Model Spatial Stratifikasi Daerah Rawan Banjir di ...€¦ · Model Spatial Stratifikasi Daerah...
Transcript of Model Spatial Stratifikasi Daerah Rawan Banjir di ...€¦ · Model Spatial Stratifikasi Daerah...
Model Spatial Stratifikasi Daerah Rawan Banjir
di Kabupaten Kudus
Artikel Ilmiah
Diajukan kepada
Fakultas Teknologi Informasi
untuk memperoleh Gelar Sarjana Teknik Informasi
Peneliti :
Edwin Yahya (672010165)
Kristoko Dwi Hartomo, S.Kom., M.Kom.
Program Studi Teknik Informasi
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
Januari 2016
Model Spatial Stratifikasi Daerah Rawan Banjir
di Kabupaten Kudus
1)Edwin Yahya, 2)Kristoko Dwi Hartomo
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50771, Indonesia
Email: 1)[email protected], 2)[email protected]
Abstract
Flood is one of disaster that often happen every year especially in Kudus district
area. Flood disaster that often happen certainly will evoke damage on various areas of
life on region which affected with flood. Therefore flood disaster risk mapping is needed
on Kudus district which analyzing data related which each have parameter with class,
score, and weight to rate flood risk level on each sub-district on Kudus district. Disaster
risk mapping can be used by local government to arrange countermeasures policy based
on condition and the needs of the area. Additionally with using Google Maps, we could
visualize flood disaster risk mapping on the Google Maps.
Keywords: Mapping, Flood, GoogleMaps
Abstrak
Banjir merupakan salah satu bencana yang sering terjadi setiap tahunnya
terutama di daerah Kabupaten Kudus. Bencana banjir yang sering terjadi tentu saja akan
menimbulkan kerugian di berbagai bidang kehidupan di daerah yang terkena banjir.
Karena itu dibutuhkan pemetaan tingkat kerawanan banjir kabupaten Kudus yang
menganalisis data-data terkait yang masing-masing memiliki parameter dengan kelas,
skor, dan bobot untuk menilai tingkat kerawanan banjir pada setiap kecamatan di
kabupaten Kudus. Peta Kerawanan banjir dapat digunakan oleh pemerintah daerah untuk
menyusun kebijakan penangulangan banjir sesuai kondisi dan kebutuhan daerahnya.
Ditambah dengan menggunakan Google Maps, kita dapat menvisualisasikan pemetaan
kerawanan banjir pada Google Maps.
Katakunci: Pemetaan, Rawan Banjir, GoogleMaps
1) Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana
2) Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana
1. Pendahuluan
Banjir merupakan peristiwa tergenangnya air pada suatu daerah. Banjir
merupakan salah satu bencana yang sering terjadi setiap tahun nya terutama pada
saat musim penghujan. Kabupaten Kudus adalah salah satu daerah di provinsi
Jawa Tengah yang memiliki tingkat kerawanan banjirnya cukup tinggi sehingga
membuat kabupaten Kudus berada di peringkat ke delapan daerah rawan banjir di
Jawa Tengah [1]. Bencana banjir yang sering terjadi tentu saja akan menimbulkan
kerugian di berbagai bidang kehidupan dan membawa dampak negatif bagi daerah
yang terkena banjir tersebut, Banjir yang merendam sekitar 1500 hektar tanaman
padi di kecamatan Undaan, Mejobo, Jekulo, Jati, dan Kaliwungu pada bulan
Maret 2013 lalu yang mengakibatkan kerusakan dan gagal panen pada sekitar 600
hektar lahan sawah [2]. Pada bulan April 2013, bencana banjir melanda desa
Setrokalangan, kecamatan Kaliwungu yang membuat sebanyak 255 warga harus
mengungsi karena tempat tinggalnya tergenang air [3]. Banjir yang terjadi pada
bulan january tahun 2014 yang lalu, banjir telah menggenangi sebagian besar
wilayah di Kabupaten Kudus dan membuat jalur darat yang menghubungkan
antara kabupaten demak dan kabupaten kudus, jawa tengah ditutup akibat banjir
dengan ketinggian air antara 50 centimeter hingga 1 meter [5].
