PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

132
STRUKTURALISME GENETIK DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN NOVEL YASMIN KARYA DIYANA MILLAH ISLAMI THE GENETIC STRUCTURALISM IN NOVEL THE DREAMER BY ANDREA HIRATA AND NOVEL YASMIN BY DIYANA MILLAH ISLAMI Tesis Oleh: NASHRAH AMIN Nomor Induk Mahasiswa : 04.07.735.2012 PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2014

Transcript of PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

Page 1: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

STRUKTURALISME GENETIK DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA

DAN NOVEL YASMIN KARYA DIYANA MILLAH ISLAMI

THE GENETIC STRUCTURALISM IN NOVEL THE DREAMER BY ANDREA HIRATA AND NOVEL

YASMIN BY DIYANA MILLAH ISLAMI

Tesis

Oleh:

NASHRAH AMIN Nomor Induk Mahasiswa : 04.07.735.2012

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2014

Page 2: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

STRUKTURALISME GENETIK

DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA

DAN NOVEL YASMIN KARYA DIYANA MILLAH ISLAMI

TESIS

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Magister

Program Studi

Magister Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia

Kekhususan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Disusun dan Diajukan oleh

NASHRAH AMIN Nomor Induk Mahasiswa : 04.07.735.2012

Kepada

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2014

Page 3: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

TESIS

STRUKTURALISME GENETIK DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA

DAN NOVEL YASMIN KARYA DIYANA MILLAH ISLAMI

yang disusun dan diajukan oleh

NASHRAH AMIN NIM. 04.07.735.2012

Telah dipertahankan di hadapan Panitia Ujian Tesis

Pada tanggal 18 Juni 2014

Menyetujui Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. H. M. Ide Said D. M., M. Pd. Dr. Siti Aida Azis, M. Pd.

Mengetahui

Direktur Program Pascasarjana Ketua Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Prof. Dr. H. M. Ide Said D.M., M.Pd. Dr. Abd. Rahman Rahim, M.Hum. NBM. 988 463 NBM. 922 699

Page 4: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI

Judul : Strukturalisme Genetik dalam Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata dan Novel Yasmin Karya Diyana Millah Islami

Nama Mahasiswa : Nashrah Amin Nim : 04. 07. 735. 2012 Program Studi : Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Konsentrasi : -

Telah diuji dan dipertahankan di depan Panitia Penguji Tesis pada Tanggal 18

Juni 2014 dan dinyatakan telah memenuhi persyaratan dan dapat diterima sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia pada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, 18 Juni 2014

Tim Penguji :

Prof. Dr. H. M. Ide Said D.M., M.Pd. ……..………………………..

(Ketua/Pembimbing/Penguji) Dr. Siti Aida Azis, M.Pd. ……………………………… (Sekretaris/Pembimbing/Penguji) Dr. Abd. Rahman Rahim, M.Hum. ……………………………… (Penguji) Dr. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum. ………………………………. (Penguji)

Page 5: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Nashrah Amin

Nomor Pokok : 04. 07. 735. 2012

Program Studi : Bahasa dan Sastra Indonesia

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-benar

merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau

pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa

sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima

sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, 18 Juni 2014

Yang menyatakan,

Nashrah Amin

Page 6: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt atas segala karunia-Nya

sehingga tesis yang berjudul Strukturalisme Genetik dalam Novel Sang Pemimpi

Karya Andrea Hirata dan Novel Yasmin Karya Diyana Millah Islami sebagai

salah satu syarat meraih gelar magister dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini

disebabkan oleh keterbatasan kemampuan penulis dan berbagai hambatan serta

kendala yang kadangkala menjadi rintangan dalam menyelasaikan tesis ini. Oleh

karena itu, sewajarnya jika penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan

yang sebesar-besarnya kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas

Muhammadiyah Makassar, sekaligus sebagai pembimbing I

Prof. Dr. M. Ide Said, D.M., M. Pd. dan kepada Dr. Siti. Aida Aziz, M.Pd.

pembimbing II, yang telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk senantiasa

membimbing penulis dengan penuh keikhlasan selama proses penyelesaian tesis

ini.

Tak lupa penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya

disampaikan kepada segenap sivitas akademika Program Magister Pendidikan

Bahasa Indonesia Universitas Muhammadiyah Makassar, para dosen dan staf

administrasi, yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis baik pada

waktu perkuliahan, penelitian, maupun pada saat penulisan tesis.

Ucapan terima kasih pula penulis sampaikan kepada teman-teman

mahasiswa seperjuangan Angkatan 2012 dari Program Studi Pendidikan Bahasa

Page 7: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

Sastra Indonesia yang telah banyak memberikan dukungan, semangat dan kerja

sama penuh persahabatan selama proses perkuliahan. Ucapan terima kasih yang

tak terhingga penulis ucapkan kepada almarhum ayahanda dan ibunda tercinta,

yang telah memberikan motivasi, cinta, doa dan dukungannya yang tulus tak

terhingga, serta semua saudara, dan seluruh keluarga, yang telah memberikan

bantuan dan motivasi.

Tak lupa pula ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada kepala sekolah

tempat penulis mengabdikan diri sebagai pendidik, yang telah memberikan

kesempatan untuk mengembangkan diri menempuh pendidikan, dan seluruh rekan

guru yang telah banyak membantu dan memberi masukan dan tak pernah lelah

bersama-sama berjuang memberikan ilmunya kepada para siswa. Terima kasih pula

yang tak terhingga penulis ucapkan kepada sahabat-sahabatku, yang telah banyak

membantu dan menemani dalam segala kesulitan, memberikan dorongan serta

motivasi bagi penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya akan berbagai keterbatasan dalam penulisan

tesis ini. Oleh karena itu, penulis dengan rendah hati menerima saran dan kritikan

yang bersifat membangun dari para pembaca demi kesempurnaan tesis ini. Akhirnya

penulis berharap agar tesis ini dapat bermanfaaat bagi peningkatan mutu

pendidikan. Amin.

Makassar, Juni 2014

Penulis

Page 8: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

ABSTRAK

Nashrah Amin, 2014, Strukturalisme Genetik dalam Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata dan Novel Yasmin Karya Diyana Millah Islami. (didimbing oleh H.M. Ide Said DM dan Siti Aida Azis).

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis struktur instrinsik yang membangun novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata dan novel Yasmin Karya Diyana Millah Islami, mendeskripsikan kondisi eksternal dan pandangan sosial kelompok dalam novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata dan novel Yasmin Karya Diyana Millah Islami.

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Data penelitian ini adalah unsur-unsur instrinsik (tokoh/penokohan, tema, amanat, alur/plot, latar/setting, sudut pandang). Unsur ekstrinsik (ekonomi, kebudayaan, politik, keagamaan, tata nilai masyarakat), pandangan sosial kelompok (latar belakang sosial pengarang dan sosial budaya). Yang menjadi sumber data adalah novel Sang Pemimpi berjumlah 288 halaman dan novel Yasmin berjumlah 263 halaman yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka Yogyakarta.

Strukturalisme genetik terhadap novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dan novel Yasmin karya Diyana Millah Islami diketahui melalui unsur instrinsik karya sastra (tokoh dan penokohan, tema, amanat, alur/plot, latar/setting dan sudut pandang), unsur ekstrinsik (nilai moral, sosial, adat istiadat, agama), adanya pandangan sosial kelompok dan latar belakang sosial pengarang dan sosial budaya. Gagasan, perasaan, dan aspirasi pengarang tertuang dalam novel Sang Pemimpi yang disampaikan Andrea Hirata dan novel Yasmin yang disampaikan Diyana Millah Islami merupakan persoalan sosial budaya yang terjadi di Belitong dan Madura, dan menjadi potret sosial dari kondisi yang masih terjadi pula di Indonesia selama ini.

Page 9: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

ABSTRACT

Nashrah Amin, 2014, The Genetic Structuralism in Novel “The Dreamer” by Andrea Hirata and Novel “Yasmin” by Diyana Millah Islami. (Guided by H. M Ide Said, D. M and Siti Aida Azis).

The purpose of this study is to analyze the instrinsic structure which construct the Novel “The Dreamer” by Andrea Hirata and Novel “Yasmin” by Diyana Millah Islami, todescrible the external conditions and the views of social groups in the novel “The Dreamer” of Andrea Hirata and novel “Yasmin” by Diyana Millah Islami.

This study is a descriptive qualitative research. The data of this study are the instrinsic elements of the two novels (characters/characterizations, themes, mandate, plot, background/setting, angle of view), the ekstrinsic elements (economic, cultural, political, religious, social values), view sosial group (the social background of the author and social culture). The source of data is the novel “The Dreamer” totaling 288 pages and 263 pages of “Yasmin”. Both are published by Bentang Pustaka Yogyakarta.

The genetic structuralism of the novel “The Dreamer” by Andrea Hirata and the novel “Yasmin” by Diyana Millah Islami are know through the instrinsic elements of literarure (character and characterization, themes, mandate, plot, background/setting and viewing angle), and the extrinxic elements (moral, social, manners and customs, religious), and the existence of the group’s social views of the authors and their social background and social culture. Ideas, feelings and aspirations contained in the novel “The Dreamer” delivered by Andrea Hirata and novel Yasmin delivered by Diyana Millah Islami are culture matters that occurred in Belitong and Madura, and become a social portrait of the social conditions that still happens in Indonesia now days.

Page 10: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………..………..............i

HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………...ii

HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI……………………………….……....iii

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS……………………………………….….iv

KATA PENGANTAR………………………………………….………..…...…v

ABSTRAK…………………………………………………….…………….....viii

ABSTRACT ………………………………………………….……...….…......ix

DAFTAR ISI………………………………………………….………………...x

DAFTAR GAMBAR ……………………………………….…………….……xii

DAFTAR LAMPIRAN ………...................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................1

A. Latar Belakang ....................................................................1

B. Fokus Penelitian ...... ...........................................................7

C. Tujuan Penelitian..................................................................7

D. Manfaat Penelitian................................................................8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ……...……………………….…………..…..10

A. Tinjauan Hasil Penelitian…..……….. ……………………...10

B. Tinjauan Teori dan Konsep..……..….…....………….........12

1. Teori Strukturalisme…….………...…….………….........12

Page 11: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

2. Teori Strukturalisme Genetik…..…………………..............14

3. Konsep Pandangan Dunia……….……………..…………...19

4. Teori Novel…………………………….……………………...21

C. Kerangka Pikir ................................................................38

BAB III METODE PENELITIAN.................................................................42

A. Pendekatan Penelitian …..................................................42

B. Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................42

C. Unit Analisis dan Penentuan Informan.....................................43

D. Teknik Pengumpulan Data .....................................................45

E. Teknik Analisis Data ................................................................46

F. Pengecekan Keabsahan Temuan…….….…….......................47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..……….…………........48

A. Deskripsi Karakteristik Objek Penelitian…..……...…....48

B. Paparan Dimensi Penelitian….………………................48

C. Pembahasan…………………………..……….………..112

BAB V SIMPULAN DAN SARAN …..………………………........................123

A. Simpulan….………………………….………….............123

B. Saran..…………………………………….....….………..124

DAFTAR PUSTAKA………………………………………….....……..................126

RIWAYAT HIDUP ………………………………………………..……................128

LAMPIRAN ………………………………………………………...….……….…..130

1. SINOPSIS..……………………………………………….…….….........130

2. BIO DATA PENULIS....……………….……………….……....…........139

Page 12: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

DAFTAR GAMBAR

Gambar Teks Halaman

Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pikir ………………………………………..41

Page 13: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Teks Halaman

1. Sinopsis novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata

dan novel Yasmin karya Diyana Millah Islami……...............................130

2. Biodata penulis novel Sang Pemimpi dan

novel Yasmin………………………………………………………………139

3. Surat Izin Penelitian ………………………………………………………143

Page 14: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Sastra sejak awal perkembangannya tidak dapat dipisahkan dari kegiatan dan

prespektif sosial, sastra dianggap sebagai unsur kebudayaan yang mempunyai atau

dipengaruhi oleh masyarakat. Dengan kemampuan daya imajinasi seorang pengarang,

sejumlah relasi sosial atau kesenjangan yang terdapat dalam masyarakat hendak

dirumuskan sebagai refleksi sosial kemasyarakatan, yang dapat memberikan konstribusi

pemikiran dan potret sosial kepada pembaca dalam kehidupan sehari-harinya sebagai

makhluk sosial. Inilah kecenderungan karya sastra yang hidup di tengah masyarakat

dianggap sebagai milik bersama oleh karena bertautan langsung dengan nilai pendidikan

dan nilai sosial. Suatu hal penting yang harus disadari, bahwa karya sastra adalah

fenomena sosial. Ia terkait dengan penulis, terkait dengan pembaca, dan terkait dengan segi

kehidupan manusia yang diungkapkan dalam karya sastra (Atar, 2012 : 66).

Sastra merupakan wujud kreativitas estetika manusia yang mengungkapkan

pengalaman hidup dan kehidupan. Kehadiran sastra di tengah peradaban manusia tidak

dapat ditolak, bahkan kehadiran tersebut diterima sebagai salah satu realitas sosial budaya.

Hingga saat ini, sastra tidak saja dinilai sebagai sebuah karya seni yang mengandung

unsur budi, imajinasi, dan emosi, tetapi telah dianggap sebagai suatu karya kreatif yang

dimanfaatkan sebagai konsumsi intelektual.

Karya sastra memiliki keanekaragaman bentuk dan jenis dengan unsur

pembangunnya masing-masing. Keanekaragaman sastra, khususnya sebagai perwujudan

genre sastra dengan sendirinya memerlukan bentuk dan cara-cara pemahaman yang juga

Page 15: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

berbeda. Novel sebagai salah satu bentuk karya sastra pengarang, merupakan suatu bentuk

cerita utuh yang terdiri atas jalinan peristiwa yang padu. Kepaduan dan keutuhan sebuah

cerita dalam novel tidak akan ada tanpa keberadaan dan kejelasan unsur-unsur

membangunnya.

Signifikansi yang dielaborasikan subjek individual terhadap realitas sosial

disekitarnya menunjukkan sebuah karya sastra besar pada kultur tertentu dan masyarakat

tertentu. Sastra adalah sebagai lembaga sosial yang menyerukan pandangan dunia

pengarangnya. Pandangan dunia ini bukan semata-mata fakta empiris yang bersifat

langsung, melainkan merupakan gagasan, aspirasi, dan perasaan yang dapat

mempersatukan kelompok sosial masyarakat.

Kehadiran karya sastra merupakan bagian dari kehidupan masyarakat. Pengarang

mencoba menghasilkan pandangan dunianya tentang realitas sosial di sekitarnya untuk

menunjukkan sebuah karya sastra berakar pada kultur tertentu dan masyarakat tertentu.

Pernyataan tersebut sesungguhnya mengandung implikasi bahwa sastra adalah

sebagai lembaga sosial yang menyuarakan pandangan dunia pengarangnya. Pandangan

dunia ini bukan semata-mata fakta empiris yang bersifat langsung, tetapi merupakan suatu

gagasan, aspirasi dan perasaan yang dapat mempersatukan kelompok sosial masyarakat.

Karya sastra dianggap cermin sebuah zaman, kreativitas sastra dianggap sebagai

hal-hal yang bersifat ekstrinsik. Penelitian dengan pendekatan strukturalisme genetik

memupukkan dua hal. Pertama, yang menjadi perhatian peneliti adalah latar belakang

sejarah sosial. Kedua, latar belakang itulah yang menjadi titik tolak penganalisisan karya

sastra. (Damono, 2000: 36).

Terlepas dari keberadaan struktur dan permasalahan sosial yang mendalam dan

terkandung dalam setiap karya sastra, sedikit penggambaran keberadaan tokoh dengan

problematikanya mengisyaratkan dan penulis yakini bahwa strukturalisme genetik adalah

pendekatan yang mampu menjadi pisau analisa novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata

Page 16: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

dan Yasmin karya Diyana Millah Islami ini, terlebih terhadap keberadaan pengarang dengan

lingkungannya pada waktu karya tersebut dibuat.

Strukturalisme genetik sebagai pendekatan sosiologi sastra meyakini bahwa adanya

hubungan teks sastra dengan hal-hal di luar teks. Hal-hal di luar teks tersebut adalah

pengarang dan lingkungan yang mempengaruhinya. Dengan berbagai problematik sosial

yang dirasakan dan dilihatnya, pengarang menulisakannya kembali dalam bentuk imaji

aristik dalam bentuk karya sastra. Iswanto (dalam Jabrohim, 2001: 61) menyatakan bahwa

karya-karya sastra lahir ditengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang

yang merupakan refleksi gejala sosial yang ada. Kehadiran sastra merupakan bagian

kehidupan masyarakat. Pengarang sebagai subjek kolektifnya. Dalam setiap karya sastra

pengarang memiliki pandangan-pandangan tertentu.

Setiap karya sastra yang ditulis tentunya memiliki ide, gagasan, pengalaman, dan

amanat yang ingin disampaikan kepada pembaca. Dengan harapan, apa yang disampaikan

itu menjadi sesuatu yang berharga bagi perkembangan kehidupan masyarakat. Adapun ide,

gagasan atau pengalaman dan amanat yang ingin disampaikan pengarang tersebut tidak

akan terlepas dari kondisi lingkungan penulisnya. Karya sastra secara langsung atau tidak

langsung dipengaruhi oleh pengalaman dari lingkungan pengarang. Karya sastra

dipengaruhi oleh lingkungannya, maka karya sastra merupakan ekspresi zamannya sendiri.

Kondisi ini mengakibatkan adanya hubungan sebab akibat dan timbal balik antara karya

satra dengan situasi sosial tempatnya dilahirkan. Meskipun karya sastra yang baik pada

umumnya tidak langsung menggambarkan atau memperjuangkan nilai-nilai tertentu, tetapi

aspirasi masyarakat mau tidak mau tercermin dalam karya sastra tersebut. Oleh karena itu,

karya sastra tidak terlepas dari sosial-budaya dan kehidupan masyarakat yang

digambarkannya.

Sang Pemimpi diterbitkan pertama kali pada Juli 2006. Sejak kemunculan novel

Sang Pemimpi mendapatkan tanggapan positif dari

Page 17: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

penikmat sastra. Tingginya apresiasi masyarakat terhadap novel Sang Pemimpi menjadikan

novel tersebut masuk dalam jajaran novel psikologi islami pembangun jiwa. Isi novel Sang

Pemimpi menegaskan bahwa keadaan ekonomi bukanlah menjadi hambatan seseorang

dalam meraih cita-cita dan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapai cita-citanya.

Kemiskinan adalah penyakit sosial yang berada dalam ruang lingkup materi sehingga tidak

berkaitan dengan kemampuan otak seseorang.

Sementara, novel Yasmin merupakan novel yang di terbitkan pertama kali pada

Maret 2014, yang di tulis oleh Diyana Millah Islami, seorang penulis muda lulusan Sastra

Indonesia di Universitas Jember. Novel ini memberikan banyak pelajaran berharga tentang

kekuatan tekad dan kesederhanaan hidup.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti berminat untuk menganalisis

novel Sang Pemimpi dan Yasmin. Analisis terhadap novel Sang Pemimpi dan Yasmin,

peneliti membatasi pada struktur genetik karena setelah membaca novel tersebut, peneliti

menemukan ada unsur-unsur genetik yang terdapat dalam kisah Sang Pemimpi dan

Yasmin. Kedua novel tersebut banyak memberikan inspirasi bagi pembaca, hal itu berarti

ada nilai-nilai positif yang dapat diambil dan direalisasikan oleh pembaca dalam

kehidupan sehari-hari, khususnya dalam hal pendidikan. Suatu karya sastra yang baik

adalah yang langsung memberi didikan kepada pembaca tentang budi pekerti dan nilai-

nilai moral, sesungguhnya hal ini telah menyimpang dari hukum-hukum karya sastra sebagai

karya seni dan menjadikan karya sastra sebagai alat pendidikan yang langsung sedangkan

nilai seninya dijadikan atau dijatuhkan nomor dua.

Karya Andrea Hirata dan Diyana Millah Islami, pada gilirannya akan berdialog

dengan pembaca melalui teks-teks yang ditulisnya. Alasan selanjutnya mengenai penilaian

pentingnya analisis terhadap karya tersebut penulis sandarkan pada keberadaan novel ini

sangat fenomenal. Kelebihan yang dimiliki pengarang Andrea Hirata di dalam karya-

karyanya yaitu dari segi stilistik yang menarik, mengungkapkan setiap kejadian secara

Page 18: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

sistematis, terarah dan kronologis, sedangkan Diyana Millah Islami mampu menghasilkan

karya dengan bahasa yang lebih konkrit dan mampu menghidupkan karakter tokoh-tokoh

yang ada dalam cerita, sehingga penulis tertarik untuk mengkaji strukturalisme genetik yang

terdapat di dalam novel tersebut.

Sesuai dengan beberapa argumen tersebut, peneliti berkeyakinan bahwa novel

Sang Pemimpi dan novel Yasmin merupakan objek karya sastra tulisan yang pada

gilirannya melakukan dialog dengan pembaca melalui teks-teksnya. Melalui teks-teks karya

sastra sebagai mediumnya, Andrea Hirata dan Diyana Millah Islami sebagai pengarang

sekaligus narator oleh peneliti memiliki strukturalisme genetik yang membangun novel Sang

Pemimpi dan novel Yasmin dan latar belakang sosial dan sejarah yang turut

mengkondisikan karya sastra saat diciptakan oleh pengarang.

Sehubungan dengan hal tersebut, ditetapkan judul dalam penelitian ini

“Strukturalisme Genetik dalam Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata dan Novel Yasmin

Karya Diyana Millah Islami”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan pemaparan di atas, maka fokus penelitian dalam masalah ini adalah :

1. Analisis struktur instrinsik yang membangun novel Sang Pemimpi Karya Andrea

Hirata dan novel Yasmin karya Diyana Millah Islami.

2. Kondisi Eksternal novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dan novel Yasmin karya

Diyana Millah Islami.

3. Pandangan sosial kelompok dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dan

novel Yasmin karya Diyana Millah Islami.

C. Tujuan Penelitian

Page 19: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

Berdasarkan fokus masalah yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan yang ingin

dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Menganalisis struktur instrinsik yang membangun novel Sang Pemimpi karya

Andrea Hirata dan novel Yasmin karya Diyana Millah Islami.

2. Mendeskripsikan kondisi eksternal novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dan novel

Yasmin karya Diyana Millah islami.

3. Mendeskripsikan pandangan sosial kelompok dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea

Hirata dan novel Yasmin karya Diyana Millah Islami.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat mencapai tujuan secara optimal, menghasilkan

laporan yang sistematis dan dapat bermanfaat secara umum. Adapun manfaat yang

didapatkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

a. Diharapkan dapat membantu perkembangan penggunaan teori sastra khususnya

teori strukturalisme genetik dan penggunaannya di dalam analisis sebuah karya

sastra.

b. Sebagai bahan rujukan/referensi kepada pembaca tentang teori-teori dan

pendekatan genetik dalam memahami karya sastra.

c. Sebagai bahan perbandingan di dalam mengkaji persoalan-persoalan karya sastra.

d. Dijadikan sebagai motivasi untuk penulisan karya ilmiah sejenis di masa yang akan

datang.

Page 20: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

2. Manfaat Praktis

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, adalah :

a. Memperkaya wawasan peneliti pada khususnya, dan pembaca pada umumnya

tentang seluk-beluk sebuah karya sastra ditinjau dari strukturalisme genetiknya.

b. Bagi mahasiswa dapat memperoleh informasi mengenai penerapan pendekatan

genetik sastra yang terkandung dalam novel.

c. Bagi guru bahasa Indonesia dan dosen dapat memperoleh masukan dan bahan

pengajaran apresiasi sastra Indonesia di Sekolah Menengah Atas dan yang

sederajat serta perkuliahan di Perguruan Tinggi.

d. Bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan sebagai modal penelitian yang

dijadikan rujukan sekaligus motivasi dalam rangka menulis karya.

Page 21: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Hasil Penelitian

Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.

Hal itu dapat dijadikan sebagai titik tolak dalam melakukan penelitian. Oleh sebab itu,

tinjauan terhadap penelitian terdahulu sangat penting untuk mengetahui relevansinya.

Pertama, penelitian dilakukan oleh Syafri (2008) di Universitas Muhammadiyah

Makassar, dengan judul “Analisis Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata (suatu

pendekatan genetik)”, penelitian ini menyimpulkan bahwa adanya genetik dalam novel

Laskar Pelangi karya Andrea Hirata merupakan gambaran terhadap realitas sosial

teks sastra yang berhubungan dengan realitas sosial kehidupan sang pengarang.

Kedua realitas ini memiliki hubungan yang sangat erat yang dapat membangun makna

suatu karya sastra.

Penelitian kedua, dilakukan oleh Indrawana (2009) yang menganalisis novel Sang

Pemimpi karya Andrea Hirata untuk tesisnya di Universitas Muhammadiyah Makassar yang

juga mengemukakan “Interpretasi Nilai Sosial dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea

Hirata suatu tinjauan Strukturalisme Genetik”. Kesimpulan yang didapat dalam penelitian ini

Page 22: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

adalah bahwa di dalam novel Sang Pemimpi mengandung nilai-nilai sosial, yakni tentang

hubungan sosial yang baik dalam kehidupan bermasyarakat, nilai pendidikan moral yang

dapat diketahui melalui perilaku tokoh yang saling tolong-menolong, nilai pendidikan religius,

tanggung jawab seorang anak dan manusia yang tidak boleh putus asa, melainkan harus

menjalani kehidupan dengan perjuangan, dan nilai pendidikan.

Penelitian ketiga, oleh Prihatin (2009) dengan judul “Analisis Struktur, Resepsi

Pembaca, dan Nilai Pendidikan dalam Novel Laskar Pelangi” yang sarat dengan nilai-nilai

pendidikan. Keempat, oleh Rahmawati terhadap novel karya Andrea Hirata dengan judul

“Gaya Bahasa Andrea Hirata dalam Dwilogi Padang Bulan: Kajian Stalistika”, yang meneliti

gaya bahasa seorang pengarang dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, kondisi sosial

masyarakat, lingkungan tempat tinggal, dan sebagainya. Bahwa gaya bahasa yang

digunakan oleh seorang satrawan dipengaruhi watak dan jiwanya dan merupakan

pembawaan pribadinya.

Penelitian keempat, penelitian yang dilakukan oleh Ahmad (2010) dengan judul

“Struktur Aktan dan nilai pendidikan dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata. Hasil

yang diperolah bahwa pola aktan dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dan

gambaran struktur fungsi aktan yang berupa rangkaian keseluruhan cerita berupa peristiwa-

peristiwa yang dalam setiap aktan yang berperan sebagai subjek dalam cerita. Isi cerita

secara keseluruhan menggandakan jalinan hubungan setiap tokoh dan perannya masing-

masing dengan dinamis sehingga melahirkan kisah yang menarik dan sarat nilai-nilai

pendidikan, agama, moral, dan sosial budaya yang terbentuk dalam karakter setiap tokoh

yang sejak kecil hidup dalam lingkungan sosial budaya yang menjunjung tinggi nilai-nilai

keagamaan dan moral.

Kelima, Zakaria (2010) melakukan analisis dengan judul “Dekontruksi Postkolonial

dalam tertralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata”, meneliti bahwa representasi

postkolonial dalam tetralogi karya Andrea Hirata menjadi sarana komunikasi yang paling

Page 23: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

ampuh untuk menghubungkan, mempelajari sekaligus membentuk sistem ideologi.

Persamaan dari beberapa penelitian yang dilakukan tersebut meneliti bagaimana

hubungan isi cerita novel Andrea Hirata dengan kehidupan sosial pengarangnya

secara nyata, dan perbedaan yang ada dari penelitian tersebut terletak pada

metode yang digunakan dalam menganalisa isi cerita terkait dengan realitas sosial

kehidupan pengarangnya.

Bertolak dari berbagai penelitian-penelitian sebelumnya, maka penulis melakukan

penelitian dalam novel Sang Pemimpi dengan tinjauan Strukturalisme Genetik untuk

mengetahui unsur-unsur instrinsik, ekstrinsik serta pandangan dunia pengarang yang

melatar belakangi lahirnya Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dan novel Yasmin karya

Diyana Millah Islami.

B. Tinjauan Teori dan Konsep

1. Teori Strukturalisme

Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban

manusia semenjak ribuan tahun yang lalu. Kehadiran sastra di tengah beradaban manusia

tidak dapat ditolak, bahkan kehadiran tersebut diterima sebagai salah satu realitas sosial

budaya (Atar, 2012: 1). Sastra lahir disebabkan dorongan dasar manusia untuk

mengungkapkan dirinya, menaruh minat terhadap realitas yang berlangsung sepanjang hari

dan sepanjang zaman (Atar, 2012: 1). Dalam dua dasawarsa belakangan ini ilmu sastra

internasional berkembang sangat cepat ke arah yang menjadikan ilmu ini sangat penting,

sehingga perlu diperhatikan oleh peneliti sastra Indonesia. Untuk itu perlu penelitian sastra

yang lebih insentif sehingga Indonesia tidak akan tertinggal baik dari segi teori sastra

maupun dari segi teori penelitian sastra.

Teori strukturalisme sastra merupakan sebuah pendekatan teori terhadap teks-teks

sastra yang menekankan keseluruhan relasi antara berbagai unsur teks. Unsur-unsur teks

secara berdiri sendiri tidaklah penting. Unsur-unsur itu hanya memperoleh artinya didalam

Page 24: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

relasi, baik relasi sosial ataupun relasi oposisi. Relasi-relasi yang dipelajari dapat

diperkaitkan dengan mikro teks (kata, kalimat), keseluruhan yang lebih luas (bait, bab),

maupun intertekstual (karya-karya lain dari periode tertentu). Relasi lain dapat terwujud

ulangan, gradasi ataupun kontras dan parodi (Hartoko 1990 :135-136).

Strukturalisme sastra mengupayakan adanya suatu dasar yang ilmiah bagi teori

sastra, sebagaimana dituntut oleh disiplin-disiplin ilmiah lainnya. Untuk itu objek

penelitiannya, yakni karya sastra di identifikasikan sebagai suatu benda seni yang indah

karena penggunaan bahasanya yang khusus. Objek studi teori strukturalisme itu di

tempatkan dalam suatu sistem atau susunan relasi-relasi yang memudahkan hubungan-

hubungan yang ada dalam realitas yang diamati. Sistematika semacam ini berfungsi

meletakkan aksentuasi dalam cara penanganan objek kajiannya. Dengan demikian teori

strukturalisme memperkenalkan metode pemahaman karya sastra dengan langkah-langkah

seniantis (Bakker, 1992: 14).

