Download - ipa.fmipa.um.ac.idipa.fmipa.um.ac.id/wp-content/uploads/Prosiding-Seminar-Nasional... · SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-3 Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang,

Transcript
  • SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-3

    Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang, 13 Oktober 2018

    i

    PROSIDING SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-3

    TAHUN 2018 HALAMAN IDENTITAS

    “PEMBELAJARAN IPA BERBASIS KEHIDUPAN UNTUK

    GENERASI Z DI ERA DISRUPTIF”

    Malang, Sabtu 13 Oktober 2018

    Di Aula FMIPA Universitas Negeri Malang

    Jl. Semarang No. 5 Malang

    Reviewer:

    Dr. Munzil, M.Si.

    Sugiyanto, S.Pd., M.Si.

    Vita Ria Mustikasari, S.Pd, M.Pd.

    Erni Yulianti, S.Pd, M.Pd.

    Novida Pratiwi, S.Si., M.Sc.

    Agung Mulyo Setiawan, S.Pd., M.Si.

    Erti Hamimi, S.Pd., M.Sc.

    Editor:

    Muhammad Fajar Marsuki, S.Pd., M.Sc.

    Dian Nugraheni, S.Pd., M.Sc.

    ISBN 978-602-52715-1-9 Penerbit:

    Prodi Pendidikan IPA, FMIPA, Universitas Negeri Malang

    Jl. Semarang No. 5 Gedung O3

    Kota Malang, Jawa Timur, Indonesia, 65145

    Telp.: 0341-562-180

    Website : http://ipa.fmipa.um.ac.id/

    e-mail: [email protected]

    Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang

    Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan cara

    apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit

  • SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-3

    Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang, 13 Oktober 2018

    ii

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

    terlaksananya Seminar Nasional Pembelajaran IPA Ke 3 Tahun 2018 dengan tema

    “Pembelajaran IPA Berbasis Kehidupan untuk Generasi Z di Era Disruptif”.

    Seminar nasional ini merupakan kegiatan rutin tahunan yang diselenggarakan oleh

    Civitas Akademika Program Studi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang.

    Masa depan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas manusianya baik secara

    individu maupun secara sosial. Manusia yang berkualitas dibentuk melalui proses

    pendidikan. Guru sebagai unsur penting dalam proses pendidikan/ pembelajaran

    menjadi garda terdepan dalam menentukan masa depan bangsa. Karenanya guru

    dituntut untuk dapat melukiskan mahakarya terbaiknya ke dalam sebuah kanvas yang

    disebut ruang kelas. Mahakarya terbaik dari seorang guru adalah guratan-guratan

    berkualitas berupa generasi penerus bangsa. Alasan inilah yang memotivasi Civitas

    Akademika Program Studi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang untuk

    memberikan kesempatan, fasilitas waktu dan tempat bagi pendidik profesional, calon

    pendidik/mahasiswa dan para peneliti di bidang pendidikan untuk beraudiensi tentang

    pembelajaran inovatif dan inspiratif yang telah mereka lakukan.

    Kami menyampaikan terima kasih kepada para pembicara utama yang bersedia

    untuk membagikan ilmunya dalam acara ini. Kepada semua pihak yang telah berperan

    aktif dalam penyelenggaraan acara ini, kami juga mengucapkan terima kasih atas

    sumbangsihnya. Semoga acara ini dapat melahirkan ide-ide yang inovatif dan inspiratif

    bagi semua pihak yang terlibat.

    Malang, 13 Oktober 2018

    Panitia

  • SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-3

    Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang, 13 Oktober 2018

    iii

    SUSUNAN PANITIA

    SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-3 TAHUN 2018

    Tugas Nama

    Penanggung Jawab Dr. Munzil, M.Si.

    (Koordinator Program Studi)

    Ketua Sugiyanto, S.Pd., M.Si.

    Sekretaris Novida Pratiwi, S.Si., M.Sc.

    Anggota: Lena Lusiana, Nadia Nurmalita

    Bendahara Erni Yulianti, S.Pd., M.Pd.

    Anggota: Mahda Yulia Astary

    Sie Review Artikel Dr. Munzil, M.Si.

    Sie Acara Erti Hamimi, S.Pd., M.Sc.

    Anggota: Sarah Salsabillah, Arini Catur

    Lina, Puput Yuliyana, Lilis Eka Herdiana,

    Safira Amalia Fardiana, Sesanti, Aulia

    Rosidatul Ilma, Roikhatul Jannah, A’yunin

    Nadhifah, Velda Rahma Farandy, Oktarista

    Yusi Pengestuti, Dinik Afrianingsih, Isnani

    Ainun Wulan Nadifa

    Sie Humas Muhammad Fajar Marsuki, S.Pd., M.Sc.

    Sie Publikasi, Dekorasi, dan Dokumentasi Agung Mulyo Setiawan, S.Pd., M.Si.

    Anggota: Ana Fitria Azzmi, Luthfy Haidar

    Arrasyid

    Sie Perlengkapan Dr. Muhardjito, M.S.

    Anggota: Lutviyah Dwi Nurfadhilah,

    Danang Satria Afandy, Novilia Fajrin Nur

    Fatika, Wiwin Rosiningtias

    Sie Makalah Dian Nugraheni, S.Pd., M.Sc.

    Anggota: Antiningrum Purwaningsih, Resti

    Endang Kusuma Ningrum

    Sie Pameran Drs. Winarto, M.Pd.

    Anggota: Anindya Primadayuning Putri,

    Abdul Fattah Noor, Dian Febriyati, Nurhadi

    Muhlisin, Dzakiyya ‘Alya’ Maharani

    Sie Konsumsi Vita Ria Mustikasari, S.Pd., M.Pd.

    Anggota: Nailah Nur Zhafirah, Kiki Sarah

    May Renza Suhartono Putri, Harum Putri

    Lestary, Farida Nurul Istiqomah, Meylinda

    Dwi Nawang Rismawati, Kiki Ari

    Damayanti

  • SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-3

    Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang, 13 Oktober 2018

    iv

    DAFTAR ISI

    HALAMAN IDENTITAS ..................................................................................................................... i

    KATA PENGANTAR .......................................................................................................................... ii

    SUSUNAN PANITIA ......................................................................................................................... iii

    DAFTAR ISI ....................................................................................................................................... iv

    MISKONSEPSI MAHASISWA PADA TOPIK GAYA DAN GERAK ................................................ 1

    KEMAMPUAN MENGINTERPRETASI GRAFIK DALAM TOPIK KINEMATIKA ........................ 6

    IMPLEMENTASI CLASS GOT TALENT BERBANTUAN MINIBOOK DALAM PEMBELAJARAN

    IPA UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN PROSES ABAD 21 SISWA ............................. 10

    MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH SISWA DENGAN MODEL PROJECT BASED LEARNING

    (PBL) PADA KELAS IX SMP AR-RAUDLAH JEMBER ................................................................. 18

    IMPLEMENTASI LKS BERKONTEN LITERASI SAINS KEARIFAN LOKAL UNTUK

    MENGEMBANGKAN KETRAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP ..................................... 22

    EVALUASI EFEKTIVITAS BUKU TIGA DIMENSI BERBASIS KEANEKARAGAMAN

    VEGETASI HUTAN MANGROVE PANTAI PARIT BELIDA ........................................................ 27

    ANALISIS KETERAMPILAN PROBLEM SOLVING SISWA SMA PADA MATERI MEDAN

    MAGNET .......................................................................................................................................... 34

    ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS TERINTEGRASI NILAI ISLAM SISWA SMA 38

    MISKONSEPSI MAHASISWA CALON GURU DALAM MEMAHAMI KONSEP SUHU DAN

    KALOR .............................................................................................................................................. 43

    PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEMBERDAYAAN BERPIKIR MELALUI

    PERTANYAAN TERHADAP HASIL BELAJAR DITINJAU DARI KEMAMPUAN AKADEMIK 47

    PEMAHAMAN KONSEP MAHASISWA PADA TOPIK HAMBATAN LISTRIK KAWAT

    PENGHANTAR ................................................................................................................................. 51

    PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU MELALUI BIMBINGAN TEKNIS

    PEMBELAJARAN BERBASIS STEM .............................................................................................. 56

    PENINGKATAN KOMPETENSI MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN MELALUI MODEL

    PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING (PjBL) ................................................................ 63

    PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA SMA BERBASIS KONTEKSTUAL PADA MATERI

    SUHU DAN KALOR ......................................................................................................................... 67

    OPTIMALISASI PEMBELAJARAN IPA BERBASIS KURIKULUM 2013 DI SMP BINAAN

    KABUPATEN PASURUAN MELALUI SUPERVISI KLINIS .......................................................... 71

    PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) BERBANTUAN MEDIA INTERNET UNTUK

    MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN MOTIVASI BELAJAR IPA SISWA

    MTs .................................................................................................................................................... 75

    KETERAMPILAN METAKOGNISI SISWA SMA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI

    BERDASARKAN TINGKAT KELAS DAN JENIS KELAMIN ........................................................ 79

  • SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-3

    Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang, 13 Oktober 2018

    v

    PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS VIII B SMPN 2 WONOREJO

    KABUPATEN PASURUAN MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

    ........................................................................................................................................................... 84

    PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA PESERTA DIDIK KELAS VIII MELALUI

    PEMBELAJARAN INKUIRI TERSTRUKTUR ................................................................................ 89

    PENINGKATAN KOMPETENSI GURU MELALUI PELATIHAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH

    BERBASIS PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) DI KKG SD KABUPATEN TRENGGALEK

    ........................................................................................................................................................... 94

    INNOVATION ON INQUIRY-BASED LEARNING: USE OF THE LEARNING CYCLE 5E MODEL

    IN TEACHING TO BUILD STUDENTS HIGH THINKING ABILITY ............................................ 97

    KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS 7 PADA KEGIATAN MENGANALISIS

    INTERAKSI MAKHLUK HIDUP DAN LINGKUNGANNYA ....................................................... 101

    PEMBELAJARAN DENGAN PEMODELAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN

    KONSEP SISWA KELAS VIII TEMA GELOMBANG ................................................................... 106

    PEMBELAJARAN DENGAN PEMODELAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN

    KONSEP SISWA SMP KELAS VIII PADA TEMA BUNYI ........................................................... 111

    PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA DENGAN MENGEKSPLISITKAN HAKIKAT SAINS

    (NOS) DAN BERPIKIR KRITIS TOPIK KLASIFIKASI MATERI DAN PERUBAHANNYA ....... 115

    PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE (LC) 5E TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA

    SMP KELAS VIII PADA TEMA GELOMBANG ........................................................................... 120

    PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MATERI

    ZAT DAN KARAKTERISTIKNYA PADA SISWA KELAS VII SMP ........................................... 124

    PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA DENGAN MENGEKSPLISITKAN HAKIKAT SAINS

    (NOS) DAN BERPIKIR KRITIS PADA TOPIK OBJEK IPA DAN PENGAMATANNYA ............. 127

    PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING TERHADAP

    KEMAMPUAN BERNALAR ILMIAH SISWA SMP MATERI INTERAKSI MAKHLUK HIDUP

    DAN DINAMIKA POPULASI ........................................................................................................ 131

    PENGARUH STRATEGI INKUIRI TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA KELAS VIII

    SMPN 4 KEPANJEN PADA TOPIK GETARAN, GELOMBANG, DAN BUNYI .......................... 135

    PEMBELAJARAN DENGAN PEMODELAN UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN

    KONSEP PEMANTULAN CAHAYA SISWA KELAS VIII ........................................................... 140

    PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE 5E TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS

    PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN SISWA SMP ....................................................... 145

    INOVASI PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MEDIA MOBILE LEARNING UNTUK

    MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMP PADA MATERI CAHAYA ......................... 150

    PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA BERBASIS INKUIRI PADA MATERI INTERAKSI

    MAKHLUK HIDUP DAN LINGKUNGAN UNTUK SISWA SMP KELAS VII ............................. 153

    PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA DENGAN MENGEKSPLISITKAN HAKIKAT SAINS

    (NOS) DAN BERPIKIR KRITIS PADA TOPIK SISTEM ORGANISASI KEHIDUPAN ................ 157

    PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF DENGAN PENDEKATAN

    SAINTIFIK PADA MATERI SUHU DAN KALOR ........................................................................ 162

  • SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-3

    Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang, 13 Oktober 2018

    vi

    PEMBELAJARAN IPA MODEL PROJECT BASED LEARNING PADA MATERI SISTEM

    EKSKRESI UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK ......... 166

    PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW DIPADU DENGAN TEAMS GAMES

    TOURNAMENT (TGT) TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF TEMA PENCEMARAN

    LINGKUNGAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 MALANG .................................................. 169

    PENGARUH PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN PENDEKATAN MULTI

    REPRESENTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATERI IPA SISWA KELAS VIII SMP

    NEGERI 23 MALANG .................................................................................................................... 174

    PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY DALAM MENINGKATKAN

    KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII G SMPN 1 KARANGPLOSO .............. 180

    PENGEMBANGAN VIRTUAL LABORATORIUM MATERI RANGKAIAN LISTRIK SMP

    KELAS IX........................................................................................................................................ 184

    PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PBL BERBASIS STEM TERHADAP KEMAMPUAN

    PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK KELAS VII ............................................................ 188

    PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN EKOSISTEM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING

    DENGAN SUMBER BELAJAR HUTAN MANGROVE PANCERCENGKRONG TRENGGALEK

    UNTUK MENGEMBANGKAN SIKAP ILMIAH, KETERAMPILAN ILMIAH, DAN PEMAHAMAN

    KONSEP SISWA KELAS VII MTsN WATULIMO ........................................................................ 192

    PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA DENGAN MENGEKSPLISITKAN HAKIKAT SAINS

    (NOS) DAN BERPIKIR KRITIS PADA TOPIK TATA SURYA ..................................................... 198

    PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM PEMBELAJARAN IPA

    MODEL INKUIRI TERBIMBING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS VIII

    TENTANG CAHAYA DAN ALAT OPTIK..................................................................................... 203

    PENINGKATAN KOMPETENSI GURU MELALUI PELATIHAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH

    BERBASIS PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) DI MGMP IPA SMP KOTA PASURUAN

    ......................................................................................................................................................... 208

    PELATIHAN PEMBUATAN SOAL HOTS DAN PEMODELAN PEMBELAJARAN DENGAN

    PENDEKATAN STEM DI MGMP IPA SMP KABUPATEN LUMAJANG .................................... 211

    PELATIHAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH BERBASIS PENELITIAN TINDAKAN KELAS

    (PTK) DI MGMP IPA SMP JOMBANG .......................................................................................... 215

    DESKRIPSI PENGUASAAN KONSEP MATERI GETARAN DAN GELOMBANG MAHASISWA

    PRODI PENDIDIKAN IPA MELALUI PENILAIAN PORTOFOLIO ............................................. 218

    IDENTIFIKASI PERSPEKTIF MAHASISWA PRODI PENDIDIKAN IPA TERHADAP ZAT ADITIF

    DAN ZAT ADIKTIF ........................................................................................................................ 220

    DESKRIPSI IMPLEMENTASI RENCANA PERKULIAHAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI

    PENDIDIKAN IPA SEMESTER GASAL 2017/2018 ...................................................................... 227

    PENGEMBANGAN KOTAK FARADAY SEDERHANA (FARADAY MAGIC CAN) BERBAHAN

    DAUR ULANG UNTUK MEDIA VERIFIKASI HUKUM INDUKSI FARADAY DAN

    APLIKASINYA DALAM GENERATOR LISTRIK ........................................................................ 230

  • SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-3

    Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang, 13 Oktober 2018

    1

    MISKONSEPSI MAHASISWA PADA TOPIK GAYA DAN GERAK

    Fitria Nur Aini1, Muhammad Reyza Arief Taqwa1,*, Diana Eka Saputri1, Muhammad Ibnu Shodiqin1, Lugy

    Rivaldo2 1Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang 2Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jambi

    Email: [email protected]

    Abstrak

    Pemahaman yang dibangun mahasiswa dari pengalaman sehari-hari sering kali tidak sesuai dengan pendapat

    ahli, namun pemahaman tersebut retensi untuk diubah menjadi pemahaman yang benar. Untuk merancang

    pembelajaran yang baik, penting mempertimbangkan kekeliruan pemahaman yang dialami mahasiswa. Artikel

    ini bertujuan untuk mengungkap kekeliruan pemahaman yang dialami oleh mahasiswa terkait konsep gaya.

    Penelitian menggunakan metode survey dengan responden adalah 38 mahasiswa S1 Pendidikan Fisika

    Semester 1. Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan 10 soal pilihan ganda beralasan tentang konsep gaya.

    Dari hasil penelitian ditemukan bahwa pemahaman yang keliru dialami siswa begitu melekat, yakni bahwa

    terdapat resultan gaya yang selalu searah dengan arah gerak.

    Kata kunci: Miskonsepsi, gaya, dan gerak

    PENDAHULUAN

    Gaya dan gerak merupakan topik yang penting

    dalam mekanika. Pemahaman tentang gaya dan gerak

    menjadi bagian penting untuk memahami konsep

    mekanika secara utuh. Pemahaman konsep yang baik

    diperlukan agar mampu menyelesaikan masalah terkait

    dengan baik (Docktor and Mestre, 2014) termasuk pada

    topik gaya dan gerak. Banyak peneliti yang mencurahkan

    perhatiannya pada bidang mekanika Newtonian termasuk

    konsep gaya dan gerak. Hal ini bukan tanpa alasan, namun

    didasari oleh keyakinan bahwa mekanika Newtonian

    merupakan dasar untuk mempelajari cabang fisika yang

    lainnya (Sutopo, 2016).

    Berdasarkan beberapa penelitian yang sudah

    dilakukan, ditemukan fakta dimana masih banyak

    mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam memahami

    konsep gaya dan gerak. Seringkali mahasiswa memahami

    fenomena fisika termasuk tentang gaya dan gerak

    berdasarkan pengalaman sehari-hari. Pemahaman yang

    seperti ini seringkali tidak sesuai dengan pendapat para

    ahli (diSessa, 1993; Docktor and Mestre, 2014).

    Meskipun begitu pemahaman yang dibangun berdasarkan

    pengalaman pribadi justru lebih dipercayai.

    Ketidaksesuaian pemahaman dengan para ahli dapat

    disebut dengan miskonsepsi (Docktor and Mestre, 2014).

    Gaya dan gerak menjadi salah satu topik dimana paling

    banyak terjadi miskonsepsi pada mahasiswa (Sutopo,

    2016). Padahal topik ini telah dipelajari sejak tingkat

    sekolah dasar.

    Tujuan penting dalam pembelajaran fisika dikelas

    adalah agar mahasiswa dapat memahami konsep dengan

    baik serta dapat memecahkan masalah (Docktor et al.,

    2015; Docktor and Mestre, 2014; Sutopo, 2016; Taqwa,

    et al., 2017). Namun terdapat banyak tantangan dalam

    mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Seperti halnya

    yang peneliti dapatkan bahwa masih banyak mahasiswa

    yang mengalami miskonsepsi (Başer, 2006). Miskonsepsi

    pada mahasiswa akan menjadi penghambat dalam proses

    belajar (Hammer, 1996). Seringkali miskonsepsi pada

    mahasiswa sulit hilang walaupun telah dilakukan

    pembelajaran dengan baik (Atasoy et al., 2011), terutama

    jika penyampaian materi pembelajaran hanya diberikan

    dengan metode ceramah maupun secara lisan saja.

    Pemahaman konsep yang keliru cenderung mengakar dan

    sulit untuk dihilangkan. Hal ini akan menjadi penghambat

    dalam penanaman konsep yang benar.

    Tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk

    mengungkap kekeliruan pemahaman yang dialami

    mahasiswa. Berdasarkan kekeliruan pemahaman yang

    didapatkan diharapkan bisa menjadi dasar dalam

    merancang pembelajaran yang lebih baik.

    Mengembangkan konsep ilmiah kepada mahasiswa juga

    merupakan hal yang penting dilakukan dalam

    pembelajaran (Atasoy et al., 2011). Mengubah konsep

    mahasiswa yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah juga

    menjadi salah satu tantangan besar bagi pengajar. Oleh

    karana itu sangat penting untuk dilakukan pengajaran

    fisika yang tepat dan efektif sehingga akan mereduksi

    terjadinya miskonsepsi serta menanamkan konsep yang

    benar kepada mahasiswa.

    METODE

    Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap

    kekeliruan pemahaman yang dialami oleh mahasiswa

    terkait dengan konsep gaya dan gerak. Penelitian

    dilakukan dengan menggunakan metode survey.

    Penelitian ini dilakukan di Universitas Negeri Malang

    dengan responden terdiri atas 38 mahasiswa S1 Pedidikan

    Fisika. Seluruh responden merupakan mahasiswa yang

    telah menempuh mata kuliah fisika dasar I. Instrumen

    yang digunakan dalam penelitian ini berupa 10 soal

    pilihan ganda beralasan. Soal yang disajikan terkait

    dengan konsep gaya dan gerak, untuk mengungkap

    konsepsi mahasiswa dalam menentukan arah resultan

    gaya pada gerak 1 dimensi dan 2 dimensi.

    Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan

    kualitatif. Data kuantitatif didapatkan melalui skor yang

    didapatkan dari soal yang diberikan. Untuk memperdalam

    data, digunakan data kualitatif yang didapatkan dari

  • SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-3

    Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang, 13 Oktober 2018

    2

    alasan responden dalam menjawab setiap soal yang

    diberikan. Data kualitatif berguna dalam melihat sejauh

    mana pemahaman serta alur berfikir dalam memecahkan

    soal konseptual.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Skor Pemahaman Konsep Gaya dan Gerak

    Skor pemahaman mahasiswa dalam memahami

    konsep gaya dan gerak masih cenderung rendah. Hal

    tersebut terlihat dari jumlah mahasiswa yang memilih opsi

    benar. Jumlah mahasiswa yang memilih opsi benar dalam

    menjawab 10 soal konsep gaya dan gerak seperti yang

    ditunjukkan Gambar 1.

    Gambar 1. Jumlah Mahasiswa yang Memilih Opsi

    Benar

    Gambar 1 menunjukkan jumlah mahasiswa yang

    memilih opsi benar dalam menjawab soal. Dari 10 soal

    yang telah diberikan terlihat masih banyak mahasiswa

    yang belum dapat menjawab soal konseptual dengan

    benar. Dari 10 soal yang telah diberikan dipilih 4 buah soal

    yang memiliki tingkat kesukaran yang cukup tinggi.

    Tingkat kesukaran soal dapat dilihat dari rendahnya

    mahasiswa yang dapat menjawab soal dengan benar. Oleh

    karena itu dipilih soal nomor 4, 5, 9, dan 10 yang mana

    hanya sedikit mahasiswa yang dapat menjawab soal

    tersebut dengan benar.

    Menentukan Arah Resultan Gaya pada Gerak 1

    Dimensi Di atas Bidang Licin

    Butir soal pertama bertujuan untuk mengukur

    kemampuan mahasiswa dalam memahami arah resultan

    gaya pada gerak 1 dimensi. Pada soal disajikan kasus

    dengan keadaan permukaan bidang yang licin. Soal arah

    resultan gaya pada gerak 1 dimensi ditunjukan oleh

    Gambar 2.