Salah satu kegiatan yang termasuk dalam manajemen mitigasi bencana
adalah pengkajian daerah rawan banjir yang merupakan sebuah pendekatan untuk
memperlihatkan potensi dampak negatif yang mungkin timbul akibat suatu
potensi bencana yang melanda [4]. Pengertian dari daerah rawan sendiri adalah
potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun
waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya
rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan
masyarakat [6]. Pengkajian daerah rawan banjir meliputi pemetaan daerah rawan
banjir dan pembuatan dokumen kerawanan banjir. Pemetaan daerah rawan
bencana akan menghasilkan peta darah rawan banjir yaitu gambaran yang
menunjukkan tingkat kerawanan bencana banjir pada daerah yang dikaji, apakah
memiliki tingkat kerawanan yang rendah, sedang atau tinggi. Peta tingkat
kerawanan bencana juga berperan penting dalam mendukung pelaksanaan
mitigasi bencana karena digunakan sebagai acuan dalam menentukan tindakan
prioritas penanggulangan bencana untuk meminimalisir dampak dan kerugian
yang disebabkan oleh bencana. Peta daerah rawan banjir dapat digunakan oleh
berbagai tatanan masyarakat, antara lain oleh pemerintah daerah untuk menyusun
kebijakan penanggulangan bencana sesuai kondisi dan kebutuhan daerahnya, oleh
mitra pemerintah sebagai dasar untuk melakukan aksi pendampingan komunitas
terpapar untuk mengurangi dampak bencana, dan oleh masyarakat umum sebagai
salah satu dasar untuk menyusun aksi praktis dalam rangka kesiapsiagaan, seperti
menyusun rencana dalam menentukan daerah evakuasi, pengambilan keputusan
daerah tempat tinggal, dan sebagainya [4].
Rumusan masalah untuk penelitian ini adalah bagaimana cara menyediakan
aplikasi untuk memvisualisasikan informasi daerah rawan banjir di Kabupaten
Kudus, agar mudah di manfaatkan oleh pemerintah dan penduduk untuk
mendapatkan informasi.
Adapun tujuan dan manfaat penelitian ini antara lain adalah menentukan
rencana tindak lanjut atas wilayah yang berpotensi terkena bencana banjir.
Beberapa rencana yang dapat dilakukan adalah kesiap siagaan dalam menghadapi
bencana alam, sistem pemantauan, sistem peringatan dini, pembuatan rencana
kontijensi(jalur dan lokasi evakuasi bencana alam), pelaksanaan tanggap
darurat(emergency response). Selain itu dapat juga digunakan untuk menentukan
potensi tingkat kerawanan pada tiap kecamatan di kota Kudus dan sebagai acuan
menyusun kebijakan penanggulangan bencana. Dengan dibuatnya website ini
diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat khususnya
pemerintah sehingga dapat mengatisipasi dampak bencana banjir.
Kepentingan dari dibuatnya aplikasi ini antara lain untuk dapat
memvisualisasikan data kedalam google maps dan menentukan potensi tingkat
kerawanan pada tiap kecamatan di kabupaten kudus, yang diharapkan dapat
memberikan informasi kepada masyarakat dan pemerintah sebagai acuan
menyusun kebijakan penanggulangan banjir.
2. Tinjauan Pustaka
Penelitian terdahulu yang menjadi acuan dan pedoman bagi penulis untuk
penelitian skripsi selanjutnya adalah sebagaimana dilakukan oleh Chernovita,
(2013) melakukan penelitian tentang Pemetaan Wilayah Risiko Bencana Banjir
Kabupaten Kudus menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). SIG telah
banyak di gunakan untuk membangun pemetaan suatu wilayah yang berisi data –
data penting pada wilayah tersebut. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
kabupaten Kudus memiliki tingkat risiko yang bervariasi, yaitu tingkat risiko
rendah pada wilayah seluas 28,87 km2, tingkat risiko sedang pada wilayah seluas
87,47 km2, dan tingkat risiko tinggi pada wilayah seluas 308,82 km2. Pada
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat kerawanan bencana banjir di
kabupaten kudus secara umum memiliki tingkat kerawanan yang bervariasi.
