Draft Ruu Pr 261205

download Draft Ruu Pr 261205

of 26

Transcript of Draft Ruu Pr 261205

  • 8/15/2019 Draft Ruu Pr 261205

    1/26

    RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR ... TAHUN ...

     TENTANG PENATAAN RUANG

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

    PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

    Menimbang : a. bahwa pemanfaatan ruang wilayah nasional baik

    sebagai wadah maupun sebagai sumber daya alam perlu

    ditingkatkan upaya pengelolaannya secara bijaksana,

     berdaya guna dan berhasil guna, sehingga kualitas

    ruang wilayah nasional dapat terjaga keberlanjutannya

    secara selaras, serasi, dan seimbang demi terwujudnya

    kesejahteraan rakyat;

     b. bahwa perkembangan situasi nasional dan internasional

    menuntut penegakan prinsip-prinsip keterpaduan,

    keberlanjutan, demokrasi, dan keadilan dalam rangka

    penyelenggaraan penataan ruang yang baik dengan

    memperhatikan Hak Asasi Manusia;

    c. bahwa sejalan dengan kebijakan otonomi daerah,

    kewenangan Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan

    penataan ruang semakin besar, sehingga pelaksanaan

    kewenangan tersebut perlu diatur demi menjaga

    keserasian dan keterpaduan antar-daerah, serta tidak

    menimbulkan kesenjangan antar-daerah;

    d. bahwa kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap

    penataan ruang telah berkembang sehingga perlupengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan

    penataan ruang yang sesuai dengan perkembangan yang

    terjadi di masyarakat sehingga tercapai perencanaan

    tata ruang yang efektif, transparan, dan partisipatif,

  • 8/15/2019 Draft Ruu Pr 261205

    2/26

    pemanfaatan ruang yang tertib, serta pengendalian

    pemanfaatan ruang yang menjamin efektivitas dan

    efisiensi kegiatan pembangunan secara berkelanjutan;

    1e.bahwa penataan ruang sebagaimana diatur dalam Undang-

    Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang sudah

    tidak sesuai lagi dengan kebutuhan pengaturan penataan ruang;

    2f.bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada

    huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e, perlu membentuk

    Undang-Undang tentang Penataan Ruang;

    Mengingat : Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, dan Pasal 33 ayat (3) Undang-

    Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

    Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK

    INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

    MEMUTUSKAN: Menetapkan : UNDANG-

    UNDANG TENTANG PENATAAN RUANG.

    BAB I KETENTUAN UMUM

    Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang

    dimaksudkan dengan:

    11.Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang

    lautan, dan ruang udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat

    manusia dan makhluk lainnya hidup dan melakukan kegiatan

    serta memelihara

    2kelangsungan hidupnya.

    2. 2. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola

    pemanfaatan ruang, baik direncanakan maupun tidak.

    3. 3. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

    sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagaipendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara

    hirarkis memiliki hubungan fungsional.

    4. 4. Pola pemanfaatan ruang adalah distribusi peruntukan

    ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang

    untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi

     budidaya.

  • 8/15/2019 Draft Ruu Pr 261205

    3/26

    5. 5. Penataan ruang adalah proses perencanaan tata ruang,

    pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang yang

    dilaksanakan secara sekuensial.

    6. 6. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang

    meliputi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan

    penataan ruang.

    7. 7. Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebut Pemerintah,

    adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang pemerintahan

    negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud Undang-

    Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

    8. 8. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota,

    dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan

    daerah;

    9. 9. Pengaturan penataan ruang adalah upaya untuk

    memberikan landasan normatif bagi Pemerintah, PemerintahDaerah, dan masyarakat dalam penataan ruang.

    10.10. Pembinaan penataan ruang adalah upaya untuk

    meningkatkan kinerja penataan ruang yang diselenggarakan oleh

    Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat.

    11.11. Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian

    tujuan penataan ruang melalui pelaksanaan perencanaan tata

    ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

    112.Pengawasan penataan ruang adalah upaya agar

    penyelenggaraan

    2penataan ruang dapat diwujudkan sesuai dengan peraturan

    perundang-undangan.

    12.13. Perencanaan tata ruang adalah proses penyusunan dan

    penetapan rencana tata ruang.

    13.14. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan

    struktur ruang dan pola pemanfaatan ruang sesuai rencana tata

    ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta

    pembiayaannya.

    14.15. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah proses perizinan,

    pemantauan, evaluasi, dan penertiban terhadap pemanfaatanruang berdasarkan peraturan zonasi.

    15.16. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.

    16.17. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis

     beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya

    ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek

    fungsional.

  • 8/15/2019 Draft Ruu Pr 261205

    4/26

    17.18. Sistem wilayah adalah struktur ruang dan pola pemanfaaan

    ruang yang mempunyai jangkauan pelayanan tingkat wilayah.

    18.19. Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola

    pemanfaatan ruang yang mempunyai jangkauan pelayanan tingkat

    internal perkotaan.

    19.20. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama

    lindung atau budidaya.

    20.21. Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan

    fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang

    mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.

    21.22. Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan

    fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi

    sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya

     buatan.

    22.23. Kawasan perdesaan adalah kawasan yang mempunyaikegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumber daya

    alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat

    permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan

    sosial, dan kegiatan ekonomi.

    124.Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai

    kegiatan utama

    2 bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat

    permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan

     jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

    23.25. Kawasan strategis nasional adalah kawasan yang secara

    nasional mempunyai nilai strategis yang penataan ruangnya

    diprioritaskan.