    Balok berada di atas lantai licin mula-mula (titik O) di dorong dengan gaya konstan F. Ketika sampai di titik P gaya tersebut dihilangkan sehingga

    balok bergerak ke kanan dengan kecepatan tetap.

    Arah resultan gaya yang bekerja selama gaya F dihilangkan adalah... .

    (A) Ke kanan, searah gerak (B) Ke kiri, berlawanan arah gaya dorong (C) Ke atas, searah gaya normal (D) Ke bawah, searah gaya gravitasi

    (E) Resultan gaya nol Gambar 2. Soal Menentukan Arah Resultan Gaya pada Gerak 1 Dimensi Di bidang Licin (Soal Nomor 4)

    Tabel 1. Distribusi Jawaban Mahasiswa dalam

    Menjawab Soal Nomor 4 Distribusi Jawaban

    Opsi Pemilih Opsi

    N %

    A 25 65.79

    B 3 7.89

    C 0 0

    D 0 0

    E* 10 26.32

    Distribusi jawaban yang diberikan oleh responden

    terdapat pada Tabel 1. Pada soal pertama dapat diketahui

    bahwa hanya terdapat 10 mahasiswa yang menjawab

    dengan benar (26,32 %). Distribusi jawaban salah hanya

    terkonsentrasi pada pilihan jawaban A (65,79 %) dan B

    (7,89%). Dari hal ini dapat diketahui bahwa kebanyakan

    mahasiswa yang menjawab salah mengalami miskonsepsi

    dalam menentukan arah dari resultan gaya pada gerak 1

    dimensi. Pemilihan opsi jawaban A dikarenakan banyak

    mahasiswa yang masih memiliki pemahaman bahwa arah

    resultan gaya selalu sama dengan arah gerak benda.

    Pemahaman seperti ini juga selaras dengan penelitian yang

    dilakukan Taqwa (2016) yang menemukan bahwa

    mahasiswa masih banyak yang beranggapan bahwa arah

    gaya akan sesuai dengan arah geraknya. Pemahaman

    seperti ini tidak selalu tepat untuk semua kondisi. Seperti

    halnya pada soal yang pertama, pemahaman tersebut

    masih kurang tepat apabila digunakan sebagai dasar

    penyelesaian soal. Mengingat bahwa benda bergerak

    dengan kecepatan konstan, maka sesuai dengan Hukum II

    Newton pastilah. Opsi jawaban B hanya dipilih oleh 3

    orang mahasiswa (7,89%). Pemilihan jawaban ini dapat

    dilatarbelakangi oleh kesalahan pemahaman dari

    mahasiswa yang mana masih beranggapan bahwa ada gaya

    yang melawan gaya F yang sebelumnya diberikan. Sehingga berangkat dari pemikiran ini timbul anggapan

    bahwa arah resultan gaya adalah ke kiri, yaitu melawan

    gaya dorongnya.

    0

    10

    20

    30

    40

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

    N

  • SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-3

    Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang, 13 Oktober 2018

    3

    Menentukan Arah Resultan Gaya pada Gerak 1

    Dimensi Di atas Bidang Kasar

    Pada soal kedua disajikan soal untuk menganalisa

    arah dari resultan gaya pada bidang dengan adanya

    kemungkinan gesekan. Soal ini bertujuan untuk

    mengetahui pemahaman mahasiswa terkait penentuan arah

    resultan gaya juga gaya gesek yang bekerja pada kasus 1

    dimensi. Soal disajikan pada Gambar 3.

    Balok berada di atas bidang kasar mula-mula (titik O) di dorong dengan gaya konstan F. Ketika sampai di titik P gaya tersebut dihilangkan

    sehingga balok bergerak ke kanan dan berhenti di titik Q.

    Arah resultan gaya yang bekerja selama gaya F dihilangkan adalah... .

    (A) Ke kanan, searah gerak (B) Ke kiri, searah gaya gesek (C) Ke atas, searah gaya normal (D) Ke bawah, searah gaya gravitasi (E) Resultan gaya nol

    Gambar 3. Soal Menentukan Arah Resultan Gaya pada Gerak 1 Dimensi Di bidang Licin (Soal Nomor 5)

    Tabel 2. Distribusi Jawaban Mahasiswa Distribusi Jawaban

    Opsi Pemilih Opsi

    N %

    A 21 55.26

    B* 9 23.68

    C 0 0

    D 0 0

    E 8 21.05

    Kosong 0 0

    Total 38 100

    Distribusi pemilihan jawaban soal nomor 2 seperti

    pada Tabel 2 terlihat bahwa hanya sedikit mahasiswa yang

    menjawab soal dengan benar (23.68%). Pilihan jawaban

    terbanyak yang dipilih mahasiswa ada pada opsi jawaban

    A (55.26 %), dan sisanya memilih jawaban E (21.05 %).

    Banyaknya mahasiswa yang memilih opsi jawaban salah

    dapat mengindikasikan bahwa masih banyak mahasiswa

    yang mengalami miskonsepsi dan belum memahami

    konsep dengan baik. Dari kasus yang telah dibahas

    menunjukkan bahwa banyak mahasiswa yang memilih

    jawaban A beranggapan bahwa arah dari resultan gaya

    akan selalu searah dengan arah gerak benda. Pemahaman

    ini bukan pemahaman yang selalu benar, namun banyak

    mahasiswa yang memegang miskonsepsi seperti ini. Opsi

    E merupakan opsi yang hanya dipilih oleh 8 mahasiswa

    (21.05 %), terlampau jauh jika dibandingkan dengan

    pemilihan opsi A. Pemilihan opsi E menggambarkan

    miskonsepsi pada mahasiswa yaitu resultan gaya bernilai

    nol karena gaya dorong F sudah dihilangkan.

    Menentukan Arah Resultan Gaya pada Gerak 2

    Dimensi Di atas Bidang Licin

    Soal ketiga menyajikan gerak benda pada bidang 2

    dimensi dengan kondisi yang licin. Pada soal ini bertujuan

    untuk mengetahui bagaimana pemahaman mahasiswa

    dalam memahami arah resultan gaya pada kasus gerak di 2

    dimensi. Soal ketiga tertera pada Gambar 4.

    Sebuah kelereng sedang dimainkan oleh seorang anak. Anak tersebut melepaskan kelereng dari titik A sehingga bergerak meluncur diatas bidang

    lengkung seperti gambar.

    Arah resultan gaya yang bekerja pada kelereng pada saat di titik C paling tepat digambarkan sesuai nomor... .

    (A) 1 (B) 2 (C) 3 (D) 5 (E) Tidak ada yang sesuai; saat di C resultan gaya nol

    Gambar 4. Soal Menentukan Arah Resultan Gaya pada Gerak 2 Dimensi Di bidang Licin (Soal Nomor 9)

    Tabel 3. Distribusi Jawaban Mahasiswa Distribusi Jawaban

    Opsi Pemilih Opsi

    N %

    A* 6 15.79

    B 20 52.63

    C 4 10.53

    D 3 7.89

    E 5 13.16

    Kosong 0 0

    Total 38 100

  • SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-3

    Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang, 13 Oktober 2018

    4

    Berdasar distribusi jawaban di Tabel 3 terlihat

    bahwa pilihan opsi jawaban yang diberikan mahasiswa

    dapat dikatakan merata, karena semua opsi jawaban

    dipilih oleh mahasiswa. Hal ini dapat menunjukkan

    bahwa mahaiswa masih memiliki pemahaman yang

    beragam dalam menyikapi permasalahan terkait gerak 2

    dimensi. Hanya ada 6 mahasiswa (15.79 %) yang

    menjawab soal dengan benar. Opsi jawaban terbanyak

    yang dipilih mahasiswa yaitu pada opsi B (52.63 %). Dari

    meratanya jawaban yang diberikan mahasiswa diketahui

    bahwa masih banyak mahasiswa yang mengalami

    miskonsepsi.

    Pilihan opsi B menunjukan bahwa lagi-lagi

    miskonsepsi yang dialami adalah pandangan mengenai

    arah resultan gaya yang selalu sama dengan arah

    geraknya. Benda akan bergerak ke atas, sehingga arah

    yang dipilih adalah arah 2. Padahal untuk menyelesaikan

    soal ini harus juga meninjau dari aspek gaya-gaya yang

    bekerja pada benda. Pemilihan opsi jawaban yang lain

    disinyalir karena kurangnya pemahaman mahasiswa

    terkait topik gaya dan gerak. Opsi C dipilih karena

    didasari oleh anggapan benda akan bergerak ke kanan,

    maka arah yang cocok adalah arah 3. Anggapan

    mahasiswa yang memilih opsi D adalah Nw sehingga

    berfikir bahwa resultan gaya berarah ke bawah. Pemilihan

    opsi E didasari oleh pemikiran bahwa pada titik C gaya-

    gaya yang bekerja hanyalah gaya berat w dan gaya normal N . Dengan anggapan Nw= maka menurut

    mahasiswa resultan gaya adalah nol.

    Menentukan Arah Resultan Gaya pada Gerak 2

    Dimensi Di atas Bidang Kasar

    Soal terakhir menyajikan tentang penentuan arah

    resultan gaya pada gerak 2 dimensi di bidang kasar. Soal

    ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan mahasiswa

    dalam menentukan arah dari resultan gaya yang mana juga

    membutuhkan analisis yang lebih dalam karena

    melibatkan kasus yang menghadirkan adanya gesekan.

    Soal penentuan arah resultan gaya dan gerak 2 dimensi

    pada bidang kasar dapat dilihat pada Gambar 5.

    Balok dilepaskan dari titik A sehingga bergerak mengikuti lintasan lengkung yang kasar seperti gambar.

    Arah resultan gaya yang bekerja pada kelereng pada saat di titik C paling tepat digambarkan sesuai nomor... .

    (A) 1 (B) 2 (C) 3 (D) 5 (E) 6 (F) 7 (G) 8 (H) Tidak ada yang sesuai; saat di C resultan gaya nol

    Gambar 5. Soal Menentukan Arah Resultan Gaya pada Gerak 2 Dimensi Di bidang Kasar (Soal Nomor 10)

    Tabel 4. Distribusi Jawaban Mahasiswa Distribusi Jawaban

    Opsi Pemilih Opsi

    N %

    A 2 5.26

    B 14 36.84

    C 1 2.632

    D 0 0

    E 7 18.42

    F 10 26.32

    G* 0 0

    H 4 10.53

    Kosong 0 0

    Total 38 100

    Berdasarkan distribusi jawaban yang diberikan

    mahasiswa pada Tabel 4, tidak ada satupun mahasiswa

    yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar (0 %). Hal

    ini dapat menjadi indikasi bahwa konsep yang dibangun

    mahasiswa terkait arah resultan gaya pada gerak 2 dimensi

    khususnya pada kondisi bidang dengan gesekan masih

    kurang. Jawaban yang diberikan mahasiswa juga sangat

    beragam, yang menggambarkan beragamnya pula

    pemahaman yang dimiliki terkait arah resultan gaya pada

    gerak 2 dimensi.

