalam novel HT (The Highest Tide) pada

Chapter 16 Page 117

PL.Bb16.Hal161 : Mengandung makna bahwa data ini terdapat dalam novel PL

(Pasang Laut) pada Bab 16 Halaman 161

Page 22: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xxii

ABSTRAK

Masduki. T14036004. Kesepadanan Makna dan Gaya di dalam Novel The Highest Tide dan Terjemahannya: Pendekatan Kritik Holistik. Disertasi. Surakarta 2011. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Tim Pembimbing: Prof. Dr. Sri Samiati Tarjana (Pembimbing I), Prof. Dr. Thomas Soemarno, M.Pd (Pembimbing II).

Penelitian ini mengkaji masalah utama mengenai kesepadanan makna dan gaya di dalam novel The Highest Tide (HT) dan terjemahannya. Analisis kesepadanan makna dan gaya ini difokuskan pada teks di dalam novel HT dan terjemahannya yang mengandung ungkapan-ungkapan budaya materi, istilah ekologi, budaya sosial, dan gaya bahasa. Penelitian ini dipaparkan secara holistik yang digali dari tiga faktor utama, yaitu faktor objektif (novel HT dan terjemahannya), faktor genetik (penerjemah novel HT), dan faktor afektif (pembaca novel HT).

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan kritik holistik. Sumber data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah: (1) dokumen berupa novel HT dan terjemahannya Pasang Laut (PL), (2) penerjemah novel HT, dan (3) pembaca buku terjemahan. Jenis data di dalam penelitian ini adalah: (1) kata-kata, frase-frase, atau kalimat-kalimat yang mengandung ungkapan-ungkapan: budaya materi, istilah ekologi, budaya sosial, dan gaya bahasa yang terdapat pada novel HT; dan (2) kata-kata, frase-frase, atau kalimat-kalimat dari jawaban kuesioner dan hasil wawancara dengan penerjemah novel, pakar penerjemahan novel, dan para pembaca novel terjemahan. Sumber data yang dicuplik adalah sumber data afektif (para pembaca novel) dengan menggunakan teknik purposive sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik simak dan catat, kuesioner, dan wawancara mendalam, dengan teknik analisis model interaktif.

Pokok-pokok temuan di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Pertama, jenis-jenis makna yang ditemukan di dalam penerjemahan ungkapan-ungkapan budaya materi, istilah ekologi, budaya sosial, dan gaya bahasa di dalam novel HT adalah makna leksikal (9,57%), situasional (4,35%), tekstual (1,74%), sosiokultural (70,43%), dan implisit (13,91%). Kedua, parameter gaya yang digunakan yaitu berupa penggunaan pilihan kata (64,35%), ekspresi idiomatik (20%), gaya bahasa (1,74%), kata/ekspresi sesuai tipe teks (8,70%), dan tanda baca (6,96%). Ketiga, penerjemahan novel HT berada dalam rentang nilai 61-75, yaitu termasuk dalam kategori terjemahan baik (74,04%). Penilaian bersifat relatif dan berdasarkan kriteria kurang lebih karena penilaian terhadap padanan makna dan gaya secara objektif sulit dicapai. Keempat, penerjemah novel HT memiliki latar belakang akademik dalam bidang linguistik penerjemahan, mengampu mata kuliah sastra dan penerjemahan, berprofesi sebagai penerjemah profesional selama lebih dari 15 tahun, dan telah menerjemahkan beragam karya terjemahan novel dan bunga rampai baik dalam bentuk buku maupun artikel. Kelima, proses penerjemahan dilakukan dengan tahapan: persiapan, menerjemahkan, dan mengedit, dengan menggunakan kompetensi

Page 23: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xxiii

profesional, teknis, dan instrumental. Keenam, strategi penerjemahan dilakukan dengan mengungkapkan konteks yang melingkupi kata atau frase yang akan diterjemahkan, membuat catatan kaki, menetralisir atau menaturalisasi kata, dan menciptakan sendiri kata atau frase yang sepadan. Ketujuh, menurut pakar penerjemahan, secara umum penerjemahan novel HT sangat baik karena teksnya mengalir lancar seperti bukan terjemahan dan cara penerjemah mengurangi atau menambahkan makna pada teks sasaran membuat hasil terjemahan lebih hidup. Kedelapan, hasil dari sampel pembaca menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan terasa enak dibaca, mengalir dengan lancar, teks di dalam novel terjemahan sangat jelas, dan kata-kata yang digunakan sesuai dalam menyampaikan informasi di dalam novel terjemahan.

Berdasarkan pokok-pokok temuan dan pembahasan secara holistik, disimpulkan bahwa makna dan gaya ungkapan-ungkapan budaya materi, istilah ekologi, budaya sosial, dan gaya bahasa di dalam novel sumber The Highest Tide diterjemahkan ke dalam novel sasaran Pasang Laut dengan kualitas terjemahan baik (74,04%) dan berada sedikit di bawah kategori terjemahan sangat baik. Hasil klasifikasi menunjukkan bahwa penggunaan makna sosiokultural dengan gaya berupa penggunaan berbagai pilihan kata di dalam teks sasaran sering muncul di dalam penerjemahan novel HT. Persentase tersebut tidak mengindikasikan dominasi atau superioritas, namun hanya menunjukkan tingkat keseringan kemunculan penggunaan makna dan gaya di dalam terjemahan novel HT. Kualitas terjemahan yang baik tersebut didukung oleh latar belakang akademik, pengalaman profesi penerjemah, strategi yang dilakukan penerjemah, pendapat pakar penerjemahan, dan pemahaman dari sampel pembaca. Namun demikian, terdapat kegagalan penerjemahan novel HT di dalam menjembatani perbedaan karakteristik bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia, yaitu ketidakajegan penerjemah di dalam menerjemahkan istilah-istilah khusus. Implikasi dari temuan penelitian ini adalah bahwa penerjemah novel yang profesional dengan latar belakang akademik yang baik dan pengalaman profesi yang kuat berdampak positif terhadap kualitas terjemahan yang dihasilkan dan kepandaian penerjemah di dalam mentransfer budaya bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia berdampak positif dan dapat dicontoh oleh penerjemah yang lain di dalam menghasilkan terjemahan yang berkualitas.

Page 24: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xxiv

ABSTRACT

Masduki. T14036004. The Equivalence of Meaning and Style in The Novel The Highest Tide and Its Translation: Holistic Criticism Approach. Dissertation. Surakarta 2011. Postgraduate Program University of Sebelas Maret. Board of Advisors: Prof. Dr. Sri Samiati Tarjana (Advisor I), Prof. Dr. Thomas Soemarno, M.Pd (Advisor II).

This research investigated the equivalence of meaning and style in the novel The Highest Tide (HT) and its translation. Analysis on the equivalence of meaning and style was focused on specific features of the novel HT and its translation, namely: (1) material culture, (2) ecological terms, (3) social culture, and (4) figures of speech. This research was taken holistically from three main factors, consisting of genetic factor (the translator of HT novel), objective factor (the HT novel and its translation), and affective factor (the reader of the novel translation).

This research constituted as qualitative descriptive study with the approach of holistic criticism. Sources of data applied in this research were: (1) the translator of the novel HT, (2) source texts of the novel HT and its translation Pasang Laut (PL), and (3) the readers of translation.Types of data used in this research were: (1) words, phrases, or sentences containing features: (1) material culture, (2) ecological terms, (3) social sulture, and (4) figures of speech in the novel HT; and 2) words, phrases, or sentences collected from questionnaire’s responses and in- depth interview of the translator, the expert, and the readers. Sources of data were sampled purposively.The data were collected using document analysis, questionnaire distribution, and in-depth interview, with the analysis technique of interactive model.

The findings of this research were: First, types of meaning realized in translating novel HT were lexical meaning (9,57% ), situational or contextual meaning (4,35%), textual meaning (1,74%), socio-cultural meaning (70,43%), and implicit meaning (13,91%). Second, styles realized in translating novel HT were the usage of choices of words (64,35%), of idiomatic expression (20%), of figure of speech (5,22%), of suitable words/expressions in target texts relevant to its type of text (8,70%), and of punctuation mark (1,74%). Third, quality of translation of the novel HT into PL viewed on criteria of translation quality assessment categorized in good translation with the score 61-75. Meanwhile, since there was no perfect translation and no scoring toward equivalence of meaning and style objectively, then the scoring was relative and based on criteria more or less. Forth, the translator of the HT novel acquired academic background in translation study and applied linguistics, gained professional experience in translating more than 15 years, and translated several miscellaneous craft of translation of novel, books, and articles. Fifth, process of translation conducted by the translator involved three main steps: preparation, translating, editing, with the special characteristics, namely; the professional, technique, and instrumental competence applied in process of translating the novel HT. Sixth, strategies applied by the translator in translation

Page 25: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xxv

specific terms in novel HT were to vouch for contexts of words or phrases being translated, create footnotes, neutralize or naturalize words being translated, and create his own equaivalent words. Seventh, according to the translation expert, in general the translation of the novel HT was very good, and the ways how the translator reduced or added meaning in target texts made the texts alive. Eighth, data from samples of readers showed that language used in novel translation was good to read, texts were very clear, and words used were relevant to convey information.

Based on research findings and the discussion, it can be concluded that meaning and style on specific features of the novel HT and its translation in terms of material culture, ecological terms, social culture, and figures of speech is in category of good translation. It is supported by the translator’s academic background in translation study and applied linguistics, professional experience in translating, and strategies applied by the translator, the statement from the expert of translation, and the statement from the readers. Meanwhile, there is fruitlessness in translating the novel HT in bridging the characteristics differences of English language and bahasa Indonesia, namely the inconsistency of the translator in translating the specific terms. Implications from the research findings are that the professional novel translator having qualified academic background and experience in the field generates positive impact toward the translation quality and the capability of the translator in trasfering English culture into Bahasa Indonesia generates positive impact and can be modeled by other translators in producing qualified translation.

Page 26: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xxvi

KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN

TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN KRITIK HOLISTIK

Oleh M a s d u k i

NIM: T140306004

Disertasi ini telah direvisi sesuai masukan para Penguji dan disetujui untuk diajukan pada sidang senat terbuka terbatas.

Tim Penguji pada ujian tertutup:

1. Prof. Drs. Suranto, MSc., Ph.D (…………………………….)

(Ketua merangkap anggota)

2. Dr. Tri Wiratno, MA (……....…………………….)

(Sekretaris merangkap anggota)

3. Prof. Dr. Sri Samiati Tarjana (…………………………….)

(Anggota)

4. Prof. Dr. Thomas Soemarno, MPd (…………………………….)

(Anggota)

5. Prof. Dr. H. D. Edi Subroto (…………………………….)

(Anggota)

6. Prof. Dr. Soepomo Poedjosoedarmo (…………………………….)

(Anggota)

7. Prof. Drs. MR Nababan, MA., MEd., Ph.D (…………………………….)

(Anggota)

Mengetahui,

Ketua Program Studi Linguistik S3

Prof. Dr. H. D. Edi Subroto

Page 27: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xxvii

Kepada YTH: Prof. Dr. Thomas Soemarno, M. Pd d/a. Griyan RT 2 RW 10 Jl. Bangle no 4 Pajang Utara Laweyan Solo

Pengirim: Masduki (Mahasiswa S3 Linguistik Penerjemahan UNS) d/a. Perum Seruni C-5 Banyuajuh Kamal Bangkalan Madura

Page 28: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xxviii

ISI POWER POINT

BAB I

BAB II

Kajian Pustaka: Pen. relevan

Kesepadanan (Vinay &Darbelnet dan Jakobson)

Makna (sumarno)

Gaya (Bolanos)

Bagian-bagian khas (Newmark)

Pend. Kritik Holistik

Kerangka Pikir

BAB III

Page 29: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xxix

BAB IV

BAB V

BAB VI

Page 30: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penelitian ini berangkat dari pemikiran bahwa menerjemahkan novel

tidaklah mudah. Seorang penerjemah novel diharapkan untuk memahami bahasa

sumber dengan sebaik-baiknya, karena pada dasarnya karya susastra lebih

mengandung unsur ekspresi pengarang dan kesan khusus yang ingin

ditimbulkannya terhadap si pembaca. Karya susastra juga mengandung unsur-

unsur emosional, efek keindahan kata dan ungkapan, efek keindahan bunyi,

dengan segala nuansa yang mengiringinya.

Penerjemahan karya susastra sebagai proses pengalihan pesan tidak hanya

melibatkan dua bahasa yang berbeda, yaitu bahasa sumber dan bahasa sasaran,

namun juga melibatkan kondisi sosiobudaya yang berbeda karena suatu teks

dalam penerjemahan berada dalam konteks sosiobudaya yang terkait dengan

bahasa sumber dan bahasa sasaran. Oleh karena itu, penerjemahan karya susastra

tidak bisa dilihat hanya sebagai upaya menggantikan teks dalam satu bahasa ke

teks bahasa lain. Faktor lain yang sangat dibutuhkan adalah adanya suatu

kompetensi mengenai suatu wacana untuk menghasilkan suatu terjemahan yang

benar secara sintaktik, tepat makna, memenuhi unsur kewajaran, keterbacaan, dan

secara sosial berterima di dalam suatu konteks yang didasari budaya. Apabila

yang diupayakan oleh seorang penerjemah adalah pengungkapan kembali pesan

bahasa sumber dalam bahasa sasaran, maka teks sasaran (Tsa) haruslah sepadan

Page 31: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

dengan teks sumber (Tsu), yaitu dua teks yang isi dan gayanya dapat dipahami

secara sama oleh penerima (pembaca) masing-masing teks dalam bahasa sumber

dan bahasa sasaran.

Sebuah terjemahan yang akurat tidak akan dapat memenuhi tujuan

praktisnya sebagai alat komunikasi antara penulis teks bahasa sumber dan

pembaca teks bahasa sasaran apabila terjemahan yang bersangkutan sulit

dipahami oleh pembaca, begitu pula bahwa sebuah terjemahan yang mudah

dipahami bukanlah terjemahan yang baik apabila pesannya menyimpang dari

pesan teks bahasa sumber. Oleh sebab itu penerjemah karya susastra perlu

mempunyai pengetahuan yang luas tentang latar belakang sosiokultural dari

bahasa sumber tersebut, memiliki pengetahuan dan kualitas khusus (kesusastraan

dan estetika, dan artistika kebahasaan), harus dapat mengidentifikasi unsur-unsur

susastra dan memiliki pemahaman budaya dan nilai-nilai karya susastra yang

diterjemahkan, serta memahami karya susastra secara menyeluruh.

Di dalam menerjemahkan karya susastra, penerjemah perlu memahami

karya itu secara keseluruhan dan harus mengetahui konsep-konsep dasar karya

susastra dan analisis karya susastra (Suryawinata, 1982:85). Konsep dasar karya

susastra adalah bahwa karya susastra sebaiknya dipandang dari fungsinya sebagai

komunikasi. Dengan demikian, karya susastra dilihat sebagai suatu wacana, yaitu

sebagai suatu keutuhan yang mengandung informasi, amanat, ekspresi pengarang,

dan juga unsur fiksi. Kesemua unsur tersebut diserap dan dihayati di dalam

kehidupan dan pengalaman pengarang yang kemudian disusun dan dijalin dengan

imajinasinya dan dituangkan ke dalam cerita, drama, atau novel dengan

Page 32: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

menggunakan bahasa yang sederhana, segar, tepat, dan hidup sehingga karya yang

dihasilkan tidak membosankan, dapat mengemukakan secara jelas apa yang

dimaksud oleh pengarang sehingga pembaca dapat memahami makna dan pesan

yang diinginkan, dan juga dapat menciptakan suasana yang diinginkan dengan

cara memakai idiom yang sesuai, register yang sesuai, dan pemakaian bahasa

yang benar-benar dapat menggambarkan watak dan kelas sosial. Kesemua unsur

tersebut saling terkait di dalam teks secara keseluruhan. Di samping itu, secara

praktis yang dibutuhkan seorang penerjemah karya susastra bukanlah untuk

mendalami kritik susastra sebagai disiplin ilmu untuk kemudian menjadi seorang

kritikus susastra, namun untuk menginterpretasikan suatu karya susastra dengan

lebih baik dan menyeluruh. Oleh karena itu, yang diperlukan oleh seorang

penerjemah karya susastra adalah pendekatan analisis yang lebih praktis untuk

tujuan pemahaman yang komprehensif dan memadai untuk digunakan di dalam

menerjemahkan nantinya.

Suparman (2003: 142) menjelaskan bahwa di dalam menerjemahkan karya

susastra, misalnya novel bahasa Inggris, penerjemah membaca novel tersebut

secara tuntas dari awal hingga akhir dengan maksud untuk menangkap ide global

dan aspek-aspek yang ada dalam novel tersebut. Bentuk dan jenis kalimat dalam

novel dapat menunjukkan keadaan isi cerita. Pengarang novel sengaja

menuangkan ide-idenya dalam novel dengan kalimat sederhana dan pendek pada

halaman-halaman awal. Pada halaman-halaman tengah, kalimat cenderung lebih

panjang dan kompleks yang mencerminkan bahwa cerita itu mulai problematik

dan memunculkan adanya masalah yang cukup serius. Pengarang sengaja

Page 33: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

menunjukkan masalah yang cukup rumit dengan kalimat yang rumit juga. Dengan

demikian, kalimat cenderung sulit dipahami sebagaimana sulitnya memahami

permasalahan yang ditimbulkan. Pengarang sengaja menggunakan komposisi

kalimat semacam itu untuk merefleksikan bahwa sederhana-rumitnya kalimat

yang dipakai mencerminkan ide cerita.

Menerjemahkan karya susastra, dalam hal ini adalah novel, tidak

dilakukan secara kata per kata, yang secara sepintas enak dibaca, tetapi secara

keseluruhan tidak membawa pesan seperti yang diamanatkan oleh naskah aslinya.

Suatu kalimat di dalam novel tidak sekadar ujaran yang berdiri sendiri, namun

berfungsi sebagai petunjuk akan hadirnya ide-ide yang akan menyusul (Basnett-

McGuire,1980). Apabila penerjemah hanya menerjemahkan kata-kata tersebut

sebagai kata-kata yang berdiri sendiri dan hanya berdasarkan makna dalam setiap

kalimat saja, maka hasil terjemahannya akan terasa dangkal dan kehilangan

keseluruhan makna yang ingin disampaikan oleh pengarang aslinya kepada para

pembacanya.

Di dalam menerjemahkan novel, sangat mungkin penerjemah menemukan

kesulitan-kesulitan, baik kesulitan dalam aspek budaya, misalnya kesulitan

penerjemah dalam mencari padanan istilah yang berkaitan dengan materi dan

peristiwa budaya, kesulitan dalam aspek susastra, misalnya penerjemahan

karakterisasi tokoh yang sepadan dengan keadaan masyarakat pembaca novel

penerjemahan, maupun juga kesulitan dalam aspek kebahasaan, misalnya dalam

menerjemahkan struktur kalimat yang sangat panjang dan tata bahasa yang rumit.

Page 34: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Untuk tujuan penelitian ini, peneliti mengkaji sebuah novel yang berjudul

The Highest Tide karya Jim Lynch (2005) yang telah diterjemahkan oleh Arif

Subiyanto. Novel tersebut diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada bulan

Februari 2007 dengan ukuran buku 13.5 x 20 cm dan tebal 328 halaman. Novel

tersebut menarik perhatian peneliti untuk dianalisis karena novel tersebut

merupakan pemenang Pacific Northwest Booksellers Book Award 2006 dan telah

dipublikasikan sehingga menjadi konsumsi publik. Novel The Highest Tide karya

Jim Lynch ini merupakan novel yang ditulis belum lama (tahun 2005) dan

diterjemahkan dalam kurun waktu yang relatif masih baru (tahun 2007) sehingga

bahasa yang digunakan baik dalam bahasa sumber maupun bahasa sasaran adalah

bahasa saat ini, dan novel The Highest Tide ini merupakan sumber data penelitian

yang dianggap sangat bermanfaat untuk menjawab semua permasalahan yang

sudah dirumuskan dan target yang ingin dicapai oleh peneliti.

Novel The Highest Tide ini mengisahkan dua minggu musim panas

dalam kehidupan Miles O’Malley, sang protagonis sekaligus narator yang berusia

hampir empat belas tahun. Dua minggu ini menjadi begitu berarti dengan

sejumlah kejadian yang saling bersilang-sengkarut dalam kehidupan Miles.

Di dalam novel tersebut, penulis novel tidak hanya ingin menyampaikan

kepeduliannya kepada lingkungan setelah melihat penemuan sebuah ikan aneh di

dekat tempat tinggalnya, namun dia juga memberi porsi yang cukup untuk bagian-

bagian lain yang mempengaruhi kehidupan seorang remaja seperti keluarga, hobi,

pertemanan, dan problem seputar pubertas. Dengan dua hal itu, pembaca pun

mendapatkan pengetahuan tentang laut dengan kesegaran pikiran remaja yang

Page 35: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

mengasyikkan dan seringkali memaksa pembaca tertawa-tawa sendiri. Dalam

kaitannya dengan kepedulian lingkungan si penulis, di sini Miles digambarkan

sebagai anak yang sangat paham tentang isi laut karena kegemarannya membaca

buku-buku biologi laut Rachel Carson. Begitu bagusnya pemahaman Miles O’

Malley tentang perilaku makhluk laut, sampai-sampai Profesor Kramer

mengatakan “kau membuat ilmuwan dan orang-orang lain tampak bodoh”. Maka,

tidaklah berlebihan jika dikatakan di sampul belakang bahwa buku ini

memperluas wawasan kita tentang dunia kelautan.

Beberapa pemilihan diksi yang dilakukan penerjemah di dalam

menerjemahkan novel The Highest Tide tercermin dalam beberapa contoh

penerjemahan dari Tsu ke dalam Tsa berikut:

(a) Tsu: The G-spot, Squid Boy.(page 30) Tsa: G-spot, Dasar anak sotong! (halaman 45) (b) Tsu: Angie sang in a band called “L.O.C.O.” You couldn’t call it “Loco” for

some reasons. (page 18) Tsa: Angie pernah menjadi vokalis untuk band bernama “L.O.C.O.” Entah

kenapa bukan “Loco” saja. (halaman 31) (c) Tsu: Part of the fuss had to be my appearance. I was a pink-skinned, four-

foot-eight, seventy-eight-pound soprano. I came off as an innocent nine-year-old even though I was an increasingly horny, speed-reading thirteen-year-old insomniac.(page 2)

Tsa: Kehebohan itu sebagian dipicu oleh penampilanku. Aku hanyalah bocah lelaki dengan kulit kemerahan, tinggi satu meter empat puluh enam, berat tiga puluh sembilan kilo, dan suaraku melengking. Penampilanku mirip bocah sembilan tahun yang masih polos, padahal sebenarnya aku sudah remaja, penderita insomnia tiga belas tahun yang mulai berahi dan kutu buku yang keranjingan membaca. (halaman 9).

Di dalam contoh penerjemahan novel tersebut dapat dilihat bahwa :

(a) Di dalam menerjemahkan Squid Boy, penerjemah menggunakan padanan

Page 36: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

istilah yang berhubungan dengan kebiasaan serta pemahaman sosiokultural yang

muncul dalam cerita, yaitu dengan sebutan ‘dasar anak sotong’. Padanan makna

dari sebutan di atas sudah tepat dan berterima. Namun padanan gaya, dalam hal

ini adalah padanan struktur kalimat mengalami perubahan, yaitu dari sebuah frasa

dalam Tsu berubah menjadi kalimat eliptik dalam teks terjemahannya. Perubahan

ini mungkin dilakukan karena alasan kewajaran ungkapan, yaitu sekali pun

dimungkinkan adanya terjemahan harfiah menurut struktur gramatikal,

padanannya tidak wajar atau kaku dalam bahasa sasaran.

(b) Penerjemah menerjemahkan kata-kata khusus dalam Tsu (misalnya nama

tertentu seperti loco) dengan padanan makna dan gaya yang tetap ke dalam bahasa

dan budaya sasaran yaitu loco.

(c) Penerjemahan tokoh atau karakter di dalam teks novel asli di atas ke dalam

karakterisasi yang disesuaikan dengan masyarakat pembaca novel terjemahan

mengalami perbedaan, misalnya kulit badan tokoh pink-skinned diterjemahkan

menjadi kulit kemerahan. Dalam bidang warna, pink memiliki makna yang

berbeda dengan kemerahan. Warna pink terbentuk dari perpaduan antara warna

merah dengan warna putih, sementara kemerahan merujuk pada objek yang

mengarah ke atau menjadi merah. Padanan ini akan menjadi lebih berterima

seandainya kata pink diterjemahkan dengan merah muda. Selain itu, kalimat I was

a pink-skinned juga memiliki efek yang berbeda dengan kalimat aku hanyalah

bocah lelaki dengan kulit kemerahan. Kata was di dalam kalimat sumber memiliki

makna yang berbeda dengan kata hanyalah di dalam kalimat sasaran. Penerjemah

di dalam mencari padanan makna dan gaya di dalam menggambarkan tokoh

Page 37: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

mengenai tinggi badan four-foot-eight di dalam kalimat sumber menjadi satu

meter empat puluh enam, berat badan tokoh seventy-eight-pound menjadi tiga

puluh sembilan kilo di dalam kalimat sasaran sudah benar dan berterima.

Padanan istilah yang berhubungan dengan kebiasaan serta pemahaman

sosiokultural yang muncul dalam cerita, kata-kata khusus yang ada dalam Tsu,

dan gaya yang muncul di dalam contoh di atas dan juga di dalam keseluruhan teks

novel The Highest Tide perlu dikaji lebih mendalam, hal ini dimaksudkan untuk

mencari hubungan padanan makna dan gaya antara Tsu dan Tsa, apakah padanan

makna dan gaya antara Tsu dan Tsa tersebut untuk memenuhi tuntutan kewajaran

atau dipaksakan oleh penerjemah yang disebabkan kekurangpahaman terhadap

kedua bahasa.

Hal ini menarik untuk diteliti, karena analisis penerjemahan novel yang

didasarkan pada analisis karya terjemahan semata dapat diduga bahwa kualitas

terjemahan yang dihasilkan tidak akan memberikan pemahaman yang mendalam

dan menyeluruh, hal ini karena karya terjemahan dihasilkan melalui suatu proses

penerjemahan dan baik-tidaknya karya terjemahan sangat tergantung pada

kompetensi dan strategi penerjemah dalam melakukan proses penerjemahan, dan

penerjemah adalah pelaku utama (main agent) proses penerjemahan, karenanya

pembuatan keputusan penerjemah sangat dipengaruhi oleh latar belakang dan

kompetensinya. Dengan kata lain, penelitian penerjemahan haruslah dipandang

secara menyeluruh (holistik) yang meliputi latar belakang dan kompetensi

penerjemah, produk yang dihasilkan, dan tanggapan pembaca terhadap produk

terjemahan yang dihasilkan.

Page 38: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

1.2 Pembatasan Masalah

Dengan bertitik tolak pada latar belakang di atas dan untuk menghasilkan

pemahaman masalah secara lebih mendalam, maka penelitian ini dibatasi pada

kualitas terjemahan novel The Highest Tide (HT) ke dalam novel Pasang Laut

(PL) dengan analisis penerjemahan yang melibatkan kesepadanan antara Tsu dan

Tsa (faktor objektif), penerjemah (faktor genetik), dan pembaca terjemahan

(faktor afektif).

a) Kesepadanan antara Tsu dan Tsa sebagai faktor objektif dibatasi pada

kesepadanan makna (leksikal, situasional, tekstual, sosiokultural, dan/atau

implisit) antara tsu dan tsa yang berhubungan dengan penerjemahan bagian-

bagian substansi di dalam novel HT, yaitu: (1) budaya materi, (2) istilah

ekologi, (3) budaya sosial, dan (4) gaya bahasa ; dan kesepadanan gaya yang

meliputi: pilihan kata, ekspresi idiomatik, gaya bahasa, jenis kata/struktur

kata tertentu, dan tanda baca yang digunakan dalam tsu dan tsa. Sedangkan

kualitas terjemahan dikategorikan berdasarkan: terjemahan hampir sempurna,

terjemahan sangat bagus, terjemahan baik, terjemahan cukup, dan terjemahan

kurang.

b) Penerjemah sebagai faktor genetik dibatasi pada masalah latar belakang

penerjemah, langkah-langkah penerjemah dalam menerjemahkan novel HT,

dan strategi penerjemah dalam menerjemahkan bagian-bagian yang khas

dalam novel HT. Penerjemah yang dimaksud adalah penerjemah profesional

Indonesia yang karya terjemahannya telah diterbitkan.

Page 39: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

c) Pembaca sebagai faktor afektif dibatasi pada pemahaman pembaca terhadap

kualitas terjemahan yang dihasilkan, yaitu novel terjemahan Pasang Laut.

Pemahaman pembaca ini dilandasi dengan pertimbangan bahwa pemahaman

terhadap sebuah teks dapat diukur secara empirik, yang dapat digunakan

untuk mengukur tingkat keterbacaan suatu teks yang diterjemahkan.

Peneliti menyadari bahwa di dalam menganalisis penerjemahan suatu

novel haruslah dilihat dari berbagai aspek. Aspek-aspek tersebut antara lain:

kepribadian penerjemah, latar belakang sosial dan budaya penerjemah, dan

berbagai peristiwa di sekitar penerjemah yang berkaitan dengan proses

penerjemahan. Namun dikarenakan keterbatasan waktu yang dimiliki oleh

peneliti, beberapa aspek tersebut tidak diteliti. Di samping itu, peneliti tidak

meneliti secara satu per satu kata yang terdapat di dalam novel sumber dan

terjemahannya, namun dibatasi pada analisis penerjemahan bagian-bagian yang

khas yang terdapat di dalam novel. Pembatasan ini selain pertimbangan

keterbatasan waktu, juga dimaksudkan untuk mendapatkan pemahaman masalah

secara lebih khusus dan mendalam, yaitu tidak meneliti terjemahan novel secara

harfiah dan umum saja, namun lebih pada bagian-bagian yang khas atau khusus di

dalam novel The Highest Tide dan terjemahannya Pasang Laut.

Page 40: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, masalah dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

a) Bagaimanakah kesepadanan makna dan gaya ungkapan-ungkapan budaya

materi, istilah ekologi, budaya sosial, dan gaya bahasa di dalam novel The

Highest Tide dan terjemahannya?

b) Bagaimanakah latar belakang penerjemah dan keterkaitannya dengan

kualitas terjemahan yang dihasilkan?

c) Bagaimanakah pemahaman pembaca dan keterkaitannya dengan kualitas

terjemahan yang dihasilkan?

1.4 Tujuan Penelitian

(a) Menganalisis dan mengevaluasi kesepadanan makna dan gaya ungkapan-

ungkapan budaya materi, istilah ekologi, budaya sosial, dan gaya bahasa di

dalam novel The Highest Tide dan terjemahannya.

(b) Menjelaskan dan menganalisis latar belakang penerjemah dan keterkaitannya

dengan kualitas terjemahan yang dihasilkan.

(c) Menganalisis dan mengevaluasi pemahaman pembaca dan keterkaitannya

dengan kualitas terjemahan.

Page 41: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

teoretis maupun praktis.

1.5.1 Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai:

(a) Masukan berupa konsep teori yang berhubungan dengan kesepadanan

makna dan gaya ungkapan-ungkapan budaya materi, istilah ekologi, budaya

sosial, dan gaya bahasa antara Tsu dan Tsa.

(b) Kontribusi pemikiran bagi penelitian penerjemahan novel dengan

mempertimbangkan bahwa kualitas penerjemahan novel yang baik

dipengaruhi oleh kualitas penerjemah, yaitu penerjemah yang memiliki latar

belakang akademik bidang penerjemahan, pengalaman profesi penerjemahan,

beragam karya terjemahan, dan pemahaman pembaca novel terjemahan.

(c) Kontribusi pemikiran atau gagasan yang berkaitan dengan penerjemahan

novel dengan mempertimbangkan bahwa proses penerjemahan tidak hanya

menggunakan kompetensi profesional dan teknis saja, namun juga

kompetensi instrumental, dan proses penerjemahan tidak hanya pada makna

saja, tetapi juga gaya dengan memperhatikan bahwa pencarian padanan

makna tanpa penerjemahan gaya yang sesuai akan menghasilkan terjemahan

yang tidak lengkap dan tidak efisien.

Page 42: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

1.5.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan:

(a) Sebagai masukan operasional bagi penerjemah mengenai masalah

kesepadanan dalam penerjemahan Tsu sebuah novel ke dalam Tsa sebuah

novel. Penerjemah dapat mempergunakan hasil penelitian ini sebagai

landasan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas terjemahan di

bidang susastra, khususnya penerjemahan novel.

(b) Memberi rangsangan bagi para peneliti lain untuk melakukan penelitian

sejenis, misalnya mengkaji proses decision-making dalam proses

menerjemahkan karya terjemahan novel, mengkaji strategi yang paling

mungkin digunakan dalam menerjemahkan karya terjemahan non-literer, dan

sebagainya.

(c) Sebagai referensi di bidang penerjemahan susatra, khususnya novel, sehingga

dapat dimanfaatkan oleh para mahasiswa yang mendalami bidang

penerjemahan untuk pengembangan dan perbaikan penerjemahan novel

khususnya tentang kesepadanan makna dan gaya antara Tsu dan Tsa yang

berhubungan dengan penerjemahan bagian-bagian yang khas dalam susastra.

Page 43: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Page 44: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PIKIR

2.1 Kajian Pustaka

Penelitian penerjemahan haruslah dilakukan secara menyeluruh (holistik),

yaitu yang melibatkan faktor genetik, faktor objektif, dan faktor afektif. Namun

demikian, beberapa penelitian penerjemahan, khususnya kesepadanan makna dan

gaya pada bagian-bagian khas karya susastra novel sejauh ini masih belum

dilakukan secara ekstensif. Beberapa penelitian yang telah dilakukan dan

memiliki relevansi dengan permasalahan yang diteliti di dalam penelitian ini

dipaparkan lebih lanjut di bawah ini. Beberapa penelitian mengenai novel ataupun

mengenai penerjemahan, namun tidak memiliki keterkaitan dengan analisis

penerjemahan secara holistik, maka beberapa penelitian tersebut tidak dipaparkan.

Di dalam bahasa Indonesia, beberapa penelitian penerjemahan secara

holistik yang melibatkan faktor genetik, objektif, dan afektif yang dapat

ditemukan sejauh ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Nababan, dkk. (2004),

Martha Budianto (2007), dan AP. Sudarno (2008). Penelitian oleh Nababan, dkk.

(2004) dengan judul Keterkaitan Antara Latar Belakang Penerjemah dengan

Proses Penerjemahan dan Kualitas Terjemahan (Studi Kasus Penerjemah

Profesional di Surakarta) merupakan penelitian penerjemahan secara holistik

yang melibatkan tiga aspek penting dalam penelitian, yaitu aspek genetik

(bersumber pada penerjemah), aspek objektif (karya terjemahan), dan aspek

Page 45: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

afektif (pembaca teks bahasa sasaran). Ketiga aspek tersebut saling terkait satu

sama lain. Di dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa para penerjemah

memiliki latar belakang pendidikan yang cukup memadai untuk menjadi

penerjemah, pengetahuan mereka tentang konsep dan proses penerjemahan sangat

memadai, dan beberapa hasil terjemahan sudah tergolong terjemahan yang

berkualitas dengan indikator bahwa pesan yang disampaikan sudah cukup akurat

dan teks terjemahan mudah dipahami oleh pembaca.

Penelitian oleh Martha Budianto (2007) dengan judul Kajian

Penerjemahan Film (Subtitling) berbahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia

(Sebuah Studi Kebijakan) juga melibatkan tiga aspek penting dalam penelitian

kualitatifnya, yaitu aspek genetik (bersumber pada penerjemah film), aspek

objektif (dialog film bahasa sumber ke teks film bahasa sasaran), dan aspek

afektif (pengamat terjemahan film). Ketiga aspek tersebut saling terkait satu sama

lain. Di dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa secara umum proses subtitling

yang selama ini diterapkan di Indonesia sudah benar. Proses subtitling dibagi ke

dalam tiga tahap, yaitu proses persiapan, proses penerjemahan, dan proses

penyelarasan. Di dalam penelitian tersebut ditemukan beberapa kesulitan, yaitu

kesulitan teknis dan strategi untuk mengatasinya, kesulitan karena budaya bahasa

sumber yang berbeda dengan budaya bahasa sasaran, kesulitan karena kompetensi

penerjemah film, dan keterbatasan subtitles.

Selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh AP. Sudarno (2008)

dengan judul Evaluasi Terjemahan Buku-buku Teks di Bidang Rancang Bangun.

Penelitian tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengevaluasi ketepatan

Page 46: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

dan kesepadanan hasil terjemahan dari buku-buku teks bahasa sumber ke dalam

terjemahan bahasa Indonesia, mendeskripsikan dan mengklasifikasikan penilaian

hasil terjemahan yang digolongkan tepat, tepat tetapi masih memerlukan

perbaikan, tidak tepat, serta menerangkan sebab-sebab terjadinya terjemahan yang

dianggap tidak tepat. Di dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa hasil

penerjemahan pada frase-frase pada kalimat tunggal dan majemuk ada yang tepat,

ada yang tepat tetapi masih memerlukan perbaikan susunan dan ada yang tidak

tepat. Pada frase-frase yang bukan istilah teknik biasanya penerjemahannya sudah

tepat tetapi pada frase-frase yang di dalamnya terkandung istilah teknik, frase-

frase tersebut diterjemahkan kurang tepat. Hal ini disebabkan karena penerjemah

tidak melibatkan pakar teknik atau pakar yang membidangi ilmu tersebut, terdapat

kesalahan terjemahan dalam tataran kalimat dari buku yang diterjemahkan, pada

tataran kalimat yang banyak terjadi kesalahan adalah pada kalimat majemuk dan

kompleks karena kalimat tersebut terdiri dari banyak klausa, tiga atau lebih yang

hubungan antar klausanya satu dengan yang lain sangat rumit sehingga sulit

diterjemahkan; dan istilah-istilah teknik yang khas banyak terdapat dalam buku-

buku tersebut dan kadang-kadang sulit dicarikan padanannya dalam bahasa

Indonesia.

Penelitian-penelitian di atas, setelah diamati secara seksama, memberikan

gambaran dan memiliki keterkaitan dengan penelitian di dalam disertasi ini,

utamanya mengenai kualitas hasil terjemahan dengan melibatkan aspek-aspek

penting di dalam penelitian penerjemahan secara holistik, yaitu yang melibatkan

tiga aspek penting berupa aspek genetik, aspek objektif, dan aspek afektif. Namun

Page 47: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

demikian, masing-masing penelitian di atas memiliki ranah tersendiri. Penelitian

yang dilakukan oleh Nababan, dkk. (2004) lebih memfokuskan pada analisis

kualitas penerjemahan teks bahasa, penelitian yang dilakukan oleh Martha

Budianto (2007) lebih menitikberatkan pada analisis penerjemahan film,

sedangkan penelitian yang telah dilakukan oleh AP. Sudarno (2008) lebih

mengarah pada evaluasi ketepatan dan kesepadanan hasil terjemahan buku-buku

ilmiah. Ketiga penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang disajikan di

dalam disertasi ini. Penelitian di dalam disertasi ini lebih menitikberatkan pada

analisis penerjemahan novel secara holistik yang melibatkan aspek genetik,

objektif, dan afektif.

Sementara itu, di dalam bahasa Inggris, beberapa penelitian penerjemahan

yang berhubungan dengan penelitian di dalam disertasi ini adalah penelitian yang

dilakukan oleh Qusai Anwer Aldebyan (2008), Caixia Yang (2010), dan Xu

Minhui (2010). Penelitian oleh Qusai Anwer Aldebyan (2008) dengan judul

Strategies for Translating Arabic Cultural Makers into English: A Foreignizing

Approach berusaha untuk mengeksplorasi strategi penerjemahan yang digunakan

di dalam menerjemahkan budaya dari bahasa Arab ke dalam bahasa Inggris,

mengeksplorasi pengaruh penggunaan strategi penerjemahan domesticating dan

foreignizing terhadap kualitas terjemahan, dan mengeksplorasi penerjemahan dari

perspektif budaya dan etnografi. Korpus dari penelitian ini diambilkan dari enam

novel bahasa Arab yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa menerjemahkan budaya adalah

sesuatu yang cukup problematik dan menantang, khususnya apabila penerjemahan

Page 48: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

terjadi antara dua bahasa yang secara linguistik dan budaya berbeda. Strategi

penerjemahan yang dapat digunakan untuk menerjemahkan budaya tersebut

adalah dengan menggunakan prosedur komparatif, yaitu masalah-masalah di

dalam penerjemahan terlebih dahulu dibahas dan dinalisis dari berbagai perspektif

(semantik, pragmatik, studi budaya, sosiolinguistik, teori susastra, dsb).

Kemudian, kedua Tsu dan teks terjemahan dideskripsikan secara kontekstual,

semantik, komunikatif, dan estetik sebelum kedua teks tersebut dibandingkan dan

dievaluasi. Langkah selanjutnya adalah membandingkan kedua teks tersebut

untuk melihat apakah kedua teks tersebut sepadanan atau tidak. Strategi

penerjemahan domesticating tidak cocok untuk menerjemahkan budaya, karena

strategi ini mengarah pada hilangnya informasi sumber, penyimpangan fakta dan

kebenaran, dan misrepresentasi nilai budaya. Penerjemahan budaya yang paling

berhasil adalah dengan menggunakan strategi penerjemahan foreignizing, karena

strategi ini membantu memelihara identitas Tsu dan menjaganya sedekat mungkin

dengan teks aslinya. Foreignizing juga mampu memberikan informasi penting dan

rinci di dalam memperkenalkan kepada pembaca sasaran mengenai budaya,

masyarakat, dan sastra sumber. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa

penerjemahan memainkan peranan yang sangat penting di dalam representasi dan

misrepresentasi budaya.

Penelitian oleh Caixia Yang (2010) dengan judul Strategies of

Transmitting English Cultural Elements into Chinese: Reflexion on E-C Literary

Translation in China berusaha mengeksplorasi strategi unsur-unsur budaya bahasa

Inggris ke dalam budaya Cina secara efektif melalui penerjemahan literer Inggris-

Page 49: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Cina. Penelitian tersebut didasari pemikiran bahwa di dalam konteks globalisasi

kesadaran untuk saling memahami perbedaan budaya sangat penting dan bahwa

penerjemahan susastra sebagai alat pengalihan informasi budaya memainkan

peranan yang sangat diperlukan di dalam meningkatkan toleransi dan apresiasi

terhadap suatu perbedaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa seorang penerjemah seharusnya

memiliki kepekaan dan memberikan perhatian yang lebih di dalam memetakan

perbedaan budaya di dalam konteks budaya Inggris dan Cina, dan menyampaikan

perbedaan-perbedaan tersebut baik yang kelihatan maupun tidak ke dalam teks

yang diterjemahkan. Penerjemah harus mampu mengenali unsur-unsur budaya di

dalam teks aslinya dan mentransfer informasi budaya dengan akurat dan tepat

dengan menggunakan strategi-strategi yang paling memungkinkan. Strategi yang

dapat digunakan untuk menerjemahkan budaya Inggris-Cina adalah dengan

memasukkan informasi budaya yang relevan ke dalam teks yang diterjemahkan

dan mengalihkannya secara alami, yaitu dengan ekspresi yang tidak kaku dan

informasi yang tidak berlebihan dan menggunakan catatan kaki untuk

mendapatkan hasil yang sepadan.

Penelitian oleh Xu Minhui (2010) dengan judul On Scholar Translators in

Literary Translation: A Case Study of Kinkley’s translation of “Biancheng”

berusaha membahas lebih dalam hasil terjemahan novel melalui tiga perspektif,

yaitu: posisi bahasa sumber dan bahasa sasaran (Cina dan Inggris), posisi penulis

(Shen Congwen), dan posisi penerjemah (Jeffrey Kinkley). Penelitian ini

mendasarkan analisis pada novel Biancheng karya Shen Congwen yang

Page 50: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris Border Town oleh Jeffrey Kinkley,

seorang profesor di St. John’s University di Amerika. Di dalam menerjemahkan

novel Biancheng, Kinkley berusaha menunjukkan sebanyak mungkin ekspresi

unik atau khusus bahasa Cina yang ada di dalam teks sumber dengan cara

memberikan penjelasan yang lengkap yang tersirat di dalam ekspresi tersebut.

Kinkley juga memberikan banyak catatan kaki untuk memberikan informasi yang

berhubungan dengan sejarah dan budaya yang ada di dalam teks sumber. Strategi

tersebut disebut dengan in-text explications dan out-text endnotes.

Hasil penelitian oleh Minhui menunjukkan bahwa karya susastra Cina

(Tsu) dan Inggris (Tsa) memiliki posisi yang berbeda. Karya susastra Cina

memiliki posisi yang marjinal di bidang susastra dunia, sedangkan karya susastra

Inggris memiliki kekuatan yang sangat dominan terhadap karya dari berbagai

bahasa di seluruh dunia. Posisi yang berbeda tersebut memberikan hipotesis

terhadap ketidaksepadanan struktur kedua bahasa dan menyiratkan bahwa

terjemahan dari bahasa Cina ke dalam bahasa Inggris dilakukan berdasarkan

norma yang mengatur penerjemahan dari bahasa yang terdominasi ke dalam

bahasa yang mendominasi. Hasil lain adalah bahwa semakin tinggi latar belakang

seorang penerjemah, maka hasil terjemahannya akan semakin berorientasi pada

teks sumber dan sekali suatu teks dipilih untuk diterjemahkan, maka posisi

penerjemah memiliki kekuatan yang sangat menentukan.

Penelitian-penelitian di atas, sepanjang pengamatan peneliti, tidak meneliti

penerjemahan novel secara holistik namun masih memiliki relevansi dengan

penelitian di dalam disertasi ini. Penelitian yang dilakukan oleh Qusai Anwer

Page 51: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Aldebyan (2008) lebih menekankan pada analisis karya terjemahan novel (aspek

objektif) saja, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Yang (2010) dan Minhui

(2010) lebih menekankan pada aspek genetik, yaitu memberikan gambaran

analisis hanya pada posisi seorang penerjemah dan strategi yang digunakan di

dalam menerjemahkan novel. Untuk itu, diperlukan lagi penelitian yang lebih

menyeluruh untuk melihat kualitas penerjemahan novel, yaitu penelitian novel

yang diarahkan pada analisis karya terjemahan novel (aspek objektif), penerjemah

novel (aspek genetik), dan pembaca novel (aspek afektif), sebagaimana yang

dieksplorasi di dalam disertasi ini.

2.2 Landasan Teori

Di dalam subbab ini diuraikan secara rinci mengenai teori-teori yang

melandasi dan memberikan kerangka di dalam penelitian ini. Teori-teori tersebut

meliputi penerjemah, proses penerjemahan, makna dan gaya dalam penerjemahan,

hakikat susastra, penerjemahan novel, teori polisistem, konsep norma, konsep

kesepadanan, evaluasi kualitas terjemahan, parameter kualitas terjemahan, dan

pendekatan kritik holistik.

2.2.1 Penerjemah

Secara sederhana definisi penerjemah adalah orang yang memiliki

kemampuan untuk mengalihkan pesan tertulis dari bahasa sumber (Bsu) ke bahasa

sasaran (Bsa). Dengan kata lain bahwa menerjemahkan melibatkan dua bahasa

yang memungkinkan akan terjadi suatu alih kode. Namun menerjemahkan tidak

Page 52: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

hanya sekadar alih kode tetapi juga sebuah profesi yang memerlukan pendidikan

dan pelatihan pada tingkat lanjutan.

Di dalam penerjemahan susastra, penerjemah susastra adalah orang yang

sangat memperhatikan terhadap penerjemahan teks-teks susastra (Kolawole, dkk,

2008:1). Seorang penerjemah susastra secara umum menerjemahkan suatu teks

dengan tulisan yang indah dengan memperhatikan bahasa, bentuk, dan isi teks

(Newmark: 1988:1). Penerjemah karya susastra berperan aktif dalam kegiatan

kreatif penulis dan kemudian menciptakan struktur kalimat dan tanda dengan cara

menyesuaikan teks dalam Bsa dengan teks dalam Bsu sedekat mungkin.

Penerjemah perlu memikirkan dengan mendalam mengenai kualitas teks susastra

yang diterjemahkan dan keberterimaannya dengan pembaca sasaran.

Menurut Nababan (2004:31), seorang penerjemah yang menekuni

pekerjaannya dapat digolongkan ke dalam penerjemah berdasarkan (1) keahlian,

(2) proses pemahaman dan pemroduksian teks, (3) status profesi, dan (4) sifat

pekerjaan sehari-hari penerjemah.

Nababan (2004:31) menggolongkan penerjemah berdasarkan keahliannya

menjadi lima tipe penerjemah, yaitu penerjemah pemula, penerjemah lanjutan,

penerjemah kompeten, penerjemah mahir, dan penerjemah ahli. Penerjemah,

dilihat dari sudut pandang cara mereka memahami dan menghasilkan teks, dapat

dibagi menjadi associate translator, subordinated translator, compound

translator dan coordinated translator. Keempat jenis penerjemah tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut: (1) Associate translator adalah penerjemah yang

semata-mata menerjemahkan hanya dengan menghubungkan unsur-unsur leksikal

Page 53: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

dari bahasa sumber ke unsur-unsur leksikal bahasa sasaran. Karena proses ini

didasarkan sepenuhnya pada unsur-unsur kebahasaan dan tidak

menghubungkannya dengan proses mental, maka jenis penerjemahan ini tidak

merepresentasikan keseluruhan proses penerjemahan, (2) Subordinated translator

yaitu penerjemah yang menerjemahkan dengan menghubungkan proses mental

hanya dengan salah satu dari dua bahasa, proses yang dilibatkan di sini adalah

menghubungkan unsur-unsur leksikal salah satu bahasa ke unsur-unsur leksikal

bahasa yang lain dan kemudian menghubungkannya dengan proses mental,

(3) Compound translator yaitu penerjemah yang menghubungkan unsur-unsur

leksikal salah satu bahasa dengan repertoir tunggal proses mental dan darinya

hubungan dengan unsur-unsur leksikal dengan bahasa lain dapat ditemukan, dan

(4) Coordinated translator yaitu penerjemah yang menghubungkan unsur-unsur

leksikal salah satu bahasa dengan repertoir proses mental yang dimiliki sendiri

dengan proses mental khusus pada repertoir kedua yang pada akhirnya

dihubungkan dengan unsur-unsur leksikal dari bahasa lain. Dengan kata lain

bahwa masing-masing bahasa memiliki cara paham sendiri dan menghasilkan

informasi sendiri-sendiri.

Lebih lanjut berdasarkan pada cara pandang dan cara menghasilkan

informasi ini maka penerjemah dibedakan ke dalam penerjemah pemula dan

penerjemah ahli. Perbedaan antara penerjemah ahli dan pemula adalah bahwa

(1) penerjemah ahli mempunyai keterampilan khusus kebahasaan, sementara

penerjemah pemula tidak memiliki keterampilan tersebut, (2) penerjemah ahli

digolongkan ke dalam penerjemah koordinat, sementara penerjemah pemula ke

Page 54: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

dalam golongan penerjemah kompaun dan subordinat, (3) penerjemah ahli dapat

mengendalikan interferensi pada saat dia memahami dan menghasilkan informasi,

sementara penerjemah pemula tidak, dan (4) penerjemah ahli cenderung

mempertimbangkan penerjemahan pada tataran teks sedangkan penerjemah

pemula cenderung pada tataran kata.

Di lihat dari sudut pandang status profesinya, penerjemah digolongkan ke

dalam penerjemah amatir, penerjemah semi-profesional, dan penerjemah

profesional. Penerjemah amatir adalah penerjemah yang melakukan tugas

penerjemahan sebagai hobi. Sebaliknya, penerjemah profesional adalah

penerjemah yang menghasilkan terjemahan secara profesional dan menjadikan

kegiatan terjemahan sebagai suatu profesi. Penerjemah semi-profesional adalah

penerjemah yang melakukan tugas penerjemahan untuk memperoleh kesenangan

diri atau hobi dan dampaknya akan mendapatkan imbalan dari hobinya tersebut.

Berdasarkan sifat kerja sehari-hari mereka, penerjemah digolongkan

menjadi penerjemah paruh waktu dan penerjemah penuh waktu. Penerjemah

paruh waktu biasanya melakukan tugas penerjemahan sebagai pekerjaan

tambahan. Sebaliknya, penerjemah penuh melakukan tugas penerjemahan demi

uang. Pembagian ini menyiratkan bahwa penerjemah paruh waktu dapat disebut

penerjemah semi-profesional sedangkan penerjemah penuh dapat disebut

penerjemah profesional. Penggolongan penerjemah di dalam menekuni pekerjaan

sebagaimana tersebut di atas digunakan peneliti sebagai acuan untuk menjelaskan

kategori penerjemah di dalam penelitian ini dan hubungannya terhadap kualitas

hasil terjemahan yang dihasilkan.

Page 55: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

2.2.2 Proses Penerjemahan

Penerjemahan secara umum dipahami sebagai pengalihan pesan dan gaya

dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Untuk itu penerjemah paling tidak

melakukan dua kegiatan, yaitu memahami makna bahasa sumber dan

merekonstruksi makna yang telah dipahaminya itu ke dalam bahasa sasaran.

Untuk memahami makna bahasa sumber, penerjemah tidak dapat hanya

menerapkan pengetahuannya tentang kaidah-kaidah (grammar) bahasa sumber,

tetapi ia juga harus mempertimbangkan konteks digunakannya bahasa sumber itu.

Hal yang sama terjadi ketika ia harus merekonstruksikan makna yang telah

dipahaminya dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Ia perlu menyesuaikan

kalimat-kalimatnya dengan pembaca sasaran, materi yang diterjemahkan, tujuan

penerjemahan, dan sebagainya.

Sumarno (1997:13) mengatakan bahwa proses penerjemahan adalah

langkah-langkah yang dilakukan oleh seorang penerjemah pada waktu dia

melakukan penerjemahannya. Hal ini berarti bahwa sebelum menerjemahkan

suatu teks, seorang penerjemah harus melakukan langkah-langkah penerjemahan.

Langkah-langkah penerjemahan yang dimaksud adalah (1) menganalisis,

(2) mentransfer, dan (3) merestrukturisasi.

Proses penerjemahan yang didefinisikan oleh Sumarno di atas selaras

dengan proses penerjemahan yang telah dinyatakan oleh Nida (1975:80) yang

membagi proses penerjemahan menjadi tiga tahap atau langkah, yaitu:

(1) analysis, (2) transfer, dan (3) restructuring, sebagaimana yang digambarkan di

dalam bagan berikut:

Page 56: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Bagan 2.1 Proses Penerjemahan (Nida, 1975) Sementara itu, Nababan (2003:24-25) mengartikan proses penerjemahan

sebagai (1) serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seorang penerjemah pada

saat dia mengalihkan amanat dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran atau

(2) suatu sistem kegiatan dalam aktivitas menerjemahkan. Dari definisi Nababan

di atas dapat dilihat bahwa sebelum menerjemahkan, seorang penerjemah harus

melakukan berbagai langkah atau tahap penerjemahan yang terangkai dalam suatu

sistem di dalam menerjemahkan. Lebih lanjut, tahap-tahap menerjemahkan

menurut Nababan (sebagaimana dikutip dari Suryawinata, 1989:80) terdiri dari

tiga tahap, yaitu (1) analisis teks bahasa sumber, (2) pengalihan pesan, dan

Source

language text

Analysis

Receptor language

text

Transfer

Restructuring

Page 57: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

(3) restrukturisasi. Ketiga tahap dalam proses penerjemahan itu digambarkan

dalam bagan berikut:

Bagan 2.2 Proses Penerjemahan (Nababan, 2003: 25)

Proses penerjemahan yang didefinisikan oleh Nababan di atas bila

dicermati lebih lanjut memiliki kesamaan gagasan mengenai proses penerjemahan

yang telah dinyatakan oleh Sumarno dan Nida dengan membagi proses

penerjemahan menjadi tiga tahap atau langkah, yaitu: (1) analysis, (2) transfer,

dan (3) restructuring. Lebih lanjut, Nababan menyatakan bahwa di dalam proses

Analisis

Restrukturisasi

Teks Bahasa

Sasaran

Isi

Makna Pesan

Isi

Makna Pesan

Teks

Bahasa Sumber

Padanan

Pemahaman

Evaluasi dan Revisi

PROSES BATIN

Transfer

Page 58: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

analisis perlu apa yang disebut dengan pemahaman terhadap teks bahasa sumber,

di dalam proses transfer selalu melibatkan apa yang disebut dengan proses batin,

dan dalam proses batin perlu melakukan evaluasi dan revisi.

Pada tahap analisis, sebelum seorang penerjemah menganalisis teks yang

akan diterjemahkan, penerjemah selalu dihadapkan pada teks sumber (Tsu)

terlebih dahulu (Sumarno, 2003:16; Nababan, 2003:24). Di dalam tahap analisis

ini yang dapat dilakukan penerjemah adalah membaca dan memahami isi Tsu

(Nababan, 2003:25-26). Kegiatan membaca Tsu dimaksudkan untuk memahami

isi Tsu.

Di dalam memahami isi teks tersebut diperlukan adanya pemahaman

terhadap unsur linguistik dan ekstralinguistik yang terkandung di dalam Tsu.

Unsur linguistik mengacu pada unsur kebahasaan dan unsur ekstralinguistik yang

mengacu pada unsur yang berada di luar kebahasaan. Unsur ekstralinguistik ini

terkait dengan sosio-budaya teks bahasa sumber yang merupakan bagian yang

tidak terpisahkan dari bahasa itu. (Nababan, 2003: 26).

Pernyataan Nababan di atas selaras dengan yang dinyatakan oleh Nord

(1997) bahwa Tsu dapat dianalisis melalui faktor-faktor ekstratekstual dan

intratekstual yang ada di dalam teks bahasa sumber tersebut. Dari sudutpandang

ekstratekstual, faktor-faktor seperti waktu, tempat, pengirim, medium, dan motif

dapat mempengaruhi pilihan kata. Dari sudutpandang intratekstual, analisis

struktur kalimat mengarah pada informasi mengenai karakteristik pokok masalah,

struktur kata, fitur-fitur suprasegmental, dan sintaksisnya.

Page 59: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Sebagaimana diketahui, setiap bahasa memiliki bentuk dan makna. Bentuk

bahasa, yang dalam bahasa tulis disebut teks, dapat berupa kata, frase, klausa,

kalimat, atau wacana. Sementara itu, makna bahasa, yaitu apa yang terkandung di

dalam bentuk bahasa, dapat berupa makna leksikal, makna gramatikal, makna

tekstual, makna kontekstual, makna sosiokultural, dan makna implisit. Untuk

memahami kalimat bahasa sumber, orang dituntut untuk memahami tidak saja

makna masing-masing kata yang terdapat di dalam kalimat itu, melainkan juga

hubungan dari masing-masing kata tersebut. Kadangkala suatu kalimat

mengandung makna lebih dari sekadar makna harfiah, namun ada makna lain

yang ingin diungkapkan selain yang tersurat. Untuk memahaminya, orang perlu

mempertimbangkan konteks digunakannya kalimat tersebut.

Pada tahap pengalihan (transfer), seorang penerjemah pada tahap ini harus

mampu mencarikan padanan untuk semua kata, frase, klausa, kalimat, dan bahkan

mencarikan padanan untuk seluruh wacana. Pencarian padanan ini terjadi di batin

seorang penerjemah (Sumarno, 2003:17). Kata, frase, klausa, kalimat, dan bahkan

seluruh wacana tersebut dicarikan padanannya dalam bahasa sasaran. Pencarian

padanan tersebut tidak mudah karena kadang-kadang terdapat ungkapan-ungkapan

yang sukar sekali dicarikan padanannya dalam bahasa sasaran, dan bahkan

kadang-kadang terdapat makna yang sama sekali tidak dapat dicarikan

padanannya dalam bahasa sasaran.

Pada langkah transfer tersebut, penerjemah melakukan pemindahan makna

teks yang diperoleh dari hasil analisis pada langkah pertama tersebut dari bahasa

sumber ke dalam bahasa sasaran. Di sini penerjemah di tuntut mencari dan

Page 60: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

menentukan padanan dalam bahasa sasaran pada setiap tingkatan atau unsur

dalam bahasa sumber, mulai dari kata, frase, klausa, kalimat, hingga wacana.

Mengingat tidak ada dua bahasa yang identik, penerjemah boleh jadi akan

mengalami kesulitan pada fase ini. Kesulitan tersebut dapat berasal dari elemen

internal bahasa atau dari elemen luar bahasa. Kesulitan internal berkaitan dengan

sistem bahasa itu sendiri, seperti mencari padanan tenses. Kesulitan eksternal

berkaitan dengan elemen-elemen di luar sistem bahasa, seperti kesulitan budaya.

Di dalam tahap ini Nababan (2003: 27) juga menyampaikan hal yang

senada dengan Sumarno bahwa setelah penerjemah dapat memahami makna dan

struktur bahasa sumber, maka penerjemah akan dapat menangkap pesan yang

terkandung di dalamnya. Langkah selanjutnya adalah mengalihkan isi, makna,

pesan yang terkandung dalam bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Dalam

tahap pengalihan pesan ini, penerjemah dituntut untuk menemukan padanan kata

bahasa sumber dalam bahasa sasaran. Proses pengalihan isi, makna, dan pesan

tersebut merupakan proses batin, proses yang berlangsung di dalam pikiran

penerjemah.

Pada tahap penyelarasan (restructuring), tahap ini sering pula di sebut

dengan tahap penyelarasan (Sumarno, 2003: 17) yaitu setelah penerjemah

menemukan semua padanan dalam bahasa sasaran, maka penerjemah harus

menuangkan semua padanan tersebut ke dalam draft atau rencana terjemahan. Di

dalam draft tersebut ungkapan-ungkapan di dalam bahasa sasaran masih bersifat

sementara dan masih perlu perbaikan atau penyelarasan.

Page 61: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Lebih lanjut, Nababan (2003:28) menyatakan bahwa restrukturisasi atau

penyelarasan adalah pengubahan proses pengalihan menjadi bentuk stilistik yang

cocok dengan bahasa sasaran, pembaca, atau pendengar. Dengan demikian, pada

tahap penyelarasan tersebut, seorang penerjemah perlu memperhatikan ragam

bahasa untuk menentukan gaya bahasa yang sesuai dengan jenis teks yang

diterjemahkan dan juga memperhatikan untuk siapa terjemahannya itu ditujukan.

Di dalam proses ini apa yang disampaikan Nababan bahwa penerjemah

perlu memperhatikan untuk siapa terjemahannya itu ditujukan mengacu pada

terjemahan yang fungsional, yaitu bahwa penerjemah seharusnya tidak

dikendalikan oleh fungsi dari Tsu tetapi dikendalikan oleh fungsi Tsa yang ingin

dicapai di dalam budaya sasaran dengan fungsi Tsa yang ditentukan oleh

penerimanya.

Pada langkah restrukturisasi, penerjemah menyusun padanan pesan dari

bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Restrukturisasi pesan tersebut dilakukan

berdasarkan kaidah-kaidah bahasa sasaran yang berterima sehingga pesan tersebut

dapat dipahami secara wajar oleh pembaca sasaran. Apabila dimungkinkan,

penerjemah diharapkan mampu memberikan nuansa terjemahannya sedemikian

rupa sehingga pembaca tidak merasa bahwa pembaca sedang membaca karya

terjemahan. Hal itu sesuai dengan apa yang telah diuraikan di atas bahwa

penerjemahan tidak sekadar membuat pembaca sasaran memahami pesan tetapi

juga memiliki respon yang relatif sama dengan pembaca bahasa sumber ketika

mereka membaca teks bahasa sumber. Di sini penerjemah dituntut menyesuaikan

kalimat-kalimatnya dengan konteks penggunaan bahasa.

Page 62: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Proses penerjemahan yang telah diuraikan di atas, dijadikan sebagai

referensi di dalam penelitian ini dalam mengungkapkan proses penerjemahan

yang dilakukan oleh penerjemah dan hubungannya dengan kualitas terjemahan

yang dihasilkan.

2.2.3 Makna dan Gaya dalam Penerjemahan

Makna dan gaya merupakan aspek-aspek penting yang perlu

dipertimbangkan dalam setiap kegiatan penerjemahan. Sebagaimana dinyatakan

oleh Bell (1991:5) bahwa “translation is the expression in another language (or

target language) of what has been expressed in another, source language,

preserving semantic and stylistic equivalences”, hal ini berarti bahwa padanan

makna dan gaya adalah sangat penting (preserving semantic and stylistic

equivalences). Jadi, dalam penerjemahan seorang penerjemah tidak hanya

mempertahankan makna saja tetapi juga harus mempertahankan gayanya.

Makna dan gaya merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam

penerjemahan (Siad Shiyab, 2003:5). Penerjemahan atau pencarian padanan

makna tanpa penerjemahan gaya yang sesuai, hasil terjemahan akan menjadi

tidak lengkap dan tidak efisien. Makna adalah substansi yang dikomunikasikan

ke pembaca terjemahan, sedangkan gaya adalah cara bagaimana

mengkomunikasikan makna tersebut ke pembaca terjemahan. Sebagaimana

dinyatakan di dalam website Read Me First Network (2003) bahwa “ … style is

fundamental to literary writing and understanding it is essential. If content is

Page 63: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

what to communicate, then style is how we communicate that content, that is, the

form of the work”.

Dengan demikian apabila makna suatu teks dalam bahasa sumber

menggunakan gaya ilmiah, maka terjemahannya juga menggunakan gaya ilmiah.

Begitu juga bila makna teks bahasa sumber menggunakan gaya susastra, maka

terjemahannya juga menggunakan gaya susastra.

Makna merupakan sesuatu hal yang utama dalam kegiatan penerjemahan.

Tidak akan ada kegiatan penerjemahan jika tidak ada makna yang harus dialihkan.

Dalam kegiatan penerjemahan, seorang penerjemah harus mampu mencari

padanan makna dalam bahasa sasaran (Bsa) yang sedekat-dekatnya sama dengan

makna yang ada dalam bahasa sumber (Bsu). Soemarno (1999:1) menjelaskan

bahwa seorang penerjemah yang baik harus mampu menganalisis suatu wacana

atau teks untuk mendapatkan makna yang tepat dalam tataran leksikal, frase,

kalimat, dan bahkan makna dari seluruh wacana itu kemudian mengalihkannya ke

dalam bahasa sasaran.

2.2.3.1. Definisi Meaning, Denotation, Reference, dan Sense

Kajian mengenai makna ini termasuk dalam ranah semantik. Dalam studi

semantik, istilah makna bermacam-macam, yakni meaning, sense, denotation/

designation, dan reference (Edi Subroto, 1999:1). Menurut Edi Subroto, yang

dimaksud dengan meaning (diterjemahkan menjadi arti) adalah bentuk

pengetahuan kognitif yang terdapat di dalam bahasa, yang terdapat dan

distrukturkan di dalam dan oleh sistem bahasa, yang dipahami lebih kurang sama

Page 64: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

oleh para penutur dalam kegiatan berkomunikasi secara umum dan wajar. Hal

tersebut berarti bahwa arti itu dipahami oleh pengguna bahasa secara empirik

berdasarkan kemampuan kognitifnya sejak mulai belajar dan menguasai bahasa.