    24.26. Kawasan strategis provinsi adalah kawasan yang secara

    regional mempunyai nilai strategis yang penataan ruangnya

    diprioritaskan.

    25.27. Kawasan strategis kabupaten/kota adalah kawasan yang

    secara lokal mempunyai nilai strategis yang penataan ruangnya

    diprioritaskan.

    26.28. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang berkaitan denganlokasi kegiatan, kualitas ruang, administrasi pertanahan, dan tata

     bangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

    27.29. Orang adalah orang perseorangan dan/atau badan hukum.

    28.30. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan

    pemerintahan di bidang penataan ruang.

  • 8/15/2019 Draft Ruu Pr 261205

    5/26

    BAB II ASAS, TUJUAN, DAN PENGELOMPOKAN PENATAAN RUANG

    Bagian Pertama

     Asas dan Tujuan

    Pasal 2

    Penataan ruang diselenggarakan berdasarkan

    asas:

    1a. keterpaduan;

    2 b. keberdayagunaan dan keberhasilgunaan;

    3c. keserasian, keselarasan, dan keseimbangan;

    4d. keberlanjutan;

    5e. keterbukaan;

    6f. kebersamaan; dan

    7g. keadilan dan perlindungan hukum.

    Pasal 3

    Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan mewujudkan ruang wilayah

    nasional yang nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan

     Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dalam kerangka Negara

    Kesatuan Republik Indonesia untuk:

    1a.mewujudkan kehidupan bangsa yang cerdas, berbudi luhur, dan

    sejahtera;

    2 b. mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan sumberdaya alamdan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya

    manusia; dan

    3c.mewujudkan perlindungan fungsi ruang dan mencegah serta

    menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan.

    Bagian Kedua

    Pengelompokan

    Pasal 4 Penataan ruang dikelompokan

     berdasarkan sistem, fungsi kawasan, administrasi, kegiatan kawasan,dan nilai strategis kawasan.

    Pasal 5

    1(1) Penataan ruang berdasarkan sistem terdiri atas sistem wilayah

    dan sistem internal perkotaan.

  • 8/15/2019 Draft Ruu Pr 261205

    6/26

    2(2) Penataan ruang berdasarkan fungsi kawasan meliputi kawasan

    lindung dan kawasan budidaya.

    3(3) Penataan ruang berdasarkan administrasi meliputi penataan

    ruang wilayah nasional, penataan ruang wilayah provinsi, dan

    penataan ruang wilayah kabupaten/kota.

    4(4) Penataan ruang berdasarkan kegiatan kawasan terdiri atas

    kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan.

    1(5) Penataan ruang berdasarkan nilai strategis kawasan terdiri

    atas kawasan strategis nasional, kawasan strategis provinsi,

    kawasan strategis kabupaten, dan kawasan strategis kota.

    2Pasal 6

    3(1) Penataan ruang diselenggarakan dengan memperhatikan:

    4a.lingkungan alam dan buatan, ekonomi, sosial budaya, hukum

    serta pertahanan dan keamanan sebagai satu kesatuan; dan

    5 b.sumber daya manusia, sumber daya keuangan, dan teknologi.5(2) Penataan ruang wilayah nasional, penataan ruang wilayah

    provinsi, dan penataan ruang wilayah kabupaten/kota dilakukan

    secara terpadu dan bersifat komplementer.

    6(3) Penataan ruang wilayah nasional meliputi ruang wilayah

    kedaulatan nasional yang mencakup ruang daratan, ruang lautan,

    dan ruang udara sebagai satu kesatuan.

    7(4) Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota meliputi

    ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara sampai batas

    tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

    8(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penataan ruang lautan dan

    udara diatur tersendiri dengan Undang-Undang.

    BAB III WEWENANG

    Bagian Pertama Umum Pasal 7

    1(1) Negara menyelenggarakan penataan ruang untuk sebesar-

     besar kemakmuran rakyat.

    2(2) Kewenangan penyelenggaraan penataan ruang dilakukan oleh

    Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.

    1. (3) Penyelenggaraan penataan ruang sebagaimana dimaksud

    pada ayat (2) dilakukan dengan tetap menghormati hak yang

    dimiliki orang.

    2. Bagian Kedua Wewenang Pemerintah Pasal 8

    3. (1) Wewenang Pemerintah dalam penyelenggaraan penataan

  • 8/15/2019 Draft Ruu Pr 261205

    7/26

    ruang meliputi:

    4. a.penyelenggaraan penataan ruang wilayah nasional;

    5. b.penyelenggaraan penataan ruang kawasan strategis

    nasional; dan

    6. c.pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap

    pelaksanaan penataan ruang wilayah provinsi dan penataan

    ruang wilayah kabupaten/kota.

    7. (2) Wewenang Pemerintah dalam penataan ruang nasional

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

    8. a.penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;

    9. b.perumusan program pemanfaatan ruang beserta

    pembiayaannya; dan

    10.c.pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional.

    11.(3) Dalam penataan ruang kawasan strategis nasional

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, Pemerintahmelaksanakan:

    12.a.penetapan kawasan strategis nasional;

    13. b.penyusunan dan penetapan Rencana Tata Ruang Kawasan

    Strategis Nasional;

    14.c.pemanfaatan ruang kawasan strategis nasional; dan

    15.d.pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis

    nasional.

