Download - Evaluasi Program Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Staf ...

Transcript
Page 1: Evaluasi Program Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Staf ...

  Universitas Indonesia

Evaluasi Program Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Staf Analis Laboratorium di Departemen Diklat Hermina Hospital Group, Tahun 2015

Nanang Najmudin dan Purnawan Junadi

Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok 16424

Email: [email protected]

Abstrak

Skripsi ini membahas mengenai Evaluasi Program Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Staf Analis Laboratorium di Departemen Diklat Hermina Hospital Group, tahun 2015. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian ini menemukan belum adanya evaluasi sistem secara menyeluruh mulai dari unsur input, proses, sampai dengan output, belum adanya umpan balik dari rumah sakit mengenai evaluasi paska Diklat, dan keterbatasan perlengkapan atau alat peraga pada Diklat Laboratorium, maka disarankan agar dilakukan evaluasi sistem secara menyeluruh dari unsur input (pengajar, perlengkapan, fasilitas, dan silabus), proses (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan, dan output (reaksi, pembelajaran, dan perilaku) dengan kriteria kesesuaian, keefektifitasan dan keefisiensian.

Evaluation of training and education program analyst laboratories staff in Training and Education Department at Hermina Hospital Group, 2015

Abstract

This paper about discusses evaluation of training and education program analyst laboratories staff in Training and Education Department at Hermina Hospital Group, 2015. This research used qualitative methode. Result for this research not found about evaluation system is through from element input, process until output, there is has been no feedback from the hospital on evaluation after training, and than limited equipment or props on training and education program for analyst laboratories staff, so it’s suggested that it would be evaluated all system from the input (teachers, equipment, facilities, and syllabus), process (planning, organizing, actuating, and controlling), and output (reaction, learning, and behavior) with the criteria of relevancy, efectifity and eficiency.

Keywords: Evaluation, Relevancy, Efectifity, Eficiency, System.

Pendahuluan

Program Diklat Analis Laboratorium Tahun 2015 yang dilaksanakan di Departemen Diklat

Hermina Hospital Group (HHG) diharapkan mampu menciptakan lulusan peserta Diklat yang

memiliki kemampuan sesuai dengan standar kompetensi analis laboratorium sehingga dapat

Evaluasi Program ..., Nanang Najmudin, FKM UI, 2016

Page 2: Evaluasi Program Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Staf ...

  Universitas Indonesia

memberikan pelayanan yang baik kepada pelanggan. Seiring dilaksanaknnya Program Diklat

Staf Analis Laboratorium Tahun 2015, permasalahan utama yang dihadapi oleh Departemen

Diklat adalah belum dilakukannya evalusi terhadap penyelenggaraan maupun hasil Diklat Staf

Analis Laboratorium sehingga belum dapat diketahui secara pasti apakah Program Diklat

tersebut memberikan pengaruh atau dampak terhadap kinerja Instalasi Laboratorium selama

ini. Dampak yang ada saat ini adalah pencapaian Standar Mutu Pelayanan (SMP) Instalasi

Laboratorium yang masih dibawah standar seperti masih terjadinya kesalahan input hasil

pemeriksaan laboratorium, pengambilan ulang sample dan komplain pelayanan laboratorium.

Berdasarkan SMP tiga indikator tersebut seharusnya menunjukkan angka nol yang artinya

tidak ada kejadian. Penyelenggaraan Program Diklat Staf Analis Laboratorium 2015 di

Departemen Diklat HHG diharapkan terlaksana sesuai dengan standar penyelenggaraan Diklat

dan menghasilkan lulusan peserta Diklat yang memiliki kemampuan sesuai dengan standar

kompetensi analis Laboratorium. Untuk dapat mengetahui proses dan hasil penyelenggaraan

program Diklat tersebut sudah baik dan sesuai dengan yang tujuan yang diharapkan maka

harus dilakukan evaluasi. Evaluasi Program Diklat Staf Analis Laboratorium dilakukan untuk

mengetahui kesesuaian, efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan program Diklat serta

mengevaluasi hasil Diklat tersebut. Tujuan umum dalam penelitian ini adalah memperoleh

gambaran tentang evaluasi Program Diklat Staf Analis Laboratorium di Departemen Diklat

HHG. Sedangkan tujuan khususnya antara lain mengetahui gambaran input (kesesuaian,

keefektifitasan, dan keefsiensian dari pengajar Diklat, perlengkapan, fasilitas, dan silabus)

Program Diklat Staf Analis Laboratorium di Departemen Diklat HHG, mengetahui gambaran

proses (kesesuaian, keefektifitasan, dan keefsiensian dari perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan, dan pengawasan) Program Diklat Staf Analis Laboratorium di Departemen

Diklat HHG, dan mengetahui gambaran output (reaksi, pembelajaran, dan prilaku dari

peserta) Program Diklat Staf Analis Laboratorium di Departemen Diklat HHG. Penelitian ini

merupakan penelitian pada bidang pendidikan dan pelatihan tentang evaluasi program Diklat

staf analis laboratorium di Departemen Diklat Hermina Hospital Group yang dilakukan pada

bulan November-Desember 2015.

Tinjauan Pustaka

PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan

formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan

dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi, Pendidikan nonformal adalah jalur

Evaluasi Program ..., Nanang Najmudin, FKM UI, 2016

Page 3: Evaluasi Program Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Staf ...

  Universitas Indonesia

pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan

berjenjang. Pasal 15 menyebutkan bahwa penyelenggara pelatihan kerja wajib memenuhi

persyaratan: tersedianya tenaga kepelatihan, adanya kurikulum yang sesuai dengan tingkat

pelatihan, tersedianya sarana dan prasarana pelatihan, dan tersedianya dana bagi

kelangsungan kegiatan penyelenggaraan pelatihan kerja. Tenaga pengajar adalah seseorang

yang memberikan materi Diklat kepada peserta, bisa sebagai narasumber atau dosen

(Daryanto dan Bintoro, 2014). Intruktur/trainer adalah guru yang profesional dalam

keguruannya (Notoatmodjo, 2009). Dalam penjelasan UU No.14 tahun 2005, pengajar / guru

sebagai tenaga profesional mengandung arti bahwa pekerjaan guru hanya dapat dilakukan

oleh seseorang yang mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik

sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Berdasarkan PP

No. 19 tahun 2005, standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan

prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental serta pendidikan dalam jabatan. Menurut

Dubin dan Taveggia dalam Notoatmodjo (2009) dalam menentukan metode mengajar sangat

tergantung dari pengalaman pengajar. Menurut Nadler (1970) dalam Notoatmodjo (2009)

sebagai narasumber seorang pengajar yang juga sebagai pakar dibidangnya sebaiknya

memiliki bukti atau data yang diperoleh dari penelitian, pengalaman atau literatur yang

dibacanya. Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003, penyelenggara pelatihan kerja wajib

memenuhi persyaratan diantaranya adanya kurikulum yang sesuai dengan tingkat pelatihan.

Berdasarkan PP No. 19 tahun 2005, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Menurut

Davies (1976) dalam Daryanto dan Bintoro (2014) prosedur pengelolaan pelatihan secara

hierarkis terdiri atas beberapa langkah yang diantaranya adalah penyusunan dan

pengembangan kerangka acuan/Term Of Reference (TOR) dan pelaksanaan program

pelatihan. Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003, penyelenggara pelatihan kerja wajib

memenuhi persyaratan diantaranya tersedianya sarana dan prasarana pelatihan kerja.