Setelah di urutkan berdasarkan nilai tingkat kerawanannya dari kecamatan yang
paling tinggi merupakan kecamatan Mejobo, Kaliwungu, Jati, Bae, Kota, Gebog,
Dawe, Jekulo, dan Undaan [7].
Penelitian lain oleh Sholahuddin DS yang berjudul SIG Untuk Memetakan
Daerah Banjir Dengan Metode Skoring Dan Pembobotan. Pada penelitian tersebut
peneliti juga melakukan pengolahan data-data penting yang mempengaruhi
tingkat kerawanan banjir pada kecamatan yang ada di kabupaten jepara, dan dapat
di simpulkan bahwa data-data yang dapat di gunakan untuk mengetahui rawan
atau tidaknya suatu daerah beberapa di antaranya adalah data curah hujan dan
ketinggian tanah [8]. Tabel 1. Skor Parameter Ketinggian Tanah
No Kelas Bobot
1 0-20m 5
2 21-50m 4
3 51-100m 3
4 101-300m 2
5 >300m 1
Tabel 1. berisi parameter pada ketinggian tanah beserta klasifikasi kelas
kerentanan yang diadopsi dari Sholahuddin. Nilai untuk setiap kelas pada aspek
kerentanan yaitu nilai 1 untuk kelas kerentanan rendah, nilai 3 untuk kelas
kerentanan sedang, dan nilai 5 untuk kelas kerentanan tinggi. Tabel 2. Skor Parameter Sungai
No Kelas Bobot
1 61,5% - 100% 5
2 50,1% - 51,4% 4
3 32,1% - 50% 3
4 17,7% - 32% 2
5 0% - 17,6% 1
Tabel 2. berisi parameter sungai beserta klasifikasi kelas kerentanan yang
juga diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Sholahuddin. Nilai untuk setiap
kelas pada aspek kerentanan yaitu nilai 1 untuk kelas kerentanan rendah, nilai 3
untuk kelas kerentanan sedang, dan nilai 5 untuk kelas kerentanan tinggi.
Penelitian lain oleh I Gede Adi Saputra Yasa yang berjudul Sistem
Informasi Geografis Penentuan Wilayah Rawan Banjir di Kabupaten Buleleng.
Pada penelitian tersebut peneliti juga melakukan pengolahan data-data penting
yang mempengaruhi tingkat kerawanan banjir pada kecamatan yang ada di
kabupaten Buleleng, dan dapat di simpulkan bahwa data-data yang dapat di
gunakan untuk mengetahui rawan atau tidaknya suatu daerah salah satunya adalah
data luas sungai [9]. Tabel 3. Skor Parameter Curah Hujan
No Kelas Bobot
1 >160mm 5
2 121-160mm 4
3 81-120mm 3
4 41-80mm 2
5 < 41mm 1
Tabel 3 berisi komponen yang digunakan untuk menentukan parameter
curah hujan yang dimiliki suatu daerah. Setiap komponen memiliki bobot dan
nilai tertentu.
Berdasarkan penelitian-penelitian yang pernah dilakukan terkait pemetaan
menggunakan SIG maka akan dilakukan penelitian yang membahas tentang
perencanaan aplikasi yang menggunakan dasar Google Maps untuk menunjukkan
dan mencari daerah - daerah tertentu pada peta yang akan disediakan. Aplikasi
yang dibangun dengan mengunakan teknologi Google Maps dengan database
yang berfungsi sebagai penghubung data. Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kemudahan untuk user dalam mengetahui tingkat kerawanan banjir
yang ada di kecamatan pada kota Kudus.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang di lakukan oleh Chernovita
adalah faktor yang digunakan untuk menilai tingkat kerawanan banjir, serta
platform peta yang digunakan merupakan peta statik, sedangkan pada penelitian
ini menggunakan Google Maps sebagai platform pembuatan peta dengan bantuan
Keyhole Markup Language (KML) yang berjalan secara online. Sedangkan pada
perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Sholahuddin adalah
pemetaan kabupaten Jepara.
