ok-I-06-E Yatno 123-136

15
 123 TANAH-TANAH DI DAERAH INDRAPURI, KABUPATEN ACEH BESAR, PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM : KARAKTERISTIK DAN POTENSI LAHANNYA BAGI PENGEMBANGAN TANAMAN KEDELAI E. Yatno dan Sukarman Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian  AB STRAK Kedelai merupakan salah satu komoditas strategis di Indonesia. Namun, produksi kedelai tidak dapat memenuhi peningkatan kebutuhan nasional. Karakterisasi lahan di daerah Indrapuri diperlukan untuk mengidentifikasi potensi lahan dan kendalanya bagi pengembangan kedelai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daerah Indrapuri mempunyai potensi cukup besar untuk pengembangan tanaman kedelai karena memiliki status kesuburan tanah relatif baik yang ditunjukkan oleh reaksi tanah agak masam sampai netral, kandungan Ca dan Mg dapat dipertukarkan tinggi sampai sangat tinggi, dan kejenuhan basa sangat tinggi. Lahan yang cukup sesuai (S2) untuk tanaman kedelai di daerah Indrapuri seluas 8.931 Ha (46,42%), sesuai marginal (S3) seluas 851 Ha (4,42%), dan lahan tidak sesuai (N) seluas 9.457 Ha (49,16%). Faktor-faktor pembatas utama yang menyebabkan lahan-lahan di daerah penelitian tidak sesuai untuk pengembangan tanaman kedelai adalah lereng sangat terjal, berbatu, dan solum tanah sangat dangkal. PENDAHULUAN Kedelai merupakan salah satu komoditas strategis untuk memenuhi kebutuhan pangan dan industri, yang saat ini menjadi isu nasional karena kelangkaan ketersediaannya di pasaran. Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, kebutuhan kedelai di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun dengan jumlah yang selalu lebih tinggi dari pada tingkat produksi nasional. Pada tahun 2007 kebutuhan kedelai nasional sekitar 2,2 juta ton, sedangkan luas panen di seluruh Indonesia hanya sekitar 580.534 ha dengan produktivitas rata- rata 12,88 ton/ha, sehingga produksinya sekitar 747.611 ton. Oleh karena itu, Indonesia harus mengimpor kedelai sebanyak 1,37 juta ton (BPS, 2007). Mengingat kondisi tersebut maka usaha peningkatan produksi kedelai perlu mendapat perhatian yang utama dari berbagai pihak yang terkait. Peningkatan produksi kedelai dapat dilakukan dengan intensifikasi, perluasan areal (ekstensifikasi ), penerapan teknologi, pengembangan varietas berproduksi tinggi

description

Prosiding Semnas E Yatno

Transcript of ok-I-06-E Yatno 123-136

  • 123

    TANAH-TANAH DI DAERAH INDRAPURI, KABUPATEN ACEH BESAR, PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM :

    KARAKTERISTIK DAN POTENSI LAHANNYA BAGI PENGEMBANGAN TANAMAN KEDELAI

    E. Yatno dan Sukarman

    Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian

    ABSTRAK

    Kedelai merupakan salah satu komoditas strategis di Indonesia. Namun, produksi kedelai tidak dapat memenuhi peningkatan kebutuhan nasional. Karakterisasi lahan di daerah Indrapuri diperlukan untuk mengidentifikasi potensi lahan dan kendalanya bagi pengembangan kedelai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daerah Indrapuri mempunyai potensi cukup besar untuk pengembangan tanaman kedelai karena memiliki status kesuburan tanah relatif baik yang ditunjukkan oleh reaksi tanah agak masam sampai netral, kandungan Ca dan Mg dapat dipertukarkan tinggi sampai sangat tinggi, dan kejenuhan basa sangat tinggi. Lahan yang cukup sesuai (S2) untuk tanaman kedelai di daerah Indrapuri seluas 8.931 Ha (46,42%), sesuai marginal (S3) seluas 851 Ha (4,42%), dan lahan tidak sesuai (N) seluas 9.457 Ha (49,16%). Faktor-faktor pembatas utama yang menyebabkan lahan-lahan di daerah penelitian tidak sesuai untuk pengembangan tanaman kedelai adalah lereng sangat terjal, berbatu, dan solum tanah sangat dangkal.