Berdasarkan PP No. 19 tahun 2005, Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional

pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga,

tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat

berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses

pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Ruangan Diklat

adalah ruangan yang secara fisiologis dan psikologis membantu terciptanya suasana yang

kondusif. Kriteria sebuah ruang Diklat yang baik seharusnya memenuhi unsur sebagai

Evaluasi Program ..., Nanang Najmudin, FKM UI, 2016

Page 4: Evaluasi Program Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Staf ...

  Universitas Indonesia

berikut: fleksibilitas, ventilasi, isolasi, dan pencahayaan. Fleksibilitas berupa tingkat

kemudahan dan kecepatan dalam mengatur dan menata ruangan sesuai dengan kebutuhan.

Isolasi berarti ruangan kelas harus terbebas dari suara bising dan keramaian. Pencahayaan

harus dapat diatur terang dan gelapnya, baik cahaya langsung maupun tidak langsung.

Ventilasi berfungsi mengatur kecukupan udara, suhu udara, dan kelembaban. Seluruh unsur

tersebut akan mempengaruhi efektifitas dalam proses pembelajaran, komunikasi menjadi

lancar, dan tidak menyebabkan permasalahan pada kenyamanan pengajar dan peserta Diklat.

(Sugiyono, 2002 dalam Notoatmodjo, 2009).. Tujuan menggunakan alat peraga / alat bantu

tersebut adalah: sebagai alat bantu Diklat, untuk menimbulkan perhatian terhadap suatu

materi, untuk mengingat suatu pesan / informasi, dan untuk menjelaskan fakta-fakta, prosedur

atau tindakan (Notoatmodjo, 2009). Pembiayaan merupakan salah satu komponen dalam

standar program Diklat (Daryanto dan Bintoro, 2014). Rincian biaya meliputi hal yang terkait

dengan jenis pembiayaan, volume kegiatan, satuan harga, dan jumlah biaya yang dibutuhkan.

Dalam pengembangan program pelatihan, agar pelatihan dapat bermanfaat dan mendatangkan

keuntungan diperlukan tahapan atau langkah-langkah yang sistematik. Secara umum ada tiga

tahap pada pelatihan yaitu tahap penilaian kebutuhan, tahap pelaksanaan pelatihan dan tahap

evaluasi. Dari tiga tahap atau fase tersebut, mengandung langkah-langkah pengembangan

program pelatihan. Langkah-langkah yang umum digunakan dalam pengembangan program

pelatihan, seperti dikemukakan oleh Werther (1996): Need assessment (Identifikasi

Kebutuhan), Training and development objective (Sasaran Pelatihan dan Pengembangan),

Program content (Isi Program), Learning principles (Prinsip-prinsip belajar), Actual program

(Pelaksanaan program), Skill knowledge ability of works (Keahlian, pengetahuan, dan

kemampuan pekerjaa, dan Evaluation (Evaluasi). Langkah terakhir dari pengembangan

program pelatihan adalah evaluasi (evaluation) pelatihan Pelaksanaan program pelatihan

dikatakan berhasil apabila dalam diri peserta pelatihan terjadi suatu proses transformasi

pengalaman belajar pada bidang pekerjaan. Evaluasi merupakan komponen standar program

Diklat yang bertujuan untuk mengetahui keberhasilan dan pengaruh program Diklat terhadap

perubahan kompetensi peserta (Daryanto dan Bintoro, 2014). Evaluasi adalah salah satu

komponen yang penting dalam penyelenggaraan Diklat. Walaupun evaluasi merupakan

tahapan akhir dalam proses penyelenggaraan Diklat, evaluasi ditentukan oleh keberhasilan

dari keseluruhan proses penyelenggaraan Diklat (Kirkpatrick, 2009). Evaluasi dilakukan

secara berkesinambungan mulai dari unsur input yaitu pengajar (man), silabus (methode),

perlengkapan (material), fasilitas (machine), dan unsur proses yaitu perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan (Notoatmodjo, 2009; Daryanto dan Bintoro,

Evaluasi Program ..., Nanang Najmudin, FKM UI, 2016

Page 5: Evaluasi Program Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Staf ...

  Universitas Indonesia

2014). Manajemen pelatihan menurut Hasibuan (2014) adalah merupakan ilmu dan seni

mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara

efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu, proses manajemen terdiri dari empat

fungsi yaitu: perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating),

dan pengawasan (controlling). Evaluasi terbagi menjadi dua area, pertama evaluasi pada

penyelenggaraan Diklat, kedua evaluasi terhadap hasil Diklat (Notoatmodjo, 2009). Evaluasi

yang dilakukan untuk melihat kesesuaian, keefektifan dan keefisiensian merupakan bentuk

evaluasi penyelenggaraan Diklat (Lavizzari, 2009). Relevansi adalah sebuah cara dimana

objectivitas dari intervensi pembangunan konsisten dengan requirement kebutuhan,

kebutuhan suatu negara, prioritas institusional, rekanan serta kebijakan donor. Effectivenes

adalah sebuah cara dimana objektivitas intervensi dari pembangunan dihasilkan, atau

diharapkan dapat di hasilkan, menghasilkan suatu account yang dapat menggambarkan

hubungan yang penting. Eficiency adalah sebuah ukuran mengenai bagaimana input /

masukan bernilai secara ekonomi (keuangan, keahlian, waktu, dll) dapat di rumuskan menjadi

sebuah hasil yang maksimal. Sedangkan untuk melihat evaluasi terhadap hasil Diklat,

Kirkpatrick (2009) mengenalkan model “The Four Levels” yaitu level-1 reaksi; mengukur

bagaimana peserta pelatihan bereaksi terhadap program pelatihan, level-2 pembelajaran;

mengukur bagaimana peserta pelatihan menerima kegiatan pembelajaran, apakah peserta telah

berubah pengetahuan, keterampilan dan perilakunya, level-3 prilaku; mengukur bagaimana

peserta pelatihan telah berubah perilakunya akibat dari program pelatihan yang di ikutinya,

dan level-4 hasil; Mengukur apa hasil yang di peroleh setelah peserta mengikuti program

pelatihan, misalnya meningkatkan produktivitas dan lainnya. Penelitian ini menggunakan

pendekatan system terdiri dari input, process dan output (Azwar, 1996). Input terdiri dari

pengajar, perlengkapan, fasilitas, dan silabus. Pada proses terdiri dari perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. Kemudian, pada output terdiri dari reaksi,

pembelajaran, dan perilaku.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei deskriptif dengan pendekatan penelitian

kualitatif. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran program Dikat Staf Analis

Laboratorium meliputi komponen input, proses, dan output. Penelitian ini dilakukan di

Evaluasi Program ..., Nanang Najmudin, FKM UI, 2016

Page 6: Evaluasi Program Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Staf ...

  Universitas Indonesia

Departemen Diklat Hermina Hospital Group, yang beralamat di Jalan Raya Jatinegara Barat

No. 126 Jakarta Timur dan dilaksanakan pada bulan November - Desember 2015.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam dan telaah dokumen.

Wawancara mendalam dilakukan kepada delapan informan yang terdiri dari satu orang

Kepala Departemen Diklat, satu orang Staf Perencanaan Diklat, satu orang pengajar Diklat

Laboratorium, satu orang Kepala Instalasi Laboratorium, satu orang Koodinator Laboratorium

dan tiga orang peserta Diklat. Sedangkan untuk telaah dokumen diambil dari seluruh

dokumen yang berkaitan dengan pengajar Diklat, peralatan, fasilitas, silabus, perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan serta dokumen-dokumen yang berhubungan

dengan reaksi, pembelajaran, dan prilaku peserta Diklat. Teknik pengambilan sampel yang

digunakan adalah purposive sampling dengan didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu,

berdasarkan sifat-sifat informan dan sifat-sifat dokumen yang ditelaah yang sesuai dengan

karakteristik yang ingin diteliti. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah pedoman wawancara mendalam yang digunakan untuk melakukan wawancara

mendalam dan pedoman telaah dokumen yang digunakan untuk melakukan telaah dokumen.