2. Teori Strukturalisme Genetik

Genetika (dari bahasa Yunani yevvo atau genno yang berarti melahirkan) merupakan

cabang biologi yang penting saat ini. Ilmu ini mempelajari berbagai aspek yang menyangkut

pewarisan sifat dan variasi sifat pada organisme maupun suborganisme. Nama "genetika"

diperkenalkan oleh William Bateson pada suatu surat pribadi kepada Adam Chadwick dan ia

menggunakannya pada Konferensi Internasional tentang Genetika ke-3 pada tahun 1906.

Berdasarkan ilmu biologi gen adalah sifat yang diwariskan atau diturunkan dari orang tua,

sedangkan kaitannya dengan dunia sastra adalah bagaimana pengaruh genetika atau latar

belakang pengarang dalam menciptakan karya sastra.

Jabrohim (dalam Wahid, 2006 : 77) mengemukakan bahwa teori strukturalisme

genetik dikembangkan oleh seorang sosiolog Perancis, Lucian Goldmann, yang percaya

bahwa individu bukanlah mahluk bebas melainkan pendukung kelas-kelas sosial dalam

Page 25: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

masyarakat. Interpretasi ini mampu merekontruksikan pandangan dunia pengarang.

Genetika karya sastra sering disebut asal-usul karya sastra. Adapun yang terkait dengan

karya satra adalah pengarang dan kenyataan sejarah yang turut mengkondisikan karya

sastra saat diciptakan.

Secara defenisi, Goldmann (dalam Faruk, 1999a: 13) menyatakan bahwa

strukturalisme genetik adalah teori sastra yang berkeyakinan bahwa karya sastra tidak

semata-mata merupakan struktur kategori pikiran subjek penciptanya atau subjek kolektif

tertentu yang terbangun akibat interaksi subjek dengan situasi sosial dan ekonomi tertentu.

Goldmann percaya bahwa karya sastra merupakan suatu struktur, inilah yang terkandung

dalam pengertian strukturalisme. Tetapi struktur itu bukanlah suatu yang statis, melainkan

dinamis karena merupakan produk dari proses sejarah yang terus berlangsung yang

dihayati oleh masyarakat dimana karya sastra itu berada. Sedangkan istilah genetik

mengandung pengertian bahwa karya sastra itu mempunyai asal-usulnya (genetik) di dalam

proses sejarah atau masyarakat.

Menurut Damono (2000: 37), strukturalisme genetik sebagai teori penelitian sosiologi

sastra memiliki ciri mendasar, yaitu perhatian utama strukturalisme genetik adalah

terhadap keutuhan atau totalisme lebih penting dari pada bagian-bagiannya. Totalitas dan

bagian-bagiannya dapat dijelaskan jika dipandang dari segi hubungan-hubungan yang ada

antara bagian-bagian itu. Yang menjadi telaah strukturalisme genetik adalah jaringan

hubungan yang ada antara bagian-bagian. Strukturalisme genetik tidak menelaah

strukturalisme genetik mempercayai hukum bentuk dan bukan kualitas.

Salah satu prinsip teori strukturalisme genetik bahwa untuk bisa realitas, sosiologi

harus bersifat historis. Demikian juga sebaliknya, untuk ilmiah dan realitas, peneliti sejarah

harus bersifat sosiologis. Usaha menelaah fakta-fakta kemanusiaan (teks sastra) baik dalam

strukturnya yang esensial maupun dalam kenyataannya yang konkret membutuhkan suatu

metode yang serentak yang bersifat sosiologis dan historis (Damono, 2000 : 39-40).

Page 26: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

Struktur karya sastra memiliki hubungan yang erat dengan struktur sosial. Struktur

karya sastra adalah keseluruhan teks bahasa karya-karya (bentuk) yang memiliki arti dan

dinamis. Dikatakan dinamis karena karya sastra merupakan produk dari proses sejarah

yang terus berlangsung dan dihayati oleh masyarakat dimana karya sastra tersebut berada.

Istilah genetik merujuk pada pengertian bahwa karya sastra mempunyai asal usulnya

(genetik) di dalam proses sejarah suatu masyarakat. (Saraswati: 2003: 35).

Penelitian sastra dapat dipandang sebagai suatu disiplin ilmu yang saintifik, karena

penelitian sastra mempunyai objek yang jelas, memiliki pendekatan, metode dan kerangka

teori. Sebagai suatu bentuk karya ilmiah, penelitian sastra harus dapat dipertanggung

jawabkan mutu dan manfaatnya terhadap pengembangan ilmu sastra dan terhadap

pengembangan sastra itu sendiri.

Pengertian penelitian bagi study karya sastra di Indonesia selama ini dirasakan

sebagai suatu faktor yang sering menimbulkan persoalan. Yunus dalam Wahid (2004 : 43)

mengambil istilah “penelitian” dengan istilah “pembicaraan” untuk kegiatan studi sastra

sebagai salah satu upaya untuk menghindari masalah tersebut. Masalah ini muncul sebagai

akibat sifat-sifat sastra sendiri yang kepada tuntutan keilmiahan kegiatan studi sebagai

manifestasi dan kegiatan yang bersifat ilmu, yaitu istilah yang biasanya dipakai untuk

pengetahuan yang sistematis dan terorganisir.

Dalam penelitian, metode digunakan melalui langkah-langkah kerja yang ditetapkan

berdasarkan penelitian secara umum. Metode dan langkah-langkah penelitian harus dipilih

secara tepat sesuai dengan karakteristik objek kajiannya. Satu hal yang menarik dalam

menggunakan metode bagi penelitian sastra adalah adanya instansi, karya yang objektif,

dan terhindarnya unsur prasangka. Gejala dengan situasi ke “sastra” inilah yang sering

menuntut penelitian tersendiri.

Penelitian sastra sebagai suatu bentuk kegiatan ilmiah memerlukan landasan kerja

yang berupa teori sebagai hasil perenungan mendalam, tersistem, dan terstruktur. Teori

Page 27: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

memperlihatkan hubungan-hubungan antar fakta yang tampaknya berbeda dan terpisah ke

dalam satu persoalan dan menginformasikan proses pertalian yang terjadi di dalam

kesatuan tersebut. Hasil penelitian tersebut memberikan umpan balik sebagai suatu

sumbangan bagi teori. Jadi, terdapat hubungan antara teori dengan penelitian yang

keduanya saling mengembangkan.

Wahid (2004: 51 – 52) mengemukakan bahwa penelitian, terutama penelitian ilmiah,

sebagai kegiatan yang sistematis dan terorganisir, memerlukan landasan kerja yang ilmiah

pula. Landasan kerja ilmiah dapat dirumuskan ke dalam tiga hal, yaitu :

a. Landasan teori, yaitu landasan yang berupa hasil perenungan terdahulu yang

berhubungan dengan masalah dalam penelitian dan bertujuan mencari jawaban secara

ilmiah.

b. Landasan metodologi, yaitu landasan yang berupa tata aturan kerja dalam penelitian

dan bertujuan untuk membuktikan jawaban teoritis yang dihasilkan oleh landasan.

c. Landasan kecendekiaan, yaitu bekal kemampuan membaca menganalisa,

menginterpretasi dan menyimpulkan. Landasan kerja ini bertujuan mempertajam

penelitian kegiatan yang selanjutnya akan meningkatkan kekuatan hasil penelitian.

Strukturalisme genetik sebagai sebuah metode ilmiah penelitian sastra juga

berlandaskan kegiatan penelitian pada landasan tersebut. Secara sederhana penelitian

pada metode strukturalisme genetik yang dapat diformulasikan sebagai berikut: Pertama,

penelitian harus dimulakan pada kajian unsur instrinsik sastra, baik secara parsial maupun

dalam jalinan keseluruhannya. Kedua, mengkaji latar belakang kehidupan sosial kelompok

pengarang karena ia merupakan bagian dari komunikasi kelompok tertentu. Ketiga,

mengkaji latar belakang sosial dan sejarah yang turut mengkondisikan karya sastra saat

diciptakan oleh pengarang. Dari ketiga langkah tersebut, akan diperoleh abstraksi

pandangan dunia pengarang dan yang diperjuangkan oleh tokoh problematik. Lebih lanjut

beliau memperjelas bahwa kita dapat mengikuti langkah yang ditawarkan oleh Laurenson

Page 28: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

dan Swingewood yang disetujui oleh Goldmann. Adapun langkah-langkahnya sebagai

berikut :

Pertama, penelitian sastra itu dapat kita ikuti sendiri. Mula-mula sastra diteliti

strukturnya untuk membuktikan jaringan bagian-bagiannya sehingga terjadi keseluruhan

yang padu dan holistik.

Kedua, penghubung dengan sosial budaya. Unsur-unsur kesatuan karya sastra

dihubungkan dengan sosial budaya dan sejarahnya, kemudian dihubungkan dengan struktur

mental yang berhubungan dengan pandangan dunia pengarang.

Selanjutnya, dikatakan bahwa untuk mencapai solusi atau kesimpulan digunakan

metode induktif, yaitu metode pencarian kesimpulan dengan jalan melihat premis-premis

yang sifatnya spesifik untuk selanjutnya mencari premis general.

3. Konsep Pandangan Dunia

Goldman dalam teori strukturalism genetik mengembangkan konsep pandangan dunia

(vision du monde world vision) yang mewujud dalam semua karya sastra dan filsafat yang

besar. Pandangan dunia yang mencoba menangkap maknanya, dengan segala kerumitan

dan keutuhannya. Pandangan dunia merupakan struktur gagasan aspirasi, dan perasaan

yang dapat menyatukan suatu kelompok sosial lain. Pandangan dunia merupakan bentuk

kesadaran kelompok yang menyatukan individu-individu menjadi kelompok yang memiliki

identitas kolektif. Pandangan dunia bukan hanya ekspresi kelas atau kelompok sosial, tetapi

juga kelas atau kelompok sosial. Seorang pengarang adalah kelas dan kelompok sosial.

Melalui kelompok sosialnya, ia berhubungan dengan perubahan sosial dan politik yang

besar. Perubahan sosial dan politik adalah ekspresi antagonis kelas dan memengaruhi

kesadaran kelas. Dengan demikian, pandangan dunia adalah ekspresi teoritas dari suatu

kelas pada saat-saat bersejarah tertentu pengarang filsuf, dan seniman menampilkan

pandangan dunia tersebut dalam karya-karyanya (Damono, 2000: 40-41).

Page 29: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

Dalam konsep pandangan dunia, Goldmann menyatakan bahwa karya sastra atau

novel mencerminkan realitas. Tidak dengan melukiskan wajah yang hanya pencerminan

realitas, tidak dengan melukiskan wajah yang hanya tampak pada permukaan, tetapi

dengan memberikan kepada pembaca sebuah pencerminan realitas sendiri, dan yang

merupakan bentuk khusus relitas karya sastra hasil aktivitas yang objeknya sekaligus alam

semesta dan kelompok manusia.

Goldmann (dalam Faruk, 1999a: 16) menyatakan bahwa pandangan dunia merupakan

istilah yang cocok bagi kompleks menyeluruh gagasan-gagasan, aspirasi-aspirasi, dan

perasaan-perasaan yang menghubungkan secara bersama-sama anggota-anggota suatu

kelompok sosial mempertentangkannya dengan kelompok-kelompok sosial yang lain.

Sebagai suatu kesadaran kolektif, pandangan dunia itu berkembang sebagai hasil dari

situasi sosial ekonomi tertentu yang dihadapi oleh subjek yang memilikinya.

Pengarang merupakan individu yang memiliki sikap tertentu. Individu adalah posisi-

posisi dalam masyarakat. Mental trans individual, milik kelompok-kelompok atau kelas-kelas

khusus pandangan dunia secara terus menerus dibangun dan dihancurkan oleh masyarakat

karena mereka menyelesaikan citraan mental mereka atas dunia sebagai jawaban terhadap

realitas yang berubah didepan mereka. Citraan mental ini tak dapat didefinisikan dengan

baik dan tidak sepenuhnya terwujud dalam kesadaran anggota masyarakat, tetapi penulis-

penulis besar mampu mengkristalisasikan pandangan dunia itu dalam sebuah bentuk yang

koheren (Selden, 1996 : 37-38).

4. Teori Novel

a. Novel sebagai karya Sastra

Novel berasal dari bahasa Italia, novella. Secara harfiah novella berarti sebuah kabar

baru yang kecil. Kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa (Abraham,

dalam Nurgiantoro, 2005: 9). Novel sebagai satu jenis kesusastraan merupakan karya

Page 30: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

panjang yang sifatnya kompleks dan unsur-unsur utamanya seperti tema, plot, latar,

perwatakan, amanat, dan sudut pandang.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan Nasional, 1997:

694) dikatakan bahwa novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian

cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang disekeliling dengan menonjolkan watak

dan sifat pelaku. Novel bercirikan sebagai berikut :

1). Mengandung sejumlah tokoh yang terdiri dari tokoh utama, dan tokoh figuran,

lengkap dengan perwatakannya.

2). Mengandung serangkaian peristiwa yang terkait dalam jalinan alur.

3). Mengandung latar tempat para tokoh bermain dan yang melatarbelakangi tokoh-tokoh

itu.

4). Mengandung unsur konflik/pertikaian antara tokoh-tokohnya. (Eddy, dalam Syukroni,

2010).

b. Jenis-Jenis Novel

Menurut hasil penelitian Hamsidar, novel dapat di bagi menjadi tiga golongan besar,

yakni:

1. Novel percintaan yaitu novel yang melibatkan tokoh wanita dan pria secara seimbang

bahkan kadang-kadang para wanita yang dominan pelakunya.

2. Novel petualangan yaitu novel yang hanya didominasi oleh kaum pria karena tokoh pria

dengan sendirinya akan melibatkan banyak masalah lelaki yang tidak ada hubungan

dengan wanita. Meskipun dalam jenis novel petualangan sering ada percintaan juga.

Namun hanya bersifat sampingan belaka, artinya novel ini semata-mata berbicara

tentang petualangan saja.

3. Novel fantasi/hiburan yaitu: novel yang hanya membicarakan tentang hal-hal yang tidak

realitas dan serba tidak mungkin dilihat dari pengamatan sehari-hari. Novel ini hanya

Page 31: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

mempergunakan karakter yang tidak realistis, setting dan plot yang juga tidak wajar

untuk menyampaikan ide-ide penulisnya. Adapun ciri-ciri dari novel hiburan yaitu:

a. Dibaca untuk kepentingan semata-mata

b. Berfungsi personal untuk hiburan sendiri saja

c. Dibaca sekali saja (novel sekali baca atau throw away novel)

d. Isinya hanya kenyataan semu atau fantasi pengarang saja

e. Tidak di ulas oleh para kritikus sastra. Karena selain dianggap kurang penting bagi

kesusastraan, juga lantaran jumlahnya sangat banyak.

Pengggolongan di atas merupakan penggolongan pokok saja, sehingga dalam

praktiknya setiap jenis novel tersebut sering dijumpai dalam suatu novel. Penggolongan

jenis novel ini dengan sendirinya hanya dapat dilakukan dengan melihat kecenderungan

mana yang terdapat dalam sebuah novel. Apakah lebih banyak percintaan,

petualangan, atau fantasi/hiburan.

c. Unsur yang Membangun Novel

Sebagaimana yang telah dikemukakan dalam definisi novel bahwa di dalam

pengertian novel ada beberapa unsur yang membangun. Pada hakikatnya novel

dibangun oleh dua unsur yaitu:

1. Unsur dalam (intrinsik) yaitu: unsur yang membentuk fiksi tersebut seperti

tokoh/penokohan, tema, amanat, alur/plot, latar (setting), dan sudut pandang.

a. Tokoh/Penokohan.

Tokoh adalah pelaku yang dikisahkan pemain dalam cerita. Tokoh dalam

sebuah novel bisa berupa tokoh jahat atau tokoh baik. Sedangkan penokohan

adalah sifat, watak atau kaakter yang dimiliki oleh para tokoh di dalam cerita.

Penggambaran penokohan dapat berupa uraian langsung dan tidak langsung.

Page 32: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

Contoh : baik, sombong, jujur, dan sebagainya. Tokoh adalah individu rekaan yang

beraksi atau mengalami berbagai bentuk peristiwa dalam cerita, baik peristiwa fisik

maupun peristiwa yang bersifat batiniah. Untuk memahami karya sastra biasanya

kita gali melalui strukturnya, dan melalui tokohnya akan kita pahami karya sastra itu

secara menyeluruh. Alur dan tokoh merupakan antar ketergantungan; tokoh adalah

penentu peristiwa sedangkan peristiwa itu sendiri memberikan gambaran tentang

tokoh.

Tokoh dalam karya sastra adalah manusia yang ditampilkan oleh melalui apa

yang mereka katakan atau apa yang mereka lakukan. Tokoh dalam sebuah cerita

biasanya manusia; hewan-hewan pun pernah diperkenalkan tetapi dengan tingkat

keberhasilan yang terbatas karena tidak banyak dipahami menyangkut masalah

psikologinya.

Fiksi merupakan salah satu bentuk narasi yang memiliki sifat bercerita; yang

diceritakan adalah manusia dengan segala kemungkinannya. Oleh sebab itu, ciri

utama yang membedakan antara narasi dengan deskripsi adalah aksi atau tindak

tanduk, atau perilaku. Tanpa perilaku maka karya tersebut akan berubah menjadi

deskripsi dengan paparan yang statis. Karena tokoh-tokoh itu rekaan pengarang,

maka hanya pengaranglah yang ”mengenal” mereka. Untuk sikap batinnya agar

dapat dipahami. Yang dimaksud dengan watak disini adalah kualitas tokoh, kualitas

nalar dan jiwanya yang membedakannya dengan tokoh lain. Tokoh dalam sebuah

cerita biasanya manusia, hewan-hewan pun pernah diperkenalkan tetapi dengan

tingkat keberhasilan yang terbatas karena tidak banyak dipahami menyangkut

masalah psikologinya. Foster (dalam Tang, 2008: 66). Watak sering disamakan

dengan karakter. Karakter adalah sifat bathin manusia yang mempengaruhi segenap

pikiran dan persaannya.

Page 33: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

Menurut Boulton (dalam Aminuddin, 1975: 79) bahwa cara pengarang

menggambarkan atau memunculkan tokohnya itu dapat berbagai macam. Mungkin

pengarang menampilkan tokoh sebagai pelaku yang hanya hidup di alam mimpi,

pelaku yang memiliki semangat perjuangan dalam mempertahankan hidupnya,

pelaku yang memiliki watak yang baik dan pelaku antagonis yaitu pelaku yang

memiliki watak yang jahat.

b. Tema

Tema adalah ide yang mendasari sebuah cerita. Untuk mencari tema sebuah

novel, pembaca harus membaca secara seksama cerita dengan cara membaca dari

awal sampai akhir. Setelah itu, temukan masalah yang paling dominan dalam cerita

tersebut. Tema adalah persoalan pokok yang menjadi pikiran pengarang, di

dalamnya terbayang pandangan hidup dan cita-cita pengarang.

Tema dalam sebuah cerita merupakan hal yang fundamental. Keberadaanya

tentu wajib. Adalah hal yang mustahil jika tak ada tema khusus dalam cerita

termasuk dalam bentuk novel. Dengan adanya tema cerita yang jelas, maka penulis

akan terhindari dari unsur-unsur yang tak perlu. Hal ini yang menjadikan tema cerita

sering disebut kompas cerita, sebab ia akan menentukan ke mana arah cerita

tersebut. Ada beragam tema yang bisa dipilih jika hendak menulis novel, misalnya

saja tema percintaan, keluarga, pendidikan dan lain-lain. Uniknya, dalam sebuah

cerita dimungkinkan terdapat percampuran tema. Misalnya saja kisah cinta berbalut

unsur pendidikan. Meski demikian, penulis yang baik pasti akan menentukan tema

utama ceritanya. Dengan demikian, ia akan fokus pada hal tersebut. Tema adalah

masalah yang menjadi pokok pembicaraan atau menjadi inti pokok persoalan yang

menguasai pikiran pengarang sehingga mempengaruhi semua unsur cerita (Semi,

1989: 42).

c. Amanat

Page 34: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

Amanat adalah pesan yang terkadung dalam sebuah cerita. Amanat dalam

novel pada umumnya disampaikan pengarang kepada pembaca melalui dua cara,

yaitu secara tersurat (dapat dilihat langsung) dan tersirat (dipahami dari balik cerita).

Amanat mencakup pesan yang disampaikan novel tersebut. Sebagai sebuah karya

yang baik, novel harus bisa merubah sudut pandang pembacanya menjadi lebih

positif. Pesan tersebut bisa disampaikan secara langsung atapun tersirat dari apa

yang dialami para tokoh dalam kisah tersebut. Amanat yang terdapat dalam karya

sastra tertuang secara implisit. Secara implisit yaitu jika jalan keluar atau ajaran

moral itu disiratkan dalam tingkah laku tokoh menjelang cerita berakhir. Sudjiman

(1984:35)

Amanat secara eksplisit yaitu jika pengarang pada tengah atau akhir cerita

menyampaikan seruan, saran, peringatan, nasihat, anjuran, larangan dan

sebagainya, berkenaan dengan gagasan yang mendasari cerita itu.

d. Alur (plot)

Alur adalah rangkaian peristiwa yang saling berhubungan di dalam sebuah

cerita. Bila kita berpandangan bahwa karya sastra adalah sebuah struktur, maka plot

atau alur harus mempunyai suatu keutuhan (wholeness). Oleh karena itu, jalinan

berbagai unsur atau berbagai peristiwa sebaiknya dianalisis fungsinya dalam

kerangka keutuhan plotnya. Kaum formalis berpandangan bahwa plot (sujet) adalah

penyajian motif-motif yang telah disusun secara artistik dengan urutan peristiwa yang

terjalin dalam hubungan sebab-akibat.

Sebuah cerita sesungguhnya suatu narasi dari peristiwa-peristiwa yang

disusun secara kronologis (time-sequence); dengan kata lain, cerita adalah suatu

rantai motif-motif dalam urutan kronologis atau dalam hubungan waktu. Sedangkan

alur merupakan suatu narasi dari berbagai peristiwa, akan tetapi dengan penekanan

pada penyebabnya.

Page 35: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

Djunaedie (dalam Yuliani, 2000: 8) mengemukakan bahwa alur adalah

rangkaian peristiwa yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk satu

kesatuan yang utuh. Hubungan unsur cerita yang satu dengan peristiwa lain bersifat

logis, juga mengandung hubungan kualitas, yaitu peristiwa yang satu menjadi

penyebab timbulnya peristiwa yang lain. Sedangkan menurut Atmaja (1993: 38),

cara menentukan alur cerita dilakukan dengan menguji sebab akibat peristiwa pokok.

Sebab alur cerita adalah sambung-menyambung peristiwa berdasarkan hubungan

sebab akibat.

e. Latar (Setting)

Latar adalah unsur yang merujuk pada tempat, waktu dan suasana yang

melatarbelakangi peristiwa dalam cerita terjadi. Latar dibedakan menjadi tiga, yaitu

1) latar tempat, 2) latar waktu, dan 3) latar suasana.

Cerita selalu terjadi dalam sebuah rentang waktu dan pada suatu tempat tertentu.

Keterkaitan mutlak antar sebuah peristiwa dengan waktu dan tempat tertentu,

merupakan sebuah gejala alamiah, tidak satupun mahkluk atau apa pun juga

namanya, bergerak dalam kehampaan, berbagai keterangan baik berupa petunjuk

yang berhubungan. Dengan tempat atau ruang, atau yang berkaitan waktu dan

suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra, semua turut membangun

latar cerita.

Dalam sebuah cerita (narasi) merupakan latar belakang di mana para pelaku

menjalani kehidupan mereka. Pada novel tertentu latar merupakan unsur tersebut

tidak penting. Latar tempat memiliki pengaruh yang demikian kuat terhadap

personalitas/pribadi, aksi/tindakan, dan cara berpikir para tokohnya.

Menurut Aminuddin (1975: 65), latar adalah peristiwa dalam karya fiksi, baik

berupa tempat, waktu, mampu peristiwa, serta memiliki fungsi fiskal dan fungsi

psikologis. Latar dalam karya fiksi bukan hanya berupa tempat, waktu, peristiwa,

Page 36: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

suasana, serta benda-benda dalam lingkungan tertentu, melainkan juga berupa

suasana yang berhubungan dengan sikap, jalan pikiran prasangka, maupun gaya

hidup suatu masyarakat dalam menanggap suatu problema tertentu.

f. Sudut Pandang (Point Of View)

Menurut Brooks (dalam Tang, 2008: 71), penggunaan satu istilah dalam

makna cukup membingungkan. Karena itu, disarankan agar point of view digunakan

untuk menyatakan gagasan atau sikap batin pengarang di jelamaan dalam karya

sastranya. Sudut pandang adalah cara pengarang dalam menyajikan peristiwa dan

tokoh-tokoh yang ada dalam sebuah cerita. Sudut pandang berkaitan dengan gaya

pengisahan seorang pengarang terhadap ceritanya. Sudut pandang ada dua, yaitu

sudut pandang orang pertama “aku” dan sudut pandang orang ketiga “dia”.

Kalau kita berbicara tentang siapa yang mengamati peristiwa dan

menyampaikan cerita, sebaiknya di gunakan istilah fokus pengisahan atau Focus of

narration. Sudut pandang bertautan dengan pengarang yang bertalian dengan

pendidikannya, keadaan sosialnya, moral masyarakat ketika karya diciptakan,

pendeknya dengan hal-hal di luar karya sastra itu sendiri. Ada pun mengenai focus

or narration, hal ini bertautan dengan pencerita dan kisahannya.

Brook kemudian membedakan empat perwujudan fokus pengisahan, yaitu: 1)

tokoh utama menyampaikan kisah diri. Jadi, kisahan oleh tokoh utama dengan

sorotan pada tokoh utama pula; 2) tokoh bawahan menyampaikan kisah tentang

tokoh utama; jadi, kisahan oleh tokoh bawahan dengan sorotan pada tokoh utama;

3) pengarang pengamat (observer-author) menyampaikan kisah; sorotan terutama

pada tokoh utama; 4) pengarang serba tahu (ommniscient author) menyampaikan

kisah dari segala sudut, sorotan utama pada tokoh utama. Brooks (dalam Tang,

2008: 72).

Page 37: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

Sehubungan dengan masalah sudut pandang tersebut, dapat dikatakan

bahwa pencerita menyampaikan dari sudut pandangannya sendiri. Pencerita yang

berbeda memiliki sudut pandang yang berbeda pula, dan sudut pandang yang

berbeda itu biasanya melahirkan versi cerita yang berbeda pula.

2. Unsur Luar (Ekstrinsik)

Unsur ekstrinsik novel adalah unsur yang berada diluar cerita yang ikut

mempengaruhi kehadiran karya tersebut atau unsur penting yang berada di luar wilayah

novel tersebut. Meski merupakan bagian yang terpisah dalam sebuah kisah, namun

unsur ekstrinsik ini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap cerita yang ditulis.

Berbeda pula dengan unsur intrinsik yang mutlak ada, unsur ekstrinsik jauh lebih

fleksibel. Bisa ada dan bisa pula tidak ada. Ada banyak hal yang tercakup dalam unsur

ekstrinsik novel. Bisa saja latar belakang kehidupan sang penulis, tempat di mana ia

tumbuh, kondisi sosial juga budaya, konflik ekonomi, waktu atau timing novel tersebut

diciptakan dan masih banyak lagi lainnya. Analisis aspek unsur ekstrinsik ialah analisis

karya sastra itu sendiri dari segi isinya, dan sepanjang mungkin melihat kaitannya

dengan kenyataan-kenyataan di luar karya sastra itu sendiri (Sugiarti, 2002: 22). Aspek

ekstrinsik terdiri dari aspek sosial, budaya, ekonomi, agama, maupun pendidikan.

d. Nilai Pendidikan dalam Novel

Sastra merupakan wujud gagasan seseorang melalui pandangan terhadap lingkungan

sosial yang berada di sekelilingnya dengan menggunakan bahasa yang indah. Sastra hadir

sebagai hasil perenungan pengarang terhadap fenomena yang ada. Sastra sebagai karya

fiksi memiliki pemahaman yang lebih mendalam, bukan hanya sekadar cerita khayal atau

angan dari pengarang saja, melainkan wujud dari kreativitas pengarang dalam menggali dan

mengolah gagasan yang ada dalam pikirannya.

Page 38: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

Suatu karya sastra yang baik adalah yang langsung memberi didikan kepada pembaca

tentang budi pekerti dan nilai-nilai moral, sesungguhnya hal ini telah menyimpang dari

hukum-hukum karya sastra sebagai karya seni dan menjadikan karya sastra sebagai alat

pendidikan yang langsung sedangkan nilai seninya dijadikan atau dijatuhkan nomor dua.

Begitulah paham pertama dalam penilaian karya sastra yang secara tidak langsung

disimpulkan dari corak-corak roman Indonesia yang mula-mula, ialah memberi pendidikan

dan nasihat kepada pembaca.

Sastra dan tata nilai merupakan dua fenomena sosial yang saling melengkapi dalam hakikat

mereka sebagai sesuatu yang eksistensial. Sastra sebagai produk kehidupan, mengandung

nilai-nilai sosial, filsafat, religi, dan sebagainya baik yang bertolak dari pengungkapan

kembali maupun yang mempunyai penyodoran konsep baru (Suyitno, 1986: 3). Sastra tidak

hanya memasuki ruang serta nilai-nilai kehidupan personal, tetapi juga nilai-nilai kehidupan

manusia dalam arti total.

Lasyo (dalam Setiadi 2006: 117) menyatakan, nilai manusia merupakan landasan

atau motivasi dalam segala tingkah laku atau perbuatannya. Sejalan dengan Lasyo,

Darmodiharjo (dalam Setiadi, 2006: 117) mengungkapkan nilai merupakan sesuatu yang

berguna bagi manusia baik jasmani maupun rohani. Sedangkan Soekanto (1983: 161)

menyatakan, nilai-nilai merupakan abstraksi daripada pengalaman-pengalaman pribadi

seseorang dengan sesamanya. Pada hakikatnya, nilai yang tertinggi selalu berujung pada

nilai yang terdalam dan terabstrak bagi manusia, yaitu menyangkut tentang hal-hal yang

bersifat hakiki. Dari beberapa pendapat tersebut di atas pengertian nilai dapat disimpulkan

sebagai sesuatu yang bernilai, berharga, bermutu, akan menunjukkan suatu kualitas dan

akan berguna bagi kehidupan manusia.