    PENDAHULUAN

    Kedelai merupakan salah satu komoditas strategis untuk memenuhi kebutuhan pangan dan industri, yang saat ini menjadi isu nasional karena kelangkaan ketersediaannya di pasaran. Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, kebutuhan kedelai di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun dengan jumlah yang selalu lebih tinggi dari pada tingkat produksi nasional. Pada tahun 2007 kebutuhan kedelai nasional sekitar 2,2 juta ton, sedangkan luas panen di seluruh Indonesia hanya sekitar 580.534 ha dengan produktivitas rata-rata 12,88 ton/ha, sehingga produksinya sekitar 747.611 ton. Oleh karena itu, Indonesia harus mengimpor kedelai sebanyak 1,37 juta ton (BPS, 2007).

    Mengingat kondisi tersebut maka usaha peningkatan produksi kedelai perlu mendapat perhatian yang utama dari berbagai pihak yang terkait. Peningkatan produksi kedelai dapat dilakukan dengan intensifikasi, perluasan areal (ekstensifikasi), penerapan teknologi, pengembangan varietas berproduksi tinggi

  • E. Yatno dan Sukarman

    124

    dan tahan terhadap berbagai serangan hama/penyakit, serta perbaikan cara budidaya tanaman kedelai yang disesuaikan dengan kondisi lahan dan zone agroekologinya.

    Daerah Indrapuri merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang dipilih sebagai salah satu areal perluasan dan intensifikasi untuk tanaman kedelai. Berdasarkan Peta Geologi Lembar Banda Aceh skala 1:250.000 (Bennett et al., 1981), tanah di daerah Indrapuri umumnya berbahan induk gampingan sehingga dapat diduga bahwa tanah-tanah di daerah tersebut memiliki pH dan kejenuhan basa cukup tinggi. Reaksi tanah (pH) dan kejenuhan basa yang tinggi merupakan salah satu karakteristik lahan yang diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kedelai (Djaenudin et al., 2003). Namun demikian, kondisi aktual karakteristik lahan di daerah tersebut belum banyak diketahui secara lebih detil sehingga informasi mengenai potensi lahan dan kendalanya bagi pengembangan tanaman kedelai belum dapat teridentifikasi.

    Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karaktaristik tanah dan potensi lahan bagi pengembangan tanaman kedelai pada tingkat semi detil (skala 1:50.000) di Kecamatan Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

    BAHAN DAN METODE

    Deskripsi Area

    Daerah penelitian terletak di Kecamatan Indrapuri dengan luas 19.239 Ha. Secara administratif, Kecamatan Indrapuri termasuk dalam wilayah Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Secara geografis, daerah penelitian terletak antara 952035 BT - 953405 BT dan antara 51805 LU - 53000 LU.

    Berdasarkan hasil analisis data curah hujan stasiun hujan BPP Indrapuri, periode 2001-2007, curah hujan rata-rata tahunan di Kecamatan Indrapuri sebesar 1.543 mm. Menurut pembagian tipe hujan dari Schmit dan Ferguson (1950), daerah penelitian Indrapuri tergolong tipe hujan C karena mengalami periode bulan basah (CH>100 mm) selama 7 bulan, bulan kering (CH 60 mm) selama 3 bulan dan bulan lembab (100 mm CH 60 mm) selama 2 bulan Berdasarkan zone agroklimatnya (Oldeman, 1975), daerah Indrapuri tergolong zone agroklimat E2 karena mengalami dua kali bulan basah (curah hujan >200

  • Tanah-Tanah di Daerah Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar

    125

    mm/bulan) berturut-turut dan 4 kali bulan kering (curah hujan

  • E. Yatno dan Sukarman

    126

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Penggunaan Lahan

    Berdasarkan hasil interpretasi citra landsat dan pengamatan lapang, jenis penggunaan lahan di Kecamatan Indrapuri terdiri dari: (a) sawah irigasi, (b) sawah tadah hujan, (c) kebun campuran, (d) tegalan, (e) semak, (f) belukar, (g) padang rumput/padang penggembalaan, dan (h) hutan. Rincian jenis penggunaan lahan di Kecamatan Indrapuri disajikan pada Tabel 1, sedangkan penyebarannya disajikan pada Gambar 1.