Dengan penguasaan arti secara empirik dan kognitif itu, seorang penutur mampu

melakukan pembahasaan atau simbolisasi secara verbal akan sebuah referent yang

ada disekitarnya. Sejumlah referent yang secara faktual barangkali berbeda-beda,

namun memiliki sejumlah ciri konseptual yang sama akan dibahasakan dengan

unit leksikal yang sama. Sebagai contoh, sebuah unit leksikal dengan nama

‘kursi’, meskipun secara empirik ditangkap adanya sejumlah benda yang disebut

kursi yang memiliki ciri-ciri konseptual yang berbeda-beda baik dalam hal

bahannya, wujudnya, jumlah kakinya, namun secara bersama dapat disimbolkan

dengan unit leksikal yaitu ‘kursi’.

Kemudian yang dimaksud dengan designation (designasi) atau denotation

(denotasi) adalah bagian dari arti yang ditentukan oleh sistem bahasa dan tidak

bergantung pada situasi yang khas dari sebuah tuturan. Designasi atau denotasi ini

mempunyai maksud yang serupa dengan istilah meaning di atas. Menurut Lyons

(1995:79) bahwa denotasi atau designasi ini memiliki kesamaan dengan meaning,

yaitu bahwa denotasi dari suatu leksem atau kalimat bersifat invarian dan tidak

tergantung pada tuturan, sebagaimana dinyatakan berikut:”…that the denotation

of an expression is invariant utterance-independent: it is part of the meaning

which the expression has in the language-system, independently of its use on

particular occasions of utterance.”

Page 65: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Sementara itu, yang dimaksud dengan reference (referensi) adalah bagian

dari arti yang bergantung pada situasi pemakaiannya dan bergantung pada wujud

tuturannya. Dalam arti bahwa referensi adalah suatu bentuk penunjukan dalam

kegiatan berbahasa yang nyata, yang bersifat tertentu, dan bergantung pada

konteks. Misalnya, ‘kursi’ dan ‘kursi itu’ mengandung maksud yang berbeda.

Yang pertama berkaitan dengan konsep denotasi, yaitu mengacu pada golongan

entity (maujud) yang dipersepsikan sama sebagai kursi, dan sebaliknya, ‘kursi itu’

termasuk proses referensi karena hanya menunjuk pada ‘kursi’ tertentu saja.

Hal berikutnya adalah sense. Edi Subroto memadankan istilah sense ini

dengan makna, yaitu arti sebuah butir leksikal atau sebuah tuturan kalimat

berdasarkan konteks pemakaian, situasi yang melatarinya, dan intonasinya.

Menurut Allan (1986: 68) yang dimaksud dengan sense adalah makna sebuah unit

leksikal atau tuturan sebuah kalimat dalam pemakaian yang konkret dalam situasi

tertentu. Tuturan sebuah kalimat itu terikat oleh latar pembicaraan, lingkungan

tekstual, dan dunia nyata yang dituturkan. Makna sebuah unit leksikal ini biasanya

ditunjukkan di dalam sebuah kamus. Dengan demikian, kalau arti (sebagai

padanan meaning) itu bersifat dasar, maka makna itu sudah bersifat spesifik

karena dirambu-rambui oleh struktur, oleh konteks pemakaian, oleh intonasi, dan

oleh latar yang melingkupinya. Misalnya kata baru. Untuk mengetahui makna

baru ini harus dikaji kemungkinannya berkombinasi atau disubstitusi dengan

leksem-leksem lain, misalnya lama, usang, tua, dan sebagainya.

Sementara itu, Lyons (1995:124) menyatakan bahwa sense hanya dapat

diterangkan dalam konteks hubungan makna antara leksem yang satu dengan

Page 66: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

leksem yang lain, atau antara ekspresi yang satu dengan ekspresi yang lain di dalam

sistem bahasa yang sama. Berkaitan dengan itu, Lyons menggunakan konsep

hubungan kombinatorial dan substitusional untuk menentukan makna sebuah

leksem. Hubungan tersebut sering disebut dengan hubungan sintagmatik dan

hubungan paradigmatik.

Hubungan sintakmatik merupakan hubungan linier antara unsur-unsur

bahasa dalam tataran tertentu; misal hubungan antara saya, bermain, dan kelereng

dalam kalimat: Saya bermain kelereng. Hubungan itu dikatakan hubungan in

praesentia. Di dalam pola kalimat bahasa Indonesia, pola sintakmatik tersebut dapat

dilihat di dalam bagan sebagai berikut:

S P O

Saya Bermain Kelereng

Bagan 2.3 Hubungan Sintakmatik

Sementara itu, hubungan paradigmatik merupakan hubungan antara unsur-

unsur bahasa dalam tataran tertentu dengan unsur-unsur lain di luar tataran itu yang

dapat dipertukarkan; misal dalam kalimat saya bermain kelereng. Antara saya dan

dia, mereka, Tuan Kate, dapat dipertukarkan. Hubungan antara unsur-unsur itu

Page 67: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

dikatakan hubungan in absentia. Hubungan pertukaran tersebut dapat dilihat di

dalam bagan sebagai berikut:

S P O

Saya Bermain Kelereng

Bagan 2.4 Hubungan Paradigmatik

Dengan melihat pada pendefinisian di atas, nampak bahwa yang dapat

dialihbahasakan dalam penerjemahan terutama adalah sense atau maknanya.

Dengan kata lain, sense atau makna memiliki peran yang penting di dalam

penerjemahan.

Saya Pak Udin Mereka Menteri Tuan Kate

Menendang Menanam Bermain Memberikan Menjual

Bola Jagung Kartu Hadiah Ikan Hias

Page 68: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

2.2.3.2 Makna Literal dan Makna Figuratif

Pengertian makna literal dan makna figuratif pada dasarnya mengarah

pada pembedaan di dalam sistem kebahasaan untuk menganalisis makna suatu

bahasa. Contoh dari pembedaan makna di atas dapat dilihat di dalam kalimat

berikut: The ground is thirsty. Kalimat ini memiliki makna berkias. Kata ground

sendiri memiliki makna literal, namun kata ground atau tanah dapat dipahami

bahwa ground itu tidaklah hidup, oleh karenanya ground tidak memerlukan

minuman atau merasakan haus. Pembaca kalimat tersebut akan secara langsung

menolak suatu interpretasi literal dan secara pasti akan menginterpretasikan

bahwa kata-kata tersebut yang dimaksud adalah The ground is dry, suatu analogi

yang mengarah pada kondisi yang menimbulkan rasa haus pada manusia atau

binatang. Begitu pula di dalam contoh kalimat yang diucapkan sebagai berikut:

“It’s raining cats and dogs”. Kalimat ini memiliki makna literal pada masing-

masing katanya, namun bagi pendengar akan secara langsung menolak interpretasi

literal tersebut karena dirasakan tidak sesuai, namun pendengar akan memilih

interpretasi figuratif dari tuturan tersebut, yang dibantu oleh suatu konteks, bahwa

yang dimaksud di dalam tuturan tersebut adalah kondisi atau keadaan hujan deras.

Menurut Motsch & Pasch (1987:35), makna harfiah ialah makna ujaran

yang konteks ujarannya tidak membawa kepada penafsiran semula terhadap

makna tertentu dari segi tatabahasa bagi kata atau ungkapan itu. Disini juga

makna harfiah itu berada pada suatu konteks namun tidak dipengaruhi oleh

konteks tersebut. Sementara itu, Searle (1979: 132) membuat perbedaan antara

makna penutur, makna kalimat, dan makna harfiah. Menurut Searle, makna

Page 69: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

harfiah berada dalam domain makna kalimat dan makna penutur bergantung pada

makna kalimat. Searle mengungkapkan bahwa makna harfiah berada pada suatu

konteks.

Menurut Israel (2004:1), makna literal merupakan makna lugas dan

termasuk ke dalam jenis makna yang paling sederhana, yang bersifat langsung,

harfiah, dan menerapkan aturan tatabahasa sewajarnya (ordinary rules of

grammar), dalam arti bahwa makna leksikal tersebut tidak memerlukan

penambahan imajinasi, inferensi, maupun gaya bahasa. Makna literal tersebut

terletak di dalam kata itu sendiri. Sementara itu, Turner (1991:147) memberikan

konsep pemahaman makna literal di dalam hubungan antara bahasa, pemikiran,

dan realitas. Menurut Turner, makna leksikal mengabaikan peranan imajinasi di

dalam konstruksi makna keseharian, berhubungan dengan suatu kebenaran dan

pemikiran di satu sisi, dan bertentangan dengan kebohongan dan khayalan di sisi

yang lain, sebagaimana yang dinyatakan sebagai berikut:

The real world is exhaustively literal: literal language refers to it; literal concepts mirror the literal world; literal language evokes literal concepts... Separate from all this, so the folk theory runs, there are mental imaginative connections that are false; they are expressed in figurative, non-literal language or literally false language; we must transform the meaning of this language in order to arrive at interpretations of it that can be literal and true. Makna leksikal tersebut tidak secara tiba-tiba berdiri sendiri, namun

keberadaannya tetap di dalam suatu kalimat atau paragraf, namun memiliki makna

yang terbebas dari konteks atau tidak dipengaruhi oleh suatu konteks. Di dalam

suatu tuturan yang panjang, misalnya di dalam sebuah novel, makna literal

mungkin berupa suatu cerita narasi biasa saja, yang terbebas atau tidak memiliki

asosiasi moral, politik, estetik, atau asosiasi simbolik lain yang ingin disampaikan.

Page 70: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Saeed (2000:15-17) menyatakan bahwa perbedaan antara makna literal

dan makna figuratif dapat dilihat di dalam penggunaan bahasa yang literal dan

non-literal. Penggunaan bahasa yang literal mengarah pada suatu keadaan, yaitu

pembicara yang mengungkapkan tuturan secara netral dan secara faktual tepat,

sedangkan penggunaan bahasa yang non-literal mengacu pada suatu keadaan,

yaitu pembicara secara berlebih-lebihan menggambarkan sesuatu dengan istilah-

istilah atau kata-kata yang tidak benar (untrue) dan tidak mungkin (impossible)

yang tujuannya untuk mendapatkan efek khusus. Lebih lanjut, Saeed memberikan

contoh sebagai berikut:

a. I’m hungry.

b. I’m starving.

c. I could eat a horse.

Di dalam contoh tersebut, bahwa pada kondisi atau keadaan lapar,

pembicara mungkin secara literal akan mengungkapkan tuturan sebagaimana poin

a, atau juga secara non-literal seperti pada poin b dan c. Di sini nampak bahwa di

dalam penggunaan bahasa non-literal, pembicara menggeser makna suatu kata

untuk kemudian disesuaikan dengan kondisi yang baru. Pergeseran atau

penyimpangan bentuk ungkapan bahasa ini, menurut Gorys Keraf (2002:113)

disebut dengan gaya bahasa (figures of speech), yaitu cara mengungkapkan

pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian

penulis atau pengguna bahasa. Pemakaian dengan cara yang khas tersebut ditandai

oleh adanya penyimpangan dari pemakaian bahasa lumrah.

Page 71: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Penggunaan gaya bahasa sering terjadi di dalam dunia sastra sebab kata-

kata harfiah memiliki keterbatasan. Dengan mengandalkan makna harfiah semata

dalam mendeskripsikan suatu objek atau ide, seorang pengarang akan menemui

halangan. Dengan gaya bahasa seorang pengarang dapat memperkaya makna

sehingga pengarang dapat menyampaikan pesan yang diinginkan secara lebih

leluasa.

Sementara itu, menurut Ratna (2009:164) figures of speech disebut juga

dengan majas, yaitu pilihan kata tertentu sesuai dengan maksud penulis atau

pembicara dalam rangka memperoleh aspek keindahan. Menurut Ratna, secara

umum majas dibedakan menjadi empat macam, yaitu: a) majas penegasan,

b) perbandingan, c) pertentangan, d) dan majas sindiran. Beberapa jenis majas

dibedakan lagi menjadi subjenis lain sesuai dengan cirinya masing-masing. Secara

tradisional bentuk-bentuk tersebut disebut dengan gaya bahasa. Namun demikian,

di dalam perkembangan kontemporer, majas hanyalah bagian kecil dari gaya

bahasa. Majas dengan demikian merupakan penunjang, unsur-unsur yang

berfungsi untuk melengkapi gaya bahasa. Dengan kalimat lain, gaya bahasa jauh

lebih luas daripada majas. Pada saat menganalis sebuah karya sastra, tidak

terhitung jenis gaya bahasa yang timbul yang harus dibicarakan, seperti panjang

pendeknya kalimat, tingkatan bahasa tinggi dan rendah, penggunaan kata-kata

serapan, penggunaan kosakata daerah, dan sebagainya. Gaya bahasa juga meliputi

cara-cara penyusunan struktur intrinsik secara keseluruhan, seperti: plot, tokoh,

kejadian, dan sudut pandang. Tidak ada suatu pemahaman apa pun tanpa adanya

Page 72: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

cara-cara tertentu yang berbeda. Demikian juga tidak ada karya sastra tertentu

tanpa gaya bahasa tertentu.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum dapat dipahami

bahwa makna leksikal atau sering disebut dengan makna harfiah adalah makna

yang sebenarnya, makna yang sesuai dengan hasil observasi indra kita, makna apa

adanya, atau makna kalimat yang bebas dari konteks yang melatarinya, sedangkan

makna figuratif atau makna kiasan adalah makna bahasa berkias yang dapat

menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Makna

figuratif ini merujuk pada kata atau kelompok kata yang dilebih-lebihkan atau

diubah makna sebenarnya yang dibantu oleh suatu konteks. Makna figuratif ini

dapat berupa suatu metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdot,

eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks,

satire, pars pro toto, totem pro parte, ataupun paradoks.

2.2.3.3 Jenis-jenis Makna dalam Penerjemahan

Sebagaimana dinyatakan di dalam subbab 2.2.3.1 mengenai definisi

meaning, denotation, reference, dan sense bahwa di dalam penerjemahan yang

dapat dialihbahasakan adalah sense atau makna. Oleh karena itu, makna atau

sense ini memegang peranan penting di dalam penerjemahan. Lebih lanjut, makna

dalam penerjemahan tidak hanya bisa dirunut dari kata per kata secara individual,

tetapi makna dalam penerjemahan harus dilihat dari rangkaian antarkata yang

saling berkaitan secara utuh yang terbungkus dalam suatu prosodi atau dengan

situasi tempat kata-kata itu digunakan (Soemarno, 1999:2). Dengan kata lain

Page 73: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

bahwa makna yang dibahas di dalam penerjemahan adalah makna-makna yang

langsung berhubungan dengan makna yang terdapat dalam teks.

Di dalam praktek menerjemahkan, perhatian seorang penerjemah terfokus

tidak hanya pada pengalihan makna suatu kata, namun meluas ke masalah

pengalihan pesan atau message (Nababan, 2003: 48). Pesan merupakan

keseluruhan makna atau isi suatu wacana yang hendak disampaikan oleh penulis

atau pembicara untuk dimengerti dan diterima oleh pembaca atau pendengar. Jadi,

pesan terdiri dari serangkaian kata atau lambang yang mempunyai makna, yang

kemudian dituturkan atau dituliskan untuk menyampaikan informasi kepada

pembaca atau pendengar. Misalnya, belajar adalah suatu kata. Kata belajar itu

mempunyai arti tetapi belum dapat dikatakan sebagai suatu pesan karena

informasi yang ada pada kata tersebut belum lengkap. Namun, kata belajar

tersebut akan memiliki pesan apabila dituliskan dengan rangkaian kalimat Naura

dan Najwa belajar membuat kue pastel kemarin. Rangkaian kata tersebut

mengandung pesan karena disusun secara logis dan memiliki informasi yang

cukup lengkap untuk diterima oleh pembaca.

a) Makna Leksikal

Makna leksikal adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem di

dalam suatu teks yang bersifat tetap. Makna tersebut dapat berupa makna literer

maupun makna non-literer (Saeed, 2000: 15-17). Di dalam proses penerjemahan,

penerjemah bisa mencari padanan makna yang mempunyai ciri-ciri fisik yang

sama dalam bahasa sasaran. Tetapi dalam penerjemahan seringkali para

Page 74: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

penerjemah mendapat kesulitan untuk menemukan padanan yang betul-betul sama

persis. Hal ini disebabkan karena makna dalam suatu bahasa yang selalu

mengikuti perkembangan budaya suatu bangsa.

Dalam kaitannya dengan penerjemahan, Soemarno (1999:3)

mengelompokkan kata-kata bermakna leksikal ke dalam tiga kelompok utama,

yaitu: (1) kata-kata dalam Bsu yang dengan mudah dapat dicari padanannya dalam

Bsa, misalnya kata-kata seperti radio = radio, computer = computer, book =

buku, gold = emas, dan sebagainya, (2) kata-kata bermakna leksikal Bsu yang

mempunyai padanan dalam Bsa, tetapi makna itu sebenarnya sudah sedikit

berbeda, baik dari segi fisik maupun konsepnya, namun kedua makna leksikal

tersebut (dalam Bsu dan Bsa) masih dianggap padanan, sehingga penerjemah

masih bisa menggunakannya sebagai padanan dalam penerjemahan, misalnya kata

‘rich’ (Ing) dan ‘kaya’ (Ind). Kata itu masih bisa digunakan sebagai padanan

walaupun ukuran ‘kaya’ antara negara satu dengan lainnya berbeda-beda, (3) kata-

kata dalam Bsu yang sulit dicari padanannya dalam Bsa, bahkan ada kata-kata

tertentu yang tidak dapat diterjemahkan ke dalam Bsa (untranslatable), dan

ketakterjemahan ini bisa dilihat dari faktor linguistik maupun kultural. Misalnya

kata ‘thanksgiving’ dalam bahasa Inggris sulit dicari padanannya dalam bahasa

Indonesia, sebaliknya kata ‘permisi’ (yang diucapkan sewaktu seseorang yang

akan meninggalkan rumah) sulit dicari padanannya dalam bahasa Inggris, karena

kebiasaan itu tidak ada dalam bahasa Inggris.

Page 75: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

b) Makna Situasional atau Kontekstual

Setiap kata dalam suatu bahasa sering sekali mempunyai makna lebih

dari satu. Makna apa yang ada dalam satu kata itu sangat dipengaruhi oleh

konteks di mana kata itu digunakan dalam proses komunikasi. Makna suatu kata

akan mempunyai arti sebanyak situasi atau konteks yang menyertainya

(Soemarno,1999:5). Dengan demikian kemampuan penerjemah dalam memahami

situasi di mana kata itu digunakan menjadi sangat penting, sehingga ia mampu

menemukan padanan makna yang sesuai dalam bahasa sasaran. Konteks sering

kali terikat oleh tempat dan juga waktu yang menyertainya. Sebagaimana contoh

berikut:

a. The prisoner thought that the policeman would not have the heart to fine him.

b. The rescue team hopes that the weather will be fine soon. c. Do you think the victims of the earthquake will be fine soon.

Fine pada ketiga kalimat tersebut tampaknya tidak mempunyai makna yang

benar-benar sama, walaupun bentuk kata tersebut benar-benar sama. Makna kata

fine dalam masing-masing kalimat tersebut sudah sangat dipengaruhi oleh konteks

di mana kalimat tersebut digunakan. Pada kalimat 1, fine berhubungan dengan

konteks hukum yang berarti ‘mendenda’. Hal ini berbeda dengan kalimat 2, fine

berarti ‘cerah’ karena berkaitan dengan kontek cuaca, sedangkan kalimat 3, fine

berarti ‘sehat’ karena berkaitan dengan kesehatan.

c) Makna Tekstual

Makna tekstual adalah makna yang berkaitan erat dengan suatu teks atau

wacana (Soemarno,1999:6). Kadang-kadang suatu bentuk kata yang sama akan

Page 76: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

mempunyai makna yang berbeda apabila kata itu digunakan dalam wacana yang

membicarakan bidang kajian yang berbeda. Misalnya kata morfologi yang

digunakan di dalam wacana biologi akan berbeda maknanya dengan morfologi

yang digunakan di dalam wacana linguistik. Makna instrumen dalam wacana

penelitian berbeda dengan instrumen dalam wacana musik. Perbedaan makna itu

dikarenakan adanya perbedaan konteks.

Sebenarnya makna tekstual masih ada kaitannya dengan makna

kontekstual. Bedanya adalah kalau makna kontekstual hanya sekadar dipengaruhi

oleh satu atau dua kalimat saja, sedangkan makna tekstual sangat dipengaruhi oleh

seluruh wacana yang menjadi latar belakang di mana kata itu digunakan. Kedua

pengertian ini masih sering dicampuradukkan oleh beberapa kalangan, karena

kedua hal tersebut dianggap suatu hal yang sama.

d) Makna Sosiokultural

Makna suatu bahasa sangat berkaitan erat dengan situasi sosiokultural di

mana bahasa itu digunakan sebagai alat komunikasi oleh masyarakat

(Soemarno,1999:7). Kelompok masyarakat yang satu dengan lainnya sebagai

pengguna bahasa tentu saja mempunyai istilah-istilah budaya yang bersifat unik

yang kadang-kadang tidak dapat ditemukan padanannya dalam bahasa yang lain.

Makna sosiokultural seringkali dipengaruhi oleh pola hidup

masyarakat sebagai pengguna bahasa itu. Makna ini, selain sering ditemukan

dalam bentuk kata-kata istilah budaya, seperti thanksgiving, labamba, mitoni, dan

sebagainya, sering juga ditemukan dalam ungkapan-ungkapan idiomatik yang

Page 77: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

tidak dapat dijelaskan maknanya dari kata-kata yang membentuk ungkapan itu,

seperti miss the boat, feel like a million buck, black sheep dan sebagainya.

Seorang penerjemah harus peka terhadap kata-kata yang erat kaitannya

dengan istilah-istilah sosiokultural itu. Penerjemah harus mampu mengidentifikasi

apakah istilah-istilah itu ada kemiripan atau padanannya dalam bahasa sasaran

atau tidak, sehingga penerjemah dapat menentukan apa yang harus diperbuat

ketika mengalihkan makna yang berkaitan dengan sosial budaya suatu masyarakat

tertentu.

e) Makna Implisit

Makna implisit adalah makna yang tidak diungkapkan secara nyata atau

tertulis oleh penulis atau pembicara karena pembaca atau lawan bicara/pendengar

sebagai interlocutor (teman bicara) telah memahami maksud dari tulisan atau

pembicaraan itu (Soemarno, 1999:8).

Di dalam bahasa pragmatik penutur tidak mengungkapkannya melalui

eksplikatur, tetapi melalui implikatur. Istilah implikatur ini diciptakan oleh Grice

(1975), yang semula membedakan makna ujaran menjadi dua, yakni makna

natural dan makna non-natural. Makna natural adalah makna yang muncul bila

ujaran yang sama muncul. Jadi makna natural suatu ujaran selalu sama. Makna

non-natural adalah makna yang berubah-ubah tergantung pada konteks

percakapannya. Makna non-natural inilah yang kemudian menjurus ke apa yang

disebut oleh Grice sebagai implikatur, yaitu yang mengacu ke makna yang

tersirat: yang tidak dikatakan oleh penutur, tetapi dikomunikasikan juga. Dengan

Page 78: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

implikatur, petutur menerka-nerka yang mana sebenarnya yang dimaksud oleh

penutur.

Makna implisit sering kali tersembunyi di balik gramatika bahasa, intonasi

bahasa, dan juga tersembunyi dalam ungkapan-ungkapan yang bersifat kiasan.

Agar mampu memahami makna yang ada dibalik gramatika bahasa itu,

penerjemah harus paham mengenai sistem yang ada pada bahasa tersebut. Untuk

menghindari kesalahpahaman pembaca hasil terjemahan, penerjemah boleh saja

mengalihkan makna yang implisit itu menjadi eksplisit sehingga pembaca

terjemahan tidak mengalami salah persepsi. Sebagai contoh dapat diamati dialog

berikut:

i. :What are you eating? ii. :Bread

Dalam menjawab pertanyaan di atas, B tidak perlu mengucapkan kata-kata

‘I am eating’ karena B menganggap bahwa A pasti mengetahui apa isi kata-kata

yang tidak diucapkan itu. Bagian makna yang tidak diucapkan itu disebut makna

implisit.

2.2.3.4 Gaya

Konsep gaya (style) menurut Leech and Short (1981:10) adalah suatu

sistem pilihan penggunaan bahasa. Secara lebih khusus Leech and Short

menjelaskan bahwa gaya merupakan sistem pilihan penggunaan bahasa secara

individu yang dilakukan oleh penulis dan gaya tidak digunakan sebagai suatu

Page 79: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

sistem pemakaian bahasa yang melibatkan tingkat sosial suatu kelompok, yaitu

pemakaian bentuk bahasa yang berhubungan dengan situasi sosial tertentu.

Clifford (2001: 90) mendefinisikan gaya sebagai berikut: “Style can be

defined as a characteristic mode of expression, and consciously or unconsciously

the translator displays one. In this respect, style is inextricably intertwined with

one’s idiolect, the way an individual normally speaks”. Definisi ini selaras

dengan yang dinyatakan Wales dalam kamusnya Dictionary of Stylistics

(2001:371) bahwa gaya pada dasarnya merupakan manner of expression dari

seorang penulis atau consistent way of such choosing yang dilakukan secara nyata

oleh penulis (Sandell, 1977:15).

Sementara itu di dalam kamus bahasa Inggris Encarta (2004) disebutkan

bahwa gaya merupakan way of writing or performing, yaitu cara bagaimana suatu

kata atau kalimat ditulis atau diucapkan yang secara nyata dibedakan dengan

kandungan atau isi tulisan atau ucapan. Lebih lanjut, Lynch (2001) memberikan

konsep gaya yang lebih luas bahwa gaya berarti sesuatu mengenai cara bagaimana

kita menyajikan sesuatu dalam bentuk tulisan yang membedakan tulisan yang baik

dengan tulisan yang jelek. Di sini jelas bahwa gaya digunakan sebagai suatu

istilah yang menekankan pada bentuk atau format dan membedakannya dengan isi

tulisan. Dengan kata lain, bahwa gaya adalah bagaimana (how) cara menyajikan

atau mengkomunikasikan sesuatu sedangkan isi atau makna mengacu pada apa

(what) yang disajikan atau dikomunikasikan. Gaya juga merupakan jembatan

individu yang membedakan seorang penulis yang baik dengan penulis biasa

(Chandler, 2004:1).

Page 80: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Di dalam karya susastra, gaya adalah penggunaan bahasa yang dilakukan

oleh pengarang yang berbeda dengan penggunaan bahasa secara umum (Toolan,

1990: 3). Gaya merupakan pilihan kata atau frase dari pengarang dan bagaimana

pengarang tersebut menyusun kata-kata dan frase tersebut di dalam kalimat dan

paragraf. Misalnya, seorang penulis mungkin menggunakan kata-kata sederhana

dan kalimat langsung, sementara penulis yang lain mungkin menggunakan

kosakata yang sulit dan mengelaborasi struktur kalimatnya (Encarta, 2004).

Lebih jauh, gaya dalam karya susastra tidak dapat dipisahkan dengan

makna atau pesan yang ada di dalam karya tersebut. Sebagaimana yang

dinyatakan oleh Saad (2003:6) bahwa karya susastra, misalnya puisi atau prosa

tidak dapat menyampaikan pesan yang terpisah dengan bentuknya, keduanya baik

pesan dan bentuk harus seiring sejalan.

Enkvist (1964:15) menyatakan bahwa gaya adalah suatu efek emosi

tertentu di dalam karya susastra yang dicapai melalui penggunaan unsur bahasa.

Penggunaan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu dengan

menggunakan bahasa yang rapi, indah, yang biasa saja, ataupun dengan

menggunakan bahasa yang buruk. Dengan kata lain, penggunaan unsur bahasa

yang berbeda-beda tersebut dilakukan dengan menggunakan kosakata denotatif

maupun konotatif untuk menimbulkan suatu efek keindahan. Sementara itu, Junus

(1989: 101) menyatakan bahwa gaya tidak bisa dilepaskan dari makna, karena

gaya berhubungan dengan proses pemaknaan (signification process). Oleh karena

itu, apabila berhadapan dengan sebuah teks atau wacana, maka kita dapat

Page 81: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

memberikan interpretasi terhadap penggunaan gaya tersebut. Dengan kata lain,

gaya adalah sesuatu yang dapat diinterpretasikan.

Gaya di dalam penerjemahan karya susastra merupakan potret dari wajah

si pengarang. Gaya seorang pengarang menentukan pilihan katanya dan

penerjemah menjadi seorang mediator yang harus memberikan berbagai pilihan

padanan. Jadi, pilihan kata yang menurut pengarang benar juga akan menjadi

benar menurut penerjemah.

Di dalam menerjemahkan karya susastra, memahami fitur-fitur kebahasaan

sangatlah penting, dan penerjemah seharusnya memiliki kemampuan

mengapresiasi dan menganalisis unsur seni dan pencitraan yang disajikan.

Penguasaan bahasa asing saja tidaklah mencukupi, namun penguasaan bahasa

asing ini penting sebagai landasan atau dasar yang baik untuk menerjemahkan.

Hal yang perlu dipertimbangkan adalah bahwa salah satu faktor penting di dalam

menerjemahkan karya susastra adalah kealamian karya tersebut dan penggunaan

sifat-sifat kebahasaan di dalam susastra tersebut. Bahasa susastra melibatkan

serangkaian fitur-fitur kebahasaan tertentu dan cara bagaimana fitur-fitur

kebahasaan tersebut digunakan. Memahami karya susastra berarti melibatkan

pemahaman dan penganalisisan fitur-fitur bahasa susastra tersebut. Oleh karena

itu, memahami karya susastra merupakan syarat mutlak dalam menerjemahkan

karya susastra, sebagaimana dinyatakan oleh Said Shiyab and M. Stuart Lynch

(2003:4) berikut:

Page 82: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

What translators need, in this respect, is not only to analyze words and concepts, but to create the artistic representations that affect the audience. The audience through the poetic images and the artistic representations conveyed in the original text and manifested in the translation must feel such ‘art’. In this respect, translating a text means creating a work of art in another language, this kind of work requiring the translator to be sensitive and imaginatively creative. The study of style, therefore, is the most fundamental issue in the translation of literary texts, playing an important role in literary translation, particularly the work that embodies such artistic devices as metaphor, symbolism, and even repetition.

Duff ( 1981: 7) menyatakan bahwa di dalam menerjemahkan, penerjemah

harus mempertimbangkan, misalnya, untuk siapa karya atau terjemahannya itu

diperuntukkan dan bagaimana tingkat kemampuan khusus para pembaca. Itu

berarti dia harus menentukan ragam bahasa terjemahannya dan mempertahankan

ragam bahasa itu secara ajeg. Bila kita cermati pendapat Duff ini, maka seorang

penerjemah harus menentukan ragam bahasa terjemahan sesuai dengan jenis teks

yang sedang diterjemahkan. Jika penerjemah menerjemahkan suatu teks ilmiah,

dia harus menggunakan ragam bahasa ilmu dalam terjemahannya. Hal sama

berlaku juga dalam penerjemahan karya susastra. Jika penerjemah menerjemahkan

sebuah prosa, maka penerjemah harus memunculkan gaya prosa tersebut dalam

terjemahannya. Dengan kata lain bahwa gaya bahasa prosa tersebut tidak

seharusnya diubah menjadi gaya bahasa puisi atau bahkan gaya bahasa ilmiah.

Di dalam mempertahankan gaya, di samping tentunya kesetiaan pada isi

pesan, maka pemunculan gaya perlu dipertimbangkan secara tepat. Penerjemah

harus tahu kepada siapa terjemahannya diperuntukkan dan bagaimana tingkat

kemampuan khusus para pembacanya. Hal ini perlu karena kemampuan seorang

ahli akan berbeda dari kemampuan seorang yang belum ahli dalam memahami isi

Page 83: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

teks terjemahan yang ada kaitannya dengan bidang ilmu yang mereka geluti.

Apabila terjemahannya itu ditujukan kepada para pembaca yang bukan ahli dalam

disiplin ilmu yang diterjemahkan, penerjemah perlu menyederhanakan kalimat

terjemahan yang berkonstruksi rumit tanpa mengaburkan atau menghilangkan

pesan yang terkandung dalam teks bahasa sumber. Kata-kata yang masih asing

bagi mereka perlu dicarikan padanannya dalam bahasa sasaran yang

memungkinkan pembaca dapat memahami konsep yang terkandung dalam kata-

kata tersebut. Sebaliknya, pembaca yang profesional tidak begitu mengalami

kesulitan dalam memahami suatu isi teks terjemahan yang diungkapkan dengan

kalimat-kalimat yang kompleks dan dengan istilah-istilah yang rumit dan

konseptual.

Juga, dimungkinkan sekali bahwa dalam suatu naskah bahasa sumber tidak

hanya terdapat satu jenis ragam atau gaya saja tetapi lebih dari satu gaya, maka

penerjemah juga harus mengenalinya dan menggunakan gaya-gaya yang

digunakan oleh penulis naskah. Oleh karena itu, gaya menunjukkan keakuratan

dan kewajaran penerjemahan karena salah satu alasan pilihan kata penerjemah

adalah memberikan gaya yang sedekat mungkin dengan gaya dalam Tsu.

Gaya dapat diukur secara kuantitatif dengan cara menentukan frekuensi

unsur-unsur gaya tersebut (Leech and Short, 1981:42). Unsur-unsur gaya tersebut

dapat dilihat dari sudutpandang kebahasaan (Xiaoshu, 2003: 2; Shiyab, 2003:4).

Di dalam sudut pandang kebahasaan ini, di dalam proses penerjemahan, semua

paragraf, kalimat, dan kata harus betul-betul diperhatikan sehingga pemilihan

terbaik dapat diambil untuk menghasilkan pemikiran, perasaan, dan gaya yang

Page 84: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

alami. Dari sudutpandang ini, gaya dibentuk dengan penggabungan paragraf,

kalimat, dan kata. Oleh karena itu, beberapa kalimat atau kata-kata tunggal yang

tidak diterjemahkan dengan baik, kalimat atau kata-kata tersebut tidak akan

mempengaruhi gaya secara keseluruhan dari karya yang diterjemahkan.

Di sini jelas bahwa paragraf, kalimat, dan kata benar-benar penting di

dalam gaya. Paragraf, kalimat, dan kata merupakan dasar utama dari gaya.

Kalimat dibentuk dari kata-kata, paragraf dibentuk dari kalimat-kalimat, dan

keseluruhan karya dibentuk dari paragraf-paragraf. Karya yang sangat baik

dihasilkan melalui kesempurnaan paragraf, paragraf dihasilkan melalui pemakaian

kalimat yang sempurna, dan kalimat dihasilkan melalui pemilihan kata yang

benar-benar sesuai. Ke semua hal tersebut adalah yang ingin dicapai oleh penulis

dan penerjemah dalam usahanya membuat hasil terjemahan yang benar-benar

sepadan gayanya. Dengan demikian, di dalam proses penerjemahan, penerjemah

harus melihat keseluruhan karya melalui kata-kata, kalimat dan paragraf dan

menentukan gaya yang bagaimana yang akan dipakai. Kemudian penerjemah

mulai menerjemahkan secara kalimat per kalimat dan paragraf per paragraf mulai

dari awal sampai akhir dengan terus memperhatikan pada reproduksi gaya yang

digunakan.

Bolaños (2008: 212) menyatakan bahwa gaya merupakan karakteristik

tekstual dari semua jenis teks yang menunjukkan bentuk verbalisasi penulis sesuai

dengan maksud komunikatifnya. Lebih lanjut Bolaños menyebutkan lima

parameter untuk menjelaskan gaya. Pertama adalah mendramatisir pergeseran

gaya, yaitu penggunaan berbagai pilihan kata di dalam Tsa dengan cara merubah

Page 85: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

atau menambahkan kata-kata secara lebih rinci meskipun kata-kata tersebut tidak

ada di dalam Tsa. Kedua adalah penggunaan ekspresi idiomatik, yaitu

menggunakan ekspresi idiomatik dalam Tsa yang sama dengan ekspresi idiomatik

yang digunakan di dalam Tsu. Ketiga adalah penggunaan gaya bahasa, yaitu

penggunaan gaya bahasa yang sama di dalam bahasa sasaran untuk menggantikan

gaya bahasa di dalam bahasa sumber. Keempat adalah penggunaan jenis bahasa

tertentu, yaitu penggunaan kata-kata yang sesuai, struktur kata dan berbagai

ekspresi yang ada di dalam Tsa sesuai dengan jenis teksnya. Kelima adalah

penggunaan tanda baca, yaitu penggunaan tanda baca di dalam Tsa yang dapat

diubah setelah membandingkannya dengan tanda baca di dalam Tsu.

Dari paparan yang disajikan di dalam sub-bab 2.1.3.1 mengenai jenis-jenis

makna dan sub-bab 2.1.3.2 mengenai parameter gaya, keseluruhan jenis-jenis

makna tersebut, yaitu makna leksikal, makna gramatikal, makna situasional atau

kontekstual, makna tekstual, makna sosiokultural, makna implisit, dan parameter

yang digunakan untuk menjelaskan gaya sebagaimana disampaikan di atas,

dijadikan sebagai acuan dalam penelitian ini.

2.2.4 Hakikat Susastra

Berbicara masalah susastra tidak bisa lepas dari kajian teks. Susastra

sering diidentikkan dengan teks yang diungkapkan dengan menggunakan medium

bahasa, baik bahasa tulis maupun bahasa lisan. Teks susastra maupun teks bukan

susastra sama-sama memiliki unsur kata, kalimat dan makna. Sebagai penanda

utama bahwa suatu teks tergolong ke dalam teks susastra apabila di dalam teks

Page 86: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

tersebut mengandung unsur estetika. Patokan estetik inilah yang biasanya sering

digunakan sebagai dasar penilaian teks susastra (Rene Wellek dan Austin Warren,

1977: 11).

Bahasa di dalam teks susastra bukan sebagai penentu akhir sarana

komunikasi karena bahasa di dalam teks susastra dapat digunakan tanpa batas.

Oleh karena itu, kalimat di dalam teks susastra sering bersifat abstrak, simbolis,

ambigu, dan bahkan inkonvensional. Bahasa sering disusun melalui permainan

kata-kata yang diwujudkan dengan ungkapan makna yang imajinatif. Makna

inilah yang mampu memberikan estetika isi di dalam teks susastra.

Bentuk nyata karya susastra adalah genre (Ratna, 2005:136; 2009:107).

Karya susastra adalah salah satu genre dari sejumlah peradaban manusia sebagai

aktivitas kreatif untuk memberikan kepuasan terhadap manusia dengan

memanfaatkan aspek keindahan. Secara garis besar karya susastra dibedakan

menjadi susastra lama dan susastra modern, susastra lisan dan susastra tulisan.

Karya susastra diklasifikasikan atas tiga genre utama, yaitu: puisi, prosa, dan

drama, yang ketiganya menggunakan medium bahasa, baik bahasa tulis maupun

lisan.

Karya susastra terdiri dari bentuk (struktur) dan isi (kandungan) (Ratna,

2009: 117). Kedua aspek tersebut memerlukan cara penyajian masing-masing,

tetapi aspek bentuklah yang dominan, sebagai suatu gaya bahasa. Tidak ada

penyajian aspek isi secara khas melainkan secara inklusif terkandung di dalam

Page 87: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

aspek bentuk itu sendiri. Oleh karena itu, disebutkan bahwa di dalam karya

susastra bahasa berfungsi sekaligus sebagai alat dan tujuan.

Sesuai dengan hakikatnya, karya susastra, baik sebagai hasil karya

pengarang maupun pemahaman pembaca, adalah imajinasi dan kreativitas.

Meskipun demikian, imajinasi dan kreativitas bukanlah khayalan. Karya susastra

memiliki acuan dan kemampuan di dalam menunjukkan gejala masyarakat pada

saat tertentu, kecenderungan tertentu, pandangan dunia, sistem sosial, berbagai

bentuk sistem kebudayaan, dan menampilkan adanya kecenderungan ilmu

pengetahuan sebagaimana ditunjukkan melalui fiksi ilmiah.

Novel The Highest Tide, misalnya, dapat dimasukkan ke dalam karya

susastra yang mengandung unsur fiksi ilmiah. Novel tersebut memuat berbagai

peristiwa yang dapat dikaitkan dengan ilmu pengetahuan biologi kelautan dan

sekaligus pengetahuan seputar kehidupan manusia. Meskipun demikian, fiksi

ilmiah tidak bermaksud untuk menjadi ilmu pengetahuan, fiksi ilmiah hanyalah

sebuah genre susastra, sehingga melalui karya tersebut dan dengan gaya bahasa

tertentu suatu kenyataan yang sama dapat menghasilkan makna yang berbeda.

Membaca karya susastra berbeda dengan ilmu pengetahuan. Permasalahan

dalam karya susastra, seperti tokoh dan kejadian harus dibaca melalui cara

pemahaman dan pengertian yang lebih banyak melibatkan perasaan, bukan

pembuktian secara intelektual. Memang benar bahwa di dalam menciptakan suatu

karya, pengarang harus membaca, bahkan melakukan penelitian, namun dalam

proses penulisan yang terpenting adalah bagaimana hasil pengalaman tersebut

disajikan kembali, yaitu dalam bentuk imajinasi.

Page 88: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Secara mendasar, suatu teks susastra setidaknya mengandung tiga aspek

utama, yaitu decore (memberikan sesuatu kepada pembaca), delectare

(memberikan kenikmaan melalui unsur estetik), dan movere (mampu

menggerakkan kreativitas pembaca) (Fananie, 2002:4). Aspek-aspek tersebut

tentu saja masih harus dijabarkan lebih lanjut pada bagian-bagian yang lebih

khusus, karena susastra tidak hanya sekadar mengurai maknanya secara harfiah.

Karya susastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik yang

didasarkan pada aspek kabahasaan maupun aspek makna. Estetika bahasa

biasanya diungkapkan melalui aspek puitik sedangkan estetika makna

diungkapkan melalui aspek kedalaman maknanya.

2.2.4.1 Novel

Sebagai salah satu genre susastra, karya fiksi atau prosa fiksi mengandung

unsur-unsur yang meliputi (a) pengarang atau narator, (b) isi penciptaan,

(c) media penyampai is berupa bahasa, dan (d) elemen-elemen fiksional atau

unsur-unsur intrinsik yang membangun karya fiksi itu sendiri sehingga menjadi

suatu wacana. Di dalam memaparkan unsur-unsur tersebut, pengarang

memaparkannya melalui (a) penjelasan atau komentar, (b) dialog maupun

monolog, dan (c) melalui kegiatan atau aksi. Lebih lanjut, karya fiksi dapat

dibedakan dalam berbagai bentuk, baik itu roman, novel, novelet, maupun cerpen.

Perbedaan berbagai macam bentuk tersebut pada dasarnya terletak pada kadar

Page 89: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

panjang-pendeknya isi cerita, kompleksitas isi cerita, serta jumlah pelaku yang

mendukung cerita itu sendiri (Aminuddin, 2009: 66).

Novel sebagai salah satu bentuk karya susastra memiliki keunikan

tersendiri yang membedakannya dengan jenis karya susastra yang lain seperti

puisi dan drama. Perbedaan-perbedaan tersebut sebagaimana yang dinyatakan

oleh Suryawinata (1982: 92-95) adalah: (a) puisi merupakan jenis karya susastra

yang paling emotif karena merupakan ekspresi penyair yang dikomunikasikan

melalui media puisi. Puisi juga mengeksploitasi asosiasi keindahan kata serta

efek-efek bunyi seperti keindahan efek bunyi yang berulang dalam rima, eliterasi

dan asonansi. Selain itu puisi juga memiliki unsur pokok yang membedakan

dengan jenis karya susastra yang lain, yaitu unsur pencitraan yang diungkapkan

dalam metafora atau kata-kata yang segar dan unik, (b) drama memiliki unsur

pokok yang berupa dialog atau monolog. Tanpa dialog drama tidak mungkin

dilakukan. Selain itu, drama memiliki unsur yang tidak kalah pentingnya yang

berupa karakterisasi atau penokohan. Tanpa karakterisasi yang kuat, drama akan

menjadi hambar dan tokoh-tokoh dalam drama akan menjadi pemain tanpa watak,

dan (c) novel memiliki unsur-unsur yang hampir sama dengan drama dengan

perbedaannya yang khusus. Novel memiliki unsur pokok berupa dialog dan dialog

ini merupakan salah satu unsur yang dipakai untuk mendapatkan bahasa yang

segar dan realistis. Unsur lain yang dimiliki novel adalah penokohan atau

karakterisasi yang kuat. Suatu novel, sebagaimana juga drama, akan menjadi

hambar apabila tidak memiliki unsur karakterisasi yang kuat karena tokoh-tokoh

yang tampil akan berubah menjadi sekadar pelaku untuk kelangsungan cerita saja.

Page 90: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Secara garis besar novel memiliki unsur-unsur yang berupa tema, ajang

(setting), suasana, plot, konflik, krisis, klimaks, dan penyelesaian dengan

menggunakan bahasa yang deskriptif, emotif, berbentuk dialog, nada, keindahan

bunyi, dan pencitraan dengan peran karakterisasi yang protagonis, antagonis, dan

peran pembantu. Selanjutnya Aminuddin (2009: 67-103) menyebutkan bahwa

novel memiliki unsur-unsur berupa tema, ajang, gaya, penokohan, alur, dan titik

pandang.

Tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperanan juga

sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang

diciptakannya. Seorang pengarang sebelum memulai proses kreatif penciptaan

haruslah memahami tema cerita yang akan dipaparkan, dan ini berbeda dengan

pembaca cerita yang baru dapat memahami tema apabila mereka telah selesai

memahami unsur-unsur penting yang menjadi media pemapar tema tersebut.

Ajang atau setting adalah latar peristiwa dalam karya fiksi, baik berupa

tempat, waktu, maupun peristiwa, serta memiliki fisikal untuk membuat cerita

menjadi logis dan fungsi psikologis untuk menuansakan makna tertentu serta

mampu menciptakan suasana-suasana tertentu yang menggerakkan emosi atau

aspek kejiwaan pembacanya.

Gaya dalam karya susastra mengandung pengertian sebagai cara seorang

pengarang menyampaikan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang

indah dan harmonis serta mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat

menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca. Cara seorang pengarang

mengungkapkan gagasannya dalam karya ilmiah tentunya berbeda dengan cara

Page 91: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

pengarang dalam karya susastra. Pengarang dalam karya ilmiah akan

menggunakan gaya yang bersifat lugas, jelas, dan menjauhkan unsur-unsur gaya

bahasa yang mengandung makna konotatif, sedangkan pengarang dalam karya

susastra justru menggunakan pilihan kata yang mengandung makna penuh,

refletif, asosiati, dan konotatif. Selain itu, susunan kalimat-kalimatnya juga

menunjukkan adanya variasi dan harmoni sehingga mampu menuansakan

keindahan dan bukan hanya nuansa makna harfiah atau tertentu saja. Oleh karena

itu, masalah gaya di dalam karya susastra pada akhirnya juga berkaitan dengan

masalah gaya bahasa itu sendiri.

Penokohan adalah cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku di dalam

suatu cerita. Cara pengarang menggambarkan atau memunculkan tokohnya

berbeda-beda. Mungkin pengarang menampilkan tokoh sebagai pelaku yang

hidup di dalam mimpi, pelaku yang memiliki cara seperti kehidupan manusia

yang sebenarnya, ataupun pelaku yang mementingkan diri-sendiri. Di dalam cerita

fiksi, pelaku tersebut dapat berupa manusia atau tokoh makhluk lain yang bersifat

seperti manusia, misalnya kucing, sepatu, boneka, dan lain-lain.

Alur atau plot adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan

peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam

suatu cerita. Tahapan peristiwa yang menjalin suatu cerita bisa terbentuk dalam

rangkaian peristiwa yang berbeda-beda. Tahapan tersebut dapat berupa dalam

rangkaian komplikasi, konflik, klimaks, peleraian, penyelesaian, dan pengenalan,

atau mungkin berawal dari eksposisi, komplikasi, klimaks, revelasi, penyelesaian,

dan sebagainya. Bagi pengarang, plot dapat diibaratkan sebagai suatu kerangka

Page 92: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

karangan yang dijadikan pedoman dalam mengembangkan keseluruhan isi cerita.

Bagi pembaca, pemahaman plot berarti juga pemahaman terhadap isi cerita secara

runtut dan jelas.

Titik pandang atau titik kisah adalah cara pandang pengarang menampilkan

para pelaku dalam cerita yang dipaparkannya. Titik pandang tersebut meliputi

narator atau pengisah yang sekaligus berfungsi sebagai pelaku cerita atau

pengisah yang hanya berfungsi sebagai pengamat terhadap pemunculan para

pelaku. Pengisah sebagai pelaku cerita biasanya menyebut pelaku utama dalam

cerita dengan nama pengarang sendiri, aku atau saya, sedangkan pengisah sebagai

pengamat menyebut nama pelakunya dengan dia, ia, mereka, atau nama-nama

lain.

Lebih lanjut, di dalam memahami karya susastra, khususnya novel, dapat

dilakukan dengan berbagai cara (Ratna, 2005: 552-556). Cara-cara tersebut adalah

dengan: (1) menganggap novel sebagai bentuk miniatur masyarakat, sebagai dunia

dalam kata-kata. Cara ini menyebabkan novel menampilkan unsur-unsur sosial,

seperti: tokoh, peristiwa dan latar, yang secara keseluruhan diadopsi melalui dunia

nyata. Tidak ada novel yang semata-mata diciptakan melalui imajinasi, dan

(2) novel merupakan respons interaksi sosial, keberadaan karya susastra lebih

banyak ditentukan oleh masyarakat. Cara ini mengkondisikan karya sebagai suatu

alat, sebagai prasarana estetis, yang melaluinya masyarakat dapat menemukan

aspirasinya.

Page 93: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

2.2.4.2 Resume Novel The Highest Tide

Novel The Highest Tide karya Jim Lynch (2005) telah diterjemahkan oleh

Arif Subiyanto ke dalam novel berbahasa Indonesia Pasang Laut. Novel tersebut

diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada bulan Februari 2007 dengan

ukuran buku 13.5 x 20 cm dan tebal 328 halaman. Novel tersebut menarik

perhatian peneliti untuk dianalisis karena novel tersebut merupakan pemenang

Pacific Northwest Booksellers Book Award 2006 dan telah dipublikasikan

sehingga menjadi konsumsi publik. Novel The Highest Tide karya Jim Lynch ini

merupakan novel yang ditulis belum lama (tahun 2005) dan diterjemahkan dalam

kurun waktu yang relatif masih baru (tahun 2007) sehingga bahasa yang

digunakan baik dalam bahasa sumber maupun bahasa sasaran adalah bahasa saat

ini, dan novel The Highest Tide ini merupakan sumber data penelitian yang

dianggap sangat bermanfaat (menurut peneliti) untuk menjawab semua

permasalahan yang sudah dirumuskan dan target yang ingin dicapai oleh peneliti.

Novel The Highest Tide ini mengisahkan dua minggu musim panas dalam

kehidupan Miles O’Malley, sang protagonis sekaligus narator yang berusia

hampir empat belas tahun. Dua minggu ini menjadi begitu berarti dengan

sejumlah kejadian yang saling bersilang-sengkarut dalam kehidupan Miles.

Yang pertama begitu menonjol terkait dengan kegemaran Miles kepada

laut. Sebagai seorang bocah penggemar laut dan segala isinya, ditambah lagi

dengan insomnia yang diidapnya, Miles suka menyelinap keluar rumah malam-

malam dan berjalan-jalan di paya asin dekat rumahnya. Malam itu, dia

menemukan cumi-cumi raksasa terdampar. Tahu bahwa tidak lazim mendapati

Page 94: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

cumi raksasa di perairan dangkal, kepada wartawan yang meliput secara iseng

Miles mengatakan, “Mungkin bumi ingin mengatakan sesuatu kepada kita”.

Anehnya, kata-katanya itu malah menjadikannya didengar banyak orang.

Ditambah lagi, beberapa hari sesudahnya datang seorang reporter yang mengupas

habis tentang kehidupannya, mulai dari keluarga, kehidupan pertemanan, hingga

sekolahnya. Maka, sejak itu Miles menjadi seorang selebritis dadakan, seorang

mesias kecil yang menyampaikan pesan dari alam.

Kejadian penting kedua terkait dengan keluarganya. Miles tumbuh dengan

keluarga yang tidak wajar. Ayahnya tidak dewasa dan sangat terobsesi dengan

tinggi badan. Si ayah mengukur tinggi badan Miles setiap bulan untuk mengetahui

perkembangannya. Sementara ibunya bekerja di kantor pemerintahan yang

membosankan dan mengaku menyesal menikah dengan ayahnya. Bahkan

sekurangnya tujuh kali Miles mendengar Ibu menyebut dia hasil kecelakaan.

Miles adalah buah dari kegagalan aborsi. Bisa dibayangkan betapa besar pengaruh

ucapan seperti ini kepada seorang anak yang sedang dalam masa pertumbuhan dan

pikirannya gampang menerima kesan. Pertengkaran demi pertengkaran ayah

ibunya kian meruncing dan Miles sampai menebak-nebak mereka akan cerai, dan

hatinya sudah siap hancur.

Terakhir terkait dengan dunia sosialnya, Miles dipaksa untuk bersiap-siap

ditinggalkan orang-orang yang dekat dengannya. Angie Stegner, mantan

perawatnya yang juga menjadi gadis yang memenuhi khayalan seks-nya, kian

tenggelam dalam pergaulan bebas, dan dia sudah bersiap-siap melanjutkan

studinya ke kota lain. Sobat karib Miles, seorang perempuan tua bernama

Page 95: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Florence, kian tak bisa diharapkan untuk selalu menjadi teman bicaranya.

Kesehatannya kian buruk. Yang selalu dekat dengannya tinggal Phelp, seorang

sebaya yang juga menjadi karyawannya untuk mencari tiram. Phelp sosok yang

sangat mengingatkan pembaca kepada tokoh Huck Finn dalam novel anak klasik

The Adventure of Tom Sawyer dan The Adventure of Huckelberry Finn karya

Mark Twain yang menyuplai Miles dengan bacaan, gambar, dan cerita-cerita

merangsang yang semakin membuat resah Miles pada awal masa pubernya itu.

Jim Lynch (penulis) membawa konflik-konflik ini kepada klimaksnya

masing-masing dengan tenang. Perceraian kedua orang tua Miles, ramalan

Florence tentang akan terjadinya pasang tertinggi, keadaan Miles, Angie Stegner,

semuanya terjawab pada bab-bab akhir novel tersebut. Ketrampilan Lynch

meracik kenakalan, kegetiran, dan keranjingan seks yang terkesan jenaka

berpotensi membuat pembaca resah untuk cepat-cepat mengetahui ujung cerita.

Meskipun penulis sangat ingin menyampaikan kepeduliannya kepada

lingkungan setelah melihat penemuan sebuah ikan aneh di dekat tempat

tinggalnya, dia tetap memberi porsi yang cukup untuk hal-hal lain yang

mempengaruhi kehidupan seorang remaja seperti keluarga, hobi, pertemanan, dan

problem seputar pubertas. Dengan dua hal itu, pembaca pun mendapatkan

pengetahuan tentang laut dengan kesegaran pikiran remaja yang mengasyikkan

dan seringkali memaksa kita tertawa-tawa sendiri. Dalam kaitannya dengan

kepedulian lingkungan si penulis, di sini Miles digambarkan sebagai anak yang

sangat paham tentang isi laut karena kegemarannya membaca buku-buku biologi

laut Rachel Carson. Saking bagusnya pemahaman dia tentang perilaku makhluk

Page 96: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

laut, Profesor Kramer mengatakan “kau membuat ilmuwan dan orang-orang lain

tampak bodoh”. Maka, tidaklah berlebihan jika dikatakan di sampul belakang

bahwa buku ini memperluas wawasan kita tentang dunia kelautan.

2.2.4.3 Bagian-bagian Substansi di dalam Novel The Highest Tide

Di dalam penelitian ini yang dimaksud dengan bagian-bagian substansi

dalam novel adalah ungkapan-ungkapan yang lebih khusus dari teks novel sumber

yang tidak hanya mengenai maknanya secara umum atau memiliki karakter

leksikal, namun bagian-bagian teks novel yang mengandung atau memiliki

pemahaman mengenai konteks budaya dan struktur bahasa yang memiliki makna

figuratif atau konotatif. Bagian-bagian yang khas atau khusus tersebut adalah

ungkapan-ungkapan yang berhubungan dengan budaya materi, istilah-istilah

ekologi, budaya sosial, dan ungkapan-ungkapan figuratif. Dari sinilah teks novel

ditentukan kualitas dan kekhasannya yang istimewa.

2.2.4.3.1 Ungkapan-ungkapan yang Berhubungan dengan Budaya Materi

Newmark (1988:97) menyebutkan beberapa ungkapan yang termasuk

ke dalam budaya materi, yaitu:

a. Food (makanan), yaitu ungkapan-ungkapan yang berhubungan dengan istilah-

istilah makanan, minuman dan cara penyajiannya. Di Amerika, misalnya,

terdapat macaroni, spaghetti, ravioli, pizza, junk food, hors d’oeuvre, starter,

dessert, Algerian wine, dan sebagainya.

Page 97: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

b. Cloth (pakaian), yaitu ungkapan-ungkapan yang berhubungan dengan istilah-

istilah pakaian tradisional, kostum nasional, dan cara berpakaian. Di beberapa

negara, misalnya, terdapat istilah sari, kimono, yukala, jubbah, jeans, dan

sebagainya.

c. House (tempat tinggal, yaitu ungkapan-ungkapan yang berhubungan dengan

tempat tinggal komunitas masyarakat yang biasanya memiliki tempat tinggal

yang khas dan memiliki tujuan tertentu, misalnya palazzo, hotel, bungalow,

hacienda, pension, villa, borgata, dan sebagainya. Sementara itu, Sumarno

(2003: 18-21) menambahkan bahwa budaya materi juga dapat berupa bangunan

tradisional, yaitu ungkapan-ungkapan yang berhubungan dengan ciri khas

bangunan di suatu budaya dan tidak terdapat di budaya lain. Di Cina, misalnya,

terdapat bagunan yang disebut Tembok Cina, di Indonesia terdapat Rumah

Gadang, Pendhopo Agung, dan sebagainya.

d. Transport (moda transportasi), yaitu ungkapan-ungkapan yang berhubungan

dengan sarana dan sistem perhubungan. Di beberapa negara, alat transportasi

ini telah menjadi simbol dari kepemilikan pribadi dan seringkali

mengkonotasikan martabat seseorang. Beberapa nama alat transportasi tersebut

tidak hanya memiliki nama lokal, namun juga telah meng-internasional,

misalnya: jumbo jet, Metro, BMW, Volvo, fly-over, phaethon, landau, tulbury,

dan sebagainya.

Page 98: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

2.2.4.3.2 Ungkapan-ungkapan yang Berhubungan dengan Istilah Ekologi

Istilah–istilah ekologi berbeda-beda antara satu budaya dengan budaya

lain tergantung pada penamaan masing-masing wilayah dan tingkat kekhasannya

(Newmark, 1988: 97). Beberapa negara memiliki istilah-istilah lokal dengan

unsur-unsur lokalnya yang sangat kuat, dan penamaan istilah-istilah lokal tersebut

memiliki fungsi yang penting dalam menunjukkan geografis dan identitas suatu

negara. Misalnya, plateau yang secara geografis merujuk pada wilayah yang

terdapat di Inggris dan Amerika, sedangkan nama lainnya yaitu mesa, altipiano,

secara geografis langsung merujuk pada suatu wilayah yang ada di Spanyol dan

Italia.

Selain itu, beberapa unsur-unsur ekologi lain, yaitu jenis musim, hujan,

lembah, ikan, dan lain sebagainya yang tidak dapat dipahami baik secara denotatif

maupun konotatif juga memiliki kata-kata budaya yang perlu dicarikan

penyelesaian padanan, misalnya jenis ikan nudibranch yang hanya terdapat di

Lautan Pasifik, namun tidak ditemukan di wilayah lain, begitu pula unsur-unsur

ekologi lain yang erat kaitannya dengan unsur komersial, misalnya mango,

advocado dan lain-lain yang menjadi produk dan kekhasan suatu wilayah yang

kemudian di bawa atau di impor ke wilayah lain yang kemudian dinaturalisasikan

menjadi mangue, avocat, dan lain-lain di wilayah lain.

2.2.4.3.3 Ungkapan-ungkapan yang Berhubungan dengan Budaya Sosial

Menurut Newmark (1988:98) yang dimaksud dengan budaya sosial

secara khusus adalah manifestasi tertentu di dalam suatu masyarakat yang

Page 99: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

diungkapkan dengan menggunakan bahasa khusus atau tertentu, atau dengan kata

lain sebagai foreign cultural words. Yang tergolong ke dalam budaya sosial

tersebut adalah ungkapan-ungkapan di dalam suatu pekerjaan dan kegiatan di

waktu senggang yang biasanya dilakukan oleh anggota suatu komunitas

(Newmark, 1988: 99), sebutan atau penamaan yang diberikan kepada seseorang

(Thriveni, 2002:1), dan peristiwa budaya (Sumarno, 2003: 18-21).

a. Pekerjaan

Di dalam menerjemahkan masalah pekerjaan, penerjemah harus

membedakan antara masalah penerjemahan denotatif dan konotatif dari pekerjaan

tersebut. Ungkapan-ungkapan pekerjaan yang denotatif biasanya jarang

menimbulkan masalah terjemahan, karena kata-kata atau ungkapan-ungkapan

tersebut dapat secara fungsional didefinisikan atau ditransfer, misalnya,

ungkapan-ungkapan di dalam Tsu pork-butcher, cake shop with café, menjadi

jagal, warung kopi di dalam Tsa.

Ungkapan-ungkapan konotatif di dalam pekerjaan mungkin dapat

menimbulkan masalah terjemahan, misalnya, ungkapan-ungkapan the masses, the

working class. Ungkapan-ungkapan tersebut dapat menimbulkan makna positif

dan negatif, yaitu ungkapan-ungkapan yang dapat berarti sekelompok orang yang

bekerja (bukan pengangguran) ataupun kelompok orang yang bekerja di pabrik

(pekerja pabrik) atau pekerja kasar yang miskin.

b. Kegiatan Waktu Senggang

Ungkapan-ungkapan budaya sosial yang merujuk pada kegiatan-

kegiatan yang dilakukan pada saat santai dapat berupa pertandingan-pertandingan

Page 100: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

nasional, misalnya: cricket, bull-fighting, tennis, card-games, gambling games,

dan sebagainya.

c. Sebutan atau Penamaan

Sebutan atau penamaan terhadap seseorang merupakan unsur budaya

sosial yang sering diwujudkan atau diungkapkan di dalam suatu kelompok atau

komunitas tertentu. Ungkapan-ungkapan tersebut juga sering digunakan oleh

penulis atau pengarang sebagai nilai asosiatif. Misalnya, sebutan Tuan Kate untuk

menyebut seseorang yang kerdil, yang diibaratkan mirip dengan ayam kate. Selain

itu sebutan atau penamaan tersebut juga sering diwujudkan untuk

mengekspresikan ungkapan-ungkapan tertentu terhadap karakter fisik seseorang,

misalnya menyebut rambut dengan ungkapan bangs, dan sebagainya.

d. Peristiwa budaya

Peristiwa budaya, yaitu ungkapan-ungkapan yang berhubungan dengan

kegiatan atau peristiwa suatu negara, seperti Thanksgiving di Amerika Serikat,

Sekaten, Kenduren, dan sebagainya di Indonesia. Peristiwa-peristiwa budaya

tersebut menimbulkan permasalahan di dalam menerjemahkan karena peristiwa

budaya di suatu tempat sangat mungkin tidak dapat ditemukan padanannya di

budaya lain.

Peristiwa budaya ini juga menyangkut kegiatan-kegiatan keorganisasian,

keagamaan, kesenian, dan juga istilah-istilah khusus suatu konsep atau gagasan.

Istilah-istilah khusus mengenai suatu gagasan merujuk pada suatu istilah yang

dipakai baik secara populer maupun dalam bidang tertentu sebagai suatu entitas

atau kejadian. Di dalam perkembangannya, sekarang banyak orang yang

Page 101: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

menganggap bahwa gagasan adalah suatu kekayaan intelektual seperti hak cipta

atau paten.Terma organisasi maupun religi merujuk pada istilah-istilah suatu

organisasi atau religi yang dapat berupa organisasi politik, sosial, negara, sekolah,

dan sebagainya. Organisasi-organisasi tersebut seringkali memiliki istilah-istilah

yang unik dan hanya dimiliki oleh anggota organisasi tersebut, misalnya,

organisasi militer, yang memiliki istilah-istilah seperti junta, guinta, junte, mayor,

dan sebagainya. Sementara itu, di dalam bahasa religi, juga diwujudkan dalam

berbagai varian istilah atau ungkapan, misalnya Santa Claus, Saint Nicholas,

Father Christmas, Kris Kringle, dan lain-lain.

Sementara itu, istilah artistik merujuk pada suatu produk atau proses dari

suatu unsur yang sedemikian rupa mempengaruhi makna, emosi, dan

intelektualitas. Artistik mencakup berbagai wilayah kegiatan, kreasi, dan bentuk

ekspresi manusia yang termasuk di dalamnya adalah musik, potografi, film,

patung, lukisan, gedung seni, dan sebagainya.

2.2.4.3.4 Ungkapan-ungkapan yang Berhubungan dengan Gaya Bahasa

Di dalam penelitian ini, peneliti menegaskan bahwa gaya bahasa berbeda

dengan gaya. Sebagaimana yang peneliti uraikan di dalam subbab 2.2.3.2 bahwa

gaya adalah way of writing atau cara bagaimana penulis atau pengarang

menyajikan sesuatu dalam bentuk tulisan, sedangkan gaya bahasa adalah cara

bagaimana menyusun bahasa sehingga menimbulkan nuansa keindahan. Gaya

digunakan sebagai suatu istilah yang menekankan pada bentuk tulisan dan

membedakannya dengan isi tulisan. Cara penulis menyajikan tulisannya mungkin

Page 102: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

saja menggunakan struktur kata atau kalimat yang kompleks atau sederhana,

menggunakan istilah-istilah teknis atau budaya, menggunakan pemilihan

partisipan dari beragam sudutpandang, ataupun juga menggunakan bahasa-bahasa

figuratif atau gaya bahasa yang berbeda-beda. Dengan kata lain, gaya bahasa

merupakan bagian dari gaya.

Secara umum yang dimaksud dengan gaya bahasa adalah cara-cara yang

khas, bagaimana segala sesuatu diungkapkan dengan cara tertentu, sehingga

tujuan yang dimaksudkan dapat dicapai secara maksimal (Ratna , 2009: 3). Di

dalam karya susastra, gaya bahasa adalah cara penyusunan bahasa sehingga

menimbulkan aspek estetis. Secara tradisional gaya bahasa disamakan dengan

majas atau suatu kiasan yang digunakan penulis atau pembicara dalam rangka

memperoleh aspek keindahan. Majas tersebut secara umum dibedakan menjadi

empat macam, yaitu: majas penegasan, perbandingan, pertentangan, dan majas

sindiran.

Dilihat dari hakikat karya susastra secara keseluruhan, sebagai kualitas

estetis, perbandingan dianggap sebagai majas yang paling penting sebab semua

majas pada dasarnya memiliki ciri-ciri perbandingan. Metafora, sebagai salah satu

bentuk majas, merupakan yang paling banyak dan paling sering di dalam

memanfaatkan perbandingan, atau dengan kata lain, di antara semua majas, maka

metaforalah yang paling penting. Menurut Wellek dan Warren (1989: 246) makna

karya susastra justru terletak di dalam metafora yang berkaitan dengan

perumpamaan secara umum karena di dalam susastra yang penting adalah citra

yang ditampilkan dengan ciri khasnya yang estetis. Oleh karena itu, di dalam

Page 103: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

penelitian ini, metafora menjadi objek kajian yang berhubungan dengan gaya

bahasa.