    Berangkat dari jawaban yang diberikan mahasiswa

    dapat dianalisa beberapa hal yang menjadi miskonsepsi

    dari mahasiswa. Sebagian besar mahasiswa memilih opsi

    jawaban B (36.84 %). Kemungkinan pemilihan jawaban

    ini dikarenakan mahasiswa berfikir arah resultan gaya

    akan sama dengan arah kemana benda akan bergerak,

    yaitu ke arah 2. Kegagalan mahasiswa dalam

    menyelesaikan soal yang diberikan dapat dikarenakan

    pengetahuan yang dibangun mahasiswa masih berupa

    potongan-potongan pengetahuan. Mahasiswa belum dapat

    menghadirkan pengetahuan yang utuh untuk

    menyelesaikan masalah terkait. Pemilihan opsi A didasari

    bahwa resultan gaya pada arah horizontal adalah nol, dan

    pada arah vertical berlaku Nw sehingga beranggapan

    arah resultan gaya pada arah 1. Opsi C dipilih karena

    benda akan bergerak ke kanan terlepas dari bagaimana

    bentuk lintasannya, mahasiswa berfikir bahwa arah

    resultan gaya sesuar dengan arah 3. Opsi E dipilih dengan

    dasar bahwa benda dipengaruhi oleh gaya gesek yang

    berarah seperti arah 7 dan ada gaya berat w dengan arah 5, sehingga resultannya seperti arah 6. Pemilihan opsi F

    didasari pemahaman bahwa hanya ada gaya gesek yang

    mempengaruhi gerak benda, sehingga resultan gayanya

  • SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-3

    Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang, 13 Oktober 2018

    5

    akan berarah seperti arah 7. Opsi terakhir yang dipilih

    adalah H, pemilihan opsi ini dikarenakan mahasiswa

    berfikir ketika di titik C resultan gaya bernilai nol karena

    Nw= .

    PENUTUP

    A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan

    yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan dimana

    masih banyak mahasiswa yang mengalami miskonsepsi

    pada topik gaya dan gerak. Pengetahuan yang terangkat

    dalam memecahkan persoalan gerak bandul masih belum

    benar. Miskonsepsi paling umum yang dialami

    mahasiswa adalah anggapan bahwa arah resultan gaya

    akan selalu sama dengan arah gerak benda.

    B. Saran Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tindak

    lanjut bagi diri sendiri dan juga peneliti lain, agar dapat

    menghilangkan miskonsepsi pada topik gaya dan gerak ke

    depannya bagi mahasiswa.

    DAFTAR RUJUKAN

    Atasoy, Sengul, Mehmet Kucuk, and Ali Riza Akdeniz.

    2011. “Remedying Science Student Teachers’

    Misconceptions of Force and Motion Using

    Worksheets Based on Constructivist Learning

    Theory.” Energy Education Science and

    Technology Part B: Social and Educational Studies

    3(4): 653–68.

    Başer, Mustafa. 2006. “Effect of Conceptual Change

    Oriented Instruction on Remediation of Students ’

    Misconceptions Related to Heat and Temperature

    Concepts.” Journal of Maltese Education Research

    4(1): 64–79. www.educ.um.edu.mt/jmer.

    diSessa, Andrea A. 1993. “Toward an Epistemology of

    Physics.” Cognition and Instruction 10(2–3): 105–

    225.

    Docktor, Jennifer L., Natalie E. Strand, José P. Mestre,

    and Brian H. Ross. 2015. “Conceptual Problem

    Solving in High School Physics.” Physical Review

    Special Topics - Physics Education Research 11(2):

    1–13.

    Docktor, Jennifer L, and José P Mestre. 2014. “A

    Synthesis of Discipline-Based Education Research

    in Physics.” Physical Review Special Topic -

    Physics Education Research: 1–148.

    Hammer, David. 1996. “More than Misconceptions:

    Multiple Perspectives on Student Knowledge and

    Reasoning, and an Appropriate Role for Education

    Research.” American Journal of Physics 64(10):

    1316–25.

    http://aapt.scitation.org/doi/10.1119/1.18376.

    Sutopo. 2016. “Students’ Understanding of Fundamental

    Concept of Mechanical Wafe.” Jurnal Pendidikan

    Fisika Indonesia 12(1): 41–53.

    Taqwa, Muhammad Reyza Arief. 2016. “Perlunya

    Program Resitasi Untuk Meningkatkan

    Kemampuan Mahasiswa Dalam Memahami

    Konsep Gaya Dan Gerak.” In Pros. Semnas Pend.

    IPA Pascasarjana UM, , 365–72.

    Taqwa, Muhammad Reyza Arief, Arif Hidayat, and

    Supoto. 2017. “Konsistensi Pemahaman Konsep

    Kecepatan Dalam Berbagai Representasi.” Jurnal

    Riset & Kajian Pendidikan Fisika 4(1): 31–39.

    http://journal.uad.ac.id/index.php/JRKPF/issue/vie

    w/477.

    Taqwa, Muhammad Reyza Arief, Arif Hidayat, and

    Sutopo. 2017. “Deskripsi Penggunaan Program

    Resitasi Dalam Meningkatkan Kemampuan

    Membangun Free-Body Diagrams ( FBDs ).”

    Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako 5(1): 52–58.

  • SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-3

    Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang, 13 Oktober 2018

    6

    KEMAMPUAN MENGINTERPRETASI GRAFIK DALAM TOPIK KINEMATIKA

    Lugy Rivaldo1, Muhammad Reyza Arief Taqwa2,*, Fitria Nur Aini2,

    Muhammad Ibnu Shodiqin2, Diana Eka Saputri2 1Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

    Universitas Jambi 2Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

    Universitas Negeri Malang

    Email: [email protected]

    Abstrak

    Membangun pemahaman konsep kinematika merupakan hal yang penting untuk dikuasai oleh mahasiswa.

    Pemahaman tersebut harus dibangun secara utuh sehingga mampu mentrasnformasi konsep dalam bermacam

    format representasi. Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui kecakapan mahasiswa dalam menentukan

    besaran fisis kinematika dari grafik �⃗�(𝑡), 𝑣(𝑡), dan �⃗�(𝑡). Penelitian dilakukan dengan metode survey pada 42 mahasiswa S1 Pendidikan Fisika di Universitas Negeri Malang. Untuk mengungkap data dilakukan dengan

    memberikan 10 soal pilihan ganda beralasan. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata perolehan skor sebesar

    32,62, yang mengindikasikan bahwa skor pemahaman mahasiswa dalam menginterpretasi grafik kinematika

    masih rendah. Selain itu ditemukan kekeliruan interpretasi grafik yang menunjukkan bahwa mahasiswa gagal

    dalam mengkorelasikan makna persamaan matematis yang mereka ketahui dan grafik kinematika yang dia

    temui untuk menentukan besaran fisis yang diminta dalam kasus.

    Kata kunci: Grafik kinematika, pemahaman konsep

    PENDAHULUAN

    Pemahaman akan konsep-konsep dasar dalam

    fisika merupakan satu dari beberapa tujuan penting

    pembelajaran fisika bagi para siswa ataupun mahasiwa

    sehingga mereka dapat mengaplikasikannya dalam

    menjawab berbagai persoalan (Sutopo, 2016). Berdasar-

    kan hasil penelitian, Miskonsepsi merupakan salah satu

    hal yang sulit diubah oleh siswa (McDermott, 2001;

    Berek, et al., 2016). Hal ini lah yang menyebabkan akhir-

    akhir ini banyak para peniliti pendidikan fisika mem-

    fokuskan penelitian pada seberapa besar pemahaman

    mahasiswa terhadap konsep dasar fisika.

    Menurut, pada dasaranya, metode pengajaran yang

    diterapkan oleh guru kebanyakan adalah metode

    pengajaran tradisional, dimana siswa menjadi pusat

    repositori dari apa yang guru tersebut katakan sehingga

    siswa cenderung hanya menghafal tanpa faham kon-

    sepnya (Antwi et al, 2011). Mahasiswa menghabiskan

    banyak waktu untuk fokus pada rumus dan persoalan dan

    kurang fokus memperhatikan konsep dan contoh di

    kehidupan nyata(Elby, 1999). Hal ini dapat menyebab-kan

    mahasiswa kesulitan ketika mereka ditanya tentang

    penjelasan suatu konsep, dan mungkin para guru/dosen

    tidak melihat permasalahan ini pada siswa/mahasiswa.

    Jika permasalahan ini dibiarkan saja, maka akan

    berdampak besar dikemudian hari.

    Sebagai salah satu ilmu pengetahuan yang ber-

    hubungan langsung terhadap kajian fenomena alam, Fisika

    dapat diterjemahkan dalam bermacam bentuk representasi

    contohnya representasi dalam bentuk grafik (Setyono et al,

    2016). Seringkali mahasiswa menganggap grafik sebagai

    sebuah media intepretasi untuk model soal matematika.

    Hal ini dikarenakan dalam merepresentasi-kan grafik

    dibutuhkan kompetensi persepsi visual, ber-fikir secara

    logis, merancang data, prediksi pergerakan garis, serta

    menentukan hubungan antar variable yang pada dasarnya

    adalah kompetensi matematika

    Kemampuan menganalisis represesntasi grafik ini

    sangat diperlukan baik dalam bentuk kalimat verbal

    maupun non verbal khususnya bagi para mahasiswa fisika.

    Kemampuan yang tidak hanya bisa membuat grafik saja

    melainkan juga mampu mengkaji makna fisis grafik

    tersebut, memprediksi serta mengintepretasi grafik dan

    mentransformasikan grafik. Kemahiran ketika

    menganalisa sebuah grafik tergantung daripada jenis

    grafik, level dan/atau model persoalan yang diberikan

    (Bunawan et al., 2015)

    Beberapa dianatara guru atau dosen, dalam

    pembelajaran di kelas telah mempergunakan grafik untuk

    menjelaskan konsep, tetapi tidak secara eksplisit

    mengajarkan bagaimana bentuk komunikasi visual ini

    (Coleman et al., 2011). Kurangnya literasi dalam

    menginterpretasi grafik mahasiswa akan berimbas pada

    pemahaman akan konsep kinematika (Subali et al., 2015).

    Sedangakan sebagai calon guru fisika, maha-siswa

    dituntut untuk mampu dalam menginterpretasi grafik serta

    mampu menjelaskannya pada orang lain.

    METODE

    Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui

    kecakapan mahasiswa dalam menentukan besaran fisis

    kinematika dari grafik �⃗�(𝑡), 𝑣(𝑡), dan �⃗�(𝑡). Penelitian dilakukan dengan metode survey pada 42 mahasiswa S1

    Pendidikan Fisika di Universitas Negeri Malang. Untuk

    mengungkap data dilakukan dengan memberikan 10 soal

    pilihan ganda beralasan.Soal-soal tersebut diadaptasi dari

    soal standar yang telah dikembangkan untuk menuji

    kemampuan mahasiswa dalam menginterpretasi grafik

    kinematika (Beichner, 1994). Dalam artikel ini didisku-

    sikan 3 soal saja. Ketiga soal tersebut direpresentasikan

    dalam bentuk grafik dengan 3 fokus yang berbeda, yakni

  • SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-3

    Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang, 13 Oktober 2018

    7

    merepresentasikan grafik posisi sebagai fungsi waktu,

    kecepatan sebagai fungsi waktu, dan grafik percepatan

    sebagai fungsi waktu. Ketiga soal tersebut adalah soal

    dengan peroleh jawaban benar mahasiswa paling sedikit

    yaitu nomor 1, 5, dan 10.

    Soal-soal tersebut merupakan soal yang sudah

    layak. Ketiga soal yang dibahas merupakan soal bagian

    dari soal tes yang valid pada taraf signifikan 0.01, karena

    nilai r > rtabel. Sedangkan tingkat reliabilitas instrument

    dilihat dari nilai Cronbach’s Alpa yang bernilai 0 sampai

    1 (Iacobucci, 2001; Sijtsma, 2009; Taber, 2017; Tavakol

    & Dennick, 2011; Warrens, 2014; Yurdugül, 2008).

    Instrumen dapat digunakan apabila nilai Cronbach’s

    Alpasetidaknya 0,70(Taqwa, et al., 2017). Hasil anasilisis

    pada soal yang digunakan dalam penelitian memperlihat-

    kan bahwa soal tersebut merupakan soal yang tepat dengan

    nilai Cronbach’s Alpha = 0.812 (Hair, et al., 2010).

    Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa

    data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa skor

    nilai hasil yang diperoleh mahasiswa dalam menja-wab

    soal, sedangkan data kualitatif diperoleh dari alasan yang

    diberikan oleh mahasiswa. Alasan yang diberikan

    mahasiswa dihimpun sesuai dengan pemikiran serupa.

