BAB II TINJAUAN PUSTAKA...feminisme, lingkungan hidup, kebebasan sipil sampai pada isu-isu...

13
15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gerakan Sosial Baru The Blackwell Companion to Social Movements (van Klinken, 2007: 11) mendefinisikan dengan komprehensif bahwa gerakan sosial sebagai: “...kolektivitas-kolektivitas yang dengan organisasi dan kontinuitas tertentu bertindak di luar saluran-saluran institusional atau organisasional dengan tujuan menggugat atau mempertahankan otoritas, entah yang didasarkan secara institusional atau kultural dan berlaku dalam kelompok, organisasi, masyarakat, kebudayaan atau tatanan dunia di mana mereka merupakan salah satu bagiannya.” Konseptualisasi ini melibatkan lima hal agar bisa dianggap sebagai gerakan sosial. Kelima konsep itu adalah tindakan kolektif atau gabungan, tujuan-tujuan atau klaimklaim yang berorientasi pada perubahan, sesuatu tindakan kolektif yang bersifat ekstra-institusional atau non-institusional, organisasi sampai tingkat tertentu (relasi), dan keberlanjutan dalam hal waktu sampai tingkat tertentu. Studi tentang gerakan sosial adalah salah satu dari bagian terbesar dan paling luas dipahami dalam disiplin ilmu sosiologi. Beberapa peneliti mempelajari bangkitnya organisasi gerakan sosial yang lebih spesifik pada titik-titik tertentu dalam sejarah, sementara peneliti lain melihat pada tren dan peristiwa pada tingkat makro dalam upaya untuk menghubungkan berbagai macam demografis dalam skala besar, transformasi ekonomi dan politik terhadap munculnya secara regional, nasional, dan bahkan global dari sebuah gerakan sosial (de Fay, 1999). Keragaman pendekatan yang digunakan untuk mempelajari berbagai bentuk tindakan kolektif juga sangat bervariasi. Beberapa peneliti memusatkan perhatian mereka pada media dan dampaknya terhadap para aktor gerakan sosial, sementara yang lain melihat dampak dari kemiskinan dan kelas sosial pada munculnya gerakan sosial. Terdapat lagi sarjana lain, dipelopori oleh ilmuan kontemporer yang

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA...feminisme, lingkungan hidup, kebebasan sipil sampai pada isu-isu...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA...feminisme, lingkungan hidup, kebebasan sipil sampai pada isu-isu perdamaian (Singh, 2007: 122). Dalam subtansi utama itulah, studi ini melihat dengan perspektif

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Gerakan Sosial Baru

The Blackwell Companion to Social Movements (van Klinken, 2007:

11) mendefinisikan dengan komprehensif bahwa gerakan sosial sebagai:

“...kolektivitas-kolektivitas yang dengan organisasi dan kontinuitas

tertentu bertindak di luar saluran-saluran institusional atau organisasional

dengan tujuan menggugat atau mempertahankan otoritas, entah yang

didasarkan secara institusional atau kultural dan berlaku dalam kelompok,

organisasi, masyarakat, kebudayaan atau tatanan dunia di mana mereka

merupakan salah satu bagiannya.”

Konseptualisasi ini melibatkan lima hal agar bisa dianggap sebagai

gerakan sosial. Kelima konsep itu adalah tindakan kolektif atau gabungan,

tujuan-tujuan atau klaimklaim yang berorientasi pada perubahan, sesuatu

tindakan kolektif yang bersifat ekstra-institusional atau non-institusional,

organisasi sampai tingkat tertentu (relasi), dan keberlanjutan dalam hal

waktu sampai tingkat tertentu.

Studi tentang gerakan sosial adalah salah satu dari bagian terbesar

dan paling luas dipahami dalam disiplin ilmu sosiologi. Beberapa peneliti

mempelajari bangkitnya organisasi gerakan sosial yang lebih spesifik pada

titik-titik tertentu dalam sejarah, sementara peneliti lain melihat pada tren

dan peristiwa pada tingkat makro dalam upaya untuk menghubungkan

berbagai macam demografis dalam skala besar, transformasi ekonomi dan

politik terhadap munculnya secara regional, nasional, dan bahkan global

dari sebuah gerakan sosial (de Fay, 1999). Keragaman pendekatan yang

digunakan untuk mempelajari berbagai bentuk tindakan kolektif juga sangat

bervariasi. Beberapa peneliti memusatkan perhatian mereka pada media dan

dampaknya terhadap para aktor gerakan sosial, sementara yang lain melihat

dampak dari kemiskinan dan kelas sosial pada munculnya gerakan sosial.

