Spesifikasi Teknik 2014

download Spesifikasi Teknik 2014

of 95

description

Spektek

Transcript of Spesifikasi Teknik 2014

BAB I

95

RENCANA KERJA DAN SYARATSPESIFIKASI TEKNIS

I. RUANG LINGKUP PROYEK

Paket Pekerjaan:Lokasi:Pemilik Proyek:Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten MojokertoPek. Utama:

II. LINGKUP PEKERJAAN

1. PEKERJAAN PENDAHULUANa) Persiapan dan Sewa Direksi Keetb) Uitzet Dengan waterPass / Theodolitc) Mobilisasi dan Demobilisasi

2. PEKERJAAN TANAHa) Penggalian Tanah + Pembuangan b) Pengurugan Sirtu dengan Pemadatan Menggunakan Alat Berat c) Pengurugan Sirtu Bahu Jalan

3. PEKERJAAN JALAN RIGIDa) Pek. Beton Mutu K-350 Rigid Pavement b) Pek. Dowel 22 - 300 mm c) Pek. Tie Bar D 13 - 750 mmd) Pek. Besi Tulangan Dowel & Tie Bar Supporte) Pek. Pemasangan Plastik Polythenef) Pek. Asphalt Sealent (Joint Sealent)g) Pek. Groovingh) Sewa Bekisting Plat Besi t : 3 mmi) Pek. Pengecatanj) Pek. Selongsong Pipa PVC 1 "k) Pek. Kayu Usuk 5/7l) Pek. Concrete cuttingm) Pek. Pembesian Plat Jembatan

4. PEKERJAAN JALAN ASPALa) Pek. CTBb) Lap. Aspal Resap Pengikat ( Prime Coat )c) Lap. Aspal Resap Perekat ( Tack Coat )d) Pek. Lapisan AC-WC Levelling e) Pek. Lapisan AC-BC Tb. 5 cmf) Aspalg) Filler ( Bahan Pengisi )

5. PEKERJAAN DINDING PENAHANa) Pas. Batu Belah 1 Pc : 4 Psb) Plesteran Halus 1 Pc : 4 Ps tebal 1.5 cm c) Siaran 1 PC : 2 PS d) Urugan Pasir Tb.10 cme) Pek. Beton Bertulang Pelat Lajur K-175

6. PEKERJAAN BOX CULVERTa. Pekerjaan Box Culvert

7. PEKERJAAN LAIN LAINa) Pengadaan dan Pemasangan Tiang Beton PJU, P = 7 mb) Pembersihan Lokasic) Quality ControlIII. RENCANA KERJA

Dalam waktu Secepat-cepatnya 7 hari serta selambat-lambatnya 14 hari setelah Surat Perintah Kerja (SPK) turun, Kontraktor harus mengajukan sebuah rencana kerja atau action plan tertulis lengkap dengan gambar-gambar pendukung metode kerja, sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan seperti yang disebutkan dalam dokumen tender, menjelaskan secara terperinci urusan pekerjaan dan cara melaksanakan pekerjaan tersebut termasuk hal-hal khusus bila diperlukan, persiapan-persiapannya, peralatan, pekerjaan sementara yang ada sejauh mana hal tersebut mencakup lingkup dari pekerjaannya dan harus mendapatkan persetujuan dari Direksi, pengawas dan pihak-pihak atau instansi yang terkait dengan kelangsungan proyek tersebut di atas.

IV. TEMPAT KERJA

Bilamana diperlukan tempat kerja, dan tempat kerja tersebut di luar daerah pengawasan proyek, dimana harus membayar sewa/dikeluarkan biaya ganti rugi, maka Kontraktor harus menyelesaikannya tanpa membebani Direksi dengan pembiayaan tambahan.

V. TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR

Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor wajib memeriksa kekuatan konstruksi lama yang akan dilaksanakan dan harus mengkonsultasikan dengan Konsultan Perencana dan Konsultan Pengawas. Segala sesuatu kerusakan yang timbul akibat kelalaian Kontraktor tidak melaksanakan pemeriksaan kekuatan maka hal tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor. Pada keadaan apapun, dimana pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan telah mendapat persetujuan Direksi Lapangan tidak berarti membebaskan Kontraktor atas tanggung jawab pada pekerjaannya sesuai dengan isi kontrak.

VI. TENAGA KERJA

Tenaga-tenaga kerja yang digunakan hendaknya dari tenaga-tenaga yang ahli/terlatih dan berpengalaman pada bi dangnya dan dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik sesuai dengan ketentuan / petunjuk Direksi Lapangan.

VII. SATUAN UKURAN

Semua satuan ukuran yang disebutkan dalam spesifikasi ini serta yang digunakan di dalam pekerjaan adalah standar meter dan kilogram. Bila disebut satu ton, yang dimaksud adalah satu ton yang bernilai 1000 kilogram.

VIII. PERINTAH UNTUK PELAKSANAAN

Bila Kontraktor tidak berada di tempat pekerjaan dimana Direksi bermaksud untuk memberikan petunjuk-petunjuk, maka petunjuk-petunjuk itu harus diturut dan dilaksanakan oleh Pelaksana atau orang-orang yang ditunjuk untuk mewakili Kontraktor . Orang atau pelaksana tersebut harus mengerti bahasa yang dipakai oleh Direksi, atau Kontraktor akan menyediakan penterjemah khusus untuk keperluan tersebut.

IX. PEKERJAAN DAN BAHAN BAHAN YANG TERMASUK DALAM HARGA SATUAN

Pekerjaan dan bahan-bahan yang diperlukan sesuai dengan macam-macamnya seperti yang disebutkan pada artikel-artikel dalam spesifikasi ini, gambar rencana, petunjuk tambahan ataupun petunjuk-petunjuk Direksi di lapangan harus tercakup dalam pembiayaan untuk tenaga kerja, harga bahan, organisasi kerja, biaya tak terduga, keuntungan, biaya-biaya penggantian sewa / pemakaian tanah pada pihak ketiga, atau kerusakan atas milik seseorang, kerja-kerja lain yang disebut dalam spesifikasi ini untuk kesempurnaan hasil kerja di mana tidak ada mata pembiayaan khusus pengaliran air darurat selama pelaksanaan kerja, pembongkaran, peralatan, penempatan bahan-bahan sesuai dengan petunjuk perlindungan, perkuatan, pengaturan as saluran dan tenaga ahli untuk keperluan ini, perumahan dan pembiayaan lain yang biasanya diperlukan guna menyelesaikan pekerjaan sebaik-baiknya.

X. LAPORAN

1. LAPORAN PERKEMBANGAN BULANANKontraktor harus mempersiapkan dan memberikan kepada Direksi, tanpa biaya tambahan, dalam jarak waktu dan dalam bentuk yang ditetapkan oleh Direksi, lima (5) salinan laporan bulanan yang berisi sebagai berikut : Perkembangan fisik dari pekerjaan hingga bulan yang mendahului dan perkiraan perkembangan untuk bulan ini, Tingkat perkembangan berdasarkan pada jadwal pekerjaan pembangunan. Perkiraan jumlah pembayaran dari Pemberi Pekerjaan kepada Kontraktor untuk bulan ini. Sebuah tabulasi mengenai catatan Bangunan Kontruksi yang barang-barang pokoknya dan peralatannya terdiri dari Bangunan Konstruksi yang disediakan untuk pelaksanaan pekerjaan sepanjang bulan sebelumnya. Sebuah tabulasi pegawai menunjukan staf supervisi dan jumlah dari beberapa kelas buruh yang dipekerjakan oleh Kontraktor dalam bulan sebelumnya. Kwantitas mengenai barang pokok dari bahan-bahan dan alat yang disuplai dan dipergunakan dalam bulan sebelumnya dengan inventarisasi bahan-bahan demikian itu. Bahan-bahan lainnya yang mungkin diperlukan berdasarkan kontrak atau secara spesifik oleh Direksi.2. LAPORAN MINGGUANKontaktor harus mempersiapkan laporan mingguan dari masing-masing seksi pekerjaan seperti yang diminta oleh Direksi dan dalam bentuk yang disetujui oleh Direksi. Laporan tersebut akan berisi namun tidak terbatas pada, pekerjaan yang diperkerjakan di pekerjaan, bahan-bahan di lokasi pekerjaan, bahan-bahan yang sedang dalam pesanan, kecelakaan dan informasi lainnya yang relevan dengan perkembangan pekerjaan tiap minggunya.3. LAPORAN HARIANKontaktor harus mempersiapkan laporan harian atau berkala dari masing-masing seksi pekerjaan seperti yang diminta oleh Direksi dan dalam bentuk yang disetujui oleh Direksi. Laporan tersebut akan berisi namun tidak terbatas pada, pekerjaan yang diperkerjakan di pekerjaan, bahan-bahan di lokasi pekerjaan, bahan-bahan yang sedang dalam pesanan, kecelakaan dan informasi lainnya yang relevan dengan perkembangan pekerjaan.4. LAPORAN AKHIRKontaktor harus mempersiapkan laporan akhir pekerjaan pada akhir proyek, dimana laporan akhir pekerjaan merupakan kumpulan dari laporan harian, laporan mingguan dan laporan bulanan yang dibuat selama proyek tersebut berlangsung.5. BUKU TAMUPihak Kontraktor harus menyediakan satu buku tamu di Direksi Keet (Kantor di Lokasi Proyek). Tamu adalah orang-orang yang bukan karyawan Kontraktor.6. PELAKSANAAN AUDIT OLEH PROYEKSelain tersebut diatas, Pemilik Proyek berhak melaksanakan audit bila perlu sehubungan dengan: Adanya biaya yang timbul pada saat berakhirnya kontrak seperti dalam syarat syarat umum kontrak, dan Biaya-biaya lain yang mungkin diminta oleh Kontraktor yang tidak terdapat dalam Kontrak. Pihak Kontraktor wajib membuat pembukuan yang tepat mengenai hal-hal diatas, setelah mendapatkan persetujuan dari konsultan perencana dan konsultan pengawas.7. REQUEST FOR ISPECTION / IJIN TAHAPANUntuk setiap tahapan pekerjaan yang akan dilaksanakan kontraktor diwajibkan membuat ijin tahapan pekerjaan yang diajukan kepada direksi dan atas persetujuan direksi maka pekerjaan baru boleh dilaksanakan.

XI. GAMBAR GAMBAR DAN UKURAN

1) GAMBAR YANG DIPERLUKAN DALAM PELAKSANAAN PEKERJAAN ADALAH : Gambar yang termasuk dalam dokumen tender Gambar perubahan yang disetujui Direksi Gambar lain yang disediakan dan disetujui Direksi2) KONTRAKTOR MENYIAPKAN SEMUA GAMBAR GAMBAR PROYEK, DALAM BENTUK UKURAN A3 YANG DI SIMPAN OLEH DIREKSI3) KONTRAKTOR DIHARUSKAN MENYIMPAN SATU SET DI KANTOR LAPANGAN UNTUK DIPERGUNAKAN SETIAP SAAT KETIKA DIPERLUKAN4) GAMBAR GAMBAR PELAKSANAAN (SHOP DRAWING) DAN DETAILNYA HARUS MENDAPATKAN PERSETUJUAN DIREKSI SEBELUM DIPERGUNAKAN DALAM PELAKSANAAN PEKERJAAN5) PADA PENYERAHAN TERAKHIR PEKERJAAN YAKNI SESUDAH SELESAINYA MASA PEMELIHARAAN HARUS DISERTAI GAMBAR HASIL PELAKSANAAN (AS BUILT DRAWING). 6) SEMUA UKURAN DINYATAKAN DALAM SISTEM METRIK7) KALAU TERDAPAT PERBEDAAN DENGAN SPESIFIKASI MAKA YANG BENAR DAN BERLAKU ADALAH YANG DITETAPKAN OLEH DIREKSI

XII. WILAYAH KERJA

1. Secara umum Kontraktor dilarang menimbun atau menempatkan bahan-bahan bangunan di tepi jalan umum karena jalan umum tidak termasuk wilayah kerja Kontraktor kecuali ada pertimbangan khusus dan atas persetujuan dari Direksi.2. Apabila tidak terdapat tempat kosong yang sesuai untuk menimbun atau menyimpan bahan-bahan bangunan di sekitar lokasi proyek, maka bahan bangunan harus didatangkan dari gudang Kontraktor atau Leveransir setiap hari dengan jumlah yang cukup untuk pekerjaan satu hari.3. Apabila di dalam pelaksanaan pekerjaan, terdapat jaringan utilitas kontraktor harus berkoordinasi dengan instansi yang terkait sehubungan dengan jaringan utilitas yang ada.