    Alasan yang diberikan mahasiswa ini berguna untuk

    mengetahui kemampuan menginterpretasi grafik maha-

    siswa dalam menjawab soal.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pada artikel ilmiah ini akan dibahas tentang

    kecakapan 42 mahasiswa dalam menentukan besaran fisis

    kinematika dari grafik �⃗�(𝑡), 𝑣(𝑡), dan �⃗�(𝑡) berda-sarkan piihan jawaban mereka pada 10 soal pilihan ganda

    beralasan yang diberikan. Hasil dari penelitian ini telah

    menunjukkan masih banyak mahasiswa yang keliru dalam

    menjawab soal terkait menginterpretasi grafik. Hal ini

    dapat dilihat dari masih banyak mahasiswa yang keliru

    dalam menginterpretasi grafik yang tersaji dalam grafik 1

    berikut.

    Gambar 1. Jumlah Mahasiswa dengan Pilihan Opsi

    Benar dan Opsi Salah pada Setiap Buti Soal

    Dari gambar 1 diatas, terlihat bahwa masih banyak

    mahasiswa yang belum tepat dalam menginterpretasikan

    grafik dengan benar. Adapun untuk sebaran distribusi

    pilihan opsi jawaban mahasiswa disajikan dalam Tabel 1

    berikut.

    Tabel 1. Distribusi Pilihan Opsi Jawaban Mahasiswa No Sebaran Opsi Jawaban % N

    Menjawab

    Benar

    A B C D E Kosong

    1 16 6* 2 9 9 0 14,29

    5 29 0 4* 0 6 3 9,52

    10 2* 6 34 0 0 0 4,76

    Rata-rata total 32,62

    Skor kemampuan mahasiswa dalam menginter-

    pretasikan grafik pada soal nomor 1, 5, dan 10 cenderung

    rendah. Hal tersebut terlihat dari rata-rata skor mahasis-wa

    yang hanya mencapai rata-rata total kurang dari 50%

    (32,62%) (rata-rata total adalah rata-rata dari seluruh nilai

    rata-rata opsi pilihan benar jawaban mahasiswa pada

    setiap nomornya).

    Menginterpretasi grafik percepatan sebagai fungsi

    waktu

    Butir soal nomor 1 bertujusn untuk mengetahui

    kemampuan mahasiswa dalam menginterpretasikan grafik

    percepatan sebagai fungsi waktu. Pada soal ini, mahasiswa

    diminta untuk menentukan mana diantara 5 pilihan grafik

    yang tersedia mempunyai perubahan kecepatan terbesar,

    seabagaimana yang ditunjukan oleh gambar 2.

    1. Dari grafik percepatan sebagai fungsi waktu berikut, objek yang memiliki perubahan kecepatan terbesar selama

    bergerak adalah (skala pada setia grafik adalah sama)….

    Gambar 2. Soal Grafik Percepatan Sebagai Fungsi

    Waktu

    Distribusi jawaban yang diberikan oleh mahasiswa

    dapat dilihat pada tabel 3. Pada soal nomor 1 dapat

    diketahui bahwa hanya 14,26% (6 mahasiswa) yang

    memilih opsi pilihan dengan benar. Distribusi jawaban

    yang keliru terpusat pada pilihan jawaban A 38,09% (16

    mahasiswa). Hal ini menunjukan bahwa maih banyak

    mahasiswa yang mengalamai miskonsepsi dalam mengin-

    terpretasikan grafik percepatan sebagai fungsi waktu.

    Tabel 2. Distribusi Jawaban Mahasiswa

    Distribusi Jawaban Pemilih Opsi

    N %

    A 16 38.09

    B* 6 14.26

    C 2 4.76

    D 9 21.43

    E 9 21.43

    Kosong 0 0

    Total 42 100

    Menginterpretasi Grafik Posisi Sebagai Fungsi Waktu

    Pada soal kedua yakni soal nomor 5, disajikan soal

    untuk menentukan kecepatan awal benda padaa saat t=0 s

    melalui interpretasi dari grafik posisi sebagai fungsi

    waktu. Saol ini bertujun untuk mengetahui tingkat

    pemahaman mahasiswa dalam menginterpretasikan grafik

    posisi sebagai fungsi waktu. Soal ditunjukan pada Gambar

    3.

    0

    20

    40

    60

    Soal No 1 Soal No 5 Soal No 10

    Jawaban Benar Jawaban keliru Persentase

  • SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-3

    Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang, 13 Oktober 2018

    8

    5. Dari grafik posisi sebagai fungsi waktu berikut, kecepatan awal

    benda (saat t = 0s) adalah... .

    (A) 0 m/s (B) 2 m/s (C) 2,5 m/s (D) 5 m/s (E) 10 m/s

    Gambar 3. Soal Menginterpretasi Grafik Posisi

    sebagai Fungsi Waktu

    Distribusi jawaban mahasiswa dalam memilih opsi

    yang benar pada soal nomor 5 yang tersaji dalam tabel 4,

    terlihat bahwahanya 4 mahasiwa saja (9.52%) yang

    menjawab soalan dengan benar. Pilihan jawaban

    mahasiswa paling banyak terfokus pada opsi pilihan A (29

    mahasiswa = 69.04%) dan E (26 mahasiswa = 61.90%)

    serta 3 orang (7.14%) mahasiswa tidak menja-wab sama

    sekali. Hal ini mengindikasikan bahwa kurangnya

    kemampuan mahasiswa dalam menginter-pretasi grafik

    posisi sebagai fungsi waktu. Kekeliruan ini terjadi akibat

    miskonsepsi pada mahasiswa yang cende-rung

    mengganggap bahwa voidentik dengan kecepatan awal nol

    saat t = 0 sehingga grafik posisi sebagai fungsi waaktu

    pasti mulai dari titik (0,0).

    Tabel 3. Distribusi Jawaban Mahasiwa Distribusi Jawaban Pemilih Opsi

    N %

    A 29 69.04

    B* 0 0

    C 4 9.52

    D 0 0

    E 26 61.90

    Kosong 3 7.14

    Total 42 100

    Menginterpretasi perubahan kecepatan sebagai

    fungsi waktu.

    Pada soal ketiga nomor 10 ini, mahasiswa diminta

    untuk menentukan interpretasi dari grafik kecepatan objek

    sebagai fungsi waktu yang paling tepat dianatara beberapa

    interpretasi yang tersedia. Soal dapat dilihat pada gambar

    4.

    10. Berikut merupakan grafik kecepatan objek sebagai fungsi

    waktu.

    Interpretasi yang paling tepat adalah... .

    (A) Objek bergerak dengan percepatan tetap (B) Objek bergerak dengan percepatan yang berkurang

    secara beraturan

    (C) Objek bergerak dengan kecepatan yang bertambah secara beraturan

    (D) Objek bergerak dengan kecepatan tetap (E) Objek tidak bergerak

    Gambar 4. Soal Menginterpretasikan Grafik

    Kecepatan Objek sebagai Fungsi Waktu

    Distribusi jawaban mahasiswa pada soal nomor 10

    tersaji dalam Tabel 5. Dari 10 soal yang disediakan, soal

    nomor 10 merupakan soal dengan persentase pilihan opsi

    jawaban benar mahasiswa paling sedikit yakni hanya

    4.76% (2 orang mahasiswa) saja yang menjawab dengan

    tepat. Sedangkan 95.24% (40 orang mahasiswa) maha-

    siswa keliru dalam menginterpretasi grafik yang disa-

    jikan. Kekeliruan tersebut terlihat dari jawaban mahasiswa

    yang terfokus pada opsi C 80.95% (34 maha-siswa) hal ini

    mengindikasikan miskonsepsi mahasiswa dalam

    menginterpretasi grafik kecepatan sebagai fungsi waktu.

    Interpretasi bahwa objek bergerak dengan kece-patan

    beraturan sebagaimana yang disajikan dalam Gambar 4,

    merupakan interpretasi yang kurang tepat. Hal ini

    dikarenakan ketika kecepatan objek bertambah secara

    beraturan, maka otomatis percepatan objek tersebut

    konstan sehingga jawaban yang paling tepat adalah opsi A

    yaitu objek bergerak dengan percepatan tetap.

    Tabel 4. Distribusi Jawaban Mahasiswa Distribusi

    Jawaban

    Pemilih Opsi

    N %

    A* 2 4.76

    B 6 14.29

    C 34 80.95

    D 0 0

    E 0 0

    Kosong 0 0

    Total 42 100

    PENUTUP

    A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang

    telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat disimpulkan

    bahwa kurang dari 50% mahasiswa mengalami keke-

    liruan dalam menginterpretasikan grafik baik itu grafik

    percepatan sebagai fungsi waktu, kecepatan sebagai

    fungsi waktu, ataupun posisi sebagai fungsi waktu.

    Miskonsepsi terhadapa interpetasi grafik posisi sebagai

    fungsi waktu pada soal nomor 10 merupakan yang

    v (m/s)

    t (s)

  • SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-3

    Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang, 13 Oktober 2018

    9

    terbanyak dari 10 soal yang diberikan lebih dari 95%

    mahasiswa, keliru dalam memilih jawaban opsi yang

    benar. Oleh karena itu, diperlukan suatu peningkatan

    kualitas pembelajaran terhadap penginterpretasian grafik

    serta pemahaman konsep yang tepat sehingga mahasiswa

    mampu menjawab soal kenematika dalam berbagai

    interpretasi, khususnya interpretasi grafik.

    B. Saran Sebagai saran perbaikan untuk memaksimalkan

    hasil belajar diperlukan upaya peningkatan pemahaman

    mahasiswa dalam berbagai bentuk interpretasi lain selain

    grafik, misalnya diagram, tabel ataupun verbal dan visual

    lainnya. Hal ini diperlukan agar pemahaman mahsiswa

    menjadi lebih teruji tidak terbatas hanya pada satu bentuk

    interpretasi.

    DAFTAR RUJUKAN

    Antwi et al. (2011). Students ’ Understanding of Some

    Concepts in Introductory Mechanics Course : A

    Study in the First Year University Students , UEW,

    1(1), 55–80.

    Beichner, R. J. (1994). Testing student interpretation of

    kinematics graphs. American Journal of Physics,

    62(8), 750–762. https://doi.org/10.1119/1.17449

    Beichner, R. J. (1996). The impact of video motion

    analysis on kinematics graph interpretation skills.

    American Journal of Physics, 64(10), 1272–1277.

    https://doi.org/10.1119/1.18390

    Berek, F. X., Sutopo, S., & Munzil, M. (2016). Concept

    enhancement of junior high school students in

    hydrostatic pressure and archimedes law by predict-

    observe-explain strategy. Jurnal Pendidikan IPA

    Indonesia, 5(2), 230–238.

    https://doi.org/10.15294/jpii.v5i2.6038

    Bunawan et al. (2015). Penilaian pemahaman representasi

    grafik materi optika geometri menggunakan tes

    diagnostik. Jurnal Cakrawala Pendidikan,

    XXXIV(2), 257–267.

    https://doi.org/10.21831/cp.v2i2.4830

    Coleman et al. (2011). Elementary Teachers’ Use of

    Graphical Representations in Science Teaching.

    Journal of Science Teacher Education, 22(7), 613–

    643. https://doi.org/10.1007/s10972-010-9204-1

    Elby, A. (1999). Another reason that physics students

    learn by rote. American Journal of Physics, 67(S1),

    S52–S57. https://doi.org/10.1119/1.19081

    Hair, J. F., Black, W. C., Babin, B. J., & Anderson, R. E.

    (2010). Multivariate Data Analysis (7th ed.). New

    Jersey: Prentice Hall, Upper Saddle River.