Metafora didefinisikan melalui dua pengertian, secara sempit dan luas.

Pengertian secara sempit, metafora adalah majas seperti metonimia, hiperbola,

personifikasi, dan sebagainya. Pengertian metafora secara luas meliputi semua

bentuk kiasan, penggunaan bahasa yang dianggap menyimpang dari bahasa baku.

Di dalam kaitannya dengan penciptaan citra atau kesan baru, metafora menurut

Larson (1984: 246) dibagi menjadi dua kategori, yaitu metafora hidup dan

metafora mati. Metafora hidup adalah metafora yang temporer atau serta-merta

diciptakan oleh penulis atau pembicara untuk melukiskan sesuatu, yang

seringkali penciptaannya dilakukan secara emosional. Misalnya, penggunaan

bahasa ‘pisau tajam’, yang semula mengacu pada pengertian benda nyata

kemudian menjadi ‘pikiran tajam’ untuk menunjukkan kejernihan, kedalaman,

dan ketelitian seseorang dalam menganalisis suatu permasalahan, sama dengan

kemampuan pisau tersebut. Pisau yang tajam atau benda-benda lain yang tajam

tidak akan menghasilkan makna yang baru sebab makna tajam yang dimiliki oleh

pisau sudah dianggap sebagai makna literal. Sebaliknya, pikiran tajam berhasil

membangkitkan emosi sebab makna tajam itu sendiri sudah berada di dalam

konteks yang baru. Dengan kata lain bahwa metafora hidup merupakan estetis

yang memberikan kesan baru. Metafora hidup ini akan mudah dipahami apabila

pembaca atau pendengar memberikan perhatian yang khusus terhadap

perbandingan yang telah dibuat.

Page 104: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Metafora mati atau seringkali disebut dengan bahasa klise atau idiom

merupakan metafora yang dibentuk dengan tidak lagi memikirkan pembanding

makna dasarnya, namun langsung memikirkan pada makna idiomatis yang

dibentuknya. Contoh dari metafora mati ini adalah leg of the table atau kaki meja.

Penulis atau pembicara membentuk metafora ini dengan membandingkannya

antara kaki meja dengan kaki manusia, namun penulis dan pembaca tidak lagi

memikirkan kaki manusia ketika menggunakan tersebut. Metafora seperti kaki

meja ini memiliki makna yang tetap atau tidak berubah. Jadi, makna metafora

mati atau idiom tidak dapat diprediksi dari kata-kata yang membentuk idiom

tersebut. Misalnya, if convicted, he will certainly get the hot seat, yang memiliki

makna ‘hukuman mati’. Arti idiom tersebut sama sekali tidak dapat diprediksi dari

kata-kata pembentuknya, yaitu hot dan seat.

Larson (1984: 246) menyatakan bahwa idiom memiliki makna idiomatik

yang juga disebut dengan non-literal meaning (figurative meaning) atau figure of

speech, yaitu sebuah kata atau frase yang dipakai untuk menciptakan efek khusus

dan dipakai bukan dalam arti yang sebenarnya. Idiom bisa merupakan kelompok

kata atau frase, klausa, dan bahkan kalimat. Idiom termasuk ke dalam ungkapan

figuratif yang terdapat di dalam semua bahasa dan makna dari idiom tersebut

tidak bisa diprediksi dari kata-kata yang menyusunnya secara harfiah.

Walaupun pengarang susastra melakukan penyimpangan struktur-struktur

bahasa yang lazim dipakai, kenyataannya mereka tidak dapat melepaskan diri

secara total akan konvensi susastra. Menurut Aminuddin (2009:44-46), konvensi

Page 105: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

susastra tersebut secara umum dapat dilihat melalui penanda-penanda sebagai

berikut:

a) Bahasa yang dipakai di dalam susastra adalah bahasa yang bersifat estetis,

puitis, dan menyentuh rasa keindahan. Keindahan bahasa susastra tercipta

lewat pendiksian yang tepat serta kompensasi bunyi yang serasi. Setiap novel

pasti memenuhi penanda ini.

b) Karya susastra bersifat imajinatif atau fiktif, yaitu suatu cerita rekaan yang

berangkat dari daya khayal kreatif. Karya susastra bersifat intuitif yang

mengutamakan faktor rasa. Imajinasi merupakan wilayah khusus yang tidak

perlu dicocok-cocokkan dengan kenyataan, walaupun sesuatu yang bersifat

imajinatif tidak harus irasional. Sesuatu yang bersifat imajinatif boleh jadi

terjadi dalam kehidupan nyata, karena bagaimanapun juga karya susastra

merupakan refleksi kehidupan manusia.

c) Bahasa susastra bersifat konotatif dan multiinterpretasi. Bahasa susastra

mempunyai banyak makna dan dapat ditafsirkan melalui berbagai macam

aspek dan dimensi. Oleh karena itu, dapat disebutkan bahwa karya susastra

memang merupakan karya kreatif yang harus mampu menggugah kreativisme

dan merangsang daya pikir. Jika seseorang berhasil menginterpretasikan

ungkapan-ungkapan susastra yang rumit, maka dia tidak perlu mengklaim

bahwa tafsirannyalah yang paling benar, karena penafsiran karya susastra

terbuka terhadap banyak tafsir. Karya susastra selalu mempunyai berlapis-

lapis makna dan karenanya selalu mengundang penafsiran makna-makna baru.

Karya susastra bersifat dinamis.

Page 106: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

d) Bahasa susastra bersifat simbolis, asosiatif, sugestif, dan konotatif. Bahasa

susastra mengungkapkan sesuatu dengan kiasan. Penggunaan bahasa kias

dalam karya susastra bukan berarti pengarang sengaja membuat pembaca

bingung, namun justru lebih mendorong pembaca untuk berfikir kreatif.

Bahasa kias juga mencerminkan kehalusan perasaan pengarang dan daya

asosiasi yang tinggi.

e) Tokoh-tokoh didalam karya susastra dilukiskan dengan karakter, pribadi, dan

pencitraan diri yang kuat. Keberadaan tokoh-tokoh tersebut terasa hidup dan

berada kuat di tengah-tengah kita. Setting dilukiskan dengan cermat dan

hidup, sedangkan plotnya begitu memikat. Adanya setting dan plot

memungkinkan para tokoh bias bergerak dengan leluasa untuk melahirkan

konflik-konflik yang dramatis.

Dengan mengacu pada konvensi di atas dan dengan mempertimbangkan

gaya bahasa sebagai pemakaian bahasa secara khas, maka pemakaian bahasa yang

khas dapat diidentifikasi dengan (1) secara teoretis, menemukan ciri-ciri

pemakaian bahasa yang khas yang pada umumnya dilakukan dalam kaitannya

dengan penelitian ilmiah, misalnya, pada saat menganalisis sebuah karya susastra,

dan (b) secara praktis, melalui pengamatan langsung terhadap pemakaian bahasa

sehari-hari, misalnya, melalui pemakaian berbagai perumpamaan (Ratna,

2009:13). Namun demikian, dikaitkan dengan relevansinya sebagai kekhasan itu

sendiri, bahasa yang diciptakan dengan sengaja, maka pemakaian bahasa yang

khas pada umumnya dibatasi pada karya susastra.

Page 107: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Dominasi penggunaan bahasa yang khas ini di dalam karya susastra

diakibatkan oleh beberapa hal sebagai berikut:

a) Karya susastra merupakan karya yang mementingkan unsur keindahan.

b) Karya susastra di dalam menyampaikan pesan menggunakan cara-cara tidak

langsung, sepert refleksi, manifestasi, dan representasi.

c) Karya susastra adalah curahan emosi, bukan intelektual.

Aspek keindahan, pesan tak langsung, dan hakikat emosional

mengarahkan bahasa susastra pada bentuk penyajian terselubung dan bahkan

sengaja disembunyikan. Ada suatu kesan bahwa untuk menemukan pesan di

dalam karya susastra harus dilakukan melalui jalan yang panjang dan berbelok-

belok. Jadi, karya susastra berbeda dengan karya ilmiah yang justru menghindari

unsur estetis dan emosionalitas. Karya susastra juga berbeda dengan bahasa

sehari-hari yang bersifat praktis dan cepat dimengerti.

Penggunaan bahasa khas bukan dalam pengertian bahwa bahasa susastra

berbeda dengan bahasa sehari-hari dan bahasa ilmiah. Tidak ada perbedaan

prinsip seperti kosakata dan leksikal antara bahasa susastra, bahasa ilmiah, dan

bahasa sehari-hari. Ciri khas dan perbedaannya diperoleh melalui proses

pemilihan dan penyusunan kembali. Analog dengan kehidupan sehari-hari, gaya

sebagai salah satu cara hidup di antara berbagai cara yang lain, gaya bahasa

adalah masalah cara pemakaian yang khas, bukan bahasa khas yang berbeda

dengan bahasa dalam kamus. Dengan kata lain, kekhasan yang dimaksudkan

adalah kekhasan dalam proses seleksi, memanipulasi, dan mengombinasikan kata-

kata. Pilihan-pilihan seperti itulah yang justru memegang peranan karena di dalam

Page 108: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

proses tersebut terkandung kualitas proses kreatif, kemampuan imajinatif, dan

kekuatan kata-kata.

Sementara itu, Zuchridin (1982: 87-91) menegaskan bahwa kekhasan

bahasa di dalam karya susastra adalah kekhasan dari sifat-sifat susastra itu sendiri,

yaitu bahwa karya susastra selain memiliki unsur-unsur ekspresi, amanat,

informasi, fiksi, juga bersifat individulisasi. Oleh karena kekhasannya tersebut,

maka penggunaan bahasa di dalam karya susastra harus digunakan sebaik-

baiknya. Bahasa yang digunakan harus sederhana, segar, tepat, dan hidup. Dengan

melihat pada sifat kekhasan bahasa di dalam karya susastra, maka seorang

penerjemah perlu atau harus dapat memberikan interpretasi dan apresiasi yang

tepat terhadap karya terjemahan yang akan diterjemahkan.

2.2.5 Penerjemahan Novel

Sebagaimana disebutkan di dalam bab pendahuluan bahwa penerjemahan

karya susastra sebagai proses pengalihan pesan tidak hanya melibatkan dua

bahasa yang berbeda, yaitu bahasa sumber dan bahasa sasaran, namun juga

melibatkan kondisi sosiobudaya yang berbeda karena suatu teks dalam

penerjemahan berada dalam konteks sosiobudaya yang terkait dengan bahasa

sumber dan bahasa sasaran. Oleh karena itu, penerjemahan karya susastra tidak

bisa dilihat hanya sekadar sebagai upaya menggantikan teks dalam satu bahasa ke

teks bahasa lain. Faktor lain yang sangat dibutuhkan adalah adanya suatu

kompetensi mengenai suatu wacana untuk menghasilkan suatu terjemahan yang

Page 109: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

benar secara sintaktik, tepat makna, memenuhi unsur kewajaran, keterbacaan, dan

secara sosial berterima di dalam suatu konteks yang didasari budaya.

Menerjemahkan karya susastra, dalam hal ini adalah novel, tidak

dilakukan secara kata per kata, yang secara sepintas enak dibaca, tetapi secara

keseluruhan tidak membawa pesan seperti yang diamanatkan oleh naskah aslinya.

Suatu kalimat di dalam novel tidak sekadar ujaran yang berdiri sendiri, namun

berfungsi sebagai petunjuk akan hadirnya ide-ide yang akan menyusul. Apabila

penerjemah hanya menerjemahkan kata-kata tersebut sebagai kata-kata yang

berdiri sendiri dan hanya berdasarkan makna dalam setiap kalimat saja, maka

hasil terjemahannya akan terasa dangkal dan kehilangan keseluruhan makna yang

ingin disampaikan oleh pengarang aslinya kepada para pembacanya.

Di dalam menerjemahkan novel, sangat mungkin penerjemah menemukan

kesulitan-kesulitan, baik kesulitan dalam aspek budaya, misalnya kesulitan

penerjemah dalam mencari padanan istilah yang berkaitan dengan materi dan

peristiwa budaya, kesulitan dalam aspek susastra, misalnya penerjemahan

karakterisasi tokoh yang sepadan dengan keadaan masyarakat pembaca novel

penerjemahan, dan juga kesulitan dalam aspek kebahasaan, misalnya dalam

menerjemahkan struktur kalimat yang sangat panjang dan tata bahasa yang rumit.

Sementara itu, Newmark (1988: 170) menyatakan bahwa karya susastra novel

pada dasarnya merupakan karya susastra yang rumit untuk diterjemahkan karena

bahasa yang digunakan di dalam karya susastra memiliki perbedaan yang nyata

dengan teks biasa dan novel mengandung unsur komunikasi antarbudaya dan

antarpribadi.

Page 110: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Penerjemahan novel sebagai komunikasi antarbudaya berangkat dari suatu

pandangan bahwa bahasa dan budaya tidaklah dapat dipisahkan. Suatu kegiatan

akan menjadi komunikatif bila kegiatan itu dilakukan melalui suatu tanda yang

dihasilkan dengan penuh maksud oleh seorang pengirim dan diteruskan ke

penerima. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Nord (1997:16) bahwa: “Action

becomes communicative ”when it is carried out through signs produced

intentionally by one agent, usually referred to as the ’sender’, and directed

toward another agent referred to as the ‘addressee’ or the ‘receiver’”. Ini berarti

bahwa pengirim dan penerima membentuk situasi komunikasi pada waktu dan

tempat tertentu yang menambahkan dimensi sejarah dan budaya terhadap proses

komunikasi. Dimensi sejarah dan budaya tersebut mempengaruhi pengetahuan

dan harapan pengirim dan penerima, kebahasaan mereka, dan cara mereka

mendapatkan situasi tertentu.

Sementara itu di dalam situasi komunikasi, pengirim dan penerima

diharapkan memiliki dasar yang sama dalam komunikasi agar supaya komunikasi

mereka berhasil. Penerjemah di dalam hal ini adalah sebagai mediator

kebahasaan dan sekaligus mediator budaya. Penerjemah tidak hanya

membutuhkan pengetahuan yang menyeluruh mengenai bahasa sumber dan

bahasa sasaran tetapi juga budaya sumber dan budaya sasaran.

Penerjemahan tidak hanya antarbudaya namun juga antarindividu dan

terdiri dari sejumlah pemain peran. Menurut Nord (1991:5-11) yang dimaksud

dengan para pemain peran tersebut adalah penghasil Tsu, pengirim Tsu, Tsu,

penerima Tsu, inisiator, penerjemah, Tsa dan penerima Tsa. Dalam konteks

Page 111: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

tersebut Nord membuat perbedaan antara penghasil Tsu dan pengirim Tsu.

Penghasil Tsu menghasilkan Tsu dan mungkin juga sekaligus sebagai pengirim

Tsu. Hal ini bisa mengakibatkan ketidaksesuaian antara maksud pengirim dan teks

yang ditulis oleh produser. Tsu yang dihasilkan pada umumnya dimaksudkan

untuk pembaca Tsu. Meskipun penerima Tsu tidak memainkan peranan yang aktif

di dalam komunikasi antarbudaya, penerima teks masih mempengaruhi Tsu dalam

hal karakteristik bahasa. Sebaliknya, situasi yang dihasilkan oleh Tsa berbeda

dengan situasi yang dihasilkan Tsu dengan pengirim Tsu dan penerima Tsa yang

berbeda karena perbedaan waktu dan jarak. Semua faktor tersebut harus

dipikirkan oleh penerjemah.

Peranan penerjemah sangatlah unik karena penerjemah hanya memiliki

ketertarikan dalam menerjemahkan Tsu saja. Penerjemah akan secara kritis

membaca teks sebagai penerima Tsu. Berdasarkan pada tingkat kemampuan

penerjemah di dalam bahasa sumber dan budaya sumber dan juga bahasa sasaran,

penerjemah harus mampu melihat reaksi yang mungkin muncul dari penerima Tsu

dan mengantisipasi reaksi yang mungkin muncul dari penerima Tsa serta menguji

kecukupan fungsional dari terjemahan yang dihasilkan. Meskipun penerjemah

bukanlah pengirim Tsu, penerjemah menghasilkan suatu teks komunikatif di

dalam budaya sasaran yang mengungkapkan maksud-maksud pada Tsu.

Pentingnya melihat penerjemahan sebagai transfer antarbudaya dan

antarindividu karena suatu kenyataan bahwa penerjemahlah orang pertama yang

dianggap sebagai aktor dalam proses penerjemahan. Penerjemah tidak lagi

Page 112: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

membatasi pada penerapan prosedur penerjemahan untuk memindah Tsu ke Tsa

menurut prinsip kesamaan (equivalence) tetapi juga prinsip transfer budaya.

Penerjemahan sebagai suatu transfer budaya maksudnya adalah bahwa

penerjemahan tidak lagi semata-mata sebagai transfer komunikasi tetapi sebagai

suatu penawaran informasi pada kegiatan komunikatif yang telah terjadi,

sebagaimana yang dinyatakan oleh Nord sebagai berikut:

A text can therefore only be an offer of information, from which the receiver will choose the pieces that are relevant to his situation and purpose. In the same vein, every translation, independent of its function and text type (genre), is an offer of information in the target language and its target culture based on information offered in the form of a source text in a source language and its source culture. Translation is thus no longer simply a transfer of communication but an offer of information on a communicative act that has already taken place. (1997: 141)

Maksudnya bahwa penerjemah suatu teks tidak akan pernah dapat

menuntut bahwa suatu teks diterima pembaca berdasarkan keinginan tersendiri

dari penerjemah. Penerjemah hanya dapat menyarankan suatu pemahaman

tertentu dari suatu teks. Cara teks tersebut dipahami akan tergantung pada situasi

dan masing-masing pembaca. Beragam pembaca akan memahami teks yang sama

secara berbeda-beda, meskipun mereka yang berasal dari budaya yang sama

sekalipun. Oleh karena itu, suatu teks hanya dapat menjadi sebagai tawaran

informasi dan pembacalah yang akan memilih teks terjemahan yang sesuai dengan

situasi dan tujuan pembaca.

Berdasarkan informasi di dalam Tsu, penerjemah akan memilih informasi

sesuai dengan harapannya terhadap penerima sasaran dan situasi pembaca. Di sini

jelas bahwa harapan-harapan tersebut dan juga tawaran informasi terhadap Tsa

Page 113: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

akan berbeda dengan tawaran informasi dalam Tsu karena penerima Tsu dan Tsa

memiliki komunitas budaya dan bahasa yang berbeda. Suatu kenyataan bahwa

perbedaan budaya pastilah memiliki aturan dan norma yang berbeda pula dan oleh

karena itu di dalam penerjemahan Tsa tidak akan pernah menawarkan sejumlah

informasi yang sama atau hampir sama dengan Tsu melainkan menawarkan

informasi yang berbeda dengan cara yang berbeda pula.

Lebih lanjut Nord (1997:60) menyatakan bahwa:

Since the translator cannot always derive the purpose the translation is to fulfill in the target language and target culture from the source text or his own experience, he needs a translation brief. It is either given to the translator by the initiator/commissioner or established in a discussion between the translator and initiator/commissioner.

Jadi, penerjemahan tidak lagi hanya ditentukan oleh adanya prinsip

kesepadanan (equivalence) tetapi berdasarkan kecukupan (adequacy). Namun

demikian, terjemahan tersebut harus masih bertalian secara logis atau masuk akal

(coherent).

Suatu penerjemahan dikatakan bertalian secara logis bila penerjemahan

tersebut mempunyai makna terhadap penerima atau sasaran atau sebagaimana

yang dinyatakan oleh Nord (1997:35) ”...it should make sense in the

communicative situation and culture in which it is received”. Pertalian inilah yang

disebut dengan koherensi intratekstual, yang berbeda dengan koherensi

intertekstual yang mengacu pada hubungan antara Tsu dan Tsa. Hubungan antara

Tsu dan Tsa ini tergantung pada interpretasi penerjemah terhadap Tsu dan fungsi

Tsa yang harus dipenuhi oleh penerjemah di dalam budaya sasaran.

Page 114: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Berdasarkan pada pernyataan tersebut di atas, Reiss dan Vermeer

(2000:221-232) merumuskan teori penerjemahan umum yang terdiri dari lima

aturan dasar, dengan aturan keenam yang menyatakan bagaimana kelima aturan

tersebut saling berhubungan. Keenam aturan tersebut adalah:

a) A translation depends on its skopos, i.e. its intended purpose. b) A translation is an offer of information in the target culture and target

language based on an offer of information in the source culture and source language.

c) A translation presents an offer of information and is as such not reversible.

d) A translation must be coherent in itself. e) A translation must be coherent with regard to its source text. f) The above rules are hierarchically interlinked in the stipulated order.

Maksud dari teori umum di atas adalah bahwa:

a) Suatu terjemahan tergantung pada tujuan yang diinginkan.

b) Suatu terjemahan merupakan tawaran informasi di dalam budaya sasaran dan

bahasa sasaran berdasarkan tawaran informasi di dalam budaya dan bahasa

sumber.

c) Suatu terjemahan menyajikan tawaran informasi dan bukan sebaliknya (Tsu

tidak dapat dihasilkan dari Tsa).

d) Suatu terjemahan harus bertalian logis di dalam teks itu sendiri (koherensi

intratekstual).

e) Suatu terjemahan harus bertalian logis dengan Tsunya (koherensi intertekstual).

f) Aturan-aturan di atas secara hirarkhi saling berhubungan.

Berdasarkan rumusan di atas terlihat bahwa penerjemahan

menggabungkan prinsip-prinsip penerjemahan sebagai komunikasi antarbudaya

dan transfer budaya dan tujuan (skopos) menempati posisi teratas. Namun

Page 115: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

demikian, Nord (1997: 124-128) percaya bahwa seorang penerjemah juga harus

mempertimbangkan penulis Tsu, penggagas, dan pembaca Tsa. Hal ini berarti

bahwa seorang penerjemah tidak mungkin menghasilkan Tsa yang bertentangan

dengan maksud penulis Tsu atau gagasan pembaca Tsa mengenai apakah suatu

penerjemahan menjadi berterima di dalam budaya sasaran. Tanggung jawab

penerjemah dalam mempertimbangkan hal tersebut di atas disebut dengan loyalty

(kesetiaan), yaitu mengacu pada hubungan interpersonal antara partisipan di

dalam proses komunikasi penerjemahan dan membatasi jangkauan fungsi Tsa

yang dapat dijangkau untuk satu Tsu tertentu, sedangkan fungsi mengacu pada

faktor-faktor yang membuat Tsa bekerja sesuai dengan yang dimaksud di dalam

situasi sasaran. Fungsional dan kesetiaan berarti bahwa penerjemah akan berusaha

menghasilkan Tsa yang fungsional yang sesuai dengan uraian ringkas terjemahan

yang dimaksudkan oleh penggagas dan akan diterima oleh pembaca Tsa karena

memasukkan pertimbangan-pertimbangan budaya tertentu.

Baker (2001: 127) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan

penerjemahan karya susastra adalah suatu karya penerjemahan yang dilakukan

oleh penerjemah karya susastra. Dengan kata lain bahwa penerjemahan karya

susastra merupakan kegiatan subjektif murni pada ranah sosial dan budaya yang

kompleks yang dilakukan oleh penerjemah dengan memadukan unsur-unsur

imajinatif, intelektual, dan intuisi ke dalam suatu karya tulis yang disebut dengan

terjemahan. Sementara itu, Gunarwan (2005: 4) menyatakan bahwa

penerjemahan karya susastra termasuk ke dalam golongan penerjemahan literer,

Page 116: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

yaitu penerjemahan yang mengacu pada penerjemahan karya susastra baik prosa

maupun puisi.

Dengan melihat pada cakupan ranah yang luas dan penggunaan unsur-

unsur yang kompleks dari pernyataan-pernyataan di atas, penerjemahan literer

atau penerjemahan karya susastra dianggap lebih sukar daripada penerjemahan

nonliterer karena pada dasarnya karya susastra lebih bersifat ekspresi diri si

pengarang yang berpusat pada efek dan kesan yang ditimbulkan kepada para

pembacanya, dan di dalam penerjemahan karya susastra tersebut, penerjemah

dituntut untuk menghasilkan padanan yang dinamis, yaitu padanan yang efeknya

dirasakan oleh pembaca bahasa sasaran sebanding dengan efek yang dirasakan

oleh pembaca bahasa sasaran (Nida dan Taber, 1974). Penerjemah di dalam karya

susastra di samping harus menguasai bahasa sumber, bahasa sasaran, bidang ilmu

yang diterjemahkan, teori terjemahan, juga dituntut menguasai hal lain yang

berhubungan dengan ilmu susastra, yaitu yang berupa pemahaman latar belakang

pengarang, gaya bahasa, gaya pengarang dalam menuangkan ide cerita, aspek-

aspek budaya dalam karya, dan lain-lain.

2.2.6 Teori Polisistem

Even-Zohar (1997:9-45) di dalam model yang dikembangkannya, yaitu

teori polisistem, melihat penerjemahan karya susastra sebagai bagian dari sistem

budaya, susastra, dan sejarah dari bahasa sasaran (Munday, 2000:108). Karya

susastra tidaklah dilihat sebagai karya yang dipelajari secara terpisah namun

sebagai bagian dari sistem susastra yang dinamis di dalam polisistem secara

Page 117: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

keseluruhan dengan menekankan bahwa penerjemahan karya susastra bekerja

pada sistem: (1) bahasa sasaran memilih karya untuk penerjemahannya, dan

(2) norma, tingkah laku, dan kebijakan penerjemahan dipengaruhi oleh sistem

yang lain (co-system).

Sebagaimana dinyatakan oleh Shuttleworth and Cowie (dalam Munday,

2000: 109) bahwa: ”The polysystem is conceived as a heterogeneous, hierarchized

conglomerate (or system) of systems which interact to bring about an ongoing,

dynamic process of evolution within the polysystem as a whole”. Pernyataan

tersebut mengandung dua hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu hirarki dan

proses evolusi yang dinamis. Yang dimaksud dengan hirarki adalah mengacu pada

posisi dan interaksi dari strata yang berbeda dari polisistem. Bila posisi tertinggi

diduduki oleh jenis karya susastra inovatif, maka strata yang lebih rendah

diduduki oleh jenis karya susastra konservatif, begitu pula sebaliknya. Proses

evolusi yang dinamis menunjukkan bahwa hubungan antara sistem inovatif dan

konservatif suatu karya susastra tidaklah tetap atau statis, namun mungkin

menempati posisi utama atau kedua di dalam polisistem. Bila karya susastra

terjemahan menempati posisi utama berarti bahwa karya susastra tersebut

memberi pengaruh yang sangat kuat dalam polisistem dan sebaliknya bahwa

karya susastra yang menempati posisi kedua berarti bahwa karya susastra tersebut

sangat lemah dan tidak memiliki pengaruh yang berarti.

Di dalam polisistem nampak bahwa posisi yang diduduki oleh karya

terjemahan di dalam polisistem menentukan strategi penerjemahan. Apabila karya

terjemahan merupakan karya utama, penerjemah tidak akan merasa terbatasi

Page 118: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

untuk mengikuti model susastra sasaran dan lebih siap untuk berekspresi, dan

penerjemah seringkali menghasilkan Tsa yang sangat sepadan atau berkecukupan

(adequacy) dengan bahasa sumber. Sebaliknya, bila karya terjemahan menempati

posisi kedua, penerjemah cenderung menggunakan model budaya sasaran yang

sudah ada untuk Tsa dan menghasilkan penerjemahan yang tidak berkecukupan

(non-adequate).

Dengan dasar pada teori Even-Zohar, Toury (1995) mengembangkan suatu

teori penerjemahan umum yang dikenal dengan Descriptive Translation Studies

dengan mengusulkan tiga fase metodologi, yaitu:

a) Menempatkan teks di dalam sistem budaya sasaran dengan melihat

kepentingan dan keberterimaannya.

b) Membandingkan Tsu dan Tsa, mengidentifikasi hubungan antara pasangan

segmen-segmen Tsu dan Tsa, dan berusaha memberikan generalisasi konsep

penerjemahannya.

c) Membuat gambaran pembuatan keputusan untuk penerjemahan berikutnya.

Menilik pada metodologi di atas, tampak bahwa salah satu langkah

penting di dalam penerjemahan adalah kemungkinan pengulangan pada fase

pertama dan fase kedua bagi pasangan teks yang sama lainnya untuk memperluas

dan membangun profile penerjemahan sesuai dengan jenis teks, pengarang,

pembaca, dan sebagainya (Pym, 2005:16-21). Dengan cara ini, norma-norma yang

menyinggung masing-masing jenis penerjemahan dapat diidentifikasi dengan

tujuan akhir penetapan penerjemahan secara umum.

Page 119: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

2.2.7 Konsep Norma

Tujuan utama konsep norma yang diusulkan oleh Toury (1995) adalah

untuk membedakan kecenderungan perilaku penerjemahan, membuat generalisasi

yang berhubungan dengan proses pembuatan keputusan yang dilakukan oleh

penerjemah dan kemudian merekonstruksi norma-norma yang telah bekerja di

dalam penerjemahan dan membuat hipotesis yang dapat diuji melalui kajian

deskriptif berikutnya. Definisi yang dinyatakan oleh Toury adalah sebagai berikut:

”the translation of general values or ideas shared by a community-as to what is

right or wrong, adequate or inadequate-into performance instructions

appropriate for and applicable to particular situations”.

Menurut Toury, semua manusia memiliki kecenderungan untuk

bersosialisasi dan diterima secara sosial, dan sebagai akibatnya bahwa di bawah

kondisi yang normal manusia cenderung menghindari perilaku yang dilarang dan

mengadopsi tingkah laku yang dianggap sesuai di dalam kelompok tempat

mereka tinggal. Terdapat adanya suatu pengetahuan yang secara sosial sama

antara anggota masing-masing komunitas yang dianggap sebagai hal yang baik

atau pantas di dalam perilaku komunikatif. Pengetahuan tersebut muncul dalam

bentuk norma-norma. Norma-norma di dalam penerjemahan sebagaimana yang

ditentukan oleh Toury erat sekali hubungannya dengan suatu ideologi, dengan

kata lain bahwa norma-norma dapat dipahami sebagai perwujudan ideologi dari

konsep kebersesuaian dan keberterimaan.

Menurut Toury bahwa norma mengatur setiap langkah pengambilan

keputusan di dalam proses penerjemahan mulai dari pilihan teks yang akan

Page 120: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

diterjemahkan sampai pada pilihan paling akhir dalam proses strategi

penerjemahannya. Lebih lanjut, Toury memperkenalkan tiga jenis norma:

a) initial norm; b) preliminary norms; dan c) operational norms.

Initial norm (Bagan 2.3) mengacu pada pemilihan secara umum yang

dilakukan oleh penerjemah. Di dalam norma ini penerjemah dapat memusatkan

diri mereka sendiri ke dalam norma-norma yang diwujudkan di dalam Tsu atau

norma-norma dari bahasa dan budaya sasaran. Apabila diwujudkan ke dalam Tsu,

maka Tsa akan menjadi mencukupi (adequate); dan apabila di dalam norma

budaya sasaran, maka Tsa akan menjadi berterima (acceptable). Kutub dari

kebercukupan dan keberterimaan adalah pada suatu rangkaian kesatuan karena

pada dasarnya tidak ada penerjemahan yang secara penuh berkecukupan atau

berterima dan pergeseran-pergeseran di dalam penerjemahan adalah hal yang

tidak terelakkan.

Bagan 2.5 Initial Norm

Initial norm

Subjection to target culture norms Subjection to source norms

Adequate translation Acceptable translation

Page 121: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Preliminary norms (Bagan 2.4) mengatur semua keputusan yang

dilakukan yang berkaitan dengan translation policy dan translation directness.

Translation policy mengacu pada faktor-faktor yang menentukan dan mengatur

semua keputusan pemilihan jenis teks untuk diterjemahkan ke dalam budaya atau

bahasa tertentu dalam kurun waktu tertentu, sedangkan directness of translation

berhubungan dengan apakah penerjemahan terjadi melalui bahasa perantara, dan

juga pada ambang toleransi mengenai bahasa apa yang digunakan dalam

menerjemahkan ke budaya sasaran.

Bagan 2.6 Preliminary Norms

Operational norms (Bagan 2.5) mengacu pada keputusan langsung yang

diambil selama kegiatan penerjemahan. Keputusan ini digolongkan ke dalam

matricial norms dan textual-linguistic norms. Matricial norms mengatur

segmentasi dan distribusi materi tekstual di dalam Tsa. Textual-linguistic norms

mengatur pemilihan materi untuk membuat Tsa ataupun mengganti materi Tsu.

Preliminary norms

Directness of translation Translation policy

Page 122: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

Bagan 2.7 Operational Norms

Dengan pengaruh karya Even-Zohar dan Toury, beberapa pakar

memberikan paradigma baru mengenai penerjemahan susastra, sebagaimana yang

dinyatakan oleh Hermans dalam Munday (2000: 120) sebagai berikut:

What they have in common is a view of literature as a complex and dynamic system: a conviction that there should be a continual interplay between theoretical models and practical case studies: an approach to literary translation which is descriptive, target-organized, functional and systemic; and an interest in the norms and constraints that govern the production and reception of translations, in the relation between translation and other types of text processing, and in the place and role of translations both within a given literature and in the interaction between literatures.

Dari pernyataan Hermans di atas tampak jelas bahwa terdapat suatu

hubungan yang sangat kuat antara teori polisistem dan Descriptive Translation

Studies, suatu hubungan yang saling berkesinambungan antara teori dan praktek

penerjemahan. Lebih lanjut, Lambert dan Hendrik van Gorb (dalam Munday,

2000:120) membuat suatu skema yang dapat digunakan untuk membandingkan

sistem kesusastraan dalam Tsu dengan Tsa dan penggambaran hubungan antara

Operational norms

Matricial norms Textual-linguistic norms

Page 123: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

keduanya. Lambert dan van Gorb membagi skema tersebut ke dalam empat

bagian:

a) Preliminary data: pada tahap ini peneliti mengidentifikasi informasi pada

halaman judul, metateks (pendahuluan, dan sebagainya), dan strategi umum

(apakah terjemahan tersebut sebagian atau lengkap). Hasilnya akan mengarah

pada hipotesis yang berkaitan dengan level 2 dan 3 berikut ini.

b) Macro-level: pada tahap ini peneliti melihat pada pembagian teks, judul dan

penyajian bab, struktur naratif internal dan komentar penulis. Tingkat ini akan

memunculkan hipotesis pada level 3 berikut ini.

c) Micro-level: yaitu peneliti mengidentifikasi pergeseran pada tingkat

kebahasaan yang berbeda yang meliputi tingkat leksikal, pola gramatikal,

narasi, sudut pandang dan modalitas. Hasil dari tingkat ini akan berinteraksi

dengan tingkat makro (level 2) dan mengarah pada konteks sistemik yang

lebih luas.

d) Sistemic context: pada tahap ini tingkat mikro dan makro, teks dan teori

dibandingkan dan norma-norma diidentifikasi. Hubungan intertekstual

(hubungan dengan teks-teks yang lain di dalam penerjemahan) dan hubungan

intersistemik (hubungan dengan tipe teks yang lain) juga digambarkan.

Sementara itu, Suryawinata (1982: 83) dan Suparman (2003: 143)

menyatakan bahwa penerjemah karya susastra harus memiliki syarat-syarat

sebagai berikut:

a) Memahami bahasa sumber secara hampir sempurna. Dalam tingkat rekognisi

kemampuannya diharapkan mendekati seratus persen.

Page 124: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

b) Menguasai dan mampu memakai bahasa sasaran dengan baik dan efektif.

c) Mengetahui dan memahami susastra, apresiasi susastra, serta teori terjemahan.

d) Mempunyai kepekaan terhadap karya susastra.

e) Memiliki keluwesan kognitif dan keluwesan sosiokultural.

f) Memiliki keuletan dan motivasi yang kuat.

2.2.8 Konsep Kesepadanan

Penerjemahan pada dasarnya merupakan pengalihan suatu pesan dan gaya

bahasa suatu teks yang sepadan dari bahasa yang satu (bahasa sumber) ke bahasa

yang lain (bahasa sasaran). Dengan kata lain bahwa kegiatan penerjemahan yang

dilakukan oleh penerjemah selalu ditujukan untuk mencari padanan yang optimal

dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Padanan yang optimal adalah tujuan

akhir penerjemahan (Zhu, 2004). Di dalam usaha mencari suatu padanan yang

optimal bukanlah hal yang mudah bagi penerjemah dan seringkali menimbulkan

banyak masalah. Masalah-masalah tersebut sebagai akibat adanya perbedaan

gramatikal, semantik, dan sosiokultural antara bahasa sumber dan bahasa sasaran.

Menurut Machali (2000, 106) kesepadanan bukanlah kesamaan. Hal ini karena

bahasa berbeda satu sama lain baik yang menyangkut bentuk maupun kaidah yang

mengatur konstruksi gramatikal. Hal senada disampaikan oleh Bassnett (2002:37)

bahwa kesepadanan (equivalence) di dalam penerjemahan seharusnya tidak

disebut dengan kesamaan (sameness) karena kesamaan tidak dapat muncul

bersama antara dua bentuk Tsa dari teks yang sama, namun tetap berdiri sendiri

antara Tsu dan Tsa. Sementara itu, Pym (2007:2) mengatakan bahwa teks bahasa

Page 125: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

sumber dan teks bahasa sasaran tidak bisa disebut berpadanan karena konsep

terjemahan itu sendiri pada dasarnya secara budaya berbeda dan memiliki konsep

sendiri-sendiri.

Lebih lanjut, menurut Nababan (2008) suatu kesepadanan penerjemahan

antara Tsa dengan Tsu sangatlah problematik, dalam arti bahwa kesepadanan

mutlak sangatlah sulit dicapai. Hal ini karena tiga alasan, yaitu: tidak mungkin

suatu teks memiliki interpretasi yang konstan sama meskipun dari orang yang

sama dalam kesempatan yang berbeda; penerjemahan merupakan interpretasi

subjektif dari penerjemah (sama dengan pendapat William, 2001) ; dan tidak

mungkin bagi seorang penerjemah untuk menentukan bagaimana tanggapan

pembaca terjemahan terhadap Tsu ketika Tsu tersebut pertama kali dibuat. Di

dalam usaha mencari hubungan padanan ini, beberapa pakar penerjemahan

(Catford (1974); House (1977:49); Newmark (1981); Nida and Taber (1982:200-

201); Bell (1991:6); Baker (1992:11-12); Vinay dan Darbelnet (1995:342);

Munday (2000); Jakobson (2000: 233)) menyodorkan berbagai pendapat

mengenai konsep kepadanan dalam penerjemahan.

Vinay and Darbelnet (1995:342) memandang kesepadanan sebagai suatu

prosedur pengalihan situasi atau konteks yang sama dengan konteks aslinya

meskipun pengalihannya menggunakan kata-kata yang berbeda antara Tsa dengan

Tsu. Menurut Vinay dan Darbelnet, apabila prosedur ini diterapkan dalam proses

penerjemahan, prosedur tersebut mampu menjaga bentuk atau gaya dari Tsu ke

dalam Tsa. Oleh karena itu, kesepadanan tersebut merupakan metode yang sangat

ideal di dalam menerjemahkan peribahasa, idiom, frase nominal atau sifat, dan

Page 126: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

juga onomatopi suara binatang.

Lebih lanjut Vinay dan Darbelnet mengatakan penciptaan kesepadanan

muncul dari suatu situasi, yaitu situasi di dalam Tsu yang akan dicarikan

solusinya atau padanannya oleh penerjemah. Di dalam mencari padanan ini,

penerjemah tidaklah cukup apabila hanya mencarikan padanannya melalui kamus

atau glosari saja, namun juga harus mencari padanannya di dalam situasi atau

konteks yang sama atau dalam istilah mereka di sebut dengan 'full equivalents'.

Kesepadanan menurut Jakobson (2000: 233) adalah penggunaan sinonim

untuk mendapatkan makna dari Tsu (hal yang sama juga disampaikan oleh

Amstrong, 2005:44). Hal ini berarti bahwa di dalam penerjemahan tidak ada yang

namanya full equivalence antara fitur-fitur kebahasaaan di dalam Tsu dan Tsa. Di

dalam konsep kesepadanan ini dapat dijelaskan bahwa penerjemahan melibatkan

dua pengalihan pesan yang sepadan di dalam dua fitur kebahasaan yang berbeda.

Lebih lanjut Jakobson mengatakan bahwa dari sudut pandang gramatikal bahasa

pastilah berbeda satu sama lain, namun perbedaan tersebut tidak berarti bahwa

penerjemahan tidak dapat dilakukan, atau dengan kata lain bahwa penerjemahan

tetap dapat dilakukan meskipun menghadapi masalah di dalam mencari padanan

penerjemahan. Di dalam mencari padanan ini dapat dilakukan dengan cara

peminjaman kata (loanwords), pergeseran semantik, atau penciptaan kata sendiri.

Konsep kesepadanan yang ditawarkan oleh Jakobson ini dapat dijelaskan

bahwa di dalam hal-hal tertentu tidak ada kesepadanan literal untuk kata-kata atau

kalimat tertentu atau khas di dalam Tsu dan oleh karena itu penerjemah harus

memilih atau mencari cara yang paling sesuai atau memungkinkan diterapkan

Page 127: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

pada Tsa. Di sini nampak bahwa ada kesamaan antara konsep kesepadanan Vinay

dan Darbelnet dengan konsep Jakobson. Kedua konsep kesepadanan tersebut

menekankan bahwa apabila pendekatan linguistik sudah tidak lagi sesuai di dalam

menerjemahkan, penerjemah harus mencari prosedur yang lain misalnya pinjaman

kata (loanwords), pergeseran semantik, dan sebagainya. Kedua konsep tersebut

menjelaskan keterbatasan teori linguistik dan menjelaskan bahwa penerjemahan

tetap dapat dilakukan karena masih terdapat cara-cara lain yang dapat dipilih oleh

penerjemah.

Menurut Nida (1982:200-201) terdapat dua jenis kesepadanan, yaitu

kesepadanan formal dan kesepadanan dinamis. Kesepadanan formal mengacu

pada kesepadanan maksimal pada kata atau frase bahasa sumber. Nida dan Taber

memberikan kejelasan bahwa tidak selalu ada kesepadanan formal antara dua

bahasa. Oleh karena itu, Nida dan Taber menyarankan bahwa kesepadanan formal

dipakai apabila penerjemahan bertujuan untuk mendapatkan kesepadanan yang

benar-benar formal daripada kesepadanan yang sifatnya dinamis. Penggunaan

kesepadanan formal ini membawa implikasi yang cukup serius di dalam Tsa

karena penerjemahan tersebut tidak akan mudah dipahami oleh pembaca (Fawcett,

1997). Nida dan Taber sendiri menyatakan bahwa kesepadanan formal pada

umumnya menyimpangkan pola gramatikal dan gaya dari bahasa sasaran, dan

oleh karenanya juga menyimpangkan pesan atau makna yang disampaikan kepada

pembaca karena pembaca akan sangat sulit memahami pesan yang disampaikan.

Kesepadanan dinamis mengacu pada prinsip penerjemahan bahwa

penerjemah berusaha mencari makna asli sedemikian rupa sehingga kata-kata di

Page 128: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

dalam Tsa akan membangkitkan pengaruh atau efek yang sama kepada pembaca

sasaran sebagaimana pengaruh atau efek yang dibangkitkan Tsu terhadap

pembaca Tsu. Hal ini berarti bahwa bentuk atau gaya di dalam Tsu dapat diubah

sepanjang perubahan tersebut mengacu pada konsistensi kontekstual dalam

pengalihannya.

Konsep kesepadanan oleh Nida dan Taber ini menyiratkan secara jelas

bahwa kesepadanan dinamis lebih efektif (Ibrahim, 2008:1) daripada kesepadanan

formal karena hal ini dapat dipahami bahwa konteks atau situasi jauh lebih akurat

dan komunikatif daripada menggunakan pendekatan linguistik di dalam

menerjemahkan, atau dengan kata lain kualitas pragmatik-semantik lebih

menjelaskan kesepadanan dalam penerjemahan daripada sekadar kesepadanan

harfiah saja. Atau dalam pandangan Hatim dan Munday (2004:27) bahwa

kesepadanan formal hanya melibatkan pendeskripsian sistem kebahasaan saja

(langue) dan bukannya perbandingan dan kesepadanan antara Tsu dan Tsa.

Newmark (1981) membedakan konsep kesepadanan antara kesepadanan

semantik dan kesepadanan komunikatif. Sama halnya dengan konsep kesepadanan

dinamis yang diberikan oleh Nida dan Taber, kesepadanan komunikatif juga

berusaha menciptakan efek terhadap pembaca Tsa yang sama dengan apa yang

diterima oleh pembaca Tsu.

Munday (2000) menggambarkan konsep kesepadanan dalam lima jenis

kesepadanan, yaitu: (1) kesepadanan denotatif, yaitu yang berhubungan dengan

kesepadanan ekstralinguistik suatu teks, (2) kesepadanan konotatif, yaitu yang

berhubungan dengan pilihan-pilihan leksikal, (3) kesepadanan teks-normatif, yaitu

Page 129: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

yang berhubungan dengan jenis-jenis teks, (4) kesepadanan pragmatik, atau

kesepadanan komunikatif, yaitu kesepadanan yang ditujukan pada pembaca teks,

dan (5) kesepadanan formal, yaitu kesepadanan yang berhubungan dengan bentuk

atau gaya suatu teks.

Konsep kesepadanan yang ditawarkan oleh Catford (1974) ini benar-benar

berbeda dengan yang ditawarkan oleh Vinay dan Darbelnet, Jakobson, maupun

Nida dan Taber karena Catford lebih menekankan pada pendekatan yang berbasis

linguistik dengan kontribusi terbesarnya di dalam terjemahan yaitu mengenai

pergeseran terjemahan (translation shift). Gagasan mengenai pergeseran

terjemahan tersebut pada dasarnya berawal dari perbedaan antara kesepadanan

formal dan kesepadanan tekstual. Di dalam terjemahan terikat (rank-bound

translation), kesepadanan dilakukan secara kata per kata atau morfem per morfem

di dalam Tsa. Sementara itu, di dalam terjemahan bebas (unbounded translation),

kesepadanan tidak terikat pada tataran tertentu, dalam arti bahwa kesepadanan

dapat ditemukan di dalam tingkat kalimat, klausa, ataupun tingkat yang lain.

Oleh karena itu, menurut Catford bahwa kesepadanan formal selalu ada

antara Tsu dan Tsa dan memiliki konfigurasi yang sama di dalam tataran (ranks)

Tsu dan Tsa. Salah satu masalah yang nyata di dalam kesepadanan formal adalah

meskipun bermanfaat di dalam perbandingan bahasa, namun tidak benar-benar

sesuai di dalam memcari kesepadanan terjemahan antara Tsu dan Tsa. Sementara

itu, kesepadanan tekstual terjadi ketika teks di dalam bahasa sasaran diselaraskan

supaya sepadan dengan teks yang ada di dalam bahasa sumber. Sejauh pergeseran

terjemahan dapat dilakukan, maka kesepadanan terjemahan dapat dilakukan.

Page 130: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

Dengan alasan ini, Catford membedakan pergeseran terjemahan dengan

pergeseran tingkat (level shifts) dan pergeseran kategori (category shifts).

Konsep kesepadanan Catford ini menuai banyak kritik. Salah satu kritik

yang paling tajam berasal dari Snell-Hornby (1988:19-20), yaitu yang mengatakan

bahwa definisi kesepadanan tekstual Catford yang sangat bergantung pada faktor

tekstual ‘benar-benar tidak cukup’ di dalam proses penerjemahan. Snell-Hornby

menyatakan bahwa proses penerjemahan tidak cukup hanya dengan pengurangan

atau pergeseran pada tataran linguistik saja, namun masih ada faktor-faktor lain

yang perlu diperhatikan, yaitu aspek budaya dan konteks.

House (1977:49) lebih menekankan pada kesepadanan semantik dan

pragmatik dan menyatakan bahwa Tsu dan Tsa seharusnya memiliki fungsi dan

dimensi situasional yang sama. Jadi, apabila Tsu dan Tsa secara substansial

berbeda dimensi situasinya dan kemudian secara fungsinya tidak sepadan, maka

terjemahan tersebut tidak memiliki kualitas terjemahan yang tinggi.

Sementara itu, Baker mengeksplorasi kesepadanan dalam berbagai

tingkatan di dalam proses penerjemahan. Menurut Baker (1992:11-12),

kesepadanan dapat digolongkan ke dalam: (a) kesepadanan kata, yaitu

kesepadanan antar kata, (b) kesepadanan gramatikal, yaitu mengacu pada

perbedaan-perbedaan kategori gramatikal bahasa sumber dengan bahasa sasaran,

(c) kesepadanan tekstual, yaitu mengacu pada kesepadanan antara Tsu dan Tsa

dalam hal makna dan kohesinya, dan (d) kesepadanan pragmatik, yaitu mengacu

pada implikatur dan strategi yang digunakan selama proses penerjemahan.

Page 131: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

Bell (1991:6) membagi kesepadanan berdasar sifat bahasa itu sendiri, yaitu

sebagai struktur formal dan sebagai sistem komunikasi. Bahasa sebagai struktur

formal terdiri dari unsur-unsur yang dikombinasikan dan yang memiliki makna.

Bahasa sebagai sistem komunikasi dalam arti bahwa bentuk-bentuk struktur

formal tersebut mengacu pada entitas dan disertai dengan sinyal-sinyal yang

memiliki nilai komunikasi. Berdasarkan sifat bahasa ini kesepadanan terjemahan

dibedakan atas kesepadanan formal, yaitu kesepadanan yang bebas konteks, dan

kesepadanan fungsional, yaitu kesepadanan yang berorientasi pada nilai-nilai

komunikasi teks.

Dari beberapa konsep kesepadanan yang ditawarkan oleh para pakar

tersebut, secara substansial dapat dilihat bahwa beberapa pakar lebih berfokus

pada aspek linguistik dan beberapa pakar lain lebih pada fungsinya. Pernyataan

yang sama diungkapkan oleh Leonardi (2000:1) bahwa konsep kesepadanan

dapat dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu: (1) kelompok pakar penerjemahan

yang mendasarkan pada pendekatan linguistik di dalam upaya mencari

kesepadanan di dalam menerjemahkan, (2) kelompok pakar penerjemahan yang

mendasarkan kesepadanan dengan melihat pada perbedaan aspek

pragmatik/semantik, fungsi, dan budaya, dan (3) kelompok pakar penerjemahan

yang berdiri di tengah-tengah, yang menganggap bahwa penerjemahan dapat

didasarkan pada pendekatan linguistik maupun dengan melihat pada perbedaan

aspek semantik dan budaya.

Di dalam penelitian ini, konsep kesepadanan yang ditawarkan oleh Vinay

dan Darbelnet dan konsep kesepadanan oleh Jakobson digunakan sebagai

Page 132: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

landasan di dalam menentukan kesepadanan makna dan gaya. Kedua konsep

tersebut dianggap mewakili dalam menentukan konsep kesepadanan di dalam

penelitian ini, yaitu bahwa kesepadanan adalah sebagai suatu prosedur pengalihan

situasi atau konteks yang sama dengan konteks aslinya meskipun pengalihannya

menggunakan kata-kata yang berbeda antara Tsa dengan Tsu. Di dalam mencari

padanan ini, penerjemah tidaklah cukup apabila hanya mencarikan padanannya

melalui kamus atau glosari saja, namun juga harus mencari padanannya di dalam

situasi atau konteks yang sama. Kedua konsep kesepadanan tersebut juga

menekankan bahwa apabila pendekatan linguistik sudah tidak lagi sesuai di dalam

menerjemahkan, penerjemah harus mencari prosedur yang lain misalnya pinjaman

kata (loanwords), pergeseran semantik, atau cara-cara lain yang dapat dipilih oleh

penerjemah.

Sebagaimana disebutkan di atas bahwa karena adanya perbedaan

gramatikal, semantik, dan sosio-kultural antara bahasa sumber dan bahasa sasaran,

maka diperlukan strategi pemecahan masalah padanan. Strategi tersebut dapat

berupa penambahan informasi, pengurangan informasi, dan penyesuaian struktur

(Newmark, 1988:85-91). Penambahan informasi adalah memasukkan informasi

yang tidak ada dalam Tsu ke dalam Tsa. Informasi yang ditambahkan dapat

berupa informasi kultural, teknis, atau kebahasaan. Penghilangan informasi

mengacu pada penghilangan isi dan bukan penyelarasan struktur untuk

menghasilkan terjemahan yang gramatikal. Penyesuaian struktur mengacu pada

perubahan atau pergeseran tatabahasa dari bahasa sumber ke bahasa sasaran.

Tujuan penyesuaian struktur ini adalah untuk menghasilkan terjemahan yang

Page 133: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

sepadan makna dan gayanya. Sementara itu, menurut Aguardo (2005:294) strategi

lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kesepadanan adalah dengan

menggunakan berbagai strategi menerjemahkan dengan memperhatikan pada

tataran kata, kalimat, dan pertanyaan-pertanyaan pada makna-makna leksikal.

Namun demikian, karena tidak ada dua bahasa yang secara sistematis dan

budaya sama, maka pergeseran tersebut: penambahan, penghilangan, dan

substitusi perlu dilakukan namun tidak dalam setiap kesempatan (Riazi, 2008).

Penerjemah perlu mempertimbangkan secara mendalam penggunaan gaya di

dalam Tsa. Apabila terdapat perbedaan yang sangat lebar antara dua bahasa,

penerjemah dapat merubahnya ke dalam bentuk atau gaya yang sesuai di dalam

bahasa sasaran yang didasarkan pada suatu konteks yang melatarinya (Pinto,

2001; House, 2001) dan juga tugas penerjemah perlu mengenali jenis-jenis teks

sebelum memulai menerjemahkan (Nieminen, 2004).

2.2.9 Evaluasi Kualitas Terjemahan

Penilaian penerjemahan selalu melibatkan dua hal penting, yaitu

bagaimana pesan dan bentuk Tsu dialihkan ke dalam teks terjemahan. Jadi,

penilaian terjemahan pada dasarnya berkisar pada bagaimana kedua hal tersebut

dialihkan. Umumnya, yang ditekankan pada penilaian adalah pengalihan makna,

yaitu apakah pesan yang disampaikan tetap setia pada Tsu atau adakah pesan

yang hilang ataupun ditambah. Penilaian berikutnya adalah pada bentuk, yaitu

apakah bentuk Tsa atau teks terjemahan dapat terbaca sebagai tulisan asli atau

Page 134: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

tidak, apakah ada atau tidak interferensi dari bahasa sumber, dan ada atau

tidakkah kesalahan gramatikal di dalam Tsa.

Evaluasi terhadap kualitas terjemahan dapat dilakukan dengan berbagai

cara. Soemarno (1988: 33-35) menyatakan bahwa cara-cara menilai suatu

terjemahan dapat dilakukan melalui: (a) terjemahan balik, (b) pengujian

pemahaman, (c) pengujian melalui performansi seseorang.

a) Terjemahan Balik

Suatu teks dalam bahasa A diterjemahkan ke dalam bahasa B. Hasil

terjemahan dalam bahasa B diterjemahkan kembali ke dalam A1. Untuk

menilai hasil terjemahan itu, terjemahan A1 dibandingkan dengan teks asli A.

Semakin dekat terjemahan A1 dibandingkan dengan teks asli A, semakin

tinggi nilainya. Terjemahan A1 memang tidak akan sama dengan teks asli A.

b) Pengujian Pemahaman

Teks dalam bahasa A diterjemahkan ke dalam bahasa B. Seseorang,

dengan membaca hasil terjemahan dalam bahasa B itu, diminta untuk

memberikan jawaban terhadap pertanyaan atau kuesioner dalam bahasa B

yang materinya diambil dari teks dalam bahasa A. Jawaban terhadap

kuesioner tersebut digunakan untuk menilai hasil terjemahan tersebut.

c) Pengujian Melalui Performansi Seseorang

Cara ini digunakan untuk menilai suatu terjemahan dari suatu naskah yang

bersifat teknis. Pengujian ini dilakukan dengan menyuruh seseorang

melakukan suatu perbuatan sesuai dengan apa yang dituliskan dalam naskah

yang diterjemahkan tersebut.

Page 135: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

Di samping cara menilai terjemahan seperti yang disampaikan

Soemarno di atas, cara-cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan teknik

cloze (cloze technique), teknik membaca dengan suara nyaring (reading

aloud technique), dan pendekatan berdasar padanan (equivalence based

approach).

a. Teknik Cloze

Teknik cloze merupakan tes pemahaman pembaca yang digunakan sebagai

suatu indikator tentang sukar atau mudahnya teks terjemahan bagi pembaca

(Suryawinata, 1982: 107). Indikator kemudahan teks cukup dilihat dari persentasi,

yaitu 75% pembaca dapat mengerjakan dengan benar 50% dari soal berarti teks

terjemahan itu cukup mudah dipahami, yang berarti penerjemahannya dapat

dianggap cukup baik. Menurut Nababan (2004: 20), teknik cloze ini menggunakan

tingkat keterpahaman pembaca terhadap teks bahasa sasaran sebagai prediktor

kualitas terjemahan. Semakin mudah pembaca menebak kata berikutnya dalam

kalimat dalam suatu terjemahan, semakin mudah kata tersebut dapat dipahami

dalam konteks tertentu.

Teknik cloze ini dianggap memiliki ciri-ciri tes integratif dan bahkan

pragmatik. Tes cloze selalu menggunakan wacana yang mengandung konteks,

bukan semata-mata kalimat-kalimat lepas. Mengerjakan tes yang menggunakan

wacana mensyaratkan kemampuan memahami unsur-unsur kebahasaan maupun

non-kebahasaan, sebagai bagian dari pemahaman terhadap wacana secara

keseluruhan. Kemampuan untuk mengerjakan tes cloze mengandalkan pada

Page 136: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

kemampuan memahami wacana tulis, yang ditunjang oleh penguasaan tatabahasa,

kosakata, serta wacana secara umum.

Dalam penerapannya, teknik ini digunakan sebagai suatu proses

pemahaman wacana yang disertai dengan melengkapi kekurangan-kekurangan

yang ada. Kekurangan-kekurangan yang harus dilengkapi itu terdiri dari kata-kata

yang merupakan bagian dari suatu wacana, yang dengan sengaja dihilangkan dari

teks aslinya. Kemampuan untuk mengenali dan mengembalikan kata-kata yang

telah dihilangkan itu secara tepat, menunjukkan tingkat kemampuan pemahaman

dan merupakan sasaran tes cloze.

Penghilangan kata-kata dari suatu wacana tulis merupakan ciri pokok tes

cloze. Penghilangan kata-kata itu dilakukan secara sistematis, dengan

menggunakan rumus yang dikenal dengan penghilangan kata ke-n. Maksudnya

adalah bahwa pada suatu teks yang telah dipilih, kata yang ke-sekian (misalnya

ke-7, ke-8, dan sebagainya) dihilangkan sehingga meninggalkan suatu tempat

kosong. Dengan demikian pada teks yang digunakan sebagai bahan tes cloze

terdapat sejumlah tempat kosong yang terjadi secara ajeg (reliabel), yaitu setiap

kata ke-n.

Dalam mengerjakan tes cloze, peserta harus berusaha untuk menentukan

kata yang telah dihilangkan dan memasukkannya kembali ke dalam tempatnya

yang sesuai, sedemikian rupa sehingga teks itu kembali utuh secara kebahasaan

dan makna, seperti teks aslinya. Untuk itu dibutuhkan kemampuan berbahasa

yang bersifat menyeluruh, yang tidak semata-mata terbatas pada penguasaan

ejaan, penulisan, dan makna kata-kata, tetapi juga pemahaman terhadap wacana

Page 137: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

secara keseluruhan dengan berbagai hubungan antarbagian wacana yang terdapat

di dalamnya.

Dalam penyelenggaraan tes cloze, hubungan antarbagian dalam wacana

merupakan unsur yang penting. Untuk itu dibutuhkan wacana yang cukup panjang

dan bukan sekadar kumpulan kalimat-kalimat lepas. Selain adanya hubungan

antarbagian, wacana yang cukup panjang memungkinkan penghilangan kata-kata

dalam jumlah yang layak untuk menyusun satu tes yang utuh. Semakin panjang

teks yang digunakan, semakin banyak jumlah kata di dalamnya. Dan semakin

banyak jumlah kata dalam suatu teks semakin banyak jumlah kata yang dapat

dihilangkan atau semakin jarang jarak penghilangan katanya. Dapat dicatat bahwa

semakin rapat jarak penghilangan kata, yang berarti semakin banyak jumlah kata

yang dihilangkan, akan semakin sulit tesnya, dan sebaliknya. Tes cloze dengan

penghilangan setiap kata ke-5, misalnya, lebih sulit daripada tes serupa dengan

jarak penghilangan setiap kata ke-9.

b. Teknik membaca dengan suara nyaring

Teknik membaca dengan suara nyaring melibatkan para pembaca dalam

menentukan kualitas terjemahan. Penilai meminta beberapa pembaca untuk

membaca teks terjemahan dengan suara nyaring di hadapan pendengar. Jika para

pembaca tersendat-sendat ketika membaca teks terjemahan, maka diasumsikan

bahwa teks terjemahan tersebut mengandung masalah (Nababan, 2004:21).

Teknik membaca dengan suara nyaring ini pada dasarnya hanyalah mengukur

tingkat kelancaran membaca saja. Jika pembaca mampu membaca dengan lancar

Page 138: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

tidak menjamin bahwa pembaca tersebut benar-benar memahami isi teks

terjemahan dengan baik.

c. Pendekatan berdasarkan Padanan

Pendekatan berdasarkan padanan menggunakan padanan antara teks bahasa

sumber dengan teks bahasa sasaran sebagai kriteria untuk menentukan kualitas

terjemahan. Sebuah terjemahan dikatakan mempunyai kualitas yang tinggi jika

terjemahan yang bersangkutan dapat mencapai padanan yang optimal antara teks

bahasa sumber dan teks bahasa sasaran (Nababan, 2004:26).

Untuk mengetahui apakah teks bahasa sumber dan teks bahasa sasaran sudah

sepadan, penilai perlu membandingkan kedua teks tersebut dalam hal: tipe teks,

ciri kebahasaan yang digunakan, dan faktor-faktor ekstralinguistik. Tipe teks

mengacu pada fungsi utama bahasa dalam suatu teks; ciri kebahasaan menyangkut

ciri semantik, gramatikal, dan stilistik; dan faktor-faktor ekstralinguistik mengacu

pada dampak faktor-faktor pada strategi verbalisasi, termasuk tingkat pengetahuan

yang berbeda-beda tentang isi teks yang dimiliki oleh para pembaca teks bahasa

sumber dan teks bahasa sasaran, pengetahuan dan persepsi yang berbeda-beda

tentang fenomena tertentu.

2.2.10 Parameter Kualitas Terjemahan

Sebagaimana dinyatakan di dalam subbab 2.2.3 bahwa makna dan gaya

merupakan hal yang sangat penting dalam penerjemahan dan merupakan hal yang

mendasar yang ingin dilakukan di dalam menerjemahkan. Dalam kegiatan

penerjemahan, seorang penerjemah harus mampu mencari padanan makna dan

Page 139: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

gaya dalam bahasa sasaran yang sedekat-dekatnya sama dengan makna yang ada

dalam bahasa sumber.

Di dalam usaha mencari padanan makna dan gaya tersebut perlu

dirumuskan suatu parameter penilaian kualitas terjemahan. Parameter ini

digunakan untuk memberikan kriteria-kriteria yang objektif mengenai kualitas

hubungan antara Tsu dengan Tsa.

Parameter kualitas penerjemahan dapat dilihat dari berbagai sudut atau

perspektif. Menurut Gerzymisch (2001:229) parameter kualitas terjemahan dapat

dilihat dari perspektif individual (an itemized perspective), perspektif pola

hubungan (a relational pattern perspective), dan perspektif pola keseluruhan

(a holistic perspective). Perspektif individual melihat masalah-masalah secara satu

per satu yang ada di dalam suatu teks dan mengidentifikasi fenomena tekstual

lokal seperti metafora, makna leksikal, makna gramatikal, makna ambigu, dan

sebagainya. Perspektif pola hubungan menggambarkan pola-pola yang dapat

diidentifikasi sebelumnya dengan unsur-unsur yang dapat diidentifikasi

berikutnya di dalam suatu teks dan kita dapat mengidentifikasi titik awal masalah

yang dapat ditelusuri di dalam perkembangannya terhadap keseluruhan teks dan

yang dapat digambarkan sebagai rangkaian fenomena individual. Perspektif pola

keseluruhan melihat pola-pola holistik sebagai entitas fungsional yang

membentuk teks yang dengan perspektif tersebut kita dapat mengidentifikasi pola-

pola di dalam suatu teks yang tidak ada titik awal yang dapat diidentifikasi

sebelumnya. Pola-pola holistik tersebut dibentuk oleh unsur-unsur yang secara

fungsional saling berhubungan dengan salah satu unsur fungsional yang

Page 140: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

kemudian menjadi suatu unsur di dalam entitas fungsional yang besar. Contoh-

contoh dari perspektif ini adalah hubungan-hubungan budaya, pola pengetahuan,

dan sebagainya.

Sementara itu, Al-Qinai (2000:499) menyatakan bahwa parameter

penilaian penerjemahan dapat digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi suatu

teks dengan melihat pada fungsi sintaktik, semantik, dan pragmatik dalam

kerangka budaya yang ada baik dalam bahasa sumber dan bahasa sasaran.

Menurut Al-Qinai, parameter tersebut adalah:

a) Tipologi Teks dan Tenor: misalnya, struktur naratif dan kebahasaan dari Tsu

dan Tsa, fungsi teks (didaktif, informatif, instruksional, persuasif, dan

sebagainya).

b) Hubungan Formal: keseluruhan makna dan bentuk teks, pembagian paragraf,

tanda baca, kuotasi, dan sebagainya.

c) Koherensi Struktur Tematik: Tingkat kesimetrisan tematik bahasa sumber

dengan bahasa sasaran.

d) Kohesi: Referensi (ko-referensi, anapora, katapora), substitusi, elipsis, deiksis,

dan konjungsi.

e) Kesepadanan Teks Pragmatik (Dinamik): Tingkat kedekatan Tsa dengan

maksud Tsu (misal, kepuasaan atau penyimpangan harapan pembaca) dan

fungsi ilokusioner Tsu dan Tsa.

f) Register: jargon, idiom, kata pinjaman, kolokasi, parafrase, konotasi, dan aspek

emotif dari makna leksikal.

g) Kesepadanan Gramatikal: susunan kata, struktur kalimat, modalitas, tense.

Page 141: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

Parameter bahwa suatu terjemahan sudah sepadan makna dan gayanya bila

terjemahan yang bersangkutan dapat mencapai padanan makna dan gaya yang

optimal antara teks bahasa sumber dan teks bahasa sasaran. Kalimat dikatakan

mempunyai padanan makna bila semua kata atau kelompok kata di dalam bahasa

sumber dan bahasa sasaran memiliki makna leksikal, gramatikal, tekstual,

kontekstual, sosiokultural, dan/atau makna implisit yang sama. Kalimat dikatakan

mempunyai padanan gaya bila semua kata atau kelompok kata di dalam bahasa

sumber dan bahasa sasaran memiliki kategori yang sama dalam unsur-unsur

gayanya, yaitu pilihan kata, ekspresi idiomatik, gaya bahasa, jenis kata/struktur

kata tertentu, dan tanda baca dalam upaya bagaimana menyajikan atau

mengkomunikasikan hasil terjemahannya dalam bentuk tulisan.

