DEWI TUT 3

download DEWI TUT 3

of 48

Transcript of DEWI TUT 3

  • 8/12/2019 DEWI TUT 3

    1/48

    1

    BAB I. PENDAHULUAN

    Perawatan Lesi Jaringan Lunak Rongga Mulut

    Skenario I

    Pak Bondan, usia 60 tahun datang ke RSGM UNEJ dengan keluhan rasa sakit

    pada pipi, lidah, dan seluruh mulutnya setelah 10 hari menjalani terapi radiasi di

    RSUD Dr. Soetomo untuk terapi kanker nasofaring yang dideritanya. Pak Bondan

    juga mengeluh adanya rasa kering, tebal, dan terbakar terutama pada lidah. Dari

    anamnesis juga didapatkan riwayat RAS. Pada pemeriksaan klinis didapatkan:

    - eritema dan edema pada seluruh mukosa mulut- ulser, single, diameter 6mm, tengah putih, tepi kemerahan, sakit pada mukosa

    bukal

    - fissure multiple, kemerahan, sakit, pada bibir dan sudut mulut- plak putih, berbatas diffuse, dapat dikerok pada dorsum lidah.

    Dokter gigi yang merawatnya menyatakan bahwa pak Bondan menderita

    mukositis radiasi disertai RAS, suspect candidiasis oral, dan BMS (Burning

    Mouth Sensation) sehingga harus segera ddilakukan perawatan. Pada kunjungan

    pertama ini dokter memberikan terapi simptomatis.

  • 8/12/2019 DEWI TUT 3

    2/48

    2

    STEP 1 (Mengklarifikasi Istilah/ Konsep)

    1. Kanker nasofaring :Kanker yang terdapat pada belakang antara nasofaring dan hidung yang

    berasal dari epitel pseudostratified columnar tipe respiratori dan epitel non

    keratinisasi, etiloginya yaitu virus epstein bar, genetis, faktor lingkungan.

    2. Terapi simtomatis : Terapi yang ditujukan untuk mengurangi gejala rasa sakit,

    memperpendek perjalanan lesi, mengurangi serta mencegah

    terbentuknya lesi baru.

    Terapi ini hanya meringankan atau mengurangi gejala sakit. Terapi ini hanya menghilangkan gejala , penyebab lebih dalam tidak

    dipengaruhi.

    3. Terapi radiasi : Terapi yang bertujuan untuk membunuh sel sel yang tumbuh dengan

    cepat seperti sel kanker yaitu dengan memenfaatkan proses ionisasi

    dengan dosis kurang dari 75 cgy bila lebih dari itu akan menyebabkan

    degenerasi asinar, fibrosis, dan atropi.

    Terapi ini memanfaatkan gelombang sinar gamma, sinar x, sinarproton, dan sinar neutron untuk menghancurkan sel kanker.

    Mengobati dengan cara menembus jaringan untuk membunuh selneoplasma dengan proses ionisasi sehingga menyebabkan sel hilang

    kempuan untuk hidup.

    4. BMS : Gejala berupa nyeri pada mulut yang biasanya ditemukan pada 2/3

    anterior lidah, palatum durum, dan bibir, gejala berupa panas dan

    terbakar, gejala tidak disertai gejala klinis maupun laboratoris.

    Biasanya disebabkan oleh xerostomia atau penggunaan obat-obatan.

    Tanpa penyebab yang jelas dan dapat secara tiba-tiba.5. Suspect :

    Diagnosis sementara.

  • 8/12/2019 DEWI TUT 3

    3/48

    3

    6. Mukositis radiasi : Inflamasi pada rongga mulut karena efek samping dari radiasi bagian

    kepala dan leher. Proses dinamis, muncul pada hari ke 5- 14 setelah

    perawatan, melibatkan seluruh mukosa dan submukosa.

    Reaksi inflamasi dapat berupa ulser dan tidak terbatas pada ronggamulut saja, sering dikaitkan dengan pemberian radioterapi.

    Efek radiasi bersifat sementara, dapat berhenti jika terapi dihentikan.7. Ulser :

    Luka terbuka dengan kehilangan seluruh epitel dari permukaan himgga

    dasarnya himgga sampai jaringan dibawahnya (jaringan ikat). Kondisi

    patologis

    8. Eritema :Kemerahan pada kulit atau mukosa disebabkan pelebaran pembuluh darah

    kapiler yang reversible.

    Edema :

    Pembengkakan karena peningkatan cairan ekstraseluler dan ekstravaskuler

    serta penimbunan cairan abnormal.

    9. RAS : Lesi mukosa rongga mulut yang paling umum sering terjadi,

    ditandai dengan ulser yang timbul berulang di mukosa mulut

    pasien dengan tanpa adanya gejala dari penyakit lain. Penyebabnya

    dapat berupa hormonal, stress, traumatic.

    Luka atau lesi pada jaringan lunak, rekuren, dapat hilang kemudianmuncul lagi, dan bukan karena infeksi.

    Berupa ulser putih kekuningan tidak membahayakan.10.Fisur :

    Retakan kecil melalui epidermis dan memaparkan dermis pada kulit kering

    dan mengalami inflamasi kronis.

  • 8/12/2019 DEWI TUT 3

    4/48

    4

    STEP 2 (Menetapkan Permasalahan)

    1. Mengapa setelah terapi radiasi pasien mengalami RAS, candidiasis oraldan BMS?

    2. Apa ada perawatan untuk mencegah efek samping dari terapi radiasi?3. Alasan mengapa drg memberikan terapi simtomatis pada kunjungan

    pertama?

    4. Apa perawatan setelah terapi pada kunjungan pertama?5. Apa perbedaan penatalaksanaan mukositis dengan mukositis radiasi?

    STEP 3 (Menjawab Permasalahan)

    1. Setelah terapi radiasi pasien mengalami RAS, candidiasis oral dan BMSkarena:

    Karena radioterapi yang dilakukan kepada sel patologis secara tidaklangsung mengenai sel-sel sehat yang berada disekitar sel-sel patologis

    tersebut. Akibatnya memicu proliferasi sel secara berlebihan sehinggamempercepat kerusakan sel. Efek lainnya juga terjadi mutasi gen pada

    sel-sel sehat disekitar sel-sel patologis sehingga menimbulkan

    manifestasi pada rongga mulut.

    Radioterapi pada kepala dan leher dapat menyebabkan kerusakanpermanen pada glandula saliva. Kerusakan ini dapat menyebabkan

    produksi saliva menurun (hiposalivasi) yang dapat menyebabkan

    xerostomia, halitosis, sensasi mulut terbakar, intoleransi makanan

    pedas dan panas, kandidiasis, mukositis, dll.

    Perubahan pada kelenjar ludah rongga mulut karena xerostomia yangdisebkan karena sel asinar yang terganggu karena radiasi, jadi volume

    saliva turun, protein saliva naik, PH rendah dan bakteri meningkat.

    Karena usia pasien yang sudah tua yaitu 60 tahun sehingga perbaikanDNA maupun jaringan tidak sebaik pada orang yang lebih muda.

  • 8/12/2019 DEWI TUT 3

    5/48

    5

    2. Perawatan untuk mencegah efek samping dari terapi radiasi: Sebagai dokter gigi, melakukan evaluasi jaringan periodonsium dan

    karies gigi

    Foto panoramic apakah ada kelainan secara klinis Untuk mencegah kandidiasis dengan tablet isap PTA Pemenuhan gizi, jika gizi kurang maka akan memperlambat proses

    penyembuhan

    Prosedur pencabutan tidak bisa dilakukan kurang dari 2 minggusebelum melakukan radioterapi

    Pada pasien tidak bergigi, tidak boleh memakai gigi tiruan karena akanmenyebabkan iritasi berkepanjangan

    Menyarankan pasien untuk menjaga oral hygine Menghindari penggunaan alcohol dan tembakau Memotivasi pasien dengan melakukan tanya jawab antara pasien

    dengan dokter

    Mengkonsumsi makanan berprotein tinggi, vitamin, dan mineral Pencegahan trismus, pasien dilatih membuka dan menutup mulut Pemberia vaselin pada bibir Kumur larutan klorheksidin Bisa diberikan obat perangsang saliva Suplemen oral zinc sulfat untuk mengurangi efek samping radiasi

    3. Dokter gigi memberikan terapi simtomatis pada kunjungan pertama agarmengurangi penyakit atau rasa sakit yang terjadi sebelum dilakukanradioterapi sehingga tidak memperparah penyakit yang tibul akibat

    radioterapi. Karena tidak mungkin melakukan terapi kausatif yaitu

    menghilangkan etiologi dari penyakit tersebut yakni terapi radiasi karena

    jika tidak dilakukan terapi radiasi maka tidak akan menyembuhkan kanker

    nasofaring.

    4. Perawatan setelah terapi simptomatik:

  • 8/12/2019 DEWI TUT 3

    6/48

    6

    Terapi kausatif Terapi yang ditujukan untuk menghilangkanfaktor penyebab (etiologi) sehingga penyakit tidak timbul lagi.

    Terapi paliatif Terapi yang ditujukan untuk meningkatkankualitas hidup pasien dengan meminimalkan perkembangan dari

    perjalanan suatu penyakit, juga dengan dukungan dari keluarga, faktor

    psikologis, dan lingkungan.

    Terapi supportif Terapi yang ditujukan untuk meningkatkanfungsi tubuh secara normal.

    5. Penatalaksanaan sama hanya karena penyebab yang berbeda yangmempengaruhi penyembuhan. Perbedaannya pada waktu penyembuhan

    berbeda karena mukositis radiasi tidak akan sembuh jika terapi radiasi

    tidak dilakukan.

  • 8/12/2019 DEWI TUT 3

    7/48

    7

    STEP 4 (Menarik Kesimpulan Langkah/ Maping)

    Kanker Nasofaring

    Terapi Radiasi

    Efek Samping Radioterapi

    Pra Terapi Radiasi

    Kelenjar

    Saliva

    Rahang Tulang Gigi Mukosa Sistemik

    Xerostomia,

    Hiposalivasi

    Trismus Osteo-

    radionek

    rosis

    Karies,

    Hiperemia

    BMS,

    RAS,

    Mukositis,

    Candidiasis

    Kanker

    Penatalaksanaan

    Pasca Terapi

  • 8/12/2019 DEWI TUT 3

    8/48

    8

    STEP 5 (Menentukan Tujuan Belajar)

    LEARNING OBJECTIVE

    1. Mampu menjelaskan macam-macam terapi.2. Mampu menjelaskan penatalaksanaan lesi jaringan lunak rongga

    mulut.