Pengukuran keabsahan data pada penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dan

triangulasi metode. Tringulasi metode dengan cara dilakukan perbandingan informasi dari

informan yang berbeda sehingga diperoleh kecocokan dan kesimpulan atas informasi tersebut,

data hasil wawancara mendalam diolah dengan cara pemindahan dari alat perekam menjadi

transkip, transkip dikelompokan menjadi variabel yang diteliti, melakukan reduksi data

dengan memilih data sesuai dengan variabel yang diteliti, kemudian dibuat dalam bentuk

matriks atau tabular yang berisikan ringkasan dari hasil wawancara mendalam. Data hasil

telaah dokumen dilakukan dengan melakukan cross check data yang diperoleh dari metode

wawancara mendalam dengan data dari metode telaah dokumen. Analisis data dilakukan agar

peneliti dapat mencari perbedaan dan persamaan antara hasil wawancara mendalam dan hasil

telaah dokumen dengan teori-teori yang telah ada.

Hasil Penelitian

Evaluasi Program Diklat Staf Analis Laboratorium meliputi unsur input, proses, dan output

dengan kriteria evaluasi berdasarkan kesesuaian, efektifitas, dan efisiensi. Unsur input terdiri

dari komponen pengajar, perlengkapan, fasilitas, dan silabus. Kesesuaian pendidikan pengajar

dengan materi yang diajarkan pada Diklat Staf Analis Laboratorium ditunjukan dengan data

hasil wawancara mendalam terhadap beberapa informan yang menyebutkan bahwa latar

Evaluasi Program ..., Nanang Najmudin, FKM UI, 2016

Page 7: Evaluasi Program Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Staf ...

  Universitas Indonesia

belakang pendidikan pengajar yang diantaranya diantarnya adalah S2 Manajemen Rumah

Sakit, S2 Biomedik, Dokter Spesialis Patologi Klinik, Dokter Spesialis Patologi Anatomi,

Dokter Umum, D3 Analis Laboratorium, dan D3 atau S1 Keperawatan. Begitu pula dengan

kesesuaian profesi pengajar dengan materi yang diajarkan pada Diklat Staf Analis

Laboratorium ditunjukan dengan data hasil wawancara mendalam terhadap beberapa

informan yang menyebutkan bahwa profesi pengajar yang terdiri dari Dokter Umum dan

Spesialis, Analis Kesehatan, dan Manajer. Hasil telaah dokumen menunjukan adanya data

berupa database pengajar, ijazah pendidikan, sertifikat pelatihan, Surat Tanda Registrasi

(STR) Analis Kesehatan, Surat Ijin Kerja Analis Kesehatan (SIKAK), dan Surat Keputusan

(SK) penugasan. Keefektifan pengajar ditunjukan dengan data hasil wawancara mendalam

terhadap beberapa informan yang menyebutkan bahwa kriteria pengajar yang dipilih

mempertimbangkan aspek kompetensi, unit tugas, dan pengalaman. Keefisiensian pengajar

ditunjukan dengan data hasil wawancara mendalam terhadap beberapa informan yang

menyebutkan bahwa kompensasi yang diberikan kepada pengajar telah mengacu pada index

honor pengajar berdasarkan jabatan pengajar. Hasil telaah dokumen menunjukan adanya data

berupa Surat Keputusan Direktur Utama tentang Penetapan Honor dan Transport Pengajar

Diklat di Departemen Diklat dan absensi pengajar. Perlengkapan Program Diklat Staf Analis

Laboratorium terbagi dalam 2 jenis, yaitu perlengkapan Diklat kelas dan perlengkapan

praktek. Ketidak sesuaian perlengkapan praktek ditunjukan dengan data hasil wawancara

mendalam terhadap beberapa informan yang menyebutkan bahwa masih terdapat beberapa

kekurangan perlengkapan yang tersedia dibandingkan dengan yang dibutuhkan diantaranya

seperti mikroskop. Ketidakefektifan perlengkapan praktek ditunjukan dengan data hasil

wawancara mendalam terhadap beberapa informan yang menyebutkan bahwa masih terdapat

ketidaklengkapan peralatan yang dibutuhkan. Hasil telaah dokumen menunjukan adanya data

berupa daftar kebutuhan perlengkapan / alat umum di ruang kelas, Daftar kebutuhan

pelengkapan / alat kesehatan di ruang praktek, daftar nama perlengkapan / alat umum di ruang

kelas dan daftar nama perlengkapan / alat kesehatan di ruang praktek yang ada saat ini.

Ketidakefisiensian perlengkapan praktek ditunjukan dengan data hasil wawancara mendalam

terhadap beberapa informan yang menyebutkan bahwa belum adanya standar lama waktu

(lama pengadaan) dan besar dana (standar anggaran) dalam penyediaan perlengkapan Diklat

sehingga pengadaan perlengkapan belum disusun rencana anggarannya. Juga belum adanya

standar lama waktu (usia ekonomis) dan besar dana dalam pemakaian (biaya pemeliharaan)

perlengkapan Diklat, namun meskipun demikian perkiraan usia ekonomis dan besaran biaya

pemeliharaan telah ditentukan dan diperhitungkan dalam penentuan unit cost. Fasilitas yang

Evaluasi Program ..., Nanang Najmudin, FKM UI, 2016

Page 8: Evaluasi Program Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Staf ...

  Universitas Indonesia

digunakan untuk mendukung penyelenggaraan Program Diklat Staf Analis Laboratorium

diantaranya adalah ruang kelas, ruang praktek (mini hospital), dan asrama. Ketidaksesuaian

fasilitas ditunjukan dengan data hasil wawancara mendalam terhadap beberapa informan yang

menyebutkan bahwa jumlah ruangan kelas yang masih kurang, mini hospital yang masih

terbatas, dan kelengkapan asrama yang kurang. Ketidakefektifan fasilitas ditunjukan dengan

data hasil wawancara mendalam terhadap beberapa informan yang menyebutkan bahwa

fasilitas Diklat yang dinilai belum sesuai antara kebutuhan dan ketersediaan, kondisi masih

kurang nya perlengkapan di mini hospital sebagai fasilitas ruang praktek dan ruang kelas yang

kurang terang dan kurangnya ventilasi. Hasil telaah dokumen menunjukan adanya data berupa

control sheet pemanfaatan ruang (utility) kelas, buku pemakaian ruang praktek / mini hospital,

dan data pemakaian asrama. Ketidakefisiensian fasilitas ditunjukan dengan data hasil

wawancara mendalam terhadap beberapa informan yang menyebutkan bahwa belum ada

standar lama waktu (lama pengadaan) dan besar dana (standar anggaran) dalam penyediaan

fasilitas Diklat. Kendala yang dihadapi dalam pengadaan fasilitas adalah karena pengadaan

selama ini dilakukan sesuai kebutuhan dan arahan pimpinan, belum dibuat program diklat

yang lengkap dengan anggaran pengadaan fasilitas sesuai modul diklat. Juga belum adanya

standar lama waktu (usia ekonomis) dan besar dana dalam pemakaian (biaya pemeliharaan)

fasilitas Diklat meskipun perkiraan usia ekonomis dan besaran biaya pemeliharaan gedung

telah ditentukan dan diperhitungkan dalam penentuan unit cost Diklat. Hasil telaah dokumen

menunjukan adanya data berupa control sheet pemeliharaan kelas dan tabel perhitungan biaya