Skoring dan Pembobotan merupakan suatu metode pemberian skor atau
nilai terhadap masing - masing value parameter untuk menentukan tingkat
kemampuannya, penilaian ini berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.
Sedangkan metode pembobotan atau disebut juga weighting adalah suatu metode
yang digunakan apabila setiap karakter memiliki peranan berbeda atau jika
memiliki beberapa parameter untuk mementukan kemampuan lahan atau
sejenisnya. Daerah rawan banjir memiliki pengertian sebagai lokasi suatu wilayah yang
merupakan tempat yang sering terjadinya banjir terutama dalam situasi tertentu.
Adapun beberapa data spasial yang merupakan parameter penentu daerah rawan
banjir menurut UU. No. 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana
meliputi: karakteristik geologis, hidrologis, geografis, dan lain-lain.
Data spasial mempunyai pengertian sebagai suatu data yang mengacu pada
posisi, objek dan hubungan diantaranya dalam ruang bumi. Data spasial
merupakan salah satu item dari informasi mengenai perairan dan daratan.
Sebagian besar data spasial ditangani dalam bentuk Sistem Informasi
Geografi (SIG). data tersebut berorientasi geografis, memiliki sistem koordinat
dan sebagai dasar referensinya mempunyai dua bagian penting yang membuatnya
berbeda dari data lain, yaitu informasi lokasi (spasial) dan informasi deskriptif
(attribute) yang dijelaskan berikut ini :
1. Informasi lokasi (spasial), berkaitan dengan suatu koordinat baik
koordinat geografi (lintang dan bujur) dan koordinat XYZ, termasuk diantaranya
informasi data penduduk, persebaran penduduk, tingkat kemiskinan, daerah rawan
banjir, daerah rawan kekeringan, saluran drainase kota, model transportasi kota,
dan sebagainya.
2. Informasi deskriptif (attribut) atau informasi non-spasial adalah suatu
lokasi yang memiliki beberapa keterangan yang berkaitan dengan informasi
deskriptif, contohnya: jenis vegetasi, populasi, luasan, kode pos, dan sebagainya.
Pada pemanfaatannya data spasial yang diolah dengan menggunakan
komputer (data spasial digital) menggunakan model sebagai pendekatannya.
Economic and Social Commission for Asia and the Pasific (1996), mendefinisikan
model data sebagai suatu set logika atau aturan dan karakteristik dari suatu data
spasial. Model data merupakan representasi hubungan antara dunia nyata dengan
data spasial.
Terdapat dua model dalam data spasial, yaitu model data raster dan model
data vektor. Keduanya memiliki karakteristik yang berbeda, selain itu dalam
pemanfaatannya tergantung dari masukan data dan hasil akhir yang akan
dihasilkan. Model data tersebut merupakan representasi dari obyek-obyek
geografi yang terekam sehingga dapat dikenali dan diproses oleh komputer.
Model data vektor dijabarkan menjadi beberapa bagian seperti pada Gambar 2
[10].
Gambar 1 Klasifikasi model data spasial.
Google Maps adalah sebuah jasa peta globe virtual gratis dan online yang
disediakan oleh google, dapat diakses pada http://maps.google.com. Google Maps
juga adalah teknologi dari google yang memungkinkan kita melihat peta atau
mencari lokasi-lokasi tertentu secara digital.
Keyhole Markup Language (KML) merupakan sebuah Extensible Markup
Language(XML) berbasis bahasa geografis skema untuk mengungkapkan
penjelasan dan visualisasi. Keunggulan dari Keyhole Markup Language (KML)
ini adalah memiliki beberapa fitur yaitu tanda tempat, gambar, poligon, model 3D,
deskripsi tekstual, dan lain-lain untuk di tampilkan pada Peta Google Maps dan
Google Earth.