    3. Mampu menjelaskan penatalaksanaan efek samping radioterapi padarongga mulut:

    a. Pra terapib. Terapic. Pasca terapi.

    4. Mampu menjelaskan efek samping radioterapi di seluruh tubuh.

    PR

    1. Mengapa candidiasis diberi antibiotik?

    STEP 6 (Belajar Mandiri)

  • 8/12/2019 DEWI TUT 3

    9/48

    9

    BAB II. PEMBAHASAN

    (STEP 7)

    1. Macam-macam terapi jaringan lunak rongga mulut:A. Terapi simptomatik

    Terapi ini termasuk dalam fase kuratif atau pengobatan, merupakan

    pengobatan yang ditujukan untuk menghilangkan gejala atau keluhan

    yang timbul, bukan mengobati sumber penyakit. Contoh obat yang

    termasuk terapi ini adalah analgesik untuk nyeri, antiinflamasi untuk

    peradangan, antitusif untuk batuk, antihistamin untuk alergi, antipiretik

    untuk panas, dll.

    B. Terapi kausatifTerapi ini termasuk dalam fase kuratif atau pengobatan, merupakan

    pengobatan yang ditujukn untuk menghilangkan faktor etiologi atau

    penyebab sehingga mencegah terjadinya rekurensi. Istilah lainnya,

    terapi ini adalah terapi yang ditujukan untuk membasmi penyakit ddari

    akarnya. Contoh obat-obatan yang digunakan adalah antibiotik.

    C. Terapi paliatifPerawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif dan menyeluruh,

    dengan pendekatan multidisiplin yang terintegrasi. Tujuannya untuk

    mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang umur, menaikkan

    kualitas hidup dan memberikan support kepada keluarga. Meski pada

    akhirnya pasien meninggal, yang terpenting sebelum meninggal pasien

    sudah siap secara psikologis dan spiritual juga tidak stress menghadapi

    penyakit yang dideritanya. Yang ditekankan disini adalah terapi

    palliatif bukan untuk menyembuhkan penyakit serta subjek dari terapi

    ini adalah pasien serta keluarga.

    Menurut dr. Maria A. Witjaksono, dokter Palliative Care RS

    Kanker Dharmais Jakarta, prinsip-prinsip terapi paliatif adalah:

  • 8/12/2019 DEWI TUT 3

    10/48

    10

    menghargai setiap kehidupan

    menganggap kematian adalah proses normal tidak mempercepat atau menunda kematian menghargai keinginan pasien dalam mengambil keputusan menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang mengganggu mengintegrasikan aspek psikologis, sosial dan spiritual dalam

    merawat pasien dan keluarga

    menghindari tindakan medis yang sia-sia

    memberikan dukungan yang diperkukan agar pasien tetap aktifsesuai dengan kondisinya sampai akhir hayat

    memberikan dukungan kepada keluarga dalam masa suka dan duka(Jurnal pendidikan khusus vol 5 no 2 Nov 2009)

    Terapi paliatif diberikan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien

    yang menderita penyakit yang serius atau membahayakan jiwa. Tujuan

    dari pengobatan paliatif adalah mencegah atau merawat sedini

    mungkin gejala-gejala penyakit, dan efek samping yang disebabkan

    dari pengobatan penyakit tersebut, serta masalah-masalah psikologis,

    sosial dan spiritual yang terkait dengan penyakit atau pengobatannya.

    Terapi paliatif diantaranya:

    Mengurangi rasa sakit dan gejala tidak nyaman lainnya. Menegaskan arti kehidupan dan memandang kematian sebagai

    suatu proses yang normal.

    Tidak bertujuan untuk mempercepat ataupun menunda kematian. Memadukan aspek-aspek psikologi dan spirital dalam pengobatan

    pasien.

    Menawarkan dukungan untuk membantu pasien hidup seaktifmungkin sampai saat meninggalnya.

    Menawarkan dukungan untuk membantu keluarga pasien agartabah selama pasien sakit serta di saat-saat sedih dan kehilangan.

  • 8/12/2019 DEWI TUT 3

    11/48

    11

    Menggunakan pendekatan secara tim untuk menjawab kebutuhanpasien dan keluarganya, termasuk dukungan di saat-saat sedih dan

    kehilangan, jika diperlukan

    Meningkatkan kualitas hidup, dan memberikan pengaruh positifselama sakit.

    Dapat diterapkan sejak awal pengobatan penyakit, bersamaandengan terapi-terapi lain yang bertujuan untuk memperpanjang

    hidup misalnya kemoterapi atau terapi radiasi, dan mencakup

    penyelidikan yang diperlukan untuk dapat memahami dan

    menangani berbagai komplikasi klinis yang menyulitkan dengan

    lebih baik.

    D. Terapi supportifTerapi yang ditujukan untuk meningkatkan fungsi tubuh secara

    normal. Kriteria penilaian jasmani (kondisi fisik pasien semakin sehat),

    kognitif (pasien dapat berfikir jernih), emosi (stabil, bahagia, beban

    emosi berkurang), sosial (dapat mrnjalin hubungan dengan lingkungan

    tanpa terbebani penyakit).

    2. Penatalaksanaan lesi jaringan lunak rongga mulutA. Stomatitis Aphtousa Rekuren (SAR) Pengertian:

    adalah lesi mukosa rongga mulut yang paling umum sering terjadi,

    ditandai dengan ulser yang timbul berulang di mukosa mulut pasien

    dengan tanpa adanya gejala dari penyakit lain. Saat ini SAR tidak lagi

    dianggap sebagai penyakit tunggal tetapi cenderung sebagai keadaan

    patologis dengan manifestasi klinis yang serupa. Gangguan

    immunologi, defisiensi nutrisi, alergi, trauma, kebiasaan (habit),

    hormonal dan keadaan psikologis memiliki keterkaitan dengan SAR.

    Etiologi:

  • 8/12/2019 DEWI TUT 3

    12/48

    12

    Faktor herediter

    Hematologik defisiensi terutama zat besi, folat, vitamin B12 Abnormalitas immunologis atau hipersensitif terhadap

    organisme oral seperti Streptococcus sanguis

    Trauma Stress psikologis Kecemasan (anxiety) Alergi terhadap makanan seperti susu, keju, gandum dan terigu

    Detergen sodium lauryl sulfat yang terkandung dalam pastagigi

    Manif estasi Kli nis:Lesi pada mukosa oral didahului dengan timbulnya gejala seperti

    terbakar (prodormal burning) pada 2-48 jam sebelum ulser muncul.

    Selama periode initial akan terbentuk daerah kemerahan pada area

    lokasi. Setelah beberapa jam, timbul papul, ulserasi, dan berkembang

    menjadi lebih besar setelah 48-72 jam.

    Lesi bulat, simetris, dan dangkal, tetapi tidak tampak jaringan yang

    sobek dari vesikel yang pecah. Mukosa bukal dan labial merupakan

    tempat yang paling sering terdapat ulser. Namun ulser juga dapat

    terjadi pada palatum dan ginggiva.

    Berdasarkan manifestasi klinis terdapat tiga kategori SAR:

    Ulser Minor (atau disebut juga dengan nama Mikuliczsaphthae atau mild aphthous ulcers) : 80% dari total kejadian,

    diameter 1cm,

    Ulser Mayor (bisa disebut juga dengan istilah periadenitismucosa necrotica recurrens atau Suttons disease) : 10%-15%

    dari total kejadian, diameter >1cm, sakit, waktu sembuh lebih

    lama dan sering meninggalkan jaringan parut, terkadang

  • 8/12/2019 DEWI TUT 3

    13/48

    13

    melibatkan kelenjar ludah minor. Demam, disfagia dan malaise

    terkadang muncul pada saat awal munculnya penyakit. Sering

    terdapat pada bibir, palatum lunak

    Ulser Herpetiform (menyerupai manifestasi herpes simpleks) :5%-10% dari total kejadian, diameter 1-3mm, berjumlah

    banyak, berbentuk bulat, sakit, mengenai hampir seluruh

    mukosa mulut.

    Terapi (Kasus ringan) dapat diaplikasikan obat topikal seperti orabase.

    Sebagai pereda rasa sakit dapat diberikan topikal anestesi.

    (Kasus berat) dapat diaplikasikan preparat kortikosteroidtopikal, seperti triamcinolon atau fluorometholon (2-3 kali

    sehari setelah makan dan menjelang tidur).

    Tetrasiklin obat kumur dan gel dapat mempersingkat waktupenyembuhan ulser.

    Pada pasien ulser major atau multiple ulser minor yang parahyang tidak responsif terhadap terapi topikal, diberikan terapi

    sistemik.

    Terapi ulser traumatik: membersihkan ulser dengan normalsaline atau hydrogen peroksida dengan campuran air.

    PencegahanDengan mengetahui penyebabnya, kita diharapkan dapat

    menghindari terjadinya stomatitis (sariawan), diantaranya dengan

    menjaga kebersihan rongga mulut serta mengkonsumsi nutrisi yang

    cukup, terutama pada makanan yang mengandung vitamin B12 dan zat

    besi. Selain itu dianjurkan untuk menghindari stress. Namun bila

    sariawan selalu hilang timbul, dapat mencoba dengan kumur-kumur air

    garam hangat dan berkonsultasi dengan dokter gigi dengan meminta

  • 8/12/2019 DEWI TUT 3

    14/48

    14

    obat yang tepat sariawannya. Ada beberapa usaha lain yang dilakukan

    untuk mencegah munculnya sariawan. Misalnya, menjaga kesehatan

    umum terutama kesehatan pada mulut, menghindari luka pada mulut

    saat menggosok gigi atau saat menggigit makanan, menghindari pasta

    gigi yang merangsang, menghindari kondisi stress, menghindari

    makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin, sering mengkonsumsi

    buah dan sayuran, terutama vitamin B, vitamin C, dan zat besi; serta

    menghindari makanan dan obat-obatan atau zat yang dapat

    menimbulkan reaksi alergi pada rongga mulut.

    B. Mukositis Pengertian

    Mukositis oral didefinisikan sebagai suatu eritem dan ulserasi di

    mukosa oral yang terjadi pada pasien dengan kanker yang dirawat

    dengan kemoterapi dan/atau radiasi di daerah yang berdekatan dengan

    rongga mulut. Lesi mukositis oral seringkali terasa sangat sakit dan

    mengganggu asupan nutrisi, kebersihan mulut sehingga meningkatkan

    resiko terjadinya infeksi lokal dan sistemik. Oleh karena itu, mukositis

    oral merupakan komplikasi perawatan kanker yang sangat berpengaruh

    padaa terapi kanker dan seringkali terkait dengan komplikasi yang

    berhubungan dengan dosis terapi (Vera, 2007).