Diklat. Kesesuaian silabus Diklat Staf Analis Laboratorium saat ini sudah mengacu pada

standar penyusunan silabus, komponennya terdiri dari nama Diklat, tujuan, mata pelajaran,

lama Diklat, kriteria dan jumlah peserta, pokok bahasan, sasaran, referensi, metode, dan alat

bantu. Penyusunan silabus didasari dan disesuaikan dengan kebutuhan para analis di rumah

sakit. Referensi materi yang digunakan saat mengajar merujuk pada Perundang-undangan,

Permenkes, Pedoman Pelayanan Laboratorium, Pedoman Pengorganisasian, dan SPO yang

berlaku. Penyusunan dan perbaikan silabus dilakukan pada setiap tahun, sebelumnya

dilakukan pembahasan terlebih dulu dalam rapat TNA. Hasil telaah dokumen menunjukan

adanya data berupa kurikulum dan silabus Diklat Laboratorium. Kesesuaian dan keefektifan

silabus ditunjukan dengan data hasil wawancara mendalam terhadap beberapa informan yang

menyebutkan bahwa silabus yang digunakan saat ini sudah sesuai dan efektif karena bisa

dimanfaatkan sebagai acuan pelaksanaan diklat agar diklat yang dijalankan sesuai dengan

tujuan yang diharapkan dan tuntunan yang membantu pengajar dalam memberikan materi

ajar. Ketidakefisiensian silabus ditunjukan dengan data hasil wawancara mendalam terhadap

Evaluasi Program ..., Nanang Najmudin, FKM UI, 2016

Page 9: Evaluasi Program Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Staf ...

  Universitas Indonesia

beberapa informan yang menyebutkan bahwa belum tersedianya standar waktu dan dana yang

dibutuhkan dalam penyusunan dan perencanaan penyelenggaraan silabus sehingga ditemukan

kendala yang seharusnya dapat diantisipasi pada saat penyusunan dan perencanaan

penyelenggaraan silabus dan belum diketahui perencanaan utuh dari program

penyelenggaraan diklatnya. Unsur proses terdiri dari komponen perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. Kesesuaian perencanaan ditunjukan dengan

data hasil wawancara mendalam terhadap beberapa informan yang menyebutkan bahwa

proses persiapan analisis situasi dan data hingga terbentuknya perencanaan Diklat Staf Analis

Laboratorium dilakukan dengan cara melakukan evaluasi terlebih dulu program Diklat

sebelumnya. Atas dasar hasil evaluasi tersebut selanjutnya dilakukan pembahasan untuk

menetukan kebutuhan (TNA) dan menyusun program Diklat berikutnya. Keefektifan

perencanaan ditunjukan dengan data hasil wawancara mendalam terhadap beberapa informan

yang menyebutkan bahwa perencanan ataupun proram Diklat yang disusun memberikan

manfaat diantaranya adalah sebagai bahan masukkan/input untuk menyusun perencanaan

Diklat agar lebih jelas, lebih terarah, dan lebih baik lagi. Ketidakefisiensian perencanaan

ditunjukan dengan data hasil wawancara mendalam terhadap beberapa informan yang

menyebutkan bahwa belum adanya standar waktu dan besar dana yang digunakan dalam

penyusunan perencanaan Diklat. Hasil telaah dokumen menunjukan adanya data berupa

Program Diklat dan Tabel perencanaan Diklat Laboratorium tahun mendatang. Kesesuaian

dan keefektifan pengorganisasian ditunjukan dengan data hasil wawancara mendalam

terhadap beberapa informan yang menyebutkan bahwa proses pengorganisasian (proses

kegiatan yang melibatkan setiap Bagian) dalam Program Diklat Staf Analis Laboratorium

sudah dilakukan sesuai bidang tugas atau uraian tugas setiap Bagian di Departemen Diklat,

pengorganisasian dapat juga melibatkan Departemen lain. Hasil telaah dokumen menunjukan

adanya data berupa Organisasi dan Tata Laksana Departemen Diklat dan Uraian Jabatan

seluruh staf. Ketidakefisiensian pengorganisasian ditunjukan dengan data hasil wawancara

mendalam terhadap beberapa informan yang menyebutkan bahwa belum adanya standar

waktu dan besaran dana yang dibutuhkan sehingga terjadinya kendala / kurangnya persiapan

perlengkapan dan fasilitas karena lupa dikoordinasikan dan tidak ditentukan waktu untuk

melakukan koordinasi sebelumnya. Ketidaksesuaian dan ketidakefektifan pelaksanaan

ditunjukan dengan data hasil wawancara mendalam terhadap beberapa informan yang

menyebutkan bahwa masih memiliki kendala-kendala teknis yang seharusnya dapat

diantisipasi, diantaranya adalah masih terjadinya perubahan jadwal pengajar, peralatan

praktek yang belum disiapkan dari sebelumnya, dan belum adanya panduan atau Term Of

Evaluasi Program ..., Nanang Najmudin, FKM UI, 2016

Page 10: Evaluasi Program Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Staf ...

  Universitas Indonesia

Reference (TOR) dalam pelaksanaan Diklat. Keefisiensian pelaksanaan ditunjukan dengan

data hasil wawancara mendalam terhadap beberapa informan yang menyebutkan bahwa sudah

tersedia standar waktu yang digunakan dalam proses pelaksanaan Program Diklat Staf Analis

Laboratorium meskipun untuk standar besaran dana belum ada. Ketidaksesuaian dan

ketidakefektifan pengawasan ditunjukan dengan data hasil wawancara mendalam terhadap

beberapa informan yang menyebutkan bahwa proses pengawasan (proses pemantauan hasil

dengan target yang ingin dicapai) dalam Program Diklat Staf Analis Laboratorium dilakukan

oleh penanggung jawab Program Diklat atau disebut sebagai Person In Charge (PIC) yang

juga merangkap menyusun perencanaan dan menjalankan program Diklat (belum ada petugas

petugas tersendiri). Hasil telaah dokumen menunjukan adanya data berupa Daftar

hadir/absensi peserta dan pengajar Diklat, Lembar perencanaan keuangan, dan Tabel

perhitungan unit cost dan tarif Diklat. Ketidakefisiensian pengawasan ditunjukan dengan data

hasil wawancara mendalam terhadap beberapa informan yang menyebutkan bahwa proses

pengawasan belum memiliki standar waktu dan besar dana yang digunakan. Evaluasi

respon/reaksi peserta pelatihan terhadap Program Diklat Staf Analis Laboratorium terhadap

komponen penyelenggaraan Diklat yang diantaranya adalah tentang pengajar, perlengkapan,

fasilitas, dan silabus/materi baik yang disampaikan dalam bentuk isian lembar quesioner

maupun yang disampaikan langsung kepada peneliti. Respon peserta dari tiga kategori peserta

yang disampaikan mengenai pengajar dan silabus/materi Program Diklat Staf Analis

Laboratorium cukup baik dan merasa sesuai, sedangkan untuk perlengkapan praktek masih

dirasakan kurang lengkap dan fasilitas ruang kelas masih kurang nyaman. Hasil telaah

dokumen menunjukan adanya data berupa lembar dan rekap Quesioner. Evaluasi

pembelajaran berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta sebelum dan

sesudah mengikuti Diklat staf analis laboratorium dapat diketahui dengan cara melakukan

ujian pada saat sebelum maupun setelah pelaksanaan Diklat (pre test dan post test). Ujian

yang dilakukan dalam bentuk uji tulis dan atau uji praktek. Perubahan pengetahuan,

keterampilan, dan sikap peserta sebelum dan sesudah mengikuti Diklat Staf Analis

Laboratorium juga dapat dirasakan oleh peserta diantaranya merasa lebih yakin akan

kemampuannya, lebih percaya diri, merasa diingatkan kembali dengan materi yang diajarkan

(karena sebelumnya sudah mendapatkan materi saat masa sekolah), dan merasa lebih

mengetahui banyak hal. Hasil telaah dokumen menunjukan adanya data berupa lembar soal

pre dan post test dan daftar nilai seluruh peserta dan per rumah sakit. Evaluasi perubahan

perilaku peserta Diklat di unit kerjanya setelah mengikuti Program Diklat Staf Analis

Laboratorium saat ini belum dapat diketahui oleh Departemen Diklat karena belum

Evaluasi Program ..., Nanang Najmudin, FKM UI, 2016

Page 11: Evaluasi Program Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Staf ...