3. Tahapan Penelitian
Gambar 2 Tahapan Penelitian
Tahap pertama yaitu identifikasi masalah dan studi literature yang
dilakukan dengan mencari sebuah masalah atau khasus yang akan menjadi latar
belakang penelitian dengan cara mencari artikel di koran online mengenai
bencana banjir di kabupaten Kudus. Dari identifikasi masalah didapatkan
beberapa rumusan masalah, yaitu 1) Bagaimana tingkat risiko banjir per
Pengumpulan Data
Implementasi dan Analisa
Sistem
Perhitungan dan Analisa Hasil Implementasi
Penulisan Laporan
Identifikasi Masalah dan Studi Literatur
kecamatan pada kabupaten Kudus jika diurutkan dari kecamatan yang risikonya
paling tinggi? 2) Bagaimana cara menyediakan aplikasi untuk mempermudah
dalam mengakses informasi daerah rawan banjir di kabupaten Kudus? Studi
pustaka dilakukan dengan mencari literatur seperti penelitian terdahulu yang
membahas tentang pemetaan daerah rawan banjir, dan faktor – faktor yang paling
berpengaruh.
Tahap kedua yaitu tahap pengumpulan data, kegiatan yang dilakukan pada
tahapan ini adalah mengumpulkan data luas wilayah, tingkat curah hujan,
ketinggian tanah dan luas sungai pada tiap kecamatan di kabupaten Kudus, yang
didapatkan melalui sumber buku dan artikel penelitian terdahulu. Melalui
pengumpulan data, didapatkan aspek ancaman yang terdiri dari tiga parameter,
yaitu ketinggian tanah, curah hujan, dan luas sungai dengan kelas dan skor seperti
pada Tabel 4 [8]. Tabel 4. Bobot Parameter
Penyimpulan hasil pengolahan data dan pemetaan tingkat kerawanan
dilakukan dengan menghitung curah hujan, ketinggian tanah, dan luas sungai pada
setiap wilayah kecamatan untuk menentukan tingkat kerawanan banjirnya paling
tinggi hingga yang paling rendah tiap kecamatan. Nilai tingkat kerawanan per
kecamatan dihitung dengan menggunakan persamaan:
Gambar 3 Rumus Hitung Kerawanan [8]
Keterangan:
X = Nilai kerawanan
Wi = Bobot untuk parameter ke-i
Xi = Skor kelas pada parameter ke-i
Tahap ketiga Implementasi dan Analisa Kebutuhan Sistem. Kegiatan yang
dilakukan pada tahapan ini adalah menganalisa kelemahan dari sistem pendukung
yang akan digunakan. Setelah analisa selesai dibuatlah diagram UML (Unified
Modeling Language) yang digunakan dalam merancang sistem terdiri dari use
case diagram, activity diagram, sequence diagram dan class diagram. Pada use
case diagram, user yang dimempunyai hak akses hanyalah seorang admin yang
ditunjuk untuk dapat melakukan pembaharuan data. User dan admin dapat
langsung mengakses halaman web tanpa harus melalui proses login. Use Case
diagram sistem dapat dilihat pada Gambar 4.1.
No Kelas Skor
1 Curah hujan rata-rata
tahunan
0,40
2 Ketinggian Tanah 0,35
3 Luas Sungai 0,25
Gambar 4.1 Use Case Diagram Sistem
Gambar 4.1 menjelaskan bahwa admin memiliki hak akses untuk dapat
memperbaharui data attibut setelah melakukan login ke dalam system, sedangkan
User dapat mengakses data yang sudah di visualisasikan pada halaman web.
Activity diagram menggambarkan proses-proses yang terjadi pada sebuah
aktifitas mulai dari awal mula aktifitas tersebut dimulai hingga aktifitas tersebut
berhenti. Gambar 4.2 menjelaskan proses aktifitas yang dimiliki oleh admin.