Terdapat lagi sarjana lain, dipelopori oleh ilmuan kontemporer yang

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA...feminisme, lingkungan hidup, kebebasan sipil sampai pada isu-isu perdamaian (Singh, 2007: 122). Dalam subtansi utama itulah, studi ini melihat dengan perspektif

16

mengeksplorasi faktor identitas dan munculnya rangkaian baru dari

kepentingan bersama yang menyatukan masyarakat yang berbeda melintasi

jarak fisik yang besar dan dari berbagai budaya dan sistem politik (de Fay,

1999).

Sebelum menjelasakan lebih lanjut, terlebih dahulu kami

mengemukakan pendekatan yang kami gunakan dalam melihat kerangka

kerja Lidah Tani yaitu pendekatan gerakan sosial baru (GSB) yang telah

banyak dikemukakan oleh para ilmuan kontemporer. Gerakan sosial baru

dipahami berbeda dengan gerakan sosial lama (klasik) yang melibatkan

wacana ideologis yang lebih meneriakkan anti kapitalisme, revolusi kelas

dan perjuangan kelas. Karekteristik GSB sifatnya plural, diantaranya seputar

isu yang berhubungan dengan anti rasisme, anti nuklir, perlucutan senjata,

feminisme, lingkungan hidup, kebebasan sipil sampai pada isu-isu

perdamaian (Singh, 2007: 122).

Dalam subtansi utama itulah, studi ini melihat dengan perspektif

GSB. Asumsinya bahwa dalam kasus yang terjadi di Randublatung,

walaupun ditemukan adanya ketegangan yang sifatnya strukturalis antara

pemerintah dan masyarakat, tetapi ide dasar gerakan berdasarkan isu seputar

Hak Asasi Manusia dan keadilan hukum. Mobilisasi yang dilakukan oleh

organisasi Lidah Tani menciptakan berbagai bentuk perlawanan terhadap

Perum Perhutani adalah alasan mendasar dari penggunaan konsepsi GSB

dalama tulisan ini.

Kembali kepada persoalan teoritis, selanjutnya untuk membedakan

dengan konsep klasik, beberapa ciri dari GSB yang dapat dikenali dalam

beberapa konsep (Singh, 2007: 124-134). Pertama, GSB menaruh konsepsi

ideologis pada asumsi bahwa masyarakat sipil berada pada titik nadir.

Ruang sosialnya mengalami penciutan dikarenakan kontrol negara yang

berlebihan. Selain negara, pasar juga menerobos masuk kedalam seluruh

aspek kehidupan masyarakat.

Kedua, perjuangan seperti anti rasisme, gerakan feminis dan

lingkungan hidup bukanlah persoalan perjuangan kelas. Pengelompokan

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA...feminisme, lingkungan hidup, kebebasan sipil sampai pada isu-isu perdamaian (Singh, 2007: 122). Dalam subtansi utama itulah, studi ini melihat dengan perspektif

17

mereka adalah lintas kelas, sehingga paradigma marxisme menjadi model

yang tidak cocok. Karenanya kebanyakan GSB didefinisikan sebagai

gerakan nonkelas dan nonmaterialistik.

Ketiga, GSB umumnya melibatkan politik akar rumput, aksi-aksi

akar rumput yang kerap memprakarsai gerakan mikro. Mereka melahirkan

secara horizontal asosiasi demokratis terorganisir yang terjalin dalam

federasi longgar pada tingkat nasional maupun dalam tingkat global. GSB

secara umum merespon isu seputar demoralisasi struktur kehidupan sehari-

hari dan memusatkan perhatian pada bentuk-bentuk komunikasi dan

identitas kolektif, dibandingkan membidik domain perekonomian dan

negara. Sehingga diharapkan untuk menata kembali relasi negara,

masyarakat dan pasar untuk menciptakan ruang publik yang berisi

kebebasan individu, kolektivitas dan identitas selalu bisa di diskusikan dan

diawasi.

