ss boss
description
Transcript of ss boss
MODUL PERKULIAHAN SESI 1JELANG TENGAH SEMESTER (UTS)
Dosen : Ir. Agung Wahyudi B., MM (Asisten Ahli 150, UMB Jakarta)
PERKULIAHAN SESI 2 MENJELANG
UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)
BAB 11
Just In Time (JIT)
A. Pengertian Just In Time (JIT)
Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau sistem manajemen
fabrikasi modern yang dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan Jepang yang pada
prinsipnya hanya memproduksi jenis-jenis barang yang diminta sejumlah yang diperlukan
dan pada saat dibutuhkan oleh konsumen (Simamora, 2000). Just In Time dapat berarti
sebgai suatu keseluruhan filosofi operasi manajemen dimana segenap sumber daya,
termasuk bahan baku dan suku cadang, personalia, dan fasilitas dipakai sebatas
dibutuhkan. Konsep just in time adalah suatu konsep di mana bahan baku yang digunakan
untuk aktifitas produksi didatangkan dari pemasok atau suplier tepat pada waktu bahan itu
dibutuhkan oleh proses produksi, sehingga akan sangat menghemat bahkan meniadakan
biaya persediaan barang / penyimpanan barang / stocking cost.
JIT juga berarti filosofi manajemen dari pemecahan masalah yang berkelanjutan dan
dipaksakan, sehingga pemasok-pemasok dan komponen-komponen ditarik melalui sistem
untuk menunjukkan dimana dan kapan mereka dibutuhkan.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agung Wahyudi ST,MM
PENGENDALIAN MUTU 1
Tabel berikut : mencantumkan pengurangan pemborosan karena menerapkan salah
satu aspek JIT :
Tabel 12.1. Pengurangan Pemborosan karena JIT
No. Aspek
Pengurangan
Pemborosan
(%)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Waktu pemasangan (Set-up- time)
Sisa (sampah) produksi
Persediaan barang jadi
Ruang
Waktu tunggu (Lead Time)
Persediaan barang mentah
Persediaan barang dalam proses (WIP)
20
30
30
40
50
50
82
Sumber : Heyzer & Render, 1999
Berbagai perusahaan banyak yang menggunakan istilahnya sendiri sebagai pengganti
dari Jus In Time, seperti :
di IBM dikenal “Continuous Flow Manufacturing (CFM)”,
di Harley Davidson dikenal “Material as Needed (MAN)”,
di Hewlett Packard dikenal “Stockless Production”
dan di Omark Industries dikenal “Zero Inventory Production System (ZIPS)”.
Dalam menerapkan JIT ini, ada tiga dosa yang tidak boleh dilakukan. Ketiga dosa itu
adalah MUDA, MURA dan MURI.
MUDA dalam bahasa Jepang berarti pemborosan, yang bila diterapkan dalam
manajemen tidak akan memberikan nilai tambah,
MURA dalam bahasa Jepang berarti ketimpangan, keragaman, atau ketidakteraturan
(variability and irregularity).
MURI dalam bahasa Jepang berarti keterpaksaan, kesulitan, lewat ambang batas.
Keadaan timpang, beragam maupun terpaksa merupakan indikasi masalah.
Just In Time adalah suatu keseluruhan filosofi operasi manajemen dimana segenap sumber
daya, termasuk bahan baku dan suku cadang, personalia, dan fasilitas dipakai sebatas
dibutuhkan. Tujuannya adalah untuk mengangkat produktifitas dan mengurangi
pemborosan. Just In Time didasarkan pada konsep arus produksi yang berkelanjutan dan
mensyaratkan setiap bagian proses produksi bekerja sama dengan komponen-komponen
lainnya. Tenaga kerja langsung dalam lingkungan Just In Time dipertangguh dengan
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agung Wahyudi ST,MM
PENGENDALIAN MUTU 2
perluasan tanggung jawab yang berkontribusi pada pemangkasan pemborosan biaya
tenaga kerja, ruang dan waktu produksi.
Ide dasar sistem produksi tepat waktu (Just In Time) yaitu menghasilkan sejumlah barang
yang diperlukan pada saat diminta dengan menghilangkan segala macam bentuk
pemborosan waktu yang tidak diperlukan sehingga diperoleh biaya produksi yang rendah
dan melakukan proses yang berkesinambungan. JIT mulai digunakan pada sistem produksi
Toyota sebagai dampak dari krisis minyak di tahun 1973, kemudian banyak dipakai oleh
perusahaan Jepang untuk mengantisipasi semakin variatifnya permintaan konsumen dan
semakin kritisnya konsumen dalam menentukan produkyang diinginkan.