Gambar 4.2 Activity Diagram Sistem
Admin
Login
UserViewPeta
DeleteDataAttribut
InsertDataAttribut UpdateDataAttribut
ViewDataAttribut
Logout
<<include>>
<<extend>>
<<extend>><<extend>>
<<extend>>
<<extend>><<extend>>
<<extend>> <<extend>>
Mulai
Mengakses
Website
Login
UpdateData
Selesai
Logout
Menampilkan
Halaman Utama
Tampilkan
Halaman Admin
RequstData
Perhitungan
Data
Tampilkan
Data Terbaru
Authorize
ResponRequest
Update Data
Valid invalid
databasesystemAdmin
Activity diagram yang tergambar pada Gambar 4.2 menjelaskan proses
aktifitas yang terjadi pada admin dengan sistem. Proses ini dimulai dengan
melakukan proses login terlebih dahulu. Setelah sistem mengenali user yang
masuk sebagai admin, user dapat melalukan pembaharuan data yang nantinya
akan ditampilkan pada peta. Proses dimulai ketika admin memberikan data kepada
server yang kemudian secara sistem dihitung dan hasil perhitungan tersebut
dijadikan parameter sebagai variabel-variabel peta yang nantinya akan
ditampilkan halaman utama website.
Sequence diagram berfungsi untuk menggambarkan interaksi antara setiap
komponen baik di dalam maupun disekitar sistem secara berurutan, Sequence
diagram sistem dapat dilihat pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Sequence Diagram Sistem
Gambar 4.3 menunjukkan sequence diagram admin dalam proses update
data. Untuk proses ini pertama admin melakukan login pada UI peta lalu
mengirimkan request ke Sistem lalu diteruskan ke database. Kemudian database
mengirimkan request done dan sistem mengirimkan pesan berhasil login ke
admin, setelah berhasil masuk ke form admin, admin melakukan update data pada
UI lalu mengirimkan request ke Sistem lalu diteruskan ke database. Kemudian
database menampilkan kembali data terbaru pada form view data.
Class diagram merupakan diagram yang digunakan untuk menampilkan
beberapa class yang ada di dalam suatu sistem yang sedang dikembangkan. Class
diagram memberikan gambaran mengenai sistem dan relasi yang ada di dalamnya.
Rancangan class diagram pada sistem dapat diuraikan pada Gambar 4.5.
: admin : admin
InterfaceInterface SistemSistemDataBaseDataBase
1: akses
2: login
3: verifikasi
4: request done
5: request done
6: tampilkan data
7: edit data 8: send request
9: edit data
10: request done
11: request done
12: tampilkan data
Gambar 4.5 Class Diagram Sistem
Gambar 4.5 merupakan class diagram dari aplikasi yang dibangun. Terdiri dari
beberapa package yaitu Login, UiPeta dan DataParameter. Login merupakan syarat
agar admin dapat mengunakan semua fungsi yang berhubungan dengan database
melalui interface. UiPeta merupakan tampilan pada aplikasi yang dibangun.
DataParameter merupakan data yang di gunakan untuk memanipulasi tingkat
kerawanan pada UiPeta.
4. Hasil dan Pembahasan
Hasil dari penelitian ini berupa peta tingkat daerah rawan banjir kabupaten Kudus
pada Gambar 5.
Gambar 5 Peta Tingkat Kerawanan Kabupaten Kudus
Pemetaan pada Gambar 5 yang merupakan hasil akhir. Peta ini
menunjukkan gambaran tentang tingkat kerawanan bencana banjir pada setiap
kecamatan di kabupaten Kudus. Setiap tingkat kerawanan banjir diberi warna
yang berbeda, yaitu warna hijau untuk menunjukkan wilayah dengan tingkat
kerawanan banjir yang rendah, seperti yang di tunjukan pada Gambar 5.1.
Gambar 5.1 Peta Tingkat Kerawanan Kecamatan Kota
Sedangkan warna kuning untuk menunjukkan wilayah dengan tingkat
kerawanan banjir yang sedang, seperti pada Gambar 5.2.
Gambar 5.2 Peta Tingkat Kerawanan Kecamatan Bae
Sedangkan warna hitam untuk menunjukkan wilayah dengan tingkat
kerawanan banjir yang tinggi, seperti yang di tunjukan pada Gambar 5.3.
Gambar 5.3 Peta Tingkat Kerawanan Kecamatan Undaan
Selain itu warna merah merupakan penanda untuk kabupaten Kudus itu
sendiri. Kode wilayah menunjukkan pemberian kode untuk setiap kecamatan di
kabupaten Kudus sejumlah sembilan kecamatan. Dari peta tingkat kerawanan
banjir kabupaten Kudus dapat diketahui bahwa hampir sebagian besar wilayah
kabupaten Kudus memiliki tingkat kerawanan banjir yang tinggi yaitu wilayah
yang ditandai dengan warna hitam.
Gambar 6 Form Update Data Parameter
From Update pada Gambar 6 di gunakan untuk mengupdate data pada tiap
parameter yang ada dan akan langsung di tampilkan pada Peta Tingkat Kerawanan
Kabupaten Kudus sperti Pada Gambar 6. Rincian hasil skoring per kecamatan
berdasarkan parameter dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Nilai Skor Tiap Kecamatan
Kecamatan Curah Hujan
(mm)
Ketinggian
Tanah
Luas Sungai
Kaliwungu 5 5 1
Kota 2 4 1
Jati 5 5 1
Undaan 5 4 1
Mejobo 5 5 1
Jekulo 5 5 1
Bae 5 3 1
Gebog 5 2 1
Dawe 5 1 1
Dari nilai parameter pada Tabel 6. Di lakukan perhitungan skor dikali
bobot untuk membentuk indeks tingkat kerawanan
Kode Program 1. Kode Program Insert Button
Pada Kode Program 1 baris 01 dapat dilihat beberapa data dan skor untuk data
yang di gunakan dalam penelitian ini dan pada baris 02 merupakan kode untuk
algoritma perhitungan nilai tingkat kerawanan yaitu
(0.40*[Skor_CurahHujan])+(0.35*[Skor_KetinggianTanah])+(0.25*[Skor_LuasS
ungai])
sehingga di dapatkan nilai index tingkat kerawanan per kecamaatan seperti pada
Tabel 7. Tabel 7. Indeks Tingkat Kerawanan per Kecamatan
Kecamatan Nilai
Tingkat Kerawanan
Kaliwungu 40
Kota 24
Jati 40
Undaan 36
Mejobo 40
Jekulo 40
Bae 33
Gebog 29
Dawe 26
Tabel 7 merupakan hasil perhitungan dari Tabel 6. Yang menunjukkan
urutan kecamatan di kabupaten Kudus sesuai nilai tingkat kerawanannya.
Terdapat beberapa kecamatan dengan nilai tingkat kerawanan tertinggi yaitu 40,
antara lain kecamatan Mejobo, Kaliwungu, Jati, dan Jekulo karena seluruh
wilayahnya memiliki tingkat kerawanan banjir yang tinggi. Kecamatan Undaan
berada di urutan ke lima dengan nilai kerawanan 36. Kecamatan Bae berada di
urutan ke enam dengan nilai kerawanan 33. Kecamatan Gebog berada di urutan ke
tujuh dengan nilai kerawanan 29. Kecamatan Dawe berada di urutan ke delapan
dengan nilai kerawanan 26. Kecamatan Kota adalah kecamatan dengan nilai
kerawanan terendah yaitu 24 sehingga menempati urutan ke sembilan.
Pengujian aplikasi dilakukan untuk menguji aplikasi yang telah dibuat dan
menemukan kesalahan yang mungkin terjadi pada aplikasi. Pengujian aplikasi ini
01 $sql="INSERT INTO $tbl_name(kode, kota, kecamatan,hujan,s_hujan,
tanah,s_tanah,sungai,s_sungai,jumlah,dataTahun)
02 VALUES('$kode','$kota','$kecamatan','$hujan','$s_hujan','$tanah',
'$s_tanah','$sungai','$s_sungai',
'$s_hujan'*40+'$s_tanah*35'+'$s_sungai*25','$dataTahun')";
juga diharapkan agar sistem yang dibuat dapat berjalan dengan baik sesuai dengan
kebutuhan pengguna. Pengujian aplikasi Model Spatial Stratifikasi Daerah Rawan
Banjir ini menggunakan teknik pengujian yang dilakukan oleh pembuat aplikasi
untuk memastikan program berjalan tanpa error. Pengujian aplikasi ini
menggunakan metode blackbox yaitu pengujian fungsionalitas tanpa
memperhatikan alur eksekusi program, namun cukup memperhatikan apakah
setiap fungsi berjalan sesuai yang diharapkan. Pengujian aplikasi Model Spatial
Stratifikasi Daerah Rawan Banjir ditunjukkan pada Tabel 8.
Table 8. Pengujian Aplikasi Model Spatial Stratifikasi Daerah Rawan Banjir
Fungsi yang
diuji
Kondisi Output
yang
diharapkan
Output
yang
dihasilkan
Status
Penguj
ian
Login admin username dan password
diisi dengan benar
sukses
registrasi
sukses
registrasi
Valid
Insert data
Form diisi dengan benar sukses
tambah
data
sukses
tambah
data
Valid
Form kosong gagal
tambah
data
gagal
tambah
data
Update data Simpan pengubahan sukses
ubah data
sukses
ubah data
Valid
Delete data Konfirmasi dengan benar sukses
hapus data
sukses
hapus data
Valid
View data View sesuai data terUpdate tampilan
data
terbaru
tampilan
data
terbaru
Valid
Berdasarkan pengujian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa aplikasi ini
sudah berjalan secara baik dan sesuai yang diharapkan.
5. Simpulan
Simpulan yang diperoleh dari pengembangan “Model Spatial Stratifikasi
Daerah Rawan Banjir di Kabupaten Kudus” antara lain, penelitian ini dapat
diterapkan dalam pengambilan keputusan untuk menentukan lokasi daerah rawan
banjir, tempat evakuasi banjir, pelaksanaan tanggap darurat, dan sistem pemantau.
Dan dengan menerapkannya ke dalam peta secara online dan terhubung langsung
ke GoogleMaps akan mempermudah dalam pembacaan tingkat kerawanan banjir
pada Kabupaten Kudus.
Adapun saran pengembangan dari aplikasi ini adalah peneltiian ini dapat
dikembangkan lebih lanjut dengan cara data yang di tampilkan ke peta bukan
hanya data tingkat kerawanan banjir pada kabupaten kudus saja melainkan seluruh
wilayah di indonesia.
6. Daftar Pustaka
[1] Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Jawa Tengah. 2012. Karakteristik
Bencana di Jawa Tengah. Semarang.
[2] Rodli, Ahmad. 2013. Ratusan Hektar Padi di Kudus Puso Akibat Banjir.
PortalKBR. http://www.portalkbr.com/nusantara/jawabali/2510706_4262.html.
Diakses tanggal 1 Mei 2015.
[3] Ismanto, Hendriyo. 2013. Pengungsi Banjir Kudus Mulai Terserang Penyakit.
Kompas.
http://regional.kompas.com/read/2013/04/11/09354262/Pengungsi.Banjir.Kudus.M
ulai.Terserang.Penyakit. Diakses tangga l 6 Mei 2015.
[4] Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2012. Peraturan Kepala Badan
Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 02 Tahun 2012 tentang Pedoman
Umum Pengkajian Risiko Bencana.
[5] Elin Yunita Kristanti.2014.News.liputan6.com/read/807493/banjir-parah-jalur-
demak-kudus-ditutup. Diakses tanggal 2 Mei 2015.
[6] Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia. 2007. Undang - Undang Nomor 24
Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
[7] Chernovita, Hanna Prillysca. 2013.Pemetaan Wilayah Risiko Bencana Banjir
Kabupaten Kudus Berdasakan Aspek Ancaman, Kerentanan, dan Kapasitas
Berbasis System Informasi Geografis. FTI UKSW. Salatiga. Diakses tanggal 3 Mei
2015.
[8] Sholahuddin, Muhamad. 2014. SIG untuk Memetakan Daerah Banjir Dengan
Metode Skoring dan Pembobotan(Studi Kasus Kabupaten Jepara).
[9] Saputra Yasa, Gede Adi; Antara Kesiman, Made Windu; Sunarya, I Made Gede.
2013. Sistem Informasi Geografis Penentuan Wilayah Rawan Banjir di Kabupaten
Buleleng. http://pti.undiksha.ac.id/karmapati/vol2no5/10.pdf . Diakses tanggal 3
Mei 2015.
[10] Chang, Kang-Tsung. Introdcution To Geographic Information System. New York:
McGraw-Hill, 2002.