    Tabel 1. Rincian jenis penggunaan lahan di Kecamatan Indrapuri

    Simbol Uraian Luas Ha % Si Sawah irigasi 803 4,17 Sr Sawah tadah hujan 2.085 10,84 Kc Kebun campuran 4.002 20,80 Tg Tegalan 2.316 12,04 Sm Semak 228 1,19 Be Belukar 4.151 21,58 Pr Padang rumput/padang penggembalaan 1.987 10,33 Ht Hutan 3.667 19,06

    Total 19.239 100,00

    Karakteristik Tanah

    Hasil identifikasi lapangan dan didukung oleh data analisis laboratorium, tanah di daerah Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar diklasifikasikan menurut Taksonomi Tanah (Soil Survey Staff, 2006) menjadi 3 Ordo yang menurunkan 8 Subgrup, yaitu (1) Entisols (Lithic Udorthents, Typic Udorthents), (2) Inceptisols (Aeric Epiaquepts, Typic Epiaquepts, Aquic Eutrudepts, Lithic Eutrudepts dan Typic Eutrudepts), dan (3) Alfisols (Typic Hapludalfs).

    Satuan peta tanah di daerah penelitian disajikan pada Tabel 2, sedangkan penyebarannnya disajikan pada Gambar 2. Satuan peta tanah di daerah penelitian tersusun atas satuan tanah, landform, bentuk wilayah atau relief, lereng dan bahan induk. Satuan peta tanah tersebut disajikan dalam bentuk peta skala 1:50.000. Peta ini memberikan informasi penyebaran keadaan karakteristik lahan, terutama sifat-sifat tanah yang berkaitan erat dengan parameter untuk evaluasi lahan.

  • Tanah-Tanah di Daerah Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar

    127

    Gambar 1. Peta penggunaan lahan di daerah Indrapuri

    Lithic Udorthents

    Tanah ini mempunyai kedalaman (

  • E. Yatno dan Sukarman

    128

    gembur, reaksi tanah netral (pH 6,8), kandungan karbon organik sangat rendah (100%). Tanah lapisan bawah berupa lapisan batuan basalt yang tidak tembus akar dengan reaksi tanah netral.

    Typic Udorthents

    Tanah ini mempunyai kedalaman dangkal (15-25 cm) dan belum mengalami perkembangan. Penyebarannya dapat dijumpai pada landform perbukitan tektonik dengan relief berbukit kecil (lereng 15-25%) dan bahan induk batupasir berkapur. Warna tanah lapisan atas coklat dan coklat gelap (10 YR3/3 dan 10YR 3/4), tekstur tanah lempung berliat, konsistensi gembur, reaksi tanah netral (pH 7,0). Tanah lapisan bawah berupa lapisan bahan induk tanah dari batupasir berkapur yang memiliki reaksi tanah netral (pH 7,0).

    Aeric Epiaquepts

    Tanah ini telah mengalami sedikit perkembangan dengan kedalaman tanah dalam (100-150 cm). Penyebarannya dapat dijumpai pada landform dataran koluvial dengan relief agak datar (lereng 1-4%) dan bahan induk koluvium. Warna tanah lapisan atas kelabu gelap (10YR 4/1) dan lapisan bawah berwarna kelabu (10YR 5/1 dan 10YR 6/1) dan terdapat banyak karatan berwarna coklat kekuningan (10YR 5/6). Tekstur tanah lapisan atas liat berdebu sampai liat dan lapisan bawah liat berpasir sampai liat, struktur tanah lemah pejal, konsistensi tanah lapisan atas agak lekat dan agak plastis dan lapisan bawah lekat dan plastis, drainase tanah terhambat. Reaksi tanah agak masam sampai netral (pH 5,6-6,7), kandungan karbon organik sangat rendah (100%).