  Universitas Indonesia

mendapatkan laporan resmi kinerja peserta dari rumah sakit. Selain itu, belum tersedianya

perangkat / tools evaluasi paska Diklat juga mempengaruhi belum bisa didapatkannya hasil

evaluasi perubahan perilaku peserta Diklat di unit kerjanya setelah mengikuti Program Diklat.

Perubahan perilaku peserta Diklat di unit kerjanya setelah mengikuti Program Diklat Staf

Analis Laboratorium dapat dirasakan oleh Kepala Instalasi Laboratorium, diantaranya adalah

karyawan yang bersangkutan lebih peduli bilamana di lapangan terjadi masalah. Hasil telaah

dokumen menunjukan adanya data berupa raport kompetensi.

Pembahasan

Evaluasi yang dilakukan untuk melihat kesesuaian, keefektifan dan keefisiensian merupakan

bentuk evaluasi penyelenggaraan Diklat (Lavizzari, 2009). Dalam melakukan evaluasi hasil

pelatihan dilakukan secara berkesinambungan mulai dari unsur input (man, methode,

material, dan machine), dan unsur proses yaitu perencanaan, pengorganisasian, penggerakan,

pengawasan (Notoatmodjo, 2009; Daryanto dan Bintoro, 2014), sedangkan untuk output

Kirkpatrick (2009) mengenalkan model “The Four Levels” yaitu level-1 reaksi, level-2

pembelajaran, level-3 prilaku, dan level-4 hasil. Evaluasi kesesuaian pemilihan pengajar

Diklat Staf Analis Laboratorium yang diselenggarakan di Departemen Diklat berdasarkan

pendidikan dan profesinya sudah sesuai, materi tentang Tahap Analitik Kimia Darah berupa

dasar metode pemeriksaan pengajarnya Dokter Spesialis Patologi Klinik, dan materi tentang

Pemeriksaan Patologi Anatomi pengajarnya Dokter Spesialis Patologi Anatomi. Kriteria

pemilihan pengajar program Diklat Staf Analis Laboratorium belum diatur dalam sebuah

kebijakan standar, selama ini berdasarkan kesepakatan pada saat rapat Training Need

Assesment (TNA). Kriterianya diantaranya adalah kompetensi, unit tugas, dan pengalaman.

Pada modul Diklat Laboratorium 1, salah satu materinya adalah tentang Pemeriksaan Bakteri

Tahan Asam (BTA) dengan pengajarnya adalah Dr. X, SpPK, beliau bertugas bertugas di RS.

X yang banyak kasus TBC nya sehingga materi yang diberikan sangat tepat karena

berdasarkan pengalaman dan jenis kasus yang pernah ditanganinya. Pemilihan pengajar

dengan mempertimbangkan aspek kompetensi, unit tugas, dan pengalamannya dinilai cukup

efektif karena materi yang diajarkan merupakan bagian dari bidang tugas yang dikerjkan oleh

para pengajar sehingga penyampaian materi kepada peserta akan lebih jelas karena

menggambarkan keadaan nyata berdasarkan pengalaman yang dimilikinya. Efisiensi pengajar

Evaluasi Program ..., Nanang Najmudin, FKM UI, 2016

Page 12: Evaluasi Program Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Staf ...

  Universitas Indonesia

Diklat terkait dengan kompensasi yang diberikan yang dihubungkan dengan jabatan pengajar.

Kompensasi yang disediakan untuk pengajar Diklat adalah berupa honor mengajar dan

konsumsi. Standar index honor pengajar disesuikan dengan jenjang jabatan dan pendidikan,

diatur dalam sebuah Surat Keputusan (SK) Direksi HHG Nomor 930/KEP-

DIR/HHG/IX/2014. Honor pengajar dan konsumsi merupakan bagian dari komponen

pembiayaan dalam sebuah program Diklat. Seluruh komponen pembiayaan akan

diperhitungkan dalam sebuah standar format sehingga dapat diketahui besaran standar

pembiyaan program Diklat. Pemilihan pengajar dengan mempertimbangkan kompensasi dan

jabatan dinilai sudah efisien karena di Departemen Diklat HHG sudah memiliki kebijakan

standar index honor untuk pengajar sesuai dengan jenjang jabatan dan pendidikan.

Kompensasi tersebut juga sudah termasuk dalam komponen pembiyaan program Diklat.

Kebutuhan perlengkapan Diklat Staf Analis Laboratorium terbagi dalam 2 jenis, yaitu

perlengkapan / alat umum Diklat kelas dan perlengkapan / alat peraga di ruang praktek

Laboratorium. Perlengkapan Diklat kelas terdiri dari standar jenis dan jumlah kelengkapan

kelas dan peralatan multimedia. Untuk perlengkapan praktek / alat peraga terdiri dari bahan

dan alat yang digunakan untuk mendukung penjabaran materi yang diberikan dalam bentuk

demonstrasi / simulasi dan praktek langsung. Perlengkapan praktek / alat peraga yang tersedia

saat ini masih dirasakan belum efektif terutama dari fungsi alat yang tersedia. Contoh seperti

alat mikroskop, kondisi alat saat ini sudah tidak layak, selain usia alat sudah cukup lama

fungsinya pun sudah kurang maksimal. Hal ini akan sangat mempengaruhi pada saat praktek,

meskipun alat peraganya ada namun tidak dapat digunakan sehingga akhirnya harus

meminjam ke rumah sakit pada saat program diklat akan dilaksanakan. Ketersediaan

perlengkapan praktek / alat peraga perlu didukung dengan ketersediaan pendanaan baik untuk

pengadaan maupun pemeliharaannya. Waktu dalam proses pengadaan maupun usia ekonomis

perlengkapan juga mempengaruhi efisiensi pembiayaan dan pendanaan. Belum tersedianya

Standar lama waktu (lama pengadaan) dan besar dana (standar anggaran) dalam penyediaan

perlengkapan dan standar lama waktu (usia ekonomis) dan besar dana dalam pemakaian

(biaya pemeliharaan) Diklat menjadi salah satu dasar belum efisiennya proses pengadaan dan

pemeliharaan perlengkapan Diklat Staf Analis Laboratorium. Perlengkapan praktek / alat

peraga yang tersedia saat ini masih dirasakan belum efisien. Pengadaan alat yang diperoleh

dari ex. rumah sakit dengan kondisi kurang layak tentunya menyebabkan alat tidak dapat

digunakan secara maksimal, sehingga harus meminjam ke rumah sakit. Bilamana alat yang

dibutuhkan tidak tersedia di rumah sakait maka harus diupayakan mencari ke tempat lain yang

bisa saja dengan sistem sewa. Hal ini akan menimbulkan biaya tambahan lagi, sehingga dirasa

Evaluasi Program ..., Nanang Najmudin, FKM UI, 2016

Page 13: Evaluasi Program Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Staf ...

