KLASIFIKASI ileus

download KLASIFIKASI ileus

of 18

Transcript of KLASIFIKASI ileus

KLASIFIKASIMenurut letak sumbatannya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi dua, yaitu:1. Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus.2. Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar.(3)

BAB IPENDAHULUAN1.1Latar Belakang

Ileus obstruksi adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal. Obstruksi usus dapat akut atau kronis, parsial atau total (komplit), keperahannya tergantung pada usus yang terkena, derajat dimana lumen tersumbat dan khususnya derajar dimana sirkulasi darah dalam dinding usus terganggu.Ileus obstruktif adalah blok saluran ususyangmenghambat pasase cairan, flatus, dan makanan, dapat secara mekanis atau fungsional. Ileus obstruktif adalah kerusakan parsial atau komplit ke arah depan dari isi usus. Obstruksipada ileus sering terjadi karena mempunyai segmen yang paling sempit. Ileus obstruksi adalah keadaan dimana usus terjadi sumbatan mencegah aliran normal dari susu melalui saluran usus yang dapat bersifat parsial atau komplit. Abstrak Ileus obstruktif merupakan gangguanpasaseusus oleh sebab adanya sumbatan atau obstruksi dan sebab lain yang menyebabkan menyempitnya atau tersumbatnya lumen usus.

1.2Rumusan Masalah1.Apa pengertian dari ileus obstruksi?

1.3Tujuan Penulisan1.Agar mahasiswa tahu dan mengerti tentang ileus obstruksi2.Agar mahasiswa tahu dan mengerti patofisiologi ileus obstruksi3.Agar mahasiswa tahu dan mengerti tentang cara penanganan terhadap pasien dengan penyakit ileus obstruksi