Keempat, lain halnya dengan teori klasik, struktur GSB didefinisikan

oleh pluralitas cita-cita, tujuan, kehendak, orientasi oleh heterogenitas basis

sosial mereka. Sesuai dengan esensinya, maka GSB umumnya bersifat

global dan tidak tersegmentasi. Wilayah aksi, strategi dan cara mobilisasi

mereka transnasional meyeberangi batas-batas bangsa dan masyarakat.

Aktor-aktor yang beroperasi dalam GSB bukan karena kepentingan kelas

mereka tetapi dengan alasan kemanusiaan. Aktor GSB seperti feminis,

ekolog, dan aktivis perdamaian, memiliki pemahaman diri berupa identitas,

tujuan, dan cara-cara berasosiasi mereka ditinjau secara historis adalah baru.

Secara teoritis mengenai GSB sebagai analisis, maka tulisan ini

meminjam konsep framing. Pendekatan framing dalam gerakan sosial paling

erat terkait dengan karya David Snow, William Gamson dan Todd Gitlin

(McAdam et.al, 2009; de Fay, 1999). Istilah frame dipinjam dari Erving

Goffman yang mengacu pada skema penafsiran bahwa individu mengadopsi

untuk memahami dunia di sekitar mereka dan menempatkan diri di

dalamnya. Menurut Snow, frame memberikan makna pada peristiwa dan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA...feminisme, lingkungan hidup, kebebasan sipil sampai pada isu-isu perdamaian (Singh, 2007: 122). Dalam subtansi utama itulah, studi ini melihat dengan perspektif

18

“berfungsi untuk mengatur pengalaman dan panduan tindakan (kolektif dan

individual)” (McAdam et.al, 2009: 270-271).

Untuk menarik massa, gerakan sosial harus membangun frame yang

sangat mirip dengan frame dari individu-individu yang sedang berusaha

untuk dimobilisasi. Proses ini disebut “kerangka berpihak” dan tergantung

pada seberapa sukses pemimpin gerakan menjembatani kerangka aksi

gerakan mereka sendiri dengan frame tindakan kolektif dari simpatisan.

Sehingga mereka akan mampu memobilisasi berbagai individu dan

kelompok.

Dalam rangka untuk menjelajahi bagaimana membangun frame

tindakan kolektif, Gamson menganalisa kelas pekerja (de Fay, 1999: 23-24).

Gamson memeriksa tiga frame tindakan kolektif yang berbeda yang ia

sebut, ketidakadilan, lembaga, dan identitas. Sehubungan dengan frame

ketidakadilan, Gamson menemukan bahwa orang yang bekerja tidak

menyederhanakan penerimaan penggambaran frame ketidakadilan, tanpa

terlebih dahulu mereka memproses melalui kerangka interpretif dan

pengalaman mereka. Seperti teori framing lainnya, Gitlin juga memulai

dengan definisi Irving Goffman tentang frame, tapi dia berfokus pada

dampak cara media terhadap frame gerakan sosial, bukannya pembangunan

frame individu. Sementara Gamson menentang gagasan bahwa media

memiliki pengaruh langsung pada individu terhadap frame tindakan

kolektif, Gitlin menyatakan bahwa media massa itu sendiri memainkan

peran penting dalam membentuk persepsi publik, dan gerakan sosial

tertentu. Gitlin menyatakan bahwa media memiliki dampak langsung dan

signifikan terhadap keberhasilan, atau kegagalan gerakan sosial modern (de

Fay, 1999: 24-25).

Framing (pembingkaian) memusatkan perhatian pada peranan usaha

menguasai ide-ide dan identitas-identitas baru dalam membentuk gerakan-

gerakan sosial. Para organisator gerakan melakukan mobilisasi dengan jalan

melukiskan isu-isu untuk para calon peserta gerakan dengan cara

memberikan makna bagi mereka (van Klinken, 2007: 14). Framing menurut

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA...feminisme, lingkungan hidup, kebebasan sipil sampai pada isu-isu perdamaian (Singh, 2007: 122). Dalam subtansi utama itulah, studi ini melihat dengan perspektif

19

Todd Gitlin adalah strategi bagaimana realitas dunia dibentuk dan

disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak

pembaca. Peristiwa-peristiwa ditampilkan dalam pemberitaan agar tampak

menonjol dan menarik perhatian khalayak. Proses itu dilakukan dengan

seleksi, pengulangan, penekanan, dan presentasi aspek tertentu dari realitas.