  Universitas Indonesia

kurang efisien. Fasilitas yang digunakan untuk mendukung penyelenggaraan Program Diklat

Staf Analis Laboratorium diantaranya adalah ruang kelas, ruang praktek (mini hospital), dan

asrama. Fasilitas lain yang selama ini ada di Departemen Diklat HHG namun masih belum

memenuhi kebutuhan diantaranya adalah ruang kelas yang masih kurang dan ruang praktek

(mini hospital) yang perlengkapannya juga masih banyak kekurangan. Fasilitas yang belum

dimaksimalkan fungsinya namun sudah tersedia diantaranya adalah perpustakaan, tempat

berolah raga, dan Laboratorium komputer. Sedangkan untuk fasilitas yang sudah digunakan

selama ini adalah diantanya tempat beribadah, laboratorium praktek (mini hospital), ruang

makan, loby tamu, dan gedung asrama. Fasilitas yang saat ini belum tersedia adalah tempat

berkreasi dan berekreasi/istirahat. Kriteria sebuah ruang Diklat yang baik seharusnya

memenuhi unsur sebagai berikut: fleksibilitas, ventilasi, isolasi, dan pencahayaan (Sugiyono,

2002 dalam Notoatmodjo, 2009). Felksibilitas berupa tingkat kemudahan dan kecepatan

dalam mengatur dan menata ruangan sesuai dengan kebutuhan. Isolasi berarti ruangan kelas

harus terbebas dari suara bising dan keramaian. Pencahayaan harus dapat diatur terang dan

gelapnya, baik cahaya langsung maupun tidak langsung. Ventilasi berfungsi mengatur

kecukupan udara, suhu udara, dan kelembaban. Seluruh unsur tersebut akan mempengaruhi

efektifitas dalam proses pembelajaran, komunikasi menjadi lancar, dan tidak menyebabkan

permasalahan pada kenyamanan pengajar dan peserta Diklat. Keefektifan fasilitas adalah

melihat manfaat/ketepatan gunaan dari fasilitas Diklat yang tersedia, termasuk komponen-

komponen yang ada dalam fasilitas tersebut. Masih terbatasnya jumlah ruang kelas,

kelengkapan fasilitas mini hospital yang masih terbatas, dan kurangnya pencahayaan dan

ventilasi ruang kelas merupakan kondisi dari dari fasilitas Diklat yang saat ini dimiliki.

Kekurangan ruang kelas, ruang praktek (mini hospital) yang perlengkapannya juga masih

banyak kekurangan, dan kondisi ruang kelas yang kurang terang dan kurangnya ventilasi

menjadi dasar bahwa fasilitas yang ada saat ini masih belum efektif. Proses pengadaan dan

pemeliharaan fasilitas Diklat selama ini belum memiliki standar waktu dan besaran dana

(penganggarannya), namun perhitungan keduanya sudah masuk dalam komponen pembiayaan

yang dihitung dalam unit cost dan penyusunan tarif Diklat. Khusus pemakain ruangan kelas,

pembiayaan pengadaan dan pemeliharaan sudah dinilai efisien karena diimbangi dengan

pemanfaatan (utility) ruang kelas, namun untuk ruangan mini hospital dan asrama masih

dinilai belum efisien. Selama ini proses pengadaan dilakukan sesuai kebutuhan dan arahan

pimpinan, belum dibuat program diklat yang lengkap dengan anggaran pengadaan fasilitas

sesuai modul diklat. Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana

pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi

Evaluasi Program ..., Nanang Najmudin, FKM UI, 2016

Page 14: Evaluasi Program Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Staf ...

  Universitas Indonesia

ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Penyusunan silabus

Diklat Staf Analis Laboratorium diawali dengan kegiatan pembahasan/rapat TNA yang

menghasil kurikulum dan selanjutnya disusun silabus. Penyusunan dan atau revisi silabus

dilaksanakan setiap tahun satu kali (akhir tahun) dilakukan oleh unsur/unit terkait dalam

program Diklat Staf Analis Laboratorium yang diantaranya adalah perwakilan dari: Bagian

Perencaaan Departemen Diklat, Pengajar, Kepala Instalasi Laboratorium rumah sakit,

Koordinator Laboratorium (peer group), dan Staf Departemen Mutu dan Akreditasi.

Perubahan atau usulan revisi silabus biasanya dari Kepala Instalasi Laboratorium karena

terkait langsung dengan hasil/dampak dari kegiatan Diklat, juga dari Departemen Mutu dan

Akreditasi karena terkait dengan regulasi atau penyesuaian terhadap standar mutu dan

akreditasi pelayanan Laboratorium. Referensi materi yang digunakan dalam silabus merujuk

pada Perundang-undangan, Permenkes, Pedoman Pelayanan Laboratorium, Pedoman

Pengorganisasian, dan SPO yang berlaku sehingga hasil pembelajaran dapat mendukung

tercapainya kompetensi yang ditentukan dan sejalan dengan aturan atau regulasi yang telah

disusun sebelumnya. Untuk memberikan pedoman bagi setiap penyusun kurikulum dan

penyelenggara pendidikan di lingkungan HHG, maka disusunlah Buku Petunjuk Administrasi

tentang Pokok-pokok Pembinaan Kurikulum HHG. Silabus Diklat Staf Analis Laboratorium

didasarkan dan disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit, referensi materi yang digunakan

merujuk pada Perundang-undangan, Permenkes, Pedoman Pelayanan Laboratorium, Pedoman

Pengorganisasian, dan SPO yang berlaku sehingga hasil pembelajaran dapat mendukung

tercapainya kompetensi yang ditentukan dan sejalan dengan aturan atau regulasi yang telah

disusun sebelumnya. Dengan dasar kebutuhan rumah sakit dan merujuk pada peraturan atau

regulasi yang telah disusun sebelumnya, maka Program Diklat Staf Analis Laboratorium bisa

efektif dilaksanakan. Efisiensi silabus berkaitan dengan waktu dan dana yang dibutuhkan

dalam penyusunan dan penyelenggaraan silabus. Saat ini belum ada standar waktu dan dana

untuk penyusunan dan penyelenggaraan silabus sehingga belum ada acuan dalam penyusunan

dan penyelenggaraannya. Hal ini menyebabkan tidak adanya upaya antisipasi terhadap

permasalah-permasalah yang mungkin timbul saat penyelenggaraan Diklat. Untuk pendanaan,

penyusunan silabus tidak secara khusus dibuatkan Rencana Anggaran Biayanya (RAB)

karena merupakan salah satu uraian tugas dari Bagian Perencanaan Diklat, disebutkan sebagai

berikut: Bagian Perencanaan Diklat bertugas menyusun rencana dan program Departemen

Diklat terkait Perencanaan Diklat (administrasi perencanaan, materi kurikulum dan

pengajar/instruktur) meliputi: Kebutuhan Diklat melalui Training Need Assesment (TNA),

jenis pelatihan dengan Design Training Program (DTP), Kurikulum, dan materi bahan ajaran

Evaluasi Program ..., Nanang Najmudin, FKM UI, 2016

Page 15: Evaluasi Program Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Staf ...