BAB IITINJAUAN TEORITIS2.1 Konsep Medik1.Definisia.Ileus obstruksi adalah gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi usus pada traktus intestinal (Price & Wilson, 2007).b.Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimanamerupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi usus (Sabara, 2007 dikutip dari (http://www.Files-of-DrsMed.tk).c.Ileus obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran normal isi usus sedangkan peristaltiknya normal (Reeves, 2005 dikutip dari(http://www.Files-of-DrsMed.tk).d.Obstruksi Ilius adalah gangguan aliran isi usus yang bisa disebabkan oleh adanya mekanik dan non mekanik sehingga terjadi askumuli cairan dan gas di lumen usus.2.Anatomi dan Fisiologia.AnatomiUsus halus membentang dari pylorus hingga katup ileosekal. Panjang usus halus sekitar 12 kaki atau 3,6 meter . usus ini mengisi bagian tengah dan rongga abdomen. Ujung proksimalnya berdiameter sekitar 3,8 cm tetapi makin kebawah garis tengahnya semakin berkurang sampai menjadi sekitar dua cm. usus halus dibagi menjadi duodenum, jejunum dan ileum.Panjang duedonum sekitar 25 cm mulai dari pylorus sampai jejunum. Pemisahan duodenum dan jejunum ditandai oleh adanya ligamentum treitz yaitu suatu pita muskulo fibrosa yang berperan sebagai Ligamentum Suspensorium (penggantung). Sekitar 2/5 dari usus halus adalah jejunum, Jejunum terletak diregio mid abdominalis sinistra dan ileum terletak di regio mid abdominalis dextra sebelah bawah. Tiga perlima bagian akhir adalah ileum. Masuknya kimus kedalam usus halus diatur oleh spingther pylorus, sedangkan pengeluaran zat yang telah tercerna kedalam usus besar yang diatur oleh katup ileus sekal. Katup illeus sekal juga mencegah terjadinya refluk dari usus besar ke dalam usus halus. Apendik fermivormis yang berbentuk tabung buntu berukuran sebesar jari kelingking terletak pada daerah illeus sekal yaitu pada apeks sekum.Dinding usus halus terdiri dari empat lapisan dasar yang paling luar dibentuk oleh peritoneum. Peritoneum mempunyai lapisan visceral dan parietal. Ruang yang terletak diantara lapisan-lapisan ini disebut sebagai rongga peritoneum. Omentum memilik lipatan-lipatan yang diberi nama yaitu mesenterium yang merupakan lipatan peritoneum lebar menyerupai kipas yang menggantung jejenum dan ileum dari dinding posterior abdomen, dan memungkinkan usus bergerak dengan leluasa. Omentum majus merupakan lapisan ganda peritoneum yang menggantung dari kurva tura mayor lambung dan berjalan turun kedepan visera abdomen. Omentum biasanya mengandung banyak lemak dan kelenjar limfe yang membantu melindungi peritoneum terhadap infeksi. Omentum minus merupakan lipatan peritoneum yang terbentuk dari kurvatura lambung dan bagian atas duodenum menuju ke hati, membentuk ligamentum suspensorium hepatogastrika dan ligamentum hepatoduodenale . Usus halus mempunyai dua lapisan lapisan luar terdiri dari serabut serabut longitudinal yang lebih tipis dan lapisan dalam terdiri atas serabut serabut sirkuler. Penataan yang demikian membantu gerakan peristaltic usus halus. Lapisan submukosa terdiri atas jaringan ikat sedangkan lapisan mukosa bagian dalam tebal serta banyak mengandung pembuluh darah dan kelenjar yang berfungsi sebagai absorbsi. Lapisan mukosa dan sub mukosa membentuk lipatan-lipatn sirkuler yang disebut sebgai valvula coniventes atau lipatan kercking yang menonjol kedalam lumen sekitar tiga sampai sepuluh millimeter. Villi merupakan tonjolan-tonjolan mukosa seperti jari-jari yang jumlahnya sekitar 4 atau 5 juta yang terdapat di sepanjang usus halus, dengan panjang 0,5 sampai 1,5 mm. Mikrovilli merupakan tonjolan yang menyerupai jari-jari dengan panjang sekitar 1 mm pada permukaan luar setiap villus. Valvula coni ventes vili dan mikrovilli sama sama-menambah luas permukaan absorbsi hingga 1,6 juta cm2.b.Fisiologi Usus halus memepunyai dua fungsi utama yaitu pencernaan dan absorbsi bahan-bahan nutrisi dan air. Proses pencernaan yaitu proses pemecahan makanan menjadi bentuk yang dapat tercerna melalui kerja berbagai enzim dalam saluran gastrointestinal. Proses pencernaan dimulai dari mulut dan lambung oleh kerja ptyalin, HCL, Pepsin, mucus dan lipase lambung terhadap makanan yang masuk. Proses ini berlanjut dalam duodenum terutama oleh kerja enzim-enzim pancreas yang menghindrolisis karbohidrat, lemak