Sementara itu, keterbacaan, keakuratan, dan kewajaran sangatlah penting

di dalam menilai kualitas terjemahan. Sebuah terjemahan yang akurat tidak akan

dapat memenuhi tujuan praktisnya sebagai alat komunikasi antara penulis teks

bahasa sumber dan pembaca teks bahasa sasaran apabila terjemahan yang

bersangkutan sulit dipahami oleh pembaca, begitu pula bahwa sebuah terjemahan

yang mudah dipahami bukanlah terjemahan yang baik apabila pesannya

menyimpang dari pesan teks bahasa sumber.

Parameter bahwa suatu terjemahan sudah memenuhi unsur keterbacaan

bila suatu teks tersebut dapat dipahami oleh para pembaca dan seberapa besar

usaha yang dilakukan para pembaca terhadap teks tersebut, suatu terjemahan

memenuhi unsur keakuratan bila pembaca bahasa sasaran dapat memahami pesan

secara akurat seperti yang dimaksud oleh penulis asli (makna dan gaya yang

Page 142: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

diterjemahkan sudah sepadan dan berterima secara optimal), dan suatu terjemahan

memenuhi unsur kewajaran bila pesan dapat dikomunikasikan dalam bentuk yang

sealami mungkin, sehingga pembaca Tsa merasa bahwa teks yang dibaca adalah

teks yang asli atau tidak tampak seperti suatu terjemahan.

Menurut Machali (2000: 108) pentingnya penilaian hasil terjemahan

karena dua alasan, yaitu untuk menciptakan hubungan dialektik antara teori dan

praktek penerjemahan dan untuk kepentingan kriteria dan standar dalam menilai

kompetensi penerjemah. Penilaian hasil penerjemahan ini mengacu pada produk

atau karya terjemahan itu sendiri. Menurut Nababan (2000: 121) ada dua arah

penelitian dalam penerjemahan, yaitu penelitian yang berorientasi pada produk

dan penelitian yang berorientasi pada proses. Penelitian yang berorientasi pada

produk inilah yang bisa dinilai dan dievaluasi oleh seorang penilai terjemahan,

sedangkan penelitian yang mengacu pada proses sangat sulit untuk dinilai karena

yang dikaji mengarah pada proses ketika aktivitas penerjemahan dilakukan oleh

penerjemah.

Hal pokok dalam penilaian karya terjemahan adalah rambu-rambu atau

kriteria penilaian karya terjemahan. Kriteria penilaian ini ditentukan untuk

menjaga validitas dan reliabilitas hasil penilaian. Namun demikian, perlu

dipahami bahwa tidak ada hasil terjemahan yang sempurna sehingga penilaian

pun bersifat relatif dan berdasarkan kriteria kurang lebih karena penilaian

terhadap padanan semua tataran satuan lingual secara objektif sulit dicapai

(Machali, 2000:115 dan Nababan, 2004:60) sehingga penentuan kriteria dan

Page 143: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

indikator pun tidak dapat bersifat objektif, ketat, dan tetap terpengaruh pada

sujektifitas penilai.

Machali (2000:119) menyampaikan kriteria penilaian hasil terjemahan

sebagai berikut:

Tabel 2.1 Kriteria Penilaian Terjemahan (Machali, 2000)

Kategori Nilai Indikator Terjemahan hampir sempurna Terjemahan sangat bagus Terjemahan baik Terjemahan cukup Terjemahan kurang

86-90 (A)

76-85 (B)

61-75 (C)

46-60 (D)

20-45 (E)

Penyampaian wajar, hampir tidak terasa seperti terjemahan, tidak ada kesalahan ejaan, tidak ada kesalahan/penyimpangan tata bahasa, tidak ada kekeliruan penggunaan istilah. Tidak ada distorsi makna, tidak ada terjemahan harfiah yang kaku, tidak ada kekeliruan penggunaan istilah, ada satu-dua kesalahan tata bahasa, ada satu-dua kesalahan penggunaan ejaan dan tanda baca/ejaan. Tidak ada distorsi makna, ada terjemahan harfiah yang kaku tetapi relatif tidak lebih dari 15 % dari keseluruhan teks sehingga tidak terlalu terasa seperti terjemahan, kesalahan tata bahasa dan idiom relatif tidak lebih dari 15% dari keseluruhan teks, ada satu-dua penggunaan istilah yang tidak baku/umum, ada satu-dua kesalahan ejaan. Terasa sebagai terjemahan, ada beberapa terjemahan harfiah yang kaku tetapi relatif tidak lebih dari 25% keseluruhan teks, ada beberapa kesalahan idiom dan/tata bahasa, tetapi relatif tidak lebih dari 25% keseluruhan teks, ada penggunaan istilah yang tidak baku/umum dan atau tidak jelas. Sangat terasa sebagai terjemahan, terlalu banyak terjemahan harfiah yang kaku (relatif lebih dari 25% dari keseluruhan teks), terdapat distorsi makna, dan kekeliruan penggunaan istilah lebih dari 25% keseluruhan teks.

Page 144: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

Apabila kita cermati, kriteria yang diberikan oleh Rochayah mempunyai

sedikit kekurangan. Pada kategori terjemahan hampir sempurna terdapat sedikit

kekurangan pada kriteria indikatornya. Kekurangan tersebut adalah tidak adanya

indikator ‘tidak ada distorsi makna’ seperti pada kategori terjemahan sangat bagus

dan terjemahan baik. Indikator tidak ada distorsi makna ini seharusnya

ditambahkan di dalam indikator terjemahan hampir sempurna karena dalam

penerjemahan yang dilakukan adalah pencarian padanan makna yang seoptimal

mungkin.

Nababan (2004) dalam disertasinya yang berjudul Translation Processes,

Practices, and Products of Professional Indonesian Translators menggunakan

dua instrumen untuk menilai kualitas terjemahan. Instrumen tersebut adalah

Accuracy-Rating Instrument yang diadaptasi dari Nagao, Tsujii dan Nakamura

(1998) yang didasarkan pada skala 1 sampai 4 sebagaimana yang ditunjukkan

berikut ini:

Tabel 2.2 Skala dan Definisi Kualitas Terjemahan (Nababan, 2004)

Scale Definition 1 The content of the source sentence is accurately conveyed into the

target sentence. The translated sentence is clear to the evaluator and no rewriting is needed.

2 The content of the source sentence is accurately conveyed into the target sentence. The translated sentence can be clearly understood by the evaluator, but some rewriting and some change in word order are needed.

3 The content of the source sentence is accurately conveyed into the target sentence. There are some problems with the choice of lexical items and with the relationship, between phrase, clause, and sentence elements.

4 The source sentence is not translated all into target sentence, i.e., it is omitted or deleted.

Page 145: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

Kriteria atau rambu-rambu penilaian hasil terjemahan yang dinyatakan

oleh Nababan menunjukkan suatu kemudahan, keefektifan indikator dibanding

yang telah dinyatakan oleh Machali, dan hal ini juga ditunjukkan dengan

penggunaan skala 1 sampai 4. Namun demikian, perlu dipertimbangkan bahwa

dalam menilai terjemahan harus dilihat apa yang akan dinilai, apakah itu teks

ilmiah ataukah teks susastra, dan kepada sasaran pembaca yang mana.

Lebih lanjut Machali menyatakan bahwa di samping makna dan kriteria,

hal pokok dalam menilai karya terjemahan adalah cara menilai hasil terjemahan.

Machali (2000:117-123) membagi ke dalam dua cara yaitu cara umum dan cara

khusus. Cara umum digunakan untuk teks yang umum, yakni teks yang tidak

mempunyai ciri tertentu yang beda dengan yang lain secara universal. Misalnya

ciri penggunaan bahasa dalam teks ilmiah mempunyai ciri universal, yaitu efektif,

lugas, tidak taksa, dan formal. Ciri tersebut berlaku untuk semua teks ilmiah,

misalnya jurnal, makalah, artikel, disertasi, dan lain-lain.

Penilaian secara umum dapat dimulai dari asumsi umum bahwa tidak ada

terjemahan yang sempurna, penerjemahan semantik dan komunikatif merupakan

reproduksi pesan yang umum, dan penilaian bersifat umum dan relatif. Penilaian

karya terjemahan dapat dilakukan dengan tahapan penilaian fungsional, penilaian

berdasarkan makna dan kriterai, dan penilaian berdasarkan indikator dan nilai

untuk menentukan kesepadanan pesan hasil terjemahan, yakni terjemahan yang

hampir sempurna, terjemahan sangat bagus, terjemahan baik, terjemahan cukup

dan terjemahan buruk.

Page 146: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

Sementara itu, cara penilaian khusus digunakan untuk menilai teks yang

mempunyai ciri penggunaan yang khusus atau tidak mempunyai ciri penggunaan

bahasa yang universal dengan teks lainnya, misalnya puisi. Di samping makna,

bentuk puisi harus dipertimbangkan oleh penerjemah sehingga dalam

menerjemahkan harus dapat memasukkan minimal dua unsur tersebut agar

keindahan bentuknya juga dapat terhubung dalam karya terjemahan puisi. Oleh

karena itu, penilaian khusus harus mempertimbangkan bentuk, sifat, dan fungsi.

Lebih lanjut Machali (2000:121-122) menjelaskan bahwa kriteria yang

dapat digunakan dalam penilaian khusus adalah berubah atau tidak berubah,

menyeluruh atau lokal, jelas atau tidak jelas, baku atau tidak baku, wajar atau

tidak wajar (misalnya puisi yang mengandung metaforik), benar atau tidak.

Namun demikian cara yang dilakukan tidak berbeda dengan cara penilaian umum,

yakni penilaian fungsional, penilaian berdasarkan makna dan kriteria, dan

penilaian berdasarkan indikator dan nilai untuk menentukan keberterimaan,

kesepadanan pesan hasil terjemahan, dan kualitas terjemahan, yakni terjemahan

hampir sempurna, terjemahan sangat bagus, terjemahan baik, terjemahan cukup,

dan terjemahan buruk.

Senada dengan cara penilaian khusus yang disampaikan oleh Machali,

Zhonggang (2006: 45) menilai suatu karya terjemahan susastra, baik puisi

maupun novel, dengan menggunakan skala relevansi. Menurut Zhonggang, yang

dimaksud dengan skala relevansi adalah suatu tingkat relevansi yang mana

pembaca memahami suatu teks tergantung pada jumlah pengaruh kontekstual

terhadap teks dan upaya untuk memahami teks tersebut. Semakin banyak

Page 147: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

pengaruh kontekstual, semakin relevan teks tersebut; semakin sedikit upaya yang

dilakukan pembaca dalam memahami suatu teks, semakin relevan teks tersebut.

Skala relevansi ini dikelompokkan menjadi: relevansi optimal, relevansi kuat,

relevansi lemah, dan tidak ada relevansi, sebagaimana tersaji berikut:

Tabel 2.3 Skala Relevansi (Zhonggang, 2006: 45)

Relevance Contextual implication Processing effort

Optimal relevance Fully comprehensible Without unnecessary effort

Strong relevance Relatively clear With some necessary effort

Weak relevance Implied Considerable effort taken

Irrelevance Vague and unclear All the effort is in vain

Ketiga cara penilaian yang telah disampaikan oleh Machali, Nababan, dan

Zhonggang di atas merupakan rambu-rambu penilaian hasil terjemahan yang,

menurut hemat peneliti, lebih mengutamakan pada keakuratan makna. Di dalam

penelitian ini, selain makna, penggunaan gaya dalam penerjemahan novel ini juga

sama pentingnya dengan makna. Sebagaimana diuraikan di dalam sub-bab 2.1.3.

bahwa makna dan gaya merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam

penerjemahan (Siad Shiyab, 2003:5). Penerjemahan atau pencarian padanan

makna tanpa penerjemahan gaya yang sesuai, hasil terjemahan akan menjadi

tidak lengkap dan tidak efisien. Makna adalah apa yang dikomunikasikan ke

pembaca terjemahan, sedangkan gaya adalah cara bagaimana mengkomunikasikan

makna tersebut ke pembaca terjemahan.

Page 148: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

Selain itu, hal penting lainnya adalah tingkat pemahaman pembaca atau

unsur keterbacaan terjemahan. Keterbacaan, menurut para pakar terjemahan,

mengacu pada seberapa mudah teks tulis dapat dibaca dan dipahami oleh

pembaca. Keterbacaan merupakan keseluruhan unsur dalam sebuah teks tulis yang

mempengaruhi keterpahaman pembaca (dalam Nababan; 2004, 29). Sementara

itu, Suryawinata (1982: 104-105) menyatakan bahwa keterbacaan adalah berpusat

pada masalah mudah tidaknya suatu teks untuk dibaca dan dipahami oleh

pembacanya dan tidak mempermasalahkan kesetiaan suatu teks terjemahan

terhadap sumber aslinya.

Dari beberapa pendapat para pakar terjemahan tersebut dapat disimpulkan

bahwa keterbacaan adalah suatu kriteria mengenai sejauh mana suatu teks dapat

dipahami oleh para pembaca dan seberapa besar usaha yang dilakukan para

pembaca terhadap teks tersebut. Jadi, keterbacaan suatu teks sangatlah tergantung

pada pembaca karena pada dasarnya suatu teks tidak dapat dibaca sendiri oleh

teks tersebut. Di sini jelas bahwa tingkat keterbacaan ditentukan oleh pembaca

dengan tingkat kemampuan, pengetahuan, dan konsentrasi pembaca dalam

memahami teks terjemahan, meskipun keterbacaan itu sendiri juga dipengaruhi

oleh fitur-fitur teks sebagaimana dikutip dalam Nababan (2004: 29) bahwa

keterbacaan sebuah teks dapat diukur secara empirik, yang didasarkan pada

panjang rata-rata kalimat, kompleksitas struktur kalimat, jumlah kata baru yang

digunakan dalam teks, kosa kata, konstruksi kalimat yang digunakan penulis,

penggunaan kata asing dan daerah, penggunaan kata dan kalimat taksa,

penggunaan kalimat tak lengkap, dan alur pikir yang tidak runtut.

Page 149: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

Oleh karena itu, berdasarkan perpaduan dari kriteria-kriteria penilaian

hasil terjemahan yang telah disampaikan oleh Machali, Nababan, Zhonggang di

atas, dan juga parameter penggunaan unsur-unsur gaya yang ada dalam

penerjemahan dan unsur pemahaman pembaca, maka kriteria penilaian hasil

terjemahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 2.4 Kriteria Penilaian Terjemahan dalam Penelitian ini

Kategori Nilai Indikator Terjemahan hampir sempurna Terjemahan sangat bagus Terjemahan baik Terjemahan cukup Terjemahan kurang

86-90 (A)

76-85 (B)

61-75 (C)

46-60 (D)

20-45 (E)

Makna dalam bahasa sumber diterjemahkan secara akurat ke dalam bahasa sasaran; penyampaian wajar dan hampir tidak terasa seperti terjemahan; teks sangat jelas, tidak perlu upaya keras untuk memahaminya; secara keseluruhan tidak ada kesalahan/penyimpangan gaya: pilihan kata, ekspresi idiomatik, gaya bahasa, jenis kata/struktur kata tertentu, dan tanda baca. Makna dalam bahasa sumber diterjemahkan secara akurat ke dalam bahasa sasaran; tidak ada terjemahan harfiah yang kaku dan tidak terasa seperti terjemahan; teks sangat jelas dan dengan sedikit upaya untuk memahaminya; ada satu-dua kesalahan/penyimpangan gaya: pilihan kata, ekspresi idiomatik, gaya bahasa, jenis kata/struktur kata tertentu, dan tanda baca. Makna dalam bahasa sumber diterjemahkan secara akurat ke dalam bahasa sasaran; ada terjemahan harfiah yang kaku namun tidak terlalu terasa seperti terjemahan; teks jelas tetapi dengan sedikit upaya untuk memahaminya; ada satu-dua kesalahan/penyimpangan gaya: pilihan kata, ekspresi idiomatik, gaya bahasa, jenis kata/struktur kata tertentu, dan tanda baca. Makna dalam bahasa sumber diterjemahkan secara akurat ke dalam bahasa sasaran; terasa sebagai terjemahan; teks lumayan jelas namun dengan upaya yang agak keras untuk memahaminya; ada beberapa terjemahan harfiah yang kaku, kesalahan idiom dan/tata bahasa, penggunaan istilah yang tidak baku/umum, gaya bahasa, dan tanda baca. Makna dalam bahasa sumber tidak diterjemahkan sama sekali ke dalam bahasa sasaran; sangat terasa sebagai terjemahan; teks sangat kabur dan tidak jelas, dengan upaya yang susah payah untuk memahaminya; terlalu banyak terjemahan harfiah yang kaku, dan kekeliruan penggunaan istilah, idiom, gaya bahasa, dan tanda baca.

Page 150: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

2.2.11 Pendekatan Kritik Holistik

Pendekatan kritik holistik merupakan pendekatan yang digunakan untuk

penelitian evaluasi kualitatif yang didasari dengan pola pikir keberkaitan semua

variabel pokok yang terlibat (Sutopo, 2006: 114). Penelitian evaluasi bertujuan

untuk menggali, menemukan, dan memahami, baik kekuatan maupun kelemahan

dari semua variabel pokok yang terlibat dalam suatu kegiatan, peristiwa,

pelaksanaan program, atau suatu karya tertentu.

Pendekatan kritik holistik dianggap lengkap karena memandang berbagai

masalah selalu di dalam kesatuannya, tidak terlepas dari kondisi yang lain menyatu

dalam suatu konteks. Dengan kata lain bahwa suatu karya, program, atau peristiwa

dan kondisi tertentu, kualitasnya harus dipandang dari perspektif latarbelakangnya

(faktor genetik), kondisi formal yang berupa kenyataan objektifnya (faktor objektif),

dan hasil atau dampaknya (output, product, outcome) yang juga meliputi persepsi

orang yang berinteraksi dengan program atau karya yang dievaluasi tersebut (faktor

afektif) (Sutopo, 2006: 142-143). Simpulan akhir dari model ini dilakukan dengan

membuat sintesis dari informasi yang bersumber dari tiga faktor tersebut. Tidak ada

satu pun faktor yang memiliki otoritas atau dominan dalam pendekatan kritik

holistik. Variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent

variable) saling terkait dan berkelanjutan. Dalam penelitian ini, penerjemah,

terjemahan, dan pembaca yang memahami terjemahan saling terkait dan

mempengaruhi.

Berbeda dengan pendekatan kritik yang lain, misalnya kritik historis yang

mementingkan faktor latarbelakangnya saja, kritik objektif yang lebih

Page 151: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

mementingkan faktor objektifnya atau kondisi formalnya, dan model kritik

emosional yang lebih mementingkan faktor afektifnya, sehingga secara keseluruhan

simpulan makna dari tiga model tersebut dipandang berat sebelah, memihak dan

setengah-setengah. Atas dasar itu pendekatan kritik yang dipandang paling lengkap

dan tepat adalah pendekatan kritik holistik. Dalam pendekatan ini beragam

informasi dikelompokkan ke dalam tiga jenis faktornya, yaitu (1) faktor genetik,

(2) faktor objektif, (3) faktor afektif. Dari tiga jenis informasi tersebut dibahas

secara menyeluruh dan saling terkait sehingga bisa dilakukan sintesis sebagai suatu

simpulan makna akhir dari penelitiannya. Adapun faktor-faktor tersebut

digambarkan di dalam bagan sebagai berikut:

Bagan 2.8 Pendekatan Kritik Holistik (Sutopo, 2006: 145)

Faktor Genetik

Sintesis

Faktor Afektif

Faktor Objektif

Page 152: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

2.3 Kerangka Pikir

Penelitian ini diawali dari pemikiran bahwa menerjemahkan novel

tidaklah mudah. Seorang penerjemah novel diharapkan untuk memahami bahasa

sumber dengan sebaik-baiknya, karena pada dasarnya karya susastra lebih

mengandung unsur ekspresi pengarang dan kesan khusus yang ingin

ditimbulkannya terhadap si pembaca. Karya susastra juga mengandung unsur-

unsur emosional, efek keindahan kata dan ungkapan, efek keindahan bunyi,

dengan segala nuansa yang mengiringinya.

Sebuah terjemahan yang akurat tidak akan dapat memenuhi tujuan

praktisnya sebagai alat komunikasi antara penulis teks bahasa sumber dan

pembaca teks bahasa sasaran apabila terjemahan yang bersangkutan sulit

dipahami oleh pembaca, begitu pula bahwa sebuah terjemahan yang mudah

dipahami bukanlah terjemahan yang baik apabila pesannya menyimpang dari

pesan teks bahasa sumber. Oleh sebab itu penerjemah karya susastra perlu

mempunyai pengetahuan yang luas tentang latar belakang sosiokultural dari

bahasa sumber tersebut, memiliki pengetahuan dan kualitas khusus

(kesususastraan dan estetika, dan artistika kebahasaan), harus dapat

mengidentifikasi unsur-unsur susastra dan memiliki pemahaman budaya dan nilai-

nilai karya susastra yang diterjemahkan, serta memahami karya susastra secara

menyeluruh, memandang karya susastra sebagai suatu wacana yang mengandung

unsur informasi, amanat, ekspresi pengarang, dan unsur fiksi.

Di dalam menerjemahkan novel, sangat mungkin penerjemah

menemukan kesulitan-kesulitan, baik kesulitan dalam aspek budaya, misalnya

Page 153: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

kesulitan penerjemah dalam mencari padanan istilah yang berkaitan dengan materi

dan peristiwa budaya, kesulitan dalam aspek susastra, misalnya penerjemahan

karakterisasi tokoh yang sepadan dengan keadaan masyarakat pembaca novel

penerjemahan, dan juga kesulitan dalam aspek kebahasaan, misalnya dalam

menerjemahkan struktur kalimat yang sangat panjang dan tata bahasa yang rumit.

Padanan istilah yang berhubungan dengan kebiasaan serta pemahaman

sosiokultural yang muncul dalam cerita, kata-kata khusus yang ada dalam Tsu,

unsur-unsur susastra, dan gaya yang muncul di dalam keseluruhan teks novel

perlu dikaji lebih mendalam. Hal ini dimaksudkan untuk mencari hubungan

padanan makna dan gaya antara Tsu dan Tsa, apakah padanan makna dan gaya

antara Tsu dan Tsa tersebut untuk memenuhi tuntutan kewajaran atau dipaksakan

oleh penerjemah yang disebabkan kekurangpahaman terhadap kedua bahasa.

Berdasarkan pemikiran di atas, analisis penerjemahan novel perlu dikaji

secara holistik, yaitu menganalisis novel pada faktor objektif, faktor genetik, dan

faktor afektif. Penelitian ini diawali dengan menganalisis faktor objektif, yaitu yang

berkaitan dengan masalah kesepadanan makna dan gaya antara novel HT dan

terjemahannya PL. Bagian kedua, analisis diarahkan pada faktor genetik, yaitu

mengungkap latar belakang penerjemah, langkah-langkah penerjemah dalam

menerjemahkan novel The Highest Tide (HT) ke dalam novel bahasa Indonesia

Pasang Laut (PL), dan strategi penerjemah dalam menerjemahkan hal-hal yang

khas dalam novel The Highest Tide. Bagian ketiga, analisis diarahkan pada faktor

afektif, yaitu pembaca yang dipandang sebagai subjek yang memberikan pendapat

bagaimana terjemahan itu dipahami. Pembaca dalam penelitian ini adalah pembaca

Page 154: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

ahli yaitu para dosen bahasa Inggris yang benar-benar memiliki kemampuan bahasa

Inggris dengan baik dan sering menerjemahkan berbagai novel dan telah

dipublikasikan untuk mengungkap pendapat dan saran mengenai penerjemahan

novel, dan para mahasiswa bahasa Inggris untuk mengungkap tanggapan mereka

tentang hasil dari novel yang telah diterjemahkan. Dalam pelaksanaan penelitian ini

komponen-komponen analisis tersebut saling berkaitan dan berinteraksi.

Kerangka pikir penelitian ini digambarkan dengan diagram sebagai berikut:

Page 155: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

↑↑

Bagan 2.9 Kerangka Pikir

Sepadan/tidak sepadan

- Latar belakang penerjemah - Langkah-langkah

penerjemah dalam menerjemahkan novel HT ke dalam novel bahasa Indonesia PL

- Strategi penerjemah dalam menerjemahkan hal-hal yang khas dalam novel HT

Pemahaman terhadap hasil

terjemahan

Kesepadanan makna

Analisis

Objektif: Novel

Sepadan/tidak sepadan

Genetik: Penerjemah

Afektif: Pakar dan Pembaca

Makna leksikal, gramatikal, tekstual,

kontekstual, sosiokultural, dan/atau

makna implisit

Kesepadanan gaya

Pilihan kata, ekspresi idiomatik, gaya bahasa, jenis kata/struktur kata tertentu, dan tanda baca

Simpulan Akhir

Page 156: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

Tidak

Adapun unsur-unsur gaya di dalam menerjemahkan karya susastra (Christensen:

http//teachers.lakesideschool.org/us/English/LiteraryStyle.htm, retrieved on

21/10/2008), meliputi:

1. Susunan kalimat, yaitu apakah kalimat yang digunakan panjang atau pendek,

apakah kalimat yang digunakan terdiri dari beberapa anak kalimat atau sering

terfragmentasi, dan apakah sering terjadi penyimpangan atau pemenggalan

kalimat.

2. Diksi, yaitu apakah penulisannya pendek, ketat, dan efisien ataukah

mengelaborasi dan panjang, kapan penerjemah menggunakan kata-kata yang

pendek, ketat, dan efisien ataupun elaborasi dan panjang, dan mengapa

menggunakan kata-kata tersebut.

3. Kosakata, yaitu apakah kata-kata yang digunakan sederhana ataukah khayalan,

teknis, berbunga-bunga, percakapan sehari-hari, kabur, dan sebagainya.

Page 157: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127

4. Gaya bahasa, yaitu apakah terdapat berbagai jenis gaya bahasa misalnya

metafora, simile, simbol, ataupun jenis gaya bahasa yang lain misalnya

personifikasi, metonimi, dan sebagainya.

5. Penggunaan dialog, yaitu seberapa sering dialog digunakan untuk bercerita,

apakah dialog menyajikann seluruh percakapan apakah beberapa fragmen saja,

dan apakah dialognya formal atau bahasa sehari-hari.

6. Sudutpandang, yaitu sudut pandang pertama, kedua, ketiga, terbatas, kompleks.

7. Pengembangan karakter, yaitu bagaimana penulis memperkenalkan karakter,

dan bagaimana kita melihat evolusi mereka di dalam cerita.

8. Struktur paragraf/bab, yaitu apakah paragraf yang digunakan sangat pendek

ataukah cukup panjang, apakah bab yang ada pendek atau panjang, berapa jumlah

keseluruhannya, bagaimanakah paragraf atau bab tersebut diorganisir, dan

mengapa pengorganisasian tersebut sangat penting.

9. Kronologi waktu, yaitu bagaimana penulis mengorganisasikan kronologi suatu

peristiwa atau kejadian.

10.Nada, yaitu bagaimana sikap penulis, bagaimana nuansa dalam cerita, apakah

penulisnya kasar, agresif, pesimistik, penuh kasih, penuh filosofi, ketus, dan

sebagainya.

Jelaskan lebih rinci

Dari berbagai konsep mengenai gaya di atas, maka di dalam penelitian ini,

penggunaan gaya adalah …..terdiri dari susunan kalimat, diksi, kosakata, gaya

bahasa, dan struktur paragraf/bab. Susunan kalimat yang dimaksud adalah apakah

Page 158: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128

kalimat yang digunakan panjang atau pendek, apakah kalimat yang digunakan

terdiri dari beberapa anak kalimat atau sering terfragmentasi, dan apakah sering

terjadi penyimpangan atau pemenggalan kalimat. Diksi yang dimaksud adalah

apakah penulisannya pendek, ketat, dan efisien ataukah mengelaborasi dan

panjang, kapan penerjemah menggunakan kata-kata yang pendek, ketat, dan

efisien ataupun elaborasi dan panjang, dan mengapa menggunakan kata-kata

tersebut. Kosakata yang dimaksud adalah apakah kata-kata yang digunakan

sederhana ataukah khayalan, teknis, berbunga-bunga, percakapan sehari-hari,

kabur, dan sebagainya. Gaya bahasa yang dimaksud adalah apakah terdapat

berbagai jenis gaya bahasa misalnya metafora, simile, simbol, ataupun jenis gaya

bahasa yang lain misalnya personifikasi, metonimi, dan sebagainya. Sedangkan

struktur paragraf/bab yang dimaksud adalah apakah paragraf yang digunakan

sangat pendek ataukah cukup panjang, apakah bab yang ada pendek atau panjang,

berapa jumlah keseluruhannya, bagaimanakah paragraf atau bab tersebut

diorganisir, dan mengapa pengorganisasian tersebut sangat penting.

Buat tabelnya

Page 159: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

BAB III METODOLOGI

3.1 Strategi dan Jenis Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang dikaji yaitu menganalisis novel The

Highest Tide (HT) dan terjemahannya dengan pendekatan kritik holistik, maka

strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Dikatakan

demikian karena penelitian ini merupakan penelitian kasus terhadap hasil

terjemahan novel HT yang diterjemahkan dari bahasa Inggris ke dalam bahasa

Indonesia. Strategi ini akan mampu menangkap dan memerikan permasalahan-

permasalahan secara mendalam sehingga akan terungkap pula hasilnya secara

mendalam mengenai permasalahan yang sudah dirumuskan maupun rumusan-

rumusan masalah yang mungkin muncul pada waktu pengumpulan data maupun

analisis data. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha mengungkap makna dari

interaksi penerjemah, hasil terjemahan, dan tanggapan pembaca terjemahan.

Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus tunggal yang berasal dari

dokumen berupa novel HT dan terjemahannya, penerjemah novel HT, pakar

penerjemahan dan pembaca hasil terjemahan novel HT. Hal ini sesuai dengan yang

dinyatakan oleh Sutopo (2006: 112) bahwa suatu penelitian disebut penelitian studi

kasus tunggal bilamana penelitian tersebut terarah pada satu karakteristik, artinya

penelitian ini hanya diarahkan pasa satu sasaran, yaitu penerjemahan novel HT ke

dalam novel PL. Di dalam penelitian ini, peneliti mendeskripsikan secara rinci dan

mendalam mengenai novel HT dan terjemahannya dengan apa adanya. Pada bagian

Page 160: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127

pertama, perhatian diarahkan pada masalah kesepadanan makna dan gaya antara

novel HT dan terjemahannya PL. Bagian kedua, perhatian diarahkan pada latar

belakang penerjemah, langkah-langkah penerjemah dalam menerjemahkan novel

HT, dan strategi penerjemah dalam menerjemahkan hal-hal yang khas dalam novel

HT. Bagian ketiga, perhatian diarahkan pada pembaca yang dipandang sebagai

subjek yang memberikan pendapat bagaimana terjemahan itu dipahami. Pembaca

sebagai sumber data afektif dalam penelitian ini adalah pakar terjemahan yang

telah menerjemahkan berbagai novel dan telah sering mempublikasikan hasil karya

mereka dan memiliki kemampuan bahasa Inggris dengan baik, dan juga pendapat

para pembaca novel termasuk mahasiswa.

Penelitian ini menggunakan pendekatan holistik, yaitu memandang sesuatu hal

secara utuh, tidak bagian perbagian saja (Sutopo, 2006:142). Penelitian ini

memandang berbagai masalah selalu di dalam kesatuannya, tidak terlepas dari

kondisi yang lain yang menyatu dalam suatu konteks. Variabel yang ada di dalam

penelitian ini tidak bisa dipahami dan dipelajari secara terpisah dari keterkaitannya

di dalam konteks yang utuh. Variabel bebas (independent variable) dan variabel

terikat (dependent variable) saling terkait dan berkelanjutan. Dalam penelitian ini,

penerjemah, terjemahan, dan pembaca yang memahami terjemahan saling terkait

dan mempengaruhi.

Page 161: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128

3.2 Sumber Data dan Jenis Data

Di dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan adalah:

(a) dokumen novel, (b) penerjemah, dan (c) pembaca buku terjemahan. Secara rinci

sumber data dan jenis data tersebut diuraikan sebagai berikut:

3.2.1 Dokumen Novel

Sumber data dokumen dalam penelitian ini adalah novel The Highest Tide

(HT) yang ditulis dalam bahasa Inggris dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia dengan judul novel Pasang Laut (PL). Alasan pemilihan sumber data

dokumen berupa novel ini adalah bahwa: (1) novel HT ditulis oleh seorang

jurnalis yang telah memenangkan Pacific Northwest Booksellers Book Awards

2006 dan telah dipublikasikan sehingga menjadi konsumsi publik, (2) novel HT

karya Jym Linch ini merupakan novel yang ditulis belum lama (tahun 2005) dan

diterjemahkan dalam kurun waktu yang relatif masih baru (tahun 2007) sehingga

bahasa yang digunakan baik dalam bahasa sumber maupun bahasa sasaran adalah

bahasa saat ini, (3) novel HT merupakan sumber data penelitian yang dianggap

sangat bermanfaat (menurut peneliti) untuk menjawab semua permasalahan yang

sudah dirumuskan dan target yang dicapai oleh peneliti.

3.2.2 Penerjemah

Penerjemah merupakan sumber data genetik yang digunakan oleh peneliti.

Komponen informasi genetik ini meliputi latar belakang penerjemah, langkah-

langkah penerjemah dalam menerjemahkan novel The Highest Tide, dan strategi

Page 162: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

129

penerjemah dalam menerjemahkan hal-hal yang khas dalam novel The Highest

Tide.

3.2.3 Pembaca

Pembaca yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah pakar

penerjemahan yang telah menerjemahkan berbagai novel dan telah sering

mempublikasikan hasil karya mereka serta memiliki kemampuan bahasa Inggris

dengan baik. Dengan demikian pendapat dan masukan yang diberikan akan sangat

membantu. Juga, pendapat para pembaca novel yaitu para mahasiswa. Tujuan

utama peneliti memilih pakar penerjemahan yang berpengalaman ini adalah

untuk mendapatkan informasi sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Oleh

karena itu, pakar penerjemahan ini sekaligus sebagai penilai tentang kesepadanan

makna dan gaya dalam penerjemahan novel berbahasa Inggris HT ke dalam novel

berbahasa Indonesia PL; dan para mahasiswa dipilih untuk menggali pendapat

mereka mengenai dampak atau kualitas terjemahan yang dihasilkan.

Adapun jenis data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah: (1) data

verbal berupa kata-kata, frasa-frasa, atau kalimat-kalimat di dalam teks novel HT

dan terjemahannya, (2) informasi berupa kata-kata atau frasa-frasa yang berasal

dari jawaban kuesioner atau hasil wawancara dengan penerjemah novel, pakar

penerjemahan novel, dan para pembaca novel terjemahan.

Page 163: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

130

3.2.4 Jenis Data 1

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan oleh peneliti, jenis

data di dalam penelitian ini adalah kata-kata, frasa-frasa, atau kalimat-kalimat

yang mengandung: budaya materi, istilah-istilah ekologi, budaya sosial, dan gaya

bahasa yang terdapat pada novel HT. Data ini selanjutnya disebut dengan data

primer dan data ini kemudian oleh peneliti diinterpretasi dan diperkaya dengan

data yang lain. Data ini selanjutnya dapat dilihat pada lampiran 1a sampai 1e.

Untuk menentukan data primer ini, peneliti membaca secara seksama

semua kalimat yang ada di dalam novel dan kemudian mengidentifikasi kata-

kata, frasa-frasa di dalam kalimat-kalimat yang mengandung aspek atau hal-hal

yang khas dalam susastra. Bila terdapat dua atau lebih kata atau frasa yang sama

di dalam kalimat, maka hanya satu kata atau frasa saja yang dijadikan data.

Setelah melalui identifikasi yang seksama, maka ditemukan sebanyak 122 kalimat

yang dijadikan data. Agar supaya data yang telah diidentifikasi ini lebih akurat,

peneliti meminta pendapat kepada seorang pakar bahasa dan sastra untuk

memastikan bahwa data yang telah diambil benar-benar merupakan data

mengenai hal-hal yang khas dalam susastra. Dari hasil masukan pakar bahasa dan

sastra tersebut didapatkan bahwa dari 122 kalimat yang telah diidentifikasi,

sebanyak 115 kalimat yang dapat dijadikan data. Data-data tersebut selanjutnya

diklasifikasikan berdasarkan jenis-jenis makna dan gaya yang terdapat di dalam

Tsu dan Tsa. Lebih lanjut data tersebut dapat dilihat di dalam lampiran 2a-e dan

3a-e.

Page 164: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

131

3.2.4 Jenis Data 2

Data selanjutnya adalah data informasi yang berupa kata-kata, frasa-frasa,

atau kalimat-kalimat yang dikumpulkan dari jawaban kuesioner dan hasil

wawancara dengan penerjemah novel, pakar penerjemahan novel, dan para

pembaca novel terjemahan. Data ini selanjutnya disebut dengan data sekunder.

Data ini dimaksudkan untuk mendukung dan mempertajam analisis pada data

primer.

3.3 Teknik Cuplikan

Teknik cuplikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

purposive sampling, yaitu yang berkaitan dengan pembatasan jumlah dan jenis

dari sumber data yang digunakan dalam penelitian. Teknik ini berarti bahwa

sumber data yang diambil didasarkan pada kelengkapan dan jenis data yang

diperlukan untuk menjawab masalah-masalah yang telah diajukan dalam

penelitian ini, sehingga cuplikan data yang didapat mewakili informasi yang

dibutuhkan (Sutopo, 2006:54-55).

Sumber data yang dicuplik di dalam penelitian ini adalah para pembaca

novel. Para pembaca novel, sebagai faktor afektif, yang dicuplik adalah

(1) pembaca yang dipandang layak untuk dijadikan nara sumber, yaitu pakar

penerjemahan yang telah menerjemahkan berbagai novel dan telah sering

mempublikasikan hasil terjemahan serta memiliki kemampuan bahasa Inggris

dengan baik. Tujuan utama peneliti memilih pakar penerjemahan yang

berpengalaman ini adalah untuk mendapatkan informasi sesuai dengan

Page 165: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

132

permasalahan yang diteliti, dan (2) para pembaca novel lain yang dicuplik adalah

para mahasiswa. Para mahasiswa yang dimaksud adalah para mahasiswa jurusan

sastra Inggris. Mengingat keterbatasan waktu dan pertimbangan kemudahan

dalam mengumpulkan data, maka sumber data mahasiswa diambilkan dari

mahasiswa jurusan sastra Inggris tempat peneliti bekerja. Secara keseluruhan

para pembaca tersebut adalah:

a. Seorang lulusan Program Doktor Universitas Negeri Malang dengan penelitian

disertasi pada bidang Penerjemahan, telah menerjemahkan berbagai buku dan

novel (sebagai pakar penerjemah sekaligus penilai).

b. Seorang lulusan Program Magister Penerjemahan Universitas Negeri Sebelas

Maret Solo (sebagai penilai).

c. Seorang lulusan Program Doktor Bahasa Inggris Universitas Negeri Surabaya

(sebagai pakar bahasa dan sastra).

d. Peneliti sendiri (sebagai penilai).

e. Mahasiswa jurusan sastra Inggris Universitas Trunojoyo Madura kelas B

semester 1 tahun akademik 2009/2010 (sebagai pembaca novel terjemahan).

Sementara itu, penerjemah novel, sebagai faktor genetik, tidak dicuplik

karena penerjemah sudah terfokus dan mewakili individu atau tidak mewakili

populasi, dan karenanya digunakan sebagai sampel penelitian. Sedangkan

dokumen novel, sebagai faktor objektif, tidak dicuplik karena semua kata-kata,

frasa-frasa, atau kalimat-kalimat di dalam novel tersebut dijadikan data.

Page 166: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

133

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik simak dan catat, kuesioner, dan wawancara mendalam (Sutopo, 2006:58-70).

3.4.1Teknik Simak dan Catat

Peneliti sebagai instrumen kunci melakukan penyimakan secara cermat,

terarah, dan teliti terhadap sumber data primer dalam rangka memperoleh data

yang diinginkan. Dalam penelitian ini, sumber data primer yang dimaksud adalah

dokumen penerjemahan novel bahasa Inggris HT dan terjemahannya PL. Hasil

penyimakan ini kemudian dicatat sebagai data (Edi Subroto, 1992:41-42). Semua

aktivitas di dalam simak dan catat ini disesuaikan dengan metodologi yang ada di

dalam penelitian ini dan dalam setiap mulai pengumpulan data dilakukan

pengkodean. Adapun teknik simak dan catat ini dilakukan dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

a. Membaca secara keseluruhan novel HT beserta terjemahannya PL dengan

teliti.

b. Membaca dengan teliti kata, kelompok kata, kalimat, atau paragraf dalam novel

sumber yang telah dijadikan data beserta kata, kelompok kata, kalimat, atau

paragrafh dalam novel terjemahannya.

c. Memberi kode pada setiap kartu data yang menjelaskan tentang nomor urut

data, buku, dan nomor halaman tempat ditemukannya data. Contoh: data

dengan kode 005.HT.chap16.pg117/PL.bb16.hal161. Kode ini menjelaskan

bahwa nomor urut data adalah 005 dan data ini terdapat dalam buku HT (The

Page 167: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

134

Highest Tide) pada chapter 16 page 117 dan buku PL (Pasang Laut) pada bab

16 halaman 161.

d. Mengklasifikasikan jenis-jenis makna dan yang ada di dalam Tsu dan Tsa.

e. Mencatat kesepadanan makna dan gaya yang telah ditandai dan dicatat di

dalam kartu data. Penjelasan tentang tata cara pengkodean ini dibahas dalam

subbab 3.6.

f. Menganalisis hasil kajian dokumen yang diperoleh, dalam arti bahwa data yang

sama mengalami proses penyisihan dan dalam proses ini terjadi analisis.

3.4.2 Wawancara Mendalam

Tujuan wawancara mendalam dalam penelitian ini adalah untuk

mengumpulkan data yang berupa informasi tentang proses penerjemahan novel

HT dan pertimbangan-pertimbangan yang mendasari penerjemah dalam

menerjemahkan serta dampak hasil terjemahan.

Wawancara yang dilakukan peneliti ditujukan kepada narasumber

penerjemah dan pakar penerjemahan. Garis besar wawancara kepada penerjemah

berpusat pada masalah-masalah genetik yang meliputi latar belakang

penerjemah, langkah-langkah penerjemah dalam menerjemahkan novel HT, dan

strategi penerjemah dalam menerjemahkan hal-hal yang khas dalam novel HT.

Adapun wawancara kepada pakar mencakup tentang bagaimana pendapat dan

saran serta pengalaman yang dimiliki oleh pakar penerjemahan tersebut. Format

wawancara selanjutnya dapat dilihat pada lampiran 6a dan 6b. Teknik wawancara

mendalam ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Page 168: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

135

a. Menentukan narasumber yang dipandang mampu memberikan data yang

diperlukan. Topik-topik yang digunakan sebagai dasar pertanyaan dalam

wawancara kepada penerjemah adalah mengenai latar belakang penerjemah,

langkah-langkah penerjemah dalam menerjemahkan novel HT, dan strategi

penerjemah dalam menerjemahkan hal-hal yang khas dalam novel HT. Topik-

topik wawancara dengan pakar penerjemahan adalah mengenai hasil

terjemahan novel HT secara umum dan masukan mengenai hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam penerjemahan novel HT.

b. Menghubungi narasumber guna konfirmasi kesediaannya untuk diwawancarai

dan menentukan jadwal wawancara.

c. Melakukan wawancara sesuai kesepakatan yang telah dibuat.

d. Membuat fieldnote.

e. Mengulangi wawancara bila dipandang perlu.

Wawancara dengan penerjemah dilakukan pada tanggal 20 Juli 2009

sehari setelah penerjemah mengisi materi pada seminar ‘National Seminar and

Workshop on Book and Novel Translation and Translation Editing’ di Universitas

Brawijaya, sedangkan wawancara dengan pakar penerjemah dilakukan pada

tanggal 27 Juli 2009.

3.4.2 Kuesioner

Pengumpulan data melalui kuesioner dilakukan secara tertulis dengan

menggunakan teknik angket. Kuesioner ini bersifat terbuka (open-ended

questionnaire), artinya pada setiap pertanyaan memang bisa juga diberikan

Page 169: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

136

alternatif jawaban, namun di dalam kuesioner juga diberi ruang yang cukup untuk

memberikan kesempatan kepada responden untuk menulis alasan mengapa

responden menjawab demikian, atau hal-hal lain yang berkaitan dengan masalah

yang ditanyakan. Kuesioner ini ditujukan kepada para pembaca novel terjemahan.

Penggunaan kuesioner ini dimaksudkan untuk mendapatkan beberapa hal yang

berhubungan langsung dengan masalah yang telah dirumuskan atau yang mungkin

tidak dipikirkan sebelumnya. Adapun garis besar kuesioner ini adalah untuk

mendapatkan data mengenai pendapat para pembaca novel mengenai kualitas

terjemahan yang dihasilkan dan dampak yang ditimbulkannya.

Sebelum kuesioner ini didistribusikan ke pembaca, terlebih dahulu

kuesioner diujicobakan kepada try outer, yaitu para mahasiswa sastra Inggris

Universitas Trunojoyo Madura semester 1 angkatan 2009/2010 kelas A pada

tanggal 31 Agustus 2009. Uji coba ini dimaksudkan untuk mendapatkan tingkat

validitas yang baik sebelum diberikan kepada para pembaca sebagai sumber data

yang sesungguhnya. Hasil uji coba tersebut kemudian dianalisis untuk dilakukan

perbaikan terhadap format kuesioner yang telah disebarkan. Dari hasil analisis uji

coba, maka beberapa perbaikan dilakukan, yaitu: (1) petunjuk pengerjaan angket

perlu disederhanakan dan (2) perlu penambahan ruang (space) untuk alasan dan

komentar. Format kuesioner selanjutnya dapat dilihat pada lampiran 5. Setelah

perbaikan dilakukan, kemudian kuesioner didistribusikan ke pembaca penerjemah

yang sesungguhnya, yaitu para mahasiswa jurusan sastra Inggris Universitas

Trunojoyo Madura kelas B semester 1 tahun akademik 2009/2010 pada tanggal 22

September 2009.

Page 170: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

137

Hasil kuesioner kemudian dianalisis untuk mendapatkan beragam

jawaban terbuka yang diutarakan oleh para informan yang berkaitan dengan

kualitas terjemahan yang dihasilkan. Untuk mempermudah di dalam memahami

analisis hasil kuesioner ini, maka dibuatkan kode-kode seperti contoh berikut:

001.I1.Jwb C. Skor 1. Kode ini menjelaskan bahwa nomor urut data 001 pada

item nomor 1 memberikan jawaban C dengan nilai 1. Hasil analisis ini secara

lengkap dapat dilihat pada lampiran 7.

3.5 Validitas Data

Untuk meningkatkan validitas data dalam penelitian ini digunakan

triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu

yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding

terhadap data tersebut.

Patton (dalam Sutopo, 2006: 78-85) menyatakan bahwa ada empat macam

teknik triangulasi, yaitu (1) triangulasi sumber, (2) triangulasi peneliti,

(3) triangulasi metodologis, dan (4) triangulasi teoretis. Triangulasi ini merupakan

tehnik yang didasari oleh pola pikir fenomenologi yang bersifat multiperspektif.

Artinya untuk menarik simpulan yang mantap, diperlukan tidak hanya satu cara

pandang. Misalnya dalam memandang suatu benda, apabila kita hanya

menggunakan satu perspektif maka kita akan melihat satu bentuk saja. Jika benda

tersebut kita lihat dari beberapa perspektif yang berbeda maka dari setiap hasil

pandangan kita akan menemukan bentuk yang berbeda dengan bentuk yang

dihasilkan dari pandangan lain.

Page 171: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

138

Dari keempat macam triangulasi di atas, penelitian ini menggunakan

triangulasi sumber, yaitu memanfaatkan jenis sumber data yang berbeda-beda untuk

menggali data yang sejenis. Di dalam triangulasi sumber ini, penekanannya pada

perbedaan sumber data, bukan pada teknik pengumpulan data atau yang lain. Di

dalam penelitian ini, peneliti menggali data dari sumber yang berbeda-beda, yaitu

penerjemah novel HT, dokumen berupa novel HT dan terjemahannya PL, pakar

penerjemahan, dan para pembaca novel.

Triangulasi sumber di dalam penelitian ini dilakukan dengan cara, yaitu

data dari sumber data dokumen novel HT dan terjemahannya yang dikumpulkan

melalui hasil simak dan catat dibandingkan dengan data dari penerjemah novel HT

yang dikumpulkan melalui hasil wawancara. Pembandingan ini dilakukan untuk,

misalnya, mencari atau menemukan data tentang ketidaksetiaan makna pada buku

hasil terjemahan (faktor objektif). Data ini kemudian ditriangulasikan dengan data

dari sumber data pakar penerjemahan (faktor afektif) yang diperoleh dari hasil

wawancara, yang digunakan untuk menemukan padanan makna, ketakterjemahan,

pengurangan, dan penambahan makna dari bahasa sumber ke bahasa sasaran

(lampiran 8). Data ditriangulasikan lagi dengan data dari sumber data para pembaca

novel terjemahan (faktor afektif) yang diperoleh dari penyebaran angket.

Selanjutnya, data ditriangulasikan kembali dengan data dari sumber data dokumen

novel untuk mendapatkan data yang lebih mantap.

Triangulasi sumber tersebut dapat digambarkan dengan bagan sebagai

berikut:

Page 172: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

139

Bagan 3.1 Triangulasi Sumber

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang dipakai di dalam penelitian ini adalah teknik analisis

model interaktif, yaitu teknik analisis data kualitatif yang terdiri dari tiga komponen

pokok: reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan dan verifikasi (Sutopo,

2006: 120).

Proses analisis tersebut dapat digambarkan dengan diagram berikut:

Dokumen berupa novel

Pembaca novel

Wawancara

Kuesioner

Data

Simak dan catat

Penerjemah

Wawancara Data

Data

Pakar Penerjemahan

Data

Page 173: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

140

Bagan 3.2 Model Analisis Interaktif (Sutopo, 2006:120)

Di dalam pelaksanaan penelitian ini komponen-komponen analisis tersebut

saling berkaitan dan berinteraksi serta tidak bisa dipisahkan dari komponen

pengumpulan data. Proses analisis sudah dilakukan pada waktu peneliti

mengumpulkan data.

a. Reduksi Data

Sejak data awal terkumpul, analisis data telah dilakukan, yaitu dengan cara

melakukan reduksi data agar data lebih terseleksi, terfokus, dan mempermudah

pengaturan data sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Reduksi data pada saat

proses pengumpulan data dilakukan dengan cara membuat ringkasan catatan, yaitu

menentukan batas-batas permasalahan yang hanya berpusat pada kesepadanan

makna dan gaya di dalam novel sumber HT dan novel terjemahannya PL yang

berhubungan dengan penerjemahan hal-hal yang khas dalam susastra, penerjemah

novel HT, dan tanggapan pembaca.

Pengumpulan Data

Reduksi data Sajian data

Penarikan simpulan/verifikasi

Page 174: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

141

Data yang telah diseleksi dibuatkan kode-kode khusus agar mudah dianalisis

lebih lanjut. Pengkodean data ini dapat dilihat dalam contoh di bawah ini:

054.HT.Chap13.Pg96/PL.Bb13.Hal133 Tsu: People rarely got stuck while wading. It usually happened while they were

crossing soft exposed mud, with the typical rescue involving wooden planks upon which trapped mudders would lay their torsos and crawl free from the muck. Oystermen did it all the time. So did Evergreen students. This was different.

Tsa: Orang yang berjalan di rawa-rawa jarang terjebak lumpur. Petaka itu

biasanya terjadi jika mereka nekat melangkah ke dalam lumpur yang lembut, dan cara yang ditempuh untuk menyelamatkan diri adalah meraih sebilah papan, menempelkan bagian atas tubuh mereka ke papan itu sambil merangkak menuju dataran kering. Penagkap tiram selalu melakukannya. Begitu juga mahasiswa-mahasiswa dari kampus Evergreen. Tapi kali ini situasinya berbeda.

Kode-kode di atas secara lengkap diuraikan sebagai berikut:

a. Nomor urut data ditulis paling awal. Nomor urut data untuk data Tsu sama

dengan nomor urut Tsa. Nomor urut data ini dimulai dari data 001. Jadi, nomor

urut data 054 di dalam contoh di atas menunjukkan bahwa nomor urut data

yang diambil oleh peneliti adalah data nomor 054 dari data-data yang diambil

di dalam novel The Highest Tide dan novel terjemahannya Pasang Laut.

b. Berikutnya setiap data Tsu dan Tsa juga diberi kode mengenai kode novel, bab

yang ada di dalam novel, dan halaman novel. Kode-kode tersebut adalah

sebagai berikut:

HT : novel sumber The Highest Tide

Chap : chapter atau bab yang ada di dalam novel The Highest Tide

Pg : page atau halaman yang ada di dalam novel The Highest Tide

PL : novel terjemahan Pasang Laut

Page 175: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

142

Bb : bab yang ada di dalam novel terjemahan Pasang Laut

Hal : halaman yang ada di dalam novel terjemahan Pasang Laut

Dari kode-kode di atas dapat diketahui bahwa data dapat kita temukan di

dalam novel sumber The Highest Tide, Chapter 13, page 96 dan novel terjemahan

Pasang Laut, Bab 13, halaman 133. Data yang telah dikodekan di atas, kemudian

dianalisis berdasarkan jenis-jenis makna dan gaya teks bahasa sumber dengan

terjemahan teks bahasa sasaran, yaitu apakah data yang telah dikodekan tersebut

temasuk ke dalam makna leksikal, makna gramatikal, makna kontekstual, makna

tekstual, makna sosiokultural, dan/atau makna implisit, dan termasuk ke dalam gaya

yang meliputi: pilihan kata, ekspresi idiomatik, gaya bahasa, jenis kata/struktur kata

tertentu, dan/atau tanda baca yang digunakan dalam Tsu dan Tsa.

Pengklasifikasian tersebut dapat dilihat dalam contoh di bawah ini:

025.HT.Chap6.Pg36/PL.Bb6.Hal53 Tsu: She looked to see if I was enjoying this. She’d definitely been crying. I

glared at frankie, and he smiled warmly back. He was such an effortless Marlboro man he made me feel like a circus midget.

Tsa: Angie melirik padaku untuk melihat reaksiku. Matanya sembap, dia pasti

habis menangis. Aku melotot pada Frankie, tapi dibalasnya dengan senyum hangat. Dia memang lelaki yang memesona, dan di hadapannya aku merasa seperti badut cebol di sirkus.

Teks di atas digolongkan ke dalam atau memiliki makna sosiokultural,

dengan penjelasan bahwa makna sosiokultural adalah makna suatu bahasa yang

sangat berkaitan erat dengan sosiokultural di mana bahasa itu digunakan sebagai

alat komunikasi oleh masyarakat (Soemarno,1999:7). Makna sosiokultural

seringkali dipengaruhi oleh pola hidup masyarakat sebagai pengguna bahasa itu.

Page 176: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

143

Makna ini, selain sering ditemukan dalam bentuk kata-kata istilah budaya, sering

juga ditemukan dalam ungkapan-ungkapan idiomatik yang tidak dapat dijelaskan

maknanya dari kata-kata yang membentuk ungkapan itu.

Marlboro Man di dalam Tsu dipadankan menjadi lelaki yang memesona di

dalam Tsa. Sebenarnya, Marlboro Man ini merupakan sosok yang digunakan di

dalam kampanye iklan tembakau untuk rokok Marlboro. Sosok ini pertama kali

dicitrakan sebagai seorang koboi dengan sebatang rokok yang secara alami selalu

melekat padanya. Iklan tersebut sebenarnya digunakan untuk mempopulerkan

rokok filter yang sebelumnya dianggap sebagai rokok feminim (rokoknya orang

perempuan). Kampanye iklan Marlboro ini disebut sebagai salah satu iklan yang

paling brilian pada saat itu, yaitu yang mentransformasikan citra feminisme ke

dalam cita rasa maskulin, bahwa rokok filter adalah juga rokoknya lelaki atau

rokoknya koboi.

Kemudian data dianalisis lebih lanjut berdasarkan kategori kesepadanan

makna dan gaya, yaitu terjemahan hampir sempurna (THS), terjemahan sangat

bagus (TSB), terjemahan baik (TB), terjemahan cukup (TC), dan terjemahan

kurang (TK). Di dalam menganalisis kesepadanan makna dan gaya antara Tsu di

dalam novel The Highest Tide dengan Tsa di dalam novel terjemahannya Pasang

Laut disajikan sebagaimana contoh berikut:

Page 177: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

144

047.HT.Chap13.Pg85/PL.Bb13.Hal118

Teks Sumber Teks Sasaran THS TSB TB TC TK Pansing showed up first. He had arms the color of old pennies and a smile so quick it was to miss.he studied the geoduck drom three angles and carefully set it in an iced cooler, jammed thirty-two manilas and nine butter clams in there with it.

Ternyata Pansing yang muncul duluan. Lengannya cokelat legam seperti keping uang kuno dan senyumnya tipis, dan nyaris tak terlihat. Dia membolak-balik geoduck itu, lalu dengan hati-hati memasukkannya ke dalam kotak es, berikut dua puluh tiga manila dan sembilan ekor remis butter clam.

Alasan:

Contoh data di atas di analisis kesepadanan makna dan gayanya dalam

penerjemahan hal-hal yang khas dalam susastra, dengan penjelasan sebagai

berikut:

047 : nomor urut data

HT.Chap13.Pg85 : data tersebut diambil dari novel sumber The Highest

Tide, Chapter 13, Page 85

PL.Bb13.Hal118 : data tersebut diambil dari novel terjemahan Pasang Laut,

Bab 13, Halaman 118

THS : terjemahan tersebut termasuk kategori terjemahan

hampir sempurna

TSB : terjemahan tersebut termasuk kategori terjemahan sangat

bagus

Page 178: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

145

TB : terjemahan tersebut termasuk kategori terjemahan baik

TC : terjemahan tersebut termasuk kategori terjemahan cukup

TK : terjemahan tersebut termasuk kategori terjemahan kurang

Dalam paparan contoh di atas, Tsu yang dicetak tebal memiliki makna

bahwa dia tersenyum sangat cepat dan singkat sehingga lawan bicaranya kadang

tak sempat memperhatikan senyuman itu. Namun, dalam konteks bahasa sasaran

(bahasa Indonesia), tersenyum sangat cepat dan singkat tersebut sangat sulit

dicarikan padanannya. Bahasa Indonesia tidak mempunyai konsep ’tersenyum

cepat’ atau ’tersenyum pendek’. Tertawa pendek, semacam ha! misalnya, masih

bisa kita bayangkan, tapi tersenyum singkat atau tersenyum pendek sangat langka

dalam wacana Indonesia, sehingga di dalam Tsa yang dicetak tebal pada contoh di

atas padanan yang diberikan oleh penerjemah adalah senyuman tipis. Dalam

paparan di atas tidak ada perubahan bentuk. Dengan tidak adanya perubahan

bentuk dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran, maka terjemahan tersebut

makna dan gayanya sangat bagus.

b. Sajian Data

Setelah data direduksi kemudian disajikan dalam bentuk uraian secara

lengkap. Data hasil reduksi ditata secara kronologis dan sistematis sehingga

membentuk suatu rangkaian yang berurutan dan utuh yang bisa memberikan

gambaran keseluruhan informasi secara gamblang. Sajian data dalam penelitian

ini berupa narasi data tentang kesepadanan makna dan gaya antara Tsu dan Tsa

yang berhubungan dengan penerjemahan hal-hal yang khas dalam novel yang

Page 179: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

146

dibahas secara rinci mengenai jenis makna dan gaya yang digunakan dalam

penerjemahan novel berbahasa Inggris HT ke dalam novel berbahasa Indonesia

PL dan kualitas kesepadanan yang dihasilkan. Kualitas kesepadanan terjemahan

novel HT ini diklasifikasikan berdasarkan pada: 1) terjemahan hampir sempurna

(THS), 2) terjemahan sangat bagus (TSB), 3) terjemahan baik (TB),

4) terjemahan cukup (TC), dan 5) terjemahan kurang (TK). Penerjemah dibahas

secara rinci, yaitu berupa latar belakang penerjemah, langkah-langkah penerjemah

dalam menerjemahkan novel HT, dan strategi penerjemah dalam menerjemahkan

hal-hal yang khas dalam novel HT. Pemahaman pembaca dideskripsikan

berdasarkan pada masukan dan pendapat para pembaca mengenai terjemahan

yang dihasilkan. Hasil tersebut dibandingkan dan diinterpretasikan dengan

keadaan nyata pada teks dan akan disusun dengan kalimat-kalimat yang

sistematis. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah analisis lebih lanjut.

c. Penarikan Simpulan dan Verifikasi

Setelah selesai melakukan reduksi data dan sajian data, peneliti melakukan

penarikan simpulan. Simpulan ini merupakan jawaban dari permasalahan penelitian

yang telah dirumuskan. Misalnya, data mengenai kualitas kesepadanan terjemahan

novel pada kategori terjemahan baik (TB) sebagaimana contoh berikut:

082.HT.Chap21.Pg158/PL.Bb21.Hal211 Tsu: Carolyn led me into another room and then through a passage with a fake

waterfall and some smelly hyacinths into a curved auditorium with a half-bowl of sloped theater seating. People were straightening a stage and double-checking microphones, testing, testing, testing. Meanwhile, that same endless stargazing song played on. I saw a whole lot of whispering,

Page 180: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

147

eye-swiveling and those pleasant zombie smile that the jellyfish rescuers had bombarded me with on the flats.

Tsa: Carolyn membawaku ke ruangan lain, melewati air terjun buatan dan

beberapa bunga bakung yang baunya menusuk hidung, menuju sebuah auditorium dengan kursi-kursi yang dijajarkan bertingkat-tingkat membentuk setengah lingkaran seperti gedung teater. Orang-orang di sana sedang meluruskan panggung dan memeriksa perangkat pengeras suara: testing, testing, testing. Sementara itu musik pengiring penggemar teropong bintang tadi masih terus mengalun tanpa henti. Kerumunan orang itu berbisik-bisik, lalu puluhan pasang mata lainnya melirik ke arahku, dan lagi-lagi kulihat senyuman mirip zombie yang pernah kulihat dari anggota pemujaan yang mengikutiku melempar ubur-ubur ke air dalam di hamparan lumpur teluk beberapa hari yang lalu.

Setelah diamati secara seksama dan mendalam, menurut peneliti, data

nomer 082 di atas termasuk ke dalam terjemahan baik (TB).Untuk mendapatkan

simpulan yang mantap, maka simpulan ini perlu diverifikasi. Verifikasi ini

dilakukan dengan membandingkan hasil simpulan peneliti di atas dengan simpulan

yang diberikan oleh para informan (penilai) lain, yaitu bahwa menurut penilai I,

data nomer 082 di atas termasuk ke dalam kategori terjemahan baik (TB),

sedangkan menurut penilai II data nomer 082 tersebut termasuk ke dalam kategori

terjemahan sangat bagus (TSB).

Apabila dalam verifikasi ada kejanggalan-kejanggalan maka peneliti

kembali ke pengumpulan data, atau memeriksa reduksi data, atau sajian data. Di

dalam proses ini, peneliti tetap terbuka dan terus mencermati munculnya informasi

baru yang akan mempengaruhi hasil simpulan akhir tersebut. Sesuai dengan model

interaktif yang digunakan dalam kajian ini, Proses siklus ini akan dilakukan terus-

menerus hingga memperoleh simpulan yang mantap.

Page 181: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

148

Page 182: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

149

Page 183: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

150

Page 184: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

148

BAB IV SAJIAN DATA

4.1 Sajian Data

Di dalam bab ini disajikan mengenai hasil-hasil penelitian berdasarkan

rumusan masalah yang telah ditentukan, yaitu kesepadanan makna dan gaya

mengenai ungkapan-ungkapan budaya materi, istilah ekologi, budaya sosial, dan

gaya bahasa di dalam novel The Highest Tide dan terjemahannya, deskripsi

mengenai penerjemah, dan deskripsi pemahaman pembaca novel terjemahan.

Kesepadanan makna dan gaya antara Tsu dan Tsa dibahas secara rinci dan

berurutan. Pertama, sajian data berupa ungkapan-ungkapan budaya materi,

istilah ekologi, budaya sosial, dan gaya bahasa yang terdapat di dalam novel HT

dan terjemahannya. Kedua, jenis makna dan gaya yang digunakan dalam

penerjemahan novel berbahasa Inggris HT ke dalam novel berbahasa Indonesia

Pasang Laut (PL). Ketiga, kualitas kesepadanan makna dan gaya di dalam novel

HT dan terjemahannya. Kualitas kesepadanan terjemahan novel HT ini

diklasifikasikan berdasarkan pada: 1) terjemahan hampir sempurna (THS), 2)

terjemahan sangat bagus (TSB), 3) terjemahan baik (TB), 4) terjemahan cukup

(TC), dan 5) terjemahan kurang (TK).

Deskripsi mengenai penerjemah dipaparkan tentang: latar belakang

penerjemah, langkah-langkah penerjemah dalam menerjemahkan novel The

Highest Tide (HT), dan strategi penerjemah dalam menerjemahkan hal-hal yang

khas dalam novel HT. Pemahaman pembaca dideskripsikan berdasarkan pada

Page 185: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

149

masukan dan pendapat para pembaca mengenai terjemahan yang dihasilkan.

Dengan demikian pendapat dan masukan mereka akan sangat membantu untuk

mendapatkan informasi sesuai dengan permasalahan yang diteliti.

4.1.1 Kesepadanan Makna dan Gaya

Sebelum menganalisis kualitas kesepadanan makna dan gaya di dalam

novel HT dan terjemahannya, penulis menyajikan secara rinci mengenai:

(1) bagian-bagian substansi di dalam novel HT, yaitu ungkapan-ungkapan yang

berhubungan dengan budaya materi, istilah ekologi, budaya sosial, dan gaya

bahasa, dan (2) jenis makna dan gaya yang digunakan dalam penerjemahan novel

HT ke dalam novel berbahasa Indonesia Pasang Laut (PL).

Di dalam analisis berikut ini, setiap kata, frasa, atau kalimat yang

dianalisis diberi kode: nomor urut, tempat terdapatnya data, dan nomor halaman

tempat terdapatnya data. Misalnya, kode 007.HT.Chap1.Pg6/PL.Bb1.Hal14

mengandung maksud: nomor urut data 007 terdapat dalam buku The Highest Tide

pada Chapter 1 page 6, dan dalam buku Pasang Laut pada Bab 1 halaman 14.

4.1.1.1 Bagian-bagian Substansi di dalam Novel HT

Data-data mengenai bagian-bagian yang khas di dalam novel The Highest

Tide yang diterjemahkan ke dalam novel Pasang Laut mencakup sajian mengenai

ungkapan-ungkapan yang berhubungan dengan a) budaya materi, b) istilah-istilah

ekologi, c) budaya sosial, dan d) gaya bahasa.