    EtiologiMukositis oral terjadi akibat efek inflamasi dan sitotoksik dari

    pemberian radioterapi dan atau kemoterapi. Mukositis oral akibatradioterapi secara patofisiologis merupakan efek langsung sitotoksik

    terhadap epitel dan respon inflamasi lokal. Selain itu, radiasi juga akan

    mengenai struktur fasial dan oral termasuk kelenjar saliva mayor.

    Saliva membantu mengatur homeostasis oral dengan perannya sebagai

    pelembab, pelumas, bufer, dan antimikroba. Perubahan kuantitas dan

    kualitas saliva akan berefek pada fisiologi, pertahanan, dan ekologi

  • 8/12/2019 DEWI TUT 3

    15/48

    15

    mikrobial orofaring, sehingga menurunkan kemampuan proteksi

    mukosa mulut (Leung, 2003).

    Insidensi mukositis oral biasanya ditemukan cukup tinggi pada

    pasien dengan tumor primer di rongga mulut, orofaring atau

    nasofaring, pasien dengan perawatan kemoterapi konkomitan,

    pasien yang menerima radiasi lebih dari 5000 cGy dan pasien yang

    menerima terapi radiasi fraksinasi (Lalla, 2008).

    Beberapa faktor diketahui mempunyai peran dalam membedakan

    timbulnya mukositis oral pada pasien yang menjalani kemoterapi dan/

    atau radiasi untuk kanker di regio kepala dan leher. Faktor-faktor

    tersebut adalah usia, jenis kelamin, penyakit sistemik, ras dan faktor

    spesifik yang terkait dengan jaringan. Faktor spesifik jaringan

    meliputi jenis jaringan epitel, kebersihan rongga mulut yang terkait

    dengan mikroba oral dan fungsi jaringan (Lalla, 2005).

    Penatalaksanaan M ukositi s Oral:Sampai saat ini, terapi paliatif merupakan pilihan untuk

    menatalaksana pasien dengan mukositis oral. Beberapa upaya

    penatalaksanaan dengan intervensi terapi saat ini sedang

    dikembangkan. Berdasarkan rekomendasi dari MASCC (Multinational

    Association for Supportive Care in Cancer)/ISOO (International

    Society for Oral Oncology), penatalaksanaan klinis mukositis oral

    yang disebutkan dalam Panduan Mukositis Oral mencakup: asupan

    nutrisi yang adekuat, kontrol rasa sakit, kontrol mikroorganisme oral,

    mengatasi keluhan mulut kering, mengatasi perdarahan oral dan

    terakhir adalah intervensi dengan upaya terapi (Lalla, 2005).

    Menurut Eilers (2004), beberapa intervensi yang dapat dilakukan

    untuk mukositis akibat kemoterapi atau radiologi adalah:

    Oral care protocolOral care atau perawatan mulut merupakan salah satu tindakan

    yang bertujuan menjaga kesehatan mulut. Oral care protocol dapat

  • 8/12/2019 DEWI TUT 3

    16/48

    16

    membantu meminimalkan efek mukositis akibat kemoterapi,

    karena dapat mengurangi jumlah mikroflora, nyeri dan perdarahan,

    serta mencegah infeksi.

    Agen kumurAgen kumur sering digunakan dalam pencegahan mukositis.

    Secara umum, agen kumur digunakan untuk membilas debris dan

    membantu mulut tetap lembut dan lembab. Agen kumur harus

    memiliki karakteristik sebagai pembersih non-iritatif dan tidak

    membuat mulut kering. Zat yang dapat berperan sebagai pembersih

    mulut antara lain normal saline, sodium bikarbonat,

    campuran normal saliine dengan sodium bikarbonat, madu, dan

    beberapa jenis herbal tertentu.

    Pelindung mukosaPelindung mukosa diharapkan dapat meningkatkan proses

    penyembuhan dan regenerasi sel.

    Agen antiseptikYang termasuk dalam agen anti septik antara

    lain chlorhexidine, hidrogen peroksida, dan povidone iodine.

    Agen anti inflamasiAgen anti inflamasi berfungsi untuk mengurang inflamasi yang

    terjadi akibat mukositis. Beberapa agen anti inflamasi

    diantaranya kamilason liquid, chamomile, dan kortikosteroid oral.

    Agen topikalAgen topikal adalah agen yang diberikan untuk memberikan

    proteksi mukosa secara topikal, diantaranya adalah lidocaine,

    capsaicine, dan morfin topikal.

    C. BMS Pengertian

    Sindrom mulut terbakar (BMS) digunakan untuk menerangkan

    adanya keluhan rasa terbakar pada lidah, palatum, atau bibir. Dimasa

  • 8/12/2019 DEWI TUT 3

    17/48

    17

    lampau istilah glosodinia, stomatopirosis, dan diestesia oral digunakan

    untuk menerangkan kondisi ini (Lewis, 1998).

    Pemeriksaan mukosa mulut pada BMS tidak menunjukkan adanya

    suatu abnormalitas. Kadang-kadang pasien menunjukkan daerah yang

    dicurigakan tapi umumnya itu hanya merupakan papilla lingual yang

    menonjol atau kelenjar sebasea (Lewis, 1998).

    Ada 3 tipe penderita BMS itu sendiri:

    Tipe 1 rasa terbakar tidak terjadi pada waktu bangun tidur dipagihari tetapi akan terasa bila hari telah siang.

    Tipe 2 rasa terbakar dirasakan pada pagi hari segera setelah bangundan menetap sampai penderita tidur lagi.

    Tipe 3 rasa terbakar hilang timbul dan menyerang tempat-tempatyang tidak umum, seperti dasar mulut dan tenggorokan (Lewis,

    1998).

    Faktor etiologi: Defisiensi B1

    Pasien harus diberi vitamin B1 300 mg sekali sehari untuk

    waktu 1 bulan

    Defisiensi B6Pasien harus diberi vitamin B650 mg setiap 8 jam untuk waktu

    1 bulan

    Defisiensi zat besi Defisiensi asam folat Diabetes melitus Kandidosis

    Terapi obat nystatin oral suspensi

    Desain geligi tiruanBila desain gigi tiruan tidak baik, harus dibuatkan gigi tiruan

    yang baru.

    Xerostomia

  • 8/12/2019 DEWI TUT 3

    18/48

    18

    Kecepatan aliran saliva harus diperiksa kemudian diberi terapi

    penatalaksanaan xerostomia seperti: sering minum air,

    mengunyah permen karet, dsb.

    Kebiasaan parafungsionalTerapi obat antidepresi trisiklik

    Fobia kankerTerapi obat antidepresi trisiklik

    Penatalaksanaannya: Pengobatan pada mulanya harus mencakup memberi penjelasan

    kepada pasien tentang sifat masalah dan bahwa tidak ada

    gangguan serius terutama kanker mulut, yang menyebabkan

    masalah tersebut.

    Pasien harus diberi vitamin B1 300 mg sekali sehari danvitamin B650 mg setiap 8 jam untuk waktu 1 bulan.

    Bila desain gigi tiruan tidak baik, harus dibuatkan gigi tiruanyang baru.

    Pasien harus dipanggil kembali untuk pengecekan setelah 4minggu kemudian, pada saat mana tes hematologi dan

    mikrobiologi mungkin perlu dilakukan. Setiap keabnormalan

    yang dijumpai harus dikoreksi dengan penatalaksanaan yang

    tepat.

    Terapi obat antidepresi trisiklik mempunyai peran padapenderita BMS yang tidak mempunyai faktor-faktor presipitasi

    lainnya.

    Prognosis:Pada umumnya prognosis BMS tipe 1 lebih baik daripada tipe 2,

    karena pada tipe yang disebutkan terakhir, kecemasan kronis

    merupakan penghambat kesembuhan. Prognosis BMS tipe 3 umumnya

  • 8/12/2019 DEWI TUT 3

    19/48

    19

    baik, asalkan faktor diet baik dan tidak dijumpai adanya faktor alergi.

    Secara keseluruhan, tingkat kesembuhan 70% dari kasus-kasus BMS

    dapat diharapkan. Keberhasilan terapi BMS tergantung pada

    diketahuinya semua faktor etiologi.

    D. Candidiasis Pengertian

    Kandidiasis adalah suatu penyakit infeksi pada kulit dan mukosa

    yang disebabakan oleh jamur kandida. Kandida adalah suatu spesies

    yang paling umum ditemukan di rongga mulut dan merupakan flora

    normal. Telah dilaporkan spesies kandida mencapai 40 60 % dari

    seluruh populasi mikroorganisme rongga mulut (Silverman,2001).

    Terdapat lima spesies kandida yaitu k.albikans, k. tropikalis, k.

    glabrata, k. krusei dan k. parapsilosis. Dari kelima spesies kandida

    tersebut k. albikans merupakan spesies yang paling umum

    menyebabakan infefksi di rongga mulut.(Nolte,1982)

    EtiologiTerjadinya Kandidiasis di pengaruhi oleh beberapa faktor terutama

    pengguna protesa, serostomia (sjogren syndrome), penggunaan radio

    therapy, obat obatan sitotoksis, konsentrasi gula dalam darah

    (diabetes), penggunaan antibiotik atau kortikosteroid, penyakit

    keganasan (neoplasma), kehamilan, defisiensi nutrisi, penyakit

    kelainan darah, dan Penderita Immuno supresi (AIDS). (Silverman S,

    2001).

    Gambaran Kli nisSecara klinis kandidiasis dapat menimbulkan penampilan yang

    berbeda, pada umumnya berupa lesilesi putih atau area eritema difus

    (Silverman S, 2001).

  • 8/12/2019 DEWI TUT 3

    20/48

    20

    Penderita kandidiasis akan merasakan gejala seperti rasa terbakar

    dan perubahan rasa kecap. Pada pemeriksaan klinis dapat

    diklasifikasikan menjadi lima tipe yaitu akut pseudomembran

    kandidiasis (thrush), kronis hiperplastik kandidiasis, kronis atrofik

    kandidiasis (denture stomatitis), akut atrofik kandidiasis dan angular

    sheilitis (Nolte,1982).

    Thrush mempunyai ciri khas dimana gambarannya berupa plak

    putih kekuning kuningan pada permukaan mukosa rongga mulut,

    dapat dihilangkan dengan cara dikerok dan akan meninggalkan

    jaringan yang berwarna merah atau dapat terjadi pendarahan. Plak

    tersebut berisi netrofil, dan sel sel inflamasi sel epitel yang mati dan

    koloni atau hifa. (Greenberg M. S., 2003). Pada penderita AIDS

    biasanya lesi menjadi ulserasi, pada keadaan dimana terbentuk ulser,

    invasi kandida lebih dalam sampai ke lapisan basal. (Mc Farlane

    2002).