Maka, dalam konsep framing pada dasarnya merujuk pada pemberian

definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk

menekankan dalam kerangka berpikir tertentu terhadap peristiwa yang

diwacanakan.

Selain itu, konsep kedua yang dipakai dalam tulisan ini adalah

mekanisme relasi (relational mechanisms) yang diambil dalam teori

contentious politics (McAdam et.al: 2004). Secara umum mekanisme

didefinisikan sebagai sebuah kejadian yang mengubah hubungan-hubungan

di antara elemen-elemen tertentu dan cara-cara serupa. Sebuah contoh

sentral tentang mekanisme relasional adalah brokerage (perantara), dimana

dua unit sosial dibawa memasuki suatu hubungan dengan satu sama lain

oleh unit ketiga (van Klinken, 2007: 17). Mekanisme relasional mengubah

hubungan antara orang-orang, kelompok, dan jaringan interpersonal.

Brokerage menghubungkan dua atau lebih situs sosial, yang sebelumnya

tidak terhubung oleh sebuah unit yang menengahi hubungan mereka dengan

satu sama lain, dan atau tanpa agen lain. Mekanisme berkaitan dengan

kelompok dan individu satu sama lain yang termobilisasi selama periode

politik perdebatan (contentious politics) sebagai kelompok baru yang

disatukan oleh interaksi yang meningkat dan situasi ketidakpastian,

sehingga mereka menemukan kepentingan bersama (McAdam et.al, 2004:

26).

Contentious politics itu sendiri oleh McAdam, Tilly dan Tarrow

didefinisikan sebagai peristiwa yang terjadi secara episodik atau tiba-tiba

daripada sebuah proses reguler. Definisi contentious politics yang dimaksud

berdasarkan pada dua alasan yaitu: pertama, banyak contoh ketegangan

transgresif tumbuh diluar dari kebiasaan yang ada; kedua, perubahan dalam

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA...feminisme, lingkungan hidup, kebebasan sipil sampai pada isu-isu perdamaian (Singh, 2007: 122). Dalam subtansi utama itulah, studi ini melihat dengan perspektif

20

jangka waktu singkat. Sebuah ketegangan politik dan perubahan sosial

sering muncul dari transgresif yang memiliki kecenderungan lebih, dan

sering memproduksi rezim-rezim yang ada.

Strategi Tahapan Konsolidasi dan Framing

2.2 Konsep Aktor Intermediary

Menurut Noeleen Heyzer, terdapat tiga jenis peranan yang dapat

dimainkan oleh berbagai aktor intermediary yakni mendukung dan

LIDAH

TANI

Konsolidasi

Dengan LBH

dan LSM_LSM

local dan

Nasional

PENGUATAN

WACANA

PUBLIK

HERING

FORUM

DISKUSI

FRAMING

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA...feminisme, lingkungan hidup, kebebasan sipil sampai pada isu-isu perdamaian (Singh, 2007: 122). Dalam subtansi utama itulah, studi ini melihat dengan perspektif

21

memberdayakan masyarakat pada tingkat grassroots, yang sangat esensial

dalam rangka menciptakan pembangunan yang berkelanjutan. Kedua,

meningkatkan pengaruh politik secara meluas, melalui jaringan kerja sama,

baik dalam suatu negara ataupun dengan lembaga-lembaga internasional

lainnya. Ketiga, ikut mengambil bagian dalam menentukan arah dan agenda

pembangunan (Afan Gaffar, 2006: 203).

Dalam ranah non-ektoral, biasanya wadah yang digunakan

berbentuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang didirikan atas dasar

tujuan tertentu. Kehadiran LSM dalam sebuah masyarakat merupakan

kenyataan yang tidak dapat dinafikan. Hal ini dikarenakan keterbatasan

pemerintah yang tidak dapat memenuhi kebutuhan warga masyarakat, dan

atau keterbatasan masyarakat dalam memenuhi tuntutannya kepada negara.