    3(4) Pelaksanaan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan

    ruang kawasan strategis nasional sebagaimana dimaksud pada

    ayat (1) huruf b dapat dilaksanakan Pemerintah Daerah melalui

    dekonsentrasi atau tugas pembantuan.

    4(5) Dalam rangka penyelenggaraan penataan ruang, Pemerintah

     berwenang menyusun dan menetapkan norma, standar, pedoman,

    dan manual bidang penataan ruang.

    1. (1) Presiden menunjuk seorang menteri yang bertugas

    menyelenggarakan

    2. penataan ruang wilayah nasional.

    3. (2) Pelaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    mencakup:4. a.koordinasi penyelenggaraan penataan ruang pada semua

    tingkatan wilayah; dan

    5. b.fasilitasi penyelesaian perselisihan dalam penyelenggaraan

    penataan ruang antar-provinsi dan/atau antara provinsi

    dengan kabupaten/kota.

  • 8/15/2019 Draft Ruu Pr 261205

    8/26

    Pasal 9 Bagian Ketiga Wewenang Pemerintah Provinsi Pasal 10

    1(1) Wewenang Pemerintah Provinsi dalam penyelenggaraan

    penataan ruang meliputi:

    2a.penyelenggaraan penataan ruang wilayah provinsi;

    3 b.penyelengaraan penataan ruang kawasan strategis provinsi;

    4c.mengkoordinasikan pelaksanaan penataan ruang wilayah

    kabupaten dan penataan ruang wilayah kota pada wilayah

    provinsi; dan

    5d.pembinaan dan pengawasan pelaksanaan penataan ruang pada

     wilayah kabupaten dan wilayah kota pada wilayah provinsi.

    6(2) Wewenang Pemerintah Provinsi dalam penataan ruang

    provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

    7a.penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi;

    8 b.perumusan program pemanfaatan ruang beserta

    pembiayaannya; dan9c.pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi.

    10(3) Dalam penataan ruang kawasan strategis provinsi

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, Pemerintah

    Provinsi melaksanakan:

    11a. penetapan kawasan strategis provinsi;

    12 b. penyusunan dan penetapan Rencana Tata Ruang Kawasan

    Strategis Provinsi;

    13c. pemanfaatan ruang kawasan strategis provinsi; dan

    14d. pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis

    provinsi.

    2(4) Dalam mengkoordinasikan pelaksanaan penataan ruang provinsi

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Gubernur dapat membentuk

    lembaga koordinasi penataan ruang di daerah provinsi.

    3(5) Dalam rangka penyelenggaraan penataan ruang wilayah provinsi,

    Pemerintah Provinsi dapat menyusun pedoman pelaksanaan

    norma, standar, pedoman, dan manual bidang penataan ruang.

    4(6) Dalam hal Pemerintah Provinsi tidak dapat memenuhi standar

    pelayanan minimal bidang penataan ruang, Pemerintah dapat

    mengambil alih kewenangan sesuai peraturan perundang-undangan.

    Pasal 11 Pelaksanakan wewenang

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) mencakup:

    1a.koordinasi penyelenggaraan penataan ruang wilayah

    kabupaten/kota; dan

  • 8/15/2019 Draft Ruu Pr 261205

    9/26

    2 b. fasilitasi penyelesaian perselisihan dalam penyelenggaraan

    penataan ruang antar-kabupaten/kota.

    Bagian Keempat Wewenang Pemerintah Kabupaten/Kota Pasal 12

    1. (1) Wewenang Pemerintah Kabupaten/Kota dalam

    penyelenggaraan penataan ruang meliputi:

    2. a.penyelenggaraan penataan ruang wilayah kabupaten/kota;

    dan

    3. b.penataan ruang kawasan strategis kabupaten dan ruang

    kawasan strategis kota.

    4. (2) Wewenang Pemerintah Kabupaten/Kota dalam penataan

    ruang kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    huruf a meliputi:

    5. a.penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota;

    6. b.perumusan program pemanfaatan ruang besertapembiayaannya; dan

    7. c.pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota.

    8. (3) Dalam penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, Pemerintah

    Kabupaten/Kota melaksanakan:

    9. a.penetapan kawasan strategis kabupaten/kota;

    10. b.penyusunan dan penetapan Rencana Tata Ruang Kawasan

    Strategis Kabupaten/Kota;

    11.c.pemanfaatan ruang kawasan strategis kabupaten/kota; dan

    12.d.pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis

    kabupaten/kota.

    2(4) Dalam melaksanakan kewenangan penyelenggaraan penataan

    ruang wilayah kabupaten/kota, Pemerintah Kabupaten/Kota wajib

    melaksanakan norma, standar, pedoman, dan manual bidang

    penataan ruang dan pedoman pelaksanaannya.

    3(5) Dalam hal Pemerintah Kabupaten/Kota tidak dapat memenuhi

    standar pelayanan minimal bidang penataan ruang, Pemerintah

    Provinsi dapat mengambil alih kewenangan sesuai peraturan

    perundang-undangan.

    BAB IV PENGATURAN DAN PEMBINAAN PENATAAN RUANG

    Pasal 13 Pengaturan penataan ruang

    dilakukan melalui penetapan norma, standar, pedoman, dan manual

  • 8/15/2019 Draft Ruu Pr 261205

    10/26

     bidang penataan ruang.

    Pasal 14

    1(1) Pemerintah melakukan pembinaan penataan ruang kepada

    Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, danmasyarakat.