dan protein menjadi zat-zat yang lebih sederhana. Mucus memberikan perlindungan terhadap asam sekeresi empedu dari hati membantu proses pemecahan dengan mengemulsikan lemak. Sehingga memberikan permukaan yang lebih luas bagi kerja lipase pancreas.Absorbsi adalah pemindahan hasil akhir pencernaaan karbohidrat, lemak dan protein melalui dinding usus kedalam sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan oleh sel-sel tubuh. Selain itu juga diabsorbsi air, elektrolit dan vitamin. Walaupun banyak zat yang diabsorbsi disepanjang usus halus namun terdapat tempat tempat absorbsi khusus bagi zat-zat gizi tertentu. Absorbsi gula, asam amino dan lemak hampir selesai pada saat kimus mencapai pertengahan jejunum. Besi dan kalsium sebagian besar diabsorbsi dalam duodenum dan jejunum. Dan absorbsi kalium memerlukan vitamin D, larut dalam lemak (A,D,E,K) diabsorsi dalam duodenum dengan bantuan garan-garam empedu. Sebagian besar vitamin yang larut dalam air diabsorbsi dalam usus halus bagian atas. Absorbsi vitamin B12 berlangsung dalam ileum terminalis melalui mekanisme transport usus yang membutuhkan factor intrinsic lambung. Sebagian asam empedu yang dikeluarkan kantung empedu kedalam duodenum untuk membantu pencernaan lemak akan di reabsorbsi dalam ileum terminalis dan masuk kembali ke hati. Siklus ini disebut sebagai sirkulasi entero hepatic garam empedu, dan sangat penting untuk mempertahankan cadangan empedu.(Sabara, 2007 dikutip dari (http://www.Files-of-DrsMed.tk)3.Etiologia.Adhesi (perlekatan usus halus) merupakan penyebab tersering ileus obstruktif, sekitar 50-70% dari semua kasus. Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi intraabdominal sebelumnya atau proses inflamasi intraabdominal. Obstruksi yang disebabkan oleh adhesi berkembang sekitar 5% dari pasien yang mengalami operasi abdomen dalam hidupnya. Perlengketan kongenital juga dapat menimbulkan ileus obstruktif di dalam masa anak-anak.b.Hernia inkarserata eksternal ( inguinal, femoral, umbilikal, insisional, atau parastomal ) merupakan yang terbanyak kedua sebagai penyebab ileus obstruktif, dan merupakan penyebab tersering pada pasien yang tidak mempunyai riwayat operasi abdomen. Hernia interna (paraduodenal, kecacatan mesentericus, dan hernia foramen Winslow) juga bisa menyebabkan hernia.c.Neoplasma.Tumor primer usus halus dapat menyebabkan obstruksi intralumen, sedangkan tumor metastase atau tumor intra abdominal dapat menyebabkan obstruksi melalui kompresi eksternal.d.Intususepsi usus halus menimbulkan obstruksi dan iskhemia terhadap bagian usus yang mengalami intususepsi. Tumor, polip, atau pembesaran limphanodus mesentericus dapat sebagai petunjuk awal adanya intususepsi.e.Penyakit Crohn dapat menyebabkan obstruksi sekunder sampai inflamasi akut selama masa infeksi atau karena striktur yang kronik.f.Volvulus sering disebabkan oleh adhesi atau kelainan kongenital, seperti malrotasi usus. Volvulus lebih sering sebagai penyebab obstruksi usus besar.g.Batu empedu yang masuk ke ileus. Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan fistul dari saluran empedu ke duodenum atau usus halus yang menyebabkan batu empedu masuk ke traktus gastrointestinal. Batu empedu yang besar dapat terjepit di usus halus, umumnya pada bagian ileum terminal atau katup ileocaecal yang menyebabkan obstruksi.h.Striktur yang sekunder yang berhubungan dengan iskhemia, inflamasi, terapi radiasi, atau trauma operasi.i.Penekanan eksternal oleh tumor, abses, hematoma, intususepsi, atau penumpukan cairan.j.Benda asing, seperti bezoar.k.Divertikulum Meckel yang bisa menyebabkan volvulus, intususepsi, atau hernia Littre.l.Fibrosis kistik dapat menyebabkan obstruksi parsial kronik pada ileum distalis dan kolon kanan sebagai akibat adanya benda seperti mekonium(Sabara, 2007 dikutip dari(http://www.Files-of-DrsMed.tk)4.Insiden Setiap tahunnya 1 dari 1000 penduduk dari segala usia didiagnosa ileus obstruksi (Davidson, 2006 dikuti dari (http://www.Files-of-DrsMed.tk).Di Amerika diperkirakan sekitar 300.000-400.000 menderita ileus obstruksi setiap tahunnya (Jeekel, 2008 dikutip dari(http://www.Files-of-DrsMed.tk).Di Indonesia tercatat ada 7.059 kasus ileus paralitik dan obstruktif tanpa hernia yang dirawat inap dan 7.024 pasien rawat jalan pada tahun 2004 menurut Bank data Departemen Kesehatan Indonesia.