Hingga yang terjadi biasanya adalah peran itu kemudian diambil alih oleh

kelompok LSM atau aktor aktoraktor intermediary. Disisi lain, fenomena

pembentukan norma dan tatanan sosial yang dilakukan oleh negara,

menciptakan ketegangan dengan masyarakat, sehingga peran-peran dari

aktor intermediary akan sering terlihat.

2.3 Teori Jaringan Aktor

Teori yang mendukung penelitian ini adalah teori jaringan. pada

teori jaringan banyak di bahas tentang hubungan antara satu aktor (individu

atau kelompok) dengan aktor lainnya. Salah satu ciri khas teori jaringan

adalah pemusatan pemikiran pada tingkat makro, artinya aktor atau pelaku

bisa saja individu (Wellman, 1983: 162 dalam Ritzer, 2004: 382), atau

mungkin juga kelompok, perusahaan dan masyarakat. Kaitannya dalam hal

ini teori jaringan membahas tentang hubungan yang terjadi pada tingkat

struktur sosial skala luas sampai tingkat yang lebih mikroskopik. Analisis

jaringan lebih ingin mempelajari keteraturan individu atau kolektivitas

berperilaku ketimbang keteraturan keyakinan tentang bagaimana mereka

seharusnya berperilaku. Karena itu pakar analisis jaringan mencoba

menghindarkan penjelasan normatif dari perilaku sosial. Mereka menolak

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA...feminisme, lingkungan hidup, kebebasan sipil sampai pada isu-isu perdamaian (Singh, 2007: 122). Dalam subtansi utama itulah, studi ini melihat dengan perspektif

22

penjelasan non struktural yang memperlakukan proses sosial sama dengan

penjumlahan ciri pribadi aktor individual dan norma tertanan. Hubungan ini

berlandaskan gagasan bahwa setiap aktor (individual atau kelompok)

memiliki akses berbeda terhadap sumber daya yang menilai (kekayaan,

kekuasaan, informasi). Akibatnya adalah bahwa sistem yag berstruktur

cenderung tersratifikasi, komponen tertentu tergantung pada komponen lain.

Teori jaringan juga memiliki beberapa prinsip logis yang merupakan

tempat bersandarnya pemikiran-pemikiran teori jaringan itu sendiri.

(Wellman, 1983 dalam Ritzer, 2004: 384) yaitu:

1. Ikatan antar aktor biasanya dalah simetris baik dalam kadar

maupun intensitasnya.

2. Ikatan antara individu yang harus dianalisis dalam konteks

struktur jaringan lebih luas.

3. Tersturturnya ikatan sosial menimbulkan berbagai jenis jaringan

non acak.

4. Adanya kelompok jaringan menyebabkan terciptanya hubungan

silang antara kelompok jaringan maupun antara individu.

5. Ada ikatan asimetris antara unsur-unsur didalam sebuah sistem

jaringan dengan akibat bahwa sumber daya yang terbatas akan

terdistribusikan secara tak merata.

6. Distribusi yang tampang dari sumber daya yang terbatas

menimbulkan baik itu kerjasama maupun kompetisi.

Jaringan sosial merupakan suatu jaringan tipe khusus, dimana

“ikatan” yang menghubungkan satu titik ke titik lain dalam jaringan adalah

hubungan sosial. Berpijak pada jenis ikatan ini, maka secara langsung atau

tidak langsung yang menjadi anggota suatu jaringan sosial adalah manusia

(person”). Jaringan sosial tidak hanya beranggotakan pada satu individu,

namun dapat juga berupa sekumpulan orang yang mewakili titik –titik

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA...feminisme, lingkungan hidup, kebebasan sipil sampai pada isu-isu perdamaian (Singh, 2007: 122). Dalam subtansi utama itulah, studi ini melihat dengan perspektif

23

seperti yang dikemukakan sebelumnya, jika tidak harus satu titik mewakili

satu orang, misalnya organisasi, instansi, pemerintah atau negara.

Sementara hubungan sosial atau saling keterhubungan merupakan

interaksi sosial yang berkelanjutan (relatif cukup lama atau permanen) yang

terakhirnya diantara mereka terikat satu sama lain dengan atau oleh

seperangkat harapan yang relatif stabil (Zanden, 1990 dalam Agusyanto,

2007:14).