    Kronis hiperplastik kandidiasis disebut juga kandidiasis

    leukoplakia, lesinya berupa plak putih yang tidak dapat dikerok,

    gambaran ini mirip dengan leukoplakia tipe homogen.

    (Greenberg.2003).

    Keadaan ini terjadi diduga akibat invasi miselium ke lapisan yang

    lebih dalam pada mukosa rongga mulut, sehingga dapat berproliferasi,

    sebagai respon jaringan inang. (Greenberg M 2003). Kandidiasis

    leukoplakia sering ditemukan pada mukosa bukal, bibir dan lidah.

    Kronis atrofik kandidiasis ,mempunyai nama lain yaitu denture

    stomatitis dan denture sore mouth. Faktor predisposisi terjadinya

    kandidiasis tipe ini adalah trauma kronis, sehingga menyebabkan

    invasi jamur ke dalam jaringan dan penggunaan geligi tiruan tersebut

    menyebabkan akan bertambahnya mukus dan serum, akan tetapi

    berkurangnya pelikel saliva.

  • 8/12/2019 DEWI TUT 3

    21/48

  • 8/12/2019 DEWI TUT 3

    22/48

    22

    amfotericine B, nystatin, miconazole, clotrimazole, ketokonazole,

    itrakonazole dan flukonazole:

    Amfoterisin B dihasilkan oleh Streptomyces nodusum, mekanismekerja obat ini yaitu dengan cara merusak membran sel jamur. Efek

    samping terhadap ginjal seringkali menimbulkan nefrositik.

    Sediaan berupa lozenges (10 ml ) dapat digunakan sebanyak 4 kali

    /hari.

    Nystatin dihasilkan oleh streptomyces noursei,mekanisme kerjaobat ini dengan cara merusak membran sel yaitu terjadi perubahan

    permeabilitas membran sel. Sediaan berupa suspensi oral 100.000

    U / 5ml dan bentuk cream 100.000 U/g, digunakan untuk kasus

    denture stomatitis.

    Miconazole mekanisme kerjanya dengan cara menghambat enzimcytochrome P 450 sel jamur, lanosterol 14 demethylase sehingga

    terjadi kerusakan sintesa ergosterol dan selanjutnya terjadi ketidak

    normalan membrane sel. Sediaan dalam bentuk gel oral (20

    mg/ml), digunakan 4 kali /hari setengah sendok makan, ditaruh

    diatas lidah kemudian dikumurkan dahulu sebelum ditelan.

    Clotrimazole, mekanisme kerja sama dengan miconazole, bentuksediaannya berupa troche 10 mg, sehari 34 kali.

    Ketokonazole (ktz) adalah antijamur broad spectrum.Mekanismekerjanya dengan cara menghambat cytochrome P450 sel jamur,

    sehingga terjadi perubahan permeabilitas membran sel, Obat inidimetabolisme di hepar.Efek sampingnya berupa mual / muntah,

    sakit kepala,parestesia dan rontok. Sediaan dalam bentuk tablet

    200mg Dosis satu kali /hari dikonsumsi pada waktu makan.

    Itrakonazole, efektif untuk pengobatan kandidiasis penderitaimmunocompromised. Sediaan dalam bentuk tablet ,dosis

    200mg/hari. selama 3 hari.,bentuk suspensi (100-200 mg) /

    hari,selama 2 minggu. (Greenberg, 2003) Efek samping obat

  • 8/12/2019 DEWI TUT 3

    23/48

    23

    berupa gatal-gatal,pusing, sakit kepala, sakit di bagian perut

    (abdomen),dan hypokalemi

    Flukonazole, dapat digunakan pada seluruh penderita kandidiasistermasuk pada penderita immunosupresiv Efek samping mual,sakit

    di bagian perut, sakit kepala,eritme pada kulit. Mekanisme

    kerjanya dengan cara mempengaruhi Cytochrome P 450 sel jamur,

    sehingga terjadi perubahan membran sel . Absorpsi tidak

    dipengaruhi oleh makanan. Sediaan dalam bentuk capsul

    50,mg,100mg, 150mg dam 200mg Single dose dan intra vena.

    Kontra indikasi pada wanita hamil dan menyusui.

    (Mc cullough, 2005)

    Kandidiasis oral sering dikelompokkan menjadi empat kelompok,

    yaitu :

    1. Pseudomembran akut ( trush )Kandidiasis oral jenis ini dikarakteristikkan oleh bercak-bercakkuning krem yang lunak, yang mengenai daerah mukosa mulut

    yang luas. Plak ini tidak melekat dan biasanya mudah dikelupas

    untuk memperlihatkan mukosa eritematus dibawahnya.

    Penatalaksanaan. Terapi polyenen secara topical harus membawa

    kesembuhan dalam 7-10 hari. Pengobatan harus dilanjutkan selama

    2 minggu setelah penyembuhan klinis yang dalam istilah klinis

    berarti selama 4 minggu.

    2. Atrofik akutMukosa oral pada bentuk kandidiasis ini bersifat eritematus. Faktor

    predisposisi yang mengakibatkannya dalah pengobatan dengan

    antibiotic, pengobatan dengan streroid serta infeksi HIV. Beda

    dengan bentuk-bentuk kandidiasi oral lain, kandidiasis eritamtus

    akut seringkali menimbulkan rasa sakit.

  • 8/12/2019 DEWI TUT 3

    24/48

    24

    Penatalaksanaan. Terapi polyene secara topical harus diberikan

    selama 4 minggu. Terapi antibiotic harus dihindari. Penderita

    dengan terapi steroid secara inhalasi harus dianjurkan untuk

    berkumur-kumur dengan air setelah terapi inhalasi untuk

    mengurangi jumlah steroid di dalam rongga mulut.

    3. Hiperplastik kronisInfeksi Candida kronis dapat menimbulkan perubahan hiperplastik

    dari epitel yang secar klinis berupa bercak-bercak putih.

    Penatalaksanaan. Terapi antijamur jangka panjang (sampai 3

    bulan) harus diberikan dalam bentuk polyene secara topical. Akhir-

    akhir ini telah ditemukan bahan antijamur sistemik yang dapat

    menghasilkan kesembuhan klinis dalam 2-3 minggu. Setiap

    defisiensi zat besi serta penyakit yang mendasarinya harus

    disembuhkan.

    4. Atrofik kronisIni merupakan jenis kandidiasis yang paling sering dijumpai dan

    menyerang seperempat sampai dua pertiga penderita yang

    memakai gigi palsu.

    Penatalaksanaan. Pengobatan dilakukan dengan bahan polyene

    antijamur secar topical, diberikan tiap 6 jam selama 4 minggu.

    Pada kasus ini kebersihan geligi tiruan merupakan hal yang

    penting. Oleh karena itu penderita dianjurkan untuk merendam gigi

    palsunya dalam larutan hipoklorit semalaman untuk menghindari

    setiap kemungkinan pertumbuhan jamur.

    (Michael, 1998)

    3. Penatalaksanaan efek samping radioterapiA. Pra Terapi Radiasi

    Mengontrol asupan makan, terutama untuk menghindari makananyang mudah membntuk plak seperti coklat. Juga menghindari

    makanan yang dapat mengiritasi mukosa seperti keripik kentang.

  • 8/12/2019 DEWI TUT 3

    25/48

    25

    Pemberitahuan, motivasi dan tanya jawab dengan pasien dankeluarga agar pasien dapat menyadari dan menjalankan persiapan

    rongga mulut yang memaksimal mungkin sebelum terapi radiasi

    dilakukan.

    Menghindari penggunaan tembakau dan alkohol karena bahan inidapat mengiritasi mukosa mulut.

    Pasien yang masih bergigiPemeriksaan pra-terapi dilakukan dengan maksud mencegah

    timbulnya fokus infeksi. Pada pasien yang masih bergigi,

    pemeriksaan mukosa rongga mulut, gigi-geligi, periodonsium,

    kelenjar saliva, dan rahangnya harus dilakukan oleh ahli bedah oro-

    maksilo-fasial atau dokter gigi. Demikian juga tingkat kebersihan

    mulutnya harus dievaluasi. Pada semua gigi yang telah ditambal,

    tidak boleh dilupakan mengetes kevitalan pulpanya.

    Selain itu harus dibuat juga radiografi standar, misalnya

    panorex dan radiograf intraral, untuk memeriksa ada tidaknya

    karies, sisa-sisa akar, granuloma periapeks, keadaan gigi yang

    masih ada, dan poket infra-bony. Perawatan yang diperlukan untuk

    menanggulangi keadaan tersebut harus sudah dituntaskan sebelum

    terapi sinar dimulai.

    Sebelum terapi sinar dimulai, keadaan kesehatan rongga mulut

    harus dibuat seoptimal mungkin. Perawat gigi harus melakukan

    skaling dan root planning yang sempurna, melalukan pemolesan

    tambalan dengan baik dan menghaluskan tonjol-tonjol gigi yang

    tajam agar tidak menimbulkan iritasi mekanik, dan membantu

    pasien dalam melaksanakan upaya-upaya preventif. Pemeriksaan

    dan perawatan sebelu penyinaran merupakan tindakan yang sangat

    penting dalam rangka mencegah timbulnya osteoradionekrosis.

    Efek samping berbahaya yang potensial ini, sebagai akibat

    berlubangnya gigi, parodontitis yang parah dan pencabutan gigi,

    yang mungkin timbul jika kebersihan mulut tidak diusahakan

  • 8/12/2019 DEWI TUT 3

    26/48

    26

    secara optimal, harus betul-betul ditekankan pencegahannya.

    Selain itu semua perawatan misalnya perawatan endodontik,

    pencabutan, atau penambalan harus sudah diselesaikan sebelum

    dimulainya terapi penyinaran. Prosedur bedah seperti pada

    pencabutan misalnya, harus dilakukan dengan hati-hati sekali agar

    dicapai penyembuhan yang cepat dan baik. Prosedur-prosedur ini

    mungkin akan menjadi kontraindikasi kalau dilakukan pada saat

    penyinaran atau sesudahnya jika gigi-gigi termaksud berada di

    daerah yang disinari. Biasanya disepakati bahwa waktu yang

    diberikan setelah tindakan perawatan itu selesai adalah 2 minggu

    dimana dianggap penyembuhannya pada saat itu telah jelas.