5.Jenis jenis ObstruksiTerdapat 2 jenis obstruksi :a.Obstruksi paralitik (ileus paralitik)Peristaltik usus dihambat sebagian akibat pengaruh toksin atau trauma yang mempengaruhi kontrol otonom pergerakan usus. Peristaltik tidak efektif, suplai darah tidak terganggu dan kondisi tersebut hilang secara spontan setelah 2 sampai 3 hari.b.Obstruksi mekanikTerdapat obstruksi intralumen atau obstruksi mural oleh tekanan ekstrinsik. Obstruksi mekanik digolongkan sebagai obstruksi mekanik simpleks (satu tempat obstruksi) dan obstruksi lengkung tertutup (paling sedikit 2 obstruksi). Karena lengkung tertutup tidak dapat didekompresi, tekanan intralumen meningkat dengan cepat, mengakibatkan penekanan pebuluh darah, iskemia dan infark (strangulasi) sehingga menimbulkan obstruksi strangulate yang disebabkan obstruksi mekanik yang berkepanjangan. Obstruksi ini mengganggu suplai darah, kematian jaringan dan menyebabkan gangren dinding usus.(Sabara, 2007 dikutip dari (http://www.Files-of-DrsMed.tk)6.PatofisiologiSemua peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa memandang apakah obstruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau non mekanik. Perbedaan utama adalah pada obstruksi paralitik peristaltik dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanik peristaltik mula-mula diperkuat, kemudian intermitten, dan akhirnya hilang. Sekitar 6-8 liter cairan diekskresikan ke dalam saluran cerna setiap hari. Sebagian besar cairan diasorbsi sebelum mendekati kolon. Perubahan patofisiologi utama pada obstruksi usus adalah adanya lumen usus yang tersumbat, ini menjadi tempat perkembangan bakteri sehingga terjadi akumulasi gas dan cairan (70% dari gas yang tertelan). Akumulasi gas dan cairan dapat terjadi di bagian proksimal atau distal usus. Apabila akumulasi terjadi di daerah distal mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan intra abdomen dan intra lumen. Hal ini dapat meningkatkan terjadinya peningkatan permeabilitas kapiler dan ekstravasasi air dan elektrolit di peritoneal. Dengan peningkatan permeabilitas dan ekstravasasi menimbulkan retensi cairan di usus dan rongga peritoneum mengakibatakan terjadi penurunan sirkulasi dan volume darah. Akumulasi gas dan cairan di bagian proksimal mengakibatkan kolapsnya usus sehingga terjadi distensi abdomen. Terjadi penekanan pada vena mesenterika yang mengakibatkan kegagalan oksigenasi dinding usus sehingga aliran darah ke usus menurun, terjadilah iskemi dan kemudian nekrotik usus. Pada usus yang mengalami nekrotik terjadi peningkatan permeabilitas kapiler dan pelepasan bakteri dan toksin sehingga terjadi perforasi. Dengan adanya perforais akan menyebabkan bakteri akan masuk ke dalam sirkulasi sehingga terjadi sepsis dan peritonitis.Masalah lain yang timbul dari distensi abdomen adalah penurunan fungsi usus dan peningkatan sekresi sehingga terjadi peminbunan di intra lumen secara progresif yang akan menyebabkan terjadinya retrograde peristaltic sehingga terjadi kehilangan cairan dan elektrolit. Bila hal ini tidak ditangani dapat menyebabkan syok hipovolemik. Kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebih berdampak pada penurunanan curah jantung sehingga darah yang dipompakan tidak dapat memenuhi kebutuhan seluruh tubuh sehingga terjadi gangguan perfusi jaringan pada otak, sel dan ginjal. Penurunan perfusi dalam sel menyebabkan terjadinya metabolisme anaerob yang akan meningkatkan asam laktat dan menyebabkan asidosis metabolic. Bila terjadi pada otak akan menyebabkan hipoksia jaringan otak, iskemik dan infark. Bila terjadi pada ginjal akan merangsang pertukaran natrium dan hydrogen di tubulus prksimal dan pelepasan aldosteron, merangsang sekresi hidrogen di nefron bagian distal sehingga terjadi peningaktan reabsorbsi HCO3- dan penurunan kemampuan ginjal untuk membuang HCO3. Hal ini akan menyebabkan terjadinya alkalosis metabolic. (Price &Wilson, 2007)