    1. (2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    dilaksanakan melalui:

    2. a.koordinasi penyelenggaraan penataan ruang;

    3. b.sosialisasi norma, standar, pedoman, dan manual bidang

    penataan ruang;

    4. c.pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi

    pelaksanaan penataan ruang;

    5. d. pendidikan dan pelatihan;

    6. e.penelitian dan pengembangan;

    7. f.pengembangan sistem informasi dan komunikasi penataan

    ruang;

    8. g. penyebarluasan informasi penataan ruang kepada

    masyarakat; dan

    9. h. pengembangan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat.

    2(3) Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota

    menyelenggarakan pembinaan penataan ruang sebagaimana

    dimaksud pada ayat (2) menurut kewenangannya masing-masing.

    (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan pembinaan

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan

    Pemerintah.

    BAB V PELAKSANAAN PENATAAN RUANG

    Bagian Pertama Perencanaan Tata Ruang Paragraf 1 Umum Pasal 15

    1. (1) Perencanaan tata ruang dilakukan untuk menghasilkan:

    2. a.rencana umum tata ruang; dan3. b. rencana detail tata ruang.

    4. (2) Rencana umum tata ruang sebagaimana dimaksud pada

    ayat (1) huruf a secara berhirarki terdiri atas:

    5. a.Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;

    6. b. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi; dan

    7. c.Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten dan Rencana Tata

  • 8/15/2019 Draft Ruu Pr 261205

    11/26

    Ruang Wilayah Kota.

    2(3) Rencana detail tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    huruf b disusun sebagai perangkat operasionalisasi rencana

    umum tata ruang. (4) Rencana detail tata ruang sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1) huruf b

    disusun dalam hal:

    1a.rencana umum tata ruang belum dapat dijadikan dasar dalam

    pelaksanaan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan

    ruang; dan/atau

    2 b.rencana umum tata ruang mencakup wilayah perencanaan yang

    luas dan skala peta dalam rencana umum tata ruang dimaksud

    memerlukan perincian sebelum dioperasionalkan.

    (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tingkat ketelitian peta rencana tata

    ruang diatur dengan Peraturan Pemerintah.

    Pasal 16 Rencana Tata Ruang Wilayah

    Nasional, Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, dan Rencana Tata

    Ruang Wilayah Kabupaten/Kota mencakup ruang daratan, ruang

    lautan, dan ruang udara.

    Pasal 17

    1(1) Rencana tata ruang dapat ditinjau kembali.

    1. (2) Peninjauan kembali rencana tata ruang sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1) dapat menghasilkan rekomendasi

     berupa:

    2. a.rencana tata ruang yang ada dapat tetap berlaku sesuai

    dengan masa berlakunya; atau

    3. b.rencana tata ruang yang ada perlu direvisi.

    2(3) Apabila peninjauan kembali rencana tata ruang menghasilkan

    rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, revisirencana tata ruang dilaksanakan dengan tetap menghormati hak

     yang dimiliki orang.

    3(4) Ketentuan mengenai kriteria dan tata cara peninjauan kembali

    rencana tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat

    (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

    1. (1) Muatan rencana tata ruang mencakup rencana struktur

  • 8/15/2019 Draft Ruu Pr 261205

    12/26

    ruang dan

    2. rencana pola pemanfaatan ruang.

    4(2) Rencana struktur ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    meliputi rencana sistem pusat permukiman dan rencana sistem

     jaringan prasarana.

    5(3) Rencana pola pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada

    ayat (1) meliputi peruntukan kawasan lindung dan kawasan

     budidaya.

    6(4) Peruntukan kawasan lindung dan kawasan budidaya

    sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi peruntukan ruang

    untuk kegiatan pelestarian lingkungan, sosial-budaya, ekonomi,

    serta pertahanan dan keamanan.

    7(5) Rencana tata ruang disusun dengan memperhatikan keterkaitan

    antarwilayah dan antar-fungsi kawasan.

    8(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan rencanatata ruang yang berkaitan dengan fungsi pertahanan dan

    keamanan sebagai subsistem rencana tata ruang wilayah diatur

    dengan Peraturan Pemerintah.

    Pasal 18 Paragraf 2 Perencanaan Tata Ruang Wilayah Nasional

    Pasal 19 Penyusunan Rencana Tata

    Ruang Wilayah Nasional dilakukan dengan mengacu kepada rencana

    pembangunan jangka panjang nasional dan memperhatikan:

    1a.Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional;

    2 b. perkembangan permasalahan regional dan global, serta hasil

    pengkajian implikasi penataan ruang nasional;

    3c.upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan serta

    stabilitas ekonomi;

    4d. keselarasan aspirasi pembangunan nasional dan pembangunan

    daerah; dan

    5e.daya dukung dan daya tampung lingkungan.

    Pasal 20

    1(1) Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional memuat:

    2a.tujuan pemanfaatan ruang nasional;

    3 b.kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah nasional;

    4c.struktur ruang wilayah nasional yang meliputi sistem pusat

    permukiman yang merupakan susunan fungsional kawasan

    perkotaan dan jaringan prasarana utama;

  • 8/15/2019 Draft Ruu Pr 261205

    13/26

    5d.pola pemanfaatan ruang wilayah nasional yang meliputi

    kawasan lindung nasional dan kawasan budidaya yang

    memiliki nilai strategis nasional;

    6e.strategi nasional pengembangan perkotaan;

    7f.penetapan kawasan strategis nasional;

    8g.indikasi program strategis pemanfaatan ruang lima tahunan;

    dan

    9h. kriteria pemanfaatan ruang dan mekanisme pengendalian

    pemanfaatan ruang.