XIII. BAHAN BAHAN DAN MUTU PEKERJAAN

1. Semua bahan yang dipergunakan untuk melaksanakan setiap jenis pekerjaan harus terdiri dari kualitas tinggi sesuai dengan yang tercantum dalam syarat-syarat kualitas bahan masing-masing bagian pekerjaan. Hasil pekerjaan dan mutu termasuk bahan bahan yang terpakai harus diterima dan disetujui Direksi.2. Semua bahan yang dipergunakan harus memenuhi persyaratan yang tercantum dalam peraturan standar yang berlaku di Indonesia. Standar peraturan yang berlaku adalah edisi yang terakhir. Untuk bahan-bahan yang mutunya belum diatur dalam peraturan standar maupun ketentuan dalam spesifikasi teknis, harus mendapat persetujuan dari Direksi sebelum dipergunakan.3. Untuk bahan-bahan yang mutunya masih berdasarkan standar Internasional, apabila diperlukan, Direksi dapat meminta Kontraktor untuk menunjukkan sertifikat tes dari agen, distributor yang menjual atau pabrik yang memproduksi bahan yang bersangkutan.4. Apabila diperlukan, Direksi dapat meminta copy atau tembusan dari perintah pembelian (faktur) yang dipesan Kontraktor kepada leveransir atau distributor untuk pembelian bahan-bahan yang akan dipakai.5. Sebelum bahan-bahan yang dipesan dikirim ke lokasi proyek, Kontraktor harus menunjukkan contoh dari bahan bersangkutan kepada Direksi untuk diperiksa dan diteliti mengenai jenis, mutu, berat, kekuatan dan sifat-sifat penting lainnya dari bahan tersebut.6. Apabila bahan-bahan yang dikirim ke lokasi proyek ternyata tidak sesuai dengan contoh yang ditunjukkan, baik dalam hal mutu, jenis, berat maupun kekuatannya, maka Direksi berwenang untuk menolak bahan tersebut dan mengharuskan Kontraktor untuk menyingkirkannya dan diganti dengan bahan-bahan yang sesuai dengan contoh yang telah diperiksa terdahulu.7. Semua bahan yang disimpan di lokasi proyek harus diletakkan dan dilindungi sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi kontaminasi atau mengalami proses lainnya yang dapat mengakibatkan rusaknya atau menurunnya mutu bahan-bahan tersebut.8. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, Kontraktor dilarang menyimpan bahan-bahan berbahaya seperti minyak, cairan lainnya yang mudah terbakar, gas dan bahan kimia sedemikian rupa sehingga keselamatan orang dan keamanan lingkungan sekitarnya dapat dijamin.9. Penggunaan bahan-bahan dalam pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti pedoman atau petunjuk dari pabrik yang memproduksinya. Kelalaian dalam hal ini merupakan tanggung jawab Kontraktor .10. Direksi berhak menunjuk seorang ahli dalam memeriksa mutu bahan-bahan yang diajukan oleh Kontraktor , baik di lokasi proyek maupun di gudang leveransir atau dilokasi pabrik atau produsen. Dalam melaksanakan tugasnya ahli mempunyai wewenang untuk mewakili Direksi dalam menguji dan menilai bahan-bahan yang diajukan Kontraktor.

XIV. PELAKSANAAN PEKERJAAN DALAM KEADAAN KERING

Apabila pada keadaan tertentu Direksi memandang perlu untuk melaksanakan pekerjaan pada kondisi tanah yang kering, maka Kontraktor diharuskan menyediakan pompa air berkapasitas cukup beserta alat Bantu dan pelengkapnya untuk menjamin agar dasar permukaan tanah tetap kering selama pekerjaan berlangsung.Kondisi muka air tanah yang tinggi dan jenis tanah yang kurang kedap air dapat menyebabkan derasnya rembesan air tanah ke dalam galian. Dalam hal ini pelaksanaan pekerjaan menuntut kemajuan pekerjaan yang cepat dan Direksi dapat menginstruksikan untuk menambah pompa-pompa agar dasar galian tetap dalam keadaan kering.Kelalaian Kontraktor dalam menyediakan pompa dan bangunan sementara lainnya yang dapat mengakibatkan rusaknya konstruksi yang telah dibuat adalah tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya. Dalam hal ini semua biaya perbaikan ditanggung Kontraktor .Air hujan yang mengalir ke dalam galian yang mengakibatkan kerusakan Kontruksi pondasi yang masih dalam pelaksanaan termasuk resiko Kontraktor .Hujan lebat yang mengakibatkan genangan pada galian tidak dianggap Force Majeure, dan perbaikan atas kerusakan yang terjadi adalah beban Kontraktor

PEKERJAAN PENDAHULUAN

a) PERSIAPAN DAN SEWA DIREKSI KIT Kontraktor harus menyediakan kantor lapangan untuk dipergunakan oleh Direksi selama pelaksanaan pekerjaan, alat komunikasi serta gudang untuk menyimpan bahan dan peralatannya. Lokasi untuk membangun gudang dan kantor lapangan akan ditentukan oleh Direksi. Ukuran dan bentuk gudang, kantor lapangan beserta perlengkapannya harus memenuhi standarisasi yang di tentukan oleh Direksi. Syarat-syarat minimum yang harus dipenuhi untuk pembuatan gudang dan kantor lapangan adalah penyediaan sarana sanitasi air bersih, sambungan listrik, alat pemadam api dan kotak pertolongan pertama. Pemeliharaan, kebersihan dan keamanan gudang dan kantor lapangan merupakan tanggung jawab Kontraktor. Tempat kosong untuk parkir kendaraan proyek harus disediakan di sekitar kantor lapangan. Pada saat pelaksanaan pekerjaan dinyatakan selesai, gudang dan kantor lapangan harus dibongkar oleh Kontraktor atas biaya sendiri dan semua peralatan dan perlengkapan tetap menjadi milik Kontraktor. Bangunan untuk kantor Direksi yang diuraikan dalam pasal di atas akan dibayar secara harga unit price untuk sewa direksi keet, dimana harus dianggap bahwa pembayaran dilaksanakan secara penuh baik untuk pekerjaan pembangunan, pengadaan, pelayanan, pembersihan maupun pekerjaan pembongkaran bangunan setelah selesai penanganan pekerjaan. Untuk keperluan air kerja kontraktor harus menyediakan sendiri air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak, garam, alkali dan bahan-bahan organis atau bahan lain yang dapat merusak pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor harus menyediakan generator sebagai daya listrik secukupnya, guna kebutuhan penerangan proyek dan keperluan pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor bertanggung jawab atas semua biaya pengadaan fasilitas tersebut pada butir a dan b. Bangunan tersebut harus dapat dijamin agar di dalamnya bebas dari air hujan dan sinar matahari, termasuk dapat melindungi material yang tersimpan. Kontraktor harus mengisi perabotan maupun perlengkapan lain berupa buku harian Kontraktor membuat dan memasang papan nama proyek dilokasi dengan ukuran 0,9 m x 1,2 m

b) UITZET DENGAN WATERPAS / THEODOLIT Jaringan Dan Permukiman Jaringan dan permukiman diambil berdasarkan referensi titik tetap (patok beton) yang dipasang oleh Dinas Tata Kota Kabupaten Mojokerto yang terdekat. Semua elevasi yang ditunjukkan dan tercantum dalam gambar adalah elevasi yang dikaitkan dengan ketinggian patok titik tetap seperti yang dijelaskan pada butir di atas. Patok titik tetap yang dipergunakan sebagai referensi dalam proyek ini tercantum dalam gambar-gambar rencana atau akan ditunjukkan oleh Direksi di lapangan. Pekerjaan Pengukuran Dan Survey Lapangan Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus menggerakkan personil tekniknya untuk melakukan survey dan membuat laporan mengenai kondisi fisik lapangan khususnya lokasi rencana konstruksi apakah terdapat ketidaksesuaian. Kontraktor bersama-sama dengan Direksi harus secara bersama-sama mengambil peil permukaan dan sounding areal kerja dan menyetujui semua kekhususan terhadap mana semua pekerjaan didasarkan. Kontraktor harus menyediakan dan merawat stasion survey yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan dan harus membongkarnya setelah pekerjaan selesai. Kontraktor harus memberitahu Direksi sekurang-kurangnya 24 jam dimuka, bila akan mengadakan levelling pada semua bagian daripada pekerjaan. Kontraktor harus menyediakan atas biaya Kontraktor, semua bantuan yang diperlukan Direksi dalam pengadaan pengecekan levelling tersebut. Pekerjaan dapat dihentikan beberapa saat oleh Direksi bila dipandang perlu untuk mengadakan penelitian kelurusan maupun level dari bagian-bagian pekerjaan. Kontraktor harus membuat peil/titik-titik tanda (bench mark) permanen di tiap-tiap bagian pekerjaan dan peil ukuran ini harus diberi pelindung dan dirawat selama berlangsungnya pekerjaan agar tidak berubah. Kontraktor harus menyediakan alat-alat ukur selama pekerjaan berlangsung berikut ahli ukur yang berpengalaman sehingga apabila dianggap perlu setiap saat siap mengadakan pengukuran ulang. Pengukuran titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan alat optik dan sudah ditera kebenarannya/dikalibrasi. Apabila terdapat perbedaan antara elevasi yang tercantum dalam gambar dengan hasil pengukuran ulang, maka Direksi akan memutuskan hal itu kemudian. Apabila terdapat kesalahan dalam pengukuran kembali, maka pengukuran ulang menjadi tanggung jawab Kontraktor. Kontraktor harus mengukur ukang lagi dan dikoreksi oleh pihak Direksi. Pengukuran kembali juga dilakukan setelah pekerjaan selesai. Hasil pengukuran kembali berupa gambar Long Section dan Cross Section per titik. Tiap Titik adalah sejarak 25 meter. Hasil pengukuran lengkap mengenai peil elevasi, sudut, koordinat, serta letak patok patok harus dibuat gambarnya dan dilaporkan kepada Direksi untuk mendapatkan persetujuan. Kebenaran dari hasil laporan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor. Jika menurut pendapat Direksi kemajuan Kontraktor tidak memuaskan untuk menyelesaikan pekerjaan survey ini tepat pada waktunya atau dalam hal Kontraktor tidak memulai pekerjaan atau melakukan pekerjaan tidak dengan standar yang ditentukan. Direksi dapat menunjuk stafnya sendiri atau pihak lain untuk mengerjakan survey lapangan dan membebankan seluruh biayanya kepada Kontraktor. Jika diperlukan untuk mengetahui kondisi tanah (tekstur, jenis tanah dan daya dukung tanah) , kontraktor diwajibkan melakukan test penyelidikan tanah dengan menunjuk pihak / lembaga yang bergerak dalam tes penyelidikan tanah yang bersertifikasi.

c) MOBILISASI DAN DEMOBILISASIMobilisasi dan Demobilisasi berkaitan dengan proses pengadaan material pre-cast, dan alat berat. Mobilisasi dan Demobilisasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor. Alat berat yang sudah tidak diperlukan harus segera dikembalikan agar tidak mengganggu aktivitas proyek yang lainnya, ataupun aktivitas warga sekitar proyek.