WOC ILEUS

7.Manifestasi Klinika.Mekanik sederhana usus halus atasKolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah, peningkatan bising usus, nyeri tekan abdomen.b.Mekanik sederhana usus halus bawahKolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat, bising usus meningkat, nyeri tekan abdomen.c.Mekanik sederhana kolonKram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir, kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan abdomen.d.Obstruksi mekanik parsialDapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya kram nyeri abdomen, distensi ringan dan diare.e.StrangulasiGejala berkembang dengan cepat: nyeri hebat, terus menerus dan terlokalisir, distensi sedang, muntah persisten, biasanya bising usus menurun dan nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap atau berdarah atau mengandung darah samar. (Price &Wilson, 2007)Terdapat 4 tanda kardinal gejala ileus obstruktif (Winslet, 2002; Sabiston,1995)1.Nyeri abdomen2.Muntah3.Distensi4.Kegagalan buang air besar atau gas(konstipasi).Gejala ileus obstruktif tersebut bervariasi tergantung kepada (Winslet,2002; Sabiston,1995).1.Lokasi obstruksi2.Lamanya obstruksi3.Penyebabnya4.Ada atau tidaknya iskemia usus

8.Pemeriksaan Penunjanga.Sinar x abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam ususb.Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau lipatan sigmoid yang tertutup.c.Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat muntah, peningkatan hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan peningkatan kadar serum amilase karena iritasi pankreas oleh lipatan usus.d.Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolic.(Brunner and Suddarth, 2002)dan(Sabara, 2007 dikutip darihttp://www.Files-of-DrsMed.tk)9.PenatalaksanaanDasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit dan cairan, menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi, mengatasi peritonitis dan syok bila ada, dan menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.a.ResusitasiDalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah mengawasi tanda - tanda vital, dehidrasi dan syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi mengalami dehidrasi dan gangguan keseimbangan ektrolit sehingga perlu diberikan cairan intravena seperti ringer laktat. Respon terhadap terapi dapat dilihat dengan memonitor tanda - tanda vital dan jumlah urin yang keluar. Selain pemberian cairan intravena, diperlukan juga pemasangan nasogastric tube (NGT). NGT digunakan untuk mengosongkan lambung, mencegah aspirasi pulmonum bila muntah dan mengurangi distensi abdomen.b.FarmakologisPemberian obat - obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai profilaksis. Antiemetik dapat diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah.c.OperatifOperasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk mencegah sepsis sekunder. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik bedah yang disesuaikan dengan hasil eksplorasi selama laparotomi. Berikut ini beberapa kondisi atau pertimbangan untuk dilakukan operasi: Jika obstruksinya berhubungan dengan suatu simple obstruksi atau adhesi, maka tindakan lisis yang dianjurkan. Jika terjadi obstruksi stangulasi maka reseksi intestinal sangat diperlukan. Pada umumnya dikenal 4 macam cara/tindakan bedah yang dilakukan pada obstruksi ileus:1)Koreksi sederhana (simple correction).Hal ini merupakan tindakan bedah sederhana untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi atau pada volvulus ringan.2)Tindakan operatif by-pass.Membuat saluran usus baru yang melewati bagian usus yang tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya.3)Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi, misalnya pada Ca stadium lanjut.4)Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujung usus untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada carcinoma colon, invaginasi, strangulata, dan sebagainya. Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan operatif bertahap, baik oleh karena penyakitnya sendiri maupun karena keadaan penderitanya, misalnya pada Ca sigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan kolostomi saja, kemudian hari dilakukan reseksi usus dan anastomosis.(Sabara, 2007 dikutip dari (http://www.Files-of-DrsMed.tk).10.Komplikasia.Nekrosis usus, perforasi usus, dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu lama pada organ intra abdomen.b.Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan cepat.c.Syok-dehidrasi, terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.d.Abses Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi, karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehinnga terjadi peradangan atau infeksi yang hebat pada intra abdomen.e.Pneumonia aspirasi dari proses muntah,f.Gangguan elektrolit, karena terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit pada usus.g.Kematian (Brunner and Suddarth, 2002)dan(Sabara, 2007 dikutip dari (http://www.Files-of-DrsMed.tk).

2.2Konsep Dasar Asuhan Keperawatan1.Pengkajian1)Identitas klienNama : Ny. RUmur : 36 tahunJenis kelamin : perempuanSuku/Bangsa : Banjar/IndonesiaAgama : islamPendidikan : SMUAlamat : Jl. Veteran Gang Prona I RT 24 No. 30 BanjarmasinDiagnosa medis : Ileus obstruksiPenanggung jawab: Tn. H(suami)

2)Keluhan utama pasienNyeri pada daerah luka post operasi.

3)Riwayat penyakit sekarang (sesuai pola PQRST)Klien masuk RS tanggal 28 Mei 2003 jam 18.00 Wita dan langsung dilakukan operasi cyto jam 21.00 Wita. Saat pengkajian tanggal 29 Mei 2003 klien mengeluh nyeri pada daerah luka post operasi seperti diiris-iris dan ditusuk-tusuk, nyeri terasa sampai ke samping kiri/ kanan perut nyeri lebih terasa apabila klien melakukan pernafasan perut. Nyeri ilang apabila klien tenang dan tidak merasa tegang pada daerah perut. Intensitas nyeri 3 5 menit.

4)Riwayat penyakit dahulu.Klien pernah menderita penyakit yang sama dengan riwayat operasi 2 kali yaitu pada tahun 2001 di RSUD Ulin, 2002 di RS Islam dan yang terakhir di RSUD Ulin, tidak ada riwayat hypertensi, penyakit menular ataupun keganasan.

5)Riwayat penyakit keluargaTidak ada diantara anggota keluarga yang mengalami sakit seperti klien, tidak ada diantara keluarga yang mempunyai riwayat hypertensi, penyakit menular atau keganasan.

Diagnostik Test1)Pemeriksaan sinar X: akan menunjukkan kuantitas abnormal dari gas dan cairan dalam usus.2)Pemeriksaan simtologi3)Hb dan PCV: meningkat akibat dehidrasi4)Leukosit: normal atau sedikit meningkat5)Ureum dan eletrolit: ureum meningkat, Na+dan Clrendah6)Rontgen toraks: diafragma meninggi akibat distensi abdomen7)Rontgen abdomen dalam posisi telentang: mencari penyebab (batu empedu, volvulus, hernia).8)Sigmoidoskopi: menunjukkan tempat obstruktif. (Doenges, Marilynn E, 2000)