    Typic Epiaquepts

    Tanah ini telah mengalami sedikit perkembangan dengan kedalaman tanah dalam (100-150 cm). Penyebarannya dapat dijumpai pada landform dataran aluvial dengan relief datar (lereng 0-2%) dan bahan induk aluvium. Warna tanah lapisan atas kelabu (10YR 5/1) dan lapisan bawah berwarna kelabu gelap sampai

  • Tanah-Tanah di Daerah Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar

    129

    kelabu (10YR 4/1 dan 10YR 6/1), terdapat karatan berwarna coklat kekuningan (7,5YR 5/6), tekstur tanah lapisan atas liat berdebu sampai liat dan lapisan bawah liat, struktur tanah lemah pejal, konsistensi tanah lapisan atas agak lekat dan agak plastis dan lapisan bawah lekat dan plastis, dan drainase tanah terhambat. Reaksi tanah netral (pH 6,9-7,3), kandungan karbon organik rendah (1,68%), P dan K potensial sedang sampai tinggi (21 dan 43 mg/100g), kandungan Ca dan Mg sangat tinggi sampai tinggi (27,50 dan 6,95 cmolc/kg), KTK tanah sedang (22,48 cmolc/kg), dan kejenuhan basa sangat tinggi (>100%)

  • 130

    E. Y

    atno dan Sukarm

    an

    Tabel 2. Satuan Peta Tanah (SPT) di Kecamatan Indrapuri No. Klasifikasi Tanah Pro-

    porsi Landform Bentuk Lereng Bahn Luas

    SPT (USDA, 2003) Wilayah % Induk Ha % Konsosiasi 1 Typic Epiaquepts P Dataran Aluvial Datar 0-2 Aluvium 851 4,42 Kompleks

    2 Typic Eutrudepts D Jalur Aliran Agak Datar 1-3 Aluvium 1.062 5,52 Aquic Eutrudepts F Kompleks

    3 Lithic Eutrudepts D Teras Sungai Berombak 3-8 Aluvium 324 1,68 Typic Eutrudepts F Kompleks

    4 Lithic Eutrudepts D Teras Sungai Bergelombang 8-15 Aluvium 344 1,79 Typic Eutrudepts F Asosiasi

    5 Aeric Epiaquepts D Dataran Koluvial Agak Datar 1-4 Koluvium 1.904 9,90 Aquic Eutrudepts F Kompleks

    6 Typic Eutrudepts D Dataran Tektonik Berombak 3-8 Batupasir 3.692 19,19 Typic Hapludalfs M berkapur Kompleks

    7 Typic Eutrudepts D Dataran Tektonik Bergelombang 8-15 Batupasir 2.273 11,81 Lithic Eutrudepts F berkapur Kompleks

    8 Lithic Eutrudepts D Perbukitan Tektonik Berbukit Kecil 15-25 Batupasir 2.767 14,38 Typic Udorthents F berkapur Kompleks

    9 Lithic Udorthents D Perbukitan Volkan Tua Berbukit 25-45 Basalt 6.022 31,30 Lithic Eutrudepts F

    Total 19.239 100,00

  • Tanah-Tanah di Daerah Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar

    131

    Aquic Eutrudepts

    Tanah ini telah mengalami perkembangan dicirikan dengan adanya horizon penciri kambik. Penyebarannya dapat dijumpai pada landform dataran koluvial dan jalur aliran dengan relief datar sampai agak datar (lereng 1-4%) dan bahan induk aluvium-koluvium. Kedalaman tanah dalam (100-150 cm), warna tanah lapisan atas coklat dan coklat gelap (10YR 3/3 dan 10YR 3/4) dan lapisan bawah berwarna coklat kekuningan (10YR 4/4,10 YR 4/6 dan 10YR 5/6), terdapat warna karatan kelabu (10YR 5/1), tekstur tanah lapisan atas lempung sampai lempung liat berpasir dan lapisan bawah lempung liat berpasir sampai liat berpasir, konsistensi agak lekat dan agak plastis di lapisan atas dan lekat dan plastis di lapisan bawah. Reaksi tanah masam sampai agak masam (pH 5,3-5,7), kandungan karbon organik sangat rendah (100%).

  • 132

    E. Y

    atno dan Sukarm

    an

    Gambar 2. Peta tanah semi detil di daerah Indrapuri

    9526 BT 9528 BT

    524 LU

  • Tanah-tanah di Daerah Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar

    133

    Lithic Eutrudepts

    Tanah ini telah mengalami perkembangan dicirikan dengan adanya horizon penciri kambik. Penyebarannya dapat dijumpai pada landform teras sungai, dataran dan perbukitan tektonik, serta perbukitan volkan tua. Kedalaman tanah dangkal (25-50 cm), warna tanah lapisan atas coklat dan coklat gelap (10YR 3/3 dan 10YR 3/4) dan lapisan bawah sampai kedalaman 50 cm berwarna coklat kekuningan (10YR 4/4, 10YR 4/6 dan 10YR 5/6), tekstur tanah lapisan atas lempung sampai lempung liat berpasir dan lapisan bawah bertekstur liat berpasir sampai liat, konsistensi agak lekat dan agak plastis di lapisan atas dan lekat dan plastis di lapisan bawah, pada kedalaman 50 cm ke bawah terdapat batuan dari krikil batu dan batupasir berkapur, reaksi tanah agak netral (pH 6,5).