PEKERJAAN TANAH

a) PENGALIAN TANAH Galian tanah harus sesuai dengan ukuran dalam gambar atau sampai tanah keras. Apabila diperlukan untuk mendapatkan daya dukung yang baik, dasar galian harus dipadatkan/ditumbuk. Jika galian melampaui batas kedalaman, pemborong harus menimbun kembali dan dipadatkan sampai kepadatan maksimum. Hasil galian yang dapat dipakai untuk penimbunan harus diangkat langsung ketempat yang direncanakan yang disetujui direksi. Sedangkan hasil galian yang tidak dapat dipakai untuk penimbunan harus disingkirkan ketempat yang disetujui direksi.b) URUGAN SIRTU PADAT Bahan yang digunakan sebagai urugan adalah Sirtu Padat Ngoro Pilihan Mutu Bahan.Sirtu Urug harus terbebas dari Lumpur, Oli, Air, bahan organic maupun an organic. Prosedur PelaksanaanPelaksanaan Urugan Sirtu Padat sepanjang Rigid (dibawah konstruksi Rigid) sebagai leveling, Persyaratan tanah dasar untuk perkerasan kaku sama dengan persyaratan tanah dasar untuk perkerasan lentur, baik mengenai daya dukung, kepadatan maupun kerataannya. Lapis pondasi bawah untuk perkerasan kaku dapat berupa lean concrete (beton kurus), atau bahan berbutir yang bisa berupa agregat atau lapisan pasir (sand bedding). Lapis pondasi bawah tidak dimaksudkan untuk ikut menahan beban lalu lintas, tetapi lebih berfungsi sebagai lantai kerja dan sebagai fasilitas drainase agar air dapat bebas bergerak di bawah plat beton tanpa mengerosi butir-butir tanah yang membentuk tanah dasar. Oleh karena itu biasanya lapis pondasi bawah dari bahan berbutir harus memenuhi persyaratan sebagai filter material.Persiapan penting yang harus dilakukan sebelum penghamparan plat beton meliputi berbagai hal seperti membentuk, membuat penyesuaian-penyesuaian seperlunya pada permukaan tanah dasar atau lapis pondasi bawah, dan bila perlu, menambahkan air dan memadatkan kembali permukaan disesuaikan dengan alinyemen dan potongan melintang seperti ditunjukkan dalam Gambar Rencana. Pembentukan permukaan secara teliti sangat penting bagi pelaksanaan ditinjau dari segi jumlah beton yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan. Bila digunakan metode dengan acuan tetap (fixed form) dianjurkan agar lapis pondasi bawah dibuat paling sedikit 30 cm lebih lebar dari pada lebar plat beton yang akan dicor, pada masing-masing sisi memanjang hamparan, yang akan berguna sebagai landasan acuan tetap. Bila digunakan metode dengan acuan gelincir (slip form) hal tersebut tidak diperlukan, karena biasanya alat penghampar sudah dilengkapi peralatan otomatis untuk mengatur ketinggian penghamparan sesuai dengan yang direncanakan (string control).Bagian-bagian permukaan yang menonjol harus dikupas. Bagian-bagian, yang rendah harus diisi dan dipadatkan sesuai dengan persyaratan kepadatan. Bila alat pengupas dilengkapi dengan sistem pengatur ketinggian otomatis, maka alat tersebut dapat langsung dioperasikan di atas permukaan yang akan dibentuk. c) URUGAN SIRTU BAHU JALAN Bahan yang digunakan sebagai urugan adalah Sirtu Padat Ngoro Pilihan Mutu Bahan.Sirtu Urug harus terbebas dari Lumpur, Oli, Air, bahan organic maupun an organic. Prosedur PelaksanaanPelaksanaan Urugan Sirtu Padat sepanjang Rigid (dibawah konstruksi Rigid) sebagai leveling, Persyaratan tanah dasar untuk perkerasan kaku sama dengan persyaratan tanah dasar untuk perkerasan lentur, baik mengenai daya dukung, kepadatan maupun kerataannya. Lapis pondasi bawah untuk perkerasan kaku dapat berupa lean concrete (beton kurus), atau bahan berbutir yang bisa berupa agregat atau lapisan pasir (sand bedding). Lapis pondasi bawah tidak dimaksudkan untuk ikut menahan beban lalu lintas, tetapi lebih berfungsi sebagai lantai kerja dan sebagai fasilitas drainase agar air dapat bebas bergerak di bawah plat beton tanpa mengerosi butir-butir tanah yang membentuk tanah dasar. Oleh karena itu biasanya lapis pondasi bawah dari bahan berbutir harus memenuhi persyaratan sebagai filter material.Persiapan penting yang harus dilakukan sebelum penghamparan plat beton meliputi berbagai hal seperti membentuk, membuat penyesuaian-penyesuaian seperlunya pada permukaan tanah dasar atau lapis pondasi bawah, dan bila perlu, menambahkan air dan memadatkan kembali permukaan disesuaikan dengan alinyemen dan potongan melintang seperti ditunjukkan dalam Gambar Rencana. Pembentukan permukaan secara teliti sangat penting bagi pelaksanaan ditinjau dari segi jumlah beton yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan. Bila digunakan metode dengan acuan tetap (fixed form) dianjurkan agar lapis pondasi bawah dibuat paling sedikit 30 cm lebih lebar dari pada lebar plat beton yang akan dicor, pada masing-masing sisi memanjang hamparan, yang akan berguna sebagai landasan acuan tetap. Bila digunakan metode dengan acuan gelincir (slip form) hal tersebut tidak diperlukan, karena biasanya alat penghampar sudah dilengkapi peralatan otomatis untuk mengatur ketinggian penghamparan sesuai dengan yang direncanakan (string control).Bagian-bagian permukaan yang menonjol harus dikupas. Bagian-bagian, yang rendah harus diisi dan dipadatkan sesuai dengan persyaratan kepadatan. Bila alat pengupas dilengkapi dengan sistem pengatur ketinggian otomatis, maka alat tersebut dapat langsung dioperasikan di atas permukaan yang akan dibentuk.

PEKERJAAN JALAN RIGID

a) PEKERJAAN BETON MUTU K-350 RIGID PAVEMENT

Persyaratan Sifat Campuran Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan dan "slump" yang dibutuhkan seperti yang disyaratkan dalam Tabel 5.3, bila pengambilan contoh, perawatan dan pengujian sesuai dengan SNI 03-1974-19 90 (AASHTO T22), Pd M-16-1996-03 (AASHTO T23), SNI 03-2493-1991 (AASHTO T126), SNI 03-2458-1991 (AASHTO T141). Pekerjaan beton menggunakan pabrikasi (readymix) dengan K-400 Kuat tekan karateristik beton harus sesuai dengan persyaratan-persyaratan Tabel 5.3.Dengan menggunakan cara pengujian kuat lentur karakteristik harus tidak kurang dari 45 kg/cm2 Beton tersebut harus merupakan jenis yang memiliki sifat kemudahan pengerjaan yang sesuai untuk mencapai pemadatan penuh dengan instalasi yang digunakan dengan tanpa pengaliran yang tak semestinya. Slump optimum sebagaimana diukur dengan cara pengujian AASHTO T 199 harus tidak kurang dari 20 mm dan tidak lebih besar dan 60 mm. Slump tersebut harus dipertahankan dalam batas toleransi 20 mm dari slump optimum yang disetujui. Beton yang tidak memenuhi persyaratan-persyaratan slump tersebut tidak boleh digunakan untuk plat beton perkerasan. Bilamana pengujian beton berumur 7 hari menghasilkan kuat beton di bawah kekuatan yang disyaratkan dalam Tabel 5.3., maka Kontraktor tidak diperkenankan mengecor beton lebih lanjut sampai penyebab dari hasil yang tidak memenuhi persyaratan tersebut dapat diketahui dengan pasti dan sampai telah diambil tindakan-tindakan yang menjamin bahwa produksi beton memenuhi ketentuan yang disyaratkan. Kuat tekan beton berumur 28 hari yang tidak memenuhi ketentuan harus diperbaiki sebagaimana disyaratkan. Kekuatan beton dianggap lebih kecil dari yang disyaratkan bilamana hasil pengujian serangkaian benda uji dari suatu bagian pekerjaan lebih kecil dari kuat tekan karakteristik yang diperoleh dari rumus.yang diuraikan dalam Butir 7.6.2.c.

Tabel 3.1.1 : Batasan Proporsi Takaran CampuranMutu BetonUkuran Agregat Maksimum(mm)Rasio Air / Semen(terhadap berat)Kadar Semen Minimum(kg/m3 dari campuran)

K500-0,375450

K4003725190,450,450,45356370400

K3503725190,450,450,45315335365

K3003725190,450,450,45300320350

K2503725190,500,500,50290310340

K175-0,57300

K125-0,60250

Tabel 3.1.2 : Ketentuan Sifat Campuran

Mutu BetonKuat Tekan Karakteristik min. (kg/cm2)Slump (mm)

Benda Uji Kubus15 x 15 x 15 cmBenda Uji Silinder15 cm x 30 cmDigetarkanTidak Digetarkan