    Pada pasien yang bergigi, pemberian preparat fluor diperlukan

    apabila daerah penyinarannya meliputi lebih dari dua kelenjar

    saliva yang besar, karena dosis yang rendah pun akan

    menyebabkan berkurangknya aliran saliva dengan menurunnya pH

    dan kandungan bikarbonatnya. Jika pada dosis kumulatif 40 Gy

    masih memberikan hialngnya kemampuan protektif karena

    pembersihan alamiahnya sudah berkurang, kapasitas bufer

    menghilang, dan faktor-faktor antibakteri terganggu. Jika ditambah

    dengan diet yang kariogenik maka hal ini akan berakibat timbulnya

    macam karies yang sangat merusak yakni karies radiasi (karies

    rampan). Untuk mencegah timbulnya karies radiasi ini, dibuat

    sendok cetak perorangan bagi aplikasi fluor selama dan sesudah

    terapi penyinaran. Gel fluor netral diaplikasikan sekali dua hari

    selama 5 menit. Perawat harus membimbing dan mengawasi

    pelaksanaan terapi fluor ini dengan ketat serta memberikan nasihat

    mengenai diet yang tidak kariogenik.

    Pasien tidak bergigiSebelum terapi penyinaran dimulai, tetap harus dilakukan

    pemeriksaan yang teliti pada rongga mulut pasien baik oleh dokter

    gigi ataupun ahli bedah mulut. Mutu kecekatan gigi tiruan harus

  • 8/12/2019 DEWI TUT 3

    27/48

    27

    diperiksa dengan teliti, demikian juga kondisi mukosa rongga

    mulutnya. Pemeriksaan radiograf dibuat untuk memeriksa ada

    tidaknya fokus infeksi misalnya kista residual, sisa akar dan

    sebagainya.

    Jika diperlukan terapi pembedahan. Tindakan ini harus

    dikerjakan dan diselesaikan dua minggu sebelum terapi

    penyinaran, agar pada saat penyinaran dilakukan penyembuhan

    jaringan lunak telah sempurna.

    Jika seluruh rongga mulut tercakup dalam penyinaran, pasien

    tidak diperkenankan memakai gigi tiruannya selama penyinaran

    dan 12 minggu sesudahnya. Pemakaian gigi tiruan akan

    menyebabkan iritasi berkepanjangan terhadap jaringan lunak ronga

    mulut yang harus dicegah jangan sampai timbul selama

    penyinaran. Iritasi mekanik dari ggi tiruan ini akan menyebabkan

    timbulnya mukositis. Mukosa yang rusak merupakan port dentree

    bagi bakteri sehinga memudahkan terjadinya osteoradioneksrosis.

    B. Intra Terapi RadiasiPerawat gigi sangat bermakna bagi perawatan pasien selama terapi

    penyinaran. Peran perawat gigi ini sangat penting dalam upaya

    pencegahan dan pendidikan terhadap pasien. Efek samping penyinaran

    dan keparahan efek samping tersebut sangat berhubungan dengan

    keadaan kebersihan dan kesehatan rongga mulut sebelum, selama dan

    sesudah terapi penyinaran.

    Selama masa penyinaran, bersihkan rongga mulut setiap hari

    dengan menyemprotkan larutan salin steril diperlukan bagi

    pembersihan debris secara mekanik. Selain itu, pasien harus berkumur

    sendiri selama sepuluh kali sehari dengan larutan salin tersebut.

    Pemeriksaan derajat mukositisnya diperlukan untuk membantu

  • 8/12/2019 DEWI TUT 3

    28/48

    28

    terjadinya komunikasi yang tepat antar peklinik yang terlibat dalam

    perawatan pasien.

    Pasien yang bagian-bagian penting dalam rongga mulutnya

    tersinari, dan karena itu sangat mungkin terkena reaksi mukosa yang

    parah dan meluas, harus diberi tablet isap PTA 4 kali sehari. Pada

    pasien yang bergigi sakitnya lapisan mukosa dan berkurangnya

    pengeluaran saliva akan menghambat pembersihan gigi. Untuk

    mencegah timbulnya karies, pasien ini harus mengaplikasikan 1% gel

    fluor netral selama 5 menit setiap dua hari sekali. Kami menganjurkan

    penggunaan gel fluor netral karena gel fluor yang tersedia di pasaran

    mempunyai pH 4-5. Sementara gel-gel ini mempunyai efek optimal

    terhadap struktur email, gel ini sangat mengiritasi mukosa pasien yang

    disinar, yang ternyata mengalami pengalaman yang tidak enak dengan

    pemakaian gel fluor ini. Oleh karena itu tidak dianjurkan mengisi

    cetakan dengan gel terlalu banyak, hanya beberapa saja.

    Bagi pencegahan trismus, pembukaan maksimum rongga mulut

    harus diukur pada hari pertama penyinaran dan sesudah itu setiap

    minggu. Jika ukuran membukanya mulut dan berkurang dibandingkan

    dengan saat pra-terapi, maka latihan pembukaan mulut harus

    dikerjakan. Untuk kepentingan tersebut lonjoran karet merupakan

    sarana yang sangat baik untuk digunakan. Agar bibir tidak tergigit atau

    tergores dianjurkan untuk mengoleskan vaselin pada bibir duka kali

    sehari. Selama penyinaran harus dijaga agar bibir tetap bersih.

    Pemberian makanan. Semua pasien harus ditimbang berat

    badannya setiap minggu. Jika penurunan berat badan lebih dari 1 kg

    tiap minggunya, diet harus disesuaikan atau diberi makanan secara

    artifisial karena pasien harus tetap dalam kondisi fisik penyinaran.

    Kurangnya gizi dapat berakibat tertundanya penyembuhan jaringan

    terluka.

  • 8/12/2019 DEWI TUT 3

    29/48

    29

    Masalah dalam mengunyah dan menelan makanan, terutama

    sebagai akibat mukositis yang parah, sering mengakibatkan harus

    disesuaikannya protokol penyinaran, atau timbulnya interupsi jadwal

    penyinaran untuk beberapa hari atau beberapa minggu. Suatu protokol

    higiene oral yang ketat dan seimbang seperti yang telah diuraikan di

    depan, dapat mencegah terjadinya masalah dalam makan pada hampir

    semua kasus karena tercegahnya mukositis yang parah.

    Pencegahan timbulnya infeksi. Infeksi yang paling umum terjadi

    selama terapi penyinaran jika upaya pencegahan tidak dilaksanakan

    adalah kandidosis. Pemakaian tablet isap PTA berisikan amfoterisin B

    10 mg akan mencegah masalah kandidosis ini. Pengendalian flora

    rongga mulut secara tepat sebaiknya benar-benar dilakukan. Sebelum

    memulai terapi penyinaran dan selama penyinaran dilakukan, biakan

    baseline dan surveillance dari flora rongga mulut harus dikerjakan agar

    adanya perubahan dalam flora rongga mulut dapat terdeteksi secara

    dini. Pemantauan flora rongga mulut sangat bermanfaat dalammengevaluasi program higiene oral dan mencegah timbulnya

    mukositis. Selama terapi penyinaran, kontrol mingguan cukup

    memadai dalam situasi klinik (bukan suatu eksperimen).

    C. Pasca Terapi RadiasiSetelah periode penyinaran, sistem follow-up yang tepat haus

    sudah dibuta. Pemeriksaan gigi, pada pasien yang bergigi, harus

    dilakukan setiap 3 bulan dan paling baik dilakukan bersama-sama

    dengan kontrol onkologinya. Setelah penyinaran, berkurangnya saliva

    biasanya merupakan komplikasi utama.

    Jika diperlukan bahan pengganti saliva, saliva artifisial berisikan

    musin merupakan pilihan terbaik. Berkurangnya sekresi saliva dan

    berubahnya komposisi akan menyebabkan kerentanan karies yang

    lebih tinggi. Aplikasi fluor setiap hari harus diteruskan seumur hidup.

  • 8/12/2019 DEWI TUT 3

    30/48

    30

    Pengurangan frekuensi aplikasinya dapat dilakukan jika ada data

    mengenai sekresi saliva yang aktual, namun sampai saat ini pengaturan

    yang demikian tidak mungkin dilakukan karena kurangnya data

    mengenai hal ini.

    Selama pengontrolan gigi- geligi, teknik aplikasi fluornya juga

    perlu diperiksa. Pemeriksaan terhadap karies harus dilakukan dengan

    hati-hati dan jika perlu dilakukan restrasi, tindakan ini harus dilakukan

    secepatnya.

    Pencegahan timbulnya radionekrosis merupakan tindakan yang

    sangat penting. Pengendalian yang tepat dan bimbingan perawatan

    bagi periodontium benar-benar sangat diperlukan. Jika pencabutan gigi

    di bagian rahang yang disinar tak dapat dihindari, tindakan ini harus

    dilakukan oleh ahli bedah mulut. Pencegahan timbulnya infeksi dengan

    memakai antibiotika sistemik selama dua minggu sangat penting

    dilakukan dalam kasus-kasus pencabutan.

    Pada pasien yang tak begigi lagi, dianjurkan untuk meminta

    mereka agar tidak memakai gigi tiruannya sampai mukosa rongga

    mulutnya betul-betul telah sembuh. Setelah itu, dokter gigi harus

    memeriksa kecekatan gigi tiruannya. Gigi tiruan yang longgar harus

    diperbaiki atau diganti. Pemeriksaan tahunan gigi tiruan pada pasien-

    pasien ini harus dilakukan oleh dokter gigi.

    4. Efek samping radioterapiTerdapat 3 kemungkinan reaksi suatu sel saat dipapar suatu radiasi

    (gambar diatas). Penjelasan ketiga kemungkinan tersebut adalah sebagai

    berikut:

    1) Kemungkinan yang pertama, radiasi akan terkena sel patologis yangmenjadi tujuan utama, sehingga merangsang pemulihan sel patologis

    tersebut dan tidak menimbulkan efek negatif berkepanjangangan.

  • 8/12/2019 DEWI TUT 3

    31/48

    31

    2) Kemungkinan kedua, radiasi akan terkena sel sehat (tidak patologis),sehingga menyebabkan kematian sel. Kematian sel ini dapat terjadi

    pada semua jaringan di tubuh dan menimbulkan efek sementara baik

    pada rongga mulut (mukositis radiasi, BMS, candidiasis oral, RAS,

    xerostomia, dll) maupun pada tubuh secara keseluruhan (rambut

    rontok, mual, muntah, kulit kering, dll). Efek sementara ini akan hilang

    seiring dengan dihentikannya radioterapi dan dicover oleh proses

    regenerasi pada tubuh manusia.

    3) Kemungkinan efek ketiga merupakan efek yang ditakutkansebagaiefek negatif berkepanjangan yakni sel bermutasi. Bagian dari DNA

    yang menyusun inti sel akan bermutasi dengan susunan yang berbeda.