    Iacobucci, D. (2001). Measurement. Journal of Consumer

    Psychology’s Special Issue on Methodological and

    Statistical Concens of the Experimental Behavioral

    Researcher, 10(1&2), 55–69.

    https://doi.org/Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum

    Associates

    McDermott, L. C. (2001). Oersted Medal Lecture 2001:

    “Physics Education Research—The Key to Student

    Learning.” American Journal of Physics, 69(11),

    1127–1137. https://doi.org/10.1119/1.1389280

    Setyono.et.al. (2016). Analisis Kesulitan Siswa Dalam

    Memecahkan Masalah Fisika Berbentuk Grafik,

    5(3).

    Sijtsma, K. (2009). On the use, the misuse, and the very

    limited usefulness of cronbach’s alpha.

    Psychometrika, 74(1), 107–120.

    https://doi.org/10.1007/s11336-008-9101-0

    Subali et al. (2015). Analisis Kemampuan Interpretasi

    Grafik Kinematika pada Mahasiswa Calon Guru

    Fisika. Prosiding Simposium Nasional Inovasi Dan

    Pembelajaran Sains, 2015(Snips), 269–272.

    Sutopo. (2016). Pemahaman Mahasiswa Tentang Konsep-

    Konsep Dasar Gelombang Mekanik. Jurnal

    Pendidikan Fisika Indonesia, 12(2), 41–53.

    https://doi.org/10.15294/jpfi

    Taber, K. S. (2017). The Use of Cronbach’s Alpha When

    Developing and Reporting Research Instruments in

    Science Education. Research in Science Education,

    1–24. https://doi.org/10.1007/s11165-016-9602-2

    Taqwa, M. R. A., Hidayat, A., & Supoto. (2017).

    Konsistensi Pemahaman Konsep Kecepatan dalam

    Berbagai Representasi. Jurnal Riset & Kajian

    Pendidikan Fisika, 4(1), 31–39.

    https://doi.org/http://dx.doi.org/10.12928/jrkpf.v4i1

    .6469

    Tavakol, M., & Dennick, R. (2011). Making sense of

    Cronbach’s alpha. International Journal of Medical

    Education, 2, 53–55.

    https://doi.org/10.5116/ijme.4dfb.8dfd

    Warrens, M. J. (2014). On Cronbach ’ s Alpha as the Mean

    of All Possible ? -Split Alphas. Advance in Statistic,

    2014, 5–10.

    Yurdugül, H. (2008). Minimum Sample Size for

    Cronbach’S Coefficient Alpha: a Monte-Carlo

    Study. H.U. Journal of Education, 35(1999), 397–

    405.

  • SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-3

    Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang, 13 Oktober 2018

    10

    IMPLEMENTASI CLASS GOT TALENT BERBANTUAN MINIBOOK DALAM

    PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN PROSES ABAD 21

    SISWA

    Rr. Suindah Wijayanti

    UPT SMP Negeri 4 Lumajang

    Email: [email protected]

    Abstrak

    Implementasi class Got Talent berbantuan minibook memfasilitasi siswa terlibat secara interaktif dalam

    pembelajaran IPA sehingga dapat mengembangkan keterampilan proses abad 21 siswa menjadi lebih baik.

    Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis implementasi class got talent berbantuan minibook dapat

    meningkatkan ketrampilan proses abad 21 siswa kelas VII H UPT SMP Negeri 4 Lumajang. Jenis

    penelitian ini adalah Classroom action reseach. H a s i l pada siklus I, penilaian keterampilan proses abad

    21 keterampilan berkomunikasi sebesar 72%, keterampilan berpikir kritis memecahkan masalah sebesar

    66%, keterampilan berkolaborasi sebesar 83%, keterampilan kreativitas dan inovasi sebesar 73%,

    keterampilan berliterasi berproduk minibook sebesar 78%. pada siklus II, penilaian keterampilan proses

    abad 21 keterampilan berkomunikasi sebesar 79%, keterampilan berpikir kritis memecahkan masalah

    sebesar 73%, keterampilan berkolaborasi sebesar 80%, keterampilan kreativitas dan inovasi sebesar 77%,

    keterampilan berliterasi berproduk minibook sebesar 83%. Secara garis besar terdapat rata-rata

    peningkatan keterampilan proses abad 21 sebesar 79%. Hal ini berarti terjadi peningkatan dari siklus I

    ke siklus II sebesar 0,04%. Keterampilan paling rendah adalah keterampilan berpikir kritis, sedangkan

    paling tinggi adalah keterampilan berliterasi, namun untuk ketrampilan berkolaborasi menurun hal ini

    disebabkan karena penyesuaian dengan group baru.

    Kata kunci: Class Got Talent, Minibook, Keterampilan Proses abad 21

    PENDAHULUAN

    Pendidikan di Era Now sangat membutuhkan

    sumber daya manusia yang berkualitas tinggi, karena

    menjadi tumpuan utama agar dapat menghadapi

    kompetisi global, oleh karena itu pendidikan tetap

    menjadi prioritas utama. Pendidikan dianggap sangat

    penting menurut Peraturan Pemerintah RI No. 19

    tahun 2005, yaitu tentang Standar Nasional Pendidikan

    Pasal 19 ayat 1 berbunyi bahwa: “Proses pembelajaran

    pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,

    inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi

    siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang

    yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian

    sesuai bakat minat dan perkembangan fisik serta

    psikologi siswa”. Berdasarkan peraturan pemerintah

    tersebut maka pencapaian tujuan pendidikan sebagian

    besar ditentukan oleh keberhasilan proses balajar mengajar

    di kelas.

    Kurikulum 2013 yang disempurnakan membawa

    dampak perubahan pada mata pelajaran ilmu pengetahuan

    alam yaitu penerapan ketrampilan proses sains menjadi

    ketrampilan proses abad 21. Berbagai kompetensi yang

    dikembangkan tidak hanya ditekankan pada hasil,

    melainkan juga dengan pembentukan sikap sosial-

    spiritual dan diarahkan untuk mengembangkan

    ketrampilan proses abad 21 yang dikenal dengan

    kompetensi 4C, seiring berubahnya sistem pendekatan

    pembelajaran dan bergesernya tujuan pendidikan,

    memasuki abad 21 tugas dan peranan pendidik memiliki

    pengaruh dalam proses pembelajaran untuk

    mempersiapkan generasi menghadapi tantangan global

    di era now agar siswa dapat mengkritisi berbagai gejala,

    dan persoalan yang muncul disekitarnya baik yang

    terkait dalam kehidupannya sehari-hari, aspek IPA, sosial,

    budaya, ekonomi serta aspek lainnya. Siswa harus

    dimotivasi untuk mengkonstruksi dan membentuk

    pengetahuan di dalam pikiran, bekerja memecahkan

    masalah, dan bersusah payah dengan ide-idenya agar

    benar-benar memahami dan dapat menerapkan

    pengetahuan yang dimiliki dalam kehidupan sehari-hari

    untuk memecahkan masalah.

    Guru dapat memberikan dan memfasilitasi

    kemudahan untuk proses ini, dengan memberi

    kesempatan siswa yang lebih luas dalam

    mengggali, menemukan, dan menerapkan ide-ide, dalam

    proses pembelajaran (Kemdikbudb, 2013).

    Tantangan pendidik abad 21 adalah menjadikan

    peserta didik di sekolah saat ini menjadi individu cerdas

    yang mandiri, unggul, dan tangguh yang mampu bertahan

    di abad 21. Sehingga inovasi dalam bidang pendidikan

    sangat diperlukan. Inovasi tersebut dapat diawali dengan

    mengubah paradigma mengenai pendidikan itu sendiri ke

    arah yang lebih baik. Selanjutnya bergantung pada

    kualitas pendidik sebagai pemeran utama.

    Hasil observasi dan wawancara yang dilakukan

    penulis menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran IPA

    sesuai Kurikulum 2013 yang diarahkan untuk

    mengembangkan ketrampilan proses abad 21 masih jauh

    dari yang diharapkan. Berdasarkan penelitian awal siswa

    kelas VIIH dokumen laporan hasil belajar tahap

    pengamatan pendahuluan rata-rata kelas hanya 69.57.

    Jika mengacu pada ketuntasan belajar yang di tuntut

    kurikulum yaitu minimal 75. Nilai rata-rata penilaian

    ketrampilan kelas VII H paling rendah yaitu 60,65,

  • SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-3

    Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang, 13 Oktober 2018

    11

    sehingga berdampak siswa masih kesulitan memecahkan

    beberapa masalah, siswa belum mendapatkan bimbingan

    dengan benar setiap aspek ketrampilan proses dan tehnik

    penilaian yang digunakan guru belum tepat untuk

    mengukur keberhasilan pembelajaran IPA, suasana kelas

    jauh dari joyfull learning, tidak kondusif, membosankan

    serta tidak menginspirasi siswa untuk aktif berinteraksi

    .Asumsi penulis kondisi ini dipengaruhi oleh

    ketrampilan proses abad 21, pencapaian indicator 4C

    juga masih rendah kurang dari 75% , hal ini dipengaruhi

    oleh beberapa faktor, kondisi kelas dengan karakter dan

    tingkat kecerdasan yang berbeda, ada siswa yang dapat

    bersikap tenang, namun ada pula yang tidak bisa

    tenang, mudah bosan, mengantuk, kebiasaan siswa yang

    suka bermain-main (20%) pada saat proses pembelajaran

    berlangsung dapat menghambat kerja group yang

    disebabkan oleh pembelajaran tidak menarik, kesulitan

    memahami materi atau pembelajaran yang tidak

    didukung oleh media pembelajaran, dan lain

    sebagainnya.

    Rendahnya ketrampilan proses abad 21 siswa

    pada saat pembelajaran menyebabkan siswa tidak dapat

    mengkonstruksi pengetahuan di dalam pikirannya dan

    memecahkan masalah dengan baik. Hal ini dibuktikan

    dengan indikator ketrampilan proses abad 21 (21st

    Century Skills) (Trilling dan Fadel, 2009) antara lain

    ketrampilan berpikir kritis (critical thinking),

    ketrampilan berkomunikasi (communication skill), kerja

    sama dalam pembelajaran (collaborative learning) dan

    ketrampilan Kreatifitas dan Inovasi (Creativity and

    Innovation) pada proses pembelajaran belum dilakukan

    maksimal.

    Kondisi ini tentu sangat tidak diharapkan dan

    dikhawatirkan terulang pada pembelajaran-pembelajaran

    berikutnya, oleh karena itu perlu dan harus segera

    dicarikan solusi agar siswa termotivasi, tidak

    mengalami kesulitan belajar, dan dapat menguasai

    konsep dengan baik sehingga ketrampilan proses abad

    21 meningkat solusi yang diterapkan adalah dengan

    mengimplementasikan pembelajaran class got talent

    berbantuan minibook. Mengintegrasikan permainan

    pemilihan siswa berbakat (class got talent) untuk

    membantu teman sebaya dalam menguasai sebuah

    materi pembelajaran, situasi atau istilah ini dimanfaatkan

    oleh penulis ke dalam pembelajaran dengan

    memodifikasi berbantuan minibook yang merupakan

    produk atau karya untuk menuangkan bakat, yang dapat

    pula dijadikan sebagai sumber belajar serta berfungsi

    sebagai pengembangan bakat literasi yang disesuaikan

    dengan kebutuhan kelas, yang bertujuan meningkatkan

    kompetensi siswa dan keberhasilan proses belajar

    mengajar di kelas pada aspek berpikir kritis dalam

    pemecahan masalah, berkomunikasi, berkolaborasi,

    berkreasi dan inovasi (4C) untuk pencapaian indicator

    dalam ketrampilan proses abad 21 siswa. Peran

    strategis guru dapat diwujudkan melalui seni manajemen

    kelas berupa aneka permainan sederhana untuk

    mengontrol kelas (Lubis, 2016).