    10(2) Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional menjadi pedoman

    untuk:

    11a. penataan ruang wilayah provinsi dan penataan ruang

     wilayah kabupaten/kota; dan

    12 b. penetapan lokasi investasi.

    2(3) Jangka waktu Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional adalah 20(dua puluh) tahun.

    1(4) Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional sebagaimana dimaksud

    pada ayat

    2(1) dapat ditinjau kembali paling sedikit 1 (satu) kali dalam 5

    (lima) tahun.

    3(5) Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional diatur dengan

    Peraturan Pemerintah.

    4Pasal 21

    3(1) Rencana detail tata ruang untuk Rencana Tata Ruang Wilayah

    Nasional dapat berupa Rencana Tata Ruang Pulau/Kepulauan dan

    Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional.

    1(2) Rencana detail tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat

    (1)

    2ditetapkan dengan Peraturan Presiden.

    3(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman, tata cara, dan lain-

    lain yang diperlukan bagi penyusunan Rencana Tata Ruang

    Kawasan Strategis Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat

    (1) diatur dengan peraturan Menteri.

    4Paragraf 3 Perencanaan Tata Ruang Wilayah Provinsi Pasal 225(1) Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dilakukan

    dengan mengacu kepada:

    6a.Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;

    7 b.norma, standar, pedoman, dan manual bidang penataan ruang;

    dan

    8c.rencana pembangunan jangka panjang daerah.

  • 8/15/2019 Draft Ruu Pr 261205

    14/26

    9(2) Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi

    dilaksanakan dengan memperhatikan Rencana Tata Ruang

     Wilayah Provinsi yang berbatasan.

    10Pasal 23

    11(1) Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi memuat:

    12a. tujuan pemanfaatan ruang wilayah provinsi;

    13 b. rencana struktur ruang yang meliputi sistem pusat

    permukiman dan sistem jaringan prasarana wilayah provinsi;

    14c. rencana pola pemanfaatan ruang wilayah provinsi yang

    meliputi kawasan lindung provinsi dan kawasan budidaya yang

    memiliki nilai strategis provinsi;

    15d. strategi pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan

    ruang wilayah provinsi;

    16e. penetapan kawasan strategis provinsi;

    17f. indikasi program strategis pemanfaatan ruang limatahunan;

    18g. arahan pengelolaan dan pengembangan kawasan lindung

    provinsi dan kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis

    provinsi;

    19h. arahan pengembangan sistem pusat permukiman dan

    sistem

     jaringan prasarana wilayah; dan

    i.arahan kebijakan penatagunaan tanah, penatagunaan air,

    penatagunaan udara, dan penatagunaan sumber daya alam

    lainnya dengan memperhatikan keterpaduan dengan sumber daya

    manusia dan sumber daya buatan.

    1. (2) Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi menjadi pedoman

    untuk:

    2. a.pemanfaatan ruang di wilayah provinsi;

    2(3) Jangka waktu Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi adalah 20

    (dua puluh) tahun.

    1. (4) Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi sebagaimana

    dimaksud pada ayat2. (1) dapat ditinjau kembali paling sedikit 1 (satu) kali dalam 5

    (lima) tahun.

    3. (5) Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi ditetapkan dengan

    Peraturan Daerah.

    4. Pasal 24

    3(1) Rencana detail tata ruang untuk Rencana Tata Ruang Wilayah

  • 8/15/2019 Draft Ruu Pr 261205

    15/26

  • 8/15/2019 Draft Ruu Pr 261205

    16/26

    9(1) Rencana detail tata ruang untuk Rencana Tata Ruang Wilayah

    Kabupaten dapat berupa Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis

    Kabupaten.

    10(2) Rencana detail tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

    11(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman dan tata cara

    penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Kabupaten

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan

    Bupati.

     b. mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan

    perkembangan antar-wilayah kabupaten/kota serta keserasian

    antar-sektor;

    c. penetapan lokasi investasi;

    d. penataan ruang kawasan strategis provinsi; dan

    e. penataan ruang wilayah kabupaten/kota;

    Pasal 26 Paragraf 5 Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kota Pasal 28

    Ketentuan perencanaan tata ruang wilayah kabupaten sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 25, Pasal 26, dan Pasal 27 berlaku pula untuk

    a. tujuan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten;

     b. rencana struktur ruang yang meliputi sistem pusat permukiman dan

    sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten;c. rencana pola pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang meliputi

    kawasan lindung kabupaten dan kawasan budidaya yang memiliki

    nilai strategis kabupaten;

    d. strategi pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang

     wilayah kabupaten;

    e. penetapan kawasan strategis kabupaten;

    f. indikasi program pemanfaatan ruang lima tahunan;

    g. rencana pengelolaan kawasan lindung, kawasan budidaya, dan

    kawasan strategis kabupaten;

    h. rencana pengembangan sistem permukiman dan sistem jaringan

    prasarana wilayah; dan

    i. penatagunaan tanah, penatagunaan air, penatagunaan udara, dan

  • 8/15/2019 Draft Ruu Pr 261205

    17/26

    penatagunaan sumber daya alam lainnya, serta memperhatikan

    keterpaduan dengan sumber daya manusia dan sumber daya

    perencanaan tata ruang wilayah kota.

    Pasal 29 Selain ketentuan perencanaan

    tata ruang wilayah kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28,

    Rencana Tata Ruang Wilayah Kota memuat pula:

    1a.penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau;

    2 b. penyediaan dan pemanfaatan ruang terbangun publik; dan

    3c.penyediaan prasarana dan sarana yang dibutuhkan untuk

    menjalankan fungsi wilayah kota sebagai pusat pelayanan sosial

    ekonomi dan pusat pertumbuhan wilayah.

    Pasal 30

    1(1) Ruang terbuka hijau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat

    (1) huruf a terdiri dari ruang terbuka hijau publik dan ruang

    terbuka hijau privat.

    2(2) Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30

    (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota.

    3(3) Proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling

    sedikit 10 (sepuluh) persen dari luas wilayah kota.

    Pasal 31 Proporsi ruang publik

    ditetapkan paling sedikit 40 (empat puluh) persen dari luas wilayah kota

     yang diperuntukan bagi ruang terbuka hijau publik dan ruang

    terbangun publik.

    Pasal 32 Ketentuan lebih lanjut

    mengenai standar luas ruang terbuka hijau sebagaimana dimaksud

    dalam Pasal 30 dan persyaratan minimal ruang publik sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 31 diatur dengan peraturan Menteri.Bagian Kedua Pemanfaatan Ruang Paragraf 1 Umum Pasal 33

    1(1) Pemanfaatan ruang dilakukan melalui pelaksanaan program

    pemanfaatan ruang beserta pembiayaannya.

    2(2) Pemanfaatan ruang diselenggarakan secara bertahap sesuai

    dengan jangka waktu indikasi program pemanfaatan ruang yang

    ditetapkan dalam rencana tata ruang.

  • 8/15/2019 Draft Ruu Pr 261205

    18/26

    1. (3) Pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

    dilaksanakan dengan memperhatikan standar pelayanan

    minimal dalam penyediaan sarana dan prasarana.

    2. Pasal 34

    3(1) Dalam pemanfaatan ruang dikembangkan penatagunaan tanah,

    penatagunaan air, penatagunaan udara, dan penatagunaan

    sumber daya alam lainnya.

    4(2) Dalam rangka pengembangan penatagunaan tanah,

    penatagunaan air, penatagunaan udara, dan penatagunaan

    sumber daya alam lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    diselenggarakan kegiatan penyusunan dan penetapan neraca

    penatagunaan tanah, neraca penatagunaan sumber daya air,

    neraca penatagunaan udara, dan neraca penatagunaan sumber

    daya alam lainnya.

    1. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penatagunaan tanah,penatagunaan air, penatagunaan udara, dan penatagunaan

    sumber daya alam lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    diatur dengan Peraturan Pemerintah.

    2. Paragraf 2 Pemanfaatan Ruang Wilayah Pasal 35

    3. (1) Dalam pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan

    kabupaten/kota dilakukan:

    4. a.perumusan kebijakan strategis operasionalisasi rencana tata

    ruang wilayah dan rencana tata ruang kawasan strategis;

    5. b.perumusan program sektoral dalam rangka perwujudan

    struktur ruang dan pola pemanfaatan ruang wilayah dan

    kawasan strategis; dan

    6. c.pelaksanaan pembangunan sesuai program pemanfaatan

    ruang wilayah dan kawasan strategis.

    7. (2) Pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    dilaksanakan sesuai dengan:

    8. a.standar pelayanan minimal bidang penataan ruang; dan

    9. b.standar kualitas lingkungan.

    Bagian KetigaPengendalian Pemanfaatan Ruang

    Pasal 36 Pengendalian pemanfaatan

    ruang dilakukan melalui peraturan zonasi, perizinan, pemantauan,

    evaluasi, dan penertiban terhadap pemanfaatan ruang.

  • 8/15/2019 Draft Ruu Pr 261205

    19/26

    Pasal 37

    1(1) Peraturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 disusun

    sebagai pedoman pengendalian pemanfaatan ruang.

    2(2) Peraturan zonasi disusun berdasarkan rencana tata ruang untuk

    setiap zona pemanfaatan ruang.

    1(3) Peraturan zonasi ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

    2Pasal 38

    3(1) Perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 diberikan oleh

    Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah

    Kabupaten/Kota menurut kewenangannya masing-masing sesuai

    dengan peraturan perundang-undangan.

    4(2) Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan Rencana Tata

    Ruang Wilayah Kabupaten/Kota dapat dibatalkan oleh

    Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota

    menurut kewenangannya masingmasing sesuai dengan peraturanperundang-undangan.

    1(3) Apabila izin sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) dapat

    dibuktikan telah diperoleh dengan iktikad baik, terhadap

    kerugian yang timbul sebagai akibat pembatalan izin tersebut

    dapat dimintakan penggantian yang layak kepada lembaga

    pemberi izin.

    2Pasal 39

    5(1) Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36

    dilakukan dengan mengamati dan memeriksa kesesuaian

    pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang.

    6(2) Dalam hal hasil pemantauan dan evaluasi sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1) terdapat indikasi pelanggaran terhadap

    rencana tata ruang, Bupati/Walikota mengambil langkah-langkah

    penyelesaiannya.

    7(3) Dalam hal Bupati/Walikota tidak melaksanakan tindakan

    sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Gubernur mengambil

    langkah-langkah penyelesaiannya.

    1(4) Dalam hal Gubernur tidak melaksanakan tindakan

    sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Menteri mengambillangkah-langkah penyelesaiannya.

    2Pasal 40

    8(1) Dalam hal indikasi pelanggaran terhadap rencana tata ruang

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 dapat dibuktikan, aparat

    penegak hukum melakukan penertiban.

    9(2) Penertiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

  • 8/15/2019 Draft Ruu Pr 261205

    20/26

    melalui tindakan nyata pengenaan sanksi administratif sesuai

    dengan peraturan perundang-undangan.

    Pasal 41 Dalam rangka pengendalian

    pemanfaatan ruang dikembangkan perangkat yang bersifat insentif dan

    disinsentif dengan menghormati hak penduduk sebagai warga negara.

    Pasal 42 Dalam rangka pengendalian

    pemanfaatan ruang, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah

    Kabupaten/Kota dapat membentuk lembaga yang bertugas

    melaksanakan pengendalian pemanfaatan ruang.

    Pasal 43 Ketentuan lebih lanjut

    mengenai pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang diatur dengan

    peraturan Menteri.

    Bagian Keempat Penataan Ruang Kawasan Perkotaan Paragraf 1 Umum

    Pasal 44

    1. (1) Penataan ruang kawasan perkotaan diselenggarakan pada:

    2. a.kawasan perkotaan yang merupakan bagian dari wilayah

    kabupaten; atau

    3. b.kawasan yang secara fungsional berciri perkotaan yang

    mencakup 2 (dua) atau lebih wilayah kabupaten/kota.

    2(2) Kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

    dapat berbentuk kawasan metropolitan.

    Paragraf̀2 Perencanaan Tata Ruang Kawasan Perkotaan

    Pasal 45 Rencana Tata Ruang Kawasan

    Perkotaan yang merupakan bagian dari wilayah kabupaten adalah

    rencana detail dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten.

    Pasal 46

    1(1) Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan yang mencakup 2 (dua)

    atau lebih wilayah kabupaten/kota merupakan alat koordinasi

    dalam pelaksanaan pembangunan yang bersifat lintas wilayah.

    1(2) Rencana tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

  • 8/15/2019 Draft Ruu Pr 261205

    21/26

     berisi arahan struktur ruang dan pola pemanfaatan ruang yang

     bersifat lintas wilayah administratif.

    2Pasal 47

    2(1) Rencana Tata Ruang Kawasan Metropolitan merupakan alat

    koordinasi pelaksanaan pembangunan lintas wilayah.

    1(2) Rencana Tata Ruang Kawasan Metropolitan berisi:

    2a.struktur ruang dan pola pemanfaatan ruang yang merupakan

    sinkronisasi dari struktur ruang dan pola pemanfaatan ruang

     wilayah administratif di dalam kawasan;

    3 b.arahan pengelolaan kawasan metropolitan; dan

    4c.indikasi program pemanfaatan ruang kawasan metropolitan.

    Pasal 48 Dalam perencanaan tata ruang

    kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 berlaku

    ketentuan Pasal 29, Pasal 30, Pasal 31, dan Pasal

    32.

    Pasal 49

    Ketentuan lebih lanjut mengenai standar luas ruang terbuka hijau dan

    persyaratan minimal ruang publik baik untuk wilayah kota maupun

    kawasan perkotaan diatur dengan peraturan Menteri.

    Paragraf 3 Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan Pasal 50

    1(1) Pemanfaatan ruang kawasan perkotaan yang merupakan bagian

    dari wilayah kabupaten merupakan bagian dari pemanfaatan

    ruang wilayah kabupaten.

    1(2) Pemanfaatan ruang kawasan perkotaan yang merupakan

     bagian dari 2 (dua) atau lebih wilayah kabupaten/kota

    dilaksanakan melalui penyusunan program pembangunan

     beserta pembiayaannya secara terkoordinasi antar-wilayah

    kabupaten/kota terkait.

    2Paragraf 4 Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan PerkotaanPasal 51

    2(1) Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan perkotaan yang

    merupakan bagian dari wilayah kabupaten merupakan bagian

    dari pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.

    3(2) Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan perkotaan yang

    mencakup 2 (dua) atau lebih wilayah kabupaten/kota

  • 8/15/2019 Draft Ruu Pr 261205

    22/26

    dilaksanakan oleh masingmasing kabupaten/kota.

    1(3) Untuk kawasan perkotaan yang mencakup 2 (dua) atau lebih

     wilayah kabupaten/kota yang mempunyai lembaga pengelolaan

    tersendiri pengendaliannya dapat dilaksanakan oleh lembaga

    dimaksud.

    2Paragraf 5 Kerjasama Pengelolaan Kawasan Perkotaan Pasal 52

    4(1) Pengelolaan kawasan perkotaan yang mencakup 2 (dua) atau

    lebih wilayah kabupaten/kota dilaksanakan melalui kerjasama

    antar-daerah.

    (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan kawasan perkotaan

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan

    Pemerintah.

    BAB VI PENGAWASAN PENATAAN RUANG

    Pasal 53

    1(1) Untuk menjamin tercapainya tujuan penataan ruang dilakukan

    pengawasan terhadap penataan ruang pada setiap tingkat wilayah.

    1. (2) Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan

     wewenangnya melaksanakan pengawasan sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1).

    2. Pasal 54

    2(1) Pengawasan terhadap penataan ruang pada setiap tingkat wilayah dilakukan dengan menggunakan norma, standar,

    pedoman, dan manual bidang penataan ruang.

    3(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan pada

    seluruh proses penataan ruang.

    4(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengawasan terhadap

    penataan ruang diatur dengan peraturan Menteri.