Segala sesuatu yang digunakan untuk mendidik harus yang mengandung nilai didik,

termasuk dalam pemilihan media. Novel sebagai suatu karya sastra, yang merupakan karya

seni juga memerlukan pertimbangan dan penilaian tentang seninya (Pradopo, 2005: 30).

Page 39: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

Pendidikan pada hakikatnya merupakan upaya membantu peserta didik untuk menyadari

nilai-nilai yang dimilikinya dan berupaya memfasilitasi mereka agar terbuka wawasan dan

perasaannya untuk memiliki dan meyakini nilai yang lebih hakiki, lebih tahan lama, dan

merupakan kebenaran yang dihormati dan diyakini secara sahih sebagai manusia yang

beradab (Setiadi, 2006: 114). Nilai-nilai pendidikan dapat ditangkap manusia melalui

berbagai hal diantaranya melalui pemahaman dan penikmatan sebuah karya sastra. Sastra

khususnya humaniora sangat berperan penting sebagai media dalam pentransformasian

sebuah nilai termasuk halnya nilai pendidik

Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang banyak memberikan

penjelasan secara jelas tentang sistem nilai. Nilai itu mengungkapkan perbuatan apa yang

dipuji dan dicela, pandangan hidup mana yang dianut dan dijauhi, dan hal apa saja yang

dijunjung tinggi. Adapun nilai-nilai pendidikan dalam novel sebagai berikut.

a. Nilai Pendidikan Religius

Religi merupakan suatu kesadaran yang menggejala secara mendalam dalam

lubuk hati manusia sebagai human natur. Religi tidak hanya menyangkut segi kehidupan

secara lahiriah melainkan juga menyangkut keseluruhan diri pribadi manusia secara total

dalam integrasinya hubungan ke dalam keesaan Tuhan (Rosyadi, 1995: 90). Nilai-nilai

religius bertujuan untuk mendidik agar manusia lebih baik menurut tuntunan agama dan

selalu ingat kepada Tuhan. Nilai-nilai religius yang terkandung dalam karya sastra

dimaksudkan agar penikmat karya tersebut mendapatkan renungan-renungan batin dalam

kehidupan yang bersumber pada nilai-nilai agama. Nilai-nilai religius dalam sastra bersifat

individual dan personal.

Kehadiran unsur religi dalam sastra adalah sebuah keberadaan sastra itu sendiri

(Nurgiyantoro, 2005: 326). Semi (1993: 21) menyatakan, agama merupakan kunci sejarah,

kita baru memahami jiwa suatu masyarakat bila kita memahami agamanya. Semi (1993: 21)

juga menambahkan, kita tidak mengerti hasil-hasil kebudayaanya, kecuali bila kita paham

Page 40: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

akan kepercayaan atau agama yang mengilhaminya. Religi lebih pada hati, nurani, dan

pribadi manusia itu sendiri. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Nilai

religius yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak serta bersumber pada

kepercayaan atau keyakinan manusia.

b. Nilai Pendidikan Moral

Moral merupakan sesuatu yang igin disampaikan pengarang kepada pembaca,

merupakan makna yang terkandung dalam karya sastra, makna yang disaratkan lewat

cerita. Moral dapat dipandang sebagai tema dalam bentuk yang sederhana, tetapi tidak

semua tema merupakan moral (Kenny dalam Nurgiyantoro, 2005: 320). Moral merupakan

pandangan pengarang tentang nilai-nilai kebenaran dan pandangan itu yang ingin

disampaikan kepada pembaca. (Hasbullah 2005: 194) menyatakan bahwa, moral

merupakan kemampuan seseorang membedakan antara yang baik dan yang buruk. Nilai

moral yang terkandung dalam karya sastra bertujuan untuk mendidik manusia agar

mengenal nilai-nilai etika merupakan nilai baik buruk suatu perbuatan, apa yang harus

dihindari, dan apa yang harus dikerjakan, sehingga tercipta suatu tatanan hubungan

manusia dalam masyarakat yang dianggap baik, serasi, dan bermanfaat bagi orang itu,

masyarakat, lingkungan, dan alam sekitar. Uzey (2009: 2) berpendapat bahwa nilai moral

adalah suatu bagian dari nilai, yaitu nilai yang menangani kelakuan baik atau buruk dari

manusia. Moral selalu berhubungan dengan nilai, tetapi tidak semua nilai adalah nilai moral.

Moral berhubungan dengan kelakuan atau tindakan manusia. Nilai moral inilah yang lebih

terkait dengan tingkah laku kehidupan kita sehari-hari.

Dapat disimpulkan bahwa nilai pendidikan moral menunjukkan peraturan-peraturan

tingkah laku dan adat istiadat dari seorang individu dari suatu kelompok yang meliputi

perilaku. Untuk karya menjunjung tinggi budi pekerti dan nilai susila.

Page 41: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

c. Nilai Pendidikan Sosial

Kata “sosial” berarti hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat/ kepentingan

umum. Nilai sosial merupakan hikmah yang dapat diambil dari perilaku sosial dan tata cara

hidup sosial. Perilaku sosial berupa sikap seseorang terhadap peristiwa yang terjadi di

sekitarnya yang ada hubungannya dengan orang lain, cara berpikir, dan hubungan sosial

bermasyarakat antar individu. Nilai sosial yang ada dalam karya sastra dapat dilihat dari

cerminan kehidupan masyarakat yang diinterpretasikan (Rosyadi, 1995: 80). Nilai

pendidikan sosial akan menjadikan manusia sadar akan pentingnya kehidupan berkelompok

dalam ikatan kekeluargaan antara satu individu dengan individu lainnya.

Nilai sosial mengacu pada hubungan individu dengan individu yang lain dalam

sebuah masyarakat. Bagaimana seseorang harus bersikap, bagaimana cara mereka

menyelesaikan masalah, dan menghadapi situasi tertentu juga termasuk dalam nilai sosial.

Dalam masyarakat Indonesia yang sangat beraneka ragam coraknya, pengendalian diri

adalah sesuatu yang sangat penting untuk menjaga keseimbangan masyarakat.

Sejalan dengan tersebut nilai sosial dapat diartikan sebagai landasan bagi

masyarakat untuk merumuskan apa yang benar dan penting, memiliki ciri-ciri tersendiri, dan

berperan penting untuk mendorong dan mengarahkan individu agar berbuat sesuai norma

yang berlaku. Uzey (2009: 7) juga berpendapat bahwa nilai sosial mengacu pada

pertimbangan terhadap suatu tindakan benda, cara untuk mengambil keputusan apakah

sesuatu yang bernilai itu memiliki kebenaran, keindahan, dan nilai ketuhanan. Jadi nilai

sosial dapat disimpulkan sebagai kumpulan sikap dan perasaan yang diwujudkan melalui

perilaku yang mempengaruhi perilaku seseorang yang memiliki nilai tersebut. Nilai sosial

merupakan sikap-sikap dan perasaan yang diterima secara luas oleh masyarakat dan

merupakan dasar untuk merumuskan apa yang benar dan apa yang penting.

d. Nilai Pendidikan Budaya

Page 42: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

Nilai-nilai budaya menurut Rosyadi (1995:74) merupakan sesuatu yang dianggap

baik dan berharga oleh suatu kelompok masyarakat atau suku bangsa yang belum tentu

dipandang baik pula oleh kelompok masyarakat atau suku bangsa lain sebab nolai budaya

membatasi dan memberikan karakteristik pada sutu masyarakat dan kebudayaannya.

Nilai budaya merupakan tingkat yang paling abstrak dari adat, hidup dan berakar

dalam alam pikiran masyarakat, dan sukar diganti dengan nilai budaya lain dalam waktu

singkat. Uzey (2009: 1) berpendapat mengenai pemahaman tentang nilai budaya dalam

kehidupan manusia diperoleh karena manusia memaknai ruang dan waktu. Makna itu akan

bersifat intersubyektif karena ditumbuh-kembangkan secara individual, namun dihayati

secara bersama, diterima, dan disetujui oleh masyarakat hingga menjadi latar budaya yang

terpadu bagi fenomena yang digambarkan.

Sistem nilai budaya merupakan inti kebudayaan, sebagai intinya akan

mempengaruhi dan menata elemen-elemen yang berada pada struktur permukaan dari

kehidupan manusia yang meliputi perilaku sebagai kesatuan gejala dan benda-benda

sebagai kesatuan material. Sistem nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup

dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka

anggap amat bernilai dalam hidup. Karena itu, suatu sisitem nilai budaya biasanya berfungsi

sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia. Dapat disimpulkan dari pendapat

tersebut sistem nilai budaya menempatkan pada posisi sentral dan penting dalam kerangka

suatu kebudayaan yang sifatnya abstrak dan hanya dapat diungkapkan atau dinyatakan

melalui pengamatan pada gejala-gejala yang lebih nyata seperti tingkah laku dan benda-

benda material sebagai hasil dari penuangan konsep-konsep nilai melalui tindakan berpola.

Adapun nilai-nilai budaya yang terkandung dalam novel dapat diketahui melalui penelaahan

terhadap karakteristik dan perilaku tokoh-tokoh dalam cerita.

C. Kerangka Pikir

Page 43: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

Sebagai karya yang imajinatif sastra khususnya novel selalu membawa kesan dan

pesan untuk pembaca. Telah disinggung bahwa novel merupakan bagian karya sastra, yang

menceritakan salah satu segi kehidupan sang tokoh yang benar-benar istimewah bahkan

sangat dramatis yang kadang mengakibatkan terjadinya perubahan nasib. Baik dari segi

cintanya, perjuangan hidupnya, pandangannya melihat kehidupan, maupun ketamakannya,

dan lain-lain. Novel Sang Pemimpi dan novel Yasmin di bangun oleh unsur intrinsik dan

ekstinsik. Unsur intrinsik terdiri atas tema, alur/plot, latar/setting, penokohan/perwatakan,

amanat dan sudut pandang. Adapun unsur ekstrinsik terdiri dari aspek sosiologis, ekonomi,

politik, psikologis, budaya, moral, pendidikan dan agama.

Mengingat novel ini dilatarbelakangi oleh berbagai masalah genetika sastra,

diantaranya struktur intrinsik (tema, alur/plot, latar/setting, penokohan/perawatakan, amanat

dan sudut pandang), kondisi eksternal karya sastra, serta pandangan dunia pengarang.

Maka pendekatan yang digunakan untuk menganalisis data dan memperoleh gambaran

tentang genetika karya sastra yang terkandung dalam novel Andrea Hirata yang berjudul

“Sang Pemimpi” dan novel Diyana Millah Islami yang berjudul Yasmin, adalah pendekatan

genetik. Pendekatan genetik adalah pendekatan yang memandang karya sastra yang tidak

berdiri secara otonom, melainkan berhubungan dengan relasi sosial kehidupan seorang

pengarang terlibat dalam aktivitas kehidupan nyata. Pendekatan ini berusaha memahami

karya sastra berdasarkan asal-usul karya sastra lahir dan dilahirkan. Adapun yang terkait

dengan karya sastra adalah pengarang dan kenyataan sejarah yang turut mengkondisikan

karya sastra saat diciptakan.

Untuk mengetahui novel tersebut mempunyai relevansi dengan keadaan masyarakat

dewasa ini, peneliti mengaitkan antara makna novel dengan indikator yang telah ditentukan.

Indikator tersebut adalah hal yang berhubungan dengan problem yang terjadi dalam

masyarakat. Timbulnya problem tersebut disebabkan oleh hal-hal yang menjadi relasi sosial

yang timpang dalam struktur masyarakat.

Page 44: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

BAGAN KERANGKA PIKIR

Page 45: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

G

Gambar 2.1

Karya Sastra

Novel

Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata dan Yasmin Karya Diyana Millah Islami

Strukturalisme Genetik

Faktor Intrinsik Pandangan Sosial Kelompok

Faktor Ekstrinsik

Temuan Analisis

1. Latar Belakang Sosial Pengarang

2. Sosial Budaya

1. Moral

2. Sosial

3. Adat Istiadat

4. Agama

1.Tokoh/Penokohan

2. Tema

3. Amanat

4. Alur (Plot)

Page 46: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam mengkaji novel Sang Pemimpi dan Yasmin

adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Pengkajian jenis ini bertujuan mengungkapkan data

sebagai media informasi kualitatif dengan pendeskripsian yang teliti dan penuh nuansa

untuk menggambarkan secara cermat sifat-sifat suatu hal (indikator, atau kelompok),

keadaan, fenomena dan tidak terbatas pada pengumpulan data meliputi analisis interpretasi

(Ratna, 2004 : 8-10). Pengkajian deskriptif menyarankan pengkajian yang dilakukan semata-

mata hanya berdasarkan pada fakta atau fenomena yang memang secara empiris hidup

pada penuturnya (sastrawan). Artinya yang dicatat dan dianalisis adalah unsur-unsur.

Dalam mengkaji novel Sang Pemimpi dan Yasmin, digunakan pendekatan penelitian

deskripsi kualitatif. Metode penelitian deskriptif kualitatif artinya yang dianalisis dan hasil

analisisnya berbentuk deskripsi, tidak berupa angka-angka atau koefesien tentang

hubungan variabel (Endraswara, 2003: 101).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Yang di gunakan dalam penelitian ini adalah dokumen yaitu novel yang

berjudul Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dan novel Yasmin karya Diyana Millah

Islami, dan studi pustaka yang mencoba sejumlah buku dan tulisan yang relevan

terhadap objek kajian.

Page 47: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

Penelitian terhadap novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dan novel

Yasmin karya Diyana Millah Islami, dilakukan selama tiga bulan, mulai tanggal 6

April sampai dengan tanggal 8 Juni 2014.

C. Unit Analisis dan Penentuan Informan

Unit analisis pada hakikatnya merupakan strategi yang mengatur ruang atau teknis

penelitian agar memperoleh data maupun kesimpulan penelitian. Menurut jenisnya,

penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan metode content analysis atau

analisis isi. Penelitian ini mendeskripsikan atau menggambarkan apa yang menjadi

masalah, kemudian menganalisis dan menafsirkan data yang ada. Metode content analysis

atau analisis isi yang digunakan untuk menelaah isi dari suatu dokumen, dalam penelitian

ini dokumen yang dimaksud adalah novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dan novel

Yasmin karya Diyana Millah Islami. Oleh karena itu, dalam penyusunan desain harus

dirancang berdasarkan pada prinsip metode deskriptif kualitatif, yang mengumpulkan,

mengolah, mereduksi, menganalisis dan menyajikan data secara objektif atau sesuai

dengan kenyataan yang ada di lapangan untuk memperoleh data. Untuk itu, peneliti

menawarkan desain penelitian sebagai berikut :

Pertama, penelitian sastra itu dapat kita ikuti sendiri. Mula-mula sastra diteliti

strukturnya untuk membuktikan jaringan bagian-bagian sehingga terjadi keseluruhan yang

padu dan holistik.

Kedua, penghubungan dengan sosial budaya. Unsur-unsur kesatuan karya sastra

dihubungkan dengan sosio budaya dan sejarahnya, kemudian dihubungkan dengan struktur

mental yang berhubungan dengan pandangan dunia pengarang.

Selajutnya, untuk mencapai solusi atau kesimpulan dengan jalan melihat premis-

premis yang sifatnya spesifik untuk selanjutnya mencari premis general.

Page 48: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

Adapun metode penelitian yang digunakan dalam pengkajian Strukturalisme

Genetik pada novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dan Yasmin karya Diyana Millah

Islami adalah pengkajian karya ditinjau dari struktural genetik yang akan melihat karya

sastra berdasarkan unsur intrinsik, unsur ekstrinsik dan pandangan sosial kelompok

terhadap keterhubungan dengan nilai sosial. Kelima varian ini akan menunjukkan vision du

monde (pandangan dunia) seperti yang akan diintroduksi Lucian Goldmann. Pandangan

dunia yang terdapat dalam teks “Sang Pemimpi” dan “Yasmin” akan ditelusuri melalui

interaksi teks pengarang dan teks pembaca. Arah atau penekanan dalam penelitian ini

adalah interpretasi nilai sosial dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dan novel

Yasmin karya Diyana Millah Islami, urutan analisis sebagai berikut.

1. Faktor Intrinsik

2. Faktor Ekstrinsik

3. Pandangan Sosial Kelompok.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu teknik dokumentasi dengan

jalan mengumpulkan data melalui sumber tertulis. Dengan cara penelitian pustaka, yaitu :

1. Membaca dengan cermat berulang-ulang novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata

dan novel Yasmin karya Diyana Millah Islami sebagai sumber data primer dan

referensi lain yang terkait sebagai sumber data sekunder.

2. Mengumpulkan dan mengidentifikasi data dari hasil bacaan referensi.

3. Mencatat bagian-bagian yang dianggap relevan sebagai data (yang dianggap

sebagai sumber genetik)

4. Mengklasifikasikan data yang termasuk dalam genetika sastra yaitu struktur

intrinsik, faktor ekstrinsik, serta pandangan sosial kelompok yang dapat membangun

pandangan dunia berdasarkan tingkatannya sebagai data penelitian struktur intrinsik,

Page 49: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

faktor ekstrinsik serta pandangan sosial kelompok yang dapat membangun

pandangan dunia berdasarkan tingkatannya sebagai data penelitian.

E. Teknik Analisis Data

Berdasarkan teknik pengumpulan data yang dipergunakan, maka unsur karakter

tokoh utama yang dapat dicocokkan dengan tokoh yang dimaksud, kemudian diseleksi

kutipan atau data yang mana lebih spesifik itulah yang akan diambil. Selanjutnya,

menentukan watak, sifat, karakter dan kebiasaan karakter tokoh utama sesuai dengan bukti

atau penunjuk yang telah dipilih.

Sebagai hasil akhir, memaparkan watak, sifat, karakter dan kebiasaan tokoh dengan

senantiasa mengutip bagian cerita yang menunjukkan kebenaran analisis yang dimaksud,

selanjutnya dideskripsikan berdasarkan fenomena sosial yang dijadikan acuan penelitian

meliputi:

a. Membaca berulang-ulang dan memahami novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata

dan novel Yasmin karya Diyana Millah Islami.

b. Menelaah seluruh data yang diperoleh yang menyangkut genetika dalam novel

Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dan novel Yasmin karya Diyana Millah Islami.

c. Mengungkap aspek-aspek genetik yang terdapat pada novel Sang Pemimpi karya

Andrea Hirata dan Yasmin karya Diyana Millah Islami.

d. Mendeskripsikan aspek-aspek genetik yang terdapat pada novel Sang Pemimpi

karya Andrea Hirata dan novel Yasmin karya Diyana Millah Islami.

e. Mengadakan pemeriksaan keabsahan data berupa genetika yang telah diamati

sebagai hasil penelitian.

Page 50: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

f. Bila hasil penelitian sudah dianggap sesuai, maka hasil tersebut dianggap sebagai

hasil akhir.

F. Pengecekan Keabsahan Temuan

Teknik pemeriksaan keabsahan data yang dipilih dalam penelitian ini adalah:

1. Ketekunan pengamatan dan analisis

2. Rujukan dan resensi

3. Pemeriksaan dengan teman sejawat melalui diskusi

Ketekunan pengamatan memberikan kedalaman wawasan bagi peneliti memperoleh

penghayatan yang menandai berbagai fenomena yang berhubungan dengan masalah dan

data penelitian.

Rujukan dilakukan dengan cara membaca dan menelaah sumber data dan berbagai

kepustakaan yang relevan dengan masalah penelitian. Teknik pemeriksaan dilakukan

dengan cara mengecek kepada teman sejawat atau pakar yang berkompeten dalam kajian

strukturalisme genetik dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dan novel Yasmin

karya Diyana Millah Islami melalui media komunikasi. Penggunaan cara ini dimaksud agar

peneliti dapat mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran sehingga diperoleh pengertian

yang lebih mendalam bagi dasar klasifikasi, penafsiran dan analisis strukturalisme dari novel

tersebut.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Karakteristik Objek Penelitian

Page 51: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

Data dalam penelitian ini adalah struktur instrinsik, unsur ektrinsik, pandangan sosial

kelompok, dan kondisi eksternal (biografi, ekonomi, politik, sosial budaya, dan lain-lain) yang

akan mengarah pada pandangan dunia yang terdapat pada novel Sang Pemimpi karya

Andrea Hirata dan novel Yasmin karya Diyana Millah Islami. Sumber data dalam yang

digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen. Dokumen yang digunakan adalah novel

yang berjudul Sang Pemimpi karya Andrea Hirata yang berjumlah 288 halaman dan novel

Yasmin karya Diyana Millah Islami yang berjumlah 263 halaman yang diterbitkan oleh PT

Bentang Pustaka Yogyakarta.

B. Paparan Dimensi Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan secara rinci strukturalisme genetik terhadap

novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata dan novel Yasmin karya Diyana Millah

Islami. Dalam novel tersebut di ketahui melalui tiga unsur yaitu: unsur intrinsik,

unsur ekstrinsik, dan pandangan sosial kelompok. Penelitian sastra yang

menggunakan pendekatan strukturalisme genetik terlebih dahulu harus memulai

langkah yaitu kajian unsur-unsur intrinsik. Dari pengkajian intrinsik akan dapat

memunculkan tokoh problematik dalam novel. Tokoh problematik yang terdapat

dalam novel akan memunculkan adanya pandangan dunia pengarang yang

dimunculkan melalui tokoh problematik. Berikut analisis novel tersebut dalam

kaitannya dengan strukturalisme genetik .

1. Unsur Intrinsik Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata

a. Tokoh dan Penokohan

Tokoh adalah pelaku yang dikisahkan pemain dalam cerita. Tokoh

dalam karya sastra adalah manusia yang di tampilkan melalui apa yang

mereka katakan atau lakukan.

Tokoh yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata, yaitu :

Ikal, Arai, Jimbron, Pendeta Geovnnya, Pak Mustar, Pak Julian Ichsan Balia,

Page 52: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

Nurmala, Laksmi, Capo, Taikong Hamim, Bang Zitun, A Kiun, Nurmi, Pak Cik

Basman, A Siong, Deborah, Mei Mei, Seman, A Ling. Penokohan dalam novel

Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata, yaitu:

1. Ikal adalah anak kampung yang miskin, cerdas dan selalu memiliki

semangat yang tinggi baik hati, optimistis, pantang menyerah, penyuka

Bang Rhoma.

2. Arai adalah tokoh sentral dalam buku ini. Menjadi saudara angkat Ikal ketika kelas

3 SD saat ayahnya (satu-satunya anggota keluarga yang tersisa) meninggal

dunia. Seseorang yang mampu melihat keindahan di balik sesuatu, sangat optimis

dan selalu melihat suatu peristiwa dari kaca mata yang positif. Arai adalah sosok

yang begitu spontan dan jenaka, seolah tak ada sesuatupun di dunia ini yang

akan membuatnya sedih dan patah semangat.

3. Jimbron, anak yatim piatu yang diasuh oleh seorang pastur Katolik bernama

Geovanny. Laki-laki berwajah bayi dan bertubuh subur ini sangat polos. Segala

hal tentang kuda adalah obsesinya, dan gagapnya berhubungan dengan sebuah

peristiwa tragis yang memilukan yang dia alami ketika masih SD, dulu ayahnya

sekarat di depan matanya maka ia membawa ayahnya dengan sepeda yang

lajunya lama sampai di puskesmas ayahnya meninggal di depan matanya dan

waktu ditanyai orang-orang di sudah terlanjur gagap karena terlalu banyak

menangis sampai tersendat-sendat ia selalu berfikir jika saja waktu itu dia menaiki

kuda pasti ayahnya tertolong. Jimbron adalah penyeimbang di antara Arai dan

Ikal, kepolosan dan ketulusannya adalah sumber simpati dan kasih sayang dalam

diri keduanya untuk menjaga dan melindunginya.

3. Pendeta Geovanny, ia adalah seorang Katolik yang mengasuh Jimbron selepas

kepergian kedua orangtua Jimbron. Meskipun berbeda agama dengan Jimbron,

beliau tidak memaksakan Jimbron untuk turut menjadi umat Katolik. Bahkan

Page 53: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

beliau tidak pernah terlambat mengantar Jimbron pergi ke masjid untuk mengaji.

Meski disebut Pendeta, Geovanny yang berdarah Italia ini adalah seorang Pastor.

4. Pak Mustar M. Djai'din. BA. adalah salah satu pendiri SMA Bukan Main. Ia adalah

wakil kepala sekolah SMA Bukan Main, seorang yang baik dan cukup sabar

namun berubah menjadi tangan besi ketika anaknya sendiri justru tidak diterima

masuk ke SMA tersebut karena NEMnya kurang 0,25 dari batas minimal. Terkenal

dengan aturan-aturannya yang disiplin dan hukuman yang sangat berat. Namun

sebenarnya beliau adalah pribadi yang sangat baik dan patut dicontoh.

5. Pak Drs. Julian Ichsan Balia; Kepala Sekolah SMA Negeri Manggar.Laki-laki

muda, tampan, lulusan IKIP Bandung yang masih memegang teguh idealisme.

6. Nurmala; Zakiah Nurmala binti Berahim Mantarum, gadis pujaan Arai sejak

pertama kali Arai melihatnya. Nurmala adalah gadis yang pandai, selalu

menyandang ranking 1. Ia juga penggemar Ray Charles dengan lagunya I Can't

Stop Loving You dan Nat King Cole dengan lagunya When I Fall in Love.

7. Laksmi; gadis pujaan Jimbron. Telah kehilangan kedua orangtuanya dan tinggal

serta bekerja di sebuah pabrik cincau. Semenjak kepergian orangtuanya ia tidak

pernah lagi tersenyum, walaupun senyumnya amat manis. Ia baru dapat

tersenyum ketika Jimbron datang mengendarai sebuah kuda.

8 Capo Lam Nyet Pho; Seorang yang memungkinkan berbagai hal sebagai objek

untuk bisnisnya. Bahkan ketika PN Timah terancam kolaps, ia melakukan ide

untuk membuka peternakan kuda meskipun kuda adalah hewan yang asing bagi

komunitas Melayu.

9. Taikong Hamim; Guru mengaji di masjid di kampung Gantung. Dikenal sebagai

sosok nonkonfromis dan sering memberlakukan hukuman fisik kepada anak-

anak yang melakukan kesalahan.

Page 54: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

10. Bang Zaitun; Seniman musik pemimpin sebuah kelompaok Orkes Melayu.

Dikenal sebagai orang yang pernah mempunyai banyak pacar dan hampir

memiliki 5 istri. Sebenarnya kunci keberhasilannya dalam percintaan adalah

sebuah gitar. Ia pun mengajarkan hal tersebut pada Arai yang sedang mabuk

cinta dengan Nurmala.

11. A Kiun; Gadis Hokian penjaga loket bioskop.

12. Nurmi; Berbakat memainkan biola, mewarisi biola dan bakat dari kakeknya yang

ketua kelompok gambus di Gantung. Nurmi adalah tetangga Arai dan Ikal,

seumuran, dan dia adalah gadis yang sangat mencintai biola.

13. Pak Cik Basman; Seorang tukang sobek karcis di sebuah bioskop di Belitong.

14. A Siong; Pemilik toko kelontong tempat Ikal dan Arai berselisih tentang

penggunaaan uang tabungan.

15. Deborah Wong; Istri A Siong dan ibu dari Mei Mei. Perempuan asal Hongkong

yang tambun dan berkulit putih.

16. Mei Mei; Gadis kecil anak Deborah Wong

17. Seman Said Harun : ayah Ikal, yang sangat pendiam, bekerja sebagai pendulang

timah dan akan memakai baju safari empat saku jika akan mengambil rapotnya

Ikal dan Arai.

18. A Ling, walau hanya sekali disebut dalam novel ini ia adalah wanita hokian yang

sangat dicintai Ikal, anak pemilik Toko Sinar Harapan dan meninggalkan Ikal

untuk merantau ketika Ikal kelas tiga SMP.

Penokohan atau perwatakan dalam cerita fiksi, seperti novel, merupakan penciptaan

citra tokoh yang dapat meyakinkan pembaca sehingga pembaca seolah-olah merasa

berhadapan langsung dengan manusia yang sebenarnya. Dari hasil analisis di temukan

bahwa Ikal, Arai dan Jimbron adalah tokoh utama dari cerita Sang Pemimpi. Penggambaran

Page 55: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

ketiga tokoh dalam cerita itu sangat tepat dengan karakter atau perwatakan yang harus

dijalaninya dalam cerita.

Mereka bertiga selalu bersama-sama. Arai dan Ikal begitu pintar di sekolahnya,

sedangkan Jimbron, si penggemar kuda ini biasa-biasa saja. Malah menduduki rangking 78

dari 160 siswa. Sedangkan Ikal dan Arai selalu menjadi lima dan tiga besar. Mimpi mereka

sangat tinggi, karena bagi Arai, orang susah seperti mereka tidak akan berguna tanpa

mimpi-mimpi. Mereka berdua mempunyai mimpi yang tinggi yaitu melanjutkan belajar ke

Sorbonne Perancis. Mereka terpukau dengan cerita Pak Balia, kepala sekolahnya, yang

selalu meyebut-nyebut indahnya kota itu. Kerja keras menjadi kuli ngambat mulai pukul dua

pagi sampai jam tujuh dan dilanjutkan dengan sekolah, itulah perjuangan ketiga pemuda itu.

Mati-matian menabung demi mewujudkan impiannya. Meskipun kalau dilogika, tabungan

mereka tidak akan cukup untuk sampi ke sana. Tapi jiwa optimisme Arai dan Ikal tak

terbantahkan.

b. Tema

Tema dalam novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata adalah menceritakan tentang

persahabatan dan perjuangan meraih mimpi meskipun keadaan ekonomi mereka tidak

memungkinkan untuk menggapai cita-citanya, tetapi semuanya dapat dihadapi dengan rasa

percaya diri dan mempunyai semangat yang tinggi untuk belajar dan bekerja keras dalam

meraih semua mimpi.