7 hari28 hari7 hari28 hari

K60039060032550020 50-

K50032550026040020 50-

K40028540024033020 50-

K35025035021029020 5050 100

K30021530018025020 5050 100

K25018025015021020 5050 100

K22515022512519020 5050 100

K1751151759514530 6050 100

K125801257010520 5050 100

Catatan : bila menggunakan concrete pump, slump bisa berkisar antara 75 25 mm Pekerjaan dapat pula dihentikan dan atau memerintahkan Kontraktor mengambil tindakan perbaikan untuk meningkatkan mutu campuran atas dasar hasil pengujian kuat tekan beton berumur 3 hari. Dalam keadaan demikian, Kontraktor harus segera menghentikan pengecoran beton yang dipertanyakan tetapi dapat memilih menunggu sampai hasil pengujian kuat tekan beton berumur 7 hari diperoleh, sebelum menerapkan tindakan perbaikan. Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi ketentuan dapat mencakup pembongkaran dan penggantian seluruh beton tidak boleh berdasarkan pada hasil pengujian kuat tekan beton berumur 3 hari saja, perlu analisis teknis.Kekuatan Beton Beton harus mempunyai kekuatan lentur karakteristik sebesar 45 kg/cm2 pada umur 28 hari bila diuji sesuai dengan ASSHTO T 97. Bila pengujian dilakukan pada kubus 15 cm, kekuatan tekan karakteristik harus sebesar 350 kg/cm2 pada umur 28 hari. Kekuatan beton 7 hari harus sebesar 0,7 x kekuatan lentur karakteristikPengecoran Dan Penyelesaian Akhir BetonPengecoran Peralatan PengecoranPeralatan pengecoran harus mampu mengalirkan adukan beton dari truck mixer dan menuangkannya ke setiap tempat tanpa terjadi pemisahan butir (segregasi) dan tanpa merusak permukaan yang dihampar. Pada pekerjaan besar, pengecoran seringkali menuntut penggunaan ulir (screw), ban berjalan (belt), atau wadah (hopper) sebagai alat penghampar adukan.Peralatan ini biasanya beroperasi dari bahu jalan atau dari jalur sebelahnya dari jalur yang sedang dikerjakan, dan menuangkan campuran beton ke seluruh lebar permukaan yang telah dibentuk. pengecoran dilakukan dengan mesin pengaduk berjalan (truck mixer), dan untuk menuangkan adukan hanya tersedia talang (chute), maka disarankan dilakukan penghamparan jalur sesaat (lane at a time).Beton tanpa tulangan bisa juga dilaksanakan dengan menuangkan campuran beton di atas permukaan di depan mesin penghampar dengan mengggunakan dump truck.Untuk Memaksimalkan pemadatan beton, harus menggunakan alat Mesin getar (vibrator), agar tidak terjadi rongga pada beton Keadaan KhususApabila lebar penghamparan tidak sama (misal pada jalan masuk / ramp, persimpangan), maka metoda pengecoran yang biasa tidak selalu dapat diterapkan. Untuk keadaan demikian, perlu diperhatikan agar untuk mencapai kedudukan akhir, campuran beton jangan dituang secara sembarangan dengan didorong atau digetarkan. Pengecoran secara manual mungkin perlu dilakukan, untuk menghindarkan pemisahan butir.Penghamparan PeralatanPada pekerjan besar, biasanya harus disediakan baik penghampar jenis dayung (paddle) atau ulir (auger), atau ban berjalan, maupun jenis wadah (hopper) dan ulir (auger), kecuali apabila digunakan penghampar acuan gelincir. Pada mesin penghampar acuan gelincir, peralatan penghampar (spreader) merupakan bagian yang sudah melekat (built-in). Untuk mengurangi pemisahan butir, semua peralatan harus dioperasikan secara seksama. Dalam hal apa pun, beton harus dihampar dengan ketebalan yang cukup untuk pemadatan dan penyelesaian akhir. PemadatanPemadatan pada sambungan dan tepi-tepi, penekanan, pemadatan secara tumbuk, dan pemadatan secara getar, sampai tingkat tertentu cukup efektif, tapi tidak secara otomatis menjamin kepadatan beton. Mesin getar (vibrator), baik jenis internal maupun jenis permukaan dapat memberikan hasil yang baik.Seluruh perkerasan harus dipadatkan seefektif mungkin. Perhatian khusus harus diberikan terhadap tepi-tepi sepanjang sumbu, dan pada sambungan-sambungan.Sekitar ruji dan kedudukan, pada tepi-tepi dan sudut-sudut atau sekitar pembuangan air (drains), dan pada pelat-pelat tidak beraturan pada jalan masuk / ramps dan persimpangan, diperlukan ketelitian khusus untuk menjamin kepadatan yang baik.Penggetar internal dioperasikan di dalam beton untuk mengeluarkan udara sewaktu mesin penghampar bergerak. Mesin penggetar yang dioperasikan secara manual tidak boleh berada di satu titik yang digetarkan lebih dari 5 detik, dengan jarak titik satu dengan titik lainnya antara 25 30 cm.Penyelesaian Akhir Mesin Penghampar Acuan Gelincir (Slip Form)Mesin penghampar acuan gelincir dirancang untuk sekali lintasan dapat menghampar, memadatkan, membentuk permukaan dan meratakan beton yang masih plastis, sehingga dapat memberikan beton yang padat, seragam; dan untuk mendapatkan permukaan yang disyaratkan hanya memerlukan penyelesaian akhir (dengan tangan) yang minimal.Mesin penghampar harus menggetarkan beton pada seluruh lebar dan ketebalan. Penggetaran biasanya dilakukan dengan jenis penggetar internal yang sudah ada pada mesin tersebut (built-in).Mesin penghampar acuan gelincir sedapat mungkin harus dioperasikan dengan gerakan yang menerus, dan seluruh operasi pengadukan, pengangkutan dan penghamparan harus terkoordinasi agar supaya dapat dicapai kecepatan yang seragam dan penghentian mesin penghampar yang minimum. Apabila mesin penghampar perlu dihentikan, maka alat penggetarnya harus dihentikan.Mesin penghampar acuan gelincir mampu mengatasi kesalahan bentuk permukaan lapis pondasi bawah atau dasar secara teliti, dengan menggunakan peralatan otomatis Mesin Penghampar Acuan Tetap (Fixed Form)Mesin pencetak perkerasan jalan beton dengan sebilah pisau perata, kayuh berputar atau perlengkapan berputar, harus mencetak beton yang bersangkutan sehingga memiliki elevasi, dimensi, kerataan dan kehalusan yang disyaratkan; dan kemudian harus memadatkan beton tersebut dengan vibrasi atau dengan suatu kombinasi vibrasi dan penumbukan mekanis. Peralatan tersebut kemudian harus menyelesaikan permukaan beton tersebut dengan menggunakan suatu batang perata yang bergoyang (oscilated) melintang atau miring. Suatu batang perata lain untuk pekerjaan penyelesaian yang bergoyang secara melintang atau miring harus disediakan setelah setiap mesin pembentuk sambungan melintang dalam keadaan basah. Batang perata bergoyang tersebut harus berpenampang melintang persegi dan harus membentangi seluruh lebar pelat yang bersangkutan dan berbobot tidak kurang dari 170 kg/m. Batang ini harus ditunjang pada suatu kereta, yang ketinggiannya harus dikontrol berdasarkan tinggi rata-rata dari sekurang-kurangnya 4 titik yang ditempatkan secara merata dengan jarak antara sekurang-kurangnya 3,5 meter dari rel penunjang, balok, atau pelat, pada setiap sisi dari pelat beton yang sedang diperkeras. Bilamana perkerasan jalan beton dibangun dengan lebih dari satu lintasan menggunakan mesin dengan roda-roda ber-flens, maka pelat-pelat yang berdampingan berikutnya harus dibangun dengan menyangga mesin tersebut pada rel-rel yang beralas rata yang berbobot tidak kurang dari 15 kg/m, diletakkan di atas beton yang telah diselesaikan untuk menunjang roda-roda ber-flens, atau menggantikan roda-roda ber-flens tersebut pada satu sisi mesin dengan roda-roda tanpa flens bertapal karet. Rel (track) bertapal karet, yang dapat berjalan di atas permukaan beton yang telah diselesaikan juga dapat diterima.Bilamana digunakan roda-roda tanpa flens atau rel bertapal karet, maka permukaan pelat beton yang dilewati harus segera dibersihkan dan disikat secara seksama di depan mesin untuk membersihkan semua lumpur dan serpihan pasir / kerikil. Roda-roda tanpa flens harus berjalan cukup jauh dari tepi pelat untuk menghindari kerusakan pada pinggiran pelat yang bersangkutan. Pemadatan dan Penyelesaian dengan Balok Vibrasi TerkendaliBilamana pelat-pelat berukuran kecil atau tidak beraturan, atau bila tempat kerja yang bersangkutan sedemikian terbatas sehingga menyebabkan penggunaan cara-cara yang diuraikan di atas menjadi tidak praktis, maka beton dapat dicor dan diratakan secara manual tanpa pra-pemadatan atau segregasi; dan dipadatkan dengan cara berikut ini.Beton yang akan dipadatkan dengan balok vibrasi harus dicetak sedemikian sehingga permukaan setelah semua udara yang terkandung dikeluarkan dengan penggetaran berada sama dengan permukaan acuan-acuan sisi. Beton tersebut harus dipadatkan dengan menggunakan sebuah balok penggetar / pemadat dari kayu bertapal baja berukuran tidak kurang dari lebar 75 mm dan tebal 225 mm, dengan suatu masukan energi tidak kurang dari pada 250 watt per meter lebar pelat. Balok penggetar tersebut diangkat dan digerakkan maju ke muka dengan sedikit demi sedikit, tidak melebihi ukuran lebar balok tersebut. Sebagai alternatif, suatu alat pemadat yang terdiri dari balok kembar bervibrasi dengan kekuatan tenaga yang setara. ekivalen dapat digunakan. Bila tebal lapisan beton yang dipadatkan melebihi 200 mm, maka diperlukan tambahan vibrasi dengan menggunakan vibrator jenis tabung celup (immersed tube) secukupnya yang diberikan meliputi seluruh lebar pelat, untuk menghasilkan pemadatan sepenuhnya. Setelah setiap 1,5 m panjang pelat selesai dipadatkan, kegiatan di atas harus diulang dengan menarik kembali balok vibrasi 1,5 m, kemudian perlahan-lahan didorong maju sambil melakukan penggetaran di atas permukaan yang telah dipadatkan untuk memberikan suatu permukaan akhir yang halus.Kemudian permukaan tersebut harus diratakan menggunakan sebuah penggaruk rata (straight-edge) dengan panjang tidak kurang dari 1,8 m sekurang-kurangnya 2 lintasan. Jika permukaan tergaruk secara meluas oleh alat straight-edge tersebut, yang berarti menunjukkan ketidakrataan permukaan, maka suatu lintasan balok bervibrasi harus dilakukan kembali yang diikuti dengan lintasan lanjutan menggunakan alat penggaruk rata.Pengendalian Mutu Di Lapangan Pengujian untuk kelecakan (workability)Satu atau lebih pengujian "slump", harus dilaksanakan pada setiap takaran beton yang dihasilkan. Pengujian kuat tekanKontraktor harus melaksanakan tidak kurang dari 1 pengujian kuat tekan untuk setiap 60 m3 beton yang dicor. Setiap pengujian harus termasuk 3 contoh yang identik untuk diuji pada umur 3, 7 dan 28 hari. Tetapi bila jumlah beton yang dicor dalam satu hari memberikan kurang dari 5 contoh untuk diuji, maka contoh-contoh harus diambil dari 5 takaran yang dipilih secara acak. Contoh pertama dari contoh-contoh ini harus diuji pada umur 3 hari disusul dua oleh pengujian lebih lanjut pada umur 7 dan 28 hari. Pengujian tambahanKontraktor harus melaksanakan pengujian tambahan yang diperlukan untuk menentukan mutu bahan atau campuran atau pekerjaan beton akhir, pengujian tambahan tersebut meliputi : Pengujian yang tidak merusak menggunakan "sclerometer" atau perangkat penguji lainnya. Pengambilan dan pengujian benda uji inti (core) beton. Pengujian lainnya sebagaimana ditentukan secara khususb) PEKERJAAN DOWEL 22 300, L = 50 cmSambungan Melintang Dowel Fungsi sebagai sliding and load transfer device Lokasi di tengah tebal pelat dan sejajar as jalan. Lekat pada satu sisi beton dan tidak lekat pada sisi lainnya. Biasanya diolesi grease dan dilapisi plastik pada satu sisinya. Berbentuk polos, -22 mmSistem Penyalur Beban Ruji DowelBatang ruji harus ditempatkan di tengah tebal pelat. Posisi ruji pada arah horizontal dan vertikal harus dijamin sejajar sumbu jalan dengan menggunakan perlengkapan atau dengan cara penempatan dengan mesin yang telah teruji. Kepadatan beton yang baik di sekeliling ruji sangat dituntut agar supaya ruji bisa berfungsi secara sempurna. Pelapis RujiBagian batang ruji yang bisa bergerak bebas, harus dilapisi dengan bahan pencegah karat (korosi)Sesudah bahan pencegah korosi kering, maka bagian ini harus dilapisi dengan lapisan tipis pelumas (dengan cara penyapuan) segera sebelum ruji dipasang.Ujung batang ruji yang dapat bergerak bebas harus dilengkapi dengan topi / penutup ruji (pada expansion joint).Pelapis ruji dari jenis plastik yang telah teruji atau pralon yang tertutup dapat digunakan sebagai pengganti pelumas, atau penggunaan jenis pelapis lainnya yang dimaksudkan untuk mencegah lekatan dengan beton dan atau karat, dapat juga digunakan. Alat Transfer Beban (Load Transfer Devices)Bila digunakan ruji (dowel), maka harus dipasang sejajar dengan permukaan dan garis sumbu perkerasan beton, dengan memakai pengikat / penahan logam yang dibiarkan terpendam dalam perkerasan.Ujung ruji (dowel) harus dipotong rata. Ukuran bagian dowel yang harus dilapisi aspal atau pelumas lain harus sesuai yang tertera pada Gambar Rencana, agar bagian tersebut tidak ada lekatan dengan beton, diberi penutup (selubung) ruji dari logam yang disetujui, harus dipasang pada setiap batang ruji pada sambungan ekspansi. Penutup itu harus berukuran pas dengan batang ruji, dan bagian ujung yang tertutup harus tahan air.

Pemasangan Perlengkapan RujiPerlengkapan pemasangan ruji (berupa rangkaian dudukan/chair) harus ditempatkan pada lapis pondasi bawah atau tanah dasar yang sudah disiapkan.Perlengkapan pemasangan ruji arah melintang harus ditempatkan tegak lurus sumbu jalan, kecuali ditentukan lain pada Gambar Rencana. Sambungan dengan ruji yang diperlukan atau diijinkan untuk dipasang tegak lurus sumbu jalan, memerlukan pendetailan dan pemasangan yang sangat teliti guna menjamin pergerakan bebas. Ruji dipegang kuat pada posisi yang ditetapkan.Pada tikungan yang diperlebar, sambungan memanjang pada sumbu jalan harus sedemikian rupa sehingga penempatan sedapat mungkin mempunyai jarak yang sama dari tepi-tepi pelat.Sambungan harus dipasang pada garis dan elevasi yang diperlukan dan harus dipegang kuat pada posisinya dengan menggunakan patok-patok dengan peralatan atau dengan metode lainnya. Ruji harus dipasang sedemikian rupa sehingga berat beton selama pengecoran tidak akan mengganggu kedudukannya. Apabila sambungan dibuat secara bagian demi bagian maka sambungan tersebut harus merupakan kesatuan.Batang ruji harus diperiksa posisinya, segera setelah perlengkapan pemasangan sambungan dipasang pada tanah dasar atau lapis pondasi bawah dan sistem sambungan harus diperiksa untuk mengetahui apakah sudah terpegang kuat dan tidak ada perubahan posisi.Setiap sistem sambungan yang tidak terpegang kuat, harus diperbaiki. Kawat atau batang baja yang digunakan untuk mengikat perlengkapan pada waktu pengangkutan dan diperkirakan dapat menghambat penyusutan awal beton, harus disingkirkan sebelum beton dihampar.