    Media minibook yang dihasilkan sebagai karya

    kreativitas dan inovasi oleh siswa untuk

    mengembangkan aspek-aspek ketrampilan proses abad

    21, Penggunaan media dapat dipilih karena memiliki

    banyak manfaat, antara lain disampaikan Sudrajat (2008)

    yaitu memungkinkan adanya interaksi langsung antara

    peserta didik dan lingkungannya, menanamkan konsep

    dasar yang benar, konkrit dan realistis, serta dapat

    membangkitkan motivasi belajar.

    Class Got talent adalah permainan pemilihan

    siswa “berbakat” untuk membantu teman sebaya dalam

    menguasai sebuah materi pembelajaran, yang memiliki

    manfaat melatih argument yang didasari dengan data

    atau bukti, siswa juga bisa belajar untuk menilai kerja

    teman atau penilaian sejawat, belajar menghargai, melatih

    kepercayaan diri, menerima kritik, dan yang tak kalah

    penting adalah pelajaran di kelas semakin atraktif (Lubis,

    2016).

    Media pembelajaran memiliki dua fungsi utama

    yaitu pertama media adalah sebagai alat bantu

    pembelajaran, dan fungsi kedua adalah sebagai media

    sumber belajar (Amanah, 2016). Menurut Samodero

    (2014) mengungkapkan bahwa media memiliki beberapa

    fungsi, diantaranya dapat mengatasi keterbatasan

    pengalaman yang dimiliki oleh para siswa; dapat

    melampaui batasan ruang kelas; memberikan interaksi

    langsung antara siswa dengan lingkungannya;

    menghasilkan keseragaman pengamatan; menghasilkan

    keseragaman pengamatan; menanamkan konsep dasar

    yang benar, konkrit dan realistis; dapat membangkitkan

    keinginan dan minat baru; dapat membangkitkan

    motivasi dan menstimulasi siswa untuk belajar;

    memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari

    yang konkrit sampai dengan abstrak.

    Menurut Sanaky (2009) tujuan media pembelajaran

    adalah sebagai alat bantu pembelajaran, dengan tujuan

    sebagai berikut: a) Mempermudah proses pembelajaran di

    kelas; b) Meningkatkan relevansi antara materi pelajaran

    dengan tujuan belajar; c) Membantu konsentrasi siswa

    dalam proses pembelajaran. Sedangkan manfaat media

    pembelajaran sebagai alat bantu dalam pembelajaran

    adalah: a) Pembelajaran lebih menarik perhatian siswa

    sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar; b) Bahan

    pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat

    lebih mudah dipahami siswa;

    Keterampilan proses abad 21 atau diistilahkan

    dengan 4C (Communication, Collaboration, Critical

    Thinking and Problem Solving, dan Creativity and

    Innovation). Inilah yang sesungguhnya ingin kita tuju

    dengan K-13, bukan sekadar transfer materi. Tetapi

    pembentukan 4C. Sebenarnya kata ini tidak terlalu baru

    untuk kita. Di berbagai kesempatan, kita sudah sering

    mendengar beberapa pakar menjelaskan pentingnya

    penguasaan 4C sebagai sarana meraih kesuksesan,

    khususnya di Abad 21, abad di mana dunia berkembang

    dengan sangat cepat dan dinamis. Penguasaan

    keterampilan proses abad 21 sangat penting, 4 C adalah

    jenis softskill yang pada implementasi keseharian, jauh

    lebih bermanfaat ketimbang sekadar pengusaan hardskill.

    Higher Order of Thinking Skill (HOTS) adalah

    kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif,

    dan berpikir kreatif yang merupakan kemampuan

    berpikir tingkat tinggi. Kurikulum 2013 juga menuntut

    materi pembelajarannya sampai metakognitif yang

    mensyaratkan peserta didik mampu untuk memprediksi,

    mendesain, dan memperkirakan. Sejalan dengan itu

  • SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-3

    Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang, 13 Oktober 2018

    12

    ranah dari HOTS yaitu analisis yang merupakan

    kemampuan berpikir dalam menspesifikasi aspek-

    aspek/elemen dari sebuah konteks tertentu; evaluasi

    merupakan kemampuan berpikir dalam mengambil

    keputusan berdasarkan fakta/informasi; dan mengkreasi

    meruapakan kemampuan berpikir dalam membangun

    gagasan/ide-ide. Keterampilan proses abad 21 adalah (1)

    life and career skills, (2) learning and innovation skills,

    dan (3) Information media and technology skills. Ketiga

    keterampilan tersebut dirangkum dalam sebuah skema

    yang disebut dengan pelangi keterampilan-pengetahuan

    abad 21/21st century knowledge-skills rainbow (Trilling

    dan Fadel, 2009).

    Perkembangan pendidikan di era now saat ini

    begitu pesat. Peran strategis guru dapat diwujudkan

    melalui seni manajemen kelas berupa aneka permainan

    sederhana untuk mengontrol kelas, guru harus selalu

    mencari cara untuk mengembangkan pembelajaran dan

    media yang menginsiparasi siswa, agar segala aktifitas

    dan proses pembelajaran bisa dilakukan secara

    maksimal dan efisien untuk mengatasi tantangan abad

    21, maka siswa dibekali dengan ketrampilan proses abad

    21 yaitu 4C; comunikasi, colaborasi, critical thingking and

    problem solving, creativity and innovation melaui

    pembelajaran class got talent berbantuan minibook yaitu

    dengan mengintegrasikan permainan pemilihan siswa

    berbakat (class got talent) untuk membantu teman sebaya

    dalam menguasai sebuah materi pembelajaran dengan

    memodifikasi berbantuan minibook sebagai produk

    pembelajaran atau hasil karya siswa.

    METODE

    Karya inovasi Pembelajaran ini dilaksanakan

    dalam bentuk penelitian yang dilakukan dalam 2 siklus.

    Siklus pertama terdiri dari 2 pertemuan dan siklus kedua

    terdiri dari 2 pertemuan. Catatan lapangan dan

    dokumen assessment performance ketrampilan proses

    abad 21 (4C) adalah instrumen yang peneliti gunakan

    untuk mencatat kejadian-kejadian dari aktivitas siswa

    ketika penelitian diimplimentasikan. Catatan yang

    peneliti peroleh direfleksi, dan apabila hasil pada siklus

    satu (1) hasil penelitian telah mencapai kriteria

    kesuksesan maka penelitian ditingkatkan hasilnya dari

    pencapaian kriteria kesuksesan minimal. Dan apabila

    pada siklus satu (1) belum mencapai kriteria kesuksesan

    maka penelitian itu akan dilanjutkan dengan siklus kedua

    (2) dan seterusnya.

    Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 4

    Lumajang, Di kelas VII H SMP Negeri 4 Lumajang

    terletak di Jalan Kolonel Suwignyo 45 Lumajang, Telp

    (0334) 881087. letaknya strategis ditengah kota. SMP

    Negeri 4 Lumajang secara keseluruhan ada 24

    rombongan belajar.

    Penelitian tindakan kelas keterampilan proses

    abad 21 siswa kelas VII H SMPN 4 lumajang

    dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus pertama

    dilaksanakan dua kali pertemuan, pertemuan yang

    pertama berlangsung selama 2 x jam pelajaran atau

    80 menit dan pertemuan yang kedua selama 1 x jam

    pelajaran atau 40 menit. Siklus kedua juga

    dilaksanakan 2 x pertemuan dengan rentang waktu

    seminggu setelah siklus I.

    Siklus satu terdiri dari dua pertemuan. Pertemuan

    pertama pada hari Selasa tanggal 6 Maret 2018,

    pertemuan kedua pada hari Rabu tanggal 7 Maret 2018.

    Siklus 2 juga terdiri dari 2 pertemuan. Pertemuan

    pertama pada hari Selasa tanggal 20 Maret 2018,

    kemudian pertemuan kedua pada hari Rabu 21 Maret

    2018. Penelitian dilaksanakan pada semester II,

    disesuaikan dengan materi yang terdapat pada

    Kurikulum

    Metode Purposive digunakan untuk menentukan

    lokasi Penelitian Tindakan Kelas ini. Arikunto

    (2006:139) menjelaskan bahwa metode purposive

    adalah sebuah metode untuk memilih lokasi penelitian

    berdasarkan tujuan atau alasan tertentu. Dalam

    Penelitian Tindakan Kelas ini, SMP Negeri 4 Lumajang

    dipilih dan ditentukan secara purposif dengan

    mempertimbangkan dua alasan, yaitu alasan akademis

    dan alasan teknis. Alasan akademis, karena model

    pembelajaran class got talent berbantuan minibook

    belum pernah digunakan dalam pembelajaran IPA.

    Alasan teknis, memungkinkan peneliti untuk

    melakukan penelitian karena peneliti adalah guru IPA

    di SMP Negeri 4 Lumajang.

    Mengingat permasalahan yang ada di lokasi

    penelitian cukup kompleks dan tentunya tidak dapat

    diteliti secara sekaligus, karena itu penelitian ini

    difokuskan pada ketrampilan proses abad 21 (4C)

    siswa di kelas VII H yang masih rendah. Ketrampilan

    proses terlihat dari lembar observasi dan dokumen

    assessment perfomance ketrampilan proses abad 21

    (4C). Keterbatasan waktu, tenaga, biaya dan fokus

    penelitian mendorong perlunya ketegasan ruang

    lingkup penelitian. Dalam hal ini ruang lingkup

    penelitian ditetapkan sebagai berikut:

    1. Perbaikan pembelajaran dilakukan dengan mengimplementasikan class got talent berbantuan

    minibook.

    2. Materi pokok yang dikaji adalah Tata surya. 3. Penelitian dilakukan pada siswa kelas VII H SMP

    Negeri 4 Lumajang semester genap tahun pelajaran

    2017/2018.

    4. Fokus penelitian ini adalah pada ketrampilan proses abad 21 (4C) melalui lembar observasi dan

    dokumen assessmen performance pada akhir

    masing- masing siklus.

    Adapun sumber data dalam penelitian ini

    adalah dokuman lembar observasi dan rekaman

    dokumen assessment performance keterampilan

    proses abad 21 (4C) siswa oleh guru mata pelajaran.

    Penelitian ini dilakukan di dalam kelas di kelas

    VII H di mana peneliti adalah sebagai pelaksana

    seluruh kegiatan pembelajaran di kelas. Penelitian ini

    akan menghasilkan data deskriptif berupa uraian hasil

    integrasi melalui class got talent berbantuan minibook

    dapat meningkatkan keterampilan proses abad 21 (4C)

    siswa di kelas VII H Semester genap di SMPN 4

    Lumajang, khususnya pada materi Tata Surya . SMPN

  • SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-3

    Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang, 13 Oktober 2018

    13

    4 Lumajang merupakan sekolah Mitra Usaid Prioritas

    dan sasaran tambahan Kurikulum k13 dimana menjadi

    salah-satunya satuan pendidikan penyelenggara

    pembelajaran aktif tingkat SMP. Implementasi

    Kurikulum 2013 di tahun 2017/2018 ini mengalami

    penyempurnaan yaitu mengembangkan kecakapan

    abad 21 dengan berbagai pola/desain pembelajaran yang

    di rancang agar ketrampilan proses 4C abad 21 siswa

    dapat tercapai sesuai kriteria ketuntasan minimal

    penilaian ketrampilan yang telah ditetapkan, bagaimana

    siswa dapat menguasai 4C kompetensi abad 21 jika

    guru tidak memfasilitasi kegiatan yang sesuai, oleh

    karena itu dipilih dan dirancang kegiatan pembelajaran

    class got talent berbantuan minibook.