Pemeriksaan fisik pada pasien ileus obstruksi1.InspeksiDapat ditemukan tanda-tanda generalisata dehidrasi, yang mencakupkehilangan turgor kulit maupun mulut dan lidah kering. Pada abdomenharus dilihat adanya distensi, parut abdomen, hernia dan massa abdomen.Terkadang dapat dilihat gerakan peristaltik usus (Gambar 2.4) yang bisabekorelasi dengan mulainya nyeri kolik yang disertai mual dan muntah.Penderita tampak gelisah dan menggeliat sewaktu serangan kolik(Sabiston, 1995; Sabara, 2007)2.PalpasiPada palpasi bertujuan mencari adanya tanda iritasi peritoneumapapun atau nyeri tekan, yang mencakup defance musculair involunteratau rebound dan pembengkakan atau massa yang abnormal (Sabiston,1995; Sabara, 2007).3.AuskultasiPada ileus obstruktif pada auskultasi terdengar kehadiran episodikgemerincing logam bernada tinggi dan gelora (rush) diantara masatenang. Tetapi setelah beberapa hari dalam perjalanan penyakit dan ususdi atas telah berdilatasi, maka aktivitas peristaltik (sehingga juga bisingusus) bisa tidak ada atau menurun parah. Tidak adanya nyeri usus bisajuga ditemukan dalam ileus paralitikus atau ileus obstruksi strangulata(Sabiston, 1995).Bagian akhir yang diharuskan dari pemeriksaan adalah pemeriksaan rektumdan pelvis. Ia bisa membangkitkan penemuan massa atau tumor serta tidakadanya feses di dalam kubah rektum menggambarkan ileus obstruktif usushalus. Jika darah makroskopik atau feses postif banyak ditemukan di dalamrektum, maka sangat mungkin bahwa ileus obstruktif didasarkan atas lesiintrinsik di dalam usus (Sabiston, 1995). Apabila isi rektum menyemprot;penyakit Hirdchprung (Anonym, 2007).

2.Diagnosa Keperawatana.Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake yang tidak adequat dan ketidakefektifan penyerapan usus halus yang ditandai dengan adanya mual, muntah, demam dan diaforesis.b.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/dgangguan absorbsi nutrisi.c.Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan distensi abdomend.Gangguan pola eliminasi: konstipasi berhubungan dengan disfungsi motilitas usus.e.Nyeri berhubungan dengan distensi abdomenf.Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.(Doengoes, Marilynn E. 2000) dan (Sabara, 2007 dikutip darihttp://www.Files-of-DrsMed.tk)

3. Perencanaan Keperawatana.Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake yang tidak adequat dan ketidakefektifan penyerapan usus halus yang ditandai dengan adanya mual, muntah, demam dan diaforesis.Tujuan :Kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi, Mempertahankan hidrasi adekuat dengan bukti membran mukosa lembab, turgor kulit baik, dan pengisian kapiler baik, tanda-tanda vital stabil, dan secara individual mengeluarkan urine dengan tepat.Kriteria hasil:1.Tanda vital normal (N:70-80 x/menit, S: 36-37 C, TD: 110/70 -120/80 mmHg)2.Intake dan output cairan seimbang3.Turgor kulit elastic4.Mukosa lembab5.Elektrolit dalam batas normal (Na: 135-147 mmol/L, K: 3,5-5,5 mmol/L, Cl: 94-111 mmol/L).IntervensiRasional

1. Kaji kebutuhan cairan pasien

2. Observasi tanda-tanda vital: N, TD, P, S

3. Observasi tingkat kesadaran dan tanda-tanda syok

4. Observasi bising usus pasien tiap 1-2 jam5. Monitor intake dan output secara ketat6. Pantau hasil laboratorium serum elektrolit, hematokrit7. Beri penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang tindakan yang dilakukan: pemasangan NGT dan puasa.8. Kolaborasi dengan medik untuk pemberian terapi intravena1. Mengetahui kebutuhan cairan pasien.

2. Perubahan yang drastis pada tanda-tanda vital merupakan indikasi kekurangan cairan.3. kekurangan cairan dan elektrolit dapat mempengaruhi tingkat kesadaran dan mengakibatkan syok.4. Menilai fungsi usus

5. Menilai keseimbangan cairan

6. Menilai keseimbangan cairan dan elektrolit7. Meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga serta kerjasama antara perawat-pasien-keluarga.8. Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit pasien.

b.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrisi.Tujuan :Berat badan stabil dan nutrisi teratasi.Kriteria hasil :1.Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi.2.Berat badan stabil.3.Pasien tidak mengalami mual muntah.