Data mengenai ungkapan-ungkapan tersebut adalah sebagaimana berikut:

Page 186: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

150

4.1.1.1.1 Ungkapan-ungkapan yang Berhubungan dengan Budaya Materi

Sebagaimana diuraikan di dalam subbab 2.2.4.3.1 bahwa beberapa

ungkapan yang tergolong ke dalam konteks budaya materi, yaitu food (makanan),

cloth (pakaian), house (tempat tinggal), transport (moda transportasi). Di dalam

penerjemahan pada aspek budaya materi tersebut dapat ditemukan dalam contoh

penerjemahan berikut:

016.HT.Chap4.Pg22/PL.Bb4.Hal35 Tsu: The weatherman, who’d mastered the ability to simultaneously smile and

speak, promised his forecast was next, then stranded me with a commercial that left me with the confusing impression that waterskiing was somehow safer and more fun with Tampax. I waited for the phone to bark, the door to collapse, the house to be surrounded by hecklers. But nothing happened.

Tsa: Penyiar prakiraan cuaca yang pintar berbicara sambil tersenyum berjanji

akan menyampaikan ramalannya setelah segmen iklan yang selalu membuatku bingung, karena mereka bilang pembalut Tampax bisa membuat main ski air lebih aman dan mengasyikkan. Aku menunggu-nunggu telepon berdering, pintu depan roboh, atau rumahku diserbu oleh para reporter tolol itu. Tapi ternyata itu tidak terjadi.

Tampax di dalam Tsu merupakan salah satu merek dagang pembalut

wanita yang digunakan untuk menyerap cairan, khususnya darah, pada saat

menstruasi. Pembalut wanita biasanya memiliki berbagai ukuran, yang besarnya

tergantung pada tingkat penyerapan dan bungkusnya. Di Amerika, pembalut

wanita tersedia dalam berbagai ukuran penyerapan, yaitu ukuran junior untuk

penyerapan 6 gram ke bawah, ukuran regular untuk tingkat penyerapan 6-9 gram,

super untuk tingkat penyerapan 9-12 gram, dan super plus untuk tingkat

penyerapan 12-15 gram. Beberapa nama produk pembalut wanita tersebut antara

Page 187: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

151

lain: Rely, Kotex, O.B., Platex, Lil-Lel, dan Tampax. Kata di dalam Tsu di atas

dipadankan dengan frase pembalut wanita di dalam Tsa.

Contoh lain mengenai ungkapan budaya materi adalah sebagaimana data

berikut:

100.HT.Chap26.Pg202/PL.Bb26.Hal267 Tsu: I told him I’d take him fishing on Skookumchuck once I saved enough to

buy a Lund. “The twelve-footers are perfect for fishing,” I explained. “They’re so sturdy you can stand up in them. And I bet I can get one for about five hundred, maybe four-fifty, if I wait until somebody gets tired of watching one rust in their yard.”

Tsa: Kujanjikan padanya dia akan kuajak menangkap ikan di Teluk

Skookumchuck setelah tabunganku cukup untuk membeli perahu motor Lund. “Perahu ukuran 3.6 meter sangat bagus untuk memancing,” kataku menjelaskan. “Perahu itu begitu kuat dan kau bisa berdiri di atasnya. Dan aku bisa menebusnya dengan harga empat ratus, mungkin empat ratus lima puluh, asalkan aku cukup sabar menunggu sampai ada pemilik Lund yang bosan melihat perahunya dimakan karat di halaman rumahnya.”

Lund merupakan salah satu nama merek terkenal di Amerika yang

menawarkan berbagai jenis alat transportasi dan aksesori kendaraan yang

fungsional dan selalu mengikuti perkembangan. Produk-produk yang ditawarkan

mulai dari kapal motor merek Lund, aksesori mobil, kotak penyimpanan, sampai

aksesoris tempat tidur. Secara keseluruhan, data mengenai budaya materi dalam

penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 1a.

4.1.1.1.2 Ungkapan-ungkapan yang Berhubungan dengan Istilah Ekologi

Istilah–istilah ekologi berbeda-beda antara satu budaya dengan budaya

lain tergantung pada penamaan masing-masing wilayah dan tingkat kekhasannya.

Penamaan istilah-istilah tersebut memiliki fungsi yang penting dalam

Page 188: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

152

menunjukkan geografis dan identitas suatu negara. Beberapa unsur ekologi,

sebagaimana diuraikan di dalam subbab 2.2.4.3.2 adalah jenis wilayah, musim,

hujan, lembah, ikan, dan lain sebagainya.

Penerjemahan istilah-istilah ekologi di dalam novel HT dapat ditemukan

dalam penerjemahan berikut:

069.HT.Chap18.Pg131/PL.Bb18.hal179 Tsu: I told them how the Cyanea jelly grows from the size of a gum ball to that of

an umbrella in a few months.”And when they’re full grown,” I said, “they trail these long poisonous tentacles behind them that some smart baby fish use to shelter themselves from predators.”

Tsa: Kuterangkan pada mereka tentang pesatnya pertumbuhan ubur-ubur

Cyanea yang semula hanya sebesar kunyahan permen karet namun bisa melar selebar payung dalam beberapa bulan saja. “Dan kalau sudah mencapai ukuran maksimumnya, badan mereka akan ditumbuhi tentakel beracun yang sangat panjang berumbai-rumbai di belakang tubuhnya, dan sering dimanfaatkan ikan-ikan kecil untuk berlindung dari serangan predator.”

Berdasarkan data di atas, istilah ekologi yang dimaksud di dalam Tsu

adalah Cyanea jelly. Frasa tersebut di dalam Tsa dipadankan dengan ubur-ubur

Cyanea. Dalam bidang ekologi, ubur-ubur ini termasuk dalam spesies ubur-ubur

yang paling besar. Binatang ini biasanya berada di dalam suhu air laut yang

dingin sepanjang laut Atlantik utara dan laut Pasifik utara.

Contoh lain mengenai istilah-istilah ekologi adalah sebagaimana data

berikut:

Page 189: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

153

009.HT.Chap1.Pg6/PL.Bb1.Hal15 Tsu: I bagged that sea slug-it weighed nothing-and set it in my backpack next to

the Jesus star. Then I gave the crabs a wide berth, found the moon snail, poked him in the belly until he contracted, bagged him and paddled south toward home beneath the almost full moon.

Tsa: Kumasukkan siput laut yang sangat ringan itu ke dalam kantong plastik, dan

kuletakkan di samping si bintang laut salib. Aku terus melangkah sambil menghindari kepiting-kepiting ganas itu, kutemukan kembali kerang kalung tadi, kusodok-sodok perutnya sampai dia masuk ke dalam cangkangnya, kusimpan di dalam kantong plastik, dan mulai kudayung kayakku ke arah selatan, pulang di bawah siraman cahaya bulan yang hampir bulat sempurna.

A Jesus Star di dalam Tsa sebenarnya merupakan ikan laut berbentuk

bintang lima, sering disebut starfish atau sea stars. Terdapat sekitar 1800 spesies

ikan sea star dan kebanyakan ikan ini terdapat di wilayah tropis Indo-Pasifik.

Wilayah penyebaran yang paling banyak adalah di daerah bersuhu tropis sekitar

Australia, dan air bersuhu dingin sekitar Pasifik Utara yang membentang dari

California sampai Alaska. A Jesus Star dipadankan menjadi si bintang laut

salib di dalam Tsa. Secara keseluruhan, data mengenai istilah dalam penelitian ini

dapat dilihat pada lampiran 1b.

Gambar 4.1 Sea Star atau Starfish

Page 190: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

154

4.1.1.1.3 Ungkapan-ungkapan yang Berhubungan dengan Budaya Sosial

Budaya sosial secara khusus adalah manifestasi tertentu di dalam suatu

masyarakat yang diungkapkan dengan menggunakan bahasa khusus atau tertentu,

atau dengan kata lain sebagai foreign cultural words (subbab 2.2.4.3.3).

Tergolong ke dalam budaya sosial tersebut adalah ungkapan-ungkapan di dalam

suatu pekerjaan dan kegiatan di waktu senggang yang biasanya dilakukan oleh

anggota suatu komunitas, sebutan atau penamaan yang diberikan kepada

seseorang, peristiwa budaya, dan kegiatan-kegiatan keorganisasian, keagamaan,

kesenian, dan juga istilah-istilah khusus suatu konsep atau gagasan.

Penerjemahan budaya sosial yang terdapat dalam novel HT dapat

ditemukan dalam penerjemahan berikut ini:

055.HT.Chap13.Pg93/PL.Bb13.Hal129 Tsu: Phelps was a classic-rock freak, and considered himself an aficionado of lead

gitarists during “the age of guitar”, as his brother called it. We all deferred to Phelps on music and forgot he didn’t know how to actually play anything. He didn’t sully his musical reputation by struggling to play “Yankee Doodle.” He pursued his calling by acting like a rock star, by sleeping in, smoking in public and scowling at adults. It was easy to forget he wasn’t already a bandleader.

Tsa: Phelps sangat gila musik rock klasik dan membanggakan dirinya sebagai

penggila jawara-jawara dari “zaman keemasan gitar”- seperti kata kakaknya. Kami anggap Phleps orang yang serba tahu soal musik, meskipun kenyataannya dia tak bisa memainkan instrumen apa pun. Dia sangat menjaga reputasinya sebagai maestro musik, dan jangan harap dia sudi mengiringi “Yankee Doodle” dengan gitar ajaibnya. Agar lebih meyakinkan, dia sengaja bertingkah seperti bintang musik cadas, bangun tidur kesiangan, merokok di muka umum, dan menatap garang kepada orang-orang dewasa. Orang pasti lupa kalau dia bahkan tak punya kelompok band.

Page 191: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

155

Yankee Doodle merupakan salah satu budaya nasional yang sangat

terkenal. Yankee Doodle merupakan jenis lagu Inggris yang sangat terkenal dan

banyak diadopsi di berbagai negara, salah satunya adalah Amerika Serikat. Lagu

ini dinyanyikan secara patriotik sebagai lagu kebangsaan di negara bagian

Cunnecticut, Amerika. Lirik lagu yang sangat terkenal tersebut adalah sebagai

berikut:

Yankee Doodle went to town, A-Riding on a phony;

He stuck a feather in his cap, And called it macaroni.

Contoh lain mengenai budaya sosial adalah sebagaimana data berikut:

051.HT.Chap13.Pg88/PL.Bb13.Hal123 Tsu: For almost a week, summer resumed its regularly scheduled programming. I

even talked my parents into playing Trivial Pursuit, thinking maybe board games kept families together, but it just made by father feel stupid and pissed off my mother when I got such easy questions that I won.

Tsa: Selama hampir seminggu kehidupan pada musim panas itu kembali normal.

Aku bahkan berhasil mengajak Ayah-Ibu bermain Trivial Pursuit, siapa tahu permainan itu bisa menyatukan keluargaku yang porak-poranda. Tapi Ayah jadi kesal karena permainan papan itu membuatnya merasa tolol, sedangkan Ibu berang karena aku selalu mendapat pertanyaan yang mudah-mudah.

Trivial Pursuit di dalam Tsu merupakan salah satu permainan yang

pemenangnya ditentukan oleh kemampuannya untuk menjawab pertanyaan

pengetahuan umum (general knowledge) dan pengetahuan popular (popular

culture). Objek dari permainan ini adalah bergerak mengitari papan dengan cara

menjawab secara benar pertanyaan-pertanyaan trivia, yaitu pertanyaan-pertanyaan

yang menarik namun sebenarnya kurang penting. Pertanyaan dibagi ke dalam

enam kategori, dengan masing-masing kategori memiliki warna tersendiri.

Page 192: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

156

Keenam kategori tersebut adalah kategori geograpi (berwarna biru), hiburan

(berwarna pink), sejarah (berwarna kuning), seni dan sastra (berwarna coklat),

ilmu pengetahuan dan alam (berwarna hijau), dan olahraga (berwarna oranye).

Permainan ini terdiri dari papan, lembar permainan, kartu pertanyaan, kotak, dan

dadu.

Gambar 4.2 Trivial Pursuit

Penerjemahan budaya sosial yang lain dapat ditemukan dalam contoh

penerjemahan berikut:

057.HT.Chap15.Pg108/PL.Bb15.Hal148 Tsu: “In fact, the professor says he intends to push for something he called a

“BioBlitz,” in which a variety of scientists would team up to perform an animal census of sorts in the Sound’s southern bays.”

Tsa: “Bahkan Profesor Kramer ingin mengadakan aksi massal yang disebutnya

‘Bio Blitz’, yang akan melibatkan para ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu untuk menggelar sensus hewan di pesisir selatan Puger Sound.”

Page 193: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

157

Berdasarkan data di atas, istilah-istilah khusus pada konsep atau gagasan

yang dimaksud di dalam Tsu adalah istilah BioBlitz. Istilah BioBlitz ini biasanya

digunakan di dalam konsep atau gagasan untuk mempelajari kehidupan makhluk

hidup dan dilakukan secara serentak atau bersama-sama. Istilah tersebut di dalam

Tsa dipadankan dengan Bio Blitz.

Contoh lain adalah sebagaimana data berikut:

106.HT.Chap27.Pg212/PL.Bb27.Hal279 Tsu: The goal of the exercise, as the professor kept repeating, was a “snapshot

census” of the animal and plant life of the Sound’s southernmost bays. Yet despite all the serious grown-up talk, it still sounded like a silly game designed by children because this so-called census had to be completed within twenty-four hours.

Tsa: Tujuan kegiatan hari itu, sebagaimana dikatakannya berkali-kali, adalah

melakukan “sensus kilat” terhadap semua binatang dan tumbuhan yang hidup di ujung selatan teluk kami. Namun, terlepas dari percakapan serius orang-orang dewasa itu, aku merasa semua itu mirip permainan anak-anak karena sensus ini hanya berlangsung selama dua puluh empat jam.

Frase snapshop census merupakan istilah khusus pada bidang biologi atau

perikanan yang digunakan untuk mempermudah pengungkapan keterangan dari

yang panjang menjadi sederhana dan mudah dipahami. Kata snapshot di dalam

Tsu merupakan teknik memotret yang dilakukan secara tidak sempurna, tidak

fokus, atau asal-asalan yang penting cepat. Sementara itu, kata census di dalam

Tsu merupakan prosedur perekaman informasi mengenai anggota suatu populasi

yang dilakukan secara sistematik dan reguler. Di dalam Tsa, kata snapshop census

tersebut dipadankan dengan sensus kilat. Secara keseluruhan, data mengenai

ungkapan-ungkapan yang berhubungan dengan budaya sosial dalam penelitian ini

dapat dilihat pada lampiran 1c.

Page 194: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

158

4.1.1.1.4 Ungkapan-ungkapan yang Berhubungan dengan Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah cara penyusunan bahasa sehingga menimbulkan aspek

estetis. Secara tradisional gaya bahasa disamakan dengan majas atau suatu kiasan

yang digunakan penulis atau pembicara dalam rangka memperoleh aspek

keindahan. Majas tersebut secara umum dibedakan menjadi empat macam, yaitu:

majas penegasan, perbandingan, pertentangan, dan majas sindiran. Metafora,

sebagai salah satu bentuk majas, merupakan yang paling banyak dan paling sering

di dalam memanfaatkan perbandingan, atau dengan kata lain, di antara semua

majas, maka metaforalah yang paling penting.

Metafora dikategorikan menjadi metafora hidup dan metafora mati.

Metafora hidup adalah metafora yang serta-merta diciptakan oleh penulis atau

pembicara untuk melukiskan sesuatu, atau dengan kata lain bahwa metafora hidup

merupakan estetis yang memberikan kesan baru. Metafora mati atau seringkali

disebut dengan idiom merupakan metafora yang dibentuk dengan tidak lagi

memikirkan pembanding makna dasarnya, namun langsung memikirkan pada

makna idiomatis yang dibentuknya. Makna metafora mati atau idiom tidak dapat

diprediksi dari kata-kata yang menyusunnya secara harfiah.

Contoh penerjemahan gaya bahasa di dalam novel HT ini adalah:

071.HT.Chap19.Pg141/PL.Bb19.Hal190 Tsu: Angie turned around to drink something, leaving us staring at the back of her

dress that had such narrow stripes it seemed to move on its own. Some guy screamed, “Angie, I love you!” More people laughed, then yipped and hooted rodeo-style. I was hoping the music would start again before anyone noticed us, or someone else confessed their love. I looked around for phony Frankie, but I couldn’t make out a face. Every second the music didn’t play felt like our last.

Page 195: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

159

Tsa: Angie membalikkan badan dan menenggak sesuatu seraya membiarkan kami

menatap bagian belakang gaunnya yang seperti bergerak-gerak sendiri. Ada yang berteriak, “Angie, I love you!” Mereka tertawa semakin keras, lalu mulai bersorak-sorak mirip penonton rodeo. Aku berharap mereka segera bermain lagi sebelum orang mengetahui keberadaan kami, atau ada yang meneriakkan cintanya lagi pada Angie. Kucari-cari sosok Frankie si cowok gadungan di ruangan itu, tapi sulit sekali melihat dalam gelap. Selama jeda itu setiap detik seperti merambat lama sekali.

Ungkapan but I couldn’t make out a face di dalam Tsu merupakan

ungkapan idiomatik yang mengandung makna bahwa seseorang tidak berhasil

melakukan sesuatu karena keadaan atau yang berhubungan dengan keadaan atau

situasi. Ungkapan tersebut di dalam Tsa dipadankan dengan ungkapan tapi sulit

sekali melihat dalam gelap.

Contoh lain mengenai gaya bahasa adalah sebagaimana data berikut:

066.HT.Chap17.Pg123/PL.Bb17.Hal169 Tsu: Overhead lights had crashed onto dozens of desks, but Mrs. Guthrie’s

portable classroom actually fell off its blocks and split in two, as if struck by a huge axe. The Ice Queen didn’t smile once during the 181 days of my fourth grade. So why was her classroom singled out? Or what about the stretch of crumbled chimneys the quake left behind on just one side of Jefferson Avenue? And why did the brand-new fake fountain at the entrance to Sunset states crack all the way through?

Tsa: Ruangan-ruangan kelas lainnya tak seberapa rusak, kecuali bola-bola lampu

yang jatuh menimpa lusinan bangku, tapi ruang kelas Ibu Guthrie jatuh anjlok dari beton penyangganya dan terbelah menjadi dua seperti dihantam kapak raksasa. Ratu Es yang judes itu belum pernah sekali pun tersenyum selama 181 hari mengajar kami di kelas empat. Jadi, kenapa hanya ruang kelasnya yang dipilih oleh petaka itu? Atau, mengapa di Jalan Jefferson bangunan-bangunan yang rata dengan tanah hanya di satu sisi saja? Dan mengapa air mancur buatan di gerbang kompleks Sunset estates yang baru selesai itu harus hancur berkeping-keping?

Page 196: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

160

Kalimat The Ice Queen didn’t smile once during the 181 days of my fourth

grade di dalam Tsu merupakan suatu metafora yang diungkapkan dengan maksud

memberikan perbandingan analogis, yaitu bahwa di dalam Tsu Ibu Guru Guthrie

diibaratkan sebagai The Ice Queen. Ungkapan tersebut diciptakan oleh si narator

yang dilakukan secara emosional untuk melukiskan karakter Ibu Guru Guthrie

yang benar-benar dingin melebihi dinginnya es, sehingga dia disebut sebagai

ratunya es. Di dalam Tsa kalimat tersebut dipadankan menjadi Ratu Es yang judes

itu belum pernah sekali pun tersenyum selama 181 hari mengajar kami di kelas

empat. Secara keseluruhan, gaya bahasa dalam penelitian ini dapat dilihat pada

lampiran 1d.

4.1.1.2 Jenis-jenis Makna dan Gaya di dalam Penerjemahan Novel HT

Di dalam penelitian ini terdapat beberapa jenis makna dan gaya yang

dipakai di dalam menerjemahkan novel HT ke dalam novel PL yang berhubungan

dengan ungkapan-ungkapan budaya materi, istilah ekologi, budaya sosial, dan

gaya bahasa.

Jenis-jenis makna yang dimaksud adalah makna leksikal, makna

situasional atau kontekstual, makna tekstual, makna sosiokultural, dan makna

implisit. Sedangkan parameter gaya yang dimaksud adalah penggunaan berbagai

pilihan kata di dalam Tsa, penggunaan ekspresi idiomatik dalam Tsa yang sama

dengan ekspresi idiomatik yang digunakan di dalam Tsu, penggunaan gaya bahasa

yang sama di dalam Tsa untuk menggantikan gaya bahasa di dalam Tsu,

penggunaan kata-kata yang sesuai, struktur kata dan berbagai ekspresi yang ada di

Page 197: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

161

dalam Tsa sesuai dengan jenis teksnya, dan penggunaan tanda baca di dalam Tsa

yang dapat diubah setelah membandingkannya dengan tanda baca di dalam Tsu.

4.1.1.2.1 Jenis-jenis Makna

Sebagaimana dinyatakan di dalam subbab 2.2.3.3 bahwa bahasa digunakan

untuk berbagai kegiatan dan keperluan dalam kehidupan sehari-hari, oleh karena

itu makna bahasa pun menjadi bermacam-macam di lihat dari segi maupun

pandangan yang berbeda-beda.

Menurut Sumarno (1999:3-9), penerjemahan selalu melibatkan dua macam

budaya yang berbeda, dengan demikian meskipun kata itu mempunyai makna

yang sama, makna kata-kata yang berasal dari budaya yang berbeda itu jarang

sekali memiliki makna yang sama persis, kecuali apabila kata-kata tersebut

berhubungan dengan istiah-istilah ilmu pengetahuan atau teknologi. Dalam ilmu

terjemahan, makna yang dibahas adalah makna-makna yang langsung

berhubungan dengan makna yang terdapat dalam teks. Ilmu-ilmu lain sangat

berpengaruh pada makna dalam penerjemahan ini, misalnya ilmu kebahasaan dan

ilmu sastra. Adapun jenis-jenis makna yang direalisasikan di dalam penelitian ini

adalah: makna leksikal, makna situasional atau kontekstual, makna tekstual,

makna sosiokultural, dan makna implisit.

Jenis-jenis makna tersebut adalah sebagai berikut:

Page 198: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

162

4.1.1.2.1.1 Makna Leksikal

Yang dimaksud dengan makna leksikal adalah makna yang dimiliki oleh

sebuah leksem di dalam suatu teks yang bersifat tetap. Makna tersebut dapat

berupa makna literer maupun makna non-literer (Saeed, 2000: 15-17). Di dalam

penelitian ini makna leksikal yang dimaksud adalah makna leksikal yang

berhubungan dengan ungkapan-ungkapan budaya materi, istilah ekologi, budaya

sosial, dan gaya bahasa di dalam novel The Highest Tide dan terjemahannya.

Data mengenai makna leksikal yang berhubungan dengan ungkapan

budaya materi ditemukan sebanyak tiga (3) data, istilah ekologi sebanyak tiga (3)

data, budaya sosial sebanyak lima (5) data, dan gaya bahasa sebanyak nol (0) data.

Contoh data yang mempunyai makna leksikal tersebut antara lain sebagai berikut:

001.HT.Chap1.Pg2/PL.Bb1.Hal9 Tsu: People usually take decades to sort out their view of the universe, if they

bother to sort at all. I did my sorting during one freakish summer in which I was ambushed by science, fame and suggestions of the divine. You may recall hearing pieces of it, or seeing that photo of me looking like some bloodshot orphan on the mudflats. Maybe you remember the ridiculous headline USA Today pinned on me after that crazy cult took an intereset: KID MESSIAH?

Tsa: Biasanya orang perlu waktu berpuluh-puluh tahun untuk memaknai

kehidupan mereka di jagad raya ini, itu pun kalau mereka berusaha. Aku sendiri sedang berusaha memahami semua itu pada suatu musim panas yang aneh, ketika ketenangan hidupku tiba-tiba terusik oleh perdebatan-perdebatan ilmiah, ketenaran, dan bisikan-bisikan dari Tuhan. Mungkin sedikit-sedikit kalian pernah mendengar cerita itu, atau melihat fotoku di koran, yang mirip anak yatim-piatu sakit-sakitan dari pantai lumpur di Puget Sound. Mungkin kalian masih ingat bunyi kepala berita konyol koran USA Today yang ditulis besar-besar di atas fotoku setelah terjadi pemujaan gila-gilaan terhadapku yang sangat menghebohkan itu: MESIAS KECIL?

Page 199: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

163

Berdasarkan data tersebut frase mesiah bermakna leksikal di dalam Tsu

yang dikategorikan dalam kata-kata bermakna leksikal bahasa sumber yang

mempunyai padanan dalam bahasa sasaran, tetapi makna itu sebenarnya sudah

sedikit berbeda, baik dari segi fisik maupun konsepnya, namun kedua makna

leksikal tersebut (dalam bahasa sumber dan bahasa sasaran) masih dianggap

padanan. Di dalam bahasa sasaran kata-kata tersebut direalisasikan dengan

ungkapan makna yang tetap, yaitu mesias. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan

Soemarno (1999:3) bahwa kata-kata bermakna leksikal dapat dikelompokkan ke

dalam tiga kelompok utama, yaitu: (1) kata-kata dalam bahasa sumber yang

dengan mudah dapat dicari padanannya dalam bahasa sasaran, (2) kata-kata

bermakna leksikal bahasa sumber yang mempunyai padanan dalam bahasa

sasaran, tetapi makna itu sebenarnya sudah sedikit berbeda, baik dari segi fisik

maupun konsepnya, namun kedua makna leksikal tersebut (dalam bahasa sumber

dan bahasa sasaran) masih dianggap padanan, sehingga penerjemah masih bisa

menggunakannya sebagai padanan dalam penerjemahan, (3) kata-kata dalam

bahasa sumber yang sulit dicari padanannya dalam bahasa sasaran, bahkan ada

kata-kata tertentu yang tidak dapat diterjemahkan ke dalam Bsa (untranslatable),

dan (4) ketakterjemahan ini bisa dilihat dari faktor linguistik maupun kultural.

Data di atas termasuk kelompok kata bermakna leksikal di dalam bahasa sumber

yang sulit dicari padanannya dalam bahasa sasaran dan atau bahkan tidak dapat

diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran (untranslatable) yang dikarenakan faktor

budaya, yaitu yang berhubungan istilah-istilah geografi dan ekologi.

Makna leksikal lain dapat ditemukan dalam data berikut:

Page 200: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

164

024.HT.Chap6.Pg36/PL.Bb6.Hal52 Tsu: We found Angie beneath the willow near our property line sharing a

cigarette with Frankie Marx. Frankie was always friendly to me, but I hated him anyway. He was obnoxiously handsome, and I didn’t trust anyone who made looking cool seem that easy. So, of course, I was determined to save Angie from him, but I couldn’t resist Lizzy, his hyper chocolate Labs, who got up, tongue dangling, to greet us.

Tsa: Kami dapati Angie sedang duduk di bawah pohon willow di dekat garis batas

tanah kami, berbagi rokok dengan Frankie Marx. Frankie selalu bersikap ramah padaku, tapi aku membencinya. Dia lelaki tampan, dan sungguh mati aku tak percaya pada setiap lelaki yang memanfaatkan ketampanannya. Jadi, tentu saja aku bersumpah akan menyelamatkan Angie darinya, tapi aku selalu terpesona pada Lizzy, anjing Labrador cokelat kesayangannya yang spontan bangkit dengan lidah terjulur menyambut kedatangan kami.

Makna leksikal di dalam data di atas diwujudkan dalam kata Labs dalam

novel sumbernya, dan kata Labrador dalam novel sasaran. Frasa dalam Tsu juga

dikategorikan dalam kelompok kata bermakna leksikal yang sulit dicari

padanannya dalam Tsa. Adapun data penelitian secara keseluruhan yang memiliki

makna leksikal dapat ditemukan pada data yang tersaji dalam lampiran 2a.

4.1.1.2.1.2 Makna Situasional atau Kontekstual

Makna kontekstual adalah makna suatu kata atau kalimat yang dikaitkan

dengan situasi atau konteks penggunaan bahasa, yaitu makna suatu kata di dalam

kalimat tertentu atau makna suatu kalimat di dalam paragraf tertentu. Dengan kata

lain makna suatu kata atau kalimat akan mempunyai arti sebanyak situasi atau

konteks di dalam kalimat yang menyertainya (Soemarno,1999:5).

Data mengenai makna situasional yang berhubungan dengan ungkapan

budaya materi ditemukan sebanyak nol (0) data, istilah ekologi sebanyak dua (2)

Page 201: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

165

data, budaya sosial sebanyak satu (1) data, dan gaya bahasa sebanyak dua (2) data.

Dalam penelitian ini ditemukan data yang mempunyai makna situasional atau

kontekstual antara lain sebagai berikut:

059.HT.Chap16.Pg115/PL.Bb16.Hal158 Tsu: So, year after year the tavern remained the same, without even a change in

its two fading signs-one that said CHICKEN AND STEAKS, the other that just said EAT-or its fifty-five-year-old septic field buried in soil too soggy to absorb the sewage of more than a couple small families.

Tsa: Jadi, dari tahun ke tahun keadaan penginapan itu tak pernah berubah, bahkan

dua papan iklannya yang masing-masing bertuliskan AYAM DAN DAGING PANGGANG dan RUMAH MAKAN, begitu juga tanki septik besar berumur setengah abad yang terbenam di tanah yang terlalu lembab untuk menyerap limbah yang berasal dari beberapa keluarga kecil di sana.

Contoh data di atas nampak bahwa kata EAT dalam Tsu sangat

dipengaruhi sekali oleh situasi atau konteks yang mengelilinginya. Konteks ini

sangat dipengaruhi atau terikat sekali oleh tempat yang menyertainya. Kata EAT

ini ditulis dalam konteks bahwa di sekitar Teluk Puged Sound terdapat kegiatan

bisnis berupa sebuah penginapan yang masih tetap ada meski sudah sangat lama

dan jorok. Penginapan ini menyediakan berbagai menu makanan laut dan

melayani seluruh anggota atau kelompok warga sekitar teluk yang ingin bermain

kartu dan menyantap makanan laut di penginapan tersebut. Jadi, kata EAT yang

secara literal bermakna makan, dalam konteks tersebut diberikan padanan berupa

RUMAH MAKAN dalam Tsa.

Makna situasional atau kontekstual lain dapat ditemukan dalam data

berikut:

Page 202: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

166

031.HT.Chap9.Pg57/PL.Bb9.Hal81

Tsu: Shoreside temperatures along South Sound usually swing between forty and sixty degrees, with summer offering more of the same until it suddenly broils into the eighties and nineties for a few weeks, the aggressive heat feeling like a fabulous mistake, as if tropical weather had been sent to the wrong zip code. When the suns sets, though, the temperature falls with it the way it does in the mountains, but in this case it’s the ocean, not the altitude, chilling the air. Any breeze blowing off the north Pacific is refrigerated by cold deep water unless the sun is around to bake it. So T-shirt nights are as novel as blizzards to kids growing up along the Sound.

Tsa: Suhu pantai di sekitar South Sound bervariasi antara lima dan lima belas

derajat tanpa banyak mengalami perubahan, sampai tiba-tiba udara seperti dijerang hingga mencapai suhu dua puluh lima atau tiga puluh derajat selama beberapa pekan, sampai-sampai orang menganggap gelombang panas itu sebuah kekeliruan fatal, sepertinya cuaca tropis itu dikirim dengan kode pos yang salah. Namun, setelah matahari terbenam, suhu lautan berubah menggigil seperti di puncak pegunungan, dan udara pun jadi beku. Udara yang diembuskan ke kawasan Pasifik Utara menjadi sejuk karena pengaruh air laut yang dingin dan dalam, kecuali pada siang hari saat matahari bersinar garang. Jadi, buat anak-anak yang dibesarkan di kawasan South Sound, memakai kemeja pada malam hari adalah hal yang sangat langka, seperti halnya hujan salju di kawasan itu.

T-shirt nights di dalam Tsu sebenarnya merupakan T-shirt atau disebut

juga sebagai kaos oblong, yaitu jenis pakaian yang menutupi sebagian lengan,

seluruh dada, bahu, dan perut. Kaus oblong biasanya tidak memiliki kancing,

kerah, ataupun saku. Pada umumnya, kaus oblong berlengan pendek (melewati

bahu hingga sepanjang siku) dan berleher bundar. Bahan yang umum digunakan

untuk membuat kaus oblong adalah katun atau poliester (atau gabungan

keduanya). Mode kaus oblong meliputi mode untuk wanita dan pria, dan dapat

dipakai semua golongan usia, termasuk bayi, remaja, ataupun orang dewasa. Asal

muasal nama inggrisnya, T-shirt, tidak diketahui secara pasti. Teori yang paling

umum diterima adalah nama T-shirt berasal dari bentuknya yang menyerupai

Page 203: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

167

huruf "T", atau dikarenakan pasukan militer sering menggunakan pakaian jenis ini

sebagai "training shirt". Kaus oblong pada mulanya digunakan sebagai pakaian

dalam. Sekarang kaus oblong tidak lagi hanya digunakan sebagai pakaian dalam

tetapi juga sebagai pakaian sehari-hari. Kaos oblong biasanya di pakai pada saat

santai dan cuaca panas. Di dalam Tsu, pemakaian T-shirt ini situasinya berbeda,

yaitu pada saat malam hari di dekat Teluk Sound Puget yang sangat dingin, justru

anak-anak memakai T-shirt daripada mantel atau baju penghangat lainnya. Di

dalam Tsa, kalimat So T-shirt nights are as novel as blizzards to kids growing up

along the Sound dipadankan dengan Jadi, buat anak-anak yang dibesarkan di

kawasan South Sound, memakai kemeja pada malam hari adalah hal yang sangat

langka, seperti halnya hujan salju di kawasan itu. Adapun data penelitian yang

memiliki makna situasional atau kontekstual ditemukan dilihat pada lampiran 2b.

4.1.1.2.1.4 Makna Tekstual

Makna tekstual adalah makna yang berkaitan erat dengan suatu teks atau

wacana (Soemarno,1999:6). Kadang-kadang suatu bentuk kata yang sama akan

mempunyai makna yang berbeda apabila kata itu digunakan dalam wacana yang

membicarakan bidang kajian yang berbeda. Atau dengan kata lain bahwa

perbedaan jenis teks atau wacana dapat menyebabkan makna suatu kata menjadi

berbeda.

Data mengenai makna tekstual yang berhubungan dengan ungkapan

budaya materi ditemukan sebanyak nol (0) data, istilah ekologi sebanyak satu (1)

Page 204: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

168

data, budaya sosial sebanyak satu (1) data, dan gaya bahasa sebanyak nol (0) data.

Contoh dari makna tekstual yang ditemukan dalam penelitian ini adalah:

043.HT.Chap11.Pg74/PL.Bb11.Hal104 Tsu: “You hear that crunching sound?” I asked.

“Yeah.” “ You’re killing sand dollars.” She winced. “Walk over here,” I said.

Tsa: “Kau dengar suara gemeretak itu?” tanyaku padanya.

“Ya”. “Kau sedang membunuh dolar pasir.” Spontan dia melompat ke samping. “Lewat sini,” kataku.

Makna tekstual di atas dinyatakan di dalam Tsu sand dollars yang

dipadankan ke dalam Tsa yaitu dolar pasir. Frasa sand dollars tersebut

mengandung istilah terminologi khusus, yaitu bahwa teks tersebut berada dalam

lingkup ilmu perikanan. Frasa sand dollars ini merujuk pada salah satu nama

binatang laut invertibrata dari golongan Clypeastroida kelas Echinoidea yang

memiliki bentuk pipih seperti disket dan ukuran tubuhnya berdiameter 5-10 cm.

Binatang ini menggunakan tulang belakangnya untuk menggali dan menutupi

seluruh permukaan tubuhnya di dalam pasir. Mulutnya berada di tengah pada

permukaan bawah tubuhnya.

Page 205: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

169

Gambar 4.3 Dolar Pasir

Dalam bidang ekonomi, kata dollar itu sendiri merujuk pada nama mata

uang resmi di beberapa negara, tanah jajahan, dan daerah lain seperti misalnya

Dolar Amerika Serikat, Dolar Australia, Dolar Bahama, Dolar Barbados, Dolar

Belize, Dolar Bermuda, Dolar Brunei, Dolar Kepulauan Cayman, Dolar Karibia

Timur, Dolar Fiji, Dolar Guyana, Dolar Hong Kong, Dolar Jamaika, Dolar

Kanada, Dolar Liberia, Dolar Namibia, Dolar Selandia Baru, Dolar Singapura,

Dolar Kepulauan Solomon, Dolar Suriname, Dolar Taiwan, dan Dolar Trinidad

dan Tobago. Sementara kata sand (pasir) secara umum dapat diartikan sebagai

butir-butir batu yang halus; kersik halus; atau lapisan tanah atau timbunan kersik

halus.

Makna tekstual lain dapat ditemukan dalam data berikut:

057.HT.Chap15.Pg108/PL.Bb15.Hal148 Tsu: “Professor Kramer agrees,” she said dramatically, noting that he’d told he

that it was obviously high time for a fresh inventory of sea life in South Sound. “In fact, the professor says he intends to push for something he called a “BioBlitz,” in which a variety of scientists would team up to perform an animal census of sorts in the Sound’s southern bays.”

Page 206: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

170

Tsa: “Profesor Kramer menyatakan setuju,” ujarnya menggebu-gebu, seraya mengatakan bahwa Profesor pernah mengingatkan sudah tiba saatnya melakukan inventarisasi hewan dan tumbuhan laut di teluk South Sound. “Bahkan Profesor Kramer ingin mengadakan aksi massal yang disebutnya ‘Bio Blitz’, yang akan melibatkan para ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu untuk menggelar sensus hewan di pesisir selatan Puger Sound.”

Nama BioBlitz, juga ditulis tanpa huruf kapital bioblitz, merupakan salah

satu bidang studi tersendiri, yang mana sekelompok ilmuwan dan para

sukarelawan melakukan inventarisasi biologis secara intensif 24 jam, dengan

berusaha mengidentifikasi dan mencatat semua spesies makhluk hidup di wilayah

tertentu yang telah ditentukan. Pemilihan wilayah biasanya dilakukan di taman

terbuka atau konservasi alam. Istilah atau konsep bioblitz tidak terdaftar, memiliki

hak paten, atau bermerek dagang, namun merupakan gagasan yang dapat

digunakan atau dimodifikasi oleh suatu kelompok secara bebas tergantung tujuan

mereka sendiri. Namun demikian, bioblitz ini biasanya memiliki dua tujuan

utama, yaitu menentukan tingkat diversifikasi biologis di dalam suatu wilayah dan

membantu memopulerkan ilmu pengetahuan. Para pakar tanaman, ahli biologi,

pakar ekologi, maupun ahli serangga semua terlibat dan memiliki peran yang

penting di dalam kegiatan bioblitz ini. Secara keseluruhan, data penelitian yang

memiliki makna tekstual dapat dilihat pada lampiran 2c.

4.1.1.2.1.5 Makna Sosiokultural

Sebagaimana dinyatakan di dalam subbab 2.2.3.1.2 bahwa makna

sosiokultural adalah makna suatu bahasa yang sangat berkaitan erat dengan

sosiokultural di mana bahasa itu digunakan sebagai alat komunikasi oleh

masyarakat (Soemarno,1999:7). Kelompok masyarakat yang satu dengan lainnya

Page 207: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

171

sebagai pengguna bahasa tentu saja mempunyai istilah-istilah budaya yang

bersifat unik yang kadang-kadang tidak dapat ditemukan padanannya dalam

bahasa yang lain.

Makna sosiokultural seringkali dipengaruhi oleh pola hidup

masyarakat sebagai pengguna bahasa itu. Makna ini, selain sering ditemukan

dalam bentuk kata-kata istilah budaya, seperti thanksgiving, labamba, mitoni, dan

sebagainya, sering juga ditemukan dalam ungkapan-ungkapan idiomatik yang

tidak dapat dijelaskan maknanya dari kata-kata yang membentuk ungkapan itu,

seperti miss the boat, feel like a million buck, black sheep dan sebagainya.

Data mengenai makna sosiokultural yang berhubungan dengan ungkapan

budaya materi ditemukan sebanyak tujuh (7) data, istilah ekologi sebanyak tujuh

(7) data, budaya sosial sebanyak empat puluh lima (45) data, dan gaya bahasa

sebanyak dua puluh dua (22) data. Contoh dari makna sosiokultural yang

ditemukan dalam penelitian ini adalah:

018.HT.Chap4.Pg24/PL.Bb4.Hal39 Tsu: I’d seen it building inside her, this troubling investigation into the sequence

of events that stranded her in a tiny, stilted house with an unambitious baseball fanatic who still barhopped with his high school pals-the three Dons-and cried during Academy Awards speeches. (My mother had little use for sentimentality. Our family photo stayed in shoe boxes, and Santa, the Easter Bunny and the Tooth Fairy stopped showing up once I turned seven). Maybe, I thought, her pathetic job at the state personnel department was what disappointed her most.

Tsa: Kulihat kekesalan yang semakin menumpuk di hati Ibu, setiap kali dia

mengenang berbagai rangkaian kejadian yang mendamparkannya ke sebuah rumah kecil reyot bersama seorang penggemar bisbol tanpa ambisi, yang masih keluyuran dengan teman-teman SMU-nya-tiga bersaudara Don-dan suka menangis terharu kalau mendengarkan pidato pada malam penganugerahan Academy Awards. (Ibuku tak suka sentimental. Foto-foto keluarga kami disimpannya di kotak sepatu, dan boneka Santa, Kelinci

Page 208: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

172

Paskah, dan Peri Gigi sudah dibuangnya sejak aku berumur tujuh tahun). Kurasa, mungkin pekerjaannya yang memuakkan di departemen kepegawaian negara bagian adalah yang paling membuatnya kecewa.

Makna sosiokultural di dalam contoh di atas dinyatakan di dalam Tsu

yaitu Santa, the Easter Bunny and the Tooth Fairy, yang dipadankan ke dalam

Tsa menjadi boneka Santa, Kelinci Paskah, dan Peri Gigi. Di dalam budaya

sumber makna dari Santa, Easter Bunny dan Tooth Fairy masing-masing

mempunyai istilah-istilah budaya yang menarik dan unik. Santa, misalnya, di

dalam budaya sumber disebut juga dengan Santa Claus, Saint Nicholas, Father

Christmas, Kris Kringle merupakan figur legendaris dan mitis, yang di beberapa

budaya Barat disimbolkan dengan membawa hadiah ke rumah-rumah bagi anak-

anak yang baik menjelang tengah malam atau sesaat menjelang Christmas Eve

pada tanggal 24 desember atau pada saat Saint Nicholas Day pada tanggal 6

desember. Sementara itu, The Easter Bunny atau Easter Hare merupakan suatu

karakter atau sosok yang digambarkan sebagai kelinci antromorpis (berkarakter

manusia). Dalam legenda ini, makhluk ini membawa keranjang-keranjang yang di

isi penuh dengan telur berwarna-warni, permen, dan mainan yang diberikan ke

rumah anak-anak pada malam sebelum Easter (hari libur umat Kristiani untuk

merayakan kebangkitan Jesus Kristus). The Easter Bunny akan menaruh

keranjang-keranjang tersebut sedemikian rupa atau menyembunyikannya di dalam

rumah yang kemudian akan ditemukan oleh anak-anak pada saat mereka bangun

tidur di pagi hari. The Tooth Fairy, merupakan figur legendaris yang

dikarakterisasikan sebagai seorang peri yang memberi uang atau hadiah kepada

anak-anak sebagai ganti dari gigi susunya yang telah copot. Anak-anak biasanya

Page 209: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

173

menempatkan gigi susunya yang telah tanggal di bawah bantal pada malam hari,

dan kemudian peri akan mengambil gigi yang ada di bawah bantal tersebut dan

menggantinya dengan uang atau hadiah pada saat anak-anak terlelap tidur.

Gambar 4.4 The Easter Bunny, Santa, The Tooth Fairy

Contoh lain dari makna sosiokultural ini adalah sebagai berikut:

025.HT.Chap6.Pg36/PL.Bb6.Hal53 Tsu: She looked to see if I was enjoying this. She’d definitely been crying. I

glared at frankie, and he smiled warmly back. He was such an effortless Marlboro man he made me feel like a circus midget.

Tsa: Angie melirik padaku untuk melihat reaksiku. Matanya sembap, dia pasti

habis menangis. Aku melotot pada Frankie, tapi dibalasnya dengan senyum hangat. Dia memang lelaki yang memesona, dan di hadapannya aku merasa seperti badut cebol di sirkus.

Marlboro Man di dalam Tsu dipadankan menjadi lelaki yang memesona di

dalam Tsa. Sebenarnya, Marlboro Man ini merupakan sosok yang digunakan di

dalam kampanye iklan tembakau untuk rokok Marlboro. Sosok ini pertama kali

dicitrakan sebagai seorang koboi dengan sebatang rokok yang secara alami selalu

melekat padanya.

Page 210: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

174

Gambar 4.5 Marlboro Man

Iklan tersebut sebenarnya digunakan untuk mempopulerkan rokok filter

yang sebelumnya dianggap sebagai rokok feminim (rokoknya orang perempuan).

Kampanye iklan Marlboro ini disebut sebagai salah satu iklan yang paling brilian

pada saat itu, yaitu yang mentransformasikan citra feminisme ke dalam cita rasa

maskulin, bahwa rokok filter adalah juga rokoknya lelaki atau rokoknya koboi.

Data penelitian yang memiliki makna sosiokultural secara keseluruhan dapat

dilihat pada lampiran 2d.

4.1.1.2.1.6 Makna Implisit

Makna implisit adalah makna yang tidak diungkapkan secara nyata atau

tertulis oleh penulis atau pembicara karena pembaca atau lawan bicara/pendengar

sebagai interlocutor telah memahami maksud dari tulisan atau pembicaraan itu

Page 211: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

175

(Soemarno, 1999:8). Atau dengan kata lain, makna implisit adalah makna yang

tersembunyi di balik suatu ujaran. Ada sesuatu yang tersirat dari yang tersurat.

Data mengenai makna implisit yang berhubungan dengan ungkapan

budaya materi ditemukan sebanyak nol (0) data, istilah ekologi sebanyak nol (0)

data, budaya sosial sebanyak satu (1) data, dan gaya bahasa sebanyak lima belas

(15) data. Contoh dari makna implisit yang ditemukan dalam penelitian ini adalah:

034.HT.Chap10.Pg65/PL.Bb10.Hal91 Tsu: She frowned impatiently. “If I’m gonna write a story about you, I need to

talk to people who know you, right?” “I thought the story was about ragfish.” She laughed. This lady showed every card. “It’s just a little story about the boy who keeps finding cool stuffs in the Sound.” “What kind of a story?” “A good one. A good little one.” I nodded, but I was confused. She put her camera away and glanced toward her car.

Tsa: Seketika wajahnya merengut. “Kalau aku mau menulis kisah tentangmu, aku

harus bicara pada orang-orang yang mengenalmu, bukan?” “Kukira kau akan menulis berita tentang ikan ragfish itu.” Dia terbahak. Perempuan itu tahu apa yang dilakukannya. “Ini cuma kisah kecil tentang bocah yang selalu menemukan benda-benda hebat di teluk.” “Kisah yang bagaimana?” “Yang bagus. Cerita singkat yang bagus.” Aku mengangguk, meski masih bingung juga. Dia lepaskan kameranya, lalu memandang ke arah mobilnya.

Makna implisit di dalam Tsu dinyatakan dengan kalimat this lady showed

every card. Kalimat tersebut dipadankan ke dalam Tsa dengan kalimat perempuan

itu tahu apa yang dilakukannya. Tsu this lady showed every card mengandung

makna secara implisit bahwa perempuan tersebut menyatakan dengan jujur dan

terbuka keinginannya untuk menulis cerita tentang anak tersebut. Jadi, makna

Page 212: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

176

showed every card bukanlah secara harfiah menunjukkan satu persatu kartu yang

dia miliki, namun lebih pada makna pengungkapan keinginan atau maksud yang

ingin disampaikan seseorang dengan sejujurnya pada orang lain.

Contoh lain dari makna implisit ini adalah sebagai berikut:

015.HT.Chap4.Pg21/PL.Bb4.Hal35 Tsu: I’d never seen anyone I knew on television other than Judge Stegner, so I

was surprised by how little Professor Kramer resembled himself. He looked pale, almost criminal, his collar askew, his hair reckless. Then the camera panned to some kid who came up to the professor’s bicep and looked a whole lot like me, staring at the squid, orange hair flattering, the high camera angle reducing me to one of Charlie Brown’s big-headed side-kicks. Suddenly my peeling nose was bigger than life in front of me. I looked into the camera the way a baby does, as if I didn’t realize it was really on me, which was the truth.

Tsa: Selain Hakim Stegner, aku belum pernah melihat orang-orang yang kukenal

dekat muncul di layar televisi. Itulah mengapa aku begitu kaget melihat Profesor Kramer yang sama sekali tidak mirip dengan aslinya. Di televisi dia terlihat pucat, hampir mirip penjahat, kerah bajunya miring sebelah dan rambut jabriknya makin awut-awutan. Lalu sorot kamera dialihkan pada seorang anak yang tingginya tak lebih dari lengan Profesor Kramer, yang tampangnya sangat mirip diriku, dengan mata tak berkedip menatap bangkai cumi-cumi itu, dan rambutnya yang kemerahan tertiup angin, lalu kamera tinggi itu membuatku semakin cebol dan mirip dengan salah satu tokoh antek Charlie Brown yang berkepala besar.Tiba-tiba kulihat sendiri di hadapanku kulit hidungku yang terus mengelupas. Aku memandang ke kamera dengan tatapan mata bayi yang polos, seakan tak sadar bahwa semua kamera benar-benar terarah pada diriku.

Makna harfiah dari kalimat my peeling nose was bigger than life in front

of me adalah kulihat sendiri di hadapanku kulit hidungku yang terus mengelupas.

Namun demikian, kalimat di dalam Tsu di atas mengandung makna implisit yang

tersirat di dalam teks. Di dalam konteks bahasa sumber di atas bahwa makna my

peeling nose was bigger than life in front of me yang dimaksud adalah ungkapan

rasa terkejut atau tidak percaya atas apa yang telah dilihat oleh Miles O Malley

Page 213: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

177

hingga tanpa sadar dia sampai terbengong-bengong seperti anak kecil yang lugu,

dalam hal ini adalah tidak percaya kalau semua sorot kamera sedang tertuju

padanya dan ini menjadi hal yang luar biasa karena selama hidupnya dia belum

pernah melihat orang-orang terdekatnya di sorot kamera televisi, apalagi dirinya

yang sedang menjadi pusat perhatian. Ketidakpercayaannya tersebut seolah-olah

seperti hidungnya yang mengelupas membesar melebihi apa yang sedang terjadi

di dalam televisi yang sedang dia lihat. Adapun data penelitian yang memiliki

makna implisit dapat dilihat pada lampiran 2e.

4.1.1.2.2 Gaya

Selain jenis-jenis makna di atas, di dalam penelitian ini terdapat juga

beberapa parameter gaya yang dipakai di dalam menerjemahkan novel

The Highest Tide ke dalam novel Pasang Laut yang berhubungan dengan

ungkapan-ungkapan budaya materi, istilah ekologi, budaya sosial, dan gaya

bahasa. Sebagaimana diketahui bahwa gaya merupakan sistem pilihan

penggunaan bahasa secara individu yang dilakukan oleh penulis. Di dalam karya

sastra, gaya merupakan pilihan kata atau frase dari pengarang dan bagaimana

pengarang tersebut menyusun kata-kata dan frase tersebut di dalam kalimat dan

paragraf.

Paragraf, kalimat, dan kata merupakan dasar utama dari gaya. Kalimat

dibentuk dari kata-kata, paragraf dibentuk dari kalimat-kalimat, dan keseluruhan

karya dibentuk dari paragraf-paragraf. Karya yang sangat baik dihasilkan melalui

kesempurnaan paragraf, paragraf dihasilkan melalui pemakaian kalimat yang

Page 214: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

178

sempurna, dan kalimat dihasilkan melalui pemilihan kata yang benar-benar sesuai.

Ke semua hal tersebut adalah yang ingin dicapai oleh penulis dan penerjemah

dalam usahanya membuat hasil terjemahan yang benar-benar sepadan gayanya.

Dengan demikian, di dalam proses penerjemahan, penerjemah harus melihat

keseluruhan karya melalui kata-kata, kalimat dan paragraf dan menentukan gaya

yang bagaimana yang akan dipakai. Kemudian penerjemah mulai menerjemahkan

secara kalimat per kalimat dan paragraf per paragraf mulai dari awal sampai akhir

dengan terus memperhatikan pada reproduksi gaya yang digunakan.

Dalam penelitian ini digunakan lima parameter untuk menjelaskan gaya.

Pertama adalah mendramatisir pergeseran gaya, yaitu penggunaan berbagai

pilihan kata di dalam Tsa dengan cara merubah atau menambahkan kata-kata

secara lebih rinci meskipun kata-kata tersebut tidak ada di dalam Tsa. Kedua

adalah penggunaan ekspresi idiomatik, yaitu menggunakan ekspresi idiomatik

dalam Tsa yang sama dengan ekspresi idiomatik yang digunakan di dalam Tsu.

Ketiga adalah penggunaan gaya bahasa, yaitu penggunaan gaya bahasa yang sama

di dalam bahasa sasaran untuk menggantikan gaya bahasa di dalam bahasa

sumber. Keempat adalah penggunaan jenis bahasa tertentu, yaitu penggunaan

kata-kata yang sesuai, struktur kata dan berbagai ekspresi yang ada di dalam Tsa

sesuai dengan jenis teksnya. Kelima adalah penggunaan tanda baca, yaitu

penggunaan tanda baca di dalam Tsa yang dapat diubah setelah

membandingkannya dengan tanda baca di dalam Tsu.

Ekspresi gaya di sini bukan berarti menunjukkan dominasi satu sama lain,

namun lebih pada tingkat frekuensi kemunculan gaya. Dalam penelitian ini

Page 215: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

179

terdapat beberapa jenis gaya yang dipakai di dalam menerjemahkan novel

The Highest Tide ke dalam novel Pasang Laut yang berhubungan dengan hal-hal

yang khas di dalam susastra. Jenis-jenis gaya tersebut adalah sebagai berikut:

4.1.1.2.2.1 Penggunaan Pilihan Kata

Penggunaan berbagai pilihan kata di dalam Tsa dengan cara merubah atau

menambahkan kata-kata secara lebih rinci meskipun kata-kata tersebut tidak ada

di dalam Tsa sering kali dilakukan oleh penerjemah untuk membuat hasil

terjemahannya menjadi lebih baik.

Sebagaimana disebutkan pada subbab 2.2.6 di atas bahwa karena adanya

perbedaan gramatikal, semantik, dan sosio-kultural antara bahasa sumber dan

bahasa sasaran, maka diperlukan strategi pemecahan masalah padanan. Strategi

tersebut dapat berupa penambahan informasi, pengurangan informasi, dan

penyesuaian struktur (Newmark, 1988:85-91). Penambahan informasi adalah

memasukkan informasi yang tidak ada dalam Tsu ke dalam Tsa. Informasi yang

ditambahkan dapat berupa informasi kultural, teknis, atau kebahasaan.

Penghilangan informasi merujuk pada penghilangan isi dan bukan penyelarasan

struktur untuk menghasilkan terjemahan yang gramatikal. Penyesuaian struktur

merujuk pada perubahan atau pergeseran tatabahasa dari bahasa sumber ke bahasa

sasaran. Tujuan penyesuaian struktur ini adalah untuk menghasilkan terjemahan

yang sepadan makna dan gayanya.

Data mengenai penggunaan pilihan kata yang berhubungan dengan

ungkapan budaya materi ditemukan sebanyak sepuluh (10) data, istilah ekologi

Page 216: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

180

sebanyak sembilan (9) data, budaya sosial sebanyak empat puluh (40) data, dan

gaya bahasa sebanyak lima belas (15) data. Dalam penelitian ini ditemukan

penggunaan pilihan kata yang dilakukan oleh penerjemah sebagai berikut:

072.HT.Chap19.Pg142/PL.Bb19.Hal192 Tsu: I had time to think seventeen thoughts and feel everything from fear to

jealousy before smoke leaked out of Phelps’s mouth and he started coughing wildly. I wasn’t sure if he’d been assaulted or initiated, but once his smile surfaced I felt nothing but envy. He stuck out his hand for five. I gave it to him hard enough for it to sting, then refocused on the stage until I found an angel to see my girl, who I told myself was far smarter, cuter and ten times cooler than Phelps’s dundula even if she wasn’t filing me with smoky kisses.

Tsa: Berbagai pikiran memenuhi benakku, mulai dari rasa ngeri sampai iri,

sebelum akhirnya asap rokok itu keluar dari mulut Phelps dan dia terbatuk-batuk. Aku tidak tahu apakah Phelps tadi disakiti atau diplonco, tapi begitu kulihat lagi senyumannya, aku hanya bisa merasa iri. Dia mengangkat tangan tanda menyerah. Aku yakin dia pasti kesakitan sekali. Lalu kembali kuarahkan pandanganku ke panggung, sampai kudapatkan sudut pandang yang nyaman untuk memandangi gadisku, yang bagiku jauh lebih pintar, cantik, dan hebat ketimbang sundal jalang yang lagi berjongkok di samping Phelps, meskipun dia tak pernah mengecup mulutku dengan asap rokoknya.

Pilihan kata yang digunakan penerjemah dalam data di atas adalah

menambahkan informasi yang tidak terdapat di dalam Tsu ke dalam Tsa.

Penerjemah menambahkan kata-kata secara lebih rinci untuk memperjelas makna

yang terkandung di dalam Tsu. Informasi yang dimaksud adalah dengan

menuliskan kata-kata tambahan yaitu bahwa dundula di dalam Tsu yang

dimaksud adalah sundal jalang yang lagi berjongkok . Meskipun kata-kata

tambahan tersebut tidak ada di dalam Tsa, namun kata-kata tersebut dirasa perlu

untuk mempertegas arti yang di maksud di dalam Tsu. Hal yang sama juga

dilakukan oleh penerjemah dengan menambahkan kata-kata yang rinci bahwa

Page 217: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

181

yang dimaksud dengan blue-hand adalah si kelomang yang memiliki capit biru,

sebagaimana contoh berikut:

109.HT.Chap27.Pg216/PL.Bb27.Hal285 Tsu: Finally, blue-hand grabbed the victim and slammed it facedown into the

poisonous flower of large sea anemone, then held it there, smothering the poor hermit in the anemone’s poison.

Tsa: Akhirnya si kelomang bercapit biru mencekal korbannya dan

membantingnya ke atas bunga anemon laut yang beracun dan terus membiarkannya di sana sampai kelomang malang itu tersedak racun.

Selain penambahan kata, penghilangan informasi juga dilakukan oleh

penerjemah. Penghilangan informasi tersebut merujuk pada penghilangan isi dan

bukan penyelarasan struktur untuk menghasilkan terjemahan yang gramatikal,

sebagaimana contoh berikut:

020.HT.Chap5.Pg28/PL.Bb5.Hal43 Tsu: Most of those huge clams-pronounced gooey-duck for some reason-lived

farther out in the bay, but there were still plenty of exposed burrows if the tide fell low enough and you knew where to look.

Tsa: Sebagian besar tiram raksasa itu suka menggali sarang di bagian teluk yang

dalam, namun kalau air pasang tidak terlalu tinggi, dengan mudah kalian dapat melihat pintu masuk liang mereka, sehingga tidak sulit mencarinya.

Hal lain yang dilakukan penerjemah adalah menyelaraskan struktur

tatabahasa. Penyelarasan struktur ini dilakukan dengan menggeser tatabahasa Tsu

ke dalam Tsa, sebagaimana contoh berikut:

Page 218: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

182

054.HT.Chap13.Pg96/PL.Bb13.Hal133 Tsu: People rarely got stuck while wading. It usually happened while they were

crossing soft exposed mud, with the typical rescue involving wooden planks upon which trapped mudders would lay their torsos and crawl free from the muck. Oystermen did it all the time. So did Evergreen students. This was different.

Tsa: Orang yang berjalan di rawa-rawa jarang terjebak lumpur. Petaka itu

biasanya terjadi jika mereka nekat melangkah ke dalam lumpur yang lembut, dan cara yang ditempuh untuk menyelamatkan diri adalah meraih sebilah papan, menempelkan bagian atas tubuh mereka ke papan itu sambil merangkak menuju dataran kering. Penagkap tiram selalu melakukannya. Begitu juga mahasiswa-mahasiswa dari kampus Evergreen. Tapi kali ini situasinya berbeda.

Dalam contoh di atas, pergeseran yang dilakukan oleh penerjemah adalah

pergeseran bentuk pada tataran sintaksis yaitu pergeseran bentuk dari frasa di

dalam Tsu Evergreen students ke dalam kalimat mahasiswa-mahasiswa dari

kampus Evergreen di dalam Tsa. Lebih lanjut, data penelitian mengenai

penggunaan pilihan kata dapat dilihat pada lampiran 3a.

4.1.1.2.2.2 Penggunaan Ekspresi Idiomatik

Penggunaan ekspresi idiomatik dalam Tsa yang sama dengan ekspresi

idiomatik yang digunakan di dalam Tsu merupakan parameter lain di dalam

melihat kemunculan gaya di dalam penerjemahan. Idiom ini tidak dapat

dimengerti dalam arti literalnya dan tidak mungkin secara gramatikal tepat. Idiom

mempunyai arti yang berbeda dari pernyataan literal.

Ungkapan idiomatik ini menggambarkan bahwa masing-masing

masyarakat atau bangsa itu memiliki kekhasan penciptaan atau penggunaan idiom

dalam tuturannya. Idiom-idiom itu bersifat unik, artinya tidak terdapat bentuk

Page 219: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

183

idiom yang sama dalam bahasa lain (Soemarno, 1999: 7). Misalnya, ekspresi

"bekerja keras" masyarakat Indonesia dinyatakan dengan idiom membanting

tulang, dan masyarakat Inggris dinyatakan dengan to go the whole hog.

Data mengenai penggunaan ekspresi idiomatik yang berhubungan dengan

ungkapan budaya materi ditemukan sebanyak nol (0) data, istilah ekologi

sebanyak nol (0) data, budaya sosial sebanyak tujuh (7) data, dan gaya bahasa

sebanyak tujuh belas (17) data. Di dalam penelitian ini ekspresi idiomatik dapat

dilihat dalam contoh berikut:

010.HT.Chap2.Pg9/PL.Bb2.Hal19 Tsu: I stated it as fact in the cool dawn and my mother suspended her furious

mopping to squint at me through puffy, nearsighted eyes as if her son were speaking in tongues.

Tsa: Kukatakan dengan tegas sebagai sebuah fakta pada pagi hari yang dingin itu,

sampai-sampai ibuku yang sedang mengepel lantai berhenti sejenak sambil melotot ke arahku dengan matanya yang rabun dekat dan sembab, seakan anaknya baru saja bicara dalam bahasa asing.

Ungkapan idiomatik di dalam Tsu dinyatakan dalam ungkapan speaking in

tongues. Ungkapan speaking in tongues ini di dalam budaya sumber

menggambarkan istilah-istilah atau ucapan-ucapan yang digunakan di dalam ritual

keagamaan maupun kepercayaan, atau sering disebut dengan istilah ‘bahasa doa’,

‘bahasa surga’, ‘glosolalia’, atau yang sering disebut dengan mantra. Secara literal

speaking in tounges berarti to speak dan tongues/languages yang berasal dari

bahasa Latin yang maksudnya adalah berbicara dan bahasa. Di dalam Tsa,

ungkapan tersebut dipadankan menjadi bicara dalam bahasa asing.

Contoh lain dari penggunaan ekspresi idiomatik ini adalah:

Page 220: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

184

022.HT.Chap5.Pg30/PL.Bb5.Hal45 Tsu: The G-spot, Squid Boy. Phelps popped out a Kent, clutched it between the

least dirty of his fingers and lit it. “ It’s the button inside women that drives them wild. “He mumbled around his cigarette like a gangster. “Once we find out where it’d at, we’re in.”

Tsa: “G-spot, dasar anak sotong!” Phelps menarik sebatang Kent, menjepitnya

dengan jari-jarinya yang masih kering, lalu menyulutnya. “Semacam tombol di dalam tubuh perempuan yang akan membuat mereka jadi binal.” Dia bergumam sambil mengulum rokonya, mirip gangster.”Sekali kautemukan titiknya, mereka pasti kecantol padamu.”

Ungkapan idiomatik di dalam Tsu dinyatakan dalam ungkapan squid boy.

Ungkapan squid boy ini di dalam budaya sumber dapat menggambarkan

ungkapan yang digunakan di dalam situasi informal yang diucapkan oleh

seseorang dengan tujuan untuk mengejek lawan bicaranya dengan tanpa maksud

untuk merendahkannya, atau di dalam konteks bahasa Indonesia ungkapan ini

sering digunakan sebagai bahasa gaul atau tidak resmi, yaitu dengan ungkapan

dasar cumi (cuma mimpi, cuma minjam) atau cumi lo, atau istilah squid boy

dapat berarti suatu binatang mutan, yaitu binatang yang secara fisik berbeda

dengan binatang yang lain karena adanya perubahan gen. Sebagai suatu mutan,

squid boy ini digambarkan sebagai mutan yang memiliki kemampuan di atas

manusia yang mampu bernafas dan berjalan di dalam air. Secara literal squid

berarti cumi-cumi dan boy adalah anak laki-laki yang mulai tumbuh dewasa.

Frase squid boy di dalam Tsa, ungkapan tersebut dipadankan menjadi dasar anak

sotong. Ekspresi idiomatik ini secara keseluruhan dapat dilihat dalam lampiran

3b.

Page 221: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

185

4.1.1.2.2.3 Penggunaan Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara

khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis. Dengan gaya bahasa,

penulis bermaksud menjadikan paparan bahasanya menarik, kaya, padat, jelas dan

lebih mampu menekankan gagasan yang ingin disampaikan, menciptakan suasana

tertentu, dan menampilkan efek estetis. Efek estetik tersebut menyebabkan karya

sastra atau terjemahan sastra bernilai seni.

Data mengenai penggunaan gaya bahasa yang berhubungan dengan

ungkapan budaya materi ditemukan sebanyak nol (0) data, istilah ekologi

sebanyak nol (0) data, budaya sosial sebanyak nol (0) data, dan gaya bahasa

sebanyak enam (6) data. Dalam penelitian ini, gaya bahasa disajikan seperti dalam

contoh berikut:

029.HT.Chap8.Pg54/PL.Bb8.Hal77 Tsu: My size, I was beginning to fear, put me on the outside of romance, like a

frog who couldn’t croak loud enough to attrack female. Tsa: Aku mulai khawatir ukuran tubuhku akan membuatku tersisih dari dunia

pecintaan, seperti katak yang tak bisa berteriak lantang untuk memikat betina.

Gaya bahasa di dalam Tsu dinyatakan di dalam klausa like a frog who

couldn’t croak loud enough to attract female. Gaya bahasa yang disampaikan di

dalam Tsu tersebut menggunakan gaya bahasa personifikasi untuk membawa

maksud penulis pada pemberian sifat kepada benda atau binatang yang memiliki

kemiripan atau keserupaan dengan manusia. Makna personifikasi tersebut, bukan

hal yang mudah untuk ditafsirkan, sebab makna tersebut tidak tersurat atau tidak

dieksplisitkan dengan jelas sebagaimana dalam bahasa biasa. Namun demikian,

Page 222: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

186

makna personifikasi tersebut dapat dimaknai satu atau lebih makna figuratif

dengan tanpa menghilangkan makna aslinya. Makna personifikasi tersebut

dipadankan oleh penerjemah dengan padanan seperti katak yang tak bisa

berteriak lantang untuk memikat betina.