    Subjek penelitian dalam Penelitian Tindakan

    Kelas ini adalah siswa kelas VII H yang terdiri dari 32

    orang dengan komposisi 17 orang perempuan dan 15

    orang laki-laki. Pembagian kelas adalah heterogen,

    baik dari segi kemampuan akademik, jenis kelamin,

    latar belakang ekonomi maupun suku bangsa. Alasan

    penetapan subyek penelitian pada kelas tersebut mengacu

    pada pertimbangan: 1) konsentrasinya rendah, tidak

    bertahan lama dan cepat merasa bosan; 2) siswa suka

    bermain-main saat pembelajaran berlangsung; 3)

    membutuhkan stimulus yang tinggi untuk merespon

    pertanyaan guru.

    Berdasarkan jenis penelitian, yaitu penelitian

    tindakan kelas maka kehadiran peneliti di lapangan

    mutlak diperlukan karena peneliti bertindak sebagai

    perencana, pengajar, pengamat, pelaksana, pengumpul

    data, dan pelapor hasil penelitian. Mengacu pada salah

    satu karakteristik PTK yakni perlu adanya kolaborasi,

    maka selama penelitian berlangsung, peneliti dibantu

    oleh 2 orang observer dengan maksud untuk dapat

    membantu peneliti dalam pengumpulan data melalui

    observasi proses belajar siswa dalam kelas sekaligus

    sebagai kolaborator dalam pelaksanaan refleksi. Dua

    orang observer tersebut adalah guru IPA SMP Negeri 4

    Lumajang

    a. Tahap Perencanaan Pada tahap perencanaan, penulis

    mengidentifikasi tentang beberapa kesulitan yang

    dihadapi di sekolah, khususnya di kelas VII H G

    dalam pembelajaran IPA. Kemudian dicatat beberapa

    item masalah dan mengidentifikasi masalah yang terkait

    dengan model dan media pembelajaran IPA di kelas

    VII H SMP Negeri 4 Lumajang dan menganalisis

    tentang apa yang sekiranya dapat dilakukan untuk

    menjadi persiapan melakukan tindakan perbaikannya.

    Dalam tahap ini juga dilaksanakan penyusunan rencana

    pelaksanaan penerapan pembelajaran class got talent

    berbantuan minibook sebagai alternatif untuk

    memecahakan permasalahan yang ada. Menyusun

    rencana pembelajaran, format evaluasi, menyusun

    format observasi pembelajaran dan instrumen

    ketrampilan proses abad 21 siswa. Mempersiapkan

    sumber, bahan dan alat bantu yang di perlukan.

    b. Tahap Tindakan

    Pada tahap tindakan, guru melakukan skenario

    pembelajaran yang akan dilaksanakan. Pada tahap ini

    guru mengimplementasikan pembelajaran class got

    talent yang telah di susun. Guru akan melaksanakan

    pembelajaran sesuai rencana pembelajaran dan

    melakukan proses pembelajaran dengan menerapkan

    sintaks dalam pembelajaran yang telah dipersiapkan.

    c. Tahap Observasi/Tidakan

    Pada tahap ini guru mempersiapkan dan

    melaksanakan pengamatan terhadap tindakan yang

    dilakukan secara kontinu. Observasi ini akan dilakukan

    selain untuk mengamati segala tindakan yang dilakukan

    guru untuk kepentingan penelitian, observasi juga

    diarahkan untuk kepentingan lain, yaitu respon yang

    ditunjukkan oleh siswa terhadap model pembelajaran

    yang diterapkan pada pembelajaran IPA di kelas VII H.

    Guru juga melakukan observasi secara intensif dengan

    berpatokan pada lembar observasi yang telah disepakati.

    Untuk memudahkan observasi akan disusun

    alat/instrumen observasi terhadap tindakan yang

    dilakukan serta alat/instrumen observasi terhadap

    respon yang ditunjukkan siswa.

    Fokus observasi akan ditekankan pada

    ketrampilan proses abad 21 melalui lembar assessment

    performance, aktivitas belajar siswa dan juga

    keterlaksanaan pembelajaran implementasi class got

    talent berbantuan minibook, pembelajaran yang

    dilakukan sebagai skenario tindakan perbaikan proses

    pembelajaran IPA.

    d. Tahap Refleksi

    Pada tahap ini, guru menetapkan tingkat

    keberhasilan perbaikan tindakan yang dilakukan dan

    langkah perbaikan selanjutnya sehingga dapat

    memenuhi tujuan penelitian. Tahap refleksi dilakukan

    setelah guru melakukan tindakan di kelas (sekolah)

    dan melakukan observasi terhadap tindakan yang

    dilakukan. Dari refleksi ini diharapkan dapat

    merumuskan/menganalisis kelebihan dan kelemahan

    dalam pelaksanaan atau penerapan pembelajaran serta

    kasus-kasus tertentu yang terjadi selama kegiatan belajar

    mengajar. Kelemahan-kelemahan dalam pembelajaran

    dicari alternatif pemecahanya untuk peningkatan

    kualitas proses pembelajaran IPA yang dijadikan fokus

    penelitian. Demikian kegiatan dilaksanakan secara

    berulang hingga apa yang diharapkan, yaitu

    permasalahan yang dihadapi siswa kelas VII H dapat

    terjawab. Dokumentasi merupakan upaya untuk

    memberikan gambaran bagaimana sebuah penelitian

    tindakan kelas dilakukan. Kegiatan ini dilaksanakan

    dengan mengambil gambar dan video kegiatan para

    siswa dalam pelaksanaan pembelajaran saat penelitian

    dilaksanakan. Data yang dihasilkan dari kegiatan ini

    berupa foto atau video kegiatan pembelajaran. Penelitian

    tindakan kelas ini menggunakan teknik dokumentasi dari

    lembar observasi dan dokumen assessment perfomance

    ketrampilan proses abad 21 (4C) kelas VII H selama

    satu semester pada Tahun Pelajaran 2017/2018.

    Mengaplikasikan class got talent berbantuan

    minibook ini untuk menfasilitasi siswa agar ketrampilan

    proses 4C abad 21 dapat meningkat karena kegiatannya

    sangat tepat untuk penggalian kompetensis siswa

    khususnya tentang materi Tata Surya jika digunakan

  • SEMINAR NASIONAL PEMBELAJARAN IPA KE-3

    Prodi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Malang, 13 Oktober 2018

    14

    sesuai dengan langkah-langkah atau prosedur

    penggunaannya. Berikut adalah langkah-langkah

    dalam mengaplikasikan class got talent berbantuan

    minibook agar pembelajaran efektif.

    Aplikasi praktis class got talent berbantuan

    minibook dalam pembelajaran IPA untuk meningkatkan

    ketrampilan proses 4C abad 21 siswa dikembangkan

    menjadi pembelajaran sebagai berikut:

    1. Guru menstimulasi dengan fenomena sebagai prasarat pembelajaran dengan Tanya jawab.

    2. Guru menfasilitasi identifikasi masalah, 3. Siswa secara berkelompok memecahkan

    permasalahan melalui prosedur kerja sesuai

    handout

    4. Siswa membuat laporan individu berupa produk (hasil Karya) minibook

    5. Guru meminta siswa untuk menyiapkan tiga meja dan kursi di depan.

    6. Selanjutnya siswa yang nanti menempati posisi ini kita sebut sebagai meja dewan Juri,

    7. Guru memilih sejumlah siswa (bisa 3, 4 atau 5 sesuai dengan durasi yang dimiliki . Artinya

    semakin banyak siswa yang dipilih semakin banyak

    waktu yang dibutuhkan). Selanjutnya, siswa yang

    memerankan ini kita sebut sebagai kontestan. Pada

    tahap ini, untuk menentukan kontestan guru bisa

    menggabungkannya dengan permainan lainnya

    yang mendukung,

    8. Guru memilih tiga siswa yang sekiranya memiliki potensi bagus di kelasnya untuk menempati kursi

    dewan juri.

    9. Para kontestan mempresentasikan gagasan atau menjawab pertanyaan serta mengkomunikasikan

    hasil karya minibooknya dan mendapatkan umpan

    balik. Para kontestan dengan karakter masing-

    masing mulai mempresentasikan gagasan atau ide-

    idenya.

    10. Setiap dewan juri memberikan komentar. 11. Siswa lainnya yang kita sebut audiens memberikan

    penilaian dan memilih satu pemenang di antara

    kontestan melalui vote-lock,

    12. Guru memberi penguatan/penegasan pembelajaran, 13. Guru mengevaluasi dan merefleksi kegiatan

    pembelajaran dan kunjung pameran karya minibook.

    Pada tahapan memberikan orientasi fenomena

    tentang permasalahan yaitu mengetahui dan

    merumuskan masalah secara jelas kepada siswa

    sejumlah 32 dibagi kedalam delapan kelompok dimana

    masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa yang

    heterogen berdasarkan kemampuan, agama, dan gender.

    Setiap kelompok mendapatkan lembaran handout yang

    berisi context problem, skenario 1 dan skenario 2 dan

    harus didiskusikan dan mencari solusi permasalahannya.

    Hasil diskusi group ini di wujudkan dalam laporan

    individu Hasil karya siswa dalam bentuk tulisan dan

    gambar dan penambahan catatan berupa minibook,

    pada kelompok lain dan diberi tanggapan juga.

    Pemanfaatan minibook ini sangat efektif bagi siswa,

    sehingga meningkatkan motivasi yang tinggi bagi

    siswa. Dan penghargaan hasil karya atau produk

    diapresias. Mereka juga semangat dan termotivasi

    untuk mencari jawaban dari sumber lain seperti

    internet, buku dan sumber yang lain.

    Pemanfaatan media ini bagi siswa membuat siswa

    terkagum-kagum akan kemampuan dan bakat yang

    mereka miliki, ternyata minibook ini sangat membantu

    untuk dimanfaatkan sebagai sumber belajar dimana saja,

    hal ini menimbulkan motivasi bagi siswa untuk

    memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan

    keterampilan proses 4C abad 21 yang mereka miliki.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian

    Berdasarkan pengamatan, terlihat keterampilan

    berkomunikasi siswa sebesar 70%, keterampilan siswa

    dalam berpikir kritis memecahkan masalah sebesar

    65%, keterampilan siswa dalam berkolaborasi adalah

    85%, keterampilan siswa dalam berkreativitas dan

    berinovasi 70%, dan keterampilan berliterasi

    menghasilkan produk minibook 75%.

    Pada pertemuan 2 siklus 1, terlihat keterampilan

    berkomunikasi siswa sebesar 74%, keterampilan siswa

    dalam berpikir kritis memecahkan masalah sebesar

    67%, keterampilan siswa dalam berkolaborasi adalah

    80%, keterampilan siswa dalam berkreasi dan inovasi

    75 %, dan keterampilan berliterasi menghasilkan produk

    minibook 80%. Rata- rata keterampilan bekomunikasi

    siswa pada pertemuan 1 dan 2 adalah 72%,

    keterampilan berpikir kritis memecahkan masalah 66%,

    keterampilan berkolaborasi 83%, keterampilan

    berkreasi dan inovasi 73%, dan keterampilan berliterasi

    menghasilkan produk minibook 78%. Rata-rata

    keterampilan proses seluruhnya adalah 75%.

    Tabel 1. Hasil Perolehan Penilaian Keterampilan

    Proses IPA Pasca Tindakan Siklus I

    No Indikator

    keberhasilan

    Keterampilan

    Jumlah Siswa Dalam

    Persen 1 Lebih dari 75% 8 21%

    2 Kurang dari 75% 24 79%

    Jumlah 32 100%

    Hasil penilaian keterampilan proses a b a d 2 1

    pasca tindakan siklus 1 ini diikuti oleh 32 siswa.

    Hasilnya adalah 8 siswa atau sebesar 21% menguasai

    keterampilan proses abad 21 yang diharapkan,

    sedangkan 24 siswa atau