IntervensiRasional

1.Tinjau faktor-faktor individual yang mempengaruhi kemampuan untuk mencerna makanan, mis: status puasa, mual, ileus paralitik setelah selang dilepas.2.Auskultasi bising usus; palpasi abdomen; catat pasase flatus.3.Identifikasi kesukaan / ketidaksukaan diet dari pasien. Anjurkan pilihan makanan tinggi protein dan vitamin C.

4.Observasi terhadap terjadinya diare; makanan bau busuk dan berminyak.

5.Kolaborasidalam pemberian obat-obatan sesuai indikasi: Antimetik, mis: proklorperazin (Compazine). Antasida dan inhibitor histamin, mis: simetidin (tagamet).1.Mempengaruhi pilihan intervensi.

2.Menentukan kembalinya peristaltik ( biasanya dalam 2-4 hari ).3.Meningkatkan kerjasama pasien dengan aturan diet. Protein/vitamin C adalah kontributor utuma untuk pemeliharaan jaringan dan perbaikan. Malnutrisi adalah fator dalam menurunkan pertahanan terhadap infeksi.4.Sindrom malabsorbsi dapat terjadi setelah pembedahan usus halus, memerlukan evaluasi lanjut dan perubahan diet, mis: diet rendah serat.5.Mencegah muntah. Menetralkan atau menurunkan pembentukan asam untuk mencegah erosi mukosa dan kemungkinan ulserasi.

c.Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan distensi abdomenTujuan :pola nafas menjadi efektifKriteria hasil :pasien memiliki pola pernafasan: irama vesikuler, frekuensi: 18-20x/menit

IntervensiRasional

1. Observasi TTV: P, TD, N,S

2. Kaji status pernafasan: pola, frekuensi, kedalaman

3. Kaji bising usus pasien

4. Tinggikan kepala tempat tidur 40-60 derajat5. Observasi adanya tanda-tanda hipoksia jaringan perifer: cianosis

6. Monitor hasil AGD

7. Berikan penjelasan kepada keluarga pasien tentang penyebab terjadinya distensi abdomen yang dialami oleh pasien8. Laksanakan program medic pemberian terapi oksigen1. Perubahan pada pola nafas akibat adanya distensi abdomen dapat mempengaruhi peningkatan hasil TTV.

2. Adanya distensi pada abdomen dapat menyebabkan perubahan pola nafas.3. Berkurangnya/hilangnya bising usus menyebabkan terjadi distensi abdomen sehingga mempengaruhi pola nafas.4. Mengurangi penekanan pada paru akibat distensi abdomen.5. Perubahan pola nafas akibat adanya distensi abdomen dapat menyebabkan oksigenasi perifer terganggu yang dimanifestasikan dengan adanya cianosis.6. Mendeteksi adanya asidosis respiratorik.7. Meningkatkan pengetahuan dan kerjasama dengan keluarga pasien.

8. Memenuhi kebutuhan oksigenasi pasien

d.Gangguan pola eliminasi: konstipasi berhubungan dengan disfungsi motilitas usus.Tujuan:Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola eliminasi kembali normal.Kriteria hasil:Pola eliminasi BAB normal: 1x/hari, dengan konsistensi lembek, BU normal: 5-35 x/menit, tidak ada distensi abdomen.IntervensiRasional

1. Kaji dan catat frekuensi, warna dan konsistensi feces

2. Auskultasi bising usus

3. Kaji adanya flatus

4. Kaji adanya distensi abdomen

5. Berikan penjelasan kepada pasien dan keluarga penyebab terjadinya gangguan dalam BAB

6. Kolaborasi dalam pemberian terapi pencahar (Laxatif)1. Mengetahui ada atau tidaknya kelainan yang terjadi pada eliminasi fekal.2. Mengetahui normal atau tidaknya pergerakan usus.

3. Adanya flatus menunjukan perbaikan fungsi usus.4. Gangguan motilitas usus dapat menyebabkan akumulasi gas di dalam lumen usus sehingga terjadi distensi abdomen.5. Meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga serta untuk meningkatkan kerjasana antara perawat-pasien dan keluarga.6. Membantu dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi

e.Nyeri berhubungan dengan distensi abdomenTujuan :rasa nyeri teratasi atau terkontrol

Kriteria hasil:pasien mengungkapkan penurunan ketidaknyamanan; menyatakan nyeri pada tingkat dapat ditoleransi, menunjukkan relaks.