Contoh lain dari penggunaan gaya bahasa adalah sebagai berikut:

006.HT.Chap1.Pg5/PL.Bb1.Hal13 Tsu: Mottled sea stars were common, but I’d examined thousands of stars and had

never seen this same color or pose. I picked it up. Its underside was as pale as a black man’s palm, and its two bottom legs appeared fussed. I wondered how it moved well enough to hunt, but it looked healthy, its hundreds of tiny suction-cup feet apparently fully operable. I stuck it in a sack with some water and slipped it into my backpack. I then waded up to my calves toward the mid-sized oyster farm belonging to Judge Stegner.

Tsa: Bintang laut burik ada dimana-mana, tetapi dari ribuan bintang laut yang

pernah kuamati, tak ada yang bentuk dan warnanya aneh seperti itu. Kupungut binatang itu. Bagian bawah tubuhnya pucat seperti telapak tangan orang kulit hitam, dan ternyata dua kaki bawahnya benar-benar saling menempel. Aku tak habis pikir, mana mungkin dia bisa mencari mangsa dengan kaki seperti itu, tetapi binatang itu kelihatan sehat. Ratusan kaki isapnya berfungsi normal. Kumasukkan dia ke dalam kantong plastik yang telah kuisi air, lalu kuselipkan ke dalam ransel. Dan aku terus berjalan menyusuri lumpur setinggi betis, nemuju petiraman Hakim Stegner.

Gaya bahasa di dalam Tsu dinyatakan di dalam kalimat Its underside was

as pale as a black man’s palm. Gaya bahasa yang disampaikan di dalam Tsu

tersebut merupakan suatu bentuk simile untuk menyamakan sesuatu objek atau

benda (its underside) dengan sesuatu benda yang lain (a black man’s palm).

Makna simile tersebut lebih memberikan suatu kesan dan tidak menghilangkan

bentuk dan makna aslinya. Makna simile tersebut dipadankan oleh penerjemah

dengan padanan bagian bawah tubuhnya pucat seperti telapak tangan orang kulit

hitam. Istilah black man atau black people biasanya merujuk pada kelompok ras

Page 223: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

187

manusia dengan warna kulit mulai dari coklat muda sampai mendekati hitam.

Istilah ini biasanya juga digunakan untuk mengelompokkan sejumlah populasi

berdasarkan hubungan sejarah. Di antara kelompok ras tersebut, warna kulit gelap

seringkali dihubungkan dengan ekspresi alami mengenai bagian tubuh yang lain,

misalnya rambutnya yang hitam dan keriting, serta bagian-bagian tubuh yang lain

yang secara keseluruhan cenderung hitam. Temuan penggunaan gaya bahasa ini

selanjutnya dapat dilihat pada lampiran 3c.

4.1.1.2.2.4 Penggunaan Jenis Bahasa Tertentu

Penggunaan jenis bahasa tertentu, yaitu penggunaan kata-kata yang sesuai,

struktur kata dan berbagai ekspresi yang ada di dalam Tsa sesuai dengan jenis

teksnya. Penggunaan jenis bahasa tertentu yang dimaksud adalah penggunaan

bahasa sebagai alat pergaulan tertentu di dalam suatu budaya yang berupa

penggunaan jargon, ataupun cara-cara pengungkapan gagasan tertentu. Jargon

merupakan bahasa khas, teknis, idiom tertentu yang sering dihubungkan dengan

ilmu tertentu seperti ilmu hukum, kedokteran, biologi, dan sebagainya yang

merupakan jargon teknis dan ilmiah yang dipakai oleh kelompok atau profesi

tertentu.

Namun demikian, bagi kelompok yang tidak berprofesi, penggunaan

jargon dinilai penuh dengan istilah maupun kalimat yang tidak seperti bahasa

umumnya sehingga sulit dipahami oleh orang kebanyakan. Namun bagi anggota

kelompok profesional, penggunaan istilah itu sangat akrab dan mempermudah

pengungkapan keterangan yang panjang menjadi lebih efektif. Karena faktor

Page 224: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

188

kemudahan dan keakraban inilah, jargon dapat mengungkapkan gaya yang

menjadi ciri khas dalam kelompok tersebut (Baikoeni, 2008).

Data mengenai penggunaan jenis bahasa tertentu yang berhubungan

dengan ungkapan budaya materi ditemukan sebanyak nol (0) data, istilah ekologi

sebanyak empat (4) data, budaya sosial sebanyak enam (6) data, dan gaya bahasa

sebanyak nol (0) data. Dalam penelitian ini, penggunaan bahasa tertentu disajikan

dalam contoh berikut:

098.HT.Chap26.Pg202/PL.Bb26.Hal266 Tsu: “You’re a jealous fuck. And you know why? You have no musical talent.”

That was true. I’d played the trumpet for three years, and all I was known for was getting a silver mute stuck on my left pinky. Try hiding that in your armpit during algebra while your finger swells. I eventually had to go to the fire department to get the dang thing sawed off. “Would you play Zeppelin in church?” I asked. “Of course not.” “Well, this is my church.” Phelps glanced around at Chatham’s half-exposed flats.” I don’t see any crucifixes.”

Tsa: “Kau iri padaku. Kau tahu kenapa? Kau tak punya bakat musik.”

Phelps memang benar. Aku pernah belajar meniup trompet selama tiga tahun, tapi jadi terkenal gara-gara jari tangan kiriku terjepit ring penyumbat trompet. Kucoba menyembunyikan benda itu di ketiakku saat jariku mulai membengkak. Terpaksa aku pergi minta tolong ke dinas pemadam kebakaran untuk menggergaji benda keparat itu. “Kau mau mainkan lagu Zeppelin di gereja?” ejekku sengit. “Tentu saja tidak.” “Nah, tempat ini gerejaku.” Mata Phelps memandangi sekeliling hamparan lumpur Teluk Chatham yang setengah tergenang. “Tapi tak ada satu pun salib di sini.”

Penggunaan jenis bahasa tertentu di dalam Tsu dinyatakan dengan kata

Zeppelin yang digunakan sebagai cara pengungkapan tertentu di dalam pergaulan

yang ada dalam Tsu. Istilah Zeppelin ini biasanya sering dihubungkan dengan

Page 225: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

189

suatu pesawat, yaitu balon pesawat yang pertama kali digunakan untuk terbang.

Namun, yang dimaksud di dalam Tsu di atas bukanlah Zeppelin sebagai balon

terbang, tapi sebagai salah satu nama kelompok musik dari Inggris. Di dalam Tsa,

kata Zeppelin tersebut dipadankan dengan lagu Zeppelin. Sebenarnya, Zeppelin,

atau lengkapnya Led Zeppelin, merupakan kelompok musik rock dari Inggris

yang dibentuk bulan September 1968, dan dibubarkan setelah pemain drum John

Bonham meninggal. Led Zeppelin terdiri dari Jimmy Page, Robert Plant, John

Paul Jones, dan John Bonham. Dengan musiknya yang menonjolkan suara gitar

yang keras dan berat, Led Zeppelin dianggap sebagai salah satu band heavy metal

yang pertama. Sebagian besar lagu-lagu mereka merupakan interpretasi musik

blues dan folk yang diberi nuansa rock. Setelah 25 tahun bubar akibat

meninggalnya John Bonham pada tahun 1980, Led Zeppelin tetap disanjung

penggemar musik berkat pencapaian artistik, kesuksesan komersial, dan

pengaruhnya yang luas di kalangan musisi rock. Hingga saat ini, album Led

Zeppelin telah laku lebih dari 300 juta keping, di antaranya, 109,5 juta keping

laku di Amerika Serikat, dan menjadi satu-satunya grup musik yang berhasil

menempatkan semua albumnya ke dalam urutan Top 10 tangga album Billboard.

Contoh lain dari penggunaan jenis bahasa tertentu dapat dilihat di dalam

contoh berikut:

106.HT.Chap27.Pg212/PL.Bb27.Hal279 Tsu: The goal of the exercise, as the professor kept repeating, was a “snapshot

census” of the animal and plant life of the Sound’s southernmost bays. Tsa: Tujuan kegiatan hari itu, sebagaimana dikatakannya berkali-kali, adalah

melakukan “sensus kilat” terhadap semua binatang dan tumbuhan yang hidup di ujung selatan teluk kami.

Page 226: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

190

Kata snapshot di dalam Tsu lebih populer di sebut dengan potografi yaitu

menjepret secara spontan dan cepat, sering dilakukan dengan tanpa tujuan artistik.

Kegiatan snapshop ini sering dilakukan dengan teknik memotret yang tidak

sempurna, tidak fokus, atau asal-asalan yang penting cepat. Sementara kata census

di dalam Tsu merupakan prosedur perekaman informasi mengenai anggota suatu

populasi yang dilakukan secara sistematik dan reguler. Kata-kata snapshop census

merupakan istilah yang tidak seperti bahasa umumnya digunakan sehingga sulit

dipahami oleh orang kebanyakan. Namun bagi anggota kelompok ahli biologi

atau perikanan, penggunaan istilah itu sangat akrab dan mempermudah

pengungkapan keterangan yang panjang menjadi lebih efektif. Di dalam Tsa, kata

snapshop census tersebut dipadankan dengan sensus kilat. Penggunaan jenis

bahasa tertentu ini secara keseluruhan dapat dilihat pada lampiran 3d.

4.1.1.2.2.5 Penggunaan Tanda Baca

Tanda baca adalah simbol yang tidak berhubungan dengan fonem (suara)

atau kata dan frasa pada suatu bahasa, melainkan berperan untuk menunjukkan

struktur dan organisasi suatu tulisan, dan juga intonasi serta jeda yang dapat

diamati sewaktu pembacaan. Aturan tanda baca berbeda antarbahasa dan beberapa

aspek tanda baca adalah suatu gaya spesifik yang karenanya tergantung pada

pilihan penulis. Penggunaan tanda baca di dalam Tsa dapat diubah setelah

membandingkannya dengan tanda baca di dalam Tsu.

Page 227: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

191

Data mengenai penggunaan tanda baca yang berhubungan dengan

ungkapan budaya materi ditemukan sebanyak nol (0) data, istilah ekologi

sebanyak nol (0) data, budaya sosial sebanyak nol (0) data, dan gaya bahasa

sebanyak dua (2) data. Penggunaan tanda baca ini dapat dilihat di dalam contoh

berikut:

108.HT.Chap27.Pg216/PL.Bb27.Hal285 Tsu: There must have been a shell shortage going on that morning because

everywhere I looked some hermit was hauling around an extra shell or bullying another hermit out of its home. And two of the biggest bullies, a hairy hermit and a blue-handed hermit, faced off in a tug-of-war over a lurid rocksnail shell, which at the time was the shiny castle of a smaller hermit who’d been minding its own business. I played God and lifted it away from the bullies, but they found it again and resmued their duel.

Tsa: Pagi itu sepertinya di pantai sedang terjadi krisis cangkang, karena dimana-

mana kulihat kelomang sibuk menarik-narik cangkang, atau memaksa kelomang lain keluar dari cangkangnya. Dan yang paling seru, kulihat kelomang berbulu sedang berebut cangkang siput karang dengan kelomang bercapit biru, padahal di dalam cangkang itu masih hidup kelomang kecil yang mati-matian tak sudi diusir dari istananya. Dengan berlagak seperti Tuhan, kupungut dan kujauhkan dia dari kedua bangsat yang mengerubutinya. Tapi kedua kelomang yang sudah kesetanan itu berhasil menemukannya lagi, dan kembali berduel memperebutkannya.

Di dalam teks di atas dapat dilihat bahwa tanda baca di dalam Tsa diubah

setelah dibandingkan dengan tanda baca di dalam Tsu. Tanda baca yang

digunakan di dalam bahasa sasaran adalah dengan mengubah ke dalam bentuk

tanda koma. Secara umum, tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara

yang satu dari kalimat setara yang berikutnya, atau dipakai untuk memisahkan

anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk

Page 228: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

192

kalimatnya, sebagaimana contoh di dalam Tsa: Dengan berlagak seperti Tuhan,

kupungut dan kujauhkan dia dari kedua bangsat yang mengerubutinya.

Contoh lain dari penggunaan tanda baca adalah sebagai berikut:

030.HT.Chap8.Pg55/PL.Bb8.Hal79 Tsu: “So,love is affordable, fun sex with someone you know?”

“Exactly.” “You’re sick.” “Me? I’m not the one who was caught French-kissing chocolate Labs.”

Tsa: “Jadi, menurutmu cinta adalah seks murah dengan orang yang kaukenal?”

“Tepat sekali.” “Dasar sinting.” “Aku? Bukankah kau sendiri yang menciumi mulut anjing Labrador itu?”

Berdasarkan data tersebut nampak bahwa penggunaan tanda baca dapat

diidentifikasi di dalam kalimat yang dapat dilihat baik dalam bentuk deklaratifnya

maupun susunan kalimatnya. Kalimat deklaratif I’m not the one who was caught

French-kissing chocolate Labs di dalam Tsu memiliki fungsi pernyataan, dengan

artikel the yang digunakan dengan kata benda one didalam Tsu yang dipakai

untuk menunjukkan atau menjelaskan sesuatu yang sudah tentu, dalam arti

sesuatu yang tidak atau belum diidentifikasi oleh lawan bicaranya. Di dalam Tsu

tersebut yang dimaksud dengan sesuatu yang sudah tentu adalah Me?. Kalimat

deklaratif di dalam Tsu tersebut disusun ke dalam kalimat pasif yang berfungsi

untuk memberikan penekanan pada subjek kalimat sebagai pelaku kegiatan, yang

dalam kalimat sumber diwakili oleh the one yang merepresentasikan dan

menegaskan subjek I. Kalimat deklaratif di dalam Tsu tersebut diberikan padanan

yang berbeda di dalam Tsa, yaitu dengan cara mengungkapkan ke dalam fungsi

Page 229: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

193

pertanyaan Bukankah kau sendiri yang menciumi mulut anjing Labrador itu?

yang disusun ke dalam kalimat aktif. Cara mengekspresikan hubungan antara

kata kerja dan frasa kata benda di dalam kalimat sasaran ini berbeda dengan

kalimat sumber, yaitu dari subjek I dipadankan dengan subjek kau dan kalimat

pernyataan pasif dipadankan ke dalam kalimat pertanyaan aktif. Cara

penyampaian tersebut mungkin berbeda-beda antara Tsu dan Tsa, namun

memiliki makna dasar yang hampir sama. Secara keseluruhan penggunaan tanda

baca ini dapat ditemukan di dalam data lampiran 3e.

4.1.1.3 Kualitas Kesepadanan

Kualitas kesepadanan makna dan gaya ungkapan-ungkapan budaya

materi, istilah ekologi, gerak isyarat dan kebiasaan, budaya sosial, dan gaya

bahasa di dalam novel The Highest Tide dan terjemahannya diklasifikasikan

berdasarkan pada: 1) terjemahan hampir sempurna (THS), 2) terjemahan sangat

bagus (TSB), 3) terjemahan baik (TB), 4) terjemahan cukup (TC), dan 5)

terjemahan kurang (TK).

Terjemahan hampir sempurna (THS) adalah bahwa makna dalam bahasa

sumber diterjemahkan secara akurat ke dalam bahasa sasaran; penyampaian wajar

dan hampir tidak terasa seperti terjemahan; teks sangat jelas, tidak perlu upaya

keras untuk memahaminya; secara keseluruhan tidak ada

kesalahan/penyimpangan gaya: pilihan kata, ekspresi idiomatik, gaya bahasa,

jenis kata/struktur kata tertentu, dan tanda baca.

Page 230: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

194

Terjemahan sangat bagus (TSB) adalah makna dalam bahasa sumber

diterjemahkan secara akurat ke dalam bahasa sasaran; tidak ada terjemahan

harfiah yang kaku dan tidak terasa seperti terjemahan; teks sangat jelas dan

dengan sedikit upaya untuk memahaminya; ada satu-dua kesalahan/penyimpangan

gaya: pilihan kata, ekspresi idiomatik, gaya bahasa, jenis kata/struktur kata

tertentu, dan tanda baca.

Terjemahan baik (TB) adalah makna dalam bahasa sumber diterjemahkan

secara akurat ke dalam bahasa sasaran; ada terjemahan harfiah yang kaku namun

tidak terlalu terasa seperti terjemahan; teks jelas tetapi dengan sedikit upaya

untuk memahaminya; ada satu-dua kesalahan/penyimpangan gaya: pilihan kata,

ekspresi idiomatik, gaya bahasa, jenis kata/struktur kata tertentu, dan tanda baca.

Terjemahan cukup (TC) adalah makna dalam bahasa sumber

diterjemahkan secara akurat ke dalam bahasa sasaran; terasa sebagai terjemahan;

teks lumayan jelas namun dengan upaya yang agak keras untuk memahaminya;

ada beberapa terjemahan harfiah yang kaku, kesalahan idiom dan/tata bahasa,

penggunaan istilah yang tidak baku/umum, gaya bahasa, dan tanda baca.

Terjemahan kurang (TK) adalah makna dalam bahasa sumber tidak

diterjemahkan sama sekali ke dalam bahasa sasaran; sangat terasa sebagai

terjemahan; teks sangat kabur dan tidak jelas, dengan upaya yang susah payah

untuk memahaminya; terdapat terlalu banyak terjemahan harfiah yang kaku, dan

kekeliruan penggunaan istilah, idiom, gaya bahasa, dan tanda baca.

Page 231: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

195

4.1.1.3.1 Terjemahan Hampir Sempurna (THS)

Terjemahan hampir sempurna (THS) adalah bahwa makna dalam bahasa

sumber diterjemahkan secara akurat ke dalam bahasa sasaran; penyampaian wajar

dan hampir tidak terasa seperti terjemahan; teks sangat jelas, tidak perlu upaya

keras untuk memahaminya; secara keseluruhan tidak ada

kesalahan/penyimpangan gaya: pilihan kata, ekspresi idiomatik, gaya bahasa,

jenis kata/struktur kata tertentu, dan tanda baca.

Contoh dari terjemahan hampir sempurna ini adalah sebagai berikut:

018.HT.Chap4.Pg24/PL.Bb4.Hal39 Tsu: I’d seen it building inside her, this troubling investigation into the sequence

of events that stranded her in a tiny, stilted house with an unambitious baseball fanatic who still barhopped with his high school pals-the three Dons-and cried during Academy Awards speeches. (My mother had little use for sentimentality. Our family photo stayed in shoe boxes, and Santa, the Easter Bunny and the Tooth Fairy stopped showing up once I turned seven). Maybe, I thought, her pathetic job at the state personnel department was what disappointed her most.

Tsa: Kulihat kekesalan yang semakin menumpuk di hati Ibu, setiap kali dia

mengenang berbagai rangkaian kejadian yang mendamparkannya ke sebuah rumah kecil reyot bersama seorang penggemar bisbol tanpa ambisi, yang masih keluyuran dengan teman-teman SMU-nya-tiga bersaudara Don-dan suka menangis terharu kalau mendengarkan pidato pada malam penganugerahan Academy Awards. (Ibuku tak suka sentimental. Foto-foto keluarga kami disimpannya di kotak sepatu, dan boneka Santa, Kelinci Paskah, dan Peri Gigi sudah dibuangnya sejak aku berumur tujuh tahun). Kurasa, mungkin pekerjaannya yang memuakkan di departemen kepegawaian negara bagian adalah yang paling membuatnya kecewa.

Berdasarkan data tersebut, terjemahan di atas dikategorikan terjemahan

hampir sempurna, karena memenuhi kriteria bahwa makna dalam bahasa sumber

diterjemahkan secara akurat ke dalam bahasa sasaran, penyampaian wajar dan

hampir tidak terasa seperti terjemahan; teks sangat jelas, tidak perlu upaya keras

Page 232: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

196

untuk memahaminya; secara keseluruhan tidak ada kesalahan/penyimpangan

gaya: pilihan kata, ekspresi idiomatik, gaya bahasa, jenis kata/struktur kata

tertentu, dan/atau tanda baca. Makna kata di dalam bahasa sumber, yaitu Santa,

the Easter Bunny and the Tooth Fairy yang tergolong ke dalam nama-nama yang

sudah tentu (proper names), makna tunggal yang tidak merupakan makna umum

dan tidak menimbulkan konotasi, yang sering muncul baik di dalam cerita,

dongeng, maupun sebagai sosok legendaris (historical figure) diterjemahkan

secara akurat ke dalam bahasa sasaran boneka Santa, Kelinci Paskah, dan Peri

Gigi. Di dalam konteks bahasa sumber di atas bahwa Santa, the Easter Bunny and

the Tooth Fairy yang dimaksud adalah boneka Santa, boneka Kelinci Paskah, dan

boneka Peri Gigi yang menggambarkan sosok yang memiliki karakter sangat baik

hati kepada anak-anak. Baik Tsu maupun Tsa sangat jelas, sehingga tidak perlu

upaya keras untuk memahaminya dan disampaikan dengan wajar, yaitu dengan

menaturalisasikan Tsu ke dalam teks sasaran dan penaturalisasiannya hampir

tidak terasa seperti terjemahan. Pilihan kata yang digunakan penerjemah dalam

data di atas adalah menambahkan informasi yang tidak terdapat di dalam Tsu ke

dalam Tsa. Penerjemah menambahkan kata-kata secara lebih rinci untuk

memperjelas makna yang terkandung di dalam Tsu. Informasi yang dimaksud

adalah dengan menuliskan kata-kata tambahan yaitu bahwa Santa, the Easter

Bunny and the Tooth Fairy di dalam Tsu yang dimaksud adalah boneka Santa,

Kelinci Paskah, dan Peri Gigi. Meskipun kata-kata tambahan tersebut tidak ada di

dalam Tsa, namun kata-kata tersebut dirasa perlu untuk mempertegas arti yang di

maksud di dalam Tsu.

Page 233: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

197

Contoh lain dari terjemahan hampir sempurna adalah sebagai berikut:

076.HT.Chap19.Pg144/PL.Bb19.Hal195 Tsu: A Starburst flew out of his mouth. “You gotta be making this shit up. What

they call a pussy?” “The ‘precious gateway,’” I said, “or the ‘golden doorway.’” Phelps roared. “My lady, may I brighten your golden doorway with my wand of light?”

Tsa: Phelps tertawa keras mendengarnya. “Itu pasti karanganmu sendiri. Lalu apa

sebutan untuk vagina?” “’Gerbang yang mulia’, “ jawabku, ‘atau gerbang kencana.” Lagi-lagi tawa Phelps meledak. “Tuan putriku, bolehkah kuterangi gerbang kencanamu dengan tongkat cahayaku?”

Makna kata di dalam bahasa sumber, yaitu precious gateway dan golden

doorway diterjemahkan secara akurat ke dalam bahasa sasaran, yaitu gerbang

yang mulia dan gerbang kencana. Secara leksikal makna dari precious adalah

berharga atau bernilai, gateway adalah pintu gerbang, golden adalah keemasan,

dan doorway adalah pintu keluar masuk. Namun demikian, ekspresi kata di atas

mengandung ungkapan idiomatik yang di dalam Tsu dinyatakan dalam ungkapan

precious gateway dan dipadankan ke dalam bahasa sasaran dengan ungkapan

gerbang yang mulia atau gerbang kencana. Pemadanan ini jelas memandang

kesepadanan sebagai suatu prosedur pengalihan situasi atau konteks yang sama

dengan konteks aslinya meskipun pengalihannya menggunakan kata-kata yang

berbeda antara Tsa dengan Tsu.

Baik Tsu maupun Tsa sangat jelas, sehingga tidak perlu upaya keras untuk

memahaminya dan disampaikan dengan wajar, yaitu dengan menaturalisasikan

Tsu ke dalam teks sasaran dan penaturalisasiannya hampir tidak terasa seperti

Page 234: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

198

terjemahan. Penggunaan ekspresi idiomatik di dalam Tsa diterjemahkan dengan

sepadan dengan ekspresi idiomatik yang digunakan di dalam Tsu.

Berdasarkan contoh data di atas (data nomer 018 dan 076), semua

informan menyatakan bahwa terjemahan di atas termasuk dalam kategori

terjemahan hampir sempurna. Ketepatan terjemahan tersebut didasarkan pada

konteksnya bahwa penciptaan kesepadanan muncul dari suatu situasi, yaitu situasi

di dalam Tsu yang dicarikan solusinya atau padanannya oleh penerjemah, yang di

dalam usaha mencari padanan tersebut, penerjemah tidaklah cukup apabila hanya

mencarikan padanannya melalui kamus atau glosari saja, namun juga mencari

padanannya di dalam situasi atau konteks yang sama. Secara keseluruhan, data

terjemahan hampir sempurna dapat dilihat pada lampiran 4a.

4.1.1.3.2 Terjemahan Sangat Bagus (TSB)

Terjemahan sangat bagus (TSB) adalah makna dalam bahasa sumber

diterjemahkan secara akurat ke dalam bahasa sasaran; tidak ada terjemahan

harfiah yang kaku dan tidak terasa seperti terjemahan; teks sangat jelas dan

dengan sedikit upaya untuk memahaminya; ada satu-dua kesalahan/penyimpangan

gaya: pilihan kata, ekspresi idiomatik, gaya bahasa, jenis kata/struktur kata

tertentu, dan tanda baca.

Contoh dari terjemahan sangat bagus tersebut adalah sebagai berikut:

Page 235: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

199

007.HT.Chap1.Pg6/PL.Bb1.Hal14 Tsu: I saw hundreds, maybe thousands, assembling like tank battalions. I stepped

back and felt their shells crunch beneath my feet and the wind pop out of me. Once I steadied, I flashed my headlamp on the oyster fence that three red rock crabs were aggressively scaling. It looked like a jail break with the biggest ringleaders leading the escape.

Tsa: Kulihat ratusan, bahkan mungkin ribuan kepiting bergerombol mirip batalion

tank siap tempur. Aku melangkah mundur, dan kurasakan kulit mereka remuk terinjak kakiku, dan aku kaget bukan kepalang. Setelah hatiku tenang, kusorotkan senter di kepalaku ke arah pagar kasa; di sana ada tiga kepiting tengah memanjat dengan agresif. Ulah mereka mirip tiga gembong besar sedang memimpin pembobolan penjara.

Berdasarkan data tersebut, terjemahan di atas dikategorikan terjemahan

sangat bagus karena memenuhi kriteria bahwa makna dalam bahasa sumber

diterjemahkan secara akurat ke dalam bahasa sasaran; tidak ada terjemahan

harfiah yang kaku dan tidak terasa seperti terjemahan; teks sangat jelas dan

dengan sedikit upaya untuk memahaminya; ada satu-dua kesalahan/penyimpangan

gaya: pilihan kata, ekspresi idiomatik, gaya bahasa, jenis kata/struktur kata

tertentu, dan/atau tanda baca. Makna kata di dalam bahasa sumber, yaitu a jail

break with the biggest ringleaders leading the escape diterjemahkan secara akurat

ke dalam bahasa sasaran tiga gembong besar sedang memimpin pembobolan

penjara. Di dalam konteks bahasa sumber di atas bahwa the biggest ringleaders

yang dimaksud adalah tiga ekor kepiting yang memanjat pagar dengan agresif.

Baik Tsu maupun Tsa sangat jelas, sehingga tidak perlu upaya keras untuk

memahaminya dan disampaikan dengan wajar dan hampir tidak terasa seperti

terjemahan. Namun demikian, di dalam penggunaan gaya terdapat penyimpangan

dalam pilihan kata bahwa di dalam Tsu the biggest ringleaders lebih baik

Page 236: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

200

seandainya dipadankan dengan pemimpin gerombolan terbesar daripada gembong

besar di dalam Tsa, meskipun sebenarnya pilihan kata tersebut tidak mengubah

maknanya.

Contoh lain dari terjemahan sangat bagus adalah sebagai berikut:

105.HT.Chap27.Pg211/PL.Bb27.Hal278 Tsu: The closer we inched to the BioBlitz the more it looked like some confusing

festival assembling on Spencer Spit. On the south side, more than fifty people squatted near Hal’s cabin in dirty tents, and RVs with bug-splattered windshields. Meanwhile, Blue Moon Outfitters strung huge bright tents and canopies on the north side in meadows soon overrun by new strangers wearing sensible shoes, clean jeans and handy vests crammed with gauges, vials and pocket guides.

Tsa: Dari hari ke hari, persiapan menyambut acara BioBlitz itu makin mirip

dengan festival yang kacau di seputar Spencer Spit. Di sisi selatan, lebih dari lima puluh orang berdesak-desakan di dekat pondok Hal Haleluya dalam tenda kotor, mobil, dan mobil van yang kaca depannya dipenuhi bangkai kutu dan ngengat. Sementara itu perusahaan Blue Moon Outfitters memasang tenda-tenda dan kanopi berwarna cerah di padang rumput sebelah utara yang segera diserbu oleh orang-orang asing bersepatu kets, memakai jeans bersih, dan rompi yang dipenuhi alat-alat pengukur, botol plastik, dan buku panduan.

Makna kata di dalam bahasa sumber, yaitu Blue Moon Outfitters

diterjemahkan secara akurat ke dalam bahasa sasaran, yaitu perusahaan Blue

Moon Outfitters. Penerjemah menggunakan pilihan kata dengan cara

menambahkan informasi, yaitu memasukkan informasi yang tidak ada dalam Tsu

ke dalam Tsa. Informasi yang ditambahkan berupa informasi teknis. Penambahan

informasi tersebut merujuk pada penambahan isi dan bukan penyelarasan struktur

untuk menghasilkan terjemahan yang gramatikal. Tujuan penambahan informasi

ini adalah untuk menghasilkan terjemahan yang lebih baik. Baik Tsu maupun Tsa

sangat jelas, sehingga tidak perlu upaya keras untuk memahaminya dan

Page 237: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

201

disampaikan dengan wajar dan hampir tidak terasa seperti terjemahan.

Penggunaan pilihan kata di dalam Tsa diterjemahkan dengan sepadan dengan

pilihan kata yang digunakan di dalam Tsu.

Namun demikian, di dalam penggunaan gaya terdapat penyimpangan

dalam pilihan kata bahwa di dalam Tsu outfitters lebih baik seandainya

dipadankan dengan para penjual pakaian eceran di dalam Tsa. Pemadanan ini

jelas memandang kesepadanan sebagai suatu prosedur pengalihan situasi atau

konteks yang sama dengan konteks aslinya meskipun pengalihannya

menggunakan kata-kata yang berbeda antara Tsa dengan Tsu.

Berdasarkan contoh data di atas, untuk data nomer 007 satu informan

menyatakan bahwa terjemahan tersebut masuk dalam kategori terjemahan sangat

bagus dan satu informan menyatakan bahwa tersebut tergolong terjemahan baik.

Sementara untuk data nomer 105, satu informan menyatakan bahwa terjemahan

tersebut termasuk dalam kategori terjemahan sangat bagus dan satu informan

menyatakan bahwa terjemahan di atas termasuk dalam kategori terjemahan cukup.

Secara keseluruhan, data terjemahan sangat bagus dapat dilihat pada lampiran 4b.

4.1.1.3.3 Terjemahan Baik (TB)

Terjemahan baik (TB) adalah makna dalam bahasa sumber diterjemahkan

secara akurat ke dalam bahasa sasaran; ada terjemahan harfiah yang kaku namun

tidak terlalu terasa seperti terjemahan; teks jelas tetapi dengan sedikit upaya

untuk memahaminya; ada satu-dua kesalahan/penyimpangan gaya: pilihan kata,

Page 238: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

202

ekspresi idiomatik, gaya bahasa, jenis kata/struktur kata tertentu, dan tanda baca.

Contoh dari terjemahan baik ini adalah sebagai berikut:

082.HT.Chap21.Pg158/PL.Bb21.Hal211 Tsu: Carolyn led me into another room and then through a passage with a fake

waterfall and some smelly hyacinths into a curved auditorium with a half-bowl of sloped theater seating. People were straightening a stage and double-checking microphones, testing, testing, testing. Meanwhile, that same endless stargazing song played on. I saw a whole lot of whispering, eye-swiveling and those pleasant zombie smile that the jellyfish rescuers had bombarded me with on the flats.

Tsa: Carolyn membawaku ke ruangan lain, melewati air terjun buatan dan

beberapa bunga bakung yang baunya menusuk hidung, menuju sebuah auditorium dengan kursi-kursi yang dijajarkan bertingkat-tingkat membentuk setengah lingkaran seperti gedung teater. Orang-orang di sana sedang meluruskan panggung dan memeriksa perangkat pengeras suara: testing, testing, testing. Sementara itu musik pengiring penggemar teropong bintang tadi masih terus mengalun tanpa henti. Kerumunan orang itu berbisik-bisik, lalu puluhan pasang mata lainnya melirik ke arahku, dan lagi-lagi kulihat senyuman mirip zombie yang pernah kulihat dari anggota pemujaan yang mengikutiku melempar ubur-ubur ke air dalam di hamparan lumpur teluk beberapa hari yang lalu.

Berdasarkan data tersebut, terjemahan di atas dikategorikan terjemahan

baik karena memenuhi kriteria bahwa makna dalam bahasa sumber diterjemahkan

secara akurat ke dalam bahasa sasaran; ada terjemahan harfiah yang kaku namun

tidak terlalu terasa seperti terjemahan; teks jelas tetapi dengan sedikit upaya

untuk memahaminya; ada satu-dua kesalahan/penyimpangan gaya: pilihan kata,

ekspresi idiomatik, gaya bahasa, jenis kata/struktur kata tertentu, dan/atau tanda

baca.

Makna kata di dalam bahasa sumber, yaitu zombie smile diterjemahkan

secara akurat ke dalam bahasa sasaran senyuman mirip zombie. Dalam berbagai

Page 239: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

203

karya fiksi, makna zombie atau zombi ini biasanya digambarkan sebagai sosok

mayat membusuk dengan kecerdasan rendah dan berjalan terseok-seok, namun

punya selera makan daging manusia. Pada beberapa kasus, zombie lebih

mengincar bagian otak manusia untuk disantap. Secara literal, makna zombie ini

lebih mirip dengan vampir atau mayat hidup dalam konteks Indonesia. Zombie,

vampir, dan juga mayat hidup, di dalam cerita fiksi sama-sama bisa menular ke

orang sehat lewat gigitan atau cakaran. Korban serangan zombie biasanya

langsung tewas dan berubah menjadi zombie. Zombie bisa dibunuh dengan

memotong bagian kepala atau menghancurkan otak zombie. Pada beberapa kasus,

seluruh bagian tubuh zombie harus dihancurkan kalau tidak mau bagian tubuh

zombie yang sudah putus bergerak-gerak terus. Seperti layaknya kisah horor lain,

cerita zombie tidak berakhir happy ending dan selalu ada saja zombie yang masih

tersisa.

Di dalam konteks bahasa sumber di atas bahwa zombie smile yang

dimaksud adalah senyuman hampa atau tanpa harapan yang diibaratkan mirip

dengan zombie, yaitu mayat hidup yang pucat dan tanpa ekspresi, yang berasal

dari kerumunan orang-orang yang bekerja di auditorium. Penerjemahan harfiah

dari Tsu zombie smile ke dalam Tsa senyuman mirip zombie terasa kaku namun

tidak terlalu terasa seperti terjemahan. Hal ini karena makna zombie di dalam Tsu

tetap dipertahankan dan tidak disesuaikan dengan makna yang ada di dalam Tsa.

Kemungkinan hal ini dilakukan oleh penerjemah untuk memenuhi unsur

kewajaran dalam terjemahannya. Teks jelas, tetapi dengan sedikit upaya untuk

memahaminya. Namun demikian, di dalam penggunaan gaya terdapat

Page 240: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

204

penyimpangan dalam pilihan kata bahwa di dalam Tsu zombie smile lebih baik

seandainya dipadankan dan disesuaikan dengan konteks bahasa sasaran, yaitu

senyuman mayat hidup, meskipun sebenarnya pilihan kata tersebut tidak

mengubah maknanya.

Contoh lain dari terjemahan baik adalah sebagai berikut:

060.HT.Chap16.Pg117/PL.Bb16.Hal161 Tsu: She was in her chair, head tilted back, a washcloth and a bag of ice in her

lap. She looked alarmed to see us, as if we’d come to kidnap her. She also didn’t look like herself as aresult of her nose being twice as large as normal. “Florence!” the judge cried. “You hurt yourself!” She shook her head, her eyes reflecting so many lights they looked like kaleidoscopes.“No, Norman, I didn’t hurt myself, but I’m considering filing charges against Mother Earth.”

Tsa: Florence masih duduk di kursinya, kepalanya mendongak, sambil memegang

handuk dan sekantong es di pangkuannya. Dia sangat cemas melihat kedatangan kami, seolah-olah kami ke sana untuk menculiknya. Wajahnya juga agak berubah karena hidungnya bengkak dan tampak dua kali lebih besar. “Florence!” teriak Hakim Stegner. “Kau menyakiti dirimu sendiri!” Dia menggeleng dan kedua matanya berkilat-kilat memantulkan cahaya dari segala arah, mirip cermin kaledioskop.“Tidak, Norman, aku tak ‘menyakiti diriku sendiri,” tapi aku berniat akan menuntut Bumi.”

Makna kata di dalam bahasa sumber, yaitu Mother Earth diterjemahkan

secara akurat ke dalam bahasa sasaran, yaitu Bumi. Penerjemah menggunakan

pilihan kata dengan cara pengurangan informasi. Pengurangan atau penghilangan

informasi ini merujuk pada penghilangan isi di dalam Tsa dan bukan penyelarasan

struktur untuk menghasilkan terjemahan yang gramatikal. Tujuan dari

pengurangan atau penghilangan informasi ini adalah untuk menghasilkan

terjemahan yang lebih baik. Penghilangan informasi di atas tampak terasa kaku

namun tidak terlalu terasa seperti terjemahan. Lebih lanjut, di dalam penggunaan

Page 241: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

205

gaya terdapat penyimpangan dalam pilihan kata bahwa di dalam Tsu Mother

Earth lebih baik seandainya dipadankan secara sejajar yaitu Ibu Pertiwi di dalam

Tsa. Pemadanan ini memandang kesepadanan sebagai suatu prosedur pengalihan

situasi atau konteks yang sama dengan konteks aslinya dan pengalihannya

menggunakan kata-kata yang sejajar antara Tsa dengan Tsu.

Berdasarkan contoh data di atas, untuk data nomer 082 satu informan

menyatakan bahwa terjemahan tersebut termasuk dalam kategori terjemahan baik

dan satu informan menyatakan bahwa terjemahan tersebut masuk dalam kategori

terjemahan sangat bagus. Sementara untuk data nomer 060, satu informan

menyatakan bahwa terjemahan tersebut termasuk dalam kategori terjemahan

sangat bagus dan satu informan menyatakan bahwa terjemahan di atas termasuk

dalam kategori terjemahan baik. Secara keseluruhan, data terjemahan baik dapat

dilihat pada lampiran 4c.

4.1.1.3.4 Terjemahan Cukup (TC)

Terjemahan cukup (TC) adalah makna dalam bahasa sumber

diterjemahkan secara akurat ke dalam bahasa sasaran; terasa sebagai terjemahan;

teks lumayan jelas namun dengan upaya yang agak keras untuk memahaminya;

ada beberapa terjemahan harfiah yang kaku, kesalahan idiom dan/tata bahasa,

penggunaan istilah yang tidak baku/umum, gaya bahasa, dan tanda baca.

Contoh dari terjemahan cukup ini adalah sebagai berikut:

Page 242: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

206

015.HT.Chap4.Pg21/PL.Bb4.Hal35 Tsu: I’d never seen anyone I knew on television other than Judge Stegner, so I

was surprised by how little Professor Kramer resembled himself. He looked pale, almost criminal, his collar askew, his hair reckless. Then the camera panned to some kid who came up to the professor’s bicep and looked a whole lot like me, staring at the squid, orange hair flattering, the high camera angle reducing me to one of Charlie Brown’s big-headed side-kicks. Suddenly my peeling nose was bigger than life in front of me.I looked into the camera the way a baby does, as if I didn’t realize it was really on me, which was the truth.

Tsa: Selain Hakim Stegner, aku belum pernah melihat orang-orang yang kukenal

dekat muncul di layar televisi. Itulah mengapa aku begitu kaget melihat Profesor Kramer yang sama sekali tidak mirip dengan aslinya. Di televisi dia terlihat pucat, hampir mirip penjahat, kerah bajunya miring sebelah dan rambut jabriknya makin awut-awutan. Lalu sorot kamera dialihkan pada seorang anak yang tingginya tak lebih dari lengan Profesor Kramer, yang tampangnya sangat mirip diriku, dengan mata tak berkedip menatap bangkai cumi-cumi itu, dan rambutnya yang kemerahan tertiup angin, lalu kamera tinggi itu membuatku semakin cebol dan mirip dengan salah satu tokoh antek Charlie Brown yang berkepala besar. Tiba-tiba kulihat sendiri di hadapanku kulit hidungku yang terus mengelupas. Aku memandang ke kamera dengan tatapan mata bayi yang polos, seakan tak sadar bahwa semua kamera benar-benar terarah pada diriku.

Berdasarkan data tersebut, terjemahan di atas dikategorikan terjemahan

cukup karena memenuhi kriteria bahwa makna dalam bahasa sumber

diterjemahkan secara akurat ke dalam bahasa sasaran; terasa sebagai terjemahan;

teks lumayan jelas namun dengan upaya yang agak keras untuk memahaminya;

ada beberapa terjemahan harfiah yang kaku, kesalahan idiom dan/tata bahasa,

penggunaan istilah yang tidak baku/umum, gaya bahasa, dan/atau tanda baca.

Makna kata di dalam bahasa sumber, yaitu my peeling nose was bigger

than life in front of me diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran kulihat sendiri di

hadapanku kulit hidungku yang terus mengelupas. Di dalam konteks bahasa

sumber di atas bahwa makna my peeling nose was bigger than life in front of me

Page 243: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

207

yang dimaksud adalah ungkapan rasa terkejut atau tidak percaya atas apa yang

telah dilihat oleh Miles O Malley hingga tanpa sadar dia sampai terbengong-

bengong seperti anak kecil yang lugu, dalam hal ini adalah tidak percaya kalau

semua sorot kamera sedang tertuju padanya dan ini menjadi hal yang luar biasa

karena selama hidupnya dia belum pernah melihat orang-orang terdekatnya di

sorot kamera televisi, apalagi dirinya yang sedang menjadi pusat perhatian.

Ketidakpercayaannya tersebut seolah-olah seperti hidungnya yang mengelupas

membesar melebihi apa yang sedang terjadi di dalam televisi yang sedang dia

lihat.

Secara harfiah penerjemahan dari Tsu my peeling nose was bigger than

life in front of me ke dalam Tsa kulihat sendiri di hadapanku kulit hidungku yang

terus mengelupas terasa kaku dan terasa sebagai suatu terjemahan. Hal ini karena

makna di dalam Tsu diterjemahkan apa adanya dan tidak disesuaikan dengan

makna yang ada di dalam Tsa. Teks lumayan jelas, namun dengan upaya yang

agak keras untuk memahaminya. Hal ini karena di dalam Tsu tersebut

mengandung makna implisit yang tersirat di dalam teks. Selain itu, di dalam

penggunaan gaya terdapat penyimpangan dalam penggunaan ekspresi idiom

bahwa di dalam Tsu my peeling nose was bigger than life in front of me lebih baik

seandainya dipadankan dan disesuaikan dengan konteks bahasa sasaran, yaitu aku

seperti tidak percaya dengan apa yang aku lihat sekarang ini.

Contoh lain dari terjemahan cukup adalah sebagai berikut:

Page 244: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

208

033.HT.Chap10.Pg63/PL.Bb10.Hal88 Tsu: A reporter called the next day to ask if she could talk to me about the

unusual fish that had been hauled away that morning to the same university lab where Professor kramer and other scientists were still examining that dang squid. When I opened the door, a tall angular lady with a camera strapped diagonally between her breasts looked down and asked me if Miles O’Malley was home. She couldn’t hide her delight when I told her she was looking at him. It fell out in a half-laugh. “You were the one who found the ratfish?” “Ragfish.” “You also found that giant squid?” “Uh-huh.”

Tsa: Keesokan harinya ada telepon dari reporter yang ingin menanyaiku perihal

ikan aneh yang pagi itu diangkut ke universitas tempat Profesor Kramer dan ilmuwan-ilmuwan lainnya masih memeriksa bangkai cumi malang itu. Ketika pintu kubuka, seorang perempuan bertubuh jangkung dengan kamera tergantung tepat di sela-sela tonjolan payudaranya memandang padaku seraya menanyakan apakah Miles O’Malley ada di rumah. Dia sangat senang ketika tahu akulah orang yang dicarinya. Sambil tertawa-tawa dia membuka percakapan. “Jadi, kau yang menemukan ikan ratfish itu?” “Ragfish.” “Kau juga yang menemukan cumi-cumi raksasa itu?” “He-eh.”

Makna kata di dalam bahasa sumber, yaitu It fell out in a half-laugh

diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran menjadi Sambil tertawa-tawa dia

membuka percakapan. Penerjemah menggunakan pilihan kata dengan cara

menambahkan informasi ke dalam Tsa. Penerjemah menambahkan kata-kata

secara lebih rinci untuk memperjelas makna yang terkandung di dalam Tsu.

Meskipun kata-kata tambahan tersebut tidak ada di dalam Tsa, namun kata-kata

tersebut dirasa perlu untuk mempertegas arti yang di maksud di dalam Tsu.

Namun demikian, di dalam penggunaan gaya terjemahan tersebut terdapat

penyimpangan dalam pilihan kata. Di dalam Tsu di atas, yang dimaksud dengan a

Page 245: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

209

half-laugh sebenarnya memiliki konteks bahwa ada sesuatu yang sangat lucu,

sehingga menjadi bahan tertawaan, atau dengan kata lain frasa a half-laugh

tersebut merupakan istilah atau ungkapan sarkasme yang digunakan karena ada

kejadian, peristiwa, atau sesuatu yang menggelikan. Sesuatu yang lucu tersebut

adalah pada saat sang reporter yang bertubuh jangkung menanyakan kepada orang

di depannya dan tidak menyangka kalau orang yang dicari tersebut adalah

bertubuh pendek dan masih anak-anak. Kalimat It felt out in a half-laugh tersebut

lebih baik seandainya dipadankan dengan Ini/hal ini menggelikan di dalam Tsa.

Pemadanan ini memandang kesepadanan sebagai suatu prosedur pengalihan

situasi atau konteks yang sama dengan konteks aslinya dan pengalihannya

menggunakan kata-kata yang sepadan antara Tsa dengan Tsu.

Berdasarkan contoh data di atas, untuk data nomer 015 satu informan

menyatakan bahwa terjemahan tersebut termasuk dalam kategori terjemahan

cukup dan satu informan menyatakan bahwa terjemahan tersebut masuk dalam

kategori terjemahan kurang. Sementara untuk data nomer 033, satu informan

menyatakan bahwa terjemahan tersebut termasuk dalam kategori terjemahan

cukup dan satu informan menyatakan bahwa terjemahan di atas termasuk dalam

kategori terjemahan kurang. Secara keseluruhan, data terjemahan cukup dapat

dilihat pada lampiran 4d.

Page 246: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

210

4.1.1.3.5 Terjemahan Kurang (TK)

Terjemahan kurang (TK) adalah makna dalam bahasa sumber tidak

diterjemahkan sama sekali ke dalam bahasa sasaran; sangat terasa sebagai

terjemahan; teks sangat kabur dan tidak jelas, dengan upaya yang susah payah

untuk memahaminya; terdapat terlalu banyak terjemahan harfiah yang kaku, dan

kekeliruan penggunaan istilah, idiom, gaya bahasa, dan tanda baca.

Contoh dari terjemahan kurang ini adalah sebagai berikut:

113.HT.Chap29.Pg233/PL.Bb29.Hal305 Tsu: As we rolled toward the bridge, we saw a tall, bearded man practicing slow-

motion karate, and behind him a pretty lady selling “self-opening miracle umbrellas” and telling everyone that it was less than an hour to high tide, which reminded me of the local oddity that theh tide peaked eighteen minutes later in Skoomkumchuck Bay than it did downtown.

Tsa: Ketika kami meluncur menuju jembatan, kami lihat seorang lelaki jangkung

berjenggot sedang melakukan gerakan wu-shu, dan di belakangnya seorang ibu sedang menjajakan “payung ajaib yang bisa membuka sendiri” sambil mengingatkan semua orang bahwa air pasang tertinggi akan datang kurang dari sejam lagi, dan itu mengingatkanku pada sebuah keanehan, di mana air pasang itu menerjang Teluk Skookumchuck delapan belas menit lebih lambat dari yang terjadi di kota.

Berdasarkan data tersebut, terjemahan di atas dikategorikan terjemahan

kurang karena memenuhi kriteria bahwa makna dalam bahasa sumber tidak

diterjemahkan sama sekali ke dalam bahasa sasaran; sangat terasa sebagai

terjemahan; teks sangat kabur dan tidak jelas, dengan upaya yang susah payah

untuk memahaminya; terdapat terlalu banyak terjemahan harfiah yang kaku, dan

kekeliruan penggunaan istilah, idiom, gaya bahasa, dan tanda baca.

Makna kata di dalam bahasa sumber, yaitu slow-motion karate

diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran gerakan wushu. Di dalam konteks bahasa

Page 247: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

211

sumber di atas bahwa makna slow-motion karate yang dimaksud adalah karate

dengan gerakan lambat. Secara harfiah penerjemahan dari Tsu slow-motion karate

ke dalam Tsa gerakan wushu tidak tepat, tidak jelas, terasa kaku dan terasa

sebagai suatu terjemahan. Hal ini karena makna di dalam Tsu diterjemahkan apa

adanya dan tidak disesuaikan dengan makna sebenarnya berdasarkan konteks dan

konsep yang jelas. Makna karate di dalam Tsu berbeda maknanya dengan kata

wushu di dalam Tsa. Karate, secara etimologis berarti kosong (kara) dan tangan

(te). Kata kosong berarti teknik beladiri dengan tidak memerlukan senjata, hanya

menggunakan anggota badan seperti tangan dan kaki sebagai pengganti senjata.

Jadi, karate bermakna teknik atau aliran beladiri yang dibentuk oleh dua karakter

yaitu tangan dan tidak menggunakan senjata, atau dengan kata lain seni beladiri

tangan kosong atau seni beladiri tanpa senjata. Wushu, merupakan olahraga atau

seni beladiri yang lebih umum dikenal dengan sebutan kungfu. Pengertian wushu

bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia memiliki arti perang (Wu) dan seni

(Shu). Secara etimologis wushu bisa diartikan sebagai seni berperang/bertempur.

Dalam wushu kegiatan yang dilakukan adalah melatih kemampuan fisik yang

meliputi koordinasi sempurna antara kelenturan, kekuatan, kelincahan, serta irama

gerak dan menggunakan berbagai jenis senjata misalnya golok, pedang, tongkat,

toya, dan sebagainya. Wushu adalah seni berperang dan bukan suatu aliran seperti

misalnya Karate, Aikido, Jiujitsu, Ninjitsu, Kendo, Judo, dan lain-lain. Jadi,

semua seni beladiri atau seni bertarung alias berperang disebut wushu.

Selain itu, di dalam penggunaan gaya terdapat penyimpangan dalam

penggunaan istilah bahwa di dalam Tsu slow-motion karate lebih baik seandainya

Page 248: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

212

dipadankan dan disesuaikan dengan konteks bahasa sasaran, yaitu karate dengan

gerak lambat.

Contoh lain dari terjemahan kurang adalah sebagai berikut:

087.HT.Chap24.Pg187/PL.Bb24.Hal249 Tsu: Florence and Yvonne treated my breathless question like a punch line.

After she stopped laughing, Florence assured me that auras can’t be photographed and that nobody’s was as prominent as my golden halo in the newspaper. Plus, the color was way off, a bright sunshiny gold, instead of my soft yellow.

Tsa: Florence dan Yvonne menanggapi pertanyaanku yang bertubi-tubi dengan

sangat serius. Setelah tawanya reda, Florence berusaha menegaskan bahwa aura tak mungkin bisa difoto, dan mustahil ada orang punya aura begitu mencolok seperti fotoku di koran itu. Apalagi, menurutnya, aura di fotoku itu warnanya salah, kuning keemasan, bukannya kuning lembut.

Makna kata di dalam bahasa sumber, yaitu like a punch line diterjemahkan

ke dalam bahasa sasaran menjadi dengan sangat serius. Secara harfiah

penerjemahan dari Tsu like a punch line ke dalam Tsa dengan sangat serius tidak

tepat. Hal ini karena makna di dalam Tsu diterjemahkan tidak disesuaikan dengan

makna sebenarnya berdasarkan konteks dan konsep yang jelas.

Di dalam Tsu di atas, yang dimaksud dengan like a punch line adalah

suatu ungkapan kata-kata atau kalimat yang dimaksudkan untuk melucu dan

memancing atau membangkitkan tawa bagi yang mendengarnya. Ungkapan a

punch line ini biasanya berasal dari humor-humor yang tak diduga-duga. Frasa a

punch line tersebut lebih baik seandainya dipadankan dengan sambil guyon di

dalam Tsa. Pemadanan ini memandang kesepadanan sebagai suatu prosedur

Page 249: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

213

pengalihan situasi atau konteks yang sama dengan konteks aslinya dan

pengalihannya menggunakan kata-kata yang sepadan antara Tsa dengan Tsu.

Berdasarkan contoh data di atas, untuk data nomer 113 satu informan

menyatakan bahwa terjemahan tersebut termasuk dalam kategori terjemahan

cukup dan satu informan menyatakan bahwa terjemahan tersebut masuk dalam

kategori terjemahan kurang. Sementara untuk data nomer 087, satu informan

menyatakan bahwa terjemahan tersebut termasuk dalam kategori terjemahan

cukup dan satu informan menyatakan bahwa terjemahan di atas termasuk dalam

kategori terjemahan kurang. Secara keseluruhan, data terjemahan kurang dapat

dilihat pada lampiran 4e.

4.1.2 Deskripsi mengenai Penerjemah Deskripsi mengenai penerjemah dipaparkan tentang: latar belakang

penerjemah, langkah-langkah penerjemah dalam menerjemahkan novel HT , dan

strategi penerjemah dalam menerjemahkan hal-hal yang khas dalam novel HT.

4.1.2.1 Latar Belakang Penerjemah

Penerjemah novel The Highest Tide ke dalam novel bahasa Indonesia

Pasang Laut, Arif Subiyanto, lahir di Salatiga pada tanggal 8 Januari 1966.

Penerjemah merupakan alumnus jurusan sastra Inggris dengan konsentrasi

penerjemahan pada salah satu perguruan tinggi negeri di Sala, yaitu Universitas

Negeri Sebelas Maret.

Page 250: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

214

Penerjemah adalah seorang pengajar di perguruan tinggi negeri di Malang,

yaitu sebagai dosen negeri di Jurusan Sastra Inggris, Fakultas Sastra, Universitas

Negeri Malang. Penerjemah mulai mengajar di perguruan tinggi tersebut tahun

1995. Pada bulan Juni 1999, Penerjemah melanjutkan studi pada Faculty of Arts,

The University of Queensland, St. Lucia, Brisbane, Australia dan mendapatkan

gelar MA in Applied Linguistics bidang studi Second Language Research and

Teaching pada bulan Juni 2001.

Untuk lebih meningkatkan dan untuk mengukur kemampuan bahasa

Inggris, Penerjemah mengikuti tes TOEFL dan tes IELTS. Tes TOEFL

dilakukan pada tanggal 12 Maret 2005 dengan nilai yang diperoleh 623, dan tes

IELTS dilakukan pada tanggal 18 maret 2008 dengan nilai yang diperoleh 7,5.

Beberapa mata kuliah yang diampu oleh penerjemah sejak tahun 1995

adalah mata kuliah English grammar 1,2,3; writing 1,2; speaking 1,2,3;

introduction to literature; English drama; English prose 1,2; extensive reading;

poetry 1,2; translation 1 and 2, translation and interpretation, fieldwork in

translation; literary and specialized translation (technical and legal translation);

English education for young learners; English education for elementary school

teachers; discourse analysis; TOEFL preparation; English for specific purpose;

dan pembimbing skripsi tentang berbagai masalah-masalah sastra dan

penerjemahan (sejak 2002 sampai sekarang).

Beberapa judul skripsi hasil bimbingan penerjemah adalah: An Analysis of

George Bernard Shaw’s Criticism on Victorian Morality in Pygmalion (2002);

Page 251: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

215

Aspects of Romanticism in D.H. Lawrence’s Women in Love (2002); An Analysis

of Robert Frost’s Selected (2002); Translation Error Analysis of the Indonesian

Subtitle of the Movie A Few Good Men on VCD (2003); The Will to Freedom as a

Dominant Motif in the Symbolism of James Joyce’s Novel A Portrait of the Artist

as A Young Man: A Genetic-Structuralist Approach (2004); Existentialist

Humanity in Albert Camus‘ The Outsider (2005); Feminist Interpretation of Jane

Austen’s (2006); Chicken Run the Movies: The Representational Exploitation

Behind (2008); Pond’s Advertisement and Women Exploitation (2008); dan

Lyra’s World and Citagezze: A Parallel Universe in His Dark Material Trilogy

(2008).

Di samping berkarir sebagai seorang pengajar, beliau juga berprofesi

sebagai seorang penerjemah profesional. Pengalaman sebagai seorang penerjemah

profesional dimulai pada bulan Juni 1994 sebagai penerjemah paruh waktu untuk

divisi fiksi, PT. Penerbit Erlangga di Jakarta. Pada bulan Februari 2002 sampai

sekarang sebagai konsultan bahasa dan penerjemah paruh waktu untuk

International IDEA (Institute for Democracy and Electoral Assistance),

Stromsborg S-103 34, Stockholm, Sweden (http://www.idea.int) dan sejak maret

2003 sampai sekarang sebagai penerjemah paruh waktu untuk Ecole Française

d’Extreme-Orient, 22 Avenue du President Wilson, 75116 Paris, France. Pada

bulan juli 2006 sampai sekarang sebagai penerjemah paruh waktu untuk Ufuk

Publishing House, Jakarta, Indonesia, dan mulai desember 2006 sampai sekarang

sebagai penerjemah fiksi untuk PT. Gramedia Pustaka Utama.

Page 252: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

216

Sebagai penerjemah profesional selama lebih kurang 15 tahun (1994-

2009), penerjemah telah menerjemahkan berbagai karya terjemahan baik dalam

bentuk buku maupun artikel, baik berupa terjemahan karya sastra novel maupun

karya terjemahan bunga rampai (psikologi populer, motivasi, politik dan gender,

pemasaran dan manajemen, animasi komputer dan manual, produksi film dan

editing, dan sebagainya). Beberapa daftar terjemahan yang telah dilakukan oleh

penerjemah dan diterbitkan di Indonesia adalah:

A. Karya Terjemahan Sastra

a) Novel Cries in the Night karya Rodney Stone, diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia dan diterbitkan oleh PT. Penerbit Erlangga-Jakarta, Indonesia pada

tahun1994;

b) Novel Death and Life of Superman karya Roger Stern, diterjemahkan ke dalam

bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh PT. Penerbit Erlangga-Jakarta, Indonesia

1994;

c) Novel Striptease karya Carl Hiaasen, diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia

dan diterbitkan oleh PT. Penerbit Erlangga-Jakarta, Indonesia pada tahun1995;

d) Novel grafik Superman: Secret Identity karya Stuart Immonent & Kurt Busiek,

D.C. Comics, diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh

Gramedia Pustaka Utama-Jakarta, Indonesia pada tahun 2006;

Page 253: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

217

e) Novel grafik Gotham Central 2: Half a Life karya Greg Rucka & Michael

Lark, D.C Comics, diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan

oleh Gramedia Pustaka Utama-Jakarta, Indonesia pada tahun 2006;

f) Novel grafik Gotham Central 1: In the Line of Duty karya Greg Rucka &

Michael Lark, D.C Comics, diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan

diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama-Jakarta, Indonesia pada tahun 2006;

g) Novel grafik Y: the Last Man-Girl on Girl karya Brian K. Vaughan, Pia Guerra

& Joze Marzan, Jr, diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan

oleh Gramedia Pustaka Utama-Jakarta, Indonesia pada tahun 2006;

h) Novel grafik Y: the Last Man-Ring of Truth karya Brian K. Vaughan, Pia

Guerra & Joze Marzan, Jr, diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan

diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama-Jakarta, Indonesia pada tahun 2006;

i) Novel grafik Y: the Last Man-Safeworld karya Brian K. Vaughan, Pia Guerra &

Joze Marzan, Jr, diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh

Gramedia Pustaka Utama-Jakarta, Indonesia pada tahun 2006;

j) Novel grafik Y: the Last Man-One Small Step karya Brian K. Vaughan, Pia

Guerra & Joze Marzan, Jr, diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan

diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama-Jakarta, Indonesia pada tahun 2006;

k) Novel grafik Y: the Last Man-Cycles karya Brian K. Vaughan, Pia Guerra &

Joze Marzan, Jr, diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh

Gramedia Pustaka Utama-Jakarta, Indonesia pada tahun 2006;

Page 254: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

218

l) Novel grafik Y: the Last Man-Unmanned karya Brian K. Vaughan, Pia Guerra

& Joze Marzan, Jr, diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan

oleh Gramedia Pustaka Utama-Jakarta, Indonesia pada tahun 2006;

m) Novel Resurrection karya Tucker Malarkey, diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia dan diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama-Jakarta, Indonesia

pada tahun 2006;

n) Novel The Highest Tide karya Jim Linch, diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia dan diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama-Jakarta, Indonesia

pada tahun 2007;

o) Novel State of Fear karya Michael Crichton, diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia dan diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama-Jakarta, Indonesia

pada tahun 2008;

p) Novel Eleven Minutes karya Paolo Coelho, diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia dan diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama-Jakarta, Indonesia

pada tahun 2008;

q) Novel American Gods karya Neil Gaiman, diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia dan diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama-Jakarta, Indonesia

pada tahun 2008; dan

r) Novel Two Women karya Martina Cole, diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia dan diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama-Jakarta, Indonesia

pada tahun 2008.

Page 255: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

219

Selain itu, penerjemah juga menerjemahkan karya sastra ke dalam bahasa

Inggris yaitu “Gajah Mada” Pentalogy by Langit Kresna Hariadi (Gajah Mada;

Gajah Mada-Bergelut dalam Kemelut Takhta dan Angkara; Gajah Mada-Hamukti

Palapa; Gajah Mada-Perang Bubat; Gajah Mada-Hamukti Moksa) dan diterbitkan

oleh Tiga Serangkai-Solo, Indonesia pada tahun 2008.

B. Karya Terjemahan non-Sastra

a) Buku Test Your Lateral Thinking IQ karya Eric Sloane, diterbitkan oleh PT.

Penerbit Erlangga pada tahun 1995;

b) Buku Lateral Thinking Puzzle karya Eric Sloane, diterbitkan oleh PT. Penerbit

Erlangga pada tahun 1995;

c) Buku Larger than Life: Marlon Brando’s Biography, diterbitkan oleh PT.

Penerbit Erlangga pada tahun 1996;

d) Handbook International IDEA serie 4, Democracy at the Local Level,

diterbitkan oleh International IDEA Stockholm pada tahun 2002;

e) Handbook International IDEA (versi regional), Women in Parliement: Beyond

Number, diterbitkan oleh International IDEA Stockholm pada tahun 2002;

f) Handbook International IDEA, Gender Strategic Policy Advocacy Manual,

CLD, Manila, the Philippines, diterbitkan oleh International IDEA Stockholm

pada tahun 2004;

Page 256: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

220

g) Buku the Complete Idiot’s Guide to Direct Marketing karya Robert W. Bly,

Alpha-Pearson Education Company, diterbitkan oleh Prenada Media Group-

Jakarta pada tahun 2005;

h) Buku the Complete Idiot’e Guide to Human Resource Management karya

Arthur R. Pell, Ph.D, Alpha-Pearson Education Company, diterbitkan oleh

Prenada Media Group-Jakarta pada tahun 2005;

i) Buku the Book of Absolute Beauty karya Shahnaz Hussain, diterbitkan oleh

Shahnaz Hussain Group of Companies-Jakarta pada tahun 2005.

j) Buku Character Animation in 3D karya Steve Roberts, Focal Press-ELSEVIER,

diterbitkan oleh Bayumedia Publishing-Malang pada tahun 2006;

k) Buku Timing for Animation karya Harold Whitaker & John Halas, Focal Press-

ELSEVIER, diterbitkan oleh Bayumedia Publishing-Malang pada tahun 2006;

l) Buku A Guide to Computer Animation for TV, Games, Multimedia and Web

karya Marcia Kupenberg, Focal Press-ELSEVIER, diterbitkan oleh

Bayumedia Publishing-Malang pada tahun 2006;

m) Buku How to Maximize the Power of Your Subconscious Mind karya Dr.

Joseph Murphy, diterbitkan oleh Ufuk Publishing House pada tahun 2007;

n) Buku Grammar of the Edit karya Roy Thompson, Focal Press-ELSEVIER,

diterbitkan oleh Bayumedia Publishing-Malang pada tahun 2007;

Page 257: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

221

o) Buku buku Grammar of the Shot karya Roy Thompson, Focal Press-

ELSEVIER, diterbitkan oleh Bayumedia Publishing-Malang pada tahun 2007;

p) Buku Customer Relationship Management oleh Francis Buttle, diterbitkan oleh

Bayumedia Publishing-Malang pada tahun 2007;

r) Buku Think and Grow Rich karya Napoleon Hill, diterbitkan oleh Ufuk

Publishing House pada tahun 2007;

s) Buku The Law of Attraction karya Michael Losier, diterbitkan oleh Ufuk

Publishing House pada tahun 2007;

t) Buku 19 Secrets of Super Success karya Lynn Pierce, diterbitkan oleh Ufuk

Publishing House pada tahun 2008;

u) Buku 5 Secrets You Must Discover Before You Die karya John Izzo, PhD,

diterbitkan oleh Ufuk Publishing House pada tahun 2008; dan

v) Buku 101 Great Youth Soccer Drills karya Robert Koger, diterbitkan oleh Saka

Mitra Kompetisi-Klaten pada tahun 2008.

C. Kumpulan Artikel

Daftar terjemahan kumpulan artikel besar untuk Ecole Francaise d’Extreme

Orient’s Project (Paris) yang diterbitkan PT. Gramedia dalam buku “Sejarah

Penerjemahan di Indonesia dan Malaysia” adalah terjemahan bahasa Indonesia:

Page 258: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

222

a) Translating Java Towards Europe-the Winter Family, Prof. Vincent J. Houben,

Humboldt University, Berlin;

b) Funerary Inscriptions from Early Century Islam in the Malay World, Claude

Guillot, CNRS, EHESS, Paris;

c) Translations from Urdu in Malay Traditional Literature, Vladimir Braginsky &

Anna Suvurora, University of London;

d) A Note on Javanese Translation, C.F. Winter, Stuart Robson; A Chinese

Pujangga from Surabaya? Yap Gwan Thay in an Era of Translation, Matthew

Isaac Cohen, University of Glasgow;

e) The ‘Translation’ of Arabic into Malay: a Reflection, A.H Johns, The

Australian National University, Canberra;

f) Soviet Ideology and Literature in Indonesian Translation, Alexander K.

Ogloblin, University of St. Petersburg, Russia;

g) Translating the Qur’an into Indonesian, Peter G. Riddel, London Biblical

Center for Islamic Studies, Brunel University, London;

h) Ifta’ as Translation Represented Implicit Hierarchies of Islamic Languages and

Script, Michael Laffan, International Institute of Asian Studies, Leiden, the

Netherlands; Indian Calendars Translated into Old Javanese, Ian Proudfoot,

Australian National University, Canberra; dan

Page 259: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

223

i) Tissue and Repository of Quotation from Persia in Traditional Malay Literature

with Special Reference to ‘Persian Stories’, Vladimir Braginsky, University of

London. Proyek terjemahan tersebut diedit oleh Dr. Henry Chambert Loir of

EHESS (Paris).