Ikal juga termasuk dari keluarga yang tidak mampu, ayahnya bekerja sebagai

penyekop timah di Belitong dan ibunya hanya seorang ibu rumah tangga. Ikal dan Arai pun

membantu orang tuanya dalam kehidupan mereka. Di dalam kehidupnya mereka tidak kenal

lelah. Berikut kutipannya:

“Anak-anak yang kuat tenaganya menjadi pendulang timah. Mereka seharian berendam di dalam lumpur, mengaduk-ngaduk aluvial, meraba-raba urat timah di bawah tanah, mempertaruhkan kelangsungan hidup pada kemampuan menduga-duga. Mereka yang kuat nyalinya bekerja dibagian tengah laut. Pekerjaan berbahaya yang berbulan-bulan

Page 56: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

baru bisa bertemu keluarga. Mereka yang kuat tenaga dan kuat nyalinya siang malam mencedok pasir gelas untuk mengisi tongkang, makan seperti jembel dan tidur dibawah gardan truk, melingkar seperti biawak.” (Hirata:2006:67-68)

Jimbron sendiri merupakan merupakan anak asuh dari Pendeta Geofany yang

sejak kecil ditinggal oleh orang tuanya. Namun kekurangan ekonomi tidak menghambat

pendidikan tetapi mereka sendiri mempunyai cita-cita yang luar biasa dari pendidikan,

dengan kerja keras semangat dan memotivasi mereka juga berusaha membiayai

sekolahnya sendiri dengan bekerja. Hal tersebut memotivasi Ikal, Arai dan Jimbron untuk

mencari ilmu sampai ke luar negeri. Kutipannya sebagai berikut :

“Jelajahi kemegahan Eropa sampai Afrika yang eksotis. Temukan berliannyabudaya sampai ke Prancis. Langkahkan kakimu di atas altar suci almamater terhebat tiada tara: Sorbonne. Ikuti jejak-jejak Sartre, Louis Pasteur, Montisquieu, Voltaire. Disanalah orang belajar science, sastra, dan seni hingga mengubah peradaban….”(Hirata:2006:73)

Keberhasilan Ikal untuk berpendidikan tinggi S-2 di University De Paris, Sorbonne

Prancis mampu membahagiakan orang tuanya. Berikut kutipannya :

“Tak terasa aku telah menyelesaikan kuliahku. Sekarang aku merasa memilikitenaga baru untuk menemukan potongan-potongan mozaik nasibku. Pekerjaan sortir dan hidupku secara keseluruhan mulai kurasakan sepi tantangannya.Aku ingin menghadapi suatu kesulitan yang membuatku terus berkambang, aku ingin menjadi bagian dari sesuatu yang penting dan besar. Aku berpikir untuk meninggalkan pekerjaan sortir dan kembali mengekstrapolasikan kurva semangatku yang terus menanjak.” (Hirata:2006:250).

Berdasarkan kutipan-kutipan novel tersebut, dapat di ketahui tema yang tersirat dalam

novel Sang Pemimpi ini tak lain adalah “persahabatan dan perjuangan dalam

mengarungi kehidupan serta kepercayaan terhadap kekuatan sebuah mimpi atau

pengharapan”. Hal itu dapat dibuktikan dari penceritaan per kalimatnya dimana penulis

berusaha menggambarkan begitu besarnya kekuatan mimpi sehingga dapat membawa

seseorang menerjang kerasnya kehidupan dan batas kemustahilan.

Page 57: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

Ikal, Arai dan Jimbron yang tak pernah patah semangat. Tak pernah lelah meskipun

mereka harus membiayai sekolah mereka sendiri dengan bekerja menjadi buruh

pengangkut ikan, dan hidup jauh dari orang tua. Mereka bersahabat sejak kecil. Suka

duka mereka lalui bersama. Mereka selalu optimis menjalani hidup, meski mereka

berasal dari keluarga yang serba terbatas.

c. Amanat

Amanat yang disampaikan dalam novel Sang Pemimpi ini adalah jangan berhenti

bermimpi. Hal itu sangat jelas pada tiap-tiap sub babnya. Yang pada prinsipnya manusia

tidak akan pernah bisa untuk lepas dari sebuah mimpi dan keinginan besar dalam

hidupnya. Hal itu secara jelas digambarkan penulis dalam novel ini dengan maksud

memberikan titik terang kepada manusia yang mempunyai mimpi besar namun terganjal

oleh segala keterbatasan.

Berikut kutipannya:

….pada saat itulah aku, Arai, dan Jimbron mengkristalisasikan harapan agung kami dalam satu statement yang sangat ambisius: cita-cita kami adalah kami ingin sekolah ke Perancis! Ingin menginjakkan kaki di altar suci almamater Sorbonne, ingin menjelajah Eropa sampai ke Afrika. Harapan ini selanjutnya menghantui kami setiap hari. Begitu tinggi cita-cita kami. Mengingat keadaan kami yang sangat terbatas, sebenarnya lebih tepat cita-cita itu disebut impian saja. Tapi di depan tokoh karismatik Pak Balia, semuanya seakan mungkin.” (Hirata:2006:73-74)

…Dan dari tempat kami berdiri, di Pulau Belitong yang terpencil dan hanya berdiameter seratus lima puluh kilometer ini, cita-cita kami sekolah ke Perancis, menjelajahi Eropa sampai ke Afrika adalah potongan-potongan mozaik yang tak dapat dihubungkan dengan logika apa pun, bahkan dengan pikiran yang paling gila sekalipun.” (Hirata : 2006: 208)

…jika kuibaratkan semangat manusia sebuah kurva, sebuah grafik, maka sikap optimis akan membawa kurva it uterus menanjak. Sebaliknya aku semakin terpatri dengan cita-cita agung kami : ingin sekolah ke Perancis, menginjakkan kaki di altar suci almamater Sarbonne, menjelajahi Eropa sampai Afrika.” (Hirata: 2006: 208).

Berdasarkan kutipan-kutipan tersebut, dapat di ketahui bahwa novel Sang Pemimpi

ini sarat dengan amanat yang disampaikan oleh pengarangnya. Amanat yang disampaikan

dalam Sang Pemimpi ini adalah jangan berhenti bermimpi. Hal itu sangat jelas pada tiap-tiap

Page 58: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

sub babnya. Yang pada prinsipnya manusia tidak akan pernah

bisa untuk lepas dari sebuah mimpi dan keinginan besar dalam hidupnya. Hal itu secara

jelas digambarkan penulis dalam novel ini dengan maksud memberikan titik terang kepada

manusia yang mempunyai mimpi besar namun terganjal oleh segala keterbatasan. Ikal dan

Arai selalu optimis. Meskipun mereka sadar bahwa sekolah sampai ke luar negeri adalah

sesuatu yang mustahil bagi mereka, dengan segala keterbatasan yang mereka miliki.

Namun, mereka yakin, dengan tekad, semangat, usaha dan kerja keras mimpi-mimpi itu

akan terwujud. Dan akhirnya, setelah mereka masing-masing berhasil menyelesaikan studi

S1, akhirnya mereka sama-sama mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di

Universite de Paris, Sorbonne, Perancis.

d. Alur / Plot

Alur adalah rangkaian ceria yang dibentuk oleh tahapan peristiwa sehingga terjalin

suatu cerita. Alur adalah rangkaian peristiwa yang memiliki hubungan sebab akibat sehingga

menjadi satu-kesatuan yang padu, bulat, dan utuh. Sebuah cerita merupakan rangkaian

peristiwa. Peristiwa yang dirangkaikan tersebut adalah susunan peristiwa yang lebih kecil.

Rangkaian kejadian itu tidak hanya disusun berdasarkan komposisi cerita melainkan

bergerak berdasarkan hubungan sebab akibat. Berikut susunan alur dari novel Sang

Pemimpi.

1. Pengarang mulai melukiskan keadaan

Karena Arai sejak kecil ditinggal kedua orang tuanya. Pada akhirnya ayah Ikal

mengangkat Arai menjadi anak asuhannya. Dia dibesarkan dari keluarga yang serba

kekurangan. Berikut kutipannya :

“Namun sungguh malang nasibnya, waktu ia kelas satu SD, ibunya wafat sat melahirkan adiknya. Arai, baru enam tahun ketika itu, dan ayahnya, gemetar di samping jasad beku sang ibu yang memeluk erat bayi merah yang bersimbah darah. Anak beranak itu meninggal bersamaan. Lalu Arai tinggal berdua dengan ayahnya. Kepedihan belum mau menjauhi Arai. Menginjak kelas tiga SD, ayahnya juga wafat. Arai menjadi yatim piatu, sebatang kara. Ia kemudian dipungut keluarga kami.” (Hirata:2006: 24)

Page 59: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

2. Peristiwa yang bersangkut paut mulai bergerak

Seringkali Arai juga iri melihat seorang anak bersama orang tuanya. Arai ikut terharu

ketika melihatnya, Arai sejak kecil ditinggal kedua orang tuanya dan dia sangat

menginginkan orang tua yang selalu disampingnya ketika dia kesepian. Permasalahan yang

terjadi dalam diri Arai adalah ketidakmampuan Arai dalam mengendalikan emosinya untuk

tidak cemburu pada teman yang masih mempunyai orang tua. Berikut kutipannya:

“Ibuku memberi isyarat dan Arai melesat ke gudang peregasan. Ia memasukkan beberapa takar beras ke dalam karung, kembali kepekarangan, memberikan karung beras itu kepada ibuku yang kemudian melungsurkannya kepada Mak Cik.” “Ambillah……..” “Mak Cik menerimanya dengan canggung dan berat hati. Aku tak sampai hati melihatnya. Ia berkata terbata-bata, “Tak ’kan mampu kami menggantikannya,Kak….” (Hirata: 2006: 39).

3. Keadaan mulai memuncak

Ikal yang memiliki hutang kepada Arai yang telah berjasa karena atas dukungannya

dan memberikan motivasi. Ikal membantu Arai untuk menggapai cintanya yang tumbuh

sejak SMA, wanita yang di idamkan Arai adalah Nurmala gadis cantik yang pintar. Arai

sering ditolak oleh Nurmala, dia diacuhkan dan beratus-ratus puisi dan bunga yang Arai

berikan tidak bisa meluluhkan hatinya. Ikal membawa Arai ke seorang yang ahli mengenai

percintaan yaitu Bang Zaitun. Bang Zaitun mengajarkan Arai memainkan gitar untuk lebih

menarik perhatian Nurmala. Berikut kutipannya :

“Kau kenal Bang Zaitun kan, Rai??”tanyaku. Arai menjawab heran,”Pimpinan Orkes Melayu Pasar ikan belok kiri itu...?” “Kesanalah kau harus berguru soal cinta...

Arai tersenyum. Siapa tak kenal Bang Zaitun , pria flamboyan yang kondang dalam dunia persilatan cinta. Di Belitong ada empat kampung besar, di setiap kampung itu

Page 60: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

ia punya istri. Laki-laki positif mencerna setiap usulan, memikirkannya dengan lapang dada. Arai menatapku cerah. “Kau yakin Bang Zaitun punya cukup wewenang ilmiah untuk memecahkan masalahku ini, Kal?”

“Tak ada salahnya mencoba, Kawan, jauh lebih terhormat daripada ke dukun!!”

“Ah, Keriting, baru ku tahu, kau cerdas sekali!!” (Hirata:2006:189)

4. Peristiwa mulai memuncak

Ketika Arai, Ikal dan Jimbron lulus sebagai pelajar SMA, Arai dan Ikal mempunyai

keinginan untuk pergi ke Jakarta. Arai mendapat tantangan dari salah seorang guru SD

yaitu ibu Muslimah. Berikut Kutipannya:

“Jangan pernah pulang sebelum jadi sarjana..” pesan Ibu Muslimah, guru SD-ku. Disamping beliau Pak Mustar mengangguk-angguk. Mereka tersenyum ketika kami menyalami mereka erat-erat karena mereka tahu itu pertanda kami menerima tantangan itu: tak’kan pernah pulang ke pulau Belitong sebelum jadi sarjana. (Hirata:2006:219)

Dan setelah mereka sampai di Jakarta, beberapa bulan kemudian Ikal diterima

bekerja sebagai penyortir surat, namun Arai tidak diterima bekerja disitu. Akhirnya

dia pergi keluar pulau untuk bekerja. Ikal tidak tahu kemana Arai Pergi dan dia

merasa kehilangan. Beberapa bulan kemudian melanjutkan studinya di Universitas

Indonesia dan disibukkan dengan aktifitasnya. Berikut kutipannya.

“Tahun berikutnya aku diterima di UI. Aku mengatur jadwal shift menyortir surat sesuai dengan kesibukan kuliah. Aku merindukan Arai setiap hari dan ingin kukirimkan kabar padanya bahwa jika ia kembali ke Bogor ia dapat kuliah karena aku telah berpenghasilan tetap. Walaupun sangat pas-pasan tapi jika ia juga bekerja part time, aku yakin kami dapat sama-sama membiayai kuliah kami.”(Hirata:2008:246)

5. Pengarang memberikan pemecahan masalah soal dari semua peristiwa.

Ikal mendaftarkan diri agar mendapat beasiswa ke luar negeri. Dia mendapatkan

panggilan tes disana, dan Ikal bertemu dengan sahabatnya yang telah lama tidak jumpa.

Pada tahap penyelesaian diceritakan pada akhirnya Ikal dan Arai diterima di Universitas

yang selama ini menjadi harapan, cita-cita dan mimpinya. Berikut kutipannya.

Page 61: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

“Aku mengamb i l su ra t ke lu lus an Ara i dan memba ca ka l imat dem i ka l imat dalam surat keputusan yang dipegangnya dan jiwaku seakan terbang. Hari ini seluruh ilmu umat manusia menjadi setit ik air di atas samudra pengetahuan Al lah . Har i in i Nab i Musa membe lah Lau t Merah dengan tongka tnya , dan miliaran bintang-gemintang yang berputar dengan eksentrik yang bersilangan, membentuk lingkaran episiklus yang mengelil ingi miliaran siklus yang lebih besar, berlapis-lapis tak terhingga di luar jangkauan akal manusia. Semuanya tertata rapi dalam protokol jagad raya yang diatur tangan Allah. Sedikit saja satu dar i m i l ia ran ep is ik lus i t u ke luar dar i o rb i tn ya , maka da lam h i tungan de t ik sementara alam akan meledak menjadi remah-remah. Hanya itu kalimat yang d a p a t m e n g g a m b a r k a n b a g a i m a n a s e m p u r n a n y a T u h a n t e l a h m e n g a t u r po tongan-po tongan mo za ik h idupk u dan Ara i , dem ik ia n ind ahnya Tuhan bertahun-tahun telah memeluk mimpi-mimpi kami,telah menyimak harapan-harapan sepi dalam hati kami, karena di kertas itu tertulis nama universitas yang menerimanya, sama dengan universitas yang menerimaku, disana jelas tertulis: Universite de Paris, Sorbonne, Prancis.” (Hirata:2006:272)

Kutipan-kutipan novel di atas, menggambarkan tentang alur dalam cerita Sang

Pemimpi. Alur yang digunakan adalah alur maju mundur. Pengarang mulai melukiskan

keadaan, dengan melukiskan keadaan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita. Misalnya Arai

anak tunggal, yang sejak kecil ditinggal kedua orang tuanya. Akhirnya ayah Ikal

mengangkatnya menjadi anak asuhnya dan di besarkan bersama saudara-saudara Ikal

yang lain. Peristiwa yang bersangkut paut mulai bergerak dalam cerita dengan pengisahan

tokoh-tokoh yang ada dalam cerita. Arai seringkali merasa iri melihat seorang anak

bersama orang tuanya. Keadaan mulai bersangkut paut dan memuncak ketika Ikal, Arai

dan Jimbron menjalani proses kehidupannya sebagai pengangkut ikan di pasar, dan lulus

sebagai pelajar SMA. Aria dan Ikal mempunyai keinginan untuk kuliah di Jakarta dan

memenuhi tantangan guru SD yaitu Ibu Muslimah, untuk tidak akan kembali ke Belitong

sebelum menjadi sarjana, dan ketika mereka sampai di Jakarta melalui banyak rintangan

dan hambatan, yang pada akhirnya mereka bekerja sambil kuliah.

Pengarang juga memberikan pemecahan masalah dari semua peristiwa yang ada

dalam cerita. Hal tersebut terjadi ketika Ikal mendaftarkan diri agar mendapat beasiswa ke

luar negeri. Pada akhirnya Arai sahabatnya juga diterima di universitas yang selama ini

menjadi harapan, cita-cita dan mimpi mereka.

Page 62: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

e. Latar

Latar atau setting dalam sebuah karya fiksi, seperti novel, berupaya memberikan

gambaran kepada pembaca tentang tempat, waktu, dan suasana terjadinya cerita.

Dalam novel ini disebutkan latarnya yaitu di Pulau Magai Balitong, los pasar dan

dermaga pelabuhan, di gedung bioskop, di sekolah SMA Negeri Bukan Main,

terminal Bogor, dan Pulau Kalimantan. Waktu yang digunakan pagi, siang, sore, dan

malam. Latar nuansanya lebih berbau melayu dan gejolak remaja yang diselimuti

impian-impian.

Berdasarkan hasil analisis terhadap novel Sang Pemimpi ditemukan beberapa

latar terjadinya cerita.

1. Latar Tempat

a. Di Belitong Timur

Hal tersebut dapat dilihat dari bukti dibawah ini:

Pada awal cerita pengarang melukiskan keadaan Belitong timur karena disanalah

orang-orang mencari nafkah. Berikut kutipannya:

“Setelah empat puluh tahun bumi pertiwi merdeka akhirnya Belitong Timur, pulau timah yang kaya raya itu, memiliki sebuah SMA Negeri. Bukan Main. SMA ini segera menjadi menara gading takhta tertinggi intelektualitas di pesisir timur, maka ia mengandung makna dari setiap syair lagu “Godeamus Igitur” yang ketika mendengarnya, sembari memakai toga, bisa membuat orang merasa IQ nya meningkat drastis beberapa digit.” (Hirata:2008:6)

b. Di SMA Bukan Main

Hal tersebut dapat dilihat dari bukti dibawah ini:

1) Pada saat peresmian sekolah SMA bukan main. Berikut kutipannya:

“Pemotongan pita peresmian SMA ini adalah hari bersejarah bagi kami orang Melayu pedalaman, karena saat pita itu terkulai putus, terputus pula kami dari masa gelap gulita matematika integral atau tata cara membuat buku tabelaris hitung dagang yang dikhotbahkan di SMA. Tak perlu lagi menempuh 120

Page 63: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

kilometer ke Tanjong Padan hanya untuk tahu ilmu debet kredit itu.” (Hirata:2006:6)

2) Ketika siswa terlambat datang kesekolah dan para saat itu siswa menirukan

pidato pak Mustar saat apel rutin. Berikut kutipannya:

“Senin pagi ini kuanggap hari yang sial. Setengah jam sebelum jam masuk, Pak Mustar mengunci pagar sekolah. Beliau berdiri di podium menjadi inspektur apel rutin. Celakanya banyak siswa yang terlambat, termasuk aku, Jimbron dan Arai. Lebih celaka lagi beberapa siswa yang terlambat justru mengejek Pak Mustar. Dengan sengaja mereka meniru-niruka pidatonya. Pemimpin para siswa yang berkelakuan seperti monyet sirkus itu tak lain Arai!! Pak Mustar ngamuk. Ia meloncat dari podium dan mengajak dua orang penjaga sekolah mengejar kami.” (Hirata:2006:10)

c. Di Pasar Pagi

Hal tersebut dapat dilihat dari bukti dibawah ini:

Pak Mustar mengejar-ngejar Ikal berlari menuju pasar dan melompati sebuah

pagar sehingga sepeda yang sedang diparkir roboh. Berikut kutipannya:

“Aku menyebrangi jalan dan berlari kencang ke utara, memasuki gerbang pasar pagi. Pak Mustar barnafsu menangkapku, jaraknya semakin dekat. Aku ketakutan dan tergesa-gesa meloncati palang besi parkir sepeda. Celaka! Salah satu sepeda tersenggol. Lalu tukang parkir terpana melihat ratusan sepeda yang telah dirapikannya susah payah, rebah satu persatu seperti permainan kartu domino, menimbulkan kegaduan yang luar biasa dipasar pagi. Aku terjerembap, bangkit dan pontang-panting kabur.” (Hirata:2006:14)

“Sekarang delapan orang memikul peti dan peti menuju pasar pagi yang ramai. Disekitar peti tukang parkir berteriak-teriak menimpali obralan pedagang Minang yang menjual baju di kaki lima. Klakson sepeda motor dan kliningan sepeda sahut menyahut dengan jeritan mesin parut dan ketukan palu para tukang sol. Lenguh sapi yang digelandang ke pejagalan beradu nyaring dengan suara bising dari balon kecil yang dipencet penjual mainan anak-anak. Di punggungku kurasakan satu persatu detakan jantung Jimbron, lambat namun keras, gelisah dan mencekam”. (Hirata:2006:20) “Kami memasuki toko yang sesak. Barang-barang kelontong berjejal-jejal di rak-rak yang tinggi. Arai berhenti sebentar ditengah toko persis dibawah sebuah fan besar berdiameter hampir dua meter dan berfutar sangat kencang: wuttth ... wuttth ... wutttthh. Istri A siong besar di Hongkong. Hanya fan unuk pabrik itu yang membuatnya betah tinggal di Belitong yang panas. Arai membuka kancing atas bajunya, menengadahkan wajahnya, dan ketika angin fan membasuh wajahya

Page 64: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

yang bersimbah peluh ia terpejam syahdu, sebuah gaya yang sangat mengesankan”.(Hirata:2006:43)

Berdasarkan latar tempat, cerita dalam novel berlatar di Pulau Belitong. Pada awal

cerita pengarang melukiskan keadaan Belitong dan orang-orangnya. Keadaan ekonomi,

mata pencaharian dan kondisi pendidikan masyarakatnya. Sejak empat puluh tahun

bumi pertiwi merdeka, akhirnya Belitong Timur memiliki sebuah SMA. Pada akhirnya

Ikal, Arai dan Jimbron memilih sekolah itu untuk melanjutkan pendidikan setelah tamat

SMP. Bagi mereka, dan orang-orang Melayu pedalaman, keberadaan SMA di daerah

mereka memberikan satu jalan untuk menempuh pendidikan. Mereka tidak perlu lagi

menempuh jarak yang sangat jauh untuk sekedar menuntut ilmu.

Cerita dalam novel juga banyak diwarnai di sekolah tempat mereka menempuh

pendidikan di SMA Bukan Main. Ketika siswa datang terlambat ke sekolah dan

mendapat hukuman dari Pak Mustar guru yang paling di takuti disekolahnya. Saat

mereka dikejar Pak Mustar menuju pasar pagi karena melanggar di sekolah, dan

aktivitas pasar pagi yang penuh sesak.

2. Latar Waktu

a. Pagi hari

Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan dibawah ini:

Ketika para siswa datang terlambat ke sekolah dan pak Mustar mengunci pagar

sekolah. Berikut kutipannya:

“Senin pagi ini kuanggap hari yang sial. Setengah jam sebelum jam masuk, Pak Mustar mengunci pagar sekolah. Beliau berdiri di podium menjadi inspektur apel rutin. Celakanya banyak siswa yang terlambat, termasuk aku, Jimbron dan Arai. Lebih celaka lagi beberapa siswa yang terlambat justru mengejek Pak Mustar. Dengan sengaja mereka meniru-nirukan pidatonya. Pemimpin para siswa yang berkelakuan seperti monyet sirkus itu tak lain Arai!! Pak Mustar ngamuk. Ia meloncat dari podium dan mengajak dua orang penjaga sekolah mengejar kami”. (Hirata:2006:10)

Page 65: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

b. Siang hari

Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut di bawah ini:

Pengarang melukiskan suasana pada siang hari di kapal, berikut kutipanya:

“Hari keenam, pukul satu siang, aku yang sudah babak belur, compang-camping, iseng-iseng mendongakkan kapal keluar lubang palka dan alangkah terkejutnya, nun jauh disana, sayup-sayup, di garis horizon biru itu kulihat benda kotak-kotak bermunculan timbul tenggelam.” (Hirata:2006:224)

c. Sore hari

Hal tersebut dapat dilihat dari bukti dibawah ini:

Pengarang melukiskan suasana sore hari di perkebunan kelapa sawit. Berikut

kutipannya:

“Sore yang indah. Perkebunan kelapa sawit di kaki gunung sebelah timur kampung kami seperti garis panjang yang membelah matahari.” (Hirata:2006:37) Pengarang melukiskan suasana pada petang sore hari di rumah, berikut kutipanya:

“Petang yang sunyi dan menegangkan Arai mengambil bingkai plastik foto hitam putih ayah dan ibunya. Ia menyingkir ke ruang tamu. Ia duduk di kursi malas ayahku. Di bawah bendangan lampu yang temaram. Ia tak langsung membuka suratnya. Dibekapnya surat dan bingkai foto ayah-ibunya”. (Hirata:2006;270)

d. Malam hari

Hal tersebut dapat di buktikan dibawah ini:

Pengarang melukiskan suasana malam hari di kebun jagung. Berikut kutipanya:

“Usai salat isya Arai sudah berdandan rapi dan ia telah menyiapkan seikat bunga. Kami mengendap-endap di kebun jagung tiba di sebuah rumah Victoria yang besar”.(Hirata : 2006;202) “Malam turun, satu per satu penumpang menghilang, bus sepi. Ciputat tak kunjung sampai. Aku dan Arai yang kelelahan tertidur pulas. Jika ada yang ingin mengambil koper dan celengan kuda kami, kami tak’kan tahu. (Hirata : 2006;228)

Page 66: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

Kutipan-kutipan novel di atas, menggambarkan waktu terjadinya lakuan

dalam cerita berdasarkan latar waktu. Ketika Ikal, Arai dan Jimbron pada hari

Senin, terlambat tiba di sekolah. Pintu pagar sekolah setengah jam sebelum jam

masuk sudah dikunci oleh Pak Mustar yang menjadi inspektur apel rutin. Kemudian

saat Ikal dan Arai berlabuh menuju Tanjung Priuk dengan kapal barang yang

mereka tumpangi untuk ke Jakarta. Hari keenam, pukul satu siang di kapal Arai

melihat nun jauh di sana, kotak-kotak bermunculan timbul tenggelam. Dia berpikir,

kota Jakarta yang mereka tuju kian dekat. Ternyata pemandangan yang dia lihat

itu masih harus di tempuh selama empat jam berlayar. Alhasil, menjelang magrib,

kapal baru merapat di Tanjung Priok.

Suasana sore hari juga dilukiskan dalam cerita. Saat Ikal melihat

pemandangan perkebunan kelapa sawit yang ada di kampungnya, saat menjelang

petang yang sunyi dan menegangkan, Arai duduk di kursi malas sambil membekap

surat dan bingkai foto kedua orang tuanya yang telah tiada. Suasana malam hari

juga di gambarkan ketika usai shalat Isya, Ikal dan Arai mengendap-ngendap ke

rumah Nirmala. Dan sebagian cerita terjadi ketika malam turun, di seputar

pelabuhan Tanjung Priok, mereka naik bus, yang akhirnya mengantarkan mereka

sampai di terminal Bus Bogor.

3. Latar Lingkungan Sosial

a. Ekonomi

Hal tersebut dapat dilihat dari bukti dibawah ini.

Pada saat Mak Cik meminta beras kepada ibu Ikal dan menukarnya dengan

biola namun Ibu Ikal tidak mau menerimanya. Berikut kutipannya:

“Sudah tiga kali Minggu ini mak Cik datang meminjam beras. Keluarga kami memang miskin tapi Mak Cik lebih tak beruntung. Ia tak berdaya karena tak lagi dipedulikan suaminya, antara lain karena ia hanya melahirkan anak-anak perempuan itu.” (Hirata:2006:39)

Page 67: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

b. Religius

Hal tersebut dapat dilihat dari bukti dibawah ini:

Perilaku Arai dalam kesehariannya mencerminkan seorang muslim. Orang

yang taat pada perintah agama, hal itu terbukti bahwa setiap habis maghrib dia

selalu membacakan ayat-ayat suci Al Quran dengan kesadarannya sendiri, tanpa

diperintah siapapun. Berikut Kutipannya:

“Setiap habis maghrib, Arai melantunkan ayat-ayat suci Al Quran di bawah temaram lampu minyak dan saat itu seisi rumah kami terdiam. Suaranya sekering ranggasa yang menusuk-nusuk malam. Ratap lirihnya mengirisku, menyeretku kesebuah gubuk ditengah ladang tebu. Setiap lekukan tajwid yang dilantunkan hati muda itu adalah sayat kerinduan yang tak tertanggungkan pada ayah-ibunya ” (Hirata : 2008:33)

Jimbron adalah tokoh yang taat beragama dengan mengaji setiap harinya,

walaupun dia hidup di lingkungan agama yang berbeda, yaitu agama Katolik.

Berikut kutipannya:

“Jimbron adalah seorang yang membuat kami takjub dengan tiga macam keheranan. Pertama, kami heran karena kalau mengaji, ia selalu diantar seorang pendeta. Sebetulnya beliau adalah seorang pastor karena beliau seorang Katolik, tapi kami memanggilnya Pendeta Geovany. Rupanya setelah sebatang kara seperti Arai ia menjadi anak asuh sang pendeta. Namun, pendeta berdarah Itali itu tak sedikit pun bermaksud mengonversi keyakinan Jimbron. Beliau malah tak pernah telat jika mengantarkan Jimbron mengaji ke masjid” (Hirata:2008:61)

c. Intelektual

Hal tersebut dapat dilihat dari bukti dibawah ini:

WC yang keran airnya mampet, malah masih digunakan. Apalagi yang

menggunakannya adalah para intelek muda yang dasar pendidikannya ada.

Mereka yang menggunakan tidak menghiraukan walaupun agama sudah

mengajarkan kebersihan adalah sebagian dari iman. Mereka yang melakukan

Page 68: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

justru malah tidak merasa bersalah, walaupun orang lain yang kena dampak dari

ulah mereka. Berikut kutipannya:

“WC ini sudah hampir setahun diabaikan karena keran air yang mampet. Tapi manusia-manusia cacing, para intelektual muda SMA Negeri Bukan Main yang tempurung otaknya telah pindah ke dengkul, nekat menggunakannya jika panggilan alam itu tak tertahankan. Dengan hanya berbekal segayung air saat memasuki tempat sakral itu, mereka menghinakan dirinya sendiri dihadapan agama Allah yang mengajarkan bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman. Dan kamilah yang menanggung semua kebejatan moral mereka.”(Hirata:2006:130).

