Jurnal Agriuma:, DOI: JURNAL AGRIUMA
Transcript of Jurnal Agriuma:, DOI: JURNAL AGRIUMA
70
Jurnal Agriuma:, 2 (2) Oktober 2020 ISSN 2657-1749 (Print) ISSN 2657-1730 (Online)
DOI: 10.31289/agr.v2i2.3803
JURNAL AGRIUMA
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agriuma
Identifikasi Potensi Wilayah Komoditas Jahe
di Provinsi Sumatera Utara Identification of Ginger Commodity Potential Areas
in Sumatera Utara Province
Francisca Wenny Astriani Widya Sari1
Rita Herawaty Br Bangun1 1Fungsional Statistisi BPS Provinsi Sumatera Utara
Diterima: Mei 2020 Disetujui : Oktober 2020 Dipublish: Oktober 2020
*Corresponding Email: [email protected]
Abstrak Jahe merupakan salah satu jenis tanaman biofarmaka multifungsi yaitu selain sebagai bahan rempah dalam
pembuatan masakan juga dapat digunakan sebagai bahan baku obat. Terutama dalam masa pandemic covid-19 yang
melanda Indonesia saat ini, jahe menjadi tanaman obat yang paling popular untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi wilayah basis produksi komoditas jahe, karakteristik penyebarannya
dan peranan komoditas jahe dalam mendukung pembangunan wilayah di Provinsi Sumatera Utara. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder periode tahun 2017 sampai 2019. Metode analisis yang
digunakan adalah analisis location quotient, analisis lokalitas, analisis spesialisasi, analisis rasio layanan dasar dan
analisis efek pengganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wilayah basis komoditas jahe berdasarkan indikator
produksi di Provinsi Sumatera Utara meliputi Tapanuli Selatan, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Karo, Kabupaten
Pakpak Bharat dan Kabupaten Samosir. Usahatani komoditas jahe di Provinsi Sumatera Utara tidak terkonsentrasi
pada satu wilayah saja, melainkan menyebar di beberapa kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. Usahatani
komoditas jahe di kabupaten basis Provinsi Sumatera Utara tidak menspesialisasikan pada usahatani komoditas jahe
dan dapat berperan serta dalam mendukung kegiatan pertanian biofarmaka di Provinsi Sumatera Utara.
Kata Kunci: efek pengganda; jahe; location quotient; lokalita; spesialisasi
Abstract
Ginger is a type of multifunctional biopharmaca plant that is in addition to being a spice ingredient in food cooking, it can also be used as a raw material for medicine. Especially in the covid-19 pandemic that attack Indonesia today, ginger became the most popular medicinal herbs to increase body endurance. This study aims to identify the area of production base of ginger commodity, its distribution characteristics and the role of ginger in supporting regional development in North Sumatra Province. The data used in this study are secondary data from 2017 to 2019. The analysis method used are location quotient analysis, localization and specialization analysis, basic service ratio analysis and regional multiplier analysis. The results showed that the ginger base commodity based on production indicators in North Sumatra Province included South Tapanuli District, Toba Samosir District, Karo District, Pakpak Bharat District and Samosir District. Ginger commodity farming in North Sumatra Province is not concentrated in one region, but spread in several districts / cities in North Sumatra Province. Ginger commodity farming in the base regency of North Sumatra Province does not specialize in ginger commodity farming and can participate in supporting biopharmaca agricultural activities in North Sumatra Province.
Keywords: ginger; location quotient; localization; multiplier effect; specialization
How to Cite: Sari, F.W.A & Bangun, R.H.B (2020). Identifikasi Potensi Wilayah Komoditas Jahe di Provinsi Sumatera
Utara. Jurnal Agriuma. 2 (2): 70-81.
Francisca Wenny Astriani Widya Sari1, Rita Herawaty Br Bangun
1, Identifikasi Potensi Wilayah Komoditas Jahe
di Provinsi Sumatera Utara
71
PENDAHULUAN
Jahe merupakan salah satu jenis tanaman biofarmaka multifungsi yaitu selain sebagai
bahan rempah atau bumbu dalam pembuatan masakan juga dapat digunakan sebagai bahan
baku obat (Saputra et al., 2017). Terutama dalam masa pandemi virus covid-19 yang menyerang
dunia saat ini termasuk Indonesia, tanaman jahe menjadi salah satu jenis tanaman obat yang
paling populer untuk meningkatkan daya tahan tubuh manusia. Jahe sebagai bahan obat
tradisional dapat digunakan secara tunggal ataupun dipadukan dengan bahan obat herbal
lainnya yang mempunyai fungsi saling menguatkan dan melengkapi (Aryanta, 2019). Kebutuhan
jahe untuk konsumsi dalam negeri maupun tujuan ekspor cukup tinggi sehingga jahe manjadi
salah satu komoditi ekspor andalan nasional (Gunawan & Rohandi, 2018).
Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu sentra penghasil jahe di Indonesia, dimana
pada tahun 2019 Sumatera Utara merupakan provinsi terbesar kesembilan sebagai penghasil
jahe di Indonesia(BPS, 2020b). Total produksi jahe di Sumatera Utara pada tahun 2019 mencapai
2.815,19 ton dengan luas panen sebesar 1.543,46 m²(BPS, 2020a). Produksi jahe ini tersebar di
hampir seluruh kabupaten/kota di Sumatera Utara. Semenjak harga mulai meningkat, para
petani di Sumatera Utara kembali membudidayakan tanaman jahe dan bibitnya dari lahan yang
sudah di telantarkan bertahun-tahun. Sehingga komoditi jahe ini menjadi sangat menjanjikan
dalam peningkatan ekonomi masyarakat setempat.
Pengembangan suatu komoditas pertanian didasarkan pada prospek komoditas dan
potensi wilayah sehingga perencanaan wilayah yang memilki komoditas unggulan dalam
pembangunan patut diperhatikan. Menurut Jannah (2017) kebijakan pembangunan daerah
dilakukan dengan melihat potensi masing-masing daerah agar program pembangunan yang
dirancang terlaksana dengan baik, tepat sasaran dan nyata. Kusmiati & Windiarti (2011) juga
berpendapat bahwa perencanaan wilayah dalam pengembangan komoditas pertanian
merupakan hal yang sangat penting karena setiap wilayah memiliki nilai strategis sesuai dengan
potensi sumber daya yang terdapat pada masing-masing daerah (Bangun, 2020).
Penelitian tentang analisis potensi pemetaan wilayah sudah pernah dilakukan, antara lain
oleh Iswi & Santoso (2015) yang meneliti tentang perwilayahan komoditas unggulan tanaman
pangan berdasarkan kesesuaian lahan Kabupaten Tuban. Ilham, et al., (2017) melakukan
penelitian tentang analisis sistem informasi geografis dalam perwilayahan komoditas kakao di
Kabupaten Enrekang. Setianto & Susilowati (2014) meneliti tentang komoditas perkebunan
unggulan yang berbasis pada pengembangan wilayah kecamatan di Kabupaten Banjarnegara
Provinsi Jawa Tengah.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian terkait pemetaan potensi
wilayah komoditas jahe di Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi wilayah basis produksi komoditas jahe, karakteristik penyebarannya dan
peranan komoditas jahe dalam mendukung pembangunan wilayah di Provinsi Sumatera Utara.
METODE PENELITIAN
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara. Data yang dikumpulkan adalah data time
series selama periode tahun 2017 sampai 2019. Dimana variabel yang digunakan dalam
Jurnal Agriuma:, 2 (2) Oktober 2020 ISSN 2657-1749 (Print) ISSN 2657-1730 (Online) (70-81)
72
penelitian ini adalah produksi jahe dan komoditas biofarmaka lainnya yang diusahakan oleh
masyarakat masing-masing wilayah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara.
Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui wilayah basis dan non basis komoditas
jahe di Provinsi Sumatera Utara adalah metode analisis Location Quotient (LQ). Analisis LQ
merupakan langkah awal untuk memahami sektor yang menjadi pemacu pertumbuhan suatu
daerah. Inti dari model ekonomi basis adalah arah dan pertumbuhan suatu wilayah ditentukan
oleh ekspor wilayah tersebut (Oktavia & Andjani, 2019). Secara matematis formula LQ adalah
sebagai berikut (Sari & Bangun, 2019;Iswi & Santoso, 2015):
………………………………………………………………………………………………………...(1)
Keterangan:
LQi : Indeks Location Quetiont
Yij : Produksi jahe di kabupaten i
Yj : Produksi komoditas biofarmaka di kabupaten i
Yi : Produksi jahe di Provinsi Sumatera Utara
Y : Produksi komoditas biofarmaka di Provinsi Sumatera Utara
Kriteria pengambilan keputusan:
- Jika nilai LQ ≥ 1 artinya wilayah i merupakan wilayah basis produksi
- Jika nilai LQ < 1 artinya wilayah i merupakan wilayah non basis produksi.
Untuk mengetahui karakteristik penyebaran komoditas jahe di Provinsi Sumatera Utara
digunakan analisis lokalita dan spesialisasi (Widyatami & Wiguna, 2016;Nurmalia & Suwandari,
2019).