    Kebanyakan mutasi gen ini memberikan efek yang merugikan pada

    manusia. Jika mutasi gen terjadi pada sel selain sel penyusun

    reproduksi, maka akan menyebabkan kematian sel secara lokal dan

    tidak terjadi efek berkepanjangan. Tetapi jika mutasi gen terjadi pada

    sel penyusun reproduksi, maka akan menyebabkan efek jangka

    panjang yang tertunda. Sel dengan mutasi gen pada kode DNAnya

    akan terus mengalami miosis dan mitosis sehingga kemungkinan dapat

    menurun secara genetik pada keturunannya. Selain itu, efek jangka

    panjang yang ditakutkan adalah terjadinya kanker baru diluar kanker

    awal yang diderita pasien.

  • 8/12/2019 DEWI TUT 3

    32/48

    32

    Menurut Gary J, 2003, efek samping pada jaringan normal dapat

    dibagi menjadi efek samping akut dan efek samping kronis:

    1) Efek samping akutEfek samping akut timbul sejak minggu pertama terapi radiasi

    dimulai, sampai dua atau tiga minggu setelah terapi radiasi

    diakhiri. Efek samping akut biasanya cukup mengganggu namun

    biasanya bersifat sementara.

    Respon mukosa orofaring merupakan efek samping akut yang

    paling cepat timbul. Eritema mukosa biasanya timbul pada minggu

    pertama terapi radiasi. Keadaan ini terus berlanjut beberapa

    minggu kemudian dalam berbagai tingkatan mukositis, dari mulai

    kemerahan sampai daerah ulserasi yang luas.

    Mukositis tingkat lanjut dapat menimbulkan rasa sangat

    mengganggu, rasa sakit dan dapat membatasi asupan makanan.

    Penyembuhan mukositis berlangsung selagi pasien masih

  • 8/12/2019 DEWI TUT 3

    33/48

    33

    menjalani terapi radiasi, tetapi proses penyembuhan ini terus

    berlanjut samapai beberapa minggu setelah terapi radiasi. Setelah

    satu bulan terapi radiasi dihentikan sekitar 90% - 95% mukositis

    telah sembuh.

    Kelenjar ludah juga memberi respon sangat cepat terhadap

    terapi radiasi. Efek yang timbul adalah saliva menjadi sangat kental

    dan penurunan volume saliva. Penurunan pH saliva menjadi 5,0

    menyebabkan saliva kehilangan buffernya. Pada keadaan ini

    menyebabkan pertumbuhan yang berlebihan dari mikroorganisme

    normal rongga mulut dan menjadi faktor predisposisi terjadinya

    karies radiasi. Penurunan produksi saliva dapat mencapai 50% dari

    produksi normal pada minggu pertama terapi radiasi. Keadaan ini

    juga sangat menyulitkan pasien berbicara, mengecap serta menelan

    makanan. Efek pada kelenjar ludah biasanya menimbulkan

    xerostomia. Xerostomia ini dapat menjadi menetap bila kerusakan

    yang ditimbulkan radiasi sudah parah.

    2) Efek samping kronisEfek samping kronis timbul setelah waktu yang cukup lama

    setelah terapi radiasi selesai dilakukan yaitu beberapa minggu

    sampai beberapa tahun kemudian. Efek samping kronis dapat

    mengganggu, menetap dan berkelanjutan.

    Efek samping kronis terapi radiasi yang pertama muncul adalah

    Xerostomia. Xerostomia yang menetap menjadi sangat rentan

    terhadap karies radiasi.

    Karies radiasi merupakan efek samping kronis yang

    ditimbulkan sebagai akibat langsung dari perubahan saliva dan

    akan melibatkan semua gigi, bukan hanya gigi yang berada pada

    daerah radiasi.

    Fibrosis otot-otot pengunyahan dan sendi temporo mandibular

    juga merupakan efek samping kronis pada daerah kepala dan leher.

  • 8/12/2019 DEWI TUT 3

    34/48

    34

    Fibrosis otot-otot pengunyahan atau sendi temporo mandibular

    menimbulkan trismus.

    Efek samping kronis yang paling dihindari adalah

    osteoradionekrosis. Osteoradionekrosis dapat timbul tiga bulan

    sampai bertahun-tahun setelah terapi radiasi berakhir. Biasanya

    osteoradionekrosis dapat timbul pada terapi radiasi 6000 sampai

    6500 rad atau lebih. Efek samping ini hanya timbul pada daerah

    tulang yang terpapar radiasi dan terletak pada daerah radiasi.

    Mekanisme kerusakan sel-sel tulang sampai saat ini masih dalam

    perdebatan, apakah kerusakan sel-sel tulang karena efek langsung

    radioterapi kanker daerah kepala dan leher terhadap sel-sel tulang

    atau karena efek sekunder radioterapi yang menyebabkan

    kerusakan pembuluh darah. Kerusakan pembuluh darah akan

    mengakibatkan kerusakan sel-sel tulang. Sel osteoblas cenderung

    lebih radiosensitif deibandingkan dengan osteoklas sehingga terjadi

    peningkatan aktifitas lisis sel tulang. Radioterapi kanker kepala dan

    leher mengakibatkan penebalan dinding arteri yang mendorong

    terjadinya trombosis dan kerusakan pembuluh darah yang kecil.

    Jaringan akan mengalami hipovaskuler, hipoksi dan hiposeluler.

    Perubahan-perubahan ini mengakibatkan tulang rentan mengalami

    infeksi dan nekrosis (Vissink et al, 2003).

    Menurut Chris, 2008, efek samping radioterapi umumnya terjadi di

    jaringan yang cepat membelah (misalnya: mulut, usus dan kulit).

    Terutama toksisitas yang berkaitan dengan radioterapi akan terlokalisir

    di tempat pengobatan. Toksisitas awal yang sering dijumpai

    (bergantung pada luas terapi) sementara terapi sedang berlangsung

    mencakup mukositis, diare, proktitis (lecet di daerah rectum), sistisis,

    kemerahan local pada kulit dan alopesia. Derajat toksisitas bergantung

    pada dosis. Pemberian terapi radiasi berkaitan dengan terbentuknya

  • 8/12/2019 DEWI TUT 3

    35/48

    35

    beragam efek lambat yang muncul setelah pengobatan. Efek ini

    termasuk pneumonitis dan timbulnya kanker sekunder bertahun-tahun

    kemudian

    Efek segera dan belakangan dari penyinaran hanya terlihat di

    daerah yang disinari. Radiasi merupakan penanganan setempat dengan

    akibat setempat. Didaerah yang disinari terjadi cidera di sel, sehingga

    tidak lagi berfungsi dengan baik atau memperlihatkan reaksi terhadap

    pengiritasi. Efek samping selama dan sesudah rangkaian penyinaran

    adalah normal. Tidak mengherankan, karena radioterapi merupakan

    kejadian yang berpengaruh mendalam, menembus segalanya.

    Penanganannya memang setempat, tetapi tindakan itu berpengaruh

    jelas pada bagian tubuh lainnya.

    Kita harus menyadari benar bahwa tidak ada hubungan diantara

    timbulnya efek samping penyinaran dengan efek penyinaran pada

    pertumbuhan kankernya. Reaksi berat pada kulit atau reaksi

    mengganggu pada selaput lendir tidak berarti tumornya bereaksi lebih

    buruk. Efek samping radioterapi berupa:

    a) Rasa lelah, merupakan keluhan yang paling sering terjadi danpaling diabaikan. Tentu saja, penderita capai akibat penyakitnya,

    penyinaran, bangun dan mulai beraktivitas lagi, sementara

    tubuhnya sendiri mendasar mengalami perubahan. Semua faktor ini

    cukup membuta seseorang sangat lelah.

    b) Mual dan muntah, terutama terjadi sesudah penyinaran otak danperut bagian atas. Pada yang pertama, penyebabnya terletak di otak

    sendiri dan biasanya dapat ditekan dengan obat anti muntah. Pada

    yang terakhir, penyebabnya terletak pada selaput lendir lambung

    yang terangsang. Keluhan ini dapat dikurangi dengan cara banyak

    minum dan mengistirahatkan lambung selama beberapa jam,

    langsung sesudah penyinaran.

  • 8/12/2019 DEWI TUT 3

    36/48

    36

    c) Reaksi kulit, berupa kemerahan pada kulit. Cidera karenapenyinaran biasanya menjadi lebih jelas 2-4 minggu sesudah

    penanganan awal dengan nyeri di kulit. Belakangan kulit agak

    bersisik, terkadang dengan lepuh dan dapat muncul eksem basah di

    lipat kulit. Bila ada resiko cedera semacam ini, biasanya

    penyinaran harus dihentikan. Kerontokan rambut dengan akibat

    kegundulan sering terjadi di daerah yang disinari. Kulit yang

    disinari dan berbekas lepuh dengan eksem harus dilindungi

    terhadap sinar matahari. Selama dan segera setelah rangkaian

    penyinaran, perawatan kulit hendaknya dilakukan dengan hati-hati,

    tanpa sakit, tanpa dicukur, tanpa menggunakan parfum dan kulit

    yang rusak harus dijaga agar tetap keirng.

    d) Selaput lendir saluran pencernaan- Xerostomia, karena kelenjar ludah mengalami cedera, fungsinya

    sudah tidak baik lagi sehingga menyebabkan mulut menjadi kering.

    Selain itu, rasa dan penciuman berkurang.

    - Mukositis, iritasi pada selaput lendir mulut (mukosa) dantenggorokan karena penyinaran dan diperkuat dengan keadaan

    mulut yang kering, menyebabkan timbulnya mukositis yang sangat

    nyeri dan sukar ditangani.

    - Sulit menelan, rangsangan terhadap lendir kerongkongan,menyebabkan kesulitan menelan. Hal ini sangat mengganggu

    pemasukan cairan dan makanan.

    e) Usus, cidera penyinaran pada usus halus menimbulkan keluhanusus dalam arti seluasnya. Dapat terjadi kejang usus, diare empat

    sampai lima kali sehari, terkadang disertai lendir dan sedikit darah.

    Cidera pada usus besar termanifestasi dalam bentuk sembelit dan

    dapat berakibat diare.

    f) Saluran kemih dan organ kelamin, efek samping daripenyinaranserinmg terjadi. Nyeri waktu kemih dan keluarnya air

    kemih yang tersendat-sendat karena iritasi kandung kemih dan

  • 8/12/2019 DEWI TUT 3

    37/48

    37

    saluran kemih serta iritasi vulva (pukas) dan vagina dapat

    mengganggu.

    Cidera belakangan, efek samping terapi berupa:

    a. Cedera penyinaran, cidera belakangan sesudah radioterapidisebabkan oleh kerusakan pada sel-sel yang masih hidup. Cidera

    terjadi pada kerusakan pembuluh darah kecil, yang mengakibatkan

    pembentukan jaringan ikat dan karena itu, terjadi kisut. Cidera ini

    mungkin sudah berlangsung lama dan laten (terpendam). Tapi

    biasanaya baru tampak setelah bertahun-tahun menimbulkan

    keluhan. Keadaan ini dapat terjadi di kulit, paru, saluran

    pencernaan, organ kelamin, saluran kemih, dan susunan saraf

    pusat.

    b. Kemandulan, merupakan efek paling serius yang dapat terjadiakibat radioterapi pada tubuh bagian bawah adalah kemandulan

    karena gangguan produksi sel sperma berhenti atau cedera sel telur

    di indung telur. Untungnya, perkembangan dalam kedokteran

    memungkinkan, sperma, jaringan indung telur dengan sel telur atau

    embrio, dapat disimpan lewat preservasi trio sehingga dalam hal

    terjadi kemandulan, tetap dapat dipertimbangkan suatu kehamilan,

    sesudah penyembuhan.

    c. Tumor sekunder, kanker ganas kedua karena kerusakan DNA,semakin sering tampak pada penderita yang sembuh. Dosis

    penyinaran yang kecil sudah dapat menimbulkan efek ini.

    Kemungkinan efek ini meningkat bersama peningkatan dosis. Efek

    stokhasis ini berarti bahwa akibatnya selalu sama (kanker)

    besarnya resiko adalah sebanding dengan pembebanan total.

    Jumlah sinar (total) kumulatif yang diterima selama hidup oleh

    jaringan bersangkutan, menentukan kemungkinan timbulnya

    kanker sekunder. Kebanyakan tumor sekunder muncul setelah 10

    sampai 20 tahun kemudian.

  • 8/12/2019 DEWI TUT 3

    38/48

    38

    PR

    Antibiotic class Example drug Source Antimicrobial use

    Target

    Antibacterial antibiotics

    -lactams PenicillinG

    Cephalosporin

    Amoxicillin

    P. notatum

    A.

    chrysogenum

    Semisynthe

    tic

    G+

    G+

    G+/G-

    Cell wall

    synthesis

    -lactamase inhibitors Clavulanic acid S.

    clavuligerus

    -lactamase

    inhibitor

    Glycopeptides Vancomycin Teicoplanin S.orientalis

    A.

    teichomyce

    ticus

    G+G+

    Cell wallsynthesis

    Polypeptides Polymyxin B and E B.

    polymyxa

    G- Cell wall

    permeabilit

    y

    Aminoglycosides Streptomycin S. griseus G+/G- Protein

    Synthesis

    Macrolides Erythromycin

    Telithromycin

    Sac.

    erythraea

    G+/G-

    G+/someG-

    Protein

    synthesis

    Streptogramins Virginiamycin S. virginiae

    (40)

    G+/some

    G-

    Protein

    synthesis

    Lincomycins Lincomycin

    Clindamycin

    S.

    lincolnesis

    Semisynthe

    tic

    G+ Protein

    synthesis

    Tetracylines Tetracycline

    Doxycycline

    S.

    aureofacie

    ns

    Semisynthe

    tic

    G+/G- Protein

    synthesis

    Chloramphenicol Cloramphenicol S.

    venezuelae

    G+/G- Protein

    synthesis

    Rifampicin Rifampicin Amycolato

    psis

    mediterranei

    G+/G- RNA

    synthesis

    Sulphonamides Sulphanilamide Synthetic G+/G- Folic acid

    synthesis

    Trimethoprim Trimethoprim Synthetic G+/G- Folic acid

    synthesis

    Quinolones Nalidixic acid

    Ciprofloxacin

    Synthetic G+/G- DNA

    replication

    Metronidazole Metronidazole Synthetic Anaerobic DNA

    replication

    Antifungal antibiotics (168)

    Polyenes Nystatin Amphotericin S. noursei

    (24)

    Candidia

    Aspergillus

    Ergosterol,

    cell

  • 8/12/2019 DEWI TUT 3

    39/48

    39

    S. nodosus

    (30)

    membrane

    permeabili

    zin

    Pyrimidine Analogs Flucytosine Synthetic Candida

    Cryptococcus

    DNA

    replication

    Azoles Fluconazole

    Metronidazole

    Synthetic Candida

    Cryptococc

    ous

    Ergosterol

    biosynthesi

    s, DNA

    replication

    and

    transcriptio

    n

    Echinocandins Caspofungin Semisynthe

    tic

    Glarealozoyensis

    Candida

    Aspergillus

    -(1,3)-

    glucan

    biosynthesis

    (http://www.diva-portal.org/smash/get/diva2:122512/FULLTEXT01.pdf)

    NISTATINNistatin merupakan suatu antibiotik polien yang dihasilkan oleh

    Streptomyces noursei. Obat yang berupa bubuk berwarna kuning

    kemerahan ini bersifat higroskopis, berbau khas, sukar larut dalam

    kloroform dan eter. Larutannya mudah larut dalam air atau plasma.

    Nistatin menghambat pertumbuhan berbagai jamur dan ragi tetapi tidak

    efektif terhadap bakteri, protozoa dan virus. (Farmakologi dan Terapi,

    edisi 5: 2009)

    Nistatin hanya akan diikat oleh jamur atau ragi yang sensitif.

    Aktivitas antijamur tergantung dari adanya ikatan dengan sterol pada

    membran sel jamur atau ragi terutama ergosterol. Akibat terbentuknya

    ikatan antara sterol dengan antibiotik ini akan terjadi parubahanpermeabilitas membran sel sehingga sel akan kehilangan berbagai molekul

    kecil. Nistatin tidak diserap dari membran mukosa atau dari kulit. Obat ini

    terlalu toksik untuk pemberian parenteral. Bila diberikan per oral,

    absorpsinya sedikit sekali dan kemudian diekskresi melalui feses. .

    Spektrum antijamurnya sebenarnya juga mencakup jamur-jamur sistemik,

    namun karena toksisitasnya, nistatin hanya digunakan untuk terapi infeksi

    Candida pada kulit, membran mukosa dan saluran cerna..Candida albicans

    http://www.diva-portal.org/smash/get/diva2:122512/FULLTEXT01.pdfhttp://www.diva-portal.org/smash/get/diva2:122512/FULLTEXT01.pdf
  • 8/12/2019 DEWI TUT 3

    40/48

    40

    hampir tidak memperlihatkan resistensi terhadap nistatin. (Farmakologi

    dan Terapi, edisi 5: 2009)

    AMFOTERISIN BAmfoterisin B merupakan hasil fermentasi Streptomyces nodosus.

    Sembian puluh delapan persen campuran ini terdiri dari amfoterisin B

    yang mempunyai aktivitas antijamur. Kristal seperti jamur atau prisma

    berwarna kuning jingga, tidak berasa, dan tidak berbau ini merupakan

    antibiotik polien yang bersifat basa amfoter lemah, tidak larut dalama

    air,tidak stabil, tidak tahan suhu diatas 37oC tetapi dapat stabil sampai

    berminggu-minggu pada suhu 4oC. Antibiotik ini bersifat fungistatik dan

    fungisidal tergantung pada dosis dan sensitivitas jamur yang dipengaruhi.

    (Farmakologi dan Terapi, edisi 5: 2009)

    Amfoterisin B berikatan kuat dengan ergosterol yang terdapat pada

    membran sel jamur. Ikatan ini akan menyebabkan membran sel bocor

    sehingga terjadi kehilangan beberapa bahan intrasel dan mengakibatkan

    kerusakan yang tetap pada sel. Bakteri, virus dan riketsia tidak dipengaruhi

    oleh antibiotik ini karena jasad renik ini tidak mempunyai gugus pada

    membran selnya. (Farmakologi dan Terapi, edisi 5: 2009)

  • 8/12/2019 DEWI TUT 3

    41/48

    41

    BAB III. KESIMPULAN

    1. Macam-macam terapi jaringan lunak rongga mulut:A. Terapi simptomatik, termasuk dalam fase kuratif atau pengobatan,

    merupakan pengobatan yang ditujukan untuk menghilangkan gejala atau

    keluhan yang timbul, bukan mengobati sumber penyakit.

    B. Terapi kausatif, termasuk dalam fase kuratif atau pengobatan, merupakanpengobatan yang ditujukn untuk menghilangkan faktor etiologi atau

    penyebab sehingga mencegah terjadinya rekurensi.

    C. Terapi paliatif, perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif danmenyeluruh, dengan pendekatan multi disiplin yang terintegrasi.

    Tujuannya untuk mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang umur,

    menaikkan kualitas hidup dan memberikan support kepada keluarga.

    D. Terapi supportif, ditujukan untuk meningkatkan fungsi tubuh secaranormal. Kriteria penilaian jasmani (kondisi fisik pasien semakin sehat),kognitif (pasien dapat berfikir jernih), emosi (stabil, bahagia, beban emosi

    berkurang), sosial (dapat mrnjalin hubungan dengan lingkungan tanpa

    terbebani penyakit).

    2. Penatalaksanaan lesi jaringan lunak rongga mulutA. Stomatitis Aphtousa Rekuren (SAR)

    (Kasus ringan) dapat diaplikasikan obat topikal seperti orabase.Sebagai pereda rasa sakit dapat diberikan topikal anestesi.

    (Kasus berat) dapat diaplikasikan preparat kortikosteroid topikal,seperti triamcinolon atau fluorometholon (2-3 kali sehari setelah

    makan dan menjelang tidur).

    Tetrasiklin obat kumur dan gel dapat mempersingkat waktupenyembuhan ulser.

  • 8/12/2019 DEWI TUT 3

    42/48

    42

    Pada pasien ulser major atau multiple ulser minor yang parah yangtidak responsif terhadap terapi topikal, diberikan terapi sistemik.

    Terapi ulser traumatik: membersihkan ulser dengan normal saline atauhydrogen peroksida dengan campuran air.

    B. Mukositis

    Oral care protocol merupakan salah satu tindakan yang bertujuanmenjaga kesehatan mulut. Agen kumur sering digunakan dalam

    pencegahan mukositis. Pelindung mukosa, diharapkan dapat

    meningkatkan proses penyembuhan dan regenerasi sel.

    Agen antiseptic, yang termasuk dalam agen anti septik antaralain chlorhexidine, hidrogen peroksida, dan povidone iodine.

    Agen anti inflamasi berfungsi untuk mengurang inflamasi yang terjadiakibat mukositis. Beberapa agen anti inflamasi diantaranya kamilason

    liquid, chamomile, dan kortikosteroid oral.

    Agen topical adalah agen yang diberikan untuk memberikan proteksimukosa secara topikal, diantaranya adalah lidocaine, capsaicine,

    dan morfin topikal.

    C. BMS

    Memberi penjelasan kepada pasien tentang sifat masalah dan bahwatidak ada gangguan serius terutama kanker mulut, yang menyebabkan

    masalah tersebut.

    Pasien harus diberi vitamin B1300 mg sekali sehari dan vitamin B650mg setiap 8 jam untuk waktu 1 bulan.

    Bila desain gigi tiruan tidak baik, harus dibuatkan gigi tiruan yangbaru.

  • 8/12/2019 DEWI TUT 3

    43/48

    43

    Pasien harus dipanggil kembali untuk pengecekan setelah 4 minggukemudian

    Terapi obat antidepresi trisiklik mempunyai peran pada penderita BMSyang tidak mempunyai faktor-faktor presipitasi lainnya.

    D. CandidiasisKandidiasis pada rongga mulut umumnya ditanggulangi dengan

    menggunakan obat antijamur, dengan memperhatikan factor

    predisposisinya atau penyakit yang menyertainya,hal tersebut

    berpengaruh terhadap keberhasilan pengobatan atau penyembuhan.

    Dari beberapa golongan antijamur tersebut diatas, yang efektif untuk

    kasus kasus pada rongga mulut, sering digunakan antara lain

    amfotericine B, nystatin, miconazole, clotrimazole, ketokonazole,

    itrakonazole dan flukonazole.

    3. Penatalaksanaan efek samping radioterapiA. Pra Terapi Radiasi

    Mengontrol asupan makan, terutama untuk menghindari makanan yangmudah membntuk plak seperti coklat. Juga menghindari makanan yang

    dapat mengiritasi mukosa seperti keripik kentang.

    Pemberitahuan, motivasi dan tanya jawab dengan pasien dan keluargaagar pasien dapat menyadari dan menjalankan persiapan rongga mulut

    yang memaksimal mungkin sebelum terapi radiasi dilakukan.

    Menghindari penggunaan tembakau dan alkohol karena bahan inidapat mengiritasi mukosa mulut.

    Pada pasien yang masih bergigi, pemeriksaan mukosa rongga mulut,gigi-geligi, periodonsium, kelenjar saliva, dan rahangnya harus

    dilakukan oleh ahli bedah oro-maksilo-fasial atau dokter gigi.

    Tingkat kebersihan mulutnya harus dievaluasi. Pada semua gigi yangtelah ditambal, tidak boleh dilupakan mengetes kevitalan pulpanya.

  • 8/12/2019 DEWI TUT 3

    44/48

    44

    Harus dibuat juga radiografi standar, misalnya panorex dan radiografintraral, untuk memeriksa ada tidaknya karies, sisa-sisa akar,

    granuloma periapeks, keadaan gigi yang masih ada, dan poket infra-

    bony.

    Harus melakukan skaling dan root planning yang sempurna, melalukanpemolesan tambalan dengan baik dan menghaluskan tonjol-tonjol gigi

    yang tajam agar tidak menimbulkan iritasi mekanik, dan membantu

    pasien dalam melaksanakan upaya-upaya preventif.

    Prosedur bedah seperti pada pencabutan misalnya, harus dilakukandengan hati-hati sekali agar dicapai penyembuhan yang cepat dan baik.

    Pemberian preparat fluor diperlukan apabila daerah penyinarannyameliputi lebih dari dua kelenjar saliva yang besar, karena dosis yang

    rendah pun akan menyebabkan berkurangknya aliran saliva dengan

    menurunnya pH dan kandungan bikarbonatnya.

    Pada pasien tidak bergigi, mutu kecekatan gigi tiruan harus diperiksadengan teliti, demikian juga kondisi mukosa rongga mulutnya.

    Pemeriksaan radiograf dibuat untuk memeriksa ada tidaknya fokus

    infeksi misalnya kista residual, sisa akar dan sebagainya.

    Jika diperlukan terapi pembedahan. Tindakan ini harus dikerjakan dandiselesaikan dua minggu sebelum terapi penyinaran, agar pada saat

    penyinaran dilakukan penyembuhan jaringan lunak telah sempurna.

    Jika seluruh rongga mulut tercakup dalam penyinaran, pasien tidakdiperkenankan memakai gigi tiruannya selama penyinaran dan 12

    minggu sesudahnya.

    B. Intra Terapi Radiasi Bersihkan rongga mulut setiap hari dengan menyemprotkan larutan

    salin steril diperlukan bagi pembersihan debris secara mekanik.

    Pasien yang bagian-bagian penting dalam rongga mulutnya tersinari,dan karena itu sangat mungkin terkena reaksi mukosa yang parah dan

    meluas, harus diberi tablet isap PTA 4 kali sehari.

  • 8/12/2019 DEWI TUT 3

    45/48

    45

    Untuk mencegah timbulnya karies, pasien ini harus mengaplikasikan1% gel fluor netral selama 5 menit setiap dua hari sekali.

    Bagi pencegahan trismus, pembukaan maksimum rongga mulut harusdiukur pada hari pertama penyinaran dan sesudah itu setiap minggu.

    Pemberian makanan, kurangnya gizi dapat berakibat tertundanyapenyembuhan jaringan terluka.

    C. Pasca Terapi Radiasi Pemeriksaan gigi, pada pasien yang bergigi, harus dilakukan setiap 3

    bulan dan paling baik dilakukan bersama-sama dengan kontrol

    onkologinya.

    Jika diperlukan bahan pengganti saliva, saliva artifisial berisikan musinmerupakan pilihan terbaik.

    Aplikasi fluor setiap hari harus diteruskan seumur hidup. Jika pencabutan gigi di bagian rahang yang disinar tak dapat dihindari,

    tindakan ini harus dilakukan oleh ahli bedah mulut. Pencegahan

    timbulnya infeksi dengan memakai antibiotika sistemik selama dua

    minggu sangat penting dilakukan dalam kasus-kasus pencabutan.

    Pada pasien yang tak begigi lagi, dianjurkan untuk meminta merekaagar tidak memakai gigi tiruannya sampai mukosa rongga mulutnya

    betul-betul telah sembuh. Setelah itu, dokter gigi harus memeriksa

    kecekatan gigi tiruannya. Gigi tiruan yang longgar harus diperbaiki

    atau diganti. Pemeriksaan tahunan gigi tiruan pada pasien-pasien ini

    harus dilakukan oleh dokter gigi.

    4. Efek samping radioterapiA. XerostomiaB. KariesC. TrismusD. OsteoradionekrosisE. Rasa lelah

  • 8/12/2019 DEWI TUT 3

    46/48

    46

    F. Mual dan muntah.G. Reaksi kulit, berupa kemerahan pada kulit.H. Selaput lendir saluran pencernaan: Xerostomia, Mukositis, Sulit menelanI. Usus, cidera penyinaran pada usus halus menimbulkan keluhan usus dalam

    arti seluasnya.

    J. Nyeri waktu kemih dan keluarnya air kemih yang tersendat-sendat karenairitasi kandung kemih dan saluran kemih serta iritasi vulva (pukas) dan

    vagina dapat mengganggu.

    K. KemandulanL. Tumor sekunder

  • 8/12/2019 DEWI TUT 3

    47/48

    47

    DAFTAR PUSTAKA

    American Dental Association. 2003. The diagnosis and management of recurrent

    aphthous stomatitis. J Am Dent Assoc, Vol 134, No 2, 200-207.

    Brooker, Chris. 2008.Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC

    Eilers, J. 2004.Nursing intervention and supportive car for the prevention and

    treatmen of oral mucositis associated with cancer treatment. Oncology

    Nursing Forum. 31(4). P 13-28.

    Greenberg, Martin S & Michael Glick. 2003. Burkets Oral Medicine Diagnosis

    & Treatment.10ed. USA: BC Decker Inc.

    Jong, Wim de. 2004.Kanker, Apakah itu?. Jakarta: Arcan

    Lalla RV, Sons ST, Peterson DE. 2008.Management Of Oral Mucositis In

    Patients With Cancer. Dent Clin Nort Am.52(1):61-viii.

    Lalla RV, Sons ST, Peterson DE. 2005. Oral Mucositis. Dent Clin Nort Am.

    49(1):167-84.

    Leung WK, Dassanayake, Yauu JYY, Jin LJ, Yam WC, Samaranayake LP. 2003.

    Oral Colonization, Phenotypic, And Genotypic Profiles Of Candida

    Species In Irradiated, Dentate, Xerostomic Nasopharyngeal Carsinoma

    Survivors. J Clin Microbial. 38(6): 2219-26.

    Lewis, Michael A.O, 1998. Tinjauan Klinis Penyakit Mulut. Alih bahasa : Elly

    Wiriawan. Jakarta : Widya Medika

    MacPhail L. Topical and systemic therapy for recurrent aphthous stomatitis.

    Semin Cutan Med Surg. 1997 Dec;16(4):301-307.

    Mc Farlane et al ,2002 Essential of Microbiologi for dental student,Oxfort , New

    york, h. 287

    Mc Cullough, Savage ,N.W.,2005, Autralia Dent. J. Medication Suplement, 50;4

    Nolte. A.W.,1982. Oral Microbiologi,4 ed, The C.V Mosby co,St Louis, Toronto,

    London h. 523- 32

  • 8/12/2019 DEWI TUT 3

    48/48

    Schreiber, Gary J. General Principles of Radiatoin Therapy. 15 Mei 2003

    http://www.emedicine.com/ent/topic247.htm

    Setiabudy, Rianto. 2009.Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit

    FKUI

    Silverman. S Jr at al. 2001. Essential of Oral Med. BC. Decker Inc, Hamilton,

    London, h. 170177

    Witjaksono, dr. Maria A. 2009. Jurnal pendidikan khusus vol 5 no 2 Nov 2009.

    Jakarta

    Veraa-Llonch M, Oster G, Ford CM, Lu J, Sonis. 2007. Oral Mucositis And

    Outcomes Of Allogeneic Hematopoietic Stem-Cell Transplatation In

    Patients With Hematologic Malignancies. Support Care Cancer.15(5):

    491-6.

    Vissink A, Burlage FR, Jansma J, Spijkervet FKL, Jansma J, dan Coppes RP.

    2003.Prevention And Treatment Of The Consequences Of Head And Neck

    Radiotheraphy.Crit Rev Oral Biol Med.

    http://www.emedicine.com/ent/topic247.htmhttp://www.emedicine.com/ent/topic247.htmhttp://www.emedicine.com/ent/topic247.htm