Just In Time dari mulai terkenalnya sampai saat ini tahun 2007 dia sudah berusia 29 tahun
berfungsi dalam persediaan. Just In Time menekankan bahwa semua material harus
menjadi bagian aktif dalam sistem produksi dan tentu dia melarang timbulnya problem yang
mengakibatkan hadir biaya persediaan. Dalam Just In Time persediaan diminimalisasi
dengan tetap menjaga keberlangsungan produksi. Ini berarti dia bilang bahan maupun
barang tersedia dalam waktu, jumlah dan kualitasyang tepat saat diperlukan. Metode Just In
Time dalam keberadaannya tidak sekedar diterapkan untuk bidang persediaan, melainkan
juga dapat diimplementasikan dalam bidang produksi.
Dalam bidang produksi, Just In Time menekankan upaya kontinuitas pengurangan
pemborosan dan ketidakefisienan lewat lot size yang kecil, kualitas tinggi, koordinasi tim
kerja. Produksi Just In Time menunjukan sistem produksi dimana aktifitas operasi terjadi
hanya jika diperlukan. Selain demikian berposisi sebagai alat pendekatan untuk
penyeimbang produksi, alat pengendali kualitas produk, dan mekanisme untuk motivasi
serta keterlibatan para tenaga kerja.
Sistem produksi tepat waktu (Just In Time-JIT) bukanlah ilmu yang memerlukan analisis
kuantitatif maupun kualitatif yang tidak begitu rumit, secara lebih tepatnya Just In Time (JIT)
bisa dikatakan sebagai metode pendekatan, filosofi kerja, konsep ataupun strategi
manajemen yang dimaksud dan tujuannya adalah mencapai performansi yang tinggi dalam
proses manufacturing. JIT adalah filofosi manufakturing untuk menghilangkan pemborosan
waktu dalam total prosesnya mulai dari proses pembelian sampai proses distribusi.
Fujio Cho dari Toyota mendefinisikan pemborosan (waste) sebagai: Segala sesuatu yang
berlebih, di luar kebutuhan minimum atas peralatan, bahan, komponen, tempat, dan waktu
kerja yang mutlak diperlukan untuk proses nilai tambah suatu produk. Kemudian diperoleh
rumusan yang lebih sederhana pengertian pemborosan: Kalau sesuatu tidak memberi nilai
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agung Wahyudi ST,MM
PENGENDALIAN MUTU 3
tambah itulah pemborosan.
7 (tujuh) jenis pemborosan disebabkan karena:
1.Over produksi
2.Waktu menunggu
3.Transportasi
4.Pemrosesan
5.Tingkat persediaan barang
6.Gerak
7.Cacat produksi
B. Konsep Dasar Just In Time
Konsep dasar JIT adalah sistem produksi Toyota, yaitu suatu metode untuk menyesuaikan
diri terhadap perubahan akibat adanya gangguan dan perubahan permintaan, dengan cara
membuat semuaproses dapat menghasilkan produk yang diperlukan, pada waktu yang
diperlukan dan dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan.
Dalam sistem pengendalian produksi yang biasa, syarat di atas dipenuhi dengan
mengeluarkan berbagai jadwal produksi pada semua proses, baik itu pada proses
manufaktur suku cadang maupun pada lini rakit akhir. Proses manufaktur suku cadang
menghasilkan suku cadang yang sesuai dengan jadwal, dengan menggunakan sistem
dorong, artinya proses sebelumnya memasok suku cadang pada proses berikutnya. Metode
ini menyulitkan penyesuaian secara cepat terhadap perubahan yang disebabkan oleh
gangguan yang timbul pada beberapa proses atau akibat adanya fluktuasi permintaan.
Untuk mengatasi berbagai gangguan dan perubahan permintaan ini, perusahaan harus
mengubah jadwal produksi tiapproses secara serempak yang cukup menyulitkan. Akibatnya
perusahaan harus melakukan persediaan di antara semua proses untuk mengatasi
gangguan dan perubahan permintaan ini. Sistem ini sering menimbulkan ketidakseimbangan
persediaan yang mengakibatkan pemborosan.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agung Wahyudi ST,MM
PENGENDALIAN MUTU 4
Sebaliknya, sistem produksi Toyota bersifat revolusioner, dalam arti proses berikutnya akan
mengambil suku cadang dari proses sebelumnya, metode ini dikenal sebagai sistem tarik.