D. Beberapa Daftar Karya Terjemahan yang sedang Diedit dan Siap Terbit

a) Terjemahan bahasa Indonesia: “Komedie Stamboel” karya Matthew Isaac

Cohen, Royal Holloway of London;

b) Terjemahan bahasa Indonesia “Body Language Bible” karya Judi James, Ufuk

Publishing House;

c) Terjemahan bahasa Indonesia novel Jimmy Coates karya Joe Craig, untuk

Penerbit Tiga Serangkai (4 episode: Killer, Target, Revenge, Sabotage);

d) Terjemahan bahasa Inggris novel “Candi Murca” dan “Perang Paregrek” karya

Langit Kresna Hariadi;

e) Terjemahan bahasa Inggris buku Batik Tulis Tradisional Kauman Solo, Pesona

Budaya nan Esotik, Penerbit Tiga Serangkai; dan

f) Terjemahan bahasa Indonesia & bahasa Inggris untuk arsip dan model

pengajaran AusAID-LAPIS.

Sebagai seorang penerjemah profesional yang telah menghasilkan banyak

karya terjemahan, penerjemah telah menarik minat berbagai masyarakat

akademik. Ketertarikan masyarakat akademik ini diwujudkan dengan

diundangnya penerjemah sebagai pemateri dalam berbagai seminar dan workshop

Page 260: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

224

penerjemahan, antara lain: (1) seminar ‘Translation in The Globalized World’ di

Politeknik Negeri Malang pada tanggal 8 Desember 2007. Di dalam seminar

tersebut dibahas dan dipandukan seluk-beluk tentang penerjemahan di era global,

kerja sama penerjemah, penerjemahan film (subtitling), penjurubahasaan

(interpreting), penerjemahan hukum (legal translation), penerjemahan situs web,

penerjemahan brosur dan iklan, penerjemahan novel, dan penerjemahan komik.

Penerjemah, di dalam seminar tersebut, menyajikan materi tentang ‘Penerjemahan

Novel dan Novel Grafis’ yang dilanjutkan dengan memandu peserta seminar

dalam menerjemahkan novel dan novel grafis, dan (2) seminar ‘National Seminar

and Workshop on Book and Novel Translation and Translation Editing’ di

Universitas Brawijaya Malang bekerja sama dengan Masyarakat Penerjemah

Malang dan Bahtera (Milis Penerjemah Indonesia) pada tanggal 19 Juli 2009. Di

dalam seminar tersebut, penerjemah memaparkan tentang pentingnya menjadi

seorang penerjemah novel yang berkualitas. Menurut penerjemah, pekerjaan

menerjemahkan, sebagaimana pekerjaan-pekerjaan yang lain, memerlukan

sejumlah syarat agar bisa berkualitas. Karena penerjemahan termasuk bidang jasa,

si pemberi jasalah yang merupakan modal utamanya. Seorang penerjemah (yang

menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia) harus menguasai bahasa Indonesia

dengan sangat baik, baik ragam tulis maupun lisan. Selain itu, penerjemah juga

mutlak harus menguasai bahasa sumber dengan sangat baik karena tanpa

menguasai bahasa sumber dengan baik, mustahil seseorang bisa menerjemahkan

dengan hasil yang memuaskan. Syarat lain adalah mengenal dengan baik bahan

yang akan diterjemahkan, mengetahui cara menggunakan sumber bantuan

Page 261: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

225

misalnya cara menggunakan kamus (baik kamus manual maupun kamus online),

sumber informasi di internet, dan sumber bantuan lain berupa milis para

penerjemah. Yang terakhir, yang juga diperlukan oleh penerjemah adalah

ketrampilan menggunakan beberapa program komputer semacam Trados, Dejavu,

Wordfast dan lain-lain untuk membantu penerjemah membangun translation

memory di komputernya untuk memudahkan penerjemahan baik dokumen

maupun novel yang selalu diperbarui.

Menurut penerjemah, istilah penerjemah itu pada dasarnya ada dua, yaitu

penerjemah umum (generalist) dan penerjemah khusus (specialist). Penerjemah

umum yaitu penerjemah yang bekerja seperti pemborong, yaitu menerima semua

naskah dalam bentuk apapun (bunga rampai) untuk diterjemahkan, misalnya

naskah kedokteran, hukum, komputer, dan sebagainya. Sedangkan penerjemah

khusus adalah penerjemah yang mengkhususkan pada naskah-naskah terjemahan

tertentu, misalnya novel, legal document, dan sebagainya. Penerjemah sendiri,

dalam pengakuannya, lebih suka atau tertarik dengan spesialisasi pada

penerjemahan novel, karena dengan menerjemahkan novel, akan menambah

wawasan, ilmu, kata-kata baru, sedangkan kalau menerjemahkan dokumen legal,

hanya kopi-paste sudah selesai.

Karena penerjemah adalah sebagai profesi dan bukan karir, maka untuk

menjaga tingkat keprofesian tersebut seorang penerjemah harus terus-menerus

memupuk kualitas penerjemahannya, menjadikan penerjemahan sebagai aktivitas

sampai akhir hayat, dan yang terpenting adalah menjalin komunikasi dengan

kliennya dengan tetap memberikan kepercayaan bahwa kita (penerjemah)

Page 262: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

226

mumpuni dalam menerjemahkan. Menurut penerjemah, kunci untuk

menghasilkan terjemahan yang baik adalah bukan hanya karena gelar akademik

saja, namun lebih pada bagaimana menjadi seorang penerjemah yang berkualitas.

Gelar akademik penting, terutama untuk meningkatkan status penerjemah dalam

lingkup akademik, namun di dalam profesi kerja, bukti nyata seorang penerjemah

yang berkualitaslah yang akan menjadi tolok ukur dalam keberhasilan terjemahan,

dan hal ini akan berlangsung dalam simbol yang saling menguntungkan.

Misalnya, penerjemah yang pada awalnya melamar ke penerbit dan kemudian

dinyatakan layak oleh penerbit sebagai partner kerja, lantas diberi kepercayaan

untuk menerjemahkan sebuah novel. Apabila kemudian novel tersebut diterbitkan,

biasanya selain mendapatkan royalti, penerjemah juga akan mendapatkan novel

aslinya dari penerbit. Hal ini tentunya akan memberikan semangat yang luar biasa

bagi penerjemah untuk terus menerjemahkan, dan penerbit tentu saja akan terus

mendapatkan keuntungan karena novel atau buku yang mereka terbitkan

dinikmati oleh banyak konsumen.

4.1.2.2 Langkah-langkah Penerjemah dalam Menerjemahkan Novel The Highest Tide

Proses penerjemahan novel HT dilakukan pada tahun 2007 dan

diselesaikan selama kurang lebih tiga (3) bulan. Novel sumber HT dengan jumlah

246 halaman telah diterjemahkan menjadi 328 halaman. Di dalam

menerjemahkan novel HT ini, penerjemah pada dasarnya menggunakan langkah-

Page 263: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

227

langkah sebagai berikut: melakukan persiapan, menerjemahkan, dan mengedit

terjemahan.

Persiapan-persiapan yang dilakukan dapat dibedakan menjadi dua yaitu

persiapan umum dan persiapan khusus. Persiapan umum yang dilakukan adalah

membaca teks HT secara keseluruhan sebelum diterjemahkan. Hal ini dilakukan

penerjemah untuk mendapatkan gambaran yang lengkap mengenai isi novel dan

gaya bercerita yang ada di dalam novel tersebut. Selain itu, penerjemah

melakukan searching atau browsing internet sebelum menerjemahkan. Searching

atau browsing internet ini, menurut penerjemah, sangat penting dilakukan

sebelum kegiatan menerjemahkan, yaitu untuk mempercepat pekerjaan

menerjemahkan dan mendapatkan berbagai referensi pendukung yang berkaitan

dengan isi novel HT. Persiapan umum lain yang dilakukan penerjemah adalah

mempersiapkan kamus yang cukup layak, yaitu koleksi berbagai macam kamus

baik kamus ekabahasa maupun dwibahasa, kamus manual maupun kamus online,

baik kamus umum maupun kamus khusus. Persiapan berbagai macam kamus ini

amat penting, menurut penerjemah, karena dalam menerjemahkan seringkali

terdapat kata-kata maupun kalimat yang dicuplik dari kata-kata atau kalimat dari

bahasa lain. Misalnya, beberapa kata khusus di dalam novel HT yang sebenarnya

diambil dari bahasa Latin (kata nudibrance, dan lain-lain), dan kata-kata tersebut

harus diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran dan tidak boleh ada makna dalam

kata-kata tersebut yang tidak diterjemahkan. Beberapa kamus yang sering

digunakan penerjemah adalah: Longman Dictionary, Oxford Dictionary, Webster

Dictionary, Longman CD-ROM Dictionary, Encarta CD-ROM Dictionary, CD-

Page 264: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

228

ROM Collins COBUILD Dictionary, National Geography Dictionary, Thesaurus,

dan Ensiklopedia. Di dalam menerjemahkan novel The Highest Tide ini

penerjemah paling sering menggunakan kamus Longman CD-ROM Dictionary

dan National Geography Dictionary karena kedua kamus tersebut sangat

mewakili kata-kata ataupun istilah-istilah khusus yang ada di dalam novel

tersebut.

Adapun yang dimaksud dengan persiapan khusus yang dilakukan

penerjemah adalah mempelajari pengetahuan yang berkaitan dengan isi teks novel

yang akan diterjemahkan. Oleh karena itu, persiapan khusus yang dilakukan

penerjemah adalah secara penuh memahami istilah-istilah yang termuat dalam

indeks. Persiapan khusus lainnya adalah membaca berbagai novel baik novel

terkini maupun terdahulu dan berbagai artikel yang berhubungan dengan hal-hal

khas ataupun istilah-istilah khusus yang terdapat di dalam novel HT dan sekaligus

untuk menambah wawasan dan membuka kembali schemata maupun translation

memory. Hal lain yang tak kalah pentingnya di dalam persiapan khusus ini adalah

memperhatikan masalah gaya. Menurut penerjemah, menerjemahkan novel tidak

hanya sekadar memindahkan kata-kata atau kalimat-kalimat saja tetapi juga

diperlukan hiasan-hiasan atau aksesori-aksesori dan nuansa kata-kata indah.

Masalah gaya yang dimaksud oleh penerjemah adalah bagaimana

mempertimbangkan masalah panjang-pendek kalimat/paragraf, lebar atau luas

halaman, jenis font dan jarak baris, ukuran kertas, jenis kolom, dan yang paling

penting adalah menjangkau alam pikiran pembaca, memperhatikan situasi atau

Page 265: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

229

konteks kejadian cerita yang ada di dalam novel ke dalam konteks atau situasi

para pembaca.

Dalam menerjemahkan novel HT, yang dilakukan penerjemah adalah

berusaha menerjemahkan dengan setepat-tepatnya. Menerjemahkan dengan

setepat-tepatnya ini bukan berarti menerjemahkan kata per kata atau

menerjemahkan secara harfiah, namun lebih pada penyediaan pilihan-pilihan kata

sebanyak mungkin yang telah dikembangkan dari indeks kata-kata dalam

menerjemahkan novel HT yang kemudian diselaraskan dengan situasi pembaca.

Misalnya, menerjemahkan kata walk. Kata tersebut tidak langsung diterjemahkan

secara harfiah berjalan. Tapi perlu dilihat konteksnya, apakah istilah walk yang

dimaksud adalah berjalan naik tangga, berjalan terseok-seok, berjalan gontai, atau

berjalan yang bagaimana, karena berjalan naik tangga tentunya akan memiliki

konteks yang berbeda dengan berjalan terseret-seret, ataupun berjalan dengan

berat. Pilihan-pilihan kata inilah yang harus disediakan oleh penerjemah.

Setelah persiapan, langkah selanjutnya yang dilakukan penerjemah di

dalam menerjemahkan novel HT ini, sama halnya dengan menerjemahkan novel-

novel yang lain, yaitu: menulis hasil terjemahan di komputer sambil mencari hasil

penerjemahan kata-kata dan frase sebelumnya di dalam translation memory,

mencari makna dari kata-kata yang sulit diterjemahkan di dalam kamus (biasanya

kamus online), memahami makna kata tersebut secara mendalam berdasarkan

konteksnya (karena novel HT bercerita tentang kehidupan laut, maka perlu

melihat pada National Geography Dictionary), mengakses dan mendalami

Page 266: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

230

sumber-sumber rujukan lain di internet, dan menulis ulang kata atau kalimat yang

telah diterjemahkan ke dalam ekspresi yang lain.

Di dalam menulis hasil terjemahan tersebut, hal yang hampir bersamaan

dilakukan adalah mempertimbangkan jenis kata yang sesuai dengan keadaan,

selera, dan tujuan pembaca. Maksudnya adalah untuk kalangan penikmat

terjemahan yang bagaimanakah yang akan menjadi pembaca terjemahan tersebut.

Apakah novel tersebut ditujukan untuk kalangan akademik, anak-anak, atau

remaja. Menerjemahkan yang berdasarkan fungsinya inilah yang menurut

penerjemah akan menjadi terjemahan yang baik, yaitu terjemahan yang setepat-

tepatnya sesuai dengan selera pembaca Tsa ( di dalam pengungkapan makna Tsu

ke dalam Tsa penerjemah berusaha mengupayakan penggunaan bentuk-bentuk

kebahasaan yang lebih disukai oleh pembaca Tsa). Menurut penerjemah,

menyelami pembaca ini sangatlah penting, apalagi di dalam menerjemahkan

sebuah novel. Misalnya, ketika membaca novel HT, penerjemah membayangkan

untuk mengajak pembaca menyelami konteks cerita-cerita di laut, jenis-jenis

makhluk hidup laut, dan sebagainya.

Setelah melalui pertimbangan yang cukup matang, yang dilakukan

penerjemah berikutnya adalah memutuskan apakah menggunakan kata pinjaman

(loan words), kata-kata yang dinaturalisasikan, ataukah menggunakan sinonim di

dalam Tsa, dan apabila memungkinkan juga menciptakan kata-kata terjemahan

baru yang memang tidak ada sebelumnya. Di dalam memutuskan penggunaan

kata-kata ini tidak jarang penerjemah harus berkonsultasi dengan para penerjemah

Page 267: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

231

lain, dosen bahasa Inggris, dan terkadang dengan dosen-dosen lain yang

menguasai bidang atau kata-kata teknis khusus yang ada di dalam novel.

Berikutnya adalah menuangkan kata-kata yang telah diputuskan ke dalam

draft terjemahan. Penerjemah membuat dratf terjemahan dahulu dan menandai

bagian-bagian yang sulit diterjemahkan untuk ditindaklanjuti nantinya. Biasanya

waktu yang dibutuhkan untuk menerjemahkan kata-kata yang sulit tersebut sekitar

satu minggu, sementara kata-kata yang mudah (dalam arti kata-kata harfiah dan

umum) mengalir begitu saja karena penerjemah sudah sering menerjemahkan

kata-kata yang sejenis.

Langkah terakhir yang dilakukan penerjemah di dalam menerjemahkan

novel HT adalah merevisi novel terjemahannya. Penekanan revisi biasanya adalah

pada kualitas kebahasaan teks terjemahan dan kealamian terjemahan yang

dihasilkan. Setelah beberapa perbaikan dilakukan, berikutnya adalah melakukan

revisi akhir dan membiarkan hasil terjemahan tersebut selama satu atau dua

minggu. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil akhir terjemahan yang benar-

benar alami.

4.1.2.3 Strategi Penerjemah dalam Menerjemahkan Bagian-bagian yang Khas dalam Novel The Highest Tide

Menerjemahkan hal-hal yang khas dalam novel The Highest Tide ini bagi

penerjemah membutuhkan waktu dan pemikiran tersendiri. Dalam arti bahwa

penerjemah harus memikirkan dalam-dalam dan matang-matang pilihan padanan

yang akan diberikan, hal ini karena hal-hal yang khas ini memiliki karakter

tersendiri di dalam novel. Menurut penerjemah, hal-hal yang khas tersebut

Page 268: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

232

meliputi penerjemahan istilah-istilah yang khusus di dalam Tsu yang tidak

dijumpai atau tidak ada padanannya di dalam Tsa. Misalnya, nama-nama hewan

yang hidup di laut di pesisir Puged Sound yang memang hanya berhabitat di dekat

lautan Pasifik, misalnya, ikan nudibranch, The Jesus star, dan hewan-hewan laut

tersebut tidak dijumpai di perairan Indonesia. Hal-hal khas lainnya menurut

penerjemah adalah istilah-istilah budaya di dalam novel sumber, misalnya frasa

Malboro Man, zombie smile , dan juga gaya bahasa.

Di dalam mempertimbangkan secara matang padanan yang akan diberikan,

menurut penerjemah, yang sangat diperlukan adalah kemampuan untuk

mengungkapkan konteks yang melingkupi kata atau frase yang akan

diterjemahkan, atau yang sering disebut dengan background knowledge.

Misalnya, di dalam menerjemahkan frasa Malboro Man, penerjemah perlu

melihat secara menyeluruh makna dari frasa tersebut apa, dengan cara

mengajukan beberapa pertanyaan misalnya, apakah Malboro itu? Malboro Man

itu memiliki karakter bagaimana? adanya di mana? dan sebagainya. Setelah

mengetahui jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian baru penerjemah

memberikan padanan yang sesuai.

Pada saat menemukan kata-kata yang sulit biasanya yang paling sering

dilakukan penerjemah adalah membuat catatan kaki atau menetralisir atau

menaturalisasi kata tersebut. Catatan kaki sifatnya adalah sebagai suatu komentar

atau catatan-catatan kecil yang diperlukan untuk memberikan tambahan informasi.

Misalnya, pada saat menerjemahkan kata bell, penerjemah membuat catatan kaki

mengenai istilah-istilah dalam bahasa sasaran yang memiliki beberapa makna.

Page 269: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

233

Kata bell bisa dipadankan dengan lonceng ataupun genta. Catatan kaki yang

diberikan adalah penambahan informasi bahwa yang disebut dengan lonceng

adalah bel yang bentuk dan ukurannya kecil, dan cukup dibunyikan saja,

sementara genta adalah bel yang bentuk dan ukurannya besar , biasanya adanya di

kuil, dan membunyikannya dengan cara diayun kemudian dipukulkan.

Menetralisir atau menaturalisasi kata atau frase sering dilakukan penerjemah

terutama bila berhubungan dengan nama-nama ekologi maupun budaya di dalam

Tsu. Misalnya, frasa his baby-blue El Camino di dalam novel The Highest Tide

dinaturalisasikan menjadi mobil El Camino birunya.

Namun apabila sudah benar-benar tidak ada ide lagi, maka yang dilakukan

penerjemah adalah menyelami dan mempraktekkan sendiri kata-kata tersebut,

karena di sini (menurut penerjemah) menerjemahkan tidak lagi masalah kamus,

grammar, maksud pengarang, namun sudah berada di dalam konteks yang harus

benar-benar dilakukan, dan kemudian memutuskan untuk menghilangkan kata

tersebut atau menciptakan sendiri kata yang sepadan.

4.1.3 Pemahaman Pembaca

Pemahaman pembaca dideskripsikan berdasarkan pada masukan dan

pendapat para pembaca mengenai terjemahan yang dihasilkan. Dengan demikian

pendapat dan masukan mereka akan sangat membantu untuk mendapatkan

informasi sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Adapun masukan tersebut

berasal dari dua sumber data, yaitu pakar penerjemahan dan para mahasiswa.

Page 270: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

234

Pakar penerjemahan yang dijadikan sumber data memiliki pengalaman dan

perjalanan profesi yang cukup panjang. Pakar penerjemahan ini berkarir sebagai

seorang dosen di Politeknik Negeri Malang dengan bahasa asli bahasa Indonesia

dan bahasa asing yang dipergunakan adalah bahasa Inggris. Pakar penerjemahan

ini memulai karirnya pada tahun 1991 dan sampai sekarang sebagai pengajar

Business English di Jurusan Administrasi Bisnis, Politeknik Negeri Malang.

Tahun 2009 sampai sekarang sebagai pengajar pada program pascasarjana Unisma

Malang. Profesi sebagai penerjemah dimulai pada tahun 2000 dan sampai

sekarang sebagai penerjemah paruh waktu pada beberapa agen internasional, dan

tahun 2004 sampai sekarang sebagai dosen tamu Computer Assisted Tools at the

Translation Studies Program Pascasarjana Universitas Gunadarma, Jakarta.

Pakar penerjemahan merupakan alumni Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris

IKIP Malang tahun 1991, kemudian melanjutkan pada Diploma in Linguistics

dengan proyek akhir novel translation pada tahun 1997 di RELC, Singapura. Pada

tahun 1999, pakar penerjemahan mendapatkan gelar magister pada program

pascasarjana IKIP Malang dengan tesis novel translation strategies, dan pada

tahun 2009 pakar penerjemahan ini mendapatkan gelar doktor dengan disertasi

website translation from English into Indonesian dari Universitas Negeri Malang.

Beberapa pelatihan penerjemahan yang pernah diikuti oleh pakar

penerjemahan ini adalah: Postgraduate Research Skill pada bulan oktober 2008

sampai februari 2009 di University of Queensland, Australia; Locstudio Online

Training pada tahun 2008 oleh SDL, Singapura; dan Helium Online Training pada

Page 271: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

235

tahun 2008 oleh SDL, Singapura. Pakar penerjemahan juga merupakan anggota

Himpunan Penerjemah Indonesia dan ketua Himpunan Penerjemah Malang.

Di dalam perjalanan profesinya sebagai penerjemah, pakar penerjemahan

aktif dalam berbagai seminar sebagai paper presenter dalam bidang

penerjemahan, antara lain: The Teaching of Translation and Entrepreneurship

Building pada tahun 2009 di Unisma Malang; CAT Tools oleh HPI, Jakarta pada

tahun 2008; Globalization and Website Localization di Politeknik Negeri Malang

pada tahun 2007; Translating Books oleh FKIP Universitas Lambung Mangkurat

pada tahun 2006; dan Subtitling within the Constraint of Media and Culture,

Seminar Internasional tentang Penerjemahan, oleh Universitas Sebelas Maret,

Surakarta pada tahun 2005.

Beberapa karya terjemahan yang telah dipublikasikan adalah: English

Business Correspondent, A Practical Guide Business and Secretary (2006);

Abunawas and His Impossible Missions; Abunawas and King Aaron; Abunawas

and Minister Abeydron, Kanisius Publisher, Yogyakarta (2000); Nasreddin, A

Man Who Never Gives Up, Kanisius Publisher, Yogyakarta (1998); Nasreddin, A

Man with Thousands of Ideas; Nasreddin, The Foolish Man; Nasreddin, The

Clever Man; Nasreddin, The Wise Man, Kanisius Publisher, Yogyakarta (1995),

dan juga beberapa online article, antara lain: The Implication of Culture on

Translation Theory and Practice

(http://www.translationdirectory.com/article634.htm) dan Methods in Translating

Poetry (http://www.translationdirectory.com/article638.htm).

Page 272: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

236

Menurut pakar penerjemahan, di dalam menerjemahkan karya susastra,

maka penerjemah tidak bisa hanya menerjemahkan maknanya saja, namun ada hal

lain yang perlu dipertimbangkan dengan matang, yaitu mengenai kemana arah

pesan di dalam novel sumber yang akan disampaikan ke pembaca, dan untuk

tujuan apa terjemahan tersebut disampaikan, dalam arti bahwa menarik dan

tidaknya novel yang diterjemahkan akan sangat bergantung pada cara penerjemah

menyampaikan pesan yang ada di dalam novel tersebut kepada para pembacanya.

Setelah membaca novel HT secara keseluruhan, menurut pakar

penerjemahan, secara umum penerjemahan novel HT sangat baik, hal tersebut

karena teksnya mengalir lancar seperti bukan terjemahan, dan hal lain yang

membuat menarik adalah bagaimana penerjemah novel HT mengurangi atau

menambahkan makna di Tsa untuk membuat Tsa lebih hidup, sebagaimana

dicontohkan dalam teks berikut:

008.HT.Chap1.Pg6/PL.Bb1.Hal15 Tsu: I stopped and waited with them, to actually see the moment when the tide

started returning with its invisible buffet of plankton for the clams, oysters, mussels, and other filter feeders. It was right then, ankle deep in the Sound, feet numbing, eyes relaxed, that I saw the nudibranch.

Tsa: Aku ikut diam menunggu, lalu kusaksikan sendiri detik-detik ketika laut

kembali pasang dan membawa jutaan plankton yang lezat untuk remis, tiram, remis kepah, dan makhluk-makhluk pemakan plankton lainnya. Saat itulah, ketika sedang berdiri di kubangan lumpur Puget Sound dengan kaki mati rasa, kulihat seekor nudibranch.

Di dalam teks tersebut, penerjemah berusaha menghilangkan atau tidak

menerjemahkan kata yang terdapat di dalam Tsu eyes relaxed ke dalam Tsa. Hal

ini barangkali untuk membuat Tsa menjadi lebih hidup atau memenuhi unsur

Page 273: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

237

kewajaran di dalam teks. Hal yang sama juga terdapat di dalam contoh berikut

bahwa klausa pronounced gooey-duck for some reason di dalam Tsu sengaja

dihilangkan oleh penerjemah.

020.HT.Chap5.Pg28/PL.Bb5.Hal43 Tsu: We started out studying the little chimney holes in the mud through which

clams siphoned and spat seawater, hunting for the telltale signs of the geoduck. Most of those huge clams-pronounced gooey-duck for some reason-lived farther out in the bay, but there were still plenty of exposed burrows if the tide fell low enough and you knew where to look.

Tsa: Kami mulai dengan mengamati gundukan-gundukan kecil mirip cerobong

asap di lumpur, yang digunakan tiram untuk menyedot dan menyemprotkan air laut, sambil mengamati tanda-tanda keberadaan mereka. Sebagian besar tiram raksasa itu suka menggali sarang di bagian teluk yang dalam, namun kalau air pasang tidak terlalu tinggi, dengan mudah kalian dapat melihat pintu masuk liang mereka, sehingga tidak sulit mencarinya.

Selain penghilangan makna dalam Tsa, hal menarik lainnya adalah

bagaimana penerjemah menambahkan makna dalam Tsa, sebagaimana contoh

berikut bahwa penerjemah menambahkan frase yang judes di dalam Tsa yang

sebenarnya makna tersebut tidak tersurat di dalam Tsu:

066.HT.Chap17.Pg123/PL.Bb17.Hal169 Tsu: Overhead lights had crashed onto dozens of desks, but Mrs. Guthrie’s

portable classroom actually fell off its blocks and split in two, as if struck by a huge axe. The Ice Queen didn’t smile once during the 181 days of my fourth grade. So why was her classroom singled out? Or what about the stretch of crumbled chimneys the quake left behind on just one side of Jefferson Avenue? And why did the brand-new fake fountain at the entrance to Sunset states crack all the way through?

Page 274: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

238

Tsa: Ruangan-ruangan kelas lainnya tak seberapa rusak, kecuali bola-bola lampu yang jatuh menimpa lusinan bangku, tapi ruang kelas Ibu Guthrie jatuh anjlok dari beton penyangganya dan terbelah menjadi dua seperti dihantam kapak raksasa. Ratu Es yang judes itu belum pernah sekali pun tersenyum selama 181 hari mengajar kami di kelas empat. Jadi, kenapa hanya ruang kelasnya yang dipilih oleh petaka itu? Atau, mengapa di Jalan Jefferson bangunan-bangunan yang rata dengan tanah hanya di satu sisi saja? Dan mengapa air mancur buatan di gerbang kompleks Sunset estates yang baru selesai itu harus hancur berkeping-keping?

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam terjemahan novel HT, menurut

pakar penerjemahan adalah tingkat konsistensi hasil terjemahan dan tingkat

keakuratan dalam menerjemahkan. Tingkat konsistensi ini sebagaimana contoh

berikut:

048.HT.Chap13.Pg87/PL.Bb13.Hal121 Tsu: B.J. never asked to see records. I’d told his answering machines that I had a

nudibranch for ten dollars, a sunflower star for fifteen and an unsual mottled star for five. I told him the prices were final. “The sunflower’s too big for anyone to want that thing,” he insisted. “It’s a monster.” “Fine.” I knew he was buffling. “So do you want the nudibranch or the blue star? I tried to sound disinterested. “Can’t you see I’m thinking? What’s the rush, Squirt?” “Going fishing with my father,” I lied. “He’s inside, getting ready.” B.J. snorted. “I’ll do you a favor here. I’ll take all three of them off your hands.”

Tsa: B.J tak pernah peduli dengan catatan hasil tangkapanku. Kutinggalkan pesan

di mesin penjawabnya bahwa aku punya nudibranch seharga sepuluh dolar, juga bintang bunga matahari dan bintang laut biru yang masing-masing kuhargai lima belas dan lima dolar. Dan sudah kutegaskan harganya tak bisa ditawar. “Bunga matahari itu kelewat besar,” katanya ketus. “Dia seperti seekor monster.” “Biar saja.” Aku tahu dia cuma menggertak. “Jadi, kau mau yang mana? Nudibranch atau bintang laut biru itu?” Aku berusaha tetap bersikap dingin. “Biar kupikir dulu. Kenapa buru-buru, Tuan Kate?” “Aku mau memancing dengan ayahku,” sahutku berbohong. “Dia lagi berkemas di dalam.” B.J. mendengus kesal. “Baik, aku mau menolongmu. Biar kubeli ketiganya.”

Page 275: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

239

050.HT.Chap13.Pg88/PL.Bb13.Hal122 Tsu: “That slug’s fading,” he interrupted, “and you now it. If it dies right away in

some asshole’s tank I gotta give him his bills back. And I don’t know who the hell will want that blue star anyway. And, like I said, the sunflower’s too big for my customers so I’ll probably get stuck with that monster if the aquariums don’t need him. Twenty is plenty. That’s a shitload of bubble gum, Little Man.”

Tsa: “Siput itu sudah sekarat,” potongnya, “kau sendiri tahu. Kalau nanti dia

langsung mati di akuarium orang, aku yang harus membayar ganti ruginya. Lagi pula siapa yang tertarik dengan bintang laut biru seperti itu? Tadi juga sudah kubilang bunga matahari itu kelewat besar buat langgananku, jadi terpaksa aku harus merugi kalau tak ada akuarium yang mau membelinya. Dua puluh dolar itu banyak. Bisa kau pakai memborong permen karet, Tuan Kate.”

Di dalam contoh data 048, kata Squirt di dalam Tsu diterjemahkan

menjadi Tuan Kate, sementara frase Little Man dalam data 050 juga

diterjemahkan menjadi Tuan Kate. Di sini nampak bahwa penerjemah

menyamakan makna kata Squirt dan frase Little Man menjadi Tuan Kate.

Sementara itu, hasil kuesioner yang telah dikumpulkan dari sampel

pembaca menunjukkan bahwa dari:

a. Pertanyaan mengenai apakah bahasa yang digunakan di dalam novel terjemahan

Pasang Laut terasa enak dibaca, sebanyak 19 pembaca ( 61,29%) menyatakan

bahwa bahasa yang digunakan terasa enak dibaca, sebanyak 10 pembaca

(32,26%) menyatakan bahasa yang digunakan sepertinya enak dibaca, dan

sebanyak 2 pembaca (6,45%) menyatakan bahwa bahasa yang digunakan tidak

enak dibaca.

Alasan mengapa pembaca menyatakan bahwa bahasa yang digunakan

terasa enak dibaca adalah bahwa bahasa yang digunakan tidak seperti novel

terjemahan pada umumnya, kalimat-kalimatnya selalu mengejutkan dan

Page 276: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

240

membuat pembaca semakin penasaran untuk membaca terus dan mengetahui

akhir cerita, meskipun di dalam novel terjemahan banyak menggunakan istilah-

istilah asing, namun penggunaan istilah tersebut terasa enak dibaca dan tepat,

dan bahasanya ringan. Namun demikian, pembaca yang menyatakan bahwa

bahasa yang digunakan agak terasa enak dibaca karena bahasa yang digunakan

di dalam novel terjemahan agak baku dan terdapat beberapa istilah yang masih

asing. Sementara untuk alasan bahwa bahasa yang digunakan tidak enak dibaca

karena terdapat beberapa paragraf yang menceritakan lebih dari satu maksud,

sehingga terasa alur cerita seperti meloncat-loncat.

b. Pertanyaan mengenai apakah bahasa yang digunakan di dalam novel

terjemahan Pasang Laut mengalir dengan lancar, sebanyak 14 pembaca

(45,16%) menyatakan bahwa bahasa yang digunakan mengalir dengan lancar,

sebanyak 12 pembaca (38,71%) menyatakan bahasa yang digunakan

sepertinya mengalir dengan lancar, dan sebanyak 5 pembaca (16,13%)

menyatakan bahwa bahasa yang digunakan tidak mengalir dengan lancar.

Alasan mengapa pembaca menyatakan bahwa bahasa yang digunakan

mengalir dengan lancar adalah bahwa teks di dalam novel terjemahan

menggunakan kalimat-kalimat yang koheren, bahasanya jelas, dan alur cerita

mudah ditangkap. Sementara itu, pembaca yang ragu-ragu memberikan alasan

bahwa bahasa yang digunakan sepertinya lancar karena menggunakan kata-kata

dan istilah yang asing dan sulit dipahami maksudnya namun mengalir dengan

lancar, dan beberapa kata yang digunakan di dalam Tsa (dalam hal ini bahasa

Indonesia) sudah umum atau sering dipakai, namun terdapat beberapa kata

Page 277: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

241

yang aneh dan kaku seperti kata ‘mudah-mudah’, yang seharusnya cukup

ditulis ‘mudah’ saja. Sementara itu, untuk alasan bahwa bahasanya tidak

mengalir dengan lancar karena masih banyak penulisan kata-kata yang tidak

sesuai dengan konteks yang melatarinya.

c. Pertanyaan mengenai apakah teks di dalam novel terjemahan Pasang Laut

sangat jelas, sebanyak 14 pembaca (45,16%) menyatakan bahwa teks di dalam

novel terjemahan sangat jelas, sebanyak 12 pembaca (38,71%) menyatakan

teks di dalam novel terjemahan sepertinya sangat jelas, dan sebanyak 5

pembaca (16,13%) menyatakan bahwa teks di dalam novel terjemahan tidak

jelas.

Alasan mengapa pembaca menyatakan bahwa teks di dalam novel

terjemahan sangat jelas adalah karena teksnya mudah dibaca dan dicetak jelas,

bahasanya ringan, segar, dan lucu, dan penulisan antar paragraf terjalin dengan

baik. Pembaca yang agak ragu-ragu untuk mengungkapkan kejelasan teks di

dalam novel terjemahan beralasan bahwa terdapatnya beberapa istilah-istilah

asing di dalam teks membutuhkan pemahaman yang lebih dan terkadang

menimbulkan interpretasi lain, namun tetap menarik karena diungkapkan

dengan bahasa yang sederhana. Sementara itu, pembaca yang menyatakan

bahwa teks di dalam novel terjemahan tidak jelas lebih karena banyaknya

istilah atau kata-kata asing yang susah untuk dimengerti.

d. Pertanyaan mengenai apakah kata-kata digunakan di dalam novel terjemahan

sesuai untuk menyampaikan informasi di dalam novel, sebanyak 17 pembaca

(54,84%) menyatakan bahwa kata-kata yang digunakan sudah sesuai dalam

Page 278: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

242

menyampaikan informasi di dalam novel, sebanyak 12 pembaca (38,71%)

menyatakan bahwa kata-kata yang digunakan sepertinya sesuai dalam

menyampaikan informasi di dalam novel terjemahan, dan sebanyak 2 pembaca

(6,49%) menyatakan bahwa kata-kata yang digunakan tidak sesuai dalam

menyampaikan informasi di dalam novel terjemahan.

Alasan mengapa pembaca menyatakan bahwa kata-kata yang digunakan

sudah sesuai dalam menyampaikan informasi di dalam novel adalah karena

hasil terjemahan tersebut dapat dengan jelas disampaikan kepada pembaca,

kata-kata yang digunakan saling terkait dan mewakili isi cerita, dan kata-kata

atau istilah asing yang digunakan sering diberi informasi tambahan untuk

memperjelas informasi yang disampaikan. Sementara itu, pembaca yang

menyatakan bahwa kata-kata yang digunakan sepertinya sesuai dalam

menyampaikan informasi di dalam novel terjemahan beralasan bahwa

terdapatnya beberapa istilah-istilah khusus dalam Tsu yang diterjemahkan ke

dalam Tsa dapat menimbulkan masalah mengenai keakuratan penyampaian

informasi dan kemungkinan terjadinya salah pemaknaan oleh pembaca, namun

demikian isi cerita dapat dengan mudah untuk dipahami. Pembaca yang

menyatakan bahwa kata-kata yang digunakan tidak sesuai dalam

menyampaikan informasi di dalam novel terjemahan berasalan bahwa

pemilihan kata kurang efisien dan tidak tepatnya informasi tambahan yang

diberikan untuk memperjelas istilah-istilah asing yang tidak diterjemahkan.

Hasil kuesioner secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 3.

Page 279: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

243

Page 280: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

244

2. Di dalam penerjemahan tersebut penerjemah menggunakan

beranekaragam prosedur penerjemahan yaitu: a) pinjaman kata, b) padanan

budaya, c) penerjemahan literal, d) penghilangan, e) dan parafrase.

BUAT TABLE PERSENTASINYA

Contoh-contoh dari prosedur tersebut terdapat di dalam penerjemahan

sebagai berikut:

3. Penerjemahan makna dan gaya sama pentingnya. Misalnya……..

Page 281: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

243

BAB V POKOK-POKOK TEMUAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Pokok-pokok Temuan

Di dalam subbab ini dibahas mengenai pokok-pokok temuan yang

menjawab rumusan masalah yang telah ditentukan. Pokok-pokok temuan tersebut

berkaitan dengan kesepadanan makna dan gaya ungkapan-ungkapan budaya

materi, istilah ekologi, budaya sosial, dan gaya bahasa di dalam novel The

Highest Tide dan terjemahannya, latar belakang penerjemah dan keterkaitannya

terhadap kualitas terjemahan yang dihasilkan, dan pemahaman pembaca dan

keterkaitannya terhadap kualitas terjemahan novel The Highest Tide (HT) ke

dalam novel terjemahan Pasang Laut (PL). Adapun pokok-pokok temuan tersebut

adalah sebagai berikut:

a) Jenis-jenis makna di dalam penerjemahan ungkapan-ungkapan budaya materi,

istilah ekologi, budaya sosial, dan gaya bahasa di dalam novel HT adalah

makna leksikal (9,57%), makna situasional atau kontekstual (4,35%), makna

tekstual (1,74%), makna sosiokultural (70,43%), dan makna implisit (13,91%).

b) Jenis-jenis gaya yang direalisasikan dalam penerjemahan ungkapan-ungkapan

budaya materi, istilah ekologi, budaya sosial, dan gaya bahasa di dalam novel

HT adalah penggunaan pilihan kata di dalam Tsa (64,35%), penggunaan

ekspresi idiomatik dalam Tsa yang sepadan dengan ekspresi idiomatik yang

digunakan di dalam Tsu (20%), penggunaan gaya bahasa yang sepadan di

dalam bahasa sasaran untuk menggantikan gaya bahasa di dalam bahasa

Page 282: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

244

sumber (5,22%), penggunaan kata-kata yang sesuai, struktur kata dan berbagai

ekspresi yang ada di dalam Tsa sesuai dengan jenis teksnya (8,70%), dan

penggunaan tanda baca di dalam Tsa yang dapat diubah setelah

membandingkannya dengan tanda baca di dalam Tsu (1,74%). Di dalam

klasifikasi tersebut satu data tidak hanya mengandung satu pemakaian gaya

saja, namun juga dapat direalisasikan ke dalam berbagai bentuk gaya.

c) Kualitas terjemahan dilihat pada rentang nilai pada kategori kriteria penilaian

hasil terjemahan, maka penerjemahan bagian-bagian yang khas di dalam novel

HT ke dalam novel PL ini termasuk ke dalam rentang nilai 61-75, yaitu masuk

dalam kategori terjemahan baik dan hasil penilaian tersebut berada sedikit di

bawah kategori terjemahan sangat baik. Namun demikian, karena tidak ada

hasil terjemahan yang sempurna, maka penilaian pun bersifat relatif dan

berdasarkan kriteria kurang lebih karena penilaian terhadap padanan makna

dan gaya secara objektif sulit dicapai. Oleh karena itu, nilai yang diperoleh

bersifat tidak absolut.

d) Penerjemah novel HT memiliki latar belakang akademik dalam bidang

linguistik penerjemahan dan linguistik terapan, mengampu mata kuliah sastra

dan penerjemahan, dan membimbing skripsi dalam bidang sastra dan

penerjemahan. Penerjemah memiliki pengalaman profesi sebagai penerjemah

profesional selama lebih dari 15 tahun, dan telah menerjemahkan beragam

karya terjemahan novel dan bunga rampai baik dalam bentuk buku maupun

artikel. Dengan melihat pada latar belakang akademik, pengalaman profesi, dan

Page 283: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

245

beragam karya terjemahan yang telah dihasilkan, penerjemah dapat

dikategorikan dalam penerjemah ahli dan profesional.

e) Proses penerjemahan yang dilakukan penerjemah di dalam menerjemahkan

novel HT pada dasarnya menggunakan tiga langkah utama, yaitu: persiapan,

menerjemahkan, dan mengedit terjemahan, dengan beberapa keunikan

tersendiri, yaitu (1) penerjemahan novel HT tidak hanya menggunakan

kompetensi profesional dan teknis saja, namun juga kompetensi instrumental

dilakukan oleh penerjemah mulai pada tahap awal sampai pada tahap akhir,

(2) masalah gaya sangat dipertimbangkan oleh penerjemah mulai pada tahap

awal sampai pada tahap akhir proses penerjemahan.

f) Strategi yang dilakukan penerjemah di dalam menerjemahkan bagian-bagian

khusus yang ada di dalam novel HT, yaitu dengan cara mengungkapkan

konteks yang melingkupi kata atau frase yang akan diterjemahkan, atau sering

disebut dengan background knowledge, membuat catatan kaki, menetralisir

atau menaturalisasi kata yang akan diterjemahkan, dan menciptakan sendiri

kata atau frase yang sepadan.

g) Menurut pakar penerjemahan, secara umum penerjemahan novel HT sangat

baik, hal tersebut karena teksnya mengalir lancar seperti bukan terjemahan, dan

hal lain yang membuat menarik adalah bagaimana penerjemah novel HT

mengurangi atau menambahkan makna di Tsa untuk membuat Tsa lebih hidup.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam terjemahan novel HT, menurut pakar

penerjemahan adalah tingkat konsistensi hasil terjemahan dan tingkat

keakuratan dalam menerjemahkan.

Page 284: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

246

h) Hasil kuesioner dari sampel pembaca mengenai penerjemahan novel HT ke

dalam novel PL menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan terasa enak

dibaca, bahasa mengalir dengan lancar, teks di dalam novel terjemahan sangat

jelas, dan kata-kata yang digunakan sesuai dalam menyampaikan informasi di

dalam novel terjemahan.

5.2 Pembahasan Di dalam subbab ini dibahas mengenai interpretasi pokok-pokok temuan

dan hubungannya dengan kajian teori dan jawaban-jawaban terhadap rumusan

masalah yang telah ditentukan. Interpretasi pokok-pokok temuan berkaitan

dengan kesepadanan makna dan gaya ungkapan-ungkapan budaya materi, istilah

ekologi, budaya sosial, dan gaya bahasa di dalam novel The Highest Tide dan

terjemahannya, latar belakang penerjemah dan keterkaitannya terhadap kualitas

terjemahan yang dihasilkan, dan pemahaman pembaca dan keterkaitannya

terhadap kualitas terjemahan novel The Highest Tide (HT) ke dalam novel

terjemahan Pasang Laut (PL).

5.2.1 Kesepadanan Makna dan Gaya

Faktor objektif di dalam penelitian ini adalah novel sumber The Highest

Tide dan novel terjemahan Pasang Laut. Setelah data terkumpul kemudian di

analisis berdasarkan konteksnya. Dalam terjemahan bagian-bagian yang substansi

di dalam novel HT tersebut ditemukan data tentang jenis-jenis makna dan gaya

yang direalisasikan dalam beberapa jenis makna dan beberapa paramater gaya.

Page 285: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

247

Keseluruhan data mengenai jenis-jenis makna dan gaya di dalam novel The

Highest Tide yang mengandung ungkapan-ungkapan budaya materi, istilah

ekologi, budaya sosial dan gaya bahasa terangkum di dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 5.1: Rekapitulasi Makna dan Gaya di dalam Novel The Highest Tide yang Mengandung Ungkapan-ungkapan Budaya Materi, Istilah Ekologi, Budaya Sosial dan Gaya Bahasa (N=115)

Bagian Substansi Novel HT Makna dan Gaya

Budaya Materi

Istilah Ekologi

Budaya Sosial

Gaya Bahasa

Total

Makna F

F

F

F

F %

Leksikal 3 3 5 0 11 9,57 Situasional 0 2 1 2 5 4,35 Tekstual 0 1 1 0 2 1,74 Sosiokultural 7 7 45 22 81 70,43 Implisit 0 0 1 15 16 13,91

Jumlah 115 100 Gaya

Peng. Pilihan Kata

10 9 40 15 74 64,35

Peng. Ekspresi Idiomatik

0 0 7 17 23 20

Peng. Gaya Bahasa

0 0 0 6 6 5,22

Peng. Jenis Bahasa Sesuai Jenis Teks

0 4 6 0 10 8,70

Pengg. Tanda Baca

0 0 0 2 2 1,74

Jumlah 115 100

Page 286: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

248

Berdasarkan tabel di atas, jenis-jenis makna yang ditemukan di dalam

penerjemahan novel HT adalah makna leksikal, makna situasional, makna

tekstual, makna sosiokultural, dan makna implisit. Data mengenai jenis-jenis

makna tersebut dirangkum dalam bagan sebagai berikut:

Berdasarkan bagan di atas, penerjemahan bagian-bagian yang khas novel

HT ke dalam novel PL direalisasikan dalam beberapa jenis makna. Jenis-jenis

makna tersebut adalah makna leksikal, makna situasional atau kontekstual, makna

tekstual, makna sosiokultural, dan makna implisit. Setelah data diklasifikasi dari

115 data, sebanyak 11 data atau 9,57% merupakan data yang mengandung makna

leksikal, sebanyak 5 data atau 4,35% bermakna situasional atau kontekstual,

sebanyak 2 data atau 1,74% bermakna tekstual, sebanyak 81 data atau 70,43%

Situasional4,35% implisit

13,91%

Tekstual1,74%

Sosiokultural70,43%

leksikal9,57%

Bagan 5.1 Jenis-jenis Makna dalam Terjemahan Bagian-bagian Substansi Novel The Highest Tide

Page 287: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

249

mengandung makna sosiokultural, dan sebanyak 16 data atau 13,91% bermakna

implisit.

Sementara itu, parameter gaya adalah penggunaan berbagai pilihan kata di

dalam Tsa, penggunaan ekspresi idiomatik dalam Tsa yang sepadan dengan

ekspresi idiomatik yang digunakan di dalam Tsu, penggunaan gaya bahasa yang

sepadan di dalam bahasa sasaran untuk menggantikan gaya bahasa di dalam

bahasa sumber, penggunaan kata-kata yang sesuai, struktur kata dan berbagai

ekspresi yang ada di dalam Tsa sesuai dengan jenis teksnya, dan penggunaan

tanda baca di dalam Tsa yang dapat diubah setelah membandingkannya dengan

tanda baca di dalam Tsu. Data mengenai parameter gaya tersebut dirangkum

dalam bagan sebagai berikut:

Pilihan Kata64,35%Gaya Bahasa

5,22%

Ekspresi Idiomatik

20%

Struktur Kata8,70% Tanda Baca

1,74%

Bagan 5.2 Parameter Gaya dalam Terjemahan Bagian-bagian Substansi Novel The Highest Tide

Page 288: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

250

Berdasarkan bagan di atas, penerjemahan bagian-bagian yang khas di

dalam novel HT ke dalam novel PL direalisasikan dalam beberapa jenis gaya.

Setelah data diklasifikasi dari 115 data, sebanyak 74 data atau 64,35% merupakan

gaya yang menggunakan berbagai pilihan kata di dalam Tsa, sebanyak 23 data

atau 20% menggunakan ekspresi idiomatik dalam Tsa yang sama dengan ekspresi

idiomatik yang digunakan di dalam Tsu, sebanyak 6 data atau 5,22%

menggunakan gaya bahasa yang sama di dalam bahasa sasaran untuk

menggantikan gaya bahasa di dalam bahasa sumber, sebanyak 10 data atau 8,70%

menggunakan kata-kata yang sesuai, struktur kata dan berbagai ekspresi yang ada

di dalam Tsa sesuai dengan jenis teksnya, dan sebanyak 2 data atau 1,74%

menggunakan tanda baca di dalam Tsa yang dapat diubah setelah

membandingkannya dengan tanda baca di dalam Tsu.

Dengan melihat pada hasil klasifikasi di atas nampak bahwa penggunaan

makna sosiokultural dan makna leksikal dengan gaya yang menggunakan

berbagai pilihan kata di dalam Tsa sering muncul di dalam terjemahan bagian-

bagian yang khas novel HT. Namun demikian perlu dicatat bahwa persentase

tersebut tidaklah mengindikasikan dominasi atau superioritas dari penggunaan

makna dan gaya di atas. Persentase ini hanyalah menunjukkan tingkat keseringan

kemunculan makna dan gaya di dalam terjemahan bagian-bagian yang khas di

dalam novel HT ini, dan tingkat keseringan kemunculan tersebut sangat mungkin

dipengaruhi oleh konsep kata atau frase Tsu, fungsi yang dimaksudkan dari Tsa,

dan pilihan individu dari penerjemah novel HT itu sendiri.

Page 289: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

251

Lebih lanjut, mengenai kualitas kesepadanan makna dan gaya ungkapan-

ungkapan budaya materi, istilah ekologi, gerak isyarat dan kebiasaan, budaya

sosial, dan gaya bahasa di dalam novel The Highest Tide dan terjemahannya,

diklasifikasikan berdasarkan pada: 1) terjemahan hampir sempurna (THS),

2) terjemahan sangat bagus (TSB), 3) terjemahan baik (TB), 4) terjemahan cukup

(TC), dan 5) terjemahan kurang (TK). Kualitas terjemahan novel HT ini dapat

dilihat di dalam tabel berikut ini:

Tabel 5.2 Hasil Penilaian Terjemahan

Kriteria Terjemahan

Penilai I Penilai II Peneliti Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Terjemahan Hampir Sempurna (THS)

59 51,30 34 29,57 52 45,22

Terjemahan Sangat Baik (TSB)

31 26,96 37 32,17 38 33,04

Terjemahan Baik (TB)

15 13,04 29 25,22 16 13,91

Terjemahan Cukup (TC)

9 7,83 11 9,57 6 5,22

Terjemahan Kurang (TK)

1 0,87 4 3,48 3 2,61

Total 115 100 115 100 115 100

Sebagaimana dipaparkan di atas bahwa terjemahan bagian-bagian yang

khas di dalam novel HT dikatakan terjemahan hampir sempurna (THS) apabila

makna dalam bahasa sumber diterjemahkan secara akurat ke dalam bahasa

sasaran; penyampaian wajar dan hampir tidak terasa seperti terjemahan; teks

sangat jelas, tidak perlu upaya keras untuk memahaminya; secara keseluruhan

tidak ada kesalahan atau penyimpangan gaya: pilihan kata, ekspresi idiomatik,

gaya bahasa, jenis kata/struktur kata tertentu, dan tanda baca. Dalam penelitian ini

Page 290: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

252

dari 115 data yang dianalisis, sebanyak 52 data atau 45,22% merupakan

terjemahan hampir sempurna. Kategori terjemahan hampir sempurna ini meliputi

salah satu atau lebih makna dan gaya yang diterjemahkan dengan hampir

sempurna ke dalam Tsa. Berdasarkan tabel di atas, dari 115 data yang dianalisis

oleh penilai, sebanyak 59 data atau 51,30% (penilai 1) merupakan terjemahan

hampir sempurna, dan sebanyak 34 data atau 29,57% (penilai 2) merupakan

terjemahan hampir sempurna.

Berikutnya, terjemahan bagian-bagian yang khas di dalam novel HT

dinyatakan sebagai terjemahan sangat bagus (TSB) apabila makna dalam bahasa

sumber diterjemahkan secara akurat ke dalam bahasa sasaran; tidak ada

terjemahan harfiah yang kaku dan tidak terasa seperti terjemahan; teks sangat jelas

dan dengan sedikit upaya untuk memahaminya; ada satu-dua

kesalahan/penyimpangan gaya: pilihan kata, ekspresi idiomatik, gaya bahasa,

jenis kata/struktur kata tertentu, dan tanda baca.

Di dalam penelitian ini dari 115 data yang dianalisis, sebanyak 38 data

atau 33,04% merupakan terjemahan sangat bagus. Kategori terjemahan sangat

bagus ini meliputi salah satu atau lebih makna dan gaya yang diterjemahkan

dengan sangat bagus ke dalam Tsa. Berdasarkan tabel di atas, dari 115 data yang

dianalisis oleh penilai, sebanyak 31 data atau 26,96% (penilai 1) merupakan

terjemahan sangat bagus, dan sebanyak 37 data atau 32,17% (penilai 2)

merupakan terjemahan sangat bagus.

Terjemahan dikategorikan sebagai terjemahan baik (TB) apabila makna

dalam bahasa sumber diterjemahkan secara akurat ke dalam bahasa sasaran; ada

Page 291: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

253

terjemahan harfiah yang kaku namun tidak terlalu terasa seperti terjemahan; teks

jelas tetapi dengan sedikit upaya untuk memahaminya; ada satu-dua

kesalahan/penyimpangan gaya: pilihan kata, ekspresi idiomatik, gaya bahasa,

jenis kata/struktur kata tertentu, dan tanda baca.

Di dalam penelitian ini dari 115 data yang dianalisis, sebanyak 16 data

atau 13,91% merupakan terjemahan baik. Kategori terjemahan baik ini meliputi

salah satu atau lebih makna dan gaya yang diterjemahkan dengan baik ke dalam

Tsa. Berdasarkan tabel di atas, dari 115 data yang dianalisis oleh penilai,

sebanyak 15 data atau 13,04% (penilai 1) merupakan terjemahan baik, dan

sebanyak 29 data atau 25,22% (penilai 2) merupakan terjemahan baik.

Terjemahan dikategorikan sebagai terjemahan cukup (TC) apabila makna

dalam bahasa sumber diterjemahkan secara akurat ke dalam bahasa sasaran; terasa

sebagai terjemahan; teks lumayan jelas namun dengan upaya yang agak keras

untuk memahaminya; ada beberapa terjemahan harfiah yang kaku, kesalahan

idiom dan/tata bahasa, penggunaan istilah yang tidak baku/umum, gaya bahasa,

dan tanda baca.

Di dalam penelitian ini dari 115 data yang dianalisis, sebanyak 6 data atau

5,22% merupakan terjemahan cukup. Kategori terjemahan cukup ini meliputi

salah satu atau lebih makna dan gaya yang diterjemahkan dengan kualitas cukup

ke dalam Tsa. Berdasarkan tabel di atas, dari 115 data yang dianalisis oleh penilai,

sebanyak 9 data atau 7,83% (penilai 1) merupakan terjemahan cukup, dan

sebanyak 11 data atau 9,57% (penilai 2) merupakan terjemahan cukup.

Page 292: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

254

Terjemahan kurang (TK) adalah apabila makna dalam bahasa sumber tidak

diterjemahkan sama sekali ke dalam bahasa sasaran; sangat terasa sebagai

terjemahan; teks sangat kabur dan tidak jelas, dengan upaya yang susah payah

untuk memahaminya; terdapat terlalu banyak terjemahan harfiah yang kaku, dan

kekeliruan penggunaan istilah, idiom, gaya bahasa, dan tanda baca.

Di dalam penelitian ini dari 115 data yang dianalisis, sebanyak 3 data atau

2,61% merupakan terjemahan kurang. Kategori terjemahan kurang ini meliputi

salah satu atau lebih makna dan gaya yang diterjemahkan dengan kurang ke

dalam Tsa. Berdasarkan tabel di atas, dari 115 data yang dianalisis oleh penilai,

sebanyak 1 data atau 0,87% (penilai 1) merupakan terjemahan kurang, dan

sebanyak 4 data atau 3,48% (penilai 2) merupakan terjemahan hampir sempurna.

Secara keseluruhan, di dalam tabel di atas apabila dikuantifikasikan hasil

analisis tersebut terhadap sampel dengan memberikan angka berdasarkan kriteria

terjemahan di dalam penelitian bahwa terjemahan hampir sempurna 86-90,

terjemahan sangat baik 76-85, terjemahan baik 61-75, terjemahan cukup 46-60,

dan terjemahan kurang 20-45, maka dengan mengambil rentang nilai paling

rendah pada masing-masing kategori, diperoleh hasil sebagai berikut:

Untuk penilai 1

Kategori Rentang Nilai Terendah (S)

Frekuensi data (F)

F x S

Terjemahan Hampir Sempurna (THS) Terjemahan Sangat Baik (TSB) Terjemahan Baik (TB) Terjemahan Cukup (TC) Terjemahan Kurang (TK)

86 76 61 46 20

59 31 15 9 1

5074 2356 915 414 20

Jumlah 115 8779

Page 293: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

255

Apabila dicari rerata nilai terjemahan tersebut adalah: Rerata = 8779 = 76,34, 115

sedangkan untuk penilai 2 adalah

Kategori Rentang Nilai Terendah (S)

Frekuensi data (F)

F x S

Terjemahan Hampir Sempurna (THS) Terjemahan Sangat Baik (TSB) Terjemahan Baik (TB) Terjemahan Cukup (TC) Terjemahan Kurang (TK)

86 76 61 46 20

34 37 29 11 4

2924 2812 1769 506 80

Jumlah 115 8091 Dengan nilai rata-rata adalah: Rerata = 8091 = 70,36, 115

dan untuk peneliti sebagai penilai adalah sebagai berikut:

Kategori Rentang Nilai Terendah (S)

Frekuensi data (F)

F x S

Terjemahan Hampir Sempurna (THS) Terjemahan Sangat Baik (TSB) Terjemahan Baik (TB) Terjemahan Cukup (TC) Terjemahan Kurang (TK)

86 76 61 46 20

52 38 16 6 3

4472 2888 976 276 60

Jumlah 115 8672 Dengan nilai rata-rata adalah: Rerata = 8672 = 75,41. 115

Dari ketiga rerata di atas, apabila dijumlahkan dan diambil rata-ratanya,

maka akan menghasilkan nilai akhir yaitu 74,04. Dan apabila melihat pada

rentang nilai pada kategori kriteria penilaian hasil terjemahan, maka

penerjemahan bagian-bagian yang khas novel HT ke dalam novel PL ini termasuk

Page 294: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

256

ke dalam rentang nilai 61-75, yaitu masuk dalam kategori terjemahan baik dan

hasil penilaian tersebut berada sedikit di bawah kategori terjemahan sangat baik.

Namun demikian, perlu dipahami bahwa tidak ada hasil terjemahan yang

sempurna sehingga penilaian pun bersifat relatif dan berdasarkan kriteria kurang

lebih karena penilaian terhadap padanan makna dan gaya secara objektif sulit

dicapai. Oleh karena itu, nilai yang diperoleh bersifat tidak absolut.

5.2.2 Penerjemah

Penerjemah dengan latar belakang akademik dan pengalaman profesi yang

dimiliki, serta karya terjemahan yang telah dihasilkan, sangat menunjang sekali di

dalam menerjemahkan novel HT ini. Hal ini terlihat dari latar belakang akademik

penerjemah yang merupakan lulusan dari jurusan penerjemahan pada suatu

perguruan tinggi di dalam negeri dan lulusan pada jurusan linguistik terapan di

luar negeri. Selain itu, penerjemah juga seorang pengajar di sebuah perguruan

tinggi negeri yang mengajarkan mata kuliah dalam bidang bahasa, sastra, dan

penerjemahan. Dengan melihat pada latar belakang akademik tersebut,

penerjemah dapat disebut atau dikategorikan dalam penerjemah ahli, yaitu

penerjemah yang memiliki kompetensi khusus kebahasaan. Hal ini senada dengan

yang dinyatakan oleh Nababan (2004:31) bahwa berdasarkan keahliannya,

seorang penerjemah dapat digolongkan ke dalam penerjemah pemula,

penerjemah lanjutan, penerjemah kompeten, penerjemah mahir, dan penerjemah

ahli. Penerjemah ahli adalah penerjemah yang mempunyai kompetensi khusus

kebahasaan, dapat mengendalikan interferensi pada saat dia memahami dan

Page 295: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

257

menghasilkan informasi, dan memiliki kecenderungan mempertimbangkan

penerjemahan pada tataran teks.

Sementara itu, pengalaman menerjemahkan yang dimiliki oleh

penerjemah, juga sangat mendukung di dalam menerjemahkan novel HT ini. Hal

ini terlihat dalam rentang waktu menerjemahkan yang cukup lama, yaitu sekitar

lima belas (15) tahun, yaitu sejak tahun 1994/1995. Di dalam rentang tersebut,

penerjemah telah bekerja sebagai seorang penerjemah dan konsultan

penerjemahan pada divisi fiksi, PT. Penerbit Erlangga di Jakarta, International

IDEA (Institute for Democracy and Electoral Assistance), Stromsborg S-103 34,

Stockholm, Sweden (http://www.idea.int), Ecole Française d’Extreme-Orient, 22

Avenue du President Wilson, 75116 Paris, France, Ufuk Publishing House,

Jakarta, Indonesia, dan PT. Gramedia Pustaka Utama (lihat 4.1.2.1).

Dengan melihat pada pengalaman menerjemahkan tersebut, penerjemah

dapat digolongkan ke dalam penerjemah profesional dan penerjemah penuh

waktu. Sebagaimana yang dinyatakan sendiri oleh penerjemah bahwa salah satu

syarat untuk menjadi seorang penerjemah yang profesional adalah seorang

penerjemah harus terus-menerus memupuk kualitas penerjemahannya dan

menjadikan kegiatan penerjemahan sebagai kegiatan seumur hidup. Bukti sebagai

penerjemah yang berkualitas menjadi tolok ukur dalam keberhasilan terjemahan

dan pada akhirnya akan berlangsung dalam simbol yang saling menguntungkan.

Pernyataan ini selaras dengan yang disampaikan oleh Nababan (2004:31) bahwa

penerjemah profesional adalah penerjemah yang menghasilkan terjemahan secara

profesional dan menjadikan kegiatan terjemahan sebagai suatu profesi.

Page 296: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

258

Bukti keprofesionalan tersebut dapat dilihat dengan beberapa karya

terjemahan yang telah dihasilkan. Sepanjang profesinya sebagai penerjemah,

penerjemah telah menerjemahkan berbagai karya terjemahan baik dalam bentuk

buku maupun artikel, baik berupa terjemahan karya sastra novel maupun karya

terjemahan bunga rampai (subbab 4.1.2.1). Dengan beragamnya karya terjemahan

yang telah dihasilkan dan dengan beragam kompetensi yang dilakukan dalam

menerjemahkan, maka dapat dikatakan bahwa penerjemah merupakan seorang

penerjemah kordinat berdasarkan cara memahami dan menghasilkan teks, yaitu

penerjemah yang menghubungkan unsur-unsur leksikal salah satu bahasa dengan

repertoir proses mental yang dimiliki sendiri dengan proses mental khusus pada

repertoir kedua yang pada akhirnya dihubungkan dengan unsur-unsur leksikal dari

bahasa lain.

Lebih lanjut, proses penerjemahan yang dilakukan penerjemah,

sebagaimana yang terungkap di dalam subbab 4.1.2.2, pada dasarnya

menggunakan tiga langkah utama di dalam menerjemahkan, yaitu: persiapan,

menerjemahkan, dan mengedit terjemahan. Proses penerjemahan tersebut dapat

dirangkum di dalam suatu bagan seperti di bawah ini. Bagan ini mengilustrasikan

kegiatan penerjemahan yang dilakukan oleh penerjemah di dalam menerjemahkan

novel The Highest Tide ke dalam novel Pasang Laut, yang mencakup tahapan

persiapan, tahapan menerjemahkan, dan tahapan mengedit terjemahan. Masing-

masing tahapan tersebut memiliki beberapa langkah atau tindakan yang dilakukan

oleh penerjemah. Bagan 5.1 berikut menunjukkan proses penerjemahan novel The

Highest Tide.

Page 297: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

259

Persiapan umum

Persiapan Khusus

Kata-kata umum

Kata-kata khusus

Bagan 5. 3 Proses Penerjemahan Novel The Highest Tide

Merevisi kualitas terjemahan

P E R S I A P A N

Mempelajari Tsu

Menyiapkan kamus, glosari

Mempelajari teks terkait

Mempelajari gaya

M E N E R J E M A K A N

- Mengecek kata/frase - Mencari makna yang sulit di dalam kamus - Mengakses rujukan di internet - Menulis dalam ekspresi lain

M E N G E D I T

Merevisi kealamian terjemahan

SELESAI

- Memahami makna berdasarkan konteks - Mempertimbangkan gaya (jenis kata, selera,

tujuan pembaca) - Memutuskan untuk memakai loan words,

naturalisasi, sinonim, catatan kaki, atau menciptakan kata baru

- Berkonsultasi dengan penerjemah lain dan/atau pakar

- Menuangkan kata ke dalam draft terjemahan

ya

tidak

Page 298: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

260

Penjelasan dari bagan di atas adalah sebagai berikut:

5.2.2.1 Persiapan

Langkah persiapan yang dilakukan di dalam proses penerjemahan novel

The Highest Tide ke dalam novel Pasang Laut ini dapat dibedakan menjadi dua

yaitu persiapan umum dan persiapan khusus. Persiapan umum yang dilakukan

adalah membaca teks HT secara keseluruhan sebelum diterjemahkan, melakukan

searching atau browsing internet sebelum menerjemahkan, dan mempersiapkan

kamus yang cukup layak, yaitu koleksi berbagai macam kamus baik kamus

ekabahasa maupun dwibahasa, kamus manual maupun kamus online, baik kamus

umum maupun kamus khusus.

Adapun persiapan khusus yang dilakukan penerjemah adalah secara penuh

memahami istilah-istilah yang termuat dalam indeks, membaca berbagai novel

baik novel terkini maupun terdahulu dan berbagai artikel yang berhubungan

dengan hal-hal khas ataupun istilah-istilah khusus yang terdapat di dalam novel

HT, dan yang tak kalah pentingnya adalah memperhatikan masalah gaya, bahwa

menerjemahkan novel tidak sekadar memindahkan kata-kata atau kalimat-kalimat

saja tetapi juga diperlukan hiasan-hiasan atau aksesori-aksesori dan nuansa kata-

kata indah. Masalah gaya yang dimaksud oleh penerjemah adalah bagaimana

mempertimbangkan masalah panjang-pendek kalimat/paragraf, lebar atau luas

halaman, jenis font dan jarak baris, ukuran kertas, jenis kolom, dan yang paling

penting adalah menjangkau alam pikiran pembaca, memperhatikan situasi atau

konteks kejadian cerita yang ada di dalam novel ke dalam konteks atau situasi

para pembaca.

Page 299: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

261

Langkah selanjutnya adalah menulis hasil terjemahan di komputer dan di

saat yang bersamaan penerjemah: mengecek kata/frase, mencari makna yang sulit

di dalam kamus, memahami makna berdasarkan konteks, mengakses rujukan di

internet, menulis dalam ekspresi lain, mempertimbangkan gaya (jenis kata, selera,

tujuan pembaca), memutuskan untuk memakai loan words, naturalisasi, sinonim,

catatan kaki, atau menciptakan kata baru, berkonsultasi dengan penerjemah lain

dan/atau pakar, dan menuangkan kata ke dalam draft terjemahan.

Langkah terakhir adalah mengedit terjemahan. Penekanan revisi adalah

pada kualitas kebahasaan teks terjemahan dan kealamian terjemahan yang

dihasilkan. Setelah beberapa perbaikan dilakukan, berikutnya adalah melakukan

revisi akhir dan membiarkan hasil terjemahan tersebut selama beberapa waktu

untuk mendapatkan hasil akhir terjemahan yang benar-benar alami.

Sebagaimana dinyatakan di atas bahwa langkah-langkah menerjemahkan

atau proses penerjemahan novel HT dimulai dengan tahap persiapan, tahap proses

utama, dan tahap akhir. Pada tahap awal atau persiapan, penerjemah mempelajari

keseluruhan Tsu di dalam novel HT untuk mendapatkan gambaran dan gagasan

yang menyeluruh mengenai isi novel dan gaya bercerita yang ada di dalam novel

tersebut yang akan diselaraskan dengan karakteristik Tsa. Untuk melakukan hal

tersebut, penerjemah menggunakan kompetensi profesional. Di dalam langkah ini,

penerjemah tidak hanya mempelajari karakter kebahasaan Tsu dan Tsa, namun

juga beberapa faktor penting lain yang dipertimbangkan, diantaranya adalah

waktu penyelesaian, alur cerita, gaya penyampaian, dan sebagainya.

Page 300: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

262

Selain itu, penerjemah juga melakukan persiapan teknis. Persiapan teknis

ini berhubungan dengan software, internet, dan kamus. Persiapan teknis ini

tidaklah berhubungan dengan komponen kebahasaan. Di dalam langkah ini,

penerjemah mempersiapkan software berupa program TRADOS 2006,

mengaktifkan internet, dan beberapa kamus, terutama Encarta CD-ROM

Dictionary dan National Geography Dictionary yang banyak memuat daftar kata-

kata atau istilah-istilah yang ada di dalam novel HT. Pada akhir persiapan,

penerjemah memahami pengetahuan lain yang berhubungan dengan karakter

khusus Tsu dan istilah-istilah kunci di dalam teks. Pada tahap ini, kompetensi

instrumental diperlukan, yaitu untuk menyiapkan glosari. Persiapan glosari ini

dimaksudkan untuk membuka file atau membuat yang baru dan biasanya

berhubungan dengan software terjemahan (translation memory). Di dalam

tahapan ini, yang dilakukan penerjemah antara lain membuka file untuk

menerjemahkan, melihat kembali kalimat di dalam memori penerjemahan, melihat

terminologi, mencari istilah-istilah yang sesuai, dan memeriksa kembali hasil

terjemahan. Ke semua kegiatan tersebut dilakukan secara langsung di dalam

software TRADOS 2006 sebagaimana di dalam gambar outline program tersebut:

Page 301: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

263

Gambar 5.1 Outline Program TRADOS 2006

Tahap awal ini sesuai dengan langkah awal di dalam proses penerjemahan

yang telah dinyatakan oleh Sumarno (1997:13; 2003:16) dan Nababan (2003:24-

25) bahwa secara umum, sebelum seorang penerjemah menganalisis teks yang

akan diterjemahkan, penerjemah selalu dihadapkan pada teks bahasa sumber

terlebih dahulu. Di dalam tahap analisis ini yang dapat dilakukan penerjemah

adalah membaca dan memahami isi teks bahasa sumber. Kegiatan membaca teks

bahasa sumber dimaksudkan untuk memahami isi teks bahasa sumber.

Di dalam memahami isi teks tersebut diperlukan adanya pemahaman

terhadap unsur linguistik dan ekstralinguistik yang terkandung di dalam Tsu.

Page 302: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

264

Unsur linguistik merujuk pada unsur kebahasaan dan unsur ekstralinguistik

mengacu pada unsur yang berada di luar kebahasaan. Unsur ekstralinguistik ini

terkait dengan sosio-budaya teks bahasa sumber dan faktor pendukung lain yang

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari bahasa itu.

5.2.2.2 Menerjemahkan

Selanjutnya, tahap utama yang dilakukan penerjemah adalah

menerjemahankan novel HT. Proses penerjemahan yang dilakukan oleh

penerjemah ini terdiri dari beberapa tindakan dan keputusan. Tindakan dan

keputusan tersebut dilakukan secara berulang-ulang dan berbeda-beda.

Penerjemah melakukan tindakan menerjemahkan maju-mundur (back and forth)

dari kata atau kalimat yang satu ke kata atau kalimat yang lain. Beberapa tindakan

dan keputusan tersebut, sebagaimana dalam subbab 4.1.2.2, adalah mengecek

kata/frase, mencari makna yang sulit di dalam kamus, memahami makna

berdasarkan konteks, mengakses rujukan di internet, menulis dalam ekspresi lain,

mempertimbangkan gaya (jenis kata, selera, tujuan pembaca), memutuskan untuk

memakai loan words, naturalisasi, sinonim, catatan kaki, atau menciptakan kata

baru, berkonsultasi dengan penerjemah lain dan/atau pakar, dan menuangkan kata

ke dalam draft terjemahan.

Di dalam tahap ini penerjemah novel HT mencarikan padanan untuk

semua kata, frase, klausa, dan/atau kalimat. Namun demikian, di dalam mencari

padanan tersebut yang perlu diperhatikan oleh penerjemah novel HT adalah

bahwa beberapa kata tertentu memiliki karakter atau sifat tertentu pula, beberapa

Page 303: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

265

kata tersebut tidak dapat diterjemahkan secara literal hanya dengan menyalin dari

kamus atau glosari dua bahasa saja, dan oleh karena itu memerlukan perhatian

yang khusus pula. Beberapa kata yang memiliki karakter khusus tersebut

memungkinkan sekali menimbulkan masalah penerjemahan. Masalah-masalah

penerjemahan hal-hal yang khas atau khusus ini, sebagaimana dinyatakan oleh

Baker (1992) dapat berupa: konsep budaya tertentu, kata bahasa sumber yang

secara semantik sangat kompleks, bahasa sumber dan bahasa sasaran memiliki

makna yang sangat berbeda, bahasa sasaran memiliki kekurangan superordinat,

bahasa sasaran memiliki kekurangan istilah-istilah khusus, perbedaan konsep

secara fisik antara bahasa sumber dan bahasa sasaran, perbedaan dalam

pengungkapan makna, perbedaan gaya, perbedaan frekuensi dan tujuan

penggunaan bentuk-bentuk khusus, dan penggunaan kata pinjaman di dalam Tsu.

Sementara itu, menurut penerjemah novel HT, masalah-masalah penerjemahan

mengenai hal-hal yang khas tersebut meliputi penerjemahan istilah-istilah yang

khusus di dalam Tsu yang tidak dijumpai atau tidak ada padanannya di dalam Tsa,

istilah-istilah budaya di dalam novel sumber, dan juga gaya bahasa.

Lebih lanjut, untuk mengatasi masalah pemadanan kata-kata atau istilah-

istilah khusus yang ada di dalam novel HT, beberapa strategi dilakukan oleh

penerjemah, yaitu dengan cara mengungkapkan konteks yang melingkupi kata

atau frase yang akan diterjemahkan, atau sering disebut dengan background

knowledge, membuat catatan kaki, menetralisir atau menaturalisasi kata yang akan

diterjemahkan dan menciptakan sendiri kata atau frase yang sepadan.

Sebagaimana yang dinyatakan oleh penerjemah bahwa pengungkapan konteks

Page 304: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

266

yang melingkupi kata atau frase dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran

secara menyeluruh makna dari kata atau frase yang diterjemahkan, membuat

catatan kaki dimaksudkan untuk memberikan tambahan informasi mengenai

istilah-istilah dalam bahasa sasaran yang memiliki beberapa makna, menetralisir

atau menaturalisasi kata atau frase dilakukan apabila berhubungan dengan istilah-

istilah khusus terutama nama-nama ekologi maupun budaya di dalam Tsu.

Adapaun salah satu contoh dari strategi penerjemah, yaitu membuat catatan kaki

sebagaimana yang dilakukan oleh penerjemah sebagai berikut:

Gambar 5.2 Contoh Catatan Kaki Penerjemahan Novel HT

Page 305: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

267

Di dalam contoh di atas, penerjemah menerjemahan kata Squirt dengan

menggunakan catatan kaki, yaitu berupa informasi mengenai sebutan atau

penamaan terhadap seseorang dengan pilihan padanan yang serinci dan setepat

mungkin, bahwa ungkapan squirt dapat bermakna cebol, kurcaci, maupun kate

dan memiliki persepsi dan nilai rasa yang berbeda-beda. Strategi yang digunakan

oleh penerjemah ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Baker (1992) bahwa

beberapa strategi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah-masalah

penerjemahan hal-hal yang khas di dalam susastra adalah dengan: menggunakan

kata-kata yang lebih umum (superordinat), menggunakan kata-kata netral,

menggunakan substitusi budaya, peminjaman kata (loan words), memparafrase

kata atau kalimat, penghilangan kata, dan menerjemahkan dengan menggunakan

ilustrasi.

Sebagaimana diketahui bahwa penerjemahan secara umum dipahami

sebagai pengalihan pesan dan gaya dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran.

Untuk itu penerjemah paling tidak melakukan dua kegiatan, yaitu memahami

makna bahasa sumber dan merekonstruksi makna yang telah dipahaminya itu ke

dalam bahasa sasaran. Untuk memahami makna bahasa sumber, penerjemah tidak

dapat hanya menerapkan pengetahuannya tentang kaidah-kaidah bahasa sumber,

tetapi ia juga harus mempertimbangkan konteks digunakannya bahasa sumber itu.

Hal yang sama terjadi ketika ia harus merekonstruksikan makna yang telah

dipahaminya dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Ia perlu menyesuaikan

kalimat-kalimatnya dengan pembaca sasaran, materi yang diterjemahkan, tujuan

penerjemahan, dan sebagainya. Untuk itu, bahasa yang digunakan seharusnya

Page 306: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

268

merupakan wacana yang bisa saling dipahami oleh para komunikan di dalam

tindak komunikasi tersebut. Makna yang dikaji dikaitkan dengan penutur di

dalam arti untuk apa si penutur mengutarakan suatu kata, frase, atau kalimat. Oleh

karenanya norma-norma penerjemahan di dalam budaya sasaran akan sangat

berpengaruh sekali.

Hal yang sama dinyatakan oleh Chesterman (1997) bahwa strategi yang

dapat digunakan di dalam mengatasi masalah-masalah penerjemahan hal-hal yang

khas di dalam novel HT adalah dengan menggunakan strategi pragmatik, yaitu

dengan: (l) filter budaya, (2) perubahan eksplisit, (3) perubahan informasi,

(4) perubahan interpersonal, (5) perubahan ilokusioner, (6) perubahan koherensi,

(7) penerjemahan parsial, (8) perubahan kemunculan penerjemah, (9) edit ulang,

dan (10) perubahan pragmatik yang lain.

Filter budaya merupakan strategi penerjemahan yang digunakan oleh

penerjemah di dalam menerjemahkan hal-hal khusus di dalam budaya sumber ke

dalam budaya sasaran atau sering juga disebut dengan kesepadanan fungsional,

sehingga hasil terjemahan sesuai dengan norma bahasa sasaran. Strategi ini juga

sering disebut dengan naturalization, domestication atau adaptation. Perubahan

eksplisit merupakan strategi penerjemahan bahwa makna di dalam Tsa dibuat

menjadi lebih eksplisit atau bahkan lebih implisit. Perubahan eksplisit ini adalah

dengan cara menambahkan komponen secara eksplisit di dalam Tsa dari Tsu yang

disampaikan secara implisit. Sebaliknya, perubahan implisit adalah dengan

menghilangkan beberapa komponen atau elemen implisit ketika penerjemah

menganggap bahwa pembaca sasaran telah memahami dari konteks

Page 307: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

269

terjemahannya. Perubahan informasi merupakan strategi penerjemahan yang

berupa penambahan atau penghilangan informasi. Penambahan informasi merujuk

pada penambahan informasi baru yang dianggap sesuai dengan keterbacaan Tsa

namun yang tidak muncul di dalam Tsu. Penghilangan informasi merujuk pada

penghilangan informasi dalam Tsu yang dianggap tidak sesuai dengan

keterbacaan Tsa. Perubahan interpersonal merupakan strategi menerjemahkan

yang bekerja pada perubahan gaya. Dengan kata lain bahwa segala sesuatu yang

berhubungan dengan perubahan di dalam hubungan antara penulis dan pembaca

disebut dengan perubahan interpersonal. Perubahan ilokusioner merujuk pada

perubahan tindak tutur (speech acts), misalnya dari suatu pernyataan ke

permintaan. Perubahan koherensi merujuk pada perubahan di dalam

pengorganisasian informasi logis di dalam suatu teks pada tataran ideasional.

Perubahan ini dapat dilakukan dalam pengorganisasian ulang suatu paragraf di

dalam Tsa. Sementara itu, strategi lain adalah penerjemahan parsial. Strategi ini

meliputi semua jenis penerjemahan parsial, seperti penerjemahan ringkasan,

abstrak, dan juga transkrip. Perubahan kemunculan penerjemah merupakan

strategi lain yang merujuk pada perubahan status kehadiran penulis atau

penerjemah. Hal ini berarti bahwa kehadiran penerjemah dapat dibuat lebih

menonjol ataupun tidak muncul. Contoh dari strategi ini adalah catatan kaki

penerjemah, komentar dalam kurung, dan juga penambahan glosari secara

eksplisit untuk menggambarkan perhatian pembaca terhadap kehadiran

penerjemah. Strategi yang lain adalah edit ulang, yaitu yang merujuk pada

pengeditan ulang yang kadang-kadang sangat radikal dilakukan oleh penerjemah

Page 308: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

270

terhadap Tsu yang sangat jelek. Oleh Karena itu, strategi meliputi penyusunan

ulang yang total dan penulisan ulang secara keseluruhan atau pada tingkatan yang

lebih umum, dan terakhir adalah strategi lain yang mengarah pada perubahan-

perubahan yang dapat merubah pesan Tsu.

Strategi yang ditawarkan oleh Chesterman (1997) tersebut dapat

digunakan untuk menerjemahkan hal-hal atau istilah-istilah khusus pada tataran

kata, frase, klausa, atau kalimat. Namun demikian, beberapa strategi tersebut

mungkin dapat digunakan untuk menerjemahkan kata dan frase sekaligus klausa

dan kalimat, strategi yang lain mungkin hanya dapat digunakan untuk

menerjemahkan kata dan frase saja atau klausa dan kalimat saja.

5.2.2.3 Mengedit

Tahap terakhir adalah mengedit terjemahan. Sebagaimana dinyatakan di

dalam temuan hasil di atas bahwa dalam tahap mengedit terjemahan ini, yang

dilakukan oleh penerjemah adalah melakukan revisi atau penyelarasan terhadap

draft terjemahan. Penekanan revisi adalah pada kualitas kebahasaan teks

terjemahan dan kealamian terjemahan yang dihasilkan. Setelah beberapa

perbaikan dilakukan, berikutnya adalah melakukan revisi akhir dan membiarkan

hasil terjemahan tersebut selama beberapa waktu untuk mendapatkan hasil akhir

terjemahan yang benar-benar alami. Revisi untuk mendapatkan kualitas

kebahasaan dan kealamian yang optimal ditunjukkan di dalam contoh revisi yang

dilakukan oleh penerjemah berikut ini:

Page 309: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

271

Gambar 5.3 Contoh Revisi Penerjemahan Novel HT

Page 310: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

272

Di dalam contoh di atas, penerjemah merevisi frase kemaluan perempuan

menjadi vagina dari Tsu yaitu a pussy, dan kalimat itu omong kosong paling

brengsek direvisi menjadi itu omong kosong paling gombal dari Tsu that is some

outrageous bullshit. Penyelarasan tersebut dilakukan untuk mendapatkan hasil

kesepadanan yang maksimal. Sementara itu, penerjemah berusaha membuat hasil

padanannya sealami mungkin dengan menambahkan informasi berupa kata-kata

maupun mengubah struktur kalimat dengan tanpa maksud merubah maknanya,

yaitu kalimat Phelps terbahak-bahak sampai hampir terjatuh menjadi Phelps

terbahak-bahak sampai hampir terjatuh dari sepeda, dari Tsu Phelps giggled

himself off balance, dan kalimat ya, katanya sesekali kita harus orgasme di dalam

hati direvisi menjadi ya, katanya sesekali kita harus menikmati orgasme di dalam

hati, yang di dalam Tsu adalah yeah, they say we should orgasm within ourselves

sometimes. Begitu pula, kau harus tetap membuka mata kalau lagi bercinta

direvisi strukturnya menjadi kau jangan memejamkan mata kalau lagi bercinta,

dari Tsu like you’re supposed to always keep your eyes open when you’re making

love.

Perbaikan pada kualitas kebahasaan dan kealamian terjemahan pada tahap

akhir ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Nababan (2003:28) bahwa

restrukturisasi atau penyelarasan adalah pengubahan proses pengalihan menjadi

bentuk stilistik yang cocok dengan bahasa sasaran, pembaca, atau pendengar.

Dengan demikian, pada tahap penyelarasan tersebut, seorang penerjemah perlu

memperhatikan ragam bahasa untuk menentukan gaya bahasa yang sesuai dengan

jenis teks yang diterjemahkan dan juga memperhatikan untuk siapa terjemahannya

Page 311: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

273

itu ditujukan. Penerjemah perlu memperhatikan untuk siapa terjemahannya itu

ditujukan mengacu pada terjemahan yang fungsional, yaitu bahwa penerjemah

seharusnya tidak dikendalikan oleh fungsi dari Tsu tetapi dikendalikan oleh fungsi

Tsa yang ingin dicapai di dalam budaya sasaran dengan fungsi Tsa yang

ditentukan oleh penerimanya.

Dari uraian bagan mengenai proses penerjemahan di atas, dapat peneliti

katakan bahwa proses penerjemahan novel The Highest Tide di atas selaras

dengan proses penerjemahan secara umum yang dirumuskan oleh Nida (1975:80),

Sumarno (1997;13), dan Nababan (2003:24-25), yaitu menganalisis, mentransfer,

dan merestrukturisasi. Namun demikian, di dalam proses penerjemahan novel HT

ini terdapat beberapa keunikan tersendiri, yaitu (1) dengan diperlukannya tidak

hanya kompetensi profesional dan teknis saja, namun juga kompetensi

instrumental yang dilakukan oleh penerjemah mulai pada tahap awal sampai pada

tahap akhir, (2) masalah gaya juga dipelajari dan dipertimbangkan mulai pada

tahap awal sampai pada tahap akhir proses penerjemahan, dan (3) proses

penerjemahan novel HT tidak semata-mata melihat penerjemahan sebagai

kegiatan kebahasaan saja, namun sebagai kegiatan komunikasi antara pengirim

dan penerima.

Pada tahap awal, penerjemah selain mempersyaratkan penggunaan

kompetensi profesional (mempelajari keseluruhan Tsu) , kompetensi teknis

(mempersiapkan software, internet, dan kamus), juga harus menguasai

kompetensi instrumental (memahami pengetahuan lain yang berhubungan dengan

karakter khusus Tsu dan istilah-istilah kunci di dalam teks yang secara elektronik

Page 312: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

274

diunduh di dalam glosari atau file lain di komputer). Di dalam tahap

menerjemahkan, kompetensi instrumental juga diperlukan, yaitu kompetensi di

dalam menulis hasil terjemahan (Tsa) di dalam komputer, mengecek kata atau

frase, mencari makna yang sulit di dalam kamus, khususnya kamus online,

memahami makna berdasarkan konteks , mengakses rujukan di internet, ataupun

menulis dalam ekspresi lain. Di dalam tahap akhir, kompetensi instrumental juga

dibutuhkan untuk mengecek dan merevisi kualitas terjemahan, khususnya untuk

mengecek aspek kualitas kebahasaan di dalam novel terjemahannya, misal

mengecek konsistensi penggunaan istilah-istilah khusus di dalam novel yang

diterjemahkan.

Masalah padanan gaya, di dalam proses penerjemahan ini juga sangat

diperhatikan oleh penerjemah. Hal tersebut ditunjukkan dengan pertimbangan

penerjemah mulai pada saat sebelum menerjemahan, yaitu pada saat persiapan dan

berlanjut pada saat proses menerjemahkan. Pada tahap menerjemahkan, yang

dilakukan oleh penerjemah adalah mempertimbangkan masalah gaya, terutama

yang berhubungan dengan jenis kata, selera, dan tujuan pembaca, dan juga

menulis kata, frase, maupun kalimat ke dalam ekspresi yang lain. Jadi, untuk

memahami makna bahasa sumber, penerjemah novel HT ini tidak hanya

menerapkan pengetahuannya tentang kaidah-kaidah bahasa sumber, tetapi

penerjemah juga mempertimbangkan konteks digunakannya bahasa sumber itu.

Hal yang sama terjadi ketika penerjemah harus merekonstruksikan makna yang

telah dipahaminya dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Penerjemah perlu

Page 313: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

275

menyesuaikan kalimat-kalimatnya dengan pembaca sasaran, materi yang

diterjemahkan, tujuan penerjemahan, dan sebagainya.

Bagan proses penerjemahan novel di atas juga mengindikasikan bahwa

penerjemahan yang dilakukan juga berhubungan dengan tindak komunikasi, yaitu

yang berkaitan antara pengirim dan penerima pesan. Proses tindak komunikasi ini

selaras dengan yang dinyatakan oleh Nord (1997: 16) bahwa suatu kegiatan

penerjemahan akan menjadi komunikatif bila kegiatan itu dilakukan melalui

suatu tanda yang dihasilkan dengan penuh maksud oleh seorang pengirim dan

diteruskan ke penerima. Ini berarti bahwa pengirim dan penerima membentuk

situasi komunikasi pada waktu dan tempat tertentu dengan menambahkan dimensi

budaya terhadap proses komunikasi tersebut. Dimensi budaya tersebut

mempengaruhi pengetahuan dan harapan pengirim dan penerima, kebahasaan

mereka, dan cara mereka mendapatkan situasi tertentu.

Sementara itu di dalam situasi komunikasi, pengirim dan penerima

diharapkan memiliki dasar yang sama dalam komunikasi agar komunikasi mereka

berhasil. Penerjemah di dalam hal ini adalah sebagai mediator kebahasaan dan

sekaligus mediator budaya. Penerjemah tidak hanya membutuhkan pengetahuan

yang menyeluruh mengenai bahasa sumber dan bahasa sasaran tetapi juga budaya

sumber dan budaya sasaran. Meskipun penerjemah bukanlah pengirim Tsu,

penerjemah menghasilkan suatu teks komunikatif di dalam budaya sasaran yang

mengungkapkan maksud-maksud pada Tsu.

Page 314: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

276

Namun demikian, seorang penerjemah juga harus mempertimbangkan

penulis Tsu dan pembaca Tsa. Hal ini berarti bahwa seorang penerjemah tidak

mungkin menghasilkan Tsa yang bertentangan dengan maksud penulis Tsu atau

gagasan pembaca Tsa mengenai apakah suatu penerjemahan menjadi berterima di

dalam budaya sasaran. Hal ini berarti bahwa penerjemah harus berusaha

menghasilkan Tsa yang fungsional yang sesuai dengan yang dimaksudkan oleh

penulis teks dan akan diterima oleh pembaca Tsa karena memasukkan

pertimbangan-pertimbangan budaya tertentu.

5.2.3 Tanggapan Pembaca

Sebagaimana dinyatakan di dalam subbab 4.1.3 bahwa di dalam

menerjemahkan novel HT, penerjemah tidak hanya menerjemahkan maknanya

saja, namun ada hal lain yang perlu dipertimbangkan dengan matang, yaitu

mengenai kemana arah pesan di dalam novel sumber yang akan disampaikan ke

pembaca, dan untuk tujuan apa terjemahan tersebut disampaikan, dalam arti

bahwa menarik dan tidaknya novel yang diterjemahkan akan sangat bergantung

pada cara penerjemah menyampaikan pesan yang ada di dalam novel tersebut

kepada para pembacanya.

Dengan mencermati pada sajian di atas, nampak bahwa di dalam

menerjemahkan karya susastra, gaya merupakan pilihan kata atau frase dari

pengarang dan bagaimana pengarang tersebut menyusun kata-kata dan frase

tersebut di dalam kalimat dan paragraf. Misalnya, seorang penulis mungkin

menggunakan kata-kata sederhana dan kalimat langsung, sementara penulis yang

Page 315: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

277

lain mungkin menggunakan kosakata yang sulit dan mengelaborasi struktur

kalimatnya. Gaya seorang pengarang menentukan pilihan katanya dan penerjemah

menjadi seorang mediator yang harus memberikan berbagai pilihan padanan. Jadi,

pilihan kata yang menurut pengarang benar juga akan menjadi benar menurut

penerjemah. Lebih jauh, gaya dalam karya susastra tidak dapat dipisahkan dengan

makna atau pesan yang ada di dalam karya tersebut. Sebagaimana yang

dinyatakan oleh Saad (2003:6) bahwa karya susastra, misalnya puisi atau novel

tidak dapat menyampaikan pesan yang terpisah dengan bentuknya, keduanya baik

pesan dan bentuk harus seiring sejalan.

Masukan dari pakar penerjemahan yang menyatakan bahwa penerjemah

harus mempertimbangkan untuk siapa karya terjemahannya itu diperuntukkan dan

bagaimana tingkat kemampuan khusus para pembaca, berarti bahwa penerjemah

harus menentukan ragam bahasa terjemahannya dan mempertahankan ragam

bahasa itu secara ajeg. Hal ini berarti bahwa seorang penerjemah harus

menentukan ragam bahasa terjemahan sesuai dengan jenis teks yang sedang

diterjemahkan. Jika penerjemah menerjemahkan suatu teks ilmiah, penerjemah

harus menggunakan ragam bahasa ilmu dalam terjemahannya. Hal sama berlaku

juga dalam penerjemahan karya susastra. Jika penerjemah menerjemahkan sebuah

novel, maka penerjemah harus memunculkan gaya novel tersebut dalam

terjemahannya. Dengan kata lain bahwa gaya bahasa novel tersebut tidak

seharusnya diubah menjadi gaya bahasa puisi atau bahkan gaya bahasa ilmiah.

Pemunculan gaya perlu dipertimbangkan secara tepat, di samping tentunya

kesetiaan pada isi pesan. Apabila terjemahannya itu ditujukan kepada para

Page 316: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

278

pembaca yang bukan ahli dalam disiplin ilmu yang diterjemahkan, penerjemah

perlu menyederhanakan kalimat terjemahan yang berkonstruksi rumit tanpa

mengaburkan atau menghilangkan pesan yang terkandung dalam teks bahasa

sumber. Kata-kata yang masih asing bagi mereka perlu dicarikan padanannya

dalam bahasa sasaran yang memungkinkan pembaca dapat memahami konsep

yang terkandung dalam kata-kata tersebut. Sebaliknya, pembaca yang profesional

tidak begitu mengalami kesulitan dalam memahami suatu isi teks terjemahan yang

diungkapkan dengan kalimat-kalimat yang kompleks dan dengan istilah-istilah

yang rumit dan konseptual.

Lebih lanjut, dimungkinkan sekali bahwa dalam suatu naskah bahasa

sumber tidak hanya terdapat satu jenis ragam atau gaya saja tetapi lebih dari satu

penggunaan gaya, maka penerjemah juga harus mengenalinya dan menggunakan

berbagai pilihan ragam atau gaya yang digunakan oleh penulis naskah. Oleh

karena itu, dapat dikatakan bahwa gaya pada dasarnya juga menunjukkan

keakuratan dan kewajaran penerjemahan karena salah satu alasan pilihan kata

penerjemah adalah memberikan gaya yang sedekat mungkin dengan gaya dalam

Tsu.

Setelah membaca novel HT secara keseluruhan, menurut pakar

penerjemahan, secara umum penerjemahan novel HT sangat baik, hal tersebut

karena teksnya mengalir lancar seperti bukan terjemahan, dan hal lain yang

membuat menarik adalah bagaimana penerjemah novel HT mengurangi atau

menambahkan makna di Tsa untuk membuat Tsa lebih hidup.

Page 317: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

279

Dengan kata lain bahwa kegiatan penerjemahan yang dilakukan oleh

penerjemah selalu ditujukan untuk mencari padanan yang optimal dari bahasa

sumber ke dalam bahasa sasaran. Padanan yang optimal adalah tujuan akhir

penerjemahan (Zhu, 2004). Di dalam usaha mencari suatu padanan yang optimal

bukanlah hal yang mudah bagi penerjemah dan seringkali menimbulkan banyak

masalah. Masalah-masalah tersebut sebagai akibat adanya perbedaan gramatikal,

semantik, dan sosiokultural antara bahasa sumber dan bahasa sasaran.

Sebagaimana disebutkan di atas bahwa karena adanya perbedaan gramatikal,

semantik, dan sosio-kultural antara bahasa sumber dan bahasa sasaran, maka

diperlukan strategi pemecahan masalah padanan. Strategi tersebut dapat berupa

penambahan informasi, pengurangan informasi, dan penyesuaian struktur

(Newmark, 1988:85-91). Penambahan informasi adalah memasukkan informasi

yang tidak ada dalam Tsu ke dalam Tsa. Informasi yang ditambahkan dapat

berupa informasi kultural, teknis, atau kebahasaan. Penghilangan informasi

mengacu pada penghilangan isi dan bukan penyelarasan struktur untuk

menghasilkan terjemahan yang gramatikal. Penyesuaian struktur mengacu pada

perubahan atau pergeseran tatabahasa dari bahasa sumber ke bahasa sasaran.

Tujuan penyesuaian struktur ini adalah untuk menghasilkan terjemahan yang

sepadan makna dan gayanya.

Namun demikian, karena tidak ada dua bahasa yang secara sistematis dan

budaya sama, maka pergeseran tersebut: penambahan, penghilangan, dan

substitusi perlu dilakukan namun tidak dalam setiap kesempatan. Penerjemah

perlu mempertimbangkan secara mendalam penggunaan gaya di dalam Tsa.

Page 318: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

280

Apabila terdapat perbedaan yang sangat lebar antara dua bahasa, penerjemah

dapat merubahnya ke dalam bentuk atau gaya yang sesuai di dalam bahasa sasaran

yang didasarkan pada suatu konteks yang melatarinya.

Sementara itu, hasil kuesioner yang telah dikumpulkan dari sampel

pembaca menunjukkan bahwa di dalam penerjemahan novel HT ke dalam novel

PL, mayoritas pembaca menyatakan bahwa bahasa yang digunakan di dalam

novel terjemahan PL terasa enak dibaca, bahasa yang digunakan di dalam novel

terjemahan PL mengalir dengan lancar, teks di dalam novel terjemahan PL sangat

jelas, teks yang ada di dalam novel terjemahan lumayan mudah dipahami, dan

kata-kata yang digunakan sudah sesuai dalam menyampaikan informasi di dalam

novel yang diterjemahkan.

Alasan secara umum yang dikemukakan oleh pembaca terhadap jawaban

kuesioner di atas (sebagaimana ditunjukkan di dalam subbab 4.1.3) adalah bahwa

bahasa yang digunakan tidak seperti novel terjemahan pada umumnya, kalimat-

kalimatnya selalu mengejutkan dan membuat pembaca semakin penasaran untuk

membaca terus dan mengetahui akhir cerita; meskipun di dalam novel terjemahan

banyak menggunakan istilah-istilah asing, namun penggunaan istilah tersebut

terasa enak dibaca dan tepat, dan bahasanya ringan; teks di dalam novel

terjemahan menggunakan kalimat-kalimat yang koheren, bahasanya jelas, dan alur

cerita mudah ditangkap; teksnya mudah dibaca dan dicetak jelas, bahasanya

ringan, segar, dan lucu, dan penulisan antar paragraf terjalin dengan baik; hasil

terjemahan dapat dengan jelas disampaikan kepada pembaca, kata-kata yang

digunakan saling terkait dan mewakili isi cerita, dan kata-kata atau istilah asing

Page 319: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

281

yang digunakan sering diberi informasi tambahan untuk memperjelas informasi

yang disampaikan. Namun demikian, terdapat beberapa bagian yang mudah

dipahami namun beberapa bagian yang lain di dalam novel harus dibaca dua kali,

terdapat teks yang agak membingungkan, beberapa kata yang agak kaku dan tidak

sesuai dengan struktur bahasa sasaran, dan alur cerita yang flash back sehingga

agak menyulitkan memahami cerita secara kronologis.

Alasan-alasan yang disampaikan oleh pembaca di atas menunjukkan

bahwa kesepadanan mutlak di dalam menerjemahkan novel HT ke dalam novel

PL sangatlah sulit dicapai. Hal tersebut wajar karena di dalam setiap bahasa

memiliki sistem yang berbeda satu sama lain baik yang menyangkut bentuk

maupun kaidah yang mengatur konstruksi gramatikal dan konsep terjemahan itu

sendiri pada dasarnya secara budaya berbeda dan memiliki konsep sendiri-

sendiri.

Hal tersebut sebagaimana dinyatakan oleh William (2001) dan Nababan

(2008) bahwa suatu kesepadanan penerjemahan antara Tsa dengan Tsu sangatlah

problematik, hal ini karena tiga alasan, yaitu: tidak mungkin suatu teks memiliki

interpretasi yang konstan sama meskipun dari orang yang sama dalam kesempatan

yang berbeda, penerjemahan merupakan interpretasi subjektif dari penerjemah,

dan tidak mungkin bagi seorang penerjemah untuk menentukan bagaimana

tanggapan pembaca terjemahan terhadap Tsu ketika Tsu tersebut pertama kali

dibuat.

Page 320: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

282

5.2.4 Keterkaitan antara Kualitas Kesepadanan Makna dan Gaya, Penerjemah, dan Pemahaman Pembaca

Dengan berbagai strategi penerjemahan yang diterapkan oleh penerjemah,

yaitu mulai dari mempertimbangkan secara matang dan menyeluruh padanan yang

diberikan dengan cara menggunakan kemampuan mengungkapkan konteks yang

meliputi kata atau frase yang akan diterjemahkan, membuat catatan kaki,

menetralisir, atau menaturalisasi kata-kata atau frase yang sulit, sampai dengan

menyelami dan mempraktekkan sendiri kata-kata atau frase yang sudah benar-

benar tidak diketemukan padanannya, namun sudah berada di dalam konteks yang

harus benar-benar dilakukan, dan kemudian mengambil keputusan untuk

menghilangkan kata atau menciptakan sendiri kata yang sepadan, mampu

menunjukkan atau menghasilkan terjemahan novel The Highest Tide ke dalam

novel Pasang Laut dengan baik, dengan bukti bahwa kesepadan makna dan gaya

ungkapan-ungkapan budaya materi, istilah ekologi, budaya sosial, dan gaya

bahasa diterjemahkan secara hampir sempurna dengan rerata 42.03%, sangat baik

dengan rerata 30,72%, baik dengan rerata 17,39%, atau secara keseluruhan

kualitas terjemahan tersebut termasuk ke dalam kategori terjemahan baik

(74,04%) dan berada sedikit di bawah kategori terjemahan sangat baik. Hasil

kualitas terjemahan baik tersebut didukung oleh pendapat pakar penerjemahan

bahwa secara umum penerjemahan novel HT sangat baik dan pembaca novel yang

menyatakan bahwa bahasa yang digunakan terasa enak dibaca, bahasa mengalir

dengan lancar, teks di dalam novel terjemahan sangat jelas, dan kata-kata yang

digunakan sesuai dalam menyampaikan informasi di dalam novel terjemahan.

Page 321: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

283

Dengan kata lain, kualitas terjemahan (faktor objektif) novel HT yang termasuk

ke dalam kategori terjemahan baik atau berada sedikit di bawah kategori

terjemahan sangat baik dipengaruhi oleh penerjemah (faktor genetik) yang

memiliki latar belakang akademik penerjemahan, pengalaman profesi yang cukup

lama, dan beragam karya terjemahan novel, dengan kualitas terjemahan yang

didukung atau diperkuat oleh pendapat dari pakar penerjemahan dan pembaca

novel terjemahan (faktor afektif). Adapun keterkaitan tersebut dapat digambarkan

ke dalam bagan sebagai berikut:

Bagan 5.4 Keterkaitan antara Kualitas Kesepadanan Makna dan Gaya, Penerjemah, dan Pemahaman Pembaca Novel Terjemahan HT

Faktor Genetik Penerjemah memiliki: Pendidikan penerjemahan Pengalaman Beragam karya terjemahan

Faktor Objektif

Novel diterjemahkan

dengan baik (skor 74,04%)

Faktor Afektif

Pembaca mudah memahami novel

terjemahan

Sintesis

Kualitas terjemahan yang baik dipengaruhi oleh faktor genetik dan didukung oleh hasil/pendapat faktor afektif

Page 322: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

284

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI TEMUAN, DAN REKOMENDASI

6.1 Simpulan

Berdasarkan pokok-pokok temuan dan pembahasan terhadap kesepadanan

makna dan gaya antara Tsu dan Tsa yang berhubungan dengan penerjemahan

bagian-bagian yang khas dalam novel, penerjemah, dan pemahaman pembaca

novel terjemahan, disimpulkan bahwa kesepadan makna dan gaya ungkapan-

ungkapan budaya materi, istilah ekologi, budaya sosial, dan gaya bahasa di

dalam novel sumber The Highest Tide diterjemahkan ke dalam novel sasaran

Pasang Laut dengan kualitas terjemahan baik (74,04%) dan berada sedikit di

bawah kategori terjemahan sangat baik. Hasil penilaian ini bersifat relatif dan

berdasarkan kriteria kurang lebih karena penilaian terhadap padanan makna dan

gaya secara objektif sulit dicapai. Lebih lanjut, hasil klasifikasi menunjukkan

bahwa penggunaan makna sosiokultural dan makna leksikal dengan gaya yang

menggunakan berbagai pilihan kata di dalam Tsa sering muncul di dalam

terjemahan bagian-bagian yang khas novel HT. Namun demikian, persentase

tersebut tidaklah mengindikasikan dominasi atau superioritas dari penggunaan

makna dan gaya di atas. Persentase tersebut hanyalah menunjukkan tingkat

keseringan kemunculan makna dan gaya di dalam terjemahan bagian-bagian yang

khas novel HT.

Page 323: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

285

Kualitas terjemahan yang baik tersebut didukung oleh latar belakang

akademik, pengalaman profesi penerjemah, dan strategi yang dilakukan

penerjemah di dalam menerjemahkan kata-kata atau istilah-istilah khusus yang

ada di dalam novel HT, yaitu dengan cara mengungkapkan konteks yang

melingkupi kata atau frase yang akan diterjemahkan, membuat catatan kaki,

menetralisir atau menaturalisasi kata yang akan diterjemahkan, dan menciptakan

sendiri kata atau frase yang sepadan.

Selain itu, kualitas terjemahan baik tersebut didukung oleh pendapat pakar

penerjemahan bahwa secara umum penerjemahan novel HT sangat baik dan

pembaca novel yang menyatakan bahwa bahasa yang digunakan terasa enak

dibaca, bahasa mengalir dengan lancar, teks di dalam novel terjemahan sangat

jelas, dan kata-kata yang digunakan sesuai dalam menyampaikan informasi di

dalam novel terjemahan. Namun demikian, terdapat beberapa kegagalan

penerjemahan novel HT di dalam menjembatani perbedaan karakteristik bahasa

Inggris ke dalam bahasa Indonesia, yaitu ketidakajegan penerjemah di dalam

menerjemahkan istilah-istilah khusus dan pengubahan cara pandang dalam

menampilkan para pelaku antara Tsu dan Tsa.

6.2 Implikasi Temuan

Implikasi-implikasi dari temuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Penerjemah novel yang profesional dengan latar belakang akademik yang baik

dan pengalaman profesi yang kuat berdampak positif terhadap kualitas

terjemahan yang dihasilkan. Dengan memiliki latar belakang akademik yang

Page 324: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

286

baik, seorang penerjemah novel memiliki ketrampilan khusus kebahasaan,

memahami dan menguasai kesusastraan, dan mampu menciptakan struktur

kalimat dengan cara menyesuaikan teks bahasa sasaran dengan teks bahasa

sumber sedekat dan seoptimal mungkin. Sementara itu, dengan pengalaman

profesi yang kuat, menunjukkan bahwa penerjemah adalah seorang penerjemah

yang profesional, yang terus-menerus memupuk kualitas penerjemahannya,

dan kualitas terjemahan yang dihasilkan menjadi tolok ukur dalam keberhasilan

terjemahannya.

b) Kepandaian penerjemah di dalam mentransfer budaya bahasa Inggris ke dalam

bahasa Indonesia berdampak positif dan dapat dicontoh oleh penerjemah yang

lain di dalam menghasilkan terjemahan yang berkualitas. Di dalam

menerjemahkan novel, penerjemah tidak hanya mempelajari karakter

kebahasaan Tsu dan Tsa, namun juga mempertimbangkan beberapa faktor

penting lain, yaitu waktu penyelesaian, alur cerita, gaya penyampaian, dan

sebagainya. Selain itu, penerjemah juga melakukan persiapan teknis, yaitu yang

berhubungan dengan software, internet, dan kamus. Penerjemah juga harus

memahami pengetahuan lain yang berhubungan dengan karakter khusus Tsu

dan istilah-istilah kunci di dalam teks dengan cara menyiapkan glosari.

Persiapan glosari ini dimaksudkan untuk membuka file atau membuat yang

baru dan biasanya berhubungan dengan software terjemahan. Ketrampilan-

ketrampilan tersebut secara umum diperlukan di dalam memahami isi Tsu

terhadap unsur linguistik dan ekstralinguistik yang terkandung di dalam Tsu

tersebut. Dengan kata lain, untuk memahami makna bahasa sumber,

Page 325: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

287

penerjemah tidak dapat hanya menerapkan pengetahuannya tentang kaidah-

kaidah bahasa sumber, tetapi juga harus mempertimbangkan konteks

digunakannya bahasa sumber itu. Hal yang sama terjadi ketika penerjemah

harus merekonstruksikan makna yang telah dipahaminya dari bahasa sumber ke

dalam bahasa sasaran. Penerjemah perlu menyesuaikan kalimat-kalimatnya

dengan pembaca sasaran, materi yang diterjemahkan, tujuan penerjemahan, dan

sebagainya.

c) Di dalam usaha mendapatkan kesepadanan terjemahan yang maksimal,

penerjemah novel perlu mempertimbangkan secara matang strategi di dalam

menerjemahkan hal-hal yang khas di dalam novel dan mempertimbangkan

bahwa prioritas utama di dalam menerjemahkan novel tidak hanya pengalihan

pesan secara akurat, namun juga penggunaan gaya. Penerjemahan novel yang

tidak mempertimbangkan strategi dan pemfokusan pada aspek makna saja akan

berdampak negatif terhadap kualitas terjemahan yang dihasilkan. Seorang

penerjemah harus menentukan ragam bahasa terjemahan sesuai dengan jenis

teks yang sedang diterjemahkan. Jika penerjemah menerjemahkan suatu teks

ilmiah, dia harus menggunakan ragam bahasa ilmu dalam terjemahannya. Hal

yang sama berlaku juga dalam penerjemahan karya susastra. Jika penerjemah

menerjemahkan sebuah novel, maka penerjemah harus memunculkan gaya

novel tersebut dalam terjemahannya. Dengan kata lain bahwa gaya bahasa

novel tersebut tidak seharusnya diubah menjadi gaya bahasa puisi atau bahkan

gaya bahasa ilmiah. Di dalam mempertahankan gaya, di samping tentunya

kesetiaan pada isi pesan, maka pemunculan gaya perlu dipertimbangkan secara

Page 326: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

288

tepat. Penerjemah harus tahu kepada siapa terjemahannya diperuntukkan dan

bagaimana tingkat kemampuan khusus para pembacanya. Juga, dimungkinkan

sekali bahwa dalam suatu naskah bahasa sumber tidak hanya terdapat satu jenis

ragam atau gaya bahasa saja tetapi lebih dari satu gaya bahasa, maka

penerjemah juga harus mengenalinya dan menggunakan gaya bahasa-gaya

bahasa yang digunakan oleh penulis naskah. Oleh karena itu, gaya

menunjukkan keakuratan dan kewajaran penerjemahan karena salah satu alasan

pilihan kata penerjemah adalah memberikan gaya yang sedekat mungkin

dengan gaya dalam Tsu.

d) Penerjemah perlu memikirkan dengan mendalam mengenai kualitas teks

susastra yang diterjemahkan dan pembaca novel. Pertimbangan ini sangat

penting dan berdampak positif terhadap keberterimaan hasil terjemahan

dengan pembaca sasaran. Hal ini berarti bahwa seorang penerjemah tidak

mungkin menghasilkan Tsa yang bertentangan dengan maksud penulis Tsu

atau gagasan pembaca Tsa mengenai apakah suatu penerjemahan menjadi

berterima di dalam budaya sasaran. Penerjemah harus berusaha menghasilkan

Tsa yang fungsional yang sesuai dengan yang dimaksudkan oleh penulis teks

dan akan diterima oleh pembaca Tsa karena memasukkan pertimbangan-

pertimbangan budaya tertentu.

Page 327: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

289

6.3 Rekomendasi

Di dalam hubungannya dengan simpulan penelitian, beberapa saran

ditawarkan kepada pembaca potensial penelitian ini, yaitu ditujukan terutama

kepada para penerjemah, institusi penerjemahan, dan juga para peneliti lanjut

yang berhubungan dengan penelitian ini.

6.3.1 Kepada para Penerjemah

Latar belakang akademik, pengalaman profesi, dan beragam karya

terjemahan yang telah dihasilkan oleh seorang penerjemah sangat berpengaruh di

dalam menerjemahkan suatu novel. Oleh karena itu, (a) penerjemah, khususnya

penerjemah yang memfokuskan pada penerjemahan novel, perlu sekali membekali

diri dengan kompetensi dan keahlian akademik agar penerjemah memiliki

kompetensi kebahasaan, kesusastraan, dan penguasaan teori-teori penerjemahan

yang baik; (b) penerjemah juga perlu meningkatkan pengalaman profesinya, yaitu

dengan secara terus-menerus memupuk kualitas penerjemahannya;

(c) penerjemah perlu memiliki kompetensi profesional, kompetensi teknis,

kompetensi instrumental, dan ketrampilan di dalam menggunakan berbagai

strategi penerjemahan. Kompetensi dan ketrampilan tersebut sangat penting di

dalam memahami makna bahasa sumber dan merekonstruksi makna yang telah

dipahaminya itu ke dalam bahasa sasaran; dan (d) penerjemah novel perlu

mempertimbangkan secara matang penggunaan makna dan gaya di dalam

penerjemahannya. Untuk memahami makna bahasa sumber, penerjemah novel

tidak hanya menerapkan pengetahuannya tentang kaidah-kaidah bahasa sumber,

Page 328: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

290

tetapi juga harus mempertimbangkan konteks digunakannya bahasa sumber itu.

Penerjemah perlu menyesuaikan kalimat-kalimatnya dengan pembaca sasaran,

materi yang diterjemahkan, tujuan penerjemahan, dan sebagainya. Ke semua hal

tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan hasil terjemahan yang benar-benar

sepadan makna dan gayanya.

6.1.2 Kepada Institusi Penerjemahan

Jurusan penerjemahan sebagai satu-satunya jurusan yang mempersiapkan

para lulusannya memiliki kemampuan akademik dan ketrampilan yang kuat di

dalam menerjemahkan, sudah selayaknya apabila para calon penerjemah yang

dihasilkan oleh jurusan penerjemahan tersebut perlu dibekali tidak hanya

pengetahuan profesional mengenai teori-teori penerjemahan, namun juga

ketrampilan-ketrampilan praktis yang berhubungan dengan penerjemahan.

Ketrampilan-ketrampilan tersebut sejalan dengan perkembangan teknologi dan

persaingan di dalam memperebutkan lapangan pekerjaan. Salah-satu persyaratan

tersebut adalah kompetensi dan ketrampilan yang berhubungan dengan

pengoperasian software penerjemahan dan pencarian informasi di dalam internet

untuk membantu proses pengambilan keputusan di dalam menerjemahkan novel.

Untuk itu, silabus di dalam kurikulum penerjemahan perlu disesuaikan dengan

menambahkan pengetahuan dan ketrampilan mengenai pengoperasian software

penerjemahan dan ketrampilan pencarian informasi di dalam internet, yang pada

akhirnya mampu memfasilitasi kompetensi dan ketrampilan menerjemahkan para

lulusan penerjemahan secara holistik.

Page 329: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

291

6.1.3 Kepada para Peneliti Lanjut

Penelitian ini memfokuskan pada analisis penerjemahan novel, khususnya

mengenai kesepadanan makna dan gaya di dalam penerjemahan novel. Di dalam

penelitian ini, kesepadanan penerjemahan novel dipertimbangkan tidak hanya

makna atau isi novel, tetapi juga gaya dalam terjemahan dengan memperhatikan

bahwa pencarian padanan makna tanpa penerjemahan gaya yang sesuai akan

menghasilkan terjemahan yang tidak lengkap dan tidak efisien. Untuk itu, bagi

peneliti lanjut, disarankan untuk melakukan penelitian sejenis, misalnya

mengkaji proses decision-making dalam proses menerjemahkan karya terjemahan

novel, mengkaji strategi yang paling mungkin digunakan dalam menerjemahkan

novel, dan mengkaji model proses penerjemahan novel sebagaimana yang

terangkum di dalam penelitian ini dengan lebih mendalam. Hal ini dimaksudkan

untuk menguji lebih lanjut validitas model proses penerjemahan novel,

mengungkap kelebihan dan kekurangannya, dan memperbaiki dan merumuskan

model proses penerjemahan novel secara universal.

Page 330: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

292

DAFTAR PUSTAKA Aguardo, Pilar. 2005. Translation-Strategies Use: A Classroom-Based

Examination of Baker’s Taxonomy. Online Translation Journal. Meta, vol. 50, n° 1, 2005, p. 294-311. (http:// http://id.erudit.org/iderudit/010675ar).

Aldebyan, Qusai Anwer. 2008. Strategies for Translating Arabic Cultural

Markers into English: A Foreignizing Approach. Ph.D. Dissertation. Arkansas: University of Arkansas

Allan, Keith. 1986. Linguistic Meaning 1. London: Routledge and Kegan Paul. Al-Qinai, Jamal. 2000. Translation Quality Assessment Strategies, Parametres,

and Procedures. Online Translation Journal. Meta, Vol. XLV, 3, 2000, pg 497-519. (http://www.erudit.org/en/revue/meta/2000/v45/n3/index.html, retrieved on 29 October, 2008).

Amstrong, Nigel. 2005. Translation, Linguistics, Culture. Great Britain:

Multilingual Matters Ltd. Aminuddin. 2009. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru

Algensindo. Arif Subiyanto. 2007. Pasang Laut. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama. Asim Gunarwan. 2005. Pragmatik dalam Penilaian Terjemahan: Pendekatan

Baru? Artikel disajikan dalam International Conference on Translation di Solo 14-15 September 2005.

Baikoeni, Efri Yoni. 2008. Bahasa ‘Jargon’ dan ‘Argot’. Online Article.

(http://baikoeni.multiply.com/journal/item/136, retrieved on 3 April 2008).

Baker, Mona. 1992. In Other Words: A Coursebook on Translation, London:

Routledge. Baker, Mona.(2001) (Ed.). Routledge Encyclopedia of Translation Studies.

London: Routledge.

Page 331: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

293

Basnett, Susan. 2002. Translation Studies (Third edition). London/New York: Routledge, Taylor & Francis Group.

Bell, Roger T. 1991. Translation and Translating: Theory and Practice. London:

Longman Group Ltd. Bolaños Cuellar, Sergio. 2008. Towards an Intergrated Translation Approach:

Proposal of Dynamic Translation Model. Ph.D. Dissertation. Hamburg: Hamburg University.

Catford, J.C. 1974. A Linguistic Theory on Translation. London: Oxford

University Press. Chandler, Raymond. 2004. Words about Words-Raymond Chandler Speaking.

(http://www. Wordspy.com/waw/Chandler-Raymond.asp) Chesterman, Andrew. 1997. Memes of Translation. Amsterdam: John Benjamins

B.V. Duff, Alan. 1981. The Third Language: Recurrent Problems of Translation into

English. England: Pergamon Press. Edi Subroto. 1992. Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural. Surakarta:

UNS Press. Edi Subroto. 1999. Ihwal Relasi Makna: Beberapa Kasus dalam Bahasa

Indonesia. Surakarta: PPs UNS. Enkvist, Nils Erik. 1964. Linguistics and Style. London: Oxford University Press. Even, Itamar-Zohar. 1997. Polysystem Studies. Online Translation Journal.

Poetics Today. International Journal for Theory and Analysis of Literature and Communication Volume 11, Number 1.

Fananie, Zainuddin. 2002. Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah University

Press. Fawcett, Peter. 1997. Translation and Language: Linguistic Theories Explained,

Manchester: St Jerome Publishing Gerzymisch, Heidrun-Arbogast. 2001. Equivalence Parameters and Evaluation.

Germany: University of Saarbrucken. Gorys Keraf. 2002. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Page 332: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

294

Hardi, Thomas. Microsoft® Encarta® Online Encyclopedia 2004.(http://Encarta.msn.com©)1997-2004 Microsoft Corporation.

Hardi, Thomas. 2004. Translation: An Advanced Resource Book. London/New

York: Routledge, Taylor & Francis Group. Hemingway, Ernest Miller. Microsoft® Encarta® Online Encyclopedia

2004.(http://Encarta.msn.com©)1997-2004 Microsoft Corporation. House, Juliane. 1977. A Model for Translation Quality Assessment, Tübingen:

Gunter Narr. House, Juliane. 2001. Translation Quality Assessment: Linguistic Description

versus Social Evaluation. Online Translation Journal. Meta, XLV1, 2, 243-257. (http://www.erudit.org).

Ibrahim, Fatima Ahmed. 2008. Problems of Dynamic Equivalence in Translation.

Online Translation Article. (http://www.TranslationDirectory.com) Israel, Michael. 2004. Common Sense and ‘Literal Meaning’ . Online Journal of

Semantics. XX. 1-31. (http://www.Israel-Literalism.com) Jakobson, Roman. 2000. 'On Linguistic Aspects of Translation', in R. A. Brower

(ed. 1959) On Translation, Cambridge, MA: Harvard University Press. James, Kate. 2002. Cultural Implications for Translation. Online translation

Article. (http://accurapid.com/journal/22delight.htm) Junus, Umar. 1989. Stilistik: Satu Pengantar. Malaysia: Percetakan Dewan

Bahasa dan Pustaka. Landers, Clifford E. 2001. Literary Translation. A Practical Guide. Sydney:

Multilingual Matters ltd. Larson, Mildred L. 1984. Meaning based Translation. A Guide to Cross

Language Equivalence. New York: University Press of America, Inc. Larson, Mildred L. 1989. Penerjemahan Berdasarkan Makna. Terjemahan

Kencanawati Taniran. Jakarta: Arcan. Leech, G & M. Short.1981. Style in Fiction. A Linguistic Introduction to English

Fictional Prose. London: Longman. Leonardi, Vanessa. 2000. Equivalence in Translation: Between Myth and Reality.

Online Translation Journal, 4, 4, 1-14. (http://accurapid.com/journal/14equiv.htm).

Page 333: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

295

Lynch, Jack. 2001. Guide to Style and Grammar.

(http://www.andromeda.rutgers.edu.) Lynch, Jim. 2005. The Highest Tide. New York: Bloomsbury Publishing. Lyons, John. 1995. Linguistic Semantics: An Introduction. Cambridge: Cambridge

University Press. Martha Budianto. 2007. Kajian Penerjemahan Film (Subtitling) Berbahasa

Inggris ke dalam Bahasa Indonesia (Sebuah Studi Kebijakan). Disertasi S3 PPS UNS Surakarta.

Motsch, Wolfgang & Renate Pasch. 1987. "Illokutive Handlungen: Satz, Text,

prachliche Handlung (= .Studia grammatical, 25) disunting oleh Wolfgang Motsch, II -79. Berlin: Akademic -Vlg.

Minhui, Xu. 2010. On Scholar Translators in Literary Translation: A Case Study

of Kinkley’s Translation of “Biancheng”. Hong Kong: The Hong Kong Polytechnic University.

Munday, Jeremy. 2000. Introducing Translation Studies. London/New York:

Rutledge. Nababan, Rudolf. 2008. Equivalence in Translation: Some Problem-Solving

Strategies. Online Translation Article. (http:// http://www.proz.com/doc/2071)

Nababan, Rudolf. 2003. Teori Menerjemahkan Bahasa Inggris. Surakarta:

Pustaka Pelajar. Nababan, Rudolf. 2003. Arah Penelitian Penerjemahan. Artikel disajikan dalam

Kongres Nasional Penerjemahan di Solo, 15-16 September 2003. Nababan, Rudolf. dkk. 2004. Keterkaitan antara Latar Belakang Penerjemah

dengan Proses Penerjemahan dan Kualitas Terjemahan (Studi Kasus Penerjemah Profesional di Surakarta). Laporan Penelitian. Surakarta: PPs UNS.

Nababan, Rudolf. 2004. Translation Processes, Practices, and Products of

Professional Indonesian Translators. Unpublished Dissertation. New Zealand: Victoria University of Wellington.

Nadar, F.X. 2005. Materi dan Teknik Pengajaran Penerjemahan. Artikel

disajikan dalam International Conference on Translation di Solo 14-15 September 2005.

Page 334: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

296

Newmark, Peter. 1981. Approaches to Translation. Germany: Pergamon Press. Newmark, Peter. 1988. A Textbook of Translation. UK: Prentice Hall

International. Nida, Eugene A. 1964. Toward a Science of Translating. Leiden: E.J. Brill. Nida, Eugene A and Ch. Taber. 1974. The Theory and Practice of Translation.

Helps for Translators. Den Hags: Brill. Nida, Eugene A. 1975. Language Structure and Translation. California: Stanford

University Press. Nieminen, T. (2004). The Value of Register, Text Type and Genre for Translation

and Translation Assessment. ( http://www.uta.fi/) Nord, Christiane. 1991. Text Analysis in Translation. Theory, Methodology, and

Dicdactic Application of a Model for Translation-Oriented Text Analysis. Amsterdam: Rodopi B.V.

Nord, Christiane. 1997. Translating as a Purposeful Activity: Functionalist

Approaches Explained. Manchester: St. Jerome Publishing. Pinto, M. (2001). Quality Factors in Documentary Translation. Online

Translation Journal. Meta, XLV1, 2, 288-300. (http://www.erudit.org).

Pym, Anthony. 2005. On Toury’s Laws of How Translators Translate. Translation

Article. Intercultural Studies Group. Universitat Rovira, Virgili Tarragona, Spain. (http://www.tinet.cat/~apym/publications/publications.html)

Pym, Anthony.2007. On History in Formal Conceptualizations of Translation.

Translation Journal. Intercultural Studies Group. Universitat Rovira i Virgili Tarragona, Spain. (http://www.tinet.cat/~apym/on-line/translation/translation_ny.pdf)

Ratna, Nyoman Kutha. 2005. Sastra dan Cultural Studies. Representasi Fiksi dan

Fakta. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Stilistika. Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan

Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Read Me First Network. 2003. Understanding Style.

(http://goodtools.net/pages/SUNstyle/style.net.htm).

Page 335: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

297

Riazi, Abdolmehdi. 2008. On the Test Methods and Translation Criteria Used to

Assess Iranian Students’ Translations in Translation Courses. Online Translation Article.(http://www.TranslationDirectory.com).

Rochayah Machali. 2000. Pedoman Bagi Penerjemah. Jakarta: Grasindo. Saad, Ibrahim. 2003. Language and Choice for Learning/Translating English.

(http://accurapid.com/journal). Saeed, John I. 2000. Semantics. UK: Blackwell Publishers Ltd. Sandell, Rolf. 1977. Linguistic Style and Persuasion. New York: Academic Press

Inc. Searle, John R. 1979. "Literal Meaning". Expression and Meaning. Studies in the

Theory of Speech Acts. Cambridge: Cambridge Univ. Press. Shiyab, Said, et al. 2003. Can Literary Style Be Translated? Journal Article in

Editions UNESCO 1. France. http://accurapid.com/journal. Snell-Hornby, Mary.1988. Translation Studies: an Integrated Approach,

Amsterdam and Philadelphia: John Benjamins. Sudarno, AP. 2008. Evaluasi Terjemahan Buku-buku Teks di Bidang Rancang

Bangun. Disertasi S3 PPS UNS Surakarta. Sumarno, Thomas. 1988. Hubungan antara Lama Belajar dalam Bidang

Penerjemahan, Jenis Kelamin, Kemampuan Berbahasa Inggris, dan Tipe-Tipe Kesilapan Terjemahan dari Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia.. Disertasi S3 Pasca Sarjana Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang.

Sumarno, Thomas. 1997. Proses dan Hasil Terjemahan. Haluan Sastra Budaya no

32, Th. XVI. Oktober 1997. Surakarta: FSSR UNS. Sumarno, Thomas. 1999. Makna dalam Penerjemahan. Makalah dalam Seminar

Nasional Semantik I di UNS Surakarta. Sumarno, Thomas. 2003. Menerjemahkan itu Sulit dan Rumit. Makalah disajikan

dalam Kongres Nasional Penerjemah 15-16 September 2003. Surakarta.

Suparman. 2003. Terjemahan dalam Sastra. Artikel disajikan dalam Kongres

Nasional Penerjemahan di Solo, 15-16 September 2003.

Page 336: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

298

Sutopo, H.B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan

Terapannya dalam Penelitian. Surakarta: UNS Press. Thriveni, C. 2002. Cultural Elements in Translation. Online Journal Article,

Volume 6, No.1. January 2002. (http://accurapid.com/journal/19culture.htm)

Toolan, Michael J. 1990. The Stylistics of Fiction. A Literary-Linguistic

Approach. London: Routledge Toury, G. 1995. Descriptive Translation Studies and Beyond. Amsterdam: John

Benjamins. Toury, G. 2000. The Nature and Role of Norms in Translation. In L. Venuti. The

Translation Studies Reader (hal. 198-211). London: Routledge. Turner, Mark. 1991. Reading minds: the Study of English in the Age of Cognitive

Science. Princeton, NJ: Princeton University Press. Vermeer, H. J. 2000. Skopos and commission in translational action (A.

Chesterman, Trans.). In L. Venuti (Ed.) The Translation Studies Reader (pp. 221-32). London: Routledge.

Vinay, J.P. and J. Darbelnet. 1995. Comparative Stylistics of French and

English: a Methodology for Translation, translated by J. C. Sager and M. J. Hamel, Amsterdam / Philadelphia: John Benjamins.

Wales, K. 2001. A Dictionary of Stylistics. London: Longman. Wellek, Rene & Warren, Austin. 1977. Theory of Literature.London: Harcourt

Brace Javanovich Publisher. Wellek, Rene & Warren, Austin. 1989. (Edisi Terjemahan). Teori Kesusastraan.

Jakarta: Gramedia. Williams, M. 2001. The Application of Argumentation Theory to Translation

Quality Assessment. Online Translation Journal. Meta, XLV1, 2, 326- 344.(http://www.erudit.org)

Xiaoshu, Song. 2003. Translation of Literary Style. Journal of Translation,

Volume 7, Number 1. Chinese Translators Journal. (http://accurapid.com/journal/23style.htm)

Page 337: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

299

Yang, Caixia. 2010. Strategies of Transmitting English Cultura Elements into Chinese: Reflexion on E-C Literary Translation in China. China: Renmin University of China.

Zhonggang, Sang. 2006. A Relevance Theory Perspective on Translating the

Implicit Information in Literary Texts. Journal of Translation, Volume 2, Number 2. China: Chinese Translators Journal.(http://accurapid.com/journal)

Zhu, Chunshen. 2004. Ut Once More: The Sentence as the Key Functional Unit of

Translation. Online Translation Journal. Meta: Translators' Journal, vol. 44, n° 3, 2004, p. 429-447. (http://id.erudit.org/iderudit/004644ar)

Zuchridin Suryawinata. 1982. Analisis dan Evaluasi terhadap Terjemahan Novel

Sastra the Adventures of Huckleberry Finn dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia. Unpublished Dissertation. Malang. IKIP Malang, Pascasarjana.

Zuchridin Suryawinata. 1989. Terjemahan: Pengantar Teori dan Praktek. Jakarta:

Depdikbud, Dirjen Dikti, PPLPTK.

Page 338: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

300

BIODATA

Nama : Masduki Tempat/tanggal lahir : Kediri, 01 April 1973 NIP : 197304012003121001 Institusi tempat kerja : Universitas Trunojoyo Madura Jurusan : Sastra Inggris Alamat Korespondensi: Perum Seruni C5 Banyuajuh

Kamal Bangkalan Madura E-mail : [email protected]

Riwayat Pendidikan 1997 Lulus S1 Pendidikan Bahasa Inggris IKIP Negeri Malang 2003 Lulus S2 Pendidikan Bahasa Inggris PPS Universitas Negeri Malang 2011 Studi S3 Linguistik Penerjemahan PPS UNS Solo Kegiatan Ilmiah 5 Tahun Terakhir 2006 Seminar Establishing the Indonesian Translator Community di Solo 2007 Pelatihan Curriculum for Department of Letters di Universitas Negeri Malang 2007 Kursus Singkat Specialist Certificate on Curriculum and Materials Development di

RELC, Singapura 2008 Sandwich Program Professional Practicum Program di University of New South

Wales, Australia 2009 Seminar and Workshop on Book and Novel Translation and Translation Editing di

Politeknik Negeri Malang 2009 Pelatihan Meningkatkan Kesadaran Lingkungan Melalui Kritik Sastra Berperspektif

Lingkungan di Universitas Airlangga Surabaya 2010 Seminar Internasional FIT Sixth Asian Translators’ Forum di University of Macau,

Cina Penelitian dan Publikasi Ilmiah 5 Tahun Terakhir 2006 Studi Kepedulian Laki-laki Terhadap Kesehatan Reproduksi Perempuan. Research

Grant: DIKTI/DEPDIKNAS 2006 Meningkatkan Kemampuan bahasa Inggris Mahasiswa Non-English Department

melalui Program Intensive Course Model B. Research Grant: DIKTI/DEPDIKNAS 2007 Studi Efektivitas Pembelajaran bahasa Inggris Anak Usia Sekolah Dasar di Tempat-

tempat Kursus di Kabupaten Bangkalan. Research Grant: DIKTI/DEPDIKNAS 2010 Memaknai Interaksi Lintas Bahasa dan Budaya dalam Konteks Lokal. Jurnal

PROSODI Sastra Inggris Unijoyo, Vol. 4, hal 31-40 2010 Kompetensi Wacana dalam Penerjemahan (Perspektif Multikultural). Prosiding

Semnas Unijoyo, Hal 187-199 2011 Examining A Novel Translation Equivalence: A Holistic Criticism Approach.

Prosiding FIT Asian Translator’s Forum, Macau, page 559-575

Page 339: KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM …perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iii KESEPADANAN MAKNA DAN GAYA DI DALAM NOVEL THE HIGHEST TIDE DAN TERJEMAHANNYA: PENDEKATAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

301