Hubungan sosial bisa dipandang sebagai sesuatu yang seolah-olah

merupakan sebuah jalur atau saluran yang menghubungkan antara satu

orang(titik) dengan orang-orang lain dimana melalui jalur atau saluran

tersebut bisa dialirkan sesuatu, misalnya barang, jasa, dan informasi.

Hubungan sosial antara dua orang mencerminkan adanya pengharapan peran

dari masing-masing lawan interaksinya. Tingkah laku yang diwujudkan

dalam suatu interaksi sosial itu sistematik, meskipun para pelakunya belum

tentu menyadarinya. Dari terwujudnya hubungan sosial yang baik maka

akan memudahkan jaringan sosial berkembang. Jaringan sosial menjadi

sangat penting di dalam masyarakat karena di dunia ini bisa dikatakan

bahwa tidak ada manusia yang tidak menjadi bagian dari jaringan-jaringan

hubungan sosial dari manusia lainnya. Walaupun begitu manusia tidak

selalu menggunakan semua hubungan sosial yang dimilikinya dalam

mencapai tujuan-tujuannya, tetapi disesuaikan dengan ruang dan waktu atau

konteks sosialnya (Agusyanto, 2007:30). Dari analisis beberapa pakar

jaringan mengatakan bahwa sesungguhnya jaringan sosial memiliki

keteraturan-keteraturan sehingga terbentuknya jaringan bukan secara acak

melainkan secara teratur. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan pada

paragraf diatas, manusia dapat membuat jaringan atau terlibat dalam sebuah

jaringan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi ruang dan waktu. Ada tiga

pembagian tipe keteraturan jaringan sosial menurut Epstein (1992 dalam

Agusyanto, 2007 : 30-31), yaitu:

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA...feminisme, lingkungan hidup, kebebasan sipil sampai pada isu-isu perdamaian (Singh, 2007: 122). Dalam subtansi utama itulah, studi ini melihat dengan perspektif

24

1. Ketentuan Struktural, dimana perilaku orang-orang

teinterpretasikan dalam term tindakan-tindakan yang sesuai dengan posisi-

posisi yang mereka duduki dalam suatu perangkat tatanan posisi-posisi.

2. Keteraturan Katagorikal, dimana perilaku seseorang di dalam

situasi-situasi yang tidak terstruktur bisa terinterpretasi ke dalam term

steriotipe-steriotipe.

3. Keteraturan Personal, dimana perilaku orang-orang, baik di dalam

situasi yang terstruktur maupun tidak, bisa diinterpretasikan ke dalam

pengertian-pengertian ikatan-ikatan personal yang dimiliki seseorang

individu dengan orang-orang lain.

Bicara mengenai jaringan sosial tidak akan habis dalam sekali

pembahasan, karena begitu kompleksnya jaringan yang terbentuk dalam

masyarakat bahkan saling tumpah tidih dan memotong satu sama lain

sehingga Barnes merasa perlu untuk membedakan jaringan untuk

kepentingan penelitiannya, menurut Barnes (1969 dalamAgusyanto, 2007)

jaringan dibedakan atas jaringan total digunakan untuk menyebut jaringan

sosial yang kompleks, dan jaringan partial untuk menyebut jaringan yang

hanya berisi satu jenis hubungan sosial. Lain hal lagi bila jaringan sosial

ditinjau dari tujuan hubungan sosialyang membentuk jaringan-jaringan.

Beberapa pakar antropologi maupun sosiologi dari beberapa literatur

mengatakan, dari sisi ini jaringan sosial dapat di bedakan dalam tiga jenis

yaitu :

1. Jaringan interest (kepentingan), terbentuk dari hubungan-

hubungan sosial yanng bermuatan kepentingan. Hubungan sosial yang

bermakna pada tujuan-tujuan tertentu atau khusus yang ingin dicapai oleh

para pelaku, sehingga

tindakan dan interaksi juga dievaluasi berdasarkan tujuan

rasionalnya tadi. Pertukaran yang terjadi dalam jaringan juga diatur oleh

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA...feminisme, lingkungan hidup, kebebasan sipil sampai pada isu-isu perdamaian (Singh, 2007: 122). Dalam subtansi utama itulah, studi ini melihat dengan perspektif

25

kepentingan –kepentingan pelaku didalamnya. Kecenderungan pelaku untuk

memanifulasi hubungan-hubungan sosial yang dimilikinya demi pencapaian

tujuan sangat besar.