a) Lokalita (Lp), digunakan untuk mengukur penyebaran (konsentrasi) relative kegiatan
pertanian di suatu wilayah dengan rumus: Lp = {(Si/Ni) – (∑Si/∑Ni)}
Kriteria pengambilan keputusan:
α ≥ 1: Komoditas-i terkosentrasi pada suatu Kabupaten-i
α < 1: Komoditas-i tersebar di beberapa wilayah di Kabupaten-i
b) Spesialisasi (Sp), digunakan untuk melihat spesialisasi wilayah terhadap jenis pertanian
tertentu, dengan rumus: Sp = {(Si/∑Si) – (Ni/∑Ni)}
Ktiteria pengambilan keputusan:
β ≥ 1: Suatu wilayah menspesialisasikan pada satu jenis komoditas-i
β < 1: Suatu wilayah tidak menspesialisasikan pada satu jenis komoditas-i
Keterangan:
Si = Jumlah produksi/luas panen komoditas-i di Kabupaten-i
Ni = Jumlah produksi/luas panen komoditas-i di Provinsi-i
∑Si = Total produksi/luas panen sub sektor pertanian komoditas-i di Kabupaten-i
∑Ni = Total produksi/luas panen sub sektor pertanian komoditas-i di Provinsi-i
Untuk mengetahui peranan komoditas strategis sektor basis dalam mendukung
perkembangan kegiatan sektor pertanian terutama mensejahterakan masyarakat dalam
YY
YYLQ
i
jij
i/
/
Francisca Wenny Astriani Widya Sari1, Rita Herawaty Br Bangun
1, Identifikasi Potensi Wilayah Komoditas Jahe
di Provinsi Sumatera Utara
73
menciptakan lapangan pekerjaan dan memperbaiki pendapatan di Provinsi Sumatera Utara
digunakan analisis Basic Service Ratio (BSR), Regional Multiplier (RM) dengan formula sebagai
berikut(Bangun, 2020):
BSR = ∑ Sektor basis / ∑ Non basis
RM = (∑ Sektor basis + ∑ Non basis) / ∑ Sektor basis
Keterangan:
∑ Sektor basis: Jumlah produksi jahe di kabupaten basis Provinsi Sumatera Utara
∑ Non basis: Jumlah produksi jahe di kabupaten non basis Provinsi Sumatera Utara
Kriteria pengambilan keputusan:
BSR, RM > 1 artinya sektor basis memberikan kontribusi yang psoitif terhadap perkembangan
sektor non basis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan Produksi Jahe di Provinsi Sumatera Utara
Produksi jahe Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2019 sebesar 2,82 juta kilogram (BPS,
2020a). Komoditas jahe selama kurun waktu tahun 2017 sampai 2019 cenderung mengalami
penurunan. Produksi jahe pada tahun 2017 sebesar 7,26 juta kilogram turun sebesar 24,93%
pada tahun 2018 dan pada tahun 2019 produksi jahe menjadi menjadi 2,82 juta kilogram (BPS,
2020a). Fluktuasi produksi biofarmaka termasuk jahe biasanya dipengaruhi oleh faktor iklim
dan harga (Bangun, 2019). Pribadi (2013) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa penurunan
produksi dan produktivitas jahe di Sumatera Utara sebagai salah satu sentra produksi jahe di
Sumatera, diantaranya disebabkan alih fungsi lahan dengan pola gilir jagung karena adanya
serangan penyakit pada jahe, dan keterbatasan benih yang baik dan bersertifikat, sehingga
petani hanya menggunakan benih yang kualitasnya rendah yang diperoleh dari tanaman
sebelumnya.
Sebagai salah satu komoditi ekspor andalan nasional, jahe memerlukan penanganan yang
efektif dan efisien agar produksi dan mutunya dapat terjamin. Meskipun tanaman jahe telah
lama dibudidayakan, tetapi pengembangan dalam skala luas belum didukung oleh teknik
budidaya yang optimal dan berkesinambungan sehingga produktivitas dan mutunya rendah
(Gunawan & Rohandi, 2018).
7,263,534
5,452,774
2,815,186
0
1,000,000
2,000,000
3,000,000
4,000,000
5,000,000
6,000,000
7,000,000
8,000,000
2017 2018 2019
Jurnal Agriuma:, 2 (2) Oktober 2020 ISSN 2657-1749 (Print) ISSN 2657-1730 (Online) (70-81)
74
Gambar 1. Perkembangan Produksi Jahe di Provinsi Sumatera Utara (kg), 2017-2019 Sumber Gambar: (BPS, 2020a)
Gambar 2. Produksi Jahe di Daerah Sentra Provinsi Sumatera Utara (kg), Tahun 2017-2019
Sumber:BPS, 2020
Daerah sentra komoditas jahe di Provinsi Sumatera Utara adalah Kabupaten Simalungun,
Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Toba, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Samosir,
Kabupaten Karo dan Kabupaten Deli Serdang (BPS, 2020a). Produksi jahe di daerah sentra
selama tahun 2017 sampai tahun 2019 cenderung menunjukkan penurunan. Penurunan
produksi jahe terbesar terjadi pada Kabupaten Simalungun. Produksi jahe pada tahun 2017
sebesar 2,72 juta kilogram turun 87,18 persen di tahun 2019. Prabawa & Dewi (2019) dalam
penelitiannya menyebutkan bahwa penurunan produksi jahe dipengaruhi oleh serangan hama
penyakit, belum optimalnya penggunaan faktor produksi dan rendahnya nilai jual jahe.