  Universitas Indonesia

untuk Diklat. Akan tetapi untuk perencanaan penyelenggaraan silabus dibutuhkan adanya

standar pendanaan sehingga bisa dilakukan upaya pengendalian saat pelaksanaan Diklatnya.

Selama ini belum ada standar pendanaan sehingga untuk penyusunan dan perencanaan

penyelenggaraan silabus belum efisien. Keefektifitasan suatu program tergantung dari adanya

kebutuhan dan kegiatan yang harus dilakukan. Proses persiapan analisis situasi dan data

hingga terbentuknya perencanaan Diklat Staf Analis Laboratorium dilakukan dengan cara

melakukan evaluasi terlebih dulu program Diklat sebelumnya. Atas dasar hasil evaluasi

tersebut selanjutnya dilakukan pembahasan untuk menetukan kebutuhan dalam bentuk rapat

TNA. Hasil dari pembahasan rapat TNA ini adalah tersusunnya dokumen Program Diklat,

Perencanaan Diklat, dan silabus silabus. Proses persiapan analisis situasi dan data hingga

terbentuknya perencanaan Diklat Staf Analis Laboratorium memberikan manfaat diantaranya

adalah sebagai bahan masukkan / input untuk menyusun perencanaan Diklat agar lebih jelas,

lebih terarah, dan lebih baik lagi. Dengan demikian kegiatan perencanaan merupakan dasar

atau landasan yang sangat menentukan kegiatan berikutnya, kekurang akuratan ataupun

kesalahan pada kegiatan berikutnya sangat dipengaruhi oleh tahapan perencanaan.

Pembiayaan merupakan salah satu komponen dalam standar program Diklat. Proses persiapan

analisis situasi dan data hingga terbentuknya perencanaan Diklat Staf Analis Laboratorium

belum memiliki standar dana / anggaran yang digunakan meskipun untuk standar waktu

penyusunan sudah ditetapkan setiap akhir tahun. Penyusunan program Diklat Laboratorium

selama ini belum dilengkapi dengan perencanaan penganggarannya sehingga belum ada acuan

yang akan menjadi ukuran dan pengendalian pembiayaan program Diklat Laboratorium.

Pengorganisasian adalah suatu proses penentuan, pengelompokkan, dan pengaturan berbagai

aktivitas untuk mencapai tujuan dengan cara menempatkan orang, penyediaan alat, penetapan

wewenang dan pendelegasian. Proses pengorganisasian (proses kegiatan yang melibatkan

setiap Bagian) dalam Program Diklat Staf Analis Laboratorium sudah dilakukan sesuai

bidang tugas atau uraian tugas setiap Bagian di Departemen Diklat, pengorganisasian dapat

juga melibatkan Departemen lain. Proses pengorganisasian (proses kegiatan yang melibatkan

setiap Bagian) dalam Program Diklat Staf Analis Laboratorium belum memiliki standar

waktu dan besaran dana yang dibutuhkan. Terkait dengan standar waktu pengorganisasian, hal

ini menyebabkan terjadinya kendala akibat dari kurangnya persiapan perlengkapan dan

fasilitas karena belum dikoordinasikan dan tidak ditentukan waktu untuk melakukan

koordinasi sebelumnya. Standar waktu yang dibutuhkan seharusnya menekankan pada standar

persiapan pelaksanaan Diklat yang disusun dalam sebuah Standar Prosedur Operasioan

(SPO). Dalam SPO dimuat alur dan tahapan kegiatan serta lama waktu yang dibutuhkan untuk

Evaluasi Program ..., Nanang Najmudin, FKM UI, 2016

Page 16: Evaluasi Program Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Staf ...

  Universitas Indonesia

melakukan setiap kegiatan tersebut. Karena belum adanya SPO persiapan Diklat maka

kegiatan pengorganisasian yang dilaksanakan selama ini belum efisien karena bisa

mengurangi waktu jam pelajaran yang diakibatkan karena kurangnya persiapan dari

perlengkapan maupun fasilitas. Kegiatan pelaksanaan Diklat merupakan rangkaian kegiatan

yang berupa siklus yang dalam pelaksanaannya membutuhkan suatu panduan berupa SPO

atau pun TOR yang dapat mengarahkan pelaksana yang terlibat untuk dapat mengerjakan

tugasnya dengan baik. SPO/TOR adalah salah satu cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan yang juga bisa mengurangi ketidak sesuaian antara pelaksanaana

dengan perencanaan sebelumnya. Kendala teknis seharusnya dapat diatasi dengan disusunnya

SPO untuk setiap kegiatan yang dilaksanakan pada saat kegiatan Diklat berlangsung,

misalnya SPO penyiapan ruang kelas, SPO penyiapan materi, SPO penggantian pengajar, dan

lain-lain. Rincian biaya meliputi hal yang terkait dengan jenis pembiayaan, volume kegiatan,

satuan harga, dan jumlah biaya yang dibutuhkan. Standar waktu yang digunakan dalam proses

pelaksanaan dalam Program Diklat Staf Analis Laboratorium sudah ditentukan, sedangkan

untuk standar besaran dana belum ada. Meskipun untuk standar besaran dana pelaksanaan

Program Diklat Staf Analis Laboratorium belum ada, namun untuk pembiayaan pengajar

masih dinilai cukup efisien karena tidak terlalu banyak berubah, hanya masih terjadi

perubahan waktu saja. Pengawasan dilakukan pada saat sebelum proses, saat proses, dan

setelah proses sampai hasil akhir diketahui. Salah satu azas pengawasan adalah azas tanggung

jawab dimana pengawasan hanya dapat dilaksanakan jika manajer bertanggung jawab

terhadap pelaksanaan rencana/program (Koontz dan Donnel dalam Hasibuan, 2014). Proses

pengawasan (proses pemantauan hasil dengan target yang ingin dicapai) dalam Program

Diklat Staf Analis Laboratorium dilakukan oleh penanggung jawab Program Diklat atau

disebut sebagai Person In Charge (PIC) yang juga merangkap menyusun perencanaan,

menjalankan rencana/program, mengawasi pelaksanaan, dan mengevaluasi pelaksanaan

Diklat. Standar waktu dan besar dana yang digunakan dalam proses pengawasan (proses

pemantauan hasil dengan target yang ingin dicapai) dalam Program Diklat Staf Analis

Laboratorium belum ada. Berdasarkan hal tersebut maka proses pengawasan Diklat Staf

Analis Laboratorium selain belum efektif juga belum efisien karena belum ada tolak ukur

yang dapat dipakai untuk mengukur keberhasilan programnya. Reaksi dilakukan untuk

mengukur tingkat reaksi yang didisain agar mengetahui opini dari para peserta pelatihan

mengenai program pelatihan. Evaluasi reaksi ini sama halnya dengan mengukur tingkat

kepuasan peserta pelatihan. Evaluasi respon/reaksi peserta pelatihan terhadap Program Diklat

Staf Analis Laboratorium terhadap pengajar dan silabus/materi Diklat cukup baik dan merasa

Evaluasi Program ..., Nanang Najmudin, FKM UI, 2016

Page 17: Evaluasi Program Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Staf ...