Bupati yaitu pemimpin sekarang kelakuannya sudah tidak jujur dan

menghalalkan segala cara hanya demi merebut kursi kepemimpinannya. Berikut

kutipannya:

“ lain kali mencalonkan dirinya jadi bupati!! pasang huruf h besar di depan namanya, mengaku dirinya haji???!! padahal aku tahu kelakuannya!! waktu jadi mahasiswa, wesel dari ibunya dipakainya untuk main judi buntut!!!”(Hirata:2006:168)

“itulah kalau kau mau tahu tabiat pemimpin zaman sekarang, boi!! baru mencalonkan diri sudah jadi penipu, bagaimana kalau bajingan seperti itu jadi ketua!!??”(Hirata:2006:168).

d. Rasa Kemanusiaan

Hal tersebut nampak dari bukti dibawah ini:

Beberapa hari setelah ayahnya meninggal Ikal dan ayahnya menjemput Arai untuk

di bawa ke rumahnya. Arai dan Ikal sebenarnya adalah masih saudara. Pada

waktu menjemput Arai, Ikal membantu Arai untuk membawakan buku-bukunya

yang masih perlu di bawa. Berikut kutipannya:

“Aku membantu membawa buku-bukunya dan kami meninggalkan gubuk berdinding lelak beratap daun itu dengan membiarkan pintu dan jendela-

Page 69: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

jendelanya terbuka karena dipastikan tak kan ada siapa-siapa untuk mengambil apapun.”(Hirata:2008:25)

Tokoh Ikal yang seharusnya menghibur Arai ketika ia mendapat musibah ternyata

malah berputar terbalik. Justru Arai yang berusaha menghibur Ikal supaya dia

tersenyum. Berikut kutipannya:

“Aku tersenyum tapi tangisku tak reda karena seperti mekanika gerak balik helikopter purba ini, Arai telah memutar balikkan logika sentimental ini. Ia justru berusaha menghiburku pada saat aku seharusnya menghiburnya. Dadaku sesak.”(Hirata:2006: 28)

Arai tidak tega melihat Mak Cik yang hidup kesusahan. Dia juga menyuruh Ikal

untuk memecah celengannya untuk menolong Mak Cik. Cara mereka dengan

membelikan bahan-bahan untuk membuat kue supaya beliau bisa mencukupi

kebutuhan hidup keluarganya. Berikut Kutipannya:

“Arai menyerahkan karung-karung kami pada Mak Cik. Beliau terkagetkaget. Lalu aku tertegun mendengar rencana Arai, dengan bahan itu dimintanya Mak Cik membuat kue dan kami yang akan menjualnya. Mulai sekarang Mak Cik mempunyai penghasilan! Seru Arai bersemangat.”(Hirata:2006:51)

Sikap tanggung jawab Bang Zaitun untuk memaksimalkan penampilan Arai dalam

memikat hati Nirmala sang pujaan hatinya, karena penampilan Arai yang pertama

kurang maksimal sehingga untuk memikat hati Nirmala bisa dikatakan gagal.

Berikut kutipannya:

“Bang Zaitun sangat komit pada penampilan Arai kali ini sebab ia merasa bertanggung jawab pada kegagalan Arai yang pertama.” (Hirata:2006:210)

d. Budaya

Hal tersebut dapat dilihat dari bukti berikut ini:

Page 70: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

Masyarakat Melayu ketika mulai beranjak dewasa kebanyakan mereka sudah

berusaha bekerja mencari uang untuk membantu keluarganya dalam mencukupi

kebutuhan hidup. Maka tidak heran, banyak remaja yang memilih tidak melanjutkan

sekolah, melainkan memilih untuk bekerja. Berikut kutipannya:

“Dan seperti kebanyakan anak-anak Melayu miskin di kampung kami yang rata-rata beranjak remaja mulai bekerja mencari uang,…”(Hirata:2006:32)

Peregasan yang artinya adalah peti papan besar tempat menyimpan padi.

Sebagian besar orang Melayu di setiap rumahnya pasti terdapat peregasan yang

berfungsi untuk menyimpan beras. Berikut Kutipannya:

“Padi dalam peregasan sebenarnya sudah tak bisa lagi dimakan karena sudah disimpan puluhan tahun. Saat ini peregasan tak lebih dari surga dunia bagi bermacam-macam kutu dan keluarga tikus berbulu kelabu yang turun- temurun beranak pinak disitu.” (Hirata:2006:36)

Kutipan-kutipan novel tersebut diatas, menggambarkan bahwa cerita juga

berlatar lingkungan sosial, seperti ekonomi, relegius, intelektual, rasa kemanusiaan,

dan budaya. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa kutipan yang menceritakan

tentang Mak Tik yang hidup serba kekurangan, tentang sikap religius yang ada

dalam tokoh cerita, yaitu Arai yang dalam kesehariannya mencerminkan seorang

muslim yang baik yang taat beragama, dan rajin mengaji, serta selalu memberi

contoh yang baik bagi teman-temannya, juga Jimbron yang meski di asuh dan

dibesarkan oleh seorang pendeta, namun pendeta Geovanny tidak pernah

terlambat mengantarkan Jimbron mengaji ke mesjid. Kemudian dari segi intelektual,

cerita dalam novel Sang Pemimpi juga melukiskan tentang sikap intelektual dari

tokoh-tokoh yang ada dalam cerita. Ketika membicarakan tentang pemilihan bupati

di daerahnya yang menurut mereka seorang pemimpin itu harus bertanggung

Page 71: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

jawab, dan jujur. Kemudian dari rasa kemanusiaan dan budaya juga di hadirkan

dalam cerita, ketika Arai selalu membantu Ikal dikala Ikal kesusahan, menghiburnya

di kala Ikal sedih. Arai selalu berusaha membuat Ikal tersenyum. Arai juga tak tega

melihat Mak Cik yang hidup kesusahan. Dia menyuruh Ikal memecahkan

celengannya untuk membelikan Mak Cik bahan-bahan untuk membuat kue supaya

bisa mencukupi kebutuhan hidup keluarganya.

4. Latar Suasana

a. Bahagia

Hal tersebut dapat dilihat di bawah ini:

“Kesempatan baik, Bron!!” aku girang, celingukan kiri kanan. “Tak ada kompetisi!!” Wajah Jimbron yang bulat jenaka merona-rona seperti buah mentega. “Mmhhh ... mmhhaa ... mainkan, Kal!!” (Hirata:2006:11)

Berbeda dengan Arai. Waktu peti melewati para pengamen ia menjetikkan para jemarinya mengikuti kerincing tamborin. Dan ia tersenyum. Aku mengerti bahwa baginya apa yang kami alami adalah sebuah petulangan yang asyik. Ia melirikku yang terjepit tak berdaya, senyumnya semakin girang. (Hirata:2006:21)

Demikianlah arti Arai bagiku. Maka sejak Arai tinggal dirumah kami, tak kepalang senang hatiku. Aku semakin gembira karena kami diperbolehkan menempati kamar hanya untuk kami berdua. Walaupun kamar kami hanyalah gudang peregasan, jauh lebih baik daripada tidur di tengah rumah, bertumpuk-tumpuk seperti pindang bersama abang-abangku yang kuli, bau keringat, dan mendengkur. (Hirata:2008;35)

b. Sedih

Hal tersebut dapat dilihat dari bukti dibawah ini:

“Di perjalanan aku tak banyak bicara karena hatiku ngilu mengenangkan nasib malang yang menimpa sepupu jauhku ini. “(Hirata:2008:26)

“Dari dalam karung, ia mengeluarkan sebuah benda mainan yang aneh. Aku melirik benda itu dan aku semakin pedih membayangkan ia membuat mainan itu sendirian, memainkannya juga sendirian ditengah-tengah ladang tebu.Aku tersedu sedan.” (Hirata:2008:27)

Page 72: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

“Air mata Mak Cik meleleh. Kesusahan seakan tercetak di keningnya. Lahir untuk susah, demikian stempelnya. Putrinya yang terkeik tertidur pulas dalam dekapannya. Yang tertua, Nurmi yang kurus tinggi kurang gizi itu, baru kelas dua SMP, sama denganku dan Arai, tampak tertekan batinnya. Ia memeluk erat sebuah koper hitam lusuh berisi biola. Dia seorang pemain biola berbakat. Ingin menjadi musisi, itulahimpian terbesarnya. Bakat dan biola itu diwarisinya dari kakeknya, ketua gambus kampung itu.” (Hirata:2008:38)

c. Gelisah

Hal tersebut dapat dilihat dari bukti di bawah ini:

“Sekarang delapan orang memikul peti dan peti menuju pasar pagi yang ramai. Disekitar peti tukang parkir berteriak-teriak menimpali obralan pedagang Minang yang menjual baju di kaki lima. Klakson sepeda motor dan kliningan sepeda sahut menyahut dengan jeritan mesin parut dan ketukan palu para tukang sol. Lenguh sapi yang digelandang ke pejagalan beradu nyaring dengan suara bising dari balon kecil yang dipencet penjual mainan anak-anak. Di punggungku kurasakan satu persatu detakan jantung Jimbron, lambat namun keras, gelisah dan mencekam.” (Hirata:2006:20). Dari kutipan tersebut, tergambar bahwa cerita dalam novel juga berlatar

suasana bahagia, sedih, dan gelisah. Ikal merasa sangat senang ketika Arai tinggal

di rumahnya dan sekamar berdua. Itu berarti dia akan memiliki teman bermain,

berbagi dan sekolah. Namun Ikal juga sedih manakala dia mengenang nasib

malang yang menimpa saudara sepupu jauhnya Arai yang sejak kecil di tinggal

mati oleh kedua orangtuanya.

Latar memiliki fungsi penting bagi sebuah cerita, dan berperan menjelaskan

atau menghidupkan peristiwa dalam sebuah cerita. Hal ini disebabkan karena latar

atau setting sangat berpengaruh bagi perilaku jiwa seorang tokoh.

5. Sudut Pandang

Sudut pandang novel Sang Pemimpi yaitu “orang pertama” (aku).

Dimana penulis memposisikan dirinya sebagai tokoh Ikal dalam cerita.

2. Unsur Ekstrinsik Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata

Page 73: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

a. Nilai Moral

Nilai moral pada novel ini sangat kental. Sifat-sifat yang tergambar menunjukkan

rasa humanis yang terang dalam diri seorang remaja tanggung dalam menyikapi

kerasnya kehidupan. Di sini, tokoh utama digambarkan sebagai sosok remaja yang

mempunyai perangai yang baik dan rasa setia kawan yang tinggi.

“Mereka yang masih bersemangat sekolah umumnya bekerja di warung mi rebus. Mencuci piring dan setiap malam pulang kerja harus menggerus tangan tujuh kali dengan tanah karena terkena minyak babi. Atau menjadi buruh pabrik kepiting. Berdiri sepanjang malam menyiangi kepiting untuk dipaketkan ke Jakarta dengan resiko dijepit hewan nakal itu. Atau, seperti aku, Arai dan Jimbron, menjadi kuli ngambat” (Hirata : 2006: 68)

“Sebelum menjadi kuli ngambat kami pernah memiliki pekerjaan lain yang juga memungkinkan untuk tetap sekolah, yaitu sebagai penyelam di padang golf.” (Hirata : 2006: 69)

“Setiap pukul dua pagi, berbekal sebatang bambu, kami sempoyongan memikul berbagai jenis mahkhluk laut yang sudah harus tersaji di meja pualam stanplat pada pukul lima, sehingga pukul enam sudah biasa diserbu ibu-ibu. Artinya, setelah itu kami leluasa untuk sekolah. Setiap pagi kami selalu seperti semut kebakaran. Menjelang pukul tujuh, dengan membersihkan diri seadanya karena kami selalu berbau seperti ikan pari kami tergopoh-gopoh ke sekolah. Jimbron menyambar sepedanya, yang telah dipasanginya surai sehingga baginya seperti jengki reyot itu adalah kuda terbang Pegasus. Aku dan Arai berlari sprint menuju sekolah.” (Hirata : 2006 :70).

Nilai moral merupakan sesuatu yang ingin disampaikan pengarang kepada

pembaca, merupakan makna yang terkandung dalam karya sastra, makna yang

disaratkan lewat cerita. Moral merupakan pandangan pengarang tentang nilai-nilai

kebenaran dan pandangan itu yang ingin disampaikan kepada pembaca. Tokoh utama

dalam novel Sang Pemimpi digambarkan sebagai sosok yang memiliki perangai yang

baik dan rasa setia kawan yang tinggi. Kutipan diatas mempunyai kandungan nilai

pendidikan moral. Ketika Ikal, Arai dan Jimbron selalu member contoh yang baik bagi

teman-temannya, dan ketika mereka tidak pernah patah semangat dalam mencukupi

kebutuhan hidup dan sekolah mereka dengan menjadi kuli, tanpa membebankan orang

tua.

Page 74: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

b. Nilai Sosial

Ditinjau dari nilai sosialnya, novel ini begitu kaya akan nilai sosial. Rasa setia

kawan yang begitu tinggi dimiliki antara tokoh, Ikal, Arai, dan Jimbron. Masing-masing

saling mendukung dan membantu antara satu dengan yang lain dalam mewujudkan

impian-impian mereka sekalipun hampir mencapai batas kemustahilan. Dengan didasari

rasa gotong royong yang tinggi sebagai orang Belitong, dalam keadaan kekurangan pun

masih dapat saling membantu satu sama lain. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan

berikut :

“Aku ingin menyelamatkan Jimbron walaupun benci setengah mati pada Arai. Aku dan Arai menopang Jimbron dan beruntung kami berada dalam labirin gang yang membingungkan…” (Hirata : 2006: 15).

“Aku ingin membahagiakan Arai. Aku ingin berbuat sesuatu seperti yang ia lakukan pada Jimbron. Seperti yang selalu ia lakukan padaku. Aku sering melihat sepatuku yang menganga seperti buaya berjemur tahu-tahu sudah rekat kembali, Arai diam-diam memakunya. Aku juga selalu heran melihat kancing bajuku yang lepas tiba-tiba lengkap lagi, tanpa banyak cincong Arai menjahitnya. Jika terbangun malam-malam, aku sering mendapatiku telah berselimut, Arai menyelimutiku.“ (Hirata : 2006: 185)

Ketika Ikal dan Arai akan berangkat ke Pulau Jawa untuk melanjutkan kuliah, Jimbron

memilih untuk tetap tinggal di Magai, bekerja di peternakan Capo mengurus kuda dan

menyerahkan tabungan kuda Sumbawanya untuk mereka.

“Dari dulu tabungan itu memang kusiapkan untuk kalian…” Air muka Jimbron yang polos menjadi sembab. Ia tampak sangat terharu karena dapat berbuat sesuatu untuk membantu sahabatnya. “Kalian lebih pintar, lebih punya kesempatan untuk sekolah lagi, kalian berangkat saja ke Jawa. Pakailah uang itu, kejarlah cita-cita…”. Kami terhenyak. Kami tak menduga sedikit pun niat tulus Jimbron selama ini.

Nilai sosial merupakan hikmah yang dapat diambil dari perilaku sosial dan

tata cara hidup sosial. Suatu kesadaran dan emosi yang relative lestari terhadap

suatu objek, gagasan, atau orang juga termasuk di dalamnya. Kutipan-kitipan

diatas menggambarkan nilai sosial yang terkadung dalam novel Sang Pemimpi.

Page 75: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

Kutipan diatas dapat dijelaskan bahwa walaupun Ikal sangat benci kepada Arai

tapi jiwa penolongnya kepada Jimbron masih tetap ada dalam dirinya, karena

dia merasa walaupun bagaimana mereka adalah bersaudara.

Nilai sosial juga berupa hikmah yang dapat diambil dari perilaku sosial dan

tata cara hidup sosial. Ketika Ikal dan Arai akan berangkat ke Pulau Jawa

melanjutkan pendidikan, Jimbron tetap memilih tinggal di Magai, bekerja di

peternakan Kuda. Dia menyerahkan celengan kudanya kepada kedua

sahabatnya sebagai bekal untuk mereka. Ikal dan Arai tak pernah menyangka

niat tulus Jimbron selama ini.

c. Adat Istiadat

Nilai pendidikan budaya adalah tingkat yang paling tinggi dan yang paling abstrak

dari adat istiadat. Hali itu disebabkan karena nilai-nilai budaya itu merupakan konsep-

konsep mengenai apa yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari warga

sesuatu masyarakat mengenai apa yang mereka anggap bernilai, berharga dan penting

dalam hidup, sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan

orientasi kepada kehidupan para warga masyarakatnya.

Walaupun nilai-nilai budaya berfungsi sebagai pedoman hidup manusia dalam

masyarakat, tetapi sebagai konsep, suatu nilai budaya itu bersifat sangat umum

mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, dan biasanya sulit diterangkan secara

rasional dan nyata. Namun, justru karena sifatnya yang umum, luas, dan tidak konkret

itu, maka nilai-nilai budaya dalam suatu kebudayaan berada dalam daerah emosional

dari alam jiwa para individu yang menjadi warga dari kebudayaan bersangkutan.

Kebiasaan dalam daerah tertentu juga memengaruhi tata cara dalam kehidupan sehari-

hari, terlihat seperti kutipan di bawah ini.

Page 76: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

“Dan seperti kebanyakan anak-anak Melayu miskin di kampung kami yang rata-rata beranjak remaja mulai bekerja mencari uang,…”(Hirata : 2006: 32)

Masyarakat Melayu ketika mulai beranjak dewasa kebanyakan mereka sudah berusaha

bekerja mencari uang untuk membantu keluarganya dalam mencukupi kebutuhan

hidup. Maka tidak heran, banyak remaja yang memilih tidak melanjutkan sekolah,

melainkan memilih untuk bekerja. Sebagian besar orang Melayu di setiap rumahnya

pasti terdapat peregasan (peti papan besar tempat menyimpan padi) yang berfungsi

untuk menyimpan beras. Berikut kutipannya :

“Padi dalam peregasan sebenarnya sudah tak bisa lagi dimakan karena sudah disimpan puluhan tahun. Saat ini peregasan tak lebih dari surga dunia bagi bermacam-macam kutu dan keluarga tikus berbulu kelabu yang turun- temurun beranak pinak disitu.” (Hirata:2006:36).

Nilai-nilai adat istiadat berfungsi sebagai pedoman hidup manusia dalam

masyarakat. Kebiasaan dalam daerah tertentu memengaruhi tata cara dalam kehidupan

sehari-hari, terlihat seperti kutipan tersebut diatas. Masyarakat Melayu ketika mulai

beranjak dewasa kebanyakan mereka sudah berusaha mencari uang untuk membantu

keluarganya dalam mencukupi kebutuhan hidup. Maka tidak heran, banyak remaja yang

memilih tidak melanjutkan sekolah, melainkan memilih untuk bekerja.

Unsur-unsur dan nilai kebudayaan juga dapat dilestarikan dengan menggunakan

benda atau barang kebudayaan daerah setempat. Hal itu juga diterapkan oleh

masyarakat Melayu. Sebagian besar orang Melayu di setiap rumahnya pasti terdapat

peregasan yang berfungsi untuk menyimpan beras. Bagi orang Melayu juga

menganggap peregasan adalah sebuah metafora, budaya, dan perlambang yang

mewakili periode gelap selama tiga setengah tahun Jepang menindas mereka.

d. Agama

Page 77: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

Berbicara tentang hubungan manusia dengan Tuhan tidak terlepas dari

pembahasan agama. Agama merupakan pegangan hidup bagi manusia. Perilaku Arai

dalam kesehariannya mencerminkan seorang muslim. Orang yang taat pada perintah

agama, hal itu terbukti bahwa setiap habis maghrib dia selalu membacakan ayat-ayat

suci Al Quran dengan kesadarannya sendiri, tanpa diperintah siapapun. Berikut

kutipannya:

“Setiap habis maghrib, Arai melantunkan ayat-ayat suci Al Quran di bawah temaram lampu minyak dan saat itu seisi rumah kami terdiam. Suaranya sekering ranggasa yang menusuk-nusuk malam. Ratap lirihnya mengirisku,menyeretku kesebuah gubuk ditengahladang tebu. Setiap lekukan tajwid yang dilantunkan hati muda itu adalah sayat kerinduan yang tak tertanggungkan pada ayah-ibunya ”(Hirata:2006:33)

Nilai agama pada novel ini juga secara jelas tergambar. Hal itu juga yang membuat

novel ini begitu kaya. Terutama pada bagian-bagian dimana ketiga tokoh ini belajar

dalam sebuah pondok pesantren. Banyak aturan-aturan islam dan petuah-petuah

Taikong (kyai) yang begitu hormat mereka patuhi. Rasa cinta Terhadap tuhan juga

ditujukan oleh Arai, Ikal, Jimbron dan orang tua mereka. Dari SD mereka sudah harus

belajar mengaji dan khatam Al-Quran, orang tua mereka juga harus menyunati anak

laki-laki. Hal ini terdapat dalam kutipan berikut.

“Setelah pulang sekolah, jangan harap kami bisa berkeliaran. Mengaji dan mengaji Al-Quran sampai khatam berkali-kali. Dan jika sampai tamat SD belum hafal Juz’ Amma, siap-siap saja dimasukkan ke dalam beduk dan beduknya dipukul keras-keras sehingga kita keluar berjalan zig-zag seperti ayam keracunan kepiting batu. Mereka lebih kejam dari orangtua kami mengaji. Bahkan Pak Ketua Kacang Kedelai tak berkutik pada trias politika karena yang menyunat bapaknya, dengan kulit bamboo, adalah Taikong Hamim. Dalam budaya orang Melayu pedalaman, siapa yang mengajari mengaji dan menyunati perkakasmu, maka dialah pemilik kebijakan hidupmu.” (Hirata: 2006:59)

Jimbron adalah tokoh yang taat beragama dengan mengaji setiap harinya, walaupun dia

hidup di lingkungan agama yang berbeda, yaitu agama Katolik. Mereka menjadi saling

menghormati, dengan demikian manusia bisa hidup harmonis dalam hubungannya

Page 78: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

dengan Tuhan sesame manusia, maupun makhluk lain. Pendeta Geovany merupakan

sosok yang penyayang dan menghormati manusia lain yang berbeda agama, terbukti

bahwa Jimbron sebagai anak angkatnya justru malah setiap hari di antar mengaji dan

tidak sedikitpun bermaksud menyesatkan keyakinan Jimbron dan malah tidak pernah

telat mengantarkan Jimbron ke masjid. Berikut kutipannya:

“Jimbron adalah seorang yang membuat kami takjub dengan tiga macam keheranan. Pertama, kami heran karena kalau mengaji, ia selalu diantar seorang pendeta. Sebetulnya beliau adalah seorang pastor karena beliau seorang Katolik, tapi kami memanggilnya Pendeta Geovany. Rupanya setelah sebatang kara seperti Arai ia menjadi anak asuh sang pendeta. Namun, pendeta berdarah Itali itu tak sedikit pun bermaksud mengonversi keyakinan Jimbron. Beliau malah tak pernah telat jika mengantarkan Jimbron mengaji ke masjid.” (Hirata:2006:61)

Nilai relegius merupakan sudut pandang yang mengikat manusia dengan Tuhan

pencipta alam dan seisinya . berbicara tentang hubungan manusia dan Tuhan tidak

terlepas dari pembahasan agama. Agama merupakan pegangan hidup bagi manusia.

Dari kutipan diatas, tokoh Jimbron dalam novel Sang Pemimpi mencerminkan tokoh

yang taat beragama dengan mengaji setiap harinya, walaupun dia hidup di lingkungan

agama yang berbeda, yaitu agama Katolik. Penanaman nilai religius yang tinggi mampu

menumbuhkan sikap sabar, tidak sombong dan tidak angkuh pada sesama. Manusia

menjadi saling mencintai dan menghormati sehingga bisa hidup harmonis dalam

hubungannya dengan Tuhan dan dengan sesamanya.

Perilaku Arai dalam kesehariannya mencerminkan seorang muslim. Orang yang

taat pada perintah agama, hal itu terbukti bahwa setiap habis magrib dia selalu

membacakan ayat-ayat suci Al Quran dengan kesadarannya sendiri, tanpa diperintah

siapapun.

2. Unsur Intrinsik Novel Yasmin Karya Diyana Millah Islami

Page 79: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

Unsur instrinsik berupa segala sesuatu yang menginspirasi penulisan

karya sastra dan mempengaruhi karya sastra secara keseluruhan. Unsur

intrinsik merupakan unsur yang membangun karya sastra dari dalam.

a. Tokoh dan Penokohan

Penokohan adalah cara pengarang menampilkan tokoh dalam cerita. Penokohan

lebih mengarah pada cara penyajian watak tokoh dan penciptaan cerita. Tokoh adalah

individu rekaan yang mengalami peristiwa dalam cerita.

Tokoh dalam novel Yasmin, yaitu: Yasmin, Muhammad Nurhasan, Halimah, Mak

Tik, Sulaiman, Misrun, Sarni, Leli, Kiai Durahem, Mak Nyai Munah, Yu Nur, Romlah,

Husniah, Nasir, Fatma, Lek Rip, Supriyadi, H. Ridwan, Pak Mantri, Cak Jupri, Pak

Narso, Lek Sanah, Pak Kadir, Soleh, Mamad, Suparmi, Aminuddin, Herwanto.

Penokohan

1. Yasmin, anak kampung yang miskin, lincah dan rajin, yang masih duduk di

Madrasah Ibtidaiyah kelas 3.

2. Muhammad Nurhasan, biasa di panggil Hasan, seorang pemuda yang

sementara kuliah dan melakukan penelitian di Dusun Tegalamat Atas,

Jember, dan sementara menjadi guru olahraga di Madrasah Ibtidayah

tempat Yasmin sekolah.

3. Halimah atau Nyi Lim, anak perempuan Kiai Durahem.

4. Mak Tik, emak atau ibu yasmin yang bekerja sebagai tukang jahit.

5. Sulaiman, ayah Yasmin bekerja sebagai mandor di kebun coklat.

6. Misrun, adik laki-laki Yasmin yang idiot dan sehari-harinya menggembalakan

kambing milik H. Ridwan.

Page 80: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

7. Sarni, adik bungsu Yasmin.

8. Leli, keponakan Yasmin yang ditinggal mati ibunya waktu melahirkan Leli

dan di asuh oleh ibunya Yasmin.

9. Abdur Rohim atau Kiai Durahem, pimpinan pondok pesantren Nurul Huda di

Dusun Tegalamat Atas, Jember.

10. Mak Nyai Munah, istri Kiai Durahem

11. Nur’ani atau Yu Nur, santri putri yang paling tua di pesantren dan masih

tinggal di pesantren Nurul Huda.

12. Romlah, santri senior putri yang tinggal di pondok pesantren Nurul Huda.

13. Husniah, santri senior yang tinggal di pesantren Nurul Huda.

14. Nasir, santri putra senior yang tinggal di pondok pesantren Nurul Huda

15. Fatma, teman sekolah Yasmin yang juga tinggal di pondok pesantren Nurul

Huda.

16. Lek Rip, pemilik toko kain dan kancing langganan Mak Tik, ibu Yasmin.

17. Supriyadi atau Cak Pri, Kakak ipar Yasmin yang pernah bekerja sebagai TKI

di Arab Saudi, tetapi kembali ke tanah air dan tinggal di pondok pesantren

Nurul Huda atas izin Kiai Durehem, tanpa sepengetahuan orang-orang

kampung karena malu sama keluarga.

18. H. Ridwan, pemilik kebun coklat dan kambing yang di gembalakan Misrun.

19. Pak Mantri, tempat orang-orang di dusun Tegalamat Bawah berobat.

20. Cak Jupri, family Yasmin

21. Pak Narso, tukang kebun Madrasah Ibtidaiyah Bustanul Ulum

22. Lek Sanah, penjual makanan di dekat MIBU

23. Pak Kadir, kepala sekolah Madrasah Ibtidaiyah Bustanul Ulum.

24. Soleh, teman sekelas Yasmin dan anak santri pesantren Nurul Huda

Page 81: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

25. Mamad, teman sekelas Yasmin dan anak santri pesantren Nurul Huda.

26. Suparmi teman sekelas Yasmin di Madrasah Ibtidaiyah.

27. Amiruddin, teman sekelas Yasmin di Madrasah Ibtidaiyah.

28. Herwanto, teman sekelas Yasmin di Madrasah Ibtidaiyah.

Tokoh dan penokohan merupakan unsur penting dalam karya naratif. Setiap

karya fiksi otomatis terdapat tokoh di dalamnya. Dari cerita dalam novel yang berjudul

Yasmin, diketahui bahwa yang menjadi tokoh utama dalam cerita ini adalah Yasmin,

seorang gadis kecil yang lincah dan rajin yang masih duduk di sekolah Madrasah

Ibtidaiyah kelas tiga. Kriteria tokoh utama adalah bertindak sebagai pusat pembicaraan

dan sering diceritakan, sebagai pihak yang paling dekat kaitannya dengan tema cerita,

dan lebih sering melakukan interaksi dengan tokoh lain dalam cerita.

b. Tema

Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya

sastra. Tema mempunyai hubungan yang sangat erat dengan sebuah cerita

karena menjadi inti dari permasalahannya.

Tema dalam novel Yasmin karya Diyanah Millah Islami adalah pendidikan.

Menceritakan tentang seorang anak perempuan yang masih duduk di kelas tiga

Madrasah Ibtidaiyah, yang sangat menginginkan untuk tinggal di pondok

pesantren Nurul Huda yang di pimpin oleh Kiai Durahem sekedar untuk belajar

agama lebih dalam lagi seperti kebanyakan yang di lakukan oleh anak-anak

suku Madura di kampungnya. Berikut kutipannya :

“Sambil memangku Sarni, Yasmin memandang Fatma yang sedang memasukkan baju-bajunya ke tas. Bapak dan Emaknya pun sibuk memasukkan barang-barang Fatma yang lain ke kardus. Hari itu Fatma akan berangkat mondok. Yasmin memandangnya dengan wajah sedih”.

“Ndak udah murung gitu, Min. Kita kan masih bisa bertemu tiap hari di sekolah. Dan malamnya kita juga bisa bertemu waktu ngaji di langgar,” kata Fatma kepada Yasmin.

Page 82: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

“Yasmin bukan murung karena itu, Fat. Yasmin iri sama Fatma karena Yasmin ndak bias mondok. Padahal, sejak dulu Yasmin sangat menginginkannya.” Yasmin menjawab lirih.” (Diyana MI : 2014 : 43)

Yasmin juga termasuk keluarga yang tidak mampu. Ayahnya hanya bekerja sebagai

mandor di kebun coklat yang sudah sakit-sakitan, dan ibunya bekerja sebagai tukang

jahit. Akhirnya sebagai anak yang tertua, Yasmin lebih diharapkan untuk banyak

membantu pekerjaan ibunya termasuk mengurus bapak, adik dan keponakannya yang

masih kecil. Berikut kutipannya:

“Kamu dengarkan suruhan Emak, ndak?”

“Yasmin dengar, Mak. Pasti Yasmin kerjakan semua sampai beres, Mak. Yasmin hanya bilang kalau Yasmin ingin mondok seperti Fat.”