Wilayah Basis Komoditas Jahe di Provinsi Sumatera Utara
Perwilayahan komoditas unggulan merupakan penentuan komoditas unggulan yang
akan dikembangkan pada masing-masing wilayah kabupaten. Penentuan wilayah basis dan non
basis dapat diketahui berdasarkan nilai Location Quotient (LQ) dari komoditas jahe untuk
masing-masing wilayah kabupaten. Hasil analisis LQ komoditas jahe berdasarkan indikator
produksi di Provinsi Sumatera Utara periode tahun 2017-2019 dapat dilihat pada Tabel 1.
Hasil penghitungan LQ menunjukkan bahwa diantara 33 kabupaten/kota di Provinsi
Sumatera Utara terdapat hanya 5 (lima) kabupaten yang menjadi wilayah basis komoditas jahe.
Wilayah basis komoditas jahe tersebut terdiri dari Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Toba
Samosir, Kabupaten Karo, Kabupaten Pakpak Bharat dan Kabupaten Samosir. Kabupaten
tersebut berdasarkan indikator produksi memiliki nilai LQ lebih besar dari 1, artinya kelima
wilayah tersebut memiliki nilai produksi yang lebih tinggi daripada produksi rata-rata Provinsi
Sumatera Utara. Wilayah basis berdasarkan indikator produksi yang tertinggi adalah Kabupaten
Karo dengan nilai LQ 1,66, artinya setiap 1 bagian produksi jahe akan digunakan untuk
memenuhi kebutuhan Kabupaten Karo dan sisanya sebesar 0,66 bagian untuk memenuhi
kebutuhan komoditas jahe di wilayah lain.
325355
651779
2471464
2727000
37860 122773
347540
787599
379264
2361443
726280
123100 104818
587000
295358 270757
1055625
349602 131200
138788
422808
0
500000
1000000
1500000
2000000
2500000
3000000
TapanuliSelatan
TapanuliUtara
Toba Simalungun Karo Deli Serdang Samosir
2017 2018 2019
Francisca Wenny Astriani Widya Sari1, Rita Herawaty Br Bangun
1, Identifikasi Potensi Wilayah Komoditas Jahe
di Provinsi Sumatera Utara
75
Hasil penghitungan LQ juga menunjukkan bahwa komoditas jahe merupakan komoditas
biofarmaka yang dominan diusahakan oleh masyarakat di kabupaten basis tersebut. Kabupaten
basis tersebut mampu mencukupi kebutuhan wilayahnya secara mandiri juga mampu
memenuhi kebutuhan jahe wilayah lain. Wilayah basis jahe juga menunjukkan potensi
komoditas jahe di Provinsi Sumatera Utara sehingga diperlukan pengembangan wilayah yang
tepat untuk mendukung pengembangan komoditas jahe sebagai salah satu komoditas
biofarmaka unggulan di Provinsi Sumatera Utara.
Tabel 1. Hasil Penghitungan Location Quotient (LQ) Wilayah Basis Jahe menurut Indikator Produksi di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017-2019
Kabupaten Nilai LQ
2016 2017 2018 Rata-rata (1) (2) (3) (4) (5)
Nias 0.30 0.17 0.26 0.24 Mandailing Natal 0.11 0.14 0.23 0.16 Tapanuli Selatan 0.99 1.18 0.98 1.05 Tapanuli Tengah 0.00 1.01 0.44 0.48 Tapanuli Utara 0.97 1.04 0.56 0.86 Toba 1.21 1.19 1.15 1.18 Labuhan Batu 0.00 0.00 0.00 0.00 Asahan 0.44 0.66 0.64 0.58 Simalungun 0.86 0.55 1.01 0.81 Dairi 1.27 1.20 0.50 0.99 Karo 1.80 1.56 1.61 1.66 Deli Serdang 0.91 0.65 0.38 0.65 Langkat 0.89 0.09 0.15 0.38 Nias Selatan 0.61 0.68 - 0.65 Humbang Hasundutan 0.46 0.85 0.68 0.66 Pakpak Bharat 1.40 0.91 1.44 1.25 Samosir 1.78 1.53 1.56 1.62 Serdang Bedagai 0.09 0.73 0.78 0.53 Batu Bara - - 0.29 0.29 Padang Lawas Utara - - - - Padang Lawas 0.35 0.10 0.24 0.23 Labuhan Batu Selatan 0.00 1.20 0.75 0.65 Labuhan Batu Utara 0.00 - - 0.00 Nias Utara 0.45 0.50 0.27 0.41 Nias Barat 0.95 0.55 0.59 0.70 Sibolga - - - - Tanjung Balai 0.18 0.38 0.37 0.31 Pematang Siantar 0.00 0.00 0.30 0.10 Tebing Tinggi 0.14 0.08 0.16 0.13 Medan 0.38 0.49 0.38 0.41 Binjai 0.26 0.21 0.44 0.30 Padangsidimpuan 0.30 0.43 0.25 0.33 Gunungsitoli 0.40 0.06 0.12 0.20 Sumber : BPS, 2020
Mauludi et al., (1992) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa pemasaran jahe di
daerah sentra produksi Sumatera Utara relatif cukup efisien yang ditunjukkan oleh saluran
pemasaran yang realtif pendek dan didukung dengan sarana transportasi yang relatif memadai
atau lancar. Komoditas jahe di Provinsi Sumatera Utara produksinya tumbuh lebih cepat
dibanding komoditas biofarmaka lainnya dan komoditas jahe merupakan salah satu komoditas
Jurnal Agriuma:, 2 (2) Oktober 2020 ISSN 2657-1749 (Print) ISSN 2657-1730 (Online) (70-81)
76
biofarmaka yang unggul dan berpotensi untuk terus dikembangkan untuk memacu kontribusi
pada perekonomian wilayah (Bangun, 2019).