  Universitas Indonesia

sesuai, sedangkan untuk perlengkapan praktek masih dirasakan kurang lengkap dan fasilitas

ruang kelas masih kurang nyaman. Data tersebut diperoleh dari hasil wawancara mendalam

kepada peserta yang telah mengikuti Diklat Laboratorium. Data lain bisa diperoleh dari hasil

quesioner yang diisi setiap peserta, lalu direkap. Namun kendala saat ini adalah hasil rekap

quesioner peserta terhadap kepuasan penyelenggaran Diklat belum dilakukan analisa data

sehingga belum dapat diketahui kesimpulan dan belum dapat dilakukan evaluasi serta tindak

lanjut hasil quesioner tersebut. Evaluasi pembelajaran untuk mengetahui peningkatan

pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperoleh dari materi pelatihan. Oleh karena itu

diperlukan tes guna untuk mengetahui kesungguhan apakah para peserta mengikuti dan

memperhatikan materi pelatihan yang diberikan. Biasanya data evaluasi diperoleh dengan

membandingkan hasil dari pengukuran sebelum pelatihan atau tes awal (pre-test) dan sesudah

pelatihan atau tes akhir (post-test) dari setiap peserta. Ujian yang dilakukan dalam bentuk uji

tulis dan atau uji praktek. Evaluasi pembelajaran berupa perubahan pengetahuan,

keterampilan, dan sikap peserta sebelum dan sesudah mengikuti Diklat staf analis

laboratorium dapat diketahui dengan cara melakukan ujian pada saat sebelum maupun setelah

pelaksanaan Diklat (pre test dan post test) dan melakukan wawancara mendalam kepada

peserta. Hasil pre dan post test tercantum dalam lampiran. Perubahan pengetahuan,

keterampilan, dan sikap peserta sebelum dan sesudah mengikuti Diklat Staf Analis

Laboratorium juga dapat diketahui dari hasil wawancara mendalam. Evaluasi pembelajaran

sudah rutin dilakukan, hasilnya pun sudah didistribusikan ke seluruh rumah sakit yang

mengirimkan peserta Diklatnya. Evaluasi perubahan perilaku peserta Diklat di unit kerjanya

setelah mengikuti Program Diklat Staf Analis Laboratorium saat ini belum dapat diketahui

oleh Departemen Diklat karena belum mendapatkan laporan resmi kinerja peserta dari rumah

sakit. Selain itu, belum tersedianya perangkat/tools evaluasi paska Diklat juga mempengaruhi

belum bisa didapatkannya hasil evaluasi perubahan perilaku peserta Diklat di unit kerjanya

setelah mengikuti Program Diklat. Oleh karena belum pernah dilakukan evaluasi paska Diklat

maka sulit untuk mengambil kesimpulan mengenai hasil kualitas/mutu Program Diklat Staf

Analis Laboratorium meskipun materi yang diajarkan dirasa sudah sesuai dengan praktek di

lapangan dan dapat diterapkan dalam kegiatan sehari-hari.

Kesimpulan

Kegiatan Program Diklat Staf Analis Laboratorium di Departemen Diklat sudah berjalan

dengan baik, namun masih ada kekurangan diantaranya adalah belum dilakukan evaluasi

Evaluasi Program ..., Nanang Najmudin, FKM UI, 2016

Page 18: Evaluasi Program Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Staf ...

  Universitas Indonesia

sistem secara utuh mulai dari unsur input, proses, sampai dengan output. Departemen Diklat

belum mendapatkan umpan balik dari Instalasi Laboratorium rumah sakit mengenai evaluasi

paska Diklat (evaluasi perilaku) sehingga belum diketahui apakah materi yang diajarkan

sesuai dengan kebutuhan, atau materi yang diajarkan tidak dapat dipraktekkan di lapangan

sehingga bisa ditindak lanjuti dengan upaya perbaikan silabus. Metode pembelajaran berupa

praktek belum maksimal karena keterbatasan perlengkapan / alat peraga. Upaya perbaikannya

bisa dengan cara melakukan pengadaan alat praktek atau melakukan studi banding staf

Laboratorium ke sesama rumah sakit anggota HHG.

Saran

Untuk Manajer Penunjang Diklat, dalam penyediaan perlengkapan alat praktek/peraga di

ruang praktek (mini hospital) agar menyusun standar alat praktek per jenis prosedur tindakan

(prostin) dan menyusun SPO pengajuan permintaan alat praktek/peraga di mini hospital.

Untuk Manajer Penunjang Diklat, dalam mempersiapkan fasilitas ruang kelas dan ruang

praktek (mini hospital) agar menyusun standar kelengkapan setiap fasilitas Diklat (ruang

kelas, ruang praktek, ruang perpustakaan, dan ruang asrama), menyusun SPO jadwal

pemeliharaan fasilitas, SPO pengajuan perbaikann dan penambahan fasilitas. Untuk Manajer

Perencanaan Diklat, dalam penyusunan dan perencanaan penyelenggaraan silabus Program

Diklat Staf Analis Laboratorium agar dilengkapi dengan kebijakan penyusunan dan

penyelenggaraan silabus, SPO pengajuan silabus (termasuk waktu dan penganggaran), SPO

perubahan silabus, dan standar waktu dan dan dana yang dibutuhkan. Untuk Manajer

Perencanaan, Pelaksanaan, dan Penunjang Diklat, agar meningkatkan fungsi pengorganisasian

berupa penyusunan SPO persiapan penyelenggaraan Diklat, check list perlengkapan Diklat.

Untuk Manajer Pelaksanaan, agar lebih meningkatkan koordinasi dengan Manajer

Perencanaan dan Penunjang Diklat untuk penyiapan jadwal, penyusunan pedoman

penyelenggaraan / TOR serta persiapan kelengkapan Diklat. Untuk Manajer Perencanaan dan

Pelaksanaan, agar lebih meningkatkan fungsi pengawasan dengan cara menyiapkan SPO

tentang pengawasan penyelenggaraan Diklat dan menyusun perencanaan pengawasan

sebelum proses, saat proses, dan setelah proses Diklat. Untuk Manajer Perencanaan dan

Manajer Pembinaan dan Supervisi, agar meningkatkan fungsi evaluasi penyelenggaraan dan

hasil Diklat dengan cara menyusun kebijakan tentang evaluasi penyelenggaraan Diklat. Untuk

Kepala Departemen Diklat, agar lebih meningkatkan fungsi pengawasan dengan cara

mengumpulkan dokumen: Program kerja tahunan dan bulanan tiap Bagian di Departemen

Evaluasi Program ..., Nanang Najmudin, FKM UI, 2016

Page 19: Evaluasi Program Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Staf ...

  Universitas Indonesia

Diklat, Rencana kerja bulanan dan target sasaran, Check list perencanaan dan realisasi, dan

Laporan setiap hasil kegiatan (untuk kegiatan rutin dibuat secara periodik, non rutin dibuat

seteleh selesai kegiatan).

Daftar Pustaka

Azwar, Azrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara.

Daryanto, Bintoro. 2014. Manajemen Diklat. Yogyakarta: Gava Media.

Hasibuan, Malayu S.P. 2014. Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta : PT.

Bumi Aksara.

Hermina Hospital Group. 2014. Organisasi dan Tata Laksana Departemen Pendidikan

dan Pelatihan . Jakarta: HHG

Kirkpatrick, Donald L. 2009. Evaluating Training Programs : The Four Levels, 3nd ed

Berret-Koehler Publisher, San Francisco.

Lavizzari, Luciano. 2009. Evaluation Manual Methodology and Processes, International

Fund for Agricultural Development, Italy.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2009. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Rineka

Cipta

Peraturan Menteri Kesehatan No. 725/Menkes/SK/V/2003 Tentang Pedoman

Penyelenggaraan Pelatihan di Bidang Kesehatan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional

Pendidikan

Rivai, Veithzal. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan Dari Teori

Ke Praktik. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen

Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit

Werther, William B. 1996. Human Resources and Personnel Management, 5nd ed Irwin

McGraw-Hill, United States of America.

Evaluasi Program ..., Nanang Najmudin, FKM UI, 2016