“Cepat kerjakan apa yang Emak suruh barusan. Keburu Lek Jannah datang mau ambil bajunya. Mengerti ?” (Diyana MI : 2014 : 45).

Berdasarkan kutipan-kutipan tersebut di atas di ketahui bahwa tema dalam cerita

novel Yasmin adalah tentang seorang gadis kecil yang masih duduk dibangku

Madrasah Ibtidaiyah sangat menginginkan untuk bisa mondok di pesatren Nurul Huda

pimpinan Kiai Durahem untuk belajar ilmu agama Islam secara mendalam bersama

teman-temannya yang lain. Seperti kebanyakan anak-anak suku Madura di

kampungnya, sejak kecil mereka di perkenalkan pendidikan agama dan tidak sedikit

yang belajar melalui pondok pesantren di daerahnya. Di samping itu, cerita dalam

novel Yasmin ini juga menggambarkan tentang sosok gadis kecil yang bertanggung

jawab terhadap keluarganya. Yasmin kecil sebagai anak tertua, banyak membantu

pekerjaan ibunya, mengurus bapak, adik dan keponakannya meski harus meninggalkan

dunia kecilnya untuk bebas bermain selayaknya teman-teman sebayanya.

c. Amanat

Page 83: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

Amanat adalah sesuatu yang hendak disampaikan oleh pengarang yang dapat

dipahami lewat tema rasa dan nada dari karya sastra yang bersangkutan. Amanat adalah

gagasan yang mendasari karya sastra, pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada

pembaca atau pendengar. Di dalam karya sastra modern, amanat ini biasanya tersirat dan

di dalam karya sastra lama pada umumnya tersurat. Amanat dapat disampaikan secara

implicit yaitu dengan cara memberikan ajaran moral atau pesan dalam tingkah laku atau

peristiwa yang terjadi pada tokoh menjelang cerita berakhir, dan dapat pula disampaikan

secara eksplisit yaitu dengan penyampaian saran, seruan, peringatan, nasehat, anjuran atau

larangan yang berhubungan dengan gagasan utama cerita.

Amanat dalam novel Yasmin adalah pendidikan. Selain itu memberikan suatu pesan

bahwa seorang anak kecilpun bisa mewujudkan suatu keinginan dan mimpi ketika memiliki

kesabaran, dan tekad yang kuat. Dan novel ini memberikan banyak pelajaran berharga

tentang kekuatan tekad, cinta, dan kesederhanaan hidup. Berikut kutipannya:

“Kalau Yasmin menang lomba menggambar, beri Yasmin hadiah ya Mak.” Yasmin pun tak peduli kecuekan emaknya.

“Yasmin minta hadiah apa?” Tanya Bapak yang sudah dapat duduk dan berjalan lagi.

“Kalau Yasmin menang, ingin mondok, Pak. Itu hadiah yang Yasmin minta sama Emak.” Yasmin menjawab dengan penuh harap. (Diyana MI: 2014: 224)

…Di dalam mobil, Yasmin bersandar di badan Emak beserta barang-barangnya. Ia berdoa di dalam hati agar kelak ia dapat kembali duduk di mobil bersama Emak dan Bapak, beserta barang-barang yang banyak, menuju ke pesantren untuk mondok”. (Diyana MI: 2014: 225)

Amanat merupakan gagasan yang mendasari karya sastra atau pesan yang ingin

disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar. Seperti yang terdapat dalam

novel Yasmin, pengarang memberikan inspirasi tentang pendidikan, memberikan banyak

pelajaran berharga tentang kekuatan tekad, cinta dan kesederhanaan hidup. Yasmin kecil

begitu memimpikan untuk belajar di pondok pesantren, belajar mengaji dan mendalami ilmu

agama Islam bersama teman-temannya di pondok. Namun, karena keterbatasan ekonomi,

dan harus membantu ibunya, akhirnya keinginan itu tidak langsung dikabulkan ibunya.

Page 84: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

Namun akhirnya melihat tekad dan keinginan yang kuat dari anaknya, maka ibunya

mengijinkan.

d. Alur / Plot

Alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan peristiwa sehingga terjalin

suatu cerita. Alur merupakan cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu

hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu di sebabkan atau

menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Peristiwa-peristiwa cerita dimanifestasikan

lewat perbuatan, tingkah laku, dan sikap tokoh-tokoh (utama) cerita.

Susunan Alur

Susunan alur/plot dalam novel Yasmin karya Diyana Millah Islami adalah sebagai berikut :

1. Pengarang mulai melukiskan keadaan

Yasmin kecil umur sembilan tahun sudah harus membantu orang tuanya menjaga adik

dan keponakannya yang di tinggal mati ibunya waktu melahirkan yang tidak lain adalah

kakak kandung Yasmin. Karena harus menjaga keponakannya dan membantu ibu, Yasmin

tidak bisa ikut bermain bersama teman-teman sebayanya. Dia di besarkan dalam kehidupan

yang serba kekurangan. Berikut kutipannya :

“Yasmin memandang anak-anak yang bermain dengan penuh rasa iri di pinggir lapangan. Ingin sekali gadis kecil berumur Sembilan tahun itu berbaur bersama teman-teman sebayanya. Tetapi, bagaimana ia bisa mendekat, sedangkan ada beban di punggungnya? Beban itu adalah seorang bocah dua tahunan yang di gendongnya, yang tak lain adalah jebbingnya sendiri.” (Diyana MI : 2014:1) 2. Peristiwa yang bersangkut paut mulai bergerak

Yasmin ingin sekali menjadi bagian dari pesantren Nurul Huda. Dia berharap bisa ikut

mondok seperti teman-temannya yang lain yang menjadi santri di pesantren Nurul Huda,

ingin mengaji dan makan bersama santriwati. Menikmati “tabhek” saat orang tua santri

“ngirim” ke pondok menjenguk anaknya di pondokan. Berikut kutipannya :

Page 85: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

“Yasmin makan sambil menyuapi Sarni. Moment-momen seperti itu yang ingin selalu ia rasakan di pondok. Karena itulah, ia sangat ingin menjadi bagian dari mereka. Bersedih jika kiriman dari orangtua telat dan senang jika orangtua datang menjenguk. Memasak bersama-sama, mengaji kitab bersama, shalat berjemaah, dan sekolah diniyah.”(Diyana MI :2014: 26).

3. Keadaan mulai memuncak

Yasmin kecil semakin kuat keinginannya untuk bisa mondok di pesantren. Berkali-kali

dia meminta restu sama ibunya untuk di beri izin. Sampai dia berusaha bagaimana

keponakannya Leli bisa kembali di asuh oleh bapak kandungnya agar tidak lagi menjadi

beban Yasmin dan Ibunya. Agar ibu tidak lagi punya alasan untuk melarang Yasmin mondok

di pesantren. Berikut kutipannya :

“ Mak, seandainya orangtuanya Cak Pri datang lagi untuk membawa Jebbing, apa Emak izinkan mereka mengasuh Jebbing, Mak? Yasmin masih bertanya “Leli itu jebbing-mu, cucunya Emak satu-satunya. Emak ndak akan pernah izinkan orang tuanya Pri membawanya!” Emak menjawab acuh. “Tapi Yasmin ingiiiin sekali mondok, Mak.” Yasmin masih maksa. (Diyana MI : 2014: 1440) “ Mak.” Yasmin besimpuh di hadapan emaknya. “Mak, Cak Pri ingin membawa pulang Jebbing, Mak. Nanti kalau Jebbing sudah tinggal sama Cak Pri, Yasmin sama Sarni kan bisa mondok, Mak. Emak juga ndak akan kerepotan lagi. Kasihan Jebbingmu, Mak. Kalau sama Cak Pri, Jebbing bisa minum susu. Tapi disini dia hanya minum air gula.” Yasmin menarik-narik bagian bawah daster Mak Tik. Mak Tik diam tak menghiraukan. Ia tidak tahu bagaimana caranya memberi peringatan kepada anak sekecil Yasmin. Betapa ia sangat sakit hati kepada Supriyadi, mantan mantunya itu. (Diyana MI: 2014: 163)

4. Peristiwa mulai memuncak

Ketika Yasmin semakin semakin tidak bisa menahan dirinya untuk segera mondok di

pesantren. Hingga suatu ketika sepulang dari mengaji, dia meminta kembali kepada ibunya.

Berikut kutipannya :

“ Pokoknya Yasmin mau mondok!” teriak Yasmin malam itu sepulang dari mengaji.

Yasmin membanting sajadahnya yang apek. Kemudian, ia pun membanting pantatnya dengan keras ke balai-balai bamboo di serambi itu.

Page 86: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

“Ndak ada mondok-mondokan!” Mak Tik balas berteriak.

“Emak, kan sudah janji kalau mau memondokkan Yasmin.”

“Kapan Emak janji kepadamu, ha?!”

“Jebbing, kan, sudah ndak di sini, Mak. Berarti Emak sudah ndak kerepotan lagi. Berarti Yasmin sudah ndak punya kewajiban menjaga Jebbing, dan itu berarti Yasmin sudah boleh mondok.” Suara Yasmin semakin keras. (Diyana MI : 2014:198)

“Kalau Emak ndak mau pusing lagi, cepat pondokkan Yasmin, Mak! Sarni dipondokkan juga, biar ndak merepotkan Emak di rumah.” Yasmin masih memaksa.

Mak Tik berdiri. Ia berpaling ke arah Yasmin yang masih belum melepas mukena bagian atasnya.

“Apa lagi bersama ale’mu. Bagaimana Emak harus membiayai kalian berdua di pondok?” suara Emak masih tinggi.” (Diyana MI:2014:199)

5. Pengarang memberikan pemecahan masalah soal dari semua peristiwa.

Ibunya Yasmin berusaha untuk memberikan Yasmin pengertian kenapa dia tidak bisa

memberikan izin kepada Yasmin untuk mondok di pesantren. Berikut kutipannya:

“Dengar Min, dengarkan Emak.” Mak Tik duduk di samping Yasmin. Kali ini suaranya agak rendah.

“Emak masih sangat membutuhkan tenaga kamu, Min. Kalau kamu mondok, siapa yang akan Emak suruh untuk mengobras nanti? Kalau untuk membeli kancing, benang, dan lain-lainnya, Emak masih bisa titip sama Lek Tipah yang sering ke pasar. Kalau punya uang lebih, Emak juga bisa titip agak banyak untuk persediaan. Tapi kalau untuk mengobras, bagaimana? Kalau Emak minta tolong sama tetangga, berarti Emak harus member upah. Upah Emak menjahit saja selalu pas-pasan untuk kita. Kamu tahu itu, kan, Min? Lagi pula, Bapak masih belum sehat benar. Siapa yang akan merawat Bapak sampai benar-benar sembuh kalau kamu mondok?” Dengan pelan Mak Tik menjelaskan panjang lebar. (Diyanah MI: 20

Berdasarkan uraian diatas, susunan alur/plot novel Yasmin karya Diyana Millah

Islami dapat dikatakan sebagai plot konvensional, karena pengarang menyusun cerita

berdasarkan urutan peristiwa dari pertama sampai akhir. Dari kutipan-kutipan tersebut

diatas, pengarang menggambarkan alur cerita mulai melukiskan keadaan ketika pengarang

menceritakan keadaan Yasmin dan keadaan keluarganya yang serba kekurangan dan sejak

kecil harus membantu orang tuanya menjaga adik dan keponakannya. Peristiwa mulai

Page 87: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

bersangkut paut ketika pengarang menceritakan keinginan Yasmin untuk bisa mondok

seperti teman-temannya yang lain yang menjadi santri di pesantren Nurul Huda. Keadaan

mulai memuncak ketika Yasmin bersikukuh meminta izin kepada ibunya agar diperbolehkan

mondok di pesantren. Berkali-kali dia meminta restu kepada ibunya, namun keinginan itu

tidak pernah di kabulkan oleh ibunya dengan alasan bahwa tidak akan mampu membayar

biaya untuk Yasmin di pondokan. Pemecahan masalah soal dari semua peristiwa ketika

akhirnya Ibu Yasmin berusaha memberikan pemahaman kepada Yasmin kenapa dia tidak

bisa memberikan izin kepada Yasmin untuk mondok di pesantren. Yasmin pun pada

akhirnya menyadari keadaan dan alasan ibunya.

e. Latar

Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu,

ruang, suasanan dan situasi terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar dapat di bedakan ke

dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu dan suasana. Latar adalah elemen fiksi yang

menunjukkan di mana dan kapan terjadi peristiwa. Berikut latar cerita dalam novel Yasmin:

1. Latar Tempat

a. Di daerah pelosok di Kabupaten Jember, Jawa Timur yang masyarakatnya

terdiri atas suku Jawa dan suku Madura. Hal itu dapat diliat dari bukti berikut

ini :

Pada awal cerita pengarang melukiskan keadaan daerah pelosok di kabupaten

Jember.

“Yasmin pindah mengaji ke pesantren Nurul Huda, pesantrennya Kiai Durahem di Dusun Tegalamat Atas, pecahan dari Dusun Tegalamat Bawah tempat Yasmin tinggal. Dinamakan Tegalamat Atas karena berada di daerah yang datarannya tinggi, sedangkan Tegalamat Bawah berada di dataran rendah yang dikelilingi pegunungan berisi kebun coklat milik pemerintah. Baik Dusun Tegalamat Atas maupun Tegalamat Bawah merupakan bagian dari Desa Suci, Kecamatan Panti. Sebuah daerah pelosok di Kabupaten Jember, Jawa Timur, yang masyarakatnya terdiri atas suku Jawa dan suku Madura. “ (Diyana : 2014: 6).

Page 88: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

b. Di Pondok Pesantren Nurul Huda

Hal tersebut dapat dilihat dari bukti berikut :

Pada saat Yasmin selalu berkunjung ke pondok pesantren sekedar bertemu

dengan teman-temannya dan ikut makan bersama mereka.

“Yasmin kemudian menggandeng Sarni menuju pesantren Kiai Durahem di Tegalamat Atas. Sesampainya di pesantren, Yasmin masuk ke pintu pondokan putri dan menuju ke dapur pesantren.” (Diyanah : 2014: 20) Pada saat pesantren mengadakan acara Haflatul Imtihanan yang biasanya

dilaksanakan sebelum HUT RI.

“Sama halnya dengan pesantren-pesantren lain, tiap tahun di pesantren Kiai Durahem selalu diadakan acara Haflatul Imtihan yang dibarengkan dengan acara Isra Mikraj Nabi Muhammad saw. (Diyanah MI : 2014: 206)

c. Di Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Bustanul Ulum.

Hal tersebut dapat dilihat dari bukti dibawah ini:

“Pagi-pagi sekali Yasmin sudah sampai di sekolahnya, di Madrasah Ibtidaiyah Bustanul Ulum, yang kemudian biasa di sebut MIBU. Anak-anak yang lain masih baru beberapa yang datang. Pak Narso, tukang kebun MIBU sedang membuka pintu-pintu kelas, sedangkan Lek Sanah, salah seorang warga di dekat MIBU, sedangkan menata jualannya.” (Diyanah: 2014: 65)

“Hari itu kelas tiga mendapat pelajaran Agama. Tetapi, Yasmin sama sekali tidak fokus dengan cerita Pak Guru Kodir di depan kelas tentang sahabat-sahabat Nabi. Ia memandang ke luar jendela, ke arah Pak Guru Hasan yang mengajar pelajaran Olahraga kepada anak kelas lima. Anak-anak kelas lima itu berbaris rapi dan mengikuti instruksi dari Pak Guru Hasan. Yasmin ingin lekas-lekas sampai pada jam istirahat. Ia tak sabar untuk mengatakan kepada Hasan, kalau bapaknya sanggup membantu penelitian guru Olahraganya itu.” (Diyanah MI: 2014: 111) Berdasarkan latar tempat, cerita dalam novel Yasmin menggambarkan

keadaan daerah pelosok di Kabupaten Jember, Jawa Timur yang

masyarakatnya terdiri atas suku Jawa dan Madura. Sebagian besar dialog

cerita novel berlatar pondok pesantren di daerah tersebut, menggambarkan

Page 89: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh santri dan santriwati di Pondok

Pesantren Nurul Huda. Di sisi lain, dialog jalinan cerita juga berlatar sekolah

Madrasah Ibtidaiyah tempat Yasmin menempuh pendidikan.

2. Latar Waktu

a. Pagi hari

Ketika Yasmin sampai di sekolah Madrasah Ibtidaiyah Bustanul Ulum. Berikut

kutipannya:

“Pagi-pagi sekali Yasmin sudah sampai di sekolahnya, di Madrasah Ibtidaiyah Bustanul Ulum, yang kemudian biasa disebut MIBU. Anak-anak yang lain masih baru beberapa yang datang. Pak Narso, tukang kebun MIBU sedang membuka pintu-pintu kelas, sedangkan Lek Sanah, salah seorang warga di dekat MIBU, sedang menata jualannya” (Diyanah MI: 2014: 65)

b. Siang hari

Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut di bawah ini:

Pengarang melukiskan suasana pada saat matahari semakin naik, pertanda

bahwa cuaca semakin panas, berikut kutipannya :

“Matahari semakin naik. Orang-orang yang di sawah pun sudah mulai pulang dengan cangkul di pundaknya. Halimah mengajak Hasan dan Yasmin untuk segera kembali ke pondok.” (Diyana MI: 2014: 131)

c. Sore hari

Hal tersebut dapat dilihat dari bukti dibawah ini:

Pengarang melukiskan suasana sore hari di rumah Kiai Durahem, pimpinan

pondok pesantren. Berikut kutipannya:

“Sore itu Kiai Durahem kedatangan tamu, yaitu orang-orang Supriyadi. Kiai Durahem dan Mak Nyai Munah menyambut mereka dengan tangan terbuka. Mereka berlima duduk lesehan di serambi Kiai Durahem yang beralaskan karpet tebal dan empuk.” (Diyana MI: 2014:165)

d. Malam hari

Hal tersebut dapat di buktikan dibawah ini:

Page 90: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

Pengarang melukiskan tradisi di desa setiap malam Jumat tiba. Berikut

kutipannya:

“….begitulah tradisi di desa pada waktu itu. Tiap malam Jumat, warga di sekitar pesantren selalu membawa makanan berupa nasi ke masjid dan ke langgar. Namun, tidak hanya di pesantren, kebiasaan itu juga terjadi di langgar-langgar lain pada tiap dusun atau desa.” (Diyana MI: 2014: 8) “Min, sekarang kan malam Jumat dan kegiatan di pondok libur. Kamu nginep, ya? Nanti tidur di kamar Yu Nur saja. Bagaimana, Min?” Nuar’aini, santri putrid paling tua di pesantren, mengajak Yasmin untuk menginap di pondok.” (Diyana : 2014: 9)

Dalam novel Yasmin, sebagian dialog juga berlatar waktu sebagai elemen

dalam cerita, yang dapat diketahui dari cerita yang menggambarkan ketika

Yasmin pagi-pagi sekali sudah sampai disekolahnya di Madrasah Ibtidaiyah

Bustanul Ulum. Penggambaran ketika matahari semakin naik dan orang-orang di

sawah pun pulang dengan cangkul di pundaknya. Kemudian waktu sore dan

malam hari yang menceritakan kegiatan-kegiatan dan tradisi yang dilakukan di

pesantren.

3. Latar Lingkungan Sosial

a. Ekonomi

Hal tersebut dapat dilihat dari bukti dibawah ini.

Pada saat Mak Tik mengeluh ketika Yasmin saat pulang sekolah ingin makan

siang, tapi ketika membuka tudung nasi yang terbuat dari anyaman bambu, hanya

ada sebakul nasi jagung dan semangkuk sayur asam. Berikut kutipannya:

“ Meski ndak ada apa-apanya, dienak-enakkan, Min. Emak ndak punya uang buat beli ikan. Bapakmu terus saja sakit-sakitan. Kapan Bapak sembuhnya, “ lanjut Mak Tik lagi sambil mengorak-ngorek beras di tampah.” (Diyana MI : 2014: 19)

Pada saat Yasmin meminta emaknya untuk membawa bapaknya berobat ke Pak

Mantri. Dia ingin, bapaknya cepat sembuh, agar bisa bekerja kembali dan Yasmin

bisa mondok di pesatren. Berikut kutipannya:

Page 91: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

“ Ayo Mak, bawa Bapak ke Pak Mantri, “ pinta Yasmin pada emaknya sepulang dari mengaji malam itu. “Emak mau dapat uang dari mana, Min. Hasil jahitan Emak hanya cukup untuk makan.” Emak tak mengalihkan pandangannya dari kain yang dipotongnya.” (Diyana MI: 2014: 63)

b. Religius

Hal tersebut dapat dilihat dari bukti dibawah ini:

Setiap menjelang magrib, Yasmin selalu pergi ke langgar di pesatren Kiai

Durahem untuk mengikuti shalat magrib berjamaah dan mengaji. Berikut

kutipannya:

“Emak mengganti baju Sarni dan Leli, lalu mengusap bedak ke wajah mereka, sedangkan Yasmin sudah siap dengan mukenanya untuk segera mengaji ke langgar di pesantren Kiai Durahem.” (Diyana MI : 2014: 3)

Suatu hari, Yasmin sangat senang karena di perbolehkan emak untuk menginap

semalam di pondok mengikuti pengajian. Entah bagaimana bapak bisa

mempengaruhi emak, sehingga Yasmin mendapatkan izin. Berikut kutipannya:

“ Bapak memang dapat di percaya. Entah bagaimana caranya Bapak bilang kepada Emak, akhirnya Yasmin diperbolehkan menginap di pondok. Bersama santri putri lainnya, Yasmin pun mengikuti kegiatan pondok pada malam hari. Malam itu kegiatan di pondok adalah pengajian kitab yang diajarkan langsung oleh Kiai Durahem. Semua santri, baik putra maupun putrid, wajib mengikutinya.” (Diyana MI : 2014: 84)

c. Intelektual

Hal tersebut dapat dilihat dari bukti dibawah ini:

Yasmin kecil, di tunjuk untuk mewakili sekolahnya mengukuti lomba menggambar

tingkat kabupaten, dalam rangka HUT RI yang ke – 51. Berikut kutipannya:

“Nah, ini Pak Guru Hasan diminta oleh Pak Kodir untuk menyampaikan ini kepada Yasmin. Dalam rangka HUT RI yang ke-51, Kabupaten mengadakan macam-macam lomba, salah satunya lomba menggambar. Semua sekolah, baik yang SD maupun MI, yang swasta maupun negeri, semua boleh ikutan. Yasmin, kan suka menggambar, jadi Yasmin harus ikut lomba ini.” Hasan menjelaskan.” (Diyana MI : 184)

Page 92: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

“Kalau Yasmin menang lomba menggambar, beri Yasmin hadiah ya, Mak.” Yasmin pun tak peduli dengan kecuekan emaknya.

“Yasmin minta hadiah apa?” Tanya Bapak yang sudah dapat duduk dan berjalan lagi.

“Kalau Yasmin menang, ingin mondok, Pak. Itu hadiah yang Yasmin minta sama Emak.” Yasmin menjawab dengan penuh harap. (Diyana MI : 2014: 224).

d. Rasa Kemanusiaan

Hal tersebut nampak dari bukti dibawah ini:

Suatu ketika, Yasmin memberikan ongkos buat berobat bapaknya ke Pak Mantri.

Dia ingin bapaknya segera sembuh dari penyakitnya. Berikut kutipannya:

“Ini Mak, Yasmin punya uang sepuluh ribu,” Yasmin menunjukkan uangnya. “Dapat dari mana kamu uang sebanyak ini?” Mak Tik menghentikan pekerjaannya, demi melihat uang di tangan Yasmin.” (Diyana MI ; 2014: 63) Misrun kakak laki-laki Yasmin, juga sering memberikan emaknya uang, hasil dari

jerih payahnya bekerja menjadi penggembala ternak Haji Ridwan. Berikut

kutipannya:

“ Mak Tik memandang anak laki-lakinya itu sampai hilang di kegelapan. Sungguh ia sangat kasihan kepadanya. Anak yang selalu dibilangnya dungu itu sangat mengerti akan kesusahannya. Anak laki-laki satu-satunya itu sangat rajin membantunya mencari nafkah. Sekarang ia menjadi penggembala ternak milik Haji Ridwan sepenuhnya. Tiap pagi dan sore hari, Misrun menyabit rumput ke kebun. Tak jarang pula ia mencarikan kayu bakar untuk emaknya.” (Diyana MI : 2014 : 201)

e.Budaya

Masyarakat Madura sangat menghormati dan segan terhadap guru dan

keluarganya, tak terkecuali mereka juga sangat menghormati keluarga Kiai

Durahem pimpinan pondok pesantren Nurul Huda di desa tersebut. Berikut

kutipannya:

“ Halimah mengajak Yasmin dan Sarni ke pondokan putri. Setelah itu ia kembali ke dapur. Halimah sangat paham, jika ada dirinya di tengah-tengah mereka, pasti keadaan akan kaku dan canggung. Seperti apa pun ia berusaha untuk akrab dengan santri-santri bapaknya, mereka akan tetap

Page 93: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

menjaga kesopanan mereka di hadapan putrid gurunya. Begitulah, masyarakat Madura sangat menghormati dan segan terhadap guru dan keluarganya serta sanak familinya, baik di hadapannya maupun di belakangnya. (Diyana MI : 2014 : 25) “Murid-murid di kelas Syifir Awwal berumur antara 6 sampai 9 tahun, di kelas Syifir Tsani berumur antara 9 sampai 11 tahun, sedangkan di kelas Qismu Awwal berumur antara 12 sampai 15 tahun. Jarang sekali ada santri putrid yang berumur lebih dari 15 tahun karena pada usia itu santriwati tersebut sudah dinikahkan oleh orangtua mereka. Bahkan, untuk gadis berumur enam belas yang belum menikah akan di beri predikat perawan tua dan tidak laku. Hal itu akan menjadi aib bagi keluarga. Hal yang lumrah jika seorang gadis yang baru lulus SD dinikahkan dengan anak laki-laki yang umurnya juga masih sangat muda. Hal tersebut sudah menjadi tradisi.” (Diyana MI : 2014: 53).

Latar sosial, yaitu menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku

kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.

Latar lingkungan sosial dalam novel Yasmin antara lain berdasar unsur ekonomi,

religius, intelektual, rasa kemanusiaan, dan budaya. Unsur ekonomi menjadi

bagian dari cerita. Hal itu dapat dilihat ketika Mak Tik mengeluh karena tidak

punya uang untuk membeli kebutuhan makanan dan ketika tidak mampu

membawa suaminya berobat ke Bapak Mantri. Nilai intelektual juga terlihat saat

Yasmin mewakili sekolahnya mengikuti lomba menggambar dalam rangka

memperingati HUT RI yang ke- 51. Nilai rasa kemanusiaan juga tergambar ketika

Yasmin memberikan ongkos kepada ibunya untuk biaya berobat bapaknya. Dan

adiknya Misrun yang juga sering memberikan ibunya uang dari hasil jerih

payahnya bekerja menjadi penggembala ternak. Dalam cerita, juga tergambar

unsur budaya Madura dan tradisi yang sering dilakukan di pesantren Nurul Huda.

4. Latar Suasana

a. Bahagia

Hal tersebut dapat dilihat di bawah ini:

“Yasmin menerima balon yang besar itu dari si penjual. Hasan pun membayarnya. “Terima kasih, Pak Guru.”

Page 94: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

“Sama-sama. Oh ya, nanti pulangnya, Pak Guru mau membelikan bakso buat Emak, Bapak, Sarni dan Cak Misrun. Tolong nanti Pak Guru diingatkan, ya,” kata hasan kemudian. Yasmin mengangguk pasti. Ia terlihat sangat senang.” (Diyana MI; 2014: 228)

b. Sedih

Hal tersebut dapat dilihat dari bukti berikut ini:

“ Tak terasa air mata Mak Tik jatuh mengingat keinginan-keinginannya dulu ketika belum memiliki anak. Ia teringat bagaimana bapak dan emaknya hanya mengajarinya cara menyabit yang benar dan mendapatkan banyak rumput dengan cepat. Anak-anak di desanya, baik perempuan maupun laki-laki, semua lihai dalam menyabit rumput. Mereka tidak bersekolah. Sebagian dipondokkan, tiga atau empat tahun kemudian lalu dinikahkan.” (Diyana MI : 2014 :175).

c. Gelisah

Hal tersebut dapat dilihat dari bukti di bawah ini:

“Tepuk tangan kembali bergema. Semua mata tertuju kepada para pemenang harapan yang naik ke pentas. Para peserta yang belum dipanggil namanya semakin berdebar. Yasmin pun tampak gelisah. Hasan di sampingnya menggosok-gosok pundaknya.” (Diyana MI ; 2014: 230).

Kutipan-kutipan tersebut, memberikan gambaran latar suasana bahagia,

sedih, dan gelisah dari tokoh yang ada dalam cerita, itu ditunjukkan saat Pak Guru

membelikan sesuatu pada Yasmin saat mengantarnya mengikuti lomba

menggambar. Suasana sedih juga terjadi ketika Mak Tik tidak mampu menahan air

matanya mengingat keinginannya yang dulu ketika belum memiliki anak. Dia

teringat orang tuanya hanya mengajarinya menyabit rumput. Dia tidak ingin

anaknya-anaknya seperti dirinya, namun karena keadaan ekonomi, keinginan untuk

memondokkan anaknya tidak mampu dia penuhi. Suasana gelisah juga di rasakan

tokoh Yasmin ketika dia menanti pengumuman dari lomba menggambar yang dia

ikuti di tingkat kabupaten. Yasmin sangat berharap bisa menang dalam lomba itu.

Kalau dia menang, peluang untuk mondok di pesantren Nurul Huda akan terpenuhi.

Page 95: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

f. Sudut Pandang

Sudut pandang adalah cara memandang penulis dalam menempatkan dirinya

pada posisi tertentu dalam cerita novel tersebut dalam sebuah novel. Secara

mudah, sudut pandang adalah teknik yang dipilih penulis untuk menyampaikan

ceritanya.

Su d u t pandang Yasmin, di gunakan sudut pandang orang kedua di mana

penulis memposisikan dirinya sebagai Yasmin dalam cerita.