    Typic Eutrudepts

    Tanah ini telah mengalami perkembangan dicirikan dengan adanya horizon penciri kambik. Penyebarannya dapat dijumpai pada landform dataran jalur aliran, teras sungai dan dataran tektonik dengan relief agak datar sampai bergelombang (lereng 1-15%) dan bahan induk aluvium sampai batupasir berkapur. Kedalaman tanah dalam (100-150 cm), warna tanah lapisan atas coklat dan coklat gelap (10YR 3/3 dan 10YR 3/4) dan lapisan bawah berwarna coklat kekuningan (10YR 4/6 dan 10YR 5/6-5/8), tekstur tanah lapisan atas lempung sampai lempung berliat dan lapisan bawah bertekstur lempung berliat dan liat berfragmen, konsistensi agak lekat dan agak plastis di lapisan atas dan lekat dan plastis di lapisan bawah. Reaksi tanah agak masam sampai agak alkalis (pH 5,8-8,0), kandungan karbon organik rendah (1,1-1,8%), P dan K potensial tinggi sampai sangat tinggi (40-105 dan 42-120 mg/100g), kandungan Ca dan Mg tinggi sampai sangat tinggi (18-40 dan 4-8 cmolc/kg), KTK tanah rendah sampai sedang (14-31 cmolc/kg), dan kejenuhan basa sangat tinggi (>100%).

    Typic Hapludalfs

    Tanah ini telah mengalami proses pelapukan lanjut yang dicirikan oleh adanya horizon penciri argilik. Penyebarannya dapat dijumpai pada landform dataran tektonik dengan relief berombak (lereng 3-8%) dan bahan induk batupasir berkapur. Kedalaman tanah dalam (100-150 cm), warna tanah lapisan atas coklat gelap dan coklat (10YR 4/3 dan 7,5YR 4/4) dan lapisan bawah berwarna coklat gelap kekuningan sampai coklat kuat (10YR 5/4, 10YR 5/6 dan

  • E. Yatno dan Sukarman

    134

    7,5YR 5/6), bertekstur liat berdebu pada lapisan atasnya dan liat di lapisan bawah, struktur cukup kuat dengan gumpal agak bersudut, konsistensi teguh, lekat dan plastis. Drainase tanah baik. Sifat kimia menunjukkan reaksi tanah netral sampai agak alkalis (pH 6,5-7,5).

    Kesesuaian Lahan

    Evaluasi kesesuaian lahan di daerah penelitian merupakan evaluasi lahan secara fisik yang didasarkan pada kualitas tanah (karakteristik tanah dan lingkungan) dan persyaratan tumbuh tanaman.

    Hasil penilaian kelas kesesuaian lahan menunjukkan bahwa daerah Indrapuri memiliki 3 kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kedelai, yaitu cukup sesuai (S2), sesuai marginal (S3), dan tidak sesuai (N). Rincian kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kedelai di daerah Indrapuri disajikan pada Tabel 3, sedangkan penyebarannya di sajikan pada Gambar 3.

    Lahan yang cukup sesuai (S2) untuk tanaman kedelai seluas 8.931 Ha (46,42%), terdapat pada lahan dengan satuan peta tanah (SPT) 2, 5, 6, dan sebagian SPT 7. Lahan-lahan tersebut terdapat pada landform jalur aliran sungai, dataran koluvial, dan dataran tektonik berombak hingga bergelombang. Kendala utama pengembangan kedelai pada lahan-lahan tersebut adalah retensi hara (kandungan karbon organik rendah), ketersediaan oksigen (drainase sedang), dan bahaya erosi (lereng 8-15%).