    BAB VII HAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN MASYARAKAT

    Pasal 55 Dalam penataan ruang, setiaporang berhak untuk:

    1a.mengetahui rencana tata ruang;

    2 b. menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan

    ruang;

    3c.memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang timbul

    akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan

  • 8/15/2019 Draft Ruu Pr 261205

    23/26

    rencana tata ruang;

    4d. mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang terhadap

    pembangunan di wilayahnya yang tidak sesuai dengan rencana tata

    ruang;

    1e.mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian

    pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang; dan

    2f.mengajukan gugatan ganti kerugian kepada pemerintah dan/atau

    pemegang izin apabila kegiatan pembangunan yang tidak sesuai

    dengan rencana tata ruang menimbulkan kerugian.

    Pasal 56 Dalam pemanfaatan ruang,

    setiap orang berkewajiban untuk:

    1a.menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;

    2 b. memanfaatkan ruang sesuai izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang;

    3c.mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin

    pemanfaatan ruang;

    4d. memberikan akses terhadap sumber air, pesisir pantai, serta

    kawasankawasan yang dinyatakan oleh peraturan perundang-

    undangan sebagai milik umum.

    Pasal 57

    1(1) Penyelenggaraan penataan ruang dilakukan oleh pemerintah

    dengan melibatkan peran masyarakat.

    2(2) Bentuk dan tata cara peran masyarakat dalam perencanaan tata

    ruang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui konsultasi

    publik.

    1. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan bentuk peran

    masyarakat dalam penataan ruang sebagaimana dimaksud

    pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

    2. Pasal 58

    3(1) Masyarakat yang dirugikan akibat penyelenggaraan penataan

    ruang dapat mengajukan gugatan melalui pengadilan.4(2) Dalam hal masyarakat mengajukan gugatan sebagaimana

    dimaksud ayat

    (1) tergugat dapat membuktikan bahwa tidak terjadi penyimpangan

    dalam penyelenggaraan penataan ruang.

  • 8/15/2019 Draft Ruu Pr 261205

    24/26

    BAB VIII PENYELESAIAN SENGKETA

    Pasal 59

    1(1) Penyelesaian sengketa penataan ruang pada tahap pertama

    diupayakan berdasarkan prinsip musyawarah untuk mufakat.2(2) Dalam hal penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada

    ayat (1) tidak diperoleh kesepakatan, para pihak dapat menempuh

    upaya penyelesaian sengketa di luar pengadilan atau melalui

    pengadilan.

    3(3) Upaya penyelesaian sengketa di luar pengadilan sebagaimana

    dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan arbitrase atau alternatif

    penyelesaian sengketa sesuai dengan peraturan perundang-

    undangan.

    BAB IX SANKSI ADMINISTRATIF

    Pasal 60

    Setiap orang yang melanggar ketentuan Pasal 56, dikenai sanksi

    administratif.

    Pasal 61

    1(1) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60

    dapat berupa:

    2a. peringatan tertulis;

    3 b. penghentian kegiatan sementara;

    4c. penghentian sementara pelayanan umum;

    5d. penutupan lokasi;

    6e. pencabutan izin;

    7f. penolakan atau pembatalan izin;

    8g. pembongkaran bangunan; dan/atau

    9h. pemulihan fungsi ruang.

    2(2) Selain pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksudpada ayat (1), dapat dikenai denda yang nilainya ditentukan

     berdasarkan peraturan perundang-undangan.

    3(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria dan tata cara

    pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat

    (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

  • 8/15/2019 Draft Ruu Pr 261205

    25/26

    BAB X KETENTUAN LAIN-LAIN

    Pasal 62

    1(1) Bagi pemanfataan ruang yang sah menurut rencana tata ruang

    sebelumnya, diberikan masa transisi selama 2 (dua) tahun untukpenyesuaian.

    2(2) Pada saat rencana tata ruang ditetapkan, semua pemanfaatan

    ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang harus

    disesuaikan dengan rencana tata ruang melalui kegiatan

    penyesuaian pemanfaatan ruang.

    3(3) Untuk pemanfaatan ruang yang izinnya diterbitkan sebelum

    penetapan rencana tata ruang dan dapat dibuktikan bahwa izin

    tersebut diperoleh dengan itikad baik, maka kepada pemegang izin

    diberikan penggantian yang layak.

    BAB XI KETENTUAN PERALIHAN

    Pasal 63 Pada saat Undang-Undang ini

    mulai berlaku, semua peraturan perundangundangan yang berkaitan

    dengan penataan ruang yang telah ada tetap berlaku sepanjang tidak

     bertentangan dan belum diganti berdasarkan Undang-Undang ini.

    BAB XII KETENTUAN PENUTUP

    Pasal 64 Pada saat Undang-Undang ini

    mulai berlaku, maka Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang

    Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992

    Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501) dicabut dan

    dinyatakan tidak berlaku.

    Pasal 65 Undang-Undang ini mulai

     berlaku pada tanggal diundangkan.

     Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

    Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara

    Republik Indonesia.

  • 8/15/2019 Draft Ruu Pr 261205

    26/26

    Disahkan di Jakarta Pada

    tanggal .............................

    PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd. SUSILO

    BAMBANG YUDHOYONO

    Diundangkan di Jakarta Pada tanggal ...............................

    MENTERI HUKUM DAN

    HAK

     ASAS

    I

    MANUSIA,

    ttd.

    HAMI

    D

     AWAL

    UDDI

    N

    LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN

    ............NOMOR ..........

    32