Lokalita Komoditas Jahe di Provinsi Sumatera Utara
Analisis lokalita digunakan untuk mengetahui apakah komoditas jahe terkonsentrasi
pada suatu wilayah atau menyebar di beberapa wilayah. Hasil penghitungan analisis lokalita
jahe ditunjukkan pada Tabel 2.
Hasil analisis lokalita berdasarkan indikator produksi menunjukkan bahwa nilai
koefisien lokalita yang dihasilkan oleh masing-masing kabupaten besarnya kurang dari 1 ( <1).
Artinya bahwa usaha perkebunan komoditas jahe yang diusahakan oleh masyarakat di Provinsi
Sumatera Utara tidak terkonsentrasi di satu wilayah kabupaten saja tetapi tersebar di beberapa
kabupaten/kota.
Tabel 2. Hasil Penghitungan Lokalitas Komoditas Jahe menurut Indikator Produksi di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017-2019
Kabupaten Nilai Koefisien Lokalitas
2016 2017 2018 Rata-rata (1) (2) (3) (4) (5)
Nias 0.00 0.00 0.00 0.00 Mandailing Natal -0.01 0.00 0.00 -0.01 Tapanuli Selatan 0.00 0.02 0.01 0.01 Tapanuli Tengah 0.00 0.00 0.00 0.00 Tapanuli Utara 0.00 0.00 -0.06 -0.02 Toba 0.06 0.07 0.08 0.07 Labuhan Batu 0.00 0.00 0.00 0.00 Asahan 0.00 0.00 0.00 0.00 Simalungun -0.06 -0.11 0.01 -0.05 Dairi 0.01 0.01 -0.01 0.00 Karo 0.00 0.01 0.02 0.01 Deli Serdang 0.00 -0.01 -0.07 -0.03 Langkat 0.00 0.00 -0.03 -0.01 Nias Selatan 0.00 0.00 0.00 0.00 Humbang Hasundutan 0.00 0.00 0.00 0.00 Pakpak Bharat 0.00 0.00 0.00 0.00 Samosir 0.02 0.04 0.06 0.04 Serdang Bedagai 0.00 0.00 0.00 0.00 Batu Bara 0.00 0.00 0.00 0.00 Padang Lawas Utara 0.00 0.00 0.00 0.00 Padang Lawas 0.00 0.00 0.00 0.00 Labuhan Batu Selatan 0.00 0.00 0.00 0.00 Labuhan Batu Utara 0.00 0.00 0.00 0.00 Nias Utara 0.00 0.00 0.00 0.00 Nias Barat 0.00 0.00 0.00 0.00 Sibolga 0.00 0.00 0.00 0.00 Tanjung Balai 0.00 0.00 0.00 0.00 Pematang Siantar 0.00 0.00 0.00 0.00 Tebing Tinggi 0.00 0.00 0.00 0.00 Medan -0.01 0.00 0.00 -0.01 Binjai 0.00 0.00 0.00 0.00 Padangsidimpuan 0.00 0.00 0.00 0.00 Gunungsitoli 0.00 0.00 0.00 0.00 Sumber : BPS, 2020
Francisca Wenny Astriani Widya Sari1, Rita Herawaty Br Bangun
1, Identifikasi Potensi Wilayah Komoditas Jahe
di Provinsi Sumatera Utara
77
Kabupaten yang memiliki nilai koefisien lokalita positif adalah Kabupaten Nias, Tapanuli
Selatan, Tapanuli Tengah, Toba, Labuhan Batu, Asahan, Dairi, Karo, Nias Selatan, Humbang
Hasundutan, Pakpak Bharat, Samosir, Serdang Bedagai, Batu Bara, Padang Lawas Utara, Padang
lawas, Labuhan Batu Selatan, Labuhan Batu Utara, Nias Utara, Nias Barat, Kota Sibolga, Tanjung
Balai, Pematang Siantar, Tebing Tinggi, Binjai, Padangsidimpuan dan Gunungsitoli. Hal ini
menunjukkan bahwa dua puluh tujuh (27) wilayah kabupaten/kota tersebut mampu
menghasilkan produksi jahe lebih tinggi jika dibandingkan dengan wilayah kabupaten/kota
lainnya di Provinsi Sumatera Utara.