    Lahan yang sesuai marginal (S3) untuk tanaman kedelai seluas 851 Ha (4,42%), terdapat pada lahan dengan nomor SPT 1 dan sebagian SPT 7. Lahan-lahan tersebut dijumpai pada landform dataran aluvial dan dataran tektonik bergelombang. Kendala utama pengembangan kedelai pada lahan-lahan tersebut adalah ketersediaan oksigen (drainase terhambat), dan media perakaran (solum tanah dangkal, 20-50 cm).

    Lahan yang tidak sesuai (N) untuk tanaman kedelai seluas 9.457 Ha (49,16%), terdapat pada lahan dengan nomor SPT 3, 4, 8, dan 9. Lahan-lahan tersebut terdapat pada landform teras sungai, perbukitan tektonik, dan perbukitan volkan tua. Kendala utama pengembangan kedelai pada lahan-lahan tersebut adalah lereng sangat curam/terjal, berbatu, dan solum tanah sangat dangkal.

  • Tanah-tanah di Daerah Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar

    135

    524 LU

    Tabel 3. elas kesesuaian lahan komoditas kedelai di Kecamatan Indrapuri Sub Kelas Faktor Pembatas No. SPT Luas Kesesuaian Lahan Ha %

    S2-nr Retensi hara 2, 6 4.754 24,71 S2-oa/S2-nr Ketersediaan oksigen dan

    retensi hara 5 1.9049,90

    S2-eh/S3-rc Bahaya erosi dan 7 2.273 11,81 media perakaran (dangkal)

    S3-oa Ketersediaan oksigen 1 851 4,42 N Lereng sangat terjal, berbatu 3, 4, 8, 9 9.457 49,16

    dan tanah sangat dangkal Total 19.239 100,00

    Gambar 3. Peta kesesuaian lahan untuk kedelai di Indrapuri

    9526 BT 9528 BT

  • E. Yatno dan Sukarman

    136

    KESIMPULAN

    Kecamatan Indrapuri di Kabupaten Aceh Besar, mempunyai potensi yang cukup besar untuk pengembangan tanaman kedelai. Tanah-tanah di daerah tersebut di dominasi oleh Typic Eutrudepts dan Aeric/Typic Epiaquepts dengan tingkat kesuburan tanah relatif baik yang ditunjukkan oleh reaksi tanah agak masam sampai netral, kandungan Ca dan Mg dapat dipertukarkan tinggi sampai sangat tinggi, dan kejenuhan basa sangat tinggi sehingga tidak diperlukan lagi pengapuran pada lahan. Namun demikian, kandungan karbon organik, N, P, dan K umumnya masih rendah sehingga pemupukan NPK sesuai dengan kondisi tanah dan kebutuhan tanaman masih tetap diperlukan.

    Lahan yang cukup sesuai (S2) untuk tanaman kedelai di Kecamatan Indrapuri seluas 8.931 Ha (46,42%), sesuai marginal (S3) seluas 851 Ha (4,42%), dan lahan tidak sesuai (N) seluas 9.457 Ha (49,16%). Faktor-faktor pembatas utama yang menyebabkan lahan-lahan di daerah penelitian tidak sesuai untuk pengembangan tanaman kedelai adalah lereng sangat terjal, berbatu, dan solum tanah sangat dangkal.

    DAFTAR PUSTAKA

    Balai Penelitian Tanah 2005. Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk. Balai Penelitian Tanah, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor.

    Bennett, J.D., D.M. Bridge, N.R. Cameron, A. Djunuddin, S.A. Ghazali, D.H. Jeffery, W. Kartawa, W. Keats, N.M.S. Rock, S.J. Thomson, dan R. Whandoyo. 1981. Peta Geologi Lembar Banda Aceh, Sumatera. Skala 1:250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Bandung.

    BPS (Badan Pusat Statistik). 2007. Statistik Indonesia Tahun 2007. Badan Pusat Statistik, Jakarta.

    Djaenudin, D., M. Hendrisman, H. Subagjo, dan A. Hidayat. 2003. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian. Balai Penelitian Tanah, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor.

    FAO. 1976. A Framework for Land Evaluation. FAO Soil Bulletin 32, FAO, Rome.

    Soil Survey Staff. 2006. Keys to Soil Taxonomy, 9th Edition. USDA Natural Resources Conservation Service. Washington DC.