c) PEKERJAAN TIEBAR 13 750, L = 65 cm

Sambungan Memanjang (Tie Bar) Fungsi sebagai unsliding and rotation device Lokasi di tengah tebal pelat dan tegak lurus as jalan. Lekat pada kedua sisi beton Berbentuk ulir, diameter yang digunakan D-13 mm.Sambungan Dan Tulangan Sambungan Memanjang dan MelintangSambungan (joint) dipasang pada perkerasan beton semen untuk mengendalikan penyebaran retakan akibat susut serta untuk menampung lenting pelat beton akibat perubahan suhu siang dan malam hari dan kelembaban.Sambungan melintang dapat berupa sambungan susut, sambungan muai dan juga sambungan pelaksanaan.Sambungan melintang dipasang tegak lurus sumbu jalan. Semua sambungan memanjang dan melintang harus dibuat sesuai dengan detail dan letak pada Gambar Rencana. Semua sambungan melintang harus dibuat segaris untuk seluruh lebar perkerasan. Bidang-bidang permukaan sambungan harus diusahakan tegak lurus terhadap bidang permukaan perkerasan. Dalam pembuatan sambungan, perhatian khusus perlu diberikan, guna menghindari ketidakrataan permukaan pada sambungan tersebut. Apabila pada sambungan diperlukan, maka harus digunakan mistar 3 m (10 ft) untuk menjamin kerataan pada sambungan tersebut. Pembentukan sambungan yang ditempatkan di depan perata (screed) dapat dibuat tenggelam (tip), sedangkan apabila ditempatkan di belakang perata dapat dipasang menonjol pada permukaan. Sambungan dengan lidah-alur, harus dicetak secara teliti dengan bahan cetakan yang cukup kuat agar didapat bentuk lidah-alur yang sempurna. Sambungan lidah-alur, dapat juga dibentuk secara sempurna dengan menggunakan mesin penghampar acuan gelincir. Apabila sambungan melintang dilakukan dengan cara menggergaji, maka penggergajian sambungan melintang harus diusahakan sebelum retak awal terjadi.Sambungan Memanjang (Longitudinal Joints)Batang baja ulir (deformed bar), sebagai batang pengikat (tie bars), dengan panjang, ukuran, dan jarak seperti yang ditentukan harus diletakkan tegak lurus sambungan memanjang memakai alat mekanik atau dipasang dengan besi dudukan (chair), untuk mencegah perubahan tempat. Batang pengikat tersebut tidak boleh di cat atau dilapisi aspal atau material lain atau dimasukkan tabung, kecuali untuk keperluan pelebaran nantinya. Bila tertera dalam Gambar Rencana dan bila lajur perkerasan yang berdekatan dilaksanakan terpisah, acuan baja harus digunakan untuk membentuk keyway (takikan) sepanjang sambungan memanjang. Tie bar dapat dibengkokkan dengan sudut tegak lurus acuan dari lajur yang dilaksanakan dan diluruskan kembali sampai posisi tertentu sebelum beton lajur yang berdekatan dihamparkan atau sebagai pengganti tie bar yang dibengkokkan dapat digunakan 2 batang tie bar yang disambung (two-piece connectors).Sambungan memanjang acuan (longitudinal form joint) terdiri dari takikan / alur ke bawah memanjang pada permukaan jalan. Sambungan tersebut harus dibentuk dengan alat mekanis atau dibuat secara manual dengan ukuran dan garis sesuai Gambar Rencana sewaktu beton masih mudah dibentuk. Alur ini harus diisi dengan kepingan (filler) material yang telah tercetak sebelumnya (premolded) atau dicor (poured) dengan material penutup sesuai yang disyaratkan.Sambungan memanjangtengah (longitudinal centre joint)harus dibuat sedemikian rupa sehingga ujungnya berhubungan dengan sambungan melintang (transverse joint), bila ada.Sambungan memanjang gergajian (longitudinal sawn joint) harus dibuat dengan pemotong beton dengan gergaji beton yang disetujui sampai kedalaman, lebar dan garis sesuai Gambar Rencana. Untuk menjamin pemotongan sesuai dengan garis pada Gambar Rencana, harus digunakan alat bantu atau garis bantu yang memadai. Sambungan memanjang ini harus digergaji sebelum berakhimya masa perawatan beton, atau segera sesudahnya sebelum peralatan atau kendaraan diperbolehkan memasuki perkerasan beton baru tersebut. Daerah yang akan digergaji harus dibersihkan dan sambungan harus segera diisi dengan material penutup (sealer) sesuai dengan yang disyaratkan.Sambungan memanjang tipe sisip permanen (longitudinal permanent insert type joints) harus dibentuk dengan menempatkan lembaran plastik yang tidak akan bereaksi secara kimiawi dengan bahan beton. Lebar lembaran ini harus cukup untuk membentuk bidang yang diperlemah dengan kedalaman sesuai Gambar Rencana. Sambungan dengan bentuk bidang lemah (weaken plane type joint) tidak perlu dipotong (digergaji). Ketebalan kepingan tidak boleh kurang dari 0,5 mm dan harus disisipkan memakai alat mekanis sehingga dijamin tetap berada pada posisi yang tepat. Ujung atas lembaran ini harus berada di bawah permukaan akhir (finished surface) perkerasan sesuai yang tertera pada Gambar Rencana.Kepingan sisipan ini tidak boleh rusak selama pemasangan atau karena pekerjaan finishing pada beton. Garis sambungan harus sejajar dengan garis sumbu (centre line) jalan dan jangan terlalu besar perbedaan kerataannya. Alat pemasangan mekanis harus menggetarkan beton selama kepingan itu disisipkan sedemikian rupa agar beton yang terganggu kembali rata sepanjang pinggiran kepingan tanpa menimbulkan segregasi.Sambungan Ekspansi Melintang (Transverse Expansion Joints)Filler (bahan pengisi) untuk sambungan ekspansi (expansion joint filler) harus menerus dari acuan ke acuan, dibentuk sesuai dengan tanah dasar, dan takikan sepanjang acuan. Filler sambungan pracetak (preform joint filler) harus disediakan dengan panjang yang sama dengan lebar jalan atau sama dengan lebar satu lajur. Filler yang rusak atau yang sudah diperbaiki tidak boleh digunakan, kecuali bila disetujui.Filler sambungan ini harus ditempatkan pada posisi vertikal. Alat bantu atau pemegang yang disetujui harus digunakan untuk menjaga agar filler tetap pada garis dan alinyemen yang semestinya selama penghamparan dan finishing beton. Perubahan posisi akhir sambungan tidak boleh lebih dari 5 mm pada alinyemen horisontalnya menurut garis lurus. Bila filler dipasang berupa bagian-bagian, maka di antara unit-unit yang berdekatan tidak boleh ada celah. Pada sambungan ekspansi itu tidak boleh ada sumbatan atau gumpalan beton.

Sambungan Kontraksi Melintang (Transverse Contraction Joints)Sambungan ini terdiri dari bidang-bidang yang diperlemah dengan membuat takikan / alur dengan penggergajian permukaan perkerasan, disamping itu bila tertera pada Gambar Rencana juga harus mencakup pasangan alat transfer beban (load transfer assembly).a.Sambungan Kontraksi Kepingan Melintang (Transverse Strip Contraction Joints)Sambungan ini harus dibentuk dengan memasang kepingan sebagaimana tertera pada Gambar Rencana.b. Takikan / Alur (Formed Grooves)Takikan ini harus dibuat dengan menekankan alat ke dalam beton yang masih plastis. Alat tersebut harus tetap di tempat sekurang-kurangnya sampai beton mencapai pengerasan awal, dan kemudian harus dilepas tanpa merusak beton di dekatnya, kecuali bila alat itu memang didesain untuk tetap terpasang pada sambungan.c.Sambungan Gergajian (Sawn Contraction Joints)Sambungan ini harus dibuat dengan membuat alur dengan gergaji pada permukaan perkerasan dengan lebar, kedalaman, jarak dan garis sesuai yang tercantum pada Gambar Rencana, dengan gergaji beton yang disetujui. Setelah sambungan digergaji, bekas gergajian dan permukaan beton yang berdekatan harus dibersihkan.Penggergajian harus dilakukan secepatnya setelah beton cukup keras agar penggergajian tidak menimbulkan keretakan, dan jangan lebih dari 18 jam setelah pemadatan akhir beton. Sambungan harus dibuat / dipotong sebelum terjadi retakan karena susut. Bila perlu, penggergajian dapat dilakukan pada waktu siang atau malam hari dalam cuaca apa pun. Penggergajian harus ditangguhkan bila di dekat tempat sambungan ada retakan. Penggergajian harus dihentikan bila retakan terjadi di depan gergajian. Bila retakan sulit dicegah ketika dimulai penggergajian, maka pembuatan sambungan kontraksi harus dibuat dengan takikan / alur sebelum beton mencapai pengeringan tahap awal sebagaimana dijelaskan di atas. Secara umum, penggergajian harus dilakukan berurutan.d.Sambungan Kontraksi Acuan Melintang (Tranverse Formed Contraction Joints)Sambungan ini harus sesuai dengan ketentuan untuk sambungan acuan longitudinal (longitudinal formed joints).e. Sambungan Konstruksi Melintang (Transverse Construction Joints)Sambungan ini harus dibuat bila pengecoran beton berhenti lebih dari 30 menit. Sambungan konstruksi melintang tidak boleh dibuat pada jarak kurang dari 3 m dari sambungan ekspansi, sambungan kontraksi, atau bidang yang diperlemah lainnya. Bila dalam waktu penghentian itu campuran beton tidak cukup untuk membuat perkerasan sepanjang minimum 3 m, maka kelebihan beton pada sambungan sebelumnya harus dipotong dan dibuang sesuai instruksi.Sambungan Pelaksanaan (Construction Joint)Sambungan pelaksanaan dengan lidah-alur biasanya digunakan pada sambungan arah memanjang (di antara jalur-jalur penghamparan yang terpisah) dapat dibentuk dengan cara acuan gelincir atau dengan baja cetakan standar.Apabila digunakan lapis pondasi bawah dengan stabilisasi, maka sambungan lidah alur dapat ditiadakan.Pada sambungan pelaksanaan dengan lidah-alur perlu disediakan tempat untuk pemasang batang pengikat. Apabila diperlukan atau diijinkan maka batang pengikat dapat menggunakan batang berulir atau batang pengikat jadi. Apabila digunakan batang pengikat yang dapat dibengkokkan dan diluruskan kembali, maka batang tersebut harus mengikuti persyaratan ASTM untuk menjamin bahwa tulangan dapat dibengkokkan dan diluruskan kembali tanpa mengalami kerusakan / pecah.Dengan demikian, apabila metoda tersebut disyaratkan, maka harus dilakukan langkah-langkah pencegahan untuk menjamin hasil yang baik. Salah satu cara untuk mencegah kerusakan batang pengikat akibat pembengkokan dan pelurusan kembali adalah sebagai berikut (lihat Gambar 7.1.4.).

d) PEKERJAAN BESI TULANGAN DOWEL DAN TIEBAR SUPPORTTulangan memanjang menggunakan besi polos sesuai dengan gambar bestek dengan mengacu pada mutu SNI ( Standart Nasional Indonesia )e) PEKERJAAN PEMASANGAN PLASTIK POLYTHENE T : 125 MIKRONLapisan bawah yang kedap air harus terdiri dari lembaran plastik yang kedap setebal 125 mikron. Air tidak boleh tergenang di atas membran, dan membran harus kedap air sepenuhnya waktu beton dicor. Lapisan bawah yang kedap air tidak boleh digunakan di bawah perkerasan jalan beton bertulang yang menerus.f) PEKERJAAN ASPHALT SEALENT ( JOINT SEALENT )Celah sambungan harus ditutup dengan bahan penutup yang disyaratkan, segera setelah perawatan selesai sebelum lalu-lintas diijinkan melewati perkerasan termasuk kendaraan Kontraktor. Bahan penutup harus dipasang dalam celah sambungan sesuai detail yang ditunjukkan pada Gambar Rencana. Pemasangan harus dilakukan sedemikian sehingga bahan penutup tidak melimpah atau mencuat diatas permukaan pelat. Setiap kelebihan bahan penutup pada permukaan plat harus segera disingkirkan dari permukaan pelat dan dibersihkan.Celah sambungan harus dibersihkan dari bahan-bahan asing sebelum bahan penutup dipasang. Semua bidang dalam celah sambungan harus bersih dari bahan-bahan lepas dan bila digunakan bahan penutup yang dituang panas, permukaan harus kering.Bahan penutup sambungan yang dibuang tidak boleh dituangkan pada suhu yang dapat menimbulkan ketidaksempurnaan pemasangan. Petunjuk dari pabrik pembuat bahan penutup harus diperhatikan.Jika digunakan penutup sambungan siap pakai, seperti neoprene (penutup jadi yang ditekan), maka bahan penutup harus dapat menyesuaikan lebarnya dengan lebar celah sambungan yang diperkirakan akan terjadi. Peralatan pemasangan harus menjamin bahwa bahan penutup tidak akan mulur lebih dari 5 % karena pemuluran yang lebih besar akan memperpendek umur bahan tersebut.g) PEKERJAAN GROOVINGSetelah sambungan dan tepian selesai, dan sebelum bahan perawatan (curing) dilakukan, permukaan beton harus dikasarkan dengan disikat melintang garis sumbu (centre line) jalan, atau dengan cara pembuatan alur (grooving) pada arah memanjang jalan.Pengkasaran yang dilakukan dengan menggunakan sikat kawat selebar tidak kurang dari 45 cm, dan panjang kawat sikat dalam keadaan baru adalah 10 cm dengan masing-masing untaian terdiri dari 32 kawat. Sikat hams terdiri dari 2 baris untaian kawat, yang diatur berselang-seling sehingga jarak masing-masing pusat untaian maksimum 1 cm. Sikat harus diganti bila bulu terpendek panjangnya sampai 9 cm. Kedalaman tekstur rata-rata tidak boleh kurang dari 0,75 mm.h) PEK. BEKISTING PLAT BESI T : 3 MM L : 60 M RANGKA BESI SIKU 30.30.3 @ 100 CM Pemasangan bekisting setelah diadakan pengukuran secara benar (kelurusan & kerataan) Elevasi top bekisting = elevasi top rencana jalan, toleransi perbedaan ketinggian maksimum 5 mm Bekisting terbuat dari besi plat 3 mm & sisi-sisinya diperkuat dengan besi siku L 30.30.3 dan setiap jarak 100 cm dipasang perkuatan siku L 30.30.3 Dipasang pasak 16 mm ketanah pada posisi perkuatan bekisting Bekisting harus bersih & dilapisi pelumas sebelum penegecoran Setelah pekerjaan selesai bekistng diserahkan kepada dinas terkait (Dinas PU Binamarga Kabupaten Mojokerto)

i) PEKERJAAN PENGECATANPekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan, hingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna. Pekerjaan ini meliputi pengecatan dowel dan harus dikerjakan oleh orang (tenaga kerja) yang memadai dibidangnya.j) PEKERJAAN SELONGSONG PIPA PVC DIAMETER 1 1/4"Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan, hingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna. Pekerjaan ini bertujuan untuk melindungi dowel dan mempermudah pelaksanaan pekerjaan dan harus dikerjakan oleh orang (tenaga kerja) yang memadai dibidangnya.

k) PEKERJAAN KAYU USUK 5 / 7Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan, hingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna. Pekerjaan ini bertujuan sebagai tempat dilatasi beton sehingga pada saat beton pecah berada pas diatas kayu dan diperkuat oleh tulangan melintang demi mempermudah pelaksanaan pekerjaan dan harus dikerjakan oleh orang (tenaga kerja) yang memadai dibidangnya.

l) PEKERJAAN CONGCRETE CUTTINGPekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, peralatan dan alat-alat bantu lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan, hingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna. Pekerjaan ini bertujuan untuk dilatasi sebelum dilaksanakan pekerjaan asphalt sealent pekerjaan harus dikerjakan oleh orang (tenaga kerja) yang memadai dibidangnya.

m) PEMBESIAN PLAT JEMBATANTulangan memanjang menggunakan besi ulir pada tulangan utama dan polos pada tulangan pembagi sesuai dengan gambar bestek dengan mengacu pada mutu SNI ( Standart Nasional Indonesia )

PEKERJAAN JALAN ASPAL

a) PEKERJAAN LAPIS PONDASI AGREGAT DENGAN CEMENT TREATMENT BASE (CTB)Umum Uraian1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan material, pencampuran di plant, pengangkutan, penghamparan, pemadatan, pembentukan permukaan (shaping), perawatan (curing), dan kegiatan insidentil yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan lapis Cement Treated Base (CTB), pelaksanaan lapis pondasi bawah (sub base course, aggregate base) dan lapisan diatasnya (Asphalt Base Course, Binder Course, Wearing Course) harus sesuai dengan Spesifikasi, garis, kelandaian, ketebalan dan penampang melintang sebagaimana tertera pada Gambar Rencana atau yang ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.