IntervensiRasional

1. Observasi TTV: N, TD, HR, P tiap shif

2. Kaji keluhan nyeri, karakteristik dan skala nyeri yang dirasakan pesien sehubungan dengan adanya distensi abdomen3. Berikan posisi yang nyaman: posisi semi fowler

4. Ajarkan dan anjurkan tehnik relaksasi tarik nafas dalam saat merasa nyeri5. Anjurkan pasien untuk menggunakan tehnik pengalihan saat merasa nyeri hebat.6. Kolaborasi dengan medic untuk terapi analgetik1. Nyeri hebat yang dirasakan pasien akibat adanya distensi abdomen dapat menyebabkan peningkatan hasih TTV.2. Mengetahui kekuatan nyeri yang dirasakan pasien dan menentukan tindakan selanjutnya guna mengatasi nyeri.3. Posisi yang nyaman dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien4. Relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri

5. Mengurangi nyeri yang dirasakan pasien.

6. Analgetik dapat mengurangi rasa nyeri

f.Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.Tujuan:Kecemasan teratasi.Kriteria hasil :pasien mengungkapkan pemahaman tentang penyakit saat ini dan mendemonstrasikan keterampilan koping positif.IntervensiRasional

1. Observasi adanya peningkatan kecemasan: wajah tegang, gelisah

2. Kaji adanya rasa cemas yang dirasakan pasien3. Berikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan sehubungan dengan keadaan penyakit pasien4. Berikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa takut atau kecemasan yang dirasakan5. Pertahankan lingkungan yang tenang dan tanpa stres.

6. Dorong dukungan keluarga dan orang terdekat untuk memberikan support kepada pasien1. Rasa cemas yang dirasakan pasien dapat terlihat dalam ekspresi wajah dan tingkah laku.2. Mengetahui tingkat kecemasan pasien.3. Dengan mengetahui tindakan yang akan dilakukan akan mengurangi tingkat kecemasan pasien dan meningkatkan kerjasama4. Dengan mengungkapkan kecemasan akan mengurangi rasa takut/cemas pasien

5. Lingkungan yang tenang dan nyaman dapat mengurangi stress pasien berhadapan dengan penyakitnya6. Support system dapat mengurani rasa cemas dan menguatkan pasien dalam memerima keadaan sakitnya.

(Doengoes, Marilynn E. 2000) dan (Sabara, 2007 dikutip dari (http://www.Files-of-DrsMed.tk)

4.EvaluasiHasil yang diharapkan sesuai diagnose keperawatan1.Tidak ada atau nyeri abdomen berkurang2.Menunjukkan tanda-tanda keseimbangan cairan elektrolit3.Membuat pola eliminasi sesuai kebutuhan fisik dan gaya hidup dengan ketetapan jumlah dan konsistensi4.Mendapat nutrisi yang optimal5.Tidak adanya depresi pernafasan6.Tidur/istirahat tidak ada gangguan7.Tidak mengalami komplikasi dengan suhu batas normal8.Menunjukkan rileks dan tidak cemas9.Memperoleh pemahaman dan pengetahuan tentang proses penyakitnya

BAB IIIPENUTUP

3.1 KesimpulanIleus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimanamerupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isiusus.Peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa memandang apakah obtruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau fungsional. Perbedaan utamanya pada obstruksi paralitik dimana peristaltik dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanis peristaltik mula-mula diperkuat, kemudian intermitten, dan akhirnya hilang.Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dana gas (70 % dari gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intra lumen, yang menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen usus ke darah.

DAFTAR PUSTAKA

Anonym. Mechanical Intestinal Obstruction.http://www.Merck.com. ( Diakses 20 Agustus 2011)Author :Nova Faradilla, S. Ked Files of DrsMed FK UNRI, ileus obstruksi.http://www.Files-of-DrsMed.tk.(Diakses 20 Agustus 2011)Alief. M, dkk, (2000).Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: FKUI.Black & Hawk, (2005).Medical Surgical Nursing Clinical Managemen for Positive Outcomes. Fifth Edition, Vol 1. St. Louis Missouri: Mosby.Brunner & Suddarth, (2002).Buku Ajar Keperawatan Medikal BedahAlih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC.Donna Ignatavician, (2006).Medical Surgical Nursing. Volume 2. St. Louis Missouri: Elsevier SoundersLewis Heitkemper Diksen, (2007).Medical Surgical Nursing. Volume 2. St. Louis Missouri: Mosby Elsevier.Price &Wilson, (2007).Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6, Volume1. Jakarta: EGC.Rahayu Rejeki handayani, bahar asril.Buku ajar ilmu penyakit Dalam. Jakarta : Departemen Pendidikan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jilid III edisi IV ; 2007. 1405-1410