Penyebaran komoditas jahe disebabkan wilayah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera
Utara memiliki karakteristik yang sama yang meliputi iklim, cuaca dan topografi daerah.
Nurmalia & Suwandari (2019) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa penyebaran kegiatan
usaha pertanian dapat memberikan keuntungan bagi pelaku usaha yang berkaitan karena jika
kebutuhan terhadap komoditas pertanian tidak diperoleh di satu kecamatan maka masih ada
kecamatan lain yang dijadikan rujukan untuk memenuhi kebutuhan akan komoditas pertanian
tersebut.
Spesialisasi Komoditas Jahe di Provinsi Sumatera Utara
Analisis spesialisasi merupakan analisis yang bertujuan untuk mengetahui spesialisasi
suatu wilayah. Spesialisasi ini menujukkan apakah suatu wilayah hanya mengusahakan satu
jenis komoditas pertanian atau lebih. Analisis spesialisasi merupakan selisih dari perbandingan
produksi komoditas jahe dan produksi komoditas biofarmaka di suatu kabupaten/kota dengan
perbandingan produksi komoditas jahe dan produksi komoditas biofarmaka di Provinsi
Sumatera Utara. Ukuran kekhasan suatu wilayah ditunjukkan oleh nilai dari koefisien
spesialisasi. Jika nilai koefisien spesialisasi kurang dari 1, maka Provinsi Sumatera Utara tidak
mengkhususkan kegiatan pertaniannya pada komoditas jahe (Faidah et ., 2016). Hasil
penghitungan koefisien spesialisasi komoditas jahe dapat dilihat pada Tabel 3.
Hasil analisis spesialisasi dengan menggunakan indikator produksi menunjukkan bahwa
tidak terdapat wilayah kabupaten/kota yang memiliki nilai indeks spesialisasi lebih besar dari 1.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara yang
menspesialisasikan wilayahnya pada pengusahaan komoditas jahe. Hal ini dikarenakan sebagian
masyarakat yang melakukan usaha budidaya jahe tidak menjadikan jahe sebagai tanaman utama
yang dibudidayakan di lahan mereka dengan kata lain ada komoditas pertanian tertentu lainnya
yang dijadikan sebagai komoditas utama di wilayah mereka. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan Berdasarkan koefisien spesialisasi tidak dihasilkan nilai yang lebih ataupun
sama dengan 1 artinya tidak ada satu wilayah pun yang melakukan spesialisasi pasda kegiatan
usaha pertanian tertentu (Nurmalia & Suwandari, 2019).
Berdasarkan penghitungan dari koefisien spesialisasi, terdapat 6 (enam)
kabupaten/kota yang memiliki nilai koefisien spesialisasi yang positif yaitu Kabupaten Tapanuli
Selatan, Toba, Dairi, karo, Pakpak Bharat dan Samosir. Dimana 5 (lima) dari 6 (enam) kabupaten
tersebut merupakan kabupaten basis komoditas jahe di Provinsi Sumatera Utara. Penelitian
yang dilakukan oleh Churfa et al., (2015) pada komoditas kopi rakyat di kabupaten Jember
menunjukkan adalanya spesialisasi komoditas di wilayah basis karena produksi di wilayah
basis lebih tinggi dibanding wilayah non basis.
Jurnal Agriuma:, 2 (2) Oktober 2020 ISSN 2657-1749 (Print) ISSN 2657-1730 (Online) (70-81)
78
Tabel 3. Hasil Penghitungan Spesialisasi Komoditas Jahe menurut Indikator Produksi di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017-2019
Kabupaten Nilai Koefisien Spesialisasi
2016 2017 2018 Rata-rata (1) (2) (3) (4) (5)
Nias -0.38 -0.51 -0.39 -0.43 Mandailing Natal -0.48 -0.53 -0.41 -0.47 Tapanuli Selatan 0.00 0.11 0.05 0.05 Tapanuli Tengah -0.54 0.01 -0.28 -0.27 Tapanuli Utara -0.02 0.03 -0.21 -0.07 Toba 0.11 0.12 0.16 0.13 Labuhan Batu -0.54 -0.62 -0.55 -0.57 Asahan -0.30 -0.21 -0.16 -0.22 Simalungun -0.07 -0.28 0.07 -0.09 Dairi 0.14 0.12 -0.25 0.01 Karo 0.43 0.35 0.45 0.41 Deli Serdang -0.05 -0.21 -0.32 -0.19 Langkat -0.06 -0.57 -0.46 -0.36 Nias Selatan -0.21 -0.20 - -0.20 Humbang Hasundutan -0.29 -0.09 -0.13 -0.17 Pakpak Bharat 0.22 -0.05 0.34 0.17 Samosir 0.42 0.33 0.41 0.39 Serdang Bedagai -0.49 -0.17 -0.07 -0.24 Batu Bara - - -0.37 -0.37 Padang Lawas Utara - - - - Padang Lawas -0.35 -0.56 -0.41 -0.44 Labuhan Batu Selatan -0.54 0.12 -0.09 -0.17 Labuhan Batu Utara -0.54 - - -0.54 Nias Utara -0.30 -0.31 -0.39 -0.33 Nias Barat -0.03 -0.28 -0.19 -0.16 Sibolga - - - - Tanjung Balai -0.44 -0.39 -0.33 -0.39 Pematang Siantar -0.54 -0.62 -0.37 -0.51 Tebing Tinggi -0.46 -0.57 -0.45 -0.50 Medan -0.34 -0.32 -0.32 -0.33 Binjai -0.40 -0.49 -0.28 -0.39 Padangsidimpuan -0.38 -0.36 -0.40 -0.38 Gunungsitoli -0.32 -0.58 -0.48 -0.46 Sumber : BPS, 2020
Daya Dukung Komoditas Jahe Terhadap Pembangunan Wilayah Provinsi
Sumatera Utara
Peranan komoditas jahe terhadap pembangunan wilayah di Provinsi Sumatera Utara
dapat diketahui dengan menggunakan analisis Basic Service Ratio (BSR) dan Regional Multiplier
(RM). Analisis ini menggunakan perbandingan jumlah wilayah basis dengan jumlah wilayah non
basis, artinya semakin banyak wilayah basis akan semakin meningkatkan pembangunan di
Provinsi Sumatera Utara. Hasil analisis Basic Service Ratio (BSR) dan Regional Multiplier (RM)
akan menunjukkan sejauh mana peranan yang diberikan wilayah basis komoditas jahe terhadap
pembangunan wilayah Provinsi Sumatera Utara.
Francisca Wenny Astriani Widya Sari1, Rita Herawaty Br Bangun
1, Identifikasi Potensi Wilayah Komoditas Jahe
di Provinsi Sumatera Utara
79
Hasil analisis Basic Service Ratio (BSR) berdasarkan indikator produksi dapat dilihat
pada Gambar 3. Selama tahun 2017-2019, nilai rata-rata BSR komoditas jahe lebih besar dari
satu (>1), dengan nilai 1,82. Nilai ini menunjukkan bahwa produksi komoditas jahe mampu
mendukung pengembangan perekonomian di Provinsi Sumatera Utara. Nilai BSR komoditas jahe
yang tertinggi berada pada tahun 2018 yaitu sebesar 2,45. Nilai tersebut menunjukkan bahwa 1
bagian produksi komoditas jahe digunakan untuk memenuhi pengembangan di wilayah basis
dan sisanya sebesar 1,45 digunakan untuk melayani kebutuhan guna mengembangkan wilayah
non basis. Menurut Kusmiati& Windiarti (2011), fluktuasi kenaikan nilai BSR sangat dipengaruhi
oleh permintaan atas komoditas itu sendiri. Untuk terus dapat mempertahankan nilai BSR selalu
> 1, maka produksi komoditas tersebut harus terus dijaga keberlanjutan dan peningkatannya
(Kusmiati & Windiarti, 2011).
Gambar 3. Nilai BSR Komoditas Jahe Menurut Produksi di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017-2019
Sumber : BPS, 2020
Analisis Regional Multiplier (RM) merupakan analisis lanjutan dari analisis BSR. Melalui
analisis RM dapat diketahui suatu hubungan antara wilayah basis dan penambahannya terhadap
wilayah lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung. Penambahan ini akan
memberikan efek berantai terhadap wilayah lainnya walaupun pengaruhnya tidak selalu
bersifat searah dan dengan besaran yang sama. Hasil analisis RM selama 3 tahun terakhir dapat
dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Nilai RM Komoditas Jahe Menurut Produksi di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017-2019
Sumber : BPS, 2020
0.83
2.45
2.17
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
2017 2018 2019
2.2
1.41 1.46
0
0.5
1
1.5
2
2.5
2017 2018 2019
Jurnal Agriuma:, 2 (2) Oktober 2020 ISSN 2657-1749 (Print) ISSN 2657-1730 (Online) (70-81)
80
Berdasarkan Gambar 4 dapat diketahui bahwa nilai RM jahe di Provinsi Sumatera Utara
berdasarkan indikator produksi selama kurun waktu tahun 2017-2019 mempunyai nilai lebih
besar dari satu (>1). Hasil analisis RM komoditas jahe berdasarkan indikator produksi di
Provinsi Sumatera Utara juga menunjukkan nilai rata-rata RM sebesar1,69. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa keberadaan usaha pertanian komoditas jahe dilihat dari indikator
produksinya mendukung kegiatan ekonomi biofarmaka berupa efek pengganda yang
ditimbulkan bagi kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Efek pengganda tersebut
dapat berupa peningkatan pendapatan maupun penyerapan tenaga kerja baik melalui kegiatan
pertanian biofarmaka itu sendiri maupun kegiatan sekunder dari industri hasil komoditas jahe
(Widyatami & Wiguna, 2016). Nilai indikator RM yang tertinggi terjadi pada tahun 2017 sebesar
2,2 artinya 1 bagian digunakan untuk kebutuhan wilayah basis itu sendiri sedangkan 1,2 bagian
lainnya merupakan efek penambahan terhadap wilayah non basis.
SIMPULAN
Wilayah basis komoditas jahe di Provinsi Sumatera Utara meliputi Tapanuli Selatan,
Kabupaten Toba, Kabupaten Karo, Kabupaten Pakpak Bharat dan Kabupaten Samosir. Usahatani
komoditas jahe di Provinsi Sumatera Utara tidak terkonsentrasi pada satu wilayah saja,
melainkan menyebar di beberapa kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. Usahatani
komoditas jahe di kabupaten basis Provinsi Sumatera Utara tidak menspesialisasikan pada
usahatani komoditas jahe. Usahatani komoditas jahe di Provinsi Sumatera Utara berdasarkan
analisis Basic Service Ratio (BSR) dan Regional Multiplier (RM) menunjukkan bahwa komoditas
jahe dapat berperan serta dalam mendukung kegiatan pertanian biofarmaka di Provinsi
Sumatera Utara.
DAFTAR PUSTAKA Aryanta, I. W. R. (2019). Manfaat jahe untuk kesehatan. E-Jurnal Widya Kesehatan, 1, 39–43. Bangun, Rita Herawaty Br. (2019). Identifikasi Komoditas Unggulan Untuk Peningkatan Daya Saing
Biofarmaka Di Sumatera Utara. Jurnal Agrica, 12(1), 25–40. Bangun, Rita Herawaty Br. (2020). Analisis Perwilayahan Komoditas dan Kontribusi Kopi Arabika
Terhadap Pembangunan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara Commodity Area Analysis and Contribution of Arabica Coffee to Regional Development in North Tapanuli Regency. Jurnal Agriuma, 2(April), 1–10.
BPS. (2020a). Provinsi Sumatera Utara Dalam Angka 2020. BPS. (2020b). Statistik Indonesia 2020. Faidah, A., Hapsari, T. D., & Januar, J. (2016). Analisis Wilayah Komoditas Ubi Kayu Dan Kontribusinya
Terhadap Sektor Pertanian Di Kabupaten Pacitan. JSEP, 9(1), 1–12. Gunawan, & Rohandi, A. (2018). Produktivitas dan kualitas tiga varietas jahe pada berbagai tingkat
intensitas cahaya di bawah tegakan tusam. Jurnal Agroforestri Indonesia, 1(1), 1–13. Ilham, Nuddin, A., & Malik, A. A. (2017). Analisis Sistem Informasi Geografis dalam Perwilayahan
Komoditas Kakao di Kabupaten Enrekang. Jurnal Pendidikan Teknologgi Pertanian, 3, 203–211. Iswi, A., & Santoso, B. (2015). Perwilayahan Komoditas Unggulan Tanaman Pangan Berdasarkan
Kesesuaian Lahan Kabupaten Tuban. Jurnal Teknik ITS, 4(1), 1–6. Kusmiati, A., & Windiarti, R. (2011). Analisis wilayah komoditas kopi di Indonesia. J-SEP, 5(2), 47–58. Nurmalia, R., & Suwandari, A. (2019). Analisis Perwilayahan Dan Kontribusi Komoditas Jeruk Siam. Sepa,
16(1), 85–96. Oktavia, R., & Andjani, I. Y. (2019). Analisis Komoditas Unggulan Sektor Pertanian Kecamatan Samigaluh
Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Jurnal Akuntansi, Ekonomi Dan Manajemen Bisnis, 7(2), 160–169.
Prabawa, B. A. T., & Dewi, R. K. (2019). Efficiency in Using Factors of Production in Jahe Gajah Production (Case Study of Sarwa Ada Gapoktan in Taro Village, Tegallalang District, Gianyar Regency). Jurnal Manajemen Agribisnis, 7(1), 1–12.
Francisca Wenny Astriani Widya Sari1, Rita Herawaty Br Bangun
1, Identifikasi Potensi Wilayah Komoditas Jahe
di Provinsi Sumatera Utara
81
Saputra, J. E., Prasmatiwi, F. E., & Ismono, R. H. (2017). Pendapatan dan Risiko Usahatani Jahe di Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung Selatan. JIIA, 5(4), 392–398.
Sari, F. W., & Bangun, R. H. B. (2019). Analisis peranan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan pada perekonomian kabupaten deli serdang. J. Agroland, 26(3), 198–211.
Setianto, P., & Susilowati, I. (2014). Komoditas Perkebunan Unggulan yang Berbasis Pada Pengembangan Wilayah Kecamatan di Kabupaten Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Wilayah Dan Lingkungan, 2(Nomor 2), 143–156.
Widyatami, L. E., & Wiguna, A. A. (2016). Analisis Perwilayahan Komoditas Kedelai di Kabupaten Jember. 138–143.