2. Jaringan power, hubungan-hubungan sosial yang membentuk

jaringan bermuatan power. Power disini merupakan suatu kemampuan

seseorang atau unit sosial untuk mempengaruhi perilaku dan pengambil

keputusan orang atu unit sosial lainnya mellalui pengendalian (Adams: 1977

dalam Agusanto, 2007). Konfigurasi-konfigurasi saling keterhubungan antar

pelaku di dalamnya sengaja atau diatur. Ketika pencapaian tujuan yang telah

ditargetka dengan bantuan tindakan kolektif, dan konfigurasi saling

keterhubungan permanen antar pelakunya, maka jaringan power juga telah

terbentuk. Unit-unit sosialnya merupakan bentukan yang direncanakan atau

distrukturkan secara sengaja oleh power. Pusat power pada jaringan

iniselalu mengevaluasi kinerja unit-unit sosialnya dan memola kembali

strukturnya untuk meningkatkan efisiensinya. Setiap anggota yang

terhubung di jaringan ini tidak terjadi secara sukarela dan kesadaran untuk

memenuhi kewajiban masing-masing tanpa mengharap insentif. Sangat

diperlukan adanya penghargaan bahkan ganjaran (reward and punish) yang

terstruktur secara formal guna mendorong timbulnya kerelaan dengan

peraturan-peraturan dan perintah-perintah oleh pusat-pusat power mereka.

3. Jaringan sentiment (emosi), seperti judulnya jaringan ini terbentuk

atas dasar hubungan-hubungan sosial yang bermuatan emosi. Hubungan

sosial itu sendiri sebenarnya menjadi tujuan tindakan sosial misalnya

percintaan, pertemanan atau hubungan kerabat, dan sejenisnya. Struktur

sosial yang terbentuk dari hubungan-hubungan emosi pada umumnya lebih

mantap atau permanen. Mengacu pada kata emosi yang didalamnya juga

mengandung unsur menyukai atau tidak menyukai, sehingga dalam jaringan

ini terdapat saling suka atau tidak suka antar pelaku. Kemudian muncullah

norma-norma dan nilai-nilai akibat dari adanya kewajiban saling kontrol

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA...feminisme, lingkungan hidup, kebebasan sipil sampai pada isu-isu perdamaian (Singh, 2007: 122). Dalam subtansi utama itulah, studi ini melihat dengan perspektif

26

yang relatif kuat diantara para pelaku, lantas dapat menjaga stabilitas dan

menjaga keberlangsungan hubungan-hubungan sosial emosional yang

terdapat dalam jaringan ini. Tipe jaringan ini dengan segala kecenderungan-

kecenderungan hubungan emosional didamnya dapat menghasilkan rasa

solidaritas.

Ketiga tipe jaringan sosial ini dalam kehidupan nyata sering kali

berpotongan. Pertemuan-pertemuan tersebut membangkitkan suatu

ketegangan bagi pelaku yang bersangkuatan karena logika situasional atau

struktur sosial dari masing-masing tipejaringan berbeda atau belum sesuai

satu sama lain. oleh karena itu, sering kali terlihat kontradiksi antara

tindakan-tindakan dengan sikap yang pelaku wujudkan.

Mekanisme Network, Relasi yang

Dibangun oleh Lidah Tani

Lidah Tani

Masyarakat Petani

Randublatung

Aliansi Rakyat Peduli

Keadilan dan Anti

Kekerasan

LSM-LSM di Jateng:

KPA, LBH Semarang

dan ARuPA

Kontras di tingkat

Nasional

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA...feminisme, lingkungan hidup, kebebasan sipil sampai pada isu-isu perdamaian (Singh, 2007: 122). Dalam subtansi utama itulah, studi ini melihat dengan perspektif

27

2.4 Kerangka Pikir Penelitian

Organisasi Lidah Tani

Negara

(kebijakan) Perhutani

(KPH

Randublatung)

Masyarakat

(Petani

Randublatung)

Teori

Jaringan

Teori

Gerakan

Sosial Baru