3. Unsur Ekstrinsik Novel Yasmin Karya Diyana Millah Islami

Unsur-unsur ekstrinsik novel adalah unsur dari luar novel, tetapi secara

tidak langsung mempengaruhi organisme karya sastra. Secara lebih spesifik,

unsur ekstrinsik sebuah novel bisa dibilang sebagai unsur yang membangun

sebuah novel. Oleh karena itu, unsur ekstrinsik novel tetap harus diperhatikan

sebagai sesuatu yang penting.

a. Nilai Moral

“Tanpa bertanya-tanya lagi, Yasmin masuk ke kamar Bapak. Ia naik ke ranjang dan duduk di samping Bapak. “Bapak sudah makan?” Yasmin memijit lengan bapaknya. Bapak menggeleng. “Yasmin ambilkan nasi ya Pak?”

Bapak mengangguk. Yasmin ke dapur dan kembali lagi dengan sepiring nasi yang disiram dengan sayur asam. “Dihabiskan ya, Pak. Meskipun rasanya ndak enak, dipaksakan Pak. Biar Bapak mendingan.” Yasmin menyuapi bapak.” (Diyana MI : 2014 : 31).

Moral secara umum mengarah pada pengertian ajaran tentang baik buruk yang

diterima mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, budi pekerti, dan sebagainya. Kutipan

tersebut menunjukkan nilai moral yang ada dalam cerita, ketika Yasmin dengan

telaten merawat bapaknya. Yasmin dengan tulus memijit dan menyuapi bapaknya

ketika sakit. Sebagai anak tertua di rumahnya, dia merasa bertanggung jawab untuk

membantu dan meringankan beban orang tuanya.

Page 96: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

b. Nilai Sosial

Ditinjau dari nilai sosialnya, novel ini begitu kaya akan nilai sosial. Ketika Pak

Hasan selalu peduli kepada Yasmin. Dia kasihan melihat keadaan Yasmin.

Berikut kutipannya :

“Belum sembuh boroknya, Min?” Hasan menghampiri Yasmin. Yasmin menggeleng.“Obat yang dari Pak Guru sudah habis?” Yasmin mengangguk. (Diyana MI: 2014: 151) “Yasmin haus?” Tanya Pak Guru Olahraga-nya itu lagi. Yasmin diam tak menjawab. “Minum airnya Pak Guru, ya?” Hasan menyodorkan botol minumannya. Yasmin menerimanya dan langsung meneguk isinya.” (Diyana MI : 2014: 151-152).

Nilai sosial yaitu nilai-nilai yang berkenaan dengan tata pergaulan

antara individu dalam masyarakat. Kutipan tersebut menggambarkan salah

satu contoh nilai sosial yang ada dalam cerita ketika Pak Hasan kasihan

melihat keadaan Yasmin. Pak Hasan memberikan obat kepada Yasmin untuk

mengobati sakitnya.

c. Adat Istiadat

Pak Hasan tertarik untuk mengetahui kesenian mamacah dalam masyarakat

Madura untuk tugas akhir kuliahnya. Dan meminta Halimah untuk menjelaskan

tentang kesenian Madura itu. Berikut kutipannya:

“Pada zaman dahulu, tradisi mamacah mendapat perhatian yang besar dari masyarakat, khususnya orang Madura. Biasanya, kesenian mamacah ini etangghe. Kalau Pak Guru Hasan ndak ngerti, etangghe’ itu bahasa Indonesia-nya ‘diundang’. Kesenian ini diundang pada acara pernikahan, pelet petteng, yaitu selamatan tujuh bulanan usia kandungan, juga pada acara khitanan. Khitanan kata orang Madura adalah sonnatan.” Halimah berhenti sejenak.” (Diyana MI : 2014: 96-97)

Nilai adat istiadat atau budaya adalah nilai-nilai yang berkenaan dengan adat

istiadat /kebiasaan/tradisi yang berlaku dalam suatu daerah. Dari kutipan tersebut

Page 97: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

diatas, menggambarkan salah satu nilai budaya yang terdapat dalam penggalan

cerita yang menceritakan kesenian Madura yaitu mamacah. Bagi masyarakat

Madura, kesenian mamacah kerap kali diadakan ketika di daerah tersebut ada acara

pernikahan, acara selamatan tujuh bulanan dan juga pada saat acara sunnatan.

d. Agama

“ Yasmin tergesa menuju langgar di dusun sebelah di dataran yang lebih tinggi, yang berjarak kira-kira lima ratus meter dari rumahnya.” (Diyana MI : 2014: 4)

“Selesai shalat berjamaah dan wiridan, anak-anak duduk melingkar seperti biasanya. Jumlah murid perempuan yang mengaji itu seluruhnya ada 37, terdiri atas santriwati yang mondok dan berdomisili di pesantren sebanyak 23, sedangkan sisanya sebanyak 14 adalah anak-anak desa di sekitar pesantren yang tidak mondok. Anak-anak desa yang tidak mondok, tetapi mengaji dan bersekolah diniyah di pesantren, dalam masyarakat Madura biasa disebut sebagai “santri colokan”. (Diyana MI: 2014: 5)

Nilai agama yaitu nilai-nilai dalam cerita yang berkaitan dengan aturan/ajaran

yang bersumber dari agama tertentu. Dari kutipan tersebut, menunjukkan nilai

agama ketika Yasmin rajin mengaji di langgar. Juga ketika dalam cerita di

gambarkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan di pesantren Nurul Huda. Setiap

malam, setelah menunaikan shalat berjamaah dan wiridan, anak-anak santri dan

santriwati duduk melingkar dan mengikuti kegiatan diniyah. Mereka belajar bacaan

shalat, menghafal surah-surah pendek dan mendengarkan kajian Al Quran.

4. Pandangan Sosial Kelompok

Pandangan dunia dunia merupakan istilah yang menyeluruh yang menghubungkan

secara bersama-sama anggota-anggota suatu kelompok sosial. Pandangan dunia yang

tercermin dalam karya sastra terikat oleh ruang dan waktu yang menyebabkan karya sastra

Page 98: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

bersifat historis. Seorang pengarang adalah anggota kelas sosial. Kelas sosial pengarang

akan mempengaruhi bentuk karya sastra yang diciptakannya. Dalam sebuah karya sastra,

kehidupan yang ditampilkan merupakan peramuan antara pengamatan dunia keseharian

dan hasil imajinasi. Kehidupan dalam sastra merupakan kehidupan yang telah diwarnai oleh

pandangan-pandangan pengarang.

a. Latar Belakang Sosial Pengarang

Latar belakang sosial budaya pengarang dapat memengaruhi penciptaan karya-

karyanya, karena pada dasarnya sastra mencerminkan keadaan sosial baik secara individu

(pengarang) maupun secara kolektif. Hal tersebut menyebabkan dalam menciptakan karya

sastra baik sedikit ataupun banyak dipengaruhi oleh pemikiran perasaan dan pengalaman

hidupnya, salah satunya yaitu bahwa latar belakang sosial budaya pengarang akan

memengaruhi penciptaan karya sastra yang ditulisnya. Kehidupan sosial budaya pengarang

akan memunculkan pandangan dunia pengarang, karena pandangan dunia pengarang

terbentuk dari pandangan pengarang setelah berinteraksi dengan pandangan kelompok

sosial masyarakat pengarang.

Novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata adalah novel yang muncul sekitar tahun

2006. Itu berarti novel ini masuk ke dalam karya sastra kontemporer atau karya sastra

modern. Aqil Barraq Badruddin Seman Said Harun lahir di pulau Belitung pada tanggal 24

Oktober 1976. Ia dikenal sebagai seorang penulis novel yang karyanya diangkat ke layar

lebar teater musikal. Andrea Hirata adalah lulusan S1 Ekonomi Universitas Indonesia.

Setelah menyelesaikan studi S1 di UI, pria yang kini masih bekerja di kantor pusat PT

Telkom ini mendapat beasiswa Uni Eropa untuk studi Master of Science di Université de

Paris, Sorbonne, Perancis dan Sheffield Hallam University, United Kingdom.

Tesis Andrea di bidang ekonomi telekomunikasi mendapat penghargaan dari kedua

universitas tersebut dan ia lulus cumlaude. Tesis itu telah diadaptasi ke dalam Bahasa

Page 99: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

Indonesia dan merupakan buku teori ekonomi telekomunikasi pertama yang ditulis oleh

orang Indonesia. Buku itu telah beredar sebagai referensi Ilmiah.

Pada tahun 1997, Andrea Hirata resmi menjadi pegawai PT Telkom. Niatnya untuk

menuliskan pengabdian sang inspiratornya kembali membuncah manakala dia menjadi

relawan untuk korban Tsunami di Aceh. Ketika dia melihat rumah, sekolah, dan berbagai

bangunan yang ambruk, memorinya akan masa kecilnya dan tentu saja, Bu Mus

memantapkan hatinya untuk menuliskan perjuangan guru tercintanya itu ke dalam sebuah

karya sastra. Kemudian, Andrea Hirata berhasil membuat novel Laskar Pelangi hanya

dalam waktu tiga minggu.

Namanya makin melejit seiring kesuksesan novel pertamanya, Laskar Pelangi.

Novel tersebut kemudian jadi best seller. Selain Laskar Pelangi, ia juga menulis Sang

Pemimpi dan Edensor, serta Maryamah Karpov. Keempat novel tersebut tergabung dalam

tetralogi.

Walaupun sebenarnya Andrea Hirata tidak berniat untuk mempublikasikan novel

atau mengirimkannya pada penerbit, Laskar pelangi tetap sampai pada penerbit. Begitu

banyak penghargaan yang Andrea Hirata terima. Beberapa di antaranya adalah

penghargaan dari Khatulistiwa Literaly Award (KLA) pada tahun 2007, Aisyiyah Award,

Paramadina Award, Netpac Critics Award, dan lain sebagainya.

Sukses dengan novel tetralogi, Andrea merambah dunia film. Novelnya yang

pertama, telah diangkat ke layar lebar, dengan judul sama, Laskar Pelangi pada 2008.

Dengan menggandeng Riri Riza sebagai sutradara dan Mira Lesmana sebagai produser,

film ini menjadi film yang paling fenomenal di 2008. Dan jelang akhir tahun 2009, Andrea

bersama Miles Films dan Mizan Production kembali merilis sekuelnya, Sang Pemimpi.

Sedangkan novel Yasmin adalah novel yang di tulis oleh Diyana Millah Islami,

tahun 2014 yang berarti juga termasuk dalam karya sastra modern. Dia lahir di Situbondo,

provinsi Jawa Timur pada Juli 1986. Diyana merupakan penulis muda berbakat yang

Page 100: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

menyelesaikan studi S1 di jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Jember

pada tahun 2011. Salah satu cerpennya masuk dalam 10 karya terbaik Pekan Seni

Mahasiswa Indonesia Regional (Peksiminal) yang di selenggarakan oleh Badan Pembina

Seni Mahasiswa Indonesia (BPSMI) wilayah Jawa Timur tahun 2008. Diyana juga menyabet

juara 3 se-Indonesia dalam lomba Karya Komik Tokoh Sejarah (LKKTS) Pekan Nasional

Cinta Sejarah (PENTAS) yang dihelat oleh oleh Ditjen Sejarah dan Purbakala, Kementrian

Kebudayaan dan Pariwisata RI tahun 2011.

b. Sosial Budaya

Manifestasi dunia rekaan pengarang diangkat dari realitas sosial, menggambarkan

kondisi, perilaku dan sikap hidup masyarakat di wilayah tertentu, dari kelompok etnis

tertentu dan memiliki kebudayaan tertentu pula. Nilai sosial budaya adalah tingkat yang

paling tinggi dan yang paling abstrak dari adat istiadat. Hali itu disebabkan karena nilai-nilai

budaya itu merupakan konsep-konsep mengenai apa yang hidup dalam alam pikiran

sebagian besar dari warga sesuatu masyarakat mengenai apa yang mereka anggap

bernilai, berharga dan penting dalam hidup, sehingga dapat berfungsi sebagai suatu

pedoman yang memberi arah dan orientasi kepada kehidupan para warga masyarakatnya.

Walaupun nilai-nilai budaya berfungsi sebagai pedoman hidup manusia dalam

masyarakat, tetapi sebagai konsep, suatu nilai budaya itu bersifat sangat umum mempunyai

ruang ligkup yang sangat luas, dan biasanya sulit diterangkan secara rasional dan nyata.

Namun, justru karena sifatnya yang umum, luas, dan tidak konkret itu, maka nilai-nilai

budaya dalam suatu kebudayaan berada dalam daerah emosional dari alam jiwa para

individu yang menjadi warga dari kebudayaan bersangkutan. Kebiasaan dalam daerah

tertentu juga memengaruhi tata cara dalam kehidupan sehari-hari, terlihat seperti kutipan di

bawah ini.

“Dan seperti kebanyakan anak-anak Melayu miskin di kampung kami yang rata-rata beranjak remaja mulai bekerja mencari uang,…”(Hirata : 2006: 32)

Page 101: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

Masyarakat melayu ketika mulai beranjak dewasa kebanyakan mereka sudah

berusaha bekerja mencari uang untuk membantu keluarganya dalam mencukupi kebutuhan

hidup. Maka tidak heran, banyak remaja yang memilih tidak melanjutkan sekolah, melainkan

memilih untuk bekerja. Begitu pula sosial budaya bagi suku Madura. Mayoritas masyarakat

suku Madura adalah penganut Islam. Suku madura terkenal sangat taat dalam beragama

islam. Apalagi dengan adanya Pondok Pesantren yang tersebar di seluruh pulau Madura.

Suku Madura memiliki aturan dan tatakrama yang sangat kuat. Orang Madura sangat

menghormati orang tua, guru, dan sebagainya.

“Masyarakat Madura yang terkenal patuh dan takzim kepada kiai dan gurunya akan menurut dan takut untuk membantah. Mereka takut tidak akan mendapat berkah dan ilmunya tidak bermanfaat.” (Diyana MI : 2014: 53)

“Semua orang selalu berlomba-lomba untuk dapat memberikan sesuatu kepada keluarga pesantren. Berlomba-lomba untuk menghormati dan dekat dengan keluarga pondok. Bahkan, mereka merasa bangga jika Kiai meminta bantuan mereka. Mereka mengharap mendapatkan doa dan berkah dari Pak Kiai dan Mak Nyai, Min….” (Diyana MI : 2014 : 32)

Hal itu mendasari, cerita dalam novel Yasmin banyak membicarakan tentang

bagaimana kehidupan religi seorang Yasmin dengan orang-orang di lingkungannya.

Menceritakan kehidupan dunia pesantren di sebuah desa yang bersahaja yang sangat

dinginkan oleh seorang gadis kecil yang menjadi bagian dari masyarakat Madura.

C. Pembahasan

Dari penelitian analisis data yang dilakukan mengenai faktor genetik novel Sang

Pemimpi karya Andrea Hirata dan novel Yasmin karya Diyana Millah Islami, asapk genetik

Page 102: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

akan dikaji dalam tiga kerangka bagian, yaitu unsur instrinsik, unsur ektrinsik dan

pandangan sosial kelompok. Ketiga bagian ini akan dibahas secara sistematis.

Pembahasan penelitian ini sudah selaras dengan pandangan Faruk (1999a: 64-65). Yang

mengemukakan bahwa metode strukturalisme genetik meletakkan fokus kajian pada tiga

hal, pertama penelitian harus dimulakan pada kajian unsur intrinsik, baik secara persial

maupun dalam jalinan keseluruhannya, kedua mengkaji unsur ekstrinsik karya sastra,

ketiga mengkaji latar belakang sosial kelompok atau sosial sejarah yang turut

mengkondisikan karya sastra saat diciptakan oleh pengarang. Ketiga langkah tersebut akan

menghasilkan abstraksi pandangan dunia pengarang dan yang diperjuangkan oleh tokoh

problematik.

Hal itu sejalan dengan Goldmann (Junus, 1986: 26) yang memberikan perumusan penelitian

strukturalisme genetik dalam tiga hal yaitu :

1. Penelitian terhadap karya sastrabseharusnya dilihat sebagai satu kesatuan.

2. Karya sastra yang diteliti semestinya karya yang bernilai sastra yaitu karya

yang mengandung tegangan (tension) antara keragaman dan kesatuan dalam

suatu keseluruhan (a coherent whole).

3. Jika kesatuan telah ditemukan, kemudian dianalisis dalam hubungannya

dengan latar belakang sosial.

Strukturalisme genetik memulai pengkajian pada aspek struktur instrinsik suatu

karya sastra untuk mengungkap jalinan keseluruhan karya sastra, seperti tokoh, tema,

amanat, alut/plot, latar/setting, dan sudut pandang. Kajian novel Sang Pemimpi karya

Andrea Hirata berangkat dari perjuangan tiga orang sahabat Ikal, Arai dan Jimbron yang

mempunyai mimpi untuk melanjutkan pendidikan ke luar negeri meski kondisi ekonomi

tidak memungkinkan. Namun dengan tekad dan semangat yang tinggi, akhirnya mimpi

itu menjadi kenyataan, sedangkan dan novel Yasmin karya Diyana Millah Islami,

berangkat dari perjuangan seorang gadis kecil yang masih duduk di bangku sekolah

Page 103: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

Ibtidaiyah, yang sangat menginginkan untuk belajar di pondok pesantren, namun kondisi

ekonomi dan keadaan keluarganya tidak memungkinkan untuk mewujudkan

harapannya.

Dalam novel Sang Pemimpi ditemukan sejumlah tokoh yang membentuk

perwatakan yang menarik untuk dianalisis. Melalui tokoh novel tersebut menampilkan

nilai karya sastra yang berbobot secara instrinsik. Mulai dari tokoh Ikal yang miskin,

cerdas, dan selalu memiliki semangat yang tinggi, Arai sosok yang tidak pernah patah

semangat dan juga memiliki otak yang cerdas, Jimbron yang polos, gagap dan

penyeimbang antara Arai dan Ikal. Beberapa tokoh dalam cerita juga menjadi

pendukung pengisahan cerita Sang Pemimpi, sedangkan novel Yasmin, dengan tokoh

utamanya seorang gadis kecil yang lincah yang bernama Yasmin. Dia selalu berupaya

untuk mendapatkan restu dari ibunya untuk bisa mondok di pesantren seperti teman-

temannya yang lain. Yasmin sangat menginginkan merasakan kehidupan pesantren

yang penuh dengan kegiatan ibadah. Namun Mak Tik, emaknya tidak mau memberikan

restu kepadanya dengan alasan kondisi ekonomi dan keadaan keluarga yang tidak

memungkinkan. Emak membutuhkan Yasmin untuk bisa membantunya di rumah.

Karena hanya Emaklah yang menjadi tulang punggung keluarganya sejak bapak Yasmin

sakit-sakitan.

Penciptaan novel Sang Pemimpi dan novel Yasmin, mengemukakan tema yang

menonjol, hampir semua tema mencakup hubungan manusia dengan orang lain, dengan

dirinya dengan masyarakat dan seluruh aspek sosialnya, sampai hubungan manusia

dengan alam. Tema yang paling menonjol dalam Sang Pemimpi adalah tema

pendidikan, persahabatan dan perjuangan meraih mimpi meskipun keadaan ekonomi

tidak memungkinkan, sedangkan dalam novel Yasmin, juga memiliki tema pendidikan

dan tekad yang kuat.

Page 104: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

Amanat merupakan pesan yang dapat dipetik dari sebuah karya sastra. Dalam

novel Sang Pemimpi dan Yasmin, amanat yang disampaikan bahwa jangan berhenti

bermimpi. Mimpi akan terwujud ketika manusia mau berusaha dan memiliki tekad yang

kuat.

Novel Sang Pemimpi dan novel Yasmin memperlihatkan hubungan keutuhan

narasi yang naratif, dalam dari tokoh, ruang, dan waktu. Mempunyai kaitan-kaitan yang

kuat. Alur disatukan dengan tema yang kuat. Dalam novel Sang Pemimpi alur yang di

gunakan adalah alur maju mundur, yang menceritakan kehidupan persahabatan Ikal,

Arai dan Jimbron. Sedangkan dalam novel Yasmin, alur yang digunakan adalah alur

maju. Mengisahkan cerita Yasmin kecil yang masih duduk di sekolah Madrasah

Ibtidaiyah sampai akhirnya melanjutkan pendidikan di pesantren setelah lulus dari

sekolah Ibtidaiyah.

Dalam novel Sang Pemimpi dan Yasmin, menggunakan fokus pengisahan

dengan menggunakan tokoh utama sebagai pengisah dalam cerita. Pengarang

menggunakan persona orang kedua. Tokoh utamalah yang sedang mengisahkan

dirinya dan lingkungan sekelilingnya. Namun pada aspek yang lain pengarang berubah

menjadi omniscient author (serba tahu) dalam semua sudut dan perspektif penceritaan

dengan sorotan tokoh utama. Secara tegas dapat dinyatakan bahwa pengarang

merupakan narator, pengisah yang serba tahu penceritaan sekaligus terlihat dalam

cerita meminjam tokoh utama memotret realitas kehidupan yang diijalaninya.

Secara genetis, karya sastra dianalisis berdasarkan kondisi eksternal yang

menyertai karya tersebut. Kondisi eksternal meliputi nilai moral, sosial, adat istiadat, dan

agama. Berdasarkan hasil analisis data pada bagian sebelumnya, maka upaya

selanjutnya adalah menginterpretasikan pandangan dunia dalam novel Sang Pemimpi

dan novel Yasmin.

Page 105: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

Dari penelusuran analisis data yang dilakukan, ditemukan suatu kajian

mengenai strukturalisme genetik dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata

dan novel Yasmin karya Diyana Millah Islami. Aspek strukturalisme yang dikaji

diklasifikasikan dalam tiga kerangka bagian. Mengingat novel ini dilatar belakangi

oleh berbagai struktur sastra, diantaranya unsur intrinsik (tokoh/penokohan,

tema, amanat, alur (plot), latar (setting), dan sudut pandang), unsur ekstrinsik

(ekonomi, kebudayaan, politik, keagamaan, tata nilai masyarakat), pandangan

sosial kelompok pengarang. Maka kajian yang digunakan untuk menganalisis

data dan memperoleh gambaran tentang strukturalisme karya sastra yang

terkandung dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dan novel Yasmin

karya Diyana Millah Islami adalah kajian Strukturalisme Genetik. Kajian

strukturalisme genetik adalah kajian yang memandang karya sastra yang tidak

terdiri secara otonom, melainkan berhubungan dengan relasi sosial kehidupan

seorang pengarang yang terlibat dalam aktivitas kehidupan nyata. Kajian ini

berusaha memahami karya sastra berdasarkan asal-usul karya sastra dilahirkan.

Untuk mengetahui novel tersebut mempunyai relevansi dengan keadaan

masyarakat dewasa ini, peneliti mengaitkan antara makna novel dengan

indikator yang telah di tentukan. Indikator tersebut adalah yang berhubungan

dengan problem yang terjadi dalam masyarakat.

Novel Sang Pemimpi dan novel Yasmin, merupakan cerminan rekaan

Andrea Hirata dan Diyana Millah Islami. Andrea Hirata adalah orang Sumatra

yang dilahirkan di Belitung dan dibesarkan dalam masyarakat melayu. Sebagai

orang melayu tentu saja ia memahami siapa orang melayu, apa yang dilakukan,

apa yang dianut, bagaimana sikap dan pandangan hidupnya, terutama

masyarakat tempat ia dilahirkan dan dibesarkan. Di dukung oleh sikap kritis dan

Page 106: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

sensitif serta pengalaman hidup yang cukup, Andrea berhasil menyusun konsep

kepengarangan yang dapat di katakana “khas” karena Andrea memiliki sikap

kritis serta pengalaman hidup yang cukup. Dengan demikian, karena Andrea

memiliki sikap holistik yang bertumpu pada pandangan bahwa persahabatan dan

perjuangan meraih mimpi meskipun keadaan ekonomi tidak memungkinkan

untuk menggapai cita-cita, tetapi jika semuanya di hadapi dengan rasa percaya

diri dan semangat yang tinggi untuk belajar dan bekerja keras maka semua

mimpi dan cita-cita akan terwujud.

Agaknya, bagi Andrea untuk bisa mengenyam pendidikan sampai ke

perguruan tinggi tidak hanya di peruntukkan bagi orang-orang yang memiliki

ekonomi yang tinggi, tapi juga bagi mereka yang mau berusaha, bekerja keras

dengan rasa percaya diri dan semangat yang tinggi untuk mewujudkan mimpi

dan cita-cita. Demikianlah, latar belakang sosial budaya, pandangan, sikap hidup

dan konsep kepengarangan Andrea jelas terwujud dalam karyanya, Sang

Pemimpi. Jika dikaji lebih jauh, akan diperoleh beberapa kesamaan antara

Andrea dengan tokoh Ikal.

Kesamaan-kesamaan terebut dapat di bandingkan sebagai berikut:

Andrea Hirata :

1). Andrea Hirata lahir di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

2). Andrea Hirata orang desa yang sangat akrab dengan lingkungan alamnya.

3). Andrea Hirata orang desa yang berpandangan modern meski dari latar

belakang ekonomi yang sangat sederhana.

4). Dalam novel Sang Pemimpi, Andrea Hirata bercerita tentang kehidupannya

di Belitong pada masa SMA. Tiga tokoh utama dalam karya ini adalah Ikal,

Arai dan Jimbron. Ikal tidak lain adalah Andrea Hirata sendiri, sedangkan

Page 107: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

Arai adalah saudara jauhnya yang menjadi yatim piatu ketika masih kecil.

Arai disebut simpai keramat karena dalam keluarganya ia adalah orang

terakhir yang masih hidup dan ia pun diangkat menjadi anak oleh ayah Ikal.

Jimbron merupakan teman Arai dan Ikal yang sangat terobsesi dengan kuda

dan gagap bila sedang antusias terhadap sesuatu atau ketika gugup.

Ketiganya melewati kisah persahabatan yang terjalin dari kecil hingga

mereka bersekolah di SMA Negeri Manggar, SMA pertama yang berdiri di

Belitung bagian timur.

5). Demi memenuhi kebutuhan hidup, Ikal dan Arai harus bekerja sebagai kuli di

pelabuhan ikan pada dini hari dan pergi ke sekolah setelahnya. Namun

begitu, mereka tetap gigih belajar sehingga selalu berada dalam peringkat

lima teratas dari 160 murid di sekolahnya. Sekolah mereka merupakan SMA

negeri pertama yang bergengsi di Belitong, sebelumnya satu-satunya SMA

yang terdekat berada di Tanjung Pandan. Sekolah tersebut berada 30

kilometer dari rumah Ikal dan Arai sehingga mereka harus menyewa kamar

dan hidup jauh dari orang tua.

6). Selama masa SMA, banyak kenakalan-kenakalan yang dilakukan oleh Arai

dan Ikal. Mereka pernah mengejek Pak Mustar saat upacara bendera di pagi

hari sehingga Pak Mustar marah dan mengejar mereka. Mereka juga pernah

menyusup ke bioskop yang tidak mengizinkan anak sekolah masuk untuk

menonton film dewasa. Pak Mustar mengetahui hal tersebut sehingga Arai

dan Ikal diberi hukuman keesokan harinya.

7). Pada akhirnya, Jimbron harus berpisah dengan Ikal dan Arai yang akan

meneruskan kuliah di Jakarta. Selama di Jakarta, mereka luntang-lantung

mencari pekerjaan namun akhirnya Ikal menjadi pegawai pos dan Arai pergi

Page 108: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

ke Kalimantan untuk bekerja sambil kuliah. Ikal berhasil membiayai

kuliahnya di Universitas Indonesia hingga menjadi Sarjana Ekonomi,

sedangkan Arai belajar biologi di Kalimantan. Hidup mandiri terpisah dari

orang tua dengan latar belakang kondisi ekonomi yang sangat terbatas

namun punya cita-cita besar, sebuah cita-cita yang bila dilihat dari latar

belakang kehidupan mereka, hanyalah sebuah mimpi.

Begitu pula dengan novel Yasmin. Diyana Millah Islami, yang di lahirkan di

Situbondo dan di besarkan dalam masyarakat Madura. Sebagai orang Madura,

tentu saja ia memahami dan banyak tahu bagaimana tradisi dan sikap serta

pandangan hidupnya, terutama masyarakat tempat ia lahir dan dibesarkan.

Yasmin adalah sebuah novel yang menceritakan tentang perjalanan hidup

seorang Diyana sewaktu duduk di sekolah Madrasah Ibtidaiyah. Seperti

kebanyakan anak-anak Madura di desanya, yang sejak umur 6 sampai 9 tahun

sudah mondok di pesantren untuk belajar agama Islam.

Dengan segala usahanya, Diyana kecil berusaha mewujudkan mimpinya.

Berusaha untuk mendapatkan restu dari ibunya, agar bisa segera meninggalkan

rumah untuk kemudian mondok di pesantren. Ia tahu, ibunya tidak bisa

melakukan semuanya sendirian, menjadi penopang keluarga yang tengah

berantakan. Namun ia ingin belajar di pesantren, tapi juga tidak ingin menyakiti

hati ibunya. Dia ingin memiliki ilmu seperti Ali dan para sahabat Nabi lainnya,

tetapi juga ingin berbakti seperti Fatimah kepada ayahanda Nabi Muhammad

Saw. Demikianlah, latar belakang sosial budaya, pandangan, sikap hidup dan

konsep kepengarangan Diyana jelas terwujud dalam karyanya, Yasmin. Jika

dikaji lebih jauh, akan diperoleh beberapa kesamaan antara Diyana Millah Islami

sewaktu masih duduk di bangku Madrasah Ibtidaiyah dengan tokoh Yasmin.

Page 109: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

Kesamaan-kesamaan terebut dapat di bandingkan sebagai berikut:

1). Diyana Millah Islami lahir di Situbondo, sebuah kabupaten di Jawa Timur

dengan mayoritas penduduk suku Jawa dan Madura.

2). Diyana Millah Islami orang desa yang sangat akrab dengan lingkungan

alamnya.

3). Diyana Millah Islami orang desa, yang sejak kecil ingin sekali menimba ilmu

agama di pesantren.

4). Dalam novel Yasmin, Diyana Millah Islami bercerita tentang kehidupannya di

sebuah pelosok di Jawa Timur pada masa masih duduk di sekolah Madrasah

Ibtidaiyah. Tokoh utama dalam karya ini adalah Yasmin yang tidak lain

adalah Diyana Millah Islami sendiri yang sangat ingin mondok di pesatren

Nurul Huda yang terdapat di desanya, di desa Suci kecamatan Panti di

Kabupaten Jember, Jawa Timur tempat ia di besarkan.

5). Demi memenuhi mimpinya, Yasmin berusaha untuk membantu ibunya.