2. Secara umum material agregatnya harus terdiri dari batu pecah, harus kuat, keras, mudah dipadatkan, tahan gaya geser serta bebas dari material lunak, retak dan berongga. Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi ini1. Pemeliharaan dan Pengaturan Lalu Lintas: Seksi 1.82. Rekayasa Lapangan: Seksi 1.93. Bahan dan Penyimpanan: Seksi 1.114. Galian: Seksi 3.15. Timbunan: Seksi 3.26. Penyiapan Badan Jalan (Sub Grade Preparation): Seksi 3.37. Pelebaran Perkerasan: Seksi 4.18. Lapis Pondasi Agregat: Seksi 5.9. Lapis Beton Semen Pondasi Bawah CTSB: Seksi 5.510. Lapis Resap Pengikat (Prime Coat): Seksi 6.111. Campuran Aspal Panas: Seksi 6.312. Pemeliharaan Jalan Samping dan Jembatan: Seksi 10.2 Toleransi1. Toleransi ukuran untuk pekerjaan persiapan agregat base harus sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 3.3.1 (3) dari Spesifikasi ini.2. Tebal minimum Cement Treated Base (CTB) yang dihampar tidak kurang dari tebal yang disyaratkan. Tebal maksimum tidak boleh lebih besar dari 10 mm dari tebal yang di syaratkan.3. Tebal rata-rata pada potongan melintang dari survai lapangan harus tidak lebih atau kurang dari 10 % dari yang ditentukan.4. Apabila sebuah mal datar sepanjang 3 meter diletakkan pada permukaan jalan sejajar dan tegak lurus terhadap garis sumbu jalan, variasi permukaan yang ada tidak boleh melampaui 8 mm tiap 3 meter .5. Cement Treated Base (CTB) tidak boleh di hampar dengan tebal lapisan melebihi 15 cm tebal padat, dan tidak dalam lapisan kurang dari 7,5 cm tebal padat.6. Elevasi permukaan akhir tidak boleh berubah lebih dari 10 mm ke atas atau ke bawah dari elevasi rencana dalam setiap titik.7. Ukuran pada tepi lapisan Cement Treated Base (CTB) diukur dari garis sumbu rencana tidak boleh kurang dari yang tertera dalam Gambar Rencana.

Standart RujukanStandar referensi yang digunakan adalah :a. Standar Industri IndonesiaSII -13 1997:Portland Cementb. AASHTO1. AASHTOT 26 - 72: Quality of Water to be used in Concrete2. AASHTOT 104 - 77:Soundness of Aggregate by use or Sodium Sulphate3. AASHTOT 89 - 68:Determining the Liquid Limit of Soil4. AASHTOT 90 - 70:Determining the Plastic Limit and Plasticity Index of Soil5. AASHTOT 96 - 74:Resistance of Abrasion of Small Size Coarse Aggregate by use of the Los Angeles Machine6. AASHTOT 112 - 78:Clay Lump and Friable Particle in Aggregate7. AASHTOT 191 - 61:Density of Soil in Place by Sand Cone.8. AASHTOT 22 - 90:Compressive Strength of Cylindrical Concrete Specimen.9. AASHTOT 134 - 70:Moisture - Density Relations of Soil - Cement Mixtures10. AASHTOT 144 - 74:Cement Content of Soil Cement Mixtures11. AASHTOT 205 - 64:Density of Soil in Place by the Rubber-Balloon Method12. AASHTOT 224 - 67:Correction for Coarse Particles in the Soil Compaction Test13. AASHTOT 27 - 74:Sieve Analysis of Fine and Course Aggregates14. AASHTOT 147 - 65:Materials for aggregate and soil - aggregate subbase, base and surface courses.15. AASHTOM 81 - 70:Cut-back asphalt (rapid curing type)16. AASHTOM 82 - 70:Cut-back asphalt (medium curing type)17. AASHTOM 140 - 70:Emulsified asphalt18. AASHTOM 141 - 70:Slow curing liquid asphaltic road material19. AASHTOM 208 - 72:Cationic emulsified asphalt PersetujuanKontraktor harus mengajukan kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapat persetujuan terhadap :1. Hasil percobaan laboratorium dari agregat, termasuk sifat-sifat dan kualitas disesuaikan dengan Spesifikasi yang ada terlebih dahulu sebelum melaksanakan pekerjaan. Contoh-contoh harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan dan akan disimpan sebagai referensi selama pelaksanaan konstruksi. Kontraktor harus menyediakan tempat penyimpanan yang tahan terhadap air dan dapat di kunci di lapangan untuk menyimpan contoh sesuai dengan instruksi Direksi Pekerjaan.2. Data SurvaiSebelum memulai melaksanakan pekerjaan, semua data elevasi hasil survai lapangan harus diserahkan untuk ditandatangani oleh Direksi Pekerjaan, dan juga semua Gambar potongan melintang yang disyaratkan.3. Percobaan (Test) dan Kontrol Kualitas (Qualitv Control)Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap semua percobaan (test) dan kontrol kualitas (quality control) dari Cement Treated Base (CTB) dan menyerahkan semua hasil percobaan kepada Direksi Pekerjaan.

Cuaca Yang Diijinkan Untuk BekerjaCement Treated Base (CTB) tidak boleh dikerjakan pada waktu turun hujan atau ketika kondisi lapangan sedang basah/becek Perbaikan Terhadap Lapis Pondasi Agregat dengan Cement Treated Base (CTB) Yang Tidak Memenuhi Ketentuan.Atas instruksi Direksi Pekerjaan, Kontraktor harus memperbaiki Cement Treated Base (CTB) yang tidak memenuhi ketentuan sebagai diatur dalam spesifikasi maupun gambar konstruksi termasuk antara lain :

1) Berkaitan dengan ketebalan lapisan, kekuatan, kepadatan dan komposisi campuran.2) Tata cara perbaikan3) Apabila terjadi kegagalan Kontraktor dalam memenuhi ketentuan kualitas dan dimensi, maka Kontraktor harus mengkompensasikannya dengan penambahan tebal lapisan di atasnya (Asphalt Base Course, Binder atau Wearing Course).4) Apabila karena kualitas atau ketebalan lapisan Cement Treated Base (CTB) tidak dimungkinkan keberadaannya sebagai lapisan konstruksi, maka kontraktor harus melakukan pembongkaran dan penggantiannya.

Rencana Kerja dan Pengaturan Lalulintas1) Sebaiknya, 14 hari setelah penghamparan Cement Treated Base (CTB), penghamparan lapis penutup atas (Asphalt Base Course, Binder Course, Wearing Course) harus dilaksanakan2) Kontraktor harus menjamin bahwa di lokasi pekerjaan lalulintas tidak diijinkan lewat di atas Cement Treated Base (CTB), minimum 4 hari sesudah pemadatan terakhir dan mengalihkan lalu lintas dan membuat jalan alternatif.Bahan Semen Portland1. Semen harus sesuai dengan Standar Industri Indonesia, SII -13 -1977 Semen Tipe -1.2. Direksi Pekerjaan mempunyai hak melaksanakan percobaan material Semen untuk menjamin bahwa cara pengangkutan dan tempat penyimpanan tidak dapat merusak Semen.3. Semua semen harus disimpan terlebih dahulu di tempat penyimpanan dengan cara yang tepat/cocok AirAir harus sesuai dengan AASHTO T26 -27 dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Air harus bebas dari endapan dan dari zat yang merusak. AgregatSecara keseluruhan gradasi agregat harus dalam batasan seperti berikut

Saringan ASTM (mm)% lolos

5037,519,04,752,351,180,075

10095 10045 8025 508-300-80-5

Persyaratan lain dari agregat adalah sebagai berikut :

SifatAASHTO TestPersyaratan

Abrasion of coarse agregatPlasticity IndexLiquid LimitClay Lump and FriableParticle in AggregateT96 74T 90 70T 89 68T 112-78Maks. 35%Maks.6%Maks. 35%Maks.1%

Campuran Dan Takaran Campuran Cement Treated Base (CTB) terdiri dari agregat, semen dan air atas persetujuan Direksi Pekerjaan. Kadar semen harus ditentukan berdasarkan percobaan laboratorium (laboratory test) dan percobaon campuran (trial mix). Kadar air optimum harus ditentukan berdasarkan percobaan laboratorium. Rancangan CampuranKontraktor harus melakukon percobaon campuran (trial mix) dibawah pengawasan Kansultan Pengawas, untuk menentukan :1. Kuat tekan dari Cement Treated Base (CTB)2. Kadar semen yang dibutuhkan3. Kadar air optimum4. Berat isi campuran kering pada kadar air optimum Karakteristik Cement Treated Base (CTB)Campuran Cement Treated Base (CTB) akan berkaitan dengan ketentuan kuat tekan. Untuk mempersiapkan bahan/material untuk menempatkan percobaan campuran kedalam cetakan silinder dengan ukuran 150 mm x 300 mm, dalam tiga lapisan sesuai dengan AASHTO T 22 - 90.Selama proses penghamparan Cement Treated Base (CTB), percobaan silinder harus dilakukan berpasangan. Silinder dari setiap pasangan harus dilakukan percobaan kuat tekan pada umur 7 hari dan pada umur 21 hari.Pada awal pekerjaan, dan sampai saat Direksi Pekerjaan memerintahkan pengurangan jumlah silinder yang disyaratkan yaitu 6 silinder untuk setiap 1.000 m2 dari base atau bagian yang di hampar setiap hari.Apabila jumlahnya cukup dan hasil test silinder yang ada dapat memuaskan, Direksi Pekerjaan bisa memutuskan bahwa kualitas beton dapat diterima, Direksi Pekerjaan dapat mengurangi jumlah silinder menjadi tiga pasang untuk setiap 1.000 m2 dari bagian yang dihampar setiap harinya.Persyaratan kuat tekan (unconfine compressive strength) dari Cement Treated Base (CTB) (kg/cm2).

1. Silinder diameter 150 mm x 300 mm

Umur7 hari28 hari

Kuat Tekan (kg/cm2)78120

Percobaan Lapangan (Field Trials) Disain campuran dalam Pasal 5.6.3 (1) harus dicoba di lapangan dengan luas pekerjaan Cement Treated Base (CTB) 500 m2, dengan tebal berdasarkan instruksi dari Direksi Pekerjaan. Luas percobaan dari Cement Treated Base (CTB) harus mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Selama pelaksanaan pekerjaan, yang meliputi penghamparan, pemadatan, dan perawatan akan diawasi oleh Direksi Pekerjaan untuk memperoleh hasil yang memuaskan. Berdasarkan hasil percobaan lapangan sesudah 14 hari Direksi Pekerjaan dapat menyetujui Kontraktor untuk meneruskan pekerjaan atau menginstruksikan Kantraktor untuk membuat beberapa variasi percobaan yang lain.Penghamparan Dan Pencampuran Pencampuran dari Cement Treated Base (CTB) harus dengan peralatan continous mixing plant sistim ukuran berat untuk menjamin kebenaran porsi setiap bahan. Instalasi pencampuran harus dilengkapi dengan silo semen, tangki air (water tank), feeding and matering devices yang akan menyalurkan agregat, semen dan air kedalam mixer sesuai kuantitas yang dipersyaratkan dan campuran yang homogen. Waktu pencampuran Cement Treated Base (CTB) terhitung pada waktu air ditambahkan ke dalam campuran.Pengangkutan Cement Treated Base (CTB) harus diangkut dengan Dump Truck yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Jumlah dan kapasitas Dump Truck harus berdasarkan Jadwal Proyek dan kapasitas produksi alat pencampur (Mixer Plant).

Penghamparan Dan Pemadatan Persiapan Lapisan Pondasi Bawah (Sub Base)1. Lapisan Pondasi Bawah (Sub Base ) harus sesuai dengan Spesifikasi Seksi 5.1 termasuk, ketebalan, ukuran, elevasi, seperti terlihat pada Gambar.2. Permukaan Lapis Pondasi Bawah (Sub Base ) harus bersih dan rata. Penghamparan Cement Treated Base (CTB)Cement Treated Base (CTB) harus dihampar dan ditempatkan di atas perbaikan tanah dasar (sub grade), dengan metode mekanis, menggunakan alat high density screed paver dengan dual tamping rammer sesuai instruksi Direksi Pekerjaan, untuk mendapatkan kepadatan, toleransi kerataan dan kehalusan permukaan. Pemadatan1. Pemadatan Cement Treated Base (CTB) harus telah dimulai dilaksanakan paling lambat 60 menit semenjak pencampuran material dengan air.2. Campuran yang telah dihampar tidak boleh dibiarkan tanpa dipadatkan Iebih dari 30 menit .3. Kepadatan Cement Treated Base (CTB) setelah pemadatan harus mencapai kepadatan kering lebih dari 95% maksimum kepadatan kering sebagai ditentukan pada AASHTO T 134.4. Test kepadatan lapangan Cement Treated Base dilakukan berdasarkan AASHTO T 191, T 205 atau cara lain yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.5. Kadar air pada waktu pemadatan minimal sama dengan kadar air optimum dan maksimal sama dengan kadar air optimum 2 %.6. Pemadatan harus telah selesai dalam waktu 120 menit semenjak semen dicampur dengan air. Perawatan (Curing)Segera setelah pemadatan terakhir dan atas usul Direksi Pekerjaan bila permukaan telah cukup kering harus ditutup dengan menggunakan:1. Lembaran plastik atau terpal untuk menjaga penguapan air dalam campuran.2. Penyemprotan dengan Bituminous Emulsi CSS-l dengan batasan pemakaian antara 0,35 -0,50 liter per meter persegi.3. Metode lain yang bertujuan melindungi Cement Treated Base (CTB) adalah dengan karung goni yang dibasahi air selama masa perawatan (curing).

Pengendalian Mutu (Quality Control) Kontraktor harus menyerahkan sekurang-kurangnya 3 contoh agregat dari sumber yang berbeda kepada Direksi Pekerjaan. Semua material ini akan digunakan untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Percobaan/uji material harus dilakukan untuk setiap 1.000 meter kubik Cement Treated Base (CTB). Disamping kepadatan dan kadar air campuran, campuran harus diuji kadar semen dalam campuran, sesuai dengan AASHTO T 144 -86.

Pengukuran Dan Pembayaran Metode PengukuranCement Treated Base (CTB) dibayar berdasarkan meter kubik padat sesuai dengan ukuran yang ada pada potongan melintang & memanjang dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Pembayaran Perbaikan PekerjaanPembayaran terhadap bagian pekerjaan yang mengalami perbaikan atau dalam batas-batas tertentu tidak memenuhi persyaratan, tidak boleh merugikan pemilik pekerjaan. Dasar PembayaranKuantitas yang disetujui dapat dibayar sesuai Harga Kontrak yaitu per meter kubik, sesuai dengan daftar Mata Pembayaran dibawah ini dan dapat dilihat dalam Daftar Penawaran.Harga Satuan sudah termasuk kompensasi penuh untuk pencampuran, pengangkutan, penghamparan/penempatan, pemadatan, pemeliharaan, finising, testing dan perbaikan permukaan termasuk pengaturan lalulintas dan semua kebutuhan pengeluaran lainnya yang lazim dan pantas untuk menyelesaikan keseluruhan dari pekerjaan yang ditentukan dalam Pasal ini.

Nomor MataPembayaranUraianSatuanPengukuran

5.6. (1)Lapis Pondasi Agregat Dengan Cement Treated Base (CTB)

Meter kubik

b) PEKERJAAN LAPIS RESAP PENGIKAT DAN LAPIS PEREKATUmum UraianPekerjaan ini harus mencakup penyediaan dan penghamparan bahan aspal pada permukaan yang telah disiapkan sebelumnya untuk pemasangan lapisan beraspal berikutnya. Lapis Resap Pengikat harus dihampar di atas permukaan pondasi tanpa bahan pengikat aspal atau semen (misalnya Lapis Pondasi Agregat), sedangkan Lapis Perekat harus dihampar di atas permukaan berbahan pengikat semen atau aspal(seperti Semen Tanah, RCC, CTB, Perkerasan Beton, Lapis Penetrasi Macadam, Laston, Lataston dll) Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi ini Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas:Seksi 1.8

Rekayasa Lapangan:Seksi 1.9

Bahan dan Penyimpanan:Seksi 1.11

Pengamanan Lingkungan Hidup:Seksi 1.17

Keselamatan dan Kesehatan Kerja: Seksi 1.19

Pelebaran Perkerasan:Seksi 4.1

Bahu Jalan:Seksi 4.2

Lapis Pondasi Agregat:Seksi 5.1

Lapis Pondasi Semen Tanah:Seksi 5.4

Campuran Aspal Panas:Seksi 6.3

Lasbutag dan Latasbusir:Seksi 6.4

Campuran Aspal Dingin:Seksi 6.5

Pengembalian Kondisi Perkerasan Lama:Seksi 8.1

Pengembalian Kondisi Bahu Jalan Lama pada Jalan Ber-penutup Aspal:Seksi 8.2

Standart RujukanStandar Nasional Indonesia (SNI) :

SNI 03-2432-1991:Metode Pengujian Daktilitas Bahan Bahan Aspal

SNI 03-2434-1991:Metode Pengujian Titik Lembek Aspal dan Ter

SNI 06-2456-1991:Metode Pengujian Penetrasi Bahan Bahan Bitumen

SNI 03-3642-1994:Metode Pengujian Kadar Residu Aspal Emulsi dengan Penyulingan.

SNI 03-3643-1994:Aspal Emulsi Tertahan Saringan No. 20

SNI 03-3644-1994:Metode Pengujian Jenis Muatan Partikel Aspal Emulsi

SNI 03-4798-1998:Spesifikasi Aspal Emulsi Kationik

SNI 03-6721-2002:Metode Pengujian Kekentalan Aspal Cair dan Aspal Emulsi dengan Alat Saybolt

SNI 06-6832-2002:Spesifikasi Aspal Emulsi Anionik

AASHTO :

AASHTO M20 - 70:Penetration Graded Asphalt Cement

AASHTO M140 - 88:Emulsified Asphalt

ASTM :

ASTM D 244:Standard Test Methode and Practices for Emulsified Asphalts

Brirish Standards :

BS 3403:Industrial Tachometers

Kondisi Cuaca Yang Diijinkan BekerjaLapisan Resap Pengikat harus disemprot hanya pada permukaan yang kering atau mendekati kering, dan Lapis Perekat harus disemprot hanya pada permukaan yang benar-benar kering. Penyemprotan Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat tidak boleh dilaksanakan waktu angin kencang, hujan atau akan turun hujan Mutu Pekerjaan dan Perbaikan dari Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi KetentuanLapisan yang telah selesai harus menutup keseluruhan permukaan yang dilapisi dan tampak merata, tanpa adanya bagian-bagian yang beralur atau kelebihan aspal.Untuk Lapis Perekat, harus melekat dengan cukup kuat di atas permukaan yang disemprot. Untuk penampilan yang kelihatan berbintik-bintik, sebagai akibat dari bahan aspal yang didistribusikan sebagai butir-butir tersendiri dapat diterima asalkan penampilannya kelihatan rata dan keseluruhan takaran pemakaiannya memenuhi ketentuan.Untuk Lapis Resap Pengikat, setelah proses pengeringan, bahan aspal harus sudah meresap ke dalam lapis pondasi, meninggalkan sebagian bahan aspal yang dapat ditunjukkan dengan permukaan berwarna hitam yang merata dan tidak berongga (porous). Tekstur untuk permukaan lapis pondasi agregat harus rapi dan tidak boleh ada genangan atau lapisan tipis aspal atau aspal tercampur agregat halus yang cukup tebal sehingga mudah dikupas dengan pisau.Perbaikan dari Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat yang tidak memenuhi ketentuan harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, termasuk pembuangan bahan yang berlebihan, penggunaan bahan penyerap (blotter material), atau penyemprotan tambahan seperlunya. Setiap kerusakan kecil pada Lapis Resap Pengikat harus segera diperbaiki menurut Seksi 8.1 dan Seksi 8.2 dari Spesifikasi ini. Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan agar lubang yang besar atau kerusakan lain yang terjadi dibongkar dan dipadatkan kembali atau penggantian lapisan pondasi diikuti oleh pengerjaan kembali Lapis Resap Pengikat. Pengajuan Kesiapan KerjaPenyedia Jasa harus mengajukan hal-hal berikut ini kepada Direksi Pekerjaan :1. Lima liter contoh dari setiap bahan aspal yang diusulkan oleh Penyedia Jasa untuk digunakan dalam pekerjaaan dilengkapi sertifikat dari pabrik pembuat-nya dan hasil pengujian seperti yang disyaratkan dalam Pasal 1.11.1.(3).(c), diserahkan sebelum pelaksanaan dimulai. Sertifikat tersebut harus menjelas-kan bahwa bahan aspal tersebut memenuhi ketentuan dari Spesifikasi dan jenis yang sesuai untuk bahan Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat, seperti yang ditentukan pada Pasal 6.1.2 dari Spesifikasi ini.2. Catatan kalibrasi dari semua instrumen dan meteran pengukur dan tongkat celup ukur untuk distributor aspal, seperti diuraikan dalam Pasal 6.1.3.(3) dan 6.1.3.(4) dari Spesifikasi ini, yang harus diserahkan paling lambat 30 hari sebelum pelaksanaan dimulai. Tongkat celup ukur, alat instrumen dan meteran pengukur harus dikalibrasi sampai memenuhi akurasi, toleransi ketelitian dan ketentuan seperti diuraikan dalam Pasal 6.1.3.(4) dari Spesifikasi ini dan tanggal pelaksanaan kalibrasi harus tidak melebihi satu tahun sebelum pelaksanaan dimulai.3. Grafik penyemprotan harus memenuhi ketentuan Pasal 6.1.3.(5) dari Spesifikasi ini dan diserahkan sebelum pelaksanaan dimulai.4. Contoh-contoh bahan yang dipakai pada setiap hari kerja harus dilaksanakan sesuai dengan Pasal 6.1.6 dari Spesifikasi ini. Laporan harian untuk pekerjaan pelaburan yang telah dilakukan dan takaran pemakaian bahan harus memenuhi ketentuan Pasal 6.1.6 dari Spesifikasi ini

Kondisi Tempat Kerja1. Pekerjaan harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga masih memungkinkan lalu lintas satu lajur tanpa merusak pekerjaan yang sedang dilaksanakan dan hanya menimbulkan gangguan yang minimal bagi lalu lintas.2. Bangunan-bangunan dan benda-benda lain di samping tempat kerja (struktur, pepohonan dll.) harus dilindungi agar tidak menjadi kotor karena percikan aspal.3. Bahan aspal tidak boleh dibuang sembarangan kecuali ke tempat yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.4. Penyedia Jasa harus melengkapi tempat pemanasan dengan fasilitas pencegahan dan pengendalian kebakaran yang memadai, juga pengadaan dan sarana pertolongan pertama. Pengendalian Lalu Lintas1. Pengendalian lalu lintas harus memenuhi ketentuan Seksi 1.8, Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas dan Pasal 6.1.5 dari Spesifikasi ini.2. Penyedia Jasa harus bertanggung jawab terhadap dampak yang terjadi bila lalu lintas yang dijinkan lewat di atas Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat yang baru dikerjakanBahan Lapis Resap PengikatBahan aspal untuk Lapis Resap Pengikat haruslah salah satu dari berikut ini :1. Aspal emulsi reaksi sedang (medium setting) atau reaksi lambat (slow setting) yang memenuhi SNI 03-4798-1998. Umumnya hanya aspal emulsi yang dapat menunjukkan peresapan yang baik pada lapis pondasi tanpa pengikat yang disetujui. Aspal emulsi harus mengandung residu hasil penyulingan minyak bumi (aspal dan pelarut) tidak kurang dari 60 % dan mempunyai penetrasi aspal tidak kurang dari 80/100. Direksi Pekerjaan dapat mengijinkan penggunaan aspal emulsi yang diencerkan dengan perbandingan 1 bagian air bersih dan 1 bagian aspal emulsi dengan syarat tersedia alat pengaduk mekanik yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan. 2. Aspal semen Pen.80/100 atau Pen.60/70, memenuhi AASHTO M20, diencerkan dengan minyak tanah (kerosen). Proporsi minyak tanah yang digunakan sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, setelah percobaan di atas lapis pondasi atas yang telah selesai sesuai dengan Pasal 6.1.4.(2). Kecuali diperintah lain oleh Direksi Pekerjaan, perbandingan pemakaian minyak tanah pada percobaan pertama harus dari 80 85 bagian minyak per 100 bagian aspal semen (80 pph 85 pph) kurang lebih ekivalen dengan viskositas aspal cair hasil kilang jenis MC-30).3. Pemilihan jenis aspal emulsi yang digunakan, kationik atau anionik, harus sesuai dengan muatan batuan lapis pondasi. Gunakan aspal emulsi kationik bila agregat untuk lapis pondasi adalah agregat basa (bermuatan negatif) dan gunakan aspal emulsi anionik bila agregat untuk lapis pondasi adalah agregat asam (bermuatan positif). Bila ada keraguan atau bila bila aspal emulsi anionik sulit didapatkan, Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan untuk menggunakan aspal emulsi kationik.4. Bilamana lalu lintas diijinkan lewat di atas Lapis Resap Pengikat maka harus digunakan bahan penyerap (blotter material) dari hasil pengayakan kerikil atau batu pecah, terbebas dari butiran-butiran berminyak atau lunak, bahan kohesif atau bahan organik. Tidak kurang dari 98 persen harus lolos ayakan ASTM 3/8 (9,5 mm) dan tidak lebih dari 2 persen harus lolos ayakan ASTM No.8 (2,36 mm). Lapis PerekatBahan aspal untuk Lapis Perekat haruslah salah satu dari berikut ini :1. Aspal emulsi reaksi cepat (rapid setting) yang memenuhi ketentuan SNI 03-6932-2002 atau SNI 03-4798-1998. Direksi Pekerjaan dapat mengijinkan penggunaan aspal emulsi yang diencerkan dengan perbandingan 1 bagian air bersih dan 1 bagian aspal emulsi dengan syarat tersedia alat pengaduk mekanik yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan..2. Aspal semen Pen.60/70 atau Pen.80/100 yang memenuhi ketentuan AASHTO M20, diencerkan dengan 25 - 30 bagian minyak tanah per 100 bagian aspal (25 pph 30 pph).3. Jika digunakan aspal emulsi modifikasi, jenis aspal emulsi yang digunakan adalah jenis kationik reaksi cepat (rapid setting). Bahan modifikasi yang digunakan haruslah latex dengan kandungan karet kering minimum 60 %. Kadar bahan modifikasi dalam aspal emulsi haruslah 2-3 % terhadap berat residu aspal. Dalam kondisi apapun, aspal emulsi modifikasi tidak boleh diencerkan di lapangan. Aspal emulsi modifikasi yang digunakan (CRS-1) yang digunakan harus memenuhi Tabel 6.1.2.(1).

Tabel 6.1.2.(1) Persyaratan Aspal Emulsi Modifikasi

No.PengujianMetodePersyaratan

1.Viskositas Aspal pada 50 oC, SSF (detik)SNI 03-6721-200220 100

2.Pengendapan 5 hari (% berat)ASTM D 244Maks 5

3.Stabilitas Penyimpanan 24 jam (% berat)ASTM D 244Maks 1

4.Analisa Saringan (tertahan saringan no. 20) (% berat)SNI 03-3643-1994Maks 0,1

5.Muatan PartikelSNI 03-3644-1994Positif

6.Sisa (residu) Minimum Destilasi (%)SNI 03-3642-1994Min 60

7.Destilasi Minyak (% volume)SNI 03-3642-1994Maks 3

8.Pengujian dari hasil pengujian destilasi: Penetrasi Titik Lembek (oC) Daktilitas (cm) Kelarutan dalam Toluene (% berat)SNI 06-2456-1991SNI 06-2434-1991SNI 06-2432-1991ASTM D5546100 200Min 48 Min 50 Min 97,5

4. Bila lapis perekat dipasang di atas lapis beraspal atau berbahan pengikat aspal, gunakan aspal emulsi kationik. Bila lapis perekat dipasang di atas perkerasan beton atau berbahan pengikat semen, gunakan aspal emulsi anionik. Bila ada keraguan atau bila bila aspal emulsi anionik sulit didapatkan, Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan untuk menggunakan aspal emulsi kationik.Tabel 6.1.2.(1) Persyaratan Aspal Emulsi Modifikasi

Peralatan Ketentuan UmumPenyedia Jasa harus melengkapi peralatannya terdiri dari penyapu mekanis dan atau kompresor, distributor aspal, peralatan untuk memanaskan bahan aspal dan peralatan yang sesuai untuk menyebarkan kelebihan bahan aspal Distributor Aspal Batang Semprot1) Distributor aspal harus berupa kendaraan beroda ban angin yang bermesin penggerak sendiri, memenuhi peraturan keamanan jalan. Bilamana dimuati penuh maka tekanan ban pada pengoperasian dengan kecepatan penuh tidak boleh melampaui tekanan yang direkomendasi pabrik pembuatnya.2) Alat penyemprot, harus dirancang, diperlengkapi, dipelihara dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga bahan aspal dengan panas yang sudah merata dapat disemprotkan secara merata dengan berbagai variasi lebar permukaan, pada takaran yang ditentukan dalam rentang 0,15 sampai 2,4 liter per meter persegi.3) Distributor aspal harus dilengkapi dengan batang semprot sehingga dapat mensirkulasikan aspal secara penuh yang dapat diatur ke arah horisontal dan vertikal. Batang semprot harus terpasang dengan jumlah minimum 24 nosel, dipasang pada jarak yang sama yaitu 10 1 cm. Distributor aspal juga harus dilengkapi pipa semprot tangan. PerlengkapanPerlengkapan distributor aspal harus meliputi sebuah tachometer (pengukur kecepatan putaran), meteran tekanan, tongkat celup yang telah dikalibrasi, sebuah termometer untuk mengukur temperatur isi tangki, dan peralatan untuk mengukur kecepatan lambat. Seluruh perlengkapan pengukur pada distributor harus dikalibrasi untuk memenuhi toleransi yang ditentukan dalam Pasal 6.1.3.(4) dari Spesifikasi ini. Selanjutnya catatan kalibrasi yang teliti dan memenuhi ketentuan tersebut harus diserahkan kepada Direksi Pekerjaan Toleransi Peralatan Distributor AspalToleransi ketelitian dan ketentuan jarum baca yang dipasang pada distributor aspal dengan batang semprot harus memenuhi ketentuan berikut iniKetentuan dan Toleransi Yang Dijinkan

Tachometer pengukur kecepatan kendaraan: 1,5 persen dari skala putaran penuh sesuai ketentuan BS 3403

Tachometer pengukur kecepatan putaran pompa: 1,5 persen dari skala putaran penuh sesuai ketentuan BS 3403

Pengukur suhu: 5 C, rentang 0 - 250 C, minimum garis tengah arloji 70 mm

Pengukur volume atau tongkat celup: 2 persen dari total volume tangki, nilai maksimum garis skala Tongkat Celup 50 liter.

Grafik Penyemprotan dan Buku Petunjuk PelaksanaaanDistributor aspal harus dilengkapi dengan Grafik Penyemprotan dan Buku Petunjuk Pelaksanaan yang harus disertakan pada alat semprot, dalam keadaan baik, setiap saat.Buku petunjuk pelaksanaan harus menunjukkan diagram aliran pipa dan semua petunjuk untuk cara kerja alat distributor.Grafik Penyemprotan harus memperlihatkan hubungan antara kecepatan dan jumlah takaran pemakaian aspal yang digunakan serta hubungan antara kecepatan pompa dan jumlah nosel yang digunakan, berdasarkan pada keluaran aspal dari nosel. Keluaran aspal pada nosel (liter per menit) dalam keadaan konstan, beserta tekanan penyemprotanya harus diplot pada grafik penyemprotanGrafik Penyemprotan juga harus memperlihatkan tinggi batang semprot dari permukaan jalan dan kedudukan sudut horisontal dari nosel semprot, untuk menjamin adanya tumpang tindih (overlap) semprotan yang keluar dari tiga nosel (yaitu setiap lebar permukaan disemprot oleh semburan tiga nosel). Kinerja Distributor Aspal1) Penyedia Jasa harus menyiapkan distributor lengkap dengan perlengkapan dan operatornya untuk pengujian lapangan dan harus menyediakan tenaga-tenaga pembantu yang dibutuhkan untuk tujuan tersebut sesuai perintah Direksi Pekerjaan. Setiap distributor yang menurut pendapat Direksi Pekerjaan kinerjanya tidak dapat diterima bila dioperasikan sesuai dengan Grafik Takaran Penyemprotan dan Buku Petunjuk Pelaksanaan atau tidak memenuhi ketentuan dalam Spesifikasi dalam segala seginya, maka peralatan tersebut tidak diperkenankan untuk dioperasikan dalam pekerjaan. Setiap modifikasi atau penggantian distributor aspal harus diuji terlebih dahulu sebelum digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.

2) Penyemprotan dalam arah melintang dari takaran pemakaian aspal yang dihasilkan oleh distributor aspal harus diuji dengan cara melintaskan batang semprot di atas bidang pengujian selebar 25 cm x 25 cm yang terbuat dari lembaran resap yang bagian bawahnya kedap, yang beratnya harus ditimbang sebelum dan sesudah disemprot. Perbedaan berat harus dipakai dalam menentukan takaran aktual pada tiap lembar dan perbedaan tiap lembar terhadap takaran rata-rata yang diukur melintang pada lebar penuh yang telah disemprot tidak boleh melampaui 15 persen takaran rata-rata.

3) Ketelitian yang dapat dicapai distributor aspal terhadap suatu takaran sasaran pemakaian alat semprot harus diuji dengan cara yang sama dengan pengujian distribusi melintang pada butir (b) di atas. Lintasan penyemprotan minimum sepanjang 200 meter harus dilaksanakan dan kendaraan harus dijalankan dengan kecepatan tetap sehingga dapat mencapai takaran sasaran pemakaian yang telah ditentukan lebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan. Dengan minimum 5 penampang melintang yang berjarak sama harus dipasang 3 kertas resap yang berjarak sama, kertas tidak boleh dipasang dalam jarak kurang dari 0,5 meter dari tepi bidang yang disemprot atau dalam jarak 10 m dari titik awal penyemprotan. Takaran pemakaian, yang diambil sebagai harga rata-rata dari semua kertas resap tidak boleh berbeda lebih dari 5 persen dari takaran sasaran. Sebagai alternatif, takaran pemakaian rata-rata dapat dihitung dari pembacaan tongkat ukur yang telah dikalibrasi, seperti yang ditentukan dalam Pasal 6.1.4.(3).(g) dari Spesifikasi ini. Untuk tujuan pengujian ini minimum 70 persen dari kapasitas distributor aspal harus disemprotkan.

Peralatan Penyemprot Aspal Tangan (Hand Sprayer)Bilamana diijinkan oleh Direksi Pekerjaan maka penggunaan perlatan penyemprot aspal tangan dapat dipakai sebagai pengganti distributor aspal.Perlengkapan utama peralatan penyemprot aspal tangan harus selalu dijaga dalam kondisi baik, terdiri dari : Tangki aspal dengan alat pemanas; Pompa yang memberikan tekanan ke dalam tangki aspal sehingga aspal dapat tersemprot keluar; Batang semprot yang dilengkapi dengan lubang pengatur keluarnya aspal (nosel).Pelaksanaan Pekerjaan Penyiapan Permukaan Yang Akan Disemprot Aspal1. Apabila pekerjaan Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat akan dilaksanakan pada permukaan perkerasan jalan yang ada atau bahu jalan yang ada, semua kerusakan perkerasan maupun bahu jalan harus diperbaiki menurut Seksi 8.1 dan Seksi 8.2 dari Spesifikasi ini.2. Apabila pekerjaan Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat akan dilaksanakan pada perkerasan jalan baru atau bahu jalan baru, perkerasan atau bahu itu harus telah selesai dikerjakan sepenuhnya, menurut Seksi 4.1, 4.2, 5.1, 5.4, 6.3, 6.4, atau 6.6 dari Spesifikasi ini yang sesuai dengan lokasi dan jenis permukaan yang baru tersebut.3. Untuk lapis resap pengikat, jenis aspal emulsi yang digunakan harus mengacu pada Pasal 6.1.2.1. dan Untuk lapis perekat, jenis aspal emulsi yang digunakan harus mengacu pada Pasal 6.1.2.2.4. Permukaan yang akan disemprot itu harus dipelihara menurut standar butir (a) dan butir (b) di atas sebelum pekerjaan pelaburan dilaksanakan.5. Sebelum penyemprotan aspal dimulai, permukaan harus dibersihkan dengan memakai sikat mekanis atau kompresor atau kombinasi keduanya. Bilamana peralatan ini belum dapat memberikan permukaan yang benar-benar bersih, penyapuan tambahan harus dikerjakan manual dengan sikat yang kaku.6. Pembersihan harus dilaksanakan melebihi 20 cm dari tepi bidang yang akan disemprot.7. Tonjolan yang disebabkan oleh benda-benda asing lainnya harus disingkirkan dari permukaan dengan memakai penggaru baja atau dengan cara lainnya yang telah disetujui atau sesuai dengan perintah Direksi Pekerjaan dan bagian yang telah digaru tersebut harus dicuci dengan air dan disapu.8. Untuk pelaksanaan Lapis Resap Pengikat di atas Lapis Pondasi Agregat Kelas A, permukaan akhir yang tel