Hanya lini rakit akhir yang dapat mengetahui dengan tepat penetapan waktu yang
diperlukan dan jumlah suku cadang yang diperlukan. Lini rakit akhir pergi ke proses
sebelumnya untuk mendapatkan suku cadang yang diperlukan dalam jumlah yang
diperlukan pada waktu yang diperlukan. Kemudian proses sebelumnya memproduksi suku
cadang yang diambil oleh proses berikutnya. Tiap proses yang memproduksi suku cadang
mengambil bahan atau suku cadang yang diperlukan pada proses sebelumnya, begitu
seterusnya.
Dengan demikian apabila ada perubahan permintaan tidak perlu dilakukan perubahan
jadwal produksi secara serempak untuk semua proses. Hanya lini rakit akhir yang perlu
diinformasikan mengenai perubahan jadwal produksi ketika merakit produk satu per satu.
Untuk menginformasikan mengenai penetapan waktuyang diminta dan jumlah suku cadang
yang diperlukan, digunakan KANBAN. Sistem kanban hanya bisa berfungsi secara efektif
melalui kombinasi dengan elemen-elemen JIT lain secara utuh. Terdapat empat konsep
pokokyang harus dipenuhi dalam melaksanakan Just In Time (JIT):
Produksi Just In Time (JIT), adalah memproduksi apa yang dibutuhkan hanya pada saat
dibutuhkan dan dalam jumlah yang diperlukan.
Autonomasi merupakan suatu unit pengendalian cacat secara otomatis yang tidak
memungkinkan unit cacat mengalir ke proses berikutnya. Tenaga kerja fleksibel,
maksudnya adalah mengubah-ubah jumlah pekerja sesuai dengan fluktuasi permintaan.
Berpikir kreatif dan menampung saran-saran karyawan
Guna mencapai empat konsep ini maka diterapkan sistem dan metode sebagai berikut :
1.Sistem kanban untuk mempertahankan produksi Just In Time (JIT).
2.Metode pelancaran produksi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan permintaan.
3.Penyingkatan waktu penyiapan untuk mengurangi waktu pesanan produksi.
4.Tata letak proses dan pekerja fungsi ganda untuk konsep tenaga kerja yang fleksibel.
5.Aktifitas perbaikan lewat kelompok kecil dan sistem saran untuk meningkatkan moril
tenaga kerja.
6.Sistem manajemen fungsional untuk mempromosikan pengendalian mutu ke seluruh
bagian perusahaan.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agung Wahyudi ST,MM
PENGENDALIAN MUTU 5
C. Elemen-elemen Just In Time
Elemen-elemen dalam JIT meliputi:
1.Pengurangan waktu set up
2.Aliran produksi lancar (layout)
3.Produksi tanpa kerusakan mesin
4.Produksi tanpa cacat
5.Peranan operator
6.Hubungan yang harmonis dengan pemasok
7.Penjadwalan produksi stabil dan terkendali
8.Sistem Kanban
Tidak ada satu organisasipun di dunia ini yang menyukai pemborosan.
disebabkan pemborosan tidak sesuai dengan semangat efisiensi sebagai jantungnya
manajemen.
Efesiensi dan efektivitas sebagai terminal akhir dari pada manajemen tidak
akan dapat tercapai jika pemborosan masih terjadi.
Semangat untuk terus memperbaiki organisasi dan menghilangkan
pemborosan inilah yang kemudian dikenal dengan konsep JUST IN TIME (JIT).
Konsep JIT muncul di Jepang melalui apa yang disebut Kyzen (perbaikan terus
menerus).
Just In Time (JIT) sendiri bukan istilah Jepang. Tapi istilah dari Barat yang mampu
melihat fenomena manajemen di Jepang.
D. Kontribusi JIT untuk keunggulan bersaing Paling tidak terdapat 7 kontribusi JIT untuk memperoleh keunggulan bersaing, yaitu :
pemasok, tata letak, persediaan, penjadwalan, pemeliharaan pencegahan, mutu
produksi dan pemberdayaan karyawan.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agung Wahyudi ST,MM
PENGENDALIAN MUTU 6
Gambar 12.1. Faktor Kesuksesan JIT
Sumber : Haeyzer & Render, 1999
C.1. JIT pada Pemasok Dengan semangat JIT, jumlah pemasok sebaiknya sedikit, ada hubungan kedekatan
dan pemasok yang senantiasa berbisnis ulang dengan kita.
C.2. JIT pada Tata LetakTujuan JIT adalah mengurangi perpindahan baik perpindahan orang maupun
perpindahan barang.
C.3. JIT pada PersediaanJIT pada persediaan menggunakan sistem tarik (pull system) untuk memindahkan
persediaan. JIT akan mengurangi ukuran lot dan mengurangi waktu penyetelan
C.4. JIt pada PenjadwalanJIT pada penjadwalan dapat ditempuh dengan mengkomunikasikan jadwal tersebut
kepada pemasok. menghilangkan pemborosan
C.5.JIT pada Pemeliharaan PencegahanJIT pada pemeliharaan pencegah dapat ditempuh dengan pemeliharaan pencegahan
yang terjadwal dan rutin harian.
C.6. JIT pada Kualitas JIT pada kualitas adalah diterapkannya kendali proses secara statistic.
C.7. JIT pada Pemberdayaan Karyawan JIT pada pemberdayaan karyawan adalah dikembangkannya pelatihan-pelatihan.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agung Wahyudi ST,MM
PENGENDALIAN MUTU 7
Pemasok
PemberdayaanKaryawan
Kualitas
Tata Letak
Persediaan
PemeliharaanPencegahan Penjadwalan
JIT
A. Prinsip Kerja JIT Prinsip kerja JIT dapat dibagi kepada tiga bagian besar yaitu :
1. Cost reduction karena menggunakan prinsip 5S.
2. Inventory reuction, karena just in time (yang menggunakan konsep pull system)
melawan just in case (yang menggunakan konsep push system). Dan
3. Quality improvement dimulai dari : Pemberdayaan karyawan kemudian kualitas
sebagai paradigma baru setiap orang dan akhirnya pada gugus kendali mutu.
1. Cost Reduction (Pengurangan Biaya)Suatu konsep manajemen baru yang diambil dari kebiasaan di Jepang dan mampu
menyingkirkan paradigma barat dalam dunia industri manufaktur adalah prinsip 5-S
Manufacturing yaitu Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shetsuke (Kazuo Shibagaki et all.
1991).
SEIRI-Pemilihan. Diartikan sebagai usaha untuk memilih mana yang perlu dan
mana yang tidak serta menghindari berbagai kelebihan. Semakin jarang suatu
barang atau peralatan digunakan maka semakin jauh letak barang atau peralatan
itu dari tempat kerja.
SEITON-Pengaturan. Barang atau peralatan diatur sedemikian rupa sehingga
memudahkan dalam pemakaian dan pencarian.
SEISO-Pembersihan. Peralatan dijaga agar selalu dalam keadaan bersih agar
mudah dirawat dan selalu dalam kondisi bagus pada saat digunakan.
SEIKETSU-Pemeliharaan Kebersihan Lingkungan. Untuk menjaga kebersihan
lingkungan diperlukan prosedur standard sehingga setiap orang akan berperilaku
sama dalam perawatan kebersihan.
SHITSUKE-pelatihan dan Disiplin. Untuk menjaga prosedur standard dan
kelangsungannya maka pelatihan untuk mengubah dan mejaga perilaku individu
perlu dilakukan.
5 S diatas diadaptasi dalam bahasa Indonesia : Ringkas, Rapi, Resik, Rawar dan
rajin
dalam English : Sort, Straighten, Scrub, Systematize, Standardize
2. Inventory Reduction (pengurangan persediaan) Persediaan menurut paradigma lama selalu dikaitkan dengan produksi dalam
jumlah besar. Untuk menjaga kelangsungan proses produksi maka persediaan yang
besar dan aman perlu diadakan.
Oleh karena itu, sistem Just In Time menghendaki barang dibuat sesuai dengan
kebutuhan hanya pada saat dibutuhkan.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agung Wahyudi ST,MM
PENGENDALIAN MUTU 8
3. Quality Improvement Perbaikan kualitas menurut konsep Just In Time adalah usaha yang secara terus
menerus dilakukan. Tujuannya adalah peningkatan produktivitas melalui pemenuhan
harapan konsumen dalam hal kualitas dan waktu.
Kualitas dalam paradigma baru ini menjadi urusan setiap orang. Motto :
Jangan menerima barang cacat
Jangan membuat barang cacat
Jangan mengirim barang cacat
Semangat Kyzen dalam perbaikan kualitas tercermin pada quality circle yaitu
kelompok-kelompok yang secara suka-rela bertemu untuk membahas masalah-masalah
dan perbaikan kualitas kerja atau produk dalam unit kerjanya. Paradigma baru ini
memungkinkan organisasi mengatakan “quality improvement has no cost” (Siswanto,
1996).
E. Aspek Fundamental JIT
Empat (4) aspek fundamental JIT :
1. Menghilangkan segala aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah bagi sebuah produk
atau jasa.
Contoh :
Waktu Pabrikasi = Waktu Proses + Waktu inspeksi + Waktu pindah + Waktu antri
Waktu Proses : Waktu yang dibutuhkan untuk mengkonversikan bahan baku menjadi
barang jadi
Waktu inspeksi : Lamanya waktu yang dihabiskan untuk memastikan bahwa produk
bermuru tinggi
Waktu pindah : waktu yang diperlukan untuk memindahkan BB atau BDP dari satu
stasiun kerja ke stasiun kerja yang lainnya.
Waktu antri : Lamanya waktu tunggu suatu produk untuk dikerjakan, dipindahkan, atau
dikirimkan dari gudang ke pelanggan.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agung Wahyudi ST,MM
PENGENDALIAN MUTU 9
2. Komitmen tinggi terhadap mutu
3. Upaya perbaikan yang berkelanjutan
4. Penekanan pada penyederhanaan.
Tujuan Pabrikasi JIT : Menghasilkan sebuah produk hanya jika dibutuhkan dan hanya
dalam kuantitas yang diminta oleh para pelanggan.
4. Ukuran penting dari keandalan system JIT akan meliputi factor-faktor efektivitas siklus
pabrik sbb;
a. Tingkat produk cacat/rusak
b. Waktu siklus
c. Persentase pengiriman produk yang tepat waktu
d. Akurasi pesanan
e. Persentase produksi sesungguhnya dibandingkan dengan produksi yang dianggarkan
f. Jam mesin sesungguhnya dibandingkan jam mesin tersedia yang direncanakan.
5. Elemen-elemen kunci JIT
Lima Elemen kunci demi keberhasilan JIT :
1. Jumlah Pemasok yang terbatas
Tingkat persediaan yang minimal
Sistem JIT memotong biaya dengan mengurangi :
a. Ruang yang dibutuhkan untuk penyimpanan bahan baku
b. Jumlah penanganan bahan baku
c. Jumlah persediaan yang usang.
2. Pembenahan Tata Letak Pabrik
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agung Wahyudi ST,MM
PENGENDALIAN MUTU 10
Arus Lini : jalur fisik yang dilewati oleh sebuah produk pada saat bergerak melalui
proses pabrikasi dari penerimaan bahan baku sampai ke pengiriman barang jadi.
3. Pengurangan Setup Time
Masa pengesetan mesin (setup time) adalah waktu yang dibutuhkan untuk
mengubah perlengkapan, memindahkan bahan baku, dan mendapatkan formulir
terkait dan bergerak cepat untuk mengakomodasikan produk unsure yang berbeda.
4. Kendali Mutu Terpadu (Total Quality Control)
TQC berarti bahwa perusahaan tidak akan memperbolehkan penerimaan
penerimaan komponen dan bahan baku yang cacat dari para pemasok, pada BDp
maupun pada barang jadi.
5. Tenaga kerja yang fleksibel
6. Keuntungan-keuntungan bila mengoperasikan system JIT dalam management
- seluruh system yang ada dalam perusahaan dapat berjalan lebih efisien
- Pabrik mengeluarkan biaya yang lebih sedikit untuk memperkerjakan para staffnya.
- Barang produksi tidak harus selalu di cek, disimpan atau duretur kembali.
- kertas kerja dapat lebih simple
- Penghematan yang telah di lakukan dapat digunakan untuk mendapat profit yang lebih
tinggi misalnya, dengan mengadakan promosi tambahan.
7 . Kelemahan JIT
satu kelemahan sistem JIT adalah, tingkatan order ditentukan oleh data permintaan
historis. Jika permintaan naik melebihi dari rata-rata perencanaan historis maka inventori
akan habis dan akan mempengaruhi tingkat pelayanan konsumen. Untuk mencapai
tingkat pelayanan 95% perusahaan harus memasukkan 2 standart deviasi dalam safety
stock.
DAFTAR PUSTAKA
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agung Wahyudi ST,MM
PENGENDALIAN MUTU 11
Hariyadi. 2009. Pelatihan Penerapan standar internasional berbasis Quality Management System. Penerbit Nusantara Professional Education. Jakarta
Hardjosoedarmo, Soewarso. 2004. Total Quality Management. Penerbit Andi Yogyakarta.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Agung Wahyudi ST,MM
PENGENDALIAN MUTU 12