Mengurus rumah, membantu pekerjaan ibunya sebagai tukang jahit,

menjaga bapak yang sakit-sakitan agar segera sembuh, berusaha agar

ibunya mau menyerahkan keponakannya kepada ayah kandungnya untuk di

pelihara, agar tidak lagi menjadi beban ibu Yasmin, dan agar Yasmin tidak

lagi menjaga keponakannya itu, sehingga ia dapat memperoleh izin dari ibu

untuk segera mondok di pesantren Nurul Huda di dusun Tegalamat Atas di

desa Suci, Kecamatan Panti, Kabupaten Jember, Jawa Timur yang

masyarakatnya terdiri atas suku Jawa dan suku Madura.

6). Diyana Millah Islami, pernah juara dalam menggambar Komik tingkat

Nasional. Itu berarti Diyana piawai menggambar. Dalam novel Yasmin,

diceritakan bahwa Yasmin di tunjuk untuk mewakili sekolahnya mengikuti

Page 110: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

lomba menggambar tingkat SD/MI se-kabupaten Jember dalam rangka

memperingati HUT RI ke – 51.

Dari analisis novel Yasmin, memberikan gambaran dari keadaan sosial masyarakat

suku Madura yang menetap di wilayah Jawa Timur yang mendukung pemahaman makna

analisis struktural. Keadaan sosial yang ditemukan pada masyarakat di wilayah tersebut

pada saat itu adalah masyarakat relegius yang sangat menghormati dan menjaga

silaturahmi dengan guru dan keluarganya, proses kehidupan sederhana dengan tingkat

pendidikan yang masih rendah namun sangat memahami dan menjaga tradisi dan adat

istiadat yang berlaku dan tetap di jalankan oleh masyarakat suku Madura.

Pendidikan relegius di usia dini menjadi kesadaran dari orang tua, namun ketika

mereka terbelenggu oleh kondisi ekonomi yang rendah, akhirnya sebagian masyarakat di

wilayah tersebut memilih untuk tidak memberikan kesempatan kepada anak-anaknya

mengenyam ilmu agama yang cukup di pesantren, dikarenakan mereka dianjurkan untuk

membantu pekerjaan keluarganya dalam memenuhi kebutuhan hidup. Keadaan sosial

tersebut merupakan pokok-pokok permasalahan yang memengaruhi pandangan dunia

pengarang.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis strukturalisme genetik terhadap novel Sang Pemimpi

karya Andrea Hirata dan novel Yasmin karya Diyana Millah Islami, dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Dari sisi unsur intrinsik.

Page 111: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

Struktur memulai pengkajian pada unsur intrinsik suatu karya sastra. Untuk memahami

jalinan keseluruhan karya sastra dari intrinsiknya, seperti pengkajian tokoh dan

penokohan, tema, amanat, alur (plot), latar, dan sudut pandang.

2. Dari unsur ekstrinsik, secara strukturalisme karya sastra dikaji berdasarkan

unsur ekstrinsik yang menyertai karya tersebut. Unsur ekstrinsik tersebut

meliputi nilai ekonomi, kebudayaan, politik, keagamaan, tata nilai masyarakat.

3. Keterjalinan struktur dari novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dan novel

Yasmin karya Diyana Millah Islami, dari aspeknya dapat dikukuhkan adanya

hubungan antara genetik struktur sastra dan struktur masyarakat yang

melingkunginya di mana karya sastra tersebut dimuat dimulai dari aspek nilai

ekonomi, kebudayaan, politik, keagamaan, tata nilai masyarakat.

Gagasan, perasaan, dan aspirasi pengarang yang tertuang di dalam novel Sang

Pemimpi yang disampaikan oleh Andrea Hirata dan novel Yasmin yang

disampaikan oleh Diyana Millah Islami begitu banyak dan sangat berimplikasi

terhadap perubahan sosial. Persoalan sosial budaya yang terjadi di Belitong dan

di Madura, merupakan sebuah potret sosial dari kondisi yang masih terjadi pula

di Indonesia selama ini.

B. Saran

Berdasarkan hasil kajian dan penelitian ini, terdapat beberapa saran diantaranya:

1. Kepada semua pihak seperti guru, dosen, pemerhati sastra, dan peneliti sastra

agar memanfaatkan penelitian ini sebagai referensi dalam kegiatan

pembelajaran dan bahan pembanding dalam diskusi kesastraan. Mengkaji

pandangan dunia pengarang dalam sebuah novel cukup penting, karena

pandangan dunia ini bukan hanya sebuah fakta empiris yang bersifat langsung,

Page 112: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

tetapi merupakan suatu gagasan, aspirasi, dan perasaan yang dapat

menyatukan kelompok sosial masyarakat.

2. Diharapkan adanya analisis lebih mendalam untuk mengungkapkan orisinalitas

karya sastra .

3. Penelitian dalam analisis strukturalisme genetik sangat perlu dikembangkan

secara berkesinambungan agar terwujud keseimbangan antara dunia pengarang

dan dunia penikmat karya sastra.

Page 113: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Nur Aina. 2010. Struktur Aktan dan Nilai Pendidikan dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata. Tesis. Makassar: Universitas Muhammadiyah.

Aminudiin, 1975. Perwatakan dan Penokohan. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.

Atmaja, Jiwa. 1993. Novel Eksperimental. Bandung: Angkasa.

Damono, Sapardi Djoko. 2000. Sosiologi Sastra, Sebuah Pengantar Ringkas (Cetakan Keempat). Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud.

Departemen Pendidikan Nasional, 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka.

Endraswara, Suwardi. 2003. Metode Penelitian Sastra Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi.Yogyakarta: Pustaka Widyatama.

Faruk, 1999a. Pengantar Sosiologi Satra: Dari Strukturalisme Genetik Sampai Post-Modernisme (Cetakan Kedua). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Page 114: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

________1999b. Hilangnya Pesona Dunia. Yogyakarta: Yayasan Untuk Indonesia.

Goldmann, Lucian, 1975. Towards, a Sociologt of the Novel (Translated from the French by Alan Sherindan) London : The Cambridge University press.

_________1981. Method in Sociology of Literature. New York: Praeger Publiser.

Hamsidar, 2003. Memerdekakan Rakyat Memerdekakan Diri Sendiri. Bandung: Rosdakarya.

Hartoko, Dick. 1990. “Epistemologi dan Sastra”. Yogyakarta: Makalah Seminar Kritik Sastra Indonesia Modern, 21-23 Juli 1990, di RRI Nusantara II.

Hasbullah. 2005. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Indrawana, 2009. Interpretasi Nilai Sosial dalam Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata Suatu Tinjauan Strukturalisme Genetik. Tesis. Tidak diterbitkan. Makassar: Universitas Muhammadiyah.

Iswanto, 2001. Penelitian Sastra dalam Perspektif Strukturalisme Genetik. Yogyakarta: Hanindita.

Jabrohim. 2001. Sosiologi Sastra: Beberapa Konsep Pengantar dalam Metodelogi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita.

Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Prihatin, Sri Setya. 2009. Analisis Struktur, Resepsi Pembaca dan Nilai Pendidikan dalam Novel Laskar Pelangi. Tesis. Makassar: Universitas Muhammadiyah.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori dan Penelitian Sastra dari Strukturalisme Hingga Postrukturalisme Persfektif Wacana. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rosyadi. 1995. Nilai-nilai Budaya dalam Naskah Kaba. Jakarta: CV Dewi Sri.

Saraswati, Ekarini. 2003. Sosiologi Sastra: Sebuah Pemahaman Awal. Malang: UMM Press.

Page 115: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

Selden, Raman. 1996. Pemaduan Pembaca Teori Sastra Masa Kini. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Semi, M. Atar. 1989. Sosiologi Sastra: Sebuah Pemahaman Awal. Malang: UMM Press.

_______1993. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.

________2012. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa

Setiadi, Elly. M. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana.

Soekanto, Soerjono. 1983. Pribadi dan Masyarakat (Suatu Tujuan dan Sosilogis). Bandung: Alumni.

Sudjiman, Panutti. 1984. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: PT Gramedia.

Sugiarti, 2002. Pengantar dan Pengkajian Prosa Fiksi. Malang: UMM Press.

Suyitno. 1986. Sastra, Tata Nilai, dan Eksegesis. Yogyakarta: Anindita.

Syafri, 2008. Analisis Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata (Suatu Pendekatan Genetik). Skripsi. Tidak diterbitkan. FKIP Unismuh Makassar.

Syukroni, 2010. Pemanduan Pembaca Teori Sastra Masa Kini. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Tang, Muhammad Rapi, 2008. Mosaik Dasar Teori Sastra, dalam Penampang Objektif. Makasar: Universitas Negeri Makasar.

Taum, Yoseph. 1997. Pengantar Teori Sastra. Flores: Penerbit Nusa Indah.

Teeuw, A. 1988. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.

Uzey. 2009. Macam-macam Nilai. Dalam http://uzey.blogspot.com/2009/09/ diakses tanggal 23 Mei 2014.

Wahid, Sugirah. 2004. Kapita Selekta Kritik Sastra, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah. Universitas Negeri Makassar: CV Berkah Utami.

Page 116: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

Yapi Taum, Yoseph.1995. Pengantar Teori Sastra. Bogor: Nusa Indah.

Yuliani, 2000. Teori Kesusastraan (Diindonesiakan oleh Melani Budianta dari Judul asi Theory of Literature). Jakarta: PT Gramedia.

Zakaria, Bernadi. 2010. Dekontruksi Postkolonial dalam Tertralogi Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata. Tesis. Tidak diterbitkan. Makassar: Universitas Muhammadiyah.

RIWAYAT HIDUP

Nashrah Amin, lahir pada tanggal 07 Oktober 1979 di Pinrang

provinsi Sulawesi Selatan. Anak ke empat dari enam

bersaudara, dari pasangan Drs. H. Muh. Amin Tjedda dan

Hj. Bakki.

Page 117: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

Riwayat pendidikan umum, lulus Sekolah Dasar Negri 18 Pinrang tahun 1992, lulus

Sekolah Menengah Pertama Negri 2 Lembang, Kabupaten Pinrang tahun 1995, dan lulus

Madrasah Aliyah Negri Pinrang tahun 1998, dan kemudian melanjutkan ke Perguruan Tinggi

Universitas Muslim Indonesia pada tahun 1998 pada Fakultas Teknologi Industri Jurusan

Teknik dan Managemen Industri dan selesai tahun 2003. Tahun 2001, penulis kemudian

kuliah juga di Pendidikan Guru Sekolah Dasar Islam (PGSDI) di Universitas Muslim

Indonesia, dan lulus tahun 2003.

Tahun 2006, kemudian kuliah di STKIP Cokroaminoto Pinrang, memilih jurusan

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, dan lulus tahun 2008. Untuk menambah

wawasan dan meningkatkan potensi sebagai pendidik, penulis kemudian melanjutkan

pendidikan tahun 2012 di Universitas Muhammadiyah Makassar Program Studi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia.

Sejak tahun 2003, penulis telah mengabdikan diri mengajar di Sekolah Dasar Negri 18

Pinrang sampai sekarang, dan juga mengajar sejak tahun 2004 di SMK Baramuli Pinrang

sampai sekarang.

Lampiran : 1

SINOPSIS

Sinopsis Novel Sang Pemimpi

Judul : Sang Pemimpi

Penulis : Andrea Hirata

Penyunting : Imam Risdiyanto

Page 118: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

Penerbit : Bentang Pustaka

Tebal : 295 halaman

Cetakan : I Juli 2006

Sang Pemimpi

Novel ini merupakan kelanjutan dari novel laskar pelangi. Laskar pelangi yang

mengajarkan tentang bagaimana memperjuangkan pendidikan ditengah keterbatasan. Novel

sang pemimpi ini kita lebih di ajak untuk berkreasi dalam alam pikiran kita. Memperjuangkan

apa yang yang selama ini kita yakini. Mimpi-mimpi yang kadang bisa mengubah seseorang

dalam ketidakmungkinan. Pengarang mencoba menunjukkan sisi lain tentang bagaimana

nasib, kebahagiaan, cara hidup, dan melihat kehidupan dari sudut pandang yang berbeda.

Kita akan ditunjukkan sebuah pandangan yang begitu luas hingga kita tercengang dan tak

percaya. Kebahagiaan yang meluap-luap, kesedihan yang mengharu biru, perjuangan yang

tanpa lelah, proses kehidupan yang begitu panjang dan penuh perjuangan. Setiap kata yang

ada dalam novel ini akan menghentakkan pikiran hingga kita menahan nafas, menyentuh

jiwa kita hingga titik yang tak bisa dikatakan, dan membentuk pikiran dalam alam bawah

sadar tentang bagaimana kita hidup.

Ikal, Arai, dan Jimbron, setelah SMP mereka melanjutkan sekolah SMA. Dari masa

SMA inilah perjuangan keyakinan tentang mimpi itu terbentuk. Ikal merupakan anggota

laskar pelangi yang masih tetap ada, Arai merupakan sepupu Ikal keturunanan simpai

keramat atau garis keturunan terakhir dari keluarganya yang tinggal bersama Ikal sejak SD,

sementara Jimbron merupakan anak angkat dari seorang pendeta nasrani yang setia

menghantarkannya setiap sore ke masjid karena ingin Jimbron menjadi mukmin yang taat.

Page 119: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

Mereka adalah tiga sekawan yang selalu bersama-sama dan memiliki mimpi yang tak

terbantahkan.

Dari seorang guru sastra bernama Pak Balia mimpi itu dimulai. Bermimpilah, karena

tuhan akan memeluk orang-orang yang bermimpi. Seorang guru yang penuh inspiratif, yang

setiap saat tanpa lelah mengajari mereka memekikkan kata-kata motivasi perjuangan

dengan penuh semangat. Guru yang mengajari mereka bermimpi sangat tinggi, dan

bagaimana meyakinkan seberapa besar kita dapat mewujudkan mimpi itu. Guru yang

mengajari mereka bercita-cita yang tinggi, belajar dari alam untuk meresapi kehidupan,

mereguk ilmu sebanyak-banyaknya,. Mimpi mengelilingi eksotisnya Afrika, megahnya

Eropa, dan berhenti di almamater ilmu Universitas Sorebonne Perancis.

Betapa setiap kata-kata dapat mempengaruhi seseorang. Demikianlah setiap hal

yang diucapkan pak Balia terus ada dan hidup di hati mereka. Arai sangat mempercayai

setiap kata penuh inspiratif yang selalu terdengar itu. Dia menjadi seorang pemimpi,

seorang pembual besar yang selalu meyakinkan kedua sahabatnya. Seorang yang selalu

meyakini bahwa mimpinya tiada terbantahkan dan dapat terjadi. Dan dua sahabatnya selalu

mempercayainya.

Mereka rela menjadi kuli ngambat, bekerja dari jam dua dini hari dan paginya

sekolah. Mereka menabung dari waktu kewaktu untuk mewujudkan mimpinya kuliah di

Paris. Jika dinalar tabungan itu tak akan pernah mencukupi kebutuhan mereka untuk biaya

perjalanan ke Paris, namun hal itu tak pernah menyurutkan langkah mereka. Bagi mereka

selama mereka masih bisa berusaha, mereka akan mewujudkan mimpi itu. Bagi mereka

tanpa bermimpi bagaimana mereka akan hidup.

Disisi lain mimpi kuliah di Sorebone, Jimbron memiliki sebuah kekaguman pada

sebuah binatang yaitu kuda, dan secara diam-diam mencintai seorang gadis pendiam

bernama Laksmi. Sementara Arai memiliki mimpi yaitu bersanding dengan Zakiah Nurmala,

gadis satu sekolah yang selalu menampiknya namun tak pernah menyurutkan pendirian Arai

Page 120: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

untuk mencintai gadis tersebut. Sementara Ikal adalah keinginannya untuk bertemu A ling,

seorang gadis Tionghoa yang telah membawa hatinya jauh pergi.

Setelah lulus SMA Arai dan Ikal merantau ke Jawa, tepatnya daerah Bogor.

Sementara Jimbron lebih memilih untuk berternak kuda di Belitong dan bersama Laksmi

gadis yang selama ini dicintainya. Jimbron menghadiahkan dua sahabatnya dua buah

celengan kuda, dengan itu Jimbron percaya walaupun dia tidak pernah ke Paris namun

hatinya akan sampai disana bersama Arai dan Ikal jika mereka sampai di Paris.

Perjuangan di Bogor ternyata tak mudah dan seperti apa yang mereka harapkan.

Mereka bersusah payah untuk mendapatkan pekerjaan. Pada akhirnya nasib menempatkan

Ikal sebagai tukang sortir (tukang pos), sementara Arai pergi merantau karena tak kunjung

mendapat kerja. Arai menghilang tanpa kabar dan hal itu membuat Ikal benar-benar

kehilangan. Pada tahun berikutnya Ikal kuliah di UI jurusan ekonomi. Ikal akhirnya dapat

lulus dari kuliah tersebut. Setelah lulus UI, kesempatan untuk kuliah di Sorebonne datang,

ada beasiswa untuk melanjutkan S2 Jurusan ekonomi di Sorebonne. Dengan menyingkirkan

ribuan pesaing, akhirnya Ikal sampai pada perebutan 15 besar.

Pada saat wawancara, profesor yang menguji Ikal terpukau riset yang dibuwat oleh

Ikal. Walapun berlatar belakang dari seorang sarjana ekonomi yang bekerja sebagai tukang

sortir namun riset yang Ikal kembangkan mengagumkan. Namun hal itu membuat Ikal sedih,

karena Arai teman yang membuatnya bermimpi tak ada disamping dia. Setelah wawancara

Ikal keluar dari ruangan tempat dimana ia mengadakan wawancara dengan lesu. Kejutan

datang ketika dia berjalan, ia tak percaya ada suara yang selama ini dia kenal. Dia

menemukan sahabatnya berada dalam sebuah ruangan wawancara. Arai disana ditempat

yang sama dan ia tidak melupakan mimpinya kuliah di Sorebonne Perancis. Itulah Arai yang

selalu penuh kejutan. Mereka berpelukan sangat erat dan hampir tak percaya pada

pertemuan itu. Bahwa mereka masih memegang mimpi-mimpi mereka yang selama ini

mereka bawa.

Page 121: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

Dulu ketika Arai pergi ke Kalimantan ternyata dia melanjutkan kuliah sambil bekerja

di Kalimantan. Dia kuliah di Fakultas Mulawarman jurusan biologi, dan ketika tahu ada

pengumuman beasiswa ke Paris dia tak mau melewatkan kesempatan itu. Arai

mempersiapkan dengan penuh persiapan sebuah riset dalam bidang biologi. Arai pun sama,

sampai pada perebutan tempat 15 besar. Ketika wawancara, Profesor yang mengujinya pun

kagum pada riset yang Arai buat karena bisa menghasilkan teori baru. Sambil menunggu

pengumuman mereka pulang ke Belitong karena rindu dengan keluarga dan ingin

menghabiskan liburan disana. Setelah lama disana akhirnya apa yang mereka tunggu

datang, dua buah surat pengumuman penerimaan beasiswa kuliah. Dengan berdebar-debar

surat itu mereka buka, disana tertulis dalam bahasa inggris dan tertera bahwa Arai dan Ikal

diterima untuk menjadi mahasiswa Sorebonne Perancis. Mereka pun menangis bahagia

beserta orang tua Ikal. Apa yang mereka yakini selama ini menjadi kenyataan. Akhirnya

mereka akan menginjakkan kaki ditanah Perancis.

Page 122: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

SINOPSIS

Sinopsis Novel YASMIN

Judul : YASMIN

Penulis : DIYANA MILLAH ISLAMI

Penyunting : Annarumi

Penerbit : PT. Bentang Pustaka

Tebal : 268 halaman

Cetakan : I Maret 2014

YASMIN

Yasmin seorang gadis kecil berumur 9 tahun. Ia masih duduk di bangku sekolah

Madrasah Ibtidaiyah Bustanul Ulum di dusun Tegalamat Atas, di desa Suci, Kecamatan

Panti, Jawa Timur. Yasmin kerap kali iri melihat anak-anak sebayanya yang bebas bermain.

Sedangkan ia, harus menanggung beban untuk menjaga keponakannya yang berumur dua

tahun dan adik bungsunya yang masih berumur lima tahun. Tak hanya itu, dirumah dia

harus mengurus rumah, memasak, mencuci piring dan juga membantu pekerjaan emaknya

sebagai tukang jahit. Ayahnya yang bekerja sebagai mandor kebun coklat, sedang sakit.

Dan sejak ayahnya sakit, dia tidak mampu bekerja. Hanya pasrah menerima nasib.

Setiap sore menjelang magrib, Yasmin rajin ke mushalla di dusun sebelah, di

daratan yang lebih tinggi . tepatnya di Mushalla pesantren Kiai Durahem yang berada di

pondokan santri putri untuk shalat magrib dan isya berjamaah dan sekaligus belajar

mengaji. Pesantren Nurul Huda pimpinan Kiai Abdur Rohim yang lebih sering di sebut Kiai

Durahem memiliki banyak santri dan santriwati. Namun sebagian santri dan santriwati itu

Page 123: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

ada yang mondok dan ada juga yang tidak. Anak-anak desa yang tidak mondok, tetap

mengaji dan bersekolah diniyah di pesantren, dalam masyarakat Madura di sebut “santri

colokan”.

Sudah sejak lama Yasmin sangat ingin mondok di pesatren Nurul Huda. Dia ingin

memiliki waktu lebih banyak untuk belajar agama bersama santriwati yang lain. Namun

emak tidak pernah mengizinkan dia untuk mondok dipesantren, kecuali mengaji dan belajar

diniyah. Alasan emaknya karena adiknya masih kecil, dan harus menjaga keponakannya

yang masih kecil dan karena bapaknya sedang sakit. Leli adalah anak kakak perempuan

Yasmin yang ketika melahirkan Leli dia meninggal dunia. Suaminya Cak Pri, sejak istrinya

hamil, dia berkeras menjadi TKI di Saudi Arabia atas ajakan temannya. Dan ternyata dia

ditipu oleh temannya. Sampai di Arab Saudi, dia tidak mendapatkan pekerjaan. Segala

upaya dilakukan untuk bisa kembali ke tanah air, namun Cak Pri malu dengan keluarga dan

mertuanya sehingga ia memilih untuk bersembunyi sementara di pesantren milik Kiai

Durahem, sambil bekerja sebagai supir Pak Kiai.

Yasmin sangat ingin mondok di pesantren seperti teman-temannya. Untuk itu

dengan berbagai cara Yasmin berusaha agar Leli bisa di asuh oleh ayah kandungnya.

Berusaha bagaimana caranya mendapatkan uang untuk di gunakan ayahnya berobat di Pak

Mantri. Namun ketika itu berhasil, emak tetap tidak mau memberi izin, dengan alasan bahwa

emak tidak punya biaya untuk memondokkan Yasmin. Yasmin kecewa dan terus memaksa.

Suatu ketika, dalam rangka memperingati HUT RI ke- 51, Yasmin mewakili sekolahnya

untuk mengikuti lomba menggambar tingkat kabupaten. Dia berharap bisa menang di

perlombaan itu agar segera mendapat restu dari emaknya. Namun, betapa ia sangat

kecewa ketika mendengar pengumuman hasil juara. Dia menangis dan berlari meninggalkan

Pak Hasan gurunya. Dia kabur menjauh dari pandangan gurunya. Sampai akhirnya di jalan

Yasmin bertemu kakak iparnya Cak Pri yang sedang membawa angkot. Sejak berhasil

membawa Leli, Cak Pri akhirnya pulang kerumahnya dan bekerja sebagai supir angkot.

Page 124: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

Yasmin memaksa ikut ke rumahnya Cak Pri, dengan alasan kangen sama keponakannya

Leli. Semua khawatir atas hilangnya Yasmin. Emak menangis. Dia menyesali diri,

menganggap bahwa kekecewaan dan kepergian Yasmin karena salahnya.

Akhirnya Supriyadi alias Cak Pri membawa Yasmin ke pondok pesantren Kiai

Durahem. Bersama Halimah anak Pak Kiai, Yasmin menginap sementara. Malam itu

Halimah menasehati Yasmin. Ia mengerti keinginan Yasmin. Namun ia juga memahami

alasan emak sampai hati tidak mengizinkan Yasmin untuk menuntut ilmu agama di

pesantren.

Halimah menasehati Yasmin. Menceritakan tentang sahabat Rasulullah Muhammad bin Ali

at-Tirmidzi yang mendapatkan keberuntungan dalam hidup. Tirmidzi justru kemudian

menjadi orang yang sangat pandai ilmu agama melebihi temannya yang berangkat

mengembara mencari ilmu. Ini di karenakan karena Tirmidzi telah berbakti kepada ibunya.

Bukankah surga ada di telapak kaki ibu? Mendengar itu, Yasmin menangis. Dia menyesali

dirinya yang lupa akan hadis nabi yang mulia itu.

Kemudian, emak datang ke kediaman Pak Kiai diantar Pak Guru Hasan. Emak menangis.

Dia datang sambil membawa barang-barang milik Yasmin dan sedikit uang tabungannya,

tanda bahwa emak telah mengizinkan Yasmin untuk mondok di pesantren Nurul Huda.

Namun Yasmin menolak. Yasmin bertekad untuk tetap tinggal di rumah membantu emak

sambil sekolah di MI. “Surga ada di telapak kaki ibu”. Dia ingin berbakti kepada ibunya,

kepada orangtuanya. Biarlah dia mondok setelah lulus dari Madrasah Ibtidaiyah.

Hari berganti hari, akhirnya kesehatan Pak Sulaiman ayah Yasmin semakin membaik. Dia

sudah kembali bekerja sebagai mandor di kebun coklat. Mak Tik juga semakin rajin

menabung untuk persediaan Yasmin mondok, dan Yasmin semakin rajin membantu

emaknya, dan sering membaca buku-buku yang dipinjamkan Halimah kepadanya. Akhirnya

setelah lulus di Madrasah Ibtidaiyah dengan diantar kedua orang tuanya serta orang-orang

terdekatnya, Yasmin segera berangkat mondok di pesantren. Keinginan yang sejak lama

Page 125: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

dia idam-idamkan. Dia berharap bisa belajar lebih banyak pelajaran umum, sekaligus

memperdalam pengetahuan agama Islam.

Page 126: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

Lampiran : 2

Biodata Penulis

Nama Pena : Andrea Hirata

Nama Lengkap : Aqil Barraq Badruddin Seman Said Harun

Agama : Islam

Tempat Lahir : Belitung,Provinsi Bangka Belitung

Tanggal Lahir : Minggu, 24 Oktober 1976

Andrea Hirata Seman Said Harun lahir di pulau Belitung pada tanggal 24 Oktober

1976. Ia dikenal sebagai seorang penulis novel yang karyanya diangkat ke layar lebar teater

musikal. Andrea Hirata adalah lulusan S1 Ekonomi Universitas Indonesia. Setelah

menyelesaikan studi S1 di UI, pria yang kini masih bekerja di kantor pusat PT Telkom ini

mendapat beasiswa Uni Eropa untuk studi Master of Science di Université de Paris,

Sorbonne, Perancis dan Sheffield Hallam University, United Kingdom.

Tesis Andrea di bidang ekonomi telekomunikasi mendapat penghargaan dari kedua

universitas tersebut dan ia lulus cumlaude. Tesis itu telah diadaptasi ke dalam Bahasa

Indonesia dan merupakan buku teori ekonomi telekomunikasi pertama yang ditulis oleh

orang Indonesia. Buku itu telah beredar sebagai referensi Ilmiah.

Pada tahun 1997, Andrea Hirata resmi menjadi pegawai PT Telkom. Niatnya untuk

menuliskan pengabdian sang inspiratornya kembali membuncah manakala dia menjadi

relawan untuk korban tsunami di Aceh. Ketika dia melihat rumah, sekolah, dan berbagai

bangunan yang ambruk, memorinya akan masa kecilnya dan tentu saja, Bu Mus

Page 127: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

memantapkan hatinya untuk menuliskan perjuangan guru tercintanya itu ke dalam sebuah

karya sastra. Kemudian, Andrea Hirata berhasil membuat novel Laskar Pelangi hanya

dalam waktu tiga minggu.

Namanya makin melejit seiring kesuksesan novel pertamanya, LASKAR PELANGI.

Novel tersebut kemudian jadi best seller. Selain LASKAR PELANGI, ia juga menulis SANG

PEMIMPI dan EDENSOR, serta MARYAMAH KARPOV. Keempat novel tersebut tergabung

dalam tetralogi. Walaupun sebenarnya Andrea Hirata tidak berniat untuk mempublikasikan

novel atau mengirimkannya pada penerbit, Laskar pelangi tetap sampai pada penerbit.

Begitu banyak penghargaan yang Andrea Hirata terima.

Beberapa di antaranya adalah penghargaan dari Khatulistiwa Literaly Award (KLA)

pada tahun 2007, Aisyiyah Award, Paramadina Award, Netpac Critics Award, dan lain

sebagainya. Sukses dengan novel tetralogi, Andrea merambah dunia film. Novelnya yang

pertama, telah diangkat ke layar lebar, dengan judul sama, LASKAR PELANGI pada 2008.

Dengan menggandeng Riri Riza sebagai sutradara dan Mira Lesmana sebagai produser,

film ini menjadi film yang paling fenomenal di 2008. Dan jelang akhir tahun 2009, Andrea

bersama Miles Films dan Mizan Production kembali merilis sekuelnya, SANG PEMIMPI.

PENDIDIKAN

S1 Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

S2 Universite de Paris Sorbonne (Perancis)

Sheffield Hallam University (Inggris).

KARIR

Novelis

Staf PT. Telkom

Page 128: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

PENGHARGAAN

Khatulistiwa Literaly Award (KLA), 2007

Aisyiyah Award,

Paramadina Award

Netpac Critics Awa

Page 129: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …

Biodata Penulis

Nama Lengkap : Diyana Millah Islami

Agama : Islam

Tempat Lahir : Situbondo, Provinsi Jawa Timur

Tanggal Lahir : Juli 1986

Diyana Millah Islami adalah penulis muda berbakat. Ia menyelesaikan studi S-1di jurusan

Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Jember pada tahun 2011. Salah satu

cerpennya masuk dalam 10 karya terbaik Pekan Seni Mahasiswa Indonesia Regional

(Peksiminal) yang diselenggarakan oleh Badan Pembina Seni Mahasiswa Indonesia

(BPSMI) wilayah Jawa Timur tahun 2008.

Diyana juga menyabet juara 3 se-Indonesia dalam Lomba Karya Komik Tokoh Sejarah

(LKKTS) Pekan Nasional Cinta Sejarah (PENTAS) yang dihelat oleh Ditjen Sejarah dan

Purbakala, Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata RI tahun 2011.

Page 130: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …
Page 131